9
SKRIPSI
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN JUS BUAH MENTIMUN DAN BELIMBING MANIS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI POSBINDU MEKAR SARI PUSKESMAS HELVETIA TAHUN 2015
Oleh CINDI RONIKA SIMANJUNTAK 130206178
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN JUS BUAH MENTIMUN DAN BELIMBING MANIS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI POSBINDU MEKAR SARI PUSKESMAS HELVETIA TAHUN 2015 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh CINDI RONIKA SIMANJUNTAK 130206178
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
i
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1.
2.
Data Mahasiswa Nama
: Cindi Ronika Simanjuntak
Nim
: 130206178
Tempat/ Tgl lahir
: Titi Besi, Kandangan / 09 Mei 1992
Agama
: Kristen Protestan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Anak Ke
: 4 dari 4 bersaudara
Data Orang Tua Nama Ayah
: Sobo Simanjuntak
Nama Ibu
: Florida Tampubolon
Alamat Rumah
: Huta VII Wonorejo, Kecamatan Pematang Bandar Kab Simalungun
3.
Riwayat Pendidikan 1. Tahun 1998 – 2004: SD Marga Utama Pematang Bandar 2. Tahun 2004 – 2007 : SMP Negeri 1 Pematang Bandar 3. Tahun 2007 – 2010 : SMA Negeri 3 Pematang Siantar 4. Tahun 2010 – 2013 : Akademi Keperawatan Sari Mutiara Medan 5. Tahun 2013 – 2015 : S1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4.
No Hp: 082276045665
5.
Email :
[email protected]
iii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN Skripsi, April 2015 Cindi Ronika Simanjuntak Perbandingan Efektifitas Pemberian Jus Mentimun Dan Belimbing Manis Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia Tahun 2015 ABSTRAK Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit tersebut tetapi tidak menyadarinya. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis dan jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ vital. Pengobatan telah dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi. Mentimun memiliki kalium dan magnesium sedangkan buah belimbing mengandung kalium dan natrium yang berefek terhadap penurunan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pemberian jus buah mentimun dengan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi. Penelitian ini menggunakan design quasy experiment dengan two group pre-post test design dengan jumlah sampel 30 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. Tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer. Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata perbedaan MAP sebelum dan sesudah pada mentimun sebesar 13,11sedangkan pada belimbing nilai rata-rata perbedaan MAP sebelum dan sesudah sebesar 10,00. Bedasarkan uji statistik Independent T test diperoleh P value 0,653 (P<0,05). Berarti tidak ada perbedaan MAP sesudah antara mentimun dan belimbing. Kesimpulan mentimun dan belimbing sama baiknya terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posbindu tahun 2015. Saran: diharapakan kepada pasien mampu mengontrol tekanan darahnya dan membuat jus mentimun atau belimbing dalam penurunan tekanan darah. Kata kunci : Tekanan darah, Jus mentimun dan belimbing, Hipertensi.
iv
NURSING STUDY PROGRAM FACULTY OF NURSING AND MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA Thesis, April 2015 Cindi Ronika Simanjuntak Comparative Effectiveness Giving Juice Cucumber And Starfruit Sweet Decline Against Blood Pressure in Patients Hypertension In Posbindu Mekar Sari Health Center Helvetia 2015 ABSTRACT Hypertension is a common health problem in the community. Many people who suffer from the disease but do not realize it. Hypertension is a condition when the blood pressure is chronically increased blood vessels and if left unchecked, this disease can interfere with the function of vital organs. Treatment was performed with pharmacological and non-pharmacological. Cucumber has potassium and magnesium while the star fruit contains potassium and sodium that effect on blood pressure reduction. This study aimed to compare the administration of cucumber fruit juices with starfruit sweet to the reduction of blood pressure in patients with hypertension. This research uses design quasy experiment with two group pre-post test design with a sample of 30 respondents. The sampling technique using simple random sampling technique. Blood pressure was measured using a sphygmomanometer. The results showed the average value of MAP difference before and after the cucumber for 13,11sedangkan on leatherback average value of MAP difference before and after of 10.00. Based on statistical test obtained Independent T test P value 0.653 (P <0.05). Means there is no difference between the MAP after cucumbers and starfruit. Conclusion cucumber and leatherback equally well to the reduction of blood pressure in hypertensive patients in Posbindu 2015. Suggestion: expected to patients able to control his blood pressure and make cucumber juice or starfruit in a decrease in blood pressure. Keywords: Blood pressure, cucumber juice and star fruit, Hypertension
v
KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan RahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Perbandingan Efektifitas Pemberian Jus Buah Mentimun Dan Belimbing Manis Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Posbindu Mekar Sari Puskesmas HelvetiaTahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. Dalam penyusunan skripsi ini terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Parlindungan Purba SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.
Dr.Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku rektor di Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan di Universitas Sari Mutiara Indonesia sekaligus penguji I pada skripsi ini.
4.
Ns. Rinco Siregar, MNS, selaku ketua Program
Studi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan di Universitas Sari Mutiara Indonesia. 5.
Ns. Henny Syapitri, M.Kep selaku ketua penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Ns. Edriyani Yonlafado Simanjuntak, S.Kep selaku penguji
II yang telah
membrikan masukan dalam skripsi ini. 7.
Ns. Galvani Volta Simanjuntak, M.Kep selaku penguji III yang telah banyak memberikan bimbingan dan kritikan yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini.
8.
Teristimewa buat Bapak dan Mama tersayang (St.S.Simanjuntak/ F.Tampubolon) yang telah banyak memberikan dukungan, doa dan material dalam penyusunan skripsi ini.
vi
9.
Buat kakak dan abang Chatrin/ Nicson, Hanter/Lenny, Hermis yang selalu memberi semangat dan kebahagiaan selama perkuliahan ini.
10. Buat teman-teman sejawat terkhusus kak Eni, Kak Vivien, Nak Devi, Kak Theresia yang selalu membantu dan memberi semangat selama penulisan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya, dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini.
Medan, April 2015 Peneliti ( Cindi Ronika Simanjuntak )
vii
DAFTAR ISI Hal COVER DALAM ............................................................................................ PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
i ii iii iv v vi vii ix x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan Penelitian ....................................................................... D. Manfaat Penelitian ......................................................................
1 4 4 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Hipertensi ..................................................................................... 1. Definisi ................................................................................... 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah ............. 3. Manifestasi Klinis .................................................................. 4. Patofisiologi ........................................................................... 5. Klasifikasi .............................................................................. 6. Penatalaksanaan Hipertensi .................................................... 7. Komplikasi ............................................................................. 8. Pencegahan ............................................................................. B. Mentimun .................................................................................... C. Belimbing ..................................................................................... 1. Sumber Vitamin dan Mineral ................................................. 2. Senyawa dalam buah belimbing manis ................................. D. Perbandingan Mentimun Dan Belimbing Manis .......................... E. Kerangka Konsep.......................................................................... F. Hipotesis Penelitian .....................................................................
6 6 6 9 9 11 13 14 14 16 18 19 20 22 22 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian......................................................................... B. Lokasi dan Waktu Penelitan........................................................ 1. Lokasi penelitian ................................................................... 2. Waktu Penelitian .................................................................. C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 1. Populasi ................................................................................. 2. Sampel .................................................................................. D. Defenisi Operasional ...................................................................
24 25 25 25 25 25 25 27
viii
E. Etika Penelitian ............................................................................ F. Alat dan Proses Penelitian ............................................................ G. Rencana Analisa Data .................................................................. H. Pengolahan Data ...........................................................................
28 28 29 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................... B. Pembahasan ................................................................................
34 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ...........................................................................................
48 49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10
: Kandungan dan komposisi gizi buah mentimun tiap 100 gr .. : Komposisi gizi buah belimbing manis per 100 gr ................ : Hasil Skrining Tumbuhan ..................................................... : Perencanaan Waktu Penelitian ............................................... : Definisi Operasional ............................................................... : Rencana Analisa Data ............................................................ : Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Mentimun di Posbindu Mekar Sari........ : Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin pada Kelompok Belimbing di Posbindu Mekar Sari : Distribusi Rata-Rata MAP Sebelum dan Sesudah diberi kan Intervensi Jus Mentimun di Posbindu Mekar Sari .......... : Distribusi Rata-Rata MAP Sebelum dan Sesudah diberi kan Intervensi Jus Belimbing di Posbindu Mekar Sari .......... : Tes Normalitas Data ............................................................... : Uji Paired Sample T Test pada Intervensi Jus Mentimun ...... : Tes Normalitas Data ............................................................... : Uji Paired Sample T Test pada Intervensi Jus Belimbing...... : Tes Normalitas Data ............................................................... : Uji Independet t-test pada Kelompok Intervensi Jus Mentimun dan Belimbing Di Posbindu Mekar Sari...............
x
16 19 22 25 27 33 35 35 36 36 37 37 38 38 39 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 3
: Lembar Observasi
Lampiran 4
: Lembar Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemberian Jus Mentimun
Lampiran 5
: Lembar Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemberian Jus Belimbing
Lampiran 6
: Prosedur Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran 7
: Hasil Skrining Tumbuhan
Lampiran 8
: Surat Permohonan Izin Memperoleh Data Dasar
Lampiran 9
: Balasan Izin Pendahuluan
Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian Lampiran 11 : Balasan Izin Penelitian Lampiran 12 : Balasan Izin Penelitian dan Selesai Meneliti Lampiran 13 : Master Data Lampiran 14 : Pengolahan Data Lampiran 15 : Dokumentasi Lampiran 16 : Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi
xi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hipertensi sering dijumpai pada orang dewasa dan merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit tersebut tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus menerus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum ada komplikasi pada organ tubuh. Sehingga tidaklah mengherankan bila hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (the silent killer). Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, untuk itu diperlukan ketelatenan dan biaya yang cukup mahal (Lastri, 2009 dalam Dwipayanti, 2010). Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal ini dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus) dan mimisan (Riskesdas, 2013). Gambaran hipertensi pada tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi (Riskesdas, 2014). Prevalansi hipertensi berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 yaitu prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Tahun 2013 prevelensi perempuan sebesar 28,8 % sedangkan laki-laki sebesar 22,8 %. Prevalansi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung 30,9%, diikuti Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat 29,4% (Riskesdas, 2013). Prevalansi hipertensi di Sumatera Utara berdasarkan pengukuran tekanan darah sebesar 25%.
