ROAD MAP PENGEMBANGAN TANAMAN KARIMENGA, PALA DAN AREN
DISCLAIMER This publication is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of Texas A&M University and Sam Ratulangi University as the USAID Tropical Plant Curriculum Project partners and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.
Kata Pengantar
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas hikmat dan pertolonganNya sehingga penyusunan peta jalan penelitian ini dapat terselesaikan. Terima kasih disampaikan kepada USAID dan Universitas TEXAS A&M atas dukungan dana bagi penyusunan dokumen ini. Dokumen ini ditujukan sebagai acuan atau peta jalan bagi pe;aksanaan peneiitian beberapa tanaman tropis yang terdiri dari Aren, Pala dan Karimenga. Dokumen ini ditujukan untuk dapat digunakan oleh tenaga pengajar (dosen) maupun mahasiswa sebagai bahan acuan untuk mengembangkan kegiatan penelitiannya terkait dengan ketiga jenis tanaman tropis dimaksud. Penyusunan Peta Jalan Penelitian ini ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan modul ini. Terima kasih, Penyusun
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia telah dilakukan sekitar 100 tahun dan selama satu abad itulah berbagai program kegiatan telah dikembangkan dalam mendukung peningkatan produktivitas petani (pemberdayaan) dan komoditas pertanian serta pengembangan wilayah yang berdasarkan spesifik lokasi. Meskipun telah menempuh rentang waktu yang cukup lama, akan tetapi dari berbagai kenyataan di lapangan maupun pengkajian yang di lakukan, pembangunan pertanian masih belum memberikan hasil seperti yang di harapkan. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pembangunan pertanian dapat di lihat dari landasan pengembangan pertanian yang terdiri antara lain: pembangunan pertanian yang terencana secara matang, terlaksana dengan baik, terpantau secara periodik dan tingkat kerhasilannya dapat diukur. Pendekatan tersebut di atas, selama ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Surachman (2005) menyatakan hal ini di picu oleh beberapa penyebab kegagalan dari program dan kegiatan pembangunan pertanian yang dilakukan, yaitu: a. Kurang tepatnya hasil dari upaya mengidentifikasi kondisi yang sesungguhnya dari petani baik dari aspek sosial, ekonomi dan budaya b. Belum akuratnya dalam menilai positioning dari tekhnologi yang dilakukan oleh petani, karena masih didistorsi oleh kepentingan-kepentingan tertentu c. Program pengembangan usaha tani yang dikembangkan sifatnya masih sangat umum, dan tidak applicable terhadap wilayah tertentu. d. Kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian masih sulit diterjemahkan oleh daerah
e. Masih belum optimalnya support dari pusat maupun daerah terhadap potensi wilayah, atau mengamankan wilayah-wilayah yang kurang strategis dan ekonomis untuk wilayah tertentu. Secara umum suatu keberhasilan pengembangan pertanian ditentukan oleh lingkungan dimana komoditas itu di kembangkan. Agroekosistem atau faktor abiotik seperti tanah dan iklim menjadi peluang tetapi sekaligus kendala dalam pembangunan komoditi pertaian. Keberhasilan pembangunan pertanian sangat tergantung pada kemampuan petani atau pelaku agribisnis menerapkan teknologi yang ada dengan memanfaatkan sumber daya alam. Mulyani (2008) menyatakan bahwa Indonesia memiliki
sumberdaya alam yang luas untuk pengembangan
komoditi pertanian. Luas daratan 188,20 juta ha yang terdiri 148 juta ha lahan kering dan 40,20 juta ha lahan basah memungkinkan untuk pengusahaan berbagai tanaman termasuk tanaman tropis yang merupakan pohon industri. Pertanian sebagai industri yang adalah pertanian yang di rancang secara sistimatis mengunakan akal sehat (rasional) dan usaha keras yang berkesinambungan sehingga pertanian akan menjadi produktif secara terus menerus dan merupakan habitat bagi tenaga kerja yang baik untuk jumlah yang besar dan merupakan suatu usaha yang menguntungkan. Dengan demikan dapat dikatakan bahwa pertanian sebagai industri yang lestari akan menghasilkan produksi pertanian yang cukup tinggi dan memberikan penghasilan yang layak bagi petani secara terus menerus sehinga dapat merancang masa depan yang lebih baik. Khusus di Sulawesi utara ada beberapa tanaman tropis multiguna seperti karimenga, pala dan aren yang selama ini belum banyak di perhatikan karena belum akuratnya dalam menilai positioning, sifatnya tidak applicable dan tidak optimalnya support terhadap potensi wilayah. Meskipun sudah lama disuarakan diberbagai kalangan tentang pentingnya mengembangkan
tanaman langka yang multiguna di Sulawesi utara, tetapi banyak kalangan sebagai pelaku agribisnis belum menerapkan teknologi yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Padahal dengan ketiga tanaman industri yang lestari tersebut akan menghasilkan spektrum produksi tinggi dan dapat menyediakan bahan baku bagi berbagai agribisnis dan produk-produk ekspor yang lestari. 1.2 Permasalahan a. Kondisi dan ketersediaan infrastruktur untuk tanaman karimenga,pala dan aren masih sangat terbatas padahal fungsi dan manfaatnya sangat signifikan untuk kepentingan dalam
menunjang
kelancaran
pelaksanaan
program
pembangunan
pertanian,
kesejahtraan petani dan pelaku agribisnis. b. Keterbatasan tanaman karimenga, pala dan aren di banding dengan tanaman lain adalah belum banyak dibudidayakan dan belum dapat memenuhi kebutuhan untuk pengembangan industri sehingga perlu penelitian yang mendalam tentang tekhnologi budidaya tanaman tersebut dengan benar. c. Pengusahaan tanaman karimenga, pala dan aren yang belum diusahakan dalam skala besar karena pengelolaan tanaman tersebut belum menerapkan tekhnik budidaya yang baik menyebabkan produktifitas rendah. d. Skala usaha relative kecil sebagai akibat dari sempitnya lahan garapan yang di miliki petani dan keterbatasan modal mengakibatkan usaha tani yang dikelola kurang efisien. Mengingat ketiga tanaman karimengan, pala dan aren belum dibudidayakan secara meluas, namun dipandang merupakan tanaman yang potensial dan multiguna, maka perlu disusun suatu “Road Map” penelitian ketiga tanaman ini di propinsi Sulawesi utara.
