PENGARUH PERSEPSI SISWA ATAS KEDISIPLINAN GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X MAN BAWU JEPARA TAHUN AJARAN 2009-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh NUR AMILATUS SA’ADAH NIM.063111010
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (Empat) eksemplar Hal : Naskah Skripsi a.n. Sdr. Nur Amilatus Sa’adah Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Assalamua’alaikum Wr.Wb. Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini kami kirimkan naskah skripsi Saudara: Nama
: Nur Amilatus Sa’adah
Nomor Induk
: 063111010
Jurusan
: Pedidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: PENGARUH
PERSEPSI
SISWA
ATAS
KEDISIPLINAN GURU MATA PELAJARAN AKIDAH
AKHLAK
TERHADAP
MINAT
BELAJAR SISWA KELAS X MAN BAWU JEPARA TAHUN AJARAN 2009-2010. Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqosyahkan Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Semarang, …………….. 2010 Pembimbing I
Abdul Kholiq, M. Ag 197109151997031003
Pembimbing II
Dra. Muntholi’ah, M. Pd 196703191993032001
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Abdul Kholiq, M. Ag 197109151997031003
Dra. Muntholi’ah, M. Pd 196703191993032001
Tanda Tangan
Motto
!" # $% 0 & ' ( ) * +, ( ) * . /'
2 0 :
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehatmenasehati supaya menetapi kesabaran ”. (QS. Al-Ashr : 1-3).1
1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Karya Toha Putra, 1995 ), hlm. 1099.
PERSEMBAHAN Skripsi yang sangat sederhana ini tidak akan berharga tanpa kehadiran mereka, maka penulis mempersembahkan karya ini kepada: 1. Ayahanda (Ahmad Syafawi, S.Pd. I) dan Ibunda (Siti Hidayatun) yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan do’anya yang tak henti-hentinya selalu menyertaiku. 2. Adik-adikku (Nur Muhammad Thoha, Muhammad Husni Mubarok, Ahmad Zainuddin Akmal dan si Bungsu Ahmad Musaddad ) yang tercinta dan tersayang yang selalu mendukung dan membantu terselesaikannya proses kuliah sampai skripsi ini. 3. Teman-teman PAI A Angkatan 2006, yang telah memberikan semangat dari awal proses kuliah sampai terselesaikannya skripsi ini. 4. Kawan-kawanku seperjuangan di Kos BPI K25 yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepadaku, semoga silaturrahim ,kita tidak akan terputus hingga akhir zaman. 5. Sahabat-sahabatku di KMJS dan PMII yang selalu mewarnai hari-hariku di kampus IAIN Walisongo Semarang yang tercinta. 6. Segenap Civitas Akademika MAN Bawu Jepara yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah selalu meridhoi. 7. Semua pihak yang membantu atas terselesainya skripsi ini. 8. Pembaca yang budiman, semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang telah diberikan Allah kepada kita kritik dan saran penulis harapkan.
KATA PENGANTAR
ا ا ا Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa atas Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran 2009-2010 “ dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang jurusan Pendidikan Agama Islam. Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Ahmad Muthohar, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. 3. Bapak Abdul Khaliq, M. Ag, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Muntholi’ah, M. Pd, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini. 5. Bapak Daviq Rizal, M. Pd, selaku dosen wali yang mebina dan memberi arahan selama kuliah.
6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 7. Bapak Drs. Suprapto, selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri Bawu Jepara yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 8. Ibu Iswati, S.Pd. I, selaku guru Aqidah Akhlak Kelas X1-X3 Madrasah Madrasah Aliyah Negeri Bawu Jepara, yang telah membantu pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini. 9. Bapak, Ibu dan adik-adikku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan kasih sayang yang sangat melimpah. 10. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan tempat bertukar pikiran dalam proses penulisan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah peneliti berdo’a, semoga bermanfa’at adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal ‘aalamin.
Semarang,
Juni 2010
Penulis
Nur Amilatus Sa’adah NIM. 063111010
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DEKLARASI .................................................................................................... xiii ABSTRAK ........................................................................................................ xiv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................
1
B. Penegasan Istilah........................................................................
4
C. Rumusan Masalah ......................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
BAB II : LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Persepsi ................................................................................
8
a.Pengertian persepsi ……………………………………..
8
b.Proses terjadinya persepsi ……………………………..
9
c.Ciri-ciri persepsi………………………………………...
10
d.Aspek-aspek persepsi …………………………………..
10
e.Prinsip-prinsip persepsi ………………………………...
11
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi …………..
12
2. Kedisiplinan Guru ................................................................ 14 a.Pengertian kedisiplinan …………………………………
14
b.Pengertian guru atau pendidik ………………………….
20
c.Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru …
21
d.Indikator persepsi terhadap kedisiplinan guru …………
23
3. Minat Belajar........................................................................ 24 a.Minat…………………………………………………….
24
1) Pengertian minat…………………………………….
24
2) Fungsi minat…………………………………………
25
3) Macam-macam minat………………………………..
26
4) Unsur-unsur minat…………………………………... 26 5) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat …………..
26
b.Belajar…………………………………………………… 27 1) . Pengertian belajar …………………………………..
27
2) . Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ………...
27
c.Minat belajar siswa…………………………………….
39
4. Pengaruh persepsi siswa pada kedisiplinan guru terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak....... 40 B. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................. 42 C. Pengajuan Hipotesis ................................................................... 45 BAB III : METODE PENELITIAN A. Tujuan penelitian........................................................................ 45 B. Variabel penelitian ..................................................................... 45 D. Metode penelitian....................................................................... 47 D. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel .................... 49 E. Teknik pengumpulan data .......................................................... 51 F. Teknik analisis data.................................................................... 52 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data hasil penelitian .................................................. 55 B. Pengujian hipotesis .................................................................... 59 C. Pembahasan hasil penelitian ...................................................... 70 D. Keterbatasan penelitian .............................................................. 73 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 74 B. Saran-saran ................................................................................ 75 C. Penutup ...................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………..……. 76 BIODATA PENULIS …………………………….…………………………. 94
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1
Data Responden ...................................................................................
2
Data Angket Persepsi Siswa terhadap Kedisiplinan Guru Aqidah Akhlak..................................................................................................
3
55
Data Angket Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak..................................................................................................
4
54
56
Data Skor Nilai Variabel X ( Persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru )...................................................................................................
57
5
Interval Nilai Variabel X ......................................................................
59
6
Data Skor Nilai Variabel Y( MinatBelajar Siswa) ..............................
60
7
Interval Nilai Variabel Y .....................................................................
62
8
Tabel Kerja Koefisien Korelasi Untuk Menghitung Regresi Linier
9
Sederhana Antara Variabel X dengan Variabel Y ...............................
62
Kriteria Penafsiran/Pedoman Ancar-ancar ..........................................
69
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan,
Semarang,
Juni 2010
Deklarator,
Nur Amilatus Sa’adah NIM 063111010
ABSTRAK
Nur Amilatus Sa’adah (NIM. 063111010) Pengaruh Persepsi Siswa atas Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang : Program Strata1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; 1) Persepsi siswa atas Kedisiplinan guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas X di MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010; 2) Minat belajar siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010 pada mata pelajaran Aqidah Akhlak; 3) Untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru pada minat belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas X Semester II MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010. Penelitian ini menggunakan metode Kuosioner atau angket dengan teknik koresional. subyek penelitian sebanyak 30 responden, menggunakan teknik Quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yang menggunakan kuesioner atau angket. Penyebaran angket/kuesioner dilakukan pada siswa kelas X1 sampai X3 MAN Bawu Jepara, di mana pengambilan angket atau kuesioner dilakukan secara langsung. 1. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi dan korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa : (1) Persepsi siswa atas Kedisiplinan guru di MAN Bawu Jepara adalah ternilai baik. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan metode angket yang berisi 30 pertanyaan dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata angket sebesar 108,6 yang berarti ada pada interval (106112) sehingga ternilai baik. (2) Minat belajar siswa MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah ternilai baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan metode angket yang berisi 30 pertanyaan dengan jumlah responden 30 siswa-siswi dan hasil yang diperoleh dari nilai ratarata angket sebesar 104, yang berarti ada pada interval (97-104) sehingga ternilai cukup. (3) Persepsi siswa atas kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Bawu Jepara tahun pelajaran 2009-2010. Terbukti dengan hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan (nilainya sebesar 31,609), dikonsultasikan dengan Ftabel (Ft), baik pada taraf kepercayaan 95% maupun 99%. Freg 31,609> Ft(0,05 = 4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil Freg lebih besar dari Ft, berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa pada kedisiplinan guru dengan minat belajar siswa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu aspek dalam pembelajaran agama Islam di Madrasah Aliyah. Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah merupakan peningkatan dari Aqidah Akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asm’ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak alkarimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Mata
pelajaran
menumbuhkembangkan
Aqidah
aqidah
melalui
Akhlak pemberian,
bertujuan2 pemupukan,
untuk dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Selain itu untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilainilai aqidah Islam.
2
Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008, Bab VIII, Pasal B, Ayat 2.
Guna mencapai tujuan pembelajaran aqidah akhlah tersebut, perlu dirancang desain pembelajaran yang sesuai. Metode pengajaran yang masih konvensional terkadang membuat para siswa merasa tidak nyaman di kelas. Rasa jenuh dan bosan pada saat pembelajaran agama merupakan tantangan yang berat bagi seorang guru. Intensitas perhatian terhadap mata pelajaran agama kini sudah mulai surut. Prioritas utama siswa adalah mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Terkadang pihak sekolah pun juga menomordua-kan mata pelajaran agama, seperti aqidah akhlak. Padahal, pelajaran agama merupakan filter utama atas hegemoni budaya yang negatif. Seperti yang kita tahu dalam teori belajar, bahwa belajar itu dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern dari siswa. Faktor intern misalnya, minat belajar, motivasi individu untuk belajar dan sebagainya. Faktor ektern misalnya guru (menyangkut penampilan guru, kedisiplinan guru, kemampuan atau pengetahuan guru, kecakapan guru dalam mengajar, dll), sarana dan prasarana sekolah, kondisi tempat belajar, dan lain-lain. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi keberhasilan pembelajarn adalah minat. Porsi pembelajaran agama di Madrasah Aliyah memang lebih banyak jika dibandingkan dengan di sekolah menengah atas, sudah sepantasnya jika siswa madrasah aliyah lebih memahami berbagai permasalahan agama dibandingkan dengan siswa SMA. Akan tetapi, banyaknya jam pelajaran belum menjadi jaminan tingginya pemahaman parea siswa. Hal ini disinyalir karena masih minimnya minat dan perhatian siswa pada mata pelajaran agama. Minat berangkat karena adanya motivasi, motivasi muncul karena adanya kebutuhan. Sehingga minat menjadi sumber motivasi yang pokok. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang antar lain : jenis kelamin, intellegensi yang mengarah pada minat pendidikan3, lingkungan,
3
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta : Bulan Bintang, t. t,) hlm.64
kesempatan untuk mengembangkan minat4, minat pada agama, minat pribadi, perasaan senang, perasaan tertarik, motivasi, dan perhatian. Minat belajar para siswa, salah satunya dibangun oleh profil guru saat mengajar dari sudut pandang siswa. Sebagai contoh di lapangan, seorang siswa akan malas mengerjakan pekerjaan rumah apabila Sang guru tidak pernah menanyakan kembali tugas tersebut. Fakta lain, siswa tidak merasa perlu datang lebih awal dalam pembelajaran karena Sang guru tidak datang tepat waktu. Salah satu faktor penentu keberhasilan belajar adalah kecakapan guru. Interkasi edukatif antara siswa dan guru pun harus terbina dengan harmonis, agar timbul proses belajar mengajar yang penuh dengan kasih sayang dan menyenangkan. Jika profil seorang guru kurang baik di depan siswa, itu akan sangat mempengaruhi minat dan motivasi belajar para peserta didik. Tinggi rendah penilaian siswa terhadap guru sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar, khususnya minat belajar siswa. Apabila guru tersebut memiliki nilai yang cukup baik di mata siswa, maka para siswa pun akan menghormati dan menghargai kehadiran guru di kelas. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, guru harus selalu menjaga dan mempertimbangkan segala sikap dan perilakunya, baik itu di lingkungna sekolah maupun di luar waktu pembelajaran. Contoh kecil adalah dengan mengutamakan kedisiplinan guru dalam pembelajaran serta terus
mengasah dan
meningkatkan
pengetahuan guru tersebut. Di sisi lain, perhatian dan kepedulian guru terhadap pembentukan moral peserta didiknya, kini memang sudah terkikis. Para guru sudah terpengaruh oleh paham Presentism5 yaitu sibuk mengurusi tugas hari ini yang sifatnya jangka pendek, hasil bisa langsung dilihat dan dirasakan, misalnya
4
Abu Ahmadi & A. Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), hlm. 126-131 5 Doni Koesoema A dan A. AriobimoNusantara, Pendidik Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan,(Jakarta : Grasindo, 2009), hlm. 139
bekerja sekedar memenuhi tuntutan agar siswanya lulus ujian. Persoalan pendidikan budi pekerti pun terabaikan. Beberapa argumen di atas lah yang melatarbelakangi niat penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa atas Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran 2009-2010”.
