perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TENGGAK 3 SIDOHARJO SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
DEDY TRI SULISTYO. NIM X7107016.
PROGRAM STUDI S1 PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
DEDY TRI SULISTYO. NIM X7107016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TENGGAK 3 SIDOHARJO SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, Juli 2011. Tujuan ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya yang ada pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Jumlah siswa kelas IV SDN Tenggak 3 sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki – laki dan 10 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi/pengamatan, kajian dokumen, tes dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan penguasaan konsep gaya setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai awal sebesar 57, 58, pada siklus I sebesar 69, 91; dan pada siklus II sebesar 77, 88. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 65) pada Nilai awal 8 siswa atau 33, 33%, siklus I 20 siswa atau 83, 3% setelah dilakukan refleksi terdapat 4 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 65), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 91, 67% atau terdapat 2 siswa yang tidak tuntas.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kontekstual, penguasaan konsep, gaya.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
DEDY TRI SULISTYO. NIM X7107016. THE APPLICATION OF CONTEXTUAL LEARNING METHOD TO IMPROVE THE FORCE CONCEPT MASTERY IN IV GRADERS OF SD NEGERI TENGGAK 3 SIDOHARJO SRAGEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011. The objectives of this research are: to improve the force concept mastery in Science subject by applying the contextual learning model in the IV graders of SD Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen in the school year of 2010/2011. The study belongs to a classroom action research using two cycles. Each cycle consist of four stages: planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was the IV graders of SD Negeri Tenggak 3 of Sidoharjo subdistrict of Sragen Regency. The number of students were 24 consisting of 14 boys and 1o girls. Techniques of collecting data used were observation, document study, test and interview. Technique of analyzing data used was an interactive model analysis one consisting of three components of analysis: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification. The result of research, it can be concluded that there is an improvement of force concept mastery after the implementation of classroom action research by applying the contextual learning model. It can be seen from the mean class value increasing from the prior value of 57.58 to value 69.91 in cycle I and to value 77.88 in cycle II. The students who pass the learning successfully (passing score of 65) in prior value is 8 students or 33.33%, in cycle I 20 students or 83.3%, and after the reflection 4 students do not pass successfully (the quiz scores are below 65), but overall their learning achievement increases viewed from the percentage of student passing, and in the cycle II tests it increase to 91.67% or there are two students who do not pass successfully. Keyword : Contextual learning ,consept mastery, Force
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh." (Terjemahan: QS. Al Nasyirah 6-7). “Hanya dengan tindakan dan keberanian yang mampu mengubah dan mengembangkan gagasan yang mengendap dalam pikiran” ( Penulis)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada: Sungadi yang selalu mengais rejeki hanya untuk sesuap nasi dan Siti Rohkayani yang tak pernah berhenti memberi kasih sayang baik dikala teriknya Sang Surya maupun dalam sepertiga malam Saudaraku yang tersayang yang senantiyasa memberikan semangat dan dorongan. (Arif Handoko dan Dwi Prabowo)
Rekan-rekan semuanya dan Almamaterku
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Gaya Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Chumdari , M.Pd. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini. 5. Dra. Yulianti, M.Pd selaku pembimbing II yang membimbing hingga selesainya skripsi ini. 6. Achmad Jaed, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen yang telah memberikan izin dan tempat penelitian kepada penulis. 7. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada peneliti khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta,
Juli 2011
Peneliti
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii HALAMAN ABSTRAK .......................................................................................... iv HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vii KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4 C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 5 D. Perumusan Masalah .................................................................................. 5 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5 BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7 1. Hakikat Penguasaan Konsep Gaya dalam IPA ................................... 7 a. Pengertian Pemguasaan Konsep ................................................... 7 b. Pembelajaran IPA di SD ............................................................... 8 1) Hakikat IPA .............................................................................. 8 2) Tujuan IPA................................................................................ 10 3) Ruang Lingkup IPA .................................................................. 10 4) Pembelajaran IPA kelas IV ....................................................... 11 5) Gaya .......................................................................................... 15 commit to user 2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual .......................................... 17 x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Model Pembelajaran ................................................... 17 b. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ................................ 19 c. Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual...................................... 21 3. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar .......................... 23 a. Pengertian Siswa.......................................................................... .. 23 b. Karakteristik Anak Sekolah Dasar.............................................. .. 24 1) Kreatifitas................................................................................... 24 2) Bakat........................................................................................ .. 25 3) Motivasi................................................................................... .. 27 B. Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 28 C. Kerangka Berpikir.................................................................................... .. 29 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 32 B. Subjek Data ............................................................................................... 32 C. Sumber Data .............................................................................................. 32 D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... .. 33 1. Metode Observasi................................................................................ 33 2. Metode Wawancara ............................................................................. 33 3. Metode Tes .......................................................................................... 33 4. Metode Dokumentasi .......................................................................... 33 E. Validitas Data ............................................................................................ 34 F.
Analisis Data ............................................................................................ 34
G. Indikator Kinerja ....................................................................................... 35 H. Prosedur Penelitian.................................................................................... 36 1. Tindakan Siklus I ................................................................................ 37 2. Tindakan siklus II................................................................................ 38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian dan Data Awal .............................................. 40 B. Diskripsi Hasil dan Prosedur Penelitian .................................................... 43 1. Tindakan Siklus I ................................................................................ 43 commit to user 2. Tindakan Siklus II ............................................................................... 51
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pembahasan ............................................................................................... 59 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................................... 61 B. Implikasi .................................................................................................... 61 C. Saran .......................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 65 LAMPIRAN.......................................................................................................... ... 69
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV semester 1 ........... 11 Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV semester 2 ........... 13 Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual ................................................ 21 Tabel 4. Frekuensi Nilai Awal Hasil Belajar IPA Kelas IV SDN Tenggak 3 ....... 41 Tabel 5. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus I SDN Tenggak 3........................... 49 Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus II kelas IV SDN Tenggak 3 .... 55 Tabel 7. Nilai Rata – rata dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 Nilai Awal, Siklus I, dan Siklus II ........................................ 57
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir ...................................................................... 30 Gambar 2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 36 Gambar 3. Grafik Frekuensi Nilai Awal ................................................................. 41 Gambar 4. Grafik Frekuensi Nila Hasil Belajar Siklus I ....................................... 49 Gambar 5. Grafik Frekuansi Nilai Siklus II ........................................................... 55 Gambar 6. Grafik Hasil Tes Nilai Awal, Siklus I, dan Siklus II Siswa yang Belajar Tuntas ................................................................... 56 Gambar 7. Grafik Nilai Rata – rata pada Awal, Siklus I, dan Siklus II ................ 57
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Indikator Gaya ................................................................................... 67 Lampiran 2. Panduan Wawancara untuk Guru ...................................................... 68 Lampiran 3. Deskripsi Wawancara Sebelum Tindakan ......................................... 70 Lampiran 4. Panduan Wawancara Untuk Siswa .................................................... 74 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.................................... 76 Lampiran 6. Tes Individu Siklus I.......................................................................... 82 Lampiran 7. Kunci Jawaban ................................................................................... 83 Lampiran 8. Lembar Kerja Kelompok ................................................................... 84 Lampiran 9. Lembar Kerja Kelompok .................................................................. 85 Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................................. 86 Lampiran 11. Tes Individu Siklus II ...................................................................... 92 Lampiran 12. Kunci Jawaban ................................................................................. 94 Lampiran 13. Lembar Kerja Kelompok................................................................. 95 Lampiran 14. Lembar Kerja Kelompok................................................................. 96 Lampiran 15. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I .................................. 97 Lampiran 16. Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I ........................................ 98 Lampiran 17. Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus I .............................. 99 Lampiran 18. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus II ................................ 100 Lampiran 19. Hasil Obsevasi Belajar Afektif Siklus II ......................................... 101 Lampiran 20. Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus II .............................. 102 Lampiran 21. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 Nilai Awal ....................................................................... 103 Lampiran 22. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 Siklus I ............................................................................ 104 Lampiran 23. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 Siklus II ........................................................................... 105 Lampiran 24. Cara Menentukan Jumlah Kelas Interval......................................... 106 Lampiran 25. Lembar Wawancara Untuk Guru Setelah commit to userKontekstual.................................112 Diterapkan Model Pembelajaran
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 26. Deskripsi Wawancara Sesudah Tindakan.........................................113 Lampiran 27. Foto Kegiatan....................................................................................117
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal khususnya pendidikan di sekolah adalah pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, seperti harus berjenjang dan berkesinambungan dan lain sebagainya. Dalam pendidikan formal ini ada beberapa komponen yang menyebabkan berjalannya kegiatan belajar yaitu tenaga pendidik (guru) dan peserta didik, baik untuk tingkat pendidikan sekolah dasar, sekolah tingkat menengah maupun sekolah lanjutan. Dalam melaksanakan pengajaran di sekolah dasar, setiap guru senantiasa menghadapi situasi yang berbeda dan menantang yang mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Bukanlah sesuatu yang mudah untuk mewujudkan pembelajaran yang berlangsung optimal. Karena dalam kenyataan yang sesunguhnya masih banyak sekali berbagai macam hambatan yang muncul seiring berlangsungnya proses pembelajaran. Hambatan yang biasa terlihat
berupa minimnya
sarana dan
prasarana yang mendukung pembelajaran dan kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan variasi mengajarnya, ini dibuktikan yaitu dengan kurang tepatnya pemilihan metode mengajar dan model pembelajaran yang diterapkan. Dengan pemilihan metode mengajar serta model pembelajaran yang kurang tepat itu, sehingga berpengaruh pada menurunnya hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran guru harus dapat memilih metode dan model yang sesuai dan cocok dengan kondisi siswa, kelas, dan lingkingan tempat belajar. Seorang guru juga dituntut untuk bisa melakukan variasi mengajar dari berbagai mata pelajaran agar materi ajar dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional. Tujuan pembelajaran menyatakan suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran itu dan bukan sekedar suatu proses dari pembelajaran itu sendiri. user Tujuan pembelajaran diharapkancommit mamputomembentuk manusia yang berkualitas
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
hanya dapat dipenuhi oleh dunia pendidikan. Upaya pemenuhan tersebut merupakan suatu proses yang panjang yang dimulai sejak anak belajar di SD. Salah satu unsur yang turut menentukan kualitas Sumber Daya Manusia yaitu penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran IPA. Salah satu mata pelajaran yang ada di SD yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah IPA. Sekolah Dasar merupakan tempat pertama siswa mengenal konsep-konsep dasar IPA, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah yang lebih tinggi di samping mempunyai kegiatan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran IPA dengan materi gaya sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat menggali pengetahuan dari siswa yang bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari konsep - konsep dalam penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk memecahkan suatu masalah atau persoalan serta mendorong siswa membuat hubungan antara materi IPA tentang gaya
dan penerapannya yang berkaitan
dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupana manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA upaya
untuk
membangkitkan
minat
siswa
serta
kemampuan
dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu IPA juga mengandung pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia. Sehingga fakta penemuannya dapat dikembangkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain” ( Abdullah (1998:18) dalam http://juhji-sciencesd.blogspot.com/2008/07/pengertian-pendidikan-ipa-dan.html diakses 7 Februari 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA sulit untuk dipelajari. Akibatnya rata-rata hasil belajar siswa cenderung lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Negeri Tenggak 3 pada tanggal 20 Januari 2011 dan data hasil ulangan IPA dengan materi gaya, penguasaan konsep gaya oleh siswa masih rendah. Persentasi siswa tuntas yaitun dengan nilai 65 keatas hanya 8 orang (33,33%) dan yang belum tuntas dengan nilai 60 ke bawah 16 orang (66, 67%), dengan KKM 65 maka siswa seluruhnya diperlukan remedial ( data selengkapnya ada di lampiran 21 halaman 103 ). Pada mata pelajaran IPA dengan materi gaya penguasan konsepnya masih rendah, yang akhirnya hasil belajar siswa juga rendah dibanding mata pelajaran lain. Hal itu terjadi karena guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah serta menghafal untuk menghadapi ulangan. Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, kemudian biasa dihafalkan bukan berlatih berpikir memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Terkait masih rendahnya penguasaan konsep gaya oleh siswa yang berpengaruh belum optimalnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3, maka peneliti berupaya menerapkan model pembelajaran Kontekstual sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Menurut Elaine B. Johnson (2009:67), Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek – subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, dengan konteks keadaan pribadi, commityaitu to user sosial dan budaya mereka.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Di
dalam
kegiatan
belajar-mengajar
berlangsung
suatu
proses
pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas kedua proses tersebut maka dalam pembelajaran dapat diterapkan model pembelajaran kontekstual. Kemudian model kontekstual itu dikelola dan dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang. Dengan menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang maka akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan suatu konsep. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar-mengajar adalah memilih model pembelajaran yang sesuai, agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Hal ini disebabkan adanya tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses pembelajaran tidak lagi hanya sekedar menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Bertitik tolak daripada latar belakang masalah di atas, penelitian ini mengambil
judul
“Penerapan
Model
Pembalajaran
Kontekstual
Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Gaya Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA sulit untuk dipelajari. 2. Hasil ulangan siswa SDN Tenggak 3 pada mata pelajaran IPA khususnya materi gaya, prestasi belajar siswa masih rendah. 3. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan commit to user siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
