Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUPLEMEN MULTINUTRIEN (SPM) DAN LEGOR TERHADAP PRODUKTIVITAS SAPI PO (The Effect of Feeding Multi-nutrient Feed Supplement (MFS) and Legor on PO Cattle Productivity) M. WINUGROHO1, SUHARYONO2 dan Y. WIDIAWATI1 2
1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 Badan Tenaga Atom Nasional, Cinere Pasar Jumat Jakarta Selatan
ABSTRACT High protein diet as feed supplement is become an important part of the total ration in cattle production in Indonesia because most of the roughage diets available is low in the quality. Multi-nutrient Feed Supplemen (MFS) and Legor are feed supplement which contain high protein (> 20%). The experiment was conducted in order to determine the effect of MFS and Legor supplemented to rice straw basal diet of PO cattle. Fifteen PO cattles were divided into Control Group fed rice straw + concentrate (basal diet), MFS Group fed basal diet + MFS; Legor Group fed basal diet + Legor. Measurements were undertaken on feed consumption, dry matter digestibility, daily gain and feed conversion ratio. The results shows that MFS increased the consumption of dry matter by 6%, protein by 11,35% and energy by 6,55%, dry matter digestibility by 4,55% , daily gain by 26,43% and FCR by 17,58%. Legor increased FCR by 17,5% and daily gain by 14,13% although had no effect on feed consumption and digestibility. Key Words: Multi-nutrient Feed Supplement (MFS), Legor, Feed Consumption, Dry Matter Digestibility, Body Weight ABSTRAK Pemberian pakan suplemen kaya protein menjadi penting pada kondisi peternakan sapi potong di Indonesia dikarenakan rendahnya kualitas hijauan yang tersedia. Pakan Suplemen Multi-nutrien (SPM) dan Legor adalah dua jenis pakan suplemen yang mengandung protein lebih dari 20%. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian kedua jenis pakan suplemen kaya protein ini pada ternak yang mengkonsumsi jerami padi sebagai pengganti rumput. Penelitian dilakukan terhadap 15 ekor sapi PO penggemukan yang dibagi menjadi Kelompok Kontrol dengan pakan jerami dan konsentrat (basal), Kelompok Perlakuan SPM diberi pakan basal + SPM, Kelompok Perlakuan Legor diberi pakan basal + Legor. Pengamatan dilakukan terhadap konsumsi pakan, kecernaan bahan kering, PBHH dan efisiensi penggunaan pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan suplemen SPM dapat meningkatkan konsumsi bahan kering 6%, protein 11,35% dan energi 6,55%, kecernaan bahan kering 4,55%, PBHH 26,43%, dan efisiensi penggunaan pakan 17,58%. Pemberian pakan suplemen Legor meningkatkan efisiensi penggunaan pakan 17,5% dan PBHH 14,13% meskipun tidak meningkatkan konsumsi bahan kering, protein dan energi serta kecernaan bahan kering pakan. Kata Kunci: Pakan Suplemen Multi-nutrien (SPM), Legor, Konsumsi, Kecernaan, Bobot hidup
PENDAHULUAN Ketersediaan hijauan berkualitas yang berfluktuasi sepanjang tahun mendorong peternak menggunakan limbah pertanian dan perkebunan sebagai sumber serat pakan ruminansia. Salah satunya adalah jerami padi yang ketersediaannya berlimpah. Telah
diketahui bahwa jerami padi mengandung serat kasar tinggi dan rendah protein. Oleh karena itu, penambahan pakan suplemen mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Banyak pakan suplemen yang menyediakan nutrisi pelengkap hijauan bagi ternak ruminansia yang tersedia di pasaran, namun
81
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
