perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)
Skripsi Disusun oleh: MAYA RAHAYU K 1304005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)
Oleh: MAYA RAHAYU K 1304005
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi
ini
telah
disetujui
oleh
pembimbing
skripsi
untuk
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juni 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Budi Usodo, M.Pd.
Dyah Ratri Aryuna, S.Pd., M.Si.
NIP. 19680517 1993 03 1 002
NIP. 19700418 200012 2 001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Sutopo, S.Pd., M.Pd.
Sekretaris
: Ira Kurniawati, S.Si.,M.Pd.
Anggota I
: Drs. Budi Usodo, M.Pd.
Anggota II
: Dyah Ratri Aryuna, S.Pd., M.Si.
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Maya Rahayu, EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division yang dimodifikasi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional khususnya pada materi himpunan. (2) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika khususnya pada materi himpunan. (3) Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division yang dimodifikasi dan model pembelajaran konvensional yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi himpunan jika ditinjau dari motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, yang terdiri dari 5 kelas dengan banyaknya siswa 179 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas dengan banyaknya siswa kedua kelas tersebut adalah 73 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Uji coba instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang berupa data nilai matematika pada Ujian Akhir Semester I Kelas VII tahun pelajaran 2009/2010. Metode angket untuk data motivasi belajar siswa dan metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi himpunan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal menggunakan uji Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) menggunakan metode Bartlett. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division yang dimodifikasi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional (Fa = 5.276> 3.986 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). Dengan rerata marginal model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division sebesar 65.61 lebih besar dari pada rerata marginal model pembelajaran konvensional sebesar 59.96. (2) Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah (Fb = 1.277 < 3.136 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama. (3) Model commit toTeams user Achievement Division selalu pembelajaran kooperatif tipe Students
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional pada setiap kategori motivasi belajar matematika(Fab = 0.531 < 3.136 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%).
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Maya Rahayu. EXPERIMENTATION COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) MODIFICATION TYPE TOWARD THE MATHEMATICS LEARNING VIEWED FROM STUDENT‟S MATHEMATICS LEARNING MOTIVATION(The Research was conducted in 14th Government‟s Junior High School in Surakarta at Year 2009/2010). Thesis. Surakarta:Teaching dan Education Faculty, Sebelas Maret University, 2011. This research aims are: (1) to know whether cooperative learning model of STAD modification type gives better mathematics learning achievement than conventional learning model. (2) To know whether mathematics learning motivation influences mathematics learning achievement especially in set matery. (3) To know which one gives better mathematics learning achievement between cooperative learning model of STAD modification type and conventional learning model especially in set matery viewed from mathematics learning motivation. This research used quasi experimental method. The population of this research was all the second years students of 14th Government‟s Junior High School in Surakarta which consist of 5 classes with 179 students. The sample used in this research is from 2 classes with 73 students. It was taken by cluster random sampling. While the try out was carried out in 16th government‟s Junior High School in Surakarta. The collecting data technique was document technique to know value data of Mathematics Last Comprehensive Test(UAS) Semester 1 and test method. The questionnaire instrument was applied to know the student‟s mathematics learning motivation while the test instrument to know mathematics learning achievement on set matery. Data analysis technique used two ways variance analysis with different cell. The analysis requirement was normality test by Lilliefors method and homogenity test by Bartlett method. The result of this research are (1) cooperative learning models of STAD modification type gives better mathematics learning achievement than conventional learning model(Fa = 5.276> 3.986 = Ftable in 5% significant level ). The marginal average of cooperative learning model of STAD modification type is 65.61, greater than the marginal average conventional learning model which is only 59.96. (2) There is no difference mathematics learning achievement among students with high, medium, and low mathematics learning motivation(Fb = 1.277 < 3.136 = Ftable in 5% significant level). It means that students with high, medium and low mathematics learning motivation have the same mathematics learning achievement. (3) Cooperative learning model of STAD modification type always gives better mathematics learning achievement than conventional learning model on each motivation category(Fab = 0.531 < 3.136 = Ftable in 5% significant level).
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Qs. Al Insyirah: 6-8)
Titik air melubangi batu tidak sekaligus, tetapi dengan sering jatuh (anonim)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun dengan penuh perjuangan ini, Kupersembahkan kepada: Bapakku dan Ibuku yang telah memberikan segalanya yang terbaik dalam hidupku. Adik-adikku yang selalu mendoakanku agar cepat lulus dan cepat kerja Pengisi
relung
hatiku
yang
selalu
memberikan kesejukan di setiap hari-hariku. Mahasiswa P. Math „04 atas doa dan dukungan. UNS yang memberiku pengalaman hidup berharga. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang mengatur setiap desah nafas setiap makhluk di bumi ini. Atas limpahan nikmat dan kemurahan-Nya skripsi yang berjudul “Eksperimentasi Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Student
Teams
Achievement
Division(STAD) yang Dimodifikasi terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)” dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak antara lain: 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
2.
Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, ketua jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
3.
Triyanto, S.Si, M.Si, ketua program P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi
4.
Henny Ekana Chrisnawati, S.Si, M.Pd. sebagai koordinator skripsi P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan ijin menyusun skripsi ini
5.
Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si. sebagai pembimbing akademik yang senantiasa memberikan motivasi, perhatian, semangat dan kasih sayang yang sangat berarti bagi penulis.
6.
Drs. Budi Usodo, M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
7.
Dyah Ratri Aryuna, S.Pd., M.Si. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang commit to user sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
x
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Ratna Purwaningtyastuti, S.Pd., M.Pd., kepala SMP Negeri 14 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
9.
Drs. M. Amir Khusni, M.M., kepala SMP Negeri 16 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian/try out.
10. Drs. Sri Sugiyanto, guru bidang studi matematika SMP Negeri 14 Surakarta yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu selama melakukan penelitian . 11. Dra. Kristina Sri Rahayu, guru bidang studi Matematika SMP Negeri 8 Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan try out. 12. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang dan dukungan yang tak terhingga. 13. Adik-adikku, terima kasih untuk doa dan kasih sayang yang tulus. 14. Kekasihku, terima kasih untuk pengertian, kasih sayang, kesetiaan, doa dan motivasi yang tak pernah terhenti. 15. Fitriasari, Muslimah, Puji, Rika, untuk semua semangat di akhir-akhir perjuangan, setiap senyum dan kerelaan mendengar keluh kesahku. 16. Teman-teman mahasiswa P. Math ‟04 atas kebersamaan dalam setiap langkah menapaki luasnya dunia matematika. 17. Windy Cutez, Tiya Tiyul, Ana, Tina, Dhian, semua mantan penghuni kos ANITA(Senja, Mb Ika, Mb Arti, Mb Lindha, D‟ Lilih, Via, Tiwik, Rumi, Ardiyani, Mari, Wulan, dan Hely) atas semua kebersamaan dan keceriaan. 18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala bantuan dan kerja sama selama penyusunan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta memberikan kontribusi dan masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.
Surakarta, Februari 2011
commit to user
xi
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
7
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
8
D. Perumusan Masalah ...............................................................
9
E. Tujuan Penelitian ...................................................................
10
F. Manfaat Penelitian .................................................................
10
LANDASAN TEORI ....................................................................
11
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................
11
1.
Prestasi Belajar Matematika............................................
11
a.
Pengertian Belajar ....................................................
11
b.
Pengertian Prestasi Belajar ......................................
11
c.
Pengertian Matematika ............................................
12
d.
Pengertian Matematika Sekolah…………………..
13
e.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi commit matematika to user Prestasi Belajar .....................................
14
xii
perpustakaan.uns.ac.id
2.
3.
digilib.uns.ac.id
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .................
15
a.
Model Pembelajaran …………………. ..................
15
b.
Model Pembelajaran Kooperatif...... ........................
17
c.
Teori yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif......
19
d.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif...............................
21
e.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD......................... 22
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dimodifikasi....................................................................... 29
BAB III
4.
Model Pembelajaran Konvensional................................... 35
5.
Metode Mengajar............................................................... 36
6.
Prinsip Belajar Tuntas.......................................................
37
7.
Modul................................................................................
39
8.
Motivasi Belajar................................................................
41
B. Kerangka Pemikiran ...............................................................
44
C. Hipotesis.................................................................................
50
METODOLOGI PENELITAN ....................................................
51
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
51
1.
Tempat Penelitian ..........................................................
51
2.
Waktu Penelitian .............................................................
51
B. Jenis Penelitian .......................................................................
51
C. Populasi dan Sampel ..............................................................
52
1.
Populasi Penelitian ..........................................................
52
2.
Sampel Penelitian ............................................................
52
3.
Teknik Pengambilan Sampel ..........................................
52
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
53
1. Identifikasi Variabel ........................................................
53
2. Rancangan Penelitian........................................................
54
3. Pelaksanaan Penelitian......................................................
55
4. Metode Pengumpulan Data...............................................
55
a. Dokumentasi............................................................... . commit to user b. Tes ...............................................................................
56
xiii
56
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
c. Angket .........................................................................
56
5. Instrumen Penelitian.........................................................
57
a. Tes...............................................................................
57
b. Angket.........................................................................
60
E. Teknik Analisis Data ..............................................................
62
1.
Uji Keseimbangan ...........................................................
62
2.
Uji Prasyarat Analisis......................................................
63
a.
Uji Normalitas ..........................................................
63
b.
Uji Homogenitas ......................................................
64
3.
Pengujian Hipotesis.........................................................
65
4.
Uji Komparasi Ganda......................................................
70
HASIL PENELITIAN ..................................................................
73
A. Deskripsi Data ........................................................................
73
1.
Hasil Pengembangan Instrumen...................................... a.
Hasil Pengembangan Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ................ ......................
b.
73
73
Hasil Pengembangan Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa .......................................
75
2.
Data Skor Prestasi Belajar Matematika .................. ........
77
3.
Data Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa ..............
78
B. Pengujian Persyaratan Analisis ..............................................
78
1.
Uji Keseimbangan Sebelum Eksperimen ........................
78
2.
Persyaratan Analisis ........................................................
80
a. Uji Normalitas ...........................................................
80
b. Uji Homogenitas .......................................................
80
C. Pengujian Hipotesis ................................................................
81
1.
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ........
81
2.
Uji Komparasi Ganda......................................................
82
D. Pembahasan Hasil Analisis Data............................................
83
1. 2.
Hipotesis Pertama ........................................................... commit to user Hipotesis Kedua ..............................................................
xiv
83 84
perpustakaan.uns.ac.id
3. BAB V
digilib.uns.ac.id
Hipotesis Ketiga ..............................................................
85
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...............................
87
A. Kesimpulan ...........................................................................
87
B. Implikasi ................................................................................
87
1.
Implikasi Teoritis ............................................................
87
2.
Implikasi Praktis .............................................................
89
C. Saran ......................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
92
LAMPIRAN .....................................................................................................
95
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pembelajaran .............................................................. 98
Lampiran 2
Modul Pembelajaran................................................................. 129
Lampiran 3a
Lembar Validitas Isi Modul Pembelajaran Validator 1............ 235
Lampiran 3b
Lembar Validitas Isi Modul Pembelajaran Validator 2............ 239
Lampiran 3c
Lembar Validitas Isi Modul Pembelajaran Validator 3............ 243
Lampiran 4
Kuis dan Jawaban Kuis............................................................. 247
Lampiran 5
Daftar Kelompok Pembelajaran STAD ................................... 253
Lampiran 6
Tabel Perolehan Skor Kuis, Poin Kemajuan, dan Predikat Kelompok.................................................................................. 255
Lampiran 7
Piagam Penghargaan................................................................. 263
Lampiran 8
Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Matematika (Try Out) …...267
Lampiran 9
Angket Motivasi Belajar Matematika (Try Out) .............….....268
Lampiran 10
Lembar Jawab Angket (Try Out) ……………………………. 278
Lampiran 11
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika (Try Out) .............. 279
Lampiran 12
Soal Tes Prestasi Belajar (Try Out) ……………………......... 282
Lampiran 13
Pembahasan Soal Try Out Tes Prestasi Belajar …………...... 293
Lampiran 14
Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika (Try Out) ..... 303
Lampiran 15a Lembar Validitas Isi Angket Aktivitas Belajar Matematika oleh validator 1 .........................................................................305 Lampiran 15b Lembar Validitas Isi Angket Aktivitas Belajar Matematika oleh validator 2………………………………………………. 307 Lampiran 16a
Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika oleh validator 1 .........................................................................309
Lampiran 16b Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika oleh validator 2 .........................................................................313 Lampiran 17
Uji Validitas Butir Angket Motivasi Belajar Matematika.........317
Lampiran 18
Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Matematika ............. 319
Lampiran 19
Uji Validitas Butir Soal Tes Prestasi.........................................320 commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 20
digilib.uns.ac.id
Uji Reliabilitas dan Tingkat Kesukaran Butir Soal dan Instrumen.................................................................................. 322
Lampiran 21
Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Matematika (Penelitian) ........................................................... 325
Lampiran 22
Angket Motivasi Belajar Matematika (Penelitian)... ............... 326
Lampiran 23
Lembar Jawab Angket Motivasi Belajar Matematika............... 334
Lampiran 24
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika (Penelitian) ...........335
Lampiran 25
Soal Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ...................................... 338
Lampiran 26
Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar (Penelitian) ...................... 356
Lampiran 27
Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar .................................... 348
Lampiran 28
Nilai Ulangan Akhir Semester II tahun 2007/2008 ..................358
Lampiran 29
Uji Normalitas Kelompok Kontrol (Sebelum Penelitian)................................................................. 359
Lampiran 30
Uji Normalitas Kelompok Eksperimen (Sebelum Penelitian) ................................................................ 361
Lampiran 31
Uji Keseimbangan Kelompok Kontrol dan Eksperimen ......... 363
Lampiran 32
Data Induk Penelitian ............................................................... 365
Lampiran 33
Tabel Tata Letak Data Anava Dua Jalan Dengan Sel tak Sama ............................................................... 366
Lampiran 34
Uji Normalitas Baris 1 Kelompok Eksperimen (Sebelum Anava) ......................................................................367
Lampiran 35
Uji Normalitas Baris 2 Kelompok Kontrol (Sebelum Anava) ......................................................................369
Lampiran 36
Uji Normalitas Kolom Motivasi Kategori Tinggi .................... 371
Lampiran 37
Uji Normalitas Kolom Motivasi Kategori Sedang ................... 373
Lampiran 38
Uji Normalitas Kolom Motivasi Kategori Rendah .................. 375
Lampiran 39
Uji Homogenitas Antar Baris ................................................... 377
Lampiran 40
Uji Homogenitas Antar Kolom ................................................ 379
Lampiran 41
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ................. 382
Lampiran 42
Tabel Uji Nilai Statistik............................................................ 386 commit to user Surat Perijinan .......................................................................... 395
Lampiran 43
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan...................................................... 25 Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok...................................................... 26 Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD....... 25 Tabel 2.4 Langkah-langkah Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi............................................................................. 30 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian....................................................................... 54 Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi........................ 67 Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan............................................................... 68 Tabel 3.4 Rangkuman Analisis......................................................................... 70 Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen................................................ 78 Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................. 78 Tabel 4.3 Penentuan Kategori Motivasi Belajar Matematika Siswa................ 79 Tabel 4.4 Sebaran Kategori Motivasi Belajar Matematika Siswa.................... 79 Tabel 4.5 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Motivasi Belajar Tinggi, Sedang, dan Rendah ............................................... 79 Tabel 4.6 Rataan dan Variansi Nilai UAS Semester 1 Kelas Eksperimen(VII E) dan Kelas Kontrol(VII D)................................. 80 Tabel 4.7 Uji Normalitas Awal Sebelum Penelitian ....................................... 80 Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Normalitas........................................................... 81 Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Homogenitas....................................................... 82 Tabel 4.10 Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel tak Sama............................... 82 Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel tak Sama........ 83 Tabel 4.12 Rataan Marginal Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa............... 85
