Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PRODUKTIVITAS TIGA JENIS RUMPUT DAN PALATABILITASNYA PADA TERNAK DOMBA (Productivity of three Grass Species and its Palatability for the Sheep) SAJIMIN, A.FANINDI dan I. HERDIAWAN Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT Forage production is one of the most important factor in ruminant production both the quality and palatability. This study was conducted to observe three grass the production of the grasses and their palatability for sheep. The grass were Panicum maximum cv. Gatton, Panicum maximum cv. Riversdale and Paspalum atratum. Randomized complete design (RCD) was used with three treatment and six replicates. Parameter were observed were forage production, nutrition and palatability. The results of the experiment indicated that on 40 days cutting interval the dry matter production of P. maximum cv Riversdale was the highest, followed by P. maximum cv Gatton and the lowest was P. atratum. The highest crude protein content was found in P. maximum (11.89%) P. atratum (9.24%) and P. maximum cv Riversdale (8.34%). However, the lowest NDF content was P. maximum cv Riversdale at 67.03% then P. maximum cv Gatton (69.76%) and P. atratum 70.33%. The average palatability, P.maximum cv Riversdale was highest (47.4%) followed P. atratum (37.4%), and P. maximum cv Gatton (15.1%) from feed intake 2951.57 g/head/day. It is concluded that P. maximum cv Riversdale has superior, and with high production, palatability, and has the lowest NDF content compared other grasses. Key Words: Forage, Palatability, Production, Sheep ABSTRAK Ketersediaan hijauan pakan merupakan faktor yang penting dalam produksi ternak ruminansia baik kualitas, kuantitas maupun palatabilitasnya. Peningkatan produksi ternak telah dilakukan melalui penggunaan tanaman pakan unggul. Percobaan dilakukan dengan mengamati produksi tiga jenis rumput yaitu Panicum maximum cv. Gatton, Panicum maximum cv. Riversdale, Paspalum atratum pada interval potong 40 hari dan uji palatabilitas hijauan pada ternak domba jantan dewasa dengan sistem kompetisi (free choice). Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Data yang dikumpulkan adalah produksi hijauan, nilai nutrisi dan palatabilitas. Hasil percobaan menunjukkan bahwa produksi hijauan berat kering tertinggi adalah jenis P. maximum cv Riversdale, kemudian diikuti jenis P. maximum cv Gatton dan terendah jenis Paspalum atratum. Kandungan protein kasar tertinggi adalah 11,89% pada P. maximum cv Gatton kemudian 9,24% P. atratum dan 8,34% P. maximum cv. Riversdale. Sementara itu, NDF nya tertinggi 70,33% (P. atratum) kemudian 69,76% (P. maximum cv Gatton) dan terendah 67,03% (P.maximum cv Riversdale). Hasil uji palatabilitas rata-rata ternak mengkonsumsi hijauan 47,4% (P. maximum cv Riversdale), 37% (cv Gatton) dan 15,1% (P. atratum) dari konsumsi 2951,57 g/ekor/hari. Penelitian ini disimpulkan bahwa P. maximum cv Riversdale merupakan hijauan pakan unggul dengan memiliki produksi dan palatabilitas tertinggi serta kandungan NDF rendah. Kata Kunci: Rumput, Produksi, Palatabilitas, Domba
PENDAHULUAN Dalam usaha meningkatkan produktivitas ternak ruminansia diperlukan tersedianya hijauan yang bermutu sepanjang musim, sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi. Hijauan pakan merupakan syarat utama bagi
kelangsungan hidup dan berproduksi dari seekor ternak. Produksi hijauan pada musim kering menurun dan musim hujan melimpah. Untuk menjamin kontinyuitas produksi dipengaruhi oleh manajemen dan musim. Produksi kumulatif tanaman pakan ternak selama
945
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
