LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH MAHKAMAH AGUNG TAHUN 2016
i
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Mahkamah Agung Republik Indonesia mempunyai kedudukan dan peran strategis dalam melaksanakan prioritas pertama RPJMN 2015-2019 yaitu reformasi birokrasi dan tatakelola. Untuk itu, seluruh program kerja Mahkamah Agung Republik Indonesia didasarkan pada tujuan, sasaran strategis dan target kinerja yang telah ditetapkan baik pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Kontrak Kinerja Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan Presiden, serta Rencana Strategis (Renstra) Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 2015-2019 secara konsisten, terus menerus dan berkesinambungan. Mahkamah Agung Republik Indonesia telah menetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis yang akan dicapai dalam tahun 2016. Ketujuh sasaran strategis tersebut selanjutnya diukur dengan mengaplikasikan 26 indikator kinerja dan 26 target kinerja. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari tujuh sasaran strategis yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016, terdapat enam Sasaran Strategis yang berhasil dilaksanakan dengan baik (≥100%), yaitu Sasaran Strategis: Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel, Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan, Terwujudnya sistem manajemen informasi yang terintegrasi dan menunjang sistem peradilan yang sederhana, tranparan dan akuntabel, Terwujudnya pelaksanaan pengawasan kinerja aparat peradilan secara optimal baik internal maupun eksternal, Terwujudnya transparansi pengelolaan SDM lembaga peradilan berdasarkan parameter obyektif, sedangkan dua sasaran strategis lainnya belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik (≤100%), yaitu Sasaran Strategis Meningkatnya penyederhanaan proses penanganan perkara melalui pemanfaatan teknologi informasi dan Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga peradilan secara akuntabel, efektif dan efisien. Secara keseluruhan, tingkat pencapaian kinerja Mahkamah Agung RI adalah sebesar 106,6%. Perincian capaian kinerja masing-masing indikator tiap sasaran strategis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
ii
Sasaran Strategis I Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel Target
Realisasi
Capaian (%)
Persentase sisa perkara yang diselesaikan
90%
97,97%
108,85
Persentase perkara yang diselesaikan tepat waktu
85%
81,90%
96,35
Persentase penurunan sisa perkara
15%
40,31%
268,73
90%
99,27%
110,3
2. Kasasi
70%
32,44%
46,34
3. Peninjauan Kembali
60%
71,45%
119,08
50%
2,52%
5,04
75
77,76
103,54
Indikator Kinerja
Presentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum: 1. Banding
Persentase perkara pidana anak yang diselesaikan dengan diversi Indeks responden pencari keadilan yang puas terhadap layanan peradilan
Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis I
107,27
Sasaran Strategis II Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
Persentase penyelesaian minutasi perkara sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
23
14,92
64,86
Persentase salinan putusan yang diterima oleh pengadilan pengaju tepat waktu
20
N.A
N.A
Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi
5
3,84
76,8
Indikator Kinerja
Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis II
70,83
Sasaran Strategis III Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
Persentase perkara prodeo yang diselesaikan
90
100
111,11
Persentase perkara yang diselesaikan diluar gedung pengadilan
93
86,33
92,82
Persentase perkara permohonan (voluntair) identitas hukum
100
100
100
Persentase pencari keadilan golongan tertentu yang mendapat layanan bantuan hukum (Posbakum)
100
100
100
Indikator Kinerja
Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis III
100,98
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
iii
Sasaran Strategis IV Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan Indikator Kinerja Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi)
Target 50%
Realisasi
Capaian
99%
198%
Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis IV
198
Sasaran Strategis V Terwujudnya pelaksanaan pengawasan kinerja aparat peradilan secara optimal baik internal maupun eksternal Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
Persentase pengaduan yang dapat ditindaklanjuti
100
100
100
Persentase pengaduan yang selesai ditindaklanjuti dan dipublikasikan
100
100
100
Indikator Kinerja
Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis V
100
Sasaran Strategis VI Terwujudnya transparansi pengelolaan SDM lembaga peradilan berdasarkan parameter obyektif Indikator Kinerja
Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
Persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter obyektif
90
85,25
94,7
Persentase hakim yang telah memiliki sertifikasi spesialisasi keahlian
90
99,73
110,8
Persentase pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi
50
97,19
194,3
Pedoman persentase SDM yang promosi dan mutasi berdasarkan parameter obyektif
90
98,9
101
Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis VI
125,2
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
iv
Sasaran Strategis VII Meningkatnya Pengelolaan Manajerial Lembaga Peradilan Secara Akuntabel, Efektif dan Efisien Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
75
59,63
79,51
85
98,39
115,75
Ditetapkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang Penerapan Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung
100
50
50
Persentase tercapainya target kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan
90
136,44
151,6
Indikator Kinerja Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pelayanan prima Persentase peningkatan produktifitas kinerja SDM (SKP dan penilaian prestasi kerja)
Rata-rata capaian kinerja pada Sasaran Strategis VII
99,21
Rata-rata capaian kinerja keseluruhan
114,49
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ ii DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………..... vii BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Kedudukan, Wewenang dan Fungsi .................................................. 2
BAB II
PERENCANAAN KINERJA MAHKAMAH AGUNG RI ............................ 6 A. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 ............................................... 6 B. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ............................................................ 9
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016 ….......................................... 12 A. Capaian Kinerja Tahun 2016 ............................................................ 12 B. Realisasi Anggaran ............................................................................ 65
BAB IV
PENUTUP ............................................................................................. 69
LAMPIRAN ............................................................................................................... 70
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
Hal
2.1
Perjanjian Kinerja Mahkamah Agung RI Tahun 2016....................
10
3.1
Pengukuran Kinerja Mahkamah Agung RI Tahun 2016………......
12
3.2
Terwujudnya Proses Peradilan Yang Pasti, Transparan dan Akuntabel……………………………………………………….....
15
3.3
Persentase Sisa Perkara Yang Diselesaikan………..…………......
16
3.4
Data Penyelesaian Sisa Perkara………….…….............................
16
3.5
Persentase Perkara Yang Diselesaikan Tepat Waktu...................
17
3.6
Beban Perkara Tahun 2013 – 2016 …………………………………
17
3.7
Rerata Waktu Menyelesaikan Perkara Pada Mahkamah Agung Tahun 2016………………………………………..............................
18
3.8
Persentase Penurunan Sisa Perkara……………….......................
18
3.9
Data Penurunan Sisa Perkara Periode 2013 – 2016 ….................
19
3.10
Persentase Perkara Yang Tidak Mengajukan Upaya Hukum........
19
3.11
Perbandingan Keadaan Perkara Pengadilan Tingkat Pertama Pada Empat Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia Tahun 2015 – 2016…………………………………………................ 21
3.12
Keadaan Perkara Tiap Lingkungan Pengadilan Tingkat Pertama Tahun 2016……………………………………………………………..
21
3.13
Perbandingan Keadaan Perkara Pengadilan Tingkat Banding Empat Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia Tahun 2015 – 2016……………………............................................ 22
3.14
Keadaan Perkara Seluruh Pengadilan Tingkat Banding Tahun 2016 Dari Masing-Masing Lingkungan Peradilan..……….... 22
3.15
Perbandingan Keadaan Perkara Pada Pengadilan Seluruh Indonesia Tahun 2016………………………………..……... 23
3.16
Perbandingan Perkara Yang diterima Mahkamah Agung Tahun 2015 dan 2016 Berdasarkan Jenis Perkara dan Kewenangannya ……………………………………………………….. 23
3.17
Persentase Perkara Pidana Anak Yang Diselesaikan Dengan Diversi ……………………..…………...............................................
24
3.18
Jumlah Perkara Pidana Anak Tahun 2016……....................... ……
25
3.19
Indeks Responden Pencari Keadilan Yang Puas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
vii
Terhadap Layanan Peradilan ………………………………………… 25 3.20
Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara……… 27
3.21
Persentase Penyelesaian Minutasi Perkara Sesuai Dengan Jangka Waktu Yang Ditentukan………………….……….................. 28
3.22
Rerata Waktu Memutus Perkara pada Mahkamah Agung Tahun 2016………………................................................................. 28
3.23
Rerata Waktu Minutasi pada Mahkamah Agung Tahun 2016.......... 29
3.24
Persentase Salinan Putusan Yang Diterima Oleh Pengadilan Pengaju Tepat Waktu.................................................... 29
3.25
Persentase Perkara Yang Diselesaikan Melalui Mediasi ………..... 30
3.26
Meningkatnya Akses Peradilan bagi Masyarakat Miskin dan Terpinggirkan …………………………………………………………… 32
3.27
Persentase Perkara Prodeo Yang Diselesaikan……………………. 32
3.28
Data Layanan Pembebasan Biaya Perkara di Lingkungan Peradilan Umum, Agama dan TUN Dalam 3 Tahun Terakhir ......................... 34
3.29
Persentase Perkara Yang Diselesaikan Di Luar Gedung Pengadilan ..........................................................
34
3.30
Data Layanan Sidang Isbat Nikah di Luar Negeri Sejak 2014 ……. 36
3.31
Data Layanan Sidang Di Luar Gedung Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan Militer Tahun 2014 – 2016 ……………………………………………………
36
3.32
Persentase Perkara Permohonan (Voluntair) Identitas Hukum …………….…………........................................................... 37
3.33
Persentase Pencari Keadilan Golongan Tertentu Yang Mendapat Layanan Bantuan Hukum (Posbakum) ..........................................
37
3.34
Data Layanan Posbakum Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum Sejak Tahun 2014 ............................................... 38
3.35
Data Layanan Posbakum Pengadilan di Lingkungan Peradilan Agama Sejak Tahun 2014 .............................................. 38
3.36
Data Layanan Posbakum Pengadilan di Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara Sejak Tahun 2014 .......................... 39
3.37
Meningkatnya Kepatuhan Terhadap Putusan Pengadilan.............. 40
3.38
Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi)…….............................................. 40
3.39
Data Putusan Perkara Perdata Yang Telah BHT Dan Yang Mengajukan Eksekusi Tahun 2015 Dan 2016................................. 41
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
viii
3.40
Terwujudnya Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Aparat Peradilan Secara Optimal Baik Internal Maupun Eksternal ............................ 43
3.41
Persentase Pengaduan Yang Dapat Ditindaklanjuti …………......... 43
3.42
Penanganan Pengaduan Masyarakat Tahun 2016……..………….. 44
3.43
Persentase Pengaduan Yang Selesai Ditindaklanjuti Dan Dipublikasikan…………………………………………………...... 46
3.44
Pengelompokkan LHP Hukuman Disiplin Berdasarkan Inspektorat Wilayah ……………………………………. 47
3.45
Hukuman Disiplin Tahun 2016 ………………………………………... 47
3.46
Terwujudnya Transparansi Pengelolaan SDM Lembaga Peradilan Berdasarkan Parameter Objektif .................................................... 49
3.47
Persentase Jabatan Yang Sudah Memenuhi Standar Kompetensi Sesuai Dengan Parameter Obyektif …….………............................ 50
3.48
Jabatan Yang Sudah Dilakukan Fit And Proper Test Tahun 2016.. 50
3.49
Perincian Jabatan dan Formasi pada Seleksi Pimpinan Jabatan Tinggi Tahun 2016…………………………………………................. 51 Persentase Hakim Yang Telah Memiliki Sertifikasi Spesialisasi Keahlian........................................................................................... 52
3.50 3.51
Program Diklat Sertifikasi ………………………………………….....
52
3.52
Persentase Pegawai Yang Telah Mendapatkan Pengembangan Kompetensi………………………………………….
53
3.53
Diklat Non Teknis Yudisial ………………….……………………….... 54
3.54
Persentase SDM Yang Promosi dan Mutasi Berdasarkan Parameter Obyektif …………………………………………..……….
55
3.55
Pengangkatan Pejabat Fungsional Tertentu..............................….
55
3.56
Promosi Mutasi Pegawai Non Teknis ……………………………..... 56
3.57
Promosi/Mutasi Tenaga Teknis Peradilan…………………………..
56
3.58
Rapat Tim Promosi Mutasi dan Rapat Pimpinan …………………..
57
3.59
Mutasi Badilmiltun……….……………………………………………..
57
3.60
Promosi Badilmiltun………………......................………………….... 58
3.61
Meningkatnya Pengelolaan Manajerial Lembaga Peradilan Secara Akuntabel, Efektif dan Efisien………………………….........
59
Persentase Terpenuhinya Kebutuhan Standar Sarana dan Prasarana Yang Mendukung Peningkatan Pelayanan Prima.........
60
3.62 3.63
Gedung Kantor yang Telah Prototipe dan Belum Prototipe Pada 4 Lingkungan Peradilan.……………………………............... 61
3.64
Persentase Peningkatan Produktivitas Kinerja SDM
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
ix
(SKP dan Penilaian Prestasi Kerja)………………………................. 62 3.65
Penilaian Prestasi Kerja PNS Mahkamah Agung RI Tahun 2016.... 62
3.66
Realisasi Ditetapkannya Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Tentang Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung................... 63
3.67
Persentase Tercapai Target Kegiatan Prioritas Yang Mendukung Pelayanan Prima Peradilan............................................................
