UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN AKHIR RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN FOKUS PENERAPAN TEORI SELF CARE OREM DAN COMFORT KOLCABA PADA IBU POSTPARTUM SEKSIO SESAREA DENGAN TUBEKTOMI
KARYA ILMIAH AKHIR
OLEH : SURYANI HARTATI, M.Kep NPM 1006834050
PROGRAM NERS SPESIALISKEPERAWATANMATERNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2014
i
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Suryani Hartati : Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Maternita : Laporan residensi keperawatan maternitas dengan focus penerapan teori keperawatan selfcare orem dan comfort kolcaba pada asuhan keperawatan ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi
Program MDGs mempuyai tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan meningkatkan kesehatan reproduksi untuk perempuan pada tahun 2015. Oleh sebab itu pemerintah membuat berbagai program untuk mencapai tujuan MDGs tersebut. Persalinan dengan tindakan seksio sesarea dan tubektomi merupakan upaya tindakan untuk menyelamatkan kondisi ibu dan bayinya yang mengalami resiko, yang tidak bisa melahirkan dengan cara pervaginam. Kelahiran dengan seksio sesarea dapat beresiko terjadinya komplikasi 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam dan juga tindakan tubektomi dapat menimbulkan masalah psikososial pada ibu. Peran ners spesialis keperawatan maternitas sebagai pemberi perawatan, pendidik, konselor, koordinator, komunikator, advokat, agen perubahan dan peneliti sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya komplikasi akibat efek pembedahan seksio sesarea pasca partum dan melaksanakan perannya pada pelayanan keperawatan maternitas untuk membantu menurunkan AKI. Tujuan umum dari penulisan ini adalah memberikan gambaran kegiatan pelaksanaan praktek residensi Ners Spesialis Keperawatan Maternitas fokus pada kasus ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi dengan penerapan teori selfcare dan teori comfort. Aplikasi teori tersebut berhasil membantu permasalahan yang dialami pasien secara biopsikososial. Pelaksanaan praktek residensi spesialis keperawatan maternitas telah dilakukan sesuai kompetensi, sehingga mampu mencapai target kompetensi dengan baik.
Kata kunci : Ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi, teori model konsep selfcare, comfort
vi
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
ABSTRACT Name Study Program Title
: Suryani Hartati : Master of Nursing Science Specialize in Maternity Nursing : The clinical report of maternity nurses Specialist with focus on the application theory of postpartum women with caesarean section and tubectomy
Program MDGs is to goals increase maternal health by reducing maternal mortality rate (MMR) and increase to reproductive health for women in 2015. Therefore government made programs to target The goals MDGs. Delivery by cesarean section and tubectomy are the attempts to save the state of the mother, who are in risk condition and cannot give vaginal delivery and the risky baby. Births by cesarean section can cause risk complications at 25 times than vaginal delivery, in the other hand tubectomy may cause psychosocial problem. The role of maternity nursing specialist nurse as caregiver, educator, counselor, coordinator, communicator, advocate, the agent of change and researcher is needed to reduce the occurrence of complications due to the effects of postpartum cesarean surgery and do its role in maternity nursing services to contribute on reducing the MMR. The purpose of this study was to depict the implementation of the nurses’ residency practice of Maternity Nursing Specialist nurse which focuses on the case of Caesarean section and maternal postpartum tubectomy selfcare with the application of theory and the theory of comfort. The application of the theory succeeds in helping the problems experienced by the patient bio-psychosocially. Doing the practice of residency maternity nursing specialists have done appropriate competencies, so that able to achieve the competencies very well. Key words: Postpartum women with caesarean section tubectomy, Theory Self care of Orem, theory comfort of kolcaba
vii
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, residen keperawatan maternitas dapat menyelesaikan laporan praktek dengan judul” penerapan dengan fokus teori selfcare dan comfort Pada ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi”. Laporan
ini disusun untuk
memenuhi tugas untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan maternitas.
Laporan ini terselesaikan berkat bimbingan, dorongan,dan arahan dari pembimbing untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat : 1.
Dra.Junaiti Sahar, SKp,M.App.Sc.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia atas segala fasilitas, sarana dan prasarana kepada penulis.
2.
Dra.Setyowati,M.App.Sc.,Ph.D
selaku
Pembimbing
satu
yang
telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini 3.
Ns. Tri Budiati, M.Kep., Sp.Kep. Mat selaku Pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini
4.
Dr. Yati Afiyanti, MN selaku Koordinator mata ajar yang memberikan bantuan moril dan dukungan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
5.
Henny Permatasari,SKp.,M.Kep.Sp.Kep.Kom sebagai ketua Program Studi Magister dan Spesialis yang memberikan bantuan moril kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
6.
Seluruh staf pengajar dan administrasi program Magister Ilmu Keperawatan program spesialis maternitas yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
7.
Suami, Ibu ,Kedua anakku, Kakak dan Adikku atas Do’a dan kasih sayangnya dalam memberikan dukungan dalam membuat laporan ini.
Penulis menyadari, penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, harapan penulis akan memberikan manfaat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya keperawatan maternitas . Jakarta, Mei 2014 Penulis viii
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS …………………............ iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA v ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………….. LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv ABSTRAK ....................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix x DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1.2. Tujuan ..................................................................................... 1.3. Sistematika Penulisan ..............................................................
1 7 7
BAB 2 APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM SEKSIO SESAREA DAN TUBEKTOMI 2.1 Gambaran Kasus …………………………………………….. 8 2.2 Tinjauan Teori ………………………………………………... 13 20 2.3 Integrasi Teori dan konsep keperawatan …………………….. 2.4 Penerapan Model Keperawatan ……………………………… 30 BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI PELAKSANAAN TARGET ASUHAN DAN TARGET PROSEDUR RESIDENSI KEPERAWATAN MATERNITAS ……………………………..
41
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan lima kasus kelolaan ……………………………… 50 4.2 Pembahasan penerapan model ………………………………… 56 4.3 Pembahasan tentang faktor pendukung dan penghambat pencapaian kompetensi ……………………………………………………….. 60 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ……………………………………………………… 5.2 Saran …………………………………………………………
64 65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Kontrak Belajar Residen
Lampiran 2
: Pencapaian Target dan Kompetensi
Lampiran 3
: Uraian empat kasus kelolaan ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi
Lampiran 4
: Laporan Proyek Inovasi RSUD Bekasi
Lampiran 5
: Laporan Proyek Inovasi Komunitas
Lampiran 6
: Laporan proyek inovasi di RSUPN Cipto mangunkusumo
Lampiran 7
: Daftar Absensi Dan Pencapaian Target Ners Spesialis Keperawatan Maternitas
Lampiran 8
: Laporan Kasus
x
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
DAFTAR SKEMA
……………...
Skema 2.1
: Penatalaksanaan Operasi Seksio Sesarea
Skema 2.3
: Integrasi Teori Keperawatan Selfcare dan Comfort pada ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi ……….
xi
Hal 15
21
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam mencapai Millennium Development Goals (MDGs) atau target pembangunan adalah
kesejahteraan rakyat dan pembangunan
masyarakat pada tahun 2015. Tujuan MDG’s ada delapan, salah satunya adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS, malaria dan penyakit lainnya. Tujuan MDGs dalam meningkatkan kesehatan ibu adalah dengan menurunkan angka kematian ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015 serta mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk perempuan pada tahun 2015. Target MDGs salah satunya adalah penurunan angka kematian ibu dengan peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan (United Nations, 2006).
Salah satu upaya strategis dalam menurunkan AKI di Indonesia adalah peningkatan akses pelayanan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dalam memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar serta fasilitas kesehatan (Depkes, 2011) Perawat maternitas adalah salah satu tenaga kesehatan yang dapat berperan dalam membantu perempuan mempersiapkan kelahiran dan mengantisipasi terjadinya komplikasi, yang memiliki latar belakang pendidikan keperawatan spesialis yang berfungsi secara mandiri dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan maternitas
dalam ruang lingkup
individu, kelompok dan masyarakat pada ibu hamil, melahirkan dan masa nifas (Susan & Shelton, 2009).
Perawat spesialis keperawatan maternitas sebagai pemberi pelayanan kesehatan memiliki tanggung jawab professional dan peran multidimensional yaitu sebagai peran praktisi dengan melakukan pendekatan proses keperawatan yang berfokus pada kebutuhan fisik, emosional, spritual dan sosial berdasarkan konsep teori keperawatan yang dilakukan pada semua masalah kesehatan perempuan melalui
1
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif. Peran konselor dengan melakukan kegiatan konseling pada klien dan keluarga dengan mengaplikasikan komunikasi teraupetik dan edukasi dalam mengambil keputusan pada personal maupun kelompok. Peran educator dengan memberikan bimbingan dan pendidikan kesehatan. Peran sebagai inovator (change agent) dengan melakukan perubahan-perubahan dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan, peran
pengelola dengan melakukan managemen keperawatan, peran kolaborator yaitu kolaborasi dengan dokter. Peran advokat dengan melindungi hak-hak klien terkait program pengobatan dan perawatan. Peran koordinator dan komunikator. Peran sebagai peneliti dengan menggunakan evidence based nursing yang bermanfaat bagi pelayanan keperawatan maternitas (Reeder,Martin&Grifin 1997/2011; Susan, 2009).
Pelayanan keperawatan maternitas merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang mencakup perawatan langsung dan personal secara biopsikososial yang berperan secara mandiri
memberikan
perawatan pada kesehatan ibu untuk
mengatasi masalah kesehatan reproduksi perempuan yaitu masa child bearing dan diluar childbearing. Menurut UNFPA ada lima aspek prioritas dari kesehatan reproduksi yaitu meningkatkan antenatal, intranatal, postpartum dan bayi baru lahir, memberikan layanan yang berkualitas terhadap perencanaan kehamilan (KB),termasuk pelayanan infertilitas, menurunkan aborsi, memerangi IMS, mempromosikan kesehatan perempuan dalam mencapai penurunan angka kematian ibu dan masalah kesehatan reproduksi (Thoraya, 2012). Penurunan angka kematian ibu dapat dilakukan dengan cara memberikan pelayanan yang tepat dan cepat dengan melihat kondisi ibu dari
faktor tiga
terlambat dan empat terlalu (UNFPA,2012). Pada kondisi ibu dan janinnya dalam keadaan beresiko maka dilakukan tindakan pembedahan operasi seksio sesarea untuk mempercepat kelahiran dan mencegah bahaya pada bayi baru lahir dan ibunya yang berdampak pada kematian ibu (Reeder, Martin & Grifin 1997/2011). Kelahiran dengan seksio sesarea juga harus dilakukan perawatan sehingga tidak menimbulkan komplikasi
yang bererisiko 25 kali lebih besar dibanding
persalinan pervaginam seperti terjadinya ruptur membran pada daerah subcutan 2
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
abdomen setelah pulang dari rumah sakit, masalah pada hoemostasis pada sirkulasi darah sehingga terjadi perdarahan dan infeksi (Alanis dan Margaret, 2010; Jokhan dan Holmeyr, 2009). Berdasarkan survey WHO tahun 2004-2008 di tiga benua, yakni Amerika Latin, Afrika, dan Asia dilaporkan bahwa angka persalinan seksio sesarea mencapai 25,7%, mulai angka terendah di Angola 2,3% sampai angka tertinggi 46,2% di Cina. Angka persalinan seksio sesarea tanpa indikasi medis di 23 negara dalam tiga benua tersebut adalah 0,01-2,1% (Silona, 2010). Di Indonesia angka kelahiran SC dilaporkan tahun 2000 sebesar 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,22%, tahun 2005 sebesar 51,59% dan tahun 2006 sebesar 53,68% (Grace, 2012). Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan praktek residensi di dua rumah sakit. Di Rumah Sakit Umum Daerah, angka kelahiran dengan tindakan seksio sesarea sangat tinggi tercatat angka perawatan ibu dengan SC pada bulan Januari - Desember 2012 mencapai 1648 kasus atau 55 % dari seluruh kasus persalinan yang di rawat. Data mulai bulan Januari - September 2013 persalinan SC sebanyak 782 kasus. Data di Rumah Sakit Pusat, persalinan dengan tindakan operasi seksio didapatkan data jumlah pasien 325 atau 45 % dari 720 ibu yang melahirkan baik spontan maupun seksio sesarea dan pada empat bulan terakhir dari Januari- April 2014 didapatkan data persalinan SC sebanyak 425 dan yang dilakukan tubektomi sebanyak 44 pasien.
Tingginya angka kelahiran dengan
seksio sesarea tersebut memungkinkan ibu beresiko besar mengalami komplikasi, apabila tidak dilakukan dengan perawatan yang benar.
Persalinan dengan tindakan seksio sesarea dapat menimbulkan masalah yang berbeda pada ibu yang melahirkan dengan cara pervaginam. Selain mengalami perubahan fisiologis pada masa nifas seperti involusi dan laktasi, ibu dengan tindakan seksio sesarea ketika efek anestesi hilang maka akan timbul rasa nyeri disekitar sayatan luka operasi. Nyeri yang dirasakan dapat menimbulkan masalah pada ibu seperti ibu malas melakukan mobilisasi, apabila nyeri yang dirasakan sangat hebat maka ibu akan berfokus pada dirinya sendiri (taking in) yang lama
3
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
tanpa memperdulikan bayinya dan juga akan menimbulkan dampak kecemasan (Danuatmaja & Meiliasari, 2007).
Dalam waktu yang sama ibu
mengalami perubahan perubahan seperti fisik,
psikologis dan sosial selama masa postpartum. Perubahan fisiologis termasuk kondisi fisik yang terjadi yaitu ibu masih mengalami nyeri pada dirinya. Perubahan psikososial yang terjadi pada ibu postpartum yaitu ibu terfokus pada kebutuhan dirinya (taking in) sampai dapat mandiri dan memperhatikan kondisi bayinya untuk dilakukan perawaan (letting go) untuk itu diperlukan dukungan dari keluarga untuk menjaga kondisi kesehatan fisik dan mental ibu. Kemampuan ibu untuk mandiri juga berpengaruh terhadap perubahan psikologis postpartum (Bobak, Lowdermilk &Jensen, 2005). Pada periode early postpartum, ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat diri dan bayinya, menurut teori Dorethea Orem self care manusia mempuyai kemampuan untuk merawat dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan, kesejahteraan (Tomey and Aligood, 2006). Asuhan keperawatan
yang dilakukan pada
ibu postpartum akibat proses
pembedahan seksio sesarea serta adanya efek anastesi membuat ibu mengalami kelemahan fisik dan ketidaknyaman karena adanya luka operasi dalam memenuhi kebutuhan self care pasca melahirkan sehingga perlu dilakukan
perawatan,
berdasarkan orem pada tiga katagori perawatan meliputi Universal self care requisite yaitu membantu ibu terhadap kebutuhan dasarnya, Developmental self care requisit yaitu kemampuan, hambatan dan sistem pendukung ibu dalam beradaptasi terhadap kondisi yang terjadi dan health deviation yaitu pemberian bantuan dan dukungan pada ibu (Orem, 2001). Ahli keperawatan lainnya yaitu Catherine Kolkoba dalam teori comfort (2001) berpendapat bahwa manusia memiliki respon menyeluruh terhadap stimulus/ rangsangan yang kompleks dan rasa nyaman merupakan hasil yang muncul sebagai suatu respon dari stimulus tersebut, untuk mendapatkan rasa nyaman tersebut ibu berusaha aktif dengan mencoba berprilaku hidup sehat didalam kehidupannya serta berusaha untuk memperoleh kepuasan dalam perawatan.
4
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Konteks rasa nyaman sebagai pengalaman yang holistik dilihat dari 4 aspek yaitu fisik, psikospritual, lingkungan dan sosial.
Adapun aspek lingkungan berkaitan
keadaan eksternal yang ada disekitarnya, kondisi lingkungan seperti
suasana
perawatan tenang, teratur, penerangan ruangan, ruangan sejuk yang dapat mendukung perawatan klien. Aspek sosial, dimana aspek ini berkaitan dengan hubungan interpersonal, hubungan individu dengan keluarga dan hubungan individu
dengan
masyarakat,
begitu
juga
menurut
self
care,
aspek
enviromentmental/ lingkungan dan sosial ini sudah mencakup dalam pengkajian universiversal self care requisite (Tomey dan Alligood, 2006). Kondisi ibu postpartum seksio sesarea didapatkan masalah yang umumnya adalah ketidak mampuan ibu merawat diri dan bayinya secara maksimal pada hari pertama sampai hari kedua. Proses pembedahan mengakibatkan ibu mengalami mengigil karena adanya faktor hemodinamik tubuh terhadap kompensasi akibat banyaknya jumlah darah yang dikeluarkan saat operasi. Ibu merasakan nyeri sekali akibat luka pada insisi tuba falopii dan abdomen. Kondisi psikologis ibu mengalami kecemasan karena ibu merasakan kehilangan “kewanitaannya” karena dilakukan tindakan tubektomi. Kondisi ruang perawatan yang panas dengan jumlah pasien 5-6 dalam satu ruangan. Semua kondisi ini menyebabkan ibu belum mampu melakukan perawatan pada diri dan bayinya secara mandiri dan merasakan ketidaknyamanan. Penerapan model konseptual dan teori keperawatan yang dilakukan pada ibu postpartum seksio sesarea akan membantu memandirikan ibu dalam merawat diri dan bayinya yaitu ibu diajarkan tentang perawatan diri pasca pembedahan dan perawatan bayi. Menciptakan lingkungan ruangan yang kondusif sehingga pemberian asuhan keperawatan pada ibu postpartum seksio sesarea dapat optimal. Pada ibu yang melahirkan dengan tindakan operasi seksio sesarea diperlukan bantuan oleh perawat
dengan mempertimbangkan kondisi fisik, psikososial
pasien terutama pada aspek fisik yaitu nyeri yang dirasakan. Aspek psikososial dilihat dari dukungan keluarga terutama suami sangat diperlukan untuk ibu yang dilakukan tubektomi sehingga ibu dapat
menjalankan perannya dengan baik
(Bobak,Lowdermilk,Jensen & Perry, 2005).
5
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Berdasarkan penjelasan diatas, dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada ibu postpartum seksio sesarea,
perawat maternitas
menggunakan model konseptual dan teori keperawatan self care Orem melalui kemampuan ibu untuk mencapai kemandirian dalam self care dimana perawat berperan untuk membantu ibu postpartum mencapai kemandirian, sedangkan untuk memberikan kenyamanan akibat nyeri yang dirasakan karena efek operasi menggunakan model comfort.
