UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI TEORI COMFORT KATHARINE KOLCABA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH DI RUANG INFEKSI ANAK RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
KARYA ILMIAH AKHIR
Disusun Oleh: TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA JANUARI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI TEORI COMFORT KATHARINE KOLCABA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH DI RUANG INFEKSI ANAK RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
KARYA ILMIAH AKHIR
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak
Disusun Oleh: TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA JANUARI, 2014 i
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih sayang yang dicurahkanNya, sehingga Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Aplikasi Teori Comfort Katharine Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang Infeksi Anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo” ini dapat terselesaikan. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Residen menyadari karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, residen mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., selaku Koordinator Mata Ajar, Supervisor Utama sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan arahan, dengan penuh kesabaran dan keikhlasan 2. Ns. Elfi Syahreni, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. An., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan arahan 3. Dra.
Junaiti
Sahar,
M.App.Sc.Ph.D,
sebagai
Dekan
Fakultas
Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia 4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., sebagai Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 5. Direktur RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang telah memberikan ijin sebagai tempat praktik residensi 6. Supervisor, Head Nurse beserta staf ruang infeksi anak IKA Lantai 1 Gedung A di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang telah memberikan tempat selama praktik residensi 7. dr. M. Sulaeman, Sp.A, M.Kes, MMR, sebagai Ketua STIKES Widya Husada Semarang yang telah memberikan kesempatan dan biaya selama pendidikan 8. Nana Rohana, SKM, M.Kep., sebagai Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKES Widya Husada Semarang yang telah memberikan dukungan selama proses pendidikan vi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
9. Suami tercinta dan putra tersayang yang telah banyak berkorban 10. Kedua nenek Mahesa dan kakak untuk doa dan dukungannya 11. Teman PSIK STIKES Widya Husada Semarang yang telah membantu pekerjaan selama proses pendidikan 12. Teman Residensi Keperawatan Anak angkatan VI yang sama-sama berjuang 13. Pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
Semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Depok, Januari 2014
Residen
vii
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Tri Sakti Widyaningsih
Program Studi
: Program Ners Spesialis Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Judul
: Aplikasi Teori Comfort Katharine Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang Infeksi Anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan Program Residen Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam bentuk kegiatan praktik Residensi I dan II. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi teori comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan pada anak dengan peningkatan suhu tubuh dan pencapaian kompetensi baik sebagai praktisi, pendidik, advokat, pengelola dan peneliti selama praktik residensi. Menurut comfort Kolcaba, peningkatan suhu tubuh merupakan salah satu gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman fisik yang berkaitan erat dengan kebutuhan rasa nyaman psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Intervensi yang dilakukan adalah memonitor status hemodinamik, menganjurkan keluarga untuk selalu berada di samping pasien, mengajarkan keluarga dalam pemberian kompres air hangat dan mengatur suhu ruangan sesuai suhu tubuh pasien. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer timpani dimana residen menerapkan salah satu kompetensi perawat spesialis sebagai ranah pengembangan profesional sekaligus memberikan kebutuhan rasa nyaman dan mencegah trauma pada anak. Kata kunci : teori comfort Kolcaba, peningkatan suhu tubuh, kompetensi perawat Spesialis, termometer timpani
ix
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Name
: Tri Sakti Widyaningsih
Study Program
: Program Specialist Nurses of Nursing Science, Majoring in Child Nursing, Faculty of Nursing, University of Indonesia
Title
: Comfort Katharine Kolcaba Theory Application Children Nursing Care by Increased Body Temperature at Child Infections Room, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
This Final Scientific Paper provides an overview of the implementation of the Resident Program Specialist Nurses in the form of practical activities Residency I and II. This Final Scientific aims is in order to provide an overview Comfort Kolcaba Theory Application of children nursing care by increased body temperature and achievement of competency either as a practitioner, educator, advocate, manager and researcher during practice residency. According to Kolcaba comfort theory, increasing body temperature is one of the comfortable sense of fulfillment disorders are strongly associated with physical comfort needs psikospiritual, sociocultural and environmental. Interventions need to be done is to monitor hemodynamic status, advised the family to accompanied the patient, the family teaches the provision of warm water compress and maintain the room’s temperature according the patient's body temperature. One inovation need to be done is measure the body temperature using a thermometer tympanic where residents apply one domain competence as a specialist nurse professional development needs as well as providing a sense of comfort and prevent trauma to child.
Key words: Theory Kolcaba comfort, increased body temperature, Specialist nurse competency, tympanic thermometer
x
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... viii ABSTRAK BAHASA INDONESIA .................................................................. ix ABSTRAK BAHASA INGGRIS ......................................................................... x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6 1.3 Sistematika Penulisan ............................................................................... 6 BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK RESIDENSI 2.1 Gambaran Kasus ........................................................ …………..............7 2.2 Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 17 2.3 Konsep Atraumatic Care Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh 39 2.4 Integrasi Teori Kolcaba dan Konsep Keperawatan Dalam Proses Keperawatan ........................................................................................... 40 2.5 Aplikasi Konsep Teori Comfort Kolcaba Pada Kasus Terpilih .............. 56 BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI 3.1 Kompetensi Program Pendidikan Ners Spesialis .... ………………… 101 3.2 Kompetensi Sesuai Area Peminatan Selama Praktik Residensi ........... 103 3.3 Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak .............................................. 108 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan Penerapan Teori Comfort Katharine Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh .. 116 4.2 Pembahasan Praktik Spesialis Keperawatan Anak Dalam Pencapaian Target ………………………………………… ............................... …129 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 135 5.2 Saran ..................................................................................................... 136 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Macam demam .................................................................................. 29 Tabel 2.2 Struktur taksonomi anak dengan demam tipoid................................ 48 Tabel 2.3 Intervensi keperawatan pada pasien anak dengan demam tipoid .... 49 Tabel 2.4 Struktur taksonomi comfort Kolcaba pada kasus anak S.R ............. 58 Tabel 2.5. Intervensi DP 1 Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d reduksi aliran darah ke otak ........................................................................ 60 Tabel 2.6. Intervensi DP 2 Peningkatan suhu tubuh: Demam b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus ..................... 61 Tabel 2.7. Intervensi DP 3 Defisit elektrolit b.d kegagalan mekanisme pengaturan ....................................................................................... 61 Tabel 2.8.
Intervensi DP 4 Gangguan tumbuh kejar b.d status neurologis anak (Apatis) ...................................................................................................... 62
Tabel 2.9. Intervensi DP 5 Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit b.d kurang informasi yang didapat tentang prognosis dan penatalaksanaan penyakit ................................................................ 63 Tabel 2.10 Intervensi DP 6 Resiko tinggi cidera b.d aktivitas kejang .............. 64 Tabel 2.11 Implementasi dan evaluasi pada anak SR ....................................... 65
xii
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Children’s Comfort Daisies, 2000 ................................................. 52 Gambar 2.2 Visual Analog Scale & Skala Kusher ............................................. 53
xiii
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR SKEMA Halaman Skema 2.1 Proses peningkatan suhu tubuh ....................................................... 33 Skema 2.2 Konsep teori keperawatan comfort Katharine Kolcaba ................. 46 Skema 2.3 Integrasi teori comfort Katharine Kolcaba dan konsep keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan peningkatan suhu tubuh................................................................... 55
xiv
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Format Pengkajian Comfort Katharine Kolcaba Lampiran 2: Kontrak Belajar Residensi I dan II Lampiran 3: Laporan Hasil Proyek Inovasi
xv
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR SINGKATAN Singkatan AC ACTH AGD AKB AKBA ASD ASEAN ASI AIPDIKI AIPNI BAB BB BCG BBLR b.d BE BMR CAVSD Cl cm COX CRF DP EBN EBP EMV FCC GCS HCO3 HIV HPEQ HSBs HSE ICN IGD IKA IL IM IV K kg KIA
Uraian Air Conditioner Adenocorticotropic Hormon Analisis Gas Darah Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita Atrial Septal Defect Association of South East Asia Nations Air Susu Ibu Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia Buang Air Besar Berat badan Bacille Calmette Guerin Bayi Berat Lahir Rendah Berhubungan Dengan Base Excesses Basal Metabolisme Rate Complete Atrioventricular Septal Defect Chlorida centi meter Ciklooksigenase Corticotropin Releasing Faktor Diagnosa Perawatan Evidence Based Nursing Evidence Based Practice Eyes Motoric Verbal Family Centered Care Glasgow Coma Scale Asam Bicarbonate Human Immunodeficiency Virus Health Profession Educational Quality Health seeking behavior Haemorrhargic Shock and Encephalopathy International Council of Nurses Instalasi Gawat Darurat Ilmu Kesehatan Anak Interleukin Intra Muskuler Intra Vena Kalium kilogram Karya Ilmiah Akhir xvi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Singkatan KKNI MDGs Mg MIP mm mmHg ml Na NaCl NCHS NGT O2 OAT PB pCO2 pH PH PJB PO pO2 PPDS PPNI RSCM RSUD RSUPN ROM SDKI SIDS SLE SMP SNAD SOAP Tb TB TNF TRH TSH VSD °C
Uraian Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Millenium Development Goals Magnesium Macrophage Inflammatory Protein milli meter millimeter air raksa mili liter Natrium Natrium Chlorida National Center for Health Statistics Naso Gastric Tube Oksigen Obat Anti Tuberculosis Panjang Badan Pondus Carbondioksida Pondus Hydrogenium Pulmonal Hipertensi Penyakit Jantung Bawaan Per Oral Pondus Oksigen Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak Persatuan Perawat Nasional Indonesia RSCM: Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Rumah Sakit Umum Daerah Rumah Salit Umum Pusat Nasional Range Of Motion Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Sudden Infant Death Syndrome Sindrom Lupus Eritematosus Sekolah Menengah Pertama Sepsis Neonatus Awitan Dini Subjektif Objektif Analisis Planning Tuberculosis Tinggi badan Tumor Nekrosis Faktor Thyrotropin Releasing Hormon Thyroid Stimulating Hormon Ventricular Septal Defect Derajat Celcius
xvii
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHU ULUAN
m n tentang pendahuluaan yang beerisi latar belakang, tu ujuan Bab ini menguraika penulisan dan sistemaatika penuliisan.
1.1 Latar Belakang Penuruunan angka kematian bayi b dan balita merupaakan salah ssatu prioritaas dan pembaangunan kessehatan dallam Milleniium Developpment Goals (MDGs) yang keemppat (Badan Pusat Statistik, 2011).. Menurut laporan l Baddan Perencaanaan Pembaangunan Naasional (20011), upayaa untuk meenurunkan angka kem matian anak sudah sejaalan dengann sasaran MDGs. Haal ini ditunnjukkan deengan penuruunan angkaa kematian balita b (AKB BA) dari 97 (tahun 19991) menjaadi 44 per seeribu kelahiiran hidup (tahun 200 07); penuruunan angkaa kematian bayi (AKB)) dari 68 menjadi m 34 per p seribu kelahiran k daan neonatal dari 32 meenjadi 19 perr seribu keelahiran. Meskipun terrjadi penuruunan, AKB B dan AKB BA di Indoneesia masihh cukup tinnggi jika dibandingkkan dengann negara-n negara anggotta Associatiion of Southh East Asia Nations N (ASEAN).
Menurrut Survey Demografii dan Keseehatan Indoonesia (SDK KI) tahun 2007, 2 setiap tahun ham mpir 10 juuta anak meninggal m sebelum ulaang tahun ke-5. b di Indo onesia adalaah karena m masalah pen nyakit Penyebbab utama kematian bayi meninngitis, enseffalitis dan tiipus. Sedan ngkan penyaakit infeksi seperti cam mpak, malariia, diare, pneumonia, serta masaalah gizi kuurang dan gizi buruk k juga cukup sering mennjadi penyebbab kematiaan balita. Beberapa B peenyakit peny yebab kematiian tersebutt merupakann sebuah peeringatan peenting untukk bayi dan anakanak yang y kemunngkinan besar memilik ki pusat peengaturan suuhu yang im matur atau abnormal a p pada sistem m termoreg gulasi, sehiingga tangggapan med diator terhaddap demam tidak mengghasilkan respon terhaddap infeksi ttertentu. Deemam akan terbentuk t keetika terjadii peningkatan set point pada sisteem termoreg gulasi yang pada p akhirnnya menghaasilkan pen ningkatan suuhu tubuh yyang mend dalam.
1
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
2
Respon anak terhhadap kondiisi ini berbeeda-beda, teergantung uusia dan tah hapan mbangan annak, salah saatunya adalaah peningkaatan suhu tuubuh. perkem
t Suhu tubuh adallah perbedaaan antara jumlah pannas yang ddihasilkan tubuh dengann jumlah panas p yang hilang ke lingkungan l luar. Suhuu tubuh maanusia diatur dengan mekanisme um mpan balik (feed ( back) yang diperaankan oleh pusat pabila pusaat temperaatur hipotallamus pengatturan suhuu di hipotaalamus. Ap mendeeteksi suhu tubuh yangg terlalu pan nas, tubuh akan a melakuukan mekan nisme umpann balik untuuk mempertahankan su uhu tubuh innti konstan ppada 37°C, yang disebuut titik tetapp (set pointt), dengan cara menurrunkan prodduksi panass dan meninngkatkan penngeluaran panas p (Potteer & Perry, 2010). 2
Peninggkatan suhuu tubuh padda umumnyaa tidak berbbahaya, nam mun apabilaa suhu yang meningkat dibiarkan atau berllangsung laama dapat mempeng garuhi perubaahan metabbolisme tubbuh, mengg ganggu rassa nyaman,, menjadi tanda penyakkit infeksii yang leebih seriuss dan daapat membbahayakan bagi penderritanya. Sehingga evaaluasi tandaa vital, staatus hidrasi dan perub bahan perilakku adalah pengkajian klinis k yang penting p padda anak denngan pening gkatan suhu tuubuh (Neto, 2004; Thoompson, 200 07; Barraf, 2008). 2
Peninggkatan suhuu tubuh yanng melebihi batasan suuhu di atass normal diisebut juga dengan d dem mam. Dem mam adalah h suatu keaadaan dimaana suhu tubuh t melebiihi 38°C (T Thompson, 2007). Selain demam m, peningkaatan suhu tubuh t secaraa abnormal dapat terjaddi dalam beentuk hiperrtermia, yaittu keadaan suhu tubuh mencapai sekitar s 38,88°C per rek ktal secara terus t menerrus disertai kulit teraba panas dan terlihat kerring serta abnormalita a as sistem saaraf pusat seeperti deliriuum, kejangg sampai dengan ko ondisi kom ma yang ddisebabkan atau dipenggaruhi oleh panas eksteernal (lingku ungan) atauu internal (m metabolik) (Neto, 2004)..
Demam m berkepannjangan massih menjadii masalah morbiditas m ddan mortalittas di negaraa-negara troopis dan seddang berkem mbang. Dem mam persissten atau deemam
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
3
berkeppanjangan adalah a demaam berlangssung lebih dari d delapann hari peraw watan di rum mah sakit, dan terkadanng gagal meendeteksi peenyebab deemam (Palazzi et al., 20009). Hasil penelitian Bakry (2008), yang dilakukan d ppada 100 pasien p anak di d RSCM menjelaskaan bahwa penyakit p inffeksi meruppakan peny yebab terbannyak demam m pada anakk yaitu 80 anak a (80%)) dari seluruuh kasus, diikuti d dengann penyakit kolagen-vaaskular 6 an nak (6%), penyakit p keeganasan 5 anak (5%), serta tidak terdiagnosis t s 9 anak (9% %).
Bakry juga memaaparkan bahhwa sebagiaan besar passien demam m adalah lak ki-laki 59%, sedangkan pasien waanita hanyaa 41%. Beerdasarkan kelompok usia, penderrita demam m terbanyak adalah kelo ompok usiaa di bawah 2 tahun 46 anak (46%) kasus, dilaanjutkan keelompok usia antara 2--6 tahun seebanyak 35 anak (35%), sedangkann kelompokk usia di atas a 6 tahunn sejumlah 19 anak (19%) ( kasus. Durasi dem mam berkeppanjangan terbanyak t p pada pasien yang diraw wat di RSUPN Dr. Cippto Mangunnkusumo ad dalah 8-30 hari. Dari hasil obseervasi selamaa satu hari terhadap t 155 anak yang g dirawat di ruang infekksi anak RS SUPN Dr. Ciipto Manguunkusumo Jakarta, ressiden meneemukan 13 anak mend derita demam m dan 2 anaak mengalam mi hiperterm mia.
Anak yang menggalami dem mam dan berisiko diraawat di rum mah sakit harus kenal. menghhadapi lingkkungan yanng asing daan pemberi asuhan yanng baru dik Selainn itu anak harus h menggalami proseedur yang menimbulkkan nyeri, cemas c berlebihan, ketakkutan, perassaan rendah h diri, marah, depresii, tidak berrdaya, keterggantungan pada p orangg lain, tidak mampu berpikir deengan baik k dan berbaggai hal yangg tidak dikeetahui sehin ngga anak mengalami m ttrauma dan stres. Traum ma pada anaak dapat menyebabka m an gangguaan rasa nyaaman, perub bahan pola tiidur dan pennurunan naffsu makan (Kazemi dkkk., 2012).
Salah satu prinsip atraumattic care pada anak yaang dapat ddilakukan adalah a malkan dann mencegah h trauma akibat a dem mam pada anak. dengann meminim Walauupun pemerriksaan suhhu tubuh tid dak menim mbulkan nyeeri, namun pada umum mnya anak memperlihhatkan reak ksi kecemassan yang bberlebihan pada
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
4
waktu dilakukan pemeriksaaan suhu tub buh. Faktor yang menyyebabkan trrauma a adalahh waktu yaang dibutuh hkan dalam m pemerikssaan suhu tubuh t pada anak cukup lama (5-122 menit). Seelain itu, peenggunaan termometerr yang berv variasi ma hari rawaat anak (Hoockenberry, 2009). juga berdampak terhadap lam
Beragaamnya term mometer yaang ditemuk kan residen di ruangann, memuncu ulkan suatu ide residenn keperawaatan anak untuk u mem mbuat suatu proyek in novasi berbassis Evidencee Based Nuursing selam ma periodee praktik residensi 2 teerkait interveensi pengeelolaan dem mam. Inov vasi yang dilakukann residen yaitu melakuukan penguukuran suhuu tubuh den ngan menggunakan term mometer tim mpani dimanna termometter tersebut mampu meemberikan hasil h yang aakurat dan dapat mendeeteksi adanyya perubahaan suhu tub buh yang lebbih cepat (E El-Radhi, 2006). 2 Selainn itu termom meter timpaani tidak menimbulkan m n trauma paada anak karena k pengukkuran dilakkukan dalam m waktu 1 detik d (Hockenberry, 20009). Komplikasi infeksii penyakit yang lebbih serius juga dapaat segera dicegah karena k termom meter timpaani menggunnakan probe (Jefferies,, 2011).
Interprretasi dan respon r anakk terhadap stress yang dialami sselama di ru umah sakit merupakan m pengalamaan yang dap pat mengakkibatkan kurang optim malnya prosess pelayanan keperawataan, mempen ngaruhi prooses penyem mbuhan pen nyakit dan seecara tidak langsung akan a memp pengaruhi tiingkat perkkembangan anak. Kondisi stress akkibat hospiitalisasi pad da anak, dapat d diminnimalkan deengan mengggunakan priinsip dan karakteristik k k perawatann anak yangg berfokus pada keluarrga atau Fam mily Centered Care (Harison, 20099).
Orang tua juga biisa mengalaami stres ak kibat kondissi anak selam ma perawattan di rumahh sakit. Penggalaman strres yang terjjadi pada orrang tua diaakibatkan karena k belum m mendapatkkan informaasi atau kuraangnya infoormasi tentaang kondisi anak, prognoosis, rencanna pengobaatan dan pemeriksaan p n diagnostikk. Informassi ini memuungkinkan mereka m untuuk memahaami atas sittuasi yang belum dikeetahui sebeluumnya (Krisstension, Shhields & O’C Challaghan,, 2003).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
5
Hasil riset Stein,, Zeitner daan Jensen (2008) mennjelaskan bbahwa interrvensi e untuuk menguranngi stres paada anak daan orang tuua adalah deengan yang efektif interveensi psikosoosial, dimanna perawat, orang tuaa dan temann di ruang rawat r ikut teerlibat didaalamnya. Inntervensi tersebut t adaalah pembeerian konseling, membantu memeenuhi kebuutuhan rasaa nyaman anak, melaatih anak untuk u mengeenal dan meenangani deepresi, terap pi perilaku,, komunikasi singkat antara a anak dengan d oranng tuanya,aadanya supp port dan keeterlibatan oorang tua dalam d setiap perawatan anak serta pemberian p pendidikan p k kesehatan.
Menceermati konddisi tersebuut di atas, maka dipeerlukan peraan perawatt ners spesiallis anak unntuk mengem mbangkan profesional p isme dengaan menggun nakan pendekkatan teori keperawataan sebagai kerangka k daasar berfikir yang tepaat dan efektiff. Teori keperawatan k n comfort yang dipeerkenalkan oleh Kath harine Kolcabba merupakkan pendekaatan yang sesuai s untukk mengatassi dan meng gelola ketidakknyamanann pasien anaak dengan peningkatann suhu tubuuh, baik deemam maupuun hiperterm mi. Teori teersebut dapaat digunakaan pada pelaayanan ped diatrik yang holistik, h dappat dimengeerti oleh tim m kesehatan,, pasien dann orang tua dapat diikutssertakan sebbagai bagiann integral peerawatan (A Alligood & Tomey, 200 06).
Kolcabba mengenaalkan teori kenyamanaan sebagai middle m rangge theory karena k mempunyai tingkkat abstrakssi yang ren ndah dan mudah m diapplikasikan dalam d k n dengan m membuat strruktur praktikk keperawaatan. Kolcabba menilai kenyamanan taksonnomi yang bersumber b p pada tiga tip pe kenyamaanan yaitu reliefe, ease dan transccendence. Kolcaba K menngkaitkan keetiga tipe kenyamanann tersebut deengan empat pengalamaan kenyamaanan yaitu fisik, f psikoospiritual, soosialkulturaal dan lingkuungan. Konnsep teori kenyaman nan adalahh kebutuhaan kenyam manan, interveening variaables, peninngkatan keenyamanan, health seeking beha aviors (HSBss) dan integgritas instittusional. Seeluruh konssep tersebuut terkait deengan klien dan d keluarga (Sitzman & Eichelbeerger, 2011)).
Berdassarkan pem mahaman inilah, residen menccoba untukk meningk katkan kompeetensi spesiialis keperaawatan anak k sesuai tarrget kompetensi peraw wat di
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
6
ruang infeksi annak. Keseluuruhan desskripsi pencapaian tarrget kompeetensi watan anak tersebut akan a dijabaarkan dalam m laporan karya k spesiallis keperaw ilmiahh akhir ini.
1.2 Tujuaan Penulisaan 1.2.1 Um mum Meendeskripsikkan pengalaaman praktiik residensii serta aplikkasi teori co omfort oleeh Katharinne Kolcabaa dalam asu uhan keperrawatan padda anak deengan penningkatan suhu tubuuh di ruan ng infeksi anak RSU UPN Dr. Cipto Maangunkusum mo.
1.2.2 Kh husus 1.2.22.1 Mendeeskripsikan penerapan asuhan kepperawatan bberdasarkan n teori keperaawatan comf mfort oleh Katharine K K Kolcaba paada anak deengan masalaah peningkaatan suhu tu ubuh. 1.2.22.2 Mengaanalisis efeektifitas pen nggunaan teori t keperrawatan co omfort oleh Katharine K K Kolcaba daalam asuhaan keperaw watan pada anak dengann masalah peningkatan p n suhu tubuhh. 1.2.22.3 Mendeeskripsikan
pencapaiian
komppetensi
prraktik
speesialis
keperaawatan anakk yang telah h dicapai.
1.3 Sistem matika Penu ulisan Sistem matika penuulisan karyaa ilmiah akh hir ini terdiiri dari 5 bbab, yaitu: Bab B I Pendahhuluan yangg terdiri darri latar belaakang, tujuaan penulisann dan sistem matika penulisan; Bab III Aplikasi teeori keperaw watan comffort oleh Kaatharine Ko olcaba dalam asuhan keperawatan pada anak dengan penningkatan ssuhu tubuh yang terdiri dari gambaaran kasus, tinjauan teo oritis peninggkatan suhuu tubuh, inteegrasi k n dalam prooses keperawatan sertaa aplikasi teeori keperaw watan teori keperawatan pada kasus k yang dipilih; Babb III Pencap paian komppetensi melalui pelaksaanaan target asuhan keperawatan k n dan targ get proseduur oleh reesiden; Bab b IV Pembaahasan; dann Bab V Kessimpulan daan Saran.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
BAB 2 APLIK KASI TEO ORI KEPER RAWATAN N PADA PRAKTIK RESIDENS SI m n tentang gaambaran kaasus kelolaaan, tinjauann teori men ngenai Bab ini menguraikan peningkataan suhu tubbuh dan apllikasi teori dalam melaakukan asuhhan keperaw watan pada kassus terpilihh. Teori keperawataan yang digunakan d dalam assuhan keperawattan pada annak dengan peningkatan n suhu tubuuh adalah teeori comforrt dari Katharine Kolcaba. Asuhan A kepperawatan berdasarkan b n teori comffort Kolcab ba ini terdiri daari pengkajjian, peneggakkan diaagnosis kepperawatan sesuai maasalah keperawattan, menyussun intervennsi keperaw watan, implementasi dann evaluasi.
2.1 Gamb baran Kasu us Kasuss utama paada laporann ini, yang menjadi dasar d ganggguan pemen nuhan kebuttuhan rasa nyaman akkibat penin ngkatan suhhu tubuh aadalah anak k SR (21buulan) dengann Kejang Demam D Kom mpleks. Kasus lain yangg menjadi kajian k tambaahan dalam m pembahasan adalah h kasus anaak RR denngan Menin ngitis Tuberrculosis (TB B), kasus anak a RA dengan d Pneumonia dann Atrium Septal S Defecct (ASD), kasus anakk IB deng gan Endokaarditis diseertai Comm munity Pneum monia dan Ventrikel V Seeptal Defectt (VSD), kaasus anak M MK dengan Diare D akut dan d Compleete AtrioVenntrikuler Sep ptal Defect (CAVSD). 2.1.1 Kaasus 1 Annak S.R, peerempuan, usia 1 tah hun 9 bulann, diagnosis medis Kejang K Deemam Kom mpleks. Padaa tanggal 24 4 Septembeer 2013 jam m 10.30 WIIB, di IG GD RSCM, anak a kejangg disertai deemam tinggi, suhu diukkur 39,6°C, mata keddip-kedip, mulut menngecap, tan ngan dan kaki k menghhentak beru ulang sellama 15 meenit. Saat ittu diberikan n stesolid melalui m anus (supposito oria). Kaarena anak masih kejanng, diberikan fenobarbbital 20 mgg yang dibeerikan seccara intra muscular m (IIM). Pasien n dipindahkkan ke ruaang infeksi anak kam mar 102 D pada p tanggaal 26 Septem mber 2013 jam j 03.45 W WIB. Saat pengkajiaan pada tannggal 27 Sep ptember 20113 jam 09.000 WIB, keaadaan um mum anak lemah, l tinggkat kesadaaran Apatis.. Penilaian Glasgow Coma C
7 Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
8
Scaale (GCS) pada anak SR adalah h 10, yang terdiri t atas E2M5V3. Pada hiddung anak SR terpasaang selang nasogastricc tube (NG GT) dan tam mpak muukosa bibir anak kerinng. Hasil peengukuran tanda-tanda t a vital pada anak SR R, yaitu tekkanan darahh 90/55 mm mHg, suhu 38,6°C, naadi 120 x/m menit, perrnapasan 28x/menit. 2 Berat badaan anak SR R adalah 66965 gram m dan pannjang badann 72 cm. Setelah dilak kukan pengukuran padda lingkar kepala k anaak adalah 39 cm, diam meter ubun-u ubun besar 2 mm dan ddidapatkan kesan k mikrosefali. Ekstrimitas E a anak mengaalami paresse, terpasangg selang inffus di tanngan kiri annak dan pennghitungan risiko jatuhh pada anaak total 17. Pada daeerah genetaalia anak terppasang selaang kateter untuk u menggalirkan urin n. b pasienn kejang beerulang tanppa demam, berobat ruttin ke Sejjak usia 6 bulan polli Neuro RS SCM sejak 3 bulan yan ng lalu dan orang tua m mengatakan tidak adaa riwayat kejang k dalaam keluarg ga. Pasien adalah a anakk pertama, lahir seccara spontann, usia kehhamilan cuk kup bulan. Terdapat T riwayat biru pada anaak dan diraawat selamaa 10 hari di rumah sakiit, tetapi tiddak dipasang g alat banntu nafas. Berat B badann saat anak k lahir 19000 gram dann panjang badan b anaak saat lahirr 42 cm. Settelah dilakuukan pengukkuran statuss gizi pada anak dengaan menggun nakan berrat badan dan d tinggi badan b menu urut usia annak, didapaatkan kesan anak meengalami giizi kurang. Riwayat perkembang p gan anak m mengalami global g dellayed develoopment kareena anak baaru bisa menngangkat keepala pada usia u 8 bullan, miringg ke kanan dan kiri paada usia 100 bulan dann sampai saaat ini anaak belum bisa b duduk, berdiri dan n berjalan. Sebelum saakit, anak sudah s bissa makan naasi TIM. o pada taanggal 24 S September 2013, 2 Haasil pemerikksaan analissis cairan otak tiddak ada kellainan padaa anak dan n hasil pem meriksaan urin yang telah dillakukan padda tanggal 27 Septem mber 2013, didapatkan d Na) 96 natrium (N mE Eq, kalium (K) ( 8 mEq, klorida (Cll) 78 mEq.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
9
Penngobatan yang y didapaatkan anak selama diraawat di rum mah sakit adalah a Ceefotaxime 170 mg (3x)) IV, Fenob barbital 20 mg m (2x) IV,, Parasetam mol 80 mgg (3x) PO dan d mendappatkan terapi infus N5 + KCl 11 m ml/jam. Anaak SR meendapatkan diit susu foormula 60 ccc sebanyak 8 kali seharri melalui NGT. N Maasalah kepeerawatan yang ditemu ukan pada anak SR yyaitu: 1) Peerfusi jarringan serebbral tidak efektif, 2) Peningkataan suhu tubbuh: demam m, 3) Gaangguan eleektrolit, 4) Gangguan G tumbuh t kejjar, 5) Kuraang pengetaahuan kelluarga tentaang penyakiit, 6) Risiko o tinggi ciddera. Interveensi keperaw watan yanng telah dillakukan padda anak diaantaranya memonitor m ttanda-tandaa vital dann status neurologis, n memberikan komprees air hanngat, memo onitor kesseimbangann elektrolit, memonitorr intake dann output nuutrisi, melib batkan kelluarga dalam m memantaau asupan nutrisi n dan cairan, c mennjelaskan keepada kelluarga tentaang perkem mbangan anaak dan stimuulasi yang ssesuai usia anak, meenganjurkann keluargaa menggun nakan pakaian berbaahan tipis dan meenyerap kerringat, mem mberikan terapi sesuai program, m memonitor hasil pem meriksaan laboratorium m, menciptakan lingkkungan yanng nyaman bagi kliien. Pada hari perrawatan kessepuluh passien telah sadar penuhh, GCS 15, tidak m batas norm mal, tidak dditemukan tandaadaa demam, tanda-tanda vital dalam tannda peningkkatan tekanaan intra kran nial, hasil pemeriksaan p n elektrolit dalam d battas normal,, kenaikan berat badaan secara berkala, anaak sudah teerlihat resspon verball, keluarga sudah meengerti tentaang penyakkit anaknyaa dan tiddak terjadi cidera c padaa anak. Den ngan kondiisi tersebut,, pada tang ggal 4 Okktober 2013 dokter sudah memperb bolehkan annak pulang ke rumah.
2.1.2 Kasus 2 Anak RR, laki-laki, 13 tahun, dengan diagnosa d m medis Menin ngitis t sadar sejak 12 jam sebelum m masuk ru umah tuberculosiis. Pasien tidak sakit, menggalami kejaang seluruh h tubuh kurrang lebih 10 menit, teraba t panas, tetaapi ibu lupaa tidak mengukur suhuu. Anak RR R kembali kejang k
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
10
dalam tengggang wakttu 1-3 jam m, dengan durasi d 5-10 menit, diaantara kejang anakk tidak sadaar. 1 Septembber 2013 jaam 09.00 WIB, Saat pengkkajian padaa tanggal 16 didapatkann keadaan um mum anak lemah, l penggukuran GC CS 10 (E3M M5V2) dan tingkatt kesadarann anak apatis. Hasil peengukuran ttanda-tandaa vital pada anak adalah tekaanan darah 100/70 mm mHg, nadi 1110x/menit, suhu 39,9°C, perrnapasan 266x/menit, tin nggi badan 160 cm dann berat badan 39 kg. Kaku kuduk juga ditemukaan pada peemeriksaan fisik anak k RR. Ekstremitaas anak terliihat spastik,, anak menggalamihemiiparese sin nistra, turgor kuliit jelek dann tampak membran m muukosa kerinng. Pada hiidung pasien terppasang nasso gastric tube (NGT T) dan inttravena cattheter (stopper) teerpasang di tangan kiriinya. Pada genetalia g annak RR terpaasang kondom kaateter. Hasill pengukuraan barthel inndex pada aanak RR 1, yang artinya pasien mengalami ketergaantungan tottal. Penghitunggan status gizi g anak RR R dengan menggunakkan berat badan b dan tinggi badan menurut m usia, u didapatkan kesaan gizi cu ukup. Perkembanngan pasienn sudah sessuai tahapann usia, yaitu saat ini anak duduk di bangku b sekkolah meneengah pertaama (SMP). Sebelum sakit anak menddapatkan nuutrisi sesuaii makanan keluarga, ddimana kuaantitas dan kualitaas cukup. Ibu mengaatakan imunnisasi dasar anak sudahh lengkap. anak mengalami kejang dem mam sejak usia u 4 tahun n, belum perrnah dirawaat di rumah h sakit dan ayah pasien mennderita pen nyakit tubeerculosis (T TB) aktif dalam d pengobatann obat anti tuberculosiis (OAT). Pasien P adalaah anak perrtama dari tiga bersaudara, b lahir secaraa spontan, ditolong olleh dokter, berat badan saat lahir 2900 gram dan panjang p lahiir 49 cm. Haasil pemerik ksaan ngitis TB dan d hasil labboratorium darah yang didappat, anak terrkena menin anak didappatkan leukoosit 22.600.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
11
Pengobatann yang didaapatkan anaak selama dirawat d adallah Streptom mycin 800 mg (1xx) IM, Omeeprazole 20 mg (2x) IV V, Farmadoll 400mg (3x x) IV, Prednison 3 tab (3x) PO. Anak mendapatkkan diit makkanan cair (MC) 1 ml (6x).. sebanyak 150 Masalah keeperawatann yang didap patkan padaa anak RR yaitu 1) Peerfusi jaringan serebral s tiddak efektiff, 2) Peningkatan
suhu
tu ubuh:
Hipertermiia, 3) Ganggguan mobillitas fisik, 4) 4 Resiko tinnggi penyeb baran infeksi, 5) Kurang peengetahuan keluarga teentang pennyakit. Interrvensi keperawataan yang teelah dilaku ukan resideen, diantaraanya memo onitor tanda-tandaa vital dan status neurologis, meemberikan kkompres haangat, memonitorr keseimbanngan cairan, memonitoor intake daan output nu utrisi, melibatkann keluarga dalam meemantau caairan, menjjelaskan keepada keluarga teentang latihaan range off motion (RO OM), melakkukan alih baring b tiap jam, mencegah penyebaran n infeksi, memberikaan terapi sesuai s program, menciptakan m n lingkungan n yang nyam man bagi kllien. Pada hari perawatan p kesebelas anak a RR teelah sadar ppenuh, tidak k ada demam, tettapi ekstrim mitas anak masih m mengaalami spastik. Dokter sudah s memperbollehkan anakk RR pulang g.
2.1.3 Kasus 3 Anak RA, laki-laki, 5 bulan, diagnosa d meedis pneum monia dan ASD. A Lima hari sebelum masuk m rumah h sakit, anaak mengalaami demam m naik 9°C. Demam m turun deengan pemb berian turun denggan suhu tertinggi 38,9 parasetamool. Saat penngkajian paada tanggall 10 Septem mber 2013, jam 09.00 WIB B, didapatkaan anak sesak nafas, disertai dem mam, batuk k dan pilek. Terddengar suaraa stridor paada anak RA A dan tamppak pasien malas m minum. Dari hasil pengukuran p n tanda-tand da vital padaa anak RA, didapatkan n nadi 150x/menitt, suhu 38,,5°C, pernaapasan 50xx/menit, berrat badan 4 kg,
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
12
panjang baadan 60 cm m, saturasi O2 O 70% tannpa terapi O O2. Pada hiidung anak RA teerpasang kaanul oksigen n 2 liter per menit dan nasogastricc tube (NGT). Taampak wajaah anak RA A terlihat dismorfik. d H Hasil penguk kuran lingkar keppala pada anak a 38 cm m (mikrosefa fali) dan ubuun-ubun terrbuka 3x3x3cm. Pada hasil pemeriksaaan jantung anak a RA teerdapat murr mur ejeksi sistoolik grade IIII/b dan diteemukan palm mar crease pada anak. Pada tangan kannan anak RA A terpasang IV catheterr (stopper). A pernah dirawat d di R RSUD Cibiinong Pada bulann Juli 20133, anak RA selama 15 hari, denggan Bronkh hopnemoniaa dan padaa bulan Ag gustus 2013, anakk dirawat kembali di d RSUD Fatmawati dengan in nfeksi pernapasann dan pembbesaran jan ntung. Anakk lahir cukkup bulan secara s spontan di bidan, mennangis lemaah dengan berat b saat llahir: 3000 gram dan panjanng lahir: 47 cm. imuniisasi yang telah t didapaatkan anak yaitu vaksin Heepatitis B, BCG, Po olio 1 daan polio 22. Anak hanya h mendapatkkan ASI selaama 1 bulan n dan dilanjutkan susu formula. Seelama sakit, anakk mendapat susu formu ula BBLR dan d rutin koontrol di polli gizi RSCM. Penghitunggan status gizi g anak dengan d mennggunakan bberat badan n dan panjang baadan menurrut usia did dapatkan kesan k anak mengalamii gizi kurang. Riw wayat perkeembangan anak a didapaatkan anak ttengkurap usia u 3 bulan dann menganggkat kepalaa usia 5 bulan. Hassil pemerik ksaan laboratoriuum pada tannggal 9 Septtember 20133, didapatkaan Albumin n 3,49 g/dl, biakaan dan haasil res Aerob A darahh adalah iisolate 1 steril. Pengobatann yang dibeerikan selam ma anak diirawat di ruumah sakit yaitu Cefotaximee 125 mg (3x) ( IV, Raanitidin 5 mg m (3x) IV, Sildenafil 5 mg (3x) PO, Innhalasi Illopprost 2,5 mcg m (4x), Innhalasi Com mbivent 1 reespule (2x), Furossemid 2 mg (3x) PO, Captopril C 1,225 mg (2x) PO, Parasettamol 60 mg (3x)) PO. Anak mendapatk kan diit susuu formula B BBLR 90 mll (8x) melalui NG GT.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
13
Masalah keperawatan k n yang mun ncul pada anak a RA yaaitu 1) Berrsihan jalan nafas tidak efekttif, 2) Penin ngkatan suhuu tubuh: Deemam, 3) Resiko R tinggi infeeksi, 4) Inttoleransi ak ktivitas, 5) Risiko pem menuhan nutrisi n kurang darri kebutuhann berhubun ngan, 6) Kuurang pengeetahuan kelu uarga tentang pennyakit. Tinndakan kepeerawatan yaang telah diilakukan reesiden selama anaak dirawat adalah mem monitor tandda-tanda viital, membeerikan kompres aiir hangat, memonitor m keseimbanga k an cairan, m memonitor intake i dan output nutrisi, meelibatkan keeluarga dalaam memantaau asupan nutrisi n ksigen dan cairann, mencegahh penyebaran infeksi, memonitorr suplai ok dan saturasi oksigen, memberik kan terapi sesuai s proggram, memo onitor hasil pemerriksaan labooratorium, menciptakan m n lingkungaan yang nyaaman. Pada hari perawatan p k ketigabelas pasien sudaah tidak dittemukan dem mam, jalan nafass bersih, saaturasi oksiigen 90% tanpa oksiggen, tetapi anak masih haruus diberikann suplai ok ksigen apabbila sesak dialami kem mbali oleh anak. Anak diperrbolehkan pu ulang oleh dokter d yangg merawatny ya.
