KONDISI CAIRAN RUMEN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA ‘FEEDLOT’ DENGAN PAKAN DASAR DAN ARAS KONSENTRAT BERBEDA (Rumen Fluid Condition of Sheep on Feedlot System with Different Concentrate Levels and Basal Diets) E. Purbowati1, E. Baliarti2 dan S. P. S. Budhi2 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang 2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi cairan rumen domba yang digemukkan secara ‘feedlot’ dengan aras konsentrat dan pakan dasar yang berbeda. Rancangan yang dipergunakan adalah ‘randomized complete block design’ pola Faktorial 2x3. Faktor pertama adalah jenis pakan dasar yakni jerami padi dan rumput gajah, dan faktor kedua adalah aras konsentrat (AK) 60, 70 dan 80% dari kebutuhan bahan kering. Domba lokal jantan sebanyak 18 ekor, berumur 1 tahun dan mempunyai bobot badan 20,01 + 2,33 kg digunakan dalam penelitian ini. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi, uji wilayah ganda Duncan dan ‘orthogonal polynomial contrasts’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH cairan rumen domba relaif netral dan tidak berbeda baik pada pakan dasar jerami padi (6,69) dan rumput gajah (6,74), maupun pada AK 60, 70, dan 80% (6,65; 6,73, dan 6,77). Produksi asam asetat dan propionat cairan rumen juga tidak berbeda baik pada pakan dasar jerami padi (68,56 dan 31,28 mmol/l) dan rumput gajah (61,54 dan 31,14 mmol/l), maupun pada AK 60, 70, dan 80% (73,66 dan 30,58; 56,95 dan 34,71; 64,54 dan 28,34 mmol/l). Kadar NH3 cairan rumen pada pakan dasar jerami padi lebih tinggi (P<0,01) daripada rumput gajah (274,49 VS 200,89 mg/l), sedangkan pada AK 60, 70 dan 80% tidak berbeda (288,26; 199,74; dan 225,06 mg/l). Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi cairan rumen (pH, produksi asam asetat dan propionat, serta NH3 kecuali NH3 pada jenis pakan dasar) domba yang digemukkan secara ‘feedlot’ dengan pakan dasar dan level konsentrat yang berbeda relatif sama dan normal. Kata kunci : domba, rumput gajah, jerami padi, aras konsentrat, kondisi cairan rumen ABSTRACT The experiment was conducted to clarify rumen fluid condition of sheep on feedlot system given different concentrate levels and basal diets. A completely randomized block design with 2x3 factorial was used in this study. The first factor was Napier grass and rice straw as basal diets and the second factor was level of concentrate i.e. 60%, 70% and 80% of dry matter requirement. Eighteen males ‘Javanese thin-tailed’ sheep, aged around one year with 20.01 + 2.33 kg of avarege body weight were used in this experiment. Data were analyzed using analysis of variance, Duncan’s multiple range test and orthogonal polynomial contrasts. The results showed that pH rumen fluid of sheep were neutral and not different between rice straw (6.69) and Napier grass (6.74), nor among different levels of concentrate i.e. 6.67; 6.73; and 6.77, respectively. Acetate and propionate acid production in rumen were not different between rice straw (68.56 and 31.28 mmol/ l) and Napier grass (61.54 and 31.14 mmol/l), nor among different levels of concentrate i.e. 73.66 and 30.58; 56.95 and 34.71; 64.54 and 28.34 mmol/l, respectively. The value of NH3 concentration of sheep fed rice straw
134
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003
was higher (P<0.01) than that of Napier grass (274.49 VS 200.89 mg/l). However, there was not any difference among levels of concentrate in rumen NH3 concentration i.e. 288.26; 199.74; and 225.06 mg/l, respectively. It was concluded that there were no effect of treatments on rumen fluid condition. Keywords : sheep, Napier grass, rice straw, levels of concentrate, rumen fluid condition
