Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sambutan Presiden RI pd Silaturahim Pers Nasional, Auditorium TVRI, Jakarta, tgl 27 Apr 2015 Senin, 27 April 2015
SAMBUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
SILATURAHIM PERS NASIONAL
DI
AUDITORIUM TVRI, JAKARTA
TANGGAL 27 APRIL 2015
Bismillahirrahmanirrahim,
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 3 October, 2017, 16:27
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Assamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati seluruh Menteri Kabinet Kerja, seluruh ketua lembaga hadir di sini, Bapak Ketua MPR, Bapak Ketua DPD, seluruh pejabat TNI dan Polri, para pengusaha, dan tentu saja Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Bapak Margiono, beserta para insan pers, Dewan Pers, Serikat Perusahaan Pers,
Hadirin dan undangan yang berbahagia,
Tadi saya sampai di bandara jam 16.30, masuk ke istana kira-kira jam 17.15, menerima tamu, mandi, maghrib, langsung berangkat. Saya takut, ya karena yang di Batam kemarin lolos. Betul-betul memang sulit mengatur waktu. Saat itu di Filipina, saya sudah wanti-wanti harus tidak bisa datang, harus bisa datang. Ya kita kan berencana. Ternyata meleset. Jadi hashtag-nya dari kangen menjadi kecewa, kecewa banget. Saya denger kecewa banget gitu, bener saya dengar, "Pak, semuanya kecewa banget, kecewa banget betul. Baru kali ini, Hari Pers Nasional tidak dihadiri oleh Presiden." Waduh, saya juga langsung pegangan gini juga saya. Tapi bagaimana lagi.
Jadi ini tadi saya langsung, saya udah nggak berani lagi yang kedua. Saya bagi-bagi tugas dengan Pak JK. Pak JK, Bapak gantiin saya, Pak Wapres gantiin saya ke http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 3 October, 2017, 16:27
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Malaysia. Saya pulang, gantian. Begitu saya mendarat, Pak JK berangkat. Coba sampai kaya gitu, bener, untuk pers. Dan saya senang malam hari ini bisa hadir di forum silaturahmi, forum silaturahim pers nasional. Forum ini sangat penting bagi saya untuk mendengar pandangan dan tentu saja pemikiran-pemikiran dari insan pers dan sekaligus mempererat hubungan pemerintah dengan, dengan pers. Dan saya kira kita beruntung semuanya bisa hidup di sebuah era kemerdekaan pers, yang hampir setiap hari kita disuguhi opini, data, informasi yang sering juga baik, sering mendorong perdebatan. Dan, menurut saya memang perdebatan adalah sebuah bagian dari pendewasaan demokrasi. Tetapi kadang-kadang juga membuat kita capek. Dan, kita ingin mempertahankan fungsi pers sebagai fungsi kontrol dalam kita berbangsa dan bernegara.
Saya selalu, nggak pagi, nggak siang, nggak tengah malam, selalu buka entah yang media mainstream, media online. Sampai yang kecil-kecil pun saya baca semuanya, jadi kalau ada yang nulis-nulis yang aneh-aneh, yang melintir-melintir, ya saya baca semuanya. Saya makan semuanya pokoknya, yang baik, yang buruk, yang nggak baik, semuanya saya serap. Karena apa pun itu adalah fungsi kontrol. Jangan sampai kita kehilangan kontrol gara-gara kita tidak pernah mendengar.
Saya juga menyadari memang dalam setelah pelantikan itu memang harapan rakyat begitu sangat tinggi sekali. Saya tahu, saya sadar, tetapi untuk mengirim sebuah program menjadi sebuah produk yang riil, itu juga memang butuh waktu. Ada yang menyampaikan, kalau saya ke kampung, saya ke desa, tapi memang banyak diberitakan oleh, oleh media kita, ditanya saya, "Pak, mana KIS, Kartu Indonesia Sehat? Mana KIP, Kartu Indonesia Pintar? Mana Pak, sudah enam bulan? Belum saya terima, Pak." Saya sampaikan di lapangan, saya dilantik Oktober. Tidak bisa kita menggunakan anggaran, dirubah pada pertengahan Januari. Untung saja juga mulus, sehingga pertengahan Januari, dok, boleh, digunakan. Ya kalau namanya di pemerintahan, itu masih butuh waktu untuk proses administrasi, proses lelang, yang kurang lebih itu makan waktu 2-3 bulan.
Nah, kalau sekarang inilah waktunya sudah mulai pelaksanaan. Jadi kalau nanti ada yang bertanya lagi, "Pak, mana Kartu Indonesia Sehatnya?" Mau minta berapa? Ya, karena kita siapkan 84 juta. Tiap hari saya sekarang ke mana-mana, sudah, bagi-bagi, bagi-bagi. "Pak, mana itu Kartu Indonesia Pintar?" Mau minta berapa? Ada 18 juta, yang sekarang mulai kita bagi. Karena dulu proses pembuatan kartu http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 3 October, 2017, 16:27
Sekretariat Negara Republik Indonesia
itu pakai lelang. Ngerti nggak lelang? Ramai. Memang bener, rakyat menginginkan sesuatu yang konkrit sekarang ini, sesuatu yang nyata, dan dapat mereka rasakan. "Mana ngomong katanya mau buat jalan tol? Mana?" Kan, baru proses lelang. Tapi lihat nanti, sehari dua hari ini. Jalan tol Lampung - Aceh, Trans-Sumatra, tol Trans-Sumatra, Insya Allah dalam sehari dua hari ini akan kita mulai. Dan saya ikuti terus ini gimana, pembebasan lahan sudah belum? Sudah dimulai pekerjaannya belum? Saya ikuti, hari per hari saya ikuti seperti itu.
