i
DAMPAK PERTAMBANGAN NIKEL TERHADAP SOSIAL - EKONOMI - EKOLOGI MASYARAKAT DI KECAMATAN WASILE KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
FONIIKE SAMAD
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Sosial - Ekonomi - Ekologi Masyarakat Di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juni 2013
Foniike Samad NRP. P052100021
iv
RINGKASAN FONIIKE SAMAD. Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Sosial - Ekonomi Ekologi Masyarakat Di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI dan ARYA HADI. DHARMAWAN. Pertambangan energi dan mineral di Indonesia pada 20 tahun terakhir ini mengalami kemajuan pesat, yang ditandai dengan meningkatnya volume produksi dan perkembangan usaha eksploitasi jenis sumberdaya energi dan mineral. Hasil penyelidikan dan pemetaan geologi yang telah dilakukan di sekitar 90 persen wilayah daratan Indonesia, telah mengidentifikasi wilayah dari Sabang sampai Merauke memiliki potensi kekayaan berbagai jenis mineral dan energi yang sangat diminati pasar ekspor (Ness,1999), disamping kawasan Timur Indonesia juga memiliki kekayaan sumberdaya mineral dan energi pertambangan yang sangat besar (Katili, 2002). Kontribusi pertambangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 1996 telah mencapai 5,25 persen. Kenaikan ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan dapat menjadi sektor andalan bagi pembangunan perekonomian suatu negara (Ness,1999). Tambang dapat memberikan nilai tambah, jika deposit yang tersimpan di perut bumi dieksploitasi secara efektif (Yusgiantoro, 2000) sehingga dapat memberikan manfaat secara ekonomi bagi kesejahteraan rakyat, pembangunan wilayah, pertumbuhan industri dan perdagangan, serta peningkatan pendapatan nasional dan daerah, juga merupakan salah satu landasan terpenting pembangunan nasional Indonesia (Katili, 1998). Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur salah satu kecamatan yang memiliki sumberdaya tambang nikel, dan memiliki dampak terhadap sosial, ekonomi dan lingkungan kehidupan masyarakat. Penelitian ini bertujuan adalah untuk menganalisis dampak pertambangan nikel terhadap sosial - ekonomi ekologi masyarakat di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur, karena merupakan salah satu kecamatan yang memilki sumberdaya tambang, dan pada desa yang dekat dan jauh dari lokasi pertambangan nikel, Desa Batu Raja (desa yang dekat) dan Desa Subaim (desa yang jauh). Dengan sampling dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat lokal yang berada di sekitar dan yang berada jauh dari kawasan perusahaan pertambangan nikel, namun ikut merasakan dampak dari pertambangan dimaksud. Jumlah sampel yang diambil dari responden yaitu 80 orang yang merupakan 40 orang dari masing-masing desa. Lapangan dengan menggunakan Kuesioner, Indepth Interview dengan menggunakan analisis Change in Productivity, analisis Chi-Square, dan SWOT. Berdasarkan hasil penelitian pertambangan nikel di kawasan ini memberikan sumbangan ekonomi terhadap daerah yang signifikan dalam hal : (a) Pendapatan daerah, (b) Perluasan kesempatan kerja dan (c) Pengurangan pengangguran di daerah. Namun secara sosial dan ekologi, dampaknya tidak dirasakan oleh masyarakat.
v
Hasil SWOT, dengan menghasilkan skor IFE sebesar 3,17 dan EFE sebesar 2,50 yang berada pada garis Grow and Buid dan Houl and Maintain, yang menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Halmahera Timur lemah dalam strategi terhadap dampak negatif dari masuknya pertambangan nikel. Sehingga rumusan kebijakan yang diusulkan adalah : (1) Tidak ada penerbitan ijin baru. (2) Posisi hold and maintain dari analisis SWOT, artinya perusahaan nikel yang sudah ada dapat tetap diteruskan operasinya, namun perusahaan harus memperhatikan dampak sosial dan ekologi yang terjadi pada masyarakat dan lingkungan. Saran kebijakan yang diajukan oleh hasil riset ini adalah memperbesar skema-skema CSR untuk memperbaiki dampak buruk operasi perusahaan tambang di bidang sosial dan ekologi.
Kata Kunci : Tambang nikel, Sosial - Ekonomi - Ekologi, Masyarakat
vi
SUMMARY FONIIKE SAMAD. Nikel Mining Impact to Sosial - Economic - Community Ecology in East Halmahera District Wasile. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI and ARYA HADI DHARMAWAN. Wasile, one of the East Halmahera district contained nickel mining, and a great influence on the social, economic and environmental life of the community. Thus this study refers to the theory and previous studies, researchers tried to base it on a frame of mind that the Sustainability of social, economic society strongly influenced by; carrying capacity of the environment, natural resources, human resources, facilities and infrastructure, the financial, social and cultural rights. The purpose of this study was to analyze the impact of nickel mining on socio economic - ecological communities in the sub District Wasile, East Halmahera. The research center is a sample of 2 (two) villages that are near and far away from the mining of nickel, the village of Batu Raja (near the village) and Subaim Desa (village far). By sampling in this study consisted of local people to be around and who are far away from the nickel mining company, yet to feel the impact of the mining question. The number of samples taken from the respondents ie 80 people consisting of 40 people from each village who are near and far away from the mine site consisting of local people actively working. Direct Observation Field Interviews In-depth interviews using questionnaires Change in Productivity analysis or can be referred to as the Productivity method, Chi-square analysis, and SWOT. Based on the results of mining in the region contribute to the local economy are significant in terms of: (a) regional Revenue, (b) Expansion of employment opportunities, (c) Reduction of unemployment in the area. But the social and ecological impact is not profitable to society. The formulation of the proposed policy are: (1) there was no issuance of new licenses. The hold and maintain the position of the SWOT analysis, meaning that the company's existing nickel can be allowed to continue operations, but the company must pay attention to social and ecological impacts that adversely affect local communities and the environment. Suggestions policies proposed by this research is to increase CSR schemes to improve the adverse effects of mining companies operating in the fields of social and ecological.
Keywords : Nikel Mining, Social - Economic -Ecology, Community
vii
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
viii
ix
DAMPAK PERTAMBANGAN NIKEL TERHADAP SOSIAL - EKONOMI - EKOLOGI MASYARAKAT DI KECAMATAN WASILE KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
FONIIKE SAMAD
Tesis Sebagai Salah satu Sayarat Untuk memperoleh Gelar Magister Sains Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
x
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Basita Ginting, MA
xi
Judul Tesis
Nama NRP
: Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Sosial – Ekonomi – Ekologi Masyarakat di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur : Foniike Samad : P052100021
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, MSc Ketua
Dr Ir Arya Hadi Dharmawan, MScAgr Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Prof Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian : 19 April 2013
Tanggal Lulus :
xii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas kasih dan penyertaanNya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Tesis dengan judul Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Sosial - Ekonomi - Ekologi Di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur, disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB. Penyelesaian penulisan tesis ini, tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri,M.Si dan Bapak Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Si. Agr sebagai komisi pembimbing atas arahan dan bimbingannya. Ucapan terima kasih juga, kepada Bapak Dr. Ir. Basita Ginting, MA selaku penguji, dan kepada Prof. Dr.Ir. Cecep Kusmana selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan seluruh dosen dan tenaga kependidikan. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bupati Halmahera Barat, Bapak Ir. Namto Hui Roba,SH serta jajarannya dan Kepada Ketua Yayasan STKP Banau Halmahera Barat, Bapak Drs. Ismail Arifin, M.Si, beserta kepengurusannya, atas berbagai dukungannya. Apresiasi disampaikan kepada Ketua STPK Banau Halmahera Barat, Bapak Dr. Ir. Eddy Ch. Papilaya, M.Si atas kontribusi, ide, dan kebijakannya. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bupati Halmahera Timur, dan jajarannya yang telah membantu penulis dalam pemberian data-data sekunder sebagai pendukung data penelitian. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Bapak Drs. Hasan selaku Camat Wasile, Kepala Desa Batu Raja dan Kepala Desa Subaim, buat rekan-rekan seperjuangan (Ine, Mayz, Jemmy, Ethy, Willy) serta Alin dan Ida atas kebersamaan suka dan duka selama masa studi di IPB. Ungkapan terima kasih dan pengahargaan yang mendalam kepada kedua orang tuaku terkasih almarhum Papa Absalom Samad dan almarhumah Mama Martha The Wowor untuk harapan dan kasih sayangnya, buat sudara-sudaraku terkasih Ko Edy sekeluarga, Ci Eni, Ci Nona sekeluarga dan Adikku Ivan, juga suami dan kedua anakku tersayang Sammy Limahelu Adriana Allda Martha dan Daniel beserta keluaraga besar Samad The Wowor Limahelu atas doa, dukungan dan motivasinya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk orang banyak
Bogor, Juni 2013
Foniike Samad
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
1.
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian
1 1 4 7 8 8 9
2.
TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Alam (Renewable dan Non Renewable Resources) Analisis Dampak Sosial-Ekonomi-Ekologi dari Pertambangan Nikel Analisis SWOT Persepsi Masyarakat dan Konflik Sosial Penelitian Terdahulu yang Relevan
10 10 11 13 15 15
3.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Peralatan Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Analisis Data Change in Productivity. Uji Chi-Square Analisis SWOT
18 18 18 18 18 19 19 20 21
4.
GAMBARAN UMUM LOKASI Kabupaten Halmahera Timur Letak Geografis dan Administrasi Kecamatan Wasile Karakteristik Responden Jenis Kelamin Umur Pendidikan Jenis Pekerjaan Tingkat Penghasilan Lama Tinggal (Penduduk Asli/Pendatang)
22 22 26 29 29 29 30 30 31 31
5.
HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Pertambangan Nikel Dalam Wilayah Kabupaten Halmahera Timur Tambang Nikel Dan Keberadaan Di Kecamatan Wasile Produksi Dan Sistem Penjualan
32 32 33 35
xiv
6.
Dampak Sosial-Ekonomi-Ekologi Pertambangan Nikel Analisis Dan Dampak Sosial Pertambangan Nikel Analisis Dan Dampak Ekonomi Pertambangan Nikel Analisis Dan Dampak Ekologi Pertambangan Nikel Formulasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Timur Analisis SWOT Identifikasi Faktor-faktor SWOT Matriks SWOT Matriks Strategi SWOT Matriks Internal - Eksternal (IE) Peran Stakeholder Dalam Penanganan Kerusakan Lingkungan Pertambangan Nikel
36 36 38 43
SIMPULAN DAN SARAN
58
47 47 47 50 52 53 55
DAFTAR PUSTAKA
60
LAMPIRAN
63
RIWAYAT HIDUP
68
xv
DAFTAR TABEL 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23 24. 25. 26. 27.
Produksi Barang Tambang Mineral, 1996-2009 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Halmahera Timurdan Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2010 (juta rupiah) Produksi Pertambangan Menurut Jenis Tambang Kabupaten Halmahera Timur 2006-2009 Matriks Analisis SWOT Matriks Penelitian Sebelumnya yang Relevan Matriks Penelitian Matriks SWOT Realisasi Produksi/Pengapalan Nikel Tahun 2011 di Kabupaten Halmahera Timur Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Wasile. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kecamatan Wasile Tahun 2011 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kecamatan Wasile Tahun 2010 Luas Panen Produksi dan Produktivitas Padi (Padi Sawah dan Ladang) Menurut Desa Di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur Jumlah Tenaga Kerja Usaha Pertambangan Nikel Data Eksport Nikel Dari Tambang Di Kecamatan Wasile Dampak Sosial dari Aktivitas Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim Hasil Uji Chi-Square Dampak Sosial dari Aktivitas Pertambangan Nikel Dampak Ekonomi dari Aktivitas Penambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim Hasil Uji Chi-Square Dampak Ekonomi dari Aktivitas Pertambangan Nikel Data Rata-Rata Hasil Produksi Tanaman Padi Petani Desa Batu Raja DanSubaim Sebelum dan sesudah Penambangan Nikel Rata-Rata Hasil Produksi Yang Hilang Adanya Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim Dampak Ekologi dari Aktivitas Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim Hasil Uji Chi-Square Dampak Ekologi dari Aktivitas Pertambangan Nikel Data Kerugian Ekologi Dengan Adanya Pertambangan Biaya Pelaksanaan Pengelolaan dsn Pemantauan Lingkungan Di Kabupaten Halmahera Timur Keterangan Faktor Internal Dampak Pertambangan Nikel Keterangan Faktor Eksternal Dampak Pertambangan Nikel Matriks IFE Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Sosial Ekonomi– Ekologi Masyarakat Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur
2
4 5 14 16 19 21 23 26 27 27 28 35 35 36 38 39 40 41 42 43 45 45 46 47 47
50
xvi
28. Matriks EFE Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Sosial - Ekonomi – Ekologi Masyarakat Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur 29. Matriks SWOT Strategi Pertambangan Nikel Yang Ramah Lingkungan di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur 30. Peran Stakeholder Dalam Strategi Masuk, dan Eksplorasi Tambang Nikel
51 52 56
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Kerangka Penelitian Unsur-unsur Pembangunan Berkelanjutan Peta Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur Persentase Penududuk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2011 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Jenis Tahun 2010 Persentase Tingkat Pendidikan pada Desa Batu Raja dana Subaim Persentase Jenis Pekerjaan Desa Batu Raja dan Subaim Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2006 -2007 Persentasi Sektor Usaha Terhadap PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2006 -2007 Jumlah penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Di kecamatan wasile 2007 - 2011 Matriks IE Dampak Penambangan Nikel Terhadap Masyarakat Di Kecamatan Wasile
9 10 18 24
Kelamin dan Lapan 25 27 28 29 30 30 30 31 31 33 33 34 54
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Gambar Peta Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2005 – 2015 Gambar Peta Kuasa Pertambangan (KP) Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2005 -2015 Daftar Perusahaan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2009 - 2012 Gambar Proses pengerukan Tanah yang Mengandung Nikel, Kondisi Lahan Pasca Eksplorasi Nikel dan Lahan pertanian Yang Rusak Karena Banjir Akibat penambangan Nikel
64 64 65
67
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Pertambangan energi dan mineral di Indonesia pada 20 tahun terakhir ini mengalami kemajuan pesat, yang ditandai dengan meningkatnya volume produksi dan perkembangan usaha eksploitasi jenis sumberdaya energi dan mineral. Pertambangan energi dan mineral pada tahun 1970 an belum banyak berkembang di Indonesia. Hasil penyelidikan dan pemetaan geologi yang telah dilakukan di sekitar 90 persen wilayah daratan Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke memiliki potensi kekayaan berbagai jenis mineral dan energi yang sangat diminati pasar ekspor (Ness,1999). Disamping itu, kawasan Timur Indonesia juga memiliki kekayaan sumberdaya mineral dan energi pertambangan yang sangat besar (Katili, 2002). Kontribusi pertambangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 1996 telah mencapai 5,25 persen, kenaikan ini menunjukan bahwa sektor pertambangan dapat menjadi sektor andalan bagi pembangunan perekonomian suatu negara (Ness,1999). Kontribusi ekonomi usaha pertambangan terhadap pembangunan nasional melalui penerimaan negara sangat besar, namun terhadap pembangunan daerah dan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan, baik melalui program pemberdayaan masyarakat maupun program pembangunan lainnya, belum dapat memberikan jaminan kesejahteraan sosial-ekonomi. Kegiatan pertambangan pada dasarnya merupakan proses pengalihan sumberdaya alam menjadi modal nyata ekonomi bagi negara dan selanjutnya menjadi modal sosial. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Yusgiantoro (2000), bahwa tambang dapat memberikan nilai tambah jika deposit yang tersimpan di perut bumi dieksploitasi secara efektif sehingga dapat memberikan manfaat secara ekonomi bagi kesejahteraan rakyat, pembangunan wilayah, pertumbuhan industry dan perdagangan, serta peningkatan pendapatan nasional dan daerah, juga merupakan salah satu landasan terpenting pembangunan nasional Indonesia (Katili, 1998). Sebagai negara penganut paham sumberdaya alam untuk kesejahteraan rakyat, Indonesia cenderung menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu mengolah kekayaan sumberdaya alam dan energi secara bijaksana agar kondisi lingkungan tetap lestari dan bermutu tinggi. Lingkungan yang lestari, menunjukkan adanya pembangunan yang tetap berlangsung dari generasi ke generasi, dan lingkungan yang lestari hanya dapat dilahirkan dari pola pikir yang memiliki rasa bijak lingkungan yang besar (Naiola,1996). Perkembangan produksi barang tambang mineral nasional dari tahun 1996 sampai pada tahun 2011 secara nasional ditunjukkan pada Tabel 1.
2
Tabel 1 Produksi Barang Tambang Mineral, 1996-2011 Tahun
Batu bara
Bauksit
Nikel
Perak
Granit
Biji Besi
Konsentrat Tembaga
(ton)
(ton)
(ton)
(Kg)
(ton)
(ton)
(tonmetrik)
1996
50,332,047
841,976
3,426,867
255,404
4,827,058
425,101
1,758,910
1997
55,982,040
808,749
2,829,936
249,392
8,824,088
516,403
1,817,880
1998
58,504,660
1,055,647
2,736,640
383,191
9,662,649
509,978
2,640,040
1999
62,108,239
1,116,323
2,798,449
361,377
8,720,155
502,198
2,645,180
2000
67,105,675
1,150,776
2,434,585
310,430
5,941,370
420,418
3,270,335
2001
71,072,961
1,237,006
2,473,825
333,561
3,976,274
440,648
2,418,110
2002
105,539,301
1,283,485
2,120,582
281,903
3,975,434
190,946
2,851,190
2003
113,525,813
1,262,705
2,499,728
272,050
3,938,915
245,911
3,238,306
2004
128,479,707
1,331,519
2,105,957
255,053
4,035,040
79,635
2,812,664
2005
149,665,233
1,441,899
3,790,896
326,993
4,302,849
87,940
3,553,808
2006
162,294,657
2,117,630
3,869,883
270,624
4,514,654
84,954
817,796
2007
188,663,068
1,251,147
7,112,870
268,967
1,793,440
84,371
796,899
2008
178,930,188
1,152,322
6,571,764
226,051
2,050,000
445,525,932
655,046
2009
228,806,887
935,211
4,863,352
359,451
na
45,610,587
973,347
2010
323,325,793
2,200,00
9,475,362
335,040
2,172,080
8,975,507
993,152
2011
415,765,068
24,714,940
12,482,829
227,173
3,316,813
11,814,544
1,472,238
Sumber : Badan Statistik Republik Indonesia (BPS. Tahun 2012)
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil produksi tambang mineral Indonesia khususnya tambang nikel meningkat dari tahun ke tahun, yang memberi dampak secara ekonomi cukup signifikan tetapi secara lingkungan menimbulkan degradasi dan secara sosial menimbulkan konflik di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan berkelanjutan belum dapat terwujud di Indonesia hingga saat ini. Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan pertama pada tahun 1987 oleh The World Commission on Environment and Development (WCED) melalui laporan“Our Common Future”(Cicin-Sain et. al 1998). Substansinya, adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa membatasi peluang generasi mendatang. Tidak menyebabkan penurunan kapasitas produksi ekonomi dimasa mendatang (Barry, 1997). Keberlanjutan secara ekologis, ekonomi, sosial, budaya, dan politik (Rahim, 2000). Mengandung prinsip “Justice as fairness” yang berarti manusia dari generasi yang berbeda mempunyai tugas dan tanggungjawab terhadap manusia lainnya seperti yang ada dalam satu generasi (Beller, 1990). Suatu daerah tidak akan terus menerus berada dalam keadaannya sekarang, namun dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan. Perubahan ini dapat bergerak maju tetapi dapat pula mengalami kemunduran. Demikan pula halnya dengan Maluku Utara, dan lebih khusus lagi adalah Kabupaten Halmahera Timur. Adanya kegiatan penambangan nikel di Kabupaten Halmahera Timur, yang melibatkan masyarakat secara langsung (direct) atau tidak langsung (indirect)
3
melalui penyerapan tenaga kerja. Disamping itu, adanya peningkatan pendapatan daerah maka perlu dimasukkan dampak kegiatan pertambangan kedalam Perencanaan Pembangunan Daerah (RAPBD). Sebab, dampak ekonomi yang diberikan dengan adanya kegiatan ini bukan saja pada satu sektor tertentu, namun sangat kompleks yang terkait dengan kegiatan ekonomi yang ada, seperti sektor jasa dan lainnya. Kemajuan ekonomi tidak terjadi pada waktu yang sama di berbagai wilayah dan apabila disuatu wilayah terjadi pembangunan maka akan terdapat daya tarik yang kuat dan akan menciptakan konsentrasi pembangunan ekonomi di sekitar wilayah tersebut (trickle down effect). Pembangunan tersebut bermula dari terjadinya konsentrasi pembangunan disebabkan oleh faktor-faktor yang timbul di wilayah maju dan mempengaruhi pembangunan di wilayah kurang maju. Untuk tambang nikel di beberapa lokasi di Maluku Utara, kegiatannya dapat memberikan hasil yang besar maka lokasi tersebut menjadi suatu daerah aglomerasi yang dapat mendorong kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya di daerah ini. Pertambangan nikel dapat dilakukan secara terbuka (open pit mining) dan tertutup (under ground mining) termasuk penggalian, pengerukan dan penyedotan untuk mengambil deposit nikel yang ada didalam tanah (Von Bulow, 1993). Penambangan nikel dimulai dengan penebangan pohon dan semak-semak selanjutnya dilakukan pemindahan tanah permukaan ke tempat penampungan sementara (Suhala dan Supriatna, 1995). Unit bisnis pertambangan nikel daerah operasi di Kabupaten Halmahera Timur adalah PT. Aneka Tambang Tbk, yang pekerjaan penambangannya dilaksanakan 90 persen oleh kontraktor yaitu; PT. Minerina Bakti dan PT. Yudistira Bumi Bhakti. Hasil nikel selanjutnya dipasok ke pabrik di Pomala dan sebagian besar di pasarkan ke Jepang dan Australia. Dengan prinsip “kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat” maka bahan tambang perlu diolah dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat tetapi tetap menjaga kelestarian lingkungannya. Menurut Undang-undang (UU) Nomor 04 tahun 2010 tentang pertambangan mineral dan batubara, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2010 tentang pembinaan dan penggunaan penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan, dengan jelas dinyatakan bahwa setiap pengusahaan pertambangan harus memiliki ijin penambangan yang disebut Kuasa Pertambangan (KP), dengan tugas melakukan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan. Untuk mendapatkan KP dilakukan perjanjian Kontrak Karya (KK) antar Pemerintah Indonesia dengan perusahaan yang mengusahakan penggalian tambang. Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 28 Tahun 2009 Tentang penyelenggaraan usaha jasa pertambangan mineral dan batubara, UU Nomor 22 tahun 1999 mengatur tentang pemerintah daerah dan UU Nomor 22 tahun 2010 mengatur tentang wilayah pertambangan, yang menjelaskan daerah otonomi berwenang mengelola sumberdaya yang terdapat didaerahnya, seperti memberi ijin usaha, penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. Penambangan nikel memberikan penerimaan royalti dari eksploitasi nikel terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Halmahera Timur dan efek positifnya dapat menimbulkan pendapatan masyarakat dari usaha
4
baru yang muncul dari aktivitas pertambangan nikel di Kabupaten Halmahera Timur. Illustrasinya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Halmahera Timur Dasar Harga Konstan Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2009 (Juta Rupiah). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Laporan Usaha Pertanian Pertambangan dan Migas Industri Pengolaan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB dengan MIGAS dan PERTAMBANGAN PDRB tanpa PERTAMBANGAN
2008 94.702,36 51.504,61 10.029,13 383,94 5.105,38 34.954,05 8.493,30 3.490,61 10.899,94 219.563,33 168.058,71
2009 99.184,65 59.279,10 11.183,01 401,49 5.679,74 37.203,21 9.024,22 3.881,31 11.254,25 237.090,98 179.027,79
Sumber : BPS Pusat, PDRB Kabupaten Halmahera Timur, 2010
Tabel 2 menunjukkan bahwa sektor pertambangan nikel memberikan kontribusi ekonomi sebesar 23 persen, suatu nilai yang cukup besar jika dibandingkan dengan kontribusi sektor lainnya. Hal ini berarti bahwa tambang nikel dapat meningkatkan pendapatan daerah di Kabupaten Halmahera Timur. Perumusan Masalah Sumberdaya mineral dan energi beberapa tahun ini telah menimbulkan banyak permasalahan terhadap kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Permasalahan lingkungan yang memprihatinkan bagi dunia pertambangan beberapa waktu yang lalu adalah pencemaran teluk Buyat di Minahasa Sulawesi Utara, akibat kegiatan penambangan emas oleh PT. NMR, yang limbahnya tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan dan merugikan masyarakat. Kejadian-kejadian seperti ini kemudian memunculkan kesan bahwa dalam hubungan dengan lingkungan hidup, tidak ada sektor lain yang lebih terpuruk dibanding sektor pertambangan. Masalah yang sering muncul adalah pencemaran terhadap sumberdaya tanah dan kualitas air yang berakibat pada turunnya produktivitas tanah dan turunnya daya dukung lingkungan. Saat ini sudah ada kebijakan untuk pengolahan lahan pasca tambang, yaitu reklamasi lahan. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/M.PE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum dan Keputusan Direktorat Jendral Pertambangan Umum No. 336.K/271/DDJP/1996 tentang Jaminan Reklamasi, merupakan dasar kebijakan implementasi reklamasi lahan pasca tambang. Diberlakukannya UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 38 ayat (4) menyatakan bahwa pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola tambang terbuka (open pit mining). Pada dasarnya, dengan atau tanpa pemberlakuan UU No. 41 tahun 1999, pertambangan akan selalu bersinggungan dengan kawasan kehutanan. Pertambangan selalu dianggap sebagai penyebab kerusakan lingkungan, termasuk kerusakan hutan, jika penambangan dilakukan dengan pola tambang terbuka (open pit mining).
