Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2011
RANCANG BANGUN TERNAK KERBAU KEMENTERIAN PERTANIAN (Design of Buffalo Development Plan in Departement of Agriculture Ministry of Agriculture) PRABOWO RESPATIYO CATURROSO dan FAUZI LUTHAN Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Jl. Harsono RM No. 23 Pasarminggu, Jakarta Selatan
ABSTRACT Buffaloes have got less attention from all stakeholders including government, private sector and small farmers in comparing to cattle business that is considered more promising. Therefore, government through the Directorate General of Animal Husbandry and Animal Health (DGAHH) introduces the strategic designed for development of buffalo from upstream to downstream. Its are expected through socialisation and assistance / escort from central government and especially the local government that will support the development of buffalo breeding business for increasing their contribution to a viable the buffalo small farmers. The strategic designed for development of buffaloes ranging from breeding to the optimization of production and post harvest and marketing of products. The activities are based on four main stratetgies including: empowering local potential of the region, pattern of buffalo agribusiness, production optimization and the empowerment of smallfarmers and institutions of farmer groups. Each strategy requires the participation and the real contribution of the government (center and region) as a facilitator, coordinator and supervision, as the main source of private is financial and ranchers as the main perpetrators. Synergy between all these elements are expected to run optimally to the achievement of increased income of farmers through production optimization and enhancement value of selling products. Key Words: Buffalo, Design, Strategy, Development ABSTRAK Ternak kerbau kurang mendapat perhatian dari semua pihak terkait baik pemerintah, peternak kecil maupun swasta karena usaha peternakan sapi di anggap lebih menjanjikan. Oleh karena itu pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) memperkenalkan rancangbangun pengembangan kerbau dari hulu sampai hilir yang diharapkan melalui sosialisasi dan pendampingan/pengawalan dari pusat dan terutama daerah akan menunjang pengembangan usaha peternakan kerbau sehingga dapat memberikan kontribusi yang layak kepada peternak kerbau. Oleh karena itu Ditjen PKH memperkenalkan rancang-bangun pengembangan ternak kerbau mulai dari pembibitan sampai pada optimasi produksi dan pascapanen dan pemasaran produk. Kegiatan tersebut didasarkan pada empat strategi utama yaitu pengembangan berbasis potensi wilayah, pola usaha, optimasi produksi dan pemberdayaan peternak dan kelembagaan. Masing-masing strategi membutuhkan partisipasi dan kontribusi nyata dari pemerintah pusat dan daerah sebagai fasilitator, koordinator dan pengawasan, swasta sebagai sumber utama finansial dan peternak sebagai pelaku utama. Sinergitas kesemua elemen tersebut diharapkan dapat berjalan optimal untuk tercapainya peningkatan penghasilan peternak melalui optimasi produksi dan peningkatan harga jual produk. Kata Kunci: Kerbau, Rancang-Bangun, Strategi, Pengembangan
PENDAHULUAN Beternak kerbau di Indonesia sudah berlangsung sejak sebelum negara Republik Indonesia ini terbentuk sebagai negara
berdaulat. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya kerbau yang dimuliakan di keraton Jogya yang dipanggil sebagai Kyai Slamet. Demikian juga budaya yang mengakar di masyarakat Tana Toraja-Sulawesi Selatan dan
3
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2011
Sumba - Nusa Tenggara Timur yang sudah berusia ratusan tahun dan menjadi tourism atraction secara internasional juga menggambarkan hal yang sama. Selanjutnya dalam perkembangan ternak besar sapi dan kerbau sejak era penjajahan Belanda sampai pada awal Indonesia merdeka maka populasi kerbau masih lebih tinggi daripada ternak sapi. Tapi dengan semakin populernya ternak sapi dimata masyarakat peternak, maka secara perlahan tapi pasti, populasi sapi mulai mendominasi populasi ternak besar (TALIB, 1988) di Indonesia. Hasil sensus terakhir tahun 2011 menunjukkan bahwa populasi kerbau tercatat 1,3 juta ekor sedangkan populasi sapi potong sejumlah 14,8 juta ekor dan populasi sapi perah 0,6 juta ekor. Tujuan dari penulisan ini adalah bagaimana memajukan ternak kerbau di Indonesia agar kontribusinya dalam swasembada daging sapi dan kerbau pada Tahun 2014 dapat lebih signifikan.
dapat diproduksi di Indonesia. Di samping itu produk ikutan sebagai penghasil tenaga kerja dalam usahatani tradisional dan wisata serta penghasil kulit dan tulang serta pemanfaatan faeces untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik harus tetap disosialisasikan. Kesemuanya ini diharapkan akan langsung berdampak pada semangat keluarga peternak dalam mengusahakan ternak kerbau dengan lebih serius, efisien dan efektif. Selain itu fungsi kerbau sebagai penghasil daging yang sangat diharapkan untuk berperan penting dalam mensukseskan swasembada daging sapi dan kerbau dalam program PSDSK2014 harus terus diproklamirkan. Jika semua langkah ini dapat dilaksanakan dengan baik maka anekdot bahwa kerbau dianaktirikan/disepelekan di negeri ini akan terhapus. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu Rancang Bangun Pengembangan Ternak Kerbau untuk mengakomodir semua keinginan tersebut di atas.
