PENGUATAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS KABUPATEN SUMBAWA BARAT MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY DEVELOPMENT PT NEWMONT NUSA TENGGARA SEKTOR PERTANIAN
SYARAFUDDIN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Kabupaten Sumbawa Barat Melalui Implementasi Community Development PT Newmont Nusa Tenggara Sektor Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015 Syarafuddin
RINGKASAN SYARAFUDDIN. Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB melalui Implementasi Community Development PTNNT Sektor Pertanian. Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING dan EKAWATI SRI WAHYUNI. Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) telah dilaksanakan melalui program pembangunan ketahanan pangan, baik oleh Pemerintah Daerah maupun dunia usaha/swasta. Penelitian ini ingin mengetahui penguatan kebijakan ketahanan pangan beras di KSB oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) melalui program Community Development (Comdev) sektor pertanian. Ada 4 tujuan penelitian ini : (1) mengevaluasi implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan beras di KSB; (2) menganalisis ketahanan pangan beras KSB dilihat dari aspek produski dan tingkat konsumsi pangan beras; (3) mengkaji sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB; dan (4) merumuskan strategi pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras masyarakat KSB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, program Comdev PTNNT sektor pertanian telah dan sedang mendukung serta akan terus berpeluang menjamin ketahanan pangan beras di KSB; Kedua, Kebijakan ketahanan pangan beras KSB cukup kuat dalam program meningkatkan rata-rata produksi padi dari 4,5 ton pada MT 2005/2006 menjadi 6,4 ton pada MT 2012/2013. Tingkat kebutuhan pangan beras KSB terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, maka diprediksikan pada tahun 2033 jumlah produksi beras lokal akan lebih rendah dari kebutuhan penduduk (prediksi tahun 2033 produksi beras 54.141 ton dan konsumsi 54.546 ton). Untuk mengantisipasi kondisi tersbut pemerintah perlu terus melakukan berbagai program untuk menjamin ketahanan pangan beras untuk jangka panjang; Ketiga, program Comdev PTNNT sektor pertanian telah bersinergi dengan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam mendukung dan akan terus berpeluang menjamin ketahanan pangan beras di KSB; Keempat, telah dihasilkan 6 strategi dalam penelitian ini untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras KSB melalui pelaksanaan program Comdev PTNNT sektor pertanian sebagai berikut : a. Pengembangan komunitas petani dan badan usaha ekonomi petani padi berbasis Desa. b. Pengamanan pemasaran dan distribusi beras c. Peningkatan Produktivitas Petani melalui usahatani sawah lestari. d. Peningkatan mutu dan penyediaan infrastruktur pertanian pangan. e. Pengembangan kualitas petani melalui regenerasi petani terdidik. f. Pengembangan sistem pembiayaan usahatani beras. Kata kunci: community development, ketahanan pangan.
SUMMARY SYARAFUDDIN. Strengthening Rice Food Security Policy of West Sumbawa Through the Implementation of Community Development Agricultural Sector of PT Newmont Nusa Tenggara.. Supervised by LALA M. KOLOPAKING and EKAWATI SRI WAHYUNI Food security development in the West Sumbawa District (KSB) has been implemented through development policies and programs by both the government and private sectors. In supporting the strengthening of food security policies and programs in KSB, PTNNT mining company, has worked cooperatively with KSB through Commmunity Development Programs. This research aims to (1) evaluate PTNNT’s Comdev agriculture programs in supporting food security in KSB; (2) analyze rice security in KSB; (3) study the synergy between PTNNT’s Comdev agriculture program and KSB government’s food security policies, and (4) formulate strategies for PTNNT’s Comdev agriculture programs to support KSB Government’s rice food security policies. The research found: First, PTNNT’s Comdev agriculture programs have supported and are supporting and have potential to support rice food security in KSB; Second, KSB rice food security policy has strong program with increase in rice production in average from 4.5 tonnes in 2005/2006 planting season to 6.4 tons in 2012/2013 planting season. The level of rice food needs in KSB continues to increase along with the growth of population, and it is predicted that in 2033 total grain output will be lower than the needs of the population (predicted for2033 rice production of 54,141 tonnes compared to 54,546 tonnes rice consumption). To anticipate this condition KSB government needs to continue to do some of the programs to ensure food security of rice for the longger term ; Third, PTNNT’s Comdev agriculture sector has been in good synergy with KSB rice food security policy, having supported and will continue to support rice food security in KSB; Fourth, there are 6 strategies identified to strengthen rice food security for KSB through the PTNNT’s Comdev agriculture programs; as follows : a) The development of farming community and economic enterprises based on rice farming village. b) To sett up and secure rice of marketing and distribution. c) To increase farmers’ productivity through sustainable agriculture. d) To improve food quality and the provision of agricultural infrastructure. e) The development of farmers skills through educated farmers regeneration. f) The development of the financing system for rice farming Keywords: community development , food security.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGUATAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS KABUPATEN SUMBAWA BARAT MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY DEVELOPMENT PT NEWMONT NUSA TENGGARA SEKTOR PERTANIAN
SYARAFUDDIN
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar pada Ujian Tesis: Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
Judul Tesis
Nama NIM
: Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Kabupaten Sumbawa Barat Melalui Implementasi Community Development PT Newmont Nusa Tenggara Sektor Pertanian : SYARAFUDDIN : 1354120225
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS Ketua
Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS Anggota
Diketahui Oleh
Koordinator Program Studi Pengembangan Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS
Dr Ir Dahrul Syah MScAgr
Tanggal Ujian : 14 Agustus 2015
Tanggal Lulus:
PRAKATA Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya jualah, penyusunan Tesis yang berjudul “Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Kabupaten Sumbawa Barat Melalui Implementasi Community Development PT Newmont Nusa Tenggara Sektor Pertanian” dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan jadual waktu yang tersedia. Seiring dengan selesainya penyusunan Tesis ini, Saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS dan Ibu Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS, sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, Bapak Ir Fredian Tony Nasdian MS selaku Sekretaris Program Studi Pengembangan Masyarakat IPB, serta Bapak Dr Ir H. Amry Rakhman, MSi, sebagai Pembimbing Lokal KSB, yang telah dengan tekun dan penuh ikhlas memberikan bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini, Insya-Allah pengalaman dan ilmu yang diberikan menjadi bekal untuk melangkah sukses di masa depan. 2. Bapak dan Ibu Dosen MPM-IPB yang profesional dan penuh dedikasi dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), semoga semua amal ibadah Bapak dan Ibu mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT. 3. Pimpinan PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat yang telah memberikan bantuan pembiayaan pendidikan, Insya-Allah bantuan tersebut sangat berguna dalam menghasilkan sumberdaya manusia (SDM) generasi “emas” di Kabupaten Sumbawa Barat. 4. Rekan-rekan Mahasiswa MPM seperjuangan yang telah manjadi teman dalam suka dan duka selama kuliah, berdiskusi dan berdebat secara konstruktif, semoga menjadi kenangan yang tak terlupakan. 5. Semua pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu per satu, semoga semua bantuan dan partisipasinya menjadi ibadah di sisi Allaw SWT. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Bogor, September 2015 Syarafuddin
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR GRAFIK xiv DAFTAR LAMPIRAN xiv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Kajian 4 Manfaat Kajian 5 Ruang Lingkup Kajian 5 PENDEKATAN TEORITIS 7 Tinjauan Pustaka 7 Community Development (Comdev). 7 Corporate Social Responsibility (CSR) 9 Kebijakan Ketahanan Pangan 11 Kerangka Pemikiran 14 METODE KAJIAN 15 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 Pendekatan Kualitatif 15 Proses dan Pengumpulan Data Kualitatif 15 Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif 16 Pendekatan Kuantitatif 17 Pengumpulan dan Analisa data Kuantitatif 17 Perancangan Strategi dan Program serta Penetapan Rencana Tindak Lanjut (Roadmap) 17 PROFIL KABUPATEN SUMBAWA BARAT 19 Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam 19 Penduduk dan Angkatan Kerja 22 Struktur Sosial Komunitas 23 Perekonomian 26 Struktur Ekonomi 26 Pertumbuhan Ekonomi 27 Gambaran Umum Potensi Sektor Pertanian Ketahanan Pangan KSB 28 Tanaman Bahan Pangan 28 Perkebunan 29 Perikanan 31 Kehutanan 31 IMPLEMENTASI PROGRAM COMDEV PTNNT SEKTOR PERTANIAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN BERAS DI KSB 33 Peningkatan Sarana Prasarana Pertanian (Irigasi, Embung, Pompa dan Alat/Mesin Lainnya) 34 Peningkatan Luas Tanam 37 Bantuan Kepada Petani Setiap Musim 38 Penyediaan Bibit Tanaman Keras 40
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani, Sekolah Lapangan, Serta Pemantapan Pelatihan dan Pendampingan Petani Peningkatan Hasil Produksi Pertanain Mempermudah Pemasaran Produk Hasil Pertanian Peningkatan Akses Pasar Produk Hasil Pertanian IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS KSB DILIHAT DARI ASPEK PRODUKSI DAN Ketersediaan Pangan Prediksi Produksi dan Konsumsi Pangan Beras di KSB Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana SINERGITAS PROGRAM COMDEV NNT SEKTOR PERTANIAN DAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH KSB DALAM MENJAMIN KETAHANAN PANGAN BERAS DI KSB Sinergitas pada Bidang Penyediaan Sarana Prasarana Pertanian (Input Pertanian) Sinergitas pada Bidang Produksi/Usahatani, termasuk Penerapan Teknologi dan Penggunaan Sarana Prasarana Pertanian Pangan Sinergitas pada Bidang Penyimpanan (Stock) dan Pengolahan Hasil Pangan Beras Sinergitas pada Bidang Pemasaran dan Distribusi Pasokan Pangan Beras Sinergitas pada Bidang Kelembagaan dan SDM Pendukung Pertanian Pangan Beras STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM COMDEV PTNNT SEKTOR PERTANIAN UNTUK MEMPERKUAT KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS MASYARAKAT KSB Rumusan Strategi untuk Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB Rencana Program/Kegiatan Penguatan Ketahananan Pangan Beras di KSB RoadMap Strategi memperkuat Ketahanan Pangan Beras Berkelanjutan di KSB SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
42 44 46 49 49 54 56
59 59 62 63 64 65
69 70 71 74 77 77 77 79
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Perbandingan indikator ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan Matriks Analisis SWOT Pembagian wilayah administrasi, luas wilayah dan ketinggian masing-masing wilayah Kecamatan Luas lahan menurut kecamatan dan penggunaan di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010 Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, rata-rata anggota rumah tangga dan kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan. Keberadaan Lembaga Sosial Budaya sebelum tambang (1995) dan setelah masa produksi tambang PTNNT (2012) pada 15 Desa Lingkar Tambang PTNNT. Distribusi persentase PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2008-2012 Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2008 – 2012 . Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi per hektar padi/palawija di KSB tahun 2011 Luas areal panen dan produksi tanaman perkebunan rakyat di KSB tahun 2012 Jumlah ternak di KSB dirinci menurut kecamatan dan jenis ternak tahun 2012 Potensi Produksi Perikanan Di KSB Dirinci Menurut Kecamatan dan Sub Sektor Tahun 2012 (ton) Kawasan Hutan Dirinci menurut Kelompok di KSB Th 2011 (ton) Daftar informan Produksi padi dan ratio ketersediaan beras di tiga kecamatan (Jereweh, Sekongkang, Maluk) tahun 2011 Situasi pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2012 Data penyaluran beras miskin di KSB Asumsi dalam peramalan neraca pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat Rekapitulasi penyaluran pupuk tahun 2009-2011 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang penyediaan sarana prasaran Sinergitas Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang produksi/usaha tani termasuk penerapan teknologi Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang penyimpanan (stock) dan pengolahan hasil Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang pemasaran dan distribusi pasokan pangan beras
12 18 20 21
22
25 26 28 29 30 30 31 32 33 45 50 54 54 57
60
62
63
64
Tabel 24 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang kelembagaan dan SDM pendukung pertanian
66
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka pemikiran sinergi Comdev PTNNT untuk memperkuat ketahanan pangan beras KSB Gambar 2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) Gambar 3 Peta Kabupaten Sumbawa Barat Gambar 4 Model pendekatan PTNNT dan Pemda KSB dalam pengembangan usaha tani terpadu. Gambar 5 Road map strategi penguatan ketahanan pangan beras berkelanjutan di KSB
14 16 19 67 74
DAFTAR GRAFIK Grafik 1 Grafik 2 Grafik 3 Grafik 4
Topografi wilayah KSB Kontribusi perkelompok sektor ekonomi KSB (Dalam %) Rerata produksi padi dengan pola SRI dan non SRI pada MH 2005/2006 – 2012/20013, Comdev PTNNT. Estimasi produksi dan kebutuhan pangan beras di KSB. BKP Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2012 dan esitamsi (2013 – 2020).
19 27 44
55
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Matrik SWOT Strategi Pengembangan Program Comdev PTNNT Sektor Pertanian untuk Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB. Lampiran 2 Matrik Startegy dan Rencana Program/Kegiatan Pengembangan Comdev PTNNT Sektor Pertanian untuk Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB
81
82
PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi kemiskinan yang terjadi di sektor pertanian erat kaitannya dengan ketahanan pangan (food security). Walaupun pada tingkat nasional jumlah produksi pangan (diukur dari kalori) mengalami surplus, tetapi terjadi masalah ketidaktahanan pangan (food insecurity) (Kuncoro 2006). Dengan menggunakan kosep ketahanan pangan, suatu negara bisa saja mencapai tingkat ketahanan pangan yang baik diukur dari tingkat ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, walaupun kebutuhan pangan tersebut dipenuhi dengan cara membeli produk impor. Jelas terlihat bahwa bagi negara, kecukupan pangan yang menjamin bahwa setiap individu akan mampu hidup sehat dan aktif saja mestinya tidak cukup. Karena itu muncul konsep kemandirian pangan yang memberikan penekanan pada pentingya melepaskan diri dari ketergantungan terhadap produk impor. Konsep kemandirian pangan menitikberatkan pada pentingnya pemenuhan pangan yang berbasis pada sumberdaya lokal. Dalam hal ini, konsep kemandirian pangan menuntut pemerintah untuk membangun ketahanan pangan yang berbasiskan kekuatan dan keunikan sumberdaya lokal sehingga terciptalah kemandirian pangan (Hariyadi 2011). Berkaitan dengan masalah membangun kemandirian dan kedaulatan pangan, di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) telah dilaksanakan sebuah kebijakan yaitu Program Pembangunan Ketahanan Pangan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) yang telah disusun sebelumnya. Dalam program ini diharapkan terpenuhinya sandang murah, hunian sehat dan lingkungan pemukiman layak, tersedianya lapangan kerja yang semakin luas, terwujudnya keluarga berkualitas, meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam upaya penguatan pelaksanaan kebijakan ini, Pemda KSB bersinergi dengan salah satu perusahaan swasta yaitu PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) yang merupakan perusahaan tambang terbesar di Provinsi NTB yang beroperasi di KSB sejak tahun 2000. Dari sisi PTNNT sendiri, Program Pembangunan Ketahanan Pangan ini menjadi menjadi salah satu program penting Community Development PTNNT sekaligus menjadi salah satu bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan, yang dikenal dengan Corporate Social Responsibilty (CSR). Dalam konteks dunia usaha, Community Development (Comdev) adalah bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibilty (CSR). Salah satu komponen penting dalam CSR adalah pengelolaan relasi dengan stakeholder, terutama masyarakat lokal. Saat ini CSR menjadi tolak ukur yang menentukan citra perusahaan di mata publik. CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa: “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan”.
2
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa: “Setiap penanaman modal tanggungjawab perusahaan”.
berkewajiban
melaksanakan
Dengan adanya undang-undang ini, industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan. Perlu diingat pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri, tetapi setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan hidup masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (Single bottom line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut (Triple bottom line). Sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari proses pembangunan berkelanjutan (Siregar 2007). PTNNT melaksanakan aktivitas penambangan sumberdaya mineral, dengan tahapan eksploitasi dimulai sejak Tahun 2000. Sebagai perusahaan tambang terbesar di NTB, sejak awal PTNNT menjadi perhatian banyak pihak mulai dari tingkat nasional sampai tingkat pemerintahan desa termasuk kelompokkelompok masyarakat di sekitar lokasi penambangan. Disadari bahwa aktivitas PTNNT secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan bagi kehidupan masyarakat baik di sekitar tambang maupun di luar wilayah tambang. Pengaruh yang ditimbulkan dapat berupa pengaruh positip maupun negatif. Terhadap pengaruh tersebut menimbulkan dinamika sosial di antara pemangku kepentingan. Oleh karena itu sesuai dengan amanat undang-undang, maka PTNNT berkewajiban untuk merespons dinamika sosial masyarakat sebagai bentuk tanggungjawab sosial. PTNNT telah melakukan berbagai Program Comdev bagi masyarakat sekitar wilayah perusahaan sebagai wujud pelaksanaan CSR. Program Comdev adalah bentuk komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan lebih baik, terutama peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Saat ini, program Comdev tidak hanya dilihat sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap masyarakat, namun juga sebagai sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usaha, terutama bagi investasi jangka panjang dalam industri pertambangan. Berkaitan dengan hal tersebut, PTNNT telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) tahun 2009-2013 sebagai instrumen dan rujukan dalam merumuskan program Comdev di sekitar wilayah operasi perusahaan (daerah lingkar tambang), yakni di Kecamatan Maluk, Jereweh dan Sekongkang. Dokumen renstra ini memuat rencana pengembangan masyarakat yang difokuskan pada beberapa bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, pertanian dan pariwisata serta bidang sosial budaya dan agama. Dari kelima bidang tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa bidang pertanian merupakan hal yang sangat krusial karena sektor pertanian menjadi tumpuan sebagian besar masyarakat yang ada di KSB. Telah tertuang dalam renstra PTNNT bahwa dalam bidang pertanian akan dilaksanakan beberapa kegiatan yang
3
bertujuan pada perbaikan sektor pertanian, yang bermuara pada ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah: (1) Perbaikan infrastrusktur; (2) Pembenahan sarana pertanian; (3) Peningkatan teknologi pertanian; dan (4) Penguatan kelembagaan. Selain Program Comdev PTNNT program Program Ketahanan Pangan KSB juga memiliki persamaan tujuan yang hendak dicapai yaitu terwujudnya ketahanan pangan, tetapi dikalukan sesuai prosedute dan kebijakan masingmasing lembaga. Dalam ikhtisar pencapaian tujuan tersebut, dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan aparat dan masyarakat agar mampu memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya ketahanan pangan, serta mampu mengatasi kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan (Bappeda KSB 2012): 1. Memanfaatkan potensi dari keragaman sumberdaya lokal untuk peningkatan ketersediaan pangan, dengan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan. 2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu dalam mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan cita rasa dan citra pangan khas daerah/Indonesia serta pengembangan produk dan mutu produk pangan bergizi. 3. Mengembangkan perdagangan/pemasaran pangan regional dan antar daerah untuk menjamin pasokan dan ketersediaan pangan yang terjangkau oleh masyarakat. 4. Memanfaatkan pasar pangan secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam. 5. Memberikan jaminan akses yang lebih baik bagi masyarakat miskin perkotaan dan pedesaan atas pangan yang bersifat pokok. Perjalanan program Comdev PTNNT, dan kebijakan ketahanan pangan KSB tidak selalu berjalan sesuai harapan karena dilakukan sesuai kondisi dan kebijakan masing-masing lembaga sehingga kelebihan dalam pelaksanaan program Comdev PTNNT belum tentu bisa diterapkan dalam program ketahanan pangan KSB dan sebaliknya, demikian juga sinergitas dari kedua program tersebut belum bisa diitegrasiakn dalam setiap kegitan sehingga perlu dilakukan kajian terkait kedua program tersebut. Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka pertanyaan utama kajian ini adalah “bagaimana strategi pengembangan program Community Development (Comdev) PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat?” Perumusan Masalah PT. Newmont Nusa Tenggara telah melakukan berbagai program Comdev bagi masyarakat sekitar wilayah perusahaan. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa program Comdev sebagai representasi dari CSR PTNNT disektor pertanian dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain : (1) perbaikan infrastrusktur; (2) pembenahan sarana pertanian; (3) peningkatan teknologi pertanian; dan (4) penguatan kelembagaan. Seiring dengan berjalannya program, dirasakan perlu untuk melihat sejauhmana program Comdev yang telah dijalankan ini mampu memenuhi tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.
4
Untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat? Implementasi dari program Comdev PTNNT dapat dilihat dua sisi, yaitu: (1) Bentuk program/kegiatan; dan (2) Pencapaian tujuan. Kebijakan pemantapan kemandirian dan ketahanan pangan menjadi isu sentral sekaligus merupakan prioritas utama dalam pembangunan KSB. Tujuannya adalah menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah, sepanjang waktu dan merata. Setelah mengkaji implementasi dari program Comdev sektor pertanian yang dilaksanakan PTNNT, berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan spesifik kedua adalah bagaimana ketahanan pangan beras KSB jika dilihat dari aspek produksi dan tingkat konsumsi pangan? Pada bagian ini akan memotret gambaran ketahanan pangan KSB dengan melihat seberapa besar tingkat produksi dan tingkat konsumsi pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat. Program Comdev PTNNT di sektor pertanian dan Program Pembangunan Ketahanan Pangan KSB sesuai dengan Rencana Strategis Comdev PTNNT dan Pemda KSB. Kedua program ini memiliki tujuan yang sama yaitu terwujudnya ketahanan pangan, namun dilakukan oleh lembaga yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut maka pertanyaan spesifik ketiga adalah bagaimana sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB? Dalam konteks ini, akan dikaji sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian yang tertuang dalam Renstra tahun 2009-2013 dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat KSB. Tujuan Kajian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan utama kajian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun tujuan spesifik kajian secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengevaluasi implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat; 2. Menganalisis ketahanan pangan beras KSB dilihat dari aspek produksi dan tingkat konsumsi pangan; 3. Mengkaji sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB. 4. Merumuskan strategi dan rencana program pengembangan Comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat.
5
Manfaat Kajian Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat antara lain: 1. Secara teoritis, kajian ini dapat dijadikan perbandingan atau referensi dan menambah bahan studi kepustakaan terkait dengan program CSR perusahaan dalam rangka pengembangan masyarakat. 2. Secara praktis, kajian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan PTNNT terkait dengan penyusunan kebijakan dan strategi dalam penguatan kemandirian pangan masyarakat. Ruang Lingkup Kajian Kajian ini dimaksudkan untuk merumuskan strategi pengembangan program comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras Kabupaten Sumbawa Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilakukan kajian implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian, implementasi kebijakan ketahanan pangan beras Pemerintah KSB, serta menganalisis sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB. Untuk mencapai tujuan tersebut makan lingkup kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif yang didukung pendekatan kuantiatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, Focus group discusion, studi dokumen dan obervasi/dokumentasi lapangan. 2. Rujukan yang digunakan dalam evaluasi ini adalah dokumen renstra program Comdev PTNNT 2009-2013, dan kebijakan ketahanan pangan KSB. 3. Analisis yang dilakukan berfokus pada implementasi program Comdev PTNNT dan analisis tingkat kemandirian pangan KSB di lihat dari sisi produksi dan konsumsi pangan beras serta sinergitas dari kedua program tersebut. 4. Cakupan wilayah studi adalah adalah Kabupaten Sumbawa barat dengan pada 3 kecamatan sasaran utama program Comdev PTNNT dan salah satu desaa di luar sasaran program Comdev PTNNT. 5. Perumusan rancangan strategi dan rencana program/aksi dilakukan dalam forum FGD untuk pengumpulan data sebagai masukan dalam analisis faktor internal dan eksternal menggunakan analisis SWOT.
6
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Community Development (Comdev). Pengembangan masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode, program, atau gerakan. Dengan kata lain, gambaran tersebut menunjukkan empat cara untuk memandang pengembangan masyarakat. Sebagai suatu “Proses” Pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dalam tahapan-tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahap berikutnya. Sebagai suatu “Metode” Pengembangan masyarakat merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan dengan cara sedemikian rupa sehingga beberapa tujuan dapat dicapai. Sebagai suatu “Program” Metode pengembangan masyarakat dinyatakan sebagai suatu gugus prosedur dan isinya dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan. Sebagai suatu “Gerakan” Pengembangan masyarakat merupakan suatu perjuangan, sehingga ini menjadi alasan yang membuat orang-orang mengabdi (Sanders dalam Nasdian 2014). Dalam pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari perspektif ekologi dan keadilan sosial. Prinsip prinsip ini saling terkait dalam pelaksanaannya. Sulit sekali menjalankan satu prinsip tanpa mengaitkan dengan prinsip yang lainnya. Pemahaman terhadap prinsip ini perlu dilakukan agar dalam penerapan pengembangan masyarakat, seorang community worker mempunyai orientasi yang tidak hanya bersifat pragmatis tetapi juga mempunyai visi jangka panjang (Nasdian 2014). Pengembangan masyarakat (community development) sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas: (1) komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan; (2) mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related parties), dan partisipasi warga; (3) membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga; dan (4) mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan warga komunitas (Ife 1995). Lebih lanjut Budimanta dan Rudito (2008) menyebutkan bahwa prinsip dasar pengembangan masyarakat (community development) yang bersumber dari dunia usaha dan pemerintah pada dasarnya masih memandang komuniti lokal sebagai obyek yang harus diperhatikan dan dirubah agar dapat setara kehidupannya dengan komuniti lain yang mandiri. Berbeda dengan pandangan pemerintah dan perusahaan, banyak anggapan dari komuniti lokal dan komuniti pendatang yang bukan industri melihat industri pertambangan sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bahkan lebih merupakan suatu bencana. Anggapan ini didasari adanya posisi pemerintah dan dunia usaha (industri) adalah sebagain pendatang dengan kekuatan ekonomi dan politik yang mencari kehidupan di wilayah mereka. Secara lebih rinci Dubois dan Miley dalam Huraerah (2008), memberi beberapa prinsip yang dapat menjadi pedoman dalam pemberdayaan masyarakat : 1. Membangun relasi pertolongan yang: (a) merefleksi respons empati; (b) menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (self-
8
2.
3.
4.
determination); (c) menghargai perbedaan dan keunikan individu; dan (d) Menekankan kerjasama klien (client partnership). Membangun komunikasi yang: (a) menghormati martabat dan harga diri klien; (b) mempertimbangkan keragaman individu; (c) berfokus pada klien; dan (d) menjaga kerahasiaan klien. Terlibat dalam pemecahan masalah yang: (a) memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah; (b) menghargai hak-hak klien; (c) merangkai tantangan sebagai kesempatan belajar; dan (d) melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi. Merefleksi sikap nilai profesi pekerjaan sosial melalui: (a) ketaatan terhadap kode etik profesi; (b) Keterlibatan dalam pengembangan profesional, riset, dan perumusan kebijakan; (c) penerjemah kesulitan-kesulitan pribadi dalam isu-isu publik; dan (d) penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.
Kemudian dipaparkan oleh Suharto (2010), bahwa pengembangan masyarakat (community development) mengekspresikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama, dan proses belajar yang berkelanjutan. Pendidikan, pendampingan dan pemberdayaan adalah inti dari pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat berkenaan dengan bagaimana mempengaruhi struktur dan relasi kekuasaan untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang mencegah orang beradaptasi dalam kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Disebutkan pula oleh Suharto (2010), bahwa tujuan pengembangan masyarakat adalah memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok-kelompok sosial besar yang bekerja berdasarkan agenda bersama. Pengembangan masyarakat secara umum diaktulisasikan dalam beberapa tahapan manajemen mulai dari perencanaan, pengkoordinasian, dan pengembangan berbagai langkah penanganan program atau proyek kemasyarakatan. Sebagai suatu kegiatan kolektif, pengembangan masyarakat melibatkan aktor seperti : pekerja sosial, masyarakat setempat, lembaga donor, serta para mitra terkait. Mereka bekerja sama dalam perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi program (Suharto dalam Zubaedi 2013). Lebih lanjut dijelaskan oleh Zubaedi (2013), bahwa usaha-usaha yang dilakukan para aktivis dalam mengorganisasikan kelompok-kelompok sasaran program pengembangan masyarakat umumnya dilakukan dengan beberapa cara. Adakalanya, dilakukan dengan mengintegrasikan kelompok sasaran ke dalam berbagai kelompok informal yang sudah berkembang di tengah-tengah masyarakat. Jadi, para pekerja sosial tinggal memanfaatkan atau mendinamiskan kelompok-kelompok yang sudah ada dengan memeperkenalkan kegiatan baru. Cara lain, adakalanya dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok baru yang didasarkan atas kesamaan jenis kegiatan dan kepentingan di antara mereka. Berkaitan dengan pengorganisasian kelompok sasaran ini, tampaknya sangat dipengaruhi oleh dukungan positif dari tokoh-tokoh lokal.
