ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI PERTANIAN DENGAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI DAFTAR EFEK SYARIAH (DES) PERIODE 2010 - 2013
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh: Mustofa Ali NIM 213. 10. 029 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JURUSAN PERBANKAN SYARIAH – S1 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
3
LEMBAR PENGUJI
4
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Mustofa Ali
NIM
: 213. 10. 029
Program Studi
: Perbankan Syari’ah S1
Judul
: Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian Dengan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Daftar Efek Syariah (DES) Periode 2010 - 2013
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan yang telah saya jelaskan sumbernya.
Salatiga, 5 Februari 2015 Yang membuat pernyataan,
Mustofa Ali NIM 213. 10. 029
5
KATA – KATA MUTIARA DAN PERSEMBAHAN “TEMPATKAN DIRIMU PADA ORANG – ORANG YANG TEPAT MAKA KAU AKAN MERASAKAN PADA KENYAMANAN”
Skipsi ini kupersembahkan untuk: Kedua orang tuaku tercinta Kakak adikku Serta Orang-orang yang selalu mendukungku
6
KATA PENGANTAR
Assalamualaikun Wr. Wb. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, hanya kepada-Nya-lah tempat kita mengadu, karena Dia Maha Memberi Pertolongan kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Rasa syukur yang teramat dalam penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
dengan
judul
“Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian Dengan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Daftar Efek Syariah (DES) Periode 2010 - 2013”. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, dukungan, bimbingan dan saran serta doa dari semua pihak. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini: 1. Allah SWT atas semua kebahagiaan dan pembelajaran hidup. 2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga. 3. Bapak Benny Ridwan, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam. 4. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si., selaku Ketua Program Studi Perbankan Syari’ah Program Sarjana Strata 1 (S1) STAIN Salatiga.
7
5. Ibu Wiwin Kurniasari, SE., M. Si., Akt., selaku Dosen pembimbing atas semua waktu, arahan, bimbingan, petunjuk, saran serta kesabaran dalam proses penulisan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Faqih Nabhan M.M , selaku dosen pembimbing akademik. 7. Seluruh staf pengajar Program Studi Perbankan Syari’ah atas semua ilmu yang telah diberikan. 8. Bapak Muri dan Ibu Nikmah selaku orang tua saya yang selalu memberikan dukungan materi maupun moral. 9. Mas Ambon mbak Tika yang selalu mendukung saya dan mengerti keadaan saya. 10. Untuk adik – adik saya Khofifah dan Farid agar bisa membanggakan orang tua dan menjadi orang yang berguna. 11. Bu Dhe khotijah dan Pak Dhe K.H Ma’ruf yang telah mendidik, dan memberikan teladan bagi saya. 12. Mas Zaini sekeluarga, Mas Likhul sekeluarga, dan Mas Nizar Sekeluarga yang telah menyemangati saya dan beberapa motivasi serta dukungan materialnya. 13. Dwi, Ilham, Icha yang merelakan waktunya untuk membimbing saya membuat skripsi dan juga tempat kostnya untuk basecampt berkumpul. 14. Dwi, Ilham, Dhini sahabat kampus yang luar biasa memberikan warna yang menarik dalam mengarungi perkuliahan serta teman – teman sekelas yang lucu – lucu wagu.
8
15. Genk Bret dikelas Doreng, Yogi, Rifchi, Saipul, kakung kalian biasa diluar bukan luar biasa. 16. Makole yang mau memberikan ide – ide cemerlang dan petuah – petuah bagi saya. 17. Makole, Mail, Bogel, Regar dan Babe kalian selalu membikin ketawa terbahak – bahak atas dagelan yang kalian lontarkan sehingga membuat tawa kelakar bersama yang dapat menghilang rasa stres bahkan bisa bikin stres juga. 18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, thanks.. Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aminn.. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sumbang pikir dan koreksi sangat bermanfaat dalam menyempurnakan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang ingin mengkaji dn meneliti lebih lanjut lagi. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 5 Februari 2015 Penulis
Mustofa Ali NIM 213. 10. 029
9
ABSTRAK Ali, Mustofa. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian Dengan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Daftar Efek Syariah (DES) Periode 2010 - 2013. Program Studi Perbankan Syari’ah S-1. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Wiwin Kurniasari, SE., M. Si., Akt. Kata Kunci: Laporan Keuangan, Rasio profitabilitas, ROA, ROE, GPM, OPM dan NPM. Penelitian ini berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian Dengan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Daftar Efek Syariah (DES) Periode 2010 – 2013”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi dilihat dari rasio profitabilitas. Variabel yang digunakan adalah rasio profitabilitas yang meliputi rasio ROA, ROE, GPM, OPM dan NPM. Penetuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri dari 8 perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dan 18 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi. Analisis yang digunakan adalah uji normalitas dan uji Independent Sample t-test dengan bantuan program Excel dan SPSS versi 18. Berdasarkan uji Independent Sample t-test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari rasio ROA, ROE, OPM dan NPM. Sedangkan jika dilihat dari rasio GPM terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi.
10
DAFTAR ISI Halaman Judul ....................................................................................................
i
Nota Pembimbing ...............................................................................................
ii
Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................... iv Motto dan Persembahan .....................................................................................
v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi Abstrak ............................................................................................................... ix Daftar Isi .............................................................................................................
x
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii Daftar Gambar .................................................................................................... xiv Daftar Lampiran ................................................................................................. xv BAB I Pendahuluan ............................................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 13 C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 14 D. Sistematika Penulisan ........................................................................ 15 BAB II Kajian Pustaka ....................................................................................... 17 A. Telaah Pustaka ................................................................................... 17 B. Landasan Teori .................................................................................. 24 1. Laporan Keuangan ........................................................................ 24 2. Rasio Keuangan ............................................................................ 28 3. Rasio Profitabilitas ........................................................................ 32 C. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 36 D. Hipotesis ............................................................................................ 36
11
BAB III Metode Penelitian ................................................................................. 42 A. Definisi Operasional adn Pengukuran Variabel ................................ 42 B. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 43 C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 43 D. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 46 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 46 F. Teknik Alat Analisis ........................................................................... 47 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ......................................................... 49 A. Analisis Diskriptif .............................................................................. 49 1. Rata-rata Rasio Profitabilitas Sektor Industri Pertanian .............. 50 2. Rata-rata Profitabilitas Sektor Industri Barang Konsumsi .......... 52 B. Uji Analisis ........................................................................................ 54 1. Uji Normalitas ............................................................................. 54 2. Uji Independent Sample t-test ...................................................... 55 a. Analisis Variabel ROA .......................................................... 56 b. Analisis Variabel ROE .......................................................... 56 c. Analisis Variabel GPM .......................................................... 57 d. Analisis Variabel OPM .......................................................... 57 e. Analisis Variabel NPM .......................................................... 58 C. Uji Hipotesis ...................................................................................... 59 a. Variabel ROA .............................................................................. 59 b. Variabel ROE .............................................................................. 61 c. Variabel GPM .............................................................................. 63 d. Variabel OPM .............................................................................. 65 e. Variabel NPM .............................................................................. 67 D. Pembahasan ........................................................................................ 68 1. Perbandingan Variabel ROA ........................................................ 69 2. Perbandingan Variabel ROE ......................................................... 70 3. Perbandingan Variabel GPM ........................................................ 70 4. Perbandingan Variabel OPM ........................................................ 71 5. Perbandingan Variabel NPM ........................................................ 72
12
BAB V Penutup................................................................................................... 74 A. Kesimpulan ......................................................................................... 74 B. Saran .................................................................................................. 76 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 77 Lampiran ............................................................................................................. 80
13
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Research Gap Penelitian .................................................................
12
Tabel 2.1 Penemuan Penelitian Terdahulu ......................................................
20
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel ...............................
42
Tabel 3.2 Nama-Nama Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian dan Sektor Industri Barang Konsumsi di Daftar Efek Syariah .............. Tabel 4.1
45
Rata-rata Rasio Profitabilitas Sektor Industri Pertanian Tahun 2010 – 2013 .................................................................................................
50
Tabel 4.2 Rata-rata Rasio Profitabilitas Sektor Industri Barang Konsumsi Tahun 2010 - 2013 ......................................................................................
52
Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Normalitas ............................................................
54
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Independent Sample t-Test Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian dengan Sektor Industri Barang Konsumsi ................................................................
55
Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test .................................
59
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Return on Assets (ROA) ..................................................................................
59
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Return on Equity (ROE) ...................................................................................
61
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Gross Profit Margin (GPM) .................................................................................
63
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Operating Profit Margin (OPM) .......................................................................
65
14
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Nett Profit Margin (NPM) .................................................................................
67
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................
36
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Kuesioner Penelitian ..........................................................................
106
Lampiran Hasil Kuesioner .................................................................................
110
Lampiran Hasil Uji Instrumen ...........................................................................
118
Lampiran Tabel Validitas (R Product Moment) ................................................
119
Lampiran Hasil Uji Statistik ...............................................................................
121
Lampiran Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................................
121
Surat Permohonan Izin Penelitian ......................................................................
124
17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini mengalami perlambatan. Hal ini dikarenakan melambatnya beberapa komponen seperti menurunnya belanja pemerintah, kinerja investasi non bangunan atau terkait dengan ekspor. Selain itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan deflasi. Pertumbuhan ekonomi yang lambat akan berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia (Ridho, 2014). Pembangunan ekonomi menjadi salah satu perhatian utama pemerintah di samping masalah-masalah nasional lainnya terutama sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat tercermin dari kondisi pasar modal, di mana pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka mendorong masuknya modal asing maupun domestik ke dalam sektor-sektor yang produktif untuk membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Aliran modal tersebut masuk ke dalam perusahaan di mana banyak diantara perusahaan tersebut yang terdaftar di bursa efek. Modal masuk ini dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan yang sangat besar. Membaiknya kinerja pasar modal merupakan barometer bagi sehatnya perekonomian yang akan menimbulkan kegairahan investor untuk kembali berinvestasi (Ansyah, 2014).
