Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
PENGARUH PENGGUNAAN PAKAN KOMPLIT BERBASIS LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN SORGUM PADA PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA (Effects of Maize and Sorgum Plant Waste Base Complete Feed Utilization on Sheep Productivity) Crhisterra Ellen Kusumaningrum, Wahyono T, Suharyono Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Lebak Bulus Raya No. 49 Cilandak, Jakarta Selatan
[email protected]
ABSTRACT To support their production, sheep requires good quality feed. Sorgum and maize crop wastes can be utilized as an alternative feed. This study was aimed to determine the effect of maize and sorgum waste-based complete feed on sheep weight gain, dry matter digestibility (DMD) and organic matter digestibility (OMD). An in vivo experimental was conducted, consisted of four feeding treatments in a four feeding periods as followed : A. 60% cultivated road grass + 40% Concentrate plus + Biosuplemen, B. 60% Sorgum silage + 40% Concentrate plus + Biosuplemen, C. 60% Sorgum Silage + 40% Concentrate plus + Feed Supplement Multinutrient without Molasses (FSMWM), D. 60% Corn Silage + 40% Concentrate plus + Biosuplemen. Parameter measured were body weight gain, DMD and OMD. Results of the study shows that feed treatments significantly (p<0.05) affected body weight gain. Treatment C produced the highest body weight gain which was 170 g/d/h. It was found that feeding sorgum silage with concentrate plus and FSMWM tended to increase DMD and OMD. However, all the feed treatments did not significantly (P>0.05) affected feed DMD and OMD. Key Words: Complete Feed, Silage, Sheep, Organic Matter Digestibility, Dry Matter Digestibility, Weight ABSTRAK Domba membutuhkan pakan yang mempunyai kualitas yang baik untuk produktivitasnya. Limbah tanaman sorgum dan jagung dapat menjadi pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung dan sorgum pada ternak domba terhadap pertambahan bobot badan, kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO). Penelitian pakan dilakukan secara in vivo dengan empat perlakuan: A. 60% Rumput Lapang + 40% Konsentrat Plus + Biosuplemen; B. 60% Silase Sorghum + 40% Konsentrat Plus + Biosuplemen; C. 60% Silase Sorghum + 40% Konsentrat Plus + Suplemen Pakan Multinutrient tanpa Molasses (SPMTM); D. 60% Silase Jagung + 40% Konsentrat Plus + Biosuplemen. Variabel yang diukur adalah pertambahan bobot badan, kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan dan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik. Respon pertambahan bobot badan tertinggi pada perlakuan C dengan nilai pertambahan bobot badan domba sebesar 170 gram per hari. Kata Kunci: Pakan Komplit, Silase, Domba, Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Bahan Organik, Bobot Badan
PENDAHULUAN Permintaan kebutuhan masyarakat akan protein hewani seperti daging dan susu semakin meningkat seiring dengan
356
bertambahnya populasi masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan produktivitas ternak domba dengan pemberian pakan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan ternak. Populasi
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
domba lokal paling tinggi berada di Pulau Jawa, yang menyebar di Jawa Barat (46%), Jawa Tengah (27%) dan Jawa Timur (18%) (Dirjen Peternakan, 2007). Pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal yang dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 gram/hari, namun melalui perbaikan teknologi pakan PBB domba lokal mampu mencapai 57-132 g/hari (Prawoto et al. 2001) Pemberian pakan pada ternak pada umumnya berupa pakan utama yaitu pakan hijauan segar dan konsentrat (pakan penguat) untuk pemenuhan kebutuhan, baik untuk hidup pokok dan berproduksi. Pemberian hijauan dan konsentrat tersebut harus ditunjang dengan pemberian pakan yang mengandung unsur-unsur mikro berupa mineral, vitamin dan asam-asam amino (Sugeng 1991). Permasalahan yang dialami dalam peningkatan produktivitas ternak domba adalah kurangnya kebutuhan nutrisi