perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh
WINARNI K1207007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011
Disusun Oleh:
WINARNI K1207007
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Winarni. K1207007. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011. Tujuan penelitian ini meningkatkan: 1) kualitas proses; dan 2) kualitas hasil keterampilan menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun ajaran 2010/2011 dalam pembelajaran menulis narasi dengan penerapan teknik Make a Match. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga yang berjumlah 34 siswa (7 putra dan 27 putri) dan guru Bahasa Indonesia kelas XI Bahasa. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara, tes/pemberian tugas menulis, dan analisis dokumen. Prosedur penelitian meliputi tahap: identifikasi masalah, analisis masalah, penyusunan rencana tindakan, implementasi tindakan, pengamatan, dan penyusunan laporan. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, siklus II, sampai dengan siklus III. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan peran peneliti sebagai pengamat. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan adanya peningkatan: 1) kualitas proses; dan 2) kualitas hasil tulisan narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga dalam pembelajaran menulis narasi melalui penerapan teknik Make a Match. Peningkatan kualitas proses pembelajaran terlihat dari meningkatnya keaktifan/semangat siswa selama pembelajaran, yakni: (1) mengikuti apersepsi, sebesar 32% pada siklus I, 47% pada siklus II, dan 67% pada siklus III; (2) memperhatikan penjelasan guru, sebesar 47% pada siklus I, 68% pada siklus II, dan 83% pada siklus III; (3) menyimak wacana dialog, sebesar 42% pada siklus I, 74% pada siklus II, dan 89% pada siklus III; (4) kegiatan diskusi, sebesar 26% pada siklus I, 37% pada siklus II, dan 56% pada siklus III; (5) membuat kerangka karangan, sebesar 47% pada siklus I, 74% pada siklus II, dan 94% pada siklus III; dan (6) mengembangkan kerangka karangan menjadi bentuk karangan narasi utuh, sebesar 44% pada siklus I, 71% pada siklus II, dan 89% pada siklus III. Peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat dilihat dari nilai karangan siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sebesar 33% atau sebanyak 6 siswa. Pada siklus II sebesar 65% atau sebanyak 11 siswa dan pada siklus III sebesar 89% atau 16 siswa. Hal ini membuktikan bahwa penerapan teknik Make a Match meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi siswa kelas XI Bahasa.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
”Dengan aktivitas menulis, seseorang terlatih dalam menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis.” (Didik Komaidi)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Saya mempersembahkan karya ini sebagai rasa cinta, kasih sayang, dan terima kasih saya kepada: 1. Suami saya, Wahyu Sugiyarto, S.T, M.Pd; 2. Kedua orang tua saya, Bapak Suyatno Juri dan Ummi Tumirah; 3. Mertua saya, Bapak Slamet Raharjo dan Ibu Agustini 4. Pembimbing skripsi saya, Bapak Slamet Mulyono, M.Pd. dan Ibu Sri Hastuti, S.S, M.Pd. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Peneliti memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi; 2. Drs. Suparno, M. Pd. , Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini; 3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing I yang telah memberikan persetujuan dan pengarahan dengan begitu sabar, saran, semangat pada penulis serta masukan yang tidak ternilai harganya; 4. Ibu Sri Hastuti, S.S, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar membimbing penulis dengan sebaik-baiknya serta memberikan dorongan dan selalu meluangkan waktu bagi penulis sehingga menjadikan penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi; 5. Drs. Suyitno, M.Pd., selaku Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan solusi mengenai persoalan akademik. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada penulis; commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Drs. Sujit Mudjirno, S.IP, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Salatiga yang telah memberikan izin peneliti terkait dengan penelitian yang dilaksanakan; 8. Bapak Muhlasin, S. Pd. selaku guru Bahasa Indonesia kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga sekaligus sebagai kolaborator yang dengan senang hati membantu peneliti dalam melaksanakan penelitiannya; dan 9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah Swt, amin. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Surakarta,
Penulis
commit to user
ix
Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ............................................................................................................ i PENGAJUAN .................................................................................................. ii PERSETUJUAN .............................................................................................. iii PENGESAHAN ............................................................................................... iv ABSTRAK ...................................................................................................... v MOTTO...............................................................................................................vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6 D. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................... 7 BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ........................ 9 A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 9 1. Hakikat Menulis .............................................................................. 9 a. Pengertian Menulis ................................................................... 9 b. Tahap-tahap dalam menulis ..................................................... 10 c. Jenis-jenis Tulisan .................................................................. 11 d. Pengertian Menulis Narasi ...................................................... 12 e. Jenis-jenis Tulisan Narasi ....................................................... 13 2. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi .......................................... 16 a. Pengertian Pembelajaran .......................................................... 16 b. Proses Pembelajaran Menulis Narasi di SMA .......................... 21 commit to user c. Evaluasi Pembelajaran Menulis Narasi di SMA ....................... 22
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif ..................................... 23 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ....................................... 23 b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ........................................... 25 4. Hakikat Teknik Make a Match ....................................................... 25 B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 27 C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 29 D. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 31 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 32 A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 32 1. Tempat Penelitian ......................................................................... 32 2. Waktu Penelitian .......................................................................... 32 B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 33 C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 34 D. Sumber Data ....................................................................................... 35 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 35 F. Teknik Validitas Data .......................................................................... 37 G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 37 H. Indikator Ketercapaian Tujuan ............................................................ 38 I. Prosedur Penelitian .............................................................................. 39 1. Tahap Perencanaan Penelitian ....................................................... 40 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ........................................................ 40 a. Rancangan siklus I ................................................................... 41 b. Rancangan Siklus II ................................................................. 43 c. Rancangan Siklus III ................................................................ 46 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 52 A. Kondisi Pratindakan ............................................................................ 52 B. Deskripsi Hasil Penelitian.................................................................... 55 1. Siklus I ........................................................................................... 55 2. Siklus II ........................................................................................ 62 3. Siklus III......................................................................................... 71 commit to user C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 81
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................... 95 A. Simpulan .............................................................................................. 95 B. Implikasi .............................................................................................. 97 C. Saran .................................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100 LAMPIRAN .................................................................................................... 103
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian..................................... 33 Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan........................................................... 39 Tabel 3. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus I .......................................... 60 Tabel 4. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II .......................................... 68 Tabel 5. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus I ........................................... 76 Tabel 6. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I,II dan III ...... 79 Tabel 7. Nilai Menulis Narasi Siswa Pratindakan dan Pascatindakan ............... 94 Tabel 8. Pedoman Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa ................................. 104 Tabel 9. Lembar Penilaian Sikap Siswa............................................................ 106 Tabel 10. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa .............................................. 108 Tabel 11. Lembar Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa .................................. 109 Tabel 12. Pedoman Observasi Keaktifan Siswa ................................................ 111 Tabel 13. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar ................................ 115 Tabel 14. Nilai Menulis Narasi Siswa Pratindakan ........................................... 128 Tabel 15. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Prasiklus......... 129 Tabel 16. Nilai Sikap Siswa pada Siklus I ........................................................ 147 Tabel 17. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus I ......................... 149 Tabel 18. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus I ......................................... 150 Tabel 19 Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus I ............ 154 Tabel 20. Nilai Sikap Siswa pada Siklus II ....................................................... 193 Tabel 21. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus II ........................ 195 Tabel 22. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II ........................................ 196 Tabel 23. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Siklus II .................. 200 Tabel 24. Nilai Sikap Siswa pada Siklus III...................................................... 237 Tabel 25. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus III ....................... 239 Tabel 26. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus III ....................................... 240 Tabel 27. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus III........244
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir................................................................ 30 Gambar 2. Model Analisis Interaktif ................................................................ 38 Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 49 Gambar 4. Perbandingan Peningkatan Keaktifan Siswa.................................. 89 Gambar 5. Perbandinga Peningkatan Skor Nilai Siswa pada Setiap Aspek Penilaian Karangan ........................................................................ 93
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Pedoman Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa ........................... 104 Lampiran 2. Lembar Penilaian Sikap Siswa ..................................................... 106 Lampiran 3. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa .......................................... 108 Lampiran 4. Lembar Penilaian Hasil Menulis Narasi Siswa ............................. 109 Lampiran 5. Pedoma Rekapitulasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi ............................................................................................ 111 Lampiran 6.1 Pedoman Wawancara terhadap Guru Bahasa Indonesia .............. 112 Lampiran 6.2 Pedoman Wawancara terhadap Siswa (Pratindakan) ................... 113 Lampiran 6.3 Pedoman Wawancara terhadap Siswa (Pascatindakan) ............... 114 Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar............................ 115 PRASIKLUS Lampiran 8. Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia ........................ 118 Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas XI Bahasa ........................ 122 Lampiran 10. Catatan Lapangan Prasiklus ........................................................ 125 Lampiran 11. Nilai Menulis Narasi Siswa Pratindakan ..................................... 128 Lampiran 12. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Prasiklus .. 129 Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Prasiklus ............................ 133 SIKLUS I Lampiran 14. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ................................ 141 Lampiran 15. Nilai Sikap Siswa pada Siklus I .................................................. 147 Lampiran 16. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus I ................... 149 Lampiran 17. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus I ................................... 150 Lampiran 18. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus I ..... 154 Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................... 159 Lampiran 20. Kartu-kartu yang Berisi Kerangka Karangan Siklus I ................. 173 Lampiran 21. Foto-foto Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus I................. 179 Lampiran 22. Hasil Tulisan Narasi Siswa pada Siklus I .................................... 181 SIKLUS II Lampiran 23. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II ............................... 186 Lampiran 24. Nilai Sikap Siswa pada Siklus II ................................................. 193 commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 25. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus II .................. 195 Lampiran 26. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II .................................. 196 Lampiran 27. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus II ... 200 Lampiran 28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II............................. 204 Lampiran 29. Kartu-kartu yang Berisi Kerangka Karangan Siklus II ................ 215 Lampiran 30. Foto-foto Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II ............... 211 Lampiran 31. Hasil Tulisan Narasi Siswa pada Siklus II .................................. 223 SIKLUS III Lampiran 32. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III .............................. 233 Lampiran 33. Nilai Sikap Siswa pada Siklus III ............................................... 237 Lampiran 34. Lembar Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Siklus III................. 239 Lampiran 35. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus III................................. 240 Lampiran 36. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus III .. 244 Lampiran 37. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III.............................247 Lampiran 38. Kartu-kartu yang Berisi Kerangka Karangan Siklus III ............... 257 Lampiran 39. Foto-foto Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus III .............. 263 Lampiran 40. Hasil Tulisan Narasi Siswa pada Siklus III ................................. 230 PERIZINAN Lampiran 41. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Dekan .......................... 272 Lampiran 42. Surat Putusan Izin Penyusunan Skripsi oleh Dekan FKIP ........... 273 Lampiran 43. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Rektor .......................... 274 Lampiran 44. Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Salatiga...........................................................................275 Lampiran 45. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala SMA Negeri 3 Salatiga........................................................................................ 276 Lampiran 46. Izin Menyusun Skripsi................................................................ 277 Lampiran 47. Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 278 Lampiran 48. Surat Rekomendasi Penelitian .................................................... 279 Lampiran 49. Surat Permohonan Izin Penelitian Untuk Walikota Salatiga ........ 280 Lampiran 50. Surat Permohoman Izin Penelitian untuk Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Salatiga .................................................... 281 commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Winarni. K1207007. THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING TECHNIQUE ”MAKE A MATCH ” AS THE EFFORT TO IMPROVE NARRATIVE-WRITING SKILL OF XI BAHASA STUDENTS OF SMA NEGERI 3 SALATIGA YEAR 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011. The aim of this observation is to increase: 1) process quality; dan 2) product quality of narrative writing skill of XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga year 2010/2011 using Make a Match technique. The type of this observation is classroom action research. The subject of this research are 34 students of XI Bahasa class of SMA Negeri 3 Salatiga and Indonesian teacher of XI Bahasa class. The data source that used were : place and phenomenon, informan, dan document.The data pool technique did by observation, interview, test/gave writing task, and document analysis. The step of observation’ procedures are : problem identification, problem analysis, arranging an action’s plan,action implementation, observation, and make a report. The research is start with first survey, first cycle, second cycle, until third cycle. Every cycle include of four step :(1) planing action; (2) action; (3) action research; and (4) analysis and reflection. In this research, teacher is a lesson facilitator and the researcher is an observetor. Based on the result of researh, the researcher conclude that there are increase: 1) process quality; and 2) product quality of narrative writing skill of XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga using Make a Match technique. The increase of lesson process quality is known from the students who being more active and enthusiasm during the lesson, there are: (1) follow aperseption, 32% in first cycle, 47% in second cycle, and 67% in third cycle; (2) give an attantion for the teacher, 47% in first cycle, 68% in second cycle, and 83% in third cycle; (3) listening text dialogue, 42% in first cycle, 74% in second, and 89% in third cycle; (4) discussion, 26% in first cycle, 37% in second cycle, and 56% in third cycle; (5) make a text framework, 47% in first cycle, 74% in second cycle, dan 94% in third cycle; dan (6) develope the text framework to the complete narrative text, 44% in first cycle, 71% in second cycle, and 89% in third cycle. The increase of the student’s narrative writing skill can be known from the value of the student’s written which always increase in every cycles. In first cycle,the persentage of student’s study result completeness in the lesson is 33% or 6 students. In second cycle is 65% or 11 students and in third cycle 89% or 16 students. It prove that using Make a Match technique can increase process quality and the lesson’s result quality on writing narrative for the student of XI Bahasa.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat dituntunkan kepada generasi mendatang. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia secara terarah. Maka dari itu melalui proses pengajaran bahasa diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dalam proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai fasilitator, artinya, guru memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efekif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya pendidikan (Usman, 2009:11). Pada prinsipnya tujuan akhir pembelajaran bahasa adalah agar siswa mampu menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Empat keterampilan ini harus dikuasai oleh siswa. Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa. Melalui kegiatan menulis siswa dapat mengkomunikasikan gagasan, penghayatan, dan pengalamannya ke dalam bentuk tulisan. Banyak kegiatan yang berhubungan erat dengan keterampilan menulis yang harus diselesaikan siswa, yaitu membuat ikhtisar, membuat catatan, menulis notulen, menulis berbagai macam surat, menulis proposal penelitian, menulis rancangan kegiatan, sampai pada kemampuan menulis karya ilmiah. Akhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan (2002:2) mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan commit to user gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Tujuan yang 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diharapkan dari kegiatan menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan ide atau gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta mempunyai hobi menulis.
Melalui
keterampilan
menulis
yang
dimiliki,
siswa
dapat
mengembangkan kreativitas dan mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Selain itu, tidak semua orang mampu melaksanakan tugas menulis dengan baik.
Menulis bukan pekerjaan yang mudah karena merupakan
kemampuan yang kompleks serta menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Nurudin (2010:50) berpendapat bahwa berdasarkan bentuknya, terdapat lima jenis tulisan yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi dan persuasi. Tulisan narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah cerita secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Narasi bisa saja dimulai dari peristiwa ditengah atau paling belakang, sehingga memunculkan flashback. Narasi dapat bergaya kisahan orang pertama sehingga terasa subjektivitas pengarangnya, atau orang ketiga sehingga lebih terkesan objektif. Mengacu pada hakikat tulisan narasi di atas, keterampilan menulis narasi mengajak siswa menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran menulis ditujukan agar siswa mampu memahami dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Hal ini penting karena kemampuan menulis seseorang merupakan gambaran dari penguasaan bahasa yang digunakan. Kemampuan menulis narasi siswa di Indonesia pada umumnya masih rendah. Sebagian besar dari mereka membuat karangan dengan panjang tidak maksimal dan kurang sesuai harapan. Barbara, dkk. (2009:360) menyatakan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam berkomunikasi, selain itu keterampilan menulis juga penting dan harus dikuasai di setiap jenjang pendidikan. Akan tetapi, faktanya sekitar 14% hingga 26 % warga atau penutur asli justru kesulitan dan tidak lolos dalam tes keterampilan menulis commit to user bahwa hal tersebut disebabkan tingkat paling dasar. Alfianto (2006:1) menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
anak-anak di banyak kelas jarang dilatih menulis dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka lebih sering dan terbiasa menyalin dari papan tulis dan buku pelajaran. Permasalahan pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis narasi terjadi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun 2010/2011. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut, peneliti memperoleh fakta bahwa kemampuan menulis narasi siswa masih rendah. Kelas XI Bahasa yang berjumlah 34 siswa, sebanyak 12 siswa (35%) tidak mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dan tidak mengerjakan tugas menulis narasi yang diberikan oleh guru; 20 siswa (59%) memperoleh nilai di bawah nilai batas ketuntasan minimal; dan hanya 2 siswa (6%) yang menulis narasi dengan hasil yang cukup memuaskan. Rendahnya kemampuan menulis narasi siswa di kelas ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, guru memakai dan menerapkan teknik mengajar yang kurang tepat. Dalam pembelajaran menulis narasi, guru meninggalkan tahapan menulis, yakni guru melupakan tahap prapenulisan dan pascapenulisan. Siswa tidak diajak membuat kerangka karangan serta siswa tidak diajak menyunting naskah karangan siswa. Siswa hanya mengumpulkan draf karangan. Selain itu, salah satu contoh proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh guru di kelas XI Bahasa yakni sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan membuka kembali ingatan siswa mengenai menulis narasi; b) guru menjelaskan pokok perbedaan menulis narasi dan deskripsi; c) guru meminta siswa berjalan ke masjid sekolah, kemudian siswa diminta menceritakan perjalanan mereka dari kelas hingga masjid dalam karangan naratif dan deskriptif yang disusun secara padu; d) pekerjaan siswa dikumpulkan setelah jam usai. Guru menggabungkan pembelajaran menulis narasi dan deskripsi hanya dalam alokasi waktu 2 jam pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, guru cenderung mempersingkat pembelajaran menulis karena guru beranggapan bahwa pembelajaran menulis tidak masuk dalam UN, sehingga guru lebih memfokuskan pembelajaran ke materi UN. Materi yang diperdalam guru yakni materi kebahasaan dan keterampilan membaca. Selain itu, materi yang diajarkan oleh guru tidak sesuai to user dengan Kompetensi Dasar kelas commit XI Bahasa. Kompetensi Dasar untuk kelas XI
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Bahasa seharusnya adalah menulis narasi faktual berbentuk biografi, sedangkan materi yang diajarkan oleh guru adalah menulis narasi secara umum. Hal tersebut di atas mengindikasikan rendahnya kualitas proses pembelajaran menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Hal lain yang mempengaruhi rendahnya kemampuan menulis narasi siswa di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga yakni siswa cenderung tidak bersemangat dalam pembelajaran menulis narasi. Berdasarkan hasil wawancara, siswa cenderung tidak bersemangat menjalani pembelajaran menulis narasi. Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa kurang bersemangat dalam pembelajaran menulis narasi karena siswa tidak dibimbing oleh guru. Selain itu, guru membebaskan siswa ketika proses penulisan narasi sehingga siswa justru memanfaatkan kesempatan untuk bergurau. Hal ketiga yang mempengaruhi rendahnya kualitas hasil tulisan narasi siswa yakni hasil tulisan narasi siswa kurang maksimal. Berdasarkan analisis terhadap hasil tulisan siswa pada prasiklus, siswa cenderung menulis tanpa memperhatikan profil penilaian karangan. Tulisan siswa kurang memperhatikan ejaan, penggunaan bahasa dan organisasi isi. Berdasarkan hasil wawancara, guru hanya sekedar meminta siswa menulis narasi dan deskripsi. Guru tidak memberi penekanan kepada siswa mengenai aspek penilaian karangan seperti isi, organisasi isi, penggunaan bahasa, kosakata dan mekanik. Contoh hasil tulisan siswa prasiklus dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 138. Fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga masih kurang optimal. Selain itu, prosedur pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih kurang ideal. BSNP (2007:1) dalam permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik commit to user serta psikologis peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga memerlukan perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa mampu mengungkap ide dengan bahasa yang baik dan benar. Pembelajaran akan lebih optimal jika pendekatan atau metode yang digunakan tepat. Belz, dan Andreas Müller Hartmann (2002:68-78) mengungkapkan ”in recent years with the advance of new media technologies, innovative learning situations have arisen which have potential for development in second language and intercultural learning”. Semakin maju perkembangan teknologi dewasa ini, mampu memunculkan berbagai macam situasi pembelajaran inovatif yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam pembelajaran bahasa kedua maupun budaya. Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama keterampilan menulis narasi, pendidik membutuhkan pendekatan yang lebih menekankan kerjasama siswa, keaktifan dan kreativitas siswa serta kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan informasi. Lie (2008:6) mengungkapkan bahwa strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Akan tetapi, strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha dan mendorong siswa berpartisipasi. Banyak siswa yang hanya sebagai penonton saja, sedangkan yang menguasai kelas hanya beberapa siswa. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang masih kurang mengaktifkan seluruh siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif. Lie (2008: 17) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif sering juga disebut sistem pengajaran gotong-royong. Salah satu teknik dalam model pembelajaran kooperatif adalah Make a Match. Melalui model kooperatif teknik Make a Match siswa diharapkan mampu menggabungkan antara gambar satu dengan yang lain menjadi runtut dan mampu menggabungkan antara pertanyaan satu dengan jawaban tertentu sehingga hal tersebut mampu membantu siswa mengungkap ide secara sistematis. Selain itu konsentrasi siswa juga dapat lebih terfokus karena siswa sebelumnya sudah commit to user terpancang berkompetisi.
