perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Penelitian dilakukan di kelas VIII-D SMP N 1 Ngrampal, Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012)
Skripsi Oleh : WULAN RAHMAWATI X 1307064
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari commit to 2013 user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Penelitian dilakukan di Kelas VIII SMP N 1 Ngrampal, Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012)
Skripsi Oleh : WULAN RAHMAWATI X 1307064
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama
: Wulan Rahmawati
NIM
: X1307064
Jurusan/Program Studi
: PMIPA/ Pendidikan Matematika
Menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul
”PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN
PENDEKATAN
PAIKEM
UNTUK
MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Penelitian dilakukan di Kelas VIII SMP N 1 Ngrampal, Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012)” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Wulan Rahmawati
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Penelitian dilakukan di kelas VIII SMP N 1 Ngrampal, Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh : WULAN RAHMAWATI X 1307064
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januarito2013 commit user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
: Rabu
Tanggal
: 30 Januari 2013
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
1.
Ketua
: Dr.Budi Usodo, M.Pd
2.
Sekretaris
: Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd
3.
Anggota I
: Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si.
4.
Anggota II : Dhidi Pambudi, S.Si, M.Cs
Disahkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user v
1. ......................
2. ......................
3. . .....................
4. ......................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Wulan Rahmawati. THE APPLICATION OF THINK PAIR SHARE (TPS) TYPE OF COOPERATIVE LEARNING WITH PAIKEM APPROACH TO IMPROVE THE STUDENT’S ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENT IN MATHEMATICS LEARNING (Research in the VIII Grade Students of SMP Negeri 1 Ngrampal, Sragen in the School Year Of 2011/2012). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, December 2012. The objective this research is to improve the students activity and learning achievement in mathematics learning of the VIII grade student’s in Pythagorean theorem material with the learning applying Think Pair Share (TPS) type of cooperative learning with PAIKEM approach that can. This research are a classroom action research (PTK). It began with initial observation, and then the action was conducted in two cycles. Each cycle consisted of 4 stages, that are planning, acting, observing, and reflecting. The subject of research was the teacher and VIII-D grade students of SMP Negeri 1 Ngrampal in the school year of 2011/2012 consisting of 35 students. The data was obtained using observation, questionnaire, test, and interview with the students and teachers. The data was validated using method triangulation technique. The data was analyzed using a descriptive statistic and critical analyses techniques. The indicators of success in this research were: (1) the improvement the student’s learning activity in the end of each cycle with the data indicating 75% of students with high category of learning activity, (2) the improvement of the student learning achievement, the short-term learning achievement in each cycle with data indicating 65% of students achieving KKM (Minimum Passing Criteria) of 67. The procedure of application TPS type of learning cooperative in PAIKEM approach: (1) the teacher conveyed apperception, objective, and motivation with debriefing and student demonstration, the class circumstance was made different from the usual. (2) The teacher actively delivered the material through demonstration or debriefing. The students were listening to actively. (3) The student were divided into some groups of two. Every student were given a worksheet containing the problem studied and worked on individually for some time (Think). (4) The result of individual learning was then discussed in group (Pair). Teacher and Students actively and creatively used visual aids to facilitate the learning. The teacher tried to develop an effective learning process that encouraged and motivated the students to engage in, the teacher monitored the discussion process. (5) The students mastered the competency well and actively practiced communicating/presenting the result of their discussion before their friends (Share). The teacher gave feedback. (6) The teacher appreciated and displayed the result of students’ discussion on the class wall to increase the learning spirit and to make the class attractive. The result of research showed that the TPS type of cooperative learning in PAIKEM approach could improve the students’ activity and learning to user achievement. The improvement ofcommit students’ mathematic learning activity could be seen from the increase in the number of students belonging to high learning vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
activity category: 11 students (32.35%) in prior condition, increasing to 17 (48.57%) in cycle I and to 24 (68.57%) in the end of cycle II. In addition, prior to the research, there were only 17 (48.57%) students attaining the score higher than 65 (passing successfully the KKM), in the cycle I this number increased to 26 (74.29%) and in cycle II it increased to 30 (85.71%). From the findings above, the high category of student learning activity had not achieved the expected success indicator but the increase had been sufficiently good. Meanwhile, the student learning achievement had achieved the expected success indicator.
Keywords: Think Pair Share (TPS), PAIKEM approach, Learning Activity, Learning Achievement.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Wulan Rahmawati. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (penelitian dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 1 Ngrampal, Sragen tahun pelajaran 2011/2012). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi teorema Pythagoras dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM yang dapat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Diawali dengan observasi awal, tindakan kemudian dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 35 siswa. Data diperoleh melalui observasi, angket, tes, dan wawancara dengan siswa dan guru. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis stastistik deskriptif dan teknik analisis kritis. Indikator keberhasilan pada penelitian ini (1) adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada akhir setiap siklus dengan diperoleh data sebanyak 75% dari jumlah siswa aktivitas belajarnya mencapai kategori tinggi, (2) adanya peningkatan hasil belajar siswa pada akhir setiap siklus dengan diperoleh data sebanyak 65% dari jumlah siswa mencapai KKM sebesar 67. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM ini (1) Guru menyampaikan apersepsi, tujuan dan motivasi dengan tanya jawab dan peragaan siswa, suasana kelas dibuat berbeda dari biasanya. (2) Guru aktif menyampaikan materi melalui demonstrasi, atau tanya jawab. Siswa dengan aktif menyimak. (3) Siswa dibagi dalam kelompok dengan anggota 2 orang. Setiap siswa diberi lembar kerja yang berisi permasalahan untuk dipelajari dan dikerjakan secara individu selama beberapa waktu (Think). (4) Hasil dari belajar individu tersebut kemudian didiskusikan dengan kelompoknya (Pair). Guru dan Siswa aktif dan kreatif menggunakan alat peraga untuk mempermudah belajar. Guru berusaha menciptakan proses pembelajaran yang efektif, mendorong dan memotivasi siswa untuk lebih terlibat, guru memantau jalannya diskusi. (5) Siswa menguasai kompetensi dengan baik dan aktif berlatih mengkomunikasikan/ mempresentasikan hasil diskusinya di depan teman-temannya (Share). Guru memberi umpan balik. (6) Guru memberikan penghargaan dan memajang hasil diskusi siswa di dinding kelas untuk menambah semangat belajar dan membuat kelas menarik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dapat user yang tergolong dalam kategori dibuktikan dengan meningkatnyacommit jumlahtosiswa aktivitas belajar tinggi, yaitu: sebelum tindakan sebanyak 11 siswa (32,35%), viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemudian setelah adanya tindakan di siklus I menjadi 17 siswa (48,57%) dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 24 siswa (68,57%). Selain itu, Sebelum dilaksanakan penelitian siswa yang mendapat nilai di atas 65 (tuntas KKM) sebanyak 17 siswa (48,57%), pada siklus I meningkat menjadi 26 siswa (74,29%), dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa (85,71%). Dari hasil di atas untuk aktivitas belajar siswa kategori tinggi belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan akan tetapi sudah cukup bagus peningkatannya. Sedangkan untuk hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang dharapkan.
Kata kunci: Think Pair Share (TPS), Pendekatan PAIKEM, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286) “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (Q. S. Al Insyirah: 6) “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S Ar-Ra’d : 11)
“Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka, namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama, hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.” (Alexander Graham Bell)
“Tak perlu iri atas kemampuan orang lain, jika mereka bisa, kamu juga bisa. Jangan remehkan dirimu, kamu kuat dari yang kamu bayangkan.” (Penulis)
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Allah SWT yang selalu memberiku anugerah. Bapak dan Ibu, yang telah memberiku semangat, doa yang tiada terputus, perhatian yang penuh ketulusan, kerja keras tiada henti, nasehat, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula serta segala-galanya yang tak ternilai harganya. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Kedua kakakku, yang telah banyak kurepotkan selama ini, selalu memberi nasihat dan doanya agar aku bisa mempersembahkan yang terbaik untuk semua. Terima kasih atas pengorbanan yang telah kalian berikan. Para Dosen pengajar FKIP UNS, terima kasih karena telah memberikan sebagian ilmunya. SMP N 1 Ngrampal, terima kasih telah berkenan membantu menyelesaikan karya tulis ini. Mahasiswa P. Math ’07 terima kasih atas kebersamaan, semangat, perjuangan dan kerjasamanya, waktu indah yang tak bisa terlupakan. Sahabat–sahabatku, terima kasih untuk semangat, nasehat, keceriaan dan kebersamaannya selama ini. Semua keluarga dan Orang-orang terdekat, yang selalu bertanya kapan lulus. Semua pihak yang membuatku mampu menyelesaikan karya ini. Almamater.
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, Dzat yang mengatur setiap desah nafas setiap makhluk di bumi ini. Atas limpahan nikmat dan kemurahan-Nya skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Pendekatan PAIKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam pembelajaran Matematika (Penelitian dilakukan di Kelas VIII SMP N 1 Ngrampal, Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012)" dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak antara lain: 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
2.
Dra. Sukarmin, M.Si, Ph.D Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
3.
Dr. Budi Usodo, M.Pd, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
4.
Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si, Pembimbing I yang telah bersedia memberikan pikiran, tenaga dan waktu sibuknya untuk mengoreksi, membimbing dan mengarahkan penulis guna mencapai hasil yang maksimal dalam penulisan skripsi ini
5.
Dhidhi Pambudi, M.Si, M.Cs, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
6.
Dra. Rini Budiarti, M.Pd, Koordinator Skripsi P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan ijin menyusun skripsi.
7.
Dra. Retno Pudjiati, Kepala SMP Negeri 1 Ngrampal yang telah memberikan commit to user ijin untuk melaksanakan penelitian. xii
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Erna Tri Suryani, S.Pd, guru matematika kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal tahun ajaran 2010/2012, atas kesediannya meluangkan waktu untuk membantu selama kegiatan penelitian dan masukan yang berharga.
9.
Siswa-siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal tahun ajaran 2011/2012, atas bantuan dan kesediaannya mengikuti pembelajaran dan mengerjakan soal tes serta masukan yang sangat berguna.
10. Ibu serta Bapak tercinta yang disetiap tetesan peluh dan air matanya terkandung do’a dan harapan bagi penulis. Terimakasih telah menjadi orang tua yang luar biasa bagi penulis. 11. Kedua kakakku tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan yang tak pernah henti-hentinya, membantu dalam segala hal demi kelancaran pendidikan penulis. Terima kasih juga kepada segenap keluarga yang senantiasa mendukung penulis untuk meraih kesuksesan. 12. Sahabat-sahabat terbaikku, (Anciezz, Bu Ungk, Rina, Ninda, Mimii Izmi, Latipul, Ilham, Bang Andang & Ehox’s Math) yang tak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis. 13. Teman-teman P.Math, terima kasih atas persahabatan selama ini. Semoga Allah menjaga tali persaudaraan kita. 14. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari tidak ada kemutlakan bagi kebenaran yang datangnya dari manusia. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan memberikan kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta,
Penulis
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
x
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
xi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Perumusan Masalah ..................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .........................................................................
10
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................
10
1. Pembelajaran Matematika ....................................................
10
2. Pendekatan PAIKEM ..........................................................
12
3. Pembelajaran Kooperatif .....................................................
21
a. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ..................................
24
4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dengan Pendekatan PAIKEM. ..............................................
27
5. Aktivitas Belajar ..................................................................
30
6. Respon Siswa terhadap Pembelajaran .................................. commit to user 7. Hasil Belajar Matematika ....................................................
32
xiv
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Tinjauan Materi Tentang Teorema Pythagoras ...................
35
B. Kerangka Berpikir .....................................................................
41
C. Hipotesis Tindakan ....................................................................
43
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................
44
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
44
B. Subjek Penelitian .......................................................................
45
C. Data dan Sumber Data ..............................................................
45
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
45
E. Validitas Data ............................................................................
50
F. Teknis Analisis Data .................................................................
50
G. Indikator Kinerja Penelitian .....................................................
52
H. Prosedur Penelitian ....................................................................
53
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................
59
A. Deskripsi Pratindakan ...............................................................
59
B. Deskripsi Hasil Penelitian .........................................................
61
1. Siklus I ..................................................................................
61
2. Siklus II ................................................................................
76
C. Perbandingan hasil Tindakan Antarsiklus ...................................
90
D. Pembahasan ................................................................................
97
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................... 103 A. Simpulan ..................................................................................... 103 B. Implikasi ...................................................................................... 104 C. Saran ........................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 107 LAMPIRAN ....................................................................................................
commit to user xv
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif .................................................
23
Tabel 2.2 Langkah- langkah pembelajaran Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM .........................................
27
Tabel 4.1 Ketercapaian KKM Tes Kemampuan Awal..................................
59
Tabel 4.2 Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Pra siklus ..........................
60
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Siklus I..........................................
61
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Lembar Observasi Siklus I ..............................
69
Tabel 4.5 Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus I..............................
71
Tabel 4.6 Ketercapaian KKM Tes Siklus I ...................................................
72
Tabel 4.7 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Siklus II ........................................
77
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Lembar Observasi siklus II..............................
84
Tabel 4.9 Hasil Angket aktivitas Belajar Siswa Siklus II .............................
85
Tabel 4.10 Ketercapaian KKM Tes Siklus II .................................................
86
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa. ............................................................................................
93
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Aktivitas Belajar Siswa ....
94
Tabel 4.13 Rekapitulasi Ketercapaian KKM Hasil Belajar Siswa..................
95
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .......................................................
42
Gambar 3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ...........................................
44
Gambar 3.2 Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .............................
58
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ......................
95
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Ketercapaian KKM ............................
96
Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Tes ......................
97
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1
Silabus ................................................................................... 111
Lampiran 1.2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .............. 113
Lampiran 1.3
Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ...................................... 136
Lampiran 1.4
Lembar Soal Tes Pra Siklus (Tes Awal) ................................ 139
Lampiran 1.5
Kisi-kisi dan Kunci Jawaban serta Pedoman Penskoran Soal Tes Siswa Siklus I ................................................................ 140
Lampiran 1.6
Lembar Soal Tes Siswa Siklus I ............................................ 147
Lampiran 1.7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ........... 149
Lampiran 1.8
Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ................................... 172
Lampiran 1.9
Kisi-kisi dan Kunci Jawaban serta Pedoman Penskoran Soal Tes Siswa Siklus II ............................................................... 179
Lampiran 1.10 Lembar Soal Tes Siswa Siklus II ........................................... 187 Lampiran 2.1
Lembar Observasi Keterlaksanaan Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM ................ 189
Lampiran 2.2
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa............................ 193
Lampiran 2.3 Kisi-Kisi Lembar Angket Aktivitas Belajar Siswa .............. 194 Lampiran 2.4
Lembar Angket Aktivitas Belajar Siswa .............................. 195
Lampiran 2.5
Lembar Jawab Angket Aktivitas Belajar Siswa ..................... 202
Lampiran 2.6
Kisi-kisi
Lembar
Angket
Respon
Siswa
Terhadap
Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................... 203 Lampiran 2.7
Lembar Angket Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran .......................................................................... 204
Lampiran 2.8
Pedoman Wawancara Guru Siklus ....................................... 208
Lampiran 2.9
Pedoman Wawancara Guru Siklus I .................................... 209
Lampiran 2.10 Pedoman Wawancara Siswa Siklus II ................................... 210 Lampiran 3.1
Presensi Kehadiran Siswa ...................................................... 211
Lampiran 3.2
Hasil Distribusi Angket Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus .. 213
Lampiran 3.3
Hasil Tes Pra Siklus ............................................................... 215 commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3.4
Hasil
digilib.uns.ac.id
Lembar
Observasi
Keterlaksanaan
Model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM Pada Siklus I .......................................................... 217 Lampiran 3.5
Hasil Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ..... 233
Lampiran 3.6
Hasil Distribusi Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ...... 237
Lampiran 3.7
Hasil Tes Akhir Siklus I ......................................................... 239
Lampiran 3.8
Hasil
Distribusi
Angket
Respon
Siswa
Terhadap
Pelaksanaan Tindakan Siklus I............................................... 241 Lampiran 3.9
Hasil
Lembar
Observasi
Keterlaksanaan
Model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM Pada Siklus II ......................................................... 243 Lampiran 3.10 Hasil lembar Observasi Aktivitas belajar Siswa Siklus II ..... 259 Lampiran 3.11 Hasil Distribusi Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus II .... 263 Lampiran 3.12 Hasil Tes Akhir Siklus II ....................................................... 265 Lampiran 3.13 Hasil
Distribusi
Angket
respon
Siswa
Terhadap
Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................. 267 Lampiran 3.14 Rekapitulasi Hasil Distribusi Angket Aktivitas Siswa .......... 269 Lampiran 3.15 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa kelas VIII-D ........................... 271 Lampiran 3.16 Hasil Wawancara Guru Siklus I ............................................. 273 Lampiran 3.17 Hasil Wawancara Guru Siklus II............................................ 277 Lampiran 3.18 Hasil Wawancara Siswa Siklus I............................................ 280 Lampiran 3.19 Hasil Wawancara Siswa Siklus II .......................................... 286 Lampiran 4.1
Contoh Hasil Pekerjaan SiswaSiklus I .................................. 291
Lampiran 4.2
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ............................... 299
Lampiran 5.1
Dokumentasi (foto) pelaksanaan tindakan ............................. 308
Lampiran 6.1
Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi .......................... 313
Lampiran 6.2
Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi .................................................................................... 314
Lampiran 6.3
Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................... 315
Lampiran 6.4
Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Sekolah .. 316 commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mau, mampu dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di bumi. Menurut Suprijono (2009) bahwa peserta didik harus dibelajarkan agar mau dan mampu berbuat (learning to do) untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya sehingga siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya (learning to know) terhadap dunia di sekitarnya. Hasil
interaksi
dengan
lingkungannya
itu
diharapkan
dapat
membangun pengetahuan dan kepercayaan diri siswa (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari oleh setiap peserta didik. Matematika dipelajari karena dianggap penting sebagai bekal hidup. Dalam hidup kita selalu dihadapkan dengan banyak perhitungan, ilmu hitung serta logika yang amat diperlukan agar kita berpikir dengan benar, karena logika adalah bagian penting dari matematika. Tak kalah pentingnya, teknologi modern dan sains modern dapat maju dengan bantuan matematika. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek yang bersifat abstrak. Sifat obyek matematika yang abstrak pada umumnya membuat materi matematika sulit ditangkap dan dipahami. Oleh karena itu, siswa menjadi kurang menyenangi pelajaran matematika. Pembelajaran commit to user menjadi sesuatu kegiatan yang matematika yang ada di sekolah diharapkan 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 menyenangkan bagi siswa, namun kenyataannya masih banyak siswa yang menganggap mempelajari matematika itu sulit dan membosankan. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya masih tradisional yaitu guru menerangkan suatu materi dan siswa belajar secara individual. Keberhasilan pembelajaran matematika ditentukan oleh banyak faktor. Dua di antaranya adalah peran guru dan siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap guru ingin melaksanakan tugasnya dengan baik, mengajarkan materi yang dapat dipahami dan bermanfaat positif bagi peserta didiknya. Hendaknya guru berperan sebagai fasilitator yaitu mengarahkan siswa untuk lebih mandiri. Dalam pembelajaran, siswa seharusnya berperan sebagai subyek didik, tetapi fenomena dalam pembelajaran dianggap sebagai obyek didik. Sebagai subyek didik, siswa harus aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan yang didapatkan tidak hanya pasif. Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Hal ini mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat mengambil manfaat dari pengalaman tersebut dan memilikinya. Sumarmo (2003) mengatakan bahwa agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan hasil belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan dan memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan. Mengajar bukanlah semata-mata persoalan memberikan ceramah pada siswa tentang materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi mengajar agar para siswa mudah menerima pelajaran dan sulit untuk melupakan apa yang telah diajarkan oleh guru. Dalam mengajar guru harus mempersiapkan dan merancang apa yang akan disampaikan dan strategi apa yang tepat agar siswa lebih menerima pelajaran. Peneliti pada tanggal 13 September 2011 di kelas VIII-D mengadakan commit to user observasi awal guna mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran matematika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 diSMP Negeri 1 Ngrampal, ditemukan beberapa permasalahan pada pembelajaran matematika diantaranya: 1. Selama ini metode yang lebih banyak digunakan oleh guru adalah ceramah. Guru kurang menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Sehingga kadang siswa merasa bosan. 2. Selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa kurang terlihat, semua kegiatan belajar mengajar terkonsentrasi pada guru. Siswa kurang berpartisipasi aktif saat proses pembelajaran, seperti bertanya dan menjawab pertanyaan. Hal ini tampak dari ketergantungan siswa pada guru yaitu saat guru meminta siswa maju ke depan mengerjakan soal, siswa banyak yang diam dan tidak mau maju. Apabila guru memberi soal latihan sebagian siswa hanya mengandalkan temannya saja, tidak mau mencoba sendiri. Siswa yang mengalami kesulitan hanya diam dan menunggu pembahasan soal. 3. Siswa tidak mau kreatif membuat kelompok belajar untuk menyelesaikan tugas. Apabila ada PR sebagian siswa hanya mengandalkan temannya saja, tidak mengerjakan. 4. Siswa