pakan. Beberapa hal yang menyebabkan adalah petani ternak pada umumnya hanya memberikan pakan yang ada di sekitarnya tanpa melihat kandungan nutrisi dalam pakan tersebut dan kurangnya informasi mengenai teknologi pengolahan pakan. Pakan yang pada umumnya diberikan oleh peternak adalah rumput lapang dan jerami padi yang mempunyai kandungan nutrisi yang rendah. Ada beberapa limbah tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yaitu limbah tanaman jagung dan sorgum. Tanaman jagung dan sorgum merupakan tanaman pangan yang memegang peranan penting dalam pencapaian ketahanan pangan di Indonesia. Selain sebagai makanan pokok untuk kebutuhan manusia, limbah tanaman jagung dan sorgum (daun dan batang) mampu dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada umumnya petani ternak memberikan limbah tanaman ini tanpa mengalami proses apapun. Kandungan nutrisi pada limbah tanaman ini dapat lebih meningkat apabila mengalami proses teknologi pengolahan pakan, salah satunya pembuatan silase. Silase berbasis limbah tanaman jagung dan sorgum sebagai pakan hijauan (pakan utama) yang dikombinasikan dengan konsentrat (pakan penguat) dan suplemen (biosuplemen dan suplemen pakan multinutrient tanpa molasses-SPMTM) merupakan salah satu
pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan oleh peternak dalam rangka peningkatan produktivitas ternaknya, namun penelitian dalam pemanfaatannya masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan komplit berupa silase berbasis limbah tanaman jagung dan sorgum sebagai pakan hijauan (pakan utama) yang dikombinasikan dengan konsentrat (pakan penguat) dan suplemen (biosuplemen dan suplemen pakan multinutrien tanpa molasses-SPMTM) pada ternak domba terhadap pertambahan bobot badan, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan PebruariOktober 2011 di kandang kelompok nutrisi ternak Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Ternak dan kandang Empat ekor domba lokal jantan berumur 1-2 tahun dengan bobot badan 16-23 kg, ditempatkan pada kandang panggung, dengan konstruksi dari kayu dan atap genting, masingmasing dilengkapi dengan tempat pakan terbuat dari kayu untuk rumput lapang, baskom untuk tempat pakan komplit dan suplemen serta tempat minum. Kandang dimodifikasi dengan penambahan tempat untuk menampung feses yang diletakkan dibawah tempat pijakan kaki ternak, terbuat dari kasa yang disesuaikan dengan ukuran kandang individual. Sebelum penelitian dilakukan, ternak diberi nomor, dicukur bulunya, dipotong kukunya, dimandikan, ditimbang bobot badannya dan diberi obat cacing. Domba-domba yang telah siap kemudian ditempatkan ke dalam kandang percobaan secara acak. Pakan Pakan perlakuan diberikan dalam pola Rancangan Latin Square 4 x 4 yaitu empat perlakuan pakan dan empat kelompok ternak. Dengan pakan perlakuan sebagai berikut:
357
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
A= B= C= D=
60% Rumput Lapang+40% Plus+Biosuplemen 60% Silase Sorghum+40% Plus + Biosuplemen 60% Silase Sorghum+40% Plus + SPMTM 60% Silase Jagung+40% Plus+Biosuplemen.
Konsentrat Konsentrat Konsentrat Konsentrat
Selama periode perlakuan, dimana setiap periode perlakuan berlangsung 21 hari, pemberian konsentrat plus dan suplemen pakan diberikan 1 kali pada pagi hari. Suplemen pakan yang diberikan sebanyak 100 gr/hari. Pakan hijauan diberikan 2 kali yaitu 20 % pada pagi setelah pemberian konsentrat plus dan suplemen pakan serta 40% pada sore hari. Setiap periode terdapat selang waktu selama 7 hari untuk periode washing yaitu periode dimana ternak tidak mendapatkan pakan perlakuan. Penimbangan bobot badan ternak Penimbangan bobot badan dilakukan pada awal perlakuan dan berikutnya 7 hari sekali selama 84 hari dengan menggunakan alat timbang. Koleksi pakan pemberian dan sisa Koleksi data untuk perhitungan kecernaan bahan kering dan organik adalah penimbangan pakan pemberian dan pakan sisa sehingga diperoleh nilai konsumsi pakan. Sisa pakan ditimbang keesokan harinya sebelum pemberian pakan serta diambil sampelnya lebih kurang 10% setiap hari selama 6 hari berturut-turut dan dianalisis kandungan bahan kering dan bahan organik. Koleksi feses Feses dikumpulkan dan ditimbang setiap hari selama 6 hari berturut-turut dan diambil sampel lebih kurang 10% untuk dianalisa kandungan bahan kering dan bahan organik. Analisis di laboratorium Sampel untuk perhitungan KcBK dan KcBO, yaitu pakan pemberian, pakan sisa dan
