SKRIPSI
HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROTAP PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSIPOST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG RB/ VK LANTAI 4 RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
Oleh HERIMAS GULTOM 130 206 159
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI
HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROTAP PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSIPOST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG RB/ VK LANTAI 4 RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Muiara Indonesia Medan
Oleh HERIMAS GULTOM 130 206 159
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
PERNYATAAN HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROTAP PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSIPOST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG RB/ VK LANTAI 4 RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat pendapat atau karya yang pernah ditulis dan pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang ditulis, dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
April 2015
Peneliti
(Herimas Gultom)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Mahasiswa Nama
: Herimas Gultom
NIM
: 13 02 06 159
Tempat/Tgl lahir
: Belawan, 17 Maret 1990
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Kristen Protestan
Suku
: Batak Toba
Anak Ke
: 6 dari6 bersaudara
Alamat
: Jl Pasar Nippon Lingk 1 Kel. Labuhan Deli Kec.Medan Marelan No.62 Gg. Musholah. Siombak
No. Hp
: 0812 6322 2028
Email
:
[email protected]
B. Data Orang Tua Nama Ayah
: Agus Gultom
Pekerjaan
: Anggota Polri
Nama Ibu
: Nuriati br Nainggolan
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Jl Pasar Nippon Lingk 1 Kel. Labuhan Deli Kec.Medan Marelan No.62 Gg. Mushholah. Siombak
C. Riwayat Pendidikan 1.
Tahun 1995-2001 : SD HKBP Bersubsidi Jl Kampar Belawan
2.
Tahun 2001-2004 : SMP DR Wahidin Sudirohusodo Medan
3.
Tahun 2004-2007 : SMA DR Wahidin Sudirohusodo Medan
4.
Tahun 2008-2011 : DIII Keperawatan PEMKAB TAPUT
5.
Tahun 2013-2015 : S1 Keperawatan Universitas SariMutiara Indonesia
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, April 2015 Herimas Gultom Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap Perawatan Luka Dengan Kejadian Infeksi Luka Operasi Post Sectio Caesarea Di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 xi + 32 Hal + 5 Tabel + 1 Skema + 11 Lampiran
ABSTRAK Kepatuhan perawat dalam penerapan standar keperawatan dan standar operasional prosedur sebagai salah satu ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan dan merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia.Pelayanan keperawatan yang diberikan secara menyeluruh salah satunya adalah perawatan luka yang harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap. Prosedur perawatan luka ini bertujuan agar mempercepat proses penyembuhan dan bebas dari infeksi. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan, dan kematian didunia.Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat sangat dinamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi kejadian infeksi luka operasi sectio caesarea dan untuk mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam melaksakan protap perawatan luka di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang VK lantai 4 RSU Sari Mutiara dengan jumlah responden sebanyak 22 responden. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik total sampling.Analisa data menggunakan uji statistik chi-square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka mayoritas patuh sebanyak (77.3%) dengan kejadian infeksi luka (31.8%). Hasil tabulasi silang hubungan tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawan luka dengan kejadian infeksi luka operasi post sectio caesarea diperoleh (p=0.274), yang berarti tidak ada hubungan tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka operasi post sectio caesarea. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi, bahwa sangat penting untuk melakukan setiap tindakan harus sesuai dengan protap agar dapat menekan angka kejadian infeksi luka pada masa mendatang.
Kata kunci : Kepatuhan perawat, Kejadian infeksi
iii
STUDY PROGRAM OF NERS FACULITY OF NURSING & MIDWIFERY SARI MUTIARA INDONESIA UNIVERSITY Scription, April 2015 Herimas Gultom Relationship Of Compliance Nurse In The Implementation Of The Procedure Remains The Treatment Of Wounds With The Incidence Of Surgical Wound Infection Post Sectiocaesarea In Hospital Sari Mutiara Medan 2015 xi + 32 Pages + 5 Tables + 1 Scheme + 11 Attachments
ABSTRACT Compliance nurses in nursing standards in the implementation of standard operating procedures as one measure of the success nursing and is an important target in the management of human resources. Nursing services provided overallone of which is a wound care should be exercised in accordance with standard operating procedures. Wound care procedure is intended to spedd up in the healing process and is free from infection. Infection diseases are still a major cause of morbidity and mortality in the world. Infectious disease is a disease caused by microbial pathogen and is very dynamic. Purpose of this study was to determine the frequency of occurrence of surgical wound infection sectio caesarea and to determine the level of compliance of nurses in implementing fixed procedur wound care in Hospital Sari Mutiara Medan 2015. Population in this study are all nurses who served in the room VK level 4 Hospital Sari Mutiara amount 22 respondents. The sampling tecnique is using the total sampling technique. The data is analyzed by using chi-square test. The results showed that the level of compliance of nurses in the implementation of the procedure remains the majority adherent wound care as much (77.3%) in the incidence of wound infection (31.8%). The result of cross tabulation nurse relationship in the implementation level of compliance remains wound care procedures with surgical wound infection incidence of post sectio caesarea (p=0.274), wich means there is no relationship of nurses in implementing compliance procedures remain wound care with incidence of surgical wound infection post sectio caesarea. The result of this study are expected to be input and resources, that is very important to perform every action must be in accordance with standard operating procedures in order to suppress the incidence of wound infection in the future.
Keywords: Compliance nurses, Incidence of Infection
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat rahmat dan kuasaNya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salas satu syarat dalam tugas ujian akhir di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015 dengan judul “Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap Perawatan Luka Dengan Kejadian Infeksi Post Sectio Caesarea”. Dalam penyusunan skripsi ini saya banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Parlindungan Purba, SH MM selaku Ketua yayasan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
2.
Dr Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3.
Ns Janno Sinaga M.kep Sp.KMB, selaku Dekan sekaligus penguji I yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan dan saran pada peneliti.
4.
Ns Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Prodi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5.
Ns Laura Siregar, M.kep selaku Ketua penguji
yang telah banyak
meluangkan waktu dan meberikan masukan dan saran pada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 6.
Ns Galvani Volta Simanjuntak, M.Kep, selaku penguji II yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan masukan dan saran pada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Ns Bunga Theresia Purba, M.Kep, selaku penguji III yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skipsi ini.
8.
dr Tuahman Purba, M.Kes, Sp.An, selaku Direktur RSU Sari Mutiara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
v
9.
Yang teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, begitu juga dengan isteri dan anak tercinta yang telah memberikan dukungan, doa dan bantuan moril maupun material kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
10. Rekan-rekan Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini. 11. Terimakasih kepada para pegawai RSU Sari Mutiara yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan,
April 2015
Peneliti
Herimas Gultom
vi
DAFTAR ISI Hal COVER DALAM HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN.............................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR SKEMA ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii iv v vii ix x xi
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... A. Latar Belakang.......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitian...................................................................... 1. Tujuan Umum ...................................................................... 2. Tujuan Khusus ..................................................................... D. Manfaat Penelitian.................................................................... 1. Bagi Rumah Sakit ............................................................... 2. Bagi Pasien .......................................................................... 3. Pelayanan Keperawatan....................................................... 4. Penelitian Selanjutnya .........................................................