kurang
berkonsentrasi
mengikuti
pelajaran
dan
tidak
memperhatikan penjelasan guru terutama yang duduk di belakang, mereka justru asyik berbicara dengan teman yang lain. Kondisi ini kurang terpantau oleh guru, karena guru lebih dominan di depan kelas menerangkan materi pelajaran. 5. Pada saat ulangan siswa masih belum bekerja secara mandiri, suasana kelas masih gaduh. 6. Hasil belajar siswa masih banyak yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah yaitu 67 pada saat ulangan harian. Dengan melihat hasil ulangan harian yang dilakukan guru pada materi sebelumnya, dari 35 siswa hanya ada 3 siswa yang tuntas KKM. Kata kunci dari permasalahan di atas adalah bagaimana memperbaiki pembelajaran, mengaktifkan siswa agar paham materi dan ketuntasan belajar to user suatu model pembelajaran yang siswa dapat tercapai. Untuk commit itu diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang memberi peluang kepada peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran, merupakan langkah untuk menuju keberhasilan mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Ada banyak materi dalam mata pelajaran matematika yang saling terkait satu sama lain. Guru harus mengusahakan sebaik mungkin agar setiap materi yang merupakan prasyarat bagi pokok bahasan selanjutnya dapat dikuasai siswa. Teorema Pythagoras merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang merupakan materi prasyarat bagi materi-materi dalam mata pelajaran matematika selanjutnya di kelas IX bahkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh karena itu, guru juga harus mengusahakan agar siswa dapat mencapai belajar tuntas pada materi teorema Pythagoras. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, peneliti melakukan diskusi dengan guru matematika kelas VIII-D untuk mencari penyelesaian permasalahan tersebut. Peneliti berkolaborasi dengan guru memberikan alternatif penyelesaian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dilengkapi pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yang direncanakan penelitian ini akan dilakukan secara kolaboratif dengan guru matematika kelas VIII-D, peneliti bertindak sebagai guru sedangkan guru bertindak sebagai observer. Fokus PAIKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan. Dalam pendekatan PAIKEM ini, guru memberikan latihan-latihan, berusaha menciptakan keadaan kelas yang menyenangkan untuk membangkitkan semangat belajar siswa tentang apa yang dipelajari siswa sehingga memperoleh semangat belajar, guru berbuat aktif dan kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Pemilihan PTK dengan model pembelajaran kooperatif ini dirasa commit to user sangat kondusif bagi siswa SMP Negeri 1 Ngrampal yang siswa-siswanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 masih individual dalam belajar, kerjasama antara siswa dalam belajar masih kurang sehingga perlu ditumbuhkan sikap kerjasama antar kelompok siswa karena dalam belajar kelompok jika ada seorang teman yang belum memahami materi, maka teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk membantu dan menjelaskannya. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini karena di dalamnya mengandung kegiatan yang mengarahkan siswa untuk lebih aktif dan kreatif, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan siswa bisa bertukar pikiran dengan teman sendiri tanpa ada rasa malu atau takut untuk bertanya bila merasa belum paham terhadap materi. Selain itu agar siswa tidak terlalu bingung dengan pelaksanaannya dalam pembelajaran karena kelompok hanya terdiri dari 2 orang, karena pada umumnya jika kelompok terdiri dari banyak orang mereka akan cenderung bingung, timbul kegaduhan saat memulai pengelompokan dan pengerjaan tugas hanya dilakukan siswa yang pandai. Dengan anggota 2 orang tanggung jawab siswa juga semakin besar dan memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan permasalahan tertentu. Peneliti berharap penerapan model pembelajaran ini tidak hanya terbatas pada tahun pelajaran dimana penelitian ini dilaksanakan, tetapi dapat diterapkan secara berkelanjutan di tahun pelajaran yang akan datang, sehingga kualitas pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Ngrampal dapat meningkat ke arah yang lebih baik. Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Penelitian Tindakan Kelas juga dilakukan Nurfaidah, Rahmawati dan Nurhayati (2011), hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat melalui penerapan model kooperatif tipe STAD. Hal ini ditunjukkan oleh semakin meningkatnya jumlah anak yang bertanya, menjawab pertanyaan dan menanggapi jawaban teman. Penelitian juga dilakukan oleh Ofodu dan Lawal (2011), dalam penelitian ini commit to user pembelajarannya menggunakan metode Think Pair Share dan Pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 Timbal Balik dengan tujuan untuk meningkatkan capaian tingkatan siswa dalam membaca pengertian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkatan membaca pengertian dapat lebih baik dipengaruhi ketika siswa diunjukkan ke baik Pengajaran Timbal balik maupun Think-Pair-Share. Selain itu ada juga penelitian ynag dilakukan oleh Carss (2006), hasil penelitian ini menegaskan efek positif dari strategi pada prestasi membaca, terutama bagi siswa membaca di atas usia kronologis mereka, meskipun jangka intervensi mungkin memiliki efek yang lebih signifikan pada orang-orang membaca di bawah ini. Efek positif pada aspek penggunaan bahasa lisan, berpikir, kesadaran metakognitif, dan pengembangan strategi membaca pemahaman dicatat dengan kedua kelompok intervensi. Mereka menunjukkan fleksibilitas dari strategi Think-Pair-Share sebagai alat untuk mendorong pembicaraan, dan satu yang dapat disesuaikan dengan fokus belajar dan kebutuhan kelompokkelompok tertentu siswa. Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Turnip (2004), hasil penelitian ini menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 27,23% dari sebelum adanya tindakan dan disertai peningkatan aktivitas belajar pula. Penelitian juga dilakukan oleh Sutrisno (2007), dalam hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah matematika dan dapat meningkatkan keaktifan serta kerja sama siswa dalam belajar. PTK lain juga dilakukan oleh Kholifa (2008), hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di kelas XI IPA MA Ibnul Qoyyim Putri dapat terwujud. Hal ini ditunjukkan dari hasil persentase angket serta lembar observasi siswa dan guru yang selalu mengalami peningkatan. PTK mengenai PAIKEM juga dilakukan oleh Wijayanti (2010), pembelajaran las dasar melalui pendekatan PAIKEM telah mampu meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar siswa pada materi prosedur pengelasan las listrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti hampir sama dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Arista Wijayanti. Perbedaannya terletak pada subjek, objek, dan tujuannya. Subjek penelitian Arista Wijayanti adalah siswa kelas X SMK Negeri 5 Surakarta adapun objeknya adalah pelaksanaan pembelajaran pengelasan las listrik dengan pendekatan PAIKEM, sedangkan tujuan dari penelitian tersebut adalah meningkatkan pemahaman konsep dan prestasi belajar. Penelitian yang peneliti lakukan mengambil subjek guru dan siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal, adapun objeknya adalah pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan umum yang dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan : 1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika? 2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika pada materi Teorema Pythagoras? 3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar matematika pada materi Teorema Pythagoras?
C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah: 1. Mendeskripsikan
proses
pembelajaran
yang
menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM commit to user
model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 2. Untuk mengetahui dan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika pada materi Teorema Pythagoras melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. 3. Untuk mengetahui dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar matematika pada materi Teorema Pythagoras melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM
D. Manfaat Penelitian Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya: 1. Bagi siswa a. Memupuk dan menambah keaktifan belajar siswa dalam kegiatan belajar matematika. b. Mendorong siswa untuk memposisikan dirinya sebagai subyek belajar diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan
dalam
pelajaran
matematika
secara
kreatif
dan
menyenangkan melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. c. Mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar. d. Melatih siswa agar mampu bekerja sama dan bertanggung jawab dengan orang lain dalam menyelesaikan permasalahan. 2. Bagi mahasiswa a. Menambah
pengetahuan
tentang
pendekatan
PAIKEM
dalam
pembelajaran kooperatif yang mengembangkan proses berpikir dan bekerja sama bagi siswa. b. Menambah pengetahuan tentang keterampilan mengelola proses belajar mengajar di kelas. c. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian, pada khususnya penelitian tindakan kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 3. Bagi guru mata pelajaran a. Bahan
pertimbangan
dalam
merancang
dan
melaksanakan
pembelajaran matematika yang sesuai dengan pendekatan PAIKEM untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. b. Memacu guru untuk melakukan penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas. 4.
Bagi Sekolah a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran di sekolah. b. Terciptanya suasana kegiatan belajar mengajar di kelas yang kondusif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Menurut Suprijono (2009) Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran terdiri atas semua aktivitas bertujuan dari guru yang diarahkan untuk menghasilkan, merangsang, atau mempermudah belajar oleh siswa. Pembelajaran berkenaan dengan bagaimana dan apa saja metode-metode, materi-materi, strategistrategi, tugas-tugas, dan insentif-insentif yang dapat diterapkan untuk mendorong belajar. Jadi, siswa diharapkan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah mengalami proses pembelajaran. Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner dalam Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Nasution dalam Murniati (2003) mengemukakan bahwa istilah Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang artinya mempelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Nickson dalam Jajang (2005) berpendapat bahwa pembelajaran matematika adalah pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui arahan terbimbing sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah serangkaian proses aktivitas guru dalam memberikan pengajaran terhadap siswa untuk membangun, menghasilkan, merangsang, atau mempermudah belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri. Siswa diharapkan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik setelah mengalami proses pembelajaran matematika. Dengan kata lain siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika yang telah ditentukan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Wardhani (2008), bahwa tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam
membuat
generalisasi,
menyusun
bukti,
atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pembelajaran matematika dalam penelitian lebih bersifat sosiokultural, dimana anak melakukan pembelajaran dengan cara berkelompok dan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Dengan cara seperti ini diharapkan anak lebih merasakan kenyamanan dalam pembelajaran karena yang mereka hadapi adalah teman mereka sendiri.
2. Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) a. Pengertian PAIKEM Syah (2009) menjelaskan bahwa PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. PAIKEM juga memungkinkan
siwa
melakukan
kegiatan
yang
beragam
untuk
mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1) metode ceramah plus, 2) metode diskusi; 3) metode demonstrasi dan lainnya. b. Peralihan yang mendasari PAIKEM PAIKEM
dikembangkan
berdasarkan
beberapa
perubahan/peralihan: 1) Peralihan dari belajar perorangan (individual learning) ke belajar to user bersama (cooperative commit learning)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 2) Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote learning) ke belajar untuk memahami (learning for understanding) 3) Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted) ke bentuk interaktif, keterampilan proses dan pemecahan masalah 4) Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar 5) Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assessment seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa (Shadiq dalam Setiawan, 2004) Dasar peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, ayat (1) yang berbunyi: “ Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpar- tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. c. Karakteristik PAIKEM 1) Berpusat pada siswa (student-centered), maksudnya: a) Guru sebagai fasilitator, bukan penceramah b) Fokus pembelajaran pada siswa bukan pada guru c) Siswa belajar secara aktif d) Siswa mengontrol roses belajar dan menghasilkan karyanya sendiri, tidak hanya mengutip guru. 2) Belajar yang menyenangkan (joyfull learning), 3) Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu (competency-based learning), 4) Belajar secara tuntas (mastery learning), 5) Belajar secara berkesinambungan (continuous learning), 6) Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan ke-disini-an (contextual learning).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Sementara itu, pembelajaran saat ini masih lebih cenderung berpusat pada guru, yaitu: 1) Pengajaran bersifat tradisional dan siswa pasif 2) Penyampaian melalui ceramah tanpa modifikasi 3) Guru menentukan secara mutlak materi yang ia ajarkan dan cara siswa mendapatkan informasi mengenai materi yang mereka pelajari. d. Arti Penting PAIKEM Sekurang-kurangnya ada dua alasan perlunya pendekatan PAIKEM diterapkan di sekolah/madrasah kita, yaitu: 1) PAIKEM lebih memungkinkan perserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak mengenal pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif
(monologis),
sementara
para
siswanya
pasif,
sehingga
pembelajaran menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang menakutkan siswa. 2) PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat
kreatif
bersama. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, peserta didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat. PAIKEM
dilandasi
oleh
falsafah
konstruktivisme
yang
menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda. Falsafah pragmatisme yang berorientasi pada tercapainya tujuan secara mudah dan langsung juga menjadi landasan PAIKEM, sehingga dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar mereka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 e. Penjabaran PAIKEM 1) Pembelajaran Aktif Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12) dalam Syah dan Kariadinata (2009:14), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan
semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional,
bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri. Menurut
Taslimuharrom
(2008)
sebuah
proses
belajar
dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung: a) Keterlekatan pada tugas (Commitment) Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal); b) Tanggung jawab (Responsibility) Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri. c) Motivasi (Motivation) Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya commit to user melakukan tindakan belajar. Dorongan mencapai prestasi dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Di satu sisi guru aktif apabila : (1) memberikan umpan balik (2) mengajukan pertanyaan yang menantang (3) mendiskusikan gagasan siswa Di sisi lain, siswa aktif antara lain dalam hal: (1) bertanya / meminta penjelasan (2) mengemukakan gagasan (3) mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri 2) Pembelajaran Inovatif McLeod (1989:520) dalam Syah dan Kariadinata (2009:17) mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced such as method or device”.
Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode,
bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian siswa
ada
yang
berkemampuan
dalam
menyerap
ilmu
dan
keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam membangun proses pembelajaran inovatif. Di satu sisi guru bertindak inovatif dalam hal: a) menggunakan bahan/materi baru yang bermanfaat dan bermartabat b) menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru c) memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan d) melibatkan perangkat teknologi pembelajaran Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti: a) mengikuti pembelajaran inovatif dengan aturan yang berlaku b) berupaya mencari bahan/materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan c) menggunakan perangkat teknologi maju dalam proses belajar Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya beraneka ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi. 3) Pembelajaran Kreatif Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan commit to user kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa. Di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti: a) mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam b) membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal: a) merancang / membuat sesuatu b) menulis/mengarang 4) Pembelajaran Efektif Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekankan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006) Di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, karena: commit to user a) menguasai materi yang diajarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 b) mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh c) menghargai siswa dan memotivasi siswa d) memahami tujuan pembelajaran e) mengajarkan keterampilan pemecahan masalah f) memberi sebanyak mungkin kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam mengambil keputusan dan mengembangkan gagasan g) menggunakan metode yang bervariasi h) mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca i) melaksanakan penilaian yang tepat dan benar Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti: a) menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang diperlukan b) mendapat pengalaman baru yang berharga. 5) Pembelajaran Menyenangkan Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu. Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan potensi diri secara optimal. Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, adalah: a) adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, commit to user dan tidak membuat siswa ragu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi, b) terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan, c) terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan, d) adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta didik untuk berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari, e) adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang enthusiast. Dalam pembelajaran yang menyenangkan guru tidak membuat siswa: a) takut salah dan dihukum b) takut ditertawakan teman-teman c) takut dianggap sepele oleh guru atau teman Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa: a) berani bertanya b) berani mencoba/berbuat c) berani mengemukakan pendapat/gagasan d) berani mempertanyakan gagasan orang lain f. Situasi PAIKEM Berikut ini beberapa gambaran situasi PAIKEM diambil dari hasil bahan pelatihan PLPG di Bandung yang ditulis oleh Syah (2009): 1) Pada pembelajaran konvensional meja dan kursi diatur menghadap ke papan tulis dan siswa duduk berjajar, namun tidak demikian pada PAIKEM. Meja dan kursi diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam
kelompok-kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 2) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar dengan cara berbuat (learning by doing). 3) Guru
menggunakan
berbagai
alat
bantu
dan
berbagai
cara
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk membuat pembelajaran menarik dan menyenangkan. 4) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang menarik dan menyediakan ”pojok baca”. 5) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok yang mengoptimalkan tanggung jawab seluruh anggota kelompok dalam berpartisipasi dan
memberikan
kontribusi positif. 6) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah dan untuk mengungkapkan gagasannya, serta melibatkan mereka dalam lingkungan sekolahnya.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran
Kooperatif
adalah model
pembelajaran
yang
menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok belajar yang bisa terdiri dari tiga sampai lima orang siswa untuk mempelajari materi atau bahan pelajaran yang spesifik sampai tuntas. Menurut Slavin dalam Nur (2005: 1), menyatakan bahwa: Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswanya bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan
untuk
menerapkan
pengetahuan
dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, artinya setiap anggota dalam menyelesaikan tugasto kelompok saling bekerja sama dan commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Menurut Lie (2005), bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asalasalan. Roger dan Johnson dalam Lie (2005: 31) mengemukakan bahwa ada lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Kelima unsur tersebut sebagai berikut. a. Saling ketergantungan positif Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan kelompok ditentukan oleh
usaha
belajar
setiap
anggotanya.
Setiap
kelompok
dalam
pembelajaran kooperatif akan memperoleh skor kelompok. b. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama, seperti yang telah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok ditentukan oleh usaha setiap angota kelompok. Jika ingin mendapatkan kriteria sebagai kelompok terbaik, maka seluruh anggota kelompok harus bertanggung jawab untuk belajar dengan sungguhsungguh dan berusaha mendapatkan skor terbaik. c. Tatap muka Tatap muka berarti memberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Hal ini penting supaya anggota kelompok saling mengenal. Pengenalan ini tidak hanya sebatas nama, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan demikian, akan terbangun suasana saling menghargai perbedaan dan memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan. d. Komunikasi antaranggota Komunikasi antaranggota berarti setiap anggota kelompok saling commit to user berkomunikasi dan berinteraksi. Komunikasi yang terjalin adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 komunikasi banyak arah, artinya ada timbal balik antara anggota kelompok. Umumnya, tidak setiap siswa pandai berkomunikasi. Oleh karena itu, penting bagi guru melatih siswa bagaimana cara-cara berkomunikasi. e. Evaluasi proses kelompok Evaluasi proses kelompok berarti siswa dalam satu kelompok bersamasama mengevaluasi proses belajar kelompok. Format evaluasi dapat bermacam-macam, tergantung pada tingkat pendidikan siswanya. Hal-hal yang perlu dievaluasi misalnya kerja sama, partisipasi setiap anggota kelompok, komunikasi antaranggota, dan sebagainya. Hal ini sangat penting, sehingga setiap kelompok terdorong untuk meningkatkan efektivitas kerja sama kelompok. Sintaks pembelajaran kooperatif diuraikan Arends dalam Rachmadi (2004:16).
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Aspek
Aktivitas Guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut memotivasi siswa dan memotivasi siswa. Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana Mengorganisasikan siswa dalam caranya membentuk kelompok belajar dan kelompok kelompok belajar membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien Fase 4 Guru membimbing kelompok kelompok Membimbing kelompok bekerja belajar pada saat mengerjakan tugas dan belajar Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 Guru mencari cara untuk menghargai upaya Memberikan penghargaan atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 Selain siswa belajar secara berkelompok dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu : a. Setiap anggota memiliki peran, b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara para siswa, c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga anggota sekelompoknya, d. Guru membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Menurut Slavin (dalam Ratumanan, 2002:110) keuntungan yang diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah : a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Tipe ini membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari satu pasang siswa. Pembelajaran Think Pair Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus ini mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman beserta rekannya di Universitas Maryland pada tahun 1985. Lyman dalam Arends (2001: 325-326) menggunakan langkahlangkah sebagai berikut. 1) Thinking (berpikir) Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 2) Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. 3) Sharing (berbagi) Setelah mereka mendiskusikannya secara berpasangan guru meminta pasangan pasangan siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang
telah
mereka
bicarakan,
dengan
cara
mereka
harus
mempresentasikan hasil kerja/ diskusi mereka kepada seluruh kelas. Hal ini dapat dilakukan oleh beberapa kelompok saja mengingat waktu yang terbatas.
Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe “ThinkPair Share” adalah sebagai berikut: Kelebihan: 1) Adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah akan meningkatkan ketrampilan sosial siswa. 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. 3) Memungkinkan
siswa
untuk
merumuskan
dan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. 4) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. 5) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya commit user dalam kelompok, dimana tiaptokelompok hanya terdiri dari 2 orang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 6) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. Kelemahan: 1) Siswa
yang
pandai
cenderung
mendominasi
sehingga
dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai. 2) Pengelompokan siswa membutuhkan tempat duduk berbeda dan membutuhkan waktu. 3) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 4) Lebih sedikit ide yang muncul, dan 5) Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok. (Hartina, 2008: 12). Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab dari semua anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk berlajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Walaupun
kelemahan-kelemahan
tersebut
melekat
pada
pembelajaran kooperatif, tetapi dapat diminimalkan dengan beberapa tindakan. Untuk mengatasi kelemahan dalam pembelajaran kooperatif dapat juga menggunakan LKS yang memungkinkan siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Selain itu pembagian kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dan guru telah menata kelas sesuai dengan kelompok yang ada. Dengan demikian terjadi penghematan waktu yang dibutuhkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dengan Pendekatan PAIKEM Pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mandiri dan belajar kelompok. Dengan pembelajaran tersebut semakin memungkinkan guru dan siswa untuk dapat sama-sama berperan aktif dalam proses pembelajaran dan siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan. Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Menyampai a. Guru menginformasikan tujuan a. Siswa memperhatikan kan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan baik dan dan serta model pembelajaran yang menjawab pertanyaan memotivasi akan digunakan guru. siswa b. Guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan menyampaikan kegunaan materi dalam kehidupan sehari-hari dan yang merupakan dasar dari materi-materi diselanjutnya, maupun materimateri pada jenjang yang lebih tinggi Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul: Guru Aktif, Kreatif, Inovatif menyampaikan apersepsi dan motivasi dengan peragaan dan tanya jawab Guru Efektif mengarahkan siswa untuk mempersiapkan dan memperhatikan pelajaran Siswa Aktif menjawab pertanyaan guru Posisi tempat duduk siswa diatur berbeda dari biasanya. Suasana baru akan dapat menimbulkan keadaan menyenangkan Menyajikan Guru menyajikan informasi kepada a. Siswa menyimak informasi siswa dengan jalan demonstrasi, penjelasan guru dan tanya jawab dan memberikan contoh menjawab pertanyaan soal atau latihan terbimbing b. Siswa mengerjakan soal dan mencatat hal-hal yang penting yang commit to user dijelaskan guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul: Guru Aktif menjelaskan materi pelajaran dengan mengajukan pertanyaan Guru berkomunikasi dengan siswa dengan baik dan bahasa halus baik dalam hal menjelaskan materi atau memotivasi siswa. Guru Efektif menguasai materi yang diajarkan dan menjelaskan materi dengan baik. Siswa Inovatif mengikuti pembelajaran sesuai aturan yang telah dibuat guru Siswa Aktif bertanya bila ada materi yang belum jelas Mengorgani a. Guru membagi siswa dalam Setiap siswa mulai sasikan kelompok dengan setiap mempelajari materi dan siswa dalam kelompok beranggotakan 2 siswa mengerjakan permasalahan kelompokb. Guru membagi lembar kerja dalam lembar kerja secara kelompok kepada setiap siswa, kemudian individu. (Think) belajar meminta dan membimbing siswa untuk mempelajari materi dan lembar kerjanya secara individu. c. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap fokus dan semangat belajar Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul: Guru Aktif memantau siswa pada saat proses belajar mengajar Guru Kreatif dalam menyajikan materi atau permasalahan, misal dalam bentuk LKS atau peragaan. Siswa Aktif dan Efektif mempelajari materi dengan baik secara individu, menguasai kompetensi yang diajarkan dan mengerjakan tugas dengan baik Siswa Efektif, Kreatif mempelajari materi-materi dari sumber referensi lain Guru Efektif melibatkan siswa dalam pembelajaran Membimbing a. Guru meminta siswa untuk a. Siswa berdiskusi kelompok bergabung dengan kelompoknya dengan kelompoknya bekerja dan mendiskusikan apa yang telah menggunakan alat belajar dipikirkan pada langkah think. peraga atau mengikuti b. Guru memberikan alat peraga aturan perbelajaran kepada setiap kelompok atau dengan baik menyiapkan permainan / cara b. Siswa berdiskusi menarik lain untuk dengan baik dan mempermudah belajar siswa bertanya kepada teman/ c. Guru memantau jalannya diskusi guru bila ada hal yang d. Guru memberikan motivasi kurang jelas. (Pair) kepada siswa untuk tetap fokus commit belajar to user dan semangat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 e. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya bila ada hal yang belum jelas, kemudian guru memberikan umpan balik Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul: Siswa Kreatif menggunakan alat peraga untuk mempermudah belajarnya Guru Aktif memotivasi siswa untuk lebih terlibat dalam pembelajaran Guru Aktif memberikan umpan balik atas pertanyaan Guru berinovasi kreatif dalam membuat skenario pembelajaran, mengadakan diskusi, permainan atau diselingi dengan humor agar siswa tidak terlalu tegang Evaluasi a. Guru meminta beberapa a. Beberapa kelompok kelompok untuk mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil diskusi. (Share) diskusinya b. Siswa yang tidak b. Guru memberikan kesempatan mempresentasikan hasil kepada siswa untuk mengajukan diskusi bertanya atau pertanyaan atau pendapat mengemukakan kemudian memberikan umpan pendapatnya apabila balik. ada yang masih kurang c. Guru memberikan penekanan benar, kemudian pada hal-hal yang dirasa penting kelompok yang dan menambahkan materi yang mempresentasikan belum diungkapkan siswa menanggapi d. Guru membimbing siswa c. Siswa membuat dan membuat kesimpulan pelajaran mencatat hal-hal dan memberikan tugas rumah. penting dan kesimpulan pelajaran. Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul: Siswa Aktif bertanya, menjawab pertanyaan dari guru dan mengemukakan pendapat Siswa Aktif berani mempresentasikan hasil diskusi tanpa ditunjuk guru dan mampu mengkomunikasikan hasil kerjanya dengan baik Guru Aktif memotivasi siswa untuk lebih terlibat dalam pembelajaran Guru Aktif memberikan umpan balik atas pertanyaan, jawaban dan hasil diskusi siswa Guru menciptakan suasana menyenangkan dengan variasi dalam gaya mengajar dengan memberikan selingan/humor sekilas Memberikan Guru memberikan penghargaan commit user penghargaan kepada siswa to yang mampu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 mempresentasikan hasil diskusi Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul: Guru menghargai hasil kerja siswa dengan memajang hasil kerja siswa di dinding kelas sebagai pojok baca. Siswa merasa senang dengan adanya penghargaan/ hadiah bagi mereka yang aktif mempresentasikan hasil diskusi Siswa senang dan bangga karena hasil pekerjaannya dinilai bagus dan dipajang dalam pojok baca Diadaptasi dari Arends dalam Rachmadi (2004) dan Syah (2009), dengan beberapa perubahan. 5. Aktivitas Belajar Di dalam belajar sangat diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku dan melakukan kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “aktivitas adalah keaktifan, kegiatan atau kesibukan”. Pengertian ini identik dengan aktivitas belajar berarti keaktifan, kegiatan, kesibukan dalam belajar. Rousseau dalam Sardiman (2004:96) memberikan penjelasan bahwa, “Dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan bekerja sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Sedangkan Montessori dalam Sardiman (2004:96) menegaskan bahwa, “Anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya”. Pernyataan montessori tersebut memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas adalah anak itu sendiri, sedang pendidik hanya memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didiknya. Aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran aktif merupakan keadaan dimana siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari, tidak commit to penjelasan user hanya duduk diam mendengarkan guru saja. Siswa lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 berpartisipasi aktif sedemikian sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) membuat suatu daftar aktivitas siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut. a. Visual activities, segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan, seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan dll. b. Oral activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi dll. c. Listening activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran seperti mendengarkan uraian, percakapan, pidato, diskusi, musik dll. d. Writing activities, seperti menulis, karangan laporan, angket, menyalin. e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram. f. Motor activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspreksikan bakat yang dimilikinya seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, meresapi, bermain, berkebun, beternak. g. Mental activities, seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. Kiat guru untuk meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut. a. Menyiapkan siswa secara tepat. b. Mengenali dan membantu anak-anak yang kurang terlibat. Menyelidiki apa yang menyebabkannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut. c. Menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting guna meningkatkan usaha dan keinginan siswa user belajar. untuk berperan secara aktifcommit dalam to kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 Aktivitas
merupakan
syarat
bagi
berlangsungnya
kegiatan
pembelajaran. Tanpa aktivitas belajar, pengajaran tidak akan memberikan hasil yang baik. Penelitian ini mempunyai beberapa indikator dimana siswa dikatakan mengalami peningkatan aktivitas, diantaranya: a. Siswa lebih memperhatikan dan memahami penjelasan guru atau siswa dengan baik, b. Siswa rajin mencatat materi pelajaran, c. Siwa lebih sering mengajukan pertanyaan,sering bertanya baik kepada guru maupun temannya apabila mengalami kesulitan, d. Siswa sering mengerjakan soal-soal latihan atau soal tes secara mandiri, e. Siswa ikut aktif dalam diskusi kelompok, f. Siswa berani mempresentasikan hasil kerja baik individu maupun kelompok, dan berani mengemukakan pendapat.
6. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Menurut Hamalik (2011), “respon merupakan gerakan-gerakan yang terkoordinasi oleh persepsi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa luar dalam lingkungan sekitar”. Sedangkan menurut Nafidatur (2011), Respon siswa terhadap pembelajaran ungkapan perasaan dan pendapat siswa yang menyatakan senang atau tidak senang, baru atau tidak baru, jelas atau tidak jelas, menarik atau tidak menarik. Menurut Nahel (2012), Respon siswa merupakan gambaran reaksi yang muncul dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam proses pembelajaran ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya respon siswa, antara lain: guru, materi, metode pembelajaran, waktu, tempat, dan fasilitas. Berbagai cara dapat dilakukan, misal dengan memberikan reward, permainan, atau penyajian konsep yang menarik dan berbeda dari biasanya. Nahel menyebutkan beberapa aspek untuk menunjukkan respon siswa yaitu, sebagai berikut. a. Keterkaitan terhadap komponen (respon senang/ tidak senang) b. Keterkinian terhadap komponen (respon baru/ tidak baru) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 c. Minat terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM (respon minat/ tidak minat) d. Ketertarikan terhadap komponen pembelajaran (respon menarik/ tidak menarik) e. Kemudahan dalam memahami bahasa yang digunakan (respon mudah/ tidak mudah) Menurut Marsiyah (2011), “untuk mengetahui respon seseorang terhadap sesuatu dapat melalui angket, karena angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden/juga mengenai pendapat atau sikapnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa respon merupakan keterangan/pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diketahui, sehingga respon siswa terhadap pembelajaran dapat diartikan sebagai pendapat siswa mengenai pembelajaran proyek dan investigasi setting kooperatif yang diterapkan di kelas. Dalam penelitian ini yang dimaksud respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Beberapa indikator yang diamati untuk mengetahui respon siswa, diantaranya: a. Minat terhadap pembelajaran, dapat diamati dari keseriusan siswa mengikuti pembelajaran b. Ketertarikan
terhadap
komponen
pembelajaran,
dapat
diamati
dari
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran c. Keterkaitan terhadap pembelajaran, dapat diamati dari senang tidaknya siswa mengikuti pembelajaran.
7. Hasil Belajar Matematika Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Belajar menurut Gagne adalah proses perubahan kemampuan yang dialami oleh seseorang, baik berupa perubahan commit to user sikap, minat, dan nilai maupun berupa pengetahuan dan ketrampilan. Jadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 belajar merupakan kegiatan yang disengaja oleh seseorang yang melibatkan seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik, serta setelah belajar orang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai yang positif. Sudjana (2003:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menemukan pengalaman belajarnya. Masih menurut Sudjana bahwa: Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah menurut taksonomi Bloom, yaitu: a. Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotorik Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif serta intepretatif. Petunjuk yang dapat digunakan untuk mengetahui suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila: a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individu maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik individu atau kelompok. Berdasarkan beberapa uraian pengertian tentang hasil belajar, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah mempelajari mata pelajaran matematika pokok bahasan tertentu sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar to user sikap dan nilai. Hasil belajar dalam bidang pengetahuan, commit keterampilan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 matematika aspek kognitif dapat diukur dengan tes. Tes yang diberikan berupa tes hasil belajar yang berisi soal-soal matematika dari materi pelajaran yang telah diajarkan. Terkait dengan penilaian keberhasilan belajar, Saiful dan Aswan (2006: 107) menyatakan, masalah yang dihadapi selanjutnya adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Menurut Syaiful dan Aswan (2006: 106), untuk menilai tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melaui tes prestasi belajar. Tes prestasi yang dimaksud merupakan tes hasil belajar yang dilakukan setelah selesai suatu periode belajar tertentu. “Yang dimaksud tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu” (Ngalim, 1990: 33). Untuk memberikan penilaian terhadap keberhasilan belajar melalui tes hasil belajar, perlu adanya pedoman penskoran (marking scheme) sebagai petunjuk penilaian. Asmawi dan Noehl (1995: 51) menyatakan bahwa “Pedoman penskoran dinyatakan dalam bobot dari setiap hal-hal atau bagian penting (key words) pada suatu soal atau pertanyaan. Penulis harus menuliskan bagian penting tersebut dalam satu butir pertanyaan, kemudian disusun sesuai dengan urutan yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut”.
8. Tinjauan Materi Teorema Pythagoras Dalam penelitian ini, pokok bahasan yang digunakan adalah teorema Pythagoras. Menurut Buchori (2004), terdapat beberapa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pokok bahasan ini. Tujuan pembelajaran tersebut adalah: 1. Siswa diharapkan dapat menemukan dan menuliskan rumus teorema Pythagoras pada segitiga siku-siku. 2. Siswa
diharapkan
dapat
menerapkan
teorema
Pythagoras
untuk
menghitung panjang sisi segitiga siku-siku jika dua sisi lain diketahui dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 dapat menentukan jenis segitiga, jika diketahui tiga buah sisi segitiga tersebut 3. Siswa diharapkan dapat menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga sikusiku istimewa (salah satu sudutnya 30º, 45º, dan 60º) 4. Siswa diharapkan dapat menggunakan teorema Pythagoras pada perhitungan diagonal sisi dan ruang pada bangun datar dan bangun ruang. 5. Siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan teorema Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari. Teorema Pythagoras Sebuah segitiga siku-siku adalah segitiga yang mempunyai sebuah sudut siku-siku; kaki-nya adalah dua sisi yang membentuk sudut siku-siku tersebut, dan hipotenus adalah sisi ketiga yang berhadapan dengan sudut sikusiku tersebut. Teorema Pythagoras menyatakan bahwa: Dalam suatu segitiga siku-siku, Kuadrat panjang sisi miring adalah sama dengan jumlah kuadrat panjang sisi-sisi yang lain. Misal segitiga ABC adalah segitiga siku-siku di titik C dengan c panjang sisi miring (hipotenusa), sedangkan a dan b
B
panjang sisi siku-sikunya. Kuadrat panjang sisi
c
miring sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi
a
siku-sikunya. C
A b
c2 a
2
b2
a2 c
2
- b
2
b2 c
2
- a
2
1. Menentukan jenis segitiga, jika diketahui tiga buah sisi segitiga tersebut Pada suatu segitiga berlaku: a) Jika kuadrat sisi yang terpanjang = jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 b) Jika kuadrat sisi yang terpanjang < jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga tersebut adalah segitiga lancip. c) Jika kuadrat sisi yang terpanjang > jumlah kuadrat sisi yang lain maka segitiga tersebut adalah segitiga tumpul.
2. Tiga bilangan yang memenuhi dalil Pythagoras disebut Tigaan Pythagoras atau Tripel Pythagoras. Contoh : Pada ΔABC ditentukan panjang sisi AB = 10 cm, AC = 6 cm, BC = 8 cm. a. Buktikan bahwa ΔABC siku-siku! b. Apakah bilangan 6, 8,10 merupakan tripel Pythagoras? Jawab: B
a. Perhatikan gambar disamping! AB 2 10 2 100 AC 2 BC 2 6 2 8 2 36 64
C
A
100
Karena AB2 = AC2 + BC2 , maka ΔABC siku-siku di titik sudut C.
Bilangan 6, 8, dan 10 merupakan tripel Pythagoras karena 102 = 82 + 62
3. Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa. a) Sudut 30º dan 60º Perhatikan ΔABC adalah segitiga sama sisi. Garis CD disebut garis tinggi pada segitiga sama sisi, (sifat garis tinggi pada segitiga sama sisi adalah garis yang ditarik dari sudut segitiga dan tegak lurus terhadap sisi yang ada di hadapan sudut segitiga tersebut,dan membagi dua sisinya sama panjang). Jadi panjang AD = BD = x Untuk ΔBDC siku-siku di D: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 CD 2 BC 2 BD 2 CD
C
BC 2 BD 2
2x
2
30º 30º
x2
4x 2 x 2
3x 2
2x cm
x
3 cm 60º
Sehingga, diperoleh perbandingan: A BD : CD : BC x : x 1:
B D
3 : 2x 3:2
b) Sudut 45º Perhatikan ΔABC, siku-siku di titik B.
AC 2 AB 2 BC 2 AC
AB
2
BC
x2 x 2
2x 2
x
A 2
45º
2 cm
Sehingga, diperoleh perbandingan: AB : BC : AC x : x : x 1: 1 :
45º
B
C
x cm
2 2
4. Menggunakan teorema Pythagoras pada perhitungan diagonal sisi dan ruang pada kubus dan balok. Teorema Pythagoras juga dapat digunakan pada bangun datar dan bangun ruang matematika yang lain untuk mencari panjang sisi-sisi yang belum diketahui. Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada suatu bidang datar. Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam suatu bangun ruang. a. Kubus Perhatikan kubus ABCD.EFGH commit to user o Panjang diagonal sisi kubus adalah :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Diagonal
sisi
kubus
tersebut
antara
lain
Misalkan kita akan menentukan panjang diagonal sisi BD. Perhatikan persegi ABCD.
adalah salah satu diagonal sisi bidang
ABCD. Sekarang, perhatikan ΔABD. Karena ΔABD siku-siku di A, maka dengan menggunakan teorema Pythagoras diperoleh: H
BD 2 AD 2 AB 2 a
a
2
E
2 a 2 cm
BD
F
a cm
D
2a 2
a
G
2
C a cm
2 cm A
Jadi panjang diagonal sisi kubus adalah a
a cm
2 cm
B
o Panjang diagonal ruang kubus Diagonal ruang kubus ABCD.EFGH antara lain
,
.
Perhatikan ΔBDH siku-siku di titik D, untuk menentukan panjang diagonal ruang HB
2
BD
HB
dapat menggunakan teorema Pythagoras. DH
2
a
2
2
2a
2
a
3a
2
cm
3a
a
2
a
2
2
2
3 cm
Jadi panjang diagonal ruang kubus adalah H
G
E
F D
a cm
Pada kubus ABCD.EFGH dengan panjang sisi a, Panjang diagonal sisi = a 2
C a cm
A
a 3 cm
a cm
B
Panjang diagonal ruang = commit to user
a 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 b. Balok Perhatikan balok ABCD.EFGH! o Panjang diagonal sisi balok adalah : Diagonal sisi pada balok yaitu AF , BE, BD, AC, CH , DG, DE, AH ,
BG, CF , EG, FH . Misal akan ditentukan diagonal sisi BG. H
BG 2 BC 2 CG 2 BG 2 l 2 t 2 BG
F
E
t
l2 t2 D
Untuk diagonal sisi AC dan AF
o
G
AC
p2 l 2
AF
p2 t 2
C
l A
p
B
Panjang diagonal ruang balok Diagonal ruang balok ABCD.EFGH antara lain AG, CE, HB, FD. Misal akan ditentukan diagonal ruang HB:
HB 2 BG 2 GH 2 HB 2 (l 2 t 2 ) p 2 HB
p2 l 2 t 2
H
Pada balok ABCD.EFGH, panjang diagonal sisi:
G F
E
t D
C
l A
p
B
AC BD EG FH
p2 l 2
BG CF AH DE
l2 t2
AF BE DG CH
p2 t 2
Panjang diagonal ruang
p2 l 2 t 2
B. Kerangka Berpikir Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak pihak salah satunya adalah dari pihak siswa. Untuk mencapai suatu kegiatan pembelajaran, dimana siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan memupuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 kerja sama diantara siswa yang lain, maka guru dalam pemilihan model pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Selama ini proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Ngrampal masih dilakukan dengan cara konvensional, di mana guru menjadi pusat dari semua aktivitas di kelas. Siswa bersikap pasif, hal ini dapat diketahui dari sikap siswa yang masih enggan mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman jika mengalami kesulitan, siswa masih enggan untuk mengerjakan soal yang diberikan guru, perhatian siswa terhadap penjelasan guru masih kurang, siswa enggan untuk menyampaikan pendapatnya, kurangnya kreatifitas guru dalam mengelola kelas, serta kesan matematika yang sulit dan membosankan bagi siswa, mengakibatkan suasana kelas menjadi tidak menyenangkan. Hal tersebut tampaknya merupakan salah satu penyebab mengapa hasil belajar matematika di kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal belum sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berupa model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan masalah masalah tersebut. Pembelajaran ini mengusahakan agar guru bersikap aktif, kreatif menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan, guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat
untuk
menjadikan
pembelajaran
menarik,
menyenangkan dan cocok bagi siswa. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, saling memberikan pendapat, saling bekerjasama antar anggota satu tim, dan saling bersaing untuk menjadi yang terbaik, memanfaatkan pojok baca untuk belajar, dengan adanya pojok baca diharapkan siswa dapat sewaktu waktu memanfaatkannya untuk belajar matematika. Pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM memberikan suasana kelas menjadi tidak kaku dan lebih menyenangkan, hal ini disebabkan karena mereka lebih santai menghadapi teman kelasnya dan guru tidak terlalu menekan jalannya belajar, selain itu siswa akan menjadi aktif dan kreatif karena jumlah anggota kelompok mereka hanya 2 orang commit to user sehingga mereka dituntut untuk menyumbangkan skor terbaik untuk timnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Dalam memahami materi, siswa lebih mudah menangkap karena temannya sendiri yang menjelaskan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas diduga melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM ini akan terbentuk pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan secara nyata dan akan menghasilkan peningkatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut : Penyebab : Pembelajaran yang dilakukan guru adalah pembelajaran langsung, dengan metode konvensional. Dengan pembelajaran langsung siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan enggan untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa cenderung pasif. Anggapan siswa bahwa matematika adalah pembelajaran yang sulit dan membosankan.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dengan Pendekatan PAIKEM, Pembelajaran ini mengusahakan agar guru bersikap aktif, kreatif menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan, guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. Siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Gambar 2.1. aktif Skema Kerangka Berpikir
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
commit to user
Masalah : Aktivitas belajar siswa masih kurang, Siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar matematika siswa masih cukup rendah.
Tindakan untuk mengatasi masalah: Dengan penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada pembelajaran Matematika.
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa meningkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 C. Hipotesis Tindakan Dengan melihat kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik hipotesis tindakan, apabila guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran matematika maka: 1. Aktivitas belajar siswa akan meningkat. Siswa akan lebih aktif dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran matematika. Peningkatan ini akan dapat dilihat dari hasil pengamatan dan pengisian angket aktivitas. 2. Hasil belajar siswa dalam belajar matematika pada materi Teorema Pythagoras dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai tes akhir siklus siswa yang mencapai KKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ngrampal yang terletak di Jl. P. Mangkubumi no 2 Ngrampal, Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen, pada semester ganjil tahun pelajaran 2011-2012. Penelitian di tempat ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki beberapa permasalahan akademik yang perlu ditingkatkan. Pelaksanaan tindakan direncanakan pada bulan November-Desember dengan 2 siklus, dimana pada setiap siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan, dengan 2 pertemuan untuk belajar, dan 1 pertemuan untuk tes akhir siklus. Waktu yang digunakan adalah jam pelajaran matematika di kelas VIII-D. Adapun rincian penelitian ditunjukkan secara jelas pada gambar 2. Bulan Kegiatan Penelitian 1. Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru Matematika b. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian e. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I Perencanaan Pelaksanaan Observasi Refleksi b. Siklus II
Sept Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des „11 „12
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Perencanaan Pelaksanaan Observasi Refleksi 3. Analisis Data dan Pelaporan a. Analisis data b. Menyusun laporan/ skripsi
Gambar 3.1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
B. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 35 siswa. Adapun guru dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
C. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data kuantitatif, berupa data peningkatan hasil belajar, data peningkatan aktivitas belajar dan data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk data peningkatan hasil belajar berupa soal tes akhir siklus. Data peningkatan aktivitas belajar menggunakan angket aktivitas belajar dan data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan angket respon siswa. 2. Data kualitatif, berupa data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran, dan data hasil observasi aktivitas belajar. Instrumen yang digunakan untuk data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan pedoman wawancara. Data hasil observasi aktivitas belajar menggunakan lembar observasi aktivitas belajar.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti memperoleh atau commit to user mengumpulkan data. Berdasarkan sumber data yang digunakan, ada beberapa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 macam metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu : 1. Metode observasi Metode observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti (orang yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian demikian hingga si subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati (Budiyono, 2003:53). Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan 2 lembar observasi dalam pembelajaran, yaitu: a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi berisi gambaran keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Hal-hal yang diamati meliputi keadaan kelas yang didesain menarik,
kesesuaian
pembelajaran,
pelaksanaan
keterlibatan
guru
tindakan dan
siswa
dengan
rencana
dalam
kegiatan
pembelajaran. b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lembar observasi gambaran tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang akan diamati dari pihak siswa, yaitu perhatian terhadap penjelasan guru, keberanian dalam mengajukan pertanyaan jika mengalami kesulitan, mengerjakan tugas yang diberikan, ikut aktif dalam diskusi kelompok, berani mengemukakan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusi serta mencatat materi pelajaran Observasi dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran pada setiap
siklusnya.
Kegiatan
observasi
dilaksanakan
oleh
guru
matematika kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal dan dibantu observer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 2. Metode angket atau kuesioner Menurut Budiyono (2003:47), “Metode angket adalah cara pengumpulan data dan melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal yang telah melakukan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Angket yang digunakan berupa angket aktivitas belajar siswa. Jawaban-jawaban angket menunjukkan aktivitas belajar siswa. Selain angket aktivitas belajar ada juga angket respon siswa, angket ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Nafidatur (2011), Respon siswa terhadap pembelajaran ungkapan perasaan dan pendapat siswa yang menyatakan senang atau tidak senang, baru atau tidak baru, jelas atau tidak jelas, menarik atau tidak menarik. Kriteria-kriteria untuk respon siswa dan respon guru disusun atas dasar kriteria respon siswa dan respon guru yang telah dibuat oleh peneliti terdahulu yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Angket aktivitas belajar dan angket respon ini diisi siswa pada setiap akhir siklus. Angket aktivitas belajar berbentuk pilihan ganda, sedangkan angket respon berbentuk daftar cek (check list) yang pilihannya terdapat empat kategori yaitu SL (selalu), SR (sering), JR (jarang), TP (tidak pernah). Pernyataan dalam angket terdapat dua macam yaitu positif dan negatif. a. Untuk instrumen positif : 1) SL (Selalu), skor 4 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa sangat sesuai pada tipe tertentu. 2) SR (Sering), skor 3 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa sesuai pada tipe tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 3) JR (Jarang), skor 2 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa kurang sesuai pada tipe tertentu. 4) TP (Tidak Pernah), skor 1 menunjukkan aktivits belajar/ respon siswa tidak sesuai pada tipe tertentu. b. Untuk instrumen negatif : 1) SL (Selalu), skor 1 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa tidak sesuai pada tipe tertentu. 2)
SR (Sering), skor 2 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa kurang sesuai pada tipe tertentu.
3) JR (Jarang), skor 3 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa sesuai pada tipe tertentu.. 4) TP (Tidak Pernah), skor 4 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa sangat sesuai pada tipe tertentu. 3. Metode tes Menurut
Budiyono
(2003:54),
”Metode
tes
adalah
cara
pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan–pertanyaan atau suruhan–suruhan kepada subjek penelitian”. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang berbentuk soal uraian. Menurut Asmawi dan Noehl (2005), tes uraian adalah soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes.
Dalam penelitian ini, akan dilaksanakan beberapa kali tes. Pada akhir prasiklus dilakukan tes untuk diambil hasil tesnya dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap teorema Pythagoras dan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika sebelum pelaksanaan tindakan. Data yang diperoleh dari tes awal digunakan untuk melakukan diagnosis tindakan yang akan dilakukan terhadap siswa. Setelah satu siklus tindakan selesai, kepada siswa diberikan tes akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui tingkat commit to user ketuntasan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan. Dari analisis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 hasil tes akhir siklus, dapat diketahui tercapai tidaknya indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes uraian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat tes pada penelitian ini adalah : a)
Melakukan spesifikasi materi yang pernah diajarkan
b) Menyusun kisi–kisi tes c)
Menyusun soal–soal tes
d) Melakukan penelaahan atau pengkajian butir–butir soal e)
Melakukan revisi soal–soal tes
f)
Melaksanakan tes Butir–butir soal diuji terlebih dahulu validitasnya sebelum
digunakan untuk penelitian. Menurut Nunnaly dalam Budiyono (2003: 55) ”Suatu instrumen disebut valid jika mengukur apa yang seharusnya diukur”. Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi. Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi. Menurut Asmawi dan Noehl (2005), ”Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana skor dalam tes berasosiasi dengan penguasaan peserta tes dalam bidang studi yang diuji melalui perangkat tes tersebut.” Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Karena tes pada penelitian ini hanya digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi suatu perlakuan tertentu, maka uji reliabilitas tidak dilakukan. Dalam PTK instrumen masih bisa diperbolehkan ditulis ramburambunya saja, setelah dilakukan tindakan, isi instrumen dapat to userperilaku yang diobservasi. berkembang sesuai dengancommit penambahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 4. Metode Wawancara Metode wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti (atau orang yang ditugasi) dengan subjek penelitian atau responden atau sumber data (Budiyono, 2003: 52). Metode wawancara dilaksanakan setiap akhir siklus. Tujuan pelaksanaan wawancara terhadap siswa ini adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan tindakan, mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti kegiatan tindakan. Wawancara juga dilakukan oleh peneliti terhadap guru bidang studi matematika untuk mendapatkan tanggapan guru tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM..
E. Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan (Sarwiji, 2009:60). Data yang diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dilakukan validitas butir soal sebelum soal diujikan kepada siswa. Validitas yang digunakan untuk soal tes adalah validitas isi. Untuk menguji validitas isi, diperlukan adanya penilaian dari ahli yang menguasai bidang studi matematika. Uji validitas dilakukan dengan penelaahan atau pengkajian butir-butir tes oleh validator yang telah ditentukan tanpa pengujian statistik sehingga analisis lebih bersifat kualitatif. Selain itu untuk menguji kebenaran data yang diperoleh digunakan triangulasi metode, yaitu menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode perolehan data (Rahardjo, 2010). Dalam penelitian ini, triangulasi metode dilakukan dengan membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara, dan peneliti juga bisa menggunakan hasil pengisian angket commit to user aktivitas dengan hasil observasi aktivitas belajar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 F. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptis) dan teknik analisis kritis (Sarwiji, 2009:61). Teknik statistik
deskriptif
digunakan
untuk
data
kuantitatif,
yakni
dengan
membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersama dan/atau setelah pengumpulan data. Analisis hasil observasi dimulai dengan menelaah lembar-lembar observasi. Data-data yang penting kemudian dikelompokkan berdasarkan fase pembelajaran. Dari hasil pengelompokan tersebut dibuat kesimpulan mengenai pelaksanaan masing-masing fase pembelajaran. Analisis data kuantitatif yang berupa angket dihitung dengan menggunakan
langkah-langkah
tertentu
untuk
mempermudah
dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah analisis data kuantitatif adalah sebagai berikut: 1)
Menghitung jumlah skor angket setiap siswa. Pedoman penskoran angket, yaitu: Butir positif
2)
Butir negatif
Selalu
=4
Selalu
=1
Sering
=3
Sering
=2
Jarang
=2
Jarang
=3
Tidak pernah
=1
Tidak pernah = 4
Jumlah skor angket setiap siswa dikelompokkan dalam tiga kategori commit to user aktivitas belajar berdasarkan rata-rata ( X ) dan standar deviasi (s).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Penentuan kategorinya adalah sebagai berikut: Tinggi :
x X
1 s 2
1 1 s x X s 2 2 1 Rendah : x X s 2 Ket: s = standar deviasi
Sedang :
X
x = skor angket siswa X = rerata skor angket seluruh siswa
Analisis hasil tes dikoreksi untuk mendapatkan nilai siswa dengan memperhatikan kisi-kisi tes yang telah dibuat pada masing-masing tes, kecuali pada tes awal. Dari hasil penskoran ini juga dihitung prosentase ketuntasan siswa. Siswa dikatakan tuntas jika nilai yang diperoleh lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran matematika yaitu 67. Rumus yang digunakan untuk menghitung prosentase ketuntasan siswa adalah: ni 100% n Keterangan: K
K : prosentase ketuntasan siswa.
ni : banyaknya siswa yang mencapai KKM. n :banyaknya siswa secara keseluruhan.
Analisis hasil wawancara dimulai dengan menelaah transkip wawancara. Hasil-hasil yang penting yang berkaitan dengan tujuan wawancara
dicatat untuk kemudian dikelompokkan berdasarkan fase
pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan.
G. Indikator Kinerja/Keberhasilan Penelitian Tindakan yang diberikan dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi indikator berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 51 1. Ada peningkatan aktivitas belajar siswa pada akhir setiap siklus dengan diperoleh data sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa aktivitas belajar mencapai kategori tinggi. 2. Ada peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus dengan diperoleh data sekurang-kurangnya 65% dari jumlah siswa mencapai KKM sebesar 67.
H. Prosedur Penelitian Bentuk penelitian yang akan peneliti lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2008:3) “Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa”. PTK ini menggunakan model kolaborasi yang mengutamakan kerjasama antara kepala sekolah, guru dan peneliti. Pelaksana tindakan adalah peneliti sendiri sementara peran pengamat dilakukan oleh guru Matematika kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal yaitu Ibu Erna Tri Suryani, S.Pd. Pembagian tugas ini didasarkan pada hasil diskusi peneliti dengan guru dengan pertimbangan peneliti memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran yang akan digunakan. Peneliti juga dibantu oleh teman sejawat untuk mengadakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan. Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dialog awal Suatu pertemuan antara peneliti, kepala sekolah, dan guru matematika kelas VIII-D bersama–sama melakukan perkenalan awal. Tahap
ini,
peneliti
mengadakan
observasi
awal
tentang
pembelajaran matematika yang berlangsung di SMP Negeri 1 Ngrampal, setelah itu peneliti dan guru berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi serta mencari solusinya, membicarakan alternatif pembelajaran to user yang dapat diterapkan dancommit dikembangkan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54 52
Berdasarkan
diskusi
masalah-masalah
yang
terjadi,
yaitu
kurangnya aktivitas belajar sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Siswa masih kurang aktif di dalam kelas, dan cenderung pasif ketika menerima pelajaran. Ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, mereka kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kesepakatan yang diambil berdasarkan permasalahan di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi teorema Pythagoras. 2. Siklus 1 Tahap 1: Perencanaan Tindakan (Planning) Penyusunan rancangan merupakan kesepakatan bersama antara guru yang melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan ini meliputi: a) Menyusun rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga, LKS dan latihan soal serta soal tes. b) Mempersiapkan lembar observasi pembelajaran. c) Mempersiapkan angket aktivitas siswa dan angket respon siswa yang akan digunakan di setiap akhir siklus. d) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. Pembelajaran didesain sebaik mungkin sehingga diharapkan indikator keberhasilan penelitian telah tercapai. Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap pelaksanaan tindakan ini guru dan peneliti melaksanakan desain pembelajaran sesuai yang telah direncanakan. Proses pelaksanaan tindakan tahap awal berjalan secara fleksibel dan siap dilakukan perubahan yang disesuaikan dengan keadaan lapangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 52 Berdasarkan kesepakatan dengan guru matematika kelas yang bersangkutan, Materi yang akan dipelajari adalah menemukan teorema Pythagoras dan menuliskan serta menggunakan rumus teorema Pythagoras pada segitiga siku-siku. Langkah-langkah pengembangan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM sebagai berikut: 1) Pada pembelajaran guru mengatur meja dan kursi sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompoknya dan memudahkan guru untuk memantaunya. 2) Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah. 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan mengingatkan siswa pada materi prasyarat serta menyampaikan motivasi yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari dimaksudkan agar siswa mempunyai gambaran mengenai materi yang akan disampaikan. 4) Guru memberikan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa. Presentasi kelas ini dilakukan guru pada awal pertemuan di mana guru menjelaskan satu kompetensi dasar. 5) Siswa dibagi ke kelompok yang beranggotakan 2 siswa yang heterogen. Setelah tim terbentuk, guru mengemukakan sebuah masalah dalam bentuk lembar kerja untuk diselesaikan oleh semua kelompok, dalam menyelesaikan masalah, setiap siswa harus melalui tiga tahap sebagai berikut. i.
Berpikir (thinking) Tahap ini siswa diberi waktu untuk memahami sendiri masalah yang dikemukakan oleh guru. Masing-masing siswa harus aktif, kreatif dan bersikap inovatif dalam mempelajari materi dari sumber mana saja tidak hanya dari buku paket dan siswa diharapkan menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru commit belajar to usersecara berkelompok. secara individu, sebelum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56 52
6) Siswa sudah berkumpul dalam kelompok-kelompoknya dengan anggota 2 orang untuk tiap kelompok. ii.
Berpasangan (pairing) Tahap ini siswa saling aktif berdiskusi, berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menentukan jawaban dari pertanyaan guru berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri. (Pairing). Mereka menyatukan pendapat mereka sehingga didapatkan solusi yang terbaik. Setiap anggota kelompok bekerja sama dan bertanggung jawab pada kelompoknya, jika ada teman yang belum jelas mereka bertanggung jawab membantu menjelaskan.
7) Guru
menggunakan
berbagai
alat
bantu
dan
berbagai
cara
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk mempermudah siswa dalam belajar dan membuat pembelajaran menarik dan menyenangkan. 8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. iii. Berbagi (sharing) Tahap
ini,
setelah
siswa
mendiskusikan
masalah
secara
berpasangan mereka harus mempresentasikan hasil diskusi mereka kepada seluruh kelas. Dalam kegiatan ini siswa harus aktif berani mengemukakan pendapat dan hasil diskusi mereka. Hal ini tidak harus dilakukan oleh semua kelompok tetapi cukup beberapa kelompok saja. Untuk kelompok yang lain memperhatikan presentasi dari temannya dan memberikan pendapat/ umpan balik. 9) Guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi para siswa, menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum jelas. 10) Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan to user tugas untuk dikerjakancommit di rumah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 52 11) Guru
memberikan
mempresentasikan
penghargaan
hasil
diskusinya
kepada dengan
kelompok baik
dan
yang benar.