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Dalam model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match, siswa bekerja secara berkelompok. Ketika siswa dalam satu kelompok dituntut mencari pasangan jawaban pada kelompok lain tentu membutuhkan konsentrasi tinggi dan kekompakan dalam kelompok. Dengan cara ini, konsentrasi siswa akan terjaga dan siswa menjadi lebih fokus pada pembelajaran. Selain itu siswa mengalami dan memahami semua alur yang ada. Kartu-kartu yang berisi kerangka karangan narasi mampu membantu siswa menulis cerita secara runtut. Banyak hal positif yang dapat diperoleh pendidik ketika menerapkan teknik Make a Match. Guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran karena siswa dalam satu kelas terbagi dalam tiga kelompok kemudian mereka diminta mencari jawaban pada kelompok lain. Selain itu terdapat pula satu kelompok yang bertugas menilai kinerja siswa yang lain (eksekutor) dan hal ini dapat dilakukan secara bergantian. Tentu hal ini jauh lebih menarik jika dibandingkan siswa diminta mencari ide sendiri yang sudah pasti memakan waktu lebih lama. Keunggulan lain teknik Make a Match adalah siswa dikondisikan aktif memahami setiap pertanyaan agar tidak terkecoh dalam mencari pasangan jawaban yang tepat. Kinerja salah satu siswa mempengaruhi hasil yang dieksekusikan kepada siswa tersebut, jika sampai salah maka siswa akan memperoleh hukuman tentu dengan hal ini siswa menjadi lebih hati-hati. Dalam model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match, salah satu langkah yang harus dilalui oleh siswa adalah siswa diajak menjodohkan pertanyaan dan jawaban serta menilai hasil karangan atau pekerjaan siswa yang lain. Dua langkah ini mempunyai kemiripan dengan tahapan menulis, yakni tahap prapenulisan dan pascapenulisan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang penting melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan judul: Penerapan
Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas XI BAHASA SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan: 1. kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI BAHASA SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011? 2. kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI BAHASA SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat SMA, terutama pada pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match pada pembelajaran menulis narasi melatih dan membiasakan siswa bekerja commit to user sama serta menjaga kekompakan kelompok dan terbiasa berkompetisi.
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match memungkinkan meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. b. Bagi Guru 1. Guru mendapatkan pengalaman menerapkan teknik Make a Match dalam keterampilan menulis narasi. 2. Guru dapat menarik perhatian siswa ketika menerapkan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi. 3. Penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi dapat mengefektifkan waktu pembelajaran. 4. Guru dapat meningkatkan kualitas hasil tulisan narasi siswa dengan penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran. c. Bagi Peneliti 1. Peneliti dapat memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khusunya tentang keterampilan menulis narasi dengan teknik Make a Match. 2. Peneliti mendapatkan fakta bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. d. Bagi Sekolah 1. Sekolah dapat menjadikan hasil penelitian sebagai acuan pengadaan inovasi pembelajaran bagi para guru dalam mengajarkan materi menulis narasi. 2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran di sekolah, terutama hasil pembelajaran menulis narasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa. Nurgiyantoro (2010:283) berpendapat bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. Pendapat lain, Alek dan Achmad H.P (2010:106) berpendapat bahwa menulis merupakan kegiatan menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan
aksara,
sehingga
menghasilkan
sebuah
karya
dalam berwujud
kegiatan
menulis
seseorang
tulisan.
Slamet
(2009:96)
mengungkapkan bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase, yakni pramenulis, penulisan dan pascapenulisan. Tarigan (2009:3) memberi batasan pengertian menulis dengan berpendapat bahwa menulis merupakan keterampilan mekanistik, tidak mungkin dikuasai melalui teori saja, tetapi hanya dapat dikuasai oleh orang yang rajin berlatih. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa agar dapat menulis dengan baik, seseorang harus berlatih secara terus menerus dan melewati fase penulisan untuk menyempurnakan tulisan tersebut. Menurut Lasa (2005:7), menulis merupakan proses penuangan gagasan dan pemikiran dengan sistem tertentu dalam bentuk tulisan. Pendapat lain mengenai menulis disampaikan oleh Wiyanto (2006:1-2) dengan membagi pengertian menulis menjadi dua pengertian. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Pengertian kedua adalah bahwa menulis merupakan kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Melengkapi pendapat tersebut, Wolsey (2010:194) mengungkapkan “writing is much more than the mirror image of reading, and commit to user composing may place greater demands on working memory than reading task
9
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
do”. Aktivitas menulis tidak hanya sekedar menuangkan kembali apa yang telah dibaca, namun mengkomposisikan kembali apa yang telah kita peroleh berdasarkan ingatan kita sehingga dalam aktivitas ini, ingatan kita dituntut untuk memproduksi tulisan berdasarkan memori otak kita. Bertolak dari beberapa pengertian menulis di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan mengungkapkan pikiran, ide atau gagasan, dan pesan secara tertulis melalui lambang atau simbol grafik yang teratur sebagai bentuk sarana komunikasi tidak langsung sehingga orang lain dapat memahami isinya dengan mudah. b. Tahap-tahap dalam Menulis Tahap dalam menulis adalah suatu proses kreatif. Djauharie dan Suherli (2005:57-60) berpendapat bahwa terdapat lima tahapan dalam membuat karangan, yakni menentukan dan memilih tema/topik karangan, menentukan tujuan penulisan, menyusun kerangka karangan, mengumpulkan bahan tulisan dan mengembangkan kerangka karangan. Melengkapi pendapat tersebut, Nurudin (2007:92) menjelaskan bahwa dalam menulis melalui tahap : 1) pramenulis yang meliputi: a)memilih dan membatasi topik; b) brainstorming yang terdiri atas mendaftar, menulis bebas dan pengelompokan. 2) Merencanakan menulis yang meliputi: a) membuat subdaftar; b) menulis kalimat topik; dan c) membuat outline. 3) Menulis dan merevisi draf yang berupa: a) menulis draf kasar;b) merevisi dan mengorganisasikan tulisan; serta c) menulis akhir. Akhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan (1999:3-5) menyebutkan tahapan menulis yakni 1) prapenulisan yang terdiri atas penentuan topik, penentuan tujuan dan pemilihan bahan; 2) penulisan , yakni berupa penyusunan paragraf dan kalimat, pemilihan kata dan teknik penulisan; dan 3) revisi, yakni perbaikan buram pertama dan pembacaan ulang. Pendapat lain disampaikan oleh Alek, dan Achmad H.P (2010:107) dengan berpendapat bahwa menulis terdiri atas tiga langkah, yakni 1) persiapan, yang meliputi: a) membuat kerangka karangan; b) menemukan idiom yang menarik; dan c) commit to user menemukan kata kunci; 2) menulis yang terdiri atas a) mengingatkan diri agar
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tetap logis; b) membaca kembali setiap memperoleh satu paragraf; dan c) percaya diri akan apa yang ditulis; lalu 3) editing yang terdiri atas a) memperhatikan
kesalahan
kata,
tanda
baca
dan
tanda
hubung;
b)memperhatikan hubungan antarparagraf; dan c) membaca tulisan secara menyeluruh. Melengkapi pendapat di atas, Slamet (2008:112-120) menjelaskan bahwa tahap penulisan terdiri atas 1) prapenulisan, yakni a) menentukan dan membatasi topik tulisan; b) merumuskan tujuan, menentukan bentuk tulisan, dan menentukan pembaca yang akan ditujunya; c) memilih bahan; dan d) menentukan generalisasi dan cara-cara mengorganisasikan ide untuk tulisannya; 2) pembuatan draf; 3) perevisian; 4) pengeditan/penyuntingan; 5) pemublikasian. Penulisan karangan pada dasarnya meliputi tahap pramenulis, menulis dan revisi.
Dalam tahap pramenulis, seseorang mempersiapkan
tulisannya dengan menentukan topik tulisan, membuat kerangka, dan menentukan bentuk tulisan. Berdasarkan kerangka yang telah dibuat, seseorang menyusun draf tulisan, kemudian draf tulisan tersebut disunting pada tahap revisi. c. Jenis-jenis Tulisan Akhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan (1997:14-15) mengemukakan bahwa terdapat empat jenis tulisan, yakni deskripsi, narasi, eksposisi dan persuasi. Wiyanto (2006:64-69) mengklasifikasikan tulisan berdasarkan sifat dan tujuan menjadi lima jenis, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Nurudin (2010:50) mengemukakan bahwa deskripsi adalah penulisan dengan penggambaran obyek dengan memanfaatkan panca indera. Fokus penulisan tergantung pada emosi pembaca, hal panca indera mana, dan pembaca itu sendiri. Narasi adalah bercerita, penulisan ini digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan, melestarikan sejarah dan juga menghibur pembaca. Eksposisi adalah penulisan untuk menjelaskan suatu proses atau ide. Dalam penulisan dibutuhkan hal yang rinci tentang suatu penjelasan dari definisi. Jenis tulisan yang keempat commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah persuasi, yakni tulisan yang berisi bujukan terhadap seseorang untuk melakukan sesuatu. Menyambung
pendapat
di
atas,
Sudaryat
(2009:169-172)
mengemukakan bahwa berdasarkan bentuknya, terdapat empat jenis wacana. Wacana narasi adalah wacana yang isinya memaparkan terjadinya suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan maupun kenyataan. Wacana deskripsi yaitu wacana yang isinya menggambarkan penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, kehausan, kelelahan), perasaan, dan perilaku jiwa (harapan, ketakutan, cinta, benci, rindu dan rasa tertekan). Wacana eksposisi adalah wacana yang isinya menjelaskan sesuatu. Wacana argumentasi yakni wacana yang memberikan alasan terhadap kebenaran atau ketidakbenaran sesuatu hal, dengan maksud agar pesapa dapat diyakinkan sehingga terdorong untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pemaparan di atas, berdasarkan bentuknya terdapat lima jenis wacana, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Narasi adalah wacana yang berisi kisahan atau cerita dan di dalamnya terdapat konflik antartokoh, sedangkan deskripsi adalah wacana yang berisikan menggambarkan hasil penginderaan. Eksposisi adalah wacana yang berisikan penjelasan mengenai suatu proses. Wacana argumentasi adalah wacana yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya dan wacana persuasi adalah wacana yang berisikan ajakan kepada pembaca untuk melakukan suatu hal dalam menyingkapi sesuatu. d. Pengertian Menulis Narasi Keraf (2007:136) menuliskan bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu atau dapat pula dirumuskan bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana yang yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”. Melengkapi pendapat tersebut, commit to user Djauharie dan Suherli (2005:47) mengungkapkan bahwa wacana narasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (sistematika waktu) dengan tujuan memperluas pengalaman seseorang. Isi wacana narasi adalah cerita atas suatu peristiwa atau kisah seseorang. Nurudin (2010:71) mengemukakan bahwa narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah cerita secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Narasi dapat dimulai dari peristiwa ditengah atau paling belakang, sehingga memunculkan flashback. Narasi dapat bergaya kisahan orang pertama sehingga terasa subjektivitas pengarangnya, atau orang ketiga sehingga lebih terkesan objektif. Senada dengan pendapat tersebut, Wiyanto (2006:65) mengatakan bahwa narasi merupakan kisah atau cerita yang bertujuan mengisahkan atau menceritakan, kadang mirip dengan paragraf deskripsi. Perbedaannya, narasi mementingkan urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan sebuah wacana atau tulisan yang memiliki berbentuk cerita atau kisahan yang menonjolkan pelaku serta menurut perkembangan dari waktu ke waktu dan disusun secara sistematis. Ciri-ciri karangan narasi menurut Keraf (2007:136) yakni menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, dirangkai dalam urutan waktu, berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”, ada konflik dan narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konflik. e. Jenis-jenis Tulisan Narasi Berikut adalah jenis tulisan narasi menurut Keraf (2007:136-138). 1. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis) Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat mengenai suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari commit terakhir to user dalam kehidupannya. Karangan kecil sampai saat ini atau sampai
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif. 2. Narasi Sugestif Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Perbedaan pokok antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif menurut Keraf (2007:138-139) adalah sebagai berikut. Narasi Ekspositoris
Narasi sugestif
1. Memperluas pengetahuan.
1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2.
Menyampaikan
informasi
2. Menimbulkan daya khayal.
mengenai suatu kejadian. 3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
3.
Penalaran
hanya
berfungsi
sebagai alat untuk menyampaikan makna,
sehingga
kalau
perlu
penalaran dapat dilanggar. 4. Bahasanya lebih condong ke
4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa informatif dengan titi berat
bahasa figuratif dengan menitik
pada
beratkan penggunaan kata-kata
penggunaan
denotatif.
kata-kata
konotatif.
Pada intinya, narasi ekspositoris menyajikan cerita kepada pembaca, berisi kisahan cerita yang dapat ditangkap secara rasional dan cerita tersebut masuk akal. Suatu cerita narasi ekspositoris menyajikan kisahan yang bisa ditemukan pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, narasi sugestif menyajikan suatu kisahan yang akan mengajak pembaca berkhayal, menemukan sesuatu di luar nalar dan tidak masuk akal. Umumnya cerita yang disajikan dalam narasi sugestif tidak bisa ditemukan dalam kehidupan seharicommit to user hari.
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sudaryat (2009:170) menjelaskan bahwa wacana narasi dapat bersifat faktual maupun imajinatif seperti dongeng, novel, biografi, sketsa, dan anekdot. Pendapat lain yakni Tarigan (2008:28) mengutip pendapat Weaver, mengklasifikasikan narasi menjadi empat jenis, yakni narasi urutan waktu, motif, konflik, titik pandangan, dan pusat minat. Melengkapi pendapat tersebut, Tarigan (2008:35) berpendapat bahwa terdapat empat bentuk tulisan narasi yang biasa dipergunakan, yakni buku catatan harian atau jurnal, cerita otobiografis, lelucon otobiografis, dan esai pribadi. Senada dengan pendapat tersebut, Djauharie dan Suherli (2005:47) menyatakan bahwa cerita atau kisah yang diketengahkan di dalam narasi dapat berupa kisah fiktif maupun imajinatif, dapat pula berupa kisah faktual atau nyata. Contoh kisah yang fiktif diantaranya cerpen, novel dan hikayat sedangkan contoh kisah faktual diantaranya sejarah, biografi, otobiografi dan cerita pengalaman. Menyambung pendapat di atas, Keraf (2007:141-144) berpendapat bahwa terdapat empat bentuk khusus dalam paragraf narasi, yakni biografi dan otobiografi, anekdot, anekdot dan insiden, sketsa, dan profil. Biografi dan otobiografi adalah penyampaian kisah menarik mengenai kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi. Perbedaannya, biografi dikisahkan oleh orang lain sedangkan otobiografi dikisahkan oleh orang itu sendiri. Selanjutnya, anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau hal lain, sedangkan insiden merupakan cerita mengenai kejadian atau peristiwa yang tengah terjadi. Sketsa adalah cerita yang menyajikan hal-hal yang penting dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif dan profil adalah suatu wacana modern yang berusaha menggabungkan narasi, deskripsi dan eksposisi dalam berbagai porsi yang berbeda. Walaupun demikian, pada kenyataannya keempat bentuk karangan narasi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, selalu ada kaitan antara bentuk satu dan yang lainnya. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Hakikat Pembelajaran Menulis a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001: 57). Lebih lanjut Hamalik mengungkapkan bahwa material meliputi bukubuku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya. Ada lima pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Hamalik (2001: 58), yaitu: 1. pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa di sekolah; 2. pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah; 3. pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik; 4. pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; 5. pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Suprijono (2009: 11) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan bahwa pengajaran adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau cara mengajarkan diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik; guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didik sebagai pihak penerima. Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru bertindak sebagai „panglima‟, guru dianggap paling dominan, commit to paling user mengetahui. dan guru dipandang sebagai orang yang
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suprijono (2009: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya sehingga subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. Suatu pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang membuat siswa mampu merekonstruksi pemahamannya dan berkualitas. Akan tetapi, kondisi ideal pembelajaran sulit ditemukan di lapangan. Hadi (2008) menyatakan bahwa pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh delapan faktor. Tanpa kedelapan faktor tersebut, kualitas pembelajaran akan menjadi rendah. Faktor pertama yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni tujuan. Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran. Faktor kedua yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni faktor guru. Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, suatu strategi yang bagus dan idealnya tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi
yakni
anak
didik
(siswa).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi : a. latar belakang siswa (pupil formative experience) : meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga bagaimana to user siswa berasal, kepribadian dancommit sebagainya;
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
b. sifat yang dimiliki siswa (pupil properties) : meliputi kemampuan, pengetahuan dan sikap. Faktor keempat yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni sarana dan prasarana. Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alatalat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-lain. Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain-lain. Kelengkapan saran dan prasarana akan membantu guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Selain sarana dan prasarana, kegiatan pembelajaran juga mempengaruhi kualitas pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang dipakai oleh guru menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan individual, misalnya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan tersebut menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik. Lingkungan merupakan faktor keenam yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Dilihat dari dimensi lingkungan, terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. a. Faktor organisasi kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar cenderung kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. b. Faktor iklim sosial psikologis maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal dan eksternal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Faktor ke tujuh yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yakni bahan dan alat evaluasi. Bahan evaluasi adalah suatu materi yang terdapat di dalam kurikulum dan sudah dipelajari oleh anak didik. Materi tersebut pada umumnya tersaji dalam bentuk buku paket. Pembelajaran di kelas umumnya masih berpedoman dengan adanya buku paket tersebut. Arikunto (2008:3) menyatakan bahwa evaluasi adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat kuantitatif lalu mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk yang bersifat kualitatif. Menyambung pendapat diatas, Arikunto (2008:25-26) berpendapat bahwa alat evaluasi atau biasa disebut instrumen, adalah sesuatu yang dapat dipergunakan oleh seseorang untuk mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua, yakni teknik tes dan nontes. Teknik tes pada umumnya berupa tipe soal benar-salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple choise), menjodohkan (matching), melengkapi (completion) dan esai. Sedangkan teknik nontes mengukur sesuatu dengan skala bertingkat, kuisioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan dan riwayat hidup. Masing-masing alat evaluasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Benar-salah (B-S) dan pilihan ganda adalah bagian dari tes objetif. Kekurangan tes objektif yakni apabila anak didik tidak dapat menjawab, mereka cenderung melakukan tindakan spekulasi pengambilan sikap untung-untungan daripada tidak menjawab. Alat tes dalam bentuk esai dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak didik sebab tes ini hanya dapat dijawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan pelajaran dengan baik. Bila tidak, kemungkinan besar anak didik tidak dapat menjawabnya dengan baik dan benar. Kelemahan alat test ini adalah dari segi pembuatan item soal. Tidak semua bahan pelajaran dalam satu semester dapat tertampung untuk disuguhkan kepada anak didik pada waktu ulangan. Selain itu, subjektivitas guru terhadap tulisan siswa cenderung mendominasi penilaian guru. Berbagai permasalahan yang telah dikemukaan tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas data to user keberhasilan belajar mengajar. dari hasil evaluasi tersebut commit mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Apabila alat tes tersebut tidak valid dan tidak reliabel, maka tidak dapat dipercaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar mengajar. Suasana evaluasi merupakan faktor teakhir yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut kelas dan tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasa kelas sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah teknik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk mengawasinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan stimulasi kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. b. Proses Pembelajaran Menulis Narasi di SMA Proses pembelajaran bahasa secara umum adalah mengembangkan kemampuan vertikal. Maksudnya siswa sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Semakin lama, kemampuan tersebut menjadi semakin sempurna, misalnya strukturnya semakin benar pilihan katanya semakin tepat, dan kalimat-kalimatnya semakin bervariasi. Menulis narasi merupakan bagian dari keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Atas, khususnya jurusan Bahasa. Lindgren dan Sullivan (2002:566) menyatakan “the ability to write is not innate and is generally learned in a formal setting”. Kemampuan menulis bukan merupakan faktor bawaan dan umumnya menulis dipelajari pada tempat formal Pembelajaran menulis narasi merupakan bagian dari rangkaian commit to user pembelajaran menulis lanjutan jenjang sekolah dasar dan jenjang sekolah
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menengah pertama. Di kelas tiga SD semester II, siswa sudah diajari menulis narasi. Pembelajaran ini berlanjut sampai jenjang SMP. Di kelas VII SMP, menulis narasi berlanjut pada kompetensi dasar menulis buku harian dan pengalaman pribadi, serta mengubah teks wawancara menjadi wacana narasi. Pada jenjang sekolah menengah atas, menulis narasi diajarkan kembali di kelas X semester I pada kompetensi dasar menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif. Selanjutnya, khusus kelas XI program Bahasa, menulis narasi kembali diajarkan pada kompetensi dasar menyusun beberapa paragraf naratif faktual tentang riwayat tokoh (BSNP, 2006:233-235). Dari kurikulum tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi selalu dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa. Di SMA, pembelajaran menulis dituntut lebih kreatif. Alfianto (2006) mengatakan bahwa pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan dunia menulis (mengarang) yang lebih hidup dan bervariatif. Siswa telah dilatih menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis esai, cerita pendek, puisi, artikel, dan sebagainya. Akan tetapi, selama ini hal tersebut dibiarkan mati karena pembelajaran bahasa Indonesia yang kurang berpihak pada pengembangan bakat menulis siswa. Metode yang dipakai oleh guru umumnya kurang menggiring siswa sampai pada tahap proses kreatif. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi merupakan proses berkesinambungan mulai dari kelas III SD semester II. Proses ini berlangsung hingga SMA, khususnya bagi siswa kelas XI program Bahasa. c. Evaluasi Pembelajaran Menulis Narasi di SMA Nurgiyantoro
(1988:291)
menjelaskan
bahwa
cara
mengukur
kemampuan menulis dapat dilakukan melalui berbagai tingkatan. Berikut merupakan tingkatan-tingkatan dalam tes kemampuan menulis. 1. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Ingatan Tes kemampuan menulis pada tingkat ingatan umumnya lebih bersifat to user dengan teori atau pengetahuan teoretis, artinya tes lebihcommit berhubungan
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang menulis yang sering diajarkan sebelum siswa diminta praktik menulis. Pengetahuan yang dimaksud misalnya yang berhubungan dengan masalah definisi, pengertian, konsep, fakta dan istilah-istilah yang biasa ditemui dalam pembelajaran menulis. 2. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman Tes menulis tingkat pemahaman pun seperti tingkat ingatan atas, yakni masih lebih bersifat teoretis. Tes pada tingkat ini belum menugasi siswa menghasilkan karya tulis secara sungguh-sungguh, artinya menghasilkan karangan yang baik gagasan maupun bahasanya berasal dari siswa. Tes yang diberikan kepada siswa seharusnya lebih dari sekadar pengetahuan tentang seluk beluk tugas menulis. 3. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan Tes menulis pada tingkat penerapan telah menuntut siswa benar-benar menghasilkan karya tulis. Guru hendaknya meminta siswa praktik menulis dan menerapkan pengetahuannya dalam tugas menulis. Pada tahap ini, siswa
diminta
untuk
mengemukakan
gagasan
sendiri
sekaligus
mengembangkan gagasan tersebut dengan bahasa siswa sendiri. 4. Catatan Tes Kemampuan Menulis Tingkat Analisis ke Atas. Tes kemampuan menulis pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi, sesuai dengan tingkatannya yang di atas penerapan, juga menghendaki siswa praktik menghasilkan sebuah karya tulis. Pemberian tugas menulis tentu saja dapat dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek tertentu, analisis, sintesis atau evaluasi. Jika penekanan pada tingkat analisis, tugas yang diberikan lebih banyak menuntut siswa menganalisis suatu masalah. Demikian juga halnya dengan penekanan pada tingkat sintesis dan evaluasi. Penilaian terhadap hasil karangan siswa dapat dilakukan dengan model-model penilaian seperti yang ada. Dalam pembelajaran bahasa, tes kebahasaan merupakan hal yang krusial dan wajib dilakukan. Melalui penilaian tersebut dapat dilakukan penilaian secara objektif, khususnya terhadap hasil belajar siswa. Penilaian akan baik commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jika aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan disajikan secara rinci. Seluruh aspek penilaian menulis narasi tersaji dalam lampiran.
