1
STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR SULA TENTANG MODEL SPIRITUAL MARKETING DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah
Disusun oleh : Herry Aslam Wahid NIM: 042311171
JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM (MUAMALAH) FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
i
ii
iii
iv
MOTTO
2ن َ 5ُ78َ ْ:;َ <َ= <َ> ا5ُ=5ُ@;َ ْ َأنCِ 7D= اEَ ْFG ِ <ًIْ@>َ Jَ Kُ َآM “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apaapa yang tidak kamu kerjakan”
iv
v
PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan dan berbangga hati, perjuangan, pengorbanan, niat, dan usaha keras yang kadang sering dibalut dengan keringat dan air mata telah turut memberikan warna dalam proses penyusunan skripsi ini, maka dengan bangga kupersembahkan karya skripsi ini terkhusus untuk orang-orang yang selalu tetap berada di dalam kasih sayang-Nya. Kupersembahkan khusus orang-orang yang selalu setia berada dalam ruang dan waktu kehidupanku, special thanks to :
(Bapak [Abdul Wahid] –Ibunda [Sri Usmini]) 2 Mba’ Ika Herlin Widyastuti M 2 Mba’ Lia M 2 Si Kecil Fathira “rara” Amalia Santosa M 2 Ahmad Dhani & Republik Cinta Artis Manajemen M 2BALADEWA Komunitas Restoe Boemi di Seluruh Dunia M
v
vi DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung
jawab,
penulis
menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini berisi pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
DEKLARATOR
HERRY ASLAM WAHID NIM:042311171
vii ABSTRAK Spiritual marketing merupakan konsep marketing yang tergolong baru dan menjadi solusi alternatif dalam praktek bisnis di tengah persaingan usaha yang mulai meninggalkan nilai dari praktek bisnis yang sesungguhnya. Spiritual marketing yang bertumpu pada Al-Quran dan Hadits serta pernah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW masih sangat relevan jika dijelaskan dan dipraktekkan secara detail kepada para pelaku bisnis. Ketidakjelasan dan minimnya pemahaman para pelaku bisnis tentang nilai bisnis yang sesungguhnya sehingga tidak jarang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan bisnis yang maksimal menyebabkan para praktisi bisnis idealis melakukan ijtihad dalam menjawab permasalahan yang timbul. Bank Muamalat Indonesia sebagai pelopor Bank Syariah pertama di Indonesia dengan slogan ”pertama murni syariah” mencoba menerapkan konsep spiritual marketing dalam proses operasional kesehariannya, dengan demikian bukan hanya produk-produknya melainkan juga proses menjalankan bisnis jasa keuangannya yang juga harus mengedepankan etika binis Islami. Bagaimana dengan pemikiran Muhammad Syakir Sula terkait konsep spiritual marketing? Bagaimana kerangka metodologis yang digunakan oleh Muhammad Syakir Sula? Dan bagaimana aplikasi pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang spiritual markering dalam Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang? Muhammad Syakir Sula menawarkan konsep dan pemahaman yang berbeda dari pendapat kebanyakan praktisi bisnis tentang definisi dari marketing yang kemudian disebut dengan spiritual marketing. Spiritual marketing dipahami Muhammad Syakir Sula adalah bukan berarti seseorang melakukan bisnis yang hanya berhubungan dengan ritual ibadah, melainkan spiritual marketing yang dimaksudkan adalah mampu memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis, baik diri kita sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal, dan bahkan para pesaing kita. Bahkan juga ditegaskan bahwa kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus juga menghargai para pesaing. Skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) dan lapangan (Field Research) untuk menggambarkan pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing. Penulis juga melakukan penelitian lapangan di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Semarang sehingga mengetahui bagaimana penerapan konsep spiritual marketing dalam perjalanan operasional Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang. Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan penyusun, ditemukan bahwa terdapat persamaan dalam konsep dan praktek spiritual marketing antara pemikiran Muhammad Syakir Sula dengan praktek operasional Bank Mualamat Indonesia Cabang Semarang, baik itu mengenai pemahaman mengenai spiritual marketing, praktek etika bisnis syariah, dan pengelolaan bisnis dengan mengedepankan aspek keadilan. Metode yang digunakan Muhammad Syakir Sula dalam merumuskan konsep Spiritual Marketing adalah dengan Riset Partisipatori, yaitu riset dimana beliau berada dalam sistem yang sedang diamati. Beliau menceritakan apa yang dilihat, lakukan dengan teman-teman sesama marketer dan businessman. Pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang spiritual marketing bisa untuk diaplikasikan pada industri keuangan bank atau non bank syariah ataupun bank konvensional, industri bisnis dll. Di samping itu, penerapan konsep spiritual marketing diberbagai industri binis memiliki peluang yang besar mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang telah mengalami kejenuhan dengan praktek-
vii
viii praktek bisnis yang sudah jauh dari nilai bisnis yang sesungguhnya, kejujuran, transparansi dan keadilan.
viii
ix
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala karunia, taufiq, hidayah dan nikmat Nya bagi kita semua khususnya bagi penyusun, hingga detik ini kita masih diberikan kenikmatan berupa kesehatan dan akal sehat sehingga penyusun dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD
SYAKIR SULA TENTANG MODEL SPIRITUAL MARKETING DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Implementasi Konsep Spiritual Marketing Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang)” ini disusun untuk memenuhi tugas dan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak sekali bimbingan, arahan, dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Para Rektor IAIN Walisongo Semarang selama penyusun menimba ilmu di IAIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A, dengan gaya khas beliau yang “ndesani” membuat inspirasi penyusun untuk senantiasa bersikap lugas, tegas, cerdas dan ramah. Prof. Dr. H. Muhibbin, MA, meski hanya sempat menikmati kepemimpinan beliau yang singkat, namun beliau sedikit banyak telah berjasa utamanya sewaktu penyusun masih aktif menjadi aktifis mahasiswa. 2. Bapak Muhammad Syakir Sula yang telah rela meluangkan waktu ditengah kepadatan aktifitas kesehariannya untuk menjawab beberapa pertanyaan dari penyusun. 3. Dekan Fakultas Syariah yang sangat saya kagumi, Bpk. Dr. Imam Yahya, M.Ag “sudah saatnya yang muda yang berbicara”. Terimakasih atas nasehat dan motofasinya ramadhan kemarin. 4. Ketua Jurusan Muamalah yang sekarang menjadi Pembantu Dekan I Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, Bpk. Drs. H. Abdul Ghofur, M.Ag, terimakasih atas saran, nasehat dan motifasinya, maaf
ix
x pak…sudah sering merepoti dan sudah bersedia menjadi tempat keluh kesah penyusun. 5. Bapak Ketua, Sekretaris dan Staf Jurusan Muamalah Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, Bpk. Moh. Arifin, M.Hum, Afif Noor dan Pak Arfan dengan penuh perhatian yang selalu mendorong penyusun untuk secepatnya menyelesaikan studi. 6. Terkhusus untuk dosen pembimbing skripsi penyusun, Bapak Drs. Sahidin, M.Si dan Drs. H. Wahab Zainuri, M.M, terimakasih atas waktu dan masukannya, tanpa sentuhan anda semua, mungkin penyusun tidak bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik, Pak Sahidin terimakasih atas kesabarannya, Pak Wahab, saya berhutang budi banyak sama bapak…bapak luar biasa. 7. Pengelola Perpustakaan Fakultas dan Institut yang telah memberikan ijin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Meski mulai semester IV penyusun kehilangan kartu perpus namun keberadaannya sangatlah penting. 8. Perpustakaan Program Pascasarjana (S2) IAIN Walisongo yang mengijinkan penulis untuk Ngerepoti membuka-buka Tesis yang judulnya ada kaitannya dengan judul Skripsi ini. Khusus untuk Bu Noor Rosyidah dan Djunaidi Abdullah yang Tesisnya cukup membantu untuk bahan telah pustaka. 9. Para Dosen pengajar di lingkungan Fakultas Syariah IAIN Walisongo khususnya Dosen Jurusan Muamalah [Pak Khoirin, P. Shoim, Bu Mujibatun, Bu Antin, Bu Muyas, Bu Ari Kristin, Bu Indah, Pak Hasan, Pak Rustam, Pak Saekhu, Pak Johan Arifin “makasih udah minjemi saya buku pak…”, Pak Suwanto. Staf Fakultas Syariah [Mas Yono, Bu Shoim,] yang telah membekali berbagai pengetahuan administrasi kepada penyusun. 10. Bapak dan Ibu yang senantiasa tiada henti-hentinya mendoakan dan memperjuangkan anak putra tunggal dan ragil untuk menjadi anak yang berbakti dan berguna pada nusa, bangsa dan agama. Doa restu dan ridhomu adalah spirit hidupku. Kakak-kakak ku dan keluarga besar Bani Choiriyah, Mba’ Ika Herlin atas segala bantuan, fasilitas
x
xi dan perjuangannya untukku [ade’ gak akan melupakan jasa-jasa mu. Mba’ Lia dan keponakan pertama ku yang paling imut dan cerdas. Si kecil Fathira “Rara” Amalia Santosa yang selalu menghibur dan memberi inspirasi penulis disaat mengalami penat yang sangat luar biasa. 11. Segenap jajaran direksi Bank Indonesia Semarang, Bpk. Dr. H. Zaeni Aboe Amin (mantan kepala BI Semarang), Pak Slamet Sulistyono “Terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada penyusun”, Pak Bambang, Mas Catur (iBi), Pak Samhudi dan Bu Novita Wulandari, karena anda semua, penyusun semakin yakin untuk mengejar mimpi ini. 12. Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Kajen Margoyoso Pati, KH. Muhammad Rohmad Noor, Gus Totok, Gus Aris, Kang Ali, Kang Salim, Kang Kus, Mbah Di, Toyib, Zuliana dkk semua alumni Jin-Jat 2004. 13. Alumni MA Salafiyah Kajen Pati (Jin-Jat 04), Agus Salim, Gus Rijal, neng Lala dkk semua, kalian memang sahabat yang luar biasa. 14. Segenap Pengurus Wilayah PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil) Jawa Tengah. Pak Budi, Pak Isroi, Pak Widi, Pak Hunaifi, Pak Tegar, Pak Rusdinono, Pak Rudi Rusmanto, Pak Taufiq, Pak Sabilal. Terimakasih atas kesempatan dan kepercayaannya. 15. Khusus kepada bapak Mustafa Edwin Nasution (Ketua Umum DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam) dan Agustianto (Sekjend DPP IAEI). Bersyukur bisa menjalin tali silaturrahmi dengan Bapak. 16. Ketua IMA [Indonesian Marketing Association] JATENG Pak Bayu Krishna, Vinchen, Mba Annisa dan Crew SWA Consult Manajemen. Serta Goup Gambang Katresnan Laskar LQ (Listening Quotient) Semarang, Terimakasih banyak atas waktu, pikiran dan tenaganya untuk berdiskusi tentang marketing dan motivasi spiritualitas nya. Bapak memang Luar Biasa… 17. Kepala Desa dan segenap warga Desa Cepokomulyo Bapak Ahmad Syaifuddin Zuhri, S.TH.i beserta keluarga [Umi, Rizal, Wawa, Pipis],
xi
xii terimakasih atas sambutan yang sangat luar biasa karena banyak merepotkan waktu penyusun KKN. 18. Alumni TIM KKN Tematik PBA IAIN Walisongo Semarang Angkatan ke 51 Posko 29 Desa Cepokomulyo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Neng Zulfa (Selamat menempuh hidup baru), Bu Nenek, Warto, Dian, Nafi’ Ndut, Atik, Usna (gantian besok aku yang ke USA ya us...), Titik, dan Hartono. Terimakasih atas saran, kritik dan motivasinya. 19. Sahabat-sahabat di Intra kampus, Pengurus BEMJ MuamalahEkonomi Islam Periode 2007, Maskur, Rifa, Atik, Mei, Hasan, Icha EI A&B, Novi, Nafis, Agus, dan Adi. Icha, Aril, (BEMJ D3 PBS). 20. Wadyabala JUSTISIA dari semua angkatan yang jelas banyak membantu penulis, waktu untuk berdiskusi, kesempatan menulis, peminjaman buku, canda dan tawa kalian sebagai penyemangat hidup dikala penulis terpuruk karena konflik internal. Crew 2007 (Ainung, Malikah Soli, Rifa, Ifa,). Crew 2006 (Nikmah, Fian, Obed, Munif Bam, Yayan), Crew 2005 (Hamdani, Ela, Lina, Rouf), Crew 2004 (Emnas, Yoni, Hendi, Djo2, Kopling, Ovi, Ana, Una, Rofi) Crew Senior “eLSA Semarang” (Mz Wi2t, Umam [bentar lagi aku nyusul ke Australi mas…], Teddy, Iman, Mba Uun, Mba Fauzun, Mas Arif, Mas Ikrom, Mas Najib, Mas Suji, Mba Ika NF, dll) terimakasih semua udah turut membentuk karakter dan mengkadar saya. 21. Pengurus FoSSEI Komisariat Semarang dan Koord. Regional Jawa Tengah KSEI UNDIP (Imam Ali M, Abra, Dimas, Ismail, Yoga, Andrian dkk), KSEI STAIN Surakarta (Imam Ali S, Rahmad Daryono Kun), KSEI STAIN Salatiga (Ismail), KSEI UNNES (Jamal, Romadona, Dliyaul Haq dkk), KSEI UNISSULA (Eko), KSEI STIE BPD JATENG (Yudistira, Jannah, Nur Hasanah) KSEI UMS Surakarta (Nanung, William dan Heri), KSEI UNSOED Surakarta (Andri, Dliyaul Haq, Muharam dan Pak Eko), KSEI UMP Purwakarta (Andi), KSEI STAIN Pekalongan (Amir Mahmud). 22. Temen-temen ISMEI Koord. Wilayah VI JATENG-DIY, Fikri, Himawan, Hastomo [BEM FE UNISSULA], Kang Maman, Yuli
xii
xiii [BEM FE STIE BPD JATENG], Yulius [BEM FE UDINUS], Malik [BEM FE USM], Mba Ari, Geisha, Ruli [BEM FE UNIMUS], Dani [BEM FE UNNES], Yopi [BEM FE UPS Tegal], Brasto, Dian [BEM FE STIE SBI Jogja], Irfana [BEMJ Muamalah UIN Jogja], Hilal, Ridwan [UII Jogja], Syamsul, Ana [UIN Bandung]. 23. Ade-ade ku di Forum Studi Hukum Ekonomi Islam (ForSHEI), Hasan, Munif, Uswatun, Elly, Udin, Puje, Robe, Anik Demak, Nata, Tiyas, NH, Nazil, Ulil, Fathur, Baiti, Amik, Ubet, Munif, Endang, Ulin Naim, Salamah, Maria Ulfa, Shodiq, Irham, Mujab, Khudhori, Khafid, Bu Nyai Cilik Asiroh, Sofa, omen, Fitri, Iqbal, Riri, Aam, Sumi, Tika dll. Teruslah semangat untuk berjuang dakwah Ekonomi Syariah, saya terus mendukung kalian, ForSHEI LUAR BIASA..!!! 24. UKMI
KSMW
(Unit
Kegiatan
Mahasiswa
Kelompok
Studi
Mahasiswa Walisongo) yang dalam waktu + 6,5 tahun setia untuk di “tiduri” menemani penulis dalam suka dan duka. Tempat bersejarah dan menjadi saksi bisu dalam perjalanan kesuksesan kehidupan penulis kelak. Mantan Assisten pribadiku “Anas Naruto”, Anam, Gendut Umam, Ali Rambo, Rohwan, Tajudin dan Silahuddin, Kemin. Juga An Niswa, ada Jannah, Muyas dan de’ Ika. 25. Semua pihak insan akademisi dan praktisi perbankan Syariah dan Ekonomi Islam di Indonesia khususnya Semarang. Dari ASBISINDO Semarang Pak Adjat, Pak Imam Samekto [Bank BNI Syariah], Pak Donny, Bu Ira yang cukup banyak membantu penyusun, Mba Dewi [Bank Muamalat Cabang Semarang], Pak Ian [Bank Syariah Mandiri], Pak Titis [Asuransi Syariah Bumiputera], Pak Zulfa (pimpinan BII Syariah), Pak Zainal dan Pak Haris (Pimpinan BPD Jateng Syariah), Pak Indro Setiadji (BTN Syariah), Pak Mujahid (BPRS PNM Binama), Pak Kamto (BPRS Artha Surya Barokah), Pak Anang (BPRS Suriyah) dan Pak Ari (BPRS Mitra Harmoni). 26. Pengurus MES Kota Semarang, Pak Nyata Nugraha [Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Semarang], Mas Asyrof [Rumah Zakat Semarang], Bu Hasanah [POLINES], Mas Mirza [Pengusaha Komputer], Prof. Rofiq (MUI), Pah Hafidh (Notaris), Pak Adi
xiii
xiv (POLINES), Pak Agung (UNNES), Mas Slamet, Mas Dwi, Mas Iwan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berproses bersama dalam rangka Memasyarakatkan Ekonomi Syariah dan
Mensyariahkan Ekonomi Masyarakat. 27. Pak Fanny (Pusat Informasi Pasar Modal Semarang), terimakasih atas kesempatan waktu yang diberikan untuk diskusi seputar pasar modal syariah. Pak Irwan (Bursa Efek Indonesia), bapak luar biasa. Pak Touriq dan Pak Bima (BAPEPAM-LK). 28. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Syariah dan Komisariat Walisongo Semarang periode 20042008. Shodiq, (Ke.Ra 2007), Yayan & segenap pengurus (Ke.Ra 2008), Nedi (Pak Komis 2006). Tetap semangat, Revolusi belum Usai, Tangan Terkepal dan Maju Ke Muka..!!! 29. Teman-teman Class, (Iid, Aan, Istiqomah, Lily, Habibi, V-3, Umari, H5, Hawin, Ervin, Irsyad, Choliq), kapan kita ke Jepara lagi choi… 30. Teman-teman Reason Institute (RI), Qosim (Kapan Wisuda sim…), Ely, Hariroh, Nurul, Viroh, Afifah, Rofi, Gozy, Anas. Jaga persatuan dan kesatuan, jaga tali silaturrahmi di antara kita meski udah lulus, tetap jalin komunikasi. Jangan pernah sakit hati. I LOVE U All. 31. Temen-temen UKM Musik, Emen, iin, adi, arif, Ali Kabel dkk, terimakasih udah dikasih kesempatan untuk belajar Drum. 32. Temen-temen Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Walisongo Semarang 2008 Handik, Ma’as, Ahwan, Toni, Setiawan, Bobo, Dian, Rina, Dayat, sory choi…aku gak bisa maksimal di DEMA. 33. BALADEWA KRB (Komunitas Restoe Boemi) Jateng, Hendra, Sufan, Anto, Ridho, Dimas, Edo, Mba Tita, Ovi Pao, Hikmah. Mas Kiki (KRB Pusat), kalian lah inspirator terhebat yang pernah ada di Indonesia dan bahkan di muka bumi ini. Salam satu hati, The Legend Of DEWA 19. 34. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan baik moral maupun material dalam upaya penyelesaian penyusunan skripsi ini.
xiv
xv 35. Para Rival yang turut membenci dan hendak menyingkirkan penyusun dari peredaran, tanpa kalian, aku tidak bisa sedewasa ini dalam menghadapi masalah, terimakasih telah memusuhiku. 36. Terkhusus to adindaku Aniqotus Sa’adah, tidak usah cerewet, terimakasih atas kesabarannya, ahirnya kita wisuda bareng. Besar harapan, tulisan, ide, gagasan dan apa yang telah penyusun dokumentasikan dalam bentuk karya tulis ini dapat bermanfaat menjadi salah satu warna dalam hasanah ilmu dan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca untuk menuju proses kesempurnaan. Tulisan ini hanyalah sebagai sebuah karya sederhana yang pastinya akan sangat berharga pada kesempatan mendatang.
Semarang, 30 Juni 2011 Penyusun
Herry Aslam Wahid
xvi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......………………....………………………………. .... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ........……………………………..……..... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ... iii HALAMAN MOTTO …...………………………………………………..….. iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………..…. v HALAMAN DEKLARASI ….……………………………………………..... vi HALAMAN ABSTRAK ….…………………………………………...…....... vii KATA PENGANTAR …………….……………………………………......... viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………......... xiv BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….…... A. Latar Belakang Masalah ……………..…………………………...
1 1
B. Rumusan Masalah……………………….………….……………..
8
C. Tujuan Penelitian …………………….………………………...…
8
D. Telaah Pustaka …………………….………………………………
9
E. Metode Penelitian ………………………………………………… 12 F. Sistematika Penulisan ……………………………………….........
15
BAB II KERANGKA TEORITIK SPIRITUAL MARKETING …...……. 17 A. Definisi Spiritual Marketing ………………………….................... 17 B. Dasar Hukum Spiritual Marketing ……………………………….. 23 C. Sistem Kerja Spiritual Marketing ………………………………… 33 D. Spiritual Marketing dalam Prespektif Etika Bisnis Syariah ……...
41
E. Spiritual Marketing dalam Prespektif Keadilan Ekonomi Syariah... 48 F. Syariah Marketing ………………………………………………... 53
BAB III PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR SULA TENTANG SPIRITUAL MARKETING ……………………..............................
63
A. Biografi dan Kehidupan Muhammad Syakir Sula ……………….
63
1.
Biografi Muhammad Syakir Sula ………………….....................
63
2.
Karya-karya Muhammad Syakir Sula …………………………...
70
xvi
xvii 3.
Kerangka Metodologis Karya Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing .......................................................................
74
a. Dasar-Dasar Spiritual Marketing …………………………….
74
b. Karakteristik Spiritual Markating …………………………...
79
c. Konsep Spiritual Marketing …………………………….......
85
d. Relevansi Spiritual Marketing dengan Syariah Marketing…... 101 A. Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang ……………….............
107
1. Latar Belakang Berdirinya Bank Muamalat Indonesia ……... 107 2. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia ……………… 113 3. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia ……………………. 114 4. Prestasi yang diraih Bank Muamalat Indonesia ……………… 114 5. Produk dan Jasa Bank Muamalat Indonesia …………………. 116 6. Aplikasi Spiritual Marketing di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang ……………………………………………. 120
BAB IV ANALISIS ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR SULA TENTANG SPIRITUAL MARKETING …………………
128
A. Analisis Kerangka Metodologis Pemikira Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing ………………………………..
128
B. Analisis tentang Relevansi antara Model Spiritual Marketing dengan Syariah Marketing ………………………………………
139
C. Analisis tentang Implementasi Spiritual Marketing di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang …………………………
146
BAB V PENUTUP ………………………………………………………….
153
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 153 xvii
xviii B. Saran ……………………………………………………………..
156
C. Penutup …………………………………………………………..
158
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
159
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Masalah bisnis tidak dapat dipandang sebelah mata. Bisnis merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu bisnis berjalan terus, tanpa pandang bulu, apakah yang menjalankan bisnis tersebut sebagai orang muslim atau non muslim. Bagi orang muslim, bisnis bukanlah fenomena baru, namun ia merupakan fenomena yang telah lama dijalankan oleh panutan umat muslim, yaitu Rasulullah SAW. Di dalam kehidupannya, umat muslim dituntun oleh pedoman hidupnya, yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an menegaskan tentang hal yang sangat diyakini oleh umat Islam, bahwa kitab samawi ini merupakan petunjuk yang sempurna dan abadi bagi seluruh umat manusia. Sehingga, Al-Qur’an sudah pasti mengandung prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk yang fundamental di mana jawaban untuk setiap permasalahan dapat ditemukan termasuk masalah-masalah yang berhubungan dengan dunia bisnis.1 Dengan bergulirnya waktu yang membawa perubahan pola kehidupan manusia, perkembangan dunia bisnis melaju dengan pesat disertai juga dengan kecanggihan teknologi yang modern. Hasilnya, bisnis tersebut menghasilkan output yang berkualitas serta diimbangi dengan input untuk bisnis tersebut juga maksimal.
1
Muhammad dan R. Lukman Fathoni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika Dan Bisnis, (Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah, 2002), hal. ix-x.
1
2
Namun demikian, dalam proses pelaksanaan bisnis tersebut, kadang masih sering dijumpai beberapa persoalan yang sebenarnya tidak etis ketika diterapkan dalam menjalankan bisnis tersebut. Persoalan moral dan etika yang sudah mengalami pergeseran jauh dari prinsip suatu bisnis, yaitu kejujuran dan keadilan. Kondisi yang semacam ini semakin membuat market
share dalam sebuah bisnis menjadi bertambah luas. Klasifikasi karekter pasar menjadi banyak, sehingga dengan demikian, usaha untuk merebutkan pasar yang masih mengambang tersebut menjadi incaran banyak pelaku usaha merebut simpatik para konsumen. Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Syakir Sula dalam bukunya Syariah Marketing, Berbisnis berlandaskan prinsip syariah sangat mengedepankan sikap dan perilaku yang simpatik, selalu bersikap bersahabat dengan orang lain. Dan orang lain pun dengan mudah bersahabat dan bermitra dengannya. Rasulullah SAW pernah bersabda : ”Semoga Allah
memberikan rahmat-Nya kepada orang yang murah hati (sopan) pada saat dia menjual, membeli, atau saat dia menuntut haknya” (al Hadits).2 Demikian halnya dengan syariah marketing yang dalam teori dan aplikasinya juga mengedepankan sisi moral dan etika. Marketing syariah menekankan pentingnya menjalin relasi dan tali silaturrahmi kepada semua
stakeholder yang dimiliki oleh suatu perusahaan bisnis. Manusia tak dapat lepas dari kodrat sebagai makhluk sosial atau saling membutuhkan dengan 2
manusia lainnya.
Hal
tersebut juga
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan Pustaka, 2006), hal. 17.
3
diungkapkan oleh Marthin Luther King, Jr. yang dikutip oleh Andrew Ho dan Aa Gym yaitu, “Kita terperangkap dalam satu kerjasama mutual (saling
menguntungkan), terikat dalam setiap tujuan”. Network marketing adalah satu sarana yang secara positif menjawab kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial, karena dalam bisnis Network marketing manusia dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan sesama sekaligus bertumbuh dan sukses bersama.3 Menurut Muhammad Syafi’i Antonio dalam pengantar buku Syariah Marketing
menjelaskan
bahwa
dalam
syariah
juga
mengajarkan
responsibilitas. Seorang pemasar belum akan berakhir sebelum ia mampu mempertanggungjawabkan segenap produk dan proses pemasaran di hadapan Allah SWT di Padang Mahsyar nanti. Karena, Dialah Tuhan bagi segenap nasabah, karyawan, generasi penerus, pemerintah dan masyarakat.4 Dalam buku Syariah Marketing, Muhammad Syakir Sula mencoba menerapkan prinsip syariah Islam dalam setiap aktifitas bisnis yang dilakukan oleh setiap orang. Orientasi tidak hanya sebatas keduniawian saja akan tetapi juga orientasi akhirat juga turut diperhatikan bahwa yang demikian itu sesungguhnya ada dan perlu kita persiapkan. Seorang marketer yang memegang teguh nilai-nilai syariah Islam tidak hanya bertanggung jawab pada pimpinan atau atasan bisnisnya, melainkan lebih dari itu, bahwa konsep syariah marketing mengajarkan kepada marketer bahwa selain bertanggung jawab kepada atasan, juga akan 3
Andrew Ho dan Aa Gym, The Power of Network Marketing: Hikmah Silaturahmi dalam Bisnis, (Bandung: MQS Publishing, 2006), hal. 19. 4 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. xix-xx.
4
dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Sehingga ketika ajaran yang sedemikian itu dapat dijadikan bahan pijakan, seorang marketer akan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar tanpa menyalahi ajaran atau tuntunan agama Islam. Dengan demikian aspek spiritualitas tetap menjadi perhatian oleh para pelaku bisnis. Suatu bisnis, sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan dengan agama, jika tidak mampu memberikan kebagiaan kepada semua pihak, berarti belum melaksanakan Spiritual Marketing. Sebaliknya, jika dalam berbisnis kita sudah mampu memberikan kebahagiaan, menjalankan kejujuran dan keadilan, sesungguhnya kita telah menjalankan spiritual marketing, apapun bidang yang kita geluti.5 Di masa yang akan datang, ada sebuah pergeseran pasar dari tingkat intelektual atau rasional, menuju ke emosional, dan akhirnya bertransformasi ke spiritual. Pasar spiritual ini akan mempertimbangkan kesesuaian produk, keuntungan finansial dan nilai-nilai spiritual yang diyakininya. Namun, tidak serta merta pasar rasional akan berpindah ke spiritual. Disinilah tantangan terbesar sistem syariah dalam membidik pasar rasional. Padahal seperti kita ketahui bahwa pasar rasional atau pasar mengambang merupakan pasar terbesar. Contoh pasar ini adalah pasar korporasi dan kelas menengah ke atas. Mereka tidak terlalu fanatik terhadap salah satu sistem, tapi lebih melihat prospektif finansial.
5
Ibid, hal. 17.
5
Syakir Sula telah memberikan contoh kongkrit bagaimana seseorang ketika dalam menjalankan bisnisnya harus mengedepankan nilai spiritual. Tidak terkecuali dalam proses marketingnya. Kenyataan yang ada bahwa pada saat sekarang ini, banyak sekali para pelaku usaha atau bisnis melupakan nilai etika dan semangat spiritual dalam berbisnis tersebut, sehingga tidak mengherankan jika hal ini juga berakibat buruk terhadap proses selanjutnya dan juga berakibat buruk terhadap pelakunya. Keterpurukan kondisi bisnis yang seperti saat inilah yang kemudian perlu dirubah paradigma dan sistemnya agar tercipta iklim bisnis yang nyaman dan aman sesuai dengan harapan dan keinginan kita bersama. Menurut Syakir Sula, arti dari Spiritual Marketing sebagaimana tercermin dari konsep marketing syariah adalah bagaimana kita mampu memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis, baik dari diri kita sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal dan bahkan para pesaing kita. Kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus menghargai pesaing. Lebih lanjut, Syakir menjelaskan bahwa spiritual marketing bertujuan untuk mencapai sebuah solusi yang adil dan transparan bagi semua pihak yang terlibat. Di dalamnya tertanam nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak yang terlibat di dalamnya merasa dirugikan. Tidak akan ada pula pihak yang berburuk sangka (su’udzon). Nilai-nilai spiritual dalam berbisnis ini juga akan mampu memperbaiki inner-side kita. Sebaliknya,
6
semakin spiritual seseorang, ia pun akan lebih mampu menjalankan bisnisnya dengan lebih tenang dan dicintai oleh semua pihak.6 Dalam tataran aplikasi, Syakir Sula menunjukkan 17 (tujuh belas) strategi untuk mengimplementasikan prinsi-prinsip di atas. Strategi tersebut antara lain meliputi : mengembangkan spiritual based organization, menunjukkan respek yang tinggi terhadap pesaing, mencermati global paradox nasabah, jeli dalam menentukan ceruk pasar (segmentation), mampu mencuri hati dan jiwa nasabah (customer’s heart and soul), mampu untuk menjadi beda dalam hal konten dan konteks penggarapan pasar, bersikap transparan, menyuguhkan nilai tambah yang proporsional kepada segenap stakeholders, jujur dalam memberikan marketing mix (barang, harga, promosi, pengiriman dan layanan purna jual) serta mengembangkan budaya kerja yang etis dan bermoral. Dalam hal ini, Syakir Sula telah mengimplementasikannya dalam perjalanan karier beliau dalam dunia bisnis. Dimulai dari implementasinya pada Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Takaful, Perum Pegadaian Syariah, dan Batasa Capital Investment Management. Dalam tataran Individu, Syakir Sula mencontohkan dengan mencermati pola bisnis dan marketing Rasulullah SAW.7 Syakir Sula telah membuktikan bagaimana beliau pertama kali mendirikan perusahaan asuransi Islam pada masa itu. Dengan kegigihan, semangat dan sistem Islami yang digunakan oleh beliau dalam memasarkan 6 7
Ibid, hal. 16-19. Ibid, hal. xxi.
7
produk dari asuransi itu, pada tahun 2004 asuransi yang didirikan oleh beliau berhasil mendapatkan penghargaan dan menjadi kiblatnya asuransi Islam di dunia. Tak lain asuransi tersebut adalah asuransi Takaful yang mengalami perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Sosok Muhammad Syakir Sula sendiri sudah tidak asing lagi di mata para aktifis ekonomi syariah baik dari praktisi dan akademisi. Seseorang yang dengan gigih untuk berjuang mewujudkan angan-angan beliau yang belum tercapai untuk saat ini, yaitu bagaimana bisa merubah sistem ekonomi yang mengandung unsur ribawi yang dianut oleh bangsa ini menjadi sebuah sistem ekonomi yang bebas riba yaitu dengan memakai sistem yang berdasarkan pada syariah Islam. Prinsip-prinsip syariah marketing ini beliau gunakan saat masih menjadi tenaga marketing pada perusahaan asuransi Islam Takaful ketika baru awal-awal berdiri. Dengan kecerdasan dan kemampuan beliau untuk membaca peluang pasar dan dikombinasikan dengan prinsip-prinsip tadi, beliau berhasil untuk memperoleh hasil yang maksimal hasil dari usaha dan jerih payahnya. Ini menunjukkan bagaimana sistem marketing yang dipakai oleh Muhammad Syakir Sula menuai kesuksesan tanpa menafikan faktorfaktor lain yang juga turut menjadi faktor penentu dalam kesuksesan beliau dalam merintis asuransi Takaful. Dalam penulisan karya ilmiah sebagai salah satu persyaratan wajib untuk menempuh gelar S1 pada ilmu Hukum Ekonomi Islam ini, penulis mencoba menguraikan konsep Spiritual Marketing untuk dapat dijadikan
8
sebagai bahan penulisan skripsi. Masih banyak sekali uraian-uraian tentang konsep M. Syakir Sula dalam konsep Spiritual Marketing yang tertuang dalam buka Syariah Marketing yang disusun dengan tokoh marketing kenamaan, Hermawan Kartajaya. Untuk itu pada penyusunan karya ilmiah ini nanti akan penulis uraikan secara jelas sesuai kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka persoalan yang ingin penulis cari pemecahanya adalah : 1.
