KECERNAAN NUTRIEN, RETENSI NITROGEN, DAN SINTESIS PROTEIN MIKROBA PADA DOMBA YANG MENDAPAT SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN SILASE DAUN SINGKONG (Manihot esculenta sp.)
IVAN NOVEANTO
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen, dan Sintesis Protein Mikroba pada Domba yang Mendapat Substitusi Konsentrat dengan Silase Daun Singkong (Manihot esculenta sp.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Ivan Noveanto NIM D24090041
ABSTRAK IVAN NOVEANTO. Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen, dan Sintesis Protein Mikroba pada Domba yang Mendapat Substitusi Konsentrat dengan Silase Daun Singkong (Manihot esculenta sp.). Dibimbing oleh ASEP SUDARMAN dan SRI SUHARTI. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh substitusi konsentrat dengan silase daun singkong terhadap kecernaan nutrien, digestible energy (DE), retensi nitrogen, pertambahan bobot badan harian, dan sintesis protein mikroba pada domba ekor tipis. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (4x4) dengan 16 ekor domba umur 5 bulan dan rataan bobot awal 11.47 ± 1.32 kg yang ditempatkan pada kandang metabolis. Perlakuan penelitian yaitu T0 (100% rumput gajah), T1 (60% rumput gajah+40% konsentrat), T2 (60% rumput gajah+20% konsentrat+20% silase daun singkong), T3 (60% rumput gajah+40% silase daun singkong). Substitusi konsentrat dengan silase daun singkong menurunkan (P<0.05) nilai kecernaan nutrien, namun tidak memengaruhi nilai Digestible Energy (DE). Substitusi konsentrat dengan silase daun singkong pada taraf 20% dalam ransum memiliki nilai retensi nitrogen yang lebih tinggi (P<0.05) dari perlakuan 40% silase daun singkong dalam ransum, dengan pertambahan bobot badan harian yang tidak berbeda. Substitusi konsentrat dengan silase daun singkong tidak memengaruhi sintesis protein mikroba. Disimpulkan bahwa silase daun singkong dapat mensubstitusi penggunaan konsentrat sebesar 50%. Kata kunci: Domba, Kecernaan, Protein Mikroba, Retensi Nitogen, Silase Daun Singkong
ABSTRACT IVAN NOVEANTO. Nutrient Digestibility, Nitrogen Retention, and Microbial Protein Synthesis in Sheep as an Effect of Substitution of Concentrate with Cassava Leaves Silage (Manihot esculenta sp.). Supervised by ASEP SUDARMAN and SRI SUHARTI. This research aimed to analyze the effect of substitution of concentrate with cassava leaves silage on nutrient digestibility, digestible energy (DE), nitrogen retention, daily gain, and microbial protein synthesis in Javanesse thin tailed sheep. The design experiment of this research based on completely randomized block design (4x4) using 16 sheeps of 5 months old with average body weight 11.47 ± 1.32 kg. They were placed in metabolic cage. The treatments were T0 (100% of napier grass), T1 (60% napier grass+40% concentrate), T2 (60% napier grass+20% concentrate+20% silage), and T3 (60% napier grass+40% silage). Substitution of concentrate with cassava leaves silage decreased (P<0.05) nutrients digestibilities, but did not affect digestible energy (DE). Substitution of concentrate with cassava leaves silage at level 20% in the ration have nitrogen retention higher (P<0.05) than treatment with 40% cassava leave silage in ration. Daily gain was similar among treatment. Substitution of concentrate with cassava leaves silage did not affect microbial protein synthesis. It is concluded that cassava leaves silage can substitute the use of concentrate by 50%. Key words: Cassava Leaves Silage, Digestibility, Microbial Protein, Nitrogen Retention, Sheep
KECERNAAN NUTRIEN, RETENSI NITROGEN, DAN SINTESIS PROTEIN MIKROBA PADA DOMBA YANG MENDAPAT SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN SILASE DAUN SINGKONG (Manihot esculenta sp.)
IVAN NOVEANTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Kecemaan Nutrien, Retensi Nitrogen, dan Sintesis Protein Mikroba pada Domba yang Mendapat Substitusi Konsentrat dengan Silase Daun Singkong (Manihot esculenta sp.) : Ivan Noveanto : D24090041
Disetujui oleh
Dr Ir Asep Sudarman, MRurSc Pembimbing I
Tanggal Lulus:
d B OCT
2013
Dr Sri Suharti, SPt MSi Pembimbing II
Judul Skripsi
Nama NIM
: Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen, dan Sintesis Protein Mikroba pada Domba yang Mendapat Substitusi Konsentrat dengan Silase Daun Singkong (Manihot esculenta sp.) : Ivan Noveanto : D24090041
Disetujui oleh
Dr Ir Asep Sudarman, MRurSc Pembimbing I
Dr Sri Suharti, SPt MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 hingga Mei 2013 ini ialah Kecernaan Nutrien, Retensi Nitrogen, dan Sintesis Protein Mikroba pada Domba yang Mendapat Substitusi Konsentrat dengan Silase Daun Singkong (Manihot esculenta sp.) Pemilihan topik tersebut dikarenakan adanya kendala yang sering dihadapi peternak domba saat ini, seperti kurangnya ketersediaan hijauan pakan yang bernilai nutrisi tinggi, ditambah dengan harga konsentrat yang semakin mahal dan masih banyak yang diimpor. Keadaan ini sering menyebabkan produksi ternak menjadi rendah. Oleh karena itu, harus dicari pakan alternatif yang murah, mudah didapat, namun tetap memiliki kualitas yang baik. Salah satu pakan alternatif untuk masalah tersebut adalah daun singkong. Daun singkong dapat digunakan sebagai pakan sumber protein. Daun singkong juga mengandung asam amino bercabang yang tinggi seperti valin, leusin, dan isoleusin yang mudah didegradasi oleh mikroba rumen untuk sintesis protein mikroba. Namun kendala penggunaan daun singkong sebagai pakan ternak adalah adanya kandungan HCN (hydrocyanic acid) yang tinggi dan bersifat racun bila dimakan ternak. Solusi dari berbagai kendala tersebut adalah dengan pengolahan daun singkong menjadi silase. Silase dapat mengatasi fluktuasi ketersediaan pakan karena daya simpan silase yang relatif lama. Silase juga dapat mengurangi kandungan HCN dalam daun singkong sehingga aman sebagai pakan ternak. Keunggulan lain dari silase yaitu mengandung asam organik berperan sebagai growth promotor dan penghambat penyakit. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini, silase daun singkong diberikan pada domba guna mengetahui tingkat kecernaan nutrien, retensi nitrogen, serta sintesis protein mikroba. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan yang berkepentingan.
Bogor, Oktober 2013 Ivan Noveanto
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2 Lokasi dan Waktu ................................................................................................ 2 Materi .................................................................................................................. 2 Ternak .............................................................................................................. 2 Kandang dan Peralatan .................................................................................... 2 Pakan................................................................................................................ 2 Prosedur ............................................................................................................... 3 Pembuatan Silase ............................................................................................. 3 Pemeliharaan Domba dan Analisis Pendahuluan ............................................ 3 Koleksi Feses ................................................................................................... 4 Koleksi Urin..................................................................................................... 4 Analisis Penentuan Alantoin (Metode Kit Diasys) .......................................... 4 Peubah yang Diamati ........................................................................................... 5 Konsumsi Nutrien Ransum .............................................................................. 5 Kecernaan Nutrien (BK, BO, PK, LK, SK, BETN, GE) ................................. 5 Digestible Energy (DE) ................................................................................... 5 Retensi Nitrogen .............................................................................................. 5 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) .................................................... 5 Estimasi Sintesis Protein Mikroba ................................................................... 5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ............................................................ 6 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6 Nilai pH dan Hydrocyanic acid (HCN) Silase Daun Singkong .......................... 6 Konsumsi Nutrien Ransum ................................................................................. 8 Kecernaan Nutrien Ransum dan Digestible Energy (DE) ................................. 10 Retensi Nitrogen dan Pertambahan Bobot Badan Harian ................................. 11 Alantoin dan Estimasi Sintesis Protein Mikroba ............................................... 13 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 15 Simpulan ............................................................................................................ 15 Saran .................................................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16 LAMPIRAN .......................................................................................................... 19 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 31 UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. 31
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8
Formulasi konsentrat domba untuk penelitian .......................................... 2 Pakan yang digunakan (% BK) ................................................................. 3 Komposisi nutrien ransum perlakuan (% BK) .......................................... 3 Nilai pH dan Hydrocyanic acid (HCN) Silase Daun Singkonga ............... 7 Rataan konsumsi nutrien ransum............................................................... 9 Kecernaan nutrien ransum dan Digestible Energy (DE) ......................... 10 Retensi nitrogen dan performa domba yang diberi silase daun singkong11 Rataan alantoin, SPM, dan efisiensi sintesis N mikroba ......................... 14