1
2
Berdasarkan hasil laporan tahunan di Puskesmas Helvetia pada tahun 2013 dari 10 penyakit terbesar hipertensi berada pada urutan kelima dengan jumlah 17.321 kunjungan dan pada tahun 2014 hipertensi juga masih berada pada urutan yang sama dengan 20.910 kunjungan. Pada laporan pemeriksaan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Mekar Sari Helvetia Puskesmas Helvetia periode Januari–Desember tahun 2014 dengan hipertensi (>140/90 mmHg) sebesar 190 orang (Data Dasar Puskesmas Helvetia, 2014). Hipertensi dapat menimbulkan berbagai komplikasi berupa kerusakan organ-organ penting didalam tubuh seperti pada jantung, otak, ginjal, mata dan penyakit vascular. Faktor yang mempengaruhi hipertensi antara lain ras, umur, jenis kelamin, obesitas, kurangnya aktivitas, kurangnya asupan kalium, kalsium, magnesium dan serat, asupan tinggi lemak, tinggi natrium, konsumsi alkohol berlebih, kebiasaan merokok, dan adanya riwayat hipertensi dalam keluarga (Aisyah, 2014) Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya hambatan pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin menurun dan mempunyai harga yang cukup mahal sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru kepada masyarakat, bahwasanya pengobatan non farmakologis dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus dan bermanfaat, baik dari segi ekonomis (murah) serta terjangkau. Terapi non famakologi tersebut yaitu dengan modifikasi pola sehari-hari dan kembali ke produk alami (back to nature). Mengacu pada konsep back to nature yaitu dengan menggunakan bahan lokal yang banyak terdapat di masyarakat karena bahan tersebut kaya akan antioksidan dan kalium dalam bentuk jus buah sebagai upaya menurunkan tekanan darah penderita hipertensi yang ditujukkan dengan grafik penurunan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektifitas jus buah tersebut dalam menurukan tekanan darah. Salah satu produk alami tersebut adalah buah belimbing dan mentimun yang banyak terdapat di masyarakat (Lastri, 2009 dalam Dwipayanti, 2010). Buah mentimun memiliki kalium dan magnesium berperan dalam memperbesar ukuran sel endotel, menghambat kontraksi otot halus pembuluh darah, menstimulasi produksi prostasiklin vasodilator dan meningkatkan produksi nitric oxide yang akan memicu
3
reaksi dilatasi dan reaktivas vaskuler yang akan menurunkan tekanan darah. Kalium berperan dalam menghambat pelepasan renin dengan meningkatkan ekskresi natrium dan air. Terhambatnya renin akan mencegah pembentukan angiotensin I dan II sehingga
akan
menurunkan
sensitivitas
vasokonstriksi.
Magnesium
akan
mempengaruhi stimulus di pusat saraf simpatis agar vasokonstriksi tidak melewati batas yang dibutuhkan (Lebalado, 2014). Buah belimbing mengandung kalium dan natrium dengan perbandingan 66:1 sehingga sangat bagus untuk penderita hipertensi. Cara kerja kalium adalah kebalikan dengan natrium. Jika natrium meningkatkan tekanan darah maka kalium berkerja menurunkan tekanan darah. Peranan kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam-basa. Kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraselular dan sebagian terikat dengan protein. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. Konsumsi 4 ml sari buah belimbing setiap hari secara nyata akan menurunkan jumlah LDL (Low Density Lipoprotein) atau kadar kolestrol jahat dan trigliserida. Selain itu, konsumsi sari buah belimbing dapat meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) atau kadar kolestrol baik didalam darah (Astawan, 2008). Hasil penelitian Kharisna (2012) tentang efektifitas konsumsi jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan pemberian jus mentimun setiap hari dalam jangka waktu 1 minggu yang diberikan pada sore hari sebanyak 1 gelas (200 cc) menunjukan bahwa rata-rata tekanan arteri rata-rata (MAP) pada kelompok kontrol sebelum diberi jus mentimun sebesar 117,9 sedangkan rata-rata tekanan arteri rata-rata (MAP) sesudah diberikan jus mentimun sebesar 104,2 dimana selisih antara dua ratarata pre-post test pada kelompok eksperimen adalah 13,8 dengan p value=0,000 yang berarti konsumsi jus mentimun dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian Dwipayanti (2011) tentang efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan pemberian jus belimbing selama 3 hari berturut-turut dengan frekuensi 2x dalam sehari menunjukan bahwa dari
4
30 responden telah didapatkan hasil rata-rata dari tekanan arteri rata-rata (MAP) sebelum diberi jus belimbing sebesar 126,45 mmHg sedangkan rata-rata dari tekanan arteri rata-rata (MAP) sesudah diberikan jus belimbing sebesar 112,78 mmHg dimana selisih antara dua rata-rata pre-post test sebesar 13,67 mmHg. Berdasarkan studi pendahuluan peneliti pada 5 orang dengan hipertensi, 5 orang mengatakan bahwa pernah mengkonsumsi jus mentimun dan 2 orang mengatakan pernah mendengar bahwa jus belimbing manis dapat menurunkan tekanan darah tetapi tidak pernah mengkonsumsinya dalam bentuk jus. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik membandingkan efektifitas pemberian jus buah mentimun dan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia tahun 2015. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut: “Perbandingan efektifitas pemberian jus buah mentimun dan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia tahun 2015?”. C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum yang dapat ditentukan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pemberian jus buah mentimun dengan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia tahun 2015. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi data demografi yaitu usia, jenis kelamin pada pasien dengan hipertensi b. Mengidentifikasi Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri ratarata sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun pada pasien dengan hipertensi
5
c. Mengidentifikasi Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri ratarata sebelum dan sesudah diberikan jus belimbing manis pada pasien dengan hipertensi d. Membandingkan Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri ratarata sesudah antara pemberian jus mentimun dan belimbing manis. D.
Manfaat 1. Bagi pasien Hasil penelitian ini diharapkan agar pasien hipertensi bisa membuat jus mentimun dan belimbing dalam upaya pengobatan penurunan tekanan darah pasien. 2. Manfaat bagi penulis Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian, serta merupakan pengetahuan yang di peroleh dalam melaksanakan penelitian dilapangan. 3. Manfaat bagi pendidikan Memberikan referensi tentang manfaat jus mentimun dan belimbing yang dapat menurunkan tekanan darah serta bisa dipelajari oleh peserta didik khususnya mahasiswa keperawatan. 4. Manfaat bagi masyarakat Menambah informasi dan memberikan pengetahuan baru tentang manfaat jus entimun dan belimbing sebagai salah satu terapi komplementer / alternatif yang bisa dilakukan secara mandiri di rumah.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.
Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah didalam arteri yaitu sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes, 2014 ; Anies 2006). Hipertensi secara pragmatis didefinisikan sebagai level tekanan darah dimana diatas level tersebut intervensi teraupetik terbukti menurunkan resiko perkembangan penyakit kardiovaskular (Philip, 2011). Hipertensi didefiniskan oleh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure JNC tahun 2003 sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna (Kemenkes, 2014) 2. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah Menurut Susilo (2011), tekanan darah tinggi atau hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1. Faktor Genetik Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebu mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 2. Faktor Perilaku Faktor perilaku yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah gaya hidup yang kurang baik misalnya:
6
7
a. Mengkonsumsi Makanan Tinggi Lemak dan Kolestrol Jika seseorang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol dapat menyebabkan penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah. Penimbunan lemak tersebut akan menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar dan menyempitkan aliran pembuluh darah tersebut. Penyempitan dan penyumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasukkan kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat. b. Obesitas Semakin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasukkan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti bahwa volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding pembuluh darah dengan kata lain tekanan darah akan meningkat. c. Mengkonsumsi Alkohol Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan darah seseorang. Alkohol membuat kecanduan yang akan sangat menyulitkan untuk lepas. Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf pusat terganggu maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula pada seseorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga bisa meningkatkan keasaman darah.
Darah menjadi lebih kental.
Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup. Akibatnya tekanan darah jadi meningkat. d. Merokok Merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, hal ini disebabkan karena rokok banyak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida. Nikotin
8
merangsang sekresi hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdebar-debar, meningkatkan tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah e. Tingginya Asupan Garam Mengkonsumsi garam secara berlebihan (5-15 gram/hari) atau lebih dari 2 sendok makan perhari dapat meningkatkan tekanan darah. Pengaruh asupan garam terhadap tekanan darah tinggi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam menarik cairan di luar sel agar tidak keluar. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Penumpukan cairan ini akan meningkatkan volume dan tekanan darah. f. Kurang Olahraga Kurang olahraga dapat terjadi karena kesibukan seseorang sehingga tidak ada waktu untuk berolahraga akibatnya kita menjadi kurang gerak. Kondisi ini lah yang memicu koleserol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus menguat sehingga memunculkan hipertensi. 3. Faktor Usia Kepekaan
terhadap
hipertensi
akan
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya usia seseorang. Individu yag berumur diatas 60 tahun, 5060 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. 4. Jenis Kelamin Secara klinis tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki dan perempuan. Setelah pubertas pria cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memeiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria dengan usia yang sama. 5. Faktor Psikis Faktor psikis misalnya stres. Stres
akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
9
aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan karakteristik personal. Stres merupakan respon tubuh yang sifat nya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atas nya. Terdapat berbagai jenis penyakit yang berhubungan dengan stres yang dialami seseorang diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg.
3. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis beberapa pasien yang mengalami hipertensi adalah mengeluh sakit kepala, pusing, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis dan kesadaran menurun (Susilo, 2011).
4. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
10
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Aaronson,2008)
Peningkatan tekanan darah didalam ateri bisa terjadi melalui beberapa acara yaitu: a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Kondisi ini lah yang terjadi pada usia lanjut, dinding arteri nya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi yaitu jika
11
arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. c. Bertambahnya cairan dalam siklus dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini tejadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Akibatnya volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat (Anies, 2006)
5. Klasifikasi Menurut Kemenkes (2014) ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi : 1. Berdasarkan derajat a. Normal : <130 / <85 mmHg b. Prehipertensi : 130 -139 / 85-89 mmHg c. Stadium 1 (hipertensi ringan) : 140-159 / 90-99 mmHg d. Stadium 2 (hipertensi sedang) :160-179 / 100-109 mmHg e. Stadium 3 (hipertensi berat) : 180-209 / 110-119 mmHg f. Stadium 4 (hipertensi maligna) : ≥210 / ≥120 mmHg 2. Berdasarkan penyebab a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
12
3. Berdasarkan bentuk Hipertensi Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension). Terdapat jenis hipertensi yang lain: a. Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean" tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit miokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru. b. Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu: a) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
13
b) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin. c) Preeklampsia pada hipertensi kronik yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik. d) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
6. Penatalaksanaan hipertensi Menurut Aaronson (2008) obat obat hipertensi bekerja untuk menurunkan curah jantung dan atau resistensi perifer total. Terdapat berbagai kelas obat antihipertensi, sehingga menyebabkan debat yang terus terjadi mengenai kelas yang paling baik. Hasil dari uji klinis skala besar terbaru berpendapat bahwa diuretik tiazid dosis rendah dan bloker kanal Ca2+ dihidropiridin merupakan yang paling tetap untuk terapi awal. Namun demikian, jenis obat hipertensi lainnnya seringkali dapat memberikan kerja yang menguntungkan pada kondisi yang terjadi bersamaan (misalnya inhibator ACE pada gagal jantung, diabetes) sehingga obat ini mungkin lebih tepat untuk sebagian pasien. Namun demikian tidak ada kelas obat yang efektif pada lebih dari 50 % pasien dan dalam sebagian besar kasus dibutuhkan kombinasi dua atau tiga obat untuk mencapai kontrol tekanan darah yang adekuat.
Menurut Kemenkes (2014), ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah: a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih). b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskiut, crackers, keripik dan makanan kering yang asin). c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink). d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
14
e.
Susu full cream, mentega, keju mayonnaise serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam.