5
Wilayah penambangan Tanjung Buli awalnya merupakan hutan produksi, namun dalam rencana pengembangan wilayah selanjutnya, lokasi tersebut diarahkan sebagai wilayah penambangan nikel. Mengingat potensi mineral nikel yang terkandung didalamnya bernilai ekonomis, karena mampu menjadi sumber PAD yang lebih besar dibandingkan hasil produksi hutan. Oleh karena perubahan atau konversi hutan menjadi tambang nikel maka kerusakan hutan di Tanjung Buli tidak dapat dihindari. Walaupun perusahaan nikel tersebut hingga Tahun 2007 terus melakukan kegiatan reklamasi pada lahan pasca penambangan. Reklamasi lahan ini dipertegas lagi dengan UU No. 32 Tahun 2009 pasal 16 menyatakan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan, wajib melakukan kegiatan reklamasi pada lahan pasca penambangan. Pengelolaan lingkungan hidup di kawasan pertambangan merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan pertambangan yang berkualitas, yang melibatkan baik para perencana, pengambilan keputusan, penegakan hukum, dan pejabat pemerintah, ataupun dunia usaha dan masyarakat. Oleh karena itu, kesamaan persepsi dan sikap semua pihak yang terlibat dalam menghadapi persoalan lingkungan hidup perlu dibina agar pengelolaan lingkungan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999, pemerintah pusat berhak menentukan hutan negara dan merencanakan penggunaan hutan, serta hanya perlu memberi perhatian terhadap rencana tata guna lahan yang dibuat berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sementara itu, UU No 22 Tahun 1999 dan No. 32 Tahun 2004 tentang Otanomi Daerah memberikan kewenangan atas berbagai sumberdaya alam kepada pemerintah daerah sebesar 80 persen. Hal ini membuka peluang daerah untuk mengembangkan potensi sumberdaya yang dimilikinya, termasuk potensi hutan. Tabel 3 Produksi Pertambangan Menurut Jenis Tambang Kabupaten Halmahera Timur 2006 – 2009. Jenis Barang Minyak Bumi Gas Bumi Timah Batubara Bauksit Biji Nikel Emas Perak Pasir Besi Aspal Konsentrat Tembaga
SatuanUnit Barel Mscf m.ton m.ton m.ton m.ton Kg Kg m.ton m.ton m.ton
2006 0 0 0 0 0 728 460 0 0 0 0 0
2007 0 0 0 0 0 8 819 749 0 0 0 0 0
2008 0 0 0 0 0 7 642 076 0 0 0 0 0
2009 0 0 0 0 0 6,163,242,25 0 0 0 0 0
Sumber: BPS Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2009.
Kegiatan penambangan selalu memunculkan pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif kegiatan penambangan dapat dilihat kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah, membuka isolasi wilayah, menyumbangkan devisa negara, dan daerah menyediakan kesempatan kerja, serta pengadaan barang dan jasa untuk komsumsi dan yang berhubungan dengan kegiatan produksi disamping itu dapat menyediakan peranan bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya (Mangkusubroto, 1995). Beberapa kejadian sebagai dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dilihat dari terjadinya ancaman terhadap lingkungan fisik, biologi, sosial, ekonomi dan warisan nasional ancaman terhadap ekologi dan pembangunan berkelanjutan (Barton, 1993).
6
Dampak tambang terhadap sosial, ekonomi sangat terasa pada saat menjelang dan berhentinya operasi perusahaan penambangan, seperti pendapatan masyarakat menurun, tidak ada lapangan kerja, terjadi pemutusan tenaga kerja (Katili, 1998), sehingga menimbulkan perubahan pada lapangan kerja, tingkat dan pola pendapatan, pola produksi dan komsumsi, pendapatan dan penerimaan pemerintah dari pajak tambang dan retribusi menurun, seperti kasus yang dialami oleh PT Tambang Timah Bangka pada tahun 1990. Disana terjadi konflik antar etnis, konflik budaya, konflik tanah, kemiskinan, pengangguran, persepsi negatif terhadap perusahaan, menurunnya kualitas hidup, dan rendahnya partisipasi masyarakat. Penambangan nikel di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur mulai berproduksi pada tahun 2006. Tidak dapat disangkal lagi telah menimbulkan beberapa dampak positif di bidang sosial dan ekonomi, seperti adanya kontribusi terhadap produksi nikel nasional, kontribusi ekonomi terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, kesempatan kerja, pendidikan, kesehatan, pengusaha kecil dan koperasi, sarana prasarana umum, serta keterbukaan wilayah. Namun, perlu juga diakui bahwa sebagai penambangan terbuka, tambang nikel juga telah menimbulkan dampak negatif. Ancaman terhadap dimensi ekologi seperti terjadinya perubahan bentang alam yang cukup luas, perubahan morfologi dan fungsi lahan, penimbunan tanah kupasan, penimbunan limbah pengolahan dan jaringan infrastrukturnya. Seperti halnya yang terjadi pada lahan bekas tambang emas di PT. Newmont Minahasa Raya (PTNMR, 2000). Dampak negatif tambang ini mempengaruhi iklim usaha dalam skala lokal seperti yang terjadi di lokasi penambangan PT. Batu Bara Bukit Asam (1996), dan sebagian mikro organisme dan horizon top soil A dan B menjadi musnah sehingga produktivitas dan stabilitas lahan menurun (Latifah, 2000). Selanjutnya, Hardianti (2000) dalam penelitiannya di PT Freeport menyatakan bahwa luas wilayah operasi penambangan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya malapetaka ekologi yang besar setelah masa tambang habis, dimana terjadi pemborosan sumberdaya tambang yang cukup besar dan memusnahkan keanekaragaman hayati yang ada di lokasi penambangan. Akibat penambangan, banyak komponen ekologi daerah bekas tambang yang mengalami degradasi ekologi seperti tambang emas di Kalgoorie Australia Barat, bekas tambang timah di pulau Dobo Singkep yang menyebabkan air tergenang pada lubang-lubang bekas galian sehingga menjadi sarang malaria dan munculnya hamparan tanah gundul yang tidak produktif (Kasus ANTAM Pomala dan PT. Inco). Katili (1998) juga menyatakan bahwa dampak negatif tambang menyebabkan menurunnya kualitas tanah dan air, terhadap komponen biofisik seperti terjadinya perubahan sifat tanah dan kualitas air disekitar lokasi tambang. Dampak negatif di bidang sosial ekonomi, mulai muncul disaat perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap Karyawan Perusahaan Operasional (KPO), dan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), sehingga mengakibatkan pengangguran baru. Demikian pula berdampak pada pendapatan petani, nelayan. pedagang, dan usaha informal dan formal mengalami penurunan sebagai akibat di tutupnya usaha penambangan (anonym, 1990). Kelangsungan hidup masyarakat secara sosial dan ekonomi, ketika kegiatan penambangan telah berakhir, perlu adanya campur tangan pemerintah dalam penciptaan mata
7
pencarian lokal secara lebih intensif untuk kelangsungan sosial dan ekonomi masyarakat. Sebelum tambang nikel ditemukan, Kecamatan Wasile merupakan kecamatan yang memiliki sumberdaya pertanian dan perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan dan juga tercatat sebagai pengekspor beras lokal ke kabupaten lain, bahkan dapat memenuhi kebutuhan beras bagi masyarakat se Kabupaten Halmahera Timur. Orang mengenal beras cap Gunung Wato-wato itu berasal dari Kecamatan Wasile. Dengan revitalisasi sektor pertanian, upaya ini dapat mengangkat kembali pendapatan masyarakat lokal yang mempunyai ketergantungan hidup dari sektor pertanian dan nelayan, dan dapat mempertahankan hidup masyarakat secara sosial ekonomi baik ada maupun tidak adanya tambang nikel di Kecamatan Wasile, bahkan di Kabupaten Halmahera Timur sekalipun. Umumnya perusahaan pertambangan kurang memperhatikan pembangunan sarana prasarana yang berada di daerah atau lokasi penghasil tambang. Akibatnya, setelah masa penambangan selesai beroperasi, daerah yang ditinggalkan diibaratkan sebagai kota mati karena jumlah penduduk berkurang dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada disekitar tambang menjadi miskin karena hasil dari tambang hanya menjadi manfaat ekonomi jangka pendek (Anwar 1993). Kehidupan masyarakat secara sosial ekonomi, merupakan salah salah satu permasalahan yang selalu muncul pada saat berproduksi dan berakhirnya usaha penambangan. Berkurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan ketergantunggan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan di luar dari Kecamatan Wasile atau Kabupaten Halmahera Timur akan semakin besar. Permasalahan sosial ekonomi lain yaitu apabila perusahaan penambangan ditutup atau tidak lagi beroperasi, akan terjadinya pemutusan hubungan kerja di perusahaan, maka usaha dan jasa sektor informal juga mengalami penurunan dan dapat menimbulkan konflik sosial apabila tidak ditangani secara terpadu. Berdasarkan uraian diatas, maka muncul beberapa pertanyaan pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana peran pertambangan nikel dalam perkembangan wilayah Kabupaten Halmahera Timur ? 2. Bagaimana dampak sosial-ekonomi-ekologi masyarakat dari pertambangan nikel yang beroperasi di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur ? 3. Apa saja pilihan kebijakan pemerintah daerah untuk menciptakan tambang nikel yang ramah lingkungan di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur ? Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pertambangan nikel terhadap sosial - ekonomi - ekologi masyarakat di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur, sedangkan tujuan secara spesifiknya yaitu : 1. Melihat peran pertambangan nikel dalam perkembangan wilayah Kabupaten Halmahera Timur. 2. Mengkaji dampak sosial - ekonomi - ekologi pertambangan nikel di Kecamatan Wasile di Kabupaten Halmahera Timur.
8
3. Merumuskan kebijakan pemerintah daerah untuk menciptakan pertambangan nikel yang ramah lingkungan di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan manfaat, yaitu : 1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat di lokasi tambang untuk dapat memahami dan mengetahui dampak dari keberadaan suatu pertambangan. 2. Manfaat bagi penambang, untuk mengetahui bagaimana pengelolaan tambang nikel yang ramah lingkungan dan dapat mengendalikan dampak negatif yang muncul dari usaha pertambangan. 3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Halmahera Timur dalam menciptakan suatu kebijakan untuk meningkatkan sosial ekonomi masyarakat di daerah pedesaan. 4. Menjadi suatu tolak ukur kedepan dan sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji tambang dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda. Kerangka Pemikiran Pembangunan berkelanjutan dalam menjamin keberlanjutan pemanfaatan dan optimalisasi ruang dan sumberdaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, sangat ditentukan oleh kemampuan penduduknya untuk mempertahankan sumberdaya energi, air dan sumberdaya lain, serta keberlanjutan lingkungannya. Saint dan Knecht (1998) menyatakan bahwa perlu memperhatikan ekonomi, lingkungan dan keadaan sosial, yang berlanjut secara ekologis. Kecamatan Wasile merupakan salah satu kecamatan yang memiliki penambangan nikel yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan kehidupan masyarakat, dipengaruhi oleh bagaimana kondisi daya dukung lingkungan, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, sarana finansial, dan sosial budaya. Dampak tambang nikel yang dikelola secara open pit mining memberi perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat, seperti konversi lahan hutan menjadi tambang nikel, luasan lahan pertanian yang berkurang, terjadinya erosi, kualitas air menjadi tercemar, dan kualitas udara menjadi kotor, terjadi kebisingan, dan sebagainya. Walaupun demikian, usaha tambang memberikan pendapatan daerah, belanja barang dan jasa meningkat, adanya peluang usaha baru, dan peluang ekonomi lainnya bagi masyarakat. Kerangka pemikiran Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Sosial - Ekonomi - Ekologi Masyarakat di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur, dapat dilihat pada Gambar 1.
9
Gambar 1 Diagram Alir Kerangka Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi dari usaha pertambangan nikel terhadap sosial - ekonomi - ekologi masyarakat yang berada di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dilakukan di kabupaten Halmahera Timur dan dikhususkan pada masyarakat yang berada di Kecamatan Wasile, yang menerima dampak positif dan negatif dari keberadaan tambang nikel tersebut. Penelitian difokuskan pada identifikasi akibat adanya tambang di Kabupaten Halmahera Timur. Dan manfaat yang diperoleh masyarakat dihitung dari pendapatan setiap bulan dari kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan pekerjaan, usaha baru dan lain sebagainya.
10
2 TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Alam (Renewable dan Non Renewable) Fauzi (2004), sesuatu yang dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus: 1) ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan untuk memanfaatkannya dan 2) harus ada permintaan (demand) terhadap sumberdaya tersebut, dengan kata lain sumberdaya alam adalah faktor produksi yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi. Secara umum sumberdaya dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu : 1. Kelompok Flow (Renewable) Jenis sumberdaya ini jumlah dan kualitas fisiknya dapat berubah sepanjang waktu. Beberapa jumlah yang dimanfaatkan sekarang, bisa juga mempengaruhi atau tidak bisa mempengaruhi ketersediaan sumberdaya di masa mendatang. Sumberdaya dikatakan dapat diperbaharui (renewable) yang regenerasinya tergantung dan tidaknya pada proses biologi. 2. Kelompok Stok (Non Renewable) Sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas, sehingga eksploitasinya akan menghabisan cadangan sumberdaya. Sumber stok dikatakan tidak dapat diperbaharui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible). Masalah utama usaha pertambangan adalah menaksir jumlah kandungan sumberdaya alam yang dimiliki. Menurut Sahat (1997), jumlah kandungan sumberdaya alam merupakan suatu hal yang sangat berharga. Pendugaan stok tambang tembaga ternyata lebih banyak kandungan emasnya dari pada tembaga, salah satu contahnya di Tembagapura Timika. Eksploitasi sumberdaya mineral berlanjut (economically sustainable), dapat menjadikan sumber pemasukan yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam pembahasan ini adalah upaya untuk menemukan cadangan baru sumberdaya mineral yang lebih dan menggantikan jika sumberdaya habis. Pembangunan berkelanjutan diarahkan untuk mencapai tiga tujuan mencakup tiga dimensi yaitu: tujuan ekonomi, tujuan sosial dan tujuan ekosistem. Hubungan ketiga tujuan dan unsur-unsur penting harus diperhatikan untuk mencapai tujuan. Uraian tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 2.
11
Analisis Dampak Sosial - Ekonomi - Ekologi dari Pertambangan Nikel Nikel merupakan sumberdaya alam yang mengandung logam tergabung dengan tanah dan bebatuan. Nikel umumnya terdapat pada kedalaman sampai 10 meter dari top soil dan sup soil (Sukandarrumidi, 1998). Jenis nikel ekonomis yaitu nikel Saprolit dan Limonit. Nikel saprolit berada pada daerah pegunungan, dimana pembentukan zona saprolit yang berkualitas tinggi dan banyak dipengaruhi struktur batuan dibandingkan morfologinya (Darijanto, 1999). Usaha tambang dapat memberikan nilai tambah, jika deposit yang berada di perut bumi dieksploitasi secara efektif (Yusgiantoro, 2000), sehingga memberikan manfaat secara ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Penambangan meliputi pengambilan dan persiapan pengelolaan lanjutan dari benda padat, cair dan gas (Yusgiantoro, 2000). Usaha yang dilakukan untuk mengambil bahan galian dengan tujuan pemanfaatan lanjut untuk kepentingan manusia (Boegel 1976). Penambangan nikel dimulai dengan melakukan penebangan pohon dan semak-semak, selanjutnya pemindahan permukaan tanah dengan melalui proses pengerukan dan selanjutnya dipindahkan ke tempat penampungan sementara (Suhala dan Supriatna, 1995). Penambangan nikel dilakukan dengan cara mengeruk pelapukan batuan ultra basa (peridotite), sehingga praktis seluruh tanah diambil (Sudrajat, 1999). Bagian permukaan tanah ditampung pada tempat tertentu sebagai tanah penutupan kembali saat rehabilitasi. Pengusaha pertambangan, harus mendapatkan ijin penambangan yang disebut dengan IUP (Izin Usaha Pertambangan), dengan tugas melakukan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan. Izin usaha pertambangan berisi hal-hal penting meliputi letak dan luas wilayah pengusahaan tambang, yang disertai dengan peta dan batas-batasnya (Sukandarrumidi, 1998). Pemerintah pusat menentukan kebijakan makro perencanaan, pendayagunaan sumberdaya tambang (pasal 7 ayat 2 UU. No. 22 Tahun 1999). Peran pemerintah pusat sebagai instrumen optimalisasi pendayagunaan sumberdaya tambang, Sujana (1996). Peran pemerintah pusat dalam penyusunan rencana makro pengelolaan tambang harus secara detail, efektif dan sistematik. Mangkusubroto (1995) menyatakan bahwa perlu perencanaan sistematik terhadap perusahaan pertambangan berskala operasi antara 25 – 30 tahun bahkan lebih dari 50 tahun. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan di Indonesia yaitu kegiatan pertambangan. Penambangan yang dilakukan PT. Freeport di Papua telah menimbulkan pengaruh terhadap suatu wilayah yang sangat luas, mulai dari lokasi pertambangan di ketinggian sekitar 300 meter dipermukaan laut membujur ke selatan hingga ke daerah pesisir dan laut Arafura (Purwadhi, 2002). Dampak pertambangan terhadap sumberdaya tanah seperti : 1. Kerusakan bentuk permukaan bumi. 2. Menumpuknya ampas buangan. 3. Polusi udara. 4. Erosi dan sedimentasi. 5. Terjadi penurunan permukaan bumi. 6. Kerusakan karena transportasi yang diakibatkan mobilisasi alat-alat berat.
12
Penambangan juga menyebabkan permukaan tanah runtuh, lahan pasca penambangan menjadi gersang dan sulit untuk dihijaukan kembali (Katili, 1998), sehingga menimbulkan erosi dan sedimentasi, pemadatan tanah, terganggunya flora dan fauna disekitar wilayah tambang, dan terjadinya perubahan iklim. Kegiatan penambangan mengakibatkan : 1. Perubahan fisik dan kimia tanah. 2. Pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan. 3. Kanopi/tajuk tumbuhan menjadi terbuka, sehingga suhu tanah naik. 4. Faktor mikroklimat berubah (klimat disekitar daerah tumbuh aktif). 5. Terdorongnya water table lebih mendekati permukaan tanah. Ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Ekonomi merupakan suatu proses yang terjadi terus-menerus dan bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari sifat dan proses mencerminkan adanya terobosan yang baru, bukan gambaran ekonomi suatu saat saja. Ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan riil, yaitu aspek penting yang saling berhubungan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional. Orientasi ekonomi Indonesia lebih menekankan pada pertumbuhan antara desa dan kota. Dampak ekonomi kadang-kadang tidak terduga, misalkan pembagunan irigasi, diharapkan menghasilkan manfaat berupa kenaikan produksi dan pendapatan kepada petani. Dampak ekonomi selanjutnya mungkin berupa kepemilikan lahan dan atau pendapatan para petani yang makin tidak merata. Jika pembangunan dinilai kelayakan hanya dari perbandingan manfaat langsung dan biaya langsung, seperti pada analisa finansial maka dampak sesungguhnya dari pembangunan itu tidak tergambarkan, tidak semua dampak ekonomi suatu pembangunan bersifat merugikan. Proyek irigasi dari contoh diatas, yang sama memungkinkan derajat penggunaan lahan yang lebih tinggi, sehingga menimbulkan kesempatan kerja yang meningkat. Pertambangan nikel yang berada di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur, mempunyai dampak/pengaruh ekonomi langsung terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan dampak tidak langsung berupa timbulnya hubungan antara berbagai kegiatan lingkungan ekonomi masyarakat seperti ada kegiatan ekonomi baru. Dampak sosial dapat dibagi dalam variabel sosial, demografi, dan dampak pada pelayanan sosial. Penggolongan dampak sosial berupa nilai-nilai sosial dan sikap sosial. Untuk setiap pembangunan, pembagian tertentu bervariasi bobotnya. Namun perlu diingat beberapa penambangan tidak sedikit mengubah tingkat sosial, ekonomi masyarakat akibat tambang tersebut. Perubahan pendapatan masyarakat, tenaga kerja, pembebasan tanah, perpindahan penduduk, dan sosial masyarakat. Keadaan ini dapat juga terjadi pada penambangan nikel di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur dimana sebagai obyek penelitian penulis, dari suatu pengalaman membuktikan apabila pembangunan yang kurang mengindahkan lingkungan hidup dapat menyebabkan kerusakan sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan hidup. Dalam analisis dampak lingkungan manusia tidak hanya dianalisa pada fisik, kimia, dan biota disekitar manusia saja tetapi juga termasuk sosial dan ekonomi dari manusia.
