“Hercules” si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis. Selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk Famili Myristicaceae yang terdiri dari 15 genus dan 250 spesies. Dari 15 genus tersebut, 5 genus berada di daerah tropis Amerika, 6 genus di daerah tropis Afrika, dan 4 genus di daerah tropis Asia (Rismunandar, 1990). Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri makanan dan minuman. Di Indonesia, Maluku merupakan pusat asal tanaman pala dengan keragaman yang tinggi. Pada tahun 1748 tanaman pala mulai dikembangkan ke daerah Sulawesi Utara, Minahasa dan Kepulauan Sangir Talaud, Sumatra Barat dan Bengkulu, kemudian menyusul di Jawa, Aceh dan Lampung (Anonim, 2011). Kabupaten Aceh Selatan terkenal dengan daerah pala karena daerah ini juga dikenal sebagai penghasil pala terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi Maluku (Mulyono, 1997 dalam Muttaqin HM, 2010). Tanaman pala merupakan tanaman primadona (tanaman unggulan lokal), di daerah Aceh Selatan, karena tanaman ini hampir merata dibudidayakan oleh masyarakat. Hasilnya mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi serta cukup berarti sebagai sumber pendapatan utama sebagian besar petani maupun sebagai salah satu sumber pendapatan daerah (Dishutbun Aceh Selatan, 2003). Luas areal tanaman pala sebelumnya mencapai 11,245 Ha (1994) dengan produksi 8,647 ton, terjadi pengurangan areal seluas 1,402 Ha dengan produksi 3,710 ton, penurunan areal ini akibat terjadi serangan hama penggerek batang dan serangan penyakit busuk buah, sehingga dalam waktu yang singkat telah mengubah sebagian hamparan pala rakyat menjadi ranting kering di Kabupaten Aceh Selatan (Dishutbun Aceh Selatan, 2003).
Tingkat serangan hama tersebut telah berada di atas ambang ekonomi yang mengakibatkan kehilangan panen atau penurunan produksi pala rata-rata pertahun ± 463,75 ton selama 8 tahun (1994-2002). Perhitungan kehilangan panen di maksud setara dengan kerugian atau kehilangan pendapatan petani pada tingkat tenaga minimal saat ini Rp. 20.000,-per kg, bila keadaan ini tidak segera di kendalikan maka kerugian yang diderita oleh petani dan kehilangan salah satu sumber pendapatan daerah (Dishutbun Aceh Selatan 2003). Hama yang ditemukan menyerang tanaman pala di beberapa pulau penghasil pala di Indonesia adalah penggerek batang (Batocera hercules : Cerambycidae) (Kalshoven, 1981 dalam Rumakamar dkk, 2012). Beberapa berita online juga menyebutkan bahwa hama Batocera hercules banyak menyerang pertanaman pala di beberapa daerah di Maluku, gejala yang timbul akibat serangan hama Batocera hercules adalah pada batang-batang pohon pala
terdapat luka dengan tanda lubang di semua batang pohon. Berdasarkan
informasi warga dari sejumlah pulau di Seram Bagian Timur, populasi jenis hama ini sudah menguasai hampir seluruh lahan perkebunan pala di pulau Watubela, Teor, Amarsekaru dan Kesui, Kabupaten Seram Bagian Timur. Dikatakan, hama tersebut sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Namun populasinya masih terbilang sedikit dan warga menilai hama Batocera hercules bukan hama yang membahayakan. Namun ceritanya jadi lain setelah beberapa tahun kemudian, bahkan terdapat desa yang gagal panen pala (Dinas Pertanian Propinsi Maluku,2013).
