PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI PADA RANSUM INDUK DOMBA LAKTASI TERHADAP FERMENTABILITAS RUMEN
EVI INGRID PANDIANGAN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penambahan Minyak Biji Bunga Matahari pada Ransum Induk Domba Laktasi terhadap Fermentabilitas Rumen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Evi Ingrid Pandiangan NIM D24090027
ABSTRAK EVI INGRID PANDIANGAN. Pengaruh Penambahan Minyak Biji Bunga Matahari pada Ransum Induk Domba Laktasi terhadap Fermentabilitas Rumen. Dibimbing oleh KOMANG G WIRYAWAN dan LILIS KHOTIJAH. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum induk domba laktasi terhadap fermentabilitas rumen. Penelitian ini menggunakan 12 induk domba laktasi dengan umur awal 1 tahun dan dipelihara selama 10 bulan. Penelitian ini dengan mengunakan 4 perlakuan yaitu P0= kontrol (tanpa minyak biji bunga matahari), P1= P0+ 2% minyak biji bunga matahari, P2= P0+4% minyak biji bunga matahari, P3= P0+6% minyak biji bunga matahari. Setiap perlakuan dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak biji bunga matahari menghasilkan populasi bakteri berkisar dari 5.46 x 109 sel ml-1 sampai 6.74 x 109 sel ml-1 cairan rumen dan populasi protozoa berkisar dari 6.13 x 104 sel ml-1 sampai 9.87 x 104 sel ml-1 cairan rumen. Konsentrasi VFA berkisar dari 83.94 mM sampai 98.59 mM dan konsentrasi NH3 dari 2.38 mM sampai 5.47 mM. Perlakuan memberikan pengaruh positif terhadap efisiensi energi dengan produksi gas metan yang dihasilkan lebih rendah. Kesimpulan yaitu penambahan minyak biji bunga matahari sampai dengan 6% tidak mengganggu fermentabilitas rumen, mikroba rumen serta mampu mengurangi produksi gas metan. Kata kunci: fermentabilitas, mikroba rumen, minyak biji bunga matahari ABSTRACT EVI INGRID PANDIANGAN. The effect of Sunflower Seeds Oil Addition into Lactating Sheep diets on Rumen Fermentability. Supervised by KOMANG G WIRYAWAN and LILIS KHOTIJAH. This research was conducted to evaluate the effect of sunflower seeds oil (SFO) addition into lactating sheep’s diet, on rumen fermentability. There were 12 lactating sheep, aged 1-year-old, treated for 10 months experiment. The experiment was arranged with 4 treatment diets i.e. P0 = control (with no addition of SFO), P1 = rations with 2% SFO addition, P2 = rations with 4% SFO addition, P3 = rations with 6% SFO addition. Each treatment was done with 3 replication. The result showed that the addition of sunflower seeds oil produced the population of bacteria ranged from 5.46 x 109 cells ml-1 to 6.74 x 109 cells ml-1 and the population of protozoa ranged from 6.13 x 104 cells ml-1 to 9.87 x 104 cells ml-1. the concentrarion of VFA ranged from 83.94 mM to 98.59 mM and concentration of NH3 ranged from 2.38 mM to 5.47 mM. The energy efficiency was also positively affected, based on the lower amount of methane production. It is concluded that the addition of sunflower seed oil (SFO) to 6% do not affect the rumen fermentability, microbial populations and is able to reduce the production of methane gas. Keywords: fermentability,microbe rumen, sunflower seeds oil.
PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI PADA RANSUM INDUK DOMBA LAKTASI TERHADAP FERMENTABILITAS RUMEN
EVI INGRID PANDIANGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Pengaruh Penambahan Minyak Biji Bunga Matahari pada Ransum Induk Domba Laktasi terhadap Fermentabilitas Rumen : Evi Ingrid Pandiangan Nama : D24090027 NIM
Disetujui oleh
Prof Dr If Komang G Wiryawan Pembimbing I
Diketahui oleh
Tanggal Lulus: (
2
Ir Lilis Khotiiah, Msi Pembimbing II
Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Minyak Biji Bunga Matahari pada Ransum Induk Domba Laktasi terhadap Fermentabilitas Rumen Nama : Evi Ingrid Pandiangan NIM : D24090027
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Komang G Wiryawan Pembimbing I
Ir Lilis Khotijah, Msi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan berkat dan perlindunganNya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengaruh penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum induk domba laktasi terhadap fermentabilitas rumen. Domba Garut memiliki produktivitas tinggi dengan kemampuan beranak lebih dari satu dalam satu siklus kelahirannya. Pakan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan yang mendukung potensi tersebut. Minyak biji bunga matahari merupakan asam lemak esensial dengan kandungan asam lemak tidak jenuh tinggi. Penambahan minyak pada ransum diharapkan mampu meningkatkan produktivitas domba dengan tidak mengganggu fermentabilitas rumen. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.