Penghargaan ini bertujuan untuk menambah motivasi dan semangat siswa dalam belajar. 12) Guru mengatur kelas dengan memajang hasil diskusi kelompok terbaik dan bahan belajar yang menarik dan menyediakan ”pojok baca”. Tahap 3: Observasi Observasi ini dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru bidang studi saat proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran, situasi kelas, interaksi guru dan siswa, dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Tahap 4: Refleksi Tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh selama observasi yang meliputi proses pelaksanaan, masalah yang dijumpai, dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan pembelajaran. Data-data tersebut adalah hasil observasi, hasil wawancara peneliti dengan siswa dan guru, serta hasil pengisian angket dan hasil tes. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan, yang nantinya akan digunakan sebagai usaha perbaikan pada siklus II. 3. Siklus 2 Tahapan kegiatan pada siklus II mengikuti tahapan kegiatan yang telah dilakukan pada tahapan kegiatan siklus I. Dalam hal ini, rencana tindakan siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini, dimaksudkan sebagai penyempurnaan atau perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Begitu seterusnya pada siklus-siklus berikutnya. Apabila tujuan yang diharapkan sudah tercapai dapat diambil suatu kesimpulan pada commitdan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58 52
siklus ke sekian maka penelitian dapat dihentikan. Berikut ini adalah bagan mengenai pelaksanaan siklus penelitian: Identifikasi masalah a. Dialog dengan guru b. Tes awal
SIKLUS I
Perencanaan: a. RPP & LKS b. Lembar observasi c. Tes akhir siklus d. Angket e. Wawancara Refleksi a. Hasil observasi b. Hasil tes akhir siklus c. Hasil Angket aktivitas dan respon d. Wawancara dengan guru dan siswa
Pelaksanaan Tindakan
Observasi oleh guru dan teman a. Lembar observasi b. Tes akhir siklus c. Angket d. Wawancara dengan guru dan siswa
SIKLUS II Perencanaan: a. RPP & LKS b. Lembar observasi c. Tes akhir siklus d. Angket e. Wawancara Refleksi a. Hasil observasi b. Hasil tes akhir siklus c. Hasil Angket aktivitas dan respon d. Wawancara dengan guru dan siswa
Pelaksanaan Tindakan
Observasi oleh guru dan teman a. Lembar observasi b. Tes akhir siklus c. Angket d. Wawancara dengan guru dan siswa
SIKLUS III Dan seterusnya. Selesai setelah tujuan PTK tercapai
commit to user Gambar 3.2 Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan Kondisi awal kelas VIII-D sebelum ada tindakan yaitu guru menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru menjelaskan materi dan siswa masih bersikap pasif, banyak yang ramai tidak memperhatikan. Apabila ada hal yang belum paham mereka hanya diam saja bahkan pada saat guru memberikan soal untuk dikerjakan hanya sedikit siswa yang pandai saja yang mengerjakan. Apabila guru meminta siswa maju ke depan mengerjakan soal tidak ada yang mau maju dan akhirnya soal dikerjakan oleh guru sendiri. Kondisi awal hasil belajar siswa kelas VIII-D diukur dengan tes prasiklus atau tes awal (Lampiran 1.4) yang diadakan pada hari selasa tanggal 15 November 2011, selama satu jam pelajaran (40 menit). Tes dikerjakan secara individu. Tes awal ini digunakan untuk memperoleh skor dasar siswa guna mengetahui skor peningkatan hasil belajar dan untuk membentuk kelompok. Dari tes ini diperoleh skor rata-rata sebesar 56,83 dengan skor tertinggi adalah 81 dan skor terendah adalah 13. Dari nilai ulangan (Lampiran 3.2) dapat dibuat tabel prosentase capaian siswa yang nilainya diatas nilai KKM dan dibawah nilai KKM. Berikut prosentase ketercapaian KKM ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 4.1. Ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Tes Awal Tes Awal
Ketercapaian KKM
No. Absen Siswa
≥ KKM
1, 3, 5, 6, 9, 12, 14,15, 18, 21, 23, 27, 28, 31, 32, 33, 35
< KKM Jumlah
2, 4, 7, 8, 10, 11, 13, 16, 17, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 29, 30, 34 commit to user 59
Jumlah siswa
Prosentase (%)
17
48.57
18
51.43
35
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Setelah tes awal selesai dilaksanakan peneliti pada hari Sabtu, 19 November 2011 menyebarkan angket aktivitas belajar untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa pra siklus. Dari hasil distribusi angket aktivitas belajar sebelum diadakan tindakan (Lampiran 3.3) dapat diketahui tingkat aktivitas belajar siswa, terdapat 11 siswa dengan aktivitas belajar tinggi, 12 siswa dengan aktivitas belajar sedang dan 11 siswa dengan aktivitas belajar rendah, ada 1 siswa yang saat itu tidak masuk sekolah. Hasil ini akan digunakan sebagai data awal yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding dengan hasil angket aktivitas belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Berikut tabel prosentase hasil distribusi angket aktivitas belajar pra siklus.
Tabel 4.2. Hasil angket aktivitas belajar siswa Pra siklus Kategori Aktivitas Belajar Siswa Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Pra siklus No. Absen Siswa 1, 3, 7, 12, 14, 15,18, 19, 21, 23, 35 5, 8, 9, 10, 11, 22, 24, 27, 28, 31, 32, 33 2, 4, 6,13, 16, 17, 20, 25, 26, 29, 30
Jumlah siswa
Prosentase (%)
11
32,35
12
35,30
11
32,35
34
100
Peneliti juga memberikan penjelasan kepada siswa tentang model pembelajaran yang akan diterapkan pada pertemuan berikutnya, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Pada kesempatan itu juga peneliti mengumumkan pembagian kelompok yang telah ditentukan berdasarkan skor tes awal. Beberapa siswa mengajukan permintaan agar pembentukan kelompok ditentukan oleh mereka sendiri, tetapi guru memberikan penjelasan dan menegaskan bahwa dalam setiap kelompok terdiri dari 2-3 siswa yang heterogen baik jenis kelaminnya maupun kemampuan akademiknya. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa masih terdapat 51,43% siswa commit to user kelas tersebut yang belum mencapai KKM (KKM yang ditentukan sekolah untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 mata pelajaran matematika adalah 67) dan hanya terdapat 32,35% siswa yang masuk dalam kategori aktivitas belajar tinggi. Oleh karena itu dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang dibatasi pada hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pokok bahasan Teorema Pythagoras. Tindakan tersebut berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini terlaksana dalam dua siklus.
B. Deskripsi Hasil Tindakan 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan I Sebelum melaksanakan tahap tindakan, peneliti bersama guru kolabolator mengadakan tahap perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu: 1) Menentukan hari pelaksanaan siklus I
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Tindakan siklus I Hari/ Tanggal
Pertemuan
Senin, 21 November 2011
1
Selasa, 22 November 2011
2
Jum’at, 23 November 2011
3
Materi Menemukan dan menuliskan teorema Pythagoras, Menghitung panjang sisi segitiga siku siku jika dua sisi lain diketahui. Menemukan kebalikan teorema Pythagoras, Menentukan jenis segitiga jika diketahui panjang sisi-sisinya, Menentukan tripel Pythagoras. Tes Siklus I
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM untuk siklus I. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 3) Membuat LKS untuk pertemuan pada siklus I. LKS ini digunakan sebagai panduan bagi siswa dalam memahami materi Teorema Pythagoras. 4) Menyiapkan alat peraga yang berbentuk persegi dan segitiga siku siku yang terbuat dari kertas origami. 5) Menyiapkan lembar observasi proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa yang akan digunakan selama observasi. 6) Menyiapkan angket aktivitas belajar siswa dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. 7) Menyusun soal tes akhir siklus I. 8) Menyiapkan pedoman wawancara bagi guru dan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan I Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini peneliti sebagai guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut: Pertemuan I Pertemuan I dilaksanakan pada: Hari, Tanggal
: Senin, 21 November 2011
Waktu
: 07.40 – 09.00 WIB
Materi
: Menemukan dan menuliskan teorema Pythagoras, Menghitung panjang sisi segitiga siku siku jika dua sisi lain diketahui.
Sesuai dengan hasil tes awal pada pertemuan sebelumnya, siswa kelas VIII-D yang berjumlah 35 anak dibagi menjadi 17 kelompok yaitu kelompok 1, 2, 3,4, 5, 6, 7,8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 dan 17. Untuk mempersingkat waktu dari awal pembelajaran siswa diminta duduk berdampingan dengan teman sekelompoknya. Kegiatan pembentukan kelompok pada pertemuan ini commit to user membuat suasana di kelas agak gaduh. Hal ini dikarenakan beberapa siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 tidak segera bergegas untuk berkumpul dengan kelompoknya. Mereka masih merasa kecewa dengan teman kelompoknya yang tidak sesuai dengan keinginannya. Guru memberikan penjelasan terhadap semua siswa bahwa pembentukan kelompok ini tidak ada unsur kejelekan melainkan berdasarkan hasil tes awal kemarin agar siswa yang lebih cepat dalam memahami materi dapat membantu temannya yang masih kurang paham. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru akhirnya siswa bersedia untuk segera menempatkan diri meskipun masih malu-malu. Urutan pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP yakni sebagai berikut : a) Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa dan memberi salam, kemudian melakukan presensi pada siswa yang mengikuti pelajaran tersebut, pada hari pertama ada seorang siswa yang tidak masuk. b) Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi Teorema Pythagoras, dengan tanya jawab guru memberikan pertanyaan tentang bangun datar segitiga dan persegi serta memberikan soal akar kuadrat. c) Guru
memotivasi
menyampaikan
dan
siswa
sebelum
meminta
memulai
seorang
siswa
pelajaran maju
ke
dengan depan
memperagakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan teorema Pythagoras. d) Guru menginformasikan kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan dicapai.Guru juga menginformasikanbahwa pada pertemuan tersebut menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe
TPS dengan
pendekatan PAIKEM. e) Guru menggali pengetahuan siswa dengan mengajukan pertanyaan terkait menemukan teorema Pythagoras dan siswa menjawab pertanyaan. f) Guru memberikan sedikit penjelasan materi tentang teorema Pythagoras. g) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau permasalahan dalam menemukan teorema Pythagoras kepada setiap siswa dan mengarahkan commit to user siswa untuk mempelajari materi dalam LKS, menjawab pertanyaan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 menyelesaikan masalah secara individu (Thinking). Pada saat siswa belajar secara individu guru membagikan alat peraga yang berupa kertas karton dan bangun datar (1 persegi dan 4 segitiga siku siku berukuran sama) kepada setiap kelompok. h) Setelah waktu yang diberikan untukmengerjakan soal secara individu dirasa cukup,
siswa
dipersilahkan
untuk
berdiskusi
dengan
pasangannya
menggunakan alat peraga yang telah dibagikan. Siswa berpikir bersama-
sama dalam kelompok untuk menentukan jawaban dari pertanyaan/ permasalahan dalam LKS berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara individu. (Pairing). Diskusi pada pertemuan pertama ini sejumlah siswa tidak lekas mengerjakaannya, melainkan malah ramai dengan teman kelompoknya. i) Guru memantau jalannya diskusi,berjalan berkeliling bergantian ke setiap kelompok mengingatkan tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan, memotivasi siswa yang belum aktif dalam diskusi, dan mengingatkan waktu yang dialokasikan. Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk bertanya apabila mengalami kesulitan. j) Pada saat guru berkeliling ke setiap kelompok masih banyak kelompok yang ramai dan tidak berdiskusi, siswa yang pandai cenderung menyelesaikan sendiri permasalahan dalam LKS tersebut. Ada beberapa kelompok yang hanya berdiam tidak berusaha menyelesaikan LKS. k) Setelah waktu yang diberikan untuk berdiskusi dirasa cukup hasil diskusi dari setiap pasangan dibahas dengan pasangan seluruh kelas, guru memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Tiap pasangan, 1 siswa menuliskan jawabannya di papan tulis dan 1 siswa bertugas menjelaskan jawabannya kepada teman yang lain (Sharing), tapi tak ada 1 kelompokpun yang bersedia
dan
akhirnya
guru
menunjuk
kelompok
2
untuk
mempersentasikan hasil diskusinya. Siswa yang lain memperhatikan dan dipersilahkan mengajukan pertanyaan, atau mengemukakan pendapat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 l) Ada beberapa siswa yang bertanya guru memberi kesempatan kelompok 2 untuk menjawabnya dan kemudian guru memberi umpan balik jawaban atau komentar dari siswa. m) Setelah dua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya guru kemudian membahas hasil diskusi dan memberikan koreksi terhadap pekerjaan yang telah dipresentasikan, Guru juga menambahkan materi
yang belum diungkapkan para siswa dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Ada beberapa siswa yang membenarkan jawaban kelompoknya yang masih keliru. n) Guru dan siswa menyelesaikan masalah yang dikemukakan diawal pertemuan, karena waktu pembelajaran hampir berakhir permasalahan tersebut diberikan untuk PR. o) Guru membimbing siswa membuat rangkuman
materi yang telah
dijelaskan yaitu menemukan teorema Pythagoras. Kesimpulan belajar pada pertemuan itu disusun rapi dan akan ditempel didinding kelas sebagai pojok baca. p) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan pada: Hari, Tanggal
: Selasa, 22 November 2011
Waktu
: 08.20 – 09.55 WIB
Materi
: Menemukan kebalikan teorema Pythagoras, menentukan jenis
segitiga
jika
diketahui
panjang
sisi-sisinya,
menentukan tripel Pythagoras. a) Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, kemudian melakukan presensi pada siswa yang mengikuti pelajaran tersebut. Semua siswa hadir dalam pertemuan kedua, dan segera siswa menyiapkan buku pelajaran. b) Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnya yang relevan commit to user dengan materi yang akan dipelajari pada hari ini, dengan tanya jawab
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 guru memberikan pertanyaan tentang menuliskan teorema Pythagoras dan mencari panjang salah satu sisi segitiga jika kedua sisi lain diketahui. c) Guru
memotivasi
siswa
sebelum
memulai
pelajaran
dengan
menyampaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan menentukan jenis segitiga menggunakan teorema Pythagoras. d) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. e) Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan tersebut masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM yang langkah kerjanya sama seperti pertemuan kemarin. f) Guru bersama siswa membahas PR. Siswa memperhatikan dan mengoreksi jawaban PR mereka, jika ada yang salah diperbaiki, jika ada yang belum jelas ditanyakan pada guru/teman. g) Guru meminta siswa mempelajari materi menentukan jenis-jenis segitiga jika diketahui panjang sisi sisinya dengan menggunakan teorema Pythagoras dibuku paket kemudian guru memberikan sedikit penjelasan materi dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas. h) Guru meminta setiap siswa untuk melakukan percobaan yaitu: Pada kertas berpetak, siswa diminta untuk menggambar segitiga dengan panjang sisi sisinya telah ditentukan oleh guru. Kemudian dengan menerapkan teorema Pythagoras siswa diminta menyimpulkan segitiga apa yang terbentuk. Siswa memahami kesimpulan percobaan yang dilakukan secara mandiri (Thinking). Ada beberapa siswa yang masih bingung bagaimana cara menggambar segitiganya, Sehingga guru harus beberapa kali membantunya. i) Setelah waktu yang diberikan untuk menggambar dan memahami kesimpulan percobaan secara individu dirasa cukup, siswa dipersilahkan untuk berdiskusi dengan pasangannya membahas hasil/ kesimpulan percobaan yang telah dilakukan dengan tepat dan benar. Diskusi pada commit to user kemajuan dibanding dengan pertemuan kali ini sudah mengalami
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 pertemuan sebelumnya, siswa lekas mengerjakan tugasnya, tapi masih ada juga yang ramai dengan teman kelompoknya atau kelompok lain (Pairing). j) Guru memantau jalannya diskusi, berjalan berkeliling bergantian ke setiap kelompok mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan, memotivasi siswa yang belum aktif dalam diskusi, dan waktu yang dialokasikan. k) Setelah waktu diskusi dirasa cukup, hasil diskusi dari setiap pasangan dibahas dengan pasangan seluruh kelas, dengan cara berebut. Setiap kelompok berebut untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Tiap pasangan, 1 siswa menuliskan jawabannya di papan tulis dan 1 siswa bertugas menjelaskan jawabannya kepada teman yang lain (Sharing).
Siswa
masih
malu-malu
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya, untuk
maju
ke
depan
mempersingkat waktu
akhirnya guru menunjuk kelompok 5 dan kelompok 11 untuk mempresentasikan hasil diskusinya berupa kesimpulan percobaan menggambar segitiga. Siswa yang lain memperhatikan dan diberikan kesempatan untuk bertanya, mengemukakan pendapat atau mengomentari pekerjaan teman. l) Guru memberi umpan balik atas jawaban siswa dan memberi penjelasan serta menambahkan materi yang belum disampaikan oleh siswa. Siswa memperbaiki jawaban kelompok mereka jika ada yang salah dan bertanya hal-hal yang belum jelas. m) Pertemuan ini guru mengadakan sedikit permainan, yaitu guru telah menyediakan beberapa bingkisan, disetiap bingkisan tersebut terdapat soal yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok, guru meminta siswa untuk memilih bingkisan, setelah terpilih bingkisan tersebut soal dibacakan, semua kelompok berdiskusi mengerjakan dengan batas waktu yang ditentukan guru. (Pairing) n) Guru memantau jalannya diskusi, berjalan berkeliling bergantian ke to user dirasa cukup guru meminta siswa setiap kelompok. Setelahcommit waktu diskusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 mempresentasikan hasil diskusinya, kali ini tidak perlu menunggu lama, beberapa kelompok sudah berani maju ke depan mempresentasikan hasil diskusinya tanpa ditunjuk. Setelah berebut akhirnya kelompok 7 yang berkesempatan mempresentasikan hasil diskusinya (Sharing). Siswa yang lain
memperhatikan
dan
diberikan
kesempatan
untuk
bertanya,
mengemukakan pendapat atau mengomentari pekerjaan teman. o) Guru memberi umpan balik atas jawaban siswa dan memberi penjelasan serta menambahkan materi yang belum disampaikan oleh siswa. Siswa memperbaiki jawaban kelompok mereka jika ada yang salah. Karena waktu
pembelajaran
hampir
selesai
kegiatan
permainan
hanya
berlangsung 2 soal. p) Guru mengulas kembali materi yang sudah dipelajari dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum jelas. q) Guru membimbing siswa membuat rangkuman materi yang telah dijelaskan yaitu menemukan kebalikan teorema Pythagoras untuk menentukan jenis segitiga dan bilangan tripel Pythagoras. Kesimpulan belajar pada pertemuan itu disusun rapi dan akan ditempel didinding kelas sebagai pojok baca. r) Guru
memberikan
pekerjaan
rumah
(PR)
untuk
menyelesaikan
permasalahan yang telah disampaikan diawal pembelajaran dan meminta siswa belajar untuk tes siklus I dipertemuan berikutnya. s) Bagi kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik dan benar bingkisan tersebut diberikan sebagai tanda penghargaan. t) Guru menutup pembelajaran dengan salam. Adapun pertemuan ketiga digunakan untuk tes akhir siklus I yang pada awalnya direncanakan dilaksanakan pada hari Jum’at, 23 November 2011, Tes dikerjakan secara individu. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tes adalah 2 x 40 menit termasuk persiapan tes. Tes dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.20 dengan materi pokok menuliskan teorema Pythagoras dan penerapannya pada segitiga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 c. Observasi Rincian hasil observasi pada siklus I ini meliputi hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM, hasil tes siswa siklus I, hasil angket siswa siklus I, dan hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa. Observasi selalu dilakukan di setiap pertemuan pada siklus I. 1) Hasil Lembar Observasi Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3.4 dan Lampiran 3.5), penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM pada pembelajaran matematika di kelas VIII-D masih belum berjalan dengan maksimal. Berikut disajikan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Lembar Observasi Siklus I Pembe lajaran
Kegiatan Guru Pertemuan 1
Pertemuan 2
Kegiatan Siswa Pertemuan 1
Pertemuan 2
Aktif Menjelaskan materi dengan mengajukan Awal pembelajaran Kegaduhan pertanyaan. sebagian besar siswa berkurang Memantau siswa dalam proses belajar masih gaduh, ramai. Sebagian mengajar. siswa Diskusi didominasi besar aktif Memberikan umpan balik atas pertanyaan, siswa yang pandai jawaban dan hasil diskusi siswa. Sebagian besar siswa berdiskusi tidak mau Sebagian Memberikan kesempatan dan memotivasi pasif, siswa untuk lebih terlibat dalam bertanya bila ada hal besar berani yang belum paham, bertanya dan pembelajaran. tidak berani mempresentasi mempresentasikan kan hasil hasil diskusi. diskusi. Inovati Berinovasi dalam membuat skenario f pembelajaran. Berkomunikasi dengan baik dan bahasa halus baik dalam hal menjelaskan materi atau memotivasi siswa.
Mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai aturan yang telah dibuat guru. Kreatif Menyajikan materi/permasalahan, misal Kreatif menggunakan alat peraga dalam bentuk LKS atau peragaan. untuk mempermudah belajarnya. commit to user Menggunakan alat peraga sekitar untuk Mencatat ringkasan materi dengan rapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 mempermudah siswa belajar. dan ditempel dalam pojok baca Efektif Menguasai materi yang diajarkan dan Menguasai kompetensi yang diajarkan menjelaskan materi dengan baik. Mampu Menghargai kerja siswa dan memotivasi mempresentasikan/me siswa. ngkomunikasikan hasil kerjanya dengan baik. Memberikan penekanan pada hal-hal yang penting selama pelajaran maupun pada akhir pelajaran. Melibatkan siswa dalam pembelajaran. Melaksanakan penilaian yang benar. Menye Guru membuat keadaan kelas yang berbeda Siswa merasa senang belajar dengan nangk dari biasanya. Posisi meja dan kursi siswa alat peraga. an diatur dengan pola U sehingga dapat Siswa senang dengan memberikan kesempatan kepada siswa adanya pembelajaran untuk lebih leluasa mengikuti dan yang dilakukan. Hal memperhatikan pelajaran. ini terlihat dengan Tidak bersikap terlalu keras /galak dalam keterlibatan siswa mengajar. yang aktif mengikuti pembelajaran. Menghargai hasil kerja siswa dengan memajang Siswa tidak merasa hasil kerja siswa di takut dalam mengikuti dinding kelas sebagai pembelajaran pojok baca. Siswa merasa waktu pembelajaran yang Memberikan penghargaan kepada disediakan tidak cukup siswa yang mampu (terlalu singkat mempresentasikan hasil diskusi/ melakukan kegiatan positif lainnya. 2) Hasil Pengisian Angket Data hasil angket dapat mendukung hasil observasi yang telah dilakukan peneliti. Angket diberikan setelah siswa selesai mengerjakan tes akhir siklus. Hasil angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menunjukkan sebanyak 15 siswa atau 42,86% siswa merespon dengan baik (tinggi), dan sebanyak 12 siswa atau 34.28 siswa termasuk dalam respon sedang. Sisanya 8 siswa atau 22,86% responnya rendah. Hal ini meninjukkan respon siswa di kelas masih kurang. commit(Lampiran to user 3.6) disimpulkan pada tabel 4.5 Hasil distribusi angket aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 Tabel 4.5. Hasil angket aktivitas belajar siswa siklus I Kategori Aktivitas Belajar Siswa Tinggi Sedang Rendah
No. Absen Siswa 1, 3, 7, 9, 14, 15, 18, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 31, 32, 34,35 2, 4, 6, 10, 12, 19, 29, 33 5, 8, 11, 13, 16, 17, 20, 24, 25, 30
Jumlah
Siklus I Jumlah Prosentase siswa (%) 17 48,57 8
22,86
10
28,57
35
100
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa prosentase siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi di siklus I sebesar 48,57%. Sedangkan prosentase untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang mengalami sebesar 22,86%. Dan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah 28,57%. Dengan kata lain, tingkat aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM pada siklus I mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa, meskipun indikator keberhasilan tindakan belum tercapai. Oleh karena itu, akan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.
3) Hasil Tes Tes yang diberikan adalah dalam bentuk tes uraian yang berjumlah 5 butir soal pada subpokok bahasan menggunakan teorema Pythagoras dalam segitiga. KKM dari kompetensi dasar ini adalah 67. Hasil tes yang dicapai siswa tertinggi adalah 96 dan terendah 28. Nilai rata-rata kelas hasil tes akhir siklus I yaitu 73,63. Nilai rata-rata kelas tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Dari 35 siswa yang mengikuti tes siklus I, 9 siswa yang memiliki nilai dibawah commit userdilihat dalam Lampiran 3.7. KKM. Kelengkapan data hasil tes to dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Ketercapaian KKM dari hasil tes dapat disimpulkan dalam tabel 4.6
Tabel 4.6 Ketercapaian KKM Hasil Tes Siklus I Ketercapaian KKM ≥ KKM < KKM Jumlah
No. Absen Siswa 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 18, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35 5, 7, 11, 16, 17, 19, 20, 24, 30
Siklus I Jumlah Prosentase siswa (%) 26
74,29
9 35
25,71 100
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai tes dibawah KKM sebesar 25,71%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai diatas KKM mencapai 74,29%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah adanya tindakan di siklus I.
4) Hasil Wawancara Peneliti telah melakukan wawancara terhadap kolaborator dan beberapa siswa mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. dalam pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan teorema Pythagoras. Siswa yang dijadikan nara sumber dipilih secara heterogen baik siswa yang memiliki kemampuan akademik maupun aktivitas tinggi, sedang, maupun rendah. Wawancara juga dilakukan kepada kolaborator yaitu guru pelajaran matematika kelas VIII-D, ibu Erna Tri Suryani, S.Pd. Dari hasil wawancara dengan kolaborator (Lampiran 3.16) yang dilakukan setelah siklus I diperoleh bahwa: a) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM masih kurang maksimal tapi dengan adanya pengaturan tempat duduk yang berbeda dari biasanya, adanya diskusi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 penghargaan cukup bisa menarik perhatian siswa. Penggunaan alat peraga juga membuat anak-anak lebih kreatif dan tidak merasa bosan. b) Pada umumnya siswa masih belum aktif melakukan kegiatan diskusi, hal ini dikarenakan mereka masih belum bisa menerima teman sekelompoknya yang heterogen baik dalam jenis kelamin maupun akademik, sehingga masih memerlukan bimbingan yang lebih dari guru. c) Siswa masih belum aktif dalam bertanya atau mengemukakan pendapat, dan mempresentasikan hasil diskusi. Mereka cenderung diam dan masih malu-malu. d) Waktu pembelajaran masih kurang teratur, sehingga pembelajaran belum mencapai target yang diharapkan. e) Pemberian soal latihan masih kurang. Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa (Lampiran 3.18) diperoleh bahwa: a) Sebagian besar siswa merasa senang, tertarik mengikuti pembelajaran yang dilakukan, meskipun ada beberapa siswa yang masih ramai dan tidak memperhatikan. b) Siswa masih belum bisa aktif berdiskusi karena merasa tidak senang dengan anggota kelompoknya. Siswa yang pandai cenderung mendominasi diskusi karena bagi mereka akan kelamaan jika menunggu teman kelompoknya menyelesaikan pekerjaan kelompok tersebut. c) Beberapa siswa masih belum berani bertanya dan mengemukakan pendapat baik kepada teman atau guru. Meskipun mereka belum paham mereka cenderung diam. d) Siswa belum aktif untuk mempresentasikan hasil diskusi. Hal ini karena siswa merasa takut, malu jika ditertawakan sama teman dan malu apabila jawaban mereka salah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 e) Pembelajaran
matematika
menjadi
tidak
menegangkan
dan
membosankan dengan adanya diskusi, alat peraga dan penghargaan. f) Beberapa siswa merasa tidak senang apabila disetiap pertemuan diberikan PR. Kemudian dari hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pada siklus I pembelajaran belum berjalan dengan baik. d. Refleksi Refleksi dalam siklus I ini difokuskan pada permasalahan yang muncul selama tindakan diberikan. Berdasarkan lembar observasi pelaksanaan tindakan, hasil wawancara dan hasil angket respon siswa pada siklus I belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Guru sudah berusaha melakukan langkahlangkah pembelajaran sesuai dengan rencana yang sudah dibuat di awal tindakan dan berusaha menciptakan pembelajaran yang tidak membuat siswa tegang atau bosan. Dalam pembelajaran guru sudah berusaha menjadi pengajar yang efektif menguasai materi, mempresentasikan materi dengan memberikan contoh soal, kreatif dan berinovasi memberikan alat peraga dan bahan/materi dalam bentuk lembar kerja, dan selalu aktif sebagai fasilitator dan selalu memotivasi siswa untuk lebih aktif berdiskusi, bertanya atau mengemukakan pendapat mereka. Dengan usaha guru tersebut cukup memberikan hasil positif baik untuk siswa ataupun untuk suasana pembelajarannya. Beberapa siswa terlihat menyukai pembelajaran yang dilakukan. Mereka mulai terlihat aktif bertanya bila ada hal yang belum jelas tetapi masih ada juga siswa yang malu, belum aktif bertanya dan mempresentasikan hasil diskusi. Suasana pada saat pembelajaran di kelas mengalami perubahan dibanding sebelum adanya tindakan. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang mulai berantusias mengikuti pembelajaran. Siswa juga mulai lebih mudah diatur, siswa yang berbicara sendiri mulai berkurang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 Dari hasil tes akhir siklus I dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada akhir siklus I meningkat dibandingkan dengan hasil tes awal. Siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebelum adanya tindakan sebanyak 17 siswa, setelah adanya tindakan di siklus I, siswa yang memiliki nilai diatas KKM sebanyak 26 siswa. Dari hasil olah angket aktivitas belajar siswa dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa di akhir siklus I juga mengalami peningkatan dibanding aktivitas belajar sebelum adanya tindakan. Di awal pembelajaran sebelum adanya tindakan siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi sebanyak 11 siswa setelah adanya tindakan di siklus I siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi 17 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dengan
pendekatan
PAIKEM
berhasil
dalam
meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa, walaupun belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti. Pada umumnya tahapan dalam unsur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM sudah mulai terlaksana meskipun belum maksimal. Beberapa permasalahan yang terjadi pada saat tindakan siklus I: a) Unsur ”Aktif” dalam berdiskusi (Pairing) masih kurang. Kerja sama dalam setiap kelompok belum berjalan maksimal. Beberapa kelompok masih ada anggota yang belum aktif mengerjakan tugas. Pada umumnya yang mengerjakan tugas kelompok hanyalah siswa yang pandai, sedangkan yang lain hanya melihat, serta masih ada siswa yang berbicara dengan temannya. b) Unsur ”Aktif” dalam Sharing masih kurang. Siswa masih belum berani mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Hal ini dikarenakan faktor pribadi antara lain: takut, malu dan malas. Siswa masih belum lancar dalam mengkomunikasikan hasil diskusi. c) Unsur “Inovatif” belum begitu diterapkan. Siswa belum bisa berinovasi commit user dalam hal menyelesaikan soaltodengan cara mereka sendiri, siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 cenderung masih mengikuti cara yang diajarkan oleh guru, akan tetapi siswa dapat berinovasi dengan menggunakan alat peraga dilingkungan sekitar. d) Unsur “Efektif” dalam belajar masih kurang. Pemahaman siswa masih kurang, hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa yang bingung dalam mengerjakan soal dan cenderung meniru pekerjaan temannya. Siswa belum menyelesaikan tugas LKS tepat waktu. e) Siswa masih terlihat gaduh pada saat diskusi dan saat bertanya mengenai cara penyelesaian tugas baik kepada siswa lain maupun guru, tetapi hal ini dapat juga menjadi tanda bahwa siswa mulai berantusias mengikuti pembelajaran. f) Guru masih kurang tegas dalam menghadapi tingkah laku siswa. g) Pengalokasian waktu masih belum terjadwal dengan baik, sehingga siswa merasa waktu yang diberikan kurang lama, terutama waktu dalam penyelesaian soal.
2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan II Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari tindakan siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan untuk tindakan pada siklus II. Perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: a) Guru memberikan tambahan waktu kepada siswa dalam mengerjakan LKS. Agar waktu dalam kegiatan inti cukup banyak guru bisa mempercepat pembelajaran di awal. b) Guru harus mampu mengendalikan atau mengelola kelas. Guru lebih tegas dalam menghadapi tingkah laku siswa yang belum teratur. c) Agar pembelajaran “Efektif”, Guru harus meningkatkan pantauan pada saat siswa belajar secara individu, siswa benar-benar belajar memahami materi dan menyelesaikan tugasnya dengan baik. d) Agar siswa “Aktif”, Guru lebih meningkatkan pemantauan dan bimbingan commit to user terhadap siswa pada saat siswa mengerjakan tugas kelompok. Untuk siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 yang masih pasif atau diam saja guru bisa mendekati dan memberikan sedikit penjelasan mengenai materi yang belum dimengerti. e) Agar siswa “Kreatif dan Inovatif”, Guru jangan mengajari cara penyelesaian tugas tersebut sampai selesai pada kelompok tertentu, guru hendaknya bertindak sebagai fasilitator. f) Agar siswa “Aktif”, Guru memaksimalkan upaya untuk memotivasi dan mendorong siswa aktif dalam berdiskusi dengan satu kelompok bukan hanya melihat teman mengerjakan tugas saja, tetapi bekerja sama menyelesaiakan tugas tersebut. g) Agar siswa “Aktif”, Guru selalu memotivasi siswa agar lebih berani bertanya dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok tanpa rasa malumalu, takut salah atau takut ditertawakan teman. Tahap perencanaan tindakan untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Menentukan hari pelaksanaan siklus II
Tabel 4.7 Jadwal Pelaksanaan Tindakan siklus II Hari/ Tanggal
Pertemuan
Materi
Senin, 28 November 2011
1
Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa (salah satu sudutnya 30º, 45º, 60º)
Selasa, 29 November 2011
2
Menghitung panjang diagonal pada bangun datar dan bangun ruang serta Menerapkan teorema Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari
Jum’at, 2 Desember 2011
3
Tes Siklus II
2) Membuat RPP yang mencakup penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM untuk siklus II. 3) Membuat LKS untuk 2 pertemuan pada siklus II. LKS ini digunakan commit user sebagai panduan bagi siswa dalamtomemahami materi Teorema Pythagoras.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 4) Menyiapkan alat peraga berupa kerangka bangun ruang kubus dan balok. 5) Menyiapkan lembar observasi proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa yang akan digunakan selama observasi. 6) Menyiapkan angket aktivitas belajar siswa dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. 7) Menyusun soal tes akhir siklus II 8) Menyiapkan pedoman wawancara bagi guru dan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan pada siklus II masih sama seperti pelaksanaan tindakan siklus I, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika. Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagaiberikut: Pertemuan I Pertemuan I dilaksanakan pada: Hari, Tanggal
: Senin, 28 November 2011
Waktu
: 07.40 – 09.00 WIB
Materi
: Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa (salah satu sudutnya 30º, 45º, dan 60º)
Masih sama seperti pertemuan sebelumnya, untuk mempersingkat waktu dari awal pembelajaran siswa diminta duduk berdampingan dengan teman sekelompoknya. Kegiatan pembentukan kelompok pada pertemuan ini suasana di kelas sudah tidak gaduh. Siswa sudah terbiasa dengan kelompoknya. Urutan pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP yakni sebagai berikut : a) Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa dan memberi salam, kemudian melakukan presensi pada siswa yang mengikuti pelajaran tersebut, pada hari pertama ada semuasiswa yang masuk. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 b) Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi Teorema Pythagoras, dengan tanya jawab guru memberikan pertanyaan tentang rumus teorema Pythagoras dan penggunaannya pada segitiga. c) Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan sebuah permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan teorema Pythagoras. d) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. e) Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan tersebut menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe
TPS dengan
pendekatan PAIKEM. f) Guru meminta siswa mempelajari materi tentang perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku khusus di buku paket atau buku lainnya. Kemudian guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi tersebut. g) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau permasalahan dalam menemukan teorema Pythagoras kepada setiap siswa dan mengarahkan siswa untuk mempelajari materi dalam LKS, menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah secara individu (Thinking). Dalam kegiatan ini guru lebih memperhatikan siswa dan memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari dan menyelesaikan masalah dalam LKS dengan baik dan sungguh-sungguh. h) Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan permasalahan dalam LKS secara individu dirasa cukup, siswa dipersilahkan untuk berdiskusi dengan pasangannya. Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk
menentukan jawaban dari pertanyaan/ permasalahan dalam LKS berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara individu. (Pairing). Diskusi pada pertemuan kali berjalan cukup baik. Pada saat siswa berdiskusi guru tidak bosan-bosan memberikan motivasi untuk saling bekerja sama dan membantu teman sekelompoknya yang belum paham. i) Guru memantau jalannya diskusi,berjalan berkeliling bergantian ke setiap to user kelompok mengingatkancommit tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 memotivasi siswa yang belum aktif dalam diskusi, dan mengingatkan waktu yang dialokasikan. Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk bertanya apabila mengalami kesulitan. j) Setelah waktu yang diberikan untuk berdiskusi dirasa cukup hasil diskusi dari setiap pasangan dibahas dengan pasangan seluruh kelas, guru memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Tiap pasangan, 1 siswa menuliskan jawabannya di papan tulis dan 1 siswa bertugas menjelaskan jawabannya kepada teman yang lain (Sharing). Pada pertemuan kali ini beberapa kelompok
sudah
tidak
malu-malu
untuk
maju
ke
depan
mempresentasikan hasil diskusinya tanpa menunggu ditunjuk oleh guru. k) Setelah
beberapa
kelompok
mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompoknya, guru kemudian membahas hasil kerja dan memberikan koreksi terhadap pekerjaan yang telah dipresentasika. Guru menambahkan
materi yang belum diungkapkan para siswa dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Ada beberapa siswa yang membenarkan jawaban kelompoknya yang masih keliru. l) Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok
yang
telah
mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik dan benar. m) Guru dan siswa menyelesaikan masalah yang dikemukakan diawal pertemuan, karena waktu pembelajaran hampir berakhir permasalahan tersebut diberikan untuk PR dan ditambah dengan soal dalam LKS yang belum sempat dibahas. n) Guru membimbing siswa membuat rangkuman materi yang telah dijelaskan yaitu menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku khusus. Kesimpulan belajar pada pertemuan itu disusun rapi dan akan ditempel didinding kelas sebagai pojok baca. o) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan pada: Hari, Tanggal
: Selasa, 29 November 2011
Waktu
: 08.20 – 09.55 WIB
Materi
: Menghitung panjang diagonal pada bangun datar dan bangun ruang serta Menerapkan teorema Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari.
a) Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, kemudian melakukan presensi pada siswa yang mengikuti pelajaran tersebut. Pada pertemuan kedua ini seorang siswa tidak hadir. b) Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnya dengan tanya jawab guru memberikan pertanyaan tentang bagaimana teorema Pythagoras dan mencari panjang sisi segitiga dengan teorema Pythagoras. c) Guru memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran, yaitu dengan meminta seorang siswa memperagakan sebuah permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penerapan teorema Pythagoras dan dengan sekilas dengan tanya jawab memberikan umpan kepada siswa mengenai penyelesaian masalah tersebut. d) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. e) Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan tersebut masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM yang langkah kerjanya sama seperti pertemuan kemarin. f) Guru bersama siswa membahas PR. Siswa memperhatikan dan mengoreksi jawaban PR mereka, jika ada yang salah diperbaiki, jika ada yang belum jelas ditanyakan pada guru/teman. g) Guru menyediakan alat peraga berupa kubus dan balok. Guru memberikan sedikit penjelasan materi tentang menghitung panjang diagonal pada bangun datar dan bangun ruang dengan menggunakan teorema Pythagoras. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 h) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah. Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara mandiri (Thinking). Guru selalu berkeliling memantau siswa dalam belajar mandiri, memastikan siswa tidak ramai sendiri.
