RESENSI SARANA JITU PROMOSI KOLEKSI PERPUSTAKAAN Eni Kustanti,S.Pi, Staff Bidang Akuisisi, Perpustakaan Nasional RI
Perpustakaan merupakan gudang informasi, yang bisa diakses secara gratis baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat yang menjadi anggotanya. Masyarakat secara umum bisa menjadi anggota perpustakaan umum, sedangkan perpustakaan khusus anggotanya biasanya terbatas pada lingkup organisasinya, begitu juga dengan perpustakaan sekolah atau perguruan tinggi yang menjadi anggota adalah yang menjadi bagian dari instansinya. Sebagai gudang informasi tentunya perpustakaan menyimpan berbagai bahan perpustakaan sebagai sumber informasi. Sumber informasi yang ada diperpustakaan pada layanan terbuka bisa langsung diakses oleh pemustaka dalam artian pemustaka bisa langsung melihat dan mencari sendiri apa yang dibutuhkan. Sedangkan pada perpustakaan dengan sistem layanan tertutup, pemustaka yang ingin mendapatkan sumber informasi yang dicari hanya bisa melihat dari kartu katalog atau katalog online (OPAC) kemudian meminta tolong pustakawan untuk mengambilkan bahan perpustakaan yang dicari. Salah satu keuntungan perpustakaan dengan layanan terbuka adalah pemustaka bisa melihat-lihat secara langsung bahan perpustakaan yang ada dan bisa mengambil serta membaca secara langsung, oleh karena itu kemungkinan besar bahan perpustakaan yang ada lebih banyak dimanfaatkan. Sedangkan pada perpustakaan dengan sistem layanan tertutup karena pemustaka dibatasi aksesnya, sehingga menyebabkan pemustaka hanya bisa mengakses sesuai apa yang dicari, mereka tidak bisa mengetahui lebih banyak lagi, koleksi bahan perpustakaan apa saja yang tersedia di suatu perpustakaan. Pemustaka yang datang ke perpustakaan bisa dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan tujuannya datang ke perpustakaan, yaitu :
1. Pemustaka dengan tujuan mencari bahan perpustakaan yang dibutuhkan, yaitu mereka yang datang ke perpustakaan sudah punya tujuan mencari bahan perpustakaan mengenai suatu informasi tertentu berkaitan dengan tugas atau kebutuhan pribadi, misalnya mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir akan mencari topik bahan perpustakaan sesuai tugas akhirnya, peneliti akan mencari untuk mendukung teori penelitiannya, pengusaha akan mencari informasi tentang bisnisnya. 2. Pemustaka yang belum memiliki tujuan mengenai topik informasi apa yang ingin dicari diperpustakaan. Pemustaka tipe ini biasanya datang ke perpustakaan untuk tujuan rekreasi informasi, yaitu mereka berharap bisa melihat koleksi apa saja yang ada, kalau ada yang menarik mereka akan membacanya. Hal ini seperti orang datang ke toko buku, mereka maunya bisa melihat isi buku, kalau ada yang menarik mereka akan melanjutkan dengan membelinya. Pemustaka tipe kedua, yang datang ke perpustakaan dengan tujuan rekreasi ini tentunya tidak akan merasa terfasilitasi dengan perpustakaan sistem layanan tertutup, karena interaksi mereka dengan koleksi yang ada dibatasi, berbeda dengan di perpustakaan layanan terbuka mereka akan merasa bisa terfasilitasi. Kondisi seperti ini jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan disfungsi perpustakaan, dalam artian koleksi yang ada tidak dimanfaatkan oleh pemustaka karena mereka tidak bisa tahu pentingnya informasi yang ada dalam koleksi tersebut. Padahal jika mereka mengetahui isinya tentang apa, mungkin mereka sangat ingin mendapatkan informasi itu yaitu dengan membacanya. Oleh karena itu harus segera ada solusi bagaimana caranya pemustaka bisa menarik minat baca pemustaka terhadap suatu koleksi tanpa mereka bisa mengakses langsung terutamanya untuk perpustakaan dengan sistem layanan tertutup.
