Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
BALANCE ENERGI DAN NITROGEN DOMBA YANG MENDAPAT BERBAGAI ARAS KONSENTRAT DAN PAKAN DASAR YANG BERBEDA (Energy and Nitrogen Balance of Sheep with Different Concentrate Levels and Basic Ration) ENDANG PURBOWATI Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT This experiment was conducted to evaluate the effects of different level of concentrate, different basic feed and different keeping time given to sheep on energy balance, nitrogen balance, and average daily gain (ADG). Completely randomized block design with 2x3x3 factorial was used in this study. The first factor was Napier grass and rice straw as basic feed, and the second factor was level of concentrate i.e. 60%, 70%, and 80% of dry matter requirements. Eighteen males Javanese thin-tailed sheep, aged around one year with weight of 20.01+2.33 kg were grouped into 3 on basis of their initial body weight. Data were analyzed using analysis of variance and orthogonal polynomial contrasts. The result showed that energy balance, nitrogen balance, and ADG of sheep with Napier grass treatment (3.93 mcal, 16.16 g, and 119.91 g) was higher (P<0.01) than that with rice straw (3.13 Mcal, 11.32 g, and 95.02 g). The increase of concentrate in the diet significantly (P<0.01) increased the energy balance (3.00; 3.73; and 3.87 Mcal), while the nitrogen balance of sheep with 60% concentrate level treatment (11.37 g) was lower (P<0.05) than that both with 70% concentrate level treatment (14.13 g) and that with 80% concentrate level treatment (15.72 g). The other result, ADG of sheep with 60% concentrate level treatment (82.65 g) was lower (P<0.05) than that both with 70% concentrate level treatment (117.52 g) and that with 80% concentrate level treatment (122.22 g). The energy balance at one month (3.00 Mcal) keeping time was highest (P<0.01) than both at two months (3.73 Mcal) and three months. The highest (P<0.05) of ADG was at one month keeping time (139.49 g), then decreased at two months (84.29 g) and three months (98.62 g) that showed compensatory growth. It was concluded that the higher energy and nitrogen balance higher ADG, and vice versa. This pattern, however, did not occur on nitrogen balance at two months and three months of keeping time, because of the higher protein requirement for basal metabolic and the occurrence of the compensatory growth.
Key words: Sheep, napier grass, rice straw, concentrate level, keeping time, energy and nitrogen balance, ADG ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui balance energi, balance nitrogen dan PBBH domba yang diberi berbagai aras konsentrat dan pakan dasar serta lama pemeliharaan yang berbeda. Rancangan yang dipergunakan adalah Randomized Complete Block Design pola Faktorial 2x3. Faktor pertama adalah jenis pakan dasar yakni jerami padi dan rumput gajah, dan faktor kedua adalah aras konsentrat (AK) 60, 70 dan 80% dari kebutuhan bahan kering. Domba lokal jantan sebanyak 18 ekor, berumur 1 tahun dan mempunyai bobot badan 20,01+2,33 kg dipergunakan dalam penelitian ini. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi dan orthogonal polynomial contrasts. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa balance energi, balance nitrogen, dan PBBH domba dengan pakan dasar rumput gajah lebih tinggi (P<0,01) daripada jerami padi. Balance energi (3,93 vs 3,13 Mcal), nitrogen (16,16 vs 11,32 g), dan PBBH (119,91 vs 95,02 g) masing-masing untuk domba yang mendapat pakan dasar rumput gajah dan jerami padi. Semakin tinggi AK dalam ransum, semakin tinggi pula (P<0,01) nilai balance energi (3,00; 3,73; dan 3,87 Mcal), sedangkan balance nitrogen domba dengan AK 60% (11,37 g) lebih rendah (P<0,05) daripada AK 70% (14,13 g) dan AK 80% (15,72 g).