Bogor, September 2013 Evi Ingrid Pandiangan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
METODE PENELITIAN
2
Bahan Penelitian
2
Alat Penelitian
4
Lokasi dan Waktu penelitian
4
Prosedur Penelitian
4
Analisis data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Nilai pH Cairan Rumen
7
Populasi Mikroba Rumen
7
Volatile Fatty Acid (VFA)
9
Estimasi Produksi Gas Metan dan Rasio Asam Asetat Propionat
10
Amonia (NH3)
11
SIMPULAN DAN SARAN
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
18
UCAPAN TERIMA KASIH
18
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Komposisi bahan baku penyusun ransum konsentrat berdasarkan BK Kandungan zat makanan konsentrat dan hijauan (%BK) Kandungan zat makanan ransum perlakuan Rataan nilai pH cairan rumen dengan penambahan minyak biji bunga matahari Total populasi mikroba rumen dengan penambahan minyak biji bunga matahari Rataan kosentrasi VFA total dan parsial dengan penambahan minyak biji bunga matahari Produksi gas metan dan rasio asam asetat propionat dengan penambahan minyak biji bunga matahari Rataan konsentrasi NH3 (mM) dengan penambahan minyak biji bunga matahari
3 3 3 7 7 9 11 12
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik populasi protozoa rumen 2 Grafik populasi bakteri rumen
8 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hasil sidik ragam derajat keasaman (pH) Hasil sidik ragam total populasi protozoa Hasil sidik ragam total populasi bakteri Hasil sidik ragam konsentrasi VFA Hasil sidik ragam konsentrasi NH3 Hasil sidik ragam asam asetat Hasil sidik ragam asam propionat Hasil sidik ragam produksi gas metan Hasil sidik ragam rasio asam asetat propionat (C2/C3)
15 15 15 15 16 16 16 16 17
PENDAHULUAN Domba Garut merupakan salah satu domba lokal yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, interval beranak yang relatif pendek, dan kemampuan menghasilkan anak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran (prolifik). Induk domba pada fase laktasi membutuhkan kualitas dan kuantitas pakan yang baik. Kualitas pakan yang baik diharapkan menyediakan zat makanan yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan anak serta induknya, dan mempersiapkan induk untuk kawin kembali. Pada umumnya induk domba yang sedang laktasi sering mengalami kekurangan nutrien sehingga produktivitasnya menurun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga produktivitas ternak yaitu dengan penambahan minyak pada ransum. Penambahan minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi diharapkan mampu meningkatkan produktivitas ternak. Minyak biji bunga matahari merupakan sumber asam lemak esensial yang mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi yang berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan, dan perkembangan fungsi reproduksi pada domba (Judith et al. 2006). Penambahan minyak dalam pakan akan turut meningkatkan kandungan lemak pakan yang berfungsi untuk mencukupi kebutuhan energi ternak (Parakkasi 1999). Pada domba betina, pemberian energi yang cukup sangat penting dalam meningkatkan bobot badan yang akan berdampak pada percepatan pencapaian bobot dewasa kelamin. Kekurangan energi pada ternak muda akan menghambat pertumbuhan dan pencapaian dewasa kelamin (Sudarman et al. 2008). Lemak yang terkandung dalam pakan akan mengalami metabolisme dalam rumen yaitu proses lipolisis dan biohidrogenasi. Menurut NRC (2007), langkah awal perubahan lipida pakan dalam rumen adalah proses hidrolisis oleh enzim lipase mikroba yang melepaskan gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Gliserol kemudian dimetabolisme oleh mikroorganisme dalam rumen untuk menghasilkan volatile fatty acid (VFA). Proses biohidrogenasi di dalam rumen selanjutnya akan mengubah FFA asam lemak tak jenuh yang terbentuk dari proses lipolisis menjadi asam lemak jenuh oleh mikroba rumen. Asam lemak tidak jenuh tinggi dalam pakan dapat meningkatkan produksi asam propionat dan menurunkan rasio asam asetat propionat juga menurunkan produksi gas metan, sehingga meningkatkan efisiensi energi (Jhonson et al. 2002). Asam lemak tidak jenuh juga memiliki peranan penting dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun, serta mempertahankan fungsi dan integritas membran sel (Sartika 2008). Salah satu jenis minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh yaitu minyak biji bunga matahari. Minyak biji bunga matahari mengandung asam lemak tak jenuh jamak (poly unsaturated fatty acid/PUFA) dengan kandungan asam lemak tidak jenuh sebesar 89% (Palmquist 1988). Pemberian minyak yang tinggi pada ternak ruminansia dapat mengganggu sistem fermentasi dalam rumen dan populasi mikroba rumen (Adawiah et al. 2007). Kandungan lemak dalam ransum ruminansia berkisar dari 4% sampai 5%, sementara pada tingkat yang lebih tinggi berpengaruh negatif pada fermentasi mikroba dalam rumen (Jenkins 1993). Lemak yang tinggi dalam ransum perlu
2 juga diperhatikan karena terjadi proses biohidrogenasi oleh mikroorganisme rumen (NRC 2007). Hal ini diduga dapat mengubah proses fermentasi dalam rumen. Penelitian ini menggunakan lemak dalam jumlah yang semakin tinggi, sehingga perlu dilakukan pengkajian pengaruh penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum induk domba laktasi terhadap fermentabilitas rumen (NH3 dan VFA, populasi bakteri serta populasi protozoa) dan produksi gas metan.
METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Ternak percobaan Ternak yang digunakan adalah 12 ekor induk domba akhir laktasi dengan umur 22 bulan dan bobot badan rata-rata 34.28±2.89 kg. Domba tersebut telah mendapatkan ransum perlakuan sejak domba berumur 12 bulan. Bahan analisis Cairan rumen induk domba laktasi, larutan HgCl2, larutan Trypan Blue Formaline salin (TBFS), larutan Na2CO3 jenuh, larutan asam borat berindikator, H2SO4 0.005 N, aquadest, NaOH 0.5 N, H2SO4 15%, HCl 0.5 N, media agar brain heart infion (BHI), media pengencer. Pakan Pakan yang diberikan berupa pemberian konsentrat dan hijauan yaitu 70:30. Pakan konsentrat terdiri dari onggok, minyak biji bunga matahari, bungkil kelapa, bungkil kedelai, premix, garam, CaCO3 dan pakan hijauan yaitu rumput Brachiaria Humidicola. Konsentrat dibuat isoprotein dengan Total Digestible Nutrient (TDN) berkisar antara 65%-70% dan air diberikan ad libitum. Pemberian dilakukan 3 kali untuk rumput dan 2 kali untuk konsentrat. Perlakuan yang diberikan pada domba yaitu: P0 = kontrol, P1 = P0+2% minyak biji bunga matahari, P2 = P0+4% minyak biji bunga matahari, P3 = P0+6% minyak biji bunga matahari. Komposisi bahan baku penyusun ransum konsentrat yang digunakan tercantum pada Tabel 1. Kandungan zat makanan konentrat dan hijauan tercantum pada Tabel 2 dan kandungan zat makanan ransum perlakuan tercantum dalam Tabel 3.
