TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Domba dan Pertumbuhannya Domba dan kambing merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anaknya. Disamping sebagai penghasil daging yang baik, domba dan kambing juga menghasilkan kulit yang dapat di manfaatkan untuk berbagai macam keperluan industri kulit dan khusus untuk domba menghasilkan bulu (wool) yang sangat baik untuk keperluan bahan sandang (Cahyono,1998). Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku belah dan termasuk pada sub famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk ke dalam genus Ovis dan yang didomestikasi adalah Ovis aries. Taksonomi domba menurut Blakely dan Bade (1985), bahwa semua domba mempunyai karakteristik yang sama. Adapun klasifikasinya adalalah Kingdom: Animalia (hewan), Phylum: Chordata (hewan bertulang belakang), Class: Mammalia (hewan menyusui), Ordo: Artiodactyla (hewan berkuku genap), Family: Bovidae (memamah biak), Genus: Ovis (domba), Spesies : Ovis aries (domba yang di domestikasi). Laju pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal yang bermula dari suatu telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai hewan mencapai dewasa. Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan kenaikan berat badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan
4 Universitas Sumatera Utara
diketengahkan dengan pertumbuhan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (Tillman et al., 1981).
Pakan Ternak Domba Pakan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Pakan sangat esensial bagi ternak domba karena pakan yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses dalam tubuh secara normal. Pada batasan minimal, pakan bagi ternak domba berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi sehingga mampu melaksanakan peran dalam proses metabolisme (Murtidjo, 1995). Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi zat-zat nutrisi sehingga ternak mudah terserang penyakit. Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus menerus dan sesuai dengan standar gizi menurut status ternak yang dipelihara (Cahyono, 1998). Pakan komplit (Complete Feed) adalah campuran semua bahan pakan yang terdiri atas hijauan dan konsentrat yang dicampur menjadi satu campuran yang homogen dan diberikan kepada ternak sebagai satu-satunya pakan tanpa tambahan rumput segar. Complete feed dibuat dari hasil samping pertanian seperti jerami kedelai, tetes tebu, kulit kakao, kulit kopi, ampas tebu, bungkil biji kapok, dedak padi, onggok kering dan bungkil kopra, pakan tersebut diformulasikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ternak terpenuhi. Wahjuni dan Bijanti (2006) menjelaskan, complete feed disusun untuk menyediakan ransum secara komplit dan praktis dengan pemenuhan nilai nutrisi yang tercukupi untuk kebutuhan ternak serta dapat ditujukan untuk perbaikan
Universitas Sumatera Utara
sistem pemberian pakan. Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain: 1) sumber SK (jerami, tongkol jagung, pucuk tebu), 2) sumber energi (dedak padi, kulit kopi, kulit kakao tapioka, tetes), 3) sumber protein (bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil biji kapok), dan 4) sumber mineral (tepung tulang, garam dapur). Keuntungan pembuatan pakan lengkap antara lain meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan dan menurunnya sisa pakan dalam palungan, hijauan yang palatabilitas rendah setelah dicampur dengan konsentrat dapat mendorong meningkatnya konsumsi, untuk membatasi konsumsi konsentrat karena harga konsentrat mahal (Yani, 2001). Teknologi pengolahan hasil samping pertanian dan hasil samping agroindustri menjadi pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua hasil samping tersebut dengan metode prosessing yang terdiri atas: 1) perlakuan pencacahan (choppping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakkan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien, 2) perlakuan pengeringan (drying) dengan panas matahari atau dengan alat pengering untuk menurunkan kadar air bahan, dan 3) proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (mixer) dan perlakuan penggilingan dengan
alat
giling
Hammer
Mill
dan
terakhir
proses
pengemasan
(Wahyono dan Hardianto, 2004).
Tongkol Jagung Tongkol jagung adalah hasil samping yang diperoleh ketika biji jagung dirontokkan dari buahnya. Akan diperoleh jagung pipilan sebagai produk utamanya dan sisa buah yang disebut tongkol atau janggel (Rohaeni et al., 2006).