Ini tol yang berhenti, yang Solo-Kertosono juga, saya kira minggu ini juga saya kira langsung, mulai lagi. Perumahan-perumahan, rusun, juga minggu ini sudah mulai semuanya. Ya memang proses pemerintahan seperti ini. Saya kira kalau yang sudah lama di pemerintahan tahu. Tapi memang masyarakat perlu penjelasan-penjelasan. Jadi, ya tentu saja hasil yang diinginkan masyarakat memang belum bisa langsung terwujud semuanya, belum, perlu waktu. Dan memang desain kebijakan kita kadang-kadang memang menyakitkan di depan, sakit di depan. Banyak yang menyatakan ke saya, "Bapak, popularitasnya turun." Ya, saya tahu, karena memang policy-policy kita di depan sakit semua.
Tapi ingat, dan saya yakin Insya Allah, lihat nanti 3-4 tahun, 5 tahun yang akan datang. Kita akan fokus kerja di mana dan apa yang kita kerjakan dilihat. Kalau ternyata nggak betul, ya sudah coret saja. Perlu waktu, perlu waktu. Tapi kita memang perlu kerja keras. Dan situasi, tekanan ekonomi global, tekanan keuangan global yang seperti ini, ya kita perlu, mesti banyak melompat. Sebetulnya sudah banyak proposal yang kita putuskan, kita putuskan, kita putuskan. Tapi memang banyak juga terobosan yang menyakitkan. Ya itulah, kadang-kadang perubahan itu memang membutuhkan pil pahit, membutuhkan kesabaran, membutuhkan pengorbanan.
Tapi keyakinan itu memang harus kita miliki. Kalau kita tidak punya rasa optimisme, tidak punya rasa percaya diri, tidak punya rasa kesabaran dan pengorbanan, ya suaranya akan seperti ini. Oleh sebab itu, saya minta dari pers juga bagaimana mengubah pola pikir kita agar kita mempunyai rasa optimisme yang tinggi, mempunyai pemikiran yang selalu positif, bahwa ke depan negara ini akan menjadi sebuah negara yang lebih sejahtera, negara yang besar, yang dihormati, dan punya martabat. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 3 October, 2017, 16:27
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kalau kita mau yang datar-datar saja, ya kita akan datar terus. Tapi memang kadang-kadang perlu sebuah loncatan keberanian yang memang kalau itu diperlukan pasti saya putuskan. Mungkin sudah berkali-kali saya sampaikan. Misalnya keputusan pengalihan BBM. Bulan November, hanya satu bulan setelah dilantik, ratusan orang mengingatkan saya untuk tidak melakukan itu. Tidak. Menurut saya kita sudah boros terlalu lama. Rp 300 triliun per tahun. Kalau 10 tahun, Rp 3.000 triliun. Kalau 20 tahun Rp 6.000 triliun. Kalau 30 tahun Rp 9.000 triliun nanti kita bakar setiap hari. Kita bakar, kita bakar, kita bakar. Buat saya, stop, kita harus masuk ke, dialihkan itu ke hal-hal yang produktif. Tapi memang sakit.
Jadi kalau fokus kita ini nanti betul-betul kita jalankan, saya yakini nanti akan terjadi sebuah penurunan harga karena biaya transportasi itu menjadi jatuh separohnya karena infrastruktur kita siap semuanya. Karena biaya transportasi kita 3 kali sampai 2,5 kali dibanding negara tetangga kita. Dan menurut saya kita tidak apa sekarang banyak kritik, sekarang banyak tulisan-tulisan pedas. Nggak apa-apa, buat saya seger-seger saja. Yang pedes itu kan ada juga yang menyegarkan. Tidak apa-apa, tulis terus yang lain seperti itu. Baik, buat saya baik. Tapi ada kontrol. Orang bekerja itu ada kontrol. Dalam manajemen pun, itu ada manajemen kontrol agar tidak bahaya. Saya terbuka. Dan saya yakin dengan kritik tersebut, program-program prioritas yang dikerjakan pemerintah, yang ditunggu dan diharapkan rakyat bisa berjalan dengan lebih efektif dan lebih baik.
Saya menaruh harapan yang besar terhadap peran media dalam pembangunan, baik ekonomi, politik, sosial, budaya ke depan. Dan saya harapkan agar kekuatan dan akurasi data semakin terus diperbaiki dalam hal pemberitaan. Saya juga berharap agar berita-berita media silakan menulis kiritik. Tetapi juga hanya jangan kritik saja. Berikan juga saran-saran yang konstruktif, berikan solusinya. Dan kita harapkan media akan menjadi sandaran pengetahuan, sandaran toleransi, sandaran kebersamaan kita. Dan juga mempunyai peran edukatif, peran yang mendidik, dan juga peran yang mencerahkan masyarakat. Dengan kata lain, saya berharap media akan menjadi sebuah, saya harap, cahaya, sebuah cahaya, cahaya moralitas dan itu semua untuk kemajuan bangsa dan negara. Terima kasih.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 3 October, 2017, 16:27
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 3 October, 2017, 16:27