18
Perkembangan pasar modal yang pesat menciptakan berbagai peluang atau alternatif investasi bagi investor. Di sisi lain, perusahaan pencari dana harus bersaing dalam mendapatkan dana dari investor. Salah satu cara perusahaan untuk memperoleh dana ialah dengan menerbitkan dan menjual sahamnya kepada investor di pasar saham. Bagi investor sendiri ada berbagai macam tujuan membeli saham, ada yang bertujuan untuk memperoleh laba dari fluktuasi harga saham dengan membeli saham pada saat harga turun dan menjual pada saat harga saham naik dan ada juga yang bertujuan untuk memperoleh deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan tiap tahunnya (Harmono, 2009). Apapun tujuannya, para investor membutuhkan informasi yang cukup dan dapat dipercaya mengenai kondisi perusahaan, terutama kondisi keuangan dan kinerja, agar dana yang ditanamkan pada perusahaan yang bersangkutan akan mendatangkan keuntungan. Informasi mempunyai peran yang sangat besar kaitannya dalam menanamkan suatu investasi. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal dan laporan arus kas dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena informasi itu menujukkan prestasi perusahaan pada periode laporan keuangan tersebut. Sejalan dengan adanya perkembangan investasi maka peran akuntansi sebagai pemberi informasi suatu perusahaan juga meningkat. Hal ini disebabkan para penanam modal (investor) mencari informasi keuangan dari masing-
19
masing perusahaan agar dapat mengevaluasi prestasi dan meramalkan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Asri, 2009). Menurut Setiaji (2014) laporan keuangan yang telah dipublikasikan bisa diartikan bahwa perusahaan tersebut telah terdaftar dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) sehingga pemangku kepentingan yang bisa mengetahui kondisi keuangan secara transparan dan telah diaudit oleh pihak berwenang. Perusahaan mengeluarkan sahamnya untuk dijual ke publik. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen atau bagian finansial bisnis yang mengarah kepada kepemilikan suatu perusahaan. Metode utama untuk meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi adalah dengan mengeluarkan saham. Saham dikeluarkan perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang dengan imbalan uang tunai. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri keuangan Syariah. Investasi Syariah di pasar modal yang merupakan bagian dari industri keuangan Syariah, mempunyai peranan yang cukup penting untuk dapat meningkatkan pangsa pasar industri keuangan Syariah di Indonesia. Perkembangan industri keuangan syariah relatif baru dibandingkan dengan perbankan Syariah maupun asuransi Syariah tetapi seiring dengan pertumbuhan yang signifikan di industri pasar modal Indonesia, maka diharapkan investasi Syariah di pasar modal Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang pesat(Bursa Efek Indonesia, 2010).
20
Selama ini, investasi Syariah di pasar modal Indonesia identik dengan Jakarta Islamic Index (JII) yang hanya terdiri dari 30 saham Syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Padahal Efek Syariah yang terdapat di pasar modal Indonesia bukan hanya 30 saham Syariah yang menjadi konstituen JII saja tetapi terdiri dari berbagai macam jenis Efek selain saham Syariah yaitu Sukuk, dan reksadana Syariah. Sejak November 2007, Bapepam & LK telah mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi daftar saham Syariah yang ada di Indonesia. Dengan adanya DES maka masyarakat akan semakin mudah untuk mengetahui saham-saham apa saja yang termasuk saham Syariah karena DES adalah satu-satunya rujukan tentang daftar saham Syariah di Indonesia. Keberadaan DES tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh BEI dengan meluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tanggal 12 Mei 2011. Konstituen ISSI terdiri dari seluruh saham Syariah yang tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia, 2010). Dalam mengambil keputusan investasi, para investor perlu menganalisis laporan keuangan agar keputusan yang diambil tidak mengandung resiko kerugian. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, 2002) No.1 dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan lebih bermanfaat
21
bagi pemakai jika dilakukan analisis lebih lanjut. Dari analisis ini maka laporan keuangan menjadi informasi akuntansi yang dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pengambilan keputusan. Informasi penting lainnya bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan adalah laba. Menurut (PSAK, 2002) Nomor 1, informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Menurut Harahap (2005), laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Menurut Hanafi (2015) laba perusahaan diperlukan untuk kepentingan
kelangsungan
hidup
suatu
perusahaan.
Laba
secara
operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Besar kecilnya laba sebagai pengukur
22
kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Pertumbuhan laba suatu perusahaan menunjukkan kondisi kinerja perusahaan tersebut. Dalam mengukur pertumbuhan laba suatu perusahaan dapat menggunakan analisis rasio, di mana rasio dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan/bank terutama apabila angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Salah satu rasio untuk menilai prestasi perusahaan atau kinerja perusahaan adalah rasio profitabilitas yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan lainnya. Rasio profitabilitas untuk mengukur perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan ,asset, dan modal saham (Hanafi, 2005). Rasio profitabilitas ini akan memberikan jawaban tentang efektivitas manajemen perusahaan dan tentang efektivitas pengelolaaan keuangan perusahaan. Pengertian industri menurut undang-undang tentang perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi , dan/atau barang jadi menjadi barang nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, teremasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan ekonomi yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri
23
semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya dan politik (Wikipedia, 2014). Salah satu dari sembilan sektor industri yang terdaftar di BEI adalah pertanian. Pertanian merupakan salah satu kekayaan potensial yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris. Obyek pertanian disini meliputi perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Pertanian adalah
kegiatan
pemanfaatan sumber
daya
hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, dengan adanya pertanian di Indonesia merupakan dampak positif bagi masyarakat. Oleh karena itu, pertanian perlu untuk di lestarikan dan dijaga agar lebih baik di masa mendatang (Wikipedia, 2014). Prestasi Bangsa Indonesia di bidang pertanian adalah terciptanya swasembada pangan pada tahun 1984. Tetapi pada satu dekade terakhir muncul
fakta-fakta
yang menyedihkan
diantaranya,
Sensus
BPS
menunjukkan telah terjadi penurunan minat penduduk usia produktif bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 2004, data menyebutkan ada 40,61 juta orang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian atau 43,33 persen dari total penduduk Indonesia. Namun pada 2013, jumlah penduduk usia produktif yang bekerja di sektor pertanian itu telah menyusut menjadi 39,96 juta orang atau 35,05 persen. Penurunan ini bisa dikarenakan adanya penurunan/peralihan minat, penduduk usia produktif itu lebih tertarik untuk bekerja di sektor perekonomian yang lain.
24
Kemudian nilai impor komoditi pertanian selama 10 tahun terakhir yang terus meningkat menyimpan fakta bahwa produktivitas pertanian nasional belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, impor pangan Indonesia tahun 2013 mencapai 14,9 miliar dollar AS atau naik empat kali lipat dari nilai ekspor tahun 2003 senilai 3,34 miliar dollar AS. Di sisi lain, luas lahan pertanian yang menjadi dasar sektor pertanian terus menyusut dari 31,2 juta hektar tahun 2003 menjadi 26 juta hektar pada tahun 2013 Penyusutan lahan pertanian tersebut dikarenakan masalah konversi lahan pertanian menjadi perumahan dan pabrik. Bahwa Indonesia adalah bangsa dengan predikat jumlah penduduk terbanyak ke-4 setelah Amerika Serikat, di mana hal ini menjadi keuntungan bagi sektor industri lain seperti barang konsumsi. Penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa sudah pasti sangat membutuhkan sandang, pangan, dan kebutuhan pelengkap lainnya (Jakarta, KOMPAS.com). Saat ini 50 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif ditopang konsumsi dan investasi. Kepala Ekonom Bank Dunia Mansoor Dailami (2003) mengatakan peningkatan jumlah kelas menengah di negara-negara berkembang telah membuat tren konsumsi dalam negeri meningkat. Negara-negara dengan populasi kelas menengah muda produktif cenderung memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi ketimbang negara-negara dengan populasi berusia tua. Jika dibandingkan negaranegara berkembang lain, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tergolong sangat cepat.
25
Pertumbuhan kelas menengah Indonesia memang telah terlihat dari tingkat konsumsi domestik yang tinggi. Hal tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin stabil yang juga diuntungkan dengan menguatnya sejumlah tren lain. Kontribusi kelas menengah terbukti mendongkrak konsumsi dalam negeri yang pada giliran selanjutnya menjaga pertumbuhan ekonomi di atas level 6 persen selama beberapa tahun ke depan (Warta Ekonomi.com). Pertumbuhan tersebut harus
didukung
melalui
kebijakan-kebijakan
pemerintah
seperti
penambahan/perbaikan infrastruktur sehingga barang konsumsi bisa mencapai pelosok-pelosok daerah lebih luas lagi. Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri sektor barang konsumsi akan mengalami pertumbuhan. Penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan manufaktur dengan menggunakan variabel Return On Asset (ROA) pernah dilakukan oleh Ika R. dan Rahmawati (2011) dengan meneliti tentang analisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan perbankan publik di Indonesia pada masa selama krisis dan setelah krisis ekonomi dengan hasil tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan dari variabel ROA. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hamidah (2013) yang meneliti tentang perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi (pada perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2006) dengan hasil tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pada variabel ROA.
26
Return On Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri. Ini merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Penelitian mengenai kinerja perusahaan dengan menggunakan variabel ROE pernah dilakukan oleh Yoppy Palupy (2012) yang meneliti tentang analisis perbandingan kinerja keuangan antara perusahaan pertambangan milik pemerintah BUMN dengan perusahaan pertambangan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan menggunakan variabel ROE. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Awwab (2013) yang meneliti tentang analisis perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di beli periode 2006-2010 dengan hasil terdapat perbedaan kinerja keuangan dengan menggunakan variabel ROE. Penelitian dengan menggunakan variabel Net Profit Margin (NPM) pernah dilakukan oleh Ika R. dan Rahmawati (2011) tentang analisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan perbankan publik di Indonesia pada masa selama krisis dan setelah krisis ekonomi, dan Yoppy Palupi (2012) yang meneliti tentang analisis perbandingan kinerja keuangan antara perusahaan pertambangan milik pemerintah BUMN dengan perusahaan pertambangan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan menggunakan variabel NPM. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
27
yang dilakukan M. Awwab (2013) yang meneliti tentang analisis perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di beli periode 2006-2010, dan Steven Meliangan (2014) tentang analisis perbandingan kinerja keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB dengan hasil penelitian terdapat perbedaan kinerja keuangan menggunakan variabel NPM. Penelitian terhadap Gross Profit Margin (GPM) dan Operating Profit Margin (OPM) pernah dilakukan oleh Yoppy Palupi (2012) yang meneliti tentang analisis perbandingan kinerja keuangan antara perusahaan pertambangan milik pemerintah BUMN dengan perusahaan pertambangan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian terdapat perbedaan kinerja keuangan menggunakan variabel GPM dan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan menggunakan variabel OPM.