3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan tersebut, pembelajaran kooperatif melatih siswa saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab serta saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Lie (2008: 12) menjelaskan bahwa sistem pembelajaran gotong royong atau Cooperative Learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan anak didik bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Donald R. Cruickshank, dkk. (1999: 205) menjelaskan bahwa “Cooperative Learning is the term used to describe instructional procedures whereby learners work together in small groups and rewarded for their collective accomplishment”. Pada intinya pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kelompok atau tim kecil yang saling membantu. Menyambung pendapat di atas, Lie (2008: 31) mengutip pendapat Roger dan David Johson mengungkapkan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap cooperative learning. Menurut Suprijono (2009: 58), ada unsurunsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok
yang
dilakukan
asal-asalan.
Pelaksanaan
prosedur
model
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Lie menjelaskan untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan, yaitu: (1) saling ketergantungan positif; (2) tanggung jawab perseorangan; (3) tatap commitdan to user muka; (4) komunikasi antaranggota; (5) evaluasi proses kelompok.
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun tujuan dalam pembelajaran kooperatif ini yaitu: (1) kaitannya terhadap hasil belajar akademik yaitu bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial; (2) kaitannya dalam pemerintahan terhadap perbedaan individu yaitu memberi peluang kepada siswa dengan latar belakang dan kondisi berbeda, bekerja saling bergantung satu sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar menghargai satu sama lain; (3) kaitannya terhadap pengembangan keterampilan sosial yaitu mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan kerjasama
akademik
antarsiswa,
membentuk
hubungan
positif,
mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Lie (2008:21) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk berprestasi. Aktivitas belajar berpusat pada mahasiswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Interaksi belajar yang efektif memicu mahasiswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua mahasiswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah (1) belajar bersama dengan teman; (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman; (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok; (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok; (5) belajar dalam kelompok kecil; (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendapat; (7) keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri; (8) mahasiswa aktif (Lie, 2008:47).
4. Hakikat Teknik Make a Match Teknik belajar Make a Match memberi kesempatan kepada kelompok untuk bekerja sama dengan kelompok lain. Dewasa ini banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak berlaku pada teknik Make a Match. Isjoni (2010:77-78) mengungkapkan bahwa salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia. Lebih lanjut lagi, Suprijono (2009: 94) menjelaskan cara menerapkan teknik Make a Match yaitu: 1. guru mempersiapkan kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu yang berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi sejumlah siswa (jumlah kartu sama dengan jumlah siswa); 2. siswa diminta membagi kelas menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama membawa kartu pertanyaan, kelompok kedua pembawa kartu jawaban dan kelompok lainnya menjadi penilai atau eksekutor; 3. posisi tempat duduk dibuat seperti bentuk huruf U sehingga kelompok pertama dan kedua berhadapan; 4. kelompok pertama dan kedua bertemu mencari pasangan setelah dibunyikan peluit, kelompok tiga mengawasi; 5. setelah itu, masing-masing pasangan yang sudah bertemu menghadap penilai untuk dieksekusi. Jika benar diberi reward jika kurang benar diberi hukuman; commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. kelompok tiga dipecah menjadi dua untuk melakukan seperti yang dilakukan oleh kelompok pertama dan kedua, kelopok pertama dan kedua gantian menjadi penilai; 7. kegiatan akhir adalah siswa berdiskusi secara bersama sama mengenai hasil yang telah didapat masing-masing pasangan, apakah sudah benar atau belum. Dari hasil tersebut, masing-masing pasangan mengembangkan apa yang telah mereka dapat menjadi sebuh paragraf narasi. Pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match akan diterapkan sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan mempresensi siswa; b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis narasi faktual; c) guru menyampaikan materi menulis narasi; d)guru membagi beberapa potongan kartu kepada masing-masing siswa yang berisi diantaranya gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh; e) guru meminta siswa mencari pasangan kartu tersebut; f) guru meminta siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu yang mereka gabungkan, kemudian menyunting tulisan masing-masing; g) guru membagi pekerjaan siswa secara silang atau ditukarkan; h) guru mengajak siswa mengoreksi jawaban teman mereka; i) siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman pada setiap kesalahan dengan menaburkan bedak bayi pada wajah mereka secara bergantian; j) lima siswa dengan nilai tertinggi diberikan penghargaan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa langkah dalam teknik Make a Match dapat diadaptasi dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis narasi sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik Make a Match dapat dipakai dalam pembelajaran menulis narasi.
B. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, penelitian Hayatun (2009) dengan tujuan mengetahui kualitas proses dan hasil belajar menulis narasi sebelum dan sesudah diterapkan strategi pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V commit to user Latar belakang penelitian ini SDN 3 Punduhsari tahun ajaran 2008/2009.
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
adalah rendahnya nilai menulis narasi siswa dan kurangnya keaktifan siswa kelas V SDN 3 Punduhsari tahun ajaran 2008/2009. Dalam pembelajaran menulis narasi, siswa cenderung ramai dan kurang tertarik terhadap pembelajaran. Oleh sebab itu, Hayyatun menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk menangani masalah tersebut. Dalam penelitian tersebut, terdapat beberapa temuan penelitian diantaranya setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif, hasil belajar siswa meningkat, terdapat pembagian kerja yang jelas pada saat siswa berkelompok sehingga siswa tidak lagi ramai saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa dapat mengungkapkan ide secara runtut dengan bahasa yang baik dan benar. Keterampilan berbahasa yang digunakan dalam penelitian di atas sama dengan penelitian ini yaitu keterampilan menulis. Adapun perbedaaan penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu pada objek dan tindakan dalam penelitian. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian Susilowati (2009) dengan tujuan mengetahui kualitas proses dan hasil belajar menulis narasi sebelum dan sesudah diterapkan media buku cerita bergambar. Latar belakang penelitian tersebut adalah ditemukannya masalah dalam pembelajaran menulis narasi, yakni siswa kurang mampu membaca dengan lancar sehingga jam pelajaran menulis dipakai untuk membaca, motivasi siswa menulis narasi rendah dan nilai menulis narasi siswa rendah. Oleh karena itu, Susilowati memilih media cerita bergambar untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis narasi. Dalam penelitian tersebut pada siklus I, rerata nilai menulis narasi siswa mengalami penurunan 2,925 poin dari 60,425 menjadi 57,5. Pada siklus II mengalami peningkatan yakni 97,3% atau 37 siswa lulus dengan rerata nilai 78,5 sedangkan pada siklus III mengalami peningkatan rerata nilai kelas menjadi 85,9, tetapi 10 siswa mengalami penurunan nilai. Berdasarkan kedua penelitian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis siswa, khususnya menulis commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
narasi. Selain itu, kerja sama antarsiswa dapat meningkatkan keaktifan dan semangat siswa dalam proses pembelajaran menulis narasi. Bertolak dari penelitian di atas diketahui bahwa peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi diperlukan dalam pendidikan saat ini baik tingkat dasar sampai pendidikan tingkat tinggi sehingga seringkali dilakukan penelitian yang membahas keterampilan menulis narasi. Namun demikian, penelitian keterampilan menulis dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan penerapan teknik Make a Match belum banyak diteliti. Oleh karena itu, peneliti merasa penting melaksanakan penelitian mengenai menulis narasi dengan teknik Make a Match.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA belum berlangsung seperti yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoretis dan monoton sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton, dan membosankan. Selain itu, guru kurang memperhatikan tahapan
menulis,
yakni
prapenulisan, penulisan dan
pascapenulisan. Hal tersebut terjadi pada pembelajaran menulis, khususnya menulis narasi. Guru sering meminta siswa praktik menulis karangan berjenis narasi, tetapi guru sebelumnya hanya memberikan materi dasar dan beberapa contoh saja. Guru kurang mendorong siswa menggali ide untuk dituangkan dalam pembelajaran menulis narasi. Selain itu, dalam menulis, siswa tidak diajak membuat kerangka karangan serta pendalaman mengenai bahasa yang baik yang benar. Di sisi lain, struktur kalimat juga cenderung diabaikan siswa karena siswa terlanjur malas menjalani pembelajaran tersebut sehingga banyak ide tertuang dengan bahasa yang kurang baik dan benar. Pembelajaran akan lebih optimal jika pendekatan atau metode yang digunakan tepat. Melalui metode kooperatif teknik Make a Match diharapkan siswa dapat lebih menggali ide dan konsentrasi pada pembelajaran yang to user bersemangat menuang ide dalam tengah berlangsung dan siswacommit juga menjadi
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahasa yang baik dan benar dengan cara menerapkan tahap-tahap menulis yang dikombinasukan dengan teknik tersebut. Dengan demikian kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi dapat meningkat. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan menjadi bagan di bawah ini. Guru menerapkan model/teknik yang kurang tepat dalam pembelajaran menulis narasi
Kondisi awal pembelajaran menulis narasi di SMA Negeri 3 Salatiga
Siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi Rerata nilai menulis narasi siswa rendah
Guru menerapkan teknik pembelajaran Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi Pelaksanaan Tindakan dengan Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Teknik Make a Match
Guru mengajak siswa belajar menulis narasi dengan bermain kartu yang berisi kerangka karangan, foto dan biografi tokoh serta guru memberlakukan hukuman dan hadiah.
Guru menerapkan kaidah-kaidah serta tahapan penulisan dalam pembelajaran menulis narasi Siswa menjadi tertarik, bersemangat dan aktif dalam pembelajaran menulis narasi Pascatindakan : Keterampilan menulis narasi siswa meningkat
Hasil tulisan narasi siswa ditulis sesuai dengan kaidah dan tahap penulisan Rerata nilai menulis narasi siswa meningkat
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2010/2011. 2. Model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga yang beralamat di Jalan Kartini nomor 34 Salatiga. Sekolah ini bernaung di bawah Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Sekolah yang dipimpin oleh Drs. Sujit Mudjirno, S.IP, M.Pd ini memiliki 25 kelas dengan rincian 24 kelas regular dan satu kelas Imercy. Fasilitas yang ada pada masing-masing kelas secara umum adalah meja dan kursi sejumlah siswa, papan tulis dan papan data kelas. Untuk fasilitas lain seperti LCD, komputer dan sejenisnya terdapat di laboratorium. Jika berkepentingan dengan fasilitas tersebut, guru atau siswa dapat menghubungi bagian sarana dan prasarana. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah pertama, peneliti sudah memiliki hubungan baik dengan Bapak Muhlasin, S.Pd., selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas XI Bahasa di sekolah tersebut. Guru merupakan lulusan S1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 1998. Kedua, sekolah tersebut belum pernah menjadi objek penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, siswa kelas XI Bahasa mempunyai permasalahan pada kemampuan keterampilan menulis, khususnya tanda baca, ejaan serta struktur kalimat yang tidak sesuai dengan EYD. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan yaitu mulai bulan Oktober 2010 sampai dengan Juni 2011. Adapun rincian waktu dan kegiatan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut.
31 commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No.
Jenis
OKT’10
Kegiatan 1
Persiapan
1
2
3
NOV ‘10 4
1
2 3 4 1
DES ‘10 2
Januari – Mei 2011
3 4
Juni ‘11
Juli ‘11
1 2 3 4 1 2 3 4
survai awal
sampai
penyusunan
proposal 2
Menentukan
informan,
menyiapkan
peralatan
dan instrumen 3
Pelaksanaan Pembelajaran 1. Siklus I a.Perencanaan (RPP/skenario/media) b.Pelaksanaan tindakan c. Observasi d.Analisis dan refleksi 2. Siklus II a.Perencanaan (RPP/skenario/media) b.Pelaksanaan tindakan c. Observasi d.Analisis dan refleksi 3.
Siklus III
a.Perencanaan (RPP/skenario/media) b.Pelaksanaan tindakan c. Observasi d.Analisis dan refleksi 4
Penyusunan Laporan
5.
Pemublikasian Laporan
6.
Revisi Laporan
B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga yang berjumlah 34 siswa. Adapun objek penelitian ini adalah pembelajaran keterampilan menulis narasi di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun ajaran 2010/2011. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa serta staf sekolah untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008:3), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kegiatan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersama. Maksud kelas tersebut bukan hanya dalam ruangan, tetapi lebih pada kelompok yang sedang belajar. Suwandi (2004: 119) menyatakan bahwa PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan. Dalam melaksanakan PTK, peneliti dapat memilih alternatif pemecahan masalah dan menindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru lain untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan tersebut harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur tingkat
keberhasilannya.
Jika
ternyata
tindakan
tersebut
belum
dapat
menyelesaikan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya untuk mencoba tindakan lain (alternatif pemecahan yang lain sampai permasalahan tersebut dapat diatasi). PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain. Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008:62) menjelaskan ada beberapa karakteristik PTK, antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang dilakuakn dalam situasi alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, (2) PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoretis atau bersifat bebas konteks, (3) dimulai dari permasalahan sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas, (4) adanya kolaborasi antarpraktisi (guru, siswa, dan lain-lain) dan peneliti, dan (5) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuwan. Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI user 2010/2011 dengan menerapkan Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga commit Tahun to Ajaran
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran menulis narasi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan model kooperatif teknik Make a Match.
D. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Peristiwa proses belajar mengajar keterampilan menulis narasi Data yang dikumpulkan yaitu data hasil pengamatan tentang proses pembelajaran keterampilan menulis narasi yang dilaksanakan oleh guru di kelas XI Bahasa SMA N 3 Salatiga pada prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III. Peneliti melaksanakan pengumpulan data pelaksanaan prasiklus pada hari Sabtu, 2 Oktober 2010, siklus I pada hari Rabu, 10 Nopember 2010 dan Selasa, 16 Nopember 2010. Selajutnya peneliti melaksanakan siklus II pada hari Sabtu, 20 Nopember 2010 dan Selasa, 23 Nopember 2010 kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus III pada hari Sabtu, 27 Nopember 2010. 2. Informan Informan dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia yang bernama Bapak Muhlasin, S.Pd dan 10 siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga tahun ajaran 2010/2011. Mereka adalah Wesly Valentino, Selvi Windiastuti, Primadinar Sekar R., Wening Indriyati, Lia Tarzuqia R., Tiara Utari, Faizal Haryo, Petra Eka, Prahasdika Dhimas Y., dan Febriana R. 3. Dokumen Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa catatan ujaran pembicaraan guru dan murid dalam proses pembelajaran menulis narasi, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru dan peneliti, silabus yang ditentukan pihak sekolah, serta catatan wawancara baik kepada guru maupun siswa. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa (tradisional) maupun dengan teknik Make a Match. Dengan demikian, tujuan observasi ini adalah mengamati proses pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan. Dalam observasi ini, peneliti sebagai partisipasi pasif. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Peneliti hanya bertindak sebagai partisipan yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipandu oleh guru. Peneliti mengambil posisi
tempat
duduk
paling
belakang,
mengamati
jalannya
proses
pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas. Observasi terhadap siswa difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas serta memancing keaktifan siswa dalam pembelajaran. Observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan minat siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung terutama pembelajaran menulis narasi dengan model kooperatif teknik Make a Match. Peneliti melaksanakan observasi pada prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III. Peneliti melaksanakan observasi pelaksanaan prasiklus pada hari Sabtu, 2 Oktober 2010, siklus I pada hari Rabu, 10 Nopember 2010 dan Selasa, 16 Nopember 2010. Selajutnya peneliti melaksanakan siklus II pada hari Sabtu, 20 Nopember 2010 dan Selasa, 23 Nopember 2010 kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus III pada hari Sabtu, 27 Nopember 2010. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peneliti dan guru Bahasa Indonesia mendiskusikan hasil observasi kemudian menganalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dan mencari solusinya. Solusi dari hasil diskusi tersebut kemudian dibuat dalam instrumen penelitian dan catatan lapangan dan selanjutnya diterapkan dalam siklus. 2. Wawancara mendalam (in dept interview) Wawancara bertujuan memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis narasi, kesulitan yang dialami guru dan siswa dalam pembelajaran menulis narasi, serta faktor penyebabnya. Wawancara dilakukan kepada guru bahasa Indonesia kelas XI Bahasa, yakni Bapak Muhlasin, S.Pd dan sepuluh siswa kelas XI Bahasa. Mereka adalah Wesly Valentino, Selvi Windiastuti, Primadinar Sekar R., Wening Indriyati, Lia Tarzuqia R., Tiara Utari, Faizal Haryo, Petra Eka, Prahasdika Dhimas Y., dan Febriana R. Peneliti menggunakan tes untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan pada setiap siklus. Analisis dokumen dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis narasi siswa kelas XI BAHASA, kesulitan yang ditemui siswa, dan sebagainya.
F. Teknik Validitas Data Untuk mengkaji validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data adalah mengumpulkan data yang sama atau sejenis yang digali dari berbagai sumber yang berbeda. Triangulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi dan wawancara. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya apabila didukung dengan tindakan observasi dan wawancara dengan informan sebagai
sumber
lain.
(Sutopo,
2006:93-96).
Dalam
hal
ini
peneliti
membandingkan hasil observasi dengan data yang berasal dari siswa diperoleh melalui observasi dan wawancara. Triangulasi sumber data dilaksanakan oleh peneliti dengan melakukan triangulasi sumber data siswa selaku informan dengan commit to user sumber data dokumen yang berupa foto pembelajaran dan catatan lapangan.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian, triangulasi data mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia, misalnya membandingkan nilai siswa dari survai awal sampai akhir atau dengan indikator. Selain itu peneliti menggunakan teknik review informan. Teknik ini digunakan untuk menanyakan kembali kepada informan, kevalidan data yang diperoleh dari hasil wawancara.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskripsi komparatif dan analisis interaktif. Teknik analisis deskripsi komparatif mencakup analisis kritis terhadap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung, membandingkan nilai antarsiklus maupun indikator kinerja. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan dasar menyusun tindakan selanjutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersama antara guru dan peneliti. Dalam analisis model ini, peneliti dan guru mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar menemukan cara atau strategi yang tepat untuk rencana pelaksanaan tindakan yang berikutnya. Analisis ini bertujuan memperbaiki siklus yang sebelumnya agar diperoleh pencapaian indikator yang telah direncanakan. Adapun perbaikan siklus disusun berdasarkan hasil refleksi dari siklus sebelumnya. Analisis model interatif merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Pada saat melakukan tahap pengumpulan data, peneliti sudah melakukan reduksi dan displai data sekaligus sesuai kemunculan data yang diperlukan. Proses analisis tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar yang tersaji pada halaman 39.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengumpulan Data Displai Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
(Miles dan Huberman dalam Sugiyono,2009:92) Gambar 2. Model Analisis Interaktif
H. Indikator Ketercapaian Tujuan Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011. Dalam indikator ketercapaian ini, peneliti menargetkan 75% siswa lulus dalam menulis narasi. Hal ini disebabkan karena dalam pratindakan, hanya terdapat 9% siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM. KKM di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga adalah 70. Selain itu, berdasarkan hasil diskusi dengan guru Bahasa Indonesia, peneliti memperoleh kesepakatan untuk 75% persentase kelulusan siswa dalam pembelajaran menulis narasi, sesuai dengan kurikulum atau kebijakan sekolah. Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian di atas, peneliti merumuskan indikator seperti yang tertera pada halaman 40.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Tabel Indikator Ketercapaian Tujuan (Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Narasi) Aspek yang diukur
Persentase
Cara mengukur
target capaian 1. Tulisan sesuai dengan tema atau
75 %
ketentuan yang diberikan oleh guru 2. Mampu mengorganisasikan tulisan /
Peneliti 75 %
mengamati
pada
saat
pembelajaran berlangsung dengan
karangan dengan baik, kerapian
menggunakan
tulisan
serta menilai hasil karangan siswa.
