UJI EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK ETANOL GANGGANG MERAH Gracilaria verrucosa DAN Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE TOLERANSI GLUKOSA ORAL DAN METODE INDUKSI ALOKSAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN Skripsi Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Far)
Oleh Putri Tsaniah Amalia
NIM: 107102001646
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2012 i
ii
iii
iv
ABSTRAK Judul
: Uji efek penurunan glukosa darah ekstrak etanol ganggang (Gracilaria verrucosa) dan (Kappaphycus alvarezii) dengan metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan.
Telah diuji aktivitas penurunan glukosa darah dari ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol Kappaphycus alvarezii dengan metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan pada tikus putih jantan. Pada metode toleransi glukosa oral menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada menit ke-60 hingga menit ke-180. Persentase penurunan yang besar terjadi pada kelompok dosis 600 mg/kg bb ekstrak Gracilaria verrucosa dengan persentase penurunan secara berturut-turut, yaitu 36,47 %, 48,52 %, 51,17 %, 47,95 %, dan 60,16 % dan dosis 600 mg/kg bb ekstrak Kappaphyucus alvarezii dengan persentase 9,69 %, 25,15 %, 35,05 %, 46,78 %, dan 49,85 %. Pada uji ANOVA kelompok dosis rendah dan dosis sedang Gracilaria verrucosa pada menit ke-60 tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Pada metode induksi aloksan, penurunan glukosa darah mulai terjadi pada hari ke-4. Penurunan yang paling besar dan stabil terjadi pada kelompok dosis 1200 mg/kg bb ekstrak Gracilaria verrucosa dengan persentase penurunan secara berturut, yaitu 53.66%, 48.08%, dan 70.5%.dan dosis 1200 mg/kg bb Kappaphycus alvarezii dengan persentase penurunan 71.84%, 72. 2%, 73.8%.Pada uji ANOVA menunjukkan bahwa kedua ganggang tersebut tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol positif dan kontrol normal pada hari ke-15.
Keyword : diabetes, glukosa darah, aloksan, Gracilaria verrucosa, Kappaphycus alvarezii
v
ABSTRACT Title
: Antidiabetic effect of ethanol extracts of red algae Gracilaria verrucosa and Kappaphycus alvarezii by oral glucose tolerance method and alloxan induction method.
Antidiabetic activity of ethanol extracts of Gracilaria verrucosa and Kappaphycus alvarezii had beenexamined by glucose tolerance method on rats and on aloxan-induced diabetic mice. In the oral glucose tolerance method showed the levels of blood glucose are decreased on 60, and 180 minutes after administration of Gracilaria verrucosa extract at a dose of 600 mg/kg bw, blood glucose levels are decreased by 36,47%, 48,52%, 51,17%, 47,95% and 60,16%, while administration of Kappaphycus alvarezii extracts at a dose of 600 mg/kg bw , blood glucose levels are decreased by 9,69%, 25,15%, 35,05%, 46,78%, and 49,85%. The ANOVA test showed that both of extracts aren’t significantly different with positive control and normal control. In alloxan induction method, blood glucose levels are decreased on 4th – 15th day. Blood glucose levels are decreased by 53,66%, 48,08%, and 70,5% at a dose 1200 mg/kg bw of Gracilaria verrucosa and 71.84%, 72. 2%,and 73.8% at a dose of 1200 mg/kg bw Kappaphycus alvarezii. The ANOVA test for this method showed that both of extracts aren’t significantly different with positive control and normal control.
Keywords : antidiabetic, blood glucose, alloxan, Gracilaria verrucosa, Kappaphycus alvarezii,
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan nikmat, karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-Nya yang telah membawa umat-Nya dari zaman kegelapan hingga zaman yang kaya akan Ilmu Pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi ini adalah “Uji Efek penurunan glukosa darah ekstrak etanol ganggang Gracilaria verrucosa dan Kappaphycus alvarezii dengan metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjuddin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
2.
DR. Yanis Musdja, M.Sc, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah sekaligus dosen penguji I (pertama) yang telah memberikan masukan, kritik, saran dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini dan pelaksanaan penelitian ini.
3.
Dr. Azrifitria, M.Si, Aptselaku dosen pembimbing I (pertama) yang telah meluangkan
waktu,
tenaga
dan
buah
pikirannya
untuk
mendidik,
membimbing dan memotivasi kami. 4.
Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Aptselaku dosen pembimbing II (kedua) yang telah meluangkan
waktu,
tenaga
dan
buah
pikirannya
untuk
mendidik,
membimbing dan memotivasi kami. 5.
Orang tua saya yakni Bpk H. Tanudji dan Ibu Hj. Hafshoh Kurniawati serta Saudara kandung saya yakni Nissa, Shofa, dan Hanna yang telah memberikan
vii
spirit, motifasi dan doa kepada kami sehingga tugas akhir ini dapat disusun dan penelitian pun telah dilaksanakan 6.
Teman-teman seperjuangan selama di farmasi yakni Muhardi, Ibel, upi, intan, regi, dimas, bhanu, kaniya, dan fanny.
7.
Muhamad Irwan Prima yang selalu memberi semangat dalam penelitian.
8.
Teman-teman satu Kelas Farmasi B yang tetap kompak, peduli, setia kawan, saling dapat merasakan satu sama lain dan teman-teman Farmasi angkatan 2007 yang ikut serta membantu selama penelitian ini.
9.
Kak Eris, Kak Rahmadi,S.Si, Kak Niken, S.Si, Kak Novi, S.Si, Kak Yopi Mulyana, S.Far, Kak Tiwi, S.Far dan Kak Lisna Fauzia, S.Far yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menyediakan tempat (laboratorium), menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama penelitian.
10. Dosen-dosen Farmasi dan Staf akademik Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
yang telah
memberikan saran dan dukungannya terhadap penelitian yang kami laksanakan. 11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan seperti pribahasa berikut “Tidak ada gading yang tak retak” Oleh karena itu, penulis menerima saran, masukan dan kritik dari para pembaca untuk memperbaiki kemampuan menulis pada kesemapatan berikutnya.
Jakarta, Maret 2012 Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................
i
Lembar Persetujuan Skripsi ..........................................................
ii
Lembar Pernyataan ........................................................................ iii Abstrak............................................................................................. iv Abstract ............................................................................................
v
KataPengantar ................................................................................ vi Daftar Isi .......................................................................................... vii BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ......................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ..............................................................
3
1.3. Hipotesis ................................................................................
3
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................
4
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................
4
1.6. Batasan Penelitian..................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) 2.1.1. Klasifikasi ..................................................................
5
2.1.2. Deskripsi .....................................................................
5
2.1.3. Kandungan ..................................................................
6
2.1.4. Manfaat Tumbuhan .....................................................
6
2.2. Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) 2.2.1. Klasifikasi ..................................................................
7
2.2.2. Deskripsi ....................................................................
7
2.2.3. Kandungan ..................................................................
8
2.2.4. Manfaat Tumbuhan .....................................................
8
2.3. Hewan Uji...............................................................................
8
2.4. Diabetes Mellitus 2.4.1. Pengertian..................................................................... 10 2.4.2. Gejala Klinik Diabetes Mellitus................................... 11 2.4.3. Diagnosis ..................................................................... 11
ix
2.5. Metode Pengujian Diabetes 2.5.1. Metode Uji Toleransi Glukosa Oral ............................ 12 2.5.2. Metode Uji Diabetes Aloksan ..................................... 12 2.6. Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Metode Enzimatik ................................................................. 13 2.7. Terapi Obat ............................................................................ 13 2.8. Acarbose ................................................................................ 16 2.9. Glibenklamid ......................................................................... 17 2.10. Na-CMC .............................................................................. 18 2.11. Aloksan ................................................................................ 19 2.12. Simplisia .............................................................................. 21 2.12.1. Pengelolaan simplisia ................................................ 22 2.13. Ekstraksi .............................................................................. 25 2.13.1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut .................... 26 2.13.1.1. Cara dingin ......................................................... 26 2.13.1.2. Cara panas .......................................................... 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian ................................................ 28 3.2. Determinasi tanaman ............................................................. 28 3.3. Pengambilan simplisia ........................................................... 28 3.4. Bahan dan alat ....................................................................... 28 3.5. Pola penelitian ....................................................................... 29 3.6. Pembuatan ekstrak Gracilaria verrucosa danEucheuma alvarezii 3.6.1. Persiapan rumput laut Gracilaria verrucosadan Kappaphycus alvarezii .......................................................... 29 3.6.2. Ekstraksi ...................................................................... 30 3.6.3. Penapisan fitokimia ..................................................... 30 3.6.4.Pengujian parameter non spesifik ekstrak .................... 33 3.6.5. Penghitungan rendemen .............................................. 34 3.7. Rancangan percobaan ............................................................ 34 3.7.1. Pembagian kelompok perlakuan ................................. 35 3.7.2. Persiapan Hewan percobaan ...................................... 36
x
3.8. Pembuatan sediaan dosis uji .................................................. 36 3.9. Pengambilan Darah dan Pengaruh Kadar Glukosa Darah ..... 37 3.10. Uji pendahuluan pada metode induksi aloksan ................... 38 3.11. Kelompok perlakuan ........................................................... 39 3.12. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah ........................... 43 BAB IV HASIL 4.1. Hasil penelitian ...................................................................... 45 4.1.1. Determinasi tanaman................................................... 45 4.1.2. Ekstraksi ...................................................................... 45 4.1.3. Hasil penapisan fitokimia ........................................... 45 4.1.4. Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral ............................................................ 46 4.1.5. Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan...................................................................... 49 BAB V PEMBAHASAN ................................................................. 53 BAB VI KESIMPULAN ................................................................. 60 Daftar Pustaka.................................................................................. 61 Lampiran ......................................................................................... 67
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Rumus Bangun Acarbose ................................................ 16 Gambar 2. Rumus bangun glibenklamid .......................................... 17 Gambar 3. Rumus bangun aloksan ................................................... 19 Gambar 4. Kurva penurunan kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan ................................................................. 45 Gambar 5. Kurva kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan 51 Gambar 6. Kappaphycus alvarezii .................................................... 68 Gambar 7. Gracilaria verrucosa....................................................... 68 Gambar 8. Tikus putih jantan............................................................ 68 Gambar 9. Aloksan monohidrat ........................................................ 68 Gambar 10. Ekstrak Gracilaria verrucosa ....................................... 68 Gambar 11. Ekstrak Kappaphycus alvarezii ..................................... 68 Gambar 12. glukotest ........................................................................ 68 Gambar 13. Strip glukotest ............................................................... 68 Gambar 14Saponin ............................................................................ 69 Gambar 15. Flavonoid ...................................................................... 69 Gambar 16. Tanin ............................................................................. 69 Gambar 17Saponin ............................................................................ 69 Gambar 18. Flavonoid ...................................................................... 69 Gambar 19. Tanin ............................................................................. 69
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1.Kegunaan dan konsentrasi Na-CMC ................................... 19 Tabel 2.Kelompok perlakuan pada metode toleransi glukosa oral ... 35 Tabel 3. Kelompok perlakuan pada metode induksi aloksan...................... 35
Tabel 4. Hasil penapisan fitokimia ................................................... 45 Tabel 5.Kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral .... 46 Tabel 6. Persentase penurunan pada metode toleransiglukosa oral .. 47 Tabel 7. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode induksi aloksan ................................................................................ 49 Tabel 8. Persentase penurunan kadar glukosa darah......................... 50 Tabel 9. Faktor konversi hewan ........................................................ 88 Tabel10. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral ......................................................................... 84 Tabel11. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode induksi aloksan ................................................................................ 85 Tabel 12.Bobot Badan Tikus Selama Perlakuan ............................... 86 Tabel 13. Uji Normalitas Gracilaria verrucosa dengan metode toleransi glukosa oral ...................................................................... 91 Tabel 14. Uji Homogenitas Gracilaria verrucosa dengan metode toleransi glukosa oral ...................................................................... 92 Tabel 15. Uji Anova ekstrak Gracilaria verrucosa .......................... 93 Tabel 16. Uji Kruskal Wallis ekstrak Gracilaria verrucosa .............. 93 Tabel 17. Uji BNT kelompok ekstrak Gracilaria verrucosa metode toleransi glukosa oral ........................................................ 94 Tabel 18. Uji Normalitas ekstrak K. alvarezii metode toleransi glukosa oral ........................................................ 103 Tabel 19. Uji Homogenitas ekstrak E.cottonii metode toleransi glukosa oral ........................................... 104 Tabel 20. Uji ANOVA Data Penurunan kadar glukosa darah pada menit ke-0, ke-30, ke-60 dan ke-90 ......................... 105 Tabel 21.Uji Kruskal Wallis Kappaphycus alvarezii pada metode toleransi glukosa oral ........................................... 106
xiii
Tabel 22. Uji normalitas K. alvarezii pada metode induksi aloksan ................................................................. 108 Tabel 23. Uji Homogenitas Gracilaria verrucosa pada metode induksi aloksan ................................................................. 109 Tabel 24. Uji Kruskal Wallis Gracilaria verrucosa pada metode induksi aloksan ................................................................. 110 Tabel 25. Uji BNT Gracilaria verrucosa pada metode induksi aloksan .............................................................................. 110 Tabel 26.Uji normalitas pada K. alvarezii dengan metode induksi aloksan ................................................................. 116 Tabel 27. Uji Homogenitas K. alvarezii pada metode induksi aloksan ................................................................. 117 Tabel 28. Uji ANOVA K. alvarezii dengan metode induksi aloksan ................................................................. 119 Tabel 29. Uji Kruskal Wallis K. alvarezii pada metode induksi aloksan ................................................................. 119 Tabel 30. Uji BNT K. alvarezii pada metode induksi aloksan .............................................................................. 129
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Bahan dan Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian .... 68 Lampiran2. Hasil skrining ................................................................ 69 Lampiran 3. Surat Determinasi hewan uji ........................................ 70 Lampiran 4. Surat Determinasi Gracilaria verrucosa ...................... 71 Lampiran 5. Surat Determinasi K. alvarezii ..................................... 72 Lampiran 6. Skema Kerja Pembuatan ekstrak etanol 70% Gracilaria verrucosadan ekstrak etanol Kappaphycus alvarezii ...... 73 Lampiran 7. Skema Aklimatisasi Hewan Uji ................................... 74 Lampiran8. Skema Kerja Uji Metode Toleransi Glukosa Oral ........ 75 Lampiran9. Skema Kerja Uji Metode induksi aloksan ..................... 76 Lampiran 10. Perhitungan Dosis....................................................... 77 Lampiran 11. Pemeriksaan parameter ekstrak .................................. 81 Lampiran 12. Perhitungan persentase kadar glukosa darah .............. 88 Lampiran 13. Hasil uji statistik ANOVA ......................................... 91
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ganggang baik yang tumbuh liar maupun yang dibudidayakan telah lama digunakan dalam diet makanan
serta obat tradisional di negara-negara Asia
(Faten, 2009). Sejak zaman dulu ganggang telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan (Winarno, 1996). Banyak metabolit yang diisolasi dari ganggang laut dan telah terbukti memiliki efek bioaktif (Faten, 2009). Pada umumnya ganggang dapat dikelompokkan menjadi empat kelas,yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga coklat (Phaecophyceae), dan alga merah (Rhodopyceae). Gracilaria verrucosa dan Eucheuma alvarezii termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang banyak ditemukan di Indonesia terutama Jawa Timur, Sulawesi, Bali, Maluku dan Irian (Winarno, 1996). Ganggang dipertimbangkan juga sebagai sumber yang kaya akan antioksidan. Senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan diidentifikasi dari polifenol, seperti asam fenolik, flavonoid, tannin dan beberapa pigmen, seperti fukoxantin.
Aktivitas biologi dari antioksidan telah diketahui juga sebagai
antiinflamasi, antikoagulan, dan antidiabetes (Fard et al, 2011). Eucheuma alvarezii dikenal sebagai penghasil karagenan (Astawan, 2004). Jenis karaginan yang dihasilkan oleh Eucheuma alvarezii adalah kappa karagenan (Bawa, 2007). Karagenan ini memiliki sifat antimikroba, antiinflamasi, antipiretik,
1
2
antikoagulan dan aktivitas biologis lainnya. Eucheuma alvarezii juga mengandung flavonoid yang banyak dimanfaatkan sebagai antioksidan (Lalopua, 2011). Gracilaria verrucosa adalah jenis ganggang penghasil agar-agar (Nontji, 2002). Ganggang merah Gracilaria verrucosa mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh (Khotimchenko, 2005), prostaglandin (Nevshupova, 1999), glikolipid (Son, 1990) dan fenolik (Ninan, 2008). Beberapa ganggang merah telah diteliti dan berpotensi sebagai antidiabetes, yaitu potensi inhibitor α-glukosidase
yang dimurnikan dari
ganggang merah Grateloupia elliptica (Kim et.al, 2008), potensi inhibitor αglukosidase dimurnikan dari ganggang merah Polyopes lancifolia (Young, 2010) dan beberapa penelitian uji aktivitas Gracilaria verrucosa telah dilakukan juga,yaitu aktivitas antioksidan dan kadar fenolik total dari ganggang merah Gracilaria verrucosa ( Ninan, 2008), aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi semi murni dari Gracilaria verrucosa (Faten,2009). Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat ,lipid dan protein sebagai insufisiensi fungsi insulin. Infusiensi insulin juga disebabkan oleh gangguan tau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999). Diabetes mellitus merupakan penyakit yang paling serius dan kronis yang tingkat insiden meningkat dengan tingkat peningkatan obesitas dan juga dengan umur populasi umum dunia. Saat ini, diperkirakan 150 juta orang di seluruh dunia
3
mengidap diabetes dan hal ini akan meningkat menjadi 220 juta pada tahun 2010 dan 300 juta pada tahun 2025 (Kim et al, 2008). Pada penderita diabetes mellitus ditemukan adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma pendertita diabetes, maka penderita diabetes memerlukan asupan antioksidan dalam jumlah besar karena peningkatan radikal bebas akibat hiperglikemia (Widowati, 2008 ; Setiawan, 2005). Maka mengingat potensi sebagai antidiabetes pada kedua ganggang merah metode induksi aloksan sebagai metode yang mendekati keadaan penderita diabetes. Perlu dilakukan penelitian secara terus menerus untuk lebih mengetahui seluruh aktivitas yang dapat dilakukan Gracilaria verrucosa dan Eucheuma alvarezii kemudian mengembangkan penggunannya di bidang kesehatan. 1.2 Perumusan Masalah Apakah
ekstrak etanol Gracilaria verrucosa
dan ekstrak etanol
Eucheuma alvarezii dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih. 1.3. Hipotesis Ekstrak etanol
Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol Eucheuma
alvarezii pada dosis tertentu dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan diabetes yang dibebani glukosa dan diinduksi aloksan.
