REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA: PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Faisal Abdillah NIM 111 08 053
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i
REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA: PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN
SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd.I) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
Faisal Abdillah NIM 111 08 053
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
ii
iii
iv
v
MOTTO “Ada atau tidak ada yang penting kita gembira”! “jangan pernah takut melangkah, tetapi kalau lelah ya istirahatlah”!
Skripsi ini kupersembahkan untuk : Kedua orang tuaku atas darah yang engkau turunkan Kakak-kakakku dan keponakan tercinta.
vi
ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah perilaku mahasiswa di era modern saat ini, begitu banyak mahasiswa yang salah dalam menempatkan dirinya di suatu lingkungan. Tujuan sekripsi ini untuk mengetahui bagaimana mahasiswa kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga (diwakili oleh 3 orang Mahasiswa) bila dilihat dari sisi dipanggung depan dan panggung belakang dan pengaruh diantara keduanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang sifatnya kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang sedang dihadapi .Field research adalah research yang dilaksanakan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti sesuai dengan tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural. Dari data dan penjelasan pada penelitian ini bisa menjadi gambaran bagi pembaca dan menjadi cerminan bagi penulis untuk dapat menjaga diri, dan dapat mengaktualisasikan diri secara baik dimanapun berada. Kata kunci : Konsep dramaturgi, Erwin Goffmen, Realitas Kehidupan
vii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis serta memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia dengan kemuliaan akhlaknya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang ”Realitas kehidupan anak kost pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga” Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya doa, bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
... , selaku Ketua jurusan
3.
... , selaku Pembimbing Skripsi
4.
... , selaku Pembimbing akademik
5.
yang telah memberi motifasi untuk kuliah hingga skripsi ini.
6.
Seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
7.
Bapakku H. Rodhi dan Ibuku Ngatmiyati yang tidak pernah telah merawat dan mendoakanku hingga saat ini.
8.
Kakak-kakakku yang selalu memberi motifasi dan semangat hingga terwujud skripsi ini. viii
9.
Semua keponakan kecilku yang selalu menyegarkan pikiranku di saat jenuh.
10.
3 orang Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan yang telah menjadi obyek penelitian saya.
11.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Teater getar sebagai UKM kampus yang memberikan banyak tentang kehidupan.
12.
Kawan seperjuangan 2008 di UKM : Mapala Mitapasa, SMC dan SSC yang telah menjadi teman berjuang.
13.
Kantin SASA yang telah menjadi tumpahan pikiran bersama kawankawan dan memenuhi kebubutuhan perut di waktu tidak punya uang sekalipun.
14.
Raprika dan Giri yang telah membantu memberikan ide dalam skripsiku.
15.
Terima kasih kepada KPK (Keroncong Pemuda Kekinian) dan kawan yang biasa berkumpul di Kandang Art Galeri yang telah memberi kesempatan untuk menambah ilmu di bidang musik.
16.
Seluruh Teater di Salatiga yang telah membuka pikiran untuk berbagi ilmu di bidang Teater.
17.
Gairah Tanggal Tua yang mengenalkanku dengan seniman-seniman Salatiga.
18.
Forum Seni Salatiga dan How Art You atas pemikiran pemikiran gila dan segala konflik yang membuatku Semangat.
19.
Teman-teman kampung Sindon yang selalu setia menemaniku saat berada di rumah.
ix
20.
Dan semua masyarakat dimanapun berada, yang menjadi tempat saya berproses. Terima Kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat penulis harapkan, sehingga dapat dijadikan bahan masukan yang bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri dalam mengembangkan penelitian.
Salatiga
Faisal Abdilah
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………...……………………………...........……………… i Halaman Pengajuan …………..........………………...........………………………. ii Halaman Surat Pernyataan ……………........……...........……………....…………. iii Halaman Persetujuan Pembimbing ………...........………...........…………....……. iv Halaman Motto ……………….........…........…………………...........……………. v Abstrak …………………..…………………………...........………………………. vi Kata Pengantar ……………………………………………...............……………... vii Daftar Isi ………………………………………………...........…………………… viii Daftar Gambar ……………………………………..............………......................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………......………...........…...………… 1 B. Penegasan Istilah …………………………….............…………...…….. 6 C. Rumusan Masalah ….………...…………....................................……… 7 D. Maksud dan Tujuan Penelitian……...……………………...........……… 8 E. Manfaat Penelitian ……………………………....…......................…….. 8 F. Kajian Pustaka ……………………………..........…......................…….. 9 G. Metode Penelitian ……….......……………..........…......................…….. 12 1. Jenis Penelitian ………......……………...........……………………. 12 2. Lokasi Penelitian …………………..……………...........………….. 13 3. Sumber Data …………………..….......…………………...........….. 13 a. Sumber Data Primer ………..........…...........………………….. 13
xi
b. Sumber Data Sekunder…………………..….……...........…….. 14 4. Metode Pengumpulan Data ………...........……...........……………. 14 a. Observasi …………………….....................………………….. 14 b. Wawancara ……………….....................………...........………. 15 c. Dokumentasi ………………...……………...........…………… 15 d. Metode Analisis Data …………………..…………...........…… 16 H. Metode Penelitian ……….......……………..........…........................... 16
BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Erwin Goffman …………………………….....……………… 19 B. Dramaturgi ………………………………….................………………...23 C. Dramaturgi Dalam Pendidikan ………………….……………………… 28 D. Sekilas Tentang Mahasiswa ……………….......……………………….. 32 E. Perilaku Remaja Islam ……………..........………………………………36 F. Perilaku Remaja Masa Kini …………………………....………………..40
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Pengertian Rumah Tinggal Sementara ………………………..……….. 43 B. Selayang Pandang Kost sekitar Kampus IAIN Salatiga ……………….. 47 C. Karakteristik Informan ………………….............……………………… 51 D. Panggung Depan Mahasiswa IAIN Salatiga …………………………… 53 E. Panggung Belakang Mahasiswa IAIN Salatiga …………………………57
xii
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Panggung Depan ..……….................................................…...…………59 1. Tatto ………………............…………….............…………...…….. 59 2. Gaya Berpakaian ……………………………........................…….. 60 3. Perilaku…………………..............................….......................……..64 4. Interaksi Sosial ……….......………...............…......................…….. 69 5. Religiusitas ……….......……….....................…......................…….. 66 B. Panggung Belakang ………............………….........……………………. 66 1. Tatto …………...................………..….………..............………….. 67 2. Gaya Berpakaian …………...…...........…………………...........….. 70 3. Perilaku …………...….......……...................……………...........…..71 4. Interaksi Sosial …………..........….......…………………...........….. 76 5. Religiusitas …………...…....................…………………...........….. 77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………...................................………...........………. 78 B. Saran ………………...……………......................................…………… 80
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR SUMBER LAINNYA WEBTOGRAFI DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Erwin Goffman …………………..…………...........................…… 19
Gambar 2
Penokohan Dalam Adegan Teater …………………..……......…… 23
Gambar 3
Pendidikan Dalam Keluarga …………………..………….......…… 31
Gambar 4
Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga …............……33
Gambar 5
Mahasiswa IAIN Salatiga Melakukan Aksi Turun ke Jalan..........… 35
Gambar 6
Menyantuni Anak Yatim Adalah Sikap Terpuji ……...............…… 37
Gambar 7
Perilaku Pemuda Masa Kini …………………..…………........……41
Gambar 8
Gedung IAIN Salatiga Kampus I …………………..…………....… 43
Gambar 9
Kost Daerah Pengilon …………………..………….................…… 45
Gambar 10
Peta Kota Salatiga …………………..………….......................…… 48
Gambar 11
Peraturan Kost Putra di Daerah Kebon Sari ……………….....…… 58
Gambar 12
Mahasiswa PAI Bertatto …………………..………….............…… 68
Gambar 13
Gaya Berpakaian Mahasiswa PAI …………………..………..…… 71
Gambar 14
Berpelukan Mahasiswa PAI …………………..…………........……72
Gambar 15
Foto Mahasiswa PAI Ketika di Kost …………………..……..…… 75
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dibalik suatu citra kehidupan kampus Islam IAIN Salatiga sebagai sarana dan prasarana dalam membina dan pembentukan identitas mahasiswa yang benafaskan Islam, banyak ditemui karakter-karakter yang menarik untuk dipelajari, antara aktifitas mahasiswa di kampus dengan kehidupan mahasiswa di luar kampus. Mahasiswa yang notabene sebagai agen of change atau agen perubahan suatu bangsa. Hal tersebut ternyata tidak serta-merta benar dalam menapaki jalan hidup mahasiswa. Banyak hal yang melatarbelakangi terbentuknya sikap, perilaku, dan gaya hidup seorang mahasiswa, antara lain pengaruh pendidikan dalam keluarga, dan lingkungan sosial. Hal
utama
yang
mempengaruhi
terbentuknya
kepribadian
seseorang adalah “keluarga”. Keluarga sangat berperan dalam pembentukan kepribadian
seseorang,
keluarga
merupakan
media
pertama
dalam
berinteraksi dengan lingkungan saat seseorang tersebut lahir, intensitas dan frekuensi pertemuan dengan keluarga cenderung lebih tetap dan rutin daripada lingkungan
sosial
lainnya. Hal
lain
yang mempengaruhi
pembentukan kepribadian seseorang adalah lingkungan sosial di luar keluarga antara lain lingkup sekolah, kost, tempat kerja, dll.
1
Interaksi sosial yaitu individu dengan lingkungannya sebagai akibat dari komunikasi, yaitu proses pengaruh mempengaruhi dalam masyarakat, dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat ataupun proses sosial (I.L.Pasaribu & B.Simanjutak, 1984:63). Skripsi ini akan membahas mengenai kehidupan mahasiswa IAIN Salatiga, jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dilihat pada kehidupan mahasiswa yang tinggal di rumah kos, yang notabene jauh dari pantauan keluarga. Dalam hal ini penulisan skripsi ini berpedoman pada konsep Dramaturgi yang dikemukakan oleh Erwin Goffmen salah satu tokoh sosiologi yang berasal dari Rusia. Seorang mahasiswa kos pastinya dituntut untuk hidup lebih mandiri karena kehidupan di luar daerah memaksa mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan di luar keluarga. Bergaul dengan teman-teman sesama jurusan ataupun dari jurusan dan universitas lain mendorong terbentuknya kepribadian seorang mahasiswa dari komunitas sebelum dirinya menjadi seorang mahasiswa, Cara berpenampilan, dan tingkah laku yang pantas menurut lingkungan pergaulannya merupakan cover yang biasa diperlihatkan oleh mahasiswa dalam lingkungan pergaulan mereka. Seperti diketahui bersama bahwa orang lain menilai kita berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan, dan dari penampilan tersebut mempengaruhi sikap orang lain dalam memperlakukan kita. Bila mereka menilai diri kita berstatus rendah kita tidak mendapatkan pelayanan istimewa. Bila kita dianggap bodoh, mereka akan mengatur kita. Untuk itu kita sengaja
2
menampilkan diri kita (self presentation) seperti yang kita kehendaki (Rakhmat, 2012:95). Seseorang yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha mencoba-coba hal-hal yang baru seperti hal’nya mahasiswa yang keluar dari daerah asalnya dan tinggal di luar daerah. Apabila tidak adanya kontrol dari keluarga ataupun masyarakat maka seseorang tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif dan mempengaruhi jati diri seseorang. Jati diri sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri atau keadaan khusus yang ada pada seseorang. Adapun menurut wikipedia.com, jati diri memiliki arti sebuah pribadi atau realitas pada diri yang melekat erat menyatu dan tak terpisahkan. Dalam hal ini Kampus merupakan suatu gambaran dunia yang penuh dengan ilmu, melatih keterampilan, dan pengetahuan yang outputnya diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan perubahan jaman yang terus berkembang. Hal tersebut meyakinkan kita bahwa pendidikan itu penting, seolah-olah tidak ada lagi nilai tawar untuk satu kata yakni pendidikan. Akan tetapi kita tidak selamanya akan hidup dalam dunia ide, atau sadar bahwa kita ada dalam realita kehidupan atau kehidupan yang nyata di dalam masyarakat dan lingkungan. Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah melakukan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun nonverbal. Dalam
3
komunikasi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata pengungkapannya, baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam mimik wajah, gaya tubuh, dan pakaian, hal demikian setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali. Jika hendak mengatakan apa yang diperbuat oleh seorang individu”dengan lingkungannya”, maka dalam usaha menyesuaikan diri adjusment, itu (baik dalam mengubaah dirinya atau lingkungannya, maupun keduanya) kadang-kadang ia berhasil atau gagal. Jika ia menghadapi karang yang menghalangi perjalanannya, mungkin ia menyesuaikan diri dengan jalan yang berkarang itu . Bila
dilihat
bagaimana
menanggapi
perilaku
orang
lain
menerangkan sifat-sifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab perilakunya, dan menentukan apakah petunjuknya yang nampak itu orisinil atau hanya pulasan belaka (masih ingat dengan impression management dari Erwin Goffman). Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain tetapi juga mempersepsi diri. Diri kita bukan hanya persona penanggap, tetapi persona stimuli sekaligus (Rahkmat,1989:111). Bagaimana bisa terjadi, kita menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus?