Bagaimana kerangka metodologis pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing ?
2.
Bagaimana relevansinya antara spiritual marketing dengan syariah marketing ?
3.
Bagaimanakah implementasi spiritual marketing di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang ?
C.
Tujuan Penelitian Berangkat dari latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, Adapun yang menjadi tujuan penyusunan skripsi ini adalah : 1.
Untuk mengetahui kerangka metodologis pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang spiritual marketing.
2.
Untuk mengetahui relevansi antara konsep spiritual marketing dan syariah marketing.
9
3.
Untuk mengetahui implementasi konsep spiritual marketing dalam Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
D.
Telaah Pustaka Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penulis berusaha untuk melakukan kajian awal terhadap pustaka ataupun karya-karya yang mempunyai relevansi terhadap topik yang ingin diteliti. Sepengetahuan penulis, belum terlalu banyak karya yang membahas masalah Spiritual Marketing yang menjadi obyek penelitian. Sebagai wujud untuk menghindari terjadinya plagiat penelitian, maka berikut ini akan penulis sajikan beberapa pustaka yang berupa skripsi yang relevan dengan judul yang penulis teliti. Studi Tentang Praktek Pemasaran Rasulullah (Sejarah Sosial Ekonomi Masa Rasulullah), Tesis yang disusun oleh Junaidi Abdillah, mahasiswa pascasarjana IAIN Walisongo konsentrasi Hukum Islam. Dalam tesis ini membahas secara global tentang praktek pemasaran Rasulullah SAW dan sejarah singkat kondisi sosio kultur masyarakat arab pada masa itu. Pemasaran Dalam Perspektif Fiqh Muamalah (Studi Kasus Pemasaran Buku oleh Yayasan Raudlatul Mujawwidin di Semarang), masih sama yaitu tesis yang disusun oleh Noor Rosyidah, pada tesis ini lebih banyak membahas konsep marketing perspektif fiqh muamalah dan dikaitkan dengan praktek pemasaran pada salah satu yayasan di Semarang.
10
Dari kedua tesis tersebut, penulis tidak menemukan sama sekali pembahasan mendalam mengenai konsep spiritual marketing seperti yang telah digagas oleh Muhammad Syakir Sula. Memang yang menjadi obyek dalam penelitian ini sama, yakni Rasulullah SAW yang diakui dunia bahwa beliau
adalah
seorang
sosok
manusia
yang
mempunyai
jiwa
entrepreneurship dan marketer terbaik dunia. Meski demikian, kedua tesis tersebut berbeda dengan skripsi penulis yang berjudul “Studi Analisis Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang Spiritual Marketing Dan Implementasinya Dalam Perbankan Syariah”. Dengan demikian skripsi penulis masih berpeluang untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut. Adapun buku-buku yang penulis jadikan bahan telaah adalah sebagai berikut ; Buku Syariah Marketing karya Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kertajaya menjadi salah satu referensi utama pada telaah pustaka sripsi ini. Karena di dalam buku ini dengan landasan konsep yang kuat dan disertai dengan berbagai contoh kasus nyata, menunjukkan kepada para pelaku bisnis bagaimana menerapkan konsep Syariah Marketing sebagai sebuah solusi untuk memenangkan pasar perbankan, asuransi, dan lembagalembaga keuangan syariah lainnya di Indonesia. Di dalam buku ini juga banyak dibahas tentang konsep Spiritual Marketing yang menjadi inti dari konsep Syariah Marketing.
11
Buku referensi utama selanjutnya adalah berjudul Marketing Bank Syariah (Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah) karya Ali Hasan, S.E., M.M. Dalam buku ini, Ali Hasan menjelaskan secara detail teori dan praktik marketing yang berpegang pada nilai-nilai spiritual pada bank syariah. Mulai dari sisi perencanaan sampai dengan langkah strategis untuk memenangkan persaingan pasar bank syariah. Marketing Muhammad SAW; Strategi Handal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW karya Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, sebuah buku yang mengulas secara rinci strategi marketing yang dijalankan oleh Rasulullah SAW. Dalam buku ini dijelaskan tentang Mind
Share, Market Share, Heart Share dan Soul Share yang kesemuanya itu merupakan kajian dalam ilmu marketing dan dikaitkan dengan kepribadian Rasulullah SAW. Buku The Power of Network Marketing; Hikmah Silaturrahmi dalam Bisnis karya Andrew Ho dan Aa Gym yang membahas tentang pentingnya menjalin komunikasi dengan silaturrahmi kepada networking yang kita miliki meski berbeda agama, suku, ras, budaya, bangsa dan Negara. Buku tersebut banyak mengulas tentang kekuatan networking yang dibangun dalam bidang bisnis, betapa indah dan membawa dampak positif yang begitu besar. Buku Karya M. Quraish Shihab, yang berjudul Berbisnis Dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia-Akhirat, yang lebih banyak membahas tentang etika dan prinsip berbisnis yang harus dilakukan seorang
12
muslim, dalam berbinis, idelanya tidak hanya menjaga hubungan baik dengan para stakeholdernya, tetapi yang patut diperhatikan juga adalah mengenai menjaga hubungan seorang manusia dengan tuhannya dalam bermuamalah. Buku Muhammad Bussiness Strategy and Ethics, karya M. Suyanto menjelaskan secara detail tentang sejarah dan macam-macam bisnis yang dilakukan oleh bangsa-bangsa arab kuno pra Islam, kondisi dan produknya. Dijelaskan pula dalam buku ini bagaimana etika dan strategi bisnis yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dari beberapa buku yang telah diuraikan penulis diatas, adalah sebagian kecil dari sekian banyak buku yang membahas tentang marketing, sehingga masih terdapat banyak buku yang dapat dijadikan referensi oleh penulis.
E.
Metode Penelitian Metode penelitian adalah sekumpulan teknik atau cara yang digunakan dalam penelitian yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian. 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Prosedur penelitian ini
13
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8 Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library
Research) dan lapangan (Field Research) dengan jalan membaca, menelaah buku-buku dan artikel yang berkaitan dengan pemikiran Muhammad Syakir Sula. Di samping menelaah dari buku karya dan wawancara (via email) dengan Muhammad Syakir Sula juga melakukan wawancara dengan pihak Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang. 2.
Sumber Data Adapun cara kerja teknis metode penelitian ini dengan menggunakan sumber data yang dibagi menjadi dua, yaitu : a.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari.9 Data primer juga disebut dengan istilah data asli. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku dan hasil wawancara langsung yang dilakukan dengan Muhammad Syakir Sula maupun Via E-Mail (
[email protected]). Sumber data primer yang kedua yaitu hasil wawancara dengan Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
b.
8
Data Sekunder
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 4. 9 Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 91.
14
Data sekunder adalah data yang mendukung data primer dan dapat diperoleh dari luar objek penelitian.10 Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah segala data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan obyek penelitian baik yang berbentuk buku, karya tulis, dan tulisan maupun artikel yang berhubungan dengan objek penelitian. 3.
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, karena jenis penelitiannya menggunakan library
research dan field research, maka metode pengumpulan datanya dilakukan melalui : a.
Wawancara, dilakukan dengan objek penelitian yaitu Muhammad Syakir Sula dan Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
b.
Observasi,
dilakukan
dengan
mengamati,
mencermati
dan
menganalisis di tempat objek penelitian, yakni Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang. c.
Dokumentasi, penelusuran terhadap bahan-bahan pustaka yang menjadi sumber data penelitian.
4.
Metode Analisis Analisis data merupakan faktor yang (juga) penting dalam suatu penelitian. Analisis adalah suatu proses menghubung-hubungkan, memisahkan, dan mengelompokkan antara fakta yang satu dengan fakta
10
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hal. 11.
15
yang lain sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai akhir pembahasan.11 Untuk itu, digunakan metode Deskriptif Analisis yakni menggambarkan dan dengan pendekatan ini maka corak khas atau karakteristik sang tokoh akan menjadi penelitian. Analisis ini untuk menggambarkan profil Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang dan pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang spiritual marketing serta implementasinya pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang.
F.
Sistematika Penulisan Dalam pembahasan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. Hal tersebut bertujuan agar
pembahasan
skripsi
ini
tersusun
secara
sistematis
sehingga
mempermudah pembahasan dan pemahaman. Untuk itu penulis perlu kiranya mengetengahkan dan menuangkan sistematika penulisannya yaitu sebagai berikut:
Bab Pertama adalah Pendahuluan, yang berisikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Dalam bab ini menjelaskan secara global tentang penulisan skripsi ini.
Bab Kedua tentang Kerangka Teoritik Spiritual Marketing. Pada bab ini berisi tentang Definisi Spiritual Marketing, Dasar Hukum Spiritual Marketing, Sistem Kerja Spiritual Marketing, Spiritual Marketing Dalam 11
85.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal.
16
Perspektif Etika Bisnis Syariah, Spiritual Marketing Dalam Perspektif Keadilan Ekonomi Syariah dan Syariah Marketing.
Bab Ketiga meliputi Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang Spiritual Marketing. Pada bab ini dibagi menjadi dua sub bab yaitu pertama tentang Biografi dan Kehidupan Muhammad Syakir Sula di dalamnya berisi Karya-karya Muhammad Syakir Sula, dan Kerangka Metodologis Pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing (meliputi Dasar-dasar Spiritual Marketing, Karakteristik Spiritual Marketing, Konsep Spiritual Marketing, Relevansi Spiritual Marketing Dengan Syariah Marketing). Dan sub bab yang kedua adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang, di dalamnya membahas tentang Latar Belakang Bank Muamalat Indonesia, Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia, Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia, Prestasi Yang diraih Bank Muamalat Indonesia dan Produk dan Jasa Bank Muamalat Indonesia.
Bab Keempat tentang Analisis Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang Spiritual Marketing. Di dalamnya berisi tentang Analisis Kerangka Metodologis Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang Spiritual Marketing, Analisis Tentang Relevansi Antara Model Spiritual Marketing Dengan Syariah Marketing, dan Analisis Tentang Implementasi Spiritual Marketing Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang. Bab Kelima Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dari apa yang telah dibahaas pada bab-bab sebelumnya, termasuk juga di dalamnya termasuk Saran-saran, dan Penutup.
17
BAB II KERANGKA TEORITIK SPIRITUAL MARKETING
A.
Definisi Spiritual Marketing Perkembangan ekonomi syariah sendiri mampu mengembalikan nilai-nilai Islam di tengah-tengah kehidupan perekonomian masyarakat. Dalam dunia bisnis telah muncul kesadaran akan pentingnya etika, kejujuran dan prinsip-prinsip Islam lainnya. Rasulullah SAW. sendiri telah memberikan contoh kepada manusia tentang cara-cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, sikap amanah, serta tetap memperoleh keuntungan. Nilai-nilai inilah yang menjadi landasan dalam melakukan spiritualisasi marketing. Oleh karena itu, mencontoh cara Rasulullah SAW. dengan mengutamakan nilai-nilai spiritual (Islam) adalah tindakan yang sangat terpuji yang direkomendasikan oleh banyak ayat Allah dalam Al-Qur’an.12 Dalam spiritualisasi marketing, marketing dirancang berdasarkan tiga kombinasi penting; pertama, pemasaran pada tingkat kecerdasan intelektual fokusnya adalah strategi, program (product, place, price,
promotion – marketing mix), diferensiasi, dan selling. Kedua, pemasaran pada tingkat kecerdasan emosional/ felling/ rasa ditandai dengan hadirnya konsep customer relationship, emotional branding, dan experiental
marketing yang intinya adalah memasukkan value emosional untuk 12
Ali Hasan, Marketing Bank Syariah; Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 5.
17
18
memanjakan pelanggan dengan cinta yang menciptakan pengalamanpengalaman baru dalam mengkonsumsi produk. Ketiga, pemasaran pada level kecerdasan spiritual – pemasaran dibimbing oleh nilai-nilai akidah yaitu kejujuran, amanah (kredibel, tanggungjawab), fathanah (cerdas dan bijaksana), tabligh (komunikatif), dan sebagainya (disebut soul marketing) yang telah dicontohkan dan disabdakan oleh Rasulullah lima belas abad silam. Spiritual marketing mendorong marketer agar menjadikan kegiatan pemasaran itu sebagai ibadah untuk menciptakan kemakmuran dan dakwah
fastabiqul khoiroh.13 Ketiga pilar konsep spiritual marketing diatas menggambarkan kondisi persaingan bisnis saat ini, jika dulu seseorang ketika melakukan bisnis dengan mengedepankan rasionalitas untung rugi, kemungkinan untuk mencapai kepuasan secara materi akan didapatkannya dengan mudah. Sebaliknya,
jika
seseorang
dalam
menjalankan
bisnis
dengan
mengedepankan emosional bisa dimungkinkan akan sedikit mengalami ”keterlambatan” dalam meraih keuntungan materi, dari sinilah konsep spiritual marketing diharapkan mampu memberikan tawaran model marketing yang merambah keduanya, antara rasional dan emosional dapat berjalan beriringan dengan mengedepankan profesionalitas bisnis yang dilandasi dengan nilai-nilai syariah Islam. Bisnis berlandaskan syariah sangat mengedepankan sikap dan perilaku yang simpatik, selalu bersikap bersahabat dengan orang lain, dan
13
Ibid, hal. 9.
19
orang lain pun dengan mudah dapat bersahabat dan bermitra dengannya. Rasulullah SAW. pernah bersabda, ”Semoga Allah memberikan rahmat-Nya
kepada orang yang murah hati (sopan) pada sat dia menjual, membeli, atau saat dia menuntut haknya” (Hadits).14 Pemasaran (marketing) merupakan salah satu dari kegiatankegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan
kelangsungan
hidupnya,
untuk
berkembang,
dan
mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan lancar.15 Firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an mengajarkan untuk senantiasa rendah hati, berwajah manis, bertutur kata yang baik, berperilaku sopan termasuk dalam aktivitas berbisnis.
U T W ِ Yُ Z \َ ^]_ن ا ] ِإcًefَ gَ ض ِ ْرk اlِm n ِ ْopَ Zَس و ِ c]s^ِ_ ك َ u] v َ ْfxِّ y َ pُ Zَو ن ] ِإ َ pِ ْ{ َ ْ
gِ ْ ُ ْ وَا َ ِ ْgَ lِm ْuy ِ ْ(وَا١٨) |ُ{ ٍرmَ ل ٍ cَ~ْ|gُ ] ُآ (١٩) fِ ِoW َ ْ_ت ا ُ ْ{y َ _َ ت ِ ْ{َاk اfَ َ َْأ Artinya : ”janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Sederhanakanlah kamu dalam 14
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 17. Basu Swastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1990), hal. 5. 15
20
berjalan, lunakkanlah suaramu. Sungguh seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (QS. Luqman: 18-19) Proses marketing dalam sebuah bisnis tidak hanya sebatas mengejar laba sebanyak-banyaknya untuk mendongkrak pendapatan penjualan produk. Marketing juga tidak hanya sebuah langkah yang sesederhana seperti yang kita bayangkan, lebih dari itu bahwa marketing akan membawa kepuasan tersendiri bagi seorang marketer khususnya dalam aspek religiusitas dan itu semua tinggal bagaimana kita melihat dan mengimplementasikannya. Paradigma yang menganggap bahwa marketing digunakan untuk mendapatkan uang hanya akan menghasilkan marketer-marketer yang hanya memikirkan hasil akhir berupa materi sehingga tidak lagi memandang pentingnya etika dalam berbisnis. Saling menjatuhkan, menjilat ke atas, dan menginjak ke bawah hingga melakukan kebohongan seakan-akan telah disahkan sebagai salah satu bagian dari strategi marketing. Komunikasi yang disampaikan dalam program promosi sebuah produk yang membesarbesarkan produk secara berlebihan yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan produk sesungguhnya sehingga menipu konsumen merupakan salah satu contoh yang banyak dijumpai. Pergeseran pola pemasaran dari pola tradisional ke pola ”baru” atau yang diklaim sebagai marketing modern semakin mengecilkan nilai etika dalam berbisnis.16
16
Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, Marketing Muhammad SAW; Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW, (Bandung: PT. Karya Kita, 2007), hal. 3-4.
21
Marketing atau pemasaran tidak akan pernah habis baik dari konsep maupun implementasi selagi kehidupan manusia terus berlangsung. Karena dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sebagian manusia cara berjual beli. Agar jualan yang dilakukan lancar dan memenuhi target yang ditentukan maka dibutuhkan pemasaran. Disamping itu juga didasarkan pada pemahaman bahwa pada hakekatnya semua manusia yang ada di bumi ini mau tidak mau harus terlibat dengan proses pemasaran baik langsung maupun tidak langsung. Gagal dalam melakukan pemasaran berarti orang ini siap gagal dalam kehidupan.17 Definisi spiritual marketing sebagaimana yang dimaksudkan oleh Muhammad Syakir Sula dalam buku Syariah Marketing bukan berarti dia hanya melakukan bisnis yang hanya berhubungan dengan ritual ibadah, melainkan spiritual marketing dimaksudkan kita mampu memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis, baik diri kita sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal, dan bahkan para pesaing kita. Bahkan disini ditegaskan bahwa kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus juga menghargai para pesaing.18 Suatu bisnis sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan dengan agama, jika tidak mampu memberikan kebahagiaan kepada semua pihak, berarti belum melaksanakan spiritual marketing. Sebaliknya, jika dalam berbisnis kita sudah mampu memberikan kebahagiaan, menjalankan kejujuran dan keadilan, maka sesungguhnya kita telah menjalankan spiritual 17
Muhammad Thalib, 46 Bimbingan Bisnis dan Pemasaran Islami, (Bandung: Gema Risalah Press, 1999), hal. 3. 18 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 16.
22
marketing, apapun bidang yang kita geluti. Dalam bisnis travel haji misalnya, sekalipun mengurusi orang yang sedang menjalankan ibadah haji, jika dalam pengelolaannya terdapat penyimpangan-penyimpangan dari segi fasilitas dan akomodasi tetapi setelah sampai di tanah suci tidak sesuai dengan yang dijanjikan dan dipromosikan sebelumnya berarti sesungguhnya bisnis ini tidak berjalan dengan konsep bisnis syariah dan ia pun belum menjalankan spiritual marketing. Spiritual marketing juga disebut dengan istilah ”pemasaran langit” yang berarti pemasaran yang memperhatikan pengawasan Pengusa tertinggi alam jagat raya ini, Allah Maha Kuasa, Allah Maha pencipta, Allah Maha Pemberi Rizki, Maha Pengambil Keputusan, Maha Adil. Seluruh hidup kita sebagai manusia selalu menghambakan diri kepada-Nya. Tidak ada lagi yang lebih kuasa kecuali Dia sang Maha Kuasa. Hal ini kita ucapkan setiap kali kita sholat, pada rakaat pertama Ya Allah sesungguhnya shalatku, amal ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semesta alam.19 Praktek pemasaran (marketing) tidak hanya dikenal dalam hal tertentu saja, akan tetapi pemasaran atau yang lebih akrab disebut dengan marketing juga berlaku dalam banyak hal akan tetapi dengan penggunaan istilah yang berbeda. Ini merupakan salah satu bukti bahwa marketing menjadi sebuah kebutuhan seseorang untuk mencapai kebutuhan yang berorientasi pada keberlangsungan kehidupannya.
19
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 263.
23
Dalam praktek agama dikenal dengan ‘dakwah’, dalam politik ada ‘propaganda’, dalam bercinta ada ‘rayuan’ juga dalam kejahatan ada ‘hasutan’ dan dalam bisnis ada ‘promosi’. Dakwah, propaganda, rayuan, atau
hasutan
pada
dasarnya
memiliki
kesamaan
fungsi,
yaitu
mengkomunikasikan sesuatu kepada seseorang, meyakinkan seseorang pada sesuatu, dan memintarkan atau ‘membodohkan’ seseorang tentang sesuatu. Tujuannya agar seseorang mengakui, memiliki, mengikatkan diri pada sesuatu.
B.
Dasar Hukum Spiritual Marketing Muhammad Syakir Sula dalam buku Asuransi Syariah
20
menjelaskan bahwa marketing bisa disebut dengan wakalah21 yang secara
syar’i dalil-dalil tentang pemasaran tersebut dengan seluruh ruang lingkup atau elemen-elemen pemasaran yang ada di dalamnya dapat ditemukan dalam dalil-dalil syar’i tentang wakalah, simsar atau perwakilan. Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Dalam bahasa Arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-
tafwidh. Wahbah az-Zuhaili dalam al-fiqh al-Islami wa Adillatuha al-Juz ’ar-Rabi’ mengatakan bahwa wakil dari segi bahasa mengandung dua
20
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General); Konsep Dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 426-427. 21 Kata wakalah atau wikalah menurut bahasa adalah pelimpahan atau penyerahan (altafwidh). Sedangkan menurut istilah, wakalah adalah melimpahkan atau menyerahkan urusan kepada seseorang yang mampu melaksanakannya untuk menggantikannya dalam mengerjakan urusan tersebut selama ia masih hidup. Baca: Musthafa Dib Al-Bugha, Fiqh Al-Mu’awadhah, (Damaskus: Darul Mustafa, 2009), diterjemahkan oleh Fakhri Ghafur dengan judul Buku Pintar Transaksi Syariah; Menjalin Kerjasama Bisnis dan Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam, (Jakarta: Hikmah, 2010), hal. 315.
24
makna, yaitu : ”penjagaan” dan ”peyerahan kuasa”. Wakil yang bermakna penjagaan terdapat dalam firman Allah,
(١٧٣) ُ ِْ َ ا_ْ َ{آxِ ا_]^ ُ\ َوcَsُ ْe َ _ُ{اcَ َو....... Artinya : ”.....Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan dia sebaik-baik pemelihara” (QS. Ali Imran: 173) Kalimat al-wakil di sini bermakna ”penjaga”, al-wakalah dengan maka ”penyerahan kuasa”. Firman Allah,
(١٢) ن َ {ُ^ َ~ َ{ ِّآoُ ْ_ ا ِ ^ْ َ َ~ َ{ ]آmَ \ِ ^]_^َ ا َ َو.......... Artinya : ”....Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri” (QS. Ibrahim:12) Sedangkan yang dimaksudkan wakalah dalam konteks marketing adalah pelimpahan wewenang dari seseorang kepada orang lain dalam mengurusi tentang pemasaran dalam suatu perusahaan yang meliputi : 1.
Strategi Pemasaran (yaitu Segmentasi, Targeting, dan Positioning)
2.
Taktik Pemasaran (yaitu differentiation, marketing mix, dan selling)
3.
Peningkatan value pemasaran (yaitu brand, service, dan process) Dari sudut Ijma, sebagaimana dijelaskan pula oleh Wahbah az-
Zuhaili,22 para Ulama bersepakat dengan ijma atas dibolehkannya wakalah (perwakilan). Mereka bahkan ada yang cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong menolong atas dasar kebaikan dan takwa sebagaimana disunnahkan oleh Rasulullah SAW dan dijelaskan juga dalam firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 2: 22
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General); Konsep Dan Sistem Operasional, Op. Cit, hal. 430.
25
ن ِ ْوَاuxُ ْ_^َ اْ ِ وَا َ َوُ{اcَxpَ Zَ وَا_ ]~ْ{َى وfِّ ِ ْ_^َ ا َ َوُ{اcَxpَ َو.... (٢ ) ب ِ cَxِ ْ_ اuُ Yِu َ \َ ^]_ن ا ] ُ{ا ا_]^ َ\ ِإp] وَا Artinya : ”...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam (mengerjakan) dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maidah:2) Dalam Islam (kajian Fiqh Muamalah), memang belum ada penjelasan yang secara spesifik menjelaskan tentang marketing, hal ini dikarenakan pada saat itu (masa Rasulullah SAW) istilah marketing belum dikenal. Istilah marketing dikategorikan menjadi sesuatu yang baru dalam dunia perdagangan modern dan masuk dalam klasifikasi ilmu manajemen. Namun jika dilihat dari aspek implementasi, hal ini sebenarnya pernah dan sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Ketentuan lain dalam bisnis Islami yang tertuang dalam kaidah Ushul Fiqh yang mengatakan ;
cًgَاfe َ ]e َ َ َاوْ َاZَ e َ َمf] e َ cً¢ْf َ ] Zِْ ِإ£ِ ¢ ِ ْوfُ ُ َ^ َ ن َ ْ{oُ ^ِْoُ ْ_َا Artinya : “Kaum muslim terikat dengan kesepakatan-kesepakatan bisnis yang mereka buat, kecuali kesepakatan yang mengharamkan yang halal atau yang menghalalkan yang haram)” Pemasaran dalam fikih Islam disebut wakalah atau perwakilan. Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Wakalah dapat juga didefinisikan sebagai sebuah disiplin bisnis
26
strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya.23 Penggunaan akad Wakalah dalam proses marketing dimaksudkan sebagai bentuk perwakilan dan atau pelimpahan wewenang dari perusahaan kepada para marketer yang menjadi sub bagian tersendiri dalam struktur organisasi perusahaan. Dengan demikian, seorang marketer memiliki hak, tugas dan tanggungjawab untuk turut serta terlibat secara langsung dalam laju organisasi perusahaan untuk mencapai visi-misi perusahaan dengan tidak mengesampingkan untuk mendapatkan laba dengan cara atau jalan yang baik. Secara prinsip, penggunaan akad Wakalah untuk membahasakan marketing dalam fiqh Islam hampir sama dengan praktek akad Wakalah dalam perbankan syariah. Yang intinya adalah untuk mempermudah dan memberikan pelayanan secara optimal kepada konsumen (dalam marekting) atau nasabah (dalam perbankan). Karena, berbicara dalam konteks perusahaan tentunya tidak bisa semuanya dikerjakan hanya cukup satu atau dua divisi dalam struktur perusahaan, artinya diperlukan divisi khusus untuk melakukan ekspansi pasar untuk memenangkan persaingan bisnis dan tentunya dengan tujuan untuk semakin membuat pelanggan atau calon konsumen yang belum tergarap
23
207.
sekalipun
memperoleh
kemudahan
terhadap
produk
dari
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006), hal.
27
perusahaan tersebut. Dengan konsep Wakalah disini, diharapkan cita-cita, target dan visi perusahaan dapat diraih dengan maksimal. Istilah marketing atau pemasaran dapat dikategorikan suatu istilah baru dalam tradisi keilmuan fiqh muamalah. Hal ini dapat dilacak dari kajian-kajian fiqh muamalah yang belum menemukan istilah teknis bernama marketing atau pemasaran. 24 Sebab jika dilihat dari sejarahnya, konsep marketing dimunculkan oleh para praktisi sebagai bentuk manajemen strategi agar hasil penjualan yang dituju dapat memenuhi target. Marketing dalam bisnis adalah sebuah konsep yang dimunculkan untuk menghasilkan sebuah penjualan atau lebih jauh diharapkan dapat mendatangkan tugas untuk perusahaan atau individu. Jika kita telisik lebih jauh lagi, dengan bercermin pada sikap, sifat, dan ucapan Rasulullah SAW dalam melakukan praktek bisnis atau perdagangan pada masa itu, marketing menjadi sesuatu yang disahkan dalam artian tidak termasuk hal-hal yang dilarang atau diharamkan oleh agama Islam. Karena jika kita kaji dari disiplin ilmu marketing itu sendiri di dalamnya terdapat nilai-nilai ajaran yang juga telah diajarkan dalam agama Islam, yang masuk dalam kategori kajian Fiqh Muamalah. Fiqh Muamalah dari dua kata, yaitu fiqh dan muamalah. Fiqh menurut bahasa berarti paham, sedang menurut istilah adalah pengetahuan hukum Syara’ dengan jalan Ijtihad. Kata muamalah menurut bahasa adalah
24
Muslich, Bisnis Syariah Perspektif Muamalah dan Manajemen, (Yogyakarta: UPP STMIK YKPN, 2007), hal. 112.
28
saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal,25 sedang menurut istilah pengertiannya
adalah
aktifitas
untuk
menghasilkan
duniawi
yang
menyebabkan keberhasilan masalah ukhrawi. Menurut Yusuf Musa yang dikutip Abdul Majid, muamalah adalah peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.26 Sebagai contoh, lihatlah Nabi Muhammad SAW. yang dalam hidupnya melakukan perdagangan atau bisnis. Dalam hal marketing di sini, lebih ditekankan pada karakter dan sifat Nabi Muhammad SAW dalam melakukan proses bisnis. Nabi Muhammad telah menunjukkan bagaimana cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap amanah sekaligus bisa tetap memperoleh keuntungan yang optimal. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang terdapat pada AlQur’an dan Al-Hadits, Nabi Muhammad melakukan bisnis secara professional. Nilai-nilai tersebut menjadi suatu landasan yang dapat mengarahkan untuk tetap dalam koridor yang adil dan benar. Landasan atau aturan-aturan inilah yang menjadi suatu syariah atau hukum dalam melakukan suatu bisnis.27 Dalam kajian Fiqh Muamalah, marketing diklasifikasikan dalam ketegori akad Ghoiru Musamma, yaitu akad-akad yang mana syara’ tidak menyebutkan dengan terminologi tertentu dan tidak pula menerangkan akibat hukum yang ditimbulkannya. Akad ini berkembang berdasarkan
25
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 14. Abdul Majid, Pokok-Pokok Fiqh Muamalah Dan Hukum Kebendaan Dalam Islam, (Bandung : IAIN SGD, 2006), hal. 1. 27 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op.Cit, hal. xxvii. 26
29
kebutuhan manusia dan perkembangan kemaslahatan masyarakat. Sehingga dalam hal ini diperlukan adanya ijtihad hukum Islam untuk mengkaji keabsahan dari praktek marketing agar menjadi jelas hukumnya sehingga masyarakat tidak merasa gusar dan ragu ketika mempraktekkan proses marketing tersebut, dari sinilah maka terwujudnya khaira ummah khususnya dalam bidang ekonomi menjadi prioritas utama. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai badan otoritas pemberi fatwa terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut bidang keagamaan diharapkan
dapat
mengeluarkan
memberikan
fatwa
bahwa
pencerahan pada
dan
penegasan
dengan
prinsipnya
marketing
adalah
diperbolehkan tentunya yang didasarkan dengan ketentuan-ketentuan
syara’. Dari segi pemenuhan terhadap syarat dan rukun, marketing masuk dalam ketegori akad shahih. Yaitu akad yang memenuhi seluruh persyaratan yang berlaku pada setiap unsur akad. Akibat hukum yang ditimbulkan berlaku semenjak berlangsungnya akad. Maka setelah berlangsung ijab kabul antara kedua belah pihak (distributor-konsumen) seketika itu pemilikan benda berpindah kepada pembeli. Dengan menggunakan pemahaman sederhana, bahwa konsep marketing dalam disiplin ilmu modern adalah dibolehkan dan disahkan oleh agama karena tidak mengandung unsur yang dapat merusak dan merugikan kehidupan dan keimanan seorang manusia. Konsep yang demikian sangat
30
erat dengan konsep yang dicetuskan oleh Muhammad Syakir Sula tentang spiritual marketing. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pemasaran pada hakekatnya adalah salah satu bentuk muamalah (usaha) yang diperbolehkan dalam Islam. Sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal yang terlarang oleh aturan main yang ditentukan (baca: syariah). Konsep-konsep yang tercakup dalam pemasaran seperti : kebutuhan, penawaran, keinginan dan permintaan, produk-produk (barang-barang layanan, dan ide), nilai (value), biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi, hubungan dan jaringan, pasar dan para pemesan, serta prospek,28 pada dasarnya semuanya tidak bertentangan dengan syariat Allah dan RasulNya. Sebagaimana dalam kaidah Ushul fiqh yang berbunyi :
¥ِ _َ cَ¦ِ _ْ^َ ا َ ُ ْ_ِu] _ن ا ُ ْ{ُ Yَ َ ~ّe َ ¥ُ W ]y ِّ _ ا¥ِ gَ ْ{^ُْxoَ ْ_ ُ{ْ ِد وَا ُ ِm ُ ْkا ِ ْYfِ ْW~] _وَا Artinya : “Yang menjadi pegangan (pokok) dalam transaksi dan mu’amalah adalah keabsahan, sehingga dijumpai dalil yang membatalkan dan mengharamkan“29 Kaidah-kaidah muamalah tersebut secara tegas juga sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang lebih menyerahkan urusan dunia (Muamalah) kepada umatnya. Dalam sebuah haditsnya Nabi bersabda ;
Artinya :
ْ ُآcَْ{ْ ِر ُدgُ §ُ¨ِ ُ ^ََْاُْ~ْ َا
28 Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran Dan Prinsip-Prinsip Pemasaran, (Jakarta: Prehalindo and Prentice Hall, 1996), hal. 9. 29 Ahmad Jazuli, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah Praktis, (Jakarta: Kencana Media Group, 2006), hal. 137.
