PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN RUMPUT LAPANG
SKRIPSI YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO. D14102007. 2006. Penggemukan Domba Ekor Tipis dengan Pemberian Pakan Kulit Ari Kacang Kedelai (Ampas Tempe) dan Rumput Lapang. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
: Ir. Maman Duldjaman, MS : Ir. Sri Rahayu, MSi
Domba Ekor Tipis merupakan bangsa domba yang banyak ditemukan di Indonesia. Peternakan domba di Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, salah satunya dalam pemberian pakan. Domba Ekor Tipis (DET) jika diternakkan secara intensif, diantaranya penggemukan dengan pemberian pakan tambahan dapat menjadi salah satu sumber daging yang potensial. Pakan selain pengganti konsentrat yang dapat digunakan untuk penggemukan domba diantaranya adalah kulit ari kacang kedelai atau ampas tempe yang dapat diperoleh dari industri pembuatan tempe. Kulit ari kacang kedelai (KAK) memiliki nutrisi yang cukup tinggi, seperti yang dilaporkan Suci dan Sumiati (1995) kulit ari kacang kedelai memiliki kandungan protein 11,45-12,44%, Serat kasar 34,74-42,29%, lemak kasar 2,674,03% dalam bahan kering. Suatu penelitian yang mengkaji tentang pemanfaatan KAK yang dikombinasikan dengan rumput lapang (RL) untuk menggemukkan domba telah dilakukan pada tanggal 5 September sampai dengan 31 Oktober 2005 bertempat di peternakan domba Mitra Tani Farm, desa Tegal Waru RT 04/RW 05, CiampeaBogor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang yang menghasilkan performa produksi dan keuntungan ekonomis yang terbaik dari penggemukan Domba Ekor Tipis. Materi penelitian berupa 20 ekor DET jantan berumur kurang dari 1 tahun (Io) dengan bobot tubuh 13,465±2,17 kg (CV 18,54%). Bakalan diperoleh dari Cianjur-Jawa Barat. Perlakuan pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan bahan kering domba yaitu 5% dari bobot tubuh (NRC, 1985), P1 : 25% KAK + 75% RL, P2 : 50% KAK + 50% RL, P3 : 75% KAK + 25% RL, P4 : 100% KAK + 0% RL. Peubah yang diamati konsumsi zat makanan (bahan kering, protein kasar dan Total Digestible Nutrients/TDN), pertambahan bobot tubuh, pertambahan panjang badan, pertambahan lingkar dada, konversi pakan, dan Income Over Feed Cost (IOFC). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat taraf perlakuan, masing-masing taraf terdiri lima ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot tubuh, koversi pakan dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering dan IOFC. Perlakuan pakan tidak berpengaruh pada konsumsi protein kasar, konsumsi TDN, pertambahan panjang badan dan lingkar dada. Kata-kata kunci : penggemukan, Domba Ekor Tipis, kulit ari kacang kedelai, rumput lapang
ABSTRACT Fattening of Thin Tailed Sheep with Feeding Soya Membrans Skin (Tempe-Waste) and Native Grass on Diets Hardianto, Y.W., M. Duldjaman and S. Rahayu This research was done in MT Farm, Ciampea-Bogor, it started from 5th September up to 31st October 2005. The purpose of this research was to get the best ratio of soya membrans skin (tempe-waste) and native grass on production performance and income from fattening of thin tailed sheep programe. Sheep used was 20 lamb with less than 1 year of age (Io) and body weight 13,465±2,17 kg (CV 18,54%).The experiment design used is the random red block design with four level of treatments, and five replication. Feeding treatment that was given based on dry matter of sheep which was 5% from body weight (NRC, 1985), in different comparison of soya membrans skin and native grass, P1 25% : 75%, P2 50% : 50%, P3 75% : 25% and P4 100% : 0%. The variable was observed were nutrition consumption (dry matter, crude protein and total digestible nutrients), body weight, body length, hearth girth, feed conversion, and income over feed cost. The result showed that the effect of the treatment were very significant (P<0.01) in increasing body weight, feed conversion and significant (P<0.05) for dry matter consumption and income over feed cost. The crude protein consumption, total digestible nutrients consumption, body length, hearth girth observed were not significant. Key words: fattening, thin tailed sheep, soya membrans skin, native grass
PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN RUMPUT LAPANG
YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO D14102007
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN RUMPUT LAPANG
Oleh YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO D14102007
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 6 Maret 2006
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Maman Duldjaman, MS NIP : 130 422 709
Ir. Sri Rahayu, MSi NIP : 131 667 775
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur.Sc NIP : 131 624 188
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1984 di Kota Teluk Kuantan, Kuantan Singingi Riau. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah Muhammad Holil Hardianto dan Ibu Arnelly Malik. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 2 Muara Lembu, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMP Negeri 1 Teluk Kuantan dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Teluk Kuantan. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau (IKPMR) Bogor dan Ikatan Mahasiswa Kuantan Singingi (IMAKUSI) Bogor. Penulis aktif dikampus dalam kepanitiaan dan Magang dalam berbagai bidang peternakan, diantaranya Sheep Management Training (panitia) dan Magang Terpadu Bagian IPT Ruminansia Besar (peserta).
KATA PENGANTAR Domba sangat populer dalam masyarakat Indonesia dan dagingnya termasuk disukai oleh masyarakat, tetapi peternakan domba di Indonesia sampai saat ini masih kalah bersaing dengan Negara-negara yang lebih maju, seperti Australia dan Amerika. Indonesia memiliki plasma nutfah domba yang cukup banyak dan bervariasi, disamping itu juga memiliki kekayaan akan tanaman kacang-kacangan, dimana limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan sehingga dapat menunjang peternakan domba. Salah satu domba yang banyak diternakkan adalah bangsa Domba Ekor Tipis (DET). Hal ini merupakan potensi yang cukup besar dan bisa dikembangkan. Faktor yang dapat menunjang adalah hijauan alam (rumput lapang) yang sangat banyak dan pakan tambahan yang cukup tersedia. Pakan tambahan alternatif dan ekonomis yang dapat diberikan pada domba salah satunya adalah kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) dari industri pembuatan tempe. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian yang mengkaji pengaruh dari pemberian kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang yang berbeda perbandingannya dalam penggemukan Domba Ekor Tipis. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya dan Allah SWT meridhoi karya ini dapat menyumbangkan pengetahuan dalam bidang peternakan. Majulah Peternakan Indonesiaku! Bogor, Maret 2006 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ....................................................................................................
i
ABSTRACT .......................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................
iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
ix
PENDAHULUAN ..............................................................................................
1
Latar Belakang ........................................................................................ Perumusan Masalah ................................................................................ Tujuan ..................................................................................................... Manfaat ...................................................................................................
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
3
Domba Ekor Tipis ................................................................................... Pakan Ternak Domba .............................................................................. Rumput Lapang ........................................................................... Pakan Tambahan ......................................................................... Kulit Ari Kacang Kedelai ................................................ Konsumsi Pakan ..................................................................................... Zat Makanan yang Dibutuhkan Domba .................................................. Energi........................................................................................... Protein ......................................................................................... Total Digestible Nutrients .......................................................... Penggemukan .......................................................................................... Pertumbuhan ........................................................................................... Definisi Pertumbuhan ................................................................ Pertambahan Bobot Tubuh ......................................................... Konversi Pakan ....................................................................................... Income Over Feed Cost ..........................................................................
3 3 3 4 5 5 5 6 6 7 7 9 9 10 10 11
METODE PENELITIAN .................................................................................
12
Waktu dan Lokasi ................................................................................... Materi ...................................................................................................... Rancangan ............................................................................................... Perlakuan .................................................................................... Rancangan Percobaan ................................................................. Peubah yang Diamati .................................................................. Analisa Data ................................................................................
12 12 13 13 13 14 15
Prosedur .................................................................................................. Persiapan Penelitian .................................................................... Pelaksanaan Penelitian ................................................................ Pengambilan Data .......................................................................
15 15 16 17
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................
18
Keadaan Umum ..................................................................................... Kondisi Ternak .......................................................................... Pakan Penelitian .......................................................................... Konsumsi Zat Makanan ......................................................................... Konsumsi Bahan Kering ............................................................. Konsumsi Protein Kasar .............................................................. Konsumsi Total Digestible Nutrients ......................................... Pertumbuhan .......................................................................................... Pertambahan Bobot Tubuh .......................................................... Pertambahan Panjang Badan ...................................................... Pertambahan Lingkar Dada ........................................................ Konversi Pakan ...................................................................................... Income Over Feed Cost .........................................................................
18 18 19 21 22 23 23 24 25 27 28 29 30
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................
33
Kesimpulan ................................................................................. Saran ...........................................................................................
33 33
UCAPAN TERIMAKASIH ..............................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
35
LAMPIRAN ......................................................................................................
38
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Hasil Analisis Proksimat Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang ...
12
2. Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya Tahun 2005 .......................
18
3. Rataan Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (KAK) dan Rumput Lapang (RL) dalam Bentuk Segar .............................................................................
19
4. Rataan Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar dan Total Digestible Nutrients .......................................................................................................
21
5. Rasio Konsumsi Bahan Kering Pakan ..........................................................
22
6. Rataan Pertambahan Bobot Tubuh (PBT), Panjang Badan (PPB) dan Lingkar Dada (PLD) Domba ........................................................................
24
7. Rataan Konversi Pakan .................................................................................
29
8. Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) .......................................................
31
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kurva Pertumbuhan Hewan .....................................................................
10
2. Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang ......................................
13
3. Grafik Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai ............................................
20
4. Grafik Konsumsi Rumput Lapang ...........................................................
20
5. Diagram Rataan Konsumsi Zat Makanan ................................................
21
6. Grafik Bobot Tubuh Domba ....................................................................
26
7. Diagram Rataan Pertambahan Bobot Tubuh/PBT (kg), Pertambahan Panjang Badan/PPB (cm) dan Pertambahan Lingkar Dada/PLD (cm) Domba ......................................................................................................
26
8.
Grafik Pertambahan Bobot Tubuh Domba ..............................................
27
9. Grafik Panjang Badan Domba ..................................................................
28
10. Grafik Lingkar Dada Domba ...................................................................
28
11. Diagram Rataan Konversi Pakan .............................................................
30
12. Diagram Rataan Income Over Feed Cost ................................................
32
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (kg/ekor/minggu).................................
39
2. Konsumsi Rumput Lapang (kg/ekor/minggu) ................................................
40
3. Konsumsi Bahan Kering (kg/ekor/minggu)....................................................
41
4. Konsumsi Protein Kasar (kg/ekor/minggu) ...................................................
42
5. Konsumsi Total Digestible Nutrients (kg/ekor/minggu) ..............................
43
6. Pertambahan Bobot Tubuh Domba (kg/ekor/minggu) ...................................
44
7. Pertambahan Panjang Badan Domba (cm/ekor/minggu) ...............................
45
8. Pertambahan Lingkar Dada Domba (cm/ekor/minggu) .................................
46
9. Konversi Pakan ..............................................................................................
47
10. Income Over Feed Cost/IOFC (Rp/ekor/8 minggu) .......................................
48
11. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering ......................................................
49
12. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Bahan Kering .................................
49
13. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar ......................................................
50
14. Analisi Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) .......................
51
15. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Tubuh ..................................................
52
16. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Pertambahan Bobot Tubuh ..............
52
17. Analisis Ragam Pertambahan Panjang Badan ...............................................
53
18. Analisis Ragam Pertambahan Lingkar Dada .................................................
54
19. Analisis Ragam Konversi Pakan ...................................................................
55
20. Uji Lanjut Duncan terhadap Konversi Pakan ................................................
55
21. Analisis Ragam Income Over Feed Cost (IOFC) ..........................................
56
22. Uji Lanjut Duncan terhadap Income Over Feed Cost (IOFC) .......................
56
23. Data Curah Hujan Daerah Bulan September-Oktober 2005 Daerah Cibanteng dan Sekitarnya (mm/m2) ...............................................................
