II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Domba Lokal Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol
dan daging, Selain itu, pertumbuhannya yang cepat serta ukuran tubuh yang relatif kecil dapat memudahkan peternak untuk memeliharanya (Murtidjo, 1992). Keuntungan beternak domba dipaparkan pula oleh Tomaszewska et al (1993), bahwa ternak domba cepat berkembang biak, dapat beranak lebih dari satu ekor dan bisa beranak dua kali dalam setahun. Menurut Mulyaningsih (1990), domba di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok yaitu domba ekor tipis, domba Priangan dikenal juga dengan domba Garut, dan domba ekor gemuk. Menurut Ensminger (2002), ternak domba mempunyai taksonomi sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Mamalia
Ordo
: Artiodactyla
Famili
: Bovidae
Genus
: Ovis
Species
: Ovis aries
Domba Lokal asli Indonesia memiliki ciri–ciri yaitu ukuran badan relatif kecil, pertumbuhan relatif lambat, tampilan fenotipik tidak seragam dan hasil karkas rendah. Peranan ternak domba bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai
8
sumber penghasilan bagi masyarakat yang umumya bermata pencaharian sebagai peternak domba. Pakan utama ternak domba adalah hijauan yang berupa rumput dan legum. Hal tersebut dapat meringankan biaya produksi pemeliharan ternak domba. Selain itu, domba mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas rendah menjadi produk bergizi tinggi seperti daging dan susu, serta hasil ikutan yang berkualitas tinggi seperti kulit dan wol (Sodiq dan Abidin, 2002). Selain daripada itu, ternak domba mempunyai peran sosial dimasyarakat Indonesia salah satunya dikaitkan dengan hari raya besar agama islam seperti idul adha, idul fitri dan lainlain.
2.2.
Sari Kurma Buah kurma yaitu tumbuhan golongan palm yang tumbuh baik di timur
tengah, Amerika Serikat dan sebagian Australia. Memiliki berat hingga 60 gram, panjang 3–7 cm, tekstur lunak hingga kering, berbiji dan berwarna kuning kecoklatan, coklat gelap dan kuning kemerahan. Menurut Satuhu (2010), kurma memiliki banyak khasiat lain yang baik untuk kesehatan diantaranya : 1) Kurma mengandung asam salisilat yang bersifat mencegah pembekuan darah, antiinflamasi, dan menghilangkan rasa ngilu ataupun rasa nyeri. 2) Kurma mengandung kalium yang sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah karena berfungsi untuk menstabilkan denyut jantung, mengaktifkan kontranksi otot jantung, sekaligus mengatur tekanan darah. Oleh karena itu, kalium bermanfaat dalam mencegah penyakit stroke.
9
3) Kurma mengandung banyak serat yang baik bagi usus, sehingga mencegah sembelit, melancarkan buang air besar dan juga dapat menurunkan kolesterol. 4) Kurma dapat membantu pertumbuhan tulang karena mengandung kalsium, fosfor, dan magnesium yang sangat diperlukan untuk memelihara kesehatan tulang dan gigi. 5) Kurma juga mengandung vitamin yang dapat membantu menguatkan saraf, melancarkan peredaran darah dan memelihara dari radang dan infeksi. Sari kurma merupakan ekstrak dari buah kurma (Phoenix dactylifera) yang memiliki kandungan seperti Karbohidrat (Fruktosa, Glukosa dan Sukrosa), protein, lemak, serat, vitamin (A, B1, B2, B12, C,), mineral (Potasium, Kalsium, Besi, Klorin, Magnesium, Sulfur, Fosfor) serta beberapa enzim yang berperan dalam penyembuhan berbagai penyakit. (Al-Farsi et al, 2005 dalam Retnowati dkk., 2014; Rahmawan, 2006 dalam Giyatmo, 2013; Primurdia dkk., 2014). Kandungan karbohidrat (Fruktosa, Glukosa dan Sukrosa) pada Sari Kurma masing–masing yaitu 13,7 gram, 12,6 gram dan 52,7 gram (Elleuch et al, 2008). Peranan Sari Kurma bagi tubuh telah dibuktikan oleh masyarakat timur tengah dan dipercaya dapat menghilangkan rasa sakit. Khasiat buah kurma antara lain untuk mempercepat pemulihan kondisi saat sakit demam berdarah (Djunaedi, 2006 dalam Giyatmo, 2013). Selain itu, Sari Kurma dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada tikus putih jantan.
Ekstrak etanol pada kurma juga dapat
meningkatkan trombosit pada tikus. Selain daripada itu, Sari Kurma dapat dijadikan minuman probiotik karena terdapat penelitian mengenai Sari Kurma yang ditambahkan bakteri asam laktat (Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum) (Primurdia dkk., 2014).