31
“Kamu sekalian lebih mengetahui untuk urusan-urusan duniamu” (HR Muslim) Terdapat juga kaidah ushul fiqh yang paling mendasar yang juga dapat dijadikan sebagai landasan hukum tentang spiritual marketing, adapun kaidah tersebut adalah :
cَ£oِ ْYfِ ْWpَ َ^ َ ُ ْ_ِu] _ل ا ] uُ Yَ َ ~ّ e َ ¥ُْ e َ cَ¨َ ا¥ِ ^َgَ cَxoُ _cْىmِ ُ ْk َ َا Artinya : ”pada dasarnya semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya” Jika kita lihat dari proses marketing secara keseluruhan mulai dari proses penciptaan, penawaran maupun perubahan nilai (value) tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam. Selama proses tersebut dapat dijamin akan terhindar dari halhal yang saling merugikan dengan mendzolimi satu dengan yang lain maka bentuk transaksi apapun dalam bisnis diperbolehkan dalam agama Islam. Karena sesungguhnya Allah SWT telah mengingatkan dalam firman-Nya yang terdapat dalam Surat Shaad ayat 24.
ِءcَ¦^َ| ُ ْ_
ا َ gِ ًاfِªن َآ ] « ِ\ َوِإ ِ cَxِ َ_ ِإ َ ~ِ ¬ َ ْxَ ل ِ َا ُ ¨ِ َ oَ ^َ® َ ْuَ _َ ل َ cَ ٌِ^َ ت َو ِ cَW_ِc]y_^ُ{ا اoِ َ ُ{ا َوsgَ °
َ Yِ±_] اZِ إ ٍ ْx¨َ َ^ َ ْ£ُ ُ ْx¨َ lِ²َْ _َ (٢٤).............. ْ ُهcَg Artinya : ”Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat (berbisnis) itu sebagian dari mereka berbuat dzolim kepada sebagian yang lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikit mereka ini.........” (QS. Shaad : 24) Dari hadits dan kaidah-kaidah diatas pada prinsipnya pemasaran adalah jenis muamalah yang masuk dalam urusan keduniaan yang
32
diperbolehkan Nabi Muhammad SAW. Allah SAW dan Rasul-Nya telah menetapkan pertukaran barang dengan persetujuan kedua belah pihak dalam suatu transaksi dagang sebagai sesuatu yang halal dan melarang mengambil benda orang lain tanpa persetujuan dan izin orang tersebut. Selain untuk menjaga perdamaian dan ketertiban masyarakat, hal ini juga sangat penting untuk memelihara hubungan yang baik dan harmonis di kalangan masyarakat.30 Marketing sebagai istilah baru yang dikenalkan oleh ekonom barat, perlu dilihat komponen yang ada di dalamnya. Jika dilihat dari definsi yang disampaikan oleh para ekonom, maka dalam pemasaran mengandung unsur: a.
Perencanaan (niat), pekerjaan apapun dalam ajaran islam selalu didahului niat
b.
Proses penyaluran (pelaksanaan pekerjaan)
c.
Barang sebagai objek kebendaan
d.
Produsen (termasuk di dalamnya penjual)
e.
Konsumen (pembeli)
f.
Pengawasan Semua unsur dalam proses pemasaran tidak dilarang oleh syara’,
namun yang ditekankan hanyalah tidak merugikan terhadap orang lain baik dari segi bendanya atau prosesnya. Hukum asal pemasaran di dalam hukum
syara’ dapat kita temukan pada kitab al buyu dalam literatur klasik (fiqh) yang bersumber Al Quran dan Hadits nabi, baik yang dilarang maupun yang 30
Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, (Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2004), hal. 74-75.
33
dianjurkan. Pengaturan dalam pemasaran diantaranya adalah kebolehan atas jual beli (bisnis) dan larangan melakukan riba (QS. 2: 275) serta hadits yang mengatakan ketika Rasul ditanya tentang usaha apa yang terbaik, maka jawabannya adalah seorang pria berusaha dengan tangannya sendiri dan setiap perdagangan diberi kebajikan.31
C.
Sistem Kerja Spiritual Marketing Spiritual bagi sebagian orang sering kali, meminjam isitilah jawa diidentikkan dengan ”lelakon” yang biasanya dilakukan dengan bersemedi di tempat-tempat sepi dan diyakini dihuni oleh mahluk halus yang bertujuan untuk
mendapatkan
sesuatu
yang
diharapakan
seseorang
yang
melakukannya dapat tercapai. Dilihat dari aspek tujuannya, sama dengan spiritual dalam konteks marketing. Yaitu sama-sama bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih dengan jalan ”khusus” yang mesti dilaluinya. Seperti yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar Agustian, bahwa spiritualitas dalam hal bisnis tidak dipandang sebagai praktik-praktik menjalankan ritual ibadah dalam Agama. Spiritualitas yang di maksudkan adalah suatu potensi built in dalam setiap pribadi manusia, apapun agama dan keyakinan religiusitasnya.32 Sistem kerja spiritual marketing jelas sangat berbeda jauh dengan sistem kerja marketing konvensional, meski tidak ada istilah atau ungkapan khusus tentang marketing konvensional. Dalam spiritual marketing sisi 31
Lihat, Tesis karya Noor Rosyidah, Pemasaran Dalam Perspektif Muamalah; Studi Kasus Pemasaran Buku oleh Yayasan Raudlatul Mujawwidin di Semarang, (Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2008), hal. 42-43 32 Ary Ginanjar Agustian, Spiritual Company; Kecerdasan Spiritual Pembawa Sukses Kampiun Bisnis Dunia, (Jakarta : Arga Publishing, 2010), hal. 26
34
moral dan etika antara sesama dan dengan Tuhan-Nya lebih diutamakan semata agar bisnis dan proses marketing yang dilakukannya membawa barakah dan manfaat di dunia dan akhirat. Sedangkan pada konsep sistem marketing konvensional, dalam prosesnya cenderung lebih menggunakan cara yang didasarkan pada meraih keuntungan maksimal dan berlipat ganda tanpa memedulikan bagaimana cara yang dipakai untuk meroleh kesemuanya itu apakah sesuai dengan norma dan etika atau tidak, apakah bertentang dengan ajaran agama atau tidak, semua itu tidak dijadikan pijakan dalam beraktifitas bisnis. Karena itu pula, Islam sangat mengecam seseorang yang dalam menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangannya semakin jauh dari nilainilai ketuhanan. Firman Allah dalam surat An Nur ayat 37 :
ِءcَ~Yِ ِة َوإ ]y_ ِم اcَ ا_]^ ِ\ َوِإfِ ْ
ْ ِذآ َ ٌ·ْ¨َ Zَ َرةٌ وcَ¬pِ ْ£ِ ِ£ْ^pُ Z ٌلcَ«ِر (٣٧)............... ِةcَا_ ]¸آ Artinya : “Mereka tidak lalai dari mengingat Allah dalam melakukan bisnis dan jual beli. Mereka mendirikan shalat dan membayar zakat”… (QS.An Nur: 37)33 Dari ayat tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa seluruh aktivitas bisnis tidak boleh melupakan Tuhan dan jauh dari nilai-nilai keilahian, baik dalam kegiatan produksi, distribusi, strategi pemasaran, maupun pada saat menikmati kesuksesan (menerima penghargaan dan applause).
33
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000), hal. 283
35
Sistem kerja konsep spiritual marketing dijelaskan sebagai berikut : a.
Strategi Marketing, dirancang untuk memenangkan customer mind (Mind Share), alat untuk memenangkan itu marketer harus mampu melakukan segementasi, menetapkan target pasar (targeting) dan memposisikan produk secara tepat di benak konsumen (positioning) yang lebih baik dari kompetitor.
b.
Program Marketing, ada juga yang menyebutnya dengan istilah taktik. Komponen program marketing terdiri atas : (product, price, place,
promotion, differentation, dan selling). Aspek ini merupakan tools untuk menguasai market share. c.
Value Marketing, nilai yang dipersepsikan pelanggan terhadap tawaran kualitas produk, service and brand, jika value ini bagus maka kegiatan pemasaran dapat memperoleh heart share pelanggan.
d.
Soul Marketing, adalah upaya menggerakkan daya tarik pasar rasional, emosi, dan spiritual (tidak terbatas pada agama tertentu), yang dimulai dengan cara [1] Membangun visi bisnis spiritual, [2] Membangun silaturrahmi, [3] Membangun customer partnership, [4] Membangun kepercayaan [5] Memperkuat empati, [6] Membahagiakan pelanggan, [7] Membangun marketing with love, [8] Menjual produk berkualitas, [9]
Membangun
promosi
yang
simpatik,
[10]
Membangun
profesionalitas marketer, dan [11] Menjadi peminjam yang terhormat. Jika Soul Marketing memperoleh respon positif dari masyarakat, maka keranjang perusahaan akan penuh dengan wallet share pelanggan.
36
e.
Implementasi,
Al-Qur’an
memerintahkan
setiap manusia
wajib
mewujudkan kebahagiaan akhirat tanpa melupakan kebahagiaan dunia, karena
itu
implementasi
spiritualisasi
marketing
harus
mempertimbangkan kombinasi untung rugi (rasional), halal haram, riba (emosional) dam keberkahan produk yang dikonsumsi atau digunakan (spiritual) sebagai daya tarik untuk menciptakan transaksi bisnis sebagai salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan. Lebih jelas, sistem kerja spiritual marketing dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Spiritual Marketing
Strategi
Mind Share
Program
Marketing Share
Value
Heart Share
Wellet Share Customer Loyality
Customer Trust
Soul Marketing
OK
Customer Satisfaction Customer Trusted Floating Segment
34
Customer Distrust
Not OK
34
Ali Hasan, Marketing Bank Syariah; Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah, Op. Cit., hal.10-12.
37
Dengan menerapkan sistem kerja spiritual marketing seperti yang dijelaskan pada bagan di atas, tidak menafikan akan keberadaan target keuntungan yang melimpah atas sebuah bisnis. Yang membedakan adalah bagaimana cara yang ditempuhnya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal tersebut. Dalam arti lain dengan menggunakan sistem kerja spiritual markeing orientasinya bukan hanya pada persoalan duniawi tetapi juga pada aspek ukhrowi. Al-Qur’an dan sunah tidak melarang beribadah dengan motivasi meraih surgawi atau menghindar dari siksa neraka, demikian juga tidak melarang meraih keuntungan sebagai motivasi berbisnis (dan marketing sebagai bagian dari strategi bisnis), memperoleh penghasilan/ gaji/ imbalan sebagai motivasi bekerja. 35 Inti dari sistem kerja spiritual marketing adalah didasarkan pada sifat jujur yang merupakan sifat para nabi dan rasul yang diturunkan Allah SWT. Nabi dan rasul datang dengan metode (syariah) yang bermacammacam, tetapi sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Sistem kerja spiritual marketing tidak menafikan kualitas dari produk yang hendak ditawarkan pada konsumen, produk yang ditawarkan juga menjadi prioritas utama untuk meraih costumer loyality. Islam juga mengajarkan
kepada
ummatnya
dalam
bermuamalah
untuk
juga
memperhatikan sisi kualitas barang yang hendak dipasarkan atau dijual kepada orang lain. Karena sesungguhnya dalam Al-Qur’an sendiri memuji
35
Ibid., hal. 12.
38
kelompok kecil yang berkualitas dan mengecam kelompok yang banyak yang tidak berkualitas. Dalam surat At-Taubah ayat 25 Allah berfirman :
ُْ pُ fَ ْª¬ َ~ْ ُْ َآ َ ْ
ِإذْ َأ ٍ ْsَ e ُ {ْ َمYَ ٍة َوfَ ِª
َآ َ¢ ِ {َاgَ lِm \ُ ^]_ ُآ ُ اfَ y َ َ ْuَ _َ ْ~ُ ْ_]ْ ُ ] َو¹َ e ُ َرcَo¨ِ ض ُ ْرkَ^ْ ُ ُ ا َ ْ¹َ cَº َوcً»ْ َ ُْ ْs َ
ِ ْ²pُ ْ^َmَ (٢٥)
َ Yِf¨ِ ْugُ Artinya :”Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan hunain, yaitu di waktu kamu berbangga karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun” (QS. At Taubah: 25) Karena itu sedikit atau kecil selama berkualitas lebih utama daripada banyak yang tidak berkualitas. Manusia tidak dinilai dari penampilannya, jasmani atau pakainnya, tetapi lebih pada kualitas akal, ilmu, iman, dan ahlaknya. Sedikit yang bersinambung menjadi lebih baik karena ”sedikitnya” tidak mengundang keletihan dan ”kesinambungannya” dapat mengantar pada peningkatan kualitasnya.36 Dewasa ini, persoalan kualitas dari sebuah produk menjadi tantangan dan persoalan tersendiri dari sebuah usaha. Apalagi jika dikaitkan dengan kebijakan pemerintah yang menganut paham pasar bebas atau yang biasa disebut AFTA (ASEAN Free Trade Agreement)37 dimana pada aspek
36
M. Quraish Shihab, Berbisnis Dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses DuniaAkhirat, (Tangerang: Lentera Hati, 2008), hal. 145. 37 Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar negara anggota maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu mulai dengan meneliti mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif (comparative advantage), serta pro dan kontra dibidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana berbagai jenis mata uang (atau valuta asing) diperdagangkan berdasarkan kurs tukar valuta asing. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA.
39
kualitas barang menjadi satu keharusan yang harus dipenuhi agar sebuah produk dapat bersaing, laku dan diterima di masyarakat. Akan tetapi persoalannya akan berbeda jika dari kita sendiri mengesampingkan arti penting dari sisi kualitas produk. Hal ini semakin diperparah jika pelaku usaha hanya berorientasi mengejar target permintaan pasar dan lupa akan hal penting lainnya yaitu kualitas. Maka dari itulah perlu adanya kesadaran diri pelaku bisnis dalam menjalankan bisninya dengan dilandasi nilai-nilai kejujuran. Kejujuran dalam semua proses berbisnis untuk mencapai hasil yang maksimal, termasuk kejujuran dalam memasarkan produk. Karena posisi seorang marketer menjadi ujung tombak dalam berbisnis, disnilah dibutuhkan seorang marketer yang mampu mengilhami dan melakukan proses marketing dengan penuh kejujuran. Islam menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam segala aspek kehidupan,
termasuk
dalam
kerjasama
bisnis
sebagaimana
Islam
menghargai nilai-nilai keadilan, dan mengecam kedzaliman, sebab kedzaliman akan menciptakan kecurangan, karena itu hanya dengan kejujuran keadilan dapat diwujudkan.38 Bagi pelaku bisnis, kejujuran dan keadilan merupakan satu hal yang sulit untuk dilakukan, namun inilah tantangannya. Tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik, sebagai seorang muslim yang baik, tentunya kejujuran dan keadilan harus ditaatinya agar kerjasama dalam menjalankan bisnis membawa keselamatan dunia dan akhirat. 38
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah; Kaya Di Dunia Terhormat di Akhirat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 242.
40
Belajar dari pengalaman hidup Nabi Muhammad SAW yang dari sejak kecil sudah dididik untuk hidup mandiri dan berwirausaha. Saat itu beliau biasa mengembala kambing di kalangan Bani Sa’ad dan juga di Makkah dengan imbalan uang berupa dinar. Padahal, beliau hidup di tengah keluarga yang berkecukupan. Keluarga ayahnya adalah pembesar Quraisy. Namun, beliau telah menunjukkan karakater kepemimpinan yang telah dibina sejak kecil. Pada usia 25 tahun, beliau mulai bisnis hingga mancanegara. Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran dan kemuliaan akhlak beliau, Khadijah pun menawarkan kerjasama kepada Muhammad SAW. untuk menjalankan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan lebih banyak dari imbalan yang pernah dia berikan kepada pedagang lain. Muhammad SAW menerima tawaran ini dan beliau pun berangkat ke Negeri Syam (sekarang Suriah dan Libanon). Ahlak Muhammad SAW yang mulia dan kejujuran serta kecakapannya dalam berbisnis, membuat namanya terkenal di seantero Jazirah Arabia. Hal ini membuat Khadijah jatuh hati. Akhirnya, Khadijah pun menikah dengan Muhammad Al Amin.39 Dalam melakukan usaha perdagangan itulah sekaligus Rasulullah juga turut mempraktekkan bagaimana menjadi seorang markter yang baik dan sukses, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya masyarakat kota
39
Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, Op. Cit., hal. iv.
41
Makkah saat itu mengagumi dan menyanjung tentang etikad dan cara yang dipakai Rasulullah dalam berbisnis.
D.
Spiritual Marketing Dalam Perspektif Etika Bisnis Syariah Etika binis lahir di Amerika pada tahun 1970-an kemudian meluas ke Eropa tahun 1980-an dan menjadi fenomena global di tahun 1990-an. Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan yang membicarakan masalah-masalah moral dari bisnis, sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis disekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat. Ironisnya justru negara Amerika yang paling gigih menolak kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007 di Bali. Ketika sebagian besar negara-negara peserta mempermasalahkan etika industri negara-negara maju yang menjadi sumber penyebab global
warming agar dibatasi, Amerika menolaknya.40 Istilah etika41 diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard
of conduct) yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Etika ialah suatu studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar. Etika bisnis kadang-kadang disebut pula etika manajemen ialah penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis. Dengan 40
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Op. Cit, hal. 198-199. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan yang merupakan bagian dari filsafat. Menurut Webster Dictionary etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisir tentang tindakan moral yang benar. Perbedaan antara akhlak dan etika ialah etika merupakan cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari akal pikiran, sedangkan akhlak ialah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan ajaran dari Allah SWT dan Rasul (Ibid, hal. 204). 41
42
demikian maka sesungguhnya perilaku yang etis itu ialah perilaku yang mengikuti yang mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Islam, etika bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah Al-Qur’an dan Hadits.42 Proses marketing yang sering kali bersinggungan dengan orang lain yang memiliki tingkat pemahaman dan selera yang berbeda perlu memperhatikan sensitifitas dari calon konsumennya. Untuk memikat konsumen itulah diperlukan adanya pendekatan-pendekatan emosional dan berkesinambungan dengan cara yang santun. Dalam etika bisnis, proses marketing yang sesungguhnya adalah dengan tetap mengedepankan sisi etika kepada para stakeboleder-nya. Menjalin relasi (baca: Silaturrahmi) dan hubungan baik mutlak diperlukan untuk menjaga kepercayaan antara yang berkepentingan. Karena, dengan bersilaturrahmi itulah seseorang akan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada pada masing-masing individu. Bersilaturrahmi berarti membuka diri untuk memperoleh ide atau gagasan-gagasan brilian. Bersilaturrahmi merupakan saat yang paling tepat bagi kita untuk saling mencurahkan gagasan. Curah gagasan atau
brainstorming akan memudahkan kita untuk memperoleh segudang gagasan dalam waktu cepat. Semakin kaya dengan gagasan semakin melimpah ide. Alhasil, semakin leluasa menikmati hidup penuh solusi dan karya.43
42 43
Ibid, hal. 202. Andrew Ho dan Aa Gym, Op. Cit., hal. 148.
43
Upaya untuk bersilaturrahmi merekatkan persaudaraan sendiri sebenarnya sudah merupakan bagian dari ibadah. Akan tetapi, silaturrahmi akan lebih powerfull apabila di dalamnya terkandung pula semangat untuk saling memperbaiki kualitas ibadah.44 Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56 ;
(٥٦) ن ِ ُوuُْxَ _ِ Zِ¾ إ َ ْ
وَا ]¬ ِ ْ_ ا¹ ُ ْ^َv َ cَgَو Artinya :
”Dan tidaklah kami ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”45 (QS. Adz-Dzariyat : 56) Menjaga hubungan baik antara produsen dan konsumen sangat dibutuhkan untuk menjaga pemasukan tetap dalam sebuah usaha, ketika konsumen tersebut sudah beralih kepada pilihan lain dari produk yang biasa digunakan, secara tidak langsung ini akan berimplikasi pada pemasukan bisnis yang kita geluti. Konsumen merupakan stakeholder yang hakiki dalam bisnis modern. Bisnis tidak akan berjalan tanpa adanya konsumen yang menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. Slogan The
Customer is King bukan hanya bermaksud menarik sebanyak mungkin konsumen, melainkan mengungkapkan tugas pokok produsen atau penyedia jasa untuk mengupayakan kepuasan konsumen. Karena itu dalam hubungannya, produsen harus memperlakukan konsumen dengan baik. Hal ini secara moral tidak saja merupakan tuntutan etis, melainkan juga sebagai syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan 44 45
Ibid., hal. 150. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, Op.Cit, hal. 417.
44
bisnis. Disinilah kemudian terdapat pergeseran dari konsumen ke pelanggan yaitu konsumen tetap menjadi penentu keberhasilan suatu bisnis.46 Kaitannya dengan menjaga hubungan baik antara produsen dan konsumen disinilah nanti peran dari marketing akan sangat menentukan. Menjadi hal yang sia-sia jika sebuah perusahaan meski memiliki nama besar dan jaminan kulaitas produk yang bagus akan tetapi pada tataran proses marketingnya ada yang menciderai konsumennya. Yang terjadi konsumen akan merasa dirugikan dan sakit hati jika pada tahap awal sudah merasa tidak nyaman untuk hendak menggunakan atau membeli sebuah produk. Untuk itu dalam etika bisnis Islam terdapat lima pilar yang dijadikan seorang marketer untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang berakibat fatal dalam menjalankan tugas bisnisnya. Lima konsep dasar tersebut ialah ; 1.
Konsep Ihsan Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh bekerja tanpa kenal menyerah dengan dedikasi penuh menuju pada optimalisasi sehingga memperoleh hasil maksimal, ini tidak sama dengan perfeksinonisme
melainkan
optimalisme.
Perfeksinonisme
tidak
dianjurkan karena ini tidak mungkin dicapai oleh manusia, karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. 2.
Itqan Berarti membuat sesuatu dengan teliti dan teratur, jadi harus bisa menjaga kualitas produk yang dihasilkan, adakan penelitian dan
46
Muhammad dan R. Lukman Fathoni, Op.Cit, hal. 103-105.
45
pengawasan kualitas sehingga hasilnya maksimal. Allah SWT. telah menjanjikan bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh maka dia akan menunjukkan jalan kepadanya dalam mencapai nilai yang setinggitingginya. 3.
Konsep Hemat Hemat telah diajarkan oleh Rasulullah SAW sejak 14 abad yang lalu kepada ummat Islam. Kita harus hemat, jangan boros. Pekerjaan memboros-boroskan harta adalah teman syaitan. Kita harus hemat dengan harta tapi tidak kikir dan tidak menggunakannya kecuali untuk sesuatu yang benar-benar bermanfaat.
4.
Kejujuran dan Keadilan Inilah konsep yang membuat ketenangan hati bagi orang yang melaksanakannya. Kejujuran yang ada pada diri seseorang yang mebuat orang lain senang berteman dan berhubungan dengan dia. Di dalam bisnis pemupukan relasi sangat mutlak diperlukan, sebab relasi ini akan sangat membantu kemajuan bisnis dalam jangka panjang.
5.
Kerja Keras Rasulullah SAW. sangat terkenal dengan pelaksanaan konsep ini. Kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW. masa kecilnya telah mulai bekerja keras mengembalakan domba orang-orang makkah dan beliau menerima upah dari pengembalaan itu. Setelah umur dua belas tahun
46
beliau mulai berdagang bersama kafilahnya dari satu kota ke kota lainnya. Sangat dianjurkan kerja keras itu dilakukan sejak pagi hari. 47 Dalam melakukan proses marketing juga perlu diwaspadai dampak negatif psikologis yang mungkin akan timbul, sehingga membahayakan kepribadian seseorang, seperti yang dilansir Dewan Syariah Partai Keadilan, yaitu adanya eksploitasi obsesi yang berlebihan untuk mencapai terget jaringan dan penjualan. Karena terpacu oleh sistem ini, maka suasana yang tak kondusif kadang mengarah pada pola hidup hura-hura ala jahiliyah.48 Menurut sistem etika Islam, manusia menduduki tempat pusat di alam. Ia bukan hanya elemen dalam kemahaluasan ciptaan Tuhan, melainkan memberikan tujuan bagi semua yang maujud. Etika Islam didasarkan atas pengakuan yang jelas bahwa sifat-sifat dasar alam manusia dapat dinetralkan dengan baik pada suatu tingkat pribadi. Mereka tidak pernah dapat dihapuskan sama sekali dalam eksistensi sosialnya. Islam tidak menwarkan kepada umat manusia serangkaian improvisasi idealistis melainkan suatu perspektif yang pasti. Tak satupun sistem etika yang mengabaikan hukum-hukum alam demi beberapa macam idealisme munafiq. Dapat menemukan tempat dalam suatu wahyu yang diturunkan, karena hanya tuhanlah yang paling mengetahui mahluknya :49
(١٦)
َ ِs ِ ْWgُ َ _ِ َذ َ َْ ُ{اcَْ آ£ُ ]ْ ِإ£ُ ¨T َ ُهْ رcَp° cَg
َ Yِ±v ِ° 47
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Op.Cit., hal. 205-207. Http://Agustianto.Niriah.Com/2008/05/16/Multilevel marketing dalam perspektif fiqih islam, diakses pada tanggal 16 Mei 2008. 49 Syed Nawab Haider Naqvi, Ethics and Economics: An Islamic Synthesis, (London: The Islamic Fondation, 1981). Diterjemahkan oleh Husin Anis dan Asep Hikmat dengan judul Etika dan Ilmu Ekonomi; Suatu Sintesis Islami, (Bandung: Mizan, 1985), hal. 77. 48
47
Artinya : “Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik” (QS. Adz-Dzariyat : 16)50 Kedudukan etika dalam kajian filsafat merupakan pokok bahasan yang penting, selain persoalan metafisika, estetika, dan epistimologi. Dalam lingkup kajian filsafat, estetika menjadi salah satu bagian pembahasan dalam bidang aksiologi. Hal ini dikaitkan karena etika membahas dan mempersoalkan tentang nilai.51 Etika sendiri merupakan salah satu disiplin pokok dalam filsafat, ia merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar berhasil menjadi sebagai manusia. Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani (ethikos) mempunyai beragam arti; Pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dll. Kedua, pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, pencarian kehidupan yang baik secara moral.52 Sebagaimana dikutip oleh Muhammad dan R. Fauroni, dalam khazanah pemikiran Islam, etika dipahami sebagai al-akhlak, al-adab atau
50
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 416. Muhammad, dan R. Lukman Fauroni, Op. Cit., hal. 68. 52 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hal. 5. 51
48
al-falsafah al-adabiyah,
53
yang mempunyai tujuan untuk mendidik
moralitas manusia.54 Jika ditinjau dari beberapa pengertian, pendapat dan prinsip-prinsip etika dalam berbisnis di atas, konsep marketing telah mengadopsi beberapa hal yang terdefinisikan dan yang menjadi prinsip dalam etika bisnis tersebut. Dengan demikian, spiritual marketing merupakan sebuah konsep marketing yang familier atau sangat dekat dengan etika bisnis Islami. Dengan dimulai dari proses penciptaan, penawaran dan penjualan, dalam konsep marketing syariah telah diuraikan secara jelas bagaimana agar beberapa tahapan yang harus dilalui dalam proses marketing dapat sesuai dengan ajaran Islam (syariah).
E.
Spiritual Marketing Dalam Perspektif Keadilan Ekonomi Syariah Dalam sistem ekonomi syariah, keadilan55 merupakan nilai paling asasi dalam ajaran Islam. menegakkan keadilan dan memberantas kedzaliman adalah tujuan utama dari risalah para Rasulnya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat Al-Hadid ayat 25.
53
Elias A. Elias dan Ed. E. Elias, Modern Dictionary Engglish Arabaic, (Kairo: Elias Modern Publishing House & Co, 1986), hal. 254. 54 Hans Daiber, in Seyyer Hossein Nasr and Oliver Leaman, History of Islamic Philosophy, (London: Rotledge, 1996), hal. 842-843. 55 Terminologi keadilan dalam Al-Qur’an disebutkan dalam berbagai istilah, antara lain ‘adl, qisth, mizan, hiss, qasd atau variasi ekspresi tidak langsung sementara untuk terminologi ketidakadilan adalah zulm, itsm, dhalal, dan lainnya. Setelah kata ‘Allah’ dan ‘pengetahuan’, keadilan dengan berbagai terminologinya merupakan kata yang paling sering disebutkan dalam AlQur’an. (Baca : Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yoyakarta kerjasama dengan BI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 59.
49
ن ِ_ َُ{ َم َ ِ¸َاoْ_ب وَا َ cَ~ِ ْ_ ُ ا£ُ xَ gَ cَsْ_َ¸ْت َوَأ ِ cَsَِّ ْ_cِ¨ cَs^َÀ ُ ُرcَsْ^À َ ْْ َأرuَ َ_ َ ^َْxَ _ِس َو ِ c]s^ِ_ ·ُ mِ cَsgَ ٌ َوuYِu َ ٌِ\ِ َ¨§ْسm uَ YِuW َ ْ_ اcَsْ_¸َ ْ َوَأÁ ِ ِْ ْ_cِ¨ س ُ c]s_ا (٢٥) ٌ¸Yِ¸ َ ي à {ِ َ \َ ^]_ن ا ] ِإU ِ ْ²َ ْ_cِ¨ \ُ ^َÀ ُ َو ُرÂُ fُ y ُ ْsYَ ْ
gَ \ُ ^]_ا Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasulrasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa” Seluruh ulama terkemuka sepanjang sejarah Islam menempatkan keadilan sebagai unsur paling utama dalam maqashid syariah. Ibn Taimiyah menyebut keadilan sebagai nilai utama dari tauhid, sementara Muhammad Abduh menganggap kedzaliman (zulm) sebagai kejahatan yang paling buruk (aqbah al-munkar) dalam kerangka nilai-nilai Islam. Sayyid Qutb menyebut keadilan sebagai unsur pokok yang komprehensif dan terpenting dalam semua aspek kehidupan.56 Salah satu dari prinsip dalam bermuamalah yang harus menjadi akhlak dan harus tertanam dalam diri pemasar adalah sikap adil (al ‘adl). Cukuplah bagi kita bahwa al-Qur’an telah menjadikan tujuan semua risalah langit adalah melaksanakan keadilan. Al-‘Adl (Yang Maha Adil) adalah termasuk diantara nama-nama Allah (Asma’ Al Husna). Lawan kata dari keadilan adalah kedzaliman (ad-dzulm) yaitu sesuatu yang diharamkan
56
Ibid., hal. 59.
50
Allah atas diri-Nya sebagaimana telah diharamkan-Nya atas hamba-hambaNya.57 Keadilan menjadi pilar utama dalam kegiatan berbisnis termasuk dalam proses marketingnya. Bagaimana seorang marketer dituntut untuk mampu bersikap adil kepada para konsumennya. Adil dalam memeberikan informasi dan pelayanan ketika menawarkan sebuah produk agar konsumen tidak merasa dirugikan. Adil kepada Allah SWT dengan menyalurkan hartanya kepada yang kurang mampu, dengan demikian seorang marketer yang mengilhami konsep spiritual marketing bukan hanya dituntut untuk bertanggung jawab dalam hal keadilan kepada sesama melainkan juga kepada Allah SWT. Dalam Islam, keadilan merupakan sesuatu yang mutlak harus dirasakan dan dicapai serta dipenuhi oleh penguasa. Agama Islam menyuruh berpegang teguh keadilan itu dengan sepenuh-penuhnya, tidak memandang kerabat jauh atau dekat, terhadap dirinya sendiri dan kaum keluarga ataupun terhadap yang mampu atau miskin, karena mereka semua berhak mendapatkan keadilan. Ajaran Islam memperlakukan hukum secara adil kepada siapapun.58 Keadilan merupakan suatu masalah yang sangat sulit diterapkan, mudah dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Terutama keadilan dibidang ekonomi dan hukum. Keadilan itu termasuk kata abstrak yang berasal dari kata abdi. Menurut Poerwadarminta, kata adil berarti tidak berat 57
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 112. Ibrahim Lubis, Bc. Hk. Dipl. Ec, Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, (Jakarta: Kalam Mulia, 1995), hal. 469. 58
51
sebelah (tidak memihak), sepatutnya tidak sewenang-wenang. Menurut Mahmoud Syaltout, keadilan adalah puncak kebahagiaan yang diusahakan oleh setiap orang untuk memperoleh hak mereka, diberi pahala karena amal soleh seseorang di akhirat kelak. Al Marbawy dalam kamusnya “keadilan itu adalah kebenaran, tidak dzalim”.59 Islam menyuruh berpegang teguh keadilan itu dengan sepenuhnya, tidak memandang kerabat jauh atau dekat, terhadap diri sendiri dan kaum keluarga atau pun terhadap yang mampu atau pun yang miskin, karena mereka semua berhak untuk mendapatkan keadilan. Agama Islam memperlakukan hukum secara adil kepada siapapun.60 Keadilan ekonomi, menurut Syafi’i Antonio, yaitu bahwa konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam masyarakat dan di hadapan hukum harus diimbangi dengan keadilan ekonomi. Tanpa pengimbangan tesebut, keadilan sosial akan kehilangan makna. Dengan keadilan ekonmi, setiap individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing kepada masyarakat. Setiap individu pun harus terbebas dari eksploitasi individu lainnya. Islam dengan tegas melarang seorang muslim merugikan orang lain.61 Eksploitasi manusia pada semua tingkatan dalam bentuk apapun dan dalam kondisi apapun adalah anti Islam dan harus diakhiri. Adanya unsur eksploitasi berarti mengindikasikan bahwa dalam proses marketing tersebut tidak memperhatikan sisi keadilan. Ini jelas sangat bertentangan 59
Ibid, hal. 46. Ibid, hal. 466-469. 61 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op.Cit, hal. 14. 60
52
dengan Al-Qur’an. Karena sesungguhnya Islam mendukung prinsip keadilan. Merujuk pada Al-Qur’an, peranan firman-firman Allah SWT yang disampaikan oleh Rasul-Nya adalah untuk menegakkan keadilan. Kaum muslim yang berkedudukan sebagai pemimpin diharapkan untuk bertindak adil terhadap pengikut atau bawahannya. Secara umum, Islam mendukung semua prinsip dalam pendekatan keadilan distributif terhadap etika, namun dalam proporsi yang seimbang. Islam tidak mendukung prinsip keadilan buta. Kebutuhan semata-mata tidak memerlukan keadilan. Karenanya, seorang muslim yang tengah berusaha untuk keluar dari situasi menindas lebih membutuhkan bantuan dibanding orang yang sekedar menuntut hak sebagian kekayaan dari orang-orang kaya.62 Spiritual marketing mengambil teladan Rasulullah SAW dalam konsepnya. Yaitu bagaimana prinsip keadilan dilakukan dengan tegas terhadap berbagai bentuk kegiatan perdagangan di jaman Rasulullah SAW. Beliau menjaga semua bentuk perdagangan yang mempunyai arti keadilan dan kesamarataan bagi semua pihak dan melarang segala bentuk perdagangan yang tidak adil ataupun mendorong pada keributan dan pertengkaran perdagangan (mirip perjudian) atau mengandung unsur riba dan tipu muslihat ataupun bentuk perdagangan yang menyebabkan keuntungan bagi seseorang tetapi merugikan orang lain.63
62
Muhammad dan R. Lukman Fathoni, Op.Cit, hal. 50-53. A Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid I, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal. 36. 63
53
Keadilan merupakan prinsip dasar dan utama yang harus ditegakkan
dalam
seluruh
aspek
kehidupan
termasuk
kehidupan
berekonomi. Prinsip ini mengarahkan setiap individu agar dalam melakukan aktifitas ekonominya tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Islam juga pada dasarnya juga menganut kebebasan terikat, maksudnya kebebasan dalam melakukan transaksi dengan tetap memegang nilai-nilai keadilan, ketentuan agama dan etika. 64 Inilah menjadi alasan mengapa Muhammad Syakir Sula dalam konsepnya mengenai spiritual marketing tetap mengedepankan sisi moral dan etika bisnis yang berkeadilan.