MENGAPA PERLU RANCANG BANGUN?
KEUNGGULAN TERNAK KERBAU
Penurunan populasi kerbau dari dalam 18 tahun terakhir ini (tahun 2003-2011) tercatat dari jumlah 3,2 – 1,3 juta ekor sampai pada Tahun 2011 (STATISTIK PETERNAKAN, 2003; PSPK2011, 2011). Untuk memperlambat laju penurunan populasi kerbau dan kalau dapat malah meningkatkannya maka tentu saja dibutuhkan suatu rancang bangun ternak kerbau yang dapat diimplementasikan oleh peternak kerbau yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, maka dalam pengembangan kerbau, harus juga diikuti aspek konservasinya terutama strategi pengembangan dengan pendekatan kawasan. Dalam hal ini maka perlu menghormati dan menghargai pengetahuan tradisional yang selama ini memberikan nilai positif dalam mempertahankan penurunan populasi dan bahkan dapat memberikan nilai tambah dalam penghasilan keluarga peternak kerbau baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai ekonomis budidaya kerbau, komoditas bisnis produk-produk dari kerbau seperti daging, susu, produk ikutan seperti susu goreng, sago puan, dadi, dali dan keju sekelas mozarella yang populer di dunia mungkin saja
4
Walaupun selama ini kerbau seperti mutiara dalam lumpur yaitu berpotensi untuk berperan secara nyata tetapi tenggelam untuk sementara agai, tetapi harus diakui bahwa potensi daging kerbau yang berperan sebagai komplementasi daging sapi mempunyai tempat khusus dihati masyarakat tertentu seperti Aceh dan beberapa daerah lain yang menghargai daging kerbau lebih tinggi daripada daging sapi. Hal tersebut juga jika dikaji dengan kondisi saat ini maka harus diakui bahwa seharusnya daging kerbau mempunyai harga yang lebih tinggi dari daging sapi karena mengandung kandungan serat daging yang tinggi serta rendah kolesterol dan mempunyai penguapan yang lebih rendah dari daging sapi dalam proses pelayuan pasca penyembelihan. Keunggulan lain dari kerbau yaitu mempunyai daya adaptasi yang luas mulai dari dataran rendah nol m dpl sampai pada daerah perbukitan, hutan dan rawa serta kawasan yang sangat kering dengan tetap dapat melanjutkan daya reproduktivitas untuk melanjutkan keturunan serta kemampuan produktivitas baik sebagai penghasil daging, susu, kulit dan tenaga kerja bagi keluarga peternak/petani.