292
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Demikian pula dengan PBBH yang dihasilkan oleh AK 60% (82,65 g) lebih rendah (P<0,05) daripada AK 70% (117,52 g) dan AK 80% (122,22 g). Ada peningkatan (P<0,01) balance energi dari bulan pertama (3,00 Mcal) ke bulan kedua (3,73 Mcal) dan ketiga (3,87 Mcal), sedangkan nilai balance nitrogen naik (P<0,01) pada bulan pertama (11,00 g) ke bulan kedua (16,78 g) dan kemudian turun (P<0,01) pada bulan ketiga (13,44 g). Terjadi pertumbuhan kompensasi yang ditunjukkan oleh tingginya PBBH pada bulan pertama (139,49 g), kemudian turun (P<0,05) pada bulan kedua (84,29 g) dan naik lagi (P>0,05) pada bulan ketiga (98,62 g). Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah balance energi dan nitrogen yang tinggi menghasilkan PBBH yang tinggi pula. Penyimpangan dari kesimpulan ini terjadi pada nilai balance nitrogen pada bulan kedua dan ketiga, karena kebutuhan protein yang lebih tinggi untuk metabolisme basal dan adanya pertumbuhan kompensasi.
Kata kunci: Domba, rumput gajah, jerami padi, aras konsentrat, lama pemeliharaan, balance energi dan nitrogen, PBBH PENDAHULUAN Untuk memperoleh produktivitas ternak yang maksimum diperlukan pakan yang seimbang. Pakan seimbang yaitu pakan yang mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak akan energi, protein, vitamin, mineral dan air pada beberapa tingkat yang spesifik dari pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, penggemukan dan kerja (KEARL, 1982). Menurut HARYANTO dan DJAJANEGARA (1993), energi dan protein merupakan kebutuhan nutrisi utama yang harus terpenuhi secukupnya, setelah kebutuhan bahan kering terpenuhi. Kebutuhan energi tergantung pada ukuran ternak, status fisiologisnya, dan kondisi lingkungan. Menurut KAMAL (1994), tidak semua energi bruto dalam pakan dapat digunakan oleh ternak, karena masih ada sebagian yang terdapat dalam feses (fecal energy), dalam urine (urine energy), dan dalam gas metane (CH4) dari proses fermentasi. Selain itu proses pencernaan oleh ternak selalu diikuti oleh lepasnya energi yang dikenal dengan energi termis (heat increment). Hasil pengurangan energi bruto dengan energi yang hilang selama pencernaan disebut energi netto yang merupakan energi yang tersedia bagi ternak untuk hidup pokok dan berbagai produksi. Protein penting untuk efisiensi penggunaan energi dan untuk pertumbuhan otot. Metabolisme dan pertumbuhan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas protein, meskipun kualitas tidak begitu penting untuk ruminansia dewasa (DYER dan KROMANN, 1977). Namum demikian menurut WILLIAMSON dan PAYNE (1993), praktek pemberian pakan pada ternak ruminansia kualitas protein yang diberikan tidak boleh diabaikan. Pertimbangannya adalah pemberian pakan yang mengandung berbagai macam protein akan meningkatkan kemampuan mikroba rumen dalam mensintesis semua asam amino yang dibutuhkan dengan cepat. Perhitungan nitrogen dalam pakan dan dalam ekskresi menghasilkan suatu pengukuran kuantitatif terhadap metabolisme protein dan menunjukkan, bahwa apakah hewan dalam keadaan bertambah/berkurang kadar nitrogen (protein) dalam tubuhnya (TILLMAN et al., 1984). Dengan kata lain, keseimbangan nitrogen menentukan apakah nitrogen dalam ransum yang diberikan telah cukup untuk memenuhi kebutuhannya ataukah harus merombak jaringan tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan ternak sebagai konsekwensi atas kehilangan pada proses pencernaan pakan. Keseimbangan nitrogen dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan protein untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi serta untuk mengetahui kualitas protein atau nilai biologis protein pakan. Usaha penggemukan yang dilakukan relatif singkat memerlukan konsentrat yang lebih banyak dalam komponen ransumnya (SIREGAR, 1994). Imbangan pakan kasar dan konsentrat pada pakan penggemukan atas dasar bahan kering menurut CLARKE (1991) berkisar antara 30:70 sampai dengan 0–100%. Penggunaan konsentrat (terutama yang banyak mengandung biji-bijian) yang lebih tinggi 293