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium. g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
7. Komplikasi Menurut Susilo (2011) ada beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat dari semakin lamanya tekanan yang berlebihan pada dinding arteri antara lain pada organ-organ vital seperti:. a. Jantung, menyebabkan gagal jantung, jantung koroner b. Otak, menyebabkan stroke iskemik, stroke hemoragik. c. Ginjal, menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal. d. Mata, menyebakan kebutaan atau kerusakan mata
8. Pencegahan Menurut Anies (2006), mencegah lebih baik dari pada mengobati. Upaya pencegahan hipertensi yaitu : a. Mengurangi konsumsi lemak Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak tinggi. Kadar kolestrol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadi endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Apabila endapan ini semakin banyak dapat menyumbat pembuluh darah dapat mengganggu peredaran darah. b. Mengurangi konsumsi garam Konsumsi garam sebaiknya dibatasi, maksimal 2 gram garam dapur untuk diet setiap hari .
15
c. Menghindari merokok Resiko yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok ternyata cukup besar, terutama dalam menimbulkan hipertensi maupun jantung koroner. Mengingat kebiasaan ini resiko tinggi untuk menimbulkan arteriosklerosis atau pengerasan pembuluh darah nadi, termasuk pembuluh darah jantung (koroner). Bahkan merokok mempunyai resiko jauh lebih besar dari pada kelebihan berat badan. Hal ini karena dua hal, yaitu a) Merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk menggumpal dalam pembuluhnya dan kecenderungan ini melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. b) Merokok menurunkan jumlah HDL (High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik. d. Menghindari kegemukan Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga berat badan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10 persen dari berat badan normal. e. Olahraga teratur dan terukur Olahraga teratur dan terukur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah nadi. Namun bukan sembarangan olahraga melainkan olahraga aerobik berupa latihan yang menggerakkan semua sendi dan otot misalnya jogging, bersepeda dan berenang. Tidak dianjurkan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, angkat besi karena sekalikali justru akan meningkatkan tekanan darah. Olahraga aerobik seharusnya dilakukan secara teratur, seminggu 3-4 kali. Takaran latihan juga perlu diperhatikan, yaitu harus memenuhi target denyut nadi. Dianjurkan untuk dapat mencapai 85 persen dari denyut nadi maksimal sewaktu berlatih. Denyut nadi maksimal seseorang adalah 220 dikurang usia. f. Buah-buahan dan sayuran segar mengandung serat tinggi, yang dapat menurunkan kolesterol darah. Jumlah serat dalam susunan menu mempengaruhi jumlah kolesterol darah.
16
g. Mengurangi stres emosional Setiap orang berpeluang untuk mengalami stres emosional atau stres psikologis. Bagi seseorang yang dalam pekerjaan sehari-hari berpotensi menimbulkan stres, baik sekali jika dalam meluangkan waktu sejenak.
B.
Mentimun Mentimun merupakan bagian dari keluarga labu-labuan dengan nama ilmiah Cucurbitaceae. Nama binomial ilmiah dari mentimun ialah Cucumis Sativus yang diidentitaskan buah penolakan karena disebut bukan buah dan sayuran juga bukan. Mentimun memiliki kandungan gizi yang cukup baik karena merupakan sumber mineral dan vitamin. Tabel 2.1 Kandungan dan komposisi gizi buah mentimun tiap 100 gr.
Kandungan
Kadar
Energi
15cal
Protein
0,8 Gr
Pati
0,1 gr
Karbohidrat
3 gr
Fosfor
30 mg
Zat besi
0,5 mg
Thianine
0,02 mg
Riboflavin
0,01 mg
Vitamin A
0,45 S.I
Viamin B1
0,3 mg
Vitamin B2
0,2 mg
Asam
14 mg
Vitamin C
10 mg
Kalium
147 mg
Sumber : Wijaya, 2014
17
Kandungan mineral dari mentimun yaitu potassium, magnesium dan fospor yang dapat mengobati hipertensi, selain itu mentimun yang bersifat uretic dan kandungan airnya yang tinggi juga berfungsi sebagai penurunan tekanan darah tinggi/hipertensi. Mengkonsumsi mentimun juga dapat menurunkan berat badan karena kandungan kalorinya yang rendah dan kaya akan serat. Kandungan lain dalam mentimun adalah asam malonat yang dapat mencegah gula darah berubah menjadi lemak. Ada kalanya mentimun terasa pahit. Rasa pahit tersebut berasal dari saponin yaitu senyawa fitokimia yang terdapat dalam lendir mentimun. Meskipun pahit, saponin bermanfaat sebagai anti kanker, menurunkan kolesterol dan meningkatkan daya tahan tubuh. Hasil pemeriksaan kandungan senyawa kimia pada buah mentimun menunjukkan hasil positif pada dua golongan senyawa yaitu Terpen atau Steroid yang di campur dengan pereaksi Coroksulfat TLC
dengan hasil sebanyak
++ dan
senyawa Saponin yang
dicampur dengan pereaksi aqua dengan hasil sebanyak ++ (Lamek, 2014). Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang sangat luas diantaranya meliputi: immunomodulator, anti tumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, hipoglikemik dan efek hipokolesterol. Saponin yang berasal dari Soyabean, lucerne, dan chicpea dapat menurunkan kolesterol dengan darah dengan jalan mengikat asam empedu dalam usus. Asam empedu dibuat dari kolesterol. Biasanya 98% asam empedu diserap kembali oleh usus (sirkulasi enterohepatik). Dengan menghambat penyerapan kembali asam empedu dan dibuang maka asam empedu dibuat lagi dari kolesterol demikian seterusnya sehingga kolesterol darah menurun. Selain itu saponin dapat meningkatkan absorbsi senyawa-senyawa diuretik (Natrium, Clorida dan air) ditubulus distalis ginjal, juga merangsang ginjal untuk lebih aktif. Saponin berefek diuretik dengan cara deplesi kelebihan cairan tubuh (Natrium dan air) dari sistem peredaran darah, sehingga stroke volume menurun (Gunawan, 2004).
18
Penelitian menurut Kharisna (2014) tentang efektifitas mengkonsumsi jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy eksperiment dengan rancangan Nonequivalent control group yang dibagi atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jumlah sampel sebanyak 30 orang yang diambil menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi. Alat ukur yang digunakan pada kedua kelompok adalah tensimeter. Pada kelompok eksperimen diberikan intervensi berupa pemberian jus mentimun selama 1 minggu. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji dependent sample t test dan independent sample t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan arteri rata-rata (MAP) pada kelompok kontrol sebelum diberikan jus mentimun sebesar 117,9 sedangkan rata-rata tekanan arteri rata-rata (MAP) sesudah diberikan jus mentimun sebesar 104,2. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan tekanan darah setelah diberikan intervensi dimana selisih antara dua rata-rata pretest dan post-test pada kelompok khususnya analisa pada kelompok eksperimen adalah 13,8 dengan p value= 0,000. Ini berarti konsumsi jus mentimun dapat membantu menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian Kusnul (2012) tentang pengaruh pemberian jus mentimun terhadap tekanan darah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan one group pre-post test design, dilaksanakan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang, pada sebanyak 20 lansia sebagai dengan hipertensi tanpa penyakit penyerta. Penelitian dilakukan selama enam hari, hari pertama tekanan darah lansia diukur untuk mendapatkan tekanan darah rata-rata sebelum perlakukan, selanjutnya selama lima hari setiap lansia diberi perlakuan berupa jus mentimun sebanyak 100 gram dan diukur tekanan darahnya pada 2 jam, 6 jam, dan 9 jam setelah perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh bermakna dari pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah, penurunan terbesar terjadi pada 2 jam dan setelah perlakuan hari 4 dan 5 setelah perlakuan pemberian jus mentimun.
19
C.
Belimbing Belimbing memiliki bentuk khas seperti bintang lima. Belimbing merupakan tanaman asli Indonesia dan Malaysia yang kemudian menyebar rata di Asia Tenggara. Dibandingkan belimbing asam (Averrhoa belimbi) atau lazim disebut sebagai belimbing wuluh, orang lebih menyukai belimbing manis (Averrhoa carambola)
Buah belimbing manis dari pohon yang tumbuh liar biasanya memiliki rasa yang lebih asam dibandingkan dengan buah hasil budidaya. Ukuran buah hasil budidaya juga lebih besar dan lebih berair. Kandungan air dari buah belimbing manis mencapai 90 persen. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa buah belimbing manis mengandung asam oksalat. Kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis yang rasanya manis adalah 0,7-1,7 mg/gram, sedangkan pada buah yang rasanya asam adalah 5,5-10,0mg/kg, dan semakin menurun pada saat buah matang. Buah belimbing yang matang mengandung glukosa, fruktosa dan sukrosa sehingga rasanya menjadi manis. Buah belimbing juga mengandung saponin hingga 0,16 persen (Astawan, 2008). 1.
Senyawa dalam buah belimbing manis Hasil pemeriksaan kandungan senyawa kimia pada buah mentimun menunjukkan hasil positif pada dua golongan senyawa yaitu Terpen atau Steroid yang di campur dengan pereaksi Coroksulfat TLC dengan hasil sebanyak +++ dan senyawa Saponin yang dicampur dengan pereaksi aqua dengan hasil sebanyak +. Tabel 2.2 Komposisi gizi buah belimbing manis per 100 gram Kandungan
Nilai Gizi
Energi
31(kkal)
Protein
1,04 (g)
Lemak
0,33 (g)
Karbohidrat
6,72 (g)
Serat pangan
2,8 (g)
Gula
3,98 (g)
20
Kalsium
3(mg)
Besi
0,08(mg)
Magnesium
10 (mg)
Posfor
12(mg)
Kalium
133(mg)
Natrium
2(mg)
Seng
0,12 (mg)
Tembaga
0,14 (mg)
Mangan
0,04(mg)
Selenium
0,6 (mg)
Vitamin C
34,3(mg)
Vitamin B1
0,01(mg)
Vitamin B2
0,02 (mg)
Niasin
0,38(mg)
Vitamin B6
0,02(mg)
Folat
12 (mkg)
Vitamin A
170 (iu)
Vitamin E
0,15(mg)
Vitamin K
14,6(mcg)
Sumber : Astawan, 2008 2.
Sumber Vitamin dan Mineral Dilihat dari komposisi gizinya, buah belimbing manis merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik. Belimbing merupakan sumber vitamin C yang sangat baik. Konsumsi 100 gram buah belimbing cukup untuk memenuhi 57 persen kebutuhan tubuh akan vitamin C setiap harinya. Buah belimbing merupakan sumber antioksidan yang baik, memiliki kandungan polifenol hingga 33 mg. Polifenol merupakan sumber antioksidan yang baik karena dapat mengikat radikal bebas.
Buah belimbing juga mengandung serat pangan yang cukup baik. Konsumsi 100 gram buah belimbing cukup untuk memenuhi 14 persen kebutuhan tubuh akan serat pangan. Serat pangan sangat dibutuhkan tubuh untuk menurunkan kadar kolesterol. Hal itu disebabkan oleh kemampuan serat
21
unuk mengikat asam empedu yaitu produk akhir dari metabolisme kolesterol. Semakin banyak asam empedu yang berikatan dengan serat dan terbuang melalui proses buang air besar (BAB) maka semakin banyak kolesterol yang di metabolisme. Mekanisme tersebut secara otomatis akan menurunkan kadar kolesterol.
