Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia Di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Jek Amidos Pardede & Reny Nella Silalahi Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia ABSTRACT One of the signs and symptoms of schizophrenia are impaired hallucinations client, that can be controlled one with the Activity of Group Therapy. The Activity of Group Therapy Stimulation Perception is an effort to train clients who apprehends stimulus provided or a stimulus that ever experienced. This research aims to understand the influenceof the Activity of Group Terapy Stimulation Perception on changes in symptoms cliens hallucinations in schizophrenia. In the research uses a method of quasi prepost test experimental .In this research , the sample collection technique used is simple random sampling .The analysis used is univariat analysis and analysis bivariat ( with using formulas the different two dependent mean / paired sample ) . Research instruments used is a questionnaire that contains 12 the question of hallucinations . From the research result obtained from 18 respondents with droop out 10 % With a population of 323 people , can be seen that been an increase in the average changes in hallucinatory symptoms before and after he did the activity of group therapy so that we can conclude that therapy the activity of group has an influence that was very meaningful on changes in symptoms hallucinations in RSJ Prof. Dr.Muhammad Ildrem Provsu Regions In Medan that characterized by pvalue = 0,000 < it; p = 0.05 .This indicates that therapy modality of integrated nursing an orphanage , one of them is the activity of group therapy stimulation perception , still needs to retained and need to be improved both of the quantity of quality. Keywords
: The activity of group therapy stimulation of perception, Changes in Symptoms Hallucinations, Schizophrenia
ABSTRAK Salah satu tanda dan gejala dari skizofrenia adalah gangguan halusinasi pada klien, yang dapat dikontrol salah satu dengan Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi merupakan upaya untuk melatih klien mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia. Dalam penelitian menggunakan metode quasi eksperimental pre-post test. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat (dengan menggunakan rumus Uji Beda Dua Mean Dependen/Paired Sample). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 12 pertanyaan tentang halusinasi. Hasil penelitian yang diperoleh dari 18 responden dengan droop out 10% dengan jumlah populasi 323 orang , dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata perubahan gejala halusinasi sebelum dan sesudah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok sehingga dapat disimpulkan bahwa Terapi Aktivitas Kelompok memiliki pengaruh yang sangat bermakna terhadap perubahan gejala halusinasi di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan yang ditandai dengan Pvalue = 0,000 < p = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terapi modalitas yang terintegrasi dalam asuhan keperawatan, salah satunya yaitu Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi, tetap perlu dipertahankan dan perlu semakin ditingkatkan baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Kata Kunci
: Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi, Perubahan Gejala Halusinasi, Skizofrenia
Pendahuluan Kesehatan Jiwa merupakan kondisi
masalah
dimana
penyimpangan dari suatu konsep
seorang
individu
dapat
berkembang secara fisik, mental,
yang
merupakan
normatif.
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari
kemampuan
Diseluruh
dunia,
prevalensi
sendiri, dapat mengatasi tekanan,
skizofrenia diperkirakan sebesar 0,2%
dapat bekerja secara produktif, dan
menjadi 1,5% setara untuk pria dan
mampu memberikan kontribusi untuk
wanita
komunitasnya (Undang-Undang No
(Buchanan & Carpenter, 2005 dalam
18 Tahun 2014). Sehingga dapat
Barlow & Durand, 2009). Prevalensi
dikatakan kesehatan jiwa merupakan
skizofrenia yang cukup tinggi bukan
kondisi dimana seseorang tidak hanya
hanya didunia tetapi di Indonesia
dalam keadaan sehat jiwa tetapi juga
yang mengalami hal yang sama,
mencakup
karakteristik
karena kelompok skizofrenia yang
keseimbangan jiwa dimana terjadi
menempati sebesar 90% pasien di
perkembangan fisik, intelektual dan
rumah sakit jiwa Magelang (Jalil,
emosional
2006).
berbagai
yang
sesuai
dengan
keadaan seseorang.