2.1.4 Kasus 4 Anak IB, laki-laki, l 7 bulan, diaagnosa meddis endokardditis, pneum monia komunitas dan VSD. Satu harri sebelum masuk rum mah sakit anak mengalamii sesak napaas. Saat pen ngkajian pada tanggal 7 Oktober 2013, 2 jam 09.00 WIB, didaapatkan anaak sesak naapas disertaai demam, batuk b dan pilek.H Hasil penguukuran tand da-tanda viital pada annak adalah suhu 38,5°C, peernapasan 58x/menit, 5 nafas danggkal, tampaak tarikan pada dinding dada supra steernal, saturasi oksigenn 96% dengan oksigen,, nadi 158x/menitt, teratur, isi cukup, tekanan t darrah: 85/55 m mmHg. Tam mpak wajah anakk IB terkesaan Fascies Mongoloid. M Ibu mengatakan penyakit jantung g bawaan VSD V pada aanak sejak usia u 1 a kedua dari dua beersaudara, laahir cukup bulan b bulan. Pasiien adalah anak melalui opperasi Sectiio Caesaria a atas indikasi letak sungsang, berat badan lahiir 2450 graam, panjang g badan lahhir 49 cm. Anak lang gsung
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
14
menangis, tidak ada riiwayat biru.. Anak hanyya mendapaatkan air sussu ibu mula. selama 1 buulan, selanjutnya anak mendapatkkan susu form orium didappatkan melaalui pemerik ksaan Hasil pemeeriksaan darrah laborato analisa gass darah (AG GD) dengan penggunaaan 1 liter per menit nasal kanul, yaittu pH 7,216, pCO2 35,9 mmHg, pO2 33,33 mmHg, HCO3 H 14,7 mmol/L, Saturasii O2 54,4%, BE -11,5 mmol/L, m Naa/K/Cl: 141 1/ 4,6/ 106. Pengoobatan yangg diberikan n pada anakk selama dirawat di ru umah sakit adalaah Furosem mid 3 mg (2x) ( PO, Captopril C 1,,5 mg (2x)) PO, Aldactone 1x6,25 mg (1x) PO, Paarasetamol 60 mg (3x) PO, Silden nafil 3 mg (3x) PO O. Anak meendapatkan oksigen 1 lpm l dan inhhalasi Vento olin + NaCl 0,5 ml m 4x/hari. Nutrisi yan ng diberikaan ahli gizi adalah diitt susu formula 300 ml (8x). Masalah keperawatann yang mun ncul pada anak a IB adaalah 1) Berrsihan jalan nafass tidak efekktif, 2) Gan ngguan pertuukaran gas,, 3) Pening gkatan suhu tubuhh: Demam, 4) Intoleraansi aktivitaas, 5) Kuraang pengetaahuan keluarga teentang penyyakit. Interv vensi keperaawatan yangg telah dilak kukan residen selama peraw watan antarra lain meemonitor taanda-tanda vital, memberikaan kompress air hangat, memonnitor keseim mbangan caairan, memonitorr intake daan output nutrisi, melibatkan m keluarga dalam d memantau asupan nuutrisi dan cairan, c mem monitor supplai oksigen n dan saturasi okksigen, memonitor haasil laborattorium, meemberikan terapi t sesuai proggram, menciiptakan ling gkungan yanng nyaman. Pada hari perawatan p k keempat, jaalan nafas anak a IB suddah bersih, tidak ditemukan peningkattan suhu tu ubuh padaa anak, haasil pemerik ksaan laboratoriuum AGD dalam batas normal, saaturasi oksigen 99% tanpa oksigen dan anak sudah s diperrbolehkan pulang oleeh dokter yang merawatnyya.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
15
2.1.5 Kasus 5 Anak MK K, perempuaan, 4 bulaan, diagnossa medis ddiare akut tanpa dehidrasi, tersangka pneumonia, p , gizi buruuk marasmiik, CAVSD D dan p P Pada saat masuk m IGD,, anak sesakk hingga tam mpak hipertensi pulmonal. sianosis paada bibir. Saaat pengkajian pada tannggal 21 Oktober 2013 3 jam 09.00 WIB B ibu mengaatakan anak k buang air besar b 3x (jaam 06.00-09 9.00), konsistensii cair, fecess warna hijaau, ada lendir, tidak aada darah, rewel, r ubun-ubunn besar datarr, mata tidaak cekung, turgor t kulitt cukup baik k dan bising usuus meningkkat. Anak MK tampaak sesak, tterdapat rettraksi interkostaee, saturasi oksigen 92% % dengan menggunakann O2 nasal kanul k 1,5 liter peer menit, terrpasang NG GT dan tamppak sianosiss pada areaa bibir setelah meenangis. Padda pemerikssaan paru dan d jantungg terdengar suara paru vesikuuler dan muurmur ejeksii sistolik graade II. Pada penguukuran tandda-tanda vittal anak diddapatkan haasil suhu 39 9,7°C, nadi 150xx/menit, peernapasan 44x/menit, 4 berat baddan 3030 gram, g panjang baadan 54 cm m, lingkar leengan atas 8 cm. Terpaasang infus pada tangan kiri anak, akrral teraba hangat, terrlihat Sindrrom Down pada gambaran klinis di wajahnya. w Pengukurann status giizi anak deengan menggunakkan berat badan dan n tinggi badan b anakk menurut usia didapatkann kesan anakk mengalam mi gizi burukk marasmikk. Perkembaangan klien menggalami keteerlambatan,, karena kllien belum bisa tengk kurap pada usianyya saat ini. Anak baru mendapatka m an vaksin B BCG. mber 2013 klien terrdiagnosa C Pada bulaan Septem Complete Atrio Ventricularr Septal Deffect (CAVS SD). Pasien adalah anakk ketiga darri tiga bersaudaraa, usia kehaamilan ibu cukup c bulann 38 mingggu, lahir melalui Sectio Caeesar atas inndikasi plassenta letak bawah. Haasil pemerik ksaan echocardioographi tannggal 24 Oktober O 20013, didappatkan CAV VSD, balanced ventricle, ASD A secun ndum small, Plan: ccase conference (repair CA AVSD)
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
16
Hasil pemeeriksaan daarah laborattorium padaa tanggal 17 Oktober 2013 didapatkann kesan anaak mengalam mi anemia makrositikk nomokrom m dan lekositosis.. Hasil pem meriksaan AGD A pada anak a didapatkan pH 7,368, 7 pCO2 41,77 mmHg, pO2 p 94,4 mmHg, m HCO3 24,3 m mmol/L, BE E -0,3 mmol/L, saaturasi O2 96%. Hasill pemeriksaaan biakan dan aerob darah belum tum mbuh, sediaaan langsung g: Coccus gram g positiif (+), Isolaate 1: Staphylocooccus sapropphyticus. wat di rum mah sakit adalah a Pengobatann yang dibberikan sellama diraw Cefotaximee 75 mg (3xx) IV, Parassetamol 40 mg m (3x) PO O, Captopril 1 mg (3x) PO, Furosemid 2 mg (2x) PO O, Asam foolat 1 mg (11x) PO, Urd dafalk x) PO, Aktaavol 0,5 mgg (1x) PO. Anak 20 mg (3x)) PO, Evionn 50 mg (1x mendapat terapi t oksiggen nasal kaanul 1,5 lpm m, diit Susuu Formula BBLR B F100 50 ml m (8x) dan mendapat m teerapi infus N5+KCl N 4m ml/jam. Masalah keeperawatan yang munccul pada anaak MK adallah 1) Penurrunan curah jantuung 2) Penningkatan su uhu tubuh: hipertermiia, 3) Gang gguan tumbuh keejar, 4) Intooleransi ak ktifitas, 5) Risiko R kekuurangan vo olume cairan dan elektrolit, 6) 6 Kurang pengetahuan p n keluarga teentang peny yakit. Intervensi keperawata k an yang dilaakukan residden pada annak selama masa perawatan diantaranyya memon nitor tandaa-tanda vitaal, membeerikan m keseimbanga k an cairan, m memonitor intake i kompres aiir hangat, memonitor dan output nutrisi, meelibatkan keeluarga dalaam memantaau asupan nutrisi n dan cairan,, memonitorr suplai okssigen dan saaturasi oksiggen, membeerikan terapi sessuai prograam, menciptakan lingkungan yang nyaaman, kolaborasi dengan ahlii gizi. Pada hari perawatan kelima, po ola nafas pasien p dalam m batas no ormal, tidak ada demam, d haasil pemerik ksaan laborratorium AG GD dalam batas normal, satturasi oksiggen 99% deengan oksigen, tetapi aanak masih harus diberikan suplai s oksiggen. Anak diperbolehk d an pulang ooleh dokter yang merawatnyya.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
17
2.2 Tinjaauan Teorittis 2.2.1 Teermoregulaasi 2.2.1.1 Sistem peengaturan suuhu tubuh Menurut kamus keddokteran, terrmoregulasii adalah keemampuan tubuh t untuk meempertahankkan suhu daalam batas-bbatas sehat tertentu, baahkan ketika suuhu eksternaal sangat beerbeda. Berrikut akan dibahas anaatomi dan fisiologi yang beerhubungan dengan sisttem pengatuuran suhu tu ubuh. mus A. Hipotalam Hipotalam mus adalahh area senttralis kecill dari sel-ssel syaraf yang menghubuungkan sisttem syaraf otonom o denngan kelenjaar pituitary, yang memberi masukan faaktor-faktorr kimiawi yang y mengaalir kebawah h salk pituitary ke dalam kelenjar dan mengoontrol aktiivitas horm monal. Hipotalam mus merupaakan pusat pengaturann suhu, dim mana hipotallamus bagian anterior a berespon teerhadap peningkatan p suhu deengan menyebabbkan vasoddilatasi, sehiingga panass menguap dan hipotallamus bagian
p posterior
berespon
terhadap
penurunan
suhu
deengan
menyebabbkan vasokkontriksi sehingga s m mengaktivas si pembenttukan panas lebbih lanjut. Hipotalamus H s menerimaa stimulus ddari talamus dan dapat meelewati sisteem syaraf otonom unntuk memoddifikasi akttivitas pulmonerr, sekresi keringat dan d aktivitas kelenjarr dan oto ot-otot (Tortora & Grabowski, 2000). B. Sistem syyaraf dan enndokrin Sistem laiin yang menngatur suhu u tubuh meliiputi : 1. Sistem m syaraf: Peemanasan dan d pendingginan di kuulit menstim mulasi ujung syaraf yanng sensitif terhadap suhu s dengaan menghassilkan ubuh mengggigil untuk kedinginan n dan responn yang tepaat, yaitu tu berkerringat untukk kepanasan n. m Endokrin:: Medula ad drenal meningkatkan ssekresi adreenalin 2. Sistem dan
kelenjar
t tiroid
meningkatkan
sekresi
tiroksin
yang
menstiimulasi meetabolisme sehingga meningkatka m an pembenttukan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
18
panas. Pemaparaan panas menyebabkan m n peningkaatan aliran darah melaluui kulit dan meningkatk kan pembenntukan kerinngat. Pemap paran terhaddap dingin menyebabk kan tubuh menggigill, vasokonsstriksi pembuuluh darah. Aliran darah d yang lebih dinngin menuju ke hipotaalamus menngakibatkan sedikit darrah yang m mengalir ke kulit, sedikitt kehilangann panas, sedikit keringgat, sehinggga meningk katkan sekressi adrenalin dan tirokssin (Sherwoood, 2001; Ball & Bin ndler, 2003).. 2.2.1.2 Produksi dan kehilanngan panas Pengendaalian panass tubuh meenurut Gannong (20022), dapat teerjadi melalui 4 mekanismee yaitu: 1. Proses meetabolisme tubuh t Pembentuukan panas tubuh t terjad di melalui proses p metaabolisme seebagai berikut: a. Laju metabolisme m e basal (ba asal metaboolic rate) beerperan terh hadap panas yang dihasiilkan oleh tu ubuh saat isstirahat totall. b. Termoogenesis meenggigil (sh hivering theermogenesiis) pada gerrakan otot lurik l membbutuhkan energi e yanng cukup besar, sehingga menghhasilkan paanas untuk k membanttu menyeim mbangkan suhu tubuh pada saat menggigil. m c. Termoogenesis
tak
gigil mengg
(non--shivering
nesis) thermogen
biasannya terjadi pada p jaringaan coklat vaaskuler yanng ada padaa bayi baru laahir di metaabolisme un ntuk menghaasilkan panaas tubuh. d lingkung gan: 2. Pengambiilan panas dari Radiasi laangsung darri matahari, radiasi yanng di reflekssikan dari laangit, makan daan minum panas, p mand di air panaas, udara/ ikklim panas,, kaki menginjakk tanah. 3. Kehilangaan panas, melalui 3 caraa: a. Melaluui kulit: k panas p dalam m bentuk ggelombang panas p 1) Radiassi adalah kehilangan tanpa
kontak
langsung
antara
keeduanya.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
T Tubuh
maanusia
Unive ersitas Indo onesia
19
menyeebarkan gellombang paanas ke seggala jurusann. Bila seseo orang telanjaang, maka akan a kehilan ngan panas 60% dari keehilangan to otal. 2) Konduuksi adalah pemindahaan panas seccara langsunng dari tubu uh ke suatu benda yangg lebih din ngin, misalnnya tubuh pada kursi besi, meja, tempat tiduur, udara daan air. Bilaa seseorang telanjang, maka akan kehilangan k p panas 3% daari panas tootal. n panas denngan cara ppergerakan udara u 3) Konveeksi adalah kehilangan atau cairan. Pergeerakan sesu uai aliran uddara/air yanng menerpaa kulit a Billa seseoranng telanjanng maka akan (anginn, kipas angin). kehilanngan panas 15% dari panas p total. 4) Evapoorasi adalah penguapan n terjadi melalui permuukaan kulit, jalan nafas (hidung, mulut, m paru u). Setiap harinya peenguapan teerjadi sekitarr 450-600ccc atau satu gram air saama dengann 0,58 kilok kalori. Bila seseorang s teelanjang maka m akan kehilangan k panas 22% % dari panas total. b. Melaluui udara ekkspirasi: pan nas terikat dengan buttir-butir air pada suhu tuubuh. c. Melaluui urin dan feses. 4. Pengendallian suhu olleh evaporasi air dari kulit k ada 2 cara: urang 240 cc c air berdiffusi melaluii kulit a. Respirrasi insensibble: lebih ku selamaa 24 jam. Disebut in nsensible kaarena kehillangan ini tidak dapat dirasakan dan tidak k dapat terlihat. Prroses difussi ini berlanngsung teruss dan tidak terpengaruuh banyak ooleh lingku ungan. Lebih dari 140 kaalori panas hilang h denggan cara ini ddalam 24 jaam. b. Keringgat: menganndung NaC Cl, urea dann asam lakttat dalam cairan c yang terlarut. t Caiiran disekreesi dari keleenjar keringat dan meny yebar ke selluruh kulit.. Keringat disekresi sebagai s akibbat dari diilatasi pembuuluh kulit dibawah pengaruh syyaraf, hipottalamus, ko orteks serebral dan bagiaan-bagian laain di susunnan syaraf ppusat.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indo onesia
20
2.2.1.3 Mekanism me pengaturran suhu Bagian ottak yang beerpengaruh terhadap t peengaturan suuhu tubuh adalah a hipotalam mus anteriorr dan hipotaalamus postterior. Hipootalamus an nterior berperan
meningkkatkan
menimbuulkan
hillangnya
kerringat.
meningkaatkan
p panas,
Hipotalamu H s
penyyimpanan
panas,
vaasodilatasi
posterrior
m menurunkan
dan
berffungsi
aliran darah, d
menggigiil, meningkkatnya pro oduksi pannas, meninggkatkan seekresi hormon tiroid t dan mensekresi m epinephrinne dan noreepinephrine serta meningkaatkan basall metabolism me rate. Jiika terjadi penurunan suhu tubuh intii, maka akaan terjadi mekanisme homeostasis h yang memb bantu memprodduksi panas melalui meekanisme feed back neggatif untuk dapat meningkaatkan suhu tubuh t ke araah normal (Tortora, 2000). Termoresseptor di kullit dan hipo otalamus meengirimkan impuls syarraf ke area preooptik dan puusat pening gkatan panaas di hipotaalamus, sertta sel neurosekrretory hipotalamus yan ng menghaasilkan horm mon Thyrottropin releasingg
hormon
(TRH)
sebagai
tanggapann.
Hipotallamus
menyalurrkan impulss syaraf daan mensekrresi TRH, yyang sebaliknya merangsaang
Thyrotroph
di
kelenjar
pituitary
anterior
untuk u
melepaskkan Thyroidd stimulatin ng hormonn (TSH). Im mpuls syarraf di hipotalam mus dan TSH H kemudian n mengaktiffkan beberaapa organ effektor (Ganong, 2002). 2.2.1.4 Klasifikassi suhu tubuuh manusia Secara um mum suhu tubuh norm mal manusiia berkisar 36,5 – 37,5 °C. Menurut
Kelly
(22007),
gaangguan
p pada
suhuu
tubuh
dapat
diklasifikkasikan mennjadi hipoteermia (<355 °C), dem mam (>37,5– –38,3 °C), hipeetermia (>377,5–38,3 °C C), dan hipperpireksia (>40 –41,5 5 °C). Berdasarkkan tingginnya suhu, pada demam m dan hiperrtermia mem miliki nilai rentaang suhu yaang sama yaaitu berkisarr antara > 37,5-38,3 °C C.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indonesia
21
Perbedaann antara demam dan hipertermia h tersebut addalah mekan nisme terjadinyaa. Pada dem mam, penin ngkatan suuhu tubuh ddisebabkan oleh peningkattan titik penngaturan su uhu (set poinnt) hipotalaamus. Semen ntara, pada hipeertermia tittik pengaturran suhu dalam d batass normal (K Kelly, 2007). Protokol Kaiser Peermanete Appoinment A and Adviice Call Center C mendefinnisikan demaam atau feb bris untuk seemua umur yaitu tempeeratur rectal diattas 38°C, akksila 37,5°C C dan membbran timpanni di atas 38 8,2°C. Sedangkaan demam tinggi t (hipeertermia) biila suhu di atas 39,5°C C dan hiperpirekksia dengaan suhu > 41°C (K Kania, 2010). Sedan ngkan klasifikassi suhu tubuh manusiaa menurut Mackowiakk (2007) adalah a hipotermiia, suhu tubuh t norm mal, hiperrtermia dann hiperpireeksia. Hipoterm mia adalah suhu kuran ng dari 36,5°C, suhu tubuh maanusia dalam baatasan norm mal yaitu antara 36,55 – 37,5 °C, suhu tubuh t dikatakann demam apabila a suhu u berkisar 37,5–39,5 °C. Hiperteermia merupakaan suhu tuubuh antaraa 39,5-41°C C, sedangkaan hiperpirreksia merupakaan suhu tubuuh yang meelebihi dari 41°C. 4 2.2.1.5 Faktor yaang mempenngaruhi suhu u tubuh Bayi dan anak rentaan dengan adanya a peruubahan suhhu tubuh, karena k p perkembaangan. Suhuu tubuh biassanya imunitasnnya sedang dalam tahap diukur unntuk memastikan adan nya peningkkatan atau penurunan suhu tubuh. Suhu tubuh adalah peerbedaan antara a jumllah panas yang ng ke diprodukssi oleh prooses tubuh dan jumllah panas yang hilan lingkungaan luar (El Radhi, R 2006 6). njukkan unttuk mempeeroleh suhu u inti Pengukurran suhu tuubuh ditunj jaringan tubuh. Suhhu normal rata-rata r beervariasi beergantung lokasi l pengukurran. Tempatt pengukuraan suhu intii merupakann indikator suhu tubuh yanng lebih dappat diandalk kan daripadaa tempat yanng menunju ukkan suhu perm mukaan. Naamun, pengu ukuran suhuu inti sulit ddilakukan karena k
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
22
menimbuulkan ketidaaknyamanan n pada anaak. Masih ada kontro oversi mengenaii termometter yang paaling tepat dan tempaat terbaik untuk u pengukurran temperattur (Susan, 2011). Suhu intti (core teemperatur) secara um mum didefiinisikan seebagai pengukurran suhu dalam artteri paru-pparu. Suhuu ini biassanya dipertahannkan relatiif konstan (sekitar 377°C). Suhu inti merup pakan suhu jariingan tubuhh bagian dalam d sepeerti kranial,, toraks, ro ongga abdomen dan ronggaa pelvis. Peemantauan suhu inti yaang akurat dapat diukur melalui esophhagus distall, kandung kemih, arteeri pulmoneer dan nasofaring ke dalam 0,1-0,2°C dari d suhu innti. Tetapi lokasi yang biasa digunakann untuk mengukur su uhu inti adaalah rektum m dan mem mbran timpani. Suhu S permuukaan (surfa face temperaatur) meruppakan suhu pada kulit jaringan subkkutan dan lemak. Suhu S ini biasanya dapat berfluktuaasi sebesarr 20°C sam mpai 40°C. Tempat ppengukuran suhu permukaaan yang biaasa digunak kan dengann menggunaakan termom meter adalah daerah kulitt, aksila, oral o (Jefferiies, Weatherall, Youn ng & Beasley, 2011). 2 Berikut faktor-fakto f or yang meempengaruhhi peningkaatan suhu tubuh t adalah me Rate (BM MR) 1) Basall Metabolism Pada keadaan demam, d keenaikan suuhu 1°C aakan menaikkan metabbolisme baasal 10-15 5% dari kebutuhan oksigen akan meninngkat 20%. Pada anak usia kurangg dari 3 tahuun, sirkulasii otak mencaapai 65% dari d seluruh tubuh. Jadii pada kenaaikan suhu tubuh t tertenntu, dapat teerjadi perub bahan keseim mbangan ddari membraan sel neuroon, dan dalam m waktu yaang singkat terjadi difuusi ion K maaupun Na melalui m meembran. Peerpindahan ini mengakibatkan lepas muataan listrik yaang besar, sehingga meluas m ke m membran seel lain melaluui neurotrannsmitter dan n terjadilah kejang.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indo onesia
23
BMR cendererunng berkuran ng seiring dengan d berrtambahnya usia. un sekitar 2% 2 per deekade. Padaa saat BMR seseorang dapat turu uhu bayi maasih imatur. Produksi panas p lahir, mekanismee kontrol su memasuki masa meninngkat seirinng dengan pertumbuhhan bayi m anak-anak. Reguulasi suhu akan norm mal setelah anak men ncapai puberrtas (El-Raadhi, Carolll & Kleinn, 2009). Sejalan deengan peneliitian dari Cogulu C dkk k. (2003) anak a yang terkena deemam berdasarkan keloompok usia, yaitu kelom mpok usia ddi bawah 2 tahun t t sebannyak 46 annak (46%)), kelompook usia anntara 2-6 tahun sebannyak 35 anakk (35%), sedangkan keelompok usiia di atas 6 tahun t sejum mlah 19 anakk (19%). Luas permukaann tubuh dan berat tubuhh, dimana oorang yang lebih tinggii dan besar cenderung memiliki m BMR yang leebih tinggi. Jenis kelam min laki – laki l cenderrung memilliki massa otot lebih besar daripaada peremppuan, sehing gga BMR laki l – laki lebih besarr dari pada perempuann. Pria mem miliki horm mon testosteeron tinggi yang menyebabkan BM MR menjad di lebih tingggi daripadda wanita (K Kelly, 2007)). Dilihat dari d jenis keelamin, sebbagian besarr pasien terrkena demam m adalah laaki-laki sesu uai dengan penelitian P Park dkk. (2 2006) dimanna pasien laki-laki l leb bih tinggi 59 anak (59%) diban nding dengaan wanita 411 anak (41% %). Asupaan makanann dapat men ningkatkan 10–20 % m metabolismee rate terutaama intake tinggi t proteein. Lemak menyalurkaan panas deengan keceppatan sepertiiga kecepattan jaringann lainnya (Sherwood, 2001). 2 Sejalaan dengan penelitian p dari d Coguluu dkk. (2003), status nutrisi n meruppakan aspeek penting dan perlu diperhatikaan pada paasien. Statuss nutrisi berperan b daalam mem mpengaruhi perjalanan n dan prognnosis penyakkit. Keadaan n gizi juga berpengaruh b h terhadap status s imunoologi, misallnya pada malnutrisi m e energi protein sedang//berat terdappat defisienssi/defek imu unologi seluuler maupunn humoral.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
24
Aktivvitas otot daan gerakan otot o pada baayi dan anaak membutu uhkan lebih banyak darrah serta peeningkatan pemecahan p karbohidraat dan lemakk. Gerakan bayi dan anak yang aktif dapaat meningk katkan suhu tubuh hinggga 38,3-40 0°C. Semakkin beratnya otot berg gerak, maka suhunya akan a meningkat 15x dari d basal raatenya (Dalal & Zhukoovsky, 20066). 2) Sistem m syaraf Selam ma bergerakk atau situaasi penuh stress, s bagiaan simpatiss dari sistem m syaraf otoonom terstim mulasi. Neuuron-neuronn post gangllionik meleppaskan norrepinephrinee dan jugga meranggsang pelep pasan hormoon epinephhrine dan norephineph n hrine oleh medulla ad drenal sehinggga meninggkatkan mettabolisme rate r dari sell tubuh. Perrawat dapat memperkirrakan bahw wa anak yanng sangat sttress atau sangat s cemass akan menngalami pen ningkatan suuhu karenaa alasan terssebut. Stresssor terdiri atas a stress fisik biologgik (dinginn, panas, in nfeksi, rasa nyeri, n pukuulan), stresss psikologiis (takut, kkhawatir, ceemas, marahh, kecewa, kesepian, k jaatuh cinta), stress sosiaal budaya seeperti menganggur, perrceraian dan n perselisihaan (Putra, 20005). 3) Peraddangan Infekssi virus, bakteri, b tum mor, stress atau traum ma merang gsang makroofag untukk melepask kan pirogenn dalam ppembuluh darah. d Pirogeen mengikkuti sistem m sirkulasi sampai kke hipotalaamus. Pirogeen tersebut memicu pro oduksi prosstaglandin. P Prostagland din ini diyakini meningkkatkan titik k basal term moregulator tubuh, sehingga pella, Golddman & Khiine, 2000; dalam d menyebabkan deemam (Cimp 2 Ball & Blinder, 2003). Menuurut
Bakrry
(2008)),
penyebbab
terbaanyak
deemam
berkeppanjangan dari kelom mpok infekssi adalah ppenyakit saaluran kemihh sejumlah 23 anak,
dari keloompok penyyakit kegan nasan
adalahh leukemia 4 anak (80 0%), dari kelompok peenyakit kolagen-
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indo onesia
25
vaskuular adalah penyakit arrthritis rheuumatoid juvvenile sistem mik 4 anak (67%). ( 4) Horm mon Hipottalamus mennerima info ormasi tentaang lingkunngan internaal dan eksterrnal dari otak. o Hipottalamus meengeluarkann hormon yang beresppon terhadaap stress yaitu y Corticotropin R Releasing Faktor F (CRF). Pelepasaan CRF dipicu d olehh stressor yang kemu udian mengantarkan sttimulus ke hipofise anterior a yanng mempro oduksi hormoon
Adenocorticotrop pic
Hormoon
(ACTH H)
yang
akan
mensttimulus koorteks adrrenal untuk mengeluuarkan ko ortisol sehinggga kortisool akan men ningkat dann akan mennjadi stress yang membbuat sistem imun menu urun (Putra, 2005). Thyrooxine dan Triiodothyrronine adalah pengattur utama basal metabbolisme raate. Hormo on lain yang y dapatt meningk katkan metabbolisme ratee 5-15%, adalah horm mon testoterron, progestteron, insulinn dan horm mon pertum mbuhan Thyyroid Stimulating Ho ormon atau TSH T (Sherw wood, 2001)). 5) Lingkkungan Mekaanisme konntrol suhu tubuh akaan dipengaaruhi oleh suhu disekiitar. Bayi sangat dipengaruhi d oleh suuhu lingku ungan. Walauupun terjaddi perubahan n suhu tubuuh, tetapi tuubuh mempu unyai mekannisme homeostasis yan ng dapat diipertahankaan dalam ren ntang normaal. Panas yaang diprodu uksikan haruus sesuai dengan panas yang hilangg. Paparan udara pad da Air Connditioner (A AC) juga dapat memppengaruhi perubahan p suhu s tubuh yang akann mengakib batkan suhu lebih rendaah, sehinggaa dapat mennyebabkan hipotermia pada oyce, 20055). Suhu llingkungan juga tubuhh anak (Fisher & Bo berpenngaruh padda tingkat BMR B seseoorang. Ini bberkaitan deengan upayaa penstabilaan suhu tub buh. Semakiin rendah ssuhu lingku ungan, BMR akan cendeerung lebih tinggi.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
26
6) Iramaa sirkadian Suhu tubuh beruubah secaraa normal 0,5-1°celciuss selama peeriode 24 jam m. Titik suuhu tubuh tertinggi t biaasanya terjaadi antara pukul p 24.00 dan 06.00 pagi p hari daan titik suhuu terendah, yaitu pada pukul p 04.00 dan 06.00 sore hari (E El-Radhi, Caaroll & Kleiin, 2009).
2.2.2 Peeningkatan suhu tubuh h 2.2.2.1 Definisi ( menddefinisikan demam seccara patofisiiologi dan klinis. k El Radhi (2002) Secara pattofisiologi demam adaalah peninggkatan therm moregulatorry set point dari pusat hipootalamus yan ng diperanttarai oleh innterleukin-1 1 (ILp n suhu tubuh h 1°C 1). Sedanggkan secara klinis demaam adalah peningkatan atau lebih besar di atas nilai reraata suhu norrmal. Hal inni dicapai secara s fisiologis dengan meeminimalkaan pelepasaan panas daan memproduksi panas. Peningkatan suhu s tubuh h atau biasaa dikatakann demam adalah a p suhu tubuhh lebih tingg gi dan peningkataan set pointt sehingga pengaturan dapat diddefinisikan secara mutlak m sebbagai suhuu diatas 38°C (Hockenbeerry, 2009).. Berdasarkkan penelitiian yang dilakukan d o oleh Yousssef dkk (2 2000), didapatkann bahwa peengetahuan orang tua mengenai m suuhu demam m pada anak masiih rendah. Hasil H yang diperoleh, 27% 2 orang tua mengaatakan demam addalah keadaaan suhu tu ubuh di baw wah 38°C. sedangkan 30% menyatakaan demam adalah a kead daan dimanaa suhu tubuuh minimal 38°C dan 26% orang o tua mengaku m tidaak mengetahhui batasan suhu yang dapat dinyatakann demam. Sebagian orang o tua (67%) mennyatakan bahwa b demam tinnggi adalah demam den ngan suhu tubuh t masihh dibawah 40°C. 4 sedangkann 39% oranng tua yang g menyatakkan bahwa demam diisebut tinggi apabbila suhu tuubuh diatas 39°C. Hiperterm mi adalah keadaan k ketika seorangg individu mengalamii atau beresiko untuk u menggalami kanaaikan suhu tubuh teruus menerus lebih
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
27
tinggi darri 37,8˚C per oral atau a 38,8˚C C per rektaal karena faktor f eksternal. Atau suaatu keadaan n dimana suhu tubuhh sangat tinggi t (mencapaii sekitar 400˚C) yang disebabkan d gangguan otak atau akibat a bahan tokksik yang mempengaruhi pusaat pengaturran suhu tubuh t (Totapallyy, 2005). 2.2.2.2 Etiologi Demam dapat d disebbabkan oleh h faktor innfeksi atauupun faktorr non infeksi. Demam D akibbat infeksi bisa disebaabkan olehh infeksi baakteri, virus, jam mur, atauppun parasiit. Infeksi bakteri ppada umum mnya menimbullkan demaam pada anak-anak antara laain pneum monia, bronchitiss, osteomyellitis, append dicitis, tubeerculosis, baakterimia, seepsis, bacterial gastroenteri g itis, mening gitis, ensefaalitis, selulitis, otitis media, m infeksi saaluran kem mih dan ty ypoid. Infekksi virus yang umum mnya menimbullkan demam m antara laiin viral pneeumonia, innfluenza, deemam berdarah dengue d dann demam ch hikungunyaa. Infeksi jaamur yang dapat menimbullkan demam m yaitu cocccidioides im mitis, criptococccsis. In nfeksi parasit yanng menimbbulkan demaam antara laain malariaa, toksoplasm mosis dan helmintiasis (Dallal & Zhuko ovsky, 20066). ksi dapat dissebabkan olleh beberap pa hal Demam akkibat faktorr non infek antara lainn faktor linngkungan (ssuhu lingkuungan eksterrnal yang teerlalu tinggi, keeadaan tumbbuh gigi), penyakit p auutoimun (arrthritis, sisttemik lupus
eritematosus,
vaskulitis),
keganaasan
(penyyakit
Hod dgkin,
kimia) dann pemakaiian obat-o obatan Limfoma non-hodggkin, Leuk n antihistam min). Selainn itu anak-anak (antibiotikk, difenilhiddantoin dan juga dapaat mengalam mi demam sebagai efeek sampingg dari pemb berian imunisasi selama kurrang lebih 1-10 1 hari. Hal H lain yanng juga berp peran sebagai faaktor non innfeksi peny yebab demaam adalah ggangguan sistem syaraf pussat seperti perdarahan p otak, status epileptikuus, koma, cedera c hipotalam mus atau ganngguan lain nnya (Nelwaan, 2006; W Wilmana & Gan, 2007, Guyyton & Halll, 2008).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
28
Penelitiann yang dilakkukan oleh Kazeem meenyatakan bbahwa mayoritas ibu menyyatakan baahwa penyeebab demaam adalah karena in nfeksi (43,7%), sakit s gigi (333%) dan paaparan sinarr matahari (227%). Manifestaasi klinis hippertermi, yaaitu sengataan panas m memiliki cirii khas di mana suhu s tubuh inti lebih dari 40,6° C disertai disfungsi sistem saraf pusaat yang beraat (psikosis,, delirium, koma) k dan anhidrosis (kulit yang panas dan kerring). Maniifestasi dinni, disebut kelelahan panas p r kehausaan, mulut keering, (heat exhaaustion), tiddak khas, rassa pusing, rasa kedinginann, lemas, anoreksia (tidak selera makann), nadi cepat, c pernafasann tidak teeratur, keleemahan, seensasi pannas (Tortorra & Grabowskki, 2000). 2.2.2.3 Klasifikassi Menurut Dalal dan Zhukovsky y (2006), demam d mem miliki tiga fase, yaitu: 1) Fase kedinginan k Fase kedinginan k merupakan n fase peningkatan suuhu tubuh yang ditanddai dengan vasokonstriiksi pembuuluh darah ddan pening gkatan aktivittas otot yanng berusahaa untuk memproduksi panas, sehingga tubuh akan meraasa kedingin nan dan meenggigil. Paada fase terrsebut anak mengalami m p peningkatan n denyut janntung, peninngkatan laju u dan kedalaaman pernaafasan, men nggigil akibbat tegangaan dan konttraksi otot, kulit k pucat dan d dingin, merasakann sensasi dinngin, dasar kuku mengaalami sianoosis, rambu ut kulit berrdiri, pengeeluaran kerringat berlebbih dan peningkatan suh hu tubuh. 2) Fase proses p demaam Fase demam d merrupakan fasee keseimbaangan antaraa produksi panas p dan keehilangan panas di titik k patokan suuhu yang suudah menin ngkat. Pada fase f ini anakk mengalam mi proses meenggigil lennyap, kulit teraba t hangatt/ panas, merasa m tidak k panas atauu dingin, ppeningkatan n nadi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
29
dan lajju pernafasaan, peningk katan rasa haaus, dehidraasi ringan hingga berat, mengantukk, delirium atau a kejang akibat iritasi sel syaraff, lesi mulut,, kehilangaan nafsu makan (jika demam m memanjjang), keletihhan, kelemaahan dan ny yeri ringan pada p otot akkibat katabolisme proteinn. 3) Fase pemulihan p Fase pemulihan p merupakan n fase penuurunan suhuu yang dittandai dengann vasodilaatasi pemb buluh daraah dan beerkeringat yang berusaaha untuk menghilan ngkan pannas sehinggga tubuh akan berwarrna kemeraahan. Padaa fase ini, anak menggalami men ngigil ringann, berkeringgat, kemung gkinan menngalami dehhidrasi dan kulit tampakk kemerahaan. Menurut Nelwan, N teerdapat berb bagai macaam demam yang meny yertai penyakit infeksi, sepeerti yang dissebutkan daalam tabel 22.1 berikut in ni. Tabel 2.1 2 Macam demam d Jeniss Demam Demam Septik
Demam Remitten R Demam Inntermitten Demam Kontinyu K Demam Siklik
Penjelasan n Pada dem mam ini, suhuu badan beranggsur naik ke tingkat t yang tinggi sek kali pada mallam hari dan tturun kembali ke tingkat di atas normal n pada pagi hari. D Demam ini disebut d juga demam hektik. h Pada dem mam ini, suhuu badan dapatt turun setiap p hari tetapi tidak pern nah mencapaii suhu normal.. Pada dem mam ini, suhuu badan turunn ke tingkat yang y normal selama beeberapa jam dalam d satu harri. Pada dem mam ini, terdaapat variasi suuhu sepanjang g hari yang tidak berb beda lebih darri satu derajat.. Pada dem mam ini, kenaikan suhu baddan selama beeberapa hari yang kem mudian diikuti oleh kenaikann suhu sepertii semula.
Sumbeer: Nelwan, 2006 2
Pembagiann hiperterm mi menurutt Soedjatmiiko (2005) adalah seebagai berikut: 1. Hiperttermia yangg disebabkan n oleh peninngkatan prooduksi panass Hiperttermia maalignan adalah konddisi bawaaan tidak dapat mengoontrol produuksi panas, yang terjaddi ketika orrang yang rentan r mengggunakan obbat-obatan anastetik a terrtentu. Padaa fase ini teerjadi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
30
peninggkatan kalssium intrasselular dalam otot rrangka sehingga pasienn mengalam mi kaku otott masseter, peningkatan p n CO2, takiikardi dan peeningkatan suhu yang cepat c 1° tiaap 5 menit hhingga men ncapai 44°C. Pada kondiisi ini, pusaat pengatur suhu s di hipootalamus no ormal sehinggga pemberiian antipirettik tidak bem manfaat. a Exerciise-Inducedd hypertherrmia (Exerttional heatt stroke) adalah kondissi yang terjjadi pada remaja r yangg melakukaan aktivitas fisik yang lama l saat cuuaca panas. Pembatasaan aktivitas fisik, pemb berian minum man 150 mll air dingin n tiap 30 meenit, mengggunakan paakaian yang berwarna b terrang, tipis dan d menyeraap keringat dapat menccegah peninggkatan suhuu. Endoccrine Hyperrthermia (E EH) adalahh kondisi metabolik yang menyeebabkan hiipertermia lebih serinng ditemukkan pada orang o dewasa. Kelainann endokrin n tersebut antara a lain hipertiroid disme, diabetes mellitus dan insufisiiensi adrenaal. 2. Hiperttermia yangg disebabkan n oleh penuurunan peleppasan panass. Hiperttermia neonnatal yaitu peningkataan suhu secara cepat pada usia 2 dan tiga hari setelaah bayi lahhir yang ddisebabkan oleh: dehidrrasi atau kehilangan caairan karenaa paparan ssuhu kamar yang tinggi;; overheatiing karenaa penggunaaan alat peenghangat yang terlaluu panas atauu terpapar sinar matahhari langsunng dalam waktu w yang cukup c lamaa; trauma laahir yang timbul padaa 24% bayi baru lahir dan akan menurun selama s 1-3 hari atau mengakib batkan kompllikasi kejangg. mana suhu tubuh >400°C, kulit kkering, kellainan Heat stroke dim susunaan syaraf puusat, takikarrdi, aritmia,, perdarahann miokard, mual, m muntaah, kram; Haemorrharg H gic Shock and a Encephhalopathy (HSE) didugaa berhubunngan dengan n cacat genetik dalam m produksi atau pelepaasan serum inhibitor alpha-1-tryp ypsin. Biasaanya menyerang
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
31
u 17 harri sampai dengan 15 taahun; Suddden Infant Death D anak usia Syndroome (SIDS) adalah ad dalah kemaatian bayi usia 1-12 bulan b yang mendadak, m t tidak didug ga dan tidakk dapat dijellaskan. Kejadian yang mendahului m i sering berrupa infeksii saluran naafas akut deengan febris ringan yangg tidak fatall. 2.2.2.4 Patofisioloogi peningkkatan suhu tu ubuh Peningkattan suhu tuubuh yang berhubunga b an langsungg dengan siitokin pirogen eksogen e seeperti agen infeksius, toksin daan tumor dapat merusak jaringan. Sebagai respo on terhadap rangsangann piogenik, maka monosit, makrofag m daan sel kupfe fer mengeluaarkan sitokiin yang berp peran sebagai pirogen p enddogen (IL-1 1, IL-6, TN NF-α dan iinterferon) yang bekerja pada p pusatt termoreg gulasi hipootalamus. Sebagai reespon terhadap sitokin s terseebut maka terjadi t sinteesis prostagglandin, teru utama prostaglanndin E2 melalui m metabolisme m e asam arakidonat jalur siklooksiggenase-2(CO OX-2)
mempengaru m uhi
pusaat
pengaaturan
hipotalam mus dan terjaadilah penin ngkatan suhhu tubuh, yaang dapat berupa demam daan hiperterm mia. Pada saatt proses peeradangan akan a terjadii peningkattan metabo olisme tubuh nyyaman sebaagai mekan nisme perttahanan tuubuh mengakibatkan
anaak
sangat
tidak
n nyaman.
D Demam
sehingga deengan
peningkatan suhu tubuh yan ng terlalu tinggi daapat meng gubah keseimbanngan membbrane sel neuron dann lepasnyaa muatan listrik l sehingga memerlukaan kewaspaadaan karenna dapat beerdampak buruk b seperti meningkatkan m n risiko keejang demaam terutam ma pada anaak di bawah 5 tahun. Peeningkatan suhu tubuhh juga dapaat meningk katkan evaporasi (keringat berlebih) sehingga mengakibatkan dehidrasi (Tortora & Grabow wski, 2000 0; Sherwoood, 2001; Ganong, 2002; 2 Nelwan, 2006; 2 Lauplland, 2009). Menurut Laupland L (22009), dehid drasi adalahh berkurangnnya cairan tubuh t total yang terdiri darii:
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
32
a. Dehidrrasi hiperttonik, yaitu u: hilangnyya air lebih banyak dari natrium m. Dehidraasi hiperton nik ditandaai dengan tingginya kadar k natrium m serum (lebih dari 145 mm mol/liter) ddan pening gkatan osmolalitas efektiif serum (leb bih dari 2855 mosmol/liiter). b. Dehidrrasi isotonik, yaitu: hilangnya airr dan natriuum dalam ju umlah yang sama. s Dehiidrasi isoton nik ditandaai dengan nnormalnya kadar k natrium m serum (135-145 mm mol/liter) daan osmolalittas efektif serum s (270-2285 mosmoll/liter). n yanng lebih baanyak c. Dehidrrasi hipotonnik, yaitu: hilangnya natrium dari paada air. Dehhidrasi hipo otonik ditanddai dengan rendahnya kadar k natrium m serum (kkurang dari 135mmol/liiter) dan ossmolalitas efektif e serum (kurang daari 270 mosm mol/liter). Proses penningkatan suhu s di atass sampai deengan masaalah keperaw watan yang munncul akibat peningkataan suhu terrsebut secarra singkat dapat dilihat dallam skema 2.1. 2 pada haalaman 33. Mekanism me demam dapat d juga terjadi t melaalui jalur noon prostaglandin melalui sinyal afferennt nervus va agus yang dimediasi d ooleh produk lokal Macrophaage Inflamm matory Pro otein-1 (MIIP-1), suatuu kemokin yang bekerja laangsung teerhadap hip potalamus anterior. B Berbeda deengan demam daari jalur proostaglandin, demam meelalui MIP--1 ini tidak dapat dihambat oleh antipirretik (Nelwaan, 2006). d ceppat meningkkatkan pro oduksi Menggigill ditimbulkkan agar dengan panas, sem mentara vassokonstriksii kulit juga berlangsunng untuk deengan cepat mengurangi pengeluaran p n panas. Kedua K mekkanisme terrsebut n Deng gan demikiian, pembeentukan deemam mendoronng suhu naik. sebagai reespon terhaadap rangsaangan piroggenik adalaah sesuatu yang disengaja
dan
bukkan
disebaabkan
oleeh
kerusakkan
mekan nisme
termoreguulasi (Sherw wood, 2001).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
Skema 2.1 Proses peningkatan suhu tubuh Pirogen eksogen (agen infeksius, toksin & tumor)
Kerusakan jaringan Aktivitas monosit Produksi endogen pirogen interleukin I (IL-1, IL-6, TNF & Interferon)
Merangsang produksi prostaglandin E
Mempengaruhi pusat pengaturan hipotalamus
Terjadi peningkatan suhu tubuh
Demam
Hipertermia
Proses peradangan
Mengubah keseimbangan membran sel neuron
Mekanisme pertahanan tubuh
Lepasnya muatan listrik
Gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
Kejang
Evaporasi (keringat berlebihan)
Dehidrasi
Defisit volume cairan Cemas pada keluarga
Gangguan elektrolit
Risiko cidera
Kurang informasi tentang penyakit
Kurang pengetahuan keluarga
Sumber: Tortora & Grabowski (2000); Sherwood (2001); Ganong (2002); Nelwan (2006); Laupland (2009)
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indone
34
2.2.2.5 Pemeriksaaan Penegakkaan diagnosis demam untuk mennentukan peenanganan tidak hanya berrpatokan deengan tingg ginya suhu, tetapi jugaa keadaan umum u anak. Apaabila anak tidak nyam man atau geelisah, demam perlu segera s diobati. Peemeriksaann keadaan um mum dapat menentukaan apakah pasien p tergolong toksis atauu tidak tokssis (McCartthy, 1997; Luszczak, 2001; 2 Lau, 20022). ( pem meriksaan diagnostik d yyang diperlukan Menurut Totapally (2005), untuk mem mastikan teerapi yang diberikan, yaitu kultuur (luka, spu utum, urin, daraah) berfunggsi untuk mengidentif m fikasi organnisme peny yebab demam/raadang dan untuk u men nentukan obbat yang effektif, sel darah putih berffungsi untuk mengetah hui adanya leucopeniaa (penurunaan sel darah putih) sebelum mnya dan leucositosis l (15.000-300.000), elek ktrolit serum beerfungsi unntuk meng getahui kettidakseimbaangan elek ktrolit asidosis, perpindahan cairan dan d perubahhan fungsi ginjal, glu ukosa serum berrfungsi sebagai respon n dari puasa terjadi peerubahan seeluler dalam meetabolisme dan d urinalissis berfungssi untuk meengetahui baakteri penyebab infeksi. 2.2.2.6 Komplikaasi Pada dasaarnya, dem mam dapat menguntunngkan mauupun merug gikan. Beberapa bukti pennelitian meenunjukkan fungsi peertahanan tubuh t manusia bekerja b baiik pada temperatur demam d dibbandingkan suhu normal. Meskipun M m masih kontrroversial, ada a keyakinnan bahwa suhu dapat mem mpercepat reaksi imm munologis sehingga akkan menghaambat beberapa kuman pattogen dan menyebabkkan lingkunngan yang tidak b kumann. Sel darah h putih jugga berprolifeerasi lebih cepat kondusif bagi sehingga membantu melawan kuman-kum man patogeen dan mik kroba m tubuh (Daalal & Zhukoovsky, 20066). yang masuuk ke dalam
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
35
Totapally (2005) menjelaskan m n bahwa peningkataan suhu tubuh t menyebabbkan peninngkatan aliran darah ke otak sehingga dapat menimbullkan peninggkatan tekan nan intra krranial. Dem mam di atas 41°C dapat mennyebabkan hiperpireksi h ia yang sanngat berbahaaya karena dapat menyebabbkan berbaggai perubahaan metaboliisme, fisioloogi dan akh hirnya terjadi keerusakan suusunan saraaf pusat. Pada awalnyya anak tam mpak menjadi gelisah g diseertai nyeri kepala, k pussing, kejangg, serta akh hirnya tidak sadaar. Keadaann koma terjadi bila suhu s >43°C C dan kem matian terjadi dallam beberappa jam bila suhu s 43-45°°C. Komplikaasi hiperterm mia mencaakup gagal jantung koongestif, arritmia jantung, edema serrebral, kejang, nekroosis hepatooseluler, defisit d neurologiss dan terjaddi syok. Kettika cairan yang y hilangg mencapai 5-6% dari beratt badan, freekuensi nad di meningkaat, denyut jjantung meenjadi cepat. nappas jadi mem mburu, penu urunan konnsentrasi, saakit kepala, mual dan rasa mengantuk m y yang teramat sangat. Kehilangan K cairan tubu uh 1015% dapaat menyebabbkan otot menjadi m kakku, kulit keeriput, gang gguan penglihataan, gangguaan buang aiir kecil, dann gangguann kesadaran. Dan apabila mencapai m leebih dari 15% 1 akan mengakibaatkan kegaagalan multi-orgaan dan ancaaman kemattian (Fisherr & Boyce, 2005; Totap pally, 2005).
2.2.2.7 Penatalakssanaan Menurunkkan demam m pada anak a dapaat dilakukaan secara self managemeent maupunn non self management (Plipat dkkk., 2002). A. Pengelolaan self mannagement 1. Terapi fissik Pengelolaaan demam m melalui terapi fisikk merupakkan upaya yang dilakukann untuk mennurunkan demam d denggan cara m memberi tind dakan atau perlakuan terteentu secara mandiri. Tindakan T ppaling sederrhana yang dappat dilakukkan adalah mengusahaakan agar anak tidur atau istirahat supaya metabolismeny ya menurunn. Selain ittu, kadar cairan c
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
36
dalam tuubuh anak harus terrcukupi aggar kadar elektrolit tidak meningkaat saat evapporasi terjaadi. Membeeri aliran uudara yang baik, memaksaa tubuh berkkeringat daan mengalirrkan hawa ppanas ke teempat lain juga akan membbantu menu urunkan suhhu tubuh. M Membuka paakaian atau selim mut yang tebal berm manfaat kareena menduukung terjadinya radiasi daan evaporasii. Pemberiaan kompres hangat den ngan tempeerature air 229,5-32°C (tepid ( sponge) dapat mem mberikan sinyal s ke hipotalamuus dan meemacu terjadinyaa vasodilataasi pembulu uh darah peerifer. Hal ini menyebaabkan pembuanggan panass melalui kulit meeningkat sehingga teerjadi penurunann suhu tubuuh menjadii normal keembali. Pem mberian kom mpres hangat dilakukan apaabila suhu diatas d 38,5°°C dan telahh mengkonssumsi antipiretikk setengah jam j sebelum mnya (Newm man, 1985). Mendingiinkan dengaan air es attau alkoholl kurang beermanfaat karena k justru meengakibatkaan vasokonsstriksi, sehinngga panass sulit disalu urkan baik lew wat mekannisme evap porasi mauupun radiaasi. Selain n itu, pengomprresan denggan alkoholl akan diseerap oleh kulit dan dapat menyebabbkan koma apabila terh hirup (Soedjjatmiko, 20005). 2. Terapi Obbat Salah satuu upaya yanng sering dilakukan d orrang tua unntuk menuru unkan demam anak a adalahh antipiretik k seperti parasetamol p l, ibuprofen n dan aspirin. Cara C kerja antipiretik a adalah a dengan menurunnkan set-po oint di otak melalui penceggahan pem mbentukan prostagland p din dengan jalan mengham mbat enzim m siklooksig genase sehiingga mem mbuat pemb buluh darah kullit melebar dan pengelu uaran panass ditingkatkkan. namun perlu diwaspaddai karena pemberian p obat o ini dappat bersifatt masking effect, e misalnya pada pasieen demam berdarah dengue, d dim mana penurrunan panas dengan antipiretik terseebut menunnjukkan bahhwa seolah h-olah
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
37
penyakit telah sembbuh, padahaal sebenarnyya virus pennyebab pen nyakit masih adaa (Victor dkkk, 1994). Antipiretiik hanya daapat diberik kan apabila demam anaak diatas 38 8,5°C, demam yang y diikuti rasa tidak nyaman, attau demam pada anak yang memiliki riwayat keejang demaam atau peenyakit janttung. Antip piretik nak dibawahh 3 bulan. D Dosis pemb berian tidak boleeh digunakaan untuk an antipiretikk untuk annak juga peerlu diperhaatikan sesuuai dengan berat badan dann umurnya (Schmitt, ( 19 984). a. Paraseetamol (Aseetaminofen)) Paraseetamol
(asetaminofen n)
merupaakan
metaabolit
fenaasetin
dengaan efek antippiretik yang g sama dan telah digunnakan sejak tahun t 1893. Parasetam mol merupaakan penghhambat proostaglandin yang lemahh. Efek anaalgesik paraasetamol seerupa dengaan salisilat yaitu menghhilangkan atau a mengurrangi nyeri ringan sam mpai sedang. Efek iritasii, emosi dann perdarahaan lambung tidak terlihhat pada obaat ini, demikkian juga gaangguan perrnafasan daan keseimbaangan asam basa. Efek anti a inflamaasi dan reak ksi alergi paarasetamol hhampir tidaak ada (Wilm mana & Gann, 2007). Dosiss terapeutik antara 10-15 mg/kgBB B/kali tiap 4 jam mak ksimal 5 kalii sehari. Doosis maksim mal 90 mg//kgBB/hari. Pada umum mnya dosis ini dapat ditoleransi d dengan d baikk. Dosis beesar jangka lama dapat menyebabkkan intoksik kasi dan kerrusakan heppar (Paul, 19 996). b. Ibuproofen Ibuproofen meruppakan turun nan asam propionate p yang berkh hasiat sebaggai anti inflaamasi, analg getik dan anntipiretik. Effek analgesiknya sama seperti asspirin, sedaangkan dayya anti infflamasinya tidak ng yang tiimbul beruupa mual, perut terlaluu kuat. Effek sampin kembuung, dan perdarahan n, tetapi lebih jarang dibandin ngkan aspirinn.
