Jur. Embrio (7) (2) (65-70) 2014
ISSN No.2085-403X
UJI EFEKTIFITAS MINYAK KAYUMANIS TERHADAP PENGGEREK BATANG PALA Batocera hercules, BOISD Test The Effectiveness Of Oil Cinnamon againts borer Nutmeg Batocera hercules, BOISD
Oleh Herwita Idris1) 1)
Kebun Percobaan Balittro Laing Solok, email
[email protected], telp (0755) 20034
ABSTRACT Nutmeg (Myristica fragran, HOUTT) is a multifunctional plantation crops as ingredients spices, medicinal and of essential oil sources (nutmeg oil). West Sumatra is as produce nutmeg areas in Indonesia with very low productivity due to the development of several stem borer pest especially Batocera hercules, BOISD. To overcome the above problem has been researched on gardens farmer in Agam District in April to October 2009, about the effectiveness of cinnamon oil in the formulations of the insecticide with a randomized block design (5 treatments, 5 replicates), consisting of cinnamon oil 8%, 10%, 12 %, synthetic pesticides, without insecticides (control). Observations conducted larval mortality 3,5,7 and 10 days after application in the sectors I, II and III, with each distance (0.5 to 1.5 m) from application hole. The result showed that, the concentration of test formulations 12% cinnamon oil with 5 ml injection method is very effective to control stem borer nutmeg (B. hercules, BOISD) with a mortality rate of larvae in the sectors I, II and III was 69.87%, 61.93% and 34.39%, the effective period for 5, 6 and 7 days. While cinnamon oil formulation ingredients other concentration (10% and 8%) is only effective on the first sector with the larva mortality rate 64.56% and 60.83%. Keywords: Nutmeg (Myristica fragran, HOUTT), cinnamon oil, controllers, Batocera hercules
PENDAHULUAN Tanaman pala (Myristica fragrant, Houtt) adalah tanaman rempah asli kepulauan Maluku (PURSEGLOVE, 1995), serta merupakan komoditi sub sektor perkebunan yang multi fungsi, karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan rempah, obat dan sumber minyak atsiri (Nutmeg oil), daging buah juga dapat diolah untuk berbagai macam produk yang nilai ekonominya cukup tinggi seperti sirup dan manisan pala (EMMYZAR et al, 1989). Tanaman pala ini telah diperdagangkan dan dibudidayakan secara turun temurun
Uji Efektifitas......
dalam bentuk perkebunan rakyat. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun dan dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Selain di Indonesia tanaman pala terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk Famili Myristicaceae yang terdiri dari 15 genus dan 250 spesies. Dari 15 genus tersebut, 5 genus berada di daerah tropis Amerika, 6 genus didaerah tropis Afrika, dan 4 genus di daerah tropis Asia (RISMUNANDAR, 1990).
65
Jur. Embrio (7) (2) (65-70) 2014
Budidaya pala di Indonesia dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat berskala kecil dengan sifat sambilan tanpa pemeliharaan yang serius (TARIGANS et al, 1991). Penanaman pala di berbagai daerah umumnya dilakukan secara tradisional tanpa teknologi budidaya yang baik, sehingga produksi per satuan luas relatif rendah karena munculnya faktor penghambat produksi diantaranya serangan hama (EMMYZAR et al, 1989). Hasil survai pada daerah sentra produksi pala di Sumatera Barat (ADRIA dan IDRIS, 1993) diketahui 2 jenis hama yang perlu diwaspadai yaitu penggerek batang Batocera hercules, Boisd di kabupaten Agam dan Nothopeus hemipterus, OL di kabupaten Pesisir Selatan. Menurut PRACAYA (1993); BORROR et al (1993) Batocera hercules termasuk famili Cerambycidae, hidup kosmopolit pada tanaman pala, cengkeh, kapok, coklat durian dan tanaman lain yang belum diketahui nilai ekonominya. Serangga ini memiliki metamorfosa lengkap (holometabol), stadia dewasa (KALSHOVEN, 1981) merupakan kumbang dengan sepasang antene yang lebih panjang dari ukuran tubuhnya, stadia telur berbentuk bulat terdistribusi secara tunggal pada celah kulit tanaman dan menetas menjadi larva dalam waktu 4- 6 hari. Stadia larva berlangsung selama 5- 7 bulan, berada pada terowongan vertikal dalam batang tanaman. Stadia larva hama Batocera hercules dapat mencapai 3 tahun, sehingga pohon yang terserang dapat rusak parah bila pada pohon tersebut terdapat beberapa ekor larva saja. Pohon yang terserang hama Batocera hercules dapat dikenali dengan adanya lubang lubang gerekan sebesar 2,5 - 3 cm, kumbang ini banyak ditemukan di daerah Aceh dengan intensitas kerusakan
Uji Efektifitas......