1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ A. Kepatuhan................................................................................. 1. Pengertian Kepatuhan .......................................................... 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan................... 3. Faktor-Faktor Derajat Ketidakpatuhan ................................ 4. Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan ............................ B. Perawatan Luka ........................................................................ 1. Pengertian Luka .................................................................. 2. Macam-macam Luka ........................................................... 3. Proses penyembuhan luka.................................................... 4. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka.................. 5. Tujuan Perawatan Luka ....................................................... 6. Prosedur Perawatan Luka .................................................... C. Konsep Infeksi.......................................................................... 1. Pengertian infeksi ................................................................ 2. Tipe infeksi dan tanda-tanda infeksi.................................... 3. Etiologi ................................................................................ 4. Patofisiologi ......................................................................... D. Sectio Caesarea.........................................................................
6 6 6 7 8 9 10 10 10 11 11 11 12 15 15 16 17 17 17
vii
E. Jenis-jenis operasi Sectio Caesarea .......................................... 1. Abdomen.............................................................................. 2. Vagina.................................................................................. F. Komplikasi ............................................................................... G. Kerangka Konsep ..................................................................... H. Hipotesa....................................................................................
18 18 18 18 19 19
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. A. Jenis Penelitian ......................................................................... B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 1. Lokasi Penelitian ................................................................. 2. Waktu Penelitian.................................................................. C. Populasi dan Sampel................................................................. 1. Populasi................................................................................ 2. Sampel ................................................................................. D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 1. Data Primer .......................................................................... 2. Data sekunder ...................................................................... E. Defenisi Operasional ................................................................ F. Aspek pengukuran .................................................................... 1. Pengukuran Kepatuhan ........................................................ 2. Pengukuran Kejadian infeksi ............................................... G. Pengolahan Data....................................................................... H. Etika Penelitian......................................................................... I. Analisa Data ............................................................................. 1. Analisa Univariat ................................................................. 2. Analisa Bivariat ...................................................................
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 22 22 23 23 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... A. Hasil Penelitian......................................................................... 1. Univariat .............................................................................. 2. Bivariat ................................................................................ B. Pembahasan .............................................................................. 1. Interprestasi dan Diskusi Hasil ............................................
23 23 23 25 25 25
BAB V
32 32 32
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... A. Kesimpulan............................................................................... B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Defenisi Operasional .....................................................................
21
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Lama bekerjan=22...................................................................................
24
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan di Ruang RB/VK RSU Sari Mutiara Medann=22 .............................
24
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Kejadian Infeksin=22....................
24
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap Perawatan Luka Dengan Kejadian Infeksi Luka Post SC n=22........................................................................
25
ix
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Kerangka Konsep ...........................................................................
x
19
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Surat Izin Memperoleh Data Dasar dari Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 4 : Surat Balasan Izin Memperoleh data dasar dari RSU. Sari Mutiara Medan Lampiran 5 : Surat Izin Melakukan Penelitian dari Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 6 : Surat Balasan Izin Melakukan Penelitian RSU. Sari Mutiara Medan Lampiran 7 : Lembar Kuisioner Lampiran 8 : Frekuensi Lampiran 9 : Master Data Lampiran 10 : Lembar Konsul
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kepatuhan perawat dalam penerapan standar pelayanan keperawatan dan standar operasional prosedur sebagai salah satu ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan dan merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia. Standar operasional prosedur pelayanan keperawatan pada prinsipnya adalah bagian dari kinerja dan perilaku individu dalam bekerja sesuai tugasnya dalam organisasi, dan biasanya berkaitan dengan kepatuhan (Ratna, 2013).
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional yang sesuai dengan etika profesi keperawatan yang merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur nilai-nilai moral dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara terhormat (Nonch, 2015).
Pelayanan keperawatan yang diberikan secara menyeluruh salah satunya adalah perawatan luka yang harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap. Prosedur
perawatan
luka
ini
bertujuan
agar
mempercepat
proses
penyembuhan dan bebas dari infeksi, indikator adanya infeksi akibat perawatan luka yang tidak baik adalah terjadinya infeksi nosokomial yang merupakan infeksi yang didapat atau yang timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit (Nonch, 2015).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi nosokomial adalah multifaktoral atau banyak faktor yang mempengaruhinya.Menurut (Darmadi, 2008) faktor extrinsik yaitu, petugas, peralatan medis, lingkungan, makanan
1
2
dan minuman. Selain faktor tersebut faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial faktor intrinsik yang meliputi umur, jenis kelamin dan faktor keperawatan yang meliputi lamanya hari rawatan, menurunnya standar keperawatan. Adanya penyakit lain serta faktor mikroba patogen juga memberi kontribusi terhadap terjadinya infeksi nosokomial di suatu rumah sakit (Darmadi, 2008).
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan, dan kematian didunia.Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari diseluruh dunia. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu Faktor penyebab, yang sering disebut agen, Faktor manusia yang sering disebut penjamu (host), dan faktor lingkungan (Septiari, 2012).
Infeksi nosokomial dikenal pertama kali pada tahun 1987 oleh Semmelvis, dan hingga saat ini masih menjadi masalah yang cukup menyita perhatian.Sejak tahun 1990 infeksi nosokomial mulai diteliti dengan sungguh-sungguh diberbagai negara, terutama di Amerika Serikat, dan Eropa.Insiden infeksi nosokomial berlainan antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Angka infeksi nosokomial yang tercatat di berbagai negara berkisar antara 3,3%-9,2%, artinya sekian persen penderita yang tertular infeksi nosokomial, dan dapat terjadi secara akut atau secara kronis (Septiari, 2012).
Medical error sering dihubungkan dengan infeksi nasokomial, salah satunya adalah infeksi luka operasi (ILO). Infeksi tersebut terkena pada pasien yang menjalani operasi/tindakan pembedahan baik di bagian ruangan bedah maupun di ruang rawat inaplain, termasuk bagian kebidanan dan kandungan.Pada bagian kebidanan dan kandungan, banyak pasien yang
3
menjalani operasi sectio caesarea. Sectio Caesarea adalah prosedur pembedahan untuk melahirkan janin melalui sayatan perut dan dinding rahim.Operasi ini semakin meningkat sebagai tindakan akhir dari berbagai kesulitan persalinan. Indikasi yang banyak dikemukakan adalah; persalinan lama sampai persalinan macet, ruptur uteri, gawat janin, perdarahan
janin besardan
antepartum. Namun sekarang banyak operasi tidak pada
indikasinya, kenyataannya banyak operasi saat ini dilakukan atas permintaan pasien meskipun tanpa alasan medis.Mereka umumnya memilih melakukan operasi karena takut kesakitan saat melahirkan secara normal. Alasan lain adalah mereka lebih mudah menentukan tanggal dan waktu kelahiran bayinya. Selain itu,mereka juga ketakutan organ kelaminnya rusak setelah persalinan normal (Sugiharta, 2007).