Efek
samping
hematologis
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
yang
berat
meeliputi
Unive ersitas Indo onesia
38
agranuulositosis dan d anemia aplastik. Efek E lainnyaa seperti eritema kulit, sakit keppala, dan trombositop t penia jaranng terjadi. Efek terhaddap ginjal
berupa gagal ginnjal
akut, terutama bila
dikom mbinasikan dengan asettaminofen. Dosis terappeutik yaitu u 5-10 mg/kggBB/kali tiaap 6-8 jam (Wilmana ( & Gan, 20077). c. Aspirin Aspirin atau asam a asetilsalisilat sering s diguunakan seebagai analgeesic,
antiipiretik
direkoomendasikaan
pada
dan d
antiinnflamasi.
anak
<166
tahun
Aspirin kkarena
tidak terrbukti
meninngkatkan rissiko Sindrom ma Reye. Aspirin A juga tidak dianju urkan untukk demam rinngan karenaa memiliki efek sampiing lambung g dan perdarrahan usus. Efek samp ping lain tiddak enak di perut, muall, dan perdarrahan saluraan cerna biaasanya dapaat dihindarkkan bila dosis per hari tiidak lebih dari d 325 mg (Soedjatmiiko, 2005). Terapi noon farmakologis untuk k hiperterm mia yaitu diilakukan deengan menggunaakan metodde pembuan ngan panas lewat evapporasi, kond duksi, konveksi atau radiasi. Selimut mandi m yangg diletakkann di antara klien dan selim mut serta peembungkusaan ekstremiitas distal (j (jari dan geenital) menurunkkan resiko cidera ku ulit dan jarringan akibbat hiperteermia. Membunggkus ekstreemitas klieen dapat menurunkaan insiden dan intensitas menggigil (Luszczak, ( 2001). B. Pengelolaan non selff managemen nt mam yang tidak Non self managemeent merupaakan pengelolaan dem hatan. dilakukan sendiri meelainkan meenggunakann bantuan teenaga keseh Pengelolaan secara non n self management memang m merupakan salah t satu jalan keluar untuuk mengataasi anak yanng menderitta demam, tetapi belum tenntu merupaakan pilihaan yang teerbaik kareena penang ganan demam pada p anak tidak berssifat mutlaak dan terggantung keepada tingginya suhu, keaadaan umum m, dan um mur anak ttersebut (W Walsh, 2008).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indonesia
39
mia, yaitu obat nonnsteroid seeperti Terapi faarmakologiss hiperterm asetaminoofen, salisiilat, indom metasin, daan ketorolaak menuru unkan demam deengan meniingkatkan kehilangan k p panas, sedaangkan golo ongan steroid menurunkan m produksi demam dengan mem modifikasi sistem imun dann menyembbunyikan taanda infeksi. Steroid ttidak digun nakan untuk pennanganan deemam, namu un steroid dapat d menekkan demam yang terjadi akiibat pirogenn (Katzung, 2002). h dengan cepat c bila aanak mengalami Untuk meenurunkan suhu tubuh hipertermiia, yaitu dengan d seg gera menghhentikan peenggunaan obat anestesi, pemberian p oksigen 10 00%, total body b coolinng (memasu ukkan air es/dinggin lewat NGT, rectal, dan IV), memperbaiki m i asidosis deengan pemberiann terapi furrosemid 1 mg/kgBB, m i infus dextrose dan maanitol 20% (1gg/kgBB), pemberian p insulin, hidrokortisoon, Dantrolone (antidote spesifik s 2,5 mg/kgBB IV dan kem mudian tiap 5-10 menitt) dan mengatasii aritmia. 2.3 Konsep Atraumaatic Care Pada P Anak Dengan Peeningkatan Suhu Tubuh Atrauumatic Caree merupakann penyediaaan asuhan teerapeutik daalam lingku ungan oleh perawat melalui m pennggunaan in ntervensi yang y mempperkecil disstress f yang diderita oleh anak daan keluargaa mereka dalam d psikollogis dan fisik sistem m pelayanann kesehatann. Mencegah h atau mem minimalkan perpisahan anak dan keluarga k dappat dilakukaan dengan membangun m n hubungan yang baik antara a anak dan d orang tua t selama dirawat d di rumah r sakit, menyiapkaan anak seb belum dan seetelah pelakksanaan proosedur yang tidak dikennalinya, mem mfasilitasi orang o tua berada b di dekat annak dengan n memberrikan sentuuhan terap peutik (Hockkenberry & Wilson, 20009). Menuurut Supartiini (2004), atraumatic care bukkan satu bentuk interrvensi yang nyata terllihat, tetapii memberi perhatian pada apa,, siapa, diimana mengapa, dan bagaimana b prosedur dilakukan pada anakk dengan tu ujuan menceegah dan menguranggi stress fiisik dan psikologis. p Mencegah atau memiinimalkan stress fisik diantaranya d dengan meenghindari aatau mengu urangi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indo onesia
40
proseddur yang mengganggu m u dan meny yakitkan, misalnya m pem mberian su ukrosa atau EMLA E padda bayi saatt dilakukan pengambilan sampel darah, men ngatur jam tindakan t perawatan 60-120 6 men nit sebelum m anak tiddur, mengu urangi kebisiingan pada ruang rawaat dapat meencegah kerrusakan teliinga, mengo ontrol nyeri (Joseph & Ulrich, U 2007). Salahh satu prinsip atraumattic care yan ng lain padaa anak yang dapat dilak kukan adalahh dengan meminimalk m kan dan meencegah traauma pada anak. Walaaupun pemerriksaan suhhu tubuh tidak menim mbulkan nyeeri, namun pada umum mnya anak memperlihhatkan reakksi kecemassan dan strress yang berlebihan pada waktuu dilakukann pemeriksaan suhu tub buh. Faktor yang menyyebabkan trrauma pada anak adalaah waktu yang y dibutu uhkan dalam m pemerikssaan suhu tubuh t cukupp lama (5-12 menit). Hal H ini dapatt mempenggaruhi lama hari rawat anak, karenna informasii tentang koondisi keseh hatan anak tidak terideentifikasi deengan tepat melalui m pem meriksaan yang y dilakuk kan (Hockennberry, 2012).
2.4 Integrasi Teorii Kolcabaa dan Konsep Keperawatan Dalam Proses P Keperawatan Berikkut akan diisampaikan uraian ten ntang hubunngan antara teori Ko olcaba dengaan konsep keperawataan dalam proses p keperawatan. U Uraian inteegrasi tersebbut dapat dillihat secara singkat dallam skema 2.3. 2 2.4.1 Lataar belakangg teori com mfort Kolcab ba Pem mberian asuhhan keperaw watan padaa anak denggan peningkkatan suhu tubuh t dalaam penulissan karya ilmiah ini i menggunakan peendekatan teori kepeerawatan coomfort dari Katharine Kolcaba. K Koolcaba (20003) mengen nalkan teorii kenyamannan sebagaii middle ran nge theory karena mempunyai tin ngkat abstraksi yang rendah r dan mudah diap plikasikan dalam d praktiik keperawaatan. Sejaak tahun 19900 sampai dengan tah hun 1929, raasa nyamann menjadi tu ujuan proffesi keperaawatan dann kedokteraan, dimanaa terdapat keyakinan rasa nyam man akan membantu m p proses peny yembuhan dan d merupakkan modal dasar
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indonesia
41
utam ma dalam memperbaiki m i kondisi kliien. Perbaikkan kondisi klien tidak k akan tercaapai jika kebutuhan akaan rasa nyam man tidak terpenuhi (M March, 2009 9). omfort, yaittu relief, eaase dan ren newal. Mennurut Marchh, terdapat tiga tipe co Relief didefinissikan sebagai keadaan dimana rassa tidak nyaaman berku urang. Easee didefinisiikan sebagai hilangny ya rasa tiddak nyamann yang speesifik. Untuuk berada dalam tinngkat ease, pasien atau a keluarrga tidak harus mem mpunyai penngalaman ketidaknyam k manan spesiifik. Banyaak kondisi medis m mauupun
psikoologi
dideefinisikan
menngganggu
sebagai
keadaan
mekanisme dimana
homeosstatik.
seseorang
Ren newal
bangkit
dari
ketiddaknyamanan ketika keetidaknyam manan tersebbut tidak dappat dihindarri Padaa
akhirnyya
istilah
renewal
diubah
menjadi
transcend dence.
Trannscendence dianggap sebagai s hall yang mennguatkan daan menging gatkan peraawat untuk tidak putuus asa dalam m membanntu pasien ddan keluarg ganya meraasa nyamann. Intervennsi dalam meningkata m an transcendence bertu ujuan untuuk meningkkatkan linggkungan, meningkatk m kan dukunggan sosial atau mennentramkan
hati.
S Selain
itu,,
intervennsi
untuk
meningk katkan
trannscendence dapat lebihh efektif jikaa berasal daari orang tuua atau kelu uarga, walaaupun peraw wat dapat memberikan m n dukungann atau motiivasi bagi orang o tua maupun m kelluarga.
2.4.2 Kon nsep utamaa teori comffort Kolcab ba Terddapat 7 kom mponen dalaam konsep utama teorii comfort yaang disamp paikan Kolccaba sebagaai berikut: A. Heaalth care neeeds Kolccaba menddefinisikan kebutuhan pelayanann kesehatann sebagai suatu kebuutuhan akaan kenyam manan, yang g dihasilkaan dari situasi pelay yanan keseehatan yangg stressful, yang y tidak dapat dipennuhi oleh ppenerima sup upport sisteem tradisionnal. Kebutuuhan ini meeliputi kebuutuhan fisikk, psikospirritual, sosiaal dan lingkkungan, yanng kesemuan nya membuutuhkan monnitoring, lap poran verbbal maupunn non verbbal, serta kebutuhan k y yang berhuubungan deengan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indonesia
42
paraameter patoofisiologis, membutu uhkan edukkasi dan dukungan serta kebuutuhan akann konseling financial f daan intervenssi.
B. Com mfort Com mfort meruppakan sebuaah konsep yang y memppunyai hubuungan yang g kuat dalaam keperaw watan. Comffort diartikaan sebagai suatu s keadaaan yang dialami olehh penerimaa yang daapat didefi finisikan seebagai suaatu pengallaman imm mediate yanng menjaddi sebuah kekuatan melalui kkebutuhan akan kerinnganan
(rrelief),
keetenangan
(ease),
and
kem mampuan
lebih
(trannscedence) yang dapat terpenuhi dalam d empaat konteks ppengalaman yang meliiputi aspek fisik, psikospiritual, so osiokultural dan lingkunngan. Kolccaba (2003)) kemudian menderivasi konteks diatas d menjadi beberap pa hal berikkut : 1. Kebutuhan K rasa nyamaan fisik (Phyysical comfo fort) K Kebutuhan akan rasaa nyaman fisik adalah penurunnan mekan nisme f fisiologis y yang tergannggu atau beresiko karena k suatuu penyakit atau p prosedur innvasif yangg berkenaaan dengan sensasi tuubuh. Interrvensi c comfort
y yang
stanndar
digu unakan
u untuk
mem mperoleh
atau
m mempertaha ankan homeeostasis. 2. Kebutuhan K rasa nyamaan psikospirritual (Psychhospiritual ccomfort) K Kebutuhan rasa nyam man psikospiritual addalah kebuutuhan terh hadap k kepercayaan n diri, motiivasi dan keepercayaan yang bertuj ujuan agar pasien p a atau keluarrga dapat bangkit b ataau meningggal dengann damai melalui p prosedur y yang menyaakitkan ataau trauma yang tidakk dapat sem mbuh d dengan segeera. 3. Kebutuhan K rasa nyamaan sosiokultu ural (Sociallcultural comfort) K Kebutuhan rasa nyam man sosioku ultural adalaah kebutuhhan penentrraman h hati, dukunngan, bahasa tubuh yan ng positif dan d perawaatan yang dilihat d d dari segi budaya. b K Kebutuhan ini i dipenuhhi melalui coaching atau p pemberian informasi (pendidik kan kesehaatan), prom mosi keseh hatan, p pelatihan, t termasuk p perilaku daapat melakuukan, pesaan kesejahtteraan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
43
m mendapatka an informassi sesuai den ngan perkem mbangan yaang berhubu ungan d dengan prossedur pulanng dari rumaah sakit dann rehabilitasii. 4. Kebutuhan K rasa nyamaan lingkungaan (environmental comf mfort) K Kebutuhan rasa nyam man lingkungan termaasuk kerappian, lingku ungan y yang sepi, perabotan yang nyam man, bau lingkungann minimum m dan k keamanan s seperti dalam m tatanan pediatrik. p Juuga termasuuk perhatian n dan s saran terhadap adaptaasi lingkung gan di kam mar rumah ssakit dan ru umah p pasien. Peraawat seharuusnya melaakukan upayya menurunnkan kebisingan, p penerangan n dan ganggguan pada saat s tidur unntuk memffasilitasi pro omosi k kesehatan liingkungan.
C. Comfort C meeasures C Comfort meeasures menngacu pada tiga comforrt berikut, yyaitu : C Comfort caare adalah filosofi peerawatan keesehatan yaang berdasarkan f fisik, psikoosipiritual, sosiokultura s al dan lingkkungan yanng nyaman n bagi k klien. Com mfort care mempunyai m i 3 komponnen, yaitu intervensi yang s sesuai dan tepat wakttu, model perawatan p y yang perhattian dan em mpati, b berfokus paada kenyamanan pasien n. C Comfort meeasures itu sendiri adaalah interveensi yang seengaja diran ncang u untuk menningkatkan kenyaman nan klien atau keluuarga. Tind dakan k kenyamanan n diartikann sebagai suatu inteervensi kepperawatan yang d didesain u untuk mem menuhi keb butuhan keenyamanan yang spesifik d dibutuhkan oleh peneerima jasa,, seperti fisiologis, fi ssosial, finaancial, p psikologis, spiritual, linngkungan dan d intervennsi fisik. C Comfort neeeds adalahh kebutuhan n akan rasaa nyaman relief, easee dan t transcenden nce dalam m kontek pengalamaan manusiaa secara fisik, p psikospiritu ual, sosisokuultural dan lingkungan. l .
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indo onesia
44
D. Enhanced E C Comfort E Enhanced c comfort yaittu meningkaatkan kenyaamanan yanng terus meenerus d dengan mellakukan inttervensi ken nyamanan secara s konssisten dan terust m menerus, saampai klien akan menccapai kesehaatan yang ddiinginkan dalam d m mencari keesembuhan (HSBs). In ni dilakukaan dengan cara melak kukan a asuhan keeperawatan secara menyeluruh m dengan tindakan yang iindependent dan depennden sesuai dengan kew wenangan perawat. P Proses yangg dilakukan pada tahap p ini sesuai dengan d asuhhan keperaw watan y yaitu dengaan melakukkan tindakan n dan dievaaluasi secarra terus-meenerus d dengan SO OAP dan SOAPIER sampai s klieen mengalaami kesemb buhan s sesuai denggan tujuan perawatan (outcomes comfort). S Sebuah outtcome y yang langsuung diharappkan pada pelayanan p k keperawatan n, mengacu pada t teori comforrt ini. I g variables E. Intervening I Intervening g variables adalah a faktor positif ataupun a neggatif yang seedikit s sekali dapaat dikontroll oleh peraawat atau institusi i tetaapi berpeng garuh l langsung k kesuksesan rencana intervensi i k kenyamana an. Variabeel ini m meliputi peengalaman masa m lalu, usia, sikap, status em mosional, sup upport s system, proggnosis, finaancial, dan kebiasaan/po k ola kesehataan. F. Health H seekking behavioor (HSBs) H HSBs adalaah perilakuu pasien ataau keluargaa yang terlibbat secara sadar a atau tidak sadar, s mengggerakkan mereka m ke arrah kesejahhteraan. HSB Bs ini m merupakan sebuah kaategori yang g luas darii outcome bberikutnya yang b berhubunga an dengan pencarian kesehatann yang diddefinisikan oleh r resipien saaat konsultasi dengan perawat. p H HSBs ini daapat berasall dari e eksternal
(aktivitas
yang
terrkait
denggan
kesehhatan),
intternal
( (penyembuh han/pengem mbalian fung gsi imun ataau kematiann yang damaai).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
45
G. Institusiona I al integrity I Institusiona al integrity adalah kon ndisi saranaa perawatann kesehatan yang m menyeluruh h, jujur, prrofessional dan beretiika. Integriitas institussional d dianggap seebagai nilaai-nilai etik,, stabilitas finansial, ddan keselurruhan d dari organiisasi pelayaanan keseh hatan pada area lokal, regional,, dan n nasional. Pada sistem rumah sak kit, definisii institusi ddiartikan seebagai p pelayanan k kesehatan um mum atau home h care.
2.4.3 Hubungan anta ar konsep dalam d teorii comfort Kolcaba K
K yan ng digambaarkan secara singkat dalam d Hubuungan antarr konsep Kolcaba skem ma 2.2 dapaat diterapkann dalam proses keperaawatan dengan diawali dari kemaampuan peerawat dalaam mengk kaji kebutuuhan rasa nyaman teerkait penggalaman fisik, psikospirritual, sosio okultural, linngkungan kklien dan anggota keluaarga. Peraw wat dapat mengidentif m fikasi kebuttuhan kenyaamanan terrsebut khusuusnya kebuutuhan yanng tidak dapat d dipennuhi oleh support syystem eksteernal. Peraawat menyyusun renccana keperrawatan unntuk memenuhi kebuutuhan
keenyamanan,
merancaang
intervvensi
dann
menenttukan
keberhasilannyaa dengan meemperhatikaan interveniing variablees. Peraw wat melakuukan interveensi yang dianggap d effektif dengaan perilaku yang carinng, sehinggaa hasil yangg dicapai terrlihat sebagai peningkaatan rasa ny yaman atau disebut com mfort measures. Sedan ngkan comffort care akkan mengkaaitkan semuua komponnen tersebuut. Pasien dan peraw wat sepakat tentang health h seekiing behavioour yang diiinginkan, bila b kenyam manan tercaapai, pasien n dan angggota keluargga terikat olleh HSBs dan d akan lebih puas deengan pelay yanan kesehhatan. Bilaa perawat dan klien n puas terhhadap instiitusi pelay yanan, masyyarakat akann mengetahhui kontribu usi institusi tersebut teerhadap pro ogram kesehhatan pemeerintah. Innstitusi jadii lebih terrpandang ddan berkem mbang (Kolccaba, 2003;; Sitzman & Eichelberg ger, 2011).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
46 Skema 2.2 2 Konsep teori kepera awatan comffort Katharrine Kolcaba a
Sumber: Kolcaba& &Dimarco (20 005); Tomeyy&Alligood ((2006); Marrch (2009); Sitzman, S Katthleen&Eichhelberger (2011)
2.4.4 Prooses keperaawatan dalaam teori co omfort Kolccaba I. Penggkajian Tahaap pertama dari prosess keperawatan dalam teeori comfortt Kolcaba adalah a melaakukan penngkajian menurut m Kollcaba, yangg diarahkann pada Strruktur Takssonomi Com mfort. Perawat mengk kaji pasien anak a secaraa holistik deengan menngacu padaa empat koonteks pengalaman teerkait rasa nyaman (fisik, ( psikkospiritual, lingkungann dan sossialkultural)). Perawat harus mampu mem mandang maasalah dari sudut pand dang klien (empati), ( kaarena merup pakan penggalaman subbyektif klienn. Mennurut Herlinna (2012) aplikasi peengkajian teeori comforrt Kolcaba pada pasien anak dengan d dem mam tipoid d dapat diggambarkan dalam strruktur taksonomi padaa tabel 2.2 dan d uraian masing-mas m sing kebutuhhan kenyam manan sebaagai berikut: 1) Kebutuhan K rasa nyamaan terkait peengalaman fisik: f K Klien adalaah seorang anak a berusiia 15 tahun,, perempuann, dirawat ruang r r rawat non bedah b dengaan diagnosiss medis dem mam tipoid. Keluhan saaat ini
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indonesia
47
k klien mengeluh mual, pusing, lem mas. Sebeluumnya tidakk pernah dirrawat d rumah sakit di s dengaan penyakit yang sam ma. Pengukuuran tanda--tanda v vital tekanaan darah 110/70 mmHg, nadi 96xx/menit, suhhu 36,4°C. Berat b badan klienn 43 kg, toinnggi badan 155 cm. peemeriksaan fisik didap patkan d data konjunngtiva tidakk anemis, suara nafas vesikulerr, bising ussus 8 x x/menit, heepar tidak teeraba. Hasiil pemeriksaaan laboratorium: Hb: 14,9 H Hematokrit : 45, trombbosit 210.000, widal titer t O:1/3220 widal titter H 1 1/160. Saat ini mendappatkan terap pi Acran injeksi 3x25 m mg (IV), Triicefin 2 gr, Dripp dekstrose 5% 100cc. 2x1 2) Kebutuhan K rasa nyamaan psikososiial: I mengataakan klien adalah Ibu a anak k yang percaaya diri dann mudah berrgaul, m mempunyai i banyak teeman dan merasa m sedih karena ttidak berku umpul d dengan meereka selam ma sakit. Klien merasa sangatt senang ketika k d dijenguk
o oleh
temaan-temannyaa
di
rum mah
sakit.
Klien teeratur
m melaksanak kan ibadah agama dan berdoa di rumah. Sejak dirawat klien t tidak melakksanakan ibbadah kareena kondisii tubuh yanng lemah, klien b belum menarche, infoormasi tentaang pubertaas didapatkkan dari maajalah d dan cerita teman, orrang tua memberikan m n penjelasann apabila klien b bertanya. 3) Kebutuhan K rasa nyamaan terkait peengalaman sosiokultura s al: K Klien adalaah anak ketiga dari tiga bersauudara. Ayaah tidak pernah m menjenguk k beesar. Anak tidak karena bekkerja sebagaai supir di kedutaan s sedih berpiisah dari ayyah karenaa ayahnya bekerja. Klien lebih dekat d dengan ibu dibandingkkan dengan ayah. a 4) Kebutuhan K rasa nyamaan terkait peengalaman lingkungan: l kamar. Ruaangan K Keluarga daan klien meerasa nyamaan dengan lingkungan l k kamar mengggunakan AC A dengan pengharum m ruangan, ssatu kamar untuk u 2 pasien deengan lampuu penerangaan masing-m masing klieen. Terdapatt sofa u untuk keluaarga. Kamaar mandi bersih b dan nyaman. N Namun dem mikian a anak dan keeluarga ingin segera pu ulang ke rum mah.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indo onesia
48 Tabell 2.2 Struktu ur taksonom mi anak dengan demam m tipoid Tipe Com mfort Fisik
Relief Muall, pusing, lem mas, konjuungtiva anem mis
Psikospiriitual
Lingkunggan
Sosiall
Ease
Transceendence
Anak menyesal Anak senang temanberpissah dengan dijenguk temann-temannya temannya Keluarga dan klien dan Anak merasa nyaman keluarrga ingin dengan lingkungan l segeraa pulang kamarnya Anak tid dak sedih dengan berpisah karena ayahnya ayahnya beekerja
Sum mber: Herlinaa (2012)
II. Pereencanaan Tahaap kedua dari d proses keperawattan comforrt Kolcaba adalah Comfort Meaasures dan Intervening I Variable. 1. Comfort C Meeasures I Intervensi kenyamanaan memilik ki tiga kattegori yaituu 1) interrvensi k kenyamanan n standar/teehnikal unttuk memperrtahankan hhomeostasiss dan m mengontrol rasa sakkit, 2) pellatihan/ cooaching unntuk mered dakan k kecemasan, memberikaan jaminan dan inform masi, menannamkan harrapan, m mendengark kan dan membantu m merencanaka m an pemulihhan, 3) tind dakan y yang menennangkan bagi jiwa (com mforting), hal-hal h yangg menyenan ngkan y yang peraw wat lakukann untuk membuat m annak atau kkeluarga merasa m d diperhatikan n dan diperkkuat, sepertti guided im magery (Kolccaba, 2003)). 2. Intervening I g variables I Intervening g variabless ini meru upakan keekuatan yaang berinteeraksi t terhadap paasien, sehinggga mempeengaruhi persepsi resippien dari co omfort s secara keseeluruhan. Perawat dap pat menyiassati dengann memperbaanyak d diskusi berssama pasienn dan meng gidentifikassi interveninng variablees apa s saja yang dimiliki paasien serta bagaimanaa cara yanng paling sesuai s m menurut p pasien. Inttervensi holistik h yaang sesuai
dengan teori
k kenyamanan n antara laiin: terapi musik, m pijattan dan senntuhan terap peutik ( (Peterson & Bredow, 2004). 2
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
49
S Salah satu contoh c diaggnosa keperrawatan padda aplikasi ccomfort Ko olcaba p pasien anakk dengan demam d tipo oid terkait mual berhuubungan deengan i iritasi
inteestinum,
d dengan
tujjuan
rasa
mual
beerkurang,
tidak
m menggangg gu aktifitas makan daapat dilihatt dalam taabel 2.3 seebagai b berikut. Tabel 2.3 In ntervensi keperawatan pada p pasien n anak dengaan demam tipoid t Tipe intervvensi Comfoort Kolcaba Tehnikal (sttandar comfoort)
Coaching Comfortingg (Comfoort food for thhe soul)
Tindakan n Keperawattan 1. Kaji ulaang intensitaas mual, fak ktor yang memperberrat mual dan mempperingan muaal. 2. Berikann Acran injjeksi 3x25 mg (IV) 3. Berikann Tricefin 2x1 gr (d drip dekstrrose 5% 100ccc) Jelaskan pada annak penyeebab munculnyaa mual 1. Ajarkann pada klien tehnik Imag gery guidannce 2. Libatkann keluarga dalam latiihan imagery guidance
Sumber: Herlina H (20112) III. Enhanced Comffort Prosses dalam keperawataan ini sesu uai dengan asuhan keeperawatan yaitu denggan melakuukan tindakkan dan dieevaluasi secara terus-m menerus deengan mennggunakan format SOAP (Subjekktif, Objekttif, Analisiss dan Plan nning) samppai pasien mengalam mi kesembu uhan sesuai dengan tuujuan peraw watan (outtcomes comf mfort). Subjeektif merupakan hasil evaluasi yaang disamp paikan pasien atau keluarga k seecara langssung, objekktif adalahh hasil evaaluasi nakan penggamatan ressiden yang dialami paasien dan keeluarga. Analisis digun untuuk menilai masalah keperawatan k n yang diaalami anakk sudah terratasi, terattasi sebagiaan atau bahhkan belum m teratasi seetelah dilakkukan interrvensi kepeerawatan olleh residen. Planning adalah a pereencanaan tinndak lanjut yang dibuuat residen untuk u menggatasi masalah keperaw watan. d prosess keperawattan comforrt Kolcaba pada Enha anced Tahaap ketiga dari Com mfort terdiri atas: 1. Implementasi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
50
Apliikasi empaat kontekss pengalam man holistiik comfortt pada prraktik kepeerawatan annak diuraikaan pada beberapa paraggraf di bawaah ini. a. Physical P com mfort Inntervensi kenyamanan k n terkait fisik adalah intervensi yang ditujjukan u untuk menjaaga homeosstasis tubuh h. Tujuan dari d tindakaan yang beersifat teeknis ini adalah a mem mbantu passien mencaapai status kesehatan serta k kenyamanan n yang diinnginkan dan n mencegahh komplikaasi. Contoh h dari k kenyamanan n fisik tersebbut diantaraanya tindakkan monitoring seperti tanda taanda vital, status s tingkkat kesadaraan dan hasill laboratoriuum kimia darah, d a administrasi obat-obatan analgessik, terapi cairan daan observassinya. M Meminimalk kan cedera dan nyeri dengan melakukan priinsip atraumatic care adalahh dengan melakukan m prosedur p k khusus untuuk perawataan di ruuang anak yang mem mbedakan dengan deewasa akann meminim malkan k ketakutan paada anak, misalnya m melakukan m p prosedur denngan melak kukan k kegiatan berrmain terlebbih dahulu. b. Psycospiritu P ual comfort U Upaya yangg dapat dilakukan perawat p unntuk memenuhi kebuttuhan p psikospiritua al, meliputii pemberian n waktu unntuk kunjunngan dari siibling d orang teerdekat, memanage ny dan yeri, membeerikan support sistem untuk u a anak. Namuun pengunjuung perlu memperhatik m kan prinsipp aseptik deengan m mencuci tanngan sebeluum dan settelah kunjunngan untukk meminim malkan p penyebaran i infeksi padaa pasien. c. Sosiocultura S al comfort R Rumah sakkit membukka layanan n konselingg yang diilakukan teenaga k kesehatan keepada orangg tua dan an nak terkait dengan kebbijakan, pro osedur d peraturaan rumah saakit sebelum dan m anak di rawat. r Konsseling ini dilihat d d dari prinsipp comfort, petugas kesehatan k m memberikan n rasa ny yaman soosiocultural dengan memberikan m informasi yang y jelas kkepada klien n dan k keluarganya . Orientasikkan pada an nak dan keluuarga tentanng situasi ru umah saakit dengann bentuk miiniatur rumaah sakit. Peengenalan teentang tata tertib ruumah sakit dan biaya perawatan. p
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
51
d. Environmen E tal comfort Inntervensi yang y dapat dilakukan agar kenyyamanan lingkungan dapat teercapai adallah sebagai berikut: watan seperrti di rumaah dan fassilitas 1) Tatanan/penataan ruuang peraw tempat tidur untuk orang tuaa dan pennunggu. Ruuang peraw watan dimodifikaasi seperti di d rumah miisal dindingg di cat berw warna diberii wall paper, tiraai dan sprei bermotif an nak, alat maakan bergam mbar kartun n atau kursi dan meja m untuk anak serta fasilitas unttuk mencuci tangan. Hal ini sesuai s denggan pernyaataan dari Hockenberrry (2009) yaitu mempertahhankan fassilitas rumaah sakit sepperti bed uuntuk penun nggu, bangku unntuk anak, teelevisi, ruan ngan dicat dengan d warnna yang meenarik akan mem mbuat lingkuungan seperti di rumah sendiri. 2) Fasilitas akses a komuunikasi untu uk keluargaa dan anak melalui telepon akan mem minimalkan dampak d pem misahan padda anak. Inttonasi suaraa juga akan mem mberikan penguatan p pada p anak. Apabila oorang tua tidak berkunjunng, perawat hendaknya h melakukan kontak denngan anak. 3) Orang tuaa dapat melakukan m konsultasi k kepada perrawat men ngenai kondisi dan d tindakaan perawataan sebaiknyya diberikaan dalam ruang r konsultasii, hal ini akan a memb berikan keseempatan keepada orang tua untuk meendapatkan informasi dan dapaat terlibat dalam tind dakan perawatann. kan secara indoor dan outdoor. Dalam D 4) Ruang berrmain bisa dilaksanank ruang berrmain terseebut disediaakan beberrapa alat ppermainan untuk u stimulasi sesuai s tahapp tumbuh keembang anaak. 5) Penyediaaan buku – buku b atau perpustakaaan mini dillengkapi deengan kursi dann meja bellajar serta player memungkink m kan anak untuk u mengekspplorasi inforrmasi yang diinginkann terutama uuntuk anak pada tahap prassekolah. 6) Penyediaaan fasilitas untuk berribadah muudah dijanggkau dan dapat digunakann anak saat didampingi d orang tuanyya.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indonesia
52
7) Seragam perawat p yanng menarik k dengan memakai m waarna selain putih dapat mennurunkan ketakutan k anak a terhaddap orang asing sehingga perawat daapat lebih mudah m dalam m melakukaan pendekattan pada anaak. 8) Perawat dapat mengggunakan alatt – alat dalaam tindakann perawatan n yang main misall menggunnakan steto oskop dimodifikaasi seperti alat berm berwarna warni, w alas bermotif attau manset yang y dijahitt dengan gaambar kartun. 2. Evalluasi Keperrawatan Evalluasi keperaawatan dilaakukan setellah implem mentasi. Evaluasi bisa dilihat d dari perubahann tingkat kenyamanan k n pasien setelah s dilaakukan tind dakan peraawatan. Penilaian tinngkat kenyamanan addalah menentukan tin ngkat kenyyamanan yaang dialam mi oleh pasiien sebelum m dan sesuddah diinterv vensi. Beberapa caraa atau skkala yang dapat dillakukan unntuk meng gukur kenyyamanan menurut Kolccaba (2005)) adalah: tertutup adalah pertany a. Pertanyaan P yaan yang hanya h mem merlukan jaw waban “ “ya” dan “tidak”. Pertaanyaan tertu utup dapat diajukan d paada anak usiia 2-3 t tahun. b. Skala S kenyamanan denngan bungaa Daisi (Chhildren’s C Comfort Daiisies), y yang dikem mbangkan Kolcaba K tahu un 1997-20000. Skala seesuai gambaar 2.1 t tersebut dappat mengukuur tingkat kenyamanan k n pada anak usia 1-4 tah hun. Gambar 2.1 2 Children n’s Comforrt Daisies, 2000
c. Visual anallog scale yaaitu anak meletakkan m s satu titik paada garis veertical s sepanjang 10 cm unttuk menilaii tingkat kenyamanan k n dirinya. Posisi P n nyaman berada di titiik teratas, sedangkan rasa paling tidak ny yaman b berada di tittik terbawahh. Gambar skala s dapat dilihat padaa gambar 2..2.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
53
d. Skala S 1 – 100 (Skala Kuusher). P Perawat meeminta anakk menunjuk nomor yanng dianggapp dapat mew wakili t tingkat kenyyamanan yaang sedang dirasakan anak. a Gambbar skala Kusher K d dapat dilihaat pada gambbar 2.2. G Gambar 2.2 Visual V analo og scale dan skala Kusheer
l
2
3
4
5
6
7
8
9
10
e. Kuesioner K General Coomfort Queestioner (GC CQ) yang diadaptasi dapat d digunakan u untuk menggukur tingkaat kenyamannan pada annak remaja. f. Comfort C Beehaviours Checklist C (C CBC) yang dibuat Kolcaba pada tahun t 1 1997 dapat digunakan untuk men ngukur tingkkat kenyam manan anak yang t tidak dapat bicara. nsep metaparadigma keperawata k an teori com mfort Kolcaba 2.4.5 Kon Uraiian konsepp paradigm m keperawaatan yang diaplikasikkan dalam teori Kolccaba adalahh sebagai beerikut. 1. Kepperawatan Kepperawatan adalah a penillaian kebuttuhan akan kenyamanan, perancaangan kenyyamanan diigunakan untuk u meng gukur suatuu kebutuhann, dan penilaian kem mbali digunnakan untuuk menguk kur kenyaamanan settelah dilak kukan impllementasi. Pengkajian P dan evaluassi dapat dinilai secara ssubyektif, seeperti ketikka perawatt menanyakkan kenyam manan passien, atau secara oby yektif, misaalnya obserrvasi terhaddap suhu tu ubuh anak, kondisi annak dan inteeraksi anakk dengan keeluarga. Penngukuran raasa nyaman pada anak didasarkan n pada instrrument tingkkat usia perrkembangan n anak. 2. Mannusia Mannusia adalaah penerim ma asuhan keperawataan dapat bberupa ind dividu (passien), keluarrga, institussi atau kom munitas yanng membutuuhkan peraw watan keseehatan. Dallam lingkuup keperaw watan anak dengan peeningkatan suhu tubuuh di sini, paasien adalahh anak dan keluarga. k
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
54
3. Linggkungan Linggkungan addalah aspekk dari pasieen, keluargaa, atau instiitusi yang dapat dimaanipulasi oleh o peraw wat atau orang o terccinta untukk meningk katkan kenyyamanan annak selama perawatan. Dalam kaasus ini papparan AC dalam d ruanngan, pembbatas tirai, kondisi k ruaangan yangg kotor, sem mpit dan ramai r meruupakan gaambaran daari pengkajjian ketidaaknyamanann yang dialami pasien. 4. Keseehatan Keseehatan adalah fungsi opptimal, sepeerti yang digambarkan oleh pasien n atau keloompok, darii pasien, keeluarga, atau u masyarakaat. Dalam teeori keperaw watan yangg diaplikasiikan resideen dalam kasus k kelolaaandiharapkkan kenyam manan tercaapai, pasienn dan anggoota keluargaa terikat olehh HSBs dann akan lebih h puas denggan pelayanan kesehaatan di ruaang infeksii anak RSU UPN Dr. Cipto Manngunkusumoo, sehinggaa rumah sak kit lebih teerpandang ddan berkem mbang dalaam masayaraakat sekitarr.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
55 Skema 2.3 Integrasi teori comfort Katharine Kolcaba dan konsep keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan peningkatan suhu tubuh
Jalur 1 Health Care Needs
+
Nursing Interventions
Jalur 2 Pengalaman: 1. Fisikal 2. Psikospiritual 3. Sosialkultural 4. Lingkungan
Intervensi Comfort: (Atraumatik care) 1. Tehnikal 2. Coaching 3. Comforting
Jalur 3
1. 2.
1.
3. 4.
2. 3. 4.
Tidak terjadi kejang dan dehidrasi Suhu tubuh normal Tidak menimbulkan stress dan trauma Anak dan keluarga merasa nyaman
5. 6. 7. 8. 9.
Rehidrasi Pakaian yang tipis dan menyerap keringat Kompres air hangat Kolaborasi pemberian antipiretik Pendidikan kesehatan Pemberian dukungan kepada pasien dan keluarga Empati dan sentuhan Lingkungan yang tenang Musik kesukaan anak
Intervening Variables
+
Variabel Intervening: 1. Pengalaman 2. Usia 3. Perilaku 4. Status emosional 5. Sistem pendukung 6. Prognosis 7. Status ekonomi
1. 2. 3. 4.
Outcome Comfort: 1. Rasa nyaman fisik 2. Rasa nyaman psikospiritual 3. Rasa nyaman sosiokultural 4. Rasa nyaman lingkungan
Catat usia dan jenis kelamin anak Observasi suhu tubuh, nutrisi dan balance cairan Jaminan/Asuransi kesehatan Libatkan keluarga (Family Centered Care)
1. 2. 3. 4.
Institutional Integrity
Health Seeking Behaviors
Enhanced Comfort
1. 2.
3.
Suhu dalam batas normal (36,5-37,5°C) Perilaku anak menunjukkan rasa nyaman Penilaian rasa nyaman disesuaikan dengan usia dan kondisi anak Adanya support keluarga
Daya tahan tubuh kuat Keluarga menjalankan pola hidup sehat Meninggal dengan tenang
1. 2. 3.
1. 2.
Percaya pada tenaga kesehatan Anak tidak menangis/takut Tidak terjadi komplikasi penyakit dan penyebaran infeksi
Kepuasan keluarga segera teratasi Tindakan medis berkurang
1. 2. 3.
LOS minimal Antipiretik berkurang Keluarga puas dengan pelayanan rumah sakit
Sumber: Plipat (2002); Soedjatmiko (2005); Tomey&Alligood (2006); Wilmana&Gan (2007); Hockenberry&Wilson (2009); Sitzman&Eichelberger (2011)
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
56
2.5 Aplik kasi Konsep p Teori Com mfort Kolca aba Pada Kasus Terp pilih Aplikkasi teori comfort c Koolcaba akan n diterapkaan pada saalah satu kasus kelolaaan yang teerpilih, yaittu kasus pasien anak SR S dengan Kejang Deemam Komppleks. Prosees asuhan keperawatan k n akan dim mulai dari tahap pengk kajian menuurut Kolcabba (rasa nyyaman terk kait pengalaman fisikk, psikospirritual, sosiokkultural dann lingkungaan), penenttuan masalaah keperaw watan yang dapat dianallisa dari sttruktur takssonomi ken nyamanan pada tabel 2.4, meny yusun intervvensi
kepperawatan
dengan
menggunakkan
comffort
meassures,
impleementasi keperawatan k n kemudian n dievaluaasi dengann menggun nakan instruumen yang sesuai s dengaan tingkat perkembang p gan anak. 2.5.1 Gambaran G umum pasien 2.5.2.1 Identitass pasien Anak S.R, perempuuan, usia 21 bulan. Pasiien adalah aanak pertam ma 2.5.2.2 Keluhann utama Ibu meengatakan anak dem mam tinggi, kejang dan mengalami penurunnan kesadaraan. 2.5.2.3 Riwayatt penyakit Sejak ussia 6 bulan,, anak kejan ng berulangg tanpa dem mam dan beerobat rutin ke poli Neuroo RSCM sejjak 3 bulan yang lalu. Saat tiba dii IGD RSCM tanggal t 24 September 2013 jam 10.30 1 WIB anak mengalami kejang, mata keddip-kedip, mulut menngecap, taangan dan kaki menghentak berulang selama kurang lebih 15 menit. Saaat itu diberikaan Stesolidd (supp) 2x, 2 kemudiian anak ddiberikan terapi t Fenobarrbital 20 mg m (IM) kaarena masihh kejang. A Anak mengalami penurunnan kesadaraan (Apatis). Anak S.R dipindahkaan ke ruang anak infeksi kamar 102 D pada taanggal 26 September S 2013 jam 03.45 0 WIB. Skkala risiko jatuh: j 17. 2.5.2.4 Diagnossa Medis Diagnossis pasien adalah a kejan ng demam kompleks. Yang dimaaksud kejang demam d kom mpleks adallah kejang demam d yanng terjadi deengan ciri salaah satu tandda gejala seb bagai berikuut: kejang lama > 15 menit, m kejang fokal atau parsial saatu sisi, ataau kejang uumum didaahului
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
57
kejang parsial , serrta kejang berulang b ataau lebih darii 1 kali dalaam 24 jam (Annnegers, 19887).
2.5.2 Pengkajian manan Terk kait Pengalam man Fisik 2.5.2.1 Pengkajian Kenyam Keadaann umum annak lemah, tingkat kesadaran k A Apatis. Gla asgow Coma Scale S (GC CS) E2M5V V3=10. Muukosa bibiir anak keering, terpasanng selang nasogastric tube (NGT T). Hasil peengukuran tandatanda viital pada annak didapatk kan tekanann darah 90//55 mmHg, suhu 38,6°C, nadi 120 x/mnt, x pernaafasan 28x//mnt, lingkaar kepala 39 9 cm, diameter ubun-ubun besar 2 mm m (mikrosefali). Beraat badan anaak SR 6965 grram dan pannjang badan n 72 cm. Ekstrimitas E anak mengalami parese, terpasang selang infu us di tangann kiri. Gennetalia terpaasang kateter. Penghitunggan risiko jatuh: 17. Sejak usia 6 bulan pasien p kejang berulang b tannpa demam m, berobat kee poli Neuro RSCM seejak 3 bulan yang y lalu. Tidak adaa riwayat kejang k di keluarga. Hasil pemerikksaan analissis cairan otak o pada anak a tanggaal 24 Septeember 2013 menunjukkan m n bahwa an nak tidak mengalami m kelainan. Hasil pemerikksaan laborratorium an nak melaluui spesimen urin 24 jam tanggal 27 Septem mber 2013 didapatkann Natrium (Na) 96 mEq, Kalium (K) 8 mEq,, Klorida (C Cl) 78 mEq. manan Terk kait Pengalam man Psikospiritual 2.5.2.2 Pengkajian Kenyam Semenjaak sakit anaak S.R cend derung diam m terbaring di tempat tidur. Bila dibbangunkan dengan d rangsang nyeri, anak hannya melihat pada kedua orang o tuanyya. Anak diasuh d olehh ibunya ddan mempeeroleh dukungaan dari keluuarga. Kelu uarga khawaatir terhadaap penyakit yang diderita anaknya, tetapi keluarrga yakin dan d selalu bberdoa mem mohon untuk keesembuhan anaknya. manan Terk kait Pengalam man Sosiokkultural 2.5.2.3 Pengkajian Kenyam Pasien adalah anaak pertama, usia kehaamilan cukkup bulan, lahir secara spontan, s terrdapat riway yat biru dirrawat selam ma 10 hari, tetapi t tidak diipasang alatt bantu naffas. Berat badan b anakk saat lahir 1900
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
58
gram dan d panjanng badan lahir 42 cm. Perkeembangan anak mengalaami keterlambatan, seperti angkaat kepala uusia 8 bulan n dan miring ke k kanan kiri usia 10 bulan. b Samppai saat ini, anak belum m bisa duduk, berdiri b dan berjalan. Peerhatian dann kehadirann kedua oran ng tua selalu ada a disamppingnya. Hu ubungan daalam keluarrga berlang gsung harmoniis, anak menndapat kasih sayang daari keluargaa. 2.5.2.4 Pengkajian Kenyam manan Padaa Lingkungaan Keluargga kurang merasakan m ny yaman denggan lingkunngan kamar yang sempit dan d kotor. Ruangan R dig gunakan unntuk 6 pasieen tanpa pen nutup tirai sebbagai privasii. Ruangan kadang-kaddang terasa panas. Padaa saat jam berrkunjung tibba, ruangan n terlalu ram mai. Keluarrga ingin segera pulang ke k rumah. Tabel 2.44 Struktur taksonomi t comfort c Kolccaba pada k kasus anak S.R S Tipe comffort Fisik
Relieff 1. Tinggkat kesadarann : Apatis. Glassgow Coma Scale (GCS S) E2M M5V3=10. 2. Tandda-tanda vital: tekaanan darah: 90/55 9 mmHg g, suhuu: 38,6°C nadii: 120 x/mnt pernnafasan: 28x/m mnt. 3. Hasiil laboratorium m: (Urin) Natrrium (Na): 96 mEq/24 jam Kaliium (K): 8 mEq/24 jam m Klorrida (Cl): 78 mEq/24 m jam. 4. Penggukuran s status gizzi mem mpunyai kesaan status gizzi anakk kurang 5. Anaak mempunnyai riwayaat kejaang, penghittungan risik ko jatuhh: 17.