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering ............................................. 19 Lampiran 2 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Bahan Kering .................... 19 Lampiran 3 Sidik Ragam Konsumsi Bahan Organik ........................................... 19 Lampiran 4 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Bahan Organik .................. 19 Lampiran 5 Sidik Ragam Konsumsi Protein Kasar ............................................. 20 Lampiran 6 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Protein Kasar ..................... 20 Lampiran 7 Sidik Ragam Konsumsi Serat Kasar ................................................. 20 Lampiran 8 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Serat Kasar ........................ 20 Lampiran 9 Sidik Ragam Konsumsi Lemak Kasar .............................................. 21 Lampiran 10 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Lemak Kasar ................... 21 Lampiran 11 Sidik Ragam Konsumsi BETN ....................................................... 21 Lampiran 12 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi BETN .............................. 21 Lampiran 13 Sidik Ragam Konsumsi Gross Energy ........................................... 21 Lampiran 14 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Gross Energy................... 22 Lampiran 15 Sidik Ragam Kecernaan Bahan Kering .......................................... 22 Lampiran 16 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Bahan Kering ................. 22 Lampiran 17 Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik ........................................ 22 Lampiran 18 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Bahan Organik ............... 23 Lampiran 19 Sidik Ragam Kecernaan Protein Kasar .......................................... 23 Lampiran 20 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Protein Kasar .................. 23 Lampiran 21 Sidik Ragam Kecernaan Serat Kasar ............................................... 23 Lampiran 22 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Serat Kasar ..................... 24 Lampiran 23 Sidik Ragam Kecernaan Lemak Kasar ........................................... 24 Lampiran 24 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Lemak Kasar .................. 24 Lampiran 25 Sidik Ragam Kecernaan BETN ...................................................... 24 Lampiran 26 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan BETN ............................. 24 Lampiran 27 Sidik Ragam Kecernaan Gross Energy .......................................... 25 Lampiran 28 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Gross Energy.................. 25 Lampiran 29 Sidik Ragam Kecernaan Digestible Energy ................................... 25 Lampiran 30 Sidik Ragam Konsumsi Nitrogen ................................................... 25 Lampiran 31 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Nitrogen .......................... 25 Lampiran 32 Sidik Ragam Nitrogen Feses .......................................................... 26 Lampiran 33 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Nitrogen Feses .................................. 26 Lampiran 34 Sidik Ragam Nitrogen Urin ............................................................ 26 Lampiran 35 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Nitrogen Urin ................................... 26 Lampiran 36 Sidik Ragam Retensi Nitrogen ....................................................... 27 Lampiran 37 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Retensi Nitrogen ............................... 27 Lampiran 38 Sidik Ragam EPN ........................................................................... 27 Lampiran 39 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur EPN .................................................. 27 Lampiran 40 Sidik Ragam NBP ........................................................................... 27 Lampiran 41 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur NBP .................................................. 28 Lampiran 42 Sidik Ragam Bobot Badan Awal .................................................... 28 Lampiran 43 Sidik Ragam Bobot Badan Akhir ................................................... 28 Lampiran 44 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Bobot Badan Akhir .......................... 28 Lampiran 45 Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Harian ............................ 28
Lampiran 46 Lampiran 47 Lampiran 48 Lampiran 49 Lampiran 50 Lampiran 51 Lampiran 52
Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Pertambahan Bobot Badan Harian.... 29 Sidik Ragam Alantoin ..................................................................... 29 Sidik Ragam Derivat Purin ............................................................. 29 Sidik Ragam Purin Diserap ............................................................. 29 Sidik Ragam N Mikroba ................................................................. 29 Sidik Ragam Sintesis Protein Mikroba ........................................... 30 Sidik Ragam N mikroba (g kg-1 DOMR) ........................................ 30
PENDAHULUAN Domba ekor tipis (DET) merupakan domba yang banyak dipelihara oleh peternak kecil di Indonesia sebagai penghasil daging. Selain itu, jenis domba ini lebih banyak dipilih untuk dipelihara karena mudah berkembang biak serta mampu beradaptasi pada daerah tropis (Puslitbangnak 2008). Kendala yang sering dihadapi peternak domba saat ini adalah kurangnya ketersediaan hijauan pakan yang bernilai nutrisi tinggi, ditambah dengan harga konsentrat yang semakin mahal dan masih banyak yang diimpor. Keadaan ini sering menyebabkan produksi ternak menjadi rendah. Oleh karena itu, harus dicari pakan alternatif yang murah, mudah didapat, namun tetap berkualitas. Salah satu pakan alternatif untuk masalah tersebut adalah daun singkong. Produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24 juta ton/tahun atau 10.9% dari kebutuhan singkong dunia (BPS 2012). Pada umumnya daun singkong banyak didapat pada saat panen umbi atau dengan cara memangkas daun bawah dan dapat dilaksanakan pada umur tiga bulan setelah tanam tanpa menggangu produksi umbi. Singkong merupakan salah satu tanaman umbi di daerah tropis yang mudah tumbuh walaupun dengan manajemen yang terbatas (Poungchompu 2001). Daun singkong dapat digunakan sebagai pakan sumber protein karena mengandung protein 21-24% (Sokerya dan Preston 2003). Daun singkong juga mengandung asam amino bercabang yang tinggi seperti valin, leusin, dan isoleusin yang mudah didegradasi oleh mikroba rumen untuk sintesis protein mikroba (Noftsger dan Stpierre 2003). Namun kendala penggunaan daun singkong sebagai pakan ternak adalah karena kandungan HCN (hydrocyanic acid) yang tinggi. Kadar HCN pada daun berkisar 200-1300 mg kg-1 berat segar (Siritunga et al. 2003). Menurut Shreve (2002) HCN akan bersifat racun pada level 300-500 mg kg-1 bila dimakan ternak. Konsumsi HCN tidak bermasalah bagi ternak ruminansia sampai batas 100 mg kg-1 berat segar (Tewe 1991). Solusi dari berbagai masalah tersebut adalah dengan pengolahan daun singkong menjadi silase. Silase dapat mengatasi fluktuasi ketersediaan pakan karena daya simpan silase yang relatif lama. Silase juga dapat mengurangi kandungan HCN dalam daun singkong. Loc et al. (2000) menyatakan bahwa pembuatan silase merupakan cara yang efektif untuk menurunkan kadar HCN hingga lebih dari 70%, sehingga lebih aman sebagai pakan ternak. Keunggulan lain dari silase yaitu mengandung asam organik yang berperan sebagai growth promotor dan penghambat penyakit (Sapienza dan Bolsen 1993). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh substitusi konsentrat dengan silase daun singkong (Manihot esculenta sp.) terhadap kecernaan nutrien (BK, BO, PK, LK, SK, BETN, GE), Digestible Energy (DE), retensi nitrogen, pertambahan bobot badan harian, dan sintesis protein mikroba pada domba ekor tipis (DET).
2
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Mei 2013. Pemeliharaan domba dilakukan di Laboratorium lapang (Kandang) A bagian Ruminansia Kecil Departemen INTP, Fakultas Peternakan, IPB. Analisis sampel dilakukan di beberapa laboratorium di Departemen INTP, Fakultas Peternakan, IPB, diantaranya: Laboratorium Biologi Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, Laboratorium Industri Pakan, dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah. Analisis sampel juga dilakukan di Laboratorium Konservasi Satwa Langka dan Harapan Pusat Studi Bioteknologi dan Ilmu Hayati, IPB. Materi Ternak Domba jantan lepas sapih jenis ekor tipis (DET) sebanyak 16 ekor dengan umur berkisar 5 bulan dan rataan bobot awal 11.47 ± 1.32 kg. Kandang dan Peralatan Digunakan kandang metabolik individu sebanyak 16 kandang. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan diantaranya satu set timbangan bobot badan kapasitas 40 kg, timbangan digital, peralatan pembersihan kandang, dan termometer. Untuk pembuatan silase digunakan kantong plastik bening tahan panas ukuran 5 kg, trashbag, lakban, terpal, karet gelang, dan gentong. Penampungan feses dengan kasa dan penampungan urin dengan plastik dan ember. Pakan Pakan yang digunakan berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum) umur potong ± 35 hari, konsentrat, dan silase daun singkong (Manihot esculenta sp.). Formulasi konsentrat, pakan yang digunakan, dan komposisi nutrien ransum perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3. Tabel 1 Formulasi konsentrat domba untuk penelitian Bahan Pakan Bungkil Kelapa Wheat Pollard Bungkil kacang Onggok giling CaCO3 Garam Premix Total a
% Biaya Rp
BK PK LK SK TDN Ca P --------------------------------%-----------------------------
30 15.29 25 27.08 1.93 0.2 0.5
675 397.5 475 433.3 11.5 4 125
26.58 13.53 22.55 21.61 1.73 0.18 0.45
6.39 2.83 11.28 0.51 0 0 0
100
2121
86.64
21
Sumber: Sutardi (1981)
3.27 0.59 2.68 0.09 0 0 0
4.26 1.50 2.24 2.41 0 0 0
23.6 10.6 20.2 21.2 0 0 0
0.050 0.180 0.035 0.170 0.130 0.150 0 0 0.733 0 0.001 0 0 0
6.62 10.40
75.6
0.949 0.500
3
Tabel 2 Pakan yang digunakan (% BK) Bahan Pakan
Biaya Rp kg-1
BK
Abu
PK
LK
SK
P
GE
--------------------------------------%-------------------------------------
kal gram-1
BETN
Rumput 225 14.0 7.7 10.7 2.0 30.4 49.2 Gajah Silase Daun 500 24.0 8.1 25.5 6.8 20.7 39.0 Singkong Konsentrat 2121 83.7 11.1 21.7 6.9 9.1 51.4 Hasil analisis laboratorium Konservasi satwa langka dan Harapan Ilmu Hayati IPB 2013 *Hasil perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1997)
TDN*
Ca
60.2
0.48
0.35
3971
71.0
1.54
0.46
4666
72.3 0.95 0.50 4238 Pusat Studi Bioteknologi dan
Tabel 3 Komposisi nutrien ransum perlakuan (% BK) Nutrien Bahan Kering (%) Abu (%) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) BETN (%) Total Digestible Nutrient (%) Kalsium (%) Phosphor (%) Gross Energy (kal gram-1)
a
T0 13.97 7.68 10.71 2.02 30.41 49.18 60.15 0.475 0.347 3971
Perlakuan T1b 41.88 9.04 15.08 3.96 21.87 50.05 65.03 0.664 0.408 4078
T2c 29.92 8.44 15.85 3.94 24.20 47.57 64.75 0.783 0.399 4163
T3d 17.97 7.83 16.62 3.92 26.54 45.09 64.47 0.901 0.391 4249
a
T0 = 100% rumput gajah; bT1 = 60% rumput gajah + 40% konsentrat; cT2 = 60% rumput gajah+20% konsentrat+20% silase daun singkong; dT3 = 60% rumput gajah+40% silase daun singkong; Perhitungan berdasarkan hasil analisis laboratorium.