Skizofrenia
Gangguan jiwa merupakan suatu masalah
kesehatan
manifestasi-manifestasi atau
perilaku
dengan psikologis
terkait
dengan
penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, Gangguan
fisis, jiwa
disemua
atau
kimiawi.
mewakili
suatu
tingkatan
merupakan
usia
penyakit
kronis, parah dan melumpuhkan, gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku
aneh
sehingga
perlu
dalam
upaya
pengobatan
atau
katatonik,
perhatian
khusus
pencegahan,
upaya
dan
perawatan
yang
berkesinambungan (Rhoads, 2011).
Hasil
Riskesdas
menyebutkan
Indonesia
rata-rata
2013
dengan pengalaman dalam kehidupan
prevalensi
untuk didiskusikan dalam kelompok
gangguan jiwa berat dan kronis atau skizofrenia yang diderita masyarakat Indonesia tanpa batasan umur sekitar menunjukkan
bahwa
penderita
gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7 per 1.000 orang. Penelitian yang
sama
mencatat
dari
total
populasi berisiko sebesar 1.093.150 orang, hanya 3.5% atau 38.260 orang yang terlayani dengan perawatan memadai
di
berbagai
fasilitas
(Keliat & Akemat, 2012). Hasil survey yang didapat penulis dari
Medikal
di
RSJ
Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan pada bulan Januari sampai Desember 2014 ditemukan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 2.070 orang mengalami gangguan jiwa dan 13.065 orang mengalami Skizofrenia. Berdasarkan
kesehatan.
Record
wawancara
dengan
satu
perawat diruangan, dari 12 orang
gejala gangguan sensori persepsi yang
pasien yang telah mengikuti TAK
dialami oleh pasien gangguan jiwa.
stimulasi persepsi halusinasi sesi 1
Pasien merasakan sensasi berupa
sampai sesi 5, 5 orang diantaranya
suara,
pengecapan,
tidak mampu menghardik halusinasi,
perabaan, atau penghiduan tanpa
melakukan kegiatan, bercakap cakap
stimulasi nyata (Keliat, 2014).
dengan orang lain dan patuh minum
Halusinasi
merupakan
salah
penglihatan,
obat. 4 orang mampu menghardik Terapi modalitas yang tepat untuk pasien halusinasi yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang bertujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan
sensori,
upaya
memusatkan
perhatian,
kesegaran
jasmani
dan
mengekspresikan
perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
halusinasi, mampu bercakap cakap tapi
belum
mampu
melakukan
kegiatan terjadwal dan patuh minum obat
serta
menghardik
3
orang
mampu
halusinasi,melakukan
kegiatan, bercakap cakap dan patuh minum obat. Hampir keseluruhan sudah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok.
Dalam
setiap
kali
mengadakan pertemuan dengan terapi
Berdasarkan
akan berfokus pada kesadaran dan
peneliti tertarik untuk melakukan
mengerti diri sendiri, memperbaiki
penelitian tentang “Pengaruh Terapi
hubungan interpersonal dan merubah
Aktifitas Stimulasi Persepsi Terhadap
perilaku. Hal ini dikarenakan adanya
Perubahan Gejala Halusinasi Pada
rasa kebersamaan yang dirasakan,
Klien
rasa
Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah
nyaman
dan
adanya
rasa
kekompakan pada pasien Halusinasi.
hal
tersebut
Skizofrenia
di
maka
RSJ
Provsu Medan Tahun 2015”.
Metode Penelitian Penelitian
ini
merupakan
desain
penelitian yaitu Quasi Experimental
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad
Ildrem
Provsu Medan sebanyak 18 sampel.
pre-post test dengan intervensi terapi aktivitas
kelompok
pada
klien
Analisis data dilakukan melalui dua
skizofrenia.
tahap yaitu analisis univariat untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah
mendapatkan
seluruh
subyek
pasien
Skizofrenia
yang
gambaran penelitian
distribusi serta
mengalami halusinasi di Rumah Sakit
menggambarkan variabel bebas dan
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem
analisis bivariat digunakan untuk
Provsu Medan Tahun 2014 yang
mengetahui pengaruh terapi aktivitas
berjumlah
orang.
kelompok stimulasi persepsi terhadap
Pengambilan sampel dalam penelitian
perubahan gejala halusinasi dengan
ini
menggunakan uji statistik T- test
adalah
simple
sebanyak
323
dengan
menggunakan
random
sampling.