63
3.68
Laporan Realisasi Penyerapan Anggaran Per Program Tahun 2016…………….…………………………………………......... 66
3.69
Realisasi Penyerapan Anggaran Per Jenis Belanja Tahun 2016..... 67
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kapasitas dan kapabilitas kinerja organisasi merupakan hasil yang diharapkan pada reformasi birokrasi di area akuntabilitas. Untuk itu perlu adanya pengukuran pada tiap sasaran strategis sehingga bisa diperoleh gambaran progres kerja yang mencerminkan kinerja lembaga. Pada tahap akhir dari rangkaian proses kerja adalah pendokumentasian sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban yang kemudian dievaluasi secara komprehensif untuk memberikan umpan balik pada perencanaan kinerja tahun berikutnya. Penyusunan LKjiP Mahkamah Agung mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, dan secara teknis berpedoman pada Peraturan Kementerian PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Peningkatan kinerja instansi pemerintah melalui tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) merupakan faktor penting dalam meningkatkan pelayanan publik. Langkah untuk mewujudkan hal tersebut telah dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang diantaranya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025. Dalam mewujudkan hal tersebut di atas, Mahkamah Agung telah berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas SAKIP untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja lembaga peradilan yang baik dan dipercaya oleh publik. Sasaran yang diinginkan dalam akuntabilitas kinerja adalah menjadikan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya akuntabel dalam melaksanakan aktivitas, responsif, transparan dan dipercaya masyarakat dalam pelaksanaan penegakan hukum, yang artinya akan meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan sehingga meningkatkan kredibilitas serta citra penegakan hukum pada khususnya.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
1
B. Kedudukan, Wewenang dan Fungsi 1. Kedudukan Mahkamah Agung Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara tertinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 Jo Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung mengatur organisasi, administrasi dan keuangan serta membawahi empat lingkungan peradilan: a. Peradilan Umum, dengan kategori: Pidana (Umum, Khusus/Korupsi), Kelautan, Perdata (Umum, Niaga/Khusus/PHI). b. Peradilan Agama. c. Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Pajak. d. Peradilan Militer. 2. Wewenang dan Fungsi Mahkamah Agung a. Wewenang 1) Kewenangan memeriksa dan memutus permohonan kasasi, sengketa tentang kewenangan mengadili dan permohonan peninjauan kembali terhadap putusan yang telah berkekuatan tetap 2) Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang 3) Memberikan pertimbangan terhadap permohonan grasi 4) Memberi keterangan, pertimbangan dan nasihat masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan. b. Fungsi Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan tertinggi di Indonesia mempunyai enam fungsi utama lembaga yaitu: 1) Fungsi Peradilan (Pasal 28 Undang-undang No. 14 Tahun 1985) : a) Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina kepastian dalam penerapan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
2
hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali untuk menjaga agar semua hukum dan undang-undang di seluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar. b) Memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir : ➢ Sengketa tentang kewenangan mengadili (Pasal 33 UndangUndang No. 14 Tahun 1985). ➢ Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 34 Undang-Undang No. 3 Tahun 2009). ➢ Sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2009). c) Hak uji materiil, yaitu wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan
perundang-undangan
di
bawah
Undang-Undang
tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31A No. 3 Tahun 2009). 2) Fungsi Pengawasan (Undang-undang No. 14 Tahun 1985) Pengawasan
tertinggi
terhadap
jalannya
peradilan
di
semua
lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan dalam memeriksa dan memutus perkara. 3) Fungsi Mengatur (Pasal 79 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985) Menerbitkan SEMA atau PERMA untuk mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
3
tentang
Mahkamah
Agung
sebagai
pelengkap
untuk
mengisi
kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur undang-undang. 4) Fungsi Nasihat Mahkamah Agung dapat memberi nasihat-nasihat atau pertimbanganpertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009). Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan di semua lingkungan peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman (Pasal 38 Undang-Undang No. 3 Tahun 2009). 5) Fungsi Administratif (Pasal 5 dan Pasal 9 Undang-Undang No. 49 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 Peradilan Umum). Mahkamah Agung mengusulkan kenaikan kelas pengadilan dan pembentukan pengadilan baru. Badan-badan
Peradilan
(Peradilan
Umum,
Peradilan
Agama,
Peradilan Militer dan peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 secara organisatoris, administratif dan finansial saat ini dialihkan di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Mahkamah Agung dan Jajaran Peradilan di bawahnya (Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
4
6) Fungsi Lain-lain Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 serta Pasal 39 Undang-Undang No. 3 Tahun 2009, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan undangundang.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
5
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 Rencana kinerja Mahkamah Agung menjadi landasan dan titik awal dari rangkaian kegiatan kerja yang tidak terlepas dari semangat visi Mahkamah Agung yaitu ”Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia Yang Agung”. Untuk mencapai visi tersebut Mahkamah Agung menetapkan misi sebagai berikut : a. Menjaga kemandirian badan peradilan. b. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan. c. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan. d. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan. Potensi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dianalisa untuk menunjang perencanaan yang tepat sehingga akan mendorong peningkatan kinerja khususnya dari segi akuntabilitas. 1. Tujuan dan Sasaran Strategis a. Tujuan Strategis Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan visi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1-5 tahun. Tujuan strategis yang termuat di dalam rencana strategis adalah sebagai berikut: 1) Terwujudnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan melalui proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel. 2) Terwujudnya penyederhanaan proses penanganan perkara melalui pemanfaatan teknologi informasi. 3) Terwujudnya peningkatan akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. 4) Terwujudnya pelayanan prima bagi masyarakat pencari keadilan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
6
b. Sasaran Strategis Untuk mendukung tercapainya tujuan dengan terukur maka Mahkamah Agung menetapkan sasaran strategis sebagai berikut : 1) Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel. 2) Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara. 3) Meningkatnya
akses
peradilan
bagi
masyarakat
miskin
dan
terpinggirkan. 4) Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan. 5) Terwujudnya pelaksanaan pengawasan kinerja aparat peradilan secara optimal baik internal maupun eksternal. 6) Terwujudnya
transparansi
pengelolaan
SDM
lembaga
peradilan
berdasarkan parameter objektif. 7) Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga peradilan secara akuntabel, efektif dan efisien. 2. Program Utama dan Kegiatan a. Program Utama Ketujuh sasaran tersebut merupakan sasaran yang akan dicapai Mahkamah Agung RI dalam tahun 2015 – 2019. Untuk mewujudkan visi dan misi serta sasaran strategis, maka Mahkamah Agung mempunyai program, sebagai berikut: 1) Program Penyelesaian Perkara Mahkamah Agung. 2) Program Peningkatan Manajemen Peradilan Umum. 3) Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama. 4) Program Peningkatan Manajemen Peradilan Tata Usaha Negara dan Militer. 5) Program Pendidikan dan Pelatihan Mahkamah Agung. 6) Program Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
7
7) Program Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Mahkamah Agung. 8) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara Mahkamah Agung RI. b. Kegiatan Pokok 1) Panitera Mahkamah Agung melaksanakan dukungan di bidang teknis dan administrasi yustisial kepada majelis Hakim Agung dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. Dalam tugas dan fungsi ini mempunyai indikator kinerja outcome antara lain: perkara yang diselesaikan di Mahkamah Agung, pemberian pertimbangan grasi, pemberian fatwa. 2) Para Direktorat Jenderal (peradilan umum, agama, TUN dan militer) melaksanakan: a) Pembinaan tenaga teknis, dalam tusi ini mempunyai indikator outcome antara lain: perkara yang tidak diajukan upaya hukum banding, dan kasasi. b) Pembinaan administrasi peradilan, mempunyai indikator kinerja outcome antara lain : persentase satker yang tertib administrasi perkara dalam mengajukan banding, dan jumlah satker yang tertib administrasi perkara pada pengadilan tingkat pertama dan banding. c) Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara melaksanakan tugas penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, serta penelaahan perangkat kelengkapan formal dan pengiriman berkas perkara yang telah lengkap ke Kepaniteraan, mempunyai indikator outcome: perkara yang ditindaklanjuti untuk di registrasi. 3) Badan
Pengawasan
sebagai
pelaksana
pengawasan
terhadap
pelaksanaan tugas (baik tugas administrasi umum dan administrasi peradilan, perencanaan dan realisasi anggaran, teknis peradilan, serta semua tugas lainnya) di lingkungan Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya, mempunyai indikator outcome yaitu pengaduan yang ditindaklanjuti dan temuan yang ditindaklanjuti. 4) Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan, Pelatihan Hukum dan Peradilan sebagai pelaksana pengembangan kualitas sumber daya
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
8
manusia di lingkungan Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya, menghasilkan indikator kinerja outcome : pegawai yang lulus diklat teknis yudisial dan non yudisial, serta pejabat yang lulus fit and proper test dalam rangka promosi. Memperkuat fungsi penelitian dan pengembangan, mempunyai indikator kinerja outcome menghasilkan naskah penelitian dan pengembangan yang dijadikan kebijakan lembaga. 5) Badan Urusan Administrasi sebagai perencana, penyusunan anggaran, dan sarana dan prasarana dapat meningkatkan anggaran dan sarana maupun prasarana untuk Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya, sehingga tercapainya anggaran, sarana dan prasarana yang layak untuk Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya. Unit ini mempunyai indikator outcome website yang diakses oleh masyarakat pencari keadilan, dan alokasi anggaran yang diberikan untuk prodeo, bantuan hukum, sidang keliling maupun alokasi pemeliharaan perangkat teknologi informasi untuk menunjang proses penyelesaian perkara.
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Perjanjian kinerja Mahkamah Agung Tahun 2016 berpedoman dan terkait langsung dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 dan Kebijakan Umum Mahkamah Agung RI dalam rangka penggunaan anggaran tahun 2016. Hasil reviu Renstra 2015 – 2019 belum sepenuhnya disesuaikan dengan Indikator Kinerja Utama Mahkamah Agung, namun Perjanjian Kinerja Mahkamah Agung Tahun 2016 telah diselaraskan dengan sasaran-sasaran hasil reviu yang akan dicapai Mahkamah Agung RI pada tahun 2016. Perjanjian kinerja tahun 2016 telah disinkronisasikan dengan IKU tersebut serta mengembangkan sasaran-sasaran yang menjadi isu strategis Mahkamah Agung RI pada tahun 2016 serta target yang ada pada Rencana Kinerja Tahun 2016 yang telah disesuaikan, maka dapat diperinci sebagai berikut:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
9
Tabel 2.1: Perjanjian Kinerja Mahkamah Agung RI Tahun 2016 No
Sasaran Strategis
1
Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel
Indikator Kinerja Utama
Target
a. Persentase sisa perkara yang diselesaikan
90%
b. Persentase perkara yang diselesaikan tepat waktu
85%
c. Persentase penurunan sisa perkara
15%
d. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum:
e.
1) Banding
90%
2) Kasasi
70%
3) Peninjauan Kembali
60%
Persentase Perkara Pidana Diselesaikan dengan diversi
Anak
yang
f. Indeks responden pencari keadilan yang puas terhadap layanan peradilan 2
3
Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara
Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan
4
Meningkatnya kepatuhan putusan pengadilan
5
Terwujudnya pelaksanaan pengawasan kinerja aparat peradilan secara optimal baik internal maupun eksternal
6
7
terhadap
Terwujudnya transparansi pengelolaan SDM lembaga peradilan berdasarkan parameter objektif
Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga peradilan secara akuntabel, efektif dan efisien
50% 75
a. Persentase penyelesaian minutasi perkara sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
23%
b. Persentase salinan putusan yang diterima oleh pengadilan pengaju tepat waktu
20%
c. Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi
5%
a. Persentase perkara prodeo yang diselesaikan
90%
b. Persentase perkara yang diselesaikan diluar gedung pengadilan
93%
c. Persentase perkara permohonan (voluntair) identitas hukum
100%
d. Persentase pencari keadilan golongan tertentu yang mendapat layanan bantuan hukum (Posbakum)
100%
Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi)
50%
a. Persentase pengaduan yang dapat ditindaklanjuti
100%
b. Persentase pengaduan yang ditindaklanjuti dan dipublikasikan
selesai
100%
a. Persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif
90%
b. Persentase Hakim yang telah sertifikasi spesialisasi keahlian
memiliki
90%
c. Persentase pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi
50%
d. Pedoman persentase SDM yang promosi dan mutasi berdasarkan parameter objektif
90%
a. Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pelayanan prima
75%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
10
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
Target
b. Persentase peningkatan produktifitas kinerja SDM (SKP dan Penilaian Prestasi Kerja)
85%
c. Ditetapkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang Penerapan Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung
100%
d. Persentase tercapainya target kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan
90%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
11
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016 A. Capaian Kinerja Tahun 2016 Capaian kinerja Mahkamah Agung tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran dan membandingkan capaian kinerja Mahkamah Agung tahun 2016 dengan perincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1: Pengukuran Kinerja Mahkamah Agung RI Tahun 2016 No
Sasaran Strategis
1
Terwujudnya proses peradilan yang pasti, tranparan dan akuntabel
Target
Realisasi
Capaian (%)
a. Persentase sisa perkara yang diselesaikan
90%
97,97%
108,85%
b. Persentase perkara yang diselesaikan tepat waktu
85%
81,90%
96,35%
15%
40,31%
268,73
1) Banding
90%
99,27%
110,3
2) Kasasi
70%
32,44%
46,34
3) Peninjauan Kembali
60%
71,45%
119,08
50%
2,52%
5,04
75
77,66
103,54
a. Persentase penyelesaian minutasi perkara sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
23%
14,92%
64,86
b. Persentase salinan putusan yang diterima oleh pengadilan pengaju tepat waktu
20%
N.A
N.A
Indikator Kinerja
c. Persentase penurunan sisa perkara d. Persentase Perkara yang tidak mengajukan upaya hukum
e. Persentase Perkara Pidana Anak yang Diselesaikan dengan diversi f. Indeks responden pencari keadilan yang puas terhadap layanan peradilan 2
Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
12
No
Target
Realisasi
Capaian (%)
5%
3,84%
76,8
a. Persentase perkara prodeo yang diselesaikan
90%
100%
111,11
b. Persentase perkara yang diselesaikan diluar gedung pengadilan
93%
86,33%
92,82
c. Persentase perkara permohonan (voluntair) identitas hukum
100%
100%
100
d. Persentase pencari keadilan golongan tertentu yang mendapat layanan bantuan hukum (Posbakum)
100%
100%
100
50%
99%
198
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja c.