Buah belimbing sangat baik dikonsumsi penderita hipertensi. Suatu makanan dikatakan makanan sehat untuk jantung dan pembuluh darah apabila mengandung rasio kalium dengan natrium minimal 5:1. Buah belimbing mengandung kalium dan natrium dengan perbandingan 66:1 sehingga sangat bagus untuk penderita hipertensi. Cara kerja kalium adalah kebalikan dengan natrium. Jika natrium meningkatkan tekanan darah, maka kalium berkerja menurunkan tekanan darah. Peranan kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam-basa. Kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraselular dan sebagian terikat dengan protein. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. Sari buah belimbing sangat efektif menurunkan kolesterol. Konsumsi 4 ml sari buah belimbing setiap hari secara nyata akan menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) atau kadar kolestrol jahat dan trigliserida. Selain itu, konsumsi sari buah belimbing dapat meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) atau kadar kolestrol baik didalam darah. Penelitian Dwipayanti (2010) tentang efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan rancangan One-Group Pre-Post Test Design. Populasi terjangkau dalam penelitian ini sebesar 43 orang, yaitu penderita hipertensi primer yang rutin memeriksakan penyakitnya di Puskesmas Balongsari Kota Mojokerto periode Januari-November 2010. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 30 responden dengan teknik purposive sampling. Pemberian terapi buah belimbing dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan frekuensi 2x dalam
22
sehari. Setelah proses pemberian terapi buah belimbing dilakukan, tepatnya pada hari ketiga, peneliti kembali mengukur tekanan darah responden. Kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Paired t Test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil uji statistik didapatkan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05). D.
Perbandingan Mentimun Dan Belimbing Manis Tabel 2.3 Hasil Skrining Tumbuhan SAMPEL DALAM CH3OH METABOLIT SEKUNDER
Fenolik/Tanin
Steroid/ Terpen
Alkaloid
Saponin
Pereaksi
Pereaksi
Pereaksi
Pereaksi
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Bouchardat
Wagner
Meyer
Dragendorf
FeCL3
Coriksulfat
Pereaksi
Pereaksi
Pereaksi Hasil Aqua
Mentimun -
++
-
-
-
-
++
+++
-
-
-
-
+
Belimbing -
Sumber : KaLab Kimia Bahan Alam (KBA) USU tahun 2014
23
E.
Kerangka Konsep
Variabel bebas(V.Independen)
Variabel Terikat (V.Dependen)
Mentimun
Penurunan Tekanan Darah Belimbing manis Variabel Confonding 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
F.
Usia Jenis kelamin Kebiasaan Merokok Kebiasaan minum Alkohol Obesitas Diit Kurang olahraga Psikologis
Hipotesis Penelitian Ha
: Ada perbedaan Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri ratarata sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun.
Ho
: Tidak ada perbedaan Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri rata-rata sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun.
Ha
: Ada perbedaan Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri rata rata sebelum dan sesudah diberikan jus belimbing manis
Ho
: Tidak ada perbedaan Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri rata-rata sebelum dan sesudah diberikan jus belimbing manis
Ha
: Ada perbedaan Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri ratarata sebelum dan sesudah diberikan antara jus mentimun dan belimbing manis
Ho
: Tidak ada perbedaan Mean Arterial Pressure (MAP) atau tekanan arteri rata-rata sebelum dan sesudah diberikan antara jus mentimun dan belimbing manis
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Design Penelitian Design penelitian yang digunakan yaitu quasy experiment dengan jenis two group pre-post test design. Pra
Perlakuan
X1
P-1
Pasca X2
Dibandingkan/Compare X1 – X2
Pra
Perlakukan
X3
P-2
Pasca X4
X3 - X4 X2 – X4
Keterangan : X1
: Rata- rata tekanan darah sebelum diberikan Jus mentimun
P-1
: Pemberian jus mentimun
X2
: Rata- rata tekanan darah sesudah diberikan jus mentimun
X3
: Rata- rata tekanan darah sebelum diberikan Jus belimbing manis
P-2
: Pemberian jus Belimbing manis
X4
: Rata- rata tekanan darah sesudah diberikan jus belimbing manis
X1- X2
: Perbedaan rata- rata tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun
X3–X4
: Perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan jus belimbing
X2-X4
: Perbandingan penurunaan tekanan darah setelah di berikan jus mentimun dengan jus belimbing manis
24
25
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2015. Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian
N O
Kegiatan
1 2
Pengajuan judul Bimbingan proposal Sidang proposal Perbaikan Pengumpulan data Pengolahan Sidang Hasil
3 4 5 6 7
C.
PERENCANAAN WAKTU PENELITIAN Okt November Desember Januari Februari Maret 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
April 1 2 3 4
Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah pasien hipertensi pada bulan Januari–Desember tahun 2014 sebanyak 190 orang. 2. Sampel Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010)
26
a. Kriteria inklusi 1. Mempunyai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg ( MAP ≥106 ) 2. Tidak sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi 3. Tidak Obesitas (18,5 ≤ IMT ≤ 29,9 ) 4. Tidak merokok 5. Tidak mengkonsumsi alkohol b. Kriteria eksklusi Menderita penyakit jantung ,stroke, dan penyakit gagal ginjal. Besar sampel mengunakan rumus menurut Sastroasmoro (2010):
n1=n2= 2
n1=n2= 2
(
)
(
=2
2
)
2
2
= 2 (2,58)2 =13,3 atau 14 Keterangan: N
: Jumlah sampel
Zα
: Ditetapkan 1,96
Zβ
: Ditetapkan 0,842
S
: Simpangan baku kedua kelompok dari pustaka/penelitian sebelumnya
X1-X2
: Perbedaan yang diinginkan (clinical judgment)
Jadi jumlah sampel yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah 14 responden. Untuk mengantisipasi kemungkinan berkurangnya sampel dilakukan penambahan responden sebesar 10 % dari jumlah sampel yang ingin dicapai. Jadi sampel penelitian ini adalah 14 +(14 x 10%) =15,4. Dibulatkan menjadi 15
27
responden untuk setiap kelompok. Total keseluruhan sampel adalah 30 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan cara memasukkan nama-nama kedalam botol. Nama pertama keluar di kelompokkan di intervensi pemberian jus mentimun dan nama kedua di kelompokkan di intervensi pemberian jus belimbing manis begitu seterusnya sampai kedua kelompok terpenuhi. D.
Definisi Operasional Tabel 3.2
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil ukur
1
Jus
Penghancuran satu buah jus mentimun
Observasi
Nominal
mmHg
mentimun
dengan
Observasi
Nominal
mmHg
Tensimeter
Rasio
mmHg
menggunakan
alat
penghancur
(blender) sehingga buah tersebut menjadi air atau disebut dengan jus sebanyak
100 gr
mentimun dan 50 ml air yang diberikan 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. 2
Jus
Penghancuran satu buah jus belimbing manis
belimbing
dengan
manis
(blender) sehingga buah tersebut menjadi air
menggunakan
alat
penghancur
atau disebut dengan jus sebanyak
100 gr
belimbing dan 50 ml air yang diberikan 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. 3
Penurunan
Keadaan dimana tekanan darah yang mulai
tekanan
nya tinggi menurun sampai batas normal
darah
yang disebabkan oleh adanya pemberian jus mentimun
dan
belimbing
yang
telah
dicampur.
E.
Etika Penelitian Pertimbangan etik dan legal dalam penelitian harus dipenuhi untuk menjamin perlindungan kepada subyek penelitian dari segala bentuk bahaya atau ketidaknyamanan fisik atau mental. Sebagai bentuk pertimbangan etik, peneliti berupaya memenuhi The five right of human subjects in research (ANA,1985 dalam Haryati, 2009). Kelima hak tersebut adalah sebagai berikut :
28
1. Hak Self Determination Hak ini berdasarkan prinsip etik yang penuhi terhadap setiap individu. Responden sebagai individu yang bebas, memiliki otonomi dan hak untuk memilih dan membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan atau kontrol dari luar. Pada penelitian ini, responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela tanpa ada unsur paksaan atau pengaruh dari orang lain, atau untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa sanksi apapun. Kesediaan pasien diminta setelah pasien diberikan penjelasan dan pasien telah memahami semua penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian. Kesediaan pasien dibuktikan dengan penandatanganan informed consent oleh pasien. 2. Hak terhadap privacy dan dignity Setiap responden memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta merahasiakan informasi yang didapatkan dari mereka hanya untuk kepentingan penelitian ini. Selama penelitian, peneliti telah merahasiakan informasi yang diberikan oleh responden dan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian saja. Peneliti juga menjaga privacy responden terutama saat melakukan tindakan kepada responden. 3. Hak anonymity dan confidentiality Selama
kegiatan penelitian ini anonymity telah dijaga dengan cara tidak
mencantumkan nama responden dan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor responden. Confidentiality berarti bahwa identitas responden tidak dihubungkan dengan informasi yang mereka berikan dan nama responden tidak akan dipublikasikan atau diketahui orang lain. Semua informasi yang didapatkan dari responden telah dijaga kerahasiaannya termasuk keterlibatan responden dalam penelitian ini. 4.
Hak terhadap fair treatment Berdasarkan prinsip etik keadilan bahwa individu harus diperlakukan dengan adil. Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk dipilih atau terlibat
29
dalam penelitian tanpa diskriminasi jenis kelamin, suku atau status sosiol ekonomi dan untuk diberikan penanganan yang sama serta untuk diberikan penanganan terhadap masalah yang muncul selama responden dalam penelitian. 5. Hak terhadap protection from discomfort and harm Berdasarkan prinsip etik beneficence bahwa individu berhak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian yang bersifat fisik, psikologis, sosial, maupun ekonomi. Peneliti melindungi responden dari eksploitasi dan menjamin bahwa semua usaha telah dilakukan untuk meminimalkan bahaya atau kerugian serta memaksimalkan manfaat dari penelitian. Untuk memenuhi prinsip etik tersebut, maka dalam penelitian ini ditetapkan kriteria inklusi dan eksklusi bagi pasien yang menjadi responden penelitian sehingga tidak terjadi efek yang membahayakan bagi pasien yang berisiko. Selain itu peneliti telah menyampaikan kepada responden apabila responden merasa tidak nyaman dan tidak aman selama penelitian ini, maka responden diberikan kesempatan untuk memilih apakah akan menghentikan partisipasinya dalam penelitian ini.
Dalam rangka memenuhi hak-hak tersebut, maka peneliti telah menerapkan prinsip etik dalam bentuk informed concent yang merupakan prinsip legal yang mengembangkan kemampuan responden untuk membuat keputusan yang dipahami dengan benar untuk menerima atau menolak intervensi atau partisipasi dalam penelitian berdasarkan informasi yang diberikan dalam lembar consent. Pada awal penelitian, peneliti telah memberikan penjelasan singkat tentang penelitian ini kepada calon responden. Penjelasan tersebut meliputi tujuan penelitian, prosedur penelitian, lama keterlibatan partisipan, hak-hak responden dan bagaimana responden diharapkan dapat berpartisipasi dalam penelitian ini. Penjelasan tentang penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Jika setuju, maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan yang dapat dilihat pada lampiran 2.
30
F.