Pengambilan sampel di Rumah Sakit
dependent dengan α = 0,05.
Hasil
a. Karakteristik Responden Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18) Karakteristik
f
%
<35 36-50 >50
9 7 2
50.0 38.9 11.1
Laki-laki Perempuan
9 9
50.0 50.0
Usia (tahun)
Jenis kelamin
Pendidikan SMP SMA Perguruan Tinggi
3 13 2
16.7 72.2 11.1
7 6 5
38.9 33.3 27.8
8 5 5
44.4 27.8 27.8
Pekerjaan Wiraswasta Tidak Bekerja Lain-lain Status Kawin Kawin Cerai Tidak Kawin
Berdasarkan
Tabel
menunjukkan responden
bahwa
berusia
4.1 mayoritas
<35
tahun
SMA
sebanyak
(72.2%),
13
responden
pekerjaan
mayoritas
wiraswasta sebanyak 7 responden
(50.0%), jenis kelamin laki-laki
(38.9%),
dan
sebagian
besar
dan perempuan sebanyak 9 orang
responden sudah kawin sebanyak 8
(50.0%), latar belakang pendidikan
responden (44.4%).
b. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia
Tabel 4.2 Analisa Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)
Gejala Halusinasi Kognitif Afektif Perilaku Sosial Komposit Berdasarkan
Mean 9,50 9,83 9,44 9,06 37,83 tabel
N 18 18 18 18 18
St. Deviasi 1,150 1,200 2,202 1,349 5,901
Std. Error mean ,271 ,283 ,519 ,318 1,391
4.2
aktivitas kelompok meliputi
gejala
respon kognitif sebesar 9,50
halusinasi sebelum diberikan
,respon afektif sebesar 9,83
terapi aktivitas kelompok,
,respon perilaku sebesar 9,44
dengan
menunjukkan
rata-rata
gejala
, respon sosial sebesar 9,06
pada
klien
dan nilai komposit sebesar
halusinasi
skizofrenia sebelum terapi
37,83.
Tabel 4.3 Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18) Gejala Halusinasi Kognitif Afektif Perilaku Sosial Komposit Berdasarkan menunjukkan
Mean 6,17 5,94 5,94 6,39 24,44 tabel
N 18 18 18 18 18 4.3
adanya
St. Deviasi 1,757 1,434 1,765 2,146 7,102 perubahan setelah
Std. Error mean ,414 ,338 ,416 ,506 1,674 gejala diberikan
halusinasi terapi
aktivitas
kelompok,
dengan
,respon afektif sebesar 5,94
rata-rata gejala halusinasi pada
,respon perilaku sebesar 5,94
klien skizofrenia sebelum terapi
dan respon sosial sebesar 6,39
aktivitas
dan nilai komposit sebesar
kelompok
meliputi
respon kognitif sebesar 6,17
24,44.
Tabel 4.4 Analisa Perbedaan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18) Gejala Halusinasi Kognitif Afektif Perilaku Sosial Komposit Berdasarkan
tabel
Mean Sebelum 9,50 9,83 9,44 9,06 37,83 4.4
Mean Mean Sesudah Selisih 6,17 3,333 5,94 3,889 5,94 3,500 6,39 2,667 24,44 13,389
SD 1,879 1,771 2,728 1,970 8,348
P.Value 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
didapatkan
tinggi sebesar 9,44 dan sesudah diberikan
perubahan gejala halusinasi pada respon
TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon
kognitif sebelum diberikan TAK tinggi
sosial
sebesar 9,50 dan sesudah diberikan TAK
diberikan TAK tinggi sebesar 9,06 dan
mengalami perubahan sebesar 6,17 yang
sesudah diberikan TAK rendah 6,39. Pada
menunjukkan adanya pengaruh TAK.