3 Tabel 1 Komposisi bahan baku penyusun konsentrat berdasarkan BK Konsentrat 100%
P0 34.3 57.1 6.4 -
P1 32.4 57.1 6.4 2.0
Perlakuan P2 30.1 57.1 6.4 4.0
Onggok Bungkil kelapa Bungkil kedelai Minyak biji bunga matahari CaCO3 0.7 0.7 Garam 0.7 0.7 Premix 0.7 0.7 P0 = kontrol; P1= P0 + 2% minyak biji bunga matahari; P2 = matahari; P3 = P0 + 6 % minyak biji bunga matahari.
P3 27.6 57.1 6.4 6.0
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 P0 + 4 % minyak biji bunga
Tabel 2 Kandungan zat makanan konsentrat dan hijauan (%BK) Konsentrat (%) Zat makanan* Hijauan (%) P0 P1 P2 P3 86.90 85.63 87.00 87.16 20.81 BK 21.45 24.81 19.95 20.41 12.88 PK 3.79 4.65 7.49 8.05 0.76 LK 6.60 7.21 7.07 7.53 33.20 SK 60.80 59.70 58.02 57.23 45.87 Beta N ** 77.26 76.43 79.50 80.95 55.00 TDN 0.97 1.17 1.07 0.98 0.63 Ca 1.07 0.94 0.89 0.88 0.35 P *) Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2012); **) hasil perhitungan Hartadi et al (1997); P0 = kontrol; P1= P0 + 2% minyak biji bunga matahari; P2 = P0 + 4 % minyak biji bunga matahari; P3 = P0 + 6 % minyak biji bunga matahari; BK: bahan kering ; PK: protein kasar; LK: lemak kasar; SK: serat kasar; BetaN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN: total digestible nutrient; Ca: calsium; P: posphor.
Tabel 3 Kandungan zat makanan ransum perlakuan Kandungan zat makanan PO P1 P2 P3 BK (%) PK (%) LK (%) SK (%) Beta N TDN (%) Ca P
68.96 18.78 2.88 14.58 56.32 65.50 0.87 0.87
66.18 21.23 3.49 15.01 55.55 66.41 1.01 0.78
67.14 17.83 5.47 14.91 54.37 67.6 0.94 0.74
67.25 18.15 5.87 15.23 53.84 68.79 0.88 0.74
P0 = kontrol; P1= P0 + 2% minyak biji bunga matahari; P2 = P0 + 4 % minyak biji bunga matahari; P 3 = P0 + 6 % minyak biji bunga matahari; BK: bahan kering ; PK: protein kasar; LK: lemak kasar; SK: serat kasar; BetaN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN: total digestible nutrient; Ca: calsium; P: phospor.
4 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum, peralatan untuk pengambilan cairan rumen (stomach tube, pompa vacum), labu erlenmeyer, botol film, alat sentrifugasi, cawan Conway, counting chamber, mikroskop, gas kromatografi (GC). Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai dari Desember 2012 sampai Februari 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang (Kandang B) Ilmu Nutrisi Ternak dan Daging Kerja; Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Ternak Pernah. Prosedur Penelitian Pengambilan cairan rumen Pengambilan contoh cairan rumen dilakukan 4 jam setelah pemberian pakan dengan menggunakan alat stomach tube dan pompa vacum. Cairan rumen yang digunakan untuk analisis VFA total dan NH3 ditetesi larutan HgCl2 jenuh sebanyak 2 tetes. Analisis VFA parsial ditetesi larutan H2SO4 sebanyak 1 tetes. Cairan rumen yang digunakan untuk analisis protozoa diberi larutan Trypan Blue Formaline Salin (TBFS), sedangkan cairan rumen yang digunakan untuk analisis bakteri tidak diberi larutan apapun. Peubah yang diamati Beberapa peubah yang diamati pada penelitian ini antara lain nilai pH cairan rumen, populasi mikroba rumen (protozoa dan bakteri), konsentrasi VFA total dan parsial, estimasi produksi gas metan serta konsentrasi NH3. Nilai pH cairan rumen Alat pH meter yang telah dinyalakan distabilkan dengan larutan buffer pH 4 dan pH 7. Elektroda dibilas dan dikeringkan dengan menggunakan kertas hisap dan dicelupkan ke dalam sampel cairan rumen. Alat pH meter menunjukkan angka yang stabil yang merupakan nilai pH cairan rumen. Perhitungan populasi protozoa (Ogimoto dan Imai 1981) Sampel cairan rumen yang telah ditetesi larutan TBFS sebanyak 1:1 diteteskan pada counting chamber sebanyak 2 tetes dan ditutup dengan cover glass sampai rata. Counting chamber yang digunakan mempunyai ketebalan 0.1 mm, dengan luas kotak terkecil 0.0625 mm yang terdapat 16 kotak dan kotak yang dibaca sebanyak 5 kotak. Populasi protozoa diamati dengan mikroskop lensa obyektif dengan pembesaran 40x dan okuler 10x. Populasi protozoa dihitung dengan rumus :
Keterangan:
C = jumlah koloni yang dihitung Fp = faktor pengencer
5 Perhitungan populasi bakteri total (Ogimoto dan Imai 1981) Prinsip perhitungannya adalah cairan rumen diencerkan secara berseri lalu dibiakkan dalam tabung Hungate. Media tumbuh tepung brain heart infion (BHI) digunakan untuk menghitung populasi bakteri total. Media BHI dibuat dengan cara mencampur tepung BHI dengan bahan sumber nutrien mikroba lainnya, kemudian dimasukkan dalam botol yang telah diautoclave. Campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sambil dialiari gas CO2 sampai terjadi perubahan warna dari coklat menjadi merah dan berubah lagi menjadi coklat muda, lalu didinginkan. Selanjutnya media dimasukkan ke dalam tabung Hungate masingmasing sebanyak 5 ml yang sebelumnya telah diisi agar Bacto sebanyak 0.15 g, kemudian media disterilkan dalam autoclave (suhu 121 ºC, 15 menit, tekanan 1.2 Kg f cm-3). Media yang siap