4
1.4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh dan potensi pemberian ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol Eucheuma alvarezii terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi dengan aloksan. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi salah satu obat alternatif untuk pengobatan diabetes dan menambah informasi tentang manfaat dari ekstrak ganggang merah
dan diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam usaha penemuan obat-obat dari sumber alam. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas penurunan kadar glukosa darah dari ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan Ekstrak etanol Eucheuma alvarezii.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gracilaria verrucosa 2.1.1. Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi Gracilaria verrucosa adalah sebagai berikut : Klasifikasi Dunia : plantae Filum : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Bangsa : Gigartinales Suku : Gracilariaceae Marga : Gracilaria Jenis : Gracilaria verrucosa (HUDSON) 2.1.2. Deskripsi Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri thallus silindris, halus,licin,pinggir bergerigi, membentuk rumpun radial seperti umbi tanaman jahe, percabangan berseling tidak beraturan dan memusat ke arah pangkal. Ukuran thalus panjang 25cm dan diameter thalus 0,5-1,5 mm. Tumbuh melekat pada substrat batu, umumnya di daerah terumbu karang. Di perairan laut, Gracilaria hidup di daerah litoral dan sublitoral sampai ke dalam tertentu yang masih dapat ditembus oleh
5
6
cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di perairan keruh, sungai atau tempat yang sering terjadi pengadukan yang tinggi akibat pencampuran air tawar dan air laut. Suhu air yang baik untuk pertumbuhan gracilaria antara 20-28oC. Dengan kisaran ph 6-9 dan kedalaman air antara 0,5-1,0 m (Anggadiredjo, 2006). 2.1.3. Kandungan Kandungan
phycoerithrin yang terdapat dalam
Rhodophyceae
menyebabkan rumput laut tersebut berwarna merah (Komarov, 1999). Gracilaria verrucosa mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh (Khotimchenko, 2005), steroid (Idler, 1968), prostaglandin (Nevshupova, 1999), juga glikolipid (Son, 1990) dan fenolik (Ninan, 2008) 2.1.4. Manfaat tumbuhan Ganggang ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai obat,
misalnya sebagai obat cacingan, obat batuk, obat asma, bronkhitis, pendarahan hidung dan pengobatan penyakit
gangguan akibat kekurangan
iodium
(Anggadiredjo, 2006), sebagai antiinflamasi (Dang et al, 2008), antioksidan (Ninan, 2008). 2.2. Kappahycus alvarezii 2.2.1. Klasifikasi Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi K. alvarezii adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi
: Rhodophyta
7
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Solieracea
Genus
: Kappahycus
Species
: Kappahycus alvarezii (Doty)
2.2.2. Deskripsi Ganggang jenis ini mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan), berwarna cokelat kemerahan, cartilageneus (menyerupai tulang rawan atau muda), percabangan bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (system percabangan tigatiga) Rumput laut Eucheuma cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesa. Oleh karena itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin dapat hidup pada lapisan fotik, yaitu pada kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu mencapainya. Di alam, jenis ini biasanya hidup berkumpul dalam satu komunitas atau koloni (Anggadiredjo, 2006). K. alvarezii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati.
8
2.2.3. Kandungan sumber iodium, seng, selenium. dan vitamin seperti vitamin B1, B2, B6, B12, β–karoten, C dan E.α-karoten, fikoeritrin (Luning, 1990), karaginan (Winarno, 1996), flavonoid (Fard, 2011). 2.2.4. Manfaat Tumbuhan Menurunkan kadar kolestrol darah (Hardoko, 2008), antioksidan dan antiinflamasi (Fard, 2011). Dalam dunia kedokteran dan farmasi, Eucheuma sp. digunakan sebagai bahan obat asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, rematik, antihiperkolesterol, anti kanker. 2.3. Hewan Uji Klasifikasi hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Sharp et al, 1998): Regnum
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Bangsa
: Rodentia
Keluarga
: Muridae
Anak keluarga
: Murinae
Marga
: Rattus
Jenis
: Rattus Norvegicus
9
Rattus norvegicus adalah salah satu spesies tikus yang paling umum dijumpai di perkotaan. Hasil seleksi terhadap hewan ini banyak digunakan sebagai hewan percobaan (dikenal sebagai tikus putih) dan sebagai hewan peliharaan dengan warna bervariasi (Sharp et al, 1998). Tikus putih (Rattus norvegicus) sering digunakan dalam penelitian karena memiliki beberapa kelebihan antara lain: mudah dipelihara dalam populasi yang sangat besar, dapat berkembang biak dengan pesat, dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada mencit sehingga untuk beberapa percobaan tikus lebih menguntungkan. Tikus putih (Rattus norvegicus) memperlihatkan masa hamil yang singkat (21-23 hari), jumlah anak yang cukup banyak (6-12 ekor), dan dapat hidup sampai 4 tahun.Seekor tikus putih dewasa membutuhkan 15 gram makanan dan 20-45 ml air per 100 gram berat badan per hari. Suhu kandang yang dibutuhkan tikus 18-27 oC dan kelembaban relatif 40-70%. Ada berbagai galur tikus putih antara lain : Long-Evans, Sprague-Dawley, dan Wistar. Tikus putih (Rattus novergicus L) galur Wistar mempunyai ciri-ciri : warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan ekor lebih pendek dari badannya; galur Sprague-Dawley mempunyai ciri-ciri : warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala yang kecil, dan ekor lebih panjang dari badannya; sedangkan galur Long-Evans ditandai dengan warna hitam dibagian kepala, dan tubuh bagian depan. 2.4. Diabetes Mellitus 2.4.1. Pengertian Diabetes mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal (hiperglikemik) akibat tubuh
10
kekurangan insulin, baik absolute maupun relative. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terlambat serta metabolismenya diganggu. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolism protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relative tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretic osmotic, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya beberapa elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum(polidipsia). Badan kehilangan kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Suherman, 2007). 2.4.2. Gejala Klinik Diabetes Mellitus a. Pada diabetes mellitus (DM) tipe I, gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidipsia,polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah,iritabilitas dan pruritis. b. Pada diabetes mellitus (DM) tipe II, gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada, tapi DM ini sering kali muncul tanpa diketahui. Penanganan baru dilakukan beberapa tahun ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe II umumnya lebih mudah terinfeksi dan sukar sembuh dari luka dan umumnya penderita hipertensi,hiperlipidemia,obesitas dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (anonim, 2006).
11
2.4.3. Diagnosis Diagnosis klinis DM umumnya akan ada keluhan khas DM berupa poliuria, polifagia, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain badan terasa lemas, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritis vulvae pada wanita. Hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa >126mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Dan apabila tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah abnormal tinggi (hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah sewaktu abnormal tinggi (>200mg/dl) pada hari lain, kadar glukosa darah puasa yang abnormal tinggi (>126mg/dl), atau dari hasil uji toleransi glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan >200mg/dl (Suherman, 2007). 2.5. Metode Pengujian Diabetes 2.5.1. Metode uji toleransi Glukosa Kepada tikus yang telah dipuasakan selama kurang lebih 20-24 jam, diberikan larutan glukosa per oral setengah jam sesudah pemberian sediaan obatyang diuji. Pada awal percobaan sebelum pemberian obat, dilakukan pengambilan cuplikan darah vena telinga dari masing-masing
12
kelinci sejumlah 0,5 ml sebagai kadar glukosa awal. Pengambilan cuplikan darah vena diulangi setelah perlauan pada waktu-waktu tertentu. Penurunan kadar glukosa darah pada kelompok uji diketahui dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari kelompok control positif. Semua data dievaluasi secara statistic dengan menggunakan ANOVA dan uji t. Dapat dibuat kurva dosis respons kadar gula darah sebagai fungsi dosis dan waktu penentuan kadar gula darah. 2.5.2. Metode uji diabetes aloksan Induksi diabetes dilakukan pada tikus yang diberi suntikan aloksan monohidrat dengan dosis 70mg/kg BB. Penyuntikan dilakukan secara intravena pada ekor tikus. Perkembangan hiperglikemia diperiksa setiap hari. Pemberian obat antidiabetik secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan terhadapa tikus positif. Perhitungan untuk kadar glukosa darah dilakukan sama dengan perhitungan untuk tikus. Semua data dimuat dalam table dan dievaluasi secara statistic dengan ANOVA dan uji t. Dapat dibuat kurva dosis respons kadar glukosa darah sebagai fungsi dosis yang diberikan dan waktu pemeriksaan kadar gula darah. 2.6. Metode pemeriksaan kadar glukosa darah (Baver DJ, 1982) Metode enzimatik Kadal glukosa darah diukur dengan metode enzimatik (glukosa oksidase) menggunakan glukometer Roche. Prinsip kerja penggunaan alat ini yaitu: oksigen dengan bantuan enzim glukosa oksidase mengkatalis proses oksidasi glukosa
13
menjadi glukoronat dan hydrogen peroksida. Dalam reaksi yang kedua enzim peroksidase mengkatalis reaksi oksidasi khromogen (akseptor oksigen yang tidak berwarna), kemudian oleh hydrogen peroksida membentuk suatu produk khromogen teroksidasi berwarna biru,yang diukur dengan glukometer. Tes strip pada glukometer Roche mengandung bahan kimia glukosa oksidase lebih dari sama 0,8 IU; peroksisase 5,6 IU; garam naftalen asam sulfat 42 mikrogram;dan 3metil-2-benzothiazolim hidrazon. 2.7. Terapi Obat Jika pasien sadar dan dapat menelan dapat diberikan gula, manias atau air jeruk. Jika pasien tidak sadar, dapat dipakai salah satu cara dari 3 cara berikut ini. 1) Glukosa IV berikanlah 20-50ml glukosa 50% IV dengan perlahan-lahan. Segera setelah kesadarannya pulih, pemberian makan peroral dapat dimulai. 2) Glukagon 1 mg IM akan memulihkan glukosa darsah ke normal jika cadangan glikogen hatinya memadai. Pemberian glukosa melalui rectal jika pasien tidak sadarkan diri dan glukosa IV tidak tersedia, glukosa per rectal dapat menyelamatkan penderita lalu tambahkan 2 sendok the madu ke dalam 1 pint (0,568L) air hangat dan berikanlah perlahan-lahan melalui rectum. 3)Obat-oba Hipoglikemik Oral Obat-obat ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki dengan hanya diet. Pasien yang mungkin berespons terhadap obat hipoglikemik oral adalah mereka yang
14
diabetesnya berkembang setelah berumur 40 tahun dan telah menderita diabetes kurang dari 5 tahun (Mycek, 2001). a. Sulfonilurea Mekanisme kerja sulfonylurea termasuk : merangsang pelepasan insulin dari sel β pancreas, mengurangi kadar glukagon dalam serum, dan meningkatkan peningkatkan insulin pada jaringan target dan reseptor (Mycek, 2001) Obat-obat golongan sulfonylurea yang biasa digunakan adalah Tolbutamid tersedia dalam tablet 0,5 g. Berikanlah dosis awal sebesar 2g sehari dalam dosis terbagi dan turunkanlah dengan cepat ke dosis efektif minimal. Dosis penunjang rata-rata 0,5 – 1,5g sehari dalam dosis terbagi. Reaksi toksik jarang terjadi. Klorpropamid tersedia dalam tablet 100 dan 250 mg dan mempunyai masa kerja yang jauh lebih lama dari tolbutamid (sampai 3-5hari). Asetoheksamid tersedia dalam tablet 250mg dan 500 mg dan tolazamid sebagai tablet 100 mg dan 250 mg. Lama masa kerjanya adalah diantara lama kerja tolbutamid dan klorpropamid. b. Derivat biguanid Mekanisme kerja derivate ini tidak dengan merangsang sekresi insulin tetapi dengan meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin endogen dan merangsang glikosis anaerob sehingga glukosa yang masuk ke sel otot lebih banyak serta merangsang perubahan asam laktat kembali menjadi glukosa (Ganiswara, 2005)
15
c. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase Akarbosa menghambat α-glukosidase pada vili-vili usus intestinal (brush border) sehingga menurunkan absorbs starch dan disakarida. Akibatnya, gula darah setelah makan akan meningkat. Akarbosa tidak merangsang pelepasan insulin dari pancreas ataupun meningkatkan kerja insulin di jaringan perifer (Mycek, 2001). d. Insulin Sensitizing Agent Thiazolidiones adalah golongan obat yang dapat mempertinggi sensitivitas hepatic dan mengurangi resistensi insulin. Efek amping obat ini sangat minimal yang meliputi retensi cairan. Contoh obat golongan ini adalah rosiglitazon, dan pioglitazon (Bascher, 1998). e. Derivat asam benzoate Strukturnya jelas berasal dari golongan sulfonylurea tetap sama mekanismenya untuk menstimulasi sekresi insulin. Obat ini didesain untuk mensekresi waktu makan dan mengntrol waktu makan. Contoh obat ini adalah : meglitinide dan repaglinide (Bascher, 1998).
16
2.8. Acarbose (C25H43NO18)
Gambar 1. Rumus Bangun Acarbose
Nama generic : acarbose Nama dagang : gluvobay tab 50 mg dan 100mg Dosis sehari
: 50-200mg, 3 kali sehari, dimulai dengan dosis kecil. Diminum
sebelum makan dengan sedikit air dan tidak boleh dikunyah. Mekanisme kerja akarbosa : Obat ini bekerja dengan cara memperlambat proses pencernaan karbohidrat menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah setelah makan tidak meningkat sekaligus. Sisa karbohidrat yang tidak dicernakan dimanfaatkan oleh bakteri yang ada di usus besar dan ini menyebabkan perut menjadi kembung, sering buang angin, mencret dan sakit perut. Obat ini tidak diberikan pada penderita dengan usia kurang dari 18 tahun, gangguan pencernaan kronis, maupun wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak makan karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih dari 180mg/dl (Dalimartha, 1996 ; Merck Index, 2006).
17
Efek sampingnya yang paling sering berupa terbentuknya banyak gas di usus dan kejang usus. Efek-efek ini diakibatkan penumpukan karbohidrat yang tidak dicerna dalam kolon dan peningkatan penguraiannya oleh flora usus menghasilkan gas. Selain itu dapat menyebabkan diare pada dosis lebih tinggi dan bila digunakan bersamaan dengan gula. Biasanya efek ini berkurang dalam waktu beberapa minggu/ bulan (Windolz, 1983). 2.9. Glibenklamid (Parfitt, 1983)
Gambar 2. Rumus bangun glibenklamid
Sinonim
: Glibenklamid (BP), Glyburide, glybenclamide
Rumus Molekul
: C23H28C1N3O5S
Bobot Molekul
: 494,0
Pemerian
: Serbuk Kristal, warna putih, sedikit berbau, sedikit berasa.
Kelarutan
: praktis tidapat larut dengan air dan eter. Larut dalam 1:330 alkohol, 1:36 kloroform dan 1:250 metyl alcohol.
Dosis
: Dosis 5 mg/hari selama 7 hari, dosis 2,5mg-5mg/ hari sampai 15 mg/ hari.
Absorpsi
: Glibenklamid diabsorpsi dari lambung dan sangat bagus di
protein plasma, dikeluarkan lewat fese dan dimetabolisme di urin. Glibenklamid adalah golongan sulfonylurea yang mempunyai aksi sama dengan klorpropamid. Setelah diberikan dosis tunggal dari glibenklamid, gula darah turun 3 jam dan
18
konsentrasi berkurang kira-kira 15 jam. Pasien yang usia lanjut membutuhkan dosis yang lebih kecil. Sebagian pasien mengontrol dengan insulin dapat juga dikontrol dengan glibenklamid. 2.10. Na-CMC (Wade, 1994) Sinonim
: Carboxymethylcellulosum natricum, carboxymethyl sodium, cellulose gum USP XXII mendeskripsikan Na-CMC sebagai garam natrium sodium dari policarboxy metyl ether dari selulosa.
Bobot molekul : 90.000 – 700.000 Pemerian
: serbuk warna putih, tidak berbau, serbuk bergranul
Kelarutan
: praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan toluene, mudah terdispersi dalam air pada seluruh temperature membentuk larutan koloid yang bening.
Stabilitas
: Na-CMC stabil, materi higroskopik pada kondisi lembab. NaCMC dapat menyerap air dalam kuantitas yang besar pada tablet hal ini diasosiasikan dengan penurunan kekerasan tablet.
OTT
: Larutan asam, garam besi terlarut, beberapa logam alumunium, merkuri, seng, xanthan gum.
Aplikasi
: Na-CMC biasa digunakan pada formula oral dan topical
Tabel.1 kegunaan dan konsentrasi Na-CMC Kegunaan
Konsentrasi (%)
Emulsi Agent
0,25 – 1,0
Agen pembentuk gel
4,0 – 6,0
Pengikat tablet
1,0 – 6,0
Larutan oral
0,1 – 1,0
2.11. Aloksan
19
Rumus Molekul
: C4H2N2O4
Nama lain
: 2,4,5,6(H1,H3)-pyrimidinetetrone 2,4-5,6 tetraoxohexahydropyrimidine, mesoxalylurea,mesoxalycarbamide
Rumus kimia
:
Gambar 3. Rumus bangun aloksan Injeksi aloksan ke dalam hewan menyebabkan penurunan dari sel β pada pulau langerhans yang sangat kecil. Sejak sel ini disintesis olehh hormon insulin, aloksan sering digunakan untuk induksi diabetes pada percobaan hewan (Halliwel et al, 1999). Aloksan terdapat dalam tiga bentuk senyawa, yaitu aloksan anhidrat, aloksan monohidrat, aloksan tetrahidrat. Aloksan mempunyai bentuk hablur Kristal, tidak berair, warna merah muda pada suhu 230oC dan tidak stabil pada suhu 256oC. LD50 pada dosis 200mg/kg bb secara intravena. Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65mg/kg BB, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya (szkudelski, 2001). Penyimpanan pada suhu rendah dalam wadah tidak tembus cahaya dan tertutup rapat. Aloksan yang berwarna merah jambu kelarutannya dalam air
20
berkurang.Hal ini dapat terjadi aloksan disimpan pada suhu kamar dan dibiarkan kontak dengan udara dengan kelembaban tinggi (Windolz et al, 1983). Keadaan diabetes permanen pada hewan percobaan dapat dicapai dengan pemberian dosis aloksan yang optimum. Sebelum mencapai keadaan tersebut, hewan akan mengalami beberapa tahapan yang fluktuatif dimana terjadi fase hiperglikemia, fase hipoglikemia dan kadang-kadang secara spontan kembali normal bahkan dapat terjadi kematian. Adapun fase-fase yang terjadi adalah : Pertama : Setelah 5 sampai 19 menit pemberian aloksan secara intravena akan terjadi fase hipoglikemia awal dimana saraf otonom akan mempengaruhi sel beta pancreas agar melepaskan insulin yang tersimpan sehingga insulin masuk ke peredaran darah dan mnyebabkan hipoglikemia. Fase ini berlangsung singkat namun dapat berakibat fatal pada hewan. Kedua : dalam fase ini mula-mula terjadi stimulasi orhtosimpatik dimana terjadi kekurangan insulin yang disebabkan adanya inhibisi sekresi insulin dalam sel-sel beta pancreas. Fase ini berlangsung 30 sampai 120 menit setelah pemberian aloksan. Dalam fase ini kadang-kadang kadar glukosa dalam darah mencapai 6 g/dl. Ketiga : pada fase ini terjadi hipoglikemia sekunder dan kadang terjadi konvulsi pada hewan. Pada fase ini kadar glukosa darah menurun dan mencapai keadaan yang lebih gawat dari semula. Tahap yang terjadi antara jam ketoga atau jam kesepuluh setelah pemberian aloksan secara intravena yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Untuk keadaan fatal dianjurkan pemberian glukosa.