F.
Syariah Marketing Kata “syariah” (asy-syariah) telah ada dalam bahasa Arab sebelum Al-Quran. Kata yang semakna dengannya juga ada dalam Taurat dan Injil. Kata syari’at dalam bahasa Ibrani disebutkan sebanyak 200 kali, yang selalu mengisyaratkan pada makna “kehendak Tuhan yang diwahyukan sebagai
wujud kekuasaan-Nya atas segala perbuatan manusia”.65 Sedangkan kata syariah dalam al-Qur’an, disebutkan hanya sekali, yaitu pada surat al-Jaatsiyah :
Z
َ Yِ±_] ]~ ِ·ْ َأهْ{َا َء اpَ Zَ وcَ£ْxِ p] cَm fِ ْgk
ا َ gِ ¥ٍ xَ Yِf َ َ^ َ ك َ cَsْ^xَ « َ ] ُ (١٨) ن َ {ُo^َْxYَ Artinya :
64
Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, (Kairo, Mesir: Maktabah Wahbah, 1995). Diterjemahkan oleh Zainal Arifin dan Dahlia Husin dengan judul, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. 1, hal. 173. 65 Encyclopedia Britannica, X, (Micropeadia), hal 49. Penulis kutib dari Muhammad Said Al-Asymawi, Ushul Asy-Syariah (Nalar Kritis Syariah), Kairo, Mesir. 1978.
54
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS. Al-Jatsiyah, 45:18). Kemudian kata itu muncul dalam bentuk kata kerja (fi’il) dan derivatnya sebanyak tiga kali:
cَg َو َ ْ_َ ِإcَsْe َ ِْي َأو±_] وَاcًe{ُ \ِ ¨ِ ] َوcَg
ِ Yّuِ _
ا َ gِ ُْ _َ ع َ fَ َ (١٣) …… ََِ َوÀ{ُgَاهِ َ َوfْ¨ ِ¨ ِ\ ِإcَsْ ] َو Artinya : “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kapada Ibrahim, Musa, dan Isa ...” (QS. Asy-Syuura, 42:13).
(٤٨)…. cً«cَ£ْsgِ َو¥ً َ ْf ِ ُْ ْsgِ cَsْ^xَ « َ Ç ُ _ِ ِّÈW َ ْ_
ا َ gِ ك َ َءcَ« … Artinya : “Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu, Kami berikan aturan (syariah) dan jalan”.(QS. Al-Maidah, 5:48).
¥ُ oَ ^ِ َآZْ{_َ§ْ َذنْ ِ¨ ِ\ ا_]^ ُ\ َوYَ ْ_َ cَg
ِ Yّuِ _
ا َ gِ ْ£ُ _َ ُ{اfَ َ ُءcَآfَ ُ ْ£ُ _َ َْأم (٢١) ٌِ_َابٌ َأ± َ ْ£ُ _َ
َ ِo_ِc]É_ن ا ] ْ َوِإ£ُ sَ ْ¨َ l َ ِ ُ _َ ِ ْyÊَ ْ_ا Artinya “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orangorang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih”. (QS. Asy-Syuura, 42:21). Kata syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau, berasal dari kata syir’ah dan syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil
55
air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain.66 Syekh Al-Qaradhawi,67 mengatakan cakupan dari pengertian syariah menurut pandangan Islam, sangatlah luas dan konprehensif (al-Syumul), didalamnya mengandung makna mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga (seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan, asuransi, utang piutang, marketing, hibah), aspek ekonomi (permodalan, zakat, bait al mal, fa’i, ghanimah) , aspek hukum dan peradilan, aspek undang-undang, hubungan antar negara dan sebagainya. Beberapa ucapan Rasulullah SAW berikut telah menjadi kaidah yang sangat berharga bagi para pekerja keras yang menjujung tinggi profesionalisme dan kejujuran.
“Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan sebuah kewajiban, disamping tugas-tugas lain yang diwajibkan”. (HR. Al Baihaqi). “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya termasuk dalam golongan para nabi, orang-orang yang benar tulus, dan para syuhada”. (HR. Al Tirmidzi, Al Darimi, Al Daruqutni). “Allah SWT memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang bersikap baik ketika menjual, membeli dan mebuat suatu pernyataan”. (HR. Al Bukhari). Hadits-hadits ini banyak menjadi panduan bagi pelaku bisnis syariah yang ingin mengembalikan cara-cara bisnis yang beradab dan bermoral, tanpa ada penipuan, penzaliman, dan eksploitasi kelemahan orang lain untuk 66
Lihat Mu’jam Alfazh al-Qur’an al-Karim, Kairo: majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah, juz
2, hal. 13.
67
Yusuf al-Qaradhawi, Op. Cit, hal.
56
meraih keuntungan sebesar-besarnya. Bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masingmasing sebagaimana yang dicontohkan dalam bisnis Nabi Muhammad SAW.68 Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada lagi yang perlu diragukan untuk mengetahui secara eksplisit hukum dari proses marketing dalam berbisnis karena sesungguhnya baik dalam Al-Qur’an dan Hadits telah sedikit banyak memberikan penjelasan meskipun tidak terdapat definisi secara spesifik tentang marketing. Dan ini merupakan momentum yang tepat untuk kembali kepada ruh marketing yang sesungguhnya seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah SAW. Pembahasan mengenai marketing atau pemasaran seperti yang telah sedikit dijelaskan diawal, dalam Islam memang tidak ada yang secara spesifik membahasnya. Tetapi jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip Fiqh Muamalah, marketing tidak menjadi sesuatu yang dipermasalahkan statusnya. Dalam perspektif hukum Islam pun, pemasaran menjadi sesuatu yang sah karena di dalamnya tidak terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Berangkat dari definisi pemasaran yang disepakati dewan World
Marketing Association (WMA) dalam World Marketing Conference di Tokyo pada April 1998,
68
69
Muhammad Syakir Sula mendefinisikan
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op.Cit, hal. 45-46 Pemasaran didefinisikan sebuah disiplin bisnis srategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya. (Marketing is a strategic business discipline that directs the process of creating, offering, and 69
57
marketing perspektif syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam (Marketing Syariah
is a strategis business discipline that directs the process of creating, pffering, and changing value from one initiator to its stakeholders, and the whole process should be in accordance with muamalah principles in Islam).70 Pemasaran dalam perspektif syariah juga dapat didefinisikan segala akifitas bisnis dalam bentuk kegiatan penciptaan nilai (value-creating) yang memungkinkan
pelakunya
bertumbuh
serta
mendayagunakan
kemanfaatannya yang dilandasi dengan kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan keikhlasan sesuai proses yang berprinsip pada akad bermuamalah Islami.71 Agustianto menjelaskan bahwa dalam kegiatan muamalah (baca: berbisnis) hendaknya dilandasi dengan menggunakan prinsip Islami (Syariah). Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa bisnis dalam Syariah Islam pada dasarnya termasuk kategori muamalah yang hukum asalnya adalah boleh berdasarkan kaidah Ushul Fiqh,
ُ ْk َ َا¥ِ ^َgَ cَxoُ _cْىmِ ¥ُْ e َ cَ¨َ ا َ ~ّe َ ل ] uُ َY ُ ْ_ِu] _^َ ا َ cَ£oِ ْYfِ ْWpَ changing value from one initiator to its stakeholders). Definisi pemasaran ini dipresentasikan oleh Hermawan Kertajaya dalam World Marketing Conference di Tokyo pada April 1998 dan telah diterima oleh anggota dewan World Marketing Association (WMA) sebagai satu-satunya proposal definisi pemasaran yang meliputi seluruh dunia dana akan didistribusikan kepada para akademisi sebagai sebuah dokumen diskusi yang formal. 70 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah, Op.Cit, hal. 425. 71 Abdullah Amrin, Op .Cit, hal. 207.
58
Artinya : ”Pada dasarnya segala hukum dalam muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil/prinsip yang melarangnya” Islam memahami bahwa perkembangan budaya bisnis berjalan begitu cepat dan dinamis. Berdasarkan kaidah fiqih di atas, maka terlihat bahwa Islam memberikan jalan bagi manusia untuk melakukan berbagai improvisasi dan inovasi melalui sistem, teknik dan mediasi dalam melakukan perdagangan. Namun, Islam mempunyai prinsip tentang pengembangan sistem bisnis yaitu harus terbebas dari unsur dharar (bahaya), jahalah (ketidakjelasan) dan zhulm ( merugikan atau tidak adil terhadap salah satu pihak). Sistem pemberian bonus harus adil, tidak menzalimi dan tidak hanya menguntungkan orang yang di atas. Bisnis juga harus terbebas dari unsur MAGHRIB, singkatan dari tujuh unsur, yaitu : 1.
Maysir (judi)72
2.
Zhulm (Aniaya)
3.
Gharar (penipuan)
4.
Haram73
72
Dari beberapa definisi fiqih, hakikat Maysir dapat disimpulkan sebagai suatu permainan yang mengandung zero sum game, yaitu menempatkan salah satu pihak harus menanggung beban pihak yang lain akibat permainan tersebut. Lihat saja misalnya dalam perjudian, ada bandar dan ada beberapa pemain. Setiap pemain menyerahkan uang untuk dipertaruhkan. Ketika salah satu pemain menjadi pemenang, dia akan memperoleh uang taruhan dari beberapa pemain yang lain, sementara para pemain yang lain harus menanggung kerugian. Inilah Maysir. Apakah para pemain judi tidak menggunakan perhitungan yang matang dalam permainan tersebut? Walapun pada beberapa kasus, bisa jadi mereka menggunakan perhitungan yang matang, namun mereka akan kehilangan kontrol jika sudah terlena (baik ketika menang atau kalah), sehingga yang lebih mendominasi adalah mengikuti hawa nafsu. Di sinilah kemudian kita mengaitkan dan mengidentikkan Maysir (perjudian) dengan tindakan spekulatif yang dilarang. Sehingga, dalam hal ini Islam melarang Maysir karena Islam sangat menganjurkan usaha produktif. Dengan melarang maysir maka Islam telah memberikan seluruh insentif kepada sektor yang produktif dan menutup sama sekali celah mengalirnya insentif kepada sektor yang tidak produktif (spekulasi).
59
5.
Riba (bunga)74
6.
Iktinaz atau Ihtikar dan
7.
Bathil75 Dari penjelasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
umat Islam senantiasa diharuskan untuk mencari nafkah dan rezeki untuk kehidupannya dengan jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama Islam. Selain itu, umat Islam juga diharuskan untuk bekerja keras sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya dan tidak memaksakan, karena jika hal ini dipaksakan yang terjadi adalah seorang manusia akan cenderung menggunakan segala cara agar mendapatkan penghasilan semaksimal mungkin. Dalam marketing, sebuah usaha keras mutlak dibutuhkan seorang marketer agar target angka penjualan perusahaan dapat dicapai dengan menggunakan akal pikiran dan kemampuan yang dia miliki. Artinya tidak memaksakan kehendak diluar kapasitas kemampuannya, dengan demikian
73
Menurut Cyril Glasse (baca: Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Cet. Ke 2. 1999) judul buku asli yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Gufron A. Mas’adi [The Concise Encyclopaedia of Islam], definisi dari Haram (Lit. “larangan” berdasarkan ketentuan atau alasan wahyu). Sesuatu yang hukumnya haram. Menurut Fiqh (Hukum Islam) setiap perbuatan digolongkan kepada lima (5) kategori hukum. Yaitu Haram (larangan keras), Makruh (dibenci), Mubah (netral), Sunnah (anjuran), dan Fard (wajib). 74 Riba (berasal dari akar kata Raba: “berkembang”, “meningkat”, “melebihi”). Kelebihan keuntungan------“interest”-------- dari peminjaman uang dan barang yang menurut hukum Islam dilarang sebesar apapun. Pada beberapa negara Islam dewasa ini, keharaman praktek riba diberlakukan secara keras. Namun dalam hal ini, Muhammad Abduh menegaskan bahwa “interest yang bersifat moderat (adil) syah hukumnya”. Ia secara euphimisne dapat dipandang sebagai komisi untuk dapat mempertahankan ketentuan harfiah agama. Maka sejumlah lembaga perbankan berusaha mencarikan solusi yang mengembangkan sistem Mudhorobah. Sistem ini menempatkan pihak pemodal sebagai mitra usaha, yang pada akhirnya manfaatnya akan kembali kepada kedua kelompok tersebut. 75 Agustianto, Multi Level Marketing dalam Perspektif Fiqih Islam, http://agustianto.niriah.com, diakses pada tanggal 16 Mei 2008.
60
maka yang terjadi adalah seorang manusia akan terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agama dalam bermuamalah.
(١١) cًcَxgَ َرcَ£s] _ اcَsْ^xَ « َ َو
Artinya :
“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (An-Naba’ : 11) Al-Qur’an mewajibkan setiap orang Islam supaya bekerja keras menurut kadar usaha dan kemampuan untuk kesejahteraan hidupnya. Ia mengingatkan umat Islam bahwa disegenap penjuru dunia terdapat sumber rezeki tersebut. Umat Islam diseru supaya merantau di muka bumi untuk mencari sumber kehidupan (setelah selesai beribadah). Firman Allah :
\ِ ^]_ ا ِ ْmَ ْ
gِ ُ{ا²~َ ْ¨ض وَا ِ ْرk اlِm ُواf ِ ~َ ْcَm ُة ]y_ ا¹ ِ َ ِ ُ ذَاËِmَ (١٠) ن َ {ُW^ِْÊpُ ُْ ^]xَ _َ ًاfِªُوا ا_]^ َ\ َآfوَاذْ ُآ Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyakbanyak supaya kamu beruntung” (Al-Jum’ah : 10) Selain itu dalam Islam juga menganjurkan kepada para pemeluknya untuk senantiasa mencari mata pencaharian yang layak dan yang tidak melanggar ajaran agama Islam. Dalam hal ini pernah dijelaskan dalam sebuah hadits yang menjelaskan bahwa salah satu pekerjaan yang baik dan membawa berkah adalah perdagangan (perniagaan, jual beli, bisnis) seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam berbagai atsar disebutkan bahwa Luqman Al Hakim berkata kepada anaknya,
61
“Wahai anakku, perhatikanlah mata pencaharian yang halal, karena jika seseorang menjadi miskin, maka dia bias terkena salah satu dari tiga perkara; kelemahan dalam agamanya, kelemahan dalam akalnya dan kepribadiannya yang menurun. Yang lebih besar dari tiga perkara ini adalah adanya orang lain yang menganggap remeh terhadap dirinya”. Perdagangan dan proses marketing merupakan serangkaian atau satu kesatuan yang saling berkaitan. Ibarat sebuah mobil, perdagangan merupakan body mobilnya dan marketing adalah bahan bakarnya. Ketika salah satu dari kedua unsur ini tidak terpenuhi maka mobil tersebut tidak bisa berjalan dan macet. Begitu juga dengan berbisnis, meskipun ada barang dagangan namun tidak ada aktifitas marketing maka sudah dapat dipastikan bahwa perdagangan tersebut tidak bisa berjalan dan membuahkan hasil. Marketing dalam sebuah usaha juga turut membentuk kepribadian dan lingkungan yang selalu mengedepankan keadilan. Pada aspek ini sangat jarang diperhatikan oleh seorang marketer konvensional yang hanya berorientasi pada target dan keuntungan yang maksimal tanpa mau mempertimbangkan sisi konsumennya. Dilihat dari prinsip dan prosesnya, maka marketing menjadi sesuatu yang disahkan dan diperbolehkan oleh agama (baca: Islam), meski dalam Al-Qur’an dan literatur lainnya tidak ada yang menyebutkan secara detail tentang marketing, akan tetapi Rasulullah SAW sebagai manusia yang dijadikan panutan oleh umatnya telah pernah melakukan hal yang demikian yang pada saat itu belum ada sebutan istilah marketing, seiring dengan perkembangan zaman maka yang pernah dilakukan oleh Rasulullah dalam
62
berbisnis termasuk di dalamnya melakukan marketing pada saat itu sudah dapat mencerminkan bahwa yang demikian itu adalah marketing. Prinsip dasar pemasaran dalam Islam adalah adanya unsur kebebasan dalam melakukan transaksi (tijarotan an taradhin) dengan mengindahkan keridhaan dan melarang pemaksaan. Pada zaman Rasulullah perdagangan yang dilakukan selalu didasarkan pada prinsip kebebasan. Artinya kebebasan tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu antara penjual dan pembeli dimana tidak ada jual beli paksa. Salah satu bentuk konkretnya terdapat dalam kitab bulugh al maram. Dalam bab
al bai bahwa Rasulullah melarang orang kota menjemput pedagangpedagang dari desa yang masih berada di luar kota untuk membeli barang mereka dengan harga murah di mana orang-orang desa tersebut tidak diberi kesempatan untuk masuk kota agar menjual barang dagangannya di pasar. Sistem kebebasan ini merupakan suatu upaya untuk mempersingkat mata rantai antara produsen dan konsumen.76 Berangkat dari pemahaman semacam ini, jika dilakukan sebuah analogi berfikir maka sesungguhnya prinsip-prinsip yang terdapat dalam pemasaran tidak bertentangan dalam ajaran Islam bahkan dalam perspektif manajemen pemasaran menjadi sesuatu yang penting dalam transaksi jual beli.77
76
Tentang riwayat tersebut dapat dilihat dalam al Hafidz Ibn Hajar al ‘Asqalani, Bulugh Al Maram min Adillah al ahkam, (Surabaya: Salim Nabhan, t. th.), hal. 161. 77 Lihat, tesis yang disusun oleh Djunaidi Abdullah, Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, dengan judul Studi Tentang Praktek Pemasaran Rasulullah SAW (Sejarah Sosial Ekonomi Masa Rasulullah). 2008, hal. 64
63
BAB III PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAKIR SULA TENTANG SPIRITUAL MARKETING
A.
Biografi Dan Kehidupan Muhammad Syakir Sula 1.
Biografi Muhammad Syakir Sula Muhammad Syakir Sula, lahir di Palopo, Sulawesi Selatan, 12 Februari 1964. Ia dikenal sebagai pakar Marketing Syariah, selain dikenal luas sebagai praktisi dan pakar asuransi syariah, Syakir Sula merupakan pembicara seminar serta penulis kolom dan buku yang cukup produktif. Jenjang pendidikan beliau diawali mulai dari pendidikan SD s.d. SMA di Palopo, Sulawesi Selatan, Institut Pertanian Bogor (IPB) selama 1 (satu) tahun, kemudian berlanjut di Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung. Selama masih duduk di bangku perkuliahan, aktifitas kegiatan beliau tercatat di beberapa organisasi diantaranya adalah kajian-kajian Jamaah Tarbiyah, Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Muhamadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pengajian Isa Bugis, Pengajian Islam Jama’ah Darul Islam, Jama’ah Imran, Pengajian Bang Imad dan Miftah Farid, dll. Awal ketertarikan beliau untuk menekuni kajian ekonomi syariah adalah ketika beliau masih berusia sangat muda. Pada tahun
63
64
1979-an, beliau adalah seorang remaja belia yang tekun untuk menyimak khutbah jumat disebuah masjid. Beliau tertarik dengan uraian ekonomi syariah yang sering disampaikan oleh sang khotib jum’ah tersebut, karena rasa keingintahuan beliau yang begitu besar, beliau terus memburu jadwal khutbah sang khatib yang sering menyampaikan khutbah jum’ah tentang ekonomi syariah tersebut. Kemana pun sang khatib tersebut ceramah, ia berusaha untuk terus mengikutinya. Sang khatib tersebut tak lain adalah Prof. Dr. Halide, seorang pakar ekonomi dari Universitas Hasanuddin (Unhas) yang sejak 1977 sudah giat untuk mengampanyekan konsep ekonomi syariah di Indonesia. Muhammad Syakir Sula merupakan salah satu dari 6 (enam) orang pemegang gelar professional ahli asuransi syariah (FIIS - Fellow
of Islamic Insurance Society) di Indonesia, selain gelar professional ahli asuransi konvensional (AAIJ). Mantan Direktur Tehnik & Direktur Marketing Takaful Group ini, juga aktif sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) di 4 (empat) perusahaan asuransi syariah yaitu Nasional Reinsurance - Syariah, Asuransi Panin Life - Syariah, Asuransi Central Asia - Syariah, dan Perum Sarana Penjaminan - Syariah. Beliau telah berpengalaman belasan tahun sebagai direktur marketing di beberapa perusahaan berbasis syariah seperti asuransi syariah (sebagai Direktur Takaful) , perbankan syariah (Asisten
65
Direksir BMI), pasar modal syariah (CEO di Batasa Group) dan juga properti (Direktur The Nobel).78 Saat ini Muhammad Syakir Sula aktif sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) di beberapa perusahaan asuransi dan bank syariah antara lain DPS Bank BTN Syariah, DPS Asuransi Panin Life (syariah), DPS Asuransi Central Asia Raya (syariah), DPS Nasional Re (syariah) dan DPS Jamkrindo (Penjamin Syariah), selain sebagai anggota KPS-BI (Komite Perbankan Syariah) di Bank Indonesia, dan Staff Ahli Direksi ICDIF-LPPI (Internasional Center of Development in Islamic Finance), dan juga bergabung sebagai advesor di salah satu perusahaan securitas “Risk & Risk” Management. Sebagai aktifis ekonomi syariah, Muhammad Syakir Sula adalah Sekjen MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), Wakil Ketua Umum IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam), Ketua III PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), Ketua Umum IIIS (Internasional Islamic Insurance
Society), Anggota Pleno DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional-MUI), Sekretaris LPK MUI (Lembaga Perekonomian & Keuangan Majelis Ulama Indonesia), Deputi Ketua Divisi Humas BWI (Badan Wakaf Indonesia), dan Wakil Ketua Komite Tetap Keuangan Syariah KADIN Indonesia.
78
Lihat profil Muhammad Syakir Sula di http://www.syakirsula.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=26 &Itemid=36 diakses hari senin, tanggal 13 Desember 2010 pukul 12.47.
66
Dalam bidang akademisi beliau adalah pengajar Islamic
Insurance di Program S2 dan S3 IEF (Islamic Economic & Finance) Trisakti University, Pengajar Sharia Marketing
Management di
Program Eksekutif MBA in Sharia Banking & Finance ITB-ICDIF LPPI, dan pengajar tetap di IIIS (International Islamic Insurance
Society). Dia juga masih aktif sebagai Ketua Yayasan Fi Zhilal Al Quran Jatinangor Bandung, sebuah pesantren mahasiswa yang ia dirikan dan dipimpinnya 20 tahun yang lalu, ketika masih kuliah di Universitas Padjadjaran Bandung, juga Dewan Pembina Yayasan Teuku Laksamana Haji Ibrahim Pesantren Modern Islam ‘Dayah Jeumala Amal’ Aceh Darussalam.79 Di bidang Bisnis & Entertainment Syariah menjadi kesibukan beliau setelah selesai sebagai Direktur di Asuransi Takaful, Asisten Direksi di Bank Muamalat, dan CEO di Batasa Tazkia Consulting. Dalam bidang Entertainment Syariah beliau membuat program ”The
Spirit of Hijrah” (dokudrama yang bernuansa spiritual) dan Talkshow – ”MTZ” (MUI Menjawab Tantangan Zaman) – program sosialisasi fatwa-fatwa MUI. President Director ”SS Production” (Production House), membuat sinetron-sinetron bernuansa syariah, a.l: sinetron ”CEO Spiritual”, sinetron ”Marketing Bahlul”, reality show ”Spiritual Business” dan Komisaris Utama PT. Amanah Bagi Bangsa, perusahaan yang khusus melakukan workshop buku ”Amanah Bagi Bangsa
79
Ibid.
67
(Konsep & Sistem Ekonomi Syariah)”. Terakhir, sebagai Direktur Utama The Noble, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang properti/apartemen.80 Dua tahun terahir ini, yaitu dimulai pada tahu 2009 pada bulan suci Ramadhan beliau menggagas sebuah acara yang bertajuk ”Sukses Syariah”. Sebuah tayangan edukatif yang bertujuan untuk sosialisasi tentang perbankan syariah yang ditayangkan setiap hari di Metro TV selama bulan suci Ramadhan waktu sahur. Tapak kesuksesan beliau diawali ketika tahun 1995 ia diajak mendirikan lembaga asuransi Islam yang kini bernama Takaful. Bersama pakar ekonomi syariah lain, Syafi’i Antonio, dan beberapa aktivis lainnya, Syakir Sula menjadi think tank lembaga asuransi syariah pertama dan satu-satunya ketika itu. Beliau juga ikut merintis Takaful dari nol. Mulai dari seorang agen pemasaran sampai menjadi seorang direktur. Saat ini, Takaful sudah menemukan masa kejayaannya, pada tahun 2004 yang lalu asuransi Takaful menjadi perusahaan asuransi terbaik. Karena perkembangan asuransi syariah di Indonesia ini cukup baik, maka menjadi kebanggaan tersendiri ketika Indonesia saat ini menjadi kiblat dunia, jika asuransi umum berkiblat ke London, sedangkan asuransi jiwa ke Amerika, maka asuransi Islam ke Indonesia, yaitu ke AASI.
80
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. vii-vii.
68
Karir Muhammad Syakir Sula di Takaful, menjadi cikal bakal dalam menekuni dunia ekonomi syariah untuk kemudian merambah di bidang lain. Beliau kemudian pindah ke Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan dalam waktu yang sama beliau menjadi seorang konsultan di pegadaian Syariah, Broker Syariah, Reksadana Syariah, dan lain sebagainya. Ada sebuah obsesi beliau yang hingga saat ini masih terpendam, yaitu negeri ini harus bisa mengganti sistim ekonomi ribawi ke sistem Islami. Alasan beliau adalah karena umat Islam merupakan umat mayoritas di negara ini, dan sistim ekonomi syariah telah terbukti mampu mengatasi terpaan krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu. Beberapa latar belakang pendidikan dan aktifitas beliau di beberapa oraganisasi, baik keagaaman dan bisnis yang turut membentuk kepribadian dan kedisiplinan dalam keilmuan yang menjadi bidang beliau. Dimulai dengan menjadi seorang pengasuh yayasan kecil yang tanpa disangka bahwa semua itu memberikan manfaat bagi beliau saat beliau merintis usaha dalam bidang asuransi Islam, dimana dituntut untuk mampu memimpin sekian banyak orang yang menjadi nasabah dan memahami karakter masing-masing nasabah agar tetap loyal. Keberhasilan beliau dalam bidang marketing juga tidak jauh beda dengan kesuksesan yang beliau alami ketika menjalankan usaha asuransi Islam Takaful, karena kedua proses tersebut berjalan
69
beriringan yang mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu meraih kesuksesan dengan jalan yang dihalalkan oleh agama Islam. Kepribadian yang terbentuk oleh lingkungan kehidupan beliau saat masih muda membuat corak pemikirannya yang selalu Islam
Minded. Segala sesuatu harus sesuai dengan aturan agama Islam. Tidak mengherankan ketika hal ini juga berpengaruh terhadap perilaku dan pemikiran beliau dalam berbagai persoalan. Saat ini beliau tinggal di sebuah apartemen di jalan raya Casabalanca, bersama istri dan seorang putrinya. Untuk mengatur jadwal kesibukan beliau maka dibuatlan “The Maestro Management” sebuah manajemen yang mengatur dan me-manage seluruh waktu dan aktifitasnya. Secara kebetulan, penyusun telah beberapa kali bertemu secara langsung dengan Muhammad Syakir Sula di event-event berbeda yang berkaitan dengan ekonomi Syariah. Pertemuan pertama dimulai pada event M-Life (Muslim Life) Festifal yang diselenggarakan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, PP MES, DPP IAEI, dan FoSSEI di Jakarta dua tahun silam (September 2009). Kemudian dilanjut dengan pertemuan kedua sewaktu penyusun mengikuti kegiatan Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) Forum Silaturrahim Dan Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) IX di IAIN Sumatera Utara bulan Maret yang lalu dimana pada saat itu beliau menjadi salah satu nara sumber pada acara tersebut. Dan yang pertemuan terakhir dan mendapat sambutan
70
khusus dari beliau adalah sewaktu Silaturrahmi Nasional Masyarakat Ekonomi Syariah pada Desember 2010 di Jakarta. Dari pertemuan singkat tersebut, terlepas dari segala kekurangan beliau sebagai ”manusia biasa”, namun penyusun memiliki penilain tersendiri bagi beliau. Sosok yang smile, seorang motivator, lugas, ramah dan sedikit humoris.
2.
