Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN PAKAN MULTINUTRIENT (SPM) TANPA MOLASSES TERHADAP EKOSISTEM RUMEN DAN PRODUKTIVITAS DOMBA (Effect of Multinutrient Feed Supplemen without Molasses on Rumen Ecosystem and Sheep Productivity) SUHARYONO1, FIRSONI1 dan Y.WIDIAWATI2 1
Badan Tenaga Nuklir Nasional, PO Box 7002 JKSKL 12070 Jakarta 2 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002
ABSTRACT Molasses is one of many ingredients consisted in Multinutrient Feed Supplement (MFS), which has been proven has a good quality and improved animal productivity. Continuitas supply of molasses particularly in smallholder farmer location is become a problem. Thus it is necessary to find an alternative material as a subtitute for molasses. The aim of this experiment was to determine the effect of molasses subtitution by onggok and mineral on rumen ecosystem and sheep productivity. Twenty sheep were divided into 4 groups of treatment, namely (I) MFS; (II) MFS without molasses; (III) MFS without molasses + 1% onggok + 1% liquid mineral; dan (IV) MFS without molasses + 2% liquid mineral. The measurements were conducted on rumen ecosystem (pH, ammonia and VFA concentration, total population of bacteria and protozoa and gas methane production); and sheep productivity (feed concumption and digestibility, daily weight gain and feed convertion). The results showed that subtitution of molasses by onggok and mineral has no effect on biological value of MFS as indicated by similar feed consumption (411.07 – 422.64 gram), DM digestibility (61.36 – 62.48%); OM digestibility (60.42 – 61.65%) and TDN by the animals (52.16 – 53.47%) (P > 0.05). The subtitution decreased protozoa population by 50 – 70%, changed the ammonia and VFA concentration (P < 0.05). Although there were an improvement on daily weight gain (6.67%), feed conversion ratio (6.9%) and reduction on gas methane production (13.84%). It is concluded that subtitution of molasses by onggok and mineral liquid did not change the biological value of MFS but did change the rumen ecosystem and sheep productivity. Key Words: Multinutrien Feed Supplement, Molasses, Methane Gas, Feed Conversion ABSTRAK Molases merupakan salah satu unsur penyusun Suplemen Pakan Multinutrient (SPM) yang telah terbukti merupakan pakan suplemen yang berkualitas dan mampu meningkatkan produktivitas ternak. Kendala dalam penyediaan molasses terutama di lokasi peternak mendorong penggunaan bahan lain sebagai pengganti molases. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh SPM tanpa molasses (SPMTM) terhadap ekosistem rumen dan produktivitas ternak. Domba jantan (20 ekor) dibagi jadi 4 kelompok untuk menguji 4 jenis pakan suplemen : (I) SPM; (II) SPMTM; (III) SPMTM + 1% onggok + 1% liquid mineral; dan (IV) SPMTM + 2% liquid mineral. Pengamatan dilakukan pada ekosistem rumen (pH, ammonia, VFA, produksi gas metana, jumlah bakteri dan protozoa), kecernaan bahan kering (BK) dan organik (BO); konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan feed conversion ratio. Hasil menunjukkan bahwa penghilangan gantian molases oleh onggok dan mineral liquid tidak merubah nilai biologis SPM, dimana tidak ada perbedaan nyata pada konsumsi BK (411,07 – 422,64 gram), kecernaan BK (61,36 – 62,48%) dan BO (60,42 – 61,65%) dan TDN pakan (52,16 – 53,47%) (P > 0,05). Namun secara nyata menurunkan populasi protozoa 50 – 70% dan merubah populasi bakteri, konsentrasi ammonia dan VFA cairan rumen (P < 0.05), meningkatkan PBBh (6,67%) dan FCR (6,9 %), tetapi menurunkan produksi gas metana (13,84%) (P > 0,05). Disimpulkan bahwa molases dapat digantikan oleh onggok dan mineral dalam pembuatan SPM karena meskipun merubah ekosistem rumen, tetapi tidak merubah nilai biologisnya dan meningkatkan productivitas ternak. Kata Kunci: Suplemen Pakan Multinutrien, Molasses, Gas Metana, Feed Conversion Ratio