Universitas Sumatera Utara
Tongkol jagung ini sangat potensial dikembangkan untuk pakan ternak ruminansia. Namun hasil samping ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pakan ternak. Hal ini mungkin disebabkan oleh kualitasnya yang relatif rendah seperti pada hasil samping pertanian lainnya. Tongkol jagung ini mempunyai kadar protein yang rendah dengan kadar lignin dan selulosa yang tinggi (Aregheore, 1995). Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tongkol jagung giling dipakai dalam ransum domba lokal Afrika jantan pada level 36% dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian 37 g/hari (Arghoere, 1995). Selanjutnya penelitian ransum berbahan dasar tongkol jagung pada domba sedang tumbuh menghasilkan konsumsi bahan kering per bobot badan antar perlakuan dengan rataan masing-masing 4.17% dan 94,8 gr/BB (Yulistiani, 2010). Tongkol jagung yang diberi perlakuan ammoniasi 3% dapat dipakai dalam ransum sampai 92%, ketika ransum dasar ini disubstitusi dengan alfalfa 30% dapat membenkan respon pada kenaikan berat badan domba 2 kali lipat dibanding dengan pakan dasar tongkol jagung yang tidak diberi perlakuan (Brandt and Klopfeinstein, 1986). Selanjutnya Oji et al. (2007) melaporkan bahwa treatmen tongkol jagung dengan urea atau amonia dapat meningkatkan konsumsi pakan dan kecernaan nutrien pakan.
Fermentasi Fermentasi adalah proses biologis yang menghasilkan komponenkomponen akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikrobia. Pengertian fermentasi
ini
mencakup
baik
fermentasi
aerob
maupun
anaerob
(Muchtadi et al., 1992).
Universitas Sumatera Utara
Fermentasi merupakan proses penguraian unsur-unsur organik kompleks terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang biasanya terjadi dalam keadaan aerob dan anaerob yang diiringi dengan pembebasan gas (Sarwono, 1996). Penambahan bahan-bahan nutrien kedalam fermentasi dapat menyokong dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang dapat digunakan pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang ditambahkan pada proses fermentasi akan terurai oleh enzim urease menjadi ammonia dan karbondioksida yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino (Fardiaz, 1989). Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe aerob dan anaerob. Untuk hidup semua organisme membutuhkan sumber energi, energi diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana berada didalamnya. Bahan baku yang paling banyak digunakan diantara mikroorganisme adalah glukosa. Dengan adanya oksigen beberapa mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbon dioksida dan sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh (Buckle et al., 1985).
Bioaktivator Starbio Starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi) yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau rantingranting yang dibusukkan. koloni tersebut terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Cellulomonas clostridium thermocellulosa (pencerna lemak) Agaricus dan coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan
Universitas Sumatera Utara
Azozpirillum trasiliensis (pencerna protein). Probiotik Starbio merupakan probiotik anaerob penghasil enzim berfungsi untuk memecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat Starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum, selain itu Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak. Penggunaan Starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada Starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga lebih banyak zat nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan ke produk ternak. Selain itu, produktivitas ternak akan meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap (Samadi, 2007).
Aspergillus niger Aspergillus niger menghasilkan enzim urease untuk memecah urea menjadi asam amino dan CO2 yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan (Lehninger, 1991). Aspergillus niger didalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam medium. Molekul sederhana seperti gula dan komponen lain yang larut disekeliling hifa dapat langsung diserap. Molekul lain yang lebih kompleks seperti selulosa, pati dan protein harus dipecah terlebih dahulu sebelum diserap kedalam sel. Untuk itu Aspergillus niger menghasilkan beberapa enzim ekstraseluler seperti amilase, amiloglukosidase, pektinase, selulase, katalase, dan glukosidase (Hardjo et al., 1989). Menurut Hardjo, (1989) klasifikasi Aspergillus niger adalah berasal dari genus Aspergillus, famili Euratiaceae, ordo Eutiales, kelas Asomycotina, dan divisi Asmatgmycota.