setahun ataupun semusim tidaklah tetap, melainkan mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh frekuensi pemotongan, musim dan kesuburan tanah. Di Indonesia budidaya tanaman pakan belum menjadi prioritas, akibatnya kebutuhan pakan ternak tidak terpenuhi. Seperti yang dilaporkan PRAWIRADIPUTRA (1986) tanaman pakan ternak umumnya ditanam pada lahan sisa dan belum menjadi prioritas padahal pada musim kering hijauan pakan sulit diperoleh. Untuk memenuhi kebutuhannya petani/ternak umumnya memberikan rumput lokal yang berkualitas rendah. Padahal keragaman plasma nutfah tanaman pakan di Indonesia sangat besar, baik di daerah beriklim basah maupun di daerah beriklim kering. Guna memenuhi kebutuhan pakan maka perlu pemanfaatan hijauan pakan yang ada baik lokal maupun introduksi. Usaha-usaha untuk memperoleh jenis TPT unggul tersebut telah dilakukan dengan melakukan karakterisasi sebanyak 63 jenis yang diketahui berproduksi tinggi dan bermutu baik serta tahan kering (PURWANTARI et al., 2003). Hijauan pakan yang bermutu umumnya mempunyai produksi, palatabilitas dan kecernaan tinggi. Menurut SULYONO et al. (1977) kemampuan ternak mencerna bahan makanan akan menentukan kualitas hijauan yang unggul untuk pakan ternak. Hal ini disebabkan tidak semua zat makanan dalam bahan makanan dapat dicerna dan diserap oleh alat pencernaan. Keterbatasan ini menyebabkan perbedaan nilai dari berbagai jenis bahan makanan. NRC (1978) dan LUBIS et al. (2000) melaporkan bahwa dengan mengetahui informasi palatabilitas, kecernaan dan komposisi nutrisi (protein, energi, bahan kering) tanaman pakan akan dapat diperkirakan daya dukung hijauan dan penentu utama keunggulan tanaman pakan yang akan mempengaruhi penampilan ternak yang mengkonsumsinya.
Produktivitas tiga jenis rumput diamati yang dilanjutkan dengan uji palatabilitas pada ternak domba. Tiga jenis rumput yang digunakan yaitu Panicum maximum cv Riversdale, Panicum maximum cv Gatton dan Paspalum atratum. Rumput ditanam dalam ukuran plot 4 m x 5 m dengan jarak tanam 0,5 x 1,0 m yang dipotong dengan interval panen 40 hari. Penelitian dilakukan selama satu tahun dan tanaman dipupuk dengan 200 kg urea, 100 kg SP 36 dan KCl 100 kg per ha dan pupuk kandang 3 ton/ha sebagai pupuk dasar. Rancangan percobaan acak kelompok (RAK). Jenis rumput sebagai perlakuan yang masingmasing jenis ditanam dalam petak dengan 6 perlakuan. Hijauan yang diperoleh kemudian diuji palatabilitasnya pada ternak dengan perlakuan sistem kompetisi atau “free choice” dengan menggunakan ternak domba dewasa yang ratarata berat badannya 20 kg sebanyak 6 ekor yang ditempatkan pada kandang individu dengan penempatannya secara acak. Ternak diberi rumput tiga jenis pada tempat yang terpisah dengan waktu pemberian bersamaan. Penentuan palatabilitas dilakukan selama 15 hari yang didahului periode pendahuluan (preliminary periode) dan 7 hari untuk “collecting periode”. Pada saat pengumpulan data (collecting) pada ternak dipasang kantong feses dan ditimbang setiap 24 jam. Pemberian pakan dua kali sehari pada pagi jam 07.00 dan sore jam 17.00 secara ad libitum dan ditimbang pakan yang diberikan dan sisanya. Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah tunas, produksi hijauan, nilai nutrisi (protein kasar, energy, abu, NDF dan bahan kering) dan palatabilitas pada ternak domba.
MATERI DAN METODE
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa tiga jenis rumput yang berbeda memiliki tinggi tanaman maupun jumlah tunas per rumpun berbeda nyata (P < 0,05) seperti terlihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa lebih tingginya jenis P. maximum cv Riversdale berkaitan dengan performans tanaman itu sendiri yang memiliki daun dan batang lebih besar
Penelitian dilakukan di kebun percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi dengan tinggi tempat 500 m dpl dengan curah hujan 886,4 mm/tahun dan suhu maximum 27,9°C minimum 19,3°C. pH tanah percobaan 4,6 dengan C/N ratio 8,0 dan kandungan P2O5 57%, K2O 8%, CaO 46% MgO 51%.