28
Tabel 1.1 Research Gap Penelitian Gap Isu: Perbedaan kinerja keuangan
Penulis
Research Gap: Terdapat perbedaan kinerja keuangan Terdapat perbedaan kinerja keuangan berdasarkan variabel M.Awwab (2012) ROE Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan berdasarkan variabel Yoppy Palupi (2012) ROE Terdapat perbedaan kinerka keuangan berdasarkan variabel NPM Tidak terdapat perbedaan kinerka keuangan berdasarkan variabel NPM
Metode
sample t-test
sample t-test
M. Awwab (2012)
sample t-test
Steven M. (2014)
sample t-test
Ika R. dan Rahmawati (2011)
sample t-test
Yoppy Palupi (2012)
sample t-test
Dari hasil gap diatas, ditemukan hasil yang berbeda pada rasio keuangan. Melihat dari hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan hasil yang bervariasi, maka penulis semakin tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian dengan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Daftar Efek Syari’ah (DES)”
29
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1.
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel return on asset (ROA)?
2.
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel return on equity (ROE)?
3.
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel gross profit margin (GPM)?
4.
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel operating margin (OPM)?
5.
Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel net profit margin (NPM)?
30
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel return on asset (ROA). 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel return on equity (ROE). 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel gross profit margin (GPM). 4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel operating margin (OPM). 5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah ditinjau dari variabel net profit margin (NPM).
31
D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai telaah pustaka, penemuan penelitian terdahulu, landasan teori yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai definisi operasional dan pengukuran variabel, ruang lingkup penelitian, populasi dan penentuan sampel yang menjadi objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai analisis deskriptif penelitian, uji analisis data, serta intepretasi hasil (pembahasan). BAB V PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang merupakan penyajian singkat dari keseluruhan hasil penelitian yang diperoleh dalam pembahasan juga mengenai saran yang diberikan
32
kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama.
33
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Ravelina dan Rahmawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Publik di Indonesia Pada Masa Selama Krisis dan Setelah Krisis Ekonomi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada aspek permodalan yang diwakili oleh rasio CAR ada perbedaan yang signifikan antara masa selama krisis dan setelah krisis hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari t-hitung sebesar 0,007 lebih kecil dari 0,05. Pada aspek kualitas aktiva yang diwakili oleh rasio ROA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara masa selama krisis dan setelah krisis hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari t-hitung sebesar 0,007 lebih kecil dari 0,05. Pada aspek manajemen yang diwakili oleh NPM menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara masa selama krisis dan setelah krisis hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari t-hitung sebesar 0,645 lebih besar dari 0,05. Pada aspek rentabilitas yang diwakili oleh ROA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara masa selama krisis dan setelah krisis hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari t-hitung sebesar 0,019 lebih kecil dari 0,05. Pada aspek likuiditas yang diwakili oleh rasio LDR menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara masa selama krisis dan setelah krisis hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari thitung sebesar 0,986 lebih besar dari 0,05. Sedangkan pada aspek sensitifitas terhadap resiko pasar yang diwakili oleh rasio IER
34
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara masa selama krisis dan setelah krisis hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari t-hitung sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Abu Bakar (2010) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA dan MVA”. Hasil penelitian terhadap kinerja keuangan lima perusahaan telekomunikasi yang telah go public (PT. Telkom, PT. Indosat, PT.XL Axiata, PT. Bakrie Telecom, dan PT. Mobile 8 Telecom) diketahui bahwa, kelima perusahaan telekomunikasi memiliki kinerja keuangan yang berbeda baik nilai (besarnya, Rp) maupun kondisinya (positif atau negatif) dari tahun ke tahun. Kemudian dari keempat metode pengukuran kinerja keuangan tidak memberikan jawaban atas peringkat kinerja kelima perusahaan telekomunikasi yang konsisten. Sedangkan adanya perbedaan kebijakan bisnis dalam pengelolaan keuangan dari kelima perusahaan telekomunikasi, terkait kebijakan : investasi, operasional, dan finansial, yang mempengaruhi nilai indikator pengukuran kinerja berbasis nilai tambah (value added). Penelitian dengan judul Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di BEI Periode 2004-2006), dilakukan oleh Hamidah dan Noviani (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, rasio likuiditas yang diukur dengan current ratio (CR) menunjukkan perbedaan pada periode satu tahun sebelum dengan dua, empat, dan lima tahun sesudah
35
merger dan akuisisi, yang berarti efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva lancarnya untuk mengelola kewajiban lancar semakin meningkat setelah penggabungan badan usaha. Rasio profitabilitas yang diukur dengan return on assets (ROA) menunjukkan perbedaan pada periode satu tahun sebelum dengan empat tahun sesudah merger dan akuisisi, yang berarti perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk kegiatan operasional perusahaan dan kinerja manajemen semakin efektif dibanding sebelum merger dan akuisisi. Rasio nilai pasar yang diukur dengan Price Earnings Ratio (PER) menunjukkan perbedaan pada periode satu tahun sebelum dengan tiga tahun sesudah merger dan akuisisi, yang berarti setelah merger dan akuisisi tingkat kepercayaan investor terhadap kinerja jangka panjang perusahaan semakin meningkat. Irianti Yuni Ningtias, Muhammad Saifi dan Achmad Husaini (2014), melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Antara Rasio Keuangan dan Metode Economic Value Added (EVA) Sebagai Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. dan Anak Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2010-2012). Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan analisis rasio keuangan secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih terdapat beberapa rasio yang berfluktuatif. Hasil dari metode EVA didapatkan hasil yang positif (EVA > 0) dan meningkat setiap tahunnya,
yang berarti
bahwa
perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai tambah ekonomis. Sedangkan hasil perbandingan kedua
36
metode menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang diakibatkan oleh diabaikannya biaya modal pada analisis rasio keuangan, walaupun demikian pada metode EVA yang memperhitungkan harapan-harapan para shareholder, dapat digunakan untuk mendukung analisis rasio keuangan karena keduanya menunjukkan hasil yang baik, dan mempunyai konsep yang sama. Masih dalam tema yang sama Meliangan, Tommy dan Mekel (2014), melakukan penelitian yang diberi judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank BCA (Persero) Tbk dan Bank CIMB Niaga (Persero) Tbk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB NIAGA dilihat dari Rasio CAR, KAP, ROA dan LDR. Sedangkan jika dilihat dari rasio NPM, tidak terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB NIAGA. Tabel 2. 1 Penemuan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Ika Ravelina dan Rahmawati (2009)
Judul Penelitian Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Publik di Indonesia Pada Masa Selama Krisis dan Setelah Krisis Ekonomi
Sumber Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1 Vol. 14, April 2009
Hasil Penelitian 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan perbankan publik di Indonesia pada masa selama krisis dan setelah krisis ekonomi dilihat dari rasio CAR, RORA, ROA dan IER. 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan perbankan publik di Indonesia pada masa selama krisis dan setelah krisis ekonomi
37
Hamidah dan Manasye Noviani (2013)
Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di BEI Periode 2004-2006)
Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) No. 1, Vol. 4 tahun 2013
Irianti Yuni Ningtias, Muhammad Saifi dan Achmad Husaini (2014)
Analisis Perbandingan Antara Rasio Keuangan dan Metode Economic Value Added (EVA) Sebagai Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. dan Anak Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 20102012
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) No. 2 Vol. 9, April 2014
dilihat dari rasio NPM dan LDR. 1. Terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan pada periode satu tahun sebelum merger dan akuisisi dengan periode dua, emapat dan lima tahun sesudah merger dan akuisisi dilihat dari rasio CR. 2. Terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan pada periode satu tahun sebelum merger dan akuisisi dengan periode empat tahun sesudah merger dan akuisisi dilihat dari rasio ROA. 3. Terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan pada periode satu tahun sebelum merger dan akuisisi dengan periode tiga tahun sesudah merger dan akuisisi dilihat dari rasio PER. 1. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan analisis rasio keuangan secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik, walaupun masih terdapat beberapa rasio yang berfluktuatif. 2. Hasil dari metode EVA didapatkan hasil yang positif (EVA > 0) dan meningkat setiap tahunnya, yang berarti bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis. 3. Hasil perbandingan kedua metode menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang diakibatkan oleh diabaikannya biaya modal pada analisis rasio
38
Abu Bakar (2010)
Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA dan MVA
Jurnal Rekayasa Institut Teknologi Nasional (LPPM Itenas) No. 1 Vol. XIV, JanuariMaret 2010
Steven Meliangan, Parengkuan Tommy dan
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank BCA (Persero) Tbk dan Bank
Jurnal EMBA No. 3 Vol. 2, September 2014
keuangan, walaupun demikian pada metode EVA yang memperhitungkan harapan-harapan para shareholder, dapat digunakan untuk mendukung analisis rasio keuangan karena keduanya menunjukkan hasil yang baik, dan mempunyai konsep yang sama. Hasil penelitian terhadap kinerja keuangan lima perusahaan telekomunikasi yang telah go public (PT. Telkom, PT. Indosat, PT.XL Axiata, PT. Bakrie Telecom, dan PT. Mobile 8 Telecom) diketahui: 1. Kelima perusahaan telekomunikasi memiliki kinerja keuangan yang berbeda baik nilai (besarnya, Rp) maupun kondisinya (positif atau negatif) dari tahun ke tahun. 2. Keempat metode pengukuran kinerja keuangan tidak memberikan jawaban atas peringkat kinerja kelima perusahaan telekomunikasi yang konsisten. 3. Adanya perbedaan kebijakan bisnis dalam pengelolaan keuangan dari kelima perusahaan telekomunikasi, terkait kebijakan : investasi, operasional, dan finansial, yang mempengaruhi nilai indikator pengukuran kinerja berbasis nilai tambah (value added). 1. Terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB NIAGA dilihat dari
39
Peggy A. Mekel (2014)
CIMB Niaga (Persero) Tbk
2.