nilai
Untuk respon afektif sebelum diberikan
perubahan
TAK tinggi sebesar 9,83 dan sesudah
diberikan TAK tinggi 37,83 dan sesudah
diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada
diberikan TAK rendah sebesar 24,44.
juga
ada
komposit gejala
perbedaan
sebelum
meunjukkan
adanya
halusinasi
sebelum
respon perilaku sebelum diberikan TAK Tabel 4.5 Hasil Uji Paired Sample Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)
Gejala Mean Halusinasi Kognitif Sebelum dan 3,333 Sesudah TAK Afektif Sebelum dan 3,889 Sesudah TAK Perilaku Sebelum dan 3,500 Sesudah TAK Sosial Sebelum dan 2,667 Sesudah TAK
SD
SE
95% CI Lower Upper
T
Df
P
1,879
,443
2,399
4,268
7,528
17
0.000
1,711
,403
3,038
4,740
9,642
17
0.000
2,728
,643
2,143
4,847
5,444
17
0.000
1,970
,464
1,687
3,647
5,742
17
0.000
Berdasarkan
tabel
4.5
kelompok
(TAK) dan gejala
menunjukkan
bahwa
ada
halusinasi sesudah diberikan terapi
perbedaan yang signifikan antara
aktivitas kelompok (TAK) dari
gejala halusinasi pada responden
hasil uji Paired Sample Test
sebelum diberikan terapi aktivitas
ditemukan p = 0,000 (p<0,05).
Pembahasan a.
Analisa
gejala
halusinasi
sebelum
diberikan
terapi
,respon perilaku sebesar 9,44 , respon sosial sebesar 9,06 dan
aktivitas kelompok
nilai komposit sebesar 37,83.
Hasil penelitian menunjukkan
Hasil penelitian yang didapat
bahwa
menunjukkan
rata-rata
gejala
kemampuan
halusinasi sebelum diberikan
mengontrol halusinasi sebagian
terapi
besar dalam katagori kurang
aktivitas
dengan
kelompok,
rata-rata
gejala
halusinasi
pada
klien
aktivitas kelompok stimulasi
skizofrenia
sebelum
terapi
persepsi, hal tersebut terjadi
meliputi
karena semua responden belum
respon kognitif sebesar 9,50
pernah mendapat pengetahuan
,respon afektif sebesar 9,83
tentang pengenalan halusinasi
aktivitas
kelompok
sebelum
dilakukan
terapi
yang
dialami
mengontrol muncul
dan
cara
gejala halusinasi pada klien
bila
halusinasi
skizofrenia
aktivitas
kelompok
aktivitas
sebelum kelompok
terapi meliputi
stimulasi persepsi disebabkan
respon kognitif sebesar 6,17
karena dapat merangsang atau
,respon afektif sebesar 5,94
menstimulasikan
responden
,respon perilaku sebesar 5,94
yang
dan respon sosial sebesar 6,39
melalui
kegiatan
disukainya dan mendiskusikan
dan
aktivitas yang telah dilakukan
24,44.
dengan
membantu
Penelitian ini didukung oleh
berhubungan
penelitian yang dilakukan oleh
tujuan
anggotanya dengan
orang
mengubah
lain
perilaku
nilai
serta
Talilah
yang
pengaruh
destruktif dan maladatif.
komposit
(2011)
dimana
TAK
observasi
asumsi peneliti,
ada
stimulasi
persepsi terhadap kemampuan mengontrol
Berdasarkan
sebesar
hasil perlunya
halusinasi,
Suryaningsih menyatakan
(2007) TAK
stimulasi
peningkatan pengetahuan klien
persepsi berpengaruh terhadap
dalam
halusinasi
penurunan frekuensi halusinasi.
