KARAKTERISTIK LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING DOMBA MUDA YANG DIBERI RANSUM KOMPLIT MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI
ADITYA PRIA MULDIYANTO
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Lemak dan Kolesterol Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Komplit Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2015 Aditya Pria Muldiyanto NIM D24100022
ABSTRAK ADITYA PRIA MULDIYANTO. Karakteristik Lemak dan Kolesterol Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Komplit Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari. Dibimbing oleh LILIS KHOTIJAH dan TUTI SURYATI. Kadar lemak dan kolesterol pada daging domba dapat diintervensi dengan rekayasa pakan yang menggunakan penambahan minyak biji bunga matahari (Helianthus annuus) yang kaya akan asam lemak linoleat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian minyak biji bunga matahari (MBBM) terhadap karakteristik lemak dan kolesterol daging domba muda. Peubah yang diamati yaitu kadar air, kadar lemak, rasio komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh, kolesterol dan bilangan thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) pada daging domba. Sebanyak 9 ekor domba lokal jantan muda dibagi ke dalam 3 kelompok dan diberi ransum perlakuan: P0 (ransum komplit tanpa MBBM), P1 (ransum komplit dengan MBBM 4%) dan P2 (ransum komplit dengan MBBM 6%). Perlakuan penambahan MBBM ke dalam ransum komplit tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan MBBM sampai 6% ke dalam ransum komplit domba memberikan dampak positif terhadap rasio komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh, serta menurunkan tingkat ketengikan daging domba muda. Kata kunci: daging domba, minyak biji bunga matahari, sifat kimia daging
ABSTRACT ADITYA PRIA MULDIYANTO. Fat and Cholesterol Characteristics of Lamb Meat Fed with Complete Rations Containing Sunflower Seed Oil. Supervised by LILIS KHOTIJAH and TUTI SURYATI. Levels of fat and cholesterol in lamb meat could be intervened by modified feed using sunflower seed oil (Helianthus annuus) addition that were rich in linoleic fatty acids. The study was purposed to evaluate the effect of sunflower seed oil (MBBM) on the characteristics of lamb fat and cholesterol. The variables observed was the water content, fat content, the ratio of saturated and unsaturated fatty acids composition, cholesterol and numbers of thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) in lamb meat. Total of 9 local lambs were divided into 3 groups and were given a treatment ration: P0 (complete ration without MBBM), P1 (complete ration with MBBM 4%) and P2 (complete ration with MBBM 6%). The treatment showed that the addition of the MBBM into the complete rations didn’t affect the variables observed. Generally this study showed that the addition of MBBM into complete ration up to 6% gave positive effect on ratio of saturated and unsaturated fatty acids composition, and it could decrease the level of lamb meat rancidity. Keywords : chemical quality of meat, lamb, sunflower seed oil
KARAKTERISTIK LEMAK DAN KOLESTEROL DAGING DOMBA MUDA YANG DIBERI RANSUM KOMPLIT MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI
ADITYA PRIA MULDIYANTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah berjudul “Karakteristik Lemak dan Kolesterol Daging Domba Muda yang Diberi Ransum Komplit Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari” ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik lemak dan kolesterol daging domba muda lokal yang diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari (Helianthus annuus). Penulis juga berharap di masa mendatang ternak domba dapat berperan lebih baik sebagai salah satu sumber daging nasional dalam mencapai swasembada daging. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Bogor, Juli 2015
Aditya Pria Muldiyanto
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN Materi Ternak Percobaan Kandang dan Peralatan Ransum Lokasi dan Waktu Penelitian Prosedur Pemeliharaan dan Pemberian Pakan Pemotongan dan Pengambilan Sampel Daging Analisis Kadar Air Analisis Kadar Kolesterol Analisis Kadar Lemak Analisis Komposisi Asam Lemak Analisis Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Substances Rancangan Percobaan dan Analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lemak Daging Domba Muda Kadar Air Kadar Lemak Rasio komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh Kolesterol Bilangan thiobarbituric acid reactive stubtances (TBARS) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP UCAPAN TERIMA KASIH
vii vii vii 1 2 2 2 2 2 3 4 4 4 4 5 5 6 6 7 8 8 8 8 9 9 10 11 11 11 11 14 16 16
DAFTAR TABEL 1 Komposisi ransum penelitian berdasarkan bahan kering 2 Komposisi zat makanan ransum perlakuan berdasarkan bahan kering 3 Karakteristik lemak daging domba muda dengan ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari 4 Rataan bilangan TBARS daging domba muda dengan ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari
3 3 8 10
DAFTAR GAMBAR 1 Kandang individu 2 Bahan baku penyusun ransum 3 Domba penelitian umur 5 bulan
2 2 4
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Hasil analisis ragam kadar air Hasil analisis ragam kadar lemak Hasil analisis ragam asam lemak jenuh Hasil analisis ragam asam lemak tidak jenuh Hasil analisis ragam rasio asam lemak Hasil analisis ragam kolesterol Hasil analisis ragam TBARS
14 14 14 14 14 15 15