Universitas Sumatera Utara
Aspergillus niger bersifat aerobik sehingga membutuhkan oksigen terhadap pertumbuhan. Temperatur optimum bagi pertumbuhannya adalah antara 35oC–37oC. pH optimum antara 5-7 dan pH antara 2-8,5 kadar air media antara 65-70%. Ciri-ciri khas Aspergillus niger menurut Fardiaz (1989) antara lain: berupa benang-benang tunggal yang disebut hifa, tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak secara generatif dan vegetatif.
Trichoderma viride Trichoderma viride adalah salah satu jenis jamur yang bersifat selulolitik karena dapat menghasilkan selulase. Enzim yang dapat menghidrolisis selulosa adalah selulase. Produksi selulase secara komersial biasanya menggunakan kapang atau bakteri. Kapang yang bisa menghasilkan selulase adalah Aspergillus niger, Trichoderma viride dan lain-lain. Bakteri yang bisa menghasilkan selulase adalah Pseudomonas, Cellulomonas, dan Bacillus. Diantara beberapa jenis kapang dan bakteri yang bisa menghasilkan selulase, yang potensial untuk dikembangkan dalam pembuatan enzim selulase salah satunya adalah kapang Trichoderma viride. Trichoderma viride adalah kapang berfilamen yang sangat dikenal sebagai organisme selulolitik dan menghasilkan enzim-enzim selullolitik, termasuk enzim selobiohidrolase, endoglukanase dan ß-glukosidase. Kelebihan dari Trichoderma viride selain menghasilkan enzim selulolitik yang lengkap, juga menghasilkan enzim xyloglukanolitik. Keberadaan enzim ini akan semakin mempermudah enzim selulolitik dalam memecah selulosa. Trichoderma viride telah dimanfaatkan untuk mengisolasi xylooligosaccharida dari bronjong sawit (Salina et al., 2008). Untuk keperluan fermentasi, Trichoderma viride bisa aktivasi dengan menggunakan media air steril, yang dimasukkan ke dalamnya gula pasir (1% dari
Universitas Sumatera Utara
volume air), urea (1%) dan NPK (0.5% dari berat air), lalu dilarutkan. Ke dalam larutan tersebut dimasukkan bibit kapang Trichoderma viride sebanyak 1% dari volume air. Lalu larutan diaerasi menggunakan aerator selama 35-48 jam. Larutan Trichoderma viride tersebut kemudian dijadikan inokulan dalam fermentasi tongkol jagung. Sebelum difermentasi, sebaiknya tongkol jagung dicacah atau lebih baik jika ditepungkan, untuk memperkecil bentuknya. Selanjutnya difermentasi selama 7 hari, dan kemudian dikeringkan. Melalui teknik fermentasi, akan dapat meningkatkan kandungan protein dan energi bahan, sehingga akan lebih mudah dicerna oleh ternak. Trichoderma viride dapat memfermentasi janggel jagung sebagai pakanalternatif pada musim kemarau (Rohaeni et al., 2006) dan memfermentasi limbah agroindustri (Prayitno, 2008.).
Analisa Usaha Ternak Domba Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), pakan dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Usaha ternak domba yang di kelola masyarakat pedesaan secara umum masih merupakan usaha pola budidaya yang sifatnya sebagai tabungan, yang pengolahannya bersifat usaha campuran (diversifikasi) dan berperan mendukung ekonomi rumah tangga. Kondisi demikian memperlihatkan kecenderungan peternak memelihara ternak belum mempertimbangkan manajemen pengolahan sehingga optimalisasi sebagai sumber pendapatan keluarga belum tercapai. Manajemen usaha masih berbasis sumberdaya pakan yang tersedia di lokasi tanpa
Universitas Sumatera Utara
diikuti dengan upaya peningkatan mutunya, modal biaya rendah (Low External Input), bahkan dapat dinyatakan tanpa adanya biaya produksi (zero cost) (Priyanto et al., 2004). Dalam membangun suatu perusahaan, perlu beberapa pertimbangan ekonomi dasar seperti: apa yang dihasilkan, bagaimana menghasilkannya, seberapa banyak harus dihasilkan, dan bagaimana harus memasarkannya. Untuk itu
perlu
pencatatan
semua
kegiatan
keluar/masuknya
selama
periode