57
24. Perhitungan Total Digestible Nutrients (TDN) Pakan ..................................
58
25. Gambar Domba Finish dari Masing-masing Perlakuan ...............................
59
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan konsumsi protein hewani dari daging tiap tahun meningkat yaitu pada tahun 2002 dari 57,76% meningkat menjadi 60,72% pada tahun 2003 (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2003). Salah satu daging yang relatif digemari masyarakat adalah daging domba. Usaha untuk meningkatkan produksi domba dapat dilakukan dengan usaha penggemukan. Domba yang dapat digunakan sebagai bakalan dan mudah dicari adalah Domba Ekor Tipis yang populasinya cukup banyak di Indonesia. Wilayah penyebarannya yaitu di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan berbagai daerah lainnya (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2003). Pemeliharaan domba di Indonesia pada umumnya masih bersifat tradisional beda halnya dengan peternakan sapi yang sudah banyak diternakkan secara intensif. Selain manajemen pemeliharaan, pakan merupakan faktor penting dalam peningkatan
produksi
domba.
Penyediaan
pakan
yang
digunakan
dalam
penggemukan domba harus diperhatikan dari segi kualitas, harga dan ketersedian secara kontinyu. Pemeliharaan domba dimasyarakat pada umumnya hanya diberi pakan rumput lapang atau hijauan lainnya. Dirjen Bina Produksi Peternakan (1997) menyatakan pemberian rumput lapang untuk ternak domba harus ditambahkan bahan makanan penguat atau konsentrat untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Tetapi konsentrat untuk domba masih sulit didapat dan harganya cukup mahal bagi peternak. Pakan tambahan yang dapat digunakan selain konsentrat untuk penggemukan domba salah satunya yaitu kulit ari kacang kedelai atau biasa disebut ampas tempe yang merupakan limbah dari industri pembuatan tempe. Limbah ini telah banyak digunakan sebagai bahan campuran ransum ternak unggas dan pakan ikan, karena mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Suci dan Sumiati (1995) melaporkan kulit ari kacang kedelai mengandung protein 11,45-12,44%, serat kasar 34,74-42,29% dan lemak kasar 2,674,03% dalam bahan kering.
Perumusan Masalah Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan domba. Sebagian besar biaya produksi dialokasikan untuk biaya pakan dalam usaha penggemukan. Pakan tambahan berupa konsentrat harganya cukup mahal bagi peternak, sehingga perlu mencari pakan tambahan alternatif yang murah dan mengetahui rasio pemberian pakan tambahan tersebut dengan hijauan yang paling efisien untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi domba. Diperkirakan kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) bisa dipergunakan sebagai pakan tambahan selain konsentrat untuk memacu pertumbuhan domba. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) dan rumput lapang yang menghasilkan performa produksi dan keuntungan ekonomis yang terbaik dari penggemukan Domba Ekor Tipis. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya kepada peternak dalam budidaya Domba Ekor Tipis (DET). Pemberian pakan domba berupa kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) dapat digunakan sebagai pakan tambahan selain konsentrat didalam usaha penggemukan, selain itu juga dapat mengurangi limbah yang dihasilkan industri pembuatan tempe.
TINJAUAN PUSTAKA Domba Ekor Tipis Domba Indonesia terdiri dari dua jenis/tipe, yakni Domba Ekor Tipis (DET) dan Domba Ekor Gemuk (DEG). Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan (2003), konsentrasi Domba Ekor Tipis terbesar berada di Propinsi Jawa Barat, yaitu 42,27% dari total populasi di Indonesia. Menurut Subandriyo dan Andi (1995), strain dari DET yaitu domba Priangan atau domba Garut (Jawa Barat) yang digunakan sebagi domba adu, DET di Jawa Tengah umumnya bulunya bervariasi dan DET di Sumatra umumnya warna dasar bulunya berwarna agak kekuning-kuningan. Domba Ekor Tipis atau lebih dikenal dengan domba lokal memiliki ciri-ciri yaitu tubuh yang relatif kecil, warnanya bermacam-macam, bulu tidak tebal, ekor kecil dan panjang ekor sedang. Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan betina tidak bertanduk. Domba ini memiliki keunggulan dalam beradaptasi pada kondisi iklim tropis serta memiliki sifat seasonal polyestrus sehingga dapat kawin sepanjang tahun (Marniati, 1989). Domba Ekor Tipis merupakan domba prolifik. Rataan jumlah anak perkelahiran (litter size) Domba Ekor Tipis (Jawa Barat) adalah 1,79±0,81 ekor sedangkan Domba Ekor Tipis dari Sumatra adalah 1,54±0,68 ekor (Iniquez dan Gunawan, 1990). Pakan Ternak Domba Pakan hijauan adalah bahan makanan yang terdiri dari hijauan pakan yang dapat berupa rumput lapang, rumput jenis unggul, kacang-kacangan atau leguminosa dan limbah hasil pertanian. Menurut Haryanto (1992), ternak ruminansia memerlukan pakan hijauan serta pakan konsentrat. Jumlah pakan konsentrat yang diberikan tergantung pada tujuan usaha pemeliharaan ternak. Pada kondisi peternakan intensif, pakan konsentrat dapat digunakan dalam jumlah yang banyak. Rumput Lapang Rumput lapang merupakan campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah. Kualitas rumput lapang sangat beragam karena tergantung pada kesuburan
tanah, iklim, komposisi spesies, waktu pemotongan, cara pemberiannya, dan secara umum kualitasnya dapat dikatakan rendah. Walaupun demikian rumput lapang merupakan hijauan pokok yang sering diberikan pada ternak (Pulungan, 1988). Menurut Aboenawan (1991), rumput lapang merupakan pakan yang sudah umum digunakan sebagai pakan utama ternak ruminansia diantaranya sapi dan domba. Rumput lapang banyak terdapat disekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan dan semak-semak. Karena rumput lapang tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak. Seekor domba secara umum membutuhkan 5-7 kg rumput lapang sebagai ransum tunggal. Prabowo et al. (1984) melaporkan jenis-jenis rumput lapang diantaranya yaitu rumput tatambangan (Uehaeum sp.), rumput pahit (Axonopus/Paspalum sp.), rumput perimping (Themeda sp.), rumput katumpang (Callicarpa sp.), rumput kakawatan (Cynodon sp.) dan lain-lain yang belum teridentifikasi. Rumput lapang yang dikeringkan matahari memiliki kandungan bahan kering 78,37%, abu 0,33%, protein kasar 7,12%, lemak 0,91%, serat kasar 27,59% dan BETN 35,61% (Herman, 1989). Pakan Tambahan Makanan penguat yang biasa diberikan pada ternak ruminansia adalah konsentrat. Konsentrat pada umumnya terdiri atas bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein. Harga konsentrat untuk domba dipasaran cukup tinggi dan sulit didapat peternak, untuk itu perlu adanya pakan tambahan alternatif selain konsentrat. Pakan tambahan alternatif yang dapat digunakan adalah ampas tahu dan ampas tempe. Menurut Pulungan et al., (1986), ampas tempe sebagai limbah industri tempe yang berasal dari kacang kedelai. Bila ditinjau dari komposisi nutrisinya, ampas tempe (kulit ari kacang kedelai) memenuhi syarat sebagai pakan tambahan ternak kambing dan domba. Pembuatan tempe menghasilkan banyak limbah baik yang berupa limbah cair ataupun limbah padat. Limbah padat berupa kulit ari kedelai dan kedelai busuk, yang dapat dijadikan pakan sumber energi dan protein. Limbah cair berasal dari air bekas cucian, perendaman dan perebusan masih dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak dalam bentuk gel kering (Astuti dan Wina 2002).
Kulit Ari Kacang Kedelai. Kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) mempunyai kandungan zat nutrisi cukup tinggi yaitu mengandung protein 11,45-12,44%, serat kasar 34,74-42,29%, lemak kasar 2,67-4,03% dalam bahan kering. Selain itu mengandung asam amino metionin sebesar 0,4% dan lisin 0,2%. Kandungan proteinnya hampir sama dengan dedak padi, tetapi serat kasarnya cukup tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan faktor pembatas untuk menggunakan kulit ari kedelai dalam jumlah besar (Suci dan Sumiati, 1995). Lebih lanjut Wiryani (1991) menyatakan hasil analisis kulit ari kacang kedelai berdasarkan bahan kering terdiri dari protein 11,58%, lemak 2,10%, serat kasar 50,80% dan abu 2,61%. Konsumsi Pakan Menurut Parakkasi (1999) tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Tingkat konsumsi dapat menggambarkan palatabilitas. Lebih lanjut Tillman et al. (1989) konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari pakan; mengenal dan mendekati pakan; proses bekerjanya indra ternak terhadap pakan; proses memilih pakan dan proses menghentikan makan. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah ternak, pakan dan lingkungan, lebih lanjut Siregar (1984) menambahkan jenis kelamin dan aktivitas juga mempengaruhi tingkat konsumsi. Menurut Tomaszewska, et al. (1993) jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting dalam menentukan jumlah zat-zat makanan yang didapat ternak. Pada ternak yang sedang tumbuh, kebutuhan zat-zat makanan akan bertambah terus sejalan dengan pertambahan bobot tubuh yang dicapai sampai batas umur dimana tidak terjadi lagi pertumbuhan (Siregar, 1984). Zat Makanan yang Dibutuhkan Domba Bahan makanan yang meliputi jumlah dan kualitasnya merupakan faktor yang dapat menentukan produktivitas ternak. Pakan merupakan faktor penting dalam penentuan apakah kondisi maksimum pertumbuhan dapat dicapai atau tidak, dan pakan yang optimal merupakan bagian yang memungkinkan dalam mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuan genetik ternak (Maynard dan Loosly, 1979).
