PERANAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA DI MTs’N PARUNG
Disusun Oleh: ANDRI JAELANI 206011000024
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
ABSTRAK Andri Jaelani, “Peranan Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadapa Tingkah laku Siswa di MTs‟N Parung Bogor”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Berkaitan kepada pendidikan yang menyeluruh dan berlandasan ketuhanan pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran Agama Islam kepada manusia berupa aqidah, syari‟ah dan perbuatan untuk menjadi muslim yang sejati, wajib di pelajari dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Agar orang lain memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki akhlak yang mulia, salah satunya adalah harus mempelajari aqidah akhlak. Dengan di pelajarinya aqidah akhlak diharapkan siswa memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang baik. Kemudian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang studi aqidah akhlak dan keadaan tingkah laku siswanya, maka penulis mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru, apakah dapat menguasai materi secara kontinyu atau terus menerus kepada siswa. Sehingga dapat dipraktekkan dalam lingkungan, sekolah atau di luar sekolah. Oleh karena itu penulis mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru dan di tambah siswa mengisi angket sehingga menghasilkan informasi yang valid, dengan di pelajarinya aqidah akhlak di sekolah diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan yang akan datang. Penelitian yang penulis lakukan adalah merupakan kombinasi antara penelitian kepustakaan (Library research),dan penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan yaitu kepada obyek penelitian, karena dalam penelitian ini memerlukan data-data yang valid agar dapat dipertangung jawabkan kebenarannya. dengan menggunakan data-data empiris. Tujuan dari penulis ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa. Setelah melakukan penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran aqidah akhlak berperan dalam rangka memperbaiki tingkah laku siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dan dengan mempelajari aqidah akhlak juga diharapkan dapat tercapainya tujuan pendidikan yaitu menjadikan siswa yang memiliki akhlaqul karimah.
KATA PENGANTAR Sembah dan sujud kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah menciptakan bumi beserta isinya, serta syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikut yang setia. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini. Ucapan terimaksih tersebut penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Zaimuddin. M.Ag, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. 5. Seluruh staf pengajar Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama dalam perkuliahan.
6. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kepala MTs‟N Parung beserta stafnya, atas kesempatan dan informasi yang telah dierikan selama penulis melakukan penelitian. 8. Ayahanda H.Acep dan Ibunda Hj. Wiwi yang tercinta, yang telah berjuang dan berkorban untuk membesarkan, mendidik, dan tidak lupa pula mendoakan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Jakarta. Bapak dan Ibu adalah sumber motivasi bagi penulis, tidak akan mampu penulis membalas jasa-jasa bapak dan ibu. Jazakumullah khairan katsiron. 9. Teruntuk kakakku tercinta dan keponakanku tersayang Neneng dan Siti Zaenab dan Siti Kholisoh yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis. 10. Teruntuk Maisyaroh atas limpahan kasih sayangnya dan motivasi kepada penulis. 11. Teruntuk Semi (Wulan) yang banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. 12. Sahabat-sahabatku Bisri, Zamroni, Angga, Dona, Qiwer, Busro, Lupeng, Didi, Darmawan, Imam, Givar, Shary, dan Hermawan (angkatan 2006) dan anak-anak kozan Iqbal dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan kawan-kawan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam ekstensi kelas A dan B angkatan 2006 terimakasih atas doa, bantuan dan dukungannya. 13. Teruntuk sahabatku yang selalu menemani ngopi Dede (Icham) yang memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis 14. Juga kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah swt jualah penulis serahkan, semoga jasa baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan dari Allah swt, amien.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah ................... 4 C. Tujuan dan Manfaat penelitian ................................................ 5
BAB II
KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Aqidah Akhlaq di MTs‟N ................................. 6 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ................................ 6 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ............ 10 3. Pengertian Aqidah Akhlak ................................................ 14 4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N .............................................................. 17 5. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N .............. 19 6. Materi pelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N ....................... 19 B. Tingkah Laku .......................................................................... 20 1. Pengertian Tingkah Laku .................................................. 20 2. Macam-Macam Tingkah Laku .......................................... 21 3. Faktor yang Mempengaruhi pembentukan Tingkah Laku 23 4. Dasar-dasar Tingkah Laku atau Tingkah Laku Manusia .. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian ................................................... 29 B. Latar Penelitian ......................................................................... 29 C. Metode Penelitian ..................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 31 E. Fokus Penelitian ....................................................................... 33 F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................... 34
BAB IV
PEMBELAJARAN
AQIDAH
AKHLAK
DI
MTs’N
PARUNG BOGOR A. Gambaran Umum MTs‟N Parung Bogor ................................ 35 1. Sejarah Singkat MTs‟N Parung Bogor ............................. 35 2. Visi dan Misi ..................................................................... 36 B. Karekteristik Responden ......................................................... 37 C. Pengajaran Aqidah Akhlak dan Prilaku Siswa di MTs Negri Parung .................................................................................................. 43 D. Proses Pembelajaran di kelas .................................................. 47 E. Intrepestasi data ....................................................................... 49 F. Faktor penghambat dan faktor pendorong .............................. 50
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 52 B. Saran ........................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental dalam kehidupan bermasyarakat. Karena bagaimanapun pandainya seorang anak didik dan tingginya tingkat intelegensi anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik, atau budi pekerti yang luhur maka kelak tidak akan mencerminkan kepribadian yang baik. Masalah akhlak adalah masalah yang penting bagi Islam dan bagi kehidupan umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang yang tidak berakhlak akan hilang harga dirinya dihadapan Allah swt dan masyarakat. Seorang muslim wajib memperbaiki dirinya sebelum betindak, ia harus beradab, berakhlak terhadap dirinya sendiri karena ia dibebankan tanggung jawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan lingkungan masarakat. Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, serta berahklak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1 Tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut merupakan penjabaran UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Th 2003 bab II pasal 3 tentang fungsi pendidikan nasional yaitu:
1
Alisuf Sabri, Ilmu pendidikan, (Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 75
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakqa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2 Berkaitan dengan pendidikan yang menyeluruh dan berlandaskan ketuhanan pendidikan agama islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran agama Islam kepada manusia berupa aqidah, syari‟ah dan perbuatan untuk menjadi muslim yang sejati, wajib dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena ajaaran-ajaran Islam tersebut dapat menuntun
manusia dalam
kehidupannya, baik mengenai kehidupan manusia dengan Tuhannya, maupun manusia dengan manusia dan alam sekitarnya. Aqidah, syaria‟ah dan akhlak merupakan 3 ajaran pokok berkaitan
yang saling
atau satu mata rantai ajaran Islam yang mutlak diketahui dan
diaplikasikan oleh umat Islam. Aqidah atau iman yaitu pengakuan dengan lisan dan membenarkan dengan hati bahwa semua yang dibawa Rasulallah adalah benar dan hak. Pengakuan tersebut diimplementasikan melalui syari‟at yang mengandung cara/metode peraturan ibadah seperti sholat, puasa, zakat, ibadah haji dan lainnya, yang dalam istilah lain disebut dengan “Hablum minallah”. Syariat ini juga mengandung ajaran muamalat seperti perkawinan, hutang, piutang, jual beli, keadilan social, pendidikan dan lain-lain yang menyangkut hubungan umat manusia, atau disebut juga “Hablum minannas”. Sedangkan Akhlak adalah sifat yang meresap dalam jiwa yang mencerminkan perbuatan dengan mudah tanpa dibuat-buat. Jadi, untuk mendapatkan manfaat selain harus berpegang kepada kedua cabang tersebut (aqidah dan syari‟ah) juga harus berpegang teguh pada cabang ilmu lainnya atau akhlak, karena dengan akhlak dapat memperoleh ketenangan, kebahagiaan dan kemaslahatan.
2
UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 5
Disinilah peran pembelajaran aqidah akhlak yang bertujuan menanamkan dasar-dasar akhlak sehingga dapat merubah tingkah laku yang kurang baik menjadi lebih baik. Agar orang lain memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki akhlak yang mulia, salah satu caranya adalah harus mempelajari kedua cabang ilmu tersebut, baik dipondok pesantren maupun di lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya. Dengan diberikannya bidang study aqidah akhlak diharapkan agar siswasiswinya memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang baik. Namun selama ini penulis belum mengetahui secara pasti dan akurat tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang study aqidah akhlak dan keadaan tingkah laku siswanya. Maka penulis mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru, apakah dapat menguasai materi secara kontinyu/terus menerus kepada siswa. Sehingga dapat di praktekkan dalam lingkungan, baik lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Selain itu dipilihnya Madrasah Tsanawiyah yang menjadi objek penelitian karena merupakan lembaga pendidikan yang berciri khas Islam yang berusaha mengubah sikap, pola pikir dan cara bersikap siswa ke arah yang lebih positif, sesuai dengan norma-norma Islam. Dengan melihat pentingnya pembelajaran aqidah akhlak yang diberikan kepada siswa, maka mendorong penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut yang dituangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul ”Peranan Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku siswa di MTs’N Parung Bogor”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis mengidentifikasikan masalah diatas sebagai berikut: a. Kurang tertanamnya keimanan (aqidah) siswa dilihat dari sedikitnya jumlah siswa yang ikut dalam shalat berjama‟ah yang dilaksanakan di sekolah maupun dalam hal-hal yang bersifat religi (keagamaan) b. Siswa banyak yang melakukan tindakan amoral/akhlak yang tidak baik. c. Minimnya kerjasama antara guru dengan siswa dalam menanmkan aqidah dan akhlak siswa di MTs‟N Parung.
2. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang dikarenakan luasnya
pembahasan juga keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan, maka penulis membatasi masalah ini hanya pada: a. Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MTs‟N Parung. b. Akhlak siswa yang diteliti di MTs parung mengenai prilaku siswa yang dipelajari pada materi aqidah akhlak di semester 1 kelas VIII c. Mengamati prilaku siswa dalam menerapkan ilmu akhlak setelah belajar di sekolah
3. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana peran pembelajaran Aqidah Akhlak dalam merubah tingkah laku siswa?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan penelitian:
a. Untuk mengetahui dan mengungkap tentang pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MTs parung. b. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tingkah laku siswa MTs tersebut. c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MTs tersebut.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kata “Pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari bahsa Inggris instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang sangat luas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran atau instruction mencangkup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.3 Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah “pengajaran” meskipun kedua istilah tersebut sering dipergunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman. Selain itu pengertian pembelajaran dalam definisi psikologi pembelajaran berkaitan dengan pengertian belajar itu sendiri. Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya mengarahkan aktifitas siswa kearah aktifitas belajar. Di dalam proses pembelajaran terkandung 2 aktifitas sekaligus, yaitu aktifitas mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.4 3
Arif, S Sadiman, et Al, Media pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, (Jakarta : Rajawali, 1986), cet ke-1, h.7 4 Tohirin , psikologi pembelajaran Agama Islam. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), cet ke-1, Ed-1, h.7
Pembelajaran adalah kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik atau siswa. Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa. Oleh karena itu, hakekatnya pembelajaran aqidah akhlak adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan masalah keimanan dan akhlak sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam. Pembelajaran merupakan kata lain dari proses belajar mengajar yang mempunyai pengertian sebagai berikut.
a. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa belajar mempunyai tujuan untuk merubah tingkah laku individu baik aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun aspek sikapnya.5 Belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Pengertian tingkah laku diperluas tidak saja kasat mata (yang tampak, misalnya menulis huruf, mengangguk, mengendarai sepeda) tetapi mencangkup juga yang tidak kasat mata (contohnya, berupa sikap, minat, pikiran, perasaan dan percaya diri). Definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui usaha
dengan
mendengar,
membaca,
mengikuti
petunjuk,
mengamati,
memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu relative konstan.
5
h. 5
M. Uzer Usman, menjadi Guru Profisional, (Bandung : Rosda Karya, 1997), Cet ke VIII,
Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh W. J. S. Poerwadarminta disebutkan belajar sebagai usaha memperoleh suatu kepandaian.6 Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, para ahli akan mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut: a) Hilgard dan Bower, mengemukakan belajar adalah berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang. b) Gagne, menyatakan bahwa dengan isi
ingatan
belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama
mempengaruhi siswa
sedemikian rupa
sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. c) Morgan, mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. d) Witherington, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.7
Dalam buku Psikologi Pendidikan M. Dalyono mendefinisikan belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.8 Slameto berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
6
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. Ke-3, h. 82. 7 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23, h. 84. 8 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1997), cet ke- 1, h. 49.
