Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
PENGARUH JERAMI JAGUNG DAN SUPLEMEN PAKAN MULTI-NUTRIEN (SPM) TERHADAP PRODUKSI GAS SECARA IN VITRO (Effect of Corn Stover and Multinutrient Feed Supplement on In Vitro Gas Production) LYDIA ANDINI, W.T. SASONGKO, ASIH KURNIAWATI dan SUHARYONO Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN
ABSTRACT The purpose of this research was to obtain information on optimum levels of use of multinutrient feed supplement (MFS) in the complete feed. Treatment of S1 to S5 feed were MFS concentration of 0, 2.5, 5, 10 and 20% in the corn stover of 100, 97.5, 95, 90 and 80% respectively. Research are conducted in vitro using syringe and media, among them were rumen obtained from fistulated buffalo supplemented with buffer and also macro and micro minerals needed for microbacterial growth. Measured parameters were pH. VFA (Volatile Fatty Acid). NH3. DM (dry matter). Organic matter (OM) and gas production during 24 hour incubation at the temperature of 39°C. Biological test and laboratory scale nutrient content results showed that use of corn stover + MFS produced gas in the amount of 59.85 ml/g and BK of S3 is 91.95%. ammonium (NH3) is 28.10 mg/100 ml liquid rumen. Total VFA is 6.49 mmol/100 ml liquid rumen. Crude protein content of MFS was 28.81% while corn stover 6.0%. Ash content of corn stover and MFS is almost equal: 7.8 and 7.6% respectively. Key Words: Corn Stover, MFS, Gas Production, In Vitro ABSTRAK Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah mendapatkan informasi tingkat optimal penggunaan suplemen pakan mult-inutrien (SPM) untuk pakan komplit secara in vitro. Perlakuan pakan S1 – S5 adalah konsentrasi SPM sebesar 0, 2,5, 5, 10 dan 20% dan konsentrasi jerami jagung sebesar 100, 97,5, 95, 90 dan 80%. Penelitian dilaksanakan secara in vitro dengan menggunakan syring dan media yang antara lain terdiri dari cairan rumen yang diambil dari kerbau fistula ditambah bufer dan mineral makro maupun mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba. Parameter yang diukur antara lain pH, VFA, NH3, BK (Bahan kering), BO (Bahan organik), dan produksi gas selama inkubasi 24 jam pada suhu 39oC. Hasil uji biologis dan kandungan nutrisi skala laboratorium didapatkan hasil bahwa pemakaian pakan jerami jagung + SPM menghasilkan produksi gas sebesar 59,85 ml/g dan BK S3 = 91,95%, amonia (NH3) yaitu 28,10 mg/100 ml cairan rumen Total VFA yaitu 6,49 mmol/100 ml cairan rumen. Kandungan nutrisi untuk protein kasar SPM sebesar 28,81% sedangkan jerami jagung 6,0%. Kadar abu jerami jagung dan SPM hampir sama yaitu sebesar 7,8 dan 7,6%. Kata Kunci: Jerami Jagung, SPM, Produksi Gas, In Vitro
PENDAHULUAN Produktivitas ternak ruminansia sangat tergantung oleh pakan dan juga produk mikroba rumen. Komposisi dan populasi mikroba rumen bervariasi tergantung dari ternak dan pakan yang diberikan. Tersedianya bahan pakan yang terbatas dan rendahnya kualitas akan menyebabkan rendahnya
116
produktivitas ternak. sehingga diperlukan suplementasi bahan lain untuk memenuhi kebutuhan. terutama sumber protein. Bahan pakan yang merupakan sumber protein merupakan bahan pakan yang relatif mahal. Oleh karena itu, perlu dicari bahan pakan yang murah dan dapat dijadikan suplemen alternatif. Penggunaan SPM (suplemen pakan multinutrien) yang dikembangkan oleh BATAN telah
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
cukup dikenal berdampak positif terhadap produksi ternak baik ternak potong maupun ternak perah. SPM merupakan generasi kedua dari Urea Molases Multinutrien Blok (UMMB) dimana kandungan molase dalam formulanya lebih sedikit dibandingkan dengan UMMB. Molases mempunyai fungsi sebagai penyedia karbohidrat terlarut yang cepat dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Disamping itu molase juga menyediakan trace mineral yang dibutuhkan mikroba rumen. Penelitian di beberapa daerah menunjukkan pemberian SPM mempunyai efek yang nyata terhadap peningkatan produksi dan efisiensi pakan (ANGGORODI, 1979; ANDINI et al., 2004; BATAN, 2005; SUHARYONO et al., 2005), sebagai sumber utama energi mencapai 50% (SUSANTO et al., 1988). Sementara itu, KUSUMAWARDHANI (2003) menyebutkan molases sebagai sumber kalsium, natrium dan sulfur