mereka dan perlunya terapi
Kesamaan hasil penelitian ini
aktivitas kelompok dilakukan
dengan
secara teratur dan dukungan
sebelumnya berimplikasi bahwa
dari para petugas kesehatan.
terapi
mengatasi
hasil
aktivitas
kelompok
gejala
stimulasi
halusinasi sesudah diberikan
dijadikan
terapi aktivitas kelompok
pilihan terapi untuk penanganan
Hasil penelitian menunjukkan
halusinasi pasien jiwa.Hal ini
bahwa
rata-rata
perubahan
didukung dengan teori yang
gejala
halusinasi
setelah
menyebutkan TAK stimulasi
b. Analisa
perubahan
persepsi
penelitian
sebagai
dapat alternatif
diberikan
terapi
aktivitas
persepsi halusinasi bertujuan
kelompok,
dengan
rata-rata
untuk membentuk kemampuan
klien
untuk
menyelesaikan
perilaku sebesar 5,94
dan
masalah dengan stimulus yang
respon sosial sebesar 6,39 dan
diberikan kepada pasien.
nilai komposit sebesar 24,44.
Berdasarkan
asumsi
hasil
Halusinasi
mengindikasikan
observasi peneliti, bahwa klien
bahwa ada perubahan gejala
mampu
halusinasi
mengatasi
gejala
halusinasi sesudah dilakukan
pada
responden
sebelum dan sesudah intervensi.
terapi aktivitas kelompok dan mengetahui
c.
cara-cara
Terapi
aktivitas
kelompok
mengatasinya secara mandiri.
yang diberikan stimulus pada
Analisa perbedaan sebelum
klien
dan sesudah terapi aktivitas
halusinasi yang bertujuan agar
kelompok
klien dapat menjelaskan cara
Hasil penelitian menunjukkan
yang
bahwa
rata-rata
perubahan
untuk mengalami halusinasi.
gejala
halusinasi
responden
Klien juga dapat memahami
yang
mengalami
halusinasi
dinamika
sebelum
intervensi
yang
bisa
mengontrol
selamaini
dilakukan
halusinasi,
menghardik
cara
halusinasi
meliputi respon kognitif sebesar
dandapat memperagakan cara
9,50, respon afektif sebesar
menghardik
9,83, respon perilaku sebesar
Videbeck, 2008 ).
halusinasi
(
9,44, respon sosial sebesar 9,06 dan
nilai
komposit
sebesar
37,83. Sementara
Terapi modalitas yang tepat untuk pasien halusinasi yaitu
itu,
perubahan
terapi aktivitas sensori, upaya
halusinasi dengan skizofrenia
memusatkan
mengalami perubahan sesudah
kesegaran
mengikuti
Terapi
mengekspresikan
Kelompok
meliputi
Aktivitas respon
Terapi
perhatian, jasmani
ini
dan
perasaan. menggunakan
kognitif sebesar 6,17 ,respon
aktivitas sebagai stimulus dan
afektif sebesar 5,94 ,respon
terkait
dengan
pengalaman
dalam
kehidupan
untuk
diajarkan dan hal yang berhasil
didiskusikan dalam kelompok
dilakukan oleh responden lain.
(Keliat
Selain itu juga memberikan
&
Akemat,
Dengan
2012).
terapi
aktifitas
kesempatan
kepada
kelompok (TAK) : stimulasi
supaya
persepsi,
akan
umpan balik dari orang lain
memberikan dampak positif
serta dapat belajar bermacam
dalam
cara
maka
upaya
pengobatan,
pencegahan,
dan
pemulihan
mampu
klien
dalam
menerima
memecahkan
masalah orang lain.
kesehatan yaitu perilaku yang baik.