10
2.3.
Peranan Karbohidrat untuk Spermatozoa Penambahan karbohidrat ke dalam pengencer semen akan sangat berguna
dalam memperpanjang daya hidup spermatozoa karena dapat menjadi sumber energi selama masa penyimpanan. Sumber energi yang dapat digunakan berasal dari golongan monosakarida seperti fruktosa dan glukosa. Penambahan karbohidrat tersebut dapat mempertahankan motilitas spermatozoa (Maxwell dan Salamon, 1993; Panglowhapan, 2003 dalam Mukminat dkk., 2014). Molekul-molekul karbohidrat yang ditambahkan ke dalam pengencer semen akan berperan dalam metabolisme spermatozoa melalui jalur glikolisis atau dilanjutkan dengan reaksi asam trikarboksilat (siklus Krebs), sehingga dihasilkan energi berupa ATP yang akan dimanfaatkan oleh spermatozoa untuk bergerak (Rizal, 2008). Sebagai substrat sumber energi, glukosa, fruktosa dan sukrosa masuk ke dalam sel dengan dua mekanisme, yaitu transport aktif dan difusi (Mansjur, 2001 dalam Mukminat dkk., 2014). Fruktosa, glukosa dan sukrosa mempunyai fungsi masing–masing bagi spermatozoa yaitu : 1) Fruktosa dan Glukosa akan menghasilkan ATP yang sangat penting untuk kontraksi fibril-fibril pada ekor sperma yang berfungsi untuk menimbulkan pergerakan (motilitas) spermatozoa dan memperpanjang daya hidup spermatozoa (Van Tienhoven dkk, 1952 dalam Toelihere 1993) 2) Sukrosa berfungsi sebagai krioprotektan ekstraseluler (Rizal, 2008).
2.4.
Recovery Rate Recovery rate (RR) adalah kemampuan pemulihan spermatozoa setelah
pembekuan dengan membandingkan persentase sperma segar dengan sperma pasca thawing (Garner dan Hafez, 2000). Motilitas atau daya gerak progresif
11
spermatozoa mempunyai peranan penting dalam proses fertilisasi (Susilawati, 2003 dalam Mukminat dkk., 2014). Persentase sperma hidup lebih tinggi daripada persentase sperma motil karena sperma yang hidup belum tentu motil, tetapi sejumlah sperma yang tidak motil terkadang masih hidup (Bearden and Fuquay, 1997; Campbell 2003 dalam Arifiantini dkk., 2005).
2.5.
Membran Plama Membran plasma merupakan membran luar yang melindungi seluruh
rangkaian struktur
sel.
Membran plasma utuh mutlak harus dimiliki oleh
spermatozoa agar dapat membuahi oosit. Membran plasma juga mengatur keluar masuknya zat-zat makanan serta keseimbangan elektrolit intra dan ekstraseluler. Apabila membran plasma rusak maka poses metabolisme sel akan terganggu dan berakibat kematian spoermatozoa. Keutuhan membran plasma ditandai oleh ekor sperma yang melingkar atau menggembung, sedangkan yang rusak ditandai oleh ekor yang lurus apabila semen dipaparkan di dalam larutan hipoosmotik dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 60 menit (Revell dan Mrode, 1994 dalam Rizal dkk., 2007). Pada membran plasma sel terdapat banyak makromolekul seperti protein, lipoprotein, glikoprotein, dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai enzim, reseptor, saluran, atau pembawa (carrier) (Subowo, 1995 dalam Rizal 2007). Membran plasma spermatozoa kaya akan lemak tak jenuh sehingga rentan terhadap peroksidasi lipid (Maxwell dan Watson, 1996 dalam Tambing dkk., 2000). Akibat dari peroksidasi lipid adalah radikal bebas yang dapat merangsang terjadinya reaksi otokatalitik sehingga mengakibatkan rusaknya membran plasma (Sinha et al, 1996 dalam Tambing dkk., 2000).
Upaya menghambat terbentuknya
12
peroksida lipid dapat dilakukan dengan menambah antioksidan yakni suatu zat yang dapat mengikat senyawa radikal bebas (Wijaya, 1996 dalam Alawiyah dan Hartono). Vitamin C dan Vitamin E merupakan antioksidan alam yang dapat menghambat peroksida, memperbaiki fertilitas sperma yang dibekukan dan melindungi membran plasma pada saat pencairan kembali. Selain itu, vitamin C dan E mempunyai kemampuan memutuskan berbagai rantai reaksi radikal bebas sebagai akibat perpindahan hidrogen fenolat pada radikal bebas dari asam lemak tidak jenuh ganda yang telah mengalami peroksidasi. (Beconi, 1993 dalam Triwulaningsih dkk., 2003).