Infeksi sesudah operasi sectio caesarea dapat mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas ibu. Apabila dikaitkan dengan faktor penyebab ILO, adanya kasus ILO diduga akibat pekerjaan dari perawat diruang rawat yang tidak sesuai dengan evidence based dari standard operating procedures (SOP) perawatan luka yang ada ( Ismael, Iswandi (2008).
Menurut Ratna Nugraheni(2012)Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara-negara miskin dan negara-negara berkembang karena penyakit infeksi masih menjadi penyebab utamanya. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi nosokomial, khususnya di Asia Tenggara sebanyak 10%.
Sedangkan di Indonesia terjadi peningkatan kejadian infeksi luka post Sectio Caesarea yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, dan luka operasi. Sekitar 90% dari pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka
4
operasi. Tercatat RSUP dr. Sardjito tahun 2000 angka kejadian infeksi luka post Sectio Caesarea adalah 15% dan RSUD dr Soetomo Surabaya tahun 2001 angka kejadian infeksi luka 20% (Himatusujanah, 2008). Protap perawatan luka pada pasien sectio caesarea merupakan salah satu hal yang penting untuk dilaksanakan guna mencegah atau meminimalisir terjadinya
infeksi
pasca
pembedahan
(Ambarwati
2011).Pelayanan
keperawatan yang diberikan secara menyeluruh salah satunya adalah perawatan luka yang harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya di RSUD DR Moewardi Surakarta tahun 2006 oleh Himatusujanah didapat kejadian infeksi luka operasi sebesar 13% dengan kesimpulan responden (perawat dan bidan) di ruang Mawar I RSUD DR. Moewardi Surakarta sebagian besar memiliki tingkat
kepatuhan
pelaksanaan
protap
yang
baik,yakni
sebesar
60.5%,sedangkan tingkat kepatuhan pelaksanaan protap kurang sebesar 18.6%, Responden (pasien) post sectio terdapat kejadian infeksi sebesar 20.9%. Survei awal yang dilakukan peneliti pada bulan April dengan bertemu perawatdidapat sebanyak 15orang yang mengalami infeksi pada luka operasi post sectio caesarepada bulan Desember 2014 – Februari 2015.Berdasarkan hasil survei tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap perawatan luka dengan Kejadian Infeksi Luka Post Sectio Caesarea di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 ”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap Perawatan Luka Dengan Kejadian Infeksi Post Operasi Sectio Caesarea Di Rsu Sari Mutiara Medan Tahun 2015”.
5
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi post operasi di RSU Sari Mutiara Medan.
2.
Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka
2.
Untuk mengetahui kejadian infeksi post sectio caesarea
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bahwa pentingnya penerapan SOP dalam menangani pasien dengan luka infeksi post operasi sectio caesarea.
2.
Bagi Pasien Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan agar para pasien dengan luka infeksi post operasi sectio caesarea tahu bagaimana cara merawat lukanya dan menjaga kebersihan luka.
3.
Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan dan saran untuk meningkatkan pelayanan dan mutu keperawatan terutama pada pasien pasca operasi.
4.
Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini bisa dijadikan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam melakukan perawatan luka post operasi sectio caesarea yang sesuai dengan protapnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007), patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
Menurut Ratna(2013) Kepatuhan adalah form dan pengaruh sosial dimana kegiatan atau tindakan individu merupakan respon dari perintah langsung individu sebagai otoritas.Kepatuhan terjadi saat seseorang yang memiliki kewenangan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus ditaati.
Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berprilaku. Menurut Sarwono (1997) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir berupa internalisasi.
Pada
awalnya
individu
mematuhi
anjuran/instruksi
tanpakerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan sering sekali ingin menghindari hukuman/sanksi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap kepatuhan (complince).Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan.Tetapi begitu pengawasan hilang, perilaku itupun ditinggalkan.
Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan
6
7
yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diriindividu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Menurut (Niven, 2002) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah: a.
Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia,
serta
keterampilan
yang
diperlukan
dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Tingginya pendidikan seorang perawat dapat meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. b.
Modifikasi Lingkungan Sosial Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari pimpinan rumah sakit, kepala perawat, perawat itu sendiri dan teman-teman sejawat. Lingkungan berpengaruh besar pada pelaksanaan protap yang telah disediakan.
c.
Perubahan Model Prosedur Program pelaksanaan protap dapat dibuat sederhana mungkin dan perawat terlibat aktif dalam mengaplikasikan prosedur tersebut. Kepatuhan perawat dalam melakukan protap dipengaruhi oleh kebiasaan perawat menerapkan sesuai dengan ketentuan yang ada.
8
d.
Meningkatkan Interaksi Profesional Kesehatan Meningkatkan interaksi profesional kesehatan antara sesama perawat (khusunya antara kepala ruangan pelaksana) adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada perawat. Suatu penjelasan tentang prosedur tetap dan bagaimana menerapkannya dapat meningkatkan kepatuhan. Semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, maka semakin mempercepat proses penyembuhan penyakit klien.
e.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2007).
f.
Sikap (Attitude) Sikap merupakan aksi atau respon aeseorang yang masih tertutup. Menurut Notoatmojo (2007), sikap manusia terhadap suatu rangsangan adalah perasaan setuju (favorablere) ataupun perasaan tidaksetuju (non favorable) terhadap rangsangan tersebut.
g.
Usia Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. (Notoatmojo, 2007).
3. Faktor-Faktor Derajat Ketidakpatuhan Niven (2002)mengungkapkan derajat ketidak patuhan ditentukan oleh kompleksitas
prosedur
pengobatan,
derajad
perubahn
gaya
9
hidup/lingkungan kerja yang dibutuhkan, lamanya waktu dimana perawat mematuhi prosedur tersebut, apakah prosedur tersebut berpotensi menyelamatkan hidup, dan keparahan yang dipresepsikan sendiri oleh pasien bukan petugas kesehatan.
4. Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan Menurut Smet (1994), berbagai strategi untuk meningkatkan kepatuhan, diantaranya adalah: a.
Dukungan Profesional Kesehatan Dukungan
profesional
meningkatkan komunikasi.
kesehatan
sangat
diperlukan
untuk
kepatuhan,
contohnya
adalah
dengan
tehnik
Komunikasi
memegang
peran
penting
karena
komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan, misalnya antara kepala perawat dengan bawahannya.
b.