946
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan tanaman
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman dan jumlah tunas/rumpun sebelum pemotongan (umur 40 hari) Jenis rumput
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah tunas/rumpun
95,6a 89,9a 73,5b
54,6a 29,7b 26,2b
P. maximum cv Riversdale P. maximum cv Gatton P. atratum
dibandingkan dengan P. maximum cv Gatton maupun Paspalum atratum. Tinggi rumput P. maximum cv Riversdale mencapai 95,6 cm dengan jumlah tunas 54,6 pols/rumpun, kemudian P. maximum cv Gatton (89,9 cm) dengan tunas (29,7 pols/rumpun) dan terendah Paspalum atratum adalah 73,5 cm dengan jumlah tunas 54,6 pols/rumpun. Pertumbuhan tanaman tersebut juga dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan ini nampaknya terlihat dari hasil percobaan di kebun percobaan Ciawi. Hasil analisis tanah percobaan menunjukkan pH tanah 4,6 dan kandungan bahan organik, C/N ratio 8. Tanah demikian ketersediaan unsur hara terutama P yang dapat diserap tanaman sedikit. Ketersediaan unsur hara di tanah dengan pH rendah, menurut HAKIM et al. (1986) tanahtanah yang kemasamannya tinggi (pH < 5) ion fosfat mudah bersenyawa dengan Al, Fe atau Mn membentuk senyawa tidak larut sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Menurut BUCKMAN dan BRADY (1974) dan NYAKPA et al. (1986) bahwa fungsi fosfat bagi tanaman sebagai penyusun metabolik tanaman sehingga meningkatkan hasil dan memperbaiki kualitas hasil tanaman. Kondisi demikian nampaknya terefleksi pada produksi hijauan. Produksi dan nilai nutrisi hijauan Produksi hijauan rumput Dengan perbedaan tinggi dan tunas per rumpun maka produksi hijauan segar maupun
kering juga berbeda untuk setiap jenisnya, seperti yang tertera pada Tabel 2. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pengaruh jumlah tunas (Tabel 1) setiap rumpun juga berpengaruh nyata terhadap produksi hijauan. Hasil tertinggi jenis P. maximum cv Riversdale kemudian diikuti P. maximum cv. Gatton dan Paspalum atratum. Lebih tingginya produksi juga disebabkan tanaman memiliki pertumbuhan lebih besar dan jumlah tunas setiap rumpunnya juga lebih banyak. Hasil yang sama juga dilaporkan SURATMINI et al. (2002) bahwa rumput P. maximum cv Riversdale memiliki tinggi dan tunas lebih besar dengan produksi hijauan juga lebih tinggi dibandingkan dengan P. maximum cv Natsuyutaka, P. maximum cv Natsukaze, dan P. maximum cv Petrie pada interval potong 6 minggu. Berdasarkan produksi berat kering hijauan ke tiga rumput tersebut, jika dihitung daya dukung menurut LUBIS (1963) dan LUBIS et al. (2000) pada ternak sapi yang berat badan ratarata 1000 kg memerlukan 20 kg/hari berat kering. Hasil penelitian ini untuk jenis cv Riversdale dapat menampung 1,45 ST, kemudian cv Gatton 0,36 ST dan Paspalum atratum 0,26 ST. Walaupun daya tampung yang besar menurut SIREGAR et al. (1980) kemungkinan dapat menimbulkan efek negatif terhadap ternak yang mengkonsumsi hijauan oleh karena itu perlu diketahui kandungan nutrisi dan bahan yang dapat dicerna oleh ternak.
