ABC Integrasi Sebagai Bentuk Intervensi Usaha Kesehatan Sekolah dengan Risiko Masalah Kesehatan Reproduksi di SMP IT Arafah, Kelurahan Sukamaju Baru, Tapos, Depok Eva Nurlina Aprilia1, Etty Rekawati2, Poppy Fitriyani3 : 1
Mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Komunitas Universitas Indonesia 2 Dosen pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 3 Dosen pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Email:
[email protected]
ABSTRAK Prevalensi masalah kesehatan reproduksi remaja meningkat seiring dengan kondisi pergaulan dan gaya hidup remaja yang semakin bebas sehingga diperlukan pencegahan berupa pengembangan kualitas diri remaja untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi. Penulisan bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan ABC Integrasi dalam pelayanan usaha kesehatan sekolah melalui integrasi teori CSHM, FCN dan Manajemen pada remaja dengan risiko masalah kesehatan reproduksi. Hasil Kualitas diri remaja pada keterampilan spiritual yang baik 24,19% dan kualitas diri yang cukup 75,81%. Kualitas diri remaja pada keterampilan emosional yang baik 1,61% dan kualitas diri cukup 98,39%. Kualitas diri remaja pada keterampilan sosial yang baik 26,61% dan kualitas diri yang cukup 73,39%. Kualitas diri remaja pada keterampilan mental berada pada kualitas diri yang cukup yaitu 100% dan kualitas diri pada keterampilan fisik yang baik 13,7% dan kualitas diri yang cukup 86,29%. Kata kunci: ABC Integrasi, Intervensi keperawatan komunitas, Remaja, Kesehatan Reproduksi ABSTRACT The prevalence of adolescent reproductive health problem increase with social condition and lifestyle of adolescent who increasing free so that the necessary prevention is the development of quality adolescent reproductive health in order to prevent problem. This scientific paper aim to provide the Integration ABC implementation in service school health through the integration of theory CSHM, FCN and Management in adolescent with risk of reproductive health problem. The quality of the result adolescent spiritual good skill and quality 24.19% and 75.81% self-sufficient. Quality of adolescent on emotional skill both 1.61% and 98.39% self sufficient quality. Quality of adolescent on good social skill and quality 26.61% and 73.39% self-sufficient. Quality of adolescent in mental skill that are in themselve sufficient quality that is 100% and the quality of self in good physical skill and 13.7% self-sufficient quality 86.29%. Keywords: ABC integration, community nursing intervention, adolescent, reproductive health
Indonesia diantaranya adalah remaja (Berita
Pendahuluan Besarnya jumlah penduduk remaja memiliki pengaruh terhadap peningkatan minat remaja dalam melakukan hubungan seksual bebas. Data
sensus
menunjukkan
penduduk bahwa
tahun
jumlah
2010
penduduk
Indonesia mencapai 238,6 juta jiwa dan 64 juta atau 27,6% dari jumlah total penduduk
Indonesia, 13 Februari 2013). Jumlah remaja berusia 10-24 tahun sebesar 65,7 juta jiwa (Badan
Pusat
Statistik,
2014).
Jumlah
penduduk remaja di Jawa Barat mencapa 11.662.000 jiwa atau sebesar 26,60% dari total
jumlah
penduduk
di
Jawa
Barat
(BKKBN Propinsi Jawa Barat, 2011). 1
Proporsi jumlah penduduk berusia remaja
keterampilan hidup dalam program KRR yang
yang semakin besar, menjadikan remaja
mencakup keterampilan fisik, keterampilan
sebagai kelompok yang berisiko dan rentan
mental,
terhadap adanya masalah kesehatan. Masalah
keterampilan spiritual. Keempat keterampilan
kesehatan berisiko yang sering muncul pada
tersebut sebagai sistem saling mempengaruhi
remaja antara lain adalah merokok, konsumsi
satu sama lain. Remaja dengan keterampilan
alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko
fisik
bunuh diri, emosi, masalah fisik, problem
keterampilan hidup apabila diajarkan kepada
sekolah dan perilaku seksual (Stanhope &
remaja-remaja Indonesia sehingga berbagai
Lancaster, 2004). Perilaku yang muncul pada
permasalahan yang dihadapi oleh remaja saat
remaja
akan
ini misalnya seperti penyalahgunaan narkoba,
menimbulkan masalah-masalah yang dialami
seks bebas hingga HV/AIDS akan dapat
pada masa remaja sehingga remaja menjadi
diatasi dengan lebih efektif (BPPM, 2009).
dalam
kehidupannya
keterampilan
yang
emosional
seimbang
akan
dan
melahirkan
populasi berisiko di masyarakat (McMurray, 2003).