9
Corporate Social Responsibility (CSR) CSR merupakan konsep yang terus berkembang namum belum memiliki sebuah defenisi standar maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti corporate rensponsibility, corporate sustainability, corporate accountabiity, corporate citizeship, dan corporate stewardship (Suharto 2010). Lebih lanjut Suharto (2010) memaparkan bahwa CSR diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspekaspek perilaku perusahaan (firm’s behavior), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci: 1. Good corporate governance : etika bisnis, manajemen sumber daya manusia, jaminan sosial bagi pegawai negeri, serta kesehatan, dan keselamatan kerja. 2. Good corporate responsibility : pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya. Perkembangan konsep CSR berjalan seiring dengan perkembangan konsep stakeholder. Adapun konsep stakeholder sendiri tidak dilepaskan perkembangannya dari adopsi pendekatan sistem ke dalam teori manajemen. Pengenalan terhadp konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam manajmen, telah mengubah cara pandang manajer dan para ahli teori manajmen terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi perusahaan dapat mencapai tujuan secara efektif (Kartini 2009). Freeman dalam Kartini (2009) mendefenisikan stakeholder sebagai “setiap kelompok individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan”. Pada awalnya yang dengan stakeholder mencakup para pemegang saham (stockholders), para karyawan (employees), para pelanggan (customers), para pemasok (suppliers), para pemberi pinjaman (landers) dan masyarakat luas (society). Berdasarkan kaitannya dengan perusahaan, Jones dalam Kartini (2009) selanjutnya mengklasifikasikan stakeholders ke dalam dua kategori, yaitu: 1. Para pemangku kepentingan di dalam perusahaan (inside stakeholders), terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumberdaya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham (stockholders), para manajer (managers), dan karyawan (employees). 2. Para pemangku kepentingan di luar perusahaan (outside stakeholders), terdiri dari orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan tapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu kelompok pemangku kepentingan ini dapat mempengaruhi perusahaan. Yang termasuk ke dalam katagori outside stakeholders adalah pelanggan (customers), pemasok (supplier), pemerintah (government), masyarakat lokal (local communities) dan masyarakat secara umum (general public).
10
Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yang memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada pemegang saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat (Susiloadi 2008). Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktik-praktik tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteritik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang tanggung jawab sosial. Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai berikut (Susiloadi 2008): 1. CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan bisa menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas divisi human resource development atau public relations. 2. CSR bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri di bawah perusahaan atau group-nya yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke CEO atau ke dewan direksi. Model ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan. 3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama atau bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersamasama menjalankan CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah disepakati. Dalam konteks dunia usaha, Comdev adalah bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibilty (CSR). PTNNT telah melakukan berbagai program Comdev bagi masyarakat sekitar wilayah perusahaan. Program tersebut adalah bentuk komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan lebih baik, terutama peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Saat ini, program Comdev tidak hanya dilihat sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap masyarakat, namun juga sebagai
11
sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usaha, terutama bagi investasi jangka panjang industri pertambangan. (Laporan Comdev PTNNT 2012). Kebijakan Ketahanan Pangan Strategi yang selama ini dianut dalam pembangunan pertanian adalah membangun ketahanan pangan (food security). Ketahanan pangan didefinisikan sebagai akses fisik dan ekonomi semua orang terhadap pangan secara cukup, aman, dan bergizi pada setiap waktu untuk hidup aktif, sehat, dan produktif (Swastika 2011). Dengan menggunakan konsep ketahanan pangan, suatu negara bisa saja mencapai tingkat ketahanan pangan yang baik diukur dari tingkat ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, walaupun kebutuhan pangan tersebut terpenuhi dengan cara membeli produk impor. Jelas terlihat bahwa bagi negara, kecukupan pangan yang menjamin bahwa setiap individu akan mampu hidup sehat dan aktif saja mestinya tidak cukup. Karena itu muncul konsep kemandirian pangan yang memberikan penekanan pada pentingnya melepaskan diri dari ketergantungan terhadap produk impor. Konsep kemandirian pangan menitikberatkan pada pentingnya pemenuhan pangan yang berbasis pada sumberdaya lokal. Dalam hal ini, konsep kemandirian pangan menuntut pemerintah untuk membangun ketahanan pangan yang berbasiskan kekuatan dan keunikan sumber daya lokal sehingga terciptalah kemandirian pangan (Hariyadi 2011). Lebih lanjut Hariyadi (2011) memaparkan bahwa bagi banyak pihak, konsep kemandirian pangan ini masih menyisahkan kerisauan, khususnya yang berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam upaya kemandirian pangan. Keterlibatan segenap unsur masyarakat dalam mengelola sumber daya lokal yang berkontribusi pada kemandirian pangan menjadi faktor penting dalam membangun kemandirian pangan sehingga terlahirlah kedaulatan pangan. Dengan demikian, kedaulatan pangan tidak hanya menekankan pada sumber daya lokal sebagai basis pemenuhan kebutuhan pangan, tetapi juga menekankan pada peranan masyarakat lokal. Keterlibatan aktif masyarakat lokal diyakini akan menjadikan lingkungan sekitar dan kondisi sosial-budaya serta politik pangan masyarakat lokal lebih berkembang. Jadi, konsep kedaulatan pangan tidak semata menitikberatkan pada tercapainya kondisi kecukupan pangan agar setiap individu mampu hidup sehat dan aktif, tetapi juga setiap individu dalam masyarakat harus mampu mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai. Secara sederhana, perbedaan ketiga konsep tersebut ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan serta beberapa indikatornya disarikan oleh Hariyadi (2011) seperti tersaji pada Tabel 1.
12
Tabel 1 Perbandingan indikator ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan
Defenisi
Indikator ketersediaan pangan
Indikator keterjangkauan pangan
Indikator konsumsi pangan
Indikator Kemandirian
Indikator Kedaulatan
Ketahanan Pangan Adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,aman, merata, dan terjangkau
• Kecukupan jumlah (kuantitas) • Kecukupan mutu • Kecukupan gizi • Keamanan • Keterjangkauan fisik, ekonomi, dan sosial • Kesesuaian dengan preferensi
• Kecukupan asupan • Kualitas pengelolaan pangan • Kualitas sanitasi • Kualitas air • Kualitas pengasuhan anak
Kemandirian Pangan Adalah Kemampuan produksi pangan dalam negeri yang disukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumbersumber pangan yang beragam mulai dengan keragaman lokal. • Kecukupan jumlah (kuantitas) • Kecukupan mutu • Kecukupan gizi • Keamanan • Keterjangkauan fisik, ekonomi, dan sosial • Kesesuaian dengan preferensi • Kesesuaian dengan kebiasaan dan budaya • Kesesauian dengan kepercayaan • Kecukupan asupan • Kualitas pengelolaan pangan • Kualitas sanitasi • Kualitas air • Kualitas pengasuhan anak • Tingkat ketergantungan impor pangan • Tingkat ketergantungan impor sarana produksi pangan (benih, pupuk, mesin-mesin, dll)
Kedaulatan Pangan Adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menetukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal
• Kecukupan jumlah (kuantitas) • Kecukupan mutu • Kecukupan gizi • Keamanan • Keterjangkauan fisik, ekonomi, dan sosial • Kesesuaian dengan preferensi • Kesesuaian dengan kebiasaan dan budaya Kesesauian dengan kepercayaan • Kecukupan asupan • Kualitas pengelolaan pangan • Kualitas sanitasi • Kualitas air • Kualitas pengasuhan anak • Tingkat ketergantungan impor pangan Tingkat ketergantungan impor sarana produksi pangan (benih, pupuk, mesin-mesin, dll) • Tingkat keanekaragaman sumberdaya pangan lokal • Tingkat partisipasi masyarakat di dalam sistem pangan • Tingkat degradasi mutu lingkungan • Tingkat kesejahteraan masyarakat petani, nelayan, dan peternak
Sumber: Riset dan Teknologi Pendukung Peningkatan Kedaulatan Ketahanan Pangan (Hariyadi 2011) Program Pembangunan Ketahanan Pangan Sumbawa Barat sesuai dengan Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), yaitu terwujudnya ketahanan pangan, terpenuhinya sandang murah, hunian sehat, dan lingkungan pemukiman yang layak, tersedianya lapangan kerja yang semakin luas, terwujudnya keluarga berkualitas, meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial yang terus diupayakan melalui pemberdayaan aparat dan masyarakat agar mampu memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya ketahanan
13
pangan, serta mampu mengatasi kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan (Bappeda KSB 2012): 1. Memanfaatkan potensi dari keragaman sumberdaya lokal untuk peningkatan ketersediaan pangan, dengan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan. 2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu dalam mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan cita rasa dan citra pangan khas daerah/Indonesia serta pengembangan produk dan mutu produk pangan bergizi. 3. Mengembangkan perdagangan/pemasaran pangan regional dan antar daerah untuk menjamin pasokan dan ketersediaan pangan yang terjangkau oleh masyarakat. 4. Memanfaatkan pasar pangan secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam. 5. Memberikan jaminan akses yang lebih baik bagi masyarakat miskin perkotaan dan pedesaan atas pangan yang bersifat pokok. Menyadari adanya permasalahan dalam mewujudkan pemantapan ketahanan pangan daerah dan Nasional, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat terus melakukan koordinasi/ konsultasi dengan pemerintah provinsi dan pusat sehingga secara terprogram dan terencana terus meningkatkan anggaran dalam pembangunan ketahanan pangan. Dalam pelaksanaan program pembangunan ketahanan pangan, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui Badan Ketahanan Pangan dan instansi terkait lainnya, melaksanakan kegiatan skala prioritas yaitu (Buletin Suara KTC 2012): 1. Menyusun/membuat peta kerawanan pangan (Food Insecurity Atlas/FIA) guna mendukung lokasi pengembangan Desa Mandiri Pangan. 2. Stabilitas harga komoditas primer (gabah/beras) melalui DPM-LUEP, LDPM. 3. Percepatan diversifikasi konsumsi pangan dan penanganan daerah rawan pangan. 4. Pemantapan Kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan. Masih dikutip dari Buletin Suara KTC (2012), ketahanan pangan dihasilkan oleh suatu sistem pangan yang terdiri atas: (1) Ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk Kabupaten Sumbawa Barat; (2) Distribusi pangan yang lancar dan merata; dan (3) Konsumsi pangan untuk setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kaidah kesehatan. Untuk mewujudkan kondisi ketahanan pangan yang mantap, maka dalam pelaksanaan program harus memfokuskan pada lima fundamental penanganan pertanian yaitu (Bappeda KSB 2012): 1. Pembangunan/perbaikan infrastruktur perbenihan, riset, lembaga penangkar benih dan sebagainya. 2. Penguatan kelembagaan petani melalui pertumbuhan dan penguatan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (gapoktan); 3. Perbaikan penyuluhan melalui penguatan lembaga penyuluhan dan tenaga penyuluh. 4. Perbaikan pembiayaan pertanian melalui perluasan akses petani ke sistem pembiayaan. 5. Penciptaan sistem pasar pertanian yang menguntungkan petani.
14
Program pembangunan pemantapan ketahanan pangan Kabupaten Sumbawa Barat bertujuan memberdayakan aparat dan masyarakat agar mampu memaksimalkan pemantapan sumber daya serta dapat mengatasi kendala-kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan cara (Bappeda KSB 2012): 1. Memantapkan ketersediaan pangan dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan. 2. Memantapkan kelancaran distribusi pangan untuk menjamin stabilitas pasokan pangan secara merata dan terjangkau daya akses pangan masyarakat. 3. Meningkatkan percepatan diversifikasi konsumsi pangan. 4. Mencegah dan menaggulangi kerawanan pangan. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian latar belakang dan kajian teori yang telah disampaikan, maka dalam penelitian ini dapat dibangun sebuah kerangka pemikiran pelitian seperti disajikan pada Gambar 1. Kebijakan Pembangunan Ketahanan Pangan KSB
Visi dan misi pembangunan KSB Rencana Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan KSB (2011-2015)
Kebijakan CSR PTNNT
Renstra Comdev PTNNT 2009 -2013 Rencana tahunan
Program Pertanian dan Ketahanan Pangan KSB
Terwujudnya ketahanan pangan beras yang berkelanjutan
Pemanfaatan potensi geografis SDA yang dapat diperbaharui Menumbuhkan kegiatan ekonomi rakyat yang sesuai dengan keunggulan komparatif SDA setiap wilayah Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan/ investor Membangun sarana dan prasarana
Produksi lebih besar (lahan sawah, tenaga kerja, tekonologi, sarana dan prasaranan Konsumsi (jumlah penduduk, pertumbuhan dan kualitas beras
Program Comdev PTNNT Sektor Pertanian Meningkatkan saranan dan sarana pertanian Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani Meningkatkan produksi pertanian Mudahnya pemasaran produksi pertanian
Produksi lebih besar dari konsumsi secara berkelanjutan
Terwujudnya ketahanan pangan beras yang berkelanjutan
Gambar 1 Kerangka pemikiran sinergi Comdev PTNNT untuk memperkuat ketahanan pangan beras KSB
METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Waktu kajian dimulai Maret 2012 sampai Desember 2013. Cakupan lokasi kajian ini adalah Kabupaten Sumbawa Barat yang terbagi menjadi dua wilayah kajian sebagai berikut: (1) Desa yang menjadi sasaran utama program Comdev sektor pertanian PTNNT (daerah lingkar tambang) yaitu Desa Sekongkang Atas, Desa Tongo, Desa Aik Kangkung, Desa Benete, dan Desa Goa; serta (2) Desa yang ada di luar lingkar tambang PTNNT, yaitu Desa Tepas Kecamatan Brang Rea. Pendekatan Kualitatif Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam kajian ini adalah metode penelitian kualitatif yang didukung oleh data kuantiatif. Proses dan Pengumpulan Data Kualitatif Dalam penelitian ini ada 2 jenis data yang akan digunakan, yaitu data Primer dan Sekunder. Data primer merupakan data yang langsung didapatkan dari sumber informasi yang merupakan informan dalam penelitian ini, diharapkan akan diperoleh informasi yang asli, akurat, dan terpercaya untuk menjawab permasalahan penelitian. Data-data tersebut antara lain dapat berupa data naratif, deskriptif, dalam kata-kata informan, dokumen pribadi dan catatan lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain selain informan, yang sangat terkait dengan penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan oleh peneliti antara lain berupa: data jumlah penduduk KSB, tingkat produksi, konsumsi beras, dan data tekait pelaksanaan program Comdev PTNNT sektor pertanian, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya yang diperlukan. Pendekatan kualitatif, menggunakan empat metode penggalian data yaitu: 1)
Studi Dokumen Pengumpulan data dan informasi yang relevan dari pengkajian terhadap dokumen yang relevan dengan implementasi Comdev PTNNT sektor Pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB.
2)
Focus Group Discussion (FGD); Merupakan metode partisipatif untuk menggali data dan informasi dari stakeholder yang relevan dengan implementasi Comdev PTNNT sektor Pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB. Penggalian data panduan pertanyaan yang bersifat key question dan dikembangkan berdasarkan dinamika permasalahan yang mengemuka selama FGD berlangsung. ada tiga pihak, yaitu: a. Pihak PTNNT: • Pimpinan (Manager Comdev PTNNT) • Staf/Karyawan Comdev PTNNT
16
b. Pihak Pemerintah Daerah KSB: • Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) • Dinas Pertanian • Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian (Hutbuntan) • Desa (Kepala Desa). c. Pihak masyarakat; Informan terdiri dari unsur tokoh-tokoh masyarakat dan kelompok tani yang ada di tiga Kecamatan yang menjadi sasaran utama Comdev PTNNT dan perwakilan dari daerah luag sasaran program Comdev PTNNT. 3) Wawancara mendalam (indepth interview); Merupakan bagian dari pendekatan kualitatif untuk memperoleh infomasi tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan hal-hal subyektif lainnya dari berbagai kategori informan atau stakeholder terkait implementasi Comdev PTNNT sektor Pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB. Penentuan Informan adalah para pihak yang secara langsung berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dan berkompeten untuk menjawab permasalahan penelitian. Terdapat tiga kelompok stakeholder yang menjadi informan dalam wawancara mendalam, sama seperti stakeholder yang terlibat dalam FGD. 4) Observasi lapangan. Pengumpulan data dan informasi dengan melakukan kunjungan dan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif Pengolahan data kualitatif dimasudkan untuk memahami dan mengamati secara lebih mendalam dan pengungkapan secara detail susuai tujuan kajian. Pengolahan dan analisis data dengan pendekatan kualitatif mengacu pada kerja yang diberikan Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011). Data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Gambar 2).
Pengumpulan Data Data Collection
Reduksi Data Data Reduction
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan Conclusions;
Gambar 2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) Sumber: Sugiyono (2011).
17
Pendekatan Kuantitatif Pengumpulan dan Analisa data Kuantitatif Pengumpulan data kuantitatif ini menggunakan metode pengumpulan data Studi dokumen yaitu metode atau kegiatan penggalian data yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan data skunder yang dibutuhkan untuk kepentingan kegiatan evaluasi Comdev PTNNT, Ketahanam pangan KSB, dan juga untuk mengestimasi kebutuhan pangan beras KSB pada beberapa tahun ke depan berdasarkan asumsi kebutuhan beras “standar kemiskinan” rujukan BPS. Data sekunder yang dibutuhkan tersebut diperoleh dari PTNNT dan Instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian perkebunan dan kehutanan KSB, Bappeda KSB, BPS, Badan Ketahanan Pangan KSB serta kantor kecamatan dan desa. Jenis data sekunder yang diperlukan oleh peneliti antara lain berupa: data jumlah penduduk KSB, tingkat produksi dan konsumsi beras, data luas lahan sawah, teknologi yang digunakan, sarana dan prasarana, data-data lainnya tekait pelaksanaan program Comdev PTNNT sektor pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB, serta dokumen-dokumen pendukung lainnya yang diperlukan. Analisa data sekunder merujuk pada dokumen yang dibutuhkan. Pengolahan data statistik menggunakan Program Excel dan tabulasi tabel silang untuk menemukan apa yang penting dan patut dipelajari serta mengambil kesimpulan. Perancangan Strategi dan Program serta Penetapan Rencana Tindak Lanjut (Road map) Metode Penyusunan Strategi dan Program serta penetapan Road map Strategi adalah ilmu dan seni dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kolopaking 2013). Penyusunan strategy dilakukan melalui forum FGD untuk pengumpulan data sebagai masukan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), yang merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor kritis dalam suatu organisasi dengan sistimatis dalam rangka merumuskan berbagai strategy. Metode analisis ini didasarkan pada logika untuk dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan memanfaatkan peluang (opportunities), dengan secara bersamaan juga dapat meminimalkan dampak kelemahan (weaknesses) dan mengantisipasi ancaman (threats) (Rangkuti 2011). Analisa SWOT yang dilakukan disini didasrkan pada Implementasi Comdev PTNNT dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB dengan memanfaatkan komponen faktor ekternal (peluang dan ancaman) serta komponen faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Proses tersebut diharapkan dapat dirumuskan Strategy dan penyusunan program yang diperlukan untuk penguatan ketahanan pangan beras di KSB. Matriks SWOT membantu dalam melakukan perbandingan berpasangan antara faktor-faktor kekuatan, peluang, kelemahan, dan tantangan. selanjutnya dapat dikembangkan menjadi beberapa rumusan strategi, dengan alternatif sebagai berikut: (1) Strategi S-O (Strength-Opportunity); (2) Strategi ST (Strength – Threats); (3) Strategi W-O (Weaknesses – Opportunities); (4) Strategi W-T (Weaknesses – Threats). seperti terlihat pada Tabel 2.
18
Tabel 2 Matriks Analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang (O) 1. .......................... 2. .......................... 3. ......................... Tantangan (T) 1. .......................... 2. ......................... 3. ......................... Sumber : Rangkuti (2011).
Kekuatan (S) 1. ............................ 2. ............................ 3. ............................ Strategi SO 1. ............................ 2. .......................... 3. .......................... Strategi ST 1. ........................ 2. ........................ 3. .........................
Kelemahan (W) 1. .......................... 2. .......................... 3. .......................... Strategi WO 1. ......................... 2. ......................... 3. ......................... Strategi WT 1. .......................... 2. ......................... 3. ..........................
Selanjutnya temuan strategi dari analisis SWOT digunakan untuk menyusun program/kegiatan dalam memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras KSB. Tahap terakhir adalah pengembangan rencana tindak lanjut (road map) periode 3 tahun berdasarkan tahapan usaha tani padi di KSB (Pra tanam, Produksi, dan Pasca panen). Penyusunan Road map mengacu pada temuan strategy yang telah disusun dari hasil analisis SWOT. Partisipan Penyusunan Strategi melalui FGD Kegiatan perancangan akan dilakukan dalam sebuah forum diskusi terbatas (FGD) dengan melibatkan berbagai stakeholder sebagai participant : 1. Bappeda 2. Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian (Hutbuntan) 3. Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K). 4. Kades. 5. Kelompok Tani, 6. Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Wanita, LSM, dan lainnya.
PROFIL KABUPATEN SUMBAWA BARAT Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terletak di ujung barat Pulau Sumbawa, pada posisi antara 08”29’ dan 9”07’ Lintang Selatan dan antara 116”42’-117”05’ Bujur Timur, dibatasi oleh Selat Alas di sebelah barat, Samudra Indonesia di bagian selatan dan Kabupaten Sumbawa di sebelah utara dan timur.
Gambar 3 Peta Kabupaten Sumbawa Barat Keadaan topografi wilayah KSB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter dari permukaan laut (mdpl). Ketinggian untuk kota-kota kecamatan di KSB berkisar antara 3 sampai 37 mdpl. Sebaran topografi meliputi dataran seluas 21.822 hektar (11,80%), bergelombang seluas 16.369 hektar (8,83%), curam seluas 53,609 hektar (28,999%), dan sangat curam seluas 93.102 hektar (50,35%). Adapun jenis tanah dominan jenis entisol dan campuran litosol. Gambaran Topografi wilayah KSB disajikan dalam Grafik 1. Grafik 1 Topografi dan luas wilayah KSB
11,8 % 8,83 % 50,35 % 28,99 %
Datar
Bergelombang
Curam
Sangat Curam
Grafik 1 Topografi wilayah KSB
20
Luas KSB sekitar 1.849.02 km2 atau 184.902 ha. Sejak awal terbentuknya pada tahun 2003, secara administratif terdiri dari lima kecamatan yakni Kecamatan Jereweh, Kecamatan Taliwang, Kecamatan Sekongkang, Kecamatan Seteluk dan Kecamatan Brang Rea. Kemudian pada tahun 2008, dimekarkan menjadi 8 (delapan) Kecamatan, 65 desa/kelurahan dan 212 dusun. Dari delapan kecamatan tersebut, kecamatan yang paling luas yakni Kecamatan Taliwang sebesar 20,33 persen, diikuti oleh Kecamatan Sekongkang sebesar 20,14 persen. Sedangkan wilayah kecamatan yang paling sempit yakni kecamatan Maluk sebesar 5,00 persen Detail pembagian wilayah administratif disajikan pada Tabel 3 Tabel 3 Pembagian wilayah administrasi, luas wilayah dan ketinggian masingmasing wilayah Kecamatan Nama Kecamatan
Ibu Kota Kecamatan
Desa / Kelurahan
Jumlah Dusun
Wilayah
1.
Sekongkang
Sekongkang B
7
21
372,42
2.
Jereweh
Beru
4
15
260,19
Jarak dari kota Kabupaten (%) (Km) 41,70 20,14 18,90 14,07
3.
Maluk
Benete
5
17
92,42
5,00
29,70
4.
Taliwang
Kuang
15
52
375,93
20,33
0
5.
Brang Ene
Manemeng
6
18
140,90
7,62
4,30
6.
Brang Rea
Tepas
9
32
212,07
11,47
9,20
2
Luas (Km )
7.
Seteluk
Seteluk Tengah
10
32
236,21
12,77
16,20
8.
Poto Tano
Senayan
8
25
158,88
8,59
21,70
64
212
1. 849,02
100
Jumlah Sumber : KSB dalam angka tahun 2011
Iklim di KSB menurut klasifikasi Schmid dan Ferguson, berada pada iklim Tipe D dan E termasuk iklim tropis dengan temperatur udara 210 – 340 C. Pada tahun 2010, curah hujan menunjukkan kisaran antara 2 mm – 300 mm pertahun, sementara sebaran bulan basah terjadi antara bulan Oktober sampai Mei sedangkan bulan lainnya curah hujan cukup rendah (musim kemarau). Rata-rata curah hujan setiap bulan pada tahun 2010 mencapai 93 mm dengan curah hujan tertinggi sebesar 300 mm pada bulan November dan curah hujan terendah terjadi di bulan Juli sebesar 0 (puncak musim kemarau). Total hari hujan pada tahun 2009 sebanyak 95 hari dengan rata-rata per bulan 7,92 hari, sedang total curah hujan sebesar 2.156 mm atau rata-rata per bulan 179,66 mm (BPS KSB, 2010). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa KSB merupakan daerah kering, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas untuk pengembangan kegiatan ekonomi, terutama pertanian. Berdasarkan kondisi topografi wilayah, berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan. Wilayah datar sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan lokasi permukiman, sedang topografi semakin curam merupakan kawasan hutan yang berfungsi untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah. Data BPS 2010; Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010 menyebutkan bahwa lahan kering berupa hutan negara menempati porsi yang sangat luas (sekitar 72,90 %)
21
dari luas wilayah. Sedangkan tingginya persentase luas tanah yang termasuk dalam klasifikasi curam di KSB menyebabkan persentase wilayah yang dapat digunakan sebagai lahan produktif terutama untuk pertanian menjadi relatif sedikit/terbatas. Sebaran penggunaan lahan sawah di KSB tahun 2010 meliputi lahan sawah mencapai 5,09 persen terbagi menjadi lahan sawah irigasi teknis dan irigasi setengah setengah teknis, dan lahan kering mencapai 94,91 persen yang sebagian besar berupa hutan negara. Perkembangan penggunaan lahan selama periode tahun 2006 – 2010, luas lahan sawah meningkat rata-rata 1,32 persen per tahun disebabkan adanya pembangunan prasarana irigasi baru, sebaliknya luas lahan kering menurun rata-rata 0,07 persen per tahun. Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan umumnya dimanfaatakan untuk usaha tani padi dan palawija. Lahan kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dalam arti luas berupa: tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, hutan negara, padang rumput/pengembalaan, tambak, dan kolam/tebat/empang, belum dimanfaatkan secara intensif untuk pengusahaan berbagai jenis komoditas pertanian dan perikanan, sedang pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara ekstensif. Adapun luasan lahan berdasarkan penggunaannya di masing-masing wilayah kecamatan disajikan pada Tabel 4 . Tabel 4 Luas lahan menurut kecamatan dan penggunaan di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010 Kecamatan
Hutan Negara (ha)
Pekarangan
Jenis Lahan Lahan Sawah (Ha) (4)
Jenis Lahan Sawah dengan
Lahan Kering (Ha)
Irigasi Teknis
(5)
(6)
Irigasi Irigasi Irigasi setengah sederhana sederha Teknis PU (Ha) na Non (Ha) PU (Ha) (7) (8) (9) 176 286 0
Tadah hujan (Ha)
(1)
(2)
(3)
1. SEKONGKANG
23 404
386
726
29. 777
0
(10) 264
2. JEREWEH
33 539
269
816
42. 989
0
598
33
19
3. MALUK
11 999
26
134
14 171
0
73
0
11
50
39. 484
1 923
0
328
0
129
166
4. TALIWANG
31 520
231
2 380
5. BRANG ENE
7 390
58
709
9 215
510
0
24
0
175
6. BRANG REA
17 674
111
2 452
22. 961
1 580
0
396
0
476
6 041
0
1 234
0
409
283
262
10 859
0
0
0
150
112
9. 405
175.497
4 013
2 081
1 067
589
1 655
1 876
836
594
1 850
7. SETELUK 8. POTO TANO Jumlah/ Total
539
51
196
43
126 261
1.175
1 926
2009
137 965
1.048
9. 090
175.812
3 846
2008
134 888
1. 048
9 .090
175.812
4 093
2 052
869
589
1 487
2007
134.790
1. 071
9. 090
175.812
4 093
2 052
869
589
1 487
Sumber : KSB dalam angka tahun 2011 Berdasarkan Tabel 4, menunjukan terjadi perubahan luasan penggunaan lahan pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2010. Luas lahan sawah mengalami peningkatan mencapai 315 ha. Menurut jenisnya pengelolaan lahan sawah mengalami perbaikan sistem pengairan yakni lahan sawah berpengairan teknis meningkat sebesar 167 ha, setengah teknis meningkat seluas 205 ha, sistem irigasi sederhana PU meningkat sebesar 231 ha, sistem irigasi sederhana non PU
22
menurun sebesar 5 ha dan sawah tadah hujan menurun sebesar 195 ha. Hal ini menunjukan dalam satu tahun terjadi perubahan pengembangan usaha tani melalui perbaikan sistem irigasi dan berkurangnya jumlah lahan tadah hujan. Penggunaan lahan bukan sawah atau lahan kering sebagian besar berupa hutan negara sekitar 126.261 ha. Jika dibandingkan tahun 2009, hutan Negara berkurang sebesar 6,32 persen (11.704 ha), hal ini menandakan adanya sebagian hutan yang mengalami perubahan fungsi. Sedangkan pekarangan/lahan bangunan dan halaman sekitarnya pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 1175 ha atau meningkat sebesar 127 ha. Penduduk dan Angkatan Kerja Hasil survei sosial ekonomi nasional tahun 2009 menunjukan jumlah penduduk di KSB tercatat 101.089 jiwa kemudian mengalami peningkatan sebesar 2,73 persen, menjadi 114.951 pada tahun 2010 jiwa dan terdiri dari laki-laki 58.274 jiwa dan perempuan 56.677 jiwa. Penyebaran penduduk di KSB belum merata. Konsentrasi penduduk dominan (38,40%) berada Kecamatan Taliwang yang menjadi ibukota kabupaten sedangkan sisanya tersebar di tujuh kecamatan lainnya. Berdasarkan data BPS KSB tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk paling banyak berada di Kecamatan Taliwang sebesar 38,40 persen dan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Brang Ene sebesar 4,43 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, rata-rata anggota rumah tangga dan kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan. Kecamatan District
Luas (km 2)
Jumlah Penduduk (Jiwa) (%)
LakiLaki
Perempuan
Jumlah
(%)
Jumlah Rumah Tangga
Rata- rata KepadaART* tan (jiwa / Km2)
1.