3
4
5
6
Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan
Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan
Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi
Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi)
Terwujudnya pelaksanaan pengawasan kinerja aparat peradilan secara optimal baik internal maupun eksternal
a. Persentase pengaduan yang dapat ditindaklanjuti
100%
100%
100
b. Persentase pengaduan yang selesai ditindaklanjuti dan dipublikasikan
100%
100%
100
Terwujudnya transparansi pengelolaan SDM lembaga peradilan berdasarkan parameter objektif
a. Persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif
90%
85,25%
94,7
b. Persentase hakim yang telah memiliki sertifikasi spesialisasi keahlian
90%
99,73%
110,8
c. Persentase pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi
50%
97,19%
194,3
d. Pedoman persentase SDM yang promosi dan mutasi berdasarkan parameter objektif
90%
98,9%
101
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
13
No 7
Sasaran Strategis Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga peradilan secara akuntabel, efektif, dan efisien
* Capaian:
Realisasi Target
Target
Realisasi
Capaian (%)
a. Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pelayanan prima
75%
59,63%
79,51
b. Persentase peningkatan produktifitas kinerja SDM (SKP dan penilaian prestasi kerja)
85%
98,39%
115,75
c. Ditetapkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang Penerapan Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung
100%
50%
50%
d. Persentase tercapainya target kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan
90%
136,44%
151,6%
Indikator Kinerja
X
100%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
14
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing indikator kinerja pada tiap sasaran strategis: Sasaran 1 :
Terwujudnya Proses Peradilan Transparan dan Akuntabel
yang
Pasti,
Sasaran ini ditetapkan untuk mengukur keberhasilan Mahkamah Agung RI dalam memberikan peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel. Sasaran ini terdiri dari enam indikator, sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2: Terwujudnya Proses Peradilan Yang Pasti, Transparan Dan Akuntabel Sasaran Strategis Terwujudnya proses peradilan yang pasti, tranparan dan akuntabel
Target
Realisasi
Capaian (%)
a. Persentase sisa perkara yang diselesaikan
90%
97,97%
108,85
b. Persentase perkara yang diselesaikan tepat waktu
85%
81,90%
96,35
c. Persentase penurunan sisa perkara
15%
40,31%
268,73
90% 70% 60%
99,27% 32,44% 71,45%
110,3 46,34 119,08
50%
2,52%
5,04
75
77,66
103.54
Indikator Kinerja
d. Persentase perkara yang tidak mengajukan hukum 1) Banding 2) Kasasi 3) Peninjauan Kembali e. Persentase perkara pidana anak yang diselesaikan dengan diversi f. Indeks responden pencari keadilan yang puas terhadap layanan peradilan
Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini sebagai berikut: Sasaran 1 Indikator kinerja ke - 1: Persentase sisa perkara yang diselesaikan. - Persentase sisa perkara yang diselesaikan adalah perbandingan jumlah sisa perkara
yang
diselesaikan
dengan
jumlah
sisa
perkara
yang
harus
diselesaikan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
15
- Indikator ini bertujuan untuk mengetahui kinerja penyelesaian sisa perkara di tahun 2016. - Sisa perkara adalah jumlah beban perkara tahun sebelumnya yang belum diputus. Tabel 3.3: Persentase Sisa Perkara Yang Diselesaikan Target
Indikator Kinerja Persentase sisa perkara
90%
yang diselesaikan
Capaian
Realisasi 97,97%
2016
2015
2014
108,85%
NA
NA
Adanya sisa perkara umumnya disebabkan karena perkara yang masuk pada akhir tahun belum diputus pada tahun berjalan sehingga menjadi beban pada tahun berikutnya, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.4: Data Penyelesaian Sisa Perkara Jenis Permohonan
Sisa Tahun 2015 Kasasi
PK
Perdata
1.499
181
Perdata Khusus
205
36
Pidana
461
30
Pidana Khusus
975
55
Grasi
Jumlah HUM
Diselesaikan Tahun 2016 yang diregister Tahun 2015 PK
1.680
1.499
181
1.680
241
158
18
176
3
494
461
30
3
494
3
1.033
975
55
3
1.033
Agama
Grasi
Jumlah
Kasasi
HUM
0
Perdata Agama Jinayat Agama
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
Pidana Militer
74
14
88
63
10
TUN
52
361
0
413
52
361
0
3.950
JUMLAH
3.267
677
0
6
3.209
655
0
6
73 0
413
0
3.870
Sisa perkara tahun 2015 sebanyak 3.950 perkara, dari jumlah tersebut telah diselesaikan di tahun 2016 sebanyak 3.870 perkara (97,97%). Hal ini menunjukan
bahwa
Mahkamah
Agung
terus
berupaya
meningkatkan
penyelesaian perkara.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
16
Sasaran 1 Indikator kinerja ke - 2: Persentase perkara yang diselesaikan tepat waktu. - Persentase perkara yang diselesaikan tepat waktu adalah perbandingan antara jumlah perkara yang diselesaikan tepat waktu dengan beban perkara. - Indikator ini untuk mengukur kinerja penyelesaian perkara sesuai dengan ketentuan jangka waktu penanganan perkara berdasarkan SK KMA Nomor 214/KMA/SK/XII/2014 tanggal 30 Desember 2014, yaitu 250 hari kalender terhitung mulai berkas diterima di Mahkamah Agung sampai dikirim kembali ke pengadilan pengaju. Ketentuan ini berlaku untuk perkara yang diregister mulai tahun 2015, untuk perkara yang diregister sebelum tahun 2015 masih berlaku SK KMA Nomor 138 Tahun 2009. Tabel 3.5: Persentase Perkara Yang Diselesaikan Tepat Waktu Target
Indikator Kinerja
Capaian
Realisasi 2016
2015
2014
96,35%
96,39%
94%
Persentase perkara yang diselesaikan
85%
tepat waktu
81,90%
Pada tahun 2014 capaian kinerja perkara yang diselesaikan tepat waktu sebesar 94% dan pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 96,39% dan pada tahun 2016 menjadi 96,35%. Beban perkara tahun 2016 sebanyak 18.580 perkara dan yang diselesaikan tepat waktu sebanyak 15.217 perkara (81,90%). Tabel 3.6: Beban Perkara Tahun 2013 – 2016 No
Tahun
Sisa Tahun Lalu
Masuk Tahun ybs
Jumlah Beban Perkara
1
2013
10.112
12.337
22.449
2
2014
6.415
12.511
18.926
3
2015
4.425
13.977
18.402
4
2016
3.950
14.630
18.580
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
17
Rerata waktu menyelesaikan perkara pada masing-masing jenis perkara sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.7: Rerata Waktu Menyelesaikan Perkara Pada Mahkamah Agung Tahun 2016 Jangka Waktu Proses Pemeriksaan (dalam bulan) No
Jenis Perkara
1-3
3 -6
6 - 12
12 - 24
> 24
Jumlah
1
Perdata
3.830
944
424
62
19
5.279
2
Perdata Khusus
1.263
111
10
2
2
1.388
3
Pidana
1.735
76
1
0
0
1.812
4
Pidana Khusus
2.192
763
417
49
1
3.422
5
Perdata Agama
942
4
0
0
0
946
6
Pidana Militer
292
47
11
0
0
350
7
Tata Usaha Negara
2.846
172
2
3
3
3.026
Jumlah
13.100
2.117
865
116
25
Persentase
80,75%
13,05%
5,33%
0,72%
0,15%
16.223
Pada tabel tersebut di bawah menunjukkan waktu menyelesaikan perkara tahun 2016 dari bulan ke 1 sampai dengan di atas 24 bulan sebanyak 16.223 perkara. Sedangkan perkara yang diselesaikan tepat waktu sebanyak 15.217 perkara. Sasaran 1 Indikator kinerja ke - 3: Persentase penurunan sisa perkara. Persentase penurunan sisa perkara adalah perbandingan selisih jumlah sisa perkara tahun sebelumnya dan sisa perkara tahun berjalan dengan sisa perkara tahun sebelumnya. Tabel 3.8: Persentase Penurunan Sisa Perkara Capaian Indikator Kinerja Persentase penurunan sisa perkara
Target
15%
Realisasi 40,31%
2016
2015
2014
268,73%
71,53%
206,87%
Beban perkara tahun 2016 sebanyak 18.580 perkara, kemudian jumlah yang diputus sebanyak 16.223 perkara, sehingga sisa perkara tahun 2016 sebanyak 2.357 perkara, berkurang 40,31% dibandingkan tahun 2015 yang berjumlah 3.950 perkara. Rasio jumlah sisa perkara dibandingkan dengan jumlah beban perkara tahun 2016 adalah sebesar 12,69%. Rasio sisa perkara ini berkurang 8,78% dari tahun 2015 yang berjumlah 21,47%. Dengan demikian, jumlah sisa maupun
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
18
persentase sisa dibandingkan jumlah beban perkara tahun 2016 mengalami penurunan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya dan menjadi sisa terendah dalam sejarah Mahkamah Agung. Tabel 3.9: Data Penurunan Sisa Perkara Periode 2013 – 2016 No
Tahun
Sisa Tahun Lalu
Masuk Tahun ybs
Jumlah Beban Perkara
Putus
Sisa Akhir
Sisa vs Beban (%)
1
2013
10.112
12.337
22.449
16.034
6.415
28,57
2
2014
6.415
12.511
18.926
14.501
4.425
23,38
3
2015
4.425
13.977
18.402
14.452
3.950
21,46
4
2016
3.950
14.630
18.580
16.223
2.357
12.68
Sasaran 1 Indikator kinerja ke - 4: Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum. -
Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum adalah perbandingan antara jumlah perkara yang tidak mengajukan upaya hukum dengan jumlah putusan perkara.
-
Indikator ini untuk mengukur jumlah pencari keadilan yang puas atas putusan pengadilan. Tabel 3.10: Persentase Perkara Yang Tidak Mengajukan Upaya Hukum Capaian (%) Indikator Kinerja
Persentase perkara yang mengajukan upaya hukum
Target (%) Realisasi (%) 2016
2015
2014
tidak
Tingkat Banding
90
99,27
110,3
110,4
110,4
Tingkat Kasasi
70
32,44
46,34
74
77,6
Tingkat Peninjauan kembali
60
71,45
119,08
126,16
127,76
Analisis Capaian sebagai berikut: 1. Pencari keadilan yang tidak mengajukan upaya hukum banding: Sejak tahun 2014, 2015 dan 2016 capaian kinerja pencari keadilan yang tidak mengajukan upaya hukum banding berkisar 110%. Perkara yang diputus pengadilan tingkat pertama tahun 2016 sebanyak 3.764.629 perkara, perkara yang masuk pengadilan tingkat banding tahun
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
19
2016 sebanyak 27.158 perkara (0,73%), maka yang tidak melakukan upaya hukum banding sebanyak 3.737.471 perkara atau 99,27%, sehingga capaian kinerja pada perkara yang tidak mengajukan hukum pada tingkat banding di tahun 2016 adalah 99,27%. 2. Pencari keadilan yang tidak mengajukan upaya hukum kasasi: Pada tahun 2014 capaian kinerja mencapai 77.6% terjadi penurunan pada tahun 2015 menjadi 74% sedangkan tahun 2016 capaian kinerja semakin menurun menjadi 46,34%. Perkara
yang
diputus
pengadilan
tingkat
banding
tahun
2016
menggambarkan pencari keadilan kurang puas atas putusan tingkat banding, serta mudahnya para pencari keadilan dalam mengajukan upaya hukum kasasi. Perkara yang diputus pengadilan tingkat
banding
tahun 2016 sebanyak
16.349 perkara, perkara yang masuk pengadilan tingkat kasasi tahun 2016 sebanyak 11.045 perkara atau 67,56% (perkara yang mengajukan upaya hukum kasasi), maka yang tidak melakukan upaya hukum kasasi sebanyak 5.304 perkara atau 32,44%, sehingga capaian kinerja pada perkara yang tidak mengajukan hukum pada tingkat kasasi di tahun 2016 adalah 46,34% 3. Pencari keadilan yang tidak mengajukan upaya hukum peninjauan kembali: Pada tahun 2014 capaian kinerja mencapai 127.76% terjadi penurunan pada tahun 2015 menjadi 126.16% sedangkan tahun 2016 capaian kinerja semakin menurun menjadi 119.08%. Hal ini menggambarkan pencari keadilan kurang puas atas putusan tingkat kasasi, serta mudahnya para pencari keadilan dalam mengajukan upaya hukum peninjauan kembali. Tingkat peninjauan kembali jumlah perkara yang diputus tingkat kasasi tahun 2016 sebanyak 12.212 perkara, perkara yang masuk Pengadilan tingkat peninjauan kembali tahun 2016 sebanyak 3.487 perkara atau 28,55% (perkara yang mengajukan upaya hukum peninjauan kembali), maka yang tidak melakukan upaya hukum peninjauan kembali sebanyak 8.725 perkara atau 71,45%, sehingga capaian kinerja pada perkara yang tidak mengajukan hukum pada tingkat peninjauan kembali di tahun 2016 adalah 119,08%.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
20
Berikut ini adalah keadaan perkara pada Mahkamah Agung RI pada tahun 2016: 1) Tingkat Pertama Pengadilan tingkat pertama di seluruh Indonesia selama tahun 2016 menerima sebanyak 3.838.152 perkara, sisa perkara tahun 2015 sebanyak 124.621 perkara, sehingga beban perkara yang diadili berjumlah 3.962.833 perkara. Perkara yang telah diputus sebanyak 3.764.629 perkara dan dicabut sebanyak 16.581 perkara. Jumlah perkara yang diterima tahun 2016 menurun 15,76% dibandingkan penerimaan tahun 2015 sebanyak 4.556.580 perkara. Jumlah perkara putus menurun 16,62%, dan jika dibandingkan dengan beban perkara rasionya adalah 94,99%. Rasio sisa perkara dibandingkan dengan beban perkara sebesar 4,58%. Tabel 3.11: Perbandingan Keadaan Perkara Pengadilan Tingkat Pertama Pada Empat Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia Tahun 2015 – 2016 Tahun
Masuk
Jumlah
Putus
Cabut
2015
113.565
Sisa
4.556.580
4.670.145
4.515.221
30.243
124.681
2016
124.681
3.838.152
3.962.833
16.581
181.623
-45,17%
45,67%
Rasio Perbandingan
9,7%
-15,76%
-15,14%
3.764.629 -16,62%
Sisa
Keadaan perkara seluruh pengadilan tingkat pertama tahun 2016 dari masingmasing lingkungan peradilan sebagai berikut: Tabel 3.12: Keadaan Perkara Tiap Lingkungan Pengadilan Tingkat Pertama Tahun 2016 No
Lingkungan Peradilan
Sisa 2015
Masuk 2016
1
Umum
35.028
2
Agama
88.749
501.490
590.239
447.704
3
Militer
324
2.994
3.318
2.827
44
447
4
TUN
580
2.022
2.602
1.967
-
635
Jumlah
124.681
16.581
181.623
Jumlah
Putus
3.331.646 3.366.674 3.312.131
3.838.152 3.962.833 3.764.629
Cabut
Sisa
7.168
47.375
9.369
133.166
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
21
2) Tingkat Banding Pengadilan tingkat banding di seluruh Indonesia tahun 2016 menerima sebanyak 27.158 perkara, sisa perkara tahun 2015 sebanyak 2.685 perkara, sehingga jumlah beban pemeriksaan perkara sebanyak 29.843 perkara. Perkara yang telah putus sebanyak 16.349 perkara dan dicabut sebanyak 9 perkara. Sisa perkara pada akhir tahun 2016 sebanyak 13.485 perkara. Jumlah perkara yang diterima berkurang 1,38% dari tahun 2015 yang menerima sebanyak 27.539 perkara. Jumlah perkara putus menurun 29,01% dari tahun 2015 yang berjumlah 23.030 perkara. Rasio jumlah perkara putus dibandingkan dengan beban perkara adalah 54,78%. Rasio jumlah sisa perkara dibandingkan dengan beban adalah 45,19%. Tabel 3.13: Perbandingan Keadaan Perkara Pengadilan Tingkat Banding Empat Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia Tahun 2015 – 2016 Tahun
Sisa
2015
14.989
27.539
42.528
2016
2.685
27.158
29.843
Rasio Perbandingan
Masuk
-82,09% -1,38%
Jumlah
-29,83%
Putus 23.030 16.349 -29,01%
Cabut
Sisa
41
19.457
9
13.485
-78,05%
-30,69%
Keadaan perkara seluruh pengadilan tingkat banding tahun 2016 berdasarkan perincian pada masing-masing lingkungan peradilan, sebagai berikut: Tabel 3.14: Keadaan Perkara Seluruh Pengadilan Tingkat Banding Tahun 2016 Dari Masing-Masing Lingkungan Peradilan No
Lingkungan Peradilan
1 2
Umum Agama
3
Militer
4 5
Sisa 2015
Masuk 2016
Jumlah
Putus
Cabut
Sisa
2.203 75 67
12.923 2.304 678
15.126 2.379 746
11.202 2.284 642
0 9 0
3.924 86 103
TUN
170
1.095
1.265
1.111
0
154
Pengadilan Pajak
170
10.158
10.328
1.110
0
9.218
2.685
27.158
29.843
16.394
9
13.485
Jumlah
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
22
3) Perbandingan Keadaan Perkara pada Pengadilan Seluruh Indonesia, sebagai berikut: Tabel 3.15: Perbandingan Keadaan Perkara Pada Pengadilan Seluruh Indonesia Tahun 2016 Tingkat Peradilan
Sisa 2015
Masuk 2016
Jumlah
Putus
Tk. Pertama
124.681
3.838.152
3.962.833
3.764.629
16.581
181.623
Tk. Banding
2.685
27.158
29.843
16.349
9
13.485
Jumlah
127.366
3.865.310
3.992.676
3.780.978
16.590
195.108
Dicabut
Sisa
4) Perbandingan keadaan perkara yang diterima Mahkmah Agung RI Berdasarkan Jenis Kewenangannya, sebagai berikut: Tabel 3.16: Perbandingan Perkara Yang Diterima Mahkamah Agung Tahun 2015 dan 2016 Berdasarkan Jenis Perkara dan Kewenangannya Masuk 2015 NO 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah
Masuk2016
Jenis Perkara Perdata Perdata Khusus
2016 vs 2015 (%)
Kasasi
Pk
Grasi
Hum
Jumlah
Kasasi
Pk
3.615
656
-
-
4.271
3.817
788
-
-
4.605
7,82
854
125
-
-
979
1.125
146
-
-
1.271
29,83
16 23 2
-
1.867 3.262 962 349
1.500 2.834 822 372
108 245 123 20
21 27 1
-
1.629 3.106 945 393
-12,75 -4,78 -1,77 12,61
-
72
2.287
575
2.057
-
49
2.681
17,23
41
72
13.977
49
49
14.630
4,67
Pidana 1.750 101 Pidana Khusus 3.016 223 Perdata Agama 861 101 Pidana Militer 316 31 Tata Usaha 697 1.518 Negara Total
Jumlah
11.109 2.755
11.045 3.487
Grasi Hum
Sasaran 1 Indikator kinerja ke - 5: Persentase perkara pidana anak yang diselesaikan dengan diversi. Persentase perkara pidana melalui sistem peradilan pidana anak adalah perbandingan jumlah perkara pidana anak yang diselesaikan melalui diversi dengan jumlah perkara pidana anak.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
23
Tabel 3.17: Persentase Perkara Pidana Anak Yang Diselesaikan Dengan Diversi Capaian (%) Indikator Kinerja Persentase perkara pidana anak yang diselesaikan dengan diversi
Target
Realisasi
50%
2,52%
2016
2015
2014
5,04
8
N.A
Diversi merupakan pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana, sebagaimana disebut dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Berdasarkan pasal 2 dan 3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak, diversi diberlakukan terhadap anak yang telah berumur 12 tahun tapi belum berumur 18 tahun, atau telah berumur 12 tahun meskipun pernah kawin tetapi belum berumur 18 tahun, yang diduga melakukan tindak pidana. Hakim anak wajib mengupayakan diversi dalam hal anak didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tahun atau kepada anak yang didakwa dengan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 tahun atau lebih dalam bentuk surat dakwaan subsidaritas, alternatif, kumulatif, maupun kombinasi (gabungan). Diversi tidak berhasil jika salah satu atau para pihak tidak melaksanakan sepenuhnya kesepakatan diversi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan perkara sesuai dengan hukum acara peradilan pidana anak. Tahun 2016 tercatat upaya diversi dilakukan untuk 387 perkara, dari jumlah tersebut 72 perkara gagal diselesaikan melalui diversi. Jumlah perkara pidana anak yang diselesaikan secara diversi sebanyak 315 perkara atau 2,52% dari beban perkara pidana anak (12.483 perkara).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
24
Tabel 3.18: Perincian Beban Perkara Pidana Anak dan Diversi Tahun 2016 No
Perkara
Jumlah
1.