Kebutuhan ternak akan zat-zat gizi bervariasi antar species ternak dan umur fisologis yang berlainan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi antar lain adalah jenis kelamin, tingkat produksi keadaan lingkungan serta aktifitas fisik ternak (Haryanto, 1992). Zat makanan yang diperlukan ternak dapat dipisahkan menjadi komponen utama antara lain energi, protein, mineral dan vitamin. Zat-zat makanan tersebut berasal dari pakan yang dikonsumsi. Energi Energi pakan dapat didefinisikan sebagai kalori yang terkandung dalam pakan. Kalori ini dapat berasal dari senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak (Haryanto,1992). Energi sangat membatasi penampilan ternak dibanding dengan defisiensi zat makanan lainnya. Konsumsi energi rendah, disebabkan karena rendahnya konsumsi dan rendahnya kualitas pakan. Kurangnya konsumsi energi mengakibatkan pertumbuhan lambat atau berhenti, bobot hidup berkurang, fertilitas menjadi rendah, reproduksi gagal, produksi susu berkurang, masa laktasi pendek, kualitas wol rendah, daya tahan tubuh terhadap penyakit berkurang dan angka kematian tinggi, dijelaskan oleh Pond et al. (1995). Menurut NRC (1985) kebutuhan energi domba pada bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 200-250 g/hari yaitu 1,8-3,5 Digestible Energy (Mcal) dan 1,4-2,9 Metabolizable Energy (Mcal). Protein Protein adalah senyawa kimia yang tersusun atas asam-asam amino. Dikenal ada sekitar 20 asam amino, diantaranya 10 asam amino yang esensial, artinya asam amino tersebut diperlukan ternak dan ternak tidak dapat mensintesa sendiri didalam tubuhnya (Haryanto, 1992). Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk protein kasar dan protein dapat dicerna. Protein dalam bahan makanan termasuk dalam zatzat yang mengandung nitrogen. Lebih lanjut Pond et al. (1995) mengatakan hewan ruminansia, kambing dan domba memiliki populasi mikroba di dalam rumen untuk menghasilkan banyak asam amino dan vitamin yang dibutuhkan untuk keperluan
produksi. Oleh sebab itu kuantitas atau jumlah dari protein dalam pakan lebih penting dibandingkan kualitas dari protein. Fungsi dari protein antara lain untuk membangun dan memelihara protein jaringan dan organ tubuh, menyediakan energi dalam tubuh, menyediakan sumber lemak badan dan menyediakan asam amino (Tillman, 1983). Apabila makanan tidak cukup mengandung protein maka tubuh tidak dapat membuat dan memelihara jaringan-jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan terganggu dan produksi turun (Anggorodi dan Wahyu, 1969). Haryanto dan Djajanegara (1992) melaporkan kebutuhan protein domba pada bobot 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 100 g/hari berkisar 102,7-135,8 g. Menurut NRC (1985) domba dengan bobot tubuh 10-20 kg dan pertambahan bobot tubuh 200-250 g/hari membutuhkan protein sebesar 127-167 g untuk pertumbuhan. Total Digestible Nutrients Total Digestable Nutrient (TDN) suatu bahan makanan dinyatakan dengan bagian dari bahan makanan yang dimakan dan tidak diekskresikan dalam feses. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna perlu diketahui guna mempertinggi efisiensi konversi makanan. Faktor-faktor tersebut adalah suhu lingkungan, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya (Anggorodi, 1990). Aboenawan (1991) menyatakan bahwa TDN merupakan salah satu cara untuk mengetahui energi pakan. Semakin tinggi nilai TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena semakin banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan. Menurut NRC (1985) kebutuhan TDN domba pada bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 200-250 g/hari yaitu 0,4-0,8 kg. Penggemukan Istilah penggemukan (fattening) kurang tepat lagi digunakan dewasa ini dimana sistem produksi sudah berubah. Hewan yang dipotong semakin muda, sehingga dagingnya semakin empuk. Pengurangan kadar lemak atau peningkatan kadar protein masih terus diusahakan, tujuannya untuk meningkatkan daging yang dapat dimakan (Parakkasi, 1999).
Usaha pengemukan domba digemari petani sebagai usaha ternak komersial karena dinilai lebih ekonomis, relatif cepat, rendah modal serta lebih praktis. Ternak domba yang digemukkan biasanya bakalan domba lepas sapih yang berumur 8-12 bulan (masa tumbuh). Bakalan yang dipilih adalah domba kurus dan sehat. Kondisi masa pertumbuhan dan kondisi yang relatif kurus dari pasar cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan (Yamin, 2001). Menurut Parakkasi (1999) ada beberapa program dalam usaha pemeliharaan ternak ruminan, diantaranya yaitu : 1. Program menghasilkan anak Program ini merupakan dasar semua program yang ada dalam industri pengahasil daging ternak ruminan. Batas program ini yaitu saat anak mulai disapih. 2. Program stocker = pembesaran anak Program ini dapat dimulai dari awal pemanfaatan anak yang dihasilkan dari program sebelumnya sampai anak tersebut akan digemukkan atau replacement stock. Kondisi ternak masih kurus tetapi sehat dan ada pertumbuhan. 3. Program finish = penggemukan Tujuan program ini untuk memperbaikai kualitas karkas dengan jalan mendeposit lemak seperlunya. Bila hewan belum dewasa digunakan, program tersebut sifatnya membesarkan sambil memperbaiki karkas. Menurut Parakkasi (1999) penting untuk
memperhatikan intensitas
pemeliharaan ternak ruminan, untuk itu hal ini dapat dibagi atas beberapa sistem yaitu : 1. Sistem ekstensif Dalam sistem ini aktifvitas perkawinan, pembesaran, pertumbuhan dan penggemukan (pembesaran) dilaksanakan dilapangan penggembalaan. Sistem ekstensif dengan produksi yang sangat minimal mungkin dapat dimasukkan dalam sistem ekstensif yang tradisional. 2. Sistem intensif Pemeliharaan intensif serring disamakan dengan pemeliharaan dengan ransum bernutrisi tinggi (penguat). Tomaszewska et al. (1993) mengatakan
ternak yang dipelihara secara intensif biasanya ditempatkan di dalam kandang sepanjang hari, sistem ini dilakukan di pedesaan yang padat penduduknya. Ternak yang dipelihara intensif umumnya memiliki performans dan kondisi tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan ternak yang digembalakan dan kondisi kesehatan domba yang dikandangkan mudah dikendalikan. 3. Sistem antara intensif dan ekstensif Sistem ini merupakan perpaduan dari kedua sistem intensif dan ekstensif, sering disebut sistem pertanian campuran (mixed farming). Menurut Herman (1989) domba yang digemukkan dengan pemberian pakan penguat memberikan hasil yang nyata terhadap pertambahan bobot tubuh yaitu berkisar 90-106 g/hari dengan rataan bobot karkas berkisar 44,8-49,7%. Pertumbuhan Definisi Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran tulang, otot, organ-organ internal dan bagian-bagian lain dari tubuh (Ensminger dan Olentine, 1978). Menurut McDonald et al. (2002) pertumbuhan ternak ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot dan adanya perkembangan. Pertumbuhan seekor ternak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagianbagian komponennya. Pertumbuhan komponen-komponen tersebut berlangsung dengan kadar laju yang berbeda, sehingga perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau pembedaan karakteristik individual sel dan organ (Soeparno, 1992). Pertumbuhan pada domba bukanlah sekedar pertambahan beratnya saja, namun berhubungan erat dengan perbandingan tinggi dan panjang badannya. Jaya (1985) menyatakan berat badan seekor ternak sangat penting artinya dalam menentukan nilai ekonomi ternak tersebut, dan berat ternak dapat diduga dengan pengukuran lingkar dada dan panjang badan ternak. Goodwin (1974) menyatakan pertumbuhan semua hewan pada awalnya lambat dan meningkat dengan cepat yang kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh (Gambar 1.).
Bobot Tubuh
Umur
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Hewan (Goodwin, 1974)
Ukuran tubuh yang maksimal dan perkembangannya sangat ditentukan oleh keturunan, tetapi untuk memperlihatkan sifat keturunan tersebut pengaruh lingkungan terutama makanan sangat menentukan hasil akhirnya (Maynard dan Loosly, 1979). Pertambahan Bobot Tubuh Pertumbuhan biasanya diukur dengan kenaikan bobot tubuh yang dilakukan dengan cara penimbangan berulang-ulang (Tillman, et al., 1989 dan Maynard dan Loosly, 1979). Pengukuran bobot tubuh berguna untuk menentukan tingkat konsumsi, efisiensi pakan dan harga (Parakkasi, 1999). Pertambahan bobot tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, lingkungan kondisi setiap individu dan tata laksana (NRC, 1981). Konversi Pakan Konversi pakan adalah total pakan yang dikonsumsi untuk menaikkan bobot tubuh satu satuan, semakin rendah nilai dari konversi pakan berarti semakin tinggi keefisienan penggunaan pakannya atau semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot tubuh sebesar satu satuan. Konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat kaitannya dengan biaya produksi. Menurut North (1984) konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot tubuh, aktifitas, musim dan temperatur kandang. Konversi pakan ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas ransum yang dikonsumsi ternak, akan
diikuti dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan ransumnya (Pond et al., 1995). Income Over Feed Cost Analisis ekonomi sangat penting dalam usaha penggemukan domba, karena tujuan akhir dari penggemukan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu perhitungan yang dapat digunakan adalah Income Over Feed Cost (IOFC), yaitu pendapatan dari pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh penting dalam penghitungan IOFC yaitu pertambahan bobot tubuh selama pemeliharaan, konsumsi dan harga pakan. Wahju (1997) mengemukakan bahwa pertumbuhan yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tetapi pertumbuhan yang baik dan diikuti dengan konversi pakan yang baik serta biaya pakan yang minimum akan mendapatkan keuntungan yang maksimum.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Mitra Tani Farm, desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian mulai tanggal 5 September sampai dengan 31 Oktober 2005. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor Domba Ekor Tipis jantan dengan umur kurang dari satu tahun (Io) dengan bobot tubuh awal 13.465±2.17 kg (CV 18,54%). Domba bakalan diperoleh dari Cianjur-Jawa Barat. Pakan Pakan yang diberikan adalah kulit ari kacang kedelai (KAK) segar dan rumput lapang (RL) segar. Kulit ari kacang kedelai diperoleh dari industri pembuatan tempe di Jakarta (dan sekitarnya). Rumput lapang berasal dari rumput yang diarit disekitar peternakan Mitra Tani Farm, pengaritan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB. Kondisi rumput lapang tersebut berbeda dalam hal panjang, jenis dan umurnya. Rumput lapang yang diberikan untuk domba tidak dilakukan pencacahan terlebih dahulu. Hasil analisis proksimat kulit ari kacang kedelai segar dan rumput lapang segar tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang dalam Bahan Kering Pakan KAK RL
Komposisi Abu PK SK LK BETN TDN* ---------------------------------------- % ----------------------------------------2,8 13,8 46,27 2,36 34,76 64,54 14,94 8,43 22,6 3,23 10,54 54,34
Sumber : Fakultas Peternakan IPB, 2005 Keterangan : KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai BK : Bahan Kering SK : Serat Kasar BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
RL : Rumput Lapang PK : Protein Kasar LK : Lemak Kasar TDN* : Total Digestible Nutrients Hasil perhitungan (Lampiran 24)
Kandang dan Peralatan Lainnya Kandang tempat pemeliharaan yang digunakan adalah kandang individu berukuran 100x40x90 cm. Peralatan yang digunakan meliputi timbangan domba merek Five Goat kapasitas 100 kg, timbangan pakan merek Imperial kapasitas 10 kg, pita ukur merek Butterfly panjang 2 m, alat ukur panjang badan (tongkat ukur), ember, sarung tangan plastik dan label.