penggemukkan. Hal ini disebabkan karena tanpa ada data yang lengkap meliputi catatan keluar masuknya pada sepanjang waktu pemeliharaan maka informasi apakah suatu usaha tersebut rugi atau laba menjadi tidak jelas (Rasyaf, 1988). Dalam pemeliharaan domba terdapat beberapa keuntungan yaitu dapat beranak lebih dari satu ekor, cepat berkembang biak, berjalan dengan jarak lebih dekat saat digembalakan sehingga pemeliharaan lebih mudah, termasuk pemakan rumput sehingga dalam pemberian pakan lebih mudah. Banyak keuntungan yang di peroleh dari beternak domba. Namun, pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaan domba di lakukan secara teradisional. Pemberian pakannya pun hanya sekedarnya saja tanpa memperhitungkan kebutuhan standar gizi (Cahyono, 1998). Analisis usaha ternak domba sangat penting bagi usaha ternak komersial. Dengan adanya analisis dapat di evaluasi dan di cari langkah pemecahan berbagai kendala, baik dalam usaha pengembangan, rencana penjualan, maupun usaha menanggulangi pemborosan tersamar (Murtidjo, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Biaya Produksi Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Maka dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003). Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan, 1995). Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada atau tidak ada ternak di kandang, biaya ini harus tetap keluar. Misalnya: gaji pekerja bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan jumlah produksi ternak diusahakan. Semakin banyak ternak semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan secara total. Pada pemeliharaan ternak, biaya pakan mencapai 60%-70% dari total biaya produksi (Rasyaf, 1996). Menurut (Lipsey et al., 1995) biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang
Universitas Sumatera Utara
berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya tidak tetap.
Penerimaan dan Pendapatan Perusahaan yang beroperasi atau mempunyai kegiatan sesuai dengan didirikannya perusahaan tersebut akan mengharapkan adanya penerimaan pendapatan dari operasi perusahaan yang dilaksanakan. Bagi perusahaan yang memproduksi barang, maka penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang tersebut. Demikian juga dengan perusahaan jasa, penerimaan pendapatan perusahaan tersebut berasal dari usaha penjualan jasa yang dilakukan perusahaan tersebut (Agus, 1990). Pendapatan merupakan jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Rasyaf, 1996). Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut (Budiono, 1990). Penerimaan merupakan jumlah hasil peternakan seperti penjualan hasil ternak dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima (Rasyaf, 1996). Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan dan barang olahannya seperti hasil penjualan ternak dan tambahan modal hasil penjualan ternak (kadarsan, 1995). Penerimaan atau nilai produksi (R atau S) yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga produksi dengan satuan rupiah (Suratiah, 2009). Nuraini (2003) melaporkan, didalam pelaksanaan operasi perusahaan, kadang-kadang terdapat adanya penerimaan diluar operasi perusahaan, seperti
Universitas Sumatera Utara
penerimaan bunga bank karena perusahaan mempunyai rekening giro, penerimaan dari penjualan mesin dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi. Namun demikian penerimaan tersebut tidak diperhitungkan, karena kegiatan tersebut tidak berasal dari kegiatan operasi perusahaan. Analisa Laba-Rugi Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995). Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001). Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : K = TR-TC dimana : K
=
keuntungan
Total Revenue =
total penerimaan
Total Cost
total pengeluaran
=
Universitas Sumatera Utara
Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenisjenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama (Kasmir dan Jakfar, 2005). IOFC (income over feed cost) Untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis, selain memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi ransum, faktor efisiensi biaya juga perlu diperhitungkan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya ransum. Perhitungan IOFC ini terlepas dari biaya lain yang belum diperhitungkan seperti upah tenaga kerja, fasilitas kandang, bibit dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati dalam biaya variabel. Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan
bobot
badan
akibat
perlakuan
dengan
harga
jual
(Prawirokusumo, 1990).
Universitas Sumatera Utara
B/C Ratio (benefit cost ratio) Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila : B/C Ratio > 1 = efisien B/C Ratio ═ 1 = impas B/C Ratio < 1 = tidak efisien B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai B/C Rationya, maka semakin tidak efisien usaha tersebut (Soekartawi, 1995).
Universitas Sumatera Utara