UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN AKHIR PRAKTIK RESIDENSI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN FOKUS PENERAPAN TEORI ADAPTASI ROY PADA KASUS KANKER OVARIUM
KARYA ILMIAH AKHIR Diajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Maternitas
Nama : Desi Ari Madi Yanti NIM: 1106042712
PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MATERNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2015
i Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Karya Ilmiah Akhir ini adalah karya saya dan semua sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Desi Ari Madi Yanti
NPM
: 1106042712
Tanggal
: 15 Januari 2015
Tandatangan
ii
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
.
•(.
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh: Nama
: Desi Ari madiyanti
NPM
: 1106042712
Program Studi
: Spesialis Keperawatan Maternitas
Judul
:Laporan Akhir Residensi Spesialis Keperawatan Maternitas Dengan
Fokus Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Klien Dengan Kanker Ovarium
Karya Ilmiah Ini telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan Diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Maternitas Pada Program Studi Spesialis Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
t
Supervisor
: Dr. Yati Afiyati,MN
Penguji
: dr. VB. Haryanto Kasy, Sp.OG
Penguji
:Dr. Imami Nur Rachmawati,
Penguji
: Dr. Atik Hodikoh, M.Kep, Sp.Kep.Mat
Ditetapkan di : Depok Tanggal
Januari 2015
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kepada Allah,SWT, atas berkat dan rahmatnyalah Penulis dapat menyusun Laporan Praktek Residensi Keperawatan Maternitas tepat pada waktunya dengan judul “Penerapan teori Adaptasi Roy pada Klien Kanker Ovarium”. Laporan praktek residensi ini disusun sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Spesialis Keperawatan Maternitas. Dalam menyusun laporan ini penulis telah dibimbing oleh dosen pembimbing dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr.Yati Afiyanti,S.Kp,MN., sebagai supervisor utama, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. 2. Ns.Tri Budiati, M.Kep,Sp.Kep.Mat., sebagai supervisor dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama praktek residensi dan membimbing residensi dalam penyelesaian laporan akhir. 3. Dra. Setiyowati, S.Kp,M.App.Sc.,PhD., sebagai supervisor, yang telah membimbing residen dalam pelaksanaan praktek residensi. 4. Ns. Desrinah Harahap,M.Kep.,Sp.Kep.Mat., sebagai supervisor, yang telah membimbing residen dalam pelaksanaan praktek residensi. 5. Ns. Irna Nursanti, M.Kep,Sp.Kep.Mat., selaku supervisor, yang telah membimbing residen dalam pelaksanaan praktek residensi. 6. Dr. Djunaiti Sahar, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 7. Dr. Imami Nur Rahmawati, Msc selaku penguji karya ilmiah akhir 8. Dr. Atik Hodikoh, M.Kep, Sp.Kep. Mat, selaku penguji karya ilmiah akhir 9. Dosen Program Studi Magister Ilmu Keperawatan dan seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia atas kerjasama dan dukungan selama ini. 10.
Rekan mahasiswa Program ners spesialis keperawatan maternitas, terima kasih
atas dukungan dan motivasinya.
vii Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Harapan penulis semoga laporan akhir residensi keperawatan maternitas ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Depok, Januari 2015 Penulis
viii Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Desi Ari Madi Yanti
NPM
: 1106042712
Program Studi
: Ners Spesialis Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya llmiah Akhir
Guna pengembangan ilmu pengetahuan, penulis menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Be bas Royalti Nonesklusif ( Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Penerapan Teori Keperawatan Adaptasi Roy Pada Asuhan Keperawatan dengan kasus Kanker Ovarium, beserta perangat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonesklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan mengalihmediakan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikianlah surat pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat
: Depok
Tanggal
: 20 Januari 2015
Yang menyatakan
(/)/ ( Desi Ari Madi Y anti)
iv
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Laporan Praktik Spesialis Keperawatan Maternitas. Januari 2015 Desi ari madi yanti
Penerapan teori Adaptasi Roy pada klien dengan Kanker Ovarium iv + 52 hal + 1 tabel + 2 skema
Abstrak Kanker Ovarium adalah pertubuhan sel - sel yang abnormal pada satu atau dua bagian indung telur. Kanker ovarium merupakan penyakit ganas ginekologi kedua diseluruh dunia, pada tahun 2013 ditemukan 22240 pasien dimana 14.030 (15%) meninggal dunia akibat kanker ovarium tersebut. Laporan ini bertujuan memberikan gambaran tentang pelaksanaan praktik spesialis keperawatan maternitas dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, pelindung, pengelola, kolaborat-or, komunikator, konselor, koordinator, agen perubah dan peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker ovarium dengan menggunakan teori adaptasi Roy. Model teori keperawatan adaptasi Roy efektif dilakukan pada kedua kasus ibu dengan kanker ovarium, aplikasi teori tersebut membantu menyelesaikan masalah keperawatan di fase akut maupun di fase pemulihan. Pada klien kanker ovarium perlu adanya pengabungan teori Loss and Griving dengan adaptasi Roy untuk membantu klien mempertahankan keadaan psikologis klien dalam tahap menerima. Penulis mampu mencapai target kompetensi dalam praktik klinik keperawatan maternitas residensi dengan baik. Kata kunci: Teori adaptasi Roy, kanker ovarium Daftar Pustaka, 38 (2001- 2014)
v Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
GRADUATE PROGRAM FACULTY OF NURSING- UNIVERSITAS INDONESIA
Maternity Nursing Specialist Practice Report, January 2015 Desi Ari Madi Yanti
Maternity Nursing Specialist Residency Final Report Focused on the Application of Roy Adaptation Nursing Theory on Clients with Ovarium Cyst iv + 52 pages + I table + 2 schemes
Abstract Ovarian cancer is the growth of abnormal cells in one or two parts of the ovary. Ovarian cancer is the second gynecological malignant disease throughout the world. In 2013 there were 22,240 patients that 14,030 (15%) died from the ovarian cancer. This report aimed to provide an overview of the implementation of maternity nursing specialist practice in carrying out its role as an educator~ a protector, a manager, a collaborator, a communicator, a counselor, a coordinator, an agent of change and a researchers in providing nursing care to the ovarian cancer clients using Roy adaptation theory. Roy adaptation nursing theory model was effectively performed in both cases of women with ovarian cancer, the application of the theory helped to solve the nursing problem in the acute phase and in the recovery phase. The combination of Loss & Grieving and Roy Adaptation Theory could help ovarian cancer clients to maintain their psychological state in the receiving phase. The author was able to achieve the target competencies in maternity nursing residency clinical practice successfully.
Keywords: Roy adaptation theory, ovarian cancer Bibliography, 38 (2001 - 2014)
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DAFTAR ISI Halaman Judul......................................................................................... Pernyataan Orisionalitas ………………………………………………. Pernyataan Pengesahan ………………………………………………... Pernyataan Persetujuan Publikasi ........................................................... Abstrak .............................................................................................. Kata Pengantar......................................................................................... Daftar Isi..................................................................................................
i Ii iii iv v vii ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1.2 Tujuan Penulisan............................................................................... 1.3 Sistematika Penulisan.......................................................................
1 5 6
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS 2.1 Gambaran Kasus................................................................................ 2.2 Tinjauan Teori........................................................................... 2.3 Konsep keperawatan dalam proses asuhan keperawatan pada klien dengan kanker ovarium pada fase akut…………………………… 2.4 Konsep keperawatan dalam pross asuhan keperawatan pada klien dengan fase pemulihan dengan kanker ovarium…………………… BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN MATERNITAS 3.1 Menetapkan Peran Sebagai Pemberi Pelayanan Asuhan Keperawatan 3.1.1 Pemberi Pelayanan……………………………………………….. 3.1.2 Konselor.......................................................................................... 3.1.3 Advokat.......................................................................................... 3.1.4 Edukator.......................................................................................... 3.1.5 Pengelola......................................................................................... 3.1.6 Koordinator..................................................................................... 3.1.7 Kolaborator..................................................................................... 3.1.8 Peneliti............................................................................................ 3.1.9 Pembaharu...................................................................................... BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker Ovarium Pengan Penerapan Teori Keperawatan Adaptasi Roy… 4.2 Kekuatan dan Kekurangan Selama Praktek Residensi Ners Spesialis Keperawatan Maternitas..................................................... 4.3 Kesempatan dan Keuntungan Praktik Klinik Keperawatan Maternits dalam Upaya Pencapaian Target………………………
ix Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
7 8 19 26
43 45 45 46 46 47 47 48 48
50 54 56
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan........................................................................................ 5.2 Saran.................................................................................................. Daftar Pustaka
x Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
58 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kontra Belajar Residen Lampiran 2 Pencapaian Target dan Kompetensi Lampiran 3 Laporan Proyek Inovasi di RSUD Kota Bekasi Lampiran 4 Laporan Proyek Inovasi di Komunitas Lampiran 5 Laporan Proyek Inovasi di RSUPN Ciptomangunkusuma Lampiran 6 Laporan Ronde Kasus Kelolaan Lampiran 7 Laporan Supervisi Asuhan Keperawatan Lampiran 8 Daftar Absensi dan Pencapaian Target Ners Spesialis Keperawatan Maternitas
xi Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO, adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya, atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Depkes, 2009). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata - mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Peraturan
Pemerintah No 61, Tahun 2014).
Salah satu pogram pemerintah dalam upaya peningkatan pembangunan di Indonesia
adalah kesehatan ibu yang merupakan tujuan dari Mellinneum
development Golas. Salah satu program yang membahas kesehatan reproduksi terdapat dalam tujuan ke tiga dari program tersebut yaitu kesepakatan untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan termasuk upaya tentang peningkatan kesehatan reproduksi (MDGs, 2015). Salah satu dampak pembangunan yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, pergeseran perilaku di lapisan masyarakat termasuk didalamnya wanita. Perubahan tersebut seperti perubahan dalam perilaku sex, kebiasaan konsumsi, pemeliharaan kebersihan diri dan kebersihan linkungan memiliki kontribusi terhadap munculnya berbagai penyakit degenearatif seperti kanker baik kanker ganas maupun jinak.
Kanker merupakan salah satu gangguan pada system reproduksi perempuan, kanker yang sering dialami oleh wanita adalah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker kolorektal, kanker ovarium. (Riskesdas, 2007). Kanker ganas ovarium merupakan kanker ganas ginekologi ke dua terbanyak di seluruh dunia. Pada tahun 2013 ditemukan 22240 kasus baru dengan angka kematian 14.030 (15
1
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
2
%). Insiden kanker ganas ovarium di Eropa barat lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika utara,Afrika dan Vhina yaitu kurang dari 12 wanita tiap 100.000 penduduk ( American Cancer Society, 2013). Di Indonesia berdasarkan data dari The Internasional Agency For Research On Cancer (IARC) tahun 2008, kanker ovarium menduduki urutan ke lima dengan insidensi 6,2% dari 24 jenis kanker yang dilaporkan ( GLOBOCAN, 2008). Hasil peneltian Zuraidah
(2005) selama tahun 2001 - 2005 terdapat 432 kasus kanker
ginekologik di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo, dimana kanker ovarium menempati urutan ketiga dari seluruh penyakit kanker pada wanita sebanyak 23,45%. Menurut Iqbal (2009) dari bulan Januari 2002 sampai dengan Desember 2006 di RSUP Haji Adam Malik Medan terdapat 105 kasus kanker ovarium dengan 60.3% penderita yang datang didagnosis berada di stadium lanjut dan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 391 dari jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit dengan diagnosis kanker ovarium.
Sedangkan kejadian kanker ovarium di rumah sakit umum pusat nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2006
menunjukkan angka kejadian tertinggi diantara jenis kanker
ginekologik, dan kematian yang diakibatkan oleh kanker ovarium dengan angka 34,1% dari 327 kasus kematian akibat (Surbakti E, 2006). Berdasarkan data dari rekam medik ruang onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta penderita kanker ovarium dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014 sebanyak 178 penderita yang terdiagnosis kanker ovarium berada dalam stadium 1c dan tadium 2c.
Kanker ovarium merupakan tumor ganas ginekologi yang menduduki urutan kedua setelah kanker serviks dan urutan ketiga kangker pada wanita, setelah kangker serviks dan kangker payudara. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien kenker ovarium datang pada stadium lanjut. Kanker ovarium di Indonesia sebesar Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
3
32% dari kanker ginekologik dan menyebabkan 55% kematian akibat keganasan ginekologik (Rock and Jhon, 2008).
Kanker ovarium yang sering dialami oleh wanita terbagi dalam dua jenis yaitu kanker jinak bersifat kistik dan kanker ganas (Busmar, 2008). Kanker ovarium dapat mengenai semua wanita dari segala usia, mulai dari usia 20 hingga 80 tahun, jarang terjadi pada wanita di bawah usia 20 tahun. Delapan puluh persen kanker muncul pada usia di atas 40 tahun, dan bila muncul sesudah menopause maka hampir 30% adalah ganas (Prawirohardjo, 2005). Kanker ovarium berkembang pada wanita di atas usia 45 tahun. Dari tahun 2003 sampai 2007, berdasarkan data dari Survailance epidemiology and results usia rata-rata yang diagnosis kanker ovarium adalah di bawah 20 (1,3% ), usia 20 dan 34 (3,5%), usia 35 dan 44 (7,4%), usia 45 dan 54 (19,2%), usia 55 dan 64 (22,9%), usia 65 dan 74 (19,5%), usia 75 dan 84 (18,4%), udan usia 85 lebih (7,8%), sedangkan harapan hidup pada klien dengan kanker ovarium sebanyak 71 %. (Ovarian Cancer Statistik, 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Afiq (2013) diperoleh hasil angka kejadian kanker ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan, kelompok usia antara 35 – 50 tahun sebanyak 42,1%, berdasarkan usia menarche, pada usia antara 12-14 tahun sebanyak 52,2%, berdasarkan riwayat menopause, pada penderita yang belum menopause sebanyak 59.9%, dan wanita yang tidak menggunakan pil kontrasepsi mencatat kansus kanker ovarium terbanyak 69.1%.
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan, sedangkan keluhan yang timbul pada kanker stadium lanjut karena adanya penyebaran kanker, penyebaran kanker pada permukaan serosa dari kolon dan asites adalah rasa nyeri di area abdomen, tidak nyaman dan cepat merasa kenyang. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek, sehingga pasien dengan kanker ovarium akan mengalami penurunan nafsu makan, penurunan aktifitas akibat mudah lelah (Busmar, 2006).
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
4
Perawat memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perawat profesional dengan adanya undang – undang tersebut maka perlu adanya peran serta perawat. Salah satunya keperawatan
adalah peran perawat maternitas dalam memberikan asuhan yang bertujuan membantu menghadapi masalah kesehatan
reproduksi yang dirasakan oleh klien, residen membantu mengatasi masalah kesehatan reproduksi yang dialami oleh klien dengan menerapkan teori keperawatan
yang
dapat
membantu
klien
untuk
mengatasi
masalah
ketidaknyamanan terhadap kondisinya dan efek dari pengobatan kanker ovarium tersebut.
Teori keperawatan Adaptasi Roy yang digunakan oleh perawat maternitas untuk mengatasi masalah klien pada saat masa pemulihan setelah dilakukan operasi laparatomi dengan histrektomi. Teori Adaptasi menjelaskan tentang adaptasi tubuh baik adaptasi fisiologisi konsep diri, fungsi peran maupun interdependensi setelah klien dilakukan operasi atau pada masa pemulihan (Tomey & Alligood, 2010).
Respon psikologi yang sering dialami oleh penderita kanker ovarium seperti ketakutan terhadap kekambuhan terhadap penyakitnya. Respon shock, kecemasan dan denial yang sering dialami penderita dengan kanker ovarium, perempuan merasa pesimis, menganggap bukan sebagai wanita yang tidak utuh, dan semakin mendekati kematian karena perkembangan penyakitnya (Otto, 2001; Hobbs, 2008). Klien kanker ovarium yang di histrektomi takut akan mengalami kematian, resiko kambuhnya kanker, klien juga mengalami perubahan psikologi akibat tindakan hisetrektomi total maupun subtotal adalah klien akan mengalami disintegrasi kewanitaan yang bermanifestasi dalam depresi karena kehilangan uterus. Masalah ini terjadi terutama bagi wanita muda yang belum menikah dan pasangan yang belum mempunyai anak ( Baziad, 2001).
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
5
Perawat spesialis maternitas yang memberikan asuhan keperawatan secara holistik mempunyai tanggung jawab dan peran yang penting dalam membantu mengatasi masalah pada wanita dengan kanker ovarium peran perawat maternitas tersebut antara lain memberikan dukungan, konseling yaitu mengarah dan memberian alternatif pemecahan
masalah (Pilliteri,
2010).
Penyelesaian
masalah
keperawatan menggunakan aplikasi teori adaptasi Roy diharapkan dapat membantu klien mengatasi permasalahannya. Diharapkan perawat memberikan perhatian penuh saat melakukan asuhan keperawatan, bertanggungjawab membantu klien, meningkatkan kesehatan klien dan memberikan penjelasan tentang kondisi klien saat ini. Sehingga kualitas hidup pasien kanker teratasi dari segi fisik, psikologis dan keadaan situasionalnya.
Berdasarkan uraian di atas, karya ilmiah ini menguraikan pelaksanaan praktek residensi spesialis maternitas dengan fokus pada penerapan teori keperawatan Theory Adaptasi Roy pada asuhan keperawatan klien kanker serviks dengan penurunan kemampuan fisik. Karya ilmiah akhir ini juga melaporkan pencapaian kompetensi selama pelaksanaan praktik residensi spesialis keperawatan maternitas.
1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Umum Menggambarkan
pelaksanaan
praktik
residensi
keperawatan
maternitas 1.2.2
Tujuan Khusus 1.2.2.2.1
Menjelaskan
kasus
kanker
ovarium
sebagai
kasus
pembahasan 1.2.2.2.2
Menuliskan dua kasus kanker ovarium yang dikelola
1.2.2.2.3
Menjelaskan kerangka teori asuhan keperawatan pada kasus kanker ovarium dengan menggunakan adaptasi Roy
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
6
1.2.2.2.4 Mengambarkan aplikasi teori adaptasi Roy pada kasus kanker ovarium 1.2.2.2.5
Melaporkan target praktek residensi
1.2.2.2.6
Membahas aplikasi teori adaptasi Roy pada kasus kanker ovarium dikaitkan dengan perawat maternitas.
1.3 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari 5 bab yaitu : bab 1 terdiri dai pendahuluan yang berisikan latar belakang , tujuan dan sistematika penulisan, bab 2 terdiri dari aplikasi teori keperawatan maternitas pada saat praktik klinik residensi, bab 3 pencapaian target kompetensi praktik klinik residensi, bab 4 terdiri dari pembahasan yang menjelaskan tentang pembahasan kasus yang dikaitkan dengan penerapan teori dan bab 5 terdiri dari kesimpulan dan saran
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTEK KEPERAWATANA MATERNITAS
2.1 Gambaran Kasus a. Kasus Pertama Nn C berusia 30 tahun, belum menikah, datang ke poli kebidanan pada tanggal 26 Desember 2014, jam 11.00 wib, dengan keluhan perut membesar sejak 2 bulan yang lalu dan terjadi penurunan berat badan sejak 2 bulan yang lalu sebanyak 5 kilogram, dengan diagnosis medis kanker ovarium. Saat dilakukan pengkajian terhadap klien diperoleh data nafas terasa sesak, penurunan nafsu makan, klien hanya menghabiskan setengah porsi dari makan yang disediakan dari rumah sakit, pemeriksaan tekanan darah: 110/70 mmHg, suhu: 36,5C, Nadi: 84x/mt, pernafasan: 16x/mt, pemeriksaan laboratorium Hb: 12 gr/dl, Ht: 47,6%, Leukosit : 9,55 /ul, Trombosit : 328 ml, SGPT; 7 U/L, SGOT: 18U/L Alb : 3,25, C125: 75,5, klien mengatakan mempunyai kebiasaan menggunakan pentliner sejak usia 15 tahun hingga usia 30 tahun (kurang lebih 15 tahun).
Pada tanggal 29 Desember 2014 pada jam 08.00 Dilakukan tindakan operasi laparataomi dengan subtotal hysterectomy, salpingooovorektomy sinistra dan masuk ruang perawatan pada jam 13.00 pada saat dilakukan pemeriksaan fisik diperoleh data terdapat luka operasi di abdomen, klien merasakan nyeri pada luka operasi, mual muntah, cemas dan ketakutan
terhadap
penyakitnya
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan, klien merasakan malu dengan kondisinya saat ini karena adanya pengangkatan indung telur.
b. Kasus Kedua Ny E berusia 43 tahun, menikah, mempunyai anak satu dengan usia 8 tahun, datang ke poli kebidanan pada tanggal 29 Desember 2014, jam 10.00 dengan keluhan perut membesar sejak 6 bulan yang lalu dan terjadi penurunan berat 7
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
8
badan sejak 3 bulan yang lalu sebanyak 10 kilogram, dengan diagnosis medis kanker ovarium. Saat pengkajian klien diperoleh data keluhan nafas terasa sesak, penurunan nafsu makan, klien hanya menghabiskan setengah porsi dari makan yang disediakan dari rumah sakit, pemeriksaan tekanan darah: 120/70 mmHg, suhu: 36,5C, Nadi: 88 x/mt, pernafasan: 16x/mt, pemeriksaan laboratorium Hb: 11,5gr/dl, Ht: 42,6%, Leukosit : 9,55 ml, Trombosit : 328 ml, SGPT; 7 U/L, SGOT: 18U/L Alb : 4,25, C125: 75,5. Klien mengatakan menstruasi pertama kali pada saat klien sudah usia 14 tahun dan terakhir menstruasi satu bulan yang lalu.
Pada tanggal 2 Januari 2015 pada jam 08.00 Dilakukan
operasi
laparataomi
dengan
total
hysterectomy,
salpingooovorektomy bilateral dan masuk ruang perawatan pada jam 13.00 pada saat dilakukan pemeriksaan fisik diperoleh data terdapat luka operasi di abdomen, klien merasakan nyeri pada luka operasi, mual muntah, cemas dan ketakutan
terhadap
penyakitnya
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan, klien merasakan malu dengan kondisinya saat ini karena adanya pengangkatan rahim dan indung telur
2. 2 Tinjauan Teori Satu dari enam puluh tujuh perempuan sangat berpontensi untuk terkena kangker indung telur sepanjang hidupnya. Kemungkinan wanita untuk terkenanya kanker indung telur akan bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Lima puluh persen dari kasus kanker indung telur menyerang perempuan pada saat usa diatas 45 tahun (La Vechia, 2007). Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium, menurut American Cancer Society, kanker ovarium adalah penyebab kematian terbanyak dari jenis kangker yang menyerang wanita. Di Amerika Serikat pada tahun 2009 diperkirakan jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 23 .400 dengan angka kematian sebesar 13.900 orang. Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering menyerang tanpa disertai oleh tanda gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak banyak wanita tidak mengetahui,
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
9
sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium lanjut (Brunner & Suddarth, 2001).
Kira-kira 15% tumor ovarium adalah ganas, kanker ovarium merupakan penyebab kematian wanita nomor lima. Insiden keganasan meningkat dengan pertambahan usia, rata-rata 50-59 tahun. Lebih dari 80% kematian akibat kanker ovarium terjadi antara umur 35-75 tahun. Resiko seumur hidup mengalami kanker ovarium di Amerika Serikat (tidak berubah dalam 30 tahun) adalah 1,4%. Karena tumor ini sulit didiagnosis dan diobati dini, kelangsungan hidup 5 tahun hanya sebesar 35-38%, meskipun kemoterapi dan radioterapi sudah semakin baik (Ovarian Cancer Statistics, 2004). Kanker ovarium adalah penyakit ke enam sebagai salah satu penyakit berbahaya yang miliki insidens dan kematian yang cukp tinggi di dunia pada wanita, lebih dari 200.000 kematian terjadi setiap tahunya, dimana kematian tersebut yang mendominasi adalah wanita dengan ekonomi yang lemah (Sierra, Thorres, CH. Dkk. 2008). Negara Afrika, kebanyakan pasien dengan kanker ovarium umumnya diketahui atau terdeteksi pada stadium III yaitu sebanyak 59,3%. ( Moodley, dkk.208). Kanker ovarium terjadi karena adanya pertumbuhan sel – sel yang tidak lazim (kanker) pada satu atau dua indung telur atau adanya sel – sel abnormal yang tumbuh di salah satu atau kedua indung telur (Wiknjosastro, 2001). Indung telur merupakan organ reproduksi yang sangat penting dimana indung telur ini menghasilkan telur atau ovum, yang jika bertemu dengan sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung telur merupakan sumber utama penghasil hormon reproduksi wanita seperti hormon estrogen dan progesteron (Wiknjosastro, 2001). Kanker ovarium ganas terdiri dari 90 – 95 % kanker epitel ovarium, dan selebihnya 5 – 10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma. Dikarenakan tidak ada test penapisan yang efektif untuk kanker ovarium dan gejala klinis yang kabur pada stadium awal, sehingga tiga perempat pasien terdiagnosis sudah stadium lanjut (Stirling. D, 2005).
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
10
Kanker ovarium letaknya tersembunyi dalam rongga perut dan menyebabkan perut menjadi membesar tanpa disadari oleh penderita, oleh karena itu perlu adanya penentuan stadium kanker. Stadium kanker ovarium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi. Penentuan stadium kanker ovarium dengan laparatomi lebih akurat, karena perluasan tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi (sitologi atau histopologi), sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih akurat (Canistra ,2009). Gambar 1 Gambar struktur anatomi reproduksi
Sumber : American Cancer Society, 2013
2.2.1 Stadium kanker ovarium Stadium kanker ovarium menurut Internasional Federation of Gynecologist Obstetricians (FIGO) 2006.
Tabel 2.1 Stadium kanker ovarium Stadium kanker ovarium primer Stadium 1
Kategori Pertumbuhan terbatas pada ovarium
1a
Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
1b
Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak. Tumor dengan stadium 1a atau 1b tetapi ada tumor di
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
11
1c
permukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan kapsul pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif
Stadium II
Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul
IIa
Perluasan dan atau metastasis ke uterus atau ke tuba
IIb
Perluasan ke jaringan pelvis lainya
IIc
Stadium III
IIIa
IIIB
IIIc
Stadium IV
Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan bilasan perineum positif Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti miskroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis, dan atau metastasis ke kelenjar limfe regional. Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di permukaan peritoneum dan terbukti secara miskroskopik, diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di permukaan peritoneum dan terbukti secara miskroskopik, diameternya tidak melebihi 2 cm dan kelenjar getah bening negative Implan di abdomen dengan diameter kurang dari 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif Pertumbuhan mengenai satu atau dua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga metastasis ke paremkim liver.
2.2.2 Klasifikasi kanker ovarium Menurut Internasional Federation of Ginecologic and Obstetrics (FIGO), kanker ovarium dibagi dalam tiga kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing kelompok terdiri dari berbagai spesifikasi sesuai dengan histopologi. 2.2.2.1 Kanker berasal dari epitel permukaan Kanker yang berasal dari epitel permukaan golongann terbanyak dan sebagian besar 85 % kanker ovarium berasal dari golongan ini Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
12
(American Cancer Asosiation, 2013). Wanita menopouse yang menderita kanker ovarium epitel yang paling banyak ditemukan. Jenis – jenis kanker ovarium epitel permukaan menurut Rok. J, 2008 : 1. Karsinoma serosa Karsinoma in merupakan keganasan epitel ovarium yang sering ditemuka, tersebar di kavum abdomen dan pelvis, Tumor ini menurut diferensiasi sel kanker dapat digolongkan kedalam 3 golongan yitu: baik (benigna) yang memiliki percabangan papilar, rapat, terlihat mitosis, terdapat invasi intersisial jelas. Pada kanker diferensiasi sedang (borderline) dan buruk (maligna) memiliki lebih banyak area padat, papila sedikit atau tidak ada. 2. Karsinoma Musinosa Karsinoma
ini
jarang
ditemukan,
sebagian
besar
tumor
multilokular, padat dan sebagian kistik, didalam kita berisi musin gelatinosa, jarang sekali tumbuh papila eksofitik, area solid berwarna putih susu atau merah jambu, sruktur rapat dan konsistensinya rapat. 3. Karsinoma endometroid 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid. Sebagian berbentuk solid dan disekitar dijumpai kista. Lebih dari 30 % karsinoma
endometrium
dijumpai
bersama-
sama
dengan
adenokarsinoma endometrium. Endometrium borderline dan endometroid adenofibroma jarang dijumpai. 4. Karsinoma sel jernih Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk solid, sebagian ada juga yang berbentuk kistik, berwarna putih kekuningan. 5. Tumor Brenner Tumor ini berasal dari folikel, biasanya solid dan berukuran 5 – 10 cm dan bersifat jinak, tumor ini dijumpai insidentil pada waktu dilakukan histrektomi.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
13
2.2.3. Kanker berasal dari stroma korda seks ovarium (sex cord stromal) Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh dari satu jenis, pada klien dengan tumor sel granulosa, umur muda atau pubertas terdapat keluhan perdarahan pervaginam, pertumbuhan sek sekunder
antara
lain
payudara
membesar
dengan
kolostrum,
pertumbuhan rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas prekoks.
2.2.4 Tanda dan gejala kanker ovarium Pada umumnya kanker varium pada masa awal berkembang cenderung tampa gejala, hal inilah yang menyebabkan sulitnya kanker diketahui sejak dini, lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam usia stadium lanjut. Keluhan utama yang dirasakan oleh penderita kanker ini adalah sakit di bagian abdominal (perut bagian bawah) yang disertai rasa kembung, sulit buang air besar, nyeri kepala (American Cancer Asosiation, 2013). Tanda dan gejala lain seperti: rasa tidak nyaman dan rasa penuh di perut, merasakan cepat kenyang. Kanker ovarium yang sudah masuk dalam stadium lanjut, gejala yang muncul adalah cepat lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif (FIGO, 2006).
2.2.5 Faktor resiko kanker ovarium 2.2.4.1 Faktor ginetik Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah seorang wanita memiliki resiko terkena kenker ovarium. Menurut American Cancer Society (ACS) 2011, sekitar 10% penderita kanker ovarium ternyata memiliki riwayat anggota keluarga
yang
sama. Umumnya pasien yang memiliki riwayat keluarga yang
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
14
menderita kaker akibat gen mutasi BRCA 1 dan BRCA 2 memiliki resiko sangat tinggi menderita kanker ovarium dan diperkirakan 50 70% pasien yang menderita kanker ovarium dengan keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker. 2.2.5.2 Usia Risiko terkena kanker ovarium semakin tinggi dengan usia. Kanker ovarium jarang terjadi di
wanita yang lebih muda dari 40. kanker
ovarium Kebanyakan berkembang setelah menopause. 50% penderita kanker ovarium ditemukan pada wanita dengan usia 63 tahun atau lebih, sedangkan pada wanita dengan usia kurang dari 40 tahun sekitar 40%. Angka kejadian penderita kanker ovarium yang paling tinggi terjadi pada usia 40 – 44 tahun. (Tang L, 2008). 2.2.5.3. Faktor hormonal Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala yang berhubungan dengan menopause berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ovarium baik dari insiden maupun tingkat mortalitasnya. Peningkatan risiko secara spesifik terlihat pada wanita dengan penggunaaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron karena peran progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium. Pada kehamilan, tingginya kadar progesteron akan membantu menurunkan risiko tumor ganas ovarium. Hormon lain yang juga mempengaruhi tingginya angka kejadian kanker ovarium yaitu hormon gonadotropin di mana fungsinya untuk pertumbuhan. Menurut teori yang melakukan percobaan kepada binatang di mana pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar estrogen rendah di sirkulasi perifer maka kadar hormon gonadotropin meningkat. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan semakin besarnya tumor ovarium pada binatang percobaan tersebut. 2.2.5.4. Faktor reproduksi Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada penyakit ini. Infertilitas, menarche dini (sebelum
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
15
usia 12 tahun), memiliki anak setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapat juga meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi kanker ovarium. Pada kanker ovarium, terdapat hubungan jumlah siklus menstruasi yang dialami seorang perempuan sepanjang hidupnya, di mana semakin banyak jumlah siklus menstruasi yang dilewatinya maka semakin tinggi pula resiko perempuan terkena kanker ovarium 2.2.5.5 Obat – obatan yang meningkatkan kesuburan Obat-obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang diberikan secara oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing hormone (LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multiple ovulasi. Menurut hipotesis incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian obat penyubur ini jelas akan meningkatkan risiko relatif terjadinya kanker ovarium. 2.2.5.6. Penggunaan bedak dan tissue Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau tissue bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium. Selain itu, bedak tabur juga mengandung asbes yaitu bahan mineral penyebab kanker
2.2.6. Penegahan Kanker Ovarium Menurut ACS 2011 Pencegahan terjadinya kanker ovarium dapat dilakukan dengan : 1. Penggunaan pil Menurut American Cancer Society, 2011 perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi secara oral (pil) dengan jangka waktu tiga sampai lima tahun diperkirakan mengurangi resiko terkena kanker. Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontrasepsi, yaitu dengan risiko relatif 0,6. Penelitian ini juga melaporkan bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama satu tahun menurunkan risiko terkenannya kanker ovarium sampai 11%, sedangkan pemakaian pil kontrasepsi Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
16
sampai lima tahun menurunkan risiko terkenannya canker ovarium hingga 50%. Penurunan risiko semakin nyata dengan semakin lama pemakaiannya. 2. Diet Gaya diet yang memperbanyak makan sayuran, terbukti mengurangi resiko terkena kanker indung telur, apalagi jika anda membatasi komsumsi daging dan makanan yang mengandung lemak jenuh. 3. Olaraga Olaraga ringan hingga sedang, namun dilakukan rutin (minimal 3 kali dalam seminggu dengan olaraga minimal 15 menit) dapat meningkatkan kekebalan tubuh, memperbanyak antioksidan dan mengurangi resiko kegemukan, semua akibat baik dari olaraga itu penting untuk menjaga kesehatan, termasuk mencegah karena kanker ( De Jo, 2003).