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.9 Sedangkan pengertian belajar juga didefinisikan oleh Syaiful Bahri yang mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.10 Dan definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui usaha
dengan
mendengar,
membaca,
mengikuti
petunjuk,
mengamati,
memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu relative konstan. Berdasarkan teori belajar yang telah diuraikan, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan setiap individu yang berusaha mencapai tujuan dan mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, atau sebuah hasil yang telah dicapai dari mempelajari pengetahuan yang dapat diamati dengan perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.
b. Pengertian mengajar Mengajar adalah merupakan perbuatan mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekita siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan belajar.11 Sedangkan menurut M. Basyriruddin dalam bukunya “Metodologi Pembelajaran Agama Islam menyatakan bahwa mengajar adalah suatu usaha
9
Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Gunung, PT. Rineka Cipta, 2010), cet ke-5, h. 2. 10 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT, Rieneke Cipta, 2002), cet. 1, h. 12-13. 11 Nana Sudjana, Apa dan Bagaimana Mengajar yang Ideal, (Bandung : Rosdakarya, 1997), h.3
bagaimana mengatur lingkungannya dan adanya interaksi subjek didik (anak) dengan lingkungannya, sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.12 Menurut Suryo Subroto, pembelajaran dapat mengandung dua pengertian yaitu: pertama, rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan kedua, rentetan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, kegiatan sampai evaluasi dan tindak lanjut.13 Jadi dapat disimpulkan pengertian mengajar adalah suatu perbuatan yang mengatur lingkungan yang ada di sekitar siswa seperti perencanaan, pelaksanaan belajar, evaluasi dan tindak lanjut (melakukan remedial).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Dibawah ini akan diuaraikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut: Syaiful Bahri juga mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar kedalam dua bagian, yaitu: a. Faktor dari dalam diri pelajar, terdiri dari dua kelompok yaitu: 1) Faktor- faktor alam, seperti keadaan cuaca, suhu, udara, dan lain sebagainya. 2) Faktor- faktor sosial, seperti suasana ribut yang dapat menggangu konsentrasi belajar. b. Faktor-faktor dari luar diri pelajar, terdiri dari dua kelompok, yaitu: 1) Faktor Psikologi, seperti kondisi psikologis dan kondisi panca indra. 2) Faktor Fisiologis, seperti minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. 14
12
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajara Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet ke-1,h.21 13 Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rinek Cipta, 1997), Cet ke-1,h.9 14 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT, Rieneke Cipta, 2002), cet. 1, h. 142-143.
Sedangkan menurut Zikri Neni Iska dalam buku “Psikologi Pengantar Memahami Diri dan Lingkungan” beliau merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar kedalam dua faktor, yaitu: 1) Internal atau Dalam, yakni: a. Faktor fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indra. 1. Fisik mempengaruhi prestasi belajar karena jika fisiknya tidak sehat maka belajarnya pun akan terganggu karena tidak konsentrasi. 2. Panca indra adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing. Jika panca indranya terdapat kekurangan maka itu akan mempengaruhi dirinya dalam belajar karena akan mengalami kesulitan. b. Faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognisi. 1. Bakat Bakat adalah kemampuan yang spesifik yang diberikan pada individu pada suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu melalui suatu latihan. 2. Kecerdasan Kecerdasan adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional, oleh karena itu kecerdasan tidak dapat diamati secara langsung melainkkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan menifestasi dari proses berpikir rasional. 3. Minat Minat adalah keinginan atau kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu, faktor ini muncul biasanya dari sesuatu yang digemari atau disukai. 4. Motivasi Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong prilaku kerah tujuan. Oleh karena itu motivasi mempunyai tiga aspek yaitu: (1) keadaan terdorong dari diri organisme yaitu
kesipan bergerak karena kebutuhan, (2) prilaku yang timbul dan terarah karena kedaan, (3) tujun yang dituju oleh prilaku tersebut. 15
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Zikri Neni di atas, Slameto menambahkan faktor- faktor internal, yaitu: a. Perhatian Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. b. Kematangan Kematangan adalah suatu tingkah tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. c. Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau beraksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.16 2. Ekternal atau luar, yakni: a. Lingkungan yang terdiri dari alam dan sosial 1) Lingkungan alam Maksudnya adalah keadaan cuaca yang mempengaruhi minat belajar anak misalnya pada musim hujan anak- anak malas untuk pergi ke sekolah karena jalan menuju sekolah mereka banjir. 2) Lingkungan sosial Muhibbin Syah merumuskan bahwa yang dimaksud faktor lingkungan sosial terdiri dari tiga, yaitu: lingkungan sekolah, masyarakat, dan lingkungan keluarga. 15
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother, 2008), cet ke- 2, h.84- 85. 16 Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Gunung, PT. Rineka Cipta, 2010), cet ke-5, h. 56- 59.
Lingkungan masyarakat dan teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa. Syah menjelaskan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa karena mereka tidak menemukan teman belajar atau berdiskusi. Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak demokrasi keluarga (letak rumah) semua akan memeberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa, sedangkan yang terakhir adalah faktor lingkungan sekolah di mana siswa itu dididik.17 Sedangkan Alisuf Sabri menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: a. Faktor- Faktor Instrumental faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar. b. Faktor- Faktor Kondisi Internal Siswa Faktor kondisi siswa diuraikan atas dua macam yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa.
Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama pengelihatan dan pendengarannya. Adapun faktor psikologis adalah faktor minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan- kemampuan kognitif, kemampuan persepsi dan dasar pengetahuan yang dimiliki siswa. 18
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet ke- 7, h. 135. 18 M. Aliusuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 59- 60.
Setelah melihat penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga yaitu faktor internal dan eksternal serta faktor instrumental yang berupa gedung sekolah, media yang digunakan, kurikulum serta strategi dalam mengajar. 3. Pengertian Aqidah Akhlak Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata pelajaran yang merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang secara etimologi kata “Akhlak”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqoda yang berarti kepercayaan atau keyakinan.19 Dr. Ibrahim Muhammad membagi pengertian aqidah kepada tiga tahap perkembangan makna, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap pertama, kata aqidah diartikan dengan: tekad yang bulat (al-Azmul Muakkad), mengumpulkan (al-jam’u), niat (an-Niyah), menguatkan perjanjian (at-tautsiq lil uqud), dan sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia, baik itu benar atau batil (ma yadiimu al-insan sawaun kaana haqqan au bathilan). 2) Tahap kedua, perbuatan hati, disinilah aqidah mulai diartikan sebagai perbuatan hati sang hamba. 3) Tahap ketiga, disini aqidah telah memasuki masa kematangan dimana ia telah terstruktur sebagai displin ilmu dengan ruang lingkup permasalahan tersendiri. Inilah tahap kemapanan dimana aqidah didefinisikan sebagai “ilmu tentang hukum-hukum syariat dalam bidang aqidah yang diambil dari dalil-dalil yaqiniyah (mutlak) dan menolak subhat serta dalil-dalil khilafiyah yang cacat.20
Dalam Islam aqidah adalah pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh semua orang Islam, berdasarkan dalil-dalil aqli dan dalil naqli serta bersih dari kebimbingan dan keraguan. Pokok-pokok kepercayaan itu meliputi iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir. 19
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Bahasa Arab Indonesia. (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1024 20 Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Study Aqidah Islam, (Jakarta: Robbani press, 2000), Cet ke II, h.4-5
Sedangkan pengertian akhlak menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari kata “khuluq” khuluq berarti “perangai”.21 Secara terminology, kata akhlak mempunyai beberapa pengertian, menurut ibn Maskawih “akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.22
الخلق هىحبل الىفس داعيت الى افعبلهب مه غيرفكر وال رويت Menurut Ahmad Amin “akhlak adalah kehendak yang dibiasakan maksudnya, jika kehendak tersebut membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak.23 Di dalam buku Ihya Ulumuddin di jelaskan bahwa Al-Khalqu (artinya: ciptaan, makhluk) dan Al-Khuluqu (artinya: budi pekerti) itu adalah dua ibarat yang dipergunakan bersama-sama. Diucapkan, fulan itu bagus ciptaannya dan budi pekertinya. Yang dimaksudkan dengan Al-Khalqu adalah bentuk lahiriyah dan yang dimaksudkan dengan Al-Khuluqu adalah bentuk batiniyah. Yang demikian itu karena manusia terdiri dari jasad yang dapat dilihat oleh mata dan dari ruh dan jiwa yang dapat dilihat dengan penglihatan hati.24 Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Moh Ardani dalam buku AlQur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV, akhlak ialah
الخلق عببرةعه هيئت فى الىفس راسخت عىهب تصذراالفعبل بسهىلت ويسرمه غيرحبجت الى فكرة وال رويت فبن كبوت الهيئت بحيث تصذر عىهب االفعبل الجميلت المحمىدةعقال كبن الصبدر عىهب االفعبل القبيحت سميت الهيئت وشرعب سميت تلك الهيئت خلقب حسىب وان التى المصذر خلقب سيئب
21
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia. (Jkarta : Yayaysan Penyelenggaraan Penerjemah atau Penafsiran Al-Qur‟an, 1998), Cet ke II, h.4-5 22 Abu Ali Ahmad Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terjemah Helmi Hidayat, (Bandung:Mizan, 1994) H.56 23 Moh. Ardani, AL-qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV, (Yogyakarta: indra Bayu Grafika, 1998) cet ke-2 h, 271 24 Imam Al-Ghazali, ihya ulumuddin, (semarang: CV, Assyifa 1994) cet 1, juz, 5, h, 107108
Artinya: khuluq (jama’nya akhlak) ialah ibarat (keterangan) tentang keadaan dalam jiwa yang menetap didalmnya dari padanya terbit perbuatanperbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu, dimana terbit padanya perbuatan-perbuatan terpuji menurut akal dan syara’, keadaan itu dinamai akhlak yang baik. Dan kalau yang terbit itu perbuatanperbuatan yang jelek, keadaan yang menerbitkannya dinamakan akhlak yang buruk.25
Definisi-definisi yang telah di sebut diatas memperlihatkan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami (thabi‟i) yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang Pendidikan Dasar yang membahas ajaran Agama Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak. Mata Pelajara Aqidah Akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai teori sebagaimana dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mata pelajaran aqidah akhlak adalah sejumlah materi tentang hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diajarkan pada sekolah yang berciri khas Islam dengan tujuan agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami serta mengamalkan sifat-sifat terpuji, mengetahui dan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela serta memahami masalah-masalah keimanan dan berakhlak terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan merasa bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
25
Moh. Ardani…..h, 270
4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs a. Ruang Lingkup Sasaran perbuatan manusia pada hakekatnya terbagi dua, yaitu: sasaran Vertical yang bersifat Ilahiyah dan sasaran horizontal yang beraspek sosiologis. Dari dua sasaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan manusia dengan Tuhan melalui Ibadah, dan hubungan manusia dengan manusia melalui muamalah, adapun hubungan manusia dengan dirinya sendiri melalui penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau mahluk
Allah lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran
aqidah akhlak pun tidak terlepas dari sasaran perbuatan tersebut.
Ruang lingklup pendidikan aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah cakupan pembahasan kurikulumnya dan hasil belajar meliputi: 1. Hubungan Manusia dengan Allah. Hubungan ini disebut juga dengan hubungan vertical, yaitu hubungan antara manusia dengan khaliqnya yang mencakup dari segi aqidah, yang meliputi: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikatNya, Iman kepada kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulNya, iman kepada hari Akhir, iman kepada Qadha dan QadarNya. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam beribadah kepada Allah. Diantaranya dengan tidak menyekutukan-Nya, taqwa kepada,Nya mencintaiNya, takwa kepada-Nya, beribadah, meniru sifat-Nya, dan selalu berusaha mencari keridhaan-Nya. 2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia. Materi yang dipelajari meliputi akhlaq dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlaq yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlaq yang buruk. Anjuran melakukan sifat terpuji terhadap sesama manusia, antara lain: 1) Berbakti kepada Orang tua, yaitu membantu orang tua merasa senang dan bahagia atas perbuatan yang kita kerjakan. 2) Menghormati tetangga dan tamu.
3) Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang dan menarik simpati Orang lain.
3. Hubungan Manusia dengan alam atau Lingkungannya. Materi
yang dipelajari
meliputi
akhlaq
manusia
terhadap
akan
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup selain manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak benyawa. Berkenaan dengan ini dalam al-Qur‟an surat al-an‟am (6:58) ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya seperti ditulis al-Qurtubhi dalam tafsirnya “tidak boleh diperlakukan secara aniaya”.
Untuk dapat melakukan pembelajaran pada mata pelajaran akhlak dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan: 1. Pendekatan Emosional Pendekatan emosional yaitu pendekatan untuk menggugah emosi siswa dalam memahami dan meyakini aqidah Islam serta memberi motivasi agar ikhlas mengamalkan ajaran Islam khususnya yang berkaitan dengan akhlak yang baik. 2. Pendekatan secara rasional Yaitu, usaha memberikan peranan akal dalam memahami dan menerima ajaran Islam. 3. Pendekatan Fungsional Pendekatan yang menyajikan ajaran Islam dengan menekankan kepada anak didik dari segi kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Pendekatan Keteladanan Yaitu, menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan cermin dari manusia yang memilki keyakinan tauhid yang teguh dan berprilaku. Atau menyuguhkan keteladanan baik yang langsung melalui penciptaan kondisi, perilaku pendidik dan tetangga kependidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisahkisah keteladanan.
5. Selain pendekatan-pendekatan di atas, dalam rangka mengupayakan perolehan (hasil belajar) yang bermakna dan tahan lama jika memungkinkan pendekatan yang lainnya.
5. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Tujuan sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Tujuan mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah untuk menanamkan dan meningkatkan keimanan siswa serta meningkatkan kesadaran untuk berakhlak mulia. Sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran Aqidah akhlak adalah memberikan pengetahuan kepada siswa akan hal-hal yang harus diimani, mengamalkan akhlak yang baik, menjauihi akhlak yang buruk dan memberikan bekal kepada siswa untuk menjalani hidup di kemudian hari.
6. Materi pelajaran Aqidah Akhlak SEMESTER I 1) Iman kepada kitab-kitab Allah swt a. Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah swt b. Dalil kebenaran adanya kitab-kitab Allah swt c. Macam-macam fungsi dan isi kitab-kitab Allah swt d. Prilaku yang mencerminkan beriman kepada Allah swt 2) Iman kepada Rasul-rasul; Allah swt a. Pengertian dan pentingnya beriman kepada Allah swt b. Dalil-dalil kebenaran adanya Rasul-rasul Allah swt c. Sifat-sifat rasul Allah swt d. Prilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul-rasul Allah swt 3) Mukjizat Allah a. Menjelaskan pengertian mu‟jizat (karomah, maunah, irhas) b. Hikmah adanya mu‟jizat (karomah, maunah, irhas)
4) Akhlak terpuji kepada diri sendiri a. Pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah b. Bentuk dan contoh prilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah c. Contoh-contoh prilaku tawakal, iktiar, sabar, syukur, dan qanaah
B. Tingkah Laku 1. Pengertian Tingkah Laku Dalam kamus bahasa Indonesia di sebutkan bahwa tingkah laku itu sama artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian ini lebih mengarah kepada aktivitas sifat seseorang26. Menurut caplin, tingkah laku itu merupakan sebarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh organism. Tingkah laku juga bias berarti suatu gerak atau kompleks gerak-gerik yang secara khusus tingkah laku juga biasa berarti suatu perbuatan atau aktivitas. Sementara itu, budiarjo berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas. Menurutnya tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan, yang dimuat oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini tingkah itu walaupun harus mengikuti sertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada diotak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan dan sebagainya. Tetapi ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.27 Adapun perilaku dalam kamus umum bahasa Indonesia dapat dikatakan juga dengan kata tingkah laku. Secara termilogis perilaku artinya apa yang dilakukan seseorang. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa “perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Prilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar”.28 Sigmund Freud berpendapat bahwa tingkah laku adalah “pergolongan jiwa seorang tidak hanya melibatkan aktivitas bawah sadar, oleh freud, jiwa manusia
26
Rama Yulis, psikologi Agama, (Jakarta : kalam Mulia, 2002) h,,97 Rama Yulis…. h. 97-98 28 Singgih D. Gunarsa, psikologi praktis Anak, Remaja dan keluarga, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), h, 5 27
digambarkan seperti gunung es di tengah samudra, dan yang Nampak dipermukaan laut hanyalah seperpuluhnya saja yaitu alam sadar, Sembilanseperpuluhnya berada dalam samudra (bawah sadar). Tingkah laku menurut Alfred Alder ada dua rasa yang fundamental dalam diri manusia, yaitu rasa minder buatan seseorang baik benar, maupun tidak benar, juga ditentukan oleh keharmonisan / kestabilan pribadinya. Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan hubungan factor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga pendorong arah sikap negative atau positif akan terlibat dalam tingkah laku nyata (overt bebeviour) pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi biasanya akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai pusat sikap (central attitude) yang artinya akan membantu kecendrungan / predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada tingkat usia dini.29 Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku adalah tingkah laku, suatu perbuatan atau suatu tindakan seseorang yang nyata dapat dilihat atau bersifat kongkrit, dan tanpa melalui pembinaan dalam jiwa terlebih dahulu.
2. Macam-macam Tingkah laku Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku: 1) Tingkah laku intelektualitas atau tinggi, maksudnya adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu. 2) Tingkah laku mekanistik atau refleksi, maksudnya adalah respon-respon yang timbul pada manusia secra mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata sebab
29
Jalaludin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada 2004) cet, VIII, h, 209
kena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada anak-anak, seperti menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan.30
Adapun melihat dan memperhatikan prilaku seseorang maka akan terlihat macam-macamnya: a. Perilaku yang over bisa dibagi lagi dalam: 1. Perilaku yang disadari, dilakukan dengan penuh, tergantung dari aksi dalam otak besar (voluntary movement) berkaitan dengan otak kecil sebelah belakang yang menguasai kordinasi otak-otak (cerebrum) 2. Perilaku reflektoris, gerakan reflex yang dalam tahap pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang belum disadari. Baru kemudian tingkah laku reflex disadari, bila kesan sudah sampai ke pusat persyaratan. 3. Perilaku diatur pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada sumsum penyambung (medulla oblongata) atau gerakan otot karena pendekatan otot. b. Perilaku yang tidak mudah kelihatan, terselubungi: 1. Kognisi: penyadarn melalui proes penginderaan terhadap rangsangan dan interprestasinya. Perilaku meliputi segala hal berupa reaksi terhadap rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apa yang dipelajari. 2. Emosi: affek, perasaan, suasana di dalam diri yang di munculkan oleh penyadaran terhadap isi perangsang. 3. Konasi: pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu bentuk perilaku. 4. Pengideraan: melalui penyampaian atau mengantar (rangsangan) sampai ke susunan syaraf pusat, pusat pengertia.31
30
Hasan Langgulung, Azas-azas pendidikan Islam, (Jakarta : pustaka Al-Husna, 1998) h,
31
Singgih D. Gunarsa…. h, 4-5
274
Dari uraian di atas tentang perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu adalah perbuatan atau tingkah laku manusia baik secara reflek maupun secara sadar, baik jasmani atau pun rohani. Contoh, ketika mendapatkan anak yang jatuh dari pohon maka ia akan segera berperilaku/bertintak dengan menggotong dan memberitahukan kepada orang tuanya Jadi perilaku mempunyai sifat kongkrit yang berkaitan dengan raga seseorang terahdap stimulus-stimulus yang diterimanya. Perilaku ini merupakan manifestasi dari pada sikap. Seseorang berperilaku dapat secara spontanitas tanpa melalui pembentukan-pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat melalui pembentukan atau pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu. Maka oleh karena itu tingkah laku dan sikap semakin erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
3. Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Tingkah laku Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Tingkah laku seseorang menurut P. sondang Siagian adalah: 1) Faktor genetik
Faktor genetic atau yang disebut juga factor keturunan/unsur bawaan ialah proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir merupakan warisan dari orang tuanya, berupa cirri-ciri/sifat secara fisik dan mental psikologik serta kemampuan berupa bakat, tingkat kecerdasan, social, intelegensi, fantasi dan pengamatan, sifat pemarah atau penyabar dan sebagainya. Semuanya merupakan potensi dasar atau factor bawaan yang akan mempengaruhi proses perkembangan anak. 2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di sini adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam rumah dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan masyarakat yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya ini sebagai tempat bernaung, sebagai tempat memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai tempat untuk menentukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam bertingkah laku.
4. Dasar-dasar Tingkah Laku atau Tingkah Laku Manusia Tiap-tiap perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar disebut sebagai kelakuan tingkah laku (behavior). Untuk mengetahui tingkah laku seseorang tidak cukup dengan melihat tingkah laku yang nampak, tetapi harus menganalisis dasardasar yang menjadi lahirnya tingkah laku itu, yaitu jiwanya. Diantara hal-hal yang mendasari terjadinya tingkah laku adalah sebagai berikut: 1) Instinct Instinct yang disebut juga dengan istilah naluri. Setiap manusia memiliki naluri sebagai sifat basyariah, dimana baik disadari maupun tidak, instinc mendorong lahirnya prilaku tertentu. Secara naluriah manusia akan merasakan harus jika di dalam tubuhnya kurang cairan, merasa lapar jika kekurangan makanan, merasa ngantuk jika tubuhnya lelah. 2) Adat kebiasaan Perbuatan yang diulang-ulang dalam waktu lama oleh perorangan atau oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah mengerjakannya disebut adat kebiasaan. Sebenarnya sebagian dasar tingkah laku manusia terbentuk melalui pembiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan kegembiraan, dan cara mengungkapkan kemarahan. Secara psikologis, adat kebiasaan itu pakan penyesuaian otak dengan urat saraf. Segala hal yang dirasakan dan diperbuat oleh manusia berhubungan erat dengan dan urat syaraf dan otak. Sifat urat syaraf itu lentur dan menerima perobahan sepanjang sesuai dengan kodratnya. Kebiasaan bisa dibentuk tetapi tidak semua perbuatan bisa dijadikan kebiasaan. Suatu fikiran atau perbuatan dapat dibentuk menjadi adat kebiasaan apabila memenuhi syarat-syaratnya.: a. Perbuatan yang diulang-ulang itu menyenangkan. b. Memberi kemudahan kepada perbuatan yang dibiasakan. c. Menghemat waktu.