530
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENDAHULUAN Pakan ruminansia terdiri dari hijauan dan penguat. Bahkan ada yang hanya memberikan pakan hijauan saja. Pakan hijauan berupa jerami padi, rumput lapangan, rumput gajah dan jerami dari tanaman pangan. Kualitas dari pakan tersebut cenderung rendah dan jumlah yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan. Ini berarti bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupannya. Kondisi tersebut akan mengakibatkan rendahnya produksi, kinerja reproduksi dan kesehatan ternak. Upaya perbaikan kualitas pakan yang dilakukan adalah pemberian suplemen, konsentrat dan hijauan berkualitas. Badan Tenaga Atom nasional (BATAN) telah mengeluarkan suplemen pakan berupa Urea Molases Multinutrien Blok (UMMB) dan Suplemen Pakan Multinutrien (SPM), suplemen pakan ini telah mampu meningkatkan produksi daging, susu dan kualitasnya serta memperbaiki penampilan reproduksi ternak (SUHARYONO et al., 2007; SUHARYONO et al., 2008; HENDRATNO et al.,1991) Suplemen UMMB telah di diseminasikan ke beberapa provinsi di Indonesia untuk dapat dibuat sendiri oleh kelompok peternak atau koperasi yang berbasis bahan baku lokal. Kendala yang dihadapi adalah ketersediaan bahan molases, sehingga harus didatangkan dari daerah lain, akibatnya harganya menjadi mahal. Oleh karena itu dilakukan upaya untuk pengurangan molases dari 29% pada UMMB menjadi 10% dalam komposisinya pada SPM. Pengujian SPM telah dilakukan pada sapi potong dan sapi perah dengan hasil dapat meningkatkan produksi melalui perbaikan feed conversion ratio dari 16,44 menjadi 14,02 gBK/g PBB pada sapi potong dan dari 45,58 menjadi 15,88 gBK/g PBB pada sapi perah; PBBh dari 0,821 kg menjadi 1,038 kg; menurunkan produksi gas metana sebesar 14,86 % dan 75,35% masing-masing pada sapi potong yang diberi pakan pakan basal jerami padi dan konsentrat atau sapi potong yang diberi pakan basal silase daun jagung dan konsentrat (SUHARYONO et al., 2006;
SUHARYONO et al., 2008; SUHARYONO dan WIDIAWATI, 2008). Manfaat dari penurunan produksi gas metana adalah pengurangan emisi gas metana ke udara, sehingga dengan pemberian suplemen pakan ikut berperan dalam pengurangan kerusakan rumah kaca dan panas global di bumi ini. Pemberian pakan yang mampu mengurangi hilangnya energi untuk pembentukan gas metana akan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan menurunkan produksi gas metana (KURIHARA et al., 1998; KURIHARA et al., 1999). Oleh karena itu dilakukan pengujian dengan menggunakan formula SPM tanpa molases, dengan cara menggunakan bahanbahan yang kandungannya seperti di molases. Kandungan molases selain banyak karbohidrat yang mudah tersedia juga mengandung mineral potasium (K), sulpur (S) dan Cobalt (Co). MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di kandang percobaan ruminansia kecil dan laboratorium nutrisi dan laboratorium proksimat Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor, selama 2 bulan. Digunakan 20 ekor domba jantan yang berumur 5 – 6 bulan dengan rata-rata bobot badan 13,9 kg. Ternak dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan pakan secara acak, dimana masing - masing kelompok mempunyai ulangan 5 ekor, dimana diterapkan rancangan acak lengkap STEEL dan TORRIE (1993). Ternak diberi