PENINGKATAN KEMAMPUAN REDUPLIKASI DALAM KARANGAN NARASI DENGAN METODE TUGAS INDIVIDU: PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS VIII SMP PGRI 2 CIPUTAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Bayu Lesmana Pradipta NIM 106013000696
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
i
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Bayu Lesmana Pradipta
NIM
: 106013000696
Jurusan/program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Angkatan Tahun
: 2006/2007
Alamat
: Kp. Kadu RT: 07/03 Kel. Sukamulya Kec. Cikupa Kab. Tangerang
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Reduplikasi dalam Karangan Narasi dengan Metode Tugas Individu: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat” adalah hasil karya sendiri di bawah bimbingan: Nama
: Dr. Alek, S.S.,M.Pd
NIP
: 19690912 200901 1 008
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 22 Agustus 2011 Yang menyatakan,
(Bayu Lesmana Pradipta)
iii
M O T TO “Hidup adalah suatu proses yang harus dijalani, dan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”.
Kupersembahkan skripsi ini untuk: Kedua orang tua, mamah dan bapak serta untuk kakak dan adik tercinta beserta seluruh keluargaku tercinta, juga para guru, sahabat, dan orang-orang yang
telah
memberi
perjalanan hidupku.
iv
arti
dalam
ABSTRAK BAYU LESMANA PRADIPTA, 106013000696: Peningkatan Kemampuan Reduplikasi dalam Karangan Narasi dengan Metode Tugas Individu: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang upaya peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011 mulai Februari sampai dengan Maret 2011 di SMP PGRI 2 Ciputat. Metode penelitian yang digunakan dalam ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP PGRI 2 Ciputat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dokumentasi, dan tes/penugasan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian pada siklus yang pertama belum mencapai peningkatan kemampuan siswa dalam penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi. Hal ini terbukti dari hasil rata-rata skor yang diperoleh siswa untuk soal pilihan ganda (PG) hanya sebesar 6.05 dan untuk soal esai (mengarang) hasil rata-rata skor yang diperoleh hanya mencapai 6.03, dengan rata-rata skor keseluruhan hanya mencapai 6.04 indikator pencapaian hasil (IPH) tidak tercapai karena belum mencapai batas kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan (70), selain itu hal ini disebabkan pula oleh kurangnya keterampilan dan kemahiran siswa dalam menjawab tugas yang diberikan secara individu. Tetapi setelah dilaksanakan siklus yang kedua tingkat kemampuan siswa mengalami peningkatan dalam penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh dari masing-masing siswa pada siklus yang kedua mengalami peningkatan hingga sebesar 79 untuk soal pilihan ganda (PG) dan untuk soal esai (mengarang) mencapai 7.43 dengan rata-rata skor keseluruhan mencapai 7.66 indikator pencapaian hasil belajar siswa pada siklus 2 telah tercapai melebihi batas KKM (70) yang ditetapkan. Hal ini juga dapat dilihat dari pengamatan yang menunjukkan persiapan yang lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1). Jadi, simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa metode pemberian tugas individu secara bertahap terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa dalam memahami Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Narasi pada Siswa Kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat.
v
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah dan pantas penulis ucapkan selain kata Alhamdulillah, karena berkat rahmat dan hidayah dari Allah Yang Maha Luas Ilmu-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Reduplikasi dalam Karangan Narasi dengan Metode Tugas Individu: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan para sahabat, semoga dengan bershalawat kepada Rasulullah SAW, kita diajarkan dan ditambahkan oleh Allah SWT Ilmu Pengetahuan dan senantiasa mendapatkan syafaat dari Rasulullah di hari kiamat nanti. Amin. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus penulis laksanakan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar dan Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Lewat kata pengantar ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yeng telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada : 1. Kedua Orangtua tercinta, Mamah dan Bapak yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan penulis serta membanting tulang untuk membiayai studi penulis. Semoga Allah SWT selalau mencurahkan rahmat dan kasih sayang kepada keduanya. 2. Bpk. Alek Abdullah, the best in lecture PBSI. Dosen yang memberikan inspirasi bagi penulis untuk meraih mimpi dan cita-cita. Sekaligus dosen pembimbing bagi penulis. Bersamamu selalu ada jalan dan kemudahan dalam setiap problema.