21
Keempat : fase terjadinya hiperglikemia awal permanen. Pada fase ini hewan menjadi hiperglikemia permanen. Terjadi setelah 2 sampai 8 jam setelah pemberian aloksan secara intravena. Tetapi pada fase ini hewan dapat pula mnejadi normal kembali secara spontan setelah selang waktu tersebut. Oleh karena itu sebaiknya pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan setelah tahap keempat tersebut atau hari ke-3. Diperkirakan sindrom diabetes permanen terjadi akibat rusaknya sebagian sel-sel beta pulau Langerhans, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa hanya fungsi sel-sel beta langerhans saja yang ambang rangsangnya menurun.
2.12. Simplisia Sumber bahan baku obat tradisional atau yang di kenal dengan nama simplisia cukup melimpah di Indonesia, hampir di setiap daerah tumbuh tanaman obat. Untuk menjamin mutu obat tradisional, yang perlu diperhatikan oleh industri obat tradisional sebagai langkah awal adalah memilih simplisia yang mutunya baik. Untuk memberi keyakinan akan kebenaran dan kualitas simplisia yang diperoleh, masing-masing industri obat tradisional hendaknya mempunyai standar minimal untuk simplisia yang digunakan. Dengan adanya standar tersebut pembelian simplisia tidak dipengaruhi oleh harga. Maksudnya walaupun ada simplisia yang harganya lebih murah tidak otomatis dipilih bilamana mutunya di bawah standar minimal (Depkes RI, 1999). Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum
22
mengalami perubahan bentuk. Departemen kesehatan RI membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan/mineral (Depkes RI, 1979) 2.12.1. Pengelolaan Simplisia Untuk menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari cemaran industri obat tradisional dalam mengelola simplisia sebagai bahan baku pada umumnya melakukan tahapan kegiatan berikut ini. a. Sortasi Basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. b. Pencucian Pencucian
dilakukan
untuk
menghilangkan
tanah
dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di
23
dalam air yang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. c.
Perajangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan
bahan
simplisia
dilakukan
untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. d.
Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10 %. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembapan udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.
e. Sortasi Kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
24
pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus (Depkes RI, 1999). f.
Penyimpanan Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplsia satu dengan lainnya. Selanjutnya, wadah-wadah yang berisi simpilisia disimpan dalam rak pada gudang penyimpanan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan simplisia adalah cahaya, oksigen atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanarnan dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan terjadinya proses dehidrasi, pengotoran atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh serangga, kapang atau lainnya. Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan kandungan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air.
25
2.13. Ekstraksi Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat. Dalam buku Farmakope Indonesia Edisi 4 disebutkan bahwa : Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI, 1995;Depkes RI, 2000). Ada beberapa macam metode ekstrasi diantaranya:
2.13.1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut 2.13.1.1. Cara dingin a. Maserasi Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. b. Perkolasi Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan paa temperatur ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.
26
2.13.1.2. Cara panas a. Refluks Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapt termasuk proses ekstraksi sempurna. b. Soxhlet Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.
c. Digesti Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 oC. d. Infus Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Berlangsung mulai dari bulan oktober 2011 sampai dengan Januari 2012. 3.2 Determinasi Tanaman Sampel rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii diperiksa di Oseanografi untuk menentukan spesies dari rumput laut tersebut. 3.3 Pengambilan Simplisia G. verrucosa
dan K. alvarezii diperoleh dari tambak desa Tenjo Ayu
Kecamatan Tirtayasa Serang – Banten. 3.4. Bahan dan Alat 3.4.1 Bahan 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah etanol 70%, rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii, glukosa, aloksan monohidrat yang digunakan sebagai penginduksi diabetes, dan pereaksi kimia untuk penapisan fitokimia yang terdiri dari : Dragendorf, Meyer, serbuk Mg, Hcl pekat, amil alkohol, FeCl3, eter, kloroform dan larutan amoniak.
27
28
2. Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus novergicus) jantan, yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 yang diperoleh dari IPB Bogor. 3.4.2.Alat Alat yang digunakan seperti: alat-alat gelas seperti: gelas piala, tabung reaksi, corong, lumpang dan alu, rotary evaporator, kain flannel, timbangan analitik, timbangan tikus, Hotplate, Batang pengaduk, blender, glukometer dan tes strip, kandang tikus, sonde oral, kapas, spuit injeksi. 3.5. Pola penelitian Pengumpulan bahan dan Pembuatan Simplisia, Pemeriksaan simplisia (Determinasi), Ekstraksi, Penapisan fitokimia, Perhitungan Rendemen, Persiapan Hewan percobaan (aklimatisasi), Pembuatan sediaan uji dan Dosis, uji Pendahuluan (Induksi hewan coba), Pelaksanaan uji efek toleransi glukosa oral dan diabetes aloksan Ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak etanol K. alvarezii. 3.6. Pembuatan Ekstrak 3.6.1. Persiapan Rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii Sampel yang digunakan adalah rumput laut G. verrucosa, diawali dengan pengambilan rumput laut dari tambak di Kronjo, Tangerang dan K. alvarezii yang berasal dari Madura. Selanjutnya rumput laut dicuci dengan menggunakan air tawar dengan pembilasan berkali-kali sampai bersih dan biofouling hilang. Lalu
29
dikeringkan di udara terbuka selama 3 hari. Setelah rumput laut kering dilakukan perajangan sampai rumput laut tersebut menjadi bentuk yang lebih kecil. 3.6.2 Ekstraksi Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dingin menggunakan etanol 70%. Rumput laut yang sudah dibuat menjadi derajat yang lebih halus dimasukkan ke dalam Erlenmeyer besar dan diberi pelarut etanol 70% hingga seluruh simplisia terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas permukaan simplisia. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dan sesekali diaduk hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak dengan ditandai warna pelarut yang jernih. Filtrat yang diperoleh diuapkan etanolnya dengan rotavapor hingga didapat ekstrak yang kental. 3.6.3 Penapisan Fitokimia Pada pemeriksaan terhadap kandungan golongan senyawa kimia dari ekstrak rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, steroid/terpenoid, kuinon, minyak atsiri dan kumarin. a. Identifikasi Alkaloid Sebanyak ±5 gram serbuk dilembabkan dengan 5ml ammoniak 25% digerus dalam mortar, kemudian ditambahkan 20ml kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring, filtrat berupa larutan organikdiambil (sebagai larutan A), sebagai larutan A sebanyak 10 ml diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (sebagai larutan B) Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan
30
disemprot atau ditetesi dengan pereaksi drangedorff, terbentuk warna merah atau jingga pada kertas asaring menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi dragendorff dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi drangendorff atau endapan ptuih dengan pereaksi Mayer menunjukkan adanya senyawa alkaloid. b. Identifikasi Flavonoid Sebanyak ± 10 gram serbuk ditambahi 100ml air panas, didihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Ambil filtratnya sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2ml amil alcohol, kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alcohol menunjukkan adanya flavonoid. c. Identifikasi Saponin Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas. Setelah dingin kocok kuat secara vertical selama 10 detik. Terbentuknya busa yang stabil menunjukkan adanya saponin, bila ditambahkan dengan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil. d. Identifikasi Tanin Sebanyak ±10 gram serbuk ditambahkan 10 ml air, lalu dididihkan selama 15 menit, setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring, filtrate ditambah 1-2 tetes FeCl3 1% terbentuknya warna biru, hijau agtau hitammenunjukkan adanya senyawa golongan tannin.
31
e. Identifikasi Steroid Sebanyak ±5 garam serbuk dimaserasi dalam 20ml eter selama 2 jam kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering. Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke dalm residu. Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya steroid atau terpenoid. f. Identifikasi Kuinon Sebanyak ±1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit, disaring. Sebanyak 1ml filtrate ditambahkan 5ml NaOH 1N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon. g. Identifikasi Kumarin Sebanyak ± 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air dipasang pada mulut tabung. Kemudian dipanaskan selama 30 menit, setelah dingin disaring. Filtrat diuapkan dengan cawan penguap hingga kering, sisa ditambah air panas 10 ml. dinginkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ammoniak 1%. Diamati di bawah sinar UV 366nm, flouresensi biru atau hijau menunjukkan adanya kumarin. 3.6.4. Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak a.
Susut Pengeringan Ekstrak ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram
dan dimasukan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara.
32
Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar (Depkes RI, 2000). b.
Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara kurang lebih 3 gram
ekstrak dimasukkan dan ditimbang seksama dalam wadah yang telah ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 %. c.
Kadar Abu Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan
ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahanlahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI, 2000).
33
3.6.5. Perhitungan rendemen Perhitungan rendemen dilakukan dengan menghitung jumlah ekstrak kental yang didapat terhadap jumlah serbuk kering sebelum dilakukan ekstraksi kemudian dikalikan 100%. 3.7. Rancangan percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur ssd, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-250 gram diaklimatisasi selama 2 minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama proses adaptasi, dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat badan. Hewan uji dipillih sebanyak 30 ekor tikus putih jantan secara acak untuk dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing terdiri dari 3 ekor. Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus federer: Rumus Federer : (n-1)(9-1) ≥ 15 (n-1)(9-1) ≥15 8n = 15+8 N ≥ 2.88~ 3 Dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan. Adapun pembagian kelompok adalah sebagai berikut 3.7.1. Pembagian kelompok perlakuan Tabel 2. Kelompok perlakuan pada metode toleransi glukosa oral Kelompok
Perlakuan
hewan KN
Jumlah tikus
Diberi air suling
3
34
K(+)
Diberi akarbose + lar.glukosa 1 g/kg bb
3
KN
Diberi air suling + lar.glukosa 1 g/kg bb
3
D1
Diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb
3
D2
Diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb
3
D3
Diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb
3
E1
Diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb
3
E2
Diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb
3
E3
Diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb
3
Tabel 3. Kelompok perlakuan pada metode induksi aloksan Kelompok
Perlakuan
hewan
Jumlah tikus
KN
Diberi air suling
3
K(+)
Diinduksi aloksan, diberi glibenklamid
3
KN
Diinduksi aloksan, diberi air suling
3
D1
Diinduksi aloksan, diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa
3
D2
Diinduksi aloksan, diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa
3
D3
Diinduksi aloksan, diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa
3
E1
Diinduksi aloksan, diberi dosis 300 mg/kg bb K. alvarezii
3
E2
Diinduksi aloksan, diberi dosis 600 mg/kg bb K. alvarezii
3
E3
Diinduksi aloksan, diberi dosis 1200 mg/kg bb K. alvarezii
3
35
Keterangan : KN : Kontrol normal K(+) : Kontrol positif K(-) : Kontrol negatif D1
: Dosis rendah G. verrucosa
D2
: Dosis sedang G. verrucosa
D3
: Dosis tinggi G. verrucosa
E1
: Dosis rendah K. alvarezii
E2
: Dosis sedang K. alvarezii
E3
: Dosis tinggi K. Alvarezii
3.7.2. Persiapan Hewan percobaan (diaklimatisasi) 30 ekor tikus putih (Rattus novergicus) jantan dari jenis Sprague Dawley dengan berat 180-250 gram dibagi menjadi 10 kelompok. Masing masing kelompok terdiri dari 3 tikus. Sebelum penelitian ini dimulai, hewan uji diaklimatisasi selama kurang lebih 2 minggu, diberi pakan pellet, diberi air minum yang bersumber dari air tanah, dan dipuasakan sehari sebelum mendapat perlakuan. Selama perlakuan, diberikan pakan dan minum. 3.8. Pembuatan sediaan dosis uji Dosis yang digunakan pada ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak K.alvarezii adalah dosis 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb dan 1200 mg/kg bb yang kemudian dikonversikan ke dalam dosis tikus masing-masing menjadi 60 mg/200 gr bb, 120 mg/200 gr bb, dan 240 mg/200 gr bb.
36
1) Dosis akarbose sebagai kontrol pembanding Acarbose diberikan dalam bentuk larutan sesuai dosis oral efektif pada manusia, yaitu, 50 mg/60 kg bb yang dikonversikan , yaitu dosis untuk setiap 200g bb tikus menjadi 1,02 mg. 2) Dosis glibenklamid sebagai kontrol pembanding Glibenklamid diberikan dalam bentuk larutan sesuai dosis oral efektif pada manusia, 5 mg/60 kg bb yang dikonversikan, yaitu dosis untuk setiap 200g bb tikus menjadi 0,1 mg. 3) Dosis Aloksan Dosis aloksan secara intravena yang digunakan dalam percobaan ini adalah 100 mg/kg bb atau untuk tikus dengan berat badan 200g adalah 20 mg/200 gr bb. 4) Dosis Glukosa Dosis glukosa yang digunakan dalam percobaan ini untuk meningkatkan kadar gula darah adalah 1 g/kg bb, dalam larutan dengan konsentrasi 50%
3.9. Pengambilan Darah dan Pengaruh Kadar Glukosa Darah Sebelum pengambilan darah, tikus dimasukkan ke dalam kandang kecil sedemikian hingga tidak dapat bergerak. Kemudian ekor tikus dibersihkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya diambil darah secara intravena melalui ujung ekor dan diukur kadar gula darah dengan alat glukometer.
37
3.10. Uji pendahuluan pada metode induksi aloksan Uji pendahuluan merupakan upaya peningkatan kadar glukosa darah dengan menginduksi tikus dengan aloksan. Pada hari ke-0 diukur glukosa darah, setelah penginduksian tersebut, kadar glukosa darah tikus dikontrol pada hari ke3,8 dan 14 untuk meyakinkan bahwa aloksan dengan dosis tersebut menyebabkan pankreas. Uji pendahuluan dilakukan dengan cara : 1) Larutan aloksan disuntikan di bagian ekor tikus pada 10 kelompok tikus. Setelah penyuntikan diberi makan dan minum seperti biasa kemudian setelah 2 jam dilakukan lagi pengambilan sampel darah sebagai kadar glukosa darah minggu ke-1 2) Pada hari ke-3 diamati berat badan tikus. Kadar glukosa darah diukur secara kuantitatif. Kemudian ditunggu selama 6 hari untuk menstabilkan hiperglikemia pada tikus. 3) Pada hari ke-8 diamati berat badan tikus. Kadar glukosa darah diukur secara kuantitatif. Kemudian ditunggu selama 6 hari untuk menstabilkan hiperglikemia pada tikus. 4) Hari ke-14 dilakukan pengambilan darah. Hasil pengukuran kadar glukosa darah ditetapkan sebagai kadar glukosa darah hiperglikemia awal.
3.11. Kelompok Perlakuan a) Kontrol Normal Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa
38
menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi air suling menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1 g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral. Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan minum secara normal setiap hari. Setelah 14 hari glukosa darah tikus diperiksa sebagai kadar glukosa awal. Lalu pada setiap harinya diberikan suspensi CMC pembanding. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur glukosa darah masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil uji hipoglikemia. b) Kontrol negatif Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi air suling menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral.
39
Setelah uji toleransi glukosa oral, tikus diberi aloksan monohidrat secara intravena, lalu tikus kembali diberi makan dan minum secara normal setiap hari. Setelah 14 hari glukosa darah tikus diperiksa sebagai kadar glukosa hiperglikemia awal. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense CMC Na. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil uji hipoglikemia. c) Kontrol positif Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi acarbose menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral. d) Kelompok uji dosis rendah Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G. verrucosa dosis rendah menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa
40
darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral. Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense ekstrak etanol G. verrucosa. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil uji hipoglikemia. Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak etanol K. alvarezii dosis rendah. e) Kelompok uji dosis sedang Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G. verrucosa dosis sedang menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral. Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense
41
ekstrak etanol G. verrucosa. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil uji hipoglikemia. Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak etanol K. alvarezii dosis sedang. f) Kelompok uji dosis tinggi Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G. verrucosa dosis tinggi menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral. Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense ekstrak etanol G. verrucosa dosis tinggi. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil uji hipoglikemia.
42
Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak etanol K. alvarezii dosis tinggi.
3.12. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah a. Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS. Analisis yang dilakukan yaitu uji homogenitas dan uji kenormalan, selanjutnya dilakukan analisis varian satu arah ( ANOVA ) untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan. Bila terdapat perbedaan bermakna, maka untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Hipotesis : Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok. Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok. Pengambilan Keputusan : Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak. b. Persentase penurunan kadar glukosa darah dengan rumus sebagai berikut: GO - Gt x 100% GO Keterangan : GO : gula darah puasa sebelum diberikan sediaan uji Gt : gula darah puasa setelah diberikan sediaan uji
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman dilakukan di LIPI Oseanografi, Ancol. Hasil Determinasi menunjukkan bahwa Rumput laut ini adalah jenis ganggang merah G. verrucosa dan K. alvarezii. 4.1.2. Ekstraksi Sebanyak 300 gram serbuk G. verrucosa dimaserasi dengan Etanol 70% kemudian dipekatkan dengan rotavapor dan didapatkan ekstrak kental 30 g K. alvarezii juga dimaserasi dan dipekatkan dan didapatkan 12 g. 4.1.3. Penapisan Fitokimia Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia G. verrucosa dan K.alvarezii terdapat saponin dan terpenoid pada tabel 4. Tabel 4. Hasil penapisan fitokimia Karakteristik ekstrak
Ekstrak Etanol G.