4. Pembelajaran yang pasif menjadikan siswa berada pada rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik.
C. Pembatasan Masalah Dengan adanya permasalahan yang cukup banyak, maka penelitian ini perlu dibatasi pada : 1. Peningkatkan penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran IPA kelas IV SD masih rendah. 2. Penerapan model pembelajaran kontekstual belum diterapkan dalam mata pelajaran IPA materi gaya.
D. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya bagi siswa kelas IV SDN Tenggak 3 Sidoharjo Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011?”
E. Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis, diantaranya : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan berupa pentingnya peran guru sebagai pendidik yang kreatif dan inovatif dalam menciptakan variasi mengajar diberbagai bidang mata pelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut: a. Bagi Siswa 1) Meningkatnya prestasi atau hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi gaya. 2) Bertambahnya kemampuan siswa dalam penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran IPA. b. Bagi Guru 1) Diperolehnya guru yang profesional, karena melibatkan siswa seutuhnya dalam pembelajaran. 2) Bertambahnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual. c. Bagi Sekolah 1) Tumbuhnya iklim pembelajaran yang kondusif 2) Bertambahnya kualitas pembelajaran, karena lebih variatif dan kreatif dalam menerapkan model pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Penguasaan Konsep Gaya a. Pengertian Penguasaan Konsep Untuk mengetahui sebuah istilah,tentulah kita juga harus mengerti arti dari masing – masing kata atau kalimat. Demikian juga apabila kita ingin mengerti dan memahami arti dari pengertian penguasaan konsep, kita juga harus paham terlebih dahulu apa itu penguasaan dan apa itu konsep? Menurut Bambang Sarwiji ( 2006 : 394 ), Penguasaan adalah suatu proses, pembuatan menguasai atau menguasakan. Faqih Samiawi dan Bunyamin Maftuh ( 2001: 10) berpendapat bahwa konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah. Soedjadi (2000 : 14), konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Sedangkan menurut Oemar Hamalik ( 2001 : 162 ), konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri – ciri umum. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai pemahaman atau kesangguapan untuk menggunakan pengetahuan maupun kepandaian. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari – hari. http://repository.upi.edu/operator/uploud/s_d5251_0602176_chapter2.p df. ( diakses tanggal 21 Juni 2011). Menguasai konsep dalam suatu pembelajaran menjadi kunci penting dalam hasil belajar siswa. Dengan menguasai konsep siswa akan terbantu untuk mengeluarkan ide atau gagasan serta dalam memecahkan suatu masalah. Dari beberapa pengertian tentang penguasaan konsep diatas dapat peneliti simpulkan bahwa penguasaan commit to konsep user adalah suatu proses atau cara
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
untuk menguasai sesuatu yang merupakan alat untuk membantu kegiatan berfikir yang tersimpan dalam pikiran yang berupa ide atau gagasan dengan stimuli yang memiliki ciri – ciri umum guna untuk memecahkan suatu masalah.
b. Pembelajaran IPA di SD 1 ) Hakikat IPA Kata “IPA” merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari katakata bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan ( Maridi, dkk, 2005:2). Jadi Ilmu Pengetahuan Alam atau
Science itu secara harfiah dapat
disebut sebagai ilmu tentang alam mini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. New Lollegiate Dictionary (1981) dalam Maridi, dkk (2005:2) menyatakan natural science Knoledge with the physical and its phenomena, yang artinya Ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan di dalam purnell’s : Concise Dictionary of Science (1983) dalam Maridi, dkk (2005:2) tercantum definisi “Science the broad field of human knowledge, acuired by sistematic observation and experiment, and explained by means of rules, law, principles, theories, and hypotheses”, yang artinya Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapat dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa. The Liang Gie (2000) dalam Leo Sutrisno, dkk (2007:16), menyatakan bahwa ilmu pengetahuan (science) adalah kumpulan sistematis dari pengetahuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan,
penyusunan
teori,
eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. ( Abdullah (1998:18) dalam http://juhji-sciencesd.blogspot.com /2008/07/pengertian-pendidikan-ipa-dan.html diakses 7 Februari 2011) JS. Sukardjo, dkk (2005:1), menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, atau secara sederhana merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam. Selanjutnya science adalah continuing effort to disciver and increase human knowledge and understanding though disciplined research. Using controlled methods, scientist collect observable evidence of natural or social phenomena, record measurable data relating to the observations, and analize this information to contruct theoretical explanations of how things work. The method of scientific research include the generation of hypotheses about how phenomena work, and experimentation that tests these hypotheses under controled conditions. Scientists are also expected to publish their information so other scientists can do similar experments to double-check their conclusions. The result of this prosses enable betther understanding of past event, and better ability to perdict future event of the same kind as those that have been tested ( Parkin, 1991) dalam http://juhji-science-sd.blog.com/. Yang artinya ilmu pengetahuan adalah usaha yang melanjutkan dan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan manusia untuk melakukan penelitian. Penggunaan metoda dikendalikan, ilmuwan mengumpulkan bukti yang tampak tentang gejala sosial atau alami, merekam data terukur berkenaan dengan pengamatan, dan analize informasi ini ke penjelasan yang teoritis bagaimana hal-hal bekerja. Metoda tentang penelitian ilmiah meliputi pembuatan hipotesis tentang bagaimana pekerjaan gejala, dan percobaan yang menguji hipotesis ini di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol. Ilmuwan juga diharapkan untuk menerbitkan informasi commit to user mereka , ilmuwan lain dapat melakukan serupa experimen untuk cek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
sekali lagi kesimpulan mereka. Hasil prosses ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik dari
peristiwa masa lampau, dan
kemampuan lebih baik ke peristiwa masa depan yang telah diuji Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya dengan bersikap almiah.
2) Tujuan IPA Pembelajaran
IPA
di
SD/MI
bertujuan
agar
siswa
:
1)
Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari. 5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain. 6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. 7) Menghargai berbagai
macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40) dalam http://adfal86.blogspot.com/. Maksud dan tujuan pembelajaran IPA tersebut adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang gejala alam, berbagai jenis dan perangai lingkungan melalui pengamatan agar siswa tidak buta akan pengetahuan dasar mengenai IPA.
3)
Ruang Lingkup IPA Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah
Dasar
menurut
Sri
Sulistyorini
http://adfal86.blogspot.com/ meliputi aspek-aspek : commit to user
(2007:40)
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda atau materi,sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. Menurut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan sebagai mata pelajaran sejak kelas IV, sedang kelas I sampai kelas III diberikan secara tematik dengan pelajaran yang lain. Karena dalam penelitian ini yang penulis kaji bahan kelas IV.
4) Pembelajaran IPA Kelas IV Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan secara mata pelajaran sejak kelas IV sampai kelas VI, sedang kelas 1 sampai kelas III diberikan secara tematik pada pelajaran lain. Karena di dalam penelitian ini yang peneliti kaji bahan kelas IV, maka di bawah ini peneliti sampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV.
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV semester 1 Standar Kompetensi Makhluk
1.
hidup
dan
Kompetensi Dasar 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara
Proses kehidupan
stuktur kerangka tubuh manusia
Memahami
dengan fungsinya.
hubungan
antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya,
1.2 Menerapkan
cara
memelihara
kesehatan kerangka tubuh.
serta to1.3 commit userMendeskripsikan hubungan antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
pemeliharaannya.
struktur
panca
indra
dengan
fungsinya. 1.4 Menerapkan
cara
memelihara
kesehatan panca indra. 2.
Memahami
hubungan
2.1 Menjelaskan
hubungan
antara
antara struktur bagian
stuktur akar tumbuhan dengan
tumbuhan
fungsinya.
dengan
fungsinya.
2.2 Menjelaskan
hubungan
antara
stuktur batang tumbuhan dengan fungsinya. 2.3 Menjelaskan
hubungan
antara
struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.
2.4 Menjelaskan
hubungan
antara
bunga dengan fungsinya. 3.
Menggolongkan hewan berdasarkan
jenis
makanannya
3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan 3.2 Menggolongkan
hewan
berdasarkan jenis makanannya. 4.
Memahami daur hidup
4.1 Mendeskripsikan
daur
hidup
beragam jenis makhluk
beberapa hewan di lingkungan
hidup.
sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing. 4.2 Menunjukkan
kepedulian
terhadap
peliharaan,
hewan
misalnya kucing, ayam, ikan. 5.