vi
Sungguh beruntung PBSI memiliki dosen seperti bapak. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kemudahan bagi bapak Alek. 3. Ibu Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bpk. Drs. E. Kusnadi sebagai dosen penasehat akademik. Mantan kajur dan bapaknya anak-anak PBSI angkatan 2006. Bapak yang terlihat tegas dan garang secara penampilan, namun memiliki hati yang lembut dan bijak dalam mengambil setiap keputusan. Terima kasih atas ilmu, kesabaran, dan pengertian selama ini hingga kami (PBSI 2006) selesai kuliah. 5. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. Semoga Allah membalas dengan segala kebaikan dan keberkahan. 7. Bpk. Syamsudin, S. Pd, selaku Kepala SMP PGRI 2 Ciputat. Terima kasih atas pengetahuan, bantuan, dan kerjasamanya
8. Ibu Ika Harika, A. Md., selaku guru bahasa Indonesia SMP PGRI 2 Ciputat. Terimakasih atas pengetahuan, bantuan, dan kerjasamanya. 9. Para dewan guru beserta staf Tata Usaha SMP PGRI 2 Ciputat, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 10. Siswa-siswi SMP PGRI 2 Ciputat, khususnya kelas 8.2 yang telah sedia dan antusias menerima materi pelajaran yang penulis sampaikan selama penelitian berlangsung. 11. Semua rekan mahasiswa Program Studi PBSI UIN Jakarta angkatan 2006 yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, karena kekurangan itu juga yang menjadikan keyakinan kita bahwa sesuatu di muka bumi ini tidak ada yang sempurna. Namun, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
vii
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Jakarta, Agustus 2011
Bayu Lesmana Pradipta
viii
DAFTAR ISI
Hal LEMBAR PENGESAHAN ……………………………..……………………… i SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH…………………………………..iii MOTTO ……………………………………………………………………....... iv ABSTRAK …………………………………………………………………...… v KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………...…..... ix DAFTAR TABEL ……………………………………………………..……..... xi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………..………... xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………...………………. 1 B. Identifikasi Masalah ……………………………..………………… 3 C. Pembatasan Masalah …………...……………..….……………….. 3 D. Perumusan Masalah ………………………….…….……………… 4 E. Tujuan Penelitian …………………………………….……………. 4 F. Manfaat Penelitian …………………………………….…………... 4
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pengertian Karangan ……..………………………………………... 6 1. Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya ..…………….. 7 2. Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan Penulisannya …………………………………………………. 11 3. Pengertian Karangan Narasi ……………………….………… 12 B. Reduplikasi ......………………………………….…….………….. 17 1. Pengertian …………………………………………..………... 18 2. Menentukan Bentuk Dasar ……………………….………….. 19 3. Pembagian Bentuk Berulang ………………….……………... 20 4. Makna Bentuk Berulang ...……………………......……….… 22 C. Tugas Individu …………………………………………………... 38
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………… 42 B. Metode Penelitian ……………………………………………….. 42 C. Sumber Data …………………………………………………….. 43 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……………………… 43 E. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan …….. 43 F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………...………. 44 G. Tahap-tahap Penelitian ………………………………………….. 45 H. Teknik Analisis Data …………………………………………..... 47 I. Teknik Keabsahan Data …………………………………………. 48 J. Teknik Pengambilan Kesimpulan ……………………………….. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………………………………………………….. 49 1. Tempat Penelitian ...…………………………………………. 49 2. Temuan Penelitian …………………………………………... 50 B. Pembahasan …………………………………….......................... 66
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan …………………………………………………..…….. 67 B. Saran …………………………………………………………….. 67
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 68 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1 Hasil Pengamatan Siklus 1 (Kegiatan Yang Dilakukan Oleh Guru) …. 53 Tabel 2 Hasil Pengamatan KBM pada Siklus 1 ……………………………..…. 54 Tabel 3 Hasil Tes pada Siklus 1 ……………...…………………….…...……… 55 Tabel 4 Hasil Pengamatan Siklus 2 (Kegiatan Yang Dilakukan Oleh Guru) ….. 60 Tabel 5 Hasil Pengamatan KBM pada Siklus 2 …………………………….…. 61 Tabel 6 Hasil Tes pada Siklus 2 ……………………………..………………… 63
