EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BEHAVIORISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL QURAN HADIS DI MTS AL HIDAYAH TAJUR CITEUREUP Skripsi Diajukan Kepada FITK Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Aa Saprudin NIM. 109011000113
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRACT Aa Saprudin, 109011000113, the effectiveness of methods based on Behaviorism learning application toward the result of learning students in Al Quran Hadis lesson at Islamic Junior High School Tajur Citeureup Bogor, the major of Department Islamic Religion, at Faculty of Tarbiyah and teacher’s training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. This research aims to know application of Behaviorism learning theory in Islamic Junior High School Al Hidayah at Tajur Citeureup especially the result of learning students in Al Quran Hadis lesson. In other wise, it’s wants to know how it describing the Behaviorism learning toward result of learning students in Al Quran Hadis lesson. The method used in this research is quantitative, correlation product moment, that research watching what just there is a influence an action to behavior, and analyzing neither are there nor are there the roles of actions which were supported by data resulted of post-test and observations. The method used for researching effectiveness of Behaviorism learning application toward the result of learning students in Al Quran Hadis lesson. As becomes sample of research is students of Islamic Junior High School Al Hidayah at Tajur Citeureup Bogor. Based on it’s result research which writer wrote, the result showed that application of Behaviorism learning method could influence the result learning of students of Al Quran Hadis lesson for law of mim sukun material based on result of mean of post-test of learning 71,27;howover, the score of product moment correlation is significant between the method of Behaviorism learning and the result of learning’s students based on it’s value is 0,720. So the score of is higher than both 5% and 1% significantly.
Keyword: Behaviorism learning, Islamic Junior High School,
v
ABSTRAK Aa Saprudin, 109011000113, Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode berdasarkan pembelajaran Behaviorisme di MTs Al Hidayah terutama hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana metodemetode tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif tipe korelasi product moment. Penelitian ini ingin melihat ada atau tidaknya pengaruh dari pelaksanaan metod pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh data yang dihasilkan melalui angket dan post-test serta kegiatan observasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa MTs Al Hidayah Tajur Citeureup Bogor. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode pembelajaran Behaviorisme ternyata dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis dengan materi hukum mim sukun yang ditandai dengan perolehan nilai rata-rata post tes sebesar 71,27 sedangkan dari perhitungan korelasi product moment yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara penerapan metode pembelajaran Behaviorisme dengan hasil belajar siswa dilihat dari diperoleh sebesar 0,720, hasil lebih besar dari baik pada taraf signifikan 5% atau 1%.. Kata kunci: Pembelajaran Behaviorisme, MTs Al Hidayah,
vi
KATA PENGANTAR Puji serta syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa selalu melimpahkan petunjuk dan pertolongan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas terakhir dalam perkuliahan. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu dilimpah curahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa pencerahan untuk manusia di akhir zaman. Skripsi yang berjudul, “Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup”, ini saya susun untuk melengkapi syarat kelulusan yang telah ditentukan oleh Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya ucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Nurlena Rifa’i, MA., Ph. D. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ketua Jurusan Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag, Sekretaris Marhamah Saleh, Lc, MA serta seluruh staff Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing, mengerahkan, dan memberi petunjuk dalam proses penulisan skripsi ini.
4.
Aminudin Ya’qub, MA selaku dosen penasihat akademik.
5.
Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah AL Hidayah Tajur, Yusuf Supriyatna, S.Pd. I yang telah berkenan memberikan izin untuk mengadakan penelitian ini.
7.
Guru mata pelajaran Al Quran hadis Bapak Yusuf Hamidullah, S.Ag, serta para Guru dan staff Karyawan yang berpatisipasi dalam mendukung selesainya skripsi ini.
vii
8. Ayahanda Sumitar dan Ibunda Siti Romlah, orang yang paling berjasa dalam hidup saya, cucuran keringat, air mata, serta do’a keduanya merupakan pengorbanan yang tidak terhingga. 9. Keluarga besar, Ummi Eliyanih, serta adik-adik Syukron Hidayatullah, Euis Khumairoh, dan Akmelia Maulida berikut Bibi, Paman dan segenap keluarga yang selalu memberikan support dengan sangat setia. 10. Para pendidik mulai dari nol sampai saat ini, terima kasih atas ilmu yang telah beliau-beliau ajarkan sehingga saya mampu untuk melewati ini semua. 11. Sahabat jauh dan dekat, Kelas PAI C Angk. 2009, majlis taklim ALMASIH, Rekan seperjuangan, Ade Saprudin, Ajat Sudrajat, Ahmad Kosim Nurseha tidak akan terlupa canda tawa serta duka yang pernah kita lalui bersama, terima kasih untuk kalian yang selalu berbaik hati untuk mendo’akan serta membantu. 12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, hanya kepada Allah SWT peneliti mohon taufik, hidayah, dan inayahNya, serta sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan, baik dari segi moril maupun materil. Semoga sumbangsi, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan termasuk ke dalam amal sholeh dan mendapatkan balasan setimpal dari Allah SWT, Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.
Jakarta,
Januari 2015
Peneliti
Aa Saprudin
NIM. 109011000113
viii
DAFTAR ISI COVER DEPAN .................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ........................................ iii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .................................................... iv ABSTRACT ........................................................................................................ v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7 F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Teori ..................................................................................................... 8 1. Teori Pembelajaran Behaviorisme ............................................................... 8 a. Pengertian Behaviorisme ........................................................................ 8 b. Kurikulum Al Quran Hadis .................................................................... 8 c. Konsep Belajar Menurut Teori Behaviorisme ....................................... 9 d. Karakteristik Pembelajaran Behaviorisme ........................................... 12 e. Teori-teori Belajar Kubu Behaviorisme ................................................ 13 f. Keunggulan Pembelajaran Behaviorisme ............................................. 16 g. Metode Pembelajaran Behaviorisme ..................................................... 16
ix
2. Hasil Belajar Al Quran Hadis .................................................................... 18 a. Pengertian Hasil Belajar ........................................................................ 18 b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............................................. 21 c. Indikator Hasil Belajar .......................................................................... 25 d. Mengukur Hasil Belajar ......................................................................... 27 B. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 28 C. Kerangka Berfikir ........................................................................................... 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 32 B. Metode Penelitian ......................................................................................... 32 C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 32 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 33 E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 34 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 41 G. Hipotesis Statistik ......................................................................................... 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah ............................................................................................. 47 B. Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Terhadap Hasil .. Belajar Siswa ................................................................................................. 50 1. Deskripsi Data ........................................................................................... 50 2. Hasil Uji Instrument Penelitian .................................................................. 63 3. Analisis Data ............................................................................................. 65 4. Interpretasi Data ........................................................................................ 68 5. Pembahasan ............................................................................................... 70
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................... 72 B. Saran .............................................................................................................. 72 Daftar Pustaka .................................................................................................... 74
xi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Kisi-kisi Pedoman Komponen Penilaian Membaca Al Quran ................... 34 Tabel 3.2 : Kriteria Penilaian Bacaan Al Quran ...................................................... 35 Tabel 3.3 : Kisi-kisi instrument angket ................................................................... 35 Tabel 3.4 : Hasil uji validitas penerapan metode pembelajaran Behaviorisme .... 38 Tabel 3.5 : Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal ........................................... 40 Tabel 3.6 : Pengukuran Secara Deskriptif ............................................................ 43 Tabel 3.7 : Penilaian Analisis Mean Angket Penerapan Metode Pembelajaran
Behaviorisme dan Hasil Belajar Siswa ............................................... 43 Tabel 3.8 : Interpretasi Data ................................................................................. 44 Tabel 4.1 : Data Siswa dalam 5 Tahun Terakhir ...................................................... 47 Tabel 4.2 : Data pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................................................... 48 Tabel 4.3 : Data sarana dan prasarana ............................................................................ 49 Tabel 4.4 : Guru PAI mengucapkan salam kepada siswa ......................................... 51 Tabel 4.5 : Guru PAI melakukan apersepsi. ............................................................... 51 Tabel 4.6 : Guru PAI menyampaikan tujuan pembelajaran ..................................... 51 Tabel 4.7 : Guru PAI menyampaikan pertanyaan yang merangsang siswa untuk berfikir ............................................................................................... 52 Tabel 4.8 : Guru PAI menggunakan metode pembelajaran Behaviorisme ............ 52 Tabel 4.9 : Guru PAI memberikan penjelasan metode pembelajaran
Behaviorisme ............................................................................................. 52 Tabel 4.10 : Guru PAI Mempersilahkan Siswa Mencatat Hal-hal Penting ............ 53 Tabel 4.11 : Guru PAI Menjelaskan materi dengan suara yang sesuai
dan tidak terlalu cepat ............................................................................. 53 Tabel 4.12 : Guru PAI Menciptakan suasana yang nyaman di dalam kelas ......... 53 Tabel 4.13 : Guru PAI Menghindari suasana yang tegang di dalam kelas ........... 54 Tabel 4.14 : Guru PAI Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa ............... 54
xii
Tabel 4.15 : Guru PAI Memberikan pertanyaan sesuai hasil pengamatan .................... 54 Tabel 4.16 : Guru PAI Membacakan topik-topik bacaan ......................................... 55 Tabel 4.17 : Guru PAI Mengajak siswa untuk membaca dengan keras
dan lantang ...................................................................................... 55 Tabel 4.18 : Guru PAI membaca dengan keras dan lantang ................................. 55 Tabel 4.19 : Guru PAI Menunjuk siswa untuk membacakan lebih dahulu,
serta diikuti siswa yang lain ................................................................... 56 Tabel 4.20 : Guru PAI Memberikan banyak latihan-latihan ................................ 56 Tabel 4.21 : Guru PAI Melatih bacaan siswa secara terus menerus .................... 56 Tabel 4.22 : Guru PAI Mengoreksi bacaan siswa jika terdapat kesalahan
secara langsung ........................................................................................ 57 Tabel 4.23 : Guru PAI Memberikan pemodelan bentuk bacaan yang lain .......... 57 Tabel 4.24 : Guru PAI Meminta siswa untuk mencari model-model
bacaan yang sama ............................................................................. 58 Tabel 4.25 : Guru PAI Memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai
hasil pengamatan .............................................................................. 58 Tabel 4.26 : Guru PAI Memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk
mempraktikan ulang ......................................................................... 58 Tabel 4.27 : Guru PAI Memberikan umpan balik kepada siswa .......................... 59 Tabel 4.28 : Guru PAI Menyimpulkan materi dari proses pembelajaran metode
pembelajaran Behaviorisme ............................................................. 59 Tabel 4.29 : Distribusi Frekuensi tentang Penerapan Metode Pembelajaran
Behaviorisme Dari 47 Responden ......................................................... 60 Tabel 4.30 : Penilaian Analisis Mean Angket Penerapan Metode
Pembelajaran Behaviorisme .................................................................. 61 Tabel 4.31 : Nilai Test Hasil Belajar Siswa MTs Al Hidayah Tajur Citeureup .............. 62 Tabel 4.32 : Uji Validitas Instrumen Penerapan Pembelajaran Behaviorisme .............. 64 Tabel 4.33 : Reliability Statistik................................................................................... 65 Tabel 4.34 : Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi
xiii
Antara Variabel X dan Variabel Y. ....................................................... 65 Tabel 4.35 : Interpretasi Data ....................................................................................... 68
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3
: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 4
: Profil Madrasah
Lampiran 5
: Daftar siswa kelas VII E MTs Al Hidayah
Lampiran 6
: Instrument Soal test
Lampiran 7
: Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 8
: Nilai Hasil Test Mapel Al Quran Hadis
Lampiran 9
: Pedoman Angket
Lampiran 10 : Tabel pedoman angka indeks korelasi Lampiran 11 : Tabel pedoman angka degree of freedom (df) Lampiran 12 : Perhitungan Angka Indeks Korelasi antara variabel X dan Y
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1) pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Tujuan kompetensi mata pelajaran pendidikan agama islam khususnya Alqur’an Hadist adalah sebagai berikut: Satu, meningkatkan kecintaan siswa terhadap Qur’an Hadis. Dua, membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Qur’an dan Hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. Tiga, meningkatkan kekhusuan siswa dalam beribadah terutama sholat dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca. Dari ketiga tujuan kompetensi tersebut, poin ketigalah yang paling penting yakni bagaimana siswa dapat melafalkan, membaca, menulis serta manghafal Al Qur’an dengan baik dan benar, karena apabila siswa mampu membaca dan menulis Al Qur’an dengan baik, maka siswa akan lebih mudah menghafalnya yang kemudian akan menumbuhkan kecintaan siswa terhadap Al Qur’an. Pada kenyataannya masih terdapat guru-guru yang belum sepenuhnya memahami tugasnya sebagai pengajar dan pendidik sehingga mereka kurang memperhatikan segi-segi kognitif, apektif, maupun psikomotorik yang seharusnya dikuasai peserta didik dan jenjang tertentu. Hal ini mungkin dapat dimengerti mengingat cukup banyak masalah yang dihadapi seperti yang dikemukakan oleh Sri Wahyuni Djiwandono bahwa “semua guru dihadapkan pada masalahmasalah, masalah banyaknya siswa dalam kelas, masalah ekonomi dan 1
2
kenakalan anak-anak, masalah tekanan masyarakat yang kurang menghargai peranan guru dan sebagainya.1 Namun, permasalahan yang paling menonjol adalah guru yang tidak memenuhi standar kompetensi terutama pedagogik yang berhubungan langsung dengan kegiatan pembelajaran. Padahal kompetensi yang harus dimiliki siswa di atas, sangat membutuhkan peranan guru yang baik dari segi penguasaan materi maupun teknik pemebelajaran di lapangan. Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik
khususnya
guru
sangat
memerlukan
aneka
ragam
pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Diantaranya pengetahuan tentang teori belajar. Banyak teori yang dikeluarkan oleh para ilmuan dan teoritikus pendidikan atau pengajaran yang mungkin akan terjadi falsifikasi teori yang menuntut kearifan guru untuk menilai dan kemudian mengaplikasikannya. Seorang guru harus mampu melaksanakan serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi. Termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak didik, sejauh perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin, anak didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang sesuai dengan apa yang diinginkan, maka perumusan tujuan standar kompetensi Al Qur’an Hadis menentukan hasil-hasil yang seharusnya diperoleh. Secara umum, permasalahan diatas terjadi karena dua faktor: Pertama faktor yang berasal dari guru yaitu banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun proses evaluasi. Keadaan ini merupakan sebagai akibat dari asumsi para guru yang merasa dirinya 1
23
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h.