Gambar 2. Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang Rancangan Perlakuan Perlakuan yang diberikan adalah pemberian pakan kulit ari kacang kedelai (KAK) dan rumput lapang (RL) dengan rasio yang berbeda berdasarkan pada kebutuhan total bahan kering domba. Penelitian ini terdiri atas empat taraf perlakuan yaitu perlakuan satu (P1) diberi 25% KAK + 75% RL, perlakuan dua (P2) diberi 50% KAK + 50% RL, perlakuan tiga (P3) diberi 75% KAK + 25% RL, perlakuan empat (P4) diberi 100% KAK + 0% RL. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Model rancangan menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut : Yij = µ + i + βj + ij Keterangan: i
= Perlakuan 1,2,3,4
j
= Kelompok 1,2,3,4
Yij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ
= Rataan umum
i
= Pengaruh perlakuan ke-i
βj
= Pengaruh perlakuan ke-j
ij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Peubah yang Diamati Dalam penelitian ini peubah yang diamati adalah Konsumsi Zat Makanan, Konversi Pakan, Pertambahan Bobot Tubuh, Pertambahan Panjang Badan, Pertambahan Lingkar Dada dan Income Over Feed Cost (IOFC). Konsumsi Zat Makanan . Jumlah zat makanan yang dikonsumsi (Bahan Kering/BK, Protein Kasar/PK dan Total Digestible Nutrients/TDN) dihitung dari konsumsi pakan dikali kadar zat makanan dibagi 100 (Djadjuli, 1982). KBK
= Konsumsi pakan × kadar bahan kering dalam pakan 100
KPK = Konsumsi pakan × kadar protein kasar dalam pakan 100 KTDN = KBK × kadar Total Digestible Nutrients dalam pakan 100 Keterangan : KBK
: Konsumsi Bahan Kering (kg)
KPK
: Konsumsi Protein Kasar (kg)
KTDN : Konsumsi Total Digestible Nutrients (kg) Pertambahan Bobot Tubuh. Diperoleh dari bobot tubuh akhir dikurangi bobot tubuh awal. PBT = BTx – BTo Keterangan : PBT
: Pertambahan Bobot Tubuh (kg)
BTx
: Bobot Tubuh Akhir
BTo
: Bobot Tubuh Awal
Pertambahan Panjang Badan. Panjang badan diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang Humerus lateralis dan tulang Tuber ischii. PPB = PBx – PBo Keterangan : PPB PBx
: Pertambahan Panjang Badan (cm) : Panjang Badan Akhir
PBo
: Panjang Badan Awal
Pertambahan Lingkar Dada. Lingkar dada diukur dengan melingkarkan pita ukur tepat dibelakang scapula. PLD = LDx – LDo Keterangan : PLD
: Pertambahan Lingkar Dada (cm)
LDx
: Lingkar Dada Akhir
LDo
: Lingkar Dada Awal
Konversi Pakan. Konversi pakan dihitung dengan membandingkan konsumsi dan pertambahan bobot tubuh. KP = KBK PBT Keterangan : KP
: Konversi Pakan
KBK
: Konsumsi Bahan Kering (kg)
PBT
: Pertambahan Bobot Tubuh (kg)
Income Over Feed Cost (IOFC). IOFC adalah pendapatan yang didapat setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. IOFC = (Harga jual–Harga Beli) – Biaya pakan Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan menggunakan program SAS 6.12 Prosedur Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilakukan peralatan dan bahan disiapkan. Kandang individu untuk penggemukan domba terletak dalam kandang (bangunan) utama yang berbentuk panggung dan lantai bercelah dari bambu. Kandang telah disiapkan dan dibersihkan. Bakalan yang digunakan untuk penggemukan adalah kurus, sehat, tidak cacat dan berumur kurang dari satu tahun (Io). Umur domba dapat diduga dengan melihat
gigi serinya. Kemudian dilakukan pencukuran bulu (wool) dan pemberian obat cacing. Selanjutnya domba ditimbang dan ditempatkan dalam kandang individu. Sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu dilakukan adaptasi pakan. Karena diperkirakan terjadi penurunan nafsu makan dengan adanya perubahan jenis pakan yang diberikan. Adaptasi pakan dilakukan selama satu minggu. Setelah adaptasi pakan selesai, domba ditimbang kembali untuk memperoleh bobot tubuh awal penelitian. Bobot tubuh awal domba yang diperoleh berkisar antara 10-18 kg dengan koefisien keragaman lebih dari 10% yaitu 18,54%, sehingga digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data bobot tubuh awal domba kemudian diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah dan dibagi ke dalam 5 kelompok. Setelah itu dilakukan pengacakan dari tiap-tiap kelompok untuk mendapatkan perlakuan.
Setelah
masing-masing
domba
mendapatkan
perlakuan,
domba
dimasukkan ke dalam kandang individu sesuai perlakuan yang didapatkan tersebut. Pelaksanaan Penelitian Bobot tubuh awal digunakan untuk mengetahui kebutuhan bahan kering pakan total setiap ekor domba. Domba tropis termasuk moderate growth potential dengan kebutuhan bahan kering 5% dari bobot tubuh (NRC, 1985). Perbandingan kulit ari kacang kedelai (KAK) dan rumput lapang (RL) dalam perlakuan 25%:75%, 50%:50%, 75%:25%, dan 100%:0%. Perbandingan ini dihitung berdasarkan bahan kering KAK dan RL. Total bahan kering yang diberikan dalam tiap-tiap perlakuan adalah 100%. Karena yang diberikan adalah KAK dan RL yang masih segar, hasil perhitungan bahan kering tersebut dikonversikan ke dalam bobot segar. Kandungan nutrisi dari pakan KAK dan RL disajikan dalam Tabel 1. Penelitian dilakukan selama 8 minggu (±2 bulan) mulai tanggal 5 September sampai 31 Oktober 2005. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore). Sebelum pakan diberikan pada pagi hari, sisa pakan hari sebelumnya ditimbang dan dicatat terlebih dahulu. Pemberian pakan pagi berupa KAK dilakukan sekitar pukul 07.00 sampai pukul 07.30, sedangkan rumput lapang diberikan sore hari sekitar pukul 15.00 sampai 15.30. Untuk perlakuan 1 rumput diberikan 2 kali yaitu setengah dari total pemberian diberikan pada pagi hari setelah KAK habis sekitar pukul 09.00 WIB dan setengah lagi diberikan pada sore hari bersamaan dengan pemberian RL untuk perlakuan 2 dan 3. Pemberian air minum dilakukan ad libitum untuk semua
domba. Bobot tubuh, panjang badan dan lingkar dada diukur pada awal penelitian dan selanjutnya diukur seminggu sekali. Penimbangan bobot tubuh dilakukan pagi hari sebelum domba diberi pakan, dan perubahan jumlah pemberian pakan dihitung berdasarkan bobot tubuh yang ditimbang pada minggu tersebut. Selama domba digemukkan, kandang, tempat minum dan tempat pakan dibersihkan setiap hari. Kotoran dibawah kandang dibersihkan, dikumpulkan dan dibuang. Pengambilan Data Penimbangan bobot tubuh, pengukuran panjang badan, dan pengukuran lingkar dada dilakukan setiap 7 hari. Pakan yang dikonsumsi dihitung setiap hari dengan cara menimbang sisa pakan. Konversi pakan, konsumsi zat makanan dan Income Over Feed Cost dihitung secara matematik diakhir penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Tempat penelitian berada di desa Tegal Waru yang memiliki ketinggian 219 m dpl. Luas lahan dari peternakan Mitra Tani Farm sekitar 800 m2 terdiri atas bangunan kandang, tempat pemotongan ternak dan rumah. Gambaran kondisi lingkungan ditempat penelitian mengenai curah hujan tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya Tahun 2005 Bulan Curah Hujan
Juli Agustus September Oktober ------------------------------------ mm/m2 -----------------------------------
Total
114
242
293
231
Harian
11
14
16
21
Min
2
1
2
3
Max
45
56
63
31
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Dramaga-Bogor, 2005
Curah hujan di Bogor semakin meningkat pada saat musim hujan, dimana musim hujan dimulai dari bulan September dan puncaknya terjadi pada bulan Januari (BMG-Dramaga, 2005). Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi ternak dan konsumsi pakan terutama konsumsi dari rumput lapang dan kadar air rumput lapang. Pada musim hujan menyebabkan rumput tumbuh lebih subur dan mengandung kadar air yang cukup tinggi. Menurut Martawidjaja (1985) ada perbedaan curah hujan, suhu dan kelembaban pada musim hujan dan musim kemarau, dimana pada saat musim hujan curah hujan, suhu dan kelembaban rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Suhu dan kelembababan yang tinggi akan menyebabkan rendahnya konsumsi pakan. Curah hujan yang relatif tinggi secara tidak langsung dapat mempengaruhi kadar air rumput lapang. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan konsumsi bahan kering lebih sedikit sehingga nutrisi yang dikonsumsi juga lebih sedikit. Kondisi Ternak Ternak yang digunakan adalah bakalan yang sehat, kurus dan normal. Selama penelitian berjalan ternak mengalami gangguan kesehatan. Tidak dilakukannya
penggantian domba yang sakit karena domba dapat disembuhkan, penyakit tersebut tidak tergolong akut (parah sekali) dan konsumsi pakan tidak terlalu terpengaruh. Pengobatan yang dilakukan yaitu pemberian antibiotik dan pengobatan tradisional seperti pemberian kunyit untuk domba terkena keropeng pada mulut (orf). Minggu pertama penggemukan sebagian besar domba terkena orf, hal ini disebabkan karena tidak dilakukan pemisahan ternak yang terinfeksi. Pada mingguminggu tertentu beberapa ekor domba terkena kembung dan mencret, hal ini dapat diduga dipengaruhi oleh kondisi saluran pencernaan, lingkungan dan endoparasit pada tubuh ternak. Tenak yang banyak mengkonsumsi rumput segar dan muda (mengandung kadar air tinggi) akan menyebabkan kembung dan biasanya diikuti mencret hal ini disebabkan fermentasi kurang sempurna dalam rumen sehingga terkumpul gas atau pakan dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama. Pakan Penelitian Pakan yang diberikan selama pengemukan domba yaitu kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang dalam bentuk segar. Rataan konsumsi pakan yang diberikan tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (KAK) dan Rumput Lapang (RL) dalam Bentuk Segar Konsumsi
Perlakuan (P) P1 P2 P3 P4 ----------------------------kg/ekor/minggu -------------------------
KAK
10,40±1,43
18,13±5,40
21,66±3,00
26,01±2,68
RL
13,95±1,10
8,05±0,68
5,26±0,62
-
Keterangan : P1 P3
: 25% KAK + 75% RL : 75% KAK + 50% RL
P2 P4
: 50% KAK + 50% RL : 100% KAK + 0% RL
Konsumsi kulit ari kacang kedelai semua perlakuan meningkat pada mingguminggu awal pemeliharaan (minggu ke 2 dan 3), pada minggu selanjutnya ada penurunan konsumsi kulit ari kacang kedelai dari P2, P3 dan P4 (Gambar 3). Penurunan konsumsi dari masing-masing perlakuan tersebut terjadi pada minggu yang berbeda, sedangkan P1 tidak terjadi penurunan konsumsi kulit ari kacang kedelai, karena kulit ari kacang kedelai yang diberikan per-hari selalu dikonsumsi semua. Hal ini menyebabkan domba P1 akan memenuhi kekurangan kebutuhan
nutrisi hidup pokok dan produksinya dengan mengkonsumsi rumput lapang yang lebih banyak.
Konsumsi KAK (kg/ekor/minggu)
35 30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
7
8
MInggu Ke-
P1
P2
P3
P4
Gambar 3. Grafik Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai 18 Konsumsi RL (kg/ekor/minggu
16 14 12 10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
5
6
Minggu Ke-
P1
P2
P3
P4
Gambar 4. Grafik Konsumsi Rumput Lapang Konsumsi rumput lapang setiap perlakuan selama pemeliharaan terlihat pada Gambar 4. Konsumsi rumput lapang domba menurun pada minggu awal pemeliharaan (minggu ke 2), hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan ternak dimana sebagian besar domba terkena orf, sehingga terjadi penurunan nafsu makan terhadap rumput lapang yang diberikan, sedangkan konsumsi kulit ari kacang kedelai tidak terpengaruh, karena kulit ari kacang kedelai mempunyai tekstur yang lembut dan basah. Pada perlakuan 1 dan 2 sering terjadi penurunan konsumsi rumput lapang, hal ini dipengaruhi oleh curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan secara tidak langsung dapat mempengaruhi konsumsi rumput lapang, karena kadar air rumput lapang meningkat (tinggi) akibatnya domba cepat kenyang.