13
Analisis dampak lingkungan bermaksud untuk mengkaji (melalui suatu analisis), kemungkinan-kemungkinan perubahan pada lingkungan fisik, kimia, biologi, lingkungan sosial budaya, dan sosial ekonomi manusia. Namun pada penelitian dampak lingkungan, penelitian akan dipusatkan pada lingkungan sosial ekonomi, dengan demikian perlu dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan lain misalnya dengan mengkaji apa yang terjadi dengan sumberdaya, termasuk sumberdaya manusia disekitar tambang, bagaimana penggunaan tenaga kerja disana, apakah terjadi proses realokasi sumberdaya ketaraf yang lebih tinggi atau tidak, apakah terjadi perubahan menjurus kepada pemusatan penguasaan ditangan sejumlah kecil penduduk, sehingga akan menyebabkan pola pembagian pendapatan yang timpang, karena dampak sosial. Analisis SWOT Analisis SWOT (Strength Weaknesses Opportunities Threats), analisis yang melihat empat faktor strategis yaitu Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman, keempat faktor tersebut digunakan secara bersamaan. Keempatnya merupakan dua faktor internal dan dua faktor eksternal. Faktor-faktor internal adalah kekuatan dan kelemahan, dan dua faktor eksternal adalah kesempatan dan ancaman. Dari sisi lain dua faktor, kekuatan dan kesempatan dipandang sebagai faktor-faktor yang positif sedangkan kelemahan dan ancaman sebagai faktorfaktor negatif. Analisis SWOT merupakan salah satu bentuk alat analisis terhadap situasi yang tengah dihadapi. Dalam pembangunan pedesaan, alat ini mampu menyediakan kerangka analisis terhadap situasi yang dihadapi, untuk menggali masukkan dari masyarakat, membangkitkan dan menggodok solusi serta kendalakendala potensial, sekaligus mengumpulkan informasi yang berguna dalam aktivitas evaluasi nanti. SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan serta sebagai perencanaan strategis. Analisis SWOT menyediakan sebuah kerangka pikir untuk lebih fokus melihat masalah. Umumnya analisis ini banyak ditujukan untuk penerapan dalam aktivitas bisnis. Analisis SWOT merupakan sebuah alat analisis yang cukup baik, efektif, dan efisien, serta cepat dalam menemukenali kemungkinan serta dapat melihat seluruh kemungkinan perubahan masa depan sebuah institusi dangan pendekatan yang sistematik melalui proses introspeksi dan mawas diri ke dalam, baik yang bersifat positif dan negatif. Makna dan pesan yang paling mendalam dari analisis SWOT adalah, bahwa apapun cara-cara serta tindakan yang diambil, dalam proses pembuatan keputusan harus mengandung dan mempunyai prinsip; kembangkan kekuatan, minimalkan kelemahan, ambil kesempatan, dan hilangkan ancaman. Analisis SWOT harus fleksibel, karena situasi dan kondisi yang cepat berubah. Analisis serupa harus sesering mungkin dibuat dan disesuaikan. Langkah pertama dalam membuat analisis SWOT adalah membuat sebuah lembaran kerja dan bentuk empat kuadran, masing-masing kotak berisi satu untuk kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Langkah berikutnya adalah membuat daftar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi di bawah topik masing-masing. Daftar dibatasi misalnya 10 poin saja, untuk menghindari
14
generalisasi yang berlebihan. Analisis SWOT dapat dilaksanakan secara individu atau sekelompok orang. Teknik secara kelompok lebih efektif khususnya dalam menggambarkan struktur, objektivitas, kejelasan dan fokus untuk diskusi mengenai strategi, sehingga tidak akan ngelantur. SWOT sangat praktis dan tidak boros terhadap waktu serta efektif karena kesederhanaannya, dan dapat digunakan secara kreatif, sehingga dapat membentuk serta membangun fondasi, yang sehingga dapat diciptakan sejumlah rencana strategis untuk pengembangan program-program baru. Keunggulannya lain, dari Analisis SWOT adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga dapat digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan. SWOT tidak mempunyai akhir, artinya ia akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan zaman, karena itu analisis SWOT sering dilakukan. Beberapa keuntungan atau kelebihan menggunakan analisis SWOT adalah : 1. Analisis SWOT adalah suatu alat yang mudah untuk menerangkan, mudah dalam menggunakan, mudah pula untuk dipahami oleh anggota komunitas sampai kepada level intelegensi yang rendah sekalipun. 2. Alat ini dapat digunakan untuk membuat analisis masalah (problem analisis), memonitor, dan juga untuk mengevaluasi kegiatan yang sedang berjalan. 3. Alat ini menyediakan kerangka pemahaman yang seimbang antara faktorfaktor kekuatan dan kelemahan yang dimilki. 4. Terbuka, dan terfokus, karena kegiatan diskusi akan difasilitasi jika menerapkan metode ini. 5. Memungkinkan bahwa seluruh ide dari satu masalah didiskusikan secara seimbang. 6. Dapat merekam perubahan dalam sikap dan presepsi suatu masyarakat jika analisis dilakukan secara fokus dan konsisten. Hasil analisis SWOT biasa berupa profil SWOT (SWOT profile), yaitu berupa sebuah tabel dengan kotak, dimana masing-masing berisi point-point yang termasuk sebagai S,W,O dan T. Alat yang biasa dipakai adalah matriks SWOT, yang menggambarkan bagaimana menggabungkan antara faktor internal dan eksternal, sehingga menghasilkan empat bentuk strategi yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Matriks Analisis SWOT Eksternal
Opportunities (O): Indikasi berbagai faktor eksternal yang bersifat positif untuk organisasi Threats (T): Tentukan berbagai faktor eksternal yang bersifat negatif bagi organisasi.
Internal Strenythness (S): Weaknesses (W): Tentukan faktor-faktor yang Sebutkan berbagai faktor yang menjadi merupakan kekuatan internal kelemahan organisasi S-O W-O Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang meminimalkan menggunakan kekuatan yang ada kelemahan organisasi sehingga mampu untuk memanfaatkan peluang yang memanfaatkan peluang tersedia S-T W-T Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang meminimalkan menggunakan kelebihan organisasi kelemahan dan menghindari ancaman namun sekaligus mengurangi pengaruh negatif dan ancaman eksternal
Sumber: Matriks SWOT yang akan dipakai sebagai alat analisis
15
Kelebihan menggunakan SWOT informal sehingga menggali partisipasi lebih baik. Partisipasi juga mendorong, karena informasi yang digunakan adalah berupa informasi kualitatif, sehingga menjadi keterlibatan semua orang. Analisis SWOT adalah tahap pertama dari perencanaan dan membantu pengambilan keputusan untuk berfokus pada isu-isu kunci dan tahap selanjutnya. Persepsi Masyarakat dan Konflik Sosial Persepsi merupakan suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognetif yang sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Menurut Sarwono (1999) persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami, pandangan seseorang terhadap suatu fenomena dapat bersifat konotatif dan denotatif, menolak atau menerima, suka atau tidak suka terhadap obyek yang dihadapinya. Menyatakan persepsi masyarakat terhadap lingkungan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Seseorang akan memberi persepsi positif terhadap lingkungan, apabila lingkungan tersebut memberikan kesejahteraan kepadanya, sebaliknya jika lingkungan tidak mampu meningkatkan kesejahteraan, ia cenderung memberi nilai negatif terhadap lingkungan yang dihadapinya. Kegiatan penambangan nikel di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur, menimbulkan implikasi pada terjadinya perubahan lingkungan sosial masyarakat yang bersifat positif dan negatif. Faktor-faktor menyebakan munculnya konflik di dalam suatu masyarakat karena adanya perbedaan individu, perbedaan budaya, perbedaan kepentingan, dan terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat. Perbedaan individu terjadi karena perbedaan lingkungan yang membentuk kedua belah pihak yang melahirkan prinsip-prinsip nilai kebiasaan atau tatacara yang berbeda (Soekanto, 1982). Konflik dapat terjadi jika masing-masing pihak tidak dapat menerima atau menghormati prinsip atau sistem nilai yang dimiliki pihak lain. Bila kedua unsur yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat ini semakin terpolarisasi antara unsur dominan dan yang dipinggirkan, maka konflik dapat mengarah menjadi tindak kekerasan (Turner, 1998). Ketidak merataan distribusi faktorfaktor produksi, umumnya dirasakan oleh masyarakat lokal yang bermukim di sekitar wilayah lingkar pertambangan, padahal penduduk asli yang bermukim disekitar wilayah lingkar tambang selalu mengharapkan program pengembangan masyarakat yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat setempat (Tomagola, 2000). Salah satu faktor terjadinya konflik di Maluku Utara tahun 1999, adalah konflik sosial akibat gap sosial antara pendatang dan penduduk asli, akibat terjadi ketimpangan program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan PT. NHM. Penelitian Terdahulu yang Relevan Siregar (2007) melakukan penelitian dengan judul: Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi kasus di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan skala likit dan untuk melihat hubungan sosial-ekonomi terhadap persepsi masyarakat setempat
16
tentang pembukaan pertambangan emas di kawasan hutan Batang Toru dengan menggunakan korelasi Sperman Rank, jumlah sampel sebanyak 80 KK, pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang pertambangan dan hutan. Deskripsi singkat dari penelitian terdahulu yang relevan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Matriks Penelitian Sebelumnya yang Relevan No
1
2
3
Judul Penelitian Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Arahan strategi Kebijakan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel pada Lahan Konsesi PT Aneka Tambang, Bisnis Perambangan Nikel Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur.
Industri Perkayuan Daerah Trans Samarinda Balikpapan Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya.
5
Keberlanjutan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tambang Nikel (Studi di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara)
Peneliti
Siregar (2007)
Pasaribu (2010)
Budi Yusuf (2008)
A. Gaffar Hidayat (1987)
ABD.Wahab Hasyim (2007)
Hasil Penelitian Menunjukan bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang pertambangan dan hutan. Kegiatan pertambangan emas berdampak positif terhadap sosial(ketersediaan sarana pendidikan dan kesehatan) dan ekonomi(pendapatan dan peluang usaha). Diharapkan lahan bekas pertambangan dapat diolah secara berkelanjutan, untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dapat melibatkan masyarkat yang berada di lokasi areal pertambangan. Terjadi perubahan positif dari sisi kualitas lingkungan sosial setelah adanya industri perkayuan dan perlu adanya penaganan yang sebaik mungkin dalam mempertahankan kondisi lingkungan, untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Terpuruknya perekonomian, sosial, dan lingkungan masyarakat di Pulau Gebe setelah penutupan tambang nikel.
Alat Analisis Yang Gunakan Deskriptif, skala Likert dengan menggunakan korelasi Spearman Rank.
Analisis uji beda ratarata dengan uji –t, dan regeresi berganda.
Analytical Hierarchy Process (AHP).
Metode analisis yang dipakai metode matriks, dengan menyusun tiga buah matriks secara bertahap yaitu; evaluasi dasar lingkungan sebelum industri, matriks dampak lingkungan, dan matriks keputusan Metode USLE (mengukur tingkat bahaya erosi), analisis secara deskriptif dengan sistem skor dan uji statistik, metode MDS (untuk menghitung keberlanjutan kehidupan masyarakat) dan analisis Monte Carlo.
17
Pasaribu (2010) penelitian dengan judul: Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosisal Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Batang Toru Tapanuli Selatan, penelitian ini melihat dampak pertambangan emas terhadap sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Batang Toru, dan bagaimana pengaruh dampak sosial (pendidikan, dan kesehatan) dan ekonomi (kesempatan bekerja dan berusaha) tambang emas tersebut terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pembagian kuesioner dan studi dokumentasi, sampel penelitian adalah masyarakat di 11 desa yang berdekatan dengan perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 10 orang setiap desa, dengan total 110 orang, analisis data dilakukan dengan cara uji beda rata-rata dan regresi linier. Industri Perkayuan Daerah Trans Samarinda Balikpapan Terhadap Lingkungan Sosial Eekonomi Masyarakat Sekitarnya, judul Tesis A. Gaffar Hidayat (1987), dan ABD. Wahab Hasyim (2007) dengan Judul Keberlanjutan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tanpa Tambang Nikel (Studi di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara), dari kedua penelitian terdahulu menegaskan peran sosial dan ekonomi dan ekologi dalam masyrakat yang diakibatkan karena pertambangan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan disajikan secara ringkas, dimana pada penelitian tersebut menggunakan alat analisis regresi dan uji t untuk dapat melihat dampak tambang terhadap sosial ekonomi dari sisi pendapatan, dan peluasan usaha, dan pendidikan serta kesehatan Pasaribu (2010), dan Yusuf (2008) menghitung sosial ekonomi secara AHP, dimana apabila kebijakan pemerintah berjalan baik dengan adanya tambang, maka perkembangan sosial ekonomi masyarakat pun dapat berjalan dengan baik. Keungggulan dari penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu tidak hanya menghitung dampak tambang terhadap sosial ekonomi, tetapi juga membuat solusi dalam bentuk kebijakan untuk pemerintah dalam menentukan kebijakan selanjutnya guna pertumbuhan sosial ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur, dengan menggunakan alat analisis Change in Productivity, analisis Chi-Square dan analisis SWOT.
18
3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara. Penelitian ini dikonsentrasikan pada 2 (dua) desa yang dekat dan jauh dari lokasi pertambangan nikel, yaitu Desa Batu Raja (desa yang dekat) dan Desa Subaim (desa yang jauh). Tempat atau lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2012 – Agustus 2012. KECAMATAN WASILE
Kec. Wasile
Kab. Halmahera Timur
Gambar 3 Lokasi Penelitian Bahan dan Peralatan Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner, literatur. alat tulis, kamera dan peralatan lain pendukung penelitian Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan juga pengamatan langsung di lapangan pada masyarakat yang berada dekat dan yang berjauhan dengan tambang. Pengumpulan data sekunder berupa penelusuran berbagai pustaka yang ada di berbagai instansi Pemerintah terkait di Kabupaten Halmahera Timur. Metode Pengambilan Data dan Sampel Penelitian dilaksanakan di lahan pasca penambangan nikel lahan konsesi yang beroperasi di Maluku Utara tepatnya di Halmahera Timur Kecamatan Wasile, pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan bersifat deskriptif korelasional yaitu berusaha untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Pengambilan data dengan cara metode survei, wawancara dengan panduan
19
kuesioner serta pengamatan langsung di lahan pertambangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan penentuan dua desa yang terdekat dan terjauh dari penambangan. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah prosesive sampling, dimana sampel yang diambil secara acak disesuikan dengan latar belakang masalah dan tujuan yang diteliti, yang secara nyata mendapat pengaruh langsung terhadap penelitian yang akan berlangsung. Sampling dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal yang berada dekat dan jauh dari lokasi perusahaan pertambangan nikel. Jumlah responden yaitu 80 orang yang terdiri dari 40 orang dari desa dekat dan berjauhan dari lokasi pertambangan. Dampak pertambangan nikel terhadap perubahan sosial, ekonomi dan lingkungan yang terjadi pada sebelum dan pengolahaan tambang nikel berlangsung di pakai analisis Chi-Square dimana jumlah sampel yang diambil sebanyak 80 orang, yang terdiri dari 40 orang dari masing-masing desa. Menganalisa secara SWOT bagian sampling responden sebanyak 15 orang, yang terdiri dari 10 orang berasal dari perusahaan pertambangan nikel (pegawai/buruh) dan 5 orang responden dari PEMDA. Data diolah dengan menggunakan software Expert Choice 2000, dan penelitian ini menggunakan beberapa alat analisis seperti pada Tabel 6. Tabel 6 Matriks Penelitian No
1
2
3
Tujuan Penelitian Melihat peran pertambangan nikel dalam perkembangan wilayah Kabupaten Halmahera Timur. Mengkaji dampak sosialekonomi-ekologi pertambangan nikel di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur Merumuskan kebijakan pemerintah daerah untuk menciptakan pertambangan nikel yang ramah lingkungan di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur
Alat Analisis Deskriptif
Deskriptifkualitatif Change in Productivity Chi- Square Analisis SWOT
Teknik Pengumpulan Data Pengamatan langsung lapangan Wawancara Pengamatan langsung lapangan Wawancara Kuesioner Wawancara mendalam Wawancara Kuesioner
Responden 5 org diinstansi terkait dengan penelitian
80 org ( terdiri dari 40 0rg dari dua Desa)
15 org ( masing-masing 10 org pekerja yg berada di perusahaan, 5 org dari instansi terkait)
Metode Analisis Data Adapun metode analisis data yang digunakan untuk menjawab masingmasing tujuan penelitian ini adalah : Change in Productivity Change in Productivity adalah untuk melihat hasil produksi atau kwalitas sebelum adanya aktivitas tambang dibandingkan dengan sekarang (setelah ada tambang). Untuk mengukur Change in Productivity dipakai rumus sebagai berikut: Nilai Produktivitas SDA1 = ( ∑Produksi ton/ha X P )1 – ( Biaya Input ) 1 … (1)
20
Nilai Produktivitas SDA2 = ( ∑Produksi ton/ha X P )2 – ( Biaya Input ) 2 .... (2) Keterangan : Nilai Produktivitas SDA1 : Nilai produktivitas dari sumberdaya alam sebelum terjadi perubahan karena adanya tambang Nilai Produktivitas SDA2 : Nilai produktivitas dari sumberdaya alam sesudah terjai perubahan karena tambang : Jumlah produksi dari komoditi ∑ Produksi P : Harga komoditi sekarang (Rp/kg) Biaya Input : Biaya non-sumberdaya alam Analisis Uji Chi-Square Analisis ini bertujuan untuk melihat nilai dampak sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat sebelum dan sesudah kehadiran pertambangan nikel pada dua desa yang dekat dan jauh dari lokasi pertambangan nikel di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur. Perhitungan dilakukan dengan rumus (Walpole, 1993). = Dimana : X2 : Nilai chi-Square f0 : Frekuensi yang diharapkan fe : Frekuensi yang diperoleh/diamati Perhitungan dilakukan dengan menghitung nilai masing-masing variabel kemudian nilai tersebut dirata-ratakan, dan dimasukkan dalam tabel Chi-Square dengan cara perhitungan sebagai berikut : 1. Dampak tambang terhadap sosial masyarakat yang dekat dan jauh dari tambang Perilaku Masyarakat Dekat Jauh Total
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Total
80
2. Dampak tambang terhadap ekologi masyarakat yang dekat dan jauh dari tambang Tindakan Masyarakat Dekat Jauh Total
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Total
80
3. Dampak tambang terhadap ekonomi masyarakat yang dekat dan jauh dari
tambang. Tambang Nikel Pendapatan masyarakat Dekat Jauh Total
Meningkat
Biasa saja
Menurun
Total
80
21
Setelah itu diadakan uji statistik Chi-Square dengan menggunakan komputer program SPSS 10.0 for windows, untuk mendapatkan total hasil dari dampak keberadaan tambang nikel terhadap sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat yang berada pada lokasi yang berdekatan atau berjauhan dengan penambangan. Analisis SWOT Penelitian ini, di analisis menggunakan SWOT disusun dari 5 elemen kekuatan, 6 elemen kelemahan, 5 elemen peluang dan 6 elemen ancaman (Marimin 2010). Matriks SWOT yang telah disusun digunakan untuk membuat masukan-masukan terhadap kebijakan tentang pengelolaan tambang yang ramah lingkungan, di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Matriks SWOT dapat membentuk suatu hasil strategis untuk pemerintah dan perusahaan tambang dalam menentukan kebijakan untuk masyarakat dan untuk perkembangan berlanjutnya suatu tambang. Tabel 7 Matriks SWOT
1.
Internal
2. 3. 4. 5.
External
1. 2. 3. 4.
5.
1.
2. 3. 4. 5.
PELUANG Opportunities (O). Meningkat pendapatan Daerah, masuknya tambang nikel. Menguranggi angka pengangguran dengan adanya tambang nikel Berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya tambang nikel. Meningkatnya pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada tambang nikel Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang, dan lokal menjadi terbuka bebas ANCAMAN Threats (T) Kerusakan lingkungan. Lahan pertanian menjadi terbatas karena pengalihan lahan (penebangan hutan) Mata pencaharian masyarakat lokal berubah. Kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah. Masyarakat kekurangan air bersih. (dalam jangka panjang) Tanah tidak dapat ditanami tanaman dalam jangka panjang
KEKUATAN Streythness (S) Penerimaan pendapatan bagi Daerah Halmahera Timur. Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel. Mempunyai ijin penambangan dari pemerintah. Mendapatkan lahan penambangan nikel yang strategis Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel.
1.
2. 3. 4. 5. 6.
KELEMAHAN Weaknesses (W) Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk pertambangan nikel. Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu) penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedementasi Terjadi pengurangan sejumlah spesis tumbuhan maupun hewan. Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali. Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal.
