Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
KOMPOSISI KIMIA DAGING DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA (Chemical Composition of Lamb Meat Reared on Feedlot System with Different Protein and Energy Levels) E. PURBOWATI1, C.I. SUTRISNO1, E. BALIARTI2, S.P.S. BUDHI2 dan W. LESTARIANA3 1
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang 2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRACT The objective of the research was to study chemical composition of lamb of feedlot system with different protein and energy levels and different slaughter weight. Twenty four males local lamb, aged around 3 – 5 months with body weight of 8.7 – 15.5 kg (CV = 15.01%) were set in a generalize randomly (completely) block design with 4 treatments: R1 (CP 14.48% and TDN 50.46%), R2 (CP 17.35% and TDN 52.61%), R3 (CP 15.09% and TDN 58.60%), and R4 (CP 17.42% and TDN 57.46%). The group of sheep with light weight was slaughtered at the slaughter weight (SW) of 15 kg, the group of sheep with the average weight was slaughtered at the SW of 20 kg, and the group of sheep with the heavy weight was slaughtered at the SW of 25 kg. The ANOVA was used to analyze data and any differences among groups were further tested using Duncan Multiple Range Tests (DMRT). The result showed chemical composition of lamb meat on different protein and energy levels and different slaughter weight were not significant (P > 0.05), except moisture contents on different protein and energy levels was significant (P < 0.05). Moisture content of lamb meat in R3 (74.38%) was higher (P < 0.05) than R1 (71.33%) and R2 (71.92%), but not significant (P > 0.05) with R4 (72.71%). Average of ash, protein, cholesterol, vitamin A were 0.89%, 16.84%, 7.32%, 87.62 mg/100 g meat, and 571.29 µg/100 g meat, respectively. The conclusion of the research showed that chemical composition of lamb meat reared on feedlot system with crude protein 15 – 17% and TDN 52 – 58%, and SW 15 – 25 kg were same relatively, except moisture content of lamb meat with CP 15.09% and TDN 58.60% was highest. Key Words: Lamb, Protein-Energy Levels, Slaughter Weight, Lamb Meat, Chemical Composition ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia daging domba yang digemukkan secara feedlot dengan kadar protein dan energi pakan serta bobot potong berbeda. Dua puluh empat ekor domba lokal jantan umur 3 – 5 bulan dan bobot badan awal 8,7 – 15,5 kg dengan rancangan kelompok lengkap teracak umum dibagi dalam 4 (empat) perlakuan pakan komplit, yaitu R1 (protein kasar/PK 14,48%, total digestible nutrients/TDN 50,46%), R2 (PK 17,35%, TDN 52,61%), R3 (PK 15,09%, TDN 58,60%) dan R4 (PK 17,42%, TDN 57,46%). Pengelompokan domba berdasarkan BB awal (ringan/B1 = 10,73 ± 1,37 kg, sedang/B2 = 12,76 ± 0,54 kg dan berat/B3 = 14,91 ± 0,36 kg). Kelompok B1 dipotong pada bobot potong (BP) 15 kg, B2 pada BP 20 kg, dan B3 pada BP 25 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi kimia daging antar perlakuan pakan dan bobot potong tidak berbeda nyata (P > 0,05), kecuali kadar air daging pada perlakuan pakan berbeda nyata (P < 0,05). Kadar air daging pada R3 (74,38%) lebih tinggi (P < 0,05) daripada R1 (71,33%) dan R2 (71,92%), tetapi tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan R4 (72,71%). Rata-rata kadar abu, protein, lemak, kolesterol, dan vitamin A adalah 0,89%, 16,84%, 7,32%, 87,62 mg/100 g daging, dan 571,29 µg/100 g daging. Kesimpulan penelitian ini adalah komposisi kimia daging domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan komplit berkadar protein kasar 15 – 17% dan TDN 52 – 58% serta bobot potong 15 – 20 kg relatif sama, kecuali kadar air daging dengan PK 15,09% dan TDN 58,60% tertinggi. Kata Kunci: Domba, Protein-Energi Pakan, Bobot Potong, Daging, Komposisi Kimia
468
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