Memahami
hubungan
5.1. Mengidentifikasi beberapa jenis
sesama makhluk hidup
hubungan khas (simbiosis dan
antar makhluk commit hidup to userhubungan “makn dimakan” antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
dengan lingkunannya
makhluk hidup (rantai makanan) 5.2. Mendeskripsikan hubungan antara makhluk
hidup
dengan
lingkungannya 6.
Memahami sifat
dan
wujud
beragam perubahan
benda
cara
wujud
benda
padat, cair dan gas memiliki sifat
serta
berbagai penggunaan
6.1. Mengidentifikasi
tertentu 6.2. Mendeskripsikan
benda
terjadinya
perubahan wujud cair
berdasarkan sifatnya
cair; cair
gas
padat
cair; padt
gas. 6.3. Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya.
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya 7. Memahami gaya dapat
7.1.Menyimpulkan hasil
mengubah gerak dan/atau
percobaan bahwa gaya
bentuk suatu benda.
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. 7.2.Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.
8. Memahami berbagai berbagai
8.1 Mendeskripsikan energi panas
bentuk energi dan cara
dan bunyi yang terdapat di
commit to user penggunaannya dalam
lingkungan sekitar serta sifat-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
kehidupan sehari-hari.
sifatnya. 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya. 8.3 Membuat suatu karya.model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/balingbaling/pesawat kertas/parasut.. 8.4 Menjelaskan energi bunyi melalui penggunaan alat musik.
Bumi dan Alam Semesta
9.1 Mendeskripsikan perubahan
9. Memahami perubahan
kenampakan bumi.
kenampakan permukaan
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan
bumi dan benda langit.
dan kenampakan bumi dari hari ke hari.
10. Memahami perubahan
10.1 Mendeskripsikan berbagai
lingkungan fisik dan
penyebab perubahan
pengaruhnya terhadap
lingkungan fisik (angin,
daratan.
hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut). 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). 10.3 Mendeskripsikan cara commit to user
pencegahan kerusakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). 11. Memahami hubugan antara
11.1 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
sumber daya alam dengan
lingkungan, teknologi, dan
lingkungan.
masyarakat.
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan. 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
Materi IPA Kelas IV SD yang dipakai dalam penelitian ini adalah gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda.
5) Pengertian Gaya Untuk meringankan pekerjaan kita sering melakukan gaya. Dengan gaya pekerjaan berat yang kita kerjakan akan terasa ringan. Adanya alat yang membantu kita dalam melakukan gaya juga sangat mambantu cepat selesainya pekerjaan kita. Tapi taukah anda apa itu gaya ? Menurut Haryanto ( 2004 : 116 ), semua bentuk tarikan dan dorongan adalah gaya. Gaya sesungguhnya tidak dapat lihat, tetapi akibat dari gaya pada sebuah benda kita lihat dan rasakan. Contoh tarikan adalah gerakan menarik gerobak, menarik pintu, menarik tali timba, menarik layang – layang. Contoh dorongan adalah gerakan mendorong meja, menutup pintu, menekan tombol, menginjak pedal sepeda dan menendang bola. Heri Sulistyanto dan Edi Wiyono ( 2008 : 91 ), dorongan dan tarikan dikenal dengan sebutan gaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Menurut Widodo dkk ( 2004 : 62 ), gaya adalah tarikan atau dorongan terhadap suatu benda. Secara tidak kita sadari, kita sering melakukan suatu gaya seperti menendang bola, mengerem sepeda, mendorong meja, memukul kaleng hingga berubah bentuk. Gaya yang kita lakukan dapat berupa gaya yang mengubah gerak benda atau mengubah bentuk benda. Berdasarkan pengertian gaya di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa Gaya adalah Tarikan dan dorongan terhadap suatu benda yang dapat mengakibatkan perubahan arah dan bentuk benda. a) Jenis – Jenis Gaya Gaya sebenarnya di klasifikasikan menjadi beberapa jenis, akan tetapi kita tidak mengetahui kita itu melakukan jenis gaya yang termasuk dalam klasifikasi apa ? Sedangkan jenis gaya itu ada banyak sekali. Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono ( 2008 : 92 ) menyatakan bahwa berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan menjadi beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : 1) Gaya Otot, 2) Gaya Gesek antara dua benda, 3) Gaya Magnet, 4) Gaya Gravitasi, 5) Gaya Listrik. Haryanto (1999 : 112) mengemukakan bahwa macam – macam gaya yaitu : 1) Gaya Gesekan, 2) Gaya Pegas, 3) Gaya Magnet, 4) Gaya Gravitasi Bumi, 5) Gaya Listrik Statis. Dengan mengetahui jenis – jenis gaya seperti di atas kita akan mengerti dan paham bila kita melakukan suatu gaya, pastilah termasuk salah satu jenis gaya seperti yang di sebutkan diatas.
b) Gaya Dapat Mengubah Gerak dan Bentuk Benda Gaya yang kita berikan pada benda akan sangat berpengaruh terhadap gerak dan bentuk benda. Mungkin sering tidak kita sadari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
mengapa benda yang kita sentuh dapat bergerak ? dan mengapa benda yang kita beri tekanan dapat berubah bentuknya? Menurut Haryanto ( 2004 : 119), Gaya yang diberikan ke sebuah benda mengkibatkan berbagai perubahan. Benda diam diberi gaya dapat menjadi bergerak. Benda bergerak diberi gaya dapat menjadi bergerak makin pelan atau menjadi diam. Gaya juga dapat membuat benda bergerak menjadi berubah arah, benda bergerak makin cepat, atau bentuk benda menjadi berubah. Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono ( 2008 : 96) mengemukakan bahwa Gaya yang dihasilkan oleh dorongan ataupun tarikan dapat mengakibatkan benda bergerak. Selain menyebabkan benda bergerak , gaya yang bekerja pada benda dapat mengubah bentuk benda. Gaya dapat mengubah bentuk benda dapat kita lihat ketika tanah liat dapat dibentuk menjadi bulat dan berbentuk seperti bola apabila dengan tangan kita bisa membentuknya. Gaya yang diberikan oleh tangan pada tanah liat membuat bentuk tanah liat berubah. Hal ini menunjukkan bahwa gaya juga dapat mengubah bentuk benda. Jadi suatu benda itu dapat bergerak dan berubah bentuknya karena adanya gaya yang kita berikan pada benda tersebut. Akan menjadi semakin jelas apabila kita melakukan percobaannya secara langsung.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual a. Pengertian Model Pembelajaran Pada saat ini guru dituntut dapat mengembangkan serta menerapkan sebuah pembelajaran yang
aktif, kreatif, inovativ dan menyenangkan.
Sarana untuk mewujudkan pembelajaran yang seperti di sabutkan diatas,diperlukanlah model pembelajaran. Apa yang dimaksud model pembelajaran itu ? Menurut Harjanto ( 2006 : 51 ), model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual, benda tiruanto atau commit user barang. Model sebagai kerangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dengan mnggunakan sarana seperti benda tiruan siswa akan merasa memiliki keingintahuan yang besar dalam mengikuti pmbelajaran. Sehingga siswa termotivasi untuk memahami mata pelajaran yang diajarkan. Menurut Oemar Hamalik (1994 : 57 ), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku – buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, komputer, perlengkapan audio visual. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar dan ujian. Menurut Hamzah B. Uno (2007 : 54), pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar dan sumber belajar pada suatu lingkungan untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. Trianto (2007: 1) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Asep Jihad (2008: 25) model pembelajaran merupakan rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kuriulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Mills dalam Agus Suprijono (2009: 45) berpendapat bahwa “model adalah
bentuk
representasi
akurat
sebagai
proses
aktual
yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”.
Joyce dan Weil dalam Trianto (2007:1)
berpendapat “… dengan model commitbelajar to userguru dapat membantu siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara pikir,dan mengekpresikan ide diri sendiri... .” Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Joice dan Weil dalam Isjoni (2010: 50) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran,dan member petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Untuk memilih model yang tepat maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya semua model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktifitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik. 2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik. 3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. 4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru 5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi,dan proses belajar yang ada, Hasan dalam Isjoni (2007 : 50) Dengan adanya model pembelajaran akan membantu siswa mengeluarkan ide, gagasan, skill, dan kemampuannya guna tercapainya tujuan pembelajaran. Seharusnya dengan adanya model pembelajaran hasil belajar siswa juga akan mengalami peningkatan. Berdasarkan pengertian diatas maka peneliti dapat simpulkan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar atau sumber belajar pada suatu lingkingan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
b. Pengertian model Pembelajaran Kontekstual Banyak sekali model – model pembelajaran yang di gunakan oleh para guru. Model pembelajaran begitu penting digunakan sebagai sarana untuk
menyampaikan suatu materi pembalajaran. Salah satu model
pembelajaran yang cocok di gunakan sebagai sarana untuk menyampaikan materi pembelajaran yaitu model pembelajaran kontekstual. Menurut Elaine B. Johnson (2009:67) “Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek – subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka”. Yatim Riyanto, ( 2009 : 159 ) berpendapat bahwa “model kontekstual merupakan konsep belajar yng membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Menurut Rusman, ( 2010 : 187 ), Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaikkannnyadengan dunia nyata”. Inti dari CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata.
Untuk mengkaitkannya bias
dilakukan berbagai cara , selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait kondisi faktual, juga bias disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun commit to user tidak langsung terkait atau ada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian selain pembelajaran akan menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya. Dengan demikian memudahkan
menggunakan model pembelajaran kontekstual akan
siswa
dalam
menguasai
konsep
dari
suatu
materi
pembelajaran. Siswa juga akan merasa terbantu dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupannya sehari – hari. Dengan demikian hasil belajar siswa juga akan mengalami peningkatan. Bedasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa Model Kontekstual ( Contextual Teacher and Learning ) adalah Suatu sistem pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan bahan ajarnya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari – hari.
c. Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual Model pembelajaran kontekstual dei desain untuk membantu semua anak belajar materi akademik yang sangat berat. Cara mengajar yang baik akan bisa berlaku untuk semua anak, dan cara itu tercakup dalam komponen model pembelajaran kontekstual. Menurut Elaine B . Johnson ( 2009 : 65 ), ada delapan komponen dalam pembelajaran kontekstual yang harus diterapkan oleh guru. Untuk masing – masing tahapan komponen di sajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3. Sintaks model pembelajaran Kontekstual Fase Fase 1 : Membuat bermakna
Perilaku Guru Guru
keterkaitan
membantu
yang mengaitkan sekolah nyata. commit to user
materi
dengan
siswa
dalam
pembelajaran
konteks
di
kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Fase 2 : Melakukan
Guru membagi siswa dalam beberapa pekerjaan
berarti
yang kelompok untuk melakukan percobaan atau pekerjaan yang memiliki tujuan, berguna
untuk
orang
lain,
dan
menghasilkan produk nyata maupun tidak nyata. Fase 3 :
Guru mendorong siswa untuk menjadi
Melakukan pembelajaran yang pelajar yang dapat mengatur diri mereka diatur sendiri
sendiri yang bekerja mencapai tujuan dan
menarik
memperoleh
minat
mereka
pengetahuan
yaitu
akademik
melalui kegiatan langsung. Fase 4 : Bekerja sama
Guru meminta siswa
untuk
saling
bekerja sama dengan efektif dalam kelompok Fase 5 : Mnggunakan pemikiran Guru memberi bimbingan kepada siswa tingkat tinggi yang kreatif dan dalam menganalisis, melakukan sintetis, kritis
memecahkan keputusan,
masalah, menggunakan
membuat logika
da
bukti. Fase 6 : membantu
Guru mengidentifikasi tujuan yang jelas individu
tumbuh dan berkembang
untuk dan memotivasi untuk mencapainya. Menunjukkankepada mereka cara untuk mencapai keberhasilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Fase 7 :
Guru mendorong siswa dan memotivasi
mencapai standar yang tinggi
siswa
untuk
banting, mencapai
bekerja
penuh yang
keras,
tahan
konsentrasi
untuk
terbaik
dalam
mengembangkan bakat dan minat. Fase 8:
Guru melakukan penilaian yang autentik
Melakukan
penilaian
yang dari hasil evaluasi yang dilakukan
autentik Menurut Rusman (2010 : 200) Langkah – langkah pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang dimilikinya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang diajarkan. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pertanyaan – pertanyaaan. 4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya. 6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan sebenarnya pada setiap siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
C.