22
4 GAMBARAN UMUM LOKASI Kabupaten Halmahera Timur Kabupaten yang terbentuk sejak tahun 2003 ini, beribukota Maba dan pada tahun 2009 kabupaten ini dibagi menjadi 10 kecamatan dan 73 desa. Kecamatan di Maba Selatan, Kota Maba, Maba, Maba Tengah, Maba Utara, Wasile Utara, Wasile Tengah, Wasile Timur, Wasile dan Wasile Selatan, dan pada tahun 2009 bertambah menjadi 76 desa, yang tersebar 6 desa di Kecamatan Maba Selatan, 5 desa di Kecamatan Kota Maba, 7 desa di Kecamatan Maba, 8 desa di Kecamatan Maba tengah, 7 desa di Kecamatan Maba utara, 6 desa di Kecamaatan Wasile, 14 desa di Kecamatan Wasile selatan, 6 desa di Kecamatan Wasile Timur, 8 desa di Kecamatan Wasile Tengah, dan 6 desa di Kecamatan Wasile Utara. ( i ) Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Halmahera Timur berbatasan dengan sebelah utara wilayah Kabupaten Halmahera Utara dan Teluk Kao, di sebelah selatan dengan wilayah Kabupaten Halmahera Tengah (Kecamatan Patani dan Kecamatan Weda) dan Kabupaten Halmahera Barat, di sebelah barat Teluk Kao (wilayah Kabupaten Halmahera Utara) dan Teluk Buli, disebelah timur Laut Hamahera dan laut Samudra Pasifik. Kabupaten Halmahera Timur terletak antara 1260 45’ BT – 1290 30’ BT dan 00 30’ LU – 20 00’ LS, dengan batas wilayah: 1. Sebelah utara dibatasi oleh Kabupaten Halmahera Utara 2. Sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Barat 3. Sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Barat 4. Sebelah barat dibatasi Samudra Pasifik Luas wilayah Halmahera Timur adalah 40.263,72 km2, terdiri dari daratan seluas 8.779,32 km2 (22 %) dan luas lautan sebesar 31.484,40 km2 (78 %). Keadaan iklim di Halmahera Timur dipengaruhi oleh angin laut, terutama berasal dari laut Seram dan laut Maluku. Musim barat atau utara umumnya berlangsung pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, pada bulan April terjadi masa transisi ke musim selatan atau timur tenggara yang biasanya diikuti dengan musim kemarau. Sedangkan musim selatan atau timur tenggara umumnya berlangsung selama enam bulan, yang berawal dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Masa transisi ke musim barat adalah pada bulan November dan biasanya terjadi musim hujan. Selain Pulau Halmahera, Kabupaten Halmahera Timur juga memiliki 27 buah pulau, dan pulau-pulau tersebut belum ada yang dihuni manusia. (ii) Potensi Sumberdaya Mineral dan Migas Halmahera adalah satu dari sekian banyak gugusan pulau yang tersebar di Maluku Utara. Pulau-pulau lain yang termasuk di wilayah ini diantaranya : Ternate, Tidore, Bacan, Taliabu, Makian, Obi, Morotai serta kepulauan-kepulauan Doi, Mala-Mala, Sula dan lainnya. Sejak tanggal 4 Oktober 1999, Maluku Utara yang juga disebut Maloku Kie Raha (gugusan empat pulau bergunung) ditetapkan
23
menjadi Provinsi sendiri yang terpisah dari Provinsi Maluku. Berdasarkan UU No. 46 Tahun 1999, Ibukota Provinsi ini ditetapkan di Sofifi. Potensi sumberdaya alam yang terdapat di Kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada lampiran 1, dalam peta telah di patok tempat dan hasil sumberdaya alam yang terkandung pada lokasi tersebut. Secara keseluruhan wilayahnya dibagi menjadi dua Kabupaten dan satu kotamadya yaitu : Kabupaten Maluku Utara (22.447 Km2), Kabupaten Halmahera Tengah (19.791 Km2) dan Kota Ternate (11.438 Km2). Jenis tambang yang telah diidentifikasi terdapat di Kabupaten Halmahera Timur adalah : 1. Nikel (Ni). 2. Magnesit (Fe) di sepanjang Sungai Wayalele, Kecamatan Wasile. 3. Batu gamping (Ca) di Desa Subaim, Kecamatan Wasile dan Desa Fayaul, Kecamatan Wasile Selatan. 4. Talk (Ca) di Desa Fayaul sepanjang Sungai Wayalele, Kecamatan Wasile. 5. Minyak bumi di Desa Lolobata, Kecamatan Wasile. Kecamatan Maba dan Desa Soa Sangaji, Kecamatan Maba Selatan, lokasilokasi tersebut berada di Teluk Bull, serta di Desa Subaim, Kecamatan Wasile. Penyebaran kuasa pertambangan dapat dilihat pada Lampiran 2, peta kuasa pertambangan di Kabupaten Halmahera Timur, dimana tempat perusahaan tambang beroperasi. Tabel 8, menguraikan realisasi produksi nikel dalam tahun berjalan dihitung per triwulan dalam satu tahun, dimana nikel masih menjadi bahan utama yang diproduksi keluar dari Kabupaten Halmahera Timur. Tabel 8 Realisasi Produksi/Pengapalan Nikel Tahun 2011 di Kabupaten Halmahera Timur Bulan/ Triwulan Januari Februari Maret Trw I April Mei Juni Trw II Juli Agustus September TRW III Oktober November Desember Trw IV Total
PT.XY
PT. XX
529.543,00 465.520,00 385.228,00 1.380.291,00 361.300,00 421.202,00 366.315,00 1.148.817,00 443.421.00 462.674,00 413.025,00 1.319.120,00 540.145,00 423.137,00 458.058,00 1.421.340,00 5.269.568,00
55.450,00 55.525,00 111.150,00 222.125,00 55.507,00 52.350.00 94.463,00 202.320,00 120.780,00 60.200,00 110.150,00 291.130,00 116.380,00 163.410,00 121.000,00 400.790,00 1.116.365,00
PT.YK
PT. XU
57.200,35
44.438,00
57.200,35 119.401,75 185.801,06 103.500,95 408.703,76 72.500,00 133.552,36 115.000,00 321.052,36 85.100,12 71.700,00 72,200,00 229.000,12 1.015.956,59
44.438,00
PT.YT
PT.YM 51.702,00 51.800,00 51.500,00 155.002,00
Jumlah Tonase (MT)
1.859.056,35
52.000,00 42.744,00 42.744,00
52.000,00 51.500,00 57,008,00
1.854.584,76
108.508,00
2.039.810,36
52.000,00 0,00 87.182,00
52.000,00
0,00 2.051.130,12 315.510,00 7.804.581,59
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2012
Hasil tambang yang baru dieksploitasi yaitu nikel di Pulau Gee (Tahun 1997) dan Tanjung Buli (Tahun 2001), Kecamatan Maba, di Mornopo dan desa Wailukum, Kecamatan Maba Selatan (Tahun 2004). Lokasi lainnya adalah di Pulau Pakal. (iii) Tingkat Pendidikan Struktur kependudukan menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas (66%) pencari kerja adalah lulusan sekolah dasar, atau tidak
24
lulus sekolah dasar. Kondisi ini kurang baik karena tidak memiliki ketrampilan kerja yang cukup jenjang pendidikannya yang rendah. Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Halmahera Timur 2011 22% SMA Keatas 12% SMP dan Sederajat 66% SD dan Dibawahnya
Gambar 4 Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2011. (iv) Masalah Sosial Masalah sosial yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur adalah integrasi sosial lintas agama, lintas etnis, lintas golongan, lintas penduduk setempat dengan penduduk pendatang. Pendapatan, kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia serta kesempatan lapangan pekerjaan yang minim dan terbatas bagi masyarakat lokal. Masyarakat atau kaum muda yang belajar atau sekolah di luar daerah yang telah berhasil meraih pendidikan dan gelar kesarjanaannya jarang yang kembali ke kampung halamannya sendiri, sehingga dapat diperkirakan sebagian besar angkatan kerja yang ada tidak memiliki keterampilan (skill). Kondisi seperti ini berpengaruh terhadap posisi tawar yang lemah bagi masyarakat yang tidak memiliki skill dan pendidikan jadi rendah. Angkatan kerja sebagian besar terserap pada sektor tradisional (pertanian, perikanan dan kelautan, perkebunan serta kehutanan), sektor jasa (terutama jasa angkutan umum/konstruksi bangunan) atau usaha mikro (warung/pedagang kaki lima). Sedangkan untuk sektor formal, seperti PNS/ABRI/POLRI, karyawan swasta dan buruh industri sangatlah kecil. Keterbatasan kesempatan kerja berkaitan dengan tingkat pendidikan penduduk. (v) Aspek Ekonomi Sektor pertanian/nelayan dan penggalian/pertambangan merupakan sektor yang berperan di dalam roda perekonomian. Sektor pertanian/nelayan (pertanian, perikanan dan kelautan, perkebunan serta kehutanan) yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Kabupaten Halmahera Timur. Lelaki
11.214
Perempuan
7.512 3.467 715 240
1
2
786 1.099
3
873 783
4
Kategori Lapangan Pekerjaan Sumber : BPS Kabupaten Halmahera Timur 2011
Keterangan :
197
5
25
1. 2. 3. 4. 5.
: : : : :
Petanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel, Restoran Jasa Kemasyarakatan Lainnya (Pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan persewaan dan jasa perusahaan)
Gambar 5 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Pekerjaan Kabupaten Halmahera Timur 2010 Gambar 5 menunjukkan sektor pertanian mempunyai peran besar dari sektor yang lain. Sektor pertanian merupakan pekerjaan penduduk lokal yang berada di Kabupaten Halmahera Timur. Sebesar 70% penduduk Halmahera Timur bekerja sebagai petani. (vi) Aspek Ekologi atau Lingkungan Aspek ekologi atau lingkungan merupakan aspek yang mencakup keseluruhan kehidupan dari makhluk hidup, dengan demikian harus dijaga jangan sampai menjadi rusak. Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok yaitu minum, mandi, mencuci, memasak dan lain sebagainya. Air bersih dari sumber mata air pegunungan yang lokasinya tidak jauh dari perkampungan kemudian dialirkan melalui pipa ke tangki penampungan yang lokasinya di tengah pemukiman. Limbah dan sampah yang menjadi masalah, berupa limbah rumah tangga, dan pasar sejauh ini belum terlihat menjadi suatu masalah khusus bagi Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur untuk menangani limbah tersebut. Namun pencemaran limbah yang berasal dari kegiatan industri pertambangan dan pembalakan telah dirasakan dampaknya oleh penduduk sekitar lokasi atau areal kegiatan. Limbah tersebut antara lain berupa : 1. Hasil proses pengangkutan (darat dan laut) dalam bentuk tumpahan bahan bakar yang digunakan yaitu solar, oli dan lain-lain seperti yang terjadi pada kawasan pembalakan hutan kayu gelondongan (ilegal logging) oleh PT. Nusapadma Corp. di Poli atau Desa Lolobata Kecamatan Wasile. Tumpahan bahan bakar menyebabkan ikan dan biota yang berada di pesisir pantai berpindah tempat dan bahkan ada yang mati. 2. Endapan lumpur dan genangan oli di lokasi penggalian/penambangan nikel PT. Aneka Tambang Tbk yang dikerjakan oleh kontraktor PT. Yudistira Bumi Bhakti di Tanjung Buli Kecamatan Maba. Perubahan tekstur tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim atau penambahan material dari luar akibat erosi dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) yang proses pembentukannya memakan waktu ratusan tahun (Bradshaw, 1983 dalam Badri, 2004), dianggap sebagai penyebab utama buruknya tingkat kesuburan tanah pada lahan pasca penambangan. Kekhasan unsur hara esensial seperti nitrogen dan fosfor, toksisitas mineral dan kemasaman tanah (pH yang rendah) merupakan kendala umum dan utama yang ditemui pada lahan pasca penambangan.
26
Dampak lain dari aktivitas penambangan dengan sistem tambang terbuka berupa erosi di daerah hulu dan sedimentasi di daerah hilir areal penambangan. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan pada penambangan biji nikel dengan system tambang terbuka terutama ditujukan untuk mengendalikan erosi dan sedimentasi. Beberapa kegiatan pengendalian erosi dan sedimentasi yang telah dilakukan adalah pembuatan cek dam baru, pembuatan perangkap sedimen (sedimen pond), turap kayu, bronjong batu dan pemasangan gorong-gorong setiap pembukaan areal baru didahului dengan pembuatan sistem drainase dan fasilitas pengendali erosi dan sedimentasi untuk menekan erosi dan sedimentasi dilakukan pembentukan tanggul alami sehingga tidak ada aliran permukaan yang menuju daerah yang tidak terganggu. misalnya melalui penyertaan dalam kegiatan eksploitasi atau penyediaan bahan keperluan (makanan) untuk kegiatan pertambangan dan lainnya. Letak Geografis dan Administrasi Kecamatan Wasile Kecamatan Wasile terletak 0°-45° Lintang Utara dan Lintang Selatan 1°40° dengan luas wilayah 45.500 Km2, yang terdiri dari luas daratan 27.500 Km2 dan luas lautan 18.000 Km2. Terdapat 6 desa yang tersebar di Kecamatan Wasile yang masing-masing desa adalah, Desa Subaim, Cemara Jaya, Batu Raja, Bumi Restu, Mekar Sari dan Gulapapo, dengan jumlah penduduk yang mendiami Kecamatan Wasile 8.765 jiwa. (i) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan di Kecamatan Wasile, Kabupeten Halmahera Timur dapat dilihat pada tabel 9, dimana pada tabel 9 menunjukkan mayoritas (75,48%) pencari kerja adalah lulusan sekolah dasar. Tabel 9 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Di Kecamatan Wasile. Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar SMP Umum SMP Kejuruan SMA Umum SMA Kejuruan Diploma I, II Diploma III/Akademik Diploma IV/Universitas Total
Laki-laki 1105 711 36 515 110 141 12 18 2648
Perempuan 1067 643 41 475 97 116 10 13 2462
Jumlah 2172 1354 77 790 207 257 22 31 5110
Sumber: wasile Dalam Angka Tahun 2011
Gambaran persentasi tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar 6, dimana tingkat pendidikan sekolah dasar, merupakan jenjang pendidikan yang dominan sebesar 30 persen di Desa Batu Raja dan pada Desa Subaim sebesar 49 persen.
27
30%
Dasa Batu Raja 30%
12%
Desa Subaim Sarjana SMA SMP SD
28%
0%
27%
Sarjana
49%
SMA
24%
SMP SD
Gambar 6 Persentase Tingkat Pendidikan pada Desa Batu Raja dan Desa Subaim. (ii) Masalah Sosial Tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Demikian dengan angkatan yang mencari pekerjaan atau disebut dengan pengangguran. Keadaan ini dapat dilihat pada tabel 10, dimana pekerja dan pencari kerja menurut desa yang berada di Kecamatan Wasile diperkirakan juga sebagian besar angkatan kerja tidak memiliki ketrampilan (skill), sehingga dengan kondisi seperti ini posisi tawar mereka menjadi rendah. Tabel 10 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja, dan Bukan Angkatan Pencari Kerja Menurut Desa di Kecamatan Wasile. Desa Subaim Cemara Jaya Batu Raja Bumi Restu Mekar Sari Gulapapo Jumlah
Bekerja 685 614 751 737 476 179 3442
Angkatan Kerja Mencari Kerja 147 151 129 134 81 20 62
Jumlah 832 765 880 871 557 119 4104
Bukan Angkatan Kerja 210 196 171 235 148 46 1006
Sumber : Wasile Dalam Angka Tahun 2011
Kesempatan kerja formal yang terbuka tidak dapat dimanfaatkan karena angkatan kerja yang ada tidak memenuhi persyaratan (kualifikasi). Disamping itu lapangan dan kesempatan kerja setiap tahunnya terbatas. Tabel 11 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kec. Wasile Tahun 2010. Jenis Pekerjaan Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrk, Gas, dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Jumlah
2008 1312 102 329 2 71 431 309 14 702 60 3332
2009 1354 107 340 2 71 436 312 15 710 61 3408
2010 1362 107 343 4 76 437 315 17 715 60 3442
Sumber : Kecamatan Wasile Dalam Angka Tahun 2011
Aspek positif dari karakter sosial masyarakat Kecamatan Wasile adalah semangat kerja dan optimisme yang tinggi. Karakter sosial positif ini menjadi modal untuk mensejahterakan masyarakat dan memajukan daerahnya. Tabel 11 menunjukkan rata-rata penduduk yang tinggal di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur bekerja sebagai petani, dan pendapatan utama adalah dari hasil
28
pertanian. Untuk itu, apabila lahan pertanian yang dimiliki petani Desa Batu Raja dan Subaim tidak tergarap disebabkan pertambangan nikel, maka perekonomian kedua desa tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat di desa tersebut. Desa Batu Raja 19%
2%
Desa Subaim 4%
6% Buruh Pengusaha Petani PNS
73%
0%
1%
95%
Buruh Pengusaha Petani PNS
Gambar 7 Persentase Jenis Pekerjaan Desa Batu Raja dan Desa Subaim. Gambar 7 menunjukkan bahwa penduduk Desa Batu Raja 73 persen adalah petani, dan 95 persen petani berada di Desa Subaim, dengan angka presentasi ini menunjukkan rata-rata masyarakat yang berada di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur bekerja sebagai petani. (iii) Masalah Ekonomi Sektor pertanian/nelayan dan penggalian/pertambangan merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam roda perekonomian. Sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian penduduk yang berada di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur. Hasil usaha pertanian di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Luas Panen Produksi dan Produktivitas Padi (Padi Sawah & Ladang) Menurut Desa di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Desa Subaim Cemara Jaya Bumi Restu Batu Raja Mekar Sari Gulapapo Jumlah
Luas Panen (ha) 355 450 340 357 0 1502
Produksi (Ton) 1242.5 1575 1190 1213.8 0 5221.3
Produktivitas (Ton/ha) 3.5 3.5 3.5 3.4 0 3.5
Sumber : Data Wasile dalam Angka 2011
Sejauh ini sektor pertanian belum berkembang secara optimal, baik pada tahap proses produksi, pengolahan dan pemasaran, sehingga perlu adanya dukungan bagi pengembangan sektor ini agar tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Dukungan yang dibutuhkan yaitu berupa langkah-langkah kongkrit untuk meningkatkan investasi pada sektor-sektor tersebut diatas Produksi petani menurun seiring dengan maraknya tambang yang masuk di Kecamatan Wasile, dimana pada Desa Batu Raja luas areal atau lahan yang tergarap adalah sebesar 57 ha dan hasil produksi 684/ton dan produktivitas sebesar 1,2 ton/ha. Sedangkan untuk Desa Subaim dengan luas lahan yang tergarap sebesar 58 ha dengan hasil produksi 812/ton dan produktivitas 1,4 ton/ha. Hasil
29
pengamatan di lapangan terlihat bahwa petani sudah berkurang mengolah lahan pertanian, disebabkan besarnya biaya pengolahan, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Karakteristik Responden Karakteristik responden Desa Batu Raja dan Subaim Kabupaten Halmahera Timur ini diperoleh berdasarkan survey yang dilakukan langsung terhadap 80 orang. Karakteristik responden sangat bervariasi, dan karakteristik umum responden ini dilihat dari beberapa variabel, meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal terakhir, pendapatan, dan lama tinggal. Jenis Kelamin Sebahagian responden ditemui adalah laki-laki, yaitu sebanyak 65 orang (81 persen) dan berkelamin perempuan sebanyak 15 orang (19 persen). Hal ini disebabkan lelaki yang banyak sebagai pekerja dibandingkan perempuan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang berada di dua desa dapat di lihat pada gambar 8. 19%
Jenis Kelamin 81%
Laki-laki Perempuan
Gambar 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Umur Berdasarkan tingkat umur responden yang bekerja usia produktif pada Desa Batu Raja dan Subaim bervariasi, mulai dari usia muda sampai lanjut usia. Distribusi umur responden berkisar antara 15 - 60 tahun dan jumlah responden tertinggi terdapat pada umur 26 - 36 tahun yaitu sebanyak 32 orang (40 persen dari total responden), serta dari usia 37 - 47 tahun sebanyak 20 orang (25 persen dari total responden). Responden yang berumur 48 - 58 tahun berjumlah 17 orang (21 persen dari total responden), responden yang berumur 15 - 25 tahun berjumlah 8 orang (10 persen dari total responden) dan yang berumur ≥ 60 tahun berjumlah sebanyak 3 orang (4 persen dari total responden). Dengan demikian usia produktif adalah umur 26 - 36 tahun yang bekerja. Persentase berdasarkan umur responden di Desa Batu Raja dan Subaim, pada penelitian tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 9.
30
4% 21%
Umur
10% 40%
25%
15-25 26-36 37-47 48-58 ≥ 60
Gambar 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pendidikan Tingkat pendidikan responden Desa Batu Raja dan Subaim mulai dari lulusan Sekolah Dasar (SD), hingga perguruan Tinggi (PT). Responden lulusan Sekolah Dasar memiliki jumlah terbanyak sebanyak 44 orang (55.00 persen), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 17 Orang (21 persen), Sekolah Menegah Atas (SMA) sebanyak 11 orang (14 persen) dan Perguruan Tinggi 8 Orang (10 persen). Rincian menurut tinggkat pendidikan, jumlah pendidikan Pergurauan Tinggi yang paling sedikit. Ini menujukkan rata-rata penduduk yang berada di dua desa adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) yang dapat dilihat pada Gambar 10. Jenjang Pendidikan
10% 14%
SD
55%
21%
SMP SMA PT
Gambar 10 Karakteristik responden Berdasarkan Pendidikan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden mulai dari petani, buruh, wiraswasta, pegawai swasta, dan PNS. Berdasarkan pekerjaan responden petani sebanyak 30 orang (36 persen), diikuti buruh 18 orang (22 persen), wirausaha 15 orang (19 persen), pegawai swasta 5 orang (7 persen) dan PNS sebanyak 12 orang (15 persen). Perbandingan persentasi jumlah responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada gambar 11.
15% 19%
8%
22% 36%
Jenis Pekerjaan Buruh Tani Wira PNS Swsta
Gambar 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
31
Tingkat Penghasilan Berdasarkan tingkat penghasilan responden pada selang Rp 300.000 - Rp 1.000.000 per bulan yaitu sebanyak 58 orang (72 persen) dari keseluruhan responden. Hal ini menjukkan responden yang berkerja sebagai petani dan buruh yang memilki rata-rata Rp 30.000/hari. Sebanyak 11 orang responden (14 persen) berpengahasilan berada pada selang Rp 1.200.000 - Rp 1.500.000 dari keseluruhan responden. Responden yang berpengahasilan dalam selang Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 terdapat 9 orang (11 persen) dari jumlah responden yang ada, dan selang ≥ Rp 6.000.000 terdapat 2 orang (3 persen) dari total responden yang bekerja sebagai pegawai swasta pertambangan. Distribusi tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada gambar 12.