digunakan untuk pembiakan bakteri, dimasukkan ke dalam penangas air (suhu 47 ºC). Cairan rumen yang dikulturkan diencerkan terlebih dahulu dengan media pengencer. Pengenceran dilakukan sebagai berikut: 0.05 ml cairan rumen dimasukkan ke dalam 4.95 ml media pengencer. Selanjutnya diambil kembali 0.05 ml dan dimasukkan ke dalam 4.95 ml media pengencer berikutnya, perlakuan tersebut dilakukan sampai 4 kali (4 seri tabung). Selanjutnya dari masing-masing seri tabung pengenceran diambil sebanyak 0.1 ml ditransfer ke media agar lalu media diputar sambil dialiari air, sehingga media dapat memadat secara merata pada dinding tabung selanjutnya diinkubasi selama 2-3 hari. Populasi bakteri dapat dihitung dengan rumus: Populasi bakteri = n x 10x/0.05 x 0.1 sel ml-1 Keterangan: n= jumlah koloni yang terdapat pada tabung seri pengenceran ke-x Konsentrasi VFA total (Steam distillation methode) dan VFA parsial Presscooker diisi dengan aquadest sampai tanda maksimum dan dipastikan air dari keran mengalir yang berfungsi sebagai pendingin. Kompor gas dinyalakan, sehingga aquadest yang ada dalam presscooker tersebut mendidih dan menghasilkan uap yang masuk ke tabung destilasi. Supernatan yang sama dengan analisis NH3 sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung destilasi. Erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0.5 N ditempatkan di bawah selang tampungan. Satu ml H2SO4 15% ditambahkan ke tabung destilasi yang sudah ada larutan sampel, kemudian penutup kaca ditutup dan dibilas dengan aquadest. Uap air panas mendesak VFA dan terkondensasi dalam pendingin. Air yang terbentuk ditampung labu Erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0.5 N sampai mencapai 300 ml. Indikator Phenol Pthalin (PP) ditambah sebanyak 2-3 tetes dan dititrasi dengan HCl 0.5 N sampai warna titrat berubah dari merah menjadi merah muda seulas (Tilley dan Terry 1963). Catatan: HCl 0.5 N sebagai titrat harus distandarisasi sehingga diperoleh konsentrasi dengan 4 digit dibelakang koma. Produksi VFA total dihitung dengan rumus: mM VFA total = (a-b) x N HCl x 1000/5 Keterangan: a = volume titran blangko (ml) b = volume titran contoh (ml) Pengujian konsentrasi VFA parsial menggunakan metode gas kromatografi (GC) dengan asam salisilat sebagai standart. Analisis VFA parsial di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
6 Estimasi produksi gas metan Perhitungan produksi gas metan diestimasi dari konsentrasi asam lemak terbang (VFA) parsial yang meliputi konsentrasi asam asetat, asam propionat dan asam butirat. Estimasi produksi gas metan dihitung dengan menggunakan rumus Moss et al. (2000), yaitu: CH4 = 0.45 [asetat] 0.275 [propionat] + 0.40 [butirat] Keterangan: [asetat] : konsentrasi asam asetat [propionat] : konsentrasi asam propionat [butirat] : konsentrasi asam butirat Konsentrasi amonia (Conway micro diffusion method) Bibir cawan Conway dan tutup cawan diolesi dengan vaselin. Supernatan diambil 1.0 ml kemudian di tempatkan pada salah satu ujung jalur cawan Conway. Larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1.0 ml ditempatkan pada salah satu ujung cawan Conway bersebelahan dengan supernatan (tidak boleh campur). Larutan asam borat berindikator sebanyak 1.0 ml ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan Conway yang sudah diolesi vaselin ditutup rapat hingga kedap udara, larutan Na2CO3 dicampur dengan supernatan hingga merata. Setelah itu dibiarkan selama 24 jam dalam suhu kamar. Setelah 24 jam tutup cawan dibuka dan asam borat berindikator dititrasi dengan H2SO4 0.005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Hasil titrasi dicatat.
Analisis data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Model matematika rancangan yang digunakan sebagai berikut: Xij = + i + ij Keterangan : = Rataan umum pengamatan i = Pengaruh pemberian ransum (i = 1, 2, 3,4) ij = Pengaruh galat ransum ke-i dan ulangan ke-j (j = 1, 2, 3) Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) Steel dan Torrie (1991). Jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilakukan uji kontras ortogonal. Data populasi mikroba rumen telah ditransformasikan ke dalam log.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai pH Cairan Rumen Rataan nilai pH cairan rumen induk domba laktasi dengan penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum disajikan pada Tabel 4. Penambahan minyak biji bunga matahari tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0.05) terhadap nilai pH cairan rumen, hal ini menunjukkan bahwa penambahan minyak biji bunga matahari sampai level 6% tidak mengganggu kondisi rumen.
Tabel 4 Rataan nilai pH cairan rumen dengan penambahan minyak biji bunga matahari Derajat Keasaman (pH) Perlakuan P0 6.01 ± 0.47 P1 6.14 ± 0.67 P2 6.16 ± 0.06 P3 5.99 ± 0.20 P0 = kontrol; P1= P0 + 2% minyak biji bunga matahari; P2 = P0 + 4% minyak biji bunga matahari ; P3 = P0 + 6% minyak biji bunga matahari.
