RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015 - 2019
KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA WINDHOEK - NAMIBIA 1|RENSTRA KBRI WINDHOEK
DAFTAR ISI
SK KEPALA PERWAKILAN RI
……………………………………………
3
KATA PENGANTAR
……………………………………………
5
A. Namibia
……………………………………………
6
B. Angola
……………………………………………
8
I.2 Analisis SWOT
……………………………………………
9
II.1 Visi Perwakilan RI
……………………………………………
10
II.2 Misi Perwakilan RI
……………………………………………
10
II.3 Tujuan Perwakilan RI
……………………………………………
11
II.4 Sasaran Strategis Perwakilan RI
……………………………………………
11
……………………………………………
14
……………………………………………
16
BAB I KONDISI UMUM DAN ANALISIS SWOT PERWAKILAN RI I..1 Kondisi Umum
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS PERWAKILAN RI
LAMPIRAN: Lampiran I : Matriks Arah Kebijakan dan Strategi Lampiran II : Matriks Target Kinerja
2|RENSTRA KBRI WINDHOEK
KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA WINDHOEK - NAMIBIA
KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 225/01/KP/V/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KBRI WINDHOEK TAHUN 2015 - 2019 KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang
:
a. bahwa Keputusan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 01/B/RO/IV/2015/01 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Luar Negeri Tahun 2015 – 2019 mengamanatkan kepada Kepala Perwakilan Republik Indonesia untuk menjabarkan lebih lanjut Renstra Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019 ke dalam Rencana Strategis Perwakilan RI masing-masing; b. bahwa untuk menindaklanjuti hal tersebut Kedutaan Besar Republik Indonesia Windhoek telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2015 – 2019; c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Perwakilan Republik Indonesia tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Luar Negeri Tahun 2015-2019;
Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara 3882); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara 4012); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara 4355); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara 4421); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara 4700); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara 4405); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
3|RENSTRA KBRI WINDHOEK
9. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri; 10. Peraturan Presiden RI Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara; 12. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019; 13. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 14. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri; 15. Peraturan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Nomor 5 Tahun 2014 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019; 16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
MEMUTUSKAN Menetapkan
:
KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN TENTANG STRATEGIS (RENSTRA) KEDUTAAN BESAR INDONESIA WINDHOEK TAHUN 2015 – 2019.
KESATU
:
Menetapkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Luar Negeri Tahun 2015 – 2019 sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini.
KEDUA
:
Renstra Kedutaan Besar Republik Indonesia Windhoek Tahun 20152019 disusun sebagai acuan bagi penyusunan dokumen perencanaan (Perjanjian Kinerja, Rencana Kinerja Tahunan & Rencana Kerja Kementerian/Lembaga) dan pengendalian kegiatan tiap-tiap fungsi.
KETIGA
:
Monitoring dan evaluasi atas pencapaian kinerja yang tercantum dalam Rencana Strategis sekurang-kurangnya pada setiap triwulan. Laporan tahunan tentang pencapaian kinerja dirangkum dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
KEEMPAT
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
:
Pada tanggal :
Windhoek 13 Mei 2015
KEPALA PERWAKILAN RI
AGUSTINUS SUMARTONO
4|RENSTRA KBRI WINDHOEK
RENCANA REPUBLIK
KATA PENGANTAR Mengacu pada Renstra Kemlu 2015 – 2019 dan sebagai wujud manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel, kami telah menyusun Renstra KBRI Windhoek 2015 – 2019. Di dalam dokumen ini, kami memaparkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi yang menjadi panduan bagi perwakilan untuk mendukung kebijakan hubungan luar negeri yang telah ditetapkan oleh Kemlu RI. Dokumen Renstra ini akan menjadi pedoman dalam melaksanakan program dan kegiatan KBRI Windhoek dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran perwakilan selama kurun waktu 5 (lima) tahun, sehingga lebih terarah dan terfokus serta dapat dipertanggungjawabkan. Selain mengacu pada dokumen Renstra Kemlu 2015 – 2019, penyusunan Renstra KBRI Windhoek juga dipandu oleh Pedoman/Template Penyusunan Renstra Perwakilan RI dari Biro Perencanaan dan Organisasi Kemlu RI (vide B-04036/KEMLU/150508). Sejalan dengan Visi Kementerian Luar Negeri RI, KBRI Windhoek telah merumuskan visi perwakilan periode 2015-2019 yaitu: “Menjadi Ujung Tombak dalam Mewujudkan Wibawa Diplomasi di Namibia dan Angola guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat”, dengan 2 (dua) misi, 2 (dua) tujuan utama, 6 (enam) sasaran strategis, 6 arah kebijakan dengan strategi perwakilan beserta alat ukur dan targetnya. Selanjutnya, kami mengharapkan agar Renstra KBRI Windhoek tahun 2015-2019 dapat digunakan oleh Perwakilan, Kementerian Luar Negeri dan Instansi terkait sebagai pedoman dalam mengukur dan menilai kinerja KBRI Windhoek secara transparan dan obyektif sesuai dengan anggaran yang dialokasikan.