Menurut
Charles
Horton
Cooley,
melakukan
dengan
membayangkan diri kita sebagai orang lain di dalam benak. Cooley menyebut gejala ini looking glass self (diri cermin) seakan-akan kita menaruh cermin di depan kita. Pertama, kita membayangkan kita tampak pada orang lain, kita melihat diri kita sekilas seperti dalam cermin. Misalnya kita merasa wajah kita jelek. Kedua kita membayangkan bagaimana orang lain menilai
4
penampilan kita. Kita pikir mereka menganggap kita tidak menarik. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa; orang mungkin merasa sedih atau malu (Vander Zanden, 1975:79). Dalam lingkungan sosialnya objek atau orang yang diteliti pada penelitian ini merupakan individu yang menjalani kehidupan layaknya seperti makhluk sosial lainnya, bergaul dengan orang lain, bekerjasama dalam sebuah team, bahkan mereka terlihat seperti orang alim, pendiam dan berperilaku baik. Sungguh suatu pertunjukan yang dilematis ketika tubuh dibalut oleh pakaian bagus sehingga terkesan sopan, agamis, feminine dan elegan seketika harus berganti dengan menggunakan pakaian yang lebih terbuka atau memperlihatkan kemolekan tubuh. Bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda atau saling bertolak belakang. Fenomena ini merupakan suatu gejala di masyarakat yang cukup menarik untuk diteliti, peneliti berharap penelitian ini nantinya berguna dan sekaligus menjadi suatu informasi bagi masyarakat, maka untuk mengkaji lebih dalam mahasiswa PAI IAIN Salatiga akan diteliti melalui pendekatan dramaturgi. Maka peneliti akan menuliskannya dalam skripsi yang berjudul ”Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman”. Dalam Dramaturgi juga dibahas mengenai konsep front stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut sebagai bagian front stage. Sedangkan Panggung belakang adalah istilah untuk menjelaskan
5
Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka disebut sebagai bagian back stage. B. Penegasan Istilah Realitas, fakta atau kenyataan, sesuatu hal yang benar-benar terjadi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:96). Kost atau in de kost (bahasa Belanda) tempat tinggal sementara yang berupa kamar, biasanya dibayar dan disewa perbulan. (penjelasan pada bab II pengertian kost) Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial dalam kehidupan manusia (Sri Suneki dan Haryono, 2012:2). Dramaturgi merupakan pendalaman dari konsep interaksi sosial, yang menandai ide-ide individu yang kemudian memicu perubahan sosial masyarakat menuju era kontemporer. Teori dramaturgi muncul sebagai reaksi atas konflik sosial dan rasial dalam masyarakat. Dramaturgi berada di antara interaksi sosial dan fenomenologi. Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan di sebuah Perguruan Tinggi. Mahasiswa PAI (Pendidikan Agama Islam) adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan Strata Satu (S1) dalam Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan Agama. Mahasiswa kos merupakan mahasiswa yang bertempat tinggal jauh dari kampus dan menyewa kamar sebagai tempat tinggal sementara.
6
C. Rumusan Masalah Pada dasarnya suatu penelitian harus mempunyai masalah yang akan diteliti. Masalah tersebut ada dalam topik atau judul penelitian. Agar dapat dipecahkan maka masalah dalam topik atau judul tersebut harus dirumuskan secara operasional. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Dari latar belakang penelitian di atas, maka peneliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana front stage mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam konsep Dramaturgi?
2.
Bagaimana back stage mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam konsep dramaturgi?
3.
Bagaimana realitas kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga saat berada di Kampus maupun di Kost?
D. Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini agar mencapai hasil yang optimal adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga secara panggung depan di kampus.
2.
Untuk mengetahui kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga secara panggung belakang di kost.
3.
Untuk mendeskripsikan realitas kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga saat berada di Kampus maupun di Kost.
7
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut. 1.
Kegunaan
Teoritis
kegiatan
penelitian
ini
berguna
untuk
mengembangkan kajian keilmuan yang berhubungan dengan masalah penelitian tentang, religiusitas, ilmu Komunikasi, dan moral untuk pengembangan kepribadian luhur dan interaksional simbolik secara khusus. 2.
Kegunaan Praktis penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu pendidikan nonverbal, melalui kajian Dramaturgi (2 panggung) yang dimiliki oleh anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga dan kajian tentang presentasi diri.
3. Untuk Akademik (Literatur) Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas secara umum, program pendidikan agama sebagai literatur atau untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi tentang Presentasi Diri mahasiswa PAI IAIN Salatiga khususnya yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama. 4. Kegunaan Untuk Masyarakat Kegunaan
penelitian
ini
bagi
masyarakat
umum
adalah
memberikan informasi tentang perilaku anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga dan menjadikan evaluasi agar masyarakat terutama keluarga lebih
8
mengawasi mengawal anaknya supaya tidak salah dalam melangkah serta sadar tempat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. F. Kajian Pustaka Penelitian tentang kehidupan anak kos pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam kehidupan sosial bukanlah hal yang baru, namun sangat menarik dikaji dalam pemikiran sosial dan akhlak pada perkembangan konsep keilmuan. Akan tetapi pada kenyataannya pemahaman dinamika sosial dalam konteks drama turgi dalam kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga masih minim, ini ditujukan dengan realitas yang belum menjadi pembelajaran bagi masyarakat pada umumnya. Dalam penulisan sekripsi ini, penulis meneliti tentang “Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman” untuk diteliti secara rinci. Dan dalam waktu beberapa hari penulis melakukan penelusuran untuk mencari informasi beberapa tempat buku (perpustakaan, toko buku, kolektor dan lainlain). Ditemukan penelitian yang berkaitan dengan presentasi diri kehidupan anak kos melalui pendekatan drama turgi Erwin goffmen pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga. 1.
Skripsi Siti Yahriyah PAI STAIN Salatiga 07, Persepsi dan Ekspektasi Mahasiswa tentang Jilbab, Studi pada mahasiswa Program PAI Transfer STAIN Salatiga 07/08. Skripsi ini menjelaskan tentang pengetahuan dan pamakaian jilbab dikalangan mahasiswa.
9
Buku-buku lain yang membahas tentang kehidupan mahasiswa sehingga mendukung penelitian skripsi ini ialah : 1.
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja karya, 1989), buku ini membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang lebih tertuju pada psikologi individu terhadap sekitar atau lingkungan.
2.
Cahyaningrum Dewojat, Drama sejarah Teori dan Penerapannya( Javakarsa Media ), Buku ini membahas drama dan teater dari sejarah awal sampai drama masuk Indonesia, drama bukan hanya wujud karya seni berbentuk pertunjukan tapi juga sudut pandang seni sastra.
3.
I.L.Pasaribu
&
B.Simanjutak,
Teori
Kepribadian
(
Bandung:Tarsito,1984). Buku ini membahas tentang psikologi diri, faktor-faktor yang mempengaruhi, tokoh-tokoh tantang kepribadian, serta antropologi filsafatnya. 4.
Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian ( Bandung: PT Remaja Rosadakarya,2008). Buku ini membahas tentang kepribadian sebai interaksi sosial, dalam konteks akademis, kepribadian menjadi salah satu kajian dalam bidang psikologi, kalau dari termitologi Islam kepribadian dapat disebut akhlak.
5.
M.Alaika
Salamulloh,
Akhlak
Hubungan
Horizontal
(
Yogyakarta:Pustaka Insan Madani,2008). Buku ini membahas akhlak sesama manusia, Islam adalah agama yang komplek menyeluruh dan terperinci. Hubungan yang digarap Islam mencangkup banyak hal, misalnya persoalan rumah tangga, pemeliharaan anak, hubungan dengan
10
teman, dengan agama lain dan sebagainya, intinya buku ini membahas individu muslim dengan lingkungan sekitar. Penjelasan sekilas tentang gambaran umum dari isi buku-buku diatas akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, sehingga peneliti berharap dengan menggunakan literatur diatas dan dapat mengetahui tentang Realitas kehidupan anak kost pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga.
G. Metodologi Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ialah deskriptif analitis. Dari situ, langkah awal yang ditempuh adalah mengumpulkan datadata yang dibutuhkan, baru kemudian dibutuhkan klasifikasi,
deskripsi
kemudian analisis. Adapun alat penelitian ini digunakan: lokasi penelitian, jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1.
Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang sifatnya kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang sedang dihadapi (Lexy J. Moloeng, 2007:4.). Field research adalah research yang dilaksanakan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara
11
obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti sesuai dengan tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural. 2.
Lokasi Penelitian. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Kampus 1(satu) IAIN
STAIN Salatiga Jawa Tengah dan kost sekitar kampus ( Kali Cacing, Jangkungan, Bonsari, Pengilon, dan Klaseman) 3.
Sumber Data Sumber data diperoleh dari data di lapangan dalam hal ini tentu menggunakan
teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data
merupakan langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013:224). Adapun sebagai sumber datanya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Sedangkan menurut J. Supranto, sumber data perimer adalah data yang langsung dikumpulkan sendiri oleh perorangan/organisasi
langsung
melalui
objeknya
(Sugiyono
2003;20), Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah langsung dari lokasi penelitian yaitu mahasiswa kost PAI IAIN Salatiga Jawa Tengah.
12
b) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau yang dikumpulkan dari orang yang telah melakukan penelitian dan dari sumber-sumber yang telah ada sebagai pelengkap sumber primer. sebagai data sekunder penulis mengambil dari buku-buku yang
berhubungan
dengan
penelitian
ini,
mengumpulkan
dokumentasi yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan menurut J. Supranto, data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi (Sugiyono, 2003; 21). Disamping itu juga yang menjadi sumber data sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan antropologi, sosiologi, psikologi, drama turgi dan akhlak. Sedangkan sumber data lain yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah karyakarya ilmiah yang terkait dengan tema yang dimaksud untuk membantu memperjelas pembahasan dalam penelitian ini, baik itu karya yang berbentuk buku, jurnal, koran mapun media lainnya seperti internet. 4.
Metode Pengumpulan Data a) Observasi Metode observasi adalah study yang disengaja atau sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Iqbal Hasan, 2008; 19.). Observasi dilakukan dengan pengindraan langsung kondisi, situasi, proses dan prilaku. Metode ini dilakukan untuk memperoleh
13
gambaran dan data lapangan
masalah persentasi anak kos pada
mahasiswa PAI IAIN Salatiga b) Wawancara Metode pengumpulan
wawancara
informasi
disebut
dengan
cara
juga
Interview,
mengajukan
yaitu
sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula oleh responden (Hadari Nawawi dan Martini Hadari, 1995; 98). Metode wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek (responden). c) Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah dan lain-lain. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulian, gambar, atau karya-karya
monumental
sembilanbelas 2013; 240s).
dari
seseorang
(Sugiyono,
Cet-ke
Metode ini penulis gunakan untuk
mendapatkan data tentang mahasiswa kos PAI IAIN Salatiga, serta untuk mendapatkan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga. 5. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini di analisis dengan metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif analisis menurut Jonh W. Bees adalah usaha mendeskripsikan dan
14
menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi, pendapat, dan aktifitas yang sedang berlangsung serta akibat yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sanafiah Faisal Dan Mulyadi Guntur W. (ed), 1982; 119). Metode ini penulis gunakan dalam rangka memberikan gambaran data yang ada serta memberikan interpretasi terhadapnya, serta melakukan analisis interpretatif.
Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data
dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Penggunaan analisis ini dimulai dengan pengumpulan data-data kemudian
diolah secara
sistematik. H. Sistematika Penulisan Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan skripsi ini. Maka secara global penulis merinci dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut. BAB I. PENDAHALUAN Bagian ini merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan tentang hal-hal yang melatarbelakangi munculnya masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, salah satu yang dijelaskan adalah gambaran realitas kehidupan anak kost mahasiswa PAI IAIN Salatiga, Sehingga mempengaruhi tata kehidupan sosial masyarakat. Bab ini juga berisi rumusan masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini, kajian pustaka yang menjelaskan penelitian-penelitian sebelumnya dan bukubuku tentang dinamika kehidupan mahasiswa PAI STAIN Salatiga sebagai penjelasan
bahwa
penelitian
penulis
belum
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. 15
dilakukan
sebelumnya,
BAB II. LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan informasi umum tentanng landasan teori bagi obyek penelitian seperti terdapat dalam judul skripsi. Landasan teori ini disampaikan secara umum mengenai “Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman”. BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini merupakan paparan data-data hasil penelitan secara lengkap yang mengenai kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga, di kampus, kost, atau lingkungan lain yang mendukung untuk diteliti. BAB IV. ANALISIS DATA Bab ini berisi tentang
analisis dari berbagai pokok masalah
mengenai persentasi diri mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam permainan panggung depan dan belakang baik dari segi kekurangan maupun kelebihannya. Bab ini merupakan pengolahan hasil dari bahan-bahan yang diambil dari bab sebelumya, sehingga pokok permasalahan pada penelitian ini bisa ditemukan. BAB V. PENUTUP Merupakan penutup dari keseluruhan proses penelitian yang berisi kesimpulan untuk memberi gambaran singkat isi skripsi agar mudah dipahami. Juga berupa saran-saran dari penulis yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Dan yang terakhir daftar pustaka sebagai tanggung jawab akademis yang menjadi rujukan penelitian.
16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Biografi Erwin Goffman Erwin Goffman lahir di Alberta, Canada, 11 Juni 1922 (Williams, 1986), Keturunan Yahudi orang tuanya berasal dari Rusia. Ia belajar tentang sosiologi di Chicago. meraih gelar Bachelor of Arts (B.A) tahun 1945, gelar Master of Arts tahun 1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D) tahun 1953. Tahun 1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi anggota Committee for Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia memperoleh penghargaan Guggenheim. Pada tahun 1953 ia mempertahankan tesisnya yang berjudul “ cara berkomunikasi di tengah-tengah komunitas penghuni pulau”, merupakan penelitian partisipan di kepulauan Shetland.
Gambar 1 Erwin Goffman Sumber : Google, diakses pada tanggal 25 Agustus 2015
Komunikasi menjadi tema dirinya dalam kajian sosiologi. Ia menganalisis interaksi sosial, ritus, kesopanan, pembicaraan dan semua hal yang menjalin hubungan sehari-hari. Interaksi dianggap menjadi dasar
17
kebudayaan. Sistem ini memiliki norma, mekanisme dan regulasi. Ritualritual interaksi dianggap sebagai ajang untuk mengaskan adanya tatanan moral dan sosia, dalam sebuah pertemuan seorang actor berusaha member citra yang ditentukan oleh dirinya sendiri berupa wajah atau nilai sosial positif yang dituntut seseorang melalui jalur tindakan dan dianggap orang lain memang dijalankan demikian selama terjadinya kontak khusus. Pada tahun 1965 buku berjudul “La presentation de soi” ( Presentasi Diri ). Pada buku tersebut E.Goffman menganalogikan dunia dengan panggung sandiwara dimana individu-individu menjadi actor yang memegang peran dalam hubungan sosial sebagai representasi yang tunduk pada aturan yang baku. Dalam panggung sandiwara itu seseorang harus mampu menampilkan “ kesan realitas “ kepada sesamanya agar bisa meyakinkan gambaran /citra
yang hendak diberikan kepada orang lain.