2.2.7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose kanker ovarium adalah 1. Tumor marker Petanda
tumor
berupa
seru
Cancer
antigen
(Ca
125),
Carcinoembryonic antigen (CEA) yang paling sering digunakan dalam penafisan tumor jenis epitel, walaupun sering ada keterbatasan, petanda adanya tumor sel germinal antara lain: human placental lactogen ( hPL), alphaprotein (AFP), Lactic acid dehidrogenase (LDH), human chorionic gonadotrophin ( hCG). Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium. 2. USG, CT-Scant (Computer tomography scanning), MRI (magnetic resonance imaging).
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
17
2.2.8 Penatalaksanaan Medis Kanker Ovarium Penatalaksanaan
kanker
ovarium
menurut
Canadian
Cacer
Registration, 2005 yaitu: 1. Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi. a. Operasi Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH), salpingoooforektomo bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional). Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti menambah manfaat. Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi. b. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif
pada
jenis
tumor
yang
peka
terhadap
sinar
(radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa. Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
18
pada tingkat klinik stadium satu dan stadium 2 yang diberikan di seluruh rongga perut. c. Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai
karena
terapi
radiasi
mempunyai
keterbatasan
(misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor. d. Untuk
memastikan
keberhasilan
penanganan
dengan
radioterapi atau kemoterapi, lazim dilakukan lapatotomi kedua (second-look laparotomi), bahkan kadang sampai ketiga (thirdlook laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.
2.2.9 Komplikasi Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasuskasus kanker ovarium stadium lanjut dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan.
2.2.10 Pemerikasaan lanjut Pemeriksaan lanjut pada klien dengan kanker ovarium pengamatan lanjut (follow up control) adalah sebagai berikut: sampai satu tahun setelah penanganan, klien dianjurkan untk kontrol setiap 2 bulan sekali, kemudian setelah tiga tahun setelah penanganan,
klien dianjurkan
untuk control setiap empat bulan sekali, kemudian lima tahun setelah penanganan, klien dianjurkan untuk control setiap 6 bulan dan seterusnya setiap setahun sekali (ACS, 2011).
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
19
2.2.11 Histrektomi Pengertian histrektomi adalah pengangkatan sebagian atau seluruh uterus melalui proses pembedahan (Reeder & Martin, 2001). Histektomi merupakan tindakan operatif yang dilakukan untuk mengakat rahim, baik sebagian (sub total) tanpa serviks, ueri atuapun seluruhnya (total) dengan serviks uteri (Prawiroharjo, 2001).
Pada kondisi tidak memungkinankan untuk terjadinya kesembuhan maka tujuan dari pengobatan pada klien kanker ovarium adalah mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel – sel kanker yang masih ada dan ditujukan perawatan paliatif. Perawatan paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup klien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghilangkan penderitaan melalui identifikasi awal dan pengobatan rasa sakit serta masalah lain baik fisik, psikososial maupun spiritual ( WHO, 2012).
Dalam perawatan paliatif perawat maternitas dan tim kesehatan diharapkan dapat memberikan bantuan dalam mengatasi rasa sakit dan gejala kesedihan, menjelaskan hidup dan kematian sebagai proses yang alami yang dialami oleh semua mahluk hidup, mengintegrasikan aspek spikologis dan spiritual, menawarkan system pendudkung untuk dukungan untuk membantu keluarga dalam mengatasi duka cita, membantu kualitas hidup klien.
2.3 Konsep Keperawatan dalam Proses Asuhan Keperawatan Pada Klien Kanker Ovarium pada fase akut. Pada asuhan keperawatan klien dengan kanker ovarium residen menerapkan atau mengaplikasikan model konseptual adaptasi Roy. Penerapan model konseptual dan teori keperawatan dalam praktek keperawatan bermanfaat untuk membantu perawat maternitas memahami perilaku dan menentukan kebutuhan yang diharapkan.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
20
Skema 2.1 Penerapan Teori Keperawatan Adaptasi Roy pada Klien Kanker Ovarium
Kanker ovarium Sebelum operasi Setelah operasi
Input
Fokal Nyeri, mual muntah Penurunan nafsu makan Kontekstual Luka operasi Pendidikan SMA Belum menikah Ekonomi rendah
proses
Cognator Fisiologis
efektor
Fisiologis
output
adaptif
Konsep diri Regulator Konsep diri Fungsi peran Interdepen densi
Fungsi peran Interde pensi
maladaptif
Residual Dukungan keluarga, Spiritual pengetahuan
feedback
Sumber : Tomey & Alligood, 2010, Myers J.S 2009
Konsep Model Adapasi Roy Teori adaptasi Roy adalah system model keperawatan yang menjelaskan bahwa manusia adalah mahluk biopisikososial sebagai satu kesatuan yang utuh yang memiliki system adaptif yang selalu beradaptasi secara keseluruhan. Teori Roy ini menguraikan bahwa sesorang untuk meningkatkan kesehatannya dengan cara meningkatkan perilaku yang adaptif dan merubah perilakuyang maladaptive.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
21
Peneapan teori ini dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki oleh klien dengan kanker ovarium. Setiap individu dengan kondisi apapun pasti masih memiliki kemmpuan yang dapat dioptimalkan, oleh karena itu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker ovarium adalah memfasilitasi potensi yang dimiliki klien untuk dapat beradaptasi dalam menghadapi perubahan kondisi mereka.
Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosis, tujuan, intervensi dan evaluasi. Langkah – langkah proses keperawatan sama dengan proses keperawatan secara umum.
1. Pengkajian Dalam pengkajian Roy menbagi dalam dua bagian yaitu, pengkajian tahap 1 dan pengkajian tahap II. Pada tahap satu pengkajian pada kanker ovarium dimulai dengan mengumpulkan data tentang perilaku klien terhadap perubahan yang terjadi baik secara fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan, pengkajian ini dimaksudkan dalam pengkajian perilaku karena mengkaji masing – masing model adaptasi secara menyeluruh dan sistematik ( Tomey & Alligood, 2010).
Pengkajian adaptasi fisiologis pada kanker ovariumdilakukan dengan mengkaji system oksigen, nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat, proteksi diri, cairan dan elektrolit, fungsi neurologi dan fungsi endokrin (Tomey & Alligood, 2010). Nyeri yang dirasakan oleh klien postoperasi histrektomi merupakan nyeri yang bersifat somatic. Nyeri somatic adalah nyeri yang dapat timbul akibat dari adanya stimulasi noiceptors di integument, dan struktur pendukung yaitu otot lurik, sendi, tulang dan batang saraf dengan ekstensi langsung melalui fasia dan penyebaran limfatik.
Nyeri adalah suatu pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang dapat menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri merupakan persepsi subyektif yang hanya dirasakan oleh orang yang mengalami saja.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
22
nyeri yang tdak tertahankan akan memicu timbulnya kecemasan, ketakutan, frustasi dan depresi pada klien yang menjalani postoperasi. Disamping itu kondisi psikologis klien dapat mempengaruhi menurunnya ambang nyeri klien, nyeri yang dirasakan merupakan stimulus yang sama akan dirasakan sebagai nyeri yang berbeda bagi masing – masing individu.
Adaptasi konsep diri meliputi perasaan klien terhadap dirinya terkaoit fungsi fisik, seksual dan kesehatannya, serta gambaran diri, konsistensi diri, ideal diri, moral spiritual dan etik diri (Tomey & Alligood, 2010). Pada klien dengan kanker ovarium yang perlu kita kaji adalah adaptasi konsep diri terkait dengan karateristik psikologis dan spiritual klien, koping klien terhadap kesehatannya, perubahan harga diri, kehilangan, harapan, ketakutan dan kecemasan.
Kemampuan klien dengan kanker ovarium beradapatasi terhadap pergeseran perannya selam sakit, mengkompesansi perannya pada orang yang dipercaya dan adanya kejelasan peran dikaji dalam adaptasi fungsi peran (Tomey & Alligood, 2010). Sealin ketidak mampuan dalam menjalankan perannya klien dengan
kanker
ovarium
mengalami
penurunan
kemampuan
untuk
mendelegasikan perannya pada orang yang ia percaya.
Fungsi interdependensi seseorang adalah kebutuan untuk memiliki integritas social. Manusia sebagai mahluk social dan ingin bermanfaat atau dibutuhkan oleh orang lain. Hubungan klien kanker ovarium dengan pasangannya, keluarga dan masyarakat perlu dikaji.
Pengkajian tahap II perawat maternitas menganalisa perilaku klien kanker ovarium terkait ketidskefektifan respond mal adaptif yang memerlukan dukungan perawat. Tahap ini sangat penting bagi peraat maternitas dengan klien kanker ovarium karena dapat memberikan arahan pada tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
23
Roy (1991) peran perawat adalah membantu pasien dalam beradaptasi terhadap perubahan kesehatannya saat ini dengan empat model adaptasi yaitu: stumul fokal adalah stimulus yang langsung menyebabkan terjadinya gangguan, pada klien dengan kanker ovarium seperti nyeri, mual muntah, tidak nafsu makan, lemas dan keluhan lainnya. Stimulus konstektual adalah stimulus lain yang dialami klien kanker ovarium baik secara internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat di observasi, diukur dan secara obyektif dapat dilaporkan, ransangan muncul secara bersamaan dan dapat menimbulkan repson yang negative pada stimulus fokal seperti: usia, jenis kelamin, status social, pendidikan, status menikah. Stimulus residual merupakan cirri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi, seperti: kepercayaan, sikap, pengalaman masa lalu, sifat.
Stimulus fokal yang muncul pada kanker ovarium adalah berduka akibat kehilangan organ reproduksinya, kehilangan kesehatannya dan menjadi salah satu maslah utama. Respon yang ditampilkan dari seseorang yang mengalami kehilangan organ reproduksinya melalui tahap – tahap berikut ini : (Kubbler Rose dalam stuart & Sundeen, 2005) a. Tahap pengingkaran Pegingkaran adalah respon segera setelah kehilanan. Respon fisiologis yang terjadi adalah kelemahan muskuler, tremor, menghela nafas, kulit dingin atau pucat, berkeringat banyak, anoreksia dan tidaknyamanan. Klien akan menghindari penerimaaan realitas situasi bahwa organ tubuh telah hilang. Status emosiaonal labil, klien akan mengisolasi diri dan sumebr informasi yang akurat dan menolak perawatan b. Tahap marah Pada tahap marah individu akan mengekspresikan marah pada keluarga, tenaga kesehatan, Tuhan Yang Maha Esa. Rasa marah pad klien kanker ovarium dapat muncul setelah klien menyadari bahwa rahimnya sudah diangkat dan tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan keturunnan. Marah dapat mencetuskan rasa bersalah dan menurunkan harga diri.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
24
c. Tahap tawar menawar Pada tahap tawar menawar individu berekeinginan nuntuk melakukan apa saja untuk menghindari nasib atau mengubah prognosis. Individu mencoba membuat penawaran denga Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari kehilangan. d. Tahap depresi Pada tahap depresi, realitas terhadap kehilangan telah disadari oleh klien dengan kanker ovarium. Klien menunjukkan gejala binggung, kurang motivasi, tidak mennunjukkan minat, menangis. Klien menunnjukan sikap menarik diri, kadang – kadang bersikap penurut, pendiam, tidak memperhatikan penampilan, rasa tidak berharga bahkan keinginan untuk bunuh diri. e. Tahap penerimaan Tahap penerimaan merupakan tahap yang berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, klien mulai dapat berbagai perasaan tentang kehilangan, menerima kenyataan, kembali beraktivtas deperti biasanya dan mulai memandang masa depan.
2. Perumusan diagnose keperawatan Diagnos keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefiniskan sebagai hasil dari
proses
pengambilan
keputusan
akibat
ketidakmampuan
dalam
beradaptasi. Ada tiga mode untuk menyusun diagnose keperawatan yaitu tipologi diagnose yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 model adaptif.
3. Intervensi keperawatan Tujuan intervensi keperawatan adalah penetapan yang jelas tentang gambaran perilaku klien yang ingin dicapai. Tujuan ditentukan untuk mencapai kondisi yang optimal dengan menggunakan koping yang konstruktif.
Intervensi
keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal, konstektual, dan residual. Pelasanaannya dutujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
25
keselruhan dapat terjadi pada klien, sehingga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi klien dengan kanker ovarium dapat meningkat.
Pada lima tahap berduka perawat dapat memberikan intervensi sesuai dengan kondisi dan respon klien kanker ovarium saat ini. Pada tahap pengingkaran intervensi yang dilakukan adalah memberikan lingkungan yang terbuka sehingga klien dapat bebas mendiskusikan perasaannya secara realistis, memberikan jawaban yang jelas atas semua pertanyaan yang diajukan oleh klien kanker ovarium, selalu mendampingi ataupun membantu klien dan mengorientasikan klien pada kondisi yang nyata bahawa klien menderita kanker ovarium.
Pada tahap marah, perawat maternitas membantu klien untuk memahami bahwa marah adalah seadaan yang wajar, memberikan rasa aman klien pada saat marah. Pada tahap tawar menawar perawat maternitas mendekati klien melalui pendekatan spiritual, mendengarkan klien denga penuh perhatian, dan membantu klien berbicara untuk melapaskan rasa bersalah maupun ketakutan.
Pada tahap depresi yang sering dialami oleh klien dengan kanker ovarium, perawat maternitas dapat membantu klien untuk memngekspresikan kesedihannya, berkomunikasi secara nonverbal dengan duduk tenang, memberikan sentuhan sebagai bentuk perhatian dari perawat, melibatkan keluarga terutama dukungan dari pasangan. Pada tahap penerimaan perawat dapat memebrikan dukungan pada klien, membantu keluarga dan pasangan bahwa penurunan minat untuk bersosialisasi dan hanya perlu mendapat kunjungan singkat dan tenang.
4. Implementasi Implementasi keperawatan dilaksanaakan denga tujuan merubah atau memanipulasi fokal, konstektual dan residual dan memperluas kemampuan koping yang dimiliki oleh klien kanker ovarium sehingga dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
26
5. Evaluasi Evaluasi merupakan penilaian akhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang sudah ditetapkan oleh perawat maternitas. Mengukur
kemampuan beradaptasi
klien dalam beradaptasi teradap
kondisinya.
Skema 2.2 Proses adaptasi Individu Input
control
Stimuli adaptasi ( fokal, residual, kontekstualda n residual
Coping mechanism regulator cognator
effector
Physiological function Self concept Role concept Interdependence
output
Adaptive and maladatif respons
Sumber : proses adaptasi individu ( Roy, 1984 dalam Tomey & Alligood, 2010)
Peran perawat sangat diharapkan disini untuk membantu menfasilitasi potensi yang masih dimiliki oleh klien untuk dapat beradaptasi dalam menghadapi perubahan kondisi pada klien kanker ovarium. Model adaptasi Roy sesuai dengan proses keperawatan yang dikembangkan dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.4 Aplikasi Teori dan Konsep Keperawatan Pada Klien Kanker Ovarium Gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien kanker ovarium adalah sebagai berikut: Gambaran kasus Klien Ny E. 43 tahun P1A0 dengan usia anak pertama berumur 8 tahun, klien merupakan ibu rumah tangga sejak 6 bulan yang lalu pasien telah terdiagnosa kanker ovarium, tetapi klien belum bersedia untuk dioperasi
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
27
karena ketiadaan biaya, dalam dua bulan terakhir ini klien merasakan perutnya terasa nyeri, bertambah membesar seperti sedang hamil 9 bulan, merasakan penurunan nafsu makan, berat badanya turun 8 kg dan nafasnya terasa sesak terutama pada saat tidur dengan posisi terlentang. Saat pengkajian klien sudah satu hari dirawat di ruang gynekologi RSUPN Ciptomangunkusumo dengan keluhan awal masuk klien menyatakan sudah 4 hari merasakan nyeri di area abdomen, nafas terasa sesak dan penurunan nafsu makan.
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga Pada bulan Juni 2014 klien telah didiagnosa oleh dokter menderita kista, oleh dokter klien dianjurkan untuk dilakuakan operasi tetapi klien takut untuk operasi dan ketiadaan biaya sehingga klien hanya membiarkan saja penyakitnya, klien menstruasi teratur, hanya saja pada saat akan menstruasi klien sering merasakan nyeri abdomen, tetapi lama kelamaan perut klien membesar dan badan klien bertambah kurus. Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita kanker, hepatitis, penyakit jantung, paru, DM maupun asma.
Pengkajian tahap satu
Fisiologis : pernafasan spontan, dengan jumlah pernafasan 18 x/mt, bentuk dada normal, ekspansi dada sama antara sisi kanan dan sisi kiri, tidak ada suara ronchi, krepitasi maupun wheezing. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi : 90x/mt, akral hangat tidak ada sianosis, capiler refill time sudah kembali kurang dari 3 detik
Nutrisi : bising usus terdengar 14x/ mt, klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang bervariasi, saat ini klien tidak nafsu makan karena merasa nyeri dan mual. Klien hanya menghabiskan diet bubur sebanyak tiga perempat porsi yang disediakan. Hasil pemeriksaan laboratorium darah diperoleh albumin: 3,15, Hb: 12ng/dl.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
28
Eliminasi : klien terpasang kateter dengan produksi urine 1000cc/ 24 jam, warna urine kekuningan, sudah 2 hari ini klien belum buang besar.
Aktifitas dan istirahat : klien mengatakan sejak 2 bulan, klien merasa aktivitasnya sekarang sedikit terganggu karena perutnya yang membesar dan terasa berat. Saat ini klien hanya berbaring di tempat tidur saja, semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua klien.
Sesori : fungsi pendengaran, penciuman, penglihatan dan indra perasa dalam kondisi normal, klien mengatakan nyeri diarea abdomen yang diraskan seperti nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan sakala 5, nyeri akan berkurang jika klien dipijit ataupun dengan istirahat .
Cairan dan elektrolit: turgor kulit elastis, membran mukosa bibir kering, untuk saat ini klien minum sebanyak 1000cc, produksi urine dalam 24 jam 1000cc/24 jam.
Sistem neurologis: kesadaran komposmentis, klien tampak kesakitan, respon klien masih baik.
System reproduksi: klien belum menikah, klien menarche pada usia 14 tahun, klien menstruasi teratur, terakhir menstruasi 1 bulan yang lalu.
2). Konsep diri Klien mengatakan cemas dengan kondisinya ia takut penyakitnya akan kambuh kembali, klien mengatakan apakah suaminya tetap akan menemani dirinya dengan kondisi saat ini, karena klien akan diambil organ reproduksinya yaitu histrektomi total yang kemungkinan tidak akan mempunyai keturunan. Klien hanya tiduran saja di tempat tidur karena merasakan nyeri. Klien mengatakan percaya kepada Alloh tetapi klien kecewa karena menurutnya Alloh memberikan cobaan yang sangat berat karena menurut klien seseorang yang mempunyai penyakit
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
29
kanker tidak akan sembuh walaupun sudah mengikuti pengobatan dan pada akhirnya klien akan meninggal juga.
3). Fungsi Peran Saat ini klien menunjukkan perubahan fungsi peran, klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai istri dan ibu bagi putrinya, tetapi klien mampu memkompesansi perannya dengan mempercayakan pada orang lain. klien sangat sedih karena harus meninggalkan anak semata wayangnya, karena klien sedang dirawat di rumah sakit.
4). Saling ketergantungan/ interdependensi Klien mengatakan selama sakit semua kebutuhannya dipenuhi oleh suami dan keluarga, klien merasa hanya menjadi beban bagi keluarga dan suami dengan perekonomian yang pas – pasan. Keluarga dan saudara – saudaranya sangat mendukung dan selalu memberikan semangat kepada klien untuk kesembuhan penyakitnya.
Pengkajian tahap dua 1). Fisiologis Klien mengalami gangguan sensori nyeri, stimulus fokal : klien mengatakan nyeri di area abdomen, selama di rawat klien terlihat kesakitan dan membatasi geraknya. Nyeri yang dirasakan klien akibat adanya penyebaran dari kanker ovarium. Stimulus konstektual : klien merasa takut jika penyakitnya tidak akan muncul kembali seperti pasien yang lainya. Stimulus residual : klien memiliki karakter yang mudah menyerah.
Klien juga menunjukan adanya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Stimulus fokal: klien mengatakan tidak nafsu makan, makannya hanya sedikit, badan terlihat kurus dan klien hanya menghabiskan tiga perempat porsi makan yang disediakan oleh rumah sakit. Stimulus konstektual: klien mengatakan mual dan tidak semangat
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
30
untuk makan karena merasakan perutnya terasa cepat penuh.. Stimulus residual : klien merasakan adanya massa yang menekan diarea abdomen.
2). Konsep diri Klien menunjukkan perilaku perubahan dalam self physical : cemas dan sedih dengan kondisi tubunya saat ini yang kehilangan organ reproduksinya (uterus dan ovarium). Stimulus fokal : klien mengatakan cemas dan takut dengan kondisinya saat ini ia, takut penyakitnya akan kambuh lagi, takut jika klien menikah suaminya akan meninggalkan dirinya karena dirinya tidak bisa mempunyai anak. Stimulus konstektual: kecemasan ini dipicu karena melihat pasien kanker ovarium lain yang sedang menjalani kemoterapi tetapi masih kambuh kembali. Stimulus residual : kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi klien saat ini.
3). Fungsi peran Klien menunjukkan perilaku perubahan fungsi peran. Stimulus fokal: klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai ibu bagi putrinya. Stimulus konstektual: adanya massa di abdomen tang menyebabkan perut klien membesar, stimulus residual: klien sedang dirawat di rumah sakit.
4). Interdependensi Stimulus fokal klien tergantung dengan suami dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, stimulus konstektual: klien sedang dirawat di rumah sakit, stimulus residual: dukungan dari keluarga yang kurang adekuat.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul a. Nyeri berhubungan dengan adanya massa di abdomen
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
31
b. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual c. Cemas b/d akan dilakukannya tindakan operasi
3. Intervensi dan implementasi Nyeri berhubungan dengan adanya massa Tujuan intervensi dari diagnosa keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol dengan kriteria : tidak ada ekspresi menahan nyeri
Implementasi yang perawat lakukan adalah: pengkajian nyeri secara komprehensif dengan mencatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitasnya (sakala 0-10) dan tidakan yang dapat mengurangi nyeri yang dilakukan oleh pasien seperti menggosok dan menekan diarea pinggang belakang, memantau tanda – tanda vital, mendorong klien untuk menggunakan tehnik relaksasi nafas panjang ketika merasakan nyeri, memberikan posisi yang nyaman kepada klien sesuai dengan kebutuhan klien (miring ke kiri atau kekanan), mendorong klien untuk menggungkapkan perasaannya.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual Tujuan intervensi ini adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x24 jam diharapkan status nutrisi klien adekuat, peningkatan intake makanan
Implementasi yang dilakukan oleh residen keperawatan maternitas adalah mengidentifikasi penyebab mual, muntah serta anoreksia. Mengkaji
riwayat
nutrisi
termasuk
makanan
yang
disukai,
mengobservasi dan mencatat masukan makanan, menganjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering, menganjurkan klien untuk
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
32
tidak banyak minum pada saat makan, melakukan kolaborasi dalam pemberian cairan IV.
Cemas berhubungan dengan tidakan operasi yang akan dilakukan Tujuan intervensi ini adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien tidak cemas lagi dengan kriteria klien tampak tenang dan siap untuk menjalani oprasi Implementasi yang dilakukan adalah mengakaji penyebab cemas klien, menganjurkan klien untuk menceritakan penyebab dari cemas klien, memberikan penyuluhan tentang penyakit klien dan pengobatan yang harus dijalani oleh klien, menganjurkan klien untuk banyak berdoa kepada Alloh untuk kelancaran dan kesembuhan dari penyakitnya
4. Evaluasi Nyeri berhubungan adanya massa di abdomen Secara objektif respon pasien didapatkan masih tampak raut muka Menahan nyeri. Pasien mampu menarik nafas dalam dan memilih berdzikir untuk mengurangi nyerinya. Secara subjektif didapatkan skala nyeri 6-7
setiap kali nyeri dan menurut pasien, nyeri berkurang saat perut ataupun area belakang pinggang di massase secara perlahan. Secara keseluruhan masalah diagnose ini teratasi sebagian tetapi perlu dilanjutkan dengan penekanan pada cancer pain
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan. Secara objektif diperoleh respon pasien yang mulai mau menghabiskan ¾ porsi makanan dari rumah sakit, mau memakan makanan yang dibawakan saudara dan tetangga klien yang menjenguk Secara subjektif pasien menerima anjuran residen untuk menganggap makan merupakan obat untuk penyakitnya dan berusaha untuk bisa makan sebanyak yang pasien mampu. Secara keseluruhan evaluasi untuk diagnose ini teratasi tetapi perlu diberikan catatan pengaturan menu dan cara penyajian makanan dalam porsi kecil, hangat dan menarik. Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
33
Cemas berhubungan dengan tidakan operasi yang akan dilakukan Setelah 2 hari perawatan diperoleh evaluasi keperawatan dari beberapa intervensi sebagai berikut: Secara objektif didapatkan pasien sudah terlihat rileks. Secara subjektif respon klien mengatakan sudah pasrah dengan tim dokter yang nanti akan mengoprasinya, dan klien mengatakan akan iklas untuk menjalani operasinya agar lancar.
Pada tanggal 5 Januari 2015 jam 08.00 Klien
post
operasi
laparatomi
dengan
histrektomi
total
dan
salpingooovorektomi bilateral. Hasil pemeriksaan di ruangan diperoleh data keadaan klien lemah kesadaran komposmentis, terpasang infus Nacl dan Aminofluid satu liter dalam duapuluh empat jam, terdapat luka operasi di perut dengan luka masih tertutup perban,klien mengatakan nyeri di area luka operasi, nyerinya hilang setelah mendapat obat profenit sup dan paracetamol 1gr IV, klien masih takut untuk menggerakkan badan dan ekstrimitas karena masih merasakan nyeri yang sangat. Klien mengatakan tidak nafsu makan karena nyeri dan terasa mual dan berkurang setelah mendapatkan terapi Ondasentron 3x8 gr, ranitidine 1 amp. Pemeriksaan tanda – tanda vital TD: 90/60 mmHg, N: 90x/mt, S: 36,7C, R: 18x/mt
1. Pengkajian a. Pengkajian Tahap Satu 1). Fisiologis : pernafasan spontan, dengan jumlah pernafasan 18 x/mt,bentuk dada normal, ekspansi dada sama antara sisi kanan dan sisi kiri, tidak ada suara ronchi, krepitasi maupun wheezing. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi : 90x/mt, akral hangat tidak ada sianosis, capiler refill time sudah kembali kurang dari 3 detik
Nutrisi : bising usus terdengar 14x/ mt, klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang bervariasi, saat ini klien
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
34
tidak nafsu makan karena merasa nyeri dan mual. Klien hanya menghabiskan diet bubur saring sebanyak ¾ porsi yang disediakan.Klien tampak lemas, hasil pemeriksaan laboratorium darah diperoleh albumin: 2,37, Hb: 11,4g/dl, kalium: 4.12 mEq/L Natrium 133mEq/L
Eliminasi : klien terpasang kateter dengan produksi urine 1000cc/ 24 jam, warna urine kekuningan, sudah 2 hari ini klien belum buang besar.
Aktifitas dan istirahat : klien mengatakan tidak belum berani menggerakan badannya kekiri dan kekanan klien merasa takut jika nanti luka klien akan terbuka dan lukanya pun terasa nyeri. Saat ini klien hanya berbaring di tempat tidur saja, semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua klien.
Sesori : fungsi pendengaran, penciuman, penglihatan dan indra perasa dalam kondisi normal, klien mengatakan nyeri pada luka opersinya, nyeri yang diraskan seperti nyeri tumpul dengan sakal 7, nyeri akan berkurang jika klien diberi obat .
Cairan dan elektrolit: turgor kulit kering, membran mukosa bibir kering, untuk saat ini klien minum sedikit sedikit atau sekitar 200cc, produksi urine dalam 24 jam 1000cc per 24 jam.
Sistem neurologis: kesadaran komposmentis, klien tampak kesakitan, respon klien masih baik.
System reproduksi: klien sudah menikah dan sudah mempunyai anak satu dengan umur 8 tahun, klien menarche pada usia 14 tahun, klien menstruasi teratur, terakhir menstruasi 1 bulan yang lalu.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
35
2). Konsep diri Klien
mengatakan
cemas
dengan
kondisinya
ia
takut
penyakitnya akan muncul kembali seperti pasien lain yang sedang menjalani kemoterapi, klien mengatakan merasa kecewa dan malu dengan kondisinya saat ini yang tidak dapat memberikan keturunan karena sudah diangkat rahim dan indung telurnya. Klien hanya tiduran saja di tempat tidur karena merasakan nyeri. Klien mengatakan percaya kepada Alloh tetapi klien kecewa karena menurutnya Alloh memberikan cobaan yang sangat berat karena menurut klien seseorang yang mempunyai penyakit kanker tidak akan sembuh dan penyakit kanker bisa menyebabkan kematian.
3). Fungsi Peran Klien merupakan ibu dari satu putri yang saat ini tidak lagi bisa merawat dan menjalankan tugasnya sebagai ibu dikarenakan klien dirawat di rumah sakit. Sebagai ibu saat ini klien tidak mampu menjalankan fungsinya sebagi orangtua dan ibu, semua kebutuhan klien dibantu dan dipenuhi oleh suami dan perawat.
4). Saling ketergantungan/ interdependensi Klien mengatakan selama sakit semua kebutuhannya dipenuhi oleh keluarga, klien merasa hanya menjadi beban bagi keluarga dengan perekonomian yang pas – pasan. Keluarga dan saudara – saudaranya sangat mendukung dan selalu memberikan semangat kepada klien untuk kesembuhan penyakitnya.
b. Pengkajian Tahap Dua 1). Fisiologis Klien mengalami gangguan sensori nyeri, stimulus fokal : klien mengatakan nyeri di luka bekas oprasi, selama di rawat klien terlihat kesakitan dan membatasi geraknya. Nyeri yang
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
36
dirasakan klien akibat terputusnya jaringan karena tindakan oprasi. Stimulus konstektual : klien merasa takut jika penyakitnya akan kambuh kembali lagi seperti pasien lain. Stimulus residual : klien memiliki karakter yang mudah menyerah dan cenderung kolokan.
Klien juga menunjukan adanya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Stimulus fokal: klien mengatakan tidak nafsu makan, makannya hanya sedikit, badan terlihat kurus dan klien hanya menghabiskan ¾ porsi makan yang disediakan oleh rumah sakit. Stimulus konstektual: klien mengatakan mual dan tidak semangat untuk makan karena merasakan nyeri. Stimulus residual : klien merasakan nyeri di luka oprasinya.