disamping mengandung vitamin B komplek dan unsur mikro penting bagi pertumbuhan mikroba rumen yaitu Cobalt, Brom, Cu, Mn dan Zn (LENG, 1993) Jerami jagung merupakan salah satu sumber utama pakan basal bagi ternak ruminansia. Namun pemberian jerami jagung saja belum mampu memenuhi kebutuhan untuk mendukung produksi optimal ternak. Pemberian suplemen pada jerami jagung dalam bentuk pakan komplit diharapkan mampu meningkatkan produksi ternak. Formulasi pakan yang memenuhi kebutuhan ternak dapat dilakukan dengan teknik nuklir untuk mengukur kualitas dan menguji pengaruh biologisnya. Formula suplemen pakan yang telah diuji dengan teknik nuklir adalah suplemen pakan multi-nutrien SPM (SUHARYONO et al., 2005). Atas informasi diatas untuk perbaikan nutrisi pada musim kemarau maka digunaan gabungan hijauan jerami jagung ditambah SPM. Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah mendapatkan informasi tingkat optimal penggunaan suplemen pakan untuk pakan komplit secara in vitro. MATERI DAN METODE Materi uji pakan secara in vitro Pakan yang digunakan ialah jerami jagung dan Suplemen Pakan Multi-nutrien (SPM).
Kerbau berfistula digunakan untuk diambil cairan rumennya sebagai sumber mikroba rumen. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Bidang Pertanian, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Batan. Perlakuan pakan S1 – S5 adalah konsentrasi SPM sebesar 0, 2,5, 5, 10 dan 20% dan konsentrasi jerami jagung sebesar 100, 97,5, 95, 9 dan 80%. Kemudian pakan diinkubasi dalam gelas syringe selama 24 jam pada suhu 39°C dalam cairan rumen dan media bufer yang mengandung mineral makro dan mikro. Setelah diinkubasi dianalisis pH, NH3, VFA, kadar abu, bahan kering, bahan organik dan produksi gas dengan metode Hohenheim (MAKKAR, 1992). Analisis pH: menggunakan pH meter Knick 765 Calimatic. Analisis NH3-N: menggunakan metode cawan Conway dilanjutkan dengan titrasi. Analisis VFA: menggunakan metode mikrokjeldhal dilanjutkan dengan titrasi. Data hasil evaluasi pakan dianalisis dengan metode statistik dengan rancangan acak kelompok. Teknik nuklir digunakan untuk evaluasi biologis pakan dan kandungan mineral dengan X-Ray Fluorosensi atau Analisis Pengaktifan Neutron (APN). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji pakan secara in vitro Hasil analisis evaluasi biologi pakan (jerami jagung + SPM) disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel tersebut terlihat nilai rata-rata 3 kali ulangan pada parameter yang diukur antara lain pH, amonia, VFA, bahan kering, bahan organik dan produksi gas dari jerami jagung + SPM yang diinkubasi selama 24 jam dalam media cairan rumen dan bufer. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa penambahan SPM pada jerami jagung cenderung meningkatkan produksi gas. khususnya pada perlakuan S3 dan S4 (55,30 dan 59,85 mL/g BK) jika dibanding dengan S1 dan S5. yaitu sebesar 52,95 dan 52,90 gmL/g BK. Walaupun pada perhitungan statistik menunjukkan tidak berbeda nyata pada P > 0,05
117
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
terbukti dengan produksi gas yang paling tinggi. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan mikroba meningkat karena medianya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh mikroba pendegradasi karbohidrat yaitu selulolitik maupun mikroba proteolitik yang mendegradasi protein. Pada percobaan sebelumnya telah terbukti bahwa SPM pada uji lapang mampu meningkatkan bobot badan 250% dari beberapa jenis sapi dan 27,9% produksi susu jika dibandingkan dengan pemberian konvensional (SUHARYONO et al., 2005). Penggunaan suplemen pakan multi-nutrien (SPM) telah dilaksanakan pada uji lapang di beberapa lokasi yaitu di Provinsi Bali, Sumatera Barat. Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Hasil analisis kandungan nutrisi pakan disajikan pada Tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kadar abu antara SPM dan jerami jagung hampir sama. Kadar abu mempresentasikan total kandungan mineral. Protein kasar jerami jagung 6,0% akan tetapi diimbangi oleh protein kasar pada SPM yaitu 28,81%. Kandungan protein pada SPM lebih tinggi karena sumber protein dalam komposisinya terdiri dari 2 hasil samping industri pangan, lamtoro, gliricidia dan bungkil kedelai.