Untuk itu ia harus mengadapstasi permukaan pribadinya lewat peran dan mendramatisasinya, yaitu dengan memasukkan tanda-tanda yang akan memberikan kilau dan relief perilakunya melalui aktivitas yang dilakukannya, agar perilakuknya tampak tidak keliru . E.Goffman selama kurang lebih satu tahun berada di sebuah rumah sakit St Elizabet, ia berbaur dengan kehidupan dirumah sakit tersebut. Ia mengamati setiap perilaku yang muncul terhadap para pasien, ia juga menjalani kehidupan seperti sebagai orang-orang terasing. Ia memperlakukan rumah sakit seperti bangunan sosial yang khusus berfungsi sebagai penjaga manusia tanpa menyinggung spesifikasi penyakit yang diderita oleh pasien.
18
Karya terbesar E.Goffman adalah Asiles, etudes sur la condition sociale des melades mentaux (asylum, studi tentang kondisi sosial penderita penyakit mental ). Karya ini baru diterjemahkan dalam bahasa perancis tahun 1968 (Anthony Giddens, 2008;60) Collins (Williams, 1986;73) lebih menghubungkan Goffman kepada antropologi sosial ketimbang kepada interaksionisme simbolik. Ketika belajar S1 di Universitas Toronto, Goffman telah belajar dengan seorang antropolog dan ketika di Chicago, kontrak utamanya bukanlah dengan teoritisi interaksionisme simbolik, tetapi dengan W.L. Wamer (antropolog), (Collins, 1986b:109). Menurut Collins, hasil pemeriksaan atas kutipan dalam karya awal Goffman menunjukkan bahwa ia dipengaruhi oleh antropologsosial dan jarang mengutip pemikiran interaksionis simbolik dan bila ia menyinggung pemikiran interaksionisme simbolik, hal itu adalah untuk mengkritik pemikiran tersebut.
Namun Goffman dipengaruhi oleh studi
deskriptif yang dihasilkan di Chicago dan menyatukan hasil studi deskriptif itu dengan hasil studi antropologi sosial untuk menciptakan perspektif khususnya sendiri. Jadi, pakar interansionis simbolik memperhatikan bagaimana cara aktor menciptakan atau merembukkan citra diri mereka, sebaliknya Goffman memperhatikan bagimana cara masyarakat memaksa orang untuk menampilkan citra tertentu mengenai diri mereka sendiri, karena masyarakat memaksa kita berpindah-pindah diantara berbagai peran yang kompleks maka kita akan menjadi selalu agak tidak jujur, tak taat asas dan tidak hormat” (Collins, 1986:107).
19
Menjelang 1980-an ia tampil sebagai teoritisi yang sangat penting. Di tahun kematiannya sebenarnya ia terpilih sebagai presiden The American Sociological Association, tetapi tak memungkinkan menyampaikan pidato pengangkatannya karena ia tertimpa penyakit. Berkenaan dengan status Goffman ini, Randall Collins dalam pidatonya mengatakan : Tiap orang ingin tahu apa yang akan dia sampaikan dalam pidato pelatikannya sebagai presiden asosiasi sosiologi, prestasi tradisional langsung jelas tak mungkin disampaikan Goffman berkenaan dengan reputasinya sebagai seorang yang menentang pemujaan lembaga-lembaga sosial yang ada. kami menerima pesan yang lebih dramatis Pidato pelatikan dibatalkan, Goffman meninggal. Itu adalah jalan keluar Goffmania yang tepat (1986b:112). Goffman wafat tahun 1982 ketika berada di puncak ketenarannya. Ia sejak lama dianggap sebagai tokoh “pujaan” dalam teori sosiologi. Status ini dicapai meski ia telah lama menjadi profesor di jurusan sosiologi bergengsi di Universitas California, Berkeley dan kemudian menjadi ketua di Liga Ivy, Universitas Pennsylvania.
B. Dramaturgi Sebagaimana ditulis oleh Harymawan (1986:5) dalam bukunya Dramaturgi, Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum dan konvensi drama. Hukum-hukum drama tersebut mencakup tema, alur (plot), karakter (penokohan), dan latar (setting). Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga
20
penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Meski benar, dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater namun term dan karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita pelajari.
Gambar 2 Penokohan dalam adegan teater Sumber : Dokumentasi Teater Getar IAIN Salatiga, tanggal 4 Februari 2012
Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh
Aristoteles.
Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan, Poetics, hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai buku acuan bagi dunia teater. Dalam Poetics, Aristoteles menjabarkan penelitiannya
tentang
penampilan/drama-drama
berakhir
tragedi/tragis
ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya. Kisah tragis merupakan obyek penelitian utamanya dan dalam Poetic juga Aristoteles menyanjung Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat diperhitungkan. Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan bagian dari puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama secara keseluruhan. Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga menganalisa hubungan antara karakter dan akting, dialog, plot dan cerita. Ia 21
memberikan contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap penonton. Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni. Maka, Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Manusia mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya. Untuk itu dia menempuh jalan bertemu dengan orang lain yang melakukan pertunjukan dan memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan kehidupan di atas pentas secara khayali untuk menyajikan gambaran ideal yang diinginkan (Harymawan, 1986: 194), dalam ilmu komunikasi hal tersebut dinamakan dramaturgi. Namun demikian, pemahaman dramaturgi itu tidak berhenti pada hukum-hukum
dan
konvensi
yang
telah
menjadi
klasik
tersebut.
Karena,perkembangan yang cukup besar dari dunia drama itu sendiri, maka tentu sejumlah hukum dan konvensi itu memiliki upaya pula untuk melakukan beberapa penyesuaian yang selaras dengan kehidupan dan jalan pemikiran manusia. Meskipun perkembangan tersebut memiliki beberapa kritik, namun tetap memiliki kemungkinan dalam mengapresiasi kenyataan yang berubah di tengah-tengah masyarakat penggunanya. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri.
22
Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari
proses dari
perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Obyektifitas yang digunakan disini adalah karena institusi tempat dramaturgi berperan adalah memang institusi yang terukur dan membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat institusi tersebut. Seperti yang ditengarai oleh Deddy Mulyana (2001:106) pada intinya dramaturgi adalah menghubungkan tindakan dengan makna. Alih-alih perilaku dengan determinannya. Dalam pandangan dramaturgis tentang kehidupan sosial, maka makna bukanlah warisan budaya, sosialisasi, atau tatanan kelembagaan, atau perwujudan dari potensi psikologis dan biologis, melainkan pencapaian problematik interaksi manusia dan penuh dengan perubahan, kebaruan, dan kebingungan. Namun lebih penting lagi makna bersifat behavioral, secara sosial tetap berubah, arbiter, dan merupakan ramuan interaksi manusia. Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural, mengikuti alur. Pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama hampir selalu mirip dengan pertunjukan di atas panggung. Begitu juga dengan dinamika sosial yang terjadi di kalangan beberapa mahasiswa PAI IAIN Salatiga membuat mereka seperti mempunyai peran ganda pada saat
23
datang ke tempat perkuliahan dan ketika keluar dari lingkungan kampus yang menjadi tempat mereka menimba ilmu. Dalam dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang dikenal dengan istilah konsep kehidupan manusia, yang di ibaratkan sebagai pemain drama dalam proses pelaksanaannya dipengaruhi oleh keinginan yang terpendam. lebih lanjut dapat dilihat seperti berikut; front stage adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut sebagai bagian front stage. Sedangkan Panggung belakang adalah istilah untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka disebut sebagai bagian back stage. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan
setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan
psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan “teater”. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui pertunjukan dramanya sendiri. Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan penafsiran konsep diri, dimana Goffman menggambarkan pengertian diri yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep diri seorang individu bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat berdasarkan basis jangka panjang).
24
Presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008: 110). Lebih jauh presentasi diri merupakan upaya individu untuk menumbuhkan kesan tertentu di depan orang lain dengan cara menata perilaku agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dalam proses produksi identitas tersebut, ada suatu pertimbanganpertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang hendak digunakan sesuai dan mampu mendukung identitas yang ditampilkan secara menyeluruh. Kebanyakan atribut, milik atau aktivitas manusia digunakan untuk presentasi diri, termasuk busana yang kita kenakan, tempat kita tinggal, rumah yang kita huni berikut cara kita melengkapinya (furnitur dan perabotan rumah), cara kita berjalan dan berbicara, pekerjaan yang kita lakukan dan cara kita menghabiskan waktu luang kita. Lebih jauh lagi, dengan mengelola informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi tahu kepada orang lain mengenai siapa kita. (Goffman, 1965;39) C. Dramaturgi dalam Pendidikan Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam
25
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendididkan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang sejarah peradaban umat manusia. (Tim Dosen FIP/IKIP Malang, 1988;25) Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan
dari
pengetahuannya
generasi serta
tua
untuk
ketrampilannya
mengalihkan kepada
generasi
pengalamanya, muda untuk
memungkinnya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Proses hidup manusia di dunia ini, diawali sejak zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba, di gua-gua batu dan tempat lainnya. Di dalam kehidupan mereka yang susah dan penuh dengan kesulitan yang bermacam-macam menghadapi perjuangan hidup bersamasama dengan hewan-hewan dan makhluk lainnya di atas permukaan bumi ini, dalam memperebutkan makanan dan tempat tinggal, mungkin dalam benak dalam benak mereka yang sederhana itupun muncul pertanyaan yang miripmirip dengan pertanyaan diatas. “Siapa aku, darimana aku datang dan mengapa aku lahir di dunia ini dengan penuh kesulitan dan susah payah. Pendidikan merupakan faktor penting, strategis dan determinatif bagi
masyarakat.
Maju-mundurnya
kualitas
peradaban
suatu
masyarakat/bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan diselenggarakan oleh masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa hanya bangsa-bangsa
yang
menyadari
26
dan
memahami
maknastrategisnya
pendidikanlah yang mampu meraih kemajuan dan menguasai dunia. Bagaimana pun, pendidikan merupakan alat terefektif bagi perubahan dan pencapaian kemajuan dalam berbagai demensi kehidupan. Dilihat dari perspektif kebudayaan, pendidikan merupakan upaya sivilisasi, enkulturisasi. Dari perspektif politik, pendidikan dipandang sebagai langkah untuk membentuk warga negara yang baik (good citizen) warga yang taat aturan, beradab, bertanggung jawab, dan memahami hak dan kewajiban secara proporsional. Kemudian secara ekonomi, adalah jelas bahwa pendidikan
merupakan
“human
capital
investment”.
Pengetahuan,
keterampilan, dan etos kerja yang dibentuk melalui proses pendidikan berkorelasi positif bagi peningkatan penghasilan dan kesejahteraan. Karena itulah, perspektif ekonomi menyakini bahwa hanya lewat upaya pendidikan kesejahteraan ekonomi dapat dibangun. Kemudian dari perspektif filosofis, bahwa pendidikan merupakan upaya humanisasi yang sesungguhnya. Melalui pendidikan maka manusia dibentuk, dikonstruksikan dan diarahkan agar menjadi manusia sesungguhnya (humanized human being), makhluk rasional yang memiliki dan memahami nilai humanitas yang berlaku secara universal. Demikian pula, dari perspektif agama, pendidikan ditempatkan pada posisi tertingi karena fungsinya yang membentuk perilaku teratur sesuai ajaran Tuhan yang diimaninya (Haryanto Tt:2) Manusia itu adalah “Khalifah” Allah dibumi ini, yaitu wakil Allah, guna mengelola bumi dengan segala isinya. Jadi dengan ilmu pengetahuan yang kusus dianugerahkan Allah kepada manusia itu. Manusia mengolah
27
sumber daya dan segala isinya yang ada di bumi. Dengan begitu manusi selalu berkembang setiap waktunya. Penemuan penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan (Oemar Hamalik 1977:12) Akibat dari pengaruh-pengaruh itu maka pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan, sehingga mendorong berbagai usaha pembaharuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut pembaharuan pendidikan mulai menuju kearah realisasi yang lebih kongkrit, yaitu sekolah pembangunan atau “sekolah komprehensip” sitim ini berpijak pada landasan yang baru diantaranya: 1.
Pendidikan bertujuan membentuk manusia seutuhnya.
2.
Pendidikan berlangsung seumur hidup
3.
Pendidikan berdasarkan faktor ekologi.
4.
Berdasarkan pada pandangan psikologi belajar modern.
5.
Pendidikan pada hakekatnya usaha manusia melestarikan hidup. Untuk memahami tata kehidupan pendidikan hendaknya kita
memperhatikan tata kehidupan manusia secara mendasar dan menyeluruh. Secara sederhana kita menemukan kenyataan, bahawa manusia dilahirkan dalam lingkungan keluarga. Keluarga sebagai unit kehidupan manusia ada dan dipengaruhi dalam antar hubungan dan antar aksi dengan masyarakat. Karena itu keluarga merupakan bentuk mikro suatu masyarakat. Sedangkan bentuk makro suatu masyarakat adalah negara.
28
Gambar 3 Pendidikan Dalam Keluarga Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 2 Juli 2015
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta asasi antara dua subyek manusia (suami-istri). Berdasarkan dari asas cinta yang asasi ini terlahirlah anak sebagai generasi penerus. Sekolah merupakan penerusan dari pembinaan yang telah diletakkan dasar-dasarnya dalam lingkungan keluarga. Sekolah menerima tanggung jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga. Masyarakat dapat diartikan suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai tata budaya sendiri. dalam arti ini masyarakat adalah wadah atau wahana pendididkan, medan kehidupan manusia yang majemuk (plural : suku,agama, kegiatan kerja,tingkat pendididkan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia berada dalam multi-kompleks antara-hubungan dan antara-aksi di dalam masyarakat tersebut (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988:14).
D. Sekilas tentang Mahasiswa Berbicara tentang mahasiswa, hal pertama yang harus kita kritisi dan pertanyakan kembali adalah ”benarkah kita ini Mahasiswa? Jika iya, di manakah eksistensi kita sebagai seorang mahasiswa? Atau bahkan kita pun
29
belum mengetahui arti dari mahasiswa itu sendiri ?” Betapa naifnya kita, apabila tidak mengenal diri kita sendiri.