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
akan mempercepat pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan lebih baik. Penentuan jumlah konsentrat yang tepat merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pencernaan untuk mendapatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih baik. Faktor pembatas yang mendasar dalam pemanfaatan pakan adalah kapasitas mengkonsumsi pakan secara aktif, oleh karena itu konsumsi pakan merupakan faktor esensial yang perlu mendapat perhatian (DEVENDRA dan BURN, 1994). Jumlah konsumsi pakan menentukan jumlah zat-zat pakan yang dapat dikonsumsi oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi (HARYANTO dan DJAJANEGARA, 1993). Zat-zat pakan adalah substansi kimia dalam bahan pakan yang dapat dimetabolisasi dan dimanfaatkan untuk hidup pokok dan bila tersedianya cukup, maka dipergunakan untuk pertumbuhan, reproduksi, laktasi, gerak dan kerja oleh ternak. Menurut PARAKKASI (1995), variabilitas produksi dipengaruhi oleh perbedaan dalam hal konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan menjadi produk (15%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui balance energi dan nitrogen domba yang diberi berbagai aras konsentrat dan pakan yang berbeda. Disamping itu, pengaruh lama pemeliharaan terhadap balance energi dan nitrogen serta pertambahan bobot badan yang dihasilkan juga akan diteliti.
MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta selama 5 bulan. Laboratorium yang terlibat dalam penelitian ini meliputi Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM (analisis proksimat), dan Laboratorium Pangan dan Gizi, PAU UGM (analisis gross energy). Domba lokal jantan sebanyak 18 ekor, berumur 1 tahun dan mempunyai bobot badan 20,01+2,33 kg dipergunakan dalam penelitian ini. Domba ditempatkan dalam kandang individual yang dilengkapi tempat pakan dan air minum. Pakan yang diberikan terdiri dari pakan dasar jerami padi atau rumput gajah dan konsentrat. Konsentrat tersusun dari 34,50% pollard, 15,09% bekatul padi, 5% bungkil biji kapok, 7,25% bungkil biji karet, 8,25% molasses, 3,70% dedak jagung, 7,59% kulit buah coklat, 10,08% bungkil kedele, 5,92% bungkil kelapa, 1,76% garam dan 0,88% kalsit. Konsentrat tersebut disusun sedemikian rupa sehingga ransum dengan pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat paling sedikit memenuhi kebutuhan domba sesuai petunjuk RANJHAN (1981). Kandungan nutrisi ransum penelitian pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum penelitian Jerami padi
Kandungan nutrisi K60%
K70%
Rumput gajah K80%
K60%
K70%
K80%
----------------------------------------- (%) ---------------------------------------Protein kasar
11,97
13,32
14,68
15,90
16,27
16,64
TDN
61,61
65,05
68,48
67,21
69,25
71,28
Keterangan: K = Konsentrat
Rancangan yang dipergunakan adalah Randomized Complete Block Design pola Faktorial 2 x 3 dengan jenis pakan dasar (jerami padi dan rumput gajah) sebagai faktor pertama, dan aras konsentrat (60, 70, dan 80% dari kebutuhan bahan kering) sebagai faktor kedua, serta masing294
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