Sisa 2015
6.473
2.
Masuk 2016
5.740
3.
Putus 2016
4.510
4.
Sisa 2016
914
5.
Diversi Berhasil
315
6.
Diversi Gagal
72
7.
Banding
497
8.
Kasasi
216
9.
Peninjauan Kembali
2 Sasaran 1
Indikator kinerja ke - 6: Indeks responden pencari keadilan yang puas terhadap layanan peradilan. Indikator kinerja ini bertujuan untuk menggambarkan indeks kepuasan masyarakat atas penyelenggaraan pelayanan publik di pengadilan. Tabel 3.19: Indeks Responden Pencari Keadilan Yang Puas Terhadap Layanan Peradilan Indikator Kinerja Indeks Responden Pencari Keadilan yang puas terhadap Layanan Peradilan
Target
Realisasi
75
77,66
2016
Capaian 2015
2014
103,54%
NA
NA
Indeks responden pencari keadilan yang puas terhadap layanan peradilan diukur berdasarkan Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pada tahun 2016 Mahkamah Agung melakukan survei terhadap Pencari Keadilan yang puas terhadap layanan peradilan melalui Direktorat Jenderal Peradilan Umum, Direktorat Jenderal Peradilan Agama dan Direktorat Jenderal Peradilan Militer dan TUN. Survei tersebut dilakukan melalui Akreditasi Penjaminan Mutu dan ISO yang dilakukan oleh ketiga Direktorat Jenderal terhadap empat lingkungan peradilan di bawahnya, dengan ruang lingkup yaitu:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
25
1. Prosedur layanan 2. Waktu pelayanan 3. Biaya / tarif layanan 4. Perilaku pelaksanaan pelayanan 5. Penanganan pengaduan, saran dan masukan. Terhadap ruang lingkup tersebut diberikan penilaian dengan kategori sebagai berikut: a. 75 – 100
= Sangat baik
b. 50 – 69.99
= Baik
c. 25 – 49.99
= Kurang baik
d. 0 – 24.99
= Tidak baik
Hasil surveinya adalah sebagai berikut: -
Direktorat Jenderal Peradilan Umum melaksanakan Akreditasi Penjaminan Mutu terhadap 67 Pengadilan Tingkat Pertama dan Pengadilan Tingkat Banding dengan indeks kepuasan masyarakat 80.
-
Direktorat Jenderal Peradilan Agama melaksanakan ISO terhadap 50 Pengadilan Tingkat Pertama dan Pengadilan Tingkat Banding dengan indeks kepuasan masyarakat 80.
-
Direktorat Jenderal Peradilan Militer dan TUN melaksanakan ISO terhadap 17 Pengadilan Tingkat Pertama dan Pengadilan Tingkat Banding dengan indeks kepuasan masyarakat 72,99. Indeks kepuasan masyarakat atas layanan peradilan pada semua lingkungan peradilan adalah 77,66, angka ini berada di atas ketentuan minimal yang telah ditentukan di dalam Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 yaitu 62,51, sehingga dapat disimpulkan masyarakat puas terhadap pelayanan peradilan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
26
Sasaran 2 :
Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara
Sasaran ini ditetapkan untuk mengukur keberhasilan Mahkamah Agung RI dalam meningkatkan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara. Sasaran ini terdiri dari tiga indikator, sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 3.20: Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
Capaian (%)
Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara
a. Persentase penyelesaian minutasi perkara sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
23%
14,92%
64,86
b. Persentase salinan putusan yang diterima oleh pengadilan pengaju tepat waktu
20%
N.A
N.A
5%
3,84%
76,8
c.
Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi
Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut: Sasaran 2 Indikator kinerja ke - 1: Persentase penyelesaian minutasi perkara sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan.
Persentase penyelesaian minutasi perkara sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan yaitu perbandingan jumlah minutasi perkara yang diselesaikan tepat waktu dengan jumlah perkara perkara yang diminutasi.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
27
Tabel 3.21:Persentase Penyelesaian Minutasi Perkara Sesuai Dengan Jangka Waktu Yang Ditentukan Capaian Indikator Kinerja
Target
Realisasi 2016
Persentase minutasi
2015
2014
penyelesaian perkara
sesuai
dengan jangka waktu yang
23%
14,92%
64,86%
42%
NA
ditentukan
Ketentuan jangka waktu penanganan perkara di Mahkamah Agung berdasarkan surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 214/KMA/SK/XII/2014 tanggal 30 Desember 2014 adalah 250 hari kalender terhitung mulai berkas diterima di Mahkamah Agung sampai perkara tersebut dikirim kembali ke pengadilan pengaju (berlaku untuk perkara yang diregister mulai tahun 2015). Jangka waktu minutasi perkara ditetapkan 98 hari kalender, jumlah ini akan berkurang jika tahapan sebelumnya melebihi jangka waktu yang ditetapkan. Pada tahun 2015 perkara yang sudah diputus secara tepat waktu sebanyak 11.840 perkara dan telah diminutasi tepat waktu sebanyak 1.157 perkara dengan capaian 42%. Sedangkan pada tahun 2016 perkara yang diminutasi sebanyak 18.404 perkara, yang diminutasi tepat waktu sebanyak 2.746 perkara sehingga realisasi sebesar 14,92% dan capaian 64,86%. Rerata waktu memutus dan minutasi perkara dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.22: Rerata Waktu Memutus Perkara pada Mahkamah Agung Tahun 2016 Jangka Waktu Proses Pemeriksaan (dalam bulan) No
Jenis Perkara
Jumlah 1 s.d. 3
3 s.d. 6
6 s.d. 12
12 s.d. 24
> 24
1
Perdata
3.830
944
424
62
19
5.279
2
Perdata Khusus
1.263
111
10
2
2
1.388
3
Pidana
1.735
76
1
0
0
1.812
4
Pidana Khusus
2.192
763
417
49
1
3.422
5
Perdata Agama
942
4
0
0
0
946
6
Pidana Militer
292
47
11
0
0
350
7
Tata Usaha Negara
2.846
172
2
3
3
3.026
Jumlah
13.100
2.117
865
116
25
Persentase
80,75%
13,05%
5,33%
0,72%
0,15%
16.223
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
28
Tabel 3.23: Rerata Waktu Minutasi Pada Mahkamah Agung Tahun 2016 Jangka Waktu Proses Minutasi (dalam bulan) No
Jenis Perkara
Jumlah 1 s.d. 3
3 s.d. 6
6 s.d. 12
12 s.d. 24
> 24
1
Perdata
79
649
2.776
2.610
143
6.257
2
Perdata Khusus
177
422
476
177
4
1.256
3
Pidana
99
363
812
414
13
1.701
4
Pidana Khusus
83
398
1.684
1.838
257
4.260
5
Perdata Agama
293
555
31
0
0
879
6
Pidana Militer
64
158
100
11
0
333
7
Tata Usaha Negara
1.951
1.090
552
117
8
3.718
Jumlah
2.746
3.635
6.431
5.167
425
Persentase
14,92%
19,75%
34,94%
28,08%
2,31%
18.404
Sasaran 2: Indikator kinerja ke - 2 : Persentase Salinan Putusan Yang Diterima Oleh Pengadilan Pengaju Tepat Waktu Persentase salinan putusan yang diterima oleh pengadilan pengaju tepat waktu adalah perbandingan jumlah salinan putusan yang diterima oleh pengadilan pengaju tepat waktu dengan jumlah putusan. Tabel 3.24: Persentase Salinan Putusan Yang Diterima Oleh Pengadilan Pengaju Tepat Waktu Indikator Kinerja Persentase
Target
Realisasi
20%
N.A
2016
Capaian 2015
2014
N.A
N.A
NA
salinan
putusan yang dikirim ke Pengadilan Pengaju Tepat waktu
Indikator ini tidak bisa/sulit diukur karena tidak ada pencatatan yang valid mengenai ketepatan waktu penerimaan putusan di pengadilan pengaju. Berdasarkan SK KMA Nomor 214 Tahun 2014, proses penanganan perkara hanya sampai berkas diserahkan ke pihak pengiriman (Pos Indonesia).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
29
Sasaran 2 Indikator kinerja ke - 3: Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi. Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi adalah perbandingan jumlah perkara yang diselesaikan melalui mediasi dengan jumlah perkara yang dilakukan mediasi. Indikator ini untuk mengukur keberhasilan penyelesaian perkara melalui mediasi. Tabel 3.25: Persentase Perkara Yang Diselesaikan Melalui Mediasi Capaian Sasaran Strategis
Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi
Target
5%
Realisasi
3,84%
2016
2015
2014
76,8%
67.1%
N.A
Pada tahun 2016 perkara di lingkungan peradilan tingkat pertama yang diselesaikan melalui mediasi realisasinya 3,84% maka capaian kinerjanya 76.8%. Terdapat kenaikan capaian kinerja dari 67,1% di tahun 2015 menjadi 76.8% pada tahun 2016. Perkara yang diselesaikan secara mediasi pada pengadilan tingkat pertama terdiri dari: 1. Peradilan Umum (Perkara Perdata Gugatan) 2. Peradilan Agama (Perkara Perdata Gugatan) Ad 1. Jumlah perkara perdata gugatan yang masuk pada pengadilan tingkat pertama (peradilan umum) tahun 2016 sebesar 30.629 perkara dan berhasil dimediasi sebesar 571 perkara (2%). Hal ini disebabkan karena pencari keadilan lebih memilih diselesaikan melalui sidang pengadilan. Ad 2. Perkara yang diterima pengadilan tingkat pertama (peradilan agama) tahun 2016 sebanyak 582.621 perkara, perkara yang berhasil dimediasi tahun 2016 sebanyak 33.155 perkara (5,69%). Hal ini disebabkan karena pencari keadilan lebih memilih diselesaikan melalui sidang pengadilan. Untuk lebih mengoptimalkan penyelesaian perkara melalui mediasi, Mahkamah Agung setelah hampir tiga tahun bekerja merancang revisi Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pokja Mediasi yang dibentuk oleh
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
30
Ketua Mahkamah Agung melalui SK KMA Nomor KMA/SK/VII/2013 tanggal 26 Juli 2013, berhasil merampungkan tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan kepada Pokja tersebut dengan lahirnya Perma Nomor 1 Tahun 2016 tanggal 3 Februari 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Beberapa hal baru yang diatur dalam Perma Mediasi ini adalah mengenai ketentuan mediasi dijalankan dengan iktikad baik. Jika penggugat tidak beriktikad baik dalam mediasi, maka perkaranya dinyatakan tidak dapat diterima oleh majelis hakim. Sedangkan jika tergugat yang tidak beriktikad baik, maka ia akan dihukum untuk membayar biaya mediasi. Selain itu, aturan baru lainnya adalah mengenai kesepakatan sebagian yang dianggap sebagai keberhasilan mediasi. Jangka waktu pelaksanaan mediasi juga sekarang ditentukan menjadi 30 hari dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan sampai 30 hari berikutnya. Keterlibatan tokoh masyarakat dan kemungkinan pejabat pengadilan non-hakim untuk menjadi mediator juga diakomodasi dalam Perma ini. Perma ini diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap keadilan bagi masyarakat melalui penyelesaian sengketa, sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang saling menguntungkan kedua belah pihak melalui mediasi di pengadilan. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan mediasi yang lebih berdaya guna dan mampu meningkatkan keberhasilan mediasi, pada tanggal 17 Juni 2016 KMA mengeluarkan SK KMA Nomor 108/KMA/SK/VI/2016 tentang Tata Kelola Mediasi di Pengadilan. SK KMA ini mengandung berbagai instrumen dan petunjuk teknis yang detail mengenai pelaksanaan mediasi. Diharapkan dengan terbitnya aturan terkait mediasi tersebut, tingkat keberhasilan mediasi dapat meningkat.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
31
Sasaran 3 : Meningkatnya Akses Peradilan Bagi Masyarakat Miskin Terpinggirkan Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan terutama bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan, Mahkamah Agung RI berupaya keras untuk memberikan solusi yang berkeadilan bagi masyarakat pencari keadilan melalui indikator-indikator di bawah ini: Tabel 3.26: Meningkatnya Akses Peradilan bagi Masyarakat Miskin dan Terpinggirkan Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
a. Persentase perkara prodeo yang diselesaikan
90
100
111,11
b. Persentase perkara yang diselesaikan di luar gedung pengadilan
93
86,33
92,82
100
100
100
Sasaran Strategis Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan
Indikator Kinerja
c.
Persentase perkara permohonan (voluntair) identitas hukum
Sasaran 3 Indikator kinerja ke - 1: Persentase perkara prodeo yang diselesaikan. Persentase perkara yang diselesaikan melalui pembebasan biaya / prodeo adalah perbandingan antara jumlah perkara prodeo yang diselesaikan dengan jumlah perkara prodeo. Indikator ini untuk mengukur kinerja Mahkamah Agung dalam memberikan akses untuk memperoleh keadilan bagi masyarakat tidak mampu. Tabel 3.27: Persentase Perkara Prodeo Yang Diselesaikan Capaian Indikator Kinerja Persentase perkara prodeo yang diselesaikan
Target
Realisasi
90%
100%
2016
2015
2014
111.11%
100%
N.A
Berdasarkan Perma Nomor 1 Tahun 2014 penerima layanan pembebasan biaya perkara adalah setiap orang atau sekelompok orang yang tidak mampu secara ekonomi dengan dibuktikan surat keterangan dari instansi yang berwenang.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
32
Layanan pembebasan biaya perkara diberikan sepanjang ketersediaan anggaran di pengadilan dan berlaku pada tingkat pertama, tingkat banding, tingkat kasasi, peninjauan kembali, eksekusi, dan sidang di luar gedung Pengadilan serta Posbakum Pengadilan; Layanan pembebasan biaya perkara meliputi perkara perdata permohonan, gugatan, dan eksekusi dalam tahun berjalan berlaku sejak perkara didaftarkan dan diterima oleh Pengadilan dan besaran pembebasan biaya perkara, meliputi biaya perkara: •
Perdata Permohonan maksimal sebesar Rp187.000,00
•
Perdata Gugatan maksimal sebesar Rp2.185.000,00
•
Banding maksimal sebesar Rp97.000,00
•
Kasasi maksimal sebesar Rp1.137.000,00
•
Peninjauan Kembali maksimal sebesar Rp2.137.000,00
•
Permohonan eksekusi hanya untuk panjar biaya eksekusi sebesar Rp1.077.000,00
Pada tahun 2015 capaian perkara yang diselesaikan melalui pembebasan biaya/prodeo adalah 100% dan tahun 2016 meningkat menjadi 111,11%. Realisasi indikator ini dihitung dari tiga lingkungan peradilan: 1. Peradilan Umum Jumlah perkara prodeo 1.542 perkara dan dapat diselesaikan semuanya sehingga realisasi 100%. 2. Peradilan Agama Jumlah perkara prodeo 26.451 perkara dan dapat diselesaikan semuanya sehingga realisasi 100%. 3. Peradilan TUN Jumlah perkara prodeo 12 perkara, dapat diselesaikan semuanya sehingga realisasi 100%.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
33
Tabel 3.28: Data Layanan Pembebasan Biaya Perkara di Lingkungan Peradilan Umum, Agama dan TUN Dalam 3 Tahun Terakhir
Lingkungan Peradilan
Peradilan Umum
Peradilan Agama
Peradilan Tata Usaha Negara
Tahun
Jumlah Pengadilan Pemberi Layanan
Jumlah Layanan (Perkara)
2014
39
96
2015
256
912
2016
227
1.542
2014
359
11.513
2015
359
10.748
2016
359
26.451
2014
15
---
2015
28
9
2016
28
12
Sasaran 3 Indikator kinerja ke – 2:
Persentase perkara yang diselesaikan di luar gedung pengadilan.