3.
4.
5.
Rasio CAR. Terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB NIAGA dilihat dari Rasio KAP. Tidak terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB NIAGA dilihat dari Rasio NPM. Terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB NIAGA dilihat dari Rasio ROA. Terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB NIAGA dilihat dari Rasio LDR.
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan kali ini tidak sama dengan penelitian terdahulu, dan penulis merasa semakin tertarik dengan pembahasan analisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah (DES). yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari perusahaan manufaktur yang dibandingkan, yaitu sektor industri pertanian dan industri barang konsumsi. Selain itu dari periode penelitian dan rasio yang digunakan untuk membandingkan dalam penelitian ini juga berbeda dari penelitian sebelumnya.
40
B. Landasan Teori 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan keuangan menurut Harahap (2006) adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Riyato (2004), laporan keuangan adalah laporan finansial (Financial Statement), memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial
suatu perusahaan, dimana neraca
(balance
sheet)
mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu,
dan
laporan
rugi
dan
laba
(income
statement)
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi suatu periode satu tahun. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2009), mendefinisikan laporan keuangan sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
41
b. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2009), tujuan laporan keuangan adalah: 1. Memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan arus kas suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya. c. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan Laporan
keuangan
merupakan
pencatatan
transaksi,
pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakai. Informasi dalam laporan keuangan harus memperhatikan kepentingan dari berbagai pihak, karena informasi merupakan data yang digunakan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2009), format laporan keuangan terdiri dari empat bentuk laporan keuangan, yaitu: 1. Neraca Neraca merupakan laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu yang menunjukkan jumlah aktiva, utang dan modal dari suatu perusahaan. Menurut Harahap (2002), bentuk neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
42
a. Bentuk Neraca Staffel (Refort Form) Pada bentuk ini baik aktiva, kewajiban maupun ekuitas disajikan secara urut dari atas ke bawah, yang dimulai dari aktiva, kewajiban, dan terakhir ekuitas. Neraca ini dilaporkan satu halaman vertikal. Disebelah atas dicantumkan total aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal. b. Bentuk Neraca Skontro (Account Form) Pada bentuk ini, unsur aktiva disajikan pada sisi kiri (debit), sedangkan unsur kewajiban dan ekuitas disajikan pada sisi kanan (kredit). c. Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh model pemilik. 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan hasil usaha atau pendapatan dan beban-beban suatu perusahaan selama periode tertentu.
43
3. Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2010), perusahaan harus menyajikan laporan keuangan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: a) Rugi atau Laba bersih periode yang bersangkutan b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. c) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi. Perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait. d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik e) Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta perubahannya f) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis model saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. 4. Laporan Arus Kas Menurut Harahap (2007) laporan arus kas adalah suatu laporan yang bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu
44
perusahaan pada suatu periode tertentu. Aktivitas dalam laporan arus kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) sebagai berikut : a) Aktivitas pendapatan
operasi
adalah
perusahaan
aktivitas (principal
penghasil
utama
revenue-producing
activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. b) Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. c) Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. 2. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan atau Financial Ratio merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
45
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandigan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara hutang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan dan sebagainya (Harahap, 2008). Analisa rasio menurut (Lidyawati, 2004) adalah suatu metode penghitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Input dasar untuk analisa rasio adalah laporan laba rugi dan neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Menurut (Sawir dalam Warga, 2006), untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. b. Fungsi Rasio Keuangan Menurut (Sawir dalam Warga, 2006), analisis rasio keuangan
yang
menghubungkan
unsur-unsur
neraca
dan
perhitungan laba-rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan memberikan
46
pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. c. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Menurut (Sawir dalam Warga, 2006), analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan : a) Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama, b) Perbandingan eksternal dan membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama. Analisis rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam lima (5) aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu: a) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio Likuditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. b) Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio) Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini mempunyai beberapa
47
implikasi, (1) kredit mengharapkan dana yang sediakan pemilik perusahaan sebagai margin keamanan bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil modalnya maka resiko bisnis sebagian besar ditanggung oleh kreditur; (2) meskipun pengadaan dana melalui hutang, pemilik masih dapat mengendalikan
perusahaan;
(3)
bila
perusahaan
mendapatkan keuntungan lebih besar dari dana yang dipinjamnya dibandingkan biaya bunga yang harus dibayar, maka pengambilan kepada pemilik dapat diperbesar. c) Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio
Aktivitas
pemanfaatan
ini
sumber
mengukur daya
tingkat
perusahaan.
efektivitas Rasio
ini
membandingkan tingkat penjualan dengan investasi dalam berbagai rekening aktiva seperti perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap dan juga biaya perputaran total aktiva. d) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio
Profitabilitas
mengukur
tingkat
efektivitas
pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio ini juga menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk
mendapatkan
laba
melalui
semua
kemampuan dan sumber yang ada di perusahaan untuk
48
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada di perusahaan seperti kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. e) Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi perusahaan,
seberapa
besar
sehingga
mesyarakat
mereka
mau
menghargai
membeli
saham
perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku saham. 3. Rasio Profitabilitas a. Pengertian Menurut
Harmono
(2009),
rasio
profitabilitas
menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. b. Tujuan Menurut Purbaningsih (2012), tujuan penggunaan rasio profitabilitas,bagi
perusahaan
maupun
bagi
pihak
luar
perusahaan,yaitu: 1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu;
49
2) Untuk menilai posisi laba perusahan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang; 3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu 4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri; 5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri; 6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri; c. Fungsi Adapun fungsi dari rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang; 2. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu; 3. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri; 4. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
50
d. Jenis Menurut Widayanti (2006), rasio profitabilitas dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Common-Size Income Statment, yaitu mengevaluasi tingkat keuntungan dalam hubungannya dengan penjualan, ada tiga pengukuran profitabilitas yaitu: a) Gross Profit Margin (GPM) Gross profit margin merupakan presentase dari laba kotor penjualan dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. Gross profit margin dapat dihitung: Gross profit margin = Penj.bersih – Hrg.pokok penjualan Penjualan b) Operating Profit Margin (OPM) Rasio ini menggambarkan apa yang sering disebut profit yang sesungguhnya/ murni yang diterima untuk tiap rupiah dari hasil penjualan yang dilakukan. Disebut “murni” dalam pengertian bahwa jumlah tersebut yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan biaya bunga dan pajak penghasilan. Operating profit margin = Laba bersih operasi Penjualan
51
c) Net Profit Margin (NPM) Merupakan rasio laba setelah pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, berarti semakin baik operasi perusahaan. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Net profit margin
= Laba setelah pajak Penjualan
2. Cross-Section Yaitu
mengevaluasi
tingkat
keuntungan
dalam
hubungannya dengan rekening yang ada dilaporan neraca. Terdapat 4 pengukuran profitabilitas, 2 diantaranya yaitu: a) Return on Total Assets/Return on Investment (ROA) Merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara menyeluruh didalam menghasilkan menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva. ROA
= Laba setelah pajak Total aktiva b) Return on Equity (ROE) Adalah perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri. Ini merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. ROE = Laba setelah pajak Modal sendiri
52
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Sektor Pertanian
Sektor Industri Barang Konsumsi Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas ROA
Perbandingan
ROE
ROA ROE
GPM
GPM
OPM
OPM
NPM
NPM
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sumber : Modifikasi dari penelitian Hamidah 2013
D. Hipotesis Pengetian hipotesis menurut Sugiyono (2009) adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau dipandang sebagai konsklusi atau kesimpulan yang sifatnya
sementara, sedangkan
penolakan atau
penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambil suatu kesimpulan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini menurut (Nissa, 2014) adalah sebagai berikut:
53
1. Perbandingan
Industri
Pertanian
dengan
Industri
Barang
Konsumsi Menggunakan Rasio ROA Menurut widayanti (2006) ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara menyeluruh di dalam menghasilkan menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva. Jumlah ROA antara industri pertanian dengan industri barang konsumsi cenderung berbeda. Industri yang memiliki keuangan yang kuat pasti memiliki ROA yang lebih besar. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu industri akan semakin meningkatkan jumlah ROA. Salah satu metode untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antar industri adalah dengan uji beda. Uji tersebut menggunakan tingkat signifikansi tertentu, di mana dari tingkat signifikansi tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan. Sehingga ditarik kesimpulan Ha1, yaitu: Ha1: : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan pada sektor pertanian dengan sektor industri barang konsumsi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah dilihat dari rasio ROA.
54
2. Perbandingan
Industri
Pertanian
dengan
Industri
Barang
Konsumsi Menggunakan Rasio ROE Menurut widayanti (2006) ROE adalah perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri. Ini merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Jumlah ROE antara industri pertanian dengan industri barang konsumsi cenderung berbeda. Industri yang memiliki keuangan yang kuat pasti memiliki ROE yang lebih besar. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu industri akan semakin meningkatkan jumlah ROE. Salah satu metode untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antar industri adalah dengan uji beda. Uji tersebut menggunakan tingkat signifikansi tertentu, di mana dari tingkat signifikansi tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan. Sehingga ditarik kesimpulan Ha2, yaitu: Ha2: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan pada sektor pertanian dengan sektor industri barang konsumsi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah dilihat dari rasio ROE.
55
3. Perbandingan
Industri
Pertanian
dengan
Industri
Barang
Konsumsi Menggunakan Rasio GPM Menurut widayanti (2006) GPM merupakan presentase dari laba kotor penjualan dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. Jumlah GPM antara industri pertanian dengan industri barang konsumsi cenderung berbeda. Industri yang memiliki keuangan yang kuat pasti memiliki GPM yang lebih besar. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu industri akan semakin meningkatkan jumlah GPM. Salah satu metode untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antar industri adalah dengan uji beda. Uji tersebut menggunakan tingkat signifikansi tertentu, di mana dari tingkat signifikansi tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan. Sehingga ditarik kesimpulan Ha3, yaitu: Ha3: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan pada sektor pertanian dengan sektor industri barang konsumsi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah dilihat dari rasio GPM.