Windhoek, 13 Mei 2015 Kepala Perwakilan
AGUSTINUS SUMARTONO Duta Besar LBBP RI
5|RENSTRA KBRI WINDHOEK
BAB I KONDISI UMUM DAN ANALISIS SWOT PERWAKILAN RI
I.1
KONDISI UMUM PERWAKILAN RI
KBRI Windhoek dibuka pada tahun 1992 dengan akreditasi Namibia. Selanjutnya pada tahun 2006 KBRI Windhoek secara resmi ditugaskan untuk merangkap Angola. Berikut kondisi umum KBRI Windhoek terkait perkembangan terkini hubungan bilateral dengan Namibia dan Angola: A.
NAMIBIA
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Namibia berjalan dengan sangat baik dan harmonis. Pemerintah Namibia di berbagai kesempatan selalu menyampaikan penghargaannya atas bantuan dan solidaritas Indonesia pada perjuangan rakyat Namibia baik pada masa sebelum kemerdekaan, pada saat kemerdekaan dan sesudahnya. Hingga saat ini, Pemerintah Namibia tetap mendukung NKRI, hal ini terlihat dari tidak adanya pernyataan-pernyataan Pemerintah Namibia mengenai isu disintegrasi di Indonesia. Kerjasama di beberapa bidang juga semakin meningkat sejak diselenggarakannya Sidang Komisi Bersama I RI-Namibia pada tanggal 11-12 Mei 2009 di Jakarta. Terdapat 19 area kerjasama yang disepakati kedua negara untuk ditingkatkan, yaitu kerjasama bidang Perdagangan, Keuangan dan Perbankan, Pertanian, Perikanan, Kebudayaan, Pariwisata, Mineral dan Energi, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Pekerjaan Umum, Anti-Korupsi, Keamanan dan Kepolisian, Pertahanan, Diplomatik dan Kekonsuleran, Pendidikan, Kesehatan, Kesetaraan Gender dan Kesejahteraan Anak, Kerjasama Teknis, Pemuda dan Olah Raga serta KADIN. Sejalan dengan substansi kerjasama yang tercakup dalam Sidang Komisi Bersama, beberapa kesepakatan yang telah ditandatangani kedua pihak antara lain: a. MoU on Cooperation between Ministry of Agriculture of the Republic of Indonesia and Ministry of Agriculture, Water and Forestry of the Republic of Namibia in the field of Agriculture (Bali, 11 Maret 2011), ditindaklanjuti dengan kesepakatan Pembentukan Joint Working Committee and Work Plan di bidang pertanian bulan November 2011 di Windhoek. b. MoU between the Indonesian National Police and the Namibian Police Force on Preventing and Combating Transnational Crimes and Capacity Building (Windhoek, 27 April 2011). c. MoU between Universitas Gadjah Mada & University of Namibia on Academic Collaboration (Mei 2009) dan MoU between Polytechnic of Namibia & Politeknik Negeri Bandung on training, joint research projects, community-based services and faculty, staff and student exchange programmes (Februari 2012) d. Kesepakatan Jual Beli antara CV Karya Hidup Sentosa/Quick (CV KHS) dengan August 26 Namibia (sebuah BUMN Namibia dengan beberapa anak perusahaan yang mengelola bisnis di bidang manufaktur, kelistrikan, komunikasi, konstruksi dan pengolahan kulit) dan penunjukkan August 26 Namibia sebagai agen tunggal produk peralatan pertanian CV KHS (Yogyakarta, 6 Juni 2011). 6|RENSTRA KBRI WINDHOEK
Hubungan politik RI-Namibia yang telah terpelihara dengan baik tersebut harus diakui belum diikuti dengan peningkatan trade, tourism and investment (TTI) yang signifikan. Di tahun 2014, volume perdagangan RI-Namibia mencapai US$4,4 juta dengan surplus untuk Indonesia sebesar US$2,5 juta. Nilai ini cenderung menurun dari tahun-tahun sebelumnya dan harus ditingkatkan. Meskipun Namibia memiliki jumlah penduduk yang tidak banyak (2.3 juta jiwa) namun ia memiliki daya beli yang cukup tinggi (perdapatan perkapita US$5.693) dan posisi strategis sebagai hub/gateway perdagangan di kawasan SADC dengan dukungan infrastruktur yang sangat baik. Pada lini diplomasi lainnya, kondisi Namibia sebagai negara yang friendly, stabil, demokratis, aman, damai, memiliki kebebasan media, lebih terbuka dan apresiatif terhadap kebudayaan asing menjadi faktor pendukung keberhasilan