Prosedur Pembuatan Silase Silase daun singkong dalam penelitian ini merupakan silase yang dibuat dari daun, tangkai, dan batang pucuk singkong. Ketiga bagian tersebut dicacah menjadi ukuran panjang ±2-3 cm. Kemudian dilayukan selama ±6 jam pada suhu ruang (27-28oC). Setelah itu dicampur rata dengan 5% molases (Amalia 2010), dimasukkan dalam plastik, diikat dan diplester dengan lakban, selanjutnya disusun di dalam gentong untuk melindungi silase dari cahaya. Silase disimpan pada ruangan dengan suhu kamar selama lebih dari 25 hari masa fermentasi, karena waktu kurang dari 25 hari belum dapat menghasilkan kualitas silase yang optimal. Pemeliharaan Domba dan Analisis Pendahuluan Pada awal penelitian, bobot badan domba ditimbang untuk mengetahui jumlah pemberian pakan dan pengacakan ternak, selanjutnya setiap ternak dikandangkan pada kandang metabolik. Ransum diberikan sebanyak 3.5% bahan kering dari bobot badan. Setiap dua minggu sekali dilakukan penimbangan bobot
4
badan domba. Jumlah pemberian pakan setiap hari ditentukan dari estimasi pertambahan bobot badan harian sebesar 50 gram ekor-1 hari-1. Nilai estimasi tersebut didapatkan dari hasil rataan pertambahan bobot badan harian domba pada penimbangan minggu sebelumnya. Air minum diberikan ad libitum. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali pada jam 06.30 WIB dan jam 16.30 WIB. Pemeliharaan dilakukan selama lima bulan dengan dua minggu masa adaptasi. Pada awal penelitian dilakukan analisis proksimat dan gross energy terhadap rumput gajah, konsentrat, dan silase daun singkong dan analisis hydrocyanic acid (HCN) serta pH untuk silase daun singkong. Koleksi Feses Koleksi feses dilakukan untuk mengetahui jumlah dan kandungan nutrien feses domba setiap perlakuan. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk menentukan nilai kecernaan nutrien ransum perlakuan. Koleksi feses dilakukan pada minggu ke-10 masa pemeliharaan. Koleksi dilakukan selama tujuh hari berturut-turut. Tempat penampungan feses dipasang di bagian bawah setiap kandang. Sampel feses diambil 10% dari total feses tiap ekor setiap hari. Sampel feses dijemur dan dimasukkan dalam kantong plastik berlabel. Sampel feses kering matahari dimasukkan dalam oven 60oC, kemudian ditimbang sampai bobot konstan. Total sampel tiap ekor selama tujuh hari dikompositkan dan digiling untuk analisis proksimat dan gross energy. Koleksi Urin Koleksi urin dilakukan untuk mengetahui jumlah urin, kandungan nitrogen urin, dan alantoin urin domba setiap perlakuan. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk menentukan nilai retensi nitrogen dan sintesis protein mikroba. Koleksi urin dilakukan selama tujuh hari berturut-turut bersamaan dengan koleksi feses. Plastik dan ember penampung urin dipasang pada bagian bawah setiap kandang. Ember penampung urin diisi H2SO4 10% sebanyak 100 ml untuk mencegah penguapan nitrogen dan menghentikan aktivitas mikroba (Osuji et al. 1993). Urin tiap domba diukur volume dan bobotnya. Sampel urin diambil 10% dari total urin tiap ekor setiap hari dan dimasukkan dalam botol berlabel, selanjutnya sampel disimpan dalam freezer agar tidak rusak. Sampel dikomposit per ekor untuk analisis kandungan nitrogen dan alantoin. Analisis Penentuan Alantoin (Metode Kit Diasys) Sebanyak satu ml sampel urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi ditambahkan lima ml aquades dan satu ml NaOH 0.5 M kemudian dihomogenkan menggunakan vortex. Tabung reaksi dimasukkan ke dalam waterbath mendidih selama tujuh menit. Tabung reaksi dipindahkan dan didinginkan dengan ”Ice alcohol bath”. Pada masing-masing tabung ditambahkan satu ml HCl 0.5 M dan satu ml larutan Phenil Hidrazin, kemudian dimasukkan ke dalam waterbath mendidih selama tujuh menit. Tabung dipindahkan dan didinginkan dengan ”Ice alcohol bath”. Sebanyak tiga ml HCl pekat (yang disimpan dalam kulkas minimal satu jam) dan satu ml Potasium Ferisianida dicampur dan dimasukkan ke dalam cuvet. Selanjutnya cuvet diletakkan pada spektrofotometer dan dibaca pada panjang gelombang 522 nm (AOAC 1990).
5
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini antara lain: konsumsi nutrien ransum, kecernaan nutrien (BK, BO, PK, LK, SK, BETN, GE), Digestible Energy (DE), retensi nitrogen, pertambahan bobot badan harian, serta estimasi sintesis protein mikroba. Konsumsi Nutrien Ransum Konsumsi Nutrien Ransum = ∑ konsumsi BK x kandungan nutrien ransum Keterangan: Konsumsi BK = Jumlah BK ransum yang diberikan - BK ransum sisa BK ransum = Jumlah ransum segar x BK ransum Kecernaan Nutrien (BK, BO, PK, LK, SK, BETN, GE) (Nutrien yang dikonsumsi – Nutrien dalam feses) Kecenaan = x 100% Nutrien yang dikonsumsi Keterangan: Nutrien yang dikonsumsi = ∑ konsumsi BK x kandungan nutrien ransum Nutrien dalam feses = ∑ produksi feses x BK feses x % nutrien dalam feses Digestible Energy (DE) Digestible Energy (DE) = Gross energy (GE) pakan
- Gross energy (GE) feses
Retensi Nitrogen Retensi Nitrogen = Konsumsi Nitrogen Ransum – Nitrogen Feses – Nitrogen Urin Efisiensi Penggunaan Nitrogen Nilai Biologi Protein =
=
Retensi Nitrogen Konsumsi Nitrogen
Retensi Nitrogen Nitrogen Tercerna
x 100%
x 100%
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Pengukuran pertambahan bobot badan harian (PBBH) dilakukan dengan penimbangan ternak yang dilakukan setiap dua minggu sekali. Penimbangan menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 40kg. (Bobot Akhir – Bobot Awal) PBBH = Jumlah hari penggemukan Estimasi Sintesis Protein Mikroba Sintesis protein mikroba diestimasi dari alantoin yang diekskresikan ternak, dengan rumus: • Derivat purin (Y) = 100/82.5 alantoin urin (ARC 1984) • Estimasi purin yang diserap: Y = 0.84X + (0.15 BB 0.75) Keterangan : X (mmol hari-1) : Purin Diserap Y (mmol hari -1) : Derivat Purin BB : Bobot Badan
6
•
• •
Besarnya pasokan nitrogen mikroba untuk ternak dihitung dengan rumus: N Mikroba (g hari-1) = 70X + (0.83 + 0.116 + 1000) = 0.727 * X Keterangan : 0.83 = koefisien kecernaan untuk purin mikroba, 70 = jumlah N dalam purin (mg mmol-1), dan 0.116 = rasio antara N purin dan total N dalam campuran mikroba. (Chen dan Gomes 1992). SPM (Sintesis Protein Mikroba) = 6.25 * N mikroba (g hari-1) DOMR (bahan organik terfermentasi dalam rumen) = 0.65 x konsumsi bahan organik tercerna (ARC 1984). Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Nilai koefisien variasi bobot badan pada penelitian ini adalah 11.50 (diatas 10). Sehingga rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok. Perlakuan ransum yang diberikan antara lain: T0 = 100% rumput gajah (kontrol) T1 = 60% rumput gajah + 40% konsentrat T2 = 60% rumput gajah + 20% konsentrat + 20% silase daun singkong (setara dengan substitusi 50% konsentrat) T3 = 60% rumput gajah + 40% silase daun singkong (setara dengan substitusi 100% konsentrat) Dengan model matematika sebagai berikut ( Steel dan Torrie 1993) Yij = µ + i + βj + ij Keterangan : Yij : nilai pengamatan perlakuan ke-i, blok ke-j μ : nilai rataan umum perlakuan τj : pengaruh perlakuan ke-i βi : pengaruh blok ke-j εij : galat percobaan pada perlakuan ke-i dan blok ke-j Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA), jika didapatkan hasil berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur. Instrumen pengumpulan dan pengolahan data penelitian ini menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai pH dan Hydrocyanic acid (HCN) Silase Daun Singkong Sebelum dilakukan penelitian utama, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap pH dan kandungan HCN silase daun singkong. Nilai dari pH dan kandungan HCN silase daun singkong disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.
