Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(2), Oktober 2014:91−98 ISSN: 2085-6717, e-ISSN: 2406-8853
Variasi Karakter Biji dan Korelasinya dengan Kadar Minyak pada Plasma Nutfah Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annus L.) Variation of Seed Characters and Their Correlation to Oil Content on Sunflower (Helianthus annus L.) Anik Herwati dan Tantri Dyah Ayu Anggraeni
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jln. Raya Karangploso, Kotak Pos 199, Malang Email:
[email protected] Diterima: 12 Desember 2013 Disetujui: 19 Agustus 2014
ABSTRAK Tanaman bunga matahari (Helianthus annus L.) adalah salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sehat dan bermutu. Salah satu upaya peningkatan produksi minyak adalah dengan program pemuliaan tanaman melalui perakitan varietas unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan minyak tinggi. Proses pemuliaan tanaman memerlukan keragaman genetik dan proses seleksi. Oleh karena itu evaluasi sumber daya genetik yang ada perlu dilaksanakan, salah satunya pada karakter biji. Sedangkan untuk memudahkan proses seleksi perlu diketahui karakter yang berkorelasi positif dengan produksi minyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi karakter biji dan korelasinya dengan kadar minyak. Kegiatan dilaksanakan pada tahun 2011 di Laboratorium Benih Balittas dan Laboratorium Kimia Universitas Brawijaya untuk uji kadar minyak. Jumlah aksesi bunga matahari yang diuji ada 19 aksesi bunga matahari hasil rejuvenasi tahun 2011. Dari tiap aksesi, diambil 300 gram benih hasil panen yang belum disortir, yang diambil secara acak dan diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan pada karakter kualitatif yaitu warna biji, garis pada biji, dan bentuk biji, dan karakter kuantitatif yaitu bobot 100 biji, panjang, dan lebar biji, serta kadar minyak. Hasil pengamatan pada karakter kualitatif menunjukkan variasi pada warna biji, garis (stripes), dan bentuk biji. Pada karakter kuantitatif, nilai koefisien keragaman (KK) pada semua karakter yang diamati mencapai lebih dari 20%. Karakter yang paling bervariasi adalah kadar minyak biji. Hasil pengujian korelasi menunjukkan karakter bobot 100 biji berkorelasi positif dengan karakter panjang, lebar, dan bentuk biji, dan berkorelasi negatif dengan karakter kandungan minyak. Sedangkan ukuran biji dan kadar minyak tidak menunjukkan korelasi yang nyata. Kata kunci: Bunga matahari, Helianthus annus L., karakter biji, kadar minyak, korelasi
ABSTRACT Sunflower (Helianthus annus L.) is one of vegetable oil crops that produce healthy and high quality oil. Increasing oil content could be reached by breeding programme to obtain new variety with high productivity and oil content. Breeding programme needs genetic diversity and selection process. So, germplasm evaluation, especially for seed characteristic must be done. To make selection process easier determination characters that correlate with oil content needs to be conducted. This experiment aimed to evaluate variation in seed characteristics and to determine correlation between seed characters and oil content on sunflowers. Experiment was done in 2011 on Seed Laboratory ISFCRI and Brawijaya University Laboratory (oil content extraction). Plant materials are 19 s unflower accesions. For each accesion, 300 grams seed were taken randomly and replicated 3 times. Observation was done on qualitative characters i.e. seed colour, seed stripes, and seed shape and quantitative characters i.e. 100 seeds weight, seed length, and seed width, also oil content. Result showed that there were variations among seed colour, seed stripes, and seed shape (qualitative characters). Coefficient variation (CV) was more than 20% for all quantitative characters and the highest was being reached by oil content. Correlation evaluation resulted that 100 seeds weight had positive correlations with seed length, seed width, and seed shape, but had a negative correlation with oil content. However, seed size wasn’t correlate with oil content. Keywords: Sunflower, Helianthus annus L., seed character, oil content, correlation