Sekongkang
372,42
20,14
4 162
4 017
8 179
7,12
2 126
3,8
21,96
2.
Jereweh
260,19
14,07
4 175
4 195
8 370
7,28
2 023
4,1
32,17
3.
Maluk
92,42
5,00
6 206
5 723
11 929
10,38
3 542
3,4
129,07
4.
Taliwang
375,93
20,33
22 219
21 917
44 136
38,40
11 054
4,0
117,40
5.
Brang Ene
140,90
7,62
2 580
2 508
5 088
4,43
1 331
3,8
36,11
6.
Brang Rea
212,07
11,47
6 404
6 094
12 498
10,87
3 075
4,1
58,93
7.
Seteluk
236,21
12,77
7 801
7 623
15 424
13,42
3 859
4,0
65,30
8.
Poto Tano
158,88
8,59
4 727
4 600
9 327
8,11
2 263
4,1
58,70
1 849,02 1 849,02 1 849,02 1 849,02
100,00
58 274 50 758 51 245 48 323
56 677 50 331 47 811 48 690
114.951 101 089 99 056 97 013
100,00
29 273 26 489 26 412 25 889
3.9 3,8 3,8 3,7
62,17 54,67 53,57 52,47
Jumlah 2009 2008 2007
Sumber : BPS KSB tahun 2011 Keterangan *) ART = Anggota Rumah Tangga
Data di atas menunjukan bahwa tingkat kepadatan penduduk yang paling padat berada di Kecamatan Maluk sebesar 129,07 orang/km2 dan diikuti oleh kecamatan Taliwang sebesar 117,40 orang/km2. Padatnya jumlah penduduk di Kecamatan Maluk disebabkan wilayah Kecamatan Maluk termasuk yang paling kecil sebesar 5,00 persen dari luas wilayah KSB juga didukung oleh keberadaan PT NNT yang menjadikan wilayah Kecamatan Maluk sebagai pusat operasional
23
PT NNT sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk tinggal dan bermukim di wilayah tersebut. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 3,9 orang, yang paling kecil berada di Kecamatan Maluk sebesar 3,4 dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga yang paling tinggi sebesar 4,1 berada di Kecamatan Poto Tano, Brang Rea dan Kecamatan Jereweh. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk usia kerja yang berumur 15 tahun ke atas sekitar 85.902 orang atau 74,73 persen dari total penduduk. Dari seluruh penduduk usia kerja tersebut 66,44 persen diantaranya termasuk angkatan kerja, sedangkan 33,56 persen sisanya termasuk bukan angkatan kerja yaitu penduduk yang tidak melakukkan aktifitas ekonomi baik karena sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya. Tahun 2010 angkatan kerja yang bekerja mencapai 93,46 persen, dengan proporsi pekerja laki-laki sebanyak 65,61 persen dan pekerja perempuan sebesar 34,39 persen. Tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,54 persen dan sebagian dari pengangguran tersebut tidak mempunyai pengalaman kerja sama sekali. Dilihat dari komposisi menurut tingkat pendidikan, 64,78 persen merupakan penganggur terdidik minimal mempunyai ijazah tamat SMA. Dari jumlah tersebut, pengangguran dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dengan persentase masing-masing sebesar 54,17 persen dan 45,83 persen. Menurut tempat tinggal, lebih dari 73,39 persen penduduk yang menganggur bertempat tinggal di daerah perdesaan. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas (78,21 %) pekerja disektor pertanian berpendidikan SD kebawah. Dilihat dari tempat tinggalnya, para pekerja yang bertempat tinggal di daerah perkotaan mayoritas bekerja disektor jasa sebesar 32 persen dan perdagangan sebesar 21 persen. Sedangkan mereka yang tinggal di daerah perdesaan sebesar 41 persen bekerja di sektor pertanian. Bagi sebagian masyarakat juga bekerja ke luar negeri menjadi alternatif karena menjanjikan penghasilan yang lebih besar. Pada tahun 2010 jumlah yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebanyak 1.043 orang. Dari jumlah tersebut, tingkat pendidikannya, hanya menamatkan sekolah sampai SMP kebawah mencapai 93,48 persen. Adapun rasio beban ketergantungan pada tahun 2010 sekitar 56,74 per 100 penduduk usia produktif, angka tersebut tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan kondisi tahun 2009 dimana setiap penduduk usia produktif menanggung 55,73 penduduk usia non produktif. Struktur Sosial Komunitas Nilai dan Norma Sosial Sistem norma merupakan sejumlah tata aturan (norma) yang terangkai dan berkaitan satu dengan lainnya. Norma norma tersebut mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, ada yang kuat, sangat kuat, longgar dan lemah. Atas dasar daya ikatnya tersebut maka dikenal istilah : kebiasaan, tata kelakuan dan adat istiadat. Sejak masa konstruksi tambang PTNNT sekitar tahun 1997, banyak berdatangan tenaga kerja yang berasal dari berbagai daerah bahkan negara lain dan tinggal berdomisili dalam waktu relatif lama. Dengan demikian, daerah
24
lingkar tambang PTNNT muncul menjadi arena interaksi sosial yang sangat dinamis dan berpengaruh terhadap sistem norma masyarakat lokal. Pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik interaksi antar individu, kelompok atau antar masyarakat masing-masing membawa sistem budaya dan sistem norma masing-masing, sehingga interaksi sosial tersebut pada hakekatnya adalah interaksi budaya yang secara aktual tercermin dalam pola-pola tingkah laku. Oleh sebab itu, pola-pola tingkah laku dimaksud dapat diamati pada berbagai domain kehidupan manusia, baik sebagai individu, kelompok, atau masyarakat dan terkespresi dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Pranata sosial dalam kelembagaan masyarakat di wilayah lingkar tambang PTNNT terbentuk secara alamiah (kultural), dimana nilai dan norma yang ada dalam komunitas menjadi tata kelakuan dalam kehidupan sehari-hari. Pola hubungan sehari-hari didasarkan pada prinsip gotong royong dan rasa senasib sepenaggungan. Nilai dan norma yang mengkultur dalam kelembagaan masyarakat adalah nilai-nilai Islami (sebagian besar masyarakat lingkar tambang PTNNT beragama Islam), kegotongroyongan, hingga kini masih berjalan. Nilai dan norma tersebut membentuk tradisi yang mengikat tata kelakuan warga seharihari. Jaringan dan Dinamika Sosial Prinsip dasar yang dikembangkan dalam membangun masyarakat daerah lingkar tambang PTNNT adalah membangun hubungan dengan PTNNT dan Program Pemerintah. Dalam proses membangun hubungan tersebut kemudian terbentuklah relasi antara perusahaan dengan berbagai kelompok baik di tingkat pemerintah maupun di tingkat masyarakat. Disadari bahwa aktivitas PTNNT secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh sosial, ekonomi dan lingkungan bagi kehidupan masyarakat lingkar tambang. Program Comdev PTNNT dalam berbagai bidang selalu menjadi orientasi dan referensi serta katalisotor dalam peningkatan penghidupan masyarakat di lingkar tambang PTNNT. Kemudian faktor sosial budaya, karakteristik lokal, arus informasi, dan ketergantungan yang tinggi terhadap operasi PTNNT cukup menentukan dinamika sosial yang terjadi pada komunitas lingkar tambang PTNNT. Menyikapi hal tersebut, pola pendekatan yang tidak tepat dan sikap individu dari pihak perusahaan dalam mengurangi implikasi negatif terhadap dinamika yang terjadi terkadang berakibat sebaliknya. Selain itu, sikap memaksakan kepentingan dari sejumlah pemangku kepentingan seringkali mempersulit penyelesaian masalah. Hal itu dapat dipicu oleh ekspektasi dan keragaman kepentingan kelompok yang berakibatakibatnya timbul kelompok-kelompok yang tidak puas. Beberapa fakta yang dilapangan pada sektor pertanian bahwa petani pemilik lahan asli Sumbawa memiliki kebiasaan menyerahkan pengelolahan lahannya kepada pendatang dari di luar daerah seperti (penggarap dari Lombok dan Bima), meskipun dilakukan kelola sendiri, namun beberapa kegiatan utama usaha tani. seperti kegiatan tanam, penyiangan dan panen masih tetap diserahkan pada petani/penggaran dari luar daerah.
25
Kelembagaan sosial Perkembangan kelembagaan sosial dimenunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hasil pengamatan dan pengumpulan data menemukan adanya perkembangan kelembagaan sosial yang signifikan sebelum dan setelah keberadaan PTNNT di kabupaten Sumbawa Barat. Peningkatan terjadi pada kuantitas dan kualitas kelembagaan yang ada. Hal ini dilihat berdasarkan peningkatan jumlah, peran dan fungsi lembaga bersangkutan dalam mendukung pelayanan kehidupan masyarakat di daerah lingkar tambang. Berikut disajikan hasil pendataan langsung mengenai ketersediaan dan perkembangan lembaga sosial pada 15 desa di wilayah lingkar tambang PTNNT tahun 2012 seperti Tabel 6. Tabel 6
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Keberadaan Lembaga Sosial Budaya sebelum tambang (1995) dan setelah masa produksi tambang PTNNT (2012) pada 15 Desa Lingkar Tambang PTNNT. Jenis Lembaga Kelompok Tani Gapoktan P3A Karang Taruna PKK Majelis Ta’lim Kel. Gotong Royong Perkump. Olah raga Perkump. Kesenian Pam Swakarsa Dasa wisma Remaja Masjid KSM Bakn Sampah UPKD Posyandu
Sebelum Tambang (1995) 5 0 2 6 6 6 6 9 2 114 3
Tahun 2012 24 15 9 13 15 12 1 23 2 3 136 12 17 1 1 24
Sumber : monografi desa Secara umum keberadaan kelembagaan tradisional semakin berkurang di tengah masyarakat lingkar tambang PTNNT. Kelembagaan formal cenderung meningkat sejalan dengan makin beragamnya aktivitas masyarakat di bidang pertanian, sosial budaya. Kelompok-kelompok bidang pertanian, olah raga dan kesenian cukup berkembang setelah kehadiran PTNNT. Sebagaimana dituturkan oleh sejumlah informan, bahwa adanya inisiatif PTNNT dan pemerintah desa setempat dalam pengembangan pertanian dan mengadakan perlombaan kesenian dan olah raga dalam even-even tertentu ternyata dapat membangkitkan semangat masyarakat lokal untuk menghidupkan kembali kelembagaan yang pernah ada dan membentuk kelembagaan baru dalam bentuk kelompok-kelompok bidang pertanian dan olah raga di setiap desa. Persoalan sosial budaya secara faktual kurang mendapat perhatian masyarakat mengingat konsentrasi aktivitas mereka lebih terpusat ke kegiatan ekonomi. Pendapat dari informan dan sejumlah tokoh masyarakat bahwa bila terlalu memperhatikan aspek-aspek sosial budaya maka kemungkinan bisa tertinggal secara ekonomi. Persoalan yang nyata dihadapi masyarakat sekarang ini
26
adalah persaingan ekonomi. Oleh sebab itu kecenderungan masyarakat adalah lebih banyak mengalokasikan waktu untuk melakukan aktivitas ekonomi Perekonomian Untuk memperoleh gambaran ekonomi suatu wilayah, maka salah satu indikator adalah berdasarkan sektor-sektor yang ada dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari PDRB tersebut, dapat dilihat bagaimana kondisi ekonomi wilayah berdasarkan struktur dan pertumbuhan ekonominya. Struktur Ekonomi Kontribusi sektor dan kelompok sektor ekonomi yang ada di KSB terhadap total PDRB KSB dipaparkan pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi persentase PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2008-2012 Lapangan Usaha PRIMER: 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian Jumlah Sektor Primer SEKUNDER: 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan Jumlah Sektor Sekunder TERSIER: 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengankutan dan Komunikasi 8. Keu. Persewaan, dan Jasa Perush. 9. Jasa-Jasa Jumlah Sektor Tersier PDRB
2008 (%)
2009 (%)
2010 (%)
2011 (%)
2012 (%)
RataRata
2,23 90,15
2,82 91,95
3,27 90,53
2,58 92,00
2,37 92,39
2,65 91,40
92,38
94,77
93,8
94,58
94,76
94,06
0,22 0,01 1,15 1,38
0,27 0,02 1,27 1,56
0,30 0,03 1,59 1,92
0,25 0,03 1,54 1,82
0,23 0,02 1,54 1,79
0,25 0,02 1,42 1,69
1,10
1,82
2,11
1,80
1,74
1,71
0,30
0,94
1,08
0,88
0,83
0,81
0,20
0,24
0,28
0,23
0,21
0,23
0,50 2,10 100
0,67 3,67 100
0,81 4,28 100
0,70 3,61 100
0,65 3,43 100
0,67 3,42 100
Sumber: KSB dalam angka tahun 2008 – 2012. Selama lima tahun terakhir, aktivitas perekonomian di KSB didominasi oleh sektor primer yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya angka rata-rata kontribusi sektor tersebut yaitu sebesar 91,40 persen, kemudian diikuti oleh sektor petanian sebesar 2,65 persen. Sedangkan sektor yang paling rendah kontribusi terhadap perekonomian KSB adalah sektor listrik dan air bersih dengan kontribusi rata-rata sebesar 0,20 persen. Hal ini dikarenakan sektor ini bukan merupakan sektor ekonomi murni dan terjadi hampir disemua daerah.
27
Series1, Sekunder, 1.69, 2%
Series1, Tersier, 3.24, 3%
Primer Sekunder Tersier
Series1, Primer, 94.06, 95%
Grafik 2 Kontribusi perkelompok sektor ekonomi KSB (Dalam %) Sumber : PDRB, data diolah.
Sektor pertanian dan sektor pertambangan dan galian termasuk kelompok sektor primer dalam struktur PDRB KSB. Kelompok sektor primer ini memberikan peranan kontribusi yang paling besar, yaitu dengan rata-rata kontribusi sebesar 94,06 persen. Sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih, dan sektor bangunan yang termasuk dalam sektor sekunder memberikan kontribusi paling rendah terhadap PDRB KSB, yaitu hanya memberikan kontribusi rata-rata sebesar 0,20 persen. Peran kelompok sektor ini didominasi oleh sektor Bangunan yang memberikan kontribusi rata-rata sebesar 1,42 persen selama lima tahun terakhir. Kelompok sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB KSB yaitu rata-rata sebesar 3,24 persen. Peran yang paling besar dalam kelompok tersier didominasi perdagangan, hotel, dan restoran, yang memberikan kontribusi sebesar 1,71 persen. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan analisis tentang keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara/daerah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitasaktivitas perekonomian menghasilkan tambahan penghasilan masyarakat pada periode tertentu. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.
28
Tabel 8
Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2008 – 2012 . Lapangan Usaha
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengankutan dan Komunikasi 8. Keu. Persewaan, dan Jasa Perush. 9. Jasa-Jasa PDRB
2008 (%) 3,20 1,50 3,25 5,33 16,45 3,21
2009 (%) 0,25 2,51 4,81 7,66 28,82 4,53
2010 (%) 5,38 -10,46 3,78 10,59 13,34 5,62
2011 (%) 0,55 29,80 5,62 12,16 24,17 9,29
2012 (%) 3,51 12,94 4,02 9,21 13,71 8,22
RataRata 2,48 7,26 4,30 8,99 19,30 6,17
3,25 4,02
4,54 4,53
5,10 4,20
3,78 6,36
5,91 3,87
6,38
4,29
9,70
10,17
5,17
4,52 4,60 7,14
5,74
2,77
-9,06
27,74
12,46
7,93
Sumber: KSB dalam angka tahun 2008 – 2012. Berdasarkan data pada Tabel 8, pertumbuhan ekonomi KSB sangat fluktuatif. Dari tahun 2008 sampai tahun 2012 perkonomian KSB mengalami penurunan tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu dari 5,74 persen pada tahun 2006 menjadi 2,77 persen pada tahun 2007 dan terus mengalami penurunan hingga mencapai angka -9,06 persen pada tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi KSB mengalami peningkatan yang sangat meyakinkan yaitu sebesar 27,74 persen. Selama 5 tahun, sektor yang memiliki pertumbuhan yang paling tinggi adalah sektor bangunan dengan pertumbuhan rata-rata 19,30 persen. Sedangkan sektor yang memiliki pertumbuhan yang paling rendah adalah sektor pertanian, yaitu sebesar 2,48 persen. Meskipun memiliki pertumbuhan yang paling rendah, secara absolut sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB KSB. Jika sektor pertambangan dan penggalian di keluarkan dari sektor pembentuk PDRB KSB, sektor pertanian memberikan kontribus paling besar di antara tujuh sektor ekonomi lainnya. Gambaran Umum Potensi Sektor Pertanian Ketahanan Pangan KSB Untuk menunjang pembangunan, terutama untuk meningkatkan PDRB di sektor pertanian, KSB harus dapat mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pada subsektor pertanian. Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha-usaha yang dilakukan meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi pada semua sektor yang ada. Gambaran dari masing-masing kegiata subsektor dapat dilihat sebagai berikut. Tanaman Bahan Pangan Pada subsektor tanaman bahan makanan, potensi yang banyak diusahakan/ditanam oleh masyarakat di KSB adalah padi, palawija (jagung, kedelai, ubi kayu, ubu jalar, kacang tanah, dan kacang hijau. Sementara untuk tanaman sayuran, yang banyak diusahakan oleh petani adalah cabe, terong, tomat, dan kacang panjang.
29
Tabel 9 Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi per hektar padi/palawija di KSB tahun 2011 No.
Jenis Tanaman
Luas Panen (ha) 1. Padi sawah 17.235 2. Padi lading 277 Jumlah Padi 17.512 3. Ubi Kayu 22 4. Ubi Jalar 8 5. Jagung 3.135 6. Kedelai 1.354 7. Kacang tanah 123 8. Kacang hijau 1.567 Sumber : KSB dalam angka tahun 2012.
Produksi (ton) 98.019,00 1.080,30 99.099,30 286,00 94,00 10.444,98 1.504,18 163,91 1.550,04
Rerata Produksi (kw/ha) 55,98 39,01 55,51 130 118,13 33,6 11,09 12,80 9,89
Dari Tabel 9, komoditas padi di daerah KSB cukup banyak, terlihat dari luas panennya yang cukup besar, yakni sekitar 14.175 ha, terutama untuk padi sawah. Sementara untuk jenis palawija, yang paling banyak ditanam adalah jagung dan kedelai dengan luas panen masing-masing 1.705 ha dan 1.377 ha. Seluruh lahan pertanian yang ada di KSB tersebut diairi dari 10 sumber irigasi, yakni: Bendungan Kalimantong I, Bendungan Kalimantong II, Bendungan Plampo’o, Bendungan Elang Desa, Bendungan Empung Puja, Daerah Irigasi (DI) Tiu Kawah, DI Reban Batu, DI Embung Benete, DI Senutuk, dan DI Tabiung. Sayangnya, pemanfaatan seluruh bendungan tersebut belum optimal, karena baru sedikit lahan yang dapat memanfaatkan keberadaan sumber irigasi tersebut. Perkebunan Perkebunan rakyat di KSB pada tahun 2010, meliputi 15 komoditi. Produksi 15 komoditi tersebut sangat bervariasi. Komoditi kelapa merupakan komoditi yang mempunyai nilai produksi yang paling tinggi di antara komoditi lainnya, yakni 1.268,64 ton dengan luas lahan 1.134 ha. Kepengusahaan tanaman kelapa tersebar diseluruh kecamatan yang ada di KSB, dengan lahan yang paling luas terdapat di Kecamatan Taliwang. Komoditi lainnya yang sudah dapat diketahui jumlah produksinya adalah jarak pagar dan kopi sementara komoditi lainnya masih belum diketahui dengan pasti produksinya. Tanaman kopi hanya terdapat di dua kecamatan saja, yakni Brang Rea (225 ha) dan Brang Ene (10 ha). Sementara jarak pagar terdapat di seluruh kecamatan dengan luas areal 1.180 ha. Tanaman lainnya yang mempunyai areal tanaman yang luas adalah jambu mete dengan luas areal tanaman 1.443 ha dan tanaman ini diusahakan di seluruh kecamatan yang ada.
30
Tabel 10 Luas areal panen dan produksi tanaman perkebunan rakyat di KSB tahun 2012 No. Komoditi 1. Kelapa 2. Kopi 3. Kapuk 4. Kakao 5. Asam 6. Tebu 7. Jambu mete 8. Pinang 9. Jarak pagar 10. Vanili Sumber: KSB dalam angka tahun 2012.
Luas (ha) 1.134,00 235,00 140,00 112,00 110,00 86,00 1.443,00 34,00 1180,00 2,50
Produksi (ton) 1.268,64 42,2 116,82 -
Peternakan Potensi ternak yang ada di KSB terdiri dari berbagai jenis ternak baik ternak besar maupun ternak kecil. Ternak besar seperti sapi dan kerbau sangat banyak diternakkan oleh masyarakat KSB, sementara untuk jenis ternak kecil yang banyak adalah kambing. Semua Kecamatan di daerah ini potensial sebagai daerah peternakan untuk semua jenis ternak, terutama di Kecamatan Taliwang, Seteluk dan Poto Tano. Tabel 11 Jumlah ternak di KSB dirinci menurut kecamatan dan jenis ternak tahun 2012 No.
Kecamatan
Sapi Kerbau (ekor) (ekor) 1. Sekongkang 2.798 330 2. Jereweh 3.455 533 3. Maluk 1.989 141 4. Taliwang 10.795 2.650 5. Brang Ene 3.051 1.009 6. Brang Rea 1.371 2.307 7. Seteluk 7.241 4.296 8. Poto Tano 8.922 330 Jumlah 39.622 11.596 Sumber: KSB dalam angka tahun 2012.
Kambing (ekor) 768 767 929 4.214 565 741 5.449 9.723 23.165
Domba (ekor) 25 87 1.005 80 30 55 1.282
Kuda (ekor) 421 342 281 1.243 535 1.299 1.621 794 6.536
Pengusahaan ternak yang dilakukan selama ini masih bersifat sangat tradisional sebagaimana yang selama ini dilakukan di kawasan Pulau Sumbawa yakni dengan melepas semua ternaknya dan membiarkan berkeliaran kemanapun untuk mencari makan dan mengurus hidup bersama kelompoknya dan tidak mengkandangkannya. Jika diperlukan barulah pemilik ternak akan mencari ternaknya tersebut. Dengan teknik pemeliharaan ternak semacam ini menimbulkan dampak yang tidak diinginkan antara lain : mengganggu lahan
31
pertanian dan merusak tanaman, serta sangat rawan pencurian. Perkembangan jenis ternak sapi dan kambing selalu meningkat setiap tahunnya. Selain ternak besar, unngas juga diusahakan oleh masyarakat KSB, terutama untuk jenis ternak ayam dan itik yang dipelihara di semua kecamatan. Ayam merupakan jenis ternak unggas yang paling banyak dipelihara penduduk, sedangkan yang paling sedikit adalah merpati. Pemeliharaan ayam oleh masyarakat di KSB hanya untuk konsumsi sendiri. Perikanan KSB sebagai kabupaten yang terletak di bagian Barat Pulau Sumbawa merupakan daerah pantai, memiliki potensi perikanan cukup besar, baik untuk perikanan tangkap maupun budidaya. Produksi ikan di daerah ini cukup memadai untuk konsumsi masyarakat. Untuk kecamatan yang tidak memiliki daerah pantai seperti Kecamatan Brang Rea, Brang Ene, dan Seteluk, dapat memproduksi ikan dengan budidaya kolam atau keramba. Tabel 12 Potensi Produksi Perikanan Di KSB Dirinci Menurut Kecamatan dan Sub Sektor Tahun 2012 (ton) No.
Kecamatan
Perikanan Laut 1. Sekongkang 850 2. Jereweh 910 3. Maluk 1.250 4. Taliwang 8.450 5. Brang Ene 6. Brang Rea 7. Seteluk 8. Poto Tano 3.540 Jumlah 15.000 Sumber : KSB dalam angka tahun 2012
Rumput Laut 51 2.981 53 9.630 3.300 1.605
Tambak 910 875 3.300 5.076
Ikan Air Tawar 21,90 118,20 741 173 1.045,20 471,00 2.570,30
Dari Tabel 12 terlihat bahwa pada tahun 2011 untuk potensi perikanan laut dan rumput laut didomoinasi oleh Kecamatan Taliwang yang merupakan ibu kota KSB dengan produksi berturut-turut sebesar 8.450 ton dan 9.630 ton. Perikanan tambak didomoinasi oleh Kecamatan Poto tano dengan nilai produksi 3.300 ton. Kemudian untuk komoditas ikan air tawar didominasi oleh Kecamatan Brang Rea 1.045,20 ton. Kehutanan Hutan di KSB sampai dengan tahun 2010 adadalah seluas sekitar 126.261,45 ha. Hutan yang ada tersebut dikelompokkan menjadi beberapa jenis : yakni hutan lindung, hutan produksi, hutan konservasi, dan lain-lain seperti yang terlihat dalam Tabel 13.
32
Tabel 13 Kawasan Hutan Dirinci menurut Kelompok di KSB Th 2011 (ton) No. 1. 2. 3.
Kelompok Hutan
Hutan lindung Hutan produksi Hutan Konservasi - Konservasi SDA - Konservasi kelestarian alam 4. Taman baru 5. Hutan penelitian/khusus Jumlah Sumber: KSB dalam angka tahun 2012.