7
Tabel 4 Nilai pH dan Hydrocyanic acid (HCN) Silase Daun Singkonga Sampel Campuran daun singkong, tangkai, batang pucuk segar Silase daun singkong (daun, tangkai, batang pucuk) a
HCN (mg kg-1)
pH
333.01 ± 11.09
-
71.04 ± 3.09
3.59 ± 0.06
Hasil analisis laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen INTP, Fakultas Peternakan, IPB 2013
Salah satu penilaian terhadap kualitas silase dapat dilihat dari pH. Nilai pH silase yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 3.59 dan termasuk dalam kualitas baik. Okine et al. (2005) melaporkan bahwa kualitas silase yang baik memiliki pH 3.6. Kondisi asam dengan pH <4 dan kondisi anaerob tersebut mengakibatkan silase dapat bertahan lebih dari satu tahun tanpa secara nyata menurunkan nilai gizinya (Ngo Van Man dan Hans 2002). Rendahnya pH silase tersebut dikarenakan penggunaan molases sebagai aditif. Molases mengandung gula mudah terlarut yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan meningkatkan aktivitas bakteri fermentasi. Penambahan molases pada silase dapat meningkatkan populasi bakteri asam laktat yang dapat mempercepat proses penurunan pH saat fermentasi anaerob dengan diproduksinya asam laktat. Apabila laju penurunan pH tidak cepat, maka bakteri Clostridia proteolitik berkembang dan melakukan perombakan protein menjadi asam amino kemudian menjadi amonia. Bakteri ini merugikan karena memproduksi asam butirat yang menyebabkan pembusukan pada silase (Santoso dan Hariadi 2008). Aktivitas bakteri Clostridia proteolitik optimal pada pH 4-7 tergantung kepada materi yang digunakan. Hal ini terutama akan lebih mudah terjadi pada silase dengan bahan baku berprotein tinggi seperti daun singkong. Oleh karena itu, percepatan dalam proses penurunan pH ini sangat penting karena semakin cepat pH turun maka enzim proteolisis yang bekerja pada protein dapat ditekan (Levitel et al. 2009). Laju kecepatan penguraian protein ini (proteolisis), sangat bergantung pada laju penurunan pH. Nilai pH yang turun pada awal ensilase sangat bermanfaat untuk mencegah perombakan protein hijauan (Slottner dan Bertilsson 2006). Faktor pembatas dalam penggunaan daun singkong sebagai bahan pakan adalah karena tingginya kandungan HCN (hydrocyanic acid) yang berasal dari senyawa sianogen glukosida. Sianogen glukosida merupakan senyawa sekunder dalam tanaman singkong yang terdiri dari linamarin dan lotaustralin dengan perbandingan 93% dan 7%, senyawa linamarin jika dihidrolisis oleh enzim linamarase akan menghasilkan asam sianida (HCN). Hasil analisis menunjukkan kadar HCN pada sampel silase (daun singkong, tangkai, batang pucuk) segar sebesar 333.01 mg kg-1 berat segar. Menurut Shreve (2002) HCN akan bersifat racun pada level 300-500 mg kg-1 bila dimakan ternak karena mikroorganisme rumen sudah tidak mampu untuk mendetoksifikasi HCN pada level tersebut. Dengan demikian senyawa sianogen glukosida akan masuk ke dalam usus dan terhidrolisis dengan cepat sehingga melepaskan ion CN-. Kemudian masuk dalam peredaran darah dan menghambat pernafasan sel dengan mengubah pembentukan Hb (Fe2+) menjadi MetHb (Fe3+) dalam darah sehingga darah tidak
8
mampu membawa oksigen. Akibatnya jaringan kekurangan oksigen (hypoxia) yang ditandai dengan perubahan warna darah yaitu dari warna merah menjadi warna merah terang (bright cherry red) sebagai gejala klinis yang spesifik dari ternak yang menderita keracunan sianida. Bila kandungan MetHb dalam darah mencapai 80-90% maka ternak akan mati (Yuningsih 2007). Salah satu upaya menurunkan kandungan HCN daun singkong adalah dengan cara ensilase (Jianping dan Yinong 2005). Hasil penelitian Achi dan Akomas (2006) menunjukkan bahwa bakteri asam laktat berperan dalam proses penurunan sianida. Penurunan sianida pada silase terjadi karena adanya reaksi pemutusan ikatan β(1→4) glikosida dari aktivitas enzim ß-glukosidase yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat terutama L. mesenteroides. Bakteri L. mesenteroides dapat mendegradasi sianida lebih baik dibandingkan bakteri asam laktat lain, karena mempunyai aktivitas ß–glukosidase yang tinggi karena mempunyai aktivitas ß–glukosidase yang tinggi, yaitu 25,18x 10-4 µM/ml/menit (Kobawila et al. 2005). Pembuatan silase menurunkan kandungan HCN menjadi 71.04 mg kg-1 atau turun sebesar 78.67% dari kondisi segar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Loc et al. (2000) bahwa pembuatan silase dapat menurunkan kadar HCN hingga lebih dari 70%. Konsumsi HCN tidak bermasalah bagi ternak ruminansia sampai batas 100 mg/kg berat segar (Tewe 1991). Pada ruminansia kecil, CN- didetoksifikasi menjadi tiosianat, yang dikenal juga dengan sulfosianat, ammonium tiosianat, dan rhodanit. Tiosianat yang merupakan anion SCNdibentuk di rumen, kemudian dibawa oleh serum darah dan hilang perlahan melalui urin (Onwuka et al. 1992). Konsumsi Nutrien Ransum Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa substitusi konsentrat dengan silase daun singkong berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap konsumsi (g kg-1 BB0.75) BK, BO, PK, SK, LK, BETN, dan GE (Tabel 5). Konsumsi bahan kering pada penelitian ini berkisar antara 3.36%-3.56% dari bobot badan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Haryanto dan Djajanegara (1993) yang melaporkan bahwa kebutuhan bahan kering untuk domba Indonesia dengan bobot badan 10-20 kg adalah 3.1%-4.7% dari bobot badan untuk pertambahan bobot badan harian sebesar 0-100 g. Perlakuan kontrol dengan 100% rumput gajah memiliki rataan konsumsi bahan kering terendah. McDonald et al. (2002) mengemukakan bahwa rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi akan membatasi kemampuan ternak dalam mengonsumsi ransum. Hal ini disebabkan kapasitas tampung rumen terbatas sehingga menyebabkan konsumsi bahan kering menjadi rendah. Rataan konsumsi bahan kering pada perlakuan 40% silase daun singkong lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini karena palatabilitas pakan yang tinggi, Church dan Pond (1988) menyatakan bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas sedangkan palatabilitas tergantung pada bau, rasa, tekstur, dan temperatur pakan. Silase daun singkong sangat palatabel terhadap domba dengan tidak adanya sisa silase pada tempat pakan.
9
Tabel 5 Rataan konsumsi nutrien ransum Parameter
T0 -1
Perlakuan T1
T2
T3
485.55±118.24ab 441.83±107.62ab 73.14±17.66a 106.32±26.23 19.12±4.59a 219.41±53.53ab
496.63±63.55a 454.85±58.17a 80.30±10.08a 118.99±15.54 20.03±2.51a 236.89±30.21b
477.97±57.74ab 440.59±53.22ab 81.72±9.91a 125.08±15.08 19.47±2.36a 239.85±28.98b
65.20±3.94ab 59.33±3.58b 9.82±0.60c 14.27±0.87d 2.57±0.16b 29.46±1.79c 2072.15ab 0.04
67.39±2.22ab 61.72±2.03ab 10.90±0.33b 16.14±0.58c 2.72±0.08a 32.15±1.04b 2224.76a 0.04
68.09±1.93a 62.77±1.78a 11.64±0.33a 17.82±0.50b 2.77±0.08a 34.17±0.97a 2238.07a 0.04
-1
Konsumsi (g ekor hari ) BK 392.75±83.43b BO 362.88±77.07b PK 42.44±9.00b SK 118.60±25.23 LK 7.97±1.69b BETN 193.87±41.15b -1 Konsumsi (g kg BB0.75) BK 64.26±2.97b BO 59.38±2.74b PK 6.94±0.32d SK 19.40±0.90a LK 1.30±0.06c BETN 31.72±1.46b GE (Kkal) 1683.86b PK/GE 0.03
Keterangan: T0 = 100% rumput gajah (kontrol); T1 = 60% rumput gajah+40% konsentrat; T2 = 60% rumput gajah+20% konsentrat+20% silase daun singkong; T3 = 60% rumput gajah+40% silase daun singkong; BK = Bahan Kering; BO = Bahan Organik; PK = Protein Kasar; SK = Serat Kasar; LK = Lemak Kasar; BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; GE = Gross energy; PK/GE= gram PK intake/Kkal GE intake; Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
Rataan konsumsi protein kasar pada domba yang diberi ransum dengan taraf 40% silase daun singkong lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan silase daun singkong merupakan pakan sumber protein sehingga memberikan kontribusi terhadap konsumsi protein kasar. Menurut Kearl (1982) kebutuhan protein minimal untuk domba dengan bobot 10-20 kg dengan pertambahan bobot badan 0-100 g hari-1 berkisar 26-72 g atau 4.62-7.61 g kg-1 BB0.75. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan protein domba pada semua perlakuan tercukupi. Selain protein, ternak ruminansia mutlak membutuhkan energi. Menurut Haryanto dan Djajanegara (1993), energi dan protein merupakan kebutuhan nutrisi utama yang harus terpenuhi secukupnya, setelah kebutuhan bahan kering terpenuhi. Evaluasi imbangan protein dan energi dapat dilihat dari nilai PK/GE. Nilai PK/GE pada penelitian ini antara 0.03-0.04 yang merupakan kisaran optimal untuk pertumbuhan mikroba rumen (Mathius et al. 1998). Namun nisbah PK/GE pada domba yang hanya diberi rumput lebih rendah daripada perlakuan yang lain, artinya domba yang hanya diberi rumput produksinya tidak akan sebaik domba yang diberi perlakuan lain.