3) Keturunan Ada teori yang memandang bahwa manusia mewarisi genetika orang tuanya,
oleh
karena
itu
faktor
keturunan
sangat
signifikan
dalam
membentuknya menjadi siapa. Di lingkungan ilmu pendidikan, baik faktor hereditas atau keturunan maupun faktor miliu atau lingkungan, keduanya diakui mempunyai pengaruh dalam membentuk perilaku manusia. 4) Lingkungan Dunia pendidikan mengenal tiga lingkaran pendidikan, yaitu rumah tangga,
sekolah dan lingkungan masyarakat. Bagi anak yang lingkungan
keluarganya tidak sehat, maka sepenuhnya anak itu akan dibentuk oleh lingkungan masyarakatnya dibanding oleh sekolahnya. 5) Motivasi Setiap manusia yang normal, setiap kali mengerjakan suatu perbuatan pasti dibalik perbuatan itu ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan itu terkadang hanya bersifat pemuasan kebutuhan biologis, terkadang pemuasan kebutuhan psikologis, atau bisa juga untuk pencapaian nilai-niali tertentu sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya.32 Adapun faktor lingkungan di bagi pada tiga bagian: a. Lingkungan keluarga Para ahli berpendapat bahwa perilaku seseorang dewasa banyak dipengaruhi oleh kondisi dalam kehidupan rumah tangga manusia pada waktu kecil. Bahkan ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika masih berada dalam kandungan seorang ibu. Arah lebih lanjut pembentukan kepribadian di tentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku seseorang akan besifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoisyis dan memiliki rasa simpatik. 32
64
Achmad Mubarak ,. Psikologi keluarga (Jakarta: Bina Rena Pariwara 2005) cet 1, h,57-
Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif. Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah, memandang
dunia
sekelilingnya
dengan
perasaan
curiga
dan
mudah
memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati. Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali di mana orang tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperhatikan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari dan melarang perbutanperbuatan yang tidak baik secara terus menerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis.
b. Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah juga merupakan pengaruh perkembangan perilaku anak. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan murid akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan. Ajaran agama islam tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Sebagaimana telah diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Pendidikan ini
dapat diperoleh diantaranya melalaui pendidikan formal
dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya tempat untuk menambah ilmu yang digunakan sebagai modal hidup dikemdian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan tingkah laku social yang baik.
c. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan perilaku anak. Makin bertambah umur makin memperoleh kesempatan luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman bermain yang sebaya (bergaul), sekalipun konflk akan terjadi bila norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman. Oleh karena itu fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar,
yaitu faktor
yang akan
mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh baik sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat negative yaitu pengaruh lingkungan yang tidak baik akan menghambat/merusak perkembangan anak. Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjukan perkembangan anak.
Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang anak adalah: 1) Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebas dari kehidupan yang curiga dan mencurigai. 2) Lingkungan yang rukun di mana sesama warga tidak saling mencampuri urusan orang lain, tanpa disertai oleh sikap acuh tak acuh. 3) Lingkungan yang bersih dalam arti fisik. 4) Tersedia fasilitas bergaul yang memadai seperti untuk berolah raga, berbincang-bincang dengan rekan-rekan sebaya, maupun lebih tua dan sebagainya.
Oleh karna itu masyarakat yang dekat merupakan lingkungan pergaulan yang dihadapi setiap hari, maka jelas pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku. Apabila seseorang hidup di lingkungan yang tentram, damai dan penuh toleransi maka ia akan memiliki prilaku yang baik. Jadi peran orang tua dan guru diharapkan dapat mengawasi prilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan rumah, sehingga dapat terhindar dari perbuatan yang tidak baiik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di MTs‟N Parung Bogor. Penulis mengadakan penelitian ini dimulai sejak bulan Januari sampai bulan Maret 2011 B. Latar Penelitian “Menurut Loflan dan Loflan, latar terbuka terdapat di lapangan umum seperti tempat berpidato, orang berkumpul di taman, toko, bioskop, ruang tunggu rumah sakit. Pada latar demikian peneliti barang kali hanya akan mengandalkan pengamatan dan kurang sekali mengadakan wawancara.”33 Dalam hal ini hubungan peneliti dengan subyek kurang mesra. Sebaliknya, pada latar tertutup hubungan peneliti perlu akrab karena latar demikian bercirikan orang –orang sebagai subyek yang perlu diamati secara teliti dan wawancara secara mendalam. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan latar tertutup karena penulis terjun langsung ke lapangan obyek penelitian, dan melakukan wawancara dengan orang-orang yang terkait dengan penelitian ini secara mendalam.
33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Remaja Rosda Karya,2006), cet. XXII …, h 137
C. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (penelitian alamiah) yang menjawab setiap permasalahan secara mendalam dan menyeluruh mengenai obyek yang akan diteliti guna menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Metode ini memandang kenyataan sebagai suatu dimensi jamak, utuh, merupakan kesatuan dan berubah open ended. Karena itu tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang rinci dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembang selama proses penelitian berlangsung.34 Selain itu, jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan kombinasi antara penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan data-data empiris. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian kualitatif bersumber dari intensitas pengamatan interview atau wawancara, baca buku (bedah buku). Terhadap suatu benda atau orang dilakukan pengamatan yang serius dan beberapa kali. Sedangkan dalam membaca buku dilaksanakan dengan tekun, cermat, kritis dan beberapa kali dengan menggunakan konsep sudah jenuh.35 Hal tersebut dilakukan agar data atau konsep yang ditemukan tidak ada lagi data lain yang membatalkanya tentang kebenaran konsep tersebut. Adapun sumber data yang peneliti maksud adalah data internal seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu masyarakat atau daerah tertentu yang digunakan dalam kalangan tersendiri (risalah, laporan, rapat, hasil seminar, keputusan pemimpin dll), catatan pribadi peneliti, ataupun gambar yang peneliti berhasil rekam.
34
Herry Widyastono, “Metodologi Penelitian Ilmiah dan Alamiah”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 068, Tahun ke-13, September 2007, h. 760 35 Rusmin Tumanggor, “Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dalam Penelitian,” dalam Narasi, Vol. V, Desenber 2004, h. 169
Sedangkan sumber data eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan dari persoalan atau lembaga sosial, buku, majalah, buletin, pernyataan atau berita dari media massa dan juga data-data dari dunia maya (internet). D. Tehnik Pengumpulan Data 1. Observasi (Pengamatan) Karena penelitian ini bersifat kualitatif maka pengumpulan data dengan cara pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya karena: pertama, tehnik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung. Kedua, tehnik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kejadian-kejadian yang ada pada saat penelitian, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga,
pengamatan memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diolah
dari data. Keempat, sering terjadi ada
keraguan pada peneliti terhadap data yang diperolehnya. Kelima, Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Dan yang keenam, pengamatan menjadi alat komunikasi yang sangat bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu.36
2. Pengumpulan Dokumen Dalam penelitian ini dokumen yang peneliti kumpulkan adalah data-data hasil wawancara peneliti dengan informan, baik secara resmi dengan menggunakan alat pewawancara atau pun dengan hasil dari obrolan santai yang menyangkut tema yang sedang peneliti teliti.
Adapun jenis dokumen yang
penulis akan kumpulkan adalah berupa kata-kata dan tindakan, sumber tertulis seperti buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, catatan kecil peneliti baik itu berasal dari informan ataupun hasil pengamatan subyek penelitian,dan tidak ketinggalan hasil catatan kecil yang peneliti amati dari display serta gambar kegiatan keagamaan, data-data siswa dan dokumen-
36
Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosda Karya,2006), cet. XXII, h. 187
dokumen lain yang berkaitan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap tingkah laku sisiwa. 3. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Maksud
mengadakan wawancara seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, antar lain mengkonstruksi mengenai orang , kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Dan wawancara tersebut dilakukan sebagai pendukng observasi dan sebagai dokumen yang akan dipelajari nanti pada saat penulisan laporan hasil penelitian. Jenis wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara karena penulis membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan,37tentang Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku siswa. Dalam penelitian ini penulis mewawancarai kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dan guru Aqidah akhlak dan siswa untuk mencari data-data tentang gambaran umum MTs‟N, dari segi visi, misi, sejarah, kurikulum, system rekrutmen tenaga edukatif, bentuk penilaian terhadap tenaga edukatif, mekanisme penerimaan peserta didik, pola hubungan sekolah dengan orang tua murid. Serta data-data lain yang menunjang. Dari guru Aqidah Akhlak dan siswa, peneliti mengumpulkan informasi tentang keseluruhan proses pembelajaran Aqidah Akhlak yang meliputi karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak, materi kurikulum Aqidah Akhlak, prilaku siswa dalam kelas, proses belajar mengajar, metode, pendekatan, evaluasi dan lain sebagainya.
4. Analisis Data Perspektif yang dikembangkan dalam analisis ini adalah pendidikan islam/pendidikan akhlak. Pendidikan islam adalah upaya untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam melalui berbagai macam kegiatan, bimbingan, pengajaran dan 37
Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi…, h.187
latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama. Pembelajaran Aqidah Akhlak memiliki tujuan untuk menanamkan dan meningktakan keimanan siswa, serta meningktakan kesadaran untuk berakhlak mulia sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Untuk menganalisis data dalam penelitianm ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Analisa Domain (katagori simbolis), yaitu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek penelitian atau situasi social. Melalui pertanyaan umum dan pertanyaan rinci
peneliti menemukan berbagai kategori atau domain
tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya. 2. Analisis Taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi rinci untuk mengetahui struktur internal. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan yang lebih berfokus. 3. Analisis Komponen, yaitu mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengontranskan antar elemen. Hal ini dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi melalui pertanyaan yang mengontranskan.
E. Fokus Penelitian Adapun penelitian ini difokuskan pada proses pelaksanaan pembelajaran Aqidah akhlak yang diimplementasikan dalam pergaulan sehari-hari, yaitu dalam pergaulan siswa-siswi MTs‟N kelas VIII/1 secara keseluruhan baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas yang diamati secara mendalam oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar keberadaan peneliti di MTs‟N tidak mengganggu proses pembelajaran ataupun menimbulkan ketidaknyamanan terhadap para siswa atau guru. Selain itu bertujuan untuk memperoleh gambaran yang berbeda dari tiaptiap kondisi yang peneliti alami.
F. Pengecekan Keabsahan Data Agar data mempunyai validitas, relibilitas, dan objektifitas yang tinggi, perlu dilakukan triangulasi data. Menurut Bambang (2005) triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data ini untuk keperluan pengecekan atau sebagai pebanding terhadap data tersebut. Adapun Triangulasi di bagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Triangulasi tekhnik pengumpulan data yaitu sudut pandang dari data observasi, sudut pandang dari data wawancara, dan sudut pandang dari data dokumentasi. 2. Triangulasi sumber data yaitu sudut pandang dari pristiwa, sudut pandang dari informasi, dan sudut pandang dari dokumen. Setiap sudut pandang mempunyai kedudukan yang unik dalam kaitannya dengan akses data mengenai dengan pembelajran Aqidah Akhlak dalam perubahan tingkah laku siswa.
BAB IV PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs’N PARUNG BOGOR A. Gambaran Umum MTs’N Parung Bogor 1. Sejarah Singkat MTs’N Parung Bogor Parung adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Parung berbatasan dengan Kecamatan Sawangan Depok, Kecamatan Jampang dan Kecamatan Kemang. Parung dilalui hanya satu jalur yang memudahkan akses jalan ke lebak wangi atau ketempat sekolah MTs‟N. Berdirinya MTs‟N Parung Bogor berawal dari PGAN selama 4 tahun, dan pada tahun 1982 menjadi MTs Negri Parung yang terletak di kabupaten Bogor yang beralamat di jalan Raya Parung, lebak wangi. MTs Negri Parung terletak tidak jauh dari jalan raya sehingga letaknya sangat strategis, karena di lalui oleh kendaraan umum sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat. Berbagai prestasi diperoleh MTs Negri parung sangat menggembirakan, baik akademik maupun non akademik. Dan lulusannya pun banyak yang melanjutkan sekolah pada jenjang berikutnya baik di MAN, SMA, SMUN bahkan ada yang ke Pesantren dan lain-lain bahkan sampai perguruan tinggipun sering mendominasi baik di bidang osis maupun prestasi belajaranya.
2. Visi dan Misi Visinya yaitu mewujudkan sebuah Madrasah yang menyiapkan dan mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas di bidang Imtaq dan Iptek. Sedangkan Misinya
yaitu menyelenggarakan
pendidikan
yang
berkualitas baik di bidang Imtaq dan Iptek dengan mewujudkan sebagai berikut: a. Lingkungan yang kondusif (bersih, asri, nyaman dan agamis) b. Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dan efektifitas pembinaan ekstrakurikuler. c. Menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat.
TABEL I Keadaan Siswa/I MTs Negri Parung Tahun 2010/2011
SISWA KELAS
ROMBEL
LK
PR
JUMLAH
VII
9
157
222
379
VIII
8
180
200
380
IX
9
181
253
434
JUMLAH
26
518
675
1193
F. Karekteristik Responden Responden pada peneliti ini adalah sebagian siswa kelas VIII/I di sekolah MTs Negri parung yang berjumlah 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut terdiri dari 23 jumlah siswa perempuan dan 17 jumlah siswa laki-laki.