3
sudah mengajar dengan baik.2 Faktor yang kedua adalah faktor yang datangnya dari orang tua atau wali murid yakni orang tua di rumah seringkali tidak memperhatikan perkembangan si anak dalam hal belajar. Kebanyakan waktu di rumah lebih banyak digunakan bermain daripada belajar. Padahal pelajaran yang diterima di sekolah belum tentu dapat dicerna dengan baik, sehingga perlu adanya bimbingan tambahan dari orang tua. Dalam proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar-mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Itu berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru
dan
siswa
yang berlangsung
dalam
situasi
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegagalan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak lepas dari adanya peran guru di dalamnya. Hal ini dapat dimengerti karena guru merupakan unsur utama yang melaksanakan kegiatan pokok yaitu proses belajar mengajar. Dan peran tersebut menuntut guru harus mempersiapkan sebaik-baiknya. Hendaknya guru mempunyai catatan pribadi untuk mengamati perkembangan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai oleh semua siswa tanpa terkecuali Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan. Sesuai dengan empat standar kompetensi guru meliputi kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan kompetensi personal. Keprofesionalan guru tidak hanya sebatas mempunyai gelar sarjana kependidikan akan tetapi ia juga harus senantiasa mengembangkan ilmunya sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, guru haruslah memiliki kompetensi pedagogik yakni manguasai berbagai teknik dan metode pendidikan 2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2008) Cet. VIII h. 20
4
maupun pengajaran agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dimanapun dengan kondisi apapun yang efektif dan efesien. Kompetensi sosial seorang guru dilihat bagaimana guru tersebut dapat berkomunikasi dengan baik sacara verbal maupun non verbal baik komunikasi dengan siswa, guru-guru yang lain, wali siswa maupun masyarakat. Terakhir, guru haruslah mempunyai kompetensi personal yakni memiliki keperibadian yang baik yang dapat dicontoh atau ditiru oleh murid. Atau dapat pula diartikan guru tersebut memiliki kesungguhan dan tekad yang kuat dalam dirinya untuk menjalankan profesinya. Pelaksanaan pendidikan yang terjadi di dalam kelas oleh guru haruslah efektif dan efesien agar proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan, seorang guru haruslah dapat melakukan pengelolaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Teori kegiatan belajar mengajar merupakan usaha yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dalam pembelajaran ada banyak teori yang dapat dipilih dan digunakan
guru
secara
proposional
sejalan
dengan
tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Keberhasilan guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari bagaimana guru tersebut mengelola pembelajarannya sehingga siswa mampu mencapai tingkat kemampuan yang optimal, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penguasaan
teori
pembelajaran
merupakan
salah
satu
unsur
kompetensi pedagogik yang penting untuk dikuasai guru karena, hal itu diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran, prosedur, metode, teknik pengajaran secara mendalam serta berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan penggunaan fasilitas pengajaran. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka diperlukan keterampilan seorang guru dalam mengelola pembelajaran, baik itu
5
berupa teori, strategi, model, ataupun metode pembelajaran. Salah satu teori
pembelajaran
yang
terkenal
adalah
teori
pembelajaran
Behaviorisme. Teori ini mengkonsentrasikan pada kajian tentang perilaku-perilaku nyata yang bisa diteliti dan bisa diukur.3 Teori ini memandang perilaku sebagian besar orang merupakan hasil dari pengalaman mereka dengan stimulus-stimulus lingkungan. Dalam pembelajaran Al Quran banyak kompetensi yang harus dicapai yang membutuhkan teknik atau metode pembelajaran Behaviorisme seperti metode Iqra’ AL Barqi, Talaqqi dan Qiroati. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar juga dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.
4
misalnya jika seorang siswa telah
banyak dilatih dan diajarkan dalam membaca Al Quran namun, masih terdapat banyak kesalahan, mungkin frekuensi pengalaman dan latihan yang telah diberikan perlu ditambahkan. Karena bukan tidak mungkin dengan latihan tambahan akan memperbaiki kesalahan siswa sehingga bacaan Quran siswa tersebut menjadi fasih dan lancar. Kita masih melihat kejadian yang disebutkan di atas yang berlangsung di berbagai lembaga pendidikan untuk semua mata pelajaran tak terkecuali pada mata pelajaran Al Quran Hadis. Akibat dari hal ini hasil belajar siswa tidak mencapai tujuan pembelajaran karena perilaku belajar siswa tidak mencerminkan perilaku belajar yang baik. Berangkat dari masalah inilah penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji masalah tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul:
3
Mark K Smith, dkk, Teori Pembelajaran dan Pengajaran, (Jogjakarta: Mirza Media Pustaka 2009), cet. I h. 77 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media 2011), CetVIII h.112
6
“EFEKTVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BEHAVIORISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL QURAN HADIS DI MTS AL HIDAYAH TAJUR CITEUREUP”. B. Identifikasi Masalah 1. Belum lancarnya siswa melafalkan bacaan Al Quran Hadis 2. Rendahnya hasil belajar Al Quran hadis siswa di dalam kelas 3. Belum efektifnya metode pembelajaran Behaviorisme di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam masalah biaya, waktu, tenaga dan kemampuan akademik, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini hanya dibatasi pada efektivitas
penerapan
metode
pembelajaran
rumpun
teori
Behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di Madrasah Tsanawiyah Al Hidayah, khususnya di kelas VII pada materi QS. Al Bayyinah teori yang lahir dari aliran Behaviorisme dibatasi hanya pada teori operant conditioning karya B.F. Skinner dengan menerapkan tiga metode pembelajaran yakni modelling, reading aloud, serta drill. D. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana metode pembelajaran Behaviorisme diterapkan dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah? 2. Bagaimana rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah? 3. Bagaimana hubungan pembelajaran behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis?
7
E. Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian ini antara lain: 1. Untuk
mengetahui
aplikasi
dari
metode
pembelajaran
Behaviorisme di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup. 3. Untuk menggambarkan penerapan pembelajaran Behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al-Hidayah Tajur Citeureup. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan lembaga pendidikan dan menambah hazanah ilmu pengetahuan. Adapun secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para pendidik tentang teori pembelajaran yang tepat dan efisien.
BAB II A. Kajian Teori 1. Teori Pembelajaran Behaviorisme a. Pengertian Behaviorisme Behaviorisme berasal dari kata behaviour dalam bahasa Inggris yang berarti perilaku. Dalam bahasa Indonesia kata ini mendapat imbuhan isme di akhir yang memberikan makna suatu system atau aliran. Menurut Ridwan Abdullah Sani, “Behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”,1 sedangkan menurut Jeanne Ellis Ormrod “Behaviorisme adalah suatu teori yang sangat menekankan pada perilaku yang dapat diamati dan diukur”.2 Jadi, behaviorisme adalah suatu aliran dalam psikologi yang mengkonsentrasikan pada perubahan perilaku-perilaku manusia yang dapat diamati dan diukur sebagai hasil dari suatu pengalaman. Aliran ini berbasis pada faham empirisme dalam pendidikan b. Kurikulum Al Quran Hadis Pada dasarnya kurikulum Al Quran Hadis ini masih terkait dengan standar isi dalam Permendiknas Nomor 22.3 Penyusunan kurikulum Al Quran Hadis ini dengan memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) Kurikulum Al Quran Hadis yang tertuang dalam Permen 22 pada jenjang sebelumnya (SD/MI) 2) Kebutuhan siswa pada usia MTs yang pada dasarnya mulai dikenakan hukum sebagai mukallaf (diwajibkan menunaikan ibadah mahdzoh terlebih sholat). Kurikulum Al Quran Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan
1
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), cet. I
h. 4 2
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Ter. dari Educational Psychology Developing Learners oleh Wahyu Indianti, dkk. (Jakarta: Erlangga, 2008) Cet. VI h. 269 3 Sofwan Iskandar, Penuntun Belajar Al Quran Hadis, (Depok: Arya Duta, 2008), h. 1
8
9
kesinambungan dengan kurikulum AlQuran Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca AlQur‟an-Hadis, pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. adapun tujuan dari mata pelajaran Al Quran Hadis adalah: satu, meningkatkan kecintaan siswa terhadap Qur‟an dan Hadis. Dua membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Qur‟an dan Hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. Tiga, meningkatkan kekhusyukan siswa dalam beribadah terlebih sholat, dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca c. Konsep Belajar Menurut Teori Behaviorisme Sedikitnya ada 5 konsep belajar menurut aliran Behaviorisme. 1) Perilaku orang sebagian besar merupakan hasil dari pengalaman mereka dengan stimulus-stimulus lingkungan. Banyak tokoh behavioris yang menganut faham empirisme percaya, seseorang lahir bagaikan “kertas kosong” (atau dalam bahasa latin tabula rasa) tanpa memiliki bakat atau potensi bawaan untuk berperilaku dengan cara tertentu. Setelah sekian lama lingkungan akan menulis dan membentuk pada kertas kosong ini secara perlahan dan masing-masing individu akan memiliki karakteristik yang unik yang berbeda satu dengan yang lain tergantung pada lingkungan tempat ia tinggal.3 Hal ini sesuai dengan Al Quran yang berbunyi
ُصب َُر َُ الَُْب ُ ْ ََُ ُمُُنَ هُك هُمُانسُ ُْم َُع َُ ج َُع َُ ََُ ُشٍأ َُ َُُلُتَ ُْعُهَ هُمُن ُ َ ُُنُأهمُ ٍَُبُتِ هُك ُْم ُ ََ ِ للاهُأَ ْخ َر َج هك ُْمُمُ ْهُبهطه ُ)٨٧ُ.ُش هُك هُرَنَُُُٗ (انىحم ُْ َالُْفُئِ َُذ ُةَُُنَ َُعهُ هُك ُْمُُت ُ ْ ََُ Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
3
Ibid., h. 422
10
kamu
pendengaran
penglihatan,
bersyukur.” (QS. An Nahl: 78) Perilaku,
karakteristik
dan
hati
agar
kamu
seseorang
dapat
4
dan
watak
dipengaruhi oleh berbagai lingkungan seperti lingkungan orangorang terdekat, teman sebaya serta orang tua. Namun yang paling banyak mempengaruhi yakni lingkungan orang tua karena waktu yang paling banyak dihabiskan oleh siswa yaitu bersama orang tua sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
ُم ُ ُ هُك.سهُ َُم َُ ََُ ُ ًُِ ٍَُْعُه َُ ُ للاه ُ ُ ُصم َُ ُ ً ُبل ُانىُُبِ ه َُ َُُق:بل َُ َعُْى ًُه ُُق َُ ُ للاه ُ ًُ َُ ض ُِ ه ُأُبًُِ ٌُه َُرٌُْ َُرُةَ ُ َُر ُْ ع َُ ْ ِعُهَىُ ُْانُف ُ )ط َر ِةُفَبَبَ َُايهٌُهٍَُدَاوِ ًُِأَْ ٌُهىَص َراوِ ًُِ(رَايُانبخبري َُ َُُمُُُْنهُُْدٌُُُهُُُْنَ هُذ Artinya: dari Abu Hurairah radliallahu „anhu berkata: Nabi Shallallahu‟alaihi wasallam bersabda: “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu manjadi Yahudi, atau Nashrani.” (HR. Bukhori).5 Sebagai guru
haruslah ingat dampak signifikan dari
lingkungan masa lalu dan masa kini siswa terhadap perilaku mereka untuk itu dapat menggunakan perinsip dasar ini: dengan mengubah lingkungan kelas, seorang guru juga dapat mengubah perilaku siswa. 2) Belajar dapat digambarkan dalam kerangka asosiasi di antara peristiwa-peristiwa yang dapat diamati. Teori ini memandang pikiran bagaikan sebuah “kotak hitam” dalam arti bahwa respon terhadap pengaruh lingkungan dapat diukur secara kuantitatif, serta mengabaikan kemungkinan proses pemikiran yang terjadi dalam pikiran secara total.6 Maka fenomena yang terjadi dalam diri seseorang seperti pikiran 4
Hasbi Ashiddiqi, dkk Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Quran, 1971), Cet IV hal. 413 5 Ahmad Al Hasyim, Mukhtar Al Ahadis Annabawiyah, (tt.p. Daarul Kitab Al Islami, 1999), hal. 118 6 Mark K. Smith, Teori Pembelajaran dan Pengajaran, (Jogjakarta: PT Mirza Media Pustaka, 2009), Cet. I hal. 76
11
keyakinan, perasaan dan sebagainya tidak dapat diamati dan karenanya tidak dapat dipelajari secara ilmiah. Seharusnya pemeriksaan psikologis hanya berfokus pada hal-hal yang dapat diamati dan dipelajari secara objektif. 3) Belajar melibatkan perubahan perilaku. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disengaja. Belajar dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.7 4) Belajar cenderung terjadi ketika stimulus dan respon muncul dalam waktu yang berdekatan. Supaya hubungan stimulus-respons berkembang, kejadiankejadian tertentu harus terjadi bersamaan dengan kejadiankejadian yang lain. Ketika dua kejadian muncul pada waktu yang kurang lebih bersamaan, dapat kita katakan ada kontiguitas di antara kejadian-kejadian tersebut.8 5) Banyak species hewan, termasuk manusia, belajar dengan caracara yang sama. Behavioris terkenal dengan eksperimen mereka terhadap hewan-hewan seperti tikus dan merpati. Mereka berasumsi bahwa banyak species memiliki proses pembelajaran yang sama. Oleh karena itu, mereka menerapakan perinsip-perinsip belajar yang diperoleh setelah mengamati suatu species pada suatu pemahaman mengenai bagaimana species-species lain (termasuk manusia) belajar. Kutipan berikut ini menunjukan behavioris
7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), Cet. VIII hal. 112 8 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), cet. V h. 29
12
berpandangan bahwa semua mamalia belajar dengan cara yang sama. Fenomena yang sederhana dan semi mekanis ini … yang menunjukan proses belajar hewan, adalah dasar-dasar dari proses pembelajaran manusia. Tentu saja untuk proses belajar manusia akan lebih rumit dan lebih maju, seperti adanya akuisisi keterampilan memainkan biola, atau pengetahuan hitungan kalkulus, atau penemuan mesinmesin. Namun, mustahil untuk memahami pembelajaran kultural manusia yang lebih halus dan jelas tanpa menggunakan ide-ide yang jelas tentang kekuatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dalam bentuk paling dasar yang menghubungkan respon jasmani dengan situasi yang dialami dan dirasakan langsung oleh indra. Lebih jauh, betapapun halusnya, betapa pun rumitnya, dan betapa pun majunya bentuk belajar yang harus dijelaskan, fakta-fakta sederhana ini—yakni pemilihan koneksi karena koneksi itu berguna dan memuaskan dan pengabaian koneksi karena ia tidak berguna atau menjengkelkan, reaksi berganda, situasi pikiran sebagai kondisi, aktivitas kecilkecilan dalam mengatasai situasi, dengan berpotensi elemen tertentu dengan menentukan respons, respon berdasarkan analogi, dan pengalihan ikatan—akan tetapi menjadi fakta utama, atau bahkan mungkin satu-satunya fakta, yang diperlukan untuk menjelaskan proses belajar.9 d. Karakteristik Pembelajaran Behaviorisme Ciri-ciri implementasi dari teori ini adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
9
Mementingkan pengaruh lingkungan Mementingkan bagian-bagian Mementingkan peranan reaksi Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respons Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
B.R. Hergenhahn, Teori Belajar, Ter. dari Theories of Learning, oleh Tri Wibowo B.S. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet. X h. 63
13
10) Menggunakan teknik coba-coba (trial and error) dalam penyelesaian masalah.10 e. Teori-teori Belajar Kubu Behaviorisme 1) Ivan Pavlov (1849-1936) Bagi kalangan akademisi nama “paplov sangat terkenal dengan karyanya tentang pengkondisian klasik (classical conditioning) atau substitusi stimulus. Menurutnya, tingkah laku merupakan rangkaian reflex berkondisi, dengan kata lain reflex-repleks terjadi setelah adanya proses kondisi.11 Classical
conditioning
merupakan
teori
hasil
pengembangan dari teori asosiasi. Berawal dari percobaan Pavlov terhadap anjing yang mengeluarkan air liur. Dalam percobaannya
bel
dibunyikan
sebelum
memperlihatkan
makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali ternyata, air liur tetap keluar setelah bel dibunyikan meskipun tidak dikeluarkan makanan.12 2) Edward Lee Thorndike (1874-1949) Thorndike lahir pada tahun 1874 di Williamsburg, Massachusetts, putra kedua dari seorang pendeta Methodis. Ia dikenal
rajin
dalam
melakukan
riset
terbukti
dalam
autobioghrafinya dia melaporkan bahwa sampai usia 60 tahun dia menghabiskan 20 jam sehari untuk membaca dan mendalami buku atau jurnal ilmiah. Namun, teorinya yang paling terkenal adalah connectionism yaitu asosiasi antara kesan
indrawi
dan
impuls
dengan
tindakan
sebagai
ikatan/kaitan atau koneksi.13 Teori koneksionisme adalah teori yang paling awal berkembang pada rumpun psikologi Behaviorisme. Teori ini
10
Ridwan, op. cit., h. 7-8 Zikri Neni Iska, Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother‟s, 2006), cet. I h. 21 12 R. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. X h. 17 13 Hergenhahn, op. cit., h. 60 11
14
ditemukan dan dikembangkan atas dasar eksperimen thorndike pada kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Sebuah sangkar berbentuk kotak, berjeruji yang dilengkapi peralatan seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali. Kemudian seekor kucing lapar ditempatkan di dalam kotak. Peralatan
tersebut
diatur
sedemikian
rupa
sehingga
memungkinkan kucing memperoleh makanan yang tersedia di depan pintu kotak tersebut.14 3) Jhon Broadus Watson (1878-1958) Jhon B. Watson adalah seorang pendiri aliran psikologi Behaviorisme. Lahir pada tanggal 9 Januari 1878 di Greenville Amerika Serikat. bukunya yang paling berpengaruh adalah Pshychology as the Behaviorist Views it (1913).15 Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (S) dan respon (R), namun S-R harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Tingkah laku adalah tindakan yang dapat dilihat dan diamati dengan cara yang objektif. Belajar adalah proses membentuk hubungan S-R, dan kekuatan hubungan S-R tergantung pada frekuensi ulangan adanya SR. oleh sebab itu, diperlukan latihan (drill) dalam pembelajaran.16 4) Burhus Frederic Skinner (1904-1990) Berdasarkan
hasil
survey
American
Psychological
Association (1968) Skinner adalah tokoh yang paling berpengaruh
dalam
psikologi
kontemporer
yang
telah
memberikan kontribusi pada metodologi penelitian psikologi terutama dalam menyempurnakan gagasan Ivan Pavlov.17 Karya
14
tulisnya
yang
paling
terbaru
berjudul
About
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2015) cet. XV h. 103 15 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004), cet. I h. 46 16 Ridwan,op. cit., h. 6 17 Richard I. Evans, B. F. Skinner the Man and His Ideas, (New York: E. P. Dutton, 1968) hal. 11
15
Behaviorism. Tema pokok yang menghiasi karya-karyanya adalah bahwa penggunaan konsekuensi menyenangkan maupun tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku yang disebut pengkondisian operant (operant conditioning).18 Teori operant conditioning merupakan teori yang telah mencapai tahap penyempurnaan dari sekian teori pada rumpun psikologi Behaviorisme. Teori ini dirintis oleh Skinner hasil penelitiannya terhadap tikus dan merpati yang ditempatkan dalam sebuah kotak hasil modifikasi yang disebut kotak Skinner.
