Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
KOMPOSISI KIMIA DAGING DOMBA LOKAL AKIBAT PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT DARI BERBAGAI LIMBAH PERTANIAN DAN AGROINDUSTRI (Effect of Complete Feed From Various Agricultural and Agroindusties ByProduct on Chemical Composition of Local Mutton) E. PURBOWATI1, U. HASANAH1, R. ADIWINARTI1, C.I. SUTRISNO1, E. BALIARTI2, S.P.S. BUDI2 dan W. LESTARIANA3 1
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang 2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRACT This study was aimed to determine the chemical composition of local male lamb fed complete feed from various agricultural and agro-industries by-product. As many as 16 local male lamb with the initial body weight (BW) of 13 + 1.46 kg, 3 – 5 months, fed materials from a variety of agricultural and agro-industry byproduct were used in this study. A nested completely randomized design was used in this research of four treatments, i.e. R1 = rice straw + soybean meal, R2 = maize straw + ketchup by-product, R3 = peanut cobs + coconut cake, and R4 = sugar cane + tofu cake. Each treatment consisted of four sheep as replication. The observed parameters were chemical composition of Longissimus dorsi (LD) and Biceps femoris (BF) muscle. Sheep were slaughtered at the approximately 20 kg of body weight. The results showed that the chemical composition of meat among the treatments and different muscle locations were not significantly different (P > 0.05). The average of: moisture, ash, protein, fat, and cholesterol content were: 76.77; 1.34; 18.32; 2.86% and 80.72 mg/100 g of meat, respectively. It is concluded that the: moisture, ash, protein, fat and cholesterol content of meat of male local lamb fed complete ration from a variety of agricultural and agro-industry byproduct with dry matter content (DM) of 90.42%, crude protein (CP) of 15.12% and total digestible nutrients (TDN) of 52.49% of the Longissimus dorsi and Biceps femoris muscle were relatively similar. Key Words: Sheep, Meat Chemical, Agricultural By-Product, Agro Industry By-Product ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia daging domba lokal jantan yang diberi pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Domba lokal jantan sebanyak 16 ekor dengan bobot badan (BB) awal 13 + 1,46 kg, dan umur 3 – 5 bulan, serta bahan pakan dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian dengan rancangan acak lengkap pola tersarang dengan 4 perlakuan pakan, yaitu R1 = jerami padi + bungkil kedelai, R2 = jerami jagung + ampas kecap, R3 = jerami kacang tanah + bungkil kelapa, dan R4 = pucuk tebu + ampas tahu, dan masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ekor domba sebagai ulangan, serta pengamatan komposisi kimia daging domba pada 2 jenis otot, yaitu Longissimus dorsi (LD) dan Biceps femoris (BF). Domba dipotong pada bobot sekitar 20 kg. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa komposisi kimia daging antar perlakuan pakan dan lokasi otot tidak berbeda nyata (P > 0,05). Rata-rata kadar air, abu, protein, lemak, dan kolesterol hasil penelitian ini adalah 76,77%, 1,34%, 18,32%, 2,86%, dan 80,72 mg/100 g daging. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah kadar air, abu, protein, lemak dan kolesterol daging domba lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri dengan kadar bahan kering (BK) 90,42%, protein kasar (PK) 15,12% dan total digestible nutrients (TDN) 52,49% pada otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris relatif Kata Kunci: Domba, Kimia Daging, Limbah Pertanian, Limbah Agroindustri
537
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENDAHULUAN Kontribusi daging domba dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia masih rendah, yakni hanya sekitar 6,6% dari konsumsi daging total. Rendahnya kontribusi daging domba tersebut, dikarenakan masih rendahnya produktivitas daging domba. Produktivitas daging domba sangat ditentukan oleh manajemen pemeliharaan, meliputi breeding, feeding (pakan), dan manajemen. Pakan merupakan faktor penting dalam pemeliharaan. Pakan yang dikonsumsi ternak digunakan untuk hidup pokok dan produksi. Selain itu, jenis pakan yang dikonsumsi ternak juga menentukan komposisi kimia daging yang dihasilkan. Pakan domba pada umumnya adalah rumput, namun rumput merupakan pakan berserat yang berkualitas rendah, sehingga perlu ditambah pakan konsentrat. Agar imbangan pakan berserat dan konsentrat yang dikonsumsi domba sesuai dengan yang diharapkan, maka pakan tersebut sebaiknya dibentuk menjadi suatu pakan komplit bentuk pelet. Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substansi lain kecuali air (HARTADI et al., 2005). Semua jenis bahan pakan dicampur dalam satu bentuk pakan (ENSMINGER dan OLENTINE, 1978). Pakan komplit dapat disusun dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Limbah pertanian yang dapat digunakan untuk menyusun pakan komplit, antara lain pucuk tebu, jerami jagung, jerami padi dan jerami kacang tanah, sedangkan limbah agroindustri antara lain ampas tahu, ampas kecap, molases, bungkil kedelai dan bungkil kelapa. Konsumen mengkonsumsi daging domba untuk mendapatkan nutrisinya. Kandungan nutrisi atau komposisi kimia daging sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisiologi dan nutrisi) dan faktor genetik (SOEPARNO, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (kadar air, abu, protein, lemak dan kolesterol) daging domba yang diberi pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
538
sebagai bahan informasi dalam pemberian pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri ditinjau dari komposisi kimia daging domba yang dihasilkan. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis komposisi kimia daging domba (air, abu, protein dan lemak) dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis kadar kolesterol daging dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Penelitian ini menggunakan domba lokal jantan sebanyak 16 ekor dengan bobot badan (BB) awal 13,3 + 1,46 kg (CV = 11%), dan umur 3 – 5 bulan. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari limbah pertanian (pucuk tebu, jerami jagung, jerami padi dan jerami kacang tanah) dan limbah agroindustri (ampas tahu, ampas kecap, molases, bungkil kedelai dan bungkil kelapa), serta mineral. Peralatan yang digunakan adalah peralatan kebersihan, ember untuk tempat pakan dan air minum, timbangan untuk menimbang ternak, pakan, dan karkas, seperangkat alat untuk pembuatan pakan komplit bentuk pelet (mesin penggiling bahan pakan dan pembentuk pelet) dan seperangkat alat untuk pemotongan ternak. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola tersarang (ASTUTI, 2007) dengan 4 macam perlakuan pakan komplit bentuk pelet yaitu R1 = jerami padi dan bungkil kedelai, R2 = jerami jagung dan ampas kecap, R3 = jerami dan kacang tanah dan R4 = pucuk tebu dan ampas tahu, dan masing masing terdiri dari 4 ekor domba sebagai ulangan serta pengamatan komposisi kimia daging domba pada 2 jenis otot, yaitu Longissimus dorsi (LD) dan Biceps femoris (BF). Komposisi dan kandungan nutrisi pakan komplit bentuk pelet pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 1. Cara pembuatan pakan komplit bentuk pelet adalah semua bahan pakan digiling, masing -masing bahan pakan ditimbang sesuai dengan proporsinya, dicampur, ditambah air
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
sebanyak 50%, kemudian dicetak dengan mesin pelet dan dijemur. Pakan diberikan sebanyak 6% bahan kering (BK) dari bobot badan ternak dan pemberiannya dilakukan dua kali sehari, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah pakan yang diberikan. Domba pada masing-masing perlakuan pakan dipotong bila telah mencapai bobot potong 20 kg. Pemotongan dilakukan secara halal setelah dipuasakan terhadap pakan selama 24 jam, dengan tujuan untuk memperkecil variasi bobot potong akibat isi saluran pencernaan dan untuk mempermudah pelaksanaan pemotongan. Pemotongan ternak dimulai dengan memotong leher hingga vena jugularis, oesophagus, arteri carotis dan trachea terputus (dekat tulang rahang bawah) agar terjadi pengeluaran darah yang sempurna. Kemudian ujung oesophagus diikat agar cairan rumen
tidak keluar apabila ternak tersebut digantung. Kepala dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito-atlantis. Kaki depan dan kaki belakang dilepaskan pada sendi carpometacarpal dan sendi tarso-metatarsal. Ternak tersebut digantung pada tendo-achiles pada kedua kaki belakang, kemudian kulitnya dilepas. Selanjutnya untuk mendapat karkas, semua organ tubuh bagian dalam dikeluarkan, kecuali ginjal dan ekornya dipotong. Karkas ini kemudian dibelah secara simetris sepanjang tulang belakang dari leher (Ossa vertebrae cervicalis) sampai sakral (Ossa vertebrae sacralis). Sampel daging domba untuk analisis komposisi kimia diambil dari karkas sebelah kanan. Sampel daging tersebut diambil dari otot Longissimus dorsi (LD) pada bagian punggung dan otot Biceps femoris (BF) pada bagian paha, masing-masing sebanyak 50 gram.
Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrisi pakan penelitian Uraian
R1
R2
R3
R4
Komposisi bahan pakana) (%) Jerami padi
25,00
-
-
-
Jerami jagung
-
25,00
-
-
Jerami kacang tanah
-
-
25,00
-
Pucuk tebu
-
-
-
25,00
18,75
-
-
-
Ampas kecap
-
8,50
-
-
Bungkil kelapa
-
-
7,50
-
Ampas tahu
-
-
-
16,00
Bungkil kedelai
T. Daun lamtoro
4,00
25,00
19,00
23,50
T. Gaplek
12,25
10,00
9,00
3,00
Dedak padi
33,00
26,50
34,00
27,50
Molases
5,00
3,00
3,50
3,00
2,00
2,00
2,00
2,00
Bahan kering
90,44
90,44
90,22
90,59
Protein kasar
16,99
14,97
14,93
13,60
TDN
53,02
49,45
53,82
47,92
Mineral b)
Kandungan nutrisi (%)
a)
Komposisi pakan berdasarkan 100% bahan kering Bahan kering dan protein kasar adalah hasil analisis proksimat di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, sedangkan TDN dihitung dari koefisien cerna menurut HARTADi et al. (2005)
b)
539
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Kadar air, abu, protein, dan lemak dianalisis menurut petunjuk LEGOWO et al. (2005), sedangkan kadar kolesterol dianalisis menurut petunjuk TRANGGONO (1989). Analisis data Data hasil penelitian sebelum dianalisis dengan analisis variansi (STEEL dan TORRIE, 1991) terlebih dahulu diuji kenormalan Liliefors (NASOETION dan BARIZI, 1988) dan uji homogenitas Barttlet (SIREGAR, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimia daging domba pada perlakuan pakan yang berbeda Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa komposisi kimia daging dan konsumsi pakan domba tidak berbeda nyata (P > 0,05) antar perlakuan pakan. Komposisi kimia daging yang tidak berbeda nyata ini kemungkinan karena konsumsi pakan yang tidak berbeda pula. Menurut POND et al. (1995), faktor pakan yang mempengaruhi tingkat konsumsi antara lain ukuran partikel dan palatabilitas pakan. Meskipun bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai bentuk fisik yang berbeda, namun penyajiannya sebagai pakan komplit bentuk pellet yang melalui penggilingan sehingga bentuk fisik dan ukuran partikel pakan menjadi sama dan akibatnya konsumsi pakan tidak berbeda nyata. Kadar air daging domba lokal jantan menunjukkan bahwa pemberian pakan komplit
dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri tidak berbeda nyata (P > 0,05). Menurut ANGGORODI (1994) dan TILLMAN et al. (1991), kandungan air dan lemak daging sangat dipengaruhi oleh umur ternak dan kandungan nutrisi pakan. Kadar air yang tidak berbeda nyata dalam penelitian ini, karena umur ternak dan kandungan nutrisi pakan relatif sama. Menurut WINARNO (2002), kadar air daging antara lain dipengaruhi oleh banyak sedikitnya deposisi lemak yang terbentuk di dalam daging. Dijelaskan lebih lanjut oleh WINARNO (2002), bahwa tinggi rendahnya kadar lemak daging mempengaruhi kadar air daging, hal ini karena lemak memungkinkan adanya kelonggaran mikrostruktur daging sehingga air lebih mudah diikat oleh protein daging. Kadar lemak daging pada penelitian ini juga tidak berbeda nyata, sehingga kadar airnya pun tidak berbeda nyata pula. Rataan kadar air daging domba dalam penelitian ini adalah 76,77%. Kadar air daging penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) yang melaporkan sebesar 75,13%. Hasil penelitian ini masih tergolong normal, karena menurut JUDGE et al. (1989), kadar air daging domba kurang lebih 71,5%. Kadar air daging merupakan komponen kimia yang tertinggi, karena menurut LAWRIE (1995), sebagian besar tubuh dari organisme hidup termasuk domba disusun oleh air. Kadar abu daging domba lokal jantan menunjukkan bahwa pemberian pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri tidak berbeda nyata (P > 0,05). Rataan kadar abu dalam daging domba penelitian sebesar 1,34%. Kadar abu daging penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian
Tabel 2. Komposisi kimia daging dan konsumsi pakan domba dengan pakan komplit yang berbeda Parameter
R1
R2
R3
R4
Air (%)
76,61
76,68
76,67
77,13
Abu (%)
1,48
1,37
1,42
1,07
Protein (%)
18,51
18,17
18,25
18,35
Lemak (%)
2,53
3,00
2,79
3,11
Kolesterol (mg/100g)
83,21
81,31
80,06