Gambar 4 Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 4 Mei 2015
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa atau murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah, “ mahasiswa ” terdiri dari dua kata, yaitu ” Maha ” yang berarti tinggi dan ” Siswa ” yang berarti subyek pembelajar ( menurut Bobbi de porter ), jadi dari segi bahasa “ mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas. Namun jika kita memaknai “ mahasiswa ” sebagai subyek pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski ia (baca : Mahasiswa) diikat oleh suatu definisi study, akan tetapi mengalami perluasan makna mengenai eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, “ mahasiswa ” tidak lagi diartikan hanya sebatas subyek pembelajar (study), akan tetapi ikut mengisi definisi learning.
30
Mahasiswa adalah seorang pelajar yang tidak hanya duduk di bangku kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal di rumah untuk menghadapi ujian tengah semester atau ujian akhir semester. “ mahasiswa ” dituntut untuk menjadi seorang motor pembaharu dan pelopor-pelopor perjuangan yang peka dan tanggap terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat dan bangsa. Apabila kita kembali melihat sejarah, peran mahasiswa acapkali mewarnai perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini masa reformasi. “ mahasiswa ” bukan hanya menggendong tas yang berisi buku, tapi mahasiswa turut angkat senjata demi kedaulatan bangsa Indonesia, bahwasanya mahasiswa lah yang menjadi pelopor restrukturisasi peristiwa besar tampuk kepemimpinan NKRI pada saat
tragedi malari 1974 dan
reformasi 1998. Peran yang diberikan mahasiswa begitu dahsyat, sehingga sendisendi bangsa yang telah rapuh, tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh rezim dengan status quonya, tetapi bisa dibongkar dan dihancurkan oleh mahasiswa. Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini tidak terlepas dari peran mahasiswa, oleh karena itu ” mahasiswa ” dapat dikategorikan sebagai ” Agent of social change ” yaitu perubah dan pelopor ke arah perbaikan suatu bangsa.
31
Gambar 5 Mahasiswa IAIN Salatiga Melakukan Aksi Turun ke Jalan Sumber : HMI Salatiga, tanggal 29 Agustus 2015
Kendatipun demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi kesepakatan bersama antar mahasiswa sebab masih ada sebagian madzhab mahasiswa yang apriori (cuek) terhadap eksistensi dirinya sebagai seorang mahasiswa, bahkan ia tak mau tahu menahu tentang keadaan sekitar lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri. Bagi mahasiswa yang terpenting buat mereka adalah sekedar duduk di bangku kuliah, berangkat dan pulang. Padahal, mahasiswa adalah sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi , respect dan tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk menyatakan kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari dirinya akan eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu. Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau nilai indeks prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun bangsa, atau paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada 32
suatu kemauan untuk mengembangkan civitas / perguruan tinggi dimana ia kuliah. Misalnya dengan ikut serta / aktif di Organisasi Mahasiswa, baik itu Organisasi intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun Organisasi Ekstra kampus, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada pembangunan bangsa.
E. Perilaku Remaja Menurut Islam Perilaku menurut islam adalah perilaku sesuai ajaran yang ada di kitab suci Al-Quran dan Hadist, menjalankan perintahNya menjauhi laranganNya,untuk itu maka yang menjadi suri teladan bagi kita adalah perilaku Rasulullah SAW, seperti yang dikatakan dalam kitab suci Al-Qur’an
َق ثِف ً و
وا َق ى َق َق َق َق ى َّلٱى َّل َق ْدى َق اَق ى َق ُك ْد ى ِف ى َق ُك ِفوى َّلٱِفى ُك ْد َق ٌةى َق َق َق ٌةى ِّل َق ى َق اَق ى َق ْد ُك ۟اوى َّلٱَقى َق ْد َق ْد َق ى ْدو َق ِف “Sesungguhnya Rasulullah itu menjadi contoh teladan yang baik bagi kamu dan bagi oarang yang mengharab menemui Tuhan dan hari kemudian Dan mengingat Tuhan sebanyak - banyaknya” (Q.S.Al Ahzab/33:21) Islam memandang bahwa remaja adalah obyek dan subyek pendidikan yang memerlukan perhatian khusus. Remaja merupakan generasi masa depan yang menjadi harapan bangsa. Mereka adalah aset berharga yang harus dipelihara dan dijaga sebaik-baiknya. Segala urusan dan permasalahan yang terkait dengan remaja harus selalu diperhatikan dengan sungguhsungguh.
33
Gambar 6 Menyantuni Anak Yatim adalah Salah Satu Sifat Terpuji Sumber : Teater Getar IAIN Salatiga, tanggal 12 Agustus 2010
Mengingat peran penting remaja bagi masa depan negara, maka kita harus menanamkan kebiasaan akhlak terpuji bagi remaja. Kebiasaan terpuji akan membentuk watak terpuji pula dalam kehidupan mereka. Akhlak terpuji dibagi menjadi tiga kategori, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada orang lain, dan akhlak terhadap diri sendiri. Mari kita bahas contohcontoh perbuatan terpuji yang harus dibiasakan oleh remaja. Contoh akhlak terpuji remaja dalam beribadah kepada Allah antara lain: 1.
Bersyukur kepada Allah ketika memperoleh nikmat. Remaja yang berakhlak terpuji akan bersyukur ketika memperoleh prestasi dalam hidup.
2.
Bersabar ketika menghadapi musibah. Ketika orang tua, sahabat, maupun dirinya tertimpa kemalangan, seorang remaja hendaknya bersabar dan tabah dalam menghadapi ujian.
3.
Bertobat kepada Allah setelah berbuat dosa. Setelah melakukan maksiat atau dosa, remaja amat terpuji untuk segera bertobat dan memperbaiki diri.
34
4.
Ikhlas dalam mengerjakan amal saleh, ketika berada di rumah, di sekolah atau di dalam pergaulan masyarakat.
5.
Bertawakal kepada Allah atas hasil prestasi yang diperoleh setelah berusaha keras dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Beberapa akhlak terpuji remaja kepada orang lain dan terhadap diri
sendiri, antara lain: 1.
Taat dan berbakti kepada kedua orang tua (birrul-walidain), selalu mengindahkan perintahnya dan mendengarkan nasihatnya.
2.
Menghormati guru dan ustadz serta orang-orang yang lebih tua dengan menampilkan sikap sopan-santun kepada mereka.
3.
Menghargai teman sebaya atau orang lain yang lebih muda, misalnya dengan bertutur kata yang baik dan sopan.
4.
Memilih pergaulan yang positif untuk masa depannya. Misalnya berteman dengan anak yang pintar, baik dan saleh. Remaja juga perlu aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, serta senang menimba ilmu dari pengalaman orang yang berwawasan agama dan lebih tua.
5.
Menjauhi pergaulan negatif yang dapat merusak prestasi belajar, seperti berpacaran, pergaulan bebas, tawuran, dan bergabung ke geng remaja yang bersifat anarkis.
6.
Meninggalkan hal-hal yang menjerumuskan diri mereka ke dalam maksiat kepada Allah dan pembangkangan terhadap perintah serta nasihat orang tua dan guru.
35
7.
Menghindari perilaku yang merusak diri sendiri, seperti pergaulan bebas, merokok, berjudi, meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, dan lain-lain. Di tangan generasi muda inilah perjalanan bangsa, masyarakat,
negara dan peradaban umat manusia ditentukan. Demikian pula halnya dengan maju dan mundurnya masyarakat, serta keterpurukan yang dialami oleh sebuah bangsa bergantung kepada karakter generasi muda. Mari kita beri mereka keteladanan dan pendidikan karakter terpuji untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Setiap muslim meyakini bahwa nasib hidupnya diakhirat ditentukan oleh perilakunya selama didunia, karena itu setiap muslim mesti menata langkah dan perilakunya. Dengan mengerjakan kebaikan berati dia telah menanam benih yang baik, akan tetapi jika ia lebih senang menceburkan dirinya kedalam kubangan maksiat, maka ia harus siap menelan penderitaan yang akan menimpanya (M. Alaika Salamulloh,2008:261) F.
Perilaku Remaja Masa Kini Remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahan perubahan itu meliputi segala segi kehidupan yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial, biasanya perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksualitas. Problema remaja Remaja adalah bermacam-macam problema yang dihadapi para remaja, akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya
36
itu. Setiap segi dari pertumbuhan itu mempunyai problemanya sendiri dengan kesukaran tertentu.
Maka pertumbuhan jasmani cepat menyebabkan
terjadinya berbagai perubahan bermacam-macam pengalaman yang belum pernah dilakukan oleh remaja itu sebelumnya. Diantara ahli jiwa ada yang berpendapat
bahwa remaja dan problemanya, tak lain dari hasil akibat
kemajuan zaman, yang berarti bahwa kemajuan kompleks itulah yang menyebabkan timbulnya fase remaja yang panjang itu ( Zakiah Daradjat:35) Moral adalah hal yang selalu menjadi sesuatu yang vital dalam membentuk kepribadian suatu masyarakat, Seperti telah diketahui, bahwa moral itu dilihat dari sumber dan sifatnya, ada Moral Keagamaan dan ada Moral Sekuler. Moral keagamaan kiranya tinggal mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki dibidang moral. Moral Sekuler adalah moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat kebebasan dan duniawi semata. Beberapa contoh materi Moral Sekuler itu ialah : Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, hubungan homo seksual atau lesbian. Berpakaian yang tidak menutupi aurat yang hanya mengejar kecantikan atau keindahan dari luar. Budaya minum-minuman keras dan obat terlarang, dan lain sebagainya (Humaidi Tatapangsara:11). Gaya hidup anak muda zaman sekarang (lifestyle), di era yang serba cepat ini kebebasan tak dapat dibendung lagi, akulturasi budaya dari berbagai segi bisa dengan mudah mewabah dimasyarakat.
Modernisasi
dimasyarakat Indonesia merupakan konsep yang lebih cair. Indonesia
37
merupakan suatu konsep kebudayaan yang baru yang disebut budaya pop (populer). Teknologi pada gilirannya dianggap bertanggung jawab bagi pembentukan masyarakat yang secara moral dan intelektual seragam(Idi Subandy Ibrahim:23)
Gambar 7 Perilaku Pemuda Masa Kini Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 10 Maret 2014
“Menjadi modern, semakin serba boleh”, itulah sepenggal kata yang ditulis oleh Masri Pangaribuan, Seks mungkin masih risih atau dianggap tabu ditelinga masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini, tetapi pada kenyataanya banyak ditemukan kasus tentang
seks di masyarakat kita,
kususnya dikota-kota besar. Dalam kasus ini remaja menjadi dilema yang serius. Menurut Elise jones,dkk: Film, musik, bacaan, TV dan internet mengajarkan pada mereka bahwa seks itu romantis, merangsang dan menggairahkan. Dikutip oleh Tempo dari Maria Ulfah Anshor, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa dari 100% orang yang di survei terdapat sekitar 92 persen remaja yang berpacaran tetapi hanya berpegangan tangan, kemudian 82% yang saling cipokan(ciuman bibir) dan 63% remaja
38
yang berpacaran tidak malu untuk saling petting(meraba bagian tubuh yang seharusnya tabu untuk dilakukan). Dipihak lain keadaan bebas dirumah pondokan nampaknya mempunyai daya tarik tersendiri. Di dalam situasi persaingan antara tempat pondokan dewasa ini banyak gadis memilih tempat kost yang lebih bebas. Kalau ketat pengawasannya bisa-bisa tempat itu tidak laku. Oleh karena itu induk semang ikut-ikutan serba boleh. Malah ada asrama yang dihuni oleh perek alias perempuan eksperimen (Bernas:3, 1994).
39
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Pengertian Rumah Tinggal Sementara Berdirinya IAIN Salatiga pada awalnya adalah cita-cita masyarakat Islam Salatiga agar di kota Salatiga memiliki Perguruan Tinggi yang berdasarkan atas ajaran-ajaran Islam.
Gambar 8 Gedung IAIN Salatiga Kampus I Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 4 Mei 2015
Pada awalnya IAIN Salatiga hanya didominasi oleh masyarakat kota Salatiga sebagai mahasiswanya. Seiring berjalannya waktu masyarakat dari berbagai daerah mulai berdatangan dan mendaftarkan diri sebagai mahasiswa seperti dari kota Magelang, Temanggung, Boyolali dan Kabupaten Semarang. Seiring berjalannya waktu dengan berdirinya kampus juga berdampak pada daerah sekitar kampus yaitu dengan munculnya kos sebagai tempat tinggal para mahasiswa luar kota yang tidak mungkin untuk pulang dan pergi dengan jarak yang sangat jauh. Hingga sekarang kos yang berada di sekitar kampus IAIN Salatiga dipenuhi oleh mahasiswa khususnya yang
40
berasal dari luar kota yang tidak memungkinkan para mahasiswa pulang ke rumah mereka. Saat ini kita mengenal istilah yang berbeda untuk satu konteks manusia yang memanfaatkan ruang dan bangun milik orang lain untuk dijadikan tempat tinggal secara berbayar. Saat ini mahasiswa yang memanfaatkan tempat tinggal orang lain biasa disebut sebagai anak kos. Pada awal tahun 2000-an, setiap rumah yang menyewakan kamarnya sebagai tempat tinggal atau sering disebut dengan kos selalu ditulis dengan kalimat kos, sebagai kependekan dari in de kos. In de kos menurut Wikipedia merupakan frasa dari bahasa Belanda yang artinya “makan di dalam”, istilah ini kemudian digunakan bagi seorang yang tinggal di rumah orang lain dengan membayar menurut jangka waktu tertentu, umumnya bulanan, tetapi ada juga yang dihitung tahunan ataupun semester atau enam bulan, sebagaimana ditulis Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI sendiri membuat istilah in de kos menjadi bahasa serapan dalam bahasa Indonesiakan menjadi indekos.