PENDAHULUAN Domba merupakan salah satu komoditas andalan strategis yang potensial untuk dikembangkan dalam bidang usaha agribisnis dan sebagai penghasil daging yang berperan penting bagi penyediaan kebutuhan protein hewani. Di sisi lain pemenuhan daging domba di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala yaitu, rendahnya produktivitas dan karakteristik daging domba. Soeparno (2011) menyatakan bahwa kadar lemak dalam tubuh berbanding lurus dengan kadar kolesterol. Hal ini dikarenakan lemak merupakan salah satu sumber kolesterol. Selain itu, kandungan lemak dan kolesterol daging merupakan salah satu faktor pertimbangan bagi para konsumen saat membeli daging. Terlebih untuk para konsumen yang telah mengidap penyakit jantung, arterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Daging domba mengandung asam lemak jenuh yang lebih tinggi dari pada daging sapi (Bahar 2003). Konsumsi daging domba yang mengandung asam lemak jenuh tinggi disarankan untuk dibatasi karena berisiko terjadinya gangguan kesehatan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan cara menggemukkan ternak domba muda lokal dengan penerapan teknologi pakan. Daging domba muda memiliki tingkat keempukan yang lebih tinggi dan kadar lemak daging yang sedikit dibandingkan dengan domba dewasa, selain itu dari segi bau daging domba muda memiliki tingkatan bau prengus yang lebih rendah dibandingkan dengan domba dewasa (Rousset-Akrim et al. 1997). Hasil penelitian Astuti (2006) menunjukkan bahwa perbedaan umur terhadap kadar kolesterol daging domba dewasa khusus pada bagian paha (leg) sebesar 208.50 mg 100 g-1 lebih besar dibandingkan dengan daging domba muda yang hanya mengandung 45.23 mg 100 g-1. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas daging domba dalam waktu tertentu yang baik ialah dengan menambahkan asam lemak tak jenuh ganda (poly unsaturated fatty acid/PUFA) yang berperan penting dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan fungsi dan integrasi membran sel, menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein β (beta) di dalam hati, serta berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner dan artritis (peradangan persendian) (Sartika 2008). Salah satu sumber alami PUFA yang dapat digunakan yaitu minyak biji bunga matahari (MBBM) yang tergolong ke dalam asam lemak rantai panjang (long chain fatty acid/LCFA) dan berdasarkan hasil uji laboratorium tahun 2012 yang dilakukan MBBM yang digunakan mengandung asam linoleat 40.30% dan lemak kasar 76.39%. Selain itu juga digunakan bungkil biji bunga matahari sebagai pengganti rumput pada penelitian ini yang memiliki kandungan (% bahan kering) 20.23% protein kasar, 5.81% lemak kasar dan 45.95% serat kasar. Alhaidary et al. (2010) menyatakan bahwa ransum dengan penambahan lemak dapat menghasilkan pertambahan bobot badan lebih tinggi. Penambahan lemak dalam jumlah tertentu pada ransum ternak ruminansia dapat meningkatkan palatabilitas ransum dengan demikian konsumsi ransum akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik lemak dan kolesterol daging domba muda yang diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari (Helianthus annuus). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik lemak dan
2 kolesterol daging domba muda yang diberi ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari (MBBM) dengan level yang berbeda.
METODE Materi Ternak Percobaan Penelitian ini menggunakan anak domba lokal jantan lepas sapih dengan kisaran umur 2-3 bulan sebanyak sembilan ekor dengan rata-rata bobot badan awal sebesar 10.21 ± 2.29. Anak domba tersebut dipotong pada umur sekitar 5 bulan. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang individu (Gambar 1) sebanyak sembilan buah yang terbuat dari kawat besi dan dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Peralatan yang digunakan adalah bak plastik, ember plastik, timbangan digital dengan ketelitian 0.01 g, timbangan badan dengan ketelitian 0.1 kg, gelas ukur 2 L dan termometer ruang bola basah bola kering.
Gambar 1 Kandang individu
Ransum Ransum diberikan dalam bentuk mash. Bahan baku penyusun ransum yang digunakan adalah onggok, bungkil kelapa, bungkil biji bunga matahari, minyak biji bunga matahari, CaCO3, garam dan premix (Gambar 2). Ransum disusun berdasarkan kebutuhan domba jantan muda (NRC 2007). Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam tiga perlakuan yaitu P0 (ransum komplit tanpa MBBM), P1 (ransum komplit dengan MBBM 4%) dan P2 (ransum komplit dengan MBBM 6%).
Gambar 2 Bahan baku penyusun ransum
3 Susunan ransum dan kandungan zat makanan dari masing-masing perlakuan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan komposisi zat makanan pada Tabel 2. Tabel 1 Komposisi ransum penelitian berdasarkan bahan kering Bahan pakan Onggok Bungkil kelapa Bungkil biji bunga matahari Minyak biji bunga matahari CaCO3 Garam Premix
Ransum Perlakuan P0 P1 P2 - - - - - - - - - - % BK - - - - - - - - - - 32.10 28.10 26.10 57.00 57.00 57.00 10.00 10.00 10.00 4.00 6.00 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.50 0.50 0.50
Tabel 2 Komposisi zat makanan ransum perlakuan berdasarkan bahan kering Zat makanan Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Kadar lemak Asam lemak jenuh (a) Asam lemak tidak jenuh (a) Rasio PUFA/SFA Serat kasar TDN Ca P
Ransum Perlakuan P0 P1 P2 -------------%-------------89.60 90.00 90.10 15.10 15.00 15.00 5.80 8.80 10.30 3.19 6.79 8.10 2.45 3.74 3.97 0.74 3.05 4.13 0.30 : 1 0.82 : 1 1.04 : 1 22.80 22.50 22.30 75.20 79.31 81.36 0.90 0.87 0.86 0.50 0.56 0.55
P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan MBBM 4%; P2: ransum komplit dengan MBBM 6%. (a): % dalam lemak. SFA (saturated fatty acid): Asam lemak jenuh; PUFA (poly unsaturated fatty acid): Asam lemak tidak jenuh.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pemotongan ternak dan pengambilan sampel daging dilakukan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Analisis bilangan thiobarbituric acid reactive stubtances (TBARS) dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Analisis asam lemak, kadar lemak dan kolesterol dilakukan di Balai Besar Industri Agro, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus 2014.