3. Tulisan menggunakan bahasa,
75 %
4. Kosakata
75 %
5. Ejaan
75 %
6. Siswa bersemangat dan aktif dalam
75%
observasi
Peneliti menilai sesuai petunjuk pada
struktur kalimat yang baik dan benar
lembar
lembar
observasi
pedoman penilaian .
pembelajaran menulis narasi I. Prosedur Penelitian Taniredja, Irma Pujiati dan Nyata (2010:37-42) menjelaskan bahwa prosedur penelitian tindakan kelas dimulai dari tahap identifikasi masalah dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian menyusun perencanaan berupa persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama, diskusi yang bersifat analitik dilakukan sesudah pelaksanaan tindakan, kemudian melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung dalam siklus pertama, untuk kemudian merencanakan tahap modifikasi, koreksi atau pembetulan, ataupun penyempurnaan pembelajaran dalam siklus kedua, dan seterusnya. Dalam penelitian ini, prosedur pengumpulan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan Penelitian Berikut adalah tahapan perencanaan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
commit to user
dan
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Peneliti melakukan survei awal tentang pembelajaran menulis di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga dengan melakukan analisis terhadap nilai menulis narasi siswa serta melakukan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. b. Peneliti
mengidentifikasi
permasalahan
yang
terjadi
pada
proses
pembelajaran menulis narasi yang terdapat di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Langkah yang ditempuh guna mengetahui permasalahan tersebut adalah dengan melakukan wawancara dengan siswa dan guru yang bersangkutan kemudian mengaitkannya dengan hasil survei awal. c. Peneliti menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teoriteori yang relevan. d. Peneliti menyusun tindakan yang sesuai guna mengatasi permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran menulis yang telah diikuti sebelumnya. Tindakan
yang diambil
peneliti
adalah dengan
penerapan
model
pembelajaran kooperatif teknik Make a Match pada siklus pertama, kedua, dan ketiga. e. Peneliti menyusun jadwal penelitian dan rancangan pelaksanaan tindakan. f. Peneliti menyusun lembar observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran, lembar kinerja guru saat mengajar, dan lembar evaluasi kerja siswa yang berupa rubrik penilaian hasil kerja siswa berupa tulisan narasi. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan dan kemampuan menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match. Setiap tindakan menunjukkan peningkatan indikator yang dirancang dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksaan tindakan; (3) tahap observasi; serta (4) tahap analisis dan refleksi guna perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang dilaksanakan dengan menempuh prosedur sebagai berikut. a. Rancangan Siklus I commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Tahap
Perencanaan
Tindakan,
Berikut
adalah kegiatan
yang
dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan. a. Guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis narasi untuk dua kali tatap muka (2 x 2 x 45 menit). b. Guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan mengecek presensi siswa; b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran kali ini yaitu siswa mampu menulis narasi faktual; c) guru sedikit menyampaikan materi tentang menulis narasi; d)guru membagi beberapa potongan kartu kepada masing-masing siswa yang berisi diantaranya gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh; e) guru meminta siswa untuk mencari pasangan kartu tersebut; f) guru meminta siswa untuk menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu yang mereka gabungkan, lalu memperbaiki atau menyunting tulisan masing-masing di rumah; g) pada pertemuan selanjutnya, guru membagi pekerjaan siswa secara silang atau ditukarkan; h) guru mengajak siswa untuk mengoreksi jawaban teman mereka; i) siswa yang mengoreksi diminta untuk memberikan hukuman pada setiap kesalahan dengan menaburkan bedak bayi pada wajah mereka secara bergantian. c. Guru dan peneliti mendiskusikan aspek bahasa apa saja yang akan disunting dan simbol yang digunakan untuk menandai letak kesalahan. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dan guru ditetapkan bahwa aspek bahasa yang akan disunting didasarkan pada kondisi karangan siswa dan hasil diskusi dengan siswa. Adapun cara menandai kesalahan dilakukan sesederhana mungkin, yaitu dengan memberi lingkaran. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Guru
dan
peneliti
merancang
tema
pembelajaran
dan
pengembangannya yang akan ditulis dan dibagikan kepada siswa dalam bentuk kartu. c. Guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis narasi. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan. Peneliti melaksanakan tahap ini dengan mengawasi pelaksanaan pembelajaran menulis narasi
sesuai dengan
rancangan
telah
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
yang
disusun
sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 x 45 menit. Pelaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan tindakan. Pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru kelas sekaligus yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi. 3) Tahap Observasi Tindakan. Peneliti melaksanakan tahap ini dengan mengawasi pelaksanaan pembelajaran menulis narasi
pada saat
pembelajaran berlangsung serta pada saat guru dan peneliti mengoreksi hasil tulisan narasi siswa. Tindakan ini dilakukan guru maupun peneliti dengan cara mengamati proses pembelajaran (keaktifan siswa). Peneliti menginterpretasi aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan penerapan teknik Make a Match. Selain itu, observasi juga dilakukan pada hasil pembelajaran menulis narasi yang telah dilaksanakan guna memperoleh data mengenai kekurangan ataupun kelebihan tindakan yang telah dilaksanakan saat pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada indikator-indikator yang telah ditentukan atau dipersiapkan sebelumnya sebagai pedoman saat mengamati berlangsungnya pembelajaran. Untuk memperoleh data yang akurat maka dilakukan wawancara dengan para to userbertindak sebagai pengamat yang siswa. Pada saat observasicommit ini, peneliti
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan observasi dari tempat duduk paling belakang dan mengamati melalui pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya. Sesekali peneliti berada di depan, di belakang atau di samping kelas untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi. Setelah itu, peneliti berdiskusi dengan guru mengenai hasil akhir tindakan serta menyusun rancangan tindakan berikutnya. 4) Tahap Analisis dan Refleksi. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti dan guru dengan cara menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara dengan siswa sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. Hal-hal yang dilakukan guru dan peneliti adalah: (1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif selama proses pembelajaran
menulis
narasi,
persentase
siswa
yang
mampu
mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi serta prosentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar (minimal memperoleh nilai 70); (2) mengidentifikasi penyebab adanya siswa kurang aktif selama proses pembelajaran, siswa yang belum mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi secara runtut dan baik, serta siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar menulis narasi, dan (3) mengidentifikasi solusi atau tindak lanjut yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya (siklus II) untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan menulis narasi siswa. Analisis dilakukan dengan meninjau kembali hasil observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya dilakukan refleksi guna mengetahui beberapa kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan tindakan. Kemudian guru dan peneliti berdiskusi untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan yang muncul pada siklus sebelumnya sekaligus sebagai langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Atau dengan kata lain, hasil refleksi digunakan sebagai masukan untuk perbaikan pada siklus II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
d.
44 digilib.uns.ac.id
Rancangan Siklus II Pada siklus kedua peneliti melakukan tahapan seperti pada siklus
pertama, yakni tahap pelaksanaan, observasi (pengamatan) serta analisis dan refleksi. Akan tetapi, pada siklus kedua ini didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus pertama (refleksi), sehingga kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua. Perbaikan tindakan pada siklus kedua tetap menggunakan teknik Make a Match dalam pelatihan menulis narasi sesuai dengan indikator dan tema pembelajaran yang berbeda. 1) Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi kegiatan sebagai berikut. a. Guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis narasi untuk dua kali tatap muka (2 x 2 x 45 menit). b. Guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan mempresensi siswa; b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis narasi faktual; c) guru sedikit mengulang materi menulis narasi yang telah disampaikan; d) lima siswa yang memperoleh nilai paling tinggi pada siklus I diberi penghargaan oleh guru; e) guru membagi beberapa potongan kartu kepada masing-masing siswa yang berisi diantaranya gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh; f) guru meminta siswa mencari pasangan kartu tersebut; g) guru meminta siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu yang mereka gabungkan, kemudian memperbaiki atau menyunting tulisan masingmasing; h) pada pertemuan selanjutnya, guru membagi pekerjaan siswa secara silang atau ditukarkan; i) guru mengajak siswa mengoreksi jawaban teman mereka; j) siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman pada setiap kesalahan dengan menaburkan bedak bayi pada wajah mereka secara bergantian. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis narasi. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti dengan mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis narasi sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 x 45 menit. Pelaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang terdapat
dalam
tahap
perencanaan
tindakan.
Pembelajaran
tetap
dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi. 3) Tahap Observasi Tindakan. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung serta pada saat guru dan peneliti mengoreksi hasil karangan narasi siswa. Tindakan ini dilakukan guru maupun
peneliti
dengan
cara
mengamati
keaktifan
siswa
saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Peneliti tetap menginterpretasi aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan penerapan teknik Make a Match. Di samping itu, observasi juga dilakukan pada hasil pembelajaran menulis narasi yang telah dilaksanakan guna memperoleh data
mengenai
kelemahan
atau
kelebihan
tindakan
yang
telah
dilaksanakan. Observasi diarahkan pada indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya sebagai pedoman saat mengamati berlangsungnya pembelajaran. Lebih jelas, observasi ini difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru, dan aktivitas siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Guna memperoleh data yang akurat maka dilakukan wawancara dengan siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data commit to user selengkapnya. Peneliti tetap bertindak sebagai pengamat yang melakukan
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
observasi di bangku paling belakang. Peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa melalui pedoman observasi
yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Sesekali peneliti berada di depan atau di samping kelas untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi. Selanjutnya peneliti dan guru berdiskusi mengenai hasil akhir tindakan dan menyusun rancangan tindakan berikutnya. 4) Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan oleh peneliti dengan cara menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara dengan siswa sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki dan bagian mana yang telah memenuhi target. Hal-hal yang dilakukan guru dan peneliti adalah: (1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif selama proses pembelajaran menulis narasi, persentase siswa yang mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi dengan baik serta persentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar (minimal memperoleh nilai 70); (2) mengidentifikasi penyebab adanya siswa yang masih menunjukkan kekurangaktifan saat pembelajaran, siswa yang belum mampu mengembangkan ide kedalam tulisan narasi dengan baik, serta siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar menulis narasi, dan (3) mengidentifikasi solusi atau tindak lanjut yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya (siklus III) agar keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan kemampuan menulis narasi siswa lebih meningkat. Analisis dilakukan dengan meninjau kembali hasil observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya dilakukan refleksi guna mengetahui beberapa kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan tindakan. Guru dan peneliti kemudian berdiskusi dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan yang masih muncul pada siklus sebelumnya (siklus II) sekaligus sebagai langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya (siklus III). Atau dengan kata lain, hasil refleksi ini digunakan sebagai masukan untuk perbaikan pada siklus III. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Rancangan Siklus III Pada siklus ketiga peneliti melakukan tahapan seperti pada siklus pertama dan kedua, yakni tahap pelaksanaan, observasi (pengamatan) serta analisis dan refleksi. Akan tetapi, pada siklus III ini didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II (refleksi), sehingga kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I dan siklus II tidak terjadi pada siklus III ini. Perbaikan tindakan pada siklus ketiga tetap menggunakan teknik Make a Match dalam pelatihan menulis narasi sesuai dengan indikator dan tema pembelajaran yang berbeda. 1) Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi kegiatan sebagai berikut. a. Guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis narasi untuk satu kali tatap muka (2 x 45 menit). b. Guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan mempresensi siswa; b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis narasi faktual; c) guru sedikit mengulang materi menulis narasi yang telah disampaikan; d) lima siswa yang memperoleh nilai paling tinggi pada siklus II diberi penghargaan oleh guru; e) guru membagi beberapa potongan kartu kepada masing-masing siswa yang berisi diantaranya gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh; f) guru meminta siswa mencari pasangan kartu tersebut; g) guru meminta siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu yang mereka gabungkan, kemudian memperbaiki atau menyunting tulisan masingmasing; h) guru membagi pekerjaan siswa secara silang atau ditukarkan; i) guru mengajak siswa mengoreksi jawaban teman mereka; j) siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman pada setiap kesalahan dengan menaburkan bedak bayi pada wajah mereka secara bergantian.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis narasi. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti dengan mengawasi pelaksanaan pembelajaran menulis narasi
sesuai
dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh guru dan peneliti. Siklus III dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (2 x 45 menit). Pelaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan tindakan. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi. 3) Tahap Observasi Tindakan. Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung serta pada saat guru dan peneliti mengoreksi hasil karangan narasi siswa. Hal ini dilakukan guru maupun peneliti dengan cara mengamati keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Peneliti masih tetap menginterpretasi kegiatan yang dilakukan guru dan siswa saat pembelajaran dengan penerapan teknik Make a Match. Observasi ini juga dilakukan dengan melihat hasil pembelajaran menulis narasi yang telah dilaksanakan guna memperoleh data mengenai kelebihan atau kekurangan dilaksanakan.
Observasi
diarahkan
pada
tindakan
yang telah
pedoman
pengamatan
pembelajaran yang berisi indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Lebih jelas, observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, aktivitas guru, dan kegiatan siswa saat pembelajaran. Pemerolehan data yang akurat dilakukan dengan mewawancarai siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa. Dalam hal ini peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa melalui pedoman observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada siklus III ini, peneliti masih tetap mengambil gambar sebagai dokumentasi dengan commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sesekali berada di depan, di belakang atau di samping kelas. Peneliti dan guru kemudian berdiskusi mengenai hasil akhir tindakan. 4) Tahap Analisis dan Refleksi, dilakukan peneliti dengan cara menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara dengan siswa sehingga diperoleh kesimpulan mengenai tindakan yang telah dilakukan. Hal-hal yang dilakukan guru dan peneliti adalah: (1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif selama proses pembelajaran menulis narasi, persentase siswa yang mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi serta persentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar (minimal memperoleh nilai 70); (2) mengidentifikasi penyebab adanya siswa yang masih menunjukkan kekurangaktifan saat pembelajaran, siswa yang belum mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi dengan baik, serta siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar menulis narasi, dan (3) mengidentifikasi solusi terkait dengan pembelajaran menulis narasi yang telah dilakukan. Analisis dilakukan dengan meninjau kembali hasil observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya dilakukan refleksi untuk mengetahui tingkat keberhasilan
tindakan
yang
telah
diterapkan
pembelajaran.
commit to user
dalam
pelaksanaan
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Permasalahan
Perencanaan tindakan I
Siklus I
Refleksi I
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan II
Siklus II
Refleksi II
Pelaksanaan tindakan I
Pengamatan
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Apabila permasalahan belum terselesaikan
(Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2010: 17)
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Berikut adalah penjelasan gambar di atas. 1. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan alternatif pemecahan masalah, yakni dengan penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi. Pada tahap ini peneliti menyajikan data-data yang telah dikumpulkan kemudian bersama guru menentukan solusi yang tepat berdasarkan masalah yang dihadapi. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah: a) peneliti dan guru menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); b) peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
c) peneliti dan guru mendiskusikan macam-macam aspek bahasa yang akan disunting dan simbol yang digunakan untuk menandai letak kesalahan dalam karangan yang ditulis siswa; d) peneliti dan guru merancang kerangka tema pembelajaran dan pengembangannya yang akan ditulis guru pada kartu untuk dibagikan kepada siswa; e) peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian berupa tes dan nontes. 2. Pelaksanaan Tindakan Guru melaksanakan tindakan dengan melaksanakan proses pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan teknik Make a Match. Dalam setiap tindakan yang dilakukan selalu diikuti dengan kegiatan pengamatan dan evaluasi serta analisis dan refleksi. Pada tahapan ini, peneliti mengadakan pengamatan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Observasi Peneliti melaksanakan observasi dengan mengamati dan menginterpretasikan aktivitas penerapan teknik Make a Match. Dalam kegiatan ini, peneliti bertindak sebagai pengamat yang berada dalam lokasi penelitian dan tidak berperan aktif. Peneliti hanya mengamati dan mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran menulis narasi. Setelah itu peneliti mengolah data untuk mengetahui apakah ada peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi dengan penerapan teknik Make a Match tersebut, juga untuk mengetahui kelemahan yang muncul saat berlangsungnya pelaksanaan tindakan. 4. Analisis dan Refleksi Peneliti dan guru melaksanakan analisis dan refleksi dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki dan bagian mana yang telah mencapai tujuan penelitian. Dalam melakukan refleksi, peneliti bekerjasama dengan to user guru. Kemudian, peneliti dancommit guru mengadakan diskusi untuk menentukan
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langkah-langkah perbaikan (solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan). Setelah itu ditarik kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak sehingga dapat menentukan langkah berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjawab rumusan masalah pada bab I. Dalam bab ini, peneliti menguraikan kondisi pratindakan dan pascatindakan. Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus dengan 4 tahap pada masing-masing siklus. Tahap tersebut meliputi kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
A. Kondisi Pratindakan Sebelum mengadakan penelitian, peneliti melakukan survei awal dan observasi proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Peneliti melaksanakan survei awal pada hari Sabtu, 2 Oktober 2010 pukul 11.00-12.30 WIB (2 x 45 menit). Survei kondisi pratindakan bertujuan mengetahui kondisi lapangan sebelum penelitian berlangsung. Kondisi yang diteliti adalah proses dan kemampuan menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil penelitian kondisi pratindakan selanjutnya digunakan sebagai penentu tindakan yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian. Peneliti melakukan observasi berupa analisis dokumen, observasi lapangan, dan wawancara dengan siswa XI Bahasa dan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pratindakan, peneliti mengetahui kondisi riil siswa dan ruang kelas yang ditempati. Jumlah siswa kelas XI Bahasa yang merupakan objek tindakan adalah 34 orang, terdiri atas 9 siswa putra dan 25 siswa putri. Ruang kelas XI Bahasa berada di antara kelas XI Imercy dan ruang TU serta berhadapan dengan ruang kepala sekolah. Kondisi kelas cukup rapi, tetapi kurang dilengkapi sarana pendukung pembelajaran jika dibandingkan dengan kelas imersi. Kelas XI Bahasa dan kelas reguler lain dipersilakan memakai ruang multimedia jika ingin menggunakan fasilitas seperti LCD, dan sejenisnya. Guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Bahasa commit to user bernama Bapak Muhlasin, S.Pd., alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
53
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Guru berhasil menyelesaikan masa studinya pada tahun 1998 dan diangkat menjadi PNS pada tahun 2004. Guru memiliki pengalaman mengajar sekitar 6 tahun. Kondisi ini menyebabkan guru mendukung penelitian ini karena dapat membantu meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Guru merasa model pembelajaran yang selama ini diterapkan belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Pratindakan berupa pengamatan proses pembelajaran di dalam kelas, wawancara dengan guru yang bersangkutan dan beberapa siswa serta analisis dokumen berupa lembar nilai siswa mengenai menulis narasi dan deskripsi. Berdasarkan wawancara dan analisis dokumen, peneliti memperoleh beberapa simpulan mengenai kondisi yang terjadi saat pembelajaran menulis narasi berlangsung. Permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis narasi antara lain sebagai berikut. 1. Guru
menerapkan
model
pembelajaran
yang
kurang
tepat
dalam
pembelajaran. Siswa kurang optimal dalam menulis narasi karena ketika pembelajaran menulis narasi berlangsung, guru meminta siswa keluar kelas kemudian mencari ide dan menuliskan ide di luar kelas. Hal tersebut memicu hilangnya konsentrasi siswa. Selain itu, di luar kelas guru tidak mengawasi siswa sehingga mereka menghabiskan waktu dengan bergurau. Guru tidak mengajarkan tahap penulisan kepada siswa. Siswa tidak memperbaiki tulisan narasi dan deskripsi mereka pada akhir pembelajaran. Mereka mengumpulkan hasil karangan masih dalam bentuk draf. Dalam pembelajaran prasiklus, guru mengajarkan materi yang kurang tepat. Materi menulis narasi kelas XI Bahasa adalah menulis narasi faktual biografi tokoh. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru mengulas materi menulis narasi secara umum dan meminta siswa menulis narasi dengan tema bebas. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, penulis memperoleh informasi dari guru bahwa RPP, program semester dan silabus yang dibuat oleh guru commit to userdengan pelaksanaan pembelajaran hanya formalitas. Hal ini dapat dibuktikan
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
menulis narasi yang digabung dengan menulis deskripsi dalam satu kali pertemuan (2X45‟). Menulis narasi dan deskripsi seharusnya diajarkan dengan alokasi waktu masing-masing 4 X 45 menit. 2. Siswa kurang aktif selama mengikuti pembelajaran menulis narasi. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif mengikuti proses pembelajaran menulis narasi. Hal tersebut terindikasi dari sedikitnya siswa yang berani bertanya dan menyampaikan pendapat kepada guru. Kekurangaktifan siswa disebabkan oleh guru yang meminta siswa langsung menulis narasi dan guru tidak mendampingi siswa selama berada di luar kelas. Pembelajaran terpusat pada guru dan guru tidak menggali ide siswa ketika guru menyampaikan materi. Selain itu, siswa kurang bersemangat terhadap pelajaran menulis narasi. Siswa kurang serius dalam mengerjakan tugas menulis narasi dan deskripsi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, sebagian besar siswa sekadar menuliskan apa yang ada di benak mereka. Siswa belum melewati tahap pengeditan dan kurang memperhatikan tanda baca. 3. Rerata nilai menulis narasi siswa rendah. Berdasarkan analisis peneliti terhadap nilai menulis narasi siswa, siswa yang mampu menulis narasi dengan baik atau memperoleh nilai 70 ke atas hanya 2 siswa (6 %), sedangkan 20 siswa (59 %) memperoleh nilai kurang dari 70 dan 12 siswa(35%) tidak mengikuti pelajaran serta tidak mengumpulkan tugas karena pada hari tersebut mereka mendapat tugas dari sekolah mendampingi siswa kelas X dalam kegiatan pramuka tahunan (Long March Smantisa). Penjelasan di atas mempertegas adanya permasalahan dalam pembelajaran menulis narasi, baik secara proses maupun hasil di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Berdasarkan hasil observasi pratindakan, peneliti melakukan pembicaraan dengan guru untuk menentukan langkah selanjutnya. Pembicaraan mengarah pada upaya perbaikan proses pembelajaran menulis narasi yang dilakukan untuk menuju pada kualitas hasil sesuai dengan standar kelulusan sekolah. Berdasarkan commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembicaraan tersebut, guru dan peneliti sepakat melaksanakan tindakan I pada hari Rabu, 10 November 2010 dan Selasa, 16 November 2010.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. 1. Siklus Pertama a. Perencanaan Tindakan I Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Oktober 2010 di ruang guru SMA Negeri 3 Salatiga. Peneliti dan guru bahasa Indonesia mendiskusikan rancangan tindakan yang dilakukan dalam siklus I. Peneliti dan guru antara lain mendiskusikan tentang: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang dilaksanakan pada siklus 1, (2) peneliti mengusulkan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi mengenai biografi tokoh serta menjelaskan penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran, (3) guru dan peneliti merancang RPP siklus I, (4) guru dan peneliti menyusun lembar penilaian siswa, yaitu berupa instrumen penilaian proses (instrumen nontes) dan hasil (instrumen tes), (5) guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan dan menyepakati pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 10 November 2010 dan Selasa, 16 November 2010 dengan alokasi waktu tiga jam pelajaran (3 x 45 menit). Berikut adalah tahap perencanaan tindakan I yang disepakati oleh guru dan peneliti. 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match. Sasaran pertama yang ingin dicapai yaitu menerapkan tahap penulisan dalam pembelajaran menulis narasi. Langkah-langkah pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut: a) guru masuk kelas dan mempresensi siswa; b) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis narasi faktual;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
c) guru menyampaikan materi tentang menulis narasi, khususnya mengenai bentuk-bentuk tulisan narasi; d) guru membagi beberapa potongan kartu kepada setiap siswa yang berisi diantaranya gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh; e) guru meminta siswa mencari pasangan kartu; f) guru meminta siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu-kartu yang mereka gabungkan, kemudian menyunting tulisan masingmasing di rumah. Peneliti dan guru menyepakati skenario pembelajaran pada pertemuan kedua sebagai berikut. a) Guru meminta siswa mengumpulkan karangan narasi siswa yang telah diperbaiki di rumah. b) Guru membagi pekerjaan siswa secara silang. c) Guru meminta siswa mengoreksi jawaban teman mereka. d) Siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan kesalahan penulisan dengan menaburkan bedak bayi pada wajah siswa. e) Guru dan siswa melakukan refleksi atas proses belajar-mengajar yang telah dilakukan. 2)
Guru dan peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis narasi berdasarkan silabus dari sekolah.