Konsentrasi TVFA adalah 6,49 mmol/100 mL pada S3 tampak produksi tertinggi di antara perlakuan konsentrasi SPM yang lain. Sedangkan konsentrasi amonia tertinggi 28.10 mg/100 mL pada perlakuan S3. Menurut SATTER dan SLYTER (1974) amonia yang diperlukan oleh mikroba untuk pertumbuhan mikroba in vitro tidak lebih dari 5 mg/100 ml. Sedangkan peneliti lain mendapatkan bahwa untuk memaksimalkan laju pertumbuhan bakteri dan konsumsi pakan. konsentrasi amonia dalam rumen diharapkan sebesar 20 mg/100 mL. Sehingga produksi amonia pada penelitian ini cukup untuk laju pertumbuhan mikroba rumen. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan S3 produksi NH3, VFA dan gas paling baik untuk laju pertumbuhan mikroba rumen sehingga diharapkan akan mempengaruhi peningkatan metabolisme di dalam rumen. Menurut perhitungan statistik pada P = 0,05 semua perlakuan tidak berbeda nyata walaupun mempunyai kecenderungan meningkatkan produk fermentasi di dalam rumen. Analisis produksi gas hasil fermentasi secara in vitro menunjukkan pada perlakuan S3: 55,3 mL/g dan S4: 59,85 mL/g, Pada perlakuan dengan kandungan SPM 10% (S4) kondisi pertumbuhan mikroba paling baik,
Tabel 1. Pengaruh penggunaan pakan komplit jerami jagung + SPM terhadap hasil fermentasi in vitro (ratarata dari 3 kali ulangan) Parameter
S1
S2
S3
S4
S5
pH
7,08
7,06
7,04
7,11
7,11
NH3 mg/100 mL
26,94
27,85
28,10
27,35
28,10
VFA mmol/100 mL
5,58
5,63
6,49
5,16
6,05
Produksi gas mL/g BK
52,95
54,20
55,30
59,85
52,90
BK (%)
92,00
92,00
91,95
91,58
91,84
BO (%)
90,50
89,51
89,47
90,32
90,74
S1 – S5 = Konsentrasi SPM 0, 0,25, 0,5, 0,10 dan 20% Tabel 2. Nilai nutrisi dalam jerami jagung dan SPM pada pakan perlakuan Jenis sampel SPM BATAN Jerami jagung*
Air
Abu
10,70 14,00
7,83 7,60
Serat kasar
Energi
17,16 29,10
3997,20 -
(%)
*Dikutip dari HARTADI et al. (10)
118
Protein kasar 28,81 6,00
BK
Kal/g
BO (%)
89,30 86,00
92,17 -
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Sedangkan serat kasar lebih tinggi pada jerami jagung dibanding SPM hal ini akan menguntungkan dalam hal pemenuhan volume dari pakan. Hasil analisis kandungan mineral dalam jerami jagung dan SPM pada pakan perlakuan disajikan pada Tabel 3. Meskipun total mineral antara SPM dan jerami jagung hampir sama, namun kandungan mineral pada SPM lebih lengkap seperti terlihat pada Tabel 3. Kandungan mineral pada SPM cukup banyak macamnya sehingga kekurangan mineral dari jerami jagung dapat dipenuhi oleh mineral pada SPM.