Psikospirittual
Sosiokultuural
Lingkungaan
Eaase
Transeedence
Anak membuka mata dann melihat orang tuuanya saat diberikan stimulus. Keluarga khawatir terhadap penyakit yang diderita anaknya.
Keluarga teetap berdoa untuk kesembuhan k anaknya pakan anak Klien merup pertama, sehingga perhatian dan n kehadiran kedua oran ng tuanya selalu ada a di sampingnya.
Ruang perawatan p terddapat 6 pasien n, yang raamai bila jam m kunjung tibaa, ruangann kadang-kaadang terassa panas, tidak ada pembatas/ p tiraai sebagai privasi.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
59
Dari uraiann pengkajiaan comfort dan gambaran struktuur taksonom mi di atas dapat dianalisis masalah keeperawatan dan peneggakkan diag gnosis keperawataan yang munncul pada anak a S.R anttara lain: a. Perfusi jaringan serrebral tidak efektif b. Peningkkatan suhu tuubuh: demaam c. Gangguuan elektroliit d. Gangguuan tumbuh kejar e. Risiko tinggi cideraa f. Kurang pengetahuaan orang tuaa tentang peenyakit
2.5.3 Rencana R keeperawatan n R Rencana kepperawatan pada p anak S.R S berdasaarkan konseep teori Comfort K Kolcaba disuusun dengann menggunaakan comforrt measuress dan intervening v variables paada masing--masing diaagnosa kepperawatan. B Berikut ini akan d dijelaskan reencana kepeerawatan paada anak SR R. 2.5.3.1 Perfusi jaringan ceerebral tidaak efektif b.d b reduksi aliran daraah ke otak A. Tujuan keeperawatan: Setelah dilakukan d tiindakan keeperawatan selama 2 minggu, suplai s darah ke otak dapatt kembali normal, n denngan kriterria hasil seebagai berikut: daan normal (tekanann darah: 110/60 1. Sirkulasi darah dalam kead mmHgg, saturasi oksigen: o 99--100%). 2. Peninggkatan tekanan intra krranial (edem ma pupil, muntah proy yektil, sakit/nnyeri kepalaa) tidak terjaadi 3. Komplikasi penyaakit tidak diitemukan seelama peraw watan. B. Intervensii Keperawattan Intervensii keperawaatan pertam ma adalah intervensi yang dilak kukan untuk meemelihara perfusi p jarin ngan otak secara adeekuat. Interrvensi tersebut diicantumkann dalam tabeel 2.5 di baw wah ini.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
60
n serebral tiidak efektif b.d Tabel 2..5. Intervenssi DP 1 Perffusi jaringan reduksi alirran darah ke k otak Intervvensi kenyam manan Tehnikaal
Coachinng
Comforrting
Tindakan keperawatan k 1. M Monitor sirkullasi darah seccara teratur: ttekanan darah h dan s saturasi oksigen 2. Monitor M adaanya peninggkatan tekannan intrakraanial: m meningkatnya a lingkar keepala, meninngkatnya tek kanan d darah, menuru unnya nadi, pernapasan p tiddak beraturan n dan g gelisah berleb bihan. 3. Tinggikan T kep pala klien 15-445 derajat sesuuai indikasi. 4. Kolaborasi K untuk pemberiann anti konvullsi Fenobarbittal 20 m (2x) IV seesuai indikasi mg 1. Ajarkan A keluarrga tentang peemantauan staatus sirkulasi darah d anak 2. Ajarkan A keluarga tentang taanda-tanda peeningkatan tek kanan intrakranial 3. Ajarkan A keluaarga tentang pencegahan p koomplikasi pen nyakit pada anak 1. Cegah C stimullus yang daapat menimbulkan kompllikasi penyakit 2. Ciptakan C lingk kungan yang tenang
2.5.3.2 Peningkkatan suhu tubuh: dem mam b.d effek langsunng dari sirk kulasi endotokksin pada hippotalamus A. Tujuan Keeperawatann: setelah diilakukan tinndakan kepeerawatan seelama 2 mingguu, suhu tubuh dalam rentang r norrmal, dengan kriteria hasil sebagai beerikut: 1. Tandaa-tanda vitall dalam keaadaan stabil (suhu: 36-337°C, nadi: 100110x/m menit, RR: 24-28x/men 2 nit) 2. Perubaahan warnaa kulit tidak k tampak daan peningkaatan intra crranial tidak terjadi t B. Intervensii Keperawattan Intervensii keperawattan kedua adalah intervvensi yang dilakukan untuk u mengatasii demam paada anak. Intervensi teersebut dicaantumkan dalam d tabel 2.6 di d bawah inii.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
61
2 Interven nsi DP 2 Pen ningkatan su uhu tubuh: D Demam b.d efek Tabel 2.6. langsung dari d sirkulassi endotoksin n pada hipootalamus Intervenssi kenyaman nan Tehnikal
Coaching
Comforting
Tindakan keperawatan k 1. Obseervasi tanda-taanda vital : suhhu, nadi, RR, dan saturasi oksigen. o 2. Pantaau tanda-tand da hiperpirekssia: suhu meeningkat drasttis, kulit kem merahan, ruam,, takikardi dann takipnoe. 3. Berikkan kompres air a hangat 4. Kolaaborasi pembeerian terapi anttibiotik Cefotaaxime 170 mg g (3x) IV dan antipiretik Paarasetamol 80 mg (3x) PO. 1. Anjuurkan pasien untuk u banyak minum m ± 2,5 1 / 24jam 2. Jelasskan manfaatn nya banyak miinum bagi klieen 3. Anjuurkan keluarg ga untuk meengganti pakkaian yang tiipis dan meenyerap kering gat pada anak 4. Ajarkkan keluarga tentang obserrvasi suhu daan pemberian kompres air hangat mpingnya 5. Berikkan penjelasaan pada kelluarga untuk tetap disam selaama anak massih demam tinnggi 1. Gantti linen bila su udah basah oleeh keringat 2. Atur suhu lingkun ngan sesuai denngan suhu tubbuh anak
2.5.3.3 Gangguuan elektroliit b.d kegagalan mekannisme pengaaturan A. Tujuan Keeperawatann: setelah diilakukan tinndakan kepeerawatan seelama selama 2 minggu, mekanisme m pengaturan p cairan dan elektrolit dalam d tubuh kem mbali normaal, dengan kriteria k hasill: 1. Status hidrasi padda elektrolit adekuat 2. Pemerriksaan labooratorium ellektrolit dalaam batas noormal. 3. Komplikasi shockk tidak terjaadi selama perawatan p B. Intervensii Keperawattan Intervensii keperawattan ketiga adalah a intervvensi yang dilakukan untuk u mengatasii hidrasi dan mencegah terjaadinya shock pada anak. Intervensii tersebut dicantumkan dalam tabeel 2.7 di baw wah ini. Tab bel 2.7. Interrvensi DP 3 Gangguan elektrolit b..d kegagalan n mekaniisme pengaturan Intervenssi kenyaman nan Tehnikal
Coaching
Comforting
Tindakan keperawatan k 1. 2. 3. 4. 1. 2.
Berikkan cairan infu fus N5 + KCl 11 ml/jam sesuai program Cegaah terjadinya dehidrasi d beraat pada anak Berikkan cairan dan n tingkatkan inntake oral Mem mantau tanda dan d gejala adaanya retensi caairan Ajarkkan keluarga cara c memonitor dan menghhitung keluaran n cairan Ajarkkan keluargaa untuk mem mberikan peraawatan selang g kateter yanng digunakan anaknya 1. Berikkan penutup ruang r saat keluuarga melakuukan perawataan kateter unttuk menjaga privasi p anaknyya. 2. Berikkan kesempaatan pada orrang tua unttuk mengeksspresikan perrasaannya
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
62
2.5.3.4 Gangguuan tumbuh kejar b.d status neuroloogis anak (A Apatis) A. Tujuan keeperawatan: setelah dilaakukan tinddakan keperrawatan selaama 2 minggu, status s pertuumbuhan dan d perkem mbangan pssikososial sesuai s dengan ussia, dengan kriteria k hasiil sebagai berikut: 1. Kesaddaran membaik, Nilai GCS 15 E4M M6V5 2. Mengkkonsumsi asupan a mak kanan yang cukup sessuai berat badan dan tinnggi badan anak 3. Memilliki asupan cairan yang g cukup tanppa tanda-tannda dehidraasi 4. Terlibat dalam innteraksi sosiial dan dapaat mengungkapkan perasaan secaraa verbal B. Intervensii Keperawattan Intervensii keperawaatan keempat adalah intervensi yang dilak kukan untuk meengatasi staatus neurolo ogi, pengatturan nutrisi dan inteeraksi sosial padda anak. Inttervensi tersebut dicanntumkan daalam tabel 2.8 2 di bawah ini. Tabel 2.8. Intervensi DP D 4 Gangg guan tumbuh h kejar b.d status neuro ologis ana ak (Apatis) Inteervensi kenyaamanan Tehnikaal
Coachinng
Comforrting
Tindakan n keperawataan 1 Pantau stattus neurologiis secara terratur: respon pupil, 1. kejang, geerakan mata, respon verbaal, tingkat kessadaran dan nilai GCS G 2 Monitor perrkembangan status 2. s nutrisi ppada anak 3 Timbang beerat badan klieen tiap hari 3. 4 Monitor kesseimbangan inntake dan outpput 4. 5 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk ppemberian diiit susu 5. formula 8 x 60 cc sesuaai indikasi 1 Ajarkan kelluarga tentangg penilaian GC 1. CS pada anak 2 Ajarkan kelluarga membeerikan minum anak melalui NGT 2. 3 Ajarkan keluarga 3. k mem mberikan stim mulus sesuaai usia perkembaangan anak 1 Berikan keesempatan anak mengungkkapkan perasaannya 1. secara verrbal 2 Ciptakan ko 2. omunikasi teraapeutik antaraa klien dan kelluarga 3 Berikan teraapi musik 3.
2.5.3.5 Kurang pengetahuuan orang tua tentaang penyakkit b.d ku urang informaasi yang didapat d tenttang prognnosis dan penatalaksaanaan penyakit
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
63
A. Tujuan Keeperawatan: setelah dillakukan tinddakan keperawatan dallam 1 x pertemuuan, keluargga mengerti tentang konndisi pasienn, dengan krriteria hasil sebaggai berikut: 1. Keluarrga paham tentang prog gnosis dan penatalaksaanaan penyaakit 2. Keluarrga mampuu melaksanaakan proseddur yang dijelaskan secara benar 3. Keluarrga mampu menjelaaskan kembbali apa yang dijelaaskan perawat/ tim keseehatan lainy ya B. Intervensii Keperawattan Intervensii keperawataan kelima adalah a interrvensi yang dilakukan untuk u mengatasii kurangnyya pengeth huan oranng tua yaang diakib batkan kurangnyaa
informaasi
yang
dibutuhkkan.
Interrvensi
terrsebut
dicantumkkan dalam taabel 2.9 di bawah b ini. Tabel 2.9. Interveensi DP 5 Ku urang pengeetahuan oraang tua tenta ang penyak kit b.d kuraang informasi yang didaapat tentangg prognosis dan d penatalaksanaan pen nyakit Interrvensi kenyamanan Tehnikaal
Coachinng
Comforrting
Tindakan n keperawatan 1. Kaji pengetah huan keluarga tentang pennyakit yang diderita d anaknya 2. Identifikasi in nformasi yangg diperlukan kkeluarga 3. Jelaskan prossedur perawataan yang dilakuukan pada anaaknya gnosis dan pennatalaksanaan penyakit 4. Jelaskan prog 1. Anjurkan keluarga k unttuk tetap berdoa meemohon kesembuhan n anaknya 2. Ajak keluarg ga untuk mengikuti perkkembangan kondisi k anaknya 3. Berikan kesem mpatan pada orang tua untuuk mengeksprresikan perasaannyaa 4. Berikan rein nforcement poositif bila keeluarga memb berikan respon baik k setelah diberrikan penjelasaan tentang pen nyakit Jagga kebersihan n ruangan agarr terhindar darri penyebaran infeksi pennyakit anak
2.5.3.6 Resiko tinggi t cidera b.d aktivittas kejang A. Tujuan Keeperawatann: setelah diilakukan tinndakan kepeerawatan seelama selama 2 minggu, tiddak terjadi kejang beruulang, denggan kriteria hasil sebagai beerikut: 1. Keluarrga mengetaahui penataalaksanaan kejang k 2. Monitor lingkunggan yang dap pat menjadii resiko cideera 3. Keluarrga mengetaahui strateg gi efektif penngendalian kejang beru ulang
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
64
B. Intervensii Keperawattan Intervensii keperawaatan keenam m adalah intervensi yang dilak kukan untuk mencegah ciddera selamaa perawatann dan menccegah terjadinya ntervensi teersebut dicaantumkan dalam d kejang beerulang padda anak. In tabel 2.10 di bawah inni. Tabel 2.10. 2 Interveensi DP 6 Resiko tinggi cidera b.d aaktivitas kejjang Intervvensi kenyam manan Tehnikaal
Coachinng
Comforrting
Tindakan keperawatan k 1. Iddentifikasi fak ktor pasien yaang dapat meenjadikan poteensial cidera dalam setiap keadaaan 2. Iddentifikasi kaarakteristik dari lingkunngan yang dapat d menjadikan potensial p ciderra. 1. Ajarkan A keluarrga untuk melakukan alihh baring tiap p jam untuk menjag ga kelancaran sirkulasi daraah 2. Innformasikan hal-hal h yang perlu p dilakukkan keluarga untuk u mencegah cid dera saat terjaddi kejang beruulang pada anaak 3. Anjurkan A kelu uarga untuk memasang penghalang dan mengunci roda r tempatt tidur saaat tidak beerada disampingnyaa 1. Paasang penghalang dan mengunci roda tem mpat tidur 2. Paasang gelang berwarna kuuning sebagai tanda risiko jatuh pada anak dan d gambar segitiga kunning pada teempat tidurnya
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
2.5.4 Implementasi dan evaluasi keperawatan Implementasi dan evaluasi keperawatan pada anak S.R berdasarkan teori dan taksonomi comfort oleh Kolcaba, dapat dilihat dalam tabel 2.11 sebagai berikut: Tabel 2.11 Implementasi dan evaluasi pada anak SR
Implementasi Keperawatan 1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi darah secara teratur 2. Memonitor adanya peningkatan tekanan intrakranial 3. Memberikan posisi tidur yang nyaman bagi anak 4. Memberikan terapi Anti Konvulsif
Diagnosa Keperawatan 1.
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d reduksi aliran darah ke otak
27-09-2013 Jam 14.00 WIB Subyektif: - Ibu mengatakan anak masih tidur terus tetapi kejang sudah tidak ada. - Ibu mengatakan anak lebih suka tidak menggunakan bantal saat tidur
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Subyektif: Subyektif: Subyektif: - Ibu mengatakan anak sudah mulai mudah dibangunkan, tapi masih terlihat mengantuk, kejang sudah tidak ada.
Obyektif: Obyektif: - tekanan darah: 90/55 mmHg, SpO2 98% - lingkar kepala: 39 cm - Terapi obat Depakene masuk 2,5 ml (PO).
- tekanan darah: 100/60 mmHg, SpO2 99% - lingkar kepala: 39 cm - Terapi obat Depakene masuk 2,5 ml (PO). Analisis:
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
- Ibu mengatakan anak sudah mudah dibangunkan
- Ibu mengatakan anak sudah mulai bangun sendiri.
Obyektif:
Obyektif:
- tekanan darah: 110/65 mmHg, SpO2 100% - lingkar kepala: 39 cm - Terapi obat Depakene masuk 2,5 ml (PO).
- tekanan darah: 110/60 mmHg, SpO2 100% - lingkar kepala: 39 cm - anak lebih terlihat nyaman tidur menggunakan bantal - Terapi obat Fenobarbital masuk 20 mg (IV).
Analisis: - Keefektifan perfusi jaringan serebral
4-10- 2013 Jam 08.00WIB Subyektif: - Ibu mengatakan anak sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. - Ayah mengatakan akan menyelesaikan administrasinya segera. Obyektif: - tekanan darah: 110/65 mmHg, SpO2 100% - lingkar kepala: 39 cm - Terapi obat Depakene masuk 3 ml (PO).
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
27-09-2013 Jam 14.00 WIB
Analisis: Keefektifan perfusi jaringan serebral belum teratasi. Planning: 1.
2.
3.
4.
Monitor adanya perubahan sirkulasi darah secara teratur Monitor adanya peningkatan tekanan intrakranial Berikan posisi tidur yang nyaman bagi anak Berikan terapi Fenobarbital 20 mg (2x) IV dan Depakene (pagisore) PO.
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB - Keefektifan perfusi teratasi sebagian. jaringan serebral teratasi sebagian. Planning: Planning: 1. Monitor adanya perubahan 1. Monitor adanya sirkulasi darah perubahan secara teratur sirkulasi darah 2. Monitor adanya secara teratur peningkatan 2. Monitor adanya tekanan peningkatan intrakranial tekanan 3. Berikan posisi intrakranial tidur yang 3. Berikan posisi nyaman bagi tidur yang anak nyaman bagi anak 4. Berikan terapi 4. Berikan terapi Fenobarbital 20 Fenobarbital 20 mg (2x) IV dan mg (2x) IV dan Depakene (pagiDepakene (pagisore) PO. sore) PO.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2-10-2013 Jam 21.00 WIB Analisis:
4-10- 2013 Jam 08.00WIB Analisis:
- Keefektifan perfusi jaringan serebral sudah teratasi. Planning:
- Keefektifan perfusi jaringan serebral sudah teratasi. Planning:
1.
1.
2.
3.
4.
Monitor adanya perubahan sirkulasi darah secara teratur Monitor adanya peningkatan tekanan intrakranial Berikan posisi tidur yang nyaman bagi anak Berikan terapi Fenobarbital 20 mg (2x) IV dan Depakene (pagisore) PO.
2.
3.
4.
Pertahankan prinsip sirkulasi Monitor tandatanda peningkatan tekanan intra kranial Berikan posisi tidur yang nyaman bagi anak Berikan terapi Depakene (pagisore) PO.
Implementasi Keperawatan 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 2. Memantau tandatanda hiperpireksia 3. Memberikan kompres air hangat 4. Memberikan terapi antipiretik dan antibiotik sesuai indikasi
Diagnosa Keperawatan 2.
Peningkatan suhu tubuh: demam b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
27-09-2013 Jam 14.00 WIB Subyektif: - Ibu mengatakan anak masih demam
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Subyektif: Subyektif: Subyektif: - Ibu mengatakan demam anak masih naik turun
- Ibu mengatakan suhu anak tidak setinggi kemarin
- Ibu mengatakan anak sudah tidak ada demam.
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Tanda-tanda vital: suhu: 38,2°C, nadi: 126x/mnt, pernafasan: 30x/mnt. - Tidak ditemukan tanda-tanda hiperpireksia - Anak tampak dikompres air hangat di area dahi dan ketiak. - Terapi Cefotaxime 170 mg (IV) - Terapi Parasetamol 80 mg (PO).
- Tanda-tanda vital: suhu: 37,6°C, nadi: 120x/mnt, pernafasan: 28x/mnt. - Tidak ditemukan tanda-tanda hiperpireksia - Anak masih tampak dikompres air hangat di area dahi. - Terapi Cefotaxime 170 mg (IV) - Terapi Parasetamol 80 mg (PO) dihentikan.
- Tanda-tanda vital: suhu: 37°C, nadi: 110x/mnt, pernafasan: 26x/mnt. - Tidak ditemukan tanda-tanda hiperpireksia - Anak sudah tidak dikompres - Terapi Cefotaxime 170 mg (IV).
Obyektif: - Tanda-tanda vital: suhu: 38,5°C, nadi: 130x/mnt, pernafasan: 32x/mnt. - Tidak ditemukan tanda-tanda hiperpireksia - Anak tampak dikompres air hangat di area dahi dan ketiak. - Terapi Cefotaxime 170 mg (IV) - Terapi Parasetamol 80 mg (PO).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Analisis: Peningkatan suhu tubuh demam sudah teratasi.
4-10- 2013 Jam 08.00WIB Subyektif: - Ibu mengatakan anak sudah boleh pulang oleh dokter. - Ayah mengatakan akan menyelesaikan administrasinya segera
Obyektif: - Tanda-tanda vital: suhu: 36,5°C, nadi: 100x/mnt, pernafasan: 26x/mnt. - Tidak ditemukan tanda-tanda hiperpireksia Analisis: Peningkatan suhu tubuh demam sudah teratasi.
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
27-09-2013 Jam 14.00 WIB
2. Mencegah terjadinya dehidrasi berat
Defisit elektrolit b.d kegagalan mekanisme pengaturan
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Terapi infus masuk:
- Terapi infus masuk:
- Terapi infus masuk:
- Terapi infus masuk:
Planning:
Planning:
1. Observasi TTV 2. Pantau tanda-tanda hiperpireksia 3. Berikan kompres air hangat 4. Berikan terapi Cefotaxime 170 mg (3x) IV dan Parasetamol 80 mg (3x) PO.
1. Observasi tandatanda vital 2. Pantau tanda-tanda hiperpireksia 3. Berikan terapi Cefotaxime 170 mg (3x) IV.
Subyektif: -
Subyektif: -
Obyektif:
1. Observasi TTV 2. Pantau tandatanda hiperpireksia 3. Berikan kompres air hangat 4. Berikan terapi Cefotaxime 170 mg (3x) IV dan Parasetamol 80 mg (3x) PO. 3.
1. Pertahankan tandatanda vital dalam batas normal 2. Pantau tanda-tanda hiperpireksia 3. Berikan terapi Parasetamol 80 mg (bila suhu daiatas 38°C) PO.
Peningkatan suhu tubuh demam teratasi sebagian.
Planning:
- Terapi
infus
4-10- 2013 Jam 08.00WIB Planning:
1. Observasi tandatanda vital 2. Pantau tanda-tanda hiperpireksia 3. Berikan terapi Cefotaxime 170 mg (3x) IV
Peningkatan suhu tubuh demam belum teratasi.
Analisis: Peningkatan suhu tubuh demam belum teratasi.
1. Memberikan terapi cairan infus
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB Planning: Analisis: Analisis:
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Implementasi Keperawatan pada anak 3. Memberikan cairan dan intake oral 4. Memantau tanda dan gejala adanya retensi cairan
Diagnosa Keperawatan
27-09-2013 Jam 14.00 WIB masuk: N5 + KCl 11 ml/jam sesuai program - Turgor kulit cukup - Balans cairan dalam 7 jam adalah + 127,1 cc/ 7 jam cc (asupan = 288 cc, dan haluaran = 160,9 cc). - Terpasang kateter urin.
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB N5 + KCl 11 N5 + KCl 11 ml/jam ml/jam sesuai sesuai program program - Turgor kulit cukup - Turgor kulit cukup - Balans cairan dalam - Balans cairan dalam 7 jam adalah + 96,3 7 jam adalah + cc/ 7 jam (asupan = 143,15 cc/ 7 jam 343 cc, dan haluaran (asupan = 503 cc, = 246,7 cc). dan haluaran = - Tidak terjadi 359,85 cc). retensio urin - Tidak tampak - Kateter urin sudah retensio urin karena dilepas. terpasang kateter urin. Analisis:
Analisis: Analisis: Defisit elektrolit belum teratasi.
Defisit elektrolit belum teratasi.
Defisit elektrolit teratasi sebagian. Planning:
Planning: Planning: 1. Pantau pemberian terapi infus 2. Cegah terjadinya dehidrasi berat pada anak 3. Berikan cairan dan intake oral
1. Pantau pemberian terapi infus 2. Cegah terjadinya dehidrasi berat pada anak 3. Berikan cairan dan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
1. Pantau pemberian terapi cairan infus 2. Cegah terjadinya dehidrasi berat pada anak 3. Berikan cairan dan intake oral
2-10-2013 Jam 21.00 WIB N5 + KCl 11 ml/jam sesuai program - Turgor kulit baik - Balans cairan dalam 5 jam adalah + 61,8 cc/ 5 jam (asupan = 348 cc, dan haluaran = 286,2 cc). - Tidak terjadi retensio urin. Analisis: Defisit elektrolit sudah teratasi. Planning: 1. Pantau pemberian terapi cairan infus 2. Berikan cairan dan intake oral
4-10- 2013 Jam 08.00WIB N5 + KCl 11 ml/jam sesuai program - Turgor kulit baik - Balans cairan dalam 24 jam adalah +368,75 cc/ 24 jam (asupan = 1110 cc, dan haluaran = 741,25 cc).
Analisis: Defisit elektrolit belum teratasi. Planning: 1. Pertahankan status hidrasi 2. Berikan cairan dan intake oral sesuai kebutuhan anak
Implementasi Keperawatan
1. Memantau status neurologis secara teratur 2. Memonitor perkembangan status nutrisi pada anak 3. Menimbang berat badan klien tiap hari 4. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit sesuai indikasi
Diagnosa Keperawatan
4.
Gangguan tumbuh kejar b.d status neurologis (Apatis)
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB 4. Pantau tanda dan intake oral 4. Pantau tanda dan gejala adanya gejala adanya 4. Pantau tanda dan retensi cairan gejala adanya retensi cairan retensi cairan.
2-10-2013 Jam 21.00 WIB
4-10- 2013 Jam 08.00WIB
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Kejang tidak ditemukan - tingkat kesadaran: Apatis - Glasgow Coma Scale (GCS) E2M5V3=10. - Pengukuran status gizi: gizi kurang - BB: 6965 gram - Diit: susu formula 8 x 60 cc diberikan melalui NGT. Analisis:
- Kejang tidak ditemukan - tingkat kesadaran: Somnolen - Glasgow Coma Scale (GCS) E3M5V4=12. - Pengukuran status gizi: gizi kurang - BB : 6840 gram - Diit: susu formula 8 x 60 cc diberikan melalui NGT.
- Kejang tidak ditemukan - tingkat kesadaran: Compos mentis - Glasgow Coma Scale (GCS) E4M6V5=15. - Pengukuran status gizi: gizi kurang - BB: 7051 gram - Diit: susu formula 8 x 70 cc diberikan melalui NGT.
- Kejang tidak ditemukan - tingkat kesadaran: Compos mentis - Glasgow Coma Scale (GCS) E4M6V5=15. - Pengukuran status gizi: gizi kurang - BB: 8990 gram - Diit: susu formula 8x100 cc diberikan melalui botol susu. Analisis:
- Kejang tidak ditemukan - tingkat kesadaran: Compos mentis - Glasgow Coma Scale (GCS) E4M6V5=15. - Pengukuran status gizi: gizi cukup - BB: 9875 gram - Diit: susu formula 8 x 100 cc diberikan melalui botol susu.
Gangguan tumbuh kejar belum teratasi
Analisis:
Analisis:
Gangguan kejar sebagian
Analisis:
Gangguan
tumbuh
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Gangguan
tumbuh
tumbuh teratasi
Gangguan
tumbuh
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
27-09-2013 Jam 14.00 WIB Planning: 1. Pantau status neurologis secara teratur 2. Monitor perkembangan status nutrisi pada anak 3. Timbang berat badan klien tiap hari 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit sesuai indikasi
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita anaknya 2. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan keluarga 3. Menjelaskan prosedur
5.
Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit b.d kurang informasi yang didapat tentang prognosis dan
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 21.00 WIB kejar teratasi sebagian Planning: kejar belum teratasi Planning:
Planning:
1. Pantau status neurologis secara teratur 2. Monitor perkembangan status nutrisi pada anak 3. Timbang berat badan klien tiap hari 4. Kolaborasi ahli gizi untuk diit
1. Pantau status neurologis secara teratur 2. Monitor perkembangan status nutrisi pada anak 3. Timbang berat badan klien tiap hari 4. Kolaborasi ahli gizi untuk diit
Subyektif: - Ibu mengatakan tidak tahu tentang penyakit kejang demam - Ibu hanya mengetahui penyakit tersebut dari sekilas penjelasan dari
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
1. Pantau status neurologis secara teratur 2. Monitor perkembangan status nutrisi pada anak 3. Timbang berat badan klien tiap hari 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit
4-10- 2013 Jam 08.00WIB kejar teratasi Planning: 1. Pertahankan status neurologis 2. Monitor perkembangan status nutrisi pada anak 3. Timbang berat badan klien tiap hari 4. Kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diit saat dirumah
Implementasi Keperawatan perawatan yang dilakukan pada anaknya 4. Menjelaskan prognosis dan penatalaksanaan penyakit
Diagnosa Keperawatan penatalaksan aan penyakit
27-09-2013 Jam 14.00 WIB dokter saat di poli. - Ibu mulai mengetahui bagaimana kemungkinan kondisi anak selanjutnya dan cara menghadapinya bila sudah di rumah.
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB
Obyektif: - Kepala ibu mengangguk_angg uk saat diberikan penjelasan tentang kondisi anak dan cara menghadapinya bila sudah dirumah - Ibu selalu mendengarkan setiap penjelasan yang diberikan perawat. - Ibu kadang bertanya saat
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2-10-2013 Jam 21.00 WIB
4-10- 2013 Jam 08.00WIB
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
27-09-2013 Jam 14.00 WIB mendengar kalimat yang tidak dia mengerti.
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB
2-10-2013 Jam 21.00 WIB
4-10- 2013 Jam 08.00WIB
Analisis: Kurang pengetahuan orang tua teratasi. Planning: 1. Libatkan keluarga dalam tindakan yang dilakukan perawat/tim medis selama masa perawatan. 2. Berikan informasi yang dibutuhkan keluarga. 1. Mengidentifikasi faktor pasien yang dapat menjadikan potensial cidera 2. Mengidentifikasi
6.
Risiko tinggi cidera b.d aktivitas kejang
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Tingkat kesadaran anak adalah Apatis
- Tingkat kesadaran anak masih
- Tingkat kesadaran anak adalah Compos
- Tingkat kesadaran anak compos
- Tingkat kesadaran anak compos
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial cidera
Kebutuhan Kenyamanan Fisik Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB Jam 14.00 WIB mentis berada di Somnolen berada di berada di tempat tempat tidur, tetapi tempat tidur. tidur. masih cenderung Analisis: Analisis: mengantuk. Risiko cidera belum Risiko cidera belum Analisis: teratasi. teratasi. Risiko cidera teratasi sebagian. Planning: Planning: 1. Identifikasi faktor pasien yang dapat menjadikan potensial cidera 2. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial cidera
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
1. Mencegah stimulus
1. yang
Perfusi jaringan
1. Identifikasi faktor pasien yang dapat menjadikan potensial cidera 2. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial cidera
Planning: 1. Identifikasi faktor pasien yang dapat menjadikan potensial cidera 2. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial cidera
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Subyektif: -
Jam 14.00 WIB Subyektif: -
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Jam 14.00 WIB Subyektif: -
2-10-2013 Jam 21.00 WIB mentis berada di tempat tidur. Analisis: Risiko cidera sudah teratasi.
4-10- 2013 Jam 08.00WIB mentis. Analisis: Risiko cidera sudah teratasi. Planning:
Planning: 1. Identifikasi faktor pasien yang dapat menjadikan potensial cidera 2. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial cidera
1. Identifikasi faktor pasien yang dapat menjadikan potensial cidera 2. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial cidera
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Subyektif: -
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
dapat menimbulkan komplikasi penyakit
cerebral tidak efektif b.d reduksi aliran darah ke otak
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Anak masih terbaring lemah di tempat tidur dengan kesadaran Apatis - Tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial - Tidak ada kejang berulang - Tidak ada dehidrasi berat - Tidak terjadi hiperpireksia - Tidak ditemukan tanda-tanda penyebaran infeksi.
- Anak masih terbaring lemah di tempat tidur dengan kesadaran somnolen - Tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial - Tidak ada kejang berulang - Tidak ada dehidrasi berat - Tidak terjadi hiperpireksia - Tidak ditemukan tanda-tanda penyebaran infeksi.
- Anak masih terbaring di tempat tidur dengan kesadaran compos mentis - Tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial - Tidak ada kejang berulang - Tidak ada dehidrasi berat - Tidak terjadi hiperpireksia - Tidak ditemukan tanda-tanda penyebaran infeksi.
- Anak sudah sadar penuh - Tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial - Tidak ada kejang berulang - Tidak ada dehidrasi berat - Tidak terjadi hiperpireksia - Tidak ditemukan tanda-tanda penyebaran infeksi.
Analisis: Analisis: Perfusi jaringan serebral tidak efektif belum teratasi.
Perfusi jaringan serebral tidak efektif belum teratasi.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Analisis: Analisis: Perfusi jaringan serebral tidak efektif
Perfusi jaringan serebral tidak efektif sudah
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Memberikan penjelasan pada keluarga untuk tetap disampingnya selama anak masih demam
2.
Peningkatan suhu tubuh: demam b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Planning:
Planning:
teratasi sebagian.
teratasi.
Cegah stimulus yang dapat menimbulkan komplikasi penyakit
Cegah stimulus yang dapat menimbulkan komplikasi penyakit
Planning:
Planning:
Cegah stimulus yang dapat menimbulkan komplikasi penyakit
Subyektif:
Subyektif:
Subyektif:
- Pertahankan kodisi anak - Berikan dukungan psikologis dan spiritual dari tenaga kesehatan dan keluarga Subyektif:
- Ibu mengatakan anak masih demam. - Ibu mengatakan akan selalu di samping anaknya. Obyektif:
- Ibu mengatakan demam masih naik turun. - Ibu mengatakan akan selalu di samping anaknya. Obyektif:
- Ibu mengatakan demam sudah mulai turun. - Ibu mengatakan akan selalu di samping anaknya meskipun demam sudah turun. Obyektif:
- Suhu tubuh: 38,5°C - Ayah dan ibu terlihat bergantian menjaga anaknya. Analisis: Peningkatan
- Suhu tubuh: 38,2°C - Ayah dan ibu terlihat bergantian menjaga anaknya. Analisis:
suhu
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
- Suhu tubuh: 37,5°C - Ayah dan ibu terlihat bergantian
- Ibu mengatakan anak sudah tidak demam - Ibu mengatakan akan selalu di samping anaknya. Obyektif: - Suhu tubuh: 37°C - Ayah dan ibu terlihat bergantian
Subyektif: - Ibu mengatakan anak sudah boleh pulang oleh dokter. - Ayah mengatakan akan menyelesaikan administrasinya Obyektif: - Suhu tubuh: 36,5°C - Ayah dan ibu terlihat bergantian menjaga anaknya.
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
tubuh belum teratasi.
Peningkatan suhu tubuh belum teratasi.
menjaga anaknya. Analisis:
Planning:
Peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian.
Planning: Berikan penjelasan pada keluarga untuk tetap disampingnya selama anak masih demam
Memberikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
3.
Defisit elektrolit b.d kegagalan mekanisme pengaturan
Berikan penjelasan pada keluarga untuk tetap disampingnya selama anak masih demam
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
menjaga anaknya. Analisis: Peningkatan suhu tubuh sudah teratasi.
Planning: Planning: Berikan penjelasan pada keluarga untuk tetap disampingnya selama anak masih demam
Berikan penjelasan pada keluarga untuk tetap disampingnya selama anak masih demam
Subyektif:
Subyektif:
Subyektif:
Subyektif:
- Keluarga khawatir terhadap penyakit yang diderita anak pertamanya. Obyektif:
- Keluarga masih khawatir terhadap penyakit yang diderita anak pertamanya. Obyektif:
- Keluarga sudah tidak khawatir melihat anaknya sudah mulai sadar. Obyektif:
- Keluarga sudah tidak khawatir melihat anaknya sudah sadar penuh. Obyektif:
- Hasil laboratorium
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
- Anak
masih
Analisis: Peningkatan suhu tubuh teratasi. Planning: Pertahankan kondisi anak dan berikan penjelasan pada keluarga untuk tetap disampingnya selama di rumah
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 21.00 WIB
menunjukkan adanya gangguan elektrolit pada anak. Analisis:
- Anak masih terpasang infus dan dilakukan rehidrasi elektrolit - Anak masih minum melalui NGT. Analisis:
terpasang infus - Anak masih minum melalui NGT. Analisis:
- Anak sudah minum melalui botol susu. Analisis:
Defisit elektrolit belum teratasi.
Defisit elektrolit teratasi sebagian.
Defisit elektrolit sudah teratasi. Planning:
Planning:
Planning:
Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
Pertahankan kondisi dan tetap berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Anak hanya diam saja meskipun ada keluarga di sampingnya.
- Anak masih belum sadar.
- Anak sudah mulai sadar, tetapi masih cenderung ngantuk.
- Anak sudah mulai sadar penuh - Anak tampak aktif berkomunikasi
Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya
Gangguan tumbuh kejar b.d status neurologis (Apatis)
Jam 08.00WIB
Jam 14.00 WIB
Planning:
4.
4-10- 2013
Jam 14.00 WIB
Defisit elektrolit belum teratasi.
1. Memberikan kesempatan anak mengungkapkan perasaannya secara verbal 2. Menciptakan komunikasi terapeutik antara klien dan keluarga
2-10-2013
Analisis:
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Analisis: Gangguan tumbuh kejar belum teratasi. Planning: 1. Berikan kesempatan anak mengungkapkan perasaannya secara verbal 2. Ciptakan komunikasi terapeutik antara klien dan keluarga
Jam 14.00 WIB Gangguan tumbuh kejar belum teratasi. Planning: 1. Berikan kesempatan anak mengungkapkan perasaannya secara verbal 2. Ciptakan komunikasi terapeutik antara klien dan keluarga
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Jam 14.00 WIB
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
dengan ibunya.
Analisis: Gangguan kejar sebagian.
2-10-2013
tumbuh teratasi
Planning: 1. Berikan kesempatan anak mengungkapkan perasaannya secara verbal 2. Ciptakan komunikasi terapeutik antara klien dan keluarga
Analisis: Gangguan tumbuh kejar sudah teratasi.
Planning: 1. Pertahankan kondisi 2. Berikan kesempatan anak mengungkap kan perasaannya secara verbal 3. Ciptakan komunikasi terapeutik antara klien
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
dan keluarga Memberikan reinforcement positif kepada keluarga setelah diberikan penjelasan tentang penyakit
5.
Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit b.d kurang informasi yang didapat tentang prognosis dan penatalaksanaa n penyakit
Subyektif: - Keluarga menjawab pertanyaan yang diberikan perawat setelah diberikan penjelasan tentang kondisi dan pengobatan anaknya.
Obyektif: - Keluarga tampak antusias mendengarkan penjelasan perawat.
Analisis: Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
sudah teratasi. Planning: Pertahankan kondisi dan tetap berikan reinforcement positif kepada keluarga.
Menganjurkan keluarga memasang penghalang dan mengunci roda tempat tidur saat tidak berada disampingnya
6.
Risiko tinggi cidera b.d aktivitas kejang
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Anak terbaring lemah di tempat tidur - Kesadaran Apatis - Riwayat kejang pada anak.
- Anak terbaring lemah di tempat tidur - Kesadaran somnolen - Riwayat kejang pada anak.
- Anak terbaring lemah di tempat tidur - Riwayat kejang pada anak - Anak sudah sadar penuh. Analisis:
Analisis:
- Anak terbaring lemah di tempat tidur - Kesadaran compos mentis tetapi masih cenderung mengantuk - Riwayat kejang pada anak. Analisis:
Risiko tinggi cidera
Risiko tinggi cidera
Analisis: Risiko tinggi cidera belum teratasi.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Risiko cidera teratasi.
tinggi sudah
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
1. Mengajarkan keluarga tentang pemantauan status sirkulasi darah anak 2. Mengajarkan keluarga tentang tanda-tanda peningkatan
1.
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d reduksi aliran darah ke otak
Kebutuhan Kenyamanan Psikospiritual Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Planning:
belum teratasi.
teratasi sebagian.
Planning:
Anjurkan keluarga memasang penghalang dan mengunci roda tempat tidur saat tidak berada disampingnya
Planning:
Planning:
Anjurkan keluarga memasang penghalang dan mengunci roda tempat tidur saat tidak berada disampingnya
Anjurkan keluarga memasang penghalang dan mengunci roda tempat tidur saat tidak berada disampingnya
Pertahankan kondisi dan tetap anjurkan keluarga memasang penghalang dan mengunci roda tempat tidur .
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Subyektif: Obyektif: - Ibu mampu memasang tensi meter dan alat pengukur saturasi oksigen secara
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
tekanan intrakranial 3. Mengajarkan keluarga tentang pencegahan komplikasi penyakit pada anak
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
mandiri - Ibu mengetahui tanda peningkatan tekanan intra kranial - Ibu dapat menyebutkan komplikasi penyakit anaknya.
Analisis: Perfusi jaringan serebral teratasi.
Planning: Pertahankan kondisi dan tetap anjurkan keluarga monitor kondisi anak. 1. Menganjurkan keluarga untuk memberikan
2.
Peningkatan suhu tubuh: demam b.d
Subyektif: - Ibu
Subyektif:
mengatakan - Ibu
mengatakan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Subyektif: - Ibu
mengatakan
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
anak banyak minum 2. Menjelaskan manfaat banyak minum bagi klien 3. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian yang tipis dan menyerap keringat pada anak 4. Mengajarkan keluarga tentang observasi suhu dan pemberian kompres air hangat
efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB sudah memberikan anak cukup minum dan mengetahui manfaatnya.
Jam 14.00 WIB sudah memberikan anak cukup minum.
Jam 14.00 WIB sudah memberikan anak cukup minum.
Obyektif: Obyektif: Obyektif: - Suhu tubuh anak: 38,6°C - Ibu tampak memberikan pakaian anak dengan bahan yang tipis dan menyerap keringat - Ibu sudah bisa mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer digital aksila dan termometer timpani - Ibu tampak rajin mengganti air hangat untuk
- Suhu tubuh anak: 38,2°C - Ibu tampak rajin mengganti air hangat untuk kompres anak
- Suhu tubuh anak: 37,5°C Analisis: Peningkatan suhu tubuh demam teratasi
Analisis: Peningkatan suhu tubuh demam belum teratasi Planning: Anjurkan keluarga untuk memberikan anak banyak minum
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Planning: Pertahankan kondisi dan tetap anjurkan keluarga untuk memberikan anak banyak minum
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
kompres anak - Rata-rata kebutuhan cairan anak: ± 2,5 cc / 24jam.
Analisis: Peningkatan suhu tubuh demam belum teratasi. Planning: Anjurkan keluarga untuk memberikan anak banyak minum 1. Mengajarkan keluarga cara memonitor dan menghitung keluaran cairan dari penggunaan kateter 2. Mengajarkan keluarga untuk memberikan
3.
Defisit elektrolit b.d kegagalan mekanisme pengaturan
Subyektif:
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
- Ibu mengatakan kurang nyaman karena tidak ada pembatas ruangan saat melakukan perawatan kateter.
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Ibu tampak rajin melakukan perawatan kateter urin - Ibu dan ayah tampak bergantian
- Ibu dan ayah tampak bergantian mencatat intake dan output anak pada sebuah buku. - Kateter urin sudah
- Ibu dan ayah tampak bergantian mencatat intake dan output anak pada sebuah
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
perawatan selang kateter yang digunakan anaknya
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Obyektif: - Ibu dan ayah tampak bergantian mencatat intake dan output anak pada sebuah buku. - Hasil laboratorium menunjukkan anak mengalami kekurangan elektrolit. Analisis:
Jam 14.00 WIB mencatat intake dan output anak pada sebuah buku. - Anak masih mendapat terapi infus.
dilepas - Anak mendapat infus.
masih terapi
Analisis:
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
buku. - Terapi infus sudah boleh dilepas - Anak sudah bisa minum melalui botol susu.
Defisit elektrolit teratasi sebagian. Analisis:
Analisis:
Defisit elektrolit belum teratasi.
Defisit elektrolit belum teratasi.
Planning: modifikasi intervensi keperawatan dengan:
Planning:
1. Pantau keluarga cara memonitor dan menghitung keluaran cairan dari penggunaan kateter
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
modifikasi intervensi keperawatan dengan: 1. Pantau keluarga cara memonitor dan menghitung keluaran cairan dari penggunaan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Planning: modifikasi intervensi keperawatan dengan: Pantau keluarga cara memonitor dan menghitung keluaran cairan dari penggunaan pampers
Defisit elektrolit sudah teratasi.
Planning: 1. Pertahankan kondisi anak 2. Pantau keluarga cara memonitor dan
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
1. Mengajarkan keluarga memberikan stimulus sesuai usia perkembangan anak 2. Mengajarkan keluarga memberikan minum anak melalui NGT
4.
Gangguan tumbuh kejar b.d status neurologis (Apatis)
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2. Pantau keluarga dalam memberikan perawatan selang kateter yang digunakan anaknya
kateter 2. Pantau keluarga dalam memberikan perawatan selang kateter yang digunakan anaknya
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Ibu terlihat mengajak komunikasi anak, meskipun anak belum ada respon verbal. - Kesadaran anak Apatis. - Ibu sudah bisa memberikan minum anak melalui selang NGT.
- Ibu terlihat mengajak komunikasi anak, meskipun anak belum ada respon verbal. - Kesadaran anak Somnolen. - Ibu memberikan minum anak melalui selang NGT.
- Ibu terlihat mengajak komunikasi anak, meskipun anak belum respon verbal secara penuh. - Kesadaran anak compos mentis tetapi masih mengantuk. - Ibu memberikan minum anak melalui selang
- Ibu terlihat mengajak komunikasi anak. - Anak sudah bisa diajak komunikasi oleh orang tuanya. - Kesadaran anak sadar penuh. - Anak sudah bisa minum susu dengan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Jam 14.00 WIB
2-10-2013 menghitung keluaran cairan dari penggunaan pampers
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 14.00 WIB
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
NGT.
menggunakan botol susu.
Analisis:
Analisis:
Gangguan tumbuh kejar belum teratasi.
Gangguan tumbuh kejar belum teratasi.