56
4. Perbandingan
Industri
Pertanian
dengan
Industri
Barang
Konsumsi Menggunakan Rasio OPM Menurut widayanti (2006) OPM menggambarkan apa yang sering disebut profit yang sesungguhnya/ murni yang diterima untuk tiap rupiah dari hasil penjualan yang dilakukan. Disebut “murni” dalam pengertian bahwa jumlah tersebut yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan biaya bunga dan pajak penghasilan. Jumlah OPM antara industri pertanian dengan industri barang konsumsi cenderung berbeda. Industri yang memiliki keuangan yang kuat pasti memiliki OPM yang lebih besar. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu industri akan semakin meningkatkan jumlah OPM. Salah satu metode untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antar industri adalah dengan uji beda. Uji tersebut menggunakan tingkat signifikansi tertentu, di mana dari tingkat signifikansi tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan. Sehingga ditarik kesimpulan Ha4, yaitu: Ha4: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan pada sektor pertanian dengan sektor industri barang konsumsi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah dilihat dari rasio OPM.
57
5. Perbandingan
Industri
Pertanian
dengan
Industri
Barang
Konsumsi Menggunakan Rasio NPM Menurut widayanti (2006) NPM merupakan rasio laba setelah pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, berarti semakin baik operasi perusahaan. Jumlah NPM antara industri pertanian dengan industri barang konsumsi cenderung berbeda. Industri yang memiliki keuangan yang kuat pasti memiliki NPM yang lebih besar. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu industri akan semakin meningkatkan jumlah NPM. Salah satu metode untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antar industri adalah dengan uji beda. Uji tersebut menggunakan tingkat signifikansi tertentu, di mana dari tingkat signifikansi tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan. Sehingga ditarik kesimpulan Ha5, yaitu: Ha5: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan pada sektor pertanian dengan sektor industri barang konsumsi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syariah dilihat dari rasio NPM.
58
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan rasio keuangan yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan yang kemudian dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan lainnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas, yang dianalisis dengan ROA, ROE, GPM, OPM dan NPM. Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Pengukuran variabel Variabel
Indikator
Rumus
Return on Total Assets ROA = Laba setelah pajak Total aktiva (ROA) Return on Equity (ROE) Rasio Profitabilitas
Gross
Profit
ROE = Laba setelah pajak Modal sendiri
Margin GPM = Penj. bersih – HPP Penjualan
(GPM) Operating Profit Margin OPM = Laba bersih operasi Penjualan (OPM) Net Profit Margin (NPM)
Sumber: Widayanti (2006)
NPM = Laba setelah pajak Penjualan
59
B. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah. Laporan keuangan digunakan untuk mencari rasio keuangan terhadap perusahaan yang dijadikan sampel. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Bawono (2006), populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subjek penelitian untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Penelitian ini populasi yang menjadi objek penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur pada sektor pertanian dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah pada periode 2010-2013. 2. Sampel Menurut Bawono (2006), Sampel adalah objek atau subjek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya, sehingga didalam menentukan sampel harus hati-hati, karena kesimpulan yang dihasilkan, nantinya merupakan kesimpulan dari populasi. Dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Daftar
60
Efek Syari’ah selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2013. Adapun teknik yang digunakan dalam penentuan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu kelompok objek yang diambil sebagai sampel berdasarkan kriteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kriteria-kriteria yang dimaksud antara lain sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah (DES) selama periode 2010 – 2013. b. Perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dan sektor industri barang konsumsi yang mempublikasikan laporan keuangan auditan per Desember secara konsisten dari tahun 2010 – 2013. c. Perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dan sektor industri barang konsumsi yang melampirkan rasio profitabilitas dalam laporan keuangannya dari tahun 2010 – 2013. Berdasarkan kriteria-kriteria sampel di atas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 26 perusahaan, yang terdiri dari 8 perusahaan industri pertanian dan 18 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi.
61
Tabel 3. 2 Nama-Nama Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian dan Sektor Industri Barang Konsumsi di Daftar Efek Syariah Nama Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Nama Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Pertanian
Barang Konsumsi
1. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI)
1. Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA)
2. Bisi International Tbk. (BISI)
2. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP)
3. Bumi Teknokultura Unggul Tbk. (BTEK)
3. Indofarma (Persero) Tbk. (INAF)
4. Gozco Platations Tbk. (GZCO)
4. Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF)
5. Inti Agri Resources Tbk. (IIKP)
5. Kedawung Setia Industrial Tbk. (KDSI)
6. PP London Sumatra Indonesia Tbk.(LSIP)
6. Kedaung Indah Can Tbk. (KICI)
7. Sampoerna Agro Tbk. (SGRO)
7. Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
8. SMART Tbk. (SMAR)
8. Langgeng Makmur Industri Tbk. (LMPI) 9. Merck Tbk. (MERK) 10. Mustika Ratu Tbk. (MRAT) 11. Mayora Indah Tbk. (MYOR) 12.Pyridam Farma Tbk. (PYFA) 13. Sekar Laut Tbk. (SKLT) 14. Siantar Top Tbk. (STTP) 15. Mandom Indonesia Tbk. (TCID) 16. Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) 17. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. (ULTJ) 18. Unilever Indonesia Tbk. (UNVR)
Sumber: data diolah (2015)
62
D. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk data numerik (angka). Data ini diperoleh dari laporan-laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah (DES). 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data statisitik maupun dari internet (Bawono, 2006). Data ini berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur pada tahun 2010-2013 yang diterbitkan di Daftar Efek Syariah. E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2006), teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penggunaan teknik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrumen yaitu alat bantu agar pengerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
63
1.
Studi Kepustakaan Merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat teoritis berdasarkan literatur-literatur ilmiah, catatan-catatan selama kuliah dan buku-buku tentang
teori yang berhubungan dengan masalah
penelitian. 2.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan objek penelitian. Data diperoleh melalui website
3.
Replikasi Replika merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mereplika penelitian-penelitian sebelumnya yang mempunyai konsep dan tujuan yang hampir sama.
F. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berpedoman pada data yang diperoleh dari data sekunder berupa laporan keuangan (Neraca dan Laba Rugi). Data yang digunakan bersifat data kuantitatif, yaitu data yang berupa rasio keuangan. Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kinerja sebuah perusahaan yang dianalisis dengan analisis rasio profitabilitas, yang meliputi ROA, ROE, GPM, OPM dan NPM. Rasio-rasio tersebut kemudian dihitung rata-rata dengan menggunakan bantuan Ms. Excel.
64
Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis dengan uji normalitas dan uji beda t-test melalui program SPSS dengan model yang digunakan adalah statistic non parametric atau statistik parametris dengan menggunakan model independent sample t-test. Tingkat signifikan yang diambil dalam penelitian ini adalah 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95%. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t, jika nilai signifikan t (2-tailed) lebih kecil dari α= 0,05 maka Ha tidak dapat ditolak, sedangkan jika nilai nilai signifikan t (2-tailed) lebih besar dari α= 0,05, maka Ho ditolak.
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kinerja keuangan dari perusahaan manufaktur pada sektor industri pertanian dan sektor industri barang kosumsi, yang dipublikasikan pada periode tahun 2010 – 2013. Laporan keuangan yang telah dipublikasikan bisa diartikan bahwa perusahaan tersebut telah terdaftar dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) sehingga pemangku kepentingan yang bisa mengetahui kondisi keuangan secara transparan dan telah diaudit oleh pihak berwenang. Penggunakan data pada periode tahun 2010 – 2013 dikarenakan periode tersebut merupakan periode yang paling mendekati dan tebaru untuk dilakukan penelitian. Variabel kinerja keuangan dihitung dengan menggunakan rasio profitabilitas, yang meliputi Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM) dan Net Profit Margin (NPM). Data yang diambil, selanjutnya diolah dengan menggunakan Ms. Excel sebagai berikut:
66
1. Rata-rata Rasio Profitabilitas Sektor Industri Pertanian pada Tahun 2010 – 2013 Tabel 4. 1 Rata-rata Rasio Profitabilitas Sektor Industri Pertanian Tahun 2010 – 2013 No.
Tahun
1
2010
2
2011
3
2012
4
2013
Rasio ROA ROE GPM OPM NPM ROA ROE GPM OPM NPM ROA ROE GPM OPM NPM ROA ROE GPM OPM
Rata-Rata Rasio 10,07 14,33 28,76 14,61 12,32 10,45 14,71 19,60 -8,77 -7,96 8,09 11,77 19,43 -5,56 3,55 3,74 6,01 15,54 -3,97
NPM
-4,70
Sumber: data diolah (2015)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai rata-rata rasio profitabilitas perusahaan manufaktur sektor industri pertanian pada tahun 2010-2013. Pada tahun 2010 Return on Asset (ROA) sebesar 10.07, ratarata Return on Equity (ROE) sebesar 14.33, rata-rata Gross Profit Margin (GPM) sebesar 28.76, rata-rata Operating Margin (OPM) sebesar 14.61, dan rata-rata Net Profit Margin (NPM) sebesar 12.32.
67
Pada tahun 2011 Return on Asset (ROA) sebesar 10.45, rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 14.71, rata-rata Gross Profit Margin (GPM) sebesar 19.60, rata-rata Operating Margin (OPM) sebesar -8.77, dan rata-rata Net Profit Margin (NPM) sebesar -7.96. Pada tahun 2012 Return on Asset (ROA) sebesar 8.09, rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 11.77, rata-rata Gross Profit Margin (GPM) sebesar 19.43, rata-rata Operating Margin (OPM) sebesar -5.56, dan rata-rata Net Profit Margin (NPM) sebesar 3.55. Pada tahun 2013 Return on Asset (ROA) sebesar 3.74, rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 6.01, rata-rata Gross Profit Margin (GPM) sebesar 15.54, rata-rata Operating Margin (OPM) sebesar -3.97, dan rata-rata Net Profit Margin (NPM) sebesar -4.70. Berdasarkan tabel di atas, penurunan rata-rata rasio profitabilitas pada industri pertanian disebabkan lahan pertanian yang semakin menyusut dari tahun ke tahun. Penyusutan lahan tersebut disebabkan adanya konversi lahan pertanian yang dijadikan sektor industri dan perumahan. Penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa sudah pasti sangat membutuhkan sandang, pangan dan kebutuhan pelengkap lainnya.
68
2. Rata-rata Rasio Profitabilitas Sektor Industri Barang Konsumsi pada Tahun 2010 – 2013 Tabel 4. 2 Rata-rata Rasio Profitabilitas Sektor Industri Barang Konsumsi Tahun 2010 – 2013 No.