Karya-karya Muhammad Syakir Sula Sebagai seorang penulis yang produktif, beberapa buku telah beliau terbitkan diantaranya adalah buku dengan judul Asuransi Syariah (Life And General); Konsep dan Operasional (Gema Insani, 2004) sebagai sebuah buku pertama dan terlengkap yang membahas tentang Asuransi Syariah. Buku ini menjadi teks book untuk mahasiswa program Strata 1 (S.1) sampai dengan Strata tiga (S.3) Perguruan Tinggi di Indonesia. Buku pertama karya beliau ini bisa dikatakan sebagai buku refleksi pengalaman-pengalaman beliau selama berkecimpung dalam dunia Asuransi Syariah. Di awal bab telah sedikit dijelaskan bahwa beliau dan beberapa tokoh aktifis ekonomi syariah saat itu merupakan pendiri asuransi syariah pertama di Indonesia, Takaful. Sehingga dalam buku pertama karya beliau ini bisa dikatakan lengkap mencakup semua hal dalam asuransi syariah khususnya dan dalam bisnis secara Islami umumnya, tidak terkecuali dalam bidang pemasaran. Meski dalam buku ini hanya sedikit pembahsannya tentang marketing Islami mungkin
71
inilah awal inspirasi beliau untuk menyusun buku selanjutnya yang berjudul Syariah Marketing. Buku Syariah Marketing merupakan buku kedua yang beliau susun bersama Hermawan Kartajaya (pakar marketing dunia) dan berhasil menjadi buku best seller yang menjadi referensi utama pada penyusunan karya ilmiah ini. Berawal dari buku inilah yang kemudian beliau selain diakui sebagai pakar Asuransi Syariah juga sebagai pakar marketing syariah. Ini tidak terlepas dari pengalaman beliau sebagai seorang marketer Asuransi Syariah Takaful yang beliau dirikan bersama teman-teman aktifis ekonomi syariah lainnya pada saat itu. Karena banyaknya antusias masyarakat yang ingin mengetahui pemikiran beliau tentang Syariah Marketing dan Asuransi Syiariah, maka dibuatlah
website
www.syakirsula.com
yang
berisi
khusus
penyampaian informasi dan membahas permasalahan tentang Ekonomi Syariah. Buku selanjutnya adalah berjudul ”Amanah Bagi Bangsa; Sistem Ekonomi Syariah” yang disusun bersama dengan teman-teman seperjuangan beliau di pengurus Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) pusat. Buku yang memiliki ketebalan hingga ratusan halaman ini menjadi banyak rujukan bagi pegiat wacana ekonomi syariah di Indonesia, selain disusun oleh kebanyakan pakar ekonomi syariah dimasing-masing bidang pembahasan dan penyampaian materi dalam
72
buku ini terkesan ringan dan mudah dipahami namun tidak mengurangi kualitas dan esensi tulisannya. Tidak lama setelah beliau mengeluarkan buku Marketing Syariah, kemudian beliau menghadirkan buku Marketing Bahlul yang merupakan kelanjutan dari buku Marketing Syariah, dalam buku tersebut Syakir Sula membongkar dan sekaligus meluruskan kembali fungsi marketing dengan pendekatan etika-etika sehingga tak ada lagi penyimpangan dan virus dalam pengembangan lembaga keuangan syariah. Di dalam buku Marketing Bahlul tersebut dijelaskan dengan pendekatan ajaran agama Islam apa yang boleh dilakukan dan apa yang tak boleh dilakukan. Sehingga dalam buku tersebut memberikan pedoman bagi para marketing khususnya para eksekutif, bagaimana cara memarketingkan produknya yang halal sehingga hal ini akan menciptakan bisnis yang dikembangkan selalu berkelanjutan. Yang melatarbelakangi Muhammad Syakir Sula untuk menulis buku tesebut adalah ketika kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya masalah marketing. Kegiatan ekonomi tersebut saat ini cenderung
mengalami
disorientasi
dan
cenderung
mengejar keuntungan yang instan, maka terkadang kegiatan marketing yang sebenarnya terdapat unsur nilai mulia dan penuh etika itu telah berubah dengan kebahlulan dan kebusukan. Fenomena itulah yang
73
sering kali menjadi pemandangan salama ini dalam melakukan marketing untuk menawarkan produk yang kita tawarkan. Dalam buku tersebut memuat 33 cerita yang dialami secara langsung oleh Muhammad Syakir Sula, ada sebuah kenyataan bahwa dalam melakukan entertaint marketing yang selama ini dilakukan oleh para eksekutif banyak sekali melakukan penyimpangan-penyimpangan secara etika dan moral. Apabila fenomena ini terus dipertahankan maka sangat dimungkinkan akan merusak dunia peradaban marketing. Syakir Sula mencontohkan bagaimana dalam olah raga Golf yang halal didalamnya diwarnai dengan perjudian dan bercampur dengan maksiat. Padahal olahraga Golf merupakan olahraga yang menyehatkan untuk kesehatan dan kebugaran tubuh dan pikiran. Selain itu, Syakir Sula juga mencontohkan dalam kegiatan negoisasi bisnis sering melakukan pelanggaran dari segi riswah dengan melakukan suap. Kegiatan tersebut tanpa kita sadari sering kali dijumpai dalam kegiatan marketing. Berangkat dari kenyataan yang ada dan yang terjadi didalam kehidupan nyata sehari-hari dalam bidang bisnis membuat Muhammad Syakir Sula merasa peduli dan berkewajiban untuk ikut berdakwah meluruskan kegiatan bisnis yang menyalahi aturan agama dan etika yang berkembang di masyarakat. Meluruskan perilaku bisnis yang salah menjadi perilaku bisnis yang beretika berdasarkan ajaran agama (baca:
74
Islam). Buku-buku karya beliau kurang lebihnya merupakan respon positif melihat kondisi masyarakat yang sedemikian itu. Kontribusi beliau memang bisa dikatakan belum seberapa jika dibandingkan dengan para Ulama yang memiliki kewajiban besar untuk menuntun ummat Islam ke jalan yang benar sesuai tuntunan agama Islam. Namun setidaknya apa yang telah beliau lakukan selama ini sudah sangat baik. Hal yang paling sederhana bisa dilihat manakala beliau dkk mendirikan asuransi syariah Takaful, inilah komitmen beliau untuk mewujudkan obsesi untuk menjauhkan Indonesia dari sistem ekonomi ribawi. Kontribusi beliau dalam ekonomi syariah tidak hanya sebatas mengeluarkan karya-karya bermutu yang didokumentasikan dalam bentuk buku. Lebih dari itu beliau juga sebagai seorang kolumnis dibeberapa surat kabar nasional dan juga sering menjadi pembicara pada event-event skala regional, nasional dan bahkan internasional. Ini menjadi satu bukti komitmen beliau untuk mewujudkan visi dan ambisi beliau yang tidak mudah diraih untuk mewujudkannya.
3.
Kerangka Metodologis Pemikiran Muhammad Syakir Sula tentang Spiritual Marketing a.
Dasar-dasar Spiritual Marketing Banyak orang yang mengatakan bahwa pasar syariah adalah pasar yang emosional (emotional market), sedangkan pasar konvensional adalah pasar yang rasional (rational market). Dengan arti lain orang tertarik berbisnis pada pasar syariah karena alasan-
75
alasan keagamaan (baca: Islam) yang lebih bersifat emosional, bukan karena ingin mendapatkan keuntungan finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya, pada pasar konvensional atau nonsyariah, orang ingin mendapatkan keuntungan finansial yang sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya
tersebut
mungkin
menyimpang
atau
malah
bertentangan dengan ajaran agama (Islam). Pendapat yang demikian itu tidak bisa selalu dibenarkan. Karena sesungguhnya orang-orang yang ada dipasar emosional sangat rasional dalam menentukan pilihan. Mereka tidak hanya mempertimbangkan faktor sentimen keagamaan melainkan juga untung-ruginya sampai kepada akhirat. Begitu juga sebaliknya orang yang berada dipasar rasional tidak bisa selamanya dibenarkan bahwa mereka murni rasional, karena pada saat kondisi tertentu mereka sebenarnya masuk pada wilayah pasar emosional. Dengan demikian, stigma yang muncul di masyarakat bahwa pasar konvensional yang lebih rasional lebih menguntungkan dari pada pasar syariah yang lebih emosional dan hanya diperuntukkan bagi umat Islam adalah tidak tepat. Islam adalah agama yang universal, membawa pesan kebaikan bagi manusia dan sekalian alam. Merubah persepsi masyarakat yang sudah cenderung mengakar dalam pikiran mereka merupakan hal yang tidak mudah untuk dilupakan, namun dimasa mendatang akan ada semacam
76
pergeseran persepsi dari pasar tingkat intelektual atau rasional menuju ke emosional dan pada akhirnya akan bertransformasi ke pasar spiritual. Melihat kondisi tersebut, Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kertajaya merumuskan sebuah konsep dengan apa yang disebut syariah marketing sebagai sebuah solusi yang didalamnya merupakan suatu proses bisnis yang keseluruhan prosesnya menerapkan nilai-nilai Islam. Suatu cara bagaimana memasarkan suatu proses bisnis yang mengedepankan nilai-nilai yang mengagungkan keadilan dan kejujuran.81 Faktor spiritual merupakan faktor kunci terakhir yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam sebuah perusahaan. Sebagai seorang pemimpin sifat mempengaruhi dan bisa dijadikan panutan anak buahnya haruslah ada. Artinya pemimpin yang memiliki kharisma kepribadian yang bisa mempengaruhi perilaku dan etos kerja bawahannya sehingga hal ini juga akan berdampak pada hasil akhir usahanya. Stephen R. Covey penulis buku legendaris, The 7 Habit of
Highly Effective People, di penghujung karirnya dia menerbitkan buku baru, The 8th habit: From Effectiveness to Greatness. Covey menyimpulkan bahwa faktor spiritual merupakan kunci terakhir yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam suatu perusahaan.
81
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. xxv-xxvi.
77
Covey menyebutnya dengan ”Voice”. Seorang pemimpin harus memiliki empat style, ”The 4 Roles of Leadership”, yaitu
Pathfinding (perintisan), Aligning (penyelarasan), Empowering (pemberdayaan), dan Modeling (panutan). Pada akhir bagian inilah Covey kemudian menyadari bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang bisa jadi panutan (Modelling), seorang pemimpin haruslah memimpin berdasarkan prinsip.82 Terdapat tiga hal yang dijadikan sebagai dasar spiritual markerting, pertama mengenai kondisi pasar yang mengalami pergeseran dari era rasional ke emosional dan ke spiritual. Kondisi yang semacam ini perlu diapresiasi dengan menghadirkan konsep syariah marketing sebagai sebuah sistem dan panduan bagi seorang marketer mengingat adanya perubahan situasi yang cukup signifikan. Jika metode ini tidak ditempuh, sedangkan konsep lama sudah tidak akan berlaku maka konsekuensinya adalah hasil penjualan dan produksi dalam sebuah usaha mengalami penurunan. Dasar Kedua dari syariah marketing adalah adanya perumusan konsep spiritual marketing yang dijadikan sebagai landasan jiwa berbisnis. Spiritual marketing merupakan wilayah yang pada saat ini menjadi puncak dari semua proses marketing yang berlangsung. Wilayah spiritual kembali dilirik dan dijadikan
82
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 9.
78
sebagai prinsip dalam melakukan aktifitas bisnis termasuk di dalamnya adalah marketing. Dasar marketing syariah yang Ketiga didasarkan pada karakteristik marketing syariah itu sendiri dengan mengulas banyak tentang kepribadian Rasulullah SAW yang dijadikan sebagai obyek contoh dalam berbisnis umat manusia. Sifat wajib Rasul seperti
Shidiq, Amanah, Tabligh, Fatonah menjadi acuan dan contoh konkrit yang perlu dijadikan pelajaran bagi para pelaku bisnis pada masa saat ini. Penggunaan label Syariah tidak hanya pada persoalan perbankan
saja,
namun
dalam
persoalan
marketing
pun
menggunakan label atau istilah Syariah. Terlepas dari anggapan banyak orang bahwa penggunaan istilah Syariah hanyalah label belaka, namun pada tataran aplikasinya tidak jauh berbeda dengan konsep yang selama ini tertanam dalam pemahaman mereka, tidak lain adalah pola pemahaman dengan menggunakan paham konvensional. Pada dasarnya, marketing dalam perspektif Syariah adalah sebuah prinsip kegiatan marketing yang di dalamnya menggunakan prinsip atau nilai-nilai ajaran Islam (baca : Syariah). Pemasaran harus dikembalikan kepada karakteristik yang sebenarnya, yakni
Religius, Etis, Realistis, dan Humanistis. Sudah bukan rahasia lagi, ada tenaga pemasaran (marketer) yang melakukan berbagai macam
79
cara untuk mendapatkan bisnis. Mereka, terpaksa atau pun tidak, memberikan bermacam-macam servis kepada calon klien/ nasabah/ pemberi proyek. Servis itu bisa berupa uang, barang, hingga pelayanan di tempat tidur, baik dilakukan sendiri maupun membayar penyedia jasa layanan seks, Cara-cara marketing yang seperti ini tidaklah benar. Konsep dasar spiritualisasi marketing adalah tata olah cipta, rasa, hati dan karsa (implementasi) yang dibimbing oleh integritas keimanan, ketakwaan, dan ketaatan kepada syariat Allah SWT. Jika iman, takwa, dan taat syariat ini semu, maka aktifitas marketing yang dilakukan tidak ada sangkut pautnya dengan syariat Islam. Dalam Al-Quran dan Hadits kita dapat melihat bagaimana ajaran Islam mengatur kehidupan bisnis (pemasaran) seorang muslim.83 Rasulullah SAW. sendiri telah mencontohkan kepada kita sebagai ummatnya dalam melakukan proses berbinis yang selalu dilandasi spiritualisasi untuk mencapai hasil yang maksimal horisontal dan vertikal.
b. Karakteristik Spiritual Marketing Karekteristik spiritual marketing adalah dalam prosesnya yang mengedepankan sisi etika dan dilandasi semangat ke Tuhanan, tidak hanya sebatas melakukan proses bisnis untuk mencari keuntungan duniawi melainkan juga untuk meraih
83
Ibid, hal. 12.
80
kebahagiaan ukhrawi. Dalam melakukan proses bisnis selalu diniatkan sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Berbeda dengan orientasi dengan pola manajemen modern yang menghasilkan output maksimal melalui proses efektif dan efisien yang pada akhirnya nilai-nilai yang menggerakkan manusia dalam proses perubahan dimoneterisasi dan
dikemas dalam
parameter tunggal yang disebut uang. Spiritual marketing adalah bentuk pemasaran yang dijiwai nilai-nilai spiritual dalam segala proses dan transaksinya, sehingga ia sampai pada suatu tingkat ketika semua stakeholders utama dalam bisnis (pelanggan, karyawan, dan pemegang saham), pemasok, distributor, dan bahkan pesaing sekalipun memperoleh kebahagiaan. Lebih dari itu, bagi seorang muslim, spiritual marketing mengandung nilai-nilai ibadah dan diyakini mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT di akhirat kelak.84 Terdapat 4 (empat) karakteristik spiritual marketing seperti yang dijelaskan oleh Muhammad Syakir Sula tentang Syariah Marketing yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar (marketer). Karakteristik Pertama adalah Teistis (Rabbaniyah), bagaimana jiwa seorang marketer meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk
84
Ibid, hal. 21.
81
kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan.85 Karatkteristik
Kedua
adalah
Etis
(Akhlaqiyyah),
Keistimewaan lain dari Syariah marketer selain karena teistis (Rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal, yang diajarkan oleh semua agama.86 Manusia yang dinisbahkan oleh Tuhan sebagai tempatnya salah lupa. Sehingga manusia dalam hal ini dituntut untuk memiliki sifat tanggung jawab moral sebagai seorang manusia. Tanggung jawab dijelaskan sebagai berikut :
”Responsibility = having the character of a free moral agent; capable of determining one’s own acts, capable of deterred by consideration of sanction or consequences”87 Dari definisi diatas memberikan penjelasan yang dititik beratkan pada dua hal kepada marketer syariah. Yang pertama adalah harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap sesuatu perbuatan. Kesanggupan untuk menetapkan sikap yang arif, sopan dan bisa menghargai klien atau konsumen untuk meraih simpatik. Dengan demikian maka seorang marketer syariah harus
85
Ibid., hal. 28. Ibid, hal. 32 87 Burhanuddin Salam, Etika Individual; Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), 2000, hal. 43. 86
82
tegas terhadap dirinya sendiri untuk menentukan sikap dan perilaku sebelum bersinggungan langsung dengan orang lain. Yang kedua adalah kesanggupan untuk memikul resiko dari sesuatu perbuatan. Memikul resiko disini dimaksudkan adalah siap dengan segala konsekuensi yang akan dan yang telah terjadi. Konsekuensi selanjutnya berarti bahwa terhadap sesuatu perbuatan hanya terdapat dua alternatif penilaian yaitu tahu bertanggung jawab atau tidak tahu bertanggung jawab. Karakteristik yang ketiga adalah Realistis (Al-waqiyyah). marketer syariah adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluwesan Syariah islamiyah yang melandasinya. Syariah marketer adalah para pemasar professional dengan penampilan yang bersih, rapi dan bersahaja, apapun model atau gaya
berpakaian
yang
dikenakannya,
bekerja
dengan
mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran dalam segala aktivitas pemasarannya.88 Seorang marketer syariah dituntut untuk mampu menguasai keadaan pada saat menghadapi konsumen. Harus bisa sedikit memahami karakteristik sifat dan perilaku konsumen agar terhindar dari kesalahan. Memang untuk berusaha memahami karakter kepribadian seseorang sangatlah sulit, namun demikian hal ini tidak kemudian menjadi hal yang tidak perlu dilakukan, hanya saja
88
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 35.
83
paling tidak sebagai seorang marketer yang bertanggung jawab, hendaknya ada sedikit kemauan untuk memahami karakter kepribadian konsumen. Bagaiamana sikap dan penampilan seorang marketer saat dia menghadapi calon konsumen atau nasabah (dalam perbankan) yang memiliki reputasi dan integritas tinggi dalam kepribadiannya dan bagaiamana pula seorang marketer harus menghadapi seorang yang lebih tua atau nasabah biasa yang beda dengan nasabah-nasabah borjuis lainnya. Tentunya ini semua membutuhkan pemahaman karakter individual dari konsumen, kesabaran dan keuletan, untuk itulah seorang marketer syariah harus bisa bersikap fleksibel namun tidak melupakan sisi spiritualnya. Kemudian karaktersistik yang keempat adalah Humanistis (Insaniyyah). Keistimewaan karakteristik yang ini adalah sifatnya yang humanistis universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Syariah islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah yang membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi siyari’ah humanistis universal. Pada karakteristik yang terakhir ini yang cukup menarik bagi penyusun, universalisme syariah Islam. Dengan kata lain syariah
84
Islam bukan hanya diperuntukkan bagi ummat Islam seperti yang selama ini diklaim oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai paling berhak dan paling benar. Karakteristik Insaniyyah ini sekaligus menjadi jawaban atas persepsi masyarakat baik yang muslim ”setengah hati” dan yang non muslim yang beranggapan bahwa dalam persoalan bisnis sesuatu yang ada label syariahnya adalah hanya diperuntukkan hanya untuk orang Islam. Sehingga pendapat yang demikian itu tidak dapat dibenarkan sepenuhnya. Bahkan di salah satu UUS Bank Syariah di kota Semarang, pada produk tertentu yang dikeluarkannya banyak yang dari umat non muslim yang menggunakan produk tersebut. Pakar ekonomi Islam Dr Jafril Khalil mengungkapkan, perspektif pemasaran dalam Islam yakni Ekonomi Rabbani
(divinity), realistis, humanis, dan keseimbangan. Inilah yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional. Marketing menurut Islam memiliki nilai dan karakteristik yang menarik. Khalil menambahkan, marketing syariah meyakini bahwa perbuatan yang dilakukan seseorang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Selain itu, marketing syariah mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral didalam pelaksanaannya. Karena itu, marketing syariah menjadi penting bagi para tenaga pemasaran untuk melakukan penetrasi pasar.
85
Dilihat dari karakteristik spiritual marketing, sesungguhnya konsep ini bertujuan untuk mencapai sebuah solusi yang adil dan transparan bagi semua pihak yang terlibat. Didalamnya tertanam nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak yang terlibat didalamnya merasa dirugikan. Tidak ada pihak pula yang berburuk sangka (su’udzon). Nilai-nilai spiritual dalam berbisnis ini juga akan mampu memperbaiki inner-side kita. Sebaliknya, semakin spiritual seseorang, ia pun akan lebih mampu menjalankan bisnisnya dengan lebih tenang dan dicintai oleh semua pihak.89
c.
Konsep Spiritual Marketing Muasal konsep spiritual marketing adalah Sejalan dengan perkembangan dunia. Setelah September Attack,90 orang melihat IQ (Inteligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) saja tidak cukup, namun juga harus ada SQ (Spiritual Quotient). Seperti yang telah sedikit dijelas diawal, bahwa yang dikedepankan dari konsep spiritual marketing adalah pada sisi akhlak. Akhlaq kepada partner kerja, pimpinan, kompetitor dan khususnya akhlak kepada Tuhan-Nya. Sehingga dalam prosesnya pun juga harus mempertimbangkan beberapa hal tersebut diatas.
89
Ibid,, hal. 19. September Attack merupakan tragedi dunia yang banyak memakan korban meninggal dunia, yaitu runtuhnya dua bangunan raksasa sebagai simbol kekuatan Negara Adidaya (USA). Hancurnya World Trade Center karena diserang oleh kelompok teroris yang pada saat itu diisukan dilakukan oleh umat Islam. Peristiwa dengan skenario besar dan melibatkan banyak tokoh dunia tersebut terjadi pada tanggal 11 September 2001, peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan istilah September Attack. 90
86
Dari sisi manajemen, sebuah perusahaan yang membutuhkan jasa
marketer
memperhatikan
untuk pola
ekspansi
pasar
keluar
juga
manajemen
yang
diberlakukan
turut dalam
perusahaannya. Menurut A. Riawan Amin91 majemen modern yang berlaku sampai saat ini hanya memperhatikan hasil yang maksimal dengan proses yang seefisien mungkin dengan tolok ukur uang. Beliau berpendapat bahwa hal yang semacam ini haruslah dirubah dengan pendekatan manajemen yang kembali keasal. Yakni nilai-nilai Illahiyah yang dipraktekkan sang pencipta dan pemelihara dalam mengelola alam semesta. Dengan demikian, nilai-nilai alamiah yang bersifat universal dan menjadi hukum semesta (sunnatullah).92 Bertumpu manajemenpun
dari
gagasan
ini,
maka
paradigma
ilmu
harus diganti. Manajemen tidak lagi dalam
pengertian getting things done through the people, melainkan
getting God’s will done by the people. Pengertiannya, seluruh upaya manusia untuk menciptakan pertambahan nilai bagi kesejahteraan haruslah menempatkan manusia sebagai sebuah subyek perubahan (khalifatullah fil ardh), bukan mendegradasi manusia sebagai faktor produksi atau perbudakan.93
91 A. Riawan Amin, The Celestial Mangement, Cet. V (Jakarta: Senayan Abadi Publishing,, 2006), hal. 92 www.pa-ambarawa.go.id, diposting oleh Rocahanah pada Jumat. 5 Juni 2009 93 Ibid.
87
Manejemen dalam Islam diartikan dengan mengatur segala sesuatu agar dilaksanakan dengan baik, tepat dan terarah. Bersumber dari nash-nash Al-Qur’an dan dan hadits berasaskan pada nilai-nilai kemanusiaan yang berkembang dalam masyarakat pada waktu itu. Manajemen dalam Islam bersandar pada ijtihad pemimpin dan umatnya, dengan catatan tidak boleh bertentangan dengan konsep dasar dan prinsip hukum yang bersumber dari AlQur’an dan Hadits.94 Negara Islam pada masa Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah dan Abasiyah telah menjalankan fungsi-fungsi
manajemen
pengorganisasian
yaitu
(organizing),
perencanaan
pengarahan
(planning),
(actuating)
dan
pengawasan (controlling)95. Sebagaimana salah satu karakteristik konsep spiritual marketing adalah yang mengedepankan akhlak dalam prosesnya, dalam Islam terdapat sembilan macam etika (akhlaq) yang harus dimiliki seorang tenaga pemasaran. Dalam buku syariah marketing yang disusun oleh Muhammad Syakir Sula bersama pakar pemasaran Hermawan Kertajaya dijelaskan, kesembilan etika tersebut adalah :
94
1.
Memiliki kepribadian spiritual (Taqwa)
2.
Berkepribadian baik dan simpatik (Shiddiq)
Mohamad Hidayat, an Introduction to The Sharia Economic; Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal. 274. 95 Ibid, hal. 274.
88
3.
Berlaku adil dalam berbisnis (al-'Adl)
4.
Melayani nasabah dengan senyum dan rendah hati (Khitmah)
5.
Selalu menepati janji dan tidak curang (Tahfif)
6.
Jujur dan terpercaya (Amanah)
7.
Tidak suka berburuk sangka
8.
Tidak suka menjelek-jelekkan; dan
9.
Tidak melakukan suap (Riswah). Dengan kesembilan etika pemasaran yang harus dimiliki
seorang tenaga marketing ini, maka akan menjadi sikap yang optimis bahwa produk-produk Syariah akan laku dan mampu bersaing dengan produk konvensional yang telah lebih dulu eksis, untuk kemudian merebut pangsa pasarnya. Perkembangan
ekonomi
syariah
yang
mampu
mengembalikan nilai-nilai Islam di tengah-tengah kehidupan perekonomian masyarakat telah muncul kesadaran akan pentingnya etika, kejujuran dan prinsip-prinsip Islam lainnya dalam dunia bisnis. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam berbisnis semasa beliau yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, amanah tetapi tidak mengesampingkan keuntungan yang maksimal. Rasulullah SAW adalah prototipe sukses dalam melakukan spiritualisasi marketing. Dalam dunia marketing, dikenal tiga medan pertempuran yang harus dimenangkan. Yaitu : Pertama, strategi. Di sini, aspek
89
segmentasi, targeting, dan positioning harus lebih baik dari kompetitor, untuk memenangkan perang pemikiran, how to win the
mind share (bagaimana menang di benak nasabah). Segmentasi 96 merupakan cara membagi pasar berdasarkan pada variabel-variabel tertentu seperti faktor geografi, demografi, psikologi, perilaku dan akhirnya pada variabel terkecil, yaitu individu. Segmentasi yang berkesinambungan menjadi hal penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan (need) pasar yang selalu berubah-ubah. Segmentasi juga dapat diartikan kegiatan yang tidak mempunyai batasan. Semakin kreatif melihat pasar, kita akan menyadari bahwa masih banyak segmen yang belum tersentuh. Kreatifitas menjadi kunci dalam melihat pasar dari sisi yang tidak terbayangkan sebelumnya oleh pesaing.97 Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini pemikiran masyarakat semakin dewasa dan cerdas dalam memilih sebuah produk. Untuk itu sebuah perusahaan tidak cukup melakukan proses segmentasi akan tetapi juga melakukan proses identifikasi pasar secara baik dan cermat. Hal ini dimaksudkan untuk memahami dan mengetahui keinginan pasar secara lebih detail. 96
Segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Titik awal dari pembahasan segmentasi mana pun adalah pemasaran masal. Dalam pemasaran masal penjual menjalankan produksi masal, distribusi masal, distribusi masal, dan promosi masal atas suatu produk bagi semua pembeli. Argumen bagi pemasaran masal adalah bahwa ia menciptakan pasar potensial terbesar, yang akan meghasilkan biaya yang lebih rendah yang pada gilirannya dapat menghasilkan harga yang lebih rendah atau marjin yang lebih tinggi (Baca : Philip Kotler, Marketing Management, 10 th alih bahasa oleh Hendra Teguh dan Benjamin Molan, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. INDEKS, 2004), hal. 292. 97 Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, Op.Cit, hal. 12-15.
90
Karena salah satu penyebab gagalnya sebuah perusahaan dalam persaingan usaha secara global adalah kurangnya ketepatan mereka dalam melakukan segmentasi pasar. Rasulullah SAW mencontohkan melakukan segmentasi dalam hal bisnis adalah ketika beliau melakukan beberapa kunjungan ke Bahrain yang terletak di bagian timur semenanjung Arabia. Pasca penakhlukan kota Makkah Rasulullah memanggil Al-Ashajj seorang pemimpin ditempat itu, kemudian Rasulullah mengajukan beberapa macam pertanyaan tentang penduduk berbagai kota dan urusan-urusan mereka. Al-Ashajj merasa terheran-heran dan terkesan dengan pengetahuan Rasulullaah SAW yang lebih banyak mengetahui nama-nama kota ditempatnya daripada dia sendiri. Pengetahuan yang rinci tentang kebiasaan didaerah itu, cara hidup penduduk Bahrain, cara mereka makan dan minum menunjukkan bahwa Rasulullah SAW telah berulang kali mengunjungi Bahrain untuk keperluan bisnis ke pasar Mushaqqar. Dari sini dapat dilihat bahwa Rasulullah telah melakukan segmetasi pasar berdasarkan faktor geografis, demografis, dan psikologis. Pasar inilah yang kemudian menjadi bidikan Rasulullah SAW dalam menjalankan bisnisnya. Langkah kedua untuk memenangkan Mind Share adalah targeting.
Targeting
adalah
proses
pemilihan
target
dan
91
mencocokkan reaksi pasar dengan kebutuhan dasar, kemampuan daya beli dan keterbatasan yang dimiliki. Sebelum sebuah produk usaha atau jasa diluncurkan ke masyarakat, pemilihan target setelah segmentasi menjadi sebuah keharusan. Sebab sebuah produk atau jasa tidak dapat memasuki semua segmen yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses targeting. Kejelian untuk memilih target market yang tepat akan mempermudah masuknya sebuah produk baru. Apalagi dengan kondisi bahwa produk baru tersebut belum mempunyai pesaing.98 Langkah selanjutnya adalah positioning, positinoning adalah menempatkan produk sebuah perusahaan ke dalam benak costumer secara luas, sehingga akan tertanam dalam benak passar bahwa perusahaan adalah definisi dari kategori produk yang dijual.
Positioning bukan bagaimana menempatkan produk atau jasa dalam pasar, bukan sebatas pandangan pasar akan produk atau jasa yang akan diawarkan dan tidak melihat pada besar atau kecilnya pangsa pasar tetapi positioning benar-benar berhubungan dengan benak atau dalam hal ini perception (persepsi). Positioning adalah bagaimana agar pelanggan mengingat produk atau jasa yang ditawarkan.99 Medan
pertempuran
dalam
marketing
yang
harus
dimenangkan Kedua, adalah taktik. Dalam bisnis harus mengenal 98 99
Ibid., hal. 18. Ibid., hal. 22.
92
dan memperhatikan aspek diferensiasi (keunikan) dari produk kita. Diferensiasi adalah sebuah pembeda atau bagaimana caranya agar mejadi berbeda dengan produk atau perusahaan lain. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan sebuah diferensiasi adalah dengan mengintegrasikan konten (Content), konteks (Context), dan infrastruktur (infrastructure) yang kita miliki sehigga dapat menjadi nilai lebih yang dapat kita tawarkan kepada pelanggan. Esensi dari diferensiasi adalah agar lebih dikenal sehingga menjadi identitas diri.100 Dan yang Ketiga, marketing mix atau 4P (product, price,
place, promotion) dan selling. Kelima aspek ini merupakan kekuatan utama untuk memenangkan persaingan di pasar. How to
win the market share (bagaimana memenangkan pasar). Sementara itu, Muhammad Syakir Sula mengatakan, secara umum pangsa pasar syariah terbagi dua, yakni pasar rasional dan emosional. Pasar rasional adalah pasar yang didasarkan pada nilainilai rasional, seperti tingkat profit, kualitas layanan dan produk. Pangsa pasar ini disebut pasar mengambang. Sedangkan yang dimaksud dengan pasar emosional adalah pasar yang memilih bisnis berbasis syariah karena pertimbangan halal haram dan kekhawatiran terhadap riba. Tapi, persepsi ini sering dianggap salah oleh praktisi bisnis syariah. Sesungguhnya,
100
Ibid., hal. 34.
93
pasar emosional ini justru yang rasional, karena mereka menghitung untung rugi di setiap hal yang mereka lakukan. John Naisbitt, dalam bukunya Megatrend 2000 pernah mengungkapkan bahwa abad ke 21 merupakan abad kebangkitan agama millennium baru (the age of religion). Berikut ini kutipan dari John Naisbitt :
“…in turbulent times, in times of great change, people head for the two extremes, fundamentalism and personal spiritual experience…with no membership lists or even coherent philosophy or dogma, it is difficult to define or measure the unorganized new age movement. But in every major U.S and Europeaan City, thousands who seek insight and personal growth cluster around a metal physical bookstore, a spiritual teacher or an education center” Artinya : “Ada pergolakan waktu yang cukup besar yang membawa perubahan. Dimana otak manusia terbagi menjadi dua bagian yang ekstrim, yaitu kembali ke fundamentalisme dan pengalaman keagamaan pribadi mereka. Pergerakan yang tanpa dibarengi dengan daftar keanggotaan peribadahan atau pengetahuan filsafat yang mendalam. Ini sangat sulit untuk mengukur besarnya jumlah orang yang tidak terorganisir dalam perubahan tersebut. Sebuah fenomena menarik yang banyak terjadi di USA dan kota-kota eropa di mana banyak manusia yang tercurahkan dengan cara banyak mencari sejumlah bukubuku metafisik. Mereka juga mencari guru spiritual atau pusat pendidikan.”101 Spiritual 102 erat kaitannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh
101
John Naisbitt ang Patricia P. Megatrend 2000, Terj. Megatrend 2000, (Jakarta : Paramadina, 2005), hal. 99. 102 Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama atau religion, dibanding dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada dasarnya spitual mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit tingkah laku . kebanyakan spirit selalu dihubungkan sebagai faktor
94
individu. Spiritual juga merupakan sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi
spiritual.
Dimensi
ini
mengintegrasi,
memotivasi,
menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.103 Dilihat dari sisi dimensi spiritual, konsep marketing sebagaimana yang telah ada akan mendapat posisi tersendiri dari sekian konsep marketing yang ada. Bukan hanya sekedar untuk memotivasi
meraih
hasil
yang
maksimal,
bukan
hanya
menggerakkan segala kemampuan yang dimiliki oleh seorang marketer, namun juga bisa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia dari hati, sikap dan pikiran manusia. Kerohanian Kejiwaan
Kebatinan Spiritual
Psikis Jasmaniah Pada pemasaran sejumlah
level
Intelektual (rasional),
secara
fungsional-teknikal
tools
pemasaran,
seperti
pemasar dengan
menyikapi
menggunakan
segmentasi,
targeting,
positioning, marketing-mix, branding dan sebagainya. Kemudian di kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi baik secara fisik dan psikologi. (Baca : dr. Hj. Liza, http://drlizaibadah.blogspot.com, diakses pada hari Minggu, tanggal 11 November 2007). 103 Jeanny Ivones, http://nezfine.wordpress.com , diakses pada tanggal 5 Mei 2010.
95
level emosional, kemampuan pemasar dalam memahami emosi dan perasaan pelanggan menjadi penting. Disini pelanggan dilihat sebagai
manusia
seutuhnya,
lengkap
dengan
emosi
dan
perasaannya. Spiritual marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang tidak semata-mata menghitung untung atau rugi, tidak terpengaruh lagi dengan hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang mendorongnya, karena didalamnya terkandung nilai-nilai spiritual. Bagi kaum muslim, Spiritual Marketing sangat syarat dengan nilai-nilai syariah dan dalam implementasinya selalu dijiwai oleh nilai-nilai kebenaran yang terpancar dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Spiritual marketing adalah bentuk pemasaran yang dijiwai nilai-nilai spiritual dalam segala proses dan transaksinya, hingga ia sampai pada suatu tingkat ketika semua Stakeholders utama dalam bisnis (pelanggan, karyawan, dan pemegang saham), pemasok, distributor,
dan
bahkan
pesaing
sekalipun
memperoleh
kebahagiaan. Lebih dari itu, bagi seorang muslim, spiritual marketing mengandung nilai-nilai ibadah dan diyakini mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT di akhirat kelak.104 Selain itu dalam syariah marketing, bisnis yang disertai keikhlasan semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah, maka seluruh bentuk transaksinya insya Allah menjadi ibadah
104
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 20-21.