PENDAHULUAN Hasil utama yang diharapkan dari pemeliharaan domba adalah dagingnya. Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi dan sumber vitamin larut dalam lemak. Hal ini karena daging mengandung semua asam amino essensial, nilai biologisnya tinggi dalam memacu pertumbuhan, mudah tercerna (dapat tercerna sekitar 95 – 100%) dan mudah terserap (SOEPARNO, 1995a). Kelebihan daging sebagai sumber protein hewani yang lain adalah susunan asam aminonya paling sesuai untuk kebutuhan manusia (ALMATSIER, 2001). Kualitas daging dapat ditentukan berdasarkan perubahan komponen-komponen kimianya seperti kadar air, protein, lemak dan abu. Sifat kimia daging bervariasi tergantung species hewan, umur, jenis kelamin, pakan serta lokasi dan fungsi bagian-bagian otot dalam tubuh (ROMANS et al., 1994). Selain itu, bobot tubuh ternak ruminansia juga mempunyai hubungan yang erat dengan berat komponen-komponen kimianya, tetapi pertumbuhan pasca pubertas pada umumnya menghasilkan komposisi karkas yaitu air, lemak, protein dan abu yang konstan (SOEPARNO, 2005). Pada prinsipnya, program nutrisi dilakukan dengan mempertimbangkan energi, protein, rasio energi/protein, pembatasan pakan termasuk nutrien energi, formulasi ransum, kualitas protein, lemak pakan, konsumsi pakan dan produksi daging (SOEPARNO, 1995b). Hasil penelitian SOEPARNO dan DAVIES yang dilaporkan SOEPARNO (2000) menyatakan bahwa pakan dengan aras energi dan protein atau rasio protein/energi yang berbeda dapat menghasilkan komposisi kimia dan produksi daging yang berbeda pula. Peningkatan aras energi pakan dapat meningkatkan perlemakan karkas atau tubuh, menurunkan kadar air daging dan meningkatkan kadar protein daging (SOEPARNO, 2000). Penurunan aras energi pakan pada protein seimbang dapat menurunkan konsumsi pakan dan deposisi lemak, efek yang sama akan ditemukan bila aras energi relatif sama dan jumlah protein ditingkatkan (YAMASHITA et al. disitasi oleh SOEPARNO, 1995b). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (air, abu, protein, lemak,
kolesterol dan vitamin A) daging domba dengan pakan komplit berkadar protein dan energi serta pada bobot potong yang berbeda. Manfaat hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang komposisi kimia (air, abu, protein, lemak, kolesterol dan vitamin A) daging domba dengan pakan komplit berkadar protein dan energi serta pada bobot potong yang berbeda. MATERI DAN METODE Materi penelitian berupa domba Lokal jantan dengan umur 3 – 5 bulan dan bobot badan (BB) 8,7 – 15,5 kg (CV = 15,01%) sebanyak 24 ekor. Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun pakan komplit adalah jerami padi dan konsentrat yang terdiri dari dedak padi, gaplek, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung daun lamtoro, molases serta ultra mineral produksi Eka Farma Semarang. Domba dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok Umum ke dalam 4 (empat) perlakuan pakan komplit, yaitu R1 = 14,48% protein kasar (PK) dan 50,46% total digestible nutrients (TDN), R2 = 17,35% PK dan 52,61% TDN, R3 = 15,09% PK dan 58,60% TDN dan R4 = 17,42% PK dan 57,46% TDN. Pengelompokan domba berdasarkan bobot badan awal (ringan/B1 = 10,73 ± 1,37 kg, sedang/B2 = 12,76 ± 0,54 kg dan berat/B3 = 14,91 ± 0,36 kg). Kelompok B1 dipotong pada bobot badan (BB) 15 kg, B2 pada BB 20 kg, dan B3 pada BB 25 kg. Komposisi dan kandungan nutrien pakan komplit pada Tabel 1. Pakan komplit tersebut dibentuk pelet. Cara pembuatan ransum komplit bentuk pelet adalah semua bahan pakan digiling, masing-masing bahan pakan ditimbang sesuai dengan proporsinya, dicampur, ditambah air sebanyak 50%, kemudian dicetak dengan mesin pelet dan setelah itu dijemur. Pakan diberikan sebanyak 6% dari bobot badan ternak dan pemberiannya dilakukan dua kali sehari yaitu setiap pagi (pukul 7:00) dan sore (pukul 16:00) hari, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Sebelum pemberian pakan dan air minum di pagi hari dilakukan penimbangan sisanya. Domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah ransum yang diberikan.