Gambar 9 Kos di Daerah Pengilon Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 8 Agustus 2015
41
Sederhananya kos didefinisikan sebagai menempati satu ruang (kamar) rumah seseorang, dengan perjanjian membayar dalam jumlah tertentu sebagai kompensasi sewa dan fasilitas lain di dalamnya, seperti makan dan perabot yang dipakai. Istilah umum untuk pemanfaatan sesuatu dengan berbayar adalah sewa (KBBI). Dalam perkembangannya hingga saat ini makna kos bukan hanya sebagai tempat tinggal seseorang yang disewakan untuk dijadikan tempat tinggal orang lain. Pada kenyataannya saat ini banyak bangunan yang sengaja dibangun terpisah dari rumah induk dan disewakan sebagai tempat tinggal, ini juga disebut dengan kos pada saat ini. Bangunan tersebut tidak seperti rumah pada umumnya, tetapi hanya bangunan dengan banyak kamar dengan penataan membentuk blok berbanjar. Bahkan adapula kos yang di kemas secara modern, dan sering disebut dengan rumah kos modern. Didalam bangunan tidak hanya berupa kamar tetapi sudah dilengkapi dengan kamar mandi dan ruang masak yang dipakai secara bersamaan. Bukan hanya itu, beberapa juga sudah ada yang dilengkapi dengan kamar mandi dalam (kamar mandi didalam kamar), ruang tamu bahkan ruang keluarga. Sebagian orang ada yang menyebut kos modern dengan istilah kontrakan karena fasilitasnya yang lengkap menyerupai tatanan rumah pada umumnya. Kontrakan sendiri biasanya adalah arti dari sebuah rumah seseorang yang disewakan kepada orang lain secara utuh. Menurut KBBI, kontrakan adalah rumah yang disewakan, dengan sejumlah pembayaran dan perjanjian pemakaian dalam
42
waktu tertentu (biasanya tempo tahunan). Dahulu kontrakan umumnya dilakukan di paviliun, atau bagian dari rumah induk seperti garasi. Istilah mengenai klasifikasi kos atau kontrakan ada yang mengistilahkan kos dengan kontrakan berdasarkan status seseorang, misalnya istilah kos dipakai karena penghuni tersebut masih bersetatus lajang walaupun dia menyewa sebuah rumah. Begitu juga dengan kebalikannya istilah kontrakan dipakai bila penghuni rumah tersebut telah berstatus menikah dan membawa istrinya serta anaknya walaupun yang dia sewa hanyalah sebuah kamar kos. Kini rumah kontrakan sudah menjadi ragam properti baru, berupa rumah induk yang utuh. Tak sedikit kontrakan dibangun khusus memang untuk disewakan, bukan hanya rumah tak ditinggali penghuninya yang kemudian disewakan kepada orang lain. Ditinjau dari konteksnya, kos dan kontrak sebenarnya sama-sama memanfaatkan satu ruang dan bangun tertentu. Karena perkembangannya, istilah kos telah bergeser makna menjadi ragam bangun yang berdiri utuh, demikian juga (rumah) kontrakan. B. Selayang Pandang Kos Sekitar Kampus IAIN Salatiga Secara Astronomi Salatiga terletak antara: 1100.27'.56,81" 1100.32'.4,64"
BT 0070.17'.
- 0070.17'.23"
LS. Secara Morfologis
Berada di daerah cekungan, kaki Gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain: Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Secara Administratif Wilayah Salatiga dikelilingi wilayah Kabupaten Semarang. Wilayah Kota Salatiga juga berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang,
43
adapaun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Batas sebelah Utara adalah Kecamatan Pabelan yang terdiri dari desa Pabelan, desa Pejaten. Kemudian ada kecamatan Tuntang yang terdiri dari desa Kesongo, Desa Watu Agung. Di sebelah Timur ada kecamatan Pabelan yang terdiri dari desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa Glawan. Kemudian ada kecamatan Tengaran yang terdiri dari Desa Bener, desa Tegalwaton, desa Nyamat. Sebelah Selatan ada kecamatan Getasan yang terdiri dari desa Sumogawe, desa Sa-mirono, desa Jetak. Kemudian ada kecamatan Tengaran yang terdiri dari desa Patemon, desa Karang Duren. Sebelah Barat ada kecamatan Tuntang yang terdiri dari desa Candirejo, desa Jombor, desa Sraten, desa Gedangan. Kemudian ada kecamatan Getasan yang terdiri dari desa Polobogo. Kota Salatiga teletak pada ketinggian antara: 450 - 825 dpl (dari permukaan air laut) dan beriklim tropis, berhawa sejuk, dan udaranya segar.
Gambar 10 Peta Kota salatiga Sumber : Google, tanggal 20 Mei 2015
44
Kampus IAIN Salatiga Terletak di antara kelurahan Mangunsari dan kelurahan Kali Cacing. Letak tersebut diapit oleh beberapa wilayah yang banyak dihuni oleh para mahasiswa IAIN yang bertempat tinggal sementara atau kos. Beberapa wilayah tersebut antara lain, dukuh Kali Cacing terletak disebelah utara dari kampus satu IAIN Salatiga. Secara pemerintahan Dukuh Kali Cacing terletak di kelurahan Kalicacing, kecamatan Sidomukti, kota Salatiga. Secara geografis dukuh ini sebelah barat berbatasan dengan Dlisem, sebelah selatan dengan Jangkungan, sebelah timur dan utara dengan Pungkursari. Kalicacing terbagi menjadi enam RT. Kalicacing merupakan daerah yang padat bangunan, hal ini terlihat dari jarak rumah antara yang satu dengan yang lain sangat berdekatan. Iklim di Kali Cacing sangat panas, hal ini dilihat dari sedikit sekali pohon yang tumbuh di daerah ini. Dukuh Kali Cacing juga terlihat kumuh karena banyak sampah yang menumpuk disungai dan tidak ada perhatian khusus dari pemerintah maupun masyarakat sekitar. Dilihat dari sudut pangdang kos-kosan yang ada disitu, rata-rata kos daerah Kali Cacing dihuni oleh mahasiswa IAIN Salatiga, walaupun ada beberapa penghuni dari beberapa karyawan yang bekerja dibeberapa toko suwalayan, karena memang daerah Kali Cacing berdekatan dengan daerah Jalan Jendral Sudirman yang menjadi pusat perbelanjaan. Dilihat dari sudut itu juga secara langsung pasti berpengaruh terhadap situasi kos didaerah tersebut, yaitu salah satunya penghuni kos dari mahasiswa IAIN Salatiga. Temuan yang menarik mengenai sekripsi ini yaitu sungai yang mengalir disepanjang daerah Kali Cacing dijumpai beberapa alat kontrasesi seperti kondom.
45
Dari sebelah tenggara Kampus IAIN Salatiga, terdapat juga tempat kos-kosan yaitu dukuh Kebonsari, secara pemerintahan Kebonsari terletak di kelurahan Kalicacing, kecamatan Sidomukti, kota Salatiga. Kebonsari terdiri dari tujuh Rukun Tangga. Secara geografis Kebonsari berbatasan dengan : sebelah barat dengan Pengilon, sebelah utara dengan lapangan Pancasila, sebelah selatan dengan Pasar sapi, dan sebelah timur dengan area pemeritah kota. Kebonsari merupakan daerah yang padat, hal ini bisa dilihat dari sedikit sekali lahan kosong di daerah ini. Iklim daerah ini sangat panas karena letak bangunan yang sangat berdekatan sehingga sirkulasi udara di kampung ini sangatlah kurang. Keadaan sosial masyarakat Kebonsari juga terkesan individualis. Dukuh Jangkungan terletak diselah selatan kampus 1 IAIN Salatiga. Secara pemerintahan, Jangkungan terletak di kelurahan Mangunsari, kecamatan Sidomukti kota Salatiga.Secara geografis berbatasan dengan : bagian timur berbatasan dengan lapangan Pancasila, sebelah selatan berbatasan dengan Pengilon, sebelah barat berbatasan dengan Klaseman, sebelah timur berbatasan dengan Kebonsari, dan sebelah utara berbatasan dengan Kali Cacing.Adapun luas Dukuh Jangkungan ±15 hektar yang terbagi menjadi enam RT (Dok. RT Dukuh Jangkungan). Di Kebonsari terdapatenam rumah yang menyewakan kamar atau kos yang sebagian besar berisikan mahahasiswa IAIN Salatiga, dan rata-rata kostersebut hanya menerima mahasiswa khusus perempuan. Ada jugadua kos khusus untuk laki-laki dan terdapat satu kos campur (laki-laki dan perempuan). Iklim di Dukuh Jangkungan sangat panas sehingga lingkungannya terasa gersang, hal ini bisa
46
dilihat kurangnya tananaman di daerah tersebut. Selain itu daerah Jangkungan merupakan daerah yang padat, hal ini terlihat dari letak bangunan yang satu dengan yang lain saling berdekatan dan tata ruang yang tidak teratur. Masyarakat sekitar juga kurang peduli dengan lingkungan daerahnya, maka dari itu bila dilihat daerah Jangkungan terlihat kurang rapi dan kumuh. Penghuni kos daerah Jangkungan selain dari mahasiswa IAIN Salatiga, ada juga darai kalangan pelajar SMA yang memang letak sekolahnya masih satu kawasan dari daerah tersebut. Kos Pengilon terletak di kelurahan Mangunsari, kecamatan Sidomukti, kota Salatiga. Pengilon terdiri dari enam Rukun Tangga. Secara geografis Pengilon berbatasan dengan : Sebelah barat dan utara berbatasan dengan Klaseman, sebelah timur dengan Kebonsari, sebelah selatan berbatasan dengan Kali nongko dan sebelah utara dengan Jangkungan.. Iklim Dukuh Pengilon terasa masih sejuk karena masih banyak pohon yang tumbuh di daerah tersebut dan masih banyak lahan kosong(kebun) disekitar daerah Pengilon. Penduduk Pengilon rata-rata memeluk kepercayaan non muslim. Kebanyakan kos yang berada di Pengilon dihuni oleh laki-laki dan perempuan atau biasa disebut dengan kos campur. Secara Pemerintahan, Dukuh Klaseman terletak di kelurahan Mangunsari, kecamatan Sidomukti dan terbagi dari tujuh Rukun Tangga dan berada di RW sembilan kecamatan Sidomukti. Secara geografis dukuh berada di sebelah barat Cabean, sebelah selatan berbatasan dengan Pengilon, sebelah timur dengan Jangkungan dan sebelah utara berbatasan dengan Dlisem. Pertumbuhan penduduk di Klaseman sangat pesat. Bangunan baru juga sangat
47
cepat berdiri sehingga menghimpit lahan kosong yang ada di daerah tersebut.Selain dibuat tempat tinggal juga dijadikan sebagai tempat usaha. Sebagian besar penduduk Klaseman penduduk Klaseman memeluk agama Islam, hal ini juga mempengaruhi peraturan kos yang dibuat oleh pemilik kos di daerah tersebut. Sebagian besar peraturan kos di Klaseman tidak boleh campur dan ada jam malam, hanya sampai jam sembilan untuk hari Minggu sampai Jumat, dan jam sepuluh untuk malam minggu. C. Karakteristik Informan Adapun subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Salatiga yang kos di daerah sekitar kampus I seperti: Kali cacing, Kebonsari, Jangkungan, Pengilon dan Klaseman. Daerah kos ini dipilih karena merupakan lokasi paling strategisbagi mahasiswa IAIN bertempat tinggal sementara. Lokasi ini strategis karena jaraknya sangat dekat dengan kampus mereka melakukan proses belajar. Mahasiswa yangkos di sekitar kampus biasanya adalah mahasiswa yang berasal dari luar kota karena sangat tidak mungkin pulang ke rumah yang cukup jauh dari kota Salatiga. Mahasiswa IAIN yang berasal dari luar kota sebagian besar dari daerah Kendal, Boyolali, Temanggung, Magelang, Purwodadi, Ungaran, Demak, kudus dan beberapa dari mereka berasal dari luar Jawa. Mereka yang memutuskan untuk memilih kos karena dirasa lebih nyaman, menurut beberapa penuturan masyarakat kampus, mahasiswa IAIN Salatiga dibedakan menjadi dua dalam menimba ilmu, yaitu mahasiswa “kupu-kupu” dan mahasiswa keorganisasian. Mahasiswa “kupu-kupu” adalah mahasiswa yang
48
hanya fokus mencari ilmu yang bersifat akademik. Kupu-kupu sendiri merupakan istilah bagi mahasiswa yang hanya kuliah pulang, maksudnya setelah selesai perkuliahan mereka kemudian pulang dan melanjutkan kegiatan diluar kampus tanpa mengenal sosial di lingkungan kampus. Sedangkan mahasiswa keorganisasian lebih banyak mencari ilmu atau pengalaman dibidang organisasi, baik itu organisasi kampus maupun organisasi ekstra kampus, mahasiswa ini biasanya disebut aktifis kampus. Selain itu beberapa dari mereka, ada yang memilih tinggal di Ma’had, yaitu asrama yang difasilitasi oleh kampus. Sebagai mahasiswa yang memutuskan untuk kos, pastinya dari mereka ada banyak kegiatan belajar dikampus kemudian kembali ke kos ataupun diruang lingkungan yang lain, pastilah hal ini akan mempengaruhi penampilan, interaksi sosial, kelakuan atau religiuitas mereka seperti pada waktu di dalam lingkungan kampus. Selain karakteristik mahasiswa secara umum yang terbagi menjadi dua yaitu mahasiswa “kupu-kupu” dan “keorganisasian”, ada sisi lain yang dapat dilihat dari individu mahasiswa. Dari hal tersebut juga dapat dikategorikan menjadi dua yaitu dari sisi panggung depan maupun dari sisi panggung belakang sesuai dengan pendekatan dramaturgi sebagai acuan penelitian skripsi ini. Berikut merupakan penjabaran antara panggung depan dan panggung belakang mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI. D. Panggung Depan Mahasiswa IAIN Salatiga
49