Ekstrak Etanol K.
verrucosa
alvarezii
a. Alkaloid
-
-
b. Flavanoid
+
+
43
44
c. Saponin
+
+
d. Steroid/ triterpenoid
+
+
e. Tannin
-
-
f. Kuinon
-
-
g. Minyak Atsiri
-
-
Keterangan : (+) : positif (-) : negatif
4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Merode Toleransi Glukosa Oral a. Nilai rerata dan standar deviasi Pengukuran pada metode toleransi glukosa oral memperlihatkan nilai rerata dan standar deviasi dari tiap kelompok. Kenaikan kadar glukosa darah terjadi pada menit ke-30 setelah sebelumnya diberi larutan glukosa, dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode toleransi glukosa oral Kel. Perlaku an
Kadar rata-rata glukosa darah dan standar deviasi (mg/dl) Waktu (Menit ) 0
30
60
90
120
150
180
KN
103.6±6
110.3 ±10.06
109±13.45
110.3±11.5
109±9.16
109.3±10.1
102±5.29
K(+)
116±3.6
165.67±5.03
113.67±15.5
96±7
87±6.9
104.3±4.93
96.3±4.7
K(-)
108.7±6
213.67±45.9
181±29.46
239±50.68
220.3±52.8
203±41.94
108.3±6.8
D1
90.7±7.5
156.3±24
132.67±14.4
122.67±17.6
123.3±11.1
127.67±3
95±8.88
D2
95±17.8
226.67±34.6
144±23.89
116.67±10.1
110.67±11
118±32.05
90.3±4.72
45
D3
110.3±3
236.67±15.5
190.7±45.56
219±39.5
208.3±5.51
177.3±24.5
175.3±28.74
E1
98±15.5
184.7±54
195.7±102.5
159±46.2
136±35.1
120.7±9.6
101±7.8
E2
99±6.5
196±46
177±49.8
146.7±35.5
127.3±12.6
104.3±7.4
98.3±10.06
E3
89±11
208.7±77.7
205.7±98.6
188.3±101.5
164.3±101
152±76.3
133.67±49.9
Keterangan : KN : Kontrol normal K(+) : Kontrol positif K(-) : Kontrol negatif D1
: Dosis rendah G. verrucosa
D2
: Dosis sedang G. verrucosa
D3
: Dosis tinggi G. verrucosa
E1
: Dosis rendah K. alvarezii
E2
: Dosis sedang K. alvarezii
E3
: Dosis tinggi K. alvarezii
b. Persentase penurunan kadar glukosa darah Pada tabel 6 menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa darah pada tiap kelompok, penurunan yang paling besar dan stabil terjadi pada kelompok D2 dan kelompok E2. Tabel 6. Persentase penurunan pada metode toleransi glukosa oral Kelompok perlakuan
Waktu ( Menit ) Ke-60
Ke-90
Ke-120
Ke-150
Ke-180
K(+)
31,38 %
42,06 %
47,49 %
37,05 %
41,88 %
D1
15,09 %
21,49 %
21,11 %
18,29 %
39,22 %
D2
36,47 %
48,52 %
51,17 %
47,95 %
60,16 %
46
D3
19,43 %
7,47 %
11,99 %
25,09 %
25,94 %
E1
-5,95 %
13,91 %
26,36 %
34,65 %
45,32 %
E2
9,69 %
25,15 %
35,05 %
46,78 %
49,85 %
E3
1,44 %
9,77 %
21,27 %
27,17 %
35,94 %
Keterangan : KN : Kontrol normal K(+) : Kontrol positif K(-) : Kontrol negatif D1
: Dosis rendah G. verrucosa
D2
: Dosis sedang G. verrucosa
D3
: Dosis tinggi G. verrucosa
E1
: Dosis rendah K. alvarezii
E2
: Dosis sedang K. alvarezii
E3
: Dosis tinggi K. alvarezii
c. Grafik kadar glukosa darah Seluruh kelompok uji mengalami penurunan kadar gula darah di menit ke60. Penurunan yang bermakna terjadi pada kelompok D2 dilihat pada gambar 4.
Kadar glukosa darah (mg/dl)
300 KN
250
K(+) 200
K(-) D1
150
D2 D3
100
E1 50
E2 E3
0 0
30
60
90
120
150
180
47
Gambar 4. Penurunan kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan Keterangan : KN : Kontrol normal K(+) : Kontrol positif K(-) : Kontrol negatif D1
: Dosis rendah G. verrucosa
D2
: Dosis sedang G. verrucosa
D3
: Dosis tinggi G. verrucosa
E1
: Dosis rendah K. alvarezii
E2
: Dosis sedang K. alvarezii
E3
: Dosis tinggi K. alvarezii
d. Hasil Statistik pada metode toleransi glukosa oral Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa pada menit ke-0, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan
seluruh
kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05, sedangkan pada menit ke-30 kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok uji. Pada menit ke-60, seluruh kelompok dosis uji tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Namun kelompok dosis tinggi G. verucosa dan K. alvarezii berbeda secara bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif.
48
4.1.5. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Metode Induksi Aloksan a. Nilai rerata dan standar deviasi Pada tabel 7, memperlihatkan nilai rerata dari seluruh kelompok uji dan kontrol. Beberapa kelompok mempunyai nilai standar deviasi yang tinggi, tetapi penurunan yang terjadi memiliki pola yang mirip. Tabel 7. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode induksi aloksan Keterangan : KN : Kontrol normal K(+) : Kontrol positif K(-) : Kontrol negatif D1
: Dosis rendah G. verrucosa
D2
: Dosis sedang G. verrucosa
D3
: Dosis tinggi G. verrucosa
E1
: Dosis rendah K. alvarezii
E2
: Dosis sedang K. alvarezii
E3
: Dosis tinggi K. alvarezii
Kelompok perlakuan
Kadar rata-rata glukosa darah dan standar deviasi
Hari ke-1
Hari ke-4
Hari ke-8
Hari ke-15
KN
95.3±7.37
100±10.54
92.3±8.08
97.3±8.02
K(+)
193±48.5
76.7±13.57
66.7±16.01
68.3±10.05
K(-)
200.7±35.79
213.7±47.98
210.7±45.62
211±53.69
D1
312.3±116.4
211.3±62.96
132.3±45.39
134±42.58
D2
294±110.5
231±164.35
114.3±53.07
104±7.55
D3
419.3±58.4
194.3±119.43
217.7±10.58
123.7±24.8
E1
230.3±20.98
184.7±54.9
225±45.39
255.7±37.63
E2
248.3±25.69
150.3±84
141±53.07
111.3±27.73
E3
374±179.77
105.3±22.5
104±10.58
97.7±3.51
49
b. Persentase penurunan kadar glukosa darah Seluruh kelompok kontrol dan uji mengalami penurunan kadar glukosa darah pada hari ke-4.Persentase penurunan kadar glukosa darah yang paling besar terjadi pada kelompok D3 dan E3 bila dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Persentase penurunan kadar glukosa darah
Kelompok
Waktu (hari)
perlakuan Ke-4
Ke-8
Ke-15
K(+)
60,3%
65.44%
64.62%
D1
32.34%
57.64%
57.09%
D2
21.43%
61.12%
64.62%
D3
53.66%
48.08%
70.5%
E1
19.8%
2.17%
-11.02%
E2
39.47%
43. 21%
55.17%
E3
71.84%
72. 2%
73.8%
Keterangan : KN : Kontrol normal K(+) : Kontrol positif K(-) : Kontrol negatif D1
: Dosis rendah G. verrucosa
D2
: Dosis sedang G. verrucosa
D3
: Dosis tinggi G. verrucosa
50
E1
: Dosis rendah K. alvarezii
E2
: Dosis sedang K. alvarezii
E3
: Dosis tinggi K. alvarezii
c. Grafik penurunan kadar glukosa darah Pada gambar 5, menunjukkan penurunan kadar glukosa darah di hari ke-4. Penurunan kadar glukosa darah yang bermakna terjadi pada kelompok dosis tinggi G. verrucosa (D3) dan kelompok dosis tinggi K.alvarezii (E3).
450 Kadar glukosa darah (mg/dl)
400
KN
350
K(+)
300
K(-)
250
D1
200
D2
150
D3
100
E1
50
E2
0
E3 Hari ke-1
Hari ke-4
Hari ke-8
Hari ke-15
Gambar 5. Kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan
Keterangan : KN : Kontrol normal K(+) : Kontrol positif K(-) : Kontrol negatif D1
: Dosis rendah G. verrucosa
D2
: Dosis sedang G. verrucosa
D3
: Dosis tinggi G. verrucosa
51
E1
: Dosis rendah K. alvarezii
E2
: Dosis sedang K. alvarezii
E3
: Dosis tinggi K. alvarezii
d. Hasil Statistik pada metode induksi aloksan Berdasarkan uji statistik pada hari ke-1, seluruh kelompok dosis uji berbeda secara bermakna dengan kontrol normal. Namun kontrol positif dan kontrol negatif tidak berbeda secara bermakna. Pada hari ke-4,8, dan 15 kelompok dosis sedang dan tinggi kedua ganggang tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol normal dan kontrol positif. Namun berbeda secara bermakna dengan
kelompok
dosis
rendah
G.
verrucosa
dan
K.
alvarezii.
BAB V PEMBAHASAN
Pada penelitian uji aktivitas penurunan glukosa darah dengan metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan ini menggunakan ekstrak etanol 70% G. verrucosa dan K. alvarezii. Kedua sampel uji ini termasuk ke dalam famili gangang merah. Ganggang merah telah lama diketahui menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologi yang luas (Vallinayagam et al, 2009). Sampel uji G. verrucosa dan K. alvarezii yang didapat dari tambak di Desa Tenjo Ayu ini dicuci hingga bersih dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian setelah kering sampel uji dirajang sehingga menjadi serbuk simplisia. Serbuk simplisia dari kedua sampel uji ini kemudian dideterminasi di LIPI Oceanografi untuk memastikan kesesuaian nama dan famili dari bahan yang akan diteliti. Serbuk G. verrucosa dan K. alvarezii kemudian diekstraksi dengan metode maserasi. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak zat aktif dari tanaman dengan cara merendam serbuk simplisia dengan cairan pengekstrak yang sesuai dengan temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini paling sering dilakukan karena pengerjaannya yang mudah, peralatan yang sederhana, dan kemampuan mengekstraksi dengan baik. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 70%. Pemilihan etanol 70% ini karena pelarut ini sangat baik dan dapat menarik senyawa polar maupun non-polar secara optimal. 52
53
Sampel uji dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 300 gram untuk setiap sampel uji. Ekstraksi dengan cara maserasi ini dilakukan 4-5 hari sampai pelaut terlihat jernih. Kemudian masing-masing hasil maserasi kedua ganggang merah dipekatkan dengan vaccum rotavapor yang kemudian menghasilkan ekstrak kental. Pada G. verrucosa didapatkan rendemen sebanyak 11% atau seberat 33 gram sedangkan K. alvarezii didapatkan rendemen sebesar 4% atau seberat 12 gram. Sebelum dilakukan pengujian pada hewan uji, kedua ekstrak dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui senyawa-senyawa yang tertarik ke dalam pelarut etanol 70%. Dari penapisan yang dilakukan, diketahui bahwa G. verrucosa mengandung senyawa saponin, triterpenoid dan flavonoid, sedangkan K. alvarezii mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mampu menurunkan kadar glukosa darah. Flavonoid diketahui sebagai antioksidan yang baik, aktivitas antioksidan juga mampu bekerja sebagai antibakteri, antikanker, dan antidiabetes (Fard et al, 2011). Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan galur wistar berumur 2 bulan dengan berat badan 150-200 gram. Semua kelompok hewan uji diaklitimasi selama 14 hari agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selama pemeliharaan semua tikus diberi makan dan minum dengan takaran yang sama. Hewan uji yang dipilih adalah tikus yang sehat dengan ciri-ciri bulu bersih, mata jernih bersinar dan setelah diaklitimasi berat badan meningkat.
54
Pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa darah pada kedua ganggang merah ini menggunakan 2 metode, yaitu metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan. Hewan uji dikelompokan menjadi 9 kelompok, masing-masing 3 ekor pada setiap kelompok. Kelompok kontrol normal diberi perlakuan dengan pemberian air suling, kelompok kontrol positif untuk metode toleransi glukosa oral diberi akarbosa, sedangkan kontrol positif untuk metode induksi aloksan diberi glibenklamid, kelompok kontrol negatif hanya diberi suspensi CMC, 3 kelompok uji G. verrucosa dan 3 kelompok uji K. alvarezii, masing-masing diberikan dosis rendah (300 mg/kg bb), dosis sedang (600 mg/kg bb), dan dosis tinggi (1200 mg/kg bb). Ekstrak dan kontrol positif yang akan dicekokan kepada hewan uji, sebelum pengujian disuspensikan dengan CMC 1%. Hewan uji dipuasakan selama 16 jam sebelum perlakuan, sehingga saat diberi perlakuan akan terlihat peningkatan kadar glukosa darahnya, meningkatkan rasa lapar pada tikus sehingga pada saat tikus diberi perlakuan mau menelan sediaan uji dengan mudah dan juga penurunan dan kenaikan kadar glukosa darah yang terjadi tidak dipengaruhi apapun selain sediaan uji dan glukosa yang diberikan. Metode toleransi glukosa oral bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak etanol K. alvarezii dalam menekan peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh setelah pemberian glukosa yang besar. Sebagai pembanding digunakan akarbosa dengan mekanisme kerja menghambat enzim α-glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus, sehingga pembentukan dan penyerapan glukosa dihambat, dosis akarbosa yang
55
digunakan adalah dosis yang dikonversikan dari dosis efektif manusia yaitu 4,5 mg/kg bb. Pada menit ke-0 kadar glukosa darah diperiksa dan ditetapkan sebagai kadar glukosa darah puasa. Setiap kelompok hewan uji diberikan ekstrak terlebih dahulu sebelum terjadi efek hiperglikemia yang diakibatkan pemberian glukosa secara oral. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan ekstrak dalam menghambat absorpsi glukosa dalam tubuh yang kadar glukosa darahnya melambung tinggi. Meningkatnya kadar glukosa darah secara nyata pada menit ke-30 di setiap kelompok kontrol dan uji. Pada menit ke-60, kelompok kontrol dan uji telah mengalami penurunan kadar glukosa darah. Persentase penurunan terbesar terjadi pada kelompok dosis tinggi K. alvarezii, dapat dilihat pada tabel 5. Penurunan ini terus terjadi hingga menit ke-180. Berdasarkan tabel 16, BNT menunjukkan pada menit ke-0 kelompok kontrol normal tidak ada perbedaan bermakna antara seluruh kelompok. Pada menit ke-30, kelompok kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok kontrok dan uji. Ini dikarenakan pada menit ke-30 ini seluruh hewan uji mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh glukosa yang diberikan. Pada menit ke-60, 90, 120, dan 150, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis rendah, dosis sedang, dan kontrol positif. Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis tinggi G. verrucosa. Ini menunjukkan bahwa kelompok dosis rendah dan
56
dosis sedang G. verrucosa mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga rentang normal. Pada metode induksi aloksan, setiap kelompok hewan uji diinduksi dengan aloksan monohidrat dengan dosis 100 mg/kg BB. Pemberian aloksan ini akan merusak pankreas hewan uji(dapus), agen sitotoksiknya secara cepat dan selektif merusak kemampuan sel β dalam memproduksi insulin sehingga insulin yang dihasilkan pankreas hanya sedikit. Setelah penginduksian aloksan kemudian ditunggu selama 2 minggu untuk memastikan kerusakan permanen sebagian fungsi pankreas hewan uji dan kenaikan kadar glukosa darah hewan uji. Semua kelompok yang disuntikan aloksan monohidrat secara intravena memperlihatkan peningkatan kadar glukosa >200mg/dl dibandingkan dengan kontrol normal. Dari penampakan fisik, tikus yang mengalami hiperglikemia mengalami penurunan berat badan dan keadaan kandang tikus menjadi lebih lembab dan berbau tidak sedap daripada kandang kelompok tikus normal. Pada pengujiannya, setiap kelompok uji dicekokkan ekstrak setiap hari dan diperiksa kadar glukosa darah pada hari ke-1 sebagai kadar glukosa awal lalu diperiksa kembali pada hari ke-4,8, dan 15. Sebagai pembanding digunakan glibenklamid, karena glibenklamid mampu menstimulasi sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa selama makan, sehingga pemberian ke hewan uji satu kali sehari sesuai dengan pemberian larutan uji. Dosis yang digunakan 0,45 mg/kg bb. Dosis tersebut digunakan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia, yaitu 5 mg/hari yang kemudian dikonversi ke dosis tikus.
57
Pada hari ke-4, 8 dan 15, kadar glukosa darah kontrol normal masih tetap dalam rentang normal sedangkan kontrol negatif mengalami hiperglikemia yang semakin parah. Tikus yang daya tahan tubuhnya tidak kuat sangat beresiko mengalami kematian, sehingga harus selalu dijaga agar waktu untuk tikus kontrol negatif dipuasakan tepat dan tidak menimbulkan kematian. Untuk kelompok kontrol positif dan kelompok uji, terlihat penurunan kadar glukosa darah secara bertahap pada hari ke-4, 8, dan 15 setelah perlakuan. Keadaan fisik juga mengalami perbaikan berupa peningkatan berat badan. Dari persentase penurunan kadar glukosa darah, penurunan yang paling cepat dan stabil terjadi pada kelompok dosis tinggi G. verrucosa dan dosis tinggi K. alvarezii. Berdasarkan pada tabel 24, Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal berbeda secara bermakna dengan
seluruh kelompok perlakuan ekstrak G.
verrucosa, kecuali kontrol positif dan kontrol negatif. Ini dikarenakan kadar hiperglikemia pada kontrol negatif dan kontrol positif tidak terlalu tinggi, tetapi masih dalam keadaan hiperglikemia seperti kelompok dosis uji. Maka ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok dosis uji, kontrol positif, dan kontrol negatif telah mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh aloksan yang diinduksikan. Pada hari ke-4, kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan berdasarkan pada tabel 24, bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun pada hari ke-15 kelompok control negative berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan. Ini dikarenakan
kelompok kontrol positif dan dosis uji telah
mengalami penurunan kadar glukosa darah dalam rentang normal, sedangkan kontrol negatif tidak mengalami penurunan. kelompok dosis sedang G. verrucosa
58
dapat menurunkan kadar glukosa darah dalam rentang normal dan tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol positif. Pada tabel 29, menjelaskan uji BNT dari uji aktivitas K. alvarezii dengan metode induksi aloksan. Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan, kecuali kontrol positif dan kontrol negatif. Ini dikarenakan kadar hiperglikemia pada kontrol negatif dan kontrol positif tidak terlalu tinggi, tetapi masih dalam keadaan hiperglikemia seperti kelompok dosis uji. Ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok dosis uji, kontrol positif, dan kontrol negatif telah mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh aloksan yang diinduksikan. Pada hari ke-4, ke-8, dank ke-15, kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis sedang dan tinggi K. alvarezii bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif, dosis rendah K. alvarezii. Dari data statistik yang diperoleh memperlihatkan bahwa kelompok dosis sedang dan dosis tinggi K. alvarezii dapat menurunkan
kadar
glukosa
darah
hingga
rentang
normal.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN 1.