91
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(2), Oktober 2014:91−98
PENDAHULUAN
B
unga matahari (Helianthus annus L.) yang dikenal dengan nama daerah bunga panca matoari, kembang srengenge, tampong are atau purbanegara (Cholid et al. 2009) ini termasuk ke dalam famili tumbuhan Compositae (Asteraceae). Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik bagian utara (Meksiko). Tanaman bunga matahari di Indonesia umumnya digunakan sebagai tanaman hias yang ditanam di pekarangan dan juga sebagai pakan ternak, pupuk hijau, bahan makanan (kuaci), bahan baku obat tradisional, pestisida nabati, ladang pengembalaan lebah madu, dan tanaman pembatas lahan untuk memperkaya musuh alami (Cholid et al. 2009). Selain itu, bijinya juga bisa dimakan dan juga sebagai pakan ternak dan burung, bunganya sebagai dekorasi, minyaknya juga digunakan sebagai perawatan kulit dan rambut (Atjung 1981). Saat ini tanaman bunga matahari dikembangkan sebagai salah satu penghasil minyak yang sehat dan bermutu dibandingkan dengan minyak yang berasal dari tanaman lainnya seperti kelapa sawit, kedelai, dan jagung. Biji tanaman ini memiliki cangkang yang tipis dengan kandungan minyak berkisar antara 48–52%. Untuk menghasilkan satu liter minyak diperlukan biji dari kira-kira 60 tandan bunga majemuk (Rukmana 2004). Penelitian untuk meningkatkan produksi minyak bunga matahari masih jarang dilakukan. Salah satu upaya peningkatan produksi minyak adalah dengan program pemuliaan tanaman melalui perakitan varietas unggul yang memilki produktivitas dan kandungan minyak tinggi. Proses pemuliaan tanaman memerlukan keragaman genetik dan proses seleksi. Oleh karena itu evaluasi pada sumber daya genetik yang ada perlu dilaksanakan karena tanaman bunga matahari yang berkembang di Indonesia memiliki keragaman genetik yang tinggi, salah satunya pada karakter biji (Herwati et al. 2011). Jockovic et al. 2012, mengemukakan bahwa ada korelasi antara semua sifat dengan pembentukan biji. Sedangkan untuk memudahkan proses seleksi perlu diketahui karakter yang berkorelasi positif 92
dengan produksi minyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi karakter biji pada beberapa aksesi bunga matahari dan korelasinya dengan kadar minyak.
BAHAN DAN METODE Kegiatan dilaksanakan pada tahun 2011 di Laboratorium Benih Balittas. Bahan tanaman yang diuji adalah 19 aksesi bunga matahari hasil rejuvenasi tahun 2011. Dari tiap aksesi, diambil sebanyak 300 gram benih secara acak/ belum disortir, dan diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan pada variasi karakter biji dan korelasi antara karakter–karakter biji dengan kadar minyak.
1. Karakter Kuantitatif Pengamatan karakter kuantitatif meliputi bobot 100 biji, panjang biji, lebar biji, dan kadar minyak. a. Bobot 100 biji: dalam setiap ulangan diambil 100 biji secara acak kemudian ditimbang. b. Panjang biji: dalam setiap ulangan (100 biji) diukur panjangnya, hasilnya dijumlahkan selanjutnya dirata-rata. c. Lebar biji: dalam setiap ulangan (100 biji) diukur lebarnya, hasilnya dijumlahkan selanjutnya dirata-rata. d. Kadar minyak: Penentuan kadar minyak dilakukan dengan metode Soxhlet (Woodman dalam Sudarmadji et al. 1984), dengan langkah kerja sebagai berikut: 1) 2 gram biji bunga matahari kering yang sudah dihaluskan (40 mesh) dicampur dengan 8 gram pasir yang telah dipijarkan lalu dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi Soxhlet dalam thimble; 2) air pendingin dialirkan melaui kondesor; 3) tabung ekstraksi dipasang pada alat distilasi Soxhlet dengan pelarut petroleum eter secukupnya selama 4 jam. Setelah residu dalam tabung ekstraksi diaduk, ekstraksi dilanjutkan lagi selama 2 jam dengan pelarut yang sama; 4) petroleum eter yang telah mengandung ekstrak lemak dan minyak dipindahkan ke dalam botol tim-
A Herwati & TDA Anggraeni: Variasi karakter biji dan korelasinya dengan kadar minyak pada plasma nutfah ........