1.3 Tujuan dan Manfaat Road Map Tujuan Road Map pengembangan komoditi karimenga, pala dan aren sebagai tanaman Tropis di Sulawesi utara adalah: a. Memandu perencanaan pembangunan pertanian di Sulawesi utara untuk menetapkan komoditas unggulan yang multiguna, berdaya saing, yang dapat memicu pertumbuhan wilayah, serta dapat mensejahterakan petani dan pelaku agribisnis. b. Memberikan bahan acuan bagi pemerintah Sulawesi utara dalam perencanaan menumbuh kembangkan komoditas unggulan karimenga, pala dan aren sebagai tanaman industri multiguna secara bertahap dan berkelanjutan. c. Mengarahkan dan mendorong masyarakat petani dan pelaku agribisnis untuk membuka usaha dan investasi baru dalam pengembangan komoditas unggulan karimenga, pala dan aren yang merupakan tanaman industri multiguna. Manfaat yang diharapkan dari Road Map komoditas karimenga,pala dan aren antara lain: a. Road Map dijadikan informasi bagi pengambil kebijakan (pemerintah dan swasta) untuk pengembangan komoditas karimenga, pala dan aren yang merupakan tanaman industri multiguna, berdaya asing, dapat memacu pertumbuhan wilayah serta dapat mensejahterakan petani dan pelaku agribisnis. b. Road Map dapat memberikan bahan acuan bagi masyarakat akademik, media masa, penggerak swadaya masyarakat serta penyelenggara Negara dalam memfasilitasi komoditas unggulan karimenga, pala dan aren untuk dijadikan usaha dan investasi baru dalam mensejahterakan petani dan pelaku agribisnis.
c. Road Map dapat menjamin tercapai tujuan dan sasaran program serta kegiatan pembangunan
pertanian
berkesinambungan.
nasional
secara
efisien,
efektif,
kompetitif
serta
II.
PROFIL TANAMAN KARIMENGA, PALA DAN AREN
2.1 Sumber Daya Manusia Fenomena kelembagaan petani seperti kelompok tani di Sulawesi utara belum menunjukan eksistensi sebagai kelompok tani yang maju, berjiwa enterprenur dan berorientasi bisnis, apalagi meningkat statusnya menjadi lembaga keuangan mikro. Pada umumnya petani tanaman
karimenga, pala dan aren di pedesaan masih tradisonal, musiman/dadakan atau
berorientasi proyek/fasilitas pemerintah. Di harapkan kedepan organisasi petani harus dibangun dan tumbuh dari bawah serta di bentuk secara mandiri oleh petani sehingga di dalam aktualisasi kegiatannya mampu menemu kenali sekaligus memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Untuk memulai diperlukan suatu gerakan penyegaran petani, perjuangan secara politis, ekonomis, sosial budaya, hukum dan lain-lain. Dalam pengembangan tanaman karimenga, pala dan aren petani atau organisasi seperti koperasi harus menjadi pelaku utama dalam usaha on fram dengan meningkatkan skala usaha serta kapabilitasnya, termasuk kapabilitas menyerap teknologi baru, dan meningkatkan manajemen usaha taninya. Dengan struktur demikian maka masalah skala usaha taninya, network, permodalan, serta hal-hal lain yang tidak dapat di atasi secara individu dapat di atasi melalui upaya membangun kebersamaan dalam suatu koperasi. Petani dan kelompok tani harus mampu mengajak juga corporate farming, yaitu berupa PKP (proyek ketahanan pangan). Tradisi bergantung pada alam dan memanfaatkan hasil akal budi manusia seperti tekhnologi dan manajemen untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi dan keberlanjutan
(sustainability). Peningkatan produktivitas pertanian bersumber dari kemajuan IPTEK, manajemen, kelengkapan sarana dan memelihara kelestarian alam untuk kehidupan. Dalam pengembangan tanaman karimenga, pala dan aren
maka perlu dibangun
kelembagaan pertanian yang kokoh dan berorientasi industria. Dengan pendekatan ini, maka kelemahan-kelemahan dalam sistem pertanian tradisional dapat dimodifikasi sehingga dapat lebih efisien, dan produktivitas dapat di tingkatkan termasuk pula harkat dan martabat petaninya. Oleh karena itu, membangun kelembagaan pertanian industrial juga sejalan dengan keinginan untuk memberdayakan ekonomi rakyat dan sekaligus meningkatkan daya saing masyarakat pertanian secara keseluruhan. Keberhasilan dari manajemen sistem ini pada gilirannya akan menghasilkan komoditi karimenga, pala dan aren berdaya saing tinggi. Orientasi petani karimenga, pala dan aren harus diubah menjadi orientasi agribisnis. Hal ini menuntut perubahan yang mendasar terutama orentasi kerja yang merupakan perubahan budaya. Dituntut peranan elit desa yang menguasai wawasan modernisasi baik formal maupun informal. Kelembagaan petani yang berorientasi ekonomi yang tepat di pedesan adalah koperasi bagi proses produksi, tetapi juga agroindustri dan pemasaran. Dengan demikian untuk menumbuh
kembangkan koperasi yang berfungsi sebagai lembaga ekonomi pedesaan