masing terdiri dari 3 ekor domba. Sebagai kelompok adalah domba yang dibedakan berdasarkan bobot badan. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Tahap persiapan (6 minggu), semua ternak diberi obat cacing dan diadaptasikan terhadap pakan penelitian. Tahap pendahuluan (2 minggu), domba mulai diberi ransum perlakuan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh ransum sebelumnya. Tahap perlakuan (12 minggu), domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah pakan (dalam bahan kering) yang diberikan yakni sebanyak 5% dari bobot badan. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali setiap hari (pagi dan sore hari). Konsentrat diberikan terlebih dahulu, dua jam kemudian baru jerami padi atau rumput gajah yang dipotong-potong dengan ukuran 15–25 cm. Air minum diberikan secara ad libitum. Pada minggu ke-4, 8, dan 12 dilakukan penimbangan dan pengambilan sampel feces dan urine. Data yang diamati meliputi konsumsi energi dan nitrogen, energi dalam feses dan urine, nitrogen dalam feses dan urine, balance energi dan nitrogen serta pertambahan bobot badan harian (PBBH). Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi. Perbedaan yang terjadi diuji dengan uji wilayah ganda Duncan (STEEL dan TORRIE, 1991) dan untuk mengetahui respon akibat meningkatnya aras konsentrat dan lamanya waktu pemeliharaan dilakukan uji orthogonal polynomial contrasts (ASTUTI, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh jenis pakan dasar, aras konsentrat dan waktu pemeliharaan terhadap Balance Energi Pada Tabel 2 terlihat, bahwa nilai balance energi pada kelompok pakan rumput gajah (3,93 Mcal) lebih tinggi (P<0,01) daripada pakan jerami padi (3,13 Mcal). Hal ini karena konsumsi energi pada pakan rumput gajah (0,47 Mcal/kgBB0,75) lebih tinggi (P<0,01) daripada jerami padi (0,42 Mcal/kgBB0,75). Disamping itu kandungan lignin yang tinggi pada jerami padi tidak dapat dihancurkan oleh enzim mikroorganisme dalam rumen, tetapi bahkan melindungi sebagian selulosa dan hemiselulosa dari aktivitas mikroorganisme dalam rumen (KOMAR, 1984). Akibatnya menurunkan energi yang dapat diperoleh dari pakan ternak (DYER dan KROMANN, 1977). Tabel 2. Rata-rata konsumsi energi, energi feses, energi urine dan balance energi Aras Konsentrat
Parameter 60%
70%
80%
Rerata
Jerami padi
0,38
0,44
0,43
0.42a
Rumput gajah
0,44
0,45
0,52
0,47b
Rerata
0,41a
0,44b
0,48c
Jerami padi
2,73
3,57
3,10
3,13a
Rumput gajah
3,31
3,73
4,76
3,93b
a
b
c
Konsumsi energi (Mcal/kgBB0,75/hari)
Balance energi (Mcal/hari)
Rerata Keterangan:
3,02 a,b,c
3,65
3,93
Huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01)
295
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Peningkatan aras konsentrat meningkatkan (P<0,01) nilai balance energi secara linier. Nilai balance energi pada aras konsentrat 60, 70, dan 80% adalah 3,02 Mcal, 3,65 Mcal dan 3,93 Mcal. Apabila dilihat dari konsumsi energi, peningkatan aras konsentrat juga meningkatkan (P<0,01) konsumsi energi, yaitu 0,41; 0,44 dan 0, 48 Mcal per kgBB0,75. Waktu pemeliharaan (bulan) juga meningkatkan (P<0,01) nilai balance energi. Pada bulan pertama, kedua dan ketiga nilai balance energi per hari adalah 3,00; 3,73 dan 3,87 Mcal (Tabel 3). Hal ini terjadi karena bobot badan domba semakin meningkat sehingga kebutuhan energi meningkat pula. Sesuai ketentuan RANJHAN (1981), bahwa kebutuhan Metabolizable Energy (ME) domba yang digemukkan dari bobot badan 20 sampai 30 kg meningkat, yakni dari 2,02 sampai 2,93 Mcal. Nilai balance energi dalam penelitian ini lebih tinggi dari nilai ME yang disarankan RANJHAN (1981), karena kehilangan energi sebagai gas methan dalam penelitian ini tidak diperhitungkan. Tabel 3. Rata-rata balance energi dan nitrogen serta pertambahan bobot badan harian pada bulan pertama, kedua dan ketiga masa pemeliharaan Parameter