Tahun
1
2010
2
2011
3
2012
4
2013
Rasio ROA ROE GPM OPM NPM ROA ROE GPM OPM NPM ROA ROE GPM OPM NPM ROA ROE GPM OPM
Rata-Rata Rasio 10,65 16,69 35,00 9,00 7,00 11,05 18,72 35,23 9,76 7,57 10,90 19,80 35,20 8,80 7,60 11,29 17,94 35,75 7,68
NPM
7,40
Sumber: data diolah (2015) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai rata-rata rasio profitabilitas perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi pada tahun 2010-2013. Pada tahun 2010 Return on Asset (ROA) sebesar 10.65, rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 16.69, rata-rata Gross Profit Margin (GPM) sebesar 35.00, rata-rata Operating Margin (OPM) sebesar 9.00, dan rata-rata Net Profit Margin (NPM) sebesar 7.00.
69
Pada tahun 2011 Return on Asset (ROA) sebesar 11.05, rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 18.72, rata-rata Gross Profit Margin (GPM) sebesar 35.23, rata-rata Operating Margin (OPM) sebesar 9.76, dan rata-rata Net Profit Margin (NPM) sebesar 7.57. Pada tahun 2012 Return on Asset (ROA) sebesar 10.90, rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 19.80, rata-rata Gross Profit Margin (GPM) sebesar 35.20, rata-rata Operating Margin (OPM) sebesar 8.80, dan rata-rata Net Profit Margin (NPM) sebesar 7.60. Pada tahun 2013 Return on Asset (ROA) sebesar 11.29, rata-rata Return on Equity (ROE) sebesar 17.94, rata-rata Gross Profit Margin (GPM) sebesar 35.75, rata-rata Operating Margin (OPM) sebesar 7.68, dan rata-rata Net Profit Margin (NPM) sebesar 7.40. Berdasarkan tabel di atas, terjadi fluktuasi pada rata-rata rasio profitabilitas sektor industri barang konsumsi. Hal tersebut disebabkan karena kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM dan inflasi. Kenaikan BBM juga menyebabkan kenaikan harga barang pokok dan konsumsi secara bersama. Pengeluaran yang biasa dikeluarkan masyarakat pada jumlah yang sama akan memperoleh jumlah barang konsumsi yang lebih sedikit.
70
B. Uji Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan uji beda rata-rata pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal. Salah satu cara untuk melakukan uji normalitas adalah dengan Uji Kolomogorov-Smirnov. Menurut wibowo (2012), data dikatakan normal jika nilai Kolomogorov-smirnov Z < Z tabel atau menggunakan nilai probability Sig (2-tailed) > 0,05. Hasil Uji Kolomogorov-Smirnov antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4. 3 Rekapitulasi Uji Normalitas Rasio P Value Sig. ROA_IP 0,964 ROE_IP 0,955 GPM_IP 0,754 OPM_IP 0,655 NPM_IP 0,986 0,05 ROA_BK 1,000 ROE_BK 1,000 GPM_BK 0,775 OPM_BK 0,970 NPM_BK 0,948 Sumber: data diolah (2015)
Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
71
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai probability pada masing-masing variabel lebih besar dari nilai signifikansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua rasio yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal. 2. Uji Independent Sample t-test Untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi pada periode 2010 – 2013, dilakukan uji beda yaitu dengan uji independent sample t-test. Hasil uji beda t-test disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4. 4 Rekapitulasi Hasil Uji Independent Sample t-Test Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Pertanian dengan Sektor Industri Barang Konsumsi Sektor Industri Barang Sektor Industri Pertanian Variabel Konsumsi Rasio Std. Std. Profitabilitas Mean Mean Deviation Deviation ROA
8.09 %
3.08 %
10.97 %
0.27 %
ROE
11.70 %
4.01 %
18.29 %
1.31 %
GPM
20.83 %
5.61 %
35.30 %
0.32 %
OPM
-0.92 %
10.55 %
8.81 %
0.86 %
NPM
0.80 %
9.08 %
7.39 %
0.28 %
Sumber: data diolah (2015)
72
a. Analisis Variabel ROA Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 8.09 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 10.97 %. Hal ini dapat diartikan bahwa selama periode 2010 – 2013 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian. Selain itu, didapatkan juga nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 3.08 % dan nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 0.27 %. Hal ini menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, dikarenakan nilai standar deviasi lebih rendah dibandingkan dengan nilai mean-nya masing-masing. b.
Analisis Variabel ROE Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 11.70 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 18.29 %. Hal ini dapat diartikan bahwa selama periode 2010 – 2013 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian. Selain itu, didapatkan juga nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 4.01 % dan nilai standar deviasi perusahaan
73
manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 1.31 %. Hal ini menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, dikarenakan nilai standar deviasi lebih rendah dibandingkan dengan nilai mean-nya masing-masing. c. Analisis Variabel GPM Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 20.83 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 35.30 %. Hal ini dapat diartikan bahwa selama periode 2010 – 2013 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian. Selain itu, didapatkan juga nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 5.61 % dan nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 0.32 %. Hal ini menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, dikarenakan nilai standar deviasi lebih rendah dibandingkan dengan nilai mean-nya masing-masing. d. Analisis Variabel OPM Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar -0.92 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 8.81 %.
Hal ini dapat diartikan bahwa selama
periode 2010 – 2013 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
74
lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian. Selain itu, didapatkan juga nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 10.55 % dan nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 0.86 %. Hal ini menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, dikarenakan nilai standar deviasi lebih rendah dibandingkan dengan nilai mean-nya masing-masing. e. Analisis Variabel NPM Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 0.80 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 7.39 %.
Hal ini dapat diartikan bahwa selama
periode 2010 – 2013 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian. Selain itu, didapatkan juga nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 9.08 % dan nilai standar deviasi perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 0.28 %. Hal ini menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, dikarenakan nilai standar deviasi lebih rendah dibandingkan dengan nilai mean-nya masing-masing.
75
3. Uji Hipotesis Tabel 4. 5 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Levene's Test for Equality of Variances F Equal variances assumed
ROA
Sig.
4,896
,069
2,440
,169
Equal variances not assumed Equal variances assumed
ROE
Equal variances not assumed
5,302
Equal variances assumed
GPM
,061
Equal variances not assumed Equal variances assumed
OPM
6,661
,042
13,168
,011
Equal variances not assumed
NPM
Equal variances assumed
t-test for Equality of Means
Equal variances not assumed
Sig. (2-tailed)
t
Mean Differnce
-1,868
,111
-2.88500
-1,868
,157
-2.88500
-3,117
,021
-6,58250
-3,117
,041
-6,58250
-5,150
,002
-14,46250
-5,150
,014
-14,46250
-1,840
,115
-9,73250
-1,840
,162
-9,73250
-1,451
,197
-6,59000
-1,451
,242
-6,59000
Sumber: data diolah (2015) a. Variabel ROA Tabel 4. 6 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Return on Assets (ROA) Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of Variances
F
ROA
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sumber: data diolah (2015)
4,896
Sig.
,069
Sig.
Mean
(2-tailed)
Differnce
t
-1,868
,111
-2.88500
-1,868
,157
-2.88500
76
Secara absolut jelas terlihat bahwa rata-rata (mean) rasio ROA antara sektor industri pertanian berbeda dengan ROA sektor industri barang konsumsi. Untuk melihat perbedaan ini apakah nyata secara statistik, maka harus dilihat dari hasil uji independen sample t- test. Uji beda t- test ini digunakan untuk menguji apakah varians populasi kedua sampel tersebut sama (equal varians assumed) ataukah berbeda (equal varians not assumed) dengan melihat nilai levene test. Pengambilan keputusan adalah jika probabilitas > 0.05, maka Ho tidak dapat ditolak, artinya varians sama. Sebaliknya, jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak, artinya varians berbeda. Pada tabel 4.6 terlihat bahwa F hitung untuk ROA dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda), yaitu sebesar 4.896 dengan profitabilitas 0.069 lebih besar dari nilai α = 0.05, maka Ho tidak dapat ditolak atau varians sama. Oleh karena tidak ada perbedaan yang nyata dari kedua varians, sehingga penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi dengan t- test menggunakan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda). Terlihat bahwa t hitung untuk ROA dengan equal varians assumed adalah -1.868 dengan probabilitas 0.111. Oleh karena probabilitas uji dua sisi (2-tailed), maka nilai tersebut harus dibagi 2, yaitu 0.111 : 2 = 0.0555 yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0.025 (0.0555 > 0.025), maka Ho tidak dapat ditolak. Hal tersebut berarti kedua rata-rata (mean), ROA
77
sektor industri pertanian dan ROA sektor barang konsumsi adalah sama atau tidak berbeda. Bisa dikatakan bahwa tidak ada bukti statistik yang bisa menyatakan bahwa rata-rata (mean) ROA sektor industri pertanian berbeda dengan ROA sektor industri barang konsumsi. Ha1 tidak dapat ditolak, sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu tidak terdapat perbedaan. b. Variabel ROE Tabel 4. 7 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Return on Equity (ROE) Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of Variances
F
ROE
Equal variances assumed Equal variances not assumed
2,440
Sig.
,169
Sig.
Mean
(2-tailed)
Differnce
t
-3,117
,021
-6,58250
-3,117
,041
-6,58250
Sumber: data diolah (2015) Secara absolut jelas terlihat bahwa rata-rata (mean) rasio ROE antara sektor industri pertanian berbeda dengan ROE sektor industri barang konsumsi. Untuk melihat perbedaan ini apakah nyata secara statistik, maka harus dilihat dari hasil uji independen sample t- test. Uji beda t- test ini digunakan untuk menguji apakah varians populasi kedua sampel tersebut sama (equal varians assumed) ataukah berbeda (equal varians not assumed) dengan melihat nilai levene test. Pengambilan
78
keputusan adalah jika probabilitas > 0.05, maka Ho tidak dapat ditolak, artinya varians sama. Sebaliknya, jika prbabilitas < 0.05, maka Ho ditolak, artinya varians berbeda. Pada tabel 4.7 terlihat bahwa F hitung untuk ROE dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda), yaitu sebesar 2.440 dengan profitabilitas 0.169 lebih besar dari nilai α = 0.05, maka Ho tidak dapat ditolak atau varians sama. Oleh karena tidak ada perbedaan yang nyata dari kedua varians, sehingga penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi dengan t- test menggunakan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda). Terlihat bahwa t hitung untuk ROE dengan equal varians assumed adalah -3.117 dengan probabilitas 0.21. Oleh karena probabilitas uji dua sisi (2-tailed), maka nilai tersebut harus dibagi 2, yaitu 0.021 : 2 = 0.0105 yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0.025 (0.0105 < 0.025), maka Ho ditolak. Hal tersebut berarti kedua rata-rata (mean), ROE sektor industri pertanian dan ROE sektor barang konsumsi adalah berbeda. Bisa dikatakan bahwa tidak ada bukti statistik yang bisa menyatakan bahwa rata-rata (mean) ROE sektor industri pertanian tidak berbeda (sama) dengan ROE sektor industri barang konsumsi. Ha2 ditolak, tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan.