Hasil
eksperimennya
membuahkan
prinsip
pembelajaran terpenting yaitu perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi
langsungnya.
Dalam
arti
konsekuensi
menyenangkan akan memperkuat serta menambah frekuensi suatu
perilaku,
menyenangkan
sedangkan akan
konsekuensi
memperlemah
yang bahkan
tidak akan
menghilangkan frekuensi suatu perilaku.19 Menurut Skinner, dalam pengajaran pertama sekali dilakukan oleh seorang guru adalah menentukan kerangka utama perilaku yang tepat dan yang ingin dibentuk, kemudian perilaku
itu
didorong
melalui
petunjuk
yang
bersifat
intruksional, lalu perlahan dorongan itu dihilangkan.20 Sebagai contoh dalam pembelajaran di kelas, jika seorang guru ingin mengajarkan hukum dalam ilmu tajwid yang baru, biasanya guru tersebut memberikan contoh dalam bentuk sederhana, mengucapkan kata lalu siswa diajak untuk mengulangi katakata itu. Penguatan diberikan pada awal untuk pelafalan yang
18
Muhibbin, op. cit., h. 109 Robert E. Slavin Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Ter. dari Educational Psychology: Theory and Practice, oleh Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks 2011), cet. IX h. 181 20 Margaret E. Gredler, Learning and Intruction: Teori dan Aplikasi, Ter. dari Learning and Intruction: Theory into Practice oleh Tri Wibowo B.S, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), cet. I h. 147 19
16
sudah mendekati lafal yang tepat. Kemudian penguatan ditahan sebentar sampai pelafalan menjadi lebih baik sedikit. Guru melanjutkan mendorong pelafalan kata yang lebih sulit dan memberi penguatan untuk setiap perbaikan pengucapan. Dorongan itu kemudian pelan-pelan ditarik. Pelajaran selesai ketika siswa dapat melafalkan kata-kata tersebut dengan benar. f. Keunggulan Pembelajaran Behaviorisme Ada suatu program yang dibuat oleh kaum Behavioris. Meski bersifat komersil program ini sukses untuk mengajarkan membaca pada anak-anak beresiko, program itu bernama DISTAR tetapi kini berubah nama menjadi SRA reading mastery. Program ini
sangat
terstruktur
di
mana
kemampuannya masing-masing.
anak-anak
diajari
sesuai
21
Behaviorisme akan sangat membantu dalam penyelesaian masalah-masalah
perilaku
pendekatan-pendekatan
yang
yang
kronis
telah
di
kelas.
Melalui
dikembangkan
seperti
penerapan analisis perilaku, analisis fungsional, dan dukungan perilaku positif. Meski memakan waktu, pendekatan Behavioris seringkali efektif ketika pendekatan-pendekatan lain gagal. g. Metode Pembelajaran Behaviorisme. Teori pembelajaran Behaviorisme telah memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia pendidikan sehingga banyak metodemetode pembelajaran yang dihasilkan dari teori ini. Berikut beberapa metode yang berdasarkan teori ini seperti metode Iqra, demonstrasi, drill, reading aloud dan modelling.22 1) Metode Iqra‟ Metode Iqra‟ merupakan suatu metode yang sangat sistematis serta terstruktur dengan baik yang berisi enam level atau tingkatan yang terkumpul dalam satu buku. Metode ini 21
Margaret, Ibid., h. 151 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2011) cet. I h. 112 22
17
sangat efektif diaplikasikan terutama bagi pelajar yang memulai belajar membaca Al Quran dari nol karena materi atau bahan bacaan dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa. Dengan menggunakan metode Iqra‟ para siswa dapat dengan mudah dan cepat membaca Al Quran sehingga metode ini pernah dijadikan proyek oleh Departement Agama RI sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca terhadap kitab suci Al Quran. 2) Metode Reading aloud (membaca keras) Reading aloud berasal dari bahasa inggris yang terdiri atas dua kata, yaitu read yang berarti membaca dan aloud yang berarti dengan (suara) keras. Dalam dunia pendidikan reading aloud (membaca keras) diartikan sebagai sebuah strategi belajar dengan cara guru atau siswa membaca dengan suara yang keras atau lantang.23 Membaca suatu teks dengan keras atau nada tinggi dapat membantu siswa memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, strategi ini mempunyai efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif (menyatu).24 Metode reading aloud dapat disajikan dengan menyajikan materi pelajaran
dengan cara lebih dulu mengutamakan
membaca., yakni guru mula-mula membacakan topic-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung siswa untuk membacakan lebih dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan mengikutinya.25 3) Metode Drill (latihan)
23
Mochamad Jawahir, Teknik dan Strategi Pembelajaran, (Bandung: Cendekia Press, 2005), h.26 24 Mel Silberman, active learning 101 strategi pembelajaran Aktif , (Yogyakarta: Bumimedia,2002), cet II h. 132 25 Tayar yusuf dan Syaiful anwar, metodologi pengajaran agama dan bahasa arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), cet. I h. 163.
18
Metode drill atau latihan banyak digunakan dalam mempelajari ilmu bahasa asing termasuk ilmu tajwid. Metode ini sangat efektif digunakan dalam mempelajari keterampilan karena dalam praktiknya, siswa terus menerus dilatih mekipun banyak
melakukan
kesalahan
sehingga
siswa
terbiasa
melakukan yang benar sampai akhirnya siswa dapat menguasai keterampilan yang diinginkan. 4) Demonstrasi (praktik) Menurut Moh. Roqib, “Metode ini digunakan agar teori yang dipelajari langsung bisa diaplikasikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami sesuatu”.26 Sebagai contoh, seorang guru yang mengajarkan materi tata cara sholat biasanya setelah mendreskripsikan secara lisan, para siswa langsung diajak ke masjid untuk mendemonstrasikannya agar pembelajaran dapat langsung diaplikasikan oleh para siswa dalam kehidupan sehari-hari. 5) Metode Modelling (pemodelan) Metode ini paling efektif digunakan ketika seorang guru ingin mengajarkan materi yang objeknya tak dapat ditemui atau susah ditemui krna jarak yang jauh dan membutuhkan waktu atau biaya yang tidak sedikit. Maka guru tersebut cukup memberikan miniatur atau gambar yang mirip dengan objek yang sedang dipelajari. 2. Hasil Belajar Al Quran Hadis a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu : Hasil dan Belajar. Hasil adalah suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Kemudian belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
26
Roqib, Ibid., h.115
19
diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.27 Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Adapun ruang lingkup hasil belajar dari mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs adalah sebagai berikut: 1) Membaca/menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid 2) Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan Hadis dalam memperkaya khazanah intelektual 3) Menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dibuatnya ruang lingkup di atas maka diharapkan siswa tingkat MTs memiliki tiga standar kelulusan (SKL). Pertama, memahami dan mencintai Al-qur‟an dan Al-Hadis sebagai pedoman hidup umat Islam. Kedua, meningkatkan pemahaman Al-Qur‟an Surat Al-Fatihah, dan surat pendek pilihan melalui
upaya
menerapkan cara membacanya, menangkap
maknanya, memahami kandungan isinya, dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan. Ketiga, menghafal dan memahami makna Hadis-Hadis yang terkait dengan tema isi kandungan surat atau ayat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.28 Menurut Gagne, “hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada pada lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori”.29 Proses belajar mengajar siswa bukan hanya merupakan penguasaan pengetahuan semata atau berbagai hal yang pernah 27
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011 ) Cet. V h. 6 28 Sofwan Iskandar, loc. cit. h.1 29 Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar..., h.153
20
diajarkan atau dilatih, tetapi juga meliputi perubahan tingkah laku seperti yang dinyatakan S. Nasution, “Bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan individu yang belajar, perubahan itu tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar”.30 Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa tergantung pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Oleh sebab itu perlu dilkukan penilaian terhadap suatu kegiatan belajar mengajar. Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yakni 1) Keterampilan dan kebiasaan 2) Pengetahuan dan pengertian 3) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima ketegori hasil belajar, yakni 1) Informasi verbal 2) Keterempilan intelektual 3) Strategi kognitif, 4) Sikap dan ) Keterampilan motoris.31 Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Kemampuan afektif siswa meliputi perilaku sosial, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru dan sebagainya. Hasil belajar psikomotorik (aplikatif) merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu
30 31
S. Nasution, Didaktik Dasar-dasar Pengajaran, (Bandung: Demmars, 2003), h.25 Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, h.22
21
sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.32 Pada dasarnya, kegiatan evaluasi atau hasil belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru dari evaluasi (khusus evaluasi formal) sebaiknya dijadikan feed back (umpan balik) untuk melakukan penindak lanjutan proses belajar mengajar. Hasil kegiatan evaluasi sebaiknya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar yang bermakna bagi dirinya akan tahan lama, membentuk sikap kepribadian yang baik, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain dan mampu mengembangkan kreatifitasnya. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan teknologi. b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dikelompokan menjadi tiga bagian besar yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Muhibbin Syah memaparkan dan menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:33 1) Faktor Internal Faktor ini merupakan faktor yang muncul dari dalam individu itu sendiri, yang terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis. 32 33
Smith, op. cit., h. 95 Muhibbin, op. cit., h. 129
22
a) Faktor Jasmani Faktor
biologis
meliputi
segala
hal
yang
berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmaniyah individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor
biologis
di
antaranya adalah kondisi kesehatan fisik yang sehat dengan asupan gizi dan vitamin yang cukup. dan kondisi kesehatan non fisik. b) Faktor Rohani Faktor rohani dapat pula dikatakan sebagai kondisi psikologis. Kondisi psikologis ini dapat mempengaruhi keberhasilan belajar meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Sikap mental yang positif dalam proses belajar di antaranya seperti, tidak mudah putus asa atau frusterasi dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan, tidak terpengaruh untuk lebih mementingkan kesenangan daripada belajar, mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar, berani bertanya, dan selalu percaya pada diri sendiri. Baik kondisi kesehatan jasmani maupun rohani, keduanya sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor psikologis lain, selain sikap mental yang positif adalah sebagai berikut: (1) Inteljensi. Intelejensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilaan belajar
seseorang.
Seseorang
yang
mempunyai
intelejensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Tetapi perlu diingat bahwa intelejensi bukan hanya satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar,
23
melainkan hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor. (2) Minat (kemauan). Minat dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan minat merupakan motor penggerak utama yang menentukaan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya. (3) Bakat. Bakat memang salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar sesorang dalam suatu bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa bakat itu bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang tertentu. (4) Daya ingat. Bagaimana keberhasilan
daya belajar
ingat
sangat
seseorang.
mempengaruhi Dalam
proses
mengingat mempunyai tahapan-tahapan yaitu; pertama, memasukan kesan, kedua menyimpan kesan, dan ketiga memproduksi kesan atau mengeluarkan kembali kesan. Karena daya ingat dapat diartikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan, dan kesan itu sendiri adalah suatu gambaran yang tertinggal di dalam jiwa atau pikiran setelah melakukan pengamatan. (5) Daya konsentrasi. Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk mempokuskan pikiran perasaan, kemauan, dan segenap panca indra ke sat objek di dalam aktifitas tertentu
dengan
disertai
usaha
untuk
tidak
memperdulikan objek-objek lain yang tidak ada
24
hubungannya dengan aktivitas itu. Sangat perlu diketahui
bahwa
konsentrasi
itu
kemampuan memerlukan
untuk
melakukan
kemampuan
dalam
menguasi diri (daya penguasaan diri). Dengan daya penguasaan diri inilah seseorang dapat menguasai pikiran, perasaan, kemauan, dan segenpa pancaindranya untuk dikonsentrasikan 2) Faktor Ekternal Faktor ekternal bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor ekternsl meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan faktor waktu. a)
faktor lingkungan keluarga faktor merupakan
rumah
atau
lingkungan
lingkungan
pertama
keluarga
danutama
ini
dalam
menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja faktor utama dan utama dalam mencapai keberhasilan belajar seseorang. Kondisi lingkunga keluarga yang sangat menentukan keberhaslan seseorang diantaranya adalah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian besar dari orang tua terhadap proses belajar dan pendidikan anak-anaknya. b)
Faktor lingkungan sekolah Satu hal yang mutlak harus ada di lingkungan sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisiten serta menyeluruh dari pemimpin sekolah, para guru, para siswa, sampai kariyawan sekolah
25
lainnya. Dengan cara inilah proses pembelajaran akan berjalan dengan baik. c)
Faktor lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah adanya lembagalembaga nonformal yang menyediakan kursus-kursus tembahan,
sanggar
majlis
taklim,
organisasi
kemasyarakatan yang positif d)
Faktor waktu Waktu memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorng, tergantung bagaimana seseorang dapat memaneg atau mengatur waktu sebaik mungkin.