bang yang bersih dan diketahui beratnya kemudian diuapkan dengan penangas air sampai agak pekat dan diteruskan dengan pengeringan dalam oven 100°C sampai bobot konstan; 5) bobot residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak dan minyak. Hasil pengamatan karakter kuantitatif diuji dengan analisis ragam dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji DMRT dengan taraf kepercayaan 5%. 2. Karakter Kualitatif Karakter kualitatif meliputi warna dan bentuk biji. Menurut UPOV (2000) dan IPGRI (2005) karakter warna biji dibedakan menjadi warna utama dan warna garis pada biji. Warna utama biji adalah warna yang memiliki area terlebar pada biji. Karakter garis (stripes) terdiri ada atau tidaknya garis pada biji. Jika ada garis maka posisi garis (stripes) pada biji dibedakan menjadi garis pada tepi (marginal/on margin), pada bagian dalam (lateral/between margins), atau pada kedua bagian tepi dan dalam (both marginal and lateral) (Gambar 1).
a. Marginal (on margin)
b. Lateral (Bet-
ween margin)
c. Both marginal and lateral
Gambar 1. Karakter warna biji menurut UPOV (2000) dan IPGRI (2005)
a. Elongated
b. Ovoid elongated
c. Ovoid wide
d. Rounded
Gambar 2. Karakter bentuk biji (menurut UPOV 2000 dan IPGRI 2005)
Karakter bentuk biji terdiri atas bentuk memanjang (elongated), oval memanjang/sempit (ovoid elongated/narrow ovoid), oval lebar (ovoid wide/broad ovoid), dan bulat (rounded) (Gambar 2). 3. Korelasi antara Karakter-Karakter Biji dan Kadar Minyak Korelasi antara karakter biji dan kadar minyak dianalisa menggunakan koefisien korelasi Pearson pada taraf kepercayaan 5 dan 1% (Anandhan et al. 2010; Jockovic et al. 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan karakter kualitatif biji menunjukkan variasi pada 19 aksesi bunga matahari yang diuji (Tabel 1). Variasi warna biji yang diamati yaitu warna hitam, cokelat, putih, dan abu-abu. Pada biji dengan warna hitam tidak dijumpai garis-garis (stripes) sedangTabel 1. Karakter warna dan bentuk biji dari 19 aksesi bunga matahari No.
Aksesi
1.
Ha 2
2.
Ha 4
3. 4. 5. 6.
Ha Ha Ha Ha
7. 8.
Ha 13 Ha 15
9.
Ha 17
10.
Ha 20
11. 12.
Ha 23/2 Ha 33
13.
Ha 37
14. 15.
Ha 38 Ha 42
16.
Ha 46/1
17.
Ha 48
18. 19.
