Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS (The Effect of Feeding Method on the Productivity of Thin Tailled Sheep) EDY RIANTO, DEASY ANGGALINA, SULARNO DARTOSUKARNO dan AGUNG PURNOMOADI Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang
ABSTRACT An experiment was carried out to investigate the effect of feeding method on sheep productivity. Twelve thin tailed rams, aged 8 months and weighed 15.36 + 1.637 kg (CV: 10.66%), were allocated into a randomized block design (RBD) consisted of 4 groups of different initial body weight, with 3 treatments of feeding method, i.e. 1) FC: rams were offered Napier grass and concentrate in ”free choice” method, 2) CN: rams were firstly given concentrate, and 2 hours later were given Napier grass ad libitum, and 3) NCN: rams were given a little amount of Napier grass, 30 minutes later were given concentrate, and 2 hours later were given Napier grass ad libitum. The results showed that there was no significant different (P>0.05) among treatments in all parameters measured. However, the data consistently indicated that NCN feeding method resulted in the best productivity of sheep, followed by FC method. The rams of FC, CN and NCN had dry matter intake of 640, 611 and 651 g/d, respectively; body weight gain of 44, 34 and 44 g/d, respectively; feed conversion ratio of 16.13; 23.03 and 16.85. It was concluded that NCN feeding method tends to lead the best sheep productivity, compared with FC and CN. Key Words: Sheep, Feeding Method, Productivity ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh metode pemberian rumput dan konsentrat terhadap produktivitas Domba Ekor Tipis (DET) jantan. Sebanyak 12 ekor DET jantan, dengan umur sekitar 8 bulan dan bobot badan 15,36 ± 1,637 kg (CV: 10,66%), dialokasikan ke dalam rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 kelompok besdasarkan bobot awal, dengan 3 perlakuan metode pemberian pakan. Perlakuan yang diterapkan adalah: 1) FC: domba diberi rumput gajah dan konsentrat secara ”free choice”, 2) KH: domba diberi konsentrat terlebih dahulu, dua jam kemudian diberi rumput gajah ad libitum, dan 3) HKH: domba diberi sedikit rumput gajah, 30 menit kemudian diberi konsentrat, dan 2 jam kemudian diberi runput gajah lagi ad libitum. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P > 0,05) antar perlakuan pada semua parameter yang diukur. Meskipun demikian, data yang diperoleh secara konsisten menunjukkan bahwa metode pemberian pakan HKH menghasilkan produktivitas domba yang paling tinggi, disusul oleh metode FC. Perlakuan FC, KH dan HKH secara berturut-turut menghasilkan konsumsi BK sebesar 640, 611 dan 651 g/hari; pertambahan bobot badan harian sebesar 44, 34 dan 44 g/hari; konversi pakan sebesar 16,13; 23,03 dan 16,85. Disimpulkan bahwa metode pemberian pakan HKH cenderung menghasilkan produktivitas domba yang paling baik, dibandingkan dengan metode FC dan KH. Kara Kunci: Domba, Metode Pemberian Pakan, Produktivitas
PENDAHULUAN Efisiensi produksi ruminansia kecil, terutama domba, sebagian besar dipengaruhi pada cara pemberian pakan, tingkat manajemen pemberian pakan, dan ketersediaan gizi untuk mendapat produksi yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki manajemen pemberian pakan dengan cara yang lebih
inovatif berhubungan dengan peningkatan produktivitas. Domba dapat hidup dengan hijauan saja, tetapi produktivitasnya rendah. Guna meningkatkan produktivitasnya, domba harus mendapat pakan tambahan sumber energi maupun protein. Pada umumnya pakan tambahan diberikan sebelum hijauan. Pemberian pakan tambahan dengan metode ini
361
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
beresiko turunnya pH rumen (acidosis) karena konsentrasi VFA rumen yang meningkat terlalu tinggi akibat konsumsi karbohidrat mudah terfermentasi, atau naiknya pH rumen akibat konsumsi nitrogen sumber ammonia yang terlalu banyak. Kedua hal tersebut menyebabkan populasi dan aktivitas mikrobia rumen menjadi menurun. Akibat selanjutnya adalah menurunnya produktivitas ternak, karena pencernaan menjadi terganggu. Resiko gangguan pencernaan tersebut dapat dihindari dengan meningkatkan keberadaan”buffer” di dalam rumen. Buffer tersebut dapat diperoleh dari saliva yang mengandung sebagian besar natrium bikarbonat yang sangat penting untuk menjaga pH rumen (TILLMAN et al.,1998). Pengeluaran saliva dapat dirangsang dengan memberikan sedikit hijauan yang telah dilayukan sebelum pemberian konsentrat. Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh metode pemberian konsentrat terhadap produktivitas domba lokal jantan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi atas resiko yang sering dihadapi peternak dalam pemberian konsentrat. MATERI DAN METODE Waktu dan materi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2005 sampai bulan Januari 2006 di Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 12 ekor Domba Ekor Tipis (DET) dengan kisaran umur 8 – 10 bulan dan bobot badan 15,36 ± 1,637 kg (CV = 10,66%). Domba-domba tersebut ditempatkan di dalam kandang individual yang dilengkapi palaka dan ember untuk tempat konsentrat serta tempat air minum. Pakan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari rumput gajah dan konsentrat. Rumput gajah diberikan dalam keadaan kering udara (hay) dan secara ad
libitum, sedangkan konsentrat diberikan dalam jumlah 2,8% bobot badan. Kandungan nutrisi pakan penelitian tercantum pada Tabel 1. Rancangan percobaan Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 ulangan dan 3 perlakuan, yaitu: KH
= konsentrat diberikan pada pukul 07.00, dan rumput gajah diberikan mulai pukul 09.00 secara ad libitum.