Ibu postpartum seksio sesarea dalam 24 jam
pertama memerlukan bantuan sebagian (the partially compensatory nursing system). Ibu postpartum seksio sesarea yang juga dilakukan tindakan tubektomi mengalami kecemasan sehingga diperlukan dukungan (support education), pendidikan kesehatan untuk memotivasi ibu melakukan self care secara mandiri, hal ini sejalan dengan teori comfort yaitu coaching (pelatihan/ bimbingan) yang diberikan dalam bentuk mengurangi kecemasan, memberikan dukungan emosional dan spiritual serta comfort food for the soul (kenyamanan jiwa) dalam bentuk sentuhan, massage dan perhatian (Tomey dan Alligood, 2006).
Laporan ini menggambarkan tentang apa yang dicapai oleh residensi keperawatan selama melaksanakan praktek klinik pada ibu dengan permasalahan kesehatan pada masa childbearing maupun masalah reproduksi lainnya dalam ruang lingkup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dalam melaksanakan praktek klinik, residen melakukan penerapan teori keperawatan salah satunya adalah asuhan keperawatan pada ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi.
1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Menggambarkan
kegiatan
pelaksanaan
praktek
residensi
dengan
fokus
penerapan teori keperawatan self care dan comfort pada kasus ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi
6
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
1.2.2 Tujuan Khusus Memberikan gambaran tentang : 1.2.2.1 Memberikan gambaran tentang pelaksanaan praktek spesialis keperawatan maternitas 1.2.2.2 Memberikan gambaran aplikasi teori keperawatan self care orem dan comfort kolcaba pada asuhan keperawatan ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi. 1.2.2.3 Memberikan gambaran tentang pencapaian target, dukungan dan hambatan selama praktek residensi ners spesialis keperawatan maternitas. 1.2.2.4 Memberikan gambaran implementasi pada teori keperawatan pada asuhan keperawatan pada ibu postpartum seksio sesarea dan peran perawat sebagai pemberi asuhan, konselor, advocat, agen pembaharu, koordinator, edukator, peneliti, kolaborator dan komunikator dalam memberikan asuhan keperawatan
1.3 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan residensi ini terdiri dari : Bab 1 Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, teori keperawatan Selfcare Orem dan Comfort Kolcaba tujuan penulisan, dan sistematika penulisan; Bab II Tinjauan teori dan pengeloaan ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi, asuhan keperawatan pada ibu postpartum tindakan seksio sesarea dengan tubektomi dengan menggunakan pendekatan model konseptual dan
teori keperawatan Selfcare
Orem dan Comfort Kolcaba, gambaran kasus serta penerapan teori dan konsep keperawatan pada ibu postpartum tindakan seksio sesarea dan tubektomi; Bab III Pencapain kompetensi dengan pelaksanaan target asuhan keperawatan dan target prosedur; Bab IV Pembahasan; Bab V Kesimpulan dan Saran. Laporan ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran terkait dengan pelaksanaan residensi keperawatan maternitas
7
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN SELFCARE OREM DAN COMFORT KOLCOBA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM SEKSIO SESAREA DENGAN TUBEKTOMI Pada bab ini dipaparkan tentang gambaran kasus, tinjauan pustaka tentang ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi, teori keperawatan selfcare dan comfort serta integrasi teori dan konsep keperawatan dalam asuhan keperawatan ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi serta penerapan teori model self care dan comfort.
2.1 Gambaran asuhan keperawatan ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi yang menjadi kasus kelolaan Kasus diambil pada dua rumah sakit berbeda tiga kasus di rumah sakit daerah dan dua kasus di rumah sakit pusat. Berikut penjabaran secara singkat mengenai lima kasus tersebut :
2.1.1 Kasus satu Ibu diantar suami ke rumah sakit, tanggal 17 September 2013 jam 12.30 WIB mengeluh mules-mules dan ingin melahirkan. Ibu membawa surat kontrol dari poli kebidanan RS dan di rencanakan oleh dokter Obgyn untuk dilakukan operasi sesarea dan tubektomi karena indikasi bekas operasi sesarea dua kali. Ibu bernama Ny. KH, 36 tahun, NH1P3A0 12 jam post partum seksio sesarea, ibu rumah tangga, SMP, Islam, Jawa. Riwayat hamil saat ini, hari pertama haid terakhir tanggal 10-12-2012, tafsiran partus 17-09-2013. Kemudian ibu dipersiapkan untuk dilakukan operasi dengan dilakukan pemantauan janin dengan CTG, pemasangan infus, volly kateter, pemeriksaan darah lengkap, informed consent.
Ibu
melahirkan dengan operasi seksio sesarea pada pukul 15.15 WIB dan bayi dilahirkan, berat badan lahir 3200 gram, panjang badan bayi 50 cm, apgar score 8/9, jenis kelamin laki-laki, anus positif.
Setelah operasi selesai ibu dibawa keruang perawatan, pemeriksaan fisik yang dilakukan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 22x/menit,
8
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
suhu 36,5◦C, klien mengeluh nyeri kesakitan dengan skala enam, terdapat luka operasi, klien terpasang kateter dan infus. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah: 1) Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen. 2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak.3) Kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi
yang lebih awal akibat pemisahan.4) Cemas
berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi seksio sesarea dan tubektomi).5) Ketidaknyaman terhadap situasi lingkungan (padat dan panas). 6) Resiko terjadi gangguan konsep diri: gambaran diri berhubungan dengan kehilangan status reproduksi sekunder terhadap tindakan tubektomi 7) Peningkatan pemberian ASI eksklusif.
2.1.2 Kasus dua Tanggal 3 Desember 2013 jam 10.00 WIB ibu datang ke rumah sakit rujukan dari Puskesmas dengan usia kehamilan 37-38 minggu indikasi bayi sungsang dan ibu direncanakan untuk dilakukan operasi seksio sesarea dan ibu juga menginginkan untuk dilakukan steril/MOW/ Tubektomi dengan alasan menggunakan KB jenis yang lain, klien mengalami masalah pada kondisi fisiknya yaitu perdarahan. Ibu bernama Ny. E, 36 tahun, NH1P3A0 12 jam post partum seksio sesarea, ibu rumah tangga, SD, Islam, Jawa. Riwayat hamil saat ini, hari pertama haid terakhir tanggal
27-02-2013, tafsiran partus
04-12-2013. Pukul 11.00 WIB ibu
dipersiapkan untuk dilakukan operasi dengan dilakukan pemasangan infus, volly kateter, pemeriksaan darah lengkap, pemantauan janin dengan CTG, pemberian informed consent. Jam 15.00 WIB ibu dilakukan operasi sesarea dengan anastesi spinal, setelah bayi dilahirkan ibu langsung dilakukan tindakan tubektomi. Bayi lahir pukul 16.30 WIB dengan berat badan lahir 2700 gram, panjang badan bayi 49 cm, apgar score 7/9, jenis kelamin perempuan, anus positif.
Setelah operasi selesai ibu dibawa keruang perawatan, pemeriksaan fisik yang dilakukan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 36,4◦C, klien mengeluh nyeri kesakitan dengan skala enam, terdapat luka
9
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
operasi, klien terpasang kateter dan infus. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah 1) Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen. 2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak. 3) Kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi
yang lebih awal akibat pemisahan. 4) Cemas
berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi seksio sesarea dan tubektomi).5) Ketidaknyaman terhadap situasi lingkungan (padat dan panas). 6) Peningkatan pemberian ASI eksklusif.
2.1.3 Kasus tiga Tanggal 22 Desember 2013 jam 15.30 WIB ibu diantar keluarganya datang ke rumah sakit karena dapat surat rujukan dari puskesmas indikasi hipertensi yaitu 170/90 mmHg, ibu direncanakan melahirkan dengan cara operasi sesarea oleh dokter Obgyn. Ibu dan suaminya merencanakan untuk juga dilakukan tubektomi karena kondisi istrinya yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk hamil. Ibu bernama Ny. M, 41 tahun, NH1P4A0 16 jam post partum seksio sesarea, ibu rumah tangga, SMP, Islam, Jawa. Riwayat hamil saat ini, hari pertama haid terakhir tanggal 13-4-2013, tafsiran partus 20-01-2014. Kemudian ibu dipersiapkan untuk dilakukan operasi dengan dilakukan pemasangan infus, volly kateter, pemeriksaan darah lengkap, Pemantauan janin dengan CTG, dan pemberian informed consent. Pada tanggal 23 Desember 2013 pukul 08.00 WIB ibu dipersiapkan untuk dilakukan tindakan operasi, setelah bayi dilahirkan ibu langsung dilakukan tindakan tubektomi. Bayi lahir pukul 08.30 WIB dengan berat badan lahir 2900 gram, panjang bayi 49 cm, apgar score 7/9, jenis kelamin perempuan, anus positif.
Setelah operasi selesai ibu dibawa keruang perawatan,pemeriksaan fisik yang dilakukan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36◦C, klien mengeluh nyeri kesakitan dengan skala enam, terdapat luka operasi, klien terpasang kateter dan infus, diagnosa keperawatan yang muncul adalah 1) Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan
10
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen. 2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak. 3) Kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi
yang lebih awal akibat pemisahan. 4) Cemas
berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi seksio sesarea dan tubektomi).5) Ketidaknyaman terhadap situasi lingkungan (padat dan panas). 6) Resiko terjadi gangguan konsep diri: gambaran diri berhubungan dengan kehilangan status reproduksi sekunder terhadap tindakan tubektomi 7) Peningkatan pemberian ASI eksklusif.
2.1.4 Kasus empat Tanggal 23 Maret 2014 jam 15.00 WIB ibu datang ke IGD lantai tiga rumah sakit karena dapat surat rujukan dari puskesmas dengan indikasi KPD 12 jam, air ketuban berkurang, Ny. D, 35 tahun,
NH1P4A0 16 jam post partum seksio
sesarea, ibu rumah tangga, pendidikan SMP, Islam, Jawa. Riwayat hamil saat ini, hari pertama haid terakhir tanggal 18-06-2013 tafsiran partus 25-03-2014 ibu direncanakan melahirkan dengan cara operasi sesarea oleh dokter Obgyn. Ibu dan keluarga dianjurkan dokter untuk juga dilakukan
tubektomi karena sudah
memiliki banyak anak dan beresiko mengalami komplikasi jika memiliki anak lagi. kemudian ibu dipersiapkan untuk dilakukan operasi dengan dilakukan pemasangan infus, volly kateter, pemeriksaan darah lengkap, Pemantauan janin dengan CTG, dan pemberian informed consent. Pada tanggal 23 Maret 2014 pukul 16.00 WIB ibu melahirkan dengan operasi seksio sesarea, setelah bayi dilahirkan ibu langsung dilakukan tindakan tubektomi. Bayi lahir pukul 17.30 WIB dengan berat badan lahir 3875 gram, panjang bayi 49 cm, apgar score 7/8, jenis kelamin perempuan, anus positif, bayi dibersihkan oleh perawat IGD dan dibawa keruangan untuk diobervasi selama enam jam yang sebelumnya kondisi bayi di kasih tahu ibunya diruang operasi. Setelah 12 jam ibu dan bayi di pindahkan ke gedung A zona B ruang perawatan obstetri untuk dilakukan perawatan selanjutnya.
11
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Setelah operasi selesai ibu dibawa keruang perawatan, pemeriksaan fisik yang dilakukan tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 84x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36◦C, klien mengeluh nyeri kesakitan dengan skala enam, terdapat luka operasi, klien terpasang kateter dan infus. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah 1) Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen. 2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak. 3) Kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi
yang lebih awal akibat pemisahan. Cemas
berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi seksio sesarea dan tubektomi) 5) Resiko disfungsi motilitas gastrointestinal 6) Resiko terjadi gangguan konsep diri: gambaran diri berhubungan dengan kehilangan status reproduksi sekunder terhadap tindakan tubektomi 7) Peningkatan pemberian ASI eksklusif.
2.1.5 Kasus lima Tanggal 22 April 2014 jam 11.30 WIB ibu datang diantar suami ke IGD lantai 3 rumah sakit karena dapat surat rujukan dari puskesmas indikasi bayi sungsang dan KPD 8 jam, ibu direncanakan melahirkan dengan cara operasi sesarea oleh dokter Obgyn. Ibu dan suami merencanakan untuk juga dilakukan tubektomi dengan alasan ibu mengalami perdarahan karena menggunakan KB jenis lain. Ibu bernama Ny. M, 44 tahun, NH1P5A1 18 jam post partum seksio sesarea, ibu rumah tangga, SMA, Islam, Jawa. Riwayat hamil saat ini, hari pertama haid terakhir tanggal
13-07-2013 tafsiran partus 20-04-2014. Kemudian ibu
dipersiapkan untuk dilakukan operasi dengan dilakukan pemasangan infus, volly kateter, pemeriksaan darah lengkap, pemantauan janin dengan CTG, dan pemberian informed consent. Bayi lahir pukul 08.30 WIB dengan berat badan lahir 2200 gram, panjang bayi 49 cm, apgar score 7/8, jenis kelamin laki-laki, anus positif, bayi dibersihkan oleh perawat perina dan dibawa keruang perina untuk diobervasi masuk inkubator karena bayi berat badan lahir rendah.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan setelah ibu berada diruang perawatan adalah tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 36◦C,
12
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
klien mengeluh nyeri kesakitan dengan skala enam, terdapat luka operasi, klien terpasang kateter dan infus. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah 1) Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen. 2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak. 3) Kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi yang lebih awal akibat pemisahan. 4) Resiko disfungsi motilitas gastrointestinal.5) Cemas berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi seksio sesarea dan tubektomi) 6)Cemas berhubungan dengan status kesehatan bayi 7) Resiko ketidakefektifan bonding attacment berhubungan dengan dampak perpisahan ibu dan bayi.
2.2 Tinjauan Teori Ibu Postpartum Seksio Sesarea 2.2.1
Post partum seksio sesarea
2.2.1.1 Pengertian Postpartum seksio sesarea adalah ibu yang melahirkan janin dengan cara proses pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus dalam waktu sekitar kurang lebih enam minggu organ-organ reproduksi akan kembali pada keadaan tidak hamil (Cunningham, 2005 & Prawirohardjo, 2009).
2.2.1.2 Tujuan Tujuan dari kelahiran seksio sesarea adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya. Selain itu tindakan seksio sesaria dilaksanakan dalam keadaan dimana penundaan kelahiran akan memperburuk keadaan janin, ibu atau keduanya, sedangkan kelahiran pervaginam tidak mungkin dilakukan dengan aman (Cunningham, 2005). 2.2.1.3 Indikasi Persalinan seksio sesarea Indikasi pada ibu adalah distosia, seksio sesarea berulang, presentasi bokong, disproporsi sefalopelvik, plasenta previa dan dengan indikasi yang lain seperti infeksi virus herpes. Indikasi pada janin adalah kelainan letak, gawat janin, prolapsus
plasenta(prolapsed
umbilical
cord),
13
perkembangan
janin
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
terhambat(PJT), mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia. Indikasi sosial adalah wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya, wanita yang ingin seksio elektif karena takut bayinya cidera dan aspiksia selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar panggul, wanita yang takut terjadi perubahan pada tubuhnya/ seksuality image. Komplikasi medis seperti hipertensi akibat kehamilan (pregnancy-induced hypertention), kelainan plasenta, malpresentasi misalnya presentasi bahu dan anomali janin misalnya hidrosefalus (Rasjidi, 2009). Kelahiran dengan seksio sesarea di United State mengalami peningkatan menjadi 32,9 % pada tahun 2009 dengan indikasi yang berhubungan dengan status fisik ibu dan kondisi bayi (Hessol, 2012).
14
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
2.1.1.4 Penatalaksanaan operasi seksio sesarea Skema 2.1 Indikasi : Tidak memungkinkan persalinan pervaginam Induksi persalinan gagal Maternal distress atau fetal distress Persiapan fisik: - Periksa DJJ,CTG - Pasang infus, kateter, medikasi
Resiko biasa yang terjadi : 1. Terdapat bekas pada perut 2. Nyeri pada bekas operasi pada satu bulan pertama 3. Meningkatnya resiko untuk SC pada kehamilan berikutnya Resiko sosial : 1. Biaya mahal 2. Perawatan lama 3. Ibu dan bayi tidak dapat segera bertemu
Persiapan psikologis: - Informasikan tentang tujuan , indikasi dan kontra indikasi - Berdo’a
Tindakan seksio sesarea
Resiko berat yang mungkin terjadi: Pada ibu : 1. Histerektomi 0,7-0,8% 2. Butuh operasi lanjutan termasuk kuret 0,5% 3. Infeksi luka operasi 0,8% 4. Cidera kandung kemih 0,1% 5. Cidera saluran kemih 0,03% 6. Kematian 1/12.000 Pada bayi : Laserasi trauma akibat tindakan operasi 2%
Resiko anastesi 1. Hipotensi 2. Sakit kepala 0,5% 3. Gatal
Pengelolaan : Indikasi SS sebelumnya adalah penyebab tetap yaitu panggul sempit Bila SS sudah dilakukan sebanyak dua kali /lebih , ajurkan untuk steril/tubektomi
Pada kehamilan berikutnya : 1. Meningkatnya ruptur uteri pada kehamilan berikutnya 0,4% 2. Lahir mati 0,4% 3. Meningkatnya resiko plasenta previa dan plasenta akreta 0,4-0,8%
Perawatan pasca SC: 1. Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah 2. Jika terdapat tanda infeksi , berikan antibiotik kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48 jam, Ampicilin 2 gram IV setiap 6 jam dan Geentamicin 5 mg/ KG BB setiap 24 jam dan Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam 3. Berikan analgesik jika perlu
Sumber :IGD lt3 RSCM, 2007
2.2.1.4 Komplikasi seksio sesarea Komplikasi maternal terjadi pada 25%-50 % kelahiran meliputi aspirasi, emboli pulmoner, infeksi luka, luka tromboflebitis, perdarahan, infeksi saluran kemih, cedera pada kandung kemih atau usus dan komplikasi yang berhubungan dengan
15
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
anestesi, komplikasi utama persalinan seksio sesarea adalah kerusakan organorgan seperti vesika urinaria dan uterus saat dilakukan operasi dan komplikasi yang berhubungan dengan anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. (Rasjidi, 2009). Resiko komplikasi akibat tindakan operasi sesarea adalah vena thrombosis, karena berbagai faktor seperti trombophilia, American college of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) membuat katogori pasien post operasi seksio sesarea menjadi dua yaitu resiko rendah sampai resiko tinggi (Aksu, Kucuk,Duzgun, 2011).