Konsumsi Zat Makanan Biasanya untuk memperkirakan kebutuhan zat gizi yang diperlukan dalam penyusunan ransum atau pemberian pakan domba digunakan standar yang dikeluarkan NRC (1985), karena di Indonesia belum ada standar kebutuhan zat gizi yang baku untuk domba (Haryanto, 1992). Konsumsi bahan kering, protein kasar dan Total Digestible Nutrients dari domba selama pemeliharaan tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK) dan Total Digestible Nutrient (TDN) Peubah
Perlakuan (P) P1 P2 P3 P4 --------------------- kg/ekor/minggu --------------------
Konsumsi BK: KAK RL Total
1,38±0,191 2,90±0,228 a 4,28±0,397
2,42±0,721 1,67±0,141 a 4,09±0,813
2,89±0,41 1,09±0,129 a 3,98±0,503
3,47±0,358 b 3,47±0,358
Konsumsi PK: KAK RL Total
0,20±0,267 0,24±0,019 0,44±0,044
0,34±0,101 0,14±0,012 0,48±0,109
0,41±0,056 0,09±0,011 0,50±0,065
0,49±0,050 0,49±0,050
Konsumsi TDN: KAK RL Total
0,89±0,123 1,57±0,124 2,47±0,234
1,56±0,465 0,91±0,076 2,47±0,515
1,87±0,259 0,59±0,069 2,46±0,313
2,24±0,231 2,24±0,231
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (P<0,05) KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL Konsumsi Zat Makanan (kg/ekor/minggu)
4,5
4,28
4,09
3,98
4
3,47
3,5 3 2,47
2,5
2,47
2,46
2,24
2 1,5 1 0,5
0,44
0,48
P1
P2
0,5
0,49
P3
P4
0 Perlakuan
BK
PK
TDN
Gambar 5. Diagram Rataan Konsumsi Zat Makanan
Konsumsi Bahan Kering Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
yang diberikan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering selama penggemukan (Tabel 4). Dimana konsumsi bahan kering P1, P2 dan P3 sama dan berbeda nyata dengan P4. Konsumsi bahan kering dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. dari diagram tersebut terlihat bahwa domba yang hanya diberi pakan kulit ari kacang kedelai saja (P4) mengkonsumsi bahan kering yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya.. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan kering kulit ari kacang kedelai lebih rendah dari pada kulit ari kacang kedelai (Tabel 1). Tabel 5. Rasio Konsumsi Bahan Kering Pakan Peubah
Perlakuan (P) P1 P2 P3 P4 ---------------------- %/ekor/minggu --------------------
Konsumsi BK : Total (dari BT)
4,12
3,70
3,42
2,84
Rasio Konsumsi BK : KAK RL
32,24 67,76
59,17 40,83
72,61 27,39
100 -
Keterangan : BK KAK P1 P3
: Bahan Kering : Kulit Ari Kacang Kedelai : 25% KAK + 75% RL : 75% KAK + 50% RL
BT RL P2 P4
: Bobot Tubuh : Rumput Lapang : 50% KAK + 50% RL : 100% KAK + 0% RL
Hasil dari penelitian ini didapatkan konsumsi bahan kering berkisar antara 2,84-4,12 % dari bobot hidup domba (Tabel 5). Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan bahan kering 0,5-1 kg atau 5% dari bobot hidup, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari. Tetapi hasil ini mendekati yang dilaporkan Haryanto dan Djajanegara (1992) yaitu domba dengan bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 50-100 g/hari membutuhkan bahan kering 3,1-3,4 % dari bobot hidup. Kemampuan domba mengkonsumsi bahan kering masih dibawah pemberian bahan kering pakan sebesar 5% dari bobot tubuh (perlakuan). Hal ini mengakibatkan rasio konsumsi pakan P1, P2 dan P3 (Tabel 5) tidak sesuai dengan harapan dari
pemberian yaitu 25%:75% (P1), 50%:50% (P2), 75%:25% (P3). Sedangkan rasio konsumsi bahan kering domba P4 tidak dapat dijadikan patokan karena mengkonsumsi pakan tunggal. Konsumsi Protein Kasar Protein berfungsi sebagi zat pembangun atau pertumbuhan, zat pengatur dan mempertahankan daya tahan tubuh. Kekurangan protein dalam tubuh dapat mengahambat pertumbuhan, sedangkan kelebihan protein dalam tubuh dapat dijadikan sebagi sumber energi dalam keadaan kekurangan energi dari karbohidrat dan lemak (Hardiansyah dan Martianto, 1989). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi protein kasar selama penggemukan (Tabel 4). Diagram rataan konsumsi protein kasar dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. Nilai konsumsi protein kasar dari tiap perlakuan yaitu P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut adalah 0,44 , 0,48 , 0,50 dan 0,49 kg/ekor/minggu. Rataan konsumsi protein kasar per-hari dari masing-masing perlakuan yaitu berkisar antara 62,76-71,03 g/hari. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan protein 127-167 g/hari untuk pertumbuhan, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200-250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari. Tetapi hasil ini mendekati yang dilaporkan Haryanto dan Djajanegara (1992) yaitu domba dengan bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 50-100 g/hari membutuhkan protein 73,7-135,8 g/hari. Konsumsi Total Digestible Nutrients Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) selama penggemukan (Tabel 4). Diagram rataan konsumsi TDN dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. dengan nilai konsumsi TDN tiap perlakuan yaitu P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut adalah 2,47 , 2,47, 2,46 dan 2,24 kg/ekor/minggu.
Aboenawan (1991) menyatakan bahwa semakin tinggi TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan. Berdasarkan perhitungan Hartadi et al. (1990) nilai TDN kulit ari kacang kedelai lebih tinggi dibandingkan rumput lapang, hal ini dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba yang digemukkan. Rataan konsumsi TDN per-hari dari masing-masing perlakuan yaitu berkisar antara 0,32-0,0,35 kg/hari. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan TDN 0,40-0,80 kg/hari untuk pertumbuhan, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200-250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari. Pertumbuhan Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot tubuh yang dilakukan dengan cara penimbangan berulang-ulang (Tillman et al., 1989). Pertambahan bobot tubuh dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertambahan bobot tubuh merupakan salah satu tujuan dalam usaha penggemukan domba, dengan pertambahan bobot tubuh yang besar akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar juga. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot tubuh, panjang badan, dan lingkar dada selama penelitian tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Pertambahan Bobot Tubuh (PBT), Panjang Badan (PPB) dan Lingkar Dada (PLD) Domba Peubah
Perlakuan (P) P1 P2 P3 P4 --------------------------/ekor/8 minggu ----------------------
PBT (kg)
3,42±0,390B
6,14±1,795A
6,64±1,048A
6,86±1,337A
PPB (cm)
7,44±2,366
8,16±2,405
9,60±1,617
6,56±2,875
PLD (cm)
6,78±1,279
8,60±2,308
9,82±1,333
7,70±2,581
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL
Pertambahan Bobot Tubuh Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot tubuh domba selama penggemukan (Tabel 5). Pertambahan bobot tubuh antara P2, P3 dan P4 sama tetapi berbeda sangat nyata dengan P1 meskipun dari ke empat taraf perlakuan tersebut mengkonsumsi jumlah protein kasar dan TDN yang sama (Tabel 4), dimana P1 lebih banyak mengkonsumsi rumput lapang. Hal ini menunjukkan adanya faktor dari kualitas pakan yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu protein tercerna dari kulit ari kacang kedelai berbeda dengan rumput lapang, dimana protein tercerna kulit ari kacang kedelai tersebut lebih tinggi dibandingkan rumput lapang (nilai TDN kulit ari kacang kedelai lebih tinggi dari pada rumput lapang tercantum pada Tabel 1). Cheeke (1999) menyatakan kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi pertambahan bobot tubuh. Pakan yang cukup kandungan protein dan strukturnya lebih halus akan lebih cepat dicerna oleh mikroba rumen, sehingga laju pencernaan makanan didalam rumen akan lebih cepat pula dan dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan (palatabel) sehingga mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan (Martawidjaja, 1986). Dalam penelitian ini kulit ari kacang kedelai memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan memiliki struktur yang lebih halus dari pada rumput lapang sehingga menghasilkan pertambahan bobot tubuh yang lebih baik, yaitu pada taraf pemberian kulit ari kacang kedelai 50-100% dalam bahan kering ransum (mengkonsumsi kulit ari kacang kedelai lebih banyak). Menurut NRC (1981), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot tubuh, antara lain protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, lingkungan, kondisi setiap individu dan tata laksana. Lebih lanjut Maynard dan Loosly (1979) menyatakan ukuran tubuh yang maksimal dan perkembangannya sangat ditentukan oleh keturunan dan pengaruh lingkungan, terutama makanan sangat menentukan hasil akhirnya. Bobot tubuh awal domba sebelum mendapatkan perlakuan pakan yaitu berkisar antara 10-18 kg dengan rataan 13,465 kg. Bobot tubuh akhir domba setelah digemukkan selama 8 minggu berkisar antara 15,5-25,4 kg dengan rataan 20,545 kg. Grafik bobot tubuh domba selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. dari
garafik dapat dilihat bahwa pertambahan bobot tubuh domba P1 setiap minggunya lebih rendah dibandingkan ketiga perlakuan lainnya.
Bobot Tubuh (kg/ekor/minggu)
25
20
15
10
5
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu Ke-
P1
P2
P3
P4
Pertambahan Ukuran Tubuh (ekor/8 minggu)
Gambar 6. Grafik Bobot Tubuh Domba 12 9,6 9,82
10 7,44
8
8,16 6,78
8,6 6,86 6,56
6,64
6,14
7,7
6 4
3,42
2 0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
PBT
PPB
PLD
Gambar 7. Diagram Rataan Pertambahan Bobot Tubuh/PBT (kg), Pertambahan Panjang Badan/PPB (cm) dan Pertambahan Lingkar Dada/PLD (cm) Domba Diagram pertambahan bobot tubuh selama penggemukan domba 8 minggu dapat dilihat pada Gambar 7. Pertambahan bobot tubuh domba tiap minggunya berbeda dari tiap perlakuan (Gambar 8), hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan, potensi genetik, kondisi ternak dan respon terhadap pakan berbeda antara masingmasing ternak.
Pertambahan Bobot Tubuh (kg/ekor/minggu
1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu Ke-
P1
P2
P3
P4
Gambar 8. Grafik Pertambahan Bobot Tubuh Domba Pertambahan bobot tubuh harian dapat diketahui dengan perhitungan pertambahan bobot tubuh total dibagi dengan 56 hari (8 minggu), dengan nilai dari P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 61,07 , 109,60 , 118,60 dan 122,50 g/hari. Perlakuan pakan P2, P3 dan P4 yang menghasilkan pertambahan bobot tubuh harian diatas 100 g/hari, dirasa cukup bagus di dalam usaha penggemukan domba tanpa pemberian pakan konsentrat. Martawidjaja (1986) mengemukakan bahwa pemberian konsentrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba. Pertambahan bobot badan domba tanpa konsentrat rata-rata 18 g/ekor/hari dan dengan konsentrat 71 g/ekor/hari. Hasil yang berbeda tersebut dapat diduga adanya pengaruh bangsa ternak, lingkungan dan manajemen pemeliharaan. Pertambahan Panjang Badan Pertumbuhan pada domba bukanlah sekedar pertambahan beratnya saja, namun berhubungan erat dengan perbandingan tinggi dan panjang badannya. Soeparno (1992) menyatakan rasio otot dan tulang selalu meningkat selama pertumbuhan. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan panjang badan tercantum pada Tabel 5. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan panjang badan domba selama penggemukan. Pertambahan panjang badan dari tiap perlakuan yaitu ; P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 7,44 , 8,16 , 9,60 dan 6,56 cm/ekor/8 minggu (Gambar 7).