3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning) Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi, gaya ataupun metode belajar yang digunakan oleh siswa tersebut guna mempelajari berbagai materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. c. Indikator Hasil Belajar Pada perinsipnya mengungkapkan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psiko yang berubah sebagai akibat pengalaman
dan
proses
belajar
siswa.
Namun
demikian,
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu khususnya ranah rasa muruid sangat sulit. Hal ini disebabkan oleh perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). “oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta, rasa, maupun karsa.”34
34
Muhibbin, Ibid., h.148
26
1) Ranah cipta (kognitif) Jenis prestasi pada ranah cipta (kognitif) ini mencakup enam aspek, yaitu pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) Dn sintesis. Indikator pada aspek pengmatan ini ada tiga yaitu dapat menunjukan, dapat membandingkan, dan dapat mendefinisikan denga lisan sendiri. Indikator aspek penerapan ada dua yaitu dapat memberikan contoh dan dapat menggunakan secara tepat. Indikator aspek analisis ada dua, dapat menguraiakan dan dapat mengkelasifikasikan/ memilah-milah. Indikator aspek sintesis ada tiga yaitu dapat menghubungkan, dapat menyimpulkan, dan dapat membut perinsip umum. 2) Ranah rasa (afektif) Jenis prestasi pada ranah rasa (afektif) mencakup lima aspek yaitu penerimaan, indikatornya menunjukan sikap menerima dan menunjukan sikap menolak. Aspek sambutan ada dua indikator yaitu kesediaan berpartisipasi atau terlibat dan kesediaan memanfaatkan aspek-apresiasi (sikap menghargai) indikatornya yaitu menganggap penting dan bermanfaat, menganggap indah dan harmonis dan mengagumi. Aspek internalisasi, indikatornya ada dua yaitu mengkui, meyakini,
dan
mengingkari.
Dan
aspek
karakteristik
(penghayatan) indikator aspek ini ada dua yaitu melembagakan atau meniadakan dan menjelmakan dalam pribadidan perilaku sehari-hari 3) Ranah karsa (psikomotorik) Jenis prestasi pada ranah karsa (psikomotorik) mencakup dua aspek yaitu keterampilan bergerak dan bertindak. Indikator pada aspek ini adalah mengkoodinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Sedangkan aspek kecakapan
27
ekspresi verbal dan non verbal, indikatornya ada dua yaitu mengucapkan dan membuat mimikdan gerakan jasmani. Setelah mengetahui indikator belajar tersebut guru perlu pula mengetahui bagaimana kita menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dlam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa. Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya mengungkapkan hasil belajar . Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut adalah “(1) norma skala angka dari 0 sampai 10, (2) norma skala angka dari 0 sampai 100.”35 d. Mengukur Hasil Belajar Pengukuran merupakan alat atau metode yang digunakan untuk mencari dan menggali data dari para peserta didik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.36 Penilaian
hasil
belajar
pada
dasarnya
adalah
mempermasalahkan bagaimana pengajar guru dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru harus mengetahui sejauh mana siswa telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan atau kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan dengan nilai 35 36
Anas, Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hal.35 Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) cet. VII h. 22
28
Berbagai jenis penilaian kelas antara lain adalah tes tertulis. Penilian kinerja (peforment assessment), peniaian portopolio, penilaian proyek, penilaian hasil kerja, penilaian sikap, dan penilaian diri (self assessment), jenis penilaian tergantung pada kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. Berkaitan dengan penelitian ini, pengukuran hasil belajar Al Quran Hadis siswa pada materi hukum mim sukun melibatkan aspek kognitif siswa yakni tes lisan. B. Penelitian Terdahulu Penelitian menggunakan metode berdasarkan teori behaviorisme, pernah dilakukan oleh Risdyain (2009). Berdasarkan penelitiannya di sekolah SMPIT Bekasi terdapat peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 35 %. Sedangkan peningkatan prestasi belajar antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 30%. Metode-metode berdasarkan teori Behaviorisme ini juga pernah dilaksanakan oleh Dini Indriastuti “pengaruh pelaksanaan metode drill terhadap peningkatan prestasi belajar Al Quran siswa kelas VII SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2012”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa pelaksanaan metode drill terhadap peningkatan prestasi belajar siswa memberikan pengaruh yang baik hasil ini bisa dilihat dari r0 (0,440) adalah lebih besar dari r0 () pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf 1%. Nuzulia Apriliani, NIM 107011000064, penerapan metode Reading aloud (membaca keras) dalam meningkatkan kemampuan membaca Al Quran di SMP Negeri 10 Tambun Selatan (penelitian tindakan kelas di kelas VIIA SMP Negeri 10 Tambun Selatan). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode reading aloud (membaca keras) ternyata dapat meningkatkan kemampuan membaca Al Quran siswa yang
29
ditandai dengan perolehan nilai rata-rata post tes pada akhir siklus III yaitu pada aspek kelancaran dalam membaca Al Quran sebanyak 31 (65, 40%) siswa, pada aspek makhorijul huruf
sebanyak 36 (78,20%) siswa dan
pada aspek pelafalan tajwid sebanyak 39 (84, 70%) siswa dan pada tes akhir siklus III dari perhitungan korelasi product moment yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan membaca al-Quran dengan pemahaman teoritik tajwid siswa. C. Kerangka Berfikir Pendidikan adalah proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan. Oleh sebab itu peranan guru benar-benar ditantang dengan terlaksananya pendidikan yang efektif bagi munculnya anak-anak bangsa yang kreatif. Pendidikan di sekolah diharapkan dapat berfungsi meningkatkan kreatifitas siswa. Guru harus dapat menguasai berbagai teknik dan model mengajar, mampu mengelola pembelajaran dan peka terhadap perkembangan anak. Pekerjaan di sekolah adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan potensi anak yang sedang mengalami perkembangan, maka seorang guru harus benarbenar ahli dalam tugasnya. Mengingat begitu beratnya beban yang harus dipikul,
sehingga seringkali
dalam melaksanakan tugasnya
guru
menghadapi banyak problema. Di antara problema yang sering terjadi adalah problema dalam kegiatan belajar-mengajar. Tugas guru terutama ketika akan mengajar diantaranya membuat program semester dan tahunan, membuat satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran. Tidak hanya ketika mengajar bahkan ketika berada dalam kelas, seorang guru dihadapkan pada tugas seperti memberikan motivasi dan apersepsi, melaksanakan proses belajar mengajar serta membimbing siswa dalam pembelajaran. Tugas guru yang lainnya yaitu mengadakan penelitian, mengadakan analisis hasil belajar atau perubahan perilaku,
30
melaksanakan program perbaikan dan mencatat kemajuan hasil belajar siswa. Dalam kegiatan belajar-mengajar, seorang guru dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya sulitnya dalam mengatur siswa, fasilitas yang belum memadai, keadaan kelas yang selalu ribut dan sebagainya. Proses belajar mengajar akan berjalan lebih baik apabila diantara guru dan siswa
memiliki
hubungan
timbal
balik
dalam
suasana
yang
menyenangkan. Untuk itu, teori pembelajaran yang baik perlu dilakukan agar dapat meningkatkan hasil belajar atau prestasi. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri. Keduanya mempunyai hubungan yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dalam suasana yang wajar, menyenangkan tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Untuk mewujudkan hasil belajar yang memuaskan perlu diterapkan berbagai metode atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dari teori-teori belajar, selain itu diisi dengan aktivitas-aktivitas yang bermakna dan dapat menunjang hasil belajar yang produktif dan berkelanjutan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tak dapat dilihat. Itu berarti kita tidak dapat menyaksikan proses perubahan yang terjadi dalam diri seorang yang belajar. Kita hanya dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.37 Berbagai teknik pengajaran berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya metode yang baik dalam belajar akan 37
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2011), Cet. V, hal.
31
menunjukan hasil/respon yang baik. Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya timbul dari dirinya sendiri tetapi lingkungan belajar termasuk guru juga dapat menentukannya. Siswa akan dapat belajar di kelas bila didukung oleh tenaga pengajar yang berkualitas. Sebagai seorang pengajar, guru harus dapat membawa pembelajaran menjadi sesuatu pengalaman yang berkesan bagi siswa. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menerapkan metode yang berdasarkan teori Behaviorisme terhadap pembelajaran agar dari awal sampai akhir semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa menjadi berguna baginya. Penerapan metode pembelajaran dalam kelas ini dapat menjadikan pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif, karena serangkaian kegiatan pembelajaran di kelas, telah direncanakan dan diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara terkontrol untuk membangkitkan perubahan hasil belajar yang baik. Apabila di kelas diterapakan metode pembelajaran secara tepat, maka pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tentunya hasil belajar siswa akan memuaskan, tidak hanya memuaskan bagi siswanya sendiri tetapi pihak sekolah pun akan merasa puas karena telah berhasil melakukan kegiatan belajar mengajar dengan benar. Dengan demikian diduga terdapat hubungan metode pembelajaran behaviorisme dengan hasil belajar siswa. Semakin baik metode ini dilakukan oleh guru, maka akan semakin meningkatkan hasil belajar siswa. Sebaliknya, bila semakin kurang baik teori ini diterapkan maka akan semakin membuat hasil belajar siswa menjadi rendah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah MTs Al Hidayah Tajur Citeureup Bogor. Penelitian ini telah diawali pra survei pada Agustus 2014. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai dari awal bulan September sampai dengan akhir September 2014. Pembuatan instrument dilaksanakan pada awal Agustus dengan tujuan digunakan untuk pelaksanaan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif, metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Metode kuantitatif yang digunakan adalah korelasi yaitu hubungan antara dua variabel atau lebih.1 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara dua variabel (Bivariate Correlation), yaitu metode pembelajaran Behaviorisme dan hasil belajar Al Quran Hadis siswa. Kemampuan membaca Al-Qur’an siswa dijadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan variabel terikatnya adalah metode pembelajaran Behaviorisme. Apabila dapat dibuktikan adanya hubungan positif yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran Behaviorisme mempunyai peranan yang bermakna dalam menentukan kemampuan membaca AlQur’an siswa. C. Populasi dan Sampel Menurut Suharsimi Arikunto, “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.2 Nurul Zuriah, mengemukakan bahwa “populasi merupakan
1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. XXI, h. 179. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. XIV h. 173
32
33
seluruh data yang menjadi perhatian peneliti”.3 Jadi populasi penelitian dapat disimpulkan sebagai suatu subjek penelitian yang mengenainya dapat diperoleh dari data yang dipermasalahkan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang dikelompokan kedalam tujuh kelas dan kondisi seluruh kelas VII ini relatif sama. mengingat hal ini maka peneliti mengadakan pengundian untuk menentukan kelas yang akan dilaksanakan penelitian. Setelah diadakan pengundian maka kelas VII E dengan jumlah siswa 47 anak terpilih menjadi sampel penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. 1. Observasi “Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.”4
Observasi
dalam
penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengumpulkan data tentang profil sekolah dan bentuk kegiatan siswa. 2. Test Menurut Nana Sudjana, “tes merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan)”.5 Test ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan informasi melalui bentuk soal tertulis secara langsung dengan responden. Test ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa mengenai kemampuan membaca Al Quran pada materi hukum mim sukun .
3
Nurul Zuriyah, Metodologi Pendidikan Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cet. II h. 116 4 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 231. 5 Nana, op. cit., h. 35
34
3. Angket “Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau mengenai masalah yang akan diteliti.”6 Peneliti memberikan pertanyaan dan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala Likert. Skala ini dipergunakan apabila kita menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yang diteliti. Caranya dengan menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yang ditetapkan. E. Instument Penelitian Adapun instrument yang digunakan oleh peneliti adalah tes membaca Al Quran. Tugas ini digunakan pada saat test dilaksanakan yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan akhir siswa setelah diberi perlakuan. Berikut pedoman penilaian hukum bacaan mim sukun siswa kelas VII MTs Al Hidayah Tajur Citereup Bogor yang telah dikonsultasikan kepada dosen ahli yaitu Dra. Djunaidatul Munawwaroh, MA; yang mengacu dari Sofyan Iskandar sebagai berikut.7 Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Komponen Penilaian Membaca Al Quran. No Aspek yang Dinilai Skor 1
Kelancaran bacaan Al Quran
25
2
kefasihahan dalam pelafalan Al Quran
25
3
Kebenaran bacaan Al Quran sesuai hukum ilmu tajwid
25
4
Keindahan atau lagam bacaan Al Quran
25
Jumlah skor
6
100
Ibid, h. 128. Sofwan Iskandar, Penuntun Belajar Al Quran Hadis, (Depok: Arya Duta, 2008), h. 73
7
35
Adapun kriteria penilaian pembacaan Al Quran dari kisi-kisi di atas adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Bacaan Al Quran Indikator Skor Kriteria Menyebutkan macam-macam hukum bacaan 18-25 Sangat baik mim sukun 13-18 Baik 7-12 Cukup 0-6 Kurang Menyebutkan huruf idqam mutamasilain, 18-25 Sangat baik ikhfa syafawi, dan izhar syafawi 13-18 Baik 7-12 Cukup 0-6 Kurang Menunjukan hukum bacaan mim sukun 18-25 Sangat baik (idqam mutamasilain, ikhfa syafawi, dan 13-18 Baik izhar syafawi dalam Q.S. Al Bayyinah dan 7-12 Cukup Al Kafirun) 0-6 Kurang Membaca kalimat atau ayat yang 18-25 Sangat baik mengandung hukum bacaan mim sukun 13-18 Baik dalam Q.S. Al Bayyinah dan AL Kafirun 7-12 Cukup 0-6 Kurang Untuk angket, yaitu membuat beberapa pertanyaan atau test tertulis yang diajukan kepada responden untuk memilih salah satu jawaban pertanyaan yang sesuai
No 1
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrument Angket Variabel Dimensi Indikator Penerapan Pendahuluan Memberi salam metode Melakukan apersepsi pembelajaran Menyampaikan Behaviorisme tujuan pembelajaran Inti Eksplorasi Merangsang siswa untuk berfikir Merangsang siswa agar tertarik dengan penerapan metode pembelajaran Behaviorisme Menciptakan
No. Butir 1 2 3
Jml 1 1 1
4
1
5, 6
2
7
1
36
suasana nyaman Elaborasi
Konfirmasi
Penutup
Membacakan topiktopik bacaan Mengajak siswa untuk membaca dengan keras dan lantang Menunjuk siswa untuk membacakan lebih dahulu, serta diikuti siswa yang lain Memberikan banyak latihan-latihan Melatih bacaan siswa secara terus menerus Mengoreksi bacaan siswa jika terdapat kesalahan secara langsung Memberikan pemodelan bentuk bacaan yang lain Meminta siswa untuk mencari model-model bacaan yang sama Memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai hasil pengamatan Memberikan tugastugas kepada siswa untuk mempraktikan ulang Memberikan umpan balik kepada siswa Melakukan evaluasi Memberikan pertanyaan Menyimpulkan materi dari proses pembelajaran
8, 9, 10
3
11
1
11, 12
2
13,14,
2
15, 16, 17 18, 19
3 2
20, 21
2
22, 23
2
24
1
25
1
26
1
27 28
1 1
29, 30
2
37
metode pembelajaran Behaviorisme Hasil belajar Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Siswa Hadis dengan materi hukum mim sukun kemampuan membaca Al Quran
2
Selanjutnya
instrument
yang
baik
menurut
Suharsimi
Arikunto”harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable”.8 Adapun untuk menguji valid dan reliabelnya sebuah instrument, dilakukan dengan cara menguji coba instrument hal ini dilaksanakan dengan tujuan instrument tersebut telah valid dan reliabel. 1) Uji Validitas Salah satu ciri instrumen itu baik adalah apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur atau disebut valid. Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur.9 Dalam penelitian ini validitas tes diukur dengan rumus korelasi pearson product moment. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : =
n ∑ X Y – (∑ X) (∑ Y) √{n∑X² - (∑X)²} {n∑Y² - (∑Y)²}
Keterangan : : koefisien korelasi n
: jumlah subyek
X
: skor setiap item
Y
: skor total
∑XY : hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden 8
Suharsimi, op. cit., h. 211 Ibid, 245.