Produksi gas selama 24 jam pertumbuhan mikroba rumen dapat dilihat pada Gambar 1. Pengamatan produksi gas tiap 2 jam sampai 10 jam dicatat hingga jam ke-24. Pada gambar tersebut menunjukkan peningkatan terus, hal ini dapat dilihat dari grafik yang makin meningkat hampir sebagai garis lurus. Apabila ditinjau dari pertumbuhan mikroba kemungkinan masih akan terus meningkat, tetapi kita belum tahu sampai jam ke berapa akan mengalami fase stationer. Pertumbuhan mikroba dalam rumen ada bermacam-macam termasuk diantaranya mikroba proteolitik, selulolitik dan lain-lain.
Tabel 3. Kandungan mineral dalam jerami jagung dan SPM pada pakan perlakuan
Se (mg/kg)
Cr (mg/kg)
P (%)
Kadar unsur Fe (%) K (%)
SPM
tt
22,80
0,40
0,3170
Jerami jagung*
-
-
0,09
-
Nama sampel
Zn (mg/kg)
Co (mg/kg)
Ca (%)
8,60
125,97
1,42
34,77
1,41
-
-
0,46
20
25
tt : tidak terdeteksi; * Dikutip dari HARTADI et al. (2005)
70 60
Produksi gas (ml)
50 40 30 20 10 0 0
5
10
15
Waktu (jam) JJS1
JJS2
JJS3
JJS4
JJS5
Gambar 1. Grafik produksi gas mikroba rumen selama 0 sampai 24 jam
119
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
KESIMPULAN Hasil uji biologis dan kandungan nutrisi skala laboratorium produksi gas jerami jagung + SPM pada perlakuan S3 (5% SPM) dan S4 (10% SPM) yaitu 55,30 dan 59,85 mL/g BK lebih tinggi jika dibandingkan dengan S1 (tanpa SPM) dan S5 (20% SPM) yaitu sebesar 52,95 dan 52,90 mL/g BK. Produksi amonia (NH3) sebesar 28,10 mg/100 ml pada penambahan 5% SPM sedangkan total VFA sebesar 6,49 mmol/100 ml. Pada penelitian ini dapat disimpulkan sementara bahwa perlakuan 5% SPM cukup untuk meningkatkan laju pertumbuhan mikroba rumen. Kandungan nutrisi untuk protein kasar SPM sebesar 28,81% sedangkan jerami jagung 6,0%. Kadar abu jerami jagung dan SPM hampir sama yaitu sebesar 7,8 dan 7,6%. DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI. R. 1979. Ilmu makanan ternak umum. P.T. Gramedia. Jakarta. ANDINI, L., SUHARYONO dan W.T. SASONGKO, 2004. Uji in vitro kualitas suplemen pakan UMMB yang berasal dari berbagai daerah. Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, Jakarta. BATAN. 2005. UMMB (Urea Molasses Multinutrient Block) pakan ternak tambahan bergizi tinggi. Atomos Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta. HARTADI, H., S. REKSOHADIPROJO dan ALLEN D. TILLMAN. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gajah Mada Press, Yogyakarta.
120
KUSUMAWARDHANI, T, 2003. Pengaruh Penambahan Molases sebagai Aditif pada Ensilase Campuran 55% Tebon Jagung (Zea mays) dan 45% litter broiler Terhadap Kecernaan dan Produksi Gas secara In-vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. LENG, R.A. 1993. Quantitative Ruminant Nutrition. Aust. J. Agric. Res. 44: 363 – 380. MAKKAR. H.P.S. 1992. Blummel and Becker. K. Formation of Complexes Between Polyninyl Pyrolidones on Polyethilene Glycose and Tanin and Their Implication in Gas Production and True Digestibility. Br. J. Nutr. 73: 893 – 913. SATTER. L.D. and L.L. SLYTER. 1974. Effect of ammonia concentration on rumen microbial protein production in vitro. Br. J. Nutr. 32: 199. SUHARYONO dan L. ANDINI. 2005. Pengaruh Pemberian UMMB dan Evaluasi Biologis Pakan Lokal Terhadap Metabolisme Rumen. Pertambahan Bobot Badan dan Kandungan Mineral pada Sapi Bali Nusa Tenggara Barat. Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi Batan, Jakarta. SUHARYONO et al. 2005. Laporan kegiatan dari uji lapang suplemen pakan multinutrien (SPM) di Yogyakarta. Jawa Tengah dan Jawa Barat (2005). SUSANTO dan ANJANI. 1988. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Nuffic, Malang.