Analisis:
Planning:
Gangguan kejar sebagian.
Analisis:
Planning: Modifikasi intervensi keperawatan dengan: 1. Pantau keluarga dalam memberikan stimulus anak 2. Pantau keluarga dalam memberikan minum anak melalui NGT.
tumbuh teratasi
Modifikasi intervensi keperawatan dengan: 1. Pantau keluarga dalam memberikan stimulus anak 2. Pantau keluarga dalam memberikan minum anak melalui NGT
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Planning: Modifikasi intervensi keperawatan dengan: 1. Pantau keluarga dalam memberikan stimulus anak 2. Pantau keluarga dalam memberikan minum anak melalui NGT.
Gangguan tumbuh kejar sudah teratasi.
Planning: 1. Pertahankan kondisi anak 2. Pantau keluarga dalam memberikan stimulus anak.
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
1. Menganjurkan keluarga untuk tetap berdoa memohon kesembuhan anaknya 2. Mengajak keluarga untuk selalu mengikuti perkembangan kondisi anaknya
5.
Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit b.d kurang informasi yang didapat tentang prognosis dan penatalaksanaa n penyakit
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Subyektif: - Keluarga tetap berdoa untuk kesembuhan anaknya.
Obyektif: - Keluarga menjalankan ibadah sholat - Orang tua selalu mengikuti perkembangan anaknya - Orang tua sudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Analisis: Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit sudah
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
teratasi. Planning: 1. Anjurkan keluarga untuk tetap berdoa memohon kesembuhan anaknya 2. Ajak keluarga untuk selalu mengikuti perkembangan kondisi anaknya 1. Mengajarkan keluarga untuk melakukan alih baring tiap jam untuk menjaga kelancaran sirkulasi darah 2. Menginformasikan hal-hal yang perlu dilakukan keluarga untuk mencegah cidera
6.
Risiko tinggi cidera b.d aktivitas kejang
Subyektif:
Subyektif:
Subyektif:
Subyektif:
- Ibu mengatakan sudah tahu cara menghadapi anak saat terjadi kejang berulang.
- Ibu mengatakan sudah tahu cara menghadapi anak saat terjadi kejang berulang.
- Ibu mengatakan sudah tahu cara menghadapi anak saat terjadi kejang berualang.
- Ibu mengatakan sudah tahu cara menghadapi anak saat terjadi kejang berulang.
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Ibu melakukan alih
- Ibu melakukan alih
- Ibu
Obyektif:
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
melakukan
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
saat terjadi kejang berulang pada anak
Kebutuhan Kenyamanan Sosiokultural Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013
2-10-2013
4-10- 2013 Jam 08.00WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 21.00 WIB
baring pada anaknya. - Kesadaran anak masih Apatis.
baring pada anaknya. - Kesadaran anak masih somnolen.
alih baring pada anaknya. - Kesadaran anak compos mentis tetapi masih mengantuk.
- Anak sudah sadar penuh. - Anak sudah bisa mengubah posisinya sendiri.
Analisis:
Analisis:
Risiko tinggi cidera belum teratasi.
Risiko tinggi cidera belum teratasi
Planning: Modifikasi intervensi keperawatan dengan: Pantau keluarga dalam melakukan alih baring.
Planning: Modifikasi intervensi keperawatan dengan: Pantau keluarga dalam melakukan alih baring
Analisis:
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Risiko tinggi cidera teratasi sebagian.
Planning: Modifikasi intervensi keperawatan dengan: Pantau keluarga dalam melakukan alih baring.
Analisis: Risiko cidera teratasi.
tinggi sudah
Planning: Pertahankan kondisi anak
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Menciptakan lingkungan tenang
1. yang
Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Perfusi Subyektif: Subyektif: jaringan cerebral tidak - Ibu mengatakan mengatakan - Ibu efektif b.d kurang mencoba untuk nyaman reduksi aliran dengan ruangan. menyesuaikan dengan darah ke otak kondisi ruangan. Obyektif: Obyektif: - Ruangan berisi 6 berisi 6 pasien, ruangan - Ruangan terasa panas, tidak pasien, ruangan kadang ada sekat antar terasa panas, tidak ada pasien. sekat antar pasien. Analisis: Keefektifan Perfusi jaringan serebral belum teratasi. Planning: Ciptakan lingkungan tenang
1. Mengganti linen yang basah oleh keringat 2. Mengatur suhu lingkungan
2.
Jam 14.00 WIB
Peningkatan suhu tubuh: demam b.d efek langsung dari sirkulasi
Analisis: Keefektifan Perfusi jaringan serebral teratasi sebagian. Planning:
yang
Ciptakan lingkungan yang tenang
Subyektif:
Subyektif:
- Ibu mengatakan kurang nyaman
- Ibu kurang
Jam 14.00 WIB Subyektif: - Ibu mengatakan sudah beradaptasi dengan kondisi ruangan. Obyektif: Analisis: Keefektifan Perfusi jaringan serebral sudah teratasi.
Planning: Pertahankan kondisi
Subyektif: mengatakan nyaman
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
- Ibu mengatakan ruangan sudah
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
sesuai dengan suhu tubuh anak
endotoksin pada hipotalamus
Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB dengan ruangan karena ruangan kadang-kadang panas.
Jam 14.00 WIB dengan ruangan karena ruangan masih terasa panas. Obyektif:
Obyektif: - ruangan panas
Jam 14.00 WIB terasa dingin. Obyektif: - ruangan dingin
terasa
- ruangan terasa panas Analisis:
terasa Analisis:
Analisis:
Peningkatan suhu tubuh demam belum teratasi
Peningkatan suhu tubuh demam belum teratasi
Planning:
Planning: 1. Ganti linen yang basah oleh keringat 2. Atur suhu lingkungan sesuai dengan suhu tubuh anak
1. Ganti linen yang basah oleh keringat 2. Atur suhu lingkungan sesuai dengan suhu tubuh anak
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Peningkatan suhu tubuh demam belum sudah teratasi Planning: 1. Ganti linen yang basah oleh keringat 2. Atur suhu lingkungan sesuai dengan suhu tubuh anak
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Memberikan penutup ruang saat keluarga melakukan perawatan kateter untuk menjaga privasi anaknya
3.
Defisit elektrolit b.d kegagalan mekanisme pengaturan
Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Subyektif:
Subyektif:
Subyektif: -
- Ibu mengatakan kurang nyaman dengan ruangan karena privasi yang kurang.
- Ibu mengatakan lebih nyaman dengan sekat penutup saat melakukan perawatan kateter urin.
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Analisis:
- Tidak ada sekat/tirai sebagai pembatas ruangan.
- Tersedia sekat untuk menjaga privasi anak.
Defisit elektrolit sudah teratasi.
- Kateter urin sudah dilepas.
Analisis: Analisis: Defisit elektrolit belum teratasi.
Defisit elektrolit teratasi sebagian
Planning:
Planning:
- Berikan penutup/sekat saat
- Berikan penutup/sekat saat keluarga
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Planning: - Pertahankan kondisi
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Memberikan musik
terapi
4.
Gangguan tumbuh kejar b.d status neurologis (Apatis)
Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB keluarga melakukan perawatan kateter urin Subyektif: - Ibu mengatakan kurang nyaman saat jam kunjung tiba, ruangan penuh dengan pengunjung.
Jam 14.00 WIB
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
melakukan perawatan kateter urin
Subyektif:
Subyektif: -
Subyektif: -
- Ibu mengatakan kurang nyaman saat jam kunjung tiba, ruangan penuh dengan pengunjung.
Obyektif:
Obyektif:
- Kebutuhan keluarga akan suasana perawatan dan lingkungan yang tenang. - Musik sentral diperdengarkan pada jam 10.00 WIB - Musik kesukaan anak diberikan saat anak terbangun dari tidurnya - Kesadaran anak compos mentis tetapi masih mengantuk.
- Kebutuhan keluarga akan suasana perawatan dan lingkungan yang tenang. - Musik sentral diperdengarkan pada jam 10.00 WIB - Anak terlihat menikmati lagu kesukaannya diperdengarkan di telinganya. Analisis:
Obyektif: Obyektif: - Kebutuhan keluarga akan suasana perawatan dan lingkungan yang tenang. - Musik sentral diperdengarkan pada jam 10.00 WIB - Kesadaran anak Apatis.
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
- Kebutuhan keluarga akan suasana perawatan dan lingkungan yang tenang. - Musik sentral diperdengarkan pada jam 10.00 WIB - Kesadaran anak somnolen.
Analisis:
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Gangguan tumbuh kejar
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB Analisis: Gangguan tumbuh kejar belum teratasi. Planning: Dengarkan musik kesukaan anak
Menjaga kebersihan ruangan
5.
Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit b.d kurang informasi yang didapat tentang prognosis dan penatalaksanaa n penyakit
Jam 14.00 WIB Gangguan tumbuh kejar belum teratasi. Planning: Dengarkan kesukaan anak
musik
Subyektif: - Ibu mengatakan untuk menjaga kebersihan ruangan, keluarga pasien terpaksa harus bergantian membersihkan ruangan sendiri
Obyektif: - Terlihat keluarga pasien bergantian menyapu lantai
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Analisis:
sudah teratasi.
Gangguan tumbuh kejar teratasi sebagian.
Planning:
Planning: Dengarkan musik kesukaan anak
Pertahankan kondisi anak
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
kamar.
Analisis: Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit teratasi. Planning:
Memasang gelang berwarna kuning sebagai tanda risiko jatuh pada anak dan gambar segitiga kuning pada tempat tidurnya
6.
Risiko tinggi cidera b.d aktivitas kejang
- Pertahankan kondisi Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Subyektif: -
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
Obyektif:
- Anak terbaring lemah di tempat tidur - Kesadaran Apatis - Riwayat kejang - Gelang terpasang di tangan kiri anak - Gambar segitiga kuning ditempatkan di tempat tidur anak.
- Anak terbaring lemah di tempat tidur - Kesadaran somnolen - Riwayat kejang - Gelang terpasang di tangan kiri anak - Gambar segitiga kuning ditempatkan di tempat tidur anak.
- Anak terbaring lemah di tempat tidur - Kesadaran compos mentis tetapi masih mengantuk - Riwayat kejang - Gelang terpasang di tangan kiri anak
- Kesadaran sadar penuh - Gelang terpasang di tangan kiri anak - Gambar segitiga kuning ditempatkan di tempat tidur anak.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
98
Implementasi
Diagnosa
Keperawatan
Keperawatan
Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan Evaluasi Keperawatan 27-09-2013 30-10-2013 1-10-2013 Jam 14.00 WIB
Jam 14.00 WIB Analisis:
Analisis: Risiko cidera belum teratasi. Planning: Modifikasi intervensi keperawatan Observasi kejang berulang dan risiko cidera.
Risiko cidera teratasi.
belum
Jam 14.00 WIB - Gambar segitiga kuning ditempatkan di tempat tidur anak.
Planning: Modifikasi intervensi keperawatan Observasi kejang berulang dan risiko cidera
2-10-2013
4-10- 2013
Jam 21.00 WIB
Jam 08.00WIB
Analisis: Risiko cidera sudah teratasi.
Analisis:
Planning:
Risiko cidera teratasi sebagian.
Pertahankan kondisi
Planning: Observasi kejang berulang dan risiko cidera
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
99
2.5.5 Penilaian tingkat t ken nyamanan pada anak k S.R Pada kasus anak S.R R, bila diliihat dari kelompok uusia, bisa dinilai d tingkat kennyamanan dengan d men nggunakan gambar g Daiisi dari Kollcaba. Namun, kaarena konddisi anak SR S mengalami penuruunan kesad daran, residen tiddak bisa melakukan m penilaian tingkat keenyamanan baik sebelum maupun m setellah dilakukaan intervenssi.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 3 PENCA APAIAN KO OMPETEN NSI
mu kesehataan sangat berbeda deengan Ilmu kepeerawatan sebagai salaah satu ilm disiplin ilm mu kesehattan. Perbedaaan ini terleetak pada fookus keilmuuan dimanaa ilmu keperawattan mempellajari respoon tubuh manusia m terhhadap penyaakit, pengobatan dan lingkkungan yangg berubah sebagai ak kibat penyaakitnya dann mengakib batkan tidak terpeenuhinya keebutuhan daasar manusia, dari masa fetus hinngga ajal. Dalam D memaham mi respon manusia m terssebut, ilmu u keperawattan mempellajari mulaii dari sistem sel sampai pada p fungssi organ tu ubuh yang memungkiinkan timbu ulnya berbagai respon r baik fisik, psikoologis, sosiaal, spiritual dan kulturaal.Berbagaii teori dan moddel konsepttual keperawatan ditterapkan sebagai s penndekatan untuk u mengatasii respon terrsebut antarra lain teorii comfort, teori t adaptaasi, teori ca aring, teori berdduka, teori kemampuaan merawaat diri, teorri lintas buudaya dan teori promosi kesehatan k (K Kolcaba&D Dimarco, 20 005;Asosiassi Institusi P Pendidikan Ners Indonesiaddkk., 2012).
Perawat adalah sesseorang yaang telah menyelesaaikan progrram pendidikan keperawattan baik di dalam mauupun di luaar negeri yaang diakui oleh pemerrintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenanngan untukk melaksan nakan praktik keperawatan k n sesuai dengan peeraturan peerundang-undangan.Standar diartikan sebagai ukkuran atau patokan p yaang disepakkati, sedanggkan kompeetensi dapat diarrtikan sebaggai kemamppuan seseoraang yang daapat terobseervasi menccakup atas pengeetahuan, keeterampilan dan sikap dalam mennyelesaikan suatu pekeerjaan atau tugas dengan standar s kinnerja (perfo ormance) yang y ditetappkan (Perssatuan Perawat Nasional N Inddonesia, 20005).
N 045/U//2002 adallah seperan ngkat Kompetennsi menuruut SK. Meendiknas No. tindakan cerdas, c pennuh tanggunng jawab yang dimilikki seseorangg sebagai syarat s untuk diaanggap mam mpu oleh masyarakat m dalam meelaksanakann tugas-tug gas di bidang pekkerjaan tertentu.
100 Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
101
Kompetennsi berkaitann dengan applikasi secaara efektif dari d kombinaasi pengetaahuan, keterampilan dan keemampuan penilaian p yang y ditamppilkan oleh individu dalam d praktik meereka seharii-hari. Dalam keperawaatan, kompeetensi memiliki pemah haman dalam renntang yang luas yaitu, penampilan n dari perann seorang pperawat terh hadap standar peelayanan yaang dibutuhhkan dan seecara langsuung diikuti kompetenssi diri perawat
yang
m meliputi
peengetahuan,
keteram mpilan
dann
kemam mpuan
penilaian(AIPNI, 20111).
k perawat merefleksika m an atas kompetensi yyang diharaapkan Standar kompetensi dimiliki oleh o individdu yang akkan bekerja di bidanng pelayanaan keperaw watan. Menghadaapi era gloobalisasi, sttandar terseebut harus ekuivalen dengan staandarstandar yaang berlakuu pada secttor industryy kesehatann di negara lain serta dapat berlaku seecara internaasional (Perrsatuan Peraawat Nasionnal Indonesiia, 2005).
3.1 Komp petensi Proggram Pend didikan Nerrs Spesialiss Ners Spesialis adalah seeseorang yang y telahh menyelessaikan pro ogram pendiddikan pasca sarjana (S2) dan atau ditam mbah penddidikan speesialis keperaawatan 1, yang y memiiliki kompeetensi sesuaai bidang sspesialisasi yang memperkuat dann meningkaatkan kualiitas layanaan keperaw watan di bidang spesiallisasi tersebbut melalui upaya mew wujudkan prraktik keperrawatan berrbasis bukti (evidence ( based nursinng practice)), dimana saalah satu diaantaranya adalah a keperaawatan anakk (Tim Proggram Ners Spesialis S Keeperawatan A Anak, 2012 2).
Ners Spesialis S m menurut Inteernational Council C of Nurses N (20003) bahwa Ners Spesiaalis merupakkan seorangg perawat yang y memiliki tingkatt pendidikan n dan keteram mpilan yanng melebihi perawat geeneralis dann bertangguung jawab dalam d praktikknya sebaggai seorang spesialis dengan keaahlian yangg lebih maaju di bidangg keperawattan.
U dang Sistem m Pendidikkan Nasionaal No.20 Tahun T Sesuaii dengan Undang-Und 2003, Organisasi Profesi yaiitu Persatuaan Perawat Nasional Inndonesia (P PPNI) dan Asosiasi A Penndidikan Ners N Indoneesia (AIPNII), bersamaa dukungan n dari
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
102
Kemennterian Penndidikan Nasional N (K Kemendiknnas), telah menyusun n dan memperbaharui kelengkapan k n sebagai suatu s profesi.Sejak tahhun 2008 PPNI, P AIPNII dan dukunngan serta bekerjasama b a dengan Kemendiknas K s melalui prroject Healthh Professioon Educattional Qua ality (HPE EQ), mem mperbaharui dan menyuusun kembaali Standar Kompetensi K i Perawat Inndonesia, Naskah Akad demik Pendiddikan Keperrawatan Inddonesia, Staandar Pendiidikan Nerss, standar bo orang akreditasi pendiddikan ners Indonesia. I Semua S stanndar tersebuut mengacu pada Peratuuran Presideen nomor8 tahun t 2012 tentang Kerrangka Kuaalifikasi Nassional Indoneesia (KKNII) dan saat ini sudah diselesaikan d n menjadi ddokumen negara n yang berkaitan b d dengan arahh dan kebijakan tentanng pendidikkan keperaw watan Indoneesia.Standarr-standar yang y dimaaksud diattas juga mengacu pada perkem mbangan keeilmuan keeperawatan dan perkem mbangan ddunia kerja yang selalu berubah (E Ellis & Hartlley, 2008).
Dengaan adanya KKNI K terbeentuklah standar komppetensi yanng harus diicapai pada
level
8
dimana
perawat
ners n
spesiialis
diharrapkan
mampu
mengeembangkan pengetahuuan, tekno ologi dan seni di dalam bidang keilmuuannya atauu praktek profesionaln p nya melaui riset hinggga menghassilkan karya inovatif dann teruji; maampu memeecahkan perrmasalahann sains, tekn nologi dan seni s di dallam bidangg keilmuan nnya melallui pendekkatan inter atau multiddisipliner; serta s mam mpu mengelola riset dan pengeembangan yang bermaanfaat bagi masyarakaat dan keillmuan yangg mendapaatkan pengaakuan nasionnal atau inteernasional.
mbaran Neers Spesialiis di atas, Program P Pendidikan Ners Sebagaaimana gam Spesiaalis yang ditempuh d olleh residen keperawattan anak m merupakan upaya u mencaapai kompeetensi sebaagai Ners Spesialis Keperawattan Anak yang memilliki pengetaahuan, sikaap, dan keterampilan dalam d mem mberikan assuhan keperaawatan padaa pasien anaak dengan peningkatan p n suhu tubuhh secara maandiri serta mengemban m ngkan inovasi berdasark kan evidencce based praactice di ruaangan dapat berm yang diharapkan d manfaat untu uk masyarakkat dalam hhal ini pasien n dan keluarrga serta keiilmuan anakk.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
103
3.2 Komp petensi Sesu uai Area Peeminatan Selama S Praaktik Resideensi Sebagaai seorang ners spesiialis keperaawatan anaak, perawatt spesialis harus mampu melaksannakan prakktik klinik berbasis 3 ranah utaama kompeetensi 1 praktik profesionaal, etis, leggal dan peeka budaya; 2) perawaat, yaitu 1) pembeerian asuhaan dan mannajemen asu uhan keperrawatan; 3)) pengembaangan profesional (PPNI, 2010). Untuk itu, sebagai calonn ners spesiaalis keperaw watan r anak, residen meelakukan pencapaian kompetensii berdasarkkan ketiga ranah kompeetensi tersebbut selama menjalankan m n praktik keeperawatan..
3.2.1 Praktik prrofesional, etis, legal dan d peka bu udaya Pada setiapp tahapan asuhan a kepeerawatan yaang diberikaan kepada pasien p yang dikelola, residenn keperawatan anak menerapkan m prinsip etik k dan peka budayya sebagai bentuk pellayanan kepperawatan yyang professional dengan menghargai m harkat, martabat, m keeunikan daan keberag gaman budaya yanng dimiliki masing-mas m sing pasien..
Pada penerrapannya, reesiden mem mberikan pennjelasan padda keluargaa anak SR, memegang prinsiip etik vera acity (bicara jujur dann benar), diimana keluarga berhak b mennanyakan dan d mendaapatkan pennjelasan ten ntang kondisi anaak yang sebbenarnya, kaarena selam ma dilakukann perawatan n, ibu tidak tahu tentang koondisi anak k yang sebbenarnya diikarenakan klien d orang tua beluum mempunnyai pengallaman adalah anaak pertama dimana dalam menngasuh anakk.
Selain
ittu
residen
juga
memperhaatikanprinsiip
etik
Non
Maleficienccepada keluuarga anak RA, dimanna keluargaa merasa keecewa karena tidaak jadi pulanng, tetapi dokter seharuusnya meyaakinkan kelu uarga bahwa tandda gejala ditemukan leebih dini mencegah m teerjadinya ko ondisi yang lebihh buruk apaabila klien dipulangkaan tetapi haasil pemerik ksaan echocardioografi ternyyata memberrikan inform masi kepadaa keluarga untuk u tetap tingggal di rumahh sakit. Pen nerapan prinnsip otonom mijuga dilak kukan residen paada keluarga anak RA A dengan cara c membeerikan inforrmasi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
104
yang dibuttuhkan, sehhingga kelu uarga an RA A, sehinggaa keluarga tidak kecewa.
3.2.2 Pemberian n asuhan dan manajemen asuhaan keperaw watan Praktik ressidensi dilakksanakan oleh residenn mulai tangggal 25 Feb bruari 2013 samppai 24 Noovember 20 013. Sebellum melaksanakan prraktik residensi, residen terrlebih dahu ulu menyussun kontrakk belajar sesuai s dengan kom mpetensi yaang akan diccapai. Prakttik residenssi terdiri darri dua tahapan, yaitu y residdensi I dan d residennsi II. Prraktik resiidensi dilaksanakaan di unitt atau ruan ngan sesuaai dengan area pemiinatan residen. Reesiden dalaam praktik residensi inni memilih area peminatan infeksi, perrinatologi dan d non inffeksi dengaan area atauu unit pemiinatan utama adaalah infeksii. Rumah sakit s yang digunakan residen seelama praktik ressidensi I maupun m residensi II addalah di IK KA 1 Gedung A RSUPN Drr. Cipto Maangunkusum mo Jakarta. Selama praaktik Resideensi I dan II, resiiden juga beerkompeten n membuat proyek inovvasi berdasarkan evidence baased nursinng dan melaakukan sosiaalisasi di seetiap tahapan n dan ruang yangg digunakann sebagai praaktik.
Residensi I dilaksanakkan selama 18 mingguu, mulai tangggal 25 Feb bruari 2013 samppai dengan 17 1 Mei 2013. Diawali 6 minggu ppertama di ruang r non infeksii, dilanjutkaan praktik di d ruang perrinatologi sselama 6 miinggu dan 6 mingggu terakhirr residen praaktik di ruanng infeksi. P Praktik resiidensi II dengan peminatan p a akhir infeksii, dilaksanaakan selamaa 11 minggu u, dari tanggal 9 September S 2 2013 sampai dengan 222 Novemberr 2013.
3.2.2.1 Penncapaian tarrget kompetensi di ruanng non infekksi Prakktik di ruaang non in nfeksi dilakksanakan ddi ruang IK KA 1 Geddung A RS SUPN Dr. Cipto Maangunkusum mo Jakarta yang berllangsung seelama 6 miinggu mulai tanggal 25 Februari 2013 sam mpai dengann 5 April 2013. 2 Kom mpetensi yanng telah diicapai selaama praktikk di ruang no on infeksi adalah a meraw wat anak deengan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
105
kasuus-kasus noon infeksi sejumlah s 6 kasus utam ma sebagai kasus k keloolaan dan 6 kasus ressume sebaggai laporan kegiatan harian h selaama praktikk di rumah sakit.
wat anak pada gangguuan sistem hematologiiyaitu Ressiden meraw anaak dengan leeukemia limf mfoblastik akkut(LLA), aakut myelob blastik leukkemia (AM ML), thalasemia dan hemophiliaa. Residen juga merrawat anak dengan gaangguan karrdiovaskuleer yaitu tetrralogi of fallot f (TO OF), patent duktus arrteriosus(PD DA) dan gagal janttung. Pada gangguan sistem perrkemihan rresiden merrawat anaak dengan sindrom neefritis, dan gagal ginjjal kronik. Pada kasuus Onkologgi, residen merawat m anaak dengan liimfoma hod dgkin, tum mor
wilms,
ewing
sarcoma,
rhabdomiiosarkoma
dan
retinnoblastomaa. Di ruang g ini, residen melakksanakan prroyek inovvasi kelomppok berdasaarkan evideence based ppractice ten ntang teraapi sitz bathh dalam meeminimalkann kejadian fisura anal pada anaak kemoteraapi. Proyek tersebut dillaksanakan pada tangg gal 22 – 31 3 Mei 2013 dan hasil pelaksaanaan dipreesentasikan pada tangggal 4 Juni 2013.
3.2.2.2 Penncapaian tarrget kompetensi di ruanng perinatologi Ressiden melakksanakan prraktik di ruuang perinaatologi selaama 4 minnggu dari taanggal 8 Ap pril 2013 sampai denggan 5 Mei 2013. 2 Kom mpetensi yaang telah dicapai d selam ma praktik di ruang peristi p yaittu membanntu pelaksan naan resusiitasi neonattus, pengaw wasan bayyi yang menggunakan Continouss Positive A Airway Preessure (CP PAP), melaakukan obsservasi padda bayi dengan peraw watan inkuubator, teraapi penyinaaran, membberikan nuttrisi, ibu deengan peraawatan meetode kangg guru,positiooning, sehiingga bayi bisa dilaakukan peraawatan di tempat tidurr bayi terbuuka. Kasus yang diraawat resideen antara laain bayi deengan masalah pernap pasan denngan distress pernapasaan, gangguaan termoreggulasi yaitu u bayi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
106
prem mature dann BBLR, neonatus n deengan infekksi (sepsis)) dan kejaang, bayi dengan hiperrbilirubinem mia, dan pengawasan bedah b anaak dengan kasus ga astroschizis. Di ruanng ini, reesiden mennerapkan evvidence baseed practice meberikan posisi yang g baik padda bayi denggan prematu ur dan hipottermia (Posiitioning).
3.2.2.3 Penncapaian tarrget kompetensi di ruanng infeksi Tahhap terakhirr pada resideensi I, residden melaksaanakan prak ktik di ruanng
infeksii
IKA
1
Gedung
A
RSUP PN
Dr.
Cipto
Manngunkusum mo Jakarta seelama 6 minnggu, mulaai tanggal 20 0 Mei 20113 sampai dengan d 28 Ju uni 2013. Kompetensi K sebagai pem mberi asuhhan keperaw watanyang telah dicappai selama praktik di ruang r infeeksi adalah residen merrawat anak dengan kassus infeksi antara a lainn anak denggan gangguaan sistem peernapasan yyaitu pneum monia, bronnkiolitis daan laringom malasia. Reesiden jugaa merawat anak denngan gangguuan pada saluran s penccernaan yaiitu masalah h gizi buruuk marasm mik, kolestassis, atresia bilier, tipoid dan hepatitis. Kassus yang dikelola d reesiden padaa anak deengan gang gguan keseeimbangan cairan dan n elektrolit yaitu penyyakit diare akut, sinddroma nefrotik, high out put stooma dan ddemam berd darah. Padda gangguann sistem persyarafan, residen r bannyak menem mukan dann merawat kasus k anak k dengan enncephalitis, kejang dem mam, menningitis, meeningoencep phalitis tubeerculosis daan bakteri. Pasien P denngan sistem m imunologii ditemukann residen ppada kasus anak denngan human immunodefficiency viruus (HIV) daan sindrom lupus erittematosus (S SLE).
3.2.2.4 Penncapaian tarrget kompetensi di unit peminatan infeksi Ressidensi II dilaksanakan d n selama 11 minggu, mulai tang ggal 9 Sepptember 20113 sampai dengan 22 November 2013 di IK KA 1 Geddung A RS SUPN Dr. Cipto Maangunkusum mo Jakarta. Dari emppat ruang yang y ada, reesiden mem mpunyai target sebanyaak 11
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
107
kasuus selama praktik p pem mberian asuhhan dan maanajemen assuhan kepperawatan. Lima L diantaaranyadijaddikan resideen sebagai bahan b kajiian karya ilmiah akh hirdalam aplikasi a teoori keperaw watan com mfort oleh Katharine Kolcaba pada p pasieen anak deengan penningkatan suuhu tubuh. Kasus infekksi yang ditemukan reesiden dianntaranya kasus k pneu umonia, kejang k dem mam komp pleks, enddokarditis, gizi g buruk marasmik, m d diare akut ddenganCom mplete Atriioventrikel
Sep ptal
Defect
(CAV VSD),
HIV V,meningoeencephalitis, encephalitis, meninggitis tubercu ulosis dann bakteri.
n mempunyyai target proyek in novasi Padda tahap inni, residen berddasarkan evvidence baseed practice yang meruupakan salah h satu inteervensi kepperawatan yaitu pem mantauan taanda-tanda vital penngukuran suhu s tubuh h dengan menggunakkan termom meter timppani yangg terbukti akurat dalam menndeteksi ad danya peruubahan suhhu tubuh pada anak. Prroyek tersebbut dilaksan nakan padda tanggal 13 1 Novembeer 2013 di ruang infekksi anak RS SUPN Dr. Cipto Manngunkusumo o.
3.2.3 Pengembaangan profeesional Dalam proses pemberrian asuhan keperawataan selama ppraktik Resiidensi I berlangsuung, residenn mendokum mentasikan proses asuhhan keperaw watan menggunakkan formatt pengkajiaan yang teersedia di ruangan, tetapi t selama
p proses
prraktik
ressidensi
III
berlanggsung,
reesiden
mengembaangkan form mat pengkaajian teori keperawataan comfort oleh Katharine Kolcaba sebagai kerrangka dasaar yang teppat dan effektif. mudah Pengkajiann teori tersebbut dikembangkan resiidensi untukk memperm pendokumeentasian seetiap proseedur yang diberikan residen dalam d pemberian
asuhan
keperawataan
pasien
anak
dengan
maasalah
peningkataan suhu tubuuh.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
108
Pengembanngan secarra profesio onal dilakuukan resideen juga deengan mengikuti tambahan materi seb bagai penam mbahan ilm mu pengetaahuan yang dim miliki residen dalam mengelolaa kasus. Materi terrsebut disampaikaan oleh dokkter pengajjar dr RSC CM, salah ssatu diantarranya adalah pem mberian matteri sesak pada p sistem m pernapasann dan maln nutrisi pada sistem m pencernaaan. Bimbing gan lain yanng juga diiukkti residen untuk u meningkatkkan kualitaas diri resid den adalah penerapan evidence based b nursing daan evidencce based practice p yaang diselennggarakan pihak p manajemenn gedung A RSUPN N Dr. Cippto Manguunkusumo yang manfaatnyaa bisa diprroleh langsu ung selamaa residen m mengikuti proses p residensi I dan II.
Selama prraktik residdensi I dan n II, resideen melakukkan aplikasii dan sosialisasi proyek inovasi i teerkait interrvensi kepperawatan anak berdasarkaan evidence based pra actice. Padaa tahap resiidensi I, reesiden bersama kelompok k m menerapkan terapi sitzz bath sebaagai penceg gahan terjadinya fisura f anal pada p anak yang y dilakuukan kemoteerapi. Pada tahap residensi III, residen melakukan m proyek p inovvasi secara individu ten ntang pengukurann suhu tubuuh dengan menggunaka m an termomeeter timpani yang telah terbuukti akuratt berdasark kan evidennce based practice untuk u mendeteksii adanya perubahan suh hu tubuh paada anak.
3.3 Peran n Ners Spesialis Keperrawatan An nak Peninggkatan kom mpetensi keperawatan n anak menurut Tim Program Ners Spesiaalis Keperaw watan Anakk (2012) adaalah sebagaai berikut: 1) praktisi assuhan keperaawatan padaa area keperrawatan anaak, 2) perann pendidik ddan konsulttan di bidangg keperawattan anak, 3)) peran advo okat bagi klien dalam aarea keperaw watan anak, 4) peran peengelola asuhan keperrawatan anaak, 5) perann peneliti teerkait keperaawatan anakk.
Peraw wat spesialis anak memiiliki tanggu ungjawab unntuk kualitaas standar assuhan keperaawatan untuuk anak dann keluarga. Selain itu, seorang ners spesialis anak
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
109
mampu menunjuukkan gam mbaran diri,, akuntabiliitas dalam pengembaangan hadap peran inidan meencerminkann kepeduliian dan koomitmen peerawat terh ngjawab utaama dari nerrs spesialis anak kebutuuhan dan haak-hak anakk. Tanggun adalahh aplikasi seecara langssung kompeetensi spesialis klinis uuntuk peraw watan holistic anak daan keluargga dalam berbagai b tatanan layyanan keseehatan (Internnational Coouncil of Nurses, 2008).
Pelayaanan kesehaatan berkuaalitas yang sebagian s beesar diberikkan oleh perrawat yang berkompeten b n sangat dihharapkan olleh masyaraakat. Hal inii terbukti deengan hasil survey s yangg dilakukann oleh PPN NI bekerjasaama dengann HPEQ Prroject pada tahun t 20100 diidentifikkasi bahwa terdapat kesenjangan k n antara harrapan masyaarakat dengan kompeteensi perawaat yang adaa saat ini. H Hasil surveey ini mengindikasikan bahwa perrlu adanya peningkatann kompetennsi perawatt baik melaluui pendidikkan formal maupun pendidikan p non form mal (Tim HPEQ H Projecct Komponeen I, 2010).
Peninggkatan kom mpetensi keperawatan n anak menurut Tim Program Ners Spesiaalis Keperaw watan Anaak (2012) adalah a residdenkeperaw watan anakssecara mandiri harus berrperan sebaggai: 3.3.1 Praktisi assuhan kepeerawatan pada area keperawata k n anak Dalam penncapaian peeran ini, ressiden keperrawatan anaak harus mampu melakukann dan menngelola asuh han keperaawatan padda pasien anak. Mampu melakukan m a artinya peraawat mamppu melaksaanakan tind dakan keperawataan mandiri maupun tindakan yanng sifatnya kolaboratif dan disertai peemantauan. Sedangkan n arti dari mengelola adalah perrawat melakukann asuhan keperawatan k n langsungg secara m mandiri deengan menggunakkan metodologi proses keperaw watan (penngkajian, an nalisa masalah,
penegakkkan
diagn nosis
kepperawatan,
perencaanaan,
implementaasi dan evaaluasi), meelakukan kooordinasi innterdisiplin serta menginisiaasi proses perubahan/in novasi sehinngga tercapai tujuan assuhan keperawataan yang berm mutu.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
110
Dibeberapaa area prakktik klinik yang y dilaluiiresiden keperawatan anak, diantaranyaa adalah arrea praktik non infekssi, perinatollogi, dan in nfeksi anak. Asuuhan keperrawatan yaang dilakuukan resideen keperaw watan anakpadaarrea praktik NonInfekssi antara laain pada kaasus ALL,A AML, hemofili,
retinoblaastoma,
rabdomiosaarkoma,
tumor
wilms,
neuroblasttoma,
osteosaarkoma,ewiingsarcoma,
sin ndrom
nefrotik,deemam remattik akut dan n penyakit jaantung bawaaan (PJB).
r kepperawatan anak Selanjutnyaa asuhan keperawataan yang residen lakukan di area praktik Perinatolo ogi, diantarranya yaitu: pada kasuss bayi dengan maasalah gastroschizis, kejang neonatus, hipperbilirubin nemia, prematur,seepsis neonaatus awitan dini (SNA AD), distres pernapasan n dan apnea of prrematurity.
Pada prakktik klinik di ruang infeksi anak, a resideen keperaw watan anaktelahm melakukan asuhan keperawatan k n pada bbeberapa kasus, k diantaranyaa adalah asuhan a kepeerawatan pada p anak ddengan maasalah meningoennsefalitis, diiare akut, tu uberculosis paru, p infekssi saluran keemih, pneumoniaa, gagal ginjjal kronik, dan d gizi burruk marasmiik.
Selanjutnyaa area prakktik klinik yang y menjaadi peminattan yang reesiden keperawataan anak pillih dan dijaalani selamaa 11 mingggu adalah prraktik klinik di ruang infeeksianak. Sebagaiman S na yang teelah dipaparkan sebelumnya terkait asuhan a kep perawatan yang y telah dilakukan oleh a di ruan ng infeksi annak sebagaii peminatan yang residen kepperawatan anak dipilih, resiiden keperaawatan anak kmemberikaan asuhan keperawatan n pada beberapa pasien p anakk dengan fokus f utam ma masalahh gangguan n rasa nyaman peningkatan suhu s tubuh.
Residen keeperawatann anak mellakukan asuuhan keperrawatan terrsebut dengan meengaplikasikan teori kenyamanaan comfort oleh Kath harine Kolcaba, melalui m prooses pengk kajian, peniilaian tingkkat kenyam manan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
111
sebelum daan setelah intervensi i dengan d mennggunakan instrument yang telah diseddiakan olehh Kolcaba yaitu y gambbar bunga D Daisi,identifikasi masalah melalui m struuktur takson nomi Kolcaba, peneggakkan diag gnosa keperawataan, menenttukan interrvensi beseerta tujuannnya, melak kukan implementaasi baik maandiri maup pun kolaborasi dan mellakukan evaaluasi sesuai denggan taksonoomi Kolcabaa.
Adapun diaagnosis medis pada paasien anak yang y menim mbulkan maasalah gangguan rasa r nyamaan peningkaatan suhu tuubuh adalahh kejang deemam komplek, pneumonia, p meningitiss, diare akuut dan endokarditis. Assuhan keperawataan pada settiap pasien anak terseebut diatas disertai deengan beberapa kompetensi k nik keperaw watan yang dilakukan sesuai s praktik klin dengan masalah pasien yang ditemukanrresiden kepperawatan anak. Dalam meelakukan peeran ini, reesiden mennerapkan juuga prinsip p dan filosofi keeperawatan anak yaitu u pencegahaan terjadinyya dampak k dari hospitalisassi seperti trauma atau stres s (atrauumatic care)) pada anak k serta melibatkann keluarga (Family Centered C Caare) dalam setiap tind dakan yang akan dilakukan pada p anak.
3.3.2 Peran pen ndidik dan konsultan k di d bidang keperawata k an anak Peran sebaagai pendidiik dan konsultan yangg residen keeperawatan anak lakukan dii setiap areaa praktik klinik k yang dilalui, diaantaranya berupa memberikaan pendidikkan kesehataan pada kelluarga terkaait prognosiis dan penetalaksaanaan penyyakit klien n. Meskipun terlambaat, residen juga memberikaan dischargge plannin ngsebelum keluarga ddiijinkan pu ulang sebagai tinndak lanjut orang tua memberikaan perawattan anak saaat di rumah,
sehingga
k keluarga
memiliki m
pengetahuaan,
sikap
dan
c untu uk mencegaah gejala penyakit sesuai s keterampilaan yang cukup kondisi daan sebagai pengambil keputusan untuk dilaakukan tind dakan yang spesiffik.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
112
Selama praaktik, residden berusah ha menjadi perseptor bagi mahasiswa pada jenjanng di bawahh residen atau a bahkann perawat baaru yang seedang magang daan praktik di ruang yang y sama. Residen jjuga melak kukan komunikassi yang baiik dalam berdiskusi b dan berbaggi ilmu deengan perawat ruuangan terrkait perkem mbangan teori t keperrawatan comfort Kolcaba yang y dapat menjadi dasar dalam m melaksaanakan tind dakan keperawataan yang dibberikan pad da pasien annak.Seperti yang dilak kukan residen terkkait pendokkumentasian n yang baik,, informatiff dan terintegrasi, (sebagai masukan) m paada format observasi dan dokum mentasi ruaangan. Peran ini dilakukan residen kep perawatan anak
mellalui pendeekatan
interpersonnal dengan perawat p ruaangan.
3.3.3 Peran advvokat bagi klien k dalam m area kepeerawatan aanak Peran sebagai advokassi diberikan n pada pasieen dan keluaarga oleh reesiden keperawataan anak seebagai upay ya meningkkatkan kuaalifikasi seo orang calon peraw wat spesialiis anak sebaagai perawaat profesional yang berfokus pada prinssip etik yang y bersiffat beneficeence dan nonmaleficcence. Advokasi yang y dilakukan secara langsung paada pasien aadalah interrvensi terapeutik seperti meengingatkan n keluarga, perawat, dokter dan n staf lainuntuk melakukan m hand rub sebelum dan d sesudahh kontak deengan pasien dallam upaya mencegah h penyebarran infeksii, melaksan nakan prinsip atrraumatic caare untuk mencegah m teerjadinya traauma atau stress pada anakk saat dilaakukan tin ndakan kepperawatan, serta beberapa tindakan keperawatan k n dan mediis yang haarus dilakukkan berdasarkan prosedur yang y tepat sesuai stand dar operasioonal untuk m mencegah cidera c pada pasienn (Potter& Perry, P 2005).
mastikan bbahwa kelu uarga Sedangkann pada keeluarga, peerawat mem mendapatkkan informaasi yang leengkap terkkait perkem mbangan ko ondisi anak, mem mbantu keluuarga untuk k memilih keputusan k yyang tepat untuk u kemajuan kondisi k anaak, memban ntu memperrtahankan llingkungan yang aman bagi keluarga dan d menceg gah terjadinnya cidera ppada anak, serta
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
113
mendukungg program m family centered c c care (FCC) disetiap unit perawatan (Canadian Nurses Association, 20010). 3.3.4 Peran pen ngelola asuh han kepera awatan anak Peranyang dimaksudd adalah merupakann peran pperawat seebagai koordinator pelayanann keperawaatan anak. Peran ini ddilakukanreesiden keperawataananakdenggan
berkoo ordinasi
d dengan
tim m
keperaw watan
diruangan maupun tim m kesehatan n lainnya. Koordinasi yang dilak kukan dengan sessama peraw wat adalah berupa koomunikasi yyang terinteegrasi terkait perkkembangan kondisi passien pada seetiap operann atau pergaantian dinas. Tim m kesehatan lain yang dapat berkkoordinasi llangsung deengan perawat anntara lain adalah dokteer, ahli gizii, ahli farm masi, fisioterapis, ahli elektroomedik (raadiologi) daan staf adm ministrasi. P Peran koord dinasi tersebut daapat berupaa koordinassi pada upaaya manajeemen tempeeratur regulasi,
maanajemen
nutrisi,mannajemenfarm makoterapi, radiologidaan
manajeemen
caairan, manajem men
dok kumentasi
manajemen ROM M,
asuhan
pemerik ksaan
ppasien.
Bentuk
koordinasi dengan tim m kesehatan n lain ini merupakan m bbentuk kerjaasama lintas bidanng keahliann yang sering disebut seebagai kolabborasi(Cana adian Nurses Asssociation, 20010).
neliti terkaitt keperawa atan anak 3.3.5 Peran pen Selama praaktik, residen tidak melakukan m p penelitian, teetapi melak kukan analisis haasil penelitiian terkait masalah yang y ditemuukan pada klien kelolaan, menerapkan m n hasil-hasill penelitiann dan melakkukan sosiaalisasi evidence based b pracctice kepad da perawaat ruangan, sehingga bisa diterapkan dalam menngatasi masaalah klien.
Sosialisasi yang dilaakukan resiiden pada ruang nonn infeksi adalah a mengajarkaan pada keeluarga dan n anak yaang mengallami kemotterapi untuk menncuci tangaan yang teepat dengann menggunnakan hand d rub sebagai peencegahan infeksi i silan ng selama masa peraawatan di ru umah sakit. Di ruuang perinattologi, resid den menerappkan positiooning yang tepat
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
114
pada bayi prematur. Pada P ruang infeksi, ressiden meneerapkan evid dence mpres air haangat (wateer tepid spo onge) based pracctice pengggunaan kom untuk mennurunkan suuhu tubuh anak a yang mengalami m demam seebagai salah satu gejala g penyeerta penyak kit infeksi.
Pencappaian targett kompetenssi ini memeerlukan wakktu dan wahana praktik k yang memaddai. Upayaa pencapaiann kompeten nsi ini diraasakan residden keperaw watan anaksuudah mewaakili target kompetensi yang inngin dicapaai sebagai calon nerssppesialis kepeerawatananak, namun residen kepperawatan aanak harus terus meninngkatkan penngetahuanddan keteram mpilan lebih lanjut melaalui seminaar dan pelatihhan-pelatihaandi bidangg keperawaatan anak, yang y secaraa terus menerus akan berkembang b g seiring kem majuan ilmu u dan teknologi.
Selam ma menjalanni program spesialis teersebut residden mempeeroleh duku ungan dari banyak b pihaak. Dukunggan sangat berarti daari manajem men Gedun ng A, supervvisor ruang IKA 1 Geddung A RSU UPN Dr. Cippto Mangunnkusumo Jaakarta besertaa staffnya, maupun m pem mbimbing klinis k di lappangan. Selaain itu duku ungan juga diperoleh d daari teman-teeman sejawat, perawat ruangan yaang membeerikan kesem mpatan yangg seluas-luasnya bagii residen juuga ada yang mengeetahui keberaadaan spesiialis anak, mereka sen nang karenna ada mitrra perawat yang spesiallis.
Hambaatan yang dijumpai di lapangan yaitu kuraang waktu aatau kesem mpatan yang cukup c untuuk berdiskuusi bersamaa dokter koonsulen meengenai evid dence based practice, dikarenakaan kesibuk kan ruangann, pasien yang men nuntut perhattian dan kerrja keras peerawat ruan ngan atau juumlah peraw watruangan yang dinasnnya kurang sesuai denngan rasio pasien. p Ditaambah lagi dengan suasana yang kurang k konndusif pada pagi hari, karena bannyak sekalii dokter ressiden, diskussi dan menj njalankan prrogramnya. Kendala lain l adalahh peralatan yang tidak tersedia seeperti guntting, tensim meter, term mometer daan alat saturasi oksigeen, serta baahan habis pakai p yang tidak mem mpunyai caddangan berllebih, sepertii sarung taangan, kapaas alkohol dan d plesterr hipafik. S Sehingga baanyak
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
115
sekali prosedur yang y dilakukkan tidak seesuai dengaan standar ooperasional yang benar.