Panjang Badan (cm/ekor/minggu
60 50 40 30 20 10 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu Ke-
P1
P2
P3
P4
Gambar 9. Grafik Panjang Badan Domba Grafik panjang badan domba dapat dilihat pada Gambar 9. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa domba dari setiap perlakuan mengalami pertambahan panjang badan dimana kenaikan panjang badan setiap minggunya relatif konstan untuk setiap perlakuan. Pertambahan Lingkar Dada Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan lingkar dada domba selama penggemukan (Tabel 6). Pertambahan lingkar dada dari tiap perlakuan yaitu ; P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 6,78 , 8,60 , 9,82 dan 7,70 cm/ekor/8 minggu (Gambar 7). 66 Lingkar Dada (cm/ekor/minggu
64 62 60 58 56 54 52 50 48 0
1
2
3
4
5
6
Minggu Ke-
P1
P2
Gambar 10. Grafik Lingkar Dada Domba
P3
P4
7
8
Grafik lingkar dada domba dapat dilihat pada Gambar 9. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa domba dari setiap perlakuan mengalami pertambahan ukuran lingkar dada. Jika grafik lingkar dada domba (Gambar 10) dibandingkan dengan grafik panjang badan domba (Gambar 9) dapat dikatakan pertumbuhan otot lebih cepat dibandingkan tulang. Lebih lanjut Soeparno (1992) menyatakan bahwa selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara kontinyu dengan kadar laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan otot. Konversi Pakan Konversi pakan merupakan jumlah bahan kering pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan satu satuan bobot tubuh. Penghitungan nilai konversi pakan dilakukan untuk mengetahui tingkat keefisienan penggunaan pakan, semakin kecil angka konversi pakan, maka semakin efisien dimanfaatkan untuk menghasilkan bobot tubuh. Rataan dari konversi pakan dari masing-masing perlakuan selama penelitian tercantum dalam Tabel 7. Tabel 7. Rataan Konversi Pakan Perlakuan (P) P2 P3
Peubah P1 Konversi Pakan
10,195±1,921B
5,334±1,030A
4,800±0,257A
P4 4,050±0,607A
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL
Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan selama penggemukan, dimana perlakuan pakan P2, P3 dan P4 memiliki konversi pakan yang sama dan berbeda sangat nyata dengan P1. Dari diagram rataan konversi pakan dapat dilihat bahwa domba yang mengkonsumsi kulit ari kacang kedelai dibawah taraf 50% menghasilkan nilai konversi pakan yang lebih tinggi (Gambar 12) dengan kata lain semakin tidak efisien untuk menghasilkan bobot tubuh. Hal ini disebabkan karena P1 mengkonsumsi rumput lapang lebih banyak dan nilai kecernaan rumput lapang tersebut lebih rendah dibandingkan kulit ari kacang kedelai (Tabel 1), sehingga nutrisi tercernanya juga lebih rendah. Haryanto et al. (1992), menyatakan nilai kecernaan yang rendah menyebabkan pakan menjadi tidak efisien.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan pendapat Garret (1979) yang menyatakan pemberian hijauan yang lebih banyak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot tubuh dan konversi pakan. Dimana pemberian H:K (hijauan : konsentrat) sebesar 76:24 dan 90:10 memberikan hasil konsumsi bahan kering yang lebih tinggi , pertambahan bobot tubuh lebih rendah dan konversi pakan yang lebih tinggi dibandingkan pemberian H:K dibawah 76:24. 12 10,19
Konversi Pakan
10 8 6
5,334
4,8 4,05
4 2 0
1
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
Gambar 11. Diagram Rataan Konversi Pakan Perlakuan 4 yang diberi 100% kulit ari kacang kedelai + 0% rumput lapang memiliki nilai konversi yang sama dengan P2 dan P3. Tetapi diantara ke tiga perlakuan tersebut P4 mendekati nilai konversi pakan yang baik berdasarkan NRC (1985) yaitu angka konversi pakan yang baik untuk pertumbuhan ternak domba adalah sebesar empat. Sehingga dari ke tiga perlakuan tersebut P4 memiliki efisiensi pakan yang lebih baik. Income Over Feed Cost Keuntungan ekonomis merupakan tujuan dari usaha penggemukan domba untuk mendapatkan efisiensi usaha yang lebih baik. Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha penggemukan domba adalah biaya pakan yang dapat mencapai sekitar 70% dari biaya produksi. Efisiensi produksi penggemukan domba tergantung dari efisiensi pakan. Pakan yang efisien akan memberikan keuntungan ekonomis yang besar. Analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat ekonomis dari penggemukan domba adalah Income Over Feed Cost (IOFC), yaitu pendapatan dari
pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Income Over Feed Cost yang didapat selama penggemukan domba tercantum pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) Peubah
Perlakuan (P) P1 P2 P3 P4 ------------------------------------------Rp --------------------------------------
Harga Domba: Jual
284890±32612,7
320850±59296,4
333560±42750,2
340380±28084,5
Beli
194480±30412,8
189280±37448,1
193440±24048,2
196300±19150,2
Biaya Pakan
37551,4±3989,7
45904,5±11303,6
49636,9±6569,1
52026,9±5361,0
b
a
a
IOFC
52858,6±5989,4
85665,5 ±21424
90483,1±14193
92053,1±18389
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL
Biaya pakan terendah yang dikeluarkan selama penggemukan domba adalah P1. Rendahnya biaya pakan pada P1 dikarenakan sedikitnya kulit ari kacang kedelai yang diberikan (25% kulit ari kacang kedelai + 75% rumput lapang), dimana harga rumput lapang adalah Rp. 100,- /kg* dibandingkan kulit ari kacang kedelai Rp. 250,/kg*. Sedangkan biaya pakan tertinggi didapat pada P4, karena tidak digunakannya rumput lapang pada perlakuan ini. Faktor selain biaya pakan yang mempengaruhi IOFC adalah pertambahan bobot tubuh. Pertambahan bobot tubuh yang tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi pula. Harga bakalan domba yang digunakan untuk penggemukan yaitu Rp. 13.000,- /kg bobot hidup* dan harga jual untuk domba finish adalah Rp. 15.500,/kg bobot hidup* (*harga berdasarkan yang berlaku di Mitra Tani Farm 2005). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
yang diberikan
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap IOFC yang diperoleh dari penggemukan domba selama 8 minggu (Tabel 8), dimana keuntungan rata-rata terkecil diperoleh dari domba P1, yaitu sebesar Rp. 52.858,6.- /ekor/8 minggu. Domba dari P2, P3 dan P4 menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari pada P1 dan secara statistik menghasilkan keuntungan yang sama. Hal ini disebabkan karena ketiga perlakuan tersebut lebih efisien dalam penggunaan pakan, sehingga menghasilkan pertambahan bobot tubuh dan harga jual domba finish yang tinggi. Jika dilihat secara numerik,
a
diantara tiga perlakuan tersebut dapat dikatakan P4 memberikan hasil yang paling baik (keuntungan yang besar) dibandingkan dengan P2 dan P3. Selisih keuntungan diantara ketiga perlakuan tersebut (P2, P3 dan P4) menurut statistik relatif kecil (sama), tetapi didalam suatu usaha penggemukan akan memiliki arti/nilai yang berharga. Misalnya penggemukan domba menghasilkan keuntungan Rp. 1.000.- ekor/minggu, nilai ini akan sangat berarti jika domba yang digemukkan dalam jumlah besar misalnya 1000 ekor, maka dalam penggemukan domba selama 8 minggu akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 8.000.000.(dilihat dari segi IOFC). Diagram IOFC domba selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 12.
(Rp/ekor/8 minggu)
Income Over Feed Cost
100000
90483,1
85665,5
92053,1
80000 60000
52858,6
40000 20000 0
1
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
Gambar 12. Diagram Rataan Income Over Feed Cost Pertambahan bobot tubuh yang tinggi tidak menentukan keuntungan yang maksimum, karena yang sangat menetukan adalah harga dan konsumsi pakan sehingga sangat penting untuk mencari kesesuaian antara harga pakan dengan pertambahan bobot tubuh.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian pakan tambahan kulit ari kacang kedelai pada taraf 100% dalam bahan kering ransum memberikan hasil terbaik pada penggemukan Domba Ekor Tipis selama 8 minggu. Pada taraf tersebut menghasilkan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi (6,86 kg) dengan konversi pakan yang lebih rendah (4,05) serta menghasilkan keuntungan yang lebih besar (Rp. 92.053,1.-). Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas daging yang dihasilkan serta lama penggemukan yang optimum dari domba yang diberi kulit ari kacang kedelai.
UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah segala puji bagi Yang Maha Kuasa Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang tiada berbatas, sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat beriring salam ditujukan kepada Nabi besar Muhammad SAW sang penerang dunia hingga akhir zaman. Penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, melalui lembaran ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Kuantan Singingi dan juga kepada Mitra Tani Farm. Terimakasih kepada Ir. Maman Duldjaman, MS dan Ir. Sri Rahayu, MSi selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan. Terimakasih kepada Dr.Ir.H. Tantan R. Wiradarya, MSc selaku dosen penguji seminar dan kepada Dr.Ir. M.Yamin, MAgrSc dan Dr.Ir. Komang G. Wiryawan selaku dosen penguji sidang sarjana. Kepada Dr.Ir. Bagus P. Purwanto, MAgr selaku pembimbing akademik terimakasih atas motivasi dan bimbingannya. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada Papa dan Mama atas semua cinta dan kasih sayang yang selalu tercurah, didikannya, doanya dan banyak lagi nikmat yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya, amin. Penghargaan yang sama untuk sanak famili penulis ; Kel. Besar Datuk H. Abdul Malik (Alm) di Teluk Kuantan dan Kel. Besar Eyang Udjang Asmu (Alm) di Bogor. Kasih sayang juga penulis dapatkan dari drh. Adry Perdana Hardianto (abang) dan Betri Paramita (adik), Nur Romadhoni Tj. Terimakasih kepada teman-teman TPT 39. Terimakasih juga untuk Suherman L, Syarif H, Herman F.N, Suardi, Ifan F, Joni S, Dwi Purnomo, M.Saefullah, Eureka I.Z, Kurniawati H, Tri Mulyaningsih, Galuh K, Dian H.A, Dylla N.S, Ana Satria dan Asrama Kuansing (ASKING). Akhirnya kepada semua pihak di sekitar penulis yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, Maret 2006 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Aboenawan, L. 1991. Pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan total degistible nutrient (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Anggorodi, R dan J. Wahju. 1969. Pengantar Ilmu Makanan Ternak. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Astuti, D. A dan E. Wina. 2002. Pengaruh pakan limbah tempe terhadap ekskresi derivat purin dan pasokan N-mikroba pada kambing peranakan etawah laktasi. J. Ilmu Ternak dan Veteriner, 7 (3) : 162-166. Badan Meteorologi dan Geofisika. 2005. Data Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya. BMG-Dramaga, Bogor. Cheke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition : Feeds and Feeding. 2nd Edition. Prentice Hall Inc., New Jersey. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003. Bahan alternatif pakan dari hasil samping industri pangan. http://www.dkp.go.id/content. [18 Oktober 2005]. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. 1997. Petunjuk Budidaya Kambing dan Domba. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. 2003. Statistik Peternakan tahun 2003. Departemen Pertanian, Jakarta. Djadjuli, M. 1982. Perbandingan nilai gizi untuk empat macam hijauan pada ternak domba. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. Ensminger, M.E and C. G Olentine. 1978. Feeds and Nutrition Complete. 1st Edition. The Ensminger Publishing Co., California. Garrett, W. M. 1979. Feedstuffs, 51 (21) : 20. Dalam : Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia, Jakarta. Goodwin, H. D. 1974. The Production and Management of Sheep. Lectures Animal Husbandry. Glouches for College of Agriculture, London. Hardiansyah dan D. Martianto, 1989. Menaksir kecukupan energi dan protein serta penilaian mutu gizi konsumsi pangan. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hartadi, H., R. Soedomo dan D.T Allen. 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Proceeding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II : 26-32. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Haryanto, B dan A. Djajanegara. 1992. Energy and protein requirment for smal ruminants in the humid tropics. In New Technoliges for Small Ruminants Production in Indonesia. P. Ludgate and S. Scholz (eds.). Winrock International Institute for Agricultural Development. Morrilton. Arkansas, USA. Dalam : Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Proceeding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II : 26-32. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Herman, R. 1989. Kualitas karkas domba lokal hasil penggemukan. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia (2). Departemen Pertanian, Jakarta. Iniquez, L. dan B. Gunawan.1990. The productive potential of Indonesian sheep breed for the humid tropics: A review Proc 13th Annual Converence of Malaysia Society and Animal Production: 270-274, Malacca. Jaya, M. 1985. Koreksi rumus winter terhadap domba priangan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. Matjik, A. A. dan I.M Sumertajaya. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan ke-2. IPB Press, Bogor. Marniarti. 1989. Beberapa sifat fisik dan komposisi kimia daging domba lokal pada lingkungan nutritif yang berbeda. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Martawidjaja, M. 1986. Pengaruh pencukuran dan pemberian konsentrat terhadap performans domba jantan muda. J.Ilmu dan Peternakan, 2 (4) : 163-166. Martawidjaja, M. 1985. Pengaruh musim terhadap konsumsi makanan dan pertumbuhan domba. J.Ilmu dan Peternakan, 2 (1) : 19-22. Maynard, L. A. and J. K Loosly. 1979. Animal Nutrition. 4th Edition. Mc Grow Hill Book Co. Inc., New york. McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. Ashford Colour Press Ltd., Gosport. National Research Council. 1981. Nutrient Requirment of Domestic Goat : Angora, Dairy, and Meat Goat in Temperate and Tropical Countries. National Academy Press, Washington. National Research Council. 1985. Nutrient Requirment of Sheep. 6th Revised Edition. National Academy Press, Washington. North, M. O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. 3rd Edition. Avi Publishing Co., Inc., Westport Connecticut. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia, Jakarta. Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition. John Wiley and Sons Press, New York. Pulungan, H. 1988. Peranan rumput lapangan sebagai ransum pokok ternak domba. Hasil Temu Tugas Sub Sektor Peternakan, 4: 218-228.