Persentase perkara yang diselesaikan di luar gedung pengadilan/zitting plaats adalah perbandingan antara jumlah perkara yang diselesaikan di luar gedung pengadilan dengan jumlah perkara yang seharusnya diselesaikan di luar gedung pengadilan. Indikator ini untuk mengukur kinerja Mahkamah Agung dalam memberikan kemudahan akses layanan hukum bagi masyarakat yang mengalami hambatan biaya, fisik maupun geografis dalam menjangkau lokasi kantor pengadilan. Tabel 3.29: Persentase Perkara Yang Diselesaikan Di Luar Gedung Pengadilan Capaian Indikator Kinerja
Target
Realisasi 2016
Persentase perkara yang diselesaikan di luar gedung pengadilan
93%
86,33%
2015
92,82% 142,85%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
2014 143%
34
Pengadilan dapat menyelenggarakan sidang di luar gedung Pengadilan khususnya untuk jenis perkara-perkara yang pembuktiannya mudah atau bersifat sederhana, kemudian berdasarkan pada karakteristik jumlah perkara, dan keterjangkauan wilayah. Lokasi penyelenggaraan sidang di luar gedung pengadilan dapat ditetapkan melalui koordinasi antara pengadilan dengan pemerintah daerah atau instansi lain. Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama dan Pengadilan Tata Usaha Negara dapat menyelenggarakan layanan sidang di luar gedung pengadilan secara bersama-sama sesuai dengan kebutuhan. Sidang di luar gedung Pengadilan dapat dilaksanakan secara terpadu dengan layanan Posbakum Pengadilan. Pada tahun 2014 indikator kinerja perkara yang diselesaikan melalui sidang di luar gedung pengadilan baik di dalam negeri maupun di luar negeri capaian kinerjanya 143%, tahun 2015 menjadi 142,85% dan tahun 2016 menjadi 92,82%. Pada indikator perkara yang diselesaikan melalui sidang di luar gedung pengadilan baik di dalam negeri maupun di luar terdiri dari: 1. Peradilan Umum (Perkara Perdata) 2. Peradilan Agama 3. Peradilan Militer Ad1. Jumlah perkara pada peradilan umum yang seharusnya diselesaikan melalui sidang di luar gedung pengadilan sebanyak 28.734 perkara pada 83 lokasi sidang dan semuanya dapat diselesaikan sehingga realisasi 100% Ad2. Jumlah perkara pada peradilan agama yang seharusnya diselesaikan melalui sidang di luar gedung pengadilan (dalam negeri) sebanyak 67.986 perkara pada 370 lokasi sidang dan semuanya dapat diselesaikan sehingga realisasi 100%. Sidang di luar gedung pengadilan selain di dalam negeri juga diselenggarakan di luar negeri pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia, penyelenggaraannya berdasarkan SK KMA Nomor 084/KMA/SK/V/2011. Kegiatan tersebut didanai dan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri. Adapun jenis perkara yang disidangkan adalah perkara isbat (penetapan) nikah.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
35
Tabel 3.30: Data Layanan Sidang Isbat Nikah di Luar Negeri Sejak 2014 No
Tahun
Waktu Pelaksanaan
Kota, Negara
1
2014
22 s.d. 24 Desember
Tawau, Malaysia
322
2
2015
21 s.d. 23 Desember
Tawau, Malaysia
292
26 s.d. 28 September
Kuching, Malaysia
191
10 s.d. 12 Oktober
Jeddah, Arab Saudi
127
17 s.d. 19 Oktober
Kinabalu, Malaysia
200
7 s.d. 10 November
Tawau, Malaysia
263
5 s.d. 7 Desember
Kinabalu, Malaysia
210
3
2016
Jumlah Perkara Disidangkan
Ad3. Jumlah perkara pada peradilan militer yang yang seharusnya diselesaikan melalui sidang di luar gedung pengadilan sebanyak 354 perkara dan diselesaikan sebanyak 209 (59%) perkara pada 47 lokasi sidang. Hal ini disebabkan karena biaya penyelenggaraan tinggi sementara anggaran yang tersedia terbatas sehingga tidak dapat menyelesaikan beberapa perkara
yang
belum
selesai
dalam
satu
kali
sidang.
Biaya
penyelenggaraannya tinggi karena wilayah hukum masing-masing satker pengadilan militer sangat luas, dimana hanya ada 19 satker di Indonesia. Tabel 3.31: Data Layanan Sidang Di Luar Gedung Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan Militer Tahun 2014 – 2016 No
Lingkungan Peradilan
1 Peradilan Umum
2 Peradilan Agama
3 Peradilan Militer
Tahun
Jumlah Lokasi Sidang
2014 2015 2016 2014 2015 2016 2014 2015 2016
66 50 83 523 357 370 33 48 47
Jumlah Perkara Diselesaikan 522 1.065 28.734 30.857 27.580 67.986 180 190 209
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
36
Sasaran 3 Indikator kinerja ke - 3: Persentase perkara permohonan (voluntair) identitas hukum. Persentase perkara permohonan (voluntair) identitas hukum adalah perbandingan jumlah perkara permohonan (voluntair) identitas hukum yang diselesaikan dengan jumlah perkara permohonan (voluntair) identitas hukum yang diajukan. Tabel 3.32: Persentase Perkara Permohonan (Voluntair) Identitas Hukum Indikator Kinerja
Target
Persentase perkara permohonan (voluntair) identitas hukum
Capaian (%)
Realisasi
100%
100%
2016
2015
2014
100
100
100
Permohonan identitas hukum dilaksanakan pada lingkungan peradilan agama. Jumlah perkara permohonan identitas hukum yang diajukan sejumlah 16.396 perkara dan dapat direalisasikan seluruhnya. Permohonan identitas hukum yang terpenuhi tersebut dihimpun dari 362 lokasi yang dilakukan secara terpadu antara pengadilan agama dengan pemerintah daerah dan Kementerian Agama.
Sasaran 3 Indikator kinerja ke – 4: Persentase pencari keadilan golongan tertentu yang mendapat layanan bantuan hukum (Posbakum). Persentase pencari keadilan golongan tertentu yang mendapat layanan bantuan hukum adalah perbandingan antara jumlah pencari keadilan golongan tertentu yang mendapatkan layanan bantuan hukum dengan jumlah pencari keadilan golongan tertentu. Tabel 3.33: Persentase Pencari Keadilan Golongan Tertentu Yang Mendapat Layanan Bantuan Hukum (Posbakum) Capaian (%) Indikator Kinerja Persentase pencari keadilan golongan tertentu yang mendapat layanan bantuan hukum (Posbakum)
Target
100%
Realisasi
100%
2016
2015
2014
100
N.A
N.A
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
37
Posbakum di Pengadilan memberikan manfaat yang sangat besar bagi para pencari keadilan terutama bagi mereka yang tidak mampu karena melalui program ini masyarakat dapat memperoleh layanan hukum berupa informasi, konsultasi, dan advis hukum, serta pembuatan dokumen hukum berupa surat gugatan yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian perkara di pengadilan. Pemberian layanan melalui Posbakum Pengadilan ini mengalami dinamika peningkatan dan penurunan jumlah layanan dari tahun ke tahun. Berikut adalah data pemberian layanan Posbakum Pengadilan sejak tahun 2014 yang dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum: Tabel 3.34: Data Layanan Posbakum Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum Sejak Tahun 2014 Tahun
Jumlah Posbakum
Jumlah Layanan
2014
56
788 Perkara
2015
350
11.551 Orang
2016
352
10.055 Orang
Pada tahun 2016 pada lingkungan peradilan umum berhasil memberikan bantuan layanan hukum kepada seluruh pencari keadilan golongan tertentu, yaitu sejumlah 10.055 orang. Data pemberian layanan Posbakum Pengadilan sejak tahun 2014 yang dilakukan oleh pengadilan agama/mahkamah syar’iyah adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.35: Data Layanan Posbakum Pengadilan di Lingkungan Peradilan Agama Sejak Tahun 2014 Tahun
Jumlah Posbakum
Jumlah Pencari Keadilan
2014
74
82.145
2015
120
77.344
2016
120
195.023
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
38
Pada tahun 2016 lingkungan peradilan agama berhasil memberikan bantuan layanan hukum kepada seluruh pencari keadilan golongan tertentu, yaitu sejumlah 195.023 orang. Data pemberian layanan Posbakum Pengadilan sejak tahun 2014 yang dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut: Tabel 3.36: Data Layanan Posbakum Pengadilan di Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara Sejak Tahun 2014 Tahun
Jumlah Posbakum
Jumlah Pencari Keadilan
2014
15
2
2015
28
9
2016
28
13
Pada tahun 2016 jumlah lingkungan peradilan TUN berhasil memberikan bantuan layanan hukum kepada seluruh pencari keadilan golongan tertentu, yaitu sejumlah 13 orang.
Semua lingkungan peradilan yang menyelenggarakan pos bantuan hukum telah berhasil memberikan bantuan layanan hukum kepada seluruh pencari keadilan golongan tertentu sehingga realisasi dari indikator ini 100%.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
39
Sasaran 4:
Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan
Kepatuhan terhadap putusan pengadilan dapat diukur dari jumlah putusan yang dilaksanakan tanpa adanya eksekusi. Permohonan eksekusi muncul akibat ketidakpatuhan salah satu pihak sehingga semakin sedikit permohonan eksekusi maka kepatuhan terhadap putusan pengadilan semakin tinggi. Tabel 3.37: Meningkatnya Kepatuhan Terhadap Putusan Pengadilan Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan
Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi)
Target
Realisasi
Capaian
50%
99%
198%
Sasaran 4 Indikator kinerja ke- 1: Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi) Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi) adalah perbandingan jumlah putusan perkara perdata dan TUN sudah berkekuatan hukum tetap yang tidak mengajukan permohonan eksekusi dengan jumlah putusan perkara perdata dan TUN yang sudah berkekuatan hukum tetap. Indikator ini untuk mengukur kepatuhan para pencari keadilan terhadap amar (isi) putusan pengadilan. Tabel 3.38: Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi) Capaian Indikator Kinerja
Target
Realisasi
2016
2015
2014
Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti
50%
99%
198% 125,33%
NA
(dieksekusi)
Pada tahun 2015 jumlah putusan perkara perdata dan TUN yang sudah berkekuatan hukum tetap sebesar 5.334 perkara, yang mengajukan eksekusi 321 perkara, maka yang patuh sebanyak 5.013 perkara (94%), dengan target 75%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
40
maka capaian kinerja 125,33%. Pada tahun 2016 jumlah putusan perkara perdata dan TUN yang sudah berkekuatan hukum tetap sebesar 47.643 perkara, yang mengajukan eksekusi sebanyak 455 perkara, sehingga yang patuh sebanyak 47.188 perkara (99%), dengan target 50% maka capaian kinerja 198%. Tabel 3.39: Data Putusan Perkara Perdata Yang Telah BHT dan Yang Mengajukan Eksekusi Tahun 2015 Dan 2016 Putus 2015
BHT 2015
Eksekusi 2015
Putus 2016
BHT 2016
Eksekusi 2016
933.583
5.334
321
2.100.755
47.643
455
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
41
Sasaran 5 : Terwujudnya Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Aparat Peradilan Secara Optimal Baik Internal Maupun Eksternal Pengawasan merupakan salah satu faktor kunci guna meningkatan kepercayaan publik kepada pengadilan, untuk mewujudkan hal tersebut Mahkamah Agung secara terus menerus berupaya membuat kebijakan baru guna memberikan pelayanan yang ideal, efektif dan efisien yang dapat memperkuat fungsi pengawasan. Dengan adanya oknum peradilan yang terkena operasi tangkap tangan oleh KPK, Mahkamah Agung perlu melakukan evaluasi kebijakan yang ada dan menetapkan kebijakan baru yang mampu memperbaiki kondisi yang ada. Sesuai dengan amanat cetak biru dalam rangka penegakan disiplin kerja hakim dan seluruh aparat di lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan, Mahkamah Agung menerbitkan Perma Nomor 7 Tahun 2016 dengan maksud menegakkan disiplin khususnya terhadap hakim karena sejak dikeluarkannya PP Nomor 94 Tahun 2012 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim, terjadi penurunan disiplin hakim yang diantaranya disebabkan karena tidak ada aturan yang mewajibkan hakim untuk datang tepat waktu dan mengisi daftar hadir sehingga
dengan
terbitnya
Perma
Nomor
7
Tahun
2016
terwujudnya
keseragaman penegakan disiplin baik terhadap hakim maupun non hakim. Berdasarkan SK KMA Nomor 096/KMA/SK/X/2006 tanggung jawab pengawasan hanya dibebankan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding dan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama, sehingga pengawasan melekat tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka mengefektifkan pengawasan Mahkamah Agung menerbitkan Perma Nomor 8 Tahun 2016 yang memberikan tanggung jawab pengawasan, pembinaan dan pengendalian kepada
setiap pemangku jabatan
struktural di lingkungan
Mahkamah Agung maupun seluruh jajaran peradilan di bawahnya. Dengan penetapan tanggung jawab tersebut dalam hal tidak dipenuhinya kewajiban pengawasan dan pembinaan oleh atasan langsung merupakan pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi berupa penjatuhan hukuman disiplin. Pelaksanaan pemeriksaan dan pemberian sanksi tersebut berlaku bagi pemangku jabatan tanpa terkecuali, sehingga kepada pimpinan Mahkamah Agung pun dapat
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
42
dilakukan pemeriksaan dan dijatuhi hukuman disiplin apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti adanya pelanggaran. Tabel 3.40: Terwujudnya Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Aparat Peradilan Secara Optimal Baik Internal Maupun Eksternal Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Terwujudnya pelaksanaan a. Persentase pengaduan yang dapat ditindaklanjuti pengawasan kinerja aparat b. Persentase pengaduan peradilan secara optimal baik yang selesai ditindaklanjuti internal maupun eksternal dan dipublikasikan
Realisasi Capaian
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Sasaran 5 Indikator kinerja ke – 1 : Persentase pengaduan yang dapat ditindaklanjuti. Persentase
pengaduan
yang
ditindaklanjuti
adalah
perbandingan
antara
pengaduan yang ditindaklanjuti dengan pengaduan yang diterima Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di Bawahnya. Indikator kinerja ini untuk mengukur kinerja dalam menindaklanjuti pengaduan yang diterima Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di Bawahnya yang dilaksanakan dan dikoordinir Badan Pengawasan. Tabel 3.41: Persentase Pengaduan Yang Dapat Ditindaklanjuti Capaian Indikator Kinerja Persentase pengaduan yang dapat ditindaklanjuti
Target
100%
Realisasi
100%
2016
2015
2014
100%
100%
100%
Dalam proses pencapaian target kinerja, telah dilakukan pengukuran pencapaian kinerja pertriwulan, sebagaimana tabel berikut:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
43
Tabel 3.42: Penanganan Pengaduan Masyarakat Tahun 2016 Penanganan Pengaduan Diperiksa Badan Pengawasan Dijawab dengan surat Delegasi Pengadilan Tk. Banding Delegasi Pengadilan Tk. Pertama Delegasi Internal Jumlah