79
c. Variabel GPM Tabel 4. 8 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Gross Profit Margin (GPM) Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of Variances
F
GPM
Equal variances assumed Equal variances not assumed
5,302
Sig.
,061
Sig.
Mean
(2-tailed)
Differnce
t
-5,150
,002
-14,46250
-5,150
,014
-14,46250
Sumber: data diolah (2015) Secara absolut jelas terlihat bahwa rata-rata (mean) rasio GPM antara sektor industri pertanian berbeda dengan GPM sektor industri barang konsumsi. Untuk melihat perbedaan ini apakah nyata secara statistik, maka harus dilihat dari hasil uji independen sample t- test. Uji beda t- test ini digunakan untuk menguji apakah varians populasi kedua sampel tersebut sama (equal varians assumed) ataukah berbeda (equal varians not assumed) dengan melihat nilai levene test. Pengambilan keputusan adalah jika probabilitas > 0.05, maka Ho tidak dapat ditolak, artinya varians sama. Sebaliknya, jika prbabilitas < 0.05, maka Ho ditolak, artinya varians berbeda. Pada tabel 4.8 terlihat bahwa F hitung untuk GPM dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda), yaitu sebesar 5.302 dengan profitabilitas 0.061 lebih besar dari nilai α =
80
0.05, maka Ho tidak dapat ditolak atau varians sama. Oleh karena tidak ada perbedaan yang nyata dari kedua varians, sehingga penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi dengan t- test menggunakan dasar equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda). Terlihat bahwa t hitung untuk GPM dengan equal varians assumed adalah -5.150 dengan probabilitas 0.002. Oleh karena probabilitas uji dua sisi (2-tailed), maka nilai tersebut harus dibagi 2, yaitu 0.002 : 2 = 0.001 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0.025 (0.001 < 0.025), maka Ho ditolak. Hal tersebut berarti kedua rata-rata (mean), GPM sektor industri pertanian dan GPM sektor barang konsumsi adalah berbeda. Bisa dikatakan bahwa tidak ada bukti statistik yang bisa menyatakan bahwa rata-rata (mean) GPM sektor industri pertanian tidak berbeda (sama) dengan GPM sektor industri barang konsumsi. Ha3 ditolak, tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan.
81
d. Variabel OPM Tabel 4. 9 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Operating Profit Margin (OPM) Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of Variances
F
OPM
Equal variances assumed Equal variances not assumed
6,661
Sig.
,042
Sig.
Mean
(2-tailed)
Differnce
t
-1,840
,115
-9,73250
-1,840
,162
-9,73250
Sumber: data diolah (2015) Secara absolut jelas terlihat bahwa rata-rata (mean) rasio OPM antara sektor industri pertanian berbeda dengan OPM sektor industri barang konsumsi. Untuk melihat perbedaan ini apakah nyata secara statistik, maka harus dilihat dari hasil uji independen sample t- test. Uji beda t- test ini digunakan untuk menguji apakah varians populasi kedua sampel tersebut sama (equal varians assumed) ataukah berbeda (equal varians not assumed) dengan melihat nilai levene test. Pengambilan keputusan adalah jika probabilitas > 0.05, maka Ho tidak dapat ditolak, artinya varians sama. Sebaliknya, jika prbabilitas < 0.05, maka Ho ditolak, artinya varians berbeda. Pada tabel 4.9 terlihat bahwa F hitung untuk OPM dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda), yaitu sebesar 6.661 dengan profitabilitas 0.042 lebih kecil dari nilai α =
82
0.05, maka Ho ditolak atau varians tidak sama. Oleh karena ada perbedaan yang nyata dari kedua varians, sehingga penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi dengan t- test menggunakan dasar equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama atau berbeda). Terlihat bahwa t hitung untuk OPM dengan equal varians not assumed adalah -1.840 dengan probabilitas 0.162. Oleh karena probabilitas uji dua sisi (2-tailed), maka nilai tersebut harus dibagi 2, yaitu 0.162 : 2 = 0.081 yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0.025 (0.081 > 0.025), maka Ho tidak dapat ditolak. Hal tersebut berarti kedua rata-rata (mean), OPM sektor industri pertanian dan OPM sektor barang konsumsi adalah sama atau tidak berbeda. Bisa dikatakan bahwa tidak ada bukti statistik yang bisa menyatakan bahwa rata-rata (mean) OPM sektor industri pertanian berbeda dengan OPM sektor industri barang konsumsi. Ha4 tidak dapat ditolak, sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu tidak terdapat perbedaan.
83
e. Variabel NPM Tabel 4. 10 Hasil Uji Statistik Independent Sample T-test Variabel Nett Profit Margin (NPM) Levene's Test for t-test for Equality of Means Equality of Variances
F
NPM
Equal variances assumed Equal variances not assumed
13,168
Sig.
,011
Sig.
Mean
(2-tailed)
Differnce
t
-1,451
,197
-6,59000
-1,451
,242
-6,59000
Sumber: data diolah (2015) Secara absolut jelas terlihat bahwa rata-rata (mean) rasio NPM antara sektor industri pertanian berbeda dengan NPM sektor industri barang konsumsi. Untuk melihat perbedaan ini apakah nyata secara statistik, maka harus dilihat dari hasil uji independen sample t- test. Uji beda t- test ini digunakan untuk menguji apakah varians populasi kedua sampel tersebut sama (equal varians assumed) ataukah berbeda (equal varians not assumed) dengan melihat nilai levene test. Pengambilan keputusan adalah jika probabilitas > 0.05, maka Ho tidak dapat ditolak, artinya varians sama. Sebaliknya, jika prbabilitas < 0.05, maka Ho ditolak, artinya varians berbeda. Pada tabel 4.10 terlihat bahwa F hitung untuk NPM dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda), yaitu sebesar 13.168 dengan profitabilitas 0.011 lebih kecil dari nilai α =
84
0.05, maka Ho ditolak atau varians tidak sama. Oleh karena ada perbedaan yang nyata dari kedua varians, sehingga penggunaan varians untuk membandingkan rata-rata populasi dengan t- test menggunakan dasar equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians sama atau tidak berbeda). Terlihat bahwa t hitung untuk NPM dengan equal varians not assumed adalah -1.451 dengan probabilitas 0.242. Oleh karena probabilitas uji dua sisi (2-tailed), maka nilai tersebut harus dibagi 2, yaitu 0.242 : 2 = 0.121 yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0.025 (0.121 > 0.025), maka Ho tidak dapat ditolak. Hal tersebut berarti kedua rata-rata (mean), NPM sektor industri pertanian dan NPM sektor barang konsumsi adalah sama atau tidak berbeda. Bisa dikatakan bahwa tidak ada bukti statistik yang bisa menyatakan bahwa rata-rata (mean) NPM sektor industri pertanian berbeda dengan NPM sektor industri barang konsumsi. Ha5 tidak dapat ditolak, sesuai dengan hipotesis penelitian tidak terdapat perbedaan. 4. Pembahasan Berdasarkan hasil uji beda yang telah dilakukan dengan menggunakan independent sample t-test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi, jika dilihat dari variabel ROA, ROE, OPM dan NPM. Sedangkan jika dilihat dari variabel GPM
85
terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan sektor industri barang konsumsi. a. Perbandingan Variabel ROA ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara menyeluruh di dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva. Berdasarkan uji yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai ratarata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 8.09 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 10.97 %. Sehingga dapat diartikan bahwa, kemampuan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dalam menghasilkan laba pada periode 2010 2013 lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian. Sedangkan berdasarkan uji beda t-test, diketahui bahwa variabel Return on Assets menghasilkan nilai t hitung untuk ROA dengan equal varians assumed adalah -1.868 dengan probabilitas 0.0555 lebih besar dari nilai α = 0.025. Hal ini dapat diartikan bahwa, tidak ada perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari Return on Assets (ROA).
86
b. Perbandingan Variabel ROE ROE merupakan suatau pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Berdasarkan uji yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 11.70 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 18.29%. Sehingga dapat diartikan bahwa, pendapatan bersih perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi pada periode 2010 - 2013 lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian. Sedangkan berdasarkan uji beda t-test, diketahui bahwa variabel Return on Equity menghasilkan nilai t hitung untuk ROE dengan equal varians assumed adalah -3.117 dengan probabilitas sebesar 0.0105 lebih kecil dari nilai α = 0.025. Hal ini dapat diartikan bahwa, ada perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan
perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi dilihat dari Return on Equity (ROE). c. Perbandingan Variabel GPM GPM
merupakan
persentase
dari
laba
kotor
penjualan
dibandingkan dengan penjualan. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 20.83 % lebih kecil dibandingkan nilai
87
rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 35.30 %. Sehingga dapat diartikan bahwa, operasi perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi pada periode 2010 - 2013 lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian. Karena semakin besar gross profit margin menunjukkan bahwa harga pokok penjualan lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. Sedangkan berdasarkan uji beda t-test, diketahui bahwa variabel Gross Profit Margin menghasilkan nilai t hitung untuk GPM dengan equal varians assumed adalah -5.150 dengan probabilitas sebesar 0.001 lebih kecil dari nilai α = 0.025. Hal ini dapat diartikan bahwa, ada perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan
perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi dilihat dari Gross Profit Margin (GPM). d. Perbandingan Variabel OPM Operating profit margin (OPM) merupakan pendapatan hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan biaya bunga dengan pajak penghasilan. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar -0.92 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 8.81 %. Hal ini dapat diartikan bahwa selama periode 2010 – 2013 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi lebih baik
88
dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dalam memperoleh pendapatan kotor. Sedangkan berdasarkan uji beda t-test, diketahui bahwa variabel Operating Profit Margin menghasilkan nilai t hitung untuk OPM dengan equal varians not assumed adalah -1.840 dengan probabilitas sebesar 0.081 lebih besar dari nilai α = 0.025. Hal ini dapat diartikan bahwa, tidak ada perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari Operating Profit Margin (OPM). e. Perbandingan Variabel NPM Net profit margin (NPM) merupakan rasio laba setelah pajak dibandingkan dengan penjualan. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) pada perusahaan manufaktur sektor industri pertanian sebesar 0.80 % lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebesar 7.39 %.