Setelahh pelaksanaaan praktik klinik dan upaya penccapaian kom mpetensi seebagai calon perawat spesialis s a anak yangd ditempuh selama s 2seemester, reesiden keperaawatan anakk melakukaan penyusu unankarya ilmiah akhir (KIA) seebagai laporaan akhir hassil pelaksannaan praktik k keperawattan anak yaang telah diilalui. Penyuusunan karyya ilmiah akhir a ini ak kan disampaaikan dalam m seminar akhir sebagaai syarat penncapaian geelar Ners Sp pesialis Kepperawatan A Anak.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
BAB 4 PEMBAHA ASAN
t comfort Katharinee Kolcaba dalam d Bab ini beerisi tentangg pembahasaan aplikasi teori asuhan keperawatan k n pasien anak deng gan peninggkatan suhhu tubuh, serta pembahasan tentang praktek p spesialis anak dalam penccapaian targget kompeten nsi.
bahasan Penerapan P omfort Kaatharine K Kolcaba Dalam D 4.1 Pemb Teori Co Asuhan Keperawatan Pad da Anak Deengan Penin ngkatan Su uhu Tubuh watan yang dilakukan pada 5 kaasus kelolaaan dalam karya k Asuhaan keperaw ilmiahh ini mengggunakan peendekatan teori t keperaawatan yangg dikemban ngkan oleh Katharine K K Kolcaba yaiitu teori com mfort dalam m asuhan keeperawatan pada anak dengan d penningkatan suuhu tubuh. Empat E konssep sentral ddalam parad digma keperrawatan yaittu manusia (pasien), keesehatan, linngkungan ddan keperaw watan. Sedanngkan konssep utama teori t comfo ort yang diikembangkaan oleh Ko olcaba menillai kenyamaanan dengaan membuaat struktur taksonomi t yang bersu umber pada tiga t tipe kenyamanan dan d mengkaaitkan ketigga tipe kenyyamanan terrsebut dengaan empat peengalaman kenyamanan k n (Sitzman & Eichelberrger, 2011).
Asuhaan keperaw watan yangg diberikan n residen pada 5 ppasien kelo olaan, seluruuhnya mem miliki permaasalahan yaang sama saat harus ddirawat di ruang r infekssi anak RS SUPN Dr. Cipto Man ngunkusumoo. Masalah tersebut adalah a peninngkatan suhhu tubuh yang beriisiko terhaadap terjaddinya gang gguan metabbolisme tubbuh yang beerdampak pada p ketidakknyamanann fisik, gang gguan psikospiritual yaang tercerm min pada maasalah perkkembangan anak, gang gguan sosiokkultural yanng tercerminn pada interraksi sosial dan risiko tterjadinya cidera c ataupuun resiko tinnggi infeksii akibat gan ngguan rasa nyaman linngkungan.
Dari uraian terssebut, dibuttuhkan teori comfort sebagai beentuk rang gkaian watan yangg kompreh hensif dari ketidaknnyamanan yang proses keperaw disebaabkan olehh peningkaatan suhu tubuh. t Asuuhan keperrawatan terrsebut dimullai dari taahap penggkajian, peerencanaan (Comfort Measures dan
116 Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
117
Intervvening Variiable), impplementasi dan evaluaasi keperaw watan (Enha anced Comfo fort) melaluui penilaiaan tingkat kenyamannan dengann menggun nakan instruument sesuaai dengan ussia pasien. 4.1.1 Pengkajian ngkajian daan pengukuuran terhad dap 4 Padaa tahap ini akan diaanalisis pen kontteks kenyam manan terkaait pengalam man fisik, psikospiritu p al, sosialku ultural dan lingkungann. man fisik 4.1.11.1 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam Pengkajian rasa nyaaman terkaiit dengan peengalaman fisik klien, dapat dilakukaan dengan wawancaraa dan pem meriksaan fiisik. Anak yang dirawat di rumah sakit s datang g dengan keluhan k utam ma. Keluhaan ini dapat teerkait dengaan riwayat masa lalunnya. Secaraa umum perrawat mengobbservasi keaadaan klien,, sikap tubuuh pasien daan perilaku yang menunjuukkan ketiddaknyamanaan (Kolcabaa, 2005, Herrlina, 2012).
Residenn dalam meemperoleh data d melaluui wawancarra dengan orang o tua, karrena kondissi anak yan ng bervariassi. Anak SR R dan RR yang mengalaami penuruunan kesadaaran (apatiss). Anak M MK, RA daan IB berturutt-turut baru berusia 4 bulan, b 5 bulan dan 7 buulan, karenaa usia tersebutt anak belum m dapat men ngeluh secaara langsungg tentang ko ondisi yang diaalaminya saaat ini. Ressiden mendaapatkan datta dari oran ng tua yang mendamping m gi. Sehinggaa kondisi ini i membuuat residen tidak mendapatkan data langsung dari pasieen tentang kebutuhan rasa nyamann terkait penngalaman fisik. f Resideen memperrsepsikan seendiri dan meembandingkkan perubah han kondisi dan tingkkat kenyam manan pasien dengan d mellihat gambaar bunga Daisi sebagaai instrumen n dari Kolcabaa.
Pengkajian keperaawatan dillakukan seecara menyyeluruh, namun difokuskkan pada masalah peningkatan p n suhu tuubuh dan yang kemunggkinan timbbul sebagai akibat darri peningkaatan suhu tu ubuh,
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
118
seperti anak a SR yaang mengallami peninggkatan suhuu tubuh sehingga anak meengalami keejang dan mengalami m penurunan kkesadaran.
Observaasi dilanjuttkan dengan pemeriiksaan fisikk. Akibat dari peningkkatan tekanaan intra kraanial (TIK) anak akann mengakib batkan sakit keppala, muntaah, anoreksiia, gangguann fungsionaal syaraf mo otorik dan sennsorik sehinngga terjadii kejang. Masalah M terssebut ditem mukan pada anaak SR dan anak a RR yaang mengalaami anorekssia dan gang gguan fungsionnal syaraf motorik m dan n sensorik sehingga s mengalami kejang k dan pennurunan tinggkat kesadaaran (apatiss). Sedangkkan anak RA A, IB dan MK K hanya menngalami anoreksia tetaapi tidak sam mpai mengalami gangguaan fungsionnal syaraf motorik m dann sensorik, keadaan umum u lemah teetapi tingkaat kesadaran n masih sadaar penuh (coompos mentis).
Kemunggkinan lain yang terjad di pada sisttem serebraal adalah ad danya eksudat yang terdirri dari bakteeri fibrim daan leukosit yyang dibenttuk di ruang suub arakhnoiid. Penumpu ukan eksudaat pada cairran serebrosspinal akan beertambah dan d menggaanggu aliraan cairan ccerebrospin nal di sekitar otak o dan medula m spinaalis sehinggga terjadi vvasodilatasi yang cepat daari pembuluuh darah dan n menekan saraf-saraff terutama (N N.III) Nervus Oculomotoorius, (N.IV V) Nervus Trochlearis T , (N.VI) Nervus N F daan (N.VIII)) Nervus StatoS Abdusenn, (N.VII) Nervus Fasialis, Akustikuus atau Vesstibulo Kokh khlearis, sellain itu dappat menimbu ulkan ruptur atau a tromboosis dinding pembuluuh darah daan jaringan otak kemudiaan terjadi innfark sehing gga terjadi gangguan g kkesadaran.
Gangguuan kesadaraan dapat meenimbulkann gangguan perfusi jaringan otak, haal itu dapat mempen ngaruhi perrtukaran O O2 dan CO O2 di jaringann otak, sehingga suplaii O2 ke otaak berkuranng, otak meenjadi rusak daan mempenngaruhi saraaf motorik yang dapatt mengakib batkan penurunnan kekuataan otot dan akhirnya terjadi kelum mpuhan anggota gerak sampai s denngan atrop pi anggota gerak. H Hal inilah yang
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
119
didapatkkan residenn saat melaakukan pem meriksaan ffisik pada kasus k kelolaann, dimana anak SR dan d RR mengalami m kkelemahan pada anggotaa geraknya. Sedangkan anak RA, IB dan MK ttidak mengalami kelemahhan anggotaa gerak.
Pemerikksaan hemoodinamik ju uga dapat memberikan m n gambaran n rasa tidak nyyaman klienn. Pengkajiaan secara menyeluruh m dapat dilak kukan dengan pemeriksaaan head to to oe. Seperti yang dilakuukan residen n saat aji kelima kasus, k dimana peninggkatan suhuu tubuh dialami mengkaj semua anak, a tetapii dengan peenyakit yanng berbeda--beda. Hasill dari pemerikksaan tandaa-tanda vitaal yang dillakukan residen padaa saat pengkajian adalah sebagai beerikut: anakk SR tekannan darah 90/55 9 mmHg, suhu 38,6°°C, nadi 120 0 x/menit, pernapasan p 28x/menit, anak RR tekaanan darah 100/70 mmHg, m nadi 110x/meniit, suhu 39 9,9°C, RR: 26xx/menit, anaak RA nadii 150x/meniit, suhu 38,5°C, pernap pasan 50x/mennit, anak IB suhu 38,5°C, 3 peernapasan 558x/menit, nadi 158x/meenit, tekanan darah: 85/55 mm mHg, dan anak MK suhu 39,7°C, nadi 150x/m menit, pern napasan 44x//menit.
Pada keelima kasus, terdapat 3 anak menngalami dem mam dan 2 anak mengalaami hiperterrmia. Dari gambaran kasus k anak SR, mekan nisme terjadinyya demam pada peny yakitnya adaalah efek pperadangan yang akan menyebabkan m n kenaikan n suhu tubuuh dan penningkatan cairan c serebrosspinal sehingga terjad di obstrukssi pada alliran darah h dan selanjutnnya menyeebabkan hiidrosefalus dan peninngkatan tek kanan intra krranial. Selaain itu dem mam juga dapat menningkatkan atau menurunnkan tekanaan darah. Efek yang laain dari peraadangan terrsebut adalah hiperemi pada men ningen, eddema dan eksudasi yang kesemuaanya menyeebabkan pen ningkatan teekanan intraa kranial.
Menuruut Totapally (2005), pem meriksaan penunjang p yyang dibutu uhkan sebagai penguat addanya rasa tidak nyam man fisik paada anak deengan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
120
peningkkatan suhu tubuh diaantaranya yaitu y dengan pemerik ksaan laboratoorium. Resiiden juga memonitor m hasil laborratorium kelima kasus keelolaan seperti pemeriksaan elekttrolit melaluui spesimen n urin yang dilakukan d o oleh anak SR tangggal 27 Seeptember 2013, 2 didapatkkan: Natrium m (Na) urin n 24 jam: 96 9 mEq/24 jjam, Kalium m (K) urin 24 jam: 8 mE Eq/24 jam, Klorida (Cl) urin 24 jjam: 78 mE Eq/24 jam.
Pemeriksaaan
tersebu ut
bertujuuan
untuuk
mengeetahui
ketidaksseimbangann elektrolitt asidosis, perpindahhan cairan dan perubahhan fungsi ginjal, g sepeerti yang teerjadi pada kasus anaak SR yang meengalami gaangguan eleektrolit. Sehhingga anakk SR diharaapkan mendapatkan perbaaikan elektro olit melaluii cairan intraavena.
Pemerikksaaan darahh lekosit ju uga diperoleeh dari anakk RR didap patkan leukositt 22.600. Sedangkan n 2 kasuss kelolaann residen yang mengalaami kelainaan pada jan ntung bawaaan yaitu annak IB dan n MK dilakukaan pemerikksaan darah h Analisis Gas Darahh (AGD). Hasil pemerikksaan anak IB I adalah sebagai s beriikut pH: 7,2216, pCO2:: 35,9 mmHg, pO2: 33,3 mmHg, m HC CO3: 14,7 mmol/L, m Satuurasi O2: 54 4,4%, BE: -111,5 mmol/L L, Na/K/Cl: 141/ 4,6/ 106. Pada anak MK hasil AGD diidapatkan pH p 7,368, pCO2 p 41,7 mmHg, pO O2 94,4 mm mHg, HCO3 24,3 2 mmol//L, Base Excess -0,33 mmol/L. Berbeda deengan anak RA A yang jugaa mempunyaai kelainan jantung baw waan tetapi tidak dilakukaan pemerikksaan AGD,, karena sesak yang ddialami anak k RA penyebaab utamanyaa didapat daari kelainann jantung baw waannya
4.1.11.2 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam man psikospiiritual Pengkajian
rasa
nyaman
terkait
psikospirittual
menccakup
kepercayyaan diri, motivasi dan kepeercayaan teerhadap Tuhan. Pengkajian psikosspiritual paada anak disesuaikann dengan tahap p gan psikoseeksual perkembbangan anaak. Pencapaaian tahap perkembang termasuuk
di
dallam
pengaalaman
pssikospirituall
karena akan
berpenggaruh terhaddap kepercay yaan diri annak.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
121
yaman Residenn tidak dapaat melakukaan pengkajiian kebutuhhan rasa ny psikospiiritual lebihh dalam, dik karenakan pasien p menggalami gang gguan neurologgis
yaitu
terjadi
penurunan p
kesadarann
(apatis)
dan
berhubuungan denggan tahapan n usia inffant. Penurrunan kesadaran terjadi pada p anak SR dan RR, R sedangkkan anak R RA, IB dan n MK masih dalam d tahappan usia inffant. Melaluui stimulus yang dilak kukan residen terhadap annak SR yaittu dengan menilai m tinggkat kenyam manan mfort behaviior checklisst dari Kollcaba, mengguunakan instrrumen comf akan tettapi mendaapatkan respon anak hanya h mem mbuka mataa dan melihat orang tuanyya dan kemu udian kembbali menutupp mata.
Menuruut Herlina (22012), aplik kasi teori Koolcaba yangg diterapkan n pada remaja dikaji tahapp perkembaangan pubertasnya, gaambaran dirri dan nilai dirri. Remaja mengalami m masa peraliihan antara masa anak-anak dan dew wasa sehinngga terjadii perubahann psikosekksual. Perub bahan bentuk fisik sebaaiknya dapaat diterimaa dengan bbaik oleh anak sehingga terbentukk rasa percaaya diri dann gambarann diri yang baik. Remaja yang sakiit dan diraawat di rum mah sakit ddapat tergaanggu privasinnya karena harus berb bagi kamarr dengan oorang lain. Bila perubahhan ini tiddak dapat diterima oleh anaak maka dapat menimbbulkan rasa tidak t nyaman.
4.1.11.3 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam man sosiokulltural k baik Pengkajian sosiokuultural mencakup perkkembangan sosial anak interpersonal mauppun intra perrsonal. Linggkungan sossial yang baanyak berinteraksi dengann anak adallah keluargaa. Kondisi hhubungan dalam d a ini. Masalah M yanng muncul antara a keluargaa banyak diikaji pada aspek pemberii
asuhan
dengan
anak
akkan
meniimbulkan
rasa
ketidaknnyamanan sosial. Ressiden menggkaji anak dengan tah hapan usia inffant dilihaat dari resspon anak saat menaangis, berssedih, tersenyuum dan tertaawa ketika berinteraksi b i dengan oraang tuanya.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
122
Berbedaa dengan tahapan usiia remaja. Remaja tiddak lagi baanyak terikat oleh o hubunggan orang tu ua dan anakk, tetapi lebiih banyak teerikat dengan hubungan kelompokn nya yang mempunyai m i nilai terseendiri yang tiddak dapat diterima oleh o masyaarakat, sehinngga rasa tidak nyamann kultural bissa saja terjaadi.
Berdasaarkan peneliitian Harriso on (2010), orang o tua ddapat menularkan ketidaknnyamanan mereka m kepaada anaknyaa. Bentuk kketidaknyam manan orang tuua dapat beerupa rasa cemas c sebaagai respon mereka melihat anak mereka m saat mengalam mi demam. Dampak kketidaknyam manan orang tua t terhadaap penatalaaksanaan demam d padda anak adalah a kesalahaan atau kuurang tepatn nya pemberrian obat aantipiretik untuk u anak mereka m atauu salah meenerapkan tehnik kom mpres, sehingga menghaambat proses penyembu uhan.
Dari keelima kasuss kelolaan yang dipilih residenn sebagai bahan b kajian, orang tua khususnyaa ibu menngalami keccemasan karena k kurangnnya informaasi terkait penyakit p anaaknya dan m merasa khaawatir akan pennyakit anakknya yang tiidak tahu kaapan bisa diisembuhkan n.
4.1.11.4 Pengkajian rasa nyaaman terkaiit pengalam man lingkunggan Pengkajian lingkunngan pada teori comf mfort ini m mencakup reespon adaptasii anak dan keluarga k terrhadap lingkkungan fisikk di rumah sakit. Lingkunngan yang berbeda daapat menjaddi suatu sttressor terseendiri bagi anaak dan keluarga. Stresssor tersebut dapat beruppa cahaya lampu kamar, kebisingann atau suarra yang tiidak biasa didengar, suhu ngin. Apabila anak daan keluarga tidak ruangann yang terlalu panas/din dapat beradaptasi b maka akan n timbul raasa tidak nnyaman terh hadap lingkunggan (Petersoon dan Bred dow, 2004; Kolcaba, 20003).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
123
Keluargga anak SR R dan RR mengalami m ketidaknyaamanan terssebut, dikarenaakan suhuu ruangan yang terkkadang paanas dan suara pengunjung yang ramai r saat jam kunjunng tiba. Keeluarga anaak SR dap privasii anaknya kkarena tidak k ada merasa kurang nyaaman terhad pembataas atau sekat dalam ruangan yang y berissi enam paasien. Keluargga anak RA A, IB dan MK masihh bisa beraadaptasi deengan lingkunggan rumah sakit. s
4.1.2 Massalah keperrawatan Massalah kepeerawatan yang y telah diidentifikkasi berdaasarkan strruktur taksonomi comf mfort Kolcabba. Belum adanya penngelompokaan khusus untuk u melaakukan
inntervensi
keperawataan,
sehinggga
residden
melak kukan
penggelompokkaan secara mandiri dengan d mellihat batasan karakteeristik masalah keperaawatan padaa buku diagn nosa keperaawatan. Anaalisa yang telah dilakuukan residen n terhadap ketiga tingkat kenyam manan yangg dikaitkan dengan peengalaman fisik, psikoospiritual, ssosiokulturaal dan lingkkungan anaak dan keluaarga adalah sebagai berrikut: 1) Data D yang menunjukkkan perubah han homeoostasis dan respon fisiiologi a anak termassuk di dalaam diagnosiis rasa tidakk nyaman ffisik. Pada kasus k m muncul maasalah ketiddaknyamanaan fisik, karrena kelimaa kasus kellolaan r residen megalami masalah penin ngkatan suhhu tubuh. D Dua diantarranya m mengalami a mengaalami demaam. Selain itu, 2 hipertermiaa dan tiga anak k kasus keloolaan resideen, anak SR dan RR R mengallami penurrunan k kesadaran, anak SR mengalami m gangguan g ellektrolit yanng diketahu ui dari h hasil laboraatorium elekktrolit, anak k RR mengaalami hemipparise, anak k MK m mengalami diare dan 2 kasus anak RA dann anak IB m mengalami sesak n nafas. 2) Pengalaman P n psikospiriitual pada kelima k kasuus kelolaan anak mengalami r rasa tidak nyaman kaarena tidak k bisa menggungkapkann secara verbal, h hanya saja orang tua mereka yaang mengaalami kekhaawatiran deengan k kondisi anakk yang terbaring lemah h di tempat tidur.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
124
3) Pengalaman P n sosiokulttural kelimaa kasus keelolaan, paasien mengalami k ketidaknyam manan dalaam berinterraksi dikareenakan 2 aanak mengalami p penurunan kesadaran (apatis) daan 3 anak masih dalaam tahap in nfant. K Keluarga
kelima
k kasus
kelo olaan
residden
menggalami
maasalah
s sosiokultura al pada levvel transcen ndence kareena keluargga merasa cemas c d dengan pennyakit anakknya yang tidak tau kapan k sem mbuhnya. Seetelah a adanya dukkungan darri tenaga kesehatan k d dalam pembberian inforrmasi y yang dibutuuhkan olehh keluarga selama s anaak menjalannkan pengo obatan d perawaatan di rumaah sakit, kelluarga mem dan mahami tentaang kondisii anak m masing-mas sing, merasaa nyaman dan d bisa beradaptasi denngan lingku ungan r rumah sakitt. 4) Pengalaman P n lingkungaan pada anak k tidak dapat terkaji , ssehingga reesiden m melakukan pengkajiann pada keluaarga. Pada awalnya keeluarga anaak SR i ingin segeraa pulang keerumah karrena kondissi lingkungaan ruangan yang k kurang nyaaman, seperrti ruangan sempit, tiddak adanyaa pembatas antar p pasien yangg berisi 6 anak, suhu u ruangan yang panass, dan ram mainya p pengunjung g saat jam kuunjung tiba.
4.1.3 Inteervensi kep perawatan Interrvensi kepeerawatan beerfokus pad da peningkaatan rasa nyyaman anak k dan keluuarga. Kolcaba memeggang prinsip bahwa perawat p haruus secara intens i berinnteraksi daan berkomuunikasi den ngan pasienn. Respon sselama inteeraksi akann mempenggaruhi intervensi keperawatan yang y akan dilakukan pada pasien berdasarrkan tujuann asuhan keeperawatan yang akann diberikan pada pasien.
Interrvensi kepeerawatan meempunyai pedoman p tigga tipe yangg dikelompo okkan berddasarkan kebbutuhan rassa nyaman pasien, p yaituu: intervensi yang dilak kukan secaara standar (tehnikal) untuk men ngatasi kebbutuhan rasa nyaman fisik, interrvensi pelaatihan/ ajakkan (Coach hing) untukk kebutuhaan rasa ny yaman sosiookultural dan d interveensi comforrting untukk kebutuhaan rasa ny yaman psikkospiritual dan d lingkunggan.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
125
Interrvensi kepeerawatan tellah dikelom mpokkan sehhingga mem mudahkan reesiden untuuk menyussun interveensi sesuaii diagnosa keperawaatan yang telah diideentifikasi seebelumnya dengan men nggunakan struktur takksonomi comfort Kolccaba.
4.1.4 Imp plementasi keperawatan Pem meriksaan dan d pemanttauan suhu adalah saalah satu inndikator peenting dalaam mengkaaji kondisi kesehatan anak yangg dirawat di rumah sakit. Pem meriksaan suuhu secara non invasiif secara tiidak langsuung lebih dipilih d untuuk meminim malkan kettidaknyaman nan pada pasien p (Daavie & Am moore, 20100).
Salaah satu prinnsip atraumaatic care paada anak yaang dapat ddilakukan adalah a denggan meminnimalkan dan d menceegah traum ma pada aanak. Walaaupun pem meriksaan suuhu tubuh tidak t menim mbulkan nyyeri, namunn pada umum mnya anakk memperliihatkan reakksi kecemaasan dan sttress yang berlebihan pada wakktu dilakukkan pemerikksaan suhu u tubuh. Faktor F yangg menyebaabkan traum ma pada annak adalah waktu yang g dibutuhkaan dalam peemeriksaan suhu tubuuh cukup lama (5-12 menit). Menurut M pennelitian yanng dilakukaan El Radhhi (2006) dan analisiis review yang y dilakuukan oleh JJefferies (2 2011), mennjelaskan baahwa pengggunaan term mometer tim mpani selainn terbukti akurat a dapaat meminim malkan dam mpak traum ma pada anaak. Seperti yang dilak kukan residden pada saaat pengukuuran suhu keelima anak pada p kasus kelolaan deengan mennggunakan termometer t timpani. Residen R menngukur tingkkat nyeri deengan mennggunakan skala s FLAC CC dan didaapatkan hasil nol (0) unntuk semuaa anak (Hocckenberry, 2009). 2
y dilakuukan residen n terkait keebutuhan raasa nyaman n fisik Implementasi yang anakk adalah denngan melakkukan proyek inovasi deengan berdaasarkan evid dence baseed practice,, yaitu pengggunaan term mometer tim mpani dapaat meminim malkan rasa trauma paada anak deengan meng gukur suhuu tubuh seccara cepat dalam d wakktu 1 detikk dan mam mpu mencegah terjadiinya infekssi silang karena k
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
126
term mometer meenggunakann probe. Im mplementasi tersebut diilakukan reesiden setiaap tiga jam dalam perggantian shifft pada kelim ma kasus kkelolaan. Seeluruh anakk pada kasuus kelolaan residen r tidak k ada yang mengalami trauma.
Implementasi lain l yang dilakukan residen deengan penaatalaksanaan n self mannagement yaaitu memanntau keseimb bangan cairran dalam ttubuh anak harus tercuukupi agarr kadar eleektrolit tidaak meningkkat saat evvaporasi teerjadi, mem mberikan sirrkulasi udaara yang baaik, agar tubbuh pasien berkeringaat dan menngalirkan haawa panas ke tempat lain, mem mbuka pakaiian atau seelimut yangg tebal mendukung terjadinya radiasi daan evaporaasi, membeerikan kom mpres air haangat yangg dapat meemberikan sinyal s ke hhipotalamuss dan mem macu terjaadinya vassodilatasi pembuluh darah peerifer. Hall ini mennyebabkan pembuangan p n panas meelalui kulit meningkat sehingga teerjadi penuurunan suhuu tubuh mennjadi normaal kembali. Pemberian kompres hangat h dilakkukan apabbila suhu diiatas 38,5°C C dan telahh mengkonssumsi antip piretik setenngah jam seebelumnya.
Padaa kasus keloolaan resideen juga mem mberikan teerapi obat pparasetamol 3kali per oral o untuk 3 kasus anaak dengan demam d dan terapi obat Farmadol 3 kali melaalui intravena untuk kasus deengan hipeertermi. Tinndakan terrsebut dilakkukan residden sesuai dengan d insttruksi dokteer dan penggetahuan reesiden terkaait pemberian dosis obat antipiretiik pada anakk.
Mennurut Plaisaance dan Mackowiak M (2000), terrapi obat-obbatan secaraa self mannagement daapat dilakuukan dengan n memberi antipiretik. Acetamino ophen atauu Parasetamaol, merupaakan salah satu s antipireetik yang seering digun nakan, dimaana demam m akan turunn setelah 2 jam pemberrian. Pemberrian harus sesuai s aturaan atau innstruksi pennggunaan obat, yaituu pada anaak dosis harian h paraasetamol sirrup = 3-4 x 250 mg g atau 3-4 x sendok ttakar 5ml. Efek sampping hepatootoksik dappat timbul jika dosis harian h (dosis yang dim minum dalaam satu haari) melebihhi 8 gram (=16 tableet parasetaamol, @1 tablet t paraasetamol 5000 mg atau jika mengg gunakan paarasetamol ssirup=32 seendok
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
127
takaar 5 ml dalam m sehari). Dengan D adaanya peran kompetensi k perawat seebagai penddidik yang sesuai denngan salah satu intervvening variaables pada teori comf mfort Kolcabba, residen berusaha b memberikan m informasi yyang dibutu uhkan olehh keluarga tentang doosis pembeerian obat yang tepaat untuk paasien. Sehiingga keluaarga mendaapatkan keb butuhan info formasi yanng bisa mem mbuat rasa nyaman soosiokultural terhadap teenaga kesehatan.
Sebaagai advokaat, residen merasa berrkompeten untuk u mem mbuat lingku ungan kam mar terasa nyaman, n sepperti merap pikan temppat tidur paasien, meng gganti linenn, menjaga kebersihann ruang peraawatan anaak, dimana setiap dilak kukan tindaakan pada anak SR, residen r men ncarikan seekat untuk m menutupi pasien p saat dilakukan perawatan p k kateter padaa anak SR.
Implementasi keperawatan k n dievaluasii dengan meenggunakann instrumen yang berbbeda antarra pasien satu den ngan lainnnya, sesuaii dengan usia perkkembangan anak. Untukk meningkaatkan kenyaamanan pasiien dan kelu uarga, peraawat menyyusun kembbali rencan na keperaw watan sam mpai pada level trannscendence.
Implementasi yang y dilakuukan residen n pada keliima kasus kkelolaan, seetelah dievvaluasi denggan mengguunakan form mat SOAP (S Subjektif, O Objektif, An nalisis dan Planning), kelima passien diijinkaan pulang kerumah k denngan masa rawat r palinng lama addalah anak RA, yaitu 3 minggu (11 hari) ddan paling cepat masa perawataan adalah anak IB den ngan 1 minnggu. Masaalah pening gkatan mam, maupuun hiperterm mi kelima pasien p suhuu tubuh baikk yang menngalami dem dapaat teratasi seesuai dengaan intervensi yang disussun residen.
4.1.5 Evaaluasi keperrawatan Seteelah dilakukkan interveensi keperaawatan yangg dilakukann residen untuk u kelim ma kasus keelolaan 2 annak pulang dengan mennggunakan alat bantu napas n (nassal oksigen)) pada hidunngnya untuk k mencegahh kekambuhhan penyakiitnya, sedaangkan 3 annak tidak terrpasang. Daari hasil anaalisis, masaalah keperaw watan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
128
dem mam dan hippertermia sudah s terataasi. Dari keelima kasuss kelolaan untuk u mennilai tingkat kenyamanaan sesuai deengan tahappan usia perkkembangan n pada kasuus kelolaan residen, menilai m deng gan mengguunakan gam mbar bunga Daisi yangg diciptakaan oleh Koolcaba. Teetapi, kelim ma kasus kkelolaan reesiden mem mpunyai peenilaian yanng sama yaaitu tidak dapat d dinilaai karena masih m dalaam tahap usia u infant dan mengalami penuurunan kesadaran. Reesiden menncoba menggunakan insstrumen Co omfort Behaaviours Checcklist.
watan kenyyamanan “coomfort” Ko olcaba Darii uraian dann aplikasi teeori keperaw di atas, a residenn menilai pengkajian keperawattan berdasaarkan takso onomi comf mfort Kolcaaba tidak memerlukan m n waktu yaang lama untuk men ngkaji pasien, sehinggga perawaat mempun nyai waktuu luang unntuk melak kukan interrvensi
dann
berinterraksi
deng gan
pasien.
Hanya
saja
deengan
penggelompokkaan tiga jennis interven nsi tersebutt mempersuulit residen n saat pem mbuatan evaaluasi khusuusnya mem mbedakan antara a respoon pasien dalam d mem menuhi kebbutuhan rassa nyaman n psikososiaal dan sossiokultural yang berissiko tinggi terjadi t overrlap pada in ntervensi.
Ham mbatan lain yang dirassakan residen dalam menggunaka m an teori comfort Kolccaba pada anak a dengaan peningkaatan suhu tuubuh adalahh pada penilaian tingkkat kenyam manan anak dengan men nggunakan instrumen K Kolcaba, diimana instrrumen tidakk bisa digunnakan oleh tingkat usia perkembaangan anak yang berbbeda-beda, sehingga residen harus h mam mpu memillah penggu unaan instrrumen terseebut untukk diaplikasikan pada masing-maasing anak yang berbbeda.
Darii hasil keelolaan kassus utama residen secara s keseeluruhan proses p kepeerawatan teerkait konseep utama teori comfortt Kolcaba tterhadap strruktur taksonomi yangg telah dibuat residen n adalah sebbagai berikkut. Reliefe yaitu mukan keeempat suatuu keadaann dimana anak SR belum daapat menem kebuutuhan rasa nyaman seecara spesifi fik dari dirinnya terkait ttahapan usia dan statuus neurologisnya yang tidak dapat diungkapkan secara veerbal yang dikaji d
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
129
fisik, psikoospiritual, ssosiokulturaal dan padaa pengalam man terkait kebutuhan k lingkkungannya.. Ease digaambarkan residen r sebaagai kesem mbuhan anaak SR yangg dapat dilihhat dari konndisi tubuh anak SR yang sudah ttidak mengalami dem mam, gambaaran tingkatt kesadaran n anak comp mpos mentiss, dan senyu uman yangg dianggapp sebagai respon perubahan perilaku anak terh hadap kenyyamanan yaang dirasakaan, serta adaanya supporrt dari keluaarga pasien..
Trannscendence dapat dicappai residen melalui lam ma hari raw wat pada anaak SR term masuk durassi minimal yang tidak k membutuhhkan waktuu lama, sehingga menngurangi tinndakan meedis dan menghasilkan m n kepuasann bagi kelu uarga terhaadap pelayanan tenagga kesehatan n yang berrada di ruaang infeksi anak RSU UPN Dr. Cippto Mangunnkusumo.
4.2 Pemb bahasan Prraktik Speesialis Keperawatan Anak Dalaam Pencap paian Targeet Peraw wat sebagai salah satu unit u pemberri pelayanann kesehatan,, sangat berp peran dalam m memperttahankan dan d memeelihara kennyamanan pasien. Teknik peraw watan yang tepat, pem mbinaan daan pendamppingan pasiien yang sesuai s dengaan kondisi pasien, p sertaa mempertaahankan keppuasan pasieen selama dalam d peraw watan, meruupakan benttuk pelayan nan prima yang dapat m mempertahaankan atau meningkatka m an kenyamaanan pasien n (Supartini,, 2004).
Menuurut Tim Perawat P Nerrs Spesialiss (2012), kompetensi k perawat dalam d pelaksanaan asuuhan keperaawatan pad da jenjang Ners diantaranya perrawat da-tanda vittal dan maampu meng gelola mamppu mengeloola pemerikksaan tand asuhaan keperawaatan dalam upaya u mempertahankann suhu tubuuh.
Menccermati konndisi tersebuut di atas, maka dipeerlukan peraan perawatt ners spesiaalis anak untuk u menggembangkaan profesionnalisme daalam melak kukan asuhaan keperawatan pada anak yang g mengalam mi peningkaatan suhu tubuh t akibatt adanya penyakit innfeksi den ngan mengggunakan ppendekatan teori keperrawatan sebaagai keranggka dasar beerfikir yang tepat dan efektif.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
130
t comfo fort ini padda intinya adalah perrawat Perann keperawaatan pada teori mengidentifikasii kebutuhann kenyaman nan yang tidak t terpenuhi dari klien, k k m menentukan n desain tind dakan sehinggga berdasaar pengkajiaan tersebut kemudian comfoort untuk mengatasi m s serta mengg gali hal-hal yang dapaat meningk katkan kenyaamanan passien yang mana m hal in ni merupakkan outcom me langsung g dari keperrawatan. Penningkatan kenyamanan k n tersebut beerhubungann secara lang gsung dan positif p dalam m perilaku mencari pelayanan p (H (Health Seeeking BehavviorsHSBs)). Penerimaa pelayanann kesehatan n dalam paandangan teeori comforrt ini, bisa dari d berbagaai aspek, baaik secara individu, i keeluarga, kom munitas maaupun instituusi. Oleh karena itu perawat perlu p mem modifikasi llingkungan dari berbaagai aspek pasien, kelluarga atau lingkungaan institusi, sehingga dapat meninngkatkan kenyamanan k n penerim ma pelayanan dengann asumsi klien merassakan kenyyamanan seperti s diru umah merreka. Jika hal ini dapat dikem mbangkan dan d dimodiffikasi peraw wat, maka pencapaian p ffungsi keseehatan optim mal dapat terrcapai. Jalil
(2007),
m menjelaskan n
bahwa
pengetahuuan
ibu,
ketakutan
dan
penataalaksanaan anak demaam secara mandiri m oleeh ibu dapaat mempeng garuhi proses pengobataan demam dan kenyam manan padda anak. Ibuu yang mem miliki d akann melakukaan tindakan yang pengeetahuan tenttang perawaatan anak demam, tepat untuk menngatasi demam, sepertii memberikkan dosis anntipiretik deengan benarr, mengukurr suhu denggan termomeeter dan meenciptakan llingkungan yang nyam man untuk annaknya. Kuurangnya peengetahuan ibu tentangg perawatan anak demam m menyebbabkan merreka melak kukan terappi yang saalah. Kesaalahan merekka meliputii pemberiaan antipirettik berlebihhan atau kkurangnya dosis, d menyelimuti anaak dengan selimut s teb bal, dan meempunyai kkeyakinan bahwa b tumbuuh gigi meruupakan pennyebab demaam.
Residden telah meenjalani prakktik spesialis keperawaatan anak seelama 2 sem mester di RS SCM. Selam ma menjalanni praktik spesialis s kepperawatan aanak ini, reesiden melew wati beberaapa stase ruuang peraw watan anak,, diantaranyya adalah ruang r peraw watan Non Infeksi, I Periinatologi daan ruang peerawatan Inffeksi. Pemiinatan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
131
khusuus yang ressiden pilih adalah kep perawatan innfeksi anakk yaitu di ruang r peraw watan infekssi Anak IKA A 1 Gedung g A RSUPN N Dr. Cipto Mangunku usumo Jakartta.
Dalam m upaya pencapaiann target kompetensi k sebagai calon speesialis keperrawatan anaak, residen keperawataan anak seccara umum m telah men ncapai komppetensi yangg telah ditettapkan, teru utama menjaalani peran sebagai perrawat primeer dalam memberikan m asuhan kep perawatan pada p anak ddengan pen nyakit infekssi di ruang infeksi i anakk. Dalam peencapaian taarget kompeetensi ini reesiden mempperoleh dukkungan olehh pihak maanajemen geedung A R RSCM dan ruang r infekssi anak lantaai 1 dengann memberikaan kesempaatan untuk m mengelola pasien p anak dengan d pennyakit infekssi.
Kesem mpatan dallam mengeelola pasien n ini mem mbuat mahaasiswa resiidensi keperrawatan anaak dapat memberikan m asuhan kepperawatan ppada pasien n dan mencaapai beberaapa target yang y ingin dicapai d sesuuai dengan kkondisi pen nyakit pasienn
masing--masing.
P Proses
asu uhan
kepeerawatan
ddiawali
deengan
melakkukan penggkajian, meenentukan masalah keperawatan k n yang mu uncul, menyusun rencaana keperaw watan, mellakukan tinndakan kepperawatan untuk u mengatasi masallah dan meelakukan ev valuasi terhaadap tindakkan keperaw watan i dilaksannakan dengaan berfokus pada yang dilakukan. Asuhan kepperawatan ini k n yaitu teorri comfort oleh o Katharrine Kolcaba dan salah satu teori keperawatan berdaasarkan teorri keperaw watan terseb but, mahasiiswa resideensi sebelum mnya telah mengembaangkan form mat pengkaajian yang kemudian digunakan pada setiapp pasien keloolaan.
Kesem mpatan lainnnya dalam m mengelolaa pasien di ruang infeeksi anak adalah a mahassiswa residdensi keperrawatan anaak dapat berdiskusi laangsung deengan mahassiswa Progrram Pendidikan Dokterr Spesialis Anak A (PPDS), ahli gizii, dan peraw wat ruang innfeksi anak terkait kon ndisi pasienn yang dikeelola. Mahasiswa resideensi keperaw watan anakk juga mend dapatkan bim mbingan daan supervisi dari
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
132
pembimbing akaademik dalaam melaku ukan asuhann keperawaatan pada pasien p p di ruuang infekssi anak. kelolaaan selama praktik
m memberikkan asuhann keperawattan, mahasiiswa resideensi keperaw watan Dalam anak juga j telah berupaya b m memberikan praktik kepperawatan yyang memeegang prinsiip profesionnal, etis, leegal dan peeka budayaa. Prinsip teersebut dipenuhi melalui pemberiian asuhan keperawattan yang berfokus b paada membeerikan yang terbaik bagi pasienn, mencegaah efek tinndakan kepperawatan yang meruggikan pasieen, merawaat pasien dengan d mennjaga privaasi pasien, serta menghargai dan memberikaan kesempaatan pada keluarga k unntuk meneraapkan budayya yang meereka percaayai pada pasien, p selaama budayya tersebut tidak memiiliki pengaruuh buruk paada kodisi pasien. p
Pada penerapannnya, residenn memberik kan penjelassan pada keeluarga anak k SR, memeegang prinssip etik verracity (bicaara jujur daan benar), ddimana kelu uarga berhaak menanyakan dan meendapatkan penjelasann tentang koondisi anak yang sebennarnya, kareena selamaa dilakukan n perawataan, ibu tidaak tahu ten ntang kondiisi anak yanng sebenarnyya dikarenaakan klien adalah a anak pertama diimana orangg tua belum mempunyaai pengalamaan dalam mengasuh m annak.
Selainn itu resideen juga mem mperhatikan n prinsip etik e Non M Maleficience pada keluarrga anak RA A, dimana keluarga k merasa kecew wa karena tiidak jadi pu ulang, tetapi dokter sehharusnya meeyakinkan keluarga k bahhwa tanda ggejala ditem mukan lebih dini menccegah terjaadinya kond disi yang lebih buruuk apabila klien dipulaangkan tetaapi hasil peemeriksaan echocardioografi ternyyata membeerikan inform masi kepadda keluarga untuk tetaap tinggal di rumah ssakit. Penerrapan prinsiip otonomi juga dilakuukan residen n pada keluuarga anak RA dengan n cara membberikan infoormasi yangg dibutuhkaan, sehinggaa keluarga aan RA, sehingga keluarrga tidak keecewa.
Targeet pencapaiian kompeetensi lainn nya yang harus dicaapai mahasiswa resideensi keperaw watan anak adalah pelaaksanaan prroyek inovaasi yang meenjadi
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
133
targett kompetennsi seorangg perawat sebagai chhange ageent untuk dapat menerrapkan hall baru dalaam pemberrian peraw watan pada pasien. Prroyek inovaasi yang mahasiswa m residensi keperawattan anak lakukan adalah a penguukuran suhhu tubuh yang y akuraat dengan menggunakkan termom meter timpaani. Inovassi ini dippilih oleh residen keperawataan anak untuk u diapliikasikan karena k ruanng infeksii anak masih m ditem mukan berragam termoometer yangg digunakann untuk pem mantauan taanda-tanda vital suhu tubuh t pada anak, beluum mengguunakan term mometer yang y akuratt sesuai deengan p n target kkompetensi ini, evidennce basedd practice. Dalam pelaksanaan mahassiswa residdensi kepeerawatan an nak mendaapat dukunngan dari pihak p manajjemen Geddung A RSCM untuk dapat mellaksanakan proyek ino ovasi. Bentuuk dukungann yang dibeerikan adalaah berupa biimbingan ddalam memaahami proses dan tahappan dalam penerapan evidence base b practicce atau evid dence basedd nursing paada pasien, bimbingan dalam mem milih jurnal--jurnal peneelitian yang mendukungg penerapann EBP atau u EBN, serrta persetujuuan pelaksaanaan proyeek inovasi di ruang infeeksi anak.
Pelakksanaan pennerapan EB BN di ruan ng infeksi anak a yang menjadi prroyek inovaasi dan targeet pencapaiian kompeteensi mahasiswa resideensi keperaw watan anak. Residen mampu m meenunjukkan bahwa termometer timpani mampu membberikan hassil yang akkurat, dapatt mendetekksi adanya perubahan suhu tubuhh lebih cepaat, tidak meenimbulkan trauma padda anak karrena penguk kuran dilakuukan dalam m waktu 1 detik, d dan tidak t terjadii penyebaraan infeksi silang s karenna termomeeter mengggunakan probe, p sehhingga kom mplikasi in nfeksi penyaakit yang lebih serius dapat seg gera dicegahh. Kendala yang ada pada pelaksanaan inoovasi ini adalah a tidaak semua pasien koooperatif deengan pelaksanaan pengukuran suuhu, terutam ma anak yanng masih keecil, terlalu u aktif dan annak yang traauma terhaddap tindakaan invasif.
d pencapaaian target kompetensi k i di ruang in nfeksi Secarra umum peelaksanaan dan anak oleh resideen telah berrjalan deng gan baik ataas dukungann banyak pihak. p Melallui praktikk spesialis keperawaatan ini, residen r meendapat baanyak
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
134
pengeetahuan, peengalaman dan d keteram mpilan dalaam mengellola pasien anak terutaama pada paasien anak dengan pen nyakit infekksi yang berrvariasi di ruang r infekssi
anak.
Residen
berupaya
untuk
mempertahhankan
baahkan
mengembangkann lebih lannjut pengettahuan dann keteramppilan di bidang peraw watan infekksi anak sebagai suaatu kompettensi khusuus dari seo orang spesiaalis keperaw watan anak.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
BAB 5 SIMP PULAN DA AN SARAN N Bab ini menguraikan m n kesimpulaan hasil peenerapan teoori comfortt oleh Kath harine Kolcaba dalam d asuhaan keperaw watan pasien n anak denggan peningkkatan suhu tubuh t di ruang innfeksi anak RSUPN Drr. Cipto Maangunkusum mo Jakarta.
5.1 Kesim mpulan 1. Tahaapan asuhaan keperaw watan menu urut teori comfort ini diawali deengan tahaap pengkajiian dengan mengacu pada kebuutuhan rasa nyaman teerkait penggalaman fissik, psikosppiritual, sossiokultural dan d lingkunngan. Kemu udian tahaap penentuaan masalahh diidentifiikasi berdaasarkan struuktur takso onomi mennurut teori comfort Koolcaba. Lan ngkah selannjutnya pennyusunan tu ujuan kepeerawatan daan pengelom mpokan inttervensi sessuai dengann diagnosis yang telahh ditegakkaan. Intervennsi yang terrdiri atas inntervensi sttandar/ tehn nikal, penddidikan kesehatan/ coaaching dan kenyamanaan jiwa/ com mforting terrsebut diim mplementasiikan sesuaai kelompo ok. Tahap terakhir adalah evaaluasi kepeerawatan disusun d meenggunakan format SOAP (Subbjektif, Objjektif, dengan peedoman tujjuan keperrawatan seebagai Anaalisis dan Planning) P kebeerhasilan/
kegagalan
intervenssi
keperaw watan.
Peenilaian
tin ngkat
kenyyamanan dilakukan d dengan menggunakan m n instrumeent yang telah disediakan olehh Kolcaba seesuaia deng gan usia perkkembangann anak.
2. Pem mberian asuuhan kepeerawatan pada p lima pasien kkelolaan deengan peniingkatan suuhu tubuh berdasarkan b teori comfo fort oleh Kaatharine Ko olcaba secaara umum dapat d diteraapkan dengaan baik. Teeori comfort oleh Kath harine Kolccaba menyyatakan baahwa mem mberikan raasa nyamaan pada pasien p meruupakan tujuuan profesii keperawaatan, dimanna terdapat keyakinan n rasa nyam man akan membantu m p proses peny yembuhan dan d merupakkan modal dasar utam ma dalam memperbaiki m i kondisi kliien. Perbaikkan kondisi klien tidak k akan tercaapai jika kebutuhan akaan rasa nyam man tidak terpenuhi.