Perwakilan RI melaksanakan soft power diplomacy, melalui berbagai kegiatan promosi budaya, kuliner Indonesia, penawaran beasiswa, pelatihan dan program pengembangan kapasitas. Beberapa kegiatan promosi yang telah diselenggarakan KBRI yaitu Seminar Pariwisata, Workshop “Wire Jewelry Technique with Indonesian Touch”, Indonesia Film Week, Pementasan Musik Kolintang dan Tarian Indonesia di berbagai acara, dan keikutsertaan dalam Namibia Tourism Expo (NTE), Windhoek Industrial and Agricultural Show (Windhoek Show), dan Ongwediva Annual Trade Fair (OATF). Dari segi perlindungan WNI, KBRI Windhoek telah melakukan pendataan WNI secara rutin, mengunjungi TKI khususnya ABK WNI di Walvis Bay dan Luanda untuk melihat secara langsung kondisi kesejahteraan mereka, menjawab pertanyaan WNI yang disampaikan baik secara langsung maupun melalui email dan telepon serta membantu secara maksimal untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh WNI atau ABK. Guna mendukung tugastugas kekonsuleran dan keprotokolan, KBRI Windhoek senantiasa berupaya membina hubungan baik dengan Imigrasi Bandara, Mission to Seafarers (Organisasi Pengayom ABK) dan Agen-agen Kapal di Walvis Bay, agen/perusahaan yang mempekerjakan WNI, serta pertemuan berkala dengan WNI dan seluruh staf KBRI Windhoek, untuk memberikan penyuluhan tentang hukum yang berlaku di Indonesia, Namibia, dan Angola. KBRI Windhoek memproyeksikan selama 5 (lima) tahun mendatang hubungan bilateral kedua negara akan semakin meningkat dan intensif di berbagai bidang kerjasama, baik melalui implementasi kesepakatan yang telah ditandatangani, penandatanganan kesepakatan yang saat ini tengah dibahas (seperti MoU on Sanitary and Phytosanitary dan MoU on Marine and Fisheries), maupun eksplorasi kerjasama baru di bidang lainnya. Kedua pihak mengharapkan agar Sidang Komisi Bersama ke-2 RI-Namibia dapat segera diselenggarakan, mengingat pertemuan ini tertunda sejak tahun 2011 karena kesibukan kedua belah pihak. Sesuai dengan hasil pertemuan Wamenlu kedua negara di sela-sela Bali Democracy Forum bulan Oktober 2014 dan kunjungan kerja Direktur Afrika ke Kemlu Namibia bulan November 2014, diharapkan SKB II dapat terlaksana pada tahun 2015. Di bidang politik, kerjasama saling dukung dalam berbagai pencalonan yang telah berjalan dengan baik selama ini antara kedua negara akan terus berlanjut seiiring dengan meningkatnya peran internasional yang dimainkan oleh kedua negara. Di bidang ekonomi, kesinambungan penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) serta keikutsertaan delegasi Namibia yang selalu hadir setiap tahunnya pada TEI sejak tahun 2011 merupakan modal berharga dalam mengekspos produk-produk Indonesia serta peningkatan nilai perdagangan kedua negara. Pengangkatan Sdr. Yaya W. Junardy sebagai Konsul Kehormatan Namibia untuk Indonesia berkedudukan di Jakarta sejak tahun 2014 menjadi faktor pendukung lain yang perlu diperhitungkan dalam melihat prospek perdagangan kedua negara, mengingat latar belakang ybs sebagai seorang pengusaha. Di bidang kerjasama teknik, terdapat banyak peluang yang dapat dikontribusikan oleh Indonesia terhadap Namibia seperti pada sektor pertanian, pendidikan kejuruan, kepemudaan, pembangunan pedesaan, dan usaha kecil menengah. 7|RENSTRA KBRI WINDHOEK