3)
Peneliti dan guru mempersiapkan kartu-kartu yang berisi potongan biografi beberapa pahlawan Republik Indonesia.
4)
Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian berupa instrumen tes dan nontes. Instrumen tes dinilai berdasarkan tulisan narasi siswa sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan I Tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, 10 November 2010 dan commitwaktu to user Selasa, 16 November 2010. Alokasi pertemuan pertama adalah dua jam
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
pelajaran (2x45 menit) dan pertemuan kedua adalah satu jam pelajaran (45 menit), Pertemuan pertama dilaksanakan di ruang multimedia SMA Negeri 3 Salatiga. Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan siswa. Sementara itu, peneliti mengawasi jalannya proses pembelajaran dan menempatkan diri pada posisi tempat duduk di paling belakang. Berikut adalah urutan pelaksanaan tindakan pertemuan pertama yang disepakati oleh guru dan peneliti. 1) Guru masuk kelas dan mempresensi siswa. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menulis narasi faktual. 3) Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab terhadap siswa mengenai biografi pahlawan. 4) Guru menyampaikan materi menulis narasi, khususnya mengenai bentukbentuk karangan narasi. 5) Guru membagi kartu kerangka yang berisi gambar, kerangka karangan, dan potongan biografi tokoh kepada setiap siswa. 6) Guru meminta siswa mencari pasangan kartu dan mendiskusikan hasil gabungan kartu. 7) Guru memberikan contoh sepenggal tulisan yang kurang baik sebagai berikut: “Kau tahu „patah hati‟? Ya, itulah yg ku alami saat ini, sejak kemarin hatiku tak tenang, makan tak enak, sekolah tak konsen, semua karena kata – katanya yang sungguh menusuk hati ku, saat ia berpaling dan pergi dariku…. Oh, sungguh aku tak berdaya di pagi itu seusai makan pagi. Tuhaaaaaaaaan, jangan kau ciptakan dia untuk orang lain!!” 8) Guru dan siswa berdiskusi mengenai kesalahan pada paragraf tersebut. 9) Guru meminta siswa menulis paragraf narasi berdasarkan kartu yang mereka gabungkan. 10) Guru meminta siswa menyunting tulisan masing-masing di rumah sesuai commit to user dengan profil penilaian karangan.
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11) Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran. Pembelajaran menulis narasi siklus I dilanjutkan pada Rabu, 16 November 2010 selama 45 menit (1 jam pelajaran) pukul 07.45-08.30 WIB., Berikut adalah urutan pelaksanaan tindakan siklus I pembelajaran menulis narasi pada pertemuan kedua. 1) Guru meminta siswa mengumpulkan tulisan narasi yang telah diperbaiki di rumah. 2) Guru membagi pekerjaan siswa secara silang. 3) Guru mengajak siswa mengoreksi jawaban teman berdasarkan profil penilaian karangan. Selama proses ini berlangsung, guru mendampingi siswa secara bergilir; 4) Siswa diminta memberikan hukuman dengan menaburkan bedak bayi pada wajah siswa yang melakukan kesalahan. 5) Guru menutup pelajaran dengan melakukan refleksi. Guru melakukan refleksi dengan cara bertanya jawab mengenai materi menulis narasi. 6) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa. c. Observasi dan Interpretasi Peneliti melakukan pengamatan pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match yang dilakukan oleh guru di kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga pada Rabu, 10 November 2010 dan Selasa, 16 November 2010. Kegiatan observasi untuk mengetahui pelaksanaan tindakan pada siklus I. Selain itu, peneliti ingin mengetahui apakah teknik Make a Match mampu memecahkan permasalahan pembelajaran menulis narasi di kelas tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat memengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Peneliti hanya bertindak sebagai partisipan yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipandu oleh guru. Peneliti mengambil posisi
tempat
duduk
paling
belakang,
mengamati
jalannya
proses
pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati user seluruh peristiwa yang terjadi commit di dalamtokelas(Sutopo, 2006:76-78).
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Langkah pertama yang dilakukan guru berbeda dengan teknik yang dilakukan pada pembelajaran prasiklus. Guru menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis narasi. Hal ini disambut datar oleh siswa karena mereka menganggap materi tersebut sering mereka terima. Perhatian siswa mulai terfokus ketika guru mulai bertanya kepada beberapa siswa mengenai pengertian narasi faktual, biografi, otobiografi, dan bentuk karangan narasi yang lain. Siswa mulai antusias ketika guru memberikan beberapa contoh bentuk karangan narasi. Beberapa siswa yang senang dengan kegiatan menulis mulai antusias bertanya mengenai bentuk-bentuk karangan narasi. Setelah guru selesai menjelaskan, guru membagikan kartu kepada tiap siswa. Guru selanjutnya meminta siswa mencari pasangan kartu. Siswa terlihat cukup bersemangat dalam mencari pasangan kartu dan menuliskan menjadi sebuah karangan narasi. Hal ini terbukti saat siswa menulis kembali informasi yang dianggap penting di dalam buku mereka. Mereka selanjutnya merangkai informasi tersebut menjadi paragraf narasi. Saat proses penulisan, masih terdapat 2 siswa laki-laki tidak mau mengerjakan tugas. Guru hanya sedikit menegur, kurang peduli dengan fenomena tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, pada pertemuan pertama guru menyampaikan materi kepada siswa. Guru mengarahkan dan membimbing siswa dalam menulis karangan narasi. Selain itu, siswa juga mulai tertarik terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa mulai aktif bertanya. Siswa mulai antusias menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan guru selama proses pembelajaran menulis narasi berlangsung. Pada pertemuan kedua yakni hari Selasa, 16 November 2010, guru mengajak siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan melibatkan siswa mengoreksi hasil karangan narasi. Guru meminta siswa mengumpulkan hasil perbaikan karangan narasi siswa terlebih dahulu, kemudian guru membagikan kembali pekerjaan siswa secara silang. Guru selanjutnya
mengajari
siswa
cara
menilai
karangan
narasi
dengan
menyampaikan beberapa poin penting penilaian karangan dan mempersilakan user berdasarkan profil penilaian siswa mengoreksi tulisan commit teman to mereka
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karangan. Setelah selesai mengoreksi, siswa diminta memberikan hukuman kepada siswa lain atas hasil koreksinya. Guru menginstruksikan agar setiap kesalahan, siswa dihukum dengan satu kali taburan bedak bayi. Dalam pertemuan ini terdapat 10 siswa yang tidak mengerjakan tugas. Hukuman bagi mereka yakni ditaburi bedak bayi oleh seluruh teman di kelas. Peneliti sedikit mengalami hambatan saat akan mendokumentasikan pelaksanaan hukuman. Sepuluh siswa yang tidak mengerjakan tugas merupakan siswa bermasalah sehingga saat peneliti mengambil gambar, mereka justru berpose dan bergaya. Guru sudah memperingatkan mereka tetapu sepuluh siswa tersebut tidak memperhatikan peringatan guru. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, permasalahan kurangnya semangat siswa dalam menulis narasi dapat sedikit teratasi. Siswa merasa terbantu dalam menuangkan ide menjadi karangan narasi dengan adanya kartu kerangka yang dibagikan oleh guru. Akan tetapi, konsentrasi siswa terganggu dengan adanya dokumentasi sehingga dokumentasi pada pertemuan kedua ini terbatas. Di sisi lain peneliti menghargai antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menulis narasi yang dianggap sebagai kesempatan bercanda, tidak demikian pada siklus I. Beberapa siswa menunjukkan perbaikan sikap. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari keterangan di bawah ini. 1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 48 % atau sekitar 13 siswa, sedangkan 52 % lainnya tampak diam. Hal ini disebabkan karena sejak awal siswa mengira bahwa proses pembelajaran menulis akan sama dengan proses pembelajaran yang sebelumnya terjadi. 2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung sebanyak 59 %, sedangkan 41 % lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan pola mengajar yang diterapkan guru dan pemberian model tanya jawab yang memaksa siswa untuk lebih memperhatikan materi yang disampaikan guru. commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Siswa yang antusias mencari pasangan kartu sebanyak 85 %, sedangkan 78 % siswa aktif dalam mendiskusikan isi kartu. Siswa lain kurang serius dan acuh terhadap kegiatan diskusi tersebut. 4) Pada saat mengoreksi hasil karangan bersama-sama, 78% siswa aktif mengoreksi dan memberikan hukuman kepada siswa yang lain, sedangkan 22 % siswa masih sibuk mengobrol. 5) Pada siklus I, 85 % siswa mau mengerjakan tugas menulis narasi yang diberikan oleh guru, sedangkan 15% siswa tidak mau mengerjakan. 6) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa didapat 44,12 % (15 dari 34) siswa sudah mampu menulis narasi dengan perolehan nilai lebih dari 70, sedangkan 55,88 % (19 orang) masih memperoleh nilai menulis narasi di bawah 70. Penilaian ini didasarkan pada hasil karangan narasi siswa. Hasil penilaian karangan narasi siswa siklus I tersaji dalam tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Ahimsa Eka A. Chitra Kusuma D. Dilla Agusta V. Dwi Sri L. Erni Supriyanti Faizal Haryo W. Farras Alda H. Fath Anissa H. Febrian Bagus K. Febriana C Futria Ayu W. Igga Swastika Kusuma Asmara D. Lia Tarzuqia R. Maria Andya T. Nabela Yeni S. Petra Eka H. Pradipta Angga S Prahasdika Dhimas Y. Primadinar Sekar R. Ragil Kurniawan Rahmadhani Osa I. Retnaningtyas Diah P. Roro Hanaliesia Seline C Selvi Windiastuti Shevi Prima E. Tafsiroh Tessa C. Tiara Utari Venda Vista T. Vivian Rheza AF. Wening Indriyati Wesly Valentino
Aspek penulisan yang dinilai II III IV
I 20 0 0 26 25 0 22 22 20 24 20 0 0 24 22 23 0 0 19 22 20 23 27 22 0 26 25 0 23 18 23 22 23 0 Total Nilai rata-rata
12 0 0 18 17 0 16 14 17 17 14 0 0 16 17 14 0 0 13 17 15 16 18 17 0 18 17 0 14 12 17 16 17 0
14 0 0 17 17 0 15 14 17 16 14 0 0 15 16 16 0 0 15 18 15 16 18 16 0 18 16 0 15 14 15 14 17 0
commit to user
14 0 0 17 17 0 15 12 16 14 13 0 0 16 16 15 0 0 14 16 15 16 17 16 0 18 16 0 14 13 14 15 18 0
V
Nilai
2 0 0 2 5 0 3 2 2 3 2 0 0 2 3 2 0 0 5 0 4 5 6 5 0 7 4 0 2 4 5 2 7 0
62 0 0 80 81 0 71 64 72 74 53 0 0 73 74 69 0 0 66 73 61 76 86 76 0 87 78 0 68 61 74 69 82 0 1749 51,44
Keterangan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
Pada siklus pertama guru kurang memahami teknik Make a Match. Guru kebingungan dan beberapa kali bertanya kepada peneliti. Hal ini disebabkan karena perubahan cara mengajar. Guru biasa membebaskan siswa dalam pembelajaran, kemudian pada siklus I ini guru beralih ke
cara
mengajar yang bersifat unjuk kerja dengan pendampingan. Oleh karena itu, guru akan mendapatkan penjelasan lebih mendalam mengenai metode ini agar pembelajaran dan target pembelajaran dapat tercapai. d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan tindakan I, peneliti menganalisis dan merefleksikan hasil siklus I dengan uraian sebagai berikut. 1) Hasil tulisan siswa masih terpaku pada kerangka yang tertulis dalam kartu. Hasil tulisan siswa kurang mengembangkan kerangka. 2) Guru kurang tegas menghadapi siswa yang tidak memperhatikan selama KBM berlangsung. 3) Guru kurang menyeluruh dalam mendampingi siswa. Perhatian guru belum tertuju pada seluruh siswa, hanya beberapa siswa yang didampingi. 4) Siswa cukup hiperaktif, kurang menjaga sikap dan kurang menghormati guru. 5) Guru diharapkan mampu memberikan motivasi dan menggerakkan siswa agar lebih kreatif mengembangkan kerangka karangan yang terdapat pada kartu menjadi karangan narasi yang utuh.
2. Siklus II Berdasarkan hasil tindakan siklus I, peneliti dan guru mengetahui bahwa hasil tindakan siklus I masih belum mencapai target. Oleh karena itu, peneliti dan guru merencanakan adanya tindakan siklus II sebagai perbaikan atas siklus I yang masih memiliki kekurangan. Pada siklus II, guru Bahasa Indonesia tetap bertindak sebagai penyampai materi pada pembelajaran menulis narasi di dalam kelas, sedangkan peneliti melakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran antara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
guru dan siswa. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai pengamat yang berada di belakang ruang kelas dan mengamati jalannya pembelajaran. Tindakan pada siklus kedua tetap menggunakan teknik Make a Match. Guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan kepada setiap siswa dan meminta siswa mencari pasangan kartu tersebut. Selanjutnya, siswa diminta mengembangkan kerangka karangan dalam kartu menjadi bentuk karangan narasi yang utuh. Pembetulan kesalahan bahasa yang ditemukan dalam karangan siswa tetap ditandai dengan pemberian lingkaran. Pada siklus II ini, materi pembelajaran tetap mengenai menulis narasi faktual biografi tokoh dengan tema ”Guru Kesayanganku”. Akan tetapi, sebelum pembelajaran siklus II dilaksanakan guru dan peneliti mengadakan survei terlebih dahulu tentang guru yang disukai oleh siswa. Selain itu, pada pertemuan sebelumnya guru memberi tugas agar siswa mencari profil guru kesayangan mereka. a. Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran dengan memperhatikan perolehan hasil tindakan I. Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan pada siklus II sama seperti langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan pada siklus I. Pada siklus II terdapat tambahan prosedur pembelajaran sebagai upaya perbaikan pelaksanaan tindakan siklus I. Peneliti dan guru merencanakan skenario pertemuan pertama siklus II dengan urutan sebagai berikut. 1) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa mengenai guru di SMA Negeri 3 Salatiga yang berkesan di hati siswa. 2) Guru memberikan penghargaan kepada lima siswa dengan perolehan nilai menulis narasi terbaik pada siklus I. 3) Guru mengulas materi mengenai bentuk-bentuk teks naratif. 4) Guru memberi contoh cara membetulkan kesalahan bahasa hasil karangan siswa pada pertemuan sebelumnya. 5) Guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan bertema ”Guru commit to user Kesayanganku”.