Alat Dan Proses Pengumpulan Data 1. Alat pengumpulan data Alat pengumpulan data variabel tekanan darah yaitu sphygmomanometer dalam satuan mmHg yang telah dikalibrasikan oleh peneliti dan stetoskop untuk mengukur tekanan darah responden. Alat pengumpul data untuk variabel bebas yaitu SOP pemberian jus 2. Proses pengumpulan data a. Tahap persiapan Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk proses pengumpulan data dimulai dari mengurus izin ke Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mendapatkan surat permohonan izin melakukan penelitian di Puskesmas Helvetia Medan. Kemudian menetapkan dari masing-masing kelompok responden. Lalu meminta calon responden yang telah dipilih untuk bersedia menjadi responden setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian serta hak dan kewajiban bila menjadi responden untuk bertanya. Jika calon responden bersedia selanjutnya diminta untuk menandatangani lembar informed consent (lampiran 2). Kemudian peneliti mengisi format pengkajian data meliputi umur dan jenis kelamin serta dilakukan pengukuran tekanan darah (pre test) pada kedua kelompok intervensi. b. Tahap pelaksanaan Kedua kelompok intervensi diberikan jus yang berbeda yaitu jus mentimun pada kelompok mentimun dan jus belimbing pada kelompok belimbing. Hari pertama pada jam 09.00 Wib dilakukan pengukuran tekanan darah. Pasien duduk tenang dan rileks (tenangkan pikiran dan perasaan) sekitar 5 (lima) menit agar nilai tekanan darah yang terukur adalah nilai yang stabil, posisi tangan sama tinggi dengan letak jantung. Kemudian diberikan jus sebanyak 100 gr buah + 50 ml air, hal yang sama dilakukan pada jam 20.00 Wib. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari berturut –turut pada kedua kelompok tersebut.
31
c. Evaluasi Akhir Evaluasi akhir dilakukan setelah menyelesaikan kegiatan tersebut selama 3 hari baik terhadap kelompok mentimun maupun belimbing. Evaluasi dilakukan dengan melakukan pengukuran tekanan darah post test menggunakan lembar observasi.
G.
Pengolahan Data Sebelum melakukan analisa data yang telah dikumpulkan, maka peneliti melakukan tahapan pengolahan data agar analisis penelitian menghasilkan informasi yag benar. Empat tahapan pengolahan data yang dilalui yaitu: 1. Editing Proses editing adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner. Pemeriksaan daftar catatan meliputi kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan relevansi jawaban (Setiadi, 2007). 2. Coding Mengubah data responden dan hasil wawancara demografi tersebut yakni dengan memberi pengkodean (bilangan) seperti jenis kelamin “laki-laki” diberi kode 1, perempuan diberi kode 2, kelompok umur “<40 tahun” diberi kode 1, “41-60 tahun” diberi kode 2 dan “>61 tahun” diberi kode 3. 3. Entry Jawaban yang sudah diberi kode kategori dimasukkan dalam tabel melalui pengolahan komputer (Setiadi, 2007). 4. Cleaning Merupakan proses akhir dalam pengolahan data dengan melakukan pengecekan kembali data yang sudah lengkap di entry untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam memasukkan data.
H.
Rencana Analisa Data 1. Analisa univariat Untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dan dijelaskan dengan nilai presentasi dan proporsi masing-masing kelompok.
32
2. Analisa Bivariat Untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel (variabel dependen dengan variabel independen). Teknik analisis statistik dapat digambarkan sebagai berikut : Sampel Data I
X1
Uji shapiro-wilk & Homogenitas
Paired T-Test / Wilcoxon Test
X2
X3
Pooted T-Test / Mannwhitney Test
Data II
Paired,T-Test Wilcoxon Test
/
X4
33
Tabel 3.3 No 1
Variabel
Hasil ukur
Tekanan darah sebelum
mmHg
dan
sesudah
Skala Rasio
Data Numerik
Uji statistik Paired T Test (T.Dependen).
pada
Untuk menentukan syarat uji
kelompok intervensi I
Paired T Test dilakukan uji
(jus mentimun)
normalitas, berdistribusi
jika
data
tidak
normal,
maka dilakukan uji Willcoxon 2
Tekanan darah sebelum dan
sesudah
mmHg
Rasio
Numerik
Paired T Test (T.Dependen).
pada
Untuk menentukan syarat uji
kelompok intervensi II
Paired T Test dilakukan uji
(jus belimbing manis)
normalitas, berdistribusi
jika
data
tidak
normal,
maka dilakukan uji Willcoxon 3
Tekanan darah sesudah diberikan
antara
mmHg
Rasio
Numerik
T.
Independen.
Untuk
jus
menentukan
syarat
mentimun dan belimbing
Independen
dilakukan
manis
normalitas, berdistribusi maka
T. uji
jika
data
tidak
normal,
dilakukan
Mannwithney
uji
uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian Perbandingan efektivitas pemberian jus mentimun dan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia Medan tahun 2015. Bentukbentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan Puskesmas Helvetia terdiri dari: Pendaftaran, Balai Pengobatan, Poli Gigi dan Mulut, Poli THT, Apotek, KIA/KB, Laboratorium Ruang Rawat Inap, Ruang Bersalin, Ruang Sanitasi, Ruang Pengambilan Rujukan dan Ruang P2M.
Dari survei langsung yang diadakan ke lokasi penelitian, kegiatan -kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas Helvetia untuk mengantisipasi semakin bertambah nya jumlah pasien hipertensi adalah melaksanakan senam setiap minggu ketiga di Puskesmas,
penyuluhan
hipertensi ke Posbindu dan lingkungan penduduk, dan
kerjasama dengan perguruan tinggi agar mahasiswa PKL ikut turun ke lapangan serta memberikan promosi kesehatan tentang hipertensi dan penangannya.
A. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian mengenai “Perbandingan efektivitas pemberian jus buah mentimun dan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia Medan tahun 2015. Penelitian ini telah dilakukan peneliti di lingkungan Posbindu Mekar Sari dan berlangsung dari tanggal 25 Maret sampai 10 April 2015. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 responden yang diambil dengan menggunakan tehnik simple random sampling. Dari 30 responden dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 15 responden pada kelompok mentimun dan 15 responden pada kelompok belimbing. Penelitian dilakukan dengan mengobservasi penurunan tekanan arteri rata-rata sebelum dan sesudah diberikan jus mentimun dan belimbing pada kedua kelompok tersebut. Pemberian jus mentimun dan belimbing diberikan 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut sebanyak 100 gr buah + 50 ml air.
34
35
1. Analisis Univariat Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin serta rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi mengkonsumsi jus buah mentimun dan belimbing manis. Hasil analisa univariat yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Demografi Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Mentimun di Posbindu Mekar Sari No 1
2
Karakteristik Umur <40 tahun 41-60 tahun >60 tahun Jenis Kelamin Laki –laki Perempuan
(Sumber
Mentimun Frekuensi
Persentase
2 7 6
13.3 46.7 40.0
6 9
40.0 60.0
: Data Primer, 2015)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat dari 15 responden yang diteliti mayoritas responden berada pada umur 41-60 tahun sebanyak 7 orang (46.7%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang ( 60%). Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin pada Kelompok Belimbing di Posbindu Mekar Sari No 1
2
Karakteristik Umur <40 tahun 41-60 tahun >60 tahun Jenis Kelamin Laki –laki Perempuan
(Sumber : Data Primer, 2015)
Mentimun Frekuensi
Persentase
2 11 2
13.3 73.3 13.3
5 10
33.3 66.7
36
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dari 15 responden yang diteliti mayoritas responden berada pada umur 41-60 tahun sebanyak 11 orang (73.3%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang ( 66.7%).
b. Mean Arterial Presure Sebelum dan Sesudah Tabel 4.3 Distribusi Rata-Rata MAP Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi Jus Mentimun di Posbindu Mekar Sari Variabel
N
Mean
Median
SD
Min-Maks
Rata-rata MAP
15
112.89
116.67
6.77
100.00-123.33
15
99.78
100.00
5.11
90.00-110.00
Pre Test Rata-rata MAP Post Test
(Sumber: Data Primer, 2015 ) Tabel 4.3 menunjukan nilai rata-rata MAP sebelum dan sesudah diberikan intervensi jus mentimun. Rata-rata MAP pada sebelum diberikan jus mentimun dengan nilai mean 112.89, terendah adalah 100.00 dan tertinggi 123.33 sedangkan rata-rata MAP sesudah diberikan jus mentimun dengan nilai 99.78, terendah 90.00 dan tertinggi 110.00. Tabel 4.4 Distribusi Rata-Rata MAP Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi Jus Belimbing di Posbindu Mekar Sari Variabel
N
Mean
Median
SD
Min-Maks
Rata-rata MAP
15
108.89
110.00
6.38
100.00-120.00
15
98.89
96.67
5.59
90.00-106.67
Pre Test Rata-rata MAP Post Test
(Sumber: Data Primer, 2015 ) Tabel 4.4 menunjukan nilai rata-rata MAP sebelum dan sesudah diberikan intervensi jus belimbing. Rata-rata MAP pada sebelum diberikan jus belimbing dengan nilai mean 108.89, terendah adalah 100.00 dan tertinggi
37
120.00 dan rata-rata MAP sesudah diberikan jus belimbing dengan nilai 98.89, terendah 90.00 dan tertinggi 106.67 2. Analisis Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk melihat perbedaan penurunan tekanan darah pada kelompok intervensi 1 dan II serta melihat efektifitas terapi jus buah mentimun dan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah. Hasil penelitian dikatakan efektif apabila p value <0,05. a. Uji Paired Sample T Test Kelompok Mentimun 1) Uji normalitas Uji normalitas data dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat normalitas data dari hasil penelitian. Uji normalitas data yang digunakan adalah menggunakan uji Shapiro-wilk. ( Susilo, 2012). Tabel 4.5 Tes Normalitas Data Shapiro-Wilk Statistic Df .937 15 .931 15
MAP Pre Test jus mentimun MAP Post Test jus mentimun
Sig. .340 .279
(Sumber: Data Primer, 2015 ) Berdasarkan tabel uji normalitas data tabel 4.5 diatas, dapat diketahui bahwa MAP Pre Test jus mentimun berdistribusi normal dengan nilai significant 0.340 (P>0.05) sedangkan MAP Post Test Jus mentimun berdistribusi normal dengan nilai significant 0.279 (P>0.05). 2) Uji Paired Sample T Test Tabel 4.6 Uji Paired Sample T Test pada Intervensi Jus Mentimun
MAP Pre Test Jus MentimunMAP Post Jus Mentimun
Paired Mean
SD
13.11
6.23
(Sumber: Data Primer, 2015 )
Differences Std.Error Mean 1.60
t
df
8.15
14
Sig. (2tailed) . ,000
38
Berdasarkan hasil Uji Paired Sample T Test pada tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata MAP Pre –Post Test Jus Mentimun sebesar 13.11 dengan SD 6.23 dan nilai Sig.(2-tailed) atau p value 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara mean tekanan arteri rata-rata (MAP) sebelum dan sesudah diberikan intervensi jus mentimun. b. Uji Paired Sample T Test Kelompok Belimbing 1) Uji Normalitas Tabel 4.7 Tes Normalitas Data Shapiro-Wilk Statistic Df .894 15 .889 15
MAP Pre Test jus Belimbing MAP Post Test jus Belimbing
Sig. .078 .064
(Sumber: Data Primer, 2015 ) Berdasarkan uji normalitas data dari tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa MAP Pre Test jus belimbing berdistribusi normal dengan nilai significant 0.078 (P>0.05) sedangkan MAP Post Test Jus belimbing berdistribusi normal dengan nilai significant 0.064 (P>0.05). 2) Uji Paired Sample T Test Tabel 4.8 Uji Paired Sample T Test pada Intervensi Jus Belimbing (N=15) Paired Mean MAP Pre Test Jus Belimbing10.00 MAP Post Jus Belimbing (Sumber: Data Primer, 2015 )
SD
3.98
Differences Std.Error Mean 1.02
T
df
9.72
14
Sig. (2tailed) . ,000
Berdasarkan hasil Uji Paired Sample T Test pada tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata MAP Pre –Post Test Jus belimbing sebesar 10.00 dengan SD 3.98 dan nilai Sig.(2-tailed) atau p value 0.000
39
(p<0.05). Hal ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara mean tekanan arteri rata-rata (MAP) sebelum dan Sesudah diberikan intervensi Jus Belimbing. c. Uji Independent T Sample Test Pada Kelompok Intervensi Jus Mentimun Dan Belimbing 1) Uji Normalitas Tabel 4.9 Tes Normalitas Data Shapiro-Wilk Statistic Df .940 30
MAP Post Test Jus Mentimun dan Belimbing
Sig. 0.09
(Sumber: Data Primer, 2015 ) Berdasarkan tabel 4.9 uji normalitas data diatas, dapat diketahui bahwa MAP Post Test jus mentimun dan belimbing berdistribusi normal dengan nilai significant 0.09 (P>0.05). 2) Uji Independent T Sample Test Tabel 4.10 Uji Independet t-test pada Kelompok Intervensi Jus Mentimun dan Belimbing Di Posbindu Mekar Sari
MAP Post Test Jus mentimun dan belimbing
Equal variances assumed Equal variance not assumed
Levene test for equality of variance F Sig ,906
.349
T-test for Equality of Mean T
Df
,455
28
,455
27,78
Sig (2tailed) .653 .653
(Sumber: Data Primer, 2015 ) Berdasarkan hasil Uji Independet t-test pada tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan MAP Post Test pada kelompok Intervensi antara Jus mentimun dan Jus belimbing terhadap penurunan tekanan darah dengan nilai p value 0.653 (p<0.05), artinya antara
40
mentimun dan belimbing sama baiknya terhadap penurunan tekanan darah. B. Pembahasan 1. Identifikasi Data Demografi a. Karakteristik responden berdasarkan usia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasien hipertensi di Puskesmas Helvetia didapatkan bahwa rata-rata umur responden adalah 54,03. Sesuai dengan Smeltzer dan Bare (2001), menyatakan bahwa kasus hipertensi sering ditemukan pada usia 35 tahun keatas meskipun juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Kenaikan tekanan darah rata-rata diikuti dengan bertambahnya usia seseorang.