pakan basal yang sama berupa cacahan rumput gajah (+ 3 cm) sebanyak 2 kg/ekor/hari. Pakan perlakuan yang diberikan berupa SPM sebagai pengganti konsentrat. Pengelompokan ternak dan penempatan ke empat jenis pakan perlakuan diperlihatkan pada Tabel 1. Masa adaptasi terhadap pakan 2 minggu dimana ternak ditempatkan pada kandang individu. Selanjutnya pengamatan konsumsi dan kecernaan selama 7 hari dilakukan di kandang metabolism. Pada akhir penelitian, diambil cairan rumen dari setiap ternak untuk dilihat ekosistem rumennya berupa analisa pH, kadar NH3 dan VFA (parsial dan total), populasi bakteri dan protozoa. Pengambilan,
531
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 1. Pengelompokan ternak, jumlah ulangan per kelompok, rataan bobot badan awal dan jenis pakan perlakuan yang diberikan kepada setiap kelompok Kelompok
Jumlah ternak
Rataan BB (kg)
I
5 ekor
13,80
Rumput Gajah 2 kg/ekor/hari
SPM 200 g/ekor/hari
II
5 ekor
14,48
Rumput Gajah 2 kg/ekor/hari
SPMTM 200 g/ekor/hari
III
5 ekor
13,64
Rumput Gajah 2 kg/ekor/hari
IV
5 ekor
13,92
Rumput Gajah 2 kg/ekor/hari
SPMTM + 1% Onggok + 1% mineral liquid 200 g/ekor/hari SPMTM + 2% mineral liquid 200 g/ekor/hari
cairan rumen dilakukan 3 jam setelah ternak mengkonsumsi pakan di pagi hari (CLARKE, 1965 dalam CHURCH 1976). Cairan rumen diambil dengan menggunakan selang yang dilengkapi dengan pompa vacuum. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analisis of Variance) dan apabila terdapat perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan’s Multiple Range Test menurut STEEL dan TORRIE (1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nutrisi pakan penellitian Hasil analisa proksimat pakan yang digunakan di dalam penelitian (Tabel 2)
Pakan basal
Pakan perlakuan
menunjukkan bahwa penghilangan bahan molases pada pakan II (SPMTM) dan menggantinya dengan onggok dan mineral (pakan III: SPMTM 1% onggok + 1% mineral liquid) serta hanya dengan mineral saja (pakan IV: SPMTM + 2% mineral liquid) menurunkan kadar air dari 6,73% menjadi di bawah 6% dan serat kasar dari 11,81% menjadi di bawah 11%. Tetapi penggantian ini meningkatkan kandungan lemak dari 4,78% menjadi di atas 5% dan energi dari 3345 Kcal/kg menjadi 3478 – 3637 Kcal/kg. Kandungan protein kasar mengalami sedikit perubahan dari 19,69% menjadi kisaran 18,7 – 20,51%. Sehingga meskipun terdapat perubahan dari kandungan nutrisi, namun perubahan ini hanya berkisar 1 – 2% saja.
Tabel 2. Kandungan nutrisi pakan yang digunakan pada penelitian SK
Pakan
Air (%)
PK (%)
Lemak (%)
Energi Kcal/Kg
(%)
Abu (%)
Ca (%)
P (%)
Rumput Gajah
6,20
7,50
0,25
3541
36,24
8,63
0,36
0,14
SPM
6,73
19,69
4,78
3345
11,81
12,05
1,63
0,34
SPMTM
5,83
20,51
5,37
3565
10,67
11,02
1,41
0,34
SPMTM 1% onggok + 1% mineral liquid
5,67
19,57
5,21
3637
10,50
11,06
1,23
0,33
SPMTM 2% mineral liquid
5,33
18,70
5,01
3478
10,61
14,65
1,75
0,34
532
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Konsumsi dan kecernaan pakan Hasil pengukuran terhadap konsumsi bahan kering, nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik pakan serta Total Digestible Nutrient (TDN) pakan oleh ternak dalam setiap kelompok perlakuan disajikan pada Tabel 3. Penghilangan bahan baku molases pada pembuatan SPM (SPMTM) dan atau mengganti molases dengan bahan lain, berupa Onggok dan mineral liquid tidak merubah nilai biologis dari SPM. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perbedaan nyata pada konsumsi bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik serta TDN pakan oleh domba yang diberi keempat jenis perlakuan pakan (P > 0.05).