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu (Depdiknas, 2005: 4). Melalui pembelajaran matematika siswa dilatih untuk berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif serta mengembangkan kerja sama yang efektif. Hal ini disebabkan oleh struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antarkonsep dalam matematika sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional. Menyadari pentingnya peranan matematika, baik dalam penalaran dan pembentukan sikap pribadi siswa maupun dalam penguasaan, penerapan, dan keterampilan
matematika,
maka
sudah
seharusnya
proses
pembelajaran
matematika dan peningkatan prestasi belajar matematika mendapat perhatian yang serius. Oleh karena itu, guru hendaknya mempersiapkan pembelajaran matematika yang inovatif, membangkitkan motivasi dan semangat belajar, memberikan pengalaman belajar yang bermakna, mengembangkan berbagai keterampilan seperti pemecahan masalah, keterampilan sosial dan sebagainya. Diketahui bahwa matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ideide, struktur-struktur yang diatur menurut aturan yang logis. Matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang diberi simbol-simbol yang dibentuk dari beberapa unsur yang tidak didefininisikan menurut sistem deduktif. Objek yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak. Karakteristik matematika inilah yang mungkin menyebabkan matematika menjadi suatu pelajaran yang sulit dan momok bagi siswa. Hal ini sesuai dengan Darmiyati (2009: 534) yang menyatakan bahwa “Siswa merasa kesulitan belajar matematika karena menganggap konsep matematika sangat sulit dibandingkan dengan pengajaran lain”. Kurangnya penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika berakibat pada prestasi belajar matematika yang kurang memuaskan baik di tingkat nasional maupun internasional. commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selama ini proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran. Guru secara aktif menerangkan materi, memberi contoh soal dan latihan soal sedangkan siswa mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru (Sahat Saragih, 2006: 551). Diskusi kelompok jarang dilaksanakan sehingga pembelajaran di dalam kelas kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggali, mengkonstruksi dan mendiskusikan informasi maupun pengetahuan yang diperolehnya. Guru juga kurang memperhatikan aspek-aspek lain yang perlu dikembangkan pada siswa seperti kerja sama dan saling berbagi yang penting bagi kehidupan sosial siswa. Dalam suatu proses pembelajaran, suatu pengetahuan tidak dapat langsung dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Menurut Nurhadi dalam I Ketut Darma (2007: 110) disebutkan bahwa “Menurut paham konstruktivisme manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pengetahuan sesuai dengan pengalamannya”. Hal ini berarti siswa harus aktif membangun
struktur pengetahuannya berdasarkan
struktur kognitif yang dimiliki. Dengan demikian, perubahan proses pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa perlu dilakukan demi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, salah satunya adalah ketepatan guru dalam memilih metode mengajar. Dengan pemilihan metode mengajar yang tepat diharapkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran serta memperoleh berbagai kemampuan melalui serangkaian kegiatan belajar. Penggunaan metode mengajar ini dapat diperluas pada sebuah model pembelajaran. Suatu model pembelajaran berisi perencanaan pembelajaran di kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan model pembelajaran melibatkan suatu metode mengajar sebagai sarana menyampaikan materi commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelajaran. Dengan demikian suatu model pembelajaran juga menjadi faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, salah satunya adalah motivasi belajar siswa. Motivasi menjadi daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong dan pencapaian prestasi (Sardiman A. M., 2001: 83). Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka kualitas belajar siswa dimungkinkan meningkat dan prestasi belajar yang diharapkan tercapai. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi siswa di setiap kegiatan belajar mengajar. Salah
satu
model
pembelajaran
yang
berpusat
pada
siswa
dan
memperhatikan motivasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dasar pemikiran dari model pembelajaran ini yaitu “getting better together” melalui pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dalam suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan sosial (Indriasih, 2009: 79). Model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat sampai enam orang. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa dengan tingkat kemampuan dan latar belakang yang heterogen. Melalui situasi pembelajaran kooperatif siswa belajar dengan mendiskusikan tugas-tugas yang diberikan guru, saling membantu, dan bekerja sama menyelesaikan tugas maupun memecahkan masalah serta memahami materi yang diajarkan. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai pelajaran. Arends dalam Masnur Muslich (2007: 229) menyatakan bahwa “Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif”. Enam langkah tersebut yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi, penyajian informasi, pengelompokan siswa dalam tim-tim belajar, pemberian bantuan kerja kelompok dalam belajar, evaluasi materi, dan pemberian penghargaan. Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif dan sedikit bervariasi tergantung pada pendekatan yang digunakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Situasi pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk berargumentasi dengan teman sekelas dalam menemukan suatu konsep tertentu. Mereka saling berbagi strategi, berpikir kritis dalam membangun konsep dan menerapkan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, mereka dapat memperbanyak peluang untuk berbagi penemuan dan dialog untuk membangun pengetahuan baru serta mengembangkan ketrampilan sosial dan berpikir. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievement Division(STAD). Gagasan utama dari pembelajaran tipe STAD ini adalah memotivasi siswa supaya saling mendukung satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Slavin, 2008: 12). Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi oleh guru lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis tentang materi itu. Pada saat mengerjakan kuis ini mereka tidak boleh saling membantu. Jika skor kuis yang diperoleh suatu tim mencapai kriteria tertentu maka tim tersebut akan mendapat penghargaan. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi. Peran guru dalam pembelajaran masih tampak sebagai pemberi informasi. Hal ini mungkin akan mengurangi kemandirian siswa dalam belajar. Mereka beranggapan tidak perlu mempersiapkan materi sebelum pembelajaran sebab guru akan menjelaskan. Tentunya sikap seperti ini hendaknya dikurangi dengan menyajikan pembelajaran yang memacu siswa untuk mempelajari materi sebelum pelajaran sehingga mereka mempunyai pengetahuan untuk didiskusikan dengan teman sekelompoknya dan mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. Guru hendaknya menempatkan diri sebagai fasilitator yang memberikan dukungan dan kesempatan bagi siswa dalam mengembangkan ideide mereka sendiri. Dengan demikian perlu dirancang pembelajaran STAD yang tidak hanya melatih kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dari penjelasan guru semata. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran ini guru dapat memberikan commit to usertugas-tugas dalam suatu Lembar tuntunan berpikir melalui pertanyaan ataupun
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan Siswa(LKS). Lembar kegiatan siswa ini digunakan sebagai sarana berdiskusi bagi siswa dalam tim. Dengan tuntunan berpikir dalam LKS, siswa diharapkan mampu membangun konsep dan menentukan hubungan antarkonsep, serta menerapkan konsep yang diperoleh dalam menyelesaikan persoalan matematika. Sehubungan dengan upaya untuk memperbaiki pembelajaran dengan metode STAD yang masih menunjukkan adanya dominasi guru sebagai penyampai informasi dan upaya peningkatan prestasi belajar matematika maka penulis mencoba melakukan penelitian penggunaan model pembelajaran koooperatif dengan tipe STAD yang dimodifikasi. Sebelum menggunakan model pembelajaran ini, guru memberitahukan terlebih dahulu model pembelajaran yang akan digunakan pada siswa. Guru memberitahu bahwa guru tidak akan menjelaskan materi. Guru akan memberikan modul yang dapat digunakan sebagai bahan bacaan sebelum siswa mengikuti pembelajaran. Penggunaan modul tersebut memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan awal yang dapat digunakan sebagai bekal untuk diskusi. Dengan membaca modul tersebut memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang berbeda yang selanjutnya dapat didiskusikan dalam kelompok guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Melalui modul tersebut siswa juga dapat mengukur tingkat pemahaman mereka setelah mempelajari modul. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau belum paham akan menjadi bahan diskusi dengan teman sekelompok maupun diskusi kelas. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini, siswa terlebih dahulu diberi modul untuk dipelajari dirumah.
Siswa
juga
diharapkan
mengerjakan
lembar
penilaian
untuk
dikumpulkan pada setiap awal pembelajaran sebagai bentuk pertanggungjawaban bahwa mereka telah belajar modul. Adapun langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini diawali dengan pemberian motivasi dan apersepsi dari guru selanjutnya guru bertanya kepada siswa apakah ada hal-hal yang belum jelas saat mempelajari modul. Selanjutnya guru meminta siswa mempersiapkan modul dan mulai bekerja dalam tim. Kegiatan yang dilakukan dalam tim tersebut commit to user meliputi pengerjaan lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
tersedia di dalam modul. Dalam diskusi tersebut guru mendorong siswa untuk membangun pengetahuan baru sesuai dengan pemahaman yang dimiliki. Melalui diskusi ini diharapkan siswa saling bekerja sama, mengoreksi kesalahan, menyampaikan gagasan demi pemahaman siswa dalam tim. Ketika suatu kelompok telah menyelesaikan diskusi dan tugas mereka, guru memberikan kunci jawaban dari lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas dan mengoreksi kesalahan mereka, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Apabila sudah tidak ada lagi siswa yang bertanya, guru memberikan penekanan konsep dari apa yang telah dipelajari serta membimbing siswa merangkum materi. Selanjutnya pembelajaran diakhiri dengan pemberian kuis, dan penghargaan bagi tim yang berprestasi. Meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini dimungkinkan dapat memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai materi yang diajarkan. Kesulitan siswa dalam memahami materi dapat didiskusikan bersama dalam kelompok. Siswa yang kurang paham akan lebih leluasa untuk bertanya kepada temannya yang sudah paham sehingga dimungkinkan kesulitan siswa dapat teratasi. Penggunaan modul dalam pembelajaran ini tidak sepenuhnya menggantikan guru sebagai pengelola pembelajaran. Modul digunakan pada langkah kedua dan ketiga dalam pembelajaran STAD yang dimodifikasi. Langkah kedua yang semula penyampaian materi oleh guru diganti dengan penyelesaian lembar kegiatan siswa pada modul secara kelompok. Sebelumnya guru menanyakan apakah ada yang kurang jelas dari apa yang telah dipelajari dalam modul. Guru kemudian memberikan keterangan terkait pertanyaan siswa tersebut. Selanjutnya siswa diarahkan untuk lebih memahami materi melalui diskusi kelompok dengan menyelesaikan lembar kegiatan siswa. Langkah ketiga adalah kegiatan kelompok commit to userkerja siswa dalam modul. Pada dimana tiap kelompok mengerjakan lembar
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langkah ini mereka menyelesaikan tugas yang telah disusun dalam lembar kerja tersebut
secara
berkelompok.
Langkah
selanjutnya
sama
seperti
pada
pembelajaran STAD yaitu pemberian kuis sebagai bentuk evaluasi serta pemberian penghargaan. Peran guru di sini sebagai fasilitator pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran model kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini berupaya menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kejujuran, memperhatikan perbedaan individu, dan mengetahui sejak awal tingkat pemahaman siswa terhadap materi sebelum pembelajaran melalui lembar penilaian dalam modul. Keunggulan lain yang tidak kalah penting adalah menghargai hasil kerja siswa sehingga memungkinkan dapat memotivasi siswa untuk belajar. Sebagaimana telah disampaikan di awal bahwa motivasi merupakan salah satu faktor internal yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar sebab motivasi dapat menimbulkan gairah, rasa senang, dan semangat untuk belajar. Motivasi belajar yang dimiliki siswa sangat bervariasi. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2001: 73). Ini berarti motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar siswa berarti semakin tinggi pula usaha belajarnya. Usaha belajar yang baik memungkinkan prestasi yang diraih optimal. Mengingat pentingnya motivasi belajar dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih banyak mengaktifkan siswa. Serta dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Jika siswa termotivasi maka kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai akan optimal. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1.
Rendahnya prestasi belajar matematika mungkin dipengaruhi oleh pemilihan commit to user model pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu, akan diteliti apakah
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. 2.
Keberhasilan proses belajar juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu motivasi. Dengan adanya motivasi belajar dalam diri siswa akan timbul dorongan mental untuk melakukan aktivitas belajar matematika sehingga siswa aktif berusaha memahami materi matematika. Apabila motivasi yang dimiliki siswa rendah mungkin akan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika.
3.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru lebih menekankan ketrampilan kognitif semata dan kurang mengembangkan ketrampilan lain yang mendukung kehidupan siswa kelak. Hal ini mungkin disebabkan model pembelajaran yang digunakan guru lebih menekankan guru sebagai pusat pembelajaran dan mengabaikan siswa sebagai subjek belajar.
C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang dikaji dapat lebih terarah dan mendalam maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional dalam hal ini model pembelajaran langsung dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, ekspositori, dan pemberian tugas pada kelas kontrol.
2.
Motivasi belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada motivasi belajar matematika siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
3.
Modifikasi dilakukan pada langkah kedua model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah kedua yang semula penyampaian materi oleh guru diganti dengan penyelesaian lembar kegiatan siswa pada modul secara berkelompok. Sebelumnya guru menanyakan kepada siswa apakah ada hal-hal yang belum jelas saat mempelajari modul. Jika tidak ada yang bertanya, guru commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengarahkan siswa untuk berkelompok menyelesaikan lembar kegiatan siswa. 4.
Lembar kegiatan dan lembar kerja siswa yang digunakan pada langkah kedua dan ketiga adalah lembar kegiatan dan lembar kerja yang sudah tersedia dalam modul. Dengan demikian, penulis tidak menyusun secara terpisah lembar kegiatan dan lembar kerja tersebut.
5.
Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah hasil belajar siswa yang dicapai setelah melalui proses pembelajaran matematika pada materi Himpunan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi Himpunan?
2.
Apakah siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika sedang dan rendah sedangkan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah pada materi Himpunan?
3.
Manakah diantara dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dan model pembelajaran konvensional yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa?
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi Himpunan.
2.
Mengetahui apakah siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika sedang dan rendah sedangkan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah pada materi Himpunan?
3.
Mengetahui manakah diantara dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dan model pembelajaran konvensional yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada materi himpunan jika ditinjau dari motivasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk: 1.
Memberikan acuan dan alternatif bagi guru khususnya guru SMP tentang model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dengan memperhatikan motivasi belajar siswa.
2.
Memberikan masukan untuk pengembangan model pembelajaran yang inovatif yang tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif semata.
3.
Memberikan informasi dan bahan kajian kepada peneliti dan akademisi dalam pengembangan model pembelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaran setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pemahaman yang benar mengenai arti belajar mutlak diperlukan oleh para pendidik. Sebagian orang berpandangan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan fakta yang tersaji dalam bentuk informasi maupun materi pelajaran. Di samping itu ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut berikut ini disajikan beberapa definisi belajar. Menurut Gagne dalam Dimyati (2002: 10) belajar merupakan kegiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kemampuan yang berasal dari stimulasi lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Setelah belajar seseorang akan memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Chaplin dalam Muhibbin Syah (2005: 65) membatasi belajar
dengan dua macam rumusan. Rumusan
pertama yaitu belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua yaitu belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Berdasarkan definisi di atas secara umum dalam penelitian ini disimpulkan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. b. Pengertian Prestasi Belajar Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu diadakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan kegiatan tersebut telah tercapai atau belum. Hasil usaha yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau diusahakan disebut commit to user Seseorang dianggap berprestasi prestasi (http://id.wiktionary.org/wiki/prestasi).
11
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jika dia telah meraih sesuatu hasil dari apa yang diusahakannya, baik karena hasil belajar, bekerja, atau berlatih ketrampilan dalam bidang tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 700), prestasi belajar diartikan sebagai pengusaan pemahaman dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Angka tersebut mencerminkan tingkat keberhasilan siswa dalam hal sejauh mana ia menguasai pengetahuan, ketrampilan yang diperoleh dalam setiap mata pelajaran. Prestasi belajar memberikan informasi seberapa banyak siswa dapat menguasai pelajaran yang diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung. Informasi dapat diketahui melalui alat ukur yang berupa tes dan nontes dalam proses evaluasi. Dengan alat ukur ini dapat diketahui seberapa jauh penguasaan konsep pelajaran yang telah diserap siswa. Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam suatu nilai tes yang menunjukkan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari. c. Pengertian Matematika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 566), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian dari masalah mengenai bilangan. Ada beberapa definisi mengenai matematika, salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Purwoto (2003: 12) bahwa “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”. Matematika memiliki karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah memiliki objek abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya (Depdiknas, 2005: 9). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini disimpulkan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun hierarkis dan penalarannya deduktif. d. Pengertian Matematika Sekolah Pada bagian sebelumnya telah disampaikan pengertian dan karakteristik matematika sebagai ilmu. Dalam dunia pendidikan terutama di sekolah dasar dan menengah matematika yang diajarkan tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Menurut R. Soedjadi (2000: 37) matematika sekolah diartikan sebagai unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan pendidikan dan perkembangan iptek. Hal ini merupakan upaya menghadapi tantangan global dengan cara membentuk sumber daya yang handal dan mampu berkompetisi secara global serta memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja sama yang efektif. Hal ini sangat dimungkinkan karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan yang lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Menurut R. Soedjadi (2000:37) perbedaan antara matematika sekolah dan matematika sebagai ilmu terlihat pada penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakan. Penyajian atau pengungkapan butir-butir matematika yang disampaikan di sekolah disesuaikan dengan perkiraan perkembangan intelektual siswa misalnya dengan mengaitkan dengan realitas di sekitar siswa. Dengan demikian, sajian matematika tidak selalu diawali dengan teorema atau definisi. Pola pikir yang digunakan dalam matematika sekolah adalah deduktif maupun induktif sesuai dengan topik yang akan disampaikan. Meskipun siswa tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam proses pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif digunakan untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa. Semesta pembicaraan dalam matematika sekolah dipersempit kemudian meluas seiring dengan tahap perkembangan siswa. Hal ini sebagai akibat dari penyederhanaan konsep matematika yang kompleks. Adapun sifat abstrak objek commitsekolah. to user Akan tetapi, tingkat keabstrakan matematika tetap ada pada matematika
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu meningkat seiring dengan jenjang sekolah. Jadi, di awal pendidikan tingkat keabstrakan cukup rendah lalu semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula tingkat abstraksinya. Dengan demikian, dalam penelitian ini disimpulkan bahwa matematika sekolah merupakan unsur-unsur dan bagian-bagian dalam matematika yang berorientasi pada pengembangan kemampuan dan kepribadian peserta didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Matematika Belajar sebagai proses aktifitas dipengaruhi oleh tiga macam faktor yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar (Muhibbin Syah, 2003: 144). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek yakni 1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. 2) Aspek psikologis yaitu intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial meliputi kondisi lingkungan sekolah, masyarakat, tetangga, orang tua, dan keluarga siswa itu sendiri. Adapun yang termasuk lingkungan nonsosial yaitu letak dan bangunan sekolah, rumah tempat tinggal, peralatan belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa. Faktor pendekatan belajar siswa yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi
tertentu.