469
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrien pakan komplit Uraian
R1
Komposisi bahan pakan (% BK) Jerami padi
R2
R3
R4
--------------------- (%) -----------------------25,00
25,00
25,00
25,00
Tepung ikan
1,00
1,90
3,60
5,30
Bungkil kedelai
11,70
16,20
15,15
19,20
T. daun lamtoro
1,00
2,10
3,50
5,00
Dedak padi
50,50
46,50
10,75
5,50
Gaplek
5,00
2,30
34,00
34,00
Molases
3,80
4,00
6,00
4,00
Mineral
2,00
2,00
2,00
2,00
Bahan kering
90,73
90,82
89,01
90,11
Abu
16,71
16,42
13,48
14,35
Protein kasar
14,48
17,35
15,09
17,42
Lemak kasar
5,02
4,62
1,84
1,30
Kandungan nutrien
Serat kasar
13,98
10,58
9,58
10,89
Bahan ekstrak tanpa nitrogen
49,81
51,03
60,02
56,04
Total digestible nutrientsa
50,46
52,61
58,60
57,46
a
Dihitung dari koefisien cerna nutrien pakan dalam % dengan rumus = protein tercerna + serat kasar tercerna + bahan ekstrak tanpa nitrogen tercerna + 2,25 x lemak kasar tercerna (HARTADI et al., 2005)
Pemotongan domba sesuai dengan bobot potong yang telah ditentukan dilakukan secara halal setelah dipuasakan terhadap pakan selama 24 jam. Tujuan pemuasaan domba sebelum pemotongan adalah untuk memperkecil variasi bobot potong akibat isi saluran pencernaan dan untuk mempermudah pelaksanaan pemotongan. Air minum diberikan secara ad libitum. Pemotongan ternak dimulai dengan memotong leherhingga vena jugularis, oesophagus, dan trachea terputus (dekat tulang rahang bawah) agar terjadi pengeluaran darah yang sempurna. Kemudian ujung oesophagus diikat agar cairan rumen tidak keluar apabila ternak tersebut digantung. Kepala dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito-atlantis. Kaki depan dan kaki belakang dilepaskan pada sendi carpo-metacarpal dan sendi tarso-metatarsal. Ternak tersebut digantung pada tendo-achiles pada kedua kaki belakang, kemudian kulitnya dilepas. Karkas segar diperoleh setelah semua organ tubuh bagian dalam dikeluarkan, yaitu alat
470
reproduksi, hati, limpa, jantung, paru-paru, trachea, alat pencernaan, empedu, dan pankreas kecuali ginjal. Karkas segar ini dipotong ekornya, kemudian dibelah secara simetris sepanjang tulang belakangnya dari leher (Ossa vertebrae cervicalis) sampai sakral (Ossa vertebrae sarcalis) sehingga diperoleh karkas segar kiri dan kanan. Sampel daging untuk pengujian komposisi kimia merupakan campuran daging yang diambil dari karkas sebelah kanan, pada otot Longissimus dorsi (LD) yang diambil pada bagian loin, otot Biceps femoris (BF) yang diambil pada bagian paha, dan Tricep bracii (TB) yang diambil pada bagian pundak. Variabel yang dianalisis meliputi kadar air, kadar lemak, kadar abu, kadar protein, dan kadar kolesterol (AOAC, 1980) serta kadar vitamin A (LESTARIANA dan MADIYAN, 1988). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi dan apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan (STEEL dan TORRIE, 1991).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimia daging domba dengan perlakuan pakan komplit yang berbeda Komposisi kimia daging dengan perlakuan pakan komplit yang berbeda pada Tabel 2. Kadar abu, protein, lemak, kolesterol dan vitamin A daging antar perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P > 0,05), sedangkan kadar air daging berbeda nyata (P < 0,05). Kadar air daging pada R3 lebih tinggi (P < 0,05) daripada R1 dan R2, tetapi tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan R4. Kadar air daging pada R4 juga tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan R1 dan R2. Perlakuan R3 menghasilkan kadar air yang lebih tinggi daripada perlakuan yang lain, kemungkinan karena energi termetabolisnya lebih rendah, yaitu 6,08 MJ/ekor/hari (PURBOWATI et al., 2008a) dan retensi proteinnya tinggi, yaitu 42,64% dari konsumsi protein (PURBOWATI et al., 2007) sehingga persentase lemak karkasnya rendah, yaitu 12,45% dari bobot karkas (PURBOWATI et al., 2008b), sedangkan pada R1 dan R2, ratarata energi termetabolis, retensi protein, dan persentase lemak karkas berturut-turut adalah 6,12 MJ/ekor/hari, 31,10% dari konsumsi protein, dan 18,01% dari bobot karkas. Lebih rendahnya energi termetabolis dan lebih tingginya retensi protein pada R3 tersebut dapat menurunkan kadar lemak dan meningkatkan kadar air serta protein daging. Kadar air daging hasil penelitian ini lebih rendah daripada hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000) yang mendapatkan kadar air daging domba sebesar 75,52 – 75,98%, maupun hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) yang melaporkan kadar air daging domba 74,15 – 75,32%. Menurut LAWRIE (1995), kadar air daging sekitar 75%.
Ada hubungan terbalik antara kadar air dengan kadar lemak daging (ROMANS et al., 1994). Pada Tabel 2 terlihat, bahwa R3 yang mempunyai kadar air daging tertinggi (74,38%), tetapi kadar lemak dagingnya terendah (5,68%), meskipun tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan perlakuan yang lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000), yang mendapatkan fenomena kadar air daging semakin turun dan kadar lemak daging semakin meningkat dengan semakin meningkatnya level konsentrat dalam pakan. Turunnya kadar air dan meningkatnya kadar lemak daging pada penelitian Purbowati dan SURYANTO (2000) tersebut disebabkan oleh semakin tingginya energi yang terkonsumsi oleh ternak. Tidak berbedanya kadar lemak daging dalam penelitian ini kemungkinan karena domba yang digunakan dalam penelitian ini relatif muda (5 – 7,5 bulan), sehingga belum terjadi penimbunan lemak secara intensif. Menurut SAVELL dan CROSS yang dilaporkan SOEPARNO (1997), kandungan lemak marbling 3 – 7% pada daging sapi diperlukan agar kelezatan daging masih dapat diterima oleh konsumen. Mengacu pendapat tersebut, maka penggemukan domba dengan R3 mampu menghasilkan lemak daging yang rendah dan masih dapat diterima konsumen. Menurut hasil survey WHILLIASTUTI (2007), kadar lemak daging domba yang beredar di pasaran adalah 14,80%. Menurut WHO dalam ALMATSIER (2001), konsumsi lemak sebanyak 15 – 30% dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan, karena jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan akan asam le mak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Masukan energi yang dianjurkan menurut BENDER dan MAYES
Tabel 2. Komposisi kimia daging domba dengan perlakuan pakan komplit yang berbeda Parameter Air (%)
R1
R2
71,33
a
a
Abu (%)
0,93
Protein (%)
16,55a 8,54
Kolesterol (mg/100 g daging)
74,50a
a,b
624,39
a
a
a
555,11
a
b
a
a
16,62a 7,13a
79,03a 518,48
72,71ab 0,98a
17,24a 5,68
87,84a
R4
74,38 0,97
16,93a 7,94
Lemak (%) Vitamin A (µg/100 g daging)
71,92 0,66
a
R3 a
a
109,12a 587,19a
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)
471
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
(2003) berkisar antara 2.300 – 3.100 kkal untuk laki-laki dan 1.800 – 2.400 kkal untuk wanita. Berdasarkan hal ini, maka konsumsi lemak yang dianjurkan untuk kebutuhan energi sebesar 1.800 kkal adalah 270 – 540 kkal. Menurut SUTARDI (1980), tiap gram lemak dapat menyediakan energi sebesar 9 kkal, sehingga untuk memenuhi anjuran 270 – 540 kkal energi dari lemak, maka lemak yang harus dikonsumsi sebesar 30 – 60 g. Daging domba pada R3 mengandung lemak 5,68% atau 5,68 g/100 g daging, dan apabila daging tersebut dikonsumsi sebanyak 100 g, maka sumbangan energi yang diberikan hanya sebesar 51,12 kkal, jauh dibawah anjuran di atas. Kadar abu hasil penelitian ini relatif tetap, yakni antara 0,66 – 0,98%, lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000) yakni antara 1,10 – 1,28%, maupun PURBOWATI et al. (2006) yaitu antara 0,99 – 1,08%. Kadar abu yang tidak berbeda nyata diantara perlakuan pakan kemungkinan