78,29
Konsumsi BK (g)
901,64
926,60
909,41
956,71
Konsumsi PK (g)
153,18
138,73
135,79
130,08
Konsumsi TDN (g)
479,32
458,15
486,18
453,84
Hasil uji statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05)
540
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PURBOWATI dan SURYANTO (2000) yakni antara 1,10 – 1,28%, maupun PURBOWATI et al. (2006) yaitu antara 0,99 – 1,08%, dan PURBOWATI et al. (2009), yaitu antara 0,66 – 0,98%. Menurut BERG dan BUTTERFIELD (1976), kadar abu ternak meningkat dengan laju paling rendah dibandingkan dengan komposisi lainnya. Menurut JUDGE et al. (1989), kadar abu daging domba kurang lebih 1,5%. Pemberian pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri menghasilkan kadar protein daging yang tidak berbeda nyata (P > 0,05). Menurut EDEY (1983), kadar protein daging antara lain dipengaruhi oleh faktor pakan. Tidak berbedanya kadar protein daging pada penelitian ini diduga disebabkan oleh konsumsi protein pakan yang tidak berbeda nyata pula. Rataan kadar protein daging domba hasil penelitian ini sebesar 18,32%. Kadar protein daging pada penelitian ini masih dalam kisaran normal menurut SOEPARNO (1995), yaitu antara 16 – 22%. Kadar protein daging hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) antara 18,70 – 19,58%, dan PURBOWATI et al. (2009) antara 16,55 – 17,24%. Kadar lemak daging domba dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri tidak berbeda nyata (P > 0,05). JUDGE et al. (1989) menyatakan, bahwa kadar lemak daging dipengaruhi oleh bangsa, umur, lokasi otot, dan jenis pakan. Kadar lemak daging domba yang tidak berbeda nyata pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh konsumsi energi dan protein yang juga sama. Selain itu, domba yang digunakan dalam penelitian ini relatif masih muda (berumur sekitar 10 bulan). Seperti pernyataan PURBOWATI dan SURYANTO (2000), bahwa domba yang berumur 1 – 12 bulan belum terjadi penimbunan lemak secara intensif. Rataan kadar lemak daging domba penelitian sebesar 2,86%. Kadar lemak daging domba hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) yang mendapatkan kadar lemak daging domba sebesar 4,24%, maupun PURBOWATI et al. (2009) yang mendapatkan kadar lemak daging domba antara 5,68 – 8,54%. Pemberian pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri menghasilkan kadar kolesterol daging yang
tidak berbeda nyata (P > 0,05). Perbedaan yang tidak nyata dari kadar kolesterol hasil penelitian ini, karena menurut SOEPARNO (2005), konsentrasi kolesterol jaringan tergantung pada jumlah kebutuhan jaringan untuk fungsi membran seluler. Kandungan nutrisi dan konsumsi pakan penelitian ini relatif sama, sehingga kadar kolesterol daging antar perlakuan pakan juga sama. Rataan kadar kolesterol daging domba hasil penelitian ini sebesar 80,72 mg/100 g daging. Kadar kolesterol daging domba pada penelitian ini masih dalam kisaran normal, karena menurut SOEPARNO (1995) kadar kolesterol daging domba sekitar 78 – 124 mg/100 g daging. Kadar kolesterol daging hasil penelitian ini dalam kisaran hasil penelitian PURBOWATI et al. (2009), yaitu 74,50 – 109,12 mg/100 g daging. Komposisi kimia daging domba pada lokasi otot yang berbeda Komposisi kimia daging domba pada lokasi otot yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 3. Kadar air, abu, protein, lemak dan kolesterol daging domba pada otot Longissimus dorsi (LD) dan Biceps femoris (BF) tidak terdapat perbedaan yang nyata (P > 0,05). Tabel 3. Komposisi kimia daging domba pada lokasi otot yang berbeda Longissim us dorsi
Biceps femoris
Air (%)
76,87
76,69
Abu (%)
1,45
1,23
Protein (%)
18,21
18,43
Parameter
Lemak (%)
3,03
2,68
Kolesterol (mg/100g)
80,02
81,35
Hasil uji statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05)
Kadar air daging pada otot LD dan BF tidak berbeda nyata (P > 0,05), kemungkinan karena kadar lemak daging juga tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh PURBOWATI et al. (2006) yang menunjukkan bahwa kadar air daging domba pada otot LD dan BF tidak berbeda nyata (P > 0,05) pula.