2). Konsep diri Klien menunjukkan perilaku perubahan dalam self physical : cemas dan sedih dengan kondisi tubunya saat ini yang kehilangan organ reproduksinya (uterus dan ovarium). Stimulus fokal: klien mengatakan cemas dan takut dengan kondisinya saat ini ia, takut penyakitnya akan muncul lagi seperti pasien lainya, takut kalau nanti suaminya akan meninggalkan dirinya karena dirinya tidak akan bisa memberikan keturunan. stimulus konstektual: kecemasan ini dipicu karena adanya pengetahuan dari klien bahwa penyakit kanker tidak bisa sembuh dan menyebabkan
kematian.
Stimulus
residual:
kurangnya
pengetahuan klien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi klien saat ini kurangnya dukungan social dan spiritual.
Klien juga mengatakan merasa sedih dan sangat kecewa dengan keluarganya karena tidak ada keluarga dan saudara klien yang mau menunggui dirinya hal itu menambah penderitaannya, klien menangis dan banyak tiduran ditempat tidur.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
37
3). Fungsi peran Saat ini klien menunjukkan perubahan fungsi peran, Stimulus fokal: klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai istri dan ibu bagi putrinya, tetapi klien mampu memkompesansi perannya dengan mempercayakan pada orang lain. Stimulus konstektual: klien sangat sedih karena harus meninggalkan anak semata wayangnya, stimulus residual: klien sedang dirawat di rumah sakit.
4). Interdependensi Stimulus fokal klien tergantung pada keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, stimulus konstektual: klien sedang dirawat di rumah sakit, stimulus residual: dukungan dari keluarga yang tidak adekuat.
c. Diagnosa keperawatan yang muncul 1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post laparatomi 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual 3. Koping mekanisme tidak efektif berhubungan dengan adanya ketidakpastian pengobatan 4. Berduka maladaftiv berhubungan dengan pengangkatan organ reproduksinya.
d. Perencanaan, implementasi dan evaluasi Diagnosa pertama: Tujuan jangka panjang: klien terbebas dari nyeri klien, tujuan jangka pendek klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan dengan melakukan tehnik relaksasi, distraksi
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
38
Intervensi yang diberikan adalah mengkaji keluhan nyeri secar komprehensif termasuk karateristik, pemicu, lokasi lama dan intensitasnya, mengkaji faktor yang dapat mengurangi nyeri atau meningkatkan nyeri, perawat mengajarkan tehnik relaksasi, distraksi dan imagery terbimbing untuk mengurangi nyeri, memotivasi klien untuk selalu melakukan relaksasi dan distraksi, menjelaskan bahwa nyeri yang muncul menrupakan respon fisiologis tubuh terhadap luka operasi, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
Intervensi keperawatan dapat diimplementasikan pada klien. Obat yang diberikan pada klien adalah profenid supp yang diberikan 3x 1 per anal, paracetamol 4x1gr IV. Pemberian antibiotik cefixin 2x 200 mg IV. Evaluasi yang didapat : nyeri yang dirasakan klien dengan skala 7 yang menurut klien hanya hilang jika diberi obat profenid supp dan paracetamol 1gr per IV. Klien kurang kooperatif saat diajarkan tehnik relaksasi, distraksi, dan imagery terbimbing untuk mengurangi nyeri. Klien juga kurang kooperatif pada saat klien diminta untuk mempraktekkan tehnik ditraksi, relaksasi dan imagery terbimbing, tidak ditemukannya kesesuaian tanda non verbal dan verbal pada saat klien mengatakan nyeri, tidak ditemui adanya keringat dingin dan perubahan tanda vital, hanya ekspresi wajah klien saja yang kesakitan. Evaluasi akhir pada tanggal 7 Januari 2015 jam 09.00 klien mengatakan kadang – kadang masih merasakan nyeri tetapi klien sudah bisa mengontrolnya dan bila terasa nyeri klien mencoba mempraktekkan tehnik relaksasi nafas dalam.
Diagnosa ke dua Tujuan jangka panjang: kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan BB ideal, tujuan jangka pendek klien menunjukkan nafsu makan dan intake makan meningkat.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
39
Intervensi: perawat menkaji intake makanan, mengkaji penyebab anoreksia pada klien, menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, memotivasi klien untuk makan dengan porsi kecil tapi sering, makan selama makanan selagi hangat, melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet klien, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik
Implementasi: semua intervensi yang diterapkan. Hasil kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan diit klien diberikan diit TKTP bubur saring ditambah dengan susu. klien mendapatkan obat ranitidi 2x1 ampul per IV, ondansentron 3 x 8 mg per IV, aminofluid 1 liter per 24 jam
Evaluasi pada tanggal 8 Januari 2015 jam 08.30 klien mengatakan masih merasakan mual muntah dan tidak nafsu makan. Klien hanya menghabiskan bubur tiga perempat porsi daging setengah potong, dan mau makan snack yang disediakan dari rumah sakit. Berat badan klien 39 kg.
Diagnosa ke tiga Tujuan jangka panjang setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan klien memiliki koping mekanisme yang efektif.
Intervensi yang diterapkan mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya, menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit, mendorong klien mengungkapkan
perasaannya,
menganjurkan
keluarga
lebih
memperhatikan pasien, menganjurkan keluarga untuk berbicara
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
40
tentang perasaan pasien. Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri tentang segi positif
dari dirinya,
mengupayakan untuk memberikan harapan dan pandangan yang ralistis tampa menutupi kebenaran, klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri tentang segi positif dari dirinya, apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang harus dipelajari tentang dirinya. Mendiskusikan beberapa cara penyelesaian masalah, keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan dan bantu klien untuk memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil, efek dari pengobatan yang akan dijalani klien seperti efek dari kemoterapi yaitu mual, muntah dan rambut rontok
efek dari
pengangkatan organ reproduksi klien seperti menopause dini dan tidak dapat mempunyai anak.
Implementasi yang dilakukan pada klien sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan, semua intervensi dapat dilakukan dengan menyesuaikan kondisi yang ada, dengan melibatkan peran suami.
Evaluasi pada tanggal 8 Januari 2015 jam 11.30, klien mengatakan sudah tidak malu dan mengatakan siap untuk mengikuti pengobatan secara tuntas setelah keluar dari rumah sakit, untuk kesembuhan penyakitnya klien pasrah dengan Alloh dan terus akan mengikuti pengobatan yang disarankan oleh dokter. Klien sudah mau berbicara dengan sesama pasien di ruangan masalah teratasi.
Diagnosa ke empat Tujuan jangka panjang setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam klien terbebas dari kesedihan yang mendalam, mengeskpresikan perasaan bersalah, marah dan sedih secara asertif.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
41
Intervensi yang dibuat adalah membina hubungan saling percaya dengan klien, menemani klien pada saat klien menangis ataupun sendirian, mendiskusikan dengan klien dan suami tentang kondisi fikirannya, perasaan, fisik, dan spiritual klien setelah didiagnosa kanker ovarium dan sesudahnya, memberikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima terhadap roses berduka dan mengidentifikasi adanya perasaan marah, frustasi, yang dialami oleh klien. Mendiskusikan kegiatan yang bisa dilakukan, kegiatan baru yang akan dimulai, membantu klien mengidentifikasi potensi dan sumber yang dimiliki oleh klien. Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang sudah dilakukan sebelum sakit dan menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kondisi saat ini.
Implementasi, hampir semua intervensi dapat diimplementasikan pada klien sesuai dengan kondisi klien, suami dan keluarga selalu diikut sertakan karena dukungan keluarga dan situasi didalam keluarga merupakan salah satu factor yang dapat memperberat psikologis
sehingga
dapat
meningkatkan
respon
berduka
maladaptive klien.
Saat evaluasi pada tanggal 8 Januari 2015 jam 12.00, klien terlihat lebih bersemangat, sudah mau berkomunikasi dengan klien lain, sudah dapat bercanda, klien mengatakan sudah bisa menerima kondisinya saat ini dan ia pasrah dan terus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan penyakitnya saat ini, klien mengatakan jika nanti dia sudah diperbolehkan pulang maka klien akan mengikuti pengajian ibu – ibu yang ada dikampungnya, akan selalu memperhatikan putri semata wayangnya dan akan mengisi waktu luangnya dengan membuat kue di rumah. Klien sekarang dalam tahap menerima
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
BAB 3 PENCAPIAN KOMPETENSI PRAKTIK KLINIK RESIDEN KEPERAWATAN MATERNITAS
Program spesialis keperawatan maternitas merupakan suatu metode pembelajaran melalui serangkaian proses yang digunakan untuk menerapkan peran perawat maternitas pada area rumah sakit dan komunitas seusuai dengan kompetensi yang ditetapkan. Dengan tercapainya kompetensi diharapkan perawat spesialis maternitas memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang mendukung dalam mencapai fungsinya.
Proses pendidikan Ners spesialis diselesaikan dalam waktu dua semester yang mengarah pada pencapaian kompetensi baik di area komunitas maupun di rumah sakit. Sebelum residen melaksanakan praktik klinik keperawatan residen membuat kontrak belajar, dimana kontrak belajar ini dibuat sebagai panduan residen dalam mencapai target kompetensi yang diharapkan, yang disetujui oleh residen dan supervisor. Didalam kontrak belajar tersebut residen mencantumkan tujuan praktik, taget kompentensi yang akan dicapai, strategi pencapaian taget kompetensi, waktu pelaksanaannya, tempat dan proyek inovasi yang akan diterapkan di wilayah praktik sehingga selama praktik residen memiliki tujuan sesuai dengan kontrak belajar yang sudah dibuat. Semester I diselesaikan di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi dengan kompetensi yang ingin di capai yaitu memberikan asuhan keperawatan maternitas dengan menerapkan konsep dan model teori keperawatan baik pada masa prenatal normal, beresiko, masa intranatal normal, beresiko dan bayi serta perempuan diluar perinatal. Pada semester II pelaksanaan praktik di laksanakan pada area komunitas dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Ners spesialis keperawatan materntas diarapkan sebagai seorang change agent alam meningkatkan mutu pelayanan di area keperawatan maternitas. Untuk mencapai kompetensi itu maka proses pendidikan residensi maternitas ditempuh
42
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
43
dalam waktu dua semester dengan beban 20 SKS, pada semester I terget kompetensi keperawatan maternitas (7 SKS) dan keperawatan maternitas lanjut I (3 SKS). Pada semester II terdiri dari keperawatan maternitas berbasis komunitas (3 SKS), keperawatan maternitas lanjut II (4 SKS) dan karya tulis ilmiah spesialis (3 SKS). Prinsip pembelajaran yang telah ditentukan menuntut residen untuk belajar menyelesaikan suatu kasus atau masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien dengan tehnik keperawatan baru berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan etik, hukum dan budaya yang dianut oleh klien . Residen juga dituntut untuk menerapkan teori keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama dalam kasus kelolaan.
Pencapaian kompetensi dengan melaksanakan target asuhan keperawatan program ners spesialis keperawatan maternitas. Peran perawat maternitas sebagai care provaider, konselor, advokat, edukator, kolaborator, komunikator, change agent, dan sebagai perawat peneliti.
3.1 Menerapkan peran sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan maternitas (care giver) 3.1.1 a.
Peran sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi (RSUD Bekasi) yang dilaksanakan pada tanggal 17 Febuari 2014 sampai dengan tanggal 30 Mei 2014. Pelaksanaan praktik klinik dalam upaya pencapaian target kompetensi dengan melaksanakan praktik di ruang ruang poli kebidanan, ruang rawat bayi, ruang intranatal dan OK, ruang postpartum dan ginekologi, ruang gawat darurat kebidanan. Target yang telah ditetapkan dengan memberikan asuhan keperawatan antenatal care normal sebanyak 75 kasus, antenatal beresiko 5 kasus, intranatal care 50 kasus, intranatal beresiko 5 kasus, perawatan abortus 6 kasus, IUVD 7 kasus di ruang VK, perawatan postnatal 20 kasus, perawatan pasien post SC 10 kasus, perawatan bayi post SC di ruang OK 5 kasus, perawatan bayi beresiko 5 kasus, perawatan pasien dengan kasus ginekologi 10 kasus,
Universitas Indonesia Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
44
pelayanan KB 6 kasus di poli kebidanan dan 4 kasus di ruang rawat postpartum dan kasus infetilitas 5 kasus di ruang poli kebidanan. Ketrampilan
yang
berhasil
dilakukan
oleh
residensi
adalah
berkolaborasi dalam melakukan pertolongan persalinan normal secara mandiri dengan pengawasan bidan ruangan dengan pengambilan keputusan secara mandiri dan tepat dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual, menjahit perineum yang rupture, melakukan inisiasi menyusu dini di ruang persalin. Kasus aborsi residen menjadi asisten dalam pemasangan lamnaria. Sedangkan ketrampilan yang diperoleh di ruang perinatologi adalah melakukan resusitasi pada bayi dengan asfiksia ringan. Diruang postpartum residen memberikan KB suntik secara mandiri. Di poli kebidanan residen melakukan papsmear secara mandiri, menjadi asisten dalam pemeariksaan korban pemerkosaan dan pelepasan IUD secara mandiri.
b. RSUPN Cipto Mangunkusumo yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 sampai dengan 5 Desember 2014. Pelaksanaan praktik klinik
dalam
upaya
pencapaian
target
kompetensi
dengan
melaksanakan praktik di ruang ruang IGD lantai 3, ruang ongkologi, obstetric dan gynekologi. Target yang telah dicapai di unit ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks dan neoplasma ovarium kistik suspek malignan. Asuhan keperawatan yang diberikan dengan menggunakan pendekatan teori unpleasant symptoms dengan diagnose yang sering ditegakkan. Unit IGD lantai 3 residen mencapai kopetensi perawatan ibu hamil dengan komplikasi antenatal seperti kontraksi dini, ketuban pecah dini, kehamilan dengan penyakit seperti
Penyakit
Tropoblas
Ganas,
preeklamsi,
hyperemesis
gravidarum, inkompetensi servik.
c. Puskesmas Cimanggis Depok Wilayah Kelurahan Curug. Pencapaian target asuhan keperawatan maternitas berbasis komunitas dilaksanakan pada tanggal 8 September 2014 sampai tanggal 17
Universitas Indonesia Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
45
Oktober 2014. Fokus target kompetensi dengan memberikan asuhan keperawatan berbasis komunitas kepada perempuan di masa childbearing ataupun non childbearing yang beresiko. Asuhan keperawatan diberikan pada kasus ibu post operasi SC, dua kasus infertile, Kista multiple, keputihan, menopause, ibu dengan akseptor KB UID baru, keputihan pada ibu hamil.
3.1.2
Menerapkan peran sebagai konselor dalam pelayanan keperawatan maternitas Target kompetensi sebagai konselor dilaksanakan di RSUD Bekasi, Puskesmas Cimanggis Depok dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kompetensi sebagai konselor dicapai dengan memberikan dukungan dan konseling pada keluarga atau klien yang mengalami ketidak berdayaan karena kondisi kegawatdaruratan, saat mengalami kondisi berduka atau kehilangan, serta pada klien yang belum yakin terhadap pilihan metode kontrasepsi. Residen mengambil kasus sesuai dengan peminatan yaitu klien dengan neoplasma ovarium kistik suspek maligna, residen lebih banyak menerapkan peran perawat maternitas sebagai educator dan konselor.
Target ini juga telah dilaksanakan di tatanan
komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai konselor tentang pemeriksaan yang harus dijalani pada keluarga dengan kasus infertile, kista oavarium kystik, konseling pemberian ASI esklusif pada ibu yang bekerja.
3.1.3
Penerapan peran sebagai advokat dalam pelayanan keperawatan maternitas Residen memberikan advokasi bagi klien dan keluarga dalam bentuk membantu pasien dan keluarga dalam melindungi hak – hak psien atas pelayanan keperawatan yang diperoleh dengan sebaik – baiknya, diantaranya dnegan memastikan bahwa klien dan keluarga sudah mendapatkan informasi yang jelas sebelum menandatangi informed consent untuk pengambilan keputusan dalam menerima suatu prosedur tindakan medis atau keperawatan. Residen juga membantu dalam
Universitas Indonesia Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
46
menberikan solusi dalam proses penyelesaian administrasi keuangan dengan memanfaatkan pelayanan dari pemerintah seperti PBJS atau Jamkesmas. Residen juga membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memperoleh pengobatan sesuai dengan keadaan fisik dan penundaan pulang jika kondisi klien belum memungkinkan untuk dipulangkan. Target ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi, RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Puskesmas Cimanggis Depok.
3.1.4
Penerapan peran perawat maternitas sebagai pendidik atau educator Upaya residen dalam memenuhi peran sebagi edukator dengan melakukan bimbingan dan role model kepada mahasiswa Diploma III keperawatan, S1 Keperawatan dan Diploma III kebidanan tentang pemeriksaan fisik ibu post partum, pengalihan nyeri intranatal, pemantauan dengan partograf. Residen juga memberikan bimbingan kepada mahasiswa praktik profesi keperawata tentang pemeriksaan fisik ibu postpartum normal, pengisian kartu gerak janin, pemasangan CTG.
Residen melaksanaan peran sebagai educator di area komunitas dengan memberikan materi kartu deteksi dini kanker serviks, menopause, kekerasan dalam rumah tangga, kista dan mioma uteri dengan melatih para kader dengan mengajarkan cara membaca tanda dan gejala penyakit yang tercantum pada kartu deteksi dini. Residen juga memberikan pendidikan kesehatan pada klien yang menjadi kelolaan residen selama melaksnakan praktik
di
rumah
sakit
umum
daerah
Bekasi,
RSUPN
Cipto
Mangunkusumo Jakarta serta puskesmas cimanggis depok.
3.1.5
Peran sebagai pengelola dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan Peran sebagai pengelola asuhan keperawatan maternitas yang dilakukan oleh residen selama praktik dirumah sakit dengan melakukan manajemen keperawatan dengan metoda tim, melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan dalam upaya mengembangkan dan mengimplementasikan tehnik dalam mengatasi ketidaknyamanan di masa perinatal. Selain itu,
Universitas Indonesia Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
47
residen mengelola lima kasus neoplasma ovarium kistik suspek malignan yang dilakukan di RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta.
3.1.6
Peran sebagai koordinator dalam pelayanan keperawatan Peran perawat maternitas sebagai coordinator dengan melakukan kegiatan koordinasi dengan tim kesehatan lainnya. Kerjasama yang dilakukan dengan dokter, ahli gizi, fisioterapi dan tim kesehatan lain agar pemberian pelayanan asuhan keperawatan maternitas yang diberikan pada klien dapat terkoordinasi dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal, kerjasama dilakukan juga pada saat residen memberikan asuhan keperawatan kelolaan. Dalam upaya mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkualitas, perawat harus mampu berkomunikasi secara baik dan efektif dengan klien dan keluarga, sesama perawat dan profesi kesehatan yang lainnya, sumber informasi. Kemampuan komunikasi efektif memberikan kemudahkan perawat untuk melindungi hak pasien, bekerjasam dalam memberikan asuhan keperawatan.
3.1.7
Peran sebagai kolaborator dalam pelayanan keperawatan Dalam menerapkan peran perawat maternitas sebagai kolaborator, residen melakukan kerjasma dengan pasien dan keluarga pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Residen juga melakukan rujukan klien kepada pelayanan kesehatan yang lebih lengkap sesuai dengan kebutuhan klien, melakukan diskusi dengan pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan lainnya terhadap pelayanan yang diperlukan klien. Di tatanan komunitas, residen melakukan rujukan klien ke puskesmas atau rumah sakit lainya melalui puskesmas dalam upaya pemeriksaan kasus infertile dan kasus kita bartolini. Residen mengelola, lima kasus neoplasma ovarium kistik suspek malignan yang merupakan rujukan dari puskesmas dan rumah sakit guna memperoleh pengobatan yang lebih intensif.
Universitas Indonesia Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
48
3.1.8
Penerapan sebagai peneliti dalam pelayanan keperawatan maternias Residen
dalam
menerapakan
perannya
sebagai
peneliti
dalam
melaksanakan praktek di RSUD Bekasi, RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Puskesmas Cimanggis Depok maupun di komunitas. Residen menerapkan dan memanfaatkan hasil penelitian yang berkaitan dengan keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien. Residen juga melakukan studi observasi, mengumpulkan data, mengidentifikasi, melakukan studi observasi, dan melakukan riset secara mandiri. Residen juga mengelola lima kasus yang
menjadi focus of interst dengan
menerapkan teori keperawatan pada klien dengan ovarium neoplasma kistik suspek malignan, melakukan studi literature dan evidence based practice terkait penatalaksanaan intervensi terhadap keluhan yang dirasakan pasien.
3.1.9
Peran sebagai change agent dalam pelayanan keperawatan maternitas Residen menerapkan perannya sebagai chane agent dengan menggunakan strategi perubahan melalui tahapan pengkajian hingga melaksanakan kegiatan proyek inovasi di tatanan rumah sakit dan komunitas proyek inovasi yang dilakukan oleh residen adalah penerapan Continuity Of Care (COC) pada penatalaksanaan ketidaknyamanan ibu di masa perinatal di RSUD Bekasi sebagai salah satu peran residen sebagai innovator.
Proyek inovasi di rumah sakit umum daerah Bekasi merupakan salah satu konsep penerapan Continuity of Care pada ibu dimasa perinatal. Pada proyek inovasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian antenatal, intranatal dan postnatal. Proyek inovasi sebagai tanggung jawab pribadi dilaksanakan oleh masing – masing residen yang bertanggung jawab di salah satu area, dimana implementasi proyek inovasi tersebut didahului dengan diadakannya seminar setengah hari dengan tema Hamil sehat dengan yoga kehamilan dan massage pregnancy yang dilaksanakan pada hari Jumat, 16 Mei 2014, dimana peserta seminar terdiri dari 20 bidan yang bertugas di poli kebidanan, ruang postpartum dan ruang melahirkan.
Universitas Indonesia Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
49
Residensi juga membuat Proyek inovasi di area komunitas tentang pembuatan kartu deteksi dini masalah kesehatan reproduksi di wilayah kelurahan Curuk Cimanggis Depok. Proyek ini dilakukan dengan mengadakan pelatihan kader dalam mengenali masalah kesehatan perempuan dengan menggunakan kartu deteksi dimana implementasi proyek inovasi tersebut dengan mengadakan sosialisasi dan pendampingan kader
dalam
mengenali
masalah
kesehatan
perempuan
dalam
menggunakan kartu deteksi di masing – masing Rw. Tanggung jawab residen mendampingi kader di RW 07 dalam mengenali masalah kesehatan perempuan dengan menggunakana kartu deteksi
yang
dilaksanakan secara dor to dor masalah kesehatan perempuan yang terbanyak adalah menopause dan infertil.
Proyek Inovasi terakhir residen lakukan dirumah RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan membuat media booklet tentang perawatan perioperatif di ruang rawat obstetrik, onkologi dan gynekologi gedung A lantai 2. Implementasi proyek inovasi tersebut dengan melakukan sosialisasi dan pendampingan perawat terhadap penggunaan booklet. Pedampingan perawat dilaksanakan oleh masing – masing
residen
penanggung jawab.
Universitas Indonesia Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
BAB 4 PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang penerapan konsep teori adaptasi Roy pada klien kanker ovarium dan pembahasan tentang praktek spesialis maternitas dalam upaya pencapaian target kompetensi, serta kekuatan dan kekurangan dalam penggunaan teori yang diterapkan.
4.1 Pembahasan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan kanker ovarium Kanker ovarium merupakan suatu sumber stressor yang dirasakan oleh klien dan keluarga, sehingga klien dengan diagnose kanker ovarium tersebut dapat menimbulkan krisis yang menuntut klien beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dari pengobatannya. Klien dihadapkan pada ketakutan penyakitnya akan kambuh kembali, kematian dan nyeri yang dirasakan, perubahan bentuk, ketakutan ditinggal pasangannya atau tidak mendapatkan pasangan, biaya untuk pengobatan dan menjalani pengobatan yang tidak pasti akan kesembuhannya ( Cannistra,2009).
Semua wanita memiliki indung telur dan setiap wanita akan beresiko tinggi untuk terkena kanker ovarium ini, namun dari beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker ovarium dari dua kasus kelolaan yang ditemukan faktor resiko yang ditemukan adalah usia diatas 40 tahun, ( Ny E dan Nn C,) hal ini sesuai dengan Ovarian Cancer Nasional, 2004 bahwa umur diatas 40 tahun sangat beresiko untuk terkena kanker ovarium, mempunyai anak pada usia lebih dari 30 tahun (Ny E).
Ultrasonografi (USG) suatu cara yang digunakan untuk mendeteksi terkena neoplasma ovarium kistik atau tidak hal ini sejalan dengan Wibowo, 2004, oleh karena kanker ovarium ini tidak menimbulkan gejala apapun, dari kedua kasus kelolaan yaitu Nn C, dan Ny E tidak pernah melakukan pemeriksaan USG Masa perjalanan penyakit ini cukup panjang sehingga klien kurang memahami. Tingkat pendidikan klien bervariasi dari yang hanya tamatan SMP (Ny E) dan
50
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
51
pendidikan SMA (Nn C). tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, jika pendidikannya rendah maka klien akan sulit untuk memutuskan tindakan pengobatan, satu dari pasien kelolaan masih berstatus lanjang atau belum menikah yaitu Nn C, dan satu orang sudah menikah yaitu Ny E hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Iwan, 2012), bahwa penderita kanker ovarium banyak terjadi pada wanita yang sudah menikah,
Dari hasil pengkajian kedua kasus kelolaan menyatakan nyeri, mual, takut penyakitnya akan kambuh kembali dan cemas dengan kondisinya saat ini. Klien mengalami penurunan intake makanan, terlihat cemas dan sering kali murung dan menarik diri. Nyeri merupakan sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional kerusakan jaringan yang muncul secara actual akibat dari kerusakan jaringan (NANDA, 2007). Nyeri yang dirasakan klien merupakan akibat fisik karena kanker ovarium pada periode pre operasi merupakan suatu tanda kerusakan jaringan yang disebabkan oleh adanya kanker yang ada di ovarium sedangkan pada klien dengan post operasi laparatomi nyeri diakibatkan karena terputusnya jaringan atau luka operasi. Nyeri yang dirasakan dapat mempengaruhi kondisi psikologis seperti cemas, kesedihan dan ketakutan.
Implementasi yang dilakukan residen untuk membantu klien menangani nyeri pada saat pre opersi adalah mengajarkan klien tentang memasasse daerah pinggang klien, mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, pada post operasi perawat mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, dimana dalam pelaksanaan tehnik relaksasi dan distraksi perawat melibatkan keluarga dan orang terdekat karena keluarga dan orang terdekat merupakan orang yang selalu bersama klien. Perawat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik seperti paracetamol 4x 1gr, profenit supp 3x1 supo. Memberikan posisi yang nyaman, perawat melakukan pendekatan secara spiritual agar klien tetap bias melakukan ibadah sesuai dengan agama klien (Brunner & Suddarth, 2001).
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
52
Asuhan keperawatan dilanjutkan ke fase pemulihan. Berdasarkan Pada pengkajian dengan menggunakan adaptasi Roy. Teori adaptasi Roy memberikan suatu tuntunan kepada residen dalam mengidentifikasi sejauh mana pasien dapat beradaptasi terhadap kebutuhan psikologis, fisiologis, konsep diri dan efek dari pengobatan yang dilakukan sehingga klien mampu berespon adaptif maupun maladaptif setelah dilakukannya pengangkatan neoplasma ovarium kistik ( Tomey and Aligood, 2010).
Dari hasil pengkajian adaptasi Roy, pada fase pemulihan post operasi laparatomi dengan salpingooovorektomi terhadap kedua kasus kelolaan, kebutuhan berfokus pada gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan pemenuhan kebutuhan akan nutrisi, koping mekanisme tidak efektif dan berduka. Implementasi pada fase pemulihan yang diterapkan ke pada dua pasien kelolaan yang nyeri berkurang dan terasa nyaman dengan mengajarkan tehnik distraksi, relaksasi dan kolaborasi pemberian obat analgetik parasetamol 4 x 1 gr IV dan profenit supp 3 x 1. Evaluasi dari kedua klien kelolaan semua menyatakan nyeri sedang 4-5, setelah klien kelolaan diajarkan tehnik relaksasi dan distraksi serta dengan pemberian obat analgetik nyeri klien berkurang dengan skala 2.
Perawat memfasilitasi respon berduka maladaptive yang klien rasakan melalui pendekatan teori adaptasi Roy. Klien difasilitasi agar dapat beradaptasi secara konstruktif terhadap kondisi yang dialami oleh klien dengan kanker ovarium. Implementasi yang dilakukan oleh residensi spesialis maternitas diarahkan agar klien dapat mengespresikan dan mengatasi berdukanya dengan koping yang efektif. Perawat membantu klien untuk melalui setiap fase berdukanya dengan menggunakan koping yang efektif. Perawat melibatkan keluarga, suami dan orang terdekat untuk selalu memberikan dukungan sosial dan mendampingi klien tetapi residen kurang bisa memfasilitasi keterlibatan keluarga terutama suami karena suami Ny E harus tetap bekerja, dan keluarganya semua tidak diperbolehkan masuk untuk menunggui Ny E karena peraturan dari pihak
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
53
rumah sakit yang tidak memperbolehkan keluarga untuk berkunjung dan tidak diperbolehkannya klien ditemani oleh keluarga.
Diagnosa gangguan berduka maladaptive pada klien kanker ovarium muncul sebagai respon dari hilangnya atau diangkatnya organ reproduksi wanita hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wiwin 2009, respon koping individu yang mengalami pengangkatan organ reproduksi adalah terjadinya berduka maladaptif, dari kedua pasien kelolaan Ny E, Nn C mengalami gangguan konsep diri, klien merasa menjadi wanita yang tidak sempurna karena organ reproduksi yang dimiliki sudah diangkat.
Implementasi yang dilakukan oleh perawat dalam mengurangi atau membantu klien untuk mengatasi koping tidak efektif dan dan berduka pada klien kanker ovarium dengan menjelaskan tentang penatalaksanaan pengobatan, efek dari pengobatan,
kemajuan,
prognosis
penyakit
dengan
tampa
menutupi
kebenarannya dan efek pengangkatan indung telur terutama pada klien yang belum menikah, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaanya, membantu klien dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dan membantu untuk mnyelesaikan masalah.
Dukungan sosial sangat mendukung untuk kesembuhan klien terutama dukungan pasangan dan keluarga atau orang terdekat hal ini sejalan dengan Lismidiati, 2005, namun demikian dari dua kasus kelolaan residen, hanya satu klien kelolaan yang mendapat dukungan dari keluarga, klien selalu di tunggui oleh orang tua dan saudara – saudara klien di rumah sakit secara bergantian, hanya Ny E saja yang jarang di jenguk atau ditunggui oleh suami dan keluarga, karena menurut klien suaminya bekerja dan tidak boleh selalu ijin. Klien dengan kanker ovarium akan mengalami tekanan psikologis hal
sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulvian (2011) 44% klien yang menderita kanker ovarium mengalami tekanan jiwa hal ini terjadi karena klien takut akan ketidak jelasan kesembuhan dari pengobatannya dan ancaman kematian yang selalu membayanginya, oleh karena itu dukungan dari orang
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
54
terdekat seperti keluarga dan suami sangat dibutuhkan oleh klien dengan kanker ovarium karena dukungan merupakan suatu kebutuhan psikologis yang mempengaruhi lingkungan eksternal yang dapat membantu klien untuk memulihkan kondisi kesehatannya.