Panggung depan atau dalam bahasa dramaturgi sering disebut dengan istilah front stage adalah dimana banyak hal yang dilakukan mahasiswa karena tuntutan dan aturan yang dibuat oleh kampus. Mau tidak mau para mahasiswa IAIN harus mematuhi aturan tersebut karena akan ada sanksi bila tidak mematuhi aturan yang telah dibuat oleh kampus. Berikut ini merupakan gambaran fakta yang sering dilakukan mahasiswa IAIN di dalam lingkungan kampus baik sebelum proses belajar maupun pada waktu proses belajar mengajar. Perkuliahan merupakan rutinitas mahasiswa IAIN Salatiga, Perkuliahan biasa dimulai pada pukul tujuh pagi hingga lima sore. Pagi hari suasana kampus terlihat lengang. Sebelum memulai perkuliahan biasanya para mahasiswa berkumpul dulu di depan kelas dengan teman-teman sekelasnya, ada juga yang duduk dibawah mading dan depan aula, untuk mahasiswa putra lebih banyak terlihat di daerah kantin yang terletak di tengah-tengah gedung perkuliahan tersebut, sembari ngopi ataupun merokok. Jika dosen telah terlihat para mahasiswa ini menunggu dosen masuk baru mereka mengikuti, tapi ada juga mahasiswa yang sengaja terlambat jika dosen itu dirasa tidak galak, terkadang juga terlihat mahasiswa lari tergesa-gesa karena terlambat untuk kuliah. Siang hari rutinitas ini hampir sama, hanya suasana lebih ramai, terlihat dari banyaknya motor yang terparkir memenuhi halaman kampus. Ketika waktu shalat Dzuhur tiba para mahasiswa lebih banyak terlihat di daerah sekitar masjid yang masih satu kawasan dengan kampus, walaupun juga banyak mahasiswa yang mengabakaikan panggilan azan dan masih
50
nongkrong-nongkrong di bawah pohon beringin besar yang sekarang terlihat gundul karena beberapa cabang telah dipangkas, padahal disitu adalah akses para dosen dan pegawai kampus untuk menuju masjid. Karena siang hari waktu yang panjang istirahatnya, maka beberapa mahasiswa juga terlihat keluar kampus, pulang kekos, makan di warung atau sekedar mencari suasana teduh di alaun-alun yang kebetulan bersebelahan langsung dengan kampus. Sore hari adalah waktunya bagi mahasiswa UKM melakukan aktifitas,; diskusi, latihan teater, musik, olah raga, whusu, panjat dinding, baris-berbaris dan masih banyak beberapa kegiatan sesuai bidang UKM yang diambil. Untuk mahasiswa umum biasanya mereka setelah selesai jam perkuliahannya memilih untuk bekerja, pulang kerumah, kos, jalan-jalan atau internetan disekitar perpustakaan yang memang disediakan fasislitas hotspot oleh kampus. Penampilan atau cara berpakaian mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan terlihat beragam, ada yang modis, ada juga yang biasa saja. Terlihat mencolok dari mahasiswa putri, apalagi tren berhijab yang sering berganti-ganti seakan-akan para mahasiswi berlomba-lomba mepercantik diri, tujuan berpenampilan pun beragam, hanya sekedar mengikuti tren, agar percaya diri ketika dikampus, ada juga untuk menarik lawan jenis. Pada dasarnya kampus IAIN sendiri mempunyai aturan tertulis yang harus dipatuhi mahasiswa baik secara berpenampilan maupun berperilaku. Hal tersebut juga yang akan menjadi acuan dalam penelitian
51
skripsi ini. Demikian aturan yang harus dipatuhi sebagai mahasiswa IAIN selama berada di kampus atau dalam masa perkuliahan : EDARAN KETUA STAIN SALATIGA Nomor : Sti.24/K-0/PP.00.9/2422/2010
Assalamu‟alaikum wr.wb Dalam rangka mewujudkan suasana kampus yang religius, seluruh mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, harus mematuhi surat keputusan Derektur Jendral Pendidikan Islam Nomor Dj.1/255/2007,Bab IV Pasal 5 Ayat(1) sebagai berikut : “Setiap MAHASISWA Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), dilarang memakai kaos oblong, celana/baju sobek, sarung dan sandal, topi berambut panjang dan/atau bercat, anting-anting, kalung, gelang, dan bertato dalam mengikuti kegiatan akademik, layanan administrasi dan kegiatan di kampus. “Kusus bagi MAHASIWI dilarang memakai baju dan/atau celana ketat, tembus pandang dan tanpa berjibab dalam mengikuti kegiatan dikampus.” Demikian edaran ini dibuat agar dilaksanakan sebagai mana mestinya. Wassalamu‟alaikum wr.wb Salatiga, 11 Oktober 2010 Ketua Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.195808271983031002
52
E. Panggung Belakang Mahasiswa IAIN Salatiga Sama halnya dengan panggung depan, dalam dramaturgi juga terdapat istilah back stage atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan panggung belakang. Dalam kaitannya dengan kehidupan mahasiswa IAIN Salatiga adalah penelitian kehidupan para mahasiswa di luar lingkungan kampus IAIN Salatiga. Realita dan fakta kehidupan para mahasiswa IAIN di luar kampus dengan aturan yang telah ditetapkan kampus. Pada kenyataannya aturan yang ada di kampus telah melekat juga di masyarakat. Nilai hukum Islam juga menjadi acuan penelitian dalam skripsi ini. Berikut ini merupakan fakta kegiatan sebagian mahasiswa IAIN di luar lingkungan kampus IAIN Salatiga. Secara umum, mahasiswa IAIN Salatiga dibedakan menjadi dua macam, yaitu mahasiswa “kupu-kupu” dan mahasiswa keorganisasian. Mahasiswa “kupu-kupu” adalah mahasiswa yang hanya fokus mencari ilmu yang bersifat akademik, sedangkan mahasiswa keorganisasian lebih banyak mencari ilmu atau pengalaman dibidang organisasi, baik itu organisasi kampus maupun organisasi ekstra kampus, mahasiswa ini biasanya disebut aktifis kampus. Panggung belakang atau di luar perkuliahan bagi mahasiswa PAI merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk dilihat. Hal ini sangat berhubungan dengan gaya hidup zaman sekarang. Mahasiswa tidak bisa terlepas dari teknologi modern seperti telepon pintar. Beberapa mahasiswa menggunakan teknologi untuk mendukung tugas kuliah dan ada juga yang menggunakan teknologi untuk hal yang lain seperti untuk jejaring social
53
untuk foto-foto dan biasanya mahasiswa memanfaatkan hal ini untuk berkenalan dengan sesama mahasiswa IAIN Salatiga. Hampir semua kos yang penulis jumpai, para mahasiswa terlihat sedang asik memainkan ponselnya. Menurut pengamatan penulis, kos di sekitar kampus dibedakan menjadi 2 macam. Yaitu kos yang ketat dan kos yang bebas. Kos yang ketat maksudnya adalah kos tersebut menerapkan peraturan yang tegas seperti “dilarang bertamu sampai jam 9 malam” atau “cowok dilarang masuk”. Kos yang bebas maksudnya tidak ada peraturan yang tegas. Pria dan wanita boleh masuk kamar bahkan sampai larut malam. Biasanya kos yang bebas jarang ditengok oleh pemiliknya.
Gambar 11 Peraturan Kos Putra di Daerah Kebonsari Sumber : Faisal abdilah, tanggal 28 Mei 2015
Di luar perkuliahan, mahasiswa PAI tampak jelas bahwa sangat berbeda ketika mereka berada di perkuliahan dan disaat mereka berada di kos. Penulis menjumpai saat di kampus terlihat tertutup memakai jilbab namun ketika di kos atau ketika sedang berjalan-jalan bersama teman tidak memakai
54
jilbab. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, mereka menganggap bahwa memakai jibab ataupun tidak memakai jilbab adalah hak setiap orang. “Apakah kalau mahasiswa PAI dimana-mana harus memakai jilbab?”. Ini adalah hal yang paling mencolok dan mendasar untuk penelitian ini karena ini merupakan pandangan umum di masyarakat.
55
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Panggung Depan Dalam panggung depan akan dibahas mengenai hal-hal yang dilakukan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga di dalam lingkungan kampus. Dalam penelitian ditemukan beberapa hal yang unik dan menarik untuk dibahas sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh kampus IAIN Salatiga sesuai dengan etika yang harus dipatuhi sebagai mahasiswa IAIN Salatiga. Beberapa hal tersebut akan dibahas dibawah ini. Berikut adalah pemaparan beberapa hal yang ditemukan dalam penilitan skripsi ini : 1. Tatto Dalam panggung depan yang diartikan sebagai kehidupan mahasiswa di lingkungan kampus tidak pernah dilihat mahasiswa yang bertato. Para mahasiswa yang memiliki tato biasanya menutupi tato tersebut menggunakan pakaian yang dikenakannya. Mereka yang mempunyai tato di lengan secara otomatis tertutup dengan pakaian, kemudian yang yang mempunyai tato di tangan selalu menutupinya dengan pakaian lengan panjang. Sehingga mereka terlihat rapi sesuai dengan aturan yang dibuat oleh kampus IAIN Salatiga. Dalam hal ini para mahasiswa yang bertato tetap mentaati aturan yang telah dibuat kampus dengan pakaian yang rapi sebagai mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI. Tetapi ini baru
56
hanya dilihat dari panggung depan saja, untuk lebih jelasnya tatto akan dibahas pada panggung belakang.
2. Gaya Berpakaian Menurut Islam masalah berpakaian mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurat demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurat merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan muhrimnya, terutama kepada lawan jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta tidak menimbulkan fitnah. Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan bagi perempuan yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Disamping aurat, pakaian yang dikenakan juga tidak boleh
ketat,
transparan
atau
tipis
sehingga
tembus
pandang
dan
memperlihatkan lekuk tubuh. Di IAIN Salatiga sendiri masalah berpakaian atau berpenampilan sebenarnya sudah ada aturannya sesuai surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor Dj.i/255/2007, Bab IV pasal 5 Ayat (1) yaitu setiap Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dilarang memakai kaos oblong, celana atau baju sobek, sarung dan sandal, topi, berambut panjang dan bercat, beranting, kalung, gelang dan bertato. Sedangkan untuk Mahasiswi dilarang memakai baju/celana ketat,tembus pandang, dan tanpa jilbab dalam mengikuti kegiatan akademik (Edaran Ketua STAIN 2010).
57
Pada kenyataan di lapangan para mahasiswa maupun mahasiswi IAIN khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI secara berpenampilan sudah mencerminkan penampilan muslim. Hanya saja beberapa mahasiswa yang aktif di UKM kampus satu IAIN Salatiga, secara penampilan ada yang bertato, memakai celana sobek atau pendek, sendal jepit dan kaos oblong. Hal ini secara nyata dapat dijumpai kebanyakan adalah aktifis mahasiswa yang aktif di UKM kampus IAIN Salatiga. Hal ini didapatkan dari data wawancara dan pengamatan penulis kepada beberapa mahasiswa kampus IAIN Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai target analisis skripsi ini. Analisa ini juga mengacu pada aturan yang ada di IAIN Salatiga sebagai batasan baik secara perilaku dan gaya berbusana yang mencerminkan mahasiswa muslim pada umumnya. Dengan acuan peraturan yang telah dibuat oleh IAIN Salatiga dan harus dipatuhi oleh mahasiswa IAIN Salatiga khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, secara berpakaian mahasiswi PAI sebagian besar terlihat menggunakan pakaian yang serba longgar dan tertutup, sesuai peraturan yang ada. Tetapi ada juga beberapa mahasiswa terlihat menggunakan pakaian ketat dengan mengenakan celana pensil, rok ketat ataupun pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh, dalam hal ini pakaian tersebut tidak sesuai peraturan yang harus dipatuhi oleh mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI. Di dalam kampus IAIN Salatiga banyak dilihat mahasiswa ataupun mahasiswi yang menggunakan pakaian rapi sesuai dengan peraturan yang
58
telah dibuat oleh kampus IAIN Salatiga. Secara umum tidak ada mahasiswi yang tidak menggunakan jilbab di kamus IAIN Salatiga. Tetapi itu hanya salah satu peraturan yang telah dipatuhi oleh mahasiswi IAIN Salatiga. Disamping jilbab ada juga peraturan yang mengharuskan mahasiswi IAIN Salatiga
untuk
menggunakan
pakaian
yang
longgar
atau
tidak
memperlihatkan lekuk tubuh. Melihat gaya berpakaian ketat ini, masih banyak juga dijumpai mahasiswi yang menggunakan pakaian ketat. Dalam wawancara terhadap beberapa mahasiswi yang menggunakan pakaian ketat, penulis mendapatkan beberapa informasi bahwa para mahasiswi tersebut tetap mentaati peraturan yang dibuat oleh kampus IAIN Salatiga selama proses perkuliahan. Tetapi terdapat satu hal menarik juga yaitu karena ada aturan yang harus dipatuhi tersebut dan bila tidak mematuhi peraturan itu sanksi yang dikenakan adalah tidak boleh mengikuti perkuliahan maka terkadang mereka membawa pakaian ganti sesuai aturan yang ada dan disimpankan didalam tas mereka. Sehingga setelah selesai proses perkuliahan mereka ganti pakaian kembali dengan gaya pakaian yang sedang trend sekarang yaitu menggunakan baju yang ketat. Para mahasiswi ini pada umumnya tetap mengikiti style yang sedang trend saat ini yaitu menggunakan pakaian yang ketat. Sehingga disini dapat ditarik kesimpulan bahwa para mahasiswi masih ada beberapa yang hanya mematuhi peraturan pada saat proses perkuliahan saja, setelah proses perkuliahan itu selesai mereka tidak lagi mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh kampus IAIN Salatiga walaupun mereka masih melakukan kegiatan di dalam kampus IAIN Salatiga.