Luas Ha 54.908,31 66.311,06 5.042,08
(%) 43,50 52,51 3,99
126.261,45
100,00
Dari Tabel 13 di atas, terlihat bahwa dari total luas hutan KSB, hutan yang paling luas adalah hutan produksi dengan luas 66.311,06 ha (52,51%), dan hutan lindung dengan luas 54.908,31 ha (43,50%). Kemudian sisanya adalah hutan konservasi dengan luas 5.042 ha (3,99%). Selama lima tahun terakhir, aktivitas perekonomian di KSB didominasi oleh sektor primer yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya angka rata-rata kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB KSB yaitu sebesar 91,40 persen, kemudian diikuti oleh sektor petanian sebesar 2,65 persen, dan sektor lainnya. Dominasi sektor pertambangan terhadap PDRB KSB merupakan dampak langsung dari keberadaan Perusahaan Pertambangan PT Newmont Nusa Tenggara. Sector pertanian memiliki pertumbuhan yang paling rendah, secara absolut namun memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB KSB jika dibandingkan dengan tujuh sector ekonomi lainnya di luar sector Pertambangan. Sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat KSB, sedangkan subsektor tanaman bahan makanan merupakan potensi yang banyak diusahakan/ditanam adalah tanaman padi, oleh sebab itu untuk menunjang pembangunan dan ketahanan pangan KSB serta meningkatkan PDRB dari sektor pertanian, pemerintan KSB harus dapat mengoptimalkan kegiatankegiatan pada subsektor pertanian melalui kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi sarana dan prasarana serta membangun kemitraan dengan pihak-pihak lainnya.
IMPLEMENTASI PROGRAM COMDEV PTNNT SEKTOR PERTANIAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN BERAS DI KSB Sasaran utama program Comdev PTNNT sektor pertanian adalah “Terujudnya ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan” yang akan dicapai dengan empat tujuan: 1). Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana Pertanian; 2). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani serta mantapnya kelembagaan petani; 3). Meningkatkan hasil produksi pertanian; dan 4). Mempermudah pemasaran Produk pertanian (Renstra Comdev PTNNT 2009) Pembahasan dan hasil pada bagian ini dan sub bab selanjutnya akan banyak menyajikan data-data kuantitatif yang menjadi capaian implementasi Program Comdev PTNNT dan program Ketahanan Pangan Pemkab KSB. Selain itu, pada bagian ini juga menyajikan kutipan hasil wawancara dengan informan penelitian sebagai penegasan atas apa yang telah dicapai dalam implementasi tersebut. Selanjutnya untuk mempermudah penulisan, konsistensi, dan tanpa bermaksud mengurangi kapasitas dan kompetensi seluruh informan, kesesuaian dengan tata cara dan kaidah penulisan karya ilmiah berupa kutipan pernyataan asli, maka kutipan nama lengkap, gelar, jabatan dan pengalaman tidak akan ditampilkan secara lengkap. Namun hanya dalam bentuk nama inisial, sedangkan jabatan hanya akan ditampilkan satu kali saja. Daftar nama informan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Daftar informan Nama Lengkap Dr. Ir. H. Amry Rakhman, M. Si Ir. Muslimim Yasin, M.Si. Dedy Damhudy, SP.,M.Si
Inisia Jabatan l AR Kepala Bappeda KSB MY Kadis Hutbuntan KSB DD Kabid Konsumsi dan Keamanan
Faozan Maulad
FM
Ahdiat Amril, SP., MM Dr. Kasan Mulyono Yuyud Indrayudi Muhammad Rizal
AA KM YI MR
Pangan KSB Plt Manager Planning & Development SR PT NNT SR Research & Development Manager Social Responsibility Koordinator NGO Mitra PT NNT Lembaga Mitra Comdev PT NNT
Syarifuddin SN Kades Sekongkang Atas Hasanuddin HS Kades Tongo Ratnawati RA Kades Ai Kangkung Sirajuddin SI Kades Benete Muhammad Fadli, SP MF Ketua BPD Tongo Mahyuddin MH Kades Goa Hataman Ersyah, S.Kom HE Sekdes Desa Tepas Suparman SU Ketua BPD Tepas Sumber: Dikembangkan dalam penelitian ini.
Lama Menjabat 5 tahun 4 tahun 4 tahun 14 tahun 14 tahun 5 tahun 4 tahun 5 tahun 10 tahun
5 tahun 3 tahun 2 tahun 2 tahun 2 tahun 1 tahun 1 tahun
34
Comdev sektor pertanian PTNNT telah berkomitmen dalam bidang pertanian. Program-program pengembangan masyarkat yang telah tersusun bertujuan untuk terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan. Aspek ketahanan pangan masyarakat ini dibangun dari peningkatan jumlah sarana prasarana, peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dan kelembagaannya petani yang mantap, penganekaragaman tanaman dan usaha pendukung pendapatan. Peningkatan Sarana Prasarana Pertanian (Irigasi, Embung, Pompa dan Alat/Mesin Lainnya) Kegiatan ini terdiri dari peningkatan akses air dengan mambangun DAM, embung/bendung serta saluran irigasi menuju pada hamparan sawah. Selain itu pada kegiatan ini PTNTT juga mendukung perbaikan jalan usaha sehingga akses dari dan ke lahan menjadi lebih mudah. Data mengenai luasan sawah beririgasi didapatkan dari data sekunder baik dari pihak PTNTT maupun data dari BPS. Pengadaan prasarana jalan usaha tani dengan target 120 km, peneliti tidak memperoleh data detail tentang panjang jalan usaha yang telah dibangun sepanjang periode 2009-2013. Untuk meningkatkan akses petani terhadap air, Comdev PTNNT juga telah membangun embung melalui kerjasama dengan pemda KSB (cq Dinas Pekerjaan Umum). Terdapat tujuh embung yang telah dibangun di tiga kecamatan yaitu : Embung Batu Bangkong - Benete, Embung Plampo-Sekongkang, Embung PujaTongo, Embung Tiu Sepit-Tongo, Embung Senutuk- SP 1, Embung Tabiung- SP 2, dan DAM Murus di Beru Jereweh. Pencapaian ini lebih rendah dari target yang dicanangkan pada dokumen renstra 2009-2013, yang menyatakan pada tahun 2013 ditargetkan ada 8 embung/bendung. Masih satu bendungan, embung lagi yang perlu dibangun untuk mencapai target yang ditetapkan. Kelayakan lokasi dan manfaat embung yang akan dibangun dan ditentukan dari sejauh mana sumber air tersedia dan pertimbangan akan luas lahan potensial yang akan memperoleh parairan. PT NNT juga memberikan bantuan handtractor kepada petani yang tergabung dalam perkumpulan petani pemakai air (P3A). Sejak tahun 2009, PTNNT melalui lembaga pelaksana seperti YPPT, dan SPNSN telah memberikan rata-rata dua handtractor kepada setiap kelompok P3A. Kelompok-kelompok tersebut memperoleh handtractor yang dioperasikan pada lahan anggota sekaligus sebagai modal untuk memupuk keuangan kelompok (melaliu mekanisme sewa jasa). Petani diwajibakan membayar sekitar Rp. 800.000, setiap hektar lahan yang diolah. Capaian dari implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian dari sisi peningkatan sarana dan prasarana pertanian digambarkan secara jelas oleh AA, selaku SR Research & Development PTNNT sebagai berikut: ”Benar bahwa program pertanian PT NNT dibidang infrastruktur telah mampu meningkat sarana dan prasarana pertanian terutama di tiga kecamatan dan desa-desa di lingkar tambang. Diantaranya adalah PTNNT telah membuat empat buah bendung dan tiga embung dengan paket jaringan irigasi yang keseluruhan memakan biaya lebih kurang Rp 50,5 M”.
35
Lebih lanjut AA menyatakan : ”PTNNT melalui YOP dan YPESB juga telah memberikan bantuan saprodi kepada petani berupa pupuk, bibit, handtractor, mesin perontok padi, dan alsintan penunjang yang lain. Hampir bisa dipastikan bahwa tidak ada desa atau kelompok tani yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dari sejak YOP dan YPESB beroperasi terutama bagi kelompok tani dan desa di lingkar tambang”. Seolah ingin menegaskan apa yang disampaikan AA, juga FM selaku Manager Planning & Development SR PT NNT memberikan tambahan melalui pernyataan selanjutnya, sebagai berikut : ”PTNNT melalui Program Pengembangan Masyarakat (Community
Development) telah membangun tujuh DAM dan bendung/embung tersebar di tiga kecamatan sekitar tambang (Sekongkang, Maluk dan Jereweh) termasuk saluran irigasi sampai ke sawah-sawah masyarakat. Adanya sarana irigasi ini telah meningkatkan masa tanam dari hanya satu kali musim tanam, yaitu pada musim hujan saja, menjadi dua bahkan tiga kali musim tanam. Jadi petani tetap dapat berproduksi kendatipun diluar musim hujan, karena telah ada irigasi teknis”. Lebih lanjut beliau menuturkan: ”Bantuan pembangunan dan perbaikan jalan usaha tani juga menjadi bagian dari upaya PTNNT untuk memudahkan petani untuk masuk ke lahan dan keluar dari lahan mengangkut hasil panennya baik berupa padi maupun palawija. Selain itu, bantuan handtracktor kepada kelompok-kelompok tani juga membantu petani meringankan petani dalam mengolah sawahnya sebelum tanam. Fasilitas pengolahan pasca panen, seperti mesin penggilingan padi, lantai jemur dan gudang gabah, dan juga mesin pengeloh dan pengemasan beras, minuman lidah buaya juga merupakan upaya untuk memudahkan petani dalam menjalankan usaha taninya. Semua fasilitas tersebut telah berkontribusi terhadap penguatan ketahanan pangan di KSB secara umum dan di lingkar tambang khususnya”. Apa yang disampaikan oleh kedua informan dari pihak PTNNT di atas sudah sangat kompleks. Namun hal tersebut belum cukup untuk dijadikan pembenaran. Artinya, diperlukan penegasan terhadap capaian implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian dari lembaga mitra PTNNT yang menjadi pendamping dan terlibat langsung secara teknis dalam implementasi program ini. Selain itu penegasan dari sisi masyarakat yang menikmati program tersebut juga harus disertakan. Penegasan terkait implementasi program ini oleh lembaga mitra PTNNT yang menjadi pendamping pelaksanaan program, dituturkan oleh MR, selaku perwakilan lembaga mitra Comdev PTNNT. menuturkan sebagai berikut :
36 “Dalam program peningkatan jumlah sarana dan prasarana pertanian sudah intensif dilakukan dengan beberapa kegiatan. Diantaranya dalam bentuk pemberian bantuan handtractor, mesin air, dan sarana prasarana pendukung irigasi”. Masih dari perwakilan lembaga mitra pendamping, hal senada juga diungkapkan oleh YI selaku Koordinator NGO Mitra PTNNT memaparkan sebagai berikut : ”Sarana prasarana pertanian yang utama (bendung, dam, irigasi, dll) telah mencukupi sesuai kebutuhan maupun skala usaha tani. Hal yang menjadi isu dan tantangan ke depan adalah memastikan kontinuitas pemanfaatan dan perawatan sarana prasarana utama tersebut. Kemudian ketersediaan sarana prasarana minor pun telah difasilitasi oleh PTNNT. Hal yang perlu ditingkatkan adalah pemanfaatan dan pengelolaan sarana prasarana minor tersebut di kalangan petani agar lebih tepat sasaran secara mangkus dan sangkil”. Selanjutnya, keterwakilan masyarakat dalam menilai program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam bidang peningkatan sarana dan prasarana pertanian diwakili oleh SN selaku Kepala Desa Sekongkang Atas Kecamatan Sekongkang (wilayah lingkar tambang). Beliau menyatakan sebagai berikut: ”Sudah banyak pogram untuk fisik yang dilakukan pihak PT Newmont. Misal membuat saluran air, Dam, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ada juga pembagian handtractor, mesin air, saprodi, tergantung kebutuhan penduduk. Program non fisik juga banyak”. Penegasan terhadap pernyataan tentang implementasi dan capaian program Comdev PTNNT sektor pertanian di sisi peningkatan sarana prasarana pertanian juga disampaikan oleh HS selaku Kepala Desa Tongo (wilayah lingkar tambang) sebagai berikut : “Terkait dengan sarana prasarana, PT Newmont telah membangun beberapa bendungan dan saluran irigasi. Kedua sarana ini sangat membantu para petani khususnya di desa kami”. Pendapat senada yang menegaskan implementasi dan capaian program ini juga disampaikan oleh RA, selaku Kepala Desa Ai Kangkung. Sambil menyelesaikan tugas yang masih tersisa di meja kerjanya beliau memulai menjelaskan tentang capaian program secara khusus. Selengkapnya pernyataan beliau adalah : “Sebenarnya banyak yang telah Newmont kasi ke masyarakat. Menurut saya yang paling membantu masyarakat khususnya warga kami adalah dibangunnya beberapa bendungan oleh Newmont dan saluran irigasi. Ini kemudian menambah produksi pertanian dan pendapatan masyarakat juga meningkat dari sebelumnya”.
37
Peningkatan Luas Tanam Mengawali pembahasan ini, bahwa Comdev PTNNT dalam dokumen renstra telah menetapkan target pencapaian sawah beririgasi seluas 1.230 ha. Pada laporan Comdev PT NNT, pencapaian luas sawah irigasi sebesar 1.250 ha. Hal ini menunjukan bahwa secara umum pertumbuhan area sawah beririgasi I di tiga kecamatan mengalami kenaikan. Dengan demikian, program Comdev PTNNT dalam periode 2009-2012 telah mencapai target capaian yang ditetapkan pada dokumen renstra. Capaian dari apa yang sudah direncanakan oleh Comdev PTNNT sebagaimana tercantum dalam dokumen renstra tersebut dari sisi peningkatan luas tanam, hal ini dipertegas dengan pernyataan dari AA, sebagai berikut: ”Keberadaan fasilitas irigasi tersebut telah mampu meningkatkan luas tanam dan intesitas tanam petani. Ketujuh bendung dan embung tersebut memiliki kapasitas untuk mengairi 1.510 ha lahan sawah petani dan meningkatkan intensitas tanam rata-rata lahan petani lingkar tambang dari 92.40 persen tahun 1995, 92.80 persen th 2002, dan menjadi 196 persen tahun 2012. Pada beberapa lokasi intensitas tanam mencapai 300 persen dengan sistem tanam padi-padi-palawija. Kemudian beliau mempertegas lagi dengan meberikan pernyataan bahwa: PTNNT juga telah membantu petani dalam usaha peningkatan luas tanam dengan cara membantu pembuatan saluran irigasi sekunder dan tersier, pembukaan lahan dan pencetakan sawah baru serta leveling lahan. PTNNT telah membantu petani dalam membuka lahan dan mencetak sawah seluas 590.56 ha sampai tahun 2009, setelah itu tidak ada program cetak sawah baru. Pernyataan yang hampir sama, dan bermaksud untuk mempertegas lebih lanjut tentang capaian dari sisi peningkatan luas tanam, juga dikemukakan oleh KM, selaku Manager Social Responsibility PT NNT, sebagai berikut: ”Setelah sarana irigasi dibangun, lahan pertanian yang produktiv meningkat. Tentu banyak perubahannya jika dibandingkan sebelum dan sesudah adanya Newmont, terutama lahan pertanian di wilayah lingkar tambang. Namun demikian masih banyak wilayah yang tidak terjangkau oleh sarana irigasi. Jadi jika ingin meningkatkan luas tanam, perlu didukung dengan peningkatan jangkauan irigasi”. Pernyataan kedua informan di atas juga dibenarkan oleh FM, pembenaran beliau atas pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: ”PTNNT membantu peningkatan luas tanam, melalui kegiatan kliring (pembersihan) lahan dan pencetakan sawah-sawah masyarakat secara gratis dengan menyediakan alat berat. Bantuan ini dikonsentrasikan di 3 kecamatan sekitar tambang. Dengan kegiatan kliring lahan dan peningkatan sarana irigasi PTNNT telah berkontribusi meningkatkan luas lahan sawah
38
beririgasi 1.800-an hektar dalam 2 tahun (2009-2011) di 3 kecamatan sekitar tambang”. Apa yang di paparkan oleh ketiga informan dari pihak PTNNT di atas merupakan salah satu realisasi program Comdev PTNNT sektor pertanian. Namun demikian perlu dikroscek lebih jauh apakah program ini sudah benar-benar menyentuh masyarakat atau tidak. Penegasan terhadap ketercapaian program ini yang mewakili pihak lembaga mitra pendamping disampaikan oleh YI. Kutipan langsung dari pernyataan beliau sebagai berikut: ”Pembukaan lahan untuk meningkatkan areal luas tanam telah dilakukan oleh NNT. Namun luas areal tanam yang efektif dimanfaatkan belumlah optimal dan cenderung menjadi lahan tidur kembali”. Selanjutnya dari pihak masyarakat, capaian dari program ini disampaikan secara lugas oleh SI (Kepala Desa Benete), kutipan pernyataannya sebagai berikut: “Untuk peningkatan luas tanam pihak Newmont pernah melaksanakan program cetak sawah baru di desa kami. Harapan kami semoga ini tetap berlanjut saja. Biar masyarakat semakin bertambah hasil sawahnya”. Pernyataan yang hampir sama, dan bermaksud untuk menjelaskan lebih lanjut tentang capaian program ini, juga dikemukakan oleh MH (Kades Goa), sebagai berikut: “Newmont pernah membuka sawah baru di tempat kami, saya lupa berapa luas penambahan sawah barunya. Yang jelas para petani merasa sangat terbantu karena sawah jadi smakin luas. Lebih banyak lagi yang bisa dikerjakan petani”. Hasil petikan wawancara dengan beberapa informan di atas kemudian bersinergi dengan data dan fakta di lapangan. Berdasarkan data BPS pada tahun 2008, total sawah di tiga kecamatan adalah 1.308 ha, (Kecamatan Jereweh 694 ha, Kecamatan Sekongkang 520 ha dan Kecamatan Maluk 94 ha) sedangkan pada tahun 2010 total sawah seluas ada 3.043 ha (Kecamatan Jereweh 1921 ha, Sekongkang 888 ha dan Maluk 352 ha). Dari data ini tampak bahwa pertumbuhan sawah cukup nyata meningkat (1.635 ha) (KSB Dalam Angka, 2012). Bantuan Kepada Petani Setiap Musim Berdasarkan kajian lapangan, bantuan kepada petani diawali dengan kegiatan pengembangan pertanian terpadu (P4T) melalui sekolah lapangan yang dilaksanakan pada desa-desa terpilih, melibatkan 20 orang petani setiap musim. Para petani memperoleh kesempatan untuk melaksanakan ujicoba pada lahan percobaan, serta mempratekkannnya pada lahan masing-masing. Selain terlibat dalam kegiatan sekolah lapangan, petani juga memperoleh stimulus dalam bentuk bantuan alat seperti kiskis (alat untuk penyiangan gulma), bibit padi (5 kg), pupuk (25 KCL dan 25 TSP). pelatihan dalam pembuatan kompos juga dilakukan sebagai bagian penting dari program pelatiahan dan pengambangan pertanian
39
terpadu (P4T). kegiatan pendampingan dilakuakan oleh lembaga pelaksana pada kelompok petani paa setiap musim, yakni musim pertama dan kedua. Memperkuat apa yang menjadi temuan di lapangan, implementasi program bantuan kepada petani tiap musimnya dipertegas oleh beberapa informan dari pihak PT NNT. Pertama, dungkapkan secara jelas oleh FM, sebagai berikut: ”Ada dua bentuk bantuan kepada petani peserta program pengembangan pertanian yang diberikan PTNNT pada setiap musim tanam, khusus musim tanam padi yaitu berbentuk subsidi dan/atau pinjaman. Bantuan subsidi, yaitu bantuan berupa kiskis (alat untuk penyiangan gulma), bibit unggul padi, pupuk urea,KCL dan TSP dalam jumlah terbatas, sebagai stimulan. Bantuan subsidi dikemas dalam Program Pelatihan dan Pengembangan Pertanian Terpadu (P4T) di 3 kecamatan sekitar tambang. Bantuan tsb dilaksanakan melalui lembaga mitra yang mendampingi langsung di lapangan, yaitu Yayasan Pengembangan Pertanian Terpadu (YPPT) dan Serikat Petani Nelayan Sumbawa Barat (SPNSB)”. Kemudian FM melanjutkan : ”Bantuan pinjaman/hutang sarana produksi padi (saprodi) pada awal musim tanam, jumlahnya sesuai kebutuhan dan luas lahan kepada petani. Petani membayar hutangnya setelah panen, dilakukan dengan cara pemotongan hasil jual gabah kering panen (GKP). Pemotongan dilakukan oleh YPESB sebagai pengelola program. Bentuk bantuan hutang saprodi ini merupakan bagian dari Program Usaha Beras. Cakupan program ini yaitu intervensi dari awal musim tanam s/d pengolahan pasca panen (intervensi hulu-hilir). Bantuan subsidi terbatas dan pinjaman/hutang saprodi tsb dapat mengurangi ketergantungan petani kepada rentenir dan pengijon. Karenanya, efektif untuk menarik petani menjadi peserta program pengembangan pertanian ini”. Kedua, dijelaskan juga oleh AA sebagai berikut: “PT NNT telah melaksanakan program penyuluhan dan pendampingan petani di ke dari tahun ke tahun dengan target 200 orang per tahun. Para petani dampingan diberikan bantuan bibit dan saprodi lain seperti pupuk. PT NNT juga telah memperkenalkan program SRI kepada petani lingkar tambang sejak tahun 2002”. Kemudian AA melanjutkan : “Program SRI ini telah mampu menstimulir kegiatan petani dampingan dan di beberapa tempat telah mampu meningkatkan produktivitas petani dari 4.59 ton/ha th 2005 menjadi 7.54 ton/ha MTI th 2013. Hasil ini berbeda jauh dengan petani yang tidak menerapkan SRI dengan produkvitas 2.66 ton/ha th 2005 dan 5.02 ton/ha MT I th 2013”.
40
Apa yang diungkapkan oleh FM dan AA menunjukkan bahwa secara faktual Comdev PTNNT telah melaksanakan program ini secara kontinyu dengan capaian hasil yang cukup signifikan. Temuan tersebut dapat dokroscek kebenarannya dengan melihat kutipan pernyataan dari pihak lembaga mitra pendamping. Dalam hal ini, MR secara lugas menuturkan sebagai berikut: ”Untuk program bantuan kepada petani setiap musim yang pernah kami laksanakan pendampinagan adalah dilaksanakan dalam bentuk bantuan benih unggul, dan pupuk”. Masih dari perwakilan lembaga mitra pendamping, YI juga memaparkan hal senada. Beliau menyatakan sebagai berikut: ”Bantuan ke petani setiap musim telah diberikan setiap musim baik dalam bentuk bibit dan pemberian pupuk. Cuma menurut saya hal yang perlu diperbaiki adalah sifat bantuan yang sporadis. Itu perlu dikembangkan menjadi bantuan dengan pengelolaan tersistem”. Selanjutnya, kroscek juga dilakukan kepada masyarakat yang secara langsung merasakan dampak dari adanya program ini. SN (Kades Sekongkang) memperkuat apa yang dutarakan oleh informan baik dari pihak PTNNT maupun dari pihak lembaga mitra pendamping. Beliau menyatakan sebagai berikut: “Bantuan dari Newmont tetap kita dapat setiap musim. Apakah itu fisik mapun non fisik. Fisik, sudah banyak sekali seperti dam/embung dan irigasi. Nonfisik ya termasuk adanya lembaga pendamping, saprodi, tenaga ahli yang memberikan tambahan pengetahuan, dan lain-lain”. Penyediaan Bibit Tanaman Keras Kegiatan-kegiatan peningkatan sarana prasarana dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan masyarakat terutama dalam budidaya tanaman pokok dan sayuran. Berdasarkan laporan evaluasi Comdev PTNNT Tahun 2013, Comdev PTNNT juga mendukung masyarakat sekitar dengan bantuan bibit tanaman keras seperti nangka, jati, mahoni, jabon, atau kelincung. Kegiatan ini untuk mendukung agroforestry melalui penyediaan dan pendistribusian tanaman keras. PTNNT menyediakan aneka jenis bibit yang siap tanam, masyarakat dapat meminta sesuai dengan kelayakan lahannya. Pembibitan dilaksanakan di lawar dan benete (Comdev center). Menurut dari data PTNNT, program nursery tersebut telah menyediakan 70.000 tanaman per tahun terdiri dari 40.000 bibit tanaman keras dan 30.000 tanaman buah-buhan lahan kering. Sampai dengan desember 2011 telah terdistribusi sebanyak 70.000 bibit. Sedangkan hingga mei 2012 telah pula terdistribusi sebanyak 30.008 bibit. Dengan demikia Comdev PTNNT telah mendistribusikan 100.008 bibit target 10.000. Apa yang tertulis dalam laporan Comdev PTNNT kemudian dibenarkan oleh AA sebagai berikut: ”PTNNT telah melakukan program penyediaan bibit tanaman keras kepada masyarakat dimulai sejak tahun 2001 melalui YOP. Beberapa kali sejak tahun 2001-2003 YOP menyediakan tanaman
41
keras berupa bibit tanaman jati emas kepada masyarakat lingkar tambang khususnya dan masyarakat KSB umumnya dengan jumlah bibit tertanam lebih kurang 294,870 pohon. Kemudian AA melanjutkan: Untuk membantu program pengadaan bibit tanaman keras kepada masyarakat PTNNT melalui program Covev-nya juga telah melakukan kegiatan program pembibitan tanaman keras bekerja sama dengan LSM setempat (SPNSB). Bersama LSM ini PTNNT telah dua kali membuat kebun bibit tanaman keras untuk masyarakat lingkar tambang. Pemaparan lain juga diutarakan oleh FM yang memperkuat apa yang dikemukakan AA, yang menyatakan: ”Sejak 2007 sampai dengan 2014 PTNNT telah membantu produksi 465.435 bibit tanam keras dan tanaman buah, diantaranya 89 persen telah didistribusikan ke berbagai pihak yaitu ke masyarakat, sekolah, pihak-pihak peduli yang peduli terhadap lingkungan di KSB dan Kabupaten Sumbawa. Bibit yang didistribusi antara lain : mahoni, jati, srikaya, nangka, pohon naga. Bantuan bibit tanaman keras dan tanaman buah ini memang tidak secara langsung berkontribusi terhadap ketahanan pangan, tetapi apabila tanaman keras tersebut tumbuh secara massiv di dataran tinggi akan berpotensi menghasilkan sumber air yang berpengaruh terhadap kesuburan lahan pertanian sekitar yang kemudian berkontribusi terhadap ketahanan pangan. Adapun tanaman buah dapat berkontribusi secara langsung menguatkan ketahanan pangan dengan mengolah buah-buahan yang dihasilkan. Persoalnya adalah, dari 89% bibit yang telah didistribusikan berapa persen yang berhasil hidup dan tumbuh, kita tidak pernah melakukan pemantaun secara seksama. Sehingga sulit untuk diketahui seberapa besar kontribusi bantuan bibit tsb terhadap penguatan ketahanan pangan. Hal lain yang perlu diperbaiki yaitu sampai saat ini bibit diberikan secara gratis, seharusnya bibit sudah mulai dijual dengan harga subsidi, sehingga pusat pembibitan di Community Development Center PTNNT mendapatkan kas masuk untuk keberlanjutannya dan dikelola secara mandiri oleh kelompok/lembaga swadaya masyarakat setempat”. Apa yang tertulis dalam laporan Comdev PTNNT yang kemudian diperkuat oleh pernyataan informan dari pihak PTNNT ini terbukti kebenarannya berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa Kades yang ada di wilayah lingkar tambang. Pernyataan yang memebuktikan kenbenaran bahwa telah dilaksanakannya program ini salah satunya disampaikan oleh HS (Kades Tongo). sebagai berikut: “Kami pernah terima bantuan bibit dari Newmont. Ada beberapa jenis pohon, saya tidak bisa sebut satu-satu. Pada intinya kami pernah terima bantuan itu. Kemudian bibit pohon tadi langsung kami distribusikan kepada warga melalui masing-masing dusun untuk ditanam”.