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
6) Siswa diminta mencari pasangan kartu, kemudian membuat kelompok berdasarkan kelompok kartu tersebut. 7) Guru meminta siswa mendiskusikan isi gabungan kartu milik kelompok masing-masing. 8) Guru meminta siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan narasi utuh secara individu. 9) Guru meminta siswa menyunting hasil karangan sendiri atas bimbingan guru dengan cara menemukan letak kesalahan bahasa pada karangannya tersebut kemudian memperbaiki setiap kesalahannyang ditemukan. 10) Guru meminta siswa menulis kembali karangan yang telah disunting. 11) Guru meminta siswa mengumpulkan tulisan. 12) Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran. Peneliti dan guru merencanakan skenario pertemuan kedua dengan langkah-langkah: 1) guru membagikan pekerjaan siswa secara silang; 2) guru meminta siswa mengoreksi pekerjaan yang dipegang oleh setiap siswa atas bimbingan guru dengan cara menemukan letak kesalahan bahasa pada karangannya tersebut dan cara menandainya dengan memberi lingkaran atau melingkari penulisan huruf atau pemakaian tanda baca yang salah; 3) guru membagikan bedak bayi kepada setiap siswa; 4) siswa yang mengoreksi diminta memberikan hukuman dengan menaburkan bedak bayi pada wajah siswa yang melakukan kesalahan; 5) guru melakukan refleksi dengan bertanya jawab mengenai materi menulis narasi dan menutup pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, yaitu pada hari Sabtu, 20 November 2010 dan hari Selasa, 23 November 2010. Pertemuan pertama berlangsung selama dua jam pelajaran (2 X 45 menit) mulai pukul 11.00 hingga 12.30 dan pertemuan kedua berlangsung selama satu jam pelajaran yakni pukul 09.45 hingga 10.00 (1 X 45 menit) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
Proses pembelajaran siklus II dilaksanakan di ruang kelas tanpa di lengkapi LCD. Pada siklus II, materi tidak disampaikan secara lengkap dengan alasan materi mengenai menulis narasi sudah disampaikan secara detail pada siklus I. Selain itu keterampilan menulis lebih menekankan produk dan hasil unjuk kerja, bukan penilaian kognitif sehingga waktu yang tersedia lebih dialokasikan untuk memperbaiki kualitas tulisan siswa, bukan pemahaman siswa mengenai materi menulis narasi. Adapun urutan pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama meliputi langkah-langkah sebagai berikut. a. Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam siswa kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi. Pemberian apersepsi dilakukan guru dengan menanyakan pada siswa tentang beberapa sosok guru SMA Negeri 3 Salatiga yang memiliki kesan khusus di hati siswa. Beberapa siswa menjawab, guru yang berkesan di hati adalah Pak Rudi, karena Pak Rudi pembina Pramuka yang terkenal dengan tegas. Siswa lain menjawab Miss Ndaru karena masih muda dan selalu mengemas pembelajaran bahasa Inggris secara menarik. Sebagian siswa lain menjawab Pak Riya kerena memiliki idealisme yang tinggi dan cara mengajar pembelajaran Pkn yang menyenangkan. b. Guru memberikan penghargaan kepada lima siswa yang memperoleh nilai tertinggi pada siklus I, yakni kepada Dwi Sri Lestari, Erni Supriyanti, Retnaningtyas Diah P., Selvi Windiastuti dan Wening Indriyati. c. Guru mengulas secara sekilas materi bentuk-bentuk teks naratif. Guru bertanya pada siswa tentang bentuk teks naratif. Pertanyaan yang diberikan guru meliputi pengertian, perbedaan antar bentuk, dan contoh dari setiap bentuk teks naratif. Ketika guru melontarkan pertanyaan tersebut, sebagian besar siswa mampu menjawab dengan baik walaupun mereka membuka buku catatan. d. Guru memberi contoh cara membetulkan kesalahan bahasa yang dituliskan siswa pada hasil karangan sebelumnya. Berdasarkan hasil tulisan siswa pada siklus I, guru menunjukkan kesalahan bahasa yang terdapat pada beberapa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
karangan siswa kemudian memberi contoh cara membetulkan kesalahan bahasa. e. Guru selanjutnya membagikan kartu yang berisi kerangka karangan dengan tema ”guru kesayanganku”. Biografi guru SMA Negeri 3 Salatiga yang diangkat dalam kartu kerangka karangan tersebut adalah biografi Bapak Riya, Bapak Novembri, Bapak Muhlasin, Miss Ndaru dan Bu Khotik. f. Siswa diminta mencari pasangan kartu yang telah dibagikan dan membentuk kelompok berdasarkan kartu. g. Siswa diminta mendiskusikan dengan teman sekelompok mengenai isi kartu kerangka karangan. Setelah itu, siswa dibebaskan untuk memilih masuk ke dalam salah satu kelompok dengan alasan karena tokoh dalam kartu yang dipegang oleh siswa belum tentu disukai oleh siswa. h. Siswa kemudian diminta mengembangkan kartu yang berisi kerangka karangan menjadi teks naratif yang utuh. Dalam hal ini, guru membebaskan siswa menulis dalam bentuk tulisan tangan ataupun ketikan. Siswa yang mengerjakan tugas berupa ketikan diminta untuk mengumpulkan hasil karangan berupa soft file. i. Selama membuat karangan, guru memberi bimbingan kepada siswa. Pada siklus II ini masih ditemui kesalahan penggunaan bahasa, ejaan maupun organisasi karangan pada karangan siswa. j. Guru meminta siswa menyunting pekerjaan masing-masing berdasarkan profil penilaian karangan. k. Guru meminta siswa mengumpulkan karangan yang telah dibuat. l. Guru menutup pelajaran dengan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Pembelajaran menulis narasi dilanjutkan pada pertemuan kedua. Pelaksanaan tindakan II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 23 November 2010 selama dua jam pelajaran yaitu pukul 09.15 hingga 10.00 WIB. Urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua sebagai berikut. a. Guru membagikan karangan yang telah ditulis siswa secara tukar silang. commit to user tulisan yang telah dibagikan. Guru kemudian meminta siswa mengoreksi
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
Pada pertemuan dua siklus II, guru masih menemukan kesalahan pada tulisan siswa. Kesalahan sebagian siswa adalah penggunaan kalimat tanpa subjek. Guru meminta siswa menandai kesalahan bahasa dengan cara memberi lingkaran atau melingkari penulisan huruf atau pemakaian tanda baca yang salah. b. Guru membagikan bedak bayi kepada setiap siswa. c. Guru meminta siswa menaburkan bedak bayi ke wajah siswa yang memiliki karangan yang ia koreksi sesuai dengan banyaknya kesalahan yang diperbuat dalam menulis narasi. d. Siswa diminta mengumpulkan kembali hasil karangan narasi mereka. e. Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran. Refleksi yang dilakukan guru berupa penguatan dan simpulan mengenai materi pelajaran tentang bentuk karangan narasi. Dalam memberikan penguatan dan simpulan, guru mengingatkan siswa yang sebelumnya tidak masuk dan tidak mengumpulkan tugas bahwa mereka akan memperoleh nilai nol. Setelah guru memberikan refleksi berupa penguatan. guru menutup pelajaran dengan memberikan salam pada siswa di akhir pelajaran. c. Observasi dan Interpretasi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dapat diperoleh data berikut ini. a. Pada siklus II ini, 15% siswa kurang bersungguh-sungguh dan kurang aktif selama pembelajaran menulis narasi. Hal ini diindikatori oleh keaktifan siswa dalam memberikan respon terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan ulasan materi yang diberikan guru, mendiskusikan kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi bentuk karangan narasi utuh. Perhitungan dilakukan dengan lembar observasi yang telah disusun terhadap jumlah siswa yang tampak aktif selama pembelajaran berlangsung, yakni sebesar 71% atau sebanyak 28 siswa. Dari 30 siswa yang hadir, siswa yang tidak menunjukkan keaktifan selama pembelajaran berlangsung sebesar 29% atau 8 siswa. commit to user Ketidakaktifan siswa disebabkan oleh sikap siswa yang terbiasa
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyepelekan guru, khususnya guru bahasa Indonesia. Selain itu, ketidakaktifan siswa disebabkan karena diskusi sebagai ajang bertukarnya pikiran kurang dimanfaatkan siswa dengan baik. Guru meminta siswa berdiskusi, tetapi ada beberapa siswa tampak diam atau membicarakan hal lain di luar pelajaran. Setelah peneliti bertanya, ternyata siswa tersebut kurang termotivasi dan malas menulis narasi. b. Pada saat mengoreksi hasil karangan bersama-sama, 89% siswa aktif mengoreksi dan memberikan hukuman kepada siswa yang lain. c. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 73,53 % (25 dari 34) siswa mampu menulis narasi dengan perolehan nilai lebih dari 70, sedangkan 26,47 % (9 orang) memperoleh nilai menulis narasi di bawah 70. Penilaian ini didasarkan pada hasil karangan narasi siswa. d. Pada siklus II, 64,71 % siswa (22 siswa) mengalami peningkatan nilai, 3 siswa atau 8,8 % tetap memperoleh nilai nol karena tidak mengerjakan tugas dan 9 siswa mengalami penurunan nilai (26,47%). Nilai menulis narasi siswa pada siklus II disajikan pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Siswa Ahimsa Eka A. Chitra Kusuma D. Dilla Agusta V. Dwi Sri L. Erni Supriyanti Faizal Haryo W. Farras Alda H. Fath Anissa H. Febrian Bagus K. Febriana C Futria Ayu W. Igga Swastika Kusuma Asmara D. Lia Tarzuqia R. Maria Andya T. Nabela Yeni S. Petra Eka H. Pradipta Angga S Prahasdika Dhimas Y. Primadinar Sekar R. Ragil Kurniawan
I (Isi) 20 25 22 26 27 27 23 25 0 23 22 0 20 0 26 27 0 25 0 25 24
Aspek penulisan yang dinilai II III IV (Organisasi) (Peng. Bhs) (Kosakata) 15 15 15 17 15 16 15 15 15 16 14 17 18 12 16 16 15 16 17 12 17 17 10 16 0 0 0 16 10 16 15 8 16 0 0 0 15 15 13 0 0 0 17 16 17 17 15 15 0 0 0 16 16 16 0 0 0 17 17 16 commit to user 16 16 17
V (Mekanik) 5 7 5 8 7 3 8 6 0 5 5 0 5 0 8 3 0 4 0 6 5
Skor 70 80 72 81 80 77 77 74 0 70 66 0 68 0 84 77 0 77 0 81 78
Ket. Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Rahmadhani Osa I. Retnaningtyas Diah P. Roro Hanaliesia Seline C Selvi Windiastuti Shevi Prima E. Tafsiroh Tessa C. Tiara Utari Venda Vista T. Vivian Rheza AF. Wening Indriyati Wesly Valentino Total Rata-rata
20 25 25 25 25 25 0 27 25 25 28 25 20 682 20,1
15 16 18 16 17 18 0 17 17 17 16 17 10 454 13,4
15 10 16 15 10 14 0 15 16 16 16 15 14 393 11,6
15 18 17 16 16 16 0 17 16 16 17 16 13 447 13,2
5 8 4 6 8 8 0 6 6 4 5 7 2 159 4,7
70 77 80 78 76 81 0 82 80 78 82 80 59 2135
d. Analisis dan Refleksi Siklus II merupakan upaya perbaikan atas kekurangan yang terdapat pada siklus I. Pada siklus II ini, guru dan peneliti berusaha meminimalisasi kekurangan dan mengoptimalkan pembelajaran. Berkaitan dengan hasil observasi pada siklus II, berikut ini adalah analisis dan refleksi yang dilakukan peneliti dan guru. 1) Keaktifan siswa dari keseluruhan aktivitas pembelajaran menulis narasi mengalami peningkatan, yaitu sebesar 7 poin dari 59% menjadi 85%. Artinya, jumlah siswa yang aktif dalam siklus ini bertambah 5 siswa dari 17 siswa yang aktif pada siklus I. Siswa mulai tampak aktif dalam memberikan respon terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan materi yang dijelaskan guru, mencari pasangan kartu yang berisi kerangka karangan, melakukan diskusi, serta menulis dan mengembangkannya ke dalam bentuk karangan narasi utuh. 2) Meningkatnya kemampuan siswa mengembangkan kerangka karanga yang terdapat di dalam kartu ke dalam tulisan narasi. Pengembangan ide dalam bentuk karangan sudah berkembang dan lebih dari informasi yang terdapat di dalam kartu kerangka. Kemampuan siswa dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan narasi utuh mulai tampak baik. Hal tersebut dapat dilihat dari berkurangnya kesalahan bahasa tulis dalam karangan narasi siswa. Pengorganisasian kata dan kalimat dalam tulisan siswa sudah membaik. commit to user
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas 62,79
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penggunaan kalimat tidak lengkap atau tanpa subjek mulai berkurang. Selain itu, kesalahan penulisan pada pemakaian huruf besar, penggunaan tanda baca mampu teratasi, walaupun belum benar semua. Jumlah siswa yang mau mengerjakan tugas juga meningkat, terbukti pada siklus II ini hanya terdapat 6 siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Meskipun terlihat agak setengah hati, sebagian siswa
tetap mengumpulkan
karangan. Saat
peneliti
menanyakan penyebab hal tersebut, mereka berargumen bahwa mereka tidak mau dipolesi bedak bayi full body seperti pada pertemuan sebelumnya. 3) Siswa yang berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar atau memperoleh nilai 70 ke atas mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada siklus II ini cukup signifikan, yakni sebesar 12 poin dari 51% menjadi 63%. Artinya, jumlah siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar dalam siklus ini bertambah 10 siswa dari 15 siswa yang telah berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar pada siklus I. Identifikasi ketercapaian nilai ini tampak dari berkurangnya kesalahan bahasa tulis yang terdapat pada karangan narasi siswa. Siswa telah mampu mengembangkan isi/substansi tulisan yang sesuai dengan informasi pada kartu kerangka karangan. Selain itu, pengorganisasian tulisan sudah tepat. Mereka menuliskan kosakata dengan benar serta berkurangnya penggunaan kata tidak lengkap, walaupun terdapat siswa yang menulis kalimat tanpa subjek. Segala kelemahan dan kekurangan pada siklus I dapat diatasi dengan melakukan penulisan ulang karangan narasi siswa pada siklus II ini. Akhirnya pada siklus II kemampuan siswa dalam menulis narasi mengalami peningkatan. 4) Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru mampu mengaktifkan
siswa
dengan
tanya
jawab
dan
menerapkan
teknik
pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan memacu mereka aktif dalam proses pembelajaran. Pada siklus II perhatian guru telah menyeluruh ke semua siswa. Guru mencoba mengaktifkan siswa yang berada di bangku belakang dengan berjalan keliling commit to user siswa yang berada di belakang ke seluruh kelas dan berusaha mendekati
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
tersebut. Selain itu, guru juga mulai tegas dalam menindak siswa yang malas dan acuh. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, proses pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match pada siklus II dikatakan berhasil walaupun hasilnya belum maksimal. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini berjalan dengan lancar. Siswa merespons pembelajaran yang diberikan guru dengan semangat dan antusias. Peningkatan terjadi bukan hanya pada proses pembelajaran saja melainkan juga pada kemampuan siswa dalam menghasilkan tulisan narasi. Segala kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat teratasi di siklus II. Kendati demikian, penelitian siklus II masih tetap memiliki kekurangan atau kelemahan. Kekurangan yang ditemui dalam proses pembelajaran pada siklus II ini adalah pada sikap siswa yang terkadang masih suka beraktivitas sendiri ataupun bercanda saat diminta menulis narasi. Oleh sebab itu, peneliti dan guru perlu meningkatkan interaksi yang baik antara guru dan siswa. Dari segi kemampuan siswa menulis narasi, masih terdapat 9 siswa yang belum mencapai nilai batas minimal ketuntasan hasil belajar. Beberapa siswa masih mengabaikan penulisan huruf besar dan tanda baca yang tepat, serta penggunaan bahasa. Dengan adanya kondisi yang demikian, maka peneliti merasa perlu melaksanakan siklus III sebagai perbaikan dari pembelajaran menulis narasi pada siklus II.
3. Siklus III Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus II, peneliti merasa perlu melaksanakan siklus III untuk memperbaiki kekurangan pada siklus II. Peneliti dan guru berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran menulis narasi dengan memperbaiki segala kekurangan atau kelemahan yang terdapat pada siklus I dan siklus II. Hasil pembelajaran yang diperoleh pada siklus I dan siklus II digunakan sebagai acuan agar hasil pembelajaran di siklus III bisa meningkat dengan baik. Pada siklus III, materi pelajaran masih mengenai menulis narasi faktual biografi tokoh. Pembelajaran pada siklus III mengangkat tema ”selebriti”. Guru mencari referensi biografi artis/selebriti dari internet, kemudian disajikan menjadi to user kerangka karangan dalam kartucommit kerangka. Awal bulan Desember 2010, UT
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan lokasi SMA Negeri 3 Salatiga untuk ujian sehingga pelaksanaan siklus III dipadatkan menjadi satu kali pertemuan atau 2 X 45 menit. a. Perencanaan Tindakan Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran pada tahap perencanaan tindakan. Skenario pembelajaran yang disepakati oleh peneliti dan guru yakni: 1) guru membuka pelajaran dengan mengulas materi pembelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya tentang bentuk karangan narasi, khususnya biografi tokoh; 2) guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa mengenai ”artis/selebriti yang disukai oleh siswa”; 3) guru memberikan penghargaan kepada lima siswa yang memperoleh nilai terbaik pada siklus II; 4) guru membandingkan pekerjaan siswa yang kurang baik dan baik dengan menjelaskan letak kesalahan masing-masing karangan siswa; 5) guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan kepada setiap siswa kemudian siswa diminta mencari pasangan kartu; 6) siswa diminta mendiskusikan dengan satu kelompok tentang isi dari gabungan kartu, kemudian siswa diminta mengembangkan kerangka menjadi sebuah teks naratif faktual berbentuk biografi; 7) siswa dipersilakan mengembangkan informasi yang terdapat di dalam kerangka dengan mencari informasi lain dari berbagai sumber; 8) siswa diminta menyunting hasil karangan sendiri atas bimbingan guru kemudian memperbaiki karangannya; 9) guru meminta siswa mengumpulkan tulisan; 10) guru membagikan pekerjaan siswa secara tukar silang kemudian meminta siswa mengoreksi atas bimbingan guru dengan memberi lingkaran atau coretan pada setiap kesalahan; 11) guru membagikan bedak bayi kepada setiap siswa dan meminta siswa memberikan
hukuman
kepada siswa menaburkan bedak bayi; commit to user
pemilik
karangan
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
12) guru melakukan refleksi dengan bertanya jawab mengenai hal yang perlu diperhatikan dalam menulis narasi kemudian menutup pelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 November 2010 selama dua jam pelajaran yaitu pukul 11.00-12.30 WIB. Dalam pelaksanaan tindakan III, guru masih bertindak sebagai penyampai materi pada pembelajaran menulis narasi di dalam kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai pengamat yang berada di bangku paling belakang ruang kelas sebagai pengamat jalannya pembelajaran. Pelaksanaan siklus III berada di ruang kelas XI Bahasa tanpa menggunakan LCD. Urutan pelaksanaan tindakan III yang dilakukan di dalam kelas yakni: 1) guru membuka pelajaran dengan mengulas materi pembelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya mengenai bentuk karangan narasi. Pada pertemuan ini, guru mengulas penulisan biografi tokoh, karakteristik dari setiap bentuk karangan narasi serta kriteria karangan yang baik; 2) guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa mengenai ”artis/selebriti yang disukai oleh siswa”. Guru bertanya jawab tentang artis yang disukai oleh siswa, sebagian siswa menjawab Irfan Bachdim, Reza Herlambang, Rianti catwright, dan lain-lain. Pada sesi tanya jawab guru terlihat sudah mampu mengkondisikan siswa sehingga tidak terlalu ramai dan terkontrol dengan baik; 3) guru memberikan penghargaan kepada lima siswa yang memperoleh nilai terbaik pada siklus II, yakni Maria Andya T., Primadinar Sekar R., Shevi Prima E., Tessa Cuantryanti dan Vivian Rheza; 4) guru membandingkan pekerjaan siswa dengan menjelaskan letak kesalahan masing-masing karangan siswa. Guru membandingkan karangan milik Wesly Valentino dan Maria Andya. Wesly memperoleh commit milik to userWesly terlalu singkat, kurang nilai kurang karena tulisan
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memperhatikan penggunaan tanda baca (huruf besar dan huruf kecil), serta penggunaan bahasa yang terlalu banyak memakai kalimat tak lengkap. Sebaliknya, karangan milik Maria rapi, memperhatikan huruf besar dan kecil, bahasa yang digunakan baik serta Maria mampu mengembangkan kerangka karangan dengan baik; 5) guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan kepada setiap siswa kemudian siswa diminta mencari pasangan kartu tersebut. Pada pelaksanaan siklus III ini, siswa cukup tertib saat mencari pasangan kartu, bahkan siswa langsung mendiskusikan dan mengerjakan; 6) siswa diminta mendiskusikan dengan teman satu kelompok isi gabungan kartu, kemudian siswa diminta mengembangkan kerangka tersebut menjadi
sebuah
teks
naratif
faktual
berbentuk
biografi.
Guru
mengingatkan siswa bahwa waktu yang dimiliki oleh siswa hanya 40 menit. Selain itu, siswa dipersilakan mengembangkan informasi yang terdapat di dalam kerangka dengan mencari informasi lain dari internet. Setiap siswa terlihat sibuk menulis narasi sambil mencari informasi dari internet dengan menggunakan telepon genggam maupunpun laptop; 7) siswa diminta menyunting hasil karangan sendiri atas bimbingan guru. Sejak awal menulis, siswa terlihat sudah cukup berhati-hati dalam menulis, sehingga memudahkan mereka dalam memperbaiki tulisan. Beberapa siswa bahkan membuat draf terlebih dahulu, kemudian menyalin karangan tersebut; 8) guru meminta siswa mengumpulkan tulisan narasi; 9) guru membagikan tulisan siswa secara tukar silang kemudian meminta siswa mengoreksi atas bimbingan guru dengan memberi lingkaran atau coretan pada setiap kesalahan; 10) guru membagikan bedak bayi kepada setiap siswa dan meminta siswa memberikan hukuman kepada pemilik karangan dengan menaburkan bedak bayi. Pada siklus III ini, terlihat tidak terdapat satupun siswa yang dipoles bedak bayi full body karena seluruh siswa mengerjakan dengan commit topeneliti user melihat bahwa kesalahan yang baik. Berdasarkan hasil observasi,
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibuat siswa dalam menulis narasi semakin berkurang. Hal ini diindikatori oleh sedikitnya polesan yang terdapat pada wajah siswa; 11) guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran. Selain itu, guru juga memuji adanya peningkatan yang dialami oleh siswa selama tiga kali mengikuti pembelajaran menulis narasi faktual berbentuk biografi. c. Observasi dan Interpretasi Hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan ketiga pada siklus III ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. 1) Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 87 % atau sekitar 27 siswa, sedangkan 13 % lainnya menjawab jika mereka ditanya. Hal ini disebabkan karena setiap siswa memiliki pendapat yang berbeda mengenai artis kesukaan dan guru tidak dapat menampung aspirasi seluruh siswa karena keterbatasan waktu. 2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung sebanyak 81 %, sedangkan 19 % lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Peningkatan ini disebabkan oleh materi yang sudah diulang beberapa kali. Selain itu, 19 % siswa yang kurang aktif beranggapan bahwa materi tersebut terlalu sering sehingga justu membosankan. 3) Siswa yang antusias mencari pasangan kartu dan aktif mendiskusikannya sebanyak 100 %. Siswa juga lebih terkontrol pada tahapan ini. 4) Pada saat mengoreksi hasil karangan bersama, 95% siswa aktif mengoreksi dan memberikan hukuman kepada siswa yang lain, sedangkan 5 % siswa kurang serius dalam mengoreksi karangan. 5) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, 91 % (31 dari 34) siswa sudah mampu menulis narasi dengan perolehan nilai lebih dari 70, sedangkan 9 % (3 siswa) masih memperoleh nilai menulis narasi di bawah 70. Penilaian ini didasarkan pada hasil karangan narasi siswa. Hasil karangan narasi siswa tersaji dalam tabel 5 di bawah ini. commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus III No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Ahimsa Eka A. Chitra Kusuma D. Dilla Agusta V. Dwi Sri Lestari Erni Supriyanti Faizal Haryo W. Farras Alda H. Fath Anissa H. Febrian Bagus K. Febriana C Futria Ayu W. Igga Swastika Kusuma Asmara D. Lia Tarzuqia R. Maria Andya T. Nabela Yeni S. Petra Eka H. Pradipta Angga S Prahasdika Dhimas Y. Primadinar Sekar R. Ragil Kurniawan Rahmadhani Osa I. Retnaningtyas Diah P. Roro Hanaliesia Seline C Selvi Windiastuti Shevi Prima E. Tafsiroh Tessa C. Tiara Utari Venda Vista T. Vivian Rheza AF. Wening Indriyati Wesly Valentino Total Rata-rata
I (Isi) 25 27 20 28 29 28 23 21 25 28 24 23 20 24 30 24 22 20 18 27 24 0 30 22 23 27 24 26 26 22 23 28 30 24 815 23,97
Aspek penulisan yang dinilai II III IV (Organisasi) (Peng. Bhs) (Kosakata) 16 18 15 17 15 16 18 18 16 18 17 18 18 18 18 18 16 17 17 15 16 17 17 18 18 17 19 17 17 18 15 10 16 17 16 18 5 17 17 18 16 17 19 18 19 18 15 17 18 18 19 14 18 15 14 16 13 17 16 19 17 17 16 0 0 0 18 18 19 17 17 17 18 17 17 18 11 18 18 19 18 17 15 16 18 10 15 18 17 17 18 17 17 18 16 17 18 18 18 18 16 17 560 536 563 16,474 15,76 16,56
V (Mekanik) 6 6 9 9 8 7 7 10 10 8 9 9 5 6 10 5 6 7 6 9 9 0 9 7 10 10 8 8 8 7 8 7 7 4 254 7,47
Nilai
Ket.