HKH = sedikit rumput gajah diberikan pada pukul 07.00, kemudian konsentrat diberikan pada pukul 07.30, selanjutnya rumput gajah diberikan pada pukul 09.30 secara ad libitum. FC
= rumput gajah dan konsentrat diberikan secara “free choice”.
Prosedur penelitian Selama 2 minggu pertama sejak ternak datang, dilakukan adaptasi ternak terhadap pakan dan lingkungan. Pada tahap tersebut ternak diberi obat pembasmi cacing. Kemudian ternak diacak guna memperoleh perlakuan yang hendak diterapkan. Pada 2 minggu berikutnya dilakukan tahap pendahuluan. Pada tahap ini ternak percobaan sudah mendapat cara pemberian pakan sesuai dengan perlakuan. Tahap perlakuan dilaksanakan selama 10 minggu. Metode pemberian pakan dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diterapkan. Jumlah hijauan dan konsentrat yang diberikan, serta sisa pakan ditimbang setiap hari untuk mengetahui jumlah konsumsi harian. Domba ditimbang setiap minggu untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian dan untuk menentukan jumlah konsentrat yang diberikan. Pada minggu ke-3 dilakukan pengumpulan feses guna menghitung kecernaan pakan.
Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan penelitian Nutrisi pakan
Bahan Air (%)
Abu (%)
LK (%)
PK (%)
SK (%)
Energi (kcal/kg)
Konsentrat
16,50
7,72
3,31
12,12
11,34
3.352
Hay rumput Gajah
13,38
15,98
3,38
9,82
23,88
2.992
362
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi bahan kering (BK), kecernaan BK, konsumsi “Total Digestible Nutrient” (TDN), pertambahan bobot hidup harian (PBHH) dan konversi pakan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan maka dilakukan Uji Wilayah Ganda Duncan pada tingkat 1% dan 5% untuk mengetahui perbedaan rata-rata pengaruh antar perlakuan tertentu (STEEL dan TORRIE, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Data tentang konsumsi BK, kecernaan BK, konsumsi TDN, PBHH dan konversi pakan tertera pada Tabel 2. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P > 0,05) antar perlakuan pada semua parameter yang diukur. Konsumsi BK total tidak berbeda nyata (P < 0,05) antar perlakuan. Hal ini terjadi karena perlakuan yang diterapkan ternyata juga tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kecernaan pakan. Konsumsi pakan antara lain dipengaruhi oleh kecernaan pakan (MACDONALD et al., 1988; HARYANTO dan DJAJANEGARA, 1993; ARORA, 1995), semakin tinggi kecernaan pakan semakin tinggi pula konsumsinya. Pada ruminansia, kecernaan pakan antara lain dipengaruhi oleh aktivitas mikroba rumen (CAMPLING et al., 1962; CHURCH, 1969; VAN SOEST, 1994). Tidak
adanya perbedaan kecernaan ini pada gilirannya disebabkan konsentrat diberikan dalam jumlah sama, yaitu 2,8% dari bobot badan. Jumlah konsentrat yang sama ini diduga menyebabkan laju pertumbuhan populasi mikroba rumen tidak berbeda, dan pada akhirnya kemampuan mikroba untuk mencerna pakan, terutama SK, juga tidak berbeda. Konsumsi TDN antar perlakuan pada analisis ragam juga tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini disebabkan karena konsumsi BK ketiga perlakuan tidak berbeda nyata. Konsumsi TDN dihitung dari persen nutrisi pakan yang dapat dicerna, sehingga dengan tidak adanya perbedaan pada konsumsi dan kecernaan nutrisi pakan menyebabkan konsumsi TDN juga tidak berbeda nyata. Pertambahan bobot badan harian ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini disebabkan konsumsi BK dan TDN pada ketiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa semakin tinggi kecernaan maka semakin tinggi konsumsi pakannya, sehingga semakin tinggi pula PBHH (RIANTO et al., 1998; RIANTO et al., 2001; BULU et al. 2004; RIANTO et al. 2004 ; RIANTO et al., 2006). Konversi pakan ketiga perlakuan secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini disebabkan karena PBHH dan konsumsi pakan antar perlakuan yang tidak berbeda pula. Konversi pakan merupakan perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan.