B. ANGOLA Secara umum hubungan bilateral antara RI–Angola telah berlangsung baik dengan kepentingan utama terletak di bidang perdagangan. Nilai perdagangan RI-Angola tiap tahun mengalami tren peningkatan. Pada tahun 2013, volume perdagangan kedua negara mencapai US$ 337,9 juta dan pada tahun 2014 menunjukkan total volume perdagangan sebesar US$398,8 juta (meningkat sekitar 8,4%). Indonesia mengimpor minyak dari Angola sementara komoditas ekspor utama Indonesia ke Angola adalah minyak kelapa sawit. Angola saat ini telah menjadi produsen minyak kedua terbesar di Afrika setelah Nigeria. Sebagai anggota OPEC, Angola memiliki produksi minyak 1,7 juta barrel per hari dan memiliki cadangan minyak 9 milyar barrel, sehingga telah menjadi pemasok kebutuhan energi beberapa negara, termasuk Indonesia. Hingga saat ini upaya menyusun perjanjian payung mekanisme kerjasama bilateral RI-Angola masih berlangsung di mana Indonesia telah menyampaikan Draft Agreement on Economic, Scientific, Technical and Cultural Corporation antara RI-Angola pada tahun 2009. Pada bulan Februari 2014 lalu Angola telah menyampaikan counter draft atas perjanjian tersebut dan diharapkan dalam waktu dekat dapat segera dicapai kesepakatan antara kedua pihak sehingga dapat menjadi landasan pembentukan Komisi Bersama RI-Angola. Dalam berbagai kesempatan, kedua pihak telah mengemukakan permintaan untuk membuka perwakilannya di masing-masing ibukota negara. Sebagaimana diketahui, Kedutaan Besar Angola di Singapura merupakan perwakilan Angola yang diakreditasi untuk Indonesia. Tidak adanya kedutaan besar dirasakan telah menghambat kemajuan people to people contact. Hubungan bilateral RI-Angola mengalami momentum penting pada tahun 2014, ketika Wapres Angola Manuel Vicente melakukan kunjungan ke Indonesia tanggal 31 Oktober – 3 November 2014 untuk peningkatan hubungan bilateral kedua negara. Dalam kunjungan itu juga telah ditandatangani Cooperation Framework Agreement, Collaboration to Obtain Maximum Value in the Oil and Gas Sector by and between PT Pertamina and Sonangol EP. Diharapkan kerjasama PT Pertamina-Sonangol tidak sebatas pembelian minyak tapi juga meliputi investasi pembangunan kilang minyak. Di bidang ketenagakerjaan, Indonesia melalui PT Badak NGL sejak tahun 2010 telah dipercaya oleh pihak Angola LNG melatih SDM di bidang industri gas. Kebutuhan Angola akan tenaga kerja terampil asing termasuk dari Indonesia menunjukkan peningkatan seiring dengan program pembangunan di segala sektor pasca perang saudara. Jumlah WNI di Angola yang tercatat di KBRI dari bulan Januari – Desember 2014 adalah antara 181 orang (jumlah terendah di bulan Januari) dan 272 orang (jumlah tertinggi, yaitu di bulan Juli 2014), terdiri dari TKI informal/formal yang bekerja di sektor perminyakan, konstruksi, properti (pengelolaan gedung) dan restoran. Selain itu, ratusan ABK WNI yang bekerja di kapal asing singgah di pelabuhan Luanda. KBRI Windhoek memproyeksikan bahwa dalam 5 tahun mendatang nilai perdagangan RIAngola akan terus meningkat, terutama di sektor minyak dengan adanya MoU PertaminaSonangol. Dalam rangka keseimbangan neraca perdagangan, perlu didorong peningkatan akses pasar bagi produk ekspor RI terutama CPO dan turunannya, alat-alat pertanian, produk consumer goods, serta produk-produk industri strategis kepada Angola. Situasi politik dan keamanan di Angola cukup stabil dan kondusif, sehingga membuka peluang kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, investasi dan pariwisata. Dengan jumlah populasi 24 juta penduduk, pertumbuhan ekonomi yang baik (6.8%) dan GDP per kapita yang tinggi (US$ 5783), Angola merupakan pasar potensial bagi produk Indonesia. 8|RENSTRA KBRI WINDHOEK
Di samping itu, Pemerintah Angola tengah berupaya melakukan diversifikasi ekonomi ke arah pengembangan industri non-migas untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas, sehingga terdapat kesempatan masuknya investasi dari Indonesia ke berbagai sektor non migas seperti infrastruktur, pertanian, perkebunan, dan pariwisata. I.2
ANALISIS SWOT PERWAKILAN RI Internal STRENGTHS (S) S.1 Hubungan politik antara Indonesia dan negara akreditasi sangat solid dan harmonis. S.2 Situasi Politik dan Keamanan di negara akreditasi sangat kondusif. S.3 SDM Perwakilan yang kompeten. S.4 Sarana dan prasarana yang memadai.