ISSN No.2085-403X
sebesar 15 - 40%. Batocera hercules juga telah menyerang daerah Sulawesi Utara dengan intensitas serangan 1724% dan dapat menurunkan produksi pala sampai 24% (HARNI, 2011). Pengendalian serangga penggerek (NATAWIGENA, 1988) pada tanaman yang telah terserang relatif lebih sulit dibanding hama daun mengingat larva dari golongan ini berada dalam batang tanaman, sehingga teknik pengendalian paling ideal dan efektif adalah pemakaian insektisida sistemik ataupun yang mudah diserap tanaman. Tetapi untuk perlindungan tanaman (preventif) mungkin bisa diterapkan konsep hama terpadu khususnya sanitasi kebun dan pengembangan tanaman yang tidak termasuk inang penggerek terutama pada kebun sistim polikultur. Untuk mengatasi serangan penggerek batang Batocera hercules dalam rangka meningkatkan produktifitas tanaman pala di Sumatera Barat, telah dilakukan pengujian efektifitas bahan tanaman yang mengandung bahan aktif dari minyak kayu manis Kayumanis (Cinnamomum burmanii), adalah tanaman yang berpeluang dikembangkan menjadi sumber bahan insektisida nabati, karena mengandung berbagai bahan toksit, anti feedan dan hormonal terhadap serangga. Minyak kayumanis mengandung senyawa cinamaldehyde dan eugenol (cynamyl alcohol). Pemakaian sinamaldehyd sebagai bahan insektisida nabati oleh WEE dan HO (2003) terhadap Blattella germanica menunjukkan hasil yang memuaskan dengan LD50 0.290- 0.400 µg/g dalam 1-3 hari. Pada sisi lain penggunaan minyak kayumanis sebagai fungisida untuk pengendalian
66
Jur. Embrio (7) (2) (65-70) 2014
penyakit kanker batang (Phytophtora. cinnamomi) juga memberikan hasil memuaskan, dimana dalam konsentrasi 0,1 ml/l dan 0,5 ml/l (formulasi 20%) dapat menekan perkembangan P. cynnamomi dilapangan sebesar 24,8 dan 53,5%, sedangkan secara invitro memiliki efektifitas 45,3 dan 92,3% (IDRIS, et al. 2003). Menurut IDRIS, (2014) minyak kayumanis memiliki sifat insektisidal yang baik sehingga mampu mempengaruhi aspek biologis dari serangga A. milliaris. Pemakaian dosis 10 dan 12 ml/l dapat menyebabkan kematian terhadap larva instar (III, IV, V, VI) sebesar (17,38 dan 48,47)%, (11,63 dan 49.16)%, (11,99 dan 30,03 )% dan (10,37 dan 28,47)% Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengujian beberapa formulasi insektisida nabati terhadap hama penggerek batang pala (B. hercules), yang ramah lingkungan serta tidak mengurangi mutu yang dihasilkan. Hasil penelitian tersebut seperti diuraikan dalam tulisan ini. BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan pada tanaman pala rakyat berumur 10- 15 tahun di kabupaten Agam (Sumatera Barat) dari bulan April sampai dengan Oktober 2009 dalam rancangan acak kelompok (RAK), terdiri dari 5 perlakuan (minyak kayumanis 8%, 10%, 12 %, insektisida sintetis /deltametrin 25 EC , serta tanpa insektisida sebagai kontrol). Tiap perlakuan diulang 5 kali dengan 5 populasi tanaman per ulangan. Setiap tanaman dibagi atas 3 sektor secara vertikal dengan jarak (0,5- 1,5 m) dari lobang aplikasi. Tiap sektor ditandai 3 lobang penggerek yang masih hidup (aktif) dengan ciri mengeluarkan cairan serta serpihan kotoran. Pembuatan formulasi. Bahan sumber insektisida nabati berupa minyak kayumanis sebagai bahan Uji Efektifitas......