541
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Meskipun tidak berbeda nyata, secara kuantitatif kadar lemak daging pada otot LD (3,03%) lebih tinggi daripada otot BF (2,68%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000) yang mendapatkan kadar lemak daging pada otot LD (3,10%) yang secara kuantitatif lebih tinggi daripada BF (2,16%). Menurut LAMBUTH et al. (1970), kadar lemak pada setiap jenis otot dapat berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa loin dan rusuk proporsi lemaknya dapat lebih tinggi daripada paha dan bahu, karena otot paha dan bahu lebih banyak digunakan untuk bergerak. Kadar lemak daging pada otot LD dan BF yang tidak nyata ini, kemungkinan karena domba ditempatkan dalam kandang individual sehingga aktivitas gerak otot paha terbatas dan akibatnya lemak cenderung ditimbun. Demikian juga dengan kadar kolesterol daging, adanya perbedaan yang tidak nyata (P > 0,05) pada kedua jenis otot ini, karena menurut WHEELER et al. (1987), kadar kolesterol jaringan relatif tidak berubah. Kadar abu dan protein daging pada otot LD dan BF tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000) yang menunjukkan bahwa kadar abu dan protein daging domba pada otot LD dan BF ralatif sama. Kadar protein dan abu kedua jenis otot yang tidak berbeda nyata pada penelitian ini, karena menurut SEARLE dan GRIFFITHS (1983), kadar protein dan abu daging relatif konstan atau tidak berubah. KESIMPULAN Kesimpulan hasil penelitian ini adalah kadar air, abu, protein, lemak dan kolesterol daging domba lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri dengan kadar BK 90,42%, PK 15,12% dan TDN 52,49% pada otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris relatif UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan dana penelitian Hibah Bersaing
542
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penugasan Penelitian Desentralisasi Tahun Anggaran 2007, Nomor: 014/SP2H/PP/DP2M/III/2007, tanggal 29 Maret 2007. DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke-5. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. ASTUTI, M. 2007. Pengantar Ilmu Statistik untuk Peternakan dan Kesehatan Hewan. Binasti Publisher, Bogor. BERG, R.T. dan R.M. BUTTERFIELD, 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney. EDEY, T.N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Published by Australian Universities International Development Program (AUIDP). Australian ViceChancellors Commited, Canberra. ENSMINGER, M.E. and C.G. OLENTINE. 1978. Feed and Nutrition Complete. 1st Ed. The Ensminger Publishing Co. California. HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO, dan A.D. TILLMAN, 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. JUDGE M.D., E.D. ABERLE, JC FORREST, H.B. HEDRICK, R.A. MERKEL. 1989. Principles of Meat Science. Kendall Hunt Publishing Co., Dubuque. LAWRIE, R. A. 1995. Ilmu Daging. Cetakan ke-5. Universitas Indonesia, Jakarta. Diterjemahkan oleh: A. PARAKKASI. LEGOWO, A.M., NURWANTORO dan SUTARYO. 2005. Analisis Pangan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. NASOETION, A.H. dan BARIZI. 1988. Metode Statistika untuk Penarikan Kesimpulan. Cetakan yang Disempurnakan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. POND, W.G., D.C. CHURCH and K.R. POND. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. Edisi ke4, John Wiley and Sons, Inc, New York. PURBOWATI, E. dan E. SURYANTO. 2000. Kualitas kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba yang diberi pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat yang berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis 25(2): 66 – 71
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S. P. S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2006. Komposisi kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba lokal jantan yang dipelihara di pedesaan pada bobot potong yang berbeda. Animal Production 8(1): 1 – 7. PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2009. Komposisi kimia domba yang digemukkan secara Feedlot dengan pakan komplit berkadar protein dan energi yang berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 13 – 14 Agustus, 2009. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm.468 – 475. SEARLE, T.W. dan D.A. GRIFFITHS, 1983. Equation for postnatal chemical composition of the fatfree empty body of sheep and cattle. J. Agric. Sci. 100: 693 – 699. SIREGAR, S. 2005. Statistik Terapan Penelitian. Grasindo, Jakarta.
untuk
SOEPARNO. 1995. Teknologi Produksi Karkas dan Daging. Program Pascasarjana Ilmu Peternakan UGM, Yoyakarta (Unpublished).
SOEPARNO. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: B. SUMANTRI. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPROJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSUKOJO. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. TRANGGONO. 1989. Biokimia Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan Gizi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. WHEELER, T.L., G.W. DAVIS, B.J. STOCKER dan C.J. HAMMOND, 1987. Cholesterol concentration of Longissimus Dorsi, subcutaneous fat and serum of two beef cattle breed type. J. Anim. Sci. 65 (6): 1531 – 1537. WINARNO, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
543