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2011
Di samping itu juga kerbau lebih efisien dalam menggunakan pakan kualitas rendah dibandingkan dengan sapi yang disebabkan karena kandungan mikro-organisme yang berbeda karena lebih didominasi oleh mikroorganisme pemecah serat menjadi sumber energi yang lebih efisien dan efektif. Mungkin kemampuan inilah yang membuat kerbau memiliki daya adaptasi yang luas, hampir bisa menyesuaikan diri dalam setiap kondisi lingkungan spesifik. Hal lain yang tidak dapat dikesampingkan sebagaimana yang disinggung dalam awal tulisan ini yaitu perannya dalam berbagai upacara adat pada beberapa etnik serta pemanfaatan masyarakat terhadap kepemilikan jumlah kerbau yang dapat langsung mengangkat status sosial pemilik dan peran yang sejajar dengannya yaitu sebagai tabungan yang dapat diuangkan setiap saat jika kebutuhan uang cash datang secara mendadak. Populasi ternak kerbau di Indonesia Jika dilihat dalam beberapa tahun terakhir sejak Tahun 2005 – 2008, maka 10 besar provinsi yang memiliki populasi kerbau tertinggi di Indonesia adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 1 dan Gambar 1. Di sini terlihat bahwa the big ten population tersebut tidak terlepas dari penghargaan masyarakat
peternak terhadap produk kerbau yang sudah mendarah daging pada masyarakatnya. Jadi hubungan populasi dengan kepentingan masyarakat tidak dapat terlepas yang berdampak pada dipertahankannya kerbau agar tetap eksis pada kawasan tersebut. Dari hasil sensus Tahun 2011 walaupun urutan the big ten tersebut berubaha tetapi kepentingan adat istiadat dan populasi kerbau tetap tergambarkan secara jelas dalam mempertahankan populasi kerbau di Indonesia. Oleh karen itu, maka nilai-nilai pengetahuan tradisional di masyarakat tersebut perlu dihargai dan ditingkatkan kegunaannya bagi kepentingan nasional. Pengetahuan tradisional yang mengakar tersebut antara lain adalah: (1) Penggunaan ternak kerbau dalam berbagai upacara adat dan agama yang umumnya berhubungan dengan peristiwa besar dalam kehidupan seperti kematian, perkawinan dan kelahiran, seperti pemotongan tedong bonga di Tana Toraja dan kerbau di Sumba, (2) Pemanfaatan makananmakanan khusus yang harus disediakan dalam ritual-ritual tertentu seperti konsumsi daging kerbau di Aceh pada waktu hari raya, dadi di Sumatera Barat dalam acara pesta yang dicampur dengan nasi sebagai pangan spesial, (3) Produk susu yang menjadi pangan istimewa seperti sago puan di Sumatera Selatan dan danke di Sulawesi Selatan serta susu goreng di NTT dan lainnya.
Tabel 1. Populasi kerbau tahun 2005 – 2008 di Indonesia Provinsi
2005
2006
2007
2008
NAD
338.772
371.143
390.334
410.518
Sumatra Utara
259.672
261.794
189.167
189.167
Sumatra Barat
201.421
211.531
192.148
197.335
NTB
154.919
155.166
153.822
169.204
Jawa Barat
148.003
149.444
149.030
170.568
NTT
139.592
142.257
144.981
159.479
Banten
135.040
146.453
144.944
144.944
Sulawesi Selatan
124.760
129.565
120.003
120.003
Jawa Tengah
123.815
112.963
109.004
116.014
90.300
86.777
90.160
93.675
Sumatra Selatan Sumber: DITJENNAK (2009)
5
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2011
PERMASALAHAN UMUM Permasalahan umum yang timbul pada para peternak adalah sebagai dampak dari penerapan sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak. Kebanyakan pola pemeliharaan yang diterapkan pada ternak kerbau adalah pemeliharaan secara ekstensif, pakan bergantung pada ketersediaan oleh alam, perkawinan hanya berlangsung dalam kelompok ternak sendiri yang berjumlah kecil serta penjualan ternak yang lebih cepat tumbuh akan lebih cepat terjual. Dampaknya adalah meningkatnya tingkat inbreeding, daya reproduksi lambat yang tergambarkan oleh periode kebuntingan lama, postpartum estrus lebih panjang, umur mencapai bobot sapih panjang dan calving interval juga lebih panjang dari sapi. Di samping itu juga pejantan unggul terkuras karena dimanfaatkan dalam upacara adat dan keagamaan maupun sebagai hewan potong. Juga ditemukan tingkat kematian pedet yang tinggi terutama dalam musim kemarau untuk daerah kering dan musim hujan untuk kawasan rawa. Demikian pula sarana dan prasarana publik terkait dengan pemasaran dan peningkatan SDM peternak serta sarana penunjang lainnya yang berupa sarana publik belum memadai dalam menunjang pengembangan usaha peternakan kerbau.