Tabel 2. Konsumsi BK, kecernaan BK, konsumsi TDN, PBHH dan konversi pakan pada domba ekor tipis jantan Parameter
Perlakuan KH
HKH
FC
Perbedaan
Konsumsi BK total (g/hari)
611
651
640
TN
Hijauan (g/hari)
158
176
166
TN
Konsentrat (g/hari)
453
475
474
-
Kecernaan BK (%)
55,5
57,5
54,9
TN
Konsumsi TDN (g/hari)
326
365
333
TN
PBHH (g/hari)
34
44
44
TN
Konversi Pakan
23,03
16,85
13,52
TN
TN: Tidak nyata (P > 0,05)
363
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Semua parameter tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P > 0,05) antar perlakuan, tetapi data yang diperoleh secara konsisten menunjukkan adanya kecenderungan bahwa domba yang mendapat perlakuan HKH dan FC mempunyai produktivitas yang lebih baik daripada KH. Hal ini memberikan indikasi bahwa pemberian hijauan sedikit sebelum atau bersama-sama konsentrat menyebabkan produksi saliva meningkat, sehingga ”buffer” dalam rumen menjadi kuat. Buffer yang kuat mampu mempertahankan pH rumen, sehingga populasi mikroba tetap terjaga dan domba mampu mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal ini pada gilirannya meningkatkan PBHH domba. KESIMPULAN DAN SARAN Dapat disimpulkan bahwa metode pemberian pakan hijauan dan konsentrat (KH, HKH dan FC) tidak berpengaruh terhadap konsumsi BK, konsumsi PK, konsumsi TDN, PBHH dan konversi pakan. Pakan konsentrat sebaiknya diberikan kepada ternak setelah atau bersama-sama dengan hijauan, untuk menghindari terjadinya kenaikan atau penurunan pH rumen yang terlalu tajam. DAFTAR PUSTAKA ARORA, S.P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta (Diterjemahkan oleh IR. RETNO MURWANI). BULU, S., SUGIYONO, H. CAHYANTO, E. RIANTO, D.H. REKSOWARDOJO dan A. PURNOMOADI. 2004. Pengaruh aras pemberian ampas tahu kering terhadap pemanfaatan protein pakan pada Domba Ekor Tipis jantan. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 29(4): 213 – 219. CAMPLING, R.C., FREER dan C.C. BALCH. 1962. Factor affecting the voluntary intake of food by cows: 3. The effect of urea on the voluntary intake of oar straw. Br. J. Nutr. 16: 115 – 124.
364
CHURCH, D.C. 1969. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants, Volume I: Digestive Physiology. D.C. Church, Corvallis. HARYANTO, B. dan A. DJAJANEGARA. 1993. Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia kecil. Dalam: Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. WODZICKATOMASZEWSKA, M., I.M. MASTIKA, A. DJAJANEGARA, S. GARDINER dan T. R. WIRADARYA (Eds.). Sebelas Maret University Press, Surakarta. MCDONALD, P., R.A. EDWARDS. and J.F.D. GREENHALGH. 1988. Animal Nutrition. 4th Ed. Longman Scientific and Technical, Harlow. RIANTO, E., E. LINDASARI dan E. PURBOWATI. 2006. Proporsi daging, tulang dan lemak karkas domba Ekor Tipis jantan yang mendapat pakan tambahan dedak padi dengan aras yang berbeda. J. Livestock Prod. 8(1): 28 – 33. RIANTO, E., E. PURBOWATI dan R. ADIWINARTI. 2001. Penampilan Produksi Domba Lokal yang Mendapat Pakan Tambahan Ampas Tahu Kering. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang, (Laporan Penelitian). RIANTO, E., M. BUDIHARTO dan M. ARIFIN. 2004. Proporsi daging, tulang dan lemak karkas domba Ekor Tipis jantan akibat pemberian ampas tahu dengan aras yang berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku I. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 309 – 313. RIANTO, E., M.K. HILL dan J.V. NOLAN. 1998. The Effect of Diet Quality on Feed Intake, Feed Digestibility and Growth Rate of Lambs at Ambient Temperature of 20 and 30°C. Bull. Anim. Sci. Suppl. Ed. October 1998: 216 – 222. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrika. Edisi ke-2. PT. Gramedia, Jakarta (Diterjemahkan oleh B. SUMANTRI). TILLMAN, A.D, H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKOJO. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-6. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. VAN SOEST, P.J. 1994. Nutritional Ecology of the Ruminant. 2nd Ed. Cornell University Press, Ithaca.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
DISKUSI Pertanyaan: 1. Apakah dilayukan atau dikeringkan? 2. Apakah dengan CV yang cukup tinggi merupakan penyebab tidak berbeda nyata? 3. Materi terlalu sedikit, sehingga ulangan sedikit dengan demikian pada hasil/parameter yang diukur menjadi tidak berbeda untuk semua perlakuan. Benarkah seperti yang terlihat di Tabel (PBHH 34 vs 44)? Jawaban: 1. Rumput Gajah dilayukan selama 7 hari 2. Jumlah 12 ekor dianggap memenuhi syarat 3. Jumlah ternak yang disediakan memenuhi syarat minimal, variasi PBHH yang tinggi di luar perkiraan.
365