Tinjauan Tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar 1. Siswa Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar bisanya berusia 5 tahun sampai 12 tahun. Peran siswa di sekolah yaitu sebagai anak didik atau peserta didik. Masing – masing siswa itu memiliki karakteristik yang berbeda – beada. Tapi yang menjadi pertanyaan di sini apa itu yang di maksud dengan Siswa atau anak didik itu dan bagaimanakah karakteristiknya ? Syaiful Bahri Djamarah (2005 : 51) menemukakan bahwa anak didik atau siswa adalah Setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau
sekelompok
orang
yang
menjalankan
kegiatan
pendidikan. Anak didik bukan binatang, tetapi ia adalah manusiayang mempunyai akal. Anak didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa – apa tanpa kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Menurut Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono (2002 : 4), Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun psikologis. Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya di Taman Kanak - kanak pada usia 4 atau 5 tahun. Pada awal masuk sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 sampai 6 tahun. Tanpa mempedulikan umur anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan – kebiasaan yang dibawanya ke sekolah akhirnyaterbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampaknya mempunyai pengaruh penting terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya dikelak kemudian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Jadi
dalam memasuki jenjang pendidikan di sekolah dasar
sebenarnya setiap anak mempunyai karakteristik, sifat dan ciri yang berbeda – beda. Faktor yang membentuk karakteristik anak terjadi karena pembawaan maupun lingkungan anak tersebut.
2. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Ada beberapa karakteristik anak di usia sekolah dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya di tingkat sekolah dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dari anak Sekolah Dasar antara lain yang berkaitan dengan kreatifitas, bakat, dan motivasi. Untuk lebih jelasnya marilah kita kupas secara satu persatu karakteristik tersabut sebagai berikut: 1) Kreatifitas Kreatifitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasikombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia. (http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/hubungan-intelrgensiminat-bakat-serta.html ). Abu Ahmadi ( 2003 : 187 ) berpendapat bahwa kreatifitas adalah kesanggupan menciptakan tujuan – tujuan baru dan mencari alat – alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Setiap anak tentulah memiliki sifat – sifat kreatif dalam aktivitas pembelajaran. Bagaimanakah ciri – ciri anak yang kreatif itu? Menurut Utami Munandar (2004 : 37), ciri – ciri pribadi kreatif adalah sebagai berikut : a) Imajinatif, b) mempunyai prakarsa, c) mempunyai minat luas, d) mandiri dalam berpikir, e) Senang berpetualang, f) penuh energi, g) penuh energi, h) percaya diri, i) commit to user beraemni mengambil resiko, j) Berani dalam pendirian dan keyakinan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Dengan siswa memiliki kreatifitas maka suasana pembelajaran dikelas akan menjadi hidup dan penuh keaktifan. Suasana kelas menjadi hidup dan aktif dikarenakan siswa dengan kreatifitasnya tentulah akan menuangkan kemampuannya secara optimal. Dari pendapat diatas, dapat penulis
disimpulkan
bahwa
kreatifitas adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menemukan hal baru dan menciptakan sesuatu yang baru serta dapat berguna dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. 2) Bakat Dalam diri setiap anak sebenarnya memiliki kemampuan yang istimewa. Kemampuan itu sering kita sebut dengan istilah bakat. Bakat dari tiap masing – masing anak itu berbeda – beda. Sebelum membahas lebih jauh, perlu kita ketahui terlebih dahulu apa pengertian dari bakat ? Menurut Abu Ahmadi ( 2003 : 200 ), bahwa bakat merupakan potensi – potensi yang berisi kebmungkinan – kemungkinan untuk berkembang ke sesuatu arah. Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. (http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/hubunganintelegensi-minat-bakat.serta.html) diakses tanggal 20 Juni 20011. Bakat adalah semacam perasaan dan perhatian, ia merupakan salah satu metode pikir. Bakat itu menjadi jelas karena pengalaman, akan tetapi kita hanya condong kepada sebagian saja dari sekumpulan aspek-aspek kegiatan yang kita alami dan lakukan. Terbentuknya bakat manusia terhadap macam-macam kegiatan yang dilakukannya atau tidak terbentuknya bakat itu ditentukan oleh banyak faktor. Sering kali bakat dan kemampuan berjalan seiring, hanya saja ada keadaan-keadaan dimana keduanya muncul serentak. Jadi kemampuan dan bakat adalah dua faktor yang berbeda dan terpisah antara satu bidang dengan lainnya.http://nieujik.blogspot.com/2009/02/bakat-emosikepribadian (diakses tanggal 21 Juni 20011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Utami Munandar (2004 ; 12) menyatakan bahwa bakat merupakan kreatifitas yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang, yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. Dalam suatu pembelajaran sebuat bakat merupakan hal yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar setiap pekerjaan yang baru. Maka seharusnya kita sebagai orang tua dan guru menggunakan bakat anak-anak yang wajar, serta mengatur kehidupan sekolah mereka agar anak-anak tidak kehilangan dorongan yang membawa mereka pada hal
yang baru. Akan tetapi bagaimana cara
menghadapi/memelihara bakat anak-anak agar selalu hidup dan kuat untuk menjadi pendorong bagi mereka dalam belajar ? http://nieujik.blogspot.com/2009/02/bakat-emosikepribadian (diakses tanggal 21 Juni 20011) dijelaskan : a) Mengetahui bakat dari masing-masing peserta didik dan tiap mereka dipelajari dengan baik apa kecondongan yang menonjol, b) Hendaknya kita selalu menjadikan peserta didik anda sebagai titik tolak, dan mengarahkan mereka pada bakatnya masingmasing di mana saja anda temukan serta jadikanlah bakat-bakat tersebut asas dari pendidikan dan pengajaran mereka.c) Wajib mengembangkan bakat kodrati yang umum terdapat pada muridmurid. d) Membantu murid-murid untuk merasakan adanya hubungan sekolah dengan kehidupan nyata, melalui hubungan bidang studi dan pengalaman belajar dengan kehidupan pribadi anak. Apabila anak-anak telah sampai kepada tahap terakhir sekolah menengah, bakat mereka tetap berfungsi sebagai kekuatan penggerak dalam pengajarannya. Dan bakat itu, tetap menjadi pendorong yang kuat, untuk memantapkan bidang studi yan dipelajarinya, seperti bahasa dan ilmu pengetahuan alam. Akan tetapi bakat mempunyai kepentingan lain dalam tahap ini. Anak laki-laki dan perempuan disini menghadapi kesempatan dan keadaan yang menuntut mereka untuk mempelajari berbagai bidang studi pilihan atau memilih salah satu hobi ekstra kurikuler. Bidang studi pilihan dan hobi tersebut commit to user ia memberi kesempatan kepada mempunyai urgensi khusus, karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
peserta didik untuk berusaha dan mencoba berbagai segio kegiatan dan membekalinya dngan banyak pengalaman dan percobaan. Hal ini menolongnya dalam persiapan, untuk memilih caranya dalam pekerjaan yang cocok dan mengarahkan dirinya kejalan yang akan ditempuhnya dalam kehidupan di kemudian hari. Bakat adalah asas terpenting, yang harus dijadikan sandaran bagi individu dalam memilih bidang-bidang studi dan hobinya. Tanpa mengetahui bakatnya, peserta didik boleh jadi akan mengarahkan dirinya kepada bidang studi pilihan secara kebetulan saja, atau karena waktunya cocok, mungkin pula karena sebagian temannya telah memilihnya, atau karena gurunya lebih mudah dari pada guru lain. Apabila kita mengetahui bakat peserta didik dan peserta didik mengetahui
bakatnya,
maka
kita
harus
menyertainya
dalam
memperhatikan hasil tes bakat yang dilaksanakan terhadap peserta didik, dapat kita saranakan kepadanya bidang studi dan segi-segi kegiatan yang berhubungan dengan bakatnya yang apabila diikutinya ia merasakan ingin untuk meneruskannya dan kegiatan tersebut bermanfaat. Dengan demikian agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan bakat – bakat tersebut. Bakat
akan
berkembang
apabila
adanya
kesempatan
untuk
mengenbangkannya. Disinilah peran lingkungan sangat penting karena dengan lingkungan yang baik dan mendukung maka kesempatan seseorang mengaktualisasikan bakatnya akan tercapai.
3) Motivasi Dalam menjalani kehidupan tentulah kita mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai. Agar tujuan tersebut dapat tercapai tentulah ada faktor pendorongnya atau hal yang membuat kita termotivasi untuk mencapainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Menurut Nanang Hanifah dan Cucu Suhana (2009 : 26), motivasi merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangunan kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri seseorang. Ngalaim Purwanto (1992 : 60), motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita. Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan. Uang bisa menjadi motivasi kenikmatan maupun motivasi menghindari rasa sakit. Jika kita memikirkan uang supaya kita tidak hidup sengsara, maka disini alasan seseorang mencari uang untuk menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang mengejar uang karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan seseorang untuk meraih kenikmatan. http://www.sqvidoo.com/definisi-motivasi (diakses tanggal 21 Juni 2011). Motivasi menjadi fungsi yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Karena dengan motivasi yang kuat dari siswa untuk maka situasi pembelajaran akan menjadi bersemangat dan berjalan dengan aktif, kreatif dan penuh inovatif. Nanang Hanifah dan Cucu Suhana (2009: 26), fungsi motivasi dibagi menjadi berikut: a) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilakubelajar peserta didik, b) Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, c) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, d) Motivasi merupakan alat untuk membangunsistem pembelajaran lebih bermakna. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Dengan demikian seseorang yang memiliki motivasi biasanya akan selalu bekerja keras guna untuk mewujudkan keinginan serta tujuannya. Karena dengan bekerja keras maka segala keinginan pastilah akan tercapai. Dari
pendapat diatas, dapat penulis simpulkan pengertian
motivasi adalah dorongan dari jiwa untuk mewujudkan tujuan tertentu.
B. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian tindakan kelas dalam skripsinya Ika Wahyu tahun 2009 yang berjudul
Peningkatan
Pemahaman
Konsep
“Bentuk
Energi”
melalui
Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sumber Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010,
menyimpulkan
bahwa melalui
Pedekatan Kontekstual hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Sumber Simo Boyolali pokok bahasan bentuk energi meningkat dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Hal ini terbukti nilai rata – rata kelas yang pada tes awal hanya 51, 67 meningkat di siklus I menjadi 68,00 dan pada siklus II bahwa siswa
mengalami peningkatan hasil sebesar
80,33. Siswa tuntas
belajar yang awalnya 33,34%, tes siklus I sebesar 80%, pada tes siklus II meningkat menjadi 100%. 2. Hasil penelitian dalam skripsinya Nisa Us Sa’idah tahun 2009 dengan judul Peningkatan Pemahaman konsep – konsep IPA melalui pendekatan Contextual Teacher and Learning ( CTL ) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010, menyimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan yang pada tes awal dilakukan sebesar 60,5 dengan presentase 50%, dan rata - rata nilai siklus I 67, 7 dengan presentase 71, 9 % meningkat nilai rata – rata kelasnya menjadi 76,4
pada siklus 2 dengan
presentase 81,3%. Sedangkan ketuntasan belajar siswa menurut standar KKM commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
yaitu 67. Melalui penelitian yang relevan di atas maka penulis memperoleh gambaran mengenai prosedur penelitian dan hasil yang diperoleh. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang relevan diatas memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Gaya Pada Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran sebelum menerapkan model pembelajaran kotekstual, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa menjadi lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreativitas dan partisipasi siswa, Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi, komunikasi pembelajaran hanya satu arah sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya, siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran, siswa menganggap bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan mempelajarinya. Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi penguasaan konsep gaya oleh siswa yang masih rendah. Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual, untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran IPA. Model pembelajaran kotekstual memiliki kelebihan sebagai berikut 1). Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan commit to user dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 2).
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. Pada kondisi akhir dengan menerapkan model pembelajaran penguasaan konsep gaya oleh siswa meningkat. Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
Kondisi Awal
Guru menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajaran IPA
Penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran IPA masih rendah
Siklus I
Tindakan
Melaui PTK Guru menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPA Kopetensi Dasar gaya
Ada peningkatan penguasaan konsep gaya oleh sisswa pada mata pelajaran IPA Kopetensi Dasar Gaya
Siklus II Kondisi Akhir
Penguasaan konsep gaya oleh siswa pada mata pelajaran IPA Kopetensi Dasar gaya meningkat.
Gambar 1.commit Alur Kerangka to user Berpikir
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kopetensi Dasar gaya meningkat sesuai indikator kerja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut
melalui penerapan model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran IPA siswa di kelas IV SD Tenggak 3 Sidoharjo Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tenggak 3 di kelas IV tahun pelajaran 2011 Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan secara bertahap yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian, dan tahap penyelesaian. a. Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, survey lokasi penelitian, pembuatan proposal, dan konsultasi instrument. b. Tahap penelitian Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang dilakukan di lapangan, yaitu uji instrument dan pengambilan data. Tahap ini dilakukan pada bulan Mei. c. Tahap penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai selesai.
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2010/2011.
C. Sumber Data Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dari: 1. Sumber data pokok antara lain siswa dan guru SDN Tenggak 3 kelas IV commit to user tahun pelajaran 2010/2011. 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
2. Sumber data berupa dokumen atau arsip, yang antara lain berupa catatan observasi guru dan hasil evaluasi belajar siswa. Sumber data ini digunakan untuk melengkapi sumber data pokok.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk pengambilan dan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi Observasi merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh data pribadi dan tingkah laku setiap peserta didik. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPA siswa pada materi pokok gaya. Adapun rancangan lembar observasi, memuat perilaku siswa pada saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran kontekstual. 2. Metode Wawancara Teknik wawancara ini digunakan untuk dengan mewawancarai guru dan siswa mengenai pelaksaaan proses belajar mengajar yang selama ini dilakukan. Wawancara dilakukan adalah wawancara bebas atau terbuka. 3. Metode Tes Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPA ranah kognitif setelah kegiatan pembelajaran pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Tes ini berbentuk obyektif yaitu bentuk pilihan ganda dan isian. 4. Metode Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai arsip yang digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya silabus, rencana pembelajaran, presensi siswa dan daftar nilai semester genap kelas IV SDN Tenggak 3. Fungsi dokumentasi dalam penelitian ini untuk mendapatkan catatancatatan yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di dalam kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
E. Validitas Data Validitas atau kesahihan merupakan hal penting dalam sebuah penelitian, karena tanpa adanya validitas sebuah penelitian perlu dipertanyakan keilmiahannya.
Untuk
membuktikan bahwa penelitian ini merupakan
penelitian ilmiah maka validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Moh. Kasiram (2008: 252) mengartikan triangulasi sebagai
penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian dengan tujuan untuk menjelaskan lebih lengkap tentang kompleksitas tingkah laku manusia dengan lebih dari satu sudut pandang. Macam triangulasi Moh. Kasiram( 2008: 252) yaitu data triangulasi, investigator triangulasi, theory triangulasi, dan methodological triangulasi. Teknik triangulasi yang dipilih adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Data triangulasi yaitu triangulasi data, dimana peneliti menguji keabsahan data dengan membandingkan informasi dari narasumber satu dengan informasi dari narasumber lainnya. Triangulasi metode yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi dilanjutkan wawancara mendalam dari informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data dengan teknik tes dan dokumentasi. Data yang diperoleh tersebut selanjutnya dideskripsikan untuk mendapat kesimpulan.
F. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, dengan mengikuti pola pemikiran yang kajiannya didasarkan pada kenyataan-kenyataan empirik serta unsur-unsur terkecil dari pendekatan secara mikro ke makro. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Hal ini dilakukan karena sebagian besar data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang
perkembangan proses pembelajaran. Analisis data memiliki tiga komponen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
yaitu reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Data Display), dan penarikan kesimpulan ( Verification). 1. Reduksi data meliputi penyeleksian data dari catatan-catatan tertulis di lapangan melalui ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. 2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. Hasil dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan kemudian disusun dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan penelitian. Data yang disajikan meliputi data yang berasal dari nilai tes pada materi gaya. 3. Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Simpulan yang hendak dicapai peneliti yaitu peningkatan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa tentang materi gaya melalui model pembelajaran kontekstual. Penarikan simpulan dilakukan secara bertahap mulai dari simpulan sementara pada siklus I dan simpulan akhir pada siklus II yang selanjutnya hasil simpulan tersebut dikaitkan dan dilakukan refleksi untuk menyusun tindakan selanjutnya.
G. Indikator Kerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya penguasaan gaya pada mata pelajaran IPA di siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teacher and Learning). Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai IPA siswa mencapai rata-rata kelas 75% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 mencapai 85%. Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan konsep gaya oleh siswa yang dibuktikan dengan hasil belajar mencapai rata-rata kelas ≥75% dan siswa yang memperoleh nilai ≥70 mencapai 85%. Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Siklus I
Refleksi I
Pengamatan atau pengumpulan data
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan II
Permasalahan
Siklus II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Refleksi II
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan atau pengumpulan data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto dkk., 2006: 74)
H. Prosedur penelitian Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal commit to user hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Prosedur yang diterapkan pada penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kontekstual ( Contextual Teacher and Learning) 2) Mengembangkan skenario pembelajaran 3) Menyiapkan sumber belajar 4) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung 5) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal 1) Kegiatan rutin (Berdoa, Presensi, Mengkondisikan kelas) 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Apersepsi Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan tentang konsep gaya 2) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu 3) Guru membagi kelas kedalam 5 kelompok, dengan anggota setiap kelompok bersifat heterogen 4) Siswa mengerjakan tugas dari guru bersama anggota kelompoknya melakukan percobaan. 5) Guru membimbing
siswa dan memberikan informasi dalam melakukan percobaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Kegitan Akhir 1. Siswa dan guru menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran. 2. Guru menutup pelajaran. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. d. Tahap Refleksi Peneliti bersama guru kelas IV membuat refleksi atas tindakan pada siklus I. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran siklus I dan hasil belajar berupa nilai siswa pada siklus I tentang materi Gaya dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual. Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk membantu menemukan permasalahan pembelajaran yang akan digunakan sebagai dasar untuk perbaikan dalam perencanaan siklus berikutnya. Penemuan masalah yang akan didiskusikan mengarah pada kelebihan dan kelemahan proses dan hasil pembelajaran pada siklus I. Temuan yang terdapat pada siklus I yaitu terjadi peningkatan kualitas proses dan penguasaan konsep gaya oleh siswa yang dibuktikan dengan hasil belajar siswa. Ketuntasan klasikal hasil belajar mencapai 83, 3%. Siswa juga sudah terlihat aktif dan antusias dibanding dengan kondisi awal. Namun, kondisi ini belum mencapai indikator akhir ketercapaian penelitian sehingga perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan 1. Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah 2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teacher and Learning ) commit to user 3. Mengembangkan skenario pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
4. Menyiapkan sumber belajar 5. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran b. Tahap pelaksanaan Tindakan 1. Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2. Guru
menerapkan
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
kontekstual ( Cotextual Teacher and Learning). 3. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teacher and learning). 4. Memantau peningkatan siswa dalam penguasaan konsep tentang gaya pada mata pembelajaran IPA. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. d. Tahap Refleksi Peneliti bersama guru kelas IV membuat refleksi atas tindakan pada siklus II. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siklus II tentang materi Gaya dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual. Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan temuantemuan pada siklus II. Temuan yang terdapat pada siklus II yaitu terjadi peningkatan kualitas proses dan penguasaan konsep gaya oleh siswa yang dibuktikan hasil belajar siswa meningkat signifikan. Ketuntasan klasikal hasil belajar kterampilan berbicara mencapai 91, 67%. Berdasarkan data tersebut, penguasaan
konsep
gaya
oleh siswa
sudah mencapai
indikator
ketercapaian penelitian sehingga siklus (tindakan) dapat dihentikan. Hal ini membuktikan bahwa model Kontekstual dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Tenggak 3 Sidoharjo commit to user Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Data Awal Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tenggak Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Sekolah Dasar Negeri Tenggak
3 tepatnya
berada di Dukuh Nglombo, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. SDN Tenggak 3 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang membawahi 7 (tujuh) guru kelas, 4 (empat) guru mata pelajaran, 1(satu) penjaga sekolah. SDN Tenggak 3 mempuyai siswa berjumlah 132 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 20 siswa, kelas II sebanyak 17 siswa, kelas III sebanyak 25 siswa, kelas IV dengan 24 siswa, kelas V sebanyak 22 siswa dan kelas VI sebanyak 24 siswa. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Tenggak 3
belum
melaksanakan
pembelajaran
Kontekstual
khususnya
pembelajaran IPA kelas IV pada materi konsep energi bunyi, sehingga hasil
belajar
siswa
banyak
yang
belum
mencapai
KKM
(Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal
semester.
Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas
IV,
maka
meningkatkan
hasil
peneliti
menggunakan
belajar
siswa
pembelajaran
yaitu
dengan
yang
dapat
pembelajaran
Kontekstual. Nilai prestasi belajar kognitif siswa diperoleh dari tes uraian yang telah diujicobakan dari 10 item soal esai ternyata valid atau memenuhi syarat untuk dapat dipergunakan sebagai alat tes prestasi. Hasil Nilai Awal materi gaya dapat dilihat pada tabel (Lampiran 21) :
commit to user
42
di bawah ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Tabel 4. Frekuensi Nilai Awal Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fi.xi
Prosentase (%)
1
40 – 46
4
43
172
16, 67
Di bawah KKM
2
47 - 53
3
50
150
12, 5
3
54 - 60
9
57
513
37, 5
4
61 - 67
4
64
256
16, 67
5
68 - 74
3
71
213
12, 5
Di bawah KKM Di bawah KKM Di atas KKM Di atas KKM
6
75-80
1
78
78
4, 17
Jumlah
Keterangan
Di atas KKM
24 1358 100 Nilai Rata-rata Klasikal = 1358: 24 = 57, 58 Nilai tertinggi : 80, Nilai Terendah : 40
Berdasarkan tabel 4 frekuensi nilai hasil belajar IPA Nilai Awal Kelas IV SDN Tenggak 3, maka dapat digambarkan grafik sebagai berikut : 9 8 7
40 - 46
6
47 - 53
5
54 - 60
4
61 - 67
3
68 - 74
2
75 - 80
1 0 Frekuensi
Gambar 3. Grafik Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 Nilai Awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada Nilai Awal, siswa memperoleh nilai 40 sampai 46 sebanyak 4 siswa atau 16, 67%, siswa memperoleh nilai 47 sampai 53 sebanyak 3 siswa atau 12, 5 %, siswa mendapat nilai 54 sampai 60 sebanyak 9 siswa atau 37, 5%, siswa mendapat nilai 61 sampai 67 sebanyak 4 siswa atau 16, 67%, siswa mendapat nilai 68 sampai 74 sebanyak 3 siswa atau 12, 5%, dan yang mendapat nilai 75 sampai 80 sebanyak 1 siswa atau 4, 17 %. Nilai terendahnya yaitu 40, nilai tertinggi 80, nilai rata – ratanya 57, 58. Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas IV SDN Tenggak 3 sebanyak 24 siswa hanya 8 atau 33, 33% siswa yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 16 siswa atau 66, 67 % memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 65. Maka peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Kontekstual. Analisis hasil evaluasi dari Nilai Awal siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 57, 58 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 65. Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada materi gaya sebesar 33, 33% saja, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari 75%. Dari hasil analisis Nilai Awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan penguasaan konsep,
prestasi
belajar, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran, khususnya untuk materi pokok gaya. Dari hasil Nilai Awal pada bahwa penguasaan konsep pada
di atas dapat disimpulkan sementara
materi gaya oleh siswa kelas IV SDN
Tenggak 3 masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari 75% memberikan indikasi bahwa siswa masih belum begitu paham dan menguasai pada beberapa indikator belajar materi pokok gaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
2. Deskripsi Prosedur dan Hasil Penelitian Tindakan siklus 1 Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan (2 × 35 menit) pada tanggal 31 Mei 2011 dan 1 Juni 2011. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap pembelajaran dan hasil belajar pada tes awal diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 sebanyak 24 siswa terdapat 16 anak atau 66,67% yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata sebagian besar siswa belum penguasaan konsep gaya. Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan konsultasi dengan guru kelas IV mengenai alternatif peningkatan penguasaan konsep gaya dengan model pembelajaraan kontekstual. Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1)
Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator yang sesuai dengan pokok bahasan gaya di kelas IV. Alasan memilih Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah: a) Kompetensi dasar atau indikator pokok bahasan gaya sulit dikuasai oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada indikator tersebut. b) Kompetensi Dasar atau indikator pokok bahasan gaya tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa. c) Pemilihan Kompetensi Dasar atau indikator pokok bahasan gaya didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa.
2)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun 2 × pertemuan. commit Masing-masing pertemuan 2 x to 35user menit. Perencanaan RPP mencakup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, langkahlangkah/skenario pembelajaran, media, model dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I. 3)
Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Meja tempat duduk siswa diatur membentuk berhadapan sehingga memudahkan kerja kelompok siswa waktu pembelajaran kontekstual dilaksanakan. b) Buku pelajaran Buku pelajaran IPA digunakan sebagai buku acuan belajar. c) Media Media yang digunakan adalah bola, kelereng, kaleng bekas, tanah liat yang digunakan untuk melakukan percobaan tentang gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda. d) Lembar soal evaluasi Lembar evaluasi digunakan sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai acuan menentukan keberhasilan siswa. e) Lembar penilaian Lembar penilaian digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes siswa. f) Lembar observasi Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan commit to user sebagai instrumen penyaji kinerja guru selama proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
berlangsung, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai instrumen penyaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan, direncanakan secara teliti oleh peneliti yang kemudian dikonsultasikan dengan guru pengampu untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Peneliti
menyusun
mengetahui observasi
hasil
lembar belajar
observasi siswa
yang
selama
akan
proses
digunakan pembelajaran
keterampilan mengajar guru dengan menggunakan
Pembelajaran
kontekstual,
sedangkan
sebagai
alat
untuk
evaluasinya
dan
Model guru
dan peneliti membuat soal ulangan berbentuk uraian untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep oleh siswa terhadap materi gaya. Dalam tahapan ini guru menerapkan model pembelajaran kontekstual sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berusaha menyampaikan materi gaya dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. 1) Pertemuan Ke-1 Pada pertemuan ke-1 materi IPA adalah tentang
gaya dengan
indikator : a) Menyebutkan macam – macam benda yang dapat kita gerakkan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari. b) Mendemonstrasikan cara menggerakkan benda. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, berdoa bersama dan mengabsen siswa, guru memberikan apersepsi “Guru mengeluarkan kata keras, lambat kemudian makin melemah. Kemudian guru bertanya apakah yang akan terjadi apabila di bola tendang?” A. Kegiatan Awal 1. Salam Pembuka 2. Absensi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
3. Apersepsi Fase 1 : Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna 1) Guru meminta siswa menyebutkan benda – benda yang dapat digerakkan yang terjadi dalam kehidupan sehari– hari. 2) Guru menunjukkan gambar – gambar yang berkaitan tentang benda yang dapat kita gerakkan dalam kehidupan sehari – hari. B. Kegiatan Inti Fase 2 : Melakukan pekerjaan yang berarti Guru membagi siswa menjadi bebeerapa kelompok untuk melakukan percobaan tentang gaya yang dapat mengubah gerak benda. Fase 3 : Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri Siswa mencari tahu sendiri dan mengidentifikasi proses terjadinya gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda melalui percobaan secara langsung. Fase 4 : Bekerja sama Siswa saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam melakukan percobaan dan praktik secara langsung. Fase 5 : Berfikir kritis dan kreatif Guru meminta siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah dan membuat keputusan berdasarkan logika dan hasil nyata dari percobaan. 2. Elaborasi Fase 6 : Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang Guru membantu siswa untuk mengembangkan hasil percobaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
3. Konfirmasi Fase 7 : Mencapai standar yang tinggi Siswa yang berhasil melakukan percobaan mendapat penghargaan dari guru agar termotivasi untuk melakukan percobaan berikutnya pada pertemuan yang akan datang. C. Kegiatan Akhir 1. Guru memberi pujian kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik. 2. Guru menutup dengan salam 2) Pertemuan Ke-2 Pada
pertemuan
ke-2
materi
yang
dipelajari
adalah
a)
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gerak benda. b) memberi contoh sehari – hari cara gaya mengubah bentuk benda. A. Kegiatan awal dimulai memberi
dari
berdoa
apersepsi
dengan
bersama,
mengabsen
menanyakan
siswa,
guru
apa
yang
kembali
dimaksud dengan gaya? B. Kegiatan inti 1. Eksplorasi Fase 1 : Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna 1) Guru menyebutkan benda yang dapat kita rubah bentuknya dengan mudah yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari. 2) Guru menunjukkan gambar – gambar yang berkaitan tentang benda yang dapat kita gerakkan dalam kehidupan sehari – hari. Fase 2 : Melakukan pekerjaan yang berarti Guru membagi siswa menjadi bebeerapa kelompok untuk melakukan percobaan tentang gaya yang dapat mengubah bentuk benda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Fase 3 : Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri Siswa mencari tahu sendiri dan mengidentifikasi terjadinya gaya dapat mengubah gerak
proses
dan bentuk benda
melalui percobaan secara langsung. Fase 4 : Bekerja sama Siswa saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam melakukan percobaan dan praktik secara langsung. Fase 5 : Berfikir kritis dan kreatif Siswa menganalisis, memecahkan masalah dan membuat keputusan berdasarkan logika dan hasil nyata dari percobaan. 2. Elaborasi Fase 6 : Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang Guru membantu siswa untuk mengembangkan hasil percobaan. 3. Konfirmasi Fase 7 : Mencapai standar yang tinggi Siswa
yang
berhasil
penghargaan dari guru
melakukan
percobaan
mendapat
agar termotivasi untuk melakukan
percobaan berikutnya pada pertemuan yang akan datang. C. Kegiatan diakhiri Guru memberi evaluasi dengan membagi lembar soal evaluasi. Fase 8 : Penilaian yang autentik dari Guru melakukan penilaian yang autentik dari evaluasi yang dikerjakan siswa Guru menutup dengan salam. c. Observasi Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama ketika melakukan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual. 1) Hasil observasi bagi guru Dari data observasi dalam siklus 1 selama 2 kali pertemuan commit berikut to user : diperoleh hasil observasi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik. b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah memberi pengantar dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna meningkatkan motivasi siswa. c) Guru dalam bertanya jawab hanya menunjuk siswa yang duduk di bagian depan dan belakang, untuk yang dibagian tengah kurang diperhatikan. d) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang memperhatikan pelajaran. f) Guru belum optimal dalam memberi pujian kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar. g) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah baik h) Guru sudah baik dalam mengelola kelas-kelas. i) Guru memanfaatkan media dan alat pembelajaran dengan baik. j) Guru sudah mampu merangsang siswa untuk aktif bertanya dan mengemukakan
pendapat
karena
pembelajaran
dibuat
menyenangkan. k) Guru
kurang
memberi
kesempatan
tiap
kelompok
untuk