Menurut Copstead dan Jacquelyn (2005) dalam Kharisna (2014), bertambahnya usia menyebabkan terjadinya perubahan hormonal dan perubahan pada vaskuler menjadi tidak elastis dan kaku sehingga jantung bekerja ekstra dan tekanan dinding arteri meningkat. Semakin bertambah usia, akan
terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya berupa aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
b. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasien hipertensi didapatkan mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu 63,3 persen atau 19 orang. Menurut Muniroh (2007) hipertensi banyak terjadi pada wanita setelah menopause resiko menderita hipertensi meningkat pada wanita walaupun sedikit lebih besar dari pada pria dengan usia yang sama.
41
Wanita memiliki resiko lebih tinggi mengalami hipertensi setelah masa dewasa pertengahan. Hal ini disebabkan karena wanita memiliki hormon penyebab menstruasi sehingga risiko hipertensi pada wanita dapat ditekan dan baru muncul 7-10 tahun setelah menopause. Pada masa menopause, kadar estrogen menurun secara drastik. Hal ini mengakibatkan penurunan HDL (High Density Lipoprotein), peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein), serta mempengaruhi elastisitas pembuluh darah. Penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein) akan menyebabkan peningkatan jumlah plak di pembuluh darah dan memunculkan trombus. Pada waktu yang bersamaan, peningkatan trombus dan penurunan elastisitas pembuluh darah akan menciptakan tekanan yang tinggi di pembuluh darah agar darah tetap sampai di sel. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka akan menyebabkan tekanan darah tinggi.
2. Mean Arterial Presure (MAP) atau Tekanan Arteri Rata-Rata Sebelum Dan Sesudah Diberikan Jus Mentimun Pada Pasien Hipertensi Berdasarkan hasil Uji menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara mean tekanan arteri rata-rata (MAP) sebelum dan sesudah diberikan intervensi
Jus
Mentimun
sehingga
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
mengkonsumsi jus buah mentimun efektif dalam menurunkan tekanan darah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2014) bahwa terdapat penurunan yang bermakna pada tekanan darah sistolik (P=0.000) dan tekanan darah diastolik (P=0.002) kelompok perlakuan. Setelah konsumsi jus mentimun, tekanan darah diastolik kelompok perlakukan mengalami penurunan 16,00 ±8,062 SD mmHg dan diastolik menurun 6,67±6,726 SD mmHg.
Khomsan (2009) dalam Kharisna (2012) juga menyatakan bahwa buah mentimun memiliki efek hipotensif yang dapat menurunkan tekanan darah dan efek diuretik yang dapat melancarkan air seni sehingga menurunkan jumlah cairan yang beredar dalam aliran darah pada akhirnya dapatmengurangi beban
42
kerja jantung.Hal ini berarti cara kerja terapi dengan mengkonsumsi jus mentimun sama halnya dengan obat-obatan antihipertensi golongan diuretik dalam menurunkan tekanan darah.
Kandungan lain dalam mentimun adalah asam malonat yang dapat mencegah gula darah berubah menjadi lemak. Ada kalanya mentimun terasa pahit. Rasa pahit tersebut berasal dari saponin yaitu senyawa fitokimia yang terdapat dalam lendir mentimun. Meskipun pahit, saponin bermanfaat sebagai anti kanker, menurunkan kolesterol dan meningkatkan daya tahan tubuh. Hasil pemeriksaan kandungan senyawa kimia pada buah mentimun menunjukkan hasil positif senyawa Saponin yang dicampur dengan pereaksi aqua dengan hasil sebanyak ++ (Lamek, 2014). Saponin berefek diuretik dengan cara deplesi kelebihan cairan tubuh (Natrium dan air) dari sistem peredaran darah, sehingga stroke volume menurun (Gunawan, 2004).
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa adanya penurunan nilai rata-rata MAP post test penderita hipertensi (responden) telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa buah mentimun dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Sehingga terjadinya penurunan tekanan arteri rata-rata ini terjadi oleh karena responden telah diberikan terapi buah mentimun 100 gr + 50 ml air sebanyak 2x sehari dan keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian terapi buah mentimun efektif untuk menurunkan tekanan darah responden yang menderita hipertensi.
3. Mean Arterial Presure (MAP) atau Tekanan Arteri Rata-Rata Sebelum Dan Sesudah Diberikan Jus Belimbing Pada Pasien Hipertensi Berdasarkan hasil Uji menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara mean tekanan arteri rata-rata (MAP) sebelum dan sesudah diberikan intervensi
Jus
belimbing
sehingga
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
mengkonsumsi jus buah belimbing efektif dalam menurunkan tekanan darah. Hal ini sependapat dengan penelitian oleh hasil penelitian Dwipayanti (2011)
43
tentang efektifitas buah belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan pemberian jus belimbing selama 3 hari berturutturut dengan frekuensi 2x dalam sehari menunjukan bahwa dari 30 responden telah didapatkan hasil rata-rata dari tekanan arteri rata-rata (MAP) sebelum diberi jus belimbing sebesar 126,45 mmHg sedangkan rata-rata dari tekanan arteri rata-rata (MAP) sesudah diberikan jus belimbing sebesar 112,78 mmHg dimana selisih antara dua rata-rata pre-post test sebesar 13,67 mmHg.
Pada dasarnya buah belimbing mengandung kadar kalium yang tinggi serta natrium yang rendah sebagai obat anti hipertensi. Kandungan kalium (potassium) dalam 1 buah belimbing (127 gram) adalah sebesar 207 mg. Hal ini menunjukkan bahwa kalium dalam buah belimbing mempunyai jumlah yang paling banyak dari jumlah mineral yang ada dalam kandungan 1 buah belimbing.
Hal ini sejalan dengan Astawan Made (2010) yang mengatakan terjadinya penurunan tekanan darah responden disebabkan oleh karena kandungan buah belimbing yang kaya akan kalium dan rendah natrium. Dimana dalam hal ini awal mula terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya Angiostensin I yang diubah menjadi Angiostensin II oleh ACE (Angiostensin I – Converting Enzyme) yang memiliki peran dalam menaikkan tekanan darah melalui 2 aksi utama, yaitu menurunnya cairan intraseluler dan meningkatnya cairan ekstraseluler dalam tubuh.
Namun dengan pemberian terapi buah belimbing yang tinggi kalium dan rendah natrium kepada responden yang menderita hipertensi, maka 2 aksi utama tersebut telah mengalami perubahan arah dari semula. Dimana dengan tingginya kalium akan mampu menurunkan produksi atau sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Hormon ini bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volme urine. Dengan menurunnya ADH, maka urine yang diekskresikan keluar tubuh akan meningkat, sehingga menjadi encer dengan
44
osmolalitas yang rendah. Untuk memekatkannya, volume cairan intraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian ekstraseluler. Sedangkan menurunnya konsentrasi NaCl akan dipekatkan dengan cara menurunkan cairan ekstraseluler yang kemudian akan menurunkan tekanan darah. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. Sari buah belimbing sangat efektif menurunkan kolesterol. Konsumsi 4 ml sari buah belimbing setiap hari secara nyata akan menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) atau kadar kolestrol jahat dan trigliserida. Selaian itu, konsumsi sari buah belimbing dapat meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) atau kadar kolestrol baik didalam darah.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa adanya penurunan nilai rata-rata MAP post test penderita hipertensi (responden) telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa buah belimbing dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Sehingga terjadinya penurunan tekanan arteri rata-rata ini terjadi oleh karena responden telah diberikan terapi buah belimbing sebanyak 150 gr +50 ml air dan keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian terapi buah belimbing efektif untuk menurunkan tekanan darah responden yang menderita hipertensi.
4. Mean Arterial Presure (MAP) atau Tekanan Arteri Rata-Rata Sesudah Diberikan Intervensi antara Jus Mentimun dan Jus Belimbing Pada Pasien Hipertensi Selama 3 hari setiap responden diberikan intervensi sebanyak 2x sehari. Ratarata perbedaan MAP sebelum dan sesudah pada intervensi mentimun sebesar 13,11 dan
rata-rata perbedaan MAP sebelum dan sesudah pada intervensi
belimbing sebesar 10,00. Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan MAP Post Test pada kelompok Intervensi antara Jus mentimun dan Jus belimbing terhadap penurunan tekanan darah artinya antara mentimun
45
dan belimbing sama baiknya terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia tahun 2015.