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Jumlah pengaduan
Realisasi (%)
Jumlah pengaduan
Realisasi (%)
Jumlah pengaduan
Realisasi (%)
Jumlah pengaduan
Realisasi (%)
96
100
78
100
43
100
30
100
191
100
224
100
169
100
133
100
20
100
27
100
20
100
30
100
87
100
120
100
111
100
73
100
68
100
88
100
119
100
102
100
462
537
462
368
Dari surat pengaduan yang masuk sejumlah 2.373 pengaduan, semuanya telah ditindaklanjuti, diawali dari telaah oleh Hakim Tinggi Pengawas kemudian dilanjutkan penanganan lebih lanjut dengan perincian sebagai berikut: - Diperiksa Badan Pengawasan: 247 pengaduan Dibuat SK Tim Pemeriksa oleh Kepala Badan Pengawasan, Tim Pemeriksa melakukan pemeriksaaan bertempat pada satker di mana pengaduan berasal. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan kepada Ketua kamar Pengawasan dalam bentuk surat, bila setuju dengan rekomendasi dari Tim Pemeriksa maka diteruskan kepada Ketua Mahkamah Agung dan bila disetujui maka kembali lagi ke Badan Pengawasan untuk dibuatkan surat pengantar penerbitan SK Hukuman Disiplin kepada Ditjen terkait (untuk tenaga teknis) dan kepada Sekretaris Mahkamah Agung (untuk tenaga non teknis). Tahun 2016 mengalami kenaikan sejumlah 82 pengaduan dibandingkan tahun 2015 yaitu sejumlah 165 pengaduan, hal tersebut dikarenakan adanya penambahan Hakim Tinggi dan Hakim Yustisial pada Badan Pengawasan, sebagai komitmen Badan Pengawasan dalam meningkatkan kinerjanya mengenai penyelesaian pengaduan masyarakat secara cepat, tepat dan transparan - Dijawab dengan surat: 717 pengaduan Surat pengaduan yang masuk Badan Pengawasan tidak semuanya merupakan pengaduan sesuai dengan syarat yang sudah ditentukan, tetapi ada pengaduan yang berisi subtansi dari perkara yang sedang berjalan pada peradilan tingkat
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
44
pertama, Banding, Kasasi dan PK. Surat pengaduan yang berisi hal tersebut dijawab langsung dengan surat kepada yang bersangkutan. Tahun 2016 mengalami kenaikan yang signifikan sejumlah 255 pengaduan dibandingkan tahun 2015 sejumlah 462 pengaduan, hal tersebut merupakan salah satu indikasi semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada Badan Pengawasan dalam menindaklanjuti pengaduan. - Delegasi Pengadilan Tk. Banding: 97 pengaduan Surat pengaduan yang masuk Badan Pengawasan dilakukan telaahan oleh Hakim Tinggi Pengawas, bila penanganan surat tersebut dapat diselesaikan dan dilakukan pemeriksaan oleh pengadilan tingkat banding maka surat tersebut didelegasikan dan hasil pemeriksaan atau LHP nya dikirim ke Badan Pengawasan untuk penyelesaian selanjutnya. - Delegasi Pengadilan Tk. Pertama: 391 pengaduan Surat pengaduan yang masuk Badan Pengawasan ditelaah oleh Hakim Tinggi Pengawas, bila penanganan surat tersebut dapat diselesaikan dan dilakukan pemeriksaan oleh pengadilan tingkat pertama maka surat tersebut didelegasikan dan hasil pemeriksaan atau LHP nya dikirim ke Badan Pengawasan untuk penyelesaian selanjutnya. - Delegasi Internal: 377 pengaduan Surat pengaduan yang masuk bukan permasalahan yang ditangani oleh Badan Pengawasan tetapi oleh satker lain seperti Ditjen atau Kepaniteraan, maka surat tersebut diteruskan oleh Badan Pengawasan kepada satker bersangkutan sesuai dengan permasalahan yang disampaikan. -
Diarsipkan sejumlah 544 pengaduan Kriteria surat yang diarsipkan adalah surat yang identitas pelapor dan terlapor tidak jelas, tidak disertai data dukung dan tidak menunjuk substansi secara jelas seperti tidak menyebutkan nama pengadilan atau nomor perkara dimaksud
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
45
Sasaran 5 Indikator kinerja ke – 2: Persentase pengaduan yang selesai ditindaklanjuti dan dipublikasikan. Persentase pengaduan yang selesai ditindaklanjuti dan dipublikasikan adalah perbandingan
antara
jumlah
pengaduan
yang
selesai
ditindaklanjuti
dan
dipublikasikan dengan jumlah pengaduan yang harus selesai ditindaklanjuti dan dipublikasikan. Indikator kinerja ini mengukur keberhasilan dalam menangani pengaduan yang diproses oleh Tim Pemeriksa Badan Pengawasan. Tabel 3.43: Persentase Pengaduan Yang Selesai Ditindaklanjuti dan Dipublikasikan Capaian Indikator Kinerja Persentase pengaduan yang selesai ditindaklanjuti dan dipublikasikan
Target
100%
Realisasi
100%
2016
2015
2014
100%
109%
100%
Tahun 2016 pengaduan yang diperiksa langsung oleh Badan Pengawasan, sejumlah 247 LHP. Perbandingan LHP pengaduan yang diperiksa langsung oleh Badan Pengawasan 3 (tiga) tahun terakhir diuraikan sebagai berikut: Tahun 2014 LHP pengaduan yang diperiksa langsung oleh Badan Pengawasan sejumlah 116 LHP dibandingkan dengan tahun 2015 sejumlah 186 LHP, terjadi kenaikan sejumlah 70 LHP. Tahun 2015 yang dijatuhi hukuman disiplin sejumlah 186 LHP dibandingkan dengan tahun 2016 sejumlah 247 LHP, mengalami kenaikan sejumlah 61 LHP. Dari data di atas terlihat bahwa pada tahun 2014 s.d. tahun 2015 terjadi kenaikan sebanyak 70 LHP pengaduan yang diperiksa langsung oleh Badan Pengawasan, di mana pada tahun 2015 s.d. tahun 2016 juga terjadi kenaikan sebanyak 61 LHP, hal tersebut dikarenakan semakin efektifnya tim pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Dari 247 LHP tersebut, ditutup 146 LHP karena berdasarkan hasil pemeriksaan tidak terbukti adanya pelanggaran disiplin maupun kode etik dan 101 LHP ditindaklanjuti dengan penjatuhan hukuman disiplin yang kemudian dipublikasikan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
46
melalui website Badan Pengawasan, laporan tahunan Mahkamah Agung, dengan perincian berdasarkan inspektorat wilayah sebagai berikut: Tabel 3.44: Pengelompokkan LHP Hukuman Disiplin Berdasarkan Inspektorat Wilayah Wilayah I
Wilayah II
Wilayah III
Wilayah IV
Jumlah
28 LHP
44 LHP
21 LHP
8 LHP
101 LHP
Dari 101 LHP tersebut yang dikenakan penjatuhan hukuman disiplin sejumlah 150 orang, yang diuraikan pada tabel berikut: Tabel 3.45: Hukuman Disiplin Tahun 2016 Jenis Hukuman Disiplin NO 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jabatan Hakim Hakim Ad Hoc Hakim Pajak Panitera/Sekretaris Wakil Panitera Wakil Sekretaris Panitera Muda Panitera Pengganti Jurusita Jurusita Pengganti Pejabat Struktural Staf
Berat
Sedang
Ringan
15 1 2 1 1 7 2 2 4 11
13 2 1 0 1 3 1 3
43 1 1 7 3 3 9 1 4 4 4
Jumlah
Persentase
71 1 1 10 3 4 5 19 3 7 8 18
47,33% 0,67% 0,67% 6,67% 2% 2,67% 3,33% 12,67% 2% 4,67% 5,33% 12%
150
100%
JUMLAH
Perbandingan penjatuhan hukuman disiplin tiga tahun terakhir diuraikan sebagai berikut: -
Tahun 2014 yang dijatuhi hukuman disiplin sejumlah 209 orang dibandingkan dengan tahun 2015 sejumlah 266 orang, terjadi kenaikan sejumlah 57 orang.
-
Tahun 2015 yang dijatuhi hukuman disiplin sejumlah 266 orang dibandingkan dengan tahun 2016 sejumlah 150 orang, mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebanyak 116 orang.
Dari data di atas terlihat bahwa pada tahun 2014 s.d. tahun 2015 terjadi kenaikan penjatuhan hukuman disiplin akan tetapi pada tahun 2015 s.d. tahun 2016 terjadi
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
47
penurunan yang signifikan, hal tersebut dikarenakan adanya komitmen dari pimpinan Mahkamah Agung yang bertekad untuk meningkatkan pengawasan dan membasmi segala bentuk praktik-praktik yang melanggar kode etik. Disamping itu didukung oleh semakin efektifnya kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan kepada Pengadilan Tingkat Pertama maupun Pengadilan Tingkat Banding. Mahkamah Agung RI menjelang akhir tahun 2016 meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Pengawasan Mahkamah Agung (SIWAS MARI), untuk menjawab amanat Undang-Undang No 14. Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan mendukung pelaksanaan PERMA Nomor 9 Tahun 2016 serta dalam rangka memberikan pelayanan penanganan pengaduan yang ideal, efektif dan efisien, dan upaya pencegahan pelanggaran serta mempercepat pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. (pengukuran kinerjanya baru dapat dilakukan pada tahun 2017).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
48
Sasaran 6 : Terwujudnya transparansi pengelolaan SDM lembaga peradilan berdasarkan parameter objektif Tabel 3.46: Terwujudnya Transparansi Pengelolaan SDM Lembaga Peradilan Berdasarkan Parameter Objektif Sasaran Strategis Terwujudnya transparansi pengelolaan SDM lembaga peradilan berdasarkan parameter objektif
Indikator Kinerja
Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
a. Persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif
90
85,25
94,7
b. Persentase Hakim yang telah memiliki sertifikasi spesialisasi keahlian
90
99,73
110,8
c. Persentase pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi
50
97,19
194,3
d. Pedoman persentase SDM yang promosi dan mutasi berdasarkan parameter objektif
90
98,9
101
Sasaran 6 Indikator kinerja ke – 1: Persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif. Persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif adalah perbandingan antara jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif dengan semua jabatan. Indikator kinerja ini untuk mengukur pengisian jabatan baik teknis dan non teknis yang sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan. Pengisian jabatan teknis yang memenuhi standar kompetensi diukur berdasarkan fit and proper test, sedangkan jabatan non teknis diukur berdasarkan seleksi jabatan pimpinan tinggi.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
49
Tabel 3.47: Persentase Jabatan Yang Sudah Memenuhi Standar Kompetensi Sesuai Dengan Parameter Objektif Indikator Kinerja
Target
Persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif
Capaian
Realisasi
90%
85,25%
2016
2015
2014
94,7%
81,7%
N.A
Pada tahun 2016 Mahkamah Agung telah melaksanakan fit and proper test untuk jabatan tenaga teknis yang diikuti oleh 397 peserta, dan jumlah peserta yang lulus sebanyak 293 peserta. Sehingga realisasinya sebesar 73,8%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.48: Jabatan Yang Sudah Dilakukan Fit And Proper Test Tahun 2016 Fit and Proper Test Hakim Panitera Calon Wakil Ketua PA Calon Wakil Ketua PA Klas IB Calon Wakil Ketua PA Klas IB Gel II Calon Asisten Hakim Agung Calon Panitera PTA Hakim Yustisial (PP) pada kamar TUN Panitera PT TUN Panitera PTUN Jumlah
100 76 45 60
Jumlah peserta yang lulus 100 76 22 27
46
26
56,5
Peradilan Agama
12 23
8 9
66,67 39,13
Peradilan Agama Peradilan Agama
7
7
100
Peradilan TUN
11 17 397
6 12 293
54,54 70,58 73,80
Peradilan TUN Peradilan TUN
Jumlah Peserta
Realisasi (%)
Keterangan
100 100 48,89 45
Peradilan Umum Peradilan Umum Peradilan Agama Peradilan Agama
Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi: Mahkamah Agung melaksanakan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama (Eselon I.a dan II.a) untuk jabatan struktural. Jumlah formasi yang harus diisi adalah 91 Jabatan, dan sampai dengan akhir tahun 2016 terealisasi sebanyak 88 Jabatan (96,7%). Jabatan yang tidak terealisasi pada tahun 2016 sebagai berikut: 1. Sekretaris Mahkamah Agung RI: belum ditentukan pemenang. 2. Kepala Biro Umum BUA Mahkamah Agung RI: belum ditentukan pemenang. 3. Sekretaris Pengadilan Tinggi Maluku Utara: mengundurkan diri. Adapun perincian jabatan dan jumlah formasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
50
Tabel 3.49: Perincian Jabatan dan Formasi pada Seleksi Pimpinan Jabatan Tinggi Tahun 2016 No.
Jumlah
Nama Jabatan
Peserta
Jumlah Formasi
Formasi Yang Terisi
1
Direktur Jenderal Badan Peradilan Militer dan Peradilan TUN
4
1
1
2
Kepala Badan Pengawasan
6
1
1
3
Inspektur Wilayah I Badan Pengawasan
3
1
1
4
Inspektur Wilayah II Badan Pengawasan
4
1
1
5
Inspektur Wilayah III Badan Pengawasan
4
1
1
6
Direktur Pembinaan Tenaga Teknis Peradilan Umum
10
1
1
7
Direktur Pembinaan Tenaga Teknis dan Administrasi Peradilan Militer
4
1
1
8
Sekretaris Jenderal Direkrorat Jenderal Badan Peradilan Militer dan Tata usaha Negara
5
1
1
9
Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi BUA
10
1
1
10
Sekretaris Pengadilan Tingkat Banding Eselon II.a
26
12
12
11
Sekretaris Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama Klas I A Khusus Eselon II.b
98
68
67
12
Sekretaris Mahkamah Agung RI
7
1
-
13
Kepala Biro Umum Badan Urusan Administrasi
6
1
-
187
91
88
Jumlah
Berdasarkan tabel-tabel di atas, maka pencapaian pada indikator persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif sebesar 85,25%, hasil ini merupakan akumulasi realisasi fit and proper test dan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi. Sasaran 6 Indikator kinerja ke – 2: Persentase Hakim yang telah memiliki sertifikasi spesialisasi keahlian. Persentase Hakim yang telah memiliki sertifikasi spesialisasi keahlian adalah perbandingan jumlah hakim yang lulus pelatihan sertifikasi spesialisasi keahlian dengan jumlah hakim yang mengikuti pelatihan sertifikasi spesialisasi keahlian. Indikator kinerja ini bertujuan mengukur hakim yang memiliki spesialisasi keahlian tertentu. Capaian persentase hakim yang telah memiliki sertifikasi spesialisasi keahlian tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
51
Tabel 3.50: Persentase Hakim Yang Telah Memiliki Sertifikasi Spesialisasi Keahlian Capaian Indikator Kinerja
Target
Realisasi 2016
Persentase Hakim yang telah memiliki sertifikasi spesialisasi keahlian
90%
99,73%
2015
2014
110,8% 110,58% 116,52%
Analisis Capaian: Tahun 2016, rencana awal jumlah hakim yang mengikuti pelatihan sertifikasi sebanyak 425 orang tetapi kemudian berubah menjadi 754 orang, karena adanya output program pendidikan dan pelatihan calon hakim terpadu yang tidak dilaksanakan di tahun 2016 sehingga anggarannya (revisi/optimalisasi) untuk menambah output peserta pelatihan sertifikasi sebanyak 329 orang. Dari 754 orang ditargetkan 90% (671 peserta) dapat lulus dan memperoleh sertifikasi spesialisasi keahlian. Dalam pelaksanaannya, pelatihan sertifikasi dihadiri 751 orang dan yang lulus sebanyak 749 orang atau sebesar 99,73% sehingga capaiannya adalah 110,8% jumlah ini meningkat dari capaian tahun 2015 110,58%. Perincian jenis dan jumlah peserta pelatihan sertifikasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.51: Program Diklat Sertifikasi No.