9
38
∑X
: jumlah skor X
∑Y
: jumlah skor Y
∑X²
: jumlah kuadrat seluruh skor X
∑Y²
: jumlah kuadrat seluruh skor Y
Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka r hitung dibandingkan dengan r tabel pearson product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung> r tabel maka soal tersebut valid, dan jika r hitung< r tabel maka soal tersebut tidak valid. Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian Peneliti melakukan uji coba skala penelitian penerapan metode pembelajaran Behaviorisme 47 responden. Hasil uji coba dari 30 item menunjukkan bahwa terdapat 5 item yang tidak valid, yaitu nomor 10, 18, 21, 22 dan 29. Item yang tidak valid tidak dipakai dalam penelitian. Jumlah item yang dipakai dalam skala bimbingan orang tua adalah 25. Untuk mengetahui hasil uji validitas variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut : Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Variabel Indikator Valid Tidak valid Penerapan Memberi salam 1 metode pembelajaran Melakukan apersepsi 2 Behaviorisme Menyampaikan tujuan 3 pembelajaran Merangsang siswa untuk berfikir
4
Merangsang siswa agar tertarik 5, 6 dengan penerapan metode pembelajaran Behaviorisme Menciptakan suasana nyaman 7 Membacakan topik-topik bacaan
8, 9,
Mengajak siswa untuk me mbaca dengan keras dan lantang
11
10
39
Menunjuk siswa untuk membacakan lebih dahulu, serta 12, 13 diikuti siswa yang lain Memberikan latihan
banyak
latihan- 13, 14
Melatih bacaan siswa secara 15, terus menerus 16, 17 Mengoreksi bacaan siswa jika 19 terdapat kesalahan secara langsung Memberikan pemodelan bentuk 20 bacaan yang lain
18
Meminta siswa untuk mencari 22 model-model bacaan yang sama
22
21
Memberikan pertanyaan kepada 24 siswa sesuai hasil pengamatan Memberikan tugas-tugas kepada 25 siswa untuk mempraktikan ulang Memberikan kepada siswa
umpan
balik 26
Melakukan evaluasi
27
Memberikan pertanyaan
28
Menyimpulkan materi dari proses pembelajaran metode pembelajaran Behaviorisme
30
29
25
5
Jumlah 2) Uji Reliabilitas
Setelah item-item tersebut diketahui validitasnya maka kemudian dihitung reliabilitasnya. Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan untuk
40
mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.10 Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan menunjuk kepada konsistensi hasil pengukuran. Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:11 2 n Si r11 1 2 St n 1
Keterangan : r11 Si St
n
2
: nilai reabilitas 2
: jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total : jumlah item
Adapun klasifikasi interpretasi untuk reliabilitas soal yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal Indeks Reliabilitas
10
Klasifikasi
0,80<
≤ 1,00
Sangat baik
0,60<
≤ 0,80
Baik
0,40 <
≤ 0,60
Cukup
0,20 <
≤ 0,40
Rendah
0,00 <
≤ 0,20
Sangat rendah
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya, 2012), Cet. I, h.229. 11 Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. III, h. 100.
41
Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas, nilai r11 = 0,930 berada diantara kisaran mulai 0,80<
≤ 1,00, maka dari 25 soal angket yang
valid memiliki derajat reliabilitas yang baik. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu pengolahan data dan analisis data. 1. Teknik Pengolahan Data Adapun teknik pengolahan data, sebagai berikut: a. Editing Yang pertama kali dilakukan adalah mengedit atau memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin. b. Skoring Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberi skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket dengan ketentuan sebagai berikut: Untuk pertanyaan positif (+) Selalu
(a) diberi nilai 4
Sering
(b) diberi nilai 3
Kadang-kadang
(c) diberi nilai 2
Tidak pernah
(d) diberi nilai 1
Untuk pertanyaan negatif (-) Selalu
(a) diberi nilai 1
Sering
(b) diberi nilai 2
Kadang-kadang
(c) diberi nilai 3
Tidak pernah
(d) diberi nilai 4
42
c. Tabulating Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel agar memudahkan pembacaan dan penghitungan data angket. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, maka penulis menggunakan teknik analisa non-statistik. Analisa non-statistik menggunakan
metode
deskriptif,
yaitu
menuturkan
dan
menganalisis data yang berupa angka-angka yang diperoleh berdasarkan penelitian sebagai berikut: Tabel 3.6 Pengukuran Secara Deskriptif Jawaban Positif
Pengukuran Item
Selalu Sering Pernah Tidak Pernah
4 3 2
30 30 30
120 90 60
Pengukuran Secara Deskriptif Sangat Tinggi Tinggi Sedang
1
30
30
Kurang
Jawaban Negatif
Pengukuran Item
Jumlah Item
Nilai
Selalu Sering Pernah Tidak Pernah
1 2 3
30 30 30
30 60 90
Pengukuran Secara Deskriptif Kurang Sedang Tinggi
4
30
120
Sangat Tinggi
Jumlah Item
Nilai
2. Teknik Analisis Data Setelah data-data diolah, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Teknik analisis data yaitu penulis atau peneliti berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitian. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan metode pembelajaran Behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis
43
dengan materi hukum mim sukun, penulis menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: a. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase jawaban angket dari responden. Rumus yang digunakan ialah:
Keterangan: P : Persentase yang dicari F : Frekuensi N : Number of cases (jumlah responden) b.
Analisis Mean Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya mean (rata-rata) nilai test kemampuan membaca Al Quran siswa. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan: Mean (rata-rata) ∑x = Jumlah variabel x N = Number of Cases Penilaian analisis mean dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.7 Penilaian Analisis Mean Angket Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran Hadis No
Rentang Nilai
Kriteria
1
85-100
Baik
2
75-84
Cukup
3
55-74
Kurang
44
c.
Analisis Korelasi Dalam menganalisa, penulis juga menggunakan rumus korelasi karena adanya dua variabel yang saling mempengaruhi, maka dari data tersebut diolah dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Carl Person, yaitu:
Keterangan : : Angka indeks “r” produk moment (antara variabel X dan Y)
d.
n
: Jumlah responden
∑ xy
: Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
∑x
: Jumlah seluruh skor X
∑y
: Jumlah seluruh skor Y. 12
Interpretasi Data Cara memberikan interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment yang telah diperoleh dari perhitungan kita dapat memberikan interpretasi. Dalam hubungan ini ada dua macam cara yang ditempuh dalam menginterpretasikan data yang diperoleh, sebagaimana Anas Sudijono sebutkan dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Statistik Pendidikan”, yaitu:
1) Memberikan interpretasi angka indeks korelasi product moment dengan pedoman sebagai berikut: Tabel 3.8 Interpretasi Data Besarnya “r” Product Moment ( 0,00 – 0,20
12
)
Interpretasi Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. XXI, h. 206.
45
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedangataucukup. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi tinggi. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi.
0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00
2) Mencocokkan hasilnya dengan tabel nilai koefisien korelasi “r” Product Moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak. Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r” Product Moment, prosedurnya adalah sebagai berikut: a) Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho) Ha
:Ada
hubungan
positif
antara
penerapan
metode
pembelajaran Behaviorisme dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis. Ho
:Tidak ada hubungan positif antara penerapan metode pembelajaran Behaviorisme dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis.
b) Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan, dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai (db) atau degree of freedom (df). Adapun rumusnya sebagai berikut: Df = N – nr Keterangan:
13
Df
: Degree of freedom
N
: Number of cases
nr
: Banyaknya variabel yang dikorelasikan.13
Ibid, 194.
46
Untuk mencari kontribusi variabel X terdapat variabel Y, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:14 KD = r² x 100% Keterangan: KD
: Koefisien determinasi (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
r²
: Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y
G. Hipotesis Statistik Jika r hitung > r tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r hitung < r tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ha
: Ada hubungan positif antara penerapan metode pembelajaran
Behaviorisme dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis . Ho
:
Tidak
ada
hubungan
pembelajaran Al Quran Hadis
positif
antara
penerapan
metode
dengan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Al Quran Hadis.
14
M. Subana dan Sudrajat, 2009), h. 174.
Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: PustakaSetia,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah Penelitian ini telah dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah AlHidayah yang beralamat di Jl. Sabilillah, Kp. Pasir Angin, Desa Tajur, Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Madrasah tersebut dikepalai oleh bapak Muh. Yusuf Supriatna, S. Pd. I. dan telah mendapat akreditasi B dengan nomor sertifikat 02.00/534/BAPSM/XI/2010. Madrasah tersebut merupakan madrasah paling pertama ada di Desa Tajur yang berdiri di bawah naungan yayasan yang bernama Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah di atas tanah seluas 643m2 dengan status tanah wakaf bersertifikat dengan No. 10.10.15.04.1.00134, 29 Maret 1994. Berdiri pada tahun 1989, madrasah tersebut mampu mengikuti perkembangan zaman terbukti dengan banyaknya orang tua siswa yang memberikan kepercayaan untuk menitipkan anak-anaknya menimba ilmu di madrasah tersebut. Berikut ini adalah catatan jumlah siswa dalam 5 tahun terakhir. Tabel 4.1. Data Siswa dalam 5 Tahun Terakhir Tahun Pelajaran 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015
Kelas VII Jml Jml Siswa Rombel 219 5 204 5 195 5 310 7 275 7 322 7
Kelas VIII Jml Jml siswa Rombel 161 4 200 5 190 5 193 5 300 7 259 6
Kelas IX Jml Jml siswa Rombel 149 3 152 4 177 4 181 4 183 5 283 7
Jumlah Jml Jml siswa Rombel 529 12 556 14 562 14 684 16 758 19 863 20
Pada tabel di atas dapat dilihat terjadi peningkatan jumlah siswa di setiap tahunnya yaitu pada tahun pelajaran 2010/2011 jumlah siswa bertambah sebanyak 27 siswa dengan jumlah keseluruhan 556 siswa, pada tahun pelajaran 2011/2012 jumlah siswa bertambah sebanyak 6 siswa dengan
47
48
jumlah keseluruhan 562, pada tahun 2012/2013 jumlah siswa bertambah sebanyak 122 dengan jumlah keseluruhan 684, pada tahun pelajaran 2013/2014 jumlah siswa bertambah sebanyak 74 siswa dengan jumlah keseluruhan sebanyak 758, pada tahun pelajaran 2014/2015 jumlah siswa bertambah sebanyak 105 dengan jumlah keseluruhan 863. Dari pengamatan penulis bahwa Madrasah Tsanawiyah Al Hidayah selalu mengalami peningkatan jumlah siswa dalam 5 tahun terakhir. Namun, peningkatan jumlah siswa yang paling banyak pada tahun pelajaran 2012/2013 yaitu sebanyak 122 siswa. Untuk itu penulis memberi kesimpulan bahwa MTs Al-Hidayah selalu menjadi pilihan utama bagi para orang tua di lingkungan sekitar untuk menitipkan anak-anaknya bersekolah di sana. Padahal pada saat ini telah banyak berdiri sekolah-sekolah yang setingkat dengan madrasah tsanawiyah. Berikut ini adalah tabel data Pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di Madrasah Tsanawiyah Al Hidayah Tabel 4.2 Data pendidik dan Tenaga Kependidikan No Keterangan Jumlah PENDIDIK 1 Guru PNS Diperbantukan Tetap 2 2 Guru Tetap Yayasan 10 3 Guru Honor 0 4 Guru Tidak Tetap 15 TENAGA KEPENDIDIKAN 1 Kepala Tata Usaha 1 2 Staf Tata Usaha 5 3 Penjaga 1 4 Pesuruh 1 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa MTs Al Hidayah memiliki cukup banyak tenaga pendidik dan kependidikan yakni Guru PNS 2 orang, Guru tetap 10 orang, guru tidak tetap 15 orang, kepala tata usaha 1 orang, staf tata usaha 5 orang, penjaga 1 orang dan pesuruh 1 orang. Jadi jumlah keseluruhan tenaga pendidik dan kependidikan sebanyak 35 orang. Jumlah ini dirasakan cukup untuk mengurus dan mendidik siswa sebanyak 863 siswa. Karena guru-guru
49
tersebut sebagian besar lulusan S1 dan memiliki kompetensi dalam mengajar dan mendidik. Berikut ini adalah tabel data sarana dan prasarana yang ada di MTs Al Hidayah.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jenis Prasarana Ruang Kelas Perpustakaan R. Lab. IPA R. Lab. Biologi R. Fisika R. Lab. Kimia R. Lab. Komp. R. Lab. Bahasa R. Pimpinan R. Guru R. Tata Usaha R. Konseling Tempat Ibadah R. UKS Jamban Gudang R. Sirkulasi Tempat Olahraga R. OSIS R. lainnya
Tabel 4.3. Data sarana dan prasarana Jml. R. Jml. R. Jml. Kondisi Kondisi Ruang Baik Rusak 7 4 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 6 4 2 0 0 0 0 0 0
Kategori Kerusakan Ringan
Sedang
Berat
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
1 0
0 0
1 0
1 0
0 0
0 0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa MTs Al Hidayah memiliki sarana prasarana yang cukup memadai yakni ruang kelas sebanyak 7 ruang, perpustakaan, ruang pimpinan, ruang guru, ruang TU, ruang konseling, tempat ibadah, dan ruang OSIS masing-masing sebanyak 1 ruang, serta jamban 6 ruang. Sedangkan kekurangannya MTs Al Hidayah tidak memiliki ruangan laboratorium yang memadai seperti lab. Bahasa, lab. Fisika, lab. Kimia, lab. Biologi, dan lab. IPA. Hanya memiliki satu ruangan laboratorium yakni laboratorium komputer.