Pulungan, H., J. E. Van Eys dan M. Rangkuti. 1986. Penggunaan ampas-tempe sebagai makanan tambahan untuk kambing lepas-sapih yang memperoleh rumput gajah. J.Ilmu dan Peternakan, 2 (3) : 109-112. Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1984. Pemampaatan ampas tahu sebagai bahan makanan tambahan dalam usaha penggemukan domba potong. Prosiding Seminar Pemampaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian untuk Makanan Ternak. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung. Siregar, S. 1984. Pengaruh ketinggian tempat terhadap konsumsi makanan dan pertumbuhan kambing dan domba lokal di daerah Yogyakarta. Majalah Ilmu dan Peternakan, I (5) : 176-183. Soeparno.1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Subandriyo dan Andi, D. 1995. Potensi produktivitas ternak domba di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Suci, D, M. dan Sumiati. 1995. Evaluasi nilai nutrisi ransum itik yang menggunakan limbah industri tahu, tempe dan kecap. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tillman, A. D., H. Hari., R. Soedomo., P. I. Soeharto dan L. Soekanto. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tillman, A. A. 1983. Animal Agriculture in Indonesia. Winrock International Livestock Research and Training Centre, Arkansas. Tomaszewska, M.W., I..M Mastika., A. Djajanegara., S. Gardiner dan T.R Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surakarta. Wahju, J. 1997. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wiryani, E. 1991. Analisis kandungan limbah cair pabrik tempe kedele dan upaya pengolahannya dengan proses anaerobik. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yamin, M. 2001. Budidaya penggemukan ternak domba. Makalah Seminar. Yayasan Husnul Khatimah, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (kg/ekor/minggu) Minggu
Perlakuan (P)
Ke-
P1
P2
P3
P4
1 2 3 4 5 6 7 8
9,660 9,618 9,814 10,024 10,500 11,070 11,186 11,354
17,1152 17,4620 17,5202 19,9744 16,5188 18,7708 18,2414 19,3936
20,1448 22,4106 23,1914 22,3430 21,1442 20,7464 20,4236 22,8914
22,3766 23,8924 25,2958 27,1648 27,7296 25,9594 26,5078 29,1812
83,22600 10,40325 1,486179
144,9964 18,12455 2,589221
173,2954 21,66193 3,094561
208,1076 26,01345 3,716207
Total Rataan/minggu Rataan/hari
39
Lampiran 2. Konsumsi Rumput Lapang (kg/ekor/minggu) Minggu
Perlakuan (P)
Ke-
P1
P2
P3
P4
1 2 3 4 5 6 7 8
16,2288 14,6044 16,0290 15,8154 17,8892 15,5528 14,2390 13,6774
10,7498 7,6468 9,2910 8,2520 10,3898 8,2536 8,6438 8,2952
5,7686 3,9788 5,2650 5,4136 6,5015 6,6006 6,6620 6,5736
0 0 0 0 0 0 0 0
124,0360 15,50450 2,21492
71,52200 8,94025 1,27717
46,76370 5,84546 0,83506
0 0 0
Total Rataan/minggu Rataan/hari
40
Lampiran 3. Konsumsi Bahan Kering (kg/ekor/minggu) Perlakuan (P) Minggu Ke1 2 3 4 5 6 7 8 Total Rataan/minggu Ratan/hari
P1 BK KAK 1,289610 1,284003 1,310169 1,338204 1,401750 1,477845 1,493331 1,515759 11,11067 1,388834 0,198405
BK RL 3,032677 2,737816 3,004401 2,959878 3,344827 2,911713 2,663875 2,564401 23,21959 2,902448 0,414635
P2 BK Total 4,322287 4,021819 4,314570 4,298082 4,746577 4,389558 4,157206 4,080160 34,33026 4,291282 0,613040
Keterangan : BK : Bahan Kering KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang
41
BK KAK 2,28488 2,33118 2,33895 2,66658 2,20526 2,50590 2,43523 2,58905 19,3570 2,41963 0,34566
BK RL 2,011805 1,428746 1,733975 1,539661 1,946776 1,544182 1,626241 1,562766 13,39415 1,674269 0,239181
P3 BK Total 4,296685 3,759923 4,072922 4,206244 4,152036 4,050084 4,061468 4,151811 32,75117 4,093896 0,584842
BK KAK 2,68933 2,99182 3,09605 2,98279 2,82275 2,76964 2,72655
3,05600 23,1349 2,89187 0,41310
BK RL 1,081256 0,742437 0,983524 1,011936 1,211600 1,233768 1,243601 1,228856 8,736978 1,092122 0,156017
P4 BK Total 3,7705863 3,7342518 4,0795762 3,9947269 4,0343503 4,0034124 3,9701521 4,2848576 31,871913 3,9839892 0,5691413
BK KAK 2,98728 3,18964 3,37699 3,62650 3,70190 3,46558 3,53879
3,89570 27,7824 3,47280 0,49611
BK RL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BK Total 2,987276 3,189635 3,376989 3,626501 3,701902 3,465580 3,538791 3,895690 27,78236 3,472796 0,496114
Lampiran 4. Konsumsi Protein Kasar (kg/ekor/minggu) Perlakuan (P) Minggu Ke1 2 3 4 5 6 7 8 Total Rataan/minggu Rataan/hari
P1 PK KAK 0,180642 0,179857 0,183522 0,187449 0,196350 0,207009 0,209178 0,212320 1,556326 0,194541 0,027792
PK RL 0,255768 0,23090 0,253383 0,249628 0,282094 0,245566 0,224664 0,216275 1,958278 0,244785 0,034969
P2 PK TOT 0,436410 0,410757 0,436905 0,437077 0,478444 0,452575 0,433842 0,428595 3,514605 0,439326 0,062761
Keterangan : BK : Bahan Kering KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang
42
PK KAK 0,32005 0,32654 0,32763 0,37352 0,30890 0,35101 0,34111 0,36266 2,71143 0,33893 0,04842
PK RL 0,169670 0,120497 0,146239 0,129851 0,164186 0,130232 0,137153 0,131800 1,129627 0,141203 0,020172
P3 PK TOT 0,489725 0,447036 0,473867 0,503372 0,473088 0,481246 0,478267 0,494460 3,841060 0,480132 0,068590
PK KAK 0,37671 0,41908 0,43368 0,41781 0,39540 0,38796 0,38192 0,42807 3,24062 0,40508 0,05787
PK RL 0,091190 0,062615 0,082948 0,085344 0,102183 0,104053 0,104882 0,103638 0,736854 0,092107 0,013158
P4 PK TOT 0,4678980 0,4816934 0,5166270 0,5031581 0,4975796 0,4920104 0,4868034 0,5317076 3,9774775 0,4971847 0,0710264
PK KAK 0,41844 0,44679 0,47303 0,50798 0,51854 0,48544 0,49570 0,54569 3,89161 0,48645 0,06949
PK RL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PK TOT 0,418442 0,446788 0,473031 0,507982 0,518544 0,485441 0,495696 0,545688 3,891612 0,486452 0,069493
Lampiran 5. Konsumsi Total Digestible Nutrients (kg/ekor/minggu) Perlakuan (P) Minggu Ke1 2 3 4 5 6 7 8 Total Rataan/minggu Ratan/hari
P1
P2
P4
TDN RL
TDN Total
TDN KAK
TDN RL
TDN Total
TDN KAK
TDN RL
TDN Total
TDN KAK
TDN RL
TDN Total
0.83231429 0.82869553 0.84558307 0.86367686 0.90468945 0.95380116 0.96379582 0.97827085 7.17082706 0.89635338 0.12805048
1.64795658 1.48772899 1.63259139 1.60839744 1.81757919 1.58222486 1.44754969 1.39349538 12.6175235 1.57719044 0.22531292
2.48027088 2.31642452 2.47817446 2.47207430 2.72226864 2.53602602 2.41134552 2.37176624 19.7883506 2.47354382 0.35336340
1.47466103 1.50454163 1.50955620 1.72101228 1.42327467 1.61730902 1.57169544 1.6709700 12.4930203 1.56162754 0.22308964
1.0932151 0.7763805 0.9422420 0.8366519 1.0578782 0.8391086 0.8836994 0.8492068 7.2783824 0.9097978 0.1299711
2.5678761 2.2809221 2.4517982 2.5576642 2.4811529 2.4564176 2.4553948 2.5201768 19.771403 2.4714253 0.3530608
1.7356941 1.9309175 1.9981919 1.9250930 1.8218033 1.7875285 1.7597158 1.9723436 14.931288 1.8664110 0.2666301
0.5875543 0.4034401 0.5344471 0.5498862 0.6583832 0.6704295 0.6757730 0.6677602 4.7476736 0.5934592 0.0847799
2.3232484 2.3343575 2.532639 2.4749792 2.4801865 2.4579580 2.4354888 2.6401038 19.678961 2.4598702 0.3514100
1.9279880 2.0585907 2.1795089 2.3405436 2.3892073 2.2366853 2.2839359 2.5142785 17.930738 2.2413423 0.3201918
-
1.9279880 2.0585907 2.1795089 2.3405436 2.3892073 2.2366853 2.2839359 2.5142785 17.930738 2.2413423 0.3201918
Keterangan : TDN : Total Digestible Nutrients KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang
43
P3
TDN KAK
Lampiran 6. Pertambahan Bobot Tubuh Domba (kg/ekor/minggu) Perlakuan
PBT
0 04-Sep
6 15-Okt 0,20 0,029
7 23-Okt 0,45 0,064
8 30-Okt 0,4 0,057
P1
Minggu Hari
1,32
P2
0,90 0,129
0,84 0,120
0,48 0,069
1,30 0,186
P3
0,68 0,097
0,92 0,131
0,66 0,094
1,40 0,200
Minggu 1,46 0,00 0,76 0,94 Hari 0,209 0,00 0,109 0,134 Keterangan : * : Pertambahan Bobot Tubuh Tanpa Masa Adaptasi Pakan PBT : Pertambahan Bobot Tubuh
0,96 0,137
1,28 0,183
1,06 0,151
44
2 18-Sep 0,38 0,054
3 25-Sep 0,30 0,042
Minggu Hari
1,04 0,149
0,94 0,134