10
Kecernaan Nutrien Ransum dan Digestible Energy (DE) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa substitusi konsentrat dengan silase daun singkong berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kecernaan BK, BO, PK, LK, SK, BETN, dan GE (Tabel 6). Substitusi konsentrat dengan silase daun singkong tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap Digestible Energy (DE). Tabel 6 Kecernaan nutrien ransum dan Digestible Energy (DE) Parameter Kecernaan (%) Bahan kering Bahan organik Protein kasar Serat kasar Lemak kasar BETN GE DE (Mkal)
T0 77.39±2.05a 78.84±1.76b 79.96±2.74b 81.97±1.91a 58.48±3.10c 77.52±1.86a 75.76±5.55ab 1.28±0.30
Perlakuan T1
T2
T3
79.15±0.53a 73.09±0.49b 69.57±1.12c 80.63±0.54a 74.79±0.36c 70.31±1.03d 84.59±2.10a 75.78±1.61ab 72.13±1.44c 78.99±2.21b 77.07±0.78b 72.77±1.56c 87.73±2.81a 67.21±0.64b 50.33±3.40d 77.37±0.42a 74.11±0.72b 73.19±1.40b 80.17±4.53a 76.52±5.03ab 67.35±1.22b 1.68±0.50 1.70±0.24 1.51±0.17
Keterangan: T0 = 100% rumput gajah; T1 = 60% rumput gajah+40% konsentrat; T2 = 60% rumput gajah+20% konsentrat+20% silase daun singkong; T3 = 60% rumput gajah+40% silase daun singkong; Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
Kecernaan nutrien pada taraf 40% silase daun singkong lebih rendah dari perlakuan lain. Hal ini diduga karena adanya kandungan tanin pada daun singkong yang dapat mengganggu aktivitas mikroba sehingga dapat menurunkan nilai kecernaan nutrien. Murni et al. (2008) menjelaskan bahwa daun singkong mengandung senyawa tanin sebesar 9.2 g/100g. Tanin di dalam daun singkong dalam bentuk polyphenolics (polifenol) yang tidak mudah terlarut dalam air dan mudah berikatan dengan protein berbentuk tanin-protein kompleks yang diikat oleh ikatan hidrogen. Oleh sebab itu, tanin dapat bersifat negatif karena menurunkan nilai kecernaan protein sehingga nilai kecernaan nutrien menjadi rendah (Makkar 2000). Kecernaan yang rendah ini juga dapat disebabkan karena konsumsi bahan kering perlakuan tersebut lebih tinggi dari perlakuan lain sehingga laju alir pakan dalam saluran pencernaan lebih cepat yang menyebabkan proses penyerapan nutrien tidak optimal. Kecernaan silase daun singkong yang rendah juga pernah dilaporkan oleh Amalia (2010) dengan kecernaan BK 57.17% dan kecernaan BO 54.20% pada uji kecernaan in vitro. Perlakuan dengan ransum 40% konsentrat memiliki nilai kecernaan nutrien yang lebih tinggi (P<0.05) dari perlakuan lain. Hal ini dikarenakan konsentrat merupakan pakan yang kaya zat gizi dengan nutrien seimbang dan mudah dicerna (Church and Pond 1988). Perlakuan 20% silase daun singkong dalam ransum juga memiliki kecernaan nutrien yang mendekati nilai kecernaan nutrien pada perlakuan dengan ransum 40% konsentrat, hal ini dikarenakan ransum pada perlakuan tersebut juga terdapat konsentrat dengan taraf 20%.
11
Kecukupan kebutuhan energi untuk pertumbuhan domba dapat dilihat dari nilai Digestible Energy (DE). Menurut Haryanto dan Djajanegara (1993) kebutuhan DE domba dengan bobot 10-20 kg dengan pertambahan bobot badan 0100 g hari-1 antara 1.49-2.78 Mkal. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan DE domba pada semua perlakuan tercukupi kecuali perlakuan kontrol, yang menunjukkan bahwa asupan nutrisi dengan hanya berasal dari rumput gajah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi ternak domba. Namun pada kenyataannya, pemberian pakan hanya berupa rumput kepada ternak sering diterapkan oleh peternak tradisional. Retensi Nitrogen dan Pertambahan Bobot Badan Harian Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa substitusi konsentrat dengan silase daun singkong berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap rataan konsumsi nitrogen, nitrogen feses, nitrogen urin, retensi nitrogen, Efisiensi Penggunaan Nitrogen (EPN), Nilai Biologi Protein (NBP), Bobot Badan Akhir, dan Pertambahan Bobot Badan harian (PBBH) (Tabel 7). Tabel 7 Retensi nitrogen dan performa domba yang diberi silase daun singkong Parameter Konsumsi N (g kg-1 BB0.75) N Feses (g kg-1 BB0.75) N Urin (g kg-1 BB0.75) Retensi N (g kg-1 BB0.75) EPN (%) NBP (%) BB awal (kg) BB akhir (kg) PBBH (g ekor-1)
T0
Perlakuan T1
T2
T3
1.11±0.05d
1.57±0.10c
1.74±0.05b
1.86±0.05a
0.22±0.03c
0.24±0.02c
0.42±0.03b
0.52±0.04a
0.57±0.02b
0.54±0.04b
0.71±0.15b
1.01±0.16a
0.32±0.02c 28.84±1.00bc 36.10±1.50bc 11.46±1.79 12.06±2.55b 14.40±6.70b
0.79±0.13a 50.05±5.30a 59.11±5.35a 11.53±1.85 17.02±3.68a 60.03±16.93a
0.61±0.09ab 35.09±6.28b 46.42±8.94ab 11.41±0.98 16.71±1.70a 59.90±11.93a
0.34±0.19bc 17.89±9.39c 24.88±13.25c 11.50±1.04 15.45±1.95a 48.57±13.01a
Keterangan: T0 = 100% rumput gajah; T1 = 60% rumput gajah+40% konsentrat; T2 = 60% rumput gajah+20% konsentrat+20% silase daun singkong; T3 = 60% rumput gajah+40% silase daun singkong; EPN = efisiensi penggunaan protein; NBP = nilai biologi protein; Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)
Pemberian 40% silase daun singkong memiliki nilai konsumsi nitrogen, nitrogen feses, dan nitrogen urin paling tinggi daripada perlakuan yang lain. Hal ini karena daun singkong mengandung protein yang tinggi sehingga berkontribusi terhadap kandungan protein ransum yang komponen bahan pakannya menyertakan daun singkong dalam jumlah besar seperti pada perlakuan dengan taraf 40% silase daun singkong. Menurut Ngoan (2005) nilai konsumsi nitrogen mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan persentase pemberian silase daun singkong pada ternak domba.
12
Namun demikian, retensi nitrogen pada perlakuan 40% silase daun singkong dalam ransum tidak sejalan dengan tingginya konsumsi nitrogen, sehingga nilai dari efisiensi penggunaan nitrogen (EPN) dan nilai biologi protein (NBP) rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa nitrogen tersebut banyak terbuang pada feses dan urin. Nitrogen yang keluar melalui feses meliputi nitrogen pakan yang tidak tercerna dan nitrogen endogenous, sedangkan nitrogen yang keluar melalui urin menggambarkan banyaknya urea yang terbuang sebagai akibat tingginya NH3 hasil degradasi protein di dalam rumen yang tidak dimanfaatkan untuk sintesis protein oleh mikroba rumen (Puastuti et al. 2012). Nilai EPN merupakan persentase antara nitrogen yang teretensi dalam tubuh per nitrogen yang dikonsumsi oleh ternak. Nilai NBP menggambarkan pemanfaatan protein dalam tubuh ternak setelah terserap dalam saluran pencernaan. Pemanfaatan protein oleh ternak ruminansia sangat tergantung pada nilai biologi protein tersebut. Nilai ini akan menentukan berapa banyak protein yang dapat diserap dan dapat digunakan oleh ternak (Akbar 2007). Retensi nitrogen merupakan gambaran banyaknya nitrogen yang disimpan dalam tubuh ternak untuk fungsi produksi. Retensi nitrogen yang dihasilkan selama penelitian mempunyai nilai positif, dengan demikian ternak tersebut memanfaatkan protein yang tinggal di tubuh untuk meningkatkan bobot badan.
Gambar 1 Perkembangan bobot badan tiap perlakuan selama penelitian Perkembangan bobot badan domba semua perlakuan selama penelitian diperlihatkan pada Gambar 1. Bobot badan domba semua perlakuan mengalami penurunan pada minggu pertama atau sampai dengan hari ke-20. Hal ini dikarenakan domba masih belum beradaptasi secara total dengan pakan dan kondisi lingkungan yang baru. Hal ini juga memberi gambaran bahwa waktu dua minggu masih kurang untuk masa adaptasi. Dapat dilihat juga bahwa diperlukan adaptasi selama 20 hari untuk perlakuan T1, T2, dan T3, sedangkan diperlukan waktu yang lebih lama untuk perlakuan T0. Untuk selanjutnya perkembangan bobot badan domba mengalami peningkatan dengan slope yang berbeda tiap perlakuan.
13
Pertambahan bobot badan merupakan cerminan dari kualitas pakan yang diberikan serta evaluasi dari pengaruh perlakuan pakan. Perlakuan dengan ransum 100% rumput gajah menghasilkan PBBH yang lebih rendah (P<0.05) dari perlakuan yang lain. Hal ini karena rendahnya konsumsi nutrien pakan dan kandungan nutrien rumput gajah, juga dikarenakan nisbah PK/GE pada perlakuan ini lebih rendah dari perlakuan yang lain. Pertambahan bobot badan harian yang rendah juga pernah dilaporkan oleh Mulyaningsih (2006) dengan pertambahan bobot badan harian sebesar 12.86 g ekor-1 pada perlakuan pakan yang sama. Perlakuan dengan pemberian 40% konsentrat dalam ransum memiliki PBBH paling tinggi meskipun secara statistik tidak berbeda dengan domba yang diberi silase daun singkong pada taraf 20% dan 40% dalam ransum, namun lebih tinggi (P<0.05) daripada kontrol. Hal ini karena nilai retensi nitrogen, EPN, serta NBP yang tinggi, yang menunjukkan pakan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan bobot badan. Pemberian konsentrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba, konsentrat memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan memiliki palatabilitas yang baik sehingga dapat dengan cepat meningkatkan PBB domba (Mulyaningsih 2006). Perlakuan dengan 40% silase daun singkong dalam ransum memiliki pertambahan bobot badan harian yang lebih rendah dari perlakuan dengan 20% silase daun singkong dalam ransum. Hal ini karena nilai retensi nitrogen, EPN, serta NBP yang rendah sehingga pertambahan bobot badan ternak pada perlakuan ini juga rendah, kecuali bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pertambahan bobot badan harian pada perlakuan dengan penambahan silase daun singkong juga pernah dilaporkan oleh Widyaningrum (2007) dengan pertambahan bobot badan harian sebesar 50 g ekor-1 pada taraf silase 1.5% BB. Alantoin dan Estimasi Sintesis Protein Mikroba Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa substitusi konsentrat dengan silase daun singkong tidak memengaruhi (P>0.05) rataan alantoin urin, derivat purin, estimasi suplai purin dan nitrogen mikroba, estimasi sintesis protein mikroba, dan efisiensi sintesis nitrogen mikroba rumen (Tabel 8). Menurut Chen et al. (1992) purin merupakan asam amino bersifat basa yang terdapat di dalam inti sel mikroba yang terdapat dalam digesta yang masuk ke dalam usus halus. Alantoin merupakan produk utama dari katabolisme purin dan menjadi derivat purin didalam urin dalam jumlah yang lebih konstan dari derivat purin yang lain. ARC (1984) menyatakan bahwa dalam 100% derivat purin terdapat 82.5% alantoin. Dengan demikian jumlah protein mikroba yang terserap lewat dinding usus dapat diestimasi dari jumlah alantoin yang terbuang lewat urin. Besarnya protein mikroba yang tersedia untuk ternak kemungkinan sangat dipengaruhi oleh tingkat pemberian protein pakan (Chen et al. 1992). Substitusi konsentrat dengan silase daun singkong tidak memengaruhi (P>0.05) sintesis protein mikroba rumen (Tabel 8). Namun demikian, efisiensi sintesis protein mikroba pada penelitian ini masih dalam kisaran normal yaitu 13.18-17.37 g kg-1 DOMR. Efisiensi sintesis protein mikroba dalam rumen berkisar antara 13-49 g kg-1 DOMR (ARC 1984).