6
RANCANG BANGUN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK KERBAU Rancang bangun pengembangan agribisnis usaha ternak kerbau dibagi dalam beberapa kegiatan yaitu strategi pengembangan, program-program jangka pendek, strategi optimasi produksi, strategi pengembangan pola usaha dan strategi pemberdayaan peternak dan kelembagaan. Kesemua kegiatan tersebut akan saling menunjang dalam membentuk rancangbangun pengembangan agribisnis usaha ternak kerbau yang secara diagram seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa rancangan bangun ini dimulai dari kondisi usaha ternak kerbau saat ini strategi pengembangan pada hulu sampai hilir dengan target untuk mencapai kondisi masa depan yang diinginkan. Demikian pula akan terus disosialisasikan untuk pemanfaatan produk samping atau limbah. Strategi pengembangan Dalam strategi pengembangan, maka pewilayahan produksi dibagi atas clustercluster yaitu kegiatan di hulu, on farm dan kegiatan di hilir. Kemudian diusahakan untuk menerapkan sistem yang dapat mengoptimalkan produksi pada masing-masing
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2011
cluster. Optimalisasi produksi tersebut dibangun dengan menerapkan peningkatan status kesehatan hewan yang baik (good veterinarian practice), pengembangan pola usaha ternak, pemberdayaan sumber daya peternak dan strategi pengolahan dan pemasaran produk. Di hulu, kegiatan difokuskan pada konservasi sumber daya genetik kerbau, pembibitan yang sesuai dengan keinginan peternak yang dapat ditempuh melalui seleksi
ternak murni maupun persilangan dengan menerapkan good breeding practice pada tingkat kelompok peternak. Pada kegiatan on farm, maka penerapan diarahkan pada perbaikan teknik budidaya yang berbasis pada potensi yang ada dalam kondisi lokal spesifik, dan mengarahkan keinginan peternak agar dapat sesuai dengan kondisi lokal spesifik apakah kerbaunya ingin dikembangkan kearah kerbau potong, atau
Pengembangan agribisnis
Ternak
LATAR BELAKANG PERAN TERNAK KERBAU Kondisi Saat ini
Kerbau
Kondisi yang diinginkan
Strategi dan arah membangun Hulu On farm Hilir Menurun populasi, SDM, Marketing, dsb.
Konservasi Pembibitan -Breeding -Persilangan -Pemurnian
Pengolahan Budidaya Kampung Ternak Pemasaran Lokal Spesifik Ternak Kerja - Samping Ternak Pedaging Hasil Ternak Perah
Populasi naik,, Menyumbang, PSDS/K, SDM Meningkat, Pemasaran Meningkat, dsb.
Kebijakan (Kelembagaan, Pewilayaan, Pendanaan, Agroekosistem, aplikasi teknologi) Operasional Kegiatan Daerah A
Daerah B
Gambar 2. Rancang bangun pengembangan agribisnis kerbau
kerbau perah atau kerbau dwiguna yaitu plus sebagai sumber tenaga kerja (kerbau potong + tenaga kerja atau kerbau perah + tenaga kerja). Kemudian kegiatan on farm tersebut akan terus dikembangkan berbasis pada potensi kawasan untuk dikembangkan menjadi kampung ternak kerbau. Pada kegiatan di hilir, maka kegiatan akan dikonsentrasikan pada perbaikan atau penyempurnaan pengolahan produk berbasis pada tradisional knowledge bagi yang tersedia
dan membuat paket-paket teknik pengolahan lainnya yang diperkirakan akan disukai oleh masyarakat konsumen. Kemudian kegiatan pembuatan paket pemasaran yang sesuai dengan keinginan pasar yang dikemas sesuai dengan standard yang telah dibuat yaitu SNI jika telah tersedia. Tetapi jika SNI belum tersedia maka dapat dibuat sesuai dengan selera pasar dengan mempelajari keinginan konsumen akan produk terkait.
7
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2011
Selanjutnya, kegiatan di hilir tersebut juga akan menggalakan pemanfaatan produk samping atau limbah sebagai sumber energi biogas maupun sebagai pupuk organik yang efektif dalam membangun dan mempertahankan kesuburan tanah. Dalam implementasi Rancang Bangun ini maka dibutuhkan beberapa program jangka pendek sebagai penunjang yang harus dipersiapkan sebelumnya yaitu (a) Penyediaan database dan pewilayahan kerbau untuk mewujudkan konsep agroekosistim, (b) Pemetaan dan perluasan wilayah yang secara ekosistim cocok bagi pengembangan kerbau melalui penetapan dan kebijakan tata ruang daerah terkait, dan (c) Pengembangan kampung ternak kerbau. Strategi optimasi produksi Untuk optimasi produk, maka dibutuhkan peningkatan kemampuan peternak, meningkatkan peran daerah dalam pengembangan kerbau di daerahnya masingmasing, pendampingan/pengawalan kegiatan yang berlangsung serta promosi kegiatan yang sedang dan akan dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: (1) Pembentukan pusat pengembangan kerbau nasional dengan memanfaatkan baik UPT Pusat maupun secara bersama-sama yaitu UPT Pusat dan Daerah, (2) penguatan kelembagaan perbibitan yang harus terus diikuti/didampingi/dikawal dan secara bertahap menerapkan good breeding practice dan good farming practice pada kelompok peternak yang disampaikan oleh tim penyuluh dan tim teknis lainnya dari kabupaten dan provinsi, (3) Peningkatan status kesehatan kerbau, (4) Penanganan dan pemanfaatan by product dan waste product, dan (5) Melaksanakan promosi, sosialisasi dan edukasi dalam mengoptimalkan kemampuan produksi terutama dalam menghasilkan produk-produk yang mempunyai potensi dan prospek pasar kedepan. Strategi pengembangan pola usaha Dalam pengembangan pola usaha, maka pemerintah akan berperan sebagai fasilitator serta melaksanakan beberapa kegiatan penunjang lainnya seperti: (a) Penguatan peran