Tabel 2. Rataan produksi hijauan segar dan kering tiga jenis rumput Jenis rumput P. maximum cv Riversdale P. maximum cv Gatton P. atratum
Produksi/rumpun
Produksi/m2
Produksi/ha
Segar (g)
Kering (g)
Segar (g)
Kering (g)
Kering (ton)
933,5a 185,3c 300,5b
177,1a 31,5b 43,3b
5601,0 1111,8 1803,0
1062,6 189,0 259,8
10,63 1,89 2,60
Angka yang diikuti huruf sama dalam kolom sama tidak beda nyata (P < 0,05)
947
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Nutrisi hijauan
Palatabilitas rumput
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa disamping tinggi dan tunas tanaman yang berpengaruh pada produksi, antara jenis rumput terdapat perbedaan komposisi zat-zat makanan. Perbedaan yang terdapat pada ke tiga jenis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa P. maximum cv Riversdale mengandung, bahan kering lebih tinggi dari pada P. maximum cv Gatton dan Paspalum atratum. Tetapi kandungan protein kasar, abu dan NDF lebih rendah. Perbedaan kandungan nutrisi ketiga jenis tersebut nampaknya juga dipengaruhi oleh fase pertumbuhan generatif pada interval potong 30 – 40 hari telah berbunga mencapai 21,91%/rumpun (Paspalum atratum) dan 39,0% (P. maximum cv Gatton) dan sedangkan pada P. maximum cv Riversdale belum ada yang berbunga. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa tanaman telah mulai berbunga dan pertumbuhan yang optimal dan menjelang pertumbuhan generatif. Keadaan demikian diduga mempengaruhi kandungan nutrisi hijauan.
Palatabilitas atau daya konsumsi hijauan rumput dalam penelitian ini, diartikan dengan jumlah konsumsi rumput per hari dari P. maximum cv Riversdale, P. maximum cv Gatton dan Paspalum atratum seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel diatas terlihat bahwa dari ke tiga jenis rumput rata-rata paling banyak dimakan pada jenis P. maximum cv Riversdale, kemudian diikuti P.maximum cv Gatton dan terendah Paspalum atratum. Tingginya palatabilitas pada P. maximum cv Riversdale diduga disebabkan oleh morfologi rumput dengan bulu yang lebih halus dibandingkan dengan Paspalum atratum yang lebih nyata/kasar. Bulu pada batang/daun tersebut nampaknya juga mempengaruhi kesukaan ternak. Selain faktor tersebut nutrisi hijauan juga berpengaruh. Dari hasil analisis kandungan NDF pada cv Riversdale kandungannya terendah dibandingkan dengan jenis lainnya. Selain kualitas hijauan, faktor lingkungan seperti suhu ruangan juga menentukan
Tabel 3. Nilai nutrisi tiga jenis rumput pada interval potong 40 hari Jenis analisa
P. maximum cv Riversdale
P. maximum cv Gatton
Paspalum atratum
Protein kasar (%)
8,34
11,89
9,24
NDF (%)
67,03
69,76
70,33
Energi (kal/g)
3123,0
2950,0
3546,0
Abu (%)
8,66
10,0
8,93
Bahan kering (%)
9,49
8,0
9,21
Tabel 4. Rataan palatabilitas tiga jenis hijauan rumput per hari pada ternak domba Palatabilitas hijauan g/hari/ekor
Hari ke P. maximum cv Riversdale
P. maximum cv Gatton
P. atratum
1
1427,5 ± 222,2
1085,5 ± 175,4
965,0 ± 259,4
2
1438,0 ± 261,3
647,5 ± 351,9
600,0 ± 67,5
3
920,0 ± 151,3
1020,0 ± 258,4
285,0 ± 45,3
4
737,5 ± 390,3
1020,0 ± 168,4
288,3 ± 237,4
5
2107,5 ± 112,6
1717,5 ± 109,8
182,5 ± 139,5
6
7 Rataan
948
1430,0 ± 259,9
847,5 ± 129,7
175,0 ± 135,2
1739,5 ± 356,6 1400,0 ± 250,6
1397,5 ± 121,7 1105,1 ± 187,9
630,0 ± 32,0 446,5 ± 130,9
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