96
dihadapan Allah. Ini akan menjadi bibit dan modal dasar baginya untuk tumbuh menjadi bisnis yang besar, yang memiliki spiritual
brand, yang memiliki kharisma, keunggulan, dan keunikan yang tak tertandingi.105 Seperti yang dijelaskan Al-Quran dalam Surat Al Baqarah ayat 265 :
ْ
gِ cً~ِْªpَ ِة ا_]^ ِ\ َوcَºْfgَ َءcَ²~ِ ْ¨ ُ ا£ُ _َْ{َاgن َأ َ {ُÊِ ْsYُ
َ Yِ±_] ا ُ ªَ gَ َو ْنËِmَ
ِ ْÊَ ْxº ِ cَ£^َْ ُأ ُآ¹pَ Îَ mَ ٌ¨ِ وَاcَ£¨َ cَ¨ْ َ{ ٍة َأfَ ¨ِ ¥ٍ s]« َ ِ ªَ oَ ْ َآ£ِ ِ Êُ َْأ Ð265Ï ٌfِy¨َ ن َ {ُ^oَ ْxpَ cَo¨ِ \ُ ^]_ وَا æ َ mَ ٌ¨ِ وَاcَ£ْy ِ Yُ ْ_َ Artinya : “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletaj didataran tinbggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu akan menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah : 265)106 Salah satu contoh penerapan spiritual marketing adalah yang dilakukan Pondok Pesantren Daarut Tauhid pimpinan K.H. Abdullah Gymnastiar atau yang lebih dikenal dengan panggilan Aa Gym. Spiritual marketing tidak berarti dia melakukan bisnis hanya yang berhubungan dengan masalah agama, atau yang berhubungan dengan ritual ibadah, tetapi spiritual marketing yang dimaksud di sini artinya kita mampu memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang telibat dalam berbisnis, baik diri kita sendiri, 105 106
Baca artikelnya Ahmad Kurnia, Op. Cit. Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hal. 35.
97
pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal, dan bahkan para pesaing kita. Kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus juga menghargai para pesaing.107 Bekerja adalah ibadah, prinsip tersebut harus selalu dipegang teguh oleh seorang pelaku marketing agar tidak hanya melihat dan mengerjakan sesuatu tidak hanya berorientasi pada kepentingan duniawi melainkan juga kepentingan akhirat. Dengan diniati bekerja adalah Ibadah maka seseorang dalam menjalankan bisnisnya selalu ingat akan keberadaan Tuhan-Nya sehingga ketika dia hendak melakukan sesuatu yang melanggar menurut ketentuan agama dia akan terhindar. Allah SWT berfirman :
َ ِo_َcَxْ_ب ا ِّ ِ_]^ ِ\ َرlِpcَogَ ي َو َ cَْWgَ َوlِ ُ ُ َوlِp َ ن ] ُْ ِإ (١٦٢) Artinya : “Katakanlah (wahai Muhammad) Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS: 6: 162).
Yang membedakan bekerja dengan niatan ibadah dan bekerja dengan yang tidak diniati ibadah adalah yang pertama, akan cenderung menghalalkan segala cara untuk tujuan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Sedang yang kedua adalah melihat hasil yang baik hanya diperoleh dengan cara yang baik,
107
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 16.
98
yakni cara-cara yang dibenarkan Allah. Mungkin keuntungan yang diperolehnya memang tidak banyak, tapi berkah.108 Bekerja, kata K.H. Abdullah Gymnastiar, semestinya menjadi sarana ibadah kita. Kita per-sembahkan yang terbaik dalam pekerjaan kita bukan karena ingin mendapat uang yang banyak, melainkan inilah bentuk pengabdian kita dalam hidup. Prestasi kita adalah mempersembahkan yang terbaik, bukan mendapatkan yang terbaik. Maka sedari mula, ketika kaki hendak dilangkahkan menuju tempat kerja, niat untuk ibadah itu harus terpatri. Bahwa kita akan mempersembahkan yang terbaik. Kalau menjadi akuntan, akan jujur dalam membuat laporan keuangan. Kalau pedagang, tidak mengurangi timbangan. Kalau hakim, tidak akan main mata dengan terdakwa. Dan kalau bankir, tidak menerima hadiah apa pun dari nasabah yang difasilitasi pembiayaan. Kerja benar-benar untuk ibadah. Kerja sebagai cerminan tanggung jawab menggunakan detik per detik, menit per menit, dan jam per jam waktu yang diberikan Allah untuk segenap aktivitas yang diridhai-Nya. Tujuan-tujuan duniawi yang hendak diraih dengan bekerja, tidak melupakannya dari ketaatan kepada Allah.109 Begitu pula dalam praktik bisnis kita, karena sesungguhnya setiap diri kita adalah sedang berbisnis dengan Allah, namun ada 108 109
http://thecelestialway.com, diakses pada tanggal 4 Juni 2010. Ibid.
99
yang rugi dan ada yang beruntung. Yang beruntung adalah surgeNya yang menjadi tempat kembali kelak di hari akhir. Sedangkan bagi yang merugi adalah neraka-Nya yang menjadi tempat kembalinya. Ini adalah pilihan bagi pelaku bisnis. Mau beruntung atau mau merugi dan masing-masing pilihan mengandung konsekuensi logis yang akan dijalani.110 Ketika seorang marketer memiliki prinsip bekerja adalah ibadah bukan kemudian berarti lepas dari segala konsekuensi yang ada. Konsekuensi seorang marketer yang berprinsip bekerja adalah ibadah akan berdampak pada bekerja tidak lagi sebatas karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Tetapi, yang jauh lebih penting dari itu adalah meningkatkan kualitas pekerjaannya. Seorang yang beriman tidak akan menyelesaikan pekerjaannya secara asal-asalan. Apalagi, dia berlaku seenaknya, melakukan kecurangan, atau bahkan korupsi. Sebab, meskipun atasan mereka tidak melihat secara langsung, tapi Allah Maha Mengawasi hambahamba-Nya. Selain harus dengan kesungguhan, pekerjaan itu perlu ditunaikan dengan ikhlas. Ikhlas menjadi etos kerja khas dalam Islam. Tanpa nilai keikhlasan, kerja yang bernilai ibadah tidak akan mendatangkan pahala dan keberkahan Allah. Allah mengingatkan dalam firman-Nya; 110
Muammar Nas, Kedahsyatan Marketing Muhammad, (Bogor : Penerbit Pustaka Iqro Internasional, 2010), hal. 4
100
َءcَÊsَ e ُ
َ Yّuِ _
َ_ ُ\ ا َ y ِ ^ِْ|gُ \َ ^]_ُوا اuُ ْxَ _ِ Zُِوا إfgِ ُأcَgَو (٥)........ Artinya : ”Dan mereka (jin dan manusia) tidak disuruh beribadah kepada Allah, melainkan dengan penuh keikhlasan karena-Nya dalam menjalankan agama yang lurus….” (Q.S. 98: 5) Sering kali pekerjaan sudah kita tunaikan dengan baik, tidak diapresiasi oleh pimpinan. Kedongkolan atau bahkan sumpah serapah kadang tertumpah. Namun yang seperti ini tidak terjadi pada diri orang yang ikhlas. Baginya, pimpinan bisa saja lalai, tapi Allah SWT tidak pernah melalaikan sekecil apa pun amal kebaikan yang telah dikerjakan hambanya.111
Kehidupan yang spiritual adalah hidup dalam limpahan kasih, dengan cara yang membuat kehidupan semakin kaya bagi semua orang. Bagaiamana kita dapat hidup dalam suasana yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan diri sendiri, dengan lingkungan sekitar (masyarakat dan bisnis), jika kita tidak dapat menghayati sesama. Spiritual kristen dan moral kristen menyatu dalam kehidupan yang baik. Spiritual erat kaitannya dengan sumber tindakan-tindakan kita. Jika kita memahami bahwa tujuan hidup adalah menjalin keakraban dengan Tuhan, maka tidak akan terjadi perpisahan yang sesungguhnya antara kehidupan moral dan spiritual. Makna kehidupan yang kita cari, rasa lapar kita akan kasih, serta keinginan untuk menjalin hubungan atau mencari 111
Ibid.
101
pemenuhan
merupakan
tanggapan
terhadap
Tuhan
yang
memberikan diri-Nya.112 Tujuan utama dari konsep spiritual sebagai bagian dari konsep marketing syariah adalah bagaimana menciptakan iklim yang tetap berlandaskan pada nilai kejujuran dan keadilan atau dengan kata lain sesuai dengan norma dan etika yang diajarkan dalam agama. Spiritual marketing bertujuan untuk mencapai sebuah solusi yang adil dan transparan bagi semua pihak yang telibat. Di dalamnya tertanam nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak yang terlibat di dalamnya yang merasa dirugikan. Tidak akan ada pula pihak yang berburuk sangka (su’udzon). Nilai-nilai spiritual dalam berbisnis ini juga akan mampu memperbaiki inner-side kita. Sebaliknya semakin spiritual seseorang, ia akan lebih mampu menjalankan bisnisnya dengan lebih tenang dan dicintai oleh semua pihak.113
d. Relevansi Spiritual Marketing Dengan Syariah Marketing Syakir Sula menyatakan bahwa terdapat relevansi antara spiritual marketing dengan syariah marketing. Beliau memahami hanya sebagai perbedaan istilah saja. Karena sesungguhnya yang lebih tepat adalah dengan menggunakan istilah “Marketing Islami”,
112
Richard M. Gula S.S, The Good Life: Where Morality and Spiritually Converge, Barkeley, California, 1999), hal. 111. 113 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit, hal. 17.
102
karena beliau menulis buku Syariah Marketing dengan seorang sahabat yang sekaligus guru marketing beliau yang kebetulan non muslim, maka dalam buku tersebut banyak menggunakan istilah marketing syariah atau spiritual marketing dan tidak menggunakan istilah marketing Islami. Dilihat dari sisi etika bisnis 114 syariah, antara spiritual dan syariah marketing bukanlah sesuatu yang dianggap menyalahi aturan main dalam bisnis justru sebaliknya, yaitu yang sangat dianjurkan. Hal ini didasarkan pada kenyataan yang ada bahwa belakangan ini marak terjadi praktek-praktek bisnis yang tidak mengedepankan etika. Bahkan dengan kompetitornya terkadang tidak jarang akan menggunakan segala cara untuk mengalahkannya atau dengan bahasa yang lebih ekstrim akan menghancurkan usaha pesaingnya. Dalam Islam, hal ini sangat dilarang. Islam mengajarkan kepada ummatnya ketika dalam berbisnis setidaknya bisa menghormati dan bersaing secara sehat dengan kompetitornya dan menempatkannya sebagai salah satu yang bisa dijadikan motifasi untuk selalu terus berusaha meningkatkan perbaikan kualitas usaha dan produk.
114
Munculnya wacana pemikiran etika bisnis, didorong oleh realitas bisnis yang mengabaikan nilai-nilai moralitas. Bagi sebagian pihak, bisnis adalah aktifitas ekonomi manusia yang bertujuan mencari laba semata-mata. Karena itu, cara apapun boleh dilakukan demi meraih tujuan tersebut. Konsekuensinya bagi pihak ini, aspek moralitas tidak bisa dipakai untuk menilai bisnis. Aspek moralitas tidak bisa dipakai untuk menilai bisnis, dianggap akan menghalangi kesuksesannya. Pada satu sisi, aktifitas bisnis dimaksudkan untuk mencari keuntungan sebesarbesarnya, sementara prinsip-prinsip moralitas membatasi aktifitas bisnis. (Baca : Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Op. Cit, hal. 1.
103
Persaingan dalam dunia bisnis merupakan sesuatu yang lazim terjadi. Kita tidak akan bisa lari dari kenyataan ini, maka yang dilakukan tidak lain adalah hadapi dan selesaikan persaingan itu dengan tetap mengedepankan nilai-nilai etika bisnis dalam Islam. Dalam dunia perdagangan (persaingan bisnis), Islam sebagai salah satu aturan hidup yang khas telah memberikan aturan-aturan yang jelas dan rinci tentang hukum dan etika persaingan serta telah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam. Hal itu dimaksudkan dengan tujuan untuk menghindari adanya persaingan-persaingan yang tidak sehat.115 Larangan untuk menghancurkan orang lain selaras dengan salah satu misi kerasulan Muhammad SAW adalah menyelesaikan konflik dan konfrontasi secara adil, menyatukan masyarakat dengan ajaran kasih sayang dan mengajarkan norma-norma budi luhur.116 Syakir
Sula
menyatakan
bahwa
syariah
marketing
berdasarkan nilai Islam, beliau berbagi ilmu lewat bukunya Syariah Marketing meski beragama Katolik, Hermawan yang juga ikut menyumbangkan pemikiran dalam penyusunan buku tersebut mengakui bahwa sifat universal ada dalam prinsip ajaran agama Islam. Termasuk juga di dalamnya konsep marketing.
115 116
Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), hal. 99. Ibid., hal. 104.
104
Mengambil contoh Nabi Muhammad SAW, dengan konsep
rahmatan lil alamin, Nabi Muhammad SAW ingin nilai spiritual dalam Islam ini tak hanya di monopoli oleh umat Islam, tetapi umat lain pun boleh mempelajari dan menerapkannya. Menurut Hermawan tidak menjadi masalah bila konsep Syariah Marketing dijual dan dijadikan tema di Indonesia. Karena ini semua merupakan nilai Islam yang merupakan agama yang dianut oleh mayoritas populasi di Indonesia dan itu semua harus ditonjolkan. Konsep Syariah Marketing, meluruskan konsep yang keliru dalam marketing. Dapat dicontohkan bagaimana marketing diartikan sebagai cara untuk menjual produk sebanyak-banyaknya, mengemas produk dalam model terbaik, mendorong agar orang mau membeli sekalipun dengan model pemaksaan dan lainnya. Semua Itu merupakan konsep yang keliru dan harus diluruskan. Inti utama dari konsep syariah marketing adalah integritas dan kejujuran. Secara umum etika yang harus dijunjung tinggi dalam memasarkan satu produk atau brand adalah memiliki kepedulian spiritual (takwa), berperilaku baik dan simpatik, adil dalam berbisnis, melayani dan rendah hati, menepati janji dan tidak curang, jujur dan terpercaya, tidak suka berburuk sangka, tidak
105
suka menjelek-jelekan orang lain serta menghindari sogok atau
Riswah.117 Menurut Syakir Sula terdapat kesalahan dalam pengertian dan implementasi marketing pada saat ini, dan itu yang membedakan marketing syariah dan marketing konvensional dijelaskan oleh Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kartajaya yang dianalogikan dengan istilah Kelirumologi (meminjam istilah bahasa Jaya Suprana). Kelirumologi yang dimaksud disini adalah sembilan prinsip yang disalahartikan. Misalnya marketing diartikan untuk membujuk orang belanja sebanyak-banyaknya. Atau marketing yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak bagus. Atau membujuk dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja. Dalam konsep marketing syariah, diajarkan kepada orang untuk jujur pada konsumen atau orang lain. Nilai Syariah mencegah orang (marketer) terperosok pada hal-hal yang dianggap keliru. Ada nilainilai yang harus dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika ia meruapakan seorang Muslim. Syariah Marketing, menekankan pada aspek moralitas dalam menangani seluruh masalah kehidupan karena itu hukum-hukum yang ditetapkan Allah. Termasuk dalam aspek ekonomi atau bisnis, selalu dikaitkan-Nya dengan moral yang melahirkan hubungan
117
Republika On Line, Nilai Marketing Islam Universal, Jakarta : Rabu, 19 April 2006
106
timbal balik yang harmonis. Peraturan, syarat yang mengikat, serta sanksi yang menaati, merupakan tiga hal yang selalu berkaitan dengan bisnis, dan diatas ketiga hal tersebut ada etika. Dalam moral ini setidaknya bisa dilihat pada pesan Nabi Muhammad SAW :
َارfº ِ Z َ َر َوfَ º َ Z َ Artinya : ”tidak dibenarkan merugikan diri sendiri tidak juga orang lain” (HR Ibnu Majah). Ini berarti bahwa setiap orang paling tidak harus menahan diri sehigga tidak merugikan siapapun. Sabda ini meunutut pebisnis, bahkan semua berinteraksi dengan pihak lain, untuk memperlakukan mitranya sebagaimana ia ingin diperlakukan. Tanpa itu, yang bersangkutan tidak dinilai Nabi sebagai seorang yang sempurna imannya. Jika moralitas dipisahkan dari suatu kegiatan, termasuk kegiatan ekonomi, maka stabilitas dan keseimbangan sosial akan sangat rapuh dan akhirnya akan runtuh.118 Spiritual marketing merupakan pembeda yang pokok antara pemasaran biasa dengan marketing syariah. Sesungguhnya spiritual marketing ini dapat dilaksanakan dengan optimal jika dalam segala aktifitas sehari-hari kita menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya pemilik kepentingan (The Ultimate Stakeholder). Akuntabilitas dan responsibilitas diterjemahkan sebagai pertanggungjawaban di padang mahsyar (yaumul hisab) kelak, yang merupakan pengadilan 118
M. Quraish Sihab, Op. Cit., hal. 14-15.
107
abadi terhadap sepak terjang manusia (termasuk para pelaku bisnis), baik yang tersurat maupun yang tersirat.119 Ismail Yusanto, menjelaskan bahwa yang membedakan antara marketing Islami dengan marketing konvensional adalah, dalam manajemen marketing Islami pemasaran dalam koridor jaminan halal, sedangkan marketing konvensional pemasaran mengahalalkan segala cara.120
B.
Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang 1.
Latar Belakang Berdirinya Bank Muamalat Indonesia Konsep perbankan syariah adalah hal yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan penerapan konsep perbankan konvensional. Konsep perbankan syariah sendiri di Indonesia mulai diperkenalkan dengan mulai beroperasinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. dan menjadi bank umum syariah pertama di Indonesia.121 Terlepas
dari
persoalan
sosial-politik
yang
melatar
belakanginya, Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan pionir bank syariah yang kali pertama berdiri di Indonesia, setelah pada tahun-tahun 119
Muhammad Abdul Ghani, The Spiritually in Bussines, Terj. Pencerahan Hati Bagi Pelaku Usaha, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2005), hal. 120 Loc.Cit, Menggagas Bisnis Islami. hal. 23. 121 Lembaga Keuangan Syariah yang pertama berdiri yaitu berupa Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991. Munculnya BMI ini dilatarbelakangi oleh adanya rekomendasi lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan yang berlangsung di Cisarua Bogor 19-22 Agustus 1990. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional (MUNAS) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 2225 Agustus 2010. Berdasarkan amanat Munas IV MUI dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia. Baca : Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah; Dalam Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 9.
108
sebelumnya (era 80-an) persoalan mengenai bank syariah hanya sebatas wacana dan bahan diskusi. Meskipun berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia masih tertinggal dengan Malaysia yang saat itu sudah lebih dahulu memiliki Bank Syariah. Pada awal pendiriannya, BMI juga menggunakan jasa tenaga kerja dari Malaysia untuk menjalankan roda usahanya. Namun begitu bukan berarti kemudian bank syariah di Indonesia berpeluang kecil untuk merebut pangsa pasar dalam kancah persaingan bisnis internasional. Bahkan Bank Indonesia dengan semangat dan optimisme tinggi bertekad memiliki visi untuk menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai Perbankan Syariah Terkemuka di ASEAN. Mungkin terlalu besar dan percaya diri untuk mewujudkan visi tersebut bisa tercapai, namun hal itu sepertinya perlahan tapi pasti akan segera terwujud. Perlu adanya kerjakeras dan dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan mimpi besar tersebut. Saat ini mungkin sudah sedikit bisa dilihat dari laporan perkembangan terakhir bank syariah yang
secara
perlahan
menunjukkan
esksistensi
dan
laju
pertumbuhannya. Di Semarang, Bank Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada tahun 1994 atau tiga tahun setelah didirikannya BMI secara nasional. Saat ini memiliki + 180 karyawan yang tersebar di beberapa kantor cabang pembantu. Ada 9 (Sembilan) kantor cabang pembantu, yaitu di Kendal, Magelang, Wonosobo, Gombong, Rembang, Kudus, Pati,
109
Cepu, dan Salatiga. Memiliki 4 (empat) kantor kas, di kompleks Masjid Raya Baiturrahman, Pedurungan, Banyumanik dan Ungaran. Bank Muamalat Indonesia (BMI) lahir sebagai hasil kerja dari kelompok kerja tersebut. dan Akta pendirian Bank Muamalat ditandatangani pada 1 November 1991, dengan komitmen saham sebanyak Rp. 84 Milyar. Dengan tambahan dana dari Presiden RI menjadi sebesar Rp. 106.126.382.000,00. Dengan modal awal itu Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Hingga September 1999, BMI memiliki 45 outlet yang tesebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan dan Makassar. Dari sekian banyak bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat adalah bank yang pertama kali menerapkan sistem syariah dalam aliran arus uangnya. Sekitar hampir 13 tahun beroperasi, Bank Muamalat tidak pernah sedikitpun terkena angin tidak sedap perekonomian, apalagi saat terjadi krisi ekonomi pada tahun 1998, yang mana terjadinya inflasi mencapai 300% dan meningkatnya tingkat suku bunga pada bank-bank konvensional sehingga mengakibatkan banyak bank konvensional terpaksa diluqidasi. Namun eksistensi BMI itu tidak terlepas dari kepercayaan nasabah terhadap produk-produk (sistem bagi hasil/bebas bunga) yang ditawarkan kepada mereka dan jumlah asset yang aman di Bank Muamalat karena tidak terkait dengan BLBI. Dalam operasinya Bank Muamalat memiliki beberapa produk perbankan yang baisanya juga dipakai oleh perbankan syariah lainnya,
110
diantaranya adalah produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana, produk jasa perbankan. Produk-produk disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat selaku nasabah bank. Produk penghimpunan dana meliputi tabungan (Wadi’ah yad dhamanah dan Mudharabah), Giro (Wadiah yad dhamanah), Deposito (Mudharabah), Investasi khusus
(Mudharabah
Muqayyadah).
Sedangkan
untuk
produk
penyaluran dana meliputi pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, produksi agribisnis (Salam), Manufaktur/kontruksi (Ishtisna), surat berharga (Mudharabah, Qardh,
Bai’ Al Dayn). Produk jasa perbankan meliputi Anjak Piutang (Hiwalah), dana talangan (Qardh), LC, Transfer, Kliring (wakalah), pinjaman sosial (qadrul hasan), save deposite (Wadiah Amanah,
Ujrah), jual beli valas (Sharf), gadai (rahn), pay roll (ujrah, wakalah), bank garansi (kafalah), sewa-beli (ijarah wa igtina), pembiayaan untuk akusisi asset (ijarah muntahiya bittamlik). PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim seIndonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
111
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi
112
menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2
113
triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
2.
Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia
Dewan Pengawas Syariah : - K.H. Ma’ruf Amin - Prof. Dr. H. Muardi Chatib - Prof. Dr. Umar Shihab Dewan Komisaris : - Widigdo Sukarman - Emirsyah Satar - Andre Mirza Hartawan - Irfan Akhmed Akhtar - Abdulla Saud Abdul Aziz Al-Mulaifi
114
- Sultan Muhammed Hasan Abdul Rauf Dewan Direksi : - Arviyan Arifin - Andi Buchari - Farouk Abdullah Alwyni - Luluk Mahfudah - Adrian Asharyanto Gunadi122
3.
Visi Dan Misi Bank Muamalat Indonesia Visi Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional. Misi Menjadi “Role Model” Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan
manajemen
dan
pada
semangat
orientasi
kewirausahaan,
investasi
yang
keunggulan
inovatif
untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.123
4.
Prestasi Yang Diraih Bank Muamalat Indonesia Ada banyak sekali penghargaan yang diraih oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Diantaranya adalah : a.
MUI AWARDS 2004 Penghargaan sebagai Bank terbaik yang menjalankan operasional secara syariah.
b.
122
KLIFF AWARD 2004
Annual Report Bank Muamalat , Memperkokoh Landasan Usaha, 2009), hal. 8-9. Buku Panduang Bank Muamalat, Model Layanan Muamalat FAST Service; Friendly, Accessible, Secure, To You Needs, hal. 7. 123
115
The Most Outstanding Performance by an Islamic Bank. Dikeluarkan oleh Islamic Financial Forum yang berbasis di Kuala Lumpur melalui Centre for Research and Training (CERT) bekerja sama dengan Dow Jones Indexes New York - USA. c.
Majalah MODAL Peringkat 1 kategori The Top of Mind (Bank Syariah yang mudah diingat), hasil survey Karim Business Consultants (KBC) dan Majalah Modal edisi Maret 2004.
d.
SUPERBRANDS Satu dari 101 perusahaan yang memiliki brand/merek yang kuat (Superbrands) di Indonesia.
e.
Majalah SWA Edisi No. 10/XVI/16-29 Mei 2000. Peringkat ke 2 Terbaik dalam Tingkat Kepuasan Nasabah. Edisi 18 April 2001. Peringkat ke 6 sebagai Bank paling dikenal masyarakat. Bank paling aman di atas bank asing dan bank swasta lain.
f.
Indonesian Best Brand 2005 "Top Five" Edisi No. 16/XXI/14-17 Agustus 2005 The Celestial Management sebagai Konsep Manajemen Paling Berpengaruh Edisi 24 Oktober 2005 Innovation in Customer Mode of Entry
g.
InfoBank Award 2002 Rating peringkat ke 17 Bank dengan predikat sangat bagus.
116
h.
InfoBank Award 2003 Rating peringkat ke 7 Bank dengan predikat sangat bagus untuk kategori bank beraset Rp 1 triliun - Rp 20 triliun.
i.
InfoBank Award 2004 Bank dengan predikat sangat bagus.
j.
Majalah Pilars Sepuluh Besar Bank dengan Predikat Teraman versi Majalah Pilars Bisnis Edisi No. 10/VII, 12 Mei 2003.
k.
AS/NZS ISO 9001 : 2000 Quality Manajemen system – Requirements
l.
International Islamic Bank Award (IIBA) The Most Efficiency Bank The Most Convenient Musholla
m. Majalah Property & Bank Bank Pelopor KPR Syariah di Indonesia124
5.
Produk Dan Jasa Bank Muamalat Indonesia Bank Muamalat Indonesia (BMI) memliki dua jenis produk, yang pertama adalah Produk Penyimpanan Dana dan yang kedua adalah produk Pengelolaan Dana. Pada sisi produk penyimpanan dana (shohibul maal), BMI memiliki 8 (delapan) macam produk, yaitu ; -
Tabungan Ummat, merupakan sarana investasi murni sesuai syariah dalam mata uang Rupiah yang memungkinkan kita melakukan penyetoran dan penarikan tunai dengan sangat mudah.
124
Annual Report Bank Muamalat, Op.Cit, hal. 113-115.
117
-
Tabungan Ummat Junior, adalah Tabungan khusus untuk pelajar.
-
Kartu Shar-E. Kini tidak ada lagi hambatan bagi masyarakat untuk bertransaksi dengan bank syariah. Bank Muamalat tetap membantu untuk berinvestasi murni sesuai syariah dengan cara yang mudah dan murah, di manapun kita berada. Shar-E adalah investasi syariah yang dikemas secara khusus dalam bentuk paket perdana seharga Rp. 125.000.- dan dapat diperoleh di Kantor-Kantor Pos Online di seluruh Indonesia. Share-E memiliki tiga kelebihan yaitu (i) Easy : mudah untuk memilikinya, mudah penyetorannya, mudah pengelolaan dananya. Dengan membeli paket perdana Shar-E calon nasabah akan langsung menjadi Nasabah Bank Muamalat. (ii)
Everywhere : cukup dengan membeli paket Shar-E di kantor pos online terdekat di seluruh Indonesia. Selanjutnya calon nasabah dapat melakukan penyetoran tabungan investasi melalui seluruh kantor pos online. Dan (iii) Extraordinary : setiap bulan nasabah akan memperoleh bagi hasil murni syariah yang akan ditambahkan ke rekening nasabah setiap bulannya. -
Tabungan Haji Arafah Tabungan Haji Arafah merupakan jenis tabungan yang ditujukan bagi Anda yang berniat melaksanakan ibadah haji secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang Anda kehendaki. Manfaatkan keunggulan Tabungan Haji Arafah untuk mempersiapkan rencana Anda ke Baitullah secara terencana.
118
-
Giro Wadiah Giro Wadiah Bank Muamalat dalam mata uang rupiah maupun valas, pribadi ataupun perusahaan, ditujukan untuk mendukung aktivitas usaha Anda.
-
Deposito Mudharabah Merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi Anda yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Dana Anda akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai berbagai macam usaha produktif yang berguna bagi kepentingan Ummat.
-
Deposito Fulinves Merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi Anda yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Deposito ini dilengkapi dengan fasilitas asuransi jiwa.
-
DPLK Muamalat Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat, merupakan Badan Hukum yang menyelanggarakan Program Pensiun, yaitu suatu
program
yang
menjanjikan
sejumlah
uang
yang
pembayarannya secara berkala dan dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu.
119
Pada sisi pengelolaan dana, BMI memiliki lima bentuk pengelolaan dana (mudharib), yaitu : -
Piutang Murabahah. Merupakan penyaluran dana dengan sistem jual beli. Bank akan membelikan barang-barang halal apa saja yang Anda butuhkan kemudian menjualnya kepada Anda untuk diangsur sesuai dengan kemampuan Anda. Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan ivestasi : pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan, dll) maupun pribadi (misalnya pembelian kendaraan bermotor, rumah, dll)
-
Piutang Ishtisna’. Merupakan penyaluran dana untuk pengadaan objek / barang investasi yang diberikan berdasarkan pesanan Anda.
-
Pembiayaan Mudharabah. Merupakan pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh Bank untuk Anda kelola dalam usaha
yang
telah
disepakati
bersama.
Selanjutnya
dalam
pembiayaan ini Anda dan Bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan, industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain berupa modal kerja dan investasi.
120
-
Pembiayaan Musyarakah adalah kerjasama perkongsian yang dilakukan antara Anda dan Bank Muamalat dalam suatu usaha dimana
masing-masing
pihak
berdasarkan
kesepakatan
memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan porsi dana yang ditanamkan. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan, industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain. -
Rahn (gadai). Bekerjasama dengan Perum Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS). Rahn (Gadai Syariah) adalah perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas/perhiasan/kendaraan. Anda hanya cukup mengisi dan menandatangani Surat Bukti Rahn, serta kemudian dana segarpun dapat segera Anda terima dengan jumlah maksimal 90% dari nilai taksir terhadap barang yang diserahkan. Penggunaan Rahn diantaranya adalah Untuk usaha, biaya pendidikan dan kebutuhan konsumtif lainnya sesuai syariah. Layanan Gadai Syariah ini dapat diperoleh pada seluruh Counter Syariah PT. Pegadaian.
6.
Aplikasi Spiritual Marketing di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang Penyusun melakukan wawancara secara langsung dengan Head
Marketing BMI cabang Semarang pada Selasa, 23 November 2010 setelah sebelumnya membuat janjian terlebih dahulu. Wawancara
121
dilakukan selama + 1 jam dikantor BMI Semarang Jl. Soegijapranata. Terdapat 27 pertanyaan yang penyusun ajukan kepada Head Marketing BMI Semarang (draft wawancara sebagaimana tercantum dalam lampiran). Dalam konteks marketing, BMI Cabang Semarang lebih banyak menggunakan pendekatan kekeluargaan kepada calon nasabahnya. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa masyarakat Kota Semarang yang plural, tidak hanya muslim saja. Meskipun lebih banyak nasabah yang beragama Islam namun tidak bisa dijadikan justifikasi bahwa mereka benar-benar memahami atau tingkat sensitifitas mereka tentang syariah masih lemah. Dengan demikian secara tidak langsung BMI Cabang Semarang telah melakukan salah satu prinsip syariah markering yaitu humanistis (Al-Insaniyyah). Dalam kesehariannya, Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang bukanlah bank syariah yang kaku, fanatis terhadap idiologi tertentu dan eksklusif. Hal ini bisa dibuktikan dengan penampilan para karyawannya yang fleksibel namun elegan tanpa mengurangi estetika. Beraga budaya, karakter dan idiologi yang ada didalamnya bukanlah menjadi persoalan tersendiri, tetapi hal tersebut menjadi keniscayaan dan perbedaan yang patut disyukuri. Dengan demikian Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang telah menerapkan dengan apa yang disebut Realistis (Al-Waqi’iyah) dalam prinsip-prinsip syariah marketing.
122
Secara kebetulan penyusun juga merupakan salah satu nasabah dari sekian ratus atau bahkan ribuan nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang. Selama menjadi nasabah dan melakukan transaksi secara langsung, penyusun menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan BMI Cabang Semarang sudah bisa dikatakan melakukan konsep spiritual marketing meskipun belum seutuhnya. Dari sisi penampilan karyawan yang rapi, dinamis dan elegan, pelayanan125 yang sopan dan ramah bisa dilihat dalam prosesnya. Dalam hal ini etika dan etiket karyawan bank dalam BMI benar-benar diterapkan dalam keseharian pelayanan kepada nasabah di BMI Cabang Semarang.126 Mulai menyapa dengan senyum oleh satpam, menyampaikan salam dan menanyakan perihal maksud datang ke kantor BMI, jika pada saat itu harus antre untuk medapatkan pelayanannya disalah satu sudut ruangan kantor disediakan ruang tunggu dilengkapi dengan bacaanbacaan ringan mulai dari majalah dan bulletin islami dan surat kabar. kemudian dibantu secara langsung menandakan bahwa karyawan BMI Cabang Semarang telah benar-benar menghilhami dan menerapkan
125
Pelayanan diartikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah. Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui cara langsung melayani pelanggan. Artinya karyawan berhadapan langsung dengan pelanggan atau menempatkan sesuatu dimana pelanggan atau nasabah sudah tahu tempatnya atau pelayanan melalui telepon. Atau pelayanan yang tidak langsung oleh karyawan akan tetap dilayani oleh mesin seperti mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Tindakan yang dilakukan guna memenuhi keinginan pelanggan akan sesuatu produk atau jasa yang mereka butuhkan. (Baca: Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 15. 126 Etika dan etiket memiliki perbedaan yang mendasar, dapat dijelaskan disini perbedaan antara keduanya. (1) Etiket adalah cara sedangkan etika adalah niat, (2) Etiket adalah formalitas sedangkan etika adalah nurani, (3) Etiket bersifat relatif sedangkan etika adalah agak mutlak, dan (4) Etiket adalah lahiriah sedangkan etika adalah batiniah. Lihat ; Mahmoeddin, Etika Bisnis Perbankan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 30-31.