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……….………………. 70 Lampiran 2 Uji Kompetensi Soal (Siklus 1) ……………………...……………. 73 Lampiran 3Uji Kompetensi Soal (Siklus 2) ……………………………………. 78 Lampiran 4 Hasil Tes Sebelum Dilakukan Tindakan (Siklus 1) ……………….. 84 Lampiran 5 Hasil Tes Siklus 1 ………………………………...…….................. 85 Lampiran 6 Hasil Tes Siklus 2 ………………………………………………..... 86 Lampiran 7 Pedoman Pengamatan Siswa ……………………………………… 87 Lampiran 8 Hasil Pengamatan Siswa …………………………………………... 88 Lampiran 9 Pedoman Pengamatan Kegiatan Guru …………………………….. 93 Lampiran 10 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus 1 ……………………… 94 Lampiran 11 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus 2 ………………………. 95 Lampiran 12 Catatan Lapangan ………………………………………………... 96 Lampiran 13 Dokumentasi (Foto-foto) Kegiatan Penelitian …………………… 99 Lampiran 14 Sertifikat Penghargaan ………………………………………..… 102 Lampiran 15 Daftar Absensi Siswa Kelas 8.2 SMP PGRI 2 Ciputat …………. 103
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Metodologi mengajar perlu dikuasai oleh pendidik karena keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya baik menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku baik tutur katanya, sikap/tingkah lakunya, dan gaya hidupnya. Metode mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus menguasai metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasaikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud. Seiring dengan perkembangan zaman banyak metode yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pelajarannya. Banyak cara yang dapat dilakukan mulai dari metode ceramah, diskusi, demonstrasi, pemberian tugas kelompok/individu, resitasi, karya wisata, pemecahan masalah, dan lainnya. Namun, untuk mengetahui tingkat pemahaman setiap individu siswa dalam menyerap pelajaran diperlukan metode yang efektif. Dalam hal ini metode yang efektif adalah metode pemberian tugas individu. Tugas yang diberikan guru pada umumnya dalam bentuk pekerjaan rumah (PR). Dengan tugas ini seringkali siswa hanya meniru atau menyalin pekerjaan orang lain, sehingga pemberian tugas rumah kurang berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Dengan adanya kelemahan tersebut, perlu adanya pengalihan dari tugas rumah menjadi tugas kelas. Dengan pemberian tugas kelas, siswa akan termotivasi untuk lebih mempersiapkan diri sebelum tugas diberikan oleh guru. Teknik pelaksanaan tugas kelas dibagi menjadi dua yaitu tugas kelompok dan tugas individu. Dengan pemberian tugas secara kelompok diharapkan siswa dapat
1
2
berdiskusi dan saling membantu sehingga hasil belajar siswa diharapkan lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diberi tugas individu. Namun, pemberian tugas secara kelompok bukan tanpa masalah. Masalah yang sering dihadapi dalam tugas kelompok ialah terkadang sering seorang siswa mengandalkan temannya yang lebih bisa dan mengerti, sehingga ia hanya ikut duduk, dan nama saja tanpa susah payah mengerjakan apa yang ditugaskan oleh guru. Sehingga diperlukan pengawasan yang lebih untuk mengetahui siapa saja yang benar-benar mengerjakan tugas dengan baik yang diberikan oleh guru. Atas dasar tersebut, dilakukan penelitian dengan cara memberikan tugas secara individu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran. Untuk keberhasilan pembelajaran reduplikasi di sekolah guru berupaya memilih metode yang tepat agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif dan berhasil. Oleh karena itu, dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang peran yang sangat besar. Artinya, guru melakukan kegiatan yang melibatkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisifasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapai tujuan pendidikan. Salah satu metode pengajaran adalah metode pemberian tugas individu. Metode ini lebih mengutamakan kemampuan berpikir siswa dalam menyerap dan memahami secara individual. Sehingga pendidik dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai bidang pelajaran yang telah diajarkan tersebut, dan untuk peserta didik mereka dapat memupuk rasa percaya diri dan dapat membina kebiasaan
siswa
untuk
mencari,
mengolah,
menginformasikan
dan
mengkomunikasikan sendiri, juga dapat dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa, serta dapat mengembangkan kreativitas siswa dan mengembangkan pola berpikir dan keterampilan anak setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran.