59
Berbeda lagi untuk para mahasiswa, rata-rata di dalam proses perkuliahan atau kegiatan yang dilakukan di dalam kampus mereka mematuhi aturan yang ditetapkan oleh kampus IAIN Salatiga. Hanya beberapa orang saja yang setelah proses perkuliahan mereka melepas kemeja dan berganti pakaian kaos. Itupun kemeja dirangkapkan, hal ini dilakukan untuk memenuhi aturan sebagai mahasiswa kampus IAIN Salatiga supaya tidak dikenakan sanksi. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI yang melaksanakan aturan yang telah ditetapkan guna memenuhi syarat proses perkuliahan. Ini dilakukan agar bisa mengikuti proses perkuliahan dan tidak dikenakan sanksi, tetapi setelah proses perkuliahan tersebut selesai mereka akan mengikuti style jaman sekarang walaupun sebenarnya mereka tahu itu melanggar aturan yang telah ditetapkan kampus IAIN Salatiga untuk berpakaian rapi selama berada di lingkungan kampus IAIN Salatiga. Baik mahasiswa ataupun mahasiswi sama saja akan melanggar aturan berpakaian setelah selesai proses perkuliahan walaupun mereka masih melakukan kegiatan di dalam kampus, hanya saja secara prosentase lebih banyak mahasiswi yang melanggar daripada mahasiswanya. 3. Perilaku Kelakuan mahasiswa dikampus secara perilaku sebenarnya sebagian besar sudah mencerminkan mahasiswa muslim. Hanya saja dari beberapa wawancara terhadap
masyarakat
60
kampus(bukan mahasiswa) terdapat
bebeberapa masalah, seperti yang diutarakan oleh pemilik kantin yang mengeluh karena terdapat beberapa mahasiswa yang suka berhutang untuk makan dan minum, tetapi hal ini lambat laun menjadi pemakluman oleh pemilik kantin karena mahasiswa kos masih mengandalkan orang tua untuk membiayai hidupnya selama masa kuliah, dan terkadang uang yang diberikan oleh orang tuanya tidak cukup untuk membiayai hidupnya selama masa kuliah. Selain itu menurut informasi yang didapatkan juga sering didapati mahasiswa yang meminum minuman keras. Pada kenyataannya di dalam penelitian dilapangan memang ditemukan hal-hal seperti itu. Hal seperti ini sering dijumpai ketika ada kegiatan kemahasiswaan. Masih ada juga perilaku yang tidak baik dilakukan oleh mahasiswa yaitu pencurian barang kampus maupun barang mahasiswa itu sendiri. Setiap tahun pasti terdapat berita tentang kehilangan, hal ini terbukti dengan tertangkapnya pencuri, dan barang yang dicuri biasanya adalah fasilitas kampus seperti : proyektor, komputer. Selain itu juga barang dari mahasiswa seperti helm, handpone, laptop dan lain-lain. Pelaku pencurian tersebut tidak lain adalah kalangan mahasiswa IAIN Salatiga sendiri. Tetapi dalam beberapa kasus juga terdapat orang dari luar kampus yang menjadi pelakunya. Dari beberapa kasus pencurian ini yang pasti diserahkan kepada aparat yang berwajib atau bila mahasiswa sendiri biasanya dikeluarakan dari kampus IAIN Salatiga. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa masih terdapat mahasiswa yang melakukan penyimpangan perilaku sehingga mengakibatkan mereka berhubungan dengan pihak yang berwajib hingga dikeluarkan dari kampus.
61
Tetapi prosentase mahasiswa yang melakukan penyimpangan ini lebih sedikit dibandingkan yang menunjukkan perilaku mahasiswa muslim. Secara prosentase juga sangatlah jauh. 4. Interaksi Sosial Dari data wawancara yang dilakukan penulis, interaksi mahasiswa PAI di kampus masih sangat kurang. Hal ini bisa dilihat dari penuturan dosen PAI sendiri. Beliau mengatakan “komunikasi mahasiswa dengan dosen masih sangat minim, kalaupun terjadi terjadi, itu hanya ketika perkuliahan saja atau bila mahasiswa tersebut meminta nilai saja. Ini terkesan mahasiswa IAIN acuh atau malah malu. Berbeda dengan mahasiswa yang aktif di organisasi, dari kaca mata saya, beberapa responden terlihat lebih aktif dalam beriteraksi, jadi ada perbedaan yang menonjol ketika dikampus antara mahasiswa umum dengan mahasiswa organisasi.” Dari hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua jenis mahasiswa mahasiswa yang berpengaruh terhadap interaksinya terhadap lingkungan kampus. Yang pertama adalah mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi mempunyai interaksi yang kurang terhadap masyarakat sekitarnya di dalam kampus. Sedangkan yang kedua adalah mahasiswa yang aktif dalam organisasi mempunyai interaksi yang aktif terhadap masyarakat sekitarnya di lingkungan kampus. Padahal secara prosentase akan lebih banyak mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi dibandingkan mahasiswa yang aktif dalam organisasi.
62
5. Religiusitas Data religiuitas mahasiswa PAI IAIN Salatiga
dari beberapa
responden dan dari kaca mata saya seperti shalat rata-rata tertib, penuturan dari takmir masjid Darul Amal yang berada persis di area IAIN menuturkan rata-rata jamaah yang shalat disini seperti ketika salat dzuhur atau shalat jum’at adalah warga IAIN Salatiga, jadi bisa dipastikan mahasiswa PAI sebagian besar shalat dimasjid itu.
B. Panggung Belakang Panggung belakang merupakan hal-hal yang dilakukan mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga di luar lingkungan kampus baik itu di tempat tinggal mereka ataupun lingkungan pergaulannya. Seperti pada yang telah dipaparkan dalam panggung depan. Ada beberapa hal menarik yang sama seperti panggung depan yang perlu dikaji, hanya saja kita akan melihat mereka di luar lingkungan kampus. Berikut ini pemaparan beberapa hal yang yang ditemukan di luar kampus : 1. Tatto Tato merupakan satu hal yang dilarang di kampus IAIN Salatiga karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam dan menyalahi aturan yang telah dibuat di kampus IAIN Salatiga. Tetapi pada kenyataannya didapati mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI yang bertato. Hal ini menjadi satu hal yang menarik untuk dibahas dalam skripsi ini. Dari hasil wawancara penulis kepada narasumber didapatkan alasan mahasiswa tersebut bertato. Hal ini dilakukan karena kesenangan/hobi, simbol, dan kesetiaan.
63
Menurut narasumber tato merupakan kecintaan dia terhadap gambar sehingga tidak ada salahnya dituangkan ke segala media termasuk tubuh(kulit). Kemudian tato bagi narasumber merupakan simbol dari pandangan hidupnya yang perlu diabadikan secara permanent dan akhirnya tubuh sebagai salah satu media yang dipilih karena menurutnya simbol itu harus melekat pada tubuhnya. Hal ini juga dianggap sebagai jiwanya yang tidak bisa dilihat secara langsung, tetapi dengan gambar/tato semua orang dapat melihat simbol yang dianggap sebagai gambaran jiwanya. Tetapi dibalik semua itu narasumber sadar bahwa yang dilakukannya itu telah menyalahi aturan sebagai umat muslim apalagi narasumber terdaftar sebagai mahasiswa IAIN Salatiga yang mempunyai aturan tertulis yang harus dipatuhinya.
Gambar 12 Mahasiswa PAI bertato Sumber : Faisal abdilah, tanggal 2 Mei 2015
Dari data foto yang didapatkan tato yang dipakai narasumber adalah lambang A yang diletakkan dalam sebuah lingkaran. Narasumber menyebut simbol itu adalah lambang anarki. Secara makna, kata anarki berarti tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan atau ketertiban.
64
Bisa juga diartikan sebagai kekacauan di suatu negara (KBBI). Tetatp hal menarik di balik makna anarki adalah sifat solidaritas atau sosial dari suatu kelompok dengan pandangan anarki tersebut. Biasanya mereka mempunyai sifat sosial dan solidaritas yang tinggi terhadap sesamanya. Bila kita lihat kembali sisi negatif narasumber yang berpedoman dari aturan kampus sebagai mahasiswa IAIN Salatiga telah melanggar aturan yang ada di kampus. Tetapi bila kita lihat dari sisi yang lain, tato adalah sebagai simbol untuk menunjukkan identitas atau jati diri mereka lewat sebuah simbol yang dilekatkan pada tubuh mereka agar semua yang melihat mengetahui pandangan hidup mereka. Dalam panggung belakang yang diartikan sebagai kehidupan mahasiswa di luar lingkungan kampus, mahasiswa yang mempunyai tato mengenakan pakaian sewajarnya di masyarakat. Seperti mengenakan kaos tak berlengan, secara otomatis tato tersebut akan tampak terlihat oleh orangorang disekitarnya. Dalam hal ini diluar lingkungan kampus, para mahasiswa yang mempunyai tato akan berpenampilan layaknya lingkungan sekitarnya dan tidak menggunakan aturan yang telah ditetapkan kampus IAIN Salatiga khususnya cara berpakaian mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI. Walaupun terkadang cara pandang yang terbentuk di masyarakat pada umumnya sama dengan aturan kampus IAIN Salatiga bahwa sebagai mahasiswa IAIN Salatiga itu sewajarnya berpakaian yang mencerminkan muslim.
65
Dilihat dari dua sisi yaitu panggung depan dan panggung belakang dapat ditarik kesimpulan bahwa masih ada mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI yang mempunyai tato, tetapi mereka tetap mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh kampus IAIN Salatiga. Di dalam proses perkuliahan para mahasiswa tersebut tetap mengikuti aturan yang ada walaupun di luar kampus mereka tetap menjadi masyarakat biasa dengan penampilan
sesuai
lingkungannya
walaupun
masyarakat
mempunyai
pandangan sesuai peraturan kampus IAIN Salatiga terhadap mahasiswa IAIN Salatiga. 2. Gaya Berpakaian Dalam masalah berpakaian di luar kampus ternyata ada beberapa pemilik kos yang membuat aturan agar para pengguna terlihat sopan dan mencerminkan mahasiswa muslim pada umumnya, yaitu: yang perempuan harus memakai jilbab dalam kesehariannya, yang laki-laki sama seperti remaja muslim pada umumnya. Tetapi tidak semua kos menerapkan aturan ini, sebagian besar adalah kos yang berpenghuni mahasiswa IAIN Salatiga. Namun pada kenyataannya, yang penulis jumpai dilapangan berbeda dengan aturan yang telah dibuat khususnya kos yang menetapkan agar penghuni kos berpakaian muslimah. Khususnya kos mahasiswi putri, beberapa mahasiswi di dalam lingkungan kos beberapa terlihat menggunakan pakaian yang tidak pantas. Studi kasus di daerah pengilon rata-rata yang menerima penghuni kos campur (putra dan putri) dan kos yang bebas(tanpa aturan) terlihat mahasiswi yang berpakaian ketat dan ada juga yang menggunakan pakaian minim.
66
Dalam aturan islam cara berpakaian ini tidak mencerminkan mahasiswi muslimah. Untuk mahasiswa rata-rata sama, mereka akan menggunakan pakaian pada umumnya di masyarakat seperti menggunakan kaos dan celana pendek. Dari beberapa hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa di panggung belakang baik mahasiswa ataupun mahasiswi, secara gaya berpakaian melanggar aturan sebagai mahasiswa muslim. Tetapi masih ada beberapa mahasiswa saja yang tetap melaksanakan aturan sebagai mahasiswa muslim, hanya saja prosentasenya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang melanggar aturan. Adapun dalam wawancara terhadap salah seorang mahasiswi IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI mengenai gaya berpakaian ketat mengatakan “seperti ibu-ibu saja”. Dari situ dapat kita tarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan pakaian muslim yang serba longgar sehingga terlihat muslimah mereka merasa kurang percaya diri (percaya diri).
Gambar 13 Gaya Berpakaian Mahasiswa PAI Sumber : Faisal abdilah, tanggal 28 Mei 2015
67
3. Perilaku Sebagaimana remaja pada umumnya, mahasiswa IAIN juga mengalami masa yang labil dimana pada usia tersebut seseorang sangat mudah mengikuti pergaulan yang tidak mencerminkan muslim. Hal yang paling sulit dilakukan khususnya oleh mahasiswa IAIN adalah mampu bergaul di lingkungan manapun tetapi masih mencerminkan sebagai mahasiswa muslim. Hal ini sulit dilakukan karena sebagai mahasiswa muslim harus menjaga aturan atau norma Islam di dalam pergaulan yang sebagian besar sudah melanggar norma tersebut. Bagaimana seorang mahasiswa muslim dapat menjaga hubungan sosial terhadap masyarakat yang secara norma melanggar aturan hukum Islam.
Gambar 14 Berpelukan Mahasiswa PAI Sumber : Face Book, tanggal 6 Mei 2015
Jangkungan adalah salah satu tempat yang terdapat banyak tempat kos dan sebagian besar dari mahasiswa yang kos adalah para mahasiswi. Di tempat ini mereka lebih bisa menjaga pergaulan dengan teman-tenmanya maupun dengan teman lawan jenis. Dalam wawancara terhadap salah satu
68
pemilik kos, salah seorang pemilik kos menuturkan : “menurut saya kelakuan penghuni kos cukup mencerminkan mahasiswa Muslim”. Dari penggalan wawancara diatas sudah cukup jelas bahwa pergaulan mahasiswa maupun mahasiswi di tempat kos tersebut telah mencerminan pribadi yang muslim, baik ketika berada di kost maupun lingkungan mereka tinggal. Ketika mereka bergaul dengan mahasiswa dan masyarkat juga di pandang baik oleh pemilik kos. Pergaulan para penghuni kos tersebut di mata pemilik kos di anggap cukup baik dan masih menjaga norma susila dan agama. Pemilik kos juga menuturkan para penghuni kos tidak pernah berbuat yang macam-macam atau mengganggu warga sehingga pemilik kos tidak pernah mendapat teguran dari warga sekitar mengenai pergaulan mahasiswa yang kost ditempat mereka. Pergaulan mahasiswa dengan temanteman sesamanya juga baik walaupun terkadang masih ada yang kurang patuh dengan peraturan ibu kos. Tetapi masih ada beberapa penghuni kos yang terkadang masih melanggar aturan kos. Tetapi hal ini masih dalam keadaan wajar seperti pulang malam sehingga mereka kadang menjadi bahan pembicaraan oleh warga sekitar. Hal tersebut yang membuat pemilik
kos dan ketua RT
membuat peraturan yang bersifat tulisan dan tegas seperti menerima tamu harus lapor kepada pemilik kos, pulang malam paling lambat jam 9 malam, harus minta izin pemilik kos ketika ada teman yang menginap, dan lain-lain. Itulah gambaran tentang mahasiswa kos dimata pemilik kos. Sebagian besar menganggap mahasiswa kos telah mencerminkan mahasiswa
69
muslim. Kalaupun ada pelanggaran, itu masih dalam kondisi yang wajar. Seperti pulang malam itu karena tugas yang harus dikerjakan bersama atau ada kegiatan di kampus. Namun pada kenyataan yang dilihat dari pengamatan penulis di lapangan berbeda. Penuturan dari beberapa narasumber, seperti mahasiswa sendiri maupun warga sekitar dari beberapa kasus yang dilakukan mahasiswa PAI IAIN Salatiga pernah melihat mahasiswa yang sedang pacaran di dalam kamar. Dari pengakuan beberapa dari mereka sendiri juga pernah melakukan ciuman. Beberapa penuturan saksi juga mengatakan bahwa mahasiswi PAI ada yang melakukan hubungan diluar nikah, bahkan ada yang sampai hamil dan sampai melakukan praktik aborsi. Salah seorang mahasiswa itu sebut saja “Bunga“. Bunga adalah warga Salatiga yang memilih kos, tetapi kos ini digunakan bukan sebagai tempat kos pada umumnya, kos ini hanya sebagai tempat persinggahan sementara bagi Bunga. Persinggahan sementara yang dimaksudkan disini adalah tempat pelarian karena mahasiswa ini berasal dari keluarga bermasalah (broken home) karena kedua orang tuanya bercerai, sehingga kurangnya kasih sayang dan perhatian menjadi alasan ketidak nyamanan untuk tinggal di rumah. Menurut bunga kos adalah tempat yang nyaman bagi dirinya, jauh dari kebisingan dan sejenak melupakan masalah yang ada dirumah. Rasa kecewa terhadap keluarganya sangat besar hingga dia mendapatkan seseorang yang membuatnya nyaman, yaitu pacarnya. Akhirnya segalanya bunga berikan untuk kekasihnya, hingga melakukan satu hal yang seharusnya belum saatnya dilakukan. Kebetulan pacar bunga sering
70
mengajaknya melakukan hubungan badan (sex) dan bunga mau karena bunga rela memberikan apa saja termasuk tubuhnya. Dari hubungan intim tersebut mengakibatkan Bunga hamil dan karena belum siap untuk mendapatkan keturunan baik secara mental
maupun hukum agama akhirnya Bunga
memutuskan untuk melakukan aborsi.