123
prinsip syariah baik dari sisi manajemen dan marketingnya. Inilah yang biasa disebut dengan prinsip Etis (akhlaqiyah) dalam syariah marketing. Dari sisi Teistis (Rabbaniyah), bisa dilihat dari keunikan design ruangan kantor BMI Cabang Semarang atau bahkan kantor cabang BMI yang lainnya. Yaitu keberadaan Musholla umum yang ditempatkan diruang depan dekat dengan ruang customer service dan teller. Berbeda dengan perusahaan atau bank konvensional yang menempatkan Musholla berada di belakang gedung atau kantor atau bahkan diruang sempit yang sebenarnya tidak layak dijadikan sebagai tempat Ibadah, parahnya lagi adalah kadang menempatkan musholla dekat dengan tempat MCK. Bank syariah yang lain dikota Semarang pun berbeda design ruangannya dengan BMI Cabang Semarang dimana penempatan mushollanya kebanyakan berada di belakang atau tempat yang lain yang tidak bisa diketahuai atau dilihat langsung oleh nasabah. Termasuk ketika melakukan proses rekruitmen pegawai atau karyawan, BMI juga melakukan tes kecerdasan spiritual (Spiritual
Quotient) secara tertulis dan praktek membaca Al-Qur’an. Jika terdapat nasabah yang belum lancar membaca Al-Qur’an dan praktek sholat wajibnya Bank akan memfasilitasinya dengan memberikan waktu khusus kepada nasabah untuk belajar membaca Al-Qur’an dan praktek sholat
wajib
dengan
mendatangkan
dilaksanakan satu bulan sekali.
ustadz,
hal
ini biasanya
124
Spiritualisasi sebagai prinsip dan etos kerja ditunjukkan oleh manajemen BMI, dimana setiap hari ketika hendak memulai aktifitasnya didahului dengan membaca doa pagi secara berjamaah dan ketika hendak pulang ditutup dengan doa sore.127 Pada setiap malam Jumat diadakan membaca surah Yasin secara berjamaah. Tidak hanya itu, setiap satu bulan sekali atau peringatan hari-hari besar Islam juga mengadakan pengajian rutin dengan mendatangkan ustadz dari luar yang diisi dengan materi-materi tausiah yang bermuatan mengenai persoalan agama Islam. Hal ini dimaksudkan untuk membekali agar karyawan senantiasa menerapkan prinsip atau etos kerja Islami dalam prakteknya. BMI cabang Semarang senantiasa lebih mengedepankan akhlaq dalam memberikan pelayanan kepada nasabanya. Ketika ada nasabah yang hendak mengajukan pembiayaan, faktor utama yang akan dinilai oleh manajemen adalah kejujuran dan akhlaq nasabah yang terkait. Banyak faktor yang bisa dijadikan penilaian untuk mengetahui tingkat kejujuran dan akhlaq dari nasabah. Penilain kejujuran dan akhlaq nasabah ini bisa dilihat dengan adanya laporan track record dari bankbank Syariah yang lain jika nasabah tersebut tidak hanya mengajukan pembiayaan pada BMI saja.128
127
Lihat ; Model Layanan Bank Muamalat Indonesia dengan prinsip FAST (Friendly, Accessible, Secure, To You Needs) Service 128 Bank bisa memperoleh informasi lebih detail mengenai calon nasabah yang mengajukan pembiayaan dari sumber informasi eksternal pemohon, sumber eksternal tersebut bisa diperoleh dari SID-BI (Sistem Informasi Debitur-Bank Indonesia), DHN (Daftar Hitam Nasional), Negative List, dan Trade Checking. Sedangkan dari faktor internal pemohon bisa dianalisis melalui
125
Sebelum seorang account officer melakukan analisis atas permohonan yang diterimanya, ia harus terlebih dahulu mengumpulkan informasi sebanyak dan selengkap mungkin mengenai pemohon pembiayaan. Kegiatan ini termasuk dalam investigasi terhadap calon nasabah. Dalam dunia pembiayaan dikenal prinsip 5C129 dalam rangka mengenali pemohon sebagai calin nasabah.130 Dalam melakukan ekspansi pasar industri keuangan syariah, saat ini fokus garapan BMI cabang Semarang adalah kelas menengah ke atas disamping memang juga sudah ada peraturan dari bank Indonesia bahwa bank umum (syariah) diperbolehkan melakukan pembiayaan diatas nilai nominal 500 Jt dan minimal 100 Jt. Dalam melakukan segmentasi dan ekspansi pasar, marketing BMI melakukan pendekatanpendekatan kultural masyarakat, hal ini dilakukan dengan cara promosi dan sosialisasi tentang bank syariah di forum-forum pengajian RT, arisan ibu PKK dan organisasi instansi pemerintah. Prinsip humanistis dalam syariah marketing, dilakukan BMI cabang semarang dengan bukti bahwa adanya nasabah yang non
data tertulis dan data dari hasil survei. (Baca : Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah; Memahami Praktek Proses Pembiayaan di Bank Syariah, (Jakarta: Elex Media Computindo, 2009), hal. 56-58). 129 5 C yaitu (1) Charakter; merupakan penilaian terhadap individu-individu sejauh mana dapat mengemban amanah pembiayaan dari bank, (2) Capacity; penilaian mengenai kemampuan pemohon dalam menjalankan usaha dan menghasilkan keuntungan pada akhirnya mampu membayar kewajiban kepada bank, (3) Capital; penilaian terhadap permodalan usaha yang dijalankan termasuk juga penilaian atas aspek keuangan pemohon, (4) Condition; penilaian terhadap kondisi umum yang mempengaruhi kegiatan usaha seperti kondisi pasar, persaingan dagang, peraturan pemerintah, peraturan Negara lain terkait ekspor-impor dlsb, (5) Colateral; penilaian atas aspek jaminan yang diperlukan untuk meng Cover pembiayaan yang diberikan bank. (Ibid,, hal. 55-56). 130 Ibid.
126
muslim meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Setidaknya hal ini menjadi bukti bahwa konsep ekonomi syariah adalah rahmatan lil
alamin, fleksibel dan berlaku untuk semua orang. Dalam prakteknya, BMI tidak memandang siapapun orang yang hendak melakukan transaksi selama nasabah tersebut bisa bekerjasama dengan sistem BMI sesuai standar operasional procedure (SOP) yang ditetapkan oleh manajemen. Hal ini juga mematahkan anggapan sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa institusi dengan label syariah adalah hanya dari, oleh dan untuk orang berjenggot dan jilbaber. Dalam konteks persaingan usaha antar bank syariah yang tergabung dalam Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO) Kota Semarang, BMI melakukan persaingan usaha secara sehat dan dinamis. Hal ini dikarenkan selain membawa institusi atas nama syariah juga dikarenakan bahwa bank syariah di Indonesia memiliki visi-misi dan “common enemy”, yaitu merebut pangsa pasar bank konvensional yang memiliki jumlah asset jauh lebih besar dari bank syariah. Menjadi suatu kewajaran karena memang bank konvensional berdiri jauh lebih awal dibandingkan dengan bank syariah yang baru berusia + 18 tahun. Kita tidak akan bisa lari dari kenyataan bahwa kita manusia tempatnya salah dan lupa. Hal ini juga berlaku pada system kerja dan kinerja manajemen dan karyawan BMI dalam melaksanakan aktifitas perbankannya. Tidak jarang BMI juga mendapatkan keluhan saran dan kritik dari nasabah atas kekecewaan dengan kualitas pelayanan dan
127
produk BMI, namun BMI cabang Semarang tidak bersikap apatis dengan adanya hal tersebut, adanya kritik dan saran dari nasabah dianggap sebagai masukan secara tidak langsung untuk membenahi kualitas pelayanan BMI. Secara umum, memang saat ini bank Syariah masih terus dan akan selalu berbenah untuk menuju sedikit kesempurnaan. Yang dilakukan BMI cabang Semarang ketika mendapatkan keluhan dan complain dari nasabah adalah dengan diajak berdialog dan mengklarifikasi kalau memang ada yang perlu diklarifikasi. Dengan demikian maka kemungkinan akan terjadi akibat yang lebih besar akan tercegah sejak awal.
128
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMAD SYAKIR SULA TENTANG SPIRITUAL MARKETING
A.
Analisis Kerangka Metodologis Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang Spiritual Marketing Dari era rasional menuju ke era emosional kemudian bertransformasi ke era spiritual. Pembacaan arah bisnis kedepan oleh Muhammad Syakir Sula di atas memberikan gambaran kepada pelaku bisnis bahwa kedepan, konsumen akan lebih variatif dan teliti dalam memilih produk. Jika saat ini kebanyakan pelaku bisnis hanya mengandalkan strategi bisnis dengan pola marketing dengan mengandalkan pendekatan rasional, tampaknya sudah mulai sedikit pudar dikarenakan pangsa pasar yang dengan kemampuan akal pikiran akan lebih selektif dalam melihat dan memilih produk. Selain itu sisi traumatis konsumen atas kualitas produk dan pelayanan juga menjadi faktor tersendiri. Pembacaan peluang bisnis yang mengedepankan pendekatan rasional semakin berada diposisi yang berat ketika para pelaku bisnis juga menggunakan strategi marketing dengan pola pendekatan emosional dalam menawarkan produknya yang didasarkan atas kondisi masyarakat saat ini. Kemajemukan masyarakat, beragam pilihan dan pola pikir masyarakat yang semakin maju menuntut sebuah usaha baik dalam bidang industri perdagangan dan jasa harus memutar otak 180 derajat untuk merumuskan 128
129
strategi pemasarannya agar produk yang ditawarkan mendapatkan posisi dibenak masyarakat atau konsumen. Hal ini mutlak dilakukan oleh perusahaan agar laju usahanya tetap berjalan dan mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Dari era emosional kemudian menuju ke era spiritual, penyusun beranggapan bahwa pada era ini lebih karena disebabkan oleh faktor traumatis atau kekecewaan pelanggan atas kualitas produk dan pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan keinginan untuk mendapatkan lebih atas produk yang mereka beli, tidak hanya pada sebatas kepuasan duniawi melainkan pada kepuasan pada aspek ukhrowi. Diakui atau tidak, keadaan persaingan dunia usaha dengan sistem perekonomian dan perdagangan saat ini menjadikan banyak perusahaan “tidak terlalu serius” untuk memberikan kualitas produk barang dan jasa serta pelayanannya. Kualitas produk dan pelayanan cenderung dinomor duakan sedangkan pencapaian target keuntungan yang maksimal dijadikan paling utama dalam usahanya. Sehingga hal ini mengakibatkan rawan terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam persaingan usaha yaitu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin, padahal dalam Islam hal ini tidak diperbolehkan. Keadaan ini semakin diperparah ketika sebuah perusahaan mengabaikan hak-hak yang harus didapatkan oleh konsumen ketika memakai produk atau jasa dari sebuah perusahaan. Jelas hal ini sangat bertentangan dengan Undang-undang perlindungan konsumen nomor 8
130
tahun 1999 sebgaimana yang dijelaskan pada pasal 4 yang menyebutkan hak-hak konsumen adalah : a.
Hak
atas
kenyamanan,
keamanan,
dan
keselamatan
dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa b.
Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang telah dijanjikan.
c.
Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa
d.
Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan
e.
Hak
untuk
mendapatkan
advokasi,
perlindungan
dan
upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut f.
Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen
g.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif
h.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaiamana mestinya
i.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya131
131
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 38.
131
R.A. Sonny Keraf menjelaskan bahwa pada umumnya konsumen dianggap mempunyai hak tertentu yang wajib dipenuhi oleh produsen, yang disebut sebagai hak kontraktual. Hak kontraktual adalah hak yang timbul dan dimiliki seseorang ketika ia memasuki suatu persetujuan atau kontrak dengan pihak lain. Maka hak ini hanya terwujud dan mengikat orang-orang tertentu yaitu orang-orang yang mengadakan persetujuan atau kontrak satu dengan yang lainnya. Hak ini tergantung dan diatur oleh aturan yang ada dalam masing-masing masyarakat.132 Semakin maraknya wacana soal perlindungan konsumen merupakan momentum dimana hak-hak seorang konsumen akan sepenuhnya bisa didapatkan. Hak itu tak lain guna meningkatkan martabat seorang konsumen. Paling tidak untuk mewujudkan hal itu perlu dilakukan langkah penyadaran akan pentingnya memahami hak-hak konsumen sendiri. Menurut mantan Presiden Amerika Serikat J.F. Kennedy, ada empat hak dasar yang harus dimiliki oleh konsumen diantaranya adalah : 1.
Hak memperoleh keamanan (the right to safety)
2.
Hak memilih (the right to choose)
3.
Hak untuk memperoleh informasi (the right to be informed)
4.
Hak untuk didengar (the right to heard)133 Keempat hak tersebutlah yang dirasa penting sekali untuk dimiliki
oleh seorang konsumen demi meningkatkan martabat hidupnya. Dan oleh
132 R.A. Sonny Keraf, Etika Bisnis; Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998), hal. 184. 133 Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, (Semarang: Penerbit Rasail, 2007), hal. 129.
132
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), doktrin diatas dijadikan sebagai landasan kerjanya yang dinamakan sebagai Panca Hak Konsumen yang terdiri dari : 1.
Hak atas keselamatan dan keamanan
2.
Hak atas informasi
3.
Hak untuk memilih
4.
Hak untuk didengar
5.
Hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik134 Perilaku penyimpangan aktifitas bisnis oleh sebagian pengusaha
khusunya dalam proses marketingnya membuat Muhammad Syakir Sula untuk merumuskan konsep marketing yang didasarkan atas ajaran agama (baca: Islam) dengan harapan proses bisnis yang sesungguhnya halal baik dari sisi produk, aktifitas usaha dan proses marketingnya dapat kembali ke jalur yang sebenarnya, yaitu sesuai dengan norma dan etika. Namun lebih dari itu Muhammad Syakir Sula mencoba mengajak untuk melampaui halhal yang bersifat duniawi saja, yaitu juga berorientasi pada kepentingan ukhrowi. Yang demikian ini adalah berbisnis dengan qolbu. Hati adalah sumber pokok bagi segala kebaikan dan kebahagiaan seseorang. Hati merupakan kesempurnaan hidup dan cahayanya. Betapa indahnya sekiranya kita dapat mengelola bisnis kita dengan hati yang bening. Kita menjalani hidup ini dan segala dinamikanya dengan hati yang bersih. Kitapun akan memperoleh rizki dari sumber yang halal, karena
134
Ibid, hal. 129.
133
segala aktifitas kita dilandasi dengan niat baik, tanpa prasangka buruk, tanpa penipuan, tanpa kebohongan. Semuanya ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah SWT.135 Spiritual marketing sebagaimana yang digagas oleh Muhammad Syakir Sula, tidak menafikan adanya target perusahaan untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya
road map dan strategic plan yang jelas dan berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Selain itu juga dibutuhkan adanya kesinambungan dan dinamisasi antar organ perusahaan, sehingga semua organ tersebut dapat berjalan dengan sendirinya dengan saling keterkaitan. Dengan demikian maka diharapkan sebuah perusahaan baik dalam bidang perdagangan dan jasa diharapkan juga menerapkan Total Quality Management yaitu dengan semangat memegang teguh etika bisnis untuk meraih hasil yang maksimal. Seperti halnya dengan kualitas, definisi TQM juga ada bermacammacam. TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.136 Tujuan utama TQM adalah untuk mereorientasi sistem manajemen, perilaku staf, fokus organisasi, dan proses-proses pengadaan pelayanan 135
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Op. Cit., hal. 262. Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, Edisi Revisi, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003), hal. 4 136
134
sehingga lembaga penyedia pelayanan bisa berproduksi lebih baik, pelayanan yang lebih efektif yang memenuhi kebutuhan, keinginan, dan keperluan pelanggan.137 Agar TQM berhasil, maka baik klien maupun tim kerja harus menjadi mitra aktif dalam pengembangan pelayanan. Secara khusus, agar pelanggan puas maka staf dan karyawan harus memiliki keahlian yang dibutuhkan dan rasa memiliki terhadap pelayanan. Pegawai pada semua tingkatan harus bisa melatih keleluasaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik di dalam maupun diluar organisasi. Untuk berpindah dari lingkungan yang struktural dan hierarkis menuju ke pemberdayaan baru yang cukup substansial.138 Alur TQM dapat dijelaskan sebagai berikut :139
Input Keinginan Kebutuhan Harapan pelanggan
Proses
Output
Total Quality Management (TQM)
Kepuasan pelanggan
Pendekatan proses spiritual marketing yang dilakukan oleh Muhammad Syakir Sula dengan menggunakan metode pendekatan dari sisi akhlaq memiliki nilai lebih dari proses marketing tersebut. Kebanyakan pelaku marketing yang mengesampingkan etika menjadi fokus garapan tersendiri yang masih layak dan mampu untuk merubah kondisi yang ada.
137 Kuat Ismanto, Manajemen Syariah; Implementasi TQM Dalam Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 62. 138 Ibid, hal. 63. 139 Ibid, hal. 61.
135
Pada tahap tertentu dalam hidup ini, banyak dari kita yang terdorong untuk menanamkan cara hidup yang lebih spiritual. Barangkali ada sebuah kekosongan yang menjerit minta diisi dengan sesuatu yang terdefinisikan, yang akan menjadi katalisator bagi pencarian kita akan jalan baru yang lebih baik untuk tetap hidup. Mungkin keinginan untuk melakukan ini disebabkan oleh kematian anggota keluarga, perceraian, kesadaran akan diri kita yang tidak abadi, atau karena semua orang yang kita kenal tampaknya lebih bahagia dibandingkan dengan kita. Terkadang ketertarikan dalam memulai jalan spiritual ditimbulkan oleh sebuah pengalaman mistis. Kita diberikan sekilas gambaran, kejernihan sesaat, bahwa ada sesuatu yang lebih dalam hidup ini dari apa yang telah kita temukan sejauh ii dalam keberadaan fisik kita. Apapun alasannya tiba-tiba saja kita menginginkan arti yang lebih dalam hidup kita.140 Dari sedikit penjelasan Owens diatas, menggambarkan kondisi saat ini yang menempatkan spiritual menjadi daya tarik sendiri dan mulai dibutuhkan oleh seseorang. Spiritual menjadi magnet tersendiri ketika kebanyakan ulama (baca: Kyai) masih acuh dengan konsep perbankan syariah yang telah jelas mengharamkan riba dan masih tetap membiarkan melakukan transaksi keuangan dengan bank konvensional. Jika hanya menggunakan pendekatan rasional dan emosional saja dirasa tidak cukup, maka dimensi spirituallah yang akan menjadi jawaban terakhirnya.
140
Elizabeth Owens, Discovery Your Spiritual Life, Terj. Sinari Jalan Setapak Jiwa Anda, dialihbahasakan oleh Hendry M. Tanaja, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2004), hal. 1.
136
Muhammad Syakir Sula merumuskan konsep spiritual dalam marketing adalah berangkat dari pengalaman pribadi yang telah menekuni dunia marketing selama bertahun-tahun ketika beliau bekerja pada perusahaan asuransi dll. Dari pengalaman beliau tersebut dengan kesadaran diri sepenuhnya dan dihadapkan pada kenyataan yang ada bahwa proses berbisnis dan marketing yang menyalahi konsep dasarnya maka spiritual marketing saat ini dirasa menjadi jawaban yang tepat. Ketika seorang marketer telah menemui titik kejenuhan dan merasa putus asa dengan segala usaha yang dilakukannya tidak kunjung membuahkan hasil atau hasil yang didapatkannya tidak memenuhi target yang telah ditetapkan perusahaan dan ini berpotensi buruk bagi marketer untuk menghalalkan segala cara untuk mengejar target tersebut apabila seorang marketer tersebut tidak memiliki benteng yang kuat untuk menahannya, benteng itulah yang kemudian bisa disebut dengan spiritual. Dengan demikian spiritualisasi pada diri seorang marketer saat ini memang dirasa sangat diperlukan. Manakala seorang hamba Allah diuji oleh Allah, maka mula-mula ia akan melespaskan dirinya dari ujian atau cobaan yang menyusahkannya itu. Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan kepada orang lain,, seperti kepada para pengusa, raja (pimpinan), orang-orang kaya atau para hartawan. Jika ia sakit maka ia akan meminta pertolongan kepada dokter. Jika hal ini pun tidak berhasil, maka ia akan kembali menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT. Untuk memohon dan meratap kepada-Nya.
137
Selagi ia masih dapat menolong dirinya, ia akan meminta pertolongan kepada orang lain. Dan selagi pertolongan dari orang lain masih ia dapatkan maka ia tidak akan meminta pertolongan kepada Allah SWT.141 Jika dalam hal ini seorang hamba tidak mendapatkan pertolongan dari Allah dan selalu meratap denga penuh harap, kecemasan dan sekali-kali Allah tidak menerima ratapannya tersebut. Maka akan tampaklah ketentuan dan keputusan Allah kepada hamba itu dan lepaslah ia dari hal-hal keduniaan, selanjutnya hanyalah ruhnya saja yang tinggal padanya. Dalam demikian ini, yang tampak olehnya hanyalah kerja atau perbuatan Allah dan tertanamlah di dalam hatinya kepercayaan yang sesungguhnya tentang tauhid (keesaan Allah). Pada hakikatnya tidak ada pelaku, penggerak atau yang mendiamkan kecuali Allah saja. Tidak ada kebaikan dan keburukan, tidak ada kerugian dan keuntungan, tidak ada faidah dan tidak ada anugerah, tidak ada terbuka dan tidak ada pula yang tertutup melainkan semuanya adalah ada di tangan Allah SWT.142 Pembahasan dan aktualisasi spiritual marketing tidak hanya mencakup pada keduniawian saja, lebih jauh dari itu, ia mencakupi sesuatu hal yang sulit untuk dijangkau oleh akal pikiran manusia. Di level spiritual ini, pemasaran sudah disikapi sebagai “bisikan nurani” dan panggilan jiwa (calling). Disini praktek pemasaran dikembalikan kepada fungsinya yang
141
Abdul Wahab Bin Ahmad Imam Asy-Sya’rani, Quantum Qalbu; 80 Ajaran Kunci Kecerdasan, Kekuatan, dan Kebersihan Hati, (Yogyakarta: Diva Prress, 2008), hal. 12. 142 Ibid, hal. 13.
138
hakiki dan dijalankan dengan moralitas kental. Prinsip-prinsip kejujuran, empati, cinta, dan kepedulian terhadap sesama menjadi dominan.143 Spiritual marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang tidak semata-mata menghitung lagi untung atau rugi, tidak lagi terpengaruh lagi dengan
hal-hal
yang
bersifat
duniawi.
Panggilan
jiwalah
yang
mendorongnya, karena didalamnya mengandung nilai-nilai spiritual. Spiritual dalam pengertian kristiani, seperti yang saya kutip dari buku Syariah marketing, mungkin seperti yang dikatakan Robert L. Wise dalam bukunya, Spiritual Abundance. Sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata dan hanya bisa dirasakan dalam hati atau sesuatu seperti itu.144 Dari aspek fiqh muamalah, penyusun melihat terdapat beberapa ketimpangan dalam hal penggunaan akad (istilah dalam Fiqh Muamalah). Dimana Muhammad Syakir Sula memasukkan marketing dalam ketegori
Wakalah yang hemat penulis disini lebih cenderung diartikan sebagai wakil atau pelimpahan wewenang untuk menjalan tugas perusahaan. Penggunaan istilah wakil disini menurut penyusun dapat diartikan bahwa divisi marketing beserta para marketernya tidak masuk dalam lingkaran perusahaan atau tidak masuk dalam sub divisi tersendiri dalam struktur perusahaan. Dengan artian, marketer disini diartikan sebagai tenaga kerja (SDM) yang diambilkan dari luar struktur perusahaan, bisa dengan menggunakan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja tidak tetap. Sehingga dalam konteks ini penggunaan istilah Wakalah untuk membahasakan 143 144
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Op. Cit., hal. 5. Ibid., hal. 7.
139
marketing bisa dikatakan tepat. Dalam implementasinya, ketika seorang marketer selesai menjalankan tugas perusahaan maka selesai pula tugas dan tanggungjawabnya dan berhak untuk memperoleh upah atas tugas tersebut. Namun permasalahan akan berbeda ketika marketing disini dimaksudkan masuk dalam sub divisi tersendiri dalam struktur perusahaan. Yaitu marketing lebih tepatnya diklasifikasikan dalam akad Ijarah (sewa), dimana perusahaan menyewa atas jasa marketer untuk memasarkan produk perusahaan, sehingga dalam hal ini terdapat hubungan timbal balik yang seimbang antara perusahaan dan marketernya. Menurut dan sepengetahuan penyusun, antara manajemen perusahaan dengan karyawan hubungan yang terjadi lebih tepat dikatakan sebagai Ijarah.
B.
Analisis Tentang Relevansi Antara Model Spiritual Marketing Dengan Syariah Marketing Spiritual Marketing adalah perilaku marketing yang berjalan secara professional, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dan dilandasi oleh nilai-nilai iman yang kuat. Artinya perilaku dan tindak tanduk orang-orang marketing spiritual selalu terpelihara dari penyimpangan nilainilai moral dan karenanya Allah pun senantiasa memudahkan langkahlangkahnya.145 Sedangkan syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatisme dan rigit. Bukan pula konsep yang kampungan, kaku dan tidak gaul. Syariah marketing adalah konsep marketing yang fleksibel 145
Muhammad Syakir Sula, Marketing Bahlul, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 30-31.
140
sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang melandasinya. Marketer syariah bukan juga marketer yang harus memakai jubah, memanjangkan jenggot, celana panjang diatas mata kaki seperti orang kebanjiran dan mengharamkan dasi karena simbol barat. Marketer syariah adalah para marketer professional dengan penampilan yang bersih, rapi dan bersahaja, bekerja dengan professional, mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan,
aspek
moral,
dan
kejujuran
dalam
segala
aktivitas
marketingnya.146 Syariah dalam konteks hukum sebagai sebuah pedoman yang memberikan penjelasan dan mengatur kehidupan manusia terdapat batasanbatasan yang diperbolehkan dan larangan yang harus dijauhi oleh manusia. Dalam hal bisnis, sesungguhnya seseorang juga tidak lepas dari syariah itu sendiri, dimana Islam telah banyak mengatur segala kegiatan aktifitas bisnis dalam Al-Qur’an meskipun tidak secara eksplisit membahasnya karena perubahan zaman dan waktu yang terjadi. Namun yang demikian itu bukankan kemudian syariah telah menjadi satu aturan yang usang dan kuno yang tidak perlu untuk diikuti. Syariah Islam berlaku untuk semua ummat Islam dimanapun dan kapanpun, ketika menghadapi keadaan yang berubah seiring berjalannya waktu, maka penafsiran tentang elemen-elemen yang terdapat dalam syariah itu sendiri harus ditafsirkan ulang agar syariah tersebut bisa menjawab dan mampu memberikan pencerahan kepada ummat manusia pada zamannya.
146
Ibid., hal. 18-19.
141
Dalam dunia bisnis termasuk didalamnya marketing juga tidak luput dari ketentuan syariah sebagaimana dimaksud diatas. Yaitu seperangkat aturan yang mengatur pola kehidupan manusia untuk mewujudkan kesejahteraan sesuai dengan tuntunan agama Islam. Hal ini dimaksudkan agar dalam prosesnya, bisnis tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama (baca: Islam) yang pada akhirnya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Salah satu tokoh etika dalam Islam adalah Ibnu Miskawih. Ia mengatakan bahwa ada kalanya manusia mengalami perubahan Khuluq sehingga membutuhkan atauran-aturan syariat, nasihat, dan ajaran-ajaran tradisi yang terkait sopan santun. Ibnu Miskawih memperhatikan pula proses pendidikan akhlak pada anak. Dalam pandangannya, kejiwaan anakanak bagaikan mata rantai dari jiwa kebinatangan dan jiwa manusia yang berakal.147 Agama Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan ketentuan-ketentuan bagi umat manusia dalam melakukan aktifitasnya di dunia termasuk dalam bidang perekonomian. Semua ketentuan diarahkan guna agar setiap individu dalam melakukan aktifitasnya dapat selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan berpegang pada aturan-aturan Islam manusia dapat mencapai tujuan yang
147
Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 22.
142
tidak semata-mata bersifat materi melainkan didasarkan pada falah (kesejahteraan).148 Dalam syariah marketing dimana di dalamnya menganjurkan kepada para pelaku (marketer) untuk menjalankan proses marketingnya senantiasa mengedepankan etika atau akhlak dalam prosesnya sesuai dengan tuntunan syariah Islam sebagaimana yang telah ada adalah didasarkan pada Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW telah melarang para sahabatnya yang melakukan tindakan penyimpangan dan sebaliknya menganjurkan mereka untuk mempraktekkan cara-cara yang terpuji. Beliau memerintahkan mereka agar bekerja bukan hanya untuk mengejar materi, namun juga untuk mencari pahala di sisi Allah SWT. Beliau melarang mereka untuk melakukan sesuatu yang bukan ditunjukkan kepada Allah. Dengan demikian mereka tidak akan menghalalkan segala cara untuk mengumpulkan harta dunia.149 Banyak yang mengatakan bahwa untuk sukses di dunia marketing hanya bisa dengan menghalalkan segala cara. Dalam hal ini Muhammad Syakir Sula mengatakan dengan tegas bahwa kesimpulan yang demikian itu adalah salah besar. Dari hasil riset dan pengalaman beliau selama belasan tahun malang melintang dalam dunia marketing mengatakan bahwa teori dan kesimpulan seperti itu sangat keliru. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa kesuksesan yang diperoleh dengan menghalalkan segala cara adalah 148
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah; Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 153. 149 Abdurrahman Isa As Salim, “Hisbatun Nabi SAW; Musyaahadaat Wa Waqaa’I Minas Siiratin Nabawiyah, diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi dengan judul Manajemen Rasulullah Dalam Berdakwah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), hal. 161.
143
kesuksesan yang bersifat semu atau kegagalan yang tertunda. Betapa banyak pelaku binis termasuk marketer yang memperoleh harta yang banyak dengan menjual diri, melakukan cara-cara entertainment yang menyimpang dari ketentuan syariah atau memperoleh harta dengan cara mengambil harta orang lain dengan cara-cara batil, menyuap dan menipu. Pada akhirnya dia akan kembali pada posisi semua, posisi yang melarat, kembali kepada tidak punya apa-apa kecuali penderitaan hidup di akhir hayat. Ini yang kemudian beliau sebut dengan kegagalan yang tertunda. Bahkan dari hasil riset dan pengamatan beliau selama ini, Justru orang-orang yang melakukan bisnis dengan cara-cara yang halal merekalah yang pada akhirnya menikmati hasil jerih payahnya dengan bahagia di hari tua. Dan ini yang kemudian beliau sebut dengan kesuksesan yang tertunda.150 Sebagaimana yang dikutip oleh Kuat Ismanto dalam buku Asuransi Syariah, M. Umar Capra
151
mengungkapkan bahwa dalam Islam,
peningkatan spiritual adalah suatu unsur penting dari kesejhateraan manusia dan usaha apa pun yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang bertentangan dengannya akan berakhir dengan kegagalan.152 Spiritual marketing dan syariah marketing terdapat relevansi diantara keduanya yang dalam ajaran Islam mecakup dua dimensi pokok, yaitu dimensi vertikal (hablum minallah) dan dimensi horizontal (hablum
minannas) dimana kedua dimensi tersebut memiliki keterkaitan dalam arti
150
Muhammad Syakir Sula, Marketing Bahlul, Op. Cit., hal. 312-313. M. Umar Capra, Islam and The Economic Challenge, (Leicester: Islamic Foundation, 1995), hal. 6. 152 Kuat Ismanto, Asuransi Syariah; Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, Op.Cit, hal. 153. 151
144
Ibadah yaitu ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT. Kualitas tertinggi dari ketaatan yang bersifat vertikal adalah takwa, sementara kualitas tertinggi dari ketaatan yang bersifat horizontal adalah berlaku adil. Kejujuran merupakan salah satu tangga untuk mencapai tingkat adil yang dimaksud. Dimensi vertical dalam ajaran Islam bersifat mahdhah, yakni ibadah yang telah ditentukan cara pelaksanaannya dan tidak bisa direkayasa, sementara dimensi horizontal bersifat ghoiru mahdhah, menyeluruh dan mujmal, yang meliputi segala aspek kehidupan yang masih harus dipahami dan ditafsirkan.153 Aktifitas marketing merupakan salah satu dari aspek kehidupan yang bersifat horizontal sebagaimana dimaksud diatas, meski dalam Islam tidak terdapat istilah secara eksplisit menyebut dan membahas tentang marketing, namun dilihat dari sisi aktifitasnya maka marketing dikelompokkan ke dalam masalah muamalah, yakni masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Penekanan pada aspek syariah dalam marketing masuk ke dalam dimensi horizontal, dimana dalam aplikasinya seorang marketer syariah dituntut untuk mampu membawa dan menjadikan prinsip-prinsip syariah Islam dalam aktifitas bisnisnya sebagai sebuah pedoman. Syariah disini bisa dicontohkan adalah berlaku adil, jujur, transparansi, dan berakhlaq baik sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits dalam melakukan interkasi dengan klien atau nasabah.