ISSN No.2085-403X
aktif, ditambah terpentin sebagai bahan pelarut, kemudian diaduk dengan stirer sampai homogen, kemudian ditambah dengan bahan emulsi dan bahan pembasah, lalu diaduk lagi sampai homogen. Formula yang telah jadi kosentrasi 20 %, disimpan dalam botol gelap dan siap untuk diuji efektifitasnya. Aplikasi dilakukan memakai spet pada lubang khusus dengan jumlah 5 ml (diameter 0.80 mm) yang dibuat dengan bor tangan (hand bore) pada bagian pangkal batang setinggi 0,5 m dari permukaan tanah. Pengamatan persentase kematian larva dilakukan selama 7 hari berturut-turut mulai hari ke 3 setelah aplikasi. Kematian larva diindikasikan dengan tidak adanya aktifitas lagi yaitu tidak ada faeces yang keluar dari lubang bekas gerekan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pengamatan diketahui semua kosentrasi uji yang digunakan sangat efektif khususnya pada sektor I dengan tingkat kematian larva B. hercules diatas 50%, efektifitas dari minyak kayu manis 10% dan 12% paling baik, dengan kematian larva mencapai 69,87% dan 64,56%. Sedangkan pada sektor II dan III tingkat efektifitas semua kosentrasi uji cenderung menurun dengan kematian larva B. hercules antara (16,81 34,36)%, kecuali kosentrasi uji 12% pada sektor II dengan kematian larva 61,93% penurunan tidak siknifikan (Tabel 1). Tingginya tingkat kematian larva pada semua kosentrasi uji disebabkan kandungan cinamaldehydnya memiliki daya racun (toksik) sangat tinggi yang langsung menyerang susunan saraf serangga, sehingga dalam waktu singkat terjadi 67
Jur. Embrio (7) (2) (65-70) 2014
ISSN No.2085-403X
perobahan terhadap sistim keseimbangan hormon dan metabolisme yang berakhir
dengan kematian, ini juga sesuai dengan pendapat (WORTHING, 1979). Tabel 1. Tingkat kematian kumulatif larva B. hercules pada berbagai konsentrasi uji. Kosentrasi Uji Tingkat kematian larva (%) (%) Sektor I Sektor II Sektor III FKM 12 69,87 a 61,93 a 34,39 a FKM 10 64,56 c 34,36 bc 18,70 c FKM 8 60,83 b 32,54 b 16,81 b Sintetis 70,04 a 62,02 a 34,56 a FKM 0 (kontrol) 3,83 d 3,05 c 2,17 d KK (%) 12,28 12,49 10,54 Keterangan : SA : setelah aplikasi Angka diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMNRT Dalam analisis data ditranformasi ke arc sin V%
Pengaruh kosentrasi uji pada sektor I mulai terlihat hari ke 3 setelah aplikasi dengan variasi kematian larva B. hercules antara 3,90 - 5,95%, sedangkan di sektor II dan III efektifitas mulai terlihat hari 4, dimana kematian larva pada sektor III lebih rendah dibanding
sektor II (Tabel 2). Keadaan diatas disebabkan sektor I terletak lebih dekat dari lobang aplikasi (jarak 0,5 m) sehingga sektor ini akan lebih dulu dilewati oleh bahan kosentrasi uji dengan daya racun yang relatif lebih kuat dibanding sektor II dan III.
Tabel 2. Awal efektifitas berbagai kosentrasi uji terhadap larva B. hercules Kosentrasi Uji (%) FKM 12 FKM 10 FKM 8 Sintetis FKM 0 (kontrol) KK (%)
Sektor I
Tingkat kematian larva (%) Sektor II Sektor III
(hari ke 3 SA)
(hari ke 4 SA)
(hari ke 4 SA)
5,95 a 4,32 c 3,90 b 5,65 a 0,76 d 15,08
6,61 a 5,94 bc 4,32 b 6,70 a 0,76 c 12,39
3,38 a 2,20 c 1,98 b 3,42 a 0,35 d 11,65
Keterangan : SA : setelah aplikasi Angka diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMNRT Dalam analisis data ditranformasi ke arc sin V%
Puncak efektifitas semua kosentrasi uji pada sektor I, II dan III terjadi hari ke 5, 6 dan 7 setelah aplikasi dengan rataan kematian larva B. hercules antara 30,35 - 46,15%, dimana
Uji Efektifitas......
kosentrasi uji 12 dan 10% menunjukkan tingkat efektifitas paling baik pada semua sektor, walaupun terjadi penurunan efektifitas pada sektor II dan III (Gambar 1).