Metode toleransi glukosa oral, pada ekstrak Gracilaria verruocsa persentase mununjukkan bahwa dosis 300 mg/kg bb dan 600 mg/kg bb mengalami penurunan kadar glukosa darah. Dalam data statistic dosis 600 mg/kg bb tidak ada perbedaan bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Tetapi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif. Pada ekstrak Kappaphycus alvarezii, dosis 300 dan 600 mg/kg bb dalam persentase mengalami penurunan kadar glukosa darah.
2.
Metode induksi aloksan, pada ekstrak Gracilaria verrucosa dosis 300, 600, dan 1200 mg/kg bb mengalami penurunan kadar glukosa darah yang ditandai besarnya persentase pada masing-masing kelompok dosis.
Grafik
menunjukkan penurunan mulai terjadi padahari ke-4. Pada hari ke-4 Dosis 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan 1200 mg/kg bb tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Pada ekstrak Kappaphycus alvarezii, persentase menunjukkan dosis 600 mg/kg bb dan 1200 mg/kg bb terjadi penurunan kadar glukosa darah ditandai dengan besarnya nilai persentase. Dalam data statistik hari ke-4 dosis 600 dan 1200 mg/kg bb tidak ada perbedaan bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif.
59
60
6.2. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih bervariasi sehingga dapat diketahui dosis yang paling efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus wistar dengan metode toleransi gluosa oral dan metode induksi aloksan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredjo, J.T., Achmad Z, Heri P, Sri I 2006. Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya. Anonim. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal 1,4-5,14-15,41.) Astawan, Made. 2004. Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Untuk Meningkatkan Kadar Iodium Dan Serat Pangan Pada Selai Dan Dodol.Bogor :Kampus IPB Aydoğmuş Z, Topcu G, Güven KC. 2008. Studies on chemical constituents of Gracilaria verrucosa. Istanbul University, Beyazit. Istanbul. Turkey Barre, KJ. 1949. Le Diabetique Allocanique. 1st Edition. Actual Pharmacology. New York; 113-124 Bascher, L.Valentina. Clinical, Application of Pathofisiologi, Assesment, Diagnostic, Reasonning and Management. Mosby Inc. Baver DJ. Clinical laboratory methods. 9th Edition. London. The CV mosby company;1982. Hal.474 Dalimartha Setiawan.1996. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Penebar wadaya. Jakarta. Hal. 79-80
61
62
Dang, Hung The, Hye Ja Lee, Eun Sook Yoo, Pramod B. Shinde, Yoon Mi Lee, Jongki Hong, Dong Kyoo Kim, Jee H. Jung. 2008. Anti-inflammatory Constituents of the Red Alga Gracilaria verrucosa and Their Synthetic Analogues. Inje University. Korea Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Fard, SG. Fatemeh TS. Mozdheh. 2011. Ethanolic Extract of Eucheuma cottonii Promotes In Vivo Hair Growth and Wound Healing.UPM. Selangor Faten, M. Abou Elalla and Emad, A. Shalaby. 2009. Antioxidant Activity of Extract and Semi- Purified Fractions of Marine Red Macroalga, Gracilaria Verrucosa. Egypt : Biochemistry Department, Faculty of Agriculture, Cairo University Ganiswara, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4(cetak ulang 2005). Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta;hal 471 dan 479. Halliwel B, Gutterridge, J,M,C. 1949. Free Radial In Biology And Medicine. 3nd ed Oxford University press. London; 561-563
63
Hardoko. 2008. Pengaruh konsumsi gel dan larutan rumput laut (Eucheuma cottonii) terhadap hiperkolestrolemia darah tikus wistar. Malang: Fakultas perikanan Unibraw Malang Jagadeesan L. A. Kannadasan, P. Anantharaman, P. Perumal, Thangaraj. 2010. Assessment of Ammonium Uptake by Marine Macroalga Gracilaria verrucosa (Rhodophyta). Annamalai University. India. Kim, K.Y, Nam K.A, Kurihara A.. 2008. Potent α-glucosidase inhibitors purified from the red alga Grateloupia elliptica. Republik of Korea : Faculty of Marine Bioscience and Technology, Kangnung National University Khotimchenko.S. V. 2005. Lipids from the Marine Alga Gracilaria verrucosa. Chemistry of natural compounds. Vol 41, 285-288. Layse de Almeida, Heloina de S. Falcão, Gedson R. de M. Lima, Camila de A. Montenegro, Narlize S. Lira, Petrônio F. de Athayde-Filho, Luis C. Rodrigues, Maria de Fátima V. de Souza, José M. Barbosa-Filho and Leônia M. Batista. 2011. Bioactivities from Marine Algae of the Genus Gracilaria. University of Paraiba. Brazil. Luning, K. 1990. Seaweed Their Environment, Biogeography and Ecophysiology. John Wiley and Sons, New York. Merck index 2006 14th edisi. Vol I. Published by Merck Research Laboratories Division Of : Merck & CO. Inc White House Station. NJ. Mycek, J. Mary, Richard A. Harvey, Pamela C. champe, 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika. Jakarta;264
64
Ninan, Lydia. 2008. Aktivitas antioksidan dan kadar fenolik total dari ganggang merah (Gracilaria verrucosa). Salatiga : Fakultas dan sains matematika Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Parfit, K. 1983. Martindale The Extrapharmacopela. 20th. The Pharmaceutical. Geneva. London :854 Puspasari, Natalia. 2010. Efektivitas Ekstrak Rumput Laut Gracilaria verrucosa Sebagai Imunostimulan Untuk Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Calrias sp. Bogor: Fakultas Perikaan dan ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor
Sharp, PE Leregina.,Mc.Suckw, MA.1998. The Laboratory Rat. CRC Press. USA Somaatmadja, G. 1998. Buah-buahan Bengkulu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi. Lipi
Shi Dayong, Feng Xu, Juan He. Inhibition of bromophenols against PTP1B and anti-hyperglycemic effect of Rhodomela confervoides extract in diabetic rats Son, B. H.1990 Glycolipids from Gracilaria verrucosa. Phytochemistry. Volume 29, Issue 1, 1990, Pages 307–309
Suherma, S.K. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi dan Terapetik. Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Indonesia. Jakarta. Hal 485-488) Szkudelski, T., 200. The Mechanism Of Alloxan And StreptozotocinAction In β cells Of The Rat Pancreas, PhysiologyResearch, 50:536-554.
65
Tamaonoguci et.al. 1994. Poisoning By The Red Alga `Ogonori' (Gracilaria Verrucosa) On The Nojima Coast.Japan Tjay Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting. Penerbit PT. Elex Media Komputerindo. Jakarta; 693,696,697 Wade, Ainley. Welle,J. Paul. 1994. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. 2th. The Pharmaceutical Press. London;78-80 WHO Department of Noncommunicable Disease Surveilance Geneva Definition. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. Report of a WHO Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.1999) Windolz M, Budavari S. Blumetti R.F. Ottotbeints. 1983. The Merck Index Anencyclopedian of Chemicals, Drugs and Biological. 8th. USA : Published by merck & Co. Inc. Hal : 43-44 Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan rumput laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Wresdiyati Tutik, Ans Budi Hartanta, Made Astawan. 2008. The Effect of Seaweed Eucheuma cottonii on Superoxide Dismutase (SOD) Liver of Hypercholesterolemic
Rats.
Darmaga
Campus.
Bogor
66
67
Lampiran 1. Bahan Dan Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian a. Bahan
Gambar 6. K. Alvarezii
Gambar 7. G. verrucosa
Gambar 8. Tikus putih jantan
Gambar 9. Aloksan monohidrat
Gambar 10. Ekstrak K. Alvarezii
Gambar 11. Ekstrak G. verrucosa
b. Alat
Gambar 12. Glukotest Lampiran 2. Hasil skrining a. Hasil Skrining G. verrucosa
Gambar 13. Strip glukosa
68
Gambar 14. Saponin Tannin
Gambar 15. Flavonoid
Gambar 16.
b. Hasil Skrining K. Alvarezii
Gambar 17. Saponin Steroid
Gambar 18. Flavonoid
Gambar 19.
69
Lampiran 3. Surat Determinasi Hewan Uji
70
Lampiran 4. Surat Determinasi Ganggang Merah Jenis G. verrucosa
Lampiran 5. Surat Determinasi K. Alvarezii
71
Lampiran 6. Skema Kerja Pembuatan ekstrak etanol 70% Ganggang Merah jenis G. verrucosa dan ekstrak etanol ganggang merah K. Alvarezii
G. verrucosa
Penapisan fitokimia
K. Alvarezii
Serbuk kering dan halus
Ampas
Determinasi rumput laut
Ekstrak etanol 70%
Ekstrak kental
Uji Aktivitas
72
Lampiran 7. Skema Aklimatisasi Hewan Uji Disiapkan 36 ekor tikus putih jantan dengan bobot 150-250 g 3 ekor kelompok Kontrol Normal Diadaptasikan atau diaklimatisasi selama ± 1 bulan dalam kondisi percobaan
3 ekor kelompok Kontrol Positif
3 ekor kelompok Kontrol Negatif Dikelompokkan secara acak menjadi 9 kelompok
3 ekor kelompok Dosis Rendah G. verrucosa 3 ekor kelompok Dosis Sedang G. verrucosa 3 ekor kelompok Dosis Tinggi G. verrucosa 3 ekor kelompok Dosis Rendah K. Alvarezii
3 ekor kelompok Dosis Sedang K. Alvarezii 3 ekor kelompok Dosis Tinggi K. Alvarezii
73
Lampiran 8. Skema Kerja Uji Metode Toleransi Glukosa Oral
Persiapan Tikus Puasa 16 Jam
KN
K (-)
K (+)
D1
D2
D3
E1
E2
E3
Tikus Dipuasakana 16 Jam
Air Suling
Air Suling
acarbose
Dosis D1
Dosis D2
Dosis D3
Dosis E1
Dosis E2
30 Menit
Pemberian Beban Glukosa 50%
Ukur Kadar Gula Darah Pada Menit Ke- 30, 60, 90, 120, 150, dan 180
Dosis E3
74
Lampiran 9. Skema Kerja Uji Metode induksi aloksan
Persiapan Tikus Puasa 16 Jam
KN
K (-)
K (+)
NaCl 0,9%
D1
D2
D3
E1
E2
E3
Induksi Dengan Aloksan
Perkembangan Hewan Uji Selama 2 Minggu
Pengukuran Kadar Hiperglikemia Awal
Air Suling
Air Suling
glibenkla mid
Dosis D1
Dosis D2
Dosis D3
Selama 14 hari
Ukur kadar gula darah pada hari ke-1, 4, 8, 15
Dosis E1
Dosis E2
Dosis E3
75
Lampiran 10. Perhitungan Dosis A. Ekstrak etanol G. verrucosa dengan kelompok dosis :
Dosis rendah (D1) = 300 mg/kg bb
Dosis sedang (D2) = 600 mg/kg bb
Dosis tinggi (D3) = 1200 mg/kg bb
1. Dosis rendah Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis rendah adalah : 300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb VAO = Dosis x Berat badan Konsentrasi = 60 mg/200g bb x 200g 60 mg/ml = 1 ml 2. Dosis sedang Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis sedang adalah : 600 mg/kg bb = 120 mg/200g bb VAO = Dosis x Berat badan Konsentrasi = 120 mg/200g bb x 200g bb 120 mg/ml = 1 ml 3. Dosis tinggi Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis tinggi adalah: 1200 mg/kg bb = 240 mg/200g bb VAO = Dosis x Berat badan Konsentrasi = 240 mg/200g bb x 200g bb
76
240 mg/ml = 1 ml
B. Ekstrak etanol K. Alvarezii degan kelompok dosis :
Dosis rendah (D1)= 300 mg/kg bb tikus Dosis sedang (D2)= 600 mg/kg bb tikus
Dosis tinggi (D3) = 1200 mg/kg bb tikus
1. Dosis rendah Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis rendah adalah : 300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb VAO = Dosis x Berat badan Konsentrasi = 60 mg/200g bb x 200g 60 mg/ml = 1 ml Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis rendah adalah : 300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb VAO = Dosis x Berat badan Konsentrasi = 60 mg/200g bb x 200g 60 mg/ml = 1 ml 2. Dosis sedang Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis sedang adalah : 600 mg/kg bb = 120 mg/200g bb VAO = Dosis x Berat badan Konsentrasi = 120 mg/200g bb x 200g bb 120 mg/ml = 1 ml 3. Dosis tinggi Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis tinggi adalah: 1200 mg/kg bb = 240 mg/200g bb
77
VAO = Dosis x Berat badan Konsentrasi = 240 mg/200g bb x 200g bb 240 mg/ml = 1 ml C. Larutan akarbosa Perhitungan dosis Tabel 9. Faktor konversi dosis Weight (kg)
BSA (m2)
Km Factor
Adult
60
1,6
37
Child
20
0,8
35
Baboon
12
0,6
20
Dog
10
0,5
20
Monkey
3
0,24
12
Rabbit
1,3
0,15
12
Guinea Pig
0,4
0,05
8
Rat
0,15
0,025
6
Hamster
0,08
0,02
5
Mouse
0,02
0,007
3
Species Human
HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x km animal km human 50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 6 37 50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 0.162 Animal dose = 0.83 mg/kg 0.162
78
Animal dose = 1.02 mg/200 g Dosis (1.02 mg/200 g bb) VAO = Dosis x Berat badan Konsentrasi = 1.02 mg/200g bb x 200g bb 1.02 mg/ml = 1 ml
D. Larutan glibenklamid HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x km animal km human 5 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 6 37 50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 0.162 Animal dose = 0.83 mg/kg 0.162 Animal dose = 0.1 mg/200 g bb
79
Lampiran 11. Pemeriksaan Parameter Ekstrak 1. Ganggang Merah G. verrucosa A. Perhitungan Perolehan Kembali Ekstrak yang didapat % Perolehan kembali =
Bobot ekstrak yang didapat x 100% Bobot simplisia yang diekstraksi = 33 gr x 100 % = 11% 300
B. Pemeriksaan Kadar Air Berat cawan kosong (A) = 24,5670 gr Berat sampel = 1,0035 gr Berat cawan + sampel sebelum di oven (B) = 25,5705 gr Berat cawan + sampel setelah di oven (C) = 25,5603 gr % Kadar Air = B – C x 100% B = 25,5705 – 25,5603 x 100 % 25,5705 = 0, 039% C. Pemeriksaan Kadar Abu Berat cawan kosong (A) = 22,4150 gr Berat sampel = 1,0015 gr Berat cawan + sampel sebelum di tanur (B) = 23,4165 gr Berat cawan + sampel setelah di tanur (C) = 22,4170 gr % Kadar Abu = C - A x 100% B–A
80
= 22,4170 – 22,4150 x 100 % 23,4165 – 22,4150 = 0,200 % 2. Ganggang merah K. Alvarezii A. Perhitungan Perolehan Kembali Ekstrak yang didapat % Perolehan kembali Gambir = 100%
Bobot ekstrak yang didapat Bobot simplisia yang diekstraksi = 12 g x 100 % = 4 % 300g
B. Pemeriksaan Kadar Air Berat cawan kosong (A) = 24,5670 gr Berat sampel = 1,0305 gr Berat cawan + sampel sebelum di oven (B) = 25,5675 gr Berat cawan + sampel setelah di oven (C) = 25,5535 gr % Kadar Air = B – C x 100% B = 25,5675 – 25,5535 x 100 % 25,5675 = 0,054% C. Pemeriksaan Kadar Abu Berat cawan kosong (A) = 22,4050 gr Berat sampel = 1,0033 gr Berat cawan + sampel sebelum di tanur (B) = 23,4083 gr Berat cawan + sampel setelah di tanur (C) = 22,4075 gr % Kadar Abu = C - A x 100%
x
81
B–A = 22,4075 – 22,4050 x 100 % 23,4080 – 22,4050 = 0,249 %
82
Tabel 10. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode toleransi glukosa Kelompok perlakuan k.normal
k.positif
k.negatif
dosis rendah G. verrucosa
dosissedang G. verrucosa
dosistinggi G. verrucosa
dosis rendah K. Alvarezii
Dosis sedang K. Alvarezii
dosistinggi K. Alvarezii
oral
0 99 101 111 103.6 117 119 112 116 108 103 115 108.7 98 91 83 94 75 101 109 95 109 114 108 110.3 114 97 83 98 92 100 105 99 82 102 84 89.3
30 109 101 121 110.3 161 165 171 167.7 180 266 195 213.7 180 157 132 156.3 191 229 260 226.7 237 221 252 236.7 144 246 164 184.7 150 242 196 196 293 193 140 208.7
60 98 105 124 109 105 128 108 113.7 175 155 213 181 141 141 116 132.7 123 139 170 116.7 175 155 242 190.7 105 175 307 195.7 121 216 194 177 307 200 110 205.7
90 110 99 122 110.3 96 103 89 96 182 279 256 239 137 128 103 122.7 106 126 118 110.7 190 203 264 219 120 210 147 159 111 182 147 146.7 289 190 86 188.3
120 107 101 119 109 83 95 83 87 162 265 234 220.3 135 122 113 123.3 102 123 107 118 203 214 208 208.3 107 175 126 136 129 139 114 127.3 257 179 57 164.3
150 108 100 120 109.3 101 110 102 104.3 158 241 210 203 127 131 125 127.7 155 99 100 90.3 201 179 152 177.3 131 112 119 120.7 107 110 96 104.3 235 136 85 152
180 100 98 108 102 98 100 91 96.3 106 103 116 108.3 92 88 105 95 92 94 85 90.3 198 185 143 175.3 97 96 110 101 89 97 109 98.3 187 126 88 133.7
83
Tabel 11. Hasil pengukuran pada metode induksi aloksan Kelompok perlakuan Kontrol normal
Kontrol positif
Kontrol negatif
Dosis rendah G. verrucosa
Dosis sedang G. verrucosa
Dosis tinggi G. verrucosa
dosis rendah K. Alvarezii
Dosis sedang K. Alvarezii
Dosis tinggi K. Alvarezii
hari ke-1 hari ke-4 hari ke-8 hari ke-15 98 111 85 89 101 99 91 105 87 90 101 98 95.3 100 92.3 97.3 245 61 66 65 149 84 83 80 185 85 51 60 193 76.7 66.7 68.3 242 267 260 270 180 200 202 198 180 174 170 165 200.7 213.7 210.7 211 383 173 104 123 178 177 92 98 376 284 201 181 312.3 211.3 132.3 134 262 142 121 111 417 421 102 105 203 131 120 96 294 231 114.3 104 353 142 331 131 442 110 68 96 463 331 254 144 419.3 194.3 217.7 123.7 223 157 189 243 214 149 210 226 254 248 276 298 230.3 184.7 225 255.7 233 247 198 142 278 95 93 88 234 109 132 104 248.3 150.3 141 111.3 414 80 96 98 530 123 100 101 178 113 116 94 374 105.3 104 97.7
Tabel 12. Bobot Badan Tikus Selama Perlakuan Tikus
Data Pengamatan Berat Badan Tikus (gram)
84
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Dosis rendah G. verrucosa
Dosis sedang G. verrucosa
Dosis tinggi G. verrucosa
dosis rendah K. Alvarezii
Dosis sedang K. Alvarezii
Dosis tinggi K.