diperlukan pengurus yang berkualitas, berorientasi bisnis dan koperasi tersebut mempunyai usaha yang jelas, sehingga tidak terlalu banyak bidang usaha yang ditangani, tetapi bisa berjalan dan berkembang dengan baik. Dalam pengembangan tanaman karimenga, pala dan aren perlu adanya koperasi yang berorientasi pada usaha agroindustri, yaitu mulai dari penyediaan sarana produksi seperti penyedian pupuk, pestisida, alat dan mesin pengolah tanah, sprayer atau
mistblower untuk menyemprot, alat pengering (dryer) dan alat-alat yang berhubungan dengan kebutuhan usaha agroindustri lainnya. Koperasi harus tumbuh dari bawah yang dalam perkembangannya memerlukan bimbingan baik manajemen maupun teknis, oleh karena itu menjadi tugas bersama untuk mengembangkan koperasi agar benar-benar menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat desa, terutama masyarakat tani, dalam hal ini koperasi usaha tanaman karimenga, pala dan aren yang merupakan industri yang multiguna. 2.2 Sumber Daya Lahan Tanaman Karimenga 2.2.1 Sistem Agribisnis Hulu Tanaman Karimenga a. Aspek Lahan Aspek sumber daya lahan untuk tanaman karimenga yaitu pengelolaan lahan yang terdiri dari pemanfaatan lahan dan konservasi lahan. b. Aspek Sarana Aspek sarana terdiri dari insfrastruktur pedesaan yaitu jalan usaha tani penyediaan tanaman karimega, pala dan aren untuk dikembangkan atau diperbanyak yaitu melalui biji, anakan maupun dari akar rimpang. c. Dukungan Kelembagaan Dukungan kelembagaan dari pemerintah, yaitu perlunya menghasilkan pembiayaan untuk pengembangan infrastuktur pedesaan. Disamping kontribusi swasta dan masyarakat/petani, juga peran perguruan tinggi diperlukan melalui kegiataan penelitian pengabdian pada masyarakat
melalui penyuluhan, demonstrasi plot, temu teknologi seperti seminar yang berfokus pada pengembangan tanaman industri karimega, pala dan aren. 2.2.2 Sistem Usaha Pertanian Primer Tanaman Karimega Tanaman Karimega (Acorus Calamus L), diklasifikasi dalam : Devisi
: Spermatophyta
Sub Devisi
: Anglospermal
Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa
: Arales
Suku
: Araceae
Marga
: Acorus
Jenis
: Acorus Calamus L
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengn 900 meter di atas permukaan laut dan biasanya ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan dan di halaman rumah penduduk. Tanaman karimenga memiliki nama lain nyaitu kemedulan, ceker ayam, tenggiling mentik (Jawa), kotok bengkok (Sunda); tobotoan (Madura); karimenga in sowa, memerang (Minahasa). 2.2.3 Pasca Panen a.
Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan produktivitas, produksi dan mutu hasil pertanian. Namun dalam kenyataan penerapan teknologi produksi dan pascapanen belum
dilakukan oleh petani. Hal ini disebabkan karena manfaat tanaman karimenga belum banyak dikenal oleh masyarakat, disamping itu juga tanaman karimenga belum ada yang dibudidayakan atau hanya tumbuh liar, sementara manfaatnya bagi manusia sangat banyak seperti obat luka digigit binatang berbisa dan obat kompres apabila demam. Selain itu juga dapat digunakan sebagai obat luka, bisul atau borok. b. Pemasaran Manfaat dan kegunaan karimenga bagi manusia memang belum banyak diketahui oleh banyak orang. Oleh sebab itu aspek pemasaran belum banyak dikembangkan dan hanya terbatas pada usaha orang perorang untuk mencari dan menggunakannya. Upaya peningkatan nilai ekonomi dari karimenga sehingga aspek pemasaran menjadi bagian penting dalam produksi adalah bagaimana produksi karimenga yang telah dibuat bahan jadi dengan mempertahankan sifat-sifat dan kegunanaanya sebagai tanaman obat. Pemasaran akan menjadi baik apabila telah dilakukan pembukaan lahan lahan produksi sehingga pelimpahan produksi dapat berjalan sesuai kebutuhan baik kebutuhan obat tradisional ataupun dalam mendukung penyediaan bahan baku industri obat dalam skala yang lebih besar. 2.3 Sumber Daya Lahan Tanaman Pala 2.3.1 Sistem Agribisnis Hulu Tanaman Pala a. Aspek Lahan dan Air Tanaman pala dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 500-700 mdpl, sedangkan pada ketingian di atas 700 mdpl produktivitasnya akan menurun. Kondisi media tanam pala yaitu:
1
Membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah vulkanis yang mempunyai pembuangan air (drainase) yang baik. Tanaman ini tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organik yang tinggi.
2
pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5-6,5. Tanaman ini peka terhadap ganguan air (harus memiliki saluran drainase yang baik).
3
Pada tanah-tanah yang miring seperti lereng-lereng pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras melintang lereng.
b. Aspek Sarana Tanaman Pala Aspek sarana terdiri dari: 1
Pembibitan, biji pala yang digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang masak.
2
Penyemaian, harus dekat dengan air untuk memudahkan penyiraman, dengan tanah yang subur dan gembur.