WEAKNESS (W) W.1 Letak Geografis yang berjauhan. W.2 Belum adanya KBRI di Luanda dan Kedubes Namibia dan Angola di Jakarta. W.3 Kurangnya pemahaman mengenai potensi yang dimiliki. W.4 Lambannya tanggapan para pemangku kepentingan terkait permasalahan hubungan bilateral. W.5 Belum adanya perjanjian perdagangan. W.6 Kendala Bahasa dan Tingkat Kemahalan Biaya Hidup di Angola. W.7 Keterbatasan Alokasi Anggaran.
Support
Barrier OPPORTUNITIES (O)
THREATS (T)
O.1 Ketergantungan negara akreditasi terhadap barang impor. O.2 Namibia dan Angola menawarkan iklim investasi yang baik dan insentif menarik. O.3 Keberadaan Free Trade Area SADC membuka peluang bagi pengusaha Indonesia untuk melakukan penetrasi pasar regional SADC (15 negara dengan pangsa pasar lebih dari 230 juta jiwa). O.4 Kebutuhan yang tinggi negara akreditasi untuk membangun kapasitas SDM membuka peluang bagi peningkatan kerja sama.
T.1 Negara Akreditasi lebih memfokuskan kerja sama dengan negara yang memberikan bantuan finansial lebih besar dan konkrit. T.2 Banyak produk Indonesia yang masuk ke negara akreditasi melalui negara ketiga, khususnya Afrika Selatan.
9|RENSTRA KBRI WINDHOEK
Eksternal
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS PERWAKILAN RI II.1
VISI PERWAKILAN RI Sejalan dengan Visi Kementerian Luar Negeri RI yaitu “Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat”, maka KBRI Windhoek merumuskan visi perwakilan selama periode 2015-2019 yaitu: “Menjadi Ujung Tombak dalam Mewujudkan Wibawa Diplomasi di Namibia dan Angola guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat” Terwujudnya Wibawa Diplomasi adalah terlaksananya penyelenggaraan hubungan Indonesia dengan negara lain yang disegani dan dihormati oleh dunia internasional karena peran aktif dan kepemimpinan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional. Memperkuat Jati Diri Bangsa adalah penguatan identitas/ciri khas yang menandai keberadaan bangsa Indonesia yang membedakannya dari bangsa lain di dunia. Negara Maritim adalah negara yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan mengelola wilayah lautnya untuk mempertahankan kedaulatan dan meningkatkan kemakmuran serta membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan serta membangun konektivitas dan pertahanan maritim. Untuk Kepentingan Rakyat adalah pemenuhan kebutuhan dan hajat hidup masyarakat guna membawa kemakmuran bagi masyarakat luas, bangsa dan negara.