135 Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
136
3. Peraan yang dijalani resideen keperaw watan anak dalam mem mberikan assuhan kepeerawatan merupakan m salah satu peran sebaagai perawat primer, yaitu sebaagai praktissi asuhan keperawataan (care giver). g Dalaam membeerikan asuhhan
keperaawatan,
m mahasiswa
residensi
keperawattan
anak juga
mem megang prinnsip etik, legal dan peka budayaa sebagai ccerminan prraktik proffesional seoorang peraw wat. Peran lainnya yanng juga tellah dilaksan nakan adallah peran pendidik, p addvokat, dan peneliti. Peran P pendidik dicapaii oleh mahhasiswa residensi kepeerawatan an nak dengann melakukaan edukasi pada keluuarga pasienn, dan diskuusi dengan perawat p ruanngan secaraa informal. Peran P advookat dicapaai dengan pemberian p informasi yang lengkaap pada kelu uarga dan memberikkan yang terbaik serrta menceggah tindakkan yang dapat meruugikan pasiien. Sedangkan peran peneliti p dan pembaharuu dicapai melalui ekspplorasi jurnnal-jurnal peenelitian daan sosialisaasi evidencee based nu ursing kepaada perawaat ruang innfeksi anak k RSUPN Dr. Cipto Mangunku usumo Jakaarta.
5.2 Saran n 1. Bagi pelayanann keperawatan Dalaam membeerikan asuhan keperaw watan pada pasien, peerawat mem miliki peraan pentingg sebagai pengelola pasien selama s 24 jam. Melalui penggembangan teori comfo fort oleh Kaatharine Kollcaba yang telah diteraapkan olehh mahasiswaa residensi keperawatan k n anak, dihaarapkan kennyamanan pasien p tetapp terjaga daan instansi pelayanan p kesehatan k daapat membeerikan pelay yanan yangg terbaik unntuk masyarrakat. Selaiin itu peraw wat dalam m menjalani prraktik kepeerawatannyaa harus berrpegang pad da prinsip etik, e legal ddan peka bu udaya sebaagai bentuk praktik proofesional.
2. Bagi pendidikann keperawaatan Resiiden mengeembangkann format peengkajian dengan d mennggunakan teori comf mfort Kolcabba sebagai kerangka dasar yangg efektif dalam pemb berian asuhhan keperaw watan selam ma praktik residensi r beerlangsung. Format terrsebut disuusun untuk memperm mudah resid den dalam pendokum mentasian proses p
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
137
asuhhan keperaawatan yaang dilakuk kan pada pasien ddengan maasalah peniingkatan suhu tubuh. Dalam D meneerapkan teoori keperawatan yang sesuai s denggan peminaatan yang akkan dipilih oleh mahassiswa resideensi keperaw watan anakk, sebaiknyaa teori kepeerawatan yaang akan ditterapkan, dilakukan ujii coba keeffektifan pennggunaan terrlebih dulu sebelum prraktik resideensi keperaw watan anakk dilaksanaakan. Denggan demikiaan, residenn yang akaan menggun nakan dapaat lebih efekktif dalam penerapan p pendokumen p ntasian asuhhan keperaw watan sesuuai dengan kasus-kasuus yang diitemukan pada p unit perawatan yang dimiinati oleh mahasiswa m reesidensi kep perawatan anak. a
3. Bagi Ners Spessialis Keperaawatan Anaak Sebaagai seoranng ners speesialis kepeerawatan annak diharappkan dapat terus menngembangkaan ilmu dann pengetahuan mereka dibidang d keeperawatan anak. Upaaya pengem mbangan ilm mu dan peengetahuan tersebut ddapat dilak kukan denggan terus mengembaangkan pro ofesionalism me sebagaii perawat ners spessialis keperawatan anaak dengan membuat proyek p inovvasi berdasarkan eviddence basedd nursing practice p un ntuk meninngkatkan keeterampilan n dan berffikir inovatiif, sehinggaa dapat meeningkatkann kualitas ddalam pemb berian asuhhan keperaw watan pada pasien infeeksi anak khhususnya paada anak deengan peniingkatan suhhu tubuh.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Unive ersitas Indo onesia
DAFTAR PUSTAKA AIPNI. (2011). Standar Pendidikan Ners Indonesia. Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDIKI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2012). Draft Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan Di Indonesia. Diunduh dari www.hpeq.dikti.go.id. Pada tanggal 1 Oktober 2013. Alligood, M.R & Tomey, A.M. (2006). Nursing theory utilization and application. St louis: Elsevier Mosby. Alves, J.G.B., Almeida, N.D.C.M., & Almeida, C.D.C.M. (2008). Tepid sponge plus dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in febrile children. Sao Paulo Medical Jurnal, 126 (2), 107-111. Al-Eissa, Y., Al-Sanie, A., Al-Alola, S., Al-Shaalan, M., Ghazal, S. & Al-Harbi, A. (2000). Parental perception of fever in children. Ann Saudi Med., 20(3), 202-5. Annegers, J. F., Hauser, W., Shirts, S. B. & Kurland, L. T. (1987). Factors prognostic of unprovoked seizures after febrile convulsions. NEJM, (316) , 493-8. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2011). Laporan pencapaian tujuan pembangunan millennium di Indonesia 2011. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional: BAPPENAS. Badan Pusat Statistik. (2011). Profil statistik kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: BPS. Badan Pusat Statistik. (2007). Survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Jakarta: BPS. Bakashvili, L. Z, Makhviladze, M. A, Pagava, E. K & Pagava, K. I. (2006). Fever of unknown origin in children and adolescents in Georgia: A review of 52 patients. Georgian Med News, (135), 66-9. Bakry, B.A., Tumbelaka,A. R, & Chair, I. (2008). Etiologi dan karakteristik demam berkepanjangan pada anak Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri, 10(2), 83-88. Ball, J.W. & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. 3rded. New Jersey: Pearson Education Inc.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Barraf, L. J. (2008). Management of infant and young children with fever without source. Pediatrics Annals, 37(10), 673-679. Carpenito, L. J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC. Chen, W.L. (2005). Nurse’s and parent’s attitudes toward pain management and parental participation in postoperative care of children, Thesis, Centre for Research, The Queensland University of Technology. Cogulu O., Koturuglu, G. & Kurugol, Z. (2003). Evaluation 80 children with prolonged fever. Pediatrics, 45, 564-9. Crocetti, M., Moghbelli, N., Serwint, J. (2001). Fever phobia revisited: have parental misconceptions about fever changed in 20 years. Pediatric, (107), 1241-6. Dalal, S. & Zhukovsky, D. S. (2006). Pathophysiology and Management of Fever. J Support Oncol; (4), 9–16. Davie, A & Amoore, J. (2010). Best practice in the measurement of body temperature. Nurs Stand., 24(42), 42-49. Depkes R.I. (2002). Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut untuk penanggulangan pneumonia pada balita dalam pelita VI. Jakarta: Dirjen PPM & PLP. Dodd, S. R., Lancaster, G. A., Craig, J. V., Smyth, R. L. & Williamson, P. R. (2006). In a systematic review, infrared ear thermometry for fever diagnosis in children finds poor sensitivity. J Clin Epidemoiol., 59(4), 354-7. Doenges, M.E., Moorhause, M.F. & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC. Dorland, N. (2008). Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. Ellis, J. R. & Hartley, C. L. (2008). Nursing in Today’s World: Trends, issues, and management. 9th Edition. By Wolters Kluwer Health & Lippincott Williams & Wilkins. El-Radhi, A. S, Caroll, J., Klein, N. & Abbas, A. (2002). Fever. In: Clinical manual of fever in children. 9th ed. Berlin: Springer-Verlag. El-Radhi, A. S. & Barry, W. (2006). Thermometry in paediatric practice. Arch Dis Child., 91(4), 351-6.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
El-Radhi, A. S., Caroll, J. & Klein, N. Clinical Manual of Fever in Children. (2009). Springer-Verlag: Berlin Heidelberg. Finkelstein, J. A., Christiansen, C. L. & Platt, R. (2000). Fever in pediatric primary care: Occurrence, management and outcome. Pediatrics., (105), 260-6. Fisher, R. G. & Boyce, T. G. (2005). Fever and shock syndrome. In: Moffet’s Pediatric infectious disease: A problem-oriented approach. 4th ed. New York: Lippincott William&Wilkins. Ganong, W. F. (2002). Pengaturan sentral fungsi visera. In: Buku ajar fisiologi kedokteran. 20th ed. Jakarta: EGC. Guyton, A. C. & Hall, J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 11. Jakarta : EGC. Harrison, M.T. (2009). Family centered pediatric nursing care: state of the science. Journal Pediatr Nurs. 25(5), 335-343. Herlina. (2012). Aplikasi Teori Kenyamanan Pada Asuhan Keperawatan Anak. Bina Widya, 23(4), 191-197. Hockenberry & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis: Mosby Yearbook. Hockenberry. (2012). Clinical Manual of Pediatric Nursing. 8th ed. St. Louis Missauri: Elvier Mosby. HPEQ Project. (2010). Laporan hasil survey data dasar keperawatan tahap satu. International Council of Nurses. (2003). ICN Framework of Competencies for the Generalis Nurse. Geneva. International Council of Nurses. (2008). Nursing Continuum Framework and Competencies. ICN Regulation Series. Jalil, H.K.A.A., Jumah, N.A., & Al-Baghli, A.A. (2007). Mother’s knowledge, feras and self-management of fever: A cross-sectional study from the capital governorate in Kuwait. Kuwait Medical Journal, 39 (4), 349-354. Jefferies, S., Weatherall, M., Young, P. & Beasley R. (2011). A Systematic review of the accuracy of peripheral thermometry in estimating core temperatures among febrile critically ill patients. Crit Care Resusc., 13(3), 194-9.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Joseph, A. & Ulrich, R. (2007). Sounth control for improved outcomes in healthcare setting. Diunduh dari http://www.healthdesign.org, tanggal 1 Oktober 2013. Judith M. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC, ed. 7. Jakarta: EGC. Kania N. (2010). Penatalaksanaan demam pada anak. Available at: http://hiperkes.com/pdf/nia-kania-penatalaksanaan-demam.html. [Last access: 1 Oktober 2013]. Katzung, B. G. (2002). Obat-obat anti inflamasi non steroid, obat-obat rematik pemodifikasi penyakit, analgesic nonopioid dan obat-obat untuk pirai. In: Farmakologi dasar dan klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika. Kayman, H. (2003). Management of fever: making evidence-based decision. Clin Pediatr J. 43, 383. Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat, S. & Kashani, L. (2012). Music and anxiety in hospitalized children. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 6(1), 94-96. Kelly, G. S. (2007). Body temperature variability (Part 2): masking influences of body temperature variability and a review of body temperature variability in disease. Altern Med Rev, 12(1), 49-62. Kepmendiknas Nomor 045. (2002). Kurikulum Inti Perguruan Tinggi. Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care and research. New York: Springer Publishing Company. Kolcaba, K. & Dimarco, M. (2005). Comfort theory and its application to pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3). Diunduh dari www.proquest.com tanggal 1 Oktober 2013. Kozier, Berman & Snyder. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses & praktik. (Ed.7). Jakarta: EGC. Kristension, I., Shields, L. & O’Challaghan, M. (2003). An examination of the needs of parents of hospitalized children: Comparing parents’ and staff’s perceptions. Scand J Caring Sci. 17, 176-184. Lau, A. S., Uba, A. & Lehman, D. (2002). Infectious disease. In: Rudolph’s fundamental of pediatrics. 2nd ed. New York: McGraw-Hill. Laupland, K.B. (2009). Fever in the critically ill medical patient. Critical care medical, 37(7), 273-278.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Lee, G. M., Freidman, J. F., Ross-Degnan, D., Hibberd, P. L. & Goldmann, D. A. (2003). Misconception about colds and predictors of health service utilization. Pediatrics, (111), 231-6. Luszczak M. (2001). Evaluation and management of infants and young children with fever. Am Fam Phys., 64, 1219-26. Mackowiak, P.A., Wasserman, M. S. & Levine, M. (2007). A critical appraisal of 98.6 degrees F, the upper limit of the normal body temperature, and other legacies of Carl Reinhold August Wunderlich. JAMA, 268 (12), 15781580. Mahar, A. F., Allen, S.J., Milligan, P., Suthumnirund, S., Chotpitayasunondh, T. (1994). Tepid sponge to reduce temperature in febrile children in a tropical climate. Clinical Pediatric, 33(4), 227-231. March, A. & Dianne, M. (2009). Nursing Theory-Directed Healthcare: Modifying Kolcaba's Comfort Theory as an Institution-Wide Approach. Holistic Nursing Practice, 23(2), 75-80. McCarthy, P. L. (1997). Fever in infants and children. In: Fever basic mechanism and management. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher. Mouaket, A. E., El-Ghanim, M. M, Abd-el-Al, Y. K., Al-Quod., N. (1990). Prolonged unexplained pyrexia: A review of 221 paediatric cases from Kuwait. Infection, (18), 226-9. Nusing Diagnosis Definitions and Classification (NANDA). (2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika. Nelwan, R. H. H. (2006). Demam: Tipe dan pendekatan. In: Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Neto, G. (2004). Evidence-based pediatrics and child health. BMJ. Newman, J. (1985). Evaluation of sponging to reduce body temperature in febrile children. Can Med Assoc J., 132, 641-2. Oshikoya, K. & Senbajo, I. (2008). Fever in children: mother’s perceptions and their home management. Iran J Pediatr., 18 (3), 229-36. Palazzi, D. L., Feigin, R. D., Cherry, J. D., Demmler, G. J. & Kaplan, S. L. (2009). Textbook of Pediatric, infectious diseases. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier. Park, H. S., Im, S. J. & Park S. E. (2006). Investigation of causes of FUO (Fever of unknown origin) in children. Korean J Pediatr, 49, 1282-86 [abstrak].
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Paul, A. (1996). Analgesic, antipyretic and antiinflamatory agent and drugs employed in the treatment of gout. In: Goodman and Gilman is the pharmacological basis of theurepeutics. 9th ed. Philadelphia: McGrawHill. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2005). Standar Kompetensi Perawat Indonesia. Dipublikasi oleh bidang Organisasi PP-PPNI. Diunduh dari http://www.inna-ppni.or.id. Tanggal 1 Oktober 2013. Peraturan Presiden Nomor 8. (2012). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Peterson, S. J. & Bredow, T. S. (2004). Middle Ranges Theories Application to Nursing Research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Pizzo, P. A., Lovejoy, F. H. & Smith, D. H. (1975). Prolonged fever in children: review of 100 cases. Pediatrics, 55, 468-73. Plaisance, K. I. & Mackowiak, P. A. (2000). Antipyretic therapy: Physiologic rational, diagnostic implication, and clinical consequences. Arch International Medical, (160), 449-456. Plipat, N., Hakim, S. & Ahrens, W. R. (2002). The febrile child. In: Pediatric emergency medicine. 2nd ed. New York: McGraw-Hill. Potter, P. A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing consept: proses and practice. Philadelphia: Mosby. Inc. Potter, P. A., & Perry, A.G. (2010). Fundamentals of nursing: fundamental keperawatan; buku 2 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. PPNI. (2010). Standar Profesi Perawat Indonesia. Putra, S.T. (2005). Psikoneuroimunologi kedokteran. Graha masyarakat ilmiah kedokteran (GRAMIK). Surabaya: FK Unair-RSU Dr. Sutomo. Schmitt, B. D. (1984). Fever in childhood. Pediatrics, 74, 929-36. Sharber, J. (1997). The efficacy of tepid sponge bathing to reduce fever in young children. American Journal Emergency Medical, 15 (2), 188-192. Sherwood, L. (2001). Keseimbangan energy dan pengaturan suhu. In: Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 4th ed. Jakarta: EGC. Sitzman, K. L. & Eichelberger, L.W. (2011). Understanding the work of nurse theorist: a creative beginning. Ed 2nd. Ontario: Jones and Bartlett Publisher.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Stein, R. E. K., Zitner, L. E. & Jensen, P. S. (2008). Interventions for adolescent depression in primary care. Official Journal of the American Academy of Pediatric, (118), 669-682. Soedjatmiko. (2005). Penanganan demam pada anak secara professional. In: Pendidikan kedokteran berkelanjutan ilmu kesehatan anak XLVII. 1st ed. Jakarta: FKUI-RSCM. Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Editor : Monica Ester. Jakarta: EGC. Susan, B. (2011). Emergency Nursing Resource: Non-invasive temperature measurement in the emergency departement. Journal of Emergency Nursing, 38(2), 523-530. Susan,
C. (2011). First Aid & Emergencies. Medical Healthwise, http://firstaid.webmd.com/body-temperature diunduh tanggal 28 September 2013.
Thomas, S. Vijaykumar, C., Naik, R., Moses, P. D. & Antonisamy, B. (2009). Comparative effectiveness of tepis sponge and antipyretic drug versus only antipyretic drug in management of fever among children: A randomized controlled trial. Indian Pediatrics, 46(2), 133-136. Thompson, H. J., Kirkness, C. J. & Mitchell, P. H. (2007). Intensive care unit management of fever following traumatic brain injury. Intensive Critical Care Nursing, 23(2), 91-96. Tortora, J.T. & Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomy and physiology. (9th ed.). Toronto. Totapally, B.R. (2005). Fever, fever phobia and hyperthermia: what pediatricians need to know. International Pediatrics, 20(2), 95-102. Victor, N., Vinci, R. J. & Lovejoy, F. H. (1994). Fever in children. Pediatr Rev., 15, 127-34. Walsh, A.M. (2008). Fever management for children. The Australian Journal of Pharmacy, 89, 66-69. Wilmana, P. F. & Gan, S. G. (2007). Analgesik, antipiretik, anti inflamasi nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya. In: Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta: Gaya Baru. Wong, D. L., dkk. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatric. Vol 1. Jakarta: EGC.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK APLIKASI TEORI COMFORT KATHARINE KOLCABA I. DATA BIOGRAFI A. Identitas Klien Nama Klien Jenis Kelamin Tgl Lahir/usia Tgl Masuk RS Tgl Masuk Ruangan Tgl Pengkajian No. Register Diagnosa Medis
: …………………………………………………….. : …………………………………………………….. : …………………………………………………….. : …………………………………………………….. : …………………………………………………….. : …………………………………………………….. : …………………………………………………….. : ……………………………………………………..
B. Identitas Penanggungjawab Nama Pendidikan Pekerjaan Hubungan dengan pasien Alamat Rumah
: ……………………………..……………… : …………………………………………….. : …………………………………………….. : …………………………………………….. : ……………………………………………..
II. Gambaran Umum Pasien A. Riwayat Penyakit Sekarang 1. Keluhan Utama: …………………………………………………………………………… 2. Riwayat Penyakit Sekarang: …………………………………………………………………………… 3. Riwayat Penyakit Dahulu: …………………………………………………………………………… 4. Riwayat Penyakit Keluarga: …………………………………………………………………………… 5. Riwayat Kelahiran: …………………………………………………………………………… 6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan: ………………………………………………………………………….. 7. Riwayat Imunisasi: …………………………………………………………………………… 8. Riwayat Nutrisi: …………………………………………………………………………… 9. Diagnosa Medis: ……………………………………………………………………………
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
B. Pengkajian Kenyamanan Fisik (Physical Comfort) 1. Kondisi Umum a. Keadaan umum : ……………………..……………… b. Tingkat kesadaran : …………………..………………… c. Glasgow Coma Scale (GCS) : …………………………………….. 1) Eye: ………………………………………………………………….. 2) Motorik: ……………………………………………………………... 3) Verbal: ………………………………………………………………. d. Skala Risiko Jatuh : …………………………………….. 1) Jenis Risiko Jatuh : [ ] Rendah [ ] Sedang [ ] Tinggi 2. Tanda-tanda vital a. Berat badan : …………………………………….. b. Tinggi badan : …………………………………….. c. Tekanan darah : …………………………………….. d. Nadi : …………………………………….. e. Frekuensi napas : …………………………………….. f. Suhu tubuh : …………………………………….. 3. Nyeri (Pain Relief) a. Keluhan nyeri : [ ] Ya [ ] Tidak b. Lokasi : …………………………………….. c. Skala nyeri (FLACC) : …………………………………….. d. Durasi nyeri : …………………………………….. e. Kualitas nyeri : …………………………………….. 4. Pencernaan (Reguler Bowel Function) a. Muntah : [ ] Tidak [ ] Ya, Frekuensi: ……………… b. Bising usus : ………………………………….. x / menit c. Diare : [ ] Tidak [ ] Ya Frekuensi: …………… d. Konsistensi feses : [ ] Lunak [ ] Cair [ ] Lendir [ ] Darah e. Warna feses : [ ] Hijau [ ] Kuning [ ] Lainnya f. Konstipasi : [ ] Tidak [ ] Ya 5. Cairan dan Elektrolit (Fluid and electrolyte balance) g. Turgor kulit : [ ] Elastis [ ] Kurang elastis a. Membran Mukosa : [ ] Lembab [ ] Kering b. Edema : [ ] Ya [ ] Tidak c. Intake : …………………..………………………… d. Output : …………………………………………….. e. Urin/BAK : [ ] genetalia [ ] pampers [ ] kateter f. Hasil laboratorium : …………………………………………………………………………… 6. Oksigenasi (Adequate oxygen saturation) a. Jalan nafas : [ ] Bersih [ ] Ada sumbatan : ……………... b. Pernafasan : [ ] Tidak sesak [ ] Sesak
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
c. Penggunaan otot bantu nafas : [ ] Tidak [ ] Ya d. Irama : [ ] Tidak Teratur [ ] Teratur 1) Jenis pernafasan : …………………………………………….. 2) Kedalaman : [ ] Dalam [ ] Dangkal e. Batuk : [ ] Tidak [ ] Ya,(produktif/tidak produktif) 1) Sputum : [ ] Tidak [ ] Ya, (putih/kuning/hijau) 2) Konsistensi : [ ] Kental [ ] Encer 3) Terdapat darah : [ ] Tidak [ ] Ya f. Suara nafas : [ ] Vesikuler [ ] Ronkhi [ ] Wheezing [ ] Rales g. Nyeri saat nafas : [ ] Tidak [ ] Ya h. Alat bantu nafas : [ ] Tidak [ ] Ya 1) Saturasi Oksigen : 7. Aktifitas dan Gerak (Turning and positioning) a. Keterbatasan pergerakan : [ ] Tidak [ ] Ya b. Fraktur : [ ] Tidak [ ] Ya 1) Lokasi : ………………………………………….. c. Ekstrimitas : [ ] Normal [ ] Spastis [ ]Parese d. Skala Barthel Indeks : …………..……………………………… e. Skala Norton : ………………………………………….. C. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual (Psikospiritual Comfort) 1. Kondisi anak : [ ] Tenang [ ] Rewel [ ] Cemas a. Masalah yang diungkapkan anak: ………………………………………………………………………….. b. Cara anak menyelesaikan masalah: ………………………………………………………………………….. c. Aktifitas keagamaan yang dilakukan: ………………………………………………………………………….. d. Harapan setelah menjalani perawatan: ………………………………………………………………………….. 2. Kondisi orang tua : [ ] Tenang [ ] Cemas [ ] Panik a. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga: ………………………………………………………………………...... b. Harapan keluarga setelah anak menjalani perawatan: ………………………………………………………………………….. c. Aktifitas keagamaan selama mendampingi anak: ………………………………………………………………………….. D. Pengkajian Kenyamanan Sosial (Social Comfort) 1. Orang terdekat dengan pasien dalam rumah : [ ] Ibu [ ] Ayah [ ] Kakak [ ] Adik
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
[ ] Pengasuh
2. Hubungan dengan keluarga: …………………………………………………………………………… 3. Hubungan dengan teman bermain : …………………………………………………………………………… 4. Interaksi anak terhadap teman di lingkungan RS: [ ] Aktif [ ] Pasif 5. Pengetahuan keluarga terhadap penyakit/kondisi anak: [ ] Baik [ ] Cukup [ ] Kurang 6. Informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga: …………………………………………………………………………. E. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan (Environment Comfort) 1. Yang dirasakan pasien dan keluarga terhadap lingkungan : ………………………………………………………………………….... 2. Keramaian pengunjung : [ ] Tenang [ ] Ramai 3. Kebersihan kamar : [ ] Bersih [ ] Cukup [ ] Kotor 4. Suhu lingkungan : [ ] Dingin [ ] Cukup [ ] Panas 5. Pencahayaan : [ ] Terang [ ] Remang-remang [ ] Gelap 6. Ventilasi udara : [ ] Ada [ ] Tidak ada 7. Pembatas/sekat ruang : [ ] Ada [ ] Tidak ada 8. Dekorasi ruangan : [ ] Menarik [ ] Tidak menarik 9. Ruang bermain : [ ] Ada [ ] Tidak ada 10. Alat permainan : [ ] Ada [ ] Tidak ada Tanggal…………….. jam ……. WIB Perawat yang melengkapi,
Perawat yang melakukan pengkajian,
(
(
)
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
)
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK I Pembimbing Happy Hayati, Ns., Sp. Kep. An.
Oleh : TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095 PROGRAM NERS SPESIALIS KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK I
Oleh : TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095 PROGRAM NERS SPESIALIS KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI 1 KEPERAWATAN ANAK
Nama Mahasiswa
: Tri Sakti Widyaningsih
NPM
: 1006834095
Tempat Praktik
: RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Mata Ajar
: Residensi Keperawatan Anak I
No. 1.
Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit non infeksi pada berbagai tingkat perkembangan dalam konteks keluarga
Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi Menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien anak dengan penyakit non infeksi pada berbagai tingkat perkembangan dalam konteks keluarga, meliputi : 1. Melakukan pengkajian: a. Riwayat penyakit sekarang, Riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, riwayat tumbuh kembang b. Pemeriksaan fisik head to toe, tanda vital dan antropometri c. Pemeriksaan penunjang 2. Merumuskan diagnosa keperawatan: a. Menginterpretasi data pengkajian b. Merumuskan diagnosa keperawatan c. Menentukan prioritas masalah
• • • • • •
Metoda Pembelajaran Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Rekam medis klien Diskusi kasus Jurnal terkait evidence based practice
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Waktu
Bukti Pembelajaran
25 Feb – 5 April 2013
• Laporan kasus dalam bentuk log book (2 laporan kasus) • Catatan keperawatan klien di ruangan • Lampiran jurnal terkait kasus • SAP pendidikan kesehatan • Laporan target pencapaian keterampilan
keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan 3. Menyusun rencana asuhan keperawatan a. Membuat tujuan asuhan keperawatan yang ingin dicapai b. Menentukan intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang dirumuskan dan rasional dari setiap intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan c. Monitoring dan kolaborasi d. Membuat rancangan pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarga e. Mengembangkan program bermain 4. Melakukan intervensi keperawatan sesuai rencana: a. Memberikan perawatan fisik dan kebutuhan dasar b. Memberikan obat‐obatan c. Melakukan bimbingan pemberian nutrisi d. Monitoring dan kolaborasi e. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga f. Melaksanakan program bermain pada anak g. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
yang aman h. Melaksanakan setiap intervensi dengan memperhatikan prinsip atraumatic care i. Melakukan pendokumentasian untuk setiap intervensi yang dilakukan 5. Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan dengan menganalisa pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang sudah ditetapkan sebelumnya 2.
Mahasiswa mampu membuat proyek inovasi dalam usaha peningkatan kualitas asuhan keperawatan
3.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah Bayi Baru lahir (Neonatus)
1. Melakukan pengkajian terkait permasalahan asuhan keperawatan 2. Menganalisa dan merumuskan data terkait permasalahan asuhan keperawatan 3. Membuat rencana proyek strategis dalam penyelesaian permasalahan asuhan keperawatan 4. Melaksanakan proyek inovasi terkait asuhan keperawatan 5. Mengevaluasi hasil pelaksanaan proyek inovasi asuhan keperawatan Menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien anak dengan masalah Bayi Baru Lahir (Neonatus), meliputi : 1. Melakukan pengkajian: a. Riwayat penyakit sekarang, Riwayat penyakit dahulu,
25 Feb – 5 April • Membuat 2013 kuesioner/format pengkajian • Wawancara • Presentasi • Membuat proposal kegiatan • Diskusi dan Konsultasi proyek inovasi
• Kuesioner/format pengkajian proyek inovasi • Proposal proyek inovasi • Laporan pelaksanaan proyek inovasi
• Anamnesa • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan penunjang • Rekam medis klien • Diskusi kasus • Jurnal terkait
• Laporan kasus dalam bentuk log book (1 laporan) • Catatan keperawatan klien di ruangan • Lampiran jurnal
8 April‐3 Mei 2013
4
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
riwayat keluarga, riwayat evidence based tumbuh kembang practice b. Pemeriksaan fisik head to toe, tanda vital dan antropometri c. Pemeriksaan penunjang 2. Merumuskan diagnosa keperawatan: a. Menginterpretasi data pengkajian b. Merumuskan diagnosa keperawatan c. Menentukan prioritas masalah keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan 3. Menyusun rencana asuhan keperawatan a. Membuat tujuan asuhan keperawatan yang ingin dicapai b. Menentukan intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang dirumuskan dan rasional dari setiap intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan c. Monitoring dan kolaborasi d. Membuat rancangan pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarga e. Mengembangkan program bermain 4. Melakukan intervensi keperawatan sesuai rencana: a. Memberikan perawatan fisik dan kebutuhan dasar
terkait kasus • SAP pendidikan kesehatan • Laporan target pencapaian keterampilan
5
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
4.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit infeksi pada berbagai tingkat perkembangan dalam konteks keluarga
b. Memberikan obat‐obatan c. Melakukan bimbingan pemberian nutrisi d. Monitoring dan kolaborasi e. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga f. Melaksanakan program bermain pada anak g. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman h. Melaksanakan setiap intervensi dengan memperhatikan prinsip atraumatic care i. Melakukan pendokumentasian untuk setiap intervensi yang dilakukan 5. Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan dengan menganalisa pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang sudah ditetapkan sebelumnya Menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien anak dengan penyakit infeksi pada berbagai tingkat perkembangan dalam konteks keluarga, meliputi : 1. Melakukan pengkajian: a. Riwayat penyakit sekarang, Riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, riwayat tumbuh kembang
• Anamnesa • Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan penunjang • Rekam medis klien • Diskusi kasus • Jurnal terkait evidence based practice
20 Mei‐28 Juni 2013
• Laporan kasus dalam bentuk log book (2 laporan kasus) • Catatan keperawatan klien di ruangan • Lampiran jurnal terkait kasus • SAP pendidikan kesehatan
6
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Pemeriksaan fisik head to toe, tanda vital dan antropometri c. Pemeriksaan penunjang 2. Merumuskan diagnosa keperawatan: a. Menginterpretasi data pengkajian b. Merumuskan diagnosa keperawatan c. Menentukan prioritas masalah keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan 3. Menyusun rencana asuhan keperawatan a. Membuat tujuan asuhan keperawatan yang ingin dicapai b. Menentukan intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang dirumuskan dan rasional dari setiap intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan c. Monitoring dan kolaborasi d. Membuat rancangan pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarga e. Mengembangkan program bermain 4. Melakukan intervensi keperawatan sesuai rencana: a. Memberikan perawatan fisik dan kebutuhan dasar b. Memberikan obat‐obatan c. Melakukan bimbingan
• Laporan target pencapaian keterampilan
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
pemberian nutrisi d. Monitoring dan kolaborasi e. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga f. Melaksanakan program bermain pada anak g. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman h. Melaksanakan setiap intervensi dengan memperhatikan prinsip atraumatic care i. Melakukan pendokumentasian untuk setiap intervensi yang dilakukan 5. Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan dengan menganalisa pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang sudah ditetapkan sebelumnya
Depok, Februari 2013
Mengetahui Pembimbing
Mahasiswa
Tri Sakti Widyaningsih
NPM : 1006834095
( Happy Hayati, Ns., Sp. Kep. An. )
8
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK II Pembimbing Nani Nurhaeni, MN. Elfi Syahreni, Ns. Sp. Kep. An
Oleh : TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095 PROGRAM NERS SPESIALIS KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK II
Oleh : TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095 PROGRAM NERS SPESIALIS KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI II KEPERAWATAN ANAK Nama Mahasiswa NPM Tempat Praktik Mata Ajar
: Tri Sakti Widyaningsih : 1006834095 : RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta : Residensi Keperawatan Anak II
No.
Tujuan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi
1.
Mahasiswa mampumemberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit Infeksi yaitu: infeksi respirasi, gangguan keseimbangan cairan, HIV/AIDS, infeksi saluran kemih, infeksi saluran cerna, infeksi persyarafan dan anak yang mengalami demam dengue.
Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan Teori keperawatan comfort Kolcaba, pada anak dengan masalah: A. PNEUMONIA 1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: batuk non produktif, dispnea, adanya retraksi dinding dada, pernafasan cuping hidung, takipnea dengan RR> 70x/mnt, sianosis, adanya suara ronchi, anak tampak lemah dan lesu, nafsu makan menurun, sulit minum. b. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual: pemeriksaan laboratorium analisa gas darah, batuk efektif, manajemen fisioterapi dada. c. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman sebaya. d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
Metoda Pembelajaran 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang 4. Rekam medis klien 5. Diskusi kasus 6. Jurnal terkait evidence based practice
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Waktu
Bukti Pembelajaran
9 September‐6 Desember 2013
1. Laporan kasus dalam bentuk log book (2 laporan kasus) 2. Catatan keperawatan klien di ruangan 3. Lampiran jurnal terkait kasus 4. SAP pendidikan kesehatan 5. Laporan target pencapaian keterampilan
2. a. b. c. d. e. 3. a. b. c. d.
e. f. g. 4. a. b.
c.
ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa. Merumuskan diagnosa keperawatan: Pola nafas tidak efektif Nutrisi kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Intoleransi aktifitas Cemas Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: Pemberian posisi yang nyaman Pemantauan tanda‐tanda vital dan suara nafas secara teratur. Pemberian nutrisi adekuat Pencegahan dehidrasi dengan pemberian cairan intravena selama fase akut. Monitoring dan kolaborasi. Lakukan manajemen ansietas dan ketakutan dengan terapi bermain Pendidikan kesehatan pada orang tua Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: Menciptakan lingkungan yang nyaman Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasif Berkolaborasi dengan tim kesehatan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. e. f.
g.
h. i. 5.
a. b. c. d. e. 6. 7.
B.
fisioterapis dan dokter Memberikan obat‐obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan intravena) Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua Menggunakan komunikasi therapeutik dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit Melakukan observasi yang mendalam dan Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan: Pola nafas efektif Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi secara adekuat Istirahat dan tidur dengan tenang. Cemas berkurang Orang tua selalu mendampingi anak. Pendokumentasian asuhan keperawatan Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan DIARE
4
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: keadaan umum lemah, berkurangnya haluaran urine, berat badan menurun, membrane mukosa kering, turgor kulit jelek, ubun‐ubun cekung, kulit pucat dingin serta kering, riwayat mengkonsumsi makanan terkontaminasi. b. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual: melakukan rendam duduk untuk kulit kemerahan di sekitar anus. c. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman sebaya, tidak bisa bermain d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa. 2. Merumuskan diagnosa keperawatan: a. Kekurangan volume cairan b. Nutrisi kurang dari kebutuhan c. Risiko menularkan infeksi d. Kerusakan integritas kulit e. Ansietas 3. Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: a. Pemberian cairan rehidrasi b. Pemberian nutrisi adekuat c. Tindakan pencegahan penularan
5
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. e. 4. a. b. c. d.
e.
f. g. h. i.
j. 5.
infeksi Perawatan kulit di sekitar anus Pendidikan kesehatan yang benar tentang perawatan anak diare. Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: Memonitor intake dan output klien Memberikan obat‐obatan (oral, sub kutan, intramuskuler, dan intravena) Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasive Menggunakan komunikasi therapeutik dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dokter dan ahli gizi. Melakukan observasi yang Mengevaluasi mendalam dan
6
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
a. b.
c. d.
e.
6. 7.
C. 1. a.
b.
c.
rencana asuhan keperawatan yang diberikan: Mempertahankan hidrasi adekuat. Mendapatkan nutrisi adekuat sesuai program dan memperlihatkan peningkatan BB . Mencegah penyebaran Infeksi Mencegah adanya kerusakan integritas kulit di daerah perianal seperti kemerahan atau lecet. Meminimalkan tanda distress fisik atau emosional orang tua yang berpartisipasi dalam perawatan. Pendokumentasian asuhan keperawatan Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan HIV AIDS Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: Kebutuhan rasa nyaman fisik: demam, lemas, penurunan berat badan, diare kronis, perdarahan, sesak nafas. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual: memberikan terapi madu pada mukosa mulut yang kering. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman sebaya, tidak
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d.
2. a. b. c. d. e. f. g. 3. a. b. c. d. e. f. g. h. i. 4. a. b.
bisa bermain Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa. Merumuskan diagnosa keperawatan: Risiko penyebaran infeksi Risiko kekurangan volume cairan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Nyeri Perubahan membrane mukosa oral Intoleransi aktifitas Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: Pencegahan penyebaran infeksi dengan meberikan kamar khusus Monitoring dan kolaborasi Pemberian cairan adekuat Pemberian nutrisi adekuat Ajarkan manajemen nyeri Penangangan kerusakan mukosa Bantuan pemenuhan ADL Pemantauan dan dukungan tumbuh kembang Pendidikan kesehatan pada orang tua Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: Memberikan kamar khusus Memberikan obat‐obatan (oral, sub kutan, intramuskuler, dan intravena)
8
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua d. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasive e. Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan f. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman g. Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan h. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit i. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat j. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter dan klinik tumbuh kembang. 5. Melakukan observasi yang mendalam dan Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan : a. Tidak menunjukkan tanda‐tanda penyebaran infeksi b. Tidak menunjukkan tanda‐tanda kekurangan volume cairan c. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai kebutuhan
9
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Menunjukkan penurunan rasa nyeri e. Kebutuhan ADL terpenuhi f. Menunjukkan tumbuh kembang sesuai tahapan usia g. Orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak 6. Pendokumentasian asuhan keperawatan 7. Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan D. GAGAL GINJAL AKUT 1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: nyeri, demam, reaksi syok, atau gejala dari penyakit yang ada sebelumnya (pre renal) Oliguria (Urine < 400 ml/24 jam), Azotemia b. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual: memberikan latihan manajemen nyeri. c. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman sebaya, tidak bisa bermain d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa. 2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
10
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
a. Perubahan eliminasi berkemih: retensio urin b. Gangguan volume cairan dan elektrolit c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan d. Nyeri e. Intoleransi aktifitas 3. Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: a. Ajarkan latihan berkemih b. Monitoring volume cairan dan elektrolit c. Pemberian nutrisi adekuat d. Ajarkan manajemen nyeri e. Pendidikan kesehatan pada orang tua 4. Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: a. Memberikan latihan berkemih b. Memasang selang kateter bila diperlukan c. Memberikan obat‐obatan (oral, sub kutan, intramuskuler, dan intravena) d. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua e. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasive
11
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
f.
g. h. i. j.
k. 5.
a. b.
c. d. e.
Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter dan ahli gizi. Melakukan observasi yang mendalam dan Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan : Menunjukkan pola berkemih yang normal Tidak menunjukkan tanda‐tanda kekurangan volume cairan dan elektrolit Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai kebutuhan Menunjukkan penurunan rasa nyeri Orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak
12
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan 7. Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan E. TYPOID 1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: nyeri tekan abdomen, nyeri hepar, demam, kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, perasaan gelisah dan ansietas, pembatasan aktivfitas, anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, lidah kotor, penurunan kesadaran (apatis) somnolen b. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual: memberikan perawatan mulut, memberikan terapi madu. c. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman sebaya, tidak bisa bermain d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan
13
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2. a. b. c. d. e. 3. a. b. c. d. e. 4. a. b. c. d. e.
yang tidak biasa. Merumuskan diagnosa keperawatan: Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Resiko Kurang Volume Cairan Perubahan Persepsi Sensori Kurang Perawatan Diri Hiperthermi Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: Pemberian nutrisi adekuat Monitoring volume cairan dan elektrolit Ajarkan manajemen nyeri Penuhi kebutuhan ADL dan perawatan diri klien Pendidikan kesehatan pada orang tua Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: Menganjurkan klien bedrest total Menganjurkan klien makan porsi kecil tapi sering Memberikan obat‐obatan (oral, sub kutan, intramuskuler, dan intravena) Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah
14
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
f.
g. h. i. j.
k. 5.
a. b. c. d. 6.
hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasive Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter. Melakukan observasi yang mendalam dan Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan : Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai kebutuhan Tidak terjadi deficit perawatan diri Menunjukkan penurunan rasa nyeri Orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak Pendokumentasian asuhan keperawatan
15
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
7. Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan F. ENCEPHALITIS 1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: lesu, mudah terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan, nyeri kepala. rasa nyaman b. Kebutuhan psikospiritual: memberikan latihan ROM aktif pasif. c. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman sebaya, tidak bisa bermain d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa. 2. Merumuskan diagnosa keperawatan: a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b. Risiko terhadap trauma c. Nyeri d. Gangguan pemenuhan ADL e. Ansietas 3. Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: a. Perbaikan perfusi cerebral b. Pemberian nutrisi adekuat c. Pemenuhan ADL
16
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Tindakan penanganan nyeri e. Monitoring penurunan tingkat kesadaran. f. Pencegahan trauma g. Pendidikan kesehatan pada orang tua 4. Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: a. Memberikan alih baring tiap 2 jam b. Memberikan obat‐obatan (oral, sub kutan, intramuskuler, dan intravena) c. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua d. Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasive e. Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan f. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman g. Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan h. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit i. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat j. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dokter, fisioterapis, rehabilitasi medic, ahli gizi.
17
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
observasi yang 5. Melakukan mendalam dan Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan: a. Menunjukkan perbaikan tingkat kesadaran b. Menunjukkan penurunan rasa nyeri c. Kebutuhan ADL terpenuhi d. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai kebutuhan e. Orang tua berpartisipasi dalam perawatan anak 6. Pendokumentasian asuhan keperawatan 7. Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan G. DEMAM DENGUE (DHF) 1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: demam 5‐7 hari, keadaan umum lemah, mual, muntah, membrane mukosa kering, nafsu makan menurun, nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati, sakit kepala, Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma, tanda‐tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah), epistaksis, hematemisis, melena,
18
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b.
c.
d.
2. a. b. c. d. 3. a. b. c. d. 4. a. b. c. d. e.
hematuri. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual: menganjurkan klien bedrest. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman sebaya, tidak bisa bermain Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa. Merumuskan diagnosa keperawatan: Risiko syok hipovolemik Ketidakseimbangan volume cairan Nutrisi kurang dari kebutuhan Ansietas Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: Pemberian cairan rehidrasi Pemberian nutrisi adekuat Pemberian kompres hangat Pendidikan kesehatan tentang perawatan anak demam dengue. Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: Memberikan kompres hangat Memonitor suhu tiap 4 jam Memberikan obat‐obatan (oral, sub kutan, intramuskuler, dan intravena) Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua Mengembangkan program bermain
19
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
f.
g. h. i. j.
k. 5.
a.
b.
c. d.
pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasive Menggunakan komunikasi therapeutik dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dokter dan ahli gizi. Melakukan observasi yang mendalam dan Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan: Pasien memperlihatkan tanda rehidrasi dan mempertahankan hidrasi adekuat. Mendapatkan nutrisi adekuat sesuai program dan memperlihatkan peningkatan BB . Tidak terjadi syok hipovolemik Memperlihatkan tanda distress fisik atau emosional yang minimal dan orang tua berpartisipasi dalam
20
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
perawatan. Pendokumentasian asuhan keperawatan Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan Melakukan pengkajian terkait permasalahan asuhan keperawatan di ruang infeksi melalui pengumpulan data dengan kuisioner, wawancara dan observasi. Menganalisa dan merumuskan data terkait permasalahan asuhan keperawatan di ruang infeksi Menyusun proposal yang dikonsultasikan dan disetujui oleh supervisor utama dengan berkoordinasi dengan lahan praktik Mempresentasikan rencana proyek inovasi dengan lahan praktik Melaksanakan proyek inovasi Mengevaluasi hasil pelaksanaan dan perubahan yang dihasilkan Mempresentasikan laporan hasil proyek inovasi di lahan praktik
6. 7.
2.
Mahasiswa mampu membuat proyek inovasi dalam usaha peningkatan kualitas asuhan keperawatan di ruang infeksi
1.
2.
3.
4. 5. 6. 7.
Depok, September 2013
Tri Sakti Widyaningsih
Supervisor Utama
1. Kuesioner/format pengkajian proyek inovasi 2. Proposal proyek inovasi 3. Laporan pelaksanaan proyek inovasi
Mengetahui,
1. Membuat 9 September‐6 kuesioner/format Desember 2013 pengkajian 2. Wawancara 3. Presentasi 4. Membuat proposal kegiatan 5. Diskusi dan Konsultasi proyek inovasi
Mahasiswa
( Nani Nurhaeni, MN. )
21
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KEGIATAN PROYEK INOVASI PENGUKURAN SUHU TUBUH YANG AKURAT DENGAN MENGGUNAKAN TERMOMETER TIMPANI DI RUANG ANAK INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Disusun Oleh: TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095
PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
i Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya, kami dapat menyelesaikan laporan inovasi ini, sebagai salah satu penugasan praktek residensi II kekhususan keperawatan anak. Penulis menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Nani Nurhaeni, MN, selaku koordinator mata ajar Residensi Keperawatan Anak II sekaligus sebagai supervisor utama Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan II. 2. Ibu Elfi Syahreni, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku ko koordinator Residensi Keperawatan Anak II Ruang Infeksi sekaligus sebagai supervisor Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan II. 3. Ibu Happy Hayati, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku ko koordinator Residensi Keperawatan Anak II Ruang Infeksi sekaligus sebagai supervisor Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan II. 4. Ibu Yunisar Gultom, SKp., MCINsg., selaku pembimbing klinik manajemen Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 5. Supervisor ruangan, Head Nurse, Perawat Primer, dan Perawat Assosiet di ruang infeksi Gedung A Lantai 1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah membantu pengumpulan data dan pengidentifikasian masalah untuk proyek inovasi ini 6. Seluruh pasien dan keluarga pasien yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek inovasi ini 7. Rekan-rekan Program Ners Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak yang bersama-sama membuat proyek inovasi. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan anak. .