Melayankan koleksi perpustakaan bisa diibaratkan seperti menjual barang. Bedanya diperpustakaan yang dijual bukanlah barang, tetapi jasa bahkan sebagian besar perpustakaan memberikan jasa itu secara gratis, karena kebanyakan perpustakaan difasilitasi pemerintah dengan tujuan layanan kepada masyarakat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan gemar membaca. Layaknya dalam penjualan barang agar produknya bisa dibeli dan dinikmati oleh banyak orang maka pemilik toko ataupun produsen barang tersebut berusaha membuat promosi dengan membuat iklan semenarik mungkin yang melibatkan orang ternama, artis agar orang tertarik memakai barang tersebut seperti orang yang ada dalam iklan. Dalam menjual jasa perpustakaan, tentu saja membutuhkan juga sarana promosi perpustakaan tersebut. Promosi perpustakaan bertujuan untuk mengenalkan perpustakaan kepada masyarakat yang pada akhirnya bisa menarik masyarakat datang ke perpustakaan. Saat ini berbagai promosi perpustakaan yang dibuat baru sebatas ajakan untuk datang ke perpustakaan dan memanfaatkan koleksi yang ada. Jika promosi itu berhasil, akan banyak masyarakat yang datang ke perpustakaan dan ingin memanfaatkan koleksi yang ada. Akan tetapi pada kondisi perpustakaan tertutup dimana akses pengunjung dibatasi akan membingungkan juga untuk tahu apa yang ada di dalam perpustakaan tersebut. Walaupun tidak menutup kemungkinan juga pada perpustakaan dengan sitem layanan terbuka mungkin ada juga sebagian besar pengunjung yang enggan menghampiri koleksi satu per satu untuk mengetahui informasi yang ada. Saat ini untuk menunjukkan berbagai koleksi yang ada di perpustakaan, pemustaka bisa memanfaatkan katalog kartu yang ada di perpustakaan, karena kalau katalog online hanya akan memunculkan katalog sesuai judul, subjek, atau pengarang dari koleksi yang dicari oleh pemustaka. Katalog yang ada bisa memberi informasi judul, anak judul, seri/vol/edisi, pengarang,kota terbit, penerbit, tahun terbit, ukuran buku dan lainnya yang pada intinya berupa
informasi sesuai yang dinformasikan dibahan perpustakaan tersebut dan lebih cenderung ke informasi fisik, belum bisa mewakili isi informasi yang ada. Terkadang ada juga perpustakaan yang mempromosikan koleksi terbaru atau koleksi yang dianggap menarik pada lemari pajangan yang ditempatkan dibagian yang banyak pengunjung, dengan harapan pemustaka mengetahui koleksi apa yang menarik di perpustakaan tersebut. Tapi cara seperti ini masih kurang efektif, karena pemustaka hanya bisa mengetahui bahan perpustakaan hanya dari luarnya saja, kemungkinan hanya bisa mengetahui judul dan nama pengerang. Di dalam perpustakaan ada istilah literatur sekunder yaitu berisi informasi mengenai literatur primer, misalnya bibliogfrafi, katalog induk, abstrak, sari karangan indikatif, sari karangan informatif, indeks, resensi dan sebagainya. Literatur sekunder yang ada seharusnya bisa dioptimalkan sebagai sarana promosi koleksi perpustakaan. Seperti yang dibahas sebelumnya yang penting untuk dipromosikan bukan hanya perpustakaannya, tetapi koleksi yang ada juga sangat penting untuk dipromosikan karena koleksi sebagai daya tarik utama suatu perpustakaan. Salah satu bentuk litertur sekunder yang bisa menginformasikan cukup lengkap dan mewakili mengenai isi suatu bahan perpustakaan yaitu resensi. Resensi memberikan informasi mengenai sekilas biografi pengarang, bahasa yang digunakan, kelebihan dan kekurangan serta orang yang rekomendasikan untuk membaca bahan perpustakaan tersebut.
Jadi dengan
membaca resensi seorang pemustaka akan mendapat informasi apakah suatu bahan perpustakaan menarik untuk dibaca atau tidak buat dirinya, karena dianggap bisa mewakili dari koleksi yang ada. Resensi merupakan sarana yang cukup efektif dan tepat untuk mempromosikan koleksi yang ada di suatu perpustakaan, karena dengan membaca resensi suatu koleksi seorang
pemustaka bisa mendapatkan bahan masukan apakah suatu koleksi menarik dibaca buat dirinya. Mengingat pentingnya sebuah resensi sebagai sarana promosi koleksi di suatu perpustakaan, seharusnya setiap koleksi dibuatkan resensinya, sehingga kumpulan resensi yang ada bisa menjadi sarana promosi semua koleksi yang ada di perpustakaan. Selama ini yang terjadi, biasanya yang dibuatkan resensi hanya buku baru yang sedang naik daun atau istilahnya best seller. Untuk lebih bisa mempengaruhi pembaca dalam membaca koleksi yang ada, seharusnya mulai dibuatkan resensinya untuk semua koleksi yang ada. Membuat resensi merupakan tugas pokok pustakawan tingkat ahli, yaitu termasuk dalam unsur kegiatan pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi, sub unsur pelayanan informasi. Hal ini berarti secara kemampuan pustakwan tingkat ahli memang bisa diharapkan untuk bisa membuatkan