Pengolahan media tanam untuk tanaman pala disiapkan sebaik-baiknya di atas lahan yang bebas dari semak belukar. Tanah diolah menjadi gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah) berjalan dengan baik. Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala yaitu pada lahan datar dengan ukuran 9x10 m, sedangkan pada lahan bergelombang ukuran 9x9 m. Selain itu pemeliharaan tanaman pala membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (pupuk kimia atau pupuk buatan) yaitu TSP, urea dan KCl, dan untuk cara perbanyakan stek
membutuhkan larutan hormon IBA (0,5%), juga pestisida untuk pengendalian hama pengganggu tanaman. c. Dukungan Kelembagaan Dalam pengembangan tanaman pala perlu dukungan kelembagaan yaitu keterlibatan pelayanan pemerintah melalui sharing pembiayaan dari departemen pertanian dan perindustrian. Pemanfaatan lembaga swasta yaitu yang bergerak di bidang agribisnis, serta dukungan perbankan atau lembaga keuangan. Dukungan kelembagaan ini dimaksudkan untuk membantu petani dan pedagang pengumpul pala dalam meningkatkan teknologi yang diperlukan dalam pengembangan industri perpalaan. 2.3.2 Sistem Usaha Pertanian Primer Tanaman Pala a. Pembibitan Perbanyakan tanaman pala dengan cara generatif adalah perbanyakan dengan biji yang dapat dilakukan dengan mengembangkan biji. Biji yang digunakan dapat berasal dari: 1) biji sapuan yaitu biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas dan pasti pohon induknya; 2) biji pilihan yaitu biji yang asal atau pohon induknya diketahui dengan jelas. Dalam hal ini terdapat 3 macam biji pilihan yaitu; (1) biji legitem adalah biji yang diketahui dengan jelas pohon induknya atau asal putiknya jelas diketahui; (2) biji ilegitem adalah biji yang berasal dari tupang sari yang tidak diketahui tetapi asal putiknya jelas diketahui: biji propellegitim adalah biji yang terjadi hasil persilangan dalam satu kebun yang terdiri dari dua klon atau lebih. Biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak. Buah pala yang bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (1) Pohon dewasa yang tumbuh sehat dan; (2) mampu
berproduksi tinggi dan kualitasnya baik. Biji pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera diambil atau paling lambat 24 jam untuk segera disemaikan sebab biji-biji pala tersebut memiliki sifat daya kecambahnya cepat menurun. Terdapat beberapa tahapan penting dalam penyediaan pembibitan pala, sebagai berikut 1
Penyemaian
Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan melakukan penyiraman. Tanah harus subur dan gembur dan dapat diolah dengan cangkul dengan kedalaman sekitar 20 cm dan dibuat bedengan lebar 1,5 m dan panjang 5-10 m tergantung ketersediaan biji pala yang ada. Usahakan bedengan membujur utara selatan. Sebelum dilakukan persemaian, tanah yang diolah dicampur dengan pupuk kandang secara merata. Disekelilingnya dibuat selokan sebagai saluran drainase. Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa dengan tinggi sebelah timur 2 meter dan sebelah barat 1 meter. Tanah bedengan disiram air secara merata tanpa terjadi genangan kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan biji sedalam 1 cm. Jarak pesemaian antara biji 15x15 cm dan posisi biji dibenamkan atau benih harus rapat yaitu garis putih pada kulit biji terletak di bawah. Setelah biji berkecambah, maka bibit dapat dipindahkan kekantong polybag yang berisi media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Perpindahan bibit ke polybag harus hati hati agar perakaran tidak rusak. Bibit dalam polybag dapat diletakkan di tempat yang memiliki naungan, bersih dan terhindar dari gulma. Selama pemeliharaan diberi pupuk TSP dan Urea sebanyak 1 g perbibit yang dapat langsung disiram dengan air 2
Perbanyakan cara cangkok
Tujuan pencakokan adalah untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih batang atau cabang yang akan dicangkok adalah dari pohon yang tumbuh sehat dan mampu menghasilkan buah cukup banyak. Pohon berumur sekitar 12-15 tahun, batang dan cabang yang dipilih sudah berkayu tetapi tidak terlalu tua atau terlalu muda. Setelah dilakukan pencakokan, pada umur 2 bulan akan tumbuh perakaran maka cangkokan siap dipindahkan ke polybag atau dapat langsung ditanam di lapangan 3
Perbanyakan cara penyambungan
Penyambunga adalah system perbanyakan tanaman dengan cara menempatkan bagian tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehngga membentuk satu tanaman bersama. Teknik penyambungan terdapat 2 cara yaitu: (1) penyambungan pucuk (enten, grafting) yang terdiri entencela atau batang atas dan batang bawah yang sama besar, enten pangkas atau kopulasi, dan entensisi atau segitiga: (2) penyambungan mata (okulasi) yang terdiri okulasi biasa atau segi empat okulasi “T” dan forker. Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan maka akan terlihat batang atas pada penyambungan dan mata tunas ada okulasi sehinga tanaman sudah dapat ditanam dilapangan. 4
Perbanyakan cara penyusutan
Sistem penyusutan adalah cara perbanyakan tanaman dengan memilih ukuran batang bawah dan batang atas sama besar dengan ukuran sedikit lebih besar dengan jari tangan orang dewasa. Cara ini dilakukan sebagai berikut: (1) pilihlah calon batang bawah dan atas yang sama ukuran: (2) lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk dan ukuran sampai terkena bagian kayu: (3) tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat kuat dengan tali rafia. Setelah
beberapa waktu kedua bagian tersebut akan tumbuh bersama seolah-olah batang bawah menyusut sebagai induknya. Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan atas yang tidak diperlukan dapat dipotong atau dipisahkan dan apabila tanaman telah tumbuh sempurna maka telah dapat dipindahkan kelapangan. 5
Perbanyakan cara stek
Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda dengan bantuan pengunaan larutan hormon IBA 0,5%. Biasanya penggunaan hormon dapat merangsang pertumbuhan akar menjadi sempurna setelah 4 bulan. Kemudian setelah dilakukan pemeliharaan sekitar 3 bulan perakaran telah menjadi banyak sehingga tanaman akan bertumbuh dengan baik.
b. Pengelolaan Media Tanaman Kebutuhan kebun tanaman pala harus disiapkan secara baik dengan membersihkan areal dari gulma atau semak belukar. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau agar proses penggemburan tanah dapat berlangsung efektif. Pada tanah yang memiliki kemiringan pengolahan harus dilakukan menurut arah melintang lereng. Pengolahan tersebut dapat mencegah aliran permukaan tanah atau menghindari erosi tanah. Pada tanah dengan kemiringan 20% perlu dibuat teras teras dengan ukuran 2 meter atau dapat dibuat teras tersusun dengan sistem kontur atau dapat dibuat teras guludan atau teras bangku.
c. Teknik Penanaman Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan sebab untuk mencegah tanaman tidak mati akibat musim kemarau. Bibit yang siap ditanam diusahakan telah memiliki 3-5 cabang dan
telah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga dapat bertumbuh dengan baik. Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah pada lahan datar 9x10 m sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9x9 m. teknik penanaman yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1
Penanaman berasal dari biji dilakukan dimana polybag terlebih dahulu dilepaskan kemudian bibit dapat langsung dimasukan kedalam lubang dan diusahakan permukaan lubang lebih kebawah dari permukaan lahan. Setelah ditanam dapat langsung disiram sehingga tanaman dapat menjadi basah.