0,24 0,034
0,60 0,086
Minggu Hari
1,78 0,254
0,24 0,034
0,94 0,134
Minggu Ke4 02-Okt 0,65 0,093
5 09-Okt 1,00 0,143
P4
0,189
1 11-Sep 0,05 0,007
Total 3,42*
Rataan 0,4275* 0,0617*
0,84 0,12
6,14*
0,7675* 0,1096*
0,36 0,051
1,44 0,206
6,64*
0,8300* 0,1186*
0,88 0,126
0,98 0,140
6,86*
0,8575* 0,1225*
Lampiran 7. Pertambahan Panjang Badan Domba (cm/ekor/minggu) Perlakuan
PPB
0 04-Sep
1 11-Sep 1,10 0,157
2 18-Sep 0,72 0,103
3 25-Sep 0,18 0,026
P1
Minggu Hari
-
P2
Minggu Hari
-
1,72 0,246
1,48 0,211
1,12 0,160
P3
Minggu Hari
-
0,94 0,134
1,52 0,217 1,44 0,206
Minggu 0,98 Hari 0,140 Keterangan : PPB : Pertambahan Panjang Badan P4
45
Minggu Ke4 02-Okt 0,60 0,086
5 09-Okt 2,04 0,291
6 15-Okt 0,18 0,026
7 23-Okt 1,66 0,237
8 30-Okt 0,96 0,137
1,12 0,160
0,96 0,137
0,94 0,134
0,34 0,049
1,70 0,243
1,08 0,154
1,22 0,174
0,36 0,051
0,98 0,14
0,58 0,083
0,74 0,106
0,4 0,057
Total 7,44
Rataan 0,9300 0,1329
0,48 0,069
8,16
1,0200 0,1457
1,04 0,149
1,74 0,249
9,6
1,2000 0,1714
0,86 0,123
0,58 0,083
6,56
0,8200 0,1171
Lampiran 8. Pertambahan Lingkar Dada Domba (cm/ekor/minggu) Perlakuan
PLD
0 04-Sep
1 11-Sep 0,76 0,108
2 18-Sep 0,12 0,017
3 25-Sep 1,18 0,169
P1
Minggu Hari
-
P2
Minggu Hari
-
0,88 0,126
0,12 0,017
0,74 0,106
P3
Minggu Hari
-
1,38 0,197
1,08 0,154 0,48 0,069
Minggu 0,52 Hari 0,074 Keterangan : PLD : Pertambahan Lingkar Dada P4
46
Minggu Ke4 02-Okt 1,74 0,249
5 09-Okt 0,24 0,034
6 15-Okt 1,88 0,269
7 23-Okt -0,60 -0,086
8 30-Okt 1,46 0,209
1,16 0,166
1,86 0,266
0,60 0,086
1,12 0,160
0,98 0,140
1,78 0,254
0,66 0,094
0,90 0,129
1,96 0,280
1,14 0,163
0,7 0,100
1,1 0,157
Total 6,78
Rataan 0,8475 0,1043
2,12 0,303
8,6
1,0750 0,1323
1,92 0,274
1,12 0,160
9,82
1,2275 0,1511
0,68 0,097
1,12 0,160
7,7
0,9625 0,1185
Lampiran 9. Konversi Pakan Perlakuan BK KAK
Konsumsi (Kg) BK RL
BK Total
PBT (Kg)
Konversi Pakan
P1
11,11067
23,21960
34,330260
3,42
10,03808770
P2
19,35702
13,39415
32,751172
6,14
5,334067101
P3
23,13494
8,736978
31,871918
6,64
4,799987651
P4
27,78236
0
27,782360
6,86
4,049907376
Keterangan : BK : Bahan Kering KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang PBT : Pertambahan Bobot Tubuh
47
Lampiran 10. Income Over Feed Cost/IOFC (Rp/ekor/8 minggu) Perlakuan
Harga Domba Finish Bakalan
Biaya Pakan
IOFC
P1
284890
194480
37551,360
52858,640
P2
320850
189280
45904,570
85665,430
P3
333560
193440
49636,950
90483,051
P4
340380
196300
52026,900
92053,100
Keterangan : Harga Bakalan : Rp 13.000,- /kg* Harga Domba Finish : Rp 15.500,- /kg* Harga Kulit Ari Kacang kedelai : Rp 250,- /kg* Harga Rumput Lapang : Rp 100,- /kg* Penjelasan : * : Harga berdasarkan yang berlaku di Mitra Tani Farm, 2005.
48
Lampiran 11. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering SK
DB
JK
KT
F Hitung
P
Perlakuan
3
1,79933060
0,59977687
4,72*
0,0212
Kelompok
4
3,27390780
0,81847695
6,45**
0,0052
Galat
12
1,52352940
19
6,59676780
Total 2
R = 0,769049
CV = 9,004917
Lampiran 12. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Bahan Kering Perlakuan
Ulangan
Kelompok Duncan
Rata-rata
1
5
b
4,28
2
5
a
4,09
3
5
a
3,98
4
5
a
3,47
49
Lampiran 13. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar SK
DB
JK
KT
F Hitung
P
Perlakuan
3
0,00984900
0,00328300
1,42
0,2843
Kelompok
4
0,05367830
0,01341957
5,82**
0,0077
Galat
12
0,02767450
19
0,09120180
Total 2
R = 0,696558
CV = 10,10798
50
Lampiran 14. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) SK
DB
JK
KT
F Hitung
P
Perlakuan
3
0,18971811
0,06323937
1,24
0,3391
Kelompok
4
1,27181909
0,31795477
6,22**
0,0060
Galat
12
0,61319015
19
2,07472735
Total 2
R = 0,704448
CV = 9,380126
51
Lampiran 15. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Tubuh SK
DB
JK
KT
Perlakuan
3
38,0215000
12,67383333
Kelompok
4
3,0030000
0,75075000
Galat
12
22,4820000
19
63,0655000
Total 2
R = 0,650506
F Hitung
P
6,90**
0,0059
0,41
0,7990
CV = 23,50854
Lampiran 16. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Pertambahan Bobot Tubuh Perlakuan
Ulangan
Kelompok Duncan
Rata-rata
1
5
B
3,42
2
5
A
6,14
3
5
A
6,64
4
5
A
6,86
52
Lampiran 17. Analisis Ragam Pertambahan Panjang Badan SK
DB
JK
KT
F Hitung
P
Perlakuan
3
24,79200000
8,26400000
1,38
0,2964
Kelompok
4
17,15300000
4,28825000
0,72
0,5971
Galat
12
71,90300000
19
113,84800000
Total 2
R = 0,368430
CV = 30,82921
53
Lampiran 18. Analisis Ragam Pertambahan Lingkar Dada SK
DB
JK
KT
F Hitung
P
Perlakuan
3
25,24150000
8,41383333
1,73
0,2139
Kelompok
4
3,24000000
0,81000000
0,17
0,9513
Galat
12
58,35600000
19
86,83750000
Total 2
R = 0,327986
CV = 26,81120
54
Lampiran 19. Analisis Ragam Konversi Pakan SK
DB
JK
KT
F Hitung
P
Perlakuan
3
112,51842295
37,50614098
25,04**
0,0001
Kelompok
4
5,58839370
1,37709843
0,92
0,4842
Galat
12
17,97445630
19
136,00127295
Total 2
R = 0,867836
CV = 19,79404
Lampiran 20. Uji Lanjut Duncan terhadap Konversi Pakan Perlakuan
Ulangan
Kelompok Duncan
Rata-rata
1
5
B
10,195
2
5
A
5,334
3
5
A
4,800
4
5
A
4,050
55
Lampiran 21. Analisis Ragam Income Over Feed Cost (IOFC) SK
DB
JK
KT
Perlakuan
3
Kelompok
4
474419402,096936
Galat
12
3663550557,191980
19
9256175310,553390
Total
5118205351,264450 1706068450,421480
2
R = 0,604205
118604850,524234
F Hitung
P
5,59*
0,0124
0,39
0,8129
CV = 21,76877
Lampiran 22. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Income Over Feed Cost (IOFC) Perlakuan
Ulangan
Kelompok Duncan
Rata-rata
1
5
b
52858,6
2
5
a
85665,5
3
5
a
90483,1
4
5
a
92053,1
56
Lampiran 23. Data Curah Hujan Bulan September-Oktober 2005 Daerah Cibanteng dan Sekitarnya (mm/m2) Minggu ke-1 Tanggal CH 5-Sept 0 6 0 7 0 8 6 9 12 10 4 11 7 Jumlah 29 Rataan 4,142857
Data Curah Hujan (CH) Minggu ke-2 Minggu ke-3 Tanggal CH Tanggal CH 12 0 19 31 13 0 20 2 14 19 21 63 15 21 22 0 16 49 23 7 17 57 24 0 18 3 25 4 149 107 21,28571 15,28571
Minggu ke-4 Tanggal CH 26 6 27 0 28 0 29 0 30 2 1-Okt 21 2 10 39 5,571429
Minggu ke-5 Tanggal CH 3 6 4 0 5 15 6 30 7 8 8 6 9 0 Jumlah 65 Rataan 9,285714
Minggu ke-6 Tanggal CH 10 0 11 10 12 12 13 8 14 31 15 12 16 4 77 11
Minggu ke-8 Tanggal CH 24 0 25 0 26 12 27 6 28 3 29 0 30 10 31 4,428571
Minggu ke-7 Tanggal CH 17 0 18 8 19 0 20 3 21 0 22 10 23 6 27 3,857143
Keterangan : Elevasi : 200-225 m dpl Total Curah Hujan : Bulan Juli 2005 (114 mm/m2) Bulan Agustus 2005 (242 mm/m2) Bulan September 2005 (293 mm/m2) Bulan Oktober 2005 (231 mm/m2) Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga-Bogor (2005)
57
Lampiran 24. Perhitungan Total Digestible Nutrients (TDN) Pakan Pakan
Klas Bahan
Persamaan dan Hasil
Kulit Ari Kacang Kedelai
2
%TDN = - 26,685 + 1,334 (SK) + 6,598 (LK) + 1,423 (BETN) + 0,967 (PK) - 0,020 (SK)2 - 0,670 (LK)2 - 0,024 (SK) (BETN) - 0,055 (LK) (BETN) – 0,146 (LK) (PK) + 0,039 (LK)2 (PK) %TDN = - 26,685 + 1,334 (46,27) + 6,598 (2,36) + 1,423 (4,76) + 0,967 (13,80) - 0,020 (46,27)2 - 0,670 (2,36)2 - 0,024 (46,27) (34,76) - 0,055 (2,36) (34,76) – 0,146 (2,36) (13,80) + 0,039 (2,36)2 (13,80) = 64,54
Rumput Lapang
2
%TDN = - 26,685 + 1,334 (SK) + 6,598 (LK) + 1,423 (BETN) + 0,967 (PK) - 0,020 (SK)2 - 0,670 (LK)2 - 0,024 (SK) (BETN) - 0,055 (LK) (BETN) – 0,146 (LK) (PK) + 0,039 (LK)2 (PK) %TDN = - 26,685 + 1,334 (22,60) + 6,598 (3,23) + 1,423 (50,80) + 0,967 (8,43) - 0,020 (22,60)2 - 0,670 (3,23)2 - 0,024 (22,60) (50,80) - 0,055 (3,23) (50,80) – 0,146 (3,23) (8,43) + 0,039 (3,23)2 (8,43) = 54,34
Sumber : Hartadi et al. (1990) Keterangan : Klas Bahan 2 : Pasture, tanaman padangan, hijauan diberikan segar, sebagian limbah pertanian SK : Serat Kasar LK : Lemak Kasar PK : Protein Kasar BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen TDN : Total Digestible Nutrients dalam 100% Bahan Kering (BK)
58
Lampiran 25. Gambar Domba Finish dari Masing-masing Perlakuan
Domba P1
Domba P3
Domba P2
Domba P4
59