80 81 81 90 91 86 78 83 89 88 74 83 64 81 96 79 83 74 67 88 83 0 94 80 85 84 87 82 77 81 83 86 91 79 2728
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
d. Analisis dan Refleksi Peneliti dan guru melakukan analisis dan refleksi bersama dengan hasil sebagai berikut. a. Keaktifan siswa dari keseluruhan aktivitas pembelajaran menulis narasi mengalami peningkatan, yaitu sebesar 9 poin dari 85% menjadi 94%. Artinya, jumlah siswa yang aktif dalam siklus ini bertambah 11 siswa dari 20 siswa yang aktif pada pertemuan sebelumnya pada siklus II. Aktivitas siswa yang menjadi indikator keaktifan telah dilakukan sebagian besar commit to user siswa. Hampir semua siswa aktif memberikan respons terhadap apersepsi
80,24
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
yang diberikan guru, memperhatikan materi yang dijelaskan guru, mencari pasangan kartu, melakukan diskusi, serta aktif mengembangkan kerangka karangan ke dalam bentuk karangan narasi yang utuh. Pada siklus III ini, terdapat tiga siswa yang tidak mengikuti pembelajaran karena izin. Akan tetapi, dua siswa mengumpulkan tugas di lain hari. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan semangat siswa dalam mengerjakan tugas menulis narasi. Sistem eksekusi dalam teknik Make a Match mampu menyemangati siswa dalam menulis narasi dengan baik dan runtut. b. Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide tulisan narasi meskipun tulisan yang dihasilkan belum sempurna. Kerangka karangan yang diberikan oleh guru telah mampu ditulis dan dikembangkan oleh siswa secara runtut. Kesalahan penulisan huruf besar dan tanda baca yang terjadi pada siklus II telah mampu diminimalisasikan walaupun belum benar seluruhnya. Pengorganisasian tulisan bisa dipahami oleh pembaca. Penggunaan bahasa dalam tulisan sudah cukup baik, siswa mampu menggunakan kalimat lengkap dengan baik. Peningkatan yang terjadi pada siklus III ini cukup signifikan pada setiap aspek penulisan karangan. Artinya, jumlah siswa yang mampu mengembangkan ide, mengorganisasikan tulisan, penggunaan bahasa yang baik, kosakata dan ejaan yang tepat ke dalam tulisan narasi dengan baik dalam siklus ini bertambah dari siklus sebelumnya. Terbukti, skor dalam tiap aspek penulisan karangan narasi mengalami peningkatan meskipun tulisan yang dihasilkan belum sepenuhnya sempurna. Pada siklus ini, masing-masing skor siswa meningkat. Batas minimal ketuntasan hasil belajar pada siklus III ini telah berhasil dicapai oleh siswa, walaupun masih terdapat 3 siswa yang belum mencapai nilai minimal batas ketuntasan 70. Siswa yang telah berhasil mencapai nilai 70 ke atas mengalami peningkatan, yakni sebesar 18 poin dari 73,5% menjadi 91%. Artinya, jumlah siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar dalam siklus ini bertambah 6 siswa dari 25 siswa yang telah berhasil mencapai batas minimal commit sebelumnya to user ketuntasan hasil belajar pada pertemuan dalam siklus II. Hal tersebut
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tampak dari keruntutan mereka dalam menceritakan tokoh dalam bentuk biografi, organisasi tulisan yang baik serta penggunaan bahasa yang baik. Beberapa kesalahan yang masih dijumpai pada hasil karangan siswa berupa aspek penggunaan bahasa. Siswa masih menggunakan kalimat tidak lengkap. Akan tetapi, kesalahan tersebut hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa. Segala kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus II pada aspek ini dapat diatasi dengan tahap pengeditan yang dilakukan siswa setiap mereka selesai menulis karangan narasi sebelum pada akhirnya dikumpulkan pada guru. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, peneliti dan guru menyatakan bahwa tindakan III berhasil meningkatkan kualitas proses dan hasil menulis narasi siswa. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Siswa telah berhasil mencapai nilai batas minimal ketuntasan belajar, walaupun masih terdapat tiga siswa yang belum mampu meraih nilai batas ketuntasan. Mengingat capaian pada siklus III ini telah sesuai dengan indikator yang dirumuskan, maka peneliti mengakhiri penelitian. Adapun hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I hingga III di atas dapat dibuat rekapitulasi seperti pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I, II, dan III No. 1.
Persentase yang Dicapai
Indikator Tulisan sesuai dengan tema atau ketentuan yang diberikan oleh guru
2.
Mampu mengorganisasikan tulisan / karangan dengan baik, kerapian tulisan
3.
Tulisan menggunakan bahasa struktur kalimat yang baik dan benar
4.
Mampu menggunakan kosakata yang sesuai
5.
Ejaan yang baik dan benar
6.
Siswa bersemangat dan aktif dalam pembelajaran menulis narasi
7.
Ketuntasan hasil belajar menulis narasi
Siklus I
Siklus II
Siklus III
53%
67%
80%
55%
67%
82%
55%
66%
79%
55%
58%
83%
30%
47%
75%
72%
85%
97%
44,12%
73,53%
91%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan rekapitulasi di atas, dapat dinyatakan bahwa perbandingan prosentase yang dicapai pada siklus I, II, dan III menunjukkan adanya peningkatan pada ketiga indikator yang ditetapkan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada indikator 7, yaitu ketuntasan menulis narasi siswa sebesar 29,41 % dari siklus I ke siklus II, serta peningkatan 18% dari siklus II ke siklus III. Secara umum dapat dinyatakan bahwa peningkatan ketiga indikator dari siklus II ke III lebih tinggi dibandingkan dari siklus I ke II. Secara keseluruhan terdapat peningkatan persentase pada semua indikator dari satu siklus ke siklus berikutnya. Banyaknya siswa yang belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis narasi pada siklus I disebabkan banyaknya kesalahan yang dibuat siswa seperti organisasi isi yang kurang tepat, penggunaan bahasa yang didominasi oleh kalimat tidak lengkap, serta ejaan seperti penggunaan tanda baca yang salah. Selain itu, tema tugas menulis pada siklus ini mengenai pahlawan, tema ini dianggap cukup berat oleh sebagian siswa sehingga dalam menuangkan ide, mereka terlalu terpaku pada kartu kerangka. Mereka menjadi malas mengerjakan tugas menulis. Selain itu, siswa masih beranggapan bahwa siklus I sama dengan pembelajaran menulis sebelum-sebelumnya, sehingga terdapat sepuluh siswa yang tidak mengerjakan tugas menulis. Lain halnya dengan kondisi pada siklus II yang menunjukkan bahwa sebagian siswa mampu mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis narasi. Sebagaimana diuraikan di depan, tema tugas menulis pada siklus ini adalah ”Guru Kesayanganku”. Tema tersebut memicu semangat siswa mengembangkan tulisan. Selain itu, siswa juga dilibatkan mencari profil guru kesayangan mereka sebelum pembelajaran berlangsung, sehingga siswa mempunyai modal informasi dalam mengembangkan kerangka karangan. Di sisi lain, siswa yang tidak mengerjakan tugas menulis narasi pada siklus I mendapat hukuman ditaburi bedak bayi full body, sehingga mereka berusaha mengerjakan pada siklus II agar tidak mendapat hukuman. Selain itu, guru telah memberikan banyak penjelasan mengenai penulisan huruf besar dan tanda baca yang benar sehingga siswa mengetahui letak kesalahan penulisan huruf besar dan tanda baca yang telah commit to user mereka lakukan.
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi yang sama terjadi pada siklus III, yakni mayoritas siswa telah mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis narasi. Ketuntasan dalam menulis narasi tersebut dilatarbelakangi oleh pengalaman siswa atas kesalahan yang telah mereka alami sebelumnya. Kesalahan yang dilakukan siswa berkurang pada siklus III. Dari 29 siswa, terdapat 3 siswa yang belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis narasi. Pada siklus III ini, terdapat tiga siswa yang tidak mengikuti pembelajaran karena izin. Akan tetapi, dua siswa mengumpulkan tugas di lain hari. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan semangat siswa dalam mengerjakan tugas menulis narasi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, deskripsi hasil pengamatan tindakan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, dan paparan hasil penelitian, berikut ini peneliti mengemukakan pembahasan hasil penelitian yang meliputi peningkatan kualitas proses dan kualitas hasil menulis narasi dengan teknik Make a Match pada siswa kelas XI Bahasa
SMA Negeri 3 Salatiga tahun ajaran
2010/2011. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap. Tahap penelitian tersebut terdiri atas: (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap observasi tindakan atau pengamatan; serta (4) tahap analisis dan refleksi. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survei awal terlebih dahulu guna mengetahui kondisi yang terjadi di lapangan, yaitu di SMA Negeri 3 Salatiga. Berdasarkan hasil survei awal, peneliti menemukan bahwa kemampuan menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga dapat dikatakan rendah apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya (menyimak, berbicara, dan membaca). Oleh sebab itu, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang bersangkutan guna mencari solusi mengatasi masalah tersebut. Setelah peneliti dan guru mengadakan diskusi, akhirnya kedua belah pihak sepakat mengatasi masalah tersebut dengan teknik Make a Match dalam proses pembelajaran menulis narasi di kelas XI Bahasa commit to user SMA Negeri 3 Salatiga.
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peneliti
dan
guru
selanjutnya
menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) siklus I. Siklus pertama merupakan tindakan awal memperbaiki pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match. Hasil pengamatan proses pembelajaran menulis narasi siklus I menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan siklus I masih memiliki kelemahan atau kekurangan. Kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I tersebut berasal dari guru dan siswa. Posisi guru yang lebih banyak berada di depan kelas mengakibatkan perhatian kepada siswa tidak menyeluruh. Guru kurang berinteraksi dengan siswa dan tidak maksimal dalam memonitor kondisi siswa yang duduk di belakang dan di samping. Pada siklus I, guru belum mampu mengelola kelas dengan baik. Selain itu, guru masih kurang menguasai teknik Make a Match, sehingga beberapa kali guru justru bertanya kepada peneliti. Di sisi lain, pada siklus I siswa masih kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran menulis narasi sehingga antusiasme dan minat belajar siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas siswa yang belum sepenuhnya aktif pada saat berlangsungnya proses pembelajaran menulis narasi. Pada umumnya siswa mengabaikan materi. Mereka lebih banyak bercanda atau melakukan aktivitas lain. Selain itu, hasil tulisan mereka masih terpaku pada kerangka karangan yang diberikan guru dalam kartu kerangka. Hasil tulisan siswa masih memiliki banyak kesalahan, khususnya dalam hal ejaan dan penggunaan bahasa. Kesalahan penggunaan bahasa yang dilakukankan siswa yakni penggunaan kalimat tidak lengkap. Hasil tulisan mereka masih banyak yang belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar. Hal ini disebabkan siswa masih belum terbiasa menerapkan kaidah-kaidah kebahasaan dalam menulis. Kelemahan atau kekurangan tersebut dapat dimaklumi karena siklus yang dilakukan merupakan siklus pertama dalam penelitian ini. Siklus II dilaksanakan guna mengatasi kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I. Setelah peneliti berdiskusi dengan guru, akhirnya diperoleh kesepakatan solusi yang dilakukan guru sebagai bahan perbaikan dari siklus I. Solusi tersebut berupa perubahan posisi guru pada saat mengajar. Posisi guru yang commitkelas to user awalnya lebih banyak berada di depan hendaknya diubah berkeliling kelas
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
agar perhatian guru kepada siswa dapat menyeluruh. Selain itu, guru hendaknya bersikap lebih tegas terhadap siswa, khususnya siswa yang malas dalam mengerjakan tugas menulis. Selain itu, pada pertemuan sebelumnya guru memberikan tugas terlebih dahulu kepada siswa agar mereka mencari materi yang akan dipakai pada siklus II, sehingga pada siklus II tulisan siswa lebih berkembang. Guru harus memberikan contoh yang lebih konkret mengenai kesalahan berbahasa. Pemberian contoh tersebut bisa dengan membandingkan antara pekerjaan siswa yang baik dan yang memperoleh nilai kurang. Hasil pelaksanaan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan kemampuan menulis narasi siswa jika dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus I, jumlah siswa yang telah mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar sebanyak 15 siswa, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan signifikan sebanyak 25 siswa. Kendati demikian, masih terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan. Kelemahan atau kekurangan tersebut adalah pada saat mengarang, siswa mengabaikan pemakaian huruf besar dan tanda baca yang diajarkan guru serta masih banyaknya siswa yang menggunakan kalimat tidak lengkap. Selain itu, pada siklus II siswa yang lulus belum mencapai 75%. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti merasa perlu melaksanakan siklus III guna memperbaiki kelemahan atau kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran menulis narasi siklus II. Siklus III dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan siklus II. Upaya meningkatkan kualitas tindakan siklus III yakni guru dan peneliti mempersiapkan solusi mengatasi berbagai kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Siklus III merupakan siklus terakhir dalam penelitian ini. Pada siklus ini guru dan peneliti berupaya memperkecil segala kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran menulis narasi. Pelaksanaan siklus terakhir dengan teknik Make a Match merupakan siklus yang menguatkan hasil siklus I dan siklus II. Penerapan teknik Make a Match dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Kartu kerangka karangan yang commit to user digunakan sebagai sarana pendukung dalam menerapkan teknik Make a Match
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
dari siklus ke siklus dipersiapkan sebaik mungkin. Oleh karena itu, pada siklus III diperoleh hasil yang cukup memuaskan walaupun terdapat beberapa siswa yang belum berhasil mencapai batas ketuntasan hasil belajar. Dalam hal ini, dapat dikatakan hampir semua siswa berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar menulis narasi. Jumlah siswa tersebut adalah 31 orang atau 91%. Berdasarkan tindakan yang telah disebutkan di atas, guru dikatakan telah berhasil melaksanakan pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match. Tindakan tersebut mampu membantu siswa dalam memunculkan ide sehingga mampu mengembangkan kerangka yang diberikan oleh guru dalam bentuk karangan narasi utuh dengan alur pemikiran yang runtut dan logis. Tindakan yang dilakukan tersebut mampu menjadikan siswa aktif selama proses pembelajaran sehingga kualitas hasil tulisan narasi mereka juga meningkat. Selain itu, siswa juga menjadi antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis. Bentuk antusiasme dan minat tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru, dan keaktifan mereka dalam mencari pasangan kartu serta mendiskusikan isi kartu tersebut. Hasil pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus menunjukkan bahwa penelitian ini bermanfaat meningkatkan keterampilan guru mengelola kelas, khususnya dalam pembelajaran menulis narasi. Guru dapat menggunakan teknik Make a Match sebagai sarana pendukung meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran menulis narasi. Selain itu, teknik ini juga mampu meningkatkan kualitas hasil tulisan narasi siswa. Keberhasilan teknik Make a Match dalam meningkatkan kualitas prosas dan kualitas hasil siswa dalam pembelajaran menulis narasi dapat pada uraian indikator berikut. 1. Siswa aktif mengikuti pembelajaran menulis narasi. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran yang selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Tindakan berupa penerapan teknik Make a Match yang dilaksanakan pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
setiap siklus mampu meningkatkan keaktifan siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga selama pembelajaran menulis narasi. Hasil observasi peneliti menunjukkan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 72%. Pada siklus II, keaktifan siswa meningkat menjadi 85% artinya siswa yang aktif dalam siklus II berjumlah sekitar 25 dari 28 siswa yang hadir. Sementara itu, siklus III jika dibandingkan siklus II mengalami peningkatan dari 85% menjadi 91%. Siswa yang aktif dalam siklus ini mencapai 29 siswa dari 31 siswa. Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa tindakan dalam penelitian ini berhasil meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini membuktikan bahwa Make a Match memiliki peranan penting dalam meningkatkan keaktifan siswa pada proses belajar mengajar. Peningkatan keaktifan siswa dapat dijabarkan debagai berikut. a. Respons siswa meningkat selama kegiatan apersepsi. Apersepsi merupakan langkah awal yang dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa terkait dengan pokok penting sebelum masuk ke dalam materi pelajaran. Pada apersepsi ini, guru selalu memberikan pertanyaan sesuai dengan tema pelajaran yang dipelajari. Respons yang diberikan siswa terhadap apersepsi yang diberikan guru selalu mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi pada siklus I sebanyak 13 siswa atau sekitar 48%. Pada siklus II siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 54% atau sebanyak 15 siswa. Pada siklus III mengalami peningkatan signifikan menjadi 87% atau sebanyak 27 siswa yang aktif selama apersepsi. b. Perhatian siswa meningkatnya ketika guru menjelaskan materi/KBM Perhatian siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Untuk menumbuhkan perhatian tersebut, guru harus merangsang siswa dengan menerapkan cara-cara yang sudah biasa maupun cara-cara baru yang digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat diterapkan guru adalah melalui berbagai macam teknik meskipun dalam commitpenelitian to user ini, guru memanfaatkan teknik koridor metode yang sama. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
Make a Match. Setelah tindakan tersebut dilaksanakan, perhatian siswa dalam pembelajaran menulis narasi meningkat. Meningkatnya perhatian siswa dalam pembelajaran juga telah membuktikan bahwa teknik Make a Match mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Dalam hal ini, siswa merasa mendapatkan teknik yang berbeda dari biasanya. Kartu yang berisi kerangka karangan membantu siswa menuangkan gagasan secara runtut. Siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru saat memberikan materi pada siklus I sebanyak 16 siswa atau sekitar 59%. Pada siklus II siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru sebesar 71% atau sebanyak 20 siswa. Pada siklus III mengalami peningkatan menjadi 81% atau sebanyak 25 siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru. c. Siswa semakin aktif mencari pasangan kartu. Salah satu bagian penting dalam pembelajaran dengan teknik Make a Match adalah kartu-kartu. Dalam hal ini, guru membagikan kartu yang berisi kerangka karangan kepada setiap siswa, kemudian siswa diminta mencari pasangan kartu tersebut. Oleh karena itu, hendaknya siswa mencari pasangan kartu dengan baik. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui isi keseluruhan kerangka yang kemudian dikembangkan menjadi karangan narasi secara utuh. Terkait dengan kartu kerangka karangan yang dibagikan, peneliti mengamati bahwa siswa telah menampakkan keaktifan dalam mencari pasangan kartu pada setiap siklusnya. Pada siklus I, siswa yang aktif mencari pasangan kartu sebanyak 23 siswa atau sekitar 85%. Pada siklus II sebesar 100% atau sebanyak 30 siswa dan pada siklus III tetap bertahan 100% atau sebanyak 31 siswa yang aktif mencari pasangan karu yang berisi kerangka karangan. d. Siswa aktif mendiskusikan gabungan kartu Siswa melakukan diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan agar siswa membicarakan kebenaran dan keruntutan isi kerangka karangan yang terdapat dalam kartu kerangka. Dengan mendengarkan beragam pendapat, siswa diharapkan berpikir dan saling menggali informasi mengenai subjek yang dibahas pada karangan mereka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
Peningkatan keaktifan siswa terjadi pada kegiatan diskusi ini. Keaktifan selama berlangsungnya diskusi ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi di setiap siklusnya. Pada siklus I, siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi sebanyak 21 siswa atau sekitar 78%. Pada siklus II meningkat, sebesar 93% atau sebanyak 27 siswa dan pada siklus III menjadi 100% atau sebanyak 31 siswa yang aktif dalam melaksanakan kegiatan diskusi. e. Siswa semakin baik dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi bentuk karangan narasi secara runtut. Pengembangan sebuah karangan memerlukan sejumlah data atau kebenaran peristiwa yang mendukung bahasan yang nantinya akan dituliskan dalam sebuah karangan. Sejumlah data atau kebenaran peristiwa tersebut biasanya dituliskan dalam bentuk kerangka karangan. Kerangka karangan yang telah diberikan oleh guru, selanjutnya dikembangkan dalam bentuk karangan narasi secara runtut dan logis sesuai dengan informasi mengenai tokoh yang tersaji di dalam kartu. Kemampuan siswa dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi bentuk karangan narasi utuh mengalami peningkatan, yakni sebesar 78% atau sebanyak 8 siswa pada siklus I, 89% atau sebanyak 12 siswa pada siklus II, dan 94% atau sebanyak 16 siswa pada siklus III.
f. Siswa mengerjakan tugas menulis narasi yang diberikan oleh guru. Salah satu permasalahan yang terdapat pada kelas XI Bahasa adalah siswa menyepelekan tugas yang diberikan guru. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memecahkan masalah tersebut, yakni dengan teknik Make a Match, guru memberlakukan hukuman kepada siswa yang memiliki nilai kurang dan siswa yang tidak mengerjakan tugas menulis narasi. Teknik ini terbukti cukup menggentarkan siswa sehingga kemauan siswa dalam menulis karangan narasi mengalami peningkatan, yakni sebesar 85% atau sebanyak 23 siswa pada siklus I, 100% atau sebanyak 30 siswa pada siklus II, dan 100% atau sebanyak 31 siswa pada siklus III. commit to usermengelola kelas g. Meningkatnya keterampilan guru dalam
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru antara lain berupa tindakan memberikan perhatian seluruh siswa, memilih pokok bahasan atau tugas yang diberikan kepada murid, menyajikan materi dengan mengombinasikan metode ceramah dengan metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran, memanfaatkan teknik pembelajaran lain
yang berbeda dari
teknik yang dilakukan sebelumnya, bergerak berkeliling guna mengawasi kegiatan kelas, memberi penghargaan kepada murid yang kerjanya baik, serta memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru jauh lebih baik dari yang dilakukan guru sebelumnya pada saat survei awal. Kelemahan atau kekurangan guru selama berlangsungnya proses pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match sedikit demi sedikit dapat diminimalisasi. Guru mampu meningkatkan peran sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Pada awalnya posisi guru saat mengajar hanya berada di depan kelas. Seiring berjalannya waktu kelemahan yang dilakukan guru tersebut dapat diperbaiki dengan cara dapat mengubah posisi mengajar dengan berkeliling ke seluruh kelas. Pada saat itu, guru memberikan kesempatan agar siswa aktif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, perhatian yang diberikan guru saat siswa mengerjakan tugas bertambah jika dibandingkan survei awal. Oleh karena itu, siswa termotivasi mengerjakan tugas karena merasa diperhatikan guru. Setelah tindakan dilakukan di setiap siklus dalam proses kegiatan belajar mengajar, pembelajaran menjadi menyenangkan dan dikakatakan inovatif sebab guru menampilkan pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Hal tersebut berimplikasi pada kemampuan menulis narasi siswa. Peningkatan keaktifan siswa pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
35 30 25 APERSEPSI KBM
20
MENCARI PASANGAN KARTU 15
MENDISKUSIKAN KARTU MENGOREKSI DAN MEMBERI HUKUMAN
10
MENGERJAKAN TUGAS MENULIS
5 0 SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Gambar 4. Perbandingan Peningkatan Keaktifan Siswa
Berdasarkan gambar di atas, pembaca dapat mengetahui bahwa masingmasing indikator keaktifan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi mampu meningkatkan keaktifan siswa. Siswa lebih termotivasi dalam mengembangkan tema tulisan karena adanya diskusi kelompok. Selain itu, teknik ini dapat mengurangi kebosanan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis narasi. Adanya sistem eksekusi dalam teknik ini mampu membuat siswa takut bermalas-malasan dalam pembelajaran menulis narasi, bahkan pada siklus III, siswa yang tidak hadir tetap berusaha mengumpulkan karangan narasi.