Pengenalan
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi. Dapat disimpulkan faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar diatas juga mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah motivasi siswa karena peneliti user melaksanakan berbagai kegiatancommit untuktomenimbulkan motivasi siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
mengikuti aktivitas belajar. Kegiatan belajar difokuskan pada siswa. Dengan demikian, perlu diperhatikan motivasi siswa pada setiap rangkaian kegiatan agar mereka selalu terlibat dalam kegiatan belajar. Faktor eksternal dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran karena faktor ini merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana merancang kegiatan belajar yang bisa memotivasi dan mengaktifkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Model Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Menurut Corey dalam Syaiful Sagala (2007:61) pembelajaran diartikan sebagai “Suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola agar ia ikut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu”. Ia juga menambahkan pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Knirk dan Gustatson dalam Syaiful Sagala (2007:64) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Artinya, pembelajaran tidak terjadi seketika melainkan sudah melalui tahap perancangan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan yang direncanakan oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dalam proses yang sistematis dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, seorang guru haruslah menentukan model pembelajaran, strategi, metode dan teknik mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Guru hendaknya menguasai beberapa model pembelajaran agar proses belajar mengajar di kelas lebih bervariasi. Apabila guru menguasai beberapa model pembelajaran maka mereka akan merasakan kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang diharapkan (Trianto, 2007: 10). commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Joyce dalam Triyanto (2007: 5) model pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Joyce juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Adapun
Soekamto
dalam
Nurulwati
dalam
Trianto
(2007:
5)
mengemukakan pengertian model pembelajaran sebagai berikut: “Kerangka konseptual yang melakukan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dipunyai strategi atau metode tertentu yaitu: 1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya. 2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar metode tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (Depdiknas, 2005: 5) Menurut Arends dalam Trianto (2007: 9) model mengajar yang praktis dan sering digunakan guru dalam mengajar yaitu presentasi, pembelajaran langsung, pengajaran konsep, pengajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Ia menambahkan bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan apabila telah diujicobakan untuk mengajar materi pelajaran tertentu (Arends dalam Trianto, 2007: 9). Oleh karena itu beberapa model pembelajaran perlu diseleksi, model pembelajaran manakah yang paling baik untuk commit to user dalam mengajarkan suatu topik mengajarkan suatu materi tertentu. Akibatnya,
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
tertentu dalam matematika haruslah dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pertimbangan mengenai materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif, siswa dan sarana yang tersedia sangatlah penting dalam pemilihan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. b. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivis. Pembelajaran kooperatif muncul dari ide bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Menurut Wina Sanjaya (2006: 240) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Adapun tujuan dibentuknya kelompok adalah memberi kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, berdiskusi, memberi penjelasan kepada teman sekelompok dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selanjutnya setiap anggota kelompok bekerja sama dan membantu memahami suatu materi, memeriksa dan memperbaiki pekerjaan teman untuk mencapai tujuan hasil belajar yang tinggi. Guru perlu menanamkan pemahaman kepada siswa bahwa tugas belum selesai apabila salah satu anggota kelompok belum menguasai dan memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan commit toMenurut user para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam Wina Sanjaya
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
(2007: 240) hal ini berkaitan dengan dua alasan yaitu banyak penelitian membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan sosial dan harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan. Hal yang sama juga disampaikan Johnson and Johnson dalam Zakaria (2010:273) sebagai berikut ”To achieve success in learning mathematics students should be given the opportunity to communicate mathematically, reasoning mathematically, develop self confidence to solve mathematics problem. One of the ways this can be done is through cooperative learning”. Ia juga menambahkan “In cooperative learning, students study in small groups to achieve the same goals using social skills. Many studies show that cooperative learning can improve performance, long term memory and positive attitudes towards mathematics, self concept and social skills”. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dapat menjadi alternatif upaya memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah-sekolah terutama dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang efektif di antara anggota kelompok(Sanjaya, Wina, 2007:241). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur dorongan kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Melalui struktur dorongan yang bersifat kooperatif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran sehingga mencapai tujuan kelompok. Model pembelajaran kooperatif menuntut guru agar berperan sebagai motivator, fasilitator dan moderator. Guru hendaknya mengurangi perannya sebagai sumber informasi. Kemampuan mengelola kelas sangat dibutuhkan agar commit user siswa sedang belajar dan bekerja pembelajaran dapat berjalan dengan baik.to Ketika
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam kelompok, guru berkeliling diantara kelompok, memberikan pujian bagi kelompok yang sedang bekerja dengan baik serta mengamati kerja masingmasing. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagi berikut: 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif dalam menuntaskan materi belajar. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3) Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, suku, jenis kelamin yang beragam. 4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. (Arends dalam Trianto, 2007: 47) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan positif dalam belajar kelompok. c. Teori yang mendasari pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif termasuk model pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Dalam teori konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Guru tidak dapat begitu saja memberikan pengetahuannya kepada siswa. Agar pengetahuan siswa bermakna, maka siswa harus memproses sendiri informasi yang diperolehnya, menstrukturnya kembali dan mengintegrasikan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut. Prinsip-prinsip
dalam
pembelajaran
yang
berlandaskan
paham
konstruktivisme dikemukakan oleh Suparno (1997: 49) adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun secara sosial. 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. 3) Murid aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah. 4) Guru hanya sekadar membantu menyediakan sarana dan situasi agar commitmulus. to user proses konstruksi siswa berjalan
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam bidang matematika. Suparno (1997: 73) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip yang sering digunakan adalah (1) pengetahuan dibangun siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa, (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses belajar bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru adalah fasilitator. Teori–teori yang mendasari konstruktivisme dan mendukung pembelajaran kooperatif antara lain: 1)Teori Vigotsky Kontribusi yang paling penting dari teori Vigotsky adalah penekanan pada kerjasama, saling tukar pendapat antarsesama siswa dalam pembelajaran. Menurut teori ini siswa belajar konsep paling baik apabila konsep tersebut berada dalam zona perkembangan terdekat mereka. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Ide lain dari teori Vigotsky adalah scaffolding, yaitu pemberian bantuan dan keleluasaan kepada siswa pada tahap awal belajar kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada siswa mengambil tanggung jawab sendiri ketika mereka siap. Implikasi teori Vigotsky adalah adanya setting pembelajaran yang menekankan hakikat sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok sejawat untuk memodelkan cara berfikir yang sesuai dan saling mengemukakan dan menantang miskonsepsi-miskonsepsi di antara mereka (Pontecorvo dalam Nur, 1999: 7). 2)Teori Piaget Pembentukan pengetahuan menurut Piaget adalah suatu proses asimilasi dan akomodasi informasi ke dalam struktur mental anak. Asimilasi artinya adalah penyerapan pengalaman dan informasi baru, sedangkan akomodasi adalah hasil penyusunan kembali dari pikiran sebagai akibat masuknya pengalaman dan informasi baru. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Sementara itu interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi commit pemikiran to user dan berdiskusi membantu memperjelas yang pada akhirnya memuat
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemikiran itu menjadi lebih logis. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget (Trianto, 2007: 16). (a) Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. (b) Memperhatikan
perencanaan
pelik
dari
inisiatif
anak
sendiri,
keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. Oleh karena itu guru dituntut untuk mempersiapkan beraneka ragam kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik (c) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak tumbuh
melewati
urutan
perkembangan
yang
sama,
namun
pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu dan kelompok kecil siswa dari pada bentuk klasikal. d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan penting (Depdiknas, 2005: 15) yaitu: 1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatif lebih baik dalam membantu siswa untuk memahami konsepkonsep yang sulit. 2) Penerimaan terhadap keragaman Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima keragaman yang ada berupa perbedaan ras, budaya, tingkat sosial, dan kemampuan akademik. 3) Pengembangan ketrampilan sosial Model pembelajaran kooperatif berupaya mengembangkan ketrampilan sosial siswa meliputi berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain dan sebagainya.commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement
Division(STAD),
Team-Games
Tournament(TGT),
Jigsaw,
Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC), dan Team Accelerate Instruction(TAI). Kelima tipe ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Dalam skripsi ini pembahasan dibatasi hanya pada tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok empat sampai lima orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan diakhiri dengan penghargaan kelompok. Slavin (2008: 11) menyatakan bahwa dalam STAD para siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai enam orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka, memastikan bahwa seluruh anggota tim seluruhnya telah menguasai pelajaran. Selanjutnya seluruh siswa mengerjakan kuis di mana mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka
dapat
bekerja
sama
membandingkan
jawaban
masing-masing,
mendiskusikan setiap ketidaksesuaian dan saling membantu jika ada yang salah dalam memahami. Mereka saling menilai kekuatan dan kelemahan mereka agar berhasil dalam kuis. Meskipun demikian, mereka tidak boleh saling membantu mengerjakan kuis. Tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini akan memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain (Slavin, 2008: 12). Hal ini berkaitan agar semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan. Kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya dan tiap tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih anggotanya. Poin dari tiap anggota kelompok dijumlahkan untuk to userkriteria tertentu akan mendapat memperoleh skor tim. Tim yangcommit memenuhi
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sertifikat atau penghargaan. Penghargaan inilah yang dapat memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan guru. Sebagaimana model pembelajaran lainnya, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain: 1) Perangkat pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan Rencana Pembelajaran(RP),
Lembar
Kerja
Siswa(LKS),
beserta
lembar
jawabannya. 2) Membentuk kelompok kooperatif Pembentukan kelompok diupayakan terdiri dari siswa dengan beragam kemampuan dan latar belakang serta kemampuan setiap kelompok relatif homogen. Apabila dalam kelas terdiri dari ras dan latar belakang yang relatif sama pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik. 3) Menentukan skor awal Skor awal yang digunakan adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Hasil tes dari kuis dapat jadikan skor awal pada pembelajaran selanjutnya. 4) Pengaturan tempat duduk Tempat duduk perlu diatur dengan baik agar pembelajaran dapat berhasil serta mengurangi kekacauan yang akan menyebabkan kegagalan pembelajaran. 5) Kerja kelompok Untuk mengurangi hambatan pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok agar setiap individu saling mengenal lebih jauh dalam kelompok. Menurut Slavin (2008: 143) STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim. Adapun commit to user penjelasannya adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
1) Presentasi Kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Presentasi ini haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran. Pembukaan berisi penyampaian tujuan pembelajaran serta upaya menumbuhkan motivasi dan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Disamping itu perlu dapat pula diupayakan siswa bekerja dalam tim mereka untuk menemukan konsep-konsep atau membangkitkan minat mereka terhadap pelajaran. Mengulangi setiap persyaratan atau informasi secara singkat. Pengembangan berisi penekanan bahwa guru haruslah fokus pada hal-hal yang ingin disampaikan pada siswa dengan cara memahami maknanya bukan dengan cara menghafal. Pengembangan juga berisi demonstrasi konsep atau keterampilan dengan menggunakan alat bantu. Selanjutnya guru dapat melakukan penilaian melalui pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa. Guru lalu berpindah ke konsep berikutnya jika siswa telah menangkap gagasan utama. Dalam pedoman pelaksanaan ini menyarankan guru untuk membuat siswa mengerjakan tiap persoalan atau contoh soal atau menyisipkan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. Guru dapat memanggil siswa secara acak ini akan membuat mereka mempersiapkan diri untuk menjawab. Pada saat ini guru jangan memberikan tugas kelas yang memakan waktu yang lama lalu guru memberikan umpan balik. 2) Tim Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan siswa atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan masalah bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada commit utama to userdari tim ini adalah memastikan yang melakukan kesalahan. Fungsi
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa semua anggota tim telah benar-benar belajar dan lebih khususnya adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. 3) Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. 4) Skor Kemajuan Individual Tujuan diperhitungkannya skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dengan sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannnya tanpa usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa sebelumnya dalam menjalankan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Menurut Slavin dalam Ibrahim dalam Triyanto (2007: 55) untuk memberikan skor perkembangan individu(poin kemajuan) dihitung seperti pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan Skor Kuis
Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
0
10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin diatas skor awal
10
Nilai sempurna(tanpa memperhatikan skor awal) commit to user
30
20 30
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Rekognisi Tim Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor dihitung berdasarkan rata-rata skor perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata perkembangan kelompok, ditetapkan tiga kategori skor kelompok (Ratumanan dalam Triyanto, 2007: 55). Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-rata Tim
Predikat
0≤x
5
-
5≤x
15
Tim Baik(Good Team)
15 ≤ x 25
Tim Hebat(Great Team)
25 ≤ x ≤ 30
Tim Super(Super Team)
Dari kelima komponen diatas apabila langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD disusun dalam tabel adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Guru
menyampaikan Siswa mendengarkan dan
tujuan Langkah1 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
Kegiatan Siswa
pembelajaran memperhatikan guru.
yang akan dicapai. Guru menumbuhkan rasa Siswa
menjawab
ingin tahu siswa agar pertanyaan guru. siswa termotivasi untuk belajar misalnya dengan membuat
mengajukan
pertanyaan Guru Langkah 2 Menyajikan informasi
memberikan Siswa
mengikuti
penjelasan kepada siswa penjelasan guru dengan dengan jalan demonstrasi baik. atau lewat bahan bacaan. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Guru
dapat
pula Siswa
mengadakan
menjawab
diskusi pertanyaan yang diajukan
kelas yang dipimpin oleh guru. guru tersebut. Guru
menjelaskan Siswa
dapat
bertanya
konsep satu per satu agar apabila ada hal-hal yang siswa mengerti gagasan kurang jelas. utamanya. Guru mengorganisasikan Siswa mulai bekerja dan siswa ke dalam tim. Guru belajar dalam kelompok. menekankan setiap
bahwa
kesulitan
harus
didiskusikan dalam tim sebelum menanyakannya pada guru. Guru
memberikan Siswa
berdiskusi
lembar kegiatan siswa memecahkan Langkah 3 Tim
untuk
dikerjakan
didiskusikan
setiap
dan persoalan dalam lembar
bersama kegiatan siswa.
dalam tim. Guru membimbing dan Siswa saling membantu mengawasi kelompok
setiap agar
dengan baik.
kelompok
Kuis
menyelesaikan
lembar kegitan siswa. membantu Siswa menanyakan halyang hal yang belum jelas atau
mengalami kesulitan. Langkah 4
anggota
memastikan memahami materi dan
bahwa diskusi berjalan dapat
Guru
setiap
mengalami kesulitan.
Guru memberikan kuis Siswa mengerjakan kuis sebagai bentuk evaluasi secara individu. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atas pembelajaran yang telah dilakukan. Guru mengawasi siswa dan
meminta
siswa
bekerja sendiri. Guru
meminta
siswa Siswa
mengumpulkan
kuis kuis
mengumpulkan yang
telah
apabila waktu pengerjaan dikerjakan. telah berakhir. Guru Langkah 5 Memberikan Penghargaan
hasil
mengumumkan Siswa kuis
dan penjelasan guru.
memberikan penghargaan
memperhatikan
Siswa
menerima
kepada penghargaan
kelompok sesuai dengan dengan kriteria yang dicapai.
hasil
sesuai kerja
mereka.
Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup sederhana. Bentuk pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan pembelajaran konvensional. Hal ini tampak pada fase kedua yaitu penyajian materi atau informasi pelajaran dari guru ke siswa. Hal ini tentu saja kurang sesuai dengan teori konstruktivisme bahwa suatu ilmu pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri. Dampak lain dari pemberian materi ini adalah berkurangnya kemandirian siswa dalam belajar. Siswa beranggapan tidak perlu mempelajari materi sebab guru akan menjelaskan materi. Akibat lebih jauh adalah siswa tidak dapat menuangkan ide-ide yang berbeda dalam diskusi sehingga kegiatan diskusi kurang berjalan efektif dan efisien. Untuk itu model pembelajaran STAD perlu diperbaiki dengan merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan teori konstruktivisme dengan mengurangi peran guru sebagai pemberi informasi. Kegiatan pembelajaran seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
ini dapat dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Dimodifikasi Ide dasar dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini berawal dari upaya mengurangi peran guru yang masih dominan dalam pembelajaran STAD. Guru masih menjadi sumber informasi dari materi pelajaran yang disampaikan. Hal ini terlihat pada fase kedua dari model pembelajaran kooperatif yaitu guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Umumnya pelaksanaan fase kedua adalah dengan menggunakan pembelajaran langsung dalam bentuk diskusi yang dipimpin oleh guru (Slavin, 2008: 143). Adanya peran guru seperti ini memungkinkan sikap kemandirian siswa dalam belajar berkurang sehingga proses mengkonstruksi pengetahuan tidak terlaksana dengan baik. Padahal pembelajaran kooperatif dilandasi oleh teori konstruktivisme yang menekankan pentingnya kemandirian siswa untuk berusaha mengkonstruksi sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Untuk mengurangi peran guru ini, siswa diberi modul pembelajaran yang berisi tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan modul, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, serta lembar penilaian. Penyajian modul pembelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian siswa untuk lebih mempersiapkan diri dalam diskusi. Dengan membaca modul ini dimungkinkan siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang berbeda yang dapat dijadikan bekal dalam diskusi kelompok. Dengan demikian diharapkan diskusi yang berlangsung lebih bermakna. Perlu diperhatikan bahwa sebelum pembelajaran guru telah memberikan modul untuk dipelajari siswa di rumah dan siswa diminta mengerjakan lembar penilaian sebagai bentuk pertanggungjawaban telah belajar modul. Di samping itu commit to user siswa dapat mengukur tingkat pemahaman mereka sendiri. Dengan demikian,
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada setiap tahap awal pembelajaran ini guru meminta siswa mengumpulkan lembar penilaian yang sudah dikerjakan. Dari hasil lembar penilaian ini guru dapat mengukur sampai sejauh mana pemahaman awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Secara umum model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini memiliki langkah yang sama dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaan hanyalah terletak pada pengurangan peran guru dalam pembelajaran. Mengenai bentuk penghargaan sama seperti STAD pada umumnya. Adapun langkah-langkah pembelajaran tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Dimodifikasi. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru Guru
meminta
Kegiatan Siswa
siswa Siswa
mengumpulkan
mengumpulkan
lembar lembar penilaian yang
penilaian
melihat telah dikerjakan.
dan
sekilas pekerjaan siswa tersebut. Guru
menyampaikan Siswa mendengarkan dan
tujuan Langkah1 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
pembelajaran memperhatikan guru.
yang akan dicapai. Guru menumbuhkan rasa Siswa
menjawab
ingin tahu siswa agar pertanyaan guru. siswa termotivasi untuk belajar misalnya dengan membuat
mengajukan
pertanyaan Guru
memberikan Siswa
apersepsi(mengulas materi siswa
prasyarat)
memperhatikan
dan mengikuti penjelasan agar guru.
dapat commit to user menghubungkan ide-ide
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang disajikan dengan informasi
yang
telah
diperoleh dalam modul. Guru bertanya kepada Siswa
bertanya
dan
siswa apakah ada hal-hal memperhatikan jawaban yang belum jelas dalam guru. mempelajari modul serta memberikan keterangan terkait pertanyaan siswa. Guru mengarahkan siswa Siswa untuk
belajar
mulai
belajar
dalam kelompok.
Mereka
kelompok, berdiskusi dan berdiskusi, mempelajari Langkah 2 Belajar kelompok 1
mempelajari kegiatan
lembar dan berusaha memahami
siswa
yang konsep
tersedia dalam modul. Guru
mengawasi
memfasilitasi
materi
yang
tersedia dalam lembar dan kegiatan siswa. Mereka
setiap saling membantu
kelompok
agar
jika setiap anggota kelompok
mengalami kesulitan
mengerti
apa
yang
dipelajari. Siswa
dapat
bertanya
apabila ada hal-hal yang kurang jelas.
Setelah para siswa selesai Siswa mengerjakan Langkah 3
kegiatan
Belajar kelompok 2
meminta
lembar berkelompok berdiskusi
siswa,
mengerjakan
secara
guru dan mengerjakan lembar siswa kerja siswa yang juga lembar tersedia dalam modul.
kerja siswa. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Guru
berkeliling, Siswa saling membantu
membimbing kelompok memecahkan yang
setiap
mengalami persoalan dalam lembar
kesulitan.
kerja siswa.
Guru memberikan kunci Siswa mengoreksi dan jawaban lembar kegiatan mencocokkan
jawaban
siswa dan lembar kerja kemudian
memperbaiki
siswa kepada kelompok kesalahan.
Mereka
yang
telah mendiskusikan
menyelesaikan
semua perbedaan
tugas
umpan sehingga
sebagai
jawaban diperoleh
balik atas tugas yang jawaban yang benar. telah dikerjakan. Setelah diskusi berakhir, Siswa menanyakan halguru menanyakan apakah hal yang belum jelas. ada hal-hal yang akan Siswa ditanyakan
bersama-sama
kemudian guru merangkum materi.
mempertegas
hasil
diskusi
serta
membimbing
siswa
merangkum materi. Guru memberikan kuis Siswa mengerjakan kuis sebagai bentuk evaluasi secara individu. atas pembelajaran yang telah dilakukan. Langkah 4 Kuis
Guru mengawasi siswa dan
meminta
siswa
bekerja sendiri. Guru
meminta
siswa Siswa
mengumpulkan
mengumpulkan kuis kuis yang commit to user apabila waktu pengerjaan dikerjakan.
telah
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telah berakhir. Guru Langkah 5 Memberikan Penghargaan
hasil
mengumumkan Siswa kuis
dan penjelasan guru.
memberikan penghargaan
memperhatikan
Siswa
menerima
kepada penghargaan
kelompok sesuai dengan dengan kriteria yang dicapai.
hasil
sesuai kerja
mereka.
Dari langkah pembelajaran di atas tampak bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini berupaya memperbaiki kelemahan pembelajaran
klasikal
terutama
dalam
pembelajaran
langsung
maupun
pembelajaran STAD tanpa modifikasi. Melalui model ini situasi pembelajaran dibuat agar tiap individu dapat mengalami sendiri proses belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing. Jadi, siswa dengan pemahaman materi yang tinggi tidak akan merasa jenuh dan dapat mempelajari materi berikutnya tanpa harus menunggu teman-temannya sebagaimana dalam model pembelajaran langsung maupun dalam model pembelajaran STAD tanpa modifikasi. Selain memperhatikan perbedaan individu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini dapat mengetahui sejak awal tingkat pemahaman siswa terhadap materi melalui lembar penilaian di setiap akhir modul. Dengan pemahaman awal tersebut siswa akan terus berusaha menguasai semua kompetensi dasar yang harus dicapai dengan bantuan teman sekelompok dan didampingi guru. Jika semua kompetensi dasar mampu dikuasai oleh siswa dengan baik, tentunya prinsip belajar tuntas dapat tercapai dan pemahaman siswa tidak diragukan sehingga prestasi belajar matematika menjadi lebih baik dari sebelum menggunakan model ini. Untuk melaksanakan pembelajaran tipe STAD yang dimodifikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a. Perangkat pembelajaran Sebelum
melaksanakan
kegiatan pembelajaran berupa rencana commit to user pembelajaran, modul untuk siswa yang berisi lembar kegiatan siswa, lembar kerja
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
siswa, lembar penilaian dan kunci jawaban modul. Perlu diperhatikan bahwa lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa yang digunakan dalam langkah kedua dan ketiga adalah lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa yang telah tersedia dalam modul. Lembar kegiatan siswa ini berbeda dengan lembar kerja siswa. Menurut Vembriarto (1985: 37) “Lembar kegiatan siswa memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi tersebut disusun langkah demi langkah secara teratur”. Materi tersebut dapat disusun dalam bentuk rangkuman materi ataupun pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa dalam pemahaman konsep. Ia menambahkan “Lembar kerja siswa berisi pertanyaan-pertanyaan dan masalahmasalah yang harus dijawab dan dipecahkan siswa”. Lembar kerja siswa ini berfungsi sebagai latihan soal atau penerapan atas konsep yang telah dipelajari pada lembar kegiatan siswa. b. Membentuk kelompok kooperatif Sebelum pembelajaran dilaksanakan hendaknya guru telah mempersiapkan kelompok yang dibentuk beserta anggotanya yang terdiri dari beragam latar belakang dan kemampuan akademik. Siswa diberi penjelasan mengenai bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan serta daftar kelompok sehingga mereka tidak kebingungan mencari kelompoknya. Hal ini bertujuan agar kegiatan diskusi lebih efisien. Mereka diberi tahu bahwa setiap pembelajaran dimulai hendaknya mereka sudah berkumpul sesuai dengan kelompoknya. c. Persiapan Diskusi Agar siswa lebih siap dalam berdiskusi guru dapat memberikan modul sebelum pembelajaran dimulai. Guru perlu menekankan pentingnya mempelajari modul sebab guru tidak akan menjelaskan atau memberi informasi secara lengkap dalam pembelajaran. Guru bukan sebagai sumber informasi tetapi sebagai fasilitator semata. d. Menentukan skor awal Skor awal yang digunakan dalam kelas kooperatif adalah skor ujian akhir semester I. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan kuis, maka hasil kuis masingmasing individu dapat dijadikan skor awal.
4. Model Pembelajaran Konvensional Konvensional berasal dari kata konvensi yang berarti pemufakatan umum atau kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 459), konvensional adalah tradisional. Sedangkan tradisional sendiri berarti sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Berdasarkan pengertian diatas, model pembelajaran konvensional dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang sering digunakan di sekolah biasanya dalam bentuk pembelajaran langsung. Dalam model pembelajaran ini guru memegang peran yang dominan. Guru menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur dengan harapan apa yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama model pembelajaran ini adalah kemampuan kognitif. Pembelajaran langsung menurut Kardi dalam Trianto (2007: 30) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional dalam hal ini model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran secara klasikal dengan metode mengajar yang biasa dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada sejumlah siswa. Pembelajaran klasikal sendiri diartikan sebagai pembelajaran yang disampaikan kepada sejumlah siswa tertentu secara serentak pada waktu dan tempat yang sama dengan ceramah untuk menjelaskan materi, dilanjutkan metode tanya jawab dan pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas untuk diselesaikan siswa. Dalam sistem pembelajaran klasikal, siswa cenderung pasif, kurang mempunyai kesempatan dalam mengembangkan kreativitas dan inisiatif, karena proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru. Dalam mengajar guru langsung commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membuktikan dalil dan menurunkan rumus. Guru memberikan contoh soal dan dikerjakan pula oleh guru sendiri. Sementara itu siswa hanya pasif. Menurut Kardi dan Nur dalam Triyanto (2008: 31) sintaks model pembelajaran langsung meliputi: a. Fase 1, menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus(TPK), informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. b. Fase 2, mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap. c. Fase 3, membimbing pelatihan Guru merencanakan dan membimbing pelatihan awal d. Fase 4, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberikan umpan balik. e. Fase 5, memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
5. Metode Mengajar Dalam kegiatan belajar mengajar guru hendaknya mampu memilih metode mengajar yang tepat. Pemilihan metode mengajar yang tepat berpengaruh dalam menciptakan pembelajaran matematika yang efektif dan efisien (Purwoto, 2003: 66). Oleh karena itu, guru harus mengenal, memahami dan menguasai metodemetode mengajar sehingga dapat mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar. Metode mengajar diartikan sebagai: a.
Suatu cara mengajarkan topik tertentu agar proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
c.
Cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya agar guru berhasil dalam mengajarnya, agar mengajar mencapai tujuannya atau mengenai sasarannya. Cara mengajar yang umum yang dapat diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi. (Purwoto, 2003: 65)
Ada beberapa macam metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain : metode ceramah, ekspositori, discovery, drill, demonstrasi, tanya jawab, pemberian tugas, dan lain sebagainya. Tidak semua metode mengajar dapat diterapkan dalam menyampaikan setiap bahan pelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memilih metode mengajar yang tepat. Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan suatu metode mengajar dapat ditutup atau dilengkapi dengan metode yang lain sehingga guru dalam menyampaikan materi dapat memadukan beberapa metode agar diperoleh pembelajaran yang lebih baik.
6. Prinsip Belajar Tuntas a.
Pengertian Belajar Tuntas Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan
sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar, membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar. Belajar tuntas diharapkan mampu mengatasi kelemahan pada pembelajaran klasikal. Nasution (2000: 36) mengemukakan bahwa belajar tuntas adalah tujuan proses mengajar belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid. Sedangkan, menurut Warji (1983: 12) belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan agar sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan pengajaran umum yaitu suatu unit atau satuan pelajaran secara tuntas. Ide belajar tuntas ini muncul ketika C. Washburn dan H.C. Morrison mengembangkan suatu sistem pengajaran yang mengharapkan agar semua siswa dapat menguasai sejumlah tujuan pendidikan. Warji (1983: 13) menjelaskan bahwa bahan pelajaran tersebut commit dibagi atas satuan-satuan (unit). Setiap satuan to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdiri atas bahan-bahan pelajaran yang lebih kecil dan disusun secara sistematis mulai dari bahan yang mudah meningkat ke bahan yang lebih sukar. Untuk dapat mempelajari satuan pelajaran berikutnya seorang siswa harus menguasai satuan pelajaran sebelumnya. Siswa yang gagal menguasai satuan pelajaran tertentu diberikan satuan pelajaran perbaikan. b.
Ciri-Ciri Belajar Mengajar dengan Prinsip Belajar Tuntas Menurut Warji (1983: 21) ciri-ciri belajar tuntas meliputi 1) Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak ditentukan terlebih dahulu. 2) Memperhatikan perbedaan individu 3) Menggunakan prinsip belajar siswa aktif 4) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil 5) Menggunakan sistem evaluasi yang kontinu dan berdasar atas kriteria keberhasilan siswa 6) Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan. Implementasi belajar tuntas banyak dilakukan dalam sistem pembelajaran
individual dan pembelajaran klasikal. Belajar tuntas dapat dilakukan bilamana dapat didukung sarana pembelajaran baik perangkat keras atau lunak untuk mengefektifkan proses belajar. Selain itu menurut Nasution (2000: 43) untuk mempermudah pengajaran dengan prinsip belajar tuntas dapat dilakukan dengan: 1) Belajar kelompok dimana tiap anggota saling membantu dalam pelajaran 2) Bantuan tutor 3) Buku pelajaran, hendaknya ada beberapa buku yang berlainan tentang bidang studi yang sama 4) Buku kerja, untuk membantu murid menangkap dan mengolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran. 5) Pelajaran berprogram. Ini merupakan bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran melalui langkah-langkah pendek tanpa bantuan guru 6) Alat audio visual, dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikannya dalam bentuk yang lebih konkrit.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Modul a.
Pengertian Modul Dalam kenyataan, perbedaan-perbedaan pada siswa sangat beragam sesuai
dengan jumlah siswa yang ada dalam suatu kelas. Dalam pelajaran yang mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan siswa, guru akan mengalami kesulitan mengatur siswa dalam kelas. Untuk mengatasi kesulitan ini ahli pendidikan telah memikirkan berbagai jalan keluar antara lain achievement grouping, nongrading system, pengajaran modul, dan bentuk-bentuk pengajaran individual. Berikut ini akan dibahas pengajaran modul. Menurut James R. Russel dalam Vembriarto (1985: 20) suatu modul adalah paket pengajaran yang memuat satu unit konsep daripada bahan pelajaran. Pengajaran modul merupakan usaha penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih pada unit berikutnya. Modul itu disajikan dalam bentuk yang bersifat selfinstructional. Masing-masing siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri. Pengertian modul secara terperinci disampaikan oleh F.M Thomas dalam Warji (1983: 45) sebagai berikut
b.
Modul pengajaran di Indonesia adalah suatu paket bahan pelajaran yang berisi butir-butir sebagai berikut : 1) Rumusan tujuan pelajaran yang khas 2) Lembaran petunjuk guru yang menjelaskan bagaimana cara guru harus mengajar yang paling efisien 3) Bahan pelajaran atau bacaan bagi siswa 4) Lembaran kerja bagi siswa 5) Lembaran jawaban kerja 6) Maksud penilaian tes dan skala bertingkat. Unsur-Unsur Modul Menurut Vembriarto (1985: 37) sebuah modul memiliki unsur-unsur
sebagai berikut : 1) Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik. Tujuan pengajaran atau tujuan belajar tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Tingkah laku siswa tersebut adalah yang diharapkan dari commit to user siswa setelah mereka menyelesaikan tugas dalam mempelajari modul.
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
2) Petunjuk untuk guru. Petunjuk ini memuat penjelasan tentang bagaimana pengajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien. 3) Lembaran kegiatan siswa. Lembaran ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi pelajaran itu disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematik sehingga siswa dapat mengikuti dengan mudah dan tepat. Lembar kegiatan siswa dapat pula disertakan kegiatankegiatan(observasi, percobaan) yang harus dilakukan siswa. 4) Lembaran kerja bagi siswa. Lembaran kerja disusun agar siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar. Dalam lembar kerja tercantum pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab dan dipecahkan siswa. 5) Kunci lembar kerja. Agar siswa dapat mengevaluasi hasil belajarnya, modul dilengkapi dengan kunci lembaran kerja. Dengan kunci lembaran kerja diharapkan terjadi konfirmasi dengan segera terhadap jawaban yang benar maupun yang salah (reinforcement langsung atas respon siswa). 6) Lembaran evaluasi. Tiap modul disertai lembar evaluasi berupa tes dan rating scale. Evaluasi guru terhadap tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh siswa, ditentukan oleh hasil tes akhir pada lembar evaluasi bukan oleh jawaban-jawaban siswa pada lembar kerja. Lembar evaluasi dan kunci ini senantiasa disimpan oleh guru sendiri. 7) Kunci lembaran evaluasi. Tes dan rating scale yang tercantum pada lembaran evaluasi itu disusun oleh penulis modul yang bersangkutan item-item tes itu disusun dan dijabarkan dari rumusan-rumusan tujuan pada modul. c.