1 2 3 RataRata 1 2 3 RataRata 1 2 3 RataRata 1 2 3 RataRata 1 2 3 RataRata 1 2 3 RataRata 1 2 3 RataRata 1 2 3 RataRata 1 2
1 199 198 176 191
2 4 199 200 199 201 179 180 192,33 193,66
182 191 194 189
183 186 189 189 191 193 194 195 195 196 198 199 189,66 191,66 193,66 194,33
192 186 189 189
192 189 190 190,33
189 190 192 190,33
189 191 193 191
194 189 193 192
6 201 202 182 195
195 190 194 193
190 193 193 193 195 195 192,66 193,66
8 203 202 183 196
10 205 203 185 197,66 192 199 200 197
197 191 197 195
200 194 199 197,66
195 194 196 195
196 195 197 196
12 203 205 186 198
195 199 201 203 200 202 198,66 201,33 202 197 201 200
196 190 199 195
204 204 177 177 190 191 190,33 190,66
183 193
205 191 201 199
197 190 200 195,66
199 192 203 198
200 195 204 199,6
206 180 193 193
208 183 195 195,33
209 188 197 198
210 189 199 199,33
211 190 199 200
214 193 200 202,33
195 185 197 192,3
197 187 198 194
199 188 199 195,3
200 190 200 196,66
203 192 203 199,3
186 197
188 199
191 201
193 204
195 208
190 192 193 184 184 185 194 195 197 189,33 190,33 191,66 182 192
203 201 204 202,66
198 200 198 201 199 200 198,33 200,33
194 195 198 199 200 202 204 179 180 182 183 186 187 189 192 193 194 196 198 198 199 188,33 189,33 191,33 192,66 194,66 195,66 197,33 196 189 198 194,33
14 205 206 189 200
185 195
200 201 202 196 199 201 206 207 210 200,66 202,33 204,33
85
Alvarezii
4 RataRata
188 187,3
189 188,3
185 188,3
187 190
189 192
190 194
192 196,3
194 199
86
Lampiran 12. Perhitungan persentase kadar glukosa darah Perhitungan persentase pada metode toleransi glukosa oral A. Akarbosa ( 165,7−113,7 ) Menit ke-60 = x 100% = 31,38 % 165,7 Menit ke-90 = Menit ke-120 = Menit ke-150 = Menit ke-180 =
( 165,7−96 ) 165,7 ( 165,7−87 ) 165,7 ( 165,7−104,3 ) 165,7 (165,7−96,3 ) 165,7
x 100% = 42,06 % x 100% = 47,49 % x 100% = 37,05 % x 100% = 41,88 %
B. Dosis rendah G. verrucosa (156,3−132,7 ) Menit ke-60 = x 100% = 15,09 % 156,3 Menit ke-90 = Menit ke-120 = Menit ke-150 = Menit ke-180 =
( 156,3−122,7 ) 156,3 ( 156,3−123,3 ) 156,3 ( 156,3−127,7 ) 156,3 (156,3−95 ) 156,3
C. Dosis sedang G. verrucosa ( 226,7−144 ) Menit ke-60 = 226,7 Menit ke-90 = Menit ke-120 = Menit ke-150 = Menit ke-180 =
( 226,7−116,7 ) 226,7 ( 226,7−110,7 ) 226,7 ( 226,7−118 ) 226,7 ( 226,7−90,3 ) 226,7
x 100% = 21,49 % x 100% = 21,11 % x 100% = 18,29 % x 100% = 39,22 %
x 100% = 36,47 % x 100% = 48,52 % x 100% = 51,17 % x 100% = 47,95 % x 100% = 60,16 %
D. Dosis tinggi G. verrucosa ( 236,7−190,7 ) Menit ke-60 = x 100% = 19,43 % 236,7 Menit ke-90 = Menit ke-120 = Menit ke-150 = Menit ke-180 =
( 236,7−219 ) 236,7 ( 236,7−208,3 ) 236,7 ( 236,7−177,3 ) 236,7 ( 236,7−175,3 ) 236,7
x 100% = 7,47 % x 100% = 11,99 % x 100% = 25,09 % x 100% = 25,94 %
E. Dosis rendah K. Alvarezii ( 184,7−195,7 ) Menit ke-60 = x 100% = -5,95 % 184,7 Menit ke-90 = Menit ke-120 =
( 184,7−159 ) 184,7 ( 184,7−136 ) 184,7
x 100% = 13,91 % x 100% = 26,36 %
87
Menit ke-150 = Menit ke-180 =
( 184,7−120,7 ) 184,7 ( 184,7−101 ) 184,7
F. Dosis sedang K. Alvarezii ( 196−177 ) Menit ke-60 = 196 Menit ke-90 = Menit ke-120 = Menit ke-150 = Menit ke-180 =
x 100% = 34,65 % x 100% = 45,32 %
x 100% = 9,69 %
( 196−146,7 ) 196 ( 196−127,3 ) 196 ( 196−104,3) 196 (196−98,3 ) 196
x 100% = 25,15 % x 100% = 35,05 % x 100% = 46,78 % x 100% = 49,85 %
G. Dosis tinggi K. Alvarezii ( 208,7−205,7 ) Menit ke-60 = x 100% = 1,44 % 208,7 Menit ke-90 = Menit ke-120 = Menit ke-150 = Menit ke-180 =
( 208,7−188,3 ) 208,7 ( 208,7−164,3 ) 208,7 ( 208,7−152 ) 208,7 ( 208,7−133,7 ) 208,7
x 100% = 9,77 % x 100% = 21,27 % x 100% = 27,17 % x 100% = 35,94 %
Perhitungan persentase pada metode induksi aloksan A. Glibenklamid ( 193−76,7) 193 (193−66,7) ke-8 = 193 (193−68,3) ke- 15 = 193
Hari ke-4 =
x 100%
= 60,3 %
Hari
x 100%
= 65,44 %
x 100%
= 64,62 %
Hari
B. Dosis rendah G. verrucosa Hari ke-4 =
( 312,3−211,3 ) 312,3
x 100% = 32,34 %
Hari ke-8 =
( 312,3−132,3 ) 312,3
x 100% = 57,64%
Hari ke-15 =
( 312,3−134 ) 312,3
x 100% = 57,09 %
C. Dosis sedang G. verrucosa Hari ke-4 = Hari ke-8 = Hari ke-15 =
( 294−231 ) 294 ( 294−114,3 ) 294 294−104 294
D. Dosis tinggi G. verrucosa
x 100% = 21,43 % x 100% = 61,12 % x 100% = 64,62 %
88
( 419,3−194,3 ) 419,3 ( 419,3−217,7 ) = 419,3 ( 419,3−123,7 ) = 419,3
Hari ke-4 =
x 100% = 53,66 %
Hari ke-8
x 100% = 48,08 %
Hari ke-15
x 100% = 70,5 %
E. Dosis rendah K. Alvarezii Hari ke-4 = Hari ke-8 = Hari ke-15 =
( 230,3−184,7 ) 230,3 ( 230,3−225 ) 230,3 ( 230,3−255,7 ) 230,3
x 100% = 19,8 % x 100% = 2,17 % x 100% = -11,02 %
F. Dosis sedang K. Alvarezii Hari ke-4 = Hari ke-8 = Hari ke-15 =
( 248,3−150,3 ) 248,3 ( 248,3−141 ) 248,3 ( 248,3−111,3 ) 248,3
x 100% = 39,47 % x 100% = 43,21 % x 100% = 55,17 %
G. Dosis tinggi K. Alvarezii Hari ke-4 = Hari ke-8 = Hri ke-15 =
( 374−105,3 ) 374 ( 374−104 ) 374 ( 374−97,7 ) 374
x 100% = 71,84 % x 100% = 72,2 % x 100% = 73,8 %
89
Lampiran 13. Hasil uji statistik dosis ekstrak G. verrucosa dengan metode toleransi glukosa oral A. Kelompok dosis ekstrak G. verrucosa Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene penurunan kadar glukosa darah tikus dengan metode toleransi glukosa oral a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov b.
Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa
Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi normal. Pengambilan keputusanj jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak Tabel 13. Uji Normalitas G. verrucosa Dengan Metode Toleransi Glukosa Oral menit_0 menit_30 menit_60 menit_90 menit_120 menit_150 menit_180 N Normal Parameters
a
Mean Stdosis Deviation
18
18
18
18
18
18
18
104.06
184.89
145.17
150.61
143.11
139.94
111.22
11.735
51.157
38.774
62.557
56.524
43.169
32.014
Most Extreme
Absolute
.187
.094
.154
.253
.250
.193
.318
Differences
Positive
.101
.094
.154
.253
.250
.193
.318
Negative
-.187
-.093
-.112
-.162
-.144
-.171
-.206
Kolmogorov-Smirnov Z
.794
.397
.653
1.072
1.061
.820
1.349
Asymp. Sig. (2-tailed)
.554
.997
.787
.200
.210
.513
.053
a. Test distribution is Normal.
darah
90
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data kelompok ekstrak G. verrucosa pada tikus seluruh kelompok perlakuan terdistribusi normal. c. Uji Homogenitas Levene Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah tikus. Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen Pengambilan keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 14. Uji Homogenitas G. verrucosa pada metode toleransi glukosa oral Levene Statistic
df1
df2
Sig.
menit_0
3.414
5
12
.038
menit_30
2.666
5
12
.076
menit_60
2.340
5
12
.106
menit_90
4.608
5
12
.014
menit_120
5.319
5
12
.008
menit_150
3.306
5
12
.042
menit_180
5.578
5
12
.007
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan bervariasi homogen pada menit ke-30 dan 60.
91
Kesimpulan : data penurunan kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-30 dan 60 dapat dilakukan uji ANOVA karena memenuhi syarat uji ANOVA. Uji kruskal wallis dilakukan untuk menit ke-0, 90, 120, 150, dan 180.
Tabel 15. Uji Anova ekstrak G. verrucosa di menit kr-30 dan ke-60. Sum of Squares menit_30 Between Groups
Df
Mean Square
35993.778
5
8496.000
12
Total
44489.778
17
menit_60 Between Groups
17436.500
5
3487.300
8122.000
12
676.833
25558.500
17
Within Groups
Within Groups Total
F
7198.756 10.168
Sig. .001
708.000
5.152
.009
Kesimpulan : Dari hasil uji ANOVA, penurunan kadar glukosa darah pada menit ke-30 dan ke-60
terdapat perbedaan secara bermakna karena memiliki nilai
signifikan (p ≤ 0,05). Maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok. d. Uji Kruskal wallis ekstrak G. verrucosa Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna pada data peningkatan jumlah trombosit pada tikus karena tidak memenuhi syarat uji ANOVA Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara bermakna
92
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna Pengambilan Keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak Tabel 16. Uji Kruskal Wallis ekstrak Gracilaria verrcuosa pada metode toleransi glukosa oral a,b
Test Statistics menit_0 Chi-Square
menit_120
menit_150
menit_180
11.591
14.061
14.978
12.610
12.718
5
5
5
5
5
.041
.015
.010
.027
.026
Df Asymp. Sig.
menit_90
Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-0, 90, 120, 150, dan 180 berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Tabel 16. Uji BNT kelompok ekstrak G. verrucosa metode toleransi glukosa oral Multiple Comparisons LSD 95% Confidence Interval
Mean Dependent
Difference
Stdosis Error
Lower
Variable
(I) kelompok
(J) kelompok
(I-J)
menit_0
kontrol normal
kontrol positif
-12.333
7.252 .115
-28.13
3.47
kontrol negative
-5.000
7.252 .504
-20.80
10.80
dosis rendah G. verrucosa
13.000
7.252 .098
-2.80
28.80
dosis sedang G. verrucosa
8.667
7.252 .255
-7.13
24.47
-6.667
7.252 .376
-22.47
9.13
dosis tinggi G. verrucosa
Sig. Bound Upper Bound
93
kontrol positif
kontrol normal kontrol negative
23.13
dosis sedang G. verrucosa
21.000
*
7.252 .013
5.20
36.80
5.667
7.252 .450
-10.13
21.47
5.000
7.252 .504
-10.80
20.80
-7.333
7.252 .332
-23.13
8.47
dosis rendah G. verrucosa
18.000
*
7.252 .029
2.20
33.80
dosis sedang G. verrucosa
13.667
7.252 .084
-2.13
29.47
dosis tinggi G. verrucosa
-1.667
7.252 .822
-17.47
14.13
-13.000
7.252 .098
-28.80
2.80
kontrol positif
-25.333
*
7.252 .004
-41.13
-9.53
kontrol negative
-18.000
*
7.252 .029
-33.80
-2.20
-4.333
7.252 .561
-20.13
11.47
*
7.252 .019
-35.47
-3.87
-8.667
7.252 .255
-24.47
7.13
dosis sedang G. kontrol normal
-19.667
kontrol positif
-21.000
*
7.252 .013
-36.80
-5.20
kontrol negative
-13.667
7.252 .084
-29.47
2.13
4.333
7.252 .561
-11.47
20.13
-15.333
7.252 .056
-31.13
.47
kontrol normal
6.667
7.252 .376
-9.13
22.47
kontrol positif
-5.667
7.252 .450
-21.47
10.13
1.667
7.252 .822
-14.13
17.47
dosis rendah G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
kontrol negative dosis rendah G. verrucosa
19.667
*
7.252 .019
3.87
35.47
dosis sedang G. verrucosa
15.333
7.252 .056
-.47
31.13
kontrol positif kontrol negative
kontrol positif
-8.47
41.13
dosis tinggi G. verrucosa
kontrol normal
7.252 .332
9.53
dosis sedang G. verrucosa
menit_30
7.333
7.252 .004
dosis rendah G. kontrol normal
verrucosa
28.13
*
kontrol positif
dosis tinggi G.
-3.47
25.333
kontrol negative kontrol normal
verrucosa
7.252 .115
dosis rendah G. verrucosa
dosis tinggi G. verrucosa
verrucosa
12.333
-55.333
*
21.726 .026 -102.67
-8.00
-103.333
*
21.726 .000 -150.67
-56.00
dosis rendah G. verrucosa
-46.000
dosis sedang G. verrucosa
-116.333
dosis tinggi G. verrucosa kontrol normal kontrol negative
21.726 .056
-93.34
1.34
*
21.726 .000 -163.67
-69.00
-126.333
*
21.726 .000 -173.67
-79.00
55.333
*
21.726 .026
8.00
102.67
-48.000
*
21.726 .047
-95.34
-.66
94
dosis rendah G. verrucosa
9.333
dosis sedang G. verrucosa
-61.000
dosis tinggi G. verrucosa
-38.00
56.67
*
21.726 .016 -108.34
-13.66
-71.000
*
21.726 .007 -118.34
-23.66
103.333
*
21.726 .000
56.00
150.67
kontrol positif
48.000
*
21.726 .047
.66
95.34
dosis rendah G. verrucosa
57.333
*
21.726 .022
10.00
104.67
dosis sedang G. verrucosa
-13.000
21.726 .561
-60.34
34.34
dosis tinggi G. verrucosa
-23.000
21.726 .311
-70.34
24.34
dosis rendah G. kontrol normal
46.000
21.726 .056
-1.34
93.34
verrucosa
-9.333
21.726 .675
-56.67
38.00
kontrol negative kontrol normal
kontrol positif kontrol negative
-57.333
*
21.726 .022 -104.67
-10.00
dosis sedang G. verrucosa
-70.333
*
21.726 .007 -117.67
-23.00
dosis tinggi G. verrucosa
-80.333
*
21.726 .003 -127.67
-33.00
116.333
*
21.726 .000
69.00
163.67
kontrol positif
61.000
*
21.726 .016
13.66
108.34
kontrol negative
13.000
21.726 .561
-34.34
60.34
dosis rendah G. verrucosa
70.333
*
21.726 .007
23.00
117.67
dosis tinggi G. verrucosa
-10.000
21.726 .654
-57.34
37.34
dosis sedang G. kontrol normal verrucosa
menit_60
21.726 .675
dosis tinggi G.
kontrol normal
126.333
*
21.726 .000
79.00
173.67
verrucosa
kontrol positif
71.000
*
21.726 .007
23.66
118.34
kontrol negative
23.000
21.726 .311
-24.34
70.34
dosis rendah G. verrucosa
80.333
*
21.726 .003
33.00
127.67
dosis sedang G. verrucosa
10.000
21.726 .654
-37.34
57.34
kontrol positif
-4.667
21.242 .830
-50.95
41.62
21.242 .005 -118.28
-25.72
kontrol normal
kontrol positif
*
kontrol negative
-72.000
dosis rendah G. verrucosa
-23.667
21.242 .287
-69.95
22.62
dosis sedang G. verrucosa
-35.000
21.242 .125
-81.28
11.28
dosis tinggi G. verrucosa
-81.667
21.242 .002 -127.95
-35.38
kontrol normal
*
4.667 *
21.242 .830
-41.62
50.95
21.242 .008 -113.62
-21.05
kontrol negative
-67.333
dosis rendah G. verrucosa
-19.000
21.242 .389
-65.28
27.28
dosis sedang G. verrucosa
-30.333
21.242 .179
-76.62
15.95
dosis tinggi G. verrucosa
-77.000
21.242 .003 -123.28
-30.72
*
95
72.000
*
21.242 .005
25.72
118.28
kontrol positif
67.333
*
21.242 .008
21.05
113.62
dosis rendah G. verrucosa
48.333
*
21.242 .042
2.05
94.62
dosis sedang G. verrucosa
37.000
21.242 .107
-9.28
83.28
dosis tinggi G. verrucosa
-9.667
21.242 .657
-55.95
36.62
dosis rendah G. kontrol normal
23.667
21.242 .287
-22.62
69.95
verrucosa
19.000
21.242 .389
-27.28
65.28
kontrol negative kontrol normal
kontrol positif kontrol negative
-48.333
*
21.242 .042
-94.62
-2.05
dosis sedang G. verrucosa
-11.333
21.242 .603
-57.62
34.95
dosis tinggi G. verrucosa
-58.000
21.242 .018 -104.28
-11.72
dosis sedang G. kontrol normal
35.000
21.242 .125
-11.28
81.28
verrucosa
30.333
21.242 .179
-15.95
76.62
-37.000
21.242 .107
-83.28
9.28
11.333
21.242 .603
-34.95
57.62
-46.667
*
21.242 .048
-92.95
-.38
kontrol positif kontrol negative dosis rendah G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
dosis tinggi G.