Tabel 4. Penggantian bahan baku molases oleh onggok dan mineral liquid ternyata tidak memberikan dampak pada penampilan ternak, seperti yang terlihat dari nilai PBB dan PBBh. Pengamatan terhadap perubahan bobot badan ternak selama 1 bulan mengkonsumsi pakan perlakuan menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada PBB mapun PBBh ternak domba (P > 0,05). Demikian pula halnya dengan nilai Feed Convertion Ratio, Meskipun pada pakan III dan IV nilai FCR nya lebih baik dibandingkan dengan pakan I dan II, namun secara statistik tidak berbeda nyata. dimana tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara keempat kelompok perlakuan (P > 0,05). Ekosistem rumen
Pertambahan bobot badan dan feed conversion ratio Nilai rataan PBB dan PBBh serta FCR dari 4 kelompok domba yang diberi pakan perlakuan yang diamati selama sebulan ditampilkan pada
Hasil pengukuran kandungan ammonia, populasi mikroba dan kosentrasi VFA baik parsial maupun total disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Penggantian molases dengan
Tabel 3. Rataan konsumsi bahan kering (BK); kecernaan BK dan bahan organik (BO) serta Total Digestible Nutrient (TDN) pakan oleh tenak Kelompok
Konsumsi BK (g)
Kecernaan BK (%)
Kecernaan BO (%)
TDN (%)
I
422,64
61,36
60,86
53,47
II
411,07
62,48
61,23
52,40
III
411,61
61,40
60,42
52,73
IV
415,80
62,31
61,65
52,16
I: pakan basal + SPM; II: pakan basal + SPMTM; III: pakan basal + SPMTM + 1% onggok + 1% mineral liquid; IV: pakan basal + SPMTM + 2% mineral liquid
Tabel 4. Rataan bobot badan awal dan akhir, pertambahan bobot badan (PBB); pertambahan bobot badan harian (PBBh); konsumsi pakan dan feed convertion ratio (FCR) oleh ternak yang diberi 4 jenis perlakuan pakan selama 1 bulan BB awal (kg)
BB akhir (kg)
PBB (kg)
PBBh (g)
Konsumsi BK (g)
FCR (g BK/g BB)
I
13,80
15,00
1,20
133,33
422,64
3,332
II
14,48
15,60
1,12
124,44
411,07
3,746
III
13,64
14,92
1,28
142,22
411,61
3,143
IV
13,92
15,20
1,28
142,22
415,80
3,101
Kelompok
I: pakan basal + SPM; II: pakan basal + SPMTM; III: pakan basal + SPMTM + 1% onggok + 1% mineral liquid; IV: pakan basal + SPMTM + 2% mineral liquid
533
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
rumen, namun penggantian dengan onggok: (1%) secara nyata merubah konsentrasi ammonia dalam cairan rumen (P < 0,01). Kombinasi onggok dan mineral liquid dalam pembuatan SPM meningkatan total populasi bakteri dalam rumen (P < 0,01). Namun penggantian hanya dengan mineral liquid saja, menyebabkan terjadinya penurunan total populasi bakteri (P < 0,01). Penghilangan unsur molases menyebabkan terjadinya penurunan total populasi protozoa (P < 0,01). Molases merupakan sumber karbohidrat siap pakai (pati) sebagai makanan utama protozoa. Dihilangkannya unsur molases dalam SPM menyebabkan ketersediaan karbohidrat siap pakai (pati) menjadi berkurang yang berdampak pada perkembangan populasi protozoa dalam rumen (BONSI et al., 1996). Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisa tentang komposisi bakteri maupun protozoa, sehingga tidak diperoleh data lengkap tentang
jenis bakteri maupun protozoa yang mengalami kenaikan maupun penurunan. Sehingga data yang diperoleh hanyalah data total populasi bakteri baik dari kelompok bakteri selulolitik maupun amilolitik. Kombinasi onggok (1%) dan mineral liquid (1%) secara nyata meningkatkan konsentrasi VFA total sebanyak 13,65% (P < 0,01) (Tabel 6). Penggantian dengan unsur mineral liquid (2%) saja berdampak pada penurunan konsentrasi VFA dalam rumen (P < 0,01). Peningkatan konsentrasi VFA cairan rumen domba di kelompok III disebabkan oleh terjadinya peningkatan produksi asam asetat (C2). Diantara keempat kelompok perakuan, perlakuan III mempunyai proporsi C2 yang tertinggi (63,22%) dibandingkan kelompok II (59,42%), kelompok I (57,61%) dan kelompok IV (56,07%). Di lain pihak kombinasi onggok dan mineral liquid (di kelompok III) menyebabkan penurunan proporsi propionat