14
Tabel 8 Rataan alantoin, SPM, dan efisiensi sintesis N mikroba Parameter
T0
Perlakuan T1
Alantoin (mmol hari-1) 3.16±0.99 3.78±0.65 Derivat Purin (mmol hari-1)a 3.83±1.20 4.58±0.78 Estimasi suplai purin dan N mikroba Purin diserap (mmol hari-1)b 3.48±1.27 4.14±0.69 N mikroba (g hari-1)c 2.53±0.92 3.01±0.50 SPM (g hari-1)d 15.80±5.75 18.80±3.15 Estimasi efisiensi sintesis N mikroba rumen N mikroba (g kg-1 DOMR) 13.36±2.48 13.18±1.20
T2
T3
3.97±0.50
4.15±0.14
4.81±0.60
5.03±0.50
4.41±0.63
4.73±0.66
3.21±0.46
3.44±0.48
20.05±2.88
21.51±3.02
14.58±1.93
17.37±3.77
a
Derivat purin merupakan 100/82.5 alantoin urin (ARC 1984); bY = 0.84X + (0.150W0.75) (Chen dan Gomes 1992); c N Mikroba (g hari-1) = 0.727 * X (dimana X = Purin diserap); dSPM (Sintesis Protein Mikroba) = 6.25*N mikroba; DOMR (Digestible Organic Matter Rumen ) = bahan organik tercerna yang dapat difermentasi dalam rumen, dihitung berdasarkan rumus = 0.65 x konsumsi bahan organik tercerna (ARC 1984).
Penambahan silase daun singkong yang semakin tinggi menunjukkan kecenderungan peningkatan sintesis protein mikroba yang semakin tinggi pula. Hal ini karena daun singkong mengandung asam amino bercabang yang tinggi seperti valin, leusin, dan isoleusin yang mudah didegradasi oleh mikroba rumen untuk sintesis protein mikroba (Noftsger dan Stpierre 2003). Daun singkong mengandung 8.3% leusin, 4.2% isoleusin, dan 5.6% valin (Hartadi 1997). Asam amino bercabang ini hanya dihasilkan dari protein pakan. Asam amino bercabang (Branched Chain Amino Acid = BCAA) seperti valin, leusin, dan isoleusin mengalami dekarboksilasi dan deaminasi menghasilkan asam lemak berantai cabang (Branched Chain Fatty Acid = BCFA). BCFA (isobutirat, 2 metil butirat, dan isovalerat) merupakan unsur yang diperlukan selama proses sintesis protein mikroba. Asam-asam ini digunakan sebagai donor kerangka karbon dalam pembentukan asam amino, sehingga terjadi peningkatan sintesis protein mikroba (Russel dan Sniffen 1984). Nilai dari sintesis protein mikroba tergantung pada konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, ketersediaan sumber protein, laju degradasi karbohidrat, dan sinkronisasi pelepasan nitrogen dan energi pakan. Semakin rendah kualitas pakan yang digunakan, maka nilai sintesis protein mikroba juga akan semakin rendah karena rendahnya tingkat pencernaan karbohidrat dan ketersediaan nutrien lainnya. Konsumsi bahan kering menentukan ketersediaan nutrien untuk pertumbuhan mikroba, sedangkan bahan organik merupakan sumber energi untuk pembentukan sel mikroba (Verbic dan Babnik 1997). Berbagai sumber protein pada pakan yang dikonsumsi akan dirombak oleh bakteri rumen dan menghasilkan amonia yang diperlukan oleh pertumbuhan bakteri rumen. Amonia merupakan prekursor utama untuk sintesis protein
15
mikroba rumen dan jumlahnya menentukan fermentasi yang optimal. Amonia yang dibebaskan dalam rumen sebagian akan dimanfaatkan oleh mikroba untuk mensintesis protein mikroba. Faktor lain yang memengaruhi produksi amonia adalah ketersediaan karbohidrat dalam ransum sebagai sumber energi (rantai karbon) untuk pembentukan protein mikroba. Adanya karbohidrat memungkinkan mikroba mendapatkan energi yang lebih banyak untuk membentuk protein tubuhnya (Verbic dan Babnik 1997). Imbangan amonia dan energi (VFA) yang optimal untuk sinkronisasi sintesis protein mikroba adalah 1:9 – 1:11 (McDonald et al. 2002).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Substitusi konsentrat dengan silase daun singkong menurunkan nilai kecernaan nutrien, namun tidak memengaruhi nilai Digestible Energy (DE). Substitusi konsentrat dengan 20% silase daun singkong + 20% konsentrat dalam ransum memiliki nilai retensi nitrogen yang lebih tinggi dari perlakuan 40% silase daun singkong dalam ransum, dengan pertambahan bobot badan harian yang tidak berbeda. Substitusi konsentrat dengan silase daun singkong tidak memengaruhi sintesis protein mikroba pada domba ekor tipis (DET). Silase daun singkong dapat mensubstitusi penggunaan konsentrat sebesar 50%. Pemberian pakan hanya berupa rumput gajah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi ternak domba. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai zat ataupun antinutrisi pada silase daun singkong yang memengaruhi aktivitas mikroba rumen domba yang mengakibatkan kecernaan menjadi rendah.
16
DAFTAR PUSTAKA Achi O, Akomas S. 2006. Comporative assessment of fermentation techniques in the processing of fufu, a tradisional fermented cassava product. Pak. J. Nutr. 5: 224-229. Akbar SA. 2007. The use of fermented palm bunches trash in sheep. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 32 (2):80-85. Amalia RN. 2010. Kajian silase daun singkong (Manihot esculenta) dengan berbagai zat aditif terhadap kecernaan in vitro [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. AOAC. 1990. Official Method of Analysis. 13th ed. Washington DC (US): Association of Oficial Analysis Chemist Pr. ARC. 1984. The Nutrient Requirements of Ruminant Livestock. Supplement No.1. Report of the Protein Group of the ARC Working Party. Farnham Royal (UK): Commonwealth Agricultural Bureau Pr. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Tanaman pangan. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat =3. [12 Juli 2013]. Chen XB, Gomes MJ. 1992. Estimation of Microbial Protein Supply to Sheep and Cattle Based on Urinary Excretion of Purine Derivatives: An Overview of Technical Details. Occasional Publication. International Feed Resources Unit. Aberdeen, UK: 21pp. Rowett Research Institute. Church DC, Pond WG. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd ed. Canada (CD): J Wiley. Hartadi HS, Reksohadiprodjo, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University Pr. Haryanto B, Djajanegara A. 1993. Pemenuhan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia kecil. Di dalam: Tomaszewska MW, Mastika IM, Djajanegara A, Gardiner S, Wiradaya TR, editor. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta (ID): Sebelas Maret University Pr. hlm 159-208. Jianping L, Tian Yinong. 2005. Use of Cassava Root Meal and Leaf Silage For Animal Feeding In Yunnan Province of China. The Use of Cassava Roots And Leaves For On Farm Animal Feeding. Howeler RH, editor. Proceeding of A Regional Workshop. Vietnam: Hue City. Kearl LC. 1982. Nutrition Requirements of Ruminants in Developing Countries. International Feedstuff Utah Agriculture Experiment Station. 1st ed. Logan: Utah State University Pr. Kobawila SC, Louembe D, Keleke S, Hounhouigan J, Gamba G. 2005. Reduction of the cyanide during fermentation of cassava roots and leaves to produce bikedi and ntoba, two food products from Kongo. Afr. J. Biotechnol. 4: 689696. Levitel T, Mustafaa AF, Seguin P, Lefebvrec G. 2009. Effects of a propionic acid-based additive on short-term ensiling characteristics of whole plant maize and on dairy cow performance. Anim. Feed Sci. Technol. 152: 21–32. Loc NT, Ly NTH, Thanh VoTK, Duyet HN. 2000. Ensiling tehniques and evaluation of cassava leaf silage for Moang Chai sows in Central Vietnam. In: Workshop Seminar “Making better use of local feed resoures” SAREUAF. Hue University of Agriculture and Forestry.