menyampaikan hasil percobaan di depan kelas. l) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum dan menyimpulkan pelajaran yang telah diajarkan. m) Guru belum berkeliling untuk mengecek kegiatan siswa-siswa dalam proses pembelajaran. n) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati oleh guru, jadi aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik. 2) Hasil observasi bagi siswa Dari data observasi pada Siklus I diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan peningkatan. b) Perhatikan siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan. c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat. d) Siswa aktif dalam pembelajaran. e) Dua per tiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan pendapat. f) Siswa menunjukkan peningkatan kerjasama dalam kelompok. g) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas kelompok. h) Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas observasi masih kurang. i) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik. j) Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas. k) Siswa mau menyiapkan kebutuhan belajar. l) Siswa mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan sistematis. m) Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai bahan pelajaran yang masih belum jelas. n) Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan. o) Siswa segera membentuk kelompok diskusi. p) Siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Tabel 5 . Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa Kelas IVSDN Tenggak 3 No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fi.xi
Prosentase (%)
1
50 - 56
3
53
159
12, 5%
Di bawah KKM
2
57 - 63
1
60
60
4, 17%
3
64 - 70
10
67
670
41, 67%
4
71 - 77
5
74
370
20, 83%
5
78 - 84
3
81
243
12, 5%
Di bawah KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM
6
85 - 90
2
88
176
8, 33%
Jumlah
Keterangan
Di atas KKM
24 1678 100 Nilai Rata-rata Klasikal = 1678 : 24 = 69, 91 Nilai tertinggi : 90, Nilai Terendah : 50
Berdasarkan tabel 6 frekuensi nilai hasil belajar IPA Siklus I Kelas IV SDN Tenggak 3, maka dapat digambarkan grafik sebagai berikut : 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
50 - 56 57 - 63 64 - 70 71 - 77 78 - 84 85 - 90
Frekuensi
Gambar 4. Grafik Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 Siklus I Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus 1, siswa memperoleh commit nilai 50 sampai 56 to user
sebanyak 3 siswa atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
12, 5%, siswa memperoleh nilai 57 sampai 63 sebanyak 1 siswa atau 4, 17%, siswa mendapat nilai 64 sampai 70 sebanyak 10 siswa atau 41, 67%, siswa mendapat nilai 71 sampai 77 sebanyak 5 siswa atau 20, 83%, siswa mendapat nilai 78 sampai 84 sebanyak 3 siswa atau 12, 5%. dan yang mendapat nilai 85 sampai 90 sebanyak 2 siswa atau 8, 33 %. Nilai terendahnya 50, nilai tertinggi 90 dan
nilai rata – rata
menjadi 69, 91. d. Refleksi Data-data yang diperoleh baik melalui observasi, hasil dokumentasi foto maupun nilai tes siswa dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh selama proses pelaksanaan tindakan pada pertemuan I dengan materi gaya telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa namun pada pencapaian prosentase ketuntasan siswa mencapai 83, 3%, ini berarti dari 24 siswa hanya 4 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes Siklus I tabel 5, siswa yang tuntas belajar pada di Siklus I sebesar 20 siswa atau 83, 33 %. Besarnya nilai terendah pada Siklus I menjadi 50. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 80 naik menjadi 90 dan nilai rata-rata kelas yang pada siklus I 69, 91 nilai tersebut belum di atas rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti dan sekolah yaitu ≥ 75. Dalam penelitian tindakan kelas Siklus I masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan, antara lain: 1) Bagi Guru a) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat proses belajar mengajar. b) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan pelajaran c) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum menyeluruh).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
d) Guru belum optimal memberikan pujian bagi siswa yang telah menjawab pertanyaan dengan benar. e) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik. f) Guru belum optimal dalam memantau kegiatan siswa dalam kelas. 2) Bagi Siswa a) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami hal – hal yang mempengaruhi gaya dapat mengubah gerak benda. b) Beberapa siswa kesulitan memahami contoh gaya yang dapat mengubah gerak suatu benda dengan gaya yang dapat mengubah bentuk benda. c) Siswa sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal.
3. Tindakan Siklus II Tindakan Siklus II dilaksanakan selama 1 minggu, perencanaan kegiatan dilaksanakan 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan lamanya 2x35 menit yaitu dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Juni 2011. Adapun tahapan yang dilakukan pada Siklus II meliputi : a. Tahap perencanaan Pada tahapan perencanaan ini peneliti membuat perancanaan sebagai berikut : 1) Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran. 2) Lebih mengoptimalkan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran. 3) Memberikan pengulangan pada materi gaya b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 1) Pertemuan ke-1 Pada pertemuan ke-1 materi IPA adalah tentang Gaya dengan indikator : a) Menyebutkan macam – macam gaya yang sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari. b) Mendemonstrasikan cara menggerakkan commit to user benda.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
A. Kegiatan Awal 1. Salam pembuka 2. Apersepsi : Mengulas kembali materi pada pertemuan sebelumnya B. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Fase 1 : Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna Guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati proses terjadinya gaya yang terjadi dalam sehari – hari. Fase 2 : Melakukan pekerjaan yang berarti Setelah siswa diminta mengamati, guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kemudian setiap kelompok melakukan percobaan. Fase 3 : Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri Siswa menyelidiki sendiri proses terjadinya gaya dapat mengubah bentuk benda. Fase 4 : Bekerja sama Antara anggota kelompok siswa saling bekerja sama untuk mencari tahu proses terjadinya gaya mengubah bentuk benda. Fase 5 : Berpikir kritis dan kreatif Siswa menyampaikan pendapat dan hasil percobaannya secara kritis. 2. Elaborasi Fase 6 : Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang Guru membimbing siswa membuat rangkuman pembelajaran pada pertemuan kali ini. 3. Konfirmasi Fase 7 : Mecapai standar yang tinggi Siswa melakukan refleksi dan melengkapi jika ada hasil percobaan yang masih salah serta masih ada kekurangan. C. Kegiatan Akhir 1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaraan pada pertemuan kali ini. commit to user 2. Guru menutup dengan salam.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
2) Pertemuan 2 Pada
pertemuan
ke-2
materi
yang
dipelajari
adalah
a)
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gerak benda. b) memberi contoh sehari – hari cara gaya mengubah bentuk benda. A. Kegiatan awal 1. Mengucapkan salam pembuka 2. Berdoa dan absensi 3. Apersepsi : Fase 1 : Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna Melakukan apersepsi dengan siswa diminta menjatuhkan tanah liat yang dia bawa! B. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Fase 2 : Melakukan Pekerjaan yang berarti Siswa di ajak keluar kelas dan kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian melakukan percobaan tentang gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda. Fase 3 : Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri Siswa menyelidiki sendiri proses terjadinya gaya dapat mengubah bentuk benda. Fase 4 : Bekerja sama Guru meminta siswa untuk saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam melakukan percobaan yaitu membentuk tanah liat menjadi benda yang bermanfaat. Fase 5 : Berpikir kritis dan kreatif Siswa mendiskusikan hasil percobaan tentang gaya dapat mengubah bentuk benda. 2. Elaborasi Fase 6 : Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dari hasil commit to user percobaan yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
3. Konfirmasi Fase 7 : Mencapai standar yang tinggi Siswa yang paling aktif dan sering memberi masukan dalam melakukan percobaan serta diskusi kelompok mendapat penghargaan dari guru agar siswa termotivasi untuk mencapai hasil yang terbaik. C. Kegiatan Akhir 1) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. 2) Guru melakukan evaluasi. Fase 8: Melakukan penilaian yang autentik 3) Guru melakukan penilaian autentik evaluasi yang dikerjakan oleh siswa c. Observasi Peneliti melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama proses pembelajaran serta keterampilan guru dalam mengajar dengan model pembelajaran kontekstual pada materi gaya. 1) Hasil observasi guru. Dari observasi di atas aktivitas guru adalah sebagai berikut : a)
Guru telah menyiapkan rencana pelajaran dan media dengan baik sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya oleh siswa pada materi pokok gaya.
b)
Guru telah mampu mengelola kelas dengan menciptakan suasana kelas sesenang mungkin dan menegur siswa yang kurang memperhatikan pelajaran selama diskusi.
c)
Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
d)
Guru sudah memberi pujian kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar dan pada kelompok yang melakukan percobaan dengan baik dan kooperatif.
e)
Guru sudah memberi bimbingan pada individu siswa dan pada kelompok yang mengalami kesulitan pada saat melakukan percobaan maupun berdiskusi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
f)
Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu mengajar
dengan
baik
dan
sesuai
dengan
rencana
pembelajaran. 2) Hasil observasi siswa. Dari data observasi pada Siklus II selama 2 kali pertemuan di peroleh data hasil belajar siswa sebagai berikut : a)
Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
b)
Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
c)
Perhatian, minat dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.
e)
Banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan pendapat.
f)
Kerjasama dalam kelompok meningkat.
g)
Seluruh siswa mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas kelompok.
h)
Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
i)
Siswa menyiapkan kebutuhan belajar dengan kemauan sendiri.
j)
Siswa mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan sistematis.
k)
Siswa berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai bahan pelajaran yang masih belum jelas.
l)
Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.
m)
Siswa segera membentuk kelompok diskusi.
n)
Siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
d. Refleksi Setelah pelaksanaan Siklus II selesai dilakukan, maka pada tanggal 4 Mei 2011 diadakan tes hasil belajar siswa. Dari hasil tes belajar siswa dapat diketahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan seperti dikemukakan pada tabel ( Lampiran 20 ) :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fi.xi
Prosentase (%)
1
60 - 66
2
63
126
8, 33%
Di bawah KKM
2
67 - 73
2
70
140
8, 33%
3
74 - 80
13
77
1001
54, 16%
4
81 - 87
6
84
504
25%
5
88 - 94
0
91
0
0%
Di bawah KKM Di atas KKM Di atas KKM Di atas KKM
6
95 - 100
1
98
98
4, 16%
Jumlah
Keterangan
Di atas KKM
24 1869 100 Nilai Rata-rata Klasikal = 1869 : 24 = 77, 88 Nilai tertinggi : 100, Nilai Terendah : 60
Dari tabel 6 dapat dibuat grafik sebagai berikut :
14 12 10 8 6 4 2
60 - 66 67 - 73 74 - 80 81 - 87 88 - 94 95 –100
0
Gambar 5. Grafik Nilai Siklus II Kelas IV SDN Tenggak 3
Dari analisa data frekuensi nilai hasil belajar IPA Siklus II pada tabel 9 dan 10 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai 60 sampai 66 sebanyak 2 siswa atau 8, 33%, siswa mendapat nilai 67 sampai 73 sebanyak 2 siswa atau 8, 33%, siswa yang memperoleh nilai 74 sampai 80 sebanyak 13 commit to user nilai 81 sampai 87 sebanyak 6 siswa atau 54, 16%, siswa yang memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
siswa atau 25%, siswa mendapat nilai 88 – 94 0 atau 0% dan siswa yang mendapat nilai 95 sampai 100 sebanyak 1 siswa atau 4, 17%. Nilai terendah 60, nilai tertinggi 100. Tabel 7.