3
Berdasarkan dari berbagai kondisi, statmen, argumentasi, dan kenyataan di atas peneliti ingin melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang siswa berkaitan dengan Peningkatan Kemampuan Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Narasi dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas Individu. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian pada siswa kelas VIII di SMP PGRI 2 Ciputat.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, masalah yang teridentifikasi sebagai berikut. 1. Bagaimana penerapan metode pemberian tugas individu dapat terjadi peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi? 2. Seberapa besar peningkatan kemampuan
penggunaan reduplikasi dalam
karangan narasi dengan penerapan metode pemberian tugas individu pada siswa kelas VIII di SMP PGRI 2 Ciputat? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi siswa tidak memahami reduplikasi? 4. Bagaimana hasil belajar siswa setelah memperoleh tugas individu?
C. Pembatasan Masalah Mengacu pada masalah-masalah yang muncul di atas, maka demi terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yakni: 1. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII semester II (dua) tahun ajaran 2010/2011. 2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pemberian tugas individu untuk meningkatkan kemampuan siswa. 3. Pembelajaran difokuskan pada aspek kognitif siswa dengan mengerjakan latihan soal.
4
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: bagaimana peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu?
E. Tujuan Penelitian Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Peningkatan kemampuan
penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi
dengan penerapan metode pemberian tugas individu. 2. Seberapa besar peningkatan kemampuan
penggunaan reduplikasi dalam
karangan narasi dengan penerapan metode pemberian tugas individu.
F. Manfaat Penelitian Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan masukan dalam program pembelajaran pendidikan bahasa Indonesia, berkaitan dengan penerapan metode pemberian tugas individu pada penggunaan reduplikasi, khususnya dalam pembuatan karangan narasi. 1. Manfaat Teoretis a. Manfaat bagi guru 1. Manfaat bagi guru adalah untuk membantu guru dalam upaya menentukan strategi pengajaran yang tepat dan efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada reduplikasi. 2. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam mengajar dengan penerapan metode pemberian tugas individu baik dari strategi persiapan mengajar maupun kendala-kendala yang dihadapi. b. Manfaat bagi siswa Manfaat bagi siswa dalam hal ini adalah untuk memudahkan siswa dalam memahami reduplikasi dengan metode yang efektif dan menyenangkan, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran menjadikan siswa lebih giat dalam membuat karangan narasi.
5
c. Manfaat bagi sekolah Manfaat bagi sekolah dalam hal ini adalah sebagai bahan masukan dan metode yang efektif dalam menerapkan metode pemberian tugas individu untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru Manfaat praktis bagi guru adalah memberikan informasi yang bermanfaat tentang penggunaan metode pemberian tugas indivudu untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan acuan pembelajaran bagi guru. b. Manfaat bagi siswa Manfaat praktis bagi siswa adalah sebagai sumber pelajaran bagi siswa atau pihak-pihak yang menaruh perhatian pada kajian tentang pemahaman reduplikasi. c. Manfaat bagi sekolah Manfaat praktis bagi sekolah adalah sebagai salah satu upaya untuk menentukan kebijaksanaan dalam metode atau alat pembelajaran dalam proses mengajar.