kesukaan ternak pada pakannya. Hasil pengukuran temperatur kandang (Tabel 5) ratarata pada malam hari temperatur kandang lebih rendah dibandingkan dengan siang hari. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata temperatur kandang pagi hari dan malam (17.00 – 07.00) suhunya lebih rendah. Kemudian siang hari jam 12.00 lebih tinggi, keadaan ini berpengaruh terhadap tingkat kesukaan ternak pada hijauan pada siang hari dan malam hari (Gambar 1 dan 2). Konsumsi hijauan yang lebih banyak diduga untuk mempertahankan suhu tubuh, karena malam hari temperatur kandang lebih rendah sehingga selera makan ternak lebih tinggi. Menurut ROBERTSHOW (1981) bahwa suhu lingkungan yang lebih rendah menyebabkan tingkat makan ternak lebih tinggi. Berdasarkan data diatas maka total tingkat makan selama 24 jam setelah diukur feses yang dikeluarkan dan dihitung kecernaan semu bahan kering tertinggi 82,2% dan terendah 66,5% atau rata-rata 76,0% selama 7 hari. Hasil kecernaan ini juga tidak jauh berbeda dengan kecernaan semu rumput gajah. Hasil
penelitian ZULBARDI et al. (1980) bahwa kecernaan semu rumput gajah 63% pada kerbau. Ketiga jenis tersebut selain memiliki kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah. Rumput Panicum maximum juga lebih tahan kering seperti yang dilaporkan SUTEDI et al. (2002) dan SAJIMIN et al. (2005) sehingga dapat dibudidayakan pada lahan yang beragroklimat kering. Kecernaan hijauan pakan yang tinggi seperti pada rumput P. maximum merupakan ciri rumput unggul. Hijauan tersebut memiliki batang yang kecil sehingga dapat dimakan lebih banyak. Tingkat kecernaan hijauan juga dipengaruhi oleh aktivitas mikro-organisme. Aktivitas mikro-organisme rumen dipengaruhi oleh kandungan zat-zat makanan itu sendiri yang saling mempengaruhi daya cerna (LUBIS, 1963). Kandungan NDF yang lebih tinggi menyebabkan kecernaannya lebih rendah. Menurut SULYONO (1977) dan LUBIS (1963) bahwa rendahnya koefisien cerna karena polimer yang menyusun serat kasar terlalu sukar dipecahkan sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi hijauan.
Tabel 5. Temperatur kandang selama uji palatabilitas hijauan 07.00
Hari ke
Maximum 23,0 34 23 24 32 23 24 26,1
1 2 3 4 5 6 7 Rata-rata
Minimum 23 28 23 22 23 22 23 23,4
Konsumsi hijauan bahan kering (g/ekor)
P.m.Riversdale
12.00 Maximum Minimum 26 26 27 25 35 25 28 27 32 26 24 24 32 26 29,1 25,6
Pas.atratum
17.00 Maximum Minimum 25 24 27 26 35 24 25 24 26 24 25 25 26 24 27,0 24,4
P.m. Gatton
250
200
150
100
50
0 1
2
3
4
5
6
7
Hari ke
Gambar 1. Konsumsi hijauan bahan kering (g/ekor) 3 jenis rumput jam 07.00 – 17.00 pada ternak domba
949
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Konsumsi hijauan bahan kering (g/ekor)
P.m.Riversdale
Pas.atratum
P.m. Gatton
300 250 200 150 100 50 0 1
2
3
4
5
6
7
Hari ke
Gambar 2. Konsumsi hijauan bahan kering (g/ekor) 3 jenis rumput jam 17.00 – 07.00 pada ternak domba
KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa produksi hijauan ketiga jenis rumput dipengaruhi oleh jumlah tunas, tinggi tanaman. Produksi tertinggi dicapai oleh jenis P. maximum cv Riversdale, kemudian P. maximum cv Gatton dan terendah Paspalum atratum. Palatabilitas hijauan tertinggi pada rumput P. maximum cv Riversdale (47,4%) dengan kandungan NDF terendah (67,03%). Sementara itu, Paspalum atratum 37,4% dengan NDF 69,76% dan P. maximum cv Gatton kecernaannya 15,1% dengan kandungan NDF 70,33%. DAFTAR PUSTAKA BUCKMAN, H.O. and N.C. BRADY. 1969. In: PARTOHARDJONO, M.I. dan A.S. KARAMA. 1991. Fospor. Peranan dan penggunaannya dalam bidang pertanian. Balittan. Bogor. HAKIM, N., N.Y. NYAKPA, A.M. LUBIS, S.G. NUGROHO, M.L. SAUL, M.A. DIHA, B.H. GO dan H.H. BAILEY. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. BKS. PTN/USAID. Unila Lampung. LUBIS, D., N.D. PURWANTARI dan T. MANURUNG. 2000. Potensi nutrisi rumput gajah dari sistem pertanaman lorong dan kapasitas dukungnya untuk sapi perah laktasi. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999. Puslitbang Peternakan, Bogor. LUBIS, D.A. 1963. Ilmu makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.