Dukungan sosial bukan hanya kehadiran fisik dengan dikunjungi tetapi dukungan sosial bisa berupa perhatian dan komunikasi yang efektif yang dapat menyampaikan perasaan tentang penyakit dan pengobatannya. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat merupakan lingkungan eksternal klien yang menjadi salah satu kebutuhan psikososial dan dapat mempengaruhi lingkungan internal klien. Dukungan social sangat dibutuhkan klien untuk mengatasi kondisi berduka disfungsional yang dirasakan. Rendahnya dukungan social sangat mempengaruhi keadaan psikologi klien ini bisa dilihat dari Ny E yang sulit mencapai tahap penerimaan selama menghadapi tahap berdukanya, klien merasa sendiri dan kurang bersemangat menjalani pengobatan, tetapi setelah diberikan implementasi keperawatan klien secara perlahan dapat mencapai tahap penerimaan, hal ini berbeda dengan klien Nn C yang selalu bersemangat menjalani pengobatan selama dirawat di rumah sakit karena klien selalu ditemani oleh keluarga, orang tua dan calon suami secara bergantian sehingga klien merasa diperhatikan dan didukung untuk kesembuhan kondisinya saat ini. Evaluasi hasil dilakukan oleh residen selama kira – kira 3 hari pada kedua klien kelolaan menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan pengetahuaan dan motivasi klien untuk menjalani penggobatan selanjutnya. Semua klien di pulangkan dengan kondisi yang baik.
4.2 Kekuatan dan kelemahan aplikasi model konsep teori adaptasi Roy pada klien kanker ovarium Kanker ovarium merupakan suatu kondisi penyakit kronis yang tidak dapat diharapkan untuk kesembuhannya dari pengobatan yang dijalani. Penerapan teori keperawatan unpleasant sympthom dan teori adaptasi Roy ini sesuai dengan masalah yang dialami oleh pasien yang menderita kanker ovarium pada fase akut
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
55
dan fase pemulihan, karena klien mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologi (askep terlampir). Perubahan psikologis dan fisik akan mempengaruhi timbulnya gejala situasional dan gejala situasional yang timbul juga akan mempengaruhi timbulnya gejala fisik dan psikologis yang saling mempengaruhi satu sama lain. Teori model unpleasant sympthom hanya membahas gejala ketidaknyamanan yang dialami klien sehingga untuk memberikan
asuhan
keperawatan
secara
komprehensif
penulis
hanya
menggunakan teori adaptasi Roy, teori adaptasi Roy ini memiliki keistimewaan dalam pengkajian seperti adaptasi peran diri, adaptasi fisiologis, adaptasi interdependensi dan adaptasi konsep diri.
Klien kanker ovarium diharapkan dapat beradaptasi dengan kondisinya saat ini yang akan dialami atau diderita klien sampai akhir hidupnya. Pengobatan yang dijalankan bersifat palliative yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya, hal ini sejalan dengan teori adaptasi Roy yang bertujuan mencapai kesejahteraan baik fisik, pisiko, social maupun spiritual. Teori keperawatan adaptasi Roy mengkaji respon klien terhadap perubahan terjadi pada dirinya akibat penyakit dan pengobatannya, dimana perubahan yang terjadi berupa perubahan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan fungsi interdependensi. Teori adaptasi Roy ini juga mengkaji respon klien sebagai system adaptif dalam membentuk mekanisme koping.
Nyeri, berduka dan kecemasan merupakan masalah yang umumnya dialami pada klien dengan
post operasi histrektomi dengan indikasi kanker ovarium dan
menganggu kenyaman klien. Dalam kasus ini perlu adanya pengabungkan teori adaptasi Roy dan Loss and Griving dalam meningkatkan ektifitas dari asuhan keperawatan yang diberikan oleh residen. Dengan menggambungkan teori adaptasi Roy dan Loss and Griving residen dapat membantu klien mengatasi kecemasan dan berduka dengan menerapkan standar keperawatan untuk mempertahankan keadaan psikologis klien dalam tahap menerima sehingga klien dapat menjalani kehidupan dengan penyakitnya saat ini dengan sejahtera.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
56
4.3 Kesempatan dan keuntungan praktek klinik keperawatan maternitas dalam upaya pencapian target. Praktik klinik yang dijalani oleh residen bertempat di RSUD kota Bekasi, Puskesmas Cimanggis Depok dan RSUPN Cipto Manggunkusumo Jakarta, untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan oleh kampus. Selama residen menjalani praktik klinik keperawatan maternitas, residen mendapatkan dukungan dan hambatan yang menjadi suatu wacana atau pandangan kedepan dalam proses pembelajaran bagi residen
Bentuk dukungan yang diperoleh residen selama menjalani praktik klinik keperawatan maternitas adalah adanya kesempatan berdiskusi dan bertukar pengalaman yaitu mendiskusikan dan menangani kasus dengan tim kesehatan lain seperti bidan, dokter obgyn, kader, ahli gizi dan sebagainya dalam menambah dan mengasah ketrampilan residen, kesemapatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang seluas – luasnya baik diruang poli, ruang kebidanan maupun diruang kebidanan, mengikuti tindakan pembedahan, dengan dukungan tersebut semua program yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, supervaisor dan pembimbing lahan sangat membantu dalam upaya pencapian target kompetensi yang sudah ditetapkan. Selama mejalankan praktik klinik residensi juga memberikan masukan langsung pada tatanan pelayanan yang bersifat membangun dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maternitas, masukan yang diberikan oleh residensi semuanya dapat diterima dan ditanggapi dengan baik oleh pihak pelayanan.
Residen merasakan besarnya dukungan dari pihak rumah sakit terutama ruang peawatan dan gynekologi pada saat residensi melaksanakan asuhan keperawatan pada focus of interest klien dengan neoplsma ovarium kistik, unit perawatan membantu dan memfasilitasi residensi dalam memodifikasi lingkungan dalam upaya meningkatkan adaptasi baik fisik maupun psikologis, unit perawatan juga membantu memfasilitai keluarga untuk terlibat dan memberikan dukungan selama proses asuhan keperawatan dilakukan.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
57
Dalam praktek klinik di komunitas residen mendapat bantuan dari pihak puskesmas, tokoh masyarakat pihak kelurahan dan para kader kesehatan wilayah setempat dalam upaya menerapkan program – program yang telah direncanakan bersama msyarakat sesuai dengan kebutuhan. Peran kader sangat membantu residen dalam upaya memecahan permaslahan kesehatan yang terjdi di wilayah tersebut.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan Laporan praktek residensi ini membahas tentang
pencapaian target
kompetensi residen keperawatan maternitas dlam melaksanakan pendidikan Ners spesialis keperawatan maternitas. Program ners ditempuh selama 2 semester
dimana lahan praktik yang digunakan baik ditatanan pelayanan
rumah sakit maupun ditatanan komunitas. Residen dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien di masa childbearing maupun diluar masa childbearing.
Dari sekian banyak kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa, residen memilih neoplsma ovarium kistik sebagai focus of interest . Residen menerapkan teori unpleaent sympthom dan adaptai Roy untuk membantu kanker ovarium agar dapat menyelesaikan ketidak nayaman dan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi . Dengan teori keperawatan ini residensi dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif baik secara fisik maupun spikologis dan spiritual. Residen membantu klien untuk menyelesaikan atau mengatasi masalah ketidak nyamanan dan mengadaptasikan dirinya untuk mencapai adaptasi fisiologis, konsep diri dan fungsi peran serta interdependensi sehingga diharapkan klien mencapai kondisi wellness.
Selama residensi melaksanakan praktik klinik baik di rumah sakit maupun di komunitas, residen mendapatkan banyak pengalaman yang sangat berharga dalam menerapkan dan mengaplikasikan teori keperwatan dalam pemberian asuhan keperawatan, serta adanya kesempaatan berdiskusi dengan tim kesehatan lainya dalam upaya untuk menyelesaikan kasus baik diskusi dengan dokter spesialis obgy, bidan, ahli gizi maupun dengan tenaga kesehatan yang lain. Dukungan dan hambatan yang residen peroleh selama melaksankan praktik klinik keperawatan maternitas menjadi tempat pembelajaran diri dalam
58
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
59
mencapai pendewasaan diri. Proses praktik klinik tersebut membuka wawasan dan wacana kedepan dalam berfikir dan mencari pemecahan masalah serta alternative pemecahan masalah yang dihadapi oleh residen
dalam
memberikan asuhan keperawatan. Melalui proses praktik klinik tersebut maka residen dapat menjalani dan menyelesaikan target kompetensi yang menjadi tugas residensi dalam menyelesaikan pendidikan spesialis maternitas. 2. Saran 1. Pemberian pelayanan
pada klien kanker
ovarium
dilakukan secara
holistik, tidak hanya berfokus terhadap masalah fisiologis saja tetapi kebutuhan
psikologis juga perlu diperhatikan terutama dengan
pengangkatan organ reproduksi yang dimiliki. 2. Perlu adanya dukungan dari keluarga terutama pasangan sangat dibutuhkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien kanker ovarium, dengan adanya dukungan dari keluarga maka dapat membantu memenuhi kebutuhan psikologis klien dalam menjalani pengobatan yang tidak pasti untuk kesembuhannya. 3. Perlu diberikannya edukasi pada keluarga dan klien tentang pengobatan serta efek dari pengobatan yang akan dialami. 4. Perawat diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien kanker ovarium dengan menggunakan konsep teori model adaptasi Roy, hal ini sangat efektif diterapkan karena klien diajarkan untuk beradaptasi dengan keadaannya dengan empat cara beradaptasi yaitu: adaptasi fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi sehingga klien mampu menjaga dan meningkatkan kesehatannya.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. & Tomey, A.M. (2006). Nursing theorists and their work. 6th ed. Missouri: Mosby. American Cancer Society. (2013). http://www.cancer.org/. Baziad, A. (2001) Menopouse and hormone replacement therapy. Med. J. Indonesia 10: 242-251. Berek, S. Jonathan., Christopher .C., Friedlander. Michael, (2012). Cancer of the ovary, fallopian tube, and peritoneum. International Journal of Gynecology & Obstetrics 119S2. S118–S129. Blum, H.L. (1974). Planning for health, development and application of social changes theory. New York: Human Sciences Press. Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Editor: M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006: hal. 468-257. Cannistra, S.A. (2009) Cancer of the ovary. N. Med. 351. 2519-29. Canadia Cancer Regristration. (2005). http://www.canadian.cancer.registry. Departemen Kesehatan RI.(2009). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2003:729-730. GLOBOCAN. (2008). Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide: The Internasional Agency For Research On Cancer. http://www.iarc.fr Iqbal,T.R (2009). Faktor Resiko Kanker Ovarium Dalam Evaluasi Penatalaksanaan Kanker Ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2002 – Desember 2006. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakutas Kedokteran Universitas Sumatra Utara: 30-3 Keluarga dan Kesehatan Reproduksi Perempuan, (2013). www.bkkbn.go.id.
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Kemenkes RI. (2012). Profil data kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kim .A, Ueda Y, Naka T and Enomoto. T.(2012). Therapeutic strategies in epithelial ovarian cancer. Kim et al. Journal of Experimental & Clinical Cancer Research 31:14 http://www.jeccr.com/content/31/1/14 La Vecchia. C. (2007). Epidemiology of ovarian cancer: a summary review. Eur J Cancer Prev. 10:125-9 Liehr, patricia (2005). Looking at symptoms with a middle-range theory lens. Proceedings. 3.5: 152-157 Lismidiati. W, (2009). Respond dan koping ibu primipara dan nulipara yang mengalami histerektomi. (Tesis) Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Moodley M, Moodley J, Chetty R, Herrington CS. The Role Of Steroid Contraceptive Hormones in the Pathogenesis of Invasive Ovarian Cancer: A. review. Int J Gynecol Cancer 13:103-110, (2008) Ovarian Cancer Nasional Alliance. (2004). Ovarian cancer statistik. www.Ovarian Cancer.org. Pillitteri. (2010). Maternal and Child Health Nursing. Care Of Childbearing and Childrearing Family. 3 rd. edition. Philadelphia : Lippincott Potter, Patricia A. (2005). Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan praktek. Edisi 4 Jakarta. EGC Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2005. Rambe. R.I., Asri A., Adrial (2014). Profil tumor ganas di Laboratorium Patologi Anatomi FK Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 2014; 3 (1) Rock, J.A & Jones, H.W. (2008). Te Linde’s Operative Gynecology, ed 10 th Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. Riset Kesehatan Dasar. (2007). http://www.depkes.go.id/ Ruth, A, Dunleavey. (2010) Importance of early diagnosis in managing ovarian cancer. Vol. 102. 41 www.nursingtimes.net Sierra, Torres CH. Trying SK. Risk contribution of sexsual behavior and cigarette
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
smoking to ovarian neoplasma. Int J Gynecol Cancer 13:617-625, (2008). Stirling. D., Evans. Gareth. R., et all. (2005) Screening for Familial Ovarian Cancer:Failure of Current Protocols to Detect Ovarian Cancer at an Early Stage According to the International Federation of Gynecology and Obstetrics System. Journal Of Clinical Oncology. Volume 23. 24 . 20 August 2005 Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Medical surgical nursing. Philadelpia: Lippincott. Sulivan, C.K., Bowels, H.K., Jeon,S., Ercolano, E and McCorkle. (2011). Psychological Distress during Ovarian Cancer Treatment: Improving Quality by Examining Patient Problems and Advanced Practice Nursing Interventions. Nursing Research and Practice Volume 2011, Article ID 351642.14 Surbakti, E. (2006). Pendekatan Faktor Resiko Sebagai Rancangan Alternatif Dalam Penanggulangan Kanker Ovarium di RS Pringadi Medan. Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC Tang, L., Min, Zheng., Xiong, Y., Ding, H., Liu, Fu-Yuan (2008) Clinical characteristics and prognosis of epithelial ovarian cancer in young women Chinese Journal of Cancer 27:9, 238-241 Timoti, S & Bredow P (2004). Middle Range Theories. Aplication to Nursing Practice. Lippincot William and Wilkin. Philadeplpia Wibowo. R, (2004). Pemeriksaan indeks morfologi dan indeks resistensi pada neoplasma ovarium. (Tesis) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Wilkinson, M. Judith & Ahern, Nancy. R. (2009/2012). Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9. Alih bahasa: Esty Wahyuningsih. Editor edisi Bahasa Indonesia: Dwi Widiarti. Jakarta: EGC
Universitas Indonesia
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
LOG BOOK KASUS ONCOLOGY
APLIKASI TEORI ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Nn. C DENGAN KANKER OVARIUM DI RUANG GYNECOLOGI GEDUNG A RSCM
Supervisor: Ns, TRI BUDIARTI S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Mat
Nama : Desi ari madi yanti NIM: : 1106042712
PROGRAM MEGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Deskripsi Kasus Nn C berusia 30 tahun berstatus belum menikah. Bekerja disalah satu perusahaan swasta, sejak 2 bulan yang lalu pasien telah terdiagnosa kanker ovarium, tetapi klien tidak berani untuk dioperasi, klien hanya berobat dengan menggunakan pengobatan tradisional yaitu minum rebusan daun sirih merah, tetapi dalam dua bulan terakhir ini klien merasakan perutnya terasa nyeri, bertambah membesar seperti sedang hamil 7 bulan, merasakan penurunan nafsu makan, berat badanya turun 5 kg dan nafasnya terasa sesak terutama pada saat tidur dengan posisi terlentang.
Saat pengkajian klien sudah satu hari dirawat di ruang gynekologi RSUPN Ciptomangunkusumo dengan keluhan awal masuk klien menyatakan sudah 4 hari merasakan nyeri di area abdomen, nafas terasa sesak dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan rekam medis diperoleh keterangan klien menderita kanker ovarium dengan hasil pemeriksaan laboratorium C 125: 90,5 U/mL (0 – 35), Hb: 11gr/dl, Ht: 40,6%, Eritrosit: 9,7/ul,
MCV: 80,9 fL, MCH; 28,5 pq, Trom 330g/dl,
Leukosit : 10 ml. SGPT: 7u/l SGPOT: 18 u/l, dan albumin: 3,20. Saat pengkajian diperoleh tekanan darah 110/70 mmHg nadi 84 x/menit, pernafasan 16x/menit dan temperature 36,5ºC. Klien mengeluh nyeri diperut yang menjalar kepinggang dengan skala nyeri 4-5 setiap kali nyeri, klien hanya menghabiskan setengah porsi makan karena bila makan banyak klien merasakan penuh, mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan sesak dan tidak nyaman karena perutnya yang semakin membesar. Klien masih mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari walaupun
dilakukan
secara
perlahan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
.
Integrasi Teori Adaptasi Roy Kedalam Asuhan Keperawatan
Pengkajian tanggal : 29 Desember 2014 Fase akut Pengkajian berdasarkan adaptasi Roy Pengkajian tahap satu
Fisiologis : pernafasan spontan, dengan jumlah pernafasan 18 x/mt, bentuk dada normal, ekspansi dada sama antara sisi kanan dan sisi kiri, tidak ada suara ronchi, krepitasi maupun wheezing. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi : 84x/mt, akral hangat tidak ada sianosis, capiler refill time sudah kembali kurang dari 3 detik
Nutrisi : bising usus terdengar 14x/ mt, klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang bervariasi, saat ini klien tidak nafsu makan karena merasa nyeri dan mual. Klien hanya menghabiskan diet bubur sebanyak tiga perempat porsi yang disediakan. Hasil pemeriksaan laboratorium darah diperoleh albumin: 3,25, Hb: 12ng/dl.
Eliminasi : klien terpasang kateter dengan produksi urine 1000cc/ 24 jam, warna urine kekuningan, sudah 2 hari ini klien belum buang besar.
Aktifitas dan istirahat : klien mengatakan sejak 2 bulan yang lalu klien sudah tidak bekerja lagi karena klien malu dengan kondisinya saat ini, klien merasa aktivitasnya sekarang sedikit terganggu karena perutnya yang membesar dan terasa berat. Saat ini klien hanya berbaring di tempat tidur saja, semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua klien.
Sesori : fungsi pendengaran, penciuman, penglihatan dan indra perasa dalam kondisi normal, klien mengatakan nyeri diarea abdomen yang diraskan seperti nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan sakala 5, nyeri akan berkurang jika klien diberi obat ataupun dengan istirahat .
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Cairan dan elektrolit: turgor kulit elastis, membran mukosa bibir kering, untuk saat ini klien minum sebanyak 1000cc, produksi urine dalam 24 jam 1000cc/24 jam.
Sistem neurologis: kesadaran komposmentis, klien tampak kesakitan, respon klien masih baik.
System reproduksi: klien belum menikah, klien menarche pada usia 12 tahun, klien menstruasi teratur, terakhir menstruasi 2 bulan yang lalu.
2). Konsep diri Klien mengatakan cemas dengan kondisinya ia takut penyakitnya akan kambuh kembali, klien mengatakan apakah nanti calon suaminya mau menerima dirinya dengan apa adanya, karena klien suadah diambil organ reproduksinya yaitu ovarium sebelak kanan. Klien hanya tiduran saja di tempat tidur karena merasakan nyeri. Klien mengatakan percaya kepada Alloh tetapi klien kecewa karena menurutnya Alloh memberikan cobaan yang tidak sembuh – sembuh dan terasa berat bagi dirinnya.
3). Fungsi Peran Klien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara, yang saat ini tidak lagi bekerja kembali karena malu dengan penyakitnya. Sebagai anak saat ini klien tidak mampu menjalankan fungsinya sebagi anak, semua kebutuhan klien dibantu dan dipenuhi oleh orang tuanya dan saudara klien.
4). Saling ketergantungan/ interdependensi Klien mengatakan selama sakit semua kebutuhannya dipenuhi oleh keluarga, klien merasa hanya menjadi beban bagi keluarga dengan perekonomian yang pas – pasan. Keluarga dan saudara – saudaranya sangat mendukung dan selalu memberikan semangat kepada klien untuk kesembuhan penyakitnya.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Pengkajian tahap dua 1). Fisiologis Klien mengalami gangguan sensori nyeri, stimulus fokal : klien mengatakan nyeri di area abdomen, selama di rawat klien terlihat kesakitan dan membatasi geraknya. Nyeri yang dirasakan klien akibat adanya penyebaran dari kanker ovarium. Stimulus konstektual : klien merasa takut jika penyakitnya akan kembali lagi seperti dulu. Stimulus residual : klien memiliki karakter yang mudah menyerah.
Klien juga menunjukan adanya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Stimulus fokal: klien mengatakan tidak nafsu makan, makannya hanya sedikit, badan terlihat kurus dan klien hanya menghabiskan tiga perempat porsi makan yang disediakan oleh rumah sakit. Stimulus konstektual: klien mengatakan mual dan tidak semangat untuk makan karena merasakan perutnya terasa cepat penuh.. Stimulus residual : klien merasakan adanya massa yang menekan diarea abdomen.
2). Konsep diri Klien menunjukkan perilaku perubahan dalam self physical : cemas dan sedih dengan kondisi tubunya saat ini yang kehilangan organ reproduksinya (uterus dan ovarium). Stimulus fokal : klien mengatakan cemas dan takut dengan kondisinya saat ini ia, takut penyakitnya akan kambuh lagi, takut jika klien menikah suaminya akan meninggalkan dirinya karena dirinya tidak bisa mempunyai anak. Stimulus konstektual: kecemasan ini dipicu karena melihat pasien kenker ovarium lain yang sedang menjalani kemoterapi tetapi masih kambuh kembali. Stimulus residual : kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi klien saat ini.
3). Fungsi peran Klien menunjukkan perilaku perubahan fungsi peran. Stimulus fokal: klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai anak dan wanita yang bekerja.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Stimulus konstektual: klien jarang berkumpul dengan keluarga karena sibuk bekerja, stimulus residual: klien sedang dirawat di rumah sakit.
4). Interdependensi Stimulus fokal klien tergantung dengan orang tua dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, stimulus konstektual: klien sedang dirawat di rumah sakit, stimulus residual: dukungan dari keluarga yang kuat.
Diagnosa keperawatan yang muncul a. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post laparatomi b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual c. Koping mekanisme tidak efektif b/d ketidakpastian pengobatan
Pada fase pemulihan Klien opersi pada tanggal 30 Desember 2014 Pengkajian berdasarkan adaptasi Roy Pengkajian tahap satu
Fisiologis : pernafasan spontan, dengan jumlah pernafasan 18 x/mt, bentuk dada normal, ekspansi dada sama antara sisi kanan dan sisi kiri, tidak ada suara ronchi, krepitasi maupun wheezing. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi : 90x/mt, akral hangat tidak ada sianosis, capiler refill time sudah kembali kurang dari 3 detik
Nutrisi : bising usus terdengar 14x/ mt, klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang bervariasi, saat ini klien tidak nafsu makan karena merasa nyeri dan mual. Klien hanya menghabiskan diet bubur saring sebanyak ¾ porsi yang disediakan.Klien tampak lemas, hasil pemeriksaan laboratorium darah diperoleh albumin: 2,37, Hb: 11,4g/dl, kal
Eliminasi : klien terpasang kateter dengan produksi urine 1000cc/ 24 jam, warna urine kekuningan, sudah 2 hari ini klien belum buang air besar.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Aktifitas
dan istirahat : klien mengatakan tidak belum berani
menggerakan badannya kekiri dan kekanan klien merasa takut jika nanti luka klien akan terbuka dan lukanyapun terasa nyeri. Saat ini klien hanya berbaring di tempat tidur saja, semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua klien.
Sesori : fungsi pendengaran, penciuman, penglihatan dan indra perasa dalam kondisi normal, klien mengatakan nyeri pada luka opersinya, nyeri yang diraskan seperti nyeri tumpul dengan sakala 7, nyeri akan berkurang jika klien diberi obat .
Cairan dan elektrolit: turgor kulit kering, membran mukosa bibir kering, untuk saat ini klien minum sedikit sedikit atau sekitar 200cc, produksi urine dalam 24 jam 1000cc/24 jam.
Sistem neurologis: kesadaran komposmentis, klien tampak kesakitan, respon klien masih baik.
System reproduksi: klien belum menikah, klien menarche pada usia 12 tahun, klien menstruasi teratur, terakhir menstruasi 2 bulan yang lalu.
2). Konsep diri Klien mengatakan cemas dengan kondisinya ia takut penyakitnya akan kambuh kembali, klien mengatakan apakah nanti calon suaminya mau menerima dirinya dengan apa adanya, saat ini dirinya sudah diangkat rahim dan indung telurnya. Klien hanya tiduran saja di tempat tidur karena merasakan nyeri yang sakit. Klien mengatakan percaya kepada Alloh tetapi klien kecewa karena menurutnya Alloh memberikan cobaan yang tidak sembuh – sembuh dan terasa berat bagi dirinnya.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
3). Fungsi Peran Klien merupakan anak ke keempat dari empat bersaudara, yang saat ini tidak lagi bekerja karena malu dengan penyakitnya. Sebagai anak saat ini klien tidak mampu menjalankan fungsinya sebagi anak, semua kebutuhan klien dibantu dan dipenuhi oleh orang tuanya.
4). Saling ketergantungan/ interdependensi Klien mengatakan selama sakit semua kebutuhannya dipenuhi oleh keluarga, klien merasa hanya menjadi beban bagi keluarga dengan perekonomian yang pas – pasan. Keluarga dan saudara – saudaranya sangat mendukung dan selalu memberikan semangat kepada klien untuk kesembuhan penyakitnya.
Pengkajian tahap dua 1). Fisiologis Klien mengalami gangguan sensori nyeri, stimulus fokal : klien mengatakan nyeri di luka bekas oprasi, selama di rawat klien terlihat kesakitan dan membatasi geraknya. Nyeri yang dirasakan klien akibat terputusnya jaringan karena tindakan oprasi. Stimulus konstektual : klien merasa takut jika penyakitnya akan kembali lagi seperti dulu. Stimulus residual : klien memiliki karakter yang mudah menyerah.
Klien juga menunjukan adanya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Stimulus fokal: klien mengatakan tidak nafsu makan, makannya hanya sedikit, badan terlihat kurus dan klien hanya menghabiskan empat sendok bubur saring dari makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Stimulus konstektual: klien mengatakan mual dan tidak semangat untuk makan karena merasakan nyeri. Stimulus residual : klien merasakan nyeri di luka oprasinya.
2). Konsep diri Klien menunjukkan perilaku perubahan dalam self physical : cemas dan sedih dengan kondisi tubunya saat ini yang kehilangan organ reproduksinya (uterus
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
dan ovarium). Stimulus fokal : klien mengatakan cemas dan takut dengan kondisinya saat ini ia, takut penyakitnya akan kambuh lagi, takut jika klien menikah suaminya akan meninggalkan dirinya karena dirinya tidak bisa mempunyai anak. Stimulus konstektual: kecemasan ini dipicu karena melihat pasien kenker ovarium lain yang sedang menjalani kemoterapi tetapi masih kambuh kembali. Stimulus residual : kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi klien saat ini.
3). Fungsi peran Klien menunjukkan perilaku perubahan fungsi peran. Stimulus fokal: klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai anak dan wanita yang bekerja. Stimulus konstektual: klien jarang berkumpul dengan keluarga karena sibuk bekerja, stimulus residual: klien sedang dirawat di rumah sakit.
4). Interdependensi Stimulus fokal klien tergantung dengan orang tua dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, stimulus konstektual: klien sedang dirawat di rumah sakit, stimulus residual: dukungan dari keluarga yang kuat.
Diagnosa keperawatan yang muncul a. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post laparatomi b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual c. Berduka maladaptive b/d diangkatnya salah satu organ reproduksi d. Koping mekanisme tidak efektif b/d ketidakpastian pengobatan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
No 1.
ANALISIS DATA Data subjektif
Data objektif
pasien mengalami gangguan aktivitas,
adanya luka post operasi tang masih tertutup perban.
Raut muka kesakitan.
meringis
saat
mengaduh
Setiap kali nyeri dating klien tampak meringis
pasien tampak berusaha tubuhnya dengan nyaman
Pasien meringis setiap kali nyeri sebagai
memposisikan
Masalah
Setiap kali merasakan sakit pasien tidak Nyeri bisa tidur dan beristirahat baik siang kronis maupun malam hari.
Nyeri
terpusat
pada
perut
Penyebab Terpurtusnya jaringan
bawah
menjalar ke pinggang, pahadengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri kadang terasa 8-10 x sehari selama 5-10 menit
Pasien mengeluhkan badannya terasa lemah dan tidak nafsu makan
penyakit yang Pasien tidak nafsu makan selama 6 Nutrisi hilang bulan terakhir badan menjadi lemas dan kurang dari dialami, kebutuhan nafsu makan. menurut pasien badannya jauh menurun tubuh Pasien tidak nafsu makan dikarenakan
kompensasi dari menahan sakit 2.
Badan pasien kurus, klien walaupun secara perlahan
Berat badan 44 kg, sekarang 40 kg
Pemeriksan laboratorium didapatkan nilai Hemoglobin 10,9gr/dl, hematokrit
beraktifitas
Tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 90x/menit, frekuensi pernafasan 22x/menit dan suhu 36,7 C.
merasakan sakit didaerah perutnya dan merasa perutnya cepat penuh.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
3
Klien tampak menangis
Klien banyak diam dan tidur ditempat tidur
Klien hanya berkomunikasi bila ada sesuatu yang ingin ditanyakan atau ditanya oleh perawat.
Berduka Pengangkatan Klien mengatakan sedih karena adanya maladaptive organ reproduksi pengangkatan organ reproduksinya Klien klien mengatakan apakah calon suaminya mau menerima dirinya apa adanya Klien takut kalau nanti tidak ada pria yang mau dengan dirinya karena dirinya tidak akan bisa memberikan keturunan
4.
Klien mengalami post operasi histrektomi totalis Takut penyakitnya kambuh kembali
Koping Ketidakpastian Pasien mencemaskan keadaan penyakitnya takut kambuh lagi mekanisme dari pengobatan Pasien mencemaskan kematian yang akan tidak efektif dialaminya bila tidak mendapatkan pengobatan kanker Klien mencemaskan keadaanya setelah post histrektomi Pasien sejak sakit mengurangi aktivitasnya
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KEPERAWATAN Implementasi tanggal 30 Desember 2014 1. Nyeri kronis berhubungan dengan terputusnya jaringan Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol kreteria hasil: tidak ada ekspresi menahan sakit, tidak ada gangguan tidur.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan hilang nafsu makan. Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan
EVALUASI Pukul: 12.00 wib
1. mencatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan oleh pasien, 2. memantau tanda - tanda vital, 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien, 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. meningkatkan tirah baring, 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 7. Kolaborasi pemberian analgetik profenid supp dan PCT 4x1gr IV sehari
O:
1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan mengauskultasi bunyi usus. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan
O:
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
S:
TD: 90/60 mmHg, nadi 90x/mnt, pernafasan 22x/menit suhu 37C Pasien tidak kooperatif dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu memberikan kenyamanan menurut pasien. Pemberian analgetik PCT 1 gr drip, profenit
-
Pasien mengatakan nyeri masih merasakan nyeri pada area luka operasi dengan skala 5-6 setiap kali nyeri. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal.
-
selama malam, pasien hanya mau meminum minuman air putih klien ditemani oleh ibunya yang siap membantu memenuhi kebutuhan klien klien terpasang cairan infuse aminofluid 1lt/24 jam
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KEPERAWATAN asuhan keperawatan selama dalam keadaan hangat. 3 x 24 jam, diharapkan 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang status nutrisi adekuat, manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan peningkatan intek makanan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, dan cairan. 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Berkolaborasi dengan dokter terhadap pemeriksaan Hb: 11,6 9. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic dan cairan infuse Aminoflluid 1lt per IV,
EVALUASI S: -
pasien mengungkapkan keengganannya untuk makan, karena merasa mual - nyeri diarea luka operasi yang dirasanya membuatnya enggan untuk makan. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran klien utuk makan sedikit tapi sering
Ranitidin 1 amp IV, ondansentron 3x8 gr IV Tanggal 31 Desember 2014 pada jam 11.30 3. koping mekanisme yang tidak efektif berhubungan dengan ketidak pastian dari pengobatannya. Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan klien memiliki koping mekanisme
1. mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien O: terhadap tubuhnya - Klien mengatakan sekarang dirinya bukan 2. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan lagi wanita yang sempurna karena salah satu dan prognosis penyakitnya organ reproduksinya sudah diangkat 3. mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya - Klien mengatakan apakah nanti calon 4. menganjurkan keluarga untuk lebih memperhatikan suaminya mau menerima kondisinya saat ini klien - Pasien terlihat tampak lebih rileks 5. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang - Klien tampak memperhatikan apa yang perasaan klien disarankan oleh perawat. 6. memotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN efektif
4. Berduka berhubungan pengangkatan
maladaptive dengan organ
reproduksinya Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24 jam klien terbebas dari kesedihan yang mendalam,
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
sendiri tentang segi posistif dari dirinya. S: 7. Mengupayakan untuk memberikan harapan dan - klien mengatakan akan mencoba akan pandangan yang ralietis tampa menutupi kebenaran lebih banyak terbuka dengan keluarga tentang kondisi klien saat ini terutama dengan ibu dan calon suaminya 8. Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya - klien mengatakan akan mencoba apa sendiri tentang segi positif dari dirinya, apa yang perlu yang disarankan oleh perawat. ditingkatkan dan apa yang harus dipelajari tentang dirinya A: masalah teratasi sebagian 9. Mendiskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah, P: Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan dan bantu perilakunya sendiri tentang segi positif dari klien untuk memilih cara penyelesaian masalah yang dirinya, apa yang perlu ditingkatkan dan apa berhasiil, efek dari pengobatan yang akan dijalani klien yang harus dipelajari tentang dirinya sepertiefek dari kemoterapi yaitu mual, muntah, rambut rontok, efek dari pengangkatan organ reproduksi seperti menopause dini. 1. Membina hubungan saling percaya dengan klien O: 2. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang kondisi fisiknya, perasaan, fisik dan spiritual klien
Terdapat luka opersi dan pengangkatan rahim dan indung telur klien lebih terbuka tentang perasaannya klien tampak senang pada saat ditemani oleh perawat.
setelah didiagnosa kanker ovarium dan sesudahnya 3. Memberikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima terhadap proses berduka 4. Mengidentifikasi adanya perasaan marah, frustasi yang S: dialami klien 5. Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan, kegiatan yang - klien mengatakan takut kalau penyakitnya akan dimualai.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN mengeskpresikan perasaan bersalah, marah, dan sedih secara asertif.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 6. Membantu klien mengidentifikasi potensi dan sumber yang dimiliki oleh klien 7. Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang sudah dilakukan sebelum sakit 8. Menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan sesuai kondisi saat ini.