Penambahan minyak biji bunga matahari memberikan pengaruh yang sama terhadap nilai pH rumen. Hal ini akan ditunjukkan dengan konsentrasi VFA yang dihasilkan (Tabel 6) sama pada setiap perlakuan. Calsamiglia et al. (2008) menyatakan pH rumen rendah dapat terjadi ketika diberikan pakan tinggi konsentrat dan akan menghasilkan konsentrasi VFA tinggi. Penurunan pH terjadi pada waktu yang sama dengan jumlah pakan konsentrat meningkat. Populasi Mikroba Rumen Rataan populasi mikroba rumen dari setiap perlakuan disajikan pada Tabel 5. Penambahan minyak biji bunga matahari tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap populasi mikroba rumen yaitu protozoa dan bakteri.
Tabel 5 Total populasi mikroba rumen dengan penambahan minyak biji bunga matahari Total Populasi protozoa Total populasi bakteri Perlakuan ( x 104 sel ml-1) (x 109 sel ml-1) P0 9.87 ± 5.2 5.46 ± 1.08 P1 9.33 ± 0.8 5.97 ± 3.01 P2 6.27 ± 2.5 6.65 ± 2.26 P3 6.13 ± 1.5 6.74 ± 4.02 P0 = kontrol; P1= P0 + 2% minyak biji bunga matahari; P2 = P0 + 4% minyak biji bunga matahari; P3 = P0 + 6% minyak biji bunga matahari.
8 Populasi protozoa Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak biji bunga matahari sampai level 6% pada ransum menunjukkan adanya perubahan populasi protozoa, namun secara statistik tidak berbeda nyata. Pola perubahan populasi protozoa dengan adanya penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum dapat dilihat pada Gambar 1. Penambahan minyak biji bunga matahari menunjukkan perubahan populasi protozoa dari 6.13 x 104 sel ml-1 hingga 9.87 x 104 sel ml-1 sebesar 37.89% Rataan populasi protozoa yang diperoleh pada penelitian ini berkisar dari 6.13 x 104 sel ml-1 sampai 9.87 x 104 sel ml-1. Rataan tersebut masih pada kisaran normal yaitu berkisar dari 104 sel ml-1 sampai 106 sel ml-1 cairan rumen (Kamra 2005). Populasi protozoa yang masih dalam kondisi normal sejalan dengan nilai pH rumen yang masih tetap dalam kondisi normal (Tabel 4). Pemberian pakan dengan rasio konsentrat yang tinggi dapat menurunkan nilai pH, namun dengan adanya protozoa akan membantu memecah pati lebih lambat sehingga mencegah penurunan nilai pH dan mencegah acidosis. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya dengan penambahan minyak sampai pada 5% mampu menurunkan populasi protozoa sebesar 20.85% (Sitoresmi 2009). 12 10 8 6 4 2 0
9,87
9,33 6,27
6,13
y = -1.428x + 11.47 R² = 0.8703 P0
P1
P2
P3
Gambar 1 Grafik Populasi protozoa rumen Menurut Tamminga dan Doreau (1991) penurunan populasi protozoa dapat disebabkan oleh protozoa tidak dapat memproduksi enzim lipase seperti bakteri. Lemak yang menyelimuti protozoa tidak mampu dirombak, sehingga tegangan permukaan dalam sel protozoa lebih rendah dibandingkan dengan luar sel, akibatnya protozoa akan lisis. Populasi bakteri Bakteri merupakan mikroba rumen yang berperan dalam mencerna bahan makanan terutama yang berserat tinggi, sehingga dihasilkan produk yang lebih sederhana dan dapat dimanfaatkan oleh ternak. Total populasi bakteri yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar dari 5.46 x 109 sel ml-1 sampai 6.74 x 109 sel ml-1 dan rataan tersebut masih ada dalam kisaran normal yaitu populasi bakteri berkisar dari 109 sel ml-1 sampai 1010 sel ml-1 cairan rumen (McDonald et al. 2002). Total populasi bakteri pada penelitian ini cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum, namun secara statistik tidak berbeda nyata. Pola perubahan populasi bakteri dengan adanya penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum dapat dilihat pada Gambar 2.
9 8 6
4
5,46
5,97
y = 0,452x + 5,075 R² = 0,9333 6,74 6,65
2 0 P0
P1
P2
P3
Gambar 2 Grafik Populasi bakteri rumen
Populasi bakteri yang tidak berbeda nyata dapat disebabkan karena nilai pH pada penelitian ini cenderung sama untuk semua perlakuan dan masih pada kisaran normal (Tabel 4). Bakteri dapat bekerja secara optimal pada kondisi rumen normal. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum masih dapat dimanfaatkan oleh ternak tanpa mengganggu aktivitas mikroba rumen. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Erwarto (1995) yang melaporkan bahwa ransum yang disuplementasi minyak menyebabkan populasi bakteri meningkat dan populasi protozoa menurun. Volatile Fatty Acid (VFA) Rataan konsentrasi VFA total dan parsial dengan penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum disajikan pada Tabel 6. Penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0.05) terhadap konsentrasi VFA. Rataan produksi VFA total pada penelitian ini berkisar dari 83.94 mM sampai 98.59 mM. Rataan tersebut masih pada kisaran normal (McDonald et al. 2002) yang menyatakan bahwa konsentrasi VFA normal berkisar dari 70 mM sampai 150 mM. Tabel 6 Rataan kosentrasi VFA total dan parsial dengan penambahan minyak biji bunga matahari Perlakuan P0 P1 P2 P3 VFA (mM) 83.94±30.97 89.36±23.34 98.59±14.93 96.33± 22.76 Asetat (%) 62.79± 7.08 54.42± 2.89 54.05± 5.57 51.79± 1.92 Propionat (%) 23.60± 2.60 28.22± 6.12 30.53± 5.53 31.33± 2.73 Butirat (%) 8.97± 3.46 10.40± 1.91 9.94± 2.03 11.96± 2.21 Isobutirat (%) 0.75± 0.60 0.69± 0.38 0.52± 0.25 0.53± 0.33 Valerat (%) 1.96± 1.50 3.29± 1.10 3.14± 0.94 2.53± 0.52 Isovalerat (%) 2.20± 0.73 2.96± 1.57 1.82± 1.35 1.86± 0.52 P0 = control; P1= P0 + 2% minyak biji bunga matahari; P2 = P0 + 4% minyak biji bunga matahari ; P3= P0 + 6% minyak biji bunga matahari; VFA: volatile fatty acid. Parameter
Konsentrasi VFA yang dihasilkan masih dalam kisaran normal mengakibatkan nilai pH rumen masih tetap dalam kondisi normal sehingga tidak mengganggu aktivitas mikroba rumen. Produksi VFA yang tidak berbeda nyata dapat disebabkan karena penggunaan tipe karbohidrat yang sama pada setiap perlakuan. Tipe karbohidrat
10 yang digunakan pada penelitian ini yaitu karbohidrat yang mudah terdegradasi, dimana karbohidrat yang mudah terdegradasi akan meningkatkan bahan kering tercerna yang akan dirombak oleh mikroba rumen menjadi VFA (Blummel dan Orskov 1993). France dan Dijkstra (2005) menyatakan bahwa tinggi rendahnya konsentrasi VFA yang dihasilkan dapat disebabkan oleh tipe karbohidrat, bentuk fisik pakan, tingkat konsumsi dan frekuensi pakan. Penelitian ini penggunaan onggok sebagai sumber karbohidrat untuk setiap perlakuan semakin rendah sedangkan penggunaan minyak biji bunga matahari semakin tinggi, hal ini dapat juga mempengaruhi produksi VFA. Karbohidrat dalam rumen difermentasi menjadi glukosa dan glukosa dirombak menjadi VFA dalam dinding rumen. Minyak biji bunga matahari mengalami hidrolisis oleh enzim lipase dan akan membebaskan gliserol dan asam lemak. Gliserol akan diserap di dinding rumen dan akan dimetabolisme oleh mikroba rumen menjadi VFA (NRC 2007). Proporsi propionat yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar dari 23.60 % sampai 31.30 % atau berkisar dari 20.30 mM sampai 31.40 mM. Konsentrasi propionat yang tinggi dapat digunakan sebagai prekursor glukoneogenesis untuk membentuk glukosa sebagai sumber energi untuk ternak. Penelitian lain dengan penambahan minyak ikan lemuru hingga 7.5% menghasilkan kadar asam propionat berkisar 13.75 mM (Yusiati et al. 2008) lebih rendah dibandingkan dengan penelitian ini. Penambahan minyak biji bunga matahari sampai 6% pada ransum mampu meningkatkan konsentrasi VFA sebesar 22.09% dan proporsi propionat sebesar 36.15% dan menurunkan proporsi asetat sebesar 17.52% dari kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pemanfaatan hidrogen melalui fermentasi karbohidrat untuk produksi propionat dan akan ditunjukkan dengan produksi gas metan yang rendah (Tabel 7). Estimasi Produksi Gas Metan dan Rasio Asam Asetat Propionat Hasil perhitungan produksi gas metan dan rasio asam asetat terhadap propionat disajikan pada Tabel 7. Gas metan merupakan salah satu produk akhir dari fermentasi pakan di dalam rumen. Gas metan dibentuk dari H2 dan CO2 oleh mikroba rumen. Produksi gas metan yang semakin tinggi menggambarkan semakin banyak pula energi yang dikeluarkan (energi yang terbuang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi gas metan yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum, namun secara statistik tidak berbeda nyata. Produksi gas metan pada penelitian ini berkisar dari 18.33 mM sampai 20.79 mM, adanya penambahan minyak biji bunga matahari sampai 6% mampu menunjukkan perubahan produksi gas metan sebesar 10.58% dari kontrol. Penelitian sebelumnya dengan penambahan minyak hingga level 5% mampu menurunkan produksi gas metan tanpa berefek negatif terhadap konsentrasi NH3 dan VFA (Sitoresmi 2009). Pemberian minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh juga dapat menurunkan produksi gas metan melalui proses biohidrogenasi asam lemak tak jenuh oleh mikroba rumen.
11 Tabel 7 Produksi gas metan dan rasio asam asetat propionat dengan penambahan minyak biji bunga matahari Perlakuan Produksi gas metan* (mM) Rasio asam asetat propionat (C2/C3) P0 20.79 ± 6.30 2.71 ± 0.63 P1 18.33 ± 3.40 2.01 ± 0.46 P2 19.94 ± 6.01 1.83 ± 0.46 P3 18.59 ± 3.79 1.66 ± 0.17 *) Hasil perhitungan menggunakan rumus (Moss et al. 2000). Produksi gas metan = 0.45 (asetat) – 0.275 (propionat) + 0.40 (butirat); P0 = kontrol ; P1= P0 + 2% minyak biji bunga matahari; P2 = P0 + 4% minyak biji bunga matahari; P3 = P0 + 6% minyak biji bunga matahari.