II.2
MISI PERWAKILAN RI Berdasarkan visi tersebut di atas, KBRI Windhoek menjabarkan misi Perwakilan sebagai berikut: 1. Memperkuat peran Perwakilan RI dalam memajukan kepentingan nasional di Namibia dan Angola. 2. Meningkatkan kapasitas Perwakilan RI yang mumpuni dalam mendukung misi diplomasi di Namibia dan Angola. MISI 1 Memperkuat peran Perwakilan RI dalam memajukan kepentingan nasional di Namibia dan Angola Memperkuat adalah menjadikan lebih kuat dari kondisi sebelumnya. Peran adaah partisipasi dan keikutsertaan secara aktif. Memajukan adalah mencapai atau membawa kepada suatu yang keadaan yang lebih baik.
10 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K
Kepentingan Nasional adalah amanat yang telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pada periode 2010-2014 difokuskan pada pencapaian Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.
MISI 2 Meningkatkan kapasitas Perwakilan RI yang mumpuni dalam mendukung misi diplomasi di Namibia dan Angola Meningkatkan adalah mencapai kondisi yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kapasitas Perwakilan RI adalah kemampuan Perwakilan RI untuk menciptakan nilai (value) di mana kemampuan tersebut didapatkan dari berbagai jenis sumber daya yang dimiliki oleh Perwakilan RI. Mumpuni adalah mampu melaksanakan tugas dengan baik, menguasai keahlian (kecakapan, keterampilan) tinggi.
II.3
TUJUAN PERWAKILAN RI KBRI Windhoek telah menetapkan kondisi kualitatif jangka panjang yang diinginkan sebagai tahapan dalam mewujudkan visi dan misi perwakilan. Sejalan dengan tujuan Kemlu, tujuan yang ingin dicapai oleh KBRI Windhoek adalah sebagai berikut: 1. Peran Perwakilan RI yang berpengaruh. Tujuan Peran Perwakilan RI yang berpengaruh
Indikator Kinerja Utama Indeks Peran Perwakilan RI
Target 2015
Target 2019
92.42
94.76
2. Nilai Manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal melalui upaya diplomasi Perwakilan RI. Tujuan Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal
Indikator Kinerja Utama Nilai Total Perdagangan Jumlah Wisatawan Nilai Investasi
II.4
Target 2015
Target 2019
USD 484 juta
USD 711 juta
206 Orang
428 Orang
USD 0
USD 500.000
SASARAN STRATEGIS PERWAKILAN RI Sasaran Strategis KBRI Windhoek yang hendak dicapai pada periode 2015-2019 adalah: 1. Meningkatnya dukungan Namibia dan Angola terhadap kedaulatan NKRI dan peran kepemimpinan Indonesia di forum regional dan multilateral Sasaran Strategis Meningkatnya dukungan Namibia dan Angola terhadap kedaulatan NKRI
Indikator Kinerja Utama Persentase rekomendasi KBRI Windhoek yang
11 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K
2015 80%
2016 82%
Target 2017 83%
2018 84%
2019 85%
dan peran kepemimpinan Indonesia di forum regional dan multilateral
ditindaklanjuti Stakeholders
2. Peningkatan peran Perwakilan RI dalam mendukung peningkatan pengaruh Indonesia di Namibia dan Angola Indikator Kinerja Utama Peningkatan peran Persentase KBRI Windhoek dalam implementasi mendukung perjanjian dan peningkatan pengaruh kesepakatan Indonesia di Namibia dan Angola. Sasaran Strategis
2015 70%
2016 70%
Target 2017 75%
2018 75%
2019 80%
3. Peningkatan peran Perwakilan RI dalam menciptakan nilai manfaat ekonomi dan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia Sasaran Strategis Peningkatan peran KBRI Windhoek dalam menciptakan nilai manfaat ekonomi dan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Indikator Kinerja Utama Persentase peningkatan trade, tourism, and investment (TTI)
2015 20%
Target 2016 2017 15% 15%
2018 10%
2019 10%
4. Menguatnya peran diplomasi soft power yang dilakukan oleh Perwakilan RI di Namibia dan Angola Sasaran Strategis Menguatnya peran diplomasi soft power yang dilakukan oleh KBRI di Namibia dan Angola.
Indikator Kinerja Utama Persentase publik di Namibia dan Angola yang berpandangan positif terhadap Indonesia
2015 80%
2016 82%
Target 2017 83%
2018 84%
2019 85%
5. Meningkatnya pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI, serta pemberdayaan diaspora di Namibia dan Angola Sasaran Strategis Meningkatnya pelayanan dan perlindungan WNI/BHI serta pemberdayaan diaspora di Namibia dan Angola.