Nila rata – rata dan presentase ketuntasan siswa Siswa Kelas IV SDN Tenggak 3 Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II
Keterangan
Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
57, 58
69, 91
77, 88
33, 33%
83, 33 %
91, 67%
Rata-rata nilai Siswa belajar tuntas
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas terlihat terjadi peningkatan yaitu Nilai rata – rata pada tes awal 57, 58, Nilai rata – rata Siklus I 69, 91; Nilai Rata – rata naik pada Siklus II 77, 88 siswa belajar tuntas pada Awal 33, 33%, Siklus I 83, 33% pada Siklus II naik 91, 67%. Setelah dilakukan refleksi I 22 siswa sudah mencapai ketuntasan.
25
22 20
belajar tuntas
20 15 10
8
5 0 Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Grafik Hasil Tes Kognitif Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II Siswa yang Belajar Tuntas Kelas IV SDN tenggak 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
77,7
80
69,91
rata-rata
70 60
57,58
50 40 30 20 10 0 Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 7. Grafik Hasil Tes Kognitf Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II Siswa yang Belajar Tuntas serta Rata – rata Nilai Kelas IV SDN Tenggak 3
Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai Awal sebesar 57, 58, Siklus I 69, 91; dan pada Siklus II 77, 88. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 65) pada Nilai Awal 8 siswa atau 33, 33%, Siklus I 20 siswa atau 83, 33% setelah dilakukan refleksi terdapat 12 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 65), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes Siklus II menjadi 91, 67%. Dari data di atas diperoleh hasil bahwa adanya peningkatan tes Siklus II. Peningkatan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih efektif, sebab siswa lebih banyak mengeluarkan pendapat, tidak hanya mendengar menyimak dan mencatat. Siswa diberi kesempatan berdiskusi, melakukan percobaan dan mendemonstrasikan hasil percobaan, siswa juga diberi penguatan dan pujian sehingga lebih termotivasi belajar. Dalam penelitian tindakan kelas Siklus II sudah mengalami banyak peningkatan. 1) Bagi guru a) Guru dapat meningkatkan perhatian siswa pada saat proses commit to user pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
b) Guru sudah menegur siswa yang kurang memperhatikan proses pembelajaran. c) Guru meningkatkan interaksi dengan siswa. d) Guru sudah memberi bimbingan individu/kelompok. e) Guru sudah memberi pujian dan perayaan bagi siswa yang menjawab pertanyaan dengan baik dan kelompok yang bekerja atau melakukan kegiatan dengan baik dan kooperatif. 2) Bagi siswa f) Sebagian besar siswa sudah paham dan menguasai mengenai gaya. g) Siswa mampu menyebutkan jenis – jenis gaya. Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh peningkatan penguasaan
konsep gaya oleh siswa
dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual, ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Pada Siklus II disampikan kompetensi dasar menyimpulkan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda dengan indikator: a) menyebutkan macam – macam gaya yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari. b) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gerak benda. Pembelajaran dengan model kontekstual sedikit mengalami kesulitan dengan adanya adanya kompakan dalam kelompok. Selama melaksnakan percobaan siswa selalu aktif, selain itu keberanian siswa maju ke depan untuk mendemonstrasikan dan mempresentasikan hasil percobaan juga terlihat pada siklus II ini. Pada siklus II ini guru lebih memperhatikan dan membimbing siswa sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik serta memberi motivasi agar lebih berani mendemonstrasikan hasil percobaan di kelas dan diluar kelas. Pelaksanaan tugas individual maupun tugas kelompok diselesaikan dengan baik karena siswa mengalami dan menemukan sendiri konsep gaya yang dipelajari. Siswa berhipotesis, melakukan percobaan, berinteraksi sehingga pembelajaran menjadi aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. Pada akhirnya penguasaan konsep gaya oleh siswa kelas IV SD commitSidoharjo to user Kabupaten Sragen meningkat. Negeri 2 Tenggak 3 Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Berdasarkan peningkatan keterampilan yang telah dicapai siswa, maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada Siklus II. B. Pembahasan Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Negeri Tenggak 3 pada tanggal 20 Januari 2011 dan data hasil ulangan IPA dengan materi gaya, prestasi belajar siswa masih rendah. Persentasi siswa tuntas yaitu dengan nilai 65 keatas hanya 8 orang (33,33%) dan yang belum tuntas dengan nilai 60 ke bawah 16 orang (66, 67%), dengan KKM 65 maka siswa seluruhnya diperlukan remedial. Pada mata pelajaran IPA dengan materi gaya penguasan konsepnya masih rendah, yang akhirnya hasil belajar siswa juga rendah dibanding mata pelajaran lain. Hal itu terjadi karena guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah serta menghafal untuk menghadapi ulangan. Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, kemudian biasa dihafalkan bukan berlatih berpikir memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Pada pelaksanaan Siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran IPA
pada materi gaya menggunakan model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan penguasaan konsep gaya oleh siswa dan ini terbukti hasil belajar siswa kelas IV SDN Tenggak 3 juga meningkat. Pada Siklus I
proses pembelajaran disampaikan dengan strategi dan
terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan
siswa
mulai
dari
memperhatikan
penjelasan,
melakukan
pengamatan dan percobaan untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, commit to user tugas kelompok, tugas individual yang diakhiri dengan Lembar Kerja Evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
(LKE). Setelah dilaksanakan Siklus I dan dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yaitu masih ada 4 siswa memperoleh nilai kurang dari 65 atau siswa yang tuntas 83, 33 % dan nilai rata-rata siswa 69, 91. Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang gaya, gaya dapat mengubah gerak dan gaya dapat mengubah bentuk benda. Kegiatan belajar mengajar disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana Siklus I dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil Siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa 77, 88, siswa belajar tuntas mencapai 91, 67% atau terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan. Pada penelitian kali ini lebih besar peningkatannya dibandingkan penelitian yang terdahulu yaitu Nisa Us Sa’idah dari Universitas Sebelas Maret (UNS) yang dijadikan penelitian yang relevan . Ini terbukti penelitian kali ini dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya atau hasil belajar siswa yang awalnya nilai rata – rata 57, 58 dapat meningkat menjadi 77, 88. Siswa yang belajar tumtas yang awalnya 33, 33% meningkat menjadi 91, 67%. Sedangakan penelitian yang terdahulu yang awalnya nilai rata – rata 60, 5 meningkat menjadi 76, 4. Siswa yang belajar tuntas yang awalnya 83, 33% meningkat menjadi 81, 3%. Penelitian yang peningkatannya signifikan dalam pemahaman konsep dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yaitu penelitian yang terdahulu milik Ika Wahyu Wulandari yang dijadikan penelitian yang relevan pada penelitian kali ini. Peningkatannya dapat dibuktikan dengan hasil belajar yang awalnya nilai rata – rata 51, 67 meningkat menjadi 80, 33, ketuntasan belajar yang awalnya 33, 33% meningkat menjadi 100%. Berbeda dengan penelitian ini yang pada awalnya nilai rata – rata 57, 58 meningkat menjadi 77, 88 dengan siswa belajar tuntas yang awalnya 33, 33% meningkat menjadi 91, 67%.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan penguasaan gaya pada siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Peningkatan penguasaan konsep gaya tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil belajar pada setiap siklusnya yaitu: Sebelum tindakan nilai rata-rata siswa 57, 58, pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 69, 91 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 77, 88. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan sebanyak 8 siswa atau 33,33%, pada siklus I sebanyak 20 siswa atau 83, 33%, dan pada siklus II sebanyak 22 siswa atau 91, 67%. Hal ini menunjukkan peningkatan ketuntasan dari sebelum tindakan ke siklus I 50%., dari siklus I ke siklus II ketuntasannya meningkat menjadi 41, 67%. B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 31 Mei dan 1 Juni 2011. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Mei 2011. Adapun indikatornya adalah : a) Menyebutkan macam – macam gaya yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari. b) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gerak benda. c) Memberi contoh dalam kehidupan sehari – hari cara gaya mengubah gerak atau bentuk benda. d) Mendemonstrasikan cara menggerakkan benda dan mengubah bentuk benda. Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi energi bunyi baik secara teoretis maupun secara praktis. commit to user
66
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Implikasi Teoretis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya oleh siswa pada materi pokok gaya dan mendapatkan respon positif dari siswa, hal tersebut dapat ditinjau dari hal berikut : a) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual meningkatkan hasil belajar IPA siswa karena model pembelajaran kontekstual melibatkan interaksi antara siswa dan lingkungan, kebebasan bertanya dan berpendapat, dan pujian dari guru saat siswa berhasil melakukan kegiatan dengan baik. Secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu. Prosentase hasil belajar kognitif afektif dan psikomotori siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu medemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Tenggak 3 meningkat. b) Penerapan pembelajaran kontekstual secara tepat dan optimal sehingga prestasi belajar IPA meningkat. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan prestasi dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti
untuk
membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah
untuk meningkatkan penguasaan konsep dan
peningkatan hasil belajar siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin. Kendala yang dihadapi antara lain, guru akan sulit dalam mengendalikan siswa sehingga suasana nampak ramai. Karena biasanya ketika siswa melaksanakan percobaan, siswa pun mengobrolkan hal lain karena siswa menganggap guru kurang memperhatikan. Untuk itu guru harus kreatif dalam mengatasi hal tersebut. Guru mengatasinya, misalnya dengan menempatkan siswa yang sering ramai di dekat guru, guru harus sering mendekati siswa-siswa tersebut. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya pada kelas IV SDN Tenggak 3 tahun pelajaran 2010 / 2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta didik SDN Tenggak 3 pada khususnya sebagai berikut : 1. Bagi Sekolah Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. 2. Bagi Guru a. Untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya pada materi gaya commitpembelajaran to user diharapkan menggunakan model kontekstual.
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan pembelajaran diharapkan menerapkan model pembelajaran kontekstual. c. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang lebih
mengarah
pada
proses
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran kontekstual. d. Adanya
tindak
lanjut
terhadap
penggunaan
model
pembelajaran
kontekstual pada materi gaya. 3. Bagi Siswa a. Dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal. b. Melalui penerapan model pembelajaran kontekstual Siswa hendaknya dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari hari.
commit to user