Terapi
aktivitas
d. Pengaruh
terapi
aktivitas
kelompok stimulasi persepsi
kelompok stimulasi persepsi
disini
(TAK) terhadap perubahan
klien
dilatih
mempersepsikan stimulus yang
gejala halusinasi
disediakan atau stimulus yang
Berdasarkan
pernah
klien.
mengenai
klien
terhadap
dialami
Kemampuan dievaluasi
persepsi dan
ditingkatkan
pada tiap sesi.
hasil
penelitian
pengaruh
TAK
perubahan
gejala
halusinasi
responden
yang
dinilai dengan menggunakan uji statistik uji Paired Sample Test
Berdasarkan
asumsi
hasil
observasi peneliti, kemampuan
diperoleh nilai hitung p = 0.000 (p<0.05).
ini disebabkan karena proses pelaksanaan
TAK
berkesinambugan. kelompok
yang Dalam
terjadi
Berdasarkan
penelitian
dilakukan
oleh
yang
Isnaeni,
dinamika
Wijayanti, dan Upoyo (2008),
saling berinteraksi dan saling
dengan judul Efektivitas Terapi
mempengaruhi
Aktivitas Kelompok stimulasi
responden
sehingga yang
terstimulus melaksanakan
lain untuk
hal
yang
persepsi penurunan
halusinasi
terhadap
kecemasan
klien
halusinasi pendengaran di ruang
Sakura
RSUD
Banyumas
Asumsi
peneliti
dari
hasil
terhadap 30 pasien halusinasi,
observasi peneliti bahwa dalam
didapatkan
penanganan
perbedaan
tingkat
gangguan
jiwa,
kecemasan sebelum dilakukan
obat bukan
TAK dan sesudah dilakukan
namun
TAK.
konseling,
psikoterapi serta
dilakukan oleh Sihotang (2010),
rehabilitasi.
Berbagai
dengan judul Pengaruh Terapi
menunjukkan
aktivitas
stimulasi
penyebab gangguan jiwa sangat
persepsi terhadap kemampuan
kompleks, meliputi faktor fisik,
mengontrol halusinasi di rumah
psikologis dan sosial. Salah satu
sakit
terapi lain selain obat adalah
Penelitian
lain
kelompok
jiwa
Medan
yang
Provinsi
Sumatera Utara, menunjukkan bahwa
ada
pengaruh
yang
signifikan setelah pelaksanaan
segala-galanya,
diperlukan
pula
riset
bahwa
faktor
terapi aktivitas kelompok. Keterbatasan Penelitian a. Keterbatasan pada lokasi
TAK stimulasi persepsi dalam
Lokasi untuk melakukan TAK
mengontrol halusinasi pasien.
kurang
Penelitian
yang
suasana yang kurang nyaman
dilakukan oleh Masdelita (2013),
dan banyak orang yang lewat
dengan judul Pengaruh TAK
sehingga
sosialisasi terhadap kemampuan
konsentrasi klien karena mata
kerjasama pada pasien dengan
mereka tertuju pada orang
masalah isolasi sosial di Rumah
tersebut.
lainnya
Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau,
menunjukkan
pengaruh
TAK
adanya sosialisasi
mendukung
karena
mengganggu
b. Keterbatasan pada sampel Keterbatasan pada
penelitian
pengambilan
terhadap kemampuan kerjasama
dengan
pada pasien dengan masalah
sampling
isolasi sosial.
populasi
simple dengan 323
ini
sampel random jumlah
menggunakan
rumus Nursalam
sehingga
jumlah sampel sedikit dengan
18 sampel.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap karakteristik
demografi
yang
3. Rata-rata
perbedaan
halusinasi
klien
skizofrenia
dilakukan oleh peneliti Di Rumah
sebelum
Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad
aktivitas
IldremDaerah Provsu Medan terhadap
respon kognitif sebelum diberikan
18 orang responden yang mengikuti
TAK tinggi sebesar 9,50 dan
kegiatan TAKS, diperoleh data yakni
sesudah
diberikan
rata-rata umur responden berusia <35
mengalami
perubahan
tahun, berpendidikan sampai pada
6,17 yang menunjukkan adanya
jenjang SMA, pekerjaan wiraswasta,
pengaruh TAK. Untuk respon
status menikah, jenis kelamin sama
afektif sebelum diberikan TAK
rata laki-laki dan perempuan.