Tabel 5. Rataan nilai pH, kandungan ammonia, total populasi bakteri dan protozoa dalam cairan rumen domba yang diberi 4 jenis perlakukan pakan Kelompok
pH
ammonia mg/L
Total populasi bakteri koloni/ml
Total populasi protozoa sel/ml
I
6,18
666,54a
28,36 x 10 9b
2,52 x 10 6a
II
6,16
592,59a
34,21 x 10 9a
0,74 x 10 6c
III
5,89
496,42b
37,25 x 10 9a
0,88 x 10 6bc
IV
5,98
616,42a
23,22 x 10 9c
1,24 x 10 6b
Huruf yang berbeda dalam satu kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P < 0,01). I: pakan basal + SPM; II : pakan basal + SPMTM; III: pakan basal + SPMTM + 1% onggok + 1% mineral liquid; IV: pakan basal + SPMTM + 2% mineral liquid
Tabel 6. Rataan nilai konsentrasi VFA secara individu dan VFA yang dihasilkan di dalam cairan rumen domba yang diberi 4 jenis perlakuan pakan Konsentrasi VFA total (mmol/L)
Konsentrasi VFA individu (mmol/L)
Kelompok C2
C3
iC4
nC4
iC5
nC5
I
89,29
48,97
1,95
12,720
1,85
1,12
II
78,19
41,26
1,28
9,920
0,95
-
III
111,37
49,12
2,95
11,61
0,96
0,74
176,16
IV
75,12
41,11
1,71
13,55
1,33
1,15
133,97 c
155,00
b
131,59 c a
Huruf yang berbeda dalam satu kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P < 0,01) I: pakan basal + SPM; II: pakan basal + SPMTM; III: pakan basal + SPMTM + 1% onggok + 1% mineral liquid; IV: pakan basal + SPMTM + 2% mineral liquid; C2: asam asetat; C3; asam propionat; C4; asambutirat
534
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
(C3) dari 31,59% pada kelompok I; 31,35% pada kelompok II dan 30,68% pada kelompok IV menjadi hanya 27,88%. Konsentrasi asam acetat (C2); asam propionat (C3) dan asam butirat (C4) dapat digunakan untuk menduga gas metana yang dihasilkan dengan mengunakan rumus : Gas metana (mmole) = 0,5[C2 mmole] + 0,5[C4 mmole] - 0,25[C3mmole] (OWENS dan GOETSCH, 1988). Hasil penghitungan perkiraan jumlah gas metana yang dihasilkan selama proses fermentasi pakan perlakuan di dalam rumen domba ditampilkan pada Gambar 1. Perubahan ratio C2 dan C3 berdampak nyata terhadap produksi ternak maupun lingkungan. Dimana kehadiran unsur C2 di dalam rumen dapat menyebabkan peningkatan produksi gas metana (CHURCH, 1976). Produksi gas metana mengindikasikan banyaknya energi pakan yang terbuang dalam bentuk gas, yang menunjukkan rendahnya efisiensi penggunaan pakan
39,74
Konsentrasi gas metana (mmole)
60
(BAKER, 1999) dan produksi ternak. Peningkatan produksi gas metana juga berkontribusi negatif terhadap dampak pemanasan bumi (JOBLIN, 1999). Data estimasi gas metana dalam rumen menunjukkan bahwa penghilangan unsur molases dapat menurunkan secara nyata produksi gas metana di dalam rumen sebanyak 13,5% (P < 0,01). Apabila fungsi molases ini digantikan dengan mineral liquid, maka penurunan produksi gas metana hanya sebesar 12,15%, namun tetap memberikan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01). Namun, penambahan onggok (1%) untuk menggantikan molases secara nyata meningkatkan produksi gas metana dari 39,74 mmole menjadi 50,68 mmole, atau terjadi kenaikan sebesar 27,53% (P < 0,01). Hal ini dimungkinkan karena onggok berdampak pada peningkatan produksi acetat yang merupakan salah satu prekursor pembentukan gas metana (BAKER, 1999; PEREZ-MALDONADO and NORTON, 1996).