4 Prosedur Pemeliharaan dan Pemberian Pakan Persiapan dimulai dengan membersihkan kandang dan peralatan. Selanjutnya kandang beserta peralatan lainnya seperti tempat pakan dan tempat air minum yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Domba jantan muda sebanyak sembilan ekor dibagi dalam tiga perlakuan dan tiga kelompok sebagai ulangan. Anak domba jantan tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan awal. Penyesuaian pakan dilakukan sebelum masuk tahap perlakuan dengan perbandingan pemberian ransum konsentrat dan rumput 50%:50% sampai dengan 100% ransum komplit. Pemeliharaan dilaksanakan selama tiga bulan dengan masa adaptasi pakan selama 2 minggu. Selama penelitian pakan diberikan berdasarkan bobot badan dan air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan dan minum dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul 6.00 WIB, 13.00 WIB dan 16.00 WIB. Pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan dan minum. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap minggu dan sisa pakan dan air minum setiap hari. Pemotongan dan Pengambilan Sampel Daging Pemotongan domba dilakukan setelah umur domba pada penelitian ini sekitar 5 bulan (Gambar 3). Proses pemotongan dilakuakan bertahap dan dimulai dengan dipuasakan ternak selama 16 jam. Pengambilan sampel daging domba dilakukan dengan memisahkan daging dengan lemaknya. Daging yang digunakan adalah daging paha kiri bagian belakang. Sampel daging domba diambil sekitar 100 g untuk dianalisis masing-masing sebesar 20 g (kadar air), 20 g (kadar lemak), 20 g (asam lemak), 20 g (Bilangan TBARS), dan 20 g (kolesterol).
Gambar 3 Domba penelitian umur 5 bulan
Analisis Kadar Air Analisis kadar air dilakukan menggunakan oven sesuai metode AOAC (2005). Sampel daging yang sudah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 g, dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya secara teliti dan dioven pada suhu 100-102 ºC selama 16-18 jam. Selanjutnya, setelah 16-18 jam di oven cawan porselen berisi sampel didinginkan di dalam desikator hingga suhunya stabil, baru ditimbang. Kadar air dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
5 Kadar Air =
(𝑊1 + A) − 𝑊2 × 100% A
A : Berat sampel segar (g) W1 : Berat cawan (g) W2 : Berat sampel+cawan setelah dikeringkan (g) Analisis Kadar Kolesterol Analisis kadar kolesterol dilakukan menggunakan alat gas chromatograph sesuai metode AOAC nomer 994.10 (2000). Sampel daging sebanyak 3 g diblender hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dengan ditambahkan etanol 40 mL dan diaduk sampai homogen menggunakan stirrer selama 1 jam, setelah itu ditambahkan KOH 50% sebanyak 8 mL dan distirrer kembali selama 1 jam. Jika proses pengadukan selesai, sampel direfluk untuk proses metilasi selama 1 jam pada suhu 60-70 ºC. Setelah proses pemanasan selesai ditambahkan etanol sebanyak 60 mL dan didiamkan pada suhu ruang selama satu malam. Keesokan harinya ditambahkan petroleum benzen 100 mL ke dalam larutan sampel tersebut. Proses selanjutnya larutan diaduk menggunakan stirrer selama 1 jam hingga larutan homogen. Langkah selanjutnya larutan yg telah homogen diekstrak menggunakan labu ekstrak dan selama proses ekstraksi ditambahkan KOH 1 N sebanyak 110 mL dan akan terlihat dua lapisan yang dimana lapisan terbawah dibuang ke wadah penampung. Apabila proses pembuangan lapisan terbawah telah selesai maka ditambahkan 40 mL KOH 0.5 N, kemudian ekstrak kembali dan lapisan larutan terbawah dibuang kembali. Selanjutnya ditambahkan akuades untuk membilas sekitar 100 mL ke dalam labu ekstraksi, kemudian diekstrak kembali larutan tersebut dan lapisan larutan terbawahnya dibuang, untuk proses pembilasan menggunakan akuades dilarutkan sampai tujuh kali ulangan hingga larutan tersebut bersifat bebas basa. Langkah selanjutnya larutan yang sudah bebas basa tersebut dimasukan ke dalam labu didih untuk dikeringkan menggunakan alat evaporator selama 15 menit, setelah selesai ditambahkan heksana 5 mL dan dimasukkan ke tabung vial kemudian diinjeksikan ke alat gas chromatograph otomatis. Analisis Kadar Lemak Analisis komposisi asam lemak dilakukan sesuai metode AOAC (2002). Sampel daging sebanyak 3 g diblender hingga homogen, kemudian ditambahkan kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1 (50 mL:25 mL) dan dihomogenkan menggunakan stirrer selama satu malam untuk memisahkan lemaknya. Langkah selanjutnya larutan sampel disaring menggunakan kertas saring whatman42. Larutan sampel hasil penyaringan dimasukkan ke dalam labu didih yang terlebih dahulu sudah ditimbang bobot kosongnya, kemudian labu didih yang sudah terisi larutan sampel dikeringkan menggunakan alat evaporator dan setelah kering labu yang berisi larutan sampel tersebut ditimbang. Kadar Lemak (%) =