Gambar 15 Foto Mahasiswa PAI Ketika di Kos Sumber : Face Book, tanggal 6 Mei 2015
Hal lain yang sering penulis jumpai adalah mahasiswa yang mengkonsumsi minuman keras, penyalah gunaan obat dan berjudi. Dalam kasus minumas keras dan penyalah gunaan obat ini merupakan salah satu penuturan mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI. Sebut saja mahasiswa tersebut adalah Mr.X. Mr.X berasal dari kota XX ini sering sekali
mengkonsumsi
minuman
keras
dan
obat-obatan.
Menurut
penuturannya pertama kali dia mengkonsumsi ketika duduk dibangku SMP. Secara hubungan sosial Mr.X sangat dekat dengan anak jalanan yang membuat Mr.X menjadi akrab dengan minuman keras dan obat-obatan tersebut. Ayahnya meninggal dunia ketika Mr.X duduk dibangku semester V kuliah, tetapi hal ini tidak membuat Mr.X berubah karena menurutnya itulah
71
jiwanya. Tetapi secara medis penyalah gunaan obat itu dapat membuat seseorang kecanduan. Di samping itu karena uang kiriman dari ibunya sebagai tulang punggung keluarga dia rasa kurang baik untuk membayar kuliah, kos, makan sehari-hari dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya, akhirnya selain untuk konsumsi pribadi, Mr.X juga memutuskan untuk bisnis obat-obatan terlarang tersebut dengan menjualnya kepada para pemakai. Menurutnya hasil penjualan tersebut mendapatkan laba yang cukup besar dan cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Sebenarnya obat-obatan tersebut legal dan sangat mudah untuk mencarinya di apotik. Penyalah gunaan tersebut karena diracik dan dioplos sama bahan lain sehingga bila diminum menimbulkan efek dari pemakainya yang hampir sama dengan narkoba, seperti hilangnya kesadaran dan akhirnya membuat kecanduan. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyak perilaku mahasiswa yang mencerminkan mahasiswa muslim dan hanya ada beberapa mahasiswa yang melakukan penyimpangan sehingga tidak mencerminkan mahasiswa muslim. Hal ini dilihat dari pengamatan masyarakat sekitar kos mahasiswa IAIN Salatiga yang memandang mereka secara positif walaupun ada beberapa mahasiswa yang melakukan penyimpangan hingga berakibat fatal bagi dirinya sendiri maupun nama institusi (IAIN Salatiga). 4. Interaksi Sosial Menurut beberapa masyarakat sekitar kost dan wawancara dengan ketua RT setempat, anak kost dari IAIN “Sepengetahuan saya, mahasiswa yang kos di daerah sini interaksinya dengan masyarakat terjalin cukup baik,
72
hanya saja saya jarang beriteraksi dengan mahasiswa perempuannya.di mata saya tindak tutur dan perilaku mahasiswa disini tampak jelas bahwa interaksi mahasiswa STAIN salatiga dengan masyarakat sekitar kost sudah cukup baik”. Lebih-lebih informasi ini diutarakan oleh ketua RT yang menjabat disitu. Keikutsertaan mahasiswa terlihat juga dalam perayaan- perayaan yang biasanya dilakukan oleh Dukuh tersebut. Seperti yang dituturkan Pak RT. “Mahasiswa juga sering ikut dalam kegiatan kampung. Seperti kerja bakti, lelayu, tujuh belasan dan lain sebagainya.” Diharapkan semoga kedepannya mahasiswa yang kos di daerah sini lebih punya rasa sosial dan solidaritas yang tinggi. 5. Religiusitas Ketika berada di kost beberapa mahasiswa PAI laki-laki ketika berada di kost seperti shalat subuh sering bolong-bolong, ini dikarenakan para mahasiswa ini sering bergadang dan ahirnya bangunya kesiangan. Ada perbedaan dari mahasiswa perempuan yang kost dari penuturan mahasiswa sendiri dan dari ibu kost masalah beribadah mereka tertib, malah dari beberapa mahasiswi ini sering membaca Al-Qur’an setelah habis shalat. Penuturan dari takmir masjid sekitar kost mahasiswa IAIN sudah menunjukkan interaksi yang bagus. Dari beberapa mahasiswa sudah ada yang ikut melaksanakan sholat berjamaah, Walaupun itu saat waktu maghrib, isyak dan shalat jum’at.
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, maka penelitian tentang “Realitas Kehidupan Anak Kos pada Mahasiswa PAI IAIN Salatiga: Berpedoman pada Dramaturgi Erwingoffmen” menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas anak kos pada mahasiswa PAI, IAIN Salatiga secara front stage (panggung depan) yaitu lingkungan kampus, dari segi berpenampilan, berperilaku, interaksi sosial dan religiuitas sudah mencerminkan mahasiswa muslim secara umum, walaupun kadang masih dijumpai dibeberapa sudut kampus mahasiswa tersebut berperilaku belum sebagaimana mestinya, seperti penampilan yang kurang pantas. Perilaku mahasiswa yang merugikan kampus, seperti contoh peristiwa hilang atau rusaknya berbagai fasilitas kampus. Interaksi sosial seperti saling sapa antar warga kampus masih jarang dilakukan, contoh interaksi mereka dengan dosen hanya sebatas pendidik dan murid. Interaksi hanya terjadi pada teman yang dirasa akrab atau satu organisasi saja, dan masalah religiusitas yang bisa dilihat seperti saat shalat dzuhur dan shalat jum’at masih ada mahasiswa yang mengabaikan panggilan adzan. 2. Kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga masih tergolong dalam batas kewajaran, hanya saja beberapa tempat kos yang menawarkan kebebasan
74
membuat citra mahasiswa tersebut berbeda. Dilihat dari segi penampilan, perilaku, interakasi sosial dan religiusitas ada perbedaan antara mahasiswa putra dengan mahasiswa putri, perbedaan tersebut terlihat pada mahasiswa putra yang lebih bebas dalam menjalani kehidupannya, berpenampilan seperti orang pada umumnya, penampilan yang bisa disebut gaul atau biasa saja, atau hanya memakai celana kolor mudah kita dapati. Perilaku mahasiswa PAI putra ketika di rumah kos, dari hasil data dilapangan menunjukkan, bahwa walaupun terdapat kebiasaan yang dianggap kurang baik oleh masyarakat, seperti minum-minuman keras atau memasukkan perempuan yang bukan muhrimnya ke dalam kamar kos. Hal-hal tersebut dapat dijumpai dalam kos-kosan campur, karena menurut pemilik kos hal tersebut tidak mendapatkan teguran selama pembayaran sewa kamar kos lancar dan tidak merugikan pihak sekitar. Dalam interaksi sosial mahasiswa putra lebih mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar. mereka sering berbincang-bincang atau mengobrol sambil minum kopi atau merokok di warung. Selain itu mahasiswa putra juga sering mengikuti kegiatan kemasyarakatan, seperti kerja bakti, membantu warga yang mempunyai hajat atau warga yang tertimpa musibah seperti kemataian ataupun kegiatan lainnya. Dari segi religiusitas terutama beribadah fardu masih banyak mahasiswa putra sering meninggalkannya, biasanya shalat subuh yang sering mereka tinggalkan.
75
Berbeda dengan mahasiswa PAI putri, kehidupan mereka lebih tertutup, mereka sadar sebagai mahasiswi IAIN citra itu harus tetap dijaga, walaupun ada segelintir mahasiswi secara penampilan dan perilaku masih ada yang tidak senonoh,
interaksi sosial mereka dengan masyarakat
sekitar terlihat tidak akrab, mereka cenderung hanya berinteraksi dengan teman satu kos . Interaksi dengan sekitar ketika membutuhkan sesuatu atau ada perlunya saja misalnya dengan ibu kos ketika akan membayar uang kos atau ketika membeli sesuatu di warung. Dari segi religiuitas mahasiswi PAI ketika di kos seperti shalat mereka lebih tertib. 3. Pengaruh IAIN Salatiga sebagai lembaga pendidikan agama Islam terhadap kehidupan mahasiswa terutama PAI memberi dampak yang positif dikampus maupun diluar itu,dalam aspek penampilan, perilaku, interaksi sosial dan reliugiuitas. Hanya saja beberapa, fasilitas, aturan dan penanaman sikap mental yang dirasa kurang, sehingga berpengaruh dalam belajar mahasiswa, belajar dari lingkungan adalah cara tercepat mahasiswa menangkap itu untuk memproyeksikan diri terhadap lingkungan yang lain. B. Saran 1. Untuk mahasiswa PAI IAIN Salatiga yang kos diharapkan dapat menampilkan diri sebaik-baiknya, mencerminkan mahasiswa muslim serta dapat menjaga nama baik IAIN Salatiga di kampus maupun di masyarakat sekitar. Sehingga berkelanjutan dikehidupan setelah itu. 2. Untuk Kampus IAIN Salatiga secara umum untuk menambah pendidikan budi pekerti tidak hanya di kelas tapi juga di luar kelas, serta dan
76
diharapkan lebih memperhatikan para mahasiswa dan mahasiswi yang kos di sekitar kampus dan diharapkan dari pihak kampus dapat memfasilitasi asrama atau Ma’had yang berpegang pada nilai-nilai agama serta fasilitas yang lengkap dan juga luas serta memadai untuk para mahasiswa dan mahasiswi. 3. Untuk masyarakat khususnya para pemilik kos dan juga warga yang ada di sekitarnya untuk
lebih mengawal
dan memperhatikan pergaulan
mahasiswa yang kos . Apabila mahasiswa ataupun mahasiswi yang kos tersebut melanggar norma atau peraturan yang ada di masyarakat diharapkan untuk member sanksi yang tegas kepada para mahasiswa atau mahasiswi yang kos tersebut. 4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat lebih detail dan mendalam dalam melakukan penelitian yang serupa. Agar dapat tercipta sebuah kesimpulan yang benar-benar fakta dan realita.
77
Daftar Pustaka
Ari kunto, Suharsini. 2006.prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Brannen Julia.1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Rosada, Bandung. B.Simandjuntak & I.L.Pasribu,1984.Teori Kepribadian, Tarsito,Bandung. Daymonimmy hollowag Christine, 2008, Riset kualitatif, PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta. Drs. Humaidi Tatapangsara,1980. Akhlak Yang Mulia, Bina Ilmu, Surabaya. Drs. Oemar Hamalik, 1977. Media Pendidikan, penerbit Alumni, Bandung. Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, 1989. Psikologi Komunikasi, Remadja Karya,Bandung. Erwin Goffman, 1956. La Presentation de Soi, University of Edinburgh Social Sciences Research Centre, Edinburgh. H.B. Hamdani Ali M.A, 1987. Fisafat pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta. Harymawan, RMA.1988.Dramaturgi.Bandung: Rosda karya. Hadari Nawawi dan Martini Hadari. 1995, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Universitas Press, Iqbal Hasan .2008, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: PT. Bumi Aksara. J.Supranto. 2003 , Metode Riset Aplkasinya Dalam Pemasaran, Jakarta, Cet-7. John W. Best. 1982, “Research In Education”, Dalam Sanafiah Faisal Dan Mulyadi Guntur W. (ed), Metodologi Penelitian dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional. Lexy J. Moloeng. 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. XXIV. M. Alaika Salamulloh, 2008,.Akhlak Hubungan Horizontal,Insan Madani, yogyakarta.
78
Notoatmodjo, soekidjo.2009.metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.2003. konsep dan penerapan metodologi penelitian.Jakarta: Salemba Medika. Prof. H.Moh. Kasiram, M.Sc.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Pustaka. Prof.Dr.Zakiah Daradjat, 1978. Problematika Remaja Indonesia, Bulan Bintang Jakarta. S. Margono.1996. Metode Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Semarang. S. Nasution1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung. Saifudin MA. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Suharot dan Tata Iryanto.1989. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru.Indah, Surabaya. Suryabrata sumadi, 1995, Metodologi Penelitian, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta Utara. Syarifudin. 2009. Sosial Budaya Dasar.Jakarta .TIM Sri Suneki dan Haryono, Juli 2012. "Paradigma Teori Dramaturgi terhadap Kehidupan Sosial". CIVIS (FPIPS IKIP PGRI Semarang). Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung, Cet-19 2013. Syamsu Yusuf LN & Juntika Nurihsan, 2008. Teori Kepribadian, Remaja Rosdakarya,Bandung. Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Usaha Nasional, Surabaya. Tuti Baftiarti (Oktober 2011). "Mistifikasi „Bissu‟ Dalam Upacara Ritual Adat Etnis Bugis Makassar". Ilmu Komunikasi (UINSA).
79
Internet
UNYhttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131656343/PENDIDIKAN%20MEN GUBAH%20PERADABAN.pdf https://doktorpaisal.wordpress.com/2009/12/20/biografi-erving-goffman/ http://iainsalatiga.ac.id/about/sejarah/ http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/01/teori-dramaturgi-ervinggoffman.html
80
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama
: Faisal Abdilah
2. Tempat dan Tanggal Lahir
:
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. Warga Negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
:
7. Riwayat Pendidikan
: - SD
- SMP
- SMA
- IAIN Salatiga
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 29 Oktober 2015
Faisal Abdillah NIM 111 08 053
81