Masalah yang terjadi setelah operasi sesarea yaitu efek pembiusan, jika klien mendapat bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan apabila menggunakan anestesi spinal, tungkai bawah akan terasa baal, tidak dapat digerakkan selama beberapa jam. Namun apabila menggunakan anestesi umum, biasanya klien akan mengantuk, nyeri kerongkongan, mulut terasa kering selama beberapa jam pertama setelah operasi. Perasaan letih dan bingung mungkin akan dialami sebagian besar ibu setelah melahirkan, timbulnya rasa nyeri setelah efek anestesi hilang (Rasjidi, 2009).
2.2.2 Kontrasepsi mantap 2.2.2.1 Pengertian Tubektomi adalah mengikat dan memotong saluran telur (tuba) pada istri . Dilakukan setelah ibu melahirkan atau setelah keguguran sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Waktu penggunaannya idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan, dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi sesarea. Keuntungannya tidak menyebabkan pengguna menjadi lemah, tidak menimbulkan nyeri pinggang, ibu tetap menstruasi setiap bulannya, tidak menurunkan gairah sex, tidak menambah nafsu makan/ berat badan. Lebih ekonomis karena hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan saja, apabila dilakukan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Kerugiannya dapat terjadi perdarahan dalam rongga perut atau terjadi infeksi daerah panggul, tetapi angka kejadiannya sangat jarang, resiko komplikasi dan kematian sangat minimal (Biran, 2011).
16
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
2.2.2.2 Indikasi Indikasi dilakukan sterilisasi adalah permintaan pasien yang menginginkan metode kontrasepsi yang sifatnya permanen dan ireversibel. Pasien sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memilih prosedur sterilisasi, meliputi resiko, efektivitas, angka keberhasilan, serta alternatif prosedur lainnya. Sterilisasi merupakan salah satu metode kontrasepsi yang dipilih sekitar 28% pasangan suami istri di Amerika Serikat (Rasjidi, 2009).
2.2.2.3 Persiapan psikososial Persiapan ibu yang akan dilakukan tindakan tubektomi meliputi persiapan psikososial. Persiapan psikologi meliputi pemberian penjelasan dan konseling yang difokuskan untuk membicarakan rasa takut dan pemahaman yang keliru tentang tubektomi dan kenikmatan seksual menurun tidak benar, kecuali hal tersebut disebabkan faktor psikis, persiapan sosial budaya meliputi latar belakang keluarga, gaya hidup, pantangan terhadap beberapa metode kontrasepsi sebelumnya (Arum & Sujiyatini, 2009). Syarat untuk mengikuti aseptor kontrasepsi steril (tubektomi) adalah syarat sukarela, syarat bahagia, syarat sehat. Faktor sosial ekonomi dengan melihat beban sosial ekonomi sekarang terasa bertambah lama dan bertambah berat, serta memperhatikan rumus 100 dan 120, dimana umur ibu 25,30, 35
dan memiliki anak hidup 4 (Saifudin, 2006).
Persiapan psikososial yaitu adanya dukungan keluarga terutama suami yang berpengaruh terhadap sikap ibu untuk keikutsertakan menjadi aseptor sterilisasi tuba (Setiabudi & Augustinus, 2001).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Douwe et al (2011) di negara Eropa kelahiran dengan seksio sesarea dan diikuti dengan tindakan tubektomi memiliki faktor psikososial yang kuat pada ibu dengan grande multipara, resiko kehamilan, usia diatas 33 tahun yang dilakukan pada 360 perempuan menunjukkan bahwa sebagian dari mereka
senang dengan pilihannya untuk dilakukan tindakan
tubektomi, tetapi masih ada sebagian ibu merasakan ketakutan dan kehilangan tentang kondisi kewanitaannya karena dipotongnya saluran tuba falopii sehingga
17
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
mereka tidak akan memiliki anak lagi dan ada juga yang mengalami penyesalan karena dilakukan steril/ tubektomi karena mengalami kesulitan negosiasi untuk persetujuan tindakan (tidak ada pilihan lain), sehingga dokter kandungan di beberapa negara wajib menginformasikan ibu yang akan dilakukan tubektomi. Sebuah studi dari Swedia dan Brasil tidak menemukan ibu yang mengalami penyesalan karena sudah dilakukan konseling selama antenatal care dan ibu sudah dipersiapkan secara fisik dan mental.
Konseling tentang prospektif sterilisasi pada pasien harus dikuti secara objektif sehingga dapat menolong wanita memahami perasaannya untuk
mengontrol
kehamilan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi. Selama konseling harus memperhatikan karakteristik pasien yang berhubungan dengan usia dibawah 30 tahun, status perkawinan, hanya memiliki anak laki-laki, performance procedure selama immediate postpartum atau selama seksio sesarea. Jika sterilisasi direncanakan, pasien harus dikonseling selama kunjungan antenatal dan diprioritas untuk operasi (Demir,Cetin,& Kadayifci, 2006).
2.2.3 Perubahan fisiologis ibu postpartum Perubahan Fisiologis pada ibu postpartum meliputi sistem reproduksi yaitu servik menjadi lunak sampai segmen bawah rahim alami udem, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah melahirkan. Uterus mengalami perubahan yang disebut involusi uteri. Proses dimulai sejak pelepasan plasenta dengan adanya kontraksi otot polos uterus. Setelah plasenta lahir, uterus berada digaris tengah sekitar dua cm dibawah umbilicus, berat uterus sekitar 1000 gram. Dalam waktu 12 jam fundus uteri akan naik menjadi kira-kira satu cm diatas umbilikus, 24 jam setelah melahirkan uterus berukuran sama dengan usia kehamilan dua minggu. Fundus turun satu sampai dua cm setiap 24 jam. Kontraksi uterus menyebabkan ibu mengalami rasa nyeri atau mules pada abdomen yang disebut after pain. Involusi uteri ditandai dengan penurunan tinggi fundus uteri dan pengeluaran lochea (Perry,et al, 2010). Pada ibu yang menyusui, ketika laktasi terbentuk , teraba suatu massa ( benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari, sebelum laktasi
18
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai payudara teraba hangat dan keras bila disentuh. Perubahan mukosa vagina terjadi bersamaan dengan kembalinya fungsi ovarium (Bobak, Lowdermilk &Jensen, 2005). Adaptasi sistem kardiovaskular yaitu denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi pada jam setelah bayi lahir. Curah jantung meningkat sampai 48 jam setelah kelahiran yang disebabkan karena meningkatnya stroke volume. Adaptasi sistem gastrointestinal kembalinya fungsi normal usus besar pada minggu pertama akibat penurunan mortilitas usus besar. Adaptasi sistem muskuloskeletal otot abdomen secara bertahap melebar kehamilan mengakibatkan menurunnya tonus otot. Adaptasi sistem integumen, hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra (Leifer,2012: Bobak, Lowdermilk &Jensen, 2005) 2.2.4 Perubahan Psikologis ibu postpartum Fase- fase penyesuaian maternal terhadap perannya sebagai orang tua yang ditandai dengan prilaku dependen, dependen dan independen. Periode ini di uraikan oleh Rubin yang terjadi dalam tiga tahap Fase Dependen ( Taking In ) Periode ini terjadi satu sampai dua hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Fase Dependen – Independen (Taking Hold), secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Fase Independen ( Letting Go ) Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari paska melahirkan (Leifer, 2012; Bobak, Lowdermilk &Jensen, 2005). 2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu postpartum Faktor yang mempengaruhi perawatan pada ibu postpartum yaitu umur yang berhubungan dengan kematangan perkembangan dan pengalaman individu, usia ibu dihubungkan dengan meningkatnya resiko fisik yang mempengaruhi kesehatan ibu dan kemampuan untuk menetapkan hubungan dengan bayinya (Hesol, 2012). Ibu yang memiliki
pendidikan tinggi cenderung lebih
19
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
memperhatikan masalah kesehatannya, baik untuk dirinya maupun pada keluarganya. Pengalaman dan pendidikan dapat mempengaruhi ibu untuk mendapatkan pengetahuan tentang perawatan diri dan kesehatan anak untuk beradaptasi terhadap peran parenting (Brigit et al, 2004). Gambaran mengenai respon masyarakat terhadap kehamilan hingga perawatan paska persalinan bagi ibu dan bayinya menunjukkan keterkaitan antara nilai-nilai, landasan pemikiran keyakinan, kepercayaan, dan norma-norma yang mendasari prilaku pertolongan dan perawatan ibu dan anak (Hesol, 2012).
2.3 Integrasi Teori Keperawatan Self care orem dengan Comfort kolcoba pada Asuhan Keperawatan.
Keterkaitan teori keperawatan selfcare dan comfort tersebut dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan tindakan operasi seksio sesarea dan tubektomi diuraikan pada skema berikut :
20
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Skema 2.3 Integrasi teori keperawatan self care dan comfort pada ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi Persalinan dengan operasi seksio sesarea + Tubektomi
Post partum pasca seksio sesarea
Pengkajian keperawatan menurut orem dan kolcaba : Tingkat kemandirian /self care dan kenyamanan /comfort Self care Self care demand
Self care agency Self care deficit
Conditioning faktor & comfort Identitas ibu,status perkembangan,status kesehatan Sosial kultural,faktor lingkungan
Diagnosa Keperawatan : 1.Tingkat kemandirian pasien(totally, Partial selfcare) 2. Rasa nyaman (fisik,psikospritual,lingkungan,sosial kultural
Tindakan tubektomi menyebabkan ibu tidak nyaman:Fisik psikospritual, lingkungan, sosial kultural pada tiga tipe comfort yaitu relief,ease,transcendence, griving
Nursing Agency
Memberikan intervensi dilihat dari tingkat ketergantungan (Nursing Agency)& masalah kenyamanan 1.Wholly/Totally Compensantory Nursing 2.Partially Compensantory Nursing 3.Supportive educative dan Coaching 4.Comford food for the soul 5.Meningkatkan rasa nyaman fisik,psikospritual, lingkungan, sosial spritual
Evaluasi : 1.Mengevaluasi kemandirian ibu 2.Kebutuhan rasa nyaman ibu terpenuhi
Sumber : (Peterson & Bredow, 2004; Tomey dan Alligood, 2006 ; Kolcaba, 2001; Kumar,2007; Oliveira, 2013).
Berdasarkan skema diatas dapat dilihat bahwa teori keperawatan self care dan comfort digunakan secara terintegrasi pada ibu postpartum seksio sesarea merupakan salah satu pendekatan yang dinamis, dimana peran perawat maternitas membantu meningkatkan kemampuan klien dalam perawatan diri dalam rangka mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraannya. Teori yang dikembangkan oleh Dorothea orem ini merupakan salah satu model keperawatan 21
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
yang menekankan pada kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan selfcare-nya secara mandiri selama masih memungkinkan kondisinya, dan menekankan supaya individu menjadi agent selfcare bagi dirinya sendiri (Tomey dan Alligood, 2006).
Kebutuhan rasa nyaman yang dirasakan akibat ransangan yang muncul pada ibu postpartum seksio sesarea menggunakan teori keperawatan comfort , konteks rasa nyaman yang holistic dilihat dari empat aspek yaitu fisik,psikospritual, lingkungan dan sosial kultural (Peterson & Bredow, 2004). Adapun ibu yang dilakukan tubektomi memerlukan persiapan psikososial yaitu adanya dukungan dari keluarga terutama suami yang berpengaruh terhadap sikap ibu untuk keikutsertakan menjadi aseptor sterilisasi tuba (Setiabudi & Augustinus, 2001).
2.3.1 Pendekatan model konsep dan teori keperawatan selfcare orem pada asuhan keperawatan
diawali
mengidentifikasi
ada/
dengan
tahap
tidaknya
pengkajian
defisit
perawatan
yang diri.
bertujuan
untuk
Perawat
perlu
mengumpulkan data tentang adanya tuntutan dalam perawatan diri, kekuatan untuk melakukan kebutuhan perawatan diri. Pengkajian awal mengenai personal klien, yang meliputi usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, budaya, suku, status perkawinan, agama, pekerjaan. Selanjutnya pengkajian self care menurut Orem yang akan dilakukan pada kasus ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea didasarkan pada katagori kebutuhan dasar klien yang meliputi, sebagai berikut : 2.3.1.1 Universal selfcare requistes Kebutuhan yang berkaitan dengan proses hidup ibu, proses memelihara integritas dari stuktur fungsi tubuh manusia selama siklus kehidupan
yang dipandang
sebagai faktor-faktor yang saling berkaitan satu sama lainnya. Kebutuhan tersebut meliputi : oksigen, makan, minum, eliminasi, aktivitas dan istirahat, interaksi sosial dan mencegah serta menghadapi resiko yang mengancam kesehatan. Pada ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea kebutuhan berkaitan dengan proses mempertahankan kesehatan dan homeostasis dimana ibu akan
mengalami
perubahan fisik terkait dengan adanya efek anestesi umum atau spinal. Perubahan
22
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
yang terjadi pada saat postpartum yang dapat menyebabkan gangguan kebutuhan oksigen. Pada kasus seksio sesarea dengan anestesi umum dan spinal klien beresiko mengalami masalah pada sistem pernapasan dan apabila dibatukkan klien merasakan nyeri pada luka operasi. Perubahan kebutuhan cairan karena adanya perdarahan saat persalinan dengan tindakan operasi seksio kurang lebih darah yang dikeluarkan 750-1000 cc dan perdarahan pada masa nifas, kebutuhan nutrisi yang meningkat karena klien sebelumnya dipuasakan, perubahan eliminasi seperti konstipasi dan retensi urin karena efek pemasangan voly kateter, perubahan aktifitas dan istirahat akibat toleransi aktifitas dan nyeri pada luka operasi.
2.3.1.2 Conditioning Factor Requisites Kondisi
yang dapat mempengaruhi selfcare seseorang, yang termasuk
conditioning factor. Kondisi ibu setelah melahirkan dengan operasi seksio sesarea yaitu dalam keadaan lemah dan nyeri akibat tindakan operasi serta dilakukan pemotongan tuba falopii (tubektomi) sehingga dalam hal perawatan diri sendiri dan bayinya ibu masih dibantu. Status kesehatan ibu saat ini juga sangat besar kemungkinan menimbulkan resiko bagi klien akibat luka operasi yaitu perdarahan dan infeksi pada ibu. Faktor sosial kultural juga merupakan kondisi yang tidak dapat diabaikan, karena budaya dan adat suatu suku akan mempengaruhi dalam perawatan bayi dan ibu dan pandangan sosial terkait dengan dilakukannya tubektomi, sistem pelayanan kesehatan juga dapat mempengaruhi kesehatan ibu karena ada balutan luka operasi yang harus dilakukan dengan prinsip steril. Sistem keluarga, faktor lingkungan, gaya hidup dan sumber-sumber yang tersedia juga merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi kondisi seorang individu (Orem, 2001). Tindakan tubektomi dapat berdampak pada faktor psikososial yaitu adanya dukungan dari keluarga terutama suami (Setiabudi & Augustinus, 2001).
2.3.1.3 Developmental Selfcare Requisities Kebutuhan yang berhubungan dengan fungsi perkembangan dan penyesuaian diri terhadap perubahan akibat fase perkembangan yang terjadi. Pada ibu yang melahirkan dengan operasi seksio sesarea akan merasakan perbedaan dalam hal kembalinya fungsi tubuh dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pervaginam,
23
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
ibu perlu menyesuaikan diri akibat luka operasi ditambah dengan adanya tindakan tubektomi, kondisi ini dapat menimbulkan nyeri, dan dapat menyebabkan konflik peran sebagai ibu dalam menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tugas perkembangan seorang ibu.
Aspek psikologis yang terjadi ibu mengalami
kecemasan karena perubahan kondisi fisiknya yang terjadi yaitu adanya luka operasi seksio sesarea dan tubektomi dan aspek psikososial yaitu peran menjadi istri berubah sehingga diperlukan dukungan dari suami. Ibu terlihat gelisah ditambah ASI belum dapat keluar selama satu sampai dua hari pasca persalinan
2.3.1.4 Health deviation selfcare requisites Kebutuhan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan status kesehatan pada individu, seperti : kondisi sakit atau injury. Pada ibu postpartum seksio sesarea yang dilakukan pada saat persalinan dan postpartum, tidak ditemukan adanya penyimpanagan status kesehatan karena tindakan pembedahan seksio sesarea merupakan tindakan untuk menyelamatkan ibu dan bayinya juga tindakan kontrasepsi mantap atau tubektomi karena kemauan dari ibu dan suami untuk menghentikan kehamilan.
2.3.1.5.Medical problem and plan Meliputi diagnosa medis dan perawatan, perencanaan pengobatan yang dilakukan untuk ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea, seperti untuk terapi untuk mengurangi nyeri, managemen nyeri dengan tekhnik relaksasi dan destraksi, mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi dengan perawatan luka dengan prinsip steril serta pemberian antibiotik dan vitamin
2.3.1.6 Selfcare defisit Keperawatan dibutuhkan seseorang karena tidak mampu atau terbatas untuk melakukan selfcare-nya. Keperawatan diberikan bila seseorang berkurang kemampuannya untuk memenuhi selfcarenya sesuai dengan selfcare demand-nya. Pada ibu postpartum
seksio sesarea dapat terjadi berkurang dan terbatasnya
kemampuan ibu dalam memenuhi selfcarenya. Sebagai contoh adalah dengan adanya nyeri operasi seksio sesarea dan tubektomi akan menyebabkan ibu tidak
24
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
dapat atau terbatas dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari, seperti perawatan diri dan bayinya.
Langkah selanjutnya pada pengkajian self care adalah perencanaan yang dibuat oleh perawat harus didasarkan pada tujuan keperawatan, sehingga harus disesuaikan dengan masalah keperawatan yang terjadi pada ibu postpartum tindakan seksio sesarea sesuai dengan selfcare demand-nya. Perencanaan yang dibuat juga harus memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan dan kemampuan perawatan klien, menurut Orem terbagi dalam tiga tahapan,yaitu :
1. Wholly/Totally Compensantory Nursing Tingkat ketergantugan total care tidak ditemukan pada ibu postpartum seksio seksio sesarea karena klien masih dapat menggerakan tubuhnya untuk melakukan kebutuhan dasarnya dengan bantuan perawat.
2. Partially Compensantory Nursing Perawat dan klien saling berkolaborasi untuk melakukan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan yang dilakukan perawat pada ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea terkait dengan universal self carenya adalah sebagai berikut, mempertahankan keseimbangan pemasukan udara dengan latihan batuk dengan bantuan perawat dan pengaturan posisi yang memudahkan oksigenasi, hal ini dapat dilakukan pada ibu postpartum persalinan dengan seksio sesarea. Mempertahankan keseimbangan pemasukan air yaitu dengan melakukan monitoring keseimbangan intake dan output cairan bersama klien, penyediaan minum terjangkau oleh klien dan precaution terhadap kemungkinan dehidrasi. Mempertahankan keseimbangan pemasukan makanan dengan monitoring keseimbangan intake dan output makanan bersama-sama klien, penyediaan makanan yang terjangkau oleh klien, precaution terhadap kekurangan nutrisi Mempertahankan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat dengan membantu klien untuk alih baring klien sesuai kebutuhan, bantu klien untuk melaksanakan mobilisasi secara bertahap sesuai dengan kemampuan klien dan melibatkan pasangan dan keluarga klien. Mempertahankan keseimbangan melalui proses
25
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
eliminasi dengan melakukan bladder training bila diperlukan. Mencegah dan menghadapi resiko yang mengancam kehidupan dan kesehatan dapat dilakukan dengan melakukan managemen lingkungan yang aman, melibatkan klien dalam perawatan luka seksio sesarea, melibatkan klien dalam perawatan bayi baru lahir, monitoring vital signs, kontrol dan perlindungan terhadap infeksi.
3.Educative Supportive nursing Dalam hal ini perawat memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan
untuk
memotivasi klien untuk melakukan selfcare secara mandiri, tindakan yang dapat diberikan pada ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea adalah : Mempertahankan keseimbangan pemasukan cairan melalui pendidikan kesehatan tentang pentingnya keseimbangan cairan dan pencegahan terjadinya dehidrasi pada ibu post partum dengan tindakan seksio sesarea. Mempertahankan keseimbangan pemasukan makanan dengan monitoring keseimbangan intake dan output secara mandiri, timbang berat badan secara mandiri, konseling tentang nutrisi dan diit pada ibu postpartum seksio sesarea untuk penyembuhan lukanya. Mempertahankan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, mobilisasi aktif secara mandiri, pendidikan kesehatan tentang pentingnya keseimbangan antara exercise dan istirahat bagi ibu postpartum. Memberikan dukungan psikososial terhadap dampak tindakan tubektomi dengan memberikan informasi pada ibu dan suami terkait hubungan intim suami istri dengan nyaman karena ibu tidak akan merasakan ketakutan untuk dapat hamil lagi .
Mempertahankan keseimbangan melalui proses
eliminasi BAK dan BAB,
pendidikan kesehatan diberikan untuk mencegah terjadinya konstipasi pada ibu postpartum dan melakukan diit yang benar untuk mencegah konstipasi. Memcegah dan menghadapi resiko yang mengancam kehidupan ibu dan bayi dengan diberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya perawatan diri bagi ibu
postpartum
dan
bayinya.
Managamen
obat
dengan
medication
administrastion, dengan mengajurkan ibu postpartum melanjutkan terapi yang diberikan oleh dokter setelah dirumah dan kontrol kembali setelah dua minggu postpartum.
26
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
2.3.2 Pengkajian juga dilakukan berdasarkan teori kolcaba dilihat dari konteks of comfort yaitu fisik, psikospiritual, lingkungan, sosial kultural pada tiga tipe comfort yaitu relief, ease, transcedence. Relief didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang. Ease didefinisikan sebagai hilangnya rasa tidak nyaman yang spesifik. Transcedence didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang bangkit dari ketidaknyamanan ketika ketidaknyamanan tersebut tidak dapat dihindari ( Kolcaba, 2001; Oliveira, 2013).
2.3.2.1.Physical and physiologic comfort measure Aspek fisik dengan
pemberian obat farmokologi seperti analgesik, sedative,
antibiotik, antiemetik, laxative, anastesi lokal dan epidural, pengkajian fisik seperti monitoring tanda-tanda vital, memberikan informasi untuk mengurangi ketidaknyamanan, sistem respirasi, cairan, hidrasi, dan nutrisi, eliminasi (pemasangan kateter, konstipasi), sistem integumen, penggunaan alat-alat infasif seperti infus dan NGT, sistem muskuloskletal, terapi complementer ( akupuntur, akupresure, hidoterapi pada persalinan), kenyamanan fisik seperti konservasi energi, kebersihan diri, self-help comfort measure, aktivities daily living (ADL).
2.3.2.2.Psychological, behavioral, emotional comfort measures Aspek psikospiritual klien membutuhkan dukungan emosi, dilakukan dengan strategi pernapasan seperti pernapasan dalam, control pernapasan, pursed-lip breathing, pola nafas, latihan otot pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi. Terapi psichologi/prilaku
seperti
latihan
relaksasi,
distraksi,
guided
imagery,
Hypnoterapi, psychoterapi, terapi bermain, terapi musik, dukungan psikososial, Dukungan mental seperti aktiv mendengarkan dan memberikan anjuran yang positif, empati, simpati, dukungan informasi seperti menjelaskan prosedur tidakan, pendidikan kesehatan dan respek terhadap pasien.
2.3.2.3 Sociocultural,Spritual comfort measure Tahap pengkajian aspek sosial, dimana aspek ini berkaitan dengan hubungan interpersonal, hubungan individu dengan keluarga dan hubungan individu dalam masyarakat, dukungan keluarga, dukungan emosional antara perawat dan pasien
27
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
dengan tindakan tubektomi, dukungan tenaga kesehatan dengan keluarga untuk berdiskusi pada perawatan paliative, aspek spritual dengan cara memfasilitasi pasien untuk berdo’a, pengambilan keputusan yang tepat, optimis, sikap caring . Aspek sosial kultural karena ibu dilakukan tindakan tubektomi, dengan melakukan konseling yang difokuskan pada rasa takut dan kehilangan kondisi kewanitaanya karena dipotongnya saluran tuba falopii sehingga tidak bisa memiliki anak lagi dan tidak menimbulkan rasa penyesalan dengan melihat latar belakang budaya pasien tentang persepsi tindakan tubektomi.
2.3.2.4 Environmental comfort measure Aspek lingkungan berkaitan dengan keadaan eksternal yang ada disekitar klien . Kondisi lingkungan dan termasuk didalamnya seperti kondisi ruangan yang tenang, penerangan ruangan, ruangan sejuk, aman dan nyaman yang mendukung perawatan klien. Lingkungan personal seperti penggunaan pakaian, lingkungan rumah dengan merubah suasana rumah sakit seperti suasana rumah Konteks
of
Relief
Tabel 2.3.2 Ease
Transcedence
comfort Fisik
Ketidak nyamanan Gelisah fisik : nyeri
kebutuhan tindakan untuk mengurangi nyeri
Psikospritual
Ibu terlihat cemas Ibu postpartum Kebutuhan dukungan dan tegang dengan proses emosi dan spiritual pembedahan seksio sesarea dan tubektomi
Lingkungan
Kondisi pasien
Ruangan Ibu tidak dapat Kebutuhan nyaman , istirahat dengan lingkungan yang tenang familiar dan kebutuhan relaksasi dan distraksi
Sosialkultural Pendampingan Kurang dukungan Kebutuhan akan oleh keluarga sistem pendukung dukungan emosional terdekat lainnya bagi klien dari orang terdekat/ orang lain yang berpengaruh bagi klien
28
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Setelah melakukan
pengkajian keperawatan, perawat melanjutkan dengan
menanganalisa data sehingga dapat ditentukan masalah keperawatan klien. Dalam kerangka kerja Orem, dan kolcaba masalah keperawatan karena adanya ketidakseimbangan antara kemampuan dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Menurut teori model konsep ini perawat disamping mengkaji adanya penyimpangan juga harus mempertahankan kekuatan/kemampuan ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea untuk melakukan perawatan mandiri secara bertahap dan mengatasi rasa ketidaknyamanan. Adapun masalah keperawatan yang dapat terjadi pada ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea dapat berupa aktual, resiko maupun potensial yaitu gangguan rasa nyaman : nyeri, kurang perawatan diri dan bayi, resiko terjadinya infeksi, cemas berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi), ketidaknyaman terhadap situasi lingkungan (padat dan panas), peningkatan pemberian ASI eksklusif.
Tahap perencanaan dan implementasi menggambarkan kegiatan yang dibuat sesuai kondisi atau permasalahan agar dapat diatas berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, tindakan dilakukan berdasarkan tingkat ketergantungan ibu post partum seksio sesarea yaitu The Totally compensatory nursing, Partially Compensantory Nursing Supportive educative dan Coaching. Perawat juga harus memberikan pendidikan kesehatan yang akurat mengenai masalah yang dialami, tindakan yang akan dilakukan serta hasil yang diharapkan tercapai. Selain pendidikan kesehatan perawat memberikan kenyamanan jiwa (comfort food for the soul). Perawat juga melakukan tindakan konseling yang dikaitkan dengan adanya perasaan takut dan kehilangan tentang kondisi kewanitaannya karena telah dilakukan tubektomi untuk memberikan kenyamanan pada aspek sosial cultural.
Evaluasi perawatan, hasil akhir yang diharapkan pada ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea adalah mempertahankan kebutuhan self carenya, mampu mengatasi selfcare deficitnya dan meningkatkan kemandiriannya. Masalah ketidaknyaman fisik akibat luka operasi seksio sesarea dan tubektomi dalam kondisi ini ibu mendapatkan bantuan dari perawat dan keluarga dengan mengajarkan tekhnik cara mengurangi nyeri. Dengan bantuan yang diberikan
29
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
diharapkan ibu mampu melakukan perawatan dirinya dan bayinya secara mandiri sehingga ibu terhindar dari bahaya infeksi karena adanya luka operasi sesarea serta memperlihatkan rasa nyaman (Leifer, 2012; Bobak, 2005). Evaluasi pada aspek psikososial ibu menunjukkan sikap menerima dengan pilihannya dan ibu tidak mengalami penyesalan, rasa takut akibat tindakan tubektomi, karena ibu sudah dipersiapkan secara fisik dan mental (Douwe et al, 2011).
2.4
Penerapan Teori Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum Seksio Sesarea
Aplikasi teori keperawatan self care dan comfort dalam asuhan keperawatan pada ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi melalui pendekatan proses keperawatan (Laporan lengkap pada lima kasus pada lampiran 3). Pengkajian telah dilakukan berdasarkan format pengkajian teori selfcare dan comfort
Basic conditioning factor dan Identification Ny. KH, 36 tahun,
ibu rumah tangga,
SMP, Islam, Jawa. Suami Tn Y,42
tahun,SMA, swasta, jawa, Islam. Klien kontrol
di poli kebidanan dan di
rencanakan oleh dokter Obgyn untuk dilakukan operasi sesarea dan tubektomi karena indikasi bekas operasi sesarea dua kali, Klien NH1P4A0 12 jam post partum seksio sesarea. Riwayat hamil saat ini, hari pertama haid terakhir tanggal 10-12-2012 tafsiran partus 17-09-2013. Klien tidak mempuyai riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, asama dan sebagainya.Kondisi klien saat ini lemah dan hanya tiduran saja ditempat tidur. Klien juga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM serta tidak mempuyai riwayat alergi obat dan makanan. Status Kesehatan adalah kesadaran compos mentis, ASI belum keluar, TFU dua jari dibawah pusat. Hasil laboratorium Hb 11 gr/dl, Ht 30,6%, Leukosit 12,3/ui, Trombosit 280/ul. Status perkembangan ibu rumah tangga, klien berperan sebagai ibu mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga.
30
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
2.4.1 Pengkajian Keperawatan (selfcare) ( 18 September 2013, pukul 10.00 WIB) 2.4.1.1Pengkajian Universal self care Pengkajian subyektif : Klien masih mengeluh nyeri pada luka operasi. Skala nyeri lima sampai enam jika klien bergerak, klien baru bisa mengerakkan kaki, miring kanan dan kiri belum berani duduk dan turun dari tempat tidur. Klien mengatakan tindakan tubektomi atas kemauan dirinya dan mendapakan dukungan dari suami karena jumlah anak yang dimiliki sudah cukup yaitu empat dan usia ibu juga sudah 35 tahun yang nantinya akan beresiko bila ia hamil lagi. Nutrisi dan cairan klien belum berani makan, klien hanya minum 200 cc/12 jam. Eliminasi klien tidak ada masalah pada buang air kecil dan buang air besar. Aktifitas dan istirahat
klien masih berbaring ditempat tidur, pemenuhan
kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum kebersihan diri ibu masih dibantu, ibu memerlukan bantuan perawat, suami, dan anggota keluarga lainnya.
Pengkajian obyektif : Pemeriksaan fisik didapatkan kepala distribusi rambut, bersih, tidak ada pembengkakan, wajah tidak ada cloasma gravidarum, mata konjungtiva an anemis, sklera tidak ikterik, hidung tidak ada sekret, mulut mukosa bibir agak kering leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid ataupun getah bening, dada irama pernapasan reguler, bunyi nafas vesikuler, suara jantung terdengar bunyi jantung S1-S2. Payudara membesar teraba lunak, ASI belum keluar, areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak ada benjolan. Abdomen terdapat strie, ada balutan luka operasi sesarea melintang 15 cm, kontraksi baik, tinggi fundus uteri sepusat. Lokhea rubra setengah pembalut, bau khas, ekstremitas bawah tidak ada edema dan varices
2.4.1.2Pengkajian Development selfcare Ny. KH mengatakan ini kehamilan yang keempat sehingga ibu sudah memiliki pengalaman dari kehamilan sebelumnya, klien akan memberikan ASI sampai usia 6 bulan, yang sama ia lakukan pada ketiga anaknya. Ibu merasakan cemas karena kondisi fisiknya (adanya luka operasi seksio sesarea dan tubektomi ) dan ASI belum keluar sampai saat ini, sementara bayi sudah diantar dari ruang perina untuk dilakukan rawat gabung. Setelah 24 jam pertama ibu sudah memberikan
31
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
ASInya dengan benar setelah dibantu perawat, dan tidak terjadi pembengkakan pada payudara ibu
2.4.1.3Pengkajian Health deviation Klien mengatakan kondisi yang sangat mengganggu saat ini adalah luka operasi yang masih terasa sakit ditambah dengan luka bagian dalam akibat dilakukan tubektomi, nyeri dirasakan sakit apabila klien bergerak dan melakukan aktivitas, sehingga klien takut untuk bergerak karena nyeri yang dirasakan, klien mengatakan apakah ia diberikan obat untuk mengurangi nyeri yang ia rasakan.
2.4.1.4 Medical problem and plan Penatalaksanaan setelah operasi terpasang infus RL, cek Hb post operasi, ganti verban hari ke tiga, buka volley kateter 1X24 jam, mobilisasi bertahap. Therapi obat yang diberikan pada ibu postpartum seksio sesarea adalah IVFD RL 20 tetes/ menit, Cinam 2X1 gram, lactor 3X1 gram, Ambacim 2X1 gram jika terapi injeksi habis ganti terapi oral metronidazol tab 3 X 500, asam mefanamat tab 3X 500 mg, SF 2X1 dan diit tinggi kalori tinggi protein.
2.4.1.5 Pengkajian Selfcare deficit Adanya nyeri yang dirasakan klien akibat luka operasi seksio sesarea dan tubektomi menyebabkan ibu terbatas dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari, seperti perawatan diri dan bayinya dan tindakan tubektomi berdampak pada ibu sehingga mengalami kecemasan. Selain itu adanya ketidakefektifan koping individu menyebabkan ibu postpartum tidak dapat menjalani masa postpartum dengan baik.
2.4.2 Pengkajian Keperawatan (Comfort) 2.4.2.1 Physical and physiologic comfort measure Aspek fisik. Dengan melakukan pengukuran tanda-tanda vital yaitu pemeriksaan tekanan darah 110/70 mmHg,
Nadi
80X/menit, suhu
37°C, Pernapasan
20x/menit Ny. KH merasakan nyeri pada daerah operasi seksio sesarea dan tubektomi dan diberikan obat farmokologi seperti analgesik, sedative, antibiotik,
32
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
klien terpasang kateter dan infus, kenyamanan fisik yang dirasakan seperti kebersihan diri, self-help comfort measure, aktivities daily living (ADL). Aspek psikologis didapatkan ibu mengalami kecemasan karena kondisi fisik yang dirasakan akibat luka operasi dan tubektomi, serta ibu mengalami gelisah karena ASI belum keluar satu sampai dua hari pasca persalinan.
2.4.2.2.Psychological, behavioral, emotional comfort measures Aspek psikospiritual persepsi, klien memandang kelahirannya dengan operasi merupakan hal yang terbaik untuk menolong diri dan bayinya. Konsep diri klien menganggap bahwa dirinya sebagai ibu yang berperan merawat anak-anaknya, tinggal nantinya akan dirawat dengan baik dan membesarkan anak yang lainnya. Klien merasakan adanya cemas karena kondisi luka operasi seksio sesarea dan dampak tindakan tubektomi. Klien hanya berharap kondisi lukanya akan baik-baik saja dan cepat sembuh sehingga ibu bisa langsung merawat bayinya dan cepat pulang. Klien diberikan dukungan mental seperti aktif mendengarkan dan memberikan anjuran yang positif, empati, simpati, dukungan informasi seperti menjelaskan prosedur tindakan, pendidikan kesehatan dan respek terhadap pasien.
2.4.2.3 Sociocultural,Spritual comfort measure Faktor sosial kultural orang terdekat sangat berarti bagi klien yaitu suami dan ibu klien untuk membantu aktivitas klien sehari-hari karena habis operasi dan kelemahan fisik, namun karena kondisi ruangan yang padat sehingga suami atau ibu klien menunggu diluar dan dipanggil bila diperlukan. Faktor psikososial klien tidak mengalami adanya penyesalan dilakukan tubektomi karena untuk menjaga kondisi kesehatannya dan mendapatkan dukungan dari suami, tetapi klien merasakan kehilangan kewanitaanya karena telah dilakukan pemotongan saluran telur. Klien mengatakan kecemasannya karena ada luka SC dan luka tubektomi. Tidak ada pengaruh atau patangan budaya selama klien menjalani kehamilan dan persalinan. Dukungan tenaga kesehatan dengan keluarga untuk berdiskusi pada perawatan pasca pembedahan, aspek spritual dengan cara memfasilitasi pasien untuk berdo’a, pengambilan keputusan yang tepat, optimis, sikap caring.
33
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
2.4.2.4 Environmental comfort measure Faktor lingkungan Klien mengatakan tidak nyaman dan mengalami kegerahan dan klien juga mengeluarkan keringat yang berpontesi mengenai luka operasi yang beresiko akan terjadinya infeksi pada luka operasi, klien dirawat di ruang perawatan kelas tiga terdapat lima tempat tidur, pintu satu, ventilasi satu, dan banyaknya pengunjung yang kadang-kadang datang menjenguk pasien, ruangan sempit sehingga sirkulasi oksigen di ruangan tidak maksimal menyebabkan ruangan terasa panas, AC ada tapi kadang-kadang tidak berfungsi, sehingga ketenangan dan kenyamanan klien menjadi terganggu.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan berdasarkan teori selfcare dan comfort Diagnosa yang dapat diangkat pada Ny.KH adalah 1) Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen. 2) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak. 3) Kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi
yang lebih awal akibat pemisahan. 4) Peningkatan pemberian ASI
eksklusif.5) Cemas berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi seksio dan tubektomi). 6) Resiko terjadi gangguan konsep diri: gambaran diri berhubungan dengan kehilangan status reproduksi sekunder terhadap tindakan tubektomi 7) Ketidaknyaman terhadap situasi lingkungan (padat dan panas).
2.4.3 Perencanaan 2.4.3.1 Perencanaan keperawatan untuk diagnosa keperawatan pertama yaitu gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan rasa nyaman (nyeri) pada daerah luka operasi SC berkurang, dengan kriteria hasil klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri menurun satu sampai tiga, klien tidak tampak meringis terutama saat bergerak, klien dapat merasakan lebih nyaman, tanda-tanda vital dalam batas normal. Tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri adalah 1) Mengkaji skala nyeri, 2) Mengkaji penyebab nyeri, 3) Mengkaji karakteristik
34
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
nyeri (lokasi, sifat,intesitas,dan dampak nyeri), 4) Melakukan monitoring tandatanda vital yang mengindifikasikan adanya peningkatan nyeri seperti tekanan darah dan nadi, 5) Mengatur posisi yang nyaman menurut klien, 6) Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, 7) Mengajarkan tekhnik destraksi dengan mengalihkan persepsi nyeri dengan mengajak klien berbicara, menyuruh klien membaca buku
8) Menciptakan lingkungan yang nyaman 9)
Melakukan
kolaborasi pemberian obat analgetik.
2.4.3.2 Perencanaan keperawatan untuk diagnosa kedua yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak, dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, color, tumor dan fungsiolesa tidak terjadi, klien mengatakan nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal. Tindakan keperawatan untuk mengatasi mengurangi resiko terjadinya infeksi adalah 1) Mengkaji tandatanda adanya infeksi ,2) Mengkaji penyebab terjadinya infeksi, 3) Melakukan monitoring tanda-tanda vital yang mengindentifikasi adanya peningkatan infeksi adalah suhu, 4) Melakukan kolaborasi
pemeriksaan laboratorium terutama
lekosit.5) Kolaborasi pemberian obat antibiotik.
2.4.3.3 Perencanaan keperawatan untuk diagnosa ketiga yaitu kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi yang lebih awal akibat pemisahan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan rasa ibu dapat melakukan perawatan diri dan bayinya secara mandiri, dengan kriteria hasil klien mengatakan sudah dapat duduk dan turun dari tempat tidur, klien dapat melakukan makan, minum, mandi secara mandiri. Tindakan keperawatan untuk mengatasi kurangnya perawatan diri dan bayi adalah 1) Mengkaji tingkat kemampuan ibu dalam hal merawat diri dan bayi, 2) Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan diri dan bayi sesuai dengan kemampuan ibu, 3) Memberikan motivasi bila ibu mulai melakukan perawatan dirinya secara mandiri.
35
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
2.4.3.4 Perencanaan keperawatan untuk diagnosa keempat yaitu Kesiapan ibu untuk pemberian ASI eksklusif dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pemberian ASI eksklusif pada ibu tercapai, dengan kriteria hasil klien mengatakan paham tentang pentingnya ASI eksklusif. Tindakan keperawatan adalah 1) Mengkaji tingkat pemahaman ibu tentang pemberian ASI Eksklusif, 2) Mengkaji kondisi payudara ibu, 3) Mengkaji kemampuan ibu dalam hal memberikan ASI pada bayinya, 4) Membantu ibu dalam menyusui bayinya dengan benar, 5) Memberikan motivasi dan dukung ibu dalam menyusui bayinya 6) Informasikan pada ibu tentang manfaat ASI pada ibu dan bayinya, 7) Memberikan reinforcemen positif setiap ibu memberikan ASI pada bayinya, 8) Memberitahu keluarga untuk mendukung ibu dalam pemberian ASI secara Eksklusif.
2.4.3.5 Perencanaan keperawatan untuk diagnosa
kelima
yaitu
Cemas
berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi seksio sesarea dan tubektomi) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat mengontrol kecemasan, dengan kriteria hasil klien dapat mendemostrasikan
tekhnik
mengontrol
kecemasan,
mendemostrasikan
kemampuan untuk ketrampilan memecahkan masalah. Tindakan keperawatan adalah 1) Mengkaji tingkat kecemasan klien, 2) Mengidentifikasi faktor pencetus terjadinya kecemasan, 3) Mengkaji kemampuan ibu dalam merespon kondisi situasional secara rasional, 4) Jelaskan semua aktivitas prosedur tindakan pembedahan seksio sesarea dan tubektomi, 5) Memberikan dukungan psikososial terkait adanya dukungan suami, keluarga dan peningkatan konsep diri : peran sebagai istri 6) Memberikan masase punggung untuk mengurangi kecemasan 7) Memberikan tekhnik terapi sentuhan, 8)
Melakukan guided imagery
dapat
digunakan untuk menurunkan kecemasan, 9) Ajurkan klien untuk mendengarkan musik sebagai pilihan untuk mengurangi kecemasan.
2.4.3.6 Perencanaan keperawatan untuk diagnosa keenam yaitu Resiko terjadi gangguan konsep diri: gambaran diri berhubungan dengan kehilangan status reproduksi sekunder terhadap tindakan tubektomi dengan tujuan setelah dilakukan
36
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat menunjukkan konsep diri : gambaran diri yang positif dan efektif, dengan kriteria
hasil
peningkatan konsep diri: gambaran diri, menujukkan gambaran diri yang poitif. Tindakan keperawatan adalah 1) Mengkaji konsep diri terutuma gambaran diri ibu, 2) Menggunakan komunikasi terapeutik secara verbal dan non verbal dengan mendengarkan keluhan dan kesedihan yang dirasakan ibu, 3) Kolaborasi dengan klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan yang berhubungan dengan konsep diri ibu dalam menghadapi stresoor yang muncul, 4) Memberikan support system pada ibu terhadap pilihan yang dilakukan 5) Meningkatkan pengetahuan ibu terhadap keuntungan dan kerugian dilakukannya tindakan tubektomi.
2.4.3.6 Perencanaan keperawatan untuk diagnosa ketujuh yaitu Ketidaknyaman terhadap situasi lingkungan (padat dan panas) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien merasakan kenyamanan pada lingkungan ruangan rumah sakit, dengan kriteria hasil lingungan nyaman dengan penerangan yang cukup, ruangan tenang, ventilasi ruangan cukup, ruangan sejuk. Tindakan keperawatan adalah 1) Mencipkan lingkungan yang nyaman, 2) Mengidentifikasi faktor pencetus terjadinya ketidaknyaman klien terhadap lingkungan ruangan rumah sakit, 3) Menganjurkan keluarga atau pengunjung untuk mengikuti aturan rumah sakit terkait dengan jam kunjungan pasien, 4) Memberikan fasilitas pada klien diruangan.
2.4.4 Implementasi Implementasi keperawatan yang dilakukan pada ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi berdasarkan nursing system dilihat dari tingkat ketergantungan dalam membantu klien
yaitu metode tindakan kebutuhan lainnya dengan
melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan klien karena keterbatasan klien untuk melakukan perawatan diri dan bayinya, metode pendampingan dengan memberikan petunjuk dan bimbingan pada klien, metode dukungan mental dengan memberikan dukungan fisik dan psikologis serta sosial dan lingkungan dan metode pengajaran dengan mengajarkan sesuatu pada ibu untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan. Implementasi yang dilakukan
37
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
pada compensantory nursing system memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan tehnik relaksasi dan destraksi untuk mengurangi nyeri, penatalaksanaan keperawatan dan pendidikan kesehatan/ keperawatan serta penatalaksanaan medik yang dilakukan perawat sedangkan meningkatkan kenyamanan (comfort) Coaching ( bimbingan pada pasien), Comford food for the soul (kenyaman jiwa) ibu dalam aspek fisik, psikologi dan lingkungan (Kolcaba, 2001).Aspek psikososial diperlukan dukungan dari keluarga terutama suami dan memberikan support sistem terkait dengan konsep diri : gambaran diri yang dirasakan ibu terkait tindakan tubektomi.
2.4.5 Evaluasi Evaluasi selfcare menurut Orem adalah keberhasilan intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk meningkatkan kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan selfcare yaitu pada diagnosa keperawatan resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak dan kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi yang lebih awal akibat pemisahan.
Evaluasi comfort menurut Kolcaba adalah meningkatkan rasa kenyamanan dan bimbingan pada klien yaitu diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otototot abdomen, Kecemasan karena kondisi fisiknya( luka operasi) dan kesiapan ibu untuk pemberian ASI Eksklusif. Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang diberikan dituliskan dalam data subjektif (S) dan data Objektif (O), Berdasarkan data yang diperoleh dituliskan analisa (A) dan perencanaan (P) terhadap masing-masing diagnosa keperawatan. Evaluasi juga dilakukan pada aspek psikososial terkait dengan dilakukan tindakan tubektomi dengan melihat dukungan dari suami dan keluarga.
2.4.5.1 Evaluasi untuk masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri yaitu data subjektif (S) klien mengatakan nyeri berkurang dan
mampu melakukan
upaya untuk mengurangi nyeri dengan cara melakukan tekhnik relaksasi dengan
38
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
menarik nafas dalam saat nyeri terasa dan tekhnik distraksi dengan cara mengajak bicara, dan ibu dianjurkan untuk beriteraksi dengan bayinya, membayangkan sesuatu yang indah, data objektif(O) skala nyeri berkurang menjadi tiga, klien mampu mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal dengan tetap rileks dan tidak cemas (Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 80X/ menit, Pernapasan 20x/ menit, Suhu 36,5 ◦C ). Analisa (A) nyeri teratasi. Perencanaan (P) selanjutnya tetap mengajarkan cara mengurangi nyeri, observasi tanda-tanda vital.
2.4.5.2 Evaluasi untuk masalah keperawatan resiko terjadinya infeksi yaitu data subjektif (S) klien mengatakan kondisi lukanya masih terasa nyeri, data objektif (O) tanda- tanda infeksi tidak terjadi seperti dolor, color, tumor, fungsiolenta,luka rapat tidak ada pus, pengeluaran cairan dan bau, balutan luka tampak bersih. Analisa (A) infeksi tidak terjadi. Perencanaan (P) selanjutnya tetap mengobservasi tanda-tanda vital dan infeksi dan perawatan luka dengan tekhnik steril.
2.4.5.3 Evaluasi untuk masalah keperawatan kurangnya perawatan diri dan bayi data subjektif (S) klien mengatakan sudah dapat turun dari tempat tidur setelah 24 jam klien mengatakan mulai mampu melakukan perawatan pada diri dan bayinya data objektif (O) ibu bisa makan, minum dan kekamar madi secara mandiri, klien mampu merawat bayinya dengan belajar cara memandikan bayi dan perawatan tali pusat. Analisa (A) ibu mulai mandiri. Perencanaan (P) selanjutnya memberikan pendidikan kesehatan untuk perawatan dirumah.
2.4.5.4 Evaluasi untuk masalah keperawatan peningkatan ibu dalam pemberian ASI eksklusif data subjektif (S) klien mengatakan ASI sudah mulai keluar setelah 24 jam pertama, klien mengatakan payudara sudah mulai terasa penuh, klien mengatakan sudah mampu melakukan upaya untuk memberikan ASI pada bayinya, klien mengatakan akan memberikan ASI saja selama enam bulan. Data objektif (O) klien dapat menyusui bayinya dengan benar, payudara sudah mulai mengeluarkan ASI dan payudara tidak bengkak. Analisa (A) klien mulai mandiri untuk menyusui bayinya dengan tekhnik yang benar. Perencanaan (P) selanjutnya memberikan pendidikan kesehatan untuk perawatan payudara dan bayi dirumah.
39
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
2.4.5.5 Evaluasi untuk masalah keperawatan yaitu cemas berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi SC dan tubektomi) data subjektif (S) klien mengatakan cemas mulai berkurang kondisi lukanya baik, data objektif (O) klien dapat mendemostrasikan tekhnik mengontrol kecemasan, tanda- tanda vital dalam batas normal, klien tampak rileks. Faktor psikososial ibu mendapatkan dukungan dari suami terkait dengan tindakan tubektomi dan ibu menjalankan perannya dengan baik. Analisa (A) masalah cemas tidak terjadi.
Perencanaan (P)
selanjutnya tetap menganjurkan klien untuk menurunkan kecemasan.
2.4.5.6 Evaluasi untuk masalah keperawatan yang keenam yaitu, Resiko terjadi gangguan konsep diri: gambaran diri berhubungan dengan kehilangan status reproduksi sekunder terhadap tindakan tubektomi data subjektif (S) klien mengatakan menerima kondisi yang terjadi pada dirinya karena tindakan tubektomi, data objektif (O) Klien tampak tidak cemas dan menunjukkan sikap positif yang terjadi pada dirinya. Analisa (A) resiko masalah konsep diri : gambaran diri tidak terjadi. Perencanaan (P) selanjutnya tetap memberikan dukungan positif terhadap pilihan yang dilakukan ibu untuk dilakukannya tubektomi.
2.4.5.6 Evaluasi untuk masalah keperawatan yang ketujuh yaitu ketidaknyaman terhadap situasi lingkungan (padat dan panas), data subjektif (S) klien mengatakan ruangan mulai terasa nyaman dengan berkurangnya pengunjung dan terpasangnya kipas angin, data objektif (O) lingkungan nyaman dengan penerangan yang cukup, ruangan tenang, ventilasi ruangan cukup, ruangan sejuk. Analisa (A) lingkungan terasa nyaman. Perencanaan (P) selanjutnya tetap menjaga lingkungan yang nyaman dengan terus menjaga lingkungan tenang, penerangan yang cukup dan ruangan yang sejuk, ventilasi ruangan selalu terbuka.
40
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI DENGAN PELAKSANAAN TARGET ASUHAN DAN TARGET PROSEDUR RESIDENSI KEPERAWATAN MATERNITAS Pendidikan Spesialis Keperawatan Maternitas bertujuan untuk mendidik peserta didik melalui proses pembelajaran yang mengarah pada pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan sehingga memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk dapat berperan dan berfungsi secara mandiri. Program pendidikan ners spesialis keperawatan maternitas dicapai dalam dua semester yang terdiri dari 20 SKS dengan rician semester satu adalah keperawatan maternitas (7 SKS) dan keperawatan maternitas lanjut satu (3SKS) dan semester dua terdiri dari keperawatan maternitas lanjut berbasis komunitas (3SKS),
keperawatan
maternitas lanjut dua (4SKS) dan karya ilmiah akhir (3 SKS) ( kontrak belajar pada lampiran 1).
Pelaksanaan paraktek spesialis keperawatan maternitas ini pada tatanan klinik dilaksanakan di dua Rumah Sakit, baik Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi maupun Rumah Sakit Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta, sedangkan pada tatanan komunitas dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 02 yang membawahi wilayah kerja kelurahan Jati Padang Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dalam pelaksanaan praktek ini, residen menjalankan kompetensi ners spesialis maternitas berdasarkan perannya, sebagai berikut :
3.1 Pemberi pelayanan asuhan keperawatan secara langsung (care giver) 3.1.1 RSUD Bekasi Praktek ners spesialis keperawatan maternitas di RSUD Bekasi dilaksanakan pada tanggal 9 September sampai dengan tanggal 27 Desember 2013. Satu minggu sebelum kegiatan praktek , residen membuat kontrak belajar dan jadwal dinas yang kemudian mendapatkan persetujuan dari pembimbing akademik dan pembimbing klinik (kontrak belajar dan jadwal terlampir). Tempat praktek mencakup Unit ruang inap (ruang nifas), poliklinik kebidanan dan ruang perinatologi, kamar bersalin (VK).
41
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
3.1.1.1 Ruang rawat inap ( ruang nifas) Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 9 September- 4 Oktober 2013. Kompetensi yang telah dicapai selama praktek di ruang rawat inap memberikan asuhan keperawatan pada empat kasus ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi (sebagai kasus kelolaan). Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan selama mengelola kasus antara lain gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen. Diagnosa berikutnya tentang ketidak mampuan melakukan tindakan secara mandiri karena kelemahan fisik adalah kurangnya perawatan diri dan bayi berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi yang lebih awal akibat pemisahan.
Residen juga memberikan asuhan keperawatan pada ibu postpartum normal dan bayinya sebanyak 20 kasus, melakukan perawatan pada klien post partum resiko tinggi sebanyak 10 kasus. Selanjutnya melakukan perawatan pada klien dengan masalah ginekologi sebanyak 10 kasus, melakukan perawatan pada klien dengan komplikasi antenatal sebanyak 10 kasus, melakukan perawatan pada klien dengan komplikasi postpartum sebanyak 5 kasus, diagnose keperawatan yang muncul saat melakukan asuhan keperawatan adalah gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi dan jahitan perinium, proses laktasi tidak efektif berhubungan
pembengkakan
payudara,
kurangnya
perawatan
diri
dan
bayiberhubungan dengan kelemahan fisik. Tindakan keperawatan yang dilakukan perawatan luka operasi, perawatan bayi (memandikan dan perawatan tali pusat), melakukan perawatan payudara. Pada unit ini pula, residen telah melaksanakan evaluasi penampilan klinik yang dilakukan oleh supervisor klinik meliputi supervise/ ronde, ujian praktek klinik dengan penerapan teori, konsep dan model keperawatan pada ibu postpartum normal dan ibu postpartum bersiko. Pencapaian target kompetensi pada unit ini adalah 100% (Pencapaian target pada lampiran dua). 3.1.1.2 Poliklinik Kebidanan Kegiatan praktek di poliklinik kebidanan dilakukan mulai tanggal 7 Oktober- 1 November 2013. Kompetensi yang dicapai selama praktek diruang poli klinik
42
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
kebidanan RSUD Bekasi meliputi memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil normal sebanyak 75 kasus secara mandiri dan kolaboratif, melakukan asuhan keperawatan prenatal resiko tinggi , memberikan asuhan keperawatan pada klien kontrol luka operasi SC dan ganti verban, melaksanakan pelayanan KB, melakukan asuhan keperawatan masalah infertilitas serta melakukan asuhan keperawatan pada masalah kesehatan perempuan seperti kasus visum pada remaja perempuan.
Residen juga memperoleh ketrampilan yang baru diantaranya : melakukan pengambilan specimen pada pemeriksaan pap smear, pemasangan cincin pesarium pada pasien dengan prolaps uteri. Pada unit rawat jalan residen telah melaksankan evaluasi penampilan klinik yang dinilai oleh supervisor meliputi supervise, ujian praktek dengan penerapan teori, konsep dan model keperawatan pada ibu hamil normal dan beresiko. Pencapaian target kompetensi pada unit ini tercapai 100% (lampiran no )
3.1.1.3 Ruang Perinatologi Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 16-30 Oktober 2013. Ruang perinatogi merupakan ruang bayi beresiko tinggi diruang transit bayi. Kompetensi yang telah dicapai pada unit ini meliputi memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir beresiko dan memberikan asuhan keperawatan pada 5 kasus bayi baru lahir dengan seksio sesarea. Masalah keperawatan yang diperoleh pada saat melakukan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir beresiko antara lain resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan integritas kulit, ketidakefektifan termoregulasi, gangguan perlekatan orang tua dan bayi. Pada unit ini pula, residen mengikuti ronde bersama supervisor klinik. Pencapaian target kompetensi pada unit ini tercapai 100%.
3.1.1.4 Kamar Bersalin ( Ruang VK) Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 November- 27 Desember 2013. Kompetensi yang telah dicapai diruangan ini yaitu melakukan pertolongan persalinan normal sebanyak 50 kasus, perawatan bayi baru lahir normal sebanyak
43
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
50 kasus, perawatan abortus, perawatan kasus dengan komplikasi/ kegawatan persalinan.
Ketrampilan yang dilakukan diruang bersalin adalah melakukan pemantauan kesejahteraan janin menggunakan alat cardiotography (CTG), pengambilan darah, pemasangan infus dan kateter, melakukan hecting pada pasien dengan luka episiotomy dan rupture vagina saat persalinan, membantu persiapan operasi seksio sesarea dan memfasilitasi keluarga untuk membuat informed consent dan persiapan ibu untuk dilakukan operasi seksio sesarea. Melakukan tindakan IMD pada bayi baru lahir dengan seksio sesarea. Pada unit ini pula, residen telah melaksanakan evaluasi penampilan klinik yang dilakukan oleh supervisor klinik meliputi supervisi dan ronde oleh supervisor akademik, ujian praktek dengan penerapan teori, konsep dan model keperawatan pada ibu bersalin spontan. Pencapaian target kompetensi pada unit ini tercapai 100%.
3.1.2 Komunitas ( Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 02) Praktek ners spesialis keperawatan maternitas berbasis komunitas dilaksanakan didaerah binaan Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 02 yaitu kelurahn Jati Padang. Kegiatan parktek dimulai tanggal 27 Januari – 14 Maret 2014. Sebelum mulai melaksanakan praktek, residen membuat kontrak belajar dan jadwal dinas yang kemudian mendapatkan persetujuan dari pembimbing akademik. Pencapaian target kompetensi meliputi asuhan keperawatan pada 10 keluarga binaan, 5 kasus di RW 04 dan 5 kasus di RW 09 yang meliputi kasus ibu postpartum dengan seksio sesio sesarea dan bayinya, ibu hamil dengan anemia, ibu hamil dengan berat badan rendah, ibu dengan mioma uteri, ibu post histerektomi dengan mioma uteri, ibu infertilitas primer 11 tahun, Ibu post mastektomi dengan ca mamae, dua remaja dengan masalah menstruasi dan metroragia, post partum dengan pembengkakan payudara (laporan kasus pada lampiran sembilan).
3.1.3 RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Praktek ners spesialis keperawtan maternitas di RSUPN Cipto Mangunkusumo dilaknakan pada pada tanggal 24 Maret- 16 Mei 2014. Sebelum mulai
44
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
melaksanakan praktek, residen membuat kontrak belajar dan jadwal dinas yang kemudian mendapatkan persetujuan dari pembimbing akademik. Tempat praktek mencakup unit rawat jalan (poliklinik kebidanan), unit rawat inap gedung A lantai 2 zona A dan zona B ( ruang nifas, ginekologi dan ongkologi)
3.1.3.1 Di Unit Ongkologi Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret-.11 April 2014 Kompetensi yang telah dicapai diruangan ini yaitu melakukan perawatan pada pasien dengan kanker serviks dan kanker ovarium. Ketrampilan yang dilakukan perawatan luka, pemberian tranfusi darah, pendekatan biopsikospritual.
3.1.3.2 Di Unit Poli Kebidanan Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14-17 April 2014 Ketrampilan yang dilakukan pengkajian pada ibu hamil
yang beresiko, masalah kesehatan
perempuan. Mengobservasi dan membantu pemeriksaan ibu hamil.
3.1.3.3 Di Unit Obstetri Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21 April- 2 Mei 2014 Kompetensi yang telah dicapai diruangan ini yaitu melakukan perawatan pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan pada satu kasus ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi (sebagai kasus kelolaan). Ketrampilan yang dilakukan perawatan bayi baru lahir (memandikan dan perawatan tali pusat), pearwatan payudara dan pendidikan kesehatan terkait dengan perawaan ibu dan bayi pasca melahirkan.
3.1.3.4 Di Unit IGD lantai 3 Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5-16 Mei 2014. Kompetensi yang telah dicapai diruangan ini yaitu melakukan perawatan pada pasien dengan kegawatan obstertri dan ginekologi. Ketrampilan yang dilakukan managemen nyeri persalinan, pemantauan pasien dengan PEB
45
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
3.2 Edukator Saat melaksanakan peran sebagai edukator, residen spesialis keperawatan maternitas melakukan beberapa kompetensi seperti melakukan bimbingan mahasiswa DIII keperawatan dan kebidanan, STIKES Bani Shaleh
yaitu
kegiatan pengkajian fisik antenatal, postnatal, rata-rata setiap mahasiswa yang dibimbing terdiri dari 3- 4 mahasiswa. Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan baik perorangan maupun kelompok tentang Continuity of Care sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi pada kasus persalinan dengan seksio sesarea di RSUD Bekasi yang dilaksanakan di poli kebidanan, OK IGD dan ruang rawat postpartum selama praktek residensi. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien yang berada di bawah tanggung jawab residen selama melakukan praktek di RSUD Bekasi dan RSUPN Ciptomangunkusumo serta Komunitas di RW 04 dan 09 Wilayah Kerja Puskesmas Jatipadang Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.
3.3 Konselor Saat melakukan target kompetensi sebagai konselor, residen memberikan dukungan dan konseling untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan klien dan keluarga. Peran ini dilaksanakan ketika klien dihadapkan pada beberapa pilihan dimana klien harus mengambil keputusan seperti pada kasus-kasus khusus terkait dengan masalah menstruasi, infertilitas dan masalah yang terkait kehamilan dan perencanaan keluaga berencana (KB) baik ditantanan klinik maupun di komunitas. Selain itu perawat juga menerima rujukan dari praktisi keperawatan termasuk mahasiswa perawat yang berada dibawah lingkup tanggung jawabnya.
3.4 Advokat Saat melakukan target kompetensi sebagai peran advokat dalam pelayanan keperawatan maternitas yaitu memberikan advokasi bagi klien dan keluarganya dengan memastikan bahwa klien mendapatkan informasi yang tepat dalam pengambilan keputusan terhadap kesehatannya termasuk janin, melindungi pasien dari pengobatan yang tidak sesuai dengan kondisi penyakitnya dan keuangannya, memberi solusi untuk mempertimbangkan pada dokter terkait dengan terapi yang
46
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
diberikan pada pasien, proses pembiayaan seperti jampersal, jamkesmas. Tindakan advokasi ini dilakukan pada semua unit pelayanan keperawatan maternitas.
3.5 Pengelola / Manager Saat melakukan target kompetensi peran sebagai pengelola/ manajer dalam pelayanan keperawatan maternitas dengan mengelola asuhan keperawatan maternitas pada klien maternitas melalui penggunaan metode tim dan koordinasi antar ruangan serta melakukan kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya.
Membantu mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi parameter standar keperawatan, peraturan, prosedur dan mendokumentasikan program jaminan mutu. Mengidentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan program atau model pelayanan keperawatan yang baru. Peran perawat sebagai pengelola dilakukan melalui kegiatan diskusi dan pelatihan kepada perawat dan bidan yang memberikan pelayanan maternitas.
3.6 Koordinator Saat melakukan target kompetensi peran sebagai koordinator dalam pelayanan keperawatan maternitas, melalui kegiatan koordinasi dengan tim kesehatan lain seperti dokter, bidan, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien, sehingga asuhan klien dapat terkoordinasi dengan baik. Residen juga menjalin kerjasama dengan perawat/ bidan dalam merawat klien.
3.7 Peneliti Saat melakukan target kompetensi peran sebagai peneliti dalam pelayanan keperawatan maternitas, residen memanfaatkan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pelayanan maternal dan neonatal. Target utama yang dicapai adalah mengidentifikasi masalah penelitian, mengumpulkan data dan menganalisa data serta memanfaatkan penelitian. Residen melakukan analisis PICOT (patient and clinical problem, intervention, comparator,outcame, time) berdasarkan evidance based nursing pada ibu hamil yang mengalami odema pada tungkai bawah tanpa disertai tekanan darah tinggi dan urine protein dengan melakukan
47
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
masase pada telapak kaki, menganjurkan kaki ditinggikan saat tidur dan mengurangi makanan yang mengadung garam.
3.8 Kolaborator Saat melakukan target kompetensi peran sebagai kolaborator, residen berperan melakukan kolaborasi terkait dengan pengobatan penunjang medis dan ahli gizi dalam upaya memberikan pelayanan yang lebih baik khususnya dalam area keperawatan maternitas.
3.9 Change Agent Mampu menerapkan peran change agent dalam pelayanan keperawatan maternitas. Proyek inovasi yang telah dilakukan residen diantaranya penerapan konsep Continuity of care sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi pada kasus persalinan dengan seksio sesarea di RSUD Bekasi. Pada kasus kehamilan di Poli kebidanan dilakukan penyuluhan terjadwal tentang persiapan SC, pembuatan media tentang persiapan SC, kasus intranatal IMD di ruang operasi, pendidikan kesehatan pasien emergency, kasus postnatal diruang perawatan nifas dilakukan pendidikan kesehatan dan jadwal pendidikan serta pembuatan booklet sebagai media pendidikan kesehatan pada pasien SC, dan pendokumentasian Clinical partway pada pasien dengan seksio sesarea.
Pelatihan pembentukan kader kesehatan reproduksi perempuan yang dilakukan di aula lantai 3 kelurahan Jati padang pada tanggal 26 Febuari 2014, materi yang disampaikan berdasarkan masalah yang ditemukan di wilayah RW 01-10 tentang masalah ketidak suburan/ infertilitas, Ca payudara, mioma uteri dan kista ovari , keputihan, menopouse, konseling dan pemberian ASI Eksklusif, media yang digunakan sebagai bahan pelatihan adalah dengan mengunakan poster, lembar balik, leaflet dan demonstrasi. Kegiatan ini dilanjutkan dengan melakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media poster dan praktek pencegahan kanker payudara melalui deteksi dini SADARI, penyuluhan tentang infertilitas oleh kader terlatih pada masyarakat atau kader lainnya yang tidak mengikuti pelatihan pada kegiatan arisan PKK, arisan RT, dan pengajian. Pelaksanaan
48
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
dilakukan pada tanggal 4- 8 Maret 2014. Proyek inovasi yang dilakukan diruang ongkologi Gedung A lantai 2 zona A tentang intervensi Management care of symptoms anxiety melalui psikoedukasi pada pasien kanker ginekologi diruang rawat onkologi ginekologi RSUPN Ciptomangunkusumo yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan pada pasien kanker untuk meningkatkan pelayanan keperawatan maternitas dilaksanakan bulan 26 Maret- 14Mei 2014 (Laporan lengkap proyek inovasi ada pada lampiran 4, 5 & 6).
49
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang perbandingan antara setiap kasus dengan tinjauan teoritis, kemudian aplikasi model keperawatan pada asuhan keperawatan ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi dan dilanjutkan dengan pembahasan tentang dukungan dan hambatan dalam melakukan praktek ners spesialis keperawatan maternitas. 4.1 Pembahasan asuhan keperawatan pada ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi Pengkajian
dengan penerapan model konsep self care dan comfort dapat
dilakukan pada kelima kasus ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi, didapatkan usia ibu diatas 35 tahun, dengan paritas anak lebih dari dua. Hasil penelitian yang dilakukan Swende & Twande (2010) Usia terbanyak adalah 36 tahun (97,3%) yang melakukan keluarga berencana dengan tubektomi. Hal ini disebabkan karena usia diatas 35 tahun beresiko mengalami komplikasi pada kehamilan, sehingga usia diatas 35 tahun dianjurkan untuk melakukan keluarga berencana yang sifatnya permanen dan ireversibel yaitu tubektomi.
Dari keempat kasus tindakan tubektomi merupakan kemauan ibu sendiri, indikasi dilakukan sterilisasi adalah permintaan pasien yang sifatnya permanen (Rasjidi, 2009) dan satu kasus karena resiko kondisi penyakit yang diderita setelah mendapatkan informasi yang adekwat dari petugas kesehatan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Demir, Cetin & Oktay, 2006 yang menyatakan pemberian informasi yang akurat serta pemberian pemahaman yang benar akan meningkatkan pengetahuan ibu untuk menggunakan kontrasepsi tubektomi. International planned parenthood federation mengatakan bahwa akses informasi tentang kesehatan reproduksi adalah hak asasi manusia untuk mencapai perawatan yang berkualitas tinggi (Verkuy at al, 2011).
50
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Indikasi ibu dilakukan tindakan seksio sesarea satu pasien bekas seksio sebelumnya, satu pasien
letak sungsang dan satu pasien letang sungsang
ditambah KPD 8 jam KPD, satu orang dengan hipertensi dan satu orang dengan indikasi KPD 12 jam, hal ini merupakan resiko bila ibu dilahirkan dengan cara pervaginam, ibu harus dilakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan ibu dan janinnya dan untuk kelahiran berikutnya menunggu selama dua sampai tiga tahun, sehingga resiko terjadinya komplikasi seperti rupture uteri tidak terjadi, hal ini dikatakan pada penelitian Alanis dan Margaret, 2010; Jokhan dan Holmeyr, 2009 bahwa
ibu yang melahirkan dengan tindakan seksio sesarea perlu dilakukan
pengawasan khusus
karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan
menimbulkan terjadinya berbagai komplikasi seperti terjadinya ruptur membran pada daerah subcutan abdomen setelah pulang dari rumah sakit, masalah hoemostasis pada sirkulasi darah yang menimbulkan perdarahan dan infeksi.
Beberapa perubahan terjadi pada kelima kasus kelolaan baik secara fisik maupun psikologis. Kelima kasus postpartum seksio sesarea dengan tubektomi memiliki permasalahan fisik yang menonjol karena pada kelima kasus ditemui permasalahan nyeri, nyeri yang dirasakan rata-rata dengan skala enam sampai tujuh yang disebabkan karena adanya luka operasi ditambah adanya insisi pada kedua tuba falopii, respon nyeri yang berbeda dirasakan pada ibu postpartum seksio sesarea tanpa tubektomi (Cuningham, 2005). Perubahan tersebut dapat menjadi salah satu kendala ibu dalam merawat diri dan bayinya karena nyeri dan kelemahan fisik. Hal ini didukung dengan penyataan Bobak (2006) bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses adaptasi ibu terhadap perawatan diri dan bayi, antara lain rasa ketidaknyaman dan kelemahan fisik setelah melahirkan.
Ibu postpartum seksio sesarea juga mengalami perubahan psikologis dengan memperlihatkan respon terhadap kondisi yang dialaminya akibat luka operasi seksio sesarea, pemulihan pascapartum lebih lama
menyebabkan ketegangan
tambahan pada perkembangan hubungan ibu dan bayi baru lahir dan menimbulkan kebutuhan untuk memproses dan mengintegrasikan pengalaman
51
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
melahirkan yang tidak normal (Reeder, 1997/2011). Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa semua ibu bertanya tentang kondisi fisiknya dan bagaimana cara mengatasi nyeri sehingga ibu tidak dapat beraktivitas. Dari lima kasus yang dikelola ada dua pasien mengatakan perutnya mengalami kembung, belum flatus dan BAB selama dua hari, saat diauskultasi peristaltik pasien terdengar lemah.
Respon psikologis yang ditimbulkan berupa kekhawatiran dan kecemasan karena ibu belum mampu secara mandiri melakukan perawatan diri dan bayinya akibat nyeri dan keterbatasan aktivitas, sehingga klien merasakan adanya kecemasan untuk melakukan pergerakan fisik, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tahuru, 2013 bahwa ada hubungan tingkat kecemasan dengan kemampuan ibu melakukan mobilisasi pada post operasi seksio sesarea dan disarankan pasien untuk dapat mandiri, serta perawat mampu mengurangi kecemasan dan memotivasi ibu untuk mampu melakukan mobilisasi secara mandiri. Petugas kesehatan yang memberikan
pendidikan
kesehatan tentang mobilisasi
dini
memberikan
peningkatan minat ibu untuk melakukan mobilisasi dini sehingga meningkatkan kenyamanan dan menghilangkan rasa sakit serta interaksi ibu dan bayinya menjadi lebih baik (Rohini, 2010; Helmiye et al, 2010; Hartati, 2013).
Respon psikososial yaitu adanya dukungan dari keluarga terutama suami supaya ibu menjadi aseptor sterilisasi/ tubektomi, hasil penelitian Setiabudi dan Augustinus, 2001
dengan judul tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang
keluarga berencana dan hubungannya dengan penerimaan sterilisasi tuba didapatkan adanya faktor psikososial yaitu dukungan suami sangat berpengaruh terhadap ibu untuk dilakukan tubektomi dibandingkan faktor pengetahuan dan pendidikan, hal ini sesuai dengan lima kasus kelolaan dimana suami berperan dalam mendukung istrinya untuk dilakukan tubektomi dengan melihat kondisi kesehatannya, dimana ibu yang dilakukan tubektomi rata-rata berusia diatas 35 tahun dengan jumlah anak yang lebih dari tiga.
Faktor psikososial juga terjadi pada ibu dengan grande multipara, resiko kehamilan, usia diatas 33 tahun yang dilakukan tindakan tubektomi, ada sebagian
52
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
ibu merasakan ketakutan dan kehilangan tentang kondisi kewanitaannya karena dipotongnya saluran tuba falopii sehingga tidak akan memiliki anak lagi dan ada juga yang mengalami penyesalan karena dilakukan steril/ tubektomi karena mengalami kesulitan negosiasi untuk persetujuan tindakan (tidak ada pilihan lain), Douwe at al (2011). Konseling tentang prospektif sterilisasi pada pasien harus dikuti secara objektif sehingga dapat menolong wanita memahami perasaannya untuk
mengontrol kehamilan yang berhubungan dengan seksualitas dan
reproduksi. Jika sterilisasi direncanakan, pasien harus dikonseling selama kunjungan antenatal
dan diprioritas untuk operasi (Demir, Cetin& Kadayitci,
2006). Dari kelima kasus yang dikelola tidak ditemukan ibu mengalami penyesalan karena kehilangan kewanitaannya saat ditanya oleh perawat, hal ini dikarenakan ibu lebih mementingkan kondisi kesehatan dan keselamatannya, dari kelima kasus, dua pasien telah dilakukan konseling tentang tubektomi saat antenatal care.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kelima kasus sesuai masalah yang kemungkinan muncul pada kasus postpartum seksio sesarea dengan tubektomi. Diagnosa berdasarkan ketidaknyaman Kolkaba comfort adalah gangguan rasa nyaman(nyeri) berhubungan dengan insisi pembedahan luka operasi SC, after pain, tarikan otot-otot abdomen dari kelima kasus ibu menyatakan nyeri pada daerah abdomen yang mengganggu kondisi fisik dan kenyamanan ibu hal ini sesuai dengan penelitian Asad & Abdo, 2008 yang menyatakan ibu mengatakan ketidaknyaman akibat nyeri operasi seksio sesarea akibat luka yang dirasakan.
Diagnosa keperawatan lainnya adalah cemas berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi dan tubektomi) serta ASI yang belum keluar selama 24 jam, resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ insisi pembedahan akibat kelahiran anak. kedua kasus mengalami masalah resiko disfungsi motilitas gastrointestinal sekunder adanya kembung, sedangkan satu kasus mengalami masalah cemas berhubungan dengan status kesehatan bayi dan perubahan proses parenting berhubungan dengan dampak perpisahan ibu dan bayi.
53
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Ketiga kasus mengalami masalah ketidaknyamanan terhadap situasi lingkungan (padat dan panas).
Diagnosa berdasarkan Orem self care pada kondisi keempat kasus pada ibu postpartum seksio sesarea adalah
kurangnya perawatan diri dan bayi
berhubungan kelemahan fisik dan kurangnya kontak pada bayi yang lebih awal akibat pemisahan dan wellness diagnosis yaitu meningkatkan kepercayaan ibu dalam berprilaku sehat diagnosa yang diangkat adalah
kesiapan ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif, hal ini sesuai dengan penelitian Aksu,Kucun & Duzcan (2011) yang menyatakan pemberian pendidikan dan dukungan mental yang dilakukan terus menerus selama tiga hari setelah melahirkan akan meningkatkan pengetahuan ibu dan kemauan ibu untuk menyusui bayinya.
Kelima kasus ibu ingin sekali memberikan ASI kepada bayinya karena kelima ibu sudah mendengar manfaat ASI dan menyusui bagi ibu dan bayi, apalagi ibu sudah memiliki pengalaman melahirkan sebelumnya yaitu lebih dari tiga, yang semua anaknya telah diberikan ASI. Ibu sudah memberikan ASInya setelah hari kedua secara benar dan ibu tidak mengalami pembengkakan pada payudaranya. Keempat kasus yang dikelola ibu mengatakan melahirkan dengan tindakan seksio sesarea baru pertama kali yang dan satu kasus mengalami tindakan seksio sesarea berulang, kemungkinan beresiko terjadinya rupture membrane, perdarahan dan infeksi sangat tinggi (Winkjosastro, 2008). Hal ini dapat dicegah dengan pemberian ASI/menyusui dimana kegiatan menyusui dapat membantu rahim berkontraksi
secara
normal
dan
mengurangi
perdarahan
(Neman,
2008;Thampson,et al, 2010) dan tindakan mobilisasi dini sesuai dengan tahapan kemampuan ibu.
Diagnosa keperawatan yang muncul, selanjutnya perawat melaksanakan implementasi yang pada dasarnya memberikan bantuan fisiologis dan psikologis untuk memandirikan ibu pada kondisi postpartumnya dan meningkatkan kenyamanan yang dirasakan ibu. Tindakan yang dilakukan untuk bantuan fisik terhadap ibu adalah mengurangi nyeri akibat luka operasi seksio sesarea,
54
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
menjelaskan perawatan luka operasi dan tanda-tanda adanya infeksi, membantu melakukan perawatan diri dengan memandikan ibu, perawatan perineum, membantu memberikan makan dan minum serta menganjurkan untuk melakukan mobilisasi secara bertahap, perawatan pada bayinya berupa memandikan bayi dan perawatan tali pusat,
untuk ibu yang mengalami disfungsi motilitas
gastrointestinal ibu dianjurkan untuk menguyah permen karet 3 kali sehari selama satu jam setelah operasi seksio sesarea dengan tujuan untuk merangsang motilitas usus dan mengurangi durasi ilius. Hal yang sama, penelitian yang dilakukan pada 30 ibu nulipara hasilnya ibu lebih cepat flatus dan BAB (Mohsenzadeh et al, 2013; Farideh et al,2012;Maeboud, 2009).
Implementasi juga dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan yaitu mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya dengan benar, melakukan perawatan payudara, dan mensupport ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif dan discharge planning saat ibu mau pulang dengan memberikan booklet perawatan ibu dan bayi selama di rumah sakit dan dirumah. Selain booklet media dalam bentuk tekhnologi juga diberikan dalam bentuk CD media pembelajaran pada pasien postpartum untuk meningkatkan pengetahuan pasien, sehingga komplikasi tidak terjadi setelah pasien pulang dari rumah sakit karena adanya luka operasi seksio sesarea dan tubektomi. Dukungan psikososial juga diberikan terkait dengan pemberian konseling terkait dengan efek dari tindakan tubektomi.
Evaluasi dari semua tindakan keperawatan yang dilakukan dikelima kasus kelolaan, dalam waktu 1X24 jam semua masalah dapat teratasi dengan baik antara lain rasa nyeri daerah operasi yang dirasakan berkurang dengan skala nyeri satu sampai dua, ibu merasakan kenyamanan, luka operasi tidak mengalami infeksi saat dilakukan ganti verban, ibu mulai belajar melakukan perawatan diri dan bayi secara mandiri, ASI mulai keluar pada hari kedua dan ibu mulai meyusui bayinya sesuai yang diajarkan perawat dengan benar, Ibu tidak mengalami kembung dan sudah BAB setelah hari kedua.
55
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
4.2 Pembahasan aplikasi teori keperawatan selfcare dan comfort pada asuhan keperawatan ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi
Teori keperawatan self care dan comfort sesuai diterapkan dan mampu meningkatkan tingkat kemandirian dan kenyamanan yang dirasakan oleh ibu pada saat melakukan asuhan keperawatan pada lima kasus yang dikelola. Teori self care mengkaji tentang tingkat kemampuan dan memotivasi klien untuk mampu melakukan perawatan dirinya secara mandiri, selain itu teori ini melihat tingkat ketergantungan sehingga bisa memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat dengan menggunakan teori keperawatan self care dapat membantu mengatasi masalah ibu dengan cara melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain sehingga klien mendapatkan tindakan yang tepat sesuai dengan prosedur penanganan pasien postpartum seksio sesarea dengan tubektomi dengan melihat kondisi luka operasi dan pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien serta nutrisi yang adekwat untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
Pengkajian dengan menggunakan
teori selfcare dan comfort dengan
mengidentifikasi adanya nilai dan potensi yang dimiliki seseorang untuk dikembangkan dan peningkatan rasa nyaman. Penerapan model ini pada ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi sangatlah tepat karena ibu harus mampu melaksanakan perawatan untuk dirinya sendiri dan bayinya berdasarkan tingkat ketergantungan dan kemampuan ibu post partum seksio sesarea dalam self care agency. Pada pengkajian universal selfcare requisites, dari kelima kasus kelolaan didapatkan, sebagai berikut 1) oksigenisasi dari kelima kasus kelolaan dalam batas normal (RR 18-20x/menit), 2)cairan dan elektrolit pada kelima kasus didapatkan status cairan cukup, turgor kulit bagus, muntah (-), minum(+), 3) sistem reproduksi pada kelima kasus adalah ASI belum keluar selama 24 jam setelah itu ASI lancar, 4) nutrisi kelima kasus kelolaan didapatkan data klien sudah mulai mau makan tidak mengalami masalah, 5) eliminasi BAK dari kelima kasus kelolaan klien terpasang kateter dan setelah 24 jam kateter dilepas, eliminasi BAB tiga pasien tidak mengalami masalah, hanya dua pasien yang mengalami kembung
56
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
dan kram perut, 6) aktivitas, istirahat dan tidur kelima kasus kelolaan mengalami nyeri sehingga pasien belum berani melakukan mobilisasi secara aktif, mobilisasi aktif baru mulai dimulai setelah 24 jam, 7) interaksi sosial kelima kasus kelolaan dapat berinteraksi dengan baik dengan perawat dan orang lain, 8)pencegahan bahaya kelima kasus kelolaan didapatkan kesadaran kompos mentis, tidak ada kelainan fungsi panca indra, keseimbangan tubuh baik.
Pada pengkajian development selfcare requisites, didapatkan data bahwa ada kelima kasus kelolaan tidak memiliki masalah, ibu berperan sebagai ibu rumah tangga. Pengkajian health deviation selfcare requisites, didapatkan bahwa kelima kasus kelolaan tidak ada penyimpangan prilaku yang berat karena tindakan seksio sesarea dengan tubektomi merupakan tindakan untuk menyelamatkan ibu dan janin tapi efeknya ibu mengalami nyeri sekali, hal ini yang menyebabkan menurunnya kemampuan kebutuhan ibu untuk memenuhi kebutuhan selfcarenya secara temporer. Kelima kasus kelolaan memerlukan bantuan untuk memenuhi selfcarenya, seperti memenuhi kebutuhan personal hygiene, dalam hal mandi, mengosok gigi dan membantu kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum selama 24 jam pertama, sedangkan bantuan diberikan sesuai kemajuan kesehatan klien. Selanjutnya klien diberikan supportive educative dalam hal memberikan dukungan dan penyuluhan untuk memenuhi selfcarenya tersebut.
Pengkajian dengan menggunakan teori kolcaba dilihat dari konteks of comfort yaitu fisik, psikospiritual, lingkungan, sosial kultural pada tiga tipe comfort yaitu relief, ease, transcedence. Pengkajian dengan physical and physiologic comfort measure pada aspek fisik, kelima kasus kelolaan diberikan obat farmokologi seperti analgesik, sedative, antibiotik, monitoring tanda-tanda vital, memberikan informasi untuk mengurangi ketidaknyamanan, eliminasi (pemasangan kateter, konstipasi), kelima kasus kelolaan mengalami ketidak nyamanan fisik yaitu nyeri akibat luka operasi seksio sesarea, dan dua kasus mengalami ketidak nyamanan akibat perut yang kembung dan kram. Masalah psikososial pada ibu terkait dengan pembatasan peranan emosi dan kualitas hidup pada ibu yang dilakukan tubektomi akibat adanya ketidak seimbangan hormon dalam ovarium.
57
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Pengkajian pada psychological, behavioral, emotional comfort measures. Keempat kasus kelolaan mengalami kecemasan akibat luka operasi satu kasus mengalami kecemasan karena bayi dirawat terpisah dengan berat badan bayi rendah(2200 gram) tetapi setelah tiga hari bayi sudah diberikan pada ibunya untuk dirawat gabung, Aspek Sociocultural,Spritual comfort measure kelima kasus kelolaan tidak mengalami masalah berkaitan dengan hubungan interpersonal, semua pasien koorperatif dengan perawat dan keluarganya. Aspek psikososial dengan melihat konsep diri : gambaran diri ibu terkait dengan hilangnya status reproduksi karena tindakan tubektomi. Aspek Environmental comfort measure, ketiga kasus mengalami tidak nyaman karena lingkungan yang padat/ sempit (ruang perawatan kelas tiga) yang terdiri dari lima tempat tidur, kondisi ruangan ramai oleh pengunjung dan kondisi ruangan panas.
Berdasarkan data yang didapat dari kelima kasus, maka masalah keperawatan yang muncul adalah selfcare defisit : personal hygiene, dan kebutuhan sehari-hari; resiko infeksi; selfcare defisit tentang perawatan nifas dan bayi. Masalah comfort berupa aktual, resiko maupun potensial comfort fisik yaitu gangguan rasa nyaman : nyeri, resiko disfungsi motilitas gastrointestinal, comfort psikologis yaitu cemas berhubungan dengan status kesehatan (luka operasi), comfort lingkungan ketidaknyaman terhadap situasi lingkungan (padat dan panas).
Perencanaan diterapkan berdasarkan model sistem keperawatan yaitu the totally compensatory nursing, partially compensantory nursing supportive educative. Pada ibu postpartum dengan tindakan seksio sesarea perawat hanya menggunakan partially compensantory nursing supportive educative karena ibu masih memiliki kesadaran penuh untuk dapat melakukan perawatannya secara mandiri. Waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan klien dari hari kehari . Pada 24 jam pertama klien harus bedrest sehingga perawat membantu klien secara total untuk memenuhi selfcarenya, mulai hari kedua klien sudah melakukan beberapa aktivitas secara mandiri, seperti makan, minum dan mulai merawat bayinya, karena kondisi ibu masih agak lemah, ibu dibantu oleh perawat dan keluarganya dalam hal merawat bayinya. Mulai hari ketiga aktivitas sehari-hari dapat
58
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
dilakukan sendiri oleh klien. Perawat lebih banyak memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien melalui selfcarenya dan perawat melakukan supportive educative, terkait dengan psikososial karena ibu dilakukan tubektomi dan diharapkan klien sudah mampu melakukan aktivitasnya, perawat hanya mendukung dan memberikan penyuluhan tentang cara merawat diri dan bayinya, ibu bisa lakukan mandiri dirumahnya setelah pulang dari rumah sakit. Sedangkan pada teori comfort tindakan yang dilakukan dengan memberikan coaching yaitu dukungan ibu untuk meningkatkan kenyamanan dan memberikan comfort food for the soul (ketentraman jiwa) ibu diberikan kenyamanan jiwanya dalam lingkup aspek fisik, psikospritual, sosial kultural dan lingkungan.
Implementasi keperawatan yang diberikan kepada kelima kasus kelolaan adalah sesuai dengan rencana tindakan
yang telah direncanakan. Sedangkan tahap
evaluasi dengan melihat keberhasilan intervensi yang telah dilakukan perawat berupa upaya peningkatan kemandirian klien dalam melakukan perawatan diri, kemampuan menemukan kebutuhan selfcare dan menghilangkan keterbatasan melakukan perawatan dirinya, terbina hubungan saling percaya, klien memiliki kemampuan pengetahuan dan perawatan serta kontrol terhadap dirinya sendiri. Sedangkan tindakan comfort
dengan meningkatkan rasa nyaman klien. Pada
kelima kasus, hasil evaluasi didapatkan bahwa tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah keterbatasan aktivitas karena kelemahan fisik dengan memberikan dukungan positif untuk dapat melakukan pergerakan dan mobilisasi secara dini dan memberikan dukungan untuk mencapai tingkat kemandiriannya dan kenyamanan.
Kelemahan teori selfcare dirasakan cukup sulit untuk diterapkan pada klien yang kesadaran dan tanggung jawab kesehatan untuk perawatan dirinya masih rendah karena individu akan selalu tergantung pada pihak lain dalam memenuhi kebutuhan selfcare-nya. Hal ini dibutuhkan peran perawat untuk mengenali tingkat ketergantungan klien terhadap permasalahan yang sama. Pada kasus ibu postpartum seksio sesaserea dan tubektomi mengungkapkan permasalahan terhadap kondisi fisiknya karena nyeri sehingga klien mengalami kesulitan saat
59
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
bergerak. Perawat harus mampu menganalisa ungkapan klien tersebut dengan melihat pengetahuan dasar tentang kondisi fisik normal untuk memenuhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum membantu klien.
Pada kondisi ibu postpartum seksio sesarea dengan tubektomi, adanya keluhan nyeri dan kecemasan serta lingkungan yang tidak nyaman yang merupakan respon yang dirasakan dan ditampakan oleh ibu sehingga dalam keadaan kondisi ini akan menghambat dalam proses keperawatan ibu. Hambatan yang dirasakan ibu dapat diatasi oleh perawat dengan menerapkan teori comfort. Teori comfort menekankan pada aspek fisik, psikospiritual, lingkungan, sosial kultural pada tiga tipe comfort yaitu relief, ease, transcendence sehingga klien merasakan tingkat kenyamanan dan kondisi kesehatannya dapat meningkat.
Intevensi keperawatan menurut teori comfort lebih ditekankan pada coaching dengan melihat aspek fisik yaitu perawat memberikan tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalah gangguan rasa nyaman nyeri yang dialami klien, dengan mengkaji skala nyeri, melakukan tehnik relaksasi dan distraksi, aspek psikospritual berkaitan dengan dilakukannnya tindakan tubektomi terkait dengan kondisi mental ibu dan kepercayaan pada agama tentang tindakan memotong bagian tubuh (tubafalopii) untuk menghentikan kehamilan. Aspek lingkungan ruangan rawat dengan menciptakan lingkungan yang tenang. Aspek sosial dengan melibatkan suami dan keluarga untuk mendukung klien dalam perawatan diri dan bayinya dan terjadinya peningkatkan kenyamanan.
4.3 Dukungan dan hambatan selama melaksanakan praktek residensi ners spesialis keperawatan maternitas
Program pendidikan ners spesialis keperawatan maternitas
diselenggarakan
dalam dua semester dimulai tanggal 9 September 2013 sampai 16 Mei 2014. Pelaksanaan dari program ini lebih ditekankan pada penerapan hasil analisis konsep-konsep dan teori keperawatan serta kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan keperawatan maternitas pada berbagai tatanan pelayanan
60
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
kesehatan. Dalam melaksanakan tugasnya ners spesialis keperawatan maternitas berperan secara mandiri sebagai praktisi asuhan keperawatan pada area keperawatan maternitas yang membutuhkan pelayanan keperawatan maternitas lanjut yaitu pendidik, penyuluh dan konsultan dibidang keperawatan maternitas: advokat bagi klien dan keluarganya pada pelayanan materntas, pengelola asuhan keperawatan maternitas pada tingkat menengah dan tinggi pada berbagai institusi pelayanan kesehatan dan peneliti seuai dengan area keperawatan maternitas.
Dukungan dan kerjasama yang baik selama menjalani residensi, memudahkan residens dalam mencapai target kompetensi yang telah ditetapkan selama praktek di rumah sakit dan komunitas. Dukungan yang diperoleh selama praktek, residen mendapatkan kesempatan yang luas dalam mempraktekkan ilmu yang diperoleh dan mengasah ketrampilan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai maupun dalam menerapkan proyek inovasi. Bentuk dukungan antara lain saling mentransfer ilmu baik dari perawat, bidan, dokter spesialis obstetric dan gynekologi, residen serta tim kesehatan lain di rumah sakit daerah, rumah sakit pusat dan puskesmas serta masyarakat dilahan komunitas, serta tersedianya variasi kasus yang menambah pengetahuan dan ketrampilan.
Selama praktek ditatanan komunitas, dukungan dan kemudahan diberikan oleh pihak Puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan, aparat yang bertugas di kelurahan sehingga residen dapat melakukan praktek kerja puskesmas dan kelurahan di wilayah kerja tersebut. Residen juga diberikan kesempatan seluasluasnya untuk mendapatkan ilmu dan ketrampilan pada bidang maternitas berbasis komunitas dengan menggunakan pengkajian kesehatan perempuan di masyarakat dengan pendekatan (Precede Proceed, Green, 1974) . Kepala puskesmas dan staf, kepala kelurahan dan staf ,ketua RW dan sekertaris RW, ketua RT serta kader kesehatan perempuan bersedia membantu dan memfasilitasi residen
setiap
program-program yang direncanakan bersama masyarakat sehingga kegiatan dalam rangka pratek keperawatan maternitas berbasis komunitas
dapat
dilaksanakan dengan baik.
61
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Dukungan dan pemberian kesempatan untuk menerapkan model konsep dan teori keperawatan juga dirasakan residen selama melakukan asuhan keperawatan pada focus of interest kasus ibu postpartum seksio sesarea dan tubektomi. Unit perawatan juga menfasilitasi hadirnya salah satu anggota keluarga/ suami selama proses asuhan berlangsung. Hal ini menunujukkan kerjasama yang baik antara residen dengan tim kesehatan lain.
Bimbingan dan arahan supervisor dari institusi pendidikan selama menjalani praktek residen juga turut membantu residen dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan serta memahami konsep dan teori keperawatan pada asuhan keperawatan pada area perinatal dan kesehatan perempuan. Dukungan tersebut sangat membantu residen dalam menyelesaikan praktek sesuai dengan target yang ditetapkan.
Beberapa hambatan yang berhubungan dengan praktek residensi juga dirasakan oleh residen. Namun hal tersebut kembali menjadi suatu proses pembelajaran bagi residen, sehingga menambah pendewasaan dalam berfikir dalam mengatasi berbagai situasi dan mencari solusi yang tepat dan tidak merugikan berbagai pihak Hambatan tersebut mulai dirasakan pada awal persiapan praktek, dimana pengurusan administrasi pada saat akan praktek serta belum adanya surat kerjasama (MOU) antara pihak rumah sakit dan institusi pendidikan sehingga praktek ditatanan pelayanan menjadi kurang efektif karena pihak RS dari pihak Ka SMF dokter spesialis obstetri dan ginekologi tidak mengetahui batasan bimbingan untuk residen keperawatan maternitas, upaya untuk mengatasinya memberikan buku panduan praktek.
Pada proses pelaksanaan praktek, dilahan praktek belum adanya ners spsialis keperawatan maternitas, membuat residen tidak memiliki role model dalam menerapkan model dan teori keperawatan, dilahan praktek rata-rata kualifikasi pendidikan tenaga keperawatan dan kebidanan adalah S1 dan D3 baik keperawatan maupun kebidanan. Kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai standar rumah sakit dimana belum ada penerapan model konsep dan teori
62
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
keperawatan menyebabkan arah asuhan keperawatan belum terarah, serta belum terlihatnya kerjasama antar profesi terutama atara dokter dengan perawat. Upaya yang dilakukan mengatasi hambatan tersebut residen berkonsultasi dengan supervisor utama dan supervisor untuk melakukan asuhan kepearwatan berdasarkan konsep model dan berupaya menunujukkan sikap professional dihadapan profesi lain.
Saat pelaksanaan proyek inovasi, ditantanan pelayanan
Rumah Sakit Pusat
ditemukan beberapa kendala untuk mencapai kesepakatan yang menjadi harapan dan kebutuhan untuk meningkatkan mutu pelayanannya, kendala tersebut adalah tingkat pemahaman untuk merubah pemberian pelayanan keperawatan yang berdasarkan evidence based nursing antara pembimbing rumah sakit dengan residen
serta waktu pelaksanaan yang singkat dan tidak maksimal untuk
dilakukan proyek inovasi, upaya yang dilakukan mengatasi hambatan
untuk
pelaksanaan proyek inovasi yaitu dengan cara konsultasi dengan supervisor utama yang menjadi tanggung jawabnya dalam proses pembelajaran residen ditatanan Rumah Sakit.
Hambatan dalam pelaksanaan praktek residensi juga ditemui saat praktek di komunitas. Masing-masing residen memiliki tanggung jawab untuk mengelola dua RW dengan jumlah RT antara delapan sampai sepuluh dan sekitar lebih dari 1000 KK serta luasnya wilayah binaan sehingga residen kesulitan untuk mengenali permasalahan yang ada di masyarakat serta menyelesaikan masalah kesehatan perempuan dengan waktu singkat di dua RW. Upaya mengatasi hambatan tersebut yaitu melibatkan peran serta kader aktif dan masyarakat untuk membantu residen dengan melakukan pertemuan dengan cara FGD ( focus group discusion) untuk menemukan masalah kesehatan perempuan yang ada di wilayah tersebut. Bersama pihak puskesmas, kelurahan dan para kader kesehatan perempuan yang telah dibentuk untuk melakukan persamaan persepsi dalam rangka kelanjutan program kegiatan di masyarakat.
63
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Praktek Ners Spesialis Keperawatan Maternitas dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan peran perawat maternitas dalam membantu mengatasi masalah kesehatan reproduksi perempuan dan berperan serta dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Praktek residensi dibagi dalam dua semester dengan kompetensi yang dicapai adalah maternitas I dan maternitas II. Pada semester satu target yang dicapai residen adalah mengaplikasikan model konsep keperawatan maternitas pada ibu masa childbearing dan non chilbearing. Pada semester dua target yang dicapai residen adalah mengaplikasikan model konsep keperawatan berbasis komunitas di wilayah kerja Puskesmas dan asuhan keperawatan keluarga, memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil, melahirkan, bayi baru lahir serta ibu nifas yang mengalami resiko tinggi dan komplikasi dan kasus gangguan sistem reproduksi dan ginekologi.
Ibu postpartum yang melahirkan melalui pembedahan seksio sesarea dengan tubektomi akan merasakan nyeri karena adanya insisi pembedahan dan tubafalopii sehingga ibu masih berfokus pada dirinya juga beresiko terjadinya masalah konsep diri : gambaran diri. Pada kondisi ini ibu masih tergantung dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya, tapi ibu dituntut untuk mampu melakukan perawatan diri dan bayinya secara mandiri. Model konsep self care orem dapat membantu dan memfasilitasi potensi ibu untuk mampu mengembangkan perawatan mandiri sehingga penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi dan kesehatan yang optimal dan juga memberikan rasa nyaman karena efek nyeri yang dirasakan dengan menggunakan model teori comfort serta adanya dukungan psikososial dari keluarga terutama suami pada ibu yang dilakukan tindakan tubektomi.
Residen ners spesialis keperawatan maternitas dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu post partum seksio sesarea dengan tubektomi menggunakan
64
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
model konsep comfort untuk melengkapi model konsep teori selfcare. Kedua teori ini digunakan untuk memberikan pelayanan yang komprehensif
dalam
memberikan kenyamanan yang dirasakan ibu.
Upaya mewujudkan orientasi terhadap pemenuhan pelayanan kepada ibu, diperlukan perawat yang memiliki tanggung jawab dan peran multidimentional yaitu sebagai peran praktisi dengan melakukan pendekatan proses keperawatan yang berfokus pada kebutuhan fisik, emosional, spritual dan sosial berdasarkan konsep teori keperwatan.
Perawat ners spesialis maternitas harus memiliki
intelektual, prilaku, psikomotor, dan ketrampilan emotional yang mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat. Pada umunya perawat lebih berperan sebagai pemberi asuhan pealayan keperawatan. Dengan adanya perawat ners spesialis keperawatan maternitas diharapkan dapat melakukan semua peran secara lebih komprehensif dan lebih mengenalkan perannya dalam tindakan nyata terhadap profesi lain dan masyarakat. Perawat ners spesialis maternitas akan memiliki peran yang berbeda dengan peran perawat lainnya, karena adanya tuntutan dan
semakin
meningkatnya pendidikan kesehatan.
5.2 Saran 5.2.1 Perlunya peningkatan kesehatan dan konseling pada masa antenatal, intranatal, postnatal di pelayanan kesehatan, sehingga ibu akan siap menghadapi persalinan dengan seksio sesarea dan penyesuaian diri pasca persalinan serta sosialisasi tentang adanya program keluarga berencana dengan metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi untuk menjaga kondisi kesehatan bagi ibu yang mengalami resiko.
5.2.2 Perawat maternitas melalui perannya sebagai change agent perlu mensosialisasikan penerapan asuhan keperawatan berdasarkan konsep teori model dalam bentuk booklet panduan asuhan keperawatan pada ibu postpartum seksio sesarea pada perawat dan bidan sebagai pemberi pelayanan kesehatan sehingga perawat dan bidan dapat melakukan asuhan keperawatan berdasarkan panduan
65
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
yang diberikan pada ibu sebagai upaya
meningkatkan derajat kesehatan ibu
khususnya ibu postpartum sekso sesarea.
5.2.3 Pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun dengan jumlah anak lebih dari tiga dan memiliki resiko terhadap kondisi kesehatannya dan dianjurkan untuk dilakukan tindakan tubektomi, sebaiknya mulai dilakukannya konseling pada saat kunjungan antenatal care sampai ibu melahirkan dengan memperhatikan aspek biopsiko sosial ekonomi sehingga resiko masalah konsep diri : gambaran diri tidak terjadi.
66
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA Aksu, H., Kucuk, M., Duzgun, G. (2011). The effect of pascanatal breastfeeding education/support offered at home 3 days after delivery on breastfeeding duration and knowledge: a randomized trial. Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine, 24, 354–361. Asad, R., & Abdo, S. (2008). Factor affecting pain intensity pasca caesarean section in governmental hospitals in the west bank Palestine. Theses. Public Health at An-Najah Nasional University, Nablus, Palestina. Alanis,M.,& Margaret,S.(2010).Complication of cesarean deliveryin the massively obese paturien.Journal of Obstetric Gynecology,el-7,203-271. Alligood,M.R.,&Tomey,A.M.(2006). Nursing theorists and their work (Sixth ed.).Saint Louis: Mosby. Arum, DNS., dan Sujiyatini. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Nuha Medika Affandi,B.,Adriaansz.,Gunardi,E.R.,Koesno,H.(2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Birgit, R., at al .(2004). Do maternity care provider groups have different attitudes towards birth. Jounal of Obstetrics and Gynaecology, 111,1388-1393. Bobak, Jensen & Zalar . (2006). Maternity and Gynecology care the nurse and the family. Philadelphia : Mosby Company. Cunningham, F. G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Danuatmaja & Meilasari. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta : Puspa Swara. Depkes.(2011).Target MDGs Bidang Kesehatan. http://pemberdayaan puskesmas/2011/01/depkes-target-mdgs-bidang kesehatan-html. diunduh tanggal 8 Mei 2014 Demir,S.,C.,Cetin,M.,T & Kadayifci,O.(2006). The effect of tubal ligation scoring and sterilization counseling on the request for tubal reanastomosis. The European Journal Of Contraception And Reproductive Health Care September 2006;11(3):215-219
67
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Douwe,A.,V.,Gerda,M.,V.,Marjo,J.,H.,Margreet,T.,M & Marnix.,K.(2011). The right to informed choice. A Study and opinion poll of women who were not given the option of a sterilization with their caesarean section. Departemen of obstetrics and gynaecology, bathesda, Hoogeveen, the Netherlands; vol 6. Issue 3.e14776 Farideh,M.,L.,Barat,S.,Mouloud,A.D.,et al (2013).Chewing Sugar –Free gum Reduce ileus after cesarean section in nuliparous women : A randomized clinical trial.Iranian red creasent medical Journal.2013;15(4):3304.DOI:10.5812/ircmj.6458 Grace, C., & Nasution, S. S. (2012). Pengetahuan, sikap dan pelaksanaan mobilisasi dini dini ibu pasca persalinan dengan seksio sesarea. Retrieved from http://repository.usu.ac.id. diunduh 28 April 2014 pukul 13.00. Hessol, N., Odouli, R., Escobar, G., et al. (2012). Interpersonal processes of care and cesarean delivery in two health care settings. America Journal of Public Health, 21, 102-107. Helmiye, A., Kucuk, M., & Duzgun, G. (2010).The effect of pascanatal mobilization education/support offered after delivery: a randomized trial. Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine, 24(2), 354-361. Hartati, S .(2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu untuk melakukan mobilisasi dini di RSUP Cipto Mangunkusomo. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan universitas Indonesia. Ikavilia, AS.,Tahuru.(2013). Hubungan tingkat kecemasan pada pasien post operasi seksio sesarea dengan kemampuan melakukan mobilisasi di ruang nifas di RSUD Prof Dr Hi Aloesaboe kota Gorontalo. Retrieved from http://users.acer.ung.ac.id. diunduh 3 Mei 2014 pukul 15.00. Kolcaba,K. (2001). Evolution of the Mid range theory of Comfort for Outcames Research. Nursing outlook;49:86-92 Kementrian Kesehatan RI.(2010).Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010) retrieved from http://dinkes.ntbprov.go.id/sistem/datadinkes/uploads/2013/10/Laporan _riskesdas 2010.pdf di unduh 3 Mei 2014 pukul 15.00 Leifer, G. (2012). Maternity nursing an introductory text. 11 th edition. St. Louis: Mosby Elsever. Mahesh.J. (2009). Complication post operative caesarian section Jariwala Women’s Hospital, Free communication (oral) presentations /International Journal of Gynecology & Obstetrics 107S2 ,2009. S93–S396 Sf
68
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Mark C. Alanis, Margaret S,Tameeka L. Law, Elizabeth M. Steadman,Christopher & Robinson J. (2010). Complications of cesarean deliveryin the massively Obese Parturien. Journal of Obstetry Gynecology 2010;203:271.e1-7. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Maeboud,K.,Ibrahim,MI.,Shalaby,D.,Fikry,M.(2009). Gum chewing stimulates early return of bowel motility after caesarean section.BJOG an international Journal of obstetrics and Gynaecology; 116:1334-1339 Orem .(2001). Nursingconcepts of practice. Philadelphia : Mosby Year Book Inc. Oliveira,I.(2013).Comfort Measure : A Concept Analysis.Research and theory for nursing practice : an international Journal,Vol.27,No.2 Prawirohardjo, S., (2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Perry, H., Lowdermilk, W. (2010). Maternal Child Nursing Care.Vol.1 4 th edition. St. Louis: Mosby: Elsevier. Patricia, W. L., Marcia, L. D., & Sally, B. O. (2006). Asuhan keperawatan ibubayi baru lahir. (Ramona Patricia Kapoh, Penerjemah). Jakarta: EGC. Peterson,S.J.,& Bredow,T.S.(2004). Middle range theories application to nursing research. Philadelphia : Lippicott Williams &Wilkins Prawirohardjo, S. (2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Rasjidi, I.(2009). Seksio sesaria & Laparotomi kelainan Adneksia berdasarkan Evedence Based .Jakarta: Sagung Seto Riskesdas. (2010). laporan perkembangan status kesehatan masyarakat Indonesiahttp://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/la pnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf diunduh tanggal 10 April 2014. Reeder,J.,Martin,L., dan Griffin. (1997/2011). Maternity Nursing :Family, Newborn,Women’s Health Care 18 ed ( Terj. IN Racmawati,Y Afiyanti,A Lusyana,NB Subekti dan D yulianti). Jakarta: EGC. Rohini, C. (2010). The effectiveness of structured teaching programme regarding early ambulation among pasca cesarean mothers. Dissertation. Rajiv Gandhi University Of Health Sciences Banalore, Karnataka.
69
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014
Susan,L.,Ward and Shelton, M.Hisley.(2009). Maternal-Child Nursing Care. Philadelphia :F.A.Davis Company. Setiabudi &Augustinus.(2001). Tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang keluarga berencana dan hubungannya dengan penerimaan strilisasi tuba Tesis, Program pascasarjana Universitas Diponogoro Thoraya,A.,O.(2012). Rencana Aksi Percepatan Penurunan Kematian Ibu MDGs .http://balatbangbengkulu.file/2012/07/penurunan-aki.pdf diunduh tanggal 8 Mei 2014 Pukul 10.00 WIB. United Nations.(2006). The millenium development goals report. New York: United Nations Departement of Economic and Social Affairs
70
Universitas Indonesia
Laporan residensi ..., Suryani Hartati, FIK UI, 2014