34.91c
50,68 a
34,38
50 40 30 20 10 0 I
II
III
IV
Kelompok Perlakuan Pakan
Gambar 1. Perkiraan nilai konsentrasi gas metana yang dihasilkan di dalam rumen domba yang diberi pakan perlakuan
KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa penggantian molases dengan onggok dan larutan mineral tidak merubah nilai biologis pakan suplemen
SPM, menghasilkan respon ternak yang sama, tetapi merubah produk akhir fermentasi dengan meningkatkan produksi asam asetat dan gas metana.
535
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
DAFTAR PUSTAKA BONSI, M.L.K., AK TUAH, P.O. OSUJI, VI NSAHLAI and N.N. UMUNNA. 1996. The effect of protein supplement source or supply pattern on the intake, digestibility, rumen kinetics, nitrogen utilisation and growth of ethiopian Menz Sheep Fed Teff Straw. Anim. Feed. Sci. Tech. 64: 11 – 25. BAKER, S.K. 1999. Rumen Methanogenes and Inhibition of Methanogenesis. Aust. J. Agrig. Res. 50: 1293 – 1298. CHURCH, D.C. 1976. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants. Oxford Press, Oregon. DIGGINGS, R.V., C.E. BUNDY and V.M. CRISTENEN. 1979. Dairy Production. 4th Ed. New Jersey. Pretice Hall. HENDRATNO, C., N.J. NOLAN, and R.A. LENG. 1991. The Importance of Urea Mollasses Multinutrien Block for ruminant production In Indonesia. In Isotope and Related Techniques in Animal Production and Healt. International Atomic Energy Agency. Vienna: (1991) pp. 157 – 170. JOBLIN, K.N. 1999. Ruminal Acetogenes and Their Potential to Lower Ruminant Methane Emissions. Aust. J. Agric. Res. 50: 1307 – 1313. KURIHARA, M., F. TERADA, R.A. HUNTER, T. NISHIDA and G.J. MCCRABB. 1998. The Effect of diet and live weight gain on methane production in temperate and tropical beef cattle. Proc. of the 8th World Conference on Animal Production, Seoul National University, Seoul, Korea. pp. 364 – 365. KURIHARA, M., T. MAGNER, R.A. HUNTER and G.J. MCCRABB. 1999. Methane production and energy partition of cattle in the Tropics. British J. Nutrition. 81: 263 – 272.
536
OWENS, F.N. and A.L. GOETSCH. 1988. Ruminal Fermentation. In: The Ruminal Animals, Digestive Physiology and Nutrition. Church, D.C. (Ed.). Prentice Hall, New Jersey. pp. 145 – 171 PEREZ-MALDONADO and NORTON. 1996. The Effect of Condense Tannin from Desmoodium intortum and Calliandra Calothyrsus on Protein and Carbohydrat Digestion in Sheep and Goats. Brit. J. Nutr. 76: 515 – 533. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik, Terjemahan. PT Gramedia, Jakarta. SUHARYONO dan Y. WIDIAWATI. 2008. Ekosistem rumen sapi Peranakan Ongole (PO) yang diberi Pakan Suplemen Multinutrien (SPM) atau Legor. Diseminarkan pada Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor 11 – 12 Nopember 2008, Puslitbangnak, Bogor. SUHARYONO, A. KURNIAWATI dan T.S. WAHIDIN. 2006. Perbaikan produksi dan qualitas susu sapi perah dengan pemberian suplemen pakan multinutrien. Lokakarya Sapi Perah di Balitnak, Ciawi Bogor, 23 Nopember 2006 SUHARYONO, L. FARIDA, A. KURNIAWATI dan ADIARTO. 2008. Efek suplemen pakan terhadap pencapaian produksi sapi perah pada laktasi pertama. Diseminarkan pada Lokakarya Sapi Perah Nasional di SKPTI, Jakarta SUHARYONO, M. WINUGROHO and Y. WIDIAWATI. 2007. The Effect of feed supplement multinutrient supplementation to corn leaves silage basal diet on methane production and productivity of peranakan ongole cattle. Dipresentasikan pada Seminar ISTAP Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.