50
Jadi secara keseluruhan MTs Al Hidayah memiliki cukup perangkat untuk menyelenggarakan pendidikan. Akan tetapi, masih terdapat banyak kekurangan terutama dari segi pengadaan ruangan laboratorium yang akan menghambat pengetahuan dan perkembangan wawasan siswa dari segi pengalaman dan pengetahuan. B. Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Terhadap Hasil Belajar Siswa di Mts Al Hidayah Tajur Citeureup 1. Deskripsi Data Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel metode pembelajaran Behaviorisme dan variabel hasil belajar siswa. Data variabel penerapan metode pembelajaran Behaviorisme diperoleh dari penyebaran angket kepada 47 siswa MTs Al Hidayah dengan jumlah butir pernyataan angket variabel sebanyak 30 yang kemudian menjadi 25 butir pernyataan setelah dilakukan uji validitas instrumen dan setiap butir pernyataan diberikan skor atau nilai, kemudian dijumlahkan totalnya pada masingmasing siswa. Pada penulisan skor ini, penulis akan menampilkannya dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Sedangkan data variabel hasil belajar mata pelajaran Al Quran Hadis siswa di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup, diperoleh dari nilai test siswa yang akan penulis tampilkan dalam bentuk tabel. a. Metode Pembelajaran Behaviorisme Setelah data yang diperoleh dari hasil jawaban siswa melalui angket, selanjutnya dianalisa dan dikelompokkan sesuai dengan jawaban yang sejenis ke dalam tabulasi pengelompokkan, kemudian masing-masing data jawaban tersebut dipersentasekan terhadap jumlah jawaban
sesuai
dengan
masing-masing
item
tersebut
dengan
menggunakan rumusan seperti yang telah dijelaskan di BAB III, sebagai berikut:
P : Persentase yang dicari
51
F : Frekuensi N : Number of cases Bagian ini mendeskripsikan variabel X yaitu penerapan pembelajaran Behaviorisme. Deskripsi tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
No 1 2 3 4
Tabel. 4.4 Guru PAI mengucapkan salam kepada siswa Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % Selalu 36 76,66% Sering 10 21,67% Kadang-kadang 1 1,67% Tidak pernah 0 0% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang
menjawab selalu 76,66%, responden yang menjawab sering 21,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 1,67%, dan yang menjawab tidak pernah 0%.
No 1 2 3 4
Tabel. 4.5 Guru PAI melakukan apersepsi Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % Selalu 18 40% Sering 16 33,33% Kadang-kadang 7 15% Tidak pernah 6 11,67% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang
menjawab selalu 40%, responden yang menjawab sering 233,33%, responden yang menjawab kadang-kadang 15%, dan yang menjawab tidak pernah 11,67%.
No 1 2 3 4
Tabel. 4.6 Guru PAI menyampaikan tujuan pembelajaran Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % Selalu 23 50% Sering 14 31,66% Kadang-kadang 6 11,67% Tidak pernah 4 6,67% Jumlah 47 100%
52
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 50%, responden yang menjawab sering 31,66%, responden yang menjawab kadang-kadang 11,67%, dan yang menjawab tidak pernah 6,67%. Tabel. 4.7 Guru PAI menyampaikan pertanyaan yang merangsang siswa untuk berfikir No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 27 58,33% 2 Sering 14 30% 3 Kadang-kadang 4 8,33% 4 Tidak pernah 2 3,34% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 58,33%, responden yang menjawab sering 30%, responden yang menjawab kadang-kadang 8,33%, dan yang menjawab tidak pernah 3,34%. Tabel 4.8 Guru PAI menggunakan metode pembelajaran Behaviorisme No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 14 30% 2 Sering 20 43,33% 3 Kadang-kadang 11 23,33% 4 Tidak pernah 2 3,34% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 30%, responden yang menjawab sering 43,33%, responden yang menjawab kadang-kadang 323,33%, dan yang menjawab tidak pernah 3,34%. Tabel 4.9 Guru PAI memberikan penjelasan metode pembelajaran Behaviorisme No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 30 63,33% 2 Sering 10 21,67% 3 Kadang-kadang 6 13,33% 4 Tidak pernah 1 1,67% Jumlah 47 100%
53
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 63,33%, responden yang menjawab sering 21,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 13,33%, dan yang menjawab tidak pernah 1,67%. Tabel 4.10 Guru PAI Mempersilahkan Siswa Mencatat Hal-hal Penting No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 20 43,33% 2 Sering 10 21,67% 3 Kadang-kadang 12 25% 4 Tidak pernah 5 10% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 43,33%, responden yang menjawab sering 21,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 25%, dan yang menjawab tidak pernah 10%. Tabel 4.11 Guru PAI Menjelaskan materi dengan suara yang sesuai dan tidak terlalu cepat No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 21 45% 2 Sering 14 31,67% 3 Kadang-kadang 8 16,66% 4 Tidak pernah 4 6,67% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 45%, responden yang menjawab sering 31,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 16,66%, dan yang menjawab tidak pernah 6,67%. Tabel 4.12 Guru PAI Menyciptakan suasana yang nyaman di dalam kelas No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 12 25% 2 Sering 14 31,67% 3 Kadang-kadang 16 33,33% 4 Tidak pernah 5 10% Jumlah 47 100%
54
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 25%, responden yang menjawab sering 31,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 33,33%, dan yang menjawab tidak pernah 10%. Tabel 4.13 Guru PAI Menghindari suasana yang tegang di dalam kelas No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 21 46,67% 2 Sering 16 33,33% 3 Kadang-kadang 6 13,33% 4 Tidak pernah 4 6,67% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 46,67%, responden yang menjawab sering 33,33%, responden yang menjawab kadang-kadang 13,33%, dan yang menjawab tidak pernah 6,67%. Tabel 4.14 Guru PAI Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 14 31,67% 2 Sering 18 40% 3 Kadang-kadang 12 25% 4 Tidak pernah 2 3,33% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 31,67%, responden yang menjawab sering 40%, responden yang menjawab kadang-kadang 25%, dan yang menjawab tidak pernah 3,33%. Tabel 4.15 Guru PAI Memberikan pertanyaan sesuai hasil pengamatan No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 13 26,66% 2 Sering 14 31,67% 3 Kadang-kadang 14 31,67% 4 Tidak pernah 6 10% Jumlah 47 100%
55
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 26,66%, responden yang menjawab sering 31,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 31,67%, dan yang menjawab tidak pernah 10%. Tabel 4.16 Guru PAI Membacakan topik-topik bacaan No Alternatif Jawaban Frekuensi 1 Selalu 7 2 Sering 17 3 Kadang-kadang 13 4 Tidak pernah 10 Jumlah 47
Persentase % 15% 35% 28,33% 21,67% 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 15%, responden yang menjawab sering 35%, responden yang menjawab kadang-kadang 28,33%, dan yang menjawab tidak pernah 21,67%. Tabel 4.17 Guru PAI Mengajak siswa untuk membaca dengan keras dan lantang No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 20 41,67% 2 Sering 6 13,33% 3 Kadang-kadang 10 21,67% 4 Tidak pernah 11 23,33% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 41,67%, responden yang menjawab sering 13,33%, responden yang menjawab kadang-kadang 21,67%, dan yang menjawab tidak pernah 23,33%. Tabel 4.18 Guru PAI membaca dengan keras dan lantang No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 30 63,33% 2 Sering 10 21,67% 3 Kadang-kadang 5 11,67% 4 Tidak pernah 2 3,33% Jumlah 47 100%
56
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 63,33%, responden yang menjawab sering 21,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 11,67%, dan yang menjawab tidak pernah 3,33%. Tabel 4.19 Guru PAI Menunjuk siswa untuk membacakan lebih dahulu, serta diikuti siswa yang lain No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 13 28,33% 2 Sering 9 18,33% 3 Kadang-kadang 15 31,67% 4 Tidak pernah 10 21,67% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 28,33%, responden yang menjawab sering 18,33%, responden yang menjawab kadang-kadang 31,67%, dan yang menjawab tidak pernah 21,67%. Tabel 4.20 Guru PAI Memberikan banyak latihan-latihan No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 14 30% 2 Sering 12 25% 3 Kadang-kadang 17 35% 4 Tidak pernah 4 10% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 30%, responden yang menjawab sering 25%, responden yang menjawab kadang-kadang 35%, dan yang menjawab tidak pernah 10%. Tabel 4.21 Guru PAI Melatih bacaan siswa secara terus menerus No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 20 43,33% 2 Sering 15 38,33% 3 Kadang-kadang 7 15% 4 Tidak pernah 2 3,33% Jumlah 47 100%
57
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru PAI melatih bacaan siswa secara terus menerus, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 43,33% responden menjawab selalu, 38,34% responden menjawab sering 15% responden menjawab kadangkadang, dan 3,33% responden menjawab tidak pernah. Tabel 4.22 Guru PAI Mengoreksi bacaan siswa jika terdapat kesalahan secara langsung No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 23 50% 2 Sering 11 23,33% 3 Kadang-kadang 8 16,67% 4 Tidak pernah 5 10% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru PAI mengoreksi bacaan siswa secara langsung, ini terbukti dengan penyebaran frekuensi jawaban 50% responden menjawab selalu, 23,33% responden menjawab sering, 16,67% responden menjawab kadang-kadang, dan 10% responden menjawab tidak pernah. Tabel 4.23 Guru PAI Memberikan pemodelan bentuk bacaan yang lain No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 7 16,67% 2 Sering 12 25% 3 Kadang-kadang 16 33,33% 4 Tidak pernah 12 25% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa guru PAI pernah memberikan pemodelan bentuk bacaan lain, hal ini terbukti dari penyebaran frekuensi jawaban responden yang menjawab selalu 16,67%, responden yang menjawab sering 25%, responden yang menjawab kadang-kadang 33,33%, dan yang menjawab tidak pernah 25%.
58
No 1 2 3 4
Tabel 4.24 Guru PAI Meminta siswa untuk mencari model-model bacaan yang sama Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % Selalu 11 23,33% Sering 15 36,33% Kadang-kadang 14 30% Tidak pernah 4 10% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 23,33%, responden yang menjawab sering 36,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 30%, dan yang menjawab tidak pernah 10%.
No 1 2 3 4
Tabel 4.25 Guru PAI Memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai hasil pengamatan Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % Selalu 17 36,67% Sering 17 36,67% Kadang-kadang 10 18,33% Tidak pernah 3 8,33% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu 36,67%, responden yang menjawab sering 36,67%, responden yang menjawab kadang-kadang 18,33%, dan yang menjawab tidak pernah 8,33%.
No 1 2 3 4
Tabel 4.26 Guru PAI Memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk mempraktikan ulang Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % Selalu 22 48,33% Sering 7 15% Kadang-kadang 13 26,67% Tidak pernah 5 10% Jumlah 47 100%
59
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa guru PAI memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk mempraktikan ulang, hal ini terbukti dari 48,33% responden yang menjawab selalu, 15% responden yang menjawab sering, responden yang menjawab kadangkadang 26,67%, dan yang menjawab tidak pernah 10%.
No 1 2 3 4
Tabel 4.27 Guru PAI Memberikan umpan balik kepada siswa Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % Selalu 15 38,33% Sering 14 30% Kadang-kadang 13 26,67% Tidak pernah 5 5% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa guru PAI selalu memberikan umpan balik , hal ini terbukti dari 38,33% responden yang menjawab selalu, 30% responden yang menjawab sering, 26,67 responden yang menjawab kadang-kadang, dan 5% yang menjawab tidak pernah.
Tabel 4.28 Guru PAI Menyimpulkan materi dari proses pembelajaran metode pembelajaran Behaviorisme No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase % 1 Selalu 20 33,33% 2 Sering 18 30% 3 Kadang-kadang 12 20% 4 Tidak pernah 10 16,67% Jumlah 47 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 33,33% siswa menjawab bahwa guru PAI selalu menyimpulkan materi dari proses pembelajaran, 30% responden menjawab sering, 20% responden menjawab kadang-kadang, dan 16,67% responden menjawab tidak pernah.