EVALUASI akan kambuh kembali seperti pasien – pasien lain - Klien mengatakan sekarang dirinya bukan lagi wanita yang sempurna kr sudah salah satu ovariumnya sudah diambil - Klien mengatakan akan mencoba membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kondisinya saat ini sesuai saran dari perawat A: masalah teratasi sebagian teratasi P: Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang sudah dilakukan sebelum sakit Menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan sesuai kondisi saat ini.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
CATATAN PERKEMBANGAN DIAGNOSE KEP IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI Tanggal 31 Oktober 2014 jam 10,00 Tanggal 31 Oktober 2014 jam 13.00 1. Nyeri kronis 1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: berhubungan dengan terputusnya karingan 2. 3.
4.
5. 6. 7. 8.
intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD; 110/70, S: 36,5C, N: 80x/mt, R: yang dilakukan oleh pasien, 18x/mt memantau tanda - tanda vital, - Pasien sudah mampu untuk mobilisasi menjelaskan sumber nyeri dan keadaan nyeri yang tidak dini akan hilang seketika jadi dibutuhkan adaptasi dari pasien - Raut muka yang tampak rileks untuk nyerinya - Mulai kooperatif melakukan mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri manajemen nyeri tetapi masih harus seperti teknik relaksasi dengan merubah meringis selalu didampingi. menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan S: teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan ayat – ayat alquran. - Klien mengatakan nyerinya sudah memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan berkurang. pasien, - Pasien mengatakan sudah bisa untuk mendorong pengungkapan perasaan pasien. beristiraht meningkatkan tirah baring, - Pasien mengatakan mengerti tentang membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. sumber nyeri dari penyakitnya Kolaborasi pemberian analgetik PCT 3x 1gr sehari IV - Pasien meminta pendampingan dari dan profenit sup 3x 1 sup perawat untuk melakukan manajemen nyeri lagi. A: masalah belum teratasi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
P: membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 3x 500 per oral O: 2. Nutrisi kurang dari 1. mengidentifikasi penyebab anoreksia. - pasien menghabiskan 1 porsi makanan kebutuhan tubuh 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang dari rumah sakit berhubungan dengan disukai. - pasien sudah banyak minum dari mual muntah 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan sebelumnya 700 cc - pasien mengatakan ingin makan nai mengauskultasi bunyi usus. lembek saja, karena jika makan bubur 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. saring klien mual 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan S: dalam keadaan hangat. - klien mengatakan rasa mual klien berkurang setelah mendapatkan obat 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang antimual manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan - pasien mengatakan lebih berselera bila sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, memakan makanan yang berkuah lebih enak ditelan dan dalam keadaan hangat. 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan A: masalah teratasi sebagian membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta P: Menganjurkan makan dalam porsi kecil menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam tapi sering dan dalam keadaan hangat. pemenuhan kebutuhan nutrisi. Berkolaborasi dengan dokter tentang 8. Berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat pemberian obat antiemetic ondasentron antiemetic Ranitidin 1 amp IV, Ondasentron 3x 8 gr IV 3 x 8 gr Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang manfaat nutrisi untuk obat yang membantu penyembuhan 3. koping mekanisme yang 1. mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien O : tidak efektif terhadap tubuhnya - Klien tampak lebih terbuka tentang berhubungan dengan 2. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, perasaannya
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ketidak pastian pengobatannya.
dari 3. 4. 5. 6.
kemajuan dan prognosis penyakitnya - Klien sudah banyak berbicang – mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bincang dengan pasien lain menganjurkan keluarga untuk lebih memperhatikan - Pasien terlihat tampak lebih rileks klien - Klien tampak memperhatikan apa menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang yang disarankan oleh perawat. perasaan klien S: memotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya - klien mengatakan akan terus
sendiri tentang segi posistif dari dirinya. 7. Mengupayakan untuk memberikan harapan dan pandangan yang realitis tampa menutupi kebenaran tentang kondisi klien saat ini 8. Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri tentang segi positif dari dirinya, apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang harus dipelajari tentang dirinya 9. Mendiskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah, keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan dan bantu klien untuk memilih cara penyelesaian masalah yang berhasiil, efek dari pengobatan yang akan dijalani klien sepertiefek dari kemoterapi yaitu
-
-
-
berusaha untuk kesembuhan dari penyakitnya klien mengatakan jika nanti sudah keluar dari rumah sakit klien akan mengembangkan hobinya menulis walaupun sekarang klien belum bisa bekerja kembali klien mengatakan akan tetap mengikuti kemoterapi seperti yang dialami oleh pasien lain . Klien mengatkan pasrah dengan alloh tentang hidup dan matinya yang penting klien sudah berusaha
mual, muntah, rambut rontok, efek dari untuk kesembuhannya. pengangkatan organ reproduksi seperti menopause A: masalah teratasi dini. 4. Berduka maladaptive
O: 1. Membina hubungan saling percaya dengan klien 2. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang - ibu klien menemani klien untuk bantu kondisi fisiknya, perasaan, fisik dan spiritual klien memenuhi kebutuhannya.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
setelah didiagnosa kanker ovarium dan sesudahnya 3. Memberikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima terhadap proses berduka 4. Mengidentifikasi adanya perasaan marah, frustasi yang dialami klien 5. Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan, kegiatan
Pasien mampu mengungkapkan keinginannya ibunya untuk selalu ditemani Pasien mampu membuat daftar pikiran negative dan positif untuk membuatnya merasa lebih baik lagi Klien tampak memperhatikan apa yg diinformasikan perawat
yang akan dimualai. S: 6. Membantu klien mengidentifikasi potensi dan - pasien mengatakan akan mengikuti pengobatan yang disarankan oleh dokter sumber yang dimiliki oleh klien yaitu kemoterapi setelah 1 minggu 7. Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang pasca operasi sudah dilakukan sebelum sakit - klien mengatakan sudah memahami 8. Menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan tentang efek dari kemoterapi dan iklas sesuai kondisi saat ini. menerima yang penting dirinya sehat. - Klien mengatakan pasrah jika menikah tidak mempunyai anak - Klien akan menceritakan tentang penyakitnya A: masalah teratasi
Tanggal 1 Januari 2015 pukul 08.00 1. Nyeri kronis 1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan berhubungan dengan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri luka operasi yang dilakukan oleh pasien, 2. memantau tanda - tanda vital, 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Tanggal 1 Januari 2015 pukul 12.00 O: -
TD; 110/70, S: 37,2C, N:84x/mt R: 16x/mt raut muka klien rileks klien sudah dapat berjalan walupun
seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien, S: 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. meningkatkan tirah baring, 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 7. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 4x 1000gr peroral
masih perlahan - lahan Pasien mampu menarik nafas dalam jika terasa nyeri dan memilih berdzikir untuk mengurangi nyerinya
skala nyeri 2-3 setiap kali nyeri dan menurut pasien, nyeri berkurang saat mendapatkan obat penghilang nyeri A: masalah teratasi P: membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 4 x 500 gr peroral, mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dengan nafas dalam.
2. Nutrisi kurang dari 1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: kebutuhan tubuh 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - respon pasien mulai mau makan berhubungan dengan disukai. - klien menghabiskan ¾ porsi Mual 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan menghabiskan telur dan mau makan mengauskultasi bunyi usus. snak dari rumah sakit 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan S: dalam keadaan hangat. 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang - pasien menerima anjuran residen untuk menganggap makan merupakan obat manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan untuk penyakitnya dan berusaha untuk sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan,
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan bisa makan sebanyak yang pasien membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta mampu. menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam A: masalah teratasi pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic seperti : ondansentron 3x8gr per oral 3. koping mekanisme yang tidak efektif berhubungan dengan ketidak pastian dari pengobatannya.
1. mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien O : terhadap tubuhnya 2. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakitnya 3. mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya 4. menganjurkan keluarga untuk lebih memperhatikan 5. 6. 7.
8.
9.
Klien sudah banyak berbicang – bincang dengan pasien lain Pasien terlihat tampak lebih rileks Klien tampak memperhatikan apa yang disarankan oleh perawat.
klien S: menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang - klien mengatakan akan terus perasaan klien berusaha untuk kesembuhan dari memotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya penyakitnya sendiri tentang segi posistif dari dirinya. - klien mengatakan akan tetap Mengupayakan untuk memberikan harapan dan mengikuti kemoterapi seperti yang pandangan yang realitis tampa menutupi kebenaran dialami oleh pasien lain . tentang kondisi klien saat ini - Klien mengatkan pasrah dengan Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi alloh tentang hidup dan matinya perilakunya sendiri tentang segi positif dari dirinya, yang penting klien sudah berusaha apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang harus untuk kesembuhannya. dipelajari tentang dirinya Mendiskusikan beberapa cara menyelesaikan A: masalah teratasi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
masalah, keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan dan bantu klien untuk memilih cara penyelesaian masalah yang berhasiil, efek dari pengobatan yang akan dijalani klien sepertiefek dari kemoterapi yaitu mual, muntah, rambut rontok, efek dari pengangkatan organ reproduksi seperti menopause dini. 4. Berduka maladaptive
O: 1. Membina hubungan saling percaya dengan klien 2. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang - ibu klien menemani klien untuk bantu kondisi fisiknya, perasaan, fisik dan spiritual klien memenuhi kebutuhannya. setelah didiagnosa kanker ovarium dan sesudahnya - Pasien mampu mengungkapkan 3. Memberikan dukungan selama fase menolak, marah, keinginannya untuk selalu ditemani oleh ibunya tawar menawar dan menerima terhadap proses - Pasien mampu membuat daftar pikiran berduka negative dan positif untuk membuatnya 4. Mengidentifikasi adanya perasaan marah, frustasi merasa lebih baik lagi yang dialami klien 5. Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan, kegiatan S: yang akan dimulai. - pasien mengatakan akan mengikuti 6. Membantu klien mengidentifikasi potensi dan pengobatan yang disarankan oleh dokter sumber yang dimiliki oleh klien yaitu kemoterapi setelah 1 minggu pasca operasi 7. Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang - klien mengatakan akan menggunakan sudah dilakukan sebelum sakit sisa hidupnya untuk hal yang positif 8. Menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan seperti: mengikuti pengajian, membuat sesuai kondisi saat ini. buku dan akan mengubah kebiasaan buruknya untuk tidak merokok lagi. A: masalah teratasi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
LOG BOOK KASUS ONCOLOGY
APLIKASI TEORI ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Ny E DENGAN KANKER OVARIUM DI RUANG ONKOLOGI GEDUNG A RSCM
Supervisor: Ns, TRI BUDIARTI S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Mat
Nama : Desi ari madi yanti NIM: : 1106042712
PROGRAM MEGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Deskripsi Kasus Ny berusia 43 tahun P1A0 dengan anak pertama berusia 8 tahun. klien merupakan ibu rumah tangga sejak 6 bulan yang lalu pasien telah terdiagnosa kanker ovarium, tetapi klien belum bersedia untuk dioperasi karena ketiadaan biaya, dalam dua bulan terakhir ini klien merasakan perutnya terasa nyeri, bertambah membesar seperti sedang hamil 9 bulan, merasakan penurunan nafsu makan, berat badanya turun 8 kg dan nafasnya terasa sesak terutama pada saat tidur dengan posisi terlentang.
Saat pengkajian klien sudah dua hari dirawat di ruang gynekologi RSUPN Ciptomangunkusumo dengan keluhan awal masuk klien menyatakan sudah 4 hari merasakan nyeri di area abdomen, nafas terasa sesak dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan rekam medis diperoleh keterangan klien menderita kanker ovarium dengan hasil pemeriksaan laboratorium C 125: 75,5 U/mL (0 – 35), Hb: 12gr/dl, Ht: 47,6%, Eritrosit: 9,55/ul, MCV: 84,9 fL, MCH; 28,5 pq, Trom 328g/dl, Leukosit : 9.55 ml. SGPT: 7u/l SGPOT: 18u/l, dan albumin: 3,25. Saat pengkajian diperoleh tekanan darah 110/70 mmHg nadi 84 x/menit, pernafasan 16x/menit dan temperature 36,5ºC. Klien mengeluh nyeri diperut yang menjalar kepinggang dengan skala nyeri 4-5 setiap kali nyeri, klien hanya menghabiskan setengah porsi makan karena bila makan banyak klien merasakan penuh, mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan sesak dan tidak nyaman karena perutnya yang semakin membesar.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Integrasi Teori Adaptasi Roy Kedalam Asuhan Keperawatan
Pengkajian tanggal : 2 Januari 2015 Fase akut Pengkajian berdasarkan adaptasi Roy Pengkajian tahap satu
Fisiologis : pernafasan spontan, dengan jumlah pernafasan 18 x/mt, bentuk dada normal, ekspansi dada sama antara sisi kanan dan sisi kiri, tidak ada suara ronchi, krepitasi maupun wheezing. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi : 90x/mt, akral hangat tidak ada sianosis, capiler refill time sudah kembali kurang dari 3 detik
Nutrisi : bising usus terdengar 14x/ mt, klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang bervariasi, saat ini klien tidak nafsu makan karena merasa nyeri dan mual. Klien hanya menghabiskan diet bubur sebanyak tiga perempat porsi yang disediakan. Hasil pemeriksaan laboratorium darah diperoleh albumin: 3,15, Hb: 12ng/dl.
Eliminasi : klien terpasang kateter dengan produksi urine 1000cc/ 24 jam, warna urine kekuningan, sudah 2 hari ini klien belum buang besar.
Aktifitas dan istirahat : klien mengatakan sejak 2 bulan, klien merasa aktivitasnya sekarang sedikit terganggu karena perutnya yang membesar dan terasa berat. Saat ini klien hanya berbaring di tempat tidur saja, semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua klien.
Sesori : fungsi pendengaran, penciuman, penglihatan dan indra perasa dalam kondisi normal, klien mengatakan nyeri diarea abdomen yang diraskan seperti nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan sakala 5, nyeri akan berkurang jika klien dipijit ataupun dengan istirahat .
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Cairan dan elektrolit: turgor kulit elastis, membran mukosa bibir kering, untuk saat ini klien minum sebanyak 1000cc, produksi urine dalam 24 jam 1000cc/24 jam.
Sistem neurologis: kesadaran komposmentis, klien tampak kesakitan, respon klien masih baik.
System reproduksi: klien belum menikah, klien menarche pada usia 14 tahun, klien menstruasi teratur, terakhir menstruasi 1 bulan yang lalu.
2). Konsep diri Klien mengatakan cemas dengan kondisinya ia takut penyakitnya akan kambuh kembali, klien mengatakan apakah suaminya tetap akan menemani dirinya dengan kondisi saat ini, karena klien akan diambil organ reproduksinya yaitu histrektomi total yang kemungkinan tidak akan mempunyai keturunan. Klien hanya tiduran saja di tempat tidur karena merasakan nyeri. Klien mengatakan percaya kepada Alloh tetapi klien kecewa karena menurutnya Alloh memberikan cobaan yang sangat berat karena menurut klien seseorang yang mempunyai penyakit kanker tidak akan sembuh walaupun sudah mengikuti pengobatan dan pada akhirnya klien akan meninggal juga.
3). Fungsi Peran Saat ini klien menunjukkan perubahan fungsi peran, klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai istri dan ibu bagi putrinya, tetapi klien mampu memkompesansi perannya dengan mempercayakan pada orang lain. klien sangat sedih karena harus meninggalkan anak semata wayangnya, karena klien sedang dirawat di rumah sakit.
4). Saling ketergantungan/ interdependensi Klien mengatakan selama sakit semua kebutuhannya dipenuhi oleh suami dan keluarga, klien merasa hanya menjadi beban bagi keluarga dan suami dengan perekonomian yang pas – pasan. Keluarga dan saudara – saudaranya sangat
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
mendukung dan selalu memberikan semangat kepada klien untuk kesembuhan penyakitnya.
Pengkajian tahap dua 1). Fisiologis Klien mengalami gangguan sensori nyeri, stimulus fokal : klien mengatakan nyeri di area abdomen, selama di rawat klien terlihat kesakitan dan membatasi geraknya. Nyeri yang dirasakan klien akibat adanya penyebaran dari kanker ovarium. Stimulus konstektual : klien merasa takut jika penyakitnya tidak akan muncul kembali seperti pasien yang lainya. Stimulus residual : klien memiliki karakter yang mudah menyerah.
Klien juga menunjukan adanya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Stimulus fokal: klien mengatakan tidak nafsu makan, makannya hanya sedikit, badan terlihat kurus dan klien hanya menghabiskan tiga perempat porsi makan yang disediakan oleh rumah sakit. Stimulus konstektual: klien mengatakan mual dan tidak semangat untuk makan karena merasakan perutnya terasa cepat penuh.. Stimulus residual : klien merasakan adanya massa yang menekan diarea abdomen.
2). Konsep diri Klien menunjukkan perilaku perubahan dalam self physical : cemas dan sedih dengan kondisi tubunya saat ini yang kehilangan organ reproduksinya (uterus dan ovarium). Stimulus fokal : klien mengatakan cemas dan takut dengan kondisinya saat ini ia, takut penyakitnya akan kambuh lagi, takut jika suaminya akan meninggalkan dirinya karena dirinya tidak bisa lagi memberikan anak. Stimulus konstektual: kecemasan ini dipicu karena melihat pasien kenker ovarium lain yang sedang menjalani kemoterapi tetapi masih kambuh kembali. Stimulus residual : kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi klien saat ini.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
3). Fungsi peran Klien menunjukkan perilaku perubahan fungsi peran. Stimulus fokal: klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai ibu bagi putri semata wayangnya. Stimulus konstektual: klien sedang dirawat di rumah sakit, stimulus residual: klien mempunyai keyakinan kalau menderita kanker tidak akan sembuh dan pasti meninggal.
4). Interdependensi Stimulus fokal klien tergantung dengan suami dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, stimulus konstektual: klien sedang dirawat di rumah sakit, stimulus residual: dukungan dari keluarga yang kurang adekuat.
Diagnosa keperawatan yang muncul a. Nyeri berhubungan dengan adanya massa diabdomen b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual c. Koping mekanisme tidak efektif b/d tidakan operasi
Pada fase pemulihan Klien opersi pada tanggal 5 Januari 2015 Pengkajian berdasarkan adaptasi Roy Pengkajian tahap satu
Fisiologis : pernafasan spontan, dengan jumlah pernafasan 18 x/mt, bentuk dada normal, ekspansi dada sama antara sisi kanan dan sisi kiri, tidak ada suara ronchi, krepitasi maupun wheezing. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi : 90x/mt, akral hangat tidak ada sianosis, capiler refill time sudah kembali kurang dari 3 detik
Nutrisi : bising usus terdengar 14x/ mt, klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang bervariasi, saat ini klien tidak nafsu makan karena merasa nyeri dan mual. Klien hanya menghabiskan diet bubur
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
saring sebanyak ¾ porsi yang disediakan.Klien tampak lemas, hasil pemeriksaan laboratorium darah diperoleh albumin: 2,37, Hb: 11,4g/dl, kal
Eliminasi : klien terpasang kateter dengan produksi urine 1000cc/ 24 jam, warna urine kekuningan, sudah 2 hari ini klien belum buang air besar.
Aktifitas
dan istirahat : klien mengatakan tidak belum berani
menggerakan badannya kekiri dan kekanan klien merasa takut jika nanti luka klien akan terbuka dan lukanyapun terasa nyeri. Saat ini klien hanya berbaring di tempat tidur saja, semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua klien.
Sesori : fungsi pendengaran, penciuman, penglihatan dan indra perasa dalam kondisi normal, klien mengatakan nyeri pada luka opersinya, nyeri yang diraskan seperti nyeri tumpul dengan sakala 7, nyeri akan berkurang jika klien diberi obat .
Cairan dan elektrolit: turgor kulit kering, membran mukosa bibir kering, untuk saat ini klien minum sedikit sedikit atau sekitar 200cc, produksi urine dalam 24 jam 1000cc/24 jam.
Sistem neurologis: kesadaran komposmentis, klien tampak kesakitan, respon klien masih baik.
System reproduksi: klien belum menikah, klien menarche pada usia 14 tahun, klien menstruasi teratur, terakhir menstruasi 1 bulan yang lalu.
2). Konsep diri Klien mengatakan cemas dengan kondisinya, ai takut penyakitnya akan muncul kembali sperti pasien lain yang sedang menjalani kemoterapi, klien mengatakan merasa kecewa dan malu dengan kondisinya saat ini yang tidak dapat memberikan keturunan kerena sudah diangkat rahim dan indung
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
telurnya. Klien hanya tiduran saja ditempat tidur karena merasakan nyeri. Klien mengatakan percaya kepada Alloh tetapi klien kecewa karena menurutnya Alloh memberikan cobaan yang sangat berat karena menurut klien seseorang yang mempunyai penyakit kanker tidak akan sembuh dan penyakit kankernya bisa menyebabkan kematian
3). Fungsi Peran Klien merupakan ibu dari satu putrid yang saat ini tidak bisa lagi merawat dan menjalankan tugasnya sebagai ibu dikarenakan klien dirawat di rumah sakit. Sebagai ibu saat ini klien tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai orangtua dan ibu semua kebutuhan klien dibantu dan dipenuhi oleh suami dan perawat.
4). Saling ketergantungan/ interdependensi Klien mengatakan selama sakit semua kebutuhannya dipenuhi oleh keluarga, klien merasa hanya menjadi beban bagi keluarga dengan perekonomian yang pas – pasan. Keluarga dan saudara – saudaranya sangat mendukung dan selalu memberikan semangat kepada klien untuk kesembuhan penyakitnya.
Pengkajian tahap dua 1). Fisiologis Klien mengalami gangguan sensori nyeri, stimulus fokal : klien mengatakan nyeri di luka bekas oprasi, selama di rawat klien terlihat kesakitan dan membatasi geraknya. Nyeri yang dirasakan klien akibat terputusnya jaringan karena tindakan oprasi. Stimulus konstektual : klien merasa takut jika penyakitnya akan kembali lagi seperti dulu. Stimulus residual : klien memiliki karakter yang mudah menyerah.
Klien juga menunjukan adanya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Stimulus fokal: klien mengatakan tidak nafsu makan, makannya hanya sedikit, badan terlihat kurus dan klien hanya menghabiskan empat sendok bubur saring dari makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Stimulus konstektual: klien
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
mengatakan mual dan tidak semangat untuk makan karena merasakan nyeri. Stimulus residual : klien merasakan nyeri di luka oprasinya.
2). Konsep diri Klien menunjukkan perilaku perubahan dalam self physical : cemas dan sedih dengan kondisi tubunya saat ini yang kehilangan organ reproduksinya (uterus dan ovarium). Stimulus fokal : klien mengatakan cemas dan takut dengan kondisinya saat ini ia, takut penyakitnya akan muncul lagi seperti pasien lainya, takut kalau nanti suaminya akan meninggalkan dirinya karena dirinya tidak bisa mempunyai keturunan. Stimulus konstektual: kecemasan ini dipicu karena adanya pengetahuan dari klien bahwa penyakit kanker tidak bisa sembuh dan menyebabkan kematian. Stimulus residual : kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi klien saat ini kurangnya dukungan social dan spiritual
3). Fungsi peran Klien menunjukkan perilaku perubahan fungsi peran. Stimulus fokal: klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai istri dan ibu bagi putrinya, tatapi klien mampu mengkompesasikan perannya dengan mempercayakan pada orang lain. Stimulus konstektual: klien sedih karena harus meningalkan anak semata wayangnya, stimulus residual: klien sedang dirawat di rumah sakit.
4). Interdependensi Stimulus fokal klien tergantung dengan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, stimulus konstektual: klien sedang dirawat di rumah sakit, stimulus residual: dukungan dari keluarga yang tidak adekuat.
Diagnosa keperawatan yang muncul a. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post laparatomi b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual c. Berduka maladaptive b/d diangkatnya salah satu organ reproduksi d. Koping mekanisme tidak efektif b/d ketidakpastian pengobatan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
No 1.
2.
Data objektif
pasien mengalami gangguan aktivitas,
adanya massa di abdomen
Setiap kali nyeri datang klien tampak meringis
pasien tampak berusaha tubuhnya dengan nyaman
Pasien meringis setiap kali nyeri sebagai kompensasi dari menahan sakit Badan pasien kurus, klien walaupun secara perlahan
Berat badan 50 kg, sekarang 48 kg
Pemeriksan laboratorium didapatkan nilai Hemoglobin 10,9gr/dl, hematokrit
beraktifitas
Masalah
Setiap kali merasakan sakit pasien tidak Nyeri bisa tidur dan beristirahat baik siang kronis maupun malam hari.
Nyeri
terpusat
pada
perut
Penyebab Adanya massa di abdomen
bawah
menjalar ke pinggang, paha dengan skala nyeri 5 setiap kali nyeri kadang timbul selama 5-10 menit
memposisikan
3
ANALISIS DATA Data subjektif
Pasien mengeluhkan badannya terasa lemah dan tidak nafsu makan
penyakit yang Pasien tidak nafsu makan selama 6 Nutrisi hilang bulan terakhir badan menjadi lemas dan kurang dari dialami, kebutuhan nafsu makan. menurut pasien badannya jauh menurun tubuh Pasien tidak nafsu makan dikarenakan
Tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 90x/menit, frekuensi pernafasan 22x/menit dan suhu 36,7 C.
merasakan sakit didaerah perutnya dan merasa perutnya cepat penuh.
Klien tampak menangis pada saat klien sendiri
Berduka Pengangkatan Klien mengatakan sedih karena adanya maladaptive organ reproduksi pengangkatan organ reproduksinya
Klien hanya terdiam, dan menjawab seperlunya saja pada saat ditanya oleh perawat.
Klie mengatakan apakah calon suaminya mau menerima dirinya apa adanya Klien takut suaminya meninggalkannya karena tidak bisa memberikan keturunan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN Implementasi tanggal 2 Januari 2015 1. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya massa di abdomen Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol kreteria hasil: tidak ada ekspresi menahan sakit, tidak ada gangguan tidur. 2. Nutrisi
kurang
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pukul: 10.00 wib
1. mencatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan oleh pasien, 2. memantau tanda - tanda vital, 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri, dan teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. 4. mengajarkan massase diarea pinggang 5. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien, 6. mendorong pengungkapan perasaan pasien. meningkatkan tirah baring, 7. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting.
dari 1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia.
kebutuhan tubuh berhubungan hilang nafsu makan. Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan
EVALUASI
O: - TD: 90/60 mmHg, nadi 90x/mnt, pernafasan 22x/menit suhu 37C - Pasien tidak kooperatif dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam - Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu memberikan kenyamanan menurut pasien. S: - Pasien mengatakan nyeri masih merasakan nyeri pada area luka operasi dengan skala 5-6 setiap kali nyeri. - Klien mengatakan nyerinya sedikit berkurang setelah dimassase A: Masalah belum teratasi P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal. O:
2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan mengauskultasi bunyi usus. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
selama malam, pasien hanya menghabiskan 4 sendok makanan yang disediakan oleh rumah sakit klien ditemani oleh suaminya yang selalu membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari klien.
asuhan keperawatan selama dalam keadaan hangat. 3 x 24 jam, diharapkan 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang status nutrisi adekuat, manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan peningkatan intek makanan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, dan cairan. 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan serta menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
S: - pasien mengungkapkan keengganannya untuk makan, karena merasa mual - nyeri yang dirasanya membuatnya enggan untuk makan. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran klien
8. Berkolaborasi dengan dokter terhadap pemeriksaan Hb: utuk makan sedikit tapi sering 11gr/dl 3. cemas berhubungan dengan akandilakukannya operasi tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan klien tidak cemas dalam menghadapi tindakan operasi
1. mengkaji penyebab cemas klien O: 2. menganjurkan klien untuk menceritakan penyebab dari - Klien tampak gelisah kecemasan klien - Klien tampak sedang berzikir 3. memberikan penyuluhan tentang penyakit klien dan S: pengobatan yang harus dijalani 4. menganjurkan klien untuk selalu banyak berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kelancaran oprasinya
Klien mengatakan takut dan cemas akan tindakan oprasi yang besok dijalani - Klien mengatakan akan mencoba berzikir jika rasa cemas itu dating - Klien mengatakan akan banyak bertanya dengan pasien lagi tentang tindakan oprasi yg akan dijalani A: masalah teratasi sebagian P: modifikasi intervensi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
-
Post operasi No 1.
ANALISIS DATA Data subjektif
Data objektif
pasien mengalami gangguan aktivitas,
adanya luka post operasi tang masih tertutup perban.
Raut muka kesakitan.
Setiap kali nyeri dating klien tampak meringis
pasien tampak berusaha tubuhnya dengan nyaman
Pasien meringis setiap kali nyeri sebagai
meringis
saat
mengaduh
memposisikan
Masalah
Penyebab
Setiap kali merasakan sakit pasien tidak Nyeri bisa tidur dan beristirahat baik siang kronis maupun malam hari.
Nyeri terpusat pada perut bawah menjalar ke pinggang, pahadengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri kadang terasa 8-10 x sehari selama 5-10 menit
Pasien mengeluhkan badannya terasa lemah dan tidak nafsu makan
penyakit yang Pasien tidak nafsu makan selama 6 Nutrisi hilang bulan terakhir badan menjadi lemas dan kurang dari dialami, kebutuhan nafsu makan. menurut pasien badannya jauh menurun tubuh Pasien tidak nafsu makan dikarenakan
Terputusnya jaringan
kompensasi dari menahan sakit 2.
Badan pasien kurus, klien walaupun secara perlahan
Berat badan 44 kg, sekarang 40 kg
Pemeriksan laboratorium didapatkan nilai Hemoglobin 10,9gr/dl, hematokrit
3
beraktifitas
Tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 90x/menit, frekuensi pernafasan 22x/menit dan suhu 36,7 C. Klien tampak menangis pada saat klien
merasakan sakit didaerah perutnya dan merasa perutnya cepat penuh.
Klien mengatakan sedih karena adanya
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Berduka
Pengangkatan
4.
sendiri
pengangkatan organ reproduksinya
Klien hanya terdiam, dan menjawab seperlunya saja pada saat ditanya oleh perawat.