Siswa
memanfaatkan pojok baca untuk menyelesaikan permasalahan. i) Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan permasalahan dalam LKS secara individu dirasa cukup, siswa dipersilahkan untuk berdiskusi dengan pasangannya. Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk
menentukan jawaban dari pertanyaan/ permasalahan dalam LKS berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara individu. (Pairing). Dalam diskusi ini siswa diharapkan aktif dalam kelompoknya dan
kreatif
dalam
menggunakan
alat
peraga
serta
berinovasi
menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. j) Guru memantau jalannya diskusi, berjalan berkeliling bergantian ke setiap
kelompok
mengingatkan
tentang tugas-tugas
yang
harus
dikerjakan, memotivasi siswa yang belum aktif dalam diskusi, dan mengingatkan waktu yang dialokasikan. Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk bertanya apabila mengalami kesulitan. k) Setelah waktu yang diberikan untuk berdiskusi dirasa cukup hasil diskusi dari setiap pasangan dibahas dengan pasangan seluruh kelas, guru memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Tiap pasangan, 1 siswa menuliskan jawabannya di papan tulis dan 1 siswa bertugas menjelaskan jawabannya kepada teman yang lain (Sharing). Pada pertemuan kali ini beberapa kelompok berebut untuk maju ke depan mempresentasikan hasil diskusinya, karena waktu yang terbatas hanya ada 4 kelompok yang mempresentasikan. l) Setelah
beberapa
kelompok
mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompoknya,guru kemudian membahas hasil kerja dan memberikan to user koreksi terhadap pekerjaancommit yang telah dipresentasikan, Guru menambahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 materi yang belum diungkapkan para siswa dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Ada beberapa siswa yang membenarkan jawaban kelompoknya yang masih keliru. m) Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok
yang
telah
yang
telah
mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik dan benar. n) Guru
bersama
siswa
menyelesaikan
permasalahan
disampaikan di awal pembelajaran. o) Guru membimbing siswa membuat rangkuman materi yang telah dijelaskan yaitu menghitung panjang diagonal pada bangun datar dan bangun ruang serta penerapan teorema Pythagoras untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan belajar pada pertemuan itu disusun rapi dan akan ditempel didinding kelas sebagai pojok baca. p) Guru meminta siswa belajar untuk ulangan pada pertemuan berikutnya. q) Guru menutup pembelajaran dengan salam. Pertemuan ketiga digunakan untuk tes akhir siklus II pada hari Jum’at, 2 Desember 2011. Tes dikerjakan secara individu. Waktu yang disediakan adalah 2 x 40 menit termasuk persiapan tes. Tes dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.50 dengan materi penerapan teorema Pythagoras dalam segitiga, bangun ruang dan kehidupan sehari-hari.
c. Observasi Hasil observasi selama siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran di siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan hasil observasi siklus I, atau dapat dikatakan mengalami peningkatan. Berikut ini ringkasan hasil observasi dalam pembelajaran pada siklus II. 1)
Hasil Lembar Observasi Dari hasil observasi selama siklus II (Lampiran 3.9 dan Lampiran 3.10) diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe to user TPS dengan pendekatancommit PAIKEM pada pembelajaran matematika di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 kelas VIII-D sudah berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa mulai terbiasa dengan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran. Berikut disajikan dalam tabel 4.8
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Observasi Siklus II Pembe Kegiatan Guru lajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 Aktif Menjelaskan materi pelajaran dengan mengajukan pertanyaan. Memantau siswa pada saat proses belajar mengajar. Memberikan umpan balik atas pertanyaan, jawaban dan hasil diskusi siswa. Memotivasi siswa untuk lebih terlibat dalam pembelajaran. Inovati Berinovasi dalam membuat skenario f pembelajaran. Berkomunikasi dengan siswa dengan baik dan bahasa halus baik dalam hal menjelaskan materi atau memotivasi siswa. Kreatif Menggunakan alat peraga dan lingkungan sekitar untuk mempermudah siswa belajar. Kreatif menjelaskan materi dengan peragaan contoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kreatif dalam menyajikan materi/ permasalahan, misal dalam bentuk LKS atau peragaan. Efektif Menguasai materi yang diajarkan dan menjelaskan materi dengan baik. Menghargai kerja siswa dan memotivasi siswa. Memberikan penekanan pada hal-hal yang penting selama pelajaran maupun pada akhir pelajaran. Melibatkan siswa dalam pembelajaran. Melaksanakan penilaian yang benar. to user Menye Posisi meja dan kursi siswa commit diatur dengan
Kegiatan Siswa Pertemuan 1 Pertemuan 2 Sebagian besar siswa berani bertanya jika ada yang belum paham. Berani menjawab pertanyaan dari guru dan mengemukakan pendapat. Siswa saling aktif berdiskusi apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau memahami materi pelajaran Berani mempresentasikan hasil diskusi tanpa ditunjuk guru. Sebagian besar siswa mengikuti pembelajaran sesuai aturan yang telah dibuat guru. Beberapa siswa berupaya mencari materi dari sumber referensi yang lain. Mencatat ringasan materi dengan rapi dan ditempel dalam pojok baca Menggunakan alat peraga untuk mempermudah belajarnya.
Menguasai kompetensi yang diajarkan Sebagian besar siswa belajar mandiri dan mengerjakan tugas dengan baik. Mampu mempresentasikan atau mengkomunikasikan hasil kerjanya dengan baik.
Siswa merasa senang dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 nangk an
pola U sehingga dapat memberikan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini kesempatan kepada siswa untuk lebih terlihat dengan keterlibatan siswa yang leluasa mengikuti dan memperhatikan aktif mengikuti pembelajaran. pelajaran. Siswa tidak merasa takut dalam mengikuti pembelajaran, berani bertanya apabila ada Menghargai hasil kerja siswa dengan memajang hasil kerja siswa di dinding hal yang belum paham. Berani kelas sebagai pojok baca. mempresentasikan hasil diskusi tanpa menunggu ditunjuk guru. Memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu mempresentasikan hasil Siswa merasa waktu pembelajaran yang diskus disediakan tidak cukup (terlalu singkat) Tidak bersikap terlalu keras /galak dalam mengajar. Variasi dalam gaya mengajar dengan memberikan selingan/humor sekilas. 2) Hasil angket aktivitas belajar Hasil angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II menunjukkan sebanyak 20 siswa atau 57,15% siswa merespon dengan baik (tinggi), dan sebanyak 9 siswa atau 25,71% siswa termasuk dalam respon sedang. Sisanya 6 siswa atau 17,14% responnya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa respon siswa terhadapa pembelajaran sudah meningkat cukup baik dibanding siklus I. Dari 35 siswa yang telah mengisi angket aktivitas belajar di akhir siklus II, ada 24 siswa yang memiliki tingkat aktivitas belajar tinggi. Hasil pengisian angket (Lampiran 3.11) disimpulkan dalam tabel 4.7
Tabel 4.9 Hasil angket aktivitas belajar siswa Siklus II Kategori Aktivitas Belajar Siswa
No. Absen Siswa
Siklus II Jumlah Prosentase siswa (%)
Tinggi
1, 2, 3, 4, 9, 10, 13, 14, 15, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35
24
68,57
Sedang
5, 6, 12, 24, 29, 33
4
11,43
Rendah
7, 8, 11, 16, 17, 20, 30
7
20
Jumlah
commit to user
35
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa prosentase siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi di siklus II sebesar 68,57%. Sedangkan prosentase untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang sebesar 11,43%. Dan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah setelah adanya tindakan siklus II sebesar 20%. Dengan kata lain, tingkat aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi teorema Pythagoras yang dilihat dari hasil angket pada siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan siklus I, akan tetapi belum mencapai indikator keberhasilan penelitian. Waktu pembelajaran di semester ganjil sudah selesai diminggu ini maka tindakan tidak dapat dilanjutkan meskipun belum mencapai indikator keberhasilan.
3) Hasil Tes Tes dilakukan pada pertemuan ketiga hari jum’at tanggal 2 Desember 2011. Tes yang diberikan adalah dalam bentuk tes uraian yang berjumlah 4 butir soal. Data hasil tes akhis siklus II dapat dilihat dalam Lampiran 3.12. KKM dari kompetensi dasar di siklus II ini adalah 67. Hasil tes yang dicapai siswa tertinggi adalah 100 dan terendah 48. Nilai rata-rata kelas pada hasil tes akhir siklus II yaitu 75,17. Nilai rata-rata kelas tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan nilai tes akhir siklus I. Ketercapaian KKM pada siklus II disimpulkan dalam tabel 4.10
Tabel 4.10. Ketercapaian KKM Siklus II
Ketercapaian KKM
≥ KKM < KKM Jumlah
No. absen Siswa 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35 7, 8, 16,to17, 30 commit user
Siklus II Jumlah Prosentase siswa (%) 30
85,71
5 35
14,29 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 Dari tabel 4.10 di atas diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai tes akhir siklus II dibawah KKM sebesar 14,29%. Siswa yang mendapat nilai diatas KKM setelah adanya tindakan di siklus II mencapai 85,71%. Dengan kata lain, kemampuan siswa dalam teorema Pythagoras yang dilihat dari hasil tes akhir siklus pada siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan siklus I.
4) Hasil Wawancara Dari hasil wawancara dengan kolaborator (Lampiran 3.17) yang dilakukan setelah siklus II diperoleh bahwa: a) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM sudah berjalan baik dan mengalami peningkatan dibanding siklus I. Di siklus II siswa lebih aktif, siswa tidak malumalu untuk bertanya. Saat presentasi sudah ada keberanian maju sendiri, tanpa menunggu ditunjuk guru. b) Adanya pojok baca bisa dimanfaatkan siswa untuk media belajar, Sewaktu-waktu jika melihat dinding melihat tulisan terus dibaca jadi nanti lama-lama bisa hafal rumusnya. c) Adanya penghargaan membuat siswa lebih berantusias dalam belajar. d) Aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa (Lampiran 3.19) diperoleh bahwa : a) Sebagian besar siswa merasa senang, tertarik mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Adanya pengaturan posisi tempat duduk membuat suasana belajar tidak membosankan dan siswa senang dengan adanya alat peraga dan pojok baca. b) Sebagian besar siswa merasa senang dengan kegiatan berdiskusi karena mereka dapat bekerja sama dengan teman kelompok menyelesaikan permasalahan, jika tidak paham ada yang membantu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 c) Sebagian besar siswa sudah aktif berdiskusi karena mereka sudah terbiasa dengan kelompoknya. d) Beberapa siswa masih merasa malu bertanya bila ada yang belum jelas. Meskipun mereka belum paham mereka cenderung diam dan menunggu jawaban teman yang lain e) Siswa sudah aktif dan bersemangat untuk mempresentasikan hasil diskusi karena mereka ingin mendapatkan penghargaan. Kemudian dari hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan hasil wawancara di lakukan triangulasi metode yang dapat disimpulkan bahwa pada siklus II pembelajaran berjalan dengan baik.
d. Refleksi Berdasarkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, hasil angket respon siswa dan hasil wawancara pada siklus II, pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Siswa sudah mulai aktif berdiskusi, bertanya dan mempersentasikan hasil diskusinya. Dalam pembelajaran guru sudah berusaha menjadi pengajar yang efektif dengan menguasai materi, mempresentasikan materi dengan memberikan contoh soal, kreatif dan berinovasi memberikan alat peraga dan bahan/materi dalam bentuk lembar kerja, dan selalu aktif sebagai fasilitator dan selalu memotivasi siswa untuk lebih aktif berdiskusi, bertanya atau mengemukakan pendapat mereka. Siswa juga sudah terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam diskusi maupun presentasi. Beberapa siswa yang pandai sudah sedikit berinovatif menyelesaikan permasalahan yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Dari hasil tes akhir siklus II dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada akhir siklus II meningkat dibandingkan dengan hasil tes siswa siklus I. Siswa yang mendapat nilai diatas KKM di siklus I sebanyak 26 siswa, setelah adanya perbaikan tindakan di siklus II, siswa yang memiliki nilai diatas KKM sebanyak 30 siswa. Dari hasil olah angket aktivitas belajar siswa dapat dilihat bahwa to userII juga mengalami peningkatan aktivitas belajar siswa di commit akhir siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 dibanding aktivitas belajar di siklus I. Di siklus I siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi sebanyal 17 siswa setelah adanya perbaikan tindakan di siklus II siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi 24 siswa. Beberapa refleksi lain pada saat tindakan siklus II adalah sebagai berikut: a) Pada siklus II unsur ”Aktif, Kreatif, Menyenangkan” dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS sudah berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa sudah dapat mengikuti pelajaran dengan tertib meskipun masih ada siswa yang belum aktif, tetapi jumlahnya hanya sedikit. Beberapa siswa yang awalnya banyak diam mengalami perubahan mereka lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan berani bertanya bila ada hal yang belum dimengerti. b) Pemberian penghargaan maupun hadiah tampaknya dapat memacu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. c) Guru sudah aktif memantau jalannya pembelajaran dengan baik pada saat siswa belajar secara individu ataupun saat diskusi. Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan menjelaskan kembali. d) Siswa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan siswa terlihat lebih nyaman dengan teman sekelompoknya ketika kegiatan diskusi. e) Unsur “Aktif” sudah baik. Sebagian besar siswa sudah berani bertanya apabila ada hal yang belum jelas. f) Unsur ”Aktif” dalam Sharing sudah berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa
sudah
berani
mempresentasikan
hasil
diskusinya
atau
mengkomunikasikan hasil diskusinya dengan baik tanpa menunggu ditunjuk guru. g) Unsur ”Inovatif” cukup dapat terlihat dengan penggunaan alat peraga, siswa berinovatif dan kreatif dalam menggunakan media belajar baik to user dengan alat atau keadaan commit lingkungan sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 h) Unsur ”Efektif” sudah berjalan dengan cukup baik. Guru dan sebagian besar siswa menguasai materi dengan baik. Guru selalu mengarahkan siswa dan melakukan penilaian dengan cukup baik. i) Guru aktif dan kreatif menumbuhkan kepercayaan dan semangat pada diri siswa. Hal tersebut dikarenakan guru selalu memberikan semangat dan memotivasi siswa, dan melibatkan banyak siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi di atas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM berhasil dalam meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa dalam pokok bahasan teorema Pythagoras, walaupun pada aspek aktivitas belajar belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus 1. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM di kelas VIII-D SMP N 1 Ngrampal dilaksanakan dengan setting kelompok. Sebelumnya guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa. Hal ini dilakukan agar siswa mengetahui dengan jelas apa yang akan dipelajari dan dikerjakannya. Guru juga memotivasi siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selama pelaksanaan tindakan kelas, siswa yang malas dan tidak aktif menjadi berkurang, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM guru mengatur pola meja dan kursi siswa dengan agak berbeda yang dapat membuat siswa saling berinteraksi, lebih aktif dalam pembelajaran, kreatif dalam penggunaan alat peraga, belajar mengemukakan pendapatnya, dan menghargai waktu berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan. Adanya diskusi, mengharuskan siswa untuk saling bekerja sama dan membantu sesama teman dalam kelompoknya bila ada hal yang tidak dimengerti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Pembelajaran yang dilakukan dimulai dengan guru memberikan sedikit penjelasan materi dan siswa diberikan LKS yang didalamnya sudah diberikan sedikit langkah-langkah pengerjaannya. Pada tahap Thinking, Siswa diminta untuk mempelajari materi baik dalam buku atau LKS tersebut secara individu. Di siklus I setiap siswa belum melaksanakannya dengan baik, siswa masih ramai dan malas untuk mempelajari materi tetapi di siklus II siswa sudah mulai aktif melaksanakannya dengan baik setiap siswa diberikan LKS mereka cenderung langsung mempelajarinya dan menyelesaikannya sebisa mungkin. Beberapa siswa yang pandai berinovatif mencari materi dari buku lain. Suasana kelas juga tidak terlalu gaduh. Sebagian besar siswa mulai mudah diatur. Di tahap Pairing, siswa mulai berkelompok dan berdiskusi saling bekerja sama mencari penyelesaian yang benar berdasarkan hasil pemikiran mereka secara individu. Permasalahan yang terjadi pada saat kerja kelompok adalah kesulitan untuk kerjasama, seperti kejadian yang terjadi pada siklus I, beberapa siswa yang pandai mendominasi mengerjakan tugas sendirian karena menurut mereka akan kelamaan jika teman kelompok mereka yang kurang pandai menyelesaikannya dan siswa yang kurang pandai cenderung ramai dan tidak ikut bekerja. Hal ini dikarenakan siswa merasa memiliki kemampuan lebih dari pasangannya dan merasa tidak cocok dengan anggota kelompoknya. Guru tidak mengubah anggota kelompok dan guru juga selalu memberi motivasi kepada semua siswa agar siswa belajar bertanggung jawab dengan apa yang telah ditugaskan kepada mereka, sebab kesuksesan kelompok adalah tanggung jawab semua anggota tim. Ternyata solusi ini cukup mendorong mereka untuk bekerjasama. Terbukti pada siklus II, mereka sudah dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan baik. Sebagian besar siswa sudah aktif dan tidak malu-malu untuk bertanya bila ada hal yang belum jelas. Teman yang pandai juga sudah bersedia menjelaskan bila ada teman mereka yang belum paham. Sebagian siswa kreatif dalam menggunakan alat peraga. Pada pelaksanaan awal siklus I masih banyak waktu yang terbuang sia-sia sebab ketika siswa disuruh mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya siswa to user tidak langsung maju. Pada tahapcommit Sharing ini siswa dilatih mengkomunikasikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 hasil diskusinya, setiap kelompok seorang siswa diminta untuk menuliskan hasil diskusi kelompoknya dan siswa yang satunya bertugas menjelaskan maksud jawaban tersebut kepada seluruh kelas. Hal ini awalnya membuat siswa takut untuk mempresentasikan karena mereka berpikir malu dan tidak dapat menjelaskan jawabannya. Akan tetapi di siklus II siswa sudah berantusias mempresentasikan hasil diskusinya tanpa menunggu ditunjuk guru. Antusias siswa tersebut menimbulkan kegaduhan karena mereka berebut untuk maju, karena keterbatasan waktu juga akhirnya hanya 3 atau 4 kelompok saja yang bisa mempresentasikan. Dalam kegiatan sharing ini siswa diharapkan menjadi pembelajar yang efektif yang mampu menguasai kompetensi yang ditetapkan dengan baik. Pemberian penghargaan pada kelompok yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik dan memajang hasil diskusi kelompok terbaik sebagai pojok baca juga telah dilakukan, diharapkan dengan adanya tindakan tersebut suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal ini terbukti dapat meningkatkan semangat belajar siswa, mendorong siswa untuk berlomba-lomba agar kelompoknya dapat melakukan hal yang terbaik.
2. Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan hasil observasi, aktivitas belajar siswa di siklus II lebih baik jika dibanding siklus I. Siklus I siswa belum begitu aktif mengikuti pembelajaran dan berdiskusi. Selain itu, siswa masih terlihat malu-malu untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan mempresentasikan hasil, sedangkan di siklus II sebagian besar siswa sudah aktif dan berantuasias mengikuti pembelajaran. Berikut disajikan triangulasi metode untuk aktivitas belajar siswa berdasarkan hasil observasi dan hasil angket di setiap siklus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 Tabel 4.11. Rangkuman hasil observasi peningkatan aktivitas belajar siswa Hasil Angket Aktivitas belajar Siklus I Diperoleh data siswa dengan kategori aktivitas: Tinggi : 48.57 % Sedang : 22.86 % Rendah : 28.57 %
Siklus II Diperoleh data siswa dengan kategori aktivitas: Tinggi : 68.57% Sedang : 11.43 % Rendah : 20 %
Hasil Lembar Observasi aktivitas belajar Siklus I Dari 10 indikator diperoleh: a. 25 siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik. b. 10 siswa aktif bertanya kepada guru bila ada materi yang tidak mengerti. c. 16 siswa menjawab pertanyaan dari guru d. 15 siswa mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru. e. 4 siswa aktif mempresentasikan hasil diskusinya tanpa ditunjuk oleh guru. f. 12 siswa mengerjakan soal dengan baik dan benar g. 20 siswa aktif bekerjasama dengan kelompokdalam menyelesaikan masalah h. 6 siswa mengemukakan pendapat ketika berdiskusi i. 10 siswa menyelesaikan soal tepat waktu j. 20 siswa mencatat kesimpulan diskusi atau pembelajaran Siklus II Dari 10 indikator diperoleh: a. 33 siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik. b. 20 siswa aktif bertanya kepada guru bila ada materi yang tidak mengerti. c. 20 siswa menjawab pertanyaan dari guru d. 25 siswa mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru. e. 8 siswa aktif mempresentasikan hasil diskusinya tanpa ditunjuk oleh guru. f. 22 siswa mengerjakan soal dengan baik dan benar g. 28 siswa aktif bekerjasama dengan kelompokdalam menyelesaikan masalah h. 4 siswa mengemukakan pendapat ketika berdiskusi i. 24 siswa menyelesaikan soal tepat waktu j. 33 siswa mencatat kesimpulan diskusi atau pembelajaran
Kesimpulan : Dengan melihat hasil data angket aktivitas dan hasil lembar observasi, di siklus I aktivitas belajar siswa belum begitu baik, di siklus II aktivitas sudah menunjukkan peningkatan di sebagian besar indikatornya. Jadi terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan dan peningkatan aktivitas belajar siswa di siklus I dan siklus II.
Di siklus II hampir seluruh siswa
memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Pada aktivitas kelima yaitu siswa aktif mempresentasikan hasil diskusi sebenarnya sebagian besar kelompok saling berebut untuk mempresentasikan, tetapi karena mengingat waktu yang tidak banyak dan perebutan itu menimbulkan kegaduhan akhirnya hanya 4 kelompok yang mempresentasikan. Data hasil pengisian angket aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran juga selalu mengalami peningkatan. Rekapitulasi hasil distribusi angket aktivitas belajar siswa disediakan dapat dilihat dalam Lampiran 3.14. Berikut tabel hasil pengisian angket aktivitas belajar siswa disetiap siklus.
Tabel 4.12. Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Aktivitas Belajar Siswa Kategori Aktivitas Belajar Siswa Tinggi
Pra Siklus
Siklus I
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase siswa (%) siswa (%)
Siklus II Jumlah siswa
Prosentase (%)
11
32,35
17
48,57
24
68,57
Sedang
12
35,29
8
22,86
4
11,43
Rendah
11
32,35
10
28,57
7
20
Dari tabel di atas dapat dilihat perubahan prosentase aktivitas belajar siswa di setiap tindakan. Untuk siswa dengan kategori aktivitas belajar tinggi selalu mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Dari tindakan pra siklus siswa dengan kategori aktivitas belajar tinggi sebanyak 11 siswa atau 32,35%, setelah diadakan tindakan siklus I meningkat menjadi 17 siswa atau 48,57% dan di siklus II siswa dengan aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi 24 siswa atau 68,57%. Pada siklus I siswa dengan aktivitas belajar rendah sebanyak 10 siswa atau 28,57% dan siswa dengan aktivitas belajar sedang sebanyak 8 siswa atau 22,86%. Di siklus II hal tersebut mengalami penurunan yaitu ada 7 siswa atau 20% dengan aktivitas belajar rendah dan siswa dengan aktivitas belajar sedang commit to user sebanyak 4 siswa atau 11,43%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 Dari hasil analisis siklus II jika dilihat secara keseluruhan, siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dimana jumlah siswa bertambah di kategori aktivitas belajar tinggi dan mengalami penurunan pada kategori aktivitas belajar sedang dan rendah.
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa
3. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil belajar siswa dalam penelitian ini dapat dianalisis ketercapaian KKM. Rekapitulasi data hasil tes dapat dilihat dalam Lampiran 3.15. Dari hasil tes tersebut dapat dibuat tabel prosentase ketercapaian KKM.
Tabel 4.13. Rekapitulasi Ketercapaian KKM Hasil Belajar Siswa Hasil belajar ≥ KKM < KKM Rata-rata Kelas Nilai Maksimum Nilai Minimum
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
48,57% 51,43% 56,83 81 13 commit to user
74,29% 25,71% 73,63 94 28
85,71% 14,29% 75,17 100 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Berdasarkan Tabel 4.13 di atas, rata-rata hasil tes awal siswa adalah 56,83 dengan siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 17 orang atau prosentase mencapai 48,57%. Pada siklus I, siswa yang mencapai KKM sebanyak 26 siswa atau prosentase mencapai 74,29% dengan nilai rata-rata kelas 73,63. Nilai
rata-rata ini meningkat dibanding dengan rata-rata nilai tes
kemampuan awal siswa. Hasil analisis tes akhir siklus II ketuntasan yang dicapai siswa sebesar 85,71% atau sebanyak 30 siswa mendapatkan nilai tes di atas KKM dengan nilai rata-rata kelasnya 75,17. Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I dapat dikatakan bahwa tingkat ketuntasan dan nilai rata-rata kelas pada siklus II ini meningkat. Adapun peningkatan ketercapaian KKM dalam pokok bahasan teorema Pythagoras dapat dilihat pada gambar berikut.
prosentase ketercapaian KKM
Diagram Perkembangan Ketercapaian KKM 100.00% 80.00% 60.00% ≥ KKM < KKM
40.00%
20.00% 0.00% Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Tindakan
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Ketercapaian KKM
Dari tabel 4.13 diperoleh juga perbandingan nilai rata-rata tes di setiap siklusnya yang selalu mengalami peningkatan. Adapun peningkatan rata-rata hasil tes akhir di setiap siklus dalam pokok bahasan teorema Pythagoras dapat dilihat pada gambar berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Gambar 4.3. Diagram peningkatan nilai rata-rata
D. Pembahasan Jawaban terhadap permasalahan penelitian atau perumusan masalah berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kerja kolaborasi antara peneliti dan praktisi pendidikan. Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa permasalahan yang telah dirumuskan di awal, yaitu: Permasalahan I : Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM? Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diuraikan
sebelumnya,
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM, guru dan siswa berusaha menjadi aktif, inovatif, kreatif, dan efektif agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan. Di setiap pertemuan guru selalu menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Di awal kegiatan inti guru sedikit memberikan presentasi materi secara sekilas. Setelah itu siswa diatur untuk aktif belajar secara individu mengenai materi tersebut, berinovatif dan efektif dalam mempelajari dan menyelesaikan tugasnya sendiri. Jika dirasa waktunya sudah cukup guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompoknya dan saling aktif berdiskusi tentang materi yang telah dipelajari secara individu tadi, kreatif dalam menyelesaikan tugas dan menggunakan alat peraga. Guru selalu memotivasi dan memantau commit to user jalannya belajar siswa, guru selalu memberikan kesempatan sebanyak mungkin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 untuk siswa bertanya apabila ada hal yang belum paham dan mengemukakan pendapatnya. Setelah diskusi selesai setiap kelompok diberikan kesempatan yang sama untuk mempresentasikan dan mengkomunikasikan dengan efektif hasil diskusi. Pada saat pembelajaran, siswa dibimbing untuk melakukan kegiatankegiatan yang sesuai dengan langkah kerja penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Dari analisis hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan siswa mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik. Secara umum pada tahap Thinking, baik siklus I maupun siklus II sebagian besar siswa sudah mampu belajar secara individu dengan baik dan tertib. Sebagian besar siswa sudah mulai mudah diatur, suasana kelas lebih kondusif dan keramaian mulai berkurang. Begitu juga dengan langkah
pairing
dan
sharing.
Sebagian
besar
siswa
sudah
mampu
melaksanakannya. Hanya saja dalam ketiga tahap tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan pendekatan PAIKEM yaitu masih ada saja siswa yang belum bisa aktif selama pembelajaran. Unsur inovatif juga belum sepenuhnya dilakukan, dalam hal ini sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri. Guru sengaja tidak berinovatif menggunakan perangkat teknologi seperti komputer atau powerpoint dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan guru menghindari kegaduhan yang akan terjadi apabila siswa diajak belajar dengan media powerpoint karena mereka jarang belajar dengan media tersebut sehingga dipikirkan mereka akan lebih asyik memperhatikan bentuk tampilan powerpoint bukan isinya, selain itu jika menggunakan teknologi komputer akan menghabiskan waktu baik waktu untuk pindah tempat belajar ke laboratorium maupun waktu pemasangan alat. Adapun pada unsur efektif dapat terlihat pada tahap thinking siswa efektif mempelajari materi dengan baik, dan dengan diskusi bersama teman kelompoknya siswa dapat bertukar pikiran yang memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman baru, dengan adanya tahap sharing siswa dapat melatih keberaniannya untuk belajar berkomunikasi menjelaskan kepada siswa-siswa user yang lain, penguasaan materi commit sangat todiperlukan pada tahap sharing agar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 penyampaiannya dapat membuat siswa yang lain paham. Sementara itu pada unsur kreatif, siswa terlihat antusias dalam kegiatan penggunaan alat peraga maupun menyelesaikan permainan yang disediakan guru. Dari tahap-tahap dan unsur-unsur yang dilakukan tersebut cukup dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Mulai dari keadaan kelas yang sedikit berubah baik dengan pola posisi tempat duduk siswa, teman sebangku mereka, dan adanya pojok baca yang merupakan pajangan dari hasil karya mereka sehingga siswa merasa dihargai dan mereka menjadi bersemangat belajar. Dengan adanya sikap guru yang tidak keras atau tidak galak membuat siswa merasa nyaman dalam belajar dan tidak merasa takut dihukum atau disepelekan.
Permasalahan II
: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika pada pokok bahasan Teorema Pythagoras?
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Dari tindakan pra siklus siswa dengan kategori aktivitas belajar tinggi sebanyak 11 siswa atau 32,35%, setelah diadakan tindakan siklus I meningkat menjadi 17 siswa atau 48,57% dan di siklus II siswa dengan aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi 24 siswa atau 68,57%. Tindakan yang diberikan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila setidaknya 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai kategori aktivitas belajar tinggi. Karena tindakan pada siklus I belum berhasil, maka dilakukan perbaikan pada kegiatan pembelajaran yang didasarkan pada hasil refleksi. Perbaikan dilakukan dalam hal pembagian waktu dan pembagian skenario pembelajarannya. Meskipun demikian, aktivitas belajar siswa meningkat jika dibandingkan dengan aktivitas belajar sebelum dikenai tindakan. Dari hasil pengisian angket aktivitas belajar siswa siklus II, dapat diketahui bahwa 68,57% siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi. Meskipun commitdibanding to user hal tersebut mengalami peningkatan siklus I, tetapi berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 indikator keberhasilan, hasil aktivitas belajar siswa belum berada pada taraf keberhasilan minimal,atau dapat dikatakan bahwa tindakan pada siklus II ini belum berhasil. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a) Sikap guru yang kurang tegas dalam menghadapi siswa yang kurang aktif atau ramai dan tidak memperhatikan, sehingga siswa tidak jera dan masih mengulangi tindakan tersebut. b) Siswa kurang menghormati atau menghargai keberadaan guru, sehingga siswa cenderung agak bersikap berani pada guru. c) Pada saat pembelajaran, setiap siswa menuntut banyak perhatian guru untuk menyelesaikan tugasnya dan guru tidak dapat bertindak sesuai keinginan siswa yang harus mengajari setiap individu sampai jelas karena guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Hal ini menimbulkan sikap siswa merasa kurang berminat mengikuti pembelajaran. d) Pada dasarnya karakteristik siswa itu berbeda-beda mungkin ada siswa pandai tapi dia lebih pendiam dan lebih cepat paham dalam mempelajari materi pelajaran, mungkin ada juga siswa yang kurang pandai dalam memahami materi tapi dia bersikap aktif dan berani. e) Faktor kejujuran siswa dalam mengisi angket.
Permasalahan III
: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar matematika pada pokok bahasan Teorema Pythagoras?
Hasil belajar siswa didapat dari nilai tes akhir siklus yang diberikan oleh guru. Pada penelitian tindakan kelas ini jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM selalu meningkat disetiap siklusnya. Hal ini terlihat dari data dalam tabel 4.11. Di awal sebelum adanya tindakan nilai rata-rata hasil tes siswa adalah 56,83, setelah adanya tindakan di siklus I rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 73,63, dan siklus II menjadi 75,17. Prosentase jumlah siswa yang to user mendapat nilai diatas KKM jugacommit meningkat secara signifikan, dari hasil tes awal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 pembelajaran sebelum adanya tindakan penelitian ini, siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 17 orang atau prosentase mencapai 48,57%. Pada siklus I sebanyak 26 siswa atau prosentase mencapai 74,29% dan diakhir siklus II tingkat ketuntasan yang dicapai siswa sebesar 85,71% atau sebanyak 30 siswa. Dengan demikian, dari pembahasan di atas dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pembentukan kelompok secara heterogen baik dari kemampuan akademis, aktivitas belajar, jenis kelamin, dan lain-lain pada pembelajaran kooperatif tipe TPS mampu membuat siswa bisa lebih saling berinteraksi, berdiskusi dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas bersama dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi setiap individu dalam kelompok sehingga siswa menjadi aktif dan hasil belajar siswa meningkat.
1. Temuan Lain Dari hasil analisis dapat dilihat kecenderungan bahwa siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi, tingkat keberhasilannya atau hasil tesnya meningkat. Begitu juga sebaliknya, siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah tingkat keberhasilannya tetap ataupun turun. Namun demikian, ada siswa yang memiliki aktivitas tinggi tetapi tingkat keberhasilannya turun dan ada juga siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah tetapi tingkat keberhasilannya meningkat. Hal ini cukup menarik untuk dipelajari lebih lanjut tentang kaitan antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM pada pokok bahasan teorema Pythagoras, apakah penerapan pendekatan ini hanya baik diterapkan untuk siswa dengan kriteria-kriteria tertentu. Temuan lain yang juga perlu diperhatikan adalah kecenderungan siswa untuk memahami konsep yang diperoleh. Dengan menggunakan LKS yang isinya sudah cukup baik untuk mengarahkan siswa menemukan sendiri konsep atau rumus yang diperlukan dengan tujuan agar siswa tidak menghafal tetapi memahami apa yang diperolehnya. Pada kenyataanya siswa dapat mengikuti proses penemuan konsep, tetapi selalu menghafal konsep akhir yang ditemukan, commit to user seolah melupakan proses untuk memperoleh konsep tersebut. Akibatnya siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 tidak dapat menerapkan konsep yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Ketika siswa diminta untuk menyebutkan rumus teorema Pythagoras misalnya, siswa dapat menyebutkan dengan benar. Tetapi siswa masih merasa bingung menggunakan rumus tersebut pada pola gambar dan dengan notasi yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan rangkaian putaran kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terlihat adanya perubahan yang merupakan hasil penelitian dalam rangkaian usaha peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Bertitik tolak dari tindakan yang telah dilaksanakan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM (a) Guru menyampaikan apersepsi, tujuan dan motivasi dengan tanya jawab dan peragaan siswa, suasana kelas dibuat berbeda dari biasanya. (b) Guru aktif menyampaikan materi melalui demonstrasi, atau tanya jawab. Siswa dengan aktif menyimak. (c) Siswa dibagi dalam kelompok dengan anggota 2 orang. Setiap siswa diberi lembar kerja yang berisi permasalahan untuk dipelajari dan dikerjakan secara individu selama beberapa waktu (Think). (d) Hasil dari belajar individu tersebut kemudian didiskusikan dengan kelompoknya (Pair). Guru dan Siswa aktif dan kreatif menggunakan alat peraga dan lingkungan sekitar sebagai media untuk membantu siswa memahami
materi
pelajaran.
Guru
berusaha
menciptakan
proses
pembelajaran yang efektif, mendorong, memantau dan memotivasi siswa untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran, siswa berusaha aktif diskusi dengan teman kelompoknya. (e) Siswa menguasai kompetensi dengan baik dan aktif berlatih mengkomunikasikan/ mempresentasikan hasil diskusinya di depan teman-temannya (Share). (f) Guru memberikan penghargaan dan memajang hasil diskusi siswa di dinding kelas untuk menambah semangat belajar dan membuat kelas menarik. commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dari hasil tes yang telah dilakukan tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan, pada kondisi awal (Pra siklus) siswa yang mendapat nilai di atas KKM (> 67) yaitu 17 siswa atau 48,57% dan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (< 67) sebanyak 18 siswa atau sebesar 51,43%. Setelah adanya tindakan pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 74,29% siswa mendapat nilai di atas KKM dan 9 siswa atau 25,71% mendapat nilai di bawah KKM. Sedangkan pada siklus II sebanyak 30 siswa atau 85,71% siswa mendapat nilai di atas KKM dan 5 siswa atau 14,29% siswa mendapat nilai di bawah KKM. 3. Pelaksanaan
pembelajaran
matematika
melalui
model
pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Secara kuantitatif, peningkatan aktivitas belajar siswa terlihat dari adanya peningkatan hasil rata-rata prosentase angket aktivitas belajar siswa yaitu dari tindakan pra siklus siswa dengan kategori aktivitas belajar tinggi sebesar 32,35%, setelah diadakan tindakan siklus I meningkat menjadi 48,57% dan di siklus II siswa dengan aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi 68,57%. Aktivitas belajar sedang dari tindakan pra siklus prosentasenya sebesar 35,29% setelah adanya tindakan di siklus I mengalami penurunan menjadi 22,86% dan di siklus II menurun menjadi 11,43%. Aktivitas belajar rendah di tindakan pra siklus sebesar 32,35%, di akhir siklus I mengalami penurunan menjadi 28,57% dan setelah tindakan di siklus II menurun menjadi 20%.
B. IMPLIKASI Secara teoritis, hasil penelitian ini mendukung keberadaan pendapat yang menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. terlihat mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini dapat commit to user digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 digunakan untuk mengadakan upaya bersama antara guru, orang tua dan siswa serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa secara maksimal. Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, guru lebih memberikan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat mendorong siswa untuk memahami suatu konsep untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Agar materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dan dipahami siswa dengan baik maka guru harus lebih berusaha memperbaiki tindakan dalam mengajar, menguasai materi pembelajaran yang disampaikan, dan tepat dalam menggunakan strategi pembelajaran serta bersikap tegas terhadap siswa.
C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM di SMP kelas VIII materi teorema Pythagoras dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Kepada Siswa a. Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran atau meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. b. Siswa hendaknya memahami pentingnya interaksi dengan orang lain dalam kegiatan belajar kelompok sehingga dapat menumbuhkan sikap keberanian dalam menyampaikan pendapat, jawaban, atau pertanyaan dan secara tidak langsung dapat membantu menyelesaikan permasalahan anggota lain di kelompoknya selama proses pembelajaran sehingga siswa mampu mengaktualisasi potensinya secara maksimal. 2. Kepada Guru a. Guru hendaknya dapat menyajikan dan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. b. Guru diharapkan dapat mengelola kelas dengan efektif dan inovatif dalam setiap perkembangan pendidikan. c. Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai fasilitator yang baik, harus lebih melibatkan siswa dengan agar siswa merasa lebih dihargai dan diperhatikan sehingga akan meningkatkan aktivitas belajar siswa. d. Guru hendaknya bervariasi dalam penggunaan model pembelajaran sehingga ketika menyampaikan materi ajar siswa tidak merasa jenuh dan dapat dengan mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan. 3. Kepada Kepala Sekolah a. Kepala sekolah
hendaknya menghimbau kepada guru agar guru mau
menerapkan dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu seorang kepala sekolah juga harus menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar. b. Kepala sekolah dapat melaksanakan pemantauan proses pembelajaran di kelas. Hal ini digunakan untuk mengetahui situasi pembelajaran kelas dan masalah-masalah yang muncul dari masing-masing kelas dan berusaha mengatasi permasalahan tersebut tentunya bekerja sama dengan guru.
commit to user