A−B × 100% C
6 Keterangan:
A = Berat labu berisi larutan sampel yang sudah di evaporasi B = Berat labu kosong C = Berat sampel yang digunakan
Analisis Komposisi Asam Lemak Analisis komposisi asam lemak dilakukan sesuai metode AOAC (2002). Sampel daging sebanyak 3 g diblender hingga homogen, kemudian ditambahkan kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1 (50 mL:25 mL) dan dihomogenkan menggunakan stirrer selama satu malam untuk memisahkan lemaknya. Langkah selanjutnya larutan sampel disaring menggunakan kertas saring whatman42. Larutan sampel hasil penyaringan dimasukkan ke dalam labu didih yang terlebih dahulu sudah ditimbang bobot kosongnya, kemudian labu didih yang sudah terisi larutan sampel dikeringkan menggunakan alat evaporator dan setelah kering labu yang berisi larutan sampel tersebut ditimbang. Proses selanjutnya batu didih dimasukkan ke dalam labu yang berisi larutan sampel yang telah dikeringkan sebelumnya serta ditambahkan larutan NaOH dalam etanol 0.2 N sebanyak 10 mL, kemudian diaduk hingga homogen dan dilakuakn proses metilasi mengkunakan refluk selama 15 menit. Pada saat proses metilasi selesai ditambahkan larutan phenoptalein 0.2 % (0.20 g PP + 100 mL MeOH) sampai larutan berubah warna, kemudian ditambahkan H2SO4 1 N sampai larutan berubah warna dari pekat ke warna cerah tergantung warna larutan awal. Sampel yang telah ditambahkan larutan PP 0.2% dan H2SO4 1 N selanjutnya ditaruh kembali di refluk selama 20 menit dan apabila telah selesai dinginkan hingga mencapai suhu ruang. Proses selanjutnya ditambahkan sodium chloride (600,01 NaCl / 2 L MQ water) sampai volume larutan setengah dari labu didih (±25 mL), kemudian ditambahkan 5 mL heptane dan dikocok hingga homogen. Setelah homogen ditambahkan NaCl sampai lapisan heptane naik ke leher labu agar mempermudah proses pengambilan lapisan larutan heptane yang telah larut dengan asam lemak sampel untuk dimasukkan ke dalam botol vial yang akan diproses lebih lanjut yaitu proses injektor dengan menggunakan alat Gas Chromatograph otomatis. Analisis Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Substances Prinsip analisis bilangan TBARS dilakukan dengan menggunakan metode destilasi mengikuti prosedur Sørensen dan Jørgensen (1996). Pengukuran bilangan TBARS bertujuan untuk mengetahui terjadinya ketengikan pada daging melalui pengukuran absorbansi kromogen merah yang terbentuk oleh reaksi antara asam tiobarbiturat dengan malonaldehida yang dikuantifikasi menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm. Larutan TBA 0.02 M akan dibuat dengan melarutkan 0.38 g TBA (BM = 185.35 g/mol) pada air distilata ke dalam 100 mL labu takar. Sampel daging ditambahkan 50 mL larutan akuades yang mengandung 0.1% PG dan 0.1% EDTA dalam Erlenmeyer 500 mL. Setelah itu ditambahkan sebanyak 47.5 mL akuades, 2.5 mL larutan HCl (HCl:akuades = 1:2) dan lima tetes antifoam A ke dalam Erlenmeyer. Setelah semua bahan siap alat destilasi dioperasikan. Sebanyak 50 mL distilat akan dikoleksi setiap pengujian sampel. Sebanyak 5 mL distilat ditambah 5 mL larutan TBA (0.02 M) ke dalam tabung reaksi lalu dipanaskan menggunakan waterbath 100°C selama 40 menit sampai warna menjadi merah muda. Distilat dalam tabung reaksi ditiriskan dan diukur absorbansinya
7 menggunakan spektrofotometer λ 532 nm. Kurva kalibrasi malonaldehida (MDA) dibuat melalui pengukuran absorbansi larutan tetraetoksipropana (TEP) pada konsentrasi 2µM, 4µM, 6µM, 8µM dan 10µM (spektrofotometer λ 532 nm). Bilangan TBA dapat dihitung menggunakan persamaan dibawah ini: TBARS = CMDA × TBARS CMDA Ms
Vol. Distilat Vol.Distilat Total × Vol. Distilat + Vol. TBA Ms
= Thiobarbituric acid reactive substances = Konsentrasi MDA dari kurva standar TEP (µM) = Bobot sampel awal Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok 3x3. Pengelompokan dilakukan berdasarkan kisaran bobot badan, yaitu : kelompok I kisaran 7.4–8.2 kg, kelompok II kisaran 8.9–10.9 kg dan kelompok III kisaran 12.2–13.6 kg. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut : P0 = Ransum komplit tanpa MBBM P1 = Ransum komplit dengan MBBM 4% P2 = Ransum komplit dengan MBBM 6% Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + i + βj + ij Keterangan : Yij μ τj βi εij
: Nilai pengamatan perlakuan pakan yang diberikan (P1, P2, dan P3) ke-I dan blok ke-j : Nilai rataan umum perlakuan : Pengaruh perlakuan (P1, P2, dan P3) ke-i : Pengaruh blok ke-j : Eror percobaan pada perlakuan (P1, P2, dan P3) ke-i dan blok ke-j