Adapun mengenai tingkah laku siswa yang peneliti amati dan menyebarkan angket kepada siswa sehingga dihasilkan data-data sebagai berikut: TABEL II Data Prilaku Siswa di sekolah NO
Siswa/Responden
Skor
Keterangan
1
Fitri arya rahayu
26
Baik
2
Fitri arya rahayu
25
Baik
3
Ayu nita
25
Baik
4
Ilham K
26
Baik
5
M. Irfan
20
cukup
6
Giri Yudha
26
Baik
7
Iqbal Ghani. S
20
Cukup
8
Lulu Multifatun n
27
Baik
9
Ade Saputra
26
Baik
10
Sri Defi
19
Cukup
11
Haris S
23
Baik
12
Haminuzar V
24
Baik
13
Susana L
20
Cukup
14
Nur Adjizah
25
Baik
15
Oktavian
18
Cukup
16
Nani A
30
Amat Baik
17
Elisa putri U
28
Baik
18
Eka Wahyu U
26
Baik
19
Novi a
23
Baik
20
Nur M Rizki
20
Cukup
21
Winda P
19
Cukup
22
Tiara febri A
24
Baik
23
M Khadafi
26
Baik
24
Ulfi Tyas R
26
Baik
25
Melati nur fajriani
24
Baik
26
Pedrik
10
kurang
27
Derriyan R.K
25
Baik
28
Ahmad F
20
Cukup
29
Andini maulida R
20
Cukup
30
Safitri R
24
Baik
31
Farihah M
25
Baik
32
Khoirul hakim
27
Baik
33
Anggit prastiwi G
20
Cukup
34
Amel
25
Baik
35
Nanda wigun agustia
10
kurang
36
Burhanudin
18
Cukup
37
Dini Safitri
24
Baik
38
Yusuf noval assidiq
30
Amat Baik
39
Mustaqim al farisi
26
Baik
40
Irma fatmawati
20
Cukup
Keterangan 1. 40-30
: Amat Baik
2. 30-20
: Baik
3. 20-10
: Cukup
4. 10-0
: Kurang
Tabel di atas memberikan informasi bahwa jumlah siswa yang berprilaku baik mendapat peringkat tertinggi dengan jumlah 24 yaitu 50% peringkat ke dua yaitu siswa yang berprilaku cukup dengan jumlah 12 siswa yaitu 30%, dan peringkat ke tiga yaitu siswa yang berprilaku amat baik dan kurang dengan jumlah masing-masing 2 siswa yaitu 5%. Gambaran prilaku siswa dapat mengindefikasikan bahwa tujuan pembelajaran aqidah akhlak sudah tercapai. Hal ini terlihat dari kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang
buruk, baik hubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan alam lingkungannya. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan murid akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilainilai moral yang masih mengalami perubahan. Ajaran agama islam tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Pendidikan ini
dapat diperoleh diantaranya melalaui pendidikan
formal dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya tempat untuk menambah ilmu yang digunakan sebagai modal hidup dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan tingkah laku sosial yang baik Prilaku siswa dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan bawaan atau turunan dari orang tuanya, kemudian faktor lingkungan yang merupakan kondisi seseorang di dalam rumah dan lingkungan terutama lingkungan sekolah dan masyarakat. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku seseorang akan besifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoistis dan memiliki rasa simpatik. Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif. Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah, memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati. Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali di mana orang tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperhatikan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap
hari dan melarang perbutan-perbuatan yang tidak baik secara terus menerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis Sebagaimana penuturan yang diberikan oleh guru aqidah akhlak pada sekolah tersebut, hasil wawancara yaitu: waktu siswa lebih banyak dihabiskan di rumah, disini peran orang tua sangat diperlukan dalam memperhatikan perkembangan prilaku anak, orang tua juga harus memberikan contoh tauladan akan prilaku yang baik agar anak dapat meniru prilaku baik orang tuanya.38. Oleh karena itu fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh baik sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat negative
yaitu
pengaruh
lingkungan
yang
tidak
baik
akan
menghambat/merusak perkembangan anak. Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjukan perkembangan anak. Dari analisa di atas dapat disimpulkan bahwa tingkah laku sesorang yaitu dari factor genetic dan lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat). Kedua factor tersebut saling berkaitan dengan perubahan tingkah laku seseorang, dari yang tidak baik menjadi baik begitu pun sebaliknya dari yang baik menjadi tidak baik. Oleh karna itu orang tua berperan dalam mengawasi tingkah laku anaknya.
38
Wawancara peneliti dengan Ibu muniroh pukul 09-45-10-35 WIB, Parung Senin, 17 januari 2011,Lampiran I
Sedangkan mengenai mata pelajaran Guru sebagai berikut TABEL III No
DATA GURU
JUMLAH
1
Aqidah Akhlak
9
2
B.Inggris
5
3
B.Arab
7
4
B.Indonesia
8
5
IPS
6
6
IPA
5
7
Fiqh
6
8
Matematika
5
9
PPKN
4
10
Seni Budaya
3
11
Qur‟an Hadis
6
Jumlah
65
-
Tabel di atas sebagian besar merupakan guru bidang study aqidah akhlak yang berjumlah 9 guru, guru Bahasa Indonesia berjumlah 8, guru Bahasa Arab yang berjumlah 7 guru, IPA, Fiqih, Qur‟an Hadist berjumlah masing-masing 6 guru, sedangkan pelajaran Bahasa Inggris, IPA, Matematika masing-masing berjumlah 5 guru dan lain sebagainya. Keterangan di atas memberikan indikasi bahwa sebagian besar guru mengajar study Aqidah Akhlak dan sebagian lainnya mengajar pelajaran umum. Melihat siswa yang berjumlah 1193 dengan jumlah guru 65 orang, maka masing-masing-masing guru bisa mangajar 18 orang murid, sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan secara efisien, karena siswa yang di ajar oleh guru tidak melebihi 20 orang siswa. Guru di MTs‟N parung sebagian ada yang mengajar 2 mata pelajaran seperti ibu Yayah yang mengajar seni budaya, tetapi mereka yang mengajar 2 pelajaran menguasai 2 materi yang di ajarkan meskipun terkadang tidak sesuai dengan bidang studinya. Seperti penuturan dari guru Aqidah ahlak pada sekolah tersebut, hasil wawancara yaitu: “Saya lulusan sarjana Agama (S.Ag) akan tetapi selain mengajar Aqidah ahlak saya juga mengajar seni budaya karena selain menguasai bidang Aqidah ahlak kebetulan dulu saya pernah ikut latihan sanggar (seni budaya) akhirnya saya juga di tunjuk oleh kepala sekolah untuk mengajar materi seni budaya di sekolah.”39 Oleh karena itu dapat di katakana guru di MTs‟N parung sebagian dapat menguasai beberapa materi yang ada di sekolah tersebut. Meskipun terkadang tidak sesuai dengan jurusan yang diambil ketika kuliah, akan tetapi mereka dapat menguasai materi tersebut dengan baik.
TABEL IV Data Guru Berdasarkan Jenis Kelamin
39
No
Personal
L
P
Jumlah
1
Guru PNS
18
25
43
2
GTT
14
3
17
3
Kordinator BP
-
3
3
4
Bidang Kurikulum
1
-
1
Wawancara peneliti dengan Ibu Yayah pukul 09-45-10-30 WIB, Parung Rabu, 19 Januari 2011, Lampiran II..
5
Bidang Kesiswaan
1
-
Jumlah
1 65
Keterangan 1. PNS
: Pegawai Negri Sipil
2. GPT
: Guru Tidak Tetap
3. BP
: Bimbingan Penyuluhan
Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar Guru PNS rediri dari Perempuan yang berjumlah 25, guru tidak tetap sebagian besar terdiri dari laki-laki yang berjumlah 14, koordinator BP terdiri dari 3 orang perempuan sedangkan bidang kurikulum dan kesiswaan masing-masing terdiri 1 orang guru laki-laki.
G. Pengajaran Aqidah Akhlak dalam Prilaku Siswa di MTs Negri Parung
Pengajaran Aqidah Akhlak dalam prilaku siswa di MTs Negri Parung belum dapat dikatakan berjalan maksimal. Seperti penurutan dari guru Aqidah Akhlak pada sekolah tersebut, hasil wawancara yaitu: “Kondisi latar belakang lingkungan yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prilaku siswa, pada umumnya tidak semua lingkungan itu memilki pergaulan yang baik, oleh karna itu siswa harus bisa membawa diri agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Dengan demikian, para pendidik utama kurang memberikan arahan dan bimbingan terhadap pendidikan agama termasuk pendidikan akhlak.”40
40
Wawancara peneliti dengan guru Aqidah Akhlak yaitu bapak Amin Harun S. Ag, pukul 09-45-10-35 WIB, Parung senin, 24 januari 2011, lampiran III
Di sini dibutuhkan bimbingan dari orang tua dan guru dalam membina akhlak siswa, karena orang tua dan guru merupakan dua faktor
yang saling
mendukung pembentukan akhlak siswa yang berbudi pekerti baik. Dan tidak lupa pula siswa sejak dini harus ditanamkan dasar-dasar Agama. Untuk membahas pelajaran pendidikan akhlak di sekolah akan di bahas beberapa ruang lingkup akhlak, di antaranya:
1. Hablu Minallah Pengajaran Aqidah Akhlak terhadap Allah di sekolah MTs Negri Parung yaitu berbentuk ketaatan seperti mematuhi perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Salah satu perintah Allah yang ditekankan dalam pendidikan akhlak terhadap Allah yaitu perintah shalat. Biasanya siswa itu ketika jam istirahat tidak semua siswa melakukan shalat sunnah dhuha. Hal ini karena sebagian siswa saja yang memiliki kesadaran untuk melaksanakan shalat duha dan sebagian siswa yang lain sibuk dengan bermain, maka dari itu guru sebagai tauladan di harapkan memberikan contoh tauladan yang baik bagi siswa dengan itu ketika waktu shalat duha tiba hanya sebagian anak yang mengerjakan shalat duha tersebut. Guru sebagai pendidik diharapkan dapat mengajak siswa untuk melakukan shalat duha secara individu. Dan pada waktu-waktu lain anak diingatkan oleh guru untuk shalat lima waktu juga. Kegiatan shalat ini menurut guru bertujuan untuk menumbuhkan rasa keimanan pada anak. Ada siswa setelah pulang sekolah siswa tersebut langsung bekerja dengan membantu kedua orang tua yaitu dengan berdagang. Siswa tersebut bernama Khoirul Hakim yang duduk di bangku kelas VIII/II, dalam keadaan yang sangat lelah tetapi siswa tersebut tidak pernah lupa untuk melakukan shalat 5 waktu, karena orang tuanya selalu menanamkan pendidikan Agama kepada anak-anaknya sehingga anak tersebut selalu berusaha menjalankan apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya.41 41
Wawancara peneliti dengan siswa kelas VIII yaitu Khoirul Hakim pukul 09-45-10-15 WIB, Parung selasa, 26 Januari 2011, lampiran IV
Akhlak kepada Allah seperti mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapa pun juga dengan mempergunakan Firman-Nya dalam al-Qur‟an sebagai pedoman hidup dan kehidupan, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan-Nya, mensyukuri nikmat dan karunia-Nya, menerima dengan ikhlas semua kada dan kadar ilahi setelah berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknyaa hingga batas tinggi), memohon ampun hanya kepada-Nya, bertaubat hanya kepada-Nya tawakal (berserah diri) kepada-Nya. Rincian Akhlak terhadap Allah swt tersebut merupakan materi yang harus disampaikan pada orang tua dan guru di sekolah terhadap anak akan tetapi hanya sedikit materi yang disampaikan sehingga pendidikan dalam hal ini tidak berjalan dengan baik.