Dukungan Sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku yang dilakukan oleh perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan ketidak patuhan dapat dikurangi.
c.
Perilaku Sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya kepatuhan perawat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan.
d.
Pemberian Informasi Pemberian informasiyang jelas tentang pentingnya pemberian asuhan keperawatan berdasarkan prosedur yang ada membantu meningkatkan kepatuhan perawat, hal ini dapat dilakukan dengan
10
memberikan pelatiahn-pelatihan kesehatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit ataupun instansi kesehatan lain.
B. Perawatan Luka 1. Pengertian Luka Luka adalah gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut (Brunner dan Suddart, 2001).Pengertian luka sectio adalah gangguan dalam kontinuitas sel akibat dari pembedahan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan placenta, dengan membuka dinding perut dengan indikasi tertentu. 2. Macam-macam Luka (Riyadi, 2012) Berdasarkan penyebabnya luka terdiri dariluka mekanik dan luka non mekanik. Luka mekanik terdiri dari: a.
Vulnus scissum atau luka sayat akibat benda tajam, pinggir luka rapi.
b.
Vulnus contusum atau luka memar akibat cedera jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul.
c.
Vulnus kaceratum atau luka robek akibat mesin atau benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan dalam.
d.
Vulnus punctum atau luka tusuk yang kecil bagian luar (bagian mulut luka), namun luka tusuk besar dibagian lukanya.
e.
Vulnus selofradum atau luka tembak akibat tembakan peluru, bagian tepi luka tampak kehitam-hitaman.
f.
Vulnus morcum atau luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
g.
Vulnus abrasion atau luka terkikis yang terjadi pada bagian luka namun tidak sampai ke pembuluh darah.
h.
Luka nonmekanik terdiri atas luka yang disebabkan oleh zat kimia, termik, radiasi, atau sengatan listrik.
11
3. Proses penyembuhan luka (Riyadi, 2012) a.
Tahaprespons inflamasi akut terhadap cedera, dimulai saat terjadinya luka. Pada tahapi ni terjadi proses hemostasis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai dengan peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah yang luka.
b.
Tahap destruktif, yaitu pembersihan jaringan mati oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
c.
Tahap poliferatif, yaitu proses penguatan pembuluh darah oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
d.
Tahap maturasi, terjadi reepitelisasi, konstraksi luka, dan organisasi jaringanikat.
4. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka (Riyadi, 2012) a. Vaskularisasi, luka membutuhkan peredaran darah yang baik. b. Anemia, dapat memperburuk atau menghambat proses penyembuhan c. Usia, proses penjaan dapat memperlambat proses penyembuhan luka d. Penyakit lain, beberapa penyakit dapat memperlambat penyembuhan luka. Misalnya diabetes melitus dan ginjal e. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam proses penyembuhan luka f. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stress berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka
5.
Tujuan Perawatan Luka Potter & Perry (2005) menyebutkan tujuan dari perawatan luka adalah memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka, absorbsi drainase, menekan dan imobilisasi luka, mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis, mencegah luka dari kontaminasi bakteri, meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing, dan memberikan rasa nyaman mental dan fisikpada pasien.
12
a.
Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka 1.
Sodium klorida 0,9% Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9%. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untukalasan ini sodium klorida disebut juga normale saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan,melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah.
2.
Larutan Povodine-Iodine Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan lain. Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodine encer (Lilley & Aucker, 1999).
6. Prosedur Perawatan Luka a.
Pengertian Perawatan luka merupakan tindakan merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur,luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Tujuannya adalah mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalamn kulit dan membran mukosa, mencegah
bertambahnya
kerusakan
jaringan,
mempercepat
13
penyembuhan, membersihkan luka dari benda asing atau debris, drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat, dan mencegah perdarahan (Oswari, 2005).
b.
SOP Merawat Luka Persiapan alat: Set balutan steril dalam bak instrumen steril 1. Sarung tangan steril 2. Pinset 3 (2 anatomis, 1 sirugris) 3. Gunting (menyesuaikan kondisi luka) 4. Balutan kasa dan kasa steril 5. Kom untuk larutan anti septik atau larutan pembersih 6. Salep anti septik (k/p) 7. Depres 8. Lidi waten 1. Larutan pembersih yang diresepkan dokter
Gunting perban
Larutan garam fisiologis
Sarung sekali pakai
Plester, atau balutan sesuai kebutuhan
Kantung tahan air untuk sampah (bengkok 2 berisi lisol dan kosong)
Selimut mandi
Pengangkat perekat (k/p)
Alat pengukur luka (k/p)
2. Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkahlangkah perawatan luka 3. Susun semua peralatan yang diperlukan di meja dekat tempat tidur
14
4. Ambil kantong sekali pakai dan buat lipatan diatasnya, letakkan kantung dalam jangkauan area kerja anda/letakkan bengkok didekat pasien 5. Tutup ruanagn atau tirai disekitar tempat tidur, tutup semua jendela yang terbuka 6. Bantu klien pada posisi nyaman dan selimut mandi pasien hanya untuk memaparkan tempaat luka. Instruksikan pasien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril 7. Cuci tangan secara menyeluruh 8. Pasang perlak pengalas 9. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan atau balutan dengan pinset 10. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan 11. Dengan sarung tangan atau pinset,angkat balutan, pertahankan permukaan kotor jauh dan penglihatan klien 12. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril atau NaCl 13. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan 14. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam luar. Buang ditempat yang tepat 15. Buka bak instrumen balutan steril atau secara indual tertutup bahan steril. Tempatkan pada meja disamping klien. Balutan, gunting, dan pinset, harus tetap pada bak instrumen steril atau dapat ditempatkan pada penutup steril yang terbuka digunakan sebagai area steril atau diatas kasa steril 16. Bila penutup atau kemasan kasa steril menjadi basah akibat larutan anti septik, ulangi persiapan bahan. 17. Pakai sarung tangan steril 18. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas balutan atau penutupn kulit, dan karakter drainase (palpasi luka,
15
bila perlu dengan bagian tangan nondominan dan yang tidak akan menyentuh bahan steril) 19. Bersihkan luka dengan larutasn antiseptik yang diserapkan atau larutan garam fisiologis. Pegang kasa yang dibasahi dalam larutan dengan pinset. Gunakan satu kasa untuk setiap kali usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi. Gerakan dalam tkanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka 20. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau insisi. Usap dengan cara seperti pada langkah 18 21. Berikan zalf antiseptik bila dipesankan, gunakan teknik seperti langkah pada pembersihan. Jangan dioleskan pada tempat drainase 22. Pasang kasa steril pada insisi atau letak luka: a.
Pasang satu kasa setiap kali
b.
Pasang kasa sebagai lapisan kontak
c.
Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa kontak untuk dipasangkan disekitarnya
d.
Pasang kasa lapisan kedua sebagai lapisan absorban
23. Gunakan plester diatas balutan, amankan dengan ikatan atau balutan 24. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan 25. Buang semua bahan dan bantu klien kembali pada posisi nyaman 26. Cuci tangan 27. Dokumentasikan penggantian balutan, termasuk pernyataan responden klien, observasi luka, balutan dan drainase C. Konsep Infeksi 1. Pengertian infeksi Infeksi adalah proses infasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).Menurut Kozeir, et, el (1995) infeksi adalah invasi tubuh organisme dan
16
berproliferasi
dalam
jaringan
tubuh.Dalam
kamus
keperawatan
disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang meninbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. 2. Tipe infeksi dan tanda-tanda infeksi a.
Kolonisasi
yang
mikroorganisme
merupakan menjadi
flora
suatu yang
proses
dimana
menetap/flora
benih residen.
Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi bagian tubuh host/manusia yang sistempertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan. b.
Infeksi lokal spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
c.
Infeksi sistemik terjadi bilamikroorganisme menyebar kebagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan.
d.
Bakterimia terjadi ketika dalam darah ditemukannya bakteri.
e.
Septikemia multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik.
f.
Infeksi akut yang muncul dalam waktu singkat
g.
Infeksi kronik infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama. Tanda-tanda infeksi/peradangan antara lain: 1.
Rubor (merah)
2.
Calor (panas)
3.
Tumor (bengkak)
4.
Dolor (nyeri)
5.
Fungsi laesa terganggu
17
3. Etiologi Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, antara lain; a.
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi.Ratusanspesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melelui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
b.
Virus terutama berisi asam nukleat karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
c.
Fungi terdiri dari ragi dan jamur.
d.
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa,cacing dan athropoda.
4.
Patofisiologi Terjadinya infeksi dikarenakan adanya proses masuknya penyakit kedalam tubuh dan menimbulkan gejala penyakit. Terdapat dua jalan tempat infeksi dapat mencapai kulit yaitu, melalui internal dan eksternal.Internal melalui berbagai jalan seperti aliran darah, dan eksternal dengan menembus barier kulit.Salah satu yang menyebabkan infeksi ialah bakteri.Invasi bakteri terjadi pada saat terjadi trauma pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala infeksi sering muncul 2-7 hari setelah pembedahan, gejala infeksi antara lain adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak disekeliling luka,peningkatansuhu, dan peningkatan sel darah putih. (Patologi dan Sistemik Vol 2).
D. Sectio Caesarea Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suati insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh berat janin diatas 500 gram (Jitowijono, 2010).
18
E. Jenis-jenis operasi Sectio Caesarea (sarwono, 2005) 1.
Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis) a.
Sectio Caesarea transperitonealis SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
b.
SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.
2. Vagina (Sectio Caesarea Vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut: a.
Sayatan memanjang (Longitudinal)
b.
Sayatan melintang (Transversal)
c.
Sayatan huruf T ( T insicion)
F. Komplikasi (Sarwono, 2005) Komplikasi yang bisa timbul pada Sectio Caesarea adalah: a. Infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena partus lama dan ketuban yang pecah terlalu lama. b. Perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka. c. Terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
19
G. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen
KepatuhanPerawat
Variabel Dependen
Kejadian Infeksi post sc
H. Hipotesa Ho
: Tidak ada hubungan kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi post Sectio Caesarea.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.Pengambilan data penelitiandilakukan hanya satu kali, yaitu pada saat penelitian berlangsung (Notoatmojdo, 2010). B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di RSU Sari Mutiara Medan.
2.
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan bulan April 2015
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang berjumlah 22 orang diruang RB/VK lantai 4 RSU Sari Mutiara.
2.
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang RB/VK lantai 4 RSU Sari Mutiara Medan berjumlah 22 orang.
D. Metode Pengumpulan Data 1.
Data Primer Primer adalah mengenai hubungan tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi post operasi sectio caesarea di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015 yang diperoleh dari lembar observasi.
20
21
2.
Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari RSU Sari Mutiara Medan yang akan di jadikan sampel
E. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional Penelitian No
Variabel
1
KepatuhanPer awat
2
KejadianInfek si Post sc
Depenisi operasional Melaksanakan tindakan sesuai dengan protap proses infasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit, timbul kemerahan, bengkak,nyeri, fungsi laesa terganggu
Alat ukur Protap
Skala ukur Ordinal
Lembar observasi
Ordinal
Hasil ukur 1. 2.
Patuh Tidak Patuh
1. 2.
Infeksi Tidak infeksi
F. Aspek pengukuran 1.
Pengukuran Kepatuhan Untuk mengukur kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap perawatan luka, peneliti menggunakan instrument berupa lembar observasi. Jika perawat/bidan melakukan seluruh tindakan maka dikatakan patuh, tetapi jika ada tidak seluruh tindakan dilakukan maka dikatakan tidak patuh.
2.
Pengukuran Kejadian infeksi Untuk mengukur kejadian infeksi dalam perawatan luka, peneliti menggunakan instrumen berupa lembar observasi. Jika menceklist semua maka dikatakan infeksi, tetapi jika tidak maka dikatakan tidak infeksi.
22
G. Pengolahan Data 1.
Editing, dilakukan pengecekan data yang telah dikumpulkan, jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data maka akan diperbaiki dalam peneliti.
2.
Coding, pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah dikumpulkan untuk mempermudah proses pemasukan data ke komputer dalam progaram spss.
3.
Tabulating, untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, dan membuat kedalam tabel distribusi frekuensi.
4.
Entri data, jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data, boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan komputer.
5.
Tabulating, dilakukan untuk pengorganisasian data yang sudah terkumpul agar mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan serta dianalisis.
H. Etika Penelitian Menurut Hidayat (2009), masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Informed Consent Lembar persetujuan diberikan kepada responden penelitian yang setuju berpartisipasi dalam penelitian ini untuk ditandatangani. Sebelum responden penelitian menandatangani lembar persetujuan penelitian, peneliti memberikan informasi kepada responden penelitian tentang tujuan dan sifat sukarela dalam mengikuti penelitian ini. 2.
Anonimity Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
23
3.
Confidentiality Peneliti menjaga rahasia identitas penelitian dengan tidak mencantumkan nama (cukup dengan kode responden) pada setiap kuesioner. Peneliti juga menjaga kerahasiaan data penelitian dengan menyimpannya pada file/komputer pribadi yang tidak memungkinkan diakses orang lain.
4.
Justice Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan responden dengan menghargai hak-hak dalam memberikan informasi, dan hak menjaga privasi responden.
I.