harganya yang cukup tinggi menyebabkan keuntungan peternak berkurang apabila mereka memberikannya kepada ternak. Dua jenis pakan suplemen yang mengandung protein tinggi dikeluarkan oleh BATAN yaitu Pakan Suplemen Multi-nutrien (SPM) dan oleh Balitnak yaitu Legor. Pakan Suplemen Multi-nutrien (SPM) adalah pakan yang merupakan sumber karbohidrat, protein dan mineral serta vitamin. Pakan suplemen ini terbuat dari kombinasi antara limbah dari pabrik makanan dan kulit kacang kedelai. Berdasarkan hasil analisa di Laboratorium BATAN, maka diketahui kandungan berturut-turut protein dan serat kasar SPM yaitu 22,44 dan 34,64%. Pemberian SPM kepada sapi biasanya tidak pernah melebihi 500 g/ekor/hari. Hal ini disebabkan tingginya kandungan serat dan protein dari pakan suplemen ini. Pengujian SPM pada skala lapangan telah dilakukan di beberapa provinsi seperti Sumatera barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Jawa barat dan Sulawesi selatan dengan hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bobot hidup ternak akibat pemberian SPM sebesar 81% pada sapi PO, 106% pada sapi Bali dan 37 – 64% pada sapi Import (SUHARYONO et al., 2005, unpublished data). Legor adalah pakan suplemen yang terbuat dari 3 jenis tanaman leguminosa yaitu Gliricidia (Gliricidia sepium), Laucaena (Leucaena leucocephala) dan Kaliandra (Calliandra calothyrsus). Pakan ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 23% (HASIL ANALISA LAB. BPT, 2006) sehingga dimasukkan ke dalam kelompok pakan sumber protein. Potensi ketiga pohon leguminosa ini di Indonesia cukup besar. Produksi daunnya cukup tinggi yaitu sekitar 11,4 ton /ha/tahun untuk Leucaena dan Kaliandra serta 12,7 ton/ha/tahun untuk Gliricidia (ELLA et al., 1989). Masing-masing tanaman dapat dipanen daunnya setiap 3 bulan. Sehingga dalam satu tahunnya dapat di panen sebanyak 4 kali. Tanaman ini juga mudah tumbuh dimanamana. Dapat digunakan sebagai pagar hidup disekitar rumah atau sekitar tegalan sawah. Penggunaan Legor pada induk sapi PO sebanyak 30 – 40% dari total bahan kering pakan yang dikonsumsi terbukti dapat memperpendek periode post partum anoestrus
82
dan memperpendek calving interval induk sapi PO di daerah basah maupun kering dataran tinggi maupun dataran rendah (YUSRAN dan TELENI, 2000; Komarudin MA’SUM et al., 2000). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian campuran ketiga leguminosa tersebut dapat mensuplai tambahan protein bagi ternak yang mengkonsumsinya. Namun demikian penggunaannya pada sapi PO yang digemukan dengan pakan dasar serat kasar tinggi belum pernah diujikan. Penelitian yang ditampilkan ditujukan untuk mengetahui dampak pemberian SPM dan Legor terhadap produktivitas sapi PO yang digemukan dengan menggunakan pakan dasar jerami padi. MATERI DAN METODE Penelitian menggunakan 15 ekor sapi PO dilokasi peternak sekitar Cikereteg kabupaten Sukabumi. Bobot hidup rata-rata ternak adalah 248,6 kg. Sapi tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu: 1. Kelompok Kontrol (rata-rata BB = 249 kg), diberi pakan jerami padi ad libitum dan konsentrat milik peternak sebanyak 5 kg. 2. Kelompok Perlakuan SPM (rata-rata BB = 235 kg), diberi pakan jerami padi ad libitum dan konsentrat milik peternak sebanyak 5 kg dengan penambahan pakan suplemen SPM sebanyak 500 g. 3. Kelompok Perlakuan Legor (rata-rata BB = 239 kg), diberi pakan jerami padi ad libitum dan konsentrat milik peternak sebanyak 5 kg dengan penambahan Legor sebanyak 300 g. Legor yang merupakan campuran 3 macam pohon leguminosa diberikan dalam bentuk kering giling, dimana proses pengeringannya dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemberiannya di lapangan yang lokasinya jauh dari tempat dimana diperoleh tanaman leguminosa segar. Ternak diberi masa adaptasi terhadap pakan perlakuan selama 14 hari sebelum dilakukan pengamatan terhadap parameter yang diukur. Adapun parameter yang diukur adalah kualitas pakan yang diambil 3 kali selama masa penelitian, konsumsi pakan yang diamati setiap hari, kecernaan bahan kering yang diamati
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Berdasarkan kandungan protein ini, maka pemberian pakan suplemen ini didalam ransum tidaklah banyak, yaitu hanya sekitar 7%. Meskipun kualitas konsentrat yang dimiliki oleh peternak sudah cukup baik (PK 12,71%), Namun demikian untuk mendapatkan pertambahan bobot hidup yang lebih optimal perlu penambahan protein dan energi yang disuplai oleh pakan suplemen.
selama 7 hari dan pertambahan bobot hidup yang diukur setiap dua minggu selama 3 bulan masa penelitian. dilakukan setelah ternak teradaptasi mengkonsumsi pakan perlakuan selama 2 minggu. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dengan menggunakan Excel Versi 7.0 untuk Window 95 (Microsoft Corporation, USA) dan dianalisa statistik dengan menggunakan SPSS Versi 7.0 untuk Window 95 (SPSS Inc. USA). Ketika terdapat perbedaan nyata pada perlakuan maka dilanjutkan dengan pengujian LSD test menurut STEEL dan TORRIE (1980).
Konsumsi dan kecernaan bahan kering pakan Nilai rataan konsumsi dan kecernaan pakan penelitian oleh sapi PO ditampilkan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa ternak yang diberi pakan suplemen SPM memiliki konsumsi bahan kering, protein dan energi yang tertinggi yaitu berturut-turut 12551 g; 981 g dan 45258 Kkal diikuti oleh ternak pada kelompok perlakuan pakan suplemen Legor berturut-turut 11795 g; 923 g dan 42575 Kkal. Namun ternak dalam kelompok kontrol mengkonsumsi jumlah BK dan energi yang sama dengan ternak dalam kelompok perlakuan Legor. Perbedaan hanya terletak pada jumlah protein yang dikonsumsi yaitu 923 g pada kelompok perlakuan Legor dan 881 g pada kelompok kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nutrisi pakan yang diberikan Kandungan bahan kering, protein, energi, NDF dan ADF pakan yang digunakan dalam penelitian ditampilkan pada Tabel 1. Pakan Suplemen Multi-nutrien (SPM) dan Legor yang ditambahkan merupakan sumber protein dan energi dimana kandungan proteinnya sangat tinggi berturut-turut 17,74% dan 21,53% dan energi berturut-turut 4145 Kkal/kg dan 4356 Kkal/kg. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan konsentrat milik peternak yang hanya 12,21% dan 4061 Kkal/kg.
Tabel 1. Kandungan bahan kering (%), protein kasar (%), Energi (Kcal/kg), Abu (%), NDF (%), ADF (%), Ca (%) dan P (%) dari jerami padi, konsentrat peternak, SPM dan Legor yang diberikan kepada sapi PO selama penelitian Bahan pakan Jerami padi Konsentrat peternak SPM Legor
BK (%)
PK (%)
Energi (Kkal/kg)
Abu (%)
NDF (%)
ADF (%)
Ca (%)
P (%)
92,10 94,20 91,27 90,40
5,04 12,21 17,74 21,53
3346 4061 4145 4356
16,85 12,71 10,50 6,60
68,36 43,58 18,87 38,27
40,5 29,9 12,8 22,0
0,19 0,19 1,65 2,04
0,11 0,80 0,54 0,18
Tabel 2. Rata-rata nilai konsumsi bahan kering, protein kasar, gross energi dan kecernaan bahan kering pakan oleh sapi PO selama periode penelitian Parameter Konsumsi BK (g) Konsumsi PK (g) Konsumsi GE (Kcal) Kecernaan BK (%)
Kelompok kontrol
Kelompok perlakuan SPM
Kelompok perlakuan Legor
P
11848b ± 166 881c ± 11,43 42477b ± 587 75,35b ± 1,17
12551a ± 32 981a ± 1,61 45258a ± 107 78,78a ± 0,81
11795b ± 175 923b ± 9,21 42575b ± 587 74,38b ± 1,41
0,004 0,000 0,0022 0,0476
Superscript huruf yang sama pada baris yang sama, tidak berbeda nyata
83
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan bahwa pemberian pakan suplemen kaya protein ini pada sapi PO dapat meningkatkan konsumsi protein dan energi oleh ternak. Sehingga diharapkan dapat terealisasi dengan adanya penambahan bobot hidup yang lebih tinggi pada ternak di kelompok perlakuan dibandingkan dengan ternak di kelompok kontrol. Daya cerna bahan kering pakan yang mengandung SPM oleh sapi PO secara nyata lebih besar (78,78%) daripada daya cerna pakan kelompok kontrol (75,35%) dan kelompok yang diberi Legor (74,38%). Namun demikian daya cerna bahan kering pakan yang diberi Legor sama dengan pakan kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan SPM dapat meningkatkan daya cerna bahan kering total pakan. Namum demikian tidak halnya dengan pakan suplemen Legor, dimana penambahan protein yang berasal dari Legor tidak mampu meningkatkan kecernaan bahan kering pakan. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan protein dari SPM dapat meningkatkan kinerja mikroba dalam rumen dalam mencerna pakan yang dikonsumsi inangnya. Penambahan protein dan energi pakan dalam SPM diduga dapat menyeimbangkan konsentrasi ammonia dan VFA dalam rumen sehingga kinerja mikroba rumen bisa lebih optimal. Seperti yang dikemukakan oleh SATTER dan SLYTER (1974) bahwa pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen sangat tergantung kepada ketersediaan N dalam bentuk ammonia dan energi dalam bentuk VFA. Peningkatan amonia dari 31 mg N/L pada pakan berkualitas rendah menjadi 80 mg N/L setelah penambahan pakan sumber protein dapat meningkatkan protein mikroba sebanyak 34% (ABDULRAZAK et al., 1997). Dengan adanya peningkatan jumlah populasi mikroba rumen maka akan ada peningkatan proses fermentasi pakan dalam rumen ternak yang dimanifestasikan dengan
meningkatnya kecernaan pakan dan konsumsi pakan. Hasil yang ada pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan Legor dengan kandungan protein yang cukup tinggi mampu meningkatkan konsumsi protein tetapi tidak meningkatkan kecernaan bahan kering dibandingkan dengan ternak yang mengkonsumsi pakan basal (kelompok kontrol). Pemberian Legor dalam bentuk kering diduga menjadi penyebab rendahnya kecernaan bahan kering pakan. Pengeringan leguminosa pohon ini berdampak terhadap ketersediaan protein dapat dicerna. Karena proses pelayuan dan suhu tinggi dapat menyebabkan terikatnya protein oleh tanin yang dikandung dalam tanaman leguminosa. Pengikatan protein oleh tanin ini menyebabkan protein tidak dapat dicerna oleh mikroba rumen. Seperti yang dilaporkan oleh MORRISON dan MACKIE (1996) dan MCSWEENEY et al. (1999) bahwa komplek tanin-protein dalam tanaman leguminosa tidak dapat dicerna oleh mikroba rumen. Dengan hasil ini maka dapat diketahui bahwa pengeringan ketiga jenis pohon leguminosa yaitu Leucaena, Kaliandra dan Gliricidia dapat menyebabkan tidak termanfaatkannya protein yang ada dalam tanaman leguminosa tersebut. Hal ini menyebabkan penambahan protein dari ketiga macam legum tersebut tidak efisien. Pertambahan bobot hidup dan efisiensi penggunaan pakan Rata-rata pertambahan bobot hidup harian sapi PO dan efisiensi penggunaan pakan dari ketiga kelompok ternak yang digunakan dalam penelitian ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) sapi PO yang diberi pakan kontrol dan pakan perlakuan yang diamati selama tiga bulan dan efisiensi penggunaan pakan Parameter Konsumsi BK (g)
Kelompok kontrol
Kelompok perlakuan SPM
Kelompok perlakuan Legor
11848b ± 166
12551a ± 32
11795b ± 175
0,0040
PBHH (g/hari)
0,821 ± 0,14
1,038 ± 0,21
0,937b ± 0,16
0,0518
Konversi pakan (gBK/g PBHH)
17,01b ± 3,02
14,02a ± 2,29
14,72a ± 3,18
0,0812
84
b
a
P
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007