karena variasi kadar abu daging relatif kecil, sesuai pernyataan BERG dan BUTTERFIELD (1976) bahwa kadar abu ternak meningkat dengan laju paling rendah dibandingkan dengan komposisi kimia daging lainnya. Kadar protein daging hasil penelitian ini antara 16,55 – 17,24% dan tidak berbeda nyata diantara perlakuan pakan, tetapi lebih rendah dari hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) yang melaporkan kadar protein daging domba antara 18,70 – 19,58%. Hasil survei WHILLIASTUTI (2007), melaporkan bahwa kadar protein daging domba yang beredar di pasaran adalah 17,10%. Menurut SOEPARNO (2005), kadar protein daging sekitar 19% (16 – 22%), dan merupakan komponen bahan kering terbesar dari daging yaitu sebesar 75 – 80% (ANGGORODI, 1979). Kadar protein daging ini relatif tetap dan tidak dipengaruhi oleh umur dan pakan (TILLMAN et al., 1991; SOEPARNO, 2005). Peningkatan kadar protein pakan tidak dapat meningkatkan kadar protein tubuh (ANGGORODI, 1979), karena ternak tidak mempunyai kemampuan merefleksikan protein dalam daging sebagai respon terhadap tingginya level protein dalam pakan. Dalam tubuh ternak, kelebihan protein dalam pakan tidak ditimbun sebagai protein tubuh, tetapi digunakan sebagai sumber energi untuk sintesis lemak tubuh atau dibuang melalui urin.
472
Kadar kolesterol daging hasil penelitian ini tidak berbeda nyata (P > 0,05) diantara perlakuan pakan dan nilainya berkisar antara 74,50 – 109,12 mg/100 g daging. Menurut SOEPARNO (1995a), kadar kolesterol daging domba antara 78 – 124 mg/100 g daging. Kadar kolesterol daging tersebut menurut WHEELER et al. (1987) relatif tidak berubah. Dewasa ini di masyarakat telah timbul kolesterolfobia (ketakutan akan kolesterol) karena akibat yang ditimbulkannya yakni aterosklerosis pada pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan kematian (SITEPOE, 1992). Mewaspadai kolesterol memang perlu, tetapi berpantang kolesterol adalah tindakan kurang tepat (KHOMSAN, 2004). Hal ini karena kolesterol mempunyai sisi lain yang sangat penting bagi tubuh yaitu sebagai komponen utama sel otak dan syaraf (ALMATSIER, 2001). Selain itu, kolesterol merupakan bahan antara pembentukan sejumlah steroid penting seperti asam empedu, asam folat, hormon-hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron. Fungsi kolesterol yang lain (KHOMSAN, 2004) adalah dalam proses pengangkutan lemak oleh kolesterol baik, yaitu high density lipoprotein (HDL). Kolesterol yang dapat membahayakan tubuh adalah banyaknya dan tempat terdapatnya kolesterol tersebut. Menurut KHOMSAN (2004), konsumsi kolesterol sehari yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 300 mg, sehingga konsumsi daging hasil penelitian ini sebanyak 250 g/hari asupan kolesterolnya masih di bawah anjuran tersebut. Namun demikian yang perlu diingat adalah kolesterol ini dapat disintesis di hati dengan bahan baku berupa karbohidrat, protein dan lemak, oleh karena itu banyaknya daging yang akan dikonsumsi oleh manusia juga harus memperhatikan bahan pangan lain yang dikonsumsi. Salah satu fungsi lemak adalah sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K. Kadar vitamin A daging hasil penelitian ini antara 518,48 – 624,39 µg/100 g daging, dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) diantara perlakuan pakan. Kadar vitamin A hasil penelitian ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) yang melaporkan kadar vitamin A daging domba sebesar 590,93 – 663,32 µg/100 g. Menurut ALMATSIER (2001), sumber vitamin A adalah dalam pangan hewani dan vitamin A esensial