Produksi gas metan yang menurun dapat juga disebabkan karena meningkatnya proporsi propionat (Tabel 6), menunjukkan bahwa hidrogen yang dihasilkan selama produksi VFA dimanfaatkan untuk produksi propionat dan sedikit untuk produksi gas metan sehingga penggunaan energi lebih efisien. Penurunan produksi gas metan juga sejalan dengan penurunan populasi protozoa karena adanya simbiosis antara metanogen dengan protozoa. Protozoa lebih menggemari substrat yang mudah terfermentasi seperti pati dan gula dan menghasilkan produk fermentasi seperti asam asetat, asam butirat, asam laktat, CO2, dan H2 (Brock dan Madigan 1991). Penelitian ini protozoa yang diperoleh menurun dengan adanya penambahan penggunaan minyak biji bunga matahari dan penurunan penggunaan karbohidrat sehingga pati yang dapat dikonsumsi oleh protozoa sedikit dan menyebabkan suplai hidrogen yang dapat dikonversi menjadi metan oleh metanogen menurun (Jordan et al. 2006). Penelitian ini penambahan minyak biji bunga matahari menghasilkan rasio asam asetat terhadap propionat (C2/C3) berkisar dari 1.66 sampai 2.71. Rasio yang semakin tinggi menunjukkan penggunaan energi yang semakin tidak efisien. Penambahan minyak biji bunga matahari yang semakin tinggi cenderung menurunkan rasio asam asetat terhadap propionat. Penambahan minyak biji bunga matahari sampai 6% mampu menurunkan rasio asam asetat terhadap propionat sebesar 38.75% dari kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena proporsi propionat yang dihasilkan meningkat sedangkan proporsi asetat menurun, dimana ion H+ hasil fermentasi karbohidrat lebih banyak dimanfaatkan untuk produksi propionat dibandingkan produksi asetat. Amonia (NH3) Rataan konsentrasi NH3 dengan penambahan minyak biji bunga matahari pada ransum disajikan pada Tabel 8. Penambahan minyak biji bunga matahari tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap konsentrasi NH3. Konsentrasi NH3 yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar dari 2.38 mM sampai 5.47 mM. Penelitian sebelumnya konsentrasi yang dihasilkan berkisar dari 4 mM sampai 11 mM (Adawiah et al. 2007) lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak sampai level 6% tidak memberikan pengaruh yang negatif terhadap produksi NH3. NH3 merupakan sumber nitrogen utama untuk sintesis protein mikroba rumen.
12 Tabel 8 Rataan konsentrasi NH3 (mM) dengan penambahan minyak biji bunga matahari Konsentrasi NH3 (mM) Perlakuan P0 4.45 ± 2.76 P1 5.47 ± 4.14 P2 3.99 ± 1.93 P3 2.38 ± 1.12 P0 = kontrol; P1= P0 + 2% minyak biji bunga matahari; P2 = P0 + 4% minyak biji bunga matahari; P3 = P0 + 6% minyak biji bunga matahari.
Penelitian ini konsentrasi NH3 yang dihasilkan menurun dengan semakin meningkatnya penambahan minyak biji bunga matahari, namun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini dapat disebabkan karena pakan yang diberikan memiliki kandungan protein yang relatif sama pada setiap perlakuan. Pada perlakuan dengan penambahan minyak biji bunga matahari 6% menghasilkan konsentrasi NH3 yang rendah. Hal ini sejalan dengan konsentrasi VFA yang dihasilkan tinggi (Tabel 6) sehingga ada pemanfaatan NH3 untuk sintesis protein mikroba. Faktor lain yang dapat menyebabkan konsentrasi NH3 yang dihasilkan rendah yaitu penggunaan sumber protein yang sulit terdegradasi. Sumber protein yang sulit terdegradasi akan menghasilkan konsentrasi NH3 yang rendah (McDonald et al. 2002).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penambahan minyak biji bunga matahari sampai dengan 6% tidak mengganggu fermentabilitas rumen (NH3 dan VFA) dan mikroba rumen serta mampu menurunkan produksi gas metan. Saran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menguji pengaruh penambahan minyak biji bunga matahari terhadap populasi bakteri secara spesifik.
DAFTAR PUSTAKA Adawiah, Sutardi T, Toharmat T, Manalu W, Ramli N, Tanuwiria UH. 2007. Respons terhadap suplementasi sabun mineral dan mineral organik serta kacang kedelai sangrai pada indikator fermentabilitas ransum dalam rumen domba. Med Pet. 30: 63-70. Blummel M, Orskov ER. 1993. Comparison of in vitro gas production and nylon bag degradability raughages in prediction of feed intake in cattle. J Anim Sci. 40: 109-229
13 Brock TD, Madigan MT. 1991. Biology of Microorganisms. 6th Ed. New Jersey (US): Prentice-Hall International Calsamigla S, Cardozo PW, Ferret A, Bach A. 2008. Changes in rumen microbial fermentation are due to a combined effect of type of diet and pH. J Anim Sci. 86:702-711 Dehority BA. 2004. Rumen Microbiology. Nottingham (UK): Nottingham University Pr. Erwanto. 1995. Optimalisasi system Fermentasi Rumen melalui Suplementasi Sulfur, Defaunasi, Reduksi Emisi Metan dan Stimulasi Pertumbuhan Mikroba pada Ternak Ruminansia. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor France J, Djikstra J. 2005. Quantitative aspect for ruminant digestion and metabolism. 2nd Ed. London (GB): CABI publishing Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia.Ed ke- 4. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Pr. Jenkins TC. 1993. Lipids metabolism in the rumen. J Dairy Sci. 76: 3851-3863. Johnson KA, Kincald RL, Westberg HH, Gaskins CT, Lamb BK, Cronrath JD. 2002. The effect of oilseeds in diets of lactating cows on milk production and methane emissions. J Dairy Sci. 85 : 1509 – 1515. Judith LC, Wilkinson RG, Mackenzia AM, Sinclair LA. 2006. Polyunsaturated fatty acid supplementation during pregnancy alters neonatal behavior in sheep. J Nutr. 136:397-403 Kamra DN. 2005. Rumen microbial ecosystem. J Curr Sci. 89: 124-135. Kaufman W, Hagemister H, Driksen G. 1980. Adaptation to changes in dietary composition, level and frequency of feeding. In: Ruckebusch Y dan Thiven, editor. Digestive Physiology and Metabolism in Ruminants. Westport CT (US): Avi Publishing: 587 McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Gosport (UK): Ashford Colour Press Ltd. Moss AR, Jean-Piere J, Newbold J. 2000. Methane Production by Ruminating : Its Contribution to Global Warming. Ann Zootech.49:231-253. [NRC]National Research Council. 2007. Nutrient Requirement of Small Ruminant. Washington DC [US] .Natl Aced Pr Nurlaela. 2006. Studi perbandingan mikroba rumen antara domba dan kambing lokal [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ogimoto K, Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan [JP] Scientific Societies Pr Palmquist DL. 1988. The feeding value of fats. Feed Sci. pp. 293-311. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr. Sartika RA. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2:4. Sitoresmi PD. 2009. Pengaruh penambahan minyak kelapa, minyak biji bunga matahari, dan minyak kelapa sawit terhadap penurunan produksi gas methan di dalam rumen secara in-vitro. Bul Pet. 33(2):96-105. Steel GD, Torrie JH. 1981. Prinsip - prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
14 Sudarman A, Wirywan KG, Markhamah H. 2008. Penambahan sabun-kalsium dari minyak ikan lemuru dalam ransum: 1. Pengaruhnya terhadap tampilan produksi domba. Med Pet. 31:166-171. Tamminga S, Doreau M. 1991. Lipids and rumen digestion. Jouany JP, editor. rumen Microbial Metabolism and Ruminal Digestion p 151. Paris (FRA): INRA. Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in-vitro digestion of forage crops. J Brit Grass Soc. 18 : 104-111.