153
Jusmaliani dkk, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 8.
145
Sedangkan penekanan pada aspek spiritual dalam marketing masuk dalam dimensi vertikal. Bagaimana seorang marketer senantiasa memiliki keyakinan dan memiliki pandangan visi yang lebih jauh tentang aktifitas bisnis yang dilakukannya. Syariah sebagai jembatan untuk meraih visi tersebut harus senantiasa tertanam dalam diri seorang marketer. Hingga pada saatnya nanti seorang marketer akan mendapatkan tidak hanya satu kepuasan melainkan dua kepuasan atas usaha yang dilakukannya, yaitu kepuasaan jasmaniyah dan rohaniyah atau materi dan immateri. Melihat kondisi saat ini dimana masyarkat sudah mulai mendekati titik jenuh atas kenyataan praktek bisnis yang menjauhi prinsi-prinsip syariah yang mengedepankan etika, maka dipandang perlu adanya reformulasi sistem dengan mengadopsi pada ajaran agama (Islam) yang diharapkan kedepannya dapat tercipta sebuah iklim usaha bisnis yang sehat, kondusif dan saling menguntungkan tanpa harus ada yang merasa saling dirugikan. Pengembangan
ilmu
pengetahuan
berdasarkan
prinsip-prinsip
syariah merupakan kewajiban para ilmuan Muslim sepanjang sejarah. Dalam konteks sekarang, pengembangan tersebut bisa dilakukan dengan cara penemuan baru hasil penelitian dan atau dari konversi ilmu pengetahuan yang telah ada kemudian disesuaikan dengan prinsip syariah. Pendekatan kedua ini cenderung lebih mudah karena berangkat dari pengalaman yang ada. Namun kelemahannya keterikatan dengan ketentuan
146
peraturan sebelumnya sebagai variabel membuat pengembangan ilmu pengetahuan ini terkesan tidak independen.154
C.
Analisis Implementasi Spiritual Marketing Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang Dengan berpijak pada penelitian lapangan yang telah penyusun lakukan dengan wawancara secara langsung kepada Head Marketing BMI cabang Semarang, dalam konteks marketing, BMI Cabang Semarang lebih cenderung banyak menggunakan pendekatan kekeluargaan kepada calon nasabahnya. Hal ini dimaksudkan selain untuk mengajak bermitra dalam urusan bisnis juga bertujuan menjalin tali silatuttahmi, kedepan diharapkan dengan menjalin tali silaturrahmi ini nasabah juga menjadi agen marketing diluar sistem secara tidak langsung dengan segenap pengalaman positif selama menjadi nasabah BMI Cabang Semarang. Adanya kenyataan bahwa masyarakat Kota Semarang yang plural, tidak hanya muslim saja menjadikan tantangan tersendiri bagi segenap tim marketing BMI Semarang. Tentunya hal ini membutuhkan pola pendekatan atau strategi marketing yang berbeda namun tidak kemudian berarti harus meninggalkan nilai-nilai universal Islam seperti yang terkandung dalam konsep spiritual marketing. Meskipun mayoritas nasabah beragama Islam namun hal ini tidak bisa dijadikan justifikasi bahwa mereka benar-benar memahami tentang syariah khususnya perbankan syariah. Sehingga pada permasalahan ini, 154
Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah; Tinjauan Hukum, (Yogyakarta: UII Press, 2008), hal. 3.
147
tenaga marketing BMI Cabang Semarang dituntut untuk mampu mengkomunikasikan dan menggaet nasabah dengan baik, penuh kejujuran dan mampu memberikan penawaran dalam bentuk materi yang bisa bersaing dengan bank syariah dan atau bank konvensional. Karena diakui atau tidak penawaran keuntungan dalam bentuk materi sampai saat ini masih menjadi faktor terkuat yang menjadi pertimbangan bagi seseorang yang hendak berinvestasi di bank Syariah khususnya BMI Cabang Semarang. Pada aspek ini, BMI Cabang Semarang dengan mengikuti SOP (Standar Operasional
Procedure) yang telah ditetapkan oleh BMI Pusat harus bisa melakukan improvisasi untuk menjawab tantangan dan persoalan yang terjadi didaerah. Kesuksesan perjalanan bisnis jasa keuangan syariah yang diraih BMI tidak bisa lepas dari dua faktor. Pertama adalah value added dari prosentase skema bagi hasil dari produk-produk yang ditawarkan oleh manajemen BMI. Namun jika menilik dari kondisi pasar saat ini yang terbagi menjadi tiga (rasional, emosional dan spiritual), maka nilai tambah dalam skema bagi hasil yang ditawarkan ini menempati pasar rasional. Kedua, kualitas pelayanan manajemen BMI dengan segala kegiatan operasionalnya
yang
didasarkan
dengan
mengedepankan
nilai-nilai
universal Islam seperti yang tercantum dalam konsep spiritual marketing. Pangsa pasar ini menempati posisi pasar emosional dan atau spiritual. Tidak sedikit dari nasabah BMI Cabang Semarang yang bermitra dengan BMI atas dasar pertimbangan nilai-nilai keislaman (aspek halal-haram). Pasar inilah
148
yang mengalamai kejenuhan atas praktek-praktek binsis yang menyalahi prinsip bisnis yang sesungguhnya. Dari sini, seorang marketer BMI Cabang Semarang harus bisa mengkolaborasikan dan memetakan pasar-pasar tersebut untuk kemudian bisa merumuskan strategi marketing berikutnya untuk merebut pangsa pasar dan meraih hasil yang optimal tentunya dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan syariah Islam. Jika ada anggapan bahwa segala sesuatu yang menggunakan atau berkaitan dengan label syariah adalah tujuan oleh segelintir orang yang menghendaki penerapan syariah Islam dalam sistem pemerintahan dan politik di Indonesia adalah salah. Hal ini sering kali penyusun dengar langsung dari beberapa orang yang anti dengan keberadaan konsep ekonomi syariah dalam segala bidang termasuk didalamnya adalah perbankan dan marketing. Penyusun sangat setuju dengan adanya konsep ekonomi syariah khususnya perbankan syariah, namun kemudian hal ini bukan berarti penyusun juga setuju dengan penerapan Syariah Islam untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, agama yang membawa rahhmat bagi sekalian alam, tidak hanya ummat Islam saja, namun Islam juga membawa rahmat bagi orang yang non. Hal ini juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam berbagai bidang termasuk muamalah. Bagaimana beliau melindungi dan memberikan rekomendasi ummat Islam saat itu untuk menjamin kebebasan mereka dalam melakukan ibadah agama yang
149
dianutnya. Jika ditarik pada ranah konsep spiritual marketing, menyikapi perbedaan yang ada membutuhkan strategi tersendiri agar produk yang ditawarkan mampu mendapatkan tempat di masyarakat yang beragam karakter dan kebutuhannya. Spiritualisasi sebagai prinsip dan etos kerja ditunjukkan oleh manajemen BMI, dimana setiap hari ketika hendak memulai aktifitasnya didahului dengan membaca doa pagi secara berjamaah dan ketika hendak pulang ditutup dengan doa sore. 155 Pada setiap malam Jumat diadakan membaca surah Yasin secara berjamaah. Tidak hanya itu, setiap satu bulan sekali atau peringatan hari-hari besar Islam juga mengadakan pengajian rutin dengan mendatangkan ustadz dari luar yang diisi dengan materi-materi tausiah yang bermuatan mengenai persoalan agama Islam. Hal ini dimaksudkan untuk membekali agar karyawan senantiasa menerapkan prinsip atau etos kerja Islami dalam prakteknya. Menurut penyusun, spiritualisasi dalam BMI tidak hanya pada aspek pelayanan, marketing dan manajemen. Melainkan juga design ruangan dimana BMI kebanyakan selalu menempatkan musholla berada diruang depan. Lebih dari itu adalah persoalan warna sebagai differensiasi156 BMI dengan bank syariah yang lain, yaitu warna ungu. Dilihat dari penafsiran makna warna-warni dalam feng shui, Ungu adalah sebagai warna yang bermakna impresif, kemewahan, dan spiritual.
155 Lihat ; Model Layanan Bank Muamalat Indonesia dengan prinsip FAST (Friendly, Accessible, Secure, To You Needs) Service 156 Diferensiasi Bank Muamalat: Institusi Islam yang berkiprah di bidang keuangan, bukan sekedar bank yang dijalankan dengan system syariah, akhlak dan akidah.
150
Ungu dapat dipakai di ruang tidur atau ruang meditasi. Sebaiknya, warna ungu ini tidak digunakan di dapur atau kamar mandi.157 Warna ungu juga berarti menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri. Menurut psikolog, warna ungu mempunyai efek tenang dan menyejukkan. Seringkali warna ungu dikaitkan dengan kesan yang berhubungan tentang wawasan yang luas, martabat, kehormatan, intuisi, dan sejahtera bahkan kesan anggun. Pengaruh warna ini dapat menginspirasikan pikiran dan membuat hati lebih tenang. Karena sifatnya yang tenang dan menyejukkan, ruang kerja dan ruang tidur sangat cocok jika diberi warna ungu. Sebaliknya warna ungu tidak tepat untuk ruang tempat beraktivitas. Yang unik, warna ungu sangat cocok untuk Anda yang sedang menjalani program diet karena mampu mengurangi rasa lapar. Warna ungu juga cocok untuk mengontrol rasa marah dan bisa meringankan suasana hati. Sisi positif dari warna ungu ternyata jauh lebih banyak dari sisi negatifnya. Hal ini pulalah yang menyebabkan Pasha dan kawan-kawan memberi nama Grup Band mereka dengan ungu, dan terbukti fans dari grup band ini berasal dari semua kalangan bukan hanya dari para janda. Begitu pula dengan Rako Prijanto, Sutradara dari film ungu violet yang sempat meledak di pasaran di pasaran pada tahun 2005, menilai warna ungu 157
Istanto Adi Nugroho, Arti Warna Warni Dalam Feng Shui, di http://id.istanto.net, diakses pada hari Senin, tanggal 5 Oktober 2009 pukul 10:53 WIB.
151
bukanlah suatu warna yang menakutkan dan identik dengan janda. Sehingga mengangkat warna ini untuk judul filmnya. Saat ini mitos warna ungu yang diidentikan dengan janda lambat laun memang semakin berkurang. Dimana saat ini banyak anak muda dan anak gadis yang menyukai warna ini. Hal ini ditunjukan dari banyak sekali barang-barang yang dibuat untuk kalangan remaja dengan warna ungu. Jadi, memang tidak ada alasan yang jelas, kenapa warna ungu diidentikan dengan janda.158 Dalam dunia perdagangan (persaingan bisnis), Islam sebagai salah satu aturan hidup yang khas, telah memberikan aturan-aturan yang jelas dan rinci tentang hukum dan etika persaingan, serta telah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam. Hal itu dimaksudkan dengan tujuan untuk menghindari adanya persaingan-persaingan yang tidak sehat. Paling tidak ada tiga unsure yang perlu untuk dicermati dalam membahas persaingan bisnis menurut Islam yaitu (1) pihak-pihak yang bersaing, (2) cara persaingan, dan (3) produk barang atau jasa yang dipersaingkan. Ketiga hal tersebut merupakan unsur terpenting yang harus mendapatkan perhatian terkait dengan masalah persaingan bisnis dalam perspektif Islam.159 Karena usaha dan kerja keras serta etos kerja Islami yang menjadi pijakan oleh manajemen dan karyawan BMI, semua itu membuahkan hasil dengan diraihnya beberapa penghargaan bergengsi skala nasional.160 Meski
158
http://dharmaditya.wordpress.com, diakses pada tanggal 21 Juni 2010, pukul 15.47. Johan Arifin, Fiqh Perlindungan Konsumen, Op. Cit., hal. 49. 160 Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh BMI antara lain: (1) Best Islamic Bank Poll sebagai The Best Islamic Bank in Indonesia tahun 2006, 2008, 2009 dan 2010, (2) Best 159
152
hal itu tidak menjadi target utama dalam pengelolaan industri keuangan BMI, namun setidaknya penghargaan tersebut menjadi nilai plus tersendiri untuk BMI. Di wilayah Semarang, bidang hukum atau kenotariatan BMI diakui bank Indonesia sebagai bank syariah yang memiliki notaris terbaik dari sekian banyak notaris bank-bank syariah yang lain di Semarang.
Islamic Finance House dari Alpha South East Asia tahun 2009, (3) penghargaan Infobank Golden Trophy Award 2009 dari Infobank Award 2009, (4) The Most Profitable Bank tahun 2009 dari Islamic Finance Award 2009, dan (5) The Best Islamic Saving Account tahun 2010 dari Bank Loyalty Award [IBLA]. Annual Report Bank Muamalat, Op. Cit,, hal. 13-15.
153
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dengan melihat, mengamati dan mencermati uraian bab pertama sampai dengan bab ke empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Muhammad Syakir Sula mencoba menguraikan secara lengkap dan didasarkan pada bukti-bukti empiris tentang penyalahgunaan tugas yang sebenarnya oleh seorang marketer. Beliau menilai bahwa yang terjadi sekarang ini adalah kebanyakan seorang marketer menghalalkan segala cara untuk memperoleh laba perusahaan yang maksimal dan hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Atas dasar tersebut Muhammad Syakir Sula mencoba mereformulasi dengan memberikan tawaran konsep baru, sebuah marketing yang didasarkan kepada ajaran agama Islam dengan memiliki karakteristik tesitis (Robbaniyah), etis (akhlaqiyah), realistis (Al-Waqi’iyah), dan Humanistis (Insaniyyah). Konsep spiritual marketing didasarkan atas adanya realitas yang terjadi dimana saat ini sudah mulai ada pergeseran pola pikir masyarakat terhadap kebutuhan kehidupan. Kalau dulu kebanyakan orang berada di pasar rasional yang mempertimbangkan untung rugi ketika memakai produk atau menggunakan jasa tertentu, maka saat ini pasar tersebut terbagi
kedalam
pasar
emosional
dimana
masyarakat
lebih
mempertimbangkan aspek keabsahan secara dogma agama, tidak memperdulikan apakah produk atau jasa yang digunakannya untung atau
153
154
rugi tetapi yang paling penting masyarakat yang berada di pasar ini adalah kehalalan versi agama. Indikasi dari adanya kedua pasar tersebut maka kedepan aka nada wilayah garapan atau peluang potensi pasar yang cukup menggiurkan jika mampu mengelola dan menguasai pasar tersebut yaitu pasar yang didasarkan atas aspek spiritualitas. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah masyarakat mulai jenuh dengan pola-pola pemasaran konvensional yang masih jarang mengedepankan sisi etika dalam prosesnya. Pasar spiritual menjadi salah satu solusi alternatif untuk merebut persaingan dunia usaha dengan menggunakan pendekatan religius. Dengan tetap mengutamakan hasil akhir yang maksimal namun tidak mengesampingkan proses yang terjadi didalamnya yaitu dengan cara yang sesuai dengans syariah Islam. 2. Terdapat benang merah antara konsep spiritual marketing dan syariah marketing. Untuk mewujudkan konsep syariah marketing maka diperlukan adanya piranti dalam hal ini adalah marketer (pelaku marketing) yang benar-benar memahami syariah Islam dan memiliki jiwa spiritual yang baik. Seorang marketer syariah hendaknya memahami secara komprehensif tentang konsep tersebut. Penegasan orientasi kerja seorang marketer syariah tidak hanya sebatas pendapatn keutungan yang besar namun mengesampingkan etika cara untuk mendapat keuntungan tersebut. Selain itu syariah marketing juga memberikan konsep bahwa seorang
marketer
harus
bisa
bertanggungjawab
selain
kepada
pimpinannya juga kepada sesama dan yang lebih penting adalah kepada
155
Tuhan-Nya. Agar seorang marketer menjalankan amanahnya sesuai dengan prinsip syariah, maka dia harus memiliki pola komunikasi, manajemen dan kepribadian yang dilandasi oleh spiritual. 3. Implementasinya konsep spiritual marketing di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang sudah memenuhi standar operasional procedure yang ditetapkan oleh perusahaan dan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip etika bisnis syariah termasuk didalamnya mengenai proses marketingnya. Meskipun masih terdapat kekurangan, namun hal tersebut menjadi suatu kewajaran karena hakikatnya di dunia ini tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT. Namun begitu bukan berarti tidak ada usaha untuk senantiasa terus melakukan inovasi, evaluasi dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Seiring dengan berjalannya waktu dan permasalahan dunia usaha khususnya bidang perbankan yang semakin
kompleks
maka
manajemen
dituntut
untuk
melakukan
perubahan-perubahan serta inovasi baik dari sisi produk dan sistem pelayanannya agar nasabah atau konsumen tetap loyal menggunakan jasa dari Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang. Khusus Bank Syariah yang belum menerapkan pola pelayanan yang didasarkan pada ajaran syariah Islam, masih diperlukan adanya pengawasan dan pendampingan yang lebih intensif baik dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan pemegang otoritas kebijakan perbankan dalam hal ini Bank Indonesia agar bank syariah tersebut berjalan sesuai
156
dengan koridor hukum Islam yang dijadikan dasar dalam manajemen dan pengelolaannya.
B. Saran-Saran Sebagai seorang pegiat dan aktifis ekonomi syariah, dalam konteks wacana dan gerakan tentang Spiritual Marketing yang digagas oleh Muhammad Syakir Sula ini, penyusun dapat memberikan saran sbb : 1. Hendaknya implementasi konsep spiritual marketing syariah tidak hanya fokus pada sektor bisnis yang eksekutif, melainkan juga merambah pada sektor yang lebih mikro. Kepada pengusaha-pengusaha mikro kecil dan menengah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dlsb. Sehingga hal ini akan mencapai hasil yang lebih maksimal dan terintegrasi dengan sektor bisnis kelas eksekutif. Dengan demikian akselerasi penerapan konsep spiritual marketing dalam kegiatan bisnis syariah dapat dengan mudah dipahami dan dipraktekkan oleh pelaku usaha dan atau lembaga keuangan mikro kecil syariah. Maka sebuah sistem bisnis syariah akan dapat berjalan sesuai dengan yang semestinya. 2. Dalam konteks implementasi konsep spiritual marketing di bank syariah, hendaknya konsep spiritual dalam marketing dijadikan pijakan dalam berbagai aktifitas perbankan. Karena diakui atau tidak, saat ini masih terdapat bank syariah yang tidak “syariah” dengan arti bahwa bank syariah tersebut belum memhami dan menjalankan konsep spiritual dalam kegiatan perbankanya. Sehingga hal ini berdampak pada semakin apatisnya masyarakat terhadap keberadaan bank syariah yang secara teori
157
dan prakteknya justru lebih menguntungkan, disisi lain saat ini bank syariah masih mencari-cari formula yang tepat untuk sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bank syariah. Bank syariah yang tidak “syariah” inilah yang masih perlu untuk belajar memahami dan menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan bisnis atau transaksinya dengan memperkuat spiritualitas karyawannya. Terhadap bank-bank syariah yang sudah dan atau sedang menerapkan konsep spiritual marketing, hendaknya senantiasa menjaga kualitas
pelayanannya
dan
lebih
meningkatkan
dengan
selalu
mengedepankan etika yang dilandasi spiritualisasi dalam aktifitas pelayanannya. 3. Kampanye atau sosialisasi konsep ekonomi syariah umumnya dan spiritual marketing khususnya hendaknya dilakukan secara sinergis, berkesibambungan, bertahap dan konsisten. Agar pencapaian target dan sasaran dapat tercapai dan terstruktur. Melibatkan stakeholder yang memiliki kesamaan visi-misi sama agar sosialisasi konsep ekonomi syariah dapat berjalan dengan cepat, mudah dan efisien. Dengan demikian mimpi besar Muhammad Syakir Sula dan aktitis ekonomi syariah lainnya untuk mewujudkan sebuah system bisnis yang Islami di Indonesia dapat segera terwujud.
158
C. Penutup Tiada puji syukur alhamdulillah yang patut dipersembahkan kecuali kepada Allah SWT yang dengan karunia dan rahmatnya telah mendorong penyusun hingga dapat merampungkan tulisan yang sederhana ini. Demikian penyusunan Skripsi sebagai tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Syariah dibuat. Penyusun sadar betul bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan yang harus dibenahi untuk menuju proses mendekati kesempurnaan. Dalam hubungan ini sangat didasari bahwa tulisan ini dari segi metode apalagi materinya jauh dari kata sempurna. Namun demikian tiada gading yang tak retak dan tiada usaha besar akan berhasil tanpa diawali dari yang kecil. Untuk itu saran dan kritik konstruktif sangat penyusun harapkan. Harapan kami semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca yang budiman pada umumnya. Terimakasih.
159
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Djunaidi, Mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, dengan judul Studi Tentang Praktek Pemasaran Rasulullah
SAW (Sejarah Sosial Ekonomi Masa Rasulullah). 2008 Abdul Ghani, Muhammad, The Spiritually in Bussines, Terj. Pencerahan Hati
Bagi Pelaku Usaha, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2005) A. Elias, Modern Dictionary Engglish Arabaic, (Kairo: Elias Modern Publishing House & Co, 1986) Agustian, Ary Ginanjar, Spiritual Company; Kecerdasan Spiritual Pembawa
Sukses Kampiun Bisnis Dunia, (Jakarta : Arga Publishing, 2010) Ahmad Imam Asy-Sya’rani, Abdul Wahab Bin, Quantum Qalbu; 80 Ajaran
Kunci Kecerdasan, Kekuatan, dan Kebersihan Hati, (Yogyakarta: Diva Prress, 2008) Alma, Buchari dan Juni Priansa, Donni, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009) Al-Bugha, Musthafa Dib, Fiqh Al-Mu’awadhah, (Damaskus: Darul Mustafa, 2009), diterjemahkan oleh Fakhri Ghafur dengan judul Buku Pintar
Transaksi Syariah; Menjalin Kerjasama Bisnis dan Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam, (Jakarta: Hikmah, 2010) Amin, A. Riawan, The Celestial Mangement, Cet. V (Jakarta: Senayan Abadi Publishing,, 2006) Amrin, Abdullah, Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006) Annual Report Bank Muamalat , Memperkokoh Landasan Usaha, 2009) Anshori, Abdul Ghofur, Penerapan Prinsip Syariah; Dalam Lembaga Keuangan,
Lembaga Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) Arifin, Johan, Fiqih Perlindungan Konsumen, (Semarang: Penerbit Rasail, 2007) __________, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009) Asnawi, Haris Faulidi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, (Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2004) Azwar, Saifudin, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
160
Buku Panduan Bank Muamalat, Model Layanan Muamalat FAST Service;
Friendly, Accessible, Secure, To You Needs Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah; Tinjauan Hukum, (Yogyakarta: UII Press, 2008) Daiber, Hans, in Seyyer Hossein Nasr and Oliver Leaman, History of Islamic
Philosophy, (London: Rotledge, 1996) Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000) Encyclopedia Britannica, X, (Micropeadia) Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, Edisi Revisi, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003) Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Cet. Ke 2. 1999) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Gufron A. Mas’adi [The Concise Encyclopaedia of Islam] Gula S.S, Richard M., The Good Life: Where Morality and Spiritually Converge,
Barkeley, California, 1999) Gunara, Thorik dan Hardiono Sudibyo, Utus, Marketing Muhammad SAW;
Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW, (Bandung: PT. Karya Kita, 2007) Hadi, Sutrisno, Metode Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993 Haider Naqvi, Syed Nawab, Ethics and Economics: An Islamic Synthesis, (London: The Islamic Fondation, 1981). Diterjemahkan oleh Husin Anis dan Asep Hikmat dengan judul Etika dan Ilmu Ekonomi; Suatu Sintesis
Islami, (Bandung: Mizan, 1985) Hidayat, Mohamad, an Introduction to The Sharia Economic; Pengantar Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010) Hasan, Ali, Manajemen Bisnis Syariah; Kaya Di Dunia Terhormat di Akhirat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) _________, Marketing Bank Syariah; Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan
Pasar Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010)
161
Ho, Andrew dan Gym, Aa, The Power of Network Marketing: Hikmah
Silaturahmi dalam Bisnis, (Bandung: MQS Publishing, 2006) Ibn Hajar al ‘Asqalani, al Hafidz, Bulugh Al Maram min Adillah al ahkam, (Surabaya: Salim Nabhan, t. th.) Ibrahim Lubis, Bc. Hk. Dipl. Ec, Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, (Jakarta: Kalam Mulia, 1995) Isa As Salim, Abdurrahman, “Hisbatun Nabi SAW; Musyaahadaat Wa Waqaa’I
Minas Siiratin Nabawiyah, diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi dengan judul Manajemen Rasulullah Dalam Berdakwah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001) Ismanto, Kuat, Manajemen Syariah; Implementasi TQM Dalam Lembaga
Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) ____________,
Asuransi
Syariah;
Tinjauan
Asas-asas
Hukum
Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Jazuli, Ahmad, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah Praktis, (Jakarta: Kencana Media Group, 2006) Jusmaliani dkk, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Kamaludin, Ahmad dan Alfan, Muhammad, Etika Manajemen Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Keraf, R.A. Sonny, Etika Bisnis; Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998) Kertajaya, Hermawan dan Syakir Sula, Muhammad, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan Pustaka, 2006) Kotler, Philip dan Armstrong, Gary, Dasar-Dasar Pemasaran Dan Prinsip-
Prinsip Pemasaran, (Jakarta: Prehalindo and Prentice Hall, 1996) ___________, Marketing Management, 10 th alih bahasa oleh Hendra Teguh dan Benjamin Molan, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. INDEKS, 2004)
162
Laksmana, Yusak, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah; Memahami
Praktek Proses Pembiayaan di Bank Syariah, (Jakarta: Elex Media Computindo, 2009) Magnis Suseno, Franz, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, (Yogyakarta: Kanisius, 1999) Mahmoeddin, Etika Bisnis Perbankan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994) Majid, Abdul, Pokok-Pokok Fiqh Muamalah Dan Hukum Kebendaan Dalam
Islam, (Bandung : IAIN SGD, 2006) Miru, Ahmad dan Yodo, Sutarman, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) Muhammad dan R. Lukman Fathoni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika Dan Bisnis, (Jakarta: Penerbit Salemba Diniyah, 2002) M. Umar Capra, Islam and The Economic Challenge, (Leicester: Islamic Foundation, 1995) Muslich, Bisnis Syariah Perspektif Muamalah dan Manajemen, (Yogyakarta: UPP STMIK YKPN, 2007) Mu’jam Alfazh al-Qur’an al-Karim, Kairo: majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah, juz 2 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) Nas, Muammar, Kedahsyatan Marketing Muhammad, (Bogor : Penerbit Pustaka Iqro Internasional, 2010) Owens, Elizabeth, Discovery Your Spiritual Life, Terj. Sinari Jalan Setapak Jiwa
Anda, dialihbahasakan oleh Hendry M. Tanaja, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2004) Patricia P, John Naisbitt, Megatrend 2000, Terj. Megatrend 2000, (Jakarta : Paramadina, 2005) Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yoyakarta kerjasama dengan BI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
163
Qardhawi, Yusuf, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, (Kairo, Mesir: Maktabah Wahbah, 1995). Diterjemahkan oleh Zainal Arifin dan Dahlia Husin dengan judul, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. 1 Rahman, A Fazlur, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid I, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995) Rosyidah, Noor, Pemasaran Dalam Perspektif Muamalah; Studi Kasus
Pemasaran Buku oleh Yayasan Raudlatul Mujawwidin di Semarang, (Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2008) Salam, Burhanuddin, Etika Individual; Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), 2000 Shihab, M. Quraish, Berbisnis Dengan Allah; Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses
Dunia-Akhirat, (Tangerang: Lentera Hati, 2008) Said Al-Asymawi, Muhammad, Ushul Asy-Syariah (Nalar Kritis Syariah), Kairo, Mesir. 1978 Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995) Swastha, Basu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1990) Syafei, Rahmat, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006) Syakir Sula, Muhammad, Asuransi Syariah (Life And General); Konsep Dan
Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004) __________, Muhammad, Marketing Bahlul, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008) Thalib, Muhammad, 46 Bimbingan Bisnis dan Pemasaran Islami, (Bandung: Gema Risalah Press, 1999)
Media Internet : Republika On Line www.agustianto.niriah.com www.syakirsula.com www.pa-ambarawa.go.id www.drlizaibadah.blogspot.com
www.nezfine.wordpress.com www.thecelestialway.com www.id.istanto.net www.dharmaditya.wordpress.com
164
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Asal
: Herry Aslam Wahid : Pati, 17 Desember 1986 : Laki-laki : Islam : Ds. Kedungbang Kec. Tayu Kab. Pati Rt/w : 1/01 Kp 59155 Alamat sekarang : Kantor UKMI KSMW PKM Kampus 3 Lt. 2 No Telephone/ HP : 085 290 5000 51/ 081 575 975 688 Orang Tua : Bapak : Abdul Wahid : Ibu : Sri Usmini Pekerjaan : Bapak : Wiraswasta : Ibu : PNS Riwayat Pendidikan : Formal : 1. MI Mabdaul Huda Kedungbang Lulus Tahun 1998 2. MTs Perguruan Islam Al Huda (PIA) Tayu Lulus Tahun 2001 3. MA SALAFIYAH Kajen Lulus Tahun 2004 4. Fakultas Syariah IAIN Walisongo Lulus Tahun 2011 Non Formal : 1. Pondok Pesantren Nurul Huda Kajen Margoyoso Pati 2001 s.d. 2004 2. Computer Course “Ikha Jaya” Tayu 2004 3. Peserta Workshop dan Konser Paduan Suara Nasional (Indonesian Muslim Choir) di 3 Kota (UIN Jogja, UIN Jakarta dan IAIN Semarang) tahun 2005 4. Peserta Workshop Penulisan Karya Ilmiah Inovatif Mahasiswa oleh IAIN Walisongo Semarang tahun 2006 5. Peserta Workshop Paduan Suara Mahasiswa oleh IAIN Walisongo Semarang tahun 2005 6. Peserta Workshop Kepemimpinan Mahasiswa oleh IAIN Walisongo Semarang tahun 2006 7. Peserta Workshop Penelitian Sosial Mahasiswa oleh IAIN Walisongo Semarang tahun 2006 8. Peserta Workshop Akuntansi Zakat Mahasiswa oleh IAIN Walisongo Semarang tahun 2007 9. Peserta Workshop dan Seminar International oleh Departemen Luar Negeri RI dan Asia Pacific and African Affairs tahun 2007 10. Peserta Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) dan Konferensi Internasional FoSSEI ke VIII di Universitas Udayana Denpasar Bali tahun 2009 dan Ke IX di IAIN Medan Sumatera Utara tahun 2010 11. Peserta Seminar dan Simposium Internasional Forum Riset Perbankan Syariah (FRPS) Bank Indonesia di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Desember 2010 12. Peserta Training LQ (Listening Quetion) oleh SWA Consult Manajemen Semarang tahun 2008 Selain yang tersebut diatas masih banyak kegiatan pelatihan, workshop dan seminar yang pernah diikuti penulis baik sebagai peserta atau panitia (ketua) untuk menambah pengalaman pendidikan diluar bangku kuliah. Kesemuanya bisa skala internal Fakultas (Mahasiswa), Regional maupun Nasional.
165
Pengalaman Organisasi : Intra Kampus : 1. Departemen Luar Negeri UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) FOSIA (Forum Silaturrahmi Annisa) Badan Koordinasi Mahasiswa (BKM) Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo tahun 2005 2. Tim Redaksi Majalah Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) JUSTISIA Fakultas Syari’ah tahun 2005 3. Crew UKM Musik (Drummer dan Paduan Suara) tahun 2005 4. Departemen Kajian dan Wacana Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Muamalah-Ekonomi Islam tahun 2006 5. Departemen Luar Negeri UKMI KSMW tahun 2006 6. Lit.Bang.Der (Penelitian, Pengembangan dan Pengkaderan) UKM FOSIA tahun 2007 7. Presiden BEMJ Muamalah-Ekonomi Islam tahun 2007 8. Lit. Bang LPM Justisia Fakultas Syari’ah tahun 2008 9. Koord. UKM Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Walisongo tahun 2008 Ekstra Kampus : 1. Pengurus Keluarga Mahasiswa dan Pelajar Pati di Semarang sebagai Dept. Luar Negeri tahun 2005 2. Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Syari’ah sebagai Lembaga Studi Advokasi Rayon Syari’ah (LSARS) tahun 2005 3. Pengurus PMII Rayon syari’ah sebagai Koord. Dept. Bakat dan Minat tahun 2006 4. Pengurus PMII Komisariat Walisongo sebagai Dept. Luar Negeri tahun 2007 5. Pengurus Besar PMII masa bhakti 2011-2013 bidang Keagamaan 6. Dept. Pusat Informasi dan Publikasi Pengurus Koordinator Wilayah VI Jateng-DIY Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) tahun 2007 7. Koord. Daerah ISMEI Kota Semarang tahun 2007 8. Sekretaris Majelis Pertimbangan FoSSEI Regional (MPFR) Forum Silaturrahmi dan Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Regional Jawa Tengah tahun 2009 9. Pengurus Masyarakat Ekonomi Syari’ah (MES) Kota Semarang sebagai Dept. Pusat Informasi dan Publikasi tahun 2008-2011 10. TIM Laskar LQ (Listening Quetion) oleh SWA Consult Manajemen Semarang tahun 2008 11. Lit. Bang Forum Studi Hukum Ekonomi Islam (ForSHEI) Muamalah tahun 2008 s.d. sekarang Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 30 Juni 2011
Herry Aslam Wahid
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175