Hal ini dapat diartikan bahwa selama
periode 2010 – 2013 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dalam memperoleh pendapatan bersih. Sedangkan berdasarkan uji beda t-test, diketahui bahwa variabel Net Profit Margin menghasilkan nilai t hitung untuk NPM dengan
89
equal varians not assumed adalah -1.451 dengan probabilitas sebesar 0.121 lebih besar dari nilai α = 0.025. Hal ini dapat diartikan bahwa, tidak ada perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari Net Profit Margin (NPM).
90
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Salah satu metode untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antar industri adalah dengan uji beda. Uji tersebut menggunakan tingkat signifikansi tertentu, di mana dari tingkat signifikansi tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja keuangan antar perusahaan. Dari analisis yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tidak ada perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari Return on Assets (ROA). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan Return on Assets (ROA) pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi pada periode 2010 - 2013 lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian.
2.
Terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari Return on Equity (ROE). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan Return on Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi pada periode 2010 - 2013 lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian.
91
3.
Terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari Gross Profit Margin (GPM). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan Gross Profit Margin (GPM) pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi pada periode 2010 - 2013 lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian.
4.
Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari Operating Profit Margin (OPM). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan Operating Profit Margin (OPM) pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi selama periode 2010 – 2013 lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian.
5.
Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan manufaktur sektor industri pertanian dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dilihat dari Net Profit Margin (NPM). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan Net Profit Margin (NPM) pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi selama periode 2010 – 2013 lebih baik dibandingkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri pertanian.
92
6.
Dari segi profitabilitas, industri barang konsumsi lebih baik dari industri pertanian, di mana rata-rata pada setiap rasio menunjukkan sektor industri barang konsumsi lebih tinggi dari sektor industri pertanian. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang semakin menyusut dari tahun ke tahun. Penyusutan lahan pertanian disebabkan adanya konversi lahan pertanian yang dijadikan sektor industri dan perumahan.
B. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih memperbesar sampel yaitu dengan melibatkan seluruh perusahaan dari berbagai sektor. Dengan demikian hasil penelitian dapat digeneralisir. 2. Untuk lebih memperluas dan memperdalam analisis yang dilakukan, penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil periode waktu yang lebih panjang. 3. Diharapkan penelitian selanjutnya agar menggunakan lebih banyak rasio, tidak hanya terbatas pada rasio profitabilitas untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. 4. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk para investor dalam pengambilan keputusan menginvestasikan modalnya ke sektor industri yang lebih tepat.
93
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ansyah, Igi. 2014. Menjaga Stabilitas, Membangun Pembangunan Ekonomi Negeri. http://www.academia.edu/8495624/ Diakses 29 Desember 2014 Asri, Upik Yuli. 2009. “Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Laba di Masa Yang Akan Datang Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2002-2007”. Skripsi. Solo: Universitas Negeri Sebelas Maret. Awwab. Humam. 2012. “analisis perbandingan kinerja keuangan pada perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di beli periode 2006-2010”. Skripsi. Jakarta: Universitas Bakrie. Bakar, Abu. 2010. “Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA dan MVA” (Bandung: Fakultas Teknologi Industri ITN: Jurnal Rekayasa (LPPM Itenas) No. 1 Vol. XIV, JanuariMaret 2010) Bank Indonesia. 2010. Laporan Keuangan Publikasi Tahunan. www.idx.go.id Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analisys dengan SPSS. Salatiga: STAIN Salatiga pers. Bursa Efek Indonesia. 2010. Pasar Syariah. www.idx.go.id Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hamidah. 2013. “Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa
94
Efek Indonesia Periode 2004-2006)” (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta: Jurnal Riset Manajemen Sains (JRMSI) No. 1, Vol. 4 tahun 2013) Hanafi, Mamduh M. 2005. Manajemen Keungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi- UGM.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harahap, Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harmono. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Herlambang, Pandu S. 2013. Pelaku Barang Industri Konsumsi Khawatir Rusaknya
Momentum
Pertumbuhan
Sektor
Konsumer.
http://wartaekonomi.co.id/ Diakses 29 Desember 2014 Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Lidyawati, Novi. 2004. “Analisis Rasio Keuangan Sebagai Prediksi Perubahan Laba Perusahaan yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia”. Skripsi. Semarang: Univ. Soegijapranata. Meliangan, Steven., Tommy, Parengkuan,.... (dkk). 2014. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank BCA (Persero) dan Bank CIMB Niaga (Persero) Tbk.” (Manado: Univ. Sam Ratulangi: Jurnal EMBA No. 3 Vol. 2, September
95
2014) Nissa, Khoerotun. 2014. “Analisis Perbandingan Pengakuan Pendapatan dan Beban pada Bank Umum Syariah Terhadap Bank Umum Konvensional”. Skripsi. Salatiga: IAIN Salatiga. PSAK. 2002. Nomor 1 tentang laporan keuangan. Purbaningsih, Rr. Yopyy Palupi. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Perusahaan Pertambangan Milik Pemerintah (BUMN) dengan Perusahaan Pertambangan Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. http://www.researchgate.net/publication/235699484 Diakses 29 Desember 2014
Purnomo, Herdaru. 2014. Negara dengan Penduduk Terbanyak di Dunia RI Masuk 4 Besar. http://finance.detik.com/ Diakses 29 Desember 2014 Ravelia, Ika dan Rahmawati. 2009. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Publik di Indonesia pada Masa Selama Krisis dan Setelah Krisis Ekonomi” (Surakarta: UNS: Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1 Vol. 14, April 2009 Ridho, Fatkhur. 2014. Dimensi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. www.ekon.go.id Diakses 29 Desember 2014 Rivai, Veithzal dan Veithzal, Andria Permata. 2007. Islamic Financial Management. Jakarta: Rajawali Pers. Riyanto, Bambang. 2004. Dasar-Dasar Pembelajaan Perusahaan Ed. Empat. Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta. Setiaji, Danang Afuah. 2014. Pengaruh Penerapan Tata Kelola Perusahaan Terhadap
96
Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi. Tangerang: Sekolah Tinggi Akutansi Negara.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta. Sukmana, Yoga. 2014. Sejak Masa Pak Harto Indonesia Memiliki Mimpi yang Salah. http://bisniskeuangan.kompas.com/ Diakses 30 Desember 2014 Warga, Poetri Mustika. 2006. Analisa laporan Keuangan dan Indikator Kebangkrutan untuk Menilai Kinerja Keuangan serta Kelangsungan pada PT. Mayora Indah Tbk Beserta Anak Perusahaan (Periode 2001 – 2005). Skripsi. Jakarta: Univ. Bina Nusantara. Wibowo, Agung Edy. 2012. Aplikasi Praktis SPSS dalam Penelitian. Yogyakarta: Gava Media. Widayanti, Rita... (dkk). 2006. Manajemen Keuangan. Salatiga: Fakultas Ekonomi Univ. Kristen Satya Wacana. http://id.wikipedia.org/wiki/industri Diakses 29 Desember 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/pertanian Diakses 29 Desember 2014
97
Lampiran
98
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
ROA Equal variances assumed Equal variances not assumed ROE Equal variances assumed Equal variances not assumed GPM Equal variances assumed Equal variances not assumed OPM Equal variances assumed Equal variances not assumed NPM Equal variances assumed Equal variances not assumed
F 4,896
2,440
5,302
6,661
13,168
Sig. ,069
,169
,061
,042
,011
t-test for Equality of Means
t 1,868
Sig. (2Mean Std. Error df tailed) Difference Difference 6 ,111 -2,88500 1,54458
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -6,66444 ,89444
- 3,046 1,868
,157
-2,88500
1,54458
-7,75913 1,98913
3,117
6
,021
-6,58250
2,11158
11,74936 1,41564
- 3,632 3,117
,041
-6,58250
2,11158
12,68742
5,150
6
,002 -14,46250
2,80846
21,33455 7,59045
- 3,020 5,150
,014 -14,46250
2,80846
23,36763 5,55737
1,840
6
,115
-9,73250
5,29033
- 3,21247 22,67747
- 3,040 1,840
,162
-9,73250
5,29033
- 6,97954 26,44454
1,451
6
,197
-6,59000
4,54138
- 4,52235 17,70235
- 3,006 1,451
,242
-6,59000
4,54138
- 7,84760 21,02760
-,47758
99
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA_ ROE_ GPM_ OPM_I NPM_ ROA_ ROE_ IP IP IP P IP BK BK 4 4 4 4 4 4 4 8,087 11,70 20,83 -,9225 ,8025 10,972 18,287 5 50 25 5 5 3,077 4,014 5,607 10,545 9,078 ,26837 1,3099 47 88 79 70 55 0
N Normal Mean Parameter sa,b Std. Deviati on Most Absolu ,250 Extreme te Difference Positiv ,221 s e Negati -,250 ve Kolmogorov,501 Smirnov Z Asymp. Sig. (2,964 tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
GPM_ BK 4 35,295 0 ,32005
OPM_ BK 4 8,8100
NPM_ BK 4 7,3925
,85938
,27609
,256
,337
,364
,228
,144
,145
,330
,245
,261
,227
,337
,364
,228
,136
,139
,330
,163
,226
-,256
-,173
-,228
-,167
-,144
-,145
-,178
-,245
-,261
,513
,674
,727
,456
,287
,291
,661
,491
,522
,955
,754
,665
,986
1,000
1,000
,775
,970
,948
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121