2. Hasil pembelajaran menulis narasi meningkat Hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam menulis narasi dapat meningkat setelah adanya tindakan berupa penerapan teknik Make a Match. Kemampuan siswa dalam menulis narasi mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Tulisan yang dihasilkan siswa mengalami peningkatan dalam beberapa aspek penulisan, baik dari aspek isi/substansi, pengorganisasian tulisan, pemanfaatan potensi kata (penggunaan kosakata), penggunaan kaidah bahasa tulis maupun karakteristik tulisan. a. Isi/substansi Isi atau subtansi yang ditulis dalam suatu karangan diperoleh dari ide atau gagasan. Gagasan atau ide yang ingin disampaikan penulis melalui commit to user tulisannya disebut topik. Gagasan ini dapat berupa pendapat, pengalaman, atau
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang (Nurudin, 2007: 5). Dalam hal ini, siswa mampu menentukan ide tulisan dan mengembangkannya setelah mencari urutan kartu dan mendiskusikannya dalam kelompok. Selain itu, ide siswa lebih berkembang jika guru mengaktifkan siswa dalam mencari informasi
mengenai
subjek
sumber
tulisan.
Siswa
lebih
mudah
mengembangkan tulisan jika mereka mempunyai informasi yang dipakai sebagai bahan untuk disampaikan. Dengan adanya kartu yang berisi kerangka karangan, siswa menjadi mudah dalam memunculkan ide karena siswa sudah dibantu dengan kerangka karangan pada kartu tersebut sehingga mereka dapat mengembangkannya dalam bentuk karangan narasi utuh dengan baik. Selain itu, siswa diberi kesempatan untuk memiliki pengalaman khusus mengenai tokoh yang akan diulas, baik lewat wawancara ataupun menggali informasi lewat internet. Dengan demikian isi tulisan siswa menjadi berbobot dan berkembang. Aspek isi/substansi dalam tulisan siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai siswa yang mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa pada prasiklus adalah 10. Pada siklus I, rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa adalah 16. Pada siklus II dan III mengalami peningkatan yakni menjadi 20 dan 24. Pada siklus III bahkan terdapat dua siswa yang memperoleh nilai 30 (sempurna) untuk aspek isi karena mereka mampu mengembangkan kerangka menjadi tuliasan biografi yang lengkap dan dengan informasi yang luas. b. Pengorganisasian Tulisan Hasil kerja siswa pada setiap siklus menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mengorganisasikan tulisan dengan baik. Hal tersebut menjadikan tulisan siswa mudah dipahami oleh pembaca walaupun masih terdapat beberapa siswa yang mengorganisasikan kalimat demi kalimat dalam tulisan mereka dengan gagasan yang meloncat-loncat dan tidak sistematis. Peningkatan kemampuan pada aspek ini terlihat pada nilai yang dicapai to user siswa dalam mengorganisasikan oleh siswa. Pada saat pretes,commit kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
tulisan masih tergolong rendah dengan rerata perolehan 9. Sebagian besar siswa kurang lancar dalam menuangkan ide dalam tulisan mereka. Selain itu, penyajian siswa masih kurang sesuai, paragraf yang disusun oleh siswa sebagian besar tidak berbentuk paragraf, akan tetapi berupa baris-baris kata, atau bahkan seluruh karangan hanya tersaji dalam satu paragraf saja. Siswa mengalami peningkatan perolehan rerata nilai aspek organisasi isi pada siklus I, yakni 11, pada siklus II mengalami peningkatan kembali dengan rerata 13 dan pada siklus III rerata nilai aspek organisasi isi karangan siswa menjadi 16. c. Penggunaan Bahasa Setelah adanya tindakan, siswa mampu menggunakan kaidah bahasa tulis dengan baik jika dibandingkan dengan survei awal. Peneliti dapat mengatakan demikian sebab kesalahan bahasa tulis yang dilakukan siswa pada siklus III berkurang. Rerata perolehan nilai aspek penggunaan bahasa siswa pada prasiklus adalah 5. Pada pertemuan berikutnya dalam siklus yang berbeda guru selalu memberikan umpan balik atas kesalahan yang ditulis siswa dalam karangan yang dihasilkan pada pertemuan sebelumnya. Pada siklus I, rerata perolehan nilai aspek penggunaan bahasa siswa mencapai 11, pada siklus II meningkat menjadi 12 dan pada siklus III menjadi 16. Pada setiap pergantian siklus, secara berangsur-angsur siswa menyusun struktur kalimat sesuai dengan aturan sintaksis yang benar sehingga maksud yang terkandung dalam tulisan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Kesalahan penggunan bahasa yang dilakukan oleh sebagian besar siswa adalah penggunaan kalimat tidak lengkap. Beberapa kalimat yang ditulis siswa merupakan kalimat tidak bersubjek, atau kalimat yang hanya terdiri atas subjek saja. d. Kosakata Pada survei awal, kosakata yang dipakai oleh siswa masih tampak biasa. Selain itu, pada survei awal materi yang diberikan oleh guru adalah menulis narasi secara umum. Perolehan rerata nilai aspek kosakata siswa pada prasiklus adalah 11. Pada tahap tindakan, guru memberikan materi berupa commit user biografi tokoh yang dibuat oleh menulis narasi biografi. Dalam tulisantonarasi
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa pada siklus I hingga III, siswa sudah mampu mengembangkan potensi kosakata. Dari tema pada masing-masing siklus, siswa memperoleh kosakata baru. Misalnya pada siklus I, siswa memperoleh kosakata baru yang berkaitan dengan sejarah, karena pada tahap tersebut siswa menulis biografi pahlawan. Pada siklus I, rerata nilai aspek kosakata siswa 11, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 13 dan naik kembali pada siklus III menjadi 17. e. Ejaan / Mekanik Pada survei awal, peneliti banyak menemukan kesalahan dalam tulisan narasi siswa. Hal ini dapat dibuktikan pada rerata nilai aspek mekanik siswa pada prasiklus, yakni 2. Hal tersebut disebabkan guru yang kurang menekankan kepada siswa mengenai pentingnya penggunaan ejaan dan tanda baca yang benar dalam menulis. Setelah diberi penjelasan dan diberi contohcontoh tulisan narasi, nilai siswa dalam aspek ini selalu mengalami peningkatan. Dalam hal ini, penerapan teknik Make a Match memiliki peranan yang berarti, yakni dapat mendorong siswa untuk menulis dengan baik dan benar dan memperhatikan ejaan serta tanda baca. Pada siklus I, rerata nilai aspek mekanik siswa 3, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 5 dan naik kembali pada siklus III menjadi 6. Peningkatan rerata perolehan nilai siswa pada setiap aspek penilaian hasil menulis narasi siswa dalam penelitian ini tersaji pada gambar berikut. 25 20
ISI
15
ORGANISASI ISI PENGGUNAAN BAHASA KOSAKATA
10 5
MEKANIK
0 SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Gambar 5. Perbandingan Peningkatan Skor Nilai Siswa Pada Setiap Aspek Penilaian
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi mampu meningkatkan kualitas hasil tulisan narasi siswa. Gambar di atas merupakan bukti bahwa kualitas hasil karangan siswa dalam penelitian ini senantiasa mengalami peningkatan. Rerata perolehan nilai siswa pada setiap aspek penilaian senantiasa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Dalam penelitian ini, guru memperbaiki cara mengajar sehingga mampu memberikan pemahaman yang lebih kepada siswa mengenai tulisan yang baik. Guru menerapkan tahapan penulisan dalam penelitian ini. Selain itu, guru mengajarkan mengenai profil penilaian karangan. Kedua hal ini tidak dilaksanakan pada prasiklus. Oleh karena itu, perubahan cara mengajar mampu meningkatkan kualitas hasil karangan narasi siswa. Tabel 11. Nilai Menulis Narasi Siswa Pratindakan dan Pascatindakan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Ahimsa Eka A. Chitra Kusuma D. Dilla Agusta V. Dwi Sri L. Erni Supriyanti Faizal Haryo W. Farras Alda H. Fath Anissa H. Febrian Bagus K. Febriana C Futria Ayu W. Igga Swastika Kusuma Asmara D. Lia Tarzuqia R. Maria Andya T. Nabela Yeni S. Petra Eka H. Pradipta Angga S Prahasdika Dhimas Y. Primadinar Sekar R. Ragil Kurniawan Rahmadhani Osa I. Retnaningtyas Diah P. Roro Hanaliesia Seline C Selvi Windiastuti Shevi Prima E. Tafsiroh Tessa C. Tiara Utari Venda Vista T. Vivian Rheza AF. Wening Indriyati Wesly Valentino Total Rata-rata
PRASIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
0 0 55 54 0 59 57 60 0 0 55 0 55 63 53 67 0 0 58 74 57 47 0 0 64 78 52 48 54 57 47 0 0 42 1256 36,94
62 0 0 80 81 0 71 64 72 74 53 0 0 73 74 69 0 0 66 73 61 76 86 76 0 87 78 0 68 61 74 69 82 0 1730 50,88 commit
70 80 72 81 80 77 77 74 0 70 66 0 68 0 84 77 0 77 0 81 78 70 77 80 78 76 81 0 82 80 78 82 80 59 2135 62,79 user
to
SIKLUS III
KETERANGAN
80 81 81 90 91 86 78 83 89 88 74 83 64 81 96 79 83 74 67 88 83 0 94 80 85 84 87 82 77 81 83 86 91 79 2524 74,24
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas LULUS = 85,3 % TIDAK = 14,7%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik Make a Match meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 3 Salatiga. Hal tersebut terlihat pada keterangan berikut. 1. Siswa Aktif dalam Pembelajaran Menulis Narasi Peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran tampak dalam aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match. Aktivitas siswa yang mengidentifikasikan keaktifan tersebut antara lain: a. jumlah siswa yang aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru terus mengalami peningkatan pada setiap siklus, yakni 38% pada siklus I, 44% pada siklus II, dan 79% pada siklus III; b. jumlah siswa yang aktif memperhatikan penjelasan materi pada saat KBM mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yakni 47% pada siklus I, 59% pada siklus II, dan 79% pada siklus III; c. jumlah siswa yang aktif mencari pasangan kartu mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I sebesar 68%, siklus II sebesar 88%, dan siklus III sebesar 91%. d. jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan mendiskusikan meningkat di setiap siklusnya, yakni 62% pada siklus I, 76% pada siklus II, dan 91% pada siklus III; e. jumlah siswa aktif mengoreksi bersama dan memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan kesalahan meningkat di setiap siklusnya, yaitu 62% pada siklus I, 74% pada siklus II, dan 85% pada siklus III; commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
f. jumlah siswa yang mau mengerjakan tugas menulis narasi secara utuh mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya, yakni 68% pada siklus I, 88% pada siklus II, dan 91% pada siklus III. Rerata peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut. Pada siklus I prosentase keaktifan siswa mencapai 57%, meningkat 14 poin dari survei awal. Pada siklus II siswa yang aktif selama pembelajaran sebesar 72% dan pada siklus III mencapai 86%. Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi di atas tidak terlepas dari peran guru. Dalam hal ini peningkatan kualitas proses pembelajaran disebabkan adanya peningkatan keterampilan guru mengelola kelas. Dengan diterapkannya teknik Make a Match memacu guru lebih terampil mengelola kelas. Peningkatan keterampilan guru tampak pada tindakannya memberikan perhatian pada seluruh siswa di kelas. Selain itu, guru menerapkan metode atau teknik pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya yang hanya memberikan tugas menulis. Pada pembelajaran kali ini guru mengombinasikan ceramah dengan teknik lain sehingga siswa tidak bosan lagi mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru sudah mampu bersikap lebih tegas, sehingga sikap siswa yang menyepelekan guru berkurang. Di samping itu, guru berperan dalam memotivasi siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung. Kondisi yang demikian jauh lebih baik daripada pengelolaan kelas yang dilakukan guru pada survei awal. Secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit kelemahan guru dapat teratasi setelah diterapkannya tindakan pada pembelajaran menulis narasi dengan teknik Make a Match. 2. Kualitas Hasil Tulisan Narasi Siswa Meningkat Penerapan teknik Make a Match meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi. Hal ini ditandai dengan rerata nilai menulis narasi siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa 50,9; siklus II 62,79; dan siklus III mencapai 74,24. Keefektifan penerapan teknik Make a Match diidentifikasi dengan 31 siswa yang telah mampu mencapai nilai commit to user ketuntasan hasil belajar (nilai 70 ke atas) pada siklus III.
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu, peningkatan kualitas hasil tulisan narasi siswa dapat dicermati pada indikator berikut. a. Isi/substansi Aspek isi/substansi dalam tulisan siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan. Rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa pada prasiklus adalah 10. Pada siklus I, rerata nilai aspek isi yang diperoleh siswa adalah 16. Pada siklus II dan III mengalami peningkatan yakni menjadi 20 dan 24. Pada siklus III bahkan terdapat dua siswa yang memperoleh nilai 30 (sempurna) untuk aspek isi. b. Pengorganisasian Tulisan Peningkatan kemampuan pada aspek ini terlihat pada skor capaian yang diperoleh
siswa.
Pada
saat
pretes,
kemampuan
siswa
dalam
mengorganisasikan tulisan masih tergolong rendah dengan rerata perolehan 9. Siswa mengalami peningkatan perolehan rerata nilai aspek organisasi isi pada siklus I, yakni 11, pada siklus II mengalami peningkatan kembali dengan rerata 13 dan pada siklus III rerata nilai aspek organisasi isi karangan siswa menjadi 16. c. Penggunaan Bahasa Rerata nilai perolehan aspek penggunaan bahasa siswa pada prasiklus adalah 5. Pada siklus I, rerata perolehan nilai aspek penggunaan bahasa siswa mencapai 11, pada siklus II meningkat menjadi 12 dan pada siklus III menjadi 16. d. Kosakata Pada survei awal, kosakata yang dipakai oleh siswa masih tampak biasa. Perolehan rerata nilai aspek kosakata siswa pada prasiklus adalah 11. Pada siklus I, rerata nilai aspek kosakata siswa 11, lalu pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 13 dan naik kembali pada siklus III menjadi 17. e. Ejaan / Mekanik Pada survei awal, peneliti banyak menemukan kesalahan dalam tulisan commit topada user rerata nilai aspek mekanik siswa narasi siswa. Hal ini dapat dibuktikan
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada prasiklus, yakni 2. Pada siklus I, rerata nilai aspek mekanik siswa 3, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 5 dan naik kembali pada siklus III menjadi 6.
B. Implikasi Implikasi yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi : (1) implikasi teoretis; (2) implikasi pedagogis; (3) implikasi praktis. Penjelasan masing-masing implikasi adalah sebagai berikut. 1. Implikasi Teoretis Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan
tentang
peran
model
pembelajaran
yang
tepat
dalam
pembelajaran menulis, khususnya menulis narasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran yang tepat mampu meningkatkan kualitas proses maupun hasil menulis narasi siswa. Penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi mampu memacu antusiasme siswa dalam proses pembelajaran. Teknik Make a Match memiliki ciri khas kartu serta adanya eksekusi. Kelebihan teknik ini yakni kartu yang berisi kerangka karangan mampu memicu semangat siswa dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang runtut. Selain itu, sistem eksekusi dalam teknik ini mampu memicu semangat siswa untuk mengerjakan tugas menulis narasi. Siswa terpicu mengerjakan tugas menulis narasi dengan baik karena takut diberi hukuman. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh guru lain dalam mengajarkan materi menulis narasi faktual biografi tokoh. Selain itu, teknik Make a Match dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi pada kelas dengan kondisi siswa yang kurang semangat dalam kegiatan menulis. Kelemahan teknik Make a Match yakni membutuhkan banyak tenaga. Guru harus mempersiapkan kartu dan kerangka karangan untuk dibagikan kepada siswa. Selain itu, guru harus berperan aktif membimbing siswa selama proses commit to user eksekusi karena siswa belum tentu paham terhadap profil penilaian karangan.
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari beberapa hal yang berkaitan dengan teknik Make a Match, hasil penelitian ini membuktikan bahwa teknik Make a Match dapat digunakan sebagai alternatif cara bagi guru bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran menulis yang menarik dan efektif. 2. Implikasi Pedagogis Keberhasilan pembelajaran membutuhkan peran serta dari berbagai pihak. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dituntut untuk bekerja keras menidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, bahkan mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh setiap siswa kemudian mencari solusi yang tepat agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan efektif.
Selain itu, pemecahan masalah
memerlukan bantuan dari pihak sekolah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran. 3. Implikasi Praktis Setelah penelitian dilaksanakan, terlihat dengan jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa hal. Dilihat dari sisi guru yaitu : keterampilan mengelola kelas, kemampuan guru mengembangkan materi pembelajaran, kemampuan guru dalam membangkitkan keaktifan, perhatian, dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran, serta teknik yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Pedoman penilaian yang tepat juga harus diterapkan oleh guru sesuai dengan kompetensi
yang
akan
dicapai.
Dari
sisi
siswa,
minat,
motivasi,
pengalaman/background knowledge dan lingkungan yang kondusif sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran. Kedua hal di atas berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Oleh karena itu, kedua hal tersebut harus terjalin dengan baik guna meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi. Keterampilan guru mengelola kelas, memilih teknik yang sesuai serta tema pembelajaran yang tepat akan disambut dengan baik oleh siswa jika siswa dalam kondisi siap mengikuti pembelajaran serta didukung lingkungan yang commit to user kondusif. Dari lingkungan yang kondusif ini, minat dan semangat siswa dalam
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengikuti pembelajaran pun akan tumbuh, sehingga tercipta lingkungan pembelajaran yang aktif dan interaktif.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, peneliti mengajukan saran sebagai berikut. 1. Bagi siswa a. Siswa kelas Bahasa hendaknya lebih aktif bertanya, berdiskusi dan mencari informasi dari sumber lain guna memperoleh informasi penjelas yang cukup untuk mengembangkan ide dalam menulis, khususnya menulis narasi; b. Siswa kelas Bahasa lebih baik memperbanyak membaca contoh-contoh tulisan narasi, khususnya biografi tokoh untuk mendalami materi yang sedang dipelajari; c. Siswa kelas Bahasa sebaiknya lebih berhati-hati dan memperhatikan profil penilaian karangan dalam menulis; d. Siswa kelas Bahasa hendaknya lebih hormat dan menjaga sikap ketika guru mengajar dan mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat. 2. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia a. Hendaknya guru menerapkan teknik Make a Match dalam pembelajaran menulis narasi; b. Guru sebaiknya menggunakan pedoman penilaian yang akurat setiap kali menilai proses dan hasil pembelajaran menulis narasi; c. Guru hendaknya menerapkan tahapan penulisan dalam pembelajaran menulis; d. Guru lebih baik mengaktifkan siswa dalam pembelajaran menulis dengan melibatkan
siswa
dalam
mencari
informasi
sebagai
bahan
mengembangkan karangan; e. Guru hendaknya memotivasi siswa kelas Bahasa agar lebih produktif dalam kegiatan menulis. commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bagi kepala sekolah a. Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru agar senantiasa melakukan pembaharuan teknik mengajar dalam pembelajaran menulis karena setiap kelas memiliki permasalahan yang berbeda; b. Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada setiap kelas dan meminta guru mencari solusi atas permasalahan tersebut, khususnya dalam pembelajaran menulis.
commit to user