42
Desa-desa lain juga merasakan manfaat dari program ini. Bahkan ada beberapa desa yang berada diluar lingkar tambang juga merasakan manfaat dari prgram ini. Sebagaimana seperti yang dipaparkan oleh HE, selaku Sekdes Desa Tepas (Kecamatan Berang Rea, luar lingkar tambang): “Kami dari masyarakat Desa Tepas Kecamatan Brang Rea pernah mendapatkan bantuan bibit beberapa jenis pohon. Dan untuk setrusnya kami berharap kepada Comdev PTNNT tetap memberikan bantuan di desa-desa yang ada di luar lingkar tambang”. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani, Sekolah Lapangan, Serta Pemantapan Pelatihan dan Pendampingan Petani Kegiatan pertanian dilaksanakan malalui pendampingan dan sekolah lapangan pertanian terpadu. Menurut laporan Comdev PT NNT, sekolah lapangan dilaksanakan di tujuh desa dengan melibatkan 20 orang petani per desa. Total petani yang terlibat per maret ada 145 petani dengan total luas lahan 56,6 ha. Selain kegiatan SL, petani juga difasilitasi dalam proses pembelajaran melalui pengembangan lahan ujicoba Sri sebagai lahan belajar petani (demplot). Kegaitan ini merupakan kegiatan rutin yang laksanakan disetiap musim dengan. PTNNT tidak melakukan sendiri proses pendampingan, melainkan dengan dijembatani oleh lembaga local seperti SPNSB untuk desa benete dan desa-desa dikec. Jereweh. YPPT serta BP4K mendampingi kegiatan petani untuk desa di kecamtatan sekongkang, seperti di Tongo. Dan air kangkung. Setiap desa ditempatkan comuniti organizer (CO) serta petugas penyuluh lapngan swadaya (PPLS) yang direkrut dari kalangan petani. Peningkatan pengetahuan petani dilaksanakan melalui pelatihan dan studi banding. Dari data yang dikumpulkan berdasarkan laporan Comdev PTNNT bahwa sekitar 25 persen responden pernah melakukan kegiatan pelatihan studi banding yang didukung oleh pemda (sekitar 5%) sedangkan petani yang mengikuti pelatihan dan studi banding yang diselenggarakan atas kerjasama antara dan PTNNT ada sekitar 8 persen. Pelatihan dilaksanakan ditingkat desa seperti pembuatan kompos serta teknis budidaya SRI (System of Rice Intensification). Sekolah lapangan untuk tanaman padi biasanya dilaksanakan 12 minggu sampai tanaman siap panen. Dalam pelaksanaanya pertemuan dilaksanakan rata-rata 10 kali pertemuan dalam satu musim. Hal ini berarti bahwa target pertemuan 2 kali per bulan telah tercapai. Untuk mendukung pelaksanaan kurikulum SRI, lembaga pelaksana juga diberi wewenang untuk merekrut seorang CO dan PPLS disetiap desa. Hal ini diperkuat oleh pernyataan AA sebagai berikut: “Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya program pelatihan dan pendampingan petani menyebabkan terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani. Apalagi dengan diterapkannya system penanaman padi SRI (System of Rice Intensification) dengan kurikulum SRI yang standard dan sudah ditentukan mulai dari pemilihan benih, perlakukan benih, olah tanah, penanaman, perawatan dan pemeliharaan, penyiangan/penggulmaan dan pemantauan hama, panen dan pasca
43
panen, maka sudah dapat dipastikan ini akan menambah pengetahuan dan keterampilan petani”. Kemudian AA melanjutkan : “Banyak diantara petani sudah mulai berubah cara dan pola tanamnya yang dulu bersifat tradisional konvensional menjadi lebih maju dan ramah lingkungan dengan menerapkan SRI”. Terkait implementasi program ini, pernyataan AA kemudian diperkuat lagi oleh pernyataan FM sebagai berikut: “Sejak tahun 2005, bekerja sama dengan konsultan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat setempat, PTNNT memperkenalkan cara tanam padi yang lebih baik, yang kita kenal dengan SRI bagi 150-200 petani peserta P4T per tahun s/d tahun 2013, kemudian diperkenalkan juga cara tanam padi Jajar Legowo bagi petani peserta Program Usaha Beras – Hulu-Hilir sekitar 100 petani per tahun. Pengenalan cara tanam yang lebih efektif dan efisien diharapkan dapat meningkatkan produktifitas lahan dan mengurangi biaya tanam (produksi). Dari kalangan petani peserta program, dipilih 2 s/d 5 petani per desa untuk menjadi Petani Penyuluh Lokal Swadaya (PPLS) untuk kemudian berperan memantau dan memastikan kurikulum SRI dapat diterapkan oleh petani. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tanam padi ini tidak saja untuk petani tetapi juga untuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat yang menjadi mitra PTNNT mendampingi petani, seperti YPPT, SPNSB, YPESB, Lembaga Pengembangan Pertanian dan Pesisir Sumbawa Barat (LP3SB), Lembaga Petani Nelayan (LPN). Personil-personil mereka dibekali oleh konsultan pertanian dari luar KSB dan luar NTB sebelum melakukan pendampingan terhadap petani peserta program”. Kemudian, FM melanjutkan: “Sayangnya tidak semua petani peserta langsung menerapkan pengatahuan dan keterampilan ini, mereka lebih berorientasi pada bagaimana mendapatkan subsidi bibit unggul dan pupuk. Begitu juga dengan imbasnya terhadap petani non-peserta program masih sangat kecil. Tantangan yang dihadapi dalam menggunakan LSM setempat yang menggunakan tenaga pendamping setempat, yaitu sebagian besar tenaga setempat kurang memiliki pengalaman dalam bertani dan menerapkan SRI dan motivasi mereka sebagai pendamping bagaimana mendapatkan pendapatan yang pasti dan rutin. Ini pula yang menjadikan sebagain petani komplain dan merasa bantuan PTNNT tidak maksimal. Secara umum,
44
seberapa pun efektifitas peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut, yang jelas tetap memiliki kontribusi terhadap penguatan ketahanan pangan khususnya di sekitar tambang”. Kroscek terhadap kebenaran dari implementasi program ini sebagaimana dijelaskan oleh AA dan FM dilakukan dengan menanyakan kembali kepada pihak lembaga mitra pendamping yang secara teknis terlibat langsung dalam pelaksanaannya. YI menjelaskan sebagai berikut: “Program peningkatan pengetahuan/keterampilan dan pendampingan petani menjadi poin utama program PTNNT. Sejauh ini, tingkat “delivery” pengetahuan bertani lewat program ini cukup baik. Namun pada tingkat aplikasi masih perlu ditingkatkan terus. Salah satunya adalah dengan cara mendorong aplikasi teknis pengetahuan/keterampilan petani dengan “motif ekonomi” dalam suatu skema usaha yang menguntungkan (realbusiness)”. Peningkatan Hasil Produksi Pertanain
t/ha
Peningkatan Produksi Padi berdasarkan Laporan Comdev PTNNT bahwa rata produksi padi tahun sebelum ada pendampingan sekitar 4,5 ton /ha, setelah ada pendampingan dari YPESB (lembaga mitra PTNNT) Produksi padi dengan penerapan teknologi SRI dan ajar Legowo mencapai produksi lebih dari 7,5 ton per hektar. Ini menunjukkan bahwa produksi rata-rata petani mencapai target produksi padi yang ditetapkan dalam Renstra yakni lebih dari 6 ton/ha, seperti disajikan dalam Grafik 3. 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 -
Grafik Rerata Produksi SRI, Non SRI MH 2005/20016 - 2012/2013
MH
MH MK1 MH
MH
MH
MH
MH MK1 MH
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2007 2012 / 06 / 07 / 08 / 09 / 10 / 11 / 12 / 13 Rerata Produksi SRI (t/ha) 4.59 4.73 4.95 5.27 5.47 6.09 6.12 6.44 6.40 7.54 Rerata Produksi Non SRI (t/ha)
2.66 2.67 4.24 4.00 3.85 4.99 5.37 5.24 4.51 5.02
Grafik 3 Rerata produksi padi dengan pola SRI dan non SRI pada MH 2005/2006 – 2012/20013, Comdev PTNNT.
45
Rerata produksi padi petani binaan metode SRI (System of Rice Intensification) meningkat dari 4,59 ton per hektar tahun 2005 menjadi 7,54 ton per hektar tahun 2012. Program intensifikasi padi ini dilaksanakan di 10 Desa di 3 kecamatan sekitar tambang (Sekongkang, Maluk dan Jereweh). Rerata jumlah petani binaan per tahun 120 kk, target 200 kk. Dengan metode SRI dan Jajar legowo peningkatan produksi cukup signifikan yaitu 73% (tahun 2005). Rerata produksi tertinggi yaitu 7,54 ton per hektar pada musim tanam 2012/13. Gambaran produksi dan kebutuhan beras dari tiga kecamatan lokasi kajian (Kecamatan Jerweh, kecamatan maluk dan Kecamatan Sekongkang) tergambar dalam Tabel 15. Tabel 15 Produksi padi dan ratio ketersediaan beras di tiga kecamatan (Jereweh, Sekongkang, Maluk) tahun 2011 Kecamatan
Produksi beras (Ton)
Jumlah Produksi (Ton)
Konsumsi Beras/kap /tahun (kg)
Primbangan Beras (2-5)
Ratio Ketersediaan beras (2/5)
Kondisi
4 128
Kebutu han Beras/ thn (ton) 5 1,048
1 Sekongkang
2 2,548
3 8,187
6 1,500
7 2,43
8 Surplus
Jereweh
3,419
8,391
128
1,74
2,345
3,18
Surplus
Maluk
216
11,875
128
1,520
(1,304)
0,14
Defisit
Jumlah
6,183
28,453
384
3,643
2,541
1,70
Surplus
Sumber: BKP Kabupaten Sumbawa Barat, tahun 2011
Dari tiga kecamatan sasaran Comdev PTNNT tergambar bahwa kecamatan Jereweh merupakan wilayah yang paling kuat dari segi ketersediaan pangan (khusunya beras), menyusul kecamatan Sekongang, sedangkan Kecamatan Maluk tidak mampu memproduksi pangan (padi) sendiri. Hal ini terjadi karena wilayah kecamatan Jereweh dan Sekongkanng memiliki potensi lahan persawahan yang cukup luas dibandingankan dengan jumlah penduduk, sedangkan Kecamatan Maluk potensi sawah sangat terbatas dan penduduk Maluk mayoritas bekerja di sektor industri dan jasa. Terkait dengan perubahan pola tanam dari lahan sawah tadah hujan, menjadi sawah beririgasi telah cukup menunjukkan hasilnya (1.250 hektar). Namun didasarkan pada target yang dicanangkan untuk kali musim tanam per tahun, selama ini hanya terjadi pada daerah dengan sumber air yang cukup seperti di Ai Kangkung. Karena ketergantungan pada ketersediaan air, maka pola tanam akan berbeda pada masing-masing desa, seperti jereweh yang diarahkan pada padi palawija palawija karena pada musim kedua, jumlah air yang tersedia di dam atau embung Murus sudah tidak mencukupi lagi untuk tanaman padi. Capaian atas peningkatan produksi padi disampaikan oleh FM sebagai berikut: ”Peningkatan produktifitas padi dari 4,59 ton/ha di musim hujan akhir 2005 kwartal pertama 2006 menjadi 7,54 ton/ha di musim hujan akhir tahun 2012 kwartal pertama 2013. Namun demikian peningkatan produksi ini terjadi pada lahan petani peserta program dengan luas lahan sawah sekitar 200-an hektar di
46
sekitar tambang. Dengan melihat luas sawah yang masih relatif sedikit menerapkan intensifikasi tanam padi (SRI dan Jajar Legowo), dibanding luas sawah di 3 kecamatan (1.676 ha) maka kontribusi peningkatan produksi ini masih kecil, apalagi kontribusinya secara KSB tentu semakin kecil. Jadi ini artinya masih besar pekerjaan rumah di KSB yang perlu terus ditekuni, tidak saja oleh PTNNT tetapi terutama oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat”. Mempermudah Pemasaran Produk Hasil Pertanian Peningkatan Akses Pasar Produk Hasil Pertanian Kegiatan ini untuk meningkatan akses pasar bagi produk-produk pertanian dengan target > 90 persen. Berdasarkan hasil survey evaluasi Comdev PTNNT sektor pertanian, hasil dari pertanian tanaman pagan (padi) hanya 36 persen yang dijual, sisanya disimpan sebagai cadangan pangan. Untuk tanaman kedelai, 100 persen dijual. Hasil panen dari tanaman pangan dipahami dan ditempatkan sebagai bagian penting dari sistem ketahanan masyarakat. Meskipun diakui bahwa selama ini masyarakat selalu menyimpan cadangan beras namun karena adanya kebutuhan tertentu beberapa masyarakat mulai menjual hasil penennya. PTNNT telah menargetkan untuk mengembangkan kelompok pemasaran bersama, namun selama ini belum terealisasi. Rintisan yang dilakukan oleh YPESB untuk memasarkan beras merah, berpotensi untuk dikembangakan sebagai contoh bagi pengembangan pasar. Kroscek terhadap capaian hasil program ini disampaikan oleh AA yang menyampaikan sebagai berikut: “Program pelatihan dan pendampingan petani yang dilakukan oleh PTNNT tidak berdiri sendiri tetapi disertai juga program untuk memastikan produk pertanian terutama padi dapat terjual dengan harga standar. Rantai penjualan produk telah diperpendek dan didekatkan dengan petani dengan dibentuknya program buffer harga untuk petani sebagai contoh di desa Aik Kankung, Tongo, dan sekitarnya. Program ini membeli gabah dari petani dengan harga standar pada saat panen. kemudian disimpan dan sebagian digiling untuk menjadi stock pangan di desa. Para petani yang kemudian membutuhkan gabah atau beras dapat mengakses dengan mudah dengan cara pengembalian yang tidak memberatkan petani. Lebih jauh, AA memaparkan “ “Tidak hanya itu PTNNT telah membantu petani melalui YPESB bekerja sama dengan desa dan kelompok tani membangun pabrik pengolahan/penggilingan padi yang standar dengan lantai jemur yang memadai. Hasil pertanian dari desa tidak lagi dijual keluar dalam bentuk gabah basah atau kering tapi dalam bentuk beras dengan kemasan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Satu hal lagi yang dilakukan oleh
47
PTNNT untuk mempermudah pemasaran produk adalah dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan antar desa dan jalan usaha tani. Keterangan yang disampaikan di atas kemudian diperkuat lagi oleh FM, yang menyatakan sebagai berikut : “Terkait dengan peningkatan akses pasar produk hasil pertanian, ini tergantung jenis produk pertaniannya. Kalau beras, pasar setempat sudah menunggu baik di pasar-pasar umum di sekitar KSB bahkan luar KSB. Tantangannya adalah bagaimana hasil Gabah Kering Panen (KGP) maupun Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani terjual dengan harga standar pemerintah. Upaya yang dilakukan PTNNT melalui Program Community Development yaitu Usaha Beras Hulu-Hilir yaitu menampung GKP hasil panen petani peserta program dengan harga standar pemerintah dengan melibatkan pengusaha pengumpul/perantara dalam pembelian GKP. Di sisi lain, juga membantu meningkatkan kualitas jalan pemerintah Maluk – Sekongkang – Aik Kangkung (pengaspalan dan pengerasan), perbaikan jalanjalan usaha tani. Tetapi semua upaya ini tidak sustainable karena keterlibatan Pemerintah Daerah dalam melanjutkan “pengamanan” harga GKP/GKG masih rendah”. Berdasar data uraian di atas maka beberapa implementasi penting program Comdev PTNNT sektor pertanian yang telah dan sedang mendukung, serta akan terus berpeluang menjamin ketahanan pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat antara lain: 1. Pembangunan, pemeliharaan dan pemanfaatan infrastruktur irigasi pertanian. 2. Pembangunan, pemeliharaan dan pemanfataan jalan usahatani dan jalan antar desa. 3. Bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan). 4. Bantuan sarana produksi pertanian (benih, pupuk dan obat-obatan). 5. Pengolahan lahan pertanian melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. 6. Bantuan fasilitas pengolahan pasca panen atau pengolahan hasil pertanian. 7. Penyimpanan hasil panen sebagai cadangan pangan (stock pangan beras). 8. Kepastian pemasaran padi/gabah terjual di atas harga standar. 9. Pelatihan, pembinaan dan pendampingan petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. 10. Pemberdayaan kelembagaan pendukung pertanian.
48
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS KSB DILIHAT DARI ASPEK PRODUKSI DAN TINGKAT KONSUMSI PANGAN Pembahasan dan hasil pada bagian ini menyajikan data-data kuantitatif yang menjadi capaian implementasi Program Ketahanan Pangan Pemda KSB. Selain itu pada bagian ini juga menyajikan kutipan hasil wawancara dengan beberapa informan penelitian sebagai penegasan atas apa yang telah dicapai dalam implementasi tersebut. Capaian pelaksanaan program pembangunan ketahanan pangan KSB dapat dilihat dari dari dua sisi, yaitu: (1) ketersediaan pangan, dan (2) pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana. (Bappeda KSB 2012) Pada bagian ini akan dikupas kedua sisi tersebut secara mendalam. baik dari-data sekunder yang berisi capaian pelaksanaan program dan dipertkuat dengan kutipan hasil wawancara dengan informan penelitian. Ketersediaan Pangan Peningkatan Produksi Pangan Beras. Untuk menjaga kestabilan ketersediaan pangan di KSB, terus diupayakan peningkatan produksi. Peningkatan produksi pangan dilaksanakan secara umum melalui delapan kegiatan pokok, antara lain: 1. Pengembangan perbenihan/pembibitan. 2. Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan. 3. Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu produk perkebunan dan pertanian. 4. Pengembangan pertanian pada lahan kering. 5. Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian. 6. Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija. 7. Pelatihan penerapan teknologi pertanian/perkebunan modern bercocok tanam. 8. Pengembangan diversifikasi tanaman. Program pengembangan perbenihan/pembibitan sebagaimana tertulis dalam poin 1 dan 2 di atas, merupakan kegiatan yang nantinya akan menjamin kualitas bibit/benih yang akan ditanam oleh petani. Dalam prosesnya, penentuan jumlah dan kualitas bibit tentu saja sangat berkaitan dengan stakeholder dari pihak pemerintah. Dari sisi perencanaan, alokasi sumber-sumber anggaran terkait dengan program ini secara kontinyu dialokasikan setiap tahun. Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari AR, Kepala Bappeda KSB sebagai berikut: “Pengembangan atau pengadaan benih/bibit unggul untuk pertanian, terutama untuk padi tetap dianggarkan tiap tahun melalu program dan kegiatan Balai Benih Utama (BBU)/Balai Benih Induk (BBI). Produksi benih BBU/BBI tersebut belum mencukupi kebutuhan benih di KSB, sehingga kekurangannya masih perlu didatangkan dari luar KSB”. Pernyataan yang hampir sama, dan bermaksud untuk menjelaskan lebih lanjut tentang program pengembangan benih/bibit unggul, juga dikemukakan oleh Pak MY, selaku Kadis Hutbuntan KSB. Beliau menjelaskan secara lebih teknis, sebagai berikut:
50 “Pengembangan perbenihan khususnya benih padi telah dilaksnakan di KSB melalui BBU Tan-Pangan (padi dan palawija) serta penangkar benih yang ada. Tetapi karena keterbatasan anggaran yang diperlukan, maka benih yang dihasilkan belum mencukupi untuk kebutuhan dalam daerah. Hal inilah yang mengakibatkan masih didatangkannya benih dari luar daerah”. Sealur dengan pernyataan yang disampaikan Kadis Dishutbuntan KSB, DD selaku Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan KSB juga menegaskan melalui pernyataannya sebagai berikut: “Pengembangan benih/bibit unggul untuk pertanian sangat bagus untuk dikembangkan mengingat kebutuhan serta respon positif petani sangat tinggi, dsamping itu keterampilan petani penangkar benih juga cukup mumpuni bahkan ada penangkar benih dari KSB atas nama Ilmuddin dari Kelompok Tani Orong Monar I Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea berhasil keluar sebagai juara Tingkat Provinsi NTB pada lomba penangkar. Perlu ada keberlanjutan pembinaan dan dukungan pemda untuk pengembangan penangkaran benih”. Berdasarakan pemaparan kedua informan di atas, tergambar jelas bahwa terlepas dari segala kekurangan yang ada, implementasi program pengembangan benih/bibit unggul sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari sisi perencanaan dimana untuk program ini secara kontinyu selalu dialokasikan setiap tahun. Sealur dengan hal tersebut, dari sisi teknis di lapangan pelaksanaan program ini juga dilaksanakan dengan baik dengan adanya BBU dan BBI. Selanjutnya terkait dengan poin ke-3 pembahasannya ini diawali dengan kupasan mengenai data produksi pangan di KSB yang selalu meningkat setiap tahunnya. pada tahun 2010 produksi pangan (berbagai komoditi) meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2009. Begitu juga dengan Tahun 2011 produksi padi dan jagung meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010. Secara lengkap produksi pangan dari tahun 2009-2012dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Situasi pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2012 No
Tahun
Ketersediaan Kebutuhan Sisa / Beras (Ton) Pangan (Ton) Stock (Ton) 1. 2009 35.135,80 12.838, 30 22.297,50 2. 2010 39. 188,03 14. 459,00 24.659,03 3. 2011 54. 186,00 14. 688,52 39.497,48 3 2012 56.569,01 15.405,00 41,164.0 Sumber: Dishutbuntan Kabupaten Sumbawa Barat.
Kondisi Surplus Surplus Surplus Surplus
Peningkatan produksi pangan di KSB yang selalu mengalami trend positif tentu saja merupakan buah dari program peningkatan produktifitas dan mutu produk yang sebelumnya telah dicanagkan oleh Pemda KSB. Data yang tersaji pada Tabel 16 memperkuat alasan bahwa implementasi program ini sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini kemudian ditegaskan dan disampaikan secara
51
lugas oleh beberapa pejabat di Pemda KSB, yang terkait langsung dengan program ini. Pertama AR (Kepala Bappeda KSB), kutipan pernyataannya sebagai berikut: “Peningkatan produktifitas pertanian terutama padi dilakukan melalui kegiatan intensifikasi pada lahan sawah irigasi dan melalui kegiatan ekstensifikasi dengan pencetakan sawah baru yang berlangsung setiap tahun, sehingga produksi padi KSB di atas rata-rata produktivitas padi nasional”. Kemudian beliau melanjutkan : “Peningkatan mutu produk pertanian dilakukan melaui kegiatan diversifikasi, baik diversifikasi horizontal (aneka jenis komoditas) maupun diversifikasi vertikal (aneka jenis produk olahan)”. Apa yang dikuemukakan oleh AR ternyata sudah lebih luas menyentuh kepada implementasi dari kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, sebagaimana tertulis dalam poin yang ke-6 dan 8. Kemudian, hal ini juga diamini oleh MY (Kadis Dishutbuntan KSB), melalui pernyataannya sebagai berikut: “Produktivitas telah dilaksanakan dan terjadi peningkatan secara signifikan setiap tahunnya. Upaya yang telah dilakukan : SLSRI, SL-PTT, optomasi lahan, perluasan pembangunan irigasi, pengembangan pembangunan embung, dan bantuan alat olah tanah (handtractor) serta alat pasca panen (powerthreser dan corn seller)”. Realisasi program ini juga disampaikan oleh DD (Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan KSB), melalui pernyataannya sebagai berikut: “Untuk meningkatkan produktivitas produk pertanian untuk padi telah dilakukan program SLPTT sosialisasi dan penerapan pola tanam padi jajar legowo. Keberhasilan pencapaian produktivitas padi di KSB telah diakui secara nasional dengan penganugerahan penghargaan pangan oleh Presiden SBY kepada Bapak Bupati KSB”. Program selanjutnya adalah program pengembangan pertanian lahan kering. Program ini merupakan salah satu program yang telah dicanangkan Pemda KSB dalam rangka mendukung ketahanan pangan. Sejauh mana implementasi dari program ini dapat diketahui berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa pejabat terkait yang secara tekni telibat langsung dalam program ini. Dalam kesempatan wawancara dengan AR, terkait dengan implemantasi dari program ini, beliau menjelaskan sebagai berikut: “Penegmbangan pertanian lahan kering di KSB dilakukan dengan mengusahakan komoditas palawija, terutama jagung dan kacang hijau untuk tanaman musiman, serta aneka jenis buahbuahan untuk tanaman tahunan seperti : jeruk besar, mangga, dan pisang.”
52
Masih terkait dengan penegasan implementasi program ini, secara umum juga dijelaskan melalui pernyataan dari MY, berikut petikan pernyataannya: “Pengembangan lahan kering memang merupaka kegiatan yang paling tepat diterapkan di KSB. Hal ini disebabkan oleh kondisi KSB merupaka wilayah yang masuk kategori lahan kering. Lebih dari 70% wilayah pertanian merupakan wilayah lahan kering. Penerapan pola tanam tepat waktu, tepat varietas dan tepat penanganan. Penerapan komoditas spesifik lokasi dan adaptif”. Penanganan pasca panen merupakan bagian akhir dari program peningkatan produktivitas pertanian. Kegiatan ini akan memeperlihatkan seberapa besar keterkaitan sektor pertanian dengan sektor industri dan atau sektor lainnya. Semakin kuat keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri atau sektor lain yang ada di KSB maka akan semakin memberikan nilai tambah yang besar bagi perekonomian dan termasuk faktor pendukung ketahanan pangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, penegasan terhadap implemantasi kegiatan penanganan pascapanen ini dijelaskan oleh AR, sebagai berikut: “Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian pada umunya masih berlangsung dalam skala kecil berupa agroindustri rumah tangga/home industri. Masih terbatas pada agroindustri dalam skala menengah dan besar. Saat ini masih dalam tahap persiapan seperti agroindustri rumput laut, agroindustri daging beku, dan agroindustri serat sisal”. Kemudian lebih lanjut penegasan ini diungkapkan oleh MY, beliau menyatakan bahwa: “Penangnanan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian harus dilakukan secara optimal, hai ini berpengaruh terhadap mutu/kualitas produk. Dampak dari kegiatan tersebut bermauara pada nilai jual komoditas hasil produksi. Hal-hal yang sudah dilakukan antara lain : 1) workshop dan pelatihan; 2) pendampingan dan fasilitasi; 3) Peningkatan kemitraan dan jaringan pemasaran; 4) pemberian bantuan alat panen dan pasca panen”. Pengembangan Cadangan Pangan Beras. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan pangan di masyarakat, maka perlu adanya cadangan pangan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang dilakukan oleh masyarakat.Pengembangan cadangan dilaksanakan melalui kegiatan : 1. Lumbung pangan desa. 2. Penanganan daerah rawan pangan. 3. Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan. 4. Pengembangan desamandiri pangan. Cadangan pangan yang dikelola oleh Pemerintah meliputi cadangan pangan yang dikelola oleh BULOG dengan sumber dana dari APBN (beras raskin) dan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Dewan Ketahanan Pangan. Untuk mengelola cadangan pangan,Pemerintah pada Tahun 2012 ini membangun gudang cadangan pangan daerah dengan kapasitas minimal 100 ton.