358
feses dianalisis di Laboratorium Nutrisi Ternak PATIR - BATAN dengan mengetahui bahan kering dan bahan organiknya. Metode yang dilakukan adalah pengukuran kadar air dan kadar abu merujuk pada AOAC (1995) dengan modifikasi pada berat sampel. Perhitungan KcBk dan KcBO merujuk pada Harris (1970): KcBK (%) =
KBK (kg) - BK feses (kg) KBK (kg)
x 100%
KcBO (%) =
KBO (kg) - BO feses (kg) KBO (kg)
x 100%
Analisa statistik Analisis statistik penelitian ini menggunakan analisis of varian (ANOVA) merujuk pada Steel dan Torrie (1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan protein kasar pakan perlakuan Berdasarkan hasil analisis kandungan protein kasar diperoleh nilai yang paling tinggi adalah pakan perlakuan C yaitu sebesar 14,10% (Tabel 1). Kandungan protein kasar pada kombinasi perlakuan ini 3,51% lebih tinggi dibanding dengan pakan rumput lapang yang dikombinasikan dengan konsentrat plus dan biosuplemen (perlakuan A) dan 0,89% lebih tinggi dibandingkan dengan pakan silase jagung yang dikombinasikan dengan konsentrat plus dan biosuplemen (perlakuan D). Tinggi rendahnya kadar protein kasar dalam suatu ransum dipengaruhi oleh kandungan protein kasar dari bahan penyusun ransum tersebut. Berdasarkan hasil analisis kadar protein kasar, silase sorgum mempunyai kandungan protein kasar sebesar 12%, nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan rumput lapang yaitu sebesar 7,62%. Silase jagung mempunyai kandungan protein kasar yang tidak jauh berbeda dengan silase sorgum yaitu sebesar 11%. SPMTM mengandung kadar protein kasar sebesar 23,39%, nilai ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang telah
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 1. Kandungan protein kasar pakan perlakuan Kode perlakuan
Pakan
% PK
A
Rumput Lapang + Konsentrat plus + Biosuplemen
10,59
B
Silase Sorgum + Konsentrat plus + Biosuplemen
13,31
C
Silase Sorgum + Konsentrat plus + SPMTM
14,10
D
Silase Jagung + Konsentrat plus + Biosuplemen
13,21
dilakukan Suharyono et al. (2010) yaitu sebesar 20,51%. SPMTM merupakan suplemen yang mampu meningkatkan produksi daging dan memperbaiki penampilan reproduksi ternak Sedangkan kandungan protein kasar biosuplemen sebesar 10,31%. Biosuplemen merupakan isolasi mikrobia yang dimanfaatkan untuk mendukung proses biologis organisme lain dengan cara meningkatkan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan (Sugoro, 2009). Pertambahan bobot badan harian Rerata pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan selama penelitian berturutturut dari perlakuan A, B, C dan D adalah 80, 120, 130 dan 170 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian tertinggi terjadi pada ternak domba yang mendapat pakan perlakuan silase sorgum yang dikombinasikan dengan konsentrat plus dan SPMTM sebagai perlakuan
C dengan rataan 170 g/ekor/hari. Sementara itu, respon terendah terjadi pada domba yang mendapat pakan perlakuan pakan rumput lapang yang dikombinasikan dengan konsentrat plus dan biosuplemen (perlakuan A), yakni sebesar 80 g/ekor/hari (gambar 1). Pemberian pakan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan domba lokal jantan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan perlakuan A, B, C dan D dengan nilai kandungan protein kasar berturut-turut 10,59; 13,31; 14,10; 13,21%, mempengaruhi pertambahan berat domba. Salah satu yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah taraf kandungan protein yang dikonsumsi ternak. Penelitian Mathius et al. (2002) menunjukkan bahwa makin tinggi taraf kandungan protein yang dikonsumsi maka makin besar pula respon yang dapat ditunjukkan ternak dalam bentuk pertambahan berat hidup harian (PBHH).