60
Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi tentang Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Dari 47 Responden Jawaban Jumlah Jumlah No Nama Angket Skor SL SR K TP 1 Responden 1 11 5 3 6 25 71 2 Responden 2 14 7 3 1 25 84 3 Responden 3 4 2 12 7 25 53 4 Responden 4 12 11 2 25 85 5 Responden 5 6 19 25 62 6 Responden 6 4 5 14 2 25 61 7 Responden 7 16 9 25 91 8 Responden 8 23 1 1 25 97 9 Responden 9 11 4 10 25 76 10 Responden 10 5 9 8 3 25 66 11 Responden 11 22 2 1 25 96 12 Responden 12 2 7 16 25 61 13 Responden 13 3 7 5 10 25 53 14 Responden 14 9 5 7 4 25 69 15 Responden 15 15 6 4 25 86 16 Responden 16 9 7 9 25 75 17 Responden 17 10 8 7 25 78 18 Responden 18 1 7 2 15 25 44 19 Responden 19 8 1 17 25 42 20 Responden 20 16 4 4 1 25 85 21 Responden 21 4 3 18 25 61 22 Responden 22 5 9 11 25 44 23 Responden 23 7 4 8 6 25 62 24 Responden 24 5 2 12 6 25 56 25 Responden 25 3 7 9 6 25 57 26 Responden 26 6 6 7 6 25 62 27 Responden 27 6 10 2 7 25 65 28 Responden 28 3 9 9 4 25 61 29 Responden 29 2 10 4 4 25 60 30 Responden 30 10 12 1 2 25 80 31 Responden 31 12 6 5 2 25 78 32 Responden 32 12 12 1 25 86 33 Responden 33 8 9 6 2 25 73 34 Responden 34 8 13 3 1 25 78 35 Responden 35 11 10 2 2 25 80 36 Responden 36 11 6 7 1 25 77 37 Responden 37 12 10 2 25 85 38 Responden 38 14 7 4 25 85 39 Responden 39 10 12 2 1 25 81 40 Responden 40 9 13 3 25 81
61
41 42 43 44 45 46 47
Responden 41 Responden 42 Responden 43 Responden 44 Responden 45 Responden 46 Responden 47
12 9 22 13 2 21 8
10 10 2 9 18 3 8
3 5 1 3 3 5
2 1 4
25 25 25 25 25 25 25
84 80 96 85 70 94 70
Untuk mengetahui nilai rata-rata penerapan pembelajaran, maka penulis menggunakan rumus:
= 3426 47 = 72,89 Jadi nilai rata-rata dari penyebaran angket mengenai penerapan metode pembelajaran Behaviorisme adalah sebesar 72,89 Tabel 4.30 Penilaian Analisis Mean Angket Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme No 1 2 3 4
Rentang Nilai 91-120 61-90 31-60 0-30
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Berdasarkan tabel penilaian rata-rata angket penerapan metode pembelajaran Behaviorisme, maka dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran Behaviorisme sudah dilakukan dengan baik karena berada pada rentang 61-90 yang dikategorikan baik. b. Hasil Belajar Al Quran Hadis pada Materi Hukum Mim Sukun Kemampuan membaca Al-Qur’an siswa dapat diketahui dari nilai test yang diperoleh siswa setelah dilaksanakan metode pembelajaran Behaviorisme. Nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut:
62
Tabel 4.31 Nilai Test Hasil Belajar Siswa MTs Al Hidayah Tajur Citeureup Nama Nilai Responden 1 75 Responden 2 80 Responden 3 60 Responden 4 83 Responden 5 71 Responden 6 77 Responden 7 90 Responden 8 95 Responden 9 70 Responden 10 70 Responden 11 85 Responden 12 65 Responden 13 60 Responden 14 60 Responden 15 80 Responden 16 80 Responden 17 83 Responden 18 55 Responden 19 55 Responden 20 80 Responden 21 57 Responden 22 55 Responden 23 60 Responden 24 70 Responden 25 65 Responden 26 70 Responden 27 72 Responden 28 70 Responden 29 70 Responden 30 83 Responden 31 85 Responden 32 75 Responden 33 65 Responden 34 70 Responden 35 70 Responden 36 60 Responden 37 80 Responden 38 70 Responden 39 72 Responden 40 60 Responden 41 65 Responden 42 70
63
Responden 43 Responden 44 Responden 45 Responden 46 Responden 47
75 70 72 85 60
Untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan membaca Al Quran di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup, maka penulis menggunakan rumus:
= 3350 47 = 71,27 Jadi nilai rata-rata kemampuan membaca Al Quran siswa MTs Al Hidayah adalah 71,27 2. Hasil Uji Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran angket atau kuesioner kepada responden yaitu siswa di MTs Al Hidayah sebanyak 30 pertanyaan/pernyataan, dengan jumlah sebanyak 47 responden. Setelah itu dilakukan uji validitas instrumen, dan didapatkan hasil sebanyak 25 butir pernyataan valid dan 5 butir lainnya tidak valid. Sedangkan kemampuan membaca al-qur’an siswa didapatkan dari hasil test. Lalu data tersebut dijumlahkan kemudian hasil penjumlahan itu dijadikan acuan perhitungan korelasi. Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasi atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel 0,361 atau 30-2=28, tingkat signifikansi 5% maka didapat r tabel 0,361. setiap butir pertanyaan dinyatakan valid jika angka korelasi yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan dari r tabel (
).
64
a.
Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Penerapan Metode Pembelajaran Behaviorisme Untuk angket pembelajaran behaviorisme, hasil uji validitas dan reliabilitasnya adalah: Tabel 4.32 Uji Validitas Instrumen Penerapan Pembelajaran Behaviorisme Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nilai r Hitung 0,516 0,515 0,670 0,674 0,651 0,426 0,680 0,665 0,644 0,233 0,432 0,765 0,491 0,785 0,753 0,504 0,531 0,338 0,488 0,527 0,174 0,202 0,573 0,741 0,644 0,522 0,759 0,554 0,310 0,679
Nilai r Tabel 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Dari hasil uji validitas diketahui bahwa nilai r hitung lebih besar dari r tabel product moment tingkat signifikansi 5% yaitu 0,361. Jika r
65
hitung lebih besar atau sama dari r tabel maka butir pernyataan tersebut dapat dinyatakan valid. Dari hasil uji validitas, pertanyaan yang valid sebanyak 25 pernyataan dari 30 pernyataan. Setelah membuang butir-butir pernyataan yang tidak valid, kemudian dilakukan uji reliabilitas dengan bantuan program SPSS versi 16, sehingga menghasilkan: Tabel 4.33 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .930
N of Items 25
Dari hasil perhitungan reliabilitas, maka dihasilkan cronbach’s alpha sebesar 0,930, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan dinyatakan reliable 3. Analisis Data Data yang dianalisa adalah nilai dari penyebaran angket mengenai pembelajaran Behaviorisme dan data hasil belajar Al Quran siswa diperoleh dari nilai test. Sesuai dengan teknik pengolahan data, maka tabel di bawah ini akan menjelaskan perhitungan untuk memperoleh koefisien korelasi antara penerapan pembelajaran dengan hasil belajar siswa sehingga dapat diambil interpretasi data. Tabel 4.34 Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y Subjek 1 2 3 4 5
X 71 84 53 85 62
Y 75 80 60 83 71
XY 5325 6720 3180 7055 4402
X² 5041 7056 2809 7225 3844
Y² 5625 6400 3600 6889 5041
66
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
61 91 97 76 66 96 61 53 69 86 75 78 44 42 85 61 44 62 56 57 62 65 61 60 80 78
77 90 95 70 70 85 65 60 60 80 80 83 55 55 80 57 55 60 70 65 70 72 70 70 83 85
4697 8190 9215 5320 4620 8160 3965 3180 4140 6880 6000 6474 2420 2310 6800 3477 2420 3720 3920 3705 4340 4680 4270 4200 6640
3721 8281 9409 5776 4356 9216 3721 2809 4761 7396 5625 6084 1936 1764 7225 3721 1936 3844 3136 3249 3844 4225 3721 3600 6400
5929 8100 9025 4900 4900 7225 4225 3600 3600 6400 6400 6889 3025 3025 6400 3249 3025 3600 4900 4225 4900 5184 4900 4900 6889
6630
6084
7225
32
86
75
33 34
73 78
65 70
6450 4745 5460
7396 5329 6084
5625 4225 4900
35
80
70
5600
6400
4900
36
77
60
4620
5929
3600
37
85
80
6800
7225
6400
38
85
70
5950
7225
4900
39
81
72
5832
6561
5184
40
81
60
4860
6561
3600
67
41
84
65
42
80
70
43
96
44
5460
7056
4225
5600
6400
4900
75
7200
9216
5625
85
70
5950
7225
4900
45
70
72
5040
4900
5184
46
94
85
7990
8836
7225
47
70
60
4200
4900
3600
N = 47
ΣX =3426
ΣY = 3350
ΣXY = 248812
ΣX² = 259058
ΣY² = 243188
Dari data tersebut, maka dapat dicari nilai koefisien korelasi sebagai berikut:
=
=
=
=
•
=
= = 0,720
68
Jadi angka korelasi antara variabel X (metode pembelajaran Behaviorisme) dan variabel Y (hasil belajar Al Quran Hadis) adalah sebesar 0,720. 4. Interpretasi Data Setelah
diketahui, untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
yang diteliti, penulis mengacu pada tingkat koefisien korelasi sebagai berikut: Tabel 4.35 Interpretasi Data Besarnya “r” Poduct Moment (rxy) 0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00 Berdasarkan hasil data dari
Interpretasi Sangat rendah Rendah Sedang/Cukup Tinggi Sangat tinggi
, maka penulis akan memberikan
interpretasi data dengan menggunakan perhitungan di atas terhadap angka korelasi Product Moment melalui dua cara, yaitu: a. Interpretasi dengan cara sederhana, interpretasi terhadap
dari
perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besarnya
(yaitu 0,720), yang berkisar
antara 0,70-0,90 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif dalam kategori tinggi. b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai
Product Moment
rumusan hipotesa kerja/alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho) yang penulis ajukan di awal adalah:
69
Ha : Terdapat hubungan yang positif antara penerapan metode pembelajaran Behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif antara penerapan metode pembelajaran Behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup Adapun kriteria pengajuannya adalah jika
>
, maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada hubungan positif yang signifikan atau tidak antara variabel X dan variabel Y, maka r hasil perhitungan
dibandingkan
dengan
.
Dan
sebelum
membandingkannya, maka terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya atau df (degree of freedom) dengan menggunakan rumus: df = N – nr = 47 – 2 = 45 Dengan df sebesar 45 diperoleh
pada taraf signifikan 5%
sebesar 0,288 sedangkan pada taraf signifikan 1% diperoleh sebesar 0,372. Ternyata
(0,720) jumlahnya lebih besar dari pada
yang besarnya 0,288 dan 0,372. Karena
lebih besar dari
,
maka hipotesa alternatif (Ha) diterima dan Ho ditolak. Ini berarti untuk taraf signifikansi 5% dan 1% terdapat korelasi atau pengaruh positif yang signifikan antara 2 variabel yang diuji atau dengan kata lain bahwa hasil belajar Al Quran Hadis siswa di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup
dipengaruhi
oleh
penerapan
metode
pembelajaran
Behaviorisme. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penerapan metode pembelajaran Behaviorisme terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis, maka digunakan rumus sebagai berikut:
70
KD = r² x 100% = 0,720² x 100% = 51,84% Dari perhitungan diperoleh hasil KD sebesar 51,84% maka dapat diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran Behaviorisme yang dilaksanakan di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup dalam mempengaruhi hasil belajar Al Quran Hadis siswa sebesar 51,84% dan ini berarti 48,18% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan perhitungan korelasi product moment antara variabel X dan variabel Y didapatkan angka sebesar 0,720, angka ini menunjukkan bahwa adanya korelasi antara penerapan metode pembelajaran Behaviorisme dan hasil belajar siswa. Nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,720 > 0,372) ini berarti hipotesis alternatif diterima, artinya ada hubungan yang positif antara
penerapan metode
pembelajaran Behaviorisme dan hasil belajar siswa. 5. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor penerapan metode pembelajaran Behaviorisme yang dilaksanakan di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup sebesar 72,89 dan untuk skor hasil belajar siswa diperoleh ratarata sebesar 71,27, ini menunjukkan bahwa skor penerapan metode pembelajaran Al Quran Hadis yang baik akan memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar Al Quran Hadis siswa. Dari perhitungan dari
diperoleh sebesar 0,720, hasil
lebih besar
yaitu 0,372 artinya terdapat hubungan yang positif antara
penerapan metode pembelajaran Behaviorisme dan hasil belajar siswa. Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara sederhana dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi r product moment, ternyata besarnya
yang diperoleh terletak antara 0,70-0,90, ini
menunjukkan antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang tinggi. Hal ini penerapan metode pembelajaran Behaviorisme jika dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan hasil belajar siswa.
71
Kontribusi dari hasil korelasi yang didapatkan sebesar 51,84%. Artinya, salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan metode pembelajaran Behaviorisme. Berdasarkan jawaban hipotesis, maka dapat dinyatakan bahwa Ha (Hipotesis alternatif) diterima dan Ho (Hipotesis nihil) ditolak karena r hitung lebih besar dari r tabel (0,720 > 0,372), artinya terdapat hubungan yang positif antara penerapan metode pembelajaran Behaviorisme dan hasil belajar Al Quran Hadis siswa. Setelah dihitung besarnya koefisien determinasi maka didapatkan hasil sebesar 51,84%, artinya sebesar 51,84%
hasil belajar siswa
didukung oleh penerapan metode pembelajaran Behaviorisme dan 48,16% didukung oleh faktor-faktor yang lain. Jadi dapat diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran Behaviorisme mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis dengan materi hukum mim sukun.
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan metode pembelajaran Behaviorisme di MTs Al Hidayah Tajur Citeureup efektif dengan melihat skor mean dari hasil angket sebesar 72,89. 2. Hasil belajar Al Quran siswa MTs Al Hidayah Tajur Citeureup termasuk kategori baik dengan melihat skor mean dari hasil test sebesar 71,27 3. Terdapat korelasi positif dan signifikan antara penerapan metode pembelajaran Behaviorisme dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadis dengan materi hukum mim sukun B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dikemukakan mengacu pada indikator yang memiki skor terendah, serta bagaimana metode tersebut dapat diaplikasikan dengan baik. 1. Dalam meningkatkan efektivitas metode tersebut, maka guru harus dapat memiliki kompetensi membaca Al Quran yang baik dan benar agar guru tersebut mampu menilai secara objektif. 2. Kemampuan dalam melaksanakan metode drill, reading aloud, dan modelling memiliki pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu, pihak sekolah terutama guru hendaklah senantiasa mengembangkan dalam mengaplikasikannya. 3. Kontribusi metode drill, reading aloud serta modelling terhadap hasil belajar dimana Hasil belajar Al Quran siswa MTs Al Hidayah Tajur Citeureup termasuk kategori baik dengan melihat skor mean dari hasil test sebesar 71,27 4.
Perlu penelitian lebih lanjut pada objek lain dengan ruang lingkup yang lebih besar.
72
73
5. Untuk memutuskan penggunaan metode apa yang akan dipakai, seorang guru haruslah memperhatikan KD (kompetensi dasar) yang akan di pelajari. Karena, disamping metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing juga belum tentu tepat digunakan untuk KD tertentu. Oleh karena itu, guru haruslah bijak dan pandai memilih metode yang akan digunakan.
Daftar Pustaka Abdullah, Ridwan Sani. Inovasi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013. Al Hasyim, Ahmad. Mukhtar Al Ahadis Annabawiyah, tt.p. Daarul Kitab Al Islami, 1999 Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. Ashiddiqi, Hasyim dkk. Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Quran, 1971 Azhari, Akyas. Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: PT Mizan Publika, 2004. Ellis, Jeanne Ormrod. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 2008. Esti, Sri Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo, 2002. Evans, Richard I. B. F. Skinner the Man and His Ideas, New York: E. P. Dutton, 1968. Gredler, Margaret E. Learning and Intruction, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Hergenhahn, B.R. Theories of Learning, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Ibrahim, R. Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. Iskandar, Sofwan. Penuntun Belajar Al Quran Hadis, Depok: Arya Duta, 2008. Jawahir, Mochamad. Teknik dan Strategi Pembelajaran, Bandung: Cendekia Press, 2005 Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2008. Nasution, S. Didaktik Dasar-dasar Pengajaran, Bandung: Demmars, 2003. Neni, Zikri Iska. Psikologi, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006. Pupuh, Fathurrohman. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT Refika Aditama, 2011. Roqib Moh., Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang, 2011 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011.
Silberman, Mel. active learning 101 strategi pembelajaran Aktif , Yogyakarta: Bumimedia, 2002 Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks, 2011. Smith, Mark K dkk. Teori Pembelajaran dan Pengajaran, Jogjakarta: Mirza Media Pustaka, 2009. Subana, M. dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: PustakaSetia, 2009 Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 1996. Sudjana Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999. Sukardi. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013. Syaodih, Nana Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012. Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000. Winarsunu, Tulus. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, Malang, UMM press, 2010. Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. metodologi pengajaran agama dan bahasa arab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995. Zuriyah, Nurul. Metodologi Pendidikan Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4 Profil Madrasah 1. 2. 3. 4.