Analisa Data Data penelitian yang telah dikumpulkan dianalisa menggunakan: 1. Analisa Univariat Analisa univariat digunakan mengetahui distribusi frekuensi dari variabel independen (Variabel bebas) dan variabel dependen (Variabel terikat). 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji chi-square untuk hasil kemaknaan penghitungan statistik digunakan α=0,5 dan C1 95% dengan menggunakan program SPSS.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Lama bekerja n=22 Variabel Usia <25 thn >25 thn Pendidikan D-III Lama bekerja 1-5 Tahun 6-10 Tahun
(F) 3 19
(%) 13.6 86.4
22
100
5 17
22.7 77.3
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui pendidikan mayoritas umur responden >25 tahun sebanyak 86.4%, dan lama bekerja mayoritas 6-10 tahun 77.3%. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan di Ruang RB/VK RSU Sari Mutiara Medan n=22 Kepatuhan Patuh Tidak Patuh
(F) 17 5
(%) 77.3 22.7
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP perawatan luka mayoritas 17 responden (77.3%) Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Kejadian Infeksi n=22 Kejadian Infeksi Infeksi Tidak infeksi
(F) 7 15
(%) 31.8 68.2
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kejadian tidak infeksi sebanyak 15 orang (68.2%)
24
25
2. Bivariat Tabel 4.5 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap Perawatan Luka Dengan Kejadian Infeksi Luka Post SCn=22 Kepatuhan Perawat Patuh Tidak Patuh
Kejadian Infeksi Tidak Infeksi % F % 18,2 13 59,1 13,6 2 9,1
Infeksi F 4 3
F 17 5
Total % 77,3 22,7
P 0,274
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka sebanyak 77.3% dengan angka kejadian infeksi 18.2%. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p=0.274 yang berarti tidak ada hubungan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sectio di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2015. B. Pembahasan 1. Interprestasi dan Diskusi Hasil a.
Kepatuhan Hasil penelitian hubungan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sectio caesarea adalah sebanyak (77.3%), hal ini dikarenakan mayoritas perawat melakukan tindakan perawatan luka sesuai dengan protap yang berlaku.
Kepatuhan menurut Tambayong (2002) merupakan suatu hal yang penting agar dapat mengembangkan rutinitas (kebiasaan) yang dapat membantu dalam mengikuti jadwal yang kadang kala rumit dan mengganggu kegiatan sehari-hari.Kepatuhan dapat sangat sulit dan membutuhkan dukungan agar menjadi biasa dengan perubahan. Dengan mengatur, meluangkan waktu dan kesempatan yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri.
26
Kepatuhan menurut Nurbaeti (2007) dapat di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal seperti usia, pendidikan, pengetahuan dan masa kerja didukung oleh Notoadmojo yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah pendidikan, usia, dan motivasi. Sedangkan menurut Niven (2002) kepatuhan dipengaruhi
oleh
pendidikan,
modifikasi
lingkungan
sosial,
perubahan model prosedur dan meningkatkan interaksi profesional.
Penelitian yang dilakukan oleh Himatusujanah (2008) denganjudul hubungan tingkat kepatuhan pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sectio caesaria dengan tingkat kepatuhan sebanyak 26 responden (60.5%), dan yang terjadi infeksi 9 orang (20.9%) dengan hasil p=0.001.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Devi (2013) dengan judul penelitian hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksanakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP terdapat dari 34 responden lebih dari separuh yaitu 20 responden (58.8%) mempunyai motivasi rendah dan 14 responden (42.2%) memiliki motivasi tinggi. Dari hasil tersebut artinya lebih dari separuh responden menyatakan bahwa perawat pelaksana di RSUD Batang motivasinya rendah dalam melaksanakan perawatan luka post operasi.
Asumsi peneliti mengatakan tingkat kepatuhan perawat di ruang RB/VK lt 4 RSU Sari Mutiara memiliki kepatuhan dalam melaksanakan protap perawatan luka dalam kategori patuh dengan banyak 17 orang (77.3%) dikarenakan banyak perawat yang sudah lama bekerja di rumah sakit tersebut sehingga para perawat sudah paham dan sudah tahu tahap-tahap untuk melakukan perawatan luka operasi post sectio caesarea. Untuk perawat yang tidak patuh dalam
27
melaksanakan protap perawatan luka sebanyak 5 orang (31.8%), dikarenakan pada saat akan melakukan tindakan perawatan luka tidak cukupnya jumlah sarung tangan yang steril yang akan digunakan dan juga ada yang baru mulai bekerja sehingga belum menguasai prosedur perawatan luka.
b. Infeksi Hasil penelitian hubungan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sectio caesarea didapat jumlah kejadian infeksi sebanyak 7 orang (31.8%), dikarenakan alat yang digunakan dalam melakukan perawatan luka tidak cukup sehingga pada saat melakukan perawatan luka ada banyak yang harus dilakukan perawatan luka alat tidak memadai sehingga.
Menurut
Roy dan Pearl dalam Heidwaith (1998) menyebutkan
infeksi luka operasi berada pada urutan ketiga
terbanyak dalam
infeksi nosokomial yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas serta meningkatnya biaya rumah sakit (Nur, 20011). Infeksi luka operasi merupakan salah satu komplikasi pasca-bedah abdomen dan infesi nosokomial yang sering terjadi pada pasien bedah (Haryanti. 2013).
Menurut Gruendemann dan Fernseber (2006) mengatakan luka dengan kemungkinan terinfeksi sangat kecil karena dilakukan dalam keadaan steril. Ruang operasi memiliki peran penting dalam pencegahan infeksi karena diperkirakan 90% infeksi luka terjadi saat pembedahan. Namun seringkali padasaat perawatan luka pada pasien bedah di rumah sakit terjadi infeksi bedah dimana infeksi tersebut sering tidak dapat sembuh spontan dan dapat mengakibatkan
28
berbagai komplikasi seperti pernanahan, nekrosis, bahkan kematian bila tidak dilakukan tindakan keperawatan dan medis.
Berdasarkan hasil uji statistik penelitian tentang hubungan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sectio caesarea di dapat kejadian infeksi sebesar 7 orang (31.8%). Terjadinya infeksi pada saat melakukan perawatan luka post operasi sectio caesarea bisa terjadi akibat alat yang tidak dalam keadaan steril, tidak melakukan sesuai dengan SOP perawatan luka, kurangnya sarung tangan steril yang akan digunakan pada saat melakukan perawatan luka.
Menurut Harmono (2002), beberapa hal yang berperan dalam terjadinya infeksi luka post operasi sectio adalah: mikroorganisme penyebab infeksi luka dapat dari golongan gram positif dan gram negatif, kuman anaerob, jamur dan virus. Usia tua dimana metabolisme pembentukan
tubuh
menurun
kolagen,
dapat
penurunan
mempengaruhi elastisitas
dan
terhadap tegangan
permukaan kulit, hal ini diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata infeksi luka operasi pada orang tua meningkat dengan pertambahan usia.