68
Jur. Embrio (7) (2) (65-70) 2014
ISSN No.2085-403X
Gambar 1. Puncak Efektifitas berbagai konsentrasi uji terhadap larva B. Hercules pada semua sektor pengamatan
Adanya penurunan efektifitas pada sektor II dan III dibanding sektor I disebabkan oleh pengaruh jarak kedua sektor ini lebih jauh dari lubang aplikasi, sehingga dalam transportasi bahan aktif minyak kayumanis (cinamaldehyd) tersebut terjadi reaksi yang cenderung mengakibatkan degradasi daya racun, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (MUSTAMIN dan MA'ARUF, 1990) KESIMPULAN Kosentrasi uji formulasi minyak kayumanis 12% dengan metoda suntikan 5 ml sangat efektif untuk pengendalian hama penggerek batang pala (B. hercules, BOISD) dengan tingkat kematian larva di sektor I,II dan III sebesar 69,87%, 61,93% dan 34,39%, dengan periode efektif selama 25, 20 dan 15 hari, sedangkan bahan formulasi minyak kayu manis kosentrasi 10% dan 8 %, hanya efektif pada sektor I dengan tingkat kematian larva 64,56% dan 60,83%. DAFTAR PUSTAKA ADRIA dan H. IDRIS. 1993. Inventasisasi hama utama tanaman Pala di sentra produksi Sumatera Barat. Laporan hasil penelitian KELTI hama tahun 1992/1993. Sub Balai Penelitian Tanaman
Uji Efektifitas......
Rempah dan Obat Solok. 14 hal (tidak diterbitkan). BORROR, D.J, C.A. TRIPLEHORN and F. JOHNSON. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga (terjemahan). Edisi keenam. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta. 1083 hal. EMMYZAR, R. ROSMAN dan H. MUHAMMAD. 1989. Tanaman Pala. Edisi khusus penelitian tanaman rempah dan obat (V:1). Balai Penelitian Tanaman rempah dan Obat. Bogor. hal 52- 60. HARNI, R. 2011. Pengendalian Terpadu Hama Dan Penyakit Utama Pala . Edisi 23 Pebruari-1 Maret 2011 No.3394 Tahun XLI Agroinovasi. Badan Litbang Pertanian. IDRIS, H, A. ASMAN dan HILMA SYAMSU. 2003. Pemanfaatan pestisida limbah kayumanis untuk pengendalian penyakit kanker. Laporan akhir tahun 2003. Kp. Balittro laing. solok IDRIS, H. 2014. Pengaruh Bio Insektisida Kayu Manis Terhadap Aspek Biologi Aspidomorpha miliaris, F . Bulletin Ilmiah Ekasakti ISSN 0854-8099 (XXVI: 69
Jur. Embrio (7) (2) (65-70) 2014
1). Univ. Eka Sakti. Padang. Hal 68-77. KALSHOVEN, L.G.E. 1981. Pest of crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru - van Hoeve. Jakarta. Indonesia. page 701. MUSTAMIN dan MA'ARUF. 1990. Peranan analisis lingkungan dalam penggunaan pestisida. Perlindungan tanaman. Edisi pertama. PT Agricon. hal 719- 748. NATAWIGENA, H. 1988. Dasar- dasar perlindungan tanaman. Fakultas pertanian universitas Pajajaran. Bandung. 118 halaman. PRACAYA. 1993. Hama dan penyakit tanaman. Cetakan ke III. Penebar Swadaya. Jakarta. 417 halaman. TARIGANS, D.D. EMMYZAR, ROSIHAN.R, CHANDRA. I dan MAKMUN. 1990. Budidaya dan prospek tanaman pala/vanili.
Uji Efektifitas......
ISSN No.2085-403X
Prosiding seminar temu tugas perkebunan/tan. atsiri lingkup propinsi Sumbar- Riau- Jambi. Balittro. Bogor. hal 287- 302. WEE, H. T and HO, S. H. 2003. Contact Toxicity and repellency of transAnethole and Cinnamaldehyde to Blatella germanica (L) . Departement of biological Scinces, national University of Singapore. WORTHING, C.R. 1979. The Pesticide Manual a World Compendium. British Crops Protection Council. London. PURSEGLOVE. 1995. Prospek dan Strategi Pengembangan Pala di Maluku. RISMUNANDAR .1990. Teknologi Pengolahan Pala, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Pertanian. Jakarta
70