Selang Penghasilan
11% 3% 14% 72%
Rp 300.000 - Rp 1.000.000 Rp 1.200.000 - Rp 1.500.000 Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 ≥ Rp 6.000.000
Gambar 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengahasilan Lama Tinggal (Penduduk Asli/Pendatang) Penduduk pendatang, yang merupakan transmigran dari Pulau Jawa, ratarata lama tinggal di Deasa Batu Raja diatas 20 tahun. Penduduk yang yang menetap selama 32 tahun sudah dianggap sebagai penduduk tetap Desa Batu raja. Adapun perbandingan penduduk asli dan penduduk pendatang yang berada di kedua desa tersebut tidaklah terlalu jauh. Jumlah responden terdiri dari penduduk asli sebanyak 80 orang. Lama tinggal responden di kategorikan 1 - 10 tahun terdapat 5 orang (7 persen dari total responden) 11 - 20 tahun terdapat 14 orang (18 persen dari total responden) 21 30 tahun terdapat 8 orang (21 persen dari total responden)dan lebih dari 32 tahun sebanyak 43 orang (54 persen dari total responden). Karatersitik berdasarkan lama tinggal dari responden dapat dilihat pada Gambar 13. 7% 54%
18% 21%
Lama Tinggal 1 - 10 Tahun 11 - 20 tahun 21 - 30 Tahun ≥ 32 Tahun
Gambar 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal
32
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Pertambangan Nikel Dalam Perkembangan Wilayah Kabupaten Halmahera Timur Lahan pasca panen penambangan nikel tersebar yang berada di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur merupakan lahan konsesi PT. Antam Tbk. Konsesi ini dikerjakan oleh kontraktor PT. YBB terletak di Desa Buli yang berjarak kurang lebih 10 Km sebelah utara Ibu Kota Kecamatan Maba, dan juga PT. MB di Pulau Gee dan PT. MB di Mornopo, yang terletak sebelah Selatan Ibu Kota Kecamatan Maba. Akses menuju lokasi dapat ditempuh melalui jalur laut dengan menggunakan kapal cepat dari Ternate ke Sofifi seitar 1 jam, dari Dermaga Sofifi menuju lahan konsesi menggunakan kendaraan umum jurusan Sofifi-Buli kemudian dilanjutkan dengan menggunakan ojek. Data dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Halmahera Timur adalah sebagai berikut: 1. Luas Kuasa Pertambangan (KP) =51.320 Ha. 2. Luas KP di hutan lindung = 13.343 Ha (26%). 3. Total cadangan : - Limolit (1,44% Ni) = 134,5 juta ton. - Saprolit (2,44% Ni) = 120,5 juta ton. 4. Luas Kuasa Pertambangan Eksploitasi = 39.040 Ha (76% KP total). 5. Pemegang Kuasa Penambangan (KP) = PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. 6. Kontraktor: PT. MB (Pulau Gee). PT. YBB (Tanjung Buli). PT. MB (Mornopo) 7. Produksi tahunan saprolit: Pulau Gee dan Tanjung Buli = 1 juta ton. 8. Produksi tahunan limolit di Tanjung Buli = 0,6 juta ton. 9. Permasalahan yang dihadapi : a. Lokasi cadangan nikel berada di kawasan hutan lindung Kecamatan Maba Selatan. b. Wilayah kegiatan pertambangan dekat Ibukota Kabupaten Halmahera Timur (Maba). c. Kurangnya investor yang berniat untuk mengelola tambang. Lokasi Kuasa Penambangan (KP) dapat dilihat pada Lampiran 2 berupa peta kuasa penambangan di Kabupaten Halmahera Timur. Unit bisnis pertambangan nikel daerah operasi Maluku Utara adalah salah satu unit produksi PT. Antam Tbk, yang pekerjaan penambangannya dilaksanakan 90 persen oleh kontraktor. Tambang nikel yang ada di Kabupaten Halmahera Timur sudah melakukan eksplorasi dan mengekspor hasilnya ke Australia, Jepang dan lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3, menunjukkan terdapat 23 perusahaan pertambangan nikel di Halmahera Timur. Pertambangan nikel yang beroperasi pada tahun 2009 telah mengekspor hasilnya keluar, tetapi ada juga yang belum. Usaha pertambangan nikel memberikan kontribusi sebesar 23,93 persen, terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Timur. Pertambangan nikel mendominasi urutan ke dua setelah sektor
33
pertanian. Laju pertumbuhan PDRB tertinggi, pada sektor pertambangan dan migas dengan peningkatan 1,54 persen dari tahun 2008 ke 2009. Perusahan pertambangan nikel Kabupaten Halmahera Timur, terus mengadakan eksplorasi untuk penyediaan nikel atas permintaan negara-negara yang membutuhkan, sebagai bahan baku yang diolah menjadi bahan jadi lainnya. Peningkatan sektor pertambangan dalam memberikan kontribusi untuk Kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada Gambar 14 dan persentasinya pada Gambar 15. 120000 100000
2006
80000
2007
60000
2008
40000
2009
20000 0
Gambar 14 Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2006-2007 Pertanian
4% 2% 4% 15% 2%
Pertambangan dan Migas
43%
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
5%
0%
25%
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Sumber : Kabupaten Halmahera Dalam Angka 2010
Gambar 15 Persentasi Sektor Usaha Terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2006 -2007. Tambang Nikel dan Keberadaan Penduduk di Kecamatan Wasile Penduduk asli (lokal) di Kecamatan Wasile adalah petani. Tanaman pangan yang diusahakan petani terdiri dari padi sawah, padi ladang, jagung, dan ubi-ubian, sedangkan tanaman perkebunan yang diusahakan adalah kelapa, cengkeh, dan coklat. Tanaman pangan yang biasanya dikelolah secara berkesinambungan, sekarang mulai berkurang karena rusaknya lahan pertanian. Sedangkan untuk tanaman perkebunan tidak bertambah lagi, dan petani hanya
34
menikmati hasilnya saja, disebabkan kesibukan pekerjaan tambahan lain, dengan adanya tambang nikel di Kecamatan Wasile. Pertambangan di Kabupaten Halmahera Timur telah ada sejak tahun 1997, namun yang telah dieksploitasi baru nikel. Pertambangan pertama masuk di Pulau Gee tahun 1997, disusul tanjung Buli tahun 2001. Pertambangan masuk di Kecamatan Wasile tahun 2006, dan membawa pengaruh serta dampak sosial, ekonomi dan ekologi terhadap masyarakat. Terkait dengan kelembagaan ekonomi yang bertujuan untuk mengelola sumberdaya alam di Kabupaten Halmahera Timur, dari segi kuantitas masih kurang sehingga kegiatan yang diinginkan dari setiap lembaga belum memberikan hasil yang maksimal. Misalnya, pemberdayaan dalam sektor pertanian dan perikanan masih bersifat insidentil terkait dengan program pemerintah dan perusahaan, sehingga program pemberdayaan masyarakat bersifat inkonsisten, rendahnya SDM, kurangnya teknologi tepat guna serta lemahnya koordinasi antar lembaga dan instansi pemerintah yang terkait, merupakan permasalahan kelembagaan yang dihadapi. Masuknya pertambangan nikel di Kecamatan Wasile, menyebabkan beralihnya profesi masyarakat dari petani menjadi pekerja perusahaan tambang. Perubahan yang terjadi di Kecamatan Wasile yang pengaruhnya dapat dilihat pada Gambar 16. 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Kecamatan Wasile Dalam Angka 2011
Gambar 16 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Di Kecamatan Wasile 2007 -2011 Sektor pertambangan menempati tempat kedua sesudah sektor pertanian. Sedangkan sektor angkutan menduduki posisi terendah, yaitu tempat ke-5 hal ini disebabkan buruknya kondisi jalan sehingga mahalnya biaya transportasi, kemudian diikuti dengan sektor lainnya. Perusahaan pertambangan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat daerah, namun jumlah tenaga kerja yang direkrut terbatas disebabkan karena faktor pendidikan dan pengalaman kerja yang rendah, sehingga tenaga kerja yang berasal dari Kecamatan Wasile sedikit yang bekerja. Jumlah tenaga kerja perusahaan pada tahun 2011 sebanyak 202 orang yang terdiri dari staf sebanyak 44 orang dan non staf sebanyak 158 orang. Tenaga kerja yang bekerja di perusahaan pertambangan mayoritas 62,87 persen adalah pendatang yang berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan, dan sisanya 37,13 persen yang merupakan penduduk lokal.
35
Mayoritas penduduk non lokal yang bekerja di pertambangan nikel menunjukkan bahwa keberadaan pertambangn tersebut lebih dapat dinikmati secara ekonomi oleh penduduk non lokal dari pada penduduk lokal, dan pernyataan ini didukung dengan Tabel 13. Tabel 13 Jumlah Tenaga Kerja Usaha Pertambangan Nikel. No
Uraian
Jumlah (Orang)
A 1.
Non Staf Tenaga Kerja Lokal a. Pria b. Wanita 2. Tenaga Kerja Non Lokal B. Staf 1. Tenaga Kerja Lokal a. Pria b. Wanita 2. Tenaga Kerja Non Lokal Total (A+B)
Tenaga Kerja Staf dan Non Staf (%)
Tenaga Kerja Lokal dan Non Lokal (%)
78,22
62,87
21,78
37,13
100
100
158 63 48 15 95 44 12 5 7 32 202
Sumber : Kecamatan Wasile Dalam Angka 2011
Produksi dan Sistem Penjualan Perusahaan tambang nikel yang barada di Kecamatan Wasile yang mulai beroperasi ada pada tahapan eksplorasi, operasi produksi dan bahkan ada yang sudah selesai berproduksi. Nikel yang berkadar tinggi dipasarkan atau di ekspor ke Jepang dan yang berkadar rendah di ekspor ke Australia (data ekspor dapat dilihat pada Tabel 14). Tabel 14 Ekspor Nikel Dari Tambang Di Kecamatan Wasile. Nama Perusahaan
Tahapan Kegiatan
PT. JK
Eksplorasi
PT. DU
Operasi Produksi
PT. AT PT. IB
Operasi Produksi Operasi Produksi
Tahun 2010 2007 2008 2011 2009
Besar Eksport (M/Ton) 4.201.833,08 2.571.909 87.182,00 -
Keterangan Belum Ekspor Pasca Tambang Ekspor Belum Ekspor
Sumber : Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Halmahera Timur 2012
Tabel 14 menunjukkan hasil tambang nikel yang dijual masih dalam bentuk bahan mentah, dan pengangkutan atau pengapalan berupa tanah yang mengandung nikel. Tanah tersebut dijual ke negara tujuan tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga dapat diasumsikan tanah yang diangkut bukan saja mengandung nikel, tetapi unsur-unsur lainpun juga ikut terbawa dengan tanah tersebut. Pengerukan dan pengangkutan sebelum dijual dapat dilihat pada Lampiran 4. Tanah hasil pengerukan diangkut ke kapal kemudian di ekspor (jual) Jepang, Austaralia, Korea Selatan, Jerman, Belgia, Inggris, Italia, dan Finlandia.
36
Dampak Sosial - Ekonomi - Ekologi Pertambangan Nikel Di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Analisis dan Dampak Sosial Pertambangan Nikel. Penduduk yang mendiami Kecamatan Wasile merupakan penduduk dari berbagai lapisan suku, baik suku asli maupun suku yang berasal dari luar daerah atau wilayah Kecamatan Wasile atau Halmahera. Suku yang datang dari daerah luar, umumnya bekerja sebagai PNS, dan pedagang. Kecamatan Wasile dikenal sebagai penghasil tanaman pertanian. Desa Subaim merupakan sentral penghasil beras demikian juga dengan Desa Batu Raja, tetapi adanya pertambangan nikel, membuat produksi pertanian dari dua desa tersebut mengalami penurunan, sehingga Kecamatan Wasile dan desa yang berada disekitar kecamatan terancam ekspansi usaha pertambangan nikel. Sebagai gambaran dari dampak pertambanga nikel terhadap sosial di Desa Batu Raja dan Subaim dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Dampak Sosial dari Aktivitas Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim BTR
SBM
Skor (%) KS BTR SBM
20,00
30,00
80,00
70,00
00,00
00,00
100
100
85,00
68,75
15,00
31,25
00,00
00,00
100
100
15,00
7,50
85,00
32,50
00,00
60,00
100
100
62,50
50,00
37,50
50,00
00,00
00,00
100
100
72,50
86,25
25,00
12,50
2,50
1,25
100
100
00,00
00,00
100
50,00
00,00
50,00
100
100
30,00
58,75
70,00
41,25
00,00
00,00
100
100
00,00
30,00
00,00
00,00
100
70,00
100
100
100
100
00,00
00.00
100
00,00
100
100
50,00
50,50
22,50
22,50
27,22
27,22
100
100
57,50
42,50
18,75
37,50
23,75
20,50
100
100
60,00
60,00
40,00
40,00
00,00
00,00
100
100
Pernyataan Ketersediaan sarana dan prasaran pendidikan disediakan oleh tambang Pendidikan dapat terpenuhi oleh pemerintah daerah Keadaan tempat tinggal masyarakat kualitasnya memadai setelah adanya tambang Pelayanan kesehatan berjalan dengan baik setelah adanya tambang Hubungan kerja pihak Desa dan Kecamatan berjalan membaik setelah adanya tambang Kegiatan sosial antar masyarakat di Desa dan Kecamatan stabil Masyarakat dapat merasakan manfaat penggunaan fasilitas umum dengan baik setelah adanya tambang Pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia makin mudah setelah adanya tambang Pasar lokal/tradisional berkembang setelah adanya tambang Terjadinya demonstrasi (konflik) di Desa meningkat sejak adannya tambang Hubungan masyarakat lokal dengan pendatang berjalan harmonis Kegiatan masyarakat antar satu sama lain (gotong royong) menurun
S
Sumber : Data Primer Diolah 2012 Keterangan : S = Setuju KS = Kurang Setuju SBM = Desa Subaim TS = Tidak Setuju
Total (%)
TS BTR
SBM
BTR
SBM
BTR = Desa Batu Raja
Tabel 15 memperlihatkan dampak yang terjadi di Desa Batu Raja dan Subaim akibat pertambangan nikel yang berada dekat dengan tempat tinggal dan areal pertanian yang sedang diusahakan. Bentuk dampak tersebut adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat merasa bahwa ketersediaan akan sarana dan prasarana pendidikan yang akan diberikan oleh pihak pertambangan untuk meningkatkan kualitas
37
pendidikan baik formal maupun non formal, ternyata tidak memenuhi ketersediaannnya. 80 persen masyarakat menyatakan kurang setuju, dengan pelayanan yang diberikan dari pihak perusahaan pertambangan. 2. Keadaan tempat tinggal penduduk tidaklah berubah, baik sebelum atau sesudah adanya pertambangan tidak membawa suatu perubahan, sehingga 85 persen masyarakat menyatakan kurang setuju terhadap aktivitas pertambangan nikel disana karena rumah yang ditempati tetap tidak layak untuk dihuni, rata-rata merupakan rumah-rumah papan. 3. Hubungan kerja masyarakat di desa dan kecamatan tidak berjalan dengan baik, disebabkan karena adanya kesenjangan status sosial antara masyarakat yang berada di desa dan kecamatan. Sehingga hubungan kerja menjadi menurun dan terjadi persaingan. Keadaan ini dinyatakan dengan 72,50 persen masyarakat yang merasakan langsung persaingan yang ada. 4. Sumberdaya alam yang dikelola masyarakat atau dimaanfaatkan masyarakat, tidak lagi dipergunakan secara bebas tetapi harus seijin perusahaan, sehingga keadaan ini menjadi ketidak puasan bagi masyarakat sebesar 100 persen. Masyarakat mengganggap bahwa sumberdaya alam yang mereka pergunakan adalah merupakan barang yang bebas (free goods), tanpa harus ada pembuatan atau permintaan ijin dari pihak lain. 5. Kegiatan sosial yang sering dilakukan oleh masyarakat desa terhadap program sosial kecamatan tidak lagi berjalan. Sebanyak 100 persen masyarakat tidak lagi menjalankan kegiatan sosial di kecamatan, disebabkan pelayanan dan keluhan yang disampaikan belum dapat terlayani oleh pemerintah kecamatan. 6. Kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat di desa berupa gotong royong, mulai berkurang, sebesar 60 persen masyarakat menyatakan kegiatan ini sudah mulai terabaikan. Penyebab dari tidak berjalannya kegiatan gotong royong, karena aktivitas masyarakat lebih banyak tersita terhadap pekerjaan mereka yang baru dan persaingan dengan pendatang. 7. Konflik masyarakat dengan pihak desa, maupun kecamatan mulai terjadi. Sejumlah 50 persen masyarakat menyatakan telah terjadi keributan-keributan, yang disebabkan karena tidak puasan dan kenyamanan dialami masyarakat atas keadaan lingkungan dimana mereka tinggal dan areal pertanian yang tidak dapat diolah, akibat adanya pertambangan. Namun dibalik dampak negatif yang ada, masih ada manfaat yang dapat dinikmati oleh penduduk Desa Batu Raja dan Subaim yaitu : 1. Pendidikan yang dulunya kurang diperhatikan, disebabkan minimnya sarana prasarana, tetapi dengan diperbaiki dan disediakan sarana prasarana yang lebih baik oleh pemerintah daerah. Sebesar 85 persen masyarakat kini dapat memanfaatkan prasarana dan sarana pendidikan. 2. Transaksi jual beli dalam hal ini pasar lokal yang dilakukan oleh masyarakat Desa Batu raja dan Subaim, kembali berfungsi dengan baik. Sebanyak 100 persen merasakan perubahan ini, disebabkan masuknya pendatang dari luar dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan. 3. Hubungan masyarakat desa antar pendatang dan masyarakat lokal berjalan dengan baik. Sebanyak 57,50 persen menikmati hubungan ini, tetapi kadang tidak berjalan dengan baik disebabkan karena perbedaan komunikasi yang ada di masyarakat.
38
4. Pelayanan kesehatan yang diberikan cukup baik yaitu sebesar 85 persen masyarakat dapat merasakan pelayanan tersebut dari sebelumnya. Kehadiran pertambangan tetap berjalan, tetapi pemerintah harus menekan pihak perusahaan untuk meningkatkan pelayanan, dan meningkatkan nilai aspek sosial, ekonomi dan ekologi untuk menjadi baik, seperti yang diharapkan oleh masyarakat dari dua desa. Hasil dampak pertambangan dianalisa dengan menggunakan uji ChiSquare dimana dampak pertambangan terhadap sosial masyarakat yang terjadi di Desa Batu Raja dan Subaim sebelum dan sesudah pertambangan nikel dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Hasil Uji Chi-Square Dampak Sosial dari Aktivitas Pertambangan Nikel Sebelum Chi-Square df Asymp Sesudah Chi-Square df Asymp
Sosial Desa Batu Raja 26.000a 10 004 Sosial Desa Batu Raja 9.600b 7 212
Sosial Desa Subaim 11.500a 4 021 Sosial Desa Subaim 23.350b 6 001
Sumber : Data Diolah 2012 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square.
Berdasarkan uji Chi-Square pada tabel 16, hasil diperoleh dimana terjadi perbedaan sebelum dan sesudah adanya pertambangan dengan selisih 16,40 untuk Desa Batu raja dan 11,85 untuk Desa Subaim. Desa Batu Raja mengalami penurunan sosial disaat adanya pertambangan. Perubahan sosial diakibatkan pola hidup masyarakat, dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Masyarakat Desa Batu Raja, adalah masyarakat pendatang hasil pemekaran dari desa induk yang kehidupannya tergantung dari hasil pertanian sebagai sumber kehidupan. Desa Batu Raja merupakan desa yang berada dekat dengan lokasi pertambangan nikel, sehingga perubahan kehidupan sosial yang terjadi sangatlah besar saat adanya pertambangan nikel. Perubahan sosial yang terjadi pada Desa Subaim, sebelum dan sesudah pertambangan, tidaklah terlalu jauh. Masyarakat Desa Subaim merupakan penduduk asli (lokal), dan Desa Subaim merupakan desa induk yang jauh dari lokasi pertambangan. Analisis dan Dampak Ekonomi Pertambangan Nikel Kecamatan Wasile, memiliki lahan perkebunan yang cukup luas. Umumnya masyarakat menggantungkan hidup dari hasil bercocok tanam sebesar 86 persen. Selain tanaman pangan, seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kacang kedelai, penduduk menanam pula sayur-sayuran, seperti cabe, terong, kacang panjang, dan bayam. Pisang, jeruk, pepaya, mangga, nangka, dan jambu adalah jenis buah-buahan yang mereka budidayakan, tetapi hasilnya masih terbatas. Hasil pertanian yang menembus pasar di luar dari Halmahera Timur adalah beras yang berasal dari Desa Subaim Kecamatan Wasile dan berupa sayur-
39
sayuran yang berasal dari Desa Batu Raja. Namun perubahan ini terjadi setelah masuk penambangan di wilayah ini. Perubahan ekonomi turut berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat yang berada dekat dengan areal pertambangan. Dampak pertambangan nikel terhadap ekonomi masyarakat yang terjadi di Kecamatan Wasile terhadap Desa Batu Raja dan Subaim, dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17 Dampak Ekonomi Dari Aktivitas Penambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim Pernyataan
S
Skor (%) KS BTR SBM 00,00 00,00
TS BTR SBM 00,00 00,00
Total (%)
BTR SBM BTR Usaha pertambangan nikel mampu membuka 100 100 100 kesempatan kerja di kecamatan ini Berkesempatan kerja diperusahaan tambang nikel besar 00,00 00,00 60,00 57,50 40,00 42,50 100 Tenaga kerja lokal mendapat prioritas untuk kerja 00,00 10,00 00,00 40,00 100 50,00 100 diperusahaan tambang nikel Membuka peluang usaha kerja baru, (warung makan, 100 100 00.00 00.00 00,00 00,00 100 bengkel, warung sembako, ojek) Menambah pendapatan dari penjualan jasa 12,50 56,25 87,50 43,75 00,00 00,00 100 Pendapatan petani meningkat sejak adanya perusahaan 00,00 36,25 27,50 13,75 72,50 50,00 100 tambang nikel Sarana transportasi meningkat 58,75 58,75 41,25 41,25 00,00 00,00 100 Usaha penginapan meningkat 58,75 58,75 41,25 41,25 00,00 00,00 100 Keadaan infrastruktur memburuk 83,75 45,00 16,25 55,00 00,00 00,00 100 Penghasilan masyarakat menurun 67,50 67,50 42,50 32,50 00,00 00,00 100 Sumber : Data Primer Diola 2012 Keterangan : S = Setuju TS = Tidak Setuju SBM = Desa Subaim BTR = Desa Batu Raja KS = Kurang Setuju
Tabel 17 memperlihatkan bahwa, masyarakat Desa Batu Raja dan Subaim mengalami beberapa dampak yaitu : 1. Mempunyai peluang kesempatan bekerja yang besar di perusahaan pertambangan nikel sebagai penduduk lokal, ternyata jauh dari apa yang diperkirakan oleh masyarakat, sehingga 100 persen masyarakat menyatakan tidak setuju atas pernyataan yang menyatakan kehadiran tambang membuka kesempatan besar untuk masyarakat lokal untuk dapat bekerja di perusahaan pertambangan nikel. 2. Penjualan jasa yang diharapkan dapat membawa hasil dalam meningkatkan pendapatan sekaligus menaikkan taraf hidup lebih yang baik dengan adanya perusahaan tambang, juga tidak membawa hasil, sehingga dari keadaan ini sebanyak 87 persen dari masyarakat menyatakan tidak setuju. 3. Pendapatan petani menurun disebabkan produksi pertanian yang dihasilkan tidak memenuhi target atau menurun. Penyebab dari menurunya produksi pertanian, karena lahan yang diola tidak dapat ditanami. Sebanyak petani 72.50 persen masyarakat tidak setuju dengan adanya perusahaan tambang nikel, disebabkan areal pertanian yang akan diola tergenag lumpur pada musim hujan, akibat banjir. 4. Penghasilan masyarakat menurun, dan dinyatakan dengan 67.50 persen masyarakat setuju. Penghasilan sebelum perusahaan tambang sebesar Rp 15.315.000/tahun Desa Batu Raja, dan Desa Subaim sebesar Rp 16.230.000/tahun dan setelah sesudah sebesar Rp 10.605.000/tahun untuk Desa Batu Raja, dan untuk Desa Subaim 14.400.000/tahun.