PENDAHULUAN ‘Feedlot’ adalah penggemukan ternak dengan cara pemberian pakan di kandang atau tempat terbatas (Hardjosubroto dan Astuti, 1993; Srigandono, 1996). Pakan yang diberikan biasanya disertai dengan konsentrat dalam jumlah besar dan berkadar protein tinggi (Blakely dan Bade, 1991; Hardjosubroto dan Astuti, 1993). Dasar teori pemberian konsentrat yang tinggi yaitu pencernaan konsentrat di dalam rumen akan menghasilkan asam propionat, sedangkan pencernaan hijauan menghasilkan asam asetat (Arora, 1989). Imbangan asam propionat dan asetat yang tinggi akan merangsang penggemukan (Sutardi, 1978), karena meningkatnya kadar propionat dalam rumen diharapkan lebih banyak sumbangan propionat untuk produksi glukosa (Parakkasi, 1999). Menurut Soeparno (1994), jumlah produksi glukosa mempunyai pengaruh terhadap efisiensi nutrisi, pertumbuhan, dan komposisi tubuh serta karkas. Di lain pihak, pemberian konsentrat yang terlalu tinggi dalam ransum penggemukan ruminansia dapat mengakibatkan ‘lactic acidosis’. Pakan konsentrat yang berkadar pati tinggi mengakibatkan populasi bakteri amylolitik yang besar bersaing untuk mendapatkan karbohidrat yang mudah larut serta produk hidrolisa pati dan hemiselulosa, terutama pada pH yang rendah dan jumlah propionat yang besar. Suasana pH yang rendah (asam) mengakibatkan organisme pembentuk asam laktat aktif bekerja, sehingga ternak mengalami ‘lactic acidosis’ (Church, 1988). Oleh karena itu, Haryanto (1991) mengemukakan bahwa penentuan jumlah yang tepat terhadap pakan konsentrat yang diberikan merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pencernaan untuk mendapatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi cairan rumen domba yang digemukkan secara
‘feedlot’ dengan aras konsentrat dan pakan dasar berbeda. Pengetahuan ini diharapkan bermanfaat dalam aplikasi pemberian pakan domba yang digemukkan secara ‘feedlot’. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta selama 5 bulan. Laboratorium yang terlibat dalam penelitian ini meliputi Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM (analisis proksimat), dan Laboratorium Kimia dan Fisika Pusat UGM (analisis asam asetat dan propionat cairan rumen). Materi Domba lokal jantan sebanyak 18 ekor, berumur 1 tahun dan mempunyai bobot badan 20,01 + 2,33 kg dipergunakan dalam penelitian ini. Domba ditempatkan dalam kandang individual yang dilengkapi tempat pakan dan air minum. Pakan yang diberikan terdiri dari pakan dasar jerami padi atau rumput gajah dan konsentrat. Konsentrat tersusun dari 34,50% pollard, 15,09% bekatul padi, 5% bungkil biji kapok, 7,25% bungkil biji karet, 8,25% molasses, 3,70% dedak jagung, 7,59% kulit buah coklat, 10,08% bungkil kedele, 5,92% bungkil kelapa, 1,76% garam dan 0,88% kalsit. Konsentrat tersebut disusun sedemikian rupa sehingga ransum dengan pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat paling sedikit memenuhi kebutuhan domba sesuai petunjuk Ranjhan (1981). Kandugan nutrisi bahan pakan penelitian pada Tabel 1. Metode Rancangan yang dipergunakan adalah ‘randomized complete block design’ pola faktorial 2 x 3 dengan jenis pakan dasar (jerami padi dan rumput gajah) sebagai faktor pertama, dan aras konsentrat
Rumen Condition of Sheep Different Concentrate Levels and Basal Diets (Purbowati et al)
135
(60, 70, dan 80% dari kebutuhan bahan kering) sebagai faktor kedua, serta masing-masing terdiri dari 3 (tiga) ekor domba. Sebagai kelompok adalah domba yang dibedakan berdasarkan bobot badan. Domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah pakan (dalam bahan kering) yang diberikan yakni sebanyak 5% dari bobot badan. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali setiap hari (pagi dan sore hari). Konsentrat diberikan terlebih dahulu, dua jam kemudian baru jerami padi atau rumput gajah yang dipotong-potong dengan ukuran 15 – 25 cm. Air minum diberikan secara ad libitum. Pengambilan sampel cairan rumen domba dilakukan pada akhir tahap perlakuan saat 0, 1, 3, dan 5 jam setelah makan. Cara pengambilan sampel cairan rumen yakni mulut ternak dibuka, ujung pipa besi yang panjangnya + 40 cm dan disambung dengan slang plastik dimasukkan ke dalam mulut, oesophagus hingga mencapai rumen. Ujung slang plastik yang satunya dimasukkan ke dalam mulut erlenmeyer bertangkai, sedangkan ujung tangkai erlenmeyer dihubungkan dengan pompa vakum. Setelah itu, pompa dihidupkan sehingga cairan rumen tersedot keluar dan masuk ke dalam erlenmeyer. Cairan rumen yang didapat disaring dengan kain kasa, kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik dan segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Data yang diamati meliputi kondisi cairan rumen yakni pH, produksi asam asetat dan propionat, serta kadar NH3. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi. Perbedaan yang terjadi diuji dengan uji wilayah ganda Duncan (Steel dan Torrie, 1991) dan untuk mengetahui respon akibat
meningkatnya aras konsentrat dan saat pengambilan sampel cairan rumen serta darah dilakukan uji ‘orthogonal polynomial contrasts’ (Astuti, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perlakuan pakan terhadap konsumsi pakan tertera pada Tabel 2. Pengaruh perlakuan pakan terhadap pH, produksi asam asetat dan propionat serta kadar cairan rumen dan konsumsi pakan disajikan pada Tabel 3, pengaruh waktu terhadap parameter tersebut pada Tabel 4. Konsumsi Pakan Konsumsi BK total pada pakan dasar rumput gajah lebih tinggi (P<0,01) daripada jerami padi, karena konsumsi BK rumput gajah lebih tinggi (P<0,01) daripada jerami padi. Demikian pula konsumsi BK konsentrat lebih tinggi pada kelompok domba yang mendapat pakan dasar rumput gajah daripada jerami padi. Kualitas pakan rumput gajah lebih baik daripada jerami padi, sesuai pendapat Parakkasi (1999) bahwa pakan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya relatif akan lebih baik daripada pakan berkualitas rendah. Hal yang juga mendukung adalah jerami padi lamban tercernakan, akibatnya gerak laju jerami di dalam saluran pencernaan lambat sehingga tidak ada ruang yang tersedia di dalam saluran pencernaan untuk memasukkan bahan pakan baru. Disamping itu, kandungan lignin yang tinggi pada jerami padi mengakibatkan palatabilitasnya rendah sehingga konsomsinya pun rendah. Peningkatan aras konsentrat menurunkan (P<0,01) konsumsi BK pakan dasar. Terlihat bahwa
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penelitian
Bahan Pakan
BKa
PKa
SKa
LKa
Abu
Caa
Pa
GEa (kal/g)
0,02 0,16 0,52
3.440,18 3.462,96 4.692,12
---------------------------------- (%) -------------------------------Jerami padi Rumput gajah Konsentrat
84,74 20,23 85,84
3,86 13,69 17,38
34,72 35,84 17,17
0,56 4,96 4,04
12,03 16,61 13,90
0,15 0,26 0,73
a
BK = bahan kering, PK = protein kasar, SK = serat kasar, LK = lemak kasar, Ca = kalsium, P = phosphor, GE = gross energy
136
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003
Tabel 2.Rata-rata Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK) dan Energi
Parameter Konsumsi BK total (g/kgBB0.75/hari) • Jerami padi • Rumput gajah • Rerata
60%
Level Konsentrat 70% 80%
Rerata
86,75 103,74 95,25
99,80 100,65 100,23
96,61 115,82 106,21
94,39a 106,74b
Konsumsi BK pakan dasar (g/kgBB0.75/hari) • Jerami padi • Rumput gajah • Rerata
23,75 38,38 31,07a
22,87 24,30 23,59b
11,36 26,50 18,93c
19,33a 29,73b
Konsumsi BK konsentrat (g/kgBB0.75/hari) • Jerami padi • Rumput gajah • Rerata
63,01 65,26 64,13a
75,79 76,35 76,07b
85,22 89,32 87,27c
74,67d 79,96e
Konsumsi PK total (g/kgBB0.75/hari) • Jerami padi • Rumput gajah • Rerata
11,65 16,52 14,09a
14,80 16,96 15,88b
15,22 19,61 17,42c
13,89a 17,70b
0,38 0,44 0,41a
0,44 0,45 0,44b