Ha 50 Ha 71
6/1 8 11 12
Warna biji Cokelat dengan garis pada bagian tepi Putih dengan garis pada bagian dalam Hitam tanpa garis Hitam tanpa garis Hitam tanpa garis Cokelat dengan garis pada bagian tepi Hitam tanpa garis Abu-abu dengan garis pada bagian tepi Putih dengan garis pada bagian dalam Abu-abu dengan garis pada bagian tepi Hitam tanpa garis Putih dengan garis pada bagian tepi Cokelat dengan garis pada bagian tepi Hitam tanpa garis Putih dengan garis pada bagian dalam Putih dengan garis pada bagian dalam Putih dengan garis pada bagian tepi Hitam tanpa garis Hitam tanpa garis
Bentuk biji oval lebar bulat oval lebar bulat oval sempit oval sempit oval lebar bulat oval lebar bulat bulat bulat oval sempit oval sempit oval sempit oval sempit oval sempit oval lebar oval lebar
93
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(2), Oktober 2014:91−98
kan pada ketiga warna lain terdapat garis (stripes). Terdapat 8 aksesi dengan warna biji hitam, 6 aksesi dengan warna biji putih, 3 aksesi dengan warna biji cokelat, dan 2 aksesi dengan warna biji abu-abu. Pada karakter garis (stripes) terdapat tiga variasi, yaitu tidak ada garis, garis pada bagian tepi, dan garis pada bagian dalam biji. Variasi yang ditemukan pada bentuk biji adalah bentuk oval sempit, oval lebar, dan bulat, dengan jumlah aksesi 7 aksesi untuk bentuk oval sempit dan masing-masing 6 aksesi untuk bentuk bulat dan oval lebar. Variasi pada karakter warna, garis, dan bentuk biji ditunjukkan pada Gambar 3–5.
Pengamatan karakter bobot 100 biji menunjukkan rata-rata bobot 100 biji dari 19 aksesi yang diuji berkisar antara 4,667–16,500 gram. Keragaman dalam aksesi relatif rendah yang ditunjukkan dengan nilai varian yang kecil, berkisar antara 0,001–1,000 (Tabel 2). Hal ini menunjukkan aksesi bunga matahari cukup seragam. Namun, karakter bobot 100 biji antara aksesi bunga matahari menunjukkan keragaman yang tinggi dengan nilai koefisien keragaman (KK) di atas 30%. Tabel 2. Nilai rata-rata, standar deviasi, dan varian parameter bobot 100 biji plasma nutfah bunga matahari No.
a
c
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
b
d
Gambar 3. Variasi pada karakter warna biji: a. hitam, b. putih dengan garis, c. cokelat dengan garis, d. abu-abu dengan garis
a
Aksesi Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
4 38 12 37 46/1 48 17 50 11 6/1 42 20 33 8 2 71 15 23/2 13
Rata–rata (g) 16,500 15,500 13,167 13,167 13,160 12,333 12,167 12,167 11,523 11,333 10,833 10,267 8,333 7,167 6,667 5,526 5,333 5,220 4,667
a* b c c cd de ef ef fg g g h i j j k kl kl l
Standar deviasi
Varian
0,500 1,000 0,578 0,289 0,053 0,764 0,577 0,289 0,015 0,289 0,289 0,153 0,289 0,577 0,289 0,016 0,289 0,115 0,289
0,250 1,000 0,333 0,083 0,003 0,583 0,333 0,083 0,002 0,083 0,083 0,023 0,083 0,333 0,083 0,001 0,083 0,013 0,083
KK (%) 34,960 Keterangan: Angka-angka pada kolom rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%
b
c
Gambar 4. Variasi pada karakter garis (stripes) pada biji: a. tidak ada garis, b. garis pada bagian tepi, dan c. garis pada bagian dalam biji
94
A Herwati & TDA Anggraeni: Variasi karakter biji dan korelasinya dengan kadar minyak pada plasma nutfah ........