Gambar 1. Gejala serangan hama Batocera hercules a. Cabang, b. Batang Pala Sumber : Rumakamar, dkk, Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman, Vol. 1 No.2. Oktober 2012
II. Mengenal Hama Batocera hercules Menurut Kalshoven (1981) hama penggerek batag pala di Klasifikasikan sebagai berikut : Filum
: Artrhopoda
Kelas
: insecta/Hexapoda
Ordo
: Coleopteray
Famili
: Cerambycidae
Genus
: Batocera
Species
: Hercules
Nama ilmiah
: Batocera hercules
Stadia larva hama Batocera hercules dapat mencapai 3 tahun, sehingga pohon yang terserang dapat rusak parah bila pada pohon tersebut terdapat beberapa ekor larva saja. Pohon yang terserang hama Batocera hercules dapat dikenali dengan adanya lubang-lubang gerekan sebesar 2,5 - 3 cm, kumbang ini banyak ditemukan di daerah Aceh dengan intensitas kerusakan sebesar 15 - 40%. Batocera hercules juga telah dilaporkan oleh Munaan (1991) di daerah Sulawesi Utara dengan intensitas serangan 17 - 24% dan dapat menurunkan produksi pala sampai 24% (Harni, 2011). Larva penggerek batang (Batocera hercules) yang masih baru menetas atau larva instar pertama memiliki warna putih dengan ukuran 9 - 13 mm. Larva yang baru keluar dari telur menghadap kebawah (thorax menghadap kebawah), kemudian larva tersebut akan memutar tubuhnya, sehingga posisi thorax menghadap keatas dan kemudian larva tersebut akan mengerek masuk kedalam antara kulit dan batang tanaman cengkeh. Larva Batocera hercules akan menggerek permukaan batang dibawah kulit tanamana cengkeh (gerekan antara kulit dan batang) sampai beberapa bulan hingga larva tersebut tumbuh menjadi larva berukuran besar dan siap berubah menjadi pupa. Larva yang telah berukuran besar berwarna putih agak coklat, ukuran dapat mencapai 6 - 10 cm, pada tubuh larva mempunyai ruas berjumlah ± 9 ruas. Larva ini membuat lubang vertikal dan hanya terdapat satu larva pada satu lubang. Setelah larva instar terakhir dan siap berubah menjadi pupa, larva akan menggerek
batang keras tanaman cengkeh lebih dalam dan akan menjadi pupa di dalam lubang tersebut. Lubang gerekan pada batang dalam tanaman cengkeh mempunyai kedalaman ± 3,3 cm. Selain itu, larva tersebut akan membuat lubang sebagai jalan keluar, sehingga apabila pupa telah berubah menjadi imago maka imago tersebut akan keluar melalui lubang yang telah disiapkan tersebut. Lubang masuk larva berada dibawah lubang keluar setelah berubah menjadi imago. Apabila batang yang digerek dibuka akan tampak bekas serbuk kasar pada gerekan antara kulit dan batang, juga terdapat serbuk halus sebagai hasil dari gerekan pada batang keras tanaman cengkeh yang mempunyai warna coklat kehitaman. Kumbang dewasa berukuran besar berwarna coklat, berukuran 4-6 cm, dan mempunyai antenna yang memiliki panjang melebihi panjang tubuhnya. bersifat nokturnal, akan mengeluarkan bunyi-bunyian (mencicit) bila diganggu. Bentuk kumbang muda sangat khas, antena panjang dan berwarna abu-abu. Selain itu, hama ini juga mempunyai alat mulut dan tungkai yang kuat. Alat mulut dan tungkai yang kuat akan berguna pada waktu imago akan meletakkan telur, yaitu dengan cara menggerek kulit batang tanaman pala atau cengkeh dan mengungkit gerekan tersebut dengan tungkainya sampai kulit batang terangkat. Kumbang betina meletakkan telur pada kulit kambium yang sebelumnya telah dilukai tersebut. Seekor kumbang betina dapat hidup sampai enam bulan dan selama hidupnya mampu bertelur antara 170 - 270 butir. Telur dari Batocera hercules berbentuk lonjong, berwarna putih sampai coklat muda (jika telur akan menetas), berukuran 811 mm, diletakkan menghadap ke bawah, sehingga setelah telur menetas, larva Batocera hercules akan menghadap ke bawah (thorax berada dibawah).
Gambar 2. Empat stadium hama Batocera hercules a. Telur, b. Larva, c. Pupa, d. Imago Sumber : Patty J., Jurnal Budidaya Pertanian, Volume 9 No.1, Juli 2013
III. Hama Batocera hercules juga Menyerang Tanaman Cengkeh Alasan mengapa hama utama pada tanaman pala ini kemudian menyerang tanaman cengkeh belum diketahui secara jelas. Tanaman cengkeh yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat mengalami kematian, seperti terjadi pada tanaman pala pada umumnya. Tanaman cengkeh yang terserang Batocera hercules berumur lebih dari 25 tahun. Gejalanya terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5 – 1 cm, di mana didapat serbuk kayu. Gejala awal serangan hama Batocera hercules
yaitu daun yang
menguning dan layu kemudian daun akan gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati akibat terganggunya metabolisme tanaman. Selain itu tanda lainnya adalah pada bagian kulit batang atau cabang yang digerek terdapat lubang gerekan yang mengeluarkan cairan atau gom dan serbuk kotoran dari bekas gerekan. Hal ini terjadi karena larva membuat lubang dengan cara menggerek hingga ke bagian dalam batang atau cabang tanaman. Gerekan pada kulit batang tanaman cengkeh mempunyai panjang ± 36 cm, dan gerekan pada batang dalam tanaman cengkeh mempunyai panjang ± 15,5 cm. Sedangkan lubang gerekan pada batang dalam tanaman cengkeh mempunyai kedalaman ± 3,3 cm, dan kedalaman total lubang gerekan yang diukur dari kulit tanaman cengkeh berukuran ± 4 cm. Didalam setiap lubang gerekan tersebut hanya ditemukan satu larva. Lubang gerekan berbentuk vertikal, dimana
serbuk gerekan selalu berada dibawah lubang untuk menutup lubang masuk. Namun, terkadang ditemukan pula gerekan Batocera hercules melingkari batang, sehingga saluran makanan dari bawah keatas menjadi terputus. Gerekan larva menyebabkan distribusi hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka akan tampak bekas gerekan berwarna coklat kehitaman. Serangan Batocera hercules pada tanaman pala, bila diketuk akan berbunyi yang menandakan kulit telah terlepas dengan batang, tetapi berbeda dengan serangan Batocera hercules pada tanaman cengkeh. Bila kulit batang pada tanaman cengkeh yang terserang diketuk tidak akan mengeluarkan bunyi, seakan kulit masih menyatu dengan batang padahal jika antara kulit dan batang tanaman cengkeh dikupas akan terlihat serbuk kasar sebagai hasil dari gerekan hama tersebut. Bagian batang dan dahan yang terserang berat akan mudah patah ketika tertiup angin (Setyolaksono, 2013).