Indikator Kinerja Utama Persentase Permasalahan WNI dan BHI di Namibia dan Angola yang diselesaikan Persentase responden atau pengguna jasa
12 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K
2015 90%
2016 90%
Target 2017 92%
2018 93%
2019 95%
90%
90%
92%
93%
95%
yang menyatakan puas dan pelayanan kekonsuleran
6. Meningkatnya penerapan manajemen kinerja dan anggaran yang akuntabel Sasaran Strategis Meningkatnya penerapan manajemen kinerja dan anggaran yang akuntabel
Indikator Kinerja Utama Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (AKIP) Perwakilan yang dilakukan Itjen dan BPO Persentase Realisasi Anggaran (SP2D) terhadap Alokasi DIPA Perwakilan
13 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K
2015 64
Target 2016 2017 65 66
2018 67
2019 68
90%
90%
92%
95%
90%
LAMPIRAN : Lampiran I Matriks Arah Kebijakan dan Strategi No 1
2
Arah Kebijakan Kemenlu Penguatan Diplomasi Maritim dalam rangka menjaga kedaulatan Indonesia Peningkatan peran dan pengaruh Indonesia sebagai negara middle power di dunia internasional
Strategi Kemenlu Mempertahankan integritas wilayah NKRI
Monitoring perkembangan isu disintegrasi bangsa
Memperkuat postur diplomasi sehingga mampu meredam ancaman disintegrasi bangsa di berbagai forum internasional yang relevan
Meningkatkan pengaruh Indonesia di negara akreditasi dan organisasi kawasan, sehingga dapat meredam isu disintegrasi bangsa Mengintensifkan kerjasama bilateral di bidang politik, hukum dan keamanan antara Indonesia dengan Namibia dan Angola.
Mengintensifkan kerjasama bilateral, regional dan internasional dalam menanggulangi kejahatan transnasional, seperti: korupsi, terorisme, penyelundupan manusia, perdagangan orang, perdagangan gelap narkoba, perompakan perdagangan senjata ilegal, illegal fishing Menggunakan diplomasi publik yang berkarakter soft power Indonesia melalui kerja sama kebudayaan, pemberian beasiswa, people to people contact, jejaring diaspora Indonesia.
3
Peningkatan diplomasi ekonomi
Strategi Perwakilan
Mendorong keterwakilan WNI pada badan-badan internasional baik secara profesional maupun melalui keterlibatan aktif dalam kelompok kerja dan penyusunan norma-norma di tingkat internasional Memperluas dan meningkatkan akses pasar bagi produk barang dan jasa Indonesia, serta meningkatkan pasar
14 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K
Meningkatkan diplomasi soft power melalui kerjasama kebudayaan, penawaran beasiswa, people to people contact dan membina diaspora Indonesia di Namibia dan Angola Menggalang dukungan ke negara akreditasi atas pencalonan kandidat Indonesia di berbagai forum/organisasi internasional Meningkatkan promosi perdagangan dan investasi dengan melibatkan partisipasi aktif pelaku usaha
4
5
6
Peningkatan pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri serta pemberdayaan diaspora
Peningkatan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan
domestik dari praktik perdagangan yang tidak adil
Indonesia, Namibia dan Angola
Memperkuat diplomasi Indonesia pada pasar prospektif
Mengembangkan jejaring bisnis dan market intelligence produk Indonesia di Namibia dan Angola
Mendorong perluasan potensi perdagangan, investasi, pariwisata, dan pengembangan infrastruktur maritim serta pengelolaan kekayaan maritim
Partisipasi dalam berbagai pameran di negara akreditasi dengan menampilkan produk maritim serta pariwisata maritim Indonesia
Mendorong implementasi kerja sama perdagangan dan investasi yang berimbang dan berkelanjutan
Menindaklanjuti kesepakatan ekonomi yang dihasilkan (berupa penandatanganan MoU/perjanjian, komitmen investasi dan perdagangan)
Memastikan kehadiran negara dalam pelayanan dan perlindungan WNI/BHI di luar negeri dengan mengedepankan kepedulian dan keberpihakan
Memantau berbagai media komunikasi untuk mendeteksi adanya permasalahan terkait WNI di negara akreditasi