Bulan I b
Bulan II a
Bulan III 3,87a
Balance energi (Mcal/hari)
3,00
3,73
Balance nitrogen (g/hari)
11,00c
16,78a
13,44b
PBBH (g)
139,49b
84,29a
98,62a
Keterangan:
a,b,c
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01), kecuali PBBH (P<0,05)
Ada interaksi (P<0,01) antara jenis pakan dasar dan aras konsentrat terhadap nilai konsumsi dan balance energi. Pada pakan dasar jerami padi terlihat, bahwa peningkatan aras konsentrat dari 60 menjadi 70% meningkatkan nilai balance energi (2,73 menjadi 3,57 Mcal/hari) kemudian pada aras konsentrat 80% nilai balance energi turun menjadi 3,10 Mcal. Hal ini mungkin adanya hukum diminishing return (PARAKKASI, 1995), bahwa pemberian konsentrat yang terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi energi ransum dan dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi itu sendiri dapat berkurang. Selanjutnya PARAKKASI (1995) mengatakan, bahwa tingkat enegi dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan. Apabila dilihat hasil pertambahan bobot badan pada perlakuan J-80 (101,59 g/hari) lebih rendah daripada J-70 (115,00 g/hari). Pada pakan dasar rumput gajah, peningkatan aras konsentrat 60, 70 dan 80% meningkatkan nilai balance energi (3,31; 3,73 dan 4,76 Mcal/hari) dan pertambahan bobot badan yang dihasilkan adalah 96,83; 120,04; dan 142,86 g/hari. Jadi pada pakan dasar rumput gajah, peningkatan nilai balance energi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan. Pengaruh jenis pakan dasar, aras konsentrat dan waktu pemeliharaan terhadap Balance Nitrogen Pada Tabel 4 terlihat, bahwa nilai balance nitrogen pada pakan jerami padi (11,32 g) lebih rendah (P<0,01) daripada rumput gajah (16,16 g). Hal ini sesuai dengan konsumsi protein domba yang mendapat jerami padi (13,89 g/kgBB0,75) lebih rendah (P<0,01) daripada yang mendapat rumput gajah (17,70 g/kg BB0,75). Konsumsi protein kasar domba pada penelitian ini ternyata lebih tinggi dari kebutuhan yang disarankan RANJHAN (1981) sebesar 12,44 g/kg BB0,75. Namun demikian PBBH yang dihasilkan lebih rendah, yaitu 119,91 g (pada rumput gajah) dan 95,02 g (pada jerami padi) daripada yang ditargetkan RANJHAN (1981) sebesar 130 g. Hal ini mungkin karena mutu genetik domba lokal (JEK) Indonesia rendah, sehingga perlu ditingkatkan. 296
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Tabel 4. Rata-rata konsumsi protein, nitrogen feses, nitrogen urine dan balance nitrogen Aras konsentrat
Parameter 60%
70%
80%
Rerata
Jerami padi
11,65
14,80
15,22
13,89a
Rumput gajah
16,52
16,96
19,61
17,70b
Rerata
14,09a
15,88b
17,42c
Jerami padi
8,09
12,94
12,94
11,32a
Rumput gajah
14,66
15,32
18,51
16,16b
a
b
b
0,75
Konsumsi protein (g/kgBB
/hari)
Balance Nitrogen (g/hari)
Rerata Keterangan:
11,37 a,b,c
14,13
15,72
Huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01) Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,05)
d,e,f
Peningkatan aras konsentrat meningkatkan (P<0,01) nilai balance nitrogen secara linier. Nilai balance nitrogen untuk aras konsentrat 60, 70, dan 80% adalah 11,37; 14,13; dan 15,72 g. Demikian halnya konsumsi protein semakin meningkat (P<0,01) dengan meningkatnya aras konsentrat yaitu 14,09; 15,88; dan 17,42 g per kg BB0,75. Ada interaksi (P<0,05) antara jenis pakan dasar dan aras konsentrat terhadap konsumsi protein. Pada pakan dasar jerami padi maupun rumput gajah terlihat, bahwa peningkatan aras konsentrat dari 60 menjadi 80% meningkatkan nilai konsumsi protein yakni 11,65; 14,80; dan 15,22 