Pertambahan bobot badan (gram/ekor/hari)
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 A
B
C
D
Pakan perlakuan Gambar 1. Pertambahan bobot badan ternak domba
359
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Pakan kombinasi silase sorgum, konsentrat plus dan SPMTM (perlakuan C) memiliki kandungan protein kasar yang paling tinggi (14,10 protein kasar) dan mampu meningkatkan bobot badan 52% lebih tinggi daripada pakan perlakuan pakan rumput lapang yang dikombinasikan dengan konsentrat plus dan biosuplemen (perlakuan A), selain dipengaruhi oleh kandungan protein kasar, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh lingkungan dari pertumbuhan ternak dan genotype ternak (Sinaga, 2012). SPMTM mempunyai kandungan protein kasar sebesar 23,39% dimana kandungan protein kasar ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein kasar penyusun dari SPMTM, diantaranya tepung roti (8,8%), bubur bayi (23,16%), dedak (13,8%), bungkil kedelai (36%), pollard (17%), onggok (2,6%), urea (46%), lakta mineral (0%), kapur (0%) dan garam (0%). Kecernaan bahan kering (BK) dan bahan organik (BO)
Kecernaan bahan kering dan bahan organik (%)
Rerata kecernaan bahan kering domba lokal jantan selama penelitian berturut-turut dari perlakuan A, B, C dan D adalah 64,56; 65,07; 68,29 dan 63,16%. Sedangkan untuk kecernaan bahan organik berturut-turut 68,70;64,63;68,96 dan 65,68 (Gambar 2). Pemberian pakan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap
kecernaan bahan kering dan bahan organik pada ternak domba lokal jantan. Penelitian Mahesti (2009) menyatakan bahwa pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) mengindikasikan bahwa kapasitas saluran pencernaan ternak percobaan masih mampu mencerna dengan baik seluruh pakan yang diberikan. Tidak adanya perbedaan diantara keempat pakan perlakuan disebabkan karena keempat pakan perlakuan mempunyai kemampuan palatabilitas yang tidak jauh berbeda sehingga ternak mudah mengkonsumsi pakan. Struktur bahan dari jagung dan sorgum tidak jauh berbeda, keduanya telah mengalami pengolahan menjadi silase. Pengolahan pakan dengan metode silase merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan palatabilitas dan memperbaiki kandungan nitrogen, meningkatkan kecernaan serat kasar sekaligus dapat meningkatkan konsumsi (Siregar 1995). Rumput lapang tidak mengalamai proses silase, tetapi didukung dengan pemberian konsentrat plus dan biosuplemen. Dengan adanya penambahan konsentrat plus dan biosuplemen maka protein dalam ransum tersebut meningkat dan menurut Sutrisno et al. (1985) apabila jumlah protein dalam ransum tinggi maka perkembangbiakan mikroba rumen lebih banyak sehingga menyebabkan pencernaan makanan juga berjalan baik. Konsentrat plus yang digunakan mengandung protein kasar sebesar 10,99% dan biosuplemen sebesar 10,31%.
Pakan perlakuan Gambar 2. Nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik
360
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara pakan perlakuan, namun terdapat kecenderungan bahwa pakan perlakuan C mempunyai nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik yang lebih tinggi daripada perlakuan A, B dan D. Pakan silase sorgum yang dikombinasikan dengan konsentrat plus dan biosuplemen mampu dicerna oleh tubuh ternak domba 7,51% lebih tinggi dibandingkan dengan pakan rumput lapang yang dikombinasikan dengan konsentrat plus dan biosuplemen. Penelitian yang dilakukan Suharyono et al. (2010) menunjukkan bahwa rerata kecernaan bahan kering dan bahan organik dengan penambahan suplemen pakan berupa SMPTM berada pada kisaran 61,36-62,48% dan 60,4261,65%. Dalam penelitian lainnya, Suharyono et al. (2007) menyatakan bahwa kandungan kecernaan bahan kering dan bahan organik dari silase sorgum adalah sebesar 62,81 dan 59,10%. Berdasarkan penelitian tersebut, nilai kandungan bahan kering dan bahan organik pada pakan kombinasi silase sorgum, konsentrat plus dan SPMTM mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan silase sorgum dan SPMTM tanpa kombinasi. Penelitian Schmid et al. (1976) menyatakan bahwa kandungan kecernaan