Program ABC Integrasi merupakan bentuk intervensi
keperawatan
SDKI (2007) menyebutkan bahwa masalah
ditujukan
pada
yang menonjol di kalangan remaja yaitu
meningkatkan kualitas diri remaja. Remaja
seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan
yang memiliki kualitas diri yang baik akan
AIDS
berbagai
mampu terhindar dari masalah-masalah yang
permasalahan yang lainnya yang berpotensi
sering terjadi pada remaja terutama masalah
membuat masa depan remaja tersebut menjadi
kesehatan reproduksi seperti perilaku seks
suram dan akhirnya mempengaruhi masa
bebas.
serta
Napza)
dan
komunitas
remaja
dalam
yang rangka
depan bangsa sehingga kualitas diri dari sumber daya manusia Indonesia masih rendah
Aplikasi
yang
integrasi teori dan model CSHM, FCN dan
menyebabkan
pada
tahun
2012
ABC
Integrasi
menduduki urutan 121 dari 187 negara
Manajemen.
(BKKBN, 2011).
Integrasi tidak terlepas dari program BKKBN yaitu
Pelaksanaan
menggunakan
PIK-KRR
dan
program
GenRe
ABC
(Generasi
Kualitas diri remaja dalam mencegah remaja
Berencana) yang salah satu kegiatannya
terhadap risiko masalah kesehatan reproduksi
adalah keterampilan hidup (life skill) dalam
diwujudkan
kesehatan reproduksi.
dalam
pengembangan
2
Pada
aplikasi
program
ABC
Integrasi,
mencapai dan melakukannya, skor 4-6 jika
Perawat komunitas memberikan pelayanan
remaja merasa cukup dalam mencapai dan
keperawatan yang diterapkan dalam “Level of
melakukannya dan skor 7-10 jika remaja
Hope” dalam rangka meningkatkan kualitas
merasa sudah baik dalam mencapai dan
diri remaja pada keterampilan spiritual,
melakukannya.
emosional, sosial, mental dan fisik untuk mencegah
risiko
masalah
kesehatan
reproduksi.
Pada tahap My journal of hope, remaja diminta untuk menuliskan rencana mingguan untuk meningkatkan level of hope remaja
Metode
tersebut. Berdasarkan pengalaman remaja
Pelaksanaan ABC Integrasi dilaksanakan
selama seminggu, remaja menuliskan satu
pada 124 siswa remaja melalui tiga tahap,
rencana
yaitu terdiri dari My level of hope, My journal
meningkatkan skornya di 5 dimensi atau
of hope dan My family of hope. Sebelumnya
keterampilan tersebut
prioritasnya
yang
dapat
mahasiswa membuat booklet yang berisikan mengenai peningkatan skor pada masing-
Tahap terakhir adalah My family of hope,
masing
tujuannya adalah untuk tetap terus memiliki
dimensi
keterampilan
atau
spiritual,
keterampilan mental,
dari sosial,
komitmen
dalam
memperbaiki
dan
emosional dan fisik dari hari ke hari dan
mengembangkan kualitas diri di 5 dimensi
minggu ke minggu. Pada setiap dimensi atau
atau keterampilan sehingga mendapatkan
keterampilan tersebut berisikan mengenai
hasil yang efektif serta dapat menikmati
beberapa pernyataan. pernyataan-pernyataan
setiap prosesnya. Pada My family of hope,
yang terdapat pada beberapa dimensi atau
terdapat kelompok pendukung yang disebut
keterampilan tersebut disesuaikan dengan
dengan family of hope. Kelompok ini bertemu
teori keterampilan hidup (life skill) dalam
seminggu sekali. Hal-hal yang dilakukan pada
kesehatan reproduksi remaja.
pertemuan tersebut terdiri dari 2 tahap yaitu tahap sharing session dan belajar dari
Pada tahap My level of hope, remaja diminta
pengalaman teman lain.
untuk mengisi skor setiap hari dalam waktu seminggu (hari pertama sampai hari ke tujuh).
Tahap pertama adalah tahap sharing session,
Skornya adalah 1-10 dengan rincian skor
pada
yaitu 1-3 jika remaja merasa kurang dalam
menggunakan form isian khusus, akan tetapi
tahap
sharing
session
tidak
3
menggunakan skor selama seminggu serta
keterampilan mental berada pada kualitas diri
pengalaman berkesan remaja untuk di share
yang cukup yaitu 100% dan kualitas diri pada
kepada
menggunakan
keterampilan fisik yang baik 13,7% dan
waktu tersebut untuk saling belajar dan
kualitas diri yang cukup 86,29%. Pada
memberikan masukan yang positif.
Tahap
pemantauan dan evaluasi selama 12 minggu,
kedua adalah belajar dari pengalaman teman
kualitas diri remaja yang paling tinggi
lain. Dari hasil sharing session di tahap
nilainya adalah keterampilan sosial kemudian
pertama dengan kelompok, ada satu hal
dilanjutkan dengan keterampilan spiritual,
penting yang perlu remaja
keterampilan fisik, keterampilan emosional
teman-teman
serta
catat yaitu
pengalaman berbagi teman siapakah yang
dan keterampilan mental.
menurut remaja paling berkesan atau paling
SKOR SPIRITUAL 7,00
membuat remaja terinspirasi untuk dapat memperbaiki masing-masing 5 dimensi atau tersebut
yang
meliputi
keterampilan spiritual, emosional, mental,
6,60
Skor
keterampilan
6,86
6,80
6,40 6,28
6,20
6,33
6,30 6,09 6,06
6,00
6,16 6,16 6,12
6,18 6,07
6,07
5,80
fisik dan sosial.
5,60 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Minggu
Hasil
Skor spiritual minggu ke-1 sampai minggu
Hasil program inovasi ABC Integrasi yang dilaksanakan
mengenai
pemantauan
dan
evaluasi penerapan keterampilan hidup (life skill) dalam kesehatan reproduksi selama 12 minggu menunjukkan bahwa
nilai skor
kualitas diri remaja berada dalam nilai skor baik dan cukup. Kualitas diri remaja pada keterampilan spiritual yang baik 24,19% dan kualitas diri yang cukup 75,81%. Kualitas diri remaja pada keterampilan emosional yang baik 1,61% dan kualitas diri cukup 98,39%. Kualitas diri remaja pada keterampilan sosial yang baik 26,61% dan kualitas diri yang cukup 73,39%. Kualitas diri remaja pada
ke-12 mempunyai rata-rata sebesar 6,22. Skor spiritual minggu ke-2 mengalami peningkatan 0,77% dibandingkan minggu ke-1, tetapi pada minggu ke-3 mengalami penurunan sebesar 3,82%. Skor spiritual minggu ke-4 juga mengalami penurunan 0,40% dan meningkat pada minggu ke-5 sebesar 1,60%. Skor spiritual
minggu
ke-6
tidak
mengalami
peningkatan maupun penurunan dibandingkan minggu ke-5. Skor spiritual pada minggu ke7 kembali turun 0,65%, dan terus menurun pada minggu ke-8 sebesar 0,79%. Skor spiritual minggu ke-9 mengalami peningkatan 1,73% dibandingkan minggu sebelumnya. 4
Skor spiritual minggu ke-10 mengalami
minggu ke-8 sebesar 2,27%. Skor emosional
penurunan sebesar 1,70%, dan kembali
minggu ke-9 mengalami peningkatan 3,19%
meningkat pada minggu ke-11 sebesar 3,72%
dibandingkan
dan terus meningkat pada minggu ke-12
emosional minggu ke-10 juga mengalami
sebesar 8,96%.
peningkatan sebesar 3,36%, dan kembali
84
80
FREKUENSI
64
60
54
50
73
70
71
63 55
51
50
46
40
65 56
62 57
61 60
68
Skor
63 58
dan terus meningkat pada minggu ke-12 sebesar 4,86%.
63 59
52 40
KATEGORI EMOSIONAL
30
120
20
104
6
0
6
3
1
2
3
5 4
3 5
5
3 6
7
3 8
4
3 9
10
2 11
0 12
Minggu Baik
Cukup
FREKUENSI
100
10
Kurang
104 94
87
80
93 83
79
78
70 51
40
4 1
SKOR EMOSIONAL
2
27
19
18
1
2 3
8
3 4
25 16
23
5
6
9 7
53
68 56
0
0
40
36
33
20
71
66 56
60
0
6 8
3 9
2 10
11
12
Minggu
7,00 6,00
5,76 5,61 5,56 5,55
5,00
Skor
sebelumnya.
meningkat pada minggu ke-11 sebesar 1,82%
KATEGORI SPIRITUAL 90 70
minggu
5,22 5,35
6,61 6,31 5,99 6,19 5,68 5,81
Baik
Cukup
Kurang
SKOR SOSIAL
4,00
6,70 3,00
6,60
2,00
6,50
6,61
6,40 1,00
6,40
Skor
6,30
0,00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Minggu
6,34
6,40
6,36
6,31
6,20
6,10 6,10
6,10
6,19
6,15
6,00
6,12 5,99
5,90 5,80
5,70
Skor emosional minggu ke-1 sampai minggu
5,60 1
ke-12 mempunyai rata-rata sebesar 5,80. Skor emosional
minggu
ke-2
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Minggu
mengalami
Skor sosial minggu ke-1 sampai minggu ke-2
penurunan 2,52% dibandingkan minggu ke-1,
mempunyai rata-rata sebesar 6,26. Skor sosial
dan terus menurun pada minggu ke-3 sebesar
minggu ke-2 mengalami penurunan 1,01%
0,86%. Skor emosional minggu ke-4 juga
dibandingkan minggu ke-1, tetapi pada
mengalami
juga
minggu ke-3 mengalami peningkatan sebesar
menurun pada minggu ke-5 sebesar 5,96%.
1,02%. Skor sosial minggu ke-4 kembali
Skor emosional minggu ke-6 mengalami
mengalami penurunan 1,39% dan terus
peningkatan 2,63% dibandingkan dengan
menurun pada minggu ke-5 sebesar 3,32%.
minggu sebelumnya.
Skor emosional pada
Skor sosial minggu ke-6 juga mengalami
minggu ke-7 naik 6,02%, dan terus naik pada
penurunan dibandingkan minggu ke-5 sebesar
penurunan
0,29%
dan
5
0,13%.
Skor sosial pada minggu ke-7
sebesar 9,55% dibandingkan minggu ke-5.
meningkat 0,93%, dan kembali turun pada
Skor mental pada minggu ke-7 kembali turun
minggu ke-8 sebesar 2,62%. Skor sosial
3,71%, dan sedikit meningkat pada minggu
minggu ke-9 mengalami peningkatan 3,36%
ke-8 sebesar 0,74%, dan terus meningkat pada
dibandingkan
Skor
minggu ke-9 sebesar 0,15% dibandingkan
sosial minggu ke-10 mengalami penuruanan
minggu sebelumnya. Skor mental minggu ke-
sebesar 1,17%, dan kembali meningkat pada
10 mengalami peningkatan sebesar 2,79%,
minggu ke-11 sebesar 3,95% dan terus
dan kembali meningkat pada minggu ke-11
meningkat pada minggu ke-12 sebesar 3,93%.
sebesar 6,58% dan terus meningkat pada
minggu
sebelumnya.
minggu ke-12 sebesar 5,37%.
KATEGORI SOSIAL 90
85 75
FREKUENSI
70
70
69
60 50
48
44
40
64 56
57
52
47
65
62 59
61 55
52
69
120
52
100
39
36
30 20
10
5
0 1
8
5 2
KATEGORI MENTAL
77
71
3
10
8 4
2 5
6
7
4 7
8
8
3 9
10
3 11
3
FREKUENSI
80
12
Cukup
80
90
82
77
92
86
77
73
73 62 61
60
40
40
7
0 1
Kurang
15 12
6 2
3
13 3 4
8 5
6
48
40
39 25 17
24
20
Minggu
Baik
108 97
94
7
26
28
26
8
10
6
8
9
11 10
3
11
1 12
Minggu
SKOR MENTAL
Baik
Cukup
Kurang
7,00 6,00
5,74 5,56
5,65 5,44 5,48 5,48 5,64
6,33 6,01
SKOR FISIK 6,60
4,00
6,40
3,00
6,20
2,00
6,00
Skor
Skor
5,00
5,13 5,23 5,15
1,00
6,46 6,17
5,94
6,04 6,02
6,02 5,93 5,94
5,85
5,80
5,73
5,60
0,00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Minggu
5,91
5,65
5,40 5,20 1
2
3
4
5
Skor mental minggu ke-1 sampai minggu ke-
6
7
8
9
10
11
12
Minggu
2 mempunyai rata-rata sebesar 5,57. Skor
Skor fisik minggu ke-1 sampai minggu ke-2
mental minggu ke-2 mengalami penurunan
mempunyai rata-rata sebesar 5,97. Skor fisik
3,09%
dan
minggu ke-2 mengalami peningkatan 1,36%
minggu ke-3 juga mengalami penurunan
dibandingkan minggu ke-1, tetapi pada
sebesar 7,83%. Skor mental minggu ke-4
minggu ke-3 mengalami penurunan sebesar
mengalami peningkatan sebesar 2,04% dan
2,95%.
kembali turun pada minggu ke-5 sebesar
mengalami penurunan 2,07% dan terus
1,54%. Skor mental minggu ke-6 mengalami
menurun pada minggu ke-5 sebesar 1,41%.
dibandingkan
minggu
ke-1,
Skor
fisik
minggu
ke-4
juga
6
Skor
fisik
minggu
peningkatan
ke-6
dibandingkan
mengalami ke-5
remaja pada keterampilan sosial yang baik
sebesar 5,00%. Skor fisik pada minggu ke-7
26,61% dan kualitas diri yang cukup 73,39%.
kembali
terus
Kualitas diri remaja pada keterampilan mental
meningkat pada minggu ke-8 sebesar 1,77%.
berada pada kualitas diri yang cukup yaitu
Skor fisik minggu ke-9 mengalami penurunan
100%
0,27% dibandingkan minggu sebelumnya.
keterampilan fisik yang baik 13,7% dan
Skor
kualitas diri yang cukup 86,29%.
meningkat
fisik
minggu
kualitas diri yang cukup 98,39%. Kualitas diri
0,14%,
minggu
dan
ke-10
mengalami
dan
kualitas
diri
remaja
pada
penurunan sebesar 1,87%, dan kembali meningkat pada minggu ke-11 sebesar 4,37%
Pada pemantauan dan evaluasi selama 12
dan terus meningkat pada minggu ke-12
minggu, kualitas diri remaja yang paling
sebesar 4,71%.
tinggi nilainya berada pada (1) keterampilan sosial,
KATEGORI FISIK 80
75
70 60
FREKUENSI
74
69 59 55
50
52
69
66
62
54
50
68
68
54
53
47
40
55
52
66 58
10
10
13
10
1
2
3
4
5
6
9
8
4
3
0
3
2 7
8
9
3 10
11
0 12
Minggu Baik
Cukup
keterampilan
(2009) yang menyebutkan bahwa konsep keterampilan hidup dalam program KRR meliputi keterampilan fisik, keterampilan
Kurang
Hasil praktik terkait dengan program inovasi ABC Integrasi yang dilaksanakan mengenai pemantauan dan evaluasi mengenai penerapan (keterampilan
keterampilan
emosional
dan
keterampilan spiritual. Keempat keterampilan
PEMBAHASAN
skill
(4)
(3)
emosional dan (5) keterampilan mental. Hasil
mental,
life
fisik,
spiritual,
yang telah diperoleh sesuai dengan BPPM
20 12
keterampilan
keterampilan
40
36
30
66
63
(2)
hidup)
dalam
kesehatan reproduksi selama 12 minggu menunjukkan bahwa nilai skor kualitas diri remaja berada dalam nilai skor baik dan cukup. Kualitas diri remaja pada keterampilan spiritual yang baik 24,19% dan kualitas diri yang cukup 75,81%. Kualitas diri remaja pada keterampilan emosional yang baik 1,61% dan
ini sebagai sistem yang saling mempengaruhi satu sama lain. Remaja dengan keterampilan fisik yang seimbang akan dapat melaksanakan keterampilan
hidup,
sehingga
berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh remaja pada saat ini seperti penyalahgunaan narkoba, seks bebas hingga HIV/AIDS akan dapat diatasi dengan lebih efektif. selanjutnya keterampilan mental yang positif akan menghasilkan keterampilan emosional yang efektif yang pada akhirnya keterampilan emosional yang 7
efektif akan
mendatangkan
keterampilan
spiritual yang utuh.
akan membentuk karakter seorang remaja. lingkungan pertama yang paling berpengaruh adalah keluarga. Jika keluarga mempunyai
Skor
masing-masing
dimensi
atau
nuansa rohani yang kuat maka akan dapat
keterampilan mengalami peningkatan dan
mempengaruhi
penurunan. Hasil yang diperoleh selama 12
keluarga,
minggu pada tiap dimensi atau keterampilan
mempengaruhi remaja adalah sekolah, teman
(spiritual, emosional, mental, fisik dan
dekat, teman sekelas dan teman sepermainan.
sosial)
dan
Ketertarikan remaja terhadap rohani atau
penurunan pada setiap minggunya. Hal
spiritual terkadang kurang karena pengaruh
tersebut sesuai dengan teori Fowler dalam
dari teman-teman yang kuat sehingga remaja
Desmita (2009) yang menyebutkan bahwa
jarang bertanya dan membahas hal-hal yang
masa remaja merupakan masa transisi atau
berhubungan
peralihan dan pada masa tersebut terjadi
kerohanian. Pada masa remaja, remaja sering
proses
spiritual,
mengalami kesulitan dalam pengambilan
emosional, mental, fisik dan sosial guna
keputusan sehubungan dengan spiritual atau
membentuk kejelasan identitas atau jati diri
kerohanian sehingga mengakibatkan gejolak
saat menghadapi keraguan pada dirinya
spiritual atau rohani dan
sehingga terkadang timbul gejolak emosi dan
keputusan yang diambil bertentangan dengan
tekanan jiwa. Tahap perkembangan spiritual
suara hati.
mengalami
menuju
peningkatan
pematangan
anak
remajanya.
lingkungan
dengan
yang
Selain dapat
spiritual
atau
dan keyakinan dapat berkembang hanya dalam lingkup perkembangan intelektual dan
Menurut Fowler (2009) menyebutkan bahwa
emosional yang dicapai oleh seseorang.
karakteristik sosial remaja adalah remaja cenderung pada kehidupan sosial yang
Usia remaja dalam tahap perkembangan
berkelompok, remaja merasa khawatir jika
spiritual dan keyakinan berada pada tahap
dalam sosialnya tidak diakui oleh kelompok
synthetic – conventionalfaith yaitu mencari,
seumurnya.
beradaptasi dalam mengetahui kebenaran.
seumurnya
Dalam
awal
melakukan apapun yang sifatnya perbuatan
umumnya sangat malas memahami agama,
negatif. suasana hati remaja juga sering
tetapi
berubah-ubah
masalah
tergantung
mempengaruhinya.
agama,
remaja
lingkungan Lingkungan
yang tersebut
Pembentukan menyebabkan
sehingga
kelompok
mereka
remaja
dapat
rentan
melakukan hal-hal negatif terutama pada 8
seksualitas yang mulai berkembang, sibuk
sehingga sering terjadi perubahan suasana
mencari jati diri, mulai berpikir bagaimana
hati yang sangat cepat, sulit diatur karena
kehidupan dimasa yang akan datang dan
cenderung ingin menunjukkan identitas diri
pada fase ini, remaja mulai menemukan
mereka dan cara yang mereka lakukan adalah
berbagai macam keterbatasannya.
dengan menyangkal masukan-masukan dari orang-orang disekitarnya misalnya orang tua
Karakteristik fisik atau jasmani pada remaja
sehingga
yaitu perubahan-perubahan fisik yang terjadi
keresahan, kebimbangan bahkan tekanan
pada
oleh karena ketidakstabilan yang dialami
remaja
menyebabkam
remaja
mengalami rasa canggung dan akan membuat mereka
mudah
tersinggung
hal
tersebut
menimbulkan
remaja (Fowler, 2009).
apabila
perubahan fisik mereka dijadikan sebagai
Berdasarkan
uraian
bahan pembicaraan atau ejekan (Fowler,
sebelumnya,
2009).
bahwa untuk meningkatkan kualitas diri pada
penulis
pada dapat
paragraf menganalisa
remaja agar dapat mencegah dari perilaku Menurut Fowler (2009) menyebutkan bahwa
berisiko
karakteristik
remaja
memberikan pendidikan kesehatan berupa
berhubungan dengan jiwa, watak dan batin,
penyuluhan kesehatan, tapi juga diberikan
dipenuhi rasa ingin tahu terhadap segala
terapi
sesuatu
wujud
keterampilan yang dapat bermanfaat untuk
sehingga
menolak atau menangkal terhadap ajakan
di
kepekaan memicu
mental
sekitarnya intelektual
untuk
pada
sebagai mereka
melakukan
maupun
berbahaya
pelatihan
maka
selain
keterampilan-
atau
negatif selain itu selalu membiasakan diri
mengkritisi orang lain yang kadang-kadang
untuk menerapkan keterampilan hidup dalam
dilakukan dengan cara yang tidak sopan,
kesehatan reproduksi setiap hari sebagai
mengambil keputusan tanpa memikirkan
dasar pengembangan kualitas diri remaja
dampak yang akan terjadi nantinya serta
untuk dapat mencegah dari risiko masalah
senang
kesehatan reproduksi.
berimajinasi
yang
debat
yang
didasari
pengharapan dan tujuan yang ada di dalam hati remaja.
KETERBATASAN Keterbatasan
pelaksanaan
kegiatan ABC
Karakteristik emosional pada remaja yaitu
Integrasi adalah padatnya jadwal belajar dan
emosinya tidak stabil, kuat dan tidak terduga
ekstrakurikuler siswa, kurangnya keterlibatan 9
guru dalam proses My family hope, remaja
kesehatan siswa remaja di sekolah. Perilaku
terkadang kurang konsisten dengan kegiatan
kesehatan remaja dalam menerapkan tugas
yang telah terbentuk dan terjadwal, waktu
perkembangan keluarga dengan anak remaja
kegiatan terbatas, jarangnya pengawasan dan
akan berdampak pada pelaksanaan upaya
kunjungan perawat puskesmas ke sekolah.
kesehatan yang dilakukan keluarga dalam
Keterbatasan kegiatan asuhan keperawatan
merawat anggota keluarganya yang masih
keluarga adalah masih kurangnya dukungan
remaja.
penerapan
dan motivasi keluarga dengan anak remaja
keluarga
dengan
yaitu memberikan kebebasan yang seimbang
memberikan gambaran terhadap pelaksanaan
dan bertanggungjawab serta memelihara pola
tugas
komunikasi terbuka karena orang tua masih
derajat dan status kesehatan keluarga dan
ada rasa takut dan khawatir untuk langsung
remaja
menerapkan
mengingat
memberikan dampak terhadap pemberian
pergaulan remaja pada saat ini yang semakin
dukungan kepada anggota keluarga serta
bebas.
dapat meningkatkan kemandirian keluarga.
tugas
tersebut
Bagi
perkembangan
anak
remaja
perkembangan
menjadi
keluarga
lebih
perkembangan
baik
ilmu
akan
sehingga
selain
itu
keperawatan,
pengembangan kualitas diri remaja akan
Implikasi Implikasi
tugas
bagi
pelayanan
keperawatan
berdampak terhadap perilaku remaja dalam
komunitas dengan pemberdayaan masyarakat
pengelolaan
sekolah
reproduksi
dalam
meningkatkan
pelayanan
risiko yang
masalah dapat
kesehatan
dilakukan
dan
kesehatan kepada siswa remaja yang lebih
memberikan gambaran mengenai tindakan
optimal sehingga program puskesmas dapat
maupun upaya-upaya yang telah dilakukan
terlaksana
remaja
diharapkan. remaja masalah
sesuai
dengan
rangka
kesehatan
yang
untuk mencegah risiko masalah
diri
kesehatan reproduksi secara mandiri sehingga
mencegah
risiko
riset ilmu keperawatan dapat mengembangkan
reproduksi
akan
hal-hal yang berhubungan dengan upaya
Pengembangan
dalam
tujuan kualitas
memberikan dampak terhadap keberhasilan
pengelolaan
risiko
upaya promosi kesehatan. Bagi remaja,
reproduksi pada remaja.
masalah
kesehatan
keluarga dan sekolah, peer konselor remaja dalam mengelola, memantau, mengevaluasi
Kesimpulan
dan memfasilitasi pengembangan kualitas diri
Terjadi
remaja akan berdampak pada peningkatan
perilaku atau keterampilan remaja dengan
peningkatan
pengetahuan,
sikap,
10
risiko masalah kesehatan reproduksi sebelum
sekolah secara rutin dan berkala serta
dan
intervensi
meningkatkan kerjasama dengan rumah sakit
keperawatan komunitas ABC Integrasi, baik
sebagai rujukan masalah kesehatan remaja.
dalam
bagi
sesudah
pemberian
manajemen
pelayanan
kesehatan,
perawat
komunitas,
meningkatkan
asuhan keperawatan keluarga maupun asuhan
kemampuan dalam melakukan pengembangan
keperawatan
komunitas
karena
adanya
upaya pembinaan dan pengelolaan masalah
kemudahan
pemantauan
dan
evaluasi
kesehatan remaja dengan risiko masalah
pengembangan kualitas diri remaja, Intervensi
kesehatan reproduksi melalui intervensi ABC
keperawatan komunitas ABC Integrasi untuk
Integrasi
membina dan mengelola serta memandirikan
kemampuan peer konselor sebaya yang telah
remaja
dilatih,
dalam
mengembangkan
kualitas
dengan
bagi
melalukan
Dinas
supervisi
pendidikan
yaitu
dirinya yang merupakan bentuk intervensi
Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan
yang efektif untuk mecegah risiko masalah
Pihak sekolah, Dinas kesehatan, Puskesmas
kesehatan reproduksi, Observasi, monitoring
dan Psikolog dalam rangka peningkatan
dan pembinaan diperlukan untuk semangat
pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah, bagi
dan
guru
kekuatan
remaja
untuk
selalu
yaitu
Memasukkan
materi
dan
mengembangkan kualitas dirinya dengan
pembinaan mengenai kualitas diri siswa
melibatkan
mampu
remaja ke dalam materi bimbingan konseling
mendukung terlaksananya kegiatan dengan
(BK) selain materi mengenai akhlak dan
optimal.
keagamaan yang lainnya dan bagi siswa
sumber
daya
yang
remaja adalah Meningkatkan motivasi dan semangat dalam rangka mengembangkan
SARAN Dinas kesehatan dapat meningkatkan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dengan
mengintegrasikan
pemantauan dan evaluasi
kualitas diri remaja untuk dapat terhindar dari perilaku yang negatif
penatalaksanaan pengembangan
kualitas diri remaja dengan program ABC Integrasi untuk meningkatkan kualitas diri remaja. bagi puskesmas, mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan PKPR di
sekolah
dengan melakukan monitoring dan supervisi
Referensi ____(2009). Modul Kesehatan Reproduksi Remaja Modul bagi Fasilitator. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
kegiatan pelayanan kesehatan remaja di 11
Stanhope, Lancaster. (2004). Community health nursing. 4th. St. Louis. Missouri : Mosby Co Friedman, Bowden, Jones. (2003). Family nursing : research, theory, & Practice. 4th ed. Printice Hall Survey Demografi Kesehatan Indonesia (2007). Laporan Pendahuluan. Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Kementrian Kesehatan, Jakarta : Indonesia Sarwono, S.W. (2010). Psikologi remaja. Jakarta : Rajawali Pers Annie Kao & Ann Carter (2013). Family Influences on Adolescent Sexual Activity and Alcohol Use. The Open Family Studies Journal Marquis, B.L., & Huston, C.J (2006), Leadership Roles and Roles Management Function In Nursing : Theory and Application. 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Swansburg, R.C. (1993). Introductory Management and Leadership for Clinical Nurses, Jones & Barnett Publishers Inc Allender, J, A., & Spradley, B.W. (2005). Community Health Nursing : Promoting & Protecting The Public’s Health. Sixth Edition. Philadelphia : Lippincott
12