2
Bibit pala yang berasal dari cangkok, sebelum ditanam daun-daunnya harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan. Lubang tanaman untuk bibit cangkokan harus lebih dalam agar tidak mudah roboh.
3
Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit pala yang berasal dari biji dimana lubang tanaman disiapkan 1 bulan sebelum tanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubang tidak menjadi asam terutama pada musim hujan. Pada tanah ringan ukuran lubang 60x60x60 cm dan untuk jenis tanah liat 80x80x80 cm.
d. Pemeliharaan Usaha untuk memelihara tanaman pala setelah penanaman adalah untuk mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman. Untuk itu diperlukan tanaman pelindung seperti Clerisidae, atau sebelum penanaman, lahan yang dipersiapkan terlebih dahulu ditanami jenis tanaman buah buahan. Berapa langkah yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman pala adalah sebagai berikut:
1
Penyulaman harus dilakukan jika bibit tanaman pala mati atau pertumbuhannya tidak baik.
2
Pada ahir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya dilakukan penyiraman agar pupuk dapat larut dan diserap oleh tanaman. Pada waktu tanaman masih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik berupa pupuk TSP, Urea, dan KCL. Namun apabila tanaman lebih tua, pemupukan yang baik adalah pemupukan anorganik yang dapat dilakukan setahun 2x.
3
Pemberian pupuk dilakukan pada pohon pala dengan cara membuat parit melingkar pohon sebesar kanopi tanaman sedalam 10 cm dan lebar 20 cm. Pupuk yang diberikan adalah TSP, Urea, dan KCL ditabur ke dalam parit dan ditimbun dengan tanah. Apabila saat pemupukan kurang turun hujan maka perlu dilakukan penyiraman agar mempercepat penyerapan oleh akar tanaman.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pala Selama pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman pala dapat diserang oleh organisme pengangu tanaman (OPT) sebagai berikut: 1
Hama
1) Kumbang pengerek batang (batokera sp). Akibat serangan kumbang ini dapat menyebabkan tanaman pala mengalami kematian. Gejala serangan terdapat lubang gerekan dengan diameter 0,5-1 cm dan dipermukaan lubang ditemukan serbuk kayu sisa gerekan. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: (1) cara mekanis itu yaitu membuat lekukan pada lubang gerekan dan berupaya mengambil larva dalam liang gerekan itu. Cara kimia yaitu dengan memasukan
atau menginjeksi atau menginfus insektisida dimicron atau tamaron yang bersifat sistemik kedalam batang pohon dengan terlebih dahulu dibor, menggunakan dosis yang dimasukan sebanyak 15-20cc dan kemudian ditutup kembali. 2) Rayap Rayap adalah serangga perusak tanaman pala pada bagian akar kemudian terus pada bagian pangkal akar dan terus masuk sampai pada batang tanaman. Gejala serangan terdapat bercak hitam pada permukaan batang dan apabila dikupas maka sarang dan saluran rayap akan terlihat. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis adalah dengan membongkar sarang atau saluran yang ada untuk terbuka. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida disekitar sarang yang ada. 3) Kumbang Aeroceum farculatus Serangga ini berukuran kecil dan menyerang biji pala. Awal serangan, kumbang dewasa akan menyerang biji dan meletakan telur didalamnya. Didalam biji, telur akan berkembang menetas menjadi larva dan larva akan memakan bagian dalam biji secara keseluruhan. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengeringkan biji pala setelah diambil agar tidak lembab dan mudah diserang oleh serangga perusak buah pala.
2
Penyakit 1) Kangker batang Tanaman yang terserang oleh penyakit ini akan menunjukkan gejala mengalami pembengkakan pada batang, cabang atau ranting. Pengendaliannya adalah dengan membersihkan kebun dari semak belukar dan memangkas bagian yang terserang untuk dibakar.
2) Belah putih (Coreneum sp) Penyebab penyakit ini adalah cendawan coreneum sp yang dapat menyebabkan buah pala terbelah sebelum tua. Gejala yang timbul adalah terdapatnya bercak bercak kecil berwarna ungu kecoklatan pada bagian kulit buah. Bercak bercak tersebut akan membesar dan berubah menjadi warna kehitaman. Pengendaliannya adalah (1) membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik sehingga perakaran tanaman pala tidak tergenang oleh air atau lembab: (2) pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram per tanaman. 3) Busuk buah kering (Stigmina myristichae) Penyebab penyakit busuk buah kering adalah cendawan S. myristichae. Gejala yang ditimbulkan berupa warna coklat dengan bentuk bulat atau cekung dengan ukuran bervariasi dari sangat kecil sampai 3 cm. Pada kulit buah terlihat gugusan cendawan berwarna hijau kehitam hitaman dan akhirnya bercak tersebut menjadi kering dan mengeras. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah (1) kondisi kelembaban disekitar pohon perlu dikurangi dengan cara memangkas atau mengurangi naungan sekitar pohon dan membersihkan gulma atau tanaman lain yang ada; (2) buah pala dan daun yang terserang penyakit segera dipetik atau dirontokan kemudian dipendamkan dalam tanah atau dibakar; (3) dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara rutin yakni 2-4 minggu sekali. Fungisida yang dianjurkan adalah yang berbahan aktif mancozeb, karbendazim dan benomi. 4) Busuk buah basah (Collectotrichum gloeosporiodes) Penyakit ini disebabkan oleh cendawan C. gloeosporiodes yang menyerang atau menginfeksi buah yang luka. Gejala serangan adalah pada buah timbul bercak-bercak
yang basah disekitar tangkai buah sehingga buah mudah gugur. Pengendalian dapat dilakukan seperti cara pengendalian pada penyakit busuk buah kering. Bagian tanaman yang terserang dimusnahkan atau dipendam dalam tanah. Dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida secara rutin yang berbahan akti mancozeb, karbendazim dan benomi.
2.3.3 Sistem Agribisnis Hilir Tanaman Pala a. Panen, Pasca Panen dan Pengelolaan Hasil Panen 1 Ciri dan umur panen Pada umumnya pala dipanen pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun akan berproduksi secara menguntungkan. Produksi akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala dapat berproduksi sampai umur 60-70 tahun. Buah pala yang dipanen adalah buah yang sudah masak (tua) yakni berumur sekitar 6-7 bulan sejak berbunga. Tanda-tanda buah pala masak adalah jika sebagian dari buah terlihat mulai merekah atau membelah melalui luar belahnya dan terlihat bijinya yang diseliputi fuli berwarna merah. Apabila dibiarkan tetap dipohon selama 2 atau 3 hari maka pembelahan buah akan sempurna dan biji akan jatuh ketanah. 2 Cara pemanenan Pemanenan atau pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya diberi atau disambung dengan keranjang. Selain itu dapat pula dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah masak.
b. Pasca Panen dan Pengelolaan Hasil
1 Pemisahan bagian buah Setelah buah pala yang masak dikumpulkan maka buah-buah tersebut dapat langsung dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala diletakkan pada wadah yang besih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu 1) gemuk dan utuh: 2) kurus dan keriput: 3) cacat. 2 Pengeringan biji Biji pala yang diperoleh dari pemisahan bagian buah tersebut segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai atau tempat lain. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang terlalu tinggi dapat membuat biji pala pecah-pecah. Biji yang kering baik akan ditandai dengan terlepasnya kulit biji atau cangkang. Dengan kadar air sebesar 8-10% biji-biji pala yang sudah kering harus dikeluarkan dari cangkangnya dengan cara memukul cangkang sehingga pecah agar biji dapat disendirikan. Biji dapat disortir berdasarkan ukuran yaitu: 1) besar, dalam 1kg terdapat 120 butir biji: 2) sedang dalam 1kg terdapat 150 butir biji: 3) kecil, dalam 1kg terdapat 200 butir biji. Biji-biji pala yang telah kering dapat dilakukan pengawetan agar biji dapat bermutu baik dalam penyimpanan. Pengawetan biji pala dapat dilakukan dengan cara: 1) pengapuran basah dan 2) fumigasi dengan digunakan metal bromeda (CH3 B1) atau karbon bisulfida (CS2) 3 Pengeringan bunga pala (fuli) Fuli dapat dikeringkan dengan menjemur pada panas matahari secara perlahan lahan selama beberapa jam kemudian diangin anginkan. Tindakan ini tidak perlu dilakukan sampai fuli kering dengan baik. Fuli yang kering akan berubah warna dari merah cerah menjadi merah tua dan ahirnya menjadi jingga dengan tekstur fuli yang kering akan kenyal atau tidak rapuh.
c. Standar Produksi Pala 1 Ruang Lingkup Standar produksi pala yang dibutuhkan adalah meliputi beberapa hal yaitu syarat tumbuh, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan. 2 Klasifikasi dan Standar Mutu Untuk menentukan kualitas dari inti biji, fuli dan biji pala yang dihasilkan maka kriteria yang harus diperhatikan adalah: Inti Biji: 1) Pala kupas ABCD (1 sak berat 90 kg), dengan criteria:
Biji relative berat
Bentuknya sempurna dan tidak keriput
Tidak diserang hama atau penyakit
Tidak pecah atau rusak mekanis.
2) Pala kupas RIMPEL (1 SAK berat 80 kg) dengan criteria:
Biji relative berat
Berkeriput
Tidak pecah
Tidak diserang hama penyakit
3) Biji kupas B.W.P (1 sak berat 75 kg)
Biji berkeriput
Ada kerusakan mekanis
Diserang hama dan penyakit
Ringan
Fuli Kriteria untuk menentukan kualitas fuli didasarkan pada warna, bentuk serta kematangannya, sebagai berikut: 1) Fuli I (moco one ), dari buah yang sudah tua, keadaan fuli utuh, warna bagus (merah). 2) Fuli II (moco two), buah sudah tua, keadaan fuli tidak utuh lagi. 3) Gruise I dan II, fuli hancur, lapuk dan mudah pecah, warna hitam. Untuk gruise II digunakan mesin penghancur untuk lebih menghaluskan. Biji 1) Jarak tanam: jarak tanam dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas. Apabila jarak tanam terlalu rapat akan menghasilkan buah-buah pala yang kecil. 2) Pemeliharaan: pemeliharaan yang baik dapat mempengaruhi kualitas hasil yang baik. Pertanaman pala yang tidak dipelihara secara baik mengakibatkan serangan hama dan penyakit akan tinggi, sehingga biji pala yang dihasilkan tidak berkualitas. 3) Cara pemetikan dan pemrosesan: buah yang dipetik pada saat muda, biji dan fulinya mempunyai kualitas rendah. Demikian juga prosessing yang kurang baik seperti penjemuran tergesa-gesa maka biji pala akan pecah-pecah.
d. Pengambilan contoh Tujuan pengambilan contoh adalah agar kualitas pala baik inti biji, fuli dan biji benar-benar berkualitas secara menyeluruh. Setiap kemasan diambil contoh sebanyak masing-masing 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah.
Contoh-contoh tersebut dicampur merata tanpa
menimbulkan kerusakan kemudian dibagi empat dan 2 bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa. Untuk keperluan analisis maka kriteria yang diperhatikan adalah sebagai berikut: 1) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5 2) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300 minimum jumlah contoh yang diambil 7 3) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500 minimum jumlah contoh yang diambil 9 4) Jumlah kemasan dalam partai :501 sampai 1000 minimum jumlah contoh yang diambil 10 5) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000 minimum jumlah contoh yang diambil 15 Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat orang yang berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
e. Pengemasan Pengemasan bertujuan mencegah kerusakan produk hingga ke tangan konsumen. Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastic karena dapat mencegah kerusakan dalam waktu relatif lama. Pengemasan biji atau fuli pala dikemas secara sederhana dan pala yang telah disortir dikemas dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Berat rata-rata dari setiap kualitas adalah sebagai berikut: 1) Pala kupas ABCD dalam 1 sak berat 90 kg 2) Pala kupas RIMPEL dalam 1 sak berat 80 kg 3) Pala kupas B.W.O dalam 1 sak berat 75 kg Khusus untuk pengemasan fuli pala biasanya diletakkan dalam peti kayu atau tripleks dengan berat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal penting yang diperlukan selama pengepakan adalah
fuli yang dipak telah kering baik dan perlu di fumigasi terlebih dahulu pada ruang yang tertutup rapat selama 2 x 24 jam dengan metil bromide. f. Pemasaran 1
Umum
Produk pala dalam bentuk biji, inti biji dan fuli dari tingkat petani akan mengikuti pola yang sederhana dengan tahapan sebagai berikut: 1) Tahap pada tingkat petani atau pengusaha perkebunan kecil mempersiapkan produk dalam biji, inti biji dan fuli. Pada tingkat ini kualitas pala akan sangat bergantung dari perlakuan petani. 2) Tahap pada tingkat pedagang pengumpul. pedagang pengumpul kecil ataupun besar.
Produksi petani akan ditampung oleh Pada tingkat ini kualitas pala diperbaiki
dengan menjaga mutu pala melalui penggunaan kriteria mutu.
Umumnya pedagang
pengumpul akan mensortir produksi pala kemudian dipak sesuai standard dan perlakuan yang terbatas. Semua ini dilakukan untuk mempersiapkan stok pala yang akan dijual pada pengumpul besar. 3) Pengumpul besar merupakan perusahaan besar yang telah memiliki ikatan dengan konsumen tingkat nasional dan internasional.
Pada tahap ini pedagang besar akan
melakukan perlakuan demi memenuhi kebutuhan konsumen atau mereka membuat dalam bentuk bahan setengah jadi untuk memudahkan pemasaran dan pengangkutan.
2
Gambaran peluang agribisnis Produksi pala, biji pala maupun fuli setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 1962
produksi pala nasional baru mencapai 3200 ton dan meningkat pada tahun 1971 mencapai 10.327 ton/tahun. Kenaikan produksi setiap tahun diperkirakan sekitar 22 % sehingga pada tahun 1985 luas produksi pala nasional telah mencapai 70,192 hektar dengan jumlah produksi sekitar 18.649 ton/tahun. Peranan ekspor pala cukup besar terutama petani yakni sekitar 90 % produksi berasal dari perkebunan rakyat. Sentra produksi pala terutama di daerah-daerah Maluku, Sulut, sulsel, papua, jabar dan aceh. Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan di pasar dunia karena memiliki aroma yang khas dan rendemen minyak yang tinggi. Saat ini Indonesia memenuhi kebutuhan akan pala dunia dengan persentasi 60 % sedangkan yang 40 % di pasok oleh Granada, India dan beberapa negara lain penghasil pala.
III.
PROSPEK POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN
3.1 Prospek tanaman karimenga Prospek tanaman karimenga antara lain: pala bagian umbi mengandung zat pahit traccosin,
sitosteral, cyryl, alcohol, bagian akar dapat dijadikan obat penenang, lambung,
limpha, dan bahan komestik dan minyak atsiri juga ada bagian batang dan selain mengandung minyak atsiri juga mengandung unsure-unsur metabolic sekunder seperti saponin dan flavonoid. 3.2 Prosek tanaman pala Pala merupakan tanaman industri yang multi guna sebagai komoditi strategis dimana mulai dari batang, kulit batang, daun, fuli, biji dan daging pala. Selain itu pala memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai komoditi ekspor dimana kulit, batang dan daun dapat dijadikan minyak atsiri. Fuli, selain dapat dijadikan minyak atsiri juga dapat sebagai industri pengalengan, rempah-rempah, minuman dan kosmetik. Fuli pala mengandung senyawa kimia antara lain: camphene, p-cymene, phellan drena, terpinene, terpinal, limone, sabinene, phellandrene, terpinol, geraniol, myristin (metoksi saprol), Ldan B-pinene, elemicin, safrol, 2 resorcinol (malabaricone band malabaricone C), eugenol dan metoksi eugenol. Disamping itu biji pala dapat dijadikan rempah-rempah, obat pencernaan, obat muntahmuntah. Daging buah pala juga dapat meringankan rasa sakit, obat lambung, asinan/manisan, dankristal daging buah pala.
3.3 Prospek tanaman aren Tanaman aren memiliki prospek yang cerah apabila industri aren telah dapat dikembangkan. Hal ini dapat dilihat apabila industri aren dibangkitkan dan prospek yang ada adalah sebagai berikut: a.
Produk dari aren sangat dibutuhkan pasar dunia
b.
Produk dari aren memiliki nilai komparatif dan kompetitif karena mempunyai kekhasan yang sulit didapat dari tanaman lain.
c.
Prokduktivitas aren yang tinggi dapat menjadi pilihan investasi yang sangat menguntungkan
d.