Penelitian sejalan dengan Muniroh (2007) tentang Pengaruh pemberian Jus Buah Belimbing dan Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi yang mengatakan bahwa tidak ada beda tekanan darah sistolik awal (P=0,528) dan diastolik awal (P=0,184) antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan antara tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberi perlakuan (p=0,02). Demikian juga pada tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan (p = 0,000). Pada kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan antara tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,161). Demikian juga dengan tekanan darah diastolik tidak terdapat perbedaan (p=0,343). Tidak terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,374). Sedangkan untuk tekanan darah diastolik terdapat perbedaan penurunan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,046).
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jus buah belimbing dan mentimun berpengaruh pada penurunan tekanan darah diastolik, dan untuk tekanan darah sistoliknya terjadi penurunan hanya sedikit. Hal ini karena bekerjanya jus buah belimbing dan mentimun adalah menurunkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Dengan menurunnya ADH, akan banyak urine yang diekskresikan keluar tubuh (Astawan, 2002). Hormon antidiuretik berpengaruh pada bekerjanya diastolik, sehingga terjadi penurunan tekanan darah diastolik.
Hal ini didukung oleh Lebalado (2014) bahwa Buah mentimun memiliki kalium dan magnesium berperan dalam memperbesar ukuran sel endotel, menghambat kontraksi otot halus pembuluh darah, menstimulasi produksi prostasiklin
46
vasodilator dan meningkatkan produksi nitric oxide yang akan memicu reaksi dilatasi dan reaktivas vaskuler yang akan menurunkan tekanan darah. Kalium berperan dalam menghambat pelepasan renin dengan meningkatkan ekskresi natrium dan air. Terhambatnya renin akan mencegah pembentukan angiotensin I dan II sehingga akan menurunkan sensitivitas vasokonstriksi. Magnesium akan mempengaruhi stimulus di pusat saraf simpatis agar vasokonstriksi tidak melewati batas yang dibutuhkan.
Hal yang sama di dukung oleh Astawan (2008) bahwa buah belimbing mengandung kalium dan natrium dengan perbandingan 66:1 sehingga sangat bagus untuk penderita hipertensi. Cara kerja kalium adalah kebalikan dengan natrium. Jika natrium meningkatkan tekanan darah maka kalium berkerja menurunkan tekanan darah. Peranan kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam-basa. Kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraselular dan sebagian terikat dengan protein. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. Konsumsi 4 ml sari buah belimbing setiap hari secara nyata akan menurunkan jumlah LDL (Low Density Lipoprotein) atau kadar kolestrol jahat dan trigliserida. Selain itu, konsumsi sari buah belimbing dapat meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) atau kadar kolestrol baik didalam darah.
Wijaya (2014) dan Astawan (2008) jumlah kandungan dan komposisi gizi per 100 gram buah mentimun memiliki jumlah kalium 147 mg dan pada belimbing manis jumlah kalium 133 mg. Sedangkan menurut Lamek (2014) didapatkan hasil skrining tumbuhan bahwa buah mentimun memiliki senyawa terpen sebayak ++ dan saponin sebanyak ++ sedangkan pada buah belimbing manis memiliki senyawa terpen +++ dan saponin + yang yang berefek terhadap tekanan darah.
47
C. Keterbatasan penelitian Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah 1. Variabel-variabel yang mempengaruhi tekanan darah usia, jenis kelmain, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, obesitas, diit, kurang olahraga, psikologis yang belum diamati oleh peneliti. Hal tersebut bisa menjadi faktor lain yang mempengaruhi penurunan tekanan darah dalam penelitian ini. 2. Homogenitas lokasi tempat pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini belum diamati oleh peneliti, hal tersebut bisa menjadi faktor lain yang mempengaruhi penurunan tekanan darah dalam penelitian ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh perbandingan efektivitas pemberian jus mentimun dan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2015 didapat kesimpulan sebagai berikut : 1.
Distribusi berdasarkan data demografi a.
Berdasarkan distribusi usia responden nilai mean 54,03, nilai median 50,50 dan nilai modus 48.
b.
Berdasarkan distribusi jenis kelamin responden dengan hipertensi 63,3% responden merupakan perempuan.
2.
Identifikasi tekanan arteri rata-rata pre-test dan post-test a. Nilai rata-rata perbedaan MAP sebelum dan sesudah diberikan Jus Mentimun sebesar 13.11 dengan nilai Sig.(2-tailed) atau p value 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara mean tekanan arteri rata-rata (MAP) sebelum dan sesudah diberikan intervensi jus mentimun. b. Nilai rata-rata perbedaan MAP sebelum dan sesudah diberikan Jus belimbing sebesar 10.00 dengan nilai Sig.(2-tailed) atau p value 0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara mean tekanan arteri rata-rata (MAP) sebelum dan sesudah diberikan intervensi jus belimbing
3.
Analisa statistik Uji Independet t-test diperoleh nilai p value 0.653 (p<0.05). Hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara mean tekanan arteri rata-rata (MAP) sesudah diberikan intervensi antara Jus mentimun dan belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan MAP Post Test pada kelompok Intervensi antara Jus mentimun dan Jus belimbing terhadap penurunan tekanan darah, artinya antara mentimun dan belimbing sama
48
49
baiknya terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia tahun 2015.
B. Saran 1. Bagi pasien Disarankan kepada pasien hipertensi agar tetap mampu mengontrol tekanan darahnya dan membuat jus mentimun atau belimbing dalam upaya pengobatan alternatif dalam penurunan tekanan darah pasien sebanyak 2x dalam sehari. 2. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai acuhan untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait tentang pemberian kombinasi jus buah mentimun dan belimbing manis dalam penurunan tekanan darah. 3. Bagi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan memberikan referensi tentang manfaat jus mentimun dan belimbing yang dapat menurunkan tekanan darah serta bisa dipelajari oleh pesera didik khususnya mahasiswa keperawatan. 4. Manfaat bagi masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini menambah informasi dan memberikan pengetahuan tentang manfaat jus mentimun dan belimbing sebagai salah satu terapi komplementer / alternatif yang bisa dilakukan secara mandiri di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, P,I & Wart, J,P. (2008). At a Glance Sistem Kardiovaskular edisi 3. EMS: Penerbit Erlangga Aisyah &Probosari, E. (2014). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis sativus l) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Wanita Usia 40-60 Tahun. Journal of Nutrition College Volume 3 di :http://ejournal-s l.undip.ac.id/index.php/jnc diambil pada tanggal 17 Desember 2014 Anies. (2006) .Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta:Gramedia Astawan, M .(2008). Seri kesehatan Keluarga: Sehat Dengan Buah. Jakarta: Dian Rakyat Damanik, B. (2013). Manjemen Data. Universitas Sari Mutiara Indonesia. Medan Dwipayanti, P,I .(2011). Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balong Sari Kota Mojokerto. Gunawan (2004). Pengaruh pemberian mahkota dewa terhadap penurunan tekanan darah. Diambil dari Repository.maranatha.edu/0010024_c. Hostettmann, K & Marston, A.(1995). Pharmacology Of Natural Products: Saponins. London: Cambridge University Press Kemenkes. (2014). Pusat Data dan Informasi Indonesia: Hipertensi.
Kementrian Kesehatan Republik Diambil dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinhipertensi.pdf pada tanggal 5 Oktober 2014.
Kharisna, D, Dewi, W ,N, Lestari, W. (2014). Efektifitas konsumsi jus mentimun terhadap Penurunan tekanan darah pada Pasien hipertensi. Jurnal Ners Indonesia di ambil dari ejournal.unri.ac.id pada tanggal 10 November 2014. Kusnul, Z & Munir, Z.(2012). Efek pemberian jus mentimun terhadap penurunan Tekanan darah. Prosiding Seminas Competitive Advantage di ambil dari journal.unipdu.ac.id pada tanggal 10 November. Lebalado, L,P & Mulyati, T .(2014). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis sativus l) Terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik pada Penderita Hipertensi. Journal of Nutrition College Volume 3 di :http://ejournal-s l.undip.ac.id/index.php/jnc diambil pada tanggal 17 November 2014. Marpaung, L. (2014). Hasil Skrining Tumbuhan. Medan: Lab KBA USU
Muniroh, L & Wirjatmadi, B.(2007). Pengaruh pemberian Jus Buah Belimbing dan Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita The Indonesia Journal of Public Health, Vol 4 no.1. Notoatmodjo, S.(2010).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Riskesdas.
Diambil
dari
www.depkes.go.id/resources/download/.../Hasil%20Riskesdas%202013.pdf tanggal 5 Oktober 2014.
(2013).
Riset
Kesehatan
Dasar.
pada
Sastroasmoro, S & Ismael, S.(2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi 3.Jakarta: Cv Sagung Seto Setiadi.(2007).Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta :Graha Ilmu Susilo, Y &Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Jogyakarta: Penerbit Andi. Wijaya, S. (2014). Tangkal Diabetes & Tumpas Racun Dalam Tubuh Dengan Khasiat Mentimun. Jogjakarta : FlashBooks
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN JUS BUAH MENTIMUN DAN BELIMBING MANIS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI POSBINDU MEKAR SARI PUSKESMAS HELVETIA TAHUN 2015 Medan, Maret 2015 Hal
:Persetujuan menjadi responden penelitian Kepada Yth, Bapak/ Ibu Calon Responden Di Tempat Dengan Hormat, Bersama dengan surat ini, saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Mutiara Indonesia Medan yang melakukan penelitian tentang Perbandingan Efektifitas Pemberian Jus Buah Mentimun Dan Belimbing Manis Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia Tahun 2015. Pertama pasien di ukur tekanan darahnya, jika tekanan darahnya tinggi maka diberikan jus mentimun pada kelompok mentimun dan jus belimbing manis pada kelompok belimbing. Setelah diberikan jus mentimun dan belimbing pada setiap kelompok maka akan diukur kembali tekanan darah nya yang bertujuan untuk melihat perbandingan Efektifitas Pemberian Jus Buah Mentimun Dan Belimbing Manis Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan bagi bapak/ibu. Untuk itu saya mengharapkan kesediaann dan keikutsertaan bapak/ibu dalam penelitian ini. Atas bantuan dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya
( Cindi Ronika Simanjuntak)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk turut berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan yang bernama Cindi Ronika Simanjuntak dengan judul penelitian : Perbandingan Efektifitas Pemberian Jus Buah Mentimun Dan Belimbing Manis Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Posbindu Mekar Sari Puskesmas Helvetia Tahun 2015. Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan sukarela.
Setuju Tidak setuju
Tanda tangan (
)
LEMBAR OBSERVASI No : Identitas Responden 1. Inisial
:
2. Usia
:
3. Jenis Kelamin
:
Hasil Pengukuran 1. Tekanan Darah Sebelum : 2. Tekanan Darah a. Hari Pertama
:
b. Hari Kedua
:
c. Hari Ketiga
:
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBERIAN JUS MENTIMUN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBERIAN JUS MENTIMUN Pengertian
:Jus mentimun adalah buah mentimun ditambah air yang di hancurkan dengan alat
penghancur (blender) sehingga menjadi jus
Tujuan
: Untuk menurunkan tekanan darah
Indikasi
:Pasien dengan hipertensi
Persiapan alat
1.
Mentimun 100 gr dibuang kulitnya
2.
Air sebanyak 50 ml
3.
Sendok
4.