SBM 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
40
5. Infrastruktur berupa jalan dan jembatan sebagai fasilitas yang disediakan pemerintah untuk dapat dipergunakan masyarakat, sebagai penunjang penghubung transportasi menjadi memburuk. Masyarakat sebanyak 83.75 persen menyatakan setuju, kerusakan dan memburuknya mobilisasi alat-alat berat saat penabangan nikel berlangsung. Namun dibalik dampak buruk yang diterima masyarakat masih ada hal positif atau hal baik di dua Desa Batu Raja dan Subaim adalah : 1. Masuk atau dibukanya usaha pertambangan nikel mampu membuka peluang kesempatan kerja di kecamatan. Sehingga 100 persen masyarakat menyatakan setuju, karena dengan demikian dapat mengurangi tinggkat penggangguran di kecamatan. 2. Kehadiran perusahaan pertambangan nikel membuka peluang usaha-usaha baru yang terbentuk di desa berupa usaha warung makan, toko sembako, dan bengkel. Usaha yang baru ada mendapat tanggapan positif sebanyak 100 persen dari masyarakat. Tanggapan positif dengan adanya usaha baru ini, menambah nilai lebih terhadap kemajuan dari masyarakat yang ada di desa. 3. Sarana transportasi, dalam hal ini angkutan menjadi baik dengan adanya kehadiran perusahaan tambang nikel. Meningkatnya sarana transportasi dinyatakan dengan sebesar 58.75 persen menyatakan setuju. Dimana angkutan yang dipelukan untuk keperluan penyambung hubungan antar desa dapat terpenuhi dan lancar. 4. Usaha penginapan atau tempat tinggal sementara meningkat sebesar 58 persen, dimana usaha ini dibuat untuk pendatang yang belum mempunyai rumah tetap dan pekerja perusahaan yang sementara waktu menetap di kecamatan atau desa karena tugas pekerjaan. Dampak yang terjadi baik secara positif dan negatif, mengajak kepada perusahaan pertambangan nikel agar harus lebih membuka diri untuk memberikan kesempatan kerja untuk penduduk, seperti pekerjaan pendukung (satpam, buruh dan pemeliharaan alat-alat berat, pelayan pembersih ruangan, dan tukang masak). Dengan demikian keyakinan masyarakat tentang bertambahnya penghasilan atau pendapatan yang diperoleh, sehingga dapat menekan instabilitas sosial yang menyebabkan protes demonstrasi, bahkan konflik untuk tidak terjadi lagi antara masyarakat dengan perusahaan pertambangan nikel, dan pemerintah selaku pemegang kebijakan. Analisis dampak ekonomi sebelum dan sesudah pertambangan nikel menggunakan uji Chi-Square di Desa Batu raja dan Subaim dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18 Hasil Uji Chi-Square Dampak ekonomi dari Aktivitas Pertambangan Nikel Sebelum Chi-Square Df Asymp
Ekonomi Desa Batu Raja 166.100a 8 000
Ekonomi Desa Subaim 32.250b 4 000
Sesudah Chi-Square Df Asymp
20.500b 4 000
8.600b 3 035
Sumber : Data Diolah 2012 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square.
41
Kehidupan ekonomi masyarakat yang cukup besar, baik yang dekat dan jauh dari pertambangan nikel, sebesar 166.100 sebelum tambang nikel untuk Desa Batu Raja dan 32.250 pada Desa Subaim. Sedangkan untuk sesudah adanya tambang nikel Desa Batu Raja 20.500 dan Desa Subaim 8.600. Hal ini menandakan masyarakat mengalami kesulitan ekonomi saat adanya pertambangan nikel dan dampak ini berpengaruh pada kehidupan masyarakat di kedua desa dalam aktivitas perubahan hidup. Satu tahun perusahaan pertambangan nikel yang berada di Kabupaten Halmahera Timur, tepatnya di Kecamatan Wasile, menghasilkan produksi sebesar 7.479.093,16/ton - 8.819.747,08/ton. Hasil yang diperoleh tambang nikel dijual atau di eksport mentah ke negara-negara tujuan seperti Jepang, dan Australia, dari hasil penjualan produksi nikel, tidak keseluruhan dinikmati oleh masyarakat yang berada di Kabupaten tersebut, apalagi dengan desa di sekitar pertambangan nikel. Penjualan hasil tambang dinikmati para pejabat pemerintahan yang berada di Kabupaten, propinsi bahkan pusat. Penerimaan hasil bukan hanya dari produksi pertambangan, tetapi sebelum tambang berproduksi hasil masuknya tambang ke daerah atau wilayah yang mempunyai potensi pertambangan, pemerintah tersebut sudah mendapatkan hasil. Terpuruknya perekonomian desa yang didalamnya terdapat operasi pertambangan, tidak selamanya merupakan kesalahan dari pihak pertambangan, tetapi pemerintah wilayah juga turut didalam kesalahan, karena tidak tanggap dan kontrol terhadap keadaan masyarakatnya. Sehingga masyarakat harus menerima kerugian dari adanya kehadiran perusahaan pertambangan nikel. Pertambangan nikel membawa dampak terhadap pendapatan sektor pertanian atau pendapatan petani dalam setahun, dimana petani mengalami kenaikkan maupun penurunan pendapatan, disesuaikan dengan besar produksi yang dihasilkan, dan luas areal lahan yang ditanami. Tabel 19 Data Rata-Rata Hasil Produksi Tanaman Padi Petani Sebelum dan Sesudah Penambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim Lokasi Penelitian (Desa)
Batu Raja
Luas Lahan (ha) 1 2 3 4 5
Rata-rata Hasil Produksi/Thn (Rp) Sblm Tambang Ssdh Tambang Nikel Nikel Rp 15.910.345 Rp 11.833.172 Rp 14.100.000 Rp 7.350.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000 Rp 3.600.000 Rp 14.400.000 Rp 6.000.000
Jumlah Produksi (Tahun) Subaim
Rp 68.410.345
Rp 40.783.172
Rp 20.400.000 Rp 11.733.333 Rp 24.300.000 Rp 12.000.000
Rp 23.400.000 Rp 17.500.000 Rp 24.900.000 Rp 4.800.000
Rp 68.433.333
Rp 70.600.000
Rp 136.843.678
Rp 111.383.172
1 2 3 4
Jumlah Produksi (Tahun) Total Produksi Kedua Desa (Tahun)
Total Hasil (%) Sebelum
Sesudah
23 21 17 18 21
29 18 29 9 15
30 17 35 18
33 25 35 7
Sumber : Data Primer Diola 2012
Tabel 19 menunjukkan produksi pertanian Desa Batu Raja mengalami penurunan sesudah adanya pertambangan nikel, sedangkan Desa Subaim mengalami penurunan tetapi juga mengalami peningkatan. Menurunnya produksi
42
pertanian disebabkan, karena kerusakan lahan pertanian padi sawah pada waktu musim hujan, demana petakan sawah tertumpuk oleh batu-batuan yang dibawa air saat banjir. Penghasilan produksi pertanian pada Desa Subaim mengalami penurunan disebabkan karena lahan yang ditanami tidak diola dengan baik, karena pemilik lahan lebih memilih untuk bekerja di tambang atau mencoba pekerjaan lain. Hasil produksi yang hilang dengan adanya pertambangan nikel di Desa Batu Raja dan Subaim dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Rata-Rata Hasil Produksi Yang Hilang Adanya Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim. Lokasi Penelitian (Desa)
Batu Raja
Luas Lahan (ha) 1 2 3 4 5
Jumlah produksi yang hilang Subaim Jumlah produksi yang hilang Total produksi yang hilang
1 2 3 4
Rata-rata Produksi Yang Hilang/Tahun (Rp) Rp 4.055.172 6.750.000 8.400.000 8.400.000 Rp 27.605.172 Rp 7.200.000 Rp 7.200.000 Rp 34.805.172
Sumber : Data Primer Diolah 2012 Keterangan : (-) menandakan bahwa tidak terjadi perubahan
Pendapatan Desa Batu Raja rata-rata sebesar Rp 15.315.000/tahun sebelum tambang nikel, dan mengalami penurunan per tahunnya sebesar Rp 10.605.500/tahun. Desa Batu Raja merupakan desa yang berdekatan dengan pertambangan Nikel. Pendapatan Desa Subaim mengalami kenaikan yang sangat baik, sebelum tambang nikel sebesar Rp 14.400.000/tahun dan meningkat menjadi 16.230.000/tahun sesudah adanya tambang. Rata-rata pendapatan sudah termasuk keseluruhan pendapatan masyarakat yang bekerja menurut lapangan pekerjaannya. Pengahasilan rata-rata Desa Batu Raja sebesar 59 persen turun menjadi 41 persen dan sebaliknya Desa Subaim berbanding terbalik sebelum ada tambang nikel 47 perssen dan sesudah tambang meningkat 53 persen. Masyarakat pertanian mempunyai empat karakteristik utama petani yaitu: (1) petani adalah pelaku ekonomi yang berpusat pada usaha milik keluarga, (2) selaku petani mereka menggantungkan hidup mereka kepada lahan, bagi petani, lahan pertanian adalah segalanya yakni sebagai sumber yang diandalkan untuk menghasilkan bahan pangan keluarga, harta benda yang bernilai tinggi, dan ukuran terpenting bagi status sosial, (3) petani memiliki budaya yang spesifik yang menekankan pemeliharaan tradisi dan konformitas serta solidaritas sosial mereka kental, (4) cenderung sebagai pihak selalu kalah (tertindas) namun tidak mudah ditaklukkan oleh kekuatan ekonomi, budaya dan politik eksternal yang mendominasi mereka. Menurut Shanin (1971) seperti yang dikutip oleh Subali (2005).
43
Analisis dan Dampak Ekologi Pertambangan Nikel Kawasan konservasi akhirnya menjadi kawasan pencadangan sumberdaya alam bagi kelanjutan kegiatan eksploitasi - ekstraksidi masa depan. Masa sekarang, kawasan konservasi menjadi pelayan bagi usaha-usaha ekstraksi tambang nikel, dengan cara menyediakan udara segar dan air bersih bagi kegiatan pertambangan. Pertambangan juga memproduksi limbah yang dapat mematikan aliran sungai, hal ini terjadi di sepanjang dua poros lokasi penelitian dimana ditemukan bekas sungai besar tidak ada air tetapi pada musim hujan, air melewati tempat tersebut hingga ke areal pertanian. Usaha industri pertambangan juga berpotensi merusak sumberdaya nilai sosial budaya lokal dan ekonomi masyarakat yang bermukim di wilayah lingkar tambang (Mangkusbroto, 1995). Dampak pertambangan nikel terhadap ekologi masyarakat yang ada di Desa Batu Raja dan Subaim dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Dampak Ekologi dari Aktivitas Pertambangan Nikel di Desa Batu Raja dan Subaim Pernyataan Keadaan lahan pertanian memburuk Ada konversi lahan pertanian Keadaan hutan meluas Sumber air bersih berkurang Kesehatan masyarakat memburuk Keadaan udara memburuk Kebisingan meningkat Tanah mengalami sedementasi Banjir dan tanah longsor meningkat
S BTR 85,00 00,00 50,00 50,00 50,00 85,00 40,00 50,00 70,00
SBM 50,00 00,00 50,00 50,00 50,00 85,00 40,00 50,00 50,00
Skor (%) KS BTR 10,00 6,25 1,25 50,00 00,00 15,00 32,00 17,00 20,00
SBM 7,50 6,25 1,25 50,00 00,00 15,00 32,50 17,50 12,50
TS BTR 5,00 93,75 48,75 00,00 50,00 00,00 27,50 32,50 10,00
Total (%) SBM 42,50 93,75 48,75 00,00 50,00 00,00 27,50 32,50 37,50
BTR 100 100 100 100 100 100 100 100 100
SBM 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : Data Primer Diolah 2012 Keterangan : S = Setuju BTR = Desa batu raja KS = Kurang Setuju SBM = Desa Subaim TS = Tidak Setuju
Tabel 21 menunjukkan suatu keadaan ekologi yang kurang baik dialami Desa Batu Raja dan Subaim sehingga menimbulkan keresahaan masyarakat teradap kehadiran pertambangan nikel. Keresahan yang dialami yaitu : 1. Lahan pertanian dari masyarakat memburuk, disebakan masuknya batu-batuan dan kerikil yang berasal dari tempat penambangan, pada saat musim hujan, saat terbawa banjir, sehingga lahan tersebut sulit diola untuk ditanami tanaman. Untuk itu sebesar 85 persen masyarakat menyatakan setuju, dikarenakan lahan pertanian menjadi buruk. 2. Pemakaian hutan untuk tambang meluas, dimana pihak pertambangan terus melakukan eksplorasi terhadap tambang, sehingga hutan di tebang untuk mempermudah jalannya pekerjaan dan sebanyak 50 persen masyarakat merasakan perubahan yang terjadi di desa yang mereka tempati. 3. Sumber air bersih mulai dirasakan masyarakat berkurang. Keadaan ini dinyatakan masyarakat sebesar 50 persen, karena sumber air yang biasanya mereka dapatkan mulai terasa berkurang. Hal ini disebabkan sumber air bersih yang peroleh masyarakat berada dekat dengan lokasi penambangan.
44
4. Kesehatan masyarakat mulai memburuk, hal ini dinyatakan dengan sebesar 50 persen masyarakat, dimana keadaan dirasakan setelah adanya tambang nikel, disaat musim panas dan pada musim hujan. 5. Udara disekitar lokasi pemukiman memburuk dinyatakan dengan 85 persen masyarakat. Penyebab dari memburuknya udara yang diraskan oleh masyarakat pada waktu musim panas, debu yang berasal dari pengerukan tanah tambang terbawa masuk ke rumah-rumah pemukiman penduduk, sehingga menyebabkan terjadi sesak nafas. 6. Kebisingan mulai terasa oleh masyarakat. Disebabkan karena mobilisasi alatalat berat saat perusahaan pertambangan berproduksi dan dinyatakan dengan sebesar 40 persen masyarakat yang merasakan atau mengalami hal ini. 7. Porositas tanah mulai memburuk, sehinga pertumbuhan tanaman sulit untuk tumbuh dengan baik. Sehingga petani sulit untuk mengfungsikan lahan bekas pertambangan. Ditambah minimnya pengetahuan juga pengalaman dalam mengatasi lahan pasca tambang, dengan demikian 50 persen manyatakan keadaan tanah dari lahan tersebut buruk untuk diola sebagai areal pertanian kembali. 8. Banjir dan tanah longsor meningkat. Hal ini dinyatakan sebesar 70 persen masyarakat yang merasakan akibat dari kegiatan pertambangan, sehingga menyebabkan bencana alam yang terjadi disaat musim hujan. Keadaan buruk yang terjadi dan dialami oleh kedua desa, namun di balik semuanya itu masih ada hal positif yang dialami oleh masyarakat dimana 90 persen masyarakat masih memiliki kepemilikkan tanah sebagai lahan pertanian, karena tidak terjadi konversi lahan. Awal tahun 2007, berkembang jenis penyakit baru yang diderita masyarakat sekitar pertambangan nikel, dan keadaan yang sama ini pun dialami masyarakat yang berada jauh dari pertambangan. Pertambangan nikel menyebabkan keadaan ekologi menjadi buruk dan kualitas udarapun menurun. Apabila pada saat musim panas, debu hasil pengerukkan tanah di areal pertambangan masuk hingga ke pemukiman penduduk. Sedangkan pada musim hujan terjadi banjir, dan tanah longsor sehingga areal pertanian yang berada sekitar pertambangan tertimbun tanah yang terbawa banjir serta longsoran. Kerusakan ekologi yang sudah terasa oleh masyarakat dengan adanya pertambangan nikel, membuat masyarakat tidak lagi nyaman dengan kualitas lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka. Kenyamanan dan keamanan hidup seperti dahulu mulai sulit didapati, karena sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupan mereka baik harta benda, bahkan jiwa. Pemerintah daerah selaku pemegang kekuasaan dan pemberi kebijakan, harus menekan atau mendorong perusahaan merealokasikan dana CSR (Corporate Social Responsibility), untuk memperbaiki keadaan ekologi kedua desa. Hasil analisa dengan menggunakan uji Chi-Square dampak pertambangan terhadap ekologi yang terjadi di Desa Batu Raja dan Subaim sebelum dan sesudah pertambangan nikel dapat dilihat pada tabel 22.
45
Tabel 22 Hasil Uji Chi-Square Dampak ekologi dari Aktivitas Pertambangan Nikel Sebelum Chi-Square df Asymp
Ekologi Desa Batu Raja 32.600a 7 002
Ekologi Desa Subaim 32.250a 4 000
22.400b 3 000
19.00a 4 001
Sesudah Chi-Square df Asymp
Sumber : Data Diolah 2012 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda menurut uji Chi-Square
Hasil uji Chi-Square menunjukkan perbedaan ekologi yang terjadi sebelum dan sesudah adanya pertambangan nikel di Desa Batu Raja dan Subaim sebesar 32.600 pada Desa Batu Raja sebelum dan 22.400 sesudah adanya tambang nikel. Sedangkan yang terjadi pada Desa Subaim sebelum 32.250 dan 19.00. Hasil ini menjawab telah terjadi kerusakan ekologi di kedua desa, baik yang berada dekat maupun yang jauh dari lokasi pertambangan nikel. Pertambangan nikel, membuat masyarakat lokal tidak lagi memperoleh kenyamanan lingkungan dan keaman yang sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupan mereka. Kerusakan ekologi berpengaruh juga terhadap kehidupan manusia kedepan, karena bila kerusakan ekologi yang dialami disuatu wilayah disebabkan aktivitas manusia atau masyarakat, maka dengan secara langsung atau tidak langsung, akan berpengaruh kepada keadaan sosial dan ekonomi wilayah tersebut. Kekayaan sumberdaya alam yang senantiasa dibanggakan adalah salah satu keunggulan komparatif bangsa, namun kebanggaan tersebut mulai dipertanyakan keasliannya, seiring dengan eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan aspek ekologi dan keberlanjutannya. Tabel 23. Data Kerugian Ekologi Dengan Adanya Pertambangan No 1. 2. 3. 4. 5.
Dampak Pertambangan Pencemaran air (air menjadi kotor) Polusi udara Jalanan rusak Kebisingan Banjir
Skor (%) 50% 85% 40% 40% 50%
Sumber : Data Olahan 2012
Tabel 23 menunjukkan polusi udara menempati tempat pertama sebesar 85 persen. Penyebab terjadinya polusi udara adalah tanah yang diangkut dari tempat pertambangan yang melewati pemukiman penduduk, dan tanah yang berada dipenampungan. Tanah tersebut menghasilkan debu yang berterbangan ditiup angin pada waktu musim panas. Debu yang berterbangan tersebut terhirup oleh penduduk sehingga dapat menyebabkan sesak nafas. Kemudian lain berupa pencemaran air, dan banjir, kedua dampak ini disebabkan tanah sisa dari kerukkan tambang terbawa di musim hujan (banjir). Pertambangan membawa dampak terhadap ekologi berupa kerusakan areal pertanian, hutan, dan kehidupan hewan. Kerusakan akibat terjadinya penambangan baik areal pertanian dan keadaan hutan dapat dilihat pada Lampiran 4.
46
Sesuai KEPMEN Pertambangan dan Energi No.1211 K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penaggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha pertambangan umum BAB V pasal 29 tentang jaminan reklamasi lahan pasca tambang, pengusaha pertambangan diwajibkan untuk menempatkan dana jaminan pelaksanaan reklamasi, selain itu Keputusan Direktorat Jendral Pertambangan Umum No 336. K/271?DDJP/1996 tentang jaminan reklamasi mewajibkan memberikan laporan biaya pelaksanaan pemantauan lingkungan tambang. Biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terdiri dari biaya reklamasi yang meliputi biaya penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemantauan lingkungan termasuk biaya bangunan pengendalian erosi dapat dilihat pada tabel 24, ini diharapkan akan dapat meminimalkan dampak degradasi lahan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan terhadap lingkungan disekitarnya. Tabel 24 Biaya Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tambang Di Kabupaten Halmahera Timur. No 1 2 3 4 5
6
Uraian Penyiapan lahan Pembinaan Reklamasi Pemeliharaan tanaman Bangunan pengendali erosi dan limbah a. Chekdam b. Perawatan parit/drainase c. Bangunan pengelolaan B3 Pengiriman contoh air Total
Rencana biaya (Rp) 650.000.000 40.000.000 94.000.000 52.000.000 501.000.000
6.500.000 1.341.500.000
Realisasi biaya (Rp) 31.885.500 57.493.500 3.658.000
Jumlah (Rp) 1.885.500 57.493.500 3.658.000
61.073.750 27.897.500 14.225.750 1.960.000 398.164.000
61.073.750 14.225.750 1.960.000 398.164.000
Sumber : Pengelolaan lingkungan Pertambangan Daerah Operasi Maluku Utara Tahun 2008
Hasil yang telah diuraikan berdasarkan tabel 15 (dampak pertambangan nikel terhadap sosial masyarakat), tabel 17 (dampak pertambangan nikel terhadap ekonomi masyarakat) dan tabel 21, (dampak pertambangan nikel terhadap ekologi masyarakat), menunjukkan bahwa kualitas sosial - ekonomi - ekologi sebagian besar menjadi memburuk sejak hadirnya pertambangan nikel, dimana perekonomian masyarakatpun menurun, penghasilan dari sebahagian besar masyarakat menurun drastis sejak adanya pertambangan. Hasil dari kehadiran pertambangan bukannya mengangkat derajat kehidupan sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat tetapi sebaliknya. Kehadiran dan berakhirnya suatu penambangan, membawa korban dan kerugian yang tidak sedikit. Korban dan kerugian ini dirasakan langsung oleh masyarakat awam yang tidak faham atau tidak mengerti akan pertambangan. Sebaliknya pemerintah daerah, propinsi, pusat dan perusahaan pertambangan sebagai penerima hasil dari penambangan, tidak mempedulikan keadaan yang telah terjadi pada masyarakat. Hasil produksi pertambangan sepenuhnya dinikmati oleh pemerintah daerah propinsi dan pusat sebagai pembuat keputusan dan kebijakan tertinggi dalam wilayah kekuasaan. Pendapatan daerah yang disumbangkan dari pertambangan sebesar Rp 7.903.092,71 (Data Dinas Pertambangan Kabupaten Halmahera Timur), tidak jelas arah realisasi ke masyarakat. Karena belum ada data yang jelas untuk penggunaan dana tersebut.