Jenis Diklat
1
Sertifikasi Hakim Tipikor
2
Jumlah Peserta Semula
Revisi
Hadir
Lulus
Realisasi
-
120
120
119
99,16%
Sertifikasi Hakim Mediator
80
92
82
82
47,67%
3
Sertifikasi Hakim PHI
145
-
43
43
86%
4
Sertifikasi Hakim PHI Ad Hoc
-
62
64
64
103,22%
5
Sertifikasi Sistem Perikanan
40
40
38
38
95%
6
Sertifikasi Hakim Lingkungan Hidup
80
80
78
78
97,50%
7
Sertifikasi Hakim Sistem Peradilan
80
240
208
208
86,66%
-
120
118
117
97,50%
Pidana Anak (SPPA) 8
Sertifikasi Hakim Ekonomi Syariah Jumlah
425
754
751
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
749
99,73%
52
Mahkamah Agung telah melaksanakan program diklat sertifikasi bagi Hakim khusus atau Hakim bersertifikat yang bertujuan menyiapkan Hakim yang memiliki kompetensi dan terlatih dalam menangani perkara yang memerlukan keahlian khusus seperti tindak pidana korupsi, hubungan industrial, perikanan, dan sistem peradilan pidana anak melalui pola sertifikasi. Pelatihan Ekonomi Syariah mulai tahun 2016 dilaksanakan dengan pola sertifikasi sesuai arahan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2016 tentang Sertifikasi Hakim Ekonomi Syariah. Sasaran 6 Indikator kinerja ke – 3: Persentase
pegawai
yang
telah
mendapatkan
pengembangan kompetensi. Persentase pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi adalah perbandingan jumlah pegawai yang lulus diklat teknis non yudisial (diasumsikan telah mendapatkan pengembangan kompetensi dengan jumlah peserta yang mengikuti diklat teknis non yudisial. Indikator kinerja ini untuk mengukur pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Balitbang Diklat Kumdil. Capaian persentase pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi tahun 2016 berdasarkan pegawai yang lulus diklat non yudisial, seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 3.52: Persentase Pegawai Yang Telah Mendapatkan Pengembangan Kompetensi Indikator Kinerja
Target
Capaian
Realisasi 2016
Persentase pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi
50%
97,19%
2015
194,3% 97,19%
2014 96,83%
Jumlah peserta diklat non teknis yudisial tahun 2016 sebanyak 1.426 orang, dengan jumlah peserta lulus 1.386 orang (97,19%) sehingga capaiannya adalah 194,3%. Perincian jumlah peserta diklat non teknis yudisial sebagai berikut:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
53
Tabel 3.53: Diklat Non Teknis Yudisial Jumlah Peserta Tahun 2015
Tahun 2016
Jumlah Peserta Diklat (hingga tahun 2016)
Diklat Prajabatan Golongan III Diklat Prajabatan Golongan II Diklat Kepemimpinan Tingkat IV
325 963 36
238 107 80
4.337 2.599 395
Diklat Kepemimpinan Tingkat III
33
74
345
Diklat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
142
32
253
Diklat Akuntansi Berbasis Akrual
471
67
574
-
90
1.264
63
315
558
Diklat Penyusunan LkjIP
-
122
242
Diklat Penyusunan Angka Kredit Widyaiswara
-
22
22
TOT Manajemen SAKIP
-
50
50
Diklat Teknis Perencana
-
76
76
2.026
1.426
11.624
Nama Pelatihan
Diklat Pengadaan Barang dan Jasa Diklat Sertifikasi Bendahara
Jumlah Peserta yang Mengikuti Diklat
Sasaran 6 Indikator kinerja ke – 4:
Persentase SDM yang promosi dan mutasi berdasarkan parameter objektif.
Persentase SDM yang promosi dan mutasi berdasarkan parameter objektif adalah persentase SDM yang dipromosi dan mutasi berdasarkan standar dan kompetensi yang berlaku. Indikator ini untuk mengukur kelayakan dan kecakapan SDM yang dipromosi dan mutasi. Capaian pada indikator ini tergambar pada tabel berikut ini:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
54
Tabel 3.54: Persentase SDM Yang Promosi dan Mutasi Berdasarkan Parameter Objektif Capaian (%) Indikator Kinerja
Target
Persentase SDM yang promosi dan mutasi berdasarkan parameter objektif
90%
Realisasi
98,9%
2016
2015
2014
101
N.A
N.A
Mahkamah Agung telah melakukan promosi dan mutasi bagi pegawai baik di struktural maupun fungsional. Bagi pejabat fungsional, promosi dan mutasi dilaksanakan dengan melakukan tiga kegiatan, yakni pengangkatan, kenaikan jabatan dan pengangkatan kembali. Capaian persentase pegawai yang telah mendapatkan promosi dan mutasi tahun 2016 dapat dilihat pada uraian berikut: 1. Pengangkatan Pejabat Fungsional Tertentu Mahkamah Agung Pada tahun 2016, Mahkamah Agung telah mengangkat Pejabat Fungsional Tertentu sebanyak 32 orang dari target sebanyak 50 orang dengan realisasi 64%. Hal Ini dikarenakan pengusulan untuk jabatan fungsional masih belum memenuhi persyaratan dalam pengumpulan Penetapan Angka Kredit (PAK) jabatan fungsional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.55: Pengangkatan Pejabat Fungsional Tertentu Nama Jabatan Fungsional Tertentu
Pengangkatan
Kenaikan Jabatan
Pengangkatan Kembali
Jumlah
Analis Kepegawaian
2
1
-
3
Arsiparis
1
-
-
1
Auditor
5
3
-
8
Perawat
-
4
-
4
Perawat Gigi
1
-
-
1
Pranata Komputer
3
1
-
4
Pustakawan
2
-
1
3
Widyaiswara
-
8
-
8
14
17
1
32
JUMLAH
2. Pengangkatan dan Pemindahan dalam Jabatan Mahkamah Agung pada tahun 2016 telah melaksanakan mutasi dan promosi bagi pegawai, sebagai berikut:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
55
a. Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung Badan Urusan Administrasi telah melaksanakan promosi dan mutasi sebanyak 882 orang dengan perincian sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 3.56: Promosi Mutasi Pegawai Non Teknis Promosi/ Mutasi Pegawai Non Teknis
Jumlah
Target
Pengangkatan CPNS-PNS
244 orang
250 orang
Pengangkatan Jabatan Struktural (Eselon III dan IV)
137 orang
150 orang
Kenaikan Pangkat
357 orang
500 orang
Mutasi
94 orang
100 orang
Pindah Melimpah
25 orang
30 orang
Pemberhentian Jabatan Struktural
25 orang
20 orang
882 orang
1.050 orang
Total
b. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Pada tahun 2016 Ditjen Peradilan Umum melaksanakan promosi/mutasi Hakim dan Panitera dengan perincian sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 3.57: Promosi/Mutasi TenagaTeknis Peradilan Tenaga Teknis Hakim Panitera Pengganti Total
Jumlah 1.333 962 2.295
c. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama telah melaksanakan 5 kali Rapat Tim Promosi dan Mutasi dan Rapat Pimpinan dengan perincian sebagai berikut:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
56
Tabel 3.58: Rapat Tim Promosi Mutasi dan Rapat Pimpinan No
TPM / Rapat pimpinan
Jumlah
1
TPM 1
350
2
Rapat pimpinan 1
30
3
Rapat pimpinan 2
6
4
TPM 2
5
Rapat pimpinan 3 Jumlah
680 2 1.068
d. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara Berdasarkan hasil TPM bulan September 2016 telah dilakukan Mutasi Hakim TUN sebanyak 134 orang, Promosi Hakim TUN sebanyak 17 orang dan Juru Sita Pengganti sebanyak 4 orang. Tabel 3.59: Mutasi Badilmiltun No.
Jabatan
Jumlah
MILITER 1
Hakim Sektim Bawas
1 orang
2
Hakim Militer Tinggi
2 orang
3
Hakim Tinggi Yustisial Balitbangdiklatkumdil
1 orang
4
Hakim Militer
5
Panmud Hukum
2 orang
6
Panitera Pengganti
2 orang
1
Hakim Tinggi TUN
14 orang
2
Ketua PTUN
18 orang
3
Waka PTUN
6 orang
4
Hakim PTUN
96 orang
17 orang
TUN
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
57
Tabel 3.60: Promosi Badilmiltun Jabatan
No
Lama
Baru
Jumlah
Militer 1
Kadilmiltama
Dirjen Badilmiltun
1 orang
2
Hakim Militer Utama
Waka Dilmiltama
1 orang
3
Kadilmilti
Hakim Militer Utama
1 orang
4
Waka Dilmilti
Kadilmilti
1 orang
5
Hakim Militer Tinggi
Wakadilmilti
1 orang
6
Kadilmil
Hakim Militer Tinggi
3 orang
7
Kadilmil Type B
Waka Dilmil Type A
2 orang
8
Hakim Militer
Kadilmil Type B
4 orang
9
Hakim Militer
Waka Dilmil Type B
7 orang
10
Pama
Panmud/PP
3 orang
11
Pama Mabes TNI
Panitera
4 orang
12
Staf
PP
1 orang
Tata Usaha Negara 1
Ketua PTUN
Hakim Tinggi
5 orang
2
Wakil Ketua PTUN
Ketua PTUN
7 orang
3
Hakim PTUN
Wakil Ketua PTUN
3 orang
4
Staf PTUN
Juru Sita Pengganti
4 orang
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
58
Sasaran 7 :
Meningkatnya
Pengelolaan
Manajerial
Lembaga
Peradilan secara Akuntabel, Efektif dan Efesien Untuk meningkatkan layanan peradilan, Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya secara berkesinambungan meningkatkan pengelolaan lembaga peradilan secara akuntabel, efektif
dan efisien.
Dalam upaya
mewujudkan sasaran ini, diperlukan 6 indikator sebagai berikut: 1. Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pelayanan prima. 2. Persentase peningkatan produktivitas kinerja SDM (SKP dan Penilaian Prestasi Kerja). 3. Ditetapkannya
Surat
Keputusan
Ketua
Mahkamah
Agung
tentang
Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung. 4. Terpenuhinya Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). 5. Persentase hasil monev dan hasil review yang dijadikan feedback untuk analisa kebijakaan. 6. Persentase tercapai target kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan. Tabel 3.61: Meningkatnya Pengelolaan Manajerial Lembaga Peradilan Secara Akuntabel, Efektif dan Efisien Sasaran Strategis Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga peradilan secara akuntabel, efektif, dan efisien
Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
a. Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pelayanan prima
75
59,63
79,51
b. Persentase peningkatan produktivitas kinerja SDM (SKP dan Penilaian Prestasi Kerja)
85
98,39
115,75
c. Ditetapkannya Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung
100
50
50
Indikator Kinerja
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
59
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja d. Persentase tercapai target kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan
Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
90
136,44
151,6
Sasaran 7: Indikator kinerja ke - 1:
Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan
prasarana
yang
mendukung
peningkatan
pelayanan prima. Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung
peningkatan
pelayanan
prima
adalah
perbandingan
jumlah
pengadilan yang memiliki gedung sesuai prototipe dengan jumlah gedung pengadilan keseluruhan. Indikator ini untuk mengukur tingkat dukungan layanan manajemen terhadap standardisasi gedung dan bangunan pengadilan atau telah memenuhi kebutuhan tata ruang layanan pengadilan (akses disabilitas, peradilan anak, ruang relaksasi/menyusui dan lain sebagainya). Tabel 3.62: Persentase Terpenuhinya Kebutuhan Standar Sarana dan Prasarana Yang Mendukung Peningkatan Pelayanan Prima Capaian (%) Indikator Kinerja Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pelayanan prima
Target
75%
Realisasi
59,63%
2016
2015
2014
79,50
N.A
N.A
Terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pelayanan prima adalah terstandarisasinya sarana dan prasarana pengadilan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dalam pengelolaan dan penatausahaan barang milik negara yang terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, konstruksi dalam pengerjaan, aset tetap tak berwujud dan aset tetap yang tidak digunakan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
60
Jumlah pengadilan yang berada di bawah Mahkamah Agung dari 4 lingkungan badan peradilan adalah sebanyak 825 pengadilan. Dalam rencana strategis 5 tahun, Mahkamah Agung telah menetapkan 75% dari 825 pengadilan (619 pengadilan) sebagai target pemenuhan standardisasi sarana dan prasarana pengadilan yang sesuai prototipe. Standardisasi sarana dan prasarana pengadilan meliputi pemenuhan kebutuhan untuk sidang perkara pidana anak, ruang mediasi dan fasilitas bagi penyandang disabilitas. Tahun 2016 pemenuhan standardisasi sarana dan prasarana pengadilan yang sesuai prototipe
telah
dilaksanakan
di
492
pengadilan.
Maka
penghitungan
realisasinya adalah 59,63% dan capaiannya 79,50%. Gedung kantor pengadilan yang telah prototipe hingga tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.63: Gedung Kantor Yang Telah Prototipe dan Belum Prototipe Pada 4 Lingkungan Peradilan Jumlah No
Ruang Lingkup Peradilan Prototipe
Belum Prototipe
Jumlah Pengadaan
1.
Peradilan Umum
198
195
393
2.
Peradilan Agama
256
121
377
3.
Peradilan Militer
19
4
23
4.
Peradilan Tata Usaha Negara
19
13
32
492
333
825
Jumlah
Sasaran 7: Indikator kinerja ke - 2:
Persentase peningkatan produktivitas kinerja SDM (SKP dan Penilaian Prestasi Kerja).
Persentase peningkatan produktivitas kinerja SDM (SKP dan Penilaian Prestasi Kerja) adalah perbandingan jumlah pegawai yang memiliki nilai prestasi kerja yang sangat baik, baik dan cukup dengan jumlah pegawai yang sudah menginput SKP ke dalam aplikasi SIKEP. Indikator ini untuk mengukur kinerja sumber daya manusia yang memiliki produktivitas kinerja baik sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Mahkamah Agung.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
61
Capaian persentase produktifitas kinerja SDM dilihat dari SKP dan penilaian kinerja tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut, yaitu: Tabel 3.64: Persentase Peningkatan Produktivitas Kinerja SDM (SKP dan Penilaian Prestasi Kerja) Capaian (%) Indikator Kinerja
Target
Persentase peningkatan produktivitas kinerja SDM (SKP dan Penilaian Prestasi Kerja)
85%
Realisasi
98,39%
2016
2015
2014
115,75
114,86
91,42
Data pengukuran tersebut diperoleh dari aplikasi SIKEP yang sudah terintegrasi dengan aplikasi SIMARI. Pengisian data SKP tahun 2015 sebanyak 28.664 pegawai atau 84% dari 31.353 pegawai. Sementara yang belum menginput data di SKP sebanyak 8,5%. Tahun 2016, pegawai yang menginput SKP sebanyak 10.753 atau 34,29% dari 31.353 pegawai, dan yang belum mengisi sebanyak 20.600 pegawai (65,70%). Pegawai yang memiliki nilai prestasi kerja sangat baik, baik dan cukup sebanyak 10.580 pegawai (98,39%), perinciannya dapat diihat pada tabel berikut: Tabel 3.65: Penilaian Prestasi Kerja PNS Mahkamah Agung RI Tahun 2016 No 1 2
3 4
Uraian Jumlah Pegawai Jumlah Penilaian Prestasi Kerja a. Sangat Baik b. Baik c. Cukup d. Kurang e. Buruk Sudah Input Belum Input
Tahun 2015 31.352
Tahun 2016 31.353
3.054 24.851 80 19 660 28.664 2.689
41 10.499 40 9 164 10.753 20.600
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
62
Sasaran 7: Indikator kinerja ke - 3:
Ditetapkannya Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung
tentang
Restrukturisasi
Organisasi
Mahkamah Agung Tabel 3.66: Realisasi Ditetapkannya Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Tentang Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung Capaian (%) Indikator Kinerja
Target
Ditetapkannya Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung
Realisasi
50%
100%
2016
2015
50%
50
2014
N.A
Tujuan dari restrukturisasi organisasi Mahkamah Agung adalah menuju organisasi yang tepat ukuran dan tepat fungsi sehingga menghasilkan struktur organisasi yang ramping, fleksibel, responsif, dan efisien. Tim restrukturisasi organisasi yang dibentuk tahun 2013 berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Nomor 43/SEK/SK/II/2013 telah mengusulkan 2 konsep restrukturisasi organisasi, yaitu restrukturisasi organisasi Mahkamah Agung dan restrukturisasi organisasi peradilan. Pada bulan Oktober tahun 2015 Ketua Mahkamah Agung telah menetapkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan Peradilan.