a
b
c
Gambar 5. Variasi karakter bentuk biji berdasar UPOV: a. bentuk biji oval sempit, b. bentuk biji oval lebar, dan c. bentuk biji bulat
Aksesi Ha 4 memiliki bobot biji tertinggi dan Ha 13 memiliki bobot biji terendah. Hal ini menunjukkan keragaman dalam koleksi plasma nutfah bunga matahari. Keragaman yang tinggi pada karakter bobot 100 biji dapat digunakan sebagai sumber genetik yang penting dalam proses pemuliaan untuk perakitan varietas unggul baru (Mandel et al. 2011). Hasil penelitian serupa juga ditunjukkan oleh Khan et al. (2007) yang menunjukkan keragaman yang tinggi pada bobot biji plasma nutfah bunga matahari. Pengamatan karakter panjang biji menunjukkan rata-rata panjang biji aksesi bunga matahari yang diuji berkisar antara 0,912– 2,067 cm. Seperti pada karakter bobot 100 biji, varian dalam aksesi juga menunjukkan keragaman yang rendah dengan nilai varian yang cukup kecil (Tabel 3). Aksesi Ha 4 yang memiliki bobot tertinggi, ternyata bukan aksesi yang memiliki ukuran terbesar. Aksesi yang memiliki ukuran panjang biji terbesar adalah Ha 42, yang memiliki bobot 100 biji 10,833 gram. Aksesi Ha 4 mungkin memiliki ukuran kulit biji (hull) yang besar namun kernel-nya ringan atau bijinya hampa. Pembentukan biji sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ketersediaan air. Kekurangan air yang terjadi pada proses pengisian biji mungkin menyebabkan biji menjadi hampa (Ardiarini et al. 2013). Oleh karena itu, kegiatan penanaman plasma nutfah, baik untuk keperluan rejuvenasi maupun karakterisasi harus mengikuti teknis budi daya yang telah ditetapkan, untuk memperoleh hasil pengamatan dan koleksi biji yang sesuai dengan standar (Komisi Nasional Plasma Nutfah 2002). Keragaman karakter panjang
biji antaraksesi menunjukkan keragaman yang cukup tinggi, meskipun nilai KK-nya lebih rendah dari karakter bobot 100 biji, yaitu 23,31%. Tabel 3. Nilai rata-rata, standar deviasi, dan varian parameter panjang biji plasma nutfah bunga matahari No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Aksesi Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
42 6/1 38 12 13 50 37 48 4 11 17 46/1 33 20 2 8 71 23/2 15
Rata–rata (cm) 2,067 2,035 1,970 1,863 1,863 1,863 1,822 1,773 1,713 1,625 1,570 1,542 1,425 1,398 1,252 1,128 0,998 0,967 0,912
a* ab b c c c c cd d e e e f f g g i i i
Standar deviasi 0,059 0,010 0,051 0,049 0,049 0,043 0,037 0,150 0,085 0,030 0,022 0,033 0,039 0,025 0,010 0,028 0,022 0,018 0,038
Varian 0,003 0,001 0,003 0,002 0,002 0,002 0,001 0,023 0,007 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
KK (%) 23,31 Keterangan: Angka-angka pada kolom rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.
Pengamatan karakter lebar biji juga menunjukkan keragaman yang cukup tinggi meskipun nilai KK-nya kurang dari bobot 100 biji dan panjang biji, yaitu 20,24%. Namun keragaman dalam setiap aksesi cukup rendah, yaitu ditunjukkan dengan nilai varian yang kecil, yaitu antara 0,001–1,000 (Tabel 4). Aksesi Ha 6/1 memiliki lebar biji tertinggi dan Ha 71 me-
95
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(2), Oktober 2014:91−98