Nama Madrasah Nomor Statistik Madrasah Akreditasi Madrasah Alamat Lengkap Jalan Desa/Kelurahan Kecamatan Kab/Kota Propinsi NPWP Nama Kepala No. Tlp / HP Nama Yayasan
: MTs AL-HIDAYAH TAJUR : 121.2.32.01.0030 :B/Sertifikat No.02.00/534/BAPSM/XI/2010
: SABILILLAH KP. PASIR ANGIN : TAJUR : CITEUREUP : BOGOR : JAWA BARAT 5. : 02.518.644.6.403.002 6. : MUH. YUSUF SUPRIATNA, S. Pd. I 7. : 081395027145 8. : YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM ALHIDAYAH 9. Alamat Yayasan : KP.PASIR ANGIN RT 01/02 DESA TAJUR KEC. CITEUREUP - BOGOR 10. Telp. Madrasah / Yayasan : 021-87942765 / 8763983 11. No. Akte Pendirian Yayasan : No. 24 TAHUN 1989 12. Kepemilikan Tanah : YAYASAN Status Tanah : Wakaf Bersertifikat Nomor : 10.10.15.04.1.00134, 29 Maret 1994 Luas tanah : 643m2 13. Status Bangunan : YAYASAN 14. Luas Bangunan : 543m2 15. Data siswa dalam 5 Tahun Terakhir Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah Pelajaran Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Siswa Rombel siswa Rombel siswa Rombel siswa Rombel 2009/2010 219 5 161 4 149 3 529 12 2010/2011 204 5 200 5 152 4 556 14 2011/2012 195 5 190 5 177 4 562 14 2012/2013 310 7 193 5 181 4 684 16 2013/2014 275 7 300 7 183 5 758 19 2014/2015 322 7 259 6 283 7 863 20 16. Data Sarana dan Prasarana No. 1 2 3
Jenis Prasarana Ruang Kelas Perpustakaan R. Lab. IPA
Jml. Ruang 7 1 0
Jml. R. Kondisi Baik 4 1 0
Jml. R. Kondisi Rusak 3 0 0
Kategori Kerusakan Ringan
Sedang
Berat
0 0 0
3 0 0
0 0 0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
R. Lab. Biologi R. Fisika R. Lab. Kimia R. Lab. Komp. R. Lab. Bahasa R. Pimpinan R. Guru R. Tata Usaha R. Konseling Tempat Ibadah R. UKS Jamban Gudang R. Sirkulasi Tempat Olahraga R. OSIS R. lainnya
0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6 0 0
0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
1 0
0 0
1 0
1 0
0 0
0 0
17. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan No Keterangan PENDIDIK 1 Guru PNS Diperbantukan Tetap 2 Guru Tetap Yayasan 3 Guru Honor 4 Guru Tidak Tetap TENAGA KEPENDIDIKAN 1 Kepala Tata Usaha 2 Staf Tata Usaha 3 Penjaga 4 Pesuruh
Jumlah 2 10 0 15 1 5 1 1
Lampiran 5
Lampiran 6 Instrument Soal Post-test Gunakanlah hukum bacaan mim sukun pada ayat berikut ini! 1. ون َ ُ َمسْ ُئول
ْ 2. ال َب ِر ّي ِة
ِا َّن ُه ْم
ُُّه ْم َشر
Bacalah hukum bacaan idgham mutamasilain pada ayat berikut ini! 3. ك َ صا َ ِب َع
ْاِضْ ِرب
4.ه ْم ُ ار ُت َ ت َِج
ْ ار ِب َح ت َ َف َم
Bacalah hukum bacaan ikhfa syafawi pada ayat berikut ini 5. لل ِ ِبا
آ َم ْن ُت ْم
6. ِب َما َكا ُنوا
َس َيجْ ِزي ِْه ْم
Gunakanlah hukum bacaan izhar syafawi pada ayat berikut ini 7.
ُه ْم َخ ْير ُْال َب ِر َّي ِة
8. ع ْن ُه َ َو َرضُوا
َع ْن ُه ْم
Bacalah 2 ayat Q.S. Al Kafirun dengan baik dan benar di bawah ini!
ب َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن ُم ْن َف ِّكي َْن َح َّتى َتأْ ِت َي ُه ُم ِ ِين َك َفرُوا مِنْ اَهْ ِل ْال ِك َتا َ لَ ْم َي ُك ِن الَّذ ْ 9. ٗال َب ِّي َن ُة ُ َج َزآؤُ ُه ْم عِ ْن َد َرب ِِّه ْم َج َّن ات َع ْد ٍن َتجْ ِري مِنْ َتحْ ِت َها ْاْل ْن َهار َُخالِ ِدي َْن 10. ِٗف ْي َها
Lampiran 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Mata Pelajaran : Al Qur’an Hadist Kelas / semester : VII / Genap Pertemuan ke: 1 ( pertama ) Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : Membaca Al-Qur’an surat pendek pilihan Kompetensi Dasar : Menerapkan hukum bacaan mim sukun dalam Q.S. AlBayyinah dan Al-Kafirun Indikator : Menjelaskan macam-macam hukum bacaan mim sukun Mengidentifikasi bacaan mim sukun dalam QS Al Bayyinah dan Al Kafirun Mengaplikasikan bacaan mim sukun dalam Surat Al Bayyinah dan Al Kafirun Tujuan pembelajaran: 1. Siswa mampu menjelaskan hukum bacaan mim sukun dan macam-macamnya dengan baik dan benar 2. Siswa mampu mencari contoh-contoh hukum bacaan mim mati dalam QS Al Bayyinah dan Al Kafirun dengan baik dan benar 3. Siswa mampu mengaplikasikan hukum bacaan mim sukun dalam membaca Al Qur’an pada surat atau ayatayat yang lain Nilai Karakter yang dikembangkan: 1. Religius 2. Cinta ilmu 3. Mandiri 4. Rasa ingin tahu 5. Tanggung jawab Materi Pembelajaran:
Pengertian
Macam-macam hukum mim sukun
Hukum mim mati dalam QS. Al Bayyinah dan Al Kafirun
Adalah hukum tajwid pada bacaan mim sukun yang bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah
Mim sukun (ْ )مbertemu dengan ba ()ب, hukum bacaannya ikhfa syafawi()اخفاءشفىي Mim sukun) (مbertemu mim ()م, hukum bacaannya disebut idgham mimi(ْادغام ً)مم Mim sukun (ْ )مbertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain mim dan ba, maka hukum bacaannya idzhar syafawi ()اظهارشفىي
Metode Pembelajaran: Drill Reading aloud Modeling Langkah-langkah Pembelajaran a. Pendahuluan ( 2 menit ) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Guru memulai Siswa bersama guru pelajaran dengan memulai pelajaran salam basmalah dan degan basmalah dan berdo’a. berdo’a. 2. Guru menyiapkan Siswa mendengarkan peserta didik secara mengikuti interupsi psikis dan fisik untuk yang guru berikan mengikuti proses pembelajaraan
ْ ْلْمْْيْك ه هْمْْشْرْالْبْرْيْة هْمْْخْيْرْالْبْرْيْة ْجْزْؤْهْمْْعْىْد ْعْىْدْرْبْهْمْْجْىْة عْىْهْمْْوْرْضْىاعْىْه اْوْتْمْْعْابْدْون ْْوْل.مْاعْبْدْتْم لْكْمْْدْيىْكْم
Nilai Karakter Religius & disiplin
Cinta Ilmu
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai 4. Guru menyampaikan Siswa menjawab beberapa pertanyaan pertanyaan yang pembuka seputar diajukan guru materi pembelajaran
b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi ( 40 menit ) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Guru menjelaskan siswa menyimak materi macam-macam hukum yang disampaikan oleh mim sukun beserta guru tentang hukum contoh bacaan mim sukun
Guru menyajikan beberapa contoh dari hukum mim mati sekaligus bertanya kepada beberapa siswa hukum bacaan apa yang guru tulis
Tanggung jawab
Nilai Karakter Disiplin, cinta ilmu, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab
siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru
Siswa mengikuti interuksi dari guru
guru meminta siswa menirukan apa yang guru bacakan dengan suara lantang dan berulang-ulang
2) Elaborasi ( 25 menit ) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Guru memberikan siswa menyimak aturan game yang berjudul permaianan dengan yess I can antusias
Nilai Karakter Disiplin, rasa ingin tahu, tanggung jawab
Guru meminta satu siswa untuk membacakan surat Al Kafirun dengan baik dan benar kemudian diikuti oleah siswasiswa lain,
Semua siswa diharapkan dapat berpartisipasi dalam permainan ini
3) Konfirmasi ( 5 menit ) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Siswa menirukan Guru bersama siswa bacaan yang dibacakan membacakan surat Al oleh guru dengan Kafirun dengan suara penuh semangat keras agar siswa terbiasa dengan pelafalan dan makhroj yang benar c. Penutup ( 3 menit ) Kegiatan Guru 1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk lebih giat lagi belajar dengan cara memperbanyak latihan membaca di rumah masingmasing
2. Guru mengajak siswa menutup pelajaran dengan membaca hamdalah
Kegiatan Siswa Siswa mencatat tugas (pekerjaan rumah) di buku catatan agar tidak lupa
Nilai Karakter Cinta ilmu, tanggung jawab, dan disiplin
Nilai Karakter Disiplin, cinta ilmu, tanggung jawab, dan religious
Mengikuti instruksi dari Religius guru untuk menutup pelajaran dengan membaca hamdalah
Sumber dan bahan 1. Buku paket Al quran hadis Kelas VII MTs 2. LKS (Lembar Kerja Siswa) 3. Sumber lain yang relevan Penilaian 1. Tes tertulis
Mandiri, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab
: bentuk soal pilihan ganda
CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN TES TERTULIS No 1.
2
3
4
5
Butir – butir soal Pembagian hukum mim sukun dalam tajwid ada…. a. Dua macam b. Tiga macam c. Empat macam d. Lima macam Mim sukun bertemu dengan huruf Ba’ disebut… a. Ikhfa syafawi b. Idgham mimi c. Izhar syafawi d. Idgham bigunnah Maksud dari isilah syafawi adalah… a. Mata b. Hidung c. Telinga d. Bibir Mim sukun bertemu dengan mim pada kalimat ْومالهمْمه هللاmerupakan contoh … a. Ikhfa syafawi b. idgam mimi c. izhar syafawi d. idgam bigunnah izhar syafawi adalah… a. mim sukun (ْ )مbertemu dengan mim b. mim sukun (ْ )مbertemu dengan ba c. mim sukun (ْ )مbertemu dengan ta d. mim sukun (ْ )مbertemu dengan salah satu huruf hijiyah selain mim dan ba
Kunci jawaban B. tiga macam
a.ikhfa syafawi
d.bibir
b.idgam mimi
d.mim sukun bertemu huruf selain mim dan ba
Mengetahui, Kepala Madrasah,
Bogor, Agustus 2014 Guru mata pelajaran,
Yusuf Supriyatna, S. Pd. I
Yusuf Hamidullh, S. Ag.
Lampiran 8 Nama Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30 Responden 31 Responden 32 Responden 33 Responden 34 Responden 35 Responden 36 Responden 37 Responden 38 Responden 39 Responden 40 Responden 41 Responden 42 Responden 43 Responden 44 Responden 45 Responden 46 Responden 47
Nilai 75 80 60 83 71 77 90 95 70 70 85 65 60 60 80 80 83 55 55 80 57 55 60 70 65 70 72 70 70 83 85 75 65 70 70 60 80 70 72 60 65 70 75 70 72 85 60
Lampiran 9 ANGKET PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BEHAVIORISME Nama Siswa : ………………………………………….. Kelas : ………………………………………….. 1. Sebelum proses belajar dimulai, guru PAI memberi salam kepada siswa a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 2. Sebelum memulai pembelajaran, guru PAI kalian menanyakan materi sebelumnya a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 3. Sebelum pembelajaran dimulai, guru PAI kalian menyampaikan tujuan pembelajaran a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 4. Dalam menerapkan metode pembelajaran, guru PAI kalian memberi pertanyaan yang merangsang siswa untuk berfikir a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 5. Dalam proses pembelajaran, guru PAI kalian menjelaskan metode pembelajaran behaviorisme a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 6. Dalam proses pembelajaran, guru PAI kalian menggunakan metode pembelajaran behaviorisme dalam mengajar a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 7. Dalam proses pembelajaran, guru PAI Mempersilahkan siswa mencatat hal-hal penting a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 8. Guru PAI Menjelaskan materi dengan suara yang sesuai dan tidak terlalu cepat a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 9. Guru PAI menciptakan suasana yang nyaman di dalam kelas a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 10. Guru PAI menghindari suasana yang tegang di dalam kelas a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 11. Guru PAI mampu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Guru PAI memberikan pertanyaan sesuai hasil pengamatan a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 13. Guru PAI membacakan topik-topik bacaan a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 14. Guru PAI mengajak siswa untuk membaca keras dan lantang a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 15. Guru PAI membaca keras dan lantang a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 16. Guru PAI menunjuk siswa untuk membaca terlebih dahulu serta diikuti oleh siswa lain a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 17. Guru PAI memberikan banyak latihan-latihan a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 18. Guru PAI melatih bacaan siswa secara terus-menerus a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 19. Guru PAI mengoreksi bacaan siswa secara langsung a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 20. Guru PAI memberikan pemodelan bentuk bacaan lain a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 21. Guru PAI meminta siswa untuk mencari model-model bacaan yang sama a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 22. Guru PAI memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai hasil pengamatan a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 23. Guru PAI memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk memperaktikan ulang a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 24. Guru PAI memberikan umpan balik kepada siswa a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 25. Guru PAI menyimpulkan materi dari proses pembelajaran Behaviorisme a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
Lampiran 10
Besarnya “r” Product Moment (
)
Interpretasi Antara variabel X dan variabel Y terdapat
0,00 – 0,20
korelasi yang sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.
0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedangataucukup. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi tinggi. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi.
Lampiran 11
Lampiran 12 Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
X 71 84 53 85 62 61 91 97 76 66 96 61 53 69 86 75 78 44 42 85 61 44 62 56 57 62 65 61 60 80 78 86 73 78 80 77 85 85 81 81 84 80 96 85 70 94 70
Y 75 80 60 83 71 77 90 95 70 70 85 65 60 60 80 80 83 55 55 80 57 55 60 70 65 70 72 70 70 83 85 75 65 70 70 60 80 70 72 60 65 70 75 70 72 85 60
N = 47
ΣX =3426
ΣY = 3350
XY 5325 6720 3180 7055 4402 4697 8190 9215 5320 4620 8160 3965 3180 4140 6880 6000 6474 2420 2310 6800 3477 2420 3720 3920 3705 4340 4680 4270 4200 6640 6630 6450 4745 5460 5600 4620 6800 5950 5832 4860 5460 5600 7200 5950 5040 7990 4200 ΣXY = 248812
X²
Y² 5041 7056 2809 7225 3844 3721 8281 9409 5776 4356 9216 3721 2809 4761 7396 5625 6084 1936 1764 7225 3721 1936 3844 3136 3249 3844 4225 3721 3600 6400 6084 7396 5329 6084 6400 5929 7225 7225 6561 6561 7056 6400 9216 7225 4900 8836 4900
ΣX² = 259058
5625 6400 3600 6889 5041 5929 8100 9025 4900 4900 7225 4225 3600 3600 6400 6400 6889 3025 3025 6400 3249 3025 3600 4900 4225 4900 5184 4900 4900 6889 7225 5625 4225 4900 4900 3600 6400 4900 5184 3600 4225 4900 5625 4900 5184 7225 3600 ΣY² = 243188