Mengoptimalisasikan langkah-langkah pencegahan, deteksi dini dan cepat tanggap dalam penyelesaian kasus WNI/BHI di luar negeri
Mengoptimalisasikan langkah-langkah pencegahan, deteksi dini dan cepat tanggap dalam penyelesaian kasus WNI/BHI di Namibia dan Angola
Memperkuat sinergi dalam perlindungan WNI di luar negeri dengan Komunitas Indonesia di luar negeri serta pelayanan dan pemberdayaan Diaspora dan Masyarakat Madani
Memberdayakan masyarakat Indonesia di Namibia dan Angola untuk membantu penanganan WNI bermasalah
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut / implementasi oleh pemangku kepentingan atas hasil diplomasi atau kesepakatan internasional
Monitoring implementasi kesepakatan yang dicapai dengan Namibia dan Angola
Peningkatan kapasitas Melakukan penataan organisasi, tata kelola organisasi yang adaptif, yang akuntabel, serta peningkatan evaluasi kompetensi SDM kinerja, dan tata kelola 15 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K
Meningkatkan pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomis, efektif dan
Kementerian Luar Negeri yang berbasis teknologi informasi
Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI
16 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K
efisien, transparan dan akuntabel sesuai dengan standar akuntansi pemerintah
Lampiran II Matriks Target Kinerja Program/ Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri
Sasaran Program (Outome)/ Sasaran Kegiatan (Output) Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia
Target
Alokasi (Rp juta rupiah)
Indikator 2015
2016
2017
2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
Persentase Penyelenggaraan Dukungan Manajemen yang profesional, Akuntabel (sesuai peraturan perundangan), Efisien(tepat sasaran) dan Efektif (tepat guna)
90%
90%
90%
92%
95%
18.443,890
19.000
19.250
19.500
19.750
Penyelenggaraan kegiatan dukungan manajemen pada Perwakilan RI
Terselenggaranya peningkatan pelaksanaan dukungan manajemen pada Perwakilan RI
Persentase terselenggaranya Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran
90%
90%
90%
92%
95%
-
-
-
-
-
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Luar Negeri
Meningkatnya kualitas dukungan sarana dan prasarana Kementerian Luar Negeri
Tingkat dukungan sarana dan prasarana aparatur Kementerian Luar Negeri.
90%
90%
90%
92%
95%
1.069,325
3.000
3.750
3.500
3.750
Peningkatan Sarana dan Prasarana Perwakilan RI
Terlaksananya Peningkatan Sarana dan Prasarana Perwakilan RI
Jumlah pembangunan/pengadaan peningkatan gedung kantor/wisma duta dan gedung lainnya
0 unit
2 unit
2 unit
2 unit
2 unit
-
-
-
-
-
16 unit
20 unit
25 unit
30 unit
35 unit
-
-
-
-
-
Jumlah pengadaan/peningkatan mechanical eletrik/peralatan dan mesin
15 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K
Pelaksanaan Diplomasi dan Kerja sama Internasional pada Perwakilan RI
Meningkatnya kegiatan diplomasi dan kerja sama internasional
Indeks peningkatan kegiatan diplomasi dan kerjasama internasional
88.76%
91.02%
91.05%
91.19%
90.55%
18.443,890
19.000
19.250
19.500
19.750
Penyelenggaraan Diplomasi dan Kerja sama internasional
Terselenggaranya Peningkatan Pelaksanaan Diplomasi dan Kerjasama Internasional pada Perwakilan RI
Persentase rekomendasi yang ditindaklanjuti stakeholders
80%
82%
83%
84%
85%
-
-
-
-
-
Persentase implementasi perjanjian dan kesepakatan
70%
70%
75%
75%
80%
-
-
-
-
-
Persentase peningkatan trade, tourism, and investment (TTI)
20%
15%
15%
10%
10%
-
-
-
-
-
Persentase publik di Namibia dan Angola yang berpandangan positif terhadap Indonesia
80%
82%
83%
84%
85%
-
-
-
-
-
Persentase Permasalahan WNI dan BHI di Namibia dan Angola yang diselesaikan
90%
90%
92%
93%
95%
-
-
-
-
-
Persentase responden atau pengguna jasa yang menyatakan puas dan pelayanan kekonsuleran
90%
90%
92%
93%
95%
-
-
-
-
-
16 | R E N S T R A K B R I W I N D H O E K