Di beberapa wilayah di Indonesia
telah terbukti bahwa tanaman aren telah
memberi kontribusi ekonomi yang signifikan e.
Dengan teknologi yang relatif sederhana tanaman aren dapat memberi nilai tambah yang menjanjikan
f.
Peluang yang besar sebab tren dunia yang mengarah pada komoditi yang bisa mendukung kelestarian sumber daya alam serta ramah lingkungan
g.
Dapat dikembangkan pada lahan-lahan dengan kondisi iklim yang luas adaptasinya
h.
Penyerapan tenaga kerja yang besar sehingga komoditi ini dapat menjadi pilihan bagi penciptaan lapangan pekerjaan baru dan dapat mengurangi angka penganguran.
i.
Pengembangan tanaman aren dapat disinergiskan dengan berbagai komoditi yang saling mendukung.
3.4 Potensi tanaman karimenga Tanaman karimenga merupakan tanaman industri multiguna yang tumbuh pada ketinggian sampai 900 meter di atas permukaan laut. Kemungkinan pengembangan industri tanaman karimenga dimana bagian tanaman seperti umbi mengandung zat kimia tertentu, bagian akar dapat dijadikan obat-obatan dan bahan kosmetik, bagian batang dan daun selain mengandung minyak atsiri juga mengandung unsur metabolik sekunder yaitu saponin dan flafonoid.
3.5 Potensi tanaman pala Potensi lahan untuk tanaman pala di Sulawesi utara yaitu sesuai syarat tumbuh pada 500700 mdpl.
Kemungkinan pengembangan industri pala yaitu fuli pala berpotensi sebagai
pengawet alamiah, antimikroba yang potensial, anti salmonella typil, anti bakteri, anti oksidan, menghambat radikal bebas, anti kanker, anti fungi, dan anti inflammatory. Fuli pala merupakan anti fungi yaitu: Aspergillus flafus, A ninger , Candida albicaus, Fusarium onysporium dan lainlain.
3.6 Potensi tanaman aren Bagi masyarakat Indonesia tanaman aren memiliki potensi yang cukup baik sebab memiliki keragaman fungsi yakni fungsi sosial , budaya dan ekonomi. Selain itu tanaman aren juga memiliki fungsi ekologis sebab merupakan salah satu tanaman peyeimbang ekosistem dan ekologi pedesaan. Fungsi istimewa pohon aren secara ekologis adalah sebagai pengawet sumber
daya alam terutama tanah. Potensi tanaman aren secara ekonomi berfungsi sebagai sumber pendapatan masyarakat misalnya pengolahan nira dan gula aren. Secara ekonomis peluang ini akan bertambah sejalan ketika bahan baku produk pohon aren diberi nilai tambah sehingga nilai ekonominya jauh lebih besar dan menguntungkan. Selain dapat dibuat berbagai jenis gula, nira aren dapat di buat minuman keras seperti cap tikus, tuak, anggur aren, dan dapat juga dibuat bioetanol sebagai bahan bakar alternatif dimasa mendatang. Selain itu pula produk-produk dari bagian tanaman aren dapat bernilai ekonomi seperti dalam menunjang industri kerajinan, sebagai sumber bahan baku obat tradisional, sumber bahan makanan dan minuman serta bahan pakan ternak. Masih banyak potensi yang dimiliki oleh tanaman aren yang dapat digali mengingat tanaman ini sangat cocok dan tumbuh hampir pada semua jenis tanah baik tanah yang kurang subur maupun subur.
3.7 Arah pengembangan tanaman karimenga
Daun
Metabolic sekunder
Minyak atsiri
Batang
Obat penenang
Tanaman karimenga Obat lambung
Obat Limfa Akar BahanObat bakuLimfa kosmetik
Zat Pahit
Umbi
BZat sitosterol Pahit
Ceryl Alkohol
3.8 Arah pengembangan tanaman pala Pengembangan tanaman pala diarahkan pada sejumlah sentra produksi utama di seluruh propinsi sulut dengan mengacu pada potensi daerah masing-masing. Pengembangan areal dilakukan melalui dukungan dana pemerintah, swadaya petani dan pelaku usaha.
Penetapan lahan
disesuaikan dengan potensi lahan yang akan di kembangkan. Kemungkinan arah pengembangan industri pala mengikuti skema berikut:
Batang
Kayu bakar, kayu bangunan
Minyak atsiri
Kulit batang
Rempah-rempah
industri
daun
minuman
kosmetik
Rempah
Tanaman Pala
Obat pencernaan fuli Obat muntah
Meringankan sakit nyeri Biji pala Obat lambung
Asinan pala Daging buah Kristal daging
3.9 Arah pengembangan tanaman aren Pengembangan industri aren adalah suatu sistem yang memproses bahan baku dari pohon aren memiliki suatu atau berbagai produk yang bernilai tambah. Bahan baku yang berasal dari pohon aren antara lain nira, buah kolang kaling, ijuk, lidi, daun, tepung, kayu batang, akar dan lain lain. Bahan baku ini akan terus dikembangkan menjadi berbagai produk yang bernilai tambah dalam sistem industri aren antara lain macam-macam gula aren, tuak, cap tikus, bioetanol, anggur aren, tepung, bahan kerajinan, obat tradisional dan lain-lain.
Sapu lidi Janur Rokok klinting Obat kulit tradisional Bedak Atap rumah Tusuk sate
Daun
Pangkal /tangkai buah
Tanaman Aren
Buah
Batang
Akar
Nira
Kolang kaling
Minuman segar Gula aren cetak Gula semut aren Gula Kristal putih aren Gula cair aren Gula lempeng Gula batu Biopestisida Bioetanol Anggur aren
Ijuk, sapu, sikat, tali, atap Talang air Pakan ternak Tepung aci Mutiara sagu aren Minuman Bahan perabot Bahan bangunan
Obat kencing batu ginjal Obat sakit gigi Bahan kerajinan