2. Hablu Minannas Saling tolong menolong, bantu membantu, menjenguk yang sakit dan tidak saling mengolok merupakan beberapa contoh dalam bersikap dengan orang lain. Orang lain yang dimaksud termasuk guru, teman sekelas atau teman satu organisasi. Sebagai makhluk sosial, seseorang tidak dapat berdiri sendiri tanpa membutuhkan pertolongan orang lain, apalagi manusia merupakan makhluk yang dikenal lemah. Mayoritas guru yang berada di MTs Negri parung memiliki jiwa solidaritas yang tinggi terhadap orang lain. Jika salah satu diantara mereka yang sedang sakit maka dengan suka rela mereka menjenguknya. Guru disini baik guru laki-laki maupun guru perempuan. Selain itu jika ada salah satu guru yang mempunyai hajat seperti acara khitan, aqiqah atau haul maka para guru yang lain saling berdatangan untuk membawakan kue atau sejenis makanan lainnya, dan ada juga yang membantu dengan memberikan tenaga dengan membantu memasak, menyiapkan ruang acara atau membersihkan tempat yang akan digunakan dan sebagainya. Dari contoh yang diberikan para guru tersebut di atas, maka para siswa akan mencontohnya. Jika terdapat teman di sekolahnya sakit maka siswa/I
mengumpulkan dana untuk membelikan sesuatu yang akan dibawa kerumah temannya yang sakit. Sudah kebiasaan bahwa setiap dalam pergaulan terdapat teman yang menurut salah satu guru yang memang sampai seperti anggota keluarga sendiri, teman yang seperti ini sering disebut teman akrab atau teman dekat. Hal ini karena teman akrab merupakan teman yang mau dijadikan tempat untuk mencurahkan sebuah masalah baik senang maupun susah sampai meminta solusi yang baik untuk memecahkannya. Sehingga jika terdapat waktu luang mereka meluangkan waktu untuk berbicara dan bersenda gurau dengan teman dekat mereka. Seperti penuturan ibu Deswati, hasil wawancara yaitu: „saya sudah biasa berbincang-bincang dengan mama Difa (panggilan untuk teman akrabnya) setelah pulang dari sekolah. Hal yang biasa kami bicarakan masalah anak dan pekerjaan (mengajar). Ketika ada masalah pun kami selalu saling bebicara, saling membantu dan meminta pendapat satu sama lain, yah.. kedekatan kami ini sudah seperti keluarga sendiri42 Dan sedikit guru yang tidak memilki jiwa solidaritas yang tinggi. Mungkin hal ini dikarenakan mereka kurang bersosialisasi dengan baik terhadap guru yang lain karena kesibukannya. Sikap seperti ini membuat asumsi negatif di kalangan guru yang lain, guru satu dengan yang lainnya saling mencurigai, karna tidak pernah ikut gabung dengan guru yang lain. Tentu saja hal seperti ini memuculkan anggapan bahwa guru yang disebutkan sombong.43 Salah satu kompetensi yang dimiliki seorang guru adalah sosialisasi, yaitu guru memiliki hubungan yang baik kepada siswa. Orang tua murid dan sesama guru. Sehingga guru tersebut orang memiliki kepribadian yang baik dan menjadi tauladan bagi siswa. Oleh karna itu sebagai seorang manusia kita harus memiliki hubungan yang baik antara sesama manusia, seperti saling tolong menolong, saling membantu, 42
Wawancara peneliti dengan Ibu Deswati pukul 09-45-10-30 WIB, Parung Kamis, 27 Januari 2011, lampiran V 43 Wawancara peneliti dengan Ibu A.firiawati pukul 09-45-10-25 WIB, Parung Senin, 07 Februari 2011, lampiran VI
menjenguk orang yang sakit dan lain-lain. Sehingga akan membentuk hubungan yang baik sesama manusia
H. Proses pembelajaran Aqidah akhlak di MTs Negri parung Proses pembelajaran aqidah akhlak dapat dilihat dari cara guru menyampaikan materi didalam kelas dan siswa memperhatikan materi yang diberikan guru. Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam menyampaikan materi kepada siswa di dalam kelas. Oleh karna itu, guru harus memiliki keterampilan dalam mengajar mulai dari pembukaan, isi materi dan penutup di akhir pelajaran. Tidak lupa pula seorang guru harus dapat mmemperhatikan suasana kelas agar tercipta suasana yang efektif dan kondisuf, serta mengkondisikan keadaan siswa yang tenang dalam kelas, seperti, letak tempat duduk siswa, bagi siswa yangb berbadan besar di tempatkan di belakang, kemudian siswa yang berbadan kecil di tempatkan di depan, kemudian bagi siswa yang berkacamata di tempatkan tidak terlalu jauh dari papan tulis dan sebagainya. Seorang guru pun di tuntut memiliki kreatifitas mengajar yang tinggi dalm menggunakan media
dan metode mengajar seperti: ketika guru merangkan
pelajaran metode yang di gunakan selain ceramah dapat juga di campur dengan metode Tanya jawab atau metode dril, kemudian juga dapat menggunakan media seperti: karton, gambar, gabus, spidol, permainan dan sejenisnya terdapat membantu siswa memahami materi yang di jelaskan oleh guru di kelas.
Proses pembelajaran aqidah akhlak
siswa diharapkan memperhatikan
penjelasan yang guru berikan didalam kelas, karena perhatian siswa didalam kelas mempengaruhi pemahaman siswa. Perhatian siswa di dalam kelas tidak hanya tertuju dengan penjelasan dari guru saja tetapi ada sebagian siswa yang ketika guru menjelaskan siswa tersebut berbincang (bercanda) dengan teman sebelahnya, sehingga ketika guru memberikan pertanyaan siswa tersebut tidak dapat menjawab.
Dalam penyampaian materi guru harus bias menyampaikannya secara menarik agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam memperhatikan materi yang guru ajarkan seperti penuturan dari siswa kelas VIII: “Terkadang siswa memperhatikan materi jika guru yang mengajar dapat memberikan materi kepada siswa dengan baik dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Sebaliknya apabila guru yang mengajar terlalau tegas dan membuat siswa merasa takut sehingga tidak dapat berkonsentrasi ketika guru menjelaskan materi.”44 Oleh karna itu seorang guru dalam mengajar jangan membuat siswa merasa tegang
dan
takut,
karena
akan
mengakibatkan
siswa
menjadi
malas
memperhatikan penjelasan guru. Kemudian ketika keadaan kelas itu ramai maka siswa yang ingin belajar serius dapat terganggu sehingga akan mengganggu konsentrasi siswa yang lainnya juga. Siswa yang ingin di harapkan membantu menjelaskan materi yang di sampaikan oleh guru kepada temannya yang belum memahami, sehingga semua siswa dapat mengikuti pelajaran yang di berikan guru dan tidak ada yang tertinggal dalam materi pelajaran tersebut. Seorang guru juga harus dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa rajin dan bersemangat dalam belajar. Dari pengamatan yang di lakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa; siswa memperhatikan mater ketika guru menerangkan pelajaran dengan santai dan menyenangkan karena cara penyampaian guru juga dapat mempengaruhi perhatian siswa. Konsentrasi siswa itu tegantung pada diri siswa tersebut, seramai apapun kondisi kelas di kelas jika ia berkonsentrasi maka tidak akan terganggu, sebaliknya setenang apapun kondisi kelas jika tidak berkonsentrasi maka tidak akan dapat memperhatikan pelajaran. Seperti ketika guru menggunakan metode diskusi maka konsdisi di dalam kelas akan ramai akan tetapi siswa lebih aktif dan kompratif terhadap materi yang di ajarkan. Keadaan yang ramai tersebut menjadikan siswa belajar lebih semangat 44
Wawancara peneliti dengan siswa kelas VIII yaitu Ade Saputra pukul 09-45-10-15 WIB, Parung, rabu 22 Februari 2011, lampiran XI
dan membantu siswa lebih percaya diri ketika mengeluarkan pendapatnya, dan sebaliknya, dan sebaliknya ketika guru menggunakan metode ceramah keadaan kelas tenang tetapi membuat siswa merasa bosan dengan mendengarkan penjelasan guru. Oleh karena itu guru harus dapat menggunakan metode yang bervariasi agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh ketika mendengarkan penjelasan dari guru.
I. Intrepestasi data Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata pelajaran yang merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang secara etimologi kata “Akhlak”. Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sejumlah materi tentang hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diajarkan pada sekolah yang berciri khas Islam dengan tujuan agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami serta mengamalkan sifat-sifat terpuji, mengetahui dan menjauhkan diri dari sifatsifat tercela serta memahami masalah-masalah keimanan dan berakhlak terpuji terhadap Allah, sesame manusia dan merasa bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Pembelajaran adalah kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik atau siswa. Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa. Oleh karena itu, hakekatnya pembelajaran aqidah akhlak adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan masalah keimanan dan akhlak sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam.
Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya.45 Dengan pembelajaran Aqidah Akhlak diharapkan dapat merubah prilaku siswa dari yang tidak baik menjadi lebih baik sehingga dapat tercapainyatujuan pendidikan yaitu menjadikan siswa yang berakhlakul karimah. Perubahan tingkah laku siswa tidak hanya di pengaruhi dari pendidikan formal di sekolah, tetapi peran orang tua sebagai pendidik utama juga berperan sangat penting karena orang tua memiliki waktu yang lebih lama untuk mengawasi perkembangan tingkah laku siswa di lingkungan. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis terlihat bahwa pembelajaran aqidah akhlak disekolah dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku siswa dari yang kurang baik menjadi lebih baik antara guru, orang tua dan siswa.
F. Faktor Penghambat dan Faktor Pendorong a. Faktor penghambat Dalam pembelajaran aqidah akhlak yang bertujuan untuk merubah tingkah laku siswa/siswi, terdapat beberapa factor penghambat diantaranya adalah: Pertama, kurangnya kesadaran siswa tersebut, seperti kesadran untuk berubah baik, kedua, kurangnya perhatian dari orang tua seperti kurangnya pengawasan orang tua untuk shalat tepat pada waktunya, ketiga, kurangnya ketauladanan seorang guru seperti ketauladanan untuk berbuat baik dengan lingkungan dan untuk dating tepat waktu, keempat, pengaruh dalam lingkungan seperti siswa mengikuti prilaku temannya yang tidak baik ketika bermain. Keempat faktor tersebut merupakan factor yang dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yaitu menjadikan siswa yang memiliki aklaqul karimah. 45
Singgih D. Gunarsa, psikologi praktis Anak, Remaja dan keluarga, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), h, 5
c. Faktor pendukung Untuk mencapai tujuan dalam mempelajari aqidah akhlak diperlukan beberapa factor yang mendukung di antaranya adalah: Pertama, adanya kesadaran siswa untuk berubah seperti memiliki kemauan atau niat untuk memperbaiki diri, kedua, adanya keinginan siswa untuk merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik, seperti berubah menjadi lebih sopan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, ketiga, adanya motivasi dari orang tua dan guru seperti guru dan orang tua selalu mengingatkan dan member dukungan agar siswa merasa ada yang memperhatikannya, dan yang keempat, adanya pengawasan ekstra dari orang tua tentang perubahan tingkah laku siswa seperti ketika siswa mulai malas shalat maka orang tua mengingatkan dan mengawasi prilakunya ketika dirumah. Faktor diatas merupakan faktor yang dapat mendukung terwujudnya tujuan dalam mempelajari aqidah akhlak, sehingga dapat menghasilkan siswa yang memiliki akhlaqul karimah.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan perumusan masalah “Bagaimana Pembelajaran Aqidah akhlak terhadap Tingkah laku siswa” dan hasil penelitian yang di lakukan, maka dapat di simpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran Aqidah akhlak berperan dalam rangka memperbaiki tingkah laku siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dengan mempelajari aqidah akhlak dapat memperbaiki tingkah laku siswa sehingga siswa memiliki akhlak terpuji kepada guru, teman terutama orang tua. 2. Pembelajaran aqidah akhlak memberikan kemauan yang kuat untuk dapat mengubah prilaku siswa kearah yang lebih baik lagi dan dapat mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang kurang baik. 3. Dengan mempelajari Aqidah akhlak dapat memberikan bekal pada siswa tentang akhlak yang baik untuk melanjutkan hidup yang akan datang. 4. Dalam pembelajaran aqidah akhlak dapat memberikan pengetahuan dalam mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan yaitu membentuk siswa yang berakhlakul karimah.
B. Saran Dari kesimpulan yang di peroleh penulis, saran yang dapat di kemukakan oleh penulis adalah: 1. Meningkatkan kualitas pembelajaran aqidah akhlak agar dapat memperbaiki tingkah laku siswa dengan baik, dengan salah satu cara guru memberikan tauladan tentang akhlak yang baik kepada siswa.Seperti contoh dalam materi Aqidah akhlak terdapat materi tentang akhlak terpuji kepada diri sendiri. Salah satunya adalah sabar, dari materi tersebut diharapkan dapat dipahami dan dapat merubah dan memperbaiki tingkah laku siswa.
2. Guru dalam memberikan pelajaran di harapkan dapat memberikan contohcontoh tentang tingkah laku yang baik, sehingga siswa mendapat pengetahuan yang luas. Dengan guru memberikan contoh di harapkan siswa dapat lebih mudah memahami apa yang di maksud dengan tingkah laku itu. Seperti materi tentang iman kepada rasul-rasul Allah, guru diharapkan dapat memberikan contoh tentang sifat-sifat rasul agar siswa dapat meneladani sifat-sifat terpuji dari rasul dan dapat meneladani sifat-sifat terpuji dari rasul dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Guru di harapkan dapat menjelaskan pelajaran dengan menyenangkan agar siswa dapat benar-benar memperhatikan dan memahami akhlak yang baik dan akhlak yang buruk sehingga tidak terpengaruh terhadap lingkungan yang tidak baik. Agar gurudapat menyenangkan dalam belajar bisa menggunakan permainan agar pelajarn tidak membosankan. Sehingga siswa memahami materi yang diajarkan guru dan dapat mengamalkannya dalam hidup seharihari. 4. Dapat memanfaatkan materi aqidah akhlak dalam kehidupan dan bias berguna bagi orang lain. Dengan bekal yang dimiliki siswa di harapkan dapat menjaga diri dari lingkungan yang kurang baik dan orang tua sebagai pendidik utama di harapkan dapat mengawasi tingkah laku siswa di rumah. Seperti dalam pergaulan siswa diluar lingkungan sekolah orang tua sebagai pendidik utama harus dapat mengawasi pergalan anaknya agar siswa tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik (pergaulan bebas).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ibnu Miskawih Abu Ali, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terjemah Helmi Hidayat, (Bandung:Mizan, 1994). Al-Ghazali, Imam, ihya ulumuddin, (semarang: CV, Assyifa 1994) cet 1, juz, 5. Ardani, Moh., AL-qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV, (Yogyakarta: indra Bayu Grafika, 1998) cet ke-2. Agama RI Departemen. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Madrasah Tsanawiyah, Cet, ke-1 1993. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT, Rieneke Cipta, 2002), cet. 1. Dalyono, M. Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1997), cet ke- 1. D. Gunarsa, Singgih, psikologi praktis Anak, Remaja dan keluarga, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999). Iska Zikri, Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother, 2008), cet ke- 2. Jalaludin, Psikologi Agama, Edisi Revisi, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada 2004) cet, VIII, h, 209 Langgulung, Hasan, Azas-azas pendidikan Islam, (Jakarta : pustaka Al-Husna, 1998) h, 274 Muhammad bin Abdullah, al-Buraikan Ibrahim, Pengantar Study Aqidah Islam, (Jakarta: Robbani press, 2000), Cet ke II. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif , (Remaja Rosda Karya,2006), cet. XXII …, h 137 Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23. Poerwadarminta, W. J. S.
Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), cet. Ke-3. Sabri, M.Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya, 1999). ______,Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995).
Sadiman, Arif, S, et Al, Media pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, (Jakarta : Rajawali, 1986), cet ke-1. Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Gunung, PT. Rineka Cipta, 2010), cet ke-5. Sudjana, Nana, Apa dan Bagaimana Mengajar yang Ideal, (Bandung : Rosdakarya, 1997), h.3 Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rinek Cipta, 1997), Cet ke-1. Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet ke- 7. ______, Psikologi Belajar, (Jakrta : Logos, 1999), Cet. 1. Tumanggor, Rusmin, “Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dalam Penelitian,” dalam Narasi, Vol. V, Desenber 2004. Tohirin , psikologi pembelajaran Agama Islam. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), cet ke-1, Ed-1. UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Usman, M. Uzer, menjadi Guru Profisional, (Bandung : Rosda Karya, 1997), Cet ke VIII. Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajara Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet ke-1. Warson, Munawir Ahmad, Kamus Al-Munawir Bahasa Arab Indonesia. (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997). Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia. (Jkarta : Yayaysan Penyelenggaraan Penerjemah atau Penafsiran Al-Qur‟an, 1998), Cet ke II. Yulis Rama, psikologi Agama, (Jakarta : kalam Mulia, 2002). Widyastono, Herry, “Metodologi Penelitian Ilmiah dan Alamiah”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 068, Tahun ke-13, September 2007.
Catatan Lapangan 10 Januari 2011 Hari senin tanggal 10 Januarri 2011, saya mendatangi tempat penelitian saya yaitu di MTs‟N parung bogor jalan raya parung bogor, Lebakwangi. Tepatnya pukul 09:00 WIB, pertama saya mengunjungi kepala sekolah untuk menyampaikan permohonan izin penelitian saya untuk meneliti sekolah MTs‟N parung bogor. Ibu Hj Eti Munyanti, S.Ag menanyakan pritual kedatangan saya, saya pun langsung menyampaikan surat permohonan izin penelitian dengan keperluan saya untuk menjelaskan tugas akhir. Beliau pun menerima dengan baik dan mengizinkan saya memberikan arahan kepada saya untuk mendatangi bagian Tata usaha (TU) untuk mendapatkan data tentang geogravi (sejarah, visi, misi ,karakteristik responden dan kurikulum aqidah akhlak). Mengenai kurikulum secara umum dan Ibu Hj. Eti Munyanti S.Ag itu pun menjawab serta memberikan data-data tentang kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut. Setelah itu, saya pamit dari sekolah tersebut pada pukul 10:35 WIB. Setelah itu, saya mengunjungi bagian tata usaha (TU), merekapun memberikan data-data yang saya perlukan dan siap membantu apabila ada data yang kurang jelas. Ketika saya ingin menuju ke bagian tata usaha (TU) saya melewati perpustakaan dan ruang belajar siswa dan mengamati sekilas proses belajar mengajar.
17 Januari 2011 Hari senin tanggal 17 Januari 2911 saya melanjutkan lagi penelitian saya. Hari ini Saya memulai mengamati beberapa kelas yang sedang digunakan untuk proses belajar mengajar yang saya jadikan pengamatan. Hari ini saya mengunjungi satu kelas, yang pertama, pukul 09:30 WIB saya mengamti kelas VIII/1 letaknya samping kantor atau ruang guru, pada saat itu sedang menerangkan pelajaran aqidah akhlak, saya mengamati siswa dalam memperhatikan bagaimana guru tersebut dalam menerangkan materi dikelas apakah penjelasannya mudah dipahami siswa dan tidak membuat siswa jenuh dalam mendengarkan materi. “
yang saya amati waktu proses belajar berlangsung siswa ada yang serius memperhatikannya dan ada juga yang ngobrol atau tidak serius dalam belajarnya”. Setelah mengamti proses belajar mengajar di kelas kemudian saya mewawancarai guru aqidah akhlak tersebut tentang pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap perubahan tigkah laku siswa. Ibu Muniroh pun menjawab serta menjelaskan apa yang saya tanyakan kepadanya, setelah mewawancarai guru aqidah akhlak saya juga mewawancarai siswa menanyakan bagaimana guru dalam menerangkan materi apakah membosankan atau tidak. Siswa pun menjawab pertanyaan yang saya tanyakan. Pengamatan saya hari ini disekolah, saya juga melihat lingkungan di sekolah seperti kantor tempat guru istirahat dan kantin siswa ketika jam istirahat, saya mengamati bagaimana tingkah laku guru dan siswa di luar kelas. Hal ini memberikan indikasi bahwa tingkah laku siswa juga di pengaruhi oleh lingkungan dimana siswa itu bergaul seperti lingkungan teman bermain.
19 Januari 2011 Hari Rabu tanggal 19 Januari 2011 saya melanjutkan penelitian saya. Hari ini saya mengunjungi satu kelas pada pukul 09:45 WIB, saya mengamati guru yang sedang mengajar seni budaya, padahal guru tersebut merupakan lulusan sarjana Agama akan tetapi beliau juga mengajar bidang lain. Ketika guru menerangklan saya melihat beliau mengajar sangat baik dan dapat menguasai materi yang diajarkan kepada siswa. Setelah mengamati proses belajar mengajar kemudian saya mewawancarai guru yang mengajar dua mata pelajaran yang berbeda yaitu ibu yayah tentang pemahaman beliau dalam mengajar materi yang berbeda. Ibu yayah pun menjawab.“Saya lulusan sarjana Agama (S,Ag) akan tetapi selain mengajar aqidah akhlak saya juga mengajar seni budaya karena selain menguasai bidang Aqidah akhlak kebetulan dulu saya pernah ikut latihan sanggar (seni budaya). Akhirnya saya juga di tunjuk oleh kepala sekolah untuk menagajr materi seni budaya di sekolah”. Oleh karna itu guru sebagai seorang pendidik harus dapat menguasai materi yang diajarkan meskipun bukan bidang studi yang di
pelajarinya. Dan saya mengakhirinya pengamatan saya pada pukul 10:36 WIB dan penelitian saya pun hari ini usai. 24 Januari 2011 Hari senin tanggal 24 Januari 2011, saya melanjutkan penelitian lagi di MTs‟N parung bogor, saya mendatangi guru Aqidah akhlak yang saya jadikan pengamatan saya. Guru aqidah akhlak yang bernama bapak amin harun kebetulan waktu
jam istirahat pada pukul 09:55, bapak amin (guru aqidah akhlak) ini
sedang santai sambil minum kopi dan sambil merokok. sayapun disuguhkan segelas air. saya mulai
mewawancarai tentang latar belakang lingkungan
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi prilaku siswa. Beliau menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan dengan jelas, dan beliau pun memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti: di lingkungan bermain seorang anak harus bisa membawa diri agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Kemudian saya melanjutkan penelitian dengan mengamati prilaku siswa ketika sedang bermain pada jam istirahat, “dan saya pun melihat ada salah satu siswa yang berprilaku kurang baik yaitu berkelahi dengan temannya ketika sedang bercanda kemudian mereka saling mengejek satu sama lain”, kemudian akhirnya mereka berkelahi tetapi ada salah satu siswa yang melerai atau memisahkannya sehingga tidak terjadi pertengkaran yang dahsyat. Kemudian mereka yang berkelahi itu saling memaafkan dan salam-salaman tangan. Dari peristiwa di atas saya dapat mengambil kesimpulan bahwa dilingkungan bermaian t5idak semua siswa memiliki prilaku yang kurang baik akan tetapi ada salah satu siswa yang memiliki prilaku yang baik, sehingga prilaku siswa itu tergantung pada diri siswa masing-masing. Apakah siswa itu termasuk orang yang memiliki prilaku yang baik atau prilaku yang tidak baik. Dan saya pun mengakhiri penelitian dan meninggalkan sekolah pada pukul 10:35 26 Januari 2011 Hari Rabu tanggal 26 januari 2011, saya melanjutkan penelitian lagi di MTs‟N parung bogor, saya mengamati siswa yang sedang keluar kelas pada jam istirahat, saya melihat ada salah satu siswa yang membuat saya tertarik untuk
mengamatinya, kemudian saya mendekati dan bertanya kepadanya, ia bernama khairul hakim, saya terkagum melihatnya ketika teman-teman yang lainnya sibuk membeli jajanan ia pergi ke musalah untuk melakukan shalat sunnah dhua. Kemudian saya bertanya kepadanya apakah kamu rutin melakukan shalat dhuha ini di sekolah, hakim pun menjawab dengan lembut, ia insya allah saya menyempatkan waktu untuk shalat dhuha karena orang tua saya selalau mengingatkan dan member tauladan bagi saya dan adik-adik saya. Dan yang paling penting orang tua saya selalu mengingatkan agar tidak boleh meninggalkan shalat lima waktu. Dari hasil wawancara yang saya lakukan hari ini saya dapat mengambil sebuah kesim,pulan bahw a keteladanan orang tua sangat di perlukan dalam menanamkan akhlaqul qarimah pada anak karena anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya, oleh karna itu orang tua harus memberikan suritauladan tentang prilaku yang baik agar dapat di contoh oleh anaknya. Dan saya mengakhiri penelitian pada hari ini pada pukul 10:15. 27 Januari 2011 Hari kamis tanggal 27 Januari 2011, saya melanjutkan penelitian lagi di MTs‟N parung bogor. Hari ini saya melakukan pengamatan satu kelas yang sedang melaksanakan kegiatan belajar dikelas. Saya mengamati penelitian pada pukul 09:45 WIB yaitu dikelas VIII/2, kebetulan ketika saya datang guru sedang menerangkan materi sehingga saya bisa langsung mengamati guru dalam menerangkan materi dikelas tentang penggunaan metode dan media pembelajaran yang di gunakan. Kemudian tentang kondisi kelas apakah efektif ketika guru menerangkan sehingga siswa mendengarkan penjelasan guru atau sebaliknya. Sayapun tidak lupa mengamati keadaan siswa dikelas tersebut, apakah siswa dikelas itu mendengarkan penjelasan guru atau tidak. Setelah proses belajar mengajar selesai untuk memperjelas pengamatan saya di dalam kelas tadi kemudian saya mewawancarai siswa dan komunikasi guru dengan guru itu harus bisa berkomunikasi baik dengan siswa untuk mengetahui masalah belajar yang di hadapi siswa dan dengan sesama guru untuk menciptakan keakraban dan menciptakan hubungan sosialisasi dengan baik. Guru menjawab dan menjelaskan
tentang apa yang saya tanyakan. Setelah selesai mewawancari ibu deswati kemudian saya meninggalkan sekolah pukul 10:45 7 Februari 2011 Hari senin tanggal 7 Februari 2011 saya melanjutkan penelitian di MTs‟N parung bogor, har ini saya akan mengamati ibu fitriawati. Saya bertemu dengan ibu fitriawati pada pukul 09:45 dan sayapun mewawancarai ibu fitriawati, saya menanyakan kepada ibu fitriawati apakah memilki waktu luang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan, beliaupun merespond dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai. Kemudian saya memberi pertanyaan tentang solidaritas guru dalam bersosialisasi dengan guru yang lain. Beliaupun memberikan jawaban dengan jelas terhadap pertanyaan yang saya ajukan kemudian beliau menjawab pertanyaan saya bahwa hanya sedikit guru yang kurang bersosialisasi dengan baik dikarenakan kesibukannya tetapi sebagian guru berasumsi bahwa guru tersebut sombong karena jarang terlihat berkumpul dengan guru-guru yang lain, akan tetapi asumsi yang timbul tersebut tidak benar karena pada kenyataannya guru tersebut tidak sombong tapi guru tersebut memiliki kesibukan yang membuatnya jarang berkumpul dengan guru-guru yang lain. Dan wawancara saya pun berakhir pada pukul 10:35 kemudian saya meninggalkan sekolah. 16 Februari 2011 Hari Rabu tanggal 16 februari 2011 saya melanjutkan penelitian di MTs‟N parung bogor hari ini saya melakukan penelitian kepada siswa tentang ikhtiar pada pukul 10:50 (jam istirahat). Saya melakukan pendekatan terlebih dahulu kemudian saya bertanya apakah anda bersedia untuk saya wawancarai, Siswa tersebut bersedia untuk diwawancarai. Saya menanyakan tentang ikhtiar (kerja keras). Siswa pun menjawabnya bahkan dia menceritakan apa yang dia lakukan sehari-hari, saya (siswa) sealalu bekerja setelah pulang sekolah dikarenakan untuk membantu orang tua saya untuk membayar biaya sekolah. Dia bekerja keras demi membiayai uang sekolah sendiri walaupun tidak sepenuhnya dari siswa itu sendiri tetapi dia tidak
pernah putus asa dan selalu berusaha karena dia memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu jika dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan berhasil dan tercapai tujuannya. Setelah melakukan pengamatan tersebut saya berkata di dalam hati bahwa yusuf (siswa) adalah orang yang berjiwa besar dan dia tidak pernah berputus asa untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sehingga yusuf dapat membantu meringankan ekonomi. Disini saya dapat menyimpulkan bahwa ketika kita menginginkan sesuatu kita harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan berusaha dengan sekuat tetanaga sehingga tujuan yang ia inginkan dapat tercapai..dan wawancara saya pun berakhir pada pukul 10:15 kemudian saya meninggalkan sekolah tersebut 21 Februari 2011 Hari senin tanggal 21 Februari 2011, saya melanjutkan penelitian di MTs‟N parung bogor, hari ini saya mengamati siswa pada pukul 10:45, kebetulan hari ini saya melihat di bagikan hasil ulangan. saya mengamati siswa setelah menerima hasil ulangan yang di bagikan oleh guru sebagian siswa bersyukur karena hasil nilai yang di dapat memuaskan dan sebagian yang lainnya merasa tidak puas dengan hasil yang di dapat karena sebelum ulangan merasa belajar bersama-sama tapi ketika hasil ulangan yang di bagikan, nii mereka berbeda sehingga menimbulkan sifat kurangnya yang seharusnya di lakukan siswa tersebut adalah bersyukur terhadap apa yang di perolehnya, maksudnya adalah menerima hasil yang diperoleh walaupun hasilnya kurang memuaskan baginya. Oleh karena itu orang tua sebagai pendidik utama dapat memberikan motivasi belajar dan mengawasi dan menemani ketika siswa belajar dan menghadapi persoalan dalam belajar. Dan saya mengakhiri pengamatan saya pada pukul 10:10 WIB dan penelitian saya pun hari itu usai 22 Februari 2011 Hari selasa tanggal 22 Februari 2011 saya melanjutkan kembali penelitian saya. Hari ini saya mengamti siswa kebetulan saya datang kesekolah pada jam 09:55 ( pada jam istirahat). Saya mengamti salah satu siswa ketika mereka istirahat di
kantin, saya pun sambil membeli makanan di kantin, ada siswa membeli makanan lebih sedikit dari pada siswa yang lain. Kemudian saya menegur kepada siswa tersebut, “kenapa kamu membeli makanan hanya sedikit dibandingkan dengan teman lainnya dan dia pun menjawab karna saya di beri uangnya sedikit dan siswapun menjawab lagi bahwa kita harus berusaha menerima apa yang di dapatkannya meskipun hanya sedikit uang jajan yang di terimanya dengan rasa bersyukur”. Saya sebagai penulis benar-benar kagum pada siswa tersebut. Dari peristiwa tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa seberapa pun uang yang di terima siswa maka ia harus bersyukur dengan apa yang di berikan oleh orang tuanya. Dan saya pun mengakhiri penelitian hari ini pada pukul 10:10 kemudian saya meninggalkan sekolah. 24 Februari 2011 Hari Kamis tanggal 24 Februari 2011 saya melanjutkan penelitian kembali di MTs‟N parung bogor, hari ini saya mendatangi guru aqidah akhlak, saya mewawancarai guru Aqidah akhlak yaitu Tsamrotul Basiroh pada pukul 09:45 ketika ibu muniroh sedang santai bersama guru-guru lainnya karena waktu jam istirahat sebagian guru ada yang sedang makan dan lain sebagainya. Kemudian saya mewawancarai ibu muniroh, Saya memberikan pertanyaan tentang bagaimana cara guru menyampaikan materi dikelas. Beliau pun menjawab pertanyaan yang saya berikan dengan jelas yaitu: “guru dapat memiliki ketrampilan dalam mengajar salah satunya adalah penjelasan materi yang akan di ajarkan kepada siswa dan tidak lupa pula guru mempersiapkan materi yang akan di sampaikan kepada siswa. Beliau pun menambahkan bahwa seorang guru dapat memiliki kreativitas mengajar dan memudahkan siswa dalam menggunakan media dan metode mengajar dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang akan di sampaikan oleh guru tersebut, seperti: “ yang saya lihat ketika guru menerangkan materi di kelas guru tersebut menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan latihan sehingga siswa tidak merasa bosan. Dan saya pun mengakhiri penelitian ini pada pukul 10:35 WIB kemudian saya meninggalkan sekolah.
28 Februari 2011 Hari senin tanggal 22 Februari 2011, saya pun melanjutkan penelitian kemabali di MTs‟N parung bogor. Hari ini saya mendatangi salah seorang siswa untuk mewawancari, siswa tersebut yaitu kelas VIII/2 yang beranama saputra pada pukul 09:55 ketika jam istirahat tiba, saya memberikan pertanyaan tentang bagaimana cara siswa memperhatikan materi yang guru berikan, ade pun menjawab: “kadang siswa memperhatikan materi yang di berikan oleh guru ketika dalam penyampaian materi tersebut tidak membosankan” seperti: dalam pertengahan materi guru memberikan permainan yang berhubungan dengan materi yang di ajarkan agar siswa tidak merasa bosan dan sebaliknya jika guru mengajar dengan satu metode saja seperti ceramah maka siswa akan merasa bosan dan tidak memperhatikan penjelasan yang di berikan oleh guru. Dan saya pun hari ini selesai mewawancarai sisiwa pada pukul 10:15 WIB kemudian saya meninggalkan sekolah.
ANGKET PENELITIAN “Peranan Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku Siswa di MTs’N Parung” Nama : Kelas :
PETUNJUK 1. Bacalah dengan seksama pertanyaan-pertanyaan pada angkat di bawah ini. 2. Berilah tanda silang pada (X) pada jawaban yang anda kehendaki. 3. Jawaban yang anda pilih tidak mempengaruhi nilai mata pelajaran. PERTANYAAN
1. Siswa senang mempelajari aqidah akhlak? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D.Tidak pernah
2. Guru aqidah akhlak menjelaskan pelajaran dengan jelas? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D.Tidak pernah
3. Siswa mengerjakan tugas yang di berikan guru aqidah akhlak? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
4. Siswa membolos ketika jam pelajaran aqidah akhlak? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D.Tidak pernah
5. Siswa menjawab pertanyaan dari guru aqidah akhlak? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D.Tidak pernah
6. Siswa menerapkan pelaaran aqidah akhlak dalam kehidupan sehari-hari? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D.Tidak pernah
7. Siswa melanggar tata tertib sekolah? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
8. Siswa bersemangat dalam memperhatikan penjelasan guru? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D.Tidak pernah
9. Siswa sudah membaca materi aqidah akhlak di rumah? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
10. Siswa bertanya pada guru jika ada penjelasan yang belum jelas? A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D.Tidak pernah
HASIL PENELITIAN DENGAN MENYEBARKAN ANGKET No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Fitri arya rahayu Fitri arya rahayu Ayu nita Ilham K M. Irfan Giri Yudha Iqbal Ghani. S Lulu Multifatun n Ade Saputra Sri Defi Haris S Haminuzar V Susana L Nur Adjizah Oktavian Nani A Elisa putri Eka Wahyu U Novi a Nur M Rizki Winda P Tiara febri A M Khadafi Ulfi Tyas R Melati nur fajriani Pedrik Derriyan R.K Ahmad F Andini maulida R Safitri R Farihah M Khoirul hakim Anggit prastiwi G Amel Nanda wigun agustia Burhanudin Dini Safitri Yusuf noval assidiq Mustaqim al farisi Irma fatmawati
4 3 4 3 3 2 4 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4
3 2 2 3 2 4 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 4 4 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 2 1 3 2 2 3 3
4 4 4 4 4 4 2 4 3 2 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 1 4 2 2 2 3 4 3 4 3 2 3 4 3 2
1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 3 2 2
2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 1 2 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 3 2 2
2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1
3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 4 3 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 2 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 4 4 2
3 3 2 3 3 2 2 2 2 1 4 4 2 2 1 4 4 4 3 2 2 2 2 4 2 1 3 1 2 4 2 4 2 3 1 1 4 3 3 2
2 2 2 2 2 3 2 4 3 2 2 2 1 3 3 4 4 3 3 3 1 2 3 2 3 1 2 2 1 2 2 3 1 2 1 2 3 3 2 1
26 25 25 26 20 26 20 27 26 19 23 24 20 25 18 30 28 26 23 20 19 24 26 26 24 10 25 20 20 24 25 27 20 25 10 18 24 30 26 20