B. Penegasan Istilah Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang timbul dari seseorang atau benda yang akan membentuk watak dan kepercayaan atau perbuatan seseorang.6 Yang dimaksud dalam skripsi ini adalah daya yang ditimbulkan oleh profesionalisme guru sehingga dapat memotivasi belajar siswa 2. Persepsi Siswa Persepsi adalah proses menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.
7
Persepsi menyebabkan dua orang yang melihat atau
mengalami hal yang sama memberikan interpretrasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya.8 Siswa yaitu murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah, atau pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 9 3. Kedisiplinan Guru Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Kata
6
Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1993), hlm. 664. 7 Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88. 8 Prof., Dr. Sondang P. Siagian, M. PA, Teori MOtivasi dan aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), Cet.3, hlm.98-99. 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 951.
disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Di antaranya, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.10Sedangkan pengertian guru adalah
pendidik
yang
melakukan
rekayasa
pembelajaran.11Guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.12Dalam informasi tentang wawasan wiyatamandala, kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan taggung jawab.13 “Kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya”.14Kedisiplianan guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan luar guru tersebut.15 4. Minat Belajar H. G. Tarigan berpendapat, bahwa minat merupakan kecenderungan watak seseorang untuk berusaha terus menerus dalam mencapai suatu tujuan.16 Sedangakn dalam buku pengantar filsafat pendidikan, Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa ke arah sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai arti dan dapat memenuhi kebutuhan kita.17
10
http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14 Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 11 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 3. 12 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 5. 13 http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14 Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 14 http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14 Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 15 D. Soemarmo, Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dalam Tata Tertib Sekolah,i(Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1998), hlm.32 16 Hadi Guntur Tarigan, Membaca dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa , tanpa tahun), hlm. 104. 17 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), hlm.88
Minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada mata pelajaran atau proses belajar mengajar yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk mempelajarinya. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek minat sebagai indikator minat belajar Aqidah Akhlak. Indikator tersebut, antara lain, keinginan untuk berpartisipasi dalam belajar Aqidah Akhlak, dan keyakinan untuk mempelajarinya. Minat peserta didik juga dapat ditandakan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran. 5. Siswa Siswa yaitu murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah, atau pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.18 Sedangkan siswa yang menjadi objek openelitian penulis adalah siwa kelas X-1 sampai X-3 MAN Bawu Jepara Semester II Tahun Ajaran 209-2010.
C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Persepsi Siswa Kelas X atas kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak di MAN Bawu Jepara tahun ajaran 2009-2010? 2. Bagaimana minat belajar siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun ajaran 2009-2010 pada mata pelajaran Aqidah Akhlak? 3. Adakah pengaruh persepsi siswa atas kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Bawu Jepara tahun ajaran 2009-2010?
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang hendak peneliti capai dalam skripsi ini adalah : 1. Bagi Madrasah yang menjadi fokus penelitian, hasil diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk
mengambil
langkah-langkah
guna
meningkatkan
pembelajaran di MAN Bawu Jepara. 18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 951.
kualitas
2. Bagi pendidik dapat menjadi informasi persepsi siswa tentang tingkat kedisiplinan guru yang diharapkan untuk lebih meningkatkan kedisiplinan guru. 3. Bagi
siswa
dapat
membantu
menumbuhkan
pelaksanaan minat belajar siswa MAN Bawu Jepara.
dan
meningkatkan
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan.19 Perhatian merupakan syarat psikologis bagi individu dalam mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dengan demikian, maka apa yang diperhatikan akan benar-benar disadari oleh individu yang bersangkutan, karena itu kesadaran mempunyai korelasi yang positif. Semakin diperhatikan suatu objek akan semakin jelas bagi individu. Jadi apa yang diperhatikan benar-benar disadari dan berada pada pusat kesadaran. Hanif Ismail mengatakan persepsi adalah suatu proses mental memberi makna atau arti
terhadap sesuatu atau hal setelah kita
memperoleh informasi melalui indera. 20 Menurut Abdurrahman Saleh, persepsi merupakan proses menggabungkan
dan
mengorganisasikan
data-data
indera
kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. 21 Sedangkan Bimo Walgito mengkatagorikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan
19
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm. 880 20 Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta : DEPDIKNAS, 2006), hlm. 454 21 Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88.
untuk dikembangkan sedemik,ian rupa sehingga dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Sedangkan Bimo Walgito mengkatagorikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut sensoris.22 Persepsi adalah apa yang ingin dilihat seseorang yang belum tentu sesuai dengan fakta yang sebenarnya, yang menyebabkan dua orang yang melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interpretrasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya.23 Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan seseorang atas rangsangan yang diterimanya dengan melalui pencernaan rangsang oleh alat inderanya.
b. Proses Terjadinya Persepsi Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut ; objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat atau apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.24 Dua orang yang melihat hal dan kejadian yang sama di waktu yang sama mungkin mempunyai interpretasi yang berbeda. Hal ini berdasarkan atas persepsi mereka yang dipengaruhi oleh beberapa hal 22
Bimo walgito, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.88 23 Prof., Dr. Sondang P. Siagian, M. PA, Teori MOtivasi dan aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), Cet.3, hlm.98-99. 24 Bimo walgito, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.71
yang menyangkut kondisi dari diri mereka sendiri, hal yang dilihat atau dialaminya serta kondisi lingkungan sekitarnya.
c. Ciri-ciri Persepsi : Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna ada ciri-ciri tertentu dalam dunia persepsi : 1) Modalitas, yakni rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap indera (sahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi rasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya) 2) Dimensi ruang sehingga dapat menyatakan atas-bawah, tinggirendah, latar depan-belakang. 3) Dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda. 4) Struktur konteks, yakni keseluruhan yang menyatu.25
d. Aspek- aspek Persepsi: James F. Calhoun menyatakan, persepsi yang kita kenal mempunyai tiga dimensi yang menandai konsep diri26, yaitu: 1)
Pengetahuan Yaitu apa yang kita ketahui (atau kita angggap tahu) tentang pribadi orang lain dari wujud lahiriyah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif, dan sebagainya.
2)
Pengharapan Yaitu gagasan atau harapan kita terhadap seseorang kemauan kita ingin menjadi apa orang tersebut.
25
Aburrahman saleh dan Muhbib Abdul wahab, op Cit, hlm.89 James F Calhoun, Psikologi Tentang Penyesuain dan hubungan Kemanusian (Semarang : IKIP Press, 1995), hlm.285 26
e. Prinsip-prinsip persepsi antara lain : 1) Persepsi itu relatif bukan absolut Dasar pertama dari perubahan rangsang dirasakan lebih besar dari pada rangsang yang datang kemudian. Keadaan ini tidak mutlak, mengingat faktor lain yang berperan, misalnya intensitas perhatian.
2) Persepsi itu selektif. Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsang saja pada saat tertentu. Ranangsan yang diterima tergantung pada apa yang pernah dipelajari, apa yang menarik perhatian, dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan.
3) Persepsi itu mempunyai tatanan. Orang mempunyai rangsang dalam bentuk hubungan atau kelompok-kelompok, jika rangsang itu tidak lengkap, maka ia akan melengkapi agar menjadi jelas.
4) Persepsi dipengaruhi harapan dan kesiapan. Harapan dan kesiapan penerimaan pesan akan menentukan pesan mana yang dipilih untuk diterima dan diinterperetasikan.
5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan yang lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi akan ditelusuri karena adanya perbedaan individual, sikap dan motivasi. 27 Heterogenitas siswa dalam kelas memaksa seorang guru untuk memperhatikan minat serta perhatian setiap siswa dalam kelas (melakukan pendekatan individual). Mengingat tiap siswa bisa saja mempunyai tanggapan (persepsi) yang berbeda dengan siswa lainnya terhadap pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru di kelas. 27
Selameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Asdi Mahakarya, 2003), hlm.103
Guru juga perlu memperhatikan dan mengoptimalkan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi persepsi siswa sebagai pendukung kesuksesan tercapainya tujuan pembelajaran.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi : Secara sederhana dapat dikatakan proses persepsi dimulai dengan diterimanya stimulus lewat indera, kemudian diorganisasikan dengan pengalaman-pengalaman masa lalu yang ada dalam diri seseorang dan membentuk penilaian atas suatu hal tertentu. Dari proses yang demikian tersebut tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi, sehingga menyebabkan mengapa dua orang yang melihat suatu yang sama mungkin memberikan interpretasi yang berbeda atas apa yang telah dilihatnya. Karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada proses
penginderaan
saja,
maka
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhinya :
1) Perhatian yang selektif Dalam kehidupan, manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu individu harus memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja, sehingga objek gejala yang lain tidak akan tampil ke muka sebagai obyek pengamatan.
2) Ciri-ciri rangsang Rangsang yang bergerak di antara yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil, yang kontras latar belakangnya dan intensitas rangsangnya paling kuat.
3) Nilai dan kebutuhan individu Seorang seniman mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding yang tidak seniman. Anak-anak di golongan ekonomi rendah meliohat koin lebih besar dari pada anakanak orang kaya. 4) Pengalaman Dahulu Pengalaman-pengalaman
terdahulu
sangat
mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. Cermin bagi kiita tentu bukan barang yang baru, namun hal yang telah lama berdampingan dengan kita. Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Krech dan Cructhfield dalam buku psikologi umum karya Alex Sobur, menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi28 yaitu : 1) Faktor Fungsional Yaitu faktor yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiran (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu.
2) Faktor Struktural Yaitu faktor yang timbul atau dihasilkan dari stimulus bentuk dan efek netral yang ditimbulkan dari sistim syaraf individu. Maksud dari faktor ini adalah jika seseorang masuk ke dalam suatu kelompok
28
Alex Sobur, Oemar Hamalik, Psikologi Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2003), hlm.445-494
maka persepsi orang tersebut dapat dipengaruhi oleh persepsi kelompoknya. 3) Faktor Situasional Yaitu faktor yang berkaitan dengan bahasa non verbal petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk para linguistik dan beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi. 4) Faktor Personal Yaitu pengalaman yang terdiri dari pengalaman motivasi dan kepribadian.
2. Kedisiplinan Guru a. Pengertian Kedisiplinan Guru Kedisiplinan berasal dari kata disiplin (dalam bahasa Inggris: Disciplined : mendisiplinkan) yang mendapat awalan dan akhiran ke-an yang mempunyai arti ketaatan (kepatuhan) pada peraturan, tata tertib.29 Sedangkan menurut istilah: Disiplin mengandung arti sebagai suatu sikap menghormati, menghargai dan mentaati segala peraturan dan ketentuan yang berlaku.30 Thomas Gordon mengatakan disiplin dipahami sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan, seperti misalnya disiplin dalam kelas atau disiplin sebuah tim bola basket yang baik.31 Pendapat Ing Wardiman Djojonegoro, disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkai
29
Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indoneisa, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm.268 30 Muhammad Surya, Bina Keluarga (Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2003), Cet. I, hlm. 131 31 Thomas Gordon, Menggajar Anak Berdisiplin diri, terjemahan, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), cet. I, hlm,3
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. 32 Sedangkan Elizabeth B. Hurlock menyatakan ; ”Discipline is thus society’s way of teaching the child the moral behaviour approved by the group”33. (Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak perilaku moral yang disetujui kelompok). Dari beberapa penjelasan tersebut kita mengetahui bahwa disiplin adalah sikap patuh atau taat terhadap peraturan yang merupakan cerminan kualitas moral seseorang, Dalam Islam banyak mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan. Seperti Firman Allah dalam QS. Al-‘Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:
(#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ωÎ) ∩⊄∪ Aô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) ∩⊇∪ ÎóÇyèø9$#uρ ∩⊂∪ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)34 Dalam ayat lain dijelaskan pula: (t( ....( t Οä3ΖÏΒ Íö∆F{$#’Í<'ρé&uρΑθß™§9$##θãè‹ÏÛr&uρ ©!$##θãè‹ÏÛrþθãΨtΒ#u Ï%©!$#$pκš‰r'¯≈tƒ " Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu....(An Nisa 59)35 Tata tertib (khususnya di sekolah) ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, cemas, dqan 32
D. Soemarmo, Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dan tata tertib sekolah, (Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 1997), hlm. 201 33 Elizabeth B. Hurlock, Child development Sixth Edition, (Mc. Hill. Inc, 1978), hlm. 393 34 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-15, (Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003), hlm. 87 35 Ibid, hlm. 601
antagonistik. Disiplin yang permisif, cenderung membentuk sifat siswa yang kurang bertanggung jawab, kurang menghargai otoritas, dan egosentris.