IV. Pengendalian Hama Batocera hercules Team dari Balitri merekomendasikan pencegahan hama dalam jangka pendek yaitu dengan cara : a. Melakukan gerakan massal pengendalian hama pada tanaman yang tersisa. b. Memotong tajuk antar pohon pala yang saling bersinggungan c. Melakukan sanitasi lingkungan dengan membersihkan vegatasi liar di sekitar tanaman pala termasuk pemusnahan bekas pohon terserang d. Dari hasil penelitian pengendalian hama penggerek Batocera Hercules dengan memanfaatkan semut sebagai predator hama tersebut Pengendalian jangka panjang dapat dilakukan dengan cara : a. Pembibitan pala dengan menggunakan benih yang berasal dari pohon induk yang menunjukkan ketahanan terhadap hama atau penyakit. b. Penanaman baru pada lahan yang sudah bebas dari sumber penyakit dengan jarak tanam yang diatur sehingga tidak memungkinkan tajuk tanaman bersinggungan dengan tanaman lain jika sudah besar. c. Melatih para petani tentang budidaya pala termasuk cara pengendalian hama
dan penyakit seperti pembuatan agensia hayati/pestisida nabati. d. Melakukan tumpang sari, monitoring secara berkala oleh petani dan segera melakukan tindakan pengendalian secara dini jika ditemukan serangan hama atau penyakit (Anonim, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Balitri : Gunakan Semut untuk Basmi Hama Batocera. Dikutip dari http://aceh.tribunnews.com/2011/09/21/balitri-gunakan-semut-untuk-basmihama-batocera. Diakses pada tanggal 2 April 2014. Anonim. 2011. Budidaya Tanaman Pala Aceh. Dikutip dari http://www.forpala.org/detail/3275/1367082000/budidaya-tanaman-pala-aceh. Diakses pada tanggal 17 Maret 2014. Dinas Pertanian Propinsi Maluku. 2013. Petani Cengkeh Merugi Rp. 17,07 Milyar/Musim Akibat Hama. Dikutip dari http://www.rakyatmaluku.com/wawancara/petani-cengkeh-merugi-rp1707milyarmusim-akibat-hama. Diakses pada tanggal 3 Maret 2014. Dishutbun Aceh Selatan. 2003. Pedoman Pengamatan Dan Pengendalian Hama Pada Tanaman Pala. Dinas Perkebunan Dan Kehutanan. Aceh Selatan Muttaqin H.M. 2010. Inventarisasi Hama Dominan Pada Tanaman Pala (Myristica Fragrans Houtt) Di Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan. Dikutip dari http://aqinhpt.blogspot.com/2010/10/inventarisasi-hama-dominan-padatanaman.html. Diakses pada tanggal 11 Maret 2014. Patty J. 2013. Kerusakan Tanaman Pala Akibat Hama dan Penyakit Di Karloming, Kesui, Kabupaten Seram Bagian Timur. Jurnal Budidaya Pertanian. Volume 9. No. 1. Rismunandar. 1990. Teknologi Pengolahan Pala. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Pertanian. Jakarta Rita Harni. 2011. Pengendalian Terpadu Hama Dan Penyakit Utama Pala. Edisi 23 Pebruari - 1 Maret 2011 No.3394 Tahun XLI Agroinovasi. Badan Litbang Pertanian. Rumakamar dkk. 2012. Kerusakan Tanaman Pala Akibat Serangan Hama Penggerek Batang (Batocera hercules). Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. Volume 1. No. 2.
Setyolaksono, M.P. 2013. Batocera sp., Sekarang Menyerang Juga Pada Tanaman Cengkih. Dikutiup dari http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpambon/berita-273batocera-sp-sekarang-menyerang-juga-pada-tanaman-cengkih.html. Diakses pada tanggal 2 April 2014. Zuliyanti. A. 2011. Hama-Hama Pada Tanaman Pala, Kemiri dan Jahe. Departemen Agroekoteknologi-HPT. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Oleh : Asri Maria W., SP POPT Pertama BBPPTP Surabaya