47
Formulasi Kebijakan Pemerintah Daerah Untuk Menciptakan Pertambangan Nikel Yang Ramah Lingkungan Di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur Analisis SWOT Formulasi strategi pendirian tambang, atau eksplorasi tambang sebagai pendukung dalam masuknya pendapatan daerah, diidentifikasi dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki berdasarkan karakteristik internal kawasan dan elemen peluang dan ancaman berdasarkan karakteristik eksternal kawasan. Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis SWOT. Hasil pengamatan lapangan dan analisis data, diketahui berbagai potensi permasalahan dalam pendirian atau pembukaan perusahaan pertambangan nikel. Dengan menganalisis potensi permasalahan tersebut, maka dapat diindentifikasi variabel-variabel SWOT yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan strategi pengolahan perusahaan pertambangan nikel dimasa yang akan datang. Identifikasi Faktor-Faktor SWOT Tabel 25 Keterangan Faktor Internal Dampak Pertambangan Nikel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Meningkatkan penerimaan bagi daerah Kabupaten Halmahera Timur Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel Mempunyai ijin pertambangan dari pemerintah Mendapat lahan penambangan yang strategi Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk penambangan nikel Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu) Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedementasi pada tanah Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal
A B C D F G H I J K L
Hasil faktor internal terdapat juga faktor eksternal. Faktor internal dari dampak pertambangan nikel pada tabel 25 menunjukkan keadaan atau penilaian yang ada didalam terhadap pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan perusahaan sebagai pelaksana dan menjalankan aksi di lapangan. Faktor eksternal pada tabel 26 merupakan pengimbangan penentuan suatu strategi yang berasal dari luar, sebagai pendukung dibuatnya keputusan atau kebijakkan pemerintah terhadap perusahaan dalam menjalankan kegiatannya dalam pemanfaatan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang berperan didalamnya. Tabel 26 Keterangan Faktor Eksternal Dampak Pertambangan Nikel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Meningkatkan devisa negara , masuknya perusahaan tambang nikel Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan tambang nikel berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan tambang nikel Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada perusahaan tambang Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi terbuka bebas Kerusakan lingkungan yang Lahan pertanian menjadi terbatas karena penebangan hutan Mata pencaharian masyarakat lokal berubah Kehidupan sosial masyarakat berubah Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang) tanah tidak dapat diolah untuk penanaman dalam jangka panjang
A B C D F G H I J K L
48
Adapun unsur-unsur dibangun responden dari analisis SWOT antara lain : A. Kekuatan Beberapa elemen kekuatan yang mempengaruhi formulasi kebijakan Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan adalah : 1. Meningkatkan penerimaan pendapatan bagi daerah Kabupaten Halmahera Timur. Perusahaan pertambangan yang berada di daerah atau wilayah, akan mendatangkan masukkan atau pendapatan untuk perkembangan daerah. 2. Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel. Perusahaan pertambangan nikel mengurangi pengangguran di daerah dan potensi lapangan kerja bagi masyarakat yang berada di daerah. 3. Mempunyai ijin penambangan dari pemerintah. Perusahaan yang beroperasi di wilayah atau daerah penambangan harus mendapat ijin dari pemerintah wilayah untuk dapat beroperasi sesuai perijinan yang berlaku oleh pemerintah setempat. 4. Mendapat lahan penambangan yang strategis. 5. Perusahan pertambangan nikel akan mendapat lokasi penambangan atau tempat beroperasi untuk penambangan pada tempat yang sesuai dengan ijin yang diberikan dimana adanya bahan tambang. Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel, dimanfaatkan untuk pertambangan nikel. Perusahan mengolah sesuai permintaan pasar tambang. B. Kelemahan Beberapa elemen kelemahan yang mempengaruhi formulasi kebijakan Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan adalah : 1. Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk penambangan nikel. Akibat dari pertambangan nikel dapat terjadi kekurangan lahan pertanian. Kekurangan lahan diakibatkan perluasan areal operasi. 2. Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu). Beroperasi suatu perusahaan pertambangan nikel, dapat membawah polusi udara. Polusi berupa debu yang bertebaran yang berasal dari hasil penggalian bahan tambang dan pada saat pengangkutan bahan galian berupa tanah yang mengandung nikel. Kedaan ini terjadi pada saat tambang berproduksi di musim panas. 3. Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedimentasi pada tanah. Pengerukkan yang dilakukan pada saat penambangan, mengakibatkan unsur hara tanah dan lapisan-lapisan tanah lainnya juga turut terangkat, sehingga terjadi kerusakan pada tanah, dan kedaan ini memakan waktu yang cukup lama dalam pemulihan bahkan dapat memakan waktu sampai puluhan tahun. 4. Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan. Penambangan yang di lakukan pada lokasi hutan, akan membawa dampak terhadap kehidupan satwa dan tumbuhan yang berada pada lokasi penambangan, dimana tumbuhan yang berada dilokasi penambangan harus ditebang demikian juga satwa atau hewan yang tinggal akan berpindah lokasi.
49
5. Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali. Lokasi atau tempat selesai penambangan tidak dapat ditanami oleh jenis tanaman yang sama seperti sebelumnya, dan kebanyakan lokasi setelah penambangan nikel tidak dapat ditanami karena tanah tersebut tidak terdapat unsur hara yang cukup untuk tanaman berkembang bahkan hidup. 6. Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal. Masuknya suatu usaha baru, akan memicu masuknya pendatang baru yang membawa pola hidup yang berbeda. Sehingga pola hidup yang dibawa, dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal. Perubahan sosial yang terjadi dapat membawa dampak buruk dan baik terhadap masyarakat lokal, tergantung bagaimana atau sampai dimana pengaruh yang dibawa ke kehidupan masyarakat. C. Peluang Beberapa elemen peluang yang mempengaruhi formulasi kebijakan Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan adalah : 1. Meningkatkan pendapatan daerah, masuknya perusahaan tambang nikel. Masuknya perusahaan ke wilayah atau daerah, merupakan peluang untuk mendatangkan pemasukkan bagi daerah tersebut, dimana hasil dari perusahaan diberikan kepada daerah berupa pajak dan sumbangan tertentu untuk pembangunan daerah. 2. Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan tambang nikel. Perusahaan tambang, dapat membuka peluang untuk ketenaga kerja. Sehingga mengurangi angka pengangguran yang terdapat di daerah tersebut. 3. Berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan tambang nikel. Munculnya usaha baru atau pekerjaan baru karena kebutuhan baik yang datang dari luar, maupun kebutuhan penduduk lokal. 4. Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada perusahaan tambang nikel. Perubahan status sosial, dan kebutuhan ekonomi menuntut untuk munculnya usaha-uasaha dalam bidang jasa, untuk menawarkan bantuan atau mengurangi beban dalam bentuk penjualan jasa. 5. Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi terbuka bebas. Perubahan sosial dapat terjadi karena teknologi komunikasi dan kebutuhan antar sesama. Sehingga membuat adanya hubungan antara pendatang dan masyarakat lokal. Hubungan ini untuk kelancaran pekerjaan atau usaha bisnis yang dijalani. D. Ancaman Beberapa elemen Ancaman yang mempengaruhi formulasi kebijakan Pemerintah Daerah untuk menciptakan pertambangan yang ramah lingkungan adalah : 1. Kerusakan lingkungan. Kehadiran perusahaan pertambangan tidak terlepas dari ancaman terhadap keberadaan lingkungan yang ada di lokasi penambangan. Ancaman terhadap
50
2.
3.
4.
5.
6.
kerusakaan lingkungan dapat mendatangkan bencana besar, apabila tidak diantisipasi dengan baik. Lahan pertanian menjadi terbatas karena pengahlian lahan (penebangan hutan). Penebangan hutan, untuk pembangunan lokasi penambangan membawa pengaruh terhadap perluasan daerah pertanian, disebakan areal tersebut telah di kapling untuk penambangan. Mata pencaharian masyarakat lokal berubah. Perubahan mata pencaharian dari masyarakat lokal, dikarenakan tuntutan ekonomi. Perubahan kehidupan sosial yang dibawa masuk oleh pendatang dan berkurangnya lahan sumber mata pencaharian masyarakat. Kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah. Adanya pencampuran kehidupan antara pendatang dan masyarakat lokal, dimana pendatang yang tinggal dan menetap di tengah-tengah kehidupan masyarakat lokal. Dengan sendirinya membawa pengaruh terhadap pola hidup dan budaya yang dibawa pendatang. Keadaan ini dapat menjadi baik dan juga merupakan ancaman dalam pola kehidupan masyarakat lokal. Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang). Penebangan hutan dan pencemaran yang terjadi akibat beradanya suatu pertambangan nikel yang dekat lokasi pemukiman penduduk. Menyebabkan terjadinya pencemaran. Tanah tidak dapat diola untuk penanaman dalam jangka panjang. Pengelolaan tanah, atau mengembalikan sedimentasi tanah agar dapat di tanamai memakan waktu yang cukup lama dan panjang. Karena tanah yang dikeruk untuk tambang nikel, unsur hara dan lapisan tanah lainnya yang bermanfaat untuk tanaman, ikut terangkut dalam proses penambangan. Matriks SWOT
Setelah melakukan pengamatan terhadap lingkungan internal dan mengidentifikasi faktor-faktor strategi dalam mengevaluasi pemanfaatan untuk pengembangan perusahaan pertambangan nikel di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur, untuk langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT yang terdiri atas matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Kedua matriks tersebut perlu dibuat untuk selanjutnya disusun strategi SWOT A. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai fungsional dari suatu wilayah. Matriks IFE juga dikenal dengan istilah IFAS (Internal Factor Analysis Summary). Matriks IFE dari penelitian ini disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 Matriks IFE Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Masyarakat Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. No 1 2 3 4
Faktor Strategi Internal Kekuatan Meningkatkan penerimaan bagi daerah Kabupaten Halmahera Timur. Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel Mempunyai ijin penambangan dari pemerintah Mendapat lahan penambangan yang strategis
Bobot 0,13 0,13 0,09 0,11
Rating 3,29 3,19 3,19 3,19
Skor Terbobot 0,43 0,41 0,29 0,35
51
5 1 2 3 4 5 6
Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel Kelemahan Lahan pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk penambangan nikel Akibat penambangan terjadi polusi udara (debu) Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sedementasi pada tanah Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal Total
0,06
319
0,19
0,11
2,62
0,29
0,09 0,06 0,04 0,02 0,16 100
2,43 2,43 2,71 3,05 4,19
0,22 0,15 0,11 0,06 0,67 3,17
Sumber : Data Primer diolah 2012
Berdasarkan matriks tersebut diperoleh total skor 3.17. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan masuknya perusahaan pertambangan di kawasan Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur sangat diharapkan dengan elemen kekuatan tertinggi 0.43 (penerimaan pendapatan bagi daerah Halmahera Timur), tetapi kelemahan yang cukup besar juga dihadapi, dengan elemen tertinggi sebesar 0.67 (mengubah prilaku sosial masyarakat lokal), apabila tidak diatasi secara baik dan benar, maka akan menimbulkan konflik antara masyarakat lokal dengan perusahan juga pemerintah sebagai penentu kebijakan masuknya pertambangan nikel. B. Matriks EFE (External Factor Evaluation) Matriks EFE merupakan alat untuk mengukur seberapa baik menejemen (rating) menanggapi faktor tertentu dalam hal tingkat pentingnya bobot faktor tersebut bagi mutu wilayah, sehingga dengan demikian matriks ini membantu mengorganisir faktor-faktor strategi eksternal kedalam kategori peluang dan ancaman. Matriks EFE dikenal juga dengan nama istilah EFAS (External Faktor Analysis Summary). Matriks EFE dari penelitian ini disajikan pada Tabel 28. Tabel 28 Matriks EFE Dampak Pertambangan Nikel Terhadap Masyarakat Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Faktor Strategi Eksternal No 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6
Peluang Meningkatkan devisa negara, masuknya perusahaan tambang nikel di Kabupaten Halmahera Timur Mengurangi angka pengangguran dengan adanya perusahaan tambang nikel Berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan tambang nikel Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada perusahaan tambang nikel Hubungan sosial dengan masyarakat pendatang dan lokal menjadi terbuka bebas Ancaman Kerusakan lingkungan yang berpengaruh terhdap masyarakat yang berada di luar Kabupaten Halmahera Timur Lahan pertanian menjadi terbatas karena pengalihan lahan (penebangan hutan),yang dapat mengakibatkan bencana alam Mata pencaharian masyarakat lokal berubah Kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah (hilangnya budaya lokal) Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang) Tanah tidak dapat diolah untuk penanaman dalam jangka panjang. Total
Sumber : Data Primer diolah 2012
Bobot
Rating
0.08
4.19
Skor Terbobot 0.34
0.05
2.29
0.11
0.08
3.33
0.27
0.08
3.90
0.31
0.03
3.90
0.12
0.13
1.24
0.16
0.13
1.24
0.16
0.13 0.12
1.24 4.48
0.16 0.54
0.12 0.05 1.00
1.90 1.90
0.23 0.10 2.50
52
Berdasarkan matriks EFE tersebut diperoleh total skor sebesar 2.50. Nilai ini menunjukkan bahwa strategi yang dijalankan pemerintah dan perusahaan dalam pembukaan pertambangan nikel belum cukup efektif untuk meminimalisir atau menghindari pengaruh ancaman yang menghadang, dimana dengan elemen ancaman tertinggi 0.54 (kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah), berubahnya kehidupan status sosial, budaya masyarakat menunjukkan masyarakat mulai berpikir maju dan berubah pola kehidupan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Elemen peluang tertinggi 0.34 (meningkat pendapatan daerah, masuknya tambang nikel), adanya peningkatan daerah menjawab kebutuhan masyarakat menyediakan sarana prasarana dan fasilitas yang memadai dan lebih baik dari sebelumnya untuk kesejahteraan masyarakat. Matriks Strategi SWOT Strategi berdiri atau masuknya suatu perusahaan pertambangan nikel, data atau informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik strategi silang keempat dari faktor SWOT. Alternatif strategi dalam memanfaatkan ruang untuk mengembangkan perusahaan pertambangan nikel di kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur, dirangkumkan dalam matriks SWOT, matriks alternatif strtegi hasil penelitian disajikan dalam Tabel 29. Tabel 29 Strategi Pertambangan Nikel Yang Ramah Lingkungan Di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur
Internal
Eksternal
PELUANG (O) 1. Meningkatkan pendapatan Daerah, masuknya perusahaan tambang nikel. 2. Menguranggi angka pengangguran dengan adanya perusahaan tambang nikel. 3. Berkembangnya usaha jasa baru, setelah adanya perusahaan tambang nekel. 4. Meningkatkan pendapatan usaha dibidang jasa, setelah ada perusahaan tambang nikel. 5. Hubungan sosial dengan mayarakat pendatang, dan lokal menjadi terbuka bebas.
KEKUATAN (S) 1. Meningkatkan Penerimaan devisa bagi Daerah Kabupaten Halmahera Timur. 2. Penduduk lokal dapat bekerja sebagai tenaga kerja di pertambangan nikel. 3. Mempunyai ijin penambangan dari pemerintah. 4. Mendapatkan lahan penambangan nikel yang strategis. 5. Potensi sumberdaya alam dan mineral yang tersedia untuk tambang nikel
1.
2.
3.
STRATEGI S - O Memanfaatkan jasa lokal yang tersedia di lingkungan pertambangan. Memberikan kontribusi, dan perbaikan prasarana disekitar lokasi pertambangan. Membantu/ikut serta dalam kegiatan kegiatan pertambangan
KELEMAHAN (W) 1. Lahan Pertanian masyarakat lokal berkurang, terpakai untuk pertambangn nikel. 2. Akibat penambangn terjadi polusi udara (debu) 3. Penambangan nikel menyebabkan erosi dan sidementasi pada tanah. 4. Terjadi pengurangan sejumlah spesies tumbuhan maupun hewan. 5. Bekas penambangan nikel, susah untuk dapat dihijaukan kembali. 6. Mengubah perilaku sosial masyarakat lokal. STRATEGI W - O 1. Membantu masyarakat pertanian/nelayan dalam bentuk prasarana yang memadai. 2. Menyediakan bibit untuk penghijauan kembali di lokasi bekas penambangan 3. Membentuk jasa pelatihan ketrampilan untuk masyarakat untuk mengembangkan usaha dengan memanfaatkan sumberdaya lokal berupa budaya dan potensi yang ada di daerah lokasi pertambangan.
53
ANCAMAN (T) 1. Kerusakan lingkungan. 2. Lahan pertanian menjadi terbatas karena pengalihan lahan (penebangan hutan) 3. Mata pencaharian masyarakat lokal berubah. 4. Kehidupan sosial, budaya masyarakat berubah. 5. Masyarakat kekurangan air bersih, (dalam jangka panjang). 6. Tanah tidak dapat diolah untuk penanaman dalam jangka panjang.
STRATEGI S - T 1. Memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat pada lokasi tambang berada. 2. Membina kerjasama/hubungan dengan masyarakat dalam menjaga lingkungan. 3. Membantu masyarakat dalam meningkatkan pencarian lokal.
STRATEGI W - T 1. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat lokal. 2. Melibatkan sepenuhnya kepada masyarakat dalam melestarikan sumberdaya alam. 3. Berinteraksi dalam membangun hubungan sosial, antara perusahan tambang dan masyarakat di lokasi tambang.
Sumber : Data Hasi Analisis Foniike Samad 2012
Matriks SWOT pembukaan perusahaan pertambangan tersebut diatas, dapat diformulasikan dalam 4 tipe strategi yang dapat ditempuh yaitu strategi S2 – O1, yaitu memanfaatkan jasa lokal, perbaikan sarana prasarana dan ikut serta dalam pengelolaan pertambangan nikel. a) Strategi W2 – O2, yaitu Membantu masyarakat pertanian dalam meningkatkan hasil pertanian, dimana sebagian besar masyarakat lokal adalah petani. Membuka jasa pelatihan dalam membantu masyarakat dalam meningkatkan ketrampilan yang dimilki oleh masyarakat, agar dapat menambah penghasilan, dan mengurangi pengangguran (disebabkan tidak adanya keahlian/ketrampilan). b) S3 – T2 Membina hubungan baik antar masyarakat yang berada disekitar perusahaan pertambangan nikel, mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan pelesatraian lingkungan di sekitar lokasi pertambangan dan memanfaatkan/ meningkatkan jasa yang lokal yang disediakan masyarakat yang berada dilokasi perusahaan pertambangan. c) W1 – T1 yaitu memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat lokal dalam perusahaan pertambangan nikel, dan ikut serta dalam kehidupan sosial atau berinteraksi dalam kehidupan masyarakat lokal dalam kehidupan sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat. Matriks Internal - Eksternal (IE) Matriks internal eksternal ini dikembangkan dan digunakan meliputi parameter internal pemerintah dan perusahaan yang akan berkembang di suatu wilayah, serta eksternal yang dihadapi oleh pemerintah dan perusahaan tersebut. Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal pemerintah dan peruhaan pertambangan nikel dan pengaruh eksternal yang dihadapi oleh pemerintah dan perusahaan tersebut. Matriks IE ini bermanfaat untuk memposisikan suatu perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dari 9 (sembilan) sel. Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu (a) dimensi X, menunjukkan total skor dari matriks IFE, dan (b) dimensi Y, menunjukkan total skor dari matriks EFE. Menurut David (2002), pada sumbu X dan matriks IFE menggambarkan 3 (tiga) standar skor, yaitu : a) Skor 1.0 - 1.99 menyatakan bahwa posisi internal suatu organisasi tersebut adalah lemah.
54
b) Skor 2.0 - 2.99 menyatakan bahwa posisi organisasi tersebut adalah rata-rata dan c) Skor 3.0 - 4.0 menunjukkan posisi organisasi tersebut adalah kuat. Dengan metode yang sama, pada sumbu Y yang dipakai untuk matrik EFE, untuk 3 (tiga) standar skor yaitu : a) Skor 1.0 - 1.99 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah rendah b) Skor 2.0 - 2.99 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah sedang dan c) Skor 3.0 - 4.0 menunjukkan posisi eksternal organisasi adalah tinggi. selanjutnya adalah matriks IE memiliki 3 (tiga) implikasi strategi yang berbeda satu dengan yang lainnya yaitu : 1) Sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Tumbuh dan Membangun (Grow and Build). Strategi-strategi yang cocok dibangun adalah strategi intensif (Market Penetration, Market Development, dan Product Development) atau Strategi Terintegrasi (Backward Integration, Forward Integration dan Horizontal Integration). 2) Sel III, V, dan VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Pertahanan dan Pemeliharaan (Hold and Maintain). Strategi-strategi yang umum dipakai, yaitu strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration) dan Pengembangan Produk (Product Development). 3) Sel VI, VIII, atai IX dapat menggunakan strategi Panen atau Devesture (Harvest or Devesture). Teori dan pengertian diatas, maka disusunlah sebuah matriks IE dari dampak pertambangan nikel terhadap masyarakat di Kecamatan Wasile, yang disajikan dalam gambar 17. SKOR TOTAL IFE Kuat
Rata-rata
4.0
3.0
Lema 2.0
1.0
3.17 4.0
I
II
III
Grow and Buil
Grow and Build
Hold and Maintain
IV
V
VI
Grow and Build
Hold and Maintain
Harvets and Divestiture
VII
VIII
IX
Hold and Maintain
Harvets and Divestiture
Harvets and Divestiture
SKOR TOTAL EFE
Tinggi
3.0 Rata-rata 2.50 2.0
Rendah 1.0
Gambar 17 Matriks IE Dampak Perambangan Nikel Terhadap Masyarakat di Kecamatan Wasile.
55
Analisis matriks IE pada gambar 17 dapat dilihat bahwa skor matriks IFE sebesar 3.17 (menunjukkan posisi internal perusahaan adalah kuat) dan skor matriks EFE sebesar 2.50 (menunjukkan posisi eksternal perusahaan adalah sedang, sehingga secara keseluruhan dapat ditunjukkan bahwa dengan berdirinya perusahaan pertambangan nikel tidak akan terjadi hal-hal yang merugikan pihak masyarakat yang berada disekitar perusahaan pertambangan nikel tersebut, dan perusahan pertambangan nikel layak dibangun/dibuka pada wilayah yang telah ditentukan oleh pemerintah yang memberikan ijin berdirinya perusahaan pertambangan nikel. Hasil matriks IE merumuskan beberapa hal penting sebagai strategi yang dapat dipakai pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan. Pertambangan nikel yang berada dikawasan Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur memberikan sumbangan ekonomi terhadap daerah yang signifikan yaitu : a) Pendapatan Daerah, b) Perluasan Kesempatan Kerja, c) Pengurangan pengangguran di daerah. Namun secara sosial dan ekologi dampaknya tidak menguntungkan terhadap masyarakat. Sehingga rumusan kebijakan yang diusulkan adalah : a) Tidak ada penerbitan ijin baru b) Dengan posisi Hold and Maintain dari analisis SWOT, artinya perusahaan pertambangan nikel yang sudah ada dapat tetap diteruskan operasinya, namun dampak terhadap sosial dan ekologi harus diperhatikan. Kebijakan yang dapat diambil untuk mencapai suatu strategi yang baik yang diajukan dalam riset ini adalah memperbesar skema-skema CSR (Corporate Social Responsibility) untuk memperbaiki dampak buruk operasi perusahaan tambang nikel dibidang sosial dan ekologi. Analisis ini juga menunjukkan bahwa dengan berdirinya perusahaan pertambangan nikel dapat membawa dampak positif terhadap kehidupan masyarakat yang berada disekitar perusahaan pertambangan tersebut. Strategi yang dapat dipakai untuk mengembangkan perusahaan pertambangan nikel dengan melibatkan masyarakat dalam perusahaan pertambangan tersebut, akan dapat mengurangi keburukan yang terjadi, dan pemahan yang negatif terhadap pertambangan nikel akan berkurang. Dengan adanya strategi ini juga dapat membantu masyarakat untuk menjadi lebih baik lagi, dari sebelum adanya pertambangan nikel, dengan demikan dapat menjawab tuntutan masyarakat terhadap pemerintah, dan masyarakat dapat hidup baik dan berkembang sesuai dengan kehidupan yang normal tanpa meninggalkan nilai-nilai moral budaya lokal yang dimiliki masyarakat tersebut. Analisis strategi ini juga dapat membawa masyarakat dalam kehidupan ekonomi yang baik dan ekologi sebagai faktor penentuan dalam menjalani suatu kehidupan dapat terjaga dan terawasi oleh semua pihak dengan baik. Peran Stakeholder dalam Penanganan Kerusakan Lingkungan, Pertambangan Nikel Pelaksanan strategi pengelolaan yang diperoleh dapat diaplikasikan sesuai tujuan pendukung stakeholder harus ikut berperan dalam penerapan strategi.