950
NYAKPA, M.Y., A.M. LUBIS, M.A. PULUNG, A.G.AMRAH, A. MUNAWAR, B.H. GO dan N. HAKIM. 1986. Kesuburan tanah. Badan kerjasama ilmu tanah. BKS. PTN/USAID. WUAE. Project. Lampung. NRC. 1978. Nutrient Requirement of Dairy Cattle 5th Revised Ed. National Research Council, National Academ y of Sciences, Washington, D.C. PURWANTARI, N, D., B. R. PRAWIRADIPUTRA, S. YUHAENI, E. SUTEDI, SAJIMIN, A. SEMALI dan A. FANINDI. 2003. Peningkatan produktivitas tanaman pakan ternak. Laporan Akhir TA 2003. Balai Penelitian Ternak. PRAWIRADIPUTRA, B.R. 1986. Pola penggunaan hijauan makanan ternak di DAS Jratunseluna dan Brantas. Seri Makalah Penelitian No. 1. P2LK2T. Badan Litbang Pertanian. ROBERTSHOW, D. 1981. The Environmental Physiology of Animal Production. Environmental Aspect of Housing for Animal Production. London SAJIMIN, E.SUTEDI, N.D. PURWANTARI dan B.R. PRAWIRADIPUTRA. 2005. Agronomi rumput benggala (Panicum maximum Jac) dan pemanfaatannya sebagai rumput potong. Pros. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 121 – 129. SIREGAR,M.E. dan A.DJAJANEGARA. 1972. Pengaruh berbagai frekuensi pemotongan terhadap produksi hijauan beberapa rumput pasture. Bull. LPP. 6: 1 – 11. SIREGAR, M.E., M.MARTAWIJAYA dan T. HERAWATI. 1980. Pengaruh tatalaksana interval panen terhadap kuantitas dan kualitas produksi rumput benggala (P. maximum cv. Guinea). Bulletin LPP. 26: 41 – 49.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
SURATMINI, N.P.; SUPRIYATI, I.HELIATI dan I.P. KOMPIANG. 2002. Pengaruh biofertilizer dan pupuk kimia pada pertumbuhan dan produksi rumput Panicum maximum. JITV 7(4): 250 – 264. SUTEDI, E., S. YUHAENI dan B.R.PRAWIRADIPUTRA. 2002. Karakterisasi rumput benggala (P. maximum) sebagai pakan ternak. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor. hlm. 161 – 164.
SULYONO, A.R. SIREGAR dan M. SITORUS., 1977. Koefisien cerna onggok, gaplek dan dedak padi pada kerbau. Bull. LPP. 17: 1 – 13. ZULBARDI, M., M. RANGKUTI dan S. SASTRODIHARDJO. 1980. Daya konsumsi dan daya cerna kerbau terhadap rumput gajah (Pennisetum purpureum Var. Hawaii). Bull. LPP. 26.
DISKUSI Pertanyaan: Apakah ada jenis rumput potong lain sebagai pembanding rumput Grazing? Jawaban: Pada umumnya dipergunakan rumput Gajah sebagai pembanding.
951