kontrol normal
81.667
*
21.242 .002
35.38
127.95
verrucosa
kontrol positif
77.000
*
21.242 .003
30.72
123.28
9.667
21.242 .657
-36.62
55.95
kontrol negative
menit_90
*
kontrol normal
dosis rendah G. verrucosa
58.000
*
21.242 .018
11.72
104.28
dosis sedang G. verrucosa
46.667
*
21.242 .048
.38
92.95
kontrol positif
14.333
22.908 .543
-35.58
64.25
22.908 .000 -178.58
-78.75
kontrol negative
*
dosis rendah G. verrucosa
-12.333
22.908 .600
-62.25
37.58
dosis sedang G. verrucosa
-6.333
22.908 .787
-56.25
43.58
22.908 .000 -158.58
-58.75
dosis tinggi G. verrucosa kontrol positif
-128.667
kontrol normal kontrol negative
-108.667
*
-14.333 -143.000
*
22.908 .543
-64.25
35.58
22.908 .000 -192.91
-93.09
dosis rendah G. verrucosa
-26.667
22.908 .267
-76.58
23.25
dosis sedang G. verrucosa
-20.667
22.908 .385
-70.58
29.25
-123.000
*
22.908 .000 -172.91
-73.09
128.667
*
22.908 .000
78.75
178.58
kontrol positif
143.000
*
22.908 .000
93.09
192.91
dosis rendah G. verrucosa
116.333
*
22.908 .000
66.42
166.25
dosis tinggi G. verrucosa kontrol negative kontrol normal
96
*
22.908 .000
72.42
172.25
20.000
22.908 .400
-29.91
69.91
dosis rendah G. kontrol normal
12.333
22.908 .600
-37.58
62.25
verrucosa
26.667
22.908 .267
-23.25
76.58
22.908 .000 -166.25
-66.42
dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
kontrol positif kontrol negative dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
dosis sedang G. kontrol normal verrucosa
kontrol positif kontrol negative dosis rendah G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
122.333
-116.333
*
6.000 -96.333
*
22.908 .798
-43.91
55.91
22.908 .001 -146.25
-46.42
6.333
22.908 .787
-43.58
56.25
20.667
22.908 .385
-29.25
70.58
22.908 .000 -172.25
-72.42
-122.333
*
-6.000
22.908 .798
-55.91
43.91
-102.333
*
22.908 .001 -152.25
-52.42
dosis tinggi G.
kontrol normal
108.667
*
22.908 .000
58.75
158.58
verrucosa
kontrol positif
123.000
*
22.908 .000
73.09
172.91
kontrol negative
-20.000
22.908 .400
-69.91
29.91
dosis rendah G. verrucosa
96.333
*
22.908 .001
46.42
146.25
dosis sedang G. verrucosa
102.333
*
22.908 .001
52.42
152.25
22.000
18.848 .266
-19.07
63.07
18.848 .000 -152.40
-70.27
menit_120 kontrol normal
kontrol positif kontrol negative
kontrol positif
-111.333
*
dosis rendah G. verrucosa
-14.333
18.848 .462
-55.40
26.73
dosis sedang G. verrucosa
-1.667
18.848 .931
-42.73
39.40
18.848 .000 -140.40
-58.27
*
dosis tinggi G. verrucosa
-99.333
kontrol normal
-22.000
kontrol negative
-133.333
*
18.848 .266
-63.07
19.07
18.848 .000 -174.40
-92.27
dosis rendah G. verrucosa
-36.333
18.848 .078
-77.40
4.73
dosis sedang G. verrucosa
-23.667
18.848 .233
-64.73
17.40
-121.333
*
18.848 .000 -162.40
-80.27
111.333
*
18.848 .000
70.27
152.40
133.333
*
18.848 .000
92.27
174.40
dosis rendah G. verrucosa
97.000
*
18.848 .000
55.93
138.07
dosis sedang G. verrucosa
109.667
*
18.848 .000
68.60
150.73
12.000
18.848 .536
-29.07
53.07
14.333
18.848 .462
-26.73
55.40
dosis tinggi G. verrucosa kontrol negative kontrol normal kontrol positif
dosis tinggi G. verrucosa dosis rendah G. kontrol normal
97
verrucosa
kontrol positif kontrol negative dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
dosis sedang G. kontrol normal verrucosa
kontrol positif kontrol negative
36.333 -97.000
*
12.667 -85.000
*
18.848 .078
-4.73
77.40
18.848 .000 -138.07
-55.93
18.848 .514
-28.40
53.73
18.848 .001 -126.07
-43.93
1.667
18.848 .931
-39.40
42.73
23.667
18.848 .233
-17.40
64.73
18.848 .000 -150.73
-68.60
-109.667
*
dosis rendah G. verrucosa
-12.667
dosis tinggi G. verrucosa
-97.667
18.848 .514
-53.73
28.40
*
18.848 .000 -138.73
-56.60
dosis tinggi G.
kontrol normal
99.333
*
18.848 .000
58.27
140.40
verrucosa
kontrol positif
121.333
*
18.848 .000
80.27
162.40
kontrol negative
-12.000
18.848 .536
-53.07
29.07
dosis rendah G. verrucosa
85.000
*
18.848 .001
43.93
126.07
dosis sedang G. verrucosa
97.667
*
18.848 .000
56.60
138.73
5.000
19.786 .805
-38.11
48.11
19.786 .000 -136.78
-50.56
menit_150 kontrol normal
kontrol positif
-93.667
dosis rendah G. verrucosa
-18.333
19.786 .372
-61.44
24.78
dosis sedang G. verrucosa
-8.667
19.786 .669
-51.78
34.44
19.786 .005 -111.11
-24.89
dosis tinggi G. verrucosa kontrol positif
*
kontrol negative
kontrol normal
-68.000
*
-5.000 *
19.786 .805
-48.11
38.11
19.786 .000 -141.78
-55.56
kontrol negative
-98.667
dosis rendah G. verrucosa
-23.333
19.786 .261
-66.44
19.78
dosis sedang G. verrucosa
-13.667
19.786 .503
-56.78
29.44
dosis tinggi G. verrucosa
-73.000
*
19.786 .003 -116.11
-29.89
93.667
*
19.786 .000
50.56
136.78
kontrol positif
98.667
*
19.786 .000
55.56
141.78
dosis rendah G. verrucosa
75.333
*
19.786 .002
32.22
118.44
dosis sedang G. verrucosa
85.000
*
19.786 .001
41.89
128.11
dosis tinggi G. verrucosa
25.667
19.786 .219
-17.44
68.78
dosis rendah G. kontrol normal
18.333
19.786 .372
-24.78
61.44
verrucosa
23.333
19.786 .261
-19.78
66.44
19.786 .002 -118.44
-32.22
kontrol negative kontrol normal
kontrol positif kontrol negative dosis sedang G. verrucosa
-75.333
*
9.667
19.786 .634
-33.44
52.78
98
dosis tinggi G. verrucosa dosis sedang G. kontrol normal verrucosa
kontrol positif kontrol negative dosis rendah G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
*
19.786 .027
-92.78
-6.56
8.667
19.786 .669
-34.44
51.78
13.667
19.786 .503
-29.44
56.78
19.786 .001 -128.11
-41.89
-49.667
-85.000
*
-9.667
19.786 .634
-52.78
33.44
-59.333
*
19.786 .011 -102.44
-16.22
dosis tinggi G.
kontrol normal
68.000
*
19.786 .005
24.89
111.11
verrucosa
kontrol positif
73.000
*
19.786 .003
29.89
116.11
kontrol negative
-25.667
19.786 .219
-68.78
17.44
dosis rendah G. verrucosa
49.667
*
19.786 .027
6.56
92.78
dosis sedang G. verrucosa
59.333
*
19.786 .011
16.22
102.44
5.667
10.668 .605
-17.58
28.91
-6.333
10.668 .564
-29.58
16.91
dosis rendah G. verrucosa
7.000
10.668 .524
-16.24
30.24
dosis sedang G. verrucosa
11.667
10.668 .296
-11.58
34.91
*
10.668 .000
-96.58
-50.09
-5.667
10.668 .605
-28.91
17.58
-12.000
10.668 .283
-35.24
11.24
dosis rendah G. verrucosa
1.333
10.668 .903
-21.91
24.58
dosis sedang G. verrucosa
6.000
10.668 .584
-17.24
29.24
10.668 .000 -102.24
-55.76
menit_180 kontrol normal
kontrol positif kontrol negative
dosis tinggi G. verrucosa kontrol positif
kontrol normal kontrol negative
dosis tinggi G. verrucosa kontrol negative kontrol normal
-73.333
-79.000
*
6.333
10.668 .564
-16.91
29.58
kontrol positif
12.000
10.668 .283
-11.24
35.24
dosis rendah G. verrucosa
13.333
10.668 .235
-9.91
36.58
dosis sedang G. verrucosa
18.000
10.668 .117
-5.24
41.24
*
10.668 .000
-90.24
-43.76
dosis rendah G. kontrol normal
-7.000
10.668 .524
-30.24
16.24
verrucosa
-1.333
10.668 .903
-24.58
21.91
-13.333
10.668 .235
-36.58
9.91
4.667
10.668 .670
-18.58
27.91
10.668 .000 -103.58
-57.09
dosis tinggi G. verrucosa
kontrol positif kontrol negative dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
dosis sedang G. kontrol normal verrucosa
kontrol positif
-67.000
-80.333
*
-11.667
10.668 .296
-34.91
11.58
-6.000
10.668 .584
-29.24
17.24
99
kontrol negative dosis rendah G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
-18.000
10.668 .117
-41.24
5.24
-4.667
10.668 .670
-27.91
18.58 -61.76
-85.000
*
10.668 .000 -108.24
dosis tinggi G.
kontrol normal
73.333
*
10.668 .000
50.09
96.58
verrucosa
kontrol positif
79.000
*
10.668 .000
55.76
102.24
kontrol negative
67.000
*
10.668 .000
43.76
90.24
dosis rendah G. verrucosa
80.333
*
10.668 .000
57.09
103.58
dosis sedang G. verrucosa
85.000
*
10.668 .000
61.76
108.24
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kesimpulan : 1. Pada menit ke-0, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05. 2. Pada menit ke-30, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis rendah G. verrucosa bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif, dosis sedang dan dosis tinggi G. verrucosa, bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05. 3. Pada menit ke-60, 90, 120, 150, dan 180 kelompok kontrol normal berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis tinggi G. verrucosa bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok
kontrol positif, dosis rendah dan dosis sedang G. verrucosa bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05.
100
Lampiran 17. Hasil Statistik Dosis Ekstrak K. Alvarezii dengan metode toleransi glukosa oral B. Kelompok dosis ekstrak K. Alvarezii a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah tikus sebagai syarat uji ANOVA Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak Tabel 18. Uji Normalitas ekstrak K. Alvarezii metode toleransi glukosa oral menit_0 menit_30 menit_60 menit_90 menit_120 menit_150 N Normal Parameters
a
Mean Stdosis Deviation
menit_180
18
18
18
18
18
18
18
102.44
179.83
163.67
156.56
140.67
132.28
106.61
11.567
53.411
66.029
65.994
60.351
47.612
22.219
Most Extreme
Absolute
.111
.159
.205
.200
.188
.268
.273
Differences
Positive
.111
.159
.205
.200
.188
.268
.273
Negative
-.105
-.100
-.160
-.143
-.114
-.167
-.201
Kolmogorov-Smirnov Z
.472
.674
.872
.847
.797
1.139
1.157
Asymp. Sig. (2-tailed)
.979
.754
.433
.469
.550
.149
.137
a. Test distribution is Normal.
101
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan kadar glukosa darah pada ekstrak K. Alvarezii pada tikus seluruh kelompok perlakuan terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Levene Tujuan : untuk melihat homogenitas data jumlah penurunan kadar glukosa darah tikus. Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen Pengambilan keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak Tabel 19. Uji Homogenitas K. Alvarezii pada metode toleransi glukosa oral Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
menit_0
1.441
5
12
.279
menit_30
2.698
5
12
.074
menit_60
2.530
5
12
.087
menit_90
2.126
5
12
.132
menit_120
3.655
5
12
.031
menit_150
4.549
5
12
.015
menit_180
4.345
5
12
.017
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok perlakuan bervariasi homogen pada menit ke-0, ke-30, ke-60 dan ke-90. Namun pada menit ke-
102
120, ke-150, dank e-180 data penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok perlakuan tidak bervariasi homogen karena nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak. Kesimpulan : Data penurunan kadar glukosa darah pada ekstrak K. Alvarezii dengan metode toleransi glukosa oral tikus pada menit ke-0, ke-30, ke-60 dan ke-90 dapat dilakukan uji ANOVA karena memenuhi syarat uji ANOVA. Namun pada menit ke-120, ke-150, dank e-180 tidak memenuhi syarat uji ANOVA sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. c. Uji ANOVA
Tabel 20. Uji ANOVA Data Penurunan kadar glukosa darah pada menit ke-0, ke30, ke-60 dan ke-90 Sum of Squares menit_0
Between Groups
5
256.489
992.000
12
82.667
2274.444
17
Between Groups
21875.167
5
4375.033
Within Groups
26621.333
12
2218.444
Total
48496.500
17
Between Groups
26264.000
5
5252.800
Within Groups
47852.000
12
3987.667
Total
74116.000
17
Between Groups
41142.444
5
8228.489
Within Groups
32896.000
12
2741.333
Total
74038.444
17
Total
menit_60
menit_90
Mean Square
1282.444
Within Groups
menit_30
Df
F
Sig.
3.103
.050
1.972
.156
1.317
.321
3.002
.055
Kesimpulan : Data penurunan kadar glukosa darah menit ke-0, ke-30, ke-60 dan ke-90 memiliki nilai siginifikansi ≥ 0,05 (Ho ditolak). d. Uji Kruskal wallis ekstrak K. Alvarezii
103
Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi syarat uji ANOVA Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara bermakna Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna Pengambilan Keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak Tabel 21. Uji Kruskal Wallis K. Alvarezii pada metode toleransi glukosa oral
menit_120 Chi-Square Df Asymp. Sig.
menit_150
menit_180
9.575
9.015
3.590
5
5
5
.088
.108
.610
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho dierima, artinya data penurunan kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-120, 150, dan 180 tidak berbeda secara bermakna, maka tidak dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
104
Lampiran 18. Hasil Statistik Dosis Ekstrak G. verrucosa dengan metode induksi aloksan A. Kelompok Dosis Ekstrak G. verrucosa Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah tikus sebagai syarat uji ANOVA Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak terdistribusi normal
Tabel 22. Uji Normalitas G. verrucosa pada metode induksi aloksan hari_1 N Normal Parameters
a
Mean Stdosis Deviation
hari_4
hari_8
hari_15
18
18
18
18
252.44
171.22
139.00
123.06
123.172
97.132
79.301
52.415
Most Extreme
Absolute
.156
.199
.256
.202
Differences
Positive
.156
.199
.256
.202
Negative
-.126
-.129
-.134
-.114
Kolmogorov-Smirnov Z
.662
.842
1.088
.857
Asymp. Sig. (2-tailed)
.774
.477
.187
.454
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya penurunan kadar glukosa darah pada tikus seluruh kelompok perlakuan terdistribusi normal b. Uji Homogenitas Levene Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah tikus
105
Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen Pengambilan keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 23. Uji Homogenitas Levene Statistic
df1
df2
Sig.
hari_1
3.949
5
12
.024
hari_4
6.939
5
12
.003
hari_8
5.356
5
12
.008
hari_15
3.580
5
12
.033
Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok tidak bervariasi homogen. c. Uji Kruskal Wallis G. verrucosa pada metode induksi aloksan Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi syarat uji ANOVA Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara bermakna Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna Pengambilan Keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
106
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak Tabel 24. Uji Kruskal-Wallis G. verrucosa pada metode induksi aloksan a,b
Test Statistics hari_1 Chi-Square
hari_4
hari_8
hari_15
12.288
11.895
10.708
12.859
5
5
5
5
.031
.036
.057
.025
Df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-0, 90, 120, 150, dan 180 berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Tabel 25. Uji BNT G. verucosa pada hari ke-1, 4, 8 dan 15. Multiple Comparisons LSD 95% Confidence Depende
Interval
Mean
nt Variable
(I) kelompok
(J) kelompok
hari_1
kontrol normal kontrol positif kontrol negatif dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa kontrol positif
Differenc
Std.
e (I-J)
Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
-97.667 60.426
.132 -229.32
33.99
-105.333 60.426
.107 -236.99
26.32
-217.000
*
60.426
.004 -348.66
-85.34
-198.667
*
60.426
.006 -330.32
-67.01
-324.000
*
60.426
.000 -455.66
-192.34
kontrol normal
97.667 60.426
.132
-33.99
229.32
kontrol negatif
-7.667 60.426
.901 -139.32
123.99
107
dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa kontrol negatif kontrol normal kontrol positif dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G.
G. verrucosa
.120 -232.66
30.66
*
.003 -357.99
-94.68
.107
-26.32
236.99
7.667 60.426
.901 -123.99
139.32
-111.667 60.426
.089 -243.32
19.99
-93.333 60.426
.148 -224.99
38.32
-226.333
60.426
105.333 60.426
.004 -350.32
-87.01
kontrol normal
217.000
*
60.426
.004
85.34
348.66
kontrol positif
119.333 60.426
.072
-12.32
250.99
kontrol negatif
111.667 60.426
.089
-19.99
243.32
18.333 60.426
.767 -113.32
149.99
-107.000 60.426
.102 -238.66
24.66
dosis tinggi G. verrucosa
*
kontrol normal
198.667
60.426
.006
67.01
330.32
kontrol positif
101.000 60.426
.120
-30.66
232.66
kontrol negatif
93.333 60.426
.148
-38.32
224.99
-18.333 60.426
.767 -149.99
113.32
-125.333 60.426
.060 -256.99
6.32
324.000
*
60.426
.000 192.34
455.66
kontrol positif
226.333
*
60.426
.003
94.68
357.99
kontrol negatif
218.667
*
60.426
.004
87.01
350.32
107.000 60.426
.102
-24.66
238.66
dosis rendah G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa dosis tinggi G. kontrol normal verrucosa
-101.000 60.426
60.426
verrucosa
G. verrucosa
12.32
*
dosis sedang G.
dosis sedang
.072 -250.99
-218.667
verrucosa dosis rendah
-119.333 60.426
dosis rendah G. verrucosa
108
dosis sedang G.