g/kg BB0,75 (pada jerami padi) serta 16,52; 16,96; dan 19,61 g/kg BB0,75 (pada rumput gajah). Di sini terlihat, bahwa semakin tinggi aras konsentrat dalam ransum (semakin tinggi nilai nutrisi ransum), maka konsumsi protein semakin meningkat. Waktu pemeliharaan (bulan) juga sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi nilai balance nitrogen (Tabel 3). Nilai balance nitrogen pada bulan pertama, kedua, dan ketiga adalah 11,00; 16,78; dan 13,44 g. Menurut RANJHAN (1981), kebutuhan protein kasar dapat dicerna domba yang digemukkan adalah 70,00; 78,80; dan 81,00 g masing-masing untuk BB 20, 25, dan 30 kg. Apabila nilai balance nitrogen dikalikan dengan angka 6,25, maka protein yang dapat disimpan di dalam tubuh domba pada bulan pertama, kedua, dan ketiga adalah 68,78; 104,88; dan 84 g. Pada bulan kedua dan ketiga protein yang dapat disimpan dalam tubuh domba sudah melebihi kebutuhan yang disarankan RANJHAN (1981), sedangkan pada bulan pertama terdapat selisih sebesar 1,22 g. Bila dilihat PBBH yang dihasilkan (Tabel 3), ternyata pada bulan pertama lebih tinggi (P<0,05) daripada bulan kedua dan ketiga (139,49 vs 84,29 dan 98,62 g). Disini terlihat, bahwa balance nitrogen yang tinggi pada bulan kedua tidak direfleksikan ke PBBH yang tinggi pula. Penurunan PBBH yang signifikan pada bulan kedua ini mungkin disebabkan oleh kebutuhan protein (dan energi) yang lebih tinggi untuk keperluan hidup pokok ternak tersebut. Rata-rata bobot badan domba pada bulan pertama 20,41 kg, sedangkan pada bulan kedua dan ketiga masing-masing 24,32 dan 26,68 kg. Dari data BB domba tersebut dapat dihitung, bahwa BB0,75 domba naik sebesar 14,06% (dari bulan pertama ke bulan kedua), dan 7,21% (dari bulan kedua ke bulan ketiga). Jadi kebutuhan nutrisi domba untuk basal metabolik meningkat sebesar 14,06% pada bulan kedua dan pada bulan ketiga meningkat 7,21%. Dengan demikian dapat dimengerti, bahwa balance nitrogen pada bulan kedua tertinggi namun PBBH yang dihasilkan terendah. Tidak ada interaksi antara jenis pakan dasar, aras konsentrat dan waktu pemeliharaan terhadap nilai balance nitrogen.
297
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Pengaruh jenis pakan dasar, aras konsentrat dan waktu pemeliharaan terhadap pertambahan bobot badan harian Pada Tabel 5 terlihat, bahwa PBBH pada pakan rumput gajah (119,91 g) lebih tinggi (P<0,05) daripada jerami padi (95,02 g). Hal ini terjadi karena balance energi dan nitrogen pada pakan dasar rumput gajah juga lebih tinggi (P<0,01) daripada jerami padi. Selaras dengan pernyataan KAMAL (1994) dan TILMAN et al. (1984), bahwa hasil pengurangan energi bruto dan nitrogen pakan dengan energi dan nitrogen yang hilang selama pencernaan merupakan energi dan nitrogen (protein) yang tersedia untuk hidup pokok dan produksi. Tabel 5. Rata-rata pertambahan bobot badan harian domba penelitian Aras konsentrat
Parameter
Rerata
60%
70%
80%
Jerami padi
68,47
115,00
101,59
95,02a
Rumput gajah
96,83
120,04
142,86
119,91b
Rerata
82,65c
117,52d
122,22d
Pertambahan bobot badan harian (g)
Keterangan: a,b
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01) Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,05)
c,d