miliki ukuran lebar biji terendah. Rata-rata lebar biji berkisar antara 0,475–0,918 cm. Keragaman yang rendah dalam aksesi menunjukkan bahwa biji bunga matahari tiap aksesi sudah seragam. Koleksi plasma nutfah yang baik selain memiliki keragaman yang tinggi antaraksesi, juga harus menunjukkan keseragaman yang tinggi dalam aksesi. Aksesi-aksesi yang seragam menunjukkan bahwa aksesi tersebut telah murni dan tidak tercampur oleh aksesi lain. Tanaman bunga matahari merupakan tanaman menyerbuk silang. Oleh karena itu potensi persilangan antaraksesi sangat tinggi. Koleksi yang menunjukkan keragaman yang rendah dalam aksesi menunjukkan bahwa pengelolaan plasma nutfah bunga matahari telah dilaksanakan dengan benar, sehingga potensi percampuran antaraksesi cukup rendah. Potensi percampuran aksesi ditekan melalui isolasi jarak pada saat penanaman plasma nutfah di lapangan. Hal ini juga dilaksanakan pada pengelolaan plasma nutfah jagung yang juga merupakan tanaman menyerbuk silang (Sutoro & Zuraida 2014). Tabel 4. Nilai rata-rata, standar deviasi, dan varian parameter lebar biji plasma nutfah bunga matahari No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Aksesi Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
6/1 4 12 13 48 11 17 50 20 38 46/1 37 33 42 8 2 15 23/2 71
Rata–rata (cm) 0,918 0,877 0,743 0,743 0,737 0,727 0,708 0,700 0,698 0,658 0,650 0,593 0,590 0,570 0,555 0,523 0,508 0,475 0,480
a* a b b b b bc bc bc bcd bcd cde cde de de e e e e
Standar deviasi
Varian
0,017 0,092 0,087 0,087 0,103 0,060 0,020 0,110 0,043 0,053 0,053 0,042 0,088 0,018 0,081 0,011 0,022 0,043 0,020
0,001 0,009 0,008 0,008 0,011 0,004 0,001 0,012 0,002 0,003 0,003 0,002 0,008 0,001 0,007 0,001 0,001 0,002 0,001
KK (%) 20,24 Keterangan: Angka-angka pada kolom rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.
96
Hasil pengamatan pada karakter kadar minyak menunjukkan nilai yang sangat bervariasi dengan nilai antara 3,433–38,087%. Namun keragaman dalam aksesi cukup sempit dengan nilai varian antara 0,004–0,0691 (Tabel 5). Aksesi yang memiliki kandungan minyak tertinggi adalah Ha 13. Ha 13 memiliki ukuran biji yang sedang, namun beratnya paling rendah dibandingkan aksesi lain yang diuji. Kulit bijinya berwarna hitam polos tanpa garis putih. Tabel 5. Nilai rata-rata, standar deviasi, dan varian parameter kadar minyak biji plasma nutfah bunga matahari No.
Aksesi
Rata–rata (%)
Standar deviasi
Varian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Ha 13 38,087 a* 0,123 0,015 Ha 11 32,397 b 0,619 0,383 Ha 71 28,880 c 0,499 0,249 Ha 2 26,760 d 0,416 0,173 Ha 37 25,223 e 0,592 0,351 Ha 23/2 24,110 f 0,600 0,360 Ha 50 22,020 g 0,664 0,440 Ha 46/1 18,593 h 0,480 0,230 Ha 17 17,013 h 0,831 0,691 Ha 33 15,453 i 0,515 0,265 Ha 42 14,757 j 0,491 0,241 Ha 15 13,673 k 0,060 0,004 Ha 48 11,893 l 0,358 0,128 Ha 12 11,137 m 0,114 0,013 Ha 38 10,960 m 0,204 0,042 Ha 8 9,290 n 0,167 0,028 Ha 4 7,527 o 0,166 0,027 Ha 20 3,823 p 0,093 0,009 Ha 6/1 3,433 p 0,291 0,085 KK (%) 53,58 Keterangan: Angka-angka pada kolom rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.
Keragaman pada karakter biji dan kadar minyak ini merupakan sumber genetik yang penting bagi program perbaikan varietas bunga matahari. Karena produksi biji dan kadar minyak merupakan dua karakter ekonomi penting dari bunga matahari. Mahmoud & Fatah (2012) menggunakan teknik persilangan dan mutasi untuk mendapatkan tanaman dengan kadar minyak yang tinggi yang dikombinasikan dengan karakter-karakter lain seperti umur genjah, kulit biji yang tipis, tanaman yang tidak terlalu tinggi, dan peningkatan jum-
A Herwati & TDA Anggraeni: Variasi karakter biji dan korelasinya dengan kadar minyak pada plasma nutfah ........