-6.32
256.99
23.333 72.905
.754 -135.51
182.18
-113.667 72.905
.145 -272.51
45.18
-111.333 72.905
.153 -270.18
47.51
-131.333 72.905
.097 -290.18
27.51
-94.333 72.905
.220 -253.18
64.51
kontrol normal
-23.333 72.905
.754 -182.18
135.51
kontrol negatif
-137.000 72.905
.085 -295.85
21.85
-134.667 72.905
.090 -293.51
24.18
-154.667 72.905
.055 -313.51
4.18
-117.667 72.905
.133 -276.51
41.18
verrucosa hari_4
kontrol normal kontrol positif kontrol negatif dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa kontrol positif
dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa kontrol negatif kontrol normal kontrol positif dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
125.333 60.426
.060
113.667 72.905
.145
-45.18
272.51
137.000 72.905
.085
-21.85
295.85
2.333 72.905
.975 -156.51
161.18
-17.667 72.905
.813 -176.51
141.18
19.333 72.905
.795 -139.51
178.18
dosis rendah
kontrol normal
111.333 72.905
.153
-47.51
270.18
G. verrucosa
kontrol positif
134.667 72.905
.090
-24.18
293.51
-2.333 72.905
.975 -161.18
156.51
-20.000 72.905
.788 -178.85
138.85
17.000 72.905
.820 -141.85
175.85
kontrol negatif dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa dosis sedang
kontrol normal
131.333 72.905
.097
-27.51
290.18
G. verrucosa
kontrol positif
154.667 72.905
.055
-4.18
313.51
109
kontrol negatif
17.667 72.905
.813 -141.18
176.51
20.000 72.905
.788 -138.85
178.85
37.000 72.905
.621 -121.85
195.85
94.333 72.905
.220
-64.51
253.18
kontrol positif
117.667 72.905
.133
-41.18
276.51
kontrol negatif
-19.333 72.905
.795 -178.18
139.51
-17.000 72.905
.820 -175.85
141.85
-37.000 72.905
.621 -195.85
121.85
dosis rendah G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa dosis tinggi G. kontrol normal verrucosa
dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa hari_15
kontrol normal kontrol positif kontrol negatif dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa kontrol positif
kontrol normal kontrol negatif dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
kontrol negatif kontrol normal kontrol positif dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
29.000 24.815 -113.667
*
24.815
.265
-25.07
83.07
.001 -167.73
-59.60
-36.667 24.815
.165
-90.73
17.40
-6.667 24.815
.793
-60.73
47.40
-26.333 24.815
.309
-80.40
27.73
-29.000 24.815
.265
-83.07
25.07
-142.667
*
24.815
.000 -196.73
-88.60
-65.667
*
24.815
.021 -119.73
-11.60
-35.667 24.815
.176
-89.73
18.40
-1.27
-55.333
*
24.815
.046 -109.40
113.667
*
24.815
.001
59.60
167.73
142.667
*
24.815
.000
88.60
196.73
77.000
*
24.815
.009
22.93
131.07
107.000
*
24.815
.001
52.93
161.07
87.333
*
24.815
.004
33.27
141.40
110
dosis rendah
kontrol normal
36.667 24.815
G. verrucosa
kontrol positif
65.667
*
kontrol negatif
-77.000
*
dosis sedang G. verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
.165
-17.40
90.73
24.815
.021
11.60
119.73
24.815
.009 -131.07
-22.93
30.000 24.815
.250
-24.07
84.07
10.333 24.815
.684
-43.73
64.40
dosis sedang
kontrol normal
6.667 24.815
.793
-47.40
60.73
G. verrucosa
kontrol positif
35.667 24.815
.176
-18.40
89.73
.001 -161.07
-52.93
kontrol negatif
-107.000
dosis rendah G.
*
24.815
-30.000 24.815
.250
-84.07
24.07
-19.667 24.815
.443
-73.73
34.40
dosis tinggi G. kontrol normal
26.333 24.815
.309
-27.73
80.40
verrucosa
kontrol positif
55.333
*
24.815
.046
1.27
109.40
kontrol negatif
-87.333
*
24.815
.004 -141.40
-33.27
verrucosa dosis tinggi G. verrucosa
dosis rendah G. verrucosa dosis sedang G. verrucosa
-10.333 24.815
.684
-64.40
43.73
19.667 24.815
.443
-34.40
73.73
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kesimpulan : 1. Pada hari ke-1, seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan kontrol normal, kecuali kelompok kontrol positif dan kontrol negatif. 2. Pada hari ke-4, seluruh kelompok dosis dan kontrol tidak berbeda secara bermakna dengan terhadap kontrol normal dan kontrol positif. 3. Pada hari ke-15,
kelompok kontrol normal tidak berbeda secara
bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan, bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun
berbeda secara bermakna dengan
111
kelompok kontrol negatif, dosis rendah K. Alvarezii, bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05.
112
Lampiran 19. Hasil Statistik Dosis Ekstrak K. Alvarezii dengan metode induksi aloksan a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah tikus sebagai syarat uji ANOVA Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Tabel 26.Uji normalitas pada K. Alvarezii dengan metode induksi aloksan hari_1 N
hari_4
hari_8
hari_15
18
18
18
18
223.61
138.44
139.94
140.22
107.786
63.871
67.859
74.548
Absolute
.222
.210
.217
.293
Positive
.222
.210
.217
.293
Negative
-.114
-.125
-.098
-.141
Kolmogorov-Smirnov Z
.943
.893
.921
1.242
Asymp. Sig. (2-tailed)
.336
.403
.365
.091
Normal Parameters
a
Mean Stdosis Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Keputusan :Seluruh data kelompok terdistribusi normal b. Uji Homogenitas Levene
113
Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah tikus. Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang bervariasi tidak homogen
Tabel 27. Uji Homogenitas K. Alvarezii pada metode induksi aloksan Levene Statistic
df1
df2
Sig.
hari_1
5.143
5
12
.009
hari_4
5.112
5
12
.010
hari_8
2.561
5
12
.085
hari_15
3.968
5
12
.023
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok bervariasi homogen pada hari ke-8 dan ke-15. Namun pada hari ke-1 dan ke-4 data penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok perlakuan tidak bervariasi homogen karena nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak. c. Uji ANOVA
Tabel 28. Uji ANOVA K. Alvarezii dengan metode induksi aloksan Sum of Squares hari_1
Between Groups
Mean Square
123575.611
5
24715.122
73928.667
12
6160.722
197504.278
17
Between Groups
42981.111
5
8596.222
Within Groups
26371.333
12
2197.611
Within Groups Total hari_4
Df
F
Sig.
4.012
.023
3.912
.025
114
hari_15
Total
69352.444
17
Between Groups
83969.778
5
16793.956
Within Groups
10507.333
12
875.611
Total
94477.111
17
19.180
Keputusan : Dari hasil uji ANOVA, Penurunan kadar glukosa darah pada hari ke1, ke-4, dan ke-15 terdapat perbedaan secara bermakna pada data jumlah peningkatan trombosit karena memiliki nilai signifikan (p ≤ 0,05). Maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya. d. Uji kruskal wallis metode induksi aloksan K. Alvarezii Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi syarat uji ANOVA Hipotesis Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara bermakna Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna Pengambilan Keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
.000
115
Tabel 29. Uji Kruskal Wallis K. Alvarezii pada metode induksi aloksan
Test Statistics
a,b
hari_8 Chi-Square Df
14.240 5
Asymp. Sig.
.014
Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada hari ke- 4 dan ke-15 berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok. Pada hari ke-8, nilai signifikan ≥0,05 maka seluruh kelompok uji tidak ada perbedaan bermakna
Tabel 30. Uji BNT K. Alvarezii pada metode induksi aloksan LSD 95% Confidence Interval Dependent Variable
(I) kelompok
(J) kelompok
hari_1
kontrol normal
kontrol positif
kontrol positif
Mean
Stdosis
Difference (I-J)
Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
-97.667 64.087
.153
-237.30
41.97
kontrol negative
-105.333 64.087
.126
-244.97
34.30
dosis rendah K. Alvarezii
-135.000 64.087
.057
-274.63
4.63
dosis sedang K. Alvarezii
-153.000
*
64.087
.034
-292.63
-13.37
dosis tinggi K. Alvarezii
-278.667
*
64.087
.001
-418.30
-139.03
kontrol normal
97.667 64.087
.153
-41.97
237.30
kontrol negative
-7.667 64.087
.907
-147.30
131.97
116
dosis rendah K. Alvarezii
-37.333 64.087
.571
-176.97
102.30
dosis sedang K. Alvarezii
-55.333 64.087
.405
-194.97
84.30
64.087
.015
-320.63
-41.37
105.333 64.087
.126
-34.30
244.97
7.667 64.087
.907
-131.97
147.30
dosis rendah K. Alvarezii
-29.667 64.087
.652
-169.30
109.97
dosis sedang K. Alvarezii
-47.667 64.087
.471
-187.30
91.97
64.087
.019
-312.97
-33.70
kontrol normal
135.000 64.087
.057
-4.63
274.63
kontrol positif
37.333 64.087
.571
-102.30
176.97
kontrol negative
29.667 64.087
.652
-109.97
169.30
-18.000 64.087
.784
-157.63
121.63
dosis tinggi K. Alvarezii kontrol negatif
kontrol normal kontrol positif
dosis tinggi K. Alvarezii dosis rendah K. Alvarezii
dosis sedang K. Alvarezii
Alvarezii
hari_4
kontrol normal
64.087
.045
-283.30
-4.03
153.000
*
64.087
.034
13.37
292.63
kontrol positif
55.333 64.087
.405
-84.30
194.97
kontrol negative
47.667 64.087
.471
-91.97
187.30
dosis rendah K. Alvarezii
18.000 64.087
.784
-121.63
157.63
dosis tinggi K. Alvarezii
-125.667 64.087
.074
-265.30
13.97
kontrol normal
278.667
*
64.087
.001
139.03
418.30
kontrol positif
181.000
*
64.087
.015
41.37
320.63
kontrol negative
173.333
*
64.087
.019
33.70
312.97
dosis rendah K. Alvarezii
143.667
*
64.087
.045
4.03
283.30
dosis sedang K. Alvarezii
125.667 64.087
.074
-13.97
265.30
23.333 38.276
.553
-60.06
106.73
kontrol positif
-113.667
*
38.276
.012
-197.06
-30.27
dosis rendah K. Alvarezii
-84.667
*
38.276
.047
-168.06
-1.27
dosis sedang K. Alvarezii
-50.333 38.276
.213
-133.73
33.06
-5.333 38.276
.891
-88.73
78.06
-23.333 38.276
.553
-106.73
60.06
kontrol negative
dosis tinggi K. Alvarezii kontrol positif
*
*
dosis sedang K. kontrol normal
dosis tinggi K.
-173.333
*
-143.667
dosis tinggi K. Alvarezii
Alvarezii
-181.000
kontrol normal kontrol negatif
-137.000
*
38.276
.004
-220.40
-53.60
dosis rendah K. Alvarezii
-108.000
*
38.276
.015
-191.40
-24.60
-73.667 38.276
.078
-157.06
9.73
dosis sedang K. Alvarezii
117
dosis tinggi K. Alvarezii kontrol negatif
.468
-112.06
54.73
kontrol normal
113.667
*
38.276
.012
30.27
197.06
kontrol positif
137.000
*
38.276
.004
53.60
220.40
dosis rendah K. Alvarezii
29.000 38.276
.463
-54.40
112.40
dosis sedang K. Alvarezii
63.333 38.276
.124
-20.06
146.73
dosis tinggi K. Alvarezii
108.333
*
38.276
.015
24.94
191.73
dosis rendah K.
kontrol normal
84.667
*
38.276
.047
1.27
168.06
Alvarezii
kontrol positif
108.000
*
38.276
.015
24.60
191.40
-29.000 38.276
.463
-112.40
54.40
dosis sedang K. Alvarezii
34.333 38.276
.387
-49.06
117.73
dosis tinggi K. Alvarezii
79.333 38.276
.060
-4.06
162.73
dosis sedang K. kontrol normal
50.333 38.276
.213
-33.06
133.73
Alvarezii
kontrol positif
73.667 38.276
.078
-9.73
157.06
kontrol negatif
-63.333 38.276
.124
-146.73
20.06
dosis rendah K. Alvarezii
-34.333 38.276
.387
-117.73
49.06
45.000 38.276
.263
-38.40
128.40
kontrol negatif
dosis tinggi K. Alvarezii dosis tinggi K.
kontrol normal
5.333 38.276
.891
-78.06
88.73
Alvarezii
kontrol positif
28.667 38.276
.468
-54.73
112.06
38.276
.015
-191.73
-24.94
dosis rendah K. Alvarezii
-79.333 38.276
.060
-162.73
4.06
dosis sedang K. Alvarezii
-45.000 38.276
.263
-128.40
38.40
25.667 28.661
.388
-36.78
88.11
kontrol negatif
hari_8
-28.667 38.276
kontrol normal
kontrol positif
kontrol negatif
kontrol positif
-108.333
*
kontrol negatif
-118.333
*
28.661
.001
-180.78
-55.89
dosis rendah K. Alvarezii
-132.667
*
28.661
.001
-195.11
-70.22
dosis sedang K. Alvarezii
-48.667 28.661
.115
-111.11
13.78
dosis tinggi K. Alvarezii
-11.667 28.661
.691
-74.11
50.78
kontrol normal
-25.667 28.661
.388
-88.11
36.78
kontrol negatif
-144.000
*
28.661
.000
-206.45
-81.55
dosis rendah K. Alvarezii
-158.333
*
28.661
.000
-220.78
-95.89
dosis sedang K. Alvarezii
-74.333
*
28.661
.024
-136.78
-11.89
dosis tinggi K. Alvarezii
-37.333 28.661
.217
-99.78
25.11
kontrol normal
118.333
*
28.661
.001
55.89
180.78
kontrol positif
144.000
*
28.661
.000
81.55
206.45
118
dosis rendah K. Alvarezii
-14.333 28.661
dosis sedang K. Alvarezii
69.667
*
dosis tinggi K. Alvarezii
106.667
dosis rendah K.
kontrol normal
Alvarezii
kontrol positif
.626
-76.78
48.11
28.661
.032
7.22
132.11
*
28.661
.003
44.22
169.11
132.667
*
28.661
.001
70.22
195.11
158.333
*
28.661
.000
95.89
220.78
kontrol negatif
14.333 28.661
.626
-48.11
76.78
dosis sedang K. Alvarezii
84.000
*
28.661
.013
21.55
146.45
121.000
*
28.661
.001
58.55
183.45
dosis sedang K. kontrol normal
48.667 28.661
.115
-13.78
111.11
Alvarezii
kontrol positif
74.333
*
28.661
.024
11.89
136.78
kontrol negatif
-69.667
*
28.661
.032
-132.11
-7.22
dosis rendah K. Alvarezii
-84.000
*
28.661
.013
-146.45
-21.55
dosis tinggi K. Alvarezii
37.000 28.661
.221
-25.45
99.45
dosis tinggi K.
kontrol normal
11.667 28.661
.691
-50.78
74.11
Alvarezii
kontrol positif
37.333 28.661
.217
-25.11
99.78
dosis tinggi K. Alvarezii
kontrol negatif
-106.667
*
28.661
.003
-169.11
-44.22
dosis rendah K. Alvarezii
-121.000
*
28.661
.001
-183.45
-58.55
-37.000 28.661
.221
-99.45
25.45
29.000 24.161
.253
-23.64
81.64
dosis sedang K. Alvarezii hari_15
kontrol normal
kontrol positif kontrol negatif
-113.667
*
24.161
.001
-166.31
-61.02
dosis rendah K. Alvarezii
-158.333
*
24.161
.000
-210.98
-105.69
-14.000 24.161
.573
-66.64
38.64
-.333 24.161
.989
-52.98
52.31
-29.000 24.161
.253
-81.64
23.64
dosis sedang K. Alvarezii dosis tinggi K. Alvarezii kontrol positif
kontrol negatif
kontrol normal kontrol negatif
-142.667
*
24.161
.000
-195.31
-90.02
dosis rendah K. Alvarezii
-187.333
*
24.161
.000
-239.98
-134.69
dosis sedang K. Alvarezii
-43.000 24.161
.100
-95.64
9.64
dosis tinggi K. Alvarezii
-29.333 24.161
.248
-81.98
23.31
kontrol normal
113.667
*
24.161
.001
61.02
166.31
kontrol positif
142.667
*
24.161
.000
90.02
195.31
dosis rendah K. Alvarezii
-44.667 24.161
.089
-97.31
7.98
dosis sedang K. Alvarezii
99.667
*
24.161
.001
47.02
152.31
113.333
*
24.161
.001
60.69
165.98
dosis tinggi K. Alvarezii
119
dosis rendah K.
kontrol normal
158.333
*
24.161
.000
105.69
210.98
Alvarezii
kontrol positif
187.333
*
24.161
.000
134.69
239.98
44.667 24.161
.089
-7.98
97.31
kontrol negatif dosis sedang K. Alvarezii
144.333
*
24.161
.000
91.69
196.98
dosis tinggi K. Alvarezii
158.000
*
24.161
.000
105.36
210.64
dosis sedang K. kontrol normal
14.000 24.161
.573
-38.64
66.64
Alvarezii
43.000 24.161
.100
-9.64
95.64
kontrol positif kontrol negatif dosis rendah K. Alvarezii
-99.667
*
24.161
.001
-152.31
-47.02
-144.333
*
24.161
.000
-196.98
-91.69
13.667 24.161
.582
-38.98
66.31
.333 24.161
.989
-52.31
52.98
29.333 24.161
.248
-23.31
81.98
dosis tinggi K. Alvarezii dosis tinggi K.
kontrol normal
Alvarezii
kontrol positif kontrol negatif
-113.333
*
24.161
.001
-165.98
-60.69
dosis rendah K. Alvarezii
-158.000
*
24.161
.000
-210.64
-105.36
-13.667 24.161
.582
-66.31
38.98
dosis sedang K. Alvarezii *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kesimpulan : 1. Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05. 2. Pada hari ke-4,
kelompok kontrol normal tidak berbeda secara
bermakna dengan kelompok dosis sedang dan tinggi K. Alvarezii bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun
berbeda secara
bermakna dengan kelompok kontrol negatif, dosis rendah K. Alvarezii, bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05. 3. Pada hari ke-4, 8, dan 15, kelompok kontrol normal berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis rendah K. Alvarezii, bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05.
120
Namun tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol positif, dosis sedang dan dosis tinggi K. Alvarezii, bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05.