tinggi sebesar 9,83 dan sesudah
1. Rata-rata gejala halusinasi klien
diberikan TAK rendah sebesar
skizofrenia aktivitas respon
sebelum kelompok
kognitif
,respon
terapi meliputi
sebesar
afektif
9,50
5,94.
dan
gejala
sesudah
kelompok
Pada
respon
terapi meliputi
TAK sebesar
perilaku
sebelum diberikan TAK tinggi sebesar
9,44
dan
sesudah
sebesar
diberikan TAK rendah sebesar
9,83,respon perilaku sebesar 9,44
5,94. Pada respon sosial juga ada
,respon sosialsebesar 9,06 dan
perbedaan
nilai komposit sebesar 37,83
TAK tinggi sebesar 9,06 dan
2. Rata-rata halusinasi
perubahan klien
gejala
skizofrenia
sebelum
diberikan
sesudah diberikan TAK rendah 6,39.
Pada
nilai
komposit
sesudah terapi aktivitas kelompok
meunjukkan adanya perubahan
meliputi respon kognitif sebesar
gejala
6,17
sebesar
diberikan TAK tinggi 37,83 dan
5,94,respon perilaku sebesar 5,94
sesudah diberikan TAK rendah
dan respon sosial sebesar 6,39 dan
sebesar 24,44.
,respon
afektif
nilai komposit sebesar 24,44.
halusinasi
sebelum
4. Hasil Uji Paired Sample Test
dan menggunakan rumus yang
menunjukkanbahwa ada pengaruh
lain. Perlu
yang signifikan padaperubahan
penelitian yang
gejala halusinasi klien skizofrenia
menambah variabel-variabel lain
sebelum dan sesudah diberikan
yang
terapi aktivitas kelompok dengan
penurunan gejala halusinasi pada
nilai p= 0,000 (p<0,05).
klien skizofrenia.
Saran Adapun saran dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Responden Apabila
penyakitnya
klien
kambuh maka kloiien mampu mengatasi secara mandiri dengan cara
mengenal
halusinasi,
menghardik halusinasi, bercakapcakap,
menyusun
kegiatan
terjadwal, dan minum obat.
2. Bagi Praktek Keperawatan Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan asuhan
perlu
memberikan
TAK stimulasi
halusinasi
persepsi
karena
dapat
mengurangi gejala halusinasi klien.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Pengambilan
metode
sampel
diharapkan dapat menggunakan metode yang lain
untuk
memperbanyak jumlah sampel
ada
penelitianlain dengan
berpengaruh
terhadap
Referensi Keliat & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC. _________. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (basic course). Jakarta: EGC. Masdelita. (2013). Pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Skripsi PSIK UR. Tidak dipublikasikan. Rhoads, J. (2011). Clinical Consult for Psychiatric Mental Health Care. New York : Springer Publishing Company. Sihotang, L.G. (2010). Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di rumah sakit jiwa Provsu Medan. Diperoleh tanggal 1 Juni 2013 dari http://repository.usu.ac.id/6/Abstra ct.pdf Suryaningsih, V. (2007). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terrhadap frekuensi halusinasi di ruang P2A rumah sakit Grhasia propinsi DIY. Skripsi,Tidak Dipublikasikan. Talilah, R. (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Bangsal Rawat Inap Abimanyu dan Arjuna RSJD. Dr. RM
Soeradjarwadi Klaten .Skripsi,Tidak Dipublikasikan. Undang-Undang No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Videbeck, S.L. (2008) : PsychiatricMental Health Nursing.( . Philadelphia : Lippincott Williams & Vilkins. Wijayanti, Candra & Ruspawan.(2012). Terapi Okupasi Aktivitas Waktu Luang Terhadap Perubahan Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali.Diakses pada tanggal 04 April 2015 pukul 11.00 WITA.(http://poltekkesdenpasar.ac .id)