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (analysis of variance atau ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993). Pengolahan data menggunakan bantuan Program SPSS versi 16.0.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lemak Daging Domba Muda Sifat kimia pada daging domba merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu daging dan pertimbangan konsumen dalam memilih daging. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis pemberian ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari terhadap karakteristik lemak daging domba muda. Tabel 3 Karakteristik lemak daging domba muda dengan ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari Peubah Kadar air (%) Kadar lemak (%) Asam lemak jenuh (%) (a) Asam lemak tidak jenuh (%) (a) Rasio PUFA/SFA Kolesterol (mg 100g-1)
Perlakuan P0 74.881±0.320 4.453±0.735 2.890±0.622 1.563±0.426 0.54 : 1 192.000±53.740
P1 74.254±1.574 4.547±1.968 2.823±1.347 1.723±0.668 0.61 : 1 142.500±4.950
P2 75.101±0.363 4.485±0.474 3.573±1.504 2.180±1.150 0.61 : 1 137.000±11.533
P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan kandungan MBBM 4%; P2: ransum komplit dengan kandungan MBBM 6%. (a): % dalam lemak. SFA (saturated fatty acid): Asam lemak jenuh; PUFA (poly unsaturated fatty acid): Asam lemak tidak jenuh.
Kadar air Penambahan MBBM dengan taraf 4% dan 6% menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar air. Namun demikian, kadar air yang didapatkan untuk semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Kadar air daging domba yang normal berkisar 68-75% (Soeparno 2011), 60-80% (Forrest et al. 2001), dan 75.13% (Purbowati et al. 2006). Hal tersebut mengindikasi bahwa pemberian MMBM hingga 6% dalam ransum menghasilkan kadar air daging yang normal. Kadar lemak Kadar lemak dalam daging jumlahnya sangat bervariasi tergantung dengan jumlah lemak eksternal dan lemak intramuskular. Kandungan lemak daging biasanya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur ternak. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan MBBM ke dalam ransum dengan taraf 4% dan 6% memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar lemak daging. Kisaran kadar lemak pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Purbowati dan Suryanto (2000) yang berada pada kisaran 2.08-3.00%. Kebutuhan TDN (total digestible nutrient) pada domba umur 4 bulan dengan berat 20 kg dan target pertambahan bobot badan (PBB) 100 g hari-1 adalah 75% (NRC 2006). Jika dilihat dari TDN ransum pada penelitian ini (Tabel 2) lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan TDN domba menurut NRC (2007). Jika dihubungkan dengan kadar lemak daging antar perlakuan yang tidak berbeda nyata, maka kemungkinan lemak digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Hal ini didukung hasil penelitian Wibowo et al. (2012) yang menyatakan bahwa
9 pemberian minyak dalam ransum pada dasarnya memiliki kandungan energi yang tinggi, akan tetapi suplai lemak yang berenergi tinggi ini tidak digunakan sebagai deposit lemak, tetapi lebih menunjang proses pertumbuhan pada domba muda. Selain itu berdasarkan laju pertumbuhan maksimumnya, jaringan tubuh mempunyai urutan pertumbuhan berdasarkan umur yaitu jaringan saraf, tulang, otot, dan lemak. Berdasarkan hal tersebut menurut Soeparno (2011) lemak menumpuk di berbagai depot dengan kecepatan yang berbeda dan mempunyai urutan yaitu (1) lemak abdomen (lemak rongga perut), (2) lemak subkutan (lemak di bawah kulit), (3) lemak intermuskular (lemak di antara otot), dan (4) lemak intramuskular (marbling). Sejalan dengan pernyataan tersebut, kemungkinan lain lemak pakan yang berlebih tidak dideposit sebagai lemak daging tetapi lebih banyak sebagai lemak abdomen. Rasio komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh Komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada penambahan MBBM dengan taraf 4% dan 6% memberikan pengaruh yang tidak berbeda dengan kontrol (P>0.05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Manso et al. (2009), yang menambah minyak biji bunga matahari 4% pada ransum domba merino jantan umur kisaran 2 bulanan menunjukkan bahwa kandungan asam lemak dagingnya tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ransum dengan kadar lemak antara 6.76% dan 8.30%, menghasilkan rasio PUFA:SFA (berkisar 0.54%:1% dan 0.61%:1%) yang lebih tinggi dibanding dengan pernyataan McAfee et al. (2010) bahwa rasio antara PUFA dengan SFA pada daging domba muda adalah sekitar 0.15%:1% dan 0.22%:1% (Li et al. 2005). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MBBM pada penelitian ini menghasilkan kadar asam lemak tidak jenuh daging yang relatif lebih tinggi. Kolesterol Kandungan kolesterol daging domba yang diberi ransum dengan penambahan MBBM 4% dan 6% mempunyai kadar kolesterol tidak berbeda dengan kontrol (P>0.05). Kisaran kadar kolesterol pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan Soeparno (2011) yang menyatakan bahwa kadar kolesterol daging domba sekitar 79-124 mg 100 g-1 daging, serta dari hasil penelitian Astuti (2006) yang menghasilkan kadar kolesterol sebesar 65.91 mg 100 g-1 daging. Hal ini diduga disebabkan oleh pemberian ransum yang tinggi kandungan energi dan lemak pada penelitian ini sehingga daging yang dihasilkan memiliki kadar kolesterol lebih tinggi dibanding dengan pernyataan tersebut. Namun demikian, menurut Mahan dan Escott-Stump (2008) batas anjuran konsumsi kolesterol manusia dalam makanan adalah ≤ 300 mg per hari sehingga daging pada penelitian ini masih aman untuk dikonsumsi secara tidak berlebihan (200 g daging hari-1). Tingginya kadar kolesterol daging yang dihasilkan biasanya dipandang negatif oleh sebagian masyarakat, namun pada penelitian ini terjadi peningkatan rasio PUFA:SFA pada daging yang bisa memberi efek positif. Menurut Beauchesne-Rondeau et al. (2003) dan McAfee et al. (2010), peningkatan rasio PUFA:SFA dapat mereduksi konsentrasi total kolesterol plasma, low density lipoprotein (LDL) kolesterol, dan trigliserida, sehingga menurut McAfee et al. (2010) hal tersebut memiliki dampak yang positif terhadap kesehatan konsumen daging merah. Penambahan MBBM ke dalam ransum ternyata menunjukkan efek
10 positif terhadap kadar kolesterol daging yang cenderung menurun dibandingkan dengan kontrol meskipun secara statistik tidak nyata. Bilangan Thiobarbituric Acid Reactive Stubtances (TBARS) TBARS adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis kandungan malonaldehida sebagai salah satu produk yang berasal dari dekomposisi peroksida dan memiliki potensi untuk bereaksi dengan komponen lain (Turubatović et al. 2013). Hal ini menjelaskan bahwa nilai TBARS yang lebih tinggi menunjukkan tingkat oksidasi yang terjadi dalam daging lebih besar. Hasil TBARS daging domba muda yang diberi perlakuan MBBM disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Rataan bilangan TBARS daging domba muda dengan ransum komplit mengandung minyak biji bunga matahari Perlakuan P0 P1 P2
TBARS (mg kg-1) 2.908±1.878 0.773±0.674 0.531±0.229
P0: Ransum komplit tanpa MBBM (kontrol); P1: ransum komplit dengan kandungan MBBM 4%; P2: ransum komplit dengan kandungan MBBM 6%.
Kandungan TBARS daging domba muda yang diberi ransum dengan penambahan MBBM pada taraf 4% dan 6% memberikan pengaruh yang tidak berbeda dengan kontrol (P>0.05). Namun meskipun secara statistik tidak berbeda terdapat kecenderungan bahwa penambahan MBBM dapat menurunkan bilangan TBARS. Kandungan TBARS pada daging sapi normal berkisar antara 0.6 mg kg-1 sampai 2.0 mg kg-1. Nilai TBARS yang lebih dari 2.0 mg kg-1 dapat menghasilkan bau tengik yang dapat tercium oleh panelis (Campo et al. 2006). Domba yang tidak diberi penambahan MBBM memiliki nilai bilangan TBARS diatas kisaran normal yaitu 2.908±1.878 mg kg-1 yang mengindikasikan sudah menghasilkan bau tengik yang tercium. Hal ini menunjukkan adanya proses oksidasi lemak pada daging domba muda. Sejalan dengan Skibsted et al. (1998) bahwa oksidasi lemak dapat menyebabkan daging berbau tengik dan dimulai dari sistem otot pada tingkat membran fosfolipida dalam pecahan instraseluler. Banyak faktor yang mempengaruhi oksidasi lemak tersebut yaitu cahaya, suhu, konsentrasi oksigen, tingkat kejenuhan dari asam lemak dan adanya enzim (Skibsted et al. 1998). Domba yang diberi ransum dengan penambahan MBBM berada pada kisaran bilangan TBARS normal dan belum terindikasi menghasilkan bau tengik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan MBBM ke dalam ransum domba muda dapat menurunkan ketengikan daging. Penurunan bilangan TBARS pada daging yang ditambahkan MBBM ke dalam ransumnya diduga disebabkan oleh kandungan antioksidan yang terkandung di dalam MBBM berupa vitamin E. Kandungan rata-rata vitamin E dalam MBBM yaitu sebesar 40.08 mg 100 g-1 (USDA 2011). Menurut data Nasiu et al. (2013) kandungan vitamin E yang berperan sebagai antioksidan pada daging sangat penting untuk mencegah terjadinya ransiditas atau ketengikan yang disebabkan oleh oksidasi lemak. Sejalan dengan hal ini Channon dan Trout (2002) menyatakan bahwa PUFA sangat rentan terhadap proses oksidasi karena adanya ikatan ganda
11 yang labil serta semakin tinggi tingkat ketidak jenuhan asam lemak, kerentanan terhadap proses oksidasi akan meningkat secara proporsional.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penambahan minyak biji bunga matahari sampai 6% ke dalam ransum komplit domba muda menghasilkan daging dengan karakteristik lemak dan kolesterol yang sama, serta memiliki kadar poly unsaturated fatty acid (PUFA) yang relatif tinggi dengan tingkat ketengikan yang rendah. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum domba muda dengan level pemberian yang sama disertai dengan penambahan antioksidan sebagai proteksi asam lemak tidak jenuh.
DAFTAR PUSTAKA Alhaidary A, Mohamed HE, Beynen AC. 2010. Impact of dietary fat type and amo unt on growth performance and serum cholesterol in rabbits. Amer J Anim Vet Sci. 5(1): 60-64. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2000. Official Method 994.10: Cholesterol in Foods-Direct Saponification-Gas Chromatographic Method. Arlington (US): AOAC International. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Washington DC (US): Agricultural Chemists. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Washington DC (US): Agricultural Chemists. Astuti N. 2006. Kandungan nutrisi dan kadar kolesterol daging domba garut masa menyusu (milk lamb), muda (lamb), dan dewasa (mutton) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bahar B. 2003. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Beauchesne-Rondeau E, Gascon A, Bergeron J, Jacques H. 2003. Plasma lipids and lipoproteins in hypercholesterolaemic men fed a lipid-lowering diet containing lean beef, lean fish, or poultry. Amer J Clin Nutr. 77:587-593. Campo MM, Nute GR, Hughes SI, Enser M, Wood JD, Richardson RI. 2006. Flavo ur perception of oxidation in beef. Meat Sci. 72: 303–311. doi:10.1016/j.me atsci.2005.07.015.
12 Channon HA, Trout GR. 2002. Effect of tocopherol concentration on rancidity development during frozen storage on a cured and uncured processed pork product. Meat Sci. 62: 9-17. Forrest JC, Aberle ED, Hedrick HB, Judge MD, Markel RA. 2001. Principle of Meat Science. San Fransisco (US): WH Freeman. Li D, Siriamornpun S, Wahlqvist ML, Mann NJ, Sinclair AJ. 2005. Lean meat and heart health [review]. Asia Pac J Clin Nutr. 14(2): 113-119. Mahan LK, Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12th ed. Philadelphia (US): Saunders Elsevier. Manso T, Bodas R, Castro T, Jimeno V, Manteco AR. 2009. Animal performance and fatty acid composition of lambs fed with different vegetable oils. Meat Sci. 83:511-516. doi:10.1016/j.meatsci.2009.06.035. McAfee AJ, McScorley EM, Cuskelly GJ, Moss BW, Wallace JMW, Bonham MP, Fearon AM. 2010. Red meat consumption: An overview of the risks and benefits [review]. Meat Sci. 84(1): 1-13. doi:10.1016/j.meatsci.2009.08. 029. Nasiu F, Yusiati LM, Supadmo. 2013. Pengaruh suplementasi vitamin E dalam ransum yang mengandung capsulated crude palm oil terhadap kandungan polyunsaturated fatty acid daging dan performa kambing Bligon. Buletin Petern. 37(3):181-188. [NRC] National Research Council. 2007. Nutrient Requirements of Small Ruminants: Sheep, Goats, Cervids, and New World Camelids. Washington DC (US): The National Academies Pr. Purbowati E, Suryanto E. 2000. Kualitas kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba yang diberi pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat yang berbeda. J Pengembangan Peternakan. 25(2): 66-71. Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W. 2006. Komposisi kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba lokal jantan yang dipelihara di pedesaan pada bobot potong yang berbeda. Animal Production. 8(1):1-7. Rousset-Akrim S, Young OA, Berdague JL. 1997. Diet and growth effects in panel assessment of sheepmeat odour and flavour. Meat Sci. 45:169-181. Sartika RAD. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans terhadap kesehatan. JKMN. 2(4):154-160. Skibsted LH, Mikkelsen A, Bertelsen G. 1998. Lipid derived off flavours in meat. Di dalam: Shahidi F, editor. Flavor of Meat, Meat Products and Seafoods. 2nd ed. London (GB): Blackie Academic and Professional. hlm 217-248. Soeparno. 2011. Ilmu dan Teknologi Daging. Ed ke-5. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Sørensen G, Jørgensen S. 1996. A critical examination of some experimental variables in the 2-thiobarbituric acid (TBA) test for lipid oxidation in meat products. Z Lebensem Unters Forsch. 202:205-210. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Ed ke-3. Terjemahan. Jakarta (ID): PT Gramedia. Turubatović L, Vranić D, Karan D, Petrović Z, Milijašević M, Vesković-Moraćanin S. 2013. Influence of modified atmosphere packaging on chemical and sensory changes of beef. JHED. 4:106-111. [USDA] United States Department of Agriculture. 2011. National Nutrient Database for Standard Reference Release 27 [Internet]. [diakses 2015 Mar 9]. Tersedia pada: http://ndb.nal.usda.gov/ndb/nutrients/report/nutrientsfr
13 m?max=25&offset=0&totCount=0&nutrient1=323&nutrient2=573&nutrie nt3=&subset=0&fg=4&sort=c&measureby=g. Wibowo MS, Efendi MD, Widyawati SD, Lutojo, Riyanto J, Suprayogi WPS. 2012. Pengaruh suplementasi minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit terproteksi dalam ransum terhadap performan dan kualitas kimia daging domba lokal jantan. Tropical Animal Husbandry. 1(1):67-74.
14
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil analisis ragam kadar air SK Perlakuan Kelompok
JK 1.161
db 2
KT 0.580
Fhit 0.885
Sig. 0.481
2.797
2
1.399
2.132
0.234
Galat
2.624
4
0.656
Total 6.582 8 R Kuadrat = 0.601 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.203)
Lampiran 2 Hasil analisis ragam kadar lemak SK JK db KT Perlakuan 0.000 2 0.000 Kelompok 0.001 2 0.000 Galat 0.001 4 0.000 Total 0.002 8 R Kuadrat = 0.532 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.064)
Fhit 0.617 1.655
Sig. 0.584 0.299
Lampiran 3 Hasil analisis ragam asam lemak jenuh SK Perlakuan
JK
db
KT
Fhit
Sig.
1.034
2
0.517
0.676
0.558
2.434
0.203
Kelompok 3.720 2 1.860 Galat 3.057 4 0.764 Total 7.811 8 R Kuadrat = 0.609 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.217)
Lampiran 4 Hasil analisis ragam asam lemak tidak jenuh SK Perlakuan Kelompok Galat Total
JK 0.614 1.446 2.143 4.204
db 2 2 4 8
KT 0.307 0.723 0.536
Fhit 0.573 1.350
Sig. 0.604 0.356
R Kuadrat = 0.490 (Penyesuaian R Kuadrat = -0.020)
Lampiran 5 Hasil analisis ragam rasio asam lemak SK Perlakuan Kelompok Galat Total
JK 0.095 0.713 0.169 0.977
db 2 2 4 8
KT 0.047 0.357 0.042
R Kuadrat = 0.827 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.654)
Fhit 1.122 8.453
Sig. 0.410 0.037
15 Lampiran 6 Hasil analisis ragam kolesterol SK Perlakuan
JK
db
KT
Fhit
Sig.
1334.036
2
667.018
0.278
0.771
Kelompok
5530.302
2
2765.151
1.152
0.403
Galat
9604.871
4
2401.218
Total
16469.209
8
R Kuadrat = 0.417 (Penyesuaian R Kuadrat = -0.166)
Lampiran 7 Hasil analisis ragam TBARS SK Perlakuan
JK
db
KT
Fhit
Sig.
10.261
2
5.131
3.491
0.133
Kelompok
2.196
2
1.098
0.747
0.530
Galat
5.878
4
1.470
Total
18.335
8
R Kuadrat = 0.679 (Penyesuaian R Kuadrat = 0.359)
Keterangan : SK JK Db KT Fhit Sig
= sumber keragaman = jumlah kuadrat = derajat bebas = kuadrat tengah = nilai F = signifikansi
16
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 3 Juni 1992. Penulis merupakan anak Pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Bambang Mulgiyanto dan Ibu Roikhah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 05 Pagi Cibubur Jakarta Timur tahun 1999-2004. Pendidikan dilanjutkan di SMPN 233 Jakarta tahun 2004-2007, tahun 2010 penulis lulus dari MAN 2 Jakarta dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB sebagai pilihan pertama melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum Nutrisi Ternak Pedaging dan Pengantar Ilmu Nutrisi 2014/2015. Penulis juga aktif sebagai staff Budaya Olahraga dan Seni BEM-D IPB 2012-2013, Pengurus ISMAPETI wilayah II Divisi Kajian Peternakan periode 2012/2013, anggota Komunitas Fotografi IPB (SHUTTER) 2013-2015. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitian kegiatan mahasiswa Fakultas Peternakan IPB, antara lain: Dekan Cup 2012 (Ketua) dan sebagai Divisi Desain, Dekorasi dan Dokumentasi pada acara Fapet Golden Week 2011 dan 2012, Seminar Nasional Peternakan 2011 dan 2012, Feed Formulation Training 2013 dan dokumentasi pada acara The 2nd Asian-Australasian Dairy Goat Conference (AADGC) 2014.
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahi robbil alamin atas segala limpahan rahmat, hidayah, karunia, serta nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada penulis sehingga masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lilis Khotijah, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing tugas akhir, Dr Tuti Suryati, SPt MSi selaku pembimbing tugas akhir, Dilla Mareistia Fassah, SPt MSi selaku dosen pembahas seminar hasil penelitian 27 Februari 2015, Dr Ir Didid Diapari, MSi dan Muhamad Baihaqi, SPt MSc selaku dosen penguji sidang 16 Juni 2015 dan seluruh staf pengajar INTP atas bimbingan dan arahan selama penelitian hingga akhir penulisan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Ibu, Ratna Dwi Fatmawati dan Lidiya Syahdiah, SPd dan seluruh keluarga penulis atas doa, dukungan, dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. Terima kasih kepada BOPTN IPB sebagai sumber dana desentralisasi penelitian. Terima kasih atas kesan yang mendalam kepada teman-teman asrama, TPB dan kuliah; AN Fadhian, AA Sukma, B Winata, WD Atmoko, E Imaduddi, F Adzimatinur dan AD Mandasari. Tidak lupa rekan-rekan seperjuangan Fakultas Peternakan, seluruh rekan-rekan INTP 47 (D.NET), terutama teman satu penelitian dan bimbingan akademik (Muhamad Fandi Ramdhani, Ranu Sailandi), sahabat (Ichsan Gigih Prakoso, Tenti Rahmawati), keluarga besar laboratorium Ilmu Ternak Daging dan Kerja yang telah membantu dan mendukung penulis selama kuliah dan penelitian.