56
Berikut dalam Tabel 30 dapat dilihat cara kerja stakeholder dalam pengambilan keputusan Tabel 30 Peran Stakeholder Dalam Strategi Masuk, dan Eksplorasi Tambang Nikel Stakeholder 1. Permerintah Daerah Kabupaten Halmahera Timur (Bupati Halmahera Timur) 2. Dinas Pertambangan dan Mineral Kabupaten Halmahera Timur
3. Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur
4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Hamahera Timur 5. P.T. Aneka Tambang Kabupaten Halmahera Timur 6. P.T. Ara ( Tambang di Batu Raja) 7. Pemerintah Kecamatan (Camat) 8. Pemerintah Desa ( Kepala Desa) Desa Batu Raja 9. Pemerintah Desa (Kepala Desa) Desa Subaim 10. Tenaga Kerja Dalam Tambang
Peran Stakeholder Dalam strategi masuknya pertambangan. Pemberi ijin masuknya tambang Pemberi kebijakan dalam penataan pemerintahan Pembuatan ijin masuknya tambang Sebagai kontroling dalam pertambangan yang ada dalam garis wilayah yang diberikan ijin Pembuat laporan dalam penghasilan produksi tambang kabupaten Pengawasan areal pertanian Penyalur bantuan tanaman pangan untuk petani Penyulur pupuk dan obat-obatan untuk tanaman pertanian dan hortikultura Data PDRB daerah Perusahan swasta yang berperan dalam pembuat kebijan anak perusahaan yang berda pada ANTAM. Tambang yang beroperasi di wilayah Desa Batu Raja Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah dan kecamatan Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah Daerah dan Kecamatan Tenaga kerja yang berperan dalam berjalannya tambang.
Sumber: Data Hasil Analisis 2012
Stakeholder yang telah diidentifikasi berasal dari instansi pemerintah Kabupaten Halmahera Timur dan instansi non pemerintah, dalam hal ini perusahaan pertambangan yang mempunyai kepentingan di dalamnya, dan memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat. 1. Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur, merupakan pemangku kebijakan dan pembuat keputusan dalam penataan wilayah yang diberikan tanggungjawab selaku penguasa wilayah tersebut. 2. Dinas Pertambangan dan Mineral Kabupaten Halmahera Timur, dalam pengelolaan pertambangan nikel mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis serta melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang pertambangan dan energi meliputi geologi dan sumberdaya mineral, pertambangan umum dan energi serta melaksanakan ketatausahaan dinas. Dinas pertambangan dan mineral memiliki aspek kepentingan dalam hal pertambangan dan konversi. Manfaat yang diperoleh adalah dari sektor ekonomi dan sosial dengan menyediakan sumberdaya berupa manusia, dana fasilitas dan informasi. Meskipun dinas pertambangan dan mineral melakukan pertambangan, mereka tetap memperhatikan aspek konservasi dalam setiap kegiatannya. 3. Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur, memiliki aspek kepentingan dalam sektor pertanian dalam meningkatkan hasil produksi pertanian, walau adanya pertambangan. Meningkatkatkan kualitas maupun kuantitas dari pertanian, dan sebagai pelaksana kegiatan tekniks yang mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan dalam mengatur kehidupan masyarakat pertanian, dalam kehidupan sosial dan ekonomi petani, serta ketatausahaan dinas.
57
4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Timur, dalam melaksanakan tugas dalam keterkaitannya dengan pertambangan nikel yang berada di Kabupaten Halmahera Timur, sebagai tugas pokok melaksanakan, memberikan data dalam penentuan kebijakan pemerintah untuk membatasi dan memberikan wilayah untuk pertambangan, data keberadaan masyarakat dan pendidikan serta mata pencaharian. Badan Pusat Statistik merupakan badan yang memperjalas secara angka keberadaan status sosial dan ekonomi masyarakat keseluruhan dari baik buruknya suatu perusahaan pertambangan yang berada di daerah operasi pertambangan. 5. PT. Aneka Tambang Kabupaten Halmahera Timur, merupakan perusahaan non permerintah yang merupakan perusahan pertambangan yang tugas pokoknya mengontrol dan membuat kebijakan keputusan perusahaan yang berhubungan dengan pertambangan dan energi. PT. Aneka Tambang, dalam hal ini sebagai perusahan yang membantu pemerintah dalam mengontrol dan pengaturan dalam sistem perusahaan pertambangan yang masuk di daerah untuk melakukan penambangan. 6. PT. ARA sebagai perusahan pertambangan nikel yang berada di lokas pemukiman penduduk, dalam hal ini sebagai perushaan pertambangan yang memilki ijin penambangan, dengan menjalankan tugas pokok sebagai perusahaan, sebagai perusahaan pertambangan yang berhubungan dengan sosial, ekonomi dan ekologi yang berada di wilayah pertambangan, harus melakasanakan tanggungjawabnya untuk dapat menjalankan perekonomian masyarakat yang berada disekitar pertambangan dengan baik, dan menjaga kelestarian ekologi yang berada di lokasi penambangan. PT ARA dalam hal ini sebagai pusahaan pertambangan selain menjalankan tugas pokok sebagai suatu perusahaan, perusahaan ARA juga harus siap membayar ketidak nyamanan yang apabila terjadi di masyarakat lokasi penambangan. 7. Pemerintah kecamatan, dalam hal ini Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur dalam hubungannya dengan pertambangan nikel yang berada pada wilayah kepemimpinan, selain menjalankan tugas pokok sebagai pemangku pemberi kebijakan di tingkat kecamatan. Pemerintah kecamatan dalam perannya terhadap berdiri dan operasinya suatu tambang nikel, aspek kepentingan yang harus diberikan diperoleh dari pertambangan adalah aspek ekonomi, pendidikan sebagai manfaat dengan adanya pertambangan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan fasilitas pendidikan untuk memenuhi standar pendidikan yang baik. 8. Pemerintah desa, dalam hal ini berada di Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur, yang mempunyai tugas pokok pemberi kebijakan dalam garis wilayah kekuasaan yang diberikan tanggungjawab oleh pemerintah daerah. Pemerintah desa dalam perannya terhadap pertambangan nikel, tidak jauh bedanya dengan pemerintah kecamatan. 9. Tenaga kerja tambang, dalam hal ini selaku pekerja yang berasal dari Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur. Peran tenaga kerja dalam perusahaan pertambangan nikel,sebagai pelaksana tugas pokok sebagai pekerja.
58
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa point, seperti berikut ini : 1. Peran pertambangan nikel sebagai perusahaan yang berada di wilayah/lokasi Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur, belum membawa suatu perubahan yang baik, masalah pengangguran lokal belum dapat diatasi. Masyarakat lokal yang bekerja pada pertambangan hanya 37.12 persen dan 62.87 persen adalah pendatang, sedangkan kontribusi dari sektor pertambangan terus meningkat dalam pemberian kontribusi terhadap pendapatan daerah Kabupaten Halmahera Timur. 2. Perubahan sosial, ekonomi, dan ekologi yang terjadi di Desa Batu Raja dan Subaim dengan adanya penambangan nikel cukup bervariasi, dimana dampak secara sosial adalah sebagai berikut: (a) sarana dan prasarana yang dijanjikan perusahaan pertambangan nikel tidak dipenuhi, (b) keadaan rumah penduduk masih terbuat dari papan dan tidak layak untuk dihuni, (c) hubungan kerja antara masyarakat dan kecamatan tidak berjalan harmonis karena adanya perbedaan/kesenjangan status sosial, (d) sumberdaya alam yang biasa dikelola langsung oleh masyarakat menjadi terbatas, (e) kegiatan dalam bentuk program sosial di kecamatan dan dilaksanakan oleh setiap desa di kecamatan tidak lagi dilakukan, (f) kegiatan gotong royong pun sudah mulai terabaikan, dan (g) konflik masyarakat dengan desa maupun kecamatan mulai terjadi berupa keributan-keributan yang disebabkan oleh tidak puas atas kenyamanan yang mereka alami. Dampak ekonomi yang penting adalah: (a) peluang kesempatan kerja sebagai penduduk lokal di perusahaan pertambangan nikel, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan, (b) peluang penjualan jasa yang diharapkan dapat membawa hasil yang lebih baik ternyata juga tidak dapat diharapkan, (c) pendapatan petani menurun disebabkan rendahnya hasil produksi disebabkan lahan olahan tidak dapat dipakai secara maksimal, (d) ifrastuktur berupa jalan dan jembatan sebagai fasilitas yang disediakan pemerintah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan nikel. Secara ekologi, dampak pertambangan nikel adalah sebagai berikut: (a) pemakaian hutan untuk tambang meluas, disebabkan karena perluasan areal pertambangan, (b) sumber air bersih mulai dirasakan masyarakat berkurang, (c) kesehatan masyarakat tergganggu, (d) udara sekitar lokasi pemukiman mulai terasa tidak lagi segar, (e) kebisingan yang disebabkan mobilisasi alat-alat berat saat produsi tambang berlangsung, (f) porositas tanah menurun sehingga tanaman sulit untuk dikembangkan. 3. Hasil SWOT, dengan angka skor untuk IFE (Internal Factor Evaluation) sebesar 3,17 dan pada EFE (External Factor Evaluation) sebesar 2,50. Dimana hasil dari angka ini terletak pada tingkat Grow and Buid dan Houl and Maintain, yang menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur lemah dalam strategi terhadap dampak negatif dari masuknya pertambangan nikel, sehingga terlihat lambat dalam penanganan masalah sosial dan ekologi yang terjadi pada masyarakat yang berada di sekitar lokasi penambangan nikel, dan sulit untuk menciptakan pertambangan nikel yang ramah lingkungan di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halamahera Timur.
59
Saran Dari uraian hasil dan pembahasan penelitian ini dapat diberikan saran yaitu: 1. Pertanian sebagai potensi lokal harus kembali digalakkan dan dikembangkan dan ditingkatkan, yaitu menanam di lahan-lahan pasca penambangan. 2. Sebaiknya tidak ada penerbitan ijin baru untuk pertambangan, sebelum penanganan masalah sosial dan ekologi yang terjadi pada masyarakat, dalam penganan masalah sosial pihak perusahaan diharapkan memberikan perhatian yang lebih terhadap penduduk lokal (asli) daerah untuk bekerja di dalam perusahaan. Sedangkan untuk masalah ekologi, yaitu mengatasi polusi dan reklamasi areal pertambangan. 3. Penelitian ini diharapkan pemerintah daerah lebih memperhatikan dan menata kembali kehidupan masyarakat dari kondisi sosial dan ekologi yang berada di sekitar wilayah/lokasi penambangan nikel.
60
DAFTAR PUSTAKA Anwar, A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan : Tinjauan Kritis. P4W press. Bogor. Anonim. 1990. laporan Utama Vol.3 : Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) Unit Penambangan dan Unit Peleburan Timah Pulau Bangka. Kerja sama dengan PPLH IPB. Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. ______1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Anhar, Hasyim, at al. 2003. Penelitian Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Perusahaan NHM. Kao Maluku Utara. Barry, C. F. 1997. Environmental Economics. An Itroducion. The MacGraw Hill Companies. New York. Barton. 1993. Canadian Law of Mining. Canadian Institute of Resources Law. Calgary. 522h. Beller, W. 1990. How to Sustain a Small Island. dalam Beller, et al. Sustainable development and environmental management of small islands. Man and the Biosphe Series, Vol.5 UNESCO and The Parthenon Publishing Group. Paris. Hal : 15 – 22. Boegel, H. 1976. Mineral and Gemstones. Thomas and Hudson. Singapore. BPS Indonesia. Produk Domestic Regional Bruto tingkat Provinsi Tahun 20062009. Penerbit Badan Pusat Statistik Indonesia. BPS. 2010 Maluku Utara Dalam Angka. BPS. 2009 Halmahera Timur Dalam Angka. Budi Yusuf. 2008. Tesis judul, Kebijakan Reklamasi Pasca Penambangan Nikel Pada Lahan Konsesi PT. Aneka Tambang, Bisnis Penambangan Nikel Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur. Cicin, S. B dan R. B Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean Management. Islands Press. Washington DC. Dahuri, R. 2002. Paradigma baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Darijanto, T. 1999. Pengaruh Morfologi Terhadap Pembentukan dan Penyebaran Endapan Nikel Laterik Gebe. Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu Kebumian dan Tekhnologi Mineral ITB. Bandung. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2003. Beberapa Ungkapan Sejarah Penataa Ruang Indonesia 1948 – 2000. Citra Kreasi. Jakarta. Direktorat Pengembangan Wilayah dan Transmigrasi. 2003. Penyusunan Strategic Development Regions (SDR). Jakarta. David, F.R. 2002. Manajemen, Konsep, edisi Bahasa Indonesia, Jakarta : Persosn Education Asia Pte.Ltd dan Pren halindo. Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 2004. Gafar Hidayat A. 1987. Tesis judul Industri Perkayuan Daerah Trans Samarida Balikpapan Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya. Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang. Jakarta: LPFEUI.
61
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta. Hadi, Agus Purbathin. 2004. Persepsi Komunitas Setempat Terhadap Perusahaan Pertambangan di Kawasan Batu Hijau Kabupaten Sumbawa. Skripsi. Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Harianto. 2007. Peranan Pertanian Dalam Ekonomi Pedesaan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari alternatif arah pembangunan ekonomi rakyat, 4 Desember 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Haviland, A.W. 1993. Antropologi. Penerbit Airlangga Jakarta. Kartasasmita, G. 1997. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. http://www.ginandjar.com. [27 Nopember 2009. Katili, J. A. 1998. Sumberdaya Alam dan Perusahaan Global. PPTM Bandung. Keputusan Menteri Pertambangan dan energi No. 1211 k Tahun 1995, Tentang Pencegahan dan Penaggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan Pada kegiatan Usaha pertambangan Umum. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 336 k Tahun 1996, Tentang Jaminan Reklamasi. Mangkusubroto, K. 1995. Mining Investment Policy In Indonesia. Current Issues and Future Outlook. Indonesia Mining journal, hal. 60, Vol. 1, 3 Oktober 1995. Marimin. 2010. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan, Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia. Naiola 1996. Pendekatan Biologi untuk Reklamasi Hutan Terdegradasi. Kasus Penambangan Emas di Bojong Pari Japang Sukabumi, Puslitbang Biologi LIPI. Ness, R. B. 1999. Proyek Batu Hijau. Pembangunan Daerah Masyarakat Bagian yang Tidak Terpisahkan dari Pembangunan Proyek. Makalah Seminar Pembangunan Propinsi Nusa Tenggara Barat. 4 Pebruari 1999. Ngadiyono, A. J. 1984. Kelembagaan dan Masyarakat. PT. Bina Aksara Jakarta. Purwadhi, S. H. 2002. Kerusakan Lingungan pada Pertambangan PT Free Port Indonesia. Pasaribu. 2010. Tesis judul. Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Batang Toru Kab upaten Tapanuli Selatan. Peraturan Pemerintah (PP) No. 55 Tahun 2010, Tentang Pembinaan dan Penggunaan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan. Permen ESDM No. 28 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara. Saaty, T.L. 1980. The Analytical Hierarchy Process. Planning, Priority Setting, Resource Allocation. McGraw-Hill, Inc. USA. Saeful Hakim, dkk. 2006. Studi Penyusunan Wilayah Pengembangan Strategis (Strategic Development Regions). IPB dan Bapenas. Bogor. Salim. E. 1989. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Mutiara Jakarta. Sitorus. 1998. Sosiologi Umum. Dokis Bogor. Siregar. 2007. Tesis dengan judul Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
62
Soekanto dan Soleman. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali. Jakarta. Suhala dan Supriatna. 1995. Teknologi Pertambangan di Indonesia. Pus. Pen. Dan Pengembangan. Tek. Mineral, Bandung. Sujana, L. B. 1996. Peranan Pertambangan Dalam Pembangunan Nasional. PERHAPI (Perhimpunan Pemerhati Penambangan di Indonesia) V. Jakarta. Sukandarrumidi. 1998. Bahan galian Industri. Gajah Mada University Press. Steel, Robert H. Dan James H. Torrie, 1998. Statistik Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Suharto, Edi, 2006. Pembangunan Kesejahteraan Sosial dalam Pusaran Desentralisasi dan Good Governance, Makalah yang disampaikan pada Semiloka Kompetensi Sumberdaya Manusia Kesejahteraan Sosial di Era Desentralisasi. Tomagola, A. 2000. Konflik Horinsotal di Maluku Utara. Diskusi di Aula Babbullah Ternate, 2000. Turner, J. H. 1998. The Structure of Sociological Theory. Wadsworth Publishing Company. Sixth Edtion. Undang-Undang Nomor 04. Tahun 2010, Pertambangan Mineral dan Batubara. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan dan Batubara. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Tentang SDA dan Pengelolaan lingkungan hidup. Undang-Undang No 41 Tahun 1999, Tentang Kehutanan. Von Bulow. 1993. “Sustainable Mining Development Hampered by Low Mineral Prices” Resources Policy. 19 (3) : 112. Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Wahab ABD. Hasyim. 2007. Tesis . Keberlanjutan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tanpa Tambang Nikel (Studi Kasus di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara. Yusgiantoro. P. 2000. Kebijakan Nasional Pengembangan Sektor Pertambangan Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Pembangunan yang Berkelanjutan. Temu Profesi tahun IX PERHAPI, Jakarta.
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Peta Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2005 – 2015
Lampiran 2. Peta Kuasa Pertambangan Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2005 - 2011
Lampiran 3. Daftar Perusahaan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (Iup) Kabupaten Halmahera Timur Maluku Utara NO
1
2 3 4 5 6 7 8 9
10
11 12 13 14 15
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN TERBIT SK
LUAS WILAYAH (Ha) 11,900 7,241 4.729 Blok A : 308 Blok B : 635 Blok C : 18,07
PT. KEMAKMURAN INTI UTAMA TAMBANG PT. KEMAKMURAN PERTIWI TAMBANG PT. KEMAKMURAN PERTIWI TAMBANG
21 SEPTEMBER 2009 21 SEPTEMBER 2009 21 SEPTEMBER 2009
PT. KEMAKMURAN PERTIWI TAMBANG
29 OKTOBER 2009
PT. KEMAKMURAN PERTIWI TAMBANG
29 OKTOBER 2009
1.000
PT. BUDHI DHARMA INTI TAMBANG PT. BUDHI DHARMA INTI TAMBANG PT. JAYA ABADI SEMESTA PT. PERMATA TUJUH DUA PT. MULIA PACIFIC RESAURCES PT. MULIA PACIFIC RESAURCES PT. COSMOS TATA PERSADA PT. COSMOS INTI MINERAL PT. PRIVEN LESTARI PT. POSITION PT. POSITION PT. MAXIMA UTAMA PT. MAXIMA UTAMA PT. MAXIMA UTAMA PT. MAXIMA UTAMA PT. MAXIMA UTAMA PT. MAXIMA UTAMA PT. RODA NUSANTARA PT. TELUK BULI SENTOSA PT. AMINY BROSINDO ODHAYOS PT. PALEM SAKTI UTAMA PT. ALNGIT RAYA PT. ALNGIT RAYA
21 SEPTEMBER 2009 21 SEPTEMBER 2009 11 JANUARI 2010 18 MEI 2009 10 MARET 2010 10 MARET 2010 12 APRIL 2010 12 APRIL 2010 24 MEI 2010 11 JUNI 2010 10 MARET 2010 21 SEPTEMBER 2009 12 JANUARI 2010 12 JANUARI 2010 12 JANUARI 2010 12 JANUARI 2010 12 JANUARI 2010 18 JUNI 2009 10 MARET 2010 10 MARET 2010 11 MEI 2009 20 APRIL 2009 23 JANUARI 2012
3,452 2,988 5,955 2,407 3,638 599.4 8,321 4.642 4,953 4,047 1,161 562.3 1,404 1,175 912 1,704 1,024 3,121 2,000 4,249 2,232 7.936 198,4
TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI OPERASI PRODUKSI OPERASI PRODUKSI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI EKSPLORASI
KOMODITAS
KECAMATAN
KETERANGAN
NIKEL NIKEL NIKEL
Wasile Selatan Wasile Selatan Wasile Selatan
BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR
NIKEL
Wasile
PASCA TAMBANG
NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL TEMBAGA TEMBAGA NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL EMAS NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL NIKEL
Wasile Selatan Wasile Selatan Wasile Selatan Wasile Maba Tengah Maba Maba Wasile Utara Wasile Utara Kota Maba Kota Maba Wasile Tengah Wasile Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Utara Wasile Wasile Tengah Maba Maba Tengah Wasile Tengah Maba Tengah Kota Maba Kota Maba
EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR BELUM EKSPOR
65 65
66
66
Lanjutan Lampiran 3 LUAS WILAYAH (Ha) 39,040 10.420 394.1
OPERASI PRODUKSI
NIKEL
17
PT. ANEKA TAMBANG Tbk PT. ANEKA TAMBANG Tbk PT. MAKMUR JAYA LESTARI
TAHUN TERBIT SK 27 OKTOBER 2011 20 JUNI 2012 29 OKTOBER 2009
EKSPLORASI OPERASI PRODUKSI
GAMPING NIKEL
18
PT. SAMBAKI TAMBANG SENTOSA
7 DESEMBER 2009
4,480
OPERASI PRODUKSI OPERASI PRODUKSI
NO 16
NAMA PERUSAHAAN
19
PT. ALAM RAYA ABADI
29 OKTOBER 2009
924
20
PT. INDO BUMI NIKEL
7 DESEMBER 2009
2,117
TAHAPAN KEGIATAN
OPERASI PRODUKSI
KOMODITAS
LOKASI
KETERANGAN
Maba dan Kota Maba
EKSPOR
Maba Kota Maba
BELUM EKSPOR EKSPOR
NIKEL
Maba
EKSPOR
NIKEL
Wasile
EKSPOR
NIKEL
Wasile
BELUM EKSPOR
NIKEL
Kota Maba
BELUM EKSPOR
21
PT. BUKIT NIKEL
26 JULI 2010
4.744
OPERASI PRODUKSI
22
PT. ADHITA NIKEL INDONESIA
10 MARET 2011
2,000
OPERASI PRODUKSI
NIKEL
Kota Maba
EKSPOR
PT. HALTIM MINING
18 AGUSTUS 2011
122,7
OPERASI PRODUKSI
NIKEL
Kota Maba
BELUM EKSPOR
4.733
EKSPLORASI
NIKEL
Wasile Utara
BELUM EKSPOR
23
PT. KURUN CERAH CIPTA
27 APRIL 2011
67
Lampiran 4. Proses Pengerukan Tanah Yang Mengandung Nikel, Kondisi Lahan Pasca Eksplorasi Nikel dan Lahan Pertanian Yang Rusak Karena Banjir Akibat Penambangan Nikel.
68
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jailolo pada tanggal 18 Oktober 1972 dari ayah Absalom Samad dan Ibu Martha The Wowor. Penulis merupakan anak ke lima dari enam bersaudara. Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ternate Maluku Utara dan pada tahun yang sama masuk Universitas Pattimura Ambon serta diterima pada Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian, dan menamatkan studi pada tahun 1998. Bekerja sebagai staf pengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Goal Sahu Timur tahun 2006-2010. Staf penyuluh pertanian kontrak daerah dari tahun 2007-2010. Penulis diterima menjadi tenaga pendidik pada Sekolah Tinggi Pertanian Kewirausahaan (STPK) Banau Halmahera Barat melalui seleksi dosen tahun 2009. Pada tahun 2010 didukung oleh Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dan beasiswa BPPS on going, penulis berkesempatan melanjutkan studi Program Magister Pascasarjana pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti program magister, penulis menjadi pengurus Forum Wacana Mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dan pernah menjadi Ketua Pelaksana kegiatan Forum Wacana Pascasarjana IPB bekerjasama dengan Kopi Kapal Api tahun 2012 untuk Penanaman 1000 pohon di Desa Cihideng Hilir Dramaga Bogor.