Sasaran 7 Indikator kinerja ke - 4: Persentase tercapai target kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan. Tabel 3.67: Persentase Tercapai Target Kegiatan Prioritas Yang Mendukung Pelayanan Prima Peradilan Capaian (%) Indikator Kinerja
Target
Realisasi 2016
Persentase tercapai target kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan
90%
136,44%
151,6
2015 90
2014 90
Pada tahun 2016 Mahkamah Agung mempunyai kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan yaitu:
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
63
1. Pemberian bantuan biaya perkara Seluruh pengajuan bantuan biaya perkara dapat dipenuhi dengan perincian 2.274 perkara pada Peradilan Umum, 9.326 perkara pada Peradilan Agama dan 12 perkara pada Peradilan TUN. 2. Pemberian pelayanan bantuan hukum Pengadilan memiliki pos bantuan hukum untuk memberikan layanan hukum berupa informasi, konsultasi, dan advis hukum, serta pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan oleh pencari keadilan yang tidak mampu secara ekonomi dan/atau tidak memiliki akses pada informasi dan konsultasi hukum serta merupakan pihak yang akan/telah bertindak sebagai penggugat/ pemohon, tergugat/termohon, terdakwa, atau saksi. Layanan bantuan hukum telah terealisasi 100%. 3. Pelaksanaan sidang di luar gedung pengadilan Sidang di luar gedung pengadilan dilaksanakan pada lingkungan peradilan umum, agama dan militer, sebagai solusi bagi pencari keadilan yang memiliki hambatan biaya dan jarak untuk menjangkau lokasi pengadilan. Telah terealisasi 86,33%. 4. Pelayanan informasi Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya telah memiliki akses yang dapat mempermudah masyarakat pencari keadilan untuk memperoleh informasi perkara melalui website resmi dan meja informasi, dokumen dan informasi hukum melalui Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH), publikasi melaui media cetak, serta menyampaikan pengaduan terhadap proses peradilan melalui SIWAS (Sistem Informasi Pengawasan) 5. Pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung peradilan anak, mediasi dan disabilitas. Pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung peradilan anak, mediasi dan disabilitas ditargetkan sebanyak 171 satuan kerja dan terealisasi sebanyak 506 satuan kerja, yang terdiri dari 258 satuan kerja pada wilayah pengadaan barang I dan 248 satuan kerja pada wilayah pengadaan barang II.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
64
B. Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran pada sasaran Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan: 1. Penyelesaian Perkara Prodeo a. Peradilan Umum Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk pembebasan biaya perkara (prodeo) pada peradilan umum sebesar Rp3.082.507.000 untuk 2.274 perkara. Jumlah perkara yang diajukan untuk mendapat pembebasan biaya
sebanyak
1.524
perkara
dengan
realisasi
anggaran
Rp2.151.268.785. b. Peradilan Agama Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk pembebasan biaya perkara (prodeo) pada peradilan agama sebesar Rp4.126.467.000 (dapat membiayai 9.326 perkara). Jumlah perkara yang diajukan untuk mendapat pembebasan biaya sebanyak 26.451 perkara dengan realisasi anggaran sejumlah Rp3.893.922.998,Adapun faktor yang menyebabkan kenaikan realisasi penyelesaian perkara prodeo adalah bahwa di dalam PERMA Nomor 1 tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan, dimungkinkan sisa biaya panggilan untuk satuan setiap
perkara
menyebabkan
dapat target
digunakan
untuk
perkara
pembiayaan
yang
sudah
berikutnya ditentukan
yang dapat
bertambah. c. Peradilan TUN Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk pembebasan biaya perkara (prodeo) pada peradilan TUN sebesar Rp42.300.000,- dengan realisasi anggaran sejumlah Rp4.480.000,-
2. Sidang di Luar Gedung Pengadilan a. Peradilan Umum Alokasi anggaran sidang di luar gedung pengadilan pada peradilan umum sebesar
Rp5.216.510.000,
realisasi
anggarannya
sebesar
Rp4.995.362.696,-
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
65
b. Peradilan Agama Alokasi anggaran sidang di luar gedung pengadilan pada peradilan agama sebesar
Rp14.789.778.000,
realisasi
anggarannya
sebesar
Rp14.632.035.621,c. Peradilan Militer Alokasi anggaran melalui sidang di luar gedung pengadilan pada peradilan militer sebesar Rp1.485.354.350 realisasi anggaran sebesar Rp1.430.623.350,-. d. Permohonan (voluntair) identitas hukum e. Posbakum
Realisasi anggaran Mahkamah Agung Tahun Anggaran 2016 dari pagu anggaran sebesar Rp8.796.345.309.000,- sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp8.259.775.240.430,- (93,90%) dengan perincian sebagai berikut: 1) Laporan Realisasi Penyerapan Anggaran Mahkamah Agung Tahun 2016 Per program: Tabel 3.68: Laporan Realisasi Penyerapan Anggaran Per Program Tahun 2016 NO
1
2
3
4
5
6
PROGRAM Dukungan Manajeman dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Peningkatan Sarana dan Prasarana MA RI Penyelesaian Perkara MA RI Penigkatan Manajemen Peradilan Umum Peningkatan Manajemen Peradilan Agama Peningkatan Manajemen
REALISASI
SISA ANGGARAN
PAGU (Rp)
(Rp)
(%)
(Rp)
(%)
7.193.290.909.000
6.798.325.257.229
94,51
394.965.651.771
5,49
1.100.620.900.000
984.078.630.937
89,41
116.542.269.063
10,59
162.270.100.000
154.390.611.944
95,14
7.879.488.056
4,86
116.141.000.000
110.878.768.475
95,47
5.262.231.525
4,53
71.956.600.000
70.473.828.204
97,94
1.482.771.796
2,06
22.831.000.000
21.872.683.465
95,80
958.3116.535
4,20
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
66
NO
7
8
PROGRAM Peradilan Militer dan TUN Pendidikan dan Pelatihan Aparatur MA Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur MA RI Jumlah
REALISASI
PAGU (Rp)
(Rp)
SISA ANGGARAN (%)
(Rp)
(%)
97.834.800.000
88.456.587.915
90,41
9.378.212.085
9,59
31.400.000.000
31.298.872.261
99,68
101.127.739
0,32
8.796.345.309.000
8.259.775.240.430
93,90
536.570.068.570
6,10
2) Laporan Realisasi Penyerapan Anggaran Mahkamah Agung Tahun 2016 Per jenis belanja. Tabel 3.69: Realisasi Penyerapan Anggaran Per Jenis Belanja Tahun 2016 NO
BELANJA
PAGU (Rp)
REALISASI (Rp)
%
SISA ANGGARAN (Rp)
1
BELANJA PEGAWAI
6.578.897.217.000
6.214.103.375.498
94,46
364.793.841.502
5,54
2
BELANJA BARANG
1.105.275.531.000
1.050.518.237.813
95,05
54.757.293.187
4,95
3
BELANJA MODAL
1.112.172.561.000
995.153.627.119
89,48
117.018.933.881
10,52
8.796.345.309.000
8.259.775.240.430
93,90
536.570.068.570
6,10
Pada tabel di atas dapat terlihat adanya sisa anggaran yang tidak terserap. JUMLAH Hal ini dikarenakan: *
%
sumber data : http://spanint.kemenkeu.go.id per 31 Desember 2016
a. Belanja Pegawai 2) Adanya self-blocking belanja pegawai sebesar Rp125.000.000.000,berdasarkan Inpres Nomor 8 Tahun 2016 tentang langkah-langkah Penghematan
Belanja
kementerian/Lembaga
dalam
rangka
pelaksanaan APBNP 2016; 3) Sisa Tunjangan Kinerja; 4) Sisa Belanja Pegawai. b. Belanja Barang 1) Kegiatan yang kurang optimal, sehingga mempengaruhi penyerapan; 2) Target alokasi biaya perkara yang lebih dan tidak tercapai; 3) Posbakum yang terkendala dengan syarat-syarat. c. Belanja Modal: 1) Adanya self-blocking belanja modal sebesar Rp67.536.600.000,berdasarkan Inpres Nomor 8 Tahun 2016 tentang langkah-langkah
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
67
Penghematan
Belanja
Kementerian/Lembaga
dalam
rangka
pelaksanaan APBNP 2016; 2) Adanya revisi di bulan Oktober, sehingga tidak memungkinkan waktunya untuk pelaksanaan; 3) Sisa-sisa kontrak belanja modal sehingga mempengaruhi penyerapan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
68
BAB IV PENUTUP Berbagai kebijakan yang telah diambil oleh Mahkamah Agung pada periode tahun 2016 serta program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan telah membuktikan bahwa
Mahkamah
Agung
bertekad
kuat
untuk
menjaga
integritas
dan
akuntabilitasnya sebagai lembaga yudikatif sekaligus mengemban kepercayaan publik sebagai benteng terakhir penegakan keadilan. Di bidang teknis peradilan hal ini ditunjukkan dengan kinerja yang luar biasa dalam penanganan perkara yang merupakan core business dari lembaga peradilan. Hal tersebut juga diimbangi dengan semakin meningkatnya kinerja akses terhadap keadilan dengan terbitnya beberapa regulasi dalam penanganan masalah hukum bagi perempuan dan anak, kemudahan berusaha dan gugatan sederhana (small claim court). Selain itu Mahkamah Agung tetap konsisten dalam memberikan pelayanan hukum pembebasan biaya perkara kepada masyarakat miskin, sidang keliling dan pelayanan terpadu bagi penyandang disabilitas. Di bidang Non Teknis peradilan, Mahkamah
Agung
juga
selalu
berusaha
melakukan
penyempurnaan
dan
peningkatan kinerja yang mencakup aspek SDM, Pembinaan SDM, Pengelolaan Keuangan, Aset dan Teknologi Informasi. Dari 31 Indikator Kinerja Mahkamah Agung, lebih dari 50% telah memenuhi target yang ditetapkan sebelumnya. Walaupun beberapa indikator tidak mampu mencapai target, namun secara keseluruhan hasilnya tidak terlalu jauh. Belum tercapainya target tersebut dikarenakan adanya kendala teknis atau pun prediksi yang kurang tepat terhadap suatu keadaan atau jumlah yang bersifat dinamis atau cepat berubah. Permasalahan yang mempengaruhi pencapaian target tersebut selanjutnya akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun berikutnya. Adapun rangkuman capaian kinerja Mahkamah Agung di tahun 2016 yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat (outcome) adalah sebagai berikut: a. Percepatan Penyelesaian Perkara Kepailitan dan PKPU. b. Pembebasan biaya perkara.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
69
c. Pelayanan hukum melalui sidang keliling. d. Penyediaan website bagi penyandang tunanetra. e. Pengaduan keluhan melalui aplikasi SIWAS. f. Inovasi peradilan (e-SKUM dan ATR). Mahkamah Agung berupaya untuk meningkatkan kualitas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) dengan melakukan rekomendasi dari Kementerian PAN dan RB atas LKjIP Tahun lalu, sehingga penyajian berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian dari perjanjian kinerja yang telah diperjanjikan yang merupakan laporan atas capaian pelaksanaan kinerja Mahkamah Agung Tahun 2016. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Mahkamah Agung Tahun 2016 ini, menggambarkan berbagai capaian strategis yang tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran. Kegiatan penyusunan LKjIP Tahun 2016 ini sebagai salah satu wujud komitmen dan tekad yang kuat untuk melaporkan pelaksanaan manajemen kinerja organisasi yang berorientasi pada hasil, baik berupa output maupun outcome dan juga sebagai pengejawantahan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang merupakan pilar penting dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dalam mewujudkan visi yang sudah ditetapkan yaitu “Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung”. Langkah strategis Mahkamah Agung sebagai Pengadilan tertinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 secara organisasi, administrasi dan finansial yang membawahi 4 (empat) lingkungan peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Militer) telah melakukan review Rencana Strategis (Renstra) Mahkamah Agung Tahun 2015 – 2019 disesuaikan antara tujuan dan sasaran dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Berdasarkan review oleh Tim dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan No. 13A/BP/SK/I/2016, hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum dapat memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Meskipun demikian,
berbagai
pencapaian
target
indikator
kinerja
Mahkamah
Agung
memberikan gambaran bahwa keberhasilan capaian kinerja tersebut secara keseluruhan sangat ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
70
segenap komponen aparatur peradilan, masyarakat, dan civil society sebagai bagian integral dari pembaharuan peradilan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) diharapkan benar-benar menjadi salah satu instrument objektif yang tidak berpihak dan juga mata rantai yang tidak terpisahkan dari kesempurnaan instrumen lainnya (renstra, indikator kinerja utama, perjanjian kinerja dan evaluasi LKjIP). Dalam rangka peningkatan kinerja Mahkamah Agung, informasi capaian dan permasalahan yang dituangkan dalam laporan kinerja akan menjadi bahan perbaikan di tahun berikutnya.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
71
LAMPIRAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 MAHKAMAH AGUNG RI No
Sasaran Strategis
1
Terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan dan akuntabel
Indikator Kinerja Utama
Target
a. Persentase sisa perkara yang diselesaikan
95%
b. Persentase perkara yang diselesaikan tepat waktu
90%
c. Persentase penurunan sisa perkara
35%
d. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum:
e.
2
3
Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara
Meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan
4
Meningkatnya kepatuhan putusan pengadilan
5
Terwujudnya pelaksanaan pengawasan kinerja aparat peradilan secara optimal baik internal maupun eksternal
6
terhadap
Terwujudnya transparansi pengelolaan SDM lembaga peradilan berdasarkan parameter objektif
1) Banding
90%
2) Kasasi
50%
3) Peninjauan Kembali
70%
Persentase Perkara Pidana Diselesaikan dengan diversi
Anak
yang
5%
f. Indeks responden pencari keadilan yang puas terhadap layanan peradilan
75
a. Persentase penyelesaian minutasi perkara sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
20%
b. Persentase salinan putusan yang diterima oleh pengadilan pengaju tepat waktu
20%
c. Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi
5%
a. Persentase perkara prodeo yang diselesaikan
100%
b. Persentase perkara yang diselesaikan diluar gedung pengadilan
90%
a. Persentase perkara permohonan (voluntair) identitas hukum
100%
d. Persentase pencari keadilan golongan tertentu yang mendapat layanan bantuan hukum
100%
Persentase Putusan Perkara Perdata dan TUN yang Ditindaklanjuti (dieksekusi)
70%
a. Persentase pengaduan yang dapat ditindaklanjuti
100%
b. Persentase pengaduan yang ditindaklanjuti dan dipublikasikan
selesai
100%
a. Persentase jabatan yang sudah memenuhi standar kompetensi sesuai dengan parameter objektif
90%
b. Persentase Hakim yang telah sertifikasi spesialisasi keahlian
memiliki
95%
c. Persentase pegawai yang telah mendapatkan pengembangan kompetensi
90%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
72
No
7
Sasaran Strategis
Meningkatnya pengelolaan manajerial lembaga peradilan secara akuntabel, efektif dan efisien
Indikator Kinerja Utama
Target
d. Pedoman persentase SDM yang promosi dan mutasi berdasarkan parameter objektif
95%
a. Persentase terpenuhinya kebutuhan standar sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pelayanan prima
60%
b. Persentase peningkatan produktifitas kinerja SDM (SKP dan Penilaian Prestasi Kerja)
90%
c. Ditetapkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang Penerapan Restrukturisasi Organisasi Mahkamah Agung
0%
d. Persentase tercapainya target kegiatan prioritas yang mendukung pelayanan prima peradilan
95%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
73
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
74
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
70
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
71
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
72
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
73
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
74
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
75
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Mahkamah Agung RI Tahun 2016
76