Ciri-ciri Modul Menurut Warji (1983: 48) penggunaan modul dalam suatu pengajaran
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Modul merupakan paket pengajaran yang harus dipelajari sendiri (selfinstructional). Dengan modul siswa diberi kesempatan belajar menurut to user irama dan kecepatannya commit masing-masing.
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Adanya pengakuan atas perbedaan individual. Siswa yang kurang pandai dapat mengulang-ulang bagian yang sulit sedang siswa yang pandai dapat belajar lebih cepat. 3) Adanya tujuan yang jelas. Tujuan ini penting bagi guru maupun siswa untuk mengarahkan proses belajar/mengajar. 4) Pemakaian berbagai macam media dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam belajar. 5) Partisipasi secara aktif. 6) Adanya asosiasi, struktur dan urutan pengetahuan. 7) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa. Hal ini terwujud dalam lembar kerja yang dilengkapi kunci jawaban. 8) Adanya evaluasi. Terhadap hasil belajar siswa setiap akhir modul, para siswa dievaluasi mengenai penguasaan bahan dalam modul tersebut. Siswa yang telah memenuhi kriteria tertentu yaitu 75% menguasai bahan dapat dapat melanjutkan ke modul berikutnya. Siswa yang belum memenuhi kriteria 75% menguasai harus mengulang modul itu atau mengerjakan modul ulangan (remedial).
8. Motivasi Belajar a.
Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Menurut
Ngalim Purwanto (2006: 71) “Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”. Sedangkan Jansen (2009 : 146) mendefinisikan motivasi sebagai berikut “motivation is a motive(e.g., a wish, intention, or drive) to engage in a specific activity. Motivation can be achieved through interactions of multiple values, beliefs, and goals”. Menurutnya motivasi didefinisikan sebagai suatu
motif
seperti keinginan, hasrat, maksud maupun dorongan untuk ikut serta dalam aktifitas tertentu. Sedangkan menurut Sardiman A.M. (2001: 75) “Motivasi commit todi user belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri ataupun dari luar diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. b. Fungsi Motivasi Belajar Orang melakukan sesuatu tentunya didorong oleh keinginan dalam dirinya. Misalnya seorang siswa belajar karena ingin mendapat nilai yang bagus. Motivasi merupakan pendorong bagi perbuatan seseorang yang menyangkut soal “mengapa” dan “apa tujuannya” berbuat demikian. Dalam proses belajar, keterlibatan kejiwaan sangat menentukan. Fungsi motivasi menurut Ngalim Purwanto (2006: 70) adalah sebagai berikut: 1) Mendorong manusia untuk berbuat dan bertindak. Motif sebagai penggerak atau motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita–cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. 3) Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan–perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Ames, dkk dalam Daeryong Seo (2009: 193) berpendapat bahwa “Students motivation is an important quality that pervades all aspects of academic behaviors in classroom. Students who are motivated to learn are more aware of their abilities, display a greater interest in class task, enggage in effortful learning, persist at difficult tasks and employe effective learning strategies. When students do not have high achievement motivation, however, their academic behaviors and educational outcomes suffer” Inti dari pernyataan tersebut yaitu pemberian motivasi belajar kepada siswa dapat membuat mereka lebih peduli terhadap kemampuan mereka sehingga mereka menunjukkan minat dan perhatian yang lebih besar dalam tugas-tugas kelas, mau ikut serta dalam pembelajaran dengan usaha yang tinggi, tangguh terhadap kesulitan serta menggunakan strategi pembelajaran efektif. Adapun siswa yang tidak memiliki motivasi berprestasi menunjukkan perilaku akademis dan commit to user prestasinya buruk. Dengan demikian, seseorang melakukan suatu usaha didasari
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh adanya motivasi. Siswa dengan motivasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi, maka seseorang akan belajar dan melahirkan prestasi yang baik. c. Bentuk – Bentuk Pemberian Motivasi di Sekolah Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi sangat
diperlukan. Adapun
bentuk–bentuk pemberian motivasi di sekolah menurut Sardiman A.M. (2001: 9194) yaitu: 1) Memberi angka; angka sebagai simbol dari hasil kegiatan belajar. Keinginan memperoleh angka yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. 2) Hadiah; hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Hadiah untuk suatu pekerjaan belum tentu menarik bagi seseorang yang tidak senang pada pekerjaan tersebut. 3) Saingan atau kompetisi; Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan baik individu atau kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4) Ego involvement; Menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras mempertahankan harga diri. 5) Memberi ulangan; siswa akan belajar lebih giat kalau mengetahui akan ada ulangan. Memberikan ulangan juga sarana motivasi akan tetapi jangan terlalu sering karena akan terasa membosankan. 6) Mengetahui hasil; dengan mengetahui hasil, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. 7) Pujian; pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. 8) Hukuman; hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif akan tetapi kalau diberikan secara tepat akan bisa menjadi alat motivasi. 9) Hasrat untuk belajar; hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10) Minat; minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau ada minat dari siswa untuk belajar. 11) Tujuan yang diakui; rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. d. Ciri–Ciri Motivasi Belajar Menurut Sardiman A.M. (2001: 83) seseorang yang termotivasi akan mempunyai ciri–ciri sebagai berikut: 1)
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai).
2)
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3)
Ingin mendalami bahan dan bidang pengetahuan yang diberikan.
4)
Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya).
5)
Menunjukkan minat terhadap bermacam–macam masalah orang dewasa.
6)
Senang dan rajin belajar, penuh semangat serta cepat bosan dengan tugas–tugas rutin.
7)
Dapat mempertahankan pendapat–pendapatnya (kalau sudah yakin sesuatu tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya tersebut).
8)
Mengerjakan tujuan–tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian).
9)
Senang mencari dan memecahkan masalah.
10) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
B. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka pemikiran berguna untuk mewaspadai teori-teori yang seolah-olah terlepas menjadi suatu rangkaian yang utuh untuk menentukan jawaban sementara. Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas maka dikemukakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu belajar adalah suatu proses yang commit to user ditandai dengan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Salah satu indikator bahwa seseorang telah mengalami proses belajar adalah prestasi yang diraih. Bahkan keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya adalah metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Metode mengajar merupakan bagian dari suatu model pembelajaran. 1. Kaitan antara Model Pembelajaran dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Suatu model pembelajaran memiliki pengertian yang luas dari pada metode mengajar. Dalam suatu model pembelajaran guru dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, pemilihan suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif dan ketersediaan sarana belajar. Model pembelajaran matematika yang digunakan selama ini adalah model pembelajaran konvensional dimana siswa hanya duduk diam mendengarkan ketika guru mengajar. Siswa hanya menunggu informasi yang disampaikan oleh guru. Guru mendominasi pembelajaran dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Dengan proses belajar yang seperti ini siswa tidak mempunyai pengalaman sendiri untuk lebih menguasai konsep materi. Oleh karena itu, guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, meningkatkan kemampuan individual siswa serta dapat mengarahkan siswa untuk bekerja sama. Sehingga apabila ada kesulitan dalam pemahaman konsep dan pemecahan masalah siswa dapat mendiskusikannya. Salah satu upaya perbaikan dari model pembelajaran konvensional selama ini adalah munculnya model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran commitpembelajaran to user kooperatif merupakan salah satu bentuk yang didasarkan pada teori
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
konstruktivisme di mana siswa belajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Dalam model pembelajaran ini siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep sulit dalam pembelajaran apabila mereka dapat saling mendiskusikan dan mengkomunikasikan masalah tersebut dengan temannya. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar. STAD adalah suatu sistem pembelajaran yang berorientasi pada proses sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Pada akhirnya diharapkan dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi. Peran guru dalam pembelajaran masih tampak sebagai pemberi informasi. Hal ini tentunya akan mengurangi kemandirian siswa dan proses mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri tidak tercapai. Siswa beranggapan tidak perlu mempersiapkan materi sebelum pelajaran sebab guru akan menjelaskan materi. Hal ini memungkinkan motivasi belajar siswa akan menurun dan berakibat pada turunnya prestasi belajar. Untuk itu guru sebaiknya dapat membangkitkan motivasi belajar, misalnya dengan mengajak siswa untuk mempersiapkan diri secara mandiri sebelum pelajaran dimulai. Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran STAD diatas. Dengan model pembelajaran tipe STAD yang dimodifikasi ini siswa diberi modul untuk dipelajari di rumah. Hal ini menuntut kemandirian siswa untuk memahami pelajaran dengan mencoba membentuk pengetahuan awal. Diharapkan pula dengan membaca modul di rumah siswa lebih siap melakukan diskusi dengan temannya. Dengan demikian, diskusi berfungsi sebagai sarana membangun pengetahuan yang bermakna. Pembelajaran ini diharapkan dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dari pada model konvensional khususnya pada materi Himpunan. Modifikasi yang dimaksud dalam pembelajaran STAD ini adalah mengurangi peran guru sebagai pemberi informasi. Modifikasi ini terwujud commit to pada user langkah kedua. Langkah kedua melalui penggunaan modul pembelajaran
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang semula penyampaian materi oleh guru diganti dengan penyelesaian lembar kegiatan siswa pada modul secara kelompok. Sebelumnya guru menanyakan apakah ada yang kurang jelas dari apa yang telah dipelajari dalam modul. Guru memberikan keterangan terkait dengan ketidakjelasan siswa tersebut. Selanjutnya siswa diarahkan untuk lebih memahami materi melalui diskusi kelompok. Langkah ketiga berupa kegiatan kelompok dengan diberi lembar kerja siswa. Lembar kerja yang diberikan ini adalah lembar kerja yang sudah tersedia dalam modul. Jadi, tidak disusun secara terpisah. Selama kegiatan diskusi berlangsung guru membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Ketika suatu kelompok telah menyelesaikan tugas, guru memberikan kunci lembar kegiatan siswa dan lembar kerja siswa sebagai bentuk umpan balik. Dengan kunci jawaban tersebut setiap kelompok dapat mengoreksi jawaban serta memperbaikinya. Jadi, penggunaan modul pada model pembelajaran ini terbatas pada upaya pemahaman materi melalui penyelesaian lembar kerja siswa yang sudah tercantum dalam modul. Langkah pembelajaran selanjutnya sama seperti pembelajaran STAD yaitu pemberian kuis sebagai bentuk evaluasi dan penghargaan. Dengan setting model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang
dimodifikasi ini memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang banyak dengan cara membangun pengetahuan awal melalui modul selanjutnya dikuatkan dengan diskusi di kelas. Hal ini tentunya dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik dari pada saat mereka diberi model konvensional. Dengan pemahaman yang baik tersebut memungkinkan siswa memperoleh prestasi belajar yang baik pula. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi diduga menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional.
2. Kaitan Motivasi Belajar Matematika terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada dasarnya untuk menyampaikan pelajaran di setiap pembelajaran commit tomotivasi user diperlukan upaya untuk membangkitkan belajar siswa. Proses belajar
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang disertai motivasi belajar bagi siswa akan terasa menyenangkan. Apabila pada diri siswa terdapat motivasi belajar maka siswa akan mau berbuat dan melakukan serangkaian aktivitas dalam belajar. Siswa yang aktif mengikuti pelajaran tentunya dapat lebih memahami materi yang disampaikan guru. Dengan pemahaman materi yang baik tentunya siswa tersebut dapat memberikan hasil belajar yang baik sehingga prestasi yang diraih pun baik. Siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah akan berbeda dalam cara belajarnya dan mengalami berbagai aktifitas belajar yang berbeda pula. Dengan ditunjang motivasi belajar yang tinggi, keaktifan siswa tersebut dalam belajar akan tetap tinggi dibandingkan dengan siswa dengan motivasi belajar yang sedang dan rendah. Hal ini selanjutnya diduga akan berpengaruh pada prestasi belajar yang diraih. Siswa dengan motivasi belajar tinggi akan lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah.
3. Kaitan Model Pembelajaran dan Motivasi Belajar Matematika terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Berdasarkan uraian diatas, ternyata model pembelajaran dan motivasi belajar siswa adalah faktor penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi sangat menuntut motivasi belajar siswa karena siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan temannya berbekal pengetahuan yang diperoleh dari modul. Pengetahuan bukanlah sesuatu hal yang sudah jadi tetapi merupakan suatu proses yang berkembang secara terus menerus dan dalam proses inilah motivasi siswa berupa sikap yang selalu ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini faktor motivasi sangat diperhatikan. Wujud motivasi tersebut adalah upaya menumbuhkan motivasi di awal pembelajaran serta pemberian penghargaan bagi tim yang berhasil mencapai kriteria tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi jika diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi akan memperoleh prestasi belajar yang tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang memiliki motivasi tinggi jika diberi model pembelajaran konvensional, sebab siswa dengan motivasi tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar. Di samping itu, siswa tersebut akan bersungguh-sungguh dan senang hati mau melakukan serangkaian aktifitas belajar dalam setiap pembelajaran dengan kesadaran sendiri, baik dengan model pembelajaran konvensional maupun model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi. Dengan rasa ingin tahu dan semangat belajar yang tinggi maka siswa tersebut akan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga lebih mudah memahami materi dan prestasi yang diraih tetap tinggi dan sama baik saat diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi maupun model pembelajaran konvensional. Siswa yang memiliki motivasi belajar sedang dan rendah diduga kurang tertarik dan kurang bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran. Mereka kurang memahami materi karena tidak menyiapkan materi sebelum pembelajaran dan sangat bergantung pada guru sebagai sumber belajar. Dengan diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi mereka diajak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran dengan mempersiapkan materi terlebih dahulu melalui membaca modul dan mengerjakan lembar penilaian sehingga mereka memiliki pengetahuan awal yang memadai sebagai bekal diskusi. Di samping itu, dengan adanya sistem penilaian tim mereka akan lebih termotivasi untuk belajar lebih keras agar dapat memberikan kontribusi pada kelompok. Mereka diajak untuk bersungguh-sungguh dalam pembelajaran agar pemahaman materi mereka lebih baik dan dapat meraih prestasi yang lebih baik. Keberhasilan mereka akan berpengaruh pada keberhasilan tim. Tanggung jawab inilah yang diduga akan semakin memotivasi mereka untuk belajar dengan serius. Dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini, siswa dengan pemahaman materi yang baik dalam hal ini siswa dengan motivasi belajar tinggi dapat membantu kesulitan pemahaman yang dialami siswa dengan motivasi commitdemikian, to user siswa dengan motivasi sedang belajar sedang maupun rendah. Dengan
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan rendah lebih leluasa untuk bertanya dan mendapat penjelasan yang mendukung pemahaman mereka. Jadi, siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah jika diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dari pada jika mereka diberi model pembelajaran konvensional.
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pembelajaran matematika pada materi himpunan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran konvensional.
2.
Prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan motivasi belajar sedang dan siswa dengan motivasi belajar sedang memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi belajar rendah.
3.
Siswa dengan motivasi belajar tinggi jika diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi maupun model pembelajaran konvensional akan menghasilkan prestasi belajar yang tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah jika diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi akan menghasilkan prestasi belajar lebih baik jika dibandingkan dengan diberi model pembelajaran konvensional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Surakarta pada kelas VII semester 2 tahun pelajaran 2009/2010. Sedangkan Uji coba tes maupun angket dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dari bulan Agustus 2009 sampai Februari 2010. Waktu pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu : a.
Tahap Persiapan Tahap persiapan dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Desember 2009. Tahap ini meliputi permohonan pembimbing skripsi, penyusunan proposal skripsi, penyusunan instrumen tes dan angket, pelaksanaan survei di sekolah, dan permohonan ijin penelitian.
b.
Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilaksanakan dengan perincian sebagai berikut: 1) Pelaksanaan eksperimen model pembelajaran dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2010. 2) Pelaksanaan uji coba instrumen dan uji coba angket dilaksanakan pada bulan Januari 2010.
c.
Tahap Penyelesaian Pada tahap ini penulis melakukan pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Selanjutnya hasil tersebut disusun dalam laporan penelitian.
B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasiexperimental research), karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono (2003: 82) commit to user bahwa, "Tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh 51
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan".