53
Cadangan pangan yang dikelola oleh masyarakat dilaksanakan melalui lumbung pangan masyarakat dan lumbung pangan hidup sebagai berikut (Profil Ketahanan Pangan KSB 2014): 1. Pengembangan lumbung pangan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat dilakukan dengan cara: 1) Memberikan pembinaan kelompok lumbung pangan. 2) Pemberian bantuan berupa pembangunan gudang lumbung pangan di 11 Desa yang tersebar di 5 (lima) kecamatan, Kecamatan Seteluk, Kecamatan Poto Tano, Kecamatan Taliwang, Kecamatan Jereweh dan Kecamatan Brang Ene dengan kapasitas rata-rata per lumbung pangan sebesar 40 ton. 3) Optimalisasi penyimpanan cadangan pangan di tingkat rumah tangga. 2. Pengembangan lumbung pangan hidup dilakukan dengan cara : 1) Pemanfaatan tanaman di pekarangan. 2) Optimalisasi lahan dibawah tegakan tanaman perkebunan Distribusi Pangan Beras. Dalam hal pendistribusian pasokan pangan di KSB, prosesnya diawali dengan menstabilisasikan pasokan harga dan pasokan pangan yang dilakukan melalui sebagai berikut (Profil Ketahanan Pangan KSB 2014): 1. Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP) Untuk meningkatkan peran swasta dalam menjaga stabilitas harga pangan terutama gabah/beras, maka Pemerintah memberikan bantuan modal kepada pengusaha swasta yaitu antara lain kepada LUEP. Pada saat panen raya biasanya harga padi petani mengalami penurunan yang cukup tajam dan pada saat paceklik biasanya harga beras terjadi kenaikan. Untuk mengantisipasi hal ini di KSB dikembangkan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) yang bergerak dibidang perdagangan komoditas pertanian yang berfungsi sebagai stabilisator harga pangan dan komoditas pertanian. LUEP difasilitasi modalnya melalui APBN dan APBD untuk membeli komoditas pertanian dari petani sesuai dengan harga yang telah ditentukan bersama. Pada Tahun 2009 Pemerintah mengucurkan dana sebesar Rp.750.000.000.- (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah). 2. Lembaga Distribus Pangan Masyarakat (LDPM) Selain LEUP, Pada Tahun 2009-2011 Pemda KSB juga mengucurkan dana kepada beberapa Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Dana yang dikucurkan berkisar antara Rp 75.000.000,- sampai dengan Rp 150.000.000,per gapoktan. 3. Dana Stimulus Ekonomi Pada Tahun 2010-2012, Pemerintah Daerah KSB telah mengucurkan dana stimulus dengan total Rp. 20.000.000.000,- diarahkan untuk pembinaan pengusaha kecil menengah dan Koperasi. Dengan rincian yaitu Tahun 2010 sebesar Rp.10.000.000.000.-, Tahun 2011 sebesar Rp. 5.000.000.000,-, Tahun 2012 sebesar Rp. 5.000.000.000,- (Sumber : DPPKA Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2012). 4. Penyaluran Raskin (Beras Miskin) Selain mengucurkan dana stimulus, pasokan pangan di KSB juga dilakukan dengan penyaluran Raskin diberikan kepada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah agar harga beras dapat dijangkau dan untuk memperkuat ketahanan pangan ditingkat masyarakat miskin. Berdasarkan
54 data, penyaluran raskin dari Tahun 2009 – Juni 2012 seperti disajikan pada tabel 17. Tabel 17 Data penyaluran beras miskin di KSB No. Tahun 2009 1. 2010 2. 2011 3. s/d Juni 2012 4. Sumber: Bagian Ekbang Setda KSB Tahun 2012.
Jumlah (Kg) 1.764.540 1.676.285 1.602.810 679.575
Tabel 17 memberikan informasi bahwa penyaluran raskin dari tahun 2009 sampai Bulan Juni 2012 mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa angka kemiskinan di KSB dari tahun ke tahun semakin menurun. Prediksi Produksi dan Konsumsi Pangan Beras di KSB Dalam rangka melihat kemandirian pangan di Kabupaten Sumbawa Barat, maka dilakukan prediksi produksi dan konsumsi beras sampai tahun 2035. Asumsi yang digunakan disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18 Asumsi dalam peramalan neraca pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat Komoditi Produksi Konsumsi Padi Luas panen menurun setiap tahun rata- Jumlah penduduk ratab 0.2 % tahun (2015-2012) akibat meningkat dengan adanya konversi lahan ke non pertanian laju 0,83367 % saat pemekaran kabupaten baru dan pertahun**) 0,025% mula tahun 2013**). Konsumsi beras Perluasan sawah baru untuk produksi 420,5 padi rata-rata 0.9% Pertahun kg/kapita/tahun*) (2011,2012) ***) Perluasan sawah baru 0.48% (2013 2016) ***) Tidak ada penambahan sawah baru mulai tahun 2017, diasumsikan penambahan sawah secara tradisional sama dengan jumlah sawah yang terkonversi ke non pertanian.***) Produktifitas padi rata-rata 5,34 ton/ha,**) Konservasi gabah ke beras 0,62418 **) Sumber: ***) Data diolah **) BKP Kabupaten Sumbawa Barat, tahun 2012 *) Batas garis kemiskinan setara beras/kapita/tahun untuk KSB: BPS 2014
55
Berdasarkan asumsi di atas beberapa skenario ke depan dilakukan dalam upaya mewujudkan penyediaan pangan beras menuju ketahanan atau kemandirian pangan KSB seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi beras. Dalam kondisi demikian luas lahan sebagai sarana penunjang utama dalam memenuhi kebutuhan pangan beras masih terus meningkat dengan program pencetakan sawah baru dan perubahan fungsi lahan tadah hujan menjadi lahan irigasi teknis karena kabupaten Sumbawa Barat adalah daerah pemekaran Kabupaten baru sehingga masih cukup potensial untuk perluasan lahan pertanian meskipun terjadi konversi lahan pertanian ke sektor industri atau pemukiman. Gambaran tentang pertambahan produksi padi dan peningkatan kebutuhan beras seperti terlihat pada grafik 4. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 Ketersediaan beras (Ton) 35,135 39,188 54,186 56,596 56,732 56,868 57,004 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 Kebutuhan beras (Ton) 40,794 41,653 42,508 48,339 48,742 49,148 49,558 49,971 50,388 50,808 51,231 51,659 52,089 52,523 52,961 53,403 53,848 54,297 54,750 55,206 55,666 56,130 56,598 57,070 57,546 58,026 58,509
70000 Tahun
60000 BERAS (TON)
50000 40000
Ketersedia an beras (Ton)
30000 20000 10000 0 20092011201320152017201920212023202520272029203120332035
Kebutuhan beras (Ton)
TAHUN
Grafik 4 Produksi dan kebutuhan pangan beras di KSB tahun 2009-2012 dan esitamsi (2013 – 2035). Berdasarkan data pada grafik 4 bahwa tahun 2009 sampai tahun 2013 terjadi lonjakan ketersediaan pangan beras akibat adanya program percetakan sawah baru yang ditunjang dengan pembangunan saranan irigasi. Mulai tahun 2014 tidak ada program pencetakan sawah baru yang siginifikan sehingga pertumbuhan produksi hampir konstan. Sebaliknya peningkatan kebutuhan pangan beras terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka pada tahun 2033 akan terjadi defisit pangan beras KSB. Jumlah produksi lokal beras KSB lebih rendah dari kebutuhan penduduk. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kemandirian pangan beras KSB diprediksikan sampai tahun 2032 masih terjamin selanjutnya akan mengalami devisit. Untuk mengantisipasi hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan perluasan lahan secara terus menerus mengingat topografi KSB yang sebagain besar berbukit. Sementara konversi lahan pertanian ke sektor industri dan pemukiman adalah suatu hal yang pasti dan kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan beberapa program untuk menjamin ketahanan dan kemandirian pangan beras untuk jangka panjang. Program-program tersebut: 1. Menekan laju konversi lahan pertanian beririgasi teknis khususnya untuk areal tanaman padi menjadi sektor industri dan pemukiman
56
2. Meningkatkan produktivitas padi melalui program intesifikasi 3. Melakukan diversifikasi pangan untuk menekan konsumsi beras yang saat ini relatif tinggi 4. Menciptakan kawasan produksi padi pada wilayah Kecamatan yang potensi lahan pertanian dan sumber air memadai seperti Kecamatan Brang Rea, Kecamatan Brang Ene, Kecamatan Sekongkang dan Kecamatan Jereweh. Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengembangan Jaringan Infrastruktur. Beberapa jenis jaringan infrastruktur yang mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Sumbawa Barat sebagai berikut: 1. Jaringan Irigasi Pertanian Mengingat pentingnya sarana ini maka pemerintah mengalokasikan pembangunan sarana ini di beberapa lokasi yang mempunyai sumber air yang mencukupi. Pada Tahun 2009 Pembangunan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani sebanyak 200 Ha dan Jaringan Irigasi Desa sebanyak 50 Ha. Pada Tahun 2007 Pemerintah Kab. Sumbawa Barat membangun Irigasi Cacing/Thersier sepanjang 200 m. (Sumber: Dishutbuntan KSB 2008). 2. Pasar Dalam rangka mendukung perekonomian di KSB dikembangkan pasar sebagai tempat transaksi antara produsen dan konsumen. Pembangunan Pasar di KSB masih diarahkan untuk memperlancar transaksi jual beli hasil pertanian, sedangkan untuk pengembangan hasil perikanan dibangun pasar ikan. Di KSB terdapat 7 unit pasar yang tersebar di 7 kecamatan diantaranya 1 (satu) Pasar Induk di Kecamatan Taliwang dan 6 (enam) Pasar Tradisional di Kecamatan Taliwang, Kecamatan Jereweh, Kecamatan Maluk, Kecamatan Sekongkang, Kecamatan Seteluk dan Kecamatan Poto Tano. 3. Terminal Sampai dengan saat ini di KSB belum terdapat terminal agribisnis secara khusus namun para petani langsung memasarkan hasil pertaniannya ke pasar. Terminal yang ada berjumlah 3 (tiga) buah yaitu Terminal Induk di Kecamatan Taliwang, Terminal Maluk di Kecamatan Maluk dan Terminal Sekongkang di Kecamatan Sekongkang. Terminal yang ada tersebut merupakan terminal umum yang berfungsi juga untuk mengangkut komoditi pangan (Sumber : Dishubkominfo KSB 2011). 4. Jalan Usaha Tani Untuk memberikan kemudahan dan memperlancar petani dalam membawa hasil pertaniannya dilakukan perbaikan dan pembuatan jalan usaha tani. Perbaikan dan pembuatan jalan usaha tani dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan pemberian stimulan untuk padat karya dan pembangunan dengan menggunakan pihak ketiga.Tahun 2009 – 2011 telah dibangun jalan usaha tani sebanyak 27 lokasi dengan total anggaran Rp. 9.270.000.000 (Sembilan Miliar Dua Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah) (Sumber : Dinas PU KSB 2012). 5. DAM/Embung Pembangunan Dam/Embung/Bendung diarahkan untuk memanfaatkan sumber air bagi irigasi. Pembagunan Dam/Bendung telah dilakukan sejak Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2011. Sampai saat ini telah dibangun
57
Bendung sebanyak 69 buah dengan nilai sebesar Rp.93.025.096.818 (Sembilan Puluh Tiga Miliar Dua Puluh Lima Juta Sembilan Puluh Enam Ribu Delapan Ratus Delapan Belas Rupiah). Bendung terbesar yang sedang dibangun di Kabupaten Sumbawa Barat adalah Bendung Bintang Bano yang diperkirakan akan membutuhkan biaya sebesar Rp.850.000.000.000 (Delapan Ratus Lima Puluh Miliar Rupiah).Dengan dibangunnya bendung Bintang Bano diharapkan produksi padi akan meningkat setipa tahunnya sehingga Sumbawa Barat akan terus mengalami surplus pangan (Sumber : Dinas PU KSB 2012). 6. Gudang Pangan Pemerintah Pada Tahun 2012 ini pemerintah KSB sedang membangun gudang pangan Daerah dengan kapasitas minimal 100 ton, hal ini dimaksudkan oleh pemerintah untuk memantapkan cadangan pangan daerah terutama pada saat menghadapi musim kemarau (Sumber: BKP KSB 2012). Pengembangan Sarana Pertanian. Ketersediaan sarana produksi pertanian sangat menentukan keberhasil pelaksanaan pembangunan pertanian umumnya dan ketahanan pangan khususnya sebagai berikut: 1. Penyediaan Benih Keberhasilan produksi dan produktifitas sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas benih. Untuk memenuhi kebutuhan benih di tingkat petani, langkah yang diambil oleh Pemda KSB adalah mendorong peran aktif petani dalam penyediaan benih melalui pengembangan penangkaran di kelompok kelompok tani, penumbuhan produsen benih, pengadaan bantuan benih, penumbuhan dan pengembangan UPT perbenihan, pelepasan benih unggul lokal dan perlindungan varietas. 2. Penyediaan Pupuk dan Pestisida Penggunaan Pupuk untuk semua jenis komoditi tanaman pangan di KSB masih didominasi oleh Pupuk Urea padahal pupuk yang lainnya seperti SP-36, ZA, NPK dan organik tidak kalah pentingnya terutama dalam menentukan tingkat kualitas produk. Sedangkan untuk mempertahankan tingkat produktifitas komoditi tanaman Pangan masyarakat petani masih terbiasa menggunakan Pestisida Kimia Sintetis untuk memberantas semua jenis hama dan penyakit pada tanaman. , penyaluran pupuk dari Tahun 2009 – Juni 2011 seperti disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Rekapitulasi penyaluran pupuk tahun 2009-2011 No.
Tahun
Urea 1. 2009 2.605.55 2. 2010 2.980,75 3. 2011 3.101,5 Sumber: Dishutbuntan KSB tahun
Jenis dan Jumlah Pupuk (Ton) Anorganik ZA SP-36 NPK 10 125,68 6 225,5 238,7 2012.
Organik -
58
3.
Penyediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) Dengan bertambahnya luar areal sawah akan berdampak terhadap proses pengolahan lahan secara efektif dan efisien sebagai akibat dari kurangnya sarana bajak yang memadai. Berkaitan dengan hal tersebut perlu diperhatikan mengenai pengadaan dan bantuan alat bajak seperti Hand Tracktor sebagai sarana bajak yang dapat digunakan tanpa terikat dengan kondisi cuaca dan waktu. Di KSB sampai dengan tahun 2011 terdapat 75 Unit Hand Tracktor, Power Thereser sebanyak 11 unit dan Hand Sprayer sebanyak 150 Unit yang telah disalurkan kepada kelompok tani secara merata sesuai dengan luasan areal di masing-masing wilayah kecamatan.
SINERGITAS PROGRAM COMDEV NNT SEKTOR PERTANIAN DAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH KSB DALAM MENJAMIN KETAHANAN PANGAN BERAS DI KSB Sinergitas antara progam Comdev NNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam rangka mendukung ketahanan pangan beras di KSB, terjadi atau dapat dilihat dalam lima bidang utama pembangunan pertanian meliputi: (1) penyediaan sarana prasarana pertanian (input pertanian), (2) produksi/usahatani, termasuk penerapan teknologi dan penggunaan sarana prasarana, (3) penyediaan cadangan pangan dan pengolahan hasil pangan (agroindustry), (4) pemasaran hasil pangan dan penyebaran pasokan pangan, dan (5) kelembagaan pendukung pertanian (Tabel 20, 20, 21, 22 hingga Tabel 24). Kelima bidang sinergitas antara program Comdev PTNNT sektor pertanian dengan kebijakan ketahanan pangan Pemda KSB dalam mendukung ketahanan pangan beras di KSB ditemukan sebagai langkah melakukan Koordinasi, Intergrasi dan Singkronisasi (KIS) antara pihak PTNNT dan Pemda KSB. Dengan dasar utama adalah bertumpu pada penguatan kapasitas masyarakat dan pengembangan kelembagaan dalam pengembangan masyarakat. Hal ini menjadi kandungan uraian dalam bab ini. Sinergitas pada Bidang Penyediaan Sarana Prasarana Pertanian (Input Pertanian) Comdev PTNNT diidentifikasi melakukan 10 program dan Pemda KSB melakukan 9 program dan terjadi sinergitas pada 5 program sebagai berikut: (1) program pembangunan, pemeliharaan dan pemanfataan infrastruktur irigasi pertanian, (2) program pembangunan dan pemeliharaan jalan, (3) program penyediaan peralatan dan Mesin pertanian pangan, (4) program penyediaan sarana produksi pertanian (Saprotan), dan (5) program pembangunan dan pemanfataan infrastruktur pendukung pertanian lainnya. Rincian seperti disajikan dalam Tabel 20. Program pembangunan, pemeliharaan dan pemanfataan infrastruktur irigasi pertanian sangat mendukung atau terkait langsung dengan upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian pangan, terutama pada lahan sawah.Dalam pelaksanaan program tersebut di lapangan, pihak Comdev PTNNT telah melakukan sinergi (berkoordinasi) dengan Pemerintah KSB, dimulai dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, hingga tahap evaluasi dan pelaporan program. Pihak Comdev PTNNT telah membangun dan memelihara beberapa infrastruktur irigasi pertanian seperti dam/embung/bendungan, terutama pada tiga kecamatan di wilayah lingkar tambang sesuai dengan perencanaan yang disepakati bersama antara Pimpinan Comdev PTNNT dengan Pemerintah KSB (diwakili oleh BAPPEDA dan Dinas Pekerjaan Umum). Sementara itu, pemanfaatan infrastruktur irigasi pertanian tersebut untuk pengusahaan pangan telah direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dievaluasi dan dilaporkan secara bersama-sama oleh Comdev PTNNT dan Pemerintah KSB (diwakili Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan Perkebunan
60
& Pertanian, serta Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan & Kehutanan) sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masingmasing. Tabel 20 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang penyediaan sarana prasaran Program/Kegiatan Pangan Comdev PTNNT 1. Pembangunan infrastruktur irigasi pertanian seperti: dam/embung/bendung, serta saluran irigasi menuju hamparan sawah: di kecamatan Sekongkang, Maluk dan Jereweh 2. Pemeliharaan infrastruktur irigasi pertanian 3. Pemanfaatan dan perawatan infrastruktur irigasi pertanian 4. Pembangunan/perbaikan jalan usahatani mempermudah akses dari dan ke lahan usahatani 5. Peningkatkan kualitas dan kuantitas jalan antar desa dan jalan usaha tani 6. Bantuan handtractor kepada petani anggota P3A/Kelompok Tani, sekaligus sebagai modal untuk memupuk keuangan kelompok (melaliu mekanisme sewa jasa). 7. Bantuan/pengadaan mesin perontok padi, dan alsintan penunjang yang lain Bantuan pupuk 8. Bantuan alat pertanian seperti: kiskis (alat untuk penyiangan gulma), 9. Bantuan Saprodi (benih/bibit, pupk dan obat) 10. Bantuan/pinjaman sarana produksi padi pada awal musim tanam, jumlahnya sesuai kebutuhan dan luas lahan kepada petani, petani membayar hutangnya setelah panen, dilakukan dengan cara pemotongan hasil jual gabah kering panen (GKP) .
Program/Kegiatan ketahanan Pangan KSB 1. Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk pengusahaan komoditas pertanian tanaman pangan beras 2. Pembangunan dan pemelihaarn infrastruktur jaringan irigasi pertanian pangan (bendung/waduk/ dam/embung) 5 Kecamatan luar lingkar tambang 3. Pembangunan jalan usahatani untuk memperlancar pengangkutan hasil pertanian 4. Pembangunan pasar untuk memperlancar transaksi perdagangan hasil pertanian 5. Pembangunan terminal agribisnis pangan 6. Pemanfaatan Dermaga Labuan Lalar untuk bongkar muat barang komoditi pangan 7. Bantuan/penyediaan alat pengolahan tanah/lahan (handtractor) 8. Bantuan/penyediaaan alat dan mesin panen hasil pertanian pangan 9. Penyediaan sarana produksi (benih/bibit, pupuk dan obat-obatan)
Sinergi 1. Program Pembangunan, Pemeliharaan dan Pemanfataan Infrastruktur Irigasi Pertanian. 2. Program Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan. 3. Program Penyediaan Peralatan dan Mesin Pertanian Pangan. 4. Program Penyediaan Sarana Produksi Pertanian (Saprotan). 5. Program Pembangunan dan Pemanfataan Infrastruktur Pendukung Pertanian Lainnya.
Berdasarkan Tabel 20 juga diketahui, bahwa sinergitas di bidang penyediaan sarana prasarana,yang pertama bertitik tolak dari adanya sinergitas program pembangunan, pemeliharaan, dan pemanfaatan infrastruktur irigasi pertanian.Sinergitas yang terbangun pada program ini hanya sebatas tingkatan koordinasi. Dalam pelaksanaan program ini, Comdev PTNNT berkoordinasi dengan Pemda KSB dalam hal ini diwakili oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian dalam penentuan lokasi
61
pembangunan bendungan atau sarana irigasi lainnya yang dibangun di wilayah lingkar tambang dengan pembiayaan bersumber dari Comdev PTNNT. Pembangunan dan pemeliharaan jalan, sinergitas yang terbangun sudah mencapai tingkatan koordinasi dan integrasi. Dalam pelaksanaan program tersebut, pihak Comdev PTNNT telah bekoordinasi dan berintegrasi dengan Pemda KSB dalam hal ini diwakili Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian dalam membangun dan meperbaiki beberapa ruas jalan usaha tani. Pembiayaan program ini dilakukan secara bersama-sama, namun pihak Comdev PTNNT lebih terfokus pada pembangunan dan perbaikan jalan usaha tani pada tiga kecamatan di wilayah lingkar tambang, sedangkan pihak Pemda KSB melaksanakan kegiatan tersebut pada kecamatan lain di luar wilayah lingkar tambang. Penyediaan peralatan dan mesin pertanian pangan adalah program yang pelaksanaannya telah sinergitas dan mencapai tingkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. Pelaksanaan program ini telah dilakukan oleh pihak Comdev PT NNT dengan langsung berkoordinasi dengan pemerintah desa dan petani/kelompok tani di lapangan, serta melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Pemda KSB. Dalam hal ini, Dinas Kehutanan Perkebunan & Pertanian dan Bappeda KSB. Integrasi dan sinkronisasi program Comdev PTNTT dengan Pemda KSB terlaksana sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahapan monitoring dan evaluasi. Bantuan peralatan dan mesin yang diberikanberupa bantuan mesin pengolahan lahan (hand tractor), alat penyiangan gulma (kiskis) dan mesin panen. Khusus bantuan Hand Traktor, dicatat telah diintergarasikan dan disingkronkan dengan program Pemda KSB melalui penyaluran satu pintu Dinas Pertanian KSB, sehingga menjadi program bersama antara PTNNT dan Pemda KSB. Program penyediaan sarana produksi pertanian diidentifikasi sinergitas yang terbangun sudah mencapai tingkatan koordinasi, dan integrasi. Program ini telah dilaksanakan oleh pihak Comdev PTNNT dengan langsung berhubungan dengan petani/kelompok tani binaan dengan memberikan bantuan benih, pupuk dan obat-obatan yang disaksikan/diketahui oleh pemerintah desa pada saat setiap musim tanam, terutama pada desa-desa di wilayah lingkar tambang. Dalam pelaksanaan program ini, antara pihak Comdev PTNNT dan Pemda KSB melakukan pembagian di wilayah yang sama dengan melakukan dengan kelompok tani yang berbeda. Pembangunan dan pemanfataan infrastruktur adalah program yang dicatat melakukan sinergitas sebatas pada tingkatan koordinasi. Pihak Comdev PTNNT berkoordinasi dengan Pemda KSB melalui dinas dan instansi terkait membangun beberapa sarana seperti gudang, pasar, terminal dan dermaga, secara tidak langsung mendukung pembangunan pertanian pangan. Pelaksanaan program ini utamanya dilakukan oleh Pemerintah KSB dengan dukungan tidak langsung dari Pihak Comdev PTNNT, yaitu melalui dukungan bantuan hibah sebagian pembiayaan kepada Pemerintah KSB, dan dengan kesepakatan infrastruktur tersebut dapat dimanfaatkan bersama oleh semua pihak.
62
Sinergitas pada Bidang Produksi/Usahatani, termasuk Penerapan Teknologi dan Penggunaan Sarana Prasarana Pertanian Pangan Comdev PTNNT diidentifikasi telah melakukan 6 program dan Pemda KSB melakukan 12 program dan terjadi sinergitas pada 3 program sebagai berikut : (1) Program Pengolahan Lahan Pertanian Pangan, (2) Program Pengelolaan Usahatani Pertanian Pangan, dan (3) Program Penerapan Teknologi dan Penggunaan Sarana Prasarana Pertanian Pangan. Rincian seperti disajikan dalam Tabel 21. Tabel 21 Sinergitas Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang produksi/usaha tani termasuk penerapan teknologi Program/Kegiatan Comdev PTNNT 1. Pencapaian target lahan sawah beririgasi seluas 1.230 ha, tercapai 1.250 ha. 2. Bantuan land clearing (pembersihan lahan) pertanian pangan 3. Pencetakan sawah baru secara gratis dengan menyediakan alat berat. 4. Kegiatan demplot (ujicoba) SRI sebagai lahan belajar petani 5. Pelaksanaan SRI telah mampu menstimulir kegiatan petani dampingan 6. Perubahan pola tanam pada lahan sawah tadah hujan dan sawah beririgasi
Program/Kegiatan Ketahanan Pangan Pem. KSB 1.
Pelatihan penerapan teknologi bercocok tanaman pertanian pangan. 2. Intensifikasi pertanian pangan padi pada lahan sawah irigasi. 3. Ekstensifikasi melalui percetakan sawah baru pertanian pangan 4. Diversifikasi horizontal (pengusahaan aneka jenis komoditas pada sebidang lahan pertanian. 5. Rehabilitasi pertanian tanaman pangan 6. Sosialisasi pola tanam padi jajar legowo. 7. Pengusahaan pertanian pangan lahan kering 8. Pengusahaan palawija (jagung dan kacang hijau) 9. Pengusahaan aneka jenis buah-buahan seperti: jeruk besar, mangga, dan pisang. 10. Pengusahaan tanaman pangan di lahan pekarangan. 11. Penerapan pola tanam tepat waktu, tepat varietas dan tepat penanganan 12. Modernisasiteknologi pengusahaan/pemeliharaan pertanian tanaman pangan beras
Sinergi 1. Program Pengolahan Lahan Pertanian Pangan. 2. Program Pengelolaan Usahatani Pertanian Pangan. 3. Program Penerapan Teknologi dan Penggunaan Sarana Prasarana Pertanian Pangan
Berdasarkan Tabel 21 diketahui sinergitas pada bidang produksi/usahatani, termasuk penerapan teknologi dan penggunaan sarana prasarana pertanian pangan ada dalam kategori tiga program utama. Sinergitas yang terbangun pada ketiga program ini sudah mencapai tingkatan koordinasi dan integrasi. Pihak Comdev PTNNT melalui lembaga mitra memiliki petugas lapangan yang bertugas melakukan pendampingan kepada para petani. Sementara itu, dari pihak Pemda KSB yang memiliki Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) melakukan penyuluhan bersamaan dengan pendamping lapangan yang menjalankan tugas dari Comdev PTNNT. Keduanya kemudian bersinergi (berkoordiansi dan berintegrasi) secara langsung dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam memberikan pendampingan dan penyuluhan kepada petani melalui pendekatan kelompok tani di setiap desa yang menjadi lokasi mitra Comdev PTNNT, terutama di desa-desa di wilayah lingkar tambang.
63
Sinergitas pada Bidang Penyimpanan (Stock) dan Pengolahan Hasil Pangan Beras Comdev PTNNT diidentifikasi telah melakukan 3 program, sedangkan, Pemda KSB melakukan 12 program. Sinergitas yang diketahui terjadi dalam program ada pada 3 program, yaitu : (1) Program Pembangunan, Pemeliharaan dan Pemanfataan Fasilitas Penyimpanan Hasil Pertanian Pangan, (2) Program Penyediaan dan Pemanfataan Alat/Mesin Pengolahan Hasil Pertanian Pangan, dan (3) Program Pengolahan Hasil Pertanian Pangan (Agroindustri). Rincian seperti disajikan dalam Tabel 22. Tabel 22 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang penyimpanan (stock) dan pengolahan hasil Program/Kegiatan Pangan Comdev NNT 1. Bantuan fasilitas pengolahan pasca panen, seperti: mesin penggilingan padi, lantai jemur dan gudang gabah, mesin pengoloh dan pengemasan beras 2. Membangun pabrik pengolahan/penggilin gan padi yang standar dengan lantai jemur yang memadai, kerjasama PT NNT dengan petani melalui YPESB, Kelompok Tani dan Desa 3. Penyimpanan hasil panen sebagai cadangan pangan (stock pangan beras).
Program/Kegiatan Ketahanan Pangan KSB
9. 10. 11. 12. 13.
14. 15.
16. 17. 18.
19. 20.