resensi dari koleksi yang ada di dalam suatu perpustakaan. Pelaksanaan kegiatan pembuatan resensi ini tentunya berbeda pada masing-masing perpustakaan. Bagi perpustakaan yang koleksinya masih sedikit, mungkin pekerjaan ini tidak menjadi berat. Tetapi bagi perpustakaan yang koleksinya sudah banyak mencapai ribuan tentunya butuh kerja keras dari pustakawan yang ada. Pelaksanaan pembuatan resensi ini memang membutuhkan dukungan dari banyak pihak, mulai dari instansi terkait, bisa menunjukkan dukungannya dengan menjadikan kegiatan pembuatan resensi ini menjadi salah satu kegiatan utama di perpustakaan tersebut. Misalnya dengan dibuatkan timeline (penjadwalan waktu) target pengerjaan resensi sesuai kelasnya dari bahan perpustakaan yang ada. Selanjutnya dari pustakawannya sendiri harus saling memotivasi dalam menyelesaikan pekerjaan membuat resensi koleksi yang ada. Memulai sesuatu hal yang belum menjadi kebiasaan memang sulit, begitu juga seorang pustakawan mungkin ada yang belum terbiasa menulis resensi, sehingga perlu adanya motivasi
dari dalam diri sendiri maupun motivasi dari luar dirinya. Beberapa hal yang bisa dijadikan motivasi dalam melakukan kegiatan pembuatan resensi antara lain : 1. Tanggungjawab pekerjaan Ketika seseorang membuat pengajuan menjadi seorang pustakawan, tentu saja harus siap dengan tanggungjawab yang melekat pada profesi pustakawan. Membuat resensi merupakan salah satu tugas pokok bagi pustakawan tingkat ahli, sehingga ketika seorang pustakawan membuat resensi sebenarya sebagai bentuk tanggung jawab terhadapp profesi yang telah dipilihnya. 2. Menjadi manusia bermanfaat Sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi yang lain. Menulis resensi merupakan salah satu sarana menjadi penghubung antara penulis dengan pembaca. Pustakawan yang menulis resensi akan bermanfaat buat penulis karena telah membantu mempromosikan karyanya. Pembaca juga akan merasakan manfaat dengan adanya resensi karena bisa memberikan informasi yang penting dari suatu karya, sehingga pembaca akan bisa mendapatkan informasi yang mewakili sebelum membaca suatu karya secara keseluruhan. 3. Sarana memperoleh angka kredit Bagi pustakawan tingkat ahli, membuat resensi merupakan salah sarana memperoleh angka kredit. Semakin banyak karya yang dibuatkan resensi maka akan semakin tinggi nilai angka kredit yang diperolehnya, sehingga bisa membantu dalam proses kenaikan pangkat. Peluang ini seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh para pustakawan, karena di dalam perpustakaan telah banyak tersedia banyak karya yang menunggu untuk dibuatkan resensinya. Membuat resensi tidak harus selalu di awali dengan membaca keseluruhan isi suatu karya (missal :buku), karena sebenarnya membuat resensi merupakan latihan membaca secara cerdas. Membaca cerdas disini maksudnya seseorang bisa menangkap intisari, bisa memberikan
penilaian terhadap isi yang disampaikan, bisa memberikan informasi terkait dengan data buku, dan akhirnya bisa memberikan rekomendasi kepada pembaca siapa saja yang cocok untuk membaca buku tersebut. Apabila tanpa membaca secara detail seseorang sudah mampu membuatkan resensinya justru bisa menghemat waktu dan tenaga. Karena dalam membaca seseorang ada yang mampu menangkap informasi setelah membaca detail, tetapi bagi yang sudah menemukan cara membaca cerdas, tidak perlu membaca keseluruhan sudah bisa menangkap isi suatu buku. Menulis resensi bukanlah suatu hal yang sulit, jika kita mau belajar dan memulainya. Banyak panduan baik secara online maupun dalam bentuk buku yang bisa dibaca dan dipelajari dalam membuat resensi. Hal yang paling penting adalah kemauan atau motivasi dari pustakawan itu sendiri. Untuk membantu mempromosikan koleksi yang ada dalam suatu perpustakaan, maka kegiatan membuat resensi harus segera digalakkan kembali dikalangan pustakawan. Resensi akan sangat dirasakan manfaatnya, terutama pada perpustakaan dengan layanan tertutup, karena dengan akses terbatas pemustaka bisa mendapatkan informasi yang cukup lengkap tentang suatu koleksi. Tidak menutup kemungkinan juga pada perpustakaan sistem layanan terbuka, resensi juga dibutuhkan pemustaka untuk mengeahui informasi sebuah koleksi sebelum akhirnya memutuskan untuk melihat koleksinya secara langsung. Dengan adanya resensi minat baca masyarakat dapat terus didorong dan ditingkatkan, karena sesungguhnya resensi merupakan bagian dari promosi (pengenalan) dari suatu karya. Meningkatnya minat baca masyarakat di perpustakaan, tentunya merupakan indikasi koleksi yang ada di dalam suatu perpustakaan bisa bermanfaat. Jika minat baca masyarakat meningkat maka kecerdasan masyarakat juga bisa diharapkan meningkat, yang pada akhirnya bisa membentuk generasi bangsa yang cerdas dan sejahtera.