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup manusia, karena berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh. Menurut KHOMSAN (2004), kira-kira 10% kasus orang buta di negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Selain itu, ALMATSIER (2001) menyatakan, bahwa kekurangan vitamin A dapat meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pencernaan, dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan. Konsumsi vitamin A yang dianjurkan per hari menurut BENDER dan MAYES (2003) adalah 375 µg untuk bayi, 400 – 700 µg untuk anak-anak umur 1 sampai 10 tahun, 1.000 µg untuk laki-laki, 800 µg untuk wanita hamil atau tidak hamil dan 1.300 µg untuk wanita yang sedang menyusui. Kadar vitamin A per 100 g daging hasil penelitian ini sudah dapat memenuhi anjuran tersebut untuk bayi dan anak-anak, sedangkan untuk orang dewasa jumlahnya menjadi 200 g daging. Komposisi kimia daging domba pada kelompok bobot potong yang berbeda Komposisi kimia daging domba pada bobot potong yang berbeda pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa komposisi kimia daging tidak berbeda nyata (P > 0,05) diantara bobot potong. Hal ini berarti bobot potong tidak mempengaruhi komposisi kimia daging. Rerata kadar air, abu, protein, lemak, kolesterol dan vitamin A daging domba hasil penelitian ini adalah 72,59%, 0,89%, 16,83%, 7,32%, 87,62 mg/100 g daging, dan 571,29 µg/100 g daging. Menurut LAWRIE (1995), kadar air daging relatif konstan. Demikian pula dengan kadar protein dan abu daging (SEARLE dan GRIFFITHS, 1983) serta kadar kolesterol daging (WHEELER et al., 1987) yang relatif konstan atau tidak berubah. Menurut BASUKI (2001), penggemukan sapi yang semakin lama menghasilkan lemak marbling yang semakin meningkat dan kadar air daging turun. Hal ini tidak terbukti dalam penelitian ini kemungkinan karena waktu penggemukan dalam penelitian ini tidak terlalu lama, yaitu 1 – 2,5 bulan dan umur domba masih relatif muda.
Tabel 3. Komposisi kimia daging domba pada bobot potong yang berbeda Parameter
B1
B2 a
Air (%)
73,31
Abu (%)
0,86a a
72,21
B3 a
0,82a a
72,24a 0,98a 16,74a
Protein (%)
16,79
Lemak (%)
6,60a
7,43a
7,94a
Kolesterol (mg/100 g daging)
83,53a
102,20a
77,14a
Vitamin A (µg/100 g daging)
599,63a
517,91a
596,34a
16,97
a,b
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)
KESIMPULAN Kesimpulan hasil penelitian ini adalah komposisi kimia daging domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan komplit berkadar protein kasar 15 – 17% dan TDN 52 – 58% serta bobot potong 15 – 20 kg relatif sama, kecuali kadar air daging dengan PK 15,09% dan TDN 58,60% tertinggi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada (1) Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, yang telah memberikan dana; (2) Ketua Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro beserta staf yang telah memberikan kesempatan penulis untuk memperoleh dana penelitian tersebut; (3) Dekan Fakultas Peternakan beserta staf yang telah memberikan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian; (4) Tim inti dan sukarelawan penelitian Ransum Komplit 2006 yang telah membantu pelaksanaan penelitian, serta (5) Rekan-rekan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong yang telah memberikan dukungan sepenuhnya pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA ALMATSIER, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
473
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
ANGGORODI, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta. AOAC, 1980. Official Method of Analysis. 13th Ed. Association of Official Analytical Chemistry, Washington DC. BASUKI, P. 2001. Perubahan komposisi tubuh sapi selama periode penggemukan dengan pakan yang mengandung protein dan energi yang berbeda. Bull. Peternakan. Edisi Tambahan. 68 – 73. BENDER, D.A. and P.A. MAYES. 2003. Nutrition, digestion, and absorption. In: Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th Ed. MURRAY, R.K., D.K. GRANNER, P.A. MAYES and V.W. RODWEL (Eds.). The McGraw-Hill Companies, Inc. New Delhi. pp. 474 – 480.
PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2008a. Pemanfaatan Energi Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang Berbeda pada Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot. J. Pengembangan Peternakan Tropis 33(1): 59 – 65. PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2008b. Karakteristik Karkas Domba Lokal Jantan yang Digemukkan secara Feedlot dengan Pakan Komplit Berkadar Protein dan Energi yang Berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 11 – 12 November 2008. Puslitbang Peternakan, Bogor.
BERG, R.T. dan R.M. BUTTERFIELD. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney.
ROMANS, J.R., W.J. COSTELLO, C.W. CARLSON, M.L. GREASER and K.W. JONES. 1994. The Meat We Eat. Interstate Publishers, Inc. Danville, Illinois.
HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO dan A.D. TILLMAN. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
SEARLE, T.W. dan D.A. GRIFFITHS. 1983. Equation for postnatal chemical composition of the fatfree empty body of sheep and cattle. J. Agric. Sci. 100: 693 – 699.
KHOMSAN, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
SITEPOE, M. 1992. Kolesterol Fobia, Keterikatannya dengan Penyakit Jantung. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAWRIE, R.A. 1995. Ilmu Daging. Diterjemahkan oleh: PARAKKASI, A. UI Press, Jakarta.
Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
LESTARIANA, W. dan M. MADIYAN. 1988. Analisis Vitamin dan Elektrolit Organik. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
SOEPARNO. 1995a. Teknologi Produksi Karkas dan Daging. Fakultas Peternakan, Program Pascasarjana Ilmu Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
PURBOWATI, E. dan E. SURYANTO. 2000. Komposisi kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba yang diberi pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat yang berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 25 (2): 66 – 72.
SOEPARNO. 1995b. Ilmu dan teknologi: Aspek daging unggas dan penanganannya. Makalah. Disampaikan pada Pembukaan Kulian Program Studi Ilmu Peternakan Program Pascasarjana UGM, Tahun Akademik 1995/1996, Tanggal 9 September 1995. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2006. Komposisi Kimia Otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris Domba Lokal Jantan yang Dipelihara di Pedesaan pada Bobot Potong yang Berbeda. Animal Production 8(1): 1 – 7. PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2007. Pemanfaatan Protein Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang Berbeda pada Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot. Pros. Seminar Nasional AINI VI. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogkakarta. hlm. 408 – 415.
474
SOEPARNO. 1997. A review of palatability characteristics of beef: effect of nutrition, time on feed, age, breed, fat thickness and marbling. Bull. Peternakan 21(2): 108 – 116. SOEPARNO. 2000. Sadar gizi, penerapan ilmu dan teknologi daging dalam industri daging. Dalam: Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Ilmu-ilmu Pertanian, Volume I. Penyusun: DJOJOWODAGDO, S., D. ADISUBROTO, SUKANDARRUMIDI, MUSLIM, LASIYO, SUPARGIYONO dan T. YUWANTO. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: SUMANTRI, B. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. SUTARDI, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Institut Pertanian Bogor. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSUKOJO. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
WHEELER, T.L., G.W. DAVIS, B.J. STOCKER dan C.J. HAMMOND. 1987. Cholesterol concentration of Longissimus dorsi, subcutaneous fat and serum of two beef cattle breed type. J. Anim. Sci. 65(6): 1531 – 1537. WHILLIASTUTI, H. 2007. Laporan Survey Gizi. Laboratorium Biokimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
475