Klien klien mengatakan apakah calon suaminya mau menerima dirinya apa adanya
Klien hanya berkomunikasi bila ada sesuatu yang ingin ditanyakan atau ditanya oleh
Klien takut kalau nanti suaminya akan meninggalkan dirinya karena dirinya
perawat.
tidak akan bisa memberikan keturunan
Klien mengalami post operasi histrektomi totalis Takut penyakitnya kambuh kembali
Koping Ketidakpastian Pasien mencemaskan keadaan penyakitnya takut kambuh lagi mekanisme dari pengobatan Pasien mencemaskan kematian yang akan tidak efektif dialaminya bila tidak mendapatkan pengobatan kanker Klien mencemaskan keadaanya setelah post histrektomi Pasien sejak sakit mengurangi aktivitasnya
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
maladaptive organ reproduksi
DIAGNOSE KEPERAWATAN Implementasi tanggal 6 Januari 2015 4. Nyeri kronis berhubungan dengan terputusnya jaringan Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol kreteria hasil: tidak ada ekspresi menahan sakit, tidak ada gangguan tidur.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI Pukul: 13.00 wib
1. mencatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan oleh pasien, 2. memantau tanda - tanda vital, 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien, 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. meningkatkan tirah baring, 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. Kolaborasi pemberian analgetik profenid supp dan PCT 4x1gr IV sehari
O: -
TD: 90/60 mmHg, nadi 90x/mnt, pernafasan 22x/menit suhu 37C Pasien tidak kooperatif dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu memberikan kenyamanan menurut pasien. Pemberian analgetik PCT 1 gr drip, profenit sup
S: -
Pasien mengatakan nyeri masih merasakan nyeri pada area luka operasi dengan skala 5-6 setiap kali nyeri. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal. Kolaborasi pemberian analgetik profenid, supp dan PCT 4x1gr IV sehari, memantau tanda - tanda vital
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan hilang nafsu
1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - selama malam, pasien hanya mau meminum disukai. minuman air putih
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN makan. Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan status nutrisi adekuat, peningkatan intek makanan dan cairan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 1. mengobservasi keadaan umum pasien dan mengauskultasi bunyi usus. 2. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. 3. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat. 4. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, 5. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
EVALUASI -
-
klien ditemani oleh suaminya yang selalu membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari klien. klien terpasang cairan infuse aminofluid 1lt/24 jam
S: -
pasien mengungkapkan keengganannya untuk makan, karena merasa mual - nyeri diarea luka operasi yang dirasanya membuatnya enggan untuk makan. A: Masalah belum teratasi
P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran klien 6. Berkolaborasi dengan dokter terhadap pemeriksaan Hb: utuk makan sedikit tapi sering, Berkolaborasi 11,6 dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic 7. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti dan cairan infuse Aminoflluid 1lt per IV, emetic dan cairan infuse Aminoflluid 1lt per IV, Ranitidin 1 amp IV, ondansentron 3x8 gr IV Ranitidin 1 amp IV, ondansentron 3x8 gr IV Tanggal 7 Januari 2015 pada jam 11.30 8. koping mekanisme yang tidak efektif berhubungan dengan ketidak pastian dari pengobatannya. Tujuan:
1.
mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien O: terhadap tubuhnya - Klien mengatakan sekarang dirinya bukan 2. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan lagi wanita yang sempurna karena salah satu dan prognosis penyakitnya organ reproduksinya sudah diangkat 3. mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya - Klien mengatakan takut kalau nanti 5. menganjurkan keluarga untuk lebih memperhatikan suaminya akan meninggalkan dirinya
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan klien memiliki koping mekanisme efektif
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
klien - Pasienterlihat kadang – kadang masih 6. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang menangis karena merasa sendiri perasaan klien - Klien tampak memperhatikan apa yang 7. memotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya disarankan oleh perawat. sendiri tentang segi posistif dari dirinya. S: 8. Mengupayakan untuk memberikan harapan dan - Klien mengatakan senang diteamani oleh pandangan yang ralietis tampa menutupi kebenaran perawat dan merasa tidak sendirian tentang kondisi klien saat ini - klien mengatakan akan mencoba akan 9. Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya lebih banyak terbuka dengan keluarga sendiri tentang segi positif dari dirinya, apa yang perlu terutama dengan ibu dan calon suaminya ditingkatkan dan apa yang harus dipelajari tentang - klien mengatakan akan mencoba apa dirinya yang disarankan oleh perawat. 10. Mendiskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah, keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan dan bantu A: masalah teratasi sebagian klien untuk memilih cara penyelesaian masalah yang P: memotivasi untuk melakukan evaluasi berhasiil, efek dari pengobatan yang akan dijalani klien perilakunya sendiri tentang segi posistif dari sepertiefek dari kemoterapi yaitu mual, muntah, rambut dirinya rontok, efek dari pengangkatan organ reproduksi seperti menopause dini.
4. Berduka maladaptive berhubungan dengan pengangkatan organ reproduksinya Tujuan:
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien O: 2. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang kondisi fisiknya, perasaan, fisik dan spiritual klien setelah didiagnosa kanker ovarium dan sesudahnya 3. Memberikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima terhadap proses berduka
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Terdapat luka opersi dan pengangkatan rahim dan indung telur klien lebih terbuka tentang perasaannya klien tampak senang pada saat ditemani
DIAGNOSE KEPERAWATAN setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24 jam klien terbebas dari kesedihan yang mendalam, mengeskpresikan perasaan bersalah, marah, dan sedih secara asertif.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
4. Mengidentifikasi adanya perasaan marah, frustasi yang oleh perawat. dialami klien S: 5. Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan, kegiatan yang - klien mengatakan takut kalau penyakitnya akan dimualai. akan kambuh kembali seperti pasien – 6. Membantu klien mengidentifikasi potensi dan sumber pasien lain yang dimiliki oleh klien - Klien mengatakan sekarang dirinya bukan 7. Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang sudah lagi wanita yang sempurna kr sudah salah dilakukan sebelum sakit satu ovariumnya sudah diambil 8. Menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan - Klien mengatakan akan mencoba membuat sesuai kondisi saat ini. jadwal kegiatan sesuai dengan kondisinya saat ini sesuai saran dari perawat A: masalah teratasi sebagian teratasi P: Membantu klien mengidentifikasi potensi dan sumber yang dimiliki oleh klien, Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang sudah dilakukan sebelum sakit, Menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan sesuai kondisi saat ini
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
CATATAN PERKEMBANGAN DIAGNOSE KEP
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
Tanggal 7 Januari 2015 jam 10,00 Tanggal 7 Januari 2015 jam 13.00 1. Nyeri kronis 1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: berhubungan dengan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD; 110/70, S: 36,5C, N: 80x/mt, R: 18x/mt terputusnya karingan yang dilakukan oleh pasien, - Pasien sudah mampu untuk mobilisasi 2. memantau tanda - tanda vital, dini 3. menjelaskan sumber nyeri dan keadaan nyeri yang tidak akan hilang seketika jadi dibutuhkan adaptasi dari pasien - Raut muka yang tampak rileks - Mulai kooperatif melakukan untuk nyerinya manajemen nyeri tetapi masih harus 4. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri selalu didampingi. seperti teknik relaksasi dengan merubah meringis menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan S: teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan ayat – - Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang. ayat alquran. 5. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan - Pasien mengatakan sudah bisa untuk beristiraht pasien, 6. mendorong pengungkapan perasaan pasien. - Pasien mengatakan mengerti tentang meningkatkan tirah baring, sumber nyeri dari penyakitnya 7. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. - Pasien meminta pendampingan dari 8. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 3x 1gr sehari IV perawat untuk melakukan manajemen dan profenit sup 3x 1 sup nyeri lagi. A: masalah belum teratasi P: Kolaborasi pemberian analgetik PCT 3x 1gr sehari IV dan profenit sup 3x 1 sup
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
O: 2. Nutrisi kurang dari 1. mengidentifikasi penyebab anoreksia. kebutuhan tubuh 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - pasien menghabiskan 1 porsi makanan dari rumah sakit berhubungan dengan disukai. - pasien sudah banyak minum dari mual muntah 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan sebelumnya 700 cc pasien mengatakan ingin makan nai mengauskultasi bunyi usus. lembek saja, karena jika makan bubur 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. saring klien mual 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan
dalam keadaan hangat. S: 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta
3. koping mekanisme yang tidak efektif berhubungan dengan ketidak pastian dari pengobatannya.
klien mengatakan rasa mual klien berkurang setelah mendapatkan obat antimual pasien mengatakan lebih berselera bila memakan makanan yang berkuah lebih enak ditelan dan dalam keadaan hangat.
menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. A: masalah teratasi sebagian 8. Berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat P: Berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat antiemetic Ranitidin 1 amp antiemetic Ranitidin 1 amp IV, Ondasentron 3x 8 gr IV IV, Ondasentron 3x 8 gr IV 1. mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien O : terhadap tubuhnya - Klien tampak lebih terbuka tentang 2. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, perasaannya kemajuan dan prognosis penyakitnya - Klien sudah banyak berbicang – 3. mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bincang dengan pasien lain 4. menganjurkan keluarga untuk lebih memperhatikan - Pasien terlihat tampak lebih rileks klien - Klien tampak memperhatikan apa 5. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang yang disarankan oleh perawat. perasaan klien
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
6. memotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya S: sendiri tentang segi posistif dari dirinya. 7. Mengupayakan untuk memberikan harapan dan pandangan yang realitis tampa menutupi kebenaran tentang kondisi klien saat ini 8. Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri tentang segi positif dari dirinya, apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang harus dipelajari tentang dirinya 9. Mendiskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah, keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan dan bantu klien untuk memilih cara penyelesaian masalah yang berhasiil, efek dari pengobatan yang akan dijalani klien sepertiefek dari kemoterapi yaitu mual, muntah, rambut rontok, efek dari pengangkatan organ reproduksi seperti menopause dini.
-
-
klien mengatakan akan terus berusaha untuk kesembuhan dari penyakitnya klien mengatakan jika nanti sudah keluar dari rumah sakit klien akan mengembangkan hobinya menulis walaupun sekarang klien belum bisa bekerja kembali klien mengatakan akan tetap mengikuti kemoterapi seperti yang dialami oleh pasien lain . Klien mengatkan pasrah dengan alloh tentang hidup dan matinya yang penting klien sudah berusaha untuk kesembuhannya.
A: masalah teratasi P: Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri tentang segi positif dari dirinya, apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang harus dipelajari tentang dirinya 4. Berduka maladaptive
O: 1. Membina hubungan saling percaya dengan klien 2. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang - ibu klien menemani klien untuk bantu kondisi fisiknya, perasaan, fisik dan spiritual klien memenuhi kebutuhannya.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
setelah didiagnosa kanker ovarium dan sesudahnya 3. Memberikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima terhadap proses berduka 4. Mengidentifikasi adanya perasaan marah, frustasi yang dialami klien 5. Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan, kegiatan
Pasien mampu mengungkapkan keinginannya ibunya untuk selalu ditemani Pasien mampu membuat daftar pikiran negative dan positif untuk membuatnya merasa lebih baik lagi Klien tampak memperhatikan apa yg diinformasikan perawat
yang akan dimualai. S: 6. Membantu klien mengidentifikasi potensi dan - pasien mengatakan akan mengikuti pengobatan yang disarankan oleh dokter sumber yang dimiliki oleh klien yaitu kemoterapi setelah 1 minggu 7. Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang pasca operasi sudah dilakukan sebelum sakit - klien mengatakan sudah memahami 8. Menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan tentang efek dari kemoterapi dan iklas sesuai kondisi saat ini. menerima yang penting dirinya sehat. - Klien akan menceritakan tentang penyakitnya A: masalah teratasi P: Membantu klien mengidentifikasi potensi dan sumber yang dimiliki oleh klien Tanggal 8 Januari 2015 pukul 08.00 1. Nyeri kronis 1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan berhubungan dengan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri luka operasi yang dilakukan oleh pasien, 2. memantau tanda - tanda vital, 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Tanggal 8 Januari 2015 pukul 12.00 O: -
TD; 110/70, S: 37,2C, N:84x/mt R: 16x/mt raut muka klien rileks klien sudah dapat berjalan walupun
menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien, 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. S: meningkatkan tirah baring, 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 7. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 4x 1000gr peroral
masih perlahan - lahan Pasien mampu menarik nafas dalam jika terasa nyeri dan berdzikir untuk mengurangi nyerinya
skala nyeri 2-3 setiap kali nyeri dan menurut pasien, nyeri berkurang A: masalah teratasi
2. Nutrisi kurang dari 1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: kebutuhan tubuh 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - respon pasien mulai mau makan berhubungan dengan disukai. - klien menghabiskan satu porsi nasi Mual 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan dan sayur menghabiskan telur dan mau mengauskultasi bunyi usus. makan snak dari rumah sakit 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. S: 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan - pasien menerima anjuran residen untuk dalam keadaan hangat. menganggap makan merupakan obat 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang untuk penyakitnya dan berusaha untuk manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan bisa makan sebanyak yang pasien sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, mampu. 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan A: masalah teratasi membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic seperti : ranitidine 3x1 per oral
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
3. koping mekanisme yang tidak efektif berhubungan dengan ketidak pastian dari pengobatannya.
1. mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien O : terhadap tubuhnya 2. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakitnya 3. mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya 4. menganjurkan keluarga untuk lebih memperhatikan klien S: 5. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang perasaan klien 6. memotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri tentang segi posistif dari dirinya. 7. Mengupayakan untuk memberikan harapan dan pandangan yang realitis tampa menutupi kebenaran
Klien sudah banyak berbicang – bincang dengan pasien lain Pasien terlihat tampak lebih rileks dan siap menjalani menajalani kehidupannya
-
-
klien mengatakan akan terus berusaha untuk kesembuhan dari penyakitnya klien mengatakan akan tetap mengikuti kemoterapi seperti yang dialami oleh pasien lain . Klien mengatkan pasrah dengan alloh tentang hidup dan matinya yang penting klien sudah berusaha untuk kesembuhannya.
tentang kondisi klien saat ini 8. Klien dimotivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri tentang segi positif dari dirinya, apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang harus dipelajari tentang dirinya 9. Mendiskusikan beberapa cara menyelesaikan A: masalah teratasi masalah, keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan dan bantu klien untuk memilih cara penyelesaian masalah yang berhasiil, efek dari pengobatan yang akan dijalani klien sepertiefek dari kemoterapi yaitu mual, muntah, rambut rontok, efek dari pengangkatan organ reproduksi seperti menopause dini.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
4. Berduka maladaptive
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien 2. Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang kondisi fisiknya, perasaan, fisik dan spiritual klien setelah didiagnosa kanker ovarium dan sesudahnya 3. Memberikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar dan menerima terhadap proses berduka
O:
-
-
ibu klien menemani klien untuk bantu memenuhi kebutuhannya. Pasien mampu mengungkapkan keinginannya untuk selalu ditemani oleh ibunya Pasien mampu membuat daftar pikiran negative dan positif untuk membuatnya merasa lebih baik lagi
4. Mengidentifikasi adanya perasaan marah, frustasi yang dialami klien 5. Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan, kegiatan S: yang akan dimulai. - pasien mengatakan akan mengikuti 6. Membantu klien mengidentifikasi potensi dan pengobatan yang disarankan oleh dokter sumber yang dimiliki oleh klien yaitu kemoterapi setelah 1 minggu pasca operasi 7. Membantu klien untuk merangkum kegiatan yang - klien mengatakan akan menggunakan sudah dilakukan sebelum sakit sisa hidupnya untuk hal yang positif 8. Menganjurkan klien untuk membuat jadwal kegiatan seperti: mengikuti pengajian, membuat sesuai kondisi saat ini. buku dan akan mengubah kebiasaan buruknya untuk tidak merokok lagi dan makan – makanan yang lebih bergizi A: masalah teratasi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
LOG BOOK KASUS ONCOLOGY
APLIKASI TEORI UNPLEASANT SHYMPTOM dan ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Nn. W DENGAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK SUSPEK MALIGNANCY DI RUANG GYNECOLOGI GEDUNG A RSCM
Supervisor: Ns, TRI BUDIARTI S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Mat
Nama : Desi ari madi yanti NIM: : 1106042712
PROGRAM MEGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Deskripsi Kasus Nn W berusia S 18tahun berstatus belum menikah. Sebelumnya sejak 6 bulan yang lalu pasien telah terdiagnosa neoplasma ovarium kistik, tetapi klien tidak berani untuk dioperasi klien hanya berobat dengan menggunakan pengobatan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
tradisional yaitu minum buah merah, tetapi dalam dua bulan terakhir ini klien merasakan perutnya terasa nyeri, bertambah membesar seperti sedang hamil 6 bulan, merasakan penurunan nafsu makan, berat badanya turun 5 kg dan nafasnya terasa sesak terutama pada saat tidur dengan posisi terlentang.
Saat pengkajian klien sudah dua hari dirawat di ruang gynekologi RSUPN Ciptomangunkusumo dengan keluhan awal masuk klien menyatakan sudah 4 hari merasakan nyeri di area abdomen, nafas terasa sesak dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan rekam medis diperoleh keterangan klien menderita kanker neoplasama ovarium kistik suspek malignancy dengan hasil pemeriksaan laboratorium C 125: 147 (0 – 35), Hb: 12,5gr/dl, Ht: 37,2%, Eritrosit: 4,38ml, MCV: 84,9 fL, MCH; 28,5 pq, Trom 341g/dl, Leukosit : 11.19 ml.
Saat
pengkajian diperoleh tekanan darah 120/80 mmHg nadi 90 x/menit, pernafasan 24x/menit dan temperature 37,2ºC. Klien mengeluh nyeri diperut yang menjalar kepinggang dengan skala nyeri 4-5 setiap kali nyeri, klien hanya menghabiskan setengah porsi makan karena bila makan banyak klien merasakan penuh, mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan sesak dan tidak nyaman karena perutnya yang semakin membesar. Klien masih mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari walaupun dilakukan secara perlahan karena
Klien ditemani oleh ibu dan calon suami klien.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Integrasi Teori unpleasant sympthom Kedalam Asuhan Keperawatan Fisiologis Saat pengkajian diperoleh data Mengeluh sakit dibagian perut dan menjalar ke pinggang dengan derajat 4-5 setiap kali sakit. Pasien mengaku kesulitan beraktivitas karena perut yang membesar, sesak nafas, tidak nafsu makan karena merasakan mual dan istirahat yang kurang karena sesak dan tidak nyaman di perut klien merasakan perutnya mendesak ke organ bagian atas.
Psikologis Pasien
mencemaskan kondisi penyakitnya dikarenakan penyakit neoplasma
ovarium kistinya, takut tidak bisa sembuh, takut
karena penyakitnya bisa
menyebabkan dirinya tidak mempunyai keturunan padahal klien akan menikah di awal tahun dan dirinya sangat takut kalau calon suaminya akan menjauhi dirinya setelah mengetahui dirinya sudah tidak bisa mempunyai anak seumur hidupnya.
Situasional Sejak perutnya membesar seperti wanita yang sedang hamil klien mengurangi aktivitasnya diluar rumah, yang sebelumnya klien bekerja disalah satu perusahan swasta di Jakarta. Menurut klien hal ini dilakukan karena klien merasa malu dengan kondisinya yang menjadi bahan omongan karena perutnya yang semakin membesar sedangkan dirinya belum menikah. Klien juga mengurangi kativitasnya karena merasakan nyeri di perut yang dirasakan tiba – tiba.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ANALISIS DATA 1. 2.
pasien mengalami gangguan aktivitas,
keluar gumpalan kehitaman dari vagina atau anusnya.
Raut muka meringis saat berteriak kesakitan.
Setiap kali nyeri dimulai ketika gumpalan kecil ingin keluar hingga keluar sekitar 30 detik,
pasien tampak berusaha melebarkan lubang anusnya atau vaginanya untuk membantu
Setiap kali merasakan sakit pasien tidak Nyeri bisa tidur dan beristirahat baik siang kronis maupun malam hari. Kaki terasa baal dan susah untuk digerakan
Nyeri terpusat pada perut bawah menjalar ke pinggang, pahadengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri kadang terasa 8-10 x sehari selama 5-10 menit
Pasien mengeluhkan badannya terasa lemah dan tidak nafsu makan
Pasien tidak nafsu makan selama 1 tahun terakhir badan menjadi lemas dan menurut pasien badannya jauh menurun Pasien tidak nafsu makan dikarenakan
mengeluarkan gumpalan tersebut.
3.
Pasien berteriak setiap kali nyeri sebagai kompensasi dari menahan sakit.
Badan pasien kurus hanya mampu menggerakan tubuhnya secara perlahan karena bila bergerak pasien mengeluhkan sakit.
Berat badan 48 kg
Pemeriksan laboratorium didapatkan nilai Hemoglobin 12,9gr/dl, hematokrit, albumin 3,1.
merasakan sakit didaerah perutnya dan merasa perutnya cepat penuh.
Tanda vital menunjukkan tekanan darah
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
nekrosis jaringan karena adanya sel kanker
penyakit yang dialami, peningkatan metabolisme, hilang nafsu makan.
130/70 mmHg, nadi 93x/menit, frekuensi pernafasan 22x/menit dan suhu 36,7 C. 4.
pasien selalu terbangun saat merasakan sakit dan berteriak.
dirinya
Gangguan tidur
5.
keluar cairan keputihan seperti lendir dari vagina pasien,
keadaan lemah,
rentang gerak terbatas.
Gangguan Pasien mencemaskan keadaan penyakitnya dikarenakan keadaan kanker konsep diri serviks yang mengalami kerapuhan pada serviks dan mengeluarkan darah secara tiba-tiba tanpa sebab. Pasien mencemaskan kematian yang akan dialaminya bila tidak mendapatkan pengobatan kanker serviks. Keluar cairan putih yang berbau
Pasien mengeluh tidak mampu untuk melakukan kegiatan apapun sendiri, terlebih lagi saat merasakan sakit sejak 4 bulan kaki pasien menjadi lemas dan susah untuk digerakan dan sejak 2 minggu yang lalu mengalami bengkak bengkak hingga ke paha. Pasien merasakan nyeri di perut bawahnya yang kadang-kadang menjalar ke pinggang dan paha dengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri. Pasien tidak mampu menggerakkan kaki dan terasa baal serta ekstremitas berwarna kuning pucat
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ketidaknyamanan nyeri
perubahan kesehatan penyakit dirasakan
status dan yang
menyengat pada kemaluannya menyebabkan kelima pasien merasa tidak nyaman lagi bila berada di keramaian Pasien sejak sakit mengurangi aktivitasnya diluar rumah, yang sebelumnya berjualan kue keliling di kampungnya. Menurut pasien hal itu dikarenakan semakin banyak orang yang mengetahui tentang penyakitnya sehingga enggan untuk membeli kue buatannya. Pasien mengatakan anaknya tidak memiliki waktu untuk menjenguknya baik anak yang dilapung dari suami pertamanya atau anak yang ditanjung periuk dari suaminya sekarang. Suaminya hanya bekerja sebagai sopir truk tanah yang memiliki penghasilan ketika ada yang memakai jasanya saja.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN Pukul 10.30 wib 1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol kreteria hasil: tidak ada ekspresi menahan sakit, tidak ada gangguan tidur.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI Pukul: 18.00 wib
1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD: 130/70 mmHg, nadi 106x/mnt, yang dilakukan oleh pasien, pernafasan 22x/menit suhu 37C 2. memantau tanda - tanda vital, - Pasien tidak kooperatif dalam melakukan 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri manajemen pengalihan teknik seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak - Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan memberikan kenyamanan menurut pasien. teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. - Selama malam dirawat pasien berteriak 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan sebanyak 5 kali karena sakitnya. pasien, - Pemberian analgetik asam mefenamat dan 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. katarolac drib. meningkatkan tirah baring, S: 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 7. Kolaborasi pemberian analgetik keterolac drip dan asam - Pasien mengatakan nyeri masih merasakan mefenamat 3x sehari nyeri pada anus dan vaginanya dengan skala
2. Nutrisi kurang dari 1. kebutuhan tubuh 2. berhubungan dengan penyakit yang dialami, 3.
5-6 setiap kali nyeri. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - selama malam, pasien hanya mau meminum disukai. minuman teh yang disediakan oleh keluarga mengobservasi keadaan umum pasien dan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN peningkatan metabolisme, mengauskultasi bunyi usus. pasien hilang nafsu makan. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. - tidak ada keluarga yang menunggui pasien Tujuan intervensi dari 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan diruang rawatnya. diagnose keperawatan ini dalam keadaan hangat. S: adalah setelah diberikan 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang - pasien mengungkapkan keengganannya asuhan keperawatan selama manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan untuk makan, karena tidak berselera untuk 3 x 24 jam, diharapkan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, makan status nutrisi adekuat, 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan - sakit yang dirasanya membuatnya enggan peningkatan intek makanan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta untuk makan. dan cairan. menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam A: Masalah belum teratasi pemenuhan kebutuhan nutrisi. P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran masukan nutrisi. 3. Gangguan tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan nyeri Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan perubahan pola tidur pasien teratasi kreteria hasil: jumlah tidur dalam batas
1. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap O: pola tidur, - TD: 130/70 mmHg, nadi 106x/mnt, 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, pernafasan 22x/menit suhu 37C 3. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum - Pasien terlihat raut kurang istirahat dari tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah mukanya dilakukan hari ini), S: pasien mengatakan mencoba untuk 4. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman mengistirahatkan dirinya A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN normal
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penyakit yang dirasakan
1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien O: terhadap tubuhnya, 2. memonitor frekuensi mengkritik dirinya, 3. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit, 4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, S: 5. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien,
Tujuan: setelah diberikan
asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan gangguan konsep diri pasien teratasi kreteria hasil: mampu mengidentifikasi kekuatan personal dan mempertahankan interaksi social.
6. menganjurkan keluarga untuk berbicara perasaan pasien. 7. Memfasilitasi perbaikan konsep diri menggunakan teknik lima jari.
EVALUASI
tentang
-
pasien
-
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Cairan putih keabuan masih tetap ada Pasien lebih mau terbuka tentang perasaannya
Pasien mengatakan dirinya sedang sakit parah dan tidak ada yang mau menemaninya termasuk suaminya, anaknya pun enggan untuk berlama-lama didekatnya Pasien mengatakan pasien yang disebelahnya minta dipindahkan karena tidak tahan dengan bau dari tubuhnya. A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi
KASUS GYNEKOLOGY
APLIKASI TEORI UNPLEASANT SHYMPTOM PADA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Nn P DENGAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK SUSPEK MALIGNANCY DI RUANG GYNECOLOGI GEDUNG A RSCM
Supervisor: Ns, TRI BUDIARTI S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Mat
Nama : Desi ari madi yanti NIM: : 1106042712
PROGRAM MEGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Deskripsi Kasus Pengkajian tanggal 3 Desember 2014 Nn P berusia 40 tahun berstatus belum menikah. Sebelumnya sejak 1 tahun yang lalu pasien telah terdiagnosa neoplasma ovarium kistik, tetapi klien tidak berani untuk dioperasi , klien mengatakan takut meninggal, klien hanya berobat dengan menggunakan pengobatan tradisional yaitu minum obat herbal, tetapi dalam 4 bulan terakhir ini klien merasakan perutnya terasa nyeri, bertambah membesar seperti sedang hamil 9 bulan, merasakan penurunan nafsu makan sejak 3 bulan terakhir ini,, berat badanya turun 8 kg dan nafasnya terasa sesak terutama pada saat tidur dengan posisi terlentang.
Saat pengkajian di ruang gynekologi RSUPN Ciptomangunkusumo dengan keluhan awal masuk klien menyatakan sudah 1 minggu ini merasakan nyeri di area abdomen, nafas terasa sesak dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan rekam medis diperoleh keterangan klien menderita kanker neoplasama ovarium kistik suspek malignancy dengan hasil pemeriksaan laboratorium C 125: 85 (0 – 35), Hb: 12,4 gr/dl, Ht: 36,9%, Eritrosit: 3.99 ml, MCV: 92,9 fL, MCH; 30,3 pq, Trom 221 g/dl, Leukosit : 12,6 ml. Saat pengkajian diperoleh tekanan darah 120/80 mmHg nadi 90 x/menit, pernafasan 24x/menit dan temperature 37,2ºC. Klien mengeluh nyeri diperut yang menjalar kepinggang dengan skala nyeri 4-5 setiap kali nyeri, klien hanya menghabiskan setengah porsi makan karena bila makan banyak klien merasakan penuh, mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan sesak dan tidak nyaman karena perutnya yang semakin membesar. Klien masih mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari walaupun dilakukan secara perlahan, klien ditemani oleh ibu dan tantenya.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Integrasi Teori unpleasant sympthom Kedalam Asuhan Keperawatan Fisiologis Saat pengkajian diperoleh data Mengeluh sakit dibagian perut dan menjalar ke pinggang dengan derajat 4-5 setiap kali sakit. Pasien mengaku kesulitan beraktivitas karena perut yang membesar, sesak nafas, tidak nafsu makan karena merasakan mual dan istirahat yang kurang karena sesak dan tidak nyaman di perut klien merasakan perutnya mendesak ke organ bagian atas.
Psikologis Pasien
mencemaskan kondisi penyakitnya dikarenakan penyakit neoplasma
ovarium kistinya, takut tidak bisa sembuh, takut
karena penyakitnya bisa
menyebabkan dirinya tidak mempunyai keturunan padahal klien akan menikah di awal tahun dan dirinya sangat takut kalau calon suaminya akan meninggalkan dirinya setelah mengetahui dirinya sudah tidak bisa mempunyai anak seumur hidupnya.
Situasional Sejak perutnya membesar seperti wanita yang sedang hamil klien mengurangi aktivitasnya diluar rumah, yang sebelumnya klien bekerja disalah satu perusahan swasta di Jakarta. Menurut klien hal ini dilakukan karena klien merasa malu dengan kondisinya yang menjadi bahan omongan karena perutnya yang semakin membesar sedangkan dirinya belum menikah. Klien juga mengurangi kativitasnya karena merasakan nyeri di perut yang dirasakan tiba – tiba.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
No 1.
ANALISIS DATA Data subjektif
Data objektif
pasien mengalami gangguan aktivitas,
adanya luka post operasi tang masih tertutup perban.
Raut muka kesakitan.
meringis
saat
mengaduh
Setiap kali nyeri dating klien tampak meringis
pasien tampak berusaha tubuhnya dengan nyaman
Pasien meringis setiap kali nyeri sebagai
memposisikan
Masalah
Setiap kali merasakan sakit pasien tidak Nyeri bisa tidur dan beristirahat baik siang kronis maupun malam hari.
Nyeri
terpusat
pada
perut
Penyebab Terpurtusnya jaringan
bawah
menjalar ke pinggang, paha dengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri kadang terasa 8-10 x sehari selama 5-10 menit
Pasien mengeluhkan badannya terasa lemah dan tidak nafsu makan
penyakit yang Pasien tidak nafsu makan selama 4 Nutrisi hilang bulan terakhir badan menjadi lemas dan kurang dari dialami, kebutuhan nafsu makan. menurut pasien badannya jauh menurun tubuh Pasien tidak nafsu makan dikarenakan
kompensasi dari menahan sakit 2.
Badan pasien kurus, klien walaupun secara perlahan
Berat badan 56 kg, sekarang 50 kg
Pemeriksan laboratorium didapatkan nilai Hemoglobin 11, 4gr/dl,
3
beraktifitas
Tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 94x/menit, frekuensi pernafasan 24x/menit dan suhu 36,7 C. pasien selalu merasakan sakit
terbangun
saat
dirinya
merasakan sakit didaerah perutnya dan merasa perutnya cepat penuh.
Pasien mengeluh tidak mampu untuk melakukan kegiatan apapun sendiri, terlebih lagi saat merasakan sakit
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Gangguan tidur
ketidaknyamanan nyeri
Pasien merasakan nyeri di perut bawahnya yang kadang-kadang menjalar ke pinggang dan paha dengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri. Nyeri dirasakan diarea perut terutama pada luka oprasi laparatomi Pasien tidak mampu menggerakkan badan klien karena nyeri 4.
Klien mengalami post operasi laparatomi
Takut penyakitnya kambuh kembali
5.
Terdapat luka post oprasi
Luka tertutup perban
Klien banyak berbaring di tempat tidur
Pasien mencemaskan keadaan penyakitnya takut kambuh lagi Pasien mencemaskan kematian yang akan dialaminya bila tidak mendapatkan pengobatan kanker Klien mencemaskan keadaanya setelah post laparatomi Pasien sejak sakit mengurangi aktivitasnya Klien takut kalau nanti tidak ada pria yang mau dengan dirinya karena dirinya tidak akan bisa memberikan keturunan Klien mengatakan nyeri pada luka oprasinya Klien mengatakan kapan akan mengganti perbanya Klien mengatakan apakah lukanya bisa sembuh
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Gangguan konsep diri
perubahan kesehatan penyakit dirasakan
Resiko infeksi
Adanya operasi
status dan yang
luka
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KEPERAWATAN Implementasi tanggal 4 Desember 2014 1. Nyeri kronis berhubungan dengan terputusnya jaringan Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol kreteria hasil: tidak ada ekspresi menahan sakit, tidak ada gangguan tidur.
EVALUASI Pukul: 12.00 wib
1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD: 110/60 mmHg, nadi 94x/mnt, pernafasan yang dilakukan oleh pasien, 20x/menit suhu 37C 2. memantau tanda - tanda vital, - Pasien tidak kooperatif dalam melakukan 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri teknik relaksasi nafas dalam seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak - Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan memberikan kenyamanan menurut pasien. teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. - Pemberian analgetik PCT 1 gr IV, profenit 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan S: pasien, 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. - Pasien mengatakan nyeri masih merasakan meningkatkan tirah baring, nyeri pada area luka operasi dengan skala 5-6 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. setiap kali nyeri. 7. Kolaborasi pemberian analgetik profenid supp dan PCT A: Masalah belum teratasi 4x1gr IV sehari P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan hilang nafsu makan. Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini
1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan mengauskultasi bunyi usus. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien.
O: - Keadaan mumum klien lemah, kesadaran CM - selama malam, pasien hanya mau meminum minuman air putih - klien ditemani oleh ibunya yang siap
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN adalah setelah diberikan 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering membantu memenuhi kebutuhan klien asuhan keperawatan selama 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang S: 3 x 24 jam, diharapkan manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan - pasien mengungkapkan keengganannya status nutrisi adekuat, sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, untuk makan, karena merasa mual peningkatan intek makanan 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan dan cairan. membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic Ranitidin 1 amp IV
-
sakit yang dirasanya membuatnya enggan untuk makan. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran klien utuk makan sedikit tapi sering
3. Gangguan tidur 1. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap pola berhubungan dengan tidur, ketidaknyamanan nyeri 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, 3. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah dilakukan hari ini), 4. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman
O: -
pasiem mampu beristirahat pada malam hari selama 4 jam klien tampak sedang mengantuk Klien tampak sedang tidur siang
S: - pasien mengatakan sudah bisa tidur pada malam hari, dan terasa mengantuk jika pada pagi hari - klien mengatakan kadang - kadang masih merasakan sakit A: masalah teratasi P: modifikasi intervensi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN 4. Gangguan konsep diri 1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien O: berhubungan dengan terhadap tubuhnya, - Calon suami klien menemani klien untuk perubahan status 2. memonitor frekuensi mengkritik dirinya, bantu memenuhi kebutuhannya. kesehatan dan penyakit 3. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan - Pasien mampu mengungkapkan keinginannya yang dirasakan dan prognosis penyakit, kepada calon suami untuk selalu ditemani 4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, - Pasien mampu membuat daftar pikiran negative dan positif untuk membuatnya 5. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien, merasa lebih baik lagi 6. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang perasaan - Klien tampak memperhatikan apa yg pasien. diinformasikan perawat 7. Menginformasikan tentang pengobatan dan efek dari S: pengobatan 8. Menjelaskan tentang efek dari histrektomi - pasien mengatakan akan mengikuti pengobatan yang disarankan oleh dokter yaitu kemoterapi setelah 1 minggu pasca operasi - klien mengatakan sudah memahami tentang efek dari kemoterapi dan iklas menerima yang penting dirinya sehat. - Klien mengatakan calon suaminya sudah mengetahui kondisinya saat ini - Klien menyatakan calon suaminya menerima dirinya apa adanya. - Klien akan menceritakan tentang penyakitnya A: masalah teratasi P: modifikasi intervensi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KEPERAWATAN Implementasi tanggal 5 Desember 2014
EVALUASI Pukul: 13.00 wib
1. Nyeri kronis berhubungan 1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: dengan terputusnya intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD: 110/70 mmHg, nadi 88x/mnt, pernafasan jaringan yang dilakukan oleh pasien, 16x/menit suhu 37C 2. memantau tanda - tanda vital, - Pasien tidak kooperatif dalam melakukan Tujuan intervensi dari 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri teknik relaksasi nafas dalam diagnose keperawatan ini seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak menjadi - Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu adalah setelah diberikan menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan teknik memberikan kenyamanan menurut pasien. asuhan keperawatan selama distraksi, misalnya dengan menonton tv. - Pemberian analgetik PCT 1 gr drib, profenit 3 x 24 jam, diharapkan nyeri 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan S: pasien berkurang atau pasien, terkontrol 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. - Pasien mengatakan nyeri masih merasakan meningkatkan tirah baring, nyeri pada area luka operasi dengan skala 5-6 kreteria hasil: tidak ada 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. setiap kali nyeri. ekspresi menahan sakit, 7. Kolaborasi pemberian analgetik profenid supp dan PCT A: Masalah belum teratasi tidak ada gangguan tidur. 4x1gr IV sehari P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan hilang nafsu makan. Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini
1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - semalam, pasien hanya mau minuman air disukai. putih dan the hangat 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan - klien ditemani oleh kakak perempuannya mengauskultasi bunyi usus. yang siap membantu memenuhi kebutuhan 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan status nutrisi adekuat, peningkatan intek makanan dan cairan.
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penyakit yang dirasakan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan klien dalam keadaan hangat. S: 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang - pasien mengungkapkan keengganannya manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan untuk makan, karena merasa mual sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, - sakit yang dirasanya membuatnya enggan 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan untuk makan. membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta A: Masalah belum teratasi menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran klien pemenuhan kebutuhan nutrisi. utuk makan sedikit tapi sering 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic Ranitidin 1 amp IV 1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya, 2. memonitor frekuensi mengkritik dirinya, 3. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit, 4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, 5. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien, 6. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang perasaan pasien. 7. Menginformasikan tentang pengobatan dan efek dari pengobatan 8. Menjelaskan tentang efek dari histrektomi
O:
-
-
Calon suami klien menemani klien untuk bantu memenuhi kebutuhannya. Pasien mampu mengungkapkan keinginannya kepada calon suami untuk selalu ditemani Pasien mampu membuat daftar pikiran negative dan positif untuk membuatnya merasa lebih baik lagi Klien tampak memperhatikan apa yg diinformasikan perawat
S: -
pasien mengatakan akan mengikuti
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI pengobatan yang disarankan oleh dokter yaitu kemoterapi setelah 1 minggu pasca operasi - klien mengatakan sudah memahami tentang efek dari kemoterapi dan iklas menerima yang penting dirinya sehat. - Klien mengatakan calon suaminya sudah mengetahui kondisinya saat ini - Klien menyatakan calon suaminya menerima dirinya apa adanya. - Klien akan menceritakan tentang penyakitnya A: masalah teratasi P: modifikasi intervensi
5. Resti infeksi b/d adanya luka post operasi Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak
1. Mengkaji tanda – tanda infeksi seperti : kemerahan, pus, edema, terasa panas, luka tampak kering 2. Mengganti perban klien dengan tehnik septic dan anti septik 3. Menganjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap
O - Luka klien masih ditutup perban - Perban tampak bersih dan tidak terdapat pus - Klien masih takut untuk bermobilisasi hanya miring kanan dan kiri S
terjadi dengan criteria hasil : Luka tampak kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pus dan tidak ada edem, dan jahitan tampak kering.
4. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri 5. Menganjurkan klien untuk banyak mengkomsumsi makanan tinggi protein 6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic seperti Cefazolin 2x 1gr, cefadroksil 2 x 500 gr po
-
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi Klien menanyakan kapan perban yang menutupi luka akan diganti A : masalah belum teratasi P : lanjutkan implementasi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
CATATAN PERKEMBANGAN DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN Tanggal 6 Desember 2014 jam 09,00 Tanggal 6 Desember 2014 jam 13.00 1. Nyeri kronis 2. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: berhubungan dengan terputusnya karingan 3. 4.
intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan oleh pasien, memantau tanda - tanda vital, menjelaskan sumber nyeri dan keadaan nyeri yang tidak akan hilang seketika jadi dibutuhkan adaptasi dari pasien untuk nyerinya
-
TD; 110/60, S: 36,5C, N: 80x/mt, R: 18x/mt
-
Pasien sudah mampu untuk mobilisasi dini, belajar duduk
-
Raut muka yang tampak rileks
-
Mulai kooperatif melakukan manajemen nyeri tetapi masih harus selalu didampingi.
5. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri S: seperti teknik relaksasi dengan merubah meringis menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan - Klien mengatakan nyerinya sudah teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan ayat – berkurang. ayat alquran. - Pasien mengatakan sudah bisa untuk 6. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan beristirhat pasien, - Pasien mengatakan mengerti tentang sumber 7. mendorong pengungkapan perasaan pasien. nyeri dari penyakitnya meningkatkan tirah baring, - Pasien meminta pendampingan dari perawat 8. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. untuk melakukan manajemen nyeri lagi. 9. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 3x 1gr sehari IV A: masalah belum teratasi dan profenit sup 3x 1 sup P: modifikasi intervensi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
2. Nutrisi kurang dari 1. mengidentifikasi penyebab anoreksia. kebutuhan tubuh 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang berhubungan disukai. dengan mual 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan muntah mengauskultasi bunyi usus. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat. 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat antiemetic Ranitidin 1 amp IV, Ondasentron 3x 8 gr IV
O: -
pasien menghabiskan 1 porsi makanan dari rumah sakit pasien sudah banyak minum dari sebelumnya 700 cc pasien mengatakan ingin makan nai lembek saja, karena jika makan bubur saring klien mual
s: -
klien mengatakan rasa mual klien berkurang setelah mendapatkan obat antimual pasien mengatakan akan berusaha untuk menghabiskan makanan dari rumah saki
A: masalah teratasi sebagian P: modifikasi intervensi
3. Gangguan berhubungan
tidur 4. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap pola O: tidur, - pasiem mampu beristirahat pada malam hari dengan 5. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, selama 4 jam ketidaknyamanan 6. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum - klien tampak sedang mengantuk nyeri tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah - Klien tampak sedang tidur siang dilakukan hari ini), S: 7. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman - pasien mengatakan sudah bisa tidur pada
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
malam hari, dan terasa mengantuk jika pada pagi hari - klien mengatakan kadang - kadang masih merasakan sakit A: masalah teratasi P: modifikasi intervensi 4. Gangguan konsep 1. diri berhubungan dengan perubahan 2. status kesehatan dan 3. penyakit yang dirasakan 4. 5.
mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya, memonitor frekuensi mengkritik dirinya, menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit, mendorong klien mengungkapkan perasaannya, menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien,
O:
-
Calon suami klien menemani klien untuk bantu memenuhi kebutuhannya. Pasien mampu mengungkapkan keinginannya kepada calon suami untuk selalu ditemani Pasien mampu membuat daftar pikiran negative dan positif untuk membuatnya merasa lebih baik lagi Klien tampak memperhatikan apa yg diinformasikan perawat
6. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang perasaan pasien. 7. Menginformasikan tentang pengobatan dan efek dari S: pengobatan 8. Menjelaskan tentang efek dari histrektomi - pasien mengatakan akan mengikuti pengobatan yang disarankan oleh dokter yaitu kemoterapi setelah 1 minggu pasca operasi - klien mengatakan sudah memahami tentang efek dari kemoterapi dan iklas menerima yang penting dirinya sehat. - Klien mengatakan calon suaminya sudah mengetahui kondisinya saat ini - Klien menyatakan calon suaminya menerima
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
dirinya apa adanya. - Klien akan menceritakan tentang penyakitnya A: masalah teratasi P: modifikasi intervensi 9. Resti infeksi berhungan dengan adanya luka infeksi
1. Mengkaji tanda – tanda infeksi seperti : kemerahan, pus, edema, terasa panas, luka tampak kering 2. Mengganti perban klien dengan tehnik septic dan anti septik 3. Menganjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap 4. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri
O - Perban tampak bersih - luka tidak ada pus, tampak kering, tidak ada kemerahan dan keadaan jahitannya merapat. - Klien sudah bisa duduk dan berjalan walaupun secara perlahan – lahan S
- Klien mengatakan kadang – kadang masih 5. Menganjurkan klien untuk banyak mengkomsumsi merasakan nyeri pada luka op makanan tinggi protein A : masalah teratasi 6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian P : lanjutkan implementasi antibiotic seperti Ultracet 2 x 200 gr po
Tanggal 6 Desember 2014 pukul 08.00 1. Nyeri kronis 1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan berhubungan dengan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri luka operasi yang dilakukan oleh pasien, 2. memantau tanda - tanda vital, 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri
Tanggal 6 Desember 2014 pukul 12.00 O: -
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
TD; 110/70, S: 37,2C, N:84x/mt R: 16x/mt Raut muka klien tampak rileks klien sudah dapat berjalan walaupun secara perlahan - lahan
4. 5. 6. 7.
seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien, mendorong pengungkapan perasaan pasien. meningkatkan tirah baring, membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 4x 1000gr
-
Pasien mampu menarik nafas dalam jika terasa nyeri dan memilih berdzikir untuk mengurangi nyerinya
S: -
skala nyeri 2-3 dan menurut pasien, nyeri
berkurang saat mendapatkan obat penghilang nyeri dan bisa beristirahat. A: masalah teratasi P: lanjutkan intervensi.
2. Nutrisi kurang dari 1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: kebutuhan tubuh 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - respon pasien mulai mau makan berhubungan dengan disukai. - klien menghabiskan porsi dan mau makan Mual 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan snak dari rumah sakit mengauskultasi bunyi usus. S: 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan - pasien menerima anjuran residen untuk dalam keadaan hangat. menganggap makan merupakan obat untuk 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang penyakitnya dan berusaha untuk bisa makan manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan sebanyak yang pasien mampu. sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, 7. menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam
Pasien mengatakan akan banyak makan protein agar lukanya cepat sembuh pemenuhan kebutuhan nutrisi. A: masalah belum teratasi 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti P: mengajarkan cara pengaturan menu dan cara emetic seperti : ondansentron 3x8 gr po, neurobion 1 x penyajian makanan dalam porsi kecil, hangat dan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
500 gr po
jangan menggunakan penyedap rasa
3. Gangguan tidur 1. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap pola O: berhubungan dengan tidur, - pasien mampu untuk istirahat tidur ketidaknyamanan nyeri 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, - klien tampak sedang tidur siang 3. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum S: tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah dilakukan hari ini), - klien mengungkapan sudah bisa tidur saat 4. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman residen mengolesi punggungnya dengan minyak kayu putih - klien mengatakan setelah mandi pada pagi biasanya klien akan tidur karena terasa mengantuk A: masalah teratasi P: tingkakan istirahat tidur 4. Gangguan konsep diri 1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien O: berhubungan dengan terhadap tubuhnya, perubahan status 2. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan kesehatan dan penyakit dan prognosis penyakit, yang dirasakan 3. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, -
tingkah laku pasien yang sudah kooperatif dengan menceritakan kondisinya saat ini Pasien tidak lagi menyalahkan orang lain
4. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien atas penyakitnya. 5. Memfasilitasi perbaikan konsep diri pasien - Pasien sudah mulai rileks dengan menggunakan teknik lima jari dan terapi kognitif dengan kondisinya saat ini menggunakan pikiran positif untuk mengurangi pikiran S: negative terhadap sekitarnya - respon klien adaptif klien mulai menerima
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
6. Menberikan informasi dengan melibatkan calon suami tentang pengobatan, efek dari pengobatan seperti efek dari kemoterapi 7. Menjelaskan tentang efek dari histrektomi
dan mengatakan sangat bersyukur karena dirinya sudah sehat kembali. - Klien mengatakan akan selalu mematuhi pengobatan yang sudah ditetapkan untu dirinya - Klien mengatakan A: masalah belum teratasi tetapi perlu penekanan pada pentingnya dukungan keluarga untuk membantu proses pemulihan klien P: Rencana tindak lanjut adalah mencapai kesepakatan dengan keluarga tentang pengobatan lebih lanjut terhadap penyakit klien untuk melakukan kemoterapi setelah satu minggu pasca operasi.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
LOG BOOK KASUS ONCOLOGY
APLIKASI TEORI UNPLEASANT SHYMPTOM dan ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Nn. W DENGAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK SUSPEK MALIGNANCY DI RUANG GYNECOLOGI GEDUNG A RSCM
Supervisor: Ns, TRI BUDIARTI S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Mat
Nama : Desi ari madi yanti NIM: : 1106042712
PROGRAM MEGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Deskripsi Kasus Nn W berusia S 18tahun berstatus belum menikah. Sebelumnya sejak 6 bulan yang lalu pasien telah terdiagnosa neoplasma ovarium kistik, tetapi klien tidak berani untuk dioperasi klien hanya berobat dengan menggunakan pengobatan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
tradisional yaitu minum buah merah, tetapi dalam dua bulan terakhir ini klien merasakan perutnya terasa nyeri, bertambah membesar seperti sedang hamil 6 bulan, merasakan penurunan nafsu makan, berat badanya turun 5 kg dan nafasnya terasa sesak terutama pada saat tidur dengan posisi terlentang.
Saat pengkajian klien sudah dua hari dirawat di ruang gynekologi RSUPN Ciptomangunkusumo dengan keluhan awal masuk klien menyatakan sudah 4 hari merasakan nyeri di area abdomen, nafas terasa sesak dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan rekam medis diperoleh keterangan klien menderita kanker neoplasama ovarium kistik suspek malignancy dengan hasil pemeriksaan laboratorium C 125: 147 (0 – 35), Hb: 12,5gr/dl, Ht: 37,2%, Eritrosit: 4,38ml, MCV: 84,9 fL, MCH; 28,5 pq, Trom 341g/dl, Leukosit : 11.19 ml.
Saat
pengkajian diperoleh tekanan darah 120/80 mmHg nadi 90 x/menit, pernafasan 24x/menit dan temperature 37,2ºC. Klien mengeluh nyeri diperut yang menjalar kepinggang dengan skala nyeri 4-5 setiap kali nyeri, klien hanya menghabiskan setengah porsi makan karena bila makan banyak klien merasakan penuh, mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan sesak dan tidak nyaman karena perutnya yang semakin membesar. Klien masih mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari walaupun dilakukan secara perlahan karena
Klien ditemani oleh ibu dan calon suami klien.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Integrasi Teori unpleasant sympthom Kedalam Asuhan Keperawatan Fisiologis Saat pengkajian diperoleh data Mengeluh sakit dibagian perut dan menjalar ke pinggang dengan derajat 4-5 setiap kali sakit. Pasien mengaku kesulitan beraktivitas karena perut yang membesar, sesak nafas, tidak nafsu makan karena merasakan mual dan istirahat yang kurang karena sesak dan tidak nyaman di perut klien merasakan perutnya mendesak ke organ bagian atas.
Psikologis Pasien
mencemaskan kondisi penyakitnya dikarenakan penyakit neoplasma
ovarium kistinya, takut tidak bisa sembuh, takut
karena penyakitnya bisa
menyebabkan dirinya tidak mempunyai keturunan padahal klien akan menikah di awal tahun dan dirinya sangat takut kalau calon suaminya akan menjauhi dirinya setelah mengetahui dirinya sudah tidak bisa mempunyai anak seumur hidupnya.
Situasional Sejak perutnya membesar seperti wanita yang sedang hamil klien mengurangi aktivitasnya diluar rumah, yang sebelumnya klien bekerja disalah satu perusahan swasta di Jakarta. Menurut klien hal ini dilakukan karena klien merasa malu dengan kondisinya yang menjadi bahan omongan karena perutnya yang semakin membesar sedangkan dirinya belum menikah. Klien juga mengurangi kativitasnya karena merasakan nyeri di perut yang dirasakan tiba – tiba.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ANALISIS DATA 1. 2.
pasien mengalami gangguan aktivitas,
keluar gumpalan kehitaman dari vagina atau anusnya.
Raut muka meringis saat berteriak kesakitan.
Setiap kali nyeri dimulai ketika gumpalan kecil ingin keluar hingga keluar sekitar 30 detik,
pasien tampak berusaha melebarkan lubang anusnya atau vaginanya untuk membantu
Setiap kali merasakan sakit pasien tidak Nyeri bisa tidur dan beristirahat baik siang kronis maupun malam hari. Kaki terasa baal dan susah untuk digerakan
Nyeri terpusat pada perut bawah menjalar ke pinggang, pahadengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri kadang terasa 8-10 x sehari selama 5-10 menit
Pasien mengeluhkan badannya terasa lemah dan tidak nafsu makan
Pasien tidak nafsu makan selama 1 tahun terakhir badan menjadi lemas dan menurut pasien badannya jauh menurun Pasien tidak nafsu makan dikarenakan
mengeluarkan gumpalan tersebut.
3.
Pasien berteriak setiap kali nyeri sebagai kompensasi dari menahan sakit.
Badan pasien kurus hanya mampu menggerakan tubuhnya secara perlahan karena bila bergerak pasien mengeluhkan sakit.
Berat badan 48 kg
Pemeriksan laboratorium didapatkan nilai Hemoglobin 12,9gr/dl, hematokrit, albumin 3,1.
merasakan sakit didaerah perutnya dan merasa perutnya cepat penuh.
Tanda vital menunjukkan tekanan darah
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
nekrosis jaringan karena adanya sel kanker
penyakit yang dialami, peningkatan metabolisme, hilang nafsu makan.
130/70 mmHg, nadi 93x/menit, frekuensi pernafasan 22x/menit dan suhu 36,7 C. 4.
pasien selalu terbangun saat merasakan sakit dan berteriak.
dirinya
Gangguan tidur
5.
keluar cairan keputihan seperti lendir dari vagina pasien,
keadaan lemah,
rentang gerak terbatas.
Gangguan Pasien mencemaskan keadaan penyakitnya dikarenakan keadaan kanker konsep diri serviks yang mengalami kerapuhan pada serviks dan mengeluarkan darah secara tiba-tiba tanpa sebab. Pasien mencemaskan kematian yang akan dialaminya bila tidak mendapatkan pengobatan kanker serviks. Keluar cairan putih yang berbau
Pasien mengeluh tidak mampu untuk melakukan kegiatan apapun sendiri, terlebih lagi saat merasakan sakit sejak 4 bulan kaki pasien menjadi lemas dan susah untuk digerakan dan sejak 2 minggu yang lalu mengalami bengkak bengkak hingga ke paha. Pasien merasakan nyeri di perut bawahnya yang kadang-kadang menjalar ke pinggang dan paha dengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri. Pasien tidak mampu menggerakkan kaki dan terasa baal serta ekstremitas berwarna kuning pucat
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ketidaknyamanan nyeri
perubahan kesehatan penyakit dirasakan
status dan yang
menyengat pada kemaluannya menyebabkan kelima pasien merasa tidak nyaman lagi bila berada di keramaian Pasien sejak sakit mengurangi aktivitasnya diluar rumah, yang sebelumnya berjualan kue keliling di kampungnya. Menurut pasien hal itu dikarenakan semakin banyak orang yang mengetahui tentang penyakitnya sehingga enggan untuk membeli kue buatannya. Pasien mengatakan anaknya tidak memiliki waktu untuk menjenguknya baik anak yang dilapung dari suami pertamanya atau anak yang ditanjung periuk dari suaminya sekarang. Suaminya hanya bekerja sebagai sopir truk tanah yang memiliki penghasilan ketika ada yang memakai jasanya saja.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN Pukul 10.30 wib 1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol kreteria hasil: tidak ada ekspresi menahan sakit, tidak ada gangguan tidur.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI Pukul: 18.00 wib
1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD: 130/70 mmHg, nadi 106x/mnt, yang dilakukan oleh pasien, pernafasan 22x/menit suhu 37C 2. memantau tanda - tanda vital, - Pasien tidak kooperatif dalam melakukan 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri manajemen pengalihan teknik seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak - Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan memberikan kenyamanan menurut pasien. teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. - Selama malam dirawat pasien berteriak 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan sebanyak 5 kali karena sakitnya. pasien, - Pemberian analgetik asam mefenamat dan 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. katarolac drib. meningkatkan tirah baring, S: 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 7. Kolaborasi pemberian analgetik keterolac drip dan asam - Pasien mengatakan nyeri masih merasakan mefenamat 3x sehari nyeri pada anus dan vaginanya dengan skala
2. Nutrisi kurang dari 1. kebutuhan tubuh 2. berhubungan dengan penyakit yang dialami, 3.
5-6 setiap kali nyeri. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - selama malam, pasien hanya mau meminum disukai. minuman teh yang disediakan oleh keluarga mengobservasi keadaan umum pasien dan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN peningkatan metabolisme, mengauskultasi bunyi usus. pasien hilang nafsu makan. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. - tidak ada keluarga yang menunggui pasien Tujuan intervensi dari 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan diruang rawatnya. diagnose keperawatan ini dalam keadaan hangat. S: adalah setelah diberikan 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang - pasien mengungkapkan keengganannya asuhan keperawatan selama manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan untuk makan, karena tidak berselera untuk 3 x 24 jam, diharapkan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, makan status nutrisi adekuat, 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan - sakit yang dirasanya membuatnya enggan peningkatan intek makanan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta untuk makan. dan cairan. menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam A: Masalah belum teratasi pemenuhan kebutuhan nutrisi. P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran masukan nutrisi. 3. Gangguan tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan nyeri Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan perubahan pola tidur pasien teratasi kreteria hasil: jumlah tidur dalam batas
1. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap O: pola tidur, - TD: 130/70 mmHg, nadi 106x/mnt, 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, pernafasan 22x/menit suhu 37C 3. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum - Pasien terlihat raut kurang istirahat dari tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah mukanya dilakukan hari ini), S: pasien mengatakan mencoba untuk 4. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman mengistirahatkan dirinya A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN normal
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penyakit yang dirasakan
1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien O: terhadap tubuhnya, 2. memonitor frekuensi mengkritik dirinya, 3. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit, 4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, S: 5. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien,
Tujuan: setelah diberikan
asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan gangguan konsep diri pasien teratasi kreteria hasil: mampu mengidentifikasi kekuatan personal dan mempertahankan interaksi social.
6. menganjurkan keluarga untuk berbicara perasaan pasien. 7. Memfasilitasi perbaikan konsep diri menggunakan teknik lima jari.
EVALUASI
tentang
-
pasien
-
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Cairan putih keabuan masih tetap ada Pasien lebih mau terbuka tentang perasaannya
Pasien mengatakan dirinya sedang sakit parah dan tidak ada yang mau menemaninya termasuk suaminya, anaknya pun enggan untuk berlama-lama didekatnya Pasien mengatakan pasien yang disebelahnya minta dipindahkan karena tidak tahan dengan bau dari tubuhnya. A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi
LOG BOOK KASUS ONCOLOGY
APLIKASI TEORI UNPLEASANT SHYMPTOM dan ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Nn. W DENGAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK SUSPEK MALIGNANCY DI RUANG GYNECOLOGI GEDUNG A RSCM
Supervisor: Ns, TRI BUDIARTI S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Mat
Nama : Desi ari madi yanti NIM: : 1106042712
PROGRAM MEGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Deskripsi Kasus Nn W berusia S 18tahun berstatus belum menikah. Sebelumnya sejak 6 bulan yang lalu pasien telah terdiagnosa neoplasma ovarium kistik, tetapi klien tidak berani untuk dioperasi klien hanya berobat dengan menggunakan pengobatan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
tradisional yaitu minum buah merah, tetapi dalam dua bulan terakhir ini klien merasakan perutnya terasa nyeri, bertambah membesar seperti sedang hamil 6 bulan, merasakan penurunan nafsu makan, berat badanya turun 5 kg dan nafasnya terasa sesak terutama pada saat tidur dengan posisi terlentang.
Saat pengkajian klien sudah dua hari dirawat di ruang gynekologi RSUPN Ciptomangunkusumo dengan keluhan awal masuk klien menyatakan sudah 4 hari merasakan nyeri di area abdomen, nafas terasa sesak dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan rekam medis diperoleh keterangan klien menderita kanker neoplasama ovarium kistik suspek malignancy dengan hasil pemeriksaan laboratorium C 125: 147 (0 – 35), Hb: 12,5gr/dl, Ht: 37,2%, Eritrosit: 4,38ml, MCV: 84,9 fL, MCH; 28,5 pq, Trom 341g/dl, Leukosit : 11.19 ml.
Saat
pengkajian diperoleh tekanan darah 120/80 mmHg nadi 90 x/menit, pernafasan 24x/menit dan temperature 37,2ºC. Klien mengeluh nyeri diperut yang menjalar kepinggang dengan skala nyeri 4-5 setiap kali nyeri, klien hanya menghabiskan setengah porsi makan karena bila makan banyak klien merasakan penuh, mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan sesak dan tidak nyaman karena perutnya yang semakin membesar. Klien masih mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari walaupun dilakukan secara perlahan karena
Klien ditemani oleh ibu dan calon suami klien.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Integrasi Teori unpleasant sympthom Kedalam Asuhan Keperawatan Fisiologis Saat pengkajian diperoleh data Mengeluh sakit dibagian perut dan menjalar ke pinggang dengan derajat 4-5 setiap kali sakit. Pasien mengaku kesulitan beraktivitas karena perut yang membesar, sesak nafas, tidak nafsu makan karena merasakan mual dan istirahat yang kurang karena sesak dan tidak nyaman di perut klien merasakan perutnya mendesak ke organ bagian atas.
Psikologis Pasien
mencemaskan kondisi penyakitnya dikarenakan penyakit neoplasma
ovarium kistinya, takut tidak bisa sembuh, takut
karena penyakitnya bisa
menyebabkan dirinya tidak mempunyai keturunan padahal klien akan menikah di awal tahun dan dirinya sangat takut kalau calon suaminya akan menjauhi dirinya setelah mengetahui dirinya sudah tidak bisa mempunyai anak seumur hidupnya.
Situasional Sejak perutnya membesar seperti wanita yang sedang hamil klien mengurangi aktivitasnya diluar rumah, yang sebelumnya klien bekerja disalah satu perusahan swasta di Jakarta. Menurut klien hal ini dilakukan karena klien merasa malu dengan kondisinya yang menjadi bahan omongan karena perutnya yang semakin membesar sedangkan dirinya belum menikah. Klien juga mengurangi kativitasnya karena merasakan nyeri di perut yang dirasakan tiba – tiba.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ANALISIS DATA 1. 2.
pasien mengalami gangguan aktivitas,
keluar gumpalan kehitaman dari vagina atau anusnya.
Raut muka meringis saat berteriak kesakitan.
Setiap kali nyeri dimulai ketika gumpalan kecil ingin keluar hingga keluar sekitar 30 detik,
pasien tampak berusaha melebarkan lubang anusnya atau vaginanya untuk membantu
Setiap kali merasakan sakit pasien tidak Nyeri bisa tidur dan beristirahat baik siang kronis maupun malam hari. Kaki terasa baal dan susah untuk digerakan
Nyeri terpusat pada perut bawah menjalar ke pinggang, pahadengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri kadang terasa 8-10 x sehari selama 5-10 menit
Pasien mengeluhkan badannya terasa lemah dan tidak nafsu makan
Pasien tidak nafsu makan selama 1 tahun terakhir badan menjadi lemas dan menurut pasien badannya jauh menurun Pasien tidak nafsu makan dikarenakan
mengeluarkan gumpalan tersebut.
3.
Pasien berteriak setiap kali nyeri sebagai kompensasi dari menahan sakit.
Badan pasien kurus hanya mampu menggerakan tubuhnya secara perlahan karena bila bergerak pasien mengeluhkan sakit.
Berat badan 48 kg
Pemeriksan laboratorium didapatkan nilai Hemoglobin 12,9gr/dl, hematokrit, albumin 3,1.
merasakan sakit didaerah perutnya dan merasa perutnya cepat penuh.
Tanda vital menunjukkan tekanan darah
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
nekrosis jaringan karena adanya sel kanker
penyakit yang dialami, peningkatan metabolisme, hilang nafsu makan.
130/70 mmHg, nadi 93x/menit, frekuensi pernafasan 22x/menit dan suhu 36,7 C. 4.
pasien selalu terbangun saat merasakan sakit dan berteriak.
dirinya
Gangguan tidur
5.
keluar cairan keputihan seperti lendir dari vagina pasien,
keadaan lemah,
rentang gerak terbatas.
Gangguan Pasien mencemaskan keadaan penyakitnya dikarenakan keadaan kanker konsep diri serviks yang mengalami kerapuhan pada serviks dan mengeluarkan darah secara tiba-tiba tanpa sebab. Pasien mencemaskan kematian yang akan dialaminya bila tidak mendapatkan pengobatan kanker serviks. Keluar cairan putih yang berbau
Pasien mengeluh tidak mampu untuk melakukan kegiatan apapun sendiri, terlebih lagi saat merasakan sakit sejak 4 bulan kaki pasien menjadi lemas dan susah untuk digerakan dan sejak 2 minggu yang lalu mengalami bengkak bengkak hingga ke paha. Pasien merasakan nyeri di perut bawahnya yang kadang-kadang menjalar ke pinggang dan paha dengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri. Pasien tidak mampu menggerakkan kaki dan terasa baal serta ekstremitas berwarna kuning pucat
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ketidaknyamanan nyeri
perubahan kesehatan penyakit dirasakan
status dan yang
menyengat pada kemaluannya menyebabkan kelima pasien merasa tidak nyaman lagi bila berada di keramaian Pasien sejak sakit mengurangi aktivitasnya diluar rumah, yang sebelumnya berjualan kue keliling di kampungnya. Menurut pasien hal itu dikarenakan semakin banyak orang yang mengetahui tentang penyakitnya sehingga enggan untuk membeli kue buatannya. Pasien mengatakan anaknya tidak memiliki waktu untuk menjenguknya baik anak yang dilapung dari suami pertamanya atau anak yang ditanjung periuk dari suaminya sekarang. Suaminya hanya bekerja sebagai sopir truk tanah yang memiliki penghasilan ketika ada yang memakai jasanya saja.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN Pukul 10.30 wib 1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol kreteria hasil: tidak ada ekspresi menahan sakit, tidak ada gangguan tidur.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI Pukul: 18.00 wib
1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD: 130/70 mmHg, nadi 106x/mnt, yang dilakukan oleh pasien, pernafasan 22x/menit suhu 37C 2. memantau tanda - tanda vital, - Pasien tidak kooperatif dalam melakukan 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri manajemen pengalihan teknik seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak - Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan memberikan kenyamanan menurut pasien. teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. - Selama malam dirawat pasien berteriak 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan sebanyak 5 kali karena sakitnya. pasien, - Pemberian analgetik asam mefenamat dan 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. katarolac drib. meningkatkan tirah baring, S: 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 7. Kolaborasi pemberian analgetik keterolac drip dan asam - Pasien mengatakan nyeri masih merasakan mefenamat 3x sehari nyeri pada anus dan vaginanya dengan skala
2. Nutrisi kurang dari 1. kebutuhan tubuh 2. berhubungan dengan penyakit yang dialami, 3.
5-6 setiap kali nyeri. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - selama malam, pasien hanya mau meminum disukai. minuman teh yang disediakan oleh keluarga mengobservasi keadaan umum pasien dan
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN peningkatan metabolisme, mengauskultasi bunyi usus. pasien hilang nafsu makan. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. - tidak ada keluarga yang menunggui pasien Tujuan intervensi dari 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan diruang rawatnya. diagnose keperawatan ini dalam keadaan hangat. S: adalah setelah diberikan 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang - pasien mengungkapkan keengganannya asuhan keperawatan selama manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan untuk makan, karena tidak berselera untuk 3 x 24 jam, diharapkan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, makan status nutrisi adekuat, 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan - sakit yang dirasanya membuatnya enggan peningkatan intek makanan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta untuk makan. dan cairan. menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam A: Masalah belum teratasi pemenuhan kebutuhan nutrisi. P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran masukan nutrisi. 3. Gangguan tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan nyeri Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan perubahan pola tidur pasien teratasi kreteria hasil: jumlah tidur dalam batas
1. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap O: pola tidur, - TD: 130/70 mmHg, nadi 106x/mnt, 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, pernafasan 22x/menit suhu 37C 3. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum - Pasien terlihat raut kurang istirahat dari tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah mukanya dilakukan hari ini), S: pasien mengatakan mencoba untuk 4. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman mengistirahatkan dirinya A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN normal
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penyakit yang dirasakan
1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien O: terhadap tubuhnya, 2. memonitor frekuensi mengkritik dirinya, 3. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit, 4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, S: 5. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien,
Tujuan: setelah diberikan
asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan gangguan konsep diri pasien teratasi kreteria hasil: mampu mengidentifikasi kekuatan personal dan mempertahankan interaksi social.
6. menganjurkan keluarga untuk berbicara perasaan pasien. 7. Memfasilitasi perbaikan konsep diri menggunakan teknik lima jari.
EVALUASI
tentang
-
pasien
-
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Cairan putih keabuan masih tetap ada Pasien lebih mau terbuka tentang perasaannya
Pasien mengatakan dirinya sedang sakit parah dan tidak ada yang mau menemaninya termasuk suaminya, anaknya pun enggan untuk berlama-lama didekatnya Pasien mengatakan pasien yang disebelahnya minta dipindahkan karena tidak tahan dengan bau dari tubuhnya. A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi
LOG BOOK KASUS ONCOLOGY
APLIKASI TEORI UNPLEASANT SHYMPTOM dan ADAPTASI ROY PADA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Nn. S DENGAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK SUSPEK MALIGNANCY DI RUANG GYNECOLOGI GEDUNG A RSCM
Supervisor: Ns, TRI BUDIARTI S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Mat
Nama : Desi ari madi yanti NIM: : 1106042712
PROGRAM MEGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Deskripsi Kasus Nn S berusia 18tahun berstatus belum menikah. Sebelumnya sejak 6 bulan yang lalu pasien telah terdiagnosa neoplasma ovarium kistik, tetapi klien tidak berani untuk dioperasi klien hanya berobat dengan menggunakan pengobatan tradisional yaitu minum rebusan daun sirih merah, tetapi dalam dua bulan terakhir ini klien merasakan perutnya terasa nyeri, bertambah membesar seperti sedang hamil 6 bulan, merasakan penurunan nafsu makan, berat badanya turun 5 kg dan nafasnya terasa sesak terutama pada saat tidur dengan posisi terlentang.
Saat pengkajian klien sudah dua hari dirawat di ruang gynekologi RSUPN Ciptomangunkusumo dengan keluhan awal masuk klien menyatakan sudah 4 hari merasakan nyeri di area abdomen, nafas terasa sesak dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan rekam medis diperoleh keterangan klien menderita kanker neoplasama ovarium kistik suspek malignancy dengan hasil pemeriksaan laboratorium C 125: 245,2 U/mL (0 – 35), Hb: 10,5gr/dl, Ht: 34%, Eritrosit: 9,55ml, MCV: 84,9 fL, MCH; 28,5 pq, Trom 51g/dl, Leukosit : 9.55 ml. Saat pengkajian diperoleh tekanan darah 120/80 mmHg nadi 90 x/menit, pernafasan 24x/menit dan temperature 37,2ºC. Klien mengeluh nyeri diperut yang menjalar kepinggang dengan skala nyeri 4-5 setiap kali nyeri, klien hanya menghabiskan setengah porsi makan karena bila makan banyak klien merasakan penuh, mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan sesak dan tidak nyaman karena perutnya yang semakin membesar. Klien masih mampu untuk memenuhi kebutuhannya
sehari
-
hari
walaupun
dilakukan
secara
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
perlahan
.
Integrasi Teori unpleasant sympthom Kedalam Asuhan Keperawatan
Pengkajian tanggal : 27 Oktober 2014 Fase akut Fisiologis Saat pengkajian diperoleh data Mengeluh sakit dibagian perut dan menjalar ke pinggang dengan derajat 4-5 setiap kali sakit. Pasien mengaku kesulitan beraktivitas karena perut yang membesar, sesak nafas, tidak nafsu makan karena merasakan mual dan istirahat yang kurang karena sesak dan tidak nyaman di perut klien merasakan perutnya mendesak ke organ bagian atas.
Psikologis Pasien
mencemaskan kondisi penyakitnya dikarenakan penyakit neoplasma
ovarium kistinya, takut tidak bisa sembuh, takut
karena penyakitnya bisa
menyebabkan dirinya tidak mempunyai keturunan padahal klien akan menikah di awal tahun dan dirinya sangat takut kalau calon suaminya akan menjauhi dirinya setelah mengetahui dirinya sudah tidak bisa mempunyai anak seumur hidupnya.
Situasional Sejak perutnya membesar seperti wanita yang sedang hamil klien mengurangi aktivitasnya diluar rumah, yang sebelumnya klien bekerja disalah satu perusahan swasta di Jakarta. Menurut klien hal ini dilakukan karena klien merasa malu dengan kondisinya yang menjadi bahan omongan karena perutnya yang semakin membesar sedangkan dirinya belum menikah. Klien juga mengurangi kativitasnya karena merasakan nyeri di perut yang dirasakan tiba – tiba.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Pada fase pulihan Klien opersi pada tanggal 29 Oktober 2014 Pengkajian berdasarkan adaptasi Roy Pengkajian tahap satu
Fisiologis : pernafasan spontan, dengan jumlah pernafasan 18 x/mt, bentuk dada normal, ekspansi dada sama antara sisi kanan dan sisi kiri, tidak ada suara ronchi, krepitasi maupun wheezing. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi : 90x/mt, akral hangat tidak ada sianosis, capiler refill time sudah kembali kurang dari 3 detik
Nutrisi : bising usus terdengar 14x/ mt, klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang bervariasi, saat ini klien tidak nafsu makan karena merasa nyeri dan mual. Klien hanya menghabiskan diet bubur saring sebanyak ¾ porsi yang disediakan.Klien tampak lemas, hasil pemeriksaan laboratorium darah diperoleh albumin: 2,37, Hb: 11,4g/dl, kalium serum: 8,2
Eliminasi : klien terpasang kateter dengan produksi urine 1000cc/ 24 jam, warna urine kekuningan, sudah 2 hari ini klien belum buang besar.
Aktifitas
dan istirahat : klien mengatakan tidak belum berani
menggerakan badannya kekiri dan kekanan klien merasa takut jika nanti luka klien akan terbuka dan lukanyapun terasa nyeri. Saat ini klien hanya berbaring di tempat tidur saja, semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua klien.
Sesori : fungsi pendengaran, penciuman, penglihatan dan indra perasa dalam kondisi normal, klien mengatakan nyeri pada luka opersinya, nyeri yang diraskan seperti nyeri tumpul dengan sakala 7, nyeri akan berkurang jika klien diberi obat .
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Cairan dan elektrolit: turgor kulit kering, membran mukosa bibir kering, untuk saat ini klien minum sedikit sedikit atau sekitar 200cc, produksi urine dalam 24 jam 1000cc/24 jam.
Sistem neurologis: kesadaran komposmentis, klien tampak kesakitan, respon klien masih baik.
System reproduksi: klien belum menikah, klien menarche pada usia 12 tahun, klien menstruasi teratur, terakhir menstruasi 2 bulan yang lalu.
2). Konsep diri Klien mengatakan cemas dengan kondisinya ia takut penyakitnya akan kambuh kembali, klien mengatakanapakah nanti ada laki – laki yang mau menerima dirinya dengan apa adanya, saat ini dirinya sudah tidak dapat mempunyai anak karena sudah diangkat rahim dan indung telurnya. Klien hanya tiduran saja di tempat tidur karena merasakan nyeri yang sakit. Klien mengatakan percaya kepada Alloh tetapi klien kecewa karena menurutnya Alloh memberikan cobaan yang tidak sembuh – sembuh dan terasa berat bagi dirinnya.
3). Fungsi Peran Klien merupakan anak ke dua dari empat bersaudara, yang saat ini tidak lagi melanjutkan sekolahnya karena malu dengan penyakitnya. Sebagai anak saat ini klien tidak mampu menjalankan fungsinya sebagi anak, semua kebutuhan klien dibantu dan dipenuhi oleh orang tuanya.
4). Saling ketergantungan/ interdependensi Klien mengatakan selama sakit semua kebutuhannya dipenuhi oleh keluarga, klien merasa hanya menjadi beban bagi keluarga dengan perekonomian yang pas – pasan. Keluarga dan saudara – saudaranya sangat mendukung dan selalu memberikan semangat kepada klien untuk kesembuhan penyakitnya.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Pengkajian tahap dua 1). Fisiologis Klien mengalami gangguan sensori nyeri, stimulus fokal : klien mengatakan nyeri di luka bekas oprasi, selama di rawat klien terlihat kesakitan dan membatasi geraknya. Nyeri yang dirasakan klien akibat terputusnya jaringan karena tindakan oprasi. Stimulus konstektual : klien merasa takut jika penyakitnya akan kembali lagi seperti dulu. Stimulus residual : klien memiliki karakter yang mudah menyerah dan cenderung kolokan.
Klien juga menunjukan adanya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Stimulus fokal: klien mengatakan tidak nafsu makan, makannya hanya sedikit, badan terlihat kurus dan klien hanya menghabiskan ¾ porsi makan yang disediakan oleh rumah sakit. Stimulus konstektual: klien mengatakan mual dan tidak semangat untuk makan karena merasakan nyeri. Stimulus residual : klien merasakan nyeri di luka oprasinya.
2). Konsep diri Klien menunjukkan perilaku perubahan dalam self physical : cemas dan sedih dengan kondisi tubunya saat ini yang kehilangan organ reproduksinya ( uterus dan ovarium). Stimulus fokal : klien mengatakan cemas dan takut dengan kondisinya saat ini ia, takut penyakitnya akan kambuh lagi, takut kelak jika klien ingin menikah tidak ada lelaki yang mau dengan dirinya karena dirinya tidak akan bisa mempunyai anak.stimulus konstektual: kecemasan ini dipicu karena pengalaman masa lalu yang sudah pernah menjalani oprasi dengan penyakit yang sama tetapi kambuh lagi. Stimulus residual : kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dihadapi klien saat ini.
3). Fungsi peran Klien menunjukkan perilaku perubahan fungsi peran. Stimulus fokal: klien tidak bisa menjalankan perannya sebagai anak dan pelajar. Stimulus
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
konstektual: klien jarang berkumpul dengan keluarga karena sekolah di pesantren, stimulus residual: klien sedang dirawat di rumah sakit.
4). Interdependensi Stimulus fokal klien tergantung dengan orang tua dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, stimulus konstektual: klien sedang dirawat di rumah sakit, stimulus residual: dukungan dari keluarga yang kuat.
Diagnosa keperawatan yang muncul a. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post laparatomi b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual c. Gangngguan istirahat tidur b/d nyeri d. Gangguan Konsep diri b/d diangkatnya salah satu organ reproduksi e. Resti Infeksi b/d adanya luka operasi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
No 1.
ANALISIS DATA Data subjektif
Data objektif
pasien mengalami gangguan aktivitas,
adanya luka post operasi tang masih tertutup perban.
Raut muka kesakitan.
meringis
saat
mengaduh
Setiap kali nyeri dating klien tampak meringis
pasien tampak berusaha tubuhnya dengan nyaman
Pasien meringis setiap kali nyeri sebagai
memposisikan
Masalah
Setiap kali merasakan sakit pasien tidak Nyeri bisa tidur dan beristirahat baik siang kronis maupun malam hari.
Nyeri
terpusat
pada
perut
Penyebab Terpurtusnya jaringan
bawah
menjalar ke pinggang, pahadengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri kadang terasa 8-10 x sehari selama 5-10 menit
Pasien mengeluhkan badannya terasa lemah dan tidak nafsu makan
penyakit yang Pasien tidak nafsu makan selama 6 Nutrisi hilang bulan terakhir badan menjadi lemas dan kurang dari dialami, kebutuhan nafsu makan. menurut pasien badannya jauh menurun tubuh Pasien tidak nafsu makan dikarenakan
kompensasi dari menahan sakit 2.
Badan pasien kurus, klien walaupun secara perlahan
Berat badan 44 kg, sekarang 40 kg
Pemeriksan laboratorium didapatkan nilai Hemoglobin 10,9gr/dl, hematokrit
beraktifitas
Tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 90x/menit, frekuensi pernafasan 22x/menit dan suhu 36,7 C.
merasakan sakit didaerah perutnya dan merasa perutnya cepat penuh.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
3
pasien selalu merasakan sakit
dirinya
Gangguan tidur
4.
Klien mengalami post operasi histrektomi totalis Takut penyakitnya kambuh kembali
Gangguan Pasien mencemaskan keadaan penyakitnya takut kambuh lagi konsep diri Pasien mencemaskan kematian yang akan dialaminya bila tidak mendapatkan pengobatan kanker Klien mencemaskan keadaanya setelah post histrektomi totalis Pasien sejak sakit mengurangi aktivitasnya Klien takut kalau nanti tidak ada pria yang mau dengan dirinya karena dirinya tidak akan bisa memberikan keturunan
terbangun
saat
Pasien mengeluh tidak mampu untuk melakukan kegiatan apapun sendiri, terlebih lagi saat merasakan sakit Pasien merasakan nyeri di perut bawahnya yang kadang-kadang menjalar ke pinggang dan paha dengan skala nyeri 5-6 setiap kali nyeri. Nyeri dirasakan diarea perut terutama pada luka oprasi laparatomi Pasien tidak mampu menggerakkan badan klien karena nyeri
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ketidaknyamanan nyeri
perubahan kesehatan
status dan
penyakit dirasakan
yang
5.
Terdapat luka post oprasi
Luka tertutup perban
Klien banyak berbaring di tempat tidur
Klien mengatakan nyeri pada luka oprasinya Klien mengatakan kapan akan mengganti perbanya Klien mengatakan apakah lukanya bisa sembuh
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
Resiko infeksi
Adanya operasi
luka
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KEPERAWATAN Implementasi tanggal 30 Oktober 2014 1. Nyeri kronis berhubungan dengan terputusnya jaringan Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol kreteria hasil: tidak ada ekspresi menahan sakit, tidak ada gangguan tidur.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan hilang nafsu makan. Tujuan intervensi dari diagnose keperawatan ini adalah setelah diberikan
EVALUASI Pukul: 18.00 wib
1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan oleh pasien, 2. memantau tanda - tanda vital, 3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien, 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. meningkatkan tirah baring, 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 7. Kolaborasi pemberian analgetik profenid supp dan PCT 4x1gr IV sehari
O:
1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan mengauskultasi bunyi usus. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan
O:
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
S:
TD: 90/60 mmHg, nadi 90x/mnt, pernafasan 22x/menit suhu 37C Pasien tidak kooperatif dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam Perubahan posisi yg ditawarkan tidak mampu memberikan kenyamanan menurut pasien. Pemberian analgetik PCT 1 gr drib, profenit
-
Pasien mengatakan nyeri masih merasakan nyeri pada area luka operasi dengan skala 5-6 setiap kali nyeri. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi metode relaksasi untuk mengurangi nyeri dan pendekatan personal.
-
selama malam, pasien hanya mau meminum minuman air putih klien ditemani oleh ibunya yang siap membantu memenuhi kebutuhan klien klien terpasang cairan infuse aminofluid 1lt/24 jam
DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KEPERAWATAN asuhan keperawatan selama dalam keadaan hangat. 3 x 24 jam, diharapkan 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang status nutrisi adekuat, manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan peningkatan intek makanan sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, dan cairan. 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Berkolaborasi dengan dokter terhadap pemeriksaan Hb: 11,6 9. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic dan cairan infuse Aminoflluid 1lt per IV,
EVALUASI S: -
pasien mengungkapkan keengganannya untuk makan, karena merasa mual - sakit yang dirasanya membuatnya enggan untuk makan. A: Masalah belum teratasi P: modifikasi pengurang nyeri dan anjuran klien utuk makan sedikit tapi sering
Ranitidin 1 amp IV, ondansentron 3x8 gr IV 3. Gangguan tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan nyeri Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan perubahan pola tidur pasien teratasi kreteria hasil: jumlah tidur dalam batas normal
1. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap O: pola tidur, - TD: 90/60 mmHg, nadi 90x/mnt, pernafasan 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, 22x/menit suhu 37C 3. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum - Pasien terlihat kurang istirahat dari mukanya tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah S: pasien mengatakan mencoba untuk dilakukan hari ini), mengistirahatkan dirinya 4. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
DIAGNOSE KEPERAWATAN 4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penyakit yang dirasakan Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan gangguan konsep diri pasien teratasi kreteria hasil: mampu mengidentifikasi kekuatan personal dan mempertahankan interaksi social. 5. Resti infeksi b/d adanya luka post operasi Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan criteria hasil : Luka tampak kering, tidak
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien O: terhadap tubuhnya, - Terdapat luka opersi dan pengangkatan 2. memonitor frekuensi mengkritik dirinya, rahim dan indung telur 3. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan - Pasien lebih mau terbuka tentang perasaannya dan prognosis penyakit, S: 4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, 5. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien, - Pasien mengatakan takut kalau penyakitnya 6. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang akan kambuh lagi perasaan pasien. - Klien mengatakan sekarang dirinya bukan 7. Menginformasikan tentang pengobatan dan efek dari lagi wanita yang sempurna kr sudah tidak pengobatan punya peranakan lagi 8. Menjelskan tentang efek dari histrektomi - Klien mengatakan apakah nanti ada pria yang mau dengan dirinya karena sudah tidak bisa punya anak. A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi 1. Mengkaji tanda – tanda infeksi seperti : kemerahan, O pus, edema, terasa panas, luka tampak kering - Luka klien masih ditutup perban 2. Mengganti perban klien dengan tehnik septic dan anti septik 3. Menganjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap 4. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri 5. Menganjurkan klien untuk banyak mengkomsumsi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
-
Perban tampak bersih dan tidak terdapat pus Klien masih takut untuk bermobilisasi hanya miring kanan dan kiri
S - Klien mengatakan nyeri pada luka operasi - Klien menanyakan kapan perban yang
DIAGNOSE KEPERAWATAN ada kemerahan, tidak ada pus dan tidak ada edem, dan jahitan tampak kering.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
makanan tinggi protein menutupi luka akan diganti 6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian A : masalah elum teratasi antibiotic seperti Ceftriaxon 1gr P : lanjutkan implementasi
CATATAN PERKEMBANGAN DIAGNOSE IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN Tanggal 31 Oktober 2014 jam 10,00 Tanggal 31 Oktober 2014 jam 13.00 1. Nyeri kronis 1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: berhubungan dengan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD; 110/60, S: 36,5C, N: 80x/mt, R: terputusnya karingan yang dilakukan oleh pasien, 18x/mt 2. memantau tanda - tanda vital, - Pasien sudah mampu untuk mobilisasi 3. menjelaskan sumber nyeri dan keadaan nyeri yang tidak dini akan hilang seketika jadi dibutuhkan adaptasi dari pasien - Raut muka yang tampak rileks untuk nyerinya - Mulai kooperatif melakukan 4. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri manajemen nyeri tetapi masih harus seperti teknik relaksasi dengan merubah meringis selalu didampingi. menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan S: teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan ayat – ayat alquran. - Klien mengatakan nyerinya sudah 5. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan berkurang. pasien, - Pasien mengatakan sudah bisa untuk 6. mendorong pengungkapan perasaan pasien. beristirhat
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
-
meningkatkan tirah baring, 7. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 8. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 3x 1gr sehari IV dan profenit sup 3x 1 sup
Pasien mengatakan mengerti tentang sumber nyeri dari penyakitnya
-
Pasien meminta pendampingan dari perawat untuk melakukan manajemen nyeri lagi. A: masalah belum teratasi P: modifikasi intervensi
O: 2. Nutrisi kurang dari 1. mengidentifikasi penyebab anoreksia. - pasien menghabiskan 1 porsi kebutuhan tubuh 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang makanan dari rumah sakit berhubungan dengan disukai. - pasien sudah banyak minum dari mual muntah 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan sebelumnya 700 cc - pasien mengatakan ingin makan nai mengauskultasi bunyi usus. lembek saja, karena jika makan bubur 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. saring klien mual 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan s: dalam keadaan hangat. - klien mengatakan rasa mual klien berkurang setelah mendapatkan obat 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang antimual manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan - pasien mengatakan lebih berselera bila sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, memakan makanan yang berkuah lebih enak ditelan dan dalam keadaan hangat. 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan A: masalah teratasi sebagian membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta P: modifikasi intervensi menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat antiemetic Ranitidin 1 amp IV, Ondasentron 3x 8 gr IV
3. Gangguan
tidur 1. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap pola O: -
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
selama 4 jam pasiem mampu beristirahat
selama 2 jam setelah dibantu dibersihkan berhubungan dengan tidur, badannya ketidaknyamanan nyeri 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, - Klien tampak sedang tidur siang 3. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum S: tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah - pasien mengatakan sudah bisa tidur pada dilakukan hari ini), malam hari, dan terasa mengantuk jika pada pagi hari 4. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman -
klien mengatakan kadang - kadang masih merasakan sakit A: masalah teratasi P: modifikasi intervensi 4. Gangguan konsep diri 1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien O:
berhubungan dengan terhadap tubuhnya, perubahan status 2. memonitor frekuensi mengkritik dirinya, kesehatan dan penyakit 3. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan yang dirasakan dan prognosis penyakit, 4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, 5. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien, 6. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang perasaan pasien. 7. Menginformasikan tentang pengobatan dan efek dari pengobatan S: 8. Menjelaskan tentang efek dari histrektomi
-
-
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
ibu klien menemani klien untuk bantu memenuhi kebutuhannya. Pasien mampu mengungkapkan keinginannya ibunya untuk selalu ditemani Pasien mampu membuat daftar pikiran negative dan positif untuk membuatnya merasa lebih baik lagi Klien tampak memperhatikan apa yg diinformasikan perawat pasien mengatakan akan mengikuti pengobatan yang disarankan oleh dokter yaitu kemoterapi setelah 1 minggu pasca operasi klien mengatakan sudah memahami tentang efek dari kemoterapi dan iklas menerima yang penting dirinya sehat.
-
Klien mengatakan pasrah jika menikah tidak mempunyai anak - Klien akan menceritakan tentang penyakitnya A: masalah teratasi P: modifikasi intervensi
5. Resti infeksi berhungan
1. Mengkaji tanda – tanda infeksi seperti : kemerahan, pus, O
dengan adanya luka infeksi
edema, terasa panas, luka tampak kering Mengganti perban klien dengan tehnik septic dan anti septik Menganjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri Menganjurkan klien untuk banyak mengkomsumsi makanan tinggi protein Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic seperti Cefixsin 2x200gr po
2. 3. 4. 5.
-
-
Perban tampak bersih luka tidak ada pus, tampak kering, tidak ada kemerahan dan keadaan jahitannya merapat. Klien sudah bisa susuk dan berjalan walaupun secara perlahan – lahan
S - Klien mengatakan kadang – kadang masih merasakan nyeri pada luka operasi - Klien menanyakan keadaan luka klien A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan implementasi
Tanggal 3 Oktober 2014 pukul 08.00 Tanggal 3 Oktober 2014 pukul 12.00 1. Nyeri kronis 1. memcatat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan O: berhubungan dengan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri - TD; 110/70, S: 37,2C, N:84x/mt R: luka operasi yang dilakukan oleh pasien, 16x/mt 2. memantau tanda - tanda vital, - respon pasien masih tampak raut muka
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
3. mendorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dengan merubah berteriak menjadi menarik nafas panjang ketika terasa nyeri dan teknik distraksi, misalnya dengan menonton tv. 4. memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien, 5. mendorong pengungkapan perasaan pasien. S: meningkatkan tirah baring, 6. membantu kebutuhan perawatan diri yang penting. 7. Kolaborasi pemberian analgetik PCT 4x 1000gr
klien rileks klien sudah dapat berjalan walupun masih perlahan - lahan Pasien mampu menarik nafas dalam jika terasa nyeri dan memilih berdzikir untuk mengurangi nyerinya
-
skala nyeri 2-3 setiap kali nyeri dan menurut pasien, nyeri berkurang saat mendapatkan obat penghilang nyeri dan bias beristirahat. A: masalah teratasi P: lanjutkan intervensi.
2. Nutrisi kurang dari 1. mengidentifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia. O: kebutuhan tubuh 2. mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang - respon pasien mulai mau makan berhubungan dengan disukai. - klien menghabiskan ¾ porsi dan mau Mual 3. mengobservasi keadaan umum pasien dan makan snak dari rumah sakit mengauskultasi bunyi usus. 4. mengobservasi dan catat masukan makan pasien. S: 5. Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering dan - pasien menerima anjuran residen untuk dalam keadaan hangat. menganggap makan merupakan obat 6. Menginformasikan kepada pasien keluarga tentang untuk penyakitnya dan berusaha untuk manfaat nutrisi dan mencoba menganggap makanan bisa makan sebanyak yang pasien sebagai salah satu obat yang membantu penyembuhan, mampu. 7. memberikan posisi yang nyaman saat pasien makan dan membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi serta A: masalah belum teratasi
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
menganjurkan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti emetic seperti : ranitidine 3x1 amp
P: perlu diberikan catatan pengaturan menu dan cara penyajian makanan dalam porsi kecil, hangat dan tidak terlalu banyak bumbu.
3. Gangguan berhubungan
tidur 1. melakukan determinasi efek-efek medikasi terhadap pola O: dengan tidur, - pasien mampu untuk istirahat tidur ketidaknyamanan nyeri 2. menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, - klien tampak sedang tidur siang 3. memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum S: tidur (berdoa dan menghitung kebaikan yang telah dilakukan hari ini), - klien mengungkapan sudah bisa 4. membantu meniptakan lingkungan yang nyaman tidur saat residen mengolesi punggungnya dengan minyak kayu -
putih klien mengatakan setelah mandi pada pagi biasanya klien akan tidur karena terasa mengantuk
A: masalah teratasi P: tingkakan istirahat tidur 4. Gangguan konsep diri 1. mengkaji secara verbal dan nonverbal respon klien O: berhubungan dengan terhadap tubuhnya, perubahan status 2. memonitor frekuensi mengkritik dirinya, kesehatan dan penyakit 3. menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan yang dirasakan dan prognosis penyakit, 4. mendorong klien mengungkapkan perasaannya, 5. menganjurkan keluarga lebih memperhatikan pasien
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
tingkah laku pasien yang sudah kooperatif dengan mampu menerapkan nafas dalam saat terasa nyeri. Pasien tidak lagi menyalahkan
6. menganjurkan keluarga untuk berbicara tentang perasaan pasien. 7. Memfasilitasi perbaikan konsep diri pasien menggunakan teknik lima jari dan terapi kognitif dengan menggunakan pikiran positif untuk mengurangi pikiran S: negative terhadap sekitarnya -
-
orang lain atas penyakitnya. Pasien sudah mulai rileks dengan kondisinya saat ini
respon klien adaptif klien mulai menerima dan mengatakan sangat bersyukur karena dirinya sudah sehat kembali. Klien mengatakan akan selalu mematuhi pengobatan yang sudah ditetapkan untu dirinya
A: masalah belum teratasi tetapi perlu penekanan pada pentingnya dukungan keluarga untuk membantu proses pemulihan klien P: Rencana tindak lanjut adalah mencapai kesepakatan dengan keluarga tentang pengobatan lebih lanjut terhadap penyakit klien untuk melakukan kemoterapi setelah satu minggu pasca operasi. 5. Resiko infeksi b/d adanya luka operasi
6. Mengkaji tanda – tanda infeksi seperti : kemerahan, pus, O edema, terasa panas, luka tampak kering - Perban tampak bersih 7. Mengganti perban klien dengan tehnik septic dan anti - luka tidak ada pus, tampak kering, tidak
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015
septik 8. Menganjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap 9. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri 10. Menganjurkan klien untuk banyak mengkomsumsi makanan tinggi protein S Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic seperti Cefixsin 2x200gr po
ada kemerahan dan keadaan jahitannya merapat. Klien sudah bisa duduk dan berjalan walaupun secara perlahan – lahan
Klien mengatakan kadang – kadang
masih merasakan nyeri pada luka operasi - Klien menanyakan keadaan luka klien A : masalah teratasi s P : lanjutkan implementasi untuk datang memeriksakan lukanya kembali ke rumah sakit setelah satu minngu sesuai dengan anjuran dokter.
Laporan akhir ..., Desi Ari Madi Yanti, FIK UI, 2015