bahan kering pada silase sorgum dan silase jagung masingmasing sebesar 55,6 dan 63,8%. Kecernaan bahan kering berhubungan erat dengan konsumsi pakan dan aktivitas mikrobia rumen terutama bakteri selulolitik. Hal ini dikarenakan aktifitas mikroorganisme mengikuti bahan pakan yang dikonsumsi, sehingga jika konsumsi pakannya meningkat maka diduga pertumbuhan dan perkembangan mikrobianya juga meningkat (Kamal, 1994). KESIMPULAN Terdapat pengaruh yang nyata diantara pakan perlakuan terhadap pertambahan bobot badan ternak domba. Meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara pakan perlakuan terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik, namun terdapat kecenderungan bahwa pakan perlakuan kombinasi silase sorgum, konsentrat plus dan SPMTM mempunyai nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik
yang lebih tinggi daripada pakan perlakuan lainnya. DAFTAR PUSTAKA AOAC, 1995. Official methods of analysis of the association of analytical chemists, Washington D.C. Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistika peternakan 2007. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI, Jakarta. Gayuh Mahesti. 2009. pemanfaatan protein pada domba lokal jantan dengan bobot badan dan aras pemberian pakan yang berbeda. Tesis. Harris LE. 1970. Nutrition research technique for domestic and wild animal. Vol 1. An International Record System and Procedur for Analyzing Sample. Animal Science Department. Utah State University. Logan. Utah. Kamal M. 1994. Nutrisi ternak 1. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Mathius IW, Gaga IB, Sutama1 IK. 2002. Kebutuhan Kambing PE jantan muda akan energi dan protein kasar: konsumsi, kecernaan, ketersediaan dan pemanfaatan nutrien. JITV. 7: 99-109. Prawoto JA, Lestari CMS, Purbowati E. 2001. Keragaan dan kinerja produksi domba lokal jantan yang dipelihara intensif dengan memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan campuran. Abstrak Hasil-hasil Penelitian Tahun 1998/1999. Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro. Semarang. hlm. 6870 (Abstr). Schmidt AR, Goodrich RD, Jordan RM, Marten GC, Meiske JC. 1976. Relationships among Agronomic Characteristics of Corn and Sorghum Cultivars and Silage Quality. Agronomy J. 68: 403-406. Sinaga S. Pertumbuhan ternak. Diambil dari internet pada 30 Agustus 2012. Siregar SB. Pengawetan pakan ternak. 1995. Penebar Swadaya, Jakarta. Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan prosedur statistika. Penterjemah. Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta. Sugeng BY. Beternak Domba. 1991. Penerbit Swadaya. Jakarta. hlm. 19-20.
361
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Sugoro I. 2009. Pemanfaatan probiotik khamir untuk peningkatan produksi ternak ruminansia. Bahan Orasi Peneliti Madya, Batan. Banten Suharyono, Arny, Sasongko WT, Andini L. 2007. Substitusi hijauan sorgum dengan suplemen pakan urea multinutrien molases blok (ummb) terhadap hasil fermentasi secara In Vitro. Dalam: Darmono, Wina E, Nurhayati, Sani Y, Prasetyo LH, Triwulanningsih E, Sendow I, Natalia L, Priyanto D, Indraningsih, Herawati T, penyunting. Teknologi Petrnakan dan Veteriner Akselerasi Agribisnis Peternakan Nasional melalui Pengembangan dan Penerapan IPTEK. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Bogor, 21–22 Agustus. hlm. 104110
362
Suharyono, Firsoni, Widiawati Y. 2010. Pengaruh pemberian suplemen pakan multinutrient (spm) tanpa molasses terhadap ekosistem rumen dan produktivitas domba. Dalam: Prasetyo LH, Natalia L, Iskandar S, Puastuti W, Herawati T, Nurhayati, Anggraeni A, Damayanti R, Indi NLP, Estuningsih SE, penyunting. Teknologi Peternakan dan Veteriner Ramah Lingkungan dalam Mendukung Program Swasembada Daging dan Peningkatan Ketahanan Pangan Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Bogor, 3-4 Agustus 2010. hlm. 530-536. Sutrisno CI, Sulistiono HS, Vitus DB, Whitono. 1985. Daya cerna dan pertambahan bobot badan domba jantan yang mendapatkan ransum pucuk tebu. Prosiding Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Makanan Ternak, Bogor.