8
lembaga agribisnis ternak termasuk ternak kerbau, (b) Program pendampingan [inkubasi] dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha, (c) Mendorong sistim agribisnis kerbau berskala ekonomis berbasis sumberdaya lokal melalui impelmentasi IPTEK terapan dan (d) Membangun brand image daging kerbau dan produk olahan lainnya guna tercapainya peningkatan budaya rumahtangga untuk mengkonsumsi produk kerbau. Dalam pengembangan pola usaha ini perlu diperhatikan bahwa, produk yang berkualitas baik hanya dapat dihasilkan melalui proses dalam menghasilkan produk yang juga baik. Proses inilah yang paling penting yaitu sejak mulai dari penyediaan bibit ternak kerbau yang baik, penanganan manajemen pemeliharaan secara benar, proses panen dan penanganan pasca panen produk yang sesuai dengan spesifikasi produk dan memenuhi persyaratan kesehatan pangan dan halal serta pengepakan produk yang sehat dan menarik. Strategi pemberdayaan peternak dan kelembagaan Dalam pengembangan ternak kerbau maka yang paling utama adalah bagaimana peternak sebagai pemilik kerbau dapat merasakan manfaat dari usaha ternak kerbau yang dimilikinya terutama dalam hal memperoleh penghasilan tambahan yang cukup signifikan bagi kehidupan keluarganya. Guna mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan percepatan dalam penguasaan teknis dan regulasi penunjang dengan keberpihakan yang relatif lebih besar kepada kepentingan peternak kecil sebagai pemilik kerbau itu sendiri. Hal-hal tersebut meliputi: (1) Mempercepat terjadinya adopsi dan inovasi teknologi terapan yang dapat dimanfaatkan peternak secara langsung karena berbasis pada local resources, (2) Pengembangan kerjasama kelembagaan antara peternak/kelompok peternak dengan berbagai pihak terkait antara lain institusi ataupun sumber lainnya yang dapat melaksanakan pendidikan dan latihan dalam hal teknis mulai dari pemilihan bibit kerbau yang baik sampai pada pemeliharaan dan pascapanen produk, (3) Sumber-sumber permodalan terutama perbankan dan membangkitkan semangat memperkuat modal
Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2011
usaha kelompok melalui kesepakatan antar anggota, (4) Mensosialisasikan program penguatan kelembagaan peternak melalui lembaga pemerintah dan swasta agar peternak dapat memiliki kemampuan bargaining position yang lebih baik dan pada akhirnya dapat mandiri melalui usaha peternakan kerbau yang dimilikinya, dan (5) Pemasaran produk. KESIMPULAN 1. Untuk mempercepat pengembangan ternak kerbau di Indonesia maka partisipasi semua pihak terkait baik pemerintah, swasta maupun peternak sangat dibutuhkan. 2. Untuk itu maka dibuat rancang bangun pengembangan kerbau yang dapat diterapkan pada tingkat kelompok peternak kecil sebagai utama pemilik ternak kerbau di Indonesia. 3. Rancangan bangun tersebut meliputi aktifitas kegiatan dari hulu sampai hilir berdasarkan 4 stratetgi utama yaitu pengembangan berbasis potensi wilayah, pola usaha, optimasi produksi dan pemberdayaan peternak dan kelembagaan.
4. Diharapkan setelah penerapan rancang bangun tersebut dapat meningkatkan kontribusi kerbau dalam menunjang swasembada daging kerbau dan sapi di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA DITJENNAK. 2004. Statistik Peternakan Tahun 2003. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. DITJENNAK. 2009. Statistik Peternakan Tahun 2008. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. PSPK2011. 2011. Release terakhir hasil sensus ternak sapi dan kerbau. Biro Pusat Statistik, Jakarta. TALIB, C., 1988. Performan Sapi Peranakan Ongole. Thesis Magister sains. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. TALIB, C. 2011. Bahan Persentasi, Perbibitan kerbau menunjang swasembada daging di Indonesia. Pros. Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau, Lebak, 2 – 4 November 2010. Dinas Peternakan Provinsi Banten, Dinas Peternakan Kabupaten Lebak, Puslitbang Peternakan dan Direktorat Perbibitan Ditjennak. hlm: 8 – 15.
9