Depok, November 2013
Penulis ii Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI .........................................................................................................iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1 1.2 Tujuan ........................................................................................................ 4 1.3 Manfaat ...................................................................................................... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Suhu Tubuh ................................................................. …………..............5 Telinga dan Termometer timpani .............................................................. 6 Kalibrasi dan pemeliharaan ....................................................................... 8 Skema proses peningkatan suhu tubuh ...................................................... 9 Atraumatic care ....................................................................................... 10
BAB 3 PERENCANAAN 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8
Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta …. ………………… 11 Analisis SWOT ………………………… …………………………….. 11 Identifikasi masalah …………… ........... ……………………………… 13 Strategi penyelesaian masalah ................................................................. 13 Sasaran..................................................................................................... 15 Media ...................................................................................................... 15 Rencana pelaksanaan(Planning of action) .............................................. 16 Anggaran kegiatan ................................................................................... 16
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan …………………………………… ......................... …….. 17 4.2 Pembahasan ………………………………………… ........................ …20 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24 5.2 Penutup .................................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar hadir peserta sosialisasi proyek inovasi Lampiran 2: Foto pelaksanaan proyek inovasi Lampiran 3: Lembar observasi pengukuran suhu tubuh
iv Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar (Potter & Perry, 2010). Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi sebagai reaksi adanya infeksi yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh atau bagian tubuh tertentu (infeksi lokal). Suhu yang meningkat terkadang bisa menjadi tanda penyakit yang lebih serius, seperti infeksi bakteri yang parah dari darah (sepsis), infeksi saluran kemih, pneumonia, atau meningitis. Jadi suhu yang meningkat adalah suatu respon tubuh untuk melawan infeksi yang masuk dalam tubuh (Susan, 2011). Metabolisme tubuh yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan. Selama suhu meningkat, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Pada anak, suhu yang meningkat dan berlangsung lama, dapat mempengaruhi perubahan metabolisme tubuh dan berisiko terjadinya dehidrasi, sehingga evaluasi tanda vital, perubahan perilaku dan status hidrasi adalah pengkajian klinis yang penting dan krusial pada anak dengan perubahan suhu tubuh (Thompson, 2007; Barraf, 2008). Peningkatan suhu tubuh menjadi masalah yang sering dihadapi oleh tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan orang tua, baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Orang tua menganggap peningkatan suhu tubuh berbahaya bagi kesehatan bayi atau anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak (Avner, 2009). Penelitian yang dilakukan Jeffrey tahun 2002, menemukan bahwa kejadian bakteri yang mengakibatkan penyakit sekitar 10% yang mengalami peningkatan suhu tubuh pada bayi atau anak usia 1-2 bulan. Pemeriksaan dan pemantauan suhu adalah salah satu indikator penting dalam mengkaji kondisi kesehatan anak yang dirawat di rumah sakit. Alat yang sering digunakan dalam pemeriksaan suhu adalah termometer. Pemeriksaan suhu secara non invasif secara tidak langsung lebih dipilih untuk meminimalkan ketidaknyamanan pada pasien.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Dalam dua dekade terakhir ini terjadi perubahan dalam tekhnologi termometer klinik yang menawarkan pembacaan suhu yang tepat dan memberikan informasi yang akurat tentang suhu tubuh, selain itu juga dapat meminimalkan ketidaknyamanan pada pasien (Davie & Amoore, 2010). Salah satu prinsip atraumatic care pada anak yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalkan dan mencegah trauma pada anak. Walaupun pemeriksaan suhu tubuh tidak menimbulkan nyeri, namun pada umumnya anak memperlihatkan reaksi kecemasan dan stress yang berlebihan pada waktu dilakukan pemeriksaan suhu tubuh. Faktor yang menyebabkan trauma pada anak adalah waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan suhu tubuh cukup lama (5-12 menit). Hal ini dapat mempengaruhi lama hari rawat anak, karena informasi tentang kondisi kesehatan anak tidak teridentifikasi dengan tepat melalui pemeriksaan yang dilakukan (Hockenberry, 2009). Suhu tubuh biasanya diukur untuk memastikan adanya peningkatan atau penurunan suhu tubuh. Masih ada kontroversi mengenai termometer yang paling tepat dan tempat terbaik untuk pengukuran temperatur. Suhu inti secara umum didefinisikan sebagai pengukuran suhu dalam arteri paru-paru. Standar lain dalam pemantauan suhu inti adalah esophagus distal, kandung kemih, dan nasofaring yang akurat ke dalam 0,10,2°C dari suhu inti. Namun, pengukuran suhu inti sulit dilakukan karena menimbulkan ketidaknyamanan pada anak (Thomas et al., 2009). Mengingat permasalahan di atas, para ilmuan dan ahli tekhnologi menemukan beberapa cara yang tepat dalam melakukan pemeriksaan suhu dengan cepat, akurat dan tepat serta tidak menimbulkan trauma terutama bagi anak, sehingga penggunaan termometer air raksa yang merupakan standar emas sudah mulai digantikan dengan termometer peralatan elektronik dimana hasil pengukuran dan pembacaan menjadi lebih cepat dan memberikan informasi yang akurat dengan ketidaknyamanan minimal pada anak. Termometer yang ideal harus bebas merkuri, minimal invasif, cepat, handal, akurat, aman dan harus mengurangi ketergantungannya pada tekhnik penggunaan (Martin, 2004).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Beberapa tempat yang dapat dilakukan dalam pengukuran suhu tubuh adalah melalui ketiak, mulut, dahi dan membran timpani. Penelitian El Radhi (2006) menjelaskan bahwa termometer timpani jauh lebih akurat mencerminkan suhu arteri paru, bahkan ketika suhu tubuh berubah dengan cepat. Termometer timpani kemungkinan akan menjadi standar emas untuk mengukur suhu pada anak. Serupa dengan analisis review yang dilakukan Jefferies (2011), menyimpulkan bahwa termometer timpani memberikan hasil pengukuran yang akurat pada pasien kritis dengan demam. Metode lain pengukuran suhu tubuh adalah menggunakan termometer inframerah telinga (infrared thermometer). Termometer ini mengukur panas yang dipancarkan membran timpani tanpa menggunakan probe melalui lubang telinga. Sejak diperkenalkan oleh Dodd (2006), sensitivitas dan spesifisitas inframerah telinga gagal mendeteksi demam pada tiga atau empat dari sepuluh pasien demam. Pemeriksaan suhu dengan menggunakan peralatan elektronik memang mudah dilakukan selama tehnik dan penggunaannya sesuai dengan usia dan tidak mempengaruhi kondisi anak. Namun pemeriksaan suhu dengan perangkat ini membutuhkan pemahaman dan kesadaran dari pengguna terhadap karakteristik dan keterbatasannya dalam menafsirkan dengan benar pembacaan suhu pada layar (Susan, 2011). RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit umum pendidikan nasional di Indonesia dan sekaligus merupakan rumah sakit rujukan penatalaksanaan penyakit infeksi pada anak dengan hampir 90% disertai gejala peningkatan suhu tubuh, sehingga intervensi yang dilakukan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk mengetahui adanya perubahan suhu tubuh tersebut dengan menggunakan termometer digital aksila, termometer temporal atau termometer timpani inframerah. Beragamnya termometer tersebut, masih belum ditentukan mana termometer yang lebih akurat digunakan dalam pengukuran suhu tubuh. Berdasarkan uraian di atas, residen merasa tertarik untuk mencari dasar yang tepat menurut evidence based, metoda mana yang paling akurat untuk pengukuran suhu tubuh pada anak untuk dapat digunakan di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Umum Mengaplikasikan intervensi asuhan keperawatan anak pengukuran suhu tubuh yang akurat dengan menggunakan termometer timpani berdasarkan Evidence Based Nursing Practice.
1.2.2
Tujuan Khusus a. Menerapkan salah satu teknik pemantauan tanda-tanda vital dengan menggunakan termometer timpani untuk pengukuran suhu tubuh. b. Mengimplementasikan evidence based nursing practice dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak melalui upaya preventif monitoring suhu tubuh. c. Menerapkan konsep atraumatic care dalam asuhan keperawatan.
1.3 Manfaat 1.3.1
Rumah sakit Pengembangan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pembaharuan sebagai upaya preventif terhadap pemberian asuhan keperawatan pada anak khususnya pemantauan suhu tubuh yang akurat di ruang infeksi RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
1.3.2
Perawat Memberikan informasi kepada perawat dalam penggunaan termometer yang akurat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang berkualitas berdasarkan evidence based practice.
1.3.3
Keluarga Memberikan perlindungan terhadap peningkatan keselamatan pasien dan memberikan
kenyamanan terhadap tindakan pengukuran suhu tubuh, serta
memberikan informasi pilihan termometer yang akurat, cepat dan aman.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Suhu Tubuh a. Pengaturan suhu tubuh Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam, seperti rongga abdomen dan rongga pelvis. Suhu inti relative konstan. Suhu permukaan merupakan suhu pada kulit, jaringan sub kutan dan lemak, akan meningkat dan menurun tergantung respon terhadap lingkungan. Sistem pengaturan suhu tubuh memiliki tiga bagian penting yaitu sensor di bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. Sebagian besar sensor atau reseptor sensori terdapat pada kulit, oleh sebab itu sensor kulit lebih efisien dalam mendeteksi suhu dingin daripada suhu hangat. Ketika kulit di seluruh bagian tubuh dingin, terjadi proses fisiologis menggigil untuk meningkatkan produksi panas, produksi keringat dihambat untuk mengurangi kehilangan panas, vasokonstriksi mengurangi panas (Kozier, 2011). b. Klasifikasi suhu tubuh Klasifikasi suhu tubuh Normal
36,5-37,5°C
97,7-99,5°F
Hipotermia
< 35,0°C
95,0°F
Demam
> 37,2-37,6°C
99,5-100,9°F
Hipertermia
> 37,5-38,3°C
100-101°F
Hiperpireksia
> 40,0-41,5°C
104-106,7°F
(Sumber: Hill, 2011) c. Peningkatan dan penanganan suhu tubuh Peningkatan suhu tubuh atau biasa dikatakan demam adalah peningkatan set point sehingga pengaturan suhu tubuh lebih tinggi dan dapat didefinisikan secara mutlak sebagai suhu diatas 38°C (Hockenberry, 2009). Fokus penanganan dan pengobatan demam yang paling penting pada anak yang tidak berisiko mengalami kerusakan otak sekunder adalah pada ketidaknyamanan dan nyeri yang dirasakan anak akibat demam. Evaluasi tanda vital, perubahan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
perilaku dan status hidrasi adalah pengkajian klinis yang penting dan krusial pada anak dengan demam (Barraf, 2008). Beberapa tahun yang lalu, pemeriksaan suhu tubuh atau demam melalui rectum merupakan standar emas. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa kaca. Pengembangan elektronik dan non elektronik yang lebih cepat dan mudah telah menciptakan kontroversi terkait dengan metode terbaik untuk mengukur suhu dan mengidentifikasi demam pada anak. Perawat di ruangan anak dituntut untuk dapat melakukan pemeriksaan dan mendiskusikan dengan keluarga dalam memonitor suhu anak di rumah sakit maupun di rumah (Asher & Northingthon, 2008). Untuk memperoleh hasil pemeriksaan suhu yang akurat, semua faktor yang mempengaruhi pengukuran suhu harus dipertimbangkan, diantaranya: faktor fisiologis (tempat pengukuran, waktu, aktivitas, jenis kelamin, usia); faktor teknis (konfigurasi dan karakteristik perangkat); tehnik pengguna; kalibrasi dan pemeliharaan (Davie & Amoore, 2010).
2.2 Telinga dan termometer timpani a. Anatomi telinga
Gendang telinga atau membran timpani adalah selaput atau membrane tipis yang memisahkan telinga dalam dengan telinga luar. Berfungsi untuk menghantarkan getaran suara dari udara menuju tulang pendengaran di dalam telinga tengah. Membran ini cukup tipis dan hampir transparan, sehingga energi yang dipancarkan oleh membran timpani dapat dianggap sebagai indikasi dari suhu tubuh bagian dalam.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Jenis dan teknik penggunaan termometer timpani Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Penempatan termometer timpani adalah pada lubang telinga, masukkan ujung probe termometer secara perlahan kedalam saluran telinga yang mengarah ke titik tengah. Tehnik yang benar adalah tergantung pada bagaimana perangkat digunakan. Probe harus ditempatkan lembut di telinga kanal memastikan cocok, nyaman dan ditujukan pada gendang telinga. Probe termometer pada beberapa model harus dimasukkan hanya cukup sampai mencapai segel cahaya, sedangkan model lainnya memerlukan segel penuh dan putaran dari termometer. Pengukuran ini hanya merekam suhu dalam waktu 1 detik. Oleh karena itu penting perawat dilatih dalam penggunaan yang benar dari termometer timpani di area klinis.
c. Prinsip kerja termometer timpani Dalam kondisi normal, 60% dari total kerugian panas dari tubuh terjadi melalui radiasi dalam bentuk panas sinar inframerah, bentuk energi elektromagnetik. Kehilangan panas meningkat saat demam. Sebagai membran timpani yang menerima pasokan darah dari arteri karotis, suhunya mencerminkan sesuai dengan darah yang mengalir ke hipotalamus, sehingga berhubungan erat dengan suhu inti tubuh. Termometer timpani berlisensi untuk digunakan pada orang dari segala usia, termasuk bayi dan anak-anak.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Kisaran suhu normal Metode pengukuran Timpani (telinga)
Kisaran suhu normal 35,8 ° C hingga 38 ° C (96,4 ° F hingga 100.4 ° F)
e. Keuntungan dan kerugian pengukuran suhu timpani Jenis termometer Timpani (Telinga)
Keuntungan -
Non invasif Mudah digunakan Cepat memberikan hasil Praktis
Kerugian -
-
Penggunaan terbatas pada neonatus karena ukuran probe yang besar Ketidaktepatan hasil pengukuran akibat posisi memasukkan probe yang salah
Keterangan Metoda ini kurang sesuai digunakan pada pasien dengan: Infeksi telinga tengah Adanya obstruksi telinga Memakai alat bantu dengar
2.3 Kalibrasi dan pemeliharaan Pengggunaan termometer diatur oleh International Standard BS EN 12470 (Inggris Standards Institution 2001) yang menetapkan kesalahan maksimum untuk termometer, sebagaimana diukur dengan menggunakan suhu kalibrasi dalam kondisi laboratorium. Termometer harus dikalibrasi secara rutin dengan peralatan dan prosedur yang sesuai dengan kriteria standar nasional atau internasional. Penjual harus memberikan bimbingan protokol dan instrument kalibrasi untuk mengaktifkan verifikasi akurasi termometer itu. Termometer harus dibersihkan secara teratur untuk memberikan hasil akurat. Perawat harus memastikan bahwa probe termometer bebas dari kotoran. Khususnya pada termometer inframerah dimana lensa yang kotor akan mengakibatkan artificial rendah dalam membaca suhu.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2.4 Skema Proses Peningkatan Suhu Pirogen eksogen (agen infeksius, toksin & tumor)
Kerusakan jaringan
Kegiatan monosit
Produksi endogen pirogen interleukin I (IL-1, IL-6 : tumor nekrosis factor (TNF) & Interferon (infeksi virus)
Merangsang produksi prostaglandin E
Pusat pengaturan hipotalamus
Proses peradangan
Demam
Hipertermia
Mengubah keseimbangan membran sel neuron
Melepasnya muatan listrik yang benar
Risiko injuri
Kejang
Suhu
Evaporasi (keringat berlebihan)
Gangguan pemenuhan cairan
Dehidrasi
Deficit volume cairan Risiko kerusakan sel otak
Cemas
Kurang pengetahuan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2.5 Atraumatic Care a. Definisi Atraumatic Care Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan yang dapat mengurangi distress fisik maupun psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya (Wong, 1989). Atraumatic care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberi perhatian pada apa, siapa, diamana mengapa, dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangi stress fisik dan psikologis (Supartini, 2004). b. Pencetus stressor antara anak dengan orang tua : 1) Physical stressor : gangguan rasa nyaman nyeri terhadap tindakan invasif seperti suntikan, infus, intubasi, suction, pembatasan aktivitas, gangguan tidur, perubahan pola eliminasi, pengukuran suhu tubuh. 2) Psychologic stressor : perpisahan antara orang tua dan anak, malu, sedih, kecewa dan adanya rasa bersalah. 3) Environtmental stressor : keramaian dan suara bising. c. Prinsip utama dalam asuhan terapeutik : 1) Cegah/turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak dengan menggunakan pendekatan family centred care (the family is the patient). 2) Tingkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya. Pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk menyiapkan orang tua sehingga terlibat aktif dalam perawatan anaknya. 3) Cegah dan atau turunkan cedera baik fisik maupun psikologis. Rasa nyeri karena tindakan perlukaan (misalnya disuntik) tidak akan bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi dengan menggunakan tekhnik distraksi/relaksasi. 4) Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit, dengan mendesainnya seperti di rumah, yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa anak (misal : menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga/binatang lucu, hiasan dinding bergambar dunia binatang, papan nama pasien bergambar lucu, dinding berwarna cerah, dan tangga dicat warna-warni
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB 3 PERENCANAAN Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 9-18 Oktober 2013 didapatkan data: 3.1 Profil singkat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo 3.1.1 Visi: memberikan pelayanan keperawatan paripurna yang bermutu dan professional dalam rangka menuju pelayanan keperawatan terkemuka di Asia pasifik tahun 2014. 3.1.2 Misi: 1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat 2. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan 3. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajad kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel 3.1.3 Motto: R : Respek S : Sigap C : Cermat M : Mulia 3.1.4 Komitmen Kesehatan dan kepuasan pelanggan adalah komitmen kami. Senantiasa memberikan pelayanan paripurna yang prima untuk meningkatkan kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan pasien sebagai pelanggan utama kami.
3.2 Analisis SWOT 3.2.1 STRENGTH (kekuatan) a.
Dukungan dari manajemen termasuk perawat untuk melakukan tindakan keperawatan berdasarkan Evidence Based Practice.
b.
Monitoring dan evaluasi terus dilakukan terkait 6 standar International Patient Safety Goals.
c.
Berdasarkan hasil wawancara beberapa perawat telah mendapatkan pelatihan tentang research keperawatan dan evidence based nursing.
d.
Tersedianya lembar pengukuran suhu tubuh untuk monitoring pasien.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
3.2.2 WEAKNESS (kelemahan) a.
Beragamnya termometer yang digunakan di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
3.2.3 OPPORTUNITY (kesempatan) a.
RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit pendidikan dan merupakan lahan praktek bagi mahasiswa keperawatan sehingga pengetahuan dapat terus diperbaharui
b.
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit rujukan nasional
c.
Adanya perhatian dari pihak manajemen Gedung A dan ruangan untuk mengoptimalkan pemberian tindakan keperawatan berbasis evidence based nursing.
d.
Rumah Sakit telah mendapat akreditasi dari Joint Commission International (JCI)
e.
Visi dan komitmen RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk meningkatkan mutu pelayanan dari kepuasan pelanggan
f.
Hasil yang didapatkan dari buku register ruangan menunjukkan hampir 90% anak mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai tanda gejala penyakit di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo..
3.2.4 THREAT (ancaman) a. Undang-undang perlindungan konsumen menuntut adanya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. b. Adanya program speak up yang dicanangkan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memberi kesempatan masyarakat untuk lebih kritis terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat c. Responsibilitas dan akuntabilitas perawat telah diatur dalam Undang-Undang Kesehatan RI. Keluarga memilih termometer yang lebih murah untuk mengukur suhu tubuh pada anaknya.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
3.3 Identifikasi Masalah Pemantauan tanda-tanda vital sebagai upaya preventif membutuhkan teknik dan metoda yang akurat untuk pengukuran suhu tubuh pada anak, dimana peningkatan suhu tubuh merupakan salah satu penyerta hampir seluruh penyakit infeksi pada anak.
3.4 Strategi Penyelesaian Masalah 1. Tahap Persiapan a. Pembuatan
pertanyaan
masalah
berdasarkan
model
PICO
(P=
problem/population/patient; I= intervention; C= comparation; O= outcome) Population Intervention Comparison Outcome
: Pasien anak : termometer timpani : termometer inframerah telinga : termometer akurat
Pertanyaan masalah: penggunaan termometer mana yang paling akurat untuk mengukur suhu tubuh pada anak? b. Searching literature/jurnal terutama jenis penelitian dengan menggunakan metode random clinical trial (RCT) dan systematic review. Kata kunci (Keyword): “Thermometer Accuracy” Batasan metode penelitian dalam penelusuran jurnal: √ Systematic Review or Meta-Analysis √ Clinical Practice Guidelines Jurnal penelitian yang ditelusuri: √ Cochrane √ AHRQ Evidence Reports √ Guidelines Clearinghouse √ CINAHL √ PubMed Informasi yang dibutuhkan dalam penelusuran jurnal: 1) Cochrane: tidak ditemukan 2) AHRQ Evidence Reports : tidak ditemukan 3) Guidelines: tidak ditemukan
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
4) Evidence-Based Journals: tidak ditemukan 5) EBSCO – CINAHL: tidak ditemukan 6) PubMed: a) Jefferies S, Weatherall M, Young P, Beasley R. (2011). A Systematic review of the accuracy of peripheral thermometry in estimating core temperatures among febrile critically ill patients. Crit Care Resusc. ; 13(3): 194-9. Penelitian diidentifikasi menunjukkan bahwa pada pasien sakit kritis, termometer timpani menghasilkan ukuran yang akurat dari suhu inti dalam kisaran demam dan dapat direkomendasikan untuk tujuan ini (Level of evidence Ia). b) El-Radhi AS, Barry W. (2006). Thermometry in paediatric practice. Arch Dis Child. ;91(4):351-6. Pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer timpani lebih akurat daripada yang lain, karena itu adalah suhu inti sejati. Tapi harus dicatat dengan pemasangan probe teknik membran timpani dengan posisi yang tepat. Termometer timpani termometer kemungkinan menjadi standar emas untuk semua anak (Level of evidence Ib). c) Dodd SR, Lancaster GA, Craig JV, Smyth RL, Williamson PR. (2006). In a systematic review, infrared ear thermometry for fever diagnosis in children finds poor sensitivity. J Clin Epidemoiol.; 59(4): 354-7. Temuan
ini
mendukung
kekhawatiran
sebelumnya
tentang
penggunaan termometer telinga inframerah dalam situasi di mana kegagalan untuk mendeteksi demam memiliki implikasi serius (Level of evidence Ib). c. Appraise literature/ analisa jurnal dengan menggunakan systematic review worksheet. d. Pembuatan kerangka acuan proyek inovasi e. Berkonsultasi dengan supervisor utama dan supervisor serta pihak manajemen gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo f. Berkoordinasi dengan supervisor ruangan, kepala ruangan dan perawat primer ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2. Tahap Pelaksanaan a. Presentasi dan sosialisasi mengenai pengukuran suhu tubuh yang akurat dengan menggunakan termometer timpani. b. Mengaplikasikan penggunaan termometer yang akurat pada pasien anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. c. Membandingkan hasil pengukuran termometer timpani dengan termometer yang terdapat di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 3. Tahap Evaluasi a. Evaluasi proses: mengusulkan dan menunjuk salah satu perawat ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai penanggung jawab tindak lanjut penggunaan termometer timpani dalam pemantauan suhu tubuh selama proses pemberian asuhan keperawatan berlangsung. b. Evaluasi hasil: mengevaluasi respon pasien terhadap hasil penggunaan termometer timpani apakah metoda tersebut akurat dalam pengukuran perubahan suhu tubuh pada anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 3.5 Sasaran Sasaran proyek inovasi adalah semua anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
3.6 Media 1. Baki yang berisi termometer timpani, termometer infra merah timpani, termometer aksila dan termometer temporal 2. Alcohol swab 3. Alat tulis bolpoin dan lembar observasi hasil pengukuran suhu tubuh
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
3.7 Rencana Pelaksanaan
No 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
9-18 Okt 2013
Kegiatan
21-25 Okt 2013
Waktu 28 Okt-1 Nov 2013
4-15 Nov 2013
18-22 Nov 2013
Persiapan dan studi literature (evidence base practice) dan proses konsultasi. Pembuatan dan konsultasi proposal Presentasi proposal dan sosialisasi
Perencanaan persiapan implementasi Implementasi
PJ
PRODUK PICO model, searching artikel hingga appraise artikel Proposal kegiatan
Mahasiswa, head nurse, supervisor gedung A lantai 1 Mahasiswa dan perawat primer (PP) Mahasiswa, PP, Perawat Associate (PA) dan keluarga Mahasiswa dan keluarga Mahasiswa
dan
Evaluasi proses kegiatan Evaluasi hasil dan penyusunan laporan
Presentasi dengan perawat ruangan gedung A lantai I
Hasil dokumentasi Laporan dan rekomendasi
3.8 Anggaran Kegiatan 1. Persiapan Pembuatan dan foto copy proposal
:
Rp. 50.000,00
Konsumsi presentasi
:
Rp. 50.000,00
Pembelian termometer timpani
:
Rp. 475.000,00
Probe timpani isi 40 buah
:
Rp. 200.000,00
Penyusunan dan foto copy laporan
:
Rp. 50.000,00
Konsumsi presentasi
:
Rp. 50.000,00
4. Kenang-kenangan ruangan
:
Rp. 125.000,00
:
Rp. 1.000.000,00
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
JUMLAH
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pelaksanan kegiatan proyek inovasi yang dilakukan di Gedung A lantai 1 Ruang Infeksi Anak dilakukan melalui tahap-tahap berikut: 1. Tahap Persiapan Presentasi proposal proyek inovasi dilakukan pada hari Jum’at, 8 November 2013 di gedung serbaguna RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, pada pukul 09.00 WIB sampai dengan 11.30 WIB. Presentasi dihadiri oleh 20 peserta undangan yang terdiri dari Manajemen gedung A, kepala bidang keperawatan, kepala ruang BCH, perwakilan perawat lantai 8, Supervisor ruangan, Head Nurse, Perawat Primer (PP), Perawat Asosiet (PA), dan mahasiswa. Kegiatan diawali dengan presentasi proyek inovasi dari kekhususan keperawatan medikal bedah, dilanjutkan oleh kekhususan keperawatan anak mahasiswa residensi II FIK UI. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Hasil dari kegiatan presentasi ini didapatkan: a. Persetujuan dan ijin dari supervisor ruangan, head nurse serta PP untuk mengaplikasikan termometer timpani pada semua anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. b. Rencana
sosialisasi
penggunaan
termometer
timpani
dengan
menggunakan probe yang tepat pada PP dan PA ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. c. Rencana pelaksanaan pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer timpani langsung pada pasien. d. Rencana evaluasi dengan menunjuk PP ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk mendelegasikan rencana tindak lanjut monitoring tanda-tanda vital pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer timpani. 2. Pelaksanaan Proyek Inovasi Pelaksanaan inovasi penggunaan termometer timpani dilaksanakan mulai dari tanggal 11-15 November 2013 sebagai berikut:
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
a. Sosialisasi Kegiatan sosialisasi dilaksanakan tanggal 11-12 November 2013 pada PP dan PA ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. b. Pelaksanaan penggunaan termometer timpani Pelaksanaan penggunaan termometer timpani pada pasien anak di rumah sakit dilaksanakan pada tanggal 13 November 2013 pada pasien anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Langkah-langkah yang dilakukan: 1) Mempersiapkan baki yang berisi alat termometer timpani, aksila, temporal dan inframerah telinga. 2) Mempersiapkan alkohol swab. 3) Memberikan informasi pada keluarga tentang beragamnya termometer yang bisa digunakan untuk pengukuran suhu tubuh. 4) Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan. 5) Memeriksa kebersihan ketiak, dahi dan telinga sebelum melakukan pengukuran suhu. 6) Mempersiapkan anak untuk dilakukan pengukuran suhu tubuh sesuai waktu yang dibutuhkan masing-masing termometer. 7) Membersihkan alat dengan alkohol swab sebelum melakukan pengukuran suhu pada pasien selanjutnya. 8) Mencuci tangan selesai melakukan tindakan 9) Mendokumentasikan dalam form pengukuran suhu. 3. Hasil Pelaksanaan Hasil yang didapatkan dari 15 anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 13 November 2013 didapatkan: 1) Setelah dilakukan pengukuran menggunakan termometer aksila, temporal dan termometer inframerah telinga didapatkan hasil 5 anak dengan suhu tubuh di kisaran suhu normal 36,4 – 37,6°C, tidak jauh beda hasil yang didapatkan setelah dilakukan pengukuran suhu dengan menggunakan termometer timpani. 2) 6 anak didapatkan suhu tubuh lebih tinggi setelah dilakukan pengukuran suhu dengan menggunakan termometer timpani.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
3) 1 anak ditemukan suhu sub febris (suhu = 37,9°C) dengan hasil yang serupa setelah anak diukur dengan menggunakan termometer timpani dan termometer aksila. 4) 1 anak terdeteksi hipertermi (suhu = 39,8°C) setelah dilakukan pengukuran suhu menggunakan termometer timpani dengan beda rerata 1,1°C pada termometer aksila; 1,3°C beda dengan menggunakan termometer inframerah telinga dan beda rerata 1,7°C bila diukur dengan menggunakan termometer temporal. 5) Pada 1 pasien usia 2 bulan, ditemukan suhu lebih tinggi diukur dengan menggunakan termometer aksila dan temporal (suhu = 36,8°C), saat dibandingkan dengan termometer timpani didapatkan hasil beda rerata 0,1°C, sedangkan termometer inframerah didapatkan hasil beda 0,2°C . 6) 1 anak terdeteksi hipotermia (suhu = 35,8°C) setelah diukur dengan menggunakan termometer timpani, sedangkan termometer lainnya didapatkan hasil suhu rata-rata 36°C. 4. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi Kendala yang ada pada pelaksanaan inovasi ini adalah: a) Pengukuran suhu tubuh ke seluruh pasien anak ruang infeksi hanya dilakukan pada satu waktu, sehingga belum diketahui perbedaan hasil bila dilakukan pengukuran suhu pada malam hari dan pagi hari. b) Tidak semua pasien kooperatif dengan pelaksanaan pengukuran suhu, terutama anak yang masih kecil, terlalu aktif dan pasien yang trauma terhadap tindakan invasif. 5. Faktor pendukung yang ditemui dalam pelaksanaan inovasi Hal yang mendukung pelaksanaan proyek inovasi adalah pada pasien usia pra sekolah dan usia sekolah serta keluarga sebagian besar menerima dan merespon dengan baik inovasi pengukuran suhu yang akurat dengan menggunakan termometer timpani. Beberapa pasien yang lebih besar dan keluarga diantaranya mengajukan pertanyaan dan mengatakan akan menggunakan termometer timpani untuk persediaan di rumah. Perawat di ruangan juga memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan inovasi.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
6. Evaluasi a) Evaluasi Proses Proses pelaksanaan inovasi berjalan dengan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan. Beberapa kendala ditemui saat pelaksanaan, yaitu pada pasien yang kecil belum bisa kooperatif, pasien yang terlalu aktif bergerak, dan pasien yang trauma terhadap tindakan invasif, sehingga peran keluarga dalam pendampingan sangat diperlukan. Pengukuran dilakukan hanya pada satu waktu, sehingga belum didapatkan perbedaan hasil pada saat dilakukan malam hari dan pagi hari. b) Evaluasi Hasil Hasil pelaksanaan inovasi pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer timpani pada anak di ruang infeksi Gedung A lantai 1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, menunjukkan bahwa termometer timpani mampu memberikan hasil yang akurat dan dapat mendeteksi adanya perubahan suhu tubuh lebih cepat, sehingga infeksi penyakit yang lebih serius dapat segera dicegah Evaluasi hasil pelaksanaan inovasi dipaparkan dalam presentasi hasil hari Jum’at, 22 November 2013 di ruang rawat infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 4.2 Pembahasan Bayi dan anak rentan dengan adanya perubahan suhu tubuh, karena imunitasnya sedang dalam tahap perkembangan. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim dan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relative konstan (Potter & Perry, 2010). Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam seperti rongga abdomen dan rongga pelvis. Suhu tubuh inti yang normal berada dalam dalam satu rentang suhu. Suhu permukaan merupakan suhu pada kulit jaringan subkutan dan lemak. Suhu permukaan akan meningkat atau menurun bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang sebagai respon terhadap lingkungan (Kozier, 2011).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Pengukuran suhu tubuh ditunjukkan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh. Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran. Tempat pengukuran suhu inti merupakan indikator suhu tubuh yang lebih dapat diandalkan daripada tempat yang menunjukkan suhu permukaan (Thomas et al., 2009). Tempat pengukuran suhu inti dan suhu permukaan adalah sebagai berikut: 1. Suhu inti: rectum, membran timpani, esophagus, arteri pulmoner, kandung kemih 2. Suhu permukaan: kulit, aksila, oral. Peningkatan suhu tubuh (demam) adalah tanda bahwa tubuh bayi sedang mengalami infeksi bakteri ataupun virus. Seseorang dikatakan demam jika suhu tubuhnya di atas suhu tubuh normal, yaitu 36,5 – 37,6°C. Untuk mengetahui suhu tubuh, maka diperlukan termometer. Penelitian El Radhi (2006) menjelaskan bahwa termometer timpani jauh lebih akurat mencerminkan suhu arteri paru, bahkan ketika suhu tubuh berubah dengan cepat. Arteri pulmoner menunjukkan nilai yang paling representative karena darah bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri pulmoner merupakan standar dibandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat. Serupa dengan analisis review yang dilakukan Jefferies (2011), menyimpulkan bahwa termometer timpani memberikan hasil pengukuran yang akurat pada pasien kritis dengan demam. Membran timpani di dalam telinga memancarkan energi infrared. Membran timpani secara klinis dianggap cukup mewakili suhu tubuh karena letaknya berdekatan dengan hipotalamus yang merupakan pengatur suhu tubuh. Hipotalamus terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh. Suhu yang nyaman adalah “set point” dimana sistem panas beroperasi. Di rumah, turunnya suhu ruangan, mengaktifkan perapian, sebaliknya naiknya suhu mematikan perapian, hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas melebihi set-point, impuls akan dikirimkan untuk menurunkan suhu tubuh (Hockenberry, 2009).
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah, mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstrimitas. Kompensasi produksi panas di stimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getar atau menggigil pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau kord spinalis yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan serius pada kontrol suhu (Hockenberry, 2009). Membran timpani cukup tipis dan hampir transparan, sehingga dapat diasumsikan membran tersebut merupakan jalur untuk memancarkan energi infrared dari dalam tubuh, sehingga energi yang dipancarkan oleh membran timpani dapat dianggap sebagai indikasi dari suhu tubuh bagian dalam. Karena menggunakan infrared, termometer ini akan menghasilkan hasil yang akurat karena hasil pengukuran bukan hasil kontak tetapi dari sinar infrared yang keluar melalui probe termometer. Metode lain pengukuran suhu tubuh adalah menggunakan termometer inframerah telinga (infrared thermometer). Termometer ini mengukur panas yang dipancarkan membran timpani tanpa menggunakan probe melalui lubang telinga. Sejak diperkenalkan oleh Dodd (2006), sensitivitas dan spesifisitas inframerah telinga gagal mendeteksi demam pada tiga atau empat dari sepuluh pasien demam. Faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan hasil pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer timpani, yaitu (Davie & Amoore, 2010): 1. Usia Bayi sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu tubuh anak akan terus bervariasi dibandingkan suhu orang dewasa hingga menginjak pubertas atau masa remaja. Suhu tubuh normalnya akan berubah sepanjang hari, dengan perbedaan 1°C antara pagi dan sore hari. Titik suhu tubuh tertinggi biasanya terjadi antara pukul 20.00 dan 24.00 dan titik suhu terendah saat tidur, yaitu pada pukul 04.00 dan 06.00.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
2. Anak bergerak aktif Gerakan bayi dan anak yang aktif dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40°C. 3. Hormon Wanita biasanya mengalami fluktuasi hormon lebih sering dari pada pria. Pada wanita usia sekolah sekresi progresteron pada saat menstruasi/ ovulasi akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C. 4. Stress Stimulasi pada sistem saraf simpatis dapat meningkatkan epinefrin dan norepinefrin yang akan meningkatkan aktifitas metabolisme basal dan produksi panas. Perawat dapat memperkirakan bahwa anak yang sangat stress atau sangat cemas akan mengalami peningkatan suhu karena alasan tersebut. 5. Lingkungan Suhu tubuh yang ekstrim dapat mempengaruhi sistem pengaturan suhu tubuh seseorang.
Paparan
uadara
pada
Air
Conditioner
(AC)
juga
dapat
mempengaruhi perubahan suhu tubuh yang akan mengakibatkan suhu lebih rendah, sehingga dapat menyebabkan hipotermia pada tubuh anak. Setelah dilakukan pengukuran suhu tubuh dengan beragam termometer, maka dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan menurut lokasi pengukuran tersebut: Lokasi pengukuran suhu
Kelebihan a. Aman b. Non invasif
Aksila
a. b. Membran timpani
Kulit (Temporal)
c. d. a. b.
Kelemahan
1. Anak kurang menyukai karena termometer membutuhkan waktu lama (5 menit) 2. Anak yang bergerak aktif dan keringat di ketiak dapat mempengaruhi hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran pada membran timpani Mudah diakses sebelah kanan dan kiri dapat berbeda Mencerminkan suhu 2. Adanya infeksi/ serumen pada telinga inti dapat mempengaruhi hasil pengukuran Sangat cepat (1 detik) 3. Membutuhkan teknik yang tepat dalam Hasil lebih akurat meletakkan probe termometer Aman 1. Hasil lebih rendah dari tempat pengukuran Non invasif lain bila terjadi perubahan suhu, khususnya pada saat hipertermia 2. Keringat dapat mempengaruhi hasil pengukuran
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1) Hasil dari telaah jurnal ini merupakan evidence base nursing practice yang dapat menunjukkan keakuratan penggunaan termometer timpani pada pasien dengan sakit kritis disertai demam dan digunakan pada pasien anak. 2) Termometer timpani layak digunakan untuk pengukuran suhu tubuh secara akurat, cepat dan tidak membahayakan pasien karena merupakan suhu inti sejati.. 3) Pelaksanaan proyek inovasi pengukuran suhu tubuh yang akurat dengan menggunakan termometer timpani di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mnagunkusumo pada tanggal 13 November 2013 sejumlah 15 pasien anak, didapatkan hasil 6 anak suhu terukur lebih tinggi dari termometer lain, 1 anak terdeteksi hipertermia dengan beda rerata 1,1-1,7°C pada termometer lain, 1 anak diketahui mengalami hipotermia, 1 anak sub febris serupa dengan hasil pengukuran termometer aksila, 1 bayi usia 2 bulan terukur 0,1°C lebih rendah dibandingkan dengan termometer aksila dan 5 anak berada di kisaran suhu normal. 4) Kendala yang ada pada pelaksanaan inovasi ini adalah: pengukuran suhu tubuh ke seluruh pasien anak ruang infeksi hanya dilakukan dalam satu waktu, sehingga belum didapatkan perbedaan hasil pengukuran di malam hari dengan pagi hari, dan tidak semua pasien kooperatif dengan pelaksanaan pengukuran suhu, terutama anak yang masih kecil, terlalu aktif dan anak yang trauma terhadap tindakan invasif. 5) Hal yang mendukung pelaksanaan proyek inovasi adalah mendapatkan respon yang baik dari perawat ruang infeksi, anak usia pra sekolah dan usia sekolah, bahkan ada keluarga yang memilih termometer timpani untuk dipersiapkan apabila pasien sudah kembali ke rumah. 6) Faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan hasil pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer timpani, yaitu: suhu, anak bergerak aktif, hormon, stress dan lingkungan.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
7) Termometer timpani direkomendasikan untuk digunakan karena mudah diakses, mencerminkan suhu inti, pengukuran sangat cepat (1 detik), hasil lebih akurat, dan meminimalkan trauma pada anak. Tetapi harus lebih diperhatikan dengan tehnik pemasangan probe terhadap membran timpani dengan posisi yang tepat dan adanya infeksi/serumen pada telinga yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pengukuran. 5.2 Saran 1) Bagi Pelayanan Keperawatan Perlunya persamaan persepsi dan sosialisasi kepada seluruh perawat tentang teknik pengukuran yang tepat dalam penggunaan termometer timpani yang telah terbukti akurat sesuai evidence based nursing practice dalam aplikasi dan tindak lanjut dalam memonitor tanda-tanda vital untuk pengukuran suhu tubuh pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 2) Bagi Pendidikan Keperawatan Perlunya informasi dan edukasi pada keluarga dalam pemilihan penggunaan termometer yang akurat, cepat dan aman untuk pengukuran suhu tubuh sebagai deteksi dini dan upaya preventif pada anak. Informasi ini diharapkan pula dapat dijadikan kajian literatur dalam pemberian asuhan keperawatan pasien anak yang mengalami perubahan suhu tubuh. 3) Bagi Penelitian Keperawatan Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang presisi penggunaan termometer timpani dan termometer yang tersedia di ruang anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan menggunakan metode uji klinik acak pada populasi anak usia 0-18 tahun.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA 1. Academy of neonatal nursing. (2013). Necrotizing Enterocolitis and Feeding Interventions Malignancies and Tumors in the Neonate Amniotic Fluid Index. The Journal of Neonatal Nursing. 32(1). 2. Asher C & Northington L. (2008). Position statement for measurement of temperature/ fever in children. Society of Pediatric Nurses. Diakses dari www.pednurses.org pada tanggal 30 September 2013. 3. Avner, J.R. (2009). Acute Fever. Pediatric in review, 30(1): 5-13. Diunduh pada 28 September 2013. 4. Barraf, L. J. (2008). Management of infant and young children with fever without source. Pediatrics Annals, 37(10): 673-679. 5. Davie A & Amoore J. (2010). Best practice in the measurement of body temperature Nursing Standard, 24(42): 42-49. 6. Dodd SR, Lancaster GA, Craig JV, Smyth RL, Williamson PR. (2006). In a systematic review, infrared ear thermometry for fever diagnosis in children finds poor sensitivity. J Clin Epidemoiol.; 59(4): 354-7. 7. El-Radhi AS, Barry W. (2006). Thermometry in paediatric practice. Arch Dis Child. ;91(4):351-6. 8. Hockenberry. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis: Mosby Yearbook. 9. Jefferies S, Weatherall M, Young P, Beasley R. (2011). A Systematic review of the accuracy of peripheral thermometry in estimating core temperatures among febrile critically ill patients. Crit Care Resusc. ; 13(3): 194-9. 10. Kozier, Erb., Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik. (Ed.7). Jakarta:EGC. 11. McGraw-Hill. (2011). Harrison’s principles of internal medicine. (18th ed). New York, 4012. 12. NICE Clinical Guideline (2013). Feverish illness in children: assessment and initial management in children younger than 5 years. Royal College of Paediatrics and Child Health (RCPCH). 13. Susan B, et al. (2011). Emergency Nursing Resource: Non-Invasive Temperature Measurement In The Emergency Departement.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
14. Susan C. Kim. (2011). First Aid & Emergencies, WebMD Medical Healthwise, http://firstaid.webmd.com/body-temperature diunduh tanggal 28 Septemebr 2013. 15. Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Editor : Monica Ester. EGC : Jakarta. 16. Thomas, S. Vijaykumar, C., Naik, R., Moses, P. D., & Antonisamy, B. (2009). Comparative effectiveness of tepis sponge and antipyretic drug versus only antipyretic drug in management of fever among children: A randomized controlled trial. Indian Pediatrics, 46(2), 133-136. 17. Thompson, H.J., Kirkness, C.J., & Mitchell, P.H. (2007). Intensive Care Unit Management of Fever Following Traumatic Brain Injury. Intensive Critical Care Nursing, 23(2), 91-96. 18. Wong. (1989). Wong on Web Paper Beyond First Do No Harm : Principles of Atraumatic Care. 19. __________.(2010).http://arl.blog.ittelkom.ac.id/blog/files/2010/05/termometer.jpg. Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2013. 20. __________.(2010).http://www.google.co.id/imgres.http://arl.blog.ittelkom.ac.id/blog/ 2010/05/termometer-telinga-menggunakan-infrared. Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2013. 21. __________.(2012).http://www.google.co.id/imgres.http://www.kabarlamongan.com/2 012/02/indra-pendengaran-dan-alat keseimbangan. Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2013.
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 28
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
RUANG
NAMA PASIEN
USIA
101 A B C D E F 102 A B C D E F 103 A
M. Yuda Nur Rohmah M. Raziyyin Irsyad Putri Anggarini Safira Herdiana M. Reza Rahdyan Azka Joudy Naura Wulan Suryani
17 th 11 th 4 th 2 th 2 BLN 17 th 15 th 10 th 8 bln 14 th 4 bln 3 th 3 bln
B
Marcia
3 th
F
Iman Santoso
6 th
LEMBAR OBSERVASI PROYEK INOVASI PENGUKURAN SUHU TUBUH PADA ANAK DI RUANG INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JENIS TERMOMETER JENIS DIAGNOSA PENYAKIT KELAMIN TIMPANI PROBE INFRA MERAH TELINGA AKSILA TEMPORAL PRIA ADEM 35,8 36,4 36,5 36,2 WANITA GIZI BURUK 36,7 36,8 36,5 36,7 PRIA ENDOKARDITIS 36,2 36,4 36,2 35,8 WANITA POST VP SHUNT 36, 5 36,6 36 36,3 WANITA GIZI KURANG 36,7 36,5 36,8 36,5 WANITA ABSES CEREBRI 36,4 36,5 36,1 35,9 PRIA POST WSD 39,8 38,5 38,7 38,1 PRIA PANKREATITIS 37,3 36,7 36,7 36,5 WANITA CEREBRAL PALSY 36,8 36,4 37,6 36 PRIA KISTA ABDOMEN 37 35,9 36,7 36 WANITA MENINGITIS 36,7 37 37,5 36,5 PRIA DECOMP CORDIS 36,5 36,6 36,1 36,5 WANITA HIGH OUT PUT STOMA 37,1 36,9 36,9 36,5 PERDARAHAN WANITA 37,9 37,3 37,9 36,5 SALURAN CERNA PRIA HIGH OUT PUT STOMA 37 36,9 36,3 36,2
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Foto presentasi proposal proyek inovasi
Audience
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Foto pelaksanaan proyek inovasi Perbandingan termometer timpani dengan probe, termometer inframerah telinga tanpa probe, termometer inframerah temporal dan termometer aksila digital
Aplikasi pada pasien anak ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Penanggung jawab suster Erlinawati
Termometer timpani dengan probe
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Termometer infra merah telinga tanpa probe
Termometer aksila digital
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Foto Presentasi hasil akhir proyek inovasi
Audience
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Saran Supervisor FIK‐UI Wejangan Divisi Bid. Perawatan
Kesan Komting Residensi II
Pelepasan Head Nurse R.anak
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Penyerahan Kenang‐kenangan dari perwakilan Mahasiswa Program Profesi Ners Spesialis Tahun 2013 kepada Kepala Ruang anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Mahasiswa Program Profesi Ners Spesialis Tahun 2013
35
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014