Data dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa sapi yang diberi pakan suplemen SPM secara nyata memiliki PBHH yang lebih tinggi (1,038 g/hari) dibandingkan dengan PBHH sapi yang diberi pakan suplemen Legor (0,937 g/hari) yang tidak berbeda dengan PBHH sapi pada kelompok kontrol (0,821 g/hari). Hasil ini sejalan dengan nilai konsumsi bahan kering dan daya cerna pakan oleh ternak, dimana ternak pada kelompok perlakuan SPM mengkonsumsi lebih banyak bahan kering dengan daya cerna yang lebih tinggi dibandingkan ternak pada kedua kelompok lainnya. Hasil yang didapat dalam penelitian ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh KURIHARA et al. (1999) bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam konsumsi bahan kering dan PBHH pada ternak yang mengkonsumsi pakan berkualitas baik dengan kandungan protein tinggi dibandingkan dengan ternak yang mengkonsumsi pakan berkualitas sedang. Ternak yang mengkonsumsi pakan yang memiliki kecernaan tinggi (kualitas baik) mempunyai PBHH lebih tinggi, yaitu 1,2 kg/hari dibandingkan dengan ternak yang mengkonsumsi pakan berkuallitas sedang (0,5 kg/hari). KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Pemberian pakan suplemen SPM dapat meningkatkan konsumsi bahan kering sebanyak 6%, protein 11,35% dan energi 6,55%, kecernaan bahan kering sebesar 4,55%, pertambahan bobot badan harian sebesar 26,43%, dan efisiensi penggunaan pakan sebesar 17,58%. 2. Pemberian pakan suplemen Legor meningkatkan efisiensi penggunaan pakan sebesar 17,5% dan pertambahan bobot hidup sebesar 14,13% meskipun tidak meningkatkan konsumsi bahan kering, protein dan energi serta kecernaan bahan kering pakan.
DAFTAR PUSTAKA ABDULRAZAK, S.A., R.W. MUINGA, W. THORPE and E.R. ORSKOV. 1997. Supplementation with Gliricidia Sepium and Leucaena leucocephala on voluntary food intake, digestibility, rumen fermentation and live weight of crossbred steers offered zea mays stover. Livestock Prod. Sci. 49: 53 – 62. ELLA, A., C. JACOBSEN, W.W. STUR and G.J. BLAIR. 1989. Effect of Plant Density and Cutting Frequency on the Productivity of Four Tree Legumes. Tropical Grasslands 23: 28 – 34. KOMARUDIN-MA'SUM, E. TELENI, L. AFFANDHY and M. WINUGROHO. 2000. Ovarian Response in Indonesian Peranakan Ongole Cows to a Roughage Diet Supplemented with a Mix of Shrub Legume Leaves. Asian-Austraasian J. Anim. Sci. 13 (suppl.): 187. KURIHARA, M., T. MAGNER, R.A. HUNTER and G.J. MCCRABB. 1999. Methane Production and Energy Partition of Cattle in the Tropics. British J. Nutrition. 81: 263 – 272. MCSWEENEY, C.S., B. PALMER, R. BUNCH and D.O. KRAUSE. 1999. In Vitro Quality Assessment of Tannin-Containing Tropical Shrub Legumes: Protein and Fibre Digestion. Anim. Feed Sci. Technol. 82: 227 – 241. MORRISON, M. and R.I. MACKIE. 1996. Nitrogen metabolism by rumen microorganism: Current understanding and future perspectives. Aust. J. Agric. Res. 47: 227 – 246. SATTER, L.D. and L.L. SLYTER. 1974. Effect of ammonia concentration on rumen microbial production in vitro. British J. Nutrition 32: 199 – 208. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980. Principles and Procedures of Statistics A Biometrical Approach. Second edition. McGraw-Hill Book Company, London. SUHARYONO, K. ASIH, FIRSONI, A. ALI. and ADIARTO. 2005. Biological Evaluation of Available Local Feed Resources and Field Testing of New Feed Supplements in Indonesia. Centre of The Research and Development for The Technology Isotope and Radiation, BATAN, Jakarta, Indonesia. (Unpublished data). YUSRAN, M.A. and E. TELENI. 2000. The effect of a mix of shrub legumes supplement on the reproductive performance of Peranakan Ongole cows on dry land smallholder farms in Indonesia. Proc. of Ninth Animal Science Congress of the Asian-Australian Association of Animal Production Societies and Twentythird Biennial Conference of the Australian Society of Animal Production.
85