Status nutrisi, hal ini berkaitan dengan proses penyembuhan yang memang memerlukan zat-zat metabolisme seperti protein, vitamin C dan A, karbohidrat, lemak daan cairan. Kondisi pengobatan, hal ini berkaitan dengan penyakit penyerta yang memerlukan metabolisme ekstra yang dapat mengurangi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada penyembuhan luka, transfusi darah pada anemia tidak efektif terhadap penyembuhan luka, dan penyakit diabetes biasanya rentan terhadap infeksi. Penyakit penyerta, dimana orang dengan diabetes
29
melitus merupakan stres tambahan yang dalam kondisi di operasi dapat menyebabkan kegagalan dalam kontrol insulin.
c.
Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Perawatan Luka Dengan Kejadian Infeksi Luka Post Sectio Caesarea Diperoleh kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap perawatan luka sebanyak 17 responden (77.3%) dengan kejadian infeksi sebanyak 7 orang (31.8%). Berdasarkan hasi uji statistik chi-square diperoleh nilai p=0.274 yang berarti tidak ada hubungan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sectio caesarea di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Himatusujanah (2008) yang berjudul hubungan tingkat kepatuhan pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post secti caesarea dengan tingkat kepatuhan sebanyak 26 responden (6.5%) dan yang terjadi infeksi 9 orang (20.9%) dengan hasil p=0.001 yang berarti ada hubungan antara tingkat kepatuhan pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sectio caesarea.
Hasil yang diperoleh oleh peneliti dengan peneliti sebelumnya mendapatkan hasil yang berbeda, dikarenakan peneliti hanya memiliki 20 responden saja dengan waktu meneliti yang terbatas. Sedangkan
peneliti
yang sebelumnya
yang
dilakukan
oleh
Himatusujanah memiliki responden sebanyak 40 responden dan waktu meneliti yang cukup.
Pada SOP perawatan luka yang ada dirumah sakit ada perbedaan pada teori, perawat yang melakukan perawatan luka di RSU Sari Mutiara masih menggunakan SOP tahun 2012 yang belum direvisi. Tahap-tahap perawatan luka di RSU Sari Mutiara memakai sarung
30
tangan hanya 1 set, sedangkan pada teori mengatakan sarung tangan yang disediakan dalam melakukan perawatan luka 2 set, 1 set sarung tangan yang tidak steril dan 1 set yang steril. Prinsip pada perawatan luka steril perawat harus menggunakan sarung tangan yang steril karena tujuannya menggunakan sarung tangan yang steril adalah untuk mengurangi atau menghindari terjadinya infeksi pada luka post operasi sectio yang berdampak pada lamanya rawatan pasien itu sendiri. Sarung tangan yang tidak steril hanya digunakan pada saat akan membuka penutup atau balutan luka dan setelah melepaskan penutup luka letakkan pada nierbekken yang telah disediakan, lepaskan sarung tangan yang tidak steril pada tempatnya. Setelah itu perawat memakai sarung tangan steril dan perhatikan karakter drainase, membersihkan luka dengan menggunakan kain kasa yang telah dibasahi
larutan anti septik dengan menggunakan pinset.
Gunakan satu kasa untuk satu kali usapan, membersihkan luka dimulai dari bagian luar luka dan selanjutnya kedalam bagian luka . setelah itu luka dikeringkan kembali dengan menggunakan kain kasa kering dan selanjutnya memberikan zalf anti septik yang telah disiapkan. Tutup luka dengan menggunakan kain kasa yang steril hingga dua lapis, plester balutan luka dengan rapi agar tidak mudah terbuka. Pada teori mengatakan jika perawat akan melakukan tindakan perawatan luka harus sesuai dengan SOP perawatan luka dan juga memakai alat yang sudah disterilkan terlebih dahulu. Jika ada beberapa pasien yang akan dilakukan perawatan luka maka alat yang akan digunakan tidak boleh memakai alat yang sudah dipakai terlebih dahulu melainkan harus menyediakan satu set alat steril yang lainnya. Melakukan tindakan perawatan luka sesuai dengan tahapan tahapannya dan perawat harus menggunakan sarung tangan yang steril untuk satu orang pasien, hal ini dilakukan untuk
31
menghindari resiko terjadinya infeksi pada luka bekas operasi pos tsectio caesarea. Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta mekasanakannya (Kemenkes R.I. 2011). Kepatuhan bisa tercapai jika perawat mematuhi standar operasional prosedur dalam melakukan setiap tindakan keperawatan seperti merawat luka pasien post operasi sectio caesarea. d. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak melakukan atau melihat apakah alat yang akan digunakan dalam keadaan yang sudah steril atau tidak, dan juga peneliti tidak bisa mengambil dokumentasi karena tidak mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga pasien.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap perawatan luka adalah baik sebanyak 17 responden (77.3%) 2. Kejadian infeksi luka yang ada di RSU Sari Mutiara tahun 2015 yaitu sebanyak 5 orang (31.8%) 3. Tidak ada hubungan kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi luka post sectio caesarea di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015. (p=0.274)
B. Saran 1. Bagi RSU Sari Mutiara Medan Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi, bahwa sangat penting untuk melakukan setiap tindakan harus sesuai dengan protap agar dapat menekan angka kejadian infeksi luka pada masa mendatang dan disarankan agar menambah alat alat yang akan digunakan perawat RB/VK dalam melakukan perawatan luka.
2. Bagi Perawat yang menangani pasien post Sectio Caesarea Diharapkan kepada para perawat yang bertugas merawat pasien di ruang RB/VK dengan post sectio caesarea mampu melakukan perawatan luka yang sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti yang tertarik untuk meneliti masalah ini, diharapkan agar melakukan penelitian tentang kesiapan alat yang akan digunakan dalam keadaan steril untuk perawatan luka post sectio caesarea.
32
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi, 2008.Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta: Salemba Medika Haryanti. Lina. 2013. Prevalens dan Farktor Resiko Tinggi Infeksi Luka Operasi Pasca Bedah. Hidayat, A. 2011.Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Himatusujanah, 2008.Hubungan Tingkat Kepatuhan Protap Perawatal Luka dengan Kejadian Infeksi Luka Post Sectio Caesarea di RSUD DR. Moewardi Surakarta, 1(4), 175 Jitowijono, S. 2010. Medika
Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha
Kozeir, B., Erb, G., Blass, k., 1995.Fundamental of Nursing ; Consepts Proses Practise, California, Addison-Wesley Publishing Company Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan Penerbit buku Kedokteran: EGC. 2005 Nur.M.Raidahtusakinah. 2011. Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi Pasca Bedah Sesar di RSUD Dr Sardjito Yogyakarta; Skripsi FKM Universitas Hasanuddin Makasar. Noch, L. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Sikap dengan Pelaksanaan Prosedur Tetap Perawatan Luka di Ruang Perawatan Bedah Badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai, 3(1), 2-3 Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugraheni, R. 2012. Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro, Kabupaten Wonosobo. 11(1) 95 Oswari. 2005. Bedah dan Perawatan. Jakarta : Gramedia Potter, P.A, Perry. A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktis Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC. 2005 Riyadi, S. 2012. Standard Operating Procedure dalam Praktik Klinik Keperawatan Dasar. Yokyakarta: Pustaka Pelajar Sarwono. (1997).Sosiologi Kesehatan; Beberapa konsep berupa aplikasinya, FKM: Gadjah Mada University Septiari, B. 2012. Infeksi Nosokomial. Yogyakarta: Nuha Medika
Sugiarta.2007. Hubungan Kepatuhan dalam Pelaksanaan Protap Perawatan Luka dengan Infeksi Post Sectio Caesarea di Ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin. Wulandari, R. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori Kepatuhan Milgram,1(3), 254
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
KepadaYth :Responden Di tempat DenganHormat, Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Herimas Gultom
Nim
: 130206159
Saya maha siswa Jurusan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Protap Dengan Kejadian Luka Infeksi Post Operasi Sectio Caesaria di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015”. Sehubungan dengan hal tersebut dan dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan Ibu-ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.Semua data maupun informasi yang dikumpulkanakan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bersedia menjadi responden, mohonIbu-ibu
untuk
menandatangani
pernyataan
kesediaan
menjadi
responden.Atas perhatian dan kesediaan ibu-ibu saya ucapkan terimakasih.
Medan, Responden
(
April 2015
Peneliti
)
(Herimas Gultom)
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
NamaPeneliti
: Herimas Gultom
JudulPenelitian
: Hubungan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Protap Perawatan Luka Dengan Kejadian Infeksi Post Sectio Caesaria di RSU Sari Mutiara Tahun 2015
Saya mahasiswa Jurusan Program Studi Ners Falkultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap perawatan luka dengan kejadian infeksi post sectio caesarea di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2015”. Hasil penelitian ini akan di jadikan masukan ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa. Oleh karena itu, saya mengharapkan kepada ibu-ibu agar dapat bekerja sama dengan baik. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif karena peneliti berjanji akan menghargai dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data saudara yang diperoleh baik dalam pengumpulan data, pengolahan,maupun penyajian laporan nantinya.
Melalui penjelasan singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi Ibu-ibu dalam penelitian ini, atas kesediaan dan kerja sama nya, peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan,
April 2015
Responden
(
)
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI KEPATUHAN
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROTAP PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSI POST OPERASI SECTIO CAESAREADI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
1. Petunjuk pengisian a. Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan jawaban yang saudara alami. b. Beri tanda checklist ( √) pada salah satu jawaban sesuai dengan pendapat saudara dan yang benar-benar saudara alami bukan orang lain. c. Tiap satu pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban. d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kembali kepada peneliti e. Atas bantuan dan partisipasi para Ibu perawat/bidan dalam mengisi angket ini diucapkan terima kasih.
2. Identitas Responden: a. Inisial
:
b. Usia
:
c. Pendidikan
:
d. Lama Bekerja
:
Lembar Observasi Kepatuhan No.
Observasi
1.
Persiapan Alat : pinset cirugris 1 buah, pinset anatomis 1 buah, kasa steril dalam tromol, korentang dengan tempatnya yang steril, alkohol 70%, betadine solution/ zalf atau obat luka atas izin dokter, plester, kapas, gunting verban, nierbeken, kantung plastik, sarung tangan. Persiapan Pasien : menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan Perawat membawa alat-alat dan meletakkannya dekat tempat tidur pasien Perawat mencuci tangan, selanjutnya memakai sarung tangan Perawat membuka balutan dan memasukkannya kedalam nierbeken Perawat mendekatkan nierbekken ke bagian tubuh yang akan diganti balutannya Perawat dengan menggunakan pinset membersihkan luka dengan kapas alkohol dari bagian dalam keluar dilakukan beberapa kali sampai luka tampak bersih kemudian dikeringkan dengan kasa steril Perawat memberi betadine solutian / zalf atau obat luka lain dan ditutup dengan kasa steril lalu difiksasi dengan plester / hipafix Perawat merapikan pasien dan mengatur posisi yang nyaman Perawat membereskan alat-alat, di bersihkan dan dikembalikan ke tempatnya semula Perawat mencuci tangan
2. 3. 4. 5. 6 7
8
9. 10. 11. 12.
Perawat mencatat pada catatan keperawatan tindakan yang dilakukan, keadaan luka dan reaksi pasien
Ya
Tidak
LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN INFEKSI
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROTAP PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSI POST OPERASI SECTIO CAESAREADI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 Inisial : Tanda Infeksi No 1. 2. 3. 4. 5.
Observasi Kemerahan pada daerah sekitar luka Rasa panas yang dirasakan pada daerah luka Bengkak pada daerah sekitar luka Rasa nyeri pada daerah sekitar luka Fungsi laesa terganggu
Ya
Tidak
Lampiran 8
Output SPSS
Kategori Usia Percent Valid Percent
Frequency
Valid
Usia <25 Tahun Usia > 25 Tahun Total
Cumulative Percent
3
13.6
13.6
13.6
19
86.4
86.4
100.0
22
100.0
100.0
Pendidikan Perawat Frequency Valid
Valid
D-3 Keperawatan
1-5 Tahun 6-10 Tahun Total
Frequency 5 17 22
22
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Lama Bekerja Percent Valid Percent 22.7 22.7 77.3 77.3 100.0 100.0
Cumulative Percent 100.0
Cumulative Percent 22.7 100.0
Kepatuhan Perawat * Kategori Infeksi Crosstabulation Kategori Infeksi Tidak Infeksi Infeksi Count 2 3 Tidak Patuh % of Total 9.1% 13.6% Kepatuhan Perawat Count 13 4 Patuh % of Total 59.1% 18.2% Count 15 7 Total % of Total 68.2% 31.8%
Total 5 22.7% 17 77.3% 22 100.0%
Chi-Square Testsc Asymp. Sig. Exact Sig. Value df (2-sided) (2-sided) a 2.369 1 .124 .274 .986 1 .321 2.241 1 .134 .274 .274
Exact Sig. Point (1-sided) Probability .160
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio .160 Fisher's Exact Test .160 Linear-by-Linear 2.261d 1 .133 .274 .160 Association N of Valid Cases 22 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.59. b. Computed only for a 2x2 table c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. d. The standardized statistic is -1.504.
.140
Risk Estimate Value Odds Ratio for Kepatuhan Perawat (Tidak Patuh / Patuh) For cohort Kategori Infeksi = Tidak Infeksi For cohort Kategori Infeksi = Infeksi N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper .205 .025 1.694 .523 .173 1.580 2.550 .835 7.788 22