15 Lampiran 1 Sidik ragam derajat keasaman (pH) Db JK KT Fhit F0.05
Sumber keragaman Total Perlakuan Galat
11 3 8
35.26 8.47 26.80
2.82 3.35
0.84
4.07
F0.01
7.59
Db: derajat bebas; JK: Jumlah Kuadrat; KT: Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0.01 = hasil pengolahan data dengan ta f k h b α .01)
Lampiran 2 Sidik ragam total populasi protozoa Db JK KT Fhit F0.05
Sumber keragaman Total 11 Perlakuan 3 Galat 8
0.35 0.09 0.26
0.03 0.03 0.03
0.99
4.07
F0.01
7.59
db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0. h g h d d g fk h b α .01)
Lampiran 3 Sidik ragam total populasi bakteri Db JK KT Fhit F0.05
Sumber keragaman Total 11 Perlakuan 3 Galat 8
0.45 0.01 0.44
0.04 0.004 0.06
0.06
4.07
F0.01
7.59
db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesa α .01)
Sumber Db keragaman Total 11 Perlakuan 3 Galat 8
Lampiran 4 Sidik ragam konsentrasi VFA JK KT Fhit F0.05 4885.66 396.10 4489.56
444.15 132.03 561.19
0.24
4.07
F0.01
7.59
db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0. h g h d d g fk h b α .01)
16
Sumber Db keragaman Total 11 Perlakuan 3 Galat 8
Lampiran 5 Sidik ragam konsentrasi NH3 JK KT Fhit F0.05 86.62 19.59 67.03
7.87 6.53 8.38
0.78
4.07
F0.01
7.59
db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0. h g h d d g fk h b α .01)
Sumber Db keragaman Total 11 Perlakuan 3 Galat 8
Lampiran 6 Sidik ragam asam asetat JK KT Fhit F0.05 396.45 210.07 168.38
36.04 70.02 23.29
3.01
4.07
F0.01
7.59
db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0. h g h d d g fk h b α .01)
Lampiran 7 Sidik ragam konsentrasi asam propionat db JK KT Fhit F0.05
Sumber keragaman Total 11 Perlakuan 3 Galat 8
272.93 108.35 164.35
24.81 36.19 20.54
1.76
4.07
F0.01
7.59
db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0.01 = h g h d d g fk h b α .01)
Lampiran 8 Sidik ragam estimasi produksi gas metan db JK KT Fhit F0.05
Sumber keragaman Total 11 Perlakuan 3 Galat 8
215.39 12.03 203.36
4.01 25.42
0.16
4.07
F0.01
7.59
db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebes α .01)
17 Lampiran 9 Sidik ragam rasio asam asetat propiont (C2/C3) Db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Sumber keragaman Total 11 Perlakuan 3 Galat 8
3.83 1.90 1.93
0.63 0.24
2.63
4.07
7.59
db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah; Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf k h b α 0.05); F0. h g h d d g fk h b α .01)
18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangururan, Sumatera Utara pada tanggal 11 Agustus 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Redison Pandiangan, S.Pd dan Ibu Nurlina simbolon. Penulis mengawali pendidikan sekolah dasar di SDN 174588 Tanah Lapang Pangururan tahun 1997-2003, dan melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pangururan tahun 2003-2006. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangururan tahun 2006-2009. Penulis diterima di IPB pada tahun 2009 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa BBM. Selama perkuliahan penulis aktif di organisasi mahasiswa asal daerah (OMDA) samosir dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) PMK, POPK FAPET (Persekutuan Oukumene Protestan Katolik Fakultas peternakan). Penulis pernah menjadi panitia DEKAN CUP periode 2011. Penulis pernah menerima dana penelitian untuk program kreatifitas mahasiswa (PKM-P) pada tahun 2011.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaanNya dalam proses penelitian sampai pembuatan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi atas waktu, saran, motivasi dan kesabarannya serta Ir. Lilis Khotijah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi untuk segala waktu, perhatian, nasehat dan bimbingannya selama penulis menjalankan penelitian hingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Toto Toharmat, M.Agr. Sc yang telah memberikan saran dan masukan saat seminar hasil, juga kepada Dr. Sri Suharti, S.Pt, M. Si dan Ir. Sry Rahayu, M.Si selaku dosen penguji sidang sarjana atas saran dan masukannya serta Dilla Mareistia Fascah, S.Pt, M. Sc selaku dosen panitia sidang atas saran dan masukannya untuk karya tulis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada Bapak Redison Pandingan dan Ibu Nurlina Simbolon tercinta yang senantiasa mendoakan dan mendukung untuk kesuksesan penulis. Terimakasih kepada kakak tersayang Edward dan Eli dan juga kepada adik tersayang Erna, Ronal, Goklan yang senantiasa memberikan semangat, doa kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asep dan Bapak Sugih yang membantu penulis selama penelitian di laboratorium kandang dan teman-teman satu penelitian dalam tim Sunflower. Terimakasih juga kepada Dian, Fascah, Yanti, Putri yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat. Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Nutritiousz46 untuk kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan S1 di departemen INTP, IPB.