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian Karangan Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami makna kata mengarang, karena dari kegiatan yang disebut mengarang itu dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti ‗menyusun‘ atau ‗merangkai‘. Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai atau menyusun kata, kalimat dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga. Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian sebutan penulis untuk orang yang menulis karangan.1 Sebenarnya mengarang tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan mengarang yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta-merta (Impromtu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara itu sebetulnya ―bekerja keras‖ mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/fokus, sambil memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat; bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif; klimaks atau anti klimaks). Apa yang didengar atau apa yang ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan. Bertalian dengan uraian di atas, menurut Lamuddin Finoza, mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau 1
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2008), h.
227.
6
7
mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga). Untuk bahan perbandingan, di sini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiarti. Menurut keduanya, mengarang adalah ―keseluruhan rangkaian
kegiatan
seseorang
untuk
mengungkapkan
gagasan
dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.‖ Adapun pengertian karangan menurut hemat Lamuddin Finoza adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang idealnya pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.2
1. Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya a.
Karangan Ilmiah, Semiilmiah, dan Nonilmiah Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu (1)
karangan ilmiah, (2) karangan semiilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan nonilmiah. Contoh karangan yang tergolong sebagai karangan ilmiah antara lain disertasi, makalah, skripsi, tesis; yang tergolong sebagai karangan semiilmiah antara lain artikel, berita, editorial, feature, laporan, opini, tip; dan yang tergolong sebagai karangan nonilmiah antara lain anekdot, cerpen, dongeng, hikayat, naskah drama, novel, puisi. Ketiga jenis karangan tersebut di atas memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan baku tadi; sedangkan karangan semiilmiah berada diantara keduanya.3 (lihat gambaran posisi karangan semiilmiah di bawah ini).
2 3
Ibid…, h. 228. Ibid…, h. 229.
8
Karangan Semiilmiah
Karangan Ilmiah
Karangan Nonilmiah Gambar 1
Gambaran Posisi Karangan Semiilmiah
Karangan ilmiah dan karangan ilmiah populer tidak banyak perbedaan yang mendasar. Perbedaaan yang paling jelas hanya pada pemakaian bahasa, struktur, dan kondisi karangan. Dalam karangan ilmiah digunakan kosakata yang khusus berlaku dibidang ilmu tertentu. Dalam karangan ilmiah populer bahasa yang terlalu teknis tersebut terkadang dihindari. Sebagai gantinya digunakan kata atau istilah yang umum. Jika kita perhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan secara ketat dan sisematis, sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar, meskipun tetap sistematis. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah tabel berikut.4
4
Ibid …, h. 229.
9
Tabel 1 Perbedaan Karangan Ilmiah, Semiilmiah, Nonilmiah Karakteristik
Karangan
Karangan Semiilmiah
Karangan
Ilmiah Sumber
Pengamatan,
Nonilmiah Pengamatan, faktual
factual
Nonfaktual (rekaan)
Sifat
Objektif
Objektif + subjektif
Subjektif
Alur
Sistematis,
Sistematis, kronologis,
Bebas
metodis
kilas balik (flashback)
Denotatif,
(denotatif + konotatif)
denotatif/konotatif
ragam baku,
semiformal
,
Bahasa
istilah khusus
semiformal/infor mal/istilah umum/daerah
Bentuk
Argumentasi,
Eksposisi, persuasi,
Narasi, deskripsi,
campuran
deskripsi, campuran
campuran
b. Ciri Karangan Ilmiah dan Semiilmiah Sebelum merinci ciri karangan ilmiah dan semiilmiah, ada baiknya dipahami terlebih dahulu batasan karangan kedua jenis tersebut. Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran yang dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintetis-analisis. Adapaun karangan semiilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, namun tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintetis-analitis karena sering ―dibumbui‖ opini pengarang yang terkadang subjektif.5 Ada tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif berarti
5
Ibid…, h. 230.