Sementara
disiplin
yang
demokratis,
cenderung
mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan tenang, dan sikap bekerja sama.36 Dalam penerapan pendidikan kedisiplinan, harus memperhatikan pula penanaman nilai moral untuk pembentukan kepribadian anak, yang sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungan. Dalam ungkapan Dorothy Law Nolte dapat kita simak sebagai berikut37: Anak Belajar dari Kehidupannya Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar menyesai diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih saying dan persahabatan, Ia belajar menemukan cinta.
36
H. Syamsul yusuf, dkk, Toeri kepribadian, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2007),
37
Ibid, Hlm.28
Hlm.32
Mengajarkan kedisiplinan kepada buah hati memang bukan pekerjaan mudah. Diperlukan kerja keras dan kesabaran ekstra untuk membuatnya memahami makna kedisiplinan dan tanggung jawab. Menurut Susan Stiffelman, seorang terapis, taktik disiplin Anda harus berubah seiring dengan proses tumbuh kembang anak. Sebagai orang tua, berikut ini adalah beberapa tips yang dapat Anda terapkan untuk mendisiplinkan sang buah hati sesuai tingkat usianya: 1) Balita Alih-alih menghukum atau memarahi anak setelah dia berbuat nakal, lebih baik cari tahu bagaimana cara menghindari hal-hal yang memicunya berlaku seperti itu. Anak yang lapar, lelah, atau terlalu distimulasi lebih mungkin bertingkah nakal. Jika dia melakukan sesuatu yang salah, jelaskan menggunakan kalimat singkat yang positif. Misalnya, ketika anak bertingkah nakal dengan menendang kucing peliharaan Anda, katakan padanya, ''Kitty senang dibelai lembut.'' Lantas jika anak bersikap manis, jangan lupa untuk memujinya dan memperlihatkan penghargaan Anda. 2) Anak-anak Manfaatkan pertemuan keluarga untuk menetapkan rutinitas rumah tangga, tugas-tugas, dan memberitahukan apa yang diharapkan dari masing-masing orang. Cari cara untuk memberikan tugas kepada anak, seperti memberi makan ikan, menyapu halaman, atau memilahmilah cucian, untuk membantu mereka membangun rasa tanggung jawab. Daripada menguliahi anak secara panjang lebar atau memberikan hukuman atas kelakukan buruknya, lebih baik pancing dia untuk melakukan sesuatu yang Anda hargai. Katakan secara tulus bagaimana perilaku tertentu yang ditunjukkannya membuat Anda tersentuh. Misalnya, ''Ibu senang melihat kamu pulang sekolah tepat waktu dan langsung mengerjakan PR. Terima kasih, Sayang.''
3) Menjelang remaja Ketika beranjak remaja, anak akan sering memprotes jika Anda memperlakukannya seperti anak kecil. Jika Anda mengharapkannya melakukan sesuatu, bicaralah dengan tegas dan penuh percaya diri. Jelaskan kepada anak mengapa dia perlu melakukan apa yang Anda minta jika dia bertanya. Dengarkan keluhannya jika dia marah, tetapi jangan tergoda untuk terlibat dalam debat dan negosiasi. 4) Remaja Mendisiplinkan
anak
remaja
berarti
membimbingnya
menemukan apa yang benar dan tepat untuk dilakukan, selagi mereka membangun arahnya sendiri. Ajarkan anak untuk bersikap terbuka dengan meminta pendapat mereka tentang berbagai hal, dan dengarkan tanpa menyela atau pun menghakimi. Berbicaralah kepada mereka dengan sikap menghargai dan keinginan tulus agar dapat lebih mudah memahami sudut pandang mereka.38 Pendidikan kedisiplinan sangat penting dan sangat erat kaitannya dalam pembentukan moral. ‘Moralitas’ berasal dari kata sifat Latin morali mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.39 Dalam sebuah artikel Harian Kompas, disebutkan pendapat Mawardi Effendi di Padang, Minggu (2/5/2010), seusai menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Pendidikan Nasional. Mawardi Efendi berpendapat bahwa "Pendidikan moral itu mutlak diperlukan. Satu hal yang bisa memberikan bekal itu adalah dengan mengenyam pendidikan, baik mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan moral 38
http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/read/2010/04/28/7/ajarkan-disiplinsesuai-usia. (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.10 WIB) 39 http://korananakindonesia.wordpress.com/2009/12/11/perbedaan-pengertian-etikamoral-dan-etiket/ (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.01 WIB)
merupakan prioritas utama karena tujuan pendidikan itu adalah untuk memanusiakan manusia dan menjadikannya manusia yang memiliki kepribadian utuh. Pendidikan tidak hanya memprioritaskan kemampuan kognitif (intelektual), tetapi juga afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Pendidikan itu idealnya tidak hanya mementingkan satu ranah intelektual saja, tetapi juga dari segi sikap dan keterampilannya. Dengan pemberian pendidikan moral tersebut, diharapkan dapat membentuk individu yang berkualitas sehingga bisa membangun bangsa ini.”40 Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang mengalami patologi social yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi (ketimuran) yang beradab, santun dan beragama. Akan tetapi hal ini kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan social di Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban barat tanpa seleksi yang matang. Di samping itu system pendidikan Indonesia lebih berorientasi pada pengisian kognisi yang eqivalen dengan peningkatan IQ (intelengence Quetiont) yang walaupun juga di dalamnya terintegrasi pendidikan EQ (Emotional Quetiont). Sedangkan warisan terbaik bangsa kita adalah tradisi spritualitas yang tinggi kemudian tergadai dan lebih banyak digemari oleh orang lain di luar negeri kita, yaitu SQ (Spiritual Quetiont). Oleh sebab itu, perlu kiranya dalam pengembangan pendidikan moral ini eksistensi SQ harus terintegrasi dalam target peningkatan IQ dan EQ siswa. 41
b. Pengertian Guru atau Pendidik Pengertian Guru adalah pendidik yang melakukan rekayasa pembelajaran. Rekayasa pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku.42
40
http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/02/10473333/Pendidikan.Moral.Perlu.Sejak.Di ni (Diambil pada 04-06-2010 pukul 20.28 WIB) 41 http://re-searchengines.com/0404lewa.html (Diambil pada 04-06-2010 pukul 19.47 WIB) 42
Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 3
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam pandangan masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi juga di amsjid, di suaru/musholla, di rumah, dan sebagainya. Guru memang menenpati kedudukan yang terhormat di masyarakat, karena kewibawaannya sehingga masyarakat tidak meragujkan lagi figure guru lah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang ynag berkepribadian mulia. Oleh karena itu, di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat.43 Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.44 Berikut ini adalah syarat-syarat menjadi guru45: 1) Memiliki Bakat sebagai Guru 2) Memiliki Keahlian sebagai Guru 3) Memiliki Kepribadian yang baik dan terintegrasi 4) Memiliki Mental yang Sehat 5) Memiliki pengalaman dan Pengetahuan yang Luas 6) Berbadan Sehat 7) Guru adalah Manusia Berjiwa Pancasila 8) Guru adalah Seorang Warga Negara Yang Baik.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Guru Kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri orang tersebut juga dari lingkungannya. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan mengajar dari seorang guru46:
43 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu pendekatan Teoritis Psikologis), (Jakarta: IKAPI, 2005), hlm.31 44 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 5. 45 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bymu Aksara, 2009), hlm.118 46 D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta : CV Mini Jayay Abadi, 1997), hlm.32
1) Faktor dari dalam : faktor dari dalam diri manusia mendorong manusia untuk menerapkan disiplin, antara lain : a) Faktor Fisik, fisik yang kuat, segar dan sehat bagi seorang guru akan sangat mempengaruhi kedisiplinan gurtu di sekolahan. b) Faktor psikis : keinginan guru untuk melaksanakan tugas menjgajar dengan sebaik mungkin dan adanya kebutuhan untuk memenuhi cara agar tugas mengajarnya berhasil dengan baik akan mendorong gur untuk berdisiplin dalam melaksanakan tugasnya. c) Adanya inisiatif untuk selalu memperbaiki proses mengajar maka akan mendorong guru berdisiplin dalam mengerjakan apa-apa yang menyangkut tentang keberhasilan mengajar. 2) Faktor dari luar a) Siswa Sifat
dan
karakteristik
siswa
akan
mempengaruhi
kedisiplinan guru dalam mengajar. Siswa yang rajin dan dapat diajak untuk membangun interkasi yang baik antara guru dan siswa akan menjadi motivasi tersendiri bagi guru untuk selalu disiplin dalam mengajar.
b) Rekan-rekan guru Jika ada seorang guru yang menjunjung tinggi kedisiplinan, akan menggugah rekan guru yang lain untuk ikut menegakkan kedisiplinan, begitu pula sebaliknya. c) Tata tertib Peraturan sekolah yang longgar, memungkinkan guru untuk bersikap santai. Akan tetapi, apabila kedisiplinan menjadi hal utama dalam peraturan sekolah tersebut, niscaya kedisiplinan guru maupun siswa pun akan terbentuk.
Dolet Unaradjan mengatakan bahwa disiplin merupakan salah satu indikasi kematangan pribadi seseorang.47 Telah dijelaskan bahwa perilaku disiplin adalah perilaku yang taat dan patuh pada peraturan (Matindas : 1987). Artinya, jika seseorang berperilaku disiplin, maka ia akan mempertimbangkan tingkah laku yang sesuai dan patuh pada peraturan-petaturan, larangan-larangan ataupun pembatasan-pembatasan dari lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.48 Dalam proses belajar mengajar, juga sangat diperlukan pribadi guru yang matang. Indikasi kematangan pribadi guru tentunya dapat kita lihat dari kedisiplinan diri dari guru tersebut, dengan melaksanakan berbagai tugasnya dalam mendidik, di antaranya: a) Menyerahkan kebudayaan pada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman. b) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai dengan citacita dan dasar Negara kita Pancasila c) Sebagai perantara dalam belajar (mitra siswa dalam belajar) d) Pembimbing ke arah kedewasaan e) Penghubung antara sekolah dan masyarakat. f) Penegak disiplin. Guru menjadi contoh dalam segala hal tata tertib dapat berjalan apabila guru dapat menjalani dahulu. g) Sebagai administrator atau manajer seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor, daftar kehadiran, dsb. h) Perencana kurikulum. i) Sebagai
pemimpin
dan
pembimbing
para
siswanya
dalam
menghadapi dan memecahkan permasalahannya.
47 Dolet Unaradjan, Manajemen Disiplin, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), hlm. 82 48 Ibid, hlm. 45
j) Sebagai Sponsor dalam kegiatan anak-anak seperti kegiatan ekstrakurikuler atau membentuk kelompok belajar. 49 Seorang guru dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi apabila mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagi pendidik dan pengajar sebagaimana dipaparkan di atas.
d. Indikator Persepsi Siswa Terhadap Kedisiplinan Guru Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama : 1.) Seleksi : proses penyaringan oleh alat indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2.) Interpretasi:
proses
pengorganisasian
informasi
sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. 3.) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Kita dapat menyimpulkan bahwa indikasi persepsi seseorang dapat kita lihat dari sikap atau reaksinya terhadap rangsangan yang datang padanya. Persepsi
49
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif, (jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 38-39.
seorang siswa terhadap kedisiplinan gurunya dapat kita amati dari sikap atau reaksinya dalam pembelajaran di kelas. Di antaranya : a) Intensitas perhatiannya terhadap penjelasan guru b) Prosentasi dan ketepatan kehadiran siswa c) Kekatifan dalam proses belajar mengajar d) Respon terhadap ucapan dan perilaku guru dengan pemberian penghormatan atau pengacuhan terhadap guru. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dengan mengubah persepsinya.
50
Jika kita ingin mengubah tingkah laku atau sikap para
siswa terhadap guru, kita harus mengubah persepsi siwa tersebut, tentu dengan terlebih dahulu melakukan perubahan pada guru sebagai objek atau sasaran persepsi tersebut. Dari Beberapa Penjelasan di atas dapat kita tarik simpulan indikator Persepsi Siswa terhadap kedisiplinan guru: (1) Ketaatan pada peraturan sekolah dan lingkungan pendidikan. (2) Ketaatan pada saat jam masuk dan jam pulang sekolah. (3) Ketaatan pada saat jam istirahat. (4) Ketaatan terhadap sistem sekolah. (5) Pemberian sanksi bagi yang melanggar. (6) Konsisten dengan peraturan
3. Minat Belajar a. Minat 1) Pengertian Minat H.G.Tarigan
berpendapat,
bahwa
minat
merupakan
kecenderungan watak seseorang untuk berusaha terus menerus dalam
50
Oemar Hamalik, Psikologi Umum,hlm.447
mencapai suatu tujuan.51 Sedangakn dalam buku pengantar filsafat pendidikan, Ahmada D.Marimba menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa ke arah sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai arti dan dapat memenuhi kebutuhan kita.52 Dalam bukunya, Drs.Syaiful Bahri Djamarah mengutip pendapat Whiterington, bahwa minat merupakan kesadaran seseorang bahwa
suatu
objek,
seseorang/suatu
soal
atau
suatu
situasi
mengandung sangkut paut dengan dirinya.53 2) Fungsi Minat Fungsi minat sebagai pendorong seseoorang, penguat hasrat dan sebagai penggerak dalam berbuat yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan dan arah tingkah laku sehari-hari. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sardiman, bahwa fungsi minat adalah: a) Mendorong manusia untuk berbuat, penggerak atau motor yang melepaskan energi b) Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang serasi guna mencapai tujuan.54 Minat berangkat karena adanya motivasi, motivasi muncul karena adanya kebutuhan. Sehingga minat menjadi sumber motivasi yang pokok. Elizabeth B. Hurlock menyatakan interest are sources motivation which drive people to do that they want to do..55
51
H.G. Tarigan, Membaca dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa , tanpa tahun), hlm.
104. 52 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), hlm.88 53 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 60 54 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pres, 2001), hlm.84 55 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (London: Mc. Grow Hill International Book Company, tanpa tahun), hlm.420
3) Macam-macam minat menurut H.C. Witheringthon: a) Minat Primitif(biologis) : minat yang timbul dari kebutuhan dan jaringan yang berkisar pada soal-soal makanan, kebahagiaan hidup, atau kebebasan beraktivitas. Minat ini dapat diaktakan sebagai minat kultural (sosial) b) Minat Pelengkap : minat yang berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi tarafnya yang merupakan hasil dari pendidikan.
4) Unsur-unsur Minat : a)
Perasaan Senang
b)
Perhatian
c)
Kesungguhan
d)
Motiv dan tujuan56
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat : a) Jenis Kelamin b) Intellegensi yang mengarah pada minat pendidikan57 c) Lingkungan d) Kesempatan untuk mengembangkan minat58 e) Minat pada agama f) Minat Pribadi g) Perasaan senang h) Perasaan tertarik i) Motivasi j) Dan perhatian59 56
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995)hlm.180 57 Sarlita Marwan Sarwono, Pengantar Oemar Hamalik, Psikologi Umum, (Jakarta : Bulan Bintang, tanpa tahun) hlm.64 58 Abu Ahmadi & A. Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), hlm. 126-131 59 Agustian Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan SpiritualESQ berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga Wijaya Persada,2001), hlm.251
b. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri. Kemudian menurut Lester. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan-pengetahuan dan sikap-sikap.60 Menurut Moh. Uzer Usman (1990;1) yang dikutip oleh Drs. B Suryo Subroto Bahwa Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.61 Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan kesatuan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan proses tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri atas
60
H. Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung; CV ALFABETA, 2003), hlm. 13. 61 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta; Rieneka Cipta,1997), hlm. 19.
a) Faktor internal (dari dalam siswa), meliputi: (1) Aspek fisiologis (keadaan fisik/lahiriah siswa). (a)
Keadaan Tonus jasmani pada umumnya. Kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai kebugaran organ-organ tubuh
dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika di sertai pusing-pusing misalnya, dapat menurunkan ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting, sebab perubahan pola makan-minuman dan istirahat akan menimbulkan reaksi yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.62 Dalam hal ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan: (1)) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas ngantuk, lekas lelah dan sebagainya. Terlebih-lebih bagi anak-anak yang masih muda, pengaruh itu besar sekali. (2)) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk, dan sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk 62
Muhibbin Syah,, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002, cet-7, h. 132.
mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataaannya faktor penyakit seperti ini sangat mengganggu aktivitas belajar. (b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani terutama fungsi panca indera. Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya
dan
belajar
dengan
mempergunakan
panca
inderanya. Berfungsinya panca indera dengan baik merupakan syarat untuk dapat belajar dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini di antara panca indera itu yang paling memegang peranan belajar adalah mata dan telinga.63 Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan penglihat, juga sangat mempengaruhi
siswa
dalam
menyerap
informasi
dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan di dalam kelas. Daya pendengaran
dalam
penglihatan
siswa
yang
rendah,
umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echonic dan econic (gema
dan
citra).
Akibat
negatif
selanjutnya
adalah
terlambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memory siswa tersebut.64
(2) Aspek Psikologis Aspek psikis atau rohaniah tidak kalah pentingnya dalam belajar. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan, kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Untuk kelancaran belajar bukan hanya dituntut 63 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, cet-13, h. 235. 64 Muhibbin Syah, Op Cit, h. 133.
kesehatan jasmaniyah tetapi juga kesehatan rohaniah. Seseorang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan perasaan, frustasi, konflik-konflik psikis. Seseorang yang sehat rohaninya akan merasakan kebahagiaan, dapat bergaul dengan teman yang wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama dengan orang lain, dapat tidur nyenyak, selera makan normal dan sebagainya.65 Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu, sebagai berikut: tingkat kecerdasan (intelegensi siswa), sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. (a)
Intelegensi siswa Intelegensi siswa pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1998). Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organorgan tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya. Lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat
diragukan
lagi,
sangat
menentukan
tingkat
keberhasilan belajar siswa, ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar pula peluangnya untuk meraih sukses.
65
Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, h. 62.
Sebaliknya, seorang
semakin
siswa
maka
rendah
kemampuan
intelegensi
kecil
peluangnya
memperoleh
guru
profesional
sepantasnya
66
sukses.
Setiap
calon
menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadahi di sekolah karena pelajaran yang disampaikan terlalu mudah baginya. Akibatnya ia menjadi bosan dan frustasi karena kebutuhan keingintahuannya (Curiosity) merasa dibendung secara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah mengikuti sajian pelajaran, karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang positif tadi. Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaiknya seprang guru menaikkan kelasnya setingkat lebih tinggi dai tempatnya sekarang, sehingga dia mendapatkan kelas yang tingkat kesulitan mata pelajarannya sesuai dengan tingkat intelegensinya. Sementara itu untuk menolong siswa ayng kecerdasannya di bawah normal, yang dapat dilakukan adalah sebaliknya, yaitu menurunkan kelas yang lebih rendah yang sesuai dengan kemampuannya.67 (b)
Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (respone tendency)dengan cara yang relatif terhadap obyek
66 67
Oemar Hamalik, Op cit, h. 147. Muhibbin Syah, Op Cit, h. 134.
rang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran, apabila jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat conversing (sikap melestarikan yang sudah ada). Walapun mungkin tidak menimbulkan kesulitan belajar, namun prestasi yang dicapai siswa kurang memuaskan. (c)
Bakat siswa Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial
yang
dimiliki
seseorang
untuk
mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi.
Itulah
sebabnya,
seorang
anak
yang
berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni
anak
yang
berbakat.
Dalam
perkembangan
selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian
disebut bakat khusus (specific aptitude) yang konon tak dapat
dipelajari
karena
merupakan
karunia
inborn
(pembawaan sejak lahir). Sehubungan dengan hal itu, bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.68 (d)
Minat siswa Secara
sederhana
minat
(interest)
berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat seperti yang dipahami orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa terhadap bidang-bidang tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika dan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatiannya yang intensif terhadap materi itulah yang memungkikan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. (e)
Motivasi siswa Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme
baik
manusia
ataupun
hewan
yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).69 68 69
Ibid, h. 135-136. Oemar Hamalik, Op cit, h. 151.
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi adalah sangat penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.70 Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya
melakukan
tindakan
belajar.
Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstinsik adalah hal dan keadaan yang
datang
mendorongnya
dari
luar
untuk
individu melakukan
siswa
yang
kegiatan
juga
belajar.
Contohnya: pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua atau guru dan sebagainya.
b) Faktor Eksternal Seperti halnya faktor internal, faktor eksternal juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial, dan faktor lingkungan non sosial. (1) Faktor lingkungan sosial71 Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar siswa, baik faktor fisik maupun sosial-
70 71
Wasti Seomanta, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, 1997, h. 115. Oemar Hamalik, Op cit, h. 152.
psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pertama, keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Kondisi dan suasana menyangkut keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar hubungan antar keluarga. Keluarga yang tidak utuh, secara struktural maupun fungsional, kurang memberi dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar. Ketidakutuhan dalam keluarga akan menimbulkan kekurangseimbangan, baik dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga
maupun
dalam
memikul
beban-beban
sosial
psikologis keluarga. Hal ini dapat menimbulkan siswa kurang konsentrasi dalam belajar. Iklim psikologis yang sehat akan diwarnai oleh rasa sayang, saling mempercayai, keterbukaan, keakraban, dan rasa saling memiliki diantara para anggota keluarga. Iklim psikologis yang sehat akan mendukung pelancaran dan keberhasilan dalam belajar. Sebab suasana yang demikian dapat memberi ketenangan, kegembiraan, rasa percaya diri, dorongan untuk berprestasi dan lain-lain. Kedua, lingkungan sekolah juga memegang peranan penting
bagi
perkembangan
belajar
para
siswanya.
Lingkungan ini meliputi hubungan siswa dengan temantemannya, guru-gurunya serta staf sekolah yang lain. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Ketiga, lingkungan masyarakat, dimana siswa atau individu berada juga mempengaruhi terhadap semangat dan aktivitas
belajarnya.
Lingkungan
masyarakat
dimana
warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan pekembangan belajar generasi mudanya.72 (2) Faktor lingkungan non sosial. Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak berbilang jumlahnya, misalnya seperti; keadaan udara, suhu udara, waktu (pagi, siang atau malam), tempat (letaknya, pergedungan), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat-alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran). Semua faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, dan juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah.73 Gedung sekolah yang terletak di sepanjang jalan raya atau jalan yang ramai, atau rumah yang terletak dekat lapangan bola, kesemuanya itu menimbulkan banyak pengaruh yang sangat mengganggu sehingga barulah diperlukan usaha tambahan jika sipelajar hendak memusatkan perhatiannya kepada bahan studinya. Bukti eksperimen menunjukkan bahwa faktor suara atau faktor lain 72 73
Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, h. 164-165. Sumadi Suryabrata, Op Cit, h. 233
tenaganya saja. Meskipun demikian, mungkin pula ia akan semakin terbiasa dengan perangsang-perangsang tersebut dan kemudian dan kemudian ia tetap bisa melakukan pekerjaan dengan efisien.74 Contoh lain: kondisi rumah yang sempit berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi yang seperti itu jelas akan berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference, seorang bernama J. Biggers, 1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapan siswa (Dunn et al, 1986). Di antara siswa ada yang sipa belajar pada pagi hari, ada pula yang sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan study time preference antara seorang dengan siswa lainnya.75
(3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning) Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti serperangkat langkah operasinal yang direkayasa sedemikian rupa
74 75
L. Crow dan A. Crow, Op Cit, h. 325. Muhibbin Syah, Op Cit, h. 138.
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).76 Pendekatan belajar siswa ini dapat dibagi menjadi tiga macam: (1)) Pendekatang tinggi: ((1)) Speculative
(berdasarkan
pemikiran
yang
mendalam) ((2)) Achieving (pencapaian prestasi tinggi) (2)) Pendekatan sedang: ((1)) Analitical (berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan informasi) ((2)) Deep (mendalam). (3)) Pendekatan rendah: ((1)) Reproductive (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi) ((2)) Surface (pemukaan, bersifat lahiriah) Siswa yang menggunakan pendekatan surface dan reproductive misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain: takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karen aitu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep dan analitical biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkan (intrinsik). Oleh karen aitu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannnya.
76 Ibid
, h. 139.
Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan achieving dan speculative pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebig serius dari pada siswa-siswa yang memakai pendekatan lainnya. Dia memiliki keterampilan belajar (study skill) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang, kerja dan penelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan temanteman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting. Sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana untuk terus maju ke depan (plans ahead).77
c. Minat Belajar Siswa Minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada mata pelajaran atau proses belajar mengajar yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk mempelajarinya. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek minat sebagai indikator minat belajar Aqidah Akhlak. Indikator tersebut, antara lain, keinginan untuk berpartisipasi dalam belajar Aqidah Akhlak, dan keyakinan untuk mempelajarinya. Minat peserta didik juga dapat ditandakan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa mengundang aktivitas siswa yang sangat diperlukan dalam pembelajaran. Sebab pada prinsipnya adalah berbuat untuk mengutarakan tingkah laku, jadi melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah kegiatan belajar. Rousseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh
77
Oemar Hamalik, Ibid, h. 137-139.
dari pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.78 Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif. Minat timbul bersangkut paut dengan masalah kebutuhan. Karena itu, guru memberikan motivasi dengan memanfaatkan kebutuhan anak didik agar dia berminat untuk belajar. Sebaliknya, guru bias memanfaatkan minat anak sebagai alat motivasi. Bila anak didik berminat pada suatu mata pelajaran, ia akan memperhatikannya dalam jangka waktu tertentu. Minat adalah unsure-unsur perhatian yang mengandung perasaan. Minat merupakan kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang atau suatu soal, atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan diringa. Minat merupakan sebab akibat dari perhatian. Perhatian penting dalam interaksi edukatif. Untuk itu mengamati suatu diperlukan perhatian. Anak harus melihat papan tulis, gambar, guru, buku, tulisan dan bukan melihat ke luar jika ia ingin belajar. Untuk itu anak harus diberikan rangsangan yang dapat mempengaruhi kelakuannya agar terus memberikan perhatian kepada pelajaran 79
4. Pengaruh Persepsi Siswa pada Kedisiplinan Guru terhadap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. Manusia tergolong makhluk yang sangat bergantung dengan orang lain (makhluk sosial), oleh karenanya manusai dalam kehidupan selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam hubungan itu, manusai melskuksn penilaian / berpersepsi terhadap orang lain. Menurut Bimo Walgito, bila objek persepsi terletak di luar orang yang mempersepsi. 78
Sardiman, A..M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, edisi I (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2001) cet 9. hlm. 95
79
Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit. Hlm.60-61
Maka objek persepsi dapat bermacam-macam., yaitu dapat berwujud benda-benda juga dapat berwujud manusia.80bila objek persepsi berbentuk benda disebut persepsi benda, bila persepsi berbentuk manusia disebut persepsi sosial. Dua persepsi ini hampir sama, bedanya manusai sebagai objek persepsi mempunyai kemampuan-kemampuan dan perasaan, harapan seperti individu yang mempersepsi, dari walaupun kadarnya berbeda. Persepsi merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, menginterpretasi dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi tentang sifat-sifatnya, kualitasnya, dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi. 81 Hasil persepsi dapat menimbulkan sikap yang berwujud tidakan atau melakukan sesuatu. Keinginan bertindak itulah merupakan suatu bentuk minat yang meskipun hasil dari proses persepsinya berbeda-beda antar satu dengan yang lain, karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kesan.82 Menurut Thantowy. R MA, dkk, ada empat cara untuk mengetahui minat seseorang : a. Minat yang diekspresikan b. Minat yang diwujudkan c. Minat yang diinventarisasikan d. Minat yang berdasarkan test83 Menurut Icek Azjen, Seorang Ahli Psikologi, teori minat menganut perilaku terencana (theory of planned behaviour). Dalam teori tersebut dijelaskan TPB membantu kita untuk memahami bagaimana perubahan
80
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (suatu pengantar) , (Yogya : Andi Offset, 1994), Cet.2,
hlm.53. 81
Ibid, hlm.56 Linda L. Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, (terj. Mari Juniati) , (Jakarta : Erlangga, 1991), hlm.34 83 Thantowy. R, MA, Kamus Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Econimic Student, 1993), hlm. 53 82
tingkah laku
seseorang yang dapat dibentuk dan direncanakan. TPB
mempunyai 3 komponen yaitu : a. Sikap seseorang terhadap konsekuensi tingkah lakunya b. Norma subjektif berupa elemen sosial yaitu keyakinan seseorang apa yang orang lain piker seharusnya ia lakukan. c. Kontrol tingkah laku, yaitu beberapa tingkah untuk menentukan intensitas seseorang dalam menampilkan tingkah laku.84 Minat merupakan reaksi dari sikap psikologid\s yang memiliki motif dari seseorang yang telah melakukan persepsi terhadap sesuatu. Misalnua, seseoang yang ingin menjadi dokter maka ia akan mempunyai minat untuk masuk di fakultas kedokteran, karena ia mempunyai persepsi bahwa fakultas kedokteran adalah salah satu-satunya sekolah yang dapat mencetak orang yang menjadi seorang dokter.
B. Kajian penelitian yang relevan Kajian skripsi atau karya ilmiah yang relevan, antara lain : 1) (Herlin Febriana Dwi Prasti: 1314990017, 2005), Mahasiswa UNNES Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan. “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Disiplin Belajar Siswa Pada Saat Layanan Pembelajaran Kelas II SMU Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005.” Hasil penelitian menunjukkan secara umum disiplin belajar siswa termasuk dalam kategori cukup baik sedangkan pada motivasi belajar termasuk dalam kategori baik, dengan besar hubungan antara motivasi belajar dengan disiplin belajar sebesar 0,915 dimana harga r tabel nya = 0,714, karena r tabel < r hitung maka berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan disiplin belajar. 2) (Endang Setiyowati: 073111334, 2009). Mahasiswa Kualifikasi Strata1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, ”Pengaruh Persepsi Siswa tentang Profesionalisme Guru 84
Terhadap Motivasi
Mhtml:// www.valuebasedmanajement.net, diambil pada 15 Januari 2010
Belajar Siswa MI NU Nurus Shofa Karangbener Bae Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009”. Yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dengan motivasi belajar siswa MI NU Nurus Shofa Karangbener Bae Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan nilai korelasi 0.293, maka tingkat korelasinya termasuk dalam kategori lemah atau rendah. 3) (Ani Pratiwi: 1551403014, 2008). Mahasiswa UNNES jurusan Psikologi, Fakultas Pendidikan, yang berjudul: “Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Pola Komunikasi Guru dan Siswa di Kelas dengan Minat Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas X SMA 8 Semarang Tahun Ajaran 2007-2008.” Hasil penelitian menunjukkan nilai r =0,758 dengan p = 0,00 (p<0,05), yang artinya ada hubungan (korelasi positif) antara persepsi siswa terhadap komunikasi guru dan siswa di kelas dengan minat belajar bahasa inggris pada siswa kelas X SMAN 8 Semarang. 4) (Umar Faruq, 31022141, 2008). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, ”Pengaruh Minat Santri terhadap Efektivitas Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Madrosatu Al-Qur’ani Al-Aziziyah Bringin, Ngalian, Semarang.” hasil penelitian ini, dilihat dari tabel frekuensi nilai mena dapat diketahui bahwa mean dari variabel minat santri dalam menghafal Al-Qur’an adalah 5,51. Artinya, kualitasnya baik. Karena terdapat antara interval 54-56. dan mean keberhasilan menghafal Al-Qur’an adalah 52,675 yang menunjukkan kualitas cukup (antara 52-54). Hasil analisis uji hipotesi diperoleh F reg =7.57336. terlihat F
reg
>F
tabel
1%= 7,31 dan F
reg
tabel
5%= 4,05.
Artinya signifikan. Hal ini dibuktikan dengan persamaan garis Y= 0,5114x + 24,49686. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima: ”Semakin tinggi minat santri semakin efektiiv prestasi yang dicapai.” 5) (Musyarofah, 3102240, 2006). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, ”Persepsi Santri tentang Bimbingan dan
Kewibawaan Kiai Pengaruhnya terhadap Kedisiplinan Belajar Santri di Pondok Pesantren Addanuriyah 2 Pedurungan, Semarang.” Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat persepsi tentang bimbingan kiai sebesar 78,52 (antrara 76-79) dapat dikatagorikan tinggi. Tingkat persepsi santri tentang kewibawaan kiai adalah sebesar 83 (antara 8084) sehingga dikatagorikan cukup. Sedangkan tingkat kedisiplinan santri sebesar 78,74 (antara 77-81) termasuk kategori cukup. Hasil analisis uji hipotesi diperoleh F
reg
>F
tabel
= signifikan. Artinya ”ada
pengaruh persepsi santri tentang bimbingan dan kewibawaan kiai terhadap kedisiplinan belajar santri di Pondok Pesantren Addanuriyah 2 Pedurungan, Semarang.” 6) (Elin Nurwanti, 3102298, 2005) Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. ”Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar Pengaruhnya terhadap Pestasi Belajar PAI siswa SMPN 1 Belik Kecamatan Pemalang.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) terdapat hubungan positif pola didik orang tua terhadap prestasi belajar PAI siswa, 2) terdapat hungungan positif kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar siswa, 3) terdapat hubungan positif antara pola didik orang tua dan kedisiplinan siswa. 7) (Heni Istiana, 3100018, 2005). ”Pengembangan Minat dan Bakat Seni Baca Al-Qur’an (Qira’ati Al-Qur’an) pada siswa di MTs N Lasem Kecamatan Lasem, Rembang tahun pelajaran 2004/2005. hasil penelitian menunjukkan minat baca siswa dalam taraf cukup, sedangkan bakat seni baca siswa tergolong rendah serta diketahui bahwa minat dan bakat seni baca Al-Qur’an siwa dipengaruhi oleh sarana pendukungnya. Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian di atas, mengingat belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru terhadap minat belajar siswa, dengan demikian dalam judul ini masih menemukan relevansi dan signifikasi untuk dilakukan penelitian.
C.
Pengajuan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.85 Sehingga hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang belum teruji kebenarannya secara pasti. Artinya ia masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “Semakin Tinggi Tingkat Persepsi Siswa Terhadap Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Semakin Tinggi Pula Minat Belajar Siswa Kelas X Di MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010
85
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, (Bandung: Alfabeta, 2006), cet. 2, hlm. 96.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah: 1.
Untuk mengetahui persepsi Siswa Kelas X Terhadap Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010
2.
Untuk mengetahui minat belajar siswa Kelas X di MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010 pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru pada minat belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas X Semester II MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009-2010.
B. Variabel Penelitian 1. Variable dan Indikator a. Variabel Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.86 Jadi variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.87 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). 1.) Variabel bebas atau independen variabel X adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).88 Pada penelitian ini sebagai
86
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 118 87 Sugiono, OP Cit, hlm. 61 88 Ibid, hlm.61
variabel bebas adalah Persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak 2.)
Variabel terikat atau dependen variabel Y adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.89 Yang merupakan hasil dari perlakuan variabel bebas, yaitu: Minat Belajar Siswa dalam mengikuti mata pelajaran Aqidah Akhlak.Adapun sub variabel dan indikator dari persepsi siwa pada kedisiplinan guru serta minat belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
b. Indikator 1) Indikator Persepsi Siswa terhadap kedisiplinan guru: a) Ketaatan pada peraturan sekolah dan lingkungan pendidikan. b) Ketaatan pada saat jam masuk dan jam pulang sekolah. c) Ketaatan pada saat jam istirahat. d) Ketaatan terhadap sistem sekolah. e) Pemberian sanksi bagi yang melanggar. f) Konsisten dengan peraturan 2) Indikator Minat Belajar Siswa: a) Perasaan Senang siswa dalam pembelajaran di kelas dan senang terhadap mata pelajaran tersebut. b) Perhatian siswa terhadap pembelajaran c) Kesungguhan siswa dalam belajar, baik di dalam maupun di luar kelas d) Motivasi siswa dalam belajar
C. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.90
89
Ibid Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm.3. 90
Oleh karena itu, Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam penelitian dan membuat analisa dengan maksud agar penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam skripsi ini, peneliti melakukan beberapa langkah studi di antaranya : Penggolongan jenis-jenis penelitian tergantung kepada pedoman dari segi mana penggolongan itu ditinjau.91 Sedangkan penelitian dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.92 Adapun penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian lapangan yang berpendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian kolerasional. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data-data yang sebenarnya terjadi di lapangan. Tujuan penelitian adalah mempelajari secara intensif latar belakang, status terakhir dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas.93 Sedangkan metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara analisis data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.94 Bersifat kuantitatif berarti menekankan analisa pada data numerikal (angka) yang diperoleh dengan metode statistik.95
91
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 2002), hlm.
92
Syaifuddin Azwar, op. cit., hlm.5.
93
Ibid, hlm. 8.
94
Sugiyono, op.cit., hlm. 14.
95
Syaifuddin Azwar, op.cit., hlm.5.
3.
Oleh karena itu, penelitian ini merupakan suatu proses untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat keterangan yang ingin diketahui. Sedangkan sifat korelasional adalah suatu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.96 Dalam hal ini mencari data ada tidaknya hubungan antara variabel dan apabila ada beberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. Teknik analisis korelasional ialah teknik analisis statistik mengenai hubungan antar dua variabel atau lebih. Teknik analisis korelasional memeliki tiga macam tujuan : 1. Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan atau korelasi. 2. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika memang ada hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan ataukah lemah. 3. Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematik), apakah hubungan antar variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau menyakinkan (signifikan), ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak menyakinkan.97 Dalam hal ini akan mencari seberapa besar pengaruh persepsi siswa pada kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap minat belajar siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun pelajaran 2009-2010. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut, peneliti menyebarkan angket pada para siswa untuk mendapatkan data-data yang dapat digunakan dalam skripsi ini.
96 97
Ibid, hlm. 8.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 188.
D. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel
a. Populasi Populasi adalah onjek pengumpulan data yang cara pengumpulan datanya menggunakan cara sensus. Yaitu mengunpulkan data dengan jalan mencatat atau menelilti seluruh elemen yang menadi objek penelitian. Dengan kata lain, sensus merupakan pencatatan data secara menyeluruh (complete enumeration) terhadap elemen yang menjadi objek penelitian, tanpa perkecualian. Kumpulan dari seluruh elemen ini disebut populasi atau universe. 98 Siswa kelas X MAN Bawu Jepara tersebar dalam tujuh kelas, akan tetapi pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak ada dua orang guru. Mengingat pada judul penelitian, peneliti menggunakan kelas dengan yang diampu oleh guru yang sama. Populasi penelitian yang penulis gunakan adalah Kelas X-1 sampai X-3 yang diampu oleh Ibu Isnawati, S. Ag. Sehingga, populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-1 sampai X-3 MAN Bawu Jepara yang berjumlah 122 siswa, dengan rincian jumlah siswa: kelas X-1 40 siswa, X-2 sebanyak 42 siswa dan 40 siswa berada dalam kelas X-3. b. Sampel Dan sampel sendiri adalah sebagian yang diambil dari populasi.99 Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Quota Sampling. Tujuannya adalah mengambil sampel sebanyak jumlah tertentu yang dianggap dapat merefleksikan ciri populasi.100 Suharsumi Arikunto berpendapat, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambilo semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 1098
Anas Sudjiono, Op Cit, hlm. 26 Nana Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Transito, 1996, hlm. 6 100 Saifuddin Azhar, MA, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), 99
hlm.88.
15% atau 20-25%.101 Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah 25% dari populasi atau sebanyak 30 orang. Pengumpulan data pada teknik quota sampling ini peneliti menghuhungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi (siswa kelas X-1 sampai X-3 MAN Bawu Jepara), tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih dalam populasi), yang penting adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.102 Akan tetapi, dalam penelitian ini, pengambilan sampel akan dibagi rata pada 3 kelas, dengan masing-masing 10 siswa pada tiap kelasnya.
E. Teknik Pengumpulan Data a. Kuosioner atau Angket Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa
jawaban-jawaban
dari
pada
responden
(orang-orang
yang
menjawab).103 Kuosioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat persepsi siswa kelas X terhadap kedisiplinan guru Aqidah Akhlak serta mengetahui tingkat minat siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun pelajaran 2009/2010 dalam materi Aqidah Akhlak. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur, yakni daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden cukup memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan sesuai dengan keadaaan dirinya. Metode kuesioner ini untuk mengetahui tingkat persepsi siswa pada kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak dan minat belajar siswa kelas X1-X3 yang menjadi responden dalam penelitian ini. Adapun kuesioner yang digunakan untuk mengetahui persepsi siswa adalah dengan skala pengukuran semantic deferensial, yaitu yang
101
Suharsumi Arikunto, OpCit, hlm. 112. Ibid, hlm. 119. 103 Koenjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1994, cet XIII, 102
hlm. 173
dikembangkan oleh Osgood. Skala ini dugunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban ”sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang ”sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.104 Sedangkan untuk mengetahui tingkat minat siswa peneliti menggunakan skala likert, yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, variabel diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.105 a. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yangberupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.106 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai struktur organisasi, data-data guru dan identitas siswa.
F. Teknik Analisis Data a. Analisa Awal Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode statistik. Karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.107 Cara mendeskripsikan data kuantitatif dapat digunakan dengan menggunakan tehnik statistik deskriptif. Tujuan
104
Sugiyono, Op Cit, hlm. 140 Ibid, hlm. 135 106 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 231 107 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, hlm. 263 105
dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan tehnik ststistika adalah untuk meringkas data menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti.108 Setelah menghimpunan data dengan menggunakan angket, kemudian dilakukan
pengolahan data untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa
terhadap kedisiplinan guru dan minat belajar siswa, yaitu menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor, langkahnya : 1. Mencari Korelasi antara kriterium dan prediktor: rxy =
ΣΧΥ (ΣΧ ) 2 (ΣΥ ) 2
2. Menguji
apakah
korelasi
itu
signifikan
atau
tidak
dengan
mengkonsultasikan hasil nilai rxy pada tabel r. 3. Mencari Persamaan Garis Regresinya: Y = aX + K Keterangan : Y
: Kriterium
X
: Prediktor
a
: Bilangan Koefisien Prediktor
K
: Bilangan Konstan Untuk mencari nilai a dan K kita dapat memilih menggunakan
metode skor kasar, yakni dengan memakai persamaan: 1)
∑XY = a∑X2 + K∑X
2)
∑Y = a∑X + NK 109
3. Mencari Sumbangan Relatif antara Sesama Prediktor:
KR KR JK RKreg = db reg
Freg =
reg res
reg
108 109
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 86 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi Offset, 2000), hlm.5
RKRes =
JK db
res
res
(∑ Y )
2
JK
reg
=a∑XY + K∑Y -
N
JKres = ∑Y2 - A∑XY - K∑Y dbreg = 1 dbres = N-2 keterangan : Freg
= Harga F garis regresi
RKreg
= Rerata Kuadrat Residu
RKres
= Rerata Kuadrat Residu
JKreg
= Jumlah Kuadrat Regresi
res
= Jumlah Kuadrat Residu
reg
= Derajat Kebebasan Regresi
res
= Derajat Kebebasan Residu
JK db db
b. Analisa Lanjut Analisa lanjut ini merupakan analisa uji hipotesa untuk menguji signifikansi dari Freg dibandingkan dengan cara Ftabel (Ft) pada total signifikansi 5% atau taraf signifikansi 1% dengan ketentuan sebagai berikut” 1) Jika Freg lebih besar dari Ft 1% atau 5% maka signifikan (hipotesis penelitian diterima). 2) Jika Freg lebih kecil dari Ft 1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis penelitian ditolak).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.110 Oleh karena itu, Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencari dan menemukan data yang diperoleh dalam penelitian dan membuat analisa dengan maksud agar penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam mendapatkan data primer ini peneliti yang menggali informasi dari siswa-siswi MAN Bawu Jepara untuk mendapatkan data persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru dan motivasi siswa. Data primer ini diperoleh langsung dari siswa-siswi MAN Bawu Jepara dengan menggunakan instrumen angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna.111 Oleh karena itu, angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket atau kuesioner yang akan disebarkan di MAN Bawu Jepara berupa angket atau kuesioner tertutup untuk mengungkap persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru dan Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara. Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada deskripsi sebagai berikut : 110
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm.3. 111
136.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm.
MAN Bawu Jepara
Tabel 1. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Abdul Rohman Ainun Naim Devi Romantika
R-4 R-5 R-6 R-7 R-8
Eka Fitri Setyani Evi Anita M. Arik Maulana M. Yuan Rifkiansyah Siti Wahyuni
R-9
Sulistyaningsih
10
R-10
Winda Yuninda P
11 12 13 14
R-11 R-12 R-13 R-14 R-15
Adri Nur Sanjaya Anik Farida Devi Nur Cahayati Diah Isfiani Edi Wahono
R-16 R-17 R-18 R-19
Fitri Alfiyanti Ida Rahmawati Lumatul Ulwiyah Nova Ziyadatus Sa'idah
20
R-20
Tika Silfiana
21
R-21 R-22
Amiril Mukminin Eli Susi Laksita
R-23 R-24 R-25 R-26 R-27
Fatikhatus Sa'adah Heldy Rosa Lia Khudrotun Ni'mah Marta Aristiyani Novika Safitri
R-28 R-29
Rendi Fitriyanto Ririn Handayani
R-30
Zainal Asiqin
15 16 17 18 19
22 23 24 25 26 27 28 29 30
2.
Responden R-1 R-2 R-3
kelas
X1
X2
X3
Data Hasil Angket Persepsi Siswa Tentang Kedisiplinan Guru MAN Bawu Jepara serta Hasil Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah AKhlak Tahun Pelajaran 2009/2010
Untuk menentukan nilai kuantitatif dari hasil angket adalah dengan menjumlahkan skor jawaban angket dari responden sesuai dengan frekuensi jawaban. Agar lebih jelas, maka dapat dilihat pada tabel berikut :
B. Pengujian Hipotesis Dalam melakukan penelitian ini penulis mengajukan hipotesis bahwa “Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru terhadap Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran
2009/2010”, artinya semakin tinggi persepsi siswa tentang
Kedisiplinan Guru, maka akan semakin tinggi pula Minat Belajar pada siswa MAN Bawu Jepara. Untuk analisis data ini, penulis menggunakan metode diskriptif, maksudnya membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan sesuatu masalah yang aktual dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan data dan menganalisis. 1. Analisis Pendahuluan Dalam analisis ini akan dideskripsikan pengaruh persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru terhadap Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara tahun pelajaran 2009/2010, berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden melalui daftar angket. Setelah diketahui data-data tersebut diketahui, kemudian dihitung untuk mengetahui tingkat hubungan masing-masing antara (variabel X) dengan (variabel Y) dalam penelitian ini. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut : Data
yang diperoleh dari variabel bebas yaitu persepsi siswa
tentang Kedisiplinan Guru diberi kode X, sedangkan variabel motivasi siswa diberi kode Y, kemudian dikuantitatifkan dengan cara memberi skor nilai jawaban responden. Untuk penskoran variabel X dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Data Skor Nilai Variabel X(Persepsi Siswa Tentang Kedisiplinan Guru MAN Bawu Jepara) N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
SL
Alternatif SR JR KD
TP
5
17 16 14 15 17 21 15 6 5 3 3 3 10 9 12 13 13 14 15 14 17 18 12 14 15 15 12 16 13 15 382
5 2 5 6 2 0 7 7 6 3 7 5 4 4 7 5 11 6 4 8 1 6 7 5 6 8 5 5 7 3 157
1 7 3 4 5 5 2 7 4 3 4 4 5 9 6 3 3 3 3 3 7 5 5 9 4 3 5 6 3 3 134
85 80 70 75 85 105 75 30 25 15 15 15 50 45 60 65 65 70 75 70 85 90 60 70 75 75 60 80 65 75 1910
3 3 3 4 4 1 5 8 12 13 10 10 3 3 4 6 2 4 3 3 2 0 3 1 4 3 1 0 6 8 132
4 2 5 1 2 3 1 2 3 8 6 8 8 5 1 3 1 3 5 2 3 1 3 1 1 1 7 3 1 1 95
Pensekoran 4 3 2 20 8 20 24 8 0 28 28 24 12 28 20 16 16 28 20 44 24 16 32 4 24 28 20 24 32 20 20 28 12 628
9 9 9 12 12 3 15 24 36 39 30 30 9 9 12 18 6 12 9 9 6 0 9 3 12 9 3 0 18 24 396
8 4 10 2 4 6 2 4 6 16 12 16 16 10 2 6 2 6 10 4 6 2 6 2 2 2 14 6 2 2 190
1
Skor Total
1 7 3 4 5 5 2 7 4 3 4 4 5 9 6 3 3 3 3 3 7 5 5 9 4 3 5 6 3 3 134
123 108 112 117 114 119 122 93 95 85 89 85 96 89 108 112 120 115 113 118 108 121 108 104 117 121 102 112 116 116 3258
Berdasarkan dari tabel di atas, kemudian diadakan analisis sebagai berikut: a. Mencari Mean dan interval kelas minat mengikuti kegiatan keagamaan siswa kelas X MAN BAwu Jepara:
X=
∑X N
=
3258 30
= 108,6
b. Mencari banyak kelas k = 1 + 3,3 . log N = 1 + 3,3 . log 30 = 1 + 3,3 .1,47 = 5,851 c. Menentukan Range Range = Nilai maksimal – nilai minimal = 123-85 = 38 d. Menentukan interval kelas
i=
= 38 6
= 6,3 (6) Untuk memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean) variabel X, maka digunakan pedoman kategori interval nilai sebagai berikut : Tabel 5. Interval Nilai Interval Nilai
Kategori
85 – 91
Sangat Kurang
92 – 98
Kurang
99 - 105
Cukup
106 – 112
Baik
113 – 119
Sangat Baik
120 - 126
Istimewa
Dari hasil interval tersebut, maka dengan demikian dapat diketahui nilai rata-rata (mean) variabel X adalah 108,6 dengan kategori baik. Sedangkan untuk penskoran nilai jawaban responden variabel Y dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Data Skor Nilai Variabel Y(Minat Siswa MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010 pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
SL
Alternatif SR JR KD
TP
5
17 13 8 12 16 16 16 7 9 8 7 8 7 8 6 13 9 13 12 15 10 14 9 9 5 13 8 12 12 16 328
8 6 7 4 4 2 5 6 4 2 5 4 5 5 4 2 10 11 8 1 6 7 7 7 5 8 3 5 4 3 158
2 3 1 2 4 5 1 8 8 9 5 5 3 5 8 5 2 1 1 4 1 4 3 4 9 1 7 4 5 1 121
85 65 40 60 80 80 80 35 45 40 35 40 35 40 30 65 45 65 60 75 50 70 45 45 25 65 40 60 60 80 1640
2 3 10 8 3 2 2 2 3 2 7 5 7 4 5 6 5 3 4 5 8 1 7 4 7 2 2 5 4 7 135
1 5 4 4 3 5 6 7 6 9 6 8 8 8 7 4 4 2 5 5 5 4 4 6 4 6 10 4 5 3 158
Pensekoran 4 3 2 32 24 28 16 16 8 20 24 16 8 20 16 20 20 16 8 40 44 32 4 24 28 28 28 20 32 12 20 16 12 632
6 9 30 24 9 6 6 6 9 6 21 15 21 12 15 18 15 9 12 15 24 3 21 12 21 6 6 15 12 21 405
2 10 8 8 6 10 12 14 12 18 12 16 16 16 14 8 8 4 10 10 10 8 8 12 8 12 20 8 10 6 316
1 2 3 1 2 4 5 1 8 8 9 5 5 3 5 8 5 2 1 1 4 1 4 3 4 9 1 7 4 5 1 121
Skor Total 127 111 107 110 115 109 119 87 90 81 93 92 95 93 83 104 110 123 115 108 109 113 105 101 83 116 85 107 103 120 3114
Setelah melihat tebal di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata (mean) dari variabel Y dengan menggunakan rumus : Y= =
∑Y N 3114 30
= 103,8 e. Mencari banyak kelas k = 1 + 3,3 . log N = 1 + 3,3 . log 30 = 1 + 3,3 .1,47 = 5,851 f. Menentukan Range Range = Nilai maksimal – nilai minimal = 127-81 = 46 g. Menentukan interval kelas
i=
= 46 6
= 7.6 (8) Untuk memberikan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean) variabel X, maka digunakan pedoman kategori interval nilai sebagai berikut : Tabel 7. Interval Nilai Interval Nilai
Kategori
81 - 88
Sangat Kurang
89 - 96
Kurang
97 - 104
Cukup
105 - 112
Baik
113 – 120
Sangat Baik
121 - 127
Istimewa
Dari hasil interval tersebut, maka dengan demikian dapat diketahui nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah 104 dengan kategori Cukup. 2. Analisis Uji Hipotesis Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima tidaknya hipotesa yang diajukan dalam skripsi ini, maka dibuktikan dengan mencari nilai koefisien korelasi antara variabel persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru (variabel X) dengan variabel Minat Belajar siswa (variabel Y), dalam hal ini penulis menggunakan rumus regresi linear sederhana. Tetapi sebelumnya akan disajikan terlebih dahulu tabel kerja koefisien persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru (X) dengan Minat Belajar siswa (Y). 1). Membuat Tabel penolong Selanjutnya untuk menghitung korelasi dan regresi sederhana, maka dapat menggunakan tabel penolong dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8. Tabel Kerja Koefisien Korelasi Untuk Menghitung Regresi Linier Sederhana Antara Variabel X dengan Variabel Y No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
X 123 108 112 117 114 119 122 93 95 85 89 85
Y 127 111 107 110 115 109 119 87 90 81 93 92
X2 15129 11664 12544 13689 12996 14161 14884 8649 9025 7225 7921 7225
Y2 16129 12321 11449 12100 13225 11881 14161 7569 8100 6561 8649 8464
XY 15621 11988 11984 12870 13110 12971 14518 8091 8550 6885 8277 7820
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
96 89 108 112 120 115 113 118 108 121 108 104 117 121 102 112 116 116
95 93 83 104 110 123 115 108 109 113 105 101 83 116 85 107 103 120
9216 7921 11664 12544 14400 13225 12769 13924 11664 14641 11664 10816 13689 14641 10404 12544 13456 13456
9025 8649 6889 10816 12100 15129 13225 11664 11881 12769 11025 10201 6889 13456 7225 11449 10609 14400
9120 8277 8964 11648 13200 14145 12995 12744 11772 13673 11340 10504 9711 14036 8670 11984 11948 13920
∑
3258
3114
357750
328010
341336
Untuk melakukan uji hipotesis dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1). Mencari Nilai Korelasi Variabel X dan Variabel Y antara pengaruh persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara, dengan menggunakan rumus : rxy =
Σxy 2
( Σx ) ( Σy 2 )
∑xy = 341336 -
(3258)(3114) 30
= 341336 – 338180.4 = 3155.6 ∑ = 357750 -
(3258) 2 30
= 357750 – 353818,8 = 3931,2
∑
= 328010 -
(3114) 2 30
= 328010 – 323233,2 = 4776.8 rxy =
Σxy 2
( Σx ) ( Σy 2 )
= = = 0.728 Dengan demikian nilai korelasi antara nilai kegiatan persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru dengan Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara yang menggunakan rumus di atas, maka nilai yang dapat diketahui adalah 0,728. 2). Mencari nilai Koefisien Determinasi Selanjutnya adalah mengetahui nilai koefisien determinasi variabel X terhadap variabel Y, maka penulis lakukan proses perhitungan dengan rumus : (r)² x 100 % = (0,728) ² x 100 % = 0,53X 100 % = 53 % 3). Menghitung nilai-nilai a dan K Diketahui :
∑N
= 30
∑X
= 3258
∑Y
= 3114
∑X2
= 357750
2
= 328010
∑Y
∑XY = 341336 a. Mencari a dan K dengan rumus :
∑XY = a∑X2 + K∑X
∑Y = a∑X + NK 112
341336 = 357750 a + 3258 K (1) 3114
= 3258 a + 30 K
(2)
104,768 = 109,806 a + K 103,8
= 108,6 a + K -
0.968
= 1,206 a
a
= = 0.802
Interpretasi nilai a pada persamaan (2) 3114
= 3258 a + 30 K
3114
= 3258 (0,8) + 30 K
30 K
= 3114 – 2615,218
K
= 498,781 30
K
= 16,626
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa nilai a adalah 0,8 dan nilai K adalah sebesar 16,626. 4). Menyusun Persamaan Regresi Menyusun persamaan regresi dengan menggunakan rumus : Y = aX + K Y = 0,8 X +16,626
5). Analisis Varians Garis Regresi Freg =
112
hlm.5
RK RK
reg res
Prof. Drs. Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi Offset, 2000),
RKreg =
JK db reg
RKRes =
JK db
reg
res
res
(∑ Y )
2
JK
reg
=a∑XY + K∑Y -
N
JKres = ∑Y2 - a∑XY - K∑Y dbreg = 1 dbres = N-2 keterangan : Freg RK
= Harga F garis regresi
reg
= Rerata Kuadrat Residu
RKres
= Rerata Kuadrat Residu
JKreg
= Jumlah Kuadrat Regresi
JKres
= Jumlah Kuadrat Residu
dbreg
= Derajat Kebebasan Regresi
dbres
= Derajat Kebebasan Residu
(∑ Y )
2
JK
reg
=a∑XY + K∑Y -
N
= (0,8) (341336)+ (16,92) (3114) = 273992,658 + 51773,562 – 323233,2 = 2533,021 JKres = ∑Y2 - a∑XY - K∑Y = 328010 – (0,8) (341330) – (16,92) (3114) = 328010 – 273992,358 – 51773,562 = 2243,779 RKreg =
JK db reg reg
= 2533,021 1
= 2533,021 RKRes =
JK db
res
res
= 2243,779 28
= 80,135 Freg =
RK RK
reg res
= 2533,021 80,135
= 31,609 3. Analisis Lanjut Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y diketahui selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r tabel pada r product moment untuk diketahui signifikan dan untuk mengetahui apakah hipotesa yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hal ini disebabkan apabila ro yang kita peroleh sama dengan atau lebih besar daripada rt maka nilai r yang telah kita peroleh itu signifikan demikian sebaliknya. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut : Pada taraf signifikan 5% untuk responden berjumlah N = 30 didapat pada tabel adalah rt = 0,361 sedangkan ro = 0,728 yang berarti ro lebih besar dari rt (ro > rt). Dengan demikian pada taraf signifikansi 5% hasilnya adalah signifikan, yang berarti ada korelasi pengaruh yang positif antara kedua variabel. Pada taraf signifikan 1% untuk responden berjumlah N = 30 didapat pada tabel 0,463 sedangkan ro = 0,728, yang berarti ada pengaruh yang positif antara kedua variabel.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal
pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Didalam penelitian ini yang diteliti adalah bagaimana tingkat Kedisiplinan Guru dan Minat Belajar siswa. Sehubungan dengan itu, maka penelitian disini pengambilan data dilakukan dengan metode survey yang menggunakan kuesioner atau angket. Penyebaran angket/kuesioner dilakukan pada siswa kelas II sampai siswa kelasX MAN Bawu Jepara dengan jumlah responden sebanyak 30 siswa, dimana pengambilan angket atau kuesioner dilakukan secara langsung. Setelah melihat tabel 8 dapat diketahui nilai rata-rata (mean) dari variabel X yaitu persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru adalah 108,6 dengan kategori baik. sesuai pada tabel interval 106 - 112. Sedangkan penafsiran terhadap nilai rata-rata (mean) variabel Y, yaitu Minat Belajar siswa maka diketahui nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah 103,8 dengan menggunakan pedoman kategori interval nilai 97-104 maka dengan demikian dapat diketahui nilai rata-rata (mean) variabel Y adalah dengan kategori cukup. Langkah berikutnya adalah uji hipotesis nilai korelasi variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus di atas, maka nilai yang dapat diketahui adalah 0.728. Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y diketahui selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r tabel pada r product moment untuk diketahui signifikan dan untuk mengetahui apakah hipotesa yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hal ini disebabkan apabila ro yang
kita peroleh sama dengan atau lebih besar daripada rt maka nilai r yang telah kita peroleh itu signifikan demikian sebaliknya. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut : Pada taraf signifikan 5% untuk responden berjumlah N = 30 didapat pada tabel adalah rt = 0,361 sedangkan ro = 0,728 yang berarti ro lebih besar dari rt (ro > rt). Dengan demikian pada taraf signifikansi 5% hasilnya adalah signifikan, yang berarti ada korelasi pengaruh yang positif antara kedua variabel. Pada taraf signifikan 1% untuk responden berjumlah N = 30 didapat pada tabel 0,463 sedangkan ro = 0,728, yang berarti ada pengaruh yang positif antara kedua variabel. Berdasarkan analisis di atas membuktikan bahwa pada taraf 5% hasilnya adalah signifikan, begitu juga taraf 1% hasilnya adalah signifikan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima kebenarannya pada taraf signifikan 5% dan pada taraf signifikan 1% dikarenakan ro lebih besar daripada rt. Mengenai sifat suatu hubungan atau pengaruh dari kedua variabel tersebut di atas, dapat dilihat pada penafsiran akan besarnya koefisien korelasi yang umum digunakan adalah :
Tabel 9. Kriteria Penafsiran/Pedoman Ancar-ancar Besarnya “r” Product Moment ( Гxy )
0,00 – 0,20
Interpretasi Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara Variabel X dan Variabel Y)
0,20 – 0,40
Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70
Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.
0,70 – 0,90 0,90 – 1,00
Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat
tinggi.
Dari kriteria tersebut, maka nilai koefisien korelasi sebesar 0.728 termasuk kategori korelasi "Kuat atau Tinggi". Artinya persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru kuat berpengaruh terhadap Minat Belajar siswa MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010. Berdasarkan analisis data di atas maka Maka dapat diketahui variabel penentu antara variabel X (persepsi siswa tentang Kedisiplinan Guru) dan variabel Y (Minat Belajar siswa) sebesar 53 %, sedangkan sisanya sebesar 47% merupakan variabel lain yang belum diteliti oleh penulis. Sedangkan hasil persamaan regresi : Y = aX + K = 0,8 X +16,92 Jika kita contohkan nilai persepsi siswa tentang kedisiplinan guru (X) adalah 100, maka dapat kita predeksikan nilai tingkat minat siswa (Y) sebagai berikut: Y = aX + K = 0,8 X +16,92 = 0,8 (100) + 16,92 = 80+ 16,92 = 96,92 Sedangkan untuk menafsirkan hasil uji analisis varians garis regresi dapat ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Angka Sig > 5 % = terjadi korelasi yang sesungguhnya 2. Angka Sig < 5 % = tidak terjadi korelasi yang sesungguhnya. Dengan berkonsultasi pada kriteria tersebut, ternyata harga Sig 0,005 = 4.20 berarti terjadi korelasi yang sesungguhnya. Dalam uji Freg diketahui bahwa nilainya sebesar 31,609 kemudian hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan Ftabel (Ft), baik pada taraf kepercayaan 95% maupun 99%. Dengan demikian, Freg 31,609> Ft(0,05 = 4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil Freg lebih besar dari Ft,
berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa pada kedisiplinan guru dengan minat belajar siswa.
D. Keterbatasan Penelitian Sebagai kegiatan yang terkait dengan penelitian tentunya memerlukan persiapan dalam segala hal. Di sini peneliti menyadari akan adanya kendala, permasalahan dan hambatan yang harus dilalui. Diantara sekian permasalahan atau hambatan yang paling terasa adalah waktu dan biaya. Kendala waktu terjadi terkait dengan pembagiannya. Hal ini terasa sulit bagi peneliti mengingat banyaknya kegiatan dan pekerjaan yang peneliti lakukan. Terutama ketika proses pembimbingan dan administrasi yang terkait penelitian ini terasa sangat berat mengingat jarak tempuh antara kampus tempat menuntut ilmu dengan rumah sangat jauh, yaitu Jepara – Semarang. Perjalanan yang jauh banyak menyita waktu ditambah dengan transportasi yang harus dipakai. Permasalahan berikutnya adalah biaya, dengan biaya yang minim peneliti menyadari hal ini akan menghasilkan sesuatu yang kurang sempurna. Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk melakukan efesiensi pada anggaran uang saku dari orang tua dalam rangka penelitian ini. Meskipun terdapat banyak kendala dan hambatan yang harus dihadapi, peneliti wajib bersyukur akan nikmat dan karunia Allah SWT dengan terselesaikannya penelitian ini.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sejalan dengan penelitian yang dilakukan setelah melalui beberapa tahapan prosedur ilmiah mulai dari tahap perencanaan, identifikasi masalah, pengumpulan dan penyajian data sampai pada tahapan analisa data, sehingga akhirnya disajikan dalam bentuk skripsi ini. Dari kesemuanya itu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Persepsi siswa tentang Kedisiplinan guru di MAN Bawu Jepara adalah ternilai baik. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan metode angket yang berisi 30 pertanyaan dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata angket sebesar 108,6 yang berarti ada pada interval (106-112) sehingga ternilai baik. 2. Minat belajar siswa MAN Bawu Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah ternilai baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan metode angket yang berisi 30 pertanyaan dengan jumlah responden 30 siswa-siswi dan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata angket sebesar 103,8, yang berarti ada pada interval (97-104) sehingga ternilai cukup. 3. Persepsi siswa pada kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Bawu Jepara tahun pelajaran 2009-2010. Terbukti dengan hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan (nilainya sebesar 31,609), dikonsultasikan dengan Ftabel (Ft), baik pada taraf kepercayaan 95% maupun 99%. Freg 31,609> Ft(0,05 = 4,20) dan Freg 31,609 >Ft (0,01 = 7,64). Karena hasil Freg lebih besar dari Ft, berarti hasilnya ada pengaruh antara pesepsi siswa pada kedisiplinan guru dengan minat belajar siswa.
B. Saran-saran Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis selesaikan maka penulis akan memberikan saran-saran yang diharapkan dapat ditindaklanjuti di MAN Bawu Jepara terutama dalam Minat belajar siswa. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Kepada Pihak Madrasah dan Guru a.
Meningkatkan Kedisiplinan di sekolah. Dalam hal ini khususnya adalah guru diharapkan mengoptimalkan serta meningkatkan kedisiplinannya dalam pelaksanaan pembelajaran dan kedisiplinan mentaati peraturan sekolah. Tujuannya agar dapatpara siswa dapat mencontoh kedisiplinan guru tersebut dan dapat menin gkatkan minat belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
b. Minat belajar merupakan hal yang sangat urgen. Di samping dapat menggali serta mengembangkan potensi kepada siswa untuk terampil dan lebih mendalami ilmu pengetahuan,
juga menambah wacana
religiuitas yang bisa diterapkan. Supaya tujuan tersebut dapat terealisasi, maka dari pihak Madrasah dan guru perlu memberikan Motivasi dan contoh yang baik kepada anak didik supaya lebih semangat dan giat dalam mengikuti kegiatan belajar di Madrasah. 2. Kepada Siswa a.
Sebagai generasi penerus cita-cita bangsa, seharusnya siswa-siswi lebih giat dalam belajar, tingkatkanlah prestasi daan perilaku atau akhlak yang baik, terutama dalam hal beribadah karena kita hidup selain sebagai makhluk sosial, juga sebagai makhluk Allah yang tidak lain adalah diharapkan selalu taat akan perintah-perintah-Nya daan menjauhi larangan-Nya.
b. Para siswa hendaknya aktif dalam mengikuti kegiatan yang direncanakan dan diselenggarakan oleh Madrasah supaya lebih meningkatkan mutu keilmuan dan pengalaman.
C. Penutup Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat Nya, serta pertolongan-Nya maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini dari tahap awal sampai selesai. Banyak sumbangan pemikiran yang telah penulis terima baik dalam bentuk diskusi, informasi, buku-buku maupun dalam bentuk yang lain. Selanjutnya penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna dan semua kebenaran hanya milik Allah. Untuk itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaannya. Dan akhirnya penulis mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya, serta bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah menjadikan kita dalam golongan orang-orang yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin ya Robbal ‘alamien.
DAFTAR PUSTAKA A, Doni Koesoema, dan A. AriobimoNusantara, Pendidik Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan, Jakarta : Grasindo, 2009 Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,1991 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006 _______, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1995 Azhar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jurnal Pendidikan dan kebudayaan Jakarta : DEPDIKNAS, 2006 Calhoun, James F, Psikologi Tentang Penyesuain dan hubungan Kemanusian, Semarang : IKIP Press, 1995 Crow, Lester D, dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, dalam Kajian(eds), Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984 Davidoff, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar, (terj. Mari Juniati) , Jakarta : Erlangga, 1991 _______, KamusBesar Bahasa Indoneisa, Jakarta : Balai Pustaka, 2005 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif, jakarta : Rineka Cipta, 2000 _______, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,(Suatu pendekatan Teoritis Psikologis), Jakarta: IKAPI, 2005 Ginanjar, Agustian Ari, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan SpiritualESQ berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga Wijaya Persada,2001 Gordon, Thomas , Menggajar Anak Berdisipolin-diri, terjemahan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1996, cet. I, Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta : Andi Offset, 2000
_______, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002 Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bymu Aksara, 2009 http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/02/10473333/Pendidikan.Moral.Perlu.Se jak.Dini http://korananakindonesia.wordpress.com/2009/12/11/perbedaan-pengertianetika-moral-dan-etiket/ http://re-searchengines.com/0404lewa.html http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/read/2010/04/28/7/ajarkan-disiplinsesuai-usia. Hurlock, Elizabeth B, Child development Sixth Edition, Mc. Hill. Inc, 1978 Koenjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1994, cet XIII Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat pendidikan Islam, Bandung : Al-Ma’arif, 1989 Mhtml:// www.valuebasedmanajement.net, diambil pada 15 Januari 2010 Morgan, Clifford T, Introduction to Psychology, New York : Mc. Graw Hill Book Company INC, 1961, Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008. hlm. 50. Poerwadarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Jakarta : Balai Pustaka, 2005 R, Thantowy, Kamus Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Econimic Student, 1993 Sagala, Syaiful, M.Pd, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung; CV ALFABETA, 2003. Saleh, Abdurrahman, dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam Jakarta : Prenada Media, 2004, Cet.I. Sardiman, A..M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, edisi I Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2001 cet 9. Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta : Bulan Bintang, tanpa tahun,
Selameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : PT. Adi Mahakarya, 2003 Seomanta, Wasti, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, 1997 Siagian, Sondang P, Teori MOtivasi dan aplikasinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2004, Cet.3 Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989 Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2003 Soemarmo,D, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah, Jakarta : CV Mini Jayay Abadi, 1997 Soemarmo,D, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dalam Tata Tertib Sekolah, Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 1998 Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta; Rieneka Cipta,1997 Sudijono,Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004 Sudjana,Nana, Metode Statistika, Bandung: Transito, 1996 Sudjiono,Anas, Pengantar Statistik pendidikan, ,Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001 Cet. 11 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D, Bandung: Alfabeta, 2006, cet. 2 _______, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , Dan R & D, Bandung : Alfabeta, 2007 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Surya, Muhammad, Bina Keluarga, Semarang : CV. Aneka Ilmu, 2003, Cet. I, Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, cet-13 Syah, Muhiddin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002, cet-7 Tarigan, Hadi Guntur, Membaca dalam Kehidupan, Bandung: Angkasa , tanpa tahun
Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1993 Unaradjan,Dolet, Manajemen Disiplin, Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003 Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002. Walgito, Bimo, Psikologi Sosial (suatu pengantar) , Yogya : Andi Offset, 1994. Cet.2. _______, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 2004
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap
: Nur Amilatus Sa’adah
Tempat/Tgl Lahir
: Jepara, 15 April 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Alamat
: Kriyan, RT 15 RW 03, Kalinyamatan, Jepara. (59462)
JENJANG PENDIDIKAN : 1
SDN Kriyan 04 Lulus Tahun 2000
2. MTs. Banat NU Kudus Lulus Tahun 2003 3. MAN 2 Kudus Lulus Tahun 2006
Kudus, Juni 2009 Penulis Nur Amilatus Sa’adah NIM. 063111010
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ................76 Lampiran 2. Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa..............................................77 Lampiran 3 Angket Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ................................78 Lampiran 4. Angket Motivasi Siswa dan Jawaban .............................................82 Lampiran 5. Visi, Misi, dan Tujuan MAN Bawu Jepara .....................................86 Lampiran 6. Daftra Nama responden ...................................................................87 Lampiran 7 Data Skor Persepsi Siswa pada kedisiplinan Guru ..........................88 Lampiran 8. Data Skor Angket Minat Belajar Siswa ...........................................89 Lampiran 9. Perhitungan Laboratorium Matematika……………………………90