Sinergi
Penyediaan cadangan pangan (stock) oleh 1. Program pemerintah dan masyarakat. Pembangunan, Penyediaan Lumbung Pangan Desa Pemeliharaan dan Penanganan daerah rawan pangan Pemanfataan Pengembangan desa mandiri pangan Fasilitas Penyediaan cadangan pangan oleh BULOG dengan Penyimpanan sumber dana dari APBN (beras raskin) dan yang Hasil Pertanian dikelola oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Pangan. Dewan Ketahanan Pangan. 2. Program Pembangunan gudang lumbung pangan Penyediaan dan Pengolahan hasilpertanian pangan skala kecil Pemanfataan (agroindustri rumahtangga): keterkaitan sektor Alat/Mesin pertanian dengan sektor industri dapat Pengolahan Hasil meningkatkan mutu produk dan nilai tambah. Pertanian Pangan,. Diversifikasivertikal (pengusahaan/pengolahan 3. Program aneka jenis produk olahan) Pengolahan Hasil Bantuan alat/mesin pasca panen (powerthreser, Pertanian Pangan corn seller dan lainnya) (Agroindustri). Pengembangan agroindustri pangan skala menengah seperti: agroindustri rumput laut, agroindustri daging beku, dan lainnya. Workshop dan pelatihan pengolahan hasil pertanian (agroindustry) Pendampingan/pembinaan pengolahan hasil pertanian (agroindustry)
Berdasarkan Tabel 22 ditunjukkan, bahwa sinergitas yang terjadi pada bidang penyimpanan (Stock) dan pengolahan hasil pangan ada dalam tiga program dengan tingkatan pada tahapan koordinasi dan integrasi. Ketiga program ini telah dilaksanakan oleh pihak Comdev PTNNT dengan berkoordinasi dengan Bappeda dan Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian terutama dalam hal laporan penggunaan fasilitas penyimpanan hasil pertanian pangan (berupa lantai jemur dan gudang). Integrasi dengan Pemda KSB terlihat pada proses pembangunan sarana dan prasarana tersebutdimana pembangunan sarana dan prasarana oleh Comdev PT NNT dilaksanakan di wilayah lingkar tambang, sedangkan Pemda KSB melaksanakannya di wilayah luar lingkar tambang dengan pembiayaan secara terpisah.
64
Sinergitas pada Bidang Pemasaran dan Distribusi Pasokan Pangan Beras Comdev PTNNT telah melakukan 7 program dan Pemda KSB melakukan 6 program dan terjadi sinergitas pada 2 program dalam bidang pemasaran dan distribusi pasokan beras. Dalam Tabel 23 ditunjukkan, bahwa 2 program sinergi itu adalah : 1) Program Jaminan Keamanan Pemasaran Hasil Pertanian Pangan. dan 2) Program Keamanan Distribusi Pasokan Pangan Beras, seperti disajikan pada Tabel 23. Berdasarkan kajian lapangan, sinergi dua program ini sangat penting. Namun, belum dilaksanakan dengan mutu yang memuaskan. Tabel 23 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang pemasaran dan distribusi pasokan pangan beras
1.
2.
3. 4.
5.
6.
7.
Program/Kegiatan Pangan Comdev PTNNT Pengangkutan hasil panen, baik berupa padi maupun palawija. Pemasaran Produk Hasil Pertanian Peningkatan Akses Pasar Produk Hasil Pertanian Pemasaran/penjualan hasil pertanian tanaman pagan (padi) Pengembangan pemasaran beras merah hasil rintisan YPESB, berpotensi untuk dikembangakan sebagai contoh bagi pengembangan pasar. Memastikan pemasaran padi/gabah terjual di atas harga standar. Pembelian gabah dari petani dengan harga standar pada saat panen Usaha Beras Hulu-Hilir, yaitu menampung GKP hasil panen petani dengan harga standar pemerintah dengan melibatkan pengusaha pengumpul/perantara dalam pembelian GKP.
Program/Kegiatan Ketahanan Pangan Pem. KSB 1. Menjalin/menciptakan kemitraan usaha dan jaringan pemasaran hasil pertanian pangan 2. Pendistribusian pasokan pangan 3. Pemberian Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPMLUEP) untuk perdagangan hasil pertanian pangan 4. Stabilisasi harga pangan beras dan komoditas pertanian oleh Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) dengan modalnya melalui APBN dan APBD 5. Bantuan modal untuk Gapoktan melalui Lembaga Distribus Pangan Masyarakat (LDPM) 6. Penyaluran Raskin kepada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah agar harga beras terjangkau
Sinergi 1.
2.
Program Jaminan Keamanan Pemasaran Hasil Pertanian Pangan. Program Keamanan Distribusi Pasokan Pangan Beras.
Sinergitas yang terbangun pada kedua program bidang pemasaran dan distribusi pasokan pangan telah mencapai tingkatan koordinasi dan integrasi. Namun, ada catatan berbagai diskusi kelompok, bahwa koordinasi dan integrasi masih perlu ditingkatkan. Program jaminan keamanan pemasaran hasil pertanian pangan adalah hal utama bagi petani. Oleh karena bertujuan untuk memberikan kepastian pasar karena adanya berbagai resiko yang mungkin muncul, baik kepastian pembelian maupun harga pangan kepada petani. Program yang telah dilakukan oleh pihak Comdev PTNNT, yaitu dengan melakukan koordinasi dengan Bulog untuk memastikan pemasaran produk pertanian, terutama
65
gabah/padi dan beras yang dihasilkan petani binaan agar dapat terjual di atas harga harga dasar (floor price) yang ditetapkan oleh pemerintah. Khusus pemasaran beras merah rintisan Yayasan Pengembangan Ekonomi Sumbawa Barat yang bekerjasama dengan Comdev PTNNT, berpotensi juga untuk dikembangakan sebagai contoh bagi pengembangan pasar produk pertanian pangan, baik untuk melayanai di dalam maupun ke luar wilayah KSB. Sementara itu, Pemerintah KSB juga telah melakukan pengamanan pemasaran produk pangan melalui berbagai upaya antara lain: pemberian Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) untuk perdagangan hasil pertanian pangan, stabilisasi harga pangan beras dan komoditas pertanian oleh Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) dengan modalnya melalui APBN dan APBD. Program keamanan distribusi pasokan pangan beras yang dilakukan oleh pihak Comdev PTNNT telah didukung oleh Pemerintah Desa dan Pemerintah Kecamatan, yaitu melalui upaya penjaminan pencadangan pangan (stock) yang sesuai dengan kemampuan daya beli petani. Pemerintah KSB melakukan pemantauan harga pangan di pasar dan stabilisasi harga melalui operasi pasar. Selain itu, Comdev PTNNT secara bersama dengan Pemda KSB melakukan penyaluran beras miskin (Raskin) kepada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah agar harga beras terjangkau dan untuk memperkuat ketahanan pangan ditingkat masyarakat miskin. Sinergitas pada Bidang Kelembagaan dan SDM Pendukung Pertanian Pangan Beras Comdev PTNNT melakukan 12 program dan Pemda KSB melakukan 5 program dalam bidang kelembagaan dan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) pendukung pertanian pangan beras. Ada 2 program yang sinergi dalam hal ini, yaitu : (1) Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan Pendukung Pertanian Pangan Beras, dan (2) Program Pemberdayaan SDM Pelaku Pertanian Pangan Beras (Tabel 24). Program penataan/pengembangan kelembagaan pendukung pertanian pangan beras, telah dilakukan oleh pihak Comdev PTNNT yang didukung oleh Pemerintah KSB, yaitu berupa peningkatan kapasitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menjadi mitra Comdev PTNNT dalam mendampingi/membina petani, seperti: YPPT, SPNSB, YPESB, Lembaga Pengembangan Pertanian dan Pesisir Sumbawa Barat (LP3SB), dan Lembaga Petani Nelayan (LPN). Pemerintah KSB di sisi lain, telah melakukan pengembangan Balai Benih Utama (BBU)/Balai Benih Induk (BBI) dalam penyediaan benih/bibit unggul pertanian pangan yang dibutuhan oleh petani/Kelompok Tani. Keamanan Distribusi Pasokan Pangan Beras. Sinergitas dari kedua program sebagaimana disebutkan dicatat sudah mencapai tingkatan koordinasi dan integrasi. Koordinasi program telah dilakukan oleh pihak Comdev PTNNT dengan Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan & Kehutanan Pemerintah KSB dan program tersebut telah terintegrasi dalam bentuk kegiatan pelatihan dan pengembangan pertanian terpadu (P4T) melalui sekolah lapangan, kunjungan, dan studi banding yang dilaksanakan pada desa-desa terpilih bersama PPL, P3A, kelompok tani dan
66
beberapa lembaga pendukung. Hal yang penting dicatat adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Comdev PTNNT cenderung menerapkan pendekatan pengembangan kawasan melalui pengembangan masyarakat (komunitas). Melalui pendekatan ini Comdev PTNNT dapat memperkuat pendekatan penyuluhan dan pembinaan kepada petani yang dilakukan oleh Pemda KSB. Tabel 24 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang kelembagaan dan SDM pendukung pertanian Program/Kegiatan Pangan Comdev PTNNT 1. Bantuan modal kerja kepada petani setiap musim 2. Pelatihan dan Pengembangan Pertanian Terpadu (P4T) melalui sekolah lapangan pada desa-desa terpilih, ujicoba pada lahan percobaan 3. Pelatihan teknis budidaya SRI (System of Rice Intensification). 4. Pelatihan teknis budidaya padi system Jajar Legowo bagi petani. 5. Pelatihan pembuatan kompos 6. Penyuluhan dan pendampingan petani dari tahun ke tahun 7. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani melalui Sekolah Lapangan 8. Pelatihan dan Pendampingan Petani Sekolah Lapangan dan Pendampingan Petani 9. Studi banding peningkatan pengetahuan petani 10. Pemantauan pelaksanaan SRI oleh Petani Penyuluh Lokal Swadaya (PPLS) di lapangan 11. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan Lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat yang menjadi mitra PTNNT mendampingi petani, seperti YPPT, SPNSB, YPESB, Lembaga Pengembangan Pertanian dan Pesisir Sumbawa Barat (LP3SB), Lembaga Petani Nelayan (LPN). 12. Aplikasi teknis pengetahuan/keterampilan petani dengan “motif ekonomi” dalam suatu skema usaha yang menguntungkan (real-business)”.
Program/Kegiatan Ketahanan Pangan KSB 1. Program pengembangan Balai Benih Utama (BBU)/Balai Benih Induk (BBI) dalam penyediaan benih/bibit unggul pertanian pangan. 2. Pengembangan penangkaran benih oleh Kelompok Tani 3. Penumbuhan dan pengembangan UPT Perbenihan 4. Pemberdayaan/pembina an keterampilan petani penangkar benih/bibit pertanian pangan 5. Pemberdayaan pelaku usaha agroindustri rumah tangga/ home industry skala kecil
Sinergi 1.
2.
Program Penataan/Pe ngembangan Kelembagaa n Pendukung Pertanian Pangan Beras. Program Pemberdaya an SDM Pelaku Pertanian Pangan Beras.
Temuan lain dari kajian lapangan yang dilakukan, bahwa terdapat perbedaan dalam pendekatan Comdev PTNNT dan Pemda KSB di sektor Pertanian dalam sinergitas kelambagaan antara tahapan usaha tani, sejak praproduksi, tahap produksi dan tahap pasca panen. Program Comdev PTNNT terjalin koordinasi , integrasi dan singkronisasi dalam semua tahapan sedangkan
67
Pemda KSB terjadi sinergi pada tingkat kooordinasi. Hal tersebut terjadi karena PTNNT melaksanakan program Comdev oleh satu devisi sedangkan Pemkab KSB dalam tiap tahapan dilakukan oleh Dinas yang berbeda. Gambaran pola pendekatan secara kelembagaan dalam pengembangan usaha tani padi di KSB terlihat dalam Gambar 4.
-
PRA TANAM (SARANA PRODUKSI )
PROSES RODUKSI
PASCA PANEN Penanganan Pasca Panen Penggudangan Penggilingan Kemasan / Packing Promosi Pemasaran
-
Pendampingan Pelatihan Pertemuan / workshop Teknologi ( SRI, Jajar Legowo ) Kelembagaan Tani
-
Produksi Kompos Pupuk Organik Bibit Unggul Caplak
SARANA PENUNJANG -
Rumah Kompos - Mesin Pompa air RMU / Huller - Hand Traktor
Keterangan : : :
PTNNT Pendekata Koordinasi, Integrasi dan Singkronisasi berbasis pengembangan Masyarakat PEMDA Pendekatan koordinasi
Gambar 4 Model pendekatan PTNNT dan Pemkab KSB dalam pengembangan usaha tani terpadu. Pendekatan yang dilakukan oleh PTNNT secara terintegrasi dan singkronisasi melalui lembaga mitra dengan mengorganisir kegiatan pra tanam (kegiatan pembuatan pupuk kompos, pengadaan pupuk organik, penyediaan bibit), kegiatan produksi (pendampingan, pelatihan, penerapan teknologi SRI/jajar legowo, dan penguatan lembaga tani), kegiatan Pasca panen (Penanganan Pasca Panen, Penggudangan, Penggilingan, Kemasan / Packing), serta pengadaan sarana penunjang (rumah kompos, RMU/Huller, mesin pompa air dan Hand Traktor). Proses ini berbasis pada pengembangan masyarakat dalam kerangka pengembangan wilayah produksi yang mempertimbangkan keberlanjutan. Sedangkan pendekatan yang dilakukan pemerintah melalui instansi teknis sebatas koordinasi karena dilakukan oleh instansi berbeda antara kegiatan pra tanam, kegiatan produksi, kegiatan pasca panen dan penyediaan sarana penunjang sektor pertanian berkelanjutan. Hasil inti dari analisis sinergitas proses pengembangan ketahanan pangan antara Program dari Comdev PT NNT dengan Pemda KSB ini adalah bagaimana melakukan pengembangan masyarakat dan dalam satuan kawasan produktif untuk menguatkan kerjasama antar desa. Melalui cara ini Comdev PTNNT mempunyai kekhasan dan dapat membantu Pemda KSB tidak hanya pada aspek produksi tetapi juga pengembangan agroindusti untuk mengoptimalkan potensi ekonomi
68
dan ekologi desa-desa berdasarkan kekayaan sumber daya alam dan keunggulan ketrampilan sumber daya manusia di KSB. Analisis yang dimuat dalam bab ini perlu dikuatkan dengan hasil-hasil mendasar yang diperoleh dari berbagai diskusi dan FGD yang dilakukan, yaitu ketahanan pangan dapat ditempatkan dalam kerangka pencapaian penguatan masyarakat, desa maupun masyarakat atau desa adat. Untuk itu, pengembangan potensi ekonomi dan ekosistem desa dan antar desa dalam ketahanan pangan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya perlu dipandang dalam kerangka meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk peningkatan taraf hidup masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan tatanan sosial. Pengelolaan potensi ekonomi yang berkembang dalam proses pencapaian ketahanan pangan penting dijadikan langkah pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat dan desa. Dengan demikian, sinergitas Comdev PTNNT dan Pemda KSB dapat ditingkatkan mutunya untuk menjadikan masyarakat petani usahatani beras dan desa-desanya KSB mampu belajar untuk menyusun perencanaan dan anggaran serta peraturan yang mendorong dan melindungi usaha perorangan, usaha keluarga maupun usaha kelompok masyarakat desa. Bahkan, pemerintah desa dan pemerintah daerah melalui kelembagaan pemasaran beras yang sudah ada dapat terus bekerjasama meningkatkan perekonomian masyarakat petani melalui penyediaan pelatihan, pendidikan, sarana dan prasarana usaha, teknologi dan informasi bagi usaha perorangan, usaha keluarga maupun pengembangan kelompok-kelompok tani yang dinaungi oleh lembaga usaha ekonomi . Merujuk efektifitas pengembangan aksi pemberdayaan itu perlu waktu 3 hingga 5 tahun (Kolopaking 2014), perlu dibangun sistem aksi ketahanan pangan dalam satuan kawasan yang diprogramkan paling tidak selama lima tahun. Penyediaan pendamping yang handal untuk menjalankan proses fasilitasi langkahlangkah dari masyarakat petani beras di KSB juga menjadi sangat strategis. Pihak Pemda KSB dan Comdev PTNNT perlu juga menyiapkan langkah exit strategy agar diketahui kekuatan sendiri masyarakat petani yang menggeluti pertanian beras di KSB mandiri dan telah mampu membangun jejaring produksi dalam kerangka saling menguatkan antar pihak . Pencapaian ketahan pangan yang demikian diharapkan dapat menjadi bagian dari mencerdaskan dan menswadayakan masyarakat pertanian pangan beras KSB dan menjadi juga media proses saling-belajar dan memberdayakan antara masyarakat KSB secara umum dengan multi-pihak dalam mengembangkan jalinan kerjasama produktif. Proses sinergi yang berupaya menjadikan program Comdev PTNNT sebagai bingkai pembangunan daerah yang dirancang dan dikelola secara sistem, sehingga proses ini mencerdaskan dan menswadayakan berbagai pihak dalam bingkai kebijakan pembangunan daerah yang produktif dan berkelanjutan.
STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM COMDEV PTNNT SEKTOR PERTANIAN UNTUK MEMPERKUAT KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS MASYARAKAT KSB Rancangan strategi pengembangan ekonomi lokal disusun secara khusus dengan penekanan pada rancangan proses bisnis dari komoditi maupun sektor unggulan, namun tidak terlepas dari rencana strategis KSB yang meliputi berbagai aspek pembangunan pertanian berkelanjutan (Kusmoljono 2012). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya mengenai implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian, implementasi kebijakan ketahanan pangan beras KSB, dan sinergitas antara program Comdev PTNNT sektor pertanian dengan kebijakan ketahanan pangan beras KSB, maka disusun strategi pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam rangka memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras di KSB. Hasilnya disajikan dalam bab ini. Analisis dilakukan dengan menjadikan implementasi Comdev PTNNT sektor pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB sebagai faktor internal dan faktor eksternal ketahanan pangan beras. Kemudian dua factor tersebut dibuat matrik dan menjadi dasar melakukan Analisis SWOT. Dalam Matriks SWOT ini, dirumuskan alternatif formulasi strategi pengembangan Comdev PTNNT sektor pertanian yang dilakukan melalui perbandingan berpasangan dari suatu komponen dengan komponen lain dalam satu kategori yang sama dalam Matrik SWOT. Matriks SWOT ini digunakan untuk melakukan perbandingan berpasangan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang dan tantangan) dalam suatu system. Analisis SWOT dalam penentuan strategi pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras KSB, seperti disajikan dalam Lampiran 1. Berdasarkan Matrik dan Analisis SWOT sebagaimana disebut di atas, maka faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan tantangan) dalam program ketahanan pangan beras KSB, sebagai berikut: Kekuatan (Strength, S): 1. Sarana prasarana (input) pertanian pangan padi/beras cukup tersedia seperti: infrastruktur irigasi pertanian, peralatan dan mesin pertanian, sarana produksi pertanian (benih, pupuk dan obat-obatan), serta jalan usaha dan jalan desa sentra produksi pertanian. 2. Tersedia lahan sawah irigasi dan teknologi System Rice Intensification (SRI) untuk usahatani pertanian pangan padi/beras yang sudah berlangsungdi lapangan. 3. Kelembagaan pendukung pertanian pangan padi/beras sudah tersedia seperti: Balai Benih Utama/BBU, Balai Benih Induk/BBI, Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya/PPLS, dan Kelompok Tani. Kelemahan (Weaknesses, W): 1. Sarana prasarana penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian pangan padi/beras belum cukup tersedia seperti: lantai jemur, gudang lumbung pangan/gabah, Lumbung Pangan Desa, serta alat dan mesin pengolahan hasil pertanian (agroindustri).
70
2.
Distribusi dan pemasaran hasil pertanian pangan padi/beras antartempat dan antarwaktu belum sempurna. 3. Kualitas pelaku pertanian pangan padi/beras relatif rendah meliputi: petani pelaksana usahatani dan pelaku usaha agroindustri. Peluang (Opportunities, O): 1. Bantuan teknologi dan sarana prasarana usahatani pertanian pangan padi/beras dari dunia usaha/swasta dan pemerintah cukup tersedia seperti: teknologi pengolahan lahan usaha tani, bantuan peralatan dan mesin usahatani, serta bantuan modal pinjaman sarana produksi pertanian. 2. Dukungan teknologi dan/atau sarana prasarana pengolahan hasil pertanian dari dunia usaha/swasta dan pemerintah cukup tersedia seperti: alat dan mesin pengolahan hasil pertanian, serta teknologi dan pembinaanpengolahan hasil. 3. Dukungan pembiayaan distribusi dan pemasaran hasil pertanian pangan tersedia, seperti:DPM-LUEP, Bulog/APBN dan APBD. Tantangan (Threats, T): 1. Pemasaran hasil pertanian pangan padi/beras belum sempurna seperti: terjadinya fluktuasi harga padi/beras, dan kemitraan usaha belum berkembang. 2. Keterkaitan aspek Hulu-Hilir dalam agribisnis/pertanian pangan padi/beras belum sempurna. 3. Kapasitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat sebagai mitra petani dan pelaku agroindustri belum memadai. Rumusan Strategi untuk Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB Berdasarkan keberadaan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan tantangan) yang ada dalam Matrik/Analisis SWOT (Lampiran 2) dan hasil pembahasan dalam FGD dengan melibatkan Stakeholders terkait, dirumuskan 6 strategi pengembangan Comdev PTNNT dalam memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras KSB sesuai perioritas, sebagai berikut: 1. Pengembangan komunitas petani dan badan usaha ekonomi petani padi berbasis Desa. Memaksimalkan jaringan dan fungsi Kelembagaan petani melalui desa dalam melakukan kemitraan dengan lembaga pendukung usahatani beras, seperti: Balai Benih Utama/BBU, Balai Benih Induk/BBI, Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya/PPLS, Kelompok Tani, LSM. Pendekatan pengembangan masyarakat juga digunakan untukmenguatkan kelembagaan petani dalam meningkatkan produksi dan mengembangkan kelembagaan usaha milik petani atau milik desa. 2. Pengaturan dan pengamanan pemasaran dan distribusi beras. Menguatkan pengaturan kerjasama pemasaran beras dalam skala lokal dan regional. Upaya tersebut diikuti upaya peningkatan mutu sarana prasarana dan teknologi penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian (agroindustri) seperti: lantai jemur, gudang lumbung pangan/gabah, Lumbung Pangan Desa dengan dukungan dunia usaha/swasta dan pemerintah, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian, serta teknologi pengolahan hasil pertanian yang dikersamakan dengan berbagai lembaga, seperti: DPM-LUEP, Bulog/APBN dan APBD.
71
3.
4.
5.
6.
Peningkatan Produktivitas Petani melalui usahatani sawah lestari. Maksimalisasi penyediaan dan/atau pemanfaatan sarana prasarana (input) pertanian pangan padi/beras seperti: sarana produksi pertanian (benih, pupuk dan obat-obatan), serta jalan usahatani dan jalan desa pada sentra produksi. Optimalisasi pengolahan lahan pertanian pangan padi/beras (lahan sawah irigasi) dengan System Rice Intensification (SRI) dan teknologi usahatani yang memadai. Peningkatan mutu dan penyediaan infrastruktur pertanian pangan. Penyediaan infrastruktur irigasi pertanian, peralatan dan mesin pertanian, serta perbaikan dan pembukaan jalan usahatani. Pengembangan kualitas petani melalui regenerasi petani terdidik. Peningkatan kualitas petani sebagai pelaku usahatani pertanian dilakukan untuk pengembangan agroindustri pangan padi/beras dengan dukungan teknologi. Penguatan kapasitas petani dilakukan melalui penguatan jaringan dan fungsi Kelembagaan Mitra Pendukung Pertanian Pangan Padi/Beras seperti: Balai Benih Utama/BBU, Balai Benih Induk/BBI, Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya/PPLS, Kelompok Tani, LSM. Disamping itu, penyiapan pemuda-pemuda sebagai petani baru yang lebih terdidik.. Pengembangan system pembiayaan usahatani beras. Menyiapkan dana yang dapat diakses oleh lembaga petani untuk meningkatkan produktivitas pelaku usahatani pertanian dan pelaku agroindustri pangan padi/beras. Lembaga keuangan yang didorong dalam hal ini, baik lembaga keuangan mikro maupun lembaga perbankan. Rencana Program/Kegiatan Penguatan Ketahananan Pangan Beras di KSB
Dari 6 strategi pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam memperkuat ketahanan pangan beras KSB, disajikan beberapa rencana program/kegiatan pengembangan pangan beras KSB sebagai berikut: 1. Pengembangan komunitas petani badan usaha ekonomi petani padi berbasis Desa. Memaksimalkan jaringan dan fungsi Kelembagaan petani melalui desa dalam melakukan kemitraan dengan lembaga pendukung usahatani beras, seperti: Balai Benih Utama/BBU, Balai Benih Induk/BBI, Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya/PPLS, Kelompok Tani, LSM. Pendekatan pengembangan masyarakat juga digunakan untuk menguatkan kelembagaan petani dalam meningkatkan produksi dan mengembangkan kelembagaan usaha milik petani atau milik desa. Rencana aksi program/kegiatan pada strategi ini sebagai berikut: a. Pemantauan pelaksanaan SRI oleh Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya (PPLS) di lapangan. b. Pemberdayaan kapasitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat yang menjadi mitra PTNNT mendampingi petani, seperti: YPPT, SPNSB, YPESB, Lembaga Pengembangan Pertanian dan Pesisir Sumbawa Barat (LP3SB), Lembaga Petani Nelayan (LPN).
72
c. Pengembangan Balai Benih Utama (BBU)/Balai Benih Induk (BBI), penangkaran benih oleh Kelompok Tanidalam penyediaan benih/bibit unggul pertanian pangan. 2. Pengamanan pemasaran dan distribusi beras. Menguatkan pengaturan kerjasama pemasaran beras dalam skala lokal dan regional. Upaya tersebut diikuti upaya peningkatan mutu sarana prasarana dan teknologi penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian (agroindustri) seperti: lantai jemur, gudang lumbung pangan/gabah, Lumbung Pangan Desa dengan dukungan dunia usaha/swasta dan pemerintah, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian, serta teknologi pengolahan hasil pertanian yang dikerjasamakan dengan berbagai lembaga, seperti: DPM-LUEP, Bulog/APBN dan APBD. Rencana aksi program/kegiatan pada strategi ini sebagai berikut: a. Pembangunan sarana prasarana penyimpanan hasil pertanian seperti: lantai jemur, gudang lumbung pangan (gabah), Lumbung Pangan Desa. b. Penyediaan cadangan pangan oleh BULOG dengan sumber dana dari APBN (beras Raskin) dan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dewan Ketahanan Pangan. c. Penyediaaan dan pembangunan sarana prasarana pengolahan hasil pertanian (agroindustri) seperti: pabrik penggilingan padi yang standar, bantuan mesin penggilingan padi/beras (RMU), bantuan mesin pengemasan beras, dan alat/mesin pasca panen (powerthreser, corn seller dan lainnya). d. Pemasaran/penjualan hasil pertanian pagan padi/gabah/beras, termasuk pemasaran beras merah hasil rintisan Yayasan Pengembangan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB), sebagai contoh bagi pengembangan pasar. e. Pemanfataan prasarana pemasaran untuk memperlancar transaksi perdagangan hasil pertanian pangan padi/beras seperti: Pasar Kabupaten/ Kecamatan, Dermaga Labuan Lalar untuk bongkar muat kapal produk pertanian pangan. 3. Peningkatan Produktivitas Petani melalui usahatani sawah lestari. Maksimalisasi penyediaan dan/atau pemanfaatan sarana prasarana (input) pertanian pangan padi/beras seperti: sarana produksi pertanian (benih, pupuk dan obat-obatan), serta jalan usahatani dan jalan desa pada sentra produksi. Optimalisasi pengolahan lahan pertanian pangan padi/beras (lahan sawah irigasi) dengan System Rice Intensification (SRI) dan teknologi usahatani yang memadai. Rencana aksi program/kegiatan pada strategi ini sebagai berikut: a. Bantuan land clearing(pembersihan lahan) dan pencetakan lahan sawah baru (ekstensifikasi pangan) dengan menggunakan alat dan mesein pertanian. b. Pengolahan lahan usahatani sawah irigasi (intensifikasi pertanian pangan). c. Demplot (ujicoba) dan penerapan System Rice Intensification (SRI) dalam usahatani pertanian pangan. d. Pelaksanaan SL-PTT.
73
4.