Tabel 6. Korelasi antara karakter biji aksesi bunga matahari Karakter biji Panjang (cm) Lebar (cm) Kadar minyak (%) Warna Bentuk
Bobot 100 biji (g) 0,677 ** 0,565 ** -0,435 * -0,316 0,460
**
Panjang (cm) 0,629 -0,145 -0,322 0,636
Lebar (cm)
Kadar minyak
Warna
-0,028 0,160
-0,274
** -0,323 **
-0,27 0,137
Keterangan: * nyata pada taraf 5%. ** sangat nyata pada taraf 1%.
lah daun. Sujatha et al. (2002) juga menyatakan keragaman yang tinggi pada karakter-karakter biji seperti bobot 100 biji, kepadatan biji, dan kadar minyak. Karakter-karakter biji seperti warna, bentuk biji, berat 100 biji sangat penting dalam program perakitan varietas hibrida bunga matahari untuk panganan atau confectionary hybrid (Hladni et al. 2010). Aksesi dengan sifat-sifat yang beragam dapat menjadi sumber tetua dalam proses hibridisasi. Karena pemilihan tetua yang tepat adalah kunci sukses program pemuliaan tanaman. Hasil pengujian korelasi menunjukkan bobot 100 biji berkorelasi positif dengan panjang, lebar, dan bentuk biji, namun berkorelasi negatif dengan kandungan minyak. Sedangkan ukuran biji dan kadar minyak tidak menunjukkan korelasi yang nyata (Tabel 6). Hal ini berarti bahwa semakin besar ukuran biji maka biji tersebut semakin berat, namun kadar minyaknya ternyata semakin kecil. Biji-biji dengan berat kurang dari 5 gram memiliki kandungan minyak di atas 20%, di antaranya adalah biji dari aksesi Ha 13 yang memiliki kadar minyak tertinggi, berat bijinya terendah yaitu hanya 4,67 gram; aksesi Ha 23/2 dengan berat 5 gram, kadar minyaknya 24,110%; aksesi Ha 37 dengan berat biji 5,5 gram kadar minyaknya mencapai 25,2%. Sedangkan aksesi Ha 4 yang memiliki berat biji tertinggi kadar minyaknya hanya mencapai 7,5%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Fick et al. (1974) dan Hladni et al. (2010) yang menyebutkan bahwa berat biji memiliki korelasi negatif langsung yang tinggi terhadap kadar minyak. Biji-biji yang memilki kandungan minyak rendah diduga memiliki kandungan serat yang tinggi pada bagian kulit bijinya (hull) dan biasanya biji-biji ini digunakan untuk makanan
(Wan et al. 1979). Kadar minyak biji bunga matahari bergantung pada persentase sekam (husk) dan kadar minyak dalam kernel. Kadar minyak biji juga meningkat seiring dengan perkembangan biji (Baydar & Erbas 2005). Karakter biji yang berkorelasi pada kadar minyak dapat digunakan sebagai karakter penting dalam proses seleksi untuk mendapatkan tanaman bunga matahari dengan potensi hasil yang tinggi (Machikowa & Saetang 2008).
KESIMPULAN Aksesi bunga matahari koleksi Balittas mempunyai variasi karakter warna dasar biji, karakter garis pada biji, bentuk, ukuran, dan kadar minyak biji. Bobot 100 biji berkorelasi positif dengan karakter panjang, lebar, bentuk biji, namun berkorelasi negatif dengan warna biji dan kadar minyak.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat yang telah membiayai penelitian ini melalui kegiatan konservasi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah tanaman bunga matahari tahun 2011. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sri Eko Susilowati, MS. yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini dan kepada Dr. Ir. Rully Dyah Purwati, M.Phil. yang telah mengoreksi tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA Ardiarini, NR, Kusriningrum & Kuswanto 2013, The path analysis on yield due to the sunflower’s
97
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 6(2), Oktober 2014:91−98
(Helianthus annus L.) oil under drought stress, J. Basic Appl. Sci. Res 3(4):1–7 diakses pada 24 April 2014 (http://agrolifejournal. usamv.ro/pdf/Vol2/Art1.pdf). Anandhan, T, Manivannan, N, Vindhiyavarman, P & Jeyakumar, P 2010, Correlation for oil yield in sunflower (Helianthus annus L.), Electronic Journal of Plant Breeding 1(4):869–871.