Peningkatan aras konsentrat dari 60% ke 70 dan 80 juga meningkatkan (P<0,05) PBBH yang dihasilkan. Peningkatan aras konsentrat dari 60 ke 70% meningkatkan PBBH sebesar 42,19%, sedangkan dari aras konsentrat 60% ke 80% meningkatkan PBBH sebesar 47,88%. Dilihat dari balance energi dan nitrogen yang dihasilkan, ternyata PBBH yang tinggi dihasilkan oleh balance energi dan nitrogen yang lebih tinggi pula. Lamanya waktu pemeliharaan juga menghasilkan PBBH yang berbeda. Pada bulan pertama, PBBH yang dihasilkan paling tinggi (P<0,05) yakni 139,49 g dibanding bulan kedua dan ketiga yang hanya sebesar 84,29 dan 98,62 g. Pertambahan bobot badan harian yang tinggi pada bulan pertama, kemudian turun pada bulan kedua dan naik lagi pada bulan ketiga ini menjelaskan adanya fenomena pertumbuhan kompensasi (pertumbuhan yang bersifat menyusul). Menurut SOEPARNO (1994), pertumbuhan kompensasi dapat terjadi karena ternak yang semula kekurangan pakan (zat gizi) akan melambat pertumbuhannya (berhenti dan kehilangan bobot badan), dan kemudian setelah mendapat pakan yang cukup akan tumbuh kembali dengan cepat atau bahkan dapat lebih cepat daripada laju pertumbuhan normal. KESIMPULAN Nilai balance energi dan nitrogen yang tinggi menghasilkan PBBH yang tinggi pula. Penyimpangan dari kesimpulan ini terjadi pada nilai balance nitrogen pada bulan kedua dan ketiga, karena kebutuhan protein yang lebih tinggi untuk metabolisme basal akibat bobot badan domba lebih tinggi dan adanya pertumbuhan kompensasi.
298
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
DAFTAR PUSTAKA ASTUTI, M. 1980. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik Bagian I (Completely Randomized Designs). Bagian Pemuliaan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. CLARKE, M.R. 1991. Beef Cattle Feedlots Ration Formulation. Di dalam: Feedloting Notes A Collection of Farm Notes. Department of Primary Industries, Queensland. DEVENDRA, C. dan M. BURN, 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.Diterjemahkan oleh: IDK HARYA PUTRA. Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana Bali. DYER, I.A. dan R.P. KROMANN, 1977. Cattle Feeding. Di dalam: The Feedlot. DYER, I.A. dan C.C. O’MARY, eds. Lea and Febiger, Philadelphia. HARYANTO, B. dan A. DJAJANEGARA, 1993. Pemenuhan Kebutuhan Zat-zat Makanan Ternak Ruminansia Kecil. Di dalam: Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. WODZICKA-TOMASZEWSKA, M., I.M. MASTIKA, A. DJAJANEGARA, S. GARDIER dan T.R. WIRADARYA, eds. Sebelas Maret University Press, Surakarta. KAMAL, M. 1994. Nutrisi Ternak I: Rangkuman. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. KEARL, L.C. 1982. Nutrient Requirement of Ruminant in Developing Countries. International Feedstuffs Institute, Utah Agricultural Experiment Station, Utah State University Logan, Utah USA. KOMAR, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak. Yayasan Dian Grahita Indonesia. PARAKKASI, A., 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. RANJHAN, S.K. 1981. Animal Nutrition in Tropics. Second Revised Edition. Vikas Publishing House. PVT LTD, New Delhi. SIREGAR, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. SOEPARNO. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKOJO, 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. WILLIAMSON, G. dan W.J.A. PAYNE, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Diterjemahkan oleh: S.G.N. DJIWA DARMADJA dan IDA BAGUS DJAGRA. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
DISKUSI Pertanyaan: Pertambahan berat badan harian domba yang diberi pakan jerami padi sangat tinggi (95 g/hari). Berapa intake jerami padi yang diperoleh ? Jawaban: BK terkonsumsi asal jerami padi: J-60 23,75 g/kg BB 0,75/hari J-70 23,75 g/kg BB 0,75/hari J-80 22,37 g/kg BB 0,75/hari
299
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
BB domba 17,68-22,34 kg konsumsi BK asal jerami padi: J-60 : 204,77-244,05 g J-70
: 197,19-235,01 g
J-80
: 98,03-116,83 g
Presentase jerami padi : konsentrat J-60 = 27,23 : 72,77 J-70 = 23,05 : 76,95 J-80 = 11,66 : 88,34
300