Peningkatan mutu dan penyediaan infrastruktur pertanian pangan. Penyediaan infrastruktur irigasi pertanian, peralatan dan mesin pertanian, serta perbaikan dan pembukaan jalan usahatani. Rencana aksi program/kegiatan pada strategi ini sebagai berikut: a. Pembangunan, pemeliharaan dan/atau pemanfataan Embung/DAM dan infrastruktur irigasi pertanian lainnya seperti: Batu Bangkong-Benete, Plampo-Sekongkang, Embung Puja-Tongo, Tiu Sepit-Tongo, Senutuk-SP I Desa Ai Kangkung, Embung Tabiung-SP II Desa Tatar, Murus Desa Beru Jereweh, dan infrastruktur irigasi lainnya. b. Penyediaan dan/atau bantuan alat dan mesin pertanian pangan padi/beras seperti: alat pengolahan lahan usahatani (hand tractor), alat penyiangan gulma (kiskis), alat panen hasil pertanian pangan (mesin perontok padi), serta alat dan mesin pertanian lainnya. c. Penyediaan dan/atau bantuan sarana produksi pertanian pangan padi/beras dalam kualitas dan kuantitas yang memadai seperti: benih/bibit unggul pertanian pangan,pupuk anorganik (Urea, SP-36, ZA, lainnya), pupuk organik(kompos, pupuk kandang, lainnya), obat-obatan, pestisida dan lainnya. d. Pembangunan dan/atau pemeliharaan infrastruktur jalan seperti: jalan usahatani, dan jalan antar desa sentra produksi pangan. 5. Pengembangan kualitas petani melalui regenerasi petani terdidik. Peningkatan kualitas petani sebagai pelaku usahatani pertanian dilakukan untuk pengembangan agroindustri pangan padi/beras dengan dukungan teknologi. Penguatan kapasitas petani dilakukan melalui penguatan jaringan dan fungsi Kelembagaan Mitra Pendukung Pertanian Pangan Padi/Beras seperti: Balai Benih Utama/BBU, Balai Benih Induk/BBI, Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya/PPLS, Kelompok Tani, LSM. Disamping itu, penyiapan pemuda-pemuda sebagai petani baru yang lebih terdidik. Rencana aksi program/kegiatan pada strategi ini sebagai berikut: a. Pelatihan dan/atau pemberdayaan petani pelaku usahatani pertanian pangan padi/beras seperti: Pelatihan Pengembangan Pertanian Terpadu (P4T) melalui sekolah lapangan dan pendampingan, Pelatihan teknis budidaya SRI (System of Rice Intensification), Pelatihan teknis budidaya system Jajar Legowo, peningkatan keterampilan petani dengan “motif ekonomi” dalam skema usaha yang menguntungkan (reil-business)”, pembuatan kompos, studi banding, pemberdayaanketerampilan petani penangkar benih/bibit pertanian pangan padi/beras. b. Pelatihan, pemberdayaan dan pendampingan pelaku pengolahan hasil pertanian (agroindustri), baik berupa pelalu UMKM maupun Koperasi. 6. Pengembangan system pembiayaan usahatani beras. Menyiapkan dana yang dapat diakses oleh lembaga petani untuk meningkatkan produktivitas pelaku usahatani pertanian dan pelaku agroindustri pangan padi/beras. Lembaga keuangan yang didorong dalam hal ini, baik lembaga keuangan mikro maupun lembaga perbankan. Rencana aksi program/kegiatan pada strategi ini sebagai berikut: a. Peyediaan dan/atau bantuan dana perdagangan hasil pertanian pangan seperti: Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP), stabilisasi harga pangan padi/beras oleh LUEP dengan
74
b.
modalnya melalui APBN dan APBD, bantuan modal untuk Gapoktan melalui Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Usaha Beras Hulu-Hilir, yaitu menampung GKP hasil panen petani dengan harga standar pemerintah dengan melibatkan pengusaha pengumpul/ perantara dalam pembelian GKP. Road Map Strategi memperkuat Ketahanan Pangan Beras Berkelanjutan di KSB
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Metode SWOT, dirumuskan 6 strategi penguatan ketahanan pangan beras KSB dengan penerapan Comdev PTNNT sektor pertanian. Dari 6 startegi tersebut dijabarkan menjadi 20 program/kegiatan, yang dipetakan dalam Road Map Strategi. Menurut Boga (2009), dengan pendekatan road map strategi dapat menjelaskan berbagai hal yang mendasar. Dari 6 strategi yang dirumuskan, kemudian disusun road map stratergi dalam periode waktu lima tahun berdasarkan tahapan proses pertanian pangan padi/beras, seperti disajikan pada Gambar 5.
Terwujudnya Ketahanan Pangan Beras Berbasis komunitas Petani Yang Berkelanjutan
P a s c a
Sarana Prasarana dan Teknologi penyimpanan hasil (Strategi-2)
Maksimalisasi Penggunaan saran Produksi (srategi-3)
Optimalisa Pengolahan lahan pertanian ( stragei-3)
U T P r a P r o d u k s i
Teknologi Usaha Tani (Strategi-3)
Penyedian sarana produksi , peralatan, dan mesin usaha tani (Strategi-3)
PENGEMBANGAN SISTEM PEMBIAYAAN USAHA TANI BERAS (strategi - 6)
Penyediaan Sarana Prasarana &Teknologi Pengolahan hasil (strategi-2)
PENGEMBANGAN COMUNITAS PETANI & BADAN USAHA EKONOMI PETANI (strategi -1)
P a n e n P r o d u k s i
Penyediaan dan pengaturan sarana Pemasaran & Distribusi (staregi- 2)
PENGEMBANGAN KUALITAS PETANI MELALUI REGENERASI PETANI TERDIDIK (Strategi-5)
T u j u a n
Penyediaan Infrastruktur Irigasi Pertanian (Strategi -4)
Pembangunan jalan Usaha Tani dan jalan Desa sentra Produksi (Strategi-4) 1
2
3
4
5
Gambar 5 Road map strategi penguatan ketahanan pangan beras berkelanjutan di KSB
75
Secara vertikal, pada Gambar 5 terlihat bahwa road map strategi penguatan ketahanan pangan beras KSB dibagi dalam tiga dimensi/aspek proses pertanian pangan padi/beras yaitu: Pra Produksi, Produksi Usaha Tani, dan Pasca Panen. Ketiga dimensi/aspek tersebut sebagai berikut: 1. Dimensi/aspek pra produksi: strategi penguatan ketahanan pangan yang lebih menekankan pada penyiapan atau penyediaan sarana prasarana produksi (input) pertanian pangan padi/beras, yaitu: infrastruktur irigasi pertanian, peralatan dan mesin pertanian, sarana produksi pertanian (benih, pupuk dan obat-obatan), serta jalan usahatani dan jalan desa pada sentra produksi. 2. Dimensi/aspek produksi usaha tani: strategi penguatan ketahanan pangan yang lebih menekankan pada peningkatan produksi padi/beras melalui pengolahan lahan pertanian pangan padi (lahan sawah irigasi) dengan menggunakan teknogi System Rice Intensification (SRI) dan penerapan teknologi usahatani lainnya, penggunaan alat dan mesin pertanian, serta pengunaan sarana produksi pertanian dalam kualitas dan kuantitas yang memadai oleh petani pelaku usahatani pertanian pangan dibawah pembinaan/pendampingan lembaga pendukung pertanian pangan. 3. Dimensi/aspek pasca panen: strategi penguatan ketahanan pangan yang lebih menekankan pada penyediaan/pengunaan sarana prasarana dan teknologi penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian pangan padi/beras, serta pengaturan dan pengamanan pemasaran hasil pertanian pangan padi/beras oleh pelaku UMKM dan Koperasi dibawah pembinaan/ pendampingan lembaga pendukung agribisnis pangan. Secara horizontal, pada Gambar 5 terlihat bahwa road map strategi penguatan ketahanan pangan menggambarkan tentang kerangka waktu pelaksanaan 6 strategi yang telah dirumuskan selama periode 5 tahun. Pada tahun pertama, road map strtategi penguatan ketahanan pangan dilakukan pembangunan dan/atau pemeliharaan beberapa sarana prasarana pertanian (input) seperti: infrastruktur irigasi pertanian (embung/dam/bending dan saluran irigasi), peralatan dan mesin pertanian pangan, serta jalan usahatani dan jalan desa sentra produksi pertanian. Pada tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya, dilajutkan dengan penyediaan atau pembangunan beberapa sarana prasarana pendukung/tambahan, serta pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana pertanian yang sudah ada. Strategi yang berhubungan pengembangan komunitas petani, badan usaha ekonomi petani, pengembangan kualitas petani melalui regenerasi petani terdidik, strategi pengembangan system pembiayaan usahatani, penyediaan sarana produksi dan penerapan teknologi usaha tani dilakukan pada semua tahapan (tahapan praproduksi, tahapan produksi dan tahapan pasca panen) serta dilakukan secara rutin dalam setiap tahun. Rincian program/kegiatan dalam Road Map Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Beras Berkelanjutan di KSB, disajikan pada Lampiran 2.
76
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik empat simpulan penelitian ini sebagai berikut: Program Comdev PTNNT sektor pertanian telah dan sedang mendukung kebijakan Pemerintahan KSB dan berpeluang menjamin ketahanan pangan beras di KSB untuk jangka panjang. 1. Kebijakan ketahanan pangan beras KSB cukup kuat dalam program peningkatan produksi padi dari 4,5 ton pada MT 2005/2006 menjadi 6,4 ton pada MT 2012/2013. Tingkat kebutuhan pangan beras KSB terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, maka diprediksikan pada tahun 2033 jumlah produksi beras local akan lebih rendah dari kebutuhan penduduk (prediksi tahun 2033 produksi beras 54.141 ton dan komsumsi 54.546 ton). Untuk mengantisipasi kondisi tersbut pemerintah perlu terus melakukan berbagai program untuk menjamin ketahanan dan kemandirian pangan beras jangka panjang . 2. Program Comdev PTNNT sektor pertanian telah bersinergi dengan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam mendukung dan akan terus berpeluang menjamin ketahanan pangan beras di KSB. Comdev PTNNT dilaksanakan melalui praktek pemberdayaan masyarakat, penyuluhan, dan pembinaan petani bersama Pemda KSB. 3. Telah dirumuskan 6 strategi yang hasilkan dalam penelitian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras KSB melului pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian. Strategi-strtaegi itu adalah : a. Pengembangan komunitas petani dan badan usaha ekonomi petani padi berbasis Desa. b. Pengamanan pemasaran dan distribusi beras c. Peningkatan Produktivitas Petani melalui usahatani sawah lestari. d. Peningkatan mutu dan penyediaan infrastruktur pertanian pangan. e. Pengembangan kualitas petani melalui regenerasi petani terdidik. f. Pengembangan sistem pembiayaan usahatani beras Saran Memperhatikan hasil penelitian dan pembahasan, serta simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diajukan empat saran untuk penyempurnaan tindak lanjut penelitian ini sebagai berikut: 1. Program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam mendukung dan sekaligus menjamin ketahanan pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat, perlu terus dimantapkan dan dijaga keberlanjutannya. Beberapa pertimbangan dan tindakan yang dilakukan antara lain: (a) perluasan lingkup sasaran program Comdev PTNNT, tidak saja diprioritaskan kepada tiga kecamatan di wilayah lingkar tambang, tetapi juga pada lima kecamatan lainnya di luar wilayah lingkar tambang; (b) program Comdev PTNNT perlu diprioritaskan pada pemberdayaan dan pengembangan usaha pertanian/agribisnis pangan yang bernilai tambah tinggi dan dapat memperluas kesempatan kerja; dan (c)
78
peningkatan kapasitas personal dan kelembagaan yang terkait dengan keberhasilan program Comdev PTNNT. 2. Kebijakan ketahanan pangan beras KSB, perlu terus dimantapkan dan dijaga keberlanjutannya agar dapat menghasilkan produski dan produktivitas pangan yang semakin meningkat. Beberapa program untuk menjamin ketahan pangan beras untuk jangaka panjang diantaranya : a. Menekan laju konversi lahan pertanian beririgasi teknis khususnya untuk areal pertanaman padi menjadi sector industri dan pemukiman b. Meningkatkan produktifitas padi melalui program intesifikasi pertanian c. Melakukan diversifikasi pangan untuk menekan konsumsi beras yang saat ini relative tinggi. d. Perlu membuat kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) pada kawasan yang memliki potensi lahan datar dan potensi sumebr air yang memadai di wilayah Kecamatan Sekongkang, Kecamatan Brang Rea, Kecamatan Brang Ene dan Kecamatan Seteluk. 3. Sinergitas antara program Comdev PTNNT sektor pertanian dengan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat perlu terus disempurnakan dan dijaga keberlanjutannya melalui tindakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) program dan kegiatan yang semakin intensif, terarah dan terpadu, mulai dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, pelaksanaan, pengawasan, monitoring, sampai tahap evaluasi dan pelaporan, sehingga implementasi program dan kegiatan pembangunan pertanian pangan berjalan efektif dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA [Bappeda] Badan Perencanaa Daerah KSB. 2012. Profil Bupati Sumbawa Barat. Pemda KSB. Budimanta A. dan Rudito B. 2008. Metode dan Teknik Pengelolaan Community Development, Indonesia Center for Sustainable Development, Jakarta. Boga LM. 2009. Strategi Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pertanian Berbasis Jagung di Propinsi Gorontalo. Jurnal Managemen Pembangunan Daerah. Buletin Suara KTC. 2012. Membangun Ketahanan Pangan. Pemda KSB. [PT NNT] PT. Newmont Nusa Tenggara. 2012. Laporan Evaluasi Community Development. Hadi AP. 2001. Hubungan Antara Komunikasi Publik Perusahaan dan Sikap Komunitas Setempat (Kasus Perusahaan Pertambangan di Nusa Tenggara Barat). Tesis Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Hariyadi P. 2011. Riset dan Teknologi Pendukung Peningkatan Kedaulatan Pangan. Jurnal Diplomasi. Vol 3, No.3, September 2011 : 90-105 : seafast.ipb.ac.id diakses pada tanggal 8 Desember 2012. Huraerah A. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Penerbit Humaniora. Bandung. Ife J. 1995. Community Development: Creating community alternatives – vision, analysis and practice. Melbourne: Longman. Kartini D. 2009. Corporate Social Responsibility, Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Penerbit PT. Refika Aditama. Bandung. Kolopaking LM et al, 2013. Desain Pengembangan Kawasan Minapolitan Percontohan Berbasis Industri Rumput Laut Kabupaten Sumbawa Barat. PSP3-IPB. Kolopaking LM. 2014. Teknologi Partisipatif Untuk Perdesaan Berdikari Lestari Dan Berkedaulatan Pangan Berbasis Jiwa Gotong Royong. Jakarta [ID]: Paper di Dewan Riset Nasional. Kuncoro M. 2006. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi Pertama Cetakan Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Kusmuljono BS et al, 2012. Pengembangan Ekonomi Lokal Sumbawa Barat. CPR Indonesia. Mulyana A. 2012. Penguatan Ketahanan Pangan Untuk Menekan Jumlah Penduduk Miskin dan Rentan Pangan Di Tingkat Nasional dan Regional. Jurnal Ekonomi Pertanian Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indinesia (PERHEPI). Volume 1, No.1-Januari 2012. Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Cetakan pertama. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. Noor J. 2012. Metode penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Edisi pertama Cetakan kedua. Kencana Perdana Media Group. Jakarta. Rahmanita SH. 2010. Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Aktivitas PT IKKP Mills Tangerang, Skripsi Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
80
Renstra PT NNT, 2009-2013. Pengembangan Masyarakat Di Kecamatan Maluk, Jereweh dan Sekongkang, PT NNT. Siregar CN. 2007. Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibilitty Pada Masyarakat Indonesia. Jurnal Sosioteknologi Edisi 12 tahun 6, Desember 2007. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Alfabeta. Bandung Suharto E. 2010. CSR & Comdev Investasi Kreatif Perusahaan Di Era Globalisasi. Penerbit Alvabeta. Bandung. Susiloadi P. 2008. Implementasi CSR untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Juranal Spirit Publik. Volume 4, Nomor. 2, Oktober 2008. Susanto AB. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta. The jakarta Consulting Group. 2007. Swastika DKS. 2011. Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Pangan untuk Mengentaskan Petani dari Kemiskinan, Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 4(2), Maret 2011. Tambunan T. 2008. Ketahanan Pangan Di Indonesia, Mengidentifikasi Beberapa Penyebab, Pusat Studi Industri dan UKM Unversitas Trisakti. Agustus 2008.. Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Lampiran 1
Matrik SWOT Strategi Pengembangan Program Comdev PTNNT Sektor Pertanian untuk Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB.
FAKTOR INTERNAL
1.
2.
FAKTOR EKSTERNAL
1.
2.
3.
Peluang (Opportunities, O): Bantuan teknologi dan sarana prasarana usahatani pertanian pangan padi/beras dari dunia usaha/swasta dan pemerintah cukup tersedia seperti: teknologi pengolahan lahan usahatani, bantuan peralatan dan mesin usahatani, serta bantuan modal pinjaman sarana produksi pertanian. Dukungan teknologi dan/atau sarana prasarana pengolahan hasil pertanian dari dunia usaha/swasta dan pemerintah cukup tersedia seperti: alat dan mesin pengolahan hasil pertanian, serta teknologi dan pembinaan pengolahan hasil. Dukungan pembiayaan pemasaran hasil pertanian pangan tersedia, seperti: DPM-LUEP, Bulog/APBN. APBD dan swasta.,.
Tantangan (Threats, T): 4. Pemasaran hasil pertanian pangan padi/beras belum sempurna seperti: terjadinya fluktuasi harga padi/beras, dan kemitrnaan usaha belum terjalin. 5. Keterkaitan aspek Hulu-Hilir dalam agribisnis pangan padi/beras belum sempurna. 6. Kapasitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat sebagai mitra petani dan pelaku agroindustri belum memadai.
3.
1.
2.
1.
Kekuatan (Strength, S): Sarana prasarana (input) pertanian pangan padi/beras cukup tersedia seperti: lahan sawah irigasi, infrastruktur irigasi pertanian, peralatan dan mesin pertanian, serta sarana produksi pertanian (benih, pupuk dan obatobatan). Teknologi System Rice Intensification (SRI) untuk usahatani pertanian pangan padi/beras sudah berlangsung di lapangan. Kelembagaan pendukung pertanian pangan padi/beras sudah tersedia seperti: Balai Benih Utama/BBU, Balai Benih Induk/BBI, Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya/PPLS, Kelompok Tani) Strategi SO: Maksimalisasi penyediaan dan/atau pemanfaatan sarana prasarana (input) pertanian pangan padi/beras seperti: infrastruktur irigasi pertanian, peralatan dan mesin pertanian, sarana produksi pertanian (benih, pupuk dan obat-obatan), serta jalan usahatani/jalan desa pada sentra produksi. Optimalisasi pengolahan lahan pertanian pangan (sawah irigasi) dengan System Rice Intensification (SRI) dan teknologi usahatani yang memadai.
Strategi ST: Maksimalisasi jaringan dan fungsi Kelembagaan Mitra Pendukung Pertanian Pangan Beras seperti: Balai Benih Utama/BBU, Balai Benih Induk/BBI, Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya/PPLS, Kelompok Tani, LSM dan Lainnya.
1.
2. 3.
Kelemahan (Weaknesses, W): Sarana prasarana penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian pangan padi/beras belum cukup tersedia seperti: lantai jemur, gudang lumbung pangan/gabah, Lumbung Pangan Desa, serta alat mesin pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Distribusi dan pemasaran hasil pertanian pangan padi/beras antartempat dan antarwaktu belum sempurna. Kualitas pelaku agribisnis pangan padi/beras relatif rendah meliputi: petani pelaksana usahatani dan pelaku agroindustri.
Strategi WO: 1. Menguatkan kerjasama pemasaran beras dalam skala lokal dan regional diikuti upaya peningkatan mutu sarana prasarana dan teknologi penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian (agroindustri) seperti: lantai jemur, gudang lumbung pangan/gabah, Lumbung Pangan Desa dengan dukungan dunia usaha/swasta dan pemerintah, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian, serta teknologi pengolahan hasil pertanian yang dikersamakan dengan berbagai lembaga, seperti: DPM-LUEP, Bulog/APBN dan APBD 2. Menyiapkan dana yang dapat diakses oleh lembaga petani untuk meningkatkan produktivitas pelaku usahatani pertanian dan pelaku agroindustri pangan padi/beras. Lembaga keuangan yang didorong dalam hal ini, baik lembaga keuangan mikro maupun lembaga perbankan Strategi WT: 1. Peningkatan kualitas petani sebagai pelaku usahatani pertanian untuk pengembangan agroindustri pangan padi/beras dengan dukungan teknologi. Penguatan kapasitas petani dilakukan melalui penguatan jaringan dan fungsi Kelembagaan Mitra Pendukung Pertanian Pangan Padi/Beras seperti: Balai Benih Utama/BBU, Balai Benih Induk/BBI, Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya/PPLS, Kelompok Tani, LSM. Disamping itu, penyiapan pemudapemuda sebagai petani baru yang lebih terdidik.
81
82 Lampiran 2 Matrik Startegy dan Rencana Program/Kegiatan Pengembangan Comdev PT NNT Sektor Pertanian untuk Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB Waktu Pelaksanaan N0
Startegy
Program /Kegiatan/aksi I
1
Pengembangan komunitas petani dan badan usaha ekonomi petani padi berbasis Desa.
a
Pemantauan pelaksanaan SRI oleh Penyuluh Pertanian Lokal Swadaya (PPLS) di lapangan
b
Pemberdayaan kapasitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat yang menjadi mitra PTNNT mendampingi petani, seperti: YPPT, SPNSB, YPESB, Lembaga Pengembangan Pertanian dan Pesisir Sumbawa Barat (LP3SB), Lembaga Petani Nelayan (LPN).
3
Peningkatan Produktivitas Petani melalui usahatani sawah lestari.
III
IV
V Pemda KSB, PTNNT PTNNT
Pemda KSB, PTNNT
c
Penyediaaan dan pembangunan sarana prasarana pengolahan hasil pertanian (agroindustri) seperti: pabrik penggilingan padi yang standar, bantuan mesin penggilingan padi/beras (RMU), bantuan mesin pengemasan beras, dan alat/mesin pasca panen (powerthreser, corn seller dan lainnya).
Pemda KSB, PTNNT
d
Pemasaran/penjualan hasil pertanian pagan padi/gabah/beras, termasuk pemasaran beras merah hasil rintisan Yayasan Pengembangan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB), sebagai contoh bagi pengembangan pasar
Pemda KSB, PTNNT
e
Pemanfataan prasarana pemasaran untuk memperlancar transaksi perdagangan hasil pertanian pangan padi/beras seperti: Pasar Kabupaten/ Kecamatan, Dermaga Labuan Lalar untuk bongkar muat kapal produk pertanian pangan.
Pemda KSB, PTNNT
a
Bantuan land clearing(pembersihan lahan) dan pencetakan lahan sawah baru (ekstensifikasi pangan) dengan menggunakan alat dan mesein pertanian.
b
Pengolahan lahan usahatani sawah irigasi (intensifikasi pertanian pangan).
c
Demplot (ujicoba) dan penerapan System Rice Intensification (SRI) dalam usahatani pertanian pangan.
d
Pelaksanaan SL-PTT.
b
2
II
Pengembangan Balai Benih Utama (BBU)/Balai Benih Induk (BBI), penangkaran benih oleh Kelompok Tanidalam penyediaan benih/bibit unggul pertanian pangan Pembangunan sarana prasarana penyimpanan hasil pertanian seperti: lantai jemur, gudang lumbung pangan (gabah), Lumbung Pangan Desa. Penyediaan cadangan pangan oleh BULOG dengan sumber dana dari APBN (beras Raskin) dan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dewan Ketahanan Pangan.
c a
Pengamanan pemasaran dan distribusi beras.
Sumber Anggaran
(Tahun Ke )
Pemda KSB
Pemda KSB
Pemda KSB, PTNNT Pemda KSB, PTNNT Pemda KSB, PTNNT Pemda KSB, PTNNT
Waktu Pelaksanaan N0
Startegy
Program /Kegiatan/aksi I
4
5
6
Peningkatan mutu dan penyediaan infrastruktur pertanian pangan.
Pengembangan kualitas petani melalui regenerasi petani terdidik.
Sumber Anggaran
(Tahun Ke ) II
III
IV
V
a
Pembangunan, pemeliharaan dan/atau pemanfataan Embung/DAM dan infrastruktur irigasi pertanian lainnya seperti: Batu Bangkong-Benete, Plampo-Sekongkang, Embung Puja-Tongo, Tiu Sepit-Tongo, Senutuk-SP I Desa Ai Kangkung, Embung Tabiung-SP II Desa Tatar, Murus Desa Beru Jereweh, dan infrastruktur irigasi lainnya.
Pemda KSB, PTNNT
b
Penyediaan dan/atau bantuan alat dan mesin pertanian pangan padi/beras seperti: alat pengolahan lahan usahatani (handtractor), alat penyiangan gulma (kiskis), alat panen hasil pertanian pangan (mesin perontok padi), serta alat dan mesin pertanian lainnya.
Pemda KSB
c
Penyediaan dan/atau bantuan sarana produksi pertanian pangan padi/beras dalam kualitas dan kuantitas yang memadai seperti: benih/bibit unggul pertanian pangan,pupuk anorganik (Urea, SP-36, ZA, lainnya), pupuk organik(kompos, pupuk kandang, lainnya), obat-obatan, pestisida dan lainnya.
Pemda KSB, PTNNT
d
Pembangunan dan/atau pemeliharaan infrastruktur jalan seperti: jalan usahatani, dan jalan antar desa sentra produksi pangan.
Pemda KSB, PTNNT
a
Pelatihan dan/atau pemberdayaan petani pelaku usahatani pertanian pangan padi/beras seperti: Pelatihan Pengembangan Pertanian Terpadu (P4T) melalui sekolah lapangan dan pendampingan, Pelatihan teknis budidaya SRI (System of Rice Intensification), Pelatihan teknis budidaya system Jajar Legowo, peningkatan keterampilan petani dengan “motif ekonomi” dalam skema usaha yang menguntungkan (reil-business)”, pembuatan kompos, studi banding, pemberdayaanketerampilan petani penangkar benih/bibit pertanian pangan padi/beras.
Pemda KSB, PTNNT
b
Pelatihan, pemberdayaan dan pendampingan pelaku pengolahan hasil pertanian (agroindustri), baik berupa pelalu UMKM maupun Koperasi.
Pemda KSB, PTNNT
a
Peyediaan dan/atau bantuan dana perdagangan hasil pertanian pangan seperti: Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP), stabilisasi harga pangan padi/beras oleh LUEPdengan modalnya melalui APBN dan APBD, bantuan modal untuk Gapoktan melalui Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).
Pemda KSB, PTNNT, APBN
b
Usaha Beras Hulu-Hilir, yaitu menampung GKP hasil panen petani dengan harga standar pemerintah dengan melibatkan pengusaha pengumpul/ perantara dalam pembelian GKP.
Pemda KSB, PTNNT
Pengembangan system pembiayaan usahatani beras.
83
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumbawa pada tanggal 8 Mei 1964. Anak kelima dari pasangan H. Nurdin dan H. Jawariah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, lulus pada tahun 1989. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2015. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari kerjasama anatara Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan PT NNT. Pengalaman pekerjaan penulis antara lain: 1. Tahun 1990 –1993 sebagai Field Officer Cummunity Development “ Care International Indonesia” Nusa Tanggara Barat. 2. Tahun 1993 –1997 sebagai Project Officer Cumminty Development “Care International Indonesia” Nusa Tenggara Timur. 3. Tahun 1997 –1999 sebagai Community & Bussiness Development Specialist PTNNT . 4. Tahun 1999 –2000 sebagai Sr. Supervisor Community Relation – PTNNT. 5. Tahun 2000 – 2004 sebagai General Supervisor HR Employe Relations PTNNT . 6. Tahun 2004 – 2011 sebagai Manager Community Relations – PTNNT 7. Tahun 2011 – 2012 sebagai Manager Community Relations & NGO Relations – PTNNT. 8. Tahun 2013 – Sekarang sebagai Manager Social Responsibility – PTNNT.