17
Makkar HPS. 2000. Evaluation and enhancement of feeding value of tanniniferous feed. Proc. Intern. Workshop on Tannins in Livestock and Human Nutrition. ACIAR. 92: 71 –74. Mathius IW, Haryanto B, Susana IWR. 1998. Pengaruh Pemberian Protein dan Energi Terlindungi terhadap Konsumsi dan Kecernaan oleh Domba Muda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 3(2): 94-100. McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Gosport (GB): Ashford Colour Pr. Mulyaningsih T. 2006. Penampilan domba ekor tipis (Ovis aries) jantan yang digemukkan dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Murni R, Suparjo, Akmal, Ginting BL. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Jambi (ID): Universitas Jambi Pr. Ngoan LD. 2005. Using cassava roots and leaves for on farm animal feeding in vietnam. Livestock Research for Rural Development. 25 (8): 143-146. Ngo Van Man, Hans W. 2002. Effect of molasses on nutrition quality of cassava and gliricidia top silage. Asian-australas. J. Anim. Sci. 15: 1294-1299. Noftsger S, Stpierre NR. 2003. Suplementation of methionine and selection of highly digestible rumen undegradable protein to improve nitrogen efficiency for milk production. J. Dairy. Sci. 86: 958 – 969. Okine A, Hanada M, Aibibula Y, Okamoto M. 2005. Ensiling of potato pulp with or without bacterial inoculants and its effect on fermentation quality, nutrient composition and nutritive value. Anim. Feed Sci. Technol. 121: 329–343. Onwuka CFI. 1992. Tannin and saponin contents of some tropical browse species fed to goats. Trop. Agric. Trinidad. 69: 176-180. Osuji PO, Nsahlai IV, Khalili H. 1993. Feed Evaluation. International Livestock Centre for Africa. Addis Ababa. Poungchompu O, Wanapat S, Polthanee A. 2001. Effect of Planting Method and Fertilization on Cassava Hay Yield and Chemical Composition. In: International Workshop Current Research and Development on Use of Cassava as Animal Feed. Preston TR, Ongle B, Wanapat M (Eds). Kho kaen University. Kho Kaen pp. hal 109-112. Puastuti W, Yulistiani D, Mathius IW. 2012. Respon fermentasi rumen dan retensi nitrogen dari domba yang diberi protein tahan degradasi dalam rumen. JITV. 17 (1): 67-72. [Puslitbangnak] Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak. 2008. prospek dan arah pengembangan agribisnis kambing domba. http://www. litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/0107LKADO.pdf. [5 Juni 2012]. Russell JB, Sniffen CJ. 1984. Effect of carbon 4 and carbon 5 volatile fatty acid on growth of mix rumen bacteria in vitro. J. Dairy Sci. 67: 987 – 995. Santoso B, Hariadi BT. 2008. Komposisi kimia, degradasi nutrien dan produksi gas metana in vitro rumput tropik yang diawetkan dengan metode silase dan hay. Med Pet. 31: 128-137. Sapienza DA, Bolsen KK. 1993. Teknologi Silase. Penerjemah: Martoyoedo RBS. Pioner-Hi-Bred International, Inc. Manhattan: Kansas State University Pr.
18
Shreve B. 2002. Manajement of nitrate and prussic acid in forage crops. Proceeding, Western Alfafa and Forage Conferens, Dec. Sparks. hal 11-13. Siritunga D, Sayre RT. 2003. Generation of cyanogen-free transgenic cassava. Planta. 217: 367–373. doi: 10.1007/s00425-003-1005-8. Slottner D, Bertilsson J. 2006. Effect of ensiling technology on protein degradation during ensilage. Anim. Feed Sci. Technol. 127: 101-111. Smith AH, Zoetendal E, Mackie RI. 2005. Bacterial mechanisms to overcome inhibitory eff ects of dietary tannins. Microb Ecol. 50: 197-205. Sokerya S, Preston TR. 2003. Effect of grass or cassava foliage on growth and nematode parasite infestation in goats fed low or high protein diets in confinement. Livestock Research for Rural Development. 15 (8): 47-54. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan prosedur statistika. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics. 2nd ed. Jakarta (ID): Gramedia. Sutardi T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor (ID): IPB Pr. Tewe OO. 1991. Detoxification of Cassava Products and Effects of Residue Toxins on Consuming Animals. In; Roots, tubers, plantains and bananas in animal feeding (Editors: Machin D, Solveig N). FAO Animal Production and Health Paper No. 95: 81-95. Verbic J, Babnik D. 1997: Evaluation of the protein supply in ruminants. 3rd. The proposal of a system for Slovenia. Sod. Kmet. 30: 147-152, 194-197. Widyaningrum I. 2007. Suplementasi silase hijauan ketela pohon (Manihot esculenta, Crantz) pada rumput gajah terhadap retensi N dan PBB pada domba jantan lepas sapih [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Yuningsih. 2007. Kasus keracunan pada hewan di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 26(4): 153-159.
19
LAMPIRAN Lampiran 1 Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
F
Sig.
Ulangan
77.222
3
25.741
10.720
.003
perlakuan
38.981
3
12.994
5.411
.021
Galat
21.610
9
2.401
Total
70333.666
16
Lampiran 2 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Bahan Kering Bagian perlakuan N 1 2 a Tukey HSD T0 4 64.2650 T1 4 65.1975 65.1975 T2 4 67.3875 67.3875 T3 4 68.0950 Sig. .075 .102 Lampiran 3 Sidik Ragam Konsumsi Bahan Organik Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
F
Sig.
Ulangan
64.965
3
21.655
10.816
.002
perlakuan
35.705
3
11.902
5.944
.016
Galat
18.019
9
2.002
Total
59261.281
16
Lampiran 4 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Bahan Organik Bagian perlakuan N 1 2 a Tukey HSD T1 4 59.3275 T0 4 59.3750 T2 4 61.7200 61.7200 T3 4 62.7700 Sig. .148 .726
20
Lampiran 5 Sidik Ragam Konsumsi Protein Kasar Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
F
Sig.
Ulangan
1.541
3
.514
9.210
.004
perlakuan
50.992
3
16.997
304.728
.000
Galat
.502
9
.056
Total
1598.115
16
Lampiran 6 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Protein Kasar Bagian perlakuan N 1 2 3 a Tukey HSD T0 4 6.9450 T1 4 9.8225 T2 4 10.8975 T3 4 Sig. 1.000 1.000 1.000 Lampiran 7 Sidik Ragam Konsumsi Serat Kasar Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas
4
11.6425 1.000
Kuadrat Tengah
F
Sig.
Ulangan
5.207
3
1.736
11.888
.002
perlakuan
58.394
3
19.465
133.320
.000
Galat
1.314
9
.146
Total
4640.085
16
Lampiran 8 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Serat Kasar Bagian perlakuan N 1 2 3 a Tukey HSD T1 4 14.2725 T2 4 16.1425 T3 4 17.8200 T0 4 Sig. 1.000 1.000 1.000
4
19.4050 1.000
21
Lampiran 9 Sidik Ragam Konsumsi Lemak Kasar Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan .088 3 .029 Perlakuan 5.852 3 1.951 Galat .037 9 .004 Total 93.726 16
F 7.151 477.606
Lampiran 10 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Lemak Kasar Bagian perlakuan N 1 2 Tukey HSDa T0 4 1.3025 T1 4 2.5700 T2 4 T3 4 Sig. 1.000 1.000 Lampiran 11 Sidik Ragam Konsumsi BETN Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas Ulangan 17.517 3 Perlakuan 44.736 3 Galat 4.592 9 Total 16322.458 16
Kuadrat Tengah 5.839 14.912 .510
3
2.7200 2.7750 .632
F 11.443 29.224
Lampiran 12 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi BETN Bagian perlakuan N 1 2 a Tukey HSD T1 4 29.4625 T0 4 31.7200 T2 4 32.1450 T3 4 Sig. 1.000 .834 Lampiran 13 Sidik Ragam Konsumsi Gross Energy Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan 1.317 3 .439 Perlakuan .805 3 .268 Galat .288 9 .032 Total 69.896 16
Sig. .009 .000
F 13.695 8.370
Sig. .002 .000
3
34.1700 1.000
Sig. .001 .006
22
Lampiran 14 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Gross Energy Bagian perlakuan N 1 2 a Tukey HSD T0 4 1683.86 T1 4 2072.15 2072.15 T2 4 2224.76 T3 4 2238.07 Sig. .055 .572 Lampiran 15 Sidik Ragam Kecernaan Bahan Kering Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan 10.861 3 3.620 Perlakuan 223.995 3 74.665 Galat 7.121 9 .791 Total 89764.113 16
F 4.576 94.371
Lampiran 16 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Bahan Kering Bagian perlakuan N 1 2 a Tukey HSD T3 4 69.5675 T2 4 73.0875 T0 4 T1 4 Sig. 1.000 1.000 Lampiran 17 Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan 8.103 3 2.701 perlakuan 252.983 3 84.328 Galat 5.691 9 .632 Total 93031.185 16
F 4.271 133.354
Sig. .033 .000
3
77.3925 79.1550 .081
Sig. .039 .000
23
Lampiran 18 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Bahan Organik Bagian perlakuan N 1 2 3 a Tukey HSD T3 4 70.3100 T2 4 74.7925 T0 4 78.8425 T1 4 Sig. 1.000 1.000 1.000 Lampiran 19 Sidik Ragam Kecernaan Protein Kasar Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan 16.535 3 5.512 perlakuan 346.797 3 115.599 Galat 33.167 9 3.685 Total 98019.939 16
80.6275 1.000
F 1.496 31.368
Lampiran 20 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Protein Kasar Bagian perlakuan N 1 2 a Tukey HSD T3 4 72.1250 T2 4 75.7750 75.7750 T0 4 79.9550 T1 4 Sig. .096 .053 Lampiran 21 Sidik Ragam Kecernaan Serat Kasar Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan 24.720 3 8.240 perlakuan 178.420 3 59.473 Galat 9.987 9 1.110 Total 96812.876 16
4
F 7.425 53.594
Sig. .281 .000
3
84.5925 1.000
Sig. .008 .000
24
Lampiran 22 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Serat Kasar Bagian perlakuan N 1 2 a Tukey HSD T3 4 72.7725 T2 4 77.0675 T1 4 78.9925 T0 4 Sig. 1.000 .112 Lampiran 23 Sidik Ragam Kecernaan Lemak Kasar Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah ulangan 8.062 3 2.687 perlakuan 3103.126 3 1034.375 Galat 80.293 9 8.921 Total 72755.544 16
3
81.9725 1.000
F .301 115.942
Lampiran 24 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Lemak Kasar Bagian perlakuan N 1 2 3 a Tukey HSD T3 4 50.3275 T0 4 58.4825 T2 4 67.2100 T1 4 Sig. 1.000 1.000 1.000 Lampiran 25 Sidik Ragam Kecernaan BETN Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas Ulangan 7.957 3 perlakuan 59.382 3 Galat 10.281 9 Total 91391.884 16
Kuadrat Tengah 2.652 19.794 1.142
Sig. .824 .000
4
87.7300 1.000
F 2.322 17.328
Sig. .144 .000
Lampiran 26 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan BETN Bagian a
Tukey HSD
perlakuan T3 T2 T1 T0 Sig.