10
faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga mengandung pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran yang subjektif (selera perorangan). Objektivitas tersebutlah yang menjadikan kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain, kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan melalui eksperimen bahwa dengan kondisi dan metode yang sama dapat dihasilkan kesimpulan yang sama pula. Berbeda dengan tulisan ilmiah, sumber tulisan nonilmiah dapat berupa sesuatu yang abstrak dan subjektif, seperti ilusi, imajinasi, atau emosi. Unsur subjektif tersebut itu pulalah yang menjadikan tulisan nonilmiah sangat subjektif atau hanya berlaku untuk orang tertentu saja. Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Laras ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, laras ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain laras ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu tertentu. Tata bentuk karangan mencakup tiga bagian karangan, yaitu (1) halamanhalaman awal (preliminaries) yang meliputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran); (2) isi utama (main body) yang meliputi pendahuluan, isi, penutup; dan (3) halaman-halaman akhir (reference matter) yang meliputi daftar pustaka, lampiran, dan biodata penulis. Dalam karangan ilmiah populer, bagian preliminaries tidak ada. Bagian awal karangan ilmiah populer langsung memasuki isi. Seperti halnya karangan ilmiah murni, karangan ilmiah populer boleh menggunakan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.6
6
Ibid…, h. 232.
11
Untuk menyajikan suatu topik, seorang penulis akan menggunakan cara atau teknik tertentu yang disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang hendak dicapainya. Jika hendak menyampaikan informasi berupa berita, misalnya, ia akan menggunakan bentuk karangan tertentu. Bentuk itu akan berbeda jika ia hendak menyampaikan imbauan yang bersifat menggugah perasaan atau emosi.7 Dengan kata lain, terdapat beberapa jenis karangan berdasarkan penyajian dan tujuan penulisannya.
2. Penggolongan
Karangan
Menurut
Cara
Penyajian
dan
Tujuan
Penulisannya Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulisannya, karangan dapat dibedakan atas enam jenis, yaitu (1) Deskripsi (perian) (2) Narasi (kisahan) (3) Eksposisi (paparan) (4) Argumentasi (bahasan) (5) Persuasi (ajakan) (6) Campuran/kombinasi Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi; sedangkan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan lain. Contoh karangan eksposisi yang berdiri sendiri sangat banyak ragamnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan atau lembar promosi lainnya seperti leaflet, brosur, dan advertorial.8 Dalam karangan ilmiah banyak ditemukan bentuk karangan kombinasi. Karangan ilmiah yang umumnya berupa argumentasi atau eksposisi itu sering ditunjang oleh deskripsi sehingga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dua atau tiga jenis karangan. Kondisi itu dapat dibenarkan atau diterima asalkan 7 8
Ibid…, h. 232. Ibid…, h. 233.
12
penulisnya memperhatikan keharusan adanya porsi yang lebih besar yang mendominasi karangan ilmiah, yaitu argumentasi. Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan sementara, yaitu ada tiga jenis karangan (narasi, eksposisi, dan persuasi) yang sering ditemukan sebagai karangan yang utuh berdiri sendiri. Dua jenis yang lain (deskripsi dan argumentasi) jarang tampil sebagai karangan yang utuh. Kedua bentuk ini sering merupakan bagian dari karangan lain. Karangan ilmiah pada umumnya terbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung. Keahlian memadukan beberapa jenis karangan tentu tidak diperoleh dengan gampang. Ingat, mengarang adalah suatu keterampilan. Karena itu, latihan yang intensif merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh calon penulis. Satu lagi pedoman yang perlu dicermati oleh calon penulis adalah keharusan mengetahui ciri setiap jenis karangan sebelum mencoba mengkombinasikannya.9
3. Pengertian Karangan Narasi Karanggan Narasi adalah suatu bentuk karangan yang menceritakan kejadian berdasarkan urutan waktu. Karangan narasi biasanya disertai oleh kisah, kehadiran tokoh, dan ada deskripsi baik latar, tokoh, dan alur. Contoh karangan narasi adalah cerita Siti Nubaya, Malin Kundang, dan Supernova. 10 Narasi itu sendiri merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan.11 Tetapi kalau narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa narasi akan sulit dibedakan dari deskripsi, karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Oleh karena itu, mesti ada 9
