Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
FEED COST PER GAIN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR JERAMI PADI DAN LEVEL KONSENTRAT BERBEDA (Feed Cost Per Gain of Sheep on Feedlot System with Different Level of Rice Straw and Concentrate as Basal Diet) ENDANG PURBOWATI1, ENDANG BALIARTI2 dan SUBUR PRIYONO S. BUDHI2 1 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
ABSTRACT The research was conducted to evaluate the effect of different level of concentrate given to sheep kept in feedlot system and fed rice straw as basal diet on feed cost per gain (FC/G). Nine male sheep of about 1 yearold with 19.72+2,16 kg of initial weight were randomly devided into three groups namely T1, T2, and T3. The T1, T2 and T3 groups were fed 3 different basal diets comprising of 40% rice straw and 60% concentrate (T1), 30% rice straw and 70% concentrate (T2), and 20% rice straw and 80% concentrate (T3), respectively. Parameter obtained were total dry matter (DM), rice straw DM and concentrate DM intake, average daily gain (ADG), feed conversion, and feed cost per gain. Data were analyzed using analysis of variance, except for FC/G was analyzed using descriptive analysis. The result showed that total DM intake, rice straw DM intake, ADG and feed conversion were not significantly different (P>0.05) between the treatments. The total DM intake of T1, T2 and T3 were 86.75, 99.80, and 96.61 g/kg BW0.75, respectively. The rice straw DM intake were 23.75, 22.87 and 11.36 g/kg BW0.75 for T1, T2, and T3 respectively. ADG of sheep was 69.60 g (T1), 104.57 g (T2), and 98.73 g (T3). The feed conversion of each treatment was T1 of 13.12, T2 of 10.43 and T3 of 11.06. Concentrate DM intake was significantly different (P<0.05) between the treatments (T1 = 63.01 g/kg BW0.75, T2 = 75.79 g/kg BW0.75, and T3 = 85.22 g/kg BW0.75). The lowest feed cost per gain of sheep was T2 of Rp. 6,693.36/kg, followed by T3 of Rp. 7,666.01/kg and T1 of Rp. 8,025.57/kg). It was concluded that 70% concentrate of rice straw gave the best feed cost per gain. Key words: Sheep, feedlot, rice straw, concentrate, feed cost per gain ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui feed cost per gain domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan level konsentrat yang berbeda. Domba lokal jantan sebanyak 9 ekor, berumur + 1 tahun dan mempunyai bobot badan awal 19,72+2,16 kg dirancang dengan rancangan acak kelompok ke dalam 3 perlakuan pakan, yakni T1 = 60% konsentrat, T2 = 70% konsentrat dan T3 = 80% konsentrat. Sebagai kelompok adalah domba yang dibedakan berdasarkan bobot badannya. Parameter yang diamati meliputi konsumsi bahan kering (BK) total, BK jerami padi, dan BK konsentrat, pertambahan bobot hidup harian (PBHH), konversi pakan dan feed cost per gain. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi, kecuali feed cost per gain dengan analisis diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa konsumsi BK total, BK jerami padi, PBHH dan konversi pakan domba tidak berbeda nyata. Konsumsi BK total pada T1, T2 dan T3 masing-masing adalah 86,75; 99,80; dan 96,61 g/kg BH0.75. Konsumsi BK jerami padi 23,75; 22,87; dan 11,36 g/kg BH0,75 masing-masing untuk T1, T2 dan T3. Pertambahan bobot hidup harian 69,60 g (T1), 104,57 g (T2) dan 98,73 g (T3). Konversi pakan pada T1 = 13,12, T2 = 10,43 dan T3 = 11,06. Konsumsi BK konsentrat berbeda (P<0,05) yaitu 63,01; 75,79; dan 85,22 g/kg BH0,75, masing-masing pada T1, T2 dan T3. Feed cost per gain domba berturut-turut dari yang paling rendah adalah Rp. 6.693,36/kg (T2), Rp. 7.666,01/kg (T3) dan Rp. 8.025,57/kg (T1). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat 70% paling ekonomis ditinjau dari nilai feed cost per gain. Kata kunci: Domba, feedlot, jerami padi, konsentrat, feed cost per gain
169
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
PENDAHULUAN Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi daging domba di pulau Jawa yang ketersediaan lahannya semakin sempit untuk penggembalaan ternak maupun untuk penanaman hijuan pakan ternak adalah penggemukan secara feedlot. Penggemukan ternak secara feedlot merupakan sistem penggemukan yang dilakukan dalam waktu singkat di kandang dengan komponen pakan konsentrat tinggi, yakni 70-100% (CLARKE, 1991). Penggunaan konsentrat yang lebih tinggi dalam ransum penggemukan secara feedlot ini bertujuan untuk mempercepat pertambahan bobot hidup dan menghasilkan konversi pakan yang lebih baik. Pakan hijauan selama pencernaannya di dalam rumen akan menghasilkan asam asetat, sedangkan pencernaan konsentrat akan menghasilkan asam propionat (ARORA, 1989). Imbangan antara asam asetat-propionat sering digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kualitas produk yang dihasilkan. Imbangan asam asetat-propionat yang rendah akan merangsang penggemukan (SUTARDI, 1978), karena meningkatnya kadar propionat dalam rumen diharapkan lebih banyak sumbangan propionat untuk produksi glukosa (PARAKKASI, 1999). Jadi pakan dengan imbangan hijuan dan konsentrat yang rendah cocok untuk program penggemukan. Pemberian pakan hijauan dalam jumlah minimal untuk penggemukan ternak ruminansia secara feedlot ini hanya ditujukan sebagai bahan pakan sumber serat untuk memelihara kesehatan dan fungsi rumen agar proses pencernaan berlangsung optimal. Oleh karena keberadaan hijauan di pulau Jawa sulit didapat terutama di musim kemarau, maka fungsi hijauan sebagai pakan sumber serat dalam penggemukan ternak domba secara feedlot ini dapat digantikan oleh jerami padi. Jerami padi cukup potensial sebagai sumber pakan untuk mendukung pengembangan usaha peternakan ruminansia di Jawa Tengah. Produksi bahan kering (BK) dari jerami padi di Jawa Tengah diperkirakan sebesar 6.521.752,425 ton/tahun dan baru dimanfaatkan sekitar 77,5% (SUTRISNO, 2002).
170
Penentuan jumlah yang tepat terhadap pakan hijuan (pakan dasar) dan konsentrat yang diberikan merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pencernaan untuk mendapatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui feed cost per gain domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan level konsentrat yang berbeda. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan acuan dalam praktek penggemukan domba secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi. MATERI DAN METODE Materi Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Sembilan ekor domba lokal jantan berumur + 1 (satu) tahun dan bobot hidup awal 19,72 + 2,16 kg digunakan dalam penelitian ini. Ransum yang diberikan dalam penelitian ini terdiri atas pakan dasar jerami padi dan konsentrat yang tersusun dari pollard 34,50%, bekatul padi 15,09%, bungkil biji kapok 5%, bungkil biji karet 7,25%, molases 8,25%, dedak jagung 3,70%, kulit buah coklat 7,59%, bungkil kedele 10,08%, bungkil kelapa 5,92%, garam 1,76%, dan kalsit 0,88%. Konsentrat tersebut disusun sedemikian rupa sehingga ransum dengan level konsentrat yang paling sedikit (60%) dapat memenuhi kebutuhan domba sesuai petunjuk RANJHAN (1981). Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian tertera pada Tabel 1, sedangkan komposisi bahan pakan dan kandungan ransum penelitian (protein dan total digestible nutrients/TDN) disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis Laboratorium Pengolahan Hasil Ternak Fakultas Teknologi Pertanian UGM berdasarkan bahan kering, kecuali TDN (total digestible nutrients) jerami padi menurut persamaan regresi dalam HARTADI et al. (1990) dan TDN konsentrat dihitung dari proporsi bahan penyusunnya.
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian Kandungan nutrisi dalam 100%BK
Bahan pakan
Bahan kering
Jerami padi
85,74
3,86
34,72
0,56
0,15
0,02
41,00
Konsentrat
85,84
17,38
17,17
4,04
0,73
0,51
75,35
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Ca
P
TDN
------------------------------------------- (%) ---------------------------------------------------
Tabel 2. Komposisi bahan dan kandungan nutrisi ransum penelitian Uraian
T1
T2
T3
--------------------------- (%BK) -----------------------Bahan pakan: Jerami padi
40,00
30,00
20,00
Konsentrat
60,00
70,00
80,00
Protein kasar
11,97
13,32
14,68
TDN
61,61
65,05
68,48
Kandungan nutrisi:
Metode Penelitian ini berlangsung selama 20 minggu yaitu 6 minggu periode adaptasi dan 14 minggu periode perlakuan pakan. Pada periode perlakuan pakan terdiri dari tahap pendahuluan 2 minggu dan tahap pengambilan data 12 minggu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (Randomized Complete Block Designs). Ada tiga kelompok domba yang dibedakan menurut bobot hidupnya sekaligus sebagai ulangan. Masing-masing domba tersebut mendapat salah satu dari 3 macam perlakuan ransum (Tabel 2) secara acak. Selama penelitian domba ditempatkan dalam kandang individual yang dilengkapi palaka dan air minum. Ternak domba ditimbang seminggu sekali. Bobot hidup (BH) hasil penimbangan digunakan untuk menyesuaikan pemberian pakan berdasarkan kebutuhan bahan kering (BK) yaitu 5% dari BH ternak. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pakan konsentrat diberikan terlebih dahulu, 2 jam kemudian diberikan jerami padi. Data yang diamati meliputi konsumsi BK, pertambahan bobot hidup harian (PBHH), konversi pakan dan feed cost per gain (FC/G). Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi, kecuali FC/G dengan analisis
diskriptif. Perbedaan yang terjadi diuji dengan uji wilayah ganda Duncan (STEEL dan TORRIE, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Imbangan jerami padi dan konsentrat yang dikonsumsi domba pada penelitian ini agak menyimpang dari rancangan yang diterapkan sebesar 40:60, 30:70 dan 20:80% menjadi 27: 73; 23:77 dan 12:88%. Hal ini karena ransum yang diberikan tidak berupa ransum komplit berbentuk pelet dari jerami padi dan konsentrat. Konsentrat berfungsi untuk mensubstitusi kekurangan jerami padi dalam menunjang kualitas pakan. Menurut JARRIGE (1989), ketika Y kg konsentrat diberikan, konsumsi BK total akan meningkat, tetapi konsumsi BK pakan dasar (hijauan atau jerami padi) biasanya menurun menjadi sebesar Y x S. Nilai S adalah nilai substitusi konsentrat terhadap pakan dasar, yakni penurunan konsumsi BK pakan dasar (kg) secara keseluruhan per kg BK konsentrat. Nilai substitusi konsentrat terhadap pakan dasar jerami padi adalah T1 = 0,38, T2 = 0,30 dan T3 = 0,13, artinya pemberian 1 kg BK konsentrat menurunkan konsumsi BK jerami padi sebesar 0,38 kg pada T1, 0,30 kg pada T2 dan 0,13 kg pada T3. Bervariasinya nilai S dari
171
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
1 kg konsentrat yang diberikan menurut JARRIGE (1989) tergantung banyak faktor yang berhubungan dengan karakteristik hijauan, proporsi konsentrat yang diberikan, kapasitas konsumsi dan produksi ternak. Apabila diamati, terlihat bahwa peningkatan level konsentrat yang diberikan dalam ransum, menurunkan konsumsi BK jerami padi yang semakin kecil. CAVAYE dan GULBRASEN (1991) menyatakan, bahwa penurunan konsumsi pakan berserat yang berkualitas baik lebih tinggi (60-100%) daripada pakan berserat berkualitas jelek (10-50%). Melihat nilai S di atas, maka dapat dikatakan bahwa pakan dasar (jerami padi) yang diberikan termasuk berkualitas jelek, karena penurunan konsumsi antara 10-50%. Pernyataan ini didukung oleh hasil analisis proksimat yang telah dilakukan terhadap jerami padi (Tabel 1), yakni protein kasar (PK) 3,86%, serat kasar (SK) 34,72% dan TDN 41,00%.
Konsumsi BK total rata-rata domba penelitian dengan BH rata-rata 23,86 kg adalah 1022,07 g/hari atau setara dengan 4,28% BH. Menurut RANJHAN (1981) kebutuhan BK domba yang digemukkan dengan BH tersebut adalah 4,61% BH. Hal ini menunjukkan, bahwa konsumsi BK domba penelitian ini belum memenuhi standar kebutuhan menurut RANJHAN (1981). Konsumsi BK total rata-rata hasil penelitian ini lebih tinggi daripada hasil penelitian PURBOWATI et al. (1999) sebesar 813,28 g (3,88% BH) dengan pakan rumput gajah dan konsentrat 70%. Hal ini karena bobot hidup yang digunakan dalam penelitian ini lebih tinggi daripada penelitian tersebut. Seperti diketahui bahwa bobot hidup ternak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan (MATHERS dalam SIREGAR, 1994). Pertambahan bobot hidup harian dan konversi pakan
Konsumsi bahan kering pakan Konsumsi BK pakan hasil penelitian tertera pada Tabel 3. Konsumsi BK total dan BK jerami padi antar perlakuan tidak berbeda nyata. Konsumsi BK total rata-rata adalah 94,39 g/kgBH0,75/hari dan konsumsi BK jerami padi adalah 19,33 g/kgBH0,75/hari. Konsumsi BK konsentrat antar perlakuan berbeda nyata (P<0,05). Peningkatan level konsentrat dari 73, 77 sampai 88% meningkatkan konsumsi BK konsentrat, yakni 63,01; 75,79 dan 85,22 g/kgBH0,75/hari. Hal ini karena konsentrat merupakan bahan pakan yang mudah dicerna sehingga laju pengosongan pakan dalam saluran pencernaan lebih cepat dan ternak dapat mengkonsumsi ransum lagi, akibatnya konsumsi BKnya meningkat.
Rata-rata pertambahan bobot hidup harian (PBHH) dan konversi pakan domba hasil penelitian ini pada Tabel 3. Hasil analisis statistik terhadap PBHH dan konversi pakan tidak berbeda nyata. Pertambahan bobot hidup harian yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dapat terjadi karena konsumsi BK total tidak berbeda nyata, sehingga konversi pakannya pun tidak berbeda. Dugaan ini berdasarkan pernyataan PARAKKASI (1999), bahwa PBHH dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Peningkatan konsumsi konsentrat (P<0,05) pada penelitian ini ternyata belum dapat mengubah zat-zat yang dikonsumsi dan diserap oleh ternak menjadi produk ternak berupa PBHH secara nyata. Hal ini kemungkinan karena pakan dasar yang digunakan berupa jerami padi yang mempunyai karakteristik sulit dicerna karena
Tabel 3. Konsumsi bahan kering, pertambahan bobot hidup harian dan konversi pakan domba penelitian Parameter
T1
T2
T3
23,75
22,87
11,36
19,33
a
75,79
b
85,22
c
74,67
Konsumsi BK total (g/kgBH0,75/hari)
86,75
99,80
96,61
94,39
PBHH (g)
69,60
104,57
98,73
90,97
Konversi pakan
13,12
10,43
11,06
11,54
Konsumsi BK jerami padi (g/kgBH0,75/hari) 0,75
Konsumsi BK konsentrat (g/kgBH
a,b,c
172
/hari)
63,01
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Rataan
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
kandungan ligninnya yang tinggi (HARYANTO dan DJAJANEGARA, 1993) sehingga dapat menurunkan energi yang diperoleh dari pakan ternak (DYER dan KROMANN, 1977; KOMAR, 1984). Konversi pakan yang tidak berbeda berarti perlakuan level konsentrat 60-80% pada ransum dengan pakan dasar jerami padi mempunyai efisiensi yang sama. Rata-rata PBHH dan konversi pakan hasil penelitian ini adalah 90,97 g dan 11,54. Pertambahan bobot hidup harian belum dapat mencapai standar RANJHAN (1981) sebesar 120 g karena konsumsi BK domba juga belum memenuhi kebutuhan yang disarankan oleh (1981) tersebut. Apabila RANJHAN dibandingkan dengan hasil penelitian PURBOWATI et al. (1999) yang memperoleh PBHH rata-rata 92,71 g, maka PBHH hasil penelitian ini lebih rendah. Hal ini karena bahan pakan yang digunakan dalam penelitian tersebut (rumput gajah dan konsentrat) mempunyai kecernaan yang lebih tinggi daripada penelitian ini, sehingga lebih banyak zat-zat nutrisi yang diserap ternak untuk produksi. Keefisienan pakan yang digunakan oleh PURBOWATI et al. (1999) tersebut dapat dilihat dari konversi pakan yang dihasilkannya yakni 9,01, lebih baik daripada hasil penelitian ini. Feed cost per gain Feed Cost per Gain adalah biaya pakan yang digunakan untuk meningkatkan 1 kg pertambahan bobot badan. Pada saat ini harga jerami padi Rp 250,-/kg dan konsentrat Rp 750,-/kg. Hasil perhitungan FC/G hasil penelitian ini adalah Rp. 8.025,57/kg (T1), Rp. 6.693,36/kg (T2) dan Rp. 7.666,01/kg (T3). Pada level konsentrat 77% (T2) ternyata menghasilkan FC/G yang paling baik. Hal ini karena pada perlakuan tersebut dapat menghasilkan FC/G yang terendah, artinya biaya pakan yang digunakan untuk meningkatkan 1 kg bobot hidup ternak paling murah. Apabila diasumsikan biaya pakan sebesar 70% dari total biaya produksi, maka biaya total yang dibutuhkan pada perlakuan T2 adalah Rp. 9.561,94/kg bobot hidup. Harga domba di pasaran saat ini adalah Rp. 12.500,-/kg bobot hidup, sehingga penggemukan domba secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan
level konsentrat 77% dapat memberikan keuntungan sebesar Rp. 2.938,06/kg. Jika harga domba setelah digemukkan lebih tinggi daripada sebelum digemukkan karena kualitas dan kuantitas dagingnya berbeda, maka keuntungan yang akan diperoleh peternak akan lebih tinggi pula. Pada tingkat petani peternak, jerami padi bisa didapatkan dengan mudah tanpa membeli sehingga hal ini dapat mengurangi biaya pakan. Hasil perhitungan FC/G pada kondisi seperti ini untuk perlakuan T2 menjadi Rp 6.089,33/kg. Akibatnya biaya total menjadi Rp. 8.699,04/kg, sehingga keuntungan per kg bobot hidup menjadi Rp. 3.800,96. Jadi keuntungan yang diperoleh dari penggemukan domba secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi di tingkat petani peternak lebih tinggi. Apabila jerami padi diberi harga Rp. 50,-/kg sebagai biaya tenaga kerja petani dalam mengambil, maka FC/G menjadi Rp. 6.210,13/kg, biaya total Rp. 8.871,61/kg dan keuntungan yang diperoleh menjadi Rp. 3.628,39/kg BH. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa penggemukan ternak domba secara feedlot dengan pakan dasar jerami padi dan level konsentrat 77% menghasilkan feed cost per gain yang terendah sehingga keuntungan yang didapat peternak lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA ARORA, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh: RETNO MURWANI. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. CAVAYE, J.M. dan B. GULBRANSEN. 1991. Grain feeding beef cattle on pastures and forage crops. In: Feedloting Notes A Collection of Farm Notes. Departement of Primary Industries, Queensland. pp. 12-14. CLARKE, M.R. 1991. Beef cattle feedlots ration formulation. In: Feedloting Notes A Collection of Farm Notes. Departement of Primary Industries, Queensland. pp. 4-7. DYER, I.A. dan R.P. KROMANN. 1977. Cattle feeding. In: The Feedlot. DYER, I.A. dan C.C.
173
Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
O’MARY (Eds.). Lea Philadelphia. pp. 151-169.
and
Febiger,
HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO dan A.D. TILLMAN. 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. HARYANTO, B. dan A. DJAJANEGARA, 1993. Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia kecil. In: Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. WODZICKATOMASZEWSKA, M., I.M. MASTIKA, A. DJAJANEGARA, S. GRADIER dan T.R. WIRADAYA (Eds.). Sebelas Maret University Press, Surakarta. pp. 159-208. JARRIGE, R. 1989. Ruminant Nutrition: recommended allowances and feed tables. INRA, Paris. KOMAR, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak. Cetakan Pertama. Yayasan Dian Grahita Indonesia, Bandung. PARAKKASI, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
174
PURBOWATI, E., C.M.S. LESTARI dan H. CAHYANTO. 1999. Penampilan produksi domba lokal jantan pada sistem feedlot dengan berbagai aras ampas kecap dalam konsentrat. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 24 (4): 154-161. RANJHAN, S.K. 1981. Animal Nutrition in Tropics. Second Revised Edition. Vikas Publishing House PVT LTD, New Delhi. SIREGAR, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. SUTARDI, T. 1978. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Penataran Kursus Peternakan Sapi Perah di Kayu Ambon Lembang. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. SUTRISNO, C.I. 2002. Peran Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian dalam Pengembangan Ternak Ruminansia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.