N 4 4 4 4
1 73.1875 74.1075
.632
2
77.3700 77.5175 .997
25
Lampiran 27 Sidik Ragam Kecernaan Gross Energy Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan 14.673 3 4.891 perlakuan 352.485 3 117.495 Galat 219.544 9 24.394 Total 90469.740 16
F .201 4.817
Sig. .893 .029
Lampiran 28 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Kecernaan Gross Energy Bagian perlakuan N 1 2 Tukey HSDa T3 4 67.3525 T0 4 75.7575 75.7575 T2 4 76.5225 76.5225 T1 4 80.1725 Sig. .105 .605 Lampiran 29 Sidik Ragam Kecernaan Digestible Energy Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan .923 3 .308 perlakuan .467 3 .156 Galat .344 9 .038 Total 39.680 16
F 8.043 4.068
Lampiran 30 Sidik Ragam Konsumsi Nitrogen Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas ulangan .041 3 perlakuan 1.298 3 Galat .013 9 Total 40.916 16
F 9.541 305.506
Kuadrat Tengah .014 .433 .001
Lampiran 31 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Konsumsi Nitrogen Bagian perlakuan N 1 2 3 T0 4 1.1125 T1 4 1.5725 T2 4 1.7425 T3 4 Sig. 1.000 1.000 1.000
Sig. .006 .044
Sig. .004 .000
4
1.8625 1.000
26
Lampiran 32 Sidik Ragam Nitrogen Feses Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas ulangan .003 3 perlakuan .244 3 Galat .008 9 Total 2.230 16
Kuadrat Tengah .001 .081 .001
Lampiran 33 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Nitrogen Feses Bagian perlakuan N 1 2 T0 4 .2225 T1 4 .2425 T2 4 .4225 T3 4 Sig. .794 1.000 Lampiran 34 Sidik Ragam Nitrogen Urin Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas ulangan .008 3 perlakuan .541 3 Galat .146 9 Total 8.690 16
Kuadrat Tengah .003 .180 .016
Lampiran 35 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Nitrogen Urin Bagian perlakuan N 1 T1 4 .5425 T0 4 .5675 T2 4 .7125 T3 4 Sig. .298
F .929 86.540
Sig. .466 .000
3
.5175 1.000
F .156 11.128
2
1.0050 1.000
Sig. .923 .002
27
Lampiran 36 Sidik Ragam Retensi Nitrogen Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas Ulangan .041 3 Perlakuan .618 3 Galat .139 9 Total 5.052 16
Kuadrat Tengah .014 .206 .015
F .878 13.336
Lampiran 37 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Retensi Nitrogen Bagian perlakuan N 1 2 Tukey HSDa T0 4 .3225 T3 4 .3375 .3375 T2 4 .6100 T1 4 Sig. .998 .052 Lampiran 38 Sidik Ragam EPN Sumber Jumlah Keragaman Kuadrat Ulangan 59.254 Perlakuan 2162.310 Galat 410.754 Total 20022.674
Derajat Bebas 3 3 9 16
Kuadrat Tengah 19.751 720.770 45.639
Sig. .488 .001
3
.6100 .7925 .231
F .433 15.793
Sig. .735 .001
Lampiran 39 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur EPN
Tukey HSD
a
perlakuan T3 T0 T2 T1 Sig.
N 4 4 4 4
Lampiran 40 Sidik Ragam NBP Sumber Jumlah Keragaman Kuadrat Ulangan 91.278 perlakuan 2558.231 Galat 768.305 Total 31139.232
1 17.8925 28.8425
.171
Derajat Bebas 3 3 9 16
Bagian 2
3
28.8425 35.0875 50.0500 1.000
.581
Kuadrat Tengah 30.426 852.744 85.367
F .356 9.989
Sig. .786 .003
28
Lampiran 41 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur NBP
a
Tukey HSD
perlakuan
N
1
T3 T0 T2 T1 Sig.
4 4 4 4
24.8800 36.0950
Bagian 2 36.0950 46.4150
.370
46.4150 59.1075 .277
.435
Lampiran 42 Sidik Ragam Bobot Badan Awal Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah ulangan 23.251 3 7.750 perlakuan .035 3 .012 Galat 2.820 9 .313 Total 2131.998 16 Lampiran 43 Sidik Ragam Bobot Badan Akhir Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas ulangan 68.773 3 perlakuan 61.704 3 Galat 11.375 9 Total 3892.801 16
3
Kuadrat Tengah 22.924 20.568 1.264
F 24.732 .037
Sig. .000 .990
F 18.138 16.274
Sig. .000 .001
Lampiran 44 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Bobot Badan Akhir Bagian Tukey HSD
a
perlakuan T0 T3 T2 T1 Sig.
N 4 4 4 4
1 12.0650
1.000
Lampiran 45 Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Harian Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah ulangan 1340.899 3 446.966 perlakuan 5581.362 3 1860.454 Galat 588.419 9 65.380 Total 40964.919 16
2 15.4525 16.7100 17.0175 .268
F 6.836 28.456
Sig. .011 .000
29
Lampiran 46 Uji Lanjut Beda Nyata Jujur Pertambahan Bobot Badan Harian Bagian perlakuan N 1 2 a Tukey HSD T0 4 14.3975 T3 4 48.5675 T2 4 59.9050 T1 4 60.0350 Sig. 1.000 .255 Lampiran 47 Sidik Ragam Alantoin Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas Ulangan 1.254 3 perlakuan 2.203 3 Galat 4.183 9 Total 234.519 16
Kuadrat Tengah .418 .734 .465
F .900 1.580
Sig. .478 .261
Lampiran 48 Sidik Ragam Derivat Purin Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas Ulangan 1.838 3 perlakuan 3.258 3 Galat 6.150 9 Total 344.400 16
Kuadrat Tengah .613 1.086 .683
F .896 1.589
Sig. .480 .259
Lampiran 49 Sidik Ragam Purin Diserap Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas Ulangan 1.135 3 perlakuan 3.421 3 Galat 7.633 9 Total 293.171 16
Kuadrat Tengah .378 1.140 .848
F .446 1.345
Sig. .726 .320
Lampiran 50 Sidik Ragam N Mikroba Sumber Jumlah Derajat Keragaman Kuadrat Bebas Ulangan .610 3 Perlakuan 1.799 3 Galat 4.060 9 Total 155.005 16
Kuadrat Tengah .203 .600 .451
F .451 1.330
Sig. .723 .324
30
Lampiran 51 Sidik Ragam Sintesis Protein Mikroba Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah ulangan 23.512 3 7.837 perlakuan 70.566 3 23.522 Galat 157.624 9 17.514 Total 6053.190 16
F .447 1.343
Sig. .725 .321
Lampiran 52 Sidik Ragam N mikroba (g kg-1 DOMR) Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Keragaman Kuadrat Bebas Tengah Ulangan 16.833 3 5.611 Perlakuan 44.846 3 14.949 Galat 59.813 9 6.646 Total 3543.449 16
F .844 2.249
Sig. .503 .152
31
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lamongan pada tanggal 30 bulan November tahun 1990 dan diberi nama Ivan Noveanto. Penulis merupakan anak tunggal dari bapak Sutarji dan Ibu Sutatin. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN Margahayu V Bekasi pada tahun 19972003, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Bekasi pada tahun 2003-2006, kemudian sekolah menengah atas di SMA YPI “45” Bekasi pada tahun 2006-2009, dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni 2009 di departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di organisasi Kepramukaan IPB tahun 2010-2012 serta pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) 2010-2012, selain itu juga aktif di organisasi kedaerahan yaitu Keluarga Mahasiswa Bekasi (KEMSI) 2010-2012. Penulis merupakan penerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) tahun 2009-2010, beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2010-2011, dan beasiswa Tanoto Foundation tahun 2011-2013. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, berbagai prestasi pernah didapatkan oleh penulis, diantaranya: Finalis dalam kompetisi kewirausahaan dari Kementrian Koperasi dan Usaha Menengah Kecil dan Mikro RI, Finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) bidang penelitian di Makkasar tahun 2011, juara 1 pada PIMNAS bidang pengabdian masyarakat di Mataram tahun 2013, dan menjadi mahasiswa berprestasi berdasarkan IPK di Departemen INTP Fakultas Peternakan IPB.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Asep Sudarman, MRurSc dan Ibu Dr Sri Suharti, SPt MSi selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc selaku dosen pembahas seminar hasil penelitian penulis pada tanggal 22 Juli 2013, dan kepada Bapak Dr Ir Suryahadi, DEA serta Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc selaku dosen penguji ujian sidang penulis pada tanggal 1 Oktober 2013. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf dosen dan administrasi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, kepada Mang Ujang yang telah membantu dalam pengumpulan daun singkong, Bapak Sukarta yang telah membantu dalam pengamanan di kandang, dan Ibu Dian yang telah membantu selama analisis di laboratorium. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, teman-teman penulis, serta seluruh instansi terkait atas segala doa dan bantuannya selama penelitian. Di samping itu, penulis mengucapan terima kasih kepada Tokyo University of Agriculture atas kerjasama dan sumber dana sehingga penelitian ini dapat berlangsung.