Pisau
5.
Blender
6.
Gelas
Cara kerja Mentimun yang sudah dibuang kulitnya di potong-potong di masukakan kedalam blender kemudian ditambah air lalu diblender sampai hancur bercampur air Waktu pemberian Diberikan sebanyak 2x dalam sehari selama 3 hari berturut-turut
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBERIAN JUS BELIMBING MANIS STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBERIAN JUS BELIMBING MANIS Pengertian
:Jus belimbing adalah buah belimbing manis ditambah air yang di hancurkan dengan alat
penghancur (blender) sehingga menjadi jus. Tujuan
: Untuk menurunkan tekanan darah
Indikasi
:Pasien dengan hipertensi
Persiapan alat
1.
Buah belimbing 100 gr dibuang kulitnya
2.
Air sebanyak 50 ml
3.
Sendok
4.
Pisau
5.
Blender
6.
Gelas
Cara kerja Belimbing yang sudah dibuang kulitnya di potong-potong di masukakan kedalam blender kemudian ditambah air lalu diblender sampai hancur bercampur air Waktu pemberian Diberikan sebanyak 2x dalam sehari selama 3 hari berturut-turut.
PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. Alat dan bahan 1. Tensimeter manual atau tensimeter digital 2. Stetoscop B. Cara pengukuran 1. Duduk dengan tenang dan rileks sekitar 5 (lima) menit 2. Jelaskan manfaat rileks tersebut yaitu agar nilai tekanan darah yang diukur adalah nilai yang stabil 3. Pasang manset pada lengan dengan ukuran yang sesuai, dengan jarak sisi manset paling bawah 2,5 cm dari siku dan rekatkan dengan baik 4. Posisikan tangan diatas meja dengan posisi sama tinggi dengan jantung 5. Bagian yang terpasang manset harus terbebas dari lapisan apapun 6. Pengukuran dialkukan dengan tangan diatas meja dan telapak tangan terbuka keatas 7. Rabalah nadi pada lipatan lengan, pompakan alat hingga denyutan nadi tidak terba lalu dipompa lagi hingga tekanan meningkat sampai 30 mmHg diatas nilai tekanan nadi ketika denyutan nadi tidak teraba 8. Tempelkan stetoskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa perlahanlahan dan dengarkan siara bunyi denyut nadi 9. Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi yang pertama terdengar dan diastol ketika bunyi keteraturan denyut nadi tidak terdengar 10. Sebaiknya pengukuran dilakukan 2 kali. Pengukuran ke-2 setelah selang waktu 2 (dua) menit 11. Jika perbedaan hasil pengukuran ke-1 dan ke-2 mmHg atau lebih harus dilakukan pengukuran ke-3 12. Apabila responden tidak dapat duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi tersebut dilembar catatan.
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN JUS BUAH MENTIMUN DAN BELIMBING MANIS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI POSBINDU MEKAR SARI PUSKEMAS HELVETIA TAHUN 2015 No
Tekanan Arteri Rata-rata (MAP)
Demografi Responden
Pre Test
Umur
JK
Sistolik
Diastolik
1
67
2
150
80
2
74
2
150
3
80
1
4
72
5
Post Test MAP
Sistolik
Diastolik
MAP
103,33
140
80
100
100
116,67
140
80
100
160
100
120
140
70
93,33
2
150
100
116,67
150
70
96,67
63
1
150
110
123,33
150
80
103,33
6
40
1
140
80
100
140
70
93,33
7
38
1
150
100
116,67
140
80
100
8
83
2
140
90
106,67
140
80
100
9
52
2
150
90
110
140
80
100
10
48
2
150
90
110
140
80
100
11
50
2
150
100
116,67
140
90
106,67
12
48
1
140
90
106,67
130
70
90
13
52
1
150
100
116,67
130
90
103,33
14
55
2
150
90
110
140
80
100
15
48
2
160
100
120
150
90
110
16
48
2
140
90
106,67
120
80
93,33
17
39
2
150
90
110,00
140
80
100,00
18
48
2
160
100
120,00
140
90
106,67
19
63
1
140
80
100,00
130
80
96,67
20
45
1
160
100
120,00
140
90
106,67
21
47
1
150
90
110,00
120
80
93,33
22
38
1
140
90
106,67
120
80
93,33
23
56
2
140
90
106,67
130
80
96,67
24
60
2
140
80
100,00
130
70
90,00
25
51
2
150
90
110,00
140
90
106,67
26
50
2
140
80
100,00
130
80
96,67
27
48
2
150
90
110,00
140
80
100,00
28
44
2
150
100
116,67
140
90
106,67
29
51
2
140
90
106,67
130
80
96,67
30
63
1
150
90
110,00
140
80
100,00
Tabel Frekuensi Pengolahan Data Umurk Responden Jus Mentimun
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
<40 tahun
2
13,3
13,3
41-60 tahun
7
46,7
46,7
60,0
>61 tahun
6
40,0
40,0
100,0
15
100,0
100,0
Total
13,3
Jenis Kelami n jus mentimun
Valid
Laki-laki Perempuan Total
Frequency 6 9 15
Percent 40,0 60,0 100,0
Valid Percent 40,0 60,0 100,0
Cumulat iv e Percent 40,0 100,0
UmurK responden Belimbing
Frequency Valid
<40 tahun 41-60 tahun >61 tahun Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
13,3
13,3
13,3
11
73,3
73,3
86,7
2
13,3
13,3
100,0
15
100,0
100,0
Jenis Kelamin Belimbing
Valid
Frequency 5
Percent 33,3
Valid Percent 33,3
Cumulative Percent 33,3
Perempuan
10
66,7
66,7
100,0
Total
15
100,0
100,0
Laki-laki
Statistics Umur responden N Valid Missing Mean Minimum Maximum
30 0 54,03 38 83
Jenis Kelamin
Valid
Laki-laki
Frequency 11
Percent 36,7
Valid Percent 36,7
Cumulative Percent 36,7 100,0
Perempuan
19
63,3
63,3
Total
30
100,0
100,0
Statistics MAP Pre Test Jus mentimun N Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Std. Dev iation Minimum Maximum
15 0 112,8889 1,74776 116,6667 6,76906 100,00 123,33
MAP Pre Test Jus mentimun
Valid
100,00 103,33 106,67 110,00 116,67 120,00 123,33 Total
Frequency 1 1 2 3 5 2 1 15
Percent 6,7 6,7 13,3 20,0 33,3 13,3 6,7 100,0
Valid Percent 6,7 6,7 13,3 20,0 33,3 13,3 6,7 100,0
Cumulat iv e Percent 6,7 13,3 26,7 46,7 80,0 93,3 100,0
MAP Post Test Jus mentimun
Valid
90,00 93,33 96,67 100,00 103,33 106,67 110,00 Total
Frequency 1 2 1 7 2 1 1 15
Percent 6,7 13,3 6,7 46,7 13,3 6,7 6,7 100,0
Valid Percent 6,7 13,3 6,7 46,7 13,3 6,7 6,7 100,0
Cumulat iv e Percent 6,7 20,0 26,7 73,3 86,7 93,3 100,0
Statistics MAP Post Test Jus mentimun N Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Std. Dev iation Minimum Maximum
15 0 99,7778 1,32004 100,0000 5,11249 90,00 110,00
Tests of Normali ty a
Kolmogorov -Smirnov Stat istic df Sig. MAP Pre Test Jus mentimun MAP Post Test Jus mentimun
Shapiro-Wilk df
Stat istic
Sig.
,245
15
,016
,937
15
,340
,251
15
,012
,931
15
,279
a. Lillief ors Signif icance Correct ion
Paired Samples Correlations N Pair 1
MAP Pre Test Jus mentimun & MAP Post Test Jus mentimun
Correlation 15
Sig.
,479
,071
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
MAP Pre Test Jus mentimun MAP Post Test Jus mentimun
N
St d. Dev iation
St d. Error Mean
112,8889
15
6,76906
1,74776
99,7778
15
5,11249
1,32004
Paired Samples Test Paired Diff erences
Mean Pair 1
MAP Pre Test Jus mentimun - MAP Post Test Jus mentimun
13,11111
Std. Dev iation
Std. Error Mean
6,23185
1,60906
95% Confidence Interv al of the Dif f erence Lower Upper
t
9,66003
8,148
16,56220
df
Sig. (2-tailed) 14
,000
Statistics MAP Pre Test Jus Belimbing N Valid Missing Mean Median St d. Dev iation Minimum Maximum
15 0 108,8889 110,0000 6,38285 100,00 120,00
MAP Pre Test Jus Belimbing
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
100,00
3
20,0
20,0
20,0
106,67
4
26,7
26,7
46,7
110,00
5
33,3
33,3
80,0
116,67
1
6,7
6,7
86,7 100,0
120,00 Total
2
13,3
13,3
15
100,0
100,0
Statistics MAP Post Test Jus Belimbing N Valid
15
Missing
0
Mean
98,8889
Std. Error of Mean
1,44261
Median
96,6667
Std. Deviation
5,58721
Minimum
90,00
Maximum
106,67 MAP Post Test Jus Belimbing
Valid
90,00
Frequency 1
Percent 6,7
Valid Percent 6,7
Cumulative Percent 6,7
93,33
3
20,0
20,0
26,7
96,67
4
26,7
26,7
53,3
100,00
3
20,0
20,0
73,3
106,67
4
26,7
26,7
100,0
15
100,0
100,0
Total
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
MAP Pre Test Jus Belimbing
,231
15
,031
,894
15
,078
MAP Post Test Jus Belimbing
,188
15
,162
,889
15
,064
a Lilliefors Significance Correction
Paired Samples Statistics
Mean Pair 1
N
Std. Error Mean
Std. Deviation
MAP Pre Test Jus Belimbing
108,8889
15
6,38285
1,64804
MAP Post Test Jus Belimbing
98,8889
15
5,58721
1,44261
Paired Samples Correlations N Pair 1
MAP Pre Test Jus Belimbing & MAP Post Test Jus Belimbing
Correlation 15
Sig.
,786
,001
Paired Samples Test Paired Diff erences
Mean Pair 1
MAP Pre Test Jus Belimbing - MAP Post Test Jus Belimbing
Std. Dev iation
Std. Error Mean
3,98410
1,02869
10,00000
95% Confidence Interv al of the Dif f erence Lower Upper
t
7,79368
9,721
12,20632
df
Sig. (2-tailed) 14
,000
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic MAP Post Test Jus mentimun dan belimbing a Lilliefors Significance Correction
,183
df
Shapiro-Wilk
Sig. 30
,012
Statistic ,940
df
Sig. 30
,091
Group Statistics
MAP Post Test Jus mentimun
MAP Filter Jus Mentimun
15
Mean 99,7778
Std. Deviation 5,11249
Std. Error Mean 1,32004
15
98,8889
5,58721
1,44261
N
Jus Belimbing
Independent Samples Test Levene's Test f or Equality of Variances
F MAP Post Test Jus mentimun
Equal variances assumed Equal variances not assumed
,906
Sig. ,349
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Dif f erence
Std. Error Dif f erence
95% Confidence Interv al of the Dif f erence Lower Upper
,455
28
,653
,88889
1,95541
-3,11659
4,89437
,455
27,782
,653
,88889
1,95541
-3,11801
4,89578
DOKUMENTASI PENELITIAN