Komisi Nasional Plasma Nutfah 2002, Pedoman pengelolaan plasma nutfah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, diakses pada 19 Desember 2012 (http://indo plasma.or.id/publikasi/pdf/guideboo_kd.pd f).
Atjung 1981, Tanaman yang menghasilkan minyak, tepung gula, Yasaguna, Jakarta.
Machikowa, T & Saetang, C 2008, Correlation and path coefficient analysis on seed yield in sunflower, Suranaree Journal of Science and Technology 15(3):243–248.
Baydar, H & Erbas, S 2005, Influence of seed development and seed position on oil, fatty acids and total tocopherol contents in sunflower (Helianthus annus L.), Turkish Journal of Agriculture and Forestry 29:179–186.
Mahmoud, AM & Fatah, BEA 2012, Analysis of genetic diversity among sunflower genotypes using agro-morphological traits and molecular markers, Australian Journal of Basic and Applied Sciences 6(13):419–432.
Cholid, M, Nurindah & Herwati, A 2009, Bunga matahari (Helianthus annus L.), Cetakan Pertama, Penerbit IPB Press, Bogor, hlm. 23–56.
Mandel, JR, Dechaine, JR, Marek, LF & Burke, JM 2011, Genetic diversity and population structure in cultivated sunflower and a comparison to its wild progenitor, Helianthus annuus L. Theor. Appl. Genet. 123:693– 704.
Fick, GN, Zimmer, DE & Zimmerman, DC 1974, Correlation of seed oil content in sunflower with other plant and seed characteristic, Crop Science 14(5):755–757. Herwati, A, Purwati, RD & Anggraeni, TDA 2011, Penampilan karakter kualitatif pada plasma nutfah tanaman bunga matahari, Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor, hlm. 24–44. Hladni, N, Jocic, S, Muklic, V & Mijic, A 2010, Effect of morphological traits on seed yield and oil content in sunflower, Helia (33)53:101–116. IPGRI 2005, Germplasm database, diakses pada 9 April 2011 (http:/www.Bioversityinternasio nal.ogr/publications/Web%5Fversion/261/ begin.htm#Contents. Jockovic, M, Marinkovic, R, Marjanovic-Jeromela, Radic, AV, Canak, P & Hladni, N 2012, Association between seed yield and some morphological characteristics in sunflower, Ratar. Povrt. 49:53–57. Khan, H, Muhammad, S, Shah, R & Iqbal, N 2007, Genetic analysis of yield and some yield components in sunflower, Sarhad J. Agric. 23(4):985–990.
98
Rukmana 2004, Budi daya bunga matahari, Aneka Ilmu, Semarang. Sudarmadji, S, Haryono, B & Suhadi 1984, Prose-
dur analisa untuk bahan makanan dan pertanian, Liberty, Yogyakarta, 138 hlm.
Sujatha, Hl, Chikkadevaiah & Nandini 2002, Genetic variability studi in sunflower inbreds, Helia 25(37):93–100. Sutoro & Zuraida, N 2014, Pengelolaan plasma nutfah jagung, diakses pada 8 Agustus 2014 (http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/ images/stories/duasembilan.pdf). UPOV 2000, Sunflower (Helianthus annus L.) guidelines for the tests for distinctness, uniformity and stability, diakses pada 22 April 2014 (https://www.google.com/webhp?So urceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie =UTF-8#q=UPOV+2000+Guidelines+for+ the+test+for+distinctness) Wan, PJ, Baker, GW, Clark, SP & Matlock, SW 1979, Characteristics on sunflower seed and meal, Chereal Chemistry 56(4):352–355.