0,43 0,52 0,48c
0,42a 0,47b
Konsumsi energi (g/kgBB0.75/hari) • Jerami padi • Rumput gajah • Rerata a,b,c
Huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01) Huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,05)
d,e
semakin banyak konsentrat yang dikonsumsi oleh ternak domba, maka semakin sedikit pakan dasar yang dapat dikonsumsinya, karena kapasitas alat pencernaan terbatas. Peningkatan aras konsentrat meningkatkan (P<0,01) konsumsi BK konsentrat, artinya pemberian konsentrat yang lebih banyak kepada ternak domba akan meningkatkan konsumsi konsentrat. Tidak ada interaksi antara pakan dasar dan konsentrat pada konsumsi BK total, BK terkonsumsi asal pakan dasar maupun pada BK terkonsumsi asal konsentrat. Konsumsi protein domba yang mendapat pakan dasar jerami padi lebih rendah (P<0,01) daripada yang mendapat rumput gajah. Peningkatan aras konsentrat meningkatkan (P<0,01) konsumsi protein. Fenomena yang sama juga terjadi pada konsumsi energi. Hal ini berhubungan dengan konsumsi BK dan kualitas pakan. Terdapat interaksi yang nyata (P<0,05) antara jenis pakan dasar dan aras konsentrat terhadap konsumsi protein maupun energi. Pada konsumsi
protein, peningkatan aras konsentrat meningkatkan (P<0,01) konsumsi protein, baik pada pakan dasar jerami padi maupun rumput gajah. Demikian pula halnya dengan konsumsi energi dengan pakan dasar rumput gajah, sedangkan pada pakan dasar jerami padi, peningkatan aras konsentrat dari 60 ke 70% meningkatkan konsumsi energi kemudian konsumsi energi turun lagi pada aras 80%. Hal ini mungkin seperti yang dinyatakan Parakkasi (1999) bahwa ada hukum ‘diminishing return’ yakni pemberian konsentrat yang terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi energi ransum dan dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi itu sendiri dapat berkurang. pH Cairan Rumen Nilai pH cairan rumen domba pada hasil penelitian ini cenderung netral, sehingga kekawatiran terjadinya ‘lactic acidosis’ pada program penggemukan dengan konsentrat tinggi dapat dihindari. Hal ini dikarenakan sebagian besar bahan
Rumen Condition of Sheep Different Concentrate Levels and Basal Diets (Purbowati et al)
137
Tabel 3. Rata-rata pH, Produksi Asam Asetat dan Propionate serta Kadar NH3 Cairan Rumen
Parameter pH
• • •
60%
Level Konsentrat 70% 80%
Rerata
Jerami padi Rumput gajah Rerata
6,63 6,67 6,65
6,71 6,75 6,73
6,75 6,79 6,77
6,69 6,74
Asam asetat (mmol/l) • Jerami padi • Rumput gajah • Rerata
90,58 56,74 73,66
65,21 48,70 56,95
49,89 79,19 64,54
68,56 61,54
Asam propionat (mmol/l) • Jerami padi • Rumput gajah • Rerata
31,48 29,68 30,58
53,50 29,30 34,71
22,15 34,45 28,34
31,28 31.14
NH3 (mg/l) • Jerami padi • Rumput gajah • Rerata
321,25 255,27 288,26
209,22 190,25 199,74
292,98 157,13 225,06
274,49a 200,89b
a,b
Huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01)
pakan penyusun konsentrat adalah limbah industri pertanian yang mengandung serat kasar cukup tinggi. Menurut Komar (1984), suasana pH yang netral ideal untuk perkembangbiakan mikroorganisme rumen. Jenis pakan dasar, aras konsentrat dan interaksinya tidak nyata mempengaruhi pH cairan rumen, namun waktu pengambilan sampel cairan rumen mempengaruhi (P<0,01) pH cairan rumen. Pada 0 jam setelah makan pH tertinggi (7,36), kemudian turun pada 1 jam setelah makan (6,50), selanjutnya pH terendah dicapai saat 3 jam setelah makan (6,47), dan pH naik lagi pada 5 jam setelah makan (6,53). Produksi Asam Asetat dan Propionat Cairan Rumen Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa waktu pengambilan sampel cairan rumen mempengaruhi (P<0,01) produksi asam asetat (C2) dan propionat (C3) cairan rumen. Produksi asam asetat terendah (P<0,01) pada saat 0 jam setelah makan, setelah itu tidak berbeda saat 1, 3, dan 5 jam setelah makan.
138
Produksi asam propionat tertinggi saat 3 jam setelah makan, kemudian 1, 5, dan 0 jam setelah makan. Terdapat interaksi (P<0,01) antara jenis pakan dasar dan level konsentrat terhadap produksi asam asetat cairan rumen. Pada pakan dasar jerami padi peningkatan level konsentrat 60, 70, sampai 80% menurunkan produksi asam asetat cairan rumen, sedangkan pada pakan dasar rumput gajah peningkatan level konsentrat 60 sampai 70% menurunkan produksi asam asetat dan kemudian naik pada level konsentrat 80%. Kadar NH3 Cairan Rumen Kadar NH3 cairan rumen pada pakan dasar jerami padi lebih tinggi (P<0,05) daripada pakan dasar rumput gajah, namun aras konsentrat maupun interaksinya tidak nyata mempengaruhi kadar NH3 cairan rumen. Menurut Haryanto dan Djajanegara (1993), konsentrasi amonia cairan rumen pada domba relatif tinggi yaitu sekitar 107-204 mg/l. Bervariasinya konsentrasi amonia di dalam cairan rumen tergantung pada laju degradasi protein dan jumlah protein pakan,
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003
Tabel 4. Rata-rata pH, Produksi Asam Asetat dan Propionat serta Kadar NH3 Cairan Rumen pada Saat 0, 1, 3 dan 5 jam setelah Makan
Parameter
pH Asam asetat (mmol/l) Asam propionat (mmol/l) NH3 (mg/l) a,b,c,d
0
Waktu Pengambilan 1 3 5 -----------------------------(jam) ---------------------------
7,36a 38,62b 11,62d 88,99d
6,50b 70,24a 33,60b 219,40b
6,47c 82,57a 64,17a 486,33a
6,53b 68,78a 15,45c 156,02c
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01)
degradasi protein dibanding dengan degradasi bahan organik lainnya dan waktu setelah pemberian pakan (Hungate, 1966). Dilihat dari jumlah protein pakan, domba yang diberi perlakuan pakan dasar rumput gajah lebih lebih tinggi daripada jerami padi, namun kadar NH3 cairan rumennya lebih rendah. Lebih tingginya konsentrasi amonia pada pakan dasar jerami padi pada hasil penelitian ini mungkin karena kegiatan mastikasi atau pengunyahan lebih banyak. Makin banyak gerakan pengunyahan, makin banyak pula produksi saliva. Menurut Sutardi (1980), seekor domba dalam sehari menghasilkan saliva rata-rata 5 (lima) liter. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa 75% bahan kering saliva ruminansia terdiri atas bahan organik yang kaya akan nitrogen bukan protein. Selanjutnya nitrogen bukan protein ini di dalam rumen didegradasi menjadi amonia. Jadi lebih tingginya konsentrasi amonia pada pakan dasar jerami padi mungkin tidak hanya berasal dari degradasi protein dalam bahan pakan saja, tetapi juga dari hasil degradasi nitrogen bukan protein dalam saliva. Waktu pengambilan sampel cairan rumen (jam) sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi kadar NH3 cairan rumen (Tabel 4). Kadar NH3 cairan rumen tertinggi dicapai saat 3 jam setelah makan, kemudian 1 jam, 5 jam dan 0 jam setelah makan. KESIMPULAN Kondisi cairan rumen (pH, produksi asam asetat dan propionat, serta NH3 kecuali NH3 pada jenis pakan dasar) domba yang digemukkan secara ‘feedlot’ dengan pakan dasar dan aras konsentrat yang berbeda relatif sama dan normal. Pada saat 3 jam setelah makan menghasilkan pH cairan rumen
yang terendah dan produksi asam propionat serta NH3 cairan rumen yang tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA Arora, S.P., 1989. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Diterjemahkan oleh: R. Murwani. Astuti M., 1980. Rancangan Percobaan dan Analisa Statistika Bagian I (‘Completely Randomized Designs’). Bagian Pemuliaan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Blakely, J. dan D.H. Bade, 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Diterjemahkan oleh: B. Srigandono. Church, D.C., 1988. The Ruminant Animal Digestive Physiology and Nutrition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Hardjosubroto, W. dan J.M. Astuti,1993. Buku Pintar Peternakan. Penerbit PT Grasindo, Jakarta. Haryanto, B., 1991. Efisiensi Pemanfaatan Pakan Melalui Optimasi Kapasitas Kecernaan pada Domba. Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Nasional. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Haryanto, B. dan A. Djajanegara, 1993. Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia
Rumen Condition of Sheep Different Concentrate Levels and Basal Diets (Purbowati et al)
139
Kkcil. Di dalam : Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. WodzickaTomaszewska, M., I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardier dan T.R. Wiradarya, eds. Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hungate, R.E., 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press, New York.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Komar, A., 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak. Cetakan Pertama. Yayasan Dian Grahita Indonesia, Bandung. Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Ranjhan, S.K., 1981. Animal Nutrition in Tropics. 2nd Revised Ed. Vikas Publishing House PVT LTD, New Delhi.
140
Srigandono, B., 1996. Kamus Istilah Peternakan. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sutardi, T., 1978. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Penataran KursusPeternakan Sapi Perah di KayuAmbon Lembang. Depatemen Ilmudan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutardi, T, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Depatemen Ilmu dan Makanan Ternak, FakultasPeternakan, Institut PertanianBogor, Bogor.
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003