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Suharsimi Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa "Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian". Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini, populasi adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 5 kelas dengan banyaknya siswa seluruhnya 179 siswa. 2. Sampel Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131), "Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti". Dalam penelitian ini, tidak semua populasi dijadikan sampel tetapi hanya dua kelas dari populasi yang dijadikan sampel untuk diteliti dengan harapan hasil penelitian yang didapat sudah dapat menggambarkan populasi yang bersangkutan. Dalam penelitian ini terpilih kelas VII D dengan banyaknya siswa 36 orang sebagai kelas kontrol sedangkan kelas VII E dengan banyaknya siswa 37 orang sebagai kelas eksperimen. 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas dipandang sebagai satuan kelompok kemudian tiap kelas diacak dengan undian. Pengambilan sampel secara random sampling dengan cara undian untuk mengambil satu kelas eksperimen. Kemudian dilakukan pengundian lagi untuk menentukan kelas manakah yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengambilan sampel secara acak pada populasi dimaksudkan agar setiap kelas pada populasi dapat terwakili. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Teknik Pengumpulan Data l. Identifikasi Variabel Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat : a. Variabel Bebas 1) Model Pembelajaran a) Definisi Operasional Model pembelajaran adalah prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi (a1) dilakukan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional berupa model pembelajaran langsung (a 2) dilakukan pada kelas kontrol. Adapun yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dimana langkah kedua dan ketiga dikembangkan melalui belajar kelompok dan penggunaan modul dalam kedua langkah pembelajaran tersebut. b) Simbol : A c) Skala Pengukuran: skala nominal dengan 2 kategori yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi
dan model
pembelajaran konvensional. d) Indikator: Model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar pada pokok bahasan Himpunan. 2) Motivasi belajar matematika a) Definisi operasional Motivasi belajar matematika adalah dorongan dari dalam diri ataupun dari luar diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dan datanya diperoleh dari skor angket motivasi belajar matematika siswa. commit to user b) Simbol : B
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Skala Pengukuran : skala interval yang ditransformasikan ke skala ordinal dengan cara sebagai berikut: Motivasi belajar dibagi menjadi tiga tingkatan (Suharsimi Arikunto, 2002: 264) yaitu: Tinggi (b1) : X
X +s
Ket: s = standar deviasi
Sedang (b2) : X - s<X< X +s
X -s
Rendah (b3) : X
X = skor total siswa
X = rerata skor seluruh siswa
d) Indikator : skor angket motivasi belajar matematika. b. Variabel terikat. Prestasi belajar matematika 1) Definisi operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa dalam penguasaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan baru yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari mengikuti pembelajaran matematika yang ditunjukkan dengan hasil yang berupa nilai yang datanya diperoleh dari skor tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Himpunan. 2) Skala pengukuran : skala interval. 3) Indikator : skor prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Himpunan. 2. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3, dengan maksud untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Motivasi Belajar Siswa (B)
Tinggi
Sedang
Rendah
(b1)
(b2)
(b3)
Model Pembelajaran (A) Kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi (a1)
a 1 b1
a 1 b2
a 1 b3
Konvensional (a2)
a 2 b1
a 2 b2
a 2 b3
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: a 1 b1
: data skor siswa dengan motivasi belajar tinggi dan diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi.
a 1 b2
: data skor siswa dengan motivasi belajar sedang dan diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi.
a 1 b3
: data skor siswa dengan motivasi belajar rendah dan diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi.
a 2 b1
: data skor siswa dengan motivasi belajar tinggi dan diberi model pembelajaran konvensional.
a 2 b2
: data skor siswa dengan motivasi belajar sedang dan diberi model pembelajaran konvensional.
a 2 b3
: data skor siswa dengan motivasi belajar rendah dan diberi model pembelajaran konvensional.
3. Pelaksanaan penelitian Sebelum diadakan eksperimen, antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji keseimbangannya terlebih dahulu berdasarkan nilai ujian semester I kelas VII mata pelajaran matematika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas yang akan diteliti dalam keadaan seimbang atau tidak. Dalam penelitian ini kedua kelompok yang dibandingkan diasumsikan sama dalam semua segi yang sesuai dan hanya berbeda dalam penggunaan model pembelajaran. Pada akhir eksperimen kedua kelompok diukur dengan soal-soal tes yang sama. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen, kemudian data yang diperoleh diolah dengan anava dua jalan.
4. Metode Pengumpulan Data Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara mengukur variabel penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk mengukur variabel diperlukan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
a. Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158), ".....metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya" Fungsi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai ujian semester kelas VII semester I tahun pelajaran 2009/2010 mata pelajaran matematika yang digunakan untuk uji keseimbangan. b. Tes Suharsimi Arikunto (2002: 198) menyatakan bahwa, "Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok". Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan. Selanjutnya dijelaskan bahwa "Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seorang setelah mempelajari sesuatu". (Suharsimi Arikunto, 2002: 198). Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Himpunan. Instrumen ini menggunakan tes prestasi belajar. c. Angket Menurut Budiono (2003: 54), metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden, sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi belajar siswa. Jawaban-jawaban angket menunjukkan motivasi belajar siswa. Prosedur pemberian skor berdasarkan motivasi belajar siswa, yaitu: 1) Untuk instrumen dengan item positif Jawaban a, skor 4 alternatif jawaban selalu Jawaban b, skor 3 alternatif jawaban sering Jawaban c, skor 2 alternatif jawaban jarang Jawaban d, skor 1 alternatif jawaban tidak pernah commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Untuk instrumen dengan item negatif Jawaban a, skor 1 alternatif jawaban selalu Jawaban b, skor 2 alternatif jawaban sering Jawaban c, skor 3 alternatif jawaban jarang Jawaban d, skor 4 alternatif jawaban tidak pernah 5. Instrumen Penelitian Sebelum instrumen tes dan angket digunakan, terlebih dahulu diadakan uji coba yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik yaitu validitas, reliabilitas, dan konsistensi internal instrumen tersebut. Pada penelitian ini uji coba dilakukan di SMP Negeri 16 Surakarta pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2009/2010 berdasarkan kesamaan karakteristik antara subjek uji coba dan subjek sampel penelitian. Cara untuk mengetahui bahwa instrumen yang dibuat memenuhi persyaratan diatas antara lain: a. Tes Untuk membuat tes prestasi belajar ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain menentukan materi yang akan diujikan, menyusun kisi-kisi tes, menyusun butir-butir soal tes, memvalidasi isi butir tes, merevisi butir tes, mengadakan uji coba tes, menguji validitas butir soal tes dan reliabilitas tes, dan menentukan butir tes yang akan digunakan. Adapun penjelasan mengenai validitas isi, konsistensi internal dan reliabilitas tes adalah sebagai berikut: 1) Validitas Isi Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi. Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Budiyono
menyarankan suatu langkah yang dapat
dilakukan untuk mempertinggi validitas isi, yaitu: a) Mengidentifikasi
bahan
yang
telah
diberikan
instruksional. commit to user b) Membuat kisi–kisi dari soal tes yang akan ditulis.
beserta
tujuan
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Menyusun soal tes beserta kuncinya. d) Menelaah soal tes sebelum dicetak. Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Dalam penelitian, suatu butir soal dikatakan valid jika validator setuju dengan semua kriteria yang diajukan. Artinya masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan kisi-kisi yang ditentukan. Validator perlu menilai apakah kisi-kisi yang dibuat telah mewakili isi(substansi) yang akan diukur. Suatu instrumen dapat digunakan jika memenuhi semua kriteria atau telah direvisi berdasar kriteria yang belum terpenuhi. Kriteria penelaahan dalam validasi isi meliputi: a)
Segi materi (1) Soal sesuai dengan indikator (2) Hanya ada satu jawaban yang paling tepat b) Segi konstruksi (1) Pokok soal dirumuskan dengan singkat dan jelas (2) Pokok soal bebas dari pernyataan yang dapat menimbulkan penafsiran ganda (3) Butir soal tidak tergantung pada jawaban soal sebelumnya c) Segi Bahasa (1) Soal menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (2) Soal menggunakan bahasa yang komunikatif (3) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat (Jahja Umar, dkk, 1996: 36) 2) Validitas Butir Soal Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir itu harus mengukur hal yang sama dan kecenderungan yang sama pula. Indeks validitas butir soal dapat dilihat dari korelasi antara skor butir soal dengan skor totalnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 72) rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson, yaitu: rxy=
n XY n X2
X
X 2
Y
n Y2
Y
2
Keterangan : rxy n
= indeks validitas butir soal untuk butir (item) ke- i commit to user = cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X
= skor butir(item) ke-i
Y
= skor total
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 75) butir soal tes prestasi dikatakan mempunyai validitas yang baik jika
.
merupakan nilai
diperoleh dari tabel harga kritik dari r Product Moment dengan banyaknya butir soal pada
yang
merupakan
sebesar 5%.
3) Tingkat Kesukaran Menurut Asmawi Zainul (1994: 157) menyatakan bahwa tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi peserta tes menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal tersebut tidak menunjukkan bahwa butir soal tersebut baik atau tidak baik namun hanya menunjukkan bahwa butir soal tersebut sukar atau mudah untuk kelompok peserta tes tertentu. Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:
Dengan
tingkat kesukaran butir soal
Sedangkan tingkat kesukaran perangkat soal dapat dirumuskan sebagai berikut:
dengan
tingkat kesukaran naskah soal,
butir soal, dan
jumlah tingkat kesukaran
jumlah butir soal.
Tingkat kesukaran butir soal dan perangkat dapat dibagi sebagai berikut: 0.00-0.25
: sukar
0.26-0.75
: sedang
0.76-1.00
: mudah
Untuk menyusun naskah ujian sebaiknya digunakan butir soal yang tingkat kesukarannya berimbang dimana prosentase soal yang tergolong sukar maksimal 25%, prosentase soal yang tergolong sedang minimal 50%, dan prosentase soal yang tergolong mudah maksimal 25% (Asmawi Zainul, 1994: 157). Hal ini bertujuan agar perangkat tes tidakcommit terlalu mudah to user dan tidak terlalu sukar, sebab jika
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
demikian maka tes tersebut tidak akan memberikan informasi yang diharapkan dalam mengukur kemampuan siswa dalam hal ini prestasi siswa dalam materi himpunan. 4) Uji Reliabilitas Instrumen dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang sama jika digunakan untuk mengukur hal yang sama pada waktu dan tempat yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono (2003: 65) yang menyatakan bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan alat tersebut adalah sama atau hampir sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan dengan kondisi yang sama pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Pada penelitian ini tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes objektif dengan setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban salah diberi skor 0. Sehingga untuk menghitung indeks reliabilitas tes ini digunakan rumus dari Kuder-Richardson(KR-20) sebagai berikut: r11 =
N N 1
dengan:
st2
pi qi st
2
r11 = indeks reliabilitas instrumen
N = cacah butir instrumen pi = proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butir ke-i qi = 1- pi, i : 1, 2, ...N st2 = variansi total. Dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11> 0,7 (Budiyono, 2003: 71) b. Angket Untuk membuat angket ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain menyusun kisi-kisi angket, menyusun butir-butir angket, memvalidasi isi butir angket, merevisi butir angket, mengadakan uji coba angket, menguji validitas butir angket dan reliabilitas angket, dan menentukan butir angket yang akan digunakan. Adapun penjelasan mengenai validitas isi, validitas butir angket dan commit to user reliabilitas angket adalah sebagai berikut:
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Validitas Isi Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi, langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas angket adalah:membuat kisikisi angket, menyusun soal-soal angket, kemudian menelaah angket. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Penelaahan dilakukan oleh pakar atau validator dalam hal ini oleh dosen. Langkah berikutnya yaitu para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun sudah relevan dengan kisi-kisi yang ditentukan. Kriteria penelaahan untuk validasi isi adalah sebagai berikut: a) Kesesuaian butir angket dengan kisi-kisi. b) Kesesuaian kalimat dengan EYD. c) Kalimat butir soal mudah dipahami. d) Kesesuaian butir soal dengan tahap perkembangan siswa. e) Bahasa yang digunakan tidak menimbulkan penafsiran ganda. (Slameto, 2001: 125) 2) Validitas Butir Soal Konsistensi internal masing-masing butir soal dapat dilihat dari korelasi antara skor butir soal dengan skor totalnya. Untuk menghitung indeks validitas butir angket digunakan rumus korelasi produk dari Karl Pearson sebagaimana menghitung validitas butir tes prestasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 75) butir soal tes prestasi dikatakan mempunyai validitas butir soal yang baik jika .
merupakan nilai
Product Moment dengan
yang diperoleh dari tabel harga kritik dari r
merupakan banyaknya butir soal pada
sebesar 5%.
3) Uji Reliabilitas Pada penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus Alpha, sebab skor butir angket bukan 0 dan 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 196) yang menyatakan bahwa rumus Alpha digunakan utnuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Adapun rumus Alpha yang digunakan adalah sebagai berikut: commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan r11
= indeks reliabilitas instrumen
n
= cacah butir instrumen
s i2
= variansi belahan ke-i,i = 1,2,...,k (k ≤ n) atau variansi butir ke-i,i = 1,2,...,n
s t2
= variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba
Dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11> 0.7 (Budiyono, 2003: 70)
E. Teknik Analisis Data 1. Uji keseimbangan Uji ini dilakukan pada saat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol belum dikenai perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang. Hal ini bertujuan agar hasil eksperimen adalah benar akibat perlakuan yang telah diberikan bukan karena adanya pengaruh lain. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua sampel yang independen. Statistik ujinya adalah uji-t karena variansi kedua populasi tak diketahui. Sebelum dilakukan perhitungan, diuji terlebih dahulu apakah kedua kelompok berdistribusi normal. a. Hipotesis Ho : µ 1 = µ 2 (kedua populasi mempunyai kemampuan awal yang sama) H 1 : µ 1 ≠ µ 2 (kedua populasi mempunyai kemampuan awal yang tidak sama) b. Taraf Signifkansi (α) = 0.05 c. Statistik Uji yang digunakan : X1
t= sp
1 n1
X2 1 n2
2
~ t n1
n2
2
Dengan s p 2 =
Keterangan : commit to user
(n1 1) s1 (n2 1) s 2 n1 n2 2
2
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X1
=
rata-rata nilai ujian semester I kelas VII mata pelajaran matematika kelompok eksperimen
X2
=
rata-rata nilai ujian semester I kelas VII mata pelajaran matematika kelompok kontrol
s12
= variansi dari kelompok eksperimen
s 22
= variansi dari kelompok kontrol
n1
= ukuran sampel kelompok eksperimen
n2
= ukuran sampel kelompok kontrol
d. Daerah kritik DK= {t | t
/2
atau t
H 0 ditolak jika t
DK
t
t
/2
e. Keputusan Uji
f. Kesimpulan a. Kedua populasi mempunyai kemampuan awal yang sama jika Ho tidak ditolak. b. Kedua populasi mempunyai kemampuan awal yang tidak sama jika Ho ditolak (Budiyono, 2004: 151)
2. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur : 1) Hipotesis Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal 2) Taraf Siginifikansi (α) = 0.05 3) Statistik Uji L = max │F(Z i ) - S (Zi )│
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan: F(Zi )
= P(Z≤Zi ),
Z ~ N(0,1)
(X i
X)
Zi
= skor standar, Z i
s
= standar deviasi
S(Zi )
= proporsi cacah Z≤Z i terhadap seluruh cacah Z i
Xi
= skor responden
s
4) Daerah Kritik (DK) DK = {L│L > Lα:n } dengan n adalah ukuran sampel. 5) Keputusan Uji Ho ditolak jika L
DK.
6) Kesimpulan a). Sampel berasal dari populasi normal jika Ho tidak ditolak. b). Sampel tidak berasal dari populasi normal jika HO ditolak (Budiyono, 2004: 170)
b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Variansi menunjukkan ukuran penyebaran data terhadap rataannya. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut : 1). Hipotesis Ho :
2 1
2 2
= …=
2 k
dengan k= 2 pada model pembelajaran, k=3 pada motivasi belajar
H1 : Paling tidak ada satu pasang
2 i
2). Statistik Uji yang digunakan : 2
k 2,203 f log RKG f j log S 2j C j 1 commit to user
2 j
dengan i≠j
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan: χ2~ χ2(k-1) k
= banyaknya populasi
f
= derajat kebebasan untuk RKG = N - k
N
= banyaknya data amatan (ukuran)
fj
= derajat kebebasan untuk S j 2 = n j - 1
j
= l, 2, ..., k
nj
= cacah pengukuran pada sampel ke-j
c =1
1 3(k 1)
SS j
X
1 fj
1 f
Xj
2 j
nj
RKG =
SS j fj
2
= (n j -1)s j 2
3). Taraf Signifikansi ( α ) = 0.05 4). Daerah Kritik (DK) DK=
2
2
2
:k 1
5). Keputusan Uji Ho ditolak Jika χ 2
DK
6). Kesimpulan a) Populasi-populasi homogen jika H 0 tidak ditolak. b) Populasi-populasi tidak homogen jika H 0 ditolak (Budiyono, 2004: 176-177) 3.Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan model data sebagai berikut : Xijk = µ + αi + βj + (αβ )ij + εijk dengan : Xijk
= data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ
= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
αi
= efek baris ke-i pada variabel terikat commit terikat to user = efek kolom ke j pada variabel
βj
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(αβ)ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat εijk
=deviasi data X ijk terhadap rataan populasinya (µ ijk) yang berdistribusi normal dengan rataan 0
i
= 1, 2,...., p ; p : cacah baris (A)
j
= 1, 2, ..., q ; q : cacah kolom (B)
k
= 1, 2, ..., n ij ; n ij : cacah data amatan pada setiap sel (Budiyono, 2004: 228) Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama, yaitu : a. Hipotesis 1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, ... p (tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat) H1A : paling sedikit ada satu α i yang tidak nol (ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat) 2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, ... q (tidak ada perbedaan efek antara kolom terhadap variabel terikat) H1B : paling sedikit ada satu β j yang tidak nol (ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat) 3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, ... p dan j = l, 2, ... q (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) H1AB : paling sedikit ada satu (αβ) ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat). (Budiyono, 2004: 228)
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Komputasi Notasi dan Tata Letak Data Tabel 3.2. Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi B
B1
B2
B3
n 11
n 12
n 13
ΣX 11k
ΣX 12k
ΣX 13k
X
X
X
A
Al
A2
11
12
13
ΣX211k
ΣX212k
ΣX213k
C 11 SS11 n21 ΣX 21k
C 12 SS12 n22 ΣX 22k
C 13 SS13 n23 ΣX 23k
X 21 ΣX221k
X 22 ΣX222k
X 23 ΣX223k
C 21 SS 21
C22 SS22
C 23 SS 2 3
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan B
b1
b2
b3
Total
a1
AB11
AB12
AB13
A1
a2
AB21 B1
AB22 B2
AB23 B3
A - _2
A
Total
Sel abij memuat: Xij1; Xij2; …;Xijn
G --
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi notasi sebagai berikut : nij
= ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j) = cacah data amatan pada sel ij = frekuensi sel ij
nh
= rataan harmonik frekuensi seluruh sel commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pq 1 i , j n ij
nh=
N
= cacah seluruh data amatan N
nij i, j
2
X ijk Cij
=
k
nij
SSij = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij 2
X ijk SS ij
X k
2 ijk
k
nijk
X ijk
ABij = rataan pada sel ij =
Ai
k
nij
AB ij
= Jumlah rataan pada baris ke-i = j
Bj
= Jumlah rataan pada kolom ke-j =
AB ij i
G
AB ij
= Jumlah rataan semua sel = i, j
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (l), (2), (3), (4) dan (5) sebagai berikut : (1)
G2 pq
( 2)
j
SS ij
i
p ABij2
(5) i, j
i, j
(3)
B 2j
(4)
Ai2 q
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu :
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
JKA
= n h (3) (1)
JKB
= n h ( 4) (1)
JKAB
= n h (1) (5) (3) (4)
JKG
= (2)
JKT
= JKA + JKB + JKAB + JKG
dengan :
JKA
= jumlah kuadrat baris
JKB
= jumlah kuadrat kolom
JKAB
= jumlah kuadrat interaksi
JKG
= jumlah kuadrat galat
JKT
= Jumlah kuadrat total
Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah: dkA = p-1
dkT = N-1
dkB = q-1
dkG = N-pq
dkAB = (p-1)(q-1) Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh rataan kuadrat berikut RKA =
JKA dkA
RKAB=
RKB =
JKB dkB
RKG
JKAB dkAB
=
JKG dkG
c. Statistik Uji Untuk HoA adalah
Fa =
RKA RKG
Untuk H0B adalah
Fb =
RKB RKG
Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB RKG
d. Taraf Signifikansi (α) = 0,05 e. Daerah Kritik
commit to user (1). Daerah kritik untuk F a adalah DK { Fa│Fa > F α:p-1,N-pq}
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2). Daerah kritik untuk Fb adalah DK { Fb │ Fb > Fα:q-1, N-pq} (3).Daerah kritik untuk F ab adalah DK { Fab │ Fab > Fα:(p-1)(q-1), N-pq } f. Keputusan Uji Ho ditolak jika Fhit
DK Rangkuman analisis Tabel 3.4. Rangkuman analisis JK
dk
RK
Fhit
Fα
A(baris)
JKA
dkA
RKA
Fa
Fα,p-1,N-pq
B(kolom)
JKB
dkB
RKB
Fb
Fα:q-1,N-pq
Fab
F α : (p -1 ) (q -1 ), N -p q
Sumber
AB Galat Total
JKAB
dkAB RKAB
JKG JKT
dkG dkT
RKG -
-
(Budiyono, 2004: 228-230)
4. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasang baris, setiap pasang kolom dan setiap pasang sel. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Scheffe adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut c. Mencari nilai statistik uji dengan rumus yang bersesuaian 1) Komparasi rataan tiap baris Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran maka jika H 0 A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antarbaris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan
besarnya
rerata
marginal
dari
masing-masing
model
pembelajaran. Jika rataan marginal untuk model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi lebihcommit besarto dari user rataan marginal untuk model
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran konvensional berarti model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dikatakan lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional atau sebaliknya. 2) Komparasi rataan antar kolom
F.i
X .i .j
RKG
2
X .j 1 n.i
1 n. j
F.i-.j
= nilai Fob s pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
X .i
= rerata pada kolom ke-i
X.j
= rerata pada kolom ke-j
RKG =rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n.i
= ukuran sampel kolom ke-i
n.j
= ukuran sampel kolom ke-j
dengan daerah kritik DK = {F │ F > (q-1 )F a:q-1,N-pq} 3) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij
X ij kj
RKG
X kj 1 nij
2
1 nkj
Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
X ij = rerata pada sel ij X kj
= rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
= ukuran sel ij
nkj
= ukuran sel kj
dengan daerah kritik DK = {Fij │Fij-kj > (pq-1)Fα:pq-1,N-pq } commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama Fij-ik =
X ij RKG
2
X ik 1 nij
1 nik
Fij-ik = nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
X ij
= rerata pada sel ij
X ik
= rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
= ukuran sel ij
nik
= ukuran sel ik
dengan daerah kritik DK = {F ij
Fij.ik > (pq-1)Fα:pq-1,N-pq } (Budiyono, 2004: 213-215)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen data prestasi belajar matematika pada pokok bahasan himpunan dan data motivasi belajar matematika siswa. Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut. 1. Hasil Pengembangan Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu angket motivasi belajar matematika siswa dan tes prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan himpunan. Adapun penjelasan dari setiap instrumen adalah sebagai berikut: a. Hasil Pengembangan Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa 1) Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa Pembuatan kisi-kisi angket motivasi belajar matematika siswa didasarkan pada dua aspek dalam pengertian motivasi belajar matematika yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Selanjutnya disusun indikator dari dua aspek tersebut. Aspek motivasi intrinsik memiliki empat indikator yaitu melaksanakan tujuan atau cita-cita secara jelas, minat pada pembelajaran matematika, keinginan untuk mencoba, dan perasaan ingin tahu. Sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi pujian dan hadiah, celaan dan hukuman, perhatian orang tua, serta perhatian guru. Adapun deskripsi lengkap kisi-kisi motivasi belajar dapat dilihat pada lampiran 8. 2) Penulisan Butir Soal Angket Dari setiap butir indikator disusunlah beberapa item yang bersifat positif dan negatif dengan tujuan memperoleh hasil angket yang sesuai dengan keadaan siswa dan memastikan bahwa adanya kesesuaian jawaban dan kekonsistenan siswa dalam menjawab soal pada setiap indikator. Secara keseluruhan terdapat 22 item positif dan 18 item negatif sehingga banyaknya item angket adalah 40 item. Adapun deskripsi lengkap butir angket motivasi belajar dapat dilihat pada lampiran 9. commit to user
73
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Valididas Isi Angket Uji Coba Instrumen angket motivasi belajar matematika untuk try out diuji validitas isi oleh dua orang validator yaitu Ibu Ira Kurniawati, S.Si., M.Pd. dan Bapak Drs. Gatut Iswahyudi, M.Pd. Berdasarkan uji validitas isi yang dilakukan kedua validator, dari 40 butir angket motivasi semua dinyatakan valid. Untuk data hasil validasi dapat dilihat pada lampiran 15. 4) Hasil Uji coba Instrumen Angket Setelah angket dinyatakan valid menurut validitas isi, selanjutnya angket diujicobakan di kelas VIIA SMP Negeri 16 Surakarta. Angket yang diujicobakan terdiri dari 40 soal. Data yang diperoleh selanjutnya diolah untuk menguji validitas butir angket tersebut. Dari hasil validitas butir angket dengan rumus korelasi produk momen diperoleh 28 butir yang valid dengan rhit dari 28 butir tersebut lebih dari r36;0.05=0.329. Sedang 12 butir dinyatakan tidak valid karena 12 butir tersebut mempunyai rhit kurang dari r36;0.05=0.329. Adapun butir soal angket yang dinyatakan tidak valid beserta perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17. Selain diuji validitas butirnya, angket juga diuji reliabilitas dengan rumus Alpha. Caranya dengan menghitung nilai r11 dari 28 butir angket yang
dinyatakan
valid.
Dari
hasil
perhitungan
diperoleh
bahwa
r11=0.90635383. Karena r11>0.70 maka angket motivasi belajar tersebut dinyatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18. 5) Penetapan Butir Angket yang Digunakan Dari hasil validitas isi, validitas butir soal, dan reliabilitas angket maka banyaknya butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 28 butir soal angket dimana setiap butir mengukur indikator tertentu. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa semua indikator telah terwakili oleh butir angket untuk mengukur tingkat motivasi belajar belajar matematika siswa. Adapun butir soal angket yang tidak digunakan karena tidak memenuhi syarat uji validitas butir soal yaitu butir dengan nomor 3, 5, 21, 22, 24, 28, 31, 32, 33, 36, 37, dan 39. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
b. Hasil Pengembangan Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika 1) Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika Pembuatan kisi-kisi tes prestasi belajar matematika siswa didasarkan pada silabus materi himpunan kelas VII SMP. Standar kompetensi materi tersebut yaitu menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. Kompetensi dasar yang diukur meliputi siswa memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajian himpunan, siswa memahami konsep himpunan bagian, menyajikan himpunan dengan diagram Venn, melakukan operasi himpunan, dan menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. Selanjutnya dari tiap kompetensi dasar ini disusun indikator penilaian beserta soal yang mengukur indikator tersebut. Adapun deskripsi lengkap kisi-kisi tes prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran 11. 2) Penulisan Butir Soal Tes Prestasi Belajar Matematika Dari setiap butir indikator tes prestasi belajar matematika disusunlah beberapa item yang mengukur indikator tersebut. Butir soal tersebut disusun untuk mengukur kemampuan kognitif siswa sehingga soal yang disusun mengukur kemampuan pengetahuan(C1), pemahaman(C2), penerapan(C3), dan analisis(C4) sesuai dalam taksonomi Bloom. Tujuannya agar soal yang dibuat tidak mengukur pengetahuan semata, tetapi mengukur kemampuan lain yang lebih komprehensif. Soal yang disusun seluruhnya sebanyak 35 butir soal. Adapun butir-butir tes prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran 12. 3) Valididas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika Instrumen tes prestasi belajar matematika untuk try out dicantumkan dalam lampiran. Tes prestasi belajar matematika pada materi himpunan terdiri dari 35 butir soal. Uji validasi isi dilakukan oleh dua orang validator yaitu Drs. Sri Sugiyanto(guru matematika kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta) dan Drs. Gatut Iswahyudi, M.Pd.(dosen Pendidikan Matematika). Berdasarkan uji validitas isi kedua validator dari 35 butir, semua dinyatakan to user valid. Adapun hasil validasicommit dapat dilihat pada lampiran 16.
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Setelah tes prestasi belajar matematika dinyatakan valid menurut validitas isi, selanjutnya tes tersebut diujicobakan di kelas VIIA SMP Negeri 16 Surakarta. Tes prestasi belajar yang diujicobakan terdiri dari 35 butir soal tes objektif. Dari hasil uji validitas butir soal dengan menggunakan rumus korelasi produk momen diperoleh 29 butir soal yang valid dengan rhit dari 29 soal tersebut lebih dari r36;0.05=0.329. Sedangkan 6 butir soal dinyatakan tidak valid dengan rhit kurang dari r36;0.05=0.329. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 19. Selain diuji validitas butir soalnya, butir soal tes juga diuji reliabilitas dengan rumus KR-20. Dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh r11=0.8421.
Karena
r11>0.70
maka
instrumen
dinyatakan
reliabel.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20. Dari 29 butir soal
yang
valid
terdapat
4 soal tergolong
mudah(13.79%), 2 soal tergolong sukar(6.9%), dan 25 soal tergolong sedang(79.31%). Dengan melihat prosentasenya dapat dilihat bahwa prosentase
soal mudah dan soal sukar kurang dari 25% sedangkan
prosentase soal sedang lebih dari 50%. Dengan demikian, perangkat soal tersebut telah memenuhi kriteria tingkat kesukaran soal, artinya perangkat soal tes prestasi ini tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar sehingga dapat memberikan informasi mengenai kemampuan siswa dalam materi himpunan atau prestasi belajar siswa yang sebenarnya. 5) Penetapan Butir Tes Prestasi Belajar Matematika yang Digunakan Dari hasil validitas isi, validitas butir soal, reliabilitas, dan tingkat kesukaran butir soal tes prestasi belajar matematika siswa maka banyaknya butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 29 butir soal tes prestasi belajar matematika dimana setiap butir mengukur indikator tertentu. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa semua indikator telah terwakili oleh butir soal tes untuk mengukur prestasi belajar matematika siswa. Adapun butir soal tes prestasi yang tidak digunakan karena tidak memenuhi commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
syarat uji validitas butir soal yaitu butir dengan nomor 9, 11, 21, 22, 30 dan 35. Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen
Banyaknya butir soal
Nomor butir yang
Reliabilitas
Prauji coba
Pascauji coba
tidak digunakan
Tes
35
29
9, 11, 21, 22, 30, 35
Angket
40
28
0.842
3, 5, 21, 22, 24, 28,
0.906
31, 32, 33, 36, 37, 39
2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Data skor prestasi belajar matematika yang berasal dari kelas kontrol sebanyak 36 sedangkan kelas eksperimen sebanyak 37. Dari data tersebut selanjutnya ditentukan ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rataan( ), median(Me), modus(Mo) dan ukuran dispersi yang meliputi jangkauan, serta simpangan baku sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Ukuran Tendensi Kelompok
Ukuran dispersi
Sentral
Banyaknya siswa
Mo
Me
Skor
Skor
min
maks
J
s
Eksperimen
37
65.51
65.52
65.52
34.48
86.21
51.73
12.66
Kontrol
36
59.96
62.07
62.07
34.48
82.76
48.28
13.37
3. Data Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa Data tentang motivasi belajar matematika siswa diperoleh dari angket motivasi belajar matematika siswa, selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata gabungan (
) dan standar deviasi
gabungan (sgab). Dari hasil perhitungan diperoleh =86.863 dan sgab=9.196. commit to user Adapun penentuan kategori tercantum dalam tabel berikut
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3 Penentuan Kategori Motivasi Belajar Matematika Siswa Kategori
Ketentuan X
Tinggi
Rentang Skor(X)
+ sgab
- sgab X
Sedang
+ sgab
X
Rendah
X
96.06
77.67 X <96.06
- sgab
X
77.67
Keterangan: X = skor angket motivasi belajar matematika siswa Berdasarkan data yang telah terkumpul dapat disajikan kategori motivasi belajar siswa sebagai berikut: Tabel 4.4 Sebaran Kategori Motivasi Belajar Matematika Siswa Jumlah
Kelompok
Banyaknya siswa untuk tiap kategori motivasi
siswa
Tinggi
Sedang
Rendah
Eksperimen
37
4
27
6
Kontrol
36
6
27
3
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32 Tabel 4.5 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Motivasi Tinggi, Sedang dan Rendah Ukuran Tendensi Motivasi Jumlah Belajar
Siswa
Tinggi
10
Sedang Rendah
Ukuran Dispersi
Sentral Mo
Me
Min
Maks
J
s
66.21
62.07
65.52
34.48
82.76
48.28
13.68
54
62.45
65.52
63.795
34.48
86.21
51.73
13.24
9
61.30
51.72
62.07
41.38
86.21
44.83
13.66
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Keseimbangan Sebelum Eksperimen Sebelum
dilakukan
eksperimen,
kedua
populasi
harus
diuji
keseimbangannya untuk memastikan bahwa kedua populasi memiliki kemampuan yang sama sehingga jika di akhir eksperimen diperoleh perbedaan hasil dalam hal ini prestasi belajar maka dapat dipastikan disebabkan oleh perbedaan perlakuan to user dilakukan dengan uji t. Adapun semata. Dalam penelitian ini uji commit keseimbangan
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persyaratan untuk melakukan uji t yaitu kedua populasi harus normal, variansi kedua populasi tidak diketahui, dan variansi kedua populasi sama. Data untuk uji keseimbangan ini diambil dari nilai UAS matematika siswa pada semester I kelas VII tahun 2009/2010 kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari nilai UAS tersebut diperoleh rataan dan variansi sebagaimana dalam tabel berikut Tabel 4.6 Rataan dan Variansi Nilai UAS Semester I Kelas Eksperimen(VII E) dan Kelas Kontrol(VII D) Kelompok
Banyaknya Siswa
Rataan
Variansi
Eksperimen
37
46.432
103.141
Kontrol
36
44.222
108.978
Sebelum dilakukan uji t perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan metode Liliefors dengan tingkat signifikansi 0.05. Dari metode tersebut diperoleh statistik uji sebagai berikut Tabel 4.7 Uji Normalitas Awal Sebelum Penelitian Sampel
Jumlah siswa
Lhit
Ltab
Keputusan Uji
Eksperimen
37
0.1012
0.1457
Ho tidak ditolak
Kontrol
36
0.1015
0.1477
Ho tidak ditolak
Dari tabel tampak bahwa Lhit untuk masing-masing sampel tidak melebihi Ltab sehingga keputusannya adalah Ho tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa masingmasing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29 dan 30. Setelah normalitas populasi dipenuhi, barulah dilakukan uji keseimbangan dengan uji t. Berdasarkan uji t diperoleh tobs=-0.0503 bukan anggota daerah kritik dengan DK= t t <-1,64 atau t >1.64 sehingga Ho tidak ditolak. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yang sama atau keduanya dalam keadaan seimbang. Adapun perhitungan selengkapnya dapat commit to user dilihat pada lampiran 31.
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan metode Liliefors dengan taraf signifikansi 0.05. Adapun hasil uji tersebut terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Normalitas Sumber
n
Lmaks
Ltab
Keputusan Uji
Kesimpulan
Eksperimen
37
0.124
0.146
Ho tidak ditolak
Normal
Kontrol
36
0.093
0.148
Ho tidak ditolak
Normal
Motivasi Tinggi
10
0.120
0.258
Ho tidak ditolak
Normal
Motivasi Sedang
54
0.112
0.121
Ho tidak ditolak
Normal
Motivasi Rendah
9
0.203
0.271
Ho tidak ditolak
Normal
Dari tabel diatas terlihat bahwa semua harga Lmaks bukan merupakan anggota daerah kritik untuk masing-masing sumber, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 34, 35, 36, 37, dan 38. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan metode Bartlett dengan taraf signifikansi 0.05. Hasil uji homogenitas terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Homogenitas Sumber
k
Model Pembelajaran 2 Motivasi Belajar
3
Keputusan Uji
Kesimpulan
0.1021
3.841
Ho tidak ditolak
Homogen
0.0246
5.991
Ho tidak ditolak
Homogen
Dari tabel di atas terlihat bahwa semua harga
bukan anggota daerah
kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi homogen. Adapun perhitungan dari tabel di atas dapat dilihat pada lampiran 39 dan 40. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Dari data skor tes prestasi belajar dan skor angket motivasi belajar matematika siswa disusunlah tabel tata letak data anava dua jalan dengan sel tak sama sebagai berikut:
Data Amatan
TOTAL
37 2427.63 165047.7625 203.7384259 159558.86 5488.902544
Data Amatan
KONTROL
EKSPERIMEN
Tabel 4.10 Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel tak Sama MOTIVASI UKURAN KELAS TINGGI SEDANG RENDAH 65.52 62.07 58.62 48.28 86.21 79.31 86.21 82.76 68.97 68.97 79.31 65.52 55.17 75.86 51.72 68.97 62.07 65.52 48.28 72.41 62.07 48.28 79.31 65.52 65.52 65.52 65.52 51.72 86.21 34.48 62.07 65.52 79.31 48.28 62.07 51.72 82.76 4 27 6 n 293.11 1737.97 396.55 X 21629.8835 116342.8587 27075.0203 X² 73.2775 64.36925926 66.09166667 21478.36803 111871.8415 26208.65042 C 151.515475 4471.017185 866.3698833 SS 62.07 68.97 79.31 72.41 41.38 82.76 58.62 72.41 72.41 62.07 62.07 34.48 62.07 55.17 51.72 34.48 75.86 62.07 34.48 65.52 65.52 62.07 44.83 62.07 41.38 65.52 65.52 65.52 48.28 55.17 75.86 82.76 58.62 44.83 44.83 65.52 6 27 3 n 368.97 1634.49 155.17 X 23889.0131 103567.9217 8239.9477 X² 61.495 60.53666667 51.72333333 22689.81015 98946.5763 8025.909633 C 1199.20295 4621.3454 214.0380667 SS SS
36 2158.63 135696.8825 173.755 129662.2961 6034.586417 11523.48896
Adapun hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama commit to user disajikan dalam tabel berikut:
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Sumber
JK
dk
RK
Fobs
907.408
1
907.408
5.276
3.986
439.254
2
219.627
1.277
3.136
182.580
2
91.290
0.531
3.136
Galat(G)
11523.489 67
171.992
-
-
Total(T)
13052.731 72
-
-
-
Model Pembelajaran(A) Motivasi Belajar(B) Interaksi(AB)
Keputusan Uji HoA ditolak HoB tidak ditolak HoAB tidak ditolak
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel di atas diperoleh informasi sebagai berikut: a. Pada efek utama baris (A), HoA ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan efek antarbaris terhadap variabel terikat atau kedua model pembelajaran memberikan efek yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi himpunan. b. Pada efek utama kolom(B), HoB tidak ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan efek antarkolom terhadap variabel terikat. Artinya, ketiga kategori motivasi belajar siswa memberikan yaitu tinggi, sedang, dan rendah memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi himpunan. c. Pada efek utama interaksi(AB), HoAB tidak ditolak. Ini menunjukkan tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi himpunan. Adapun perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 41.
2. Uji Komparasi Ganda Dalam penelitian ini karena hanya HoA yang ditolak, uji komparasi ganda commit to user hanya dilakukan pada baris saja. Dalam kasus ini, karena variabel model
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran mempunyai 2 nilai yaitu model pembelajaran tipe STAD yang dimodifikasi dan konvensional maka antarbaris tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe, tetapi cukup dengan melihat rataan marginal kedua model pembelajaran tersebut. Dari rataan marginal terlihat bahwa rataan prestasi siswa yang diberi model pembelajaran tipe STAD yang dimodifikasi lebih tinggi dari pada rataan prestasi siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Berikut ini adalah tabel rataan marginal dari model pembelajaran maupun motivasi belajar matematika siswa. Tabel 4.12 Rataan Marginal Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa Model Pembelajaran
Motivasi Belajar Matematika
Rataan
Tinggi
Sedang
Rendah
Marginal
73.278
64.369
66.092
65.612
Konvensional
61.495
60.537
51.723
59.962
Rataan Marginal
66.208
62.453
61.302
-
STAD yang dimodifikasi
Karena HoB dan HoAB tidak ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi antar kolom dan uji komparasi antarsel pada kolom maupun baris yang sama.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa=5.276 >3.986=F0.05,1,67. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Fa anggota daerah kritik sehingga HoA ditolak. Ini berarti ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi dengan siswa yang diberi model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan himpunan. Dari rataan marginal terlihat bahwa commit to user rataan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimodifikasi lebih tinggi dari pada rataan siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Terpenuhinya hipotesis ini karena setting model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi benar-benar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri dan memperoleh pengalaman
belajar
yang
bermakna
sesuai
dengan
teori
pembelajaran
konstruktivisme sehingga prestasi yang diraih dapat optimal. 2. Hipotesis Kedua Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fb=1.277<3.136=F0.05;2;67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Fb bukan anggota daerah kritik sehingga HoB tidak ditolak. Ini berarti suatu tingkatan motivasi belajar matematika tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa khususnya pada pokok bahasan himpunan. Jadi, prestasi belajar matematika dari siswa dengan motivasi tinggi, sedang maupun rendah adalah sama saja. Tidak terpenuhinya hipotesis kedua ini dimungkinkan karena tingkat kemampuan awal dan pemahaman siswa terhadap materi sama terutama setelah membaca modul dan selanjutnya dikuatkan dengan diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok siswa dengan pemahaman materi yang baik dalam hal ini siswa dengan motivasi tinggi berupaya menjelaskan kesulitan dan persoalan yang dihadapi anggota kelompok sehingga semua anggota kelompok memahami materi dengan baik. Siswa dengan tingkat pemahaman yang rendah dalam hal ini siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah dimungkinkan lebih leluasa belajar dan menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami kepada siswa dengan motivasi belajar tinggi yang memiliki pemahaman materi yang lebih baik. Dengan pemahaman materi yang sama maka prestasi yang diraih pada siswa dengan motivasi tinggi, sedang maupun rendah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada kelas kontrol prestasi siswa dengan motivasi belajar tinggi, commit to mungkin user sedang maupun rendah sama saja. Hal ini disebabkan adanya interaksi
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa dengan teman sebangkunya untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami pada fase guru membimbing pelatihan. Pada saat ini siswa dengan inisiatif sendiri membuat diskusi, meskipun dalam model pembelajaran konvensional dalam hal ini model pembelajaran langsung tidak ada diskusi antarsiswa. Melalui diskusi kecil inilah pemahaman siswa baik siswa dengan motivasi tinggi, sedang maupun rendah dimungkinkan menjadi sama dan prestasi yang diraih pun tidak memiliki perbedaan yang signifikan. 3. Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fab=0.531<3.136=F0.05;2;67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Fab bukan anggota daerah kritik sehingga HoAB tidak ditolak. Ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika khususnya pada pokok bahasan himpunan. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional secara umun maupun ditinjau dari setiap kategori motivasi belajar matematika. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang, maupun rendah. Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar matematika siswa dimungkinkan karena siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih termotivasi selama mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi. Motivasi ini muncul karena adanya lembar penilaian yang merupakan pertanggungjawaban siswa setelah membaca modul. Dengan membaca modul dan mengerjakan lembar penilaian pemahaman siswa dengan motivasi tinggi menjadi lebih baik daripada hanya membaca materi sebelum pelajaran semata sebagaimana usaha mereka ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Di samping itu adanya penghargaan bagi setiap kelompok akan semakin commitusaha to userbelajar yang dilakukan semakin memotivasi siswa tersebut sehingga
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditingkatkan agar kelompok mereka selalu meraih predikat yang terbaik. Dengan demikian, melalui usaha belajar yang lebih tinggi maka tingkat pemahaman dan kemampuan awal siswa dengan motivasi tinggi menjadi lebih baik saat mereka diberi model pembejaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi. Hal ini selanjutnya berpengaruh pada prestasi yang mereka peroleh menjadi lebih meningkat dari pada ketika mereka diberi model pembelajaran konvensional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung hasil analisis penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional khususnya pada materi himpunan di kelas VII semester II SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. 2. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah pada materi himpunan. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional pada setiap kategori motivasi belajar matematika tinggi, sedang dan rendah. B. Implikasi Berdasarkan pada kajian teori serta hasil penelitian ini, penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. 1. Implikasi Teoretis Berdasarkan kajian teori, model pembelajaran kooperatif STAD yang dimodifikasi mempunyai karakteristik dapat mengaktifkan siswa serta menuntut kemandirian siswa untuk membangun pengetahuan sendiri dan mengalami proses belajar melalui diskusi kelompok berbekal pengetahuan awal yang diperoleh dari modul. Dengan membaca modul sebelum pembelajaran dan mengerjakan lembar penilaian siswa dapat mencoba membentuk pengetahuan awal dan mengukur sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi. Selanjutnya dengan pengetahuan awal tersebut mereka mencoba mendiskusikan setiap perbedaan pemahaman dalam langkah kedua model pembelajaran STAD yang dimodifikasi. Jadi, selama diskusi mereka akan lebih tosiap commit userdan dapat saling bertukar pikiran
87
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
untuk menemukan konsep yang benar sehingga pengetahuan yang mereka peroleh dapat diterapkan bersama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam lembar kerja siswa. Inilah yang menjadi keunggulan dalam model pembelajaran tipe STAD yang dimodifikasi dibandingkan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi ini menekankan bahwa belajar adalah memahami makna atau konsep bukan sekedar menghafal serta mengurangi paradigma bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar sebagaimana dalam model pembelajaran konvensional. Guru di sini tidak menjadi pemberi informasi yang utama, melainkan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan dan bantuan tertentu bagi siswa selama pembelajaran. Siswa lebih banyak bekerja untuk membangun pengetahuan dan mengalami sendiri proses belajar dengan didampingi oleh guru. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi belajarnya guna menuntaskan materi pelajaran. Adanya sistem penilaian individu dan kelompok menuntut siswa untuk bertanggung jawab dalam belajarnya. Skor yang mereka peroleh tidak saja penting bagi diri mereka sendiri, tetapi juga penting bagi kelompok mereka. Tanggung jawab inilah selanjutnya akan berpengaruh dalam proses belajar sehingga rasa kebersamaan, kerja sama serta kemampuan sosial dapat dilatih dalam pembelajaran. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik dan saling menguatkan demi kesuksesan bersama. Bagi guru sistem penilaian ini dapat menjadi tolok ukur perkembangan dan kemajuan belajar siswa secara individu maupun kelompok. Bentuk lain dari pemberian motivasi belajar adalah pemberian penghargaan di akhir setiap evaluasi. Dengan upaya ini siswa akan merasa termotivasi sekaligus bangga karena hasil belajar mereka selalu dihargai sesuai dengan apa yang mereka raih. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat motivasi belajar matematika siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini dimungkinkan karena adanya pemahaman yang sama antara siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang maupun rendah sebagai hasil diskusi siswa. Di samping itu mungkin commit tosiswa user dalam mengikuti setiap langkah disebabkan oleh kurangnya kedisiplinan
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran. Mereka juga kurang serius dalam diskusi terutama pada pertemuan ketiga dan keempat. Meskipun dalam penelitian ini motivasi belajar memberikan hasil belajar yang sama, guru dalam setiap pembelajaran tetap berupaya menumbuhkan motivasi belajar. Harus diakui bahwa motivasi belajar adalah salah satu faktor penting dalam pencapaian prestasi belajar. Dengan adanya motivasi belajar siswa akan mau melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Namun, perlu pula diperhatikan tingkat kedisiplinan agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan baik dan benar. 2. Implikasi Praktis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe STAD yang dimodifikasi menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional khususnya pada materi himpunan. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru maupun calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas. Tentu saja dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan kesesuaian materi, kemampuan guru, karakteristik siswa, lingkungan serta fasilitas belajar yang tersedia. C. Saran 1. Bagi Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimodifikasi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional sehingga model pembelajaran ini dapat menjadi alternatif pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Tentu saja penerapannya harus memperhatikan kecocokan materi serta karakteristik siswa agar hasil belajar yang diperoleh dapat optimal. 2. Bagi Peneliti a. Dalam penelitian ini model pembelajaran tipe STAD dimodifikasi pada langkah menyajikan informasi dan modifikasi melalui pemberian modul di awal pembelajaran. Selain itu lembar kegiatan dan lembar kerja yang commit to user digunakan adalah yang sudah tersedia dalam modul. Untuk itu penulis
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyarankan kepada peneliti lain untuk mencoba menyusun sendiri modul dan lembar kegiatan yang digunakan dalam langkah kegiatan kelompok(tim) model pembelajaran STAD yang dimodifikasi. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih menerapkan pengetahuan dari modul ke dalam bentuk soal lain sehingga akan menambah variasi soal yang dapat memperdalam pemahaman materi. b. Dalam penelitian ini penulis meninjau pelaksanaan dua model pembelajaran dari motivasi belajar siswa sebab pada dasarnya untuk dapat melaksanakan model pembelajaran kooperatif khususnya tipe STAD yang dimodifikasi menuntut motivasi siswa untuk melakukan serangkaian aktifitas belajar. Setiap langkah dalam model pembelajaran ini membutuhkan tanggung jawab dan kemauan siswa melaksanakan semua tugas dan prosedur pembelajaran. Dengan demikian, selain motivasi belajar, faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan model pembelajaran ini adalah aktifitas serta kedisiplinan siswa. Oleh karena itu, penulis menyarankan peneliti lain untuk meninjau dari segi kedisiplinan belajar maupun aktivitas siswa 3. Bagi Siswa Siswa hendaknya membangun semangat dalam diri atau memotivasi diri untuk berprestasi terutama dalam pembelajaran matematika. Dengan semangat dan motivasi tersebut maka siswa akan terpacu dalam belajar. Siswa akan merasa senang dan mau melakukan serangkaian kegiatan belajar sehingga dapat lebih memahami materi. Dengan pemahaman materi yang baik tentunya prestasi yang diraih akan optimal. Semangat maupun motivasi ini dapat diperoleh ketika siswa mau memberikan respon positif dari apa yang guru berikan baik dalam bentuk penghargaan, persaingan melalui nilai yang diberikan guru ataupun upaya guru dalam membuat pembelajaran menjadi menarik. Untuk itu siswa hendaknya jangan takut mencoba dan memulai sesuatu yang baru sebab hal tersebut dapat memotivasi diri untuk menjadi lebih tahu dan memahami ilmu terutama memahami materi dalam matematika. Mulailah bersikap mandiri tidak bergantung pada orang lain dalam belajar sebab dengan mengalami sendiri kegiatan belajar dan mencoba commit to user membangun pengetahuan dari
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
awal kemudian belajar menghubungan setiap konsep materi maka akan diperoleh hasil belajar yang lebih bermakna. Tentunya jika mengalami kesulitan siswa dapat mendiskusikan dengan guru maupun teman belajar.
commit to user