Ibid…, h. 233. Rika Lestari, ―Sukses UN Bhs. Indonesia SMP 2009‖, diakses pada tanggal 13 Desember 2011, dari http://books.google.co.id/books?id=PIcWvgdOj1wC&pg=PA28&dq= karangan+narasi+adalah&hl=id&ei=QRTnTuGYK4i0iQfHw7nFCA&sa=X&oi=book_result&ct=r esult&resnum=5&ved=0CEAQ6AEwBA#v=onepage&q=karangan%20narasi%20adalah&f=false 11 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: Gramedia, 1982), h. 135. 10
13
unsur lain yang harus diperhitungkan, yaitu unsure waktu. Bila deskripsi mengggambarkan suatu obyek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Berdasarkan uraian di atas narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat dirumuskan dengan cara lain narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Ada narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris. Ada juga narasi yang disusun dan disajikan sekian macam, sehingga mampu menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya, narasi semacam ini adalah narasi sugestif.12
a. Narasi Ekspositoris Narasi ekspositoris disebut juga narasi teknis adalah karangan yang mencoba menyajikan sebuah peristiwa kepada pembaca apa adanya.13 Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi berlangsungnya suatu peristiwa. Sebuah narasi mengenai suatu pemogokan buruh di suatu perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji, suatu narasi yang ditampilkan oleh seorang penuntut umum di depan pengadilan mengenai bagaimana berlangsungnya suatu pembunuhan — semuanya berusaha menyampaikan informasi kepada para pembaca atau pendengar mengenai kejadian itu, supaya mereka pun tahu mengenai peristiwa itu secara tepat. 12
Ibid…, h. 136. Lubis Grafura, ―Paragraf Narasi Ekspositoris‖, diakses pada tanggal 13 desember 2011, dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/15/paragraf-narasi-ekspositoris/ 13
14
Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahaptahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan. Secara ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Misalnya suatu wacana naratif yang menceritakan bagaimana seseorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti, bagaimana membangun sebuah kapal dengan mempergunakan fero-semen, dan sebagainya. Semua narasi seperti yang disebutkan itu bersifat adalah narasi yang bersifat generalisasi. Narasi itu menyampaikan proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat dilakukan berulang kali. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Narasi mengenai pengalaman seseorang yang pertama kali masuk perguruan tinggi, pengalaman seseorang pertama kali mengarungi samudra luas, pengalaman seorang gadis yang pertama kali menerima curahan kasih dari seorang pria idamannya, peristiwa pembunuhan atas diri Sarilita, — semuanya merupakan peristiwa yang khas yang dikisahkan dalam sebuah narasi yang khusus.14 b. Narasi Sugestif Seperti halnya narasi ekspositoris, narasi sugestif juga pertama-tama bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dengan suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna
14
Ibid…, h. 137.
15
peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi). Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai obyek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.15 Dengan demikian narasi tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi justru ia mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk mengahadapi peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka kepada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang dikatakan tadi, makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.16 Paragraf narasi dapat dibangun dengan unsur-unsur berikut. 1. Tema adalah pokok pembicaraan yang menjadi dasar penceritaan penulis. 2. Alur (plot) adalah jalan cerita, bagaimana cerita itu disusun, sehingga peristiwa dengan peristiwa dapat berjalan dengan baik. 3. Watak atau karakter berhubungan dengan perangai si pelaku atau tokoh dalam suatu narasi. 4. Suasana yang berhubungan dengan kesan yang ditimbulkan sehingga pembaca dapat ikut membayangkan dan merasakan suasana yang dihadapi pelaku.
15 16
Ibid…, h. 138. Ibid…, h. 139.
16
5. Sudut pandang berhubungan dengan dari mana penulis memandang suatu peristiwa. Ia tidak boleh memandang dari sudut pandang orang pertama atau orang ketiga.17
c. Perbedaan Pokok antara Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif Supaya perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif lebih jelas, maka di bawah ini akan dikemukakan sekali lagi secara singkat perbedaan antara kedua macam narasi tersebut. Perbedaan yang terpenting antara karangan narasi ekspositoris dan karangan narasi sugestif dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2 Perbedaan pokok antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif Narasi Ekspositoris
Narasi Sugestif
1. Memperluas pengetahuan
1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menyampaikan
informasi 2. Menimbulkan daya khayal
mengenai suatu kejadian 3. Didasarkan
pada
penalaran
3. Penalaran hanya berfungsi sebagai
untuk mencapai kesepakatan
alat untuk menyampaikan makna,
rasional
sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasanya kebahasa
lebih informatif
condong 4. Bahasanya dengan
kebahasa
lebih
condong
figuratif
dengan
titik berat penggunaan kata-kata
menitik-beratkan
denotatif.
kata-kata konotatif.
17
penggunaan
Nani Darmayanti, ―Menulis Wacana Naratif ‖, diakses pada tanggal 13 desember 2011, dari http://books.google.co.id/books?id=264rOvSaHCwC&pg=PA12&lpg=PA12&dq= narasi+ sugestif+adalah&source=bl&ots=xyqlQC5hEZ&sig=JPQvpnEeYXfP8j8BuuIqurHfoIo&hl=id&ei =VAfnTvKtM8WyiQfCtaTLCA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CFwQ6A EwCQ#v=onepage&q=narasi%20sugestif%20adalah&f=false
17
Pokok-pokok perbedaan seperti yang dikemukakan di atas merupakan garis yang ekstrim antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Antara kedua ekstrim itu masih terdapat percampuran-pencampuran, dari narasi ekspositoris yang murni berangsur-angsur mengandung ciri-ciri narasi sugestif yang semakin meningkat hingga ke narasi yang murni.18
B. Reduplikasi Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki ( dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik). Di samping adanya reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang. Dalam linguistik Indonesia sudah lazim digunakan sejumlah istilah sehubungan dengan reduplikasi dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Istilahistilah itu adalah (a) dwilingga, yakni pengulangan morfem dasar, seperti mejameja, aki-aki, dan mlaku-mlaku ‗berjalan-jalan; (b) dwilingga salin suara, yakni pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal dan fonem lainnya, seperti bolak-balik,
langak-longok,
dan
mondar-mandir;
(c)
dwipurwa,
yakni
pengulangan silabel pertama, seperti lelaki, peparu, dan pepatah; (d) dwiwasana, yakni pengulangan pada akhir kata, seperti cengengesan ‗selalu tertawa‘ yang terbentuk dari cenges ‗tertawa‘; dan (e) trilingga, yakni pengulangan morfem dasar sampai dua kali, dag-dig-dug, cas-cis-cus, dan ngak-ngik-ngok.19 Sedang menurut Sudarno dikatakan bahwa perulangan atau reduplikasi ada tiga macam, yaitu perulangan sama, perulangan berubah, dan perulangan
18 19
Ibid…, h. 138. Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), h. 182.
18
sebagian. Contoh perulangan sama ialah rumah-rumah, perulangan berubah gerak-gerik, dan perulangan sebagian misalnya dedaunan.20 Prinsip umum yang berlaku pada reduplikasi adalah harus ada bentuk yang diulang. Itu sebabnya bentuk, misalnya kupu-kupu, kura-kura, tidak dimasukkan ke dalam reduplikasi, oleh karena tidak ada bentuk yang diulang. Dalam BI tidak ada bentuk *kupu, dan tidak ada bentuk *kura.
1.
Pengertian Secara leksikografis, kata berulang atau reduplikasi ‖adalah proses dan
hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal, misalnya rumah-rumah, tetamu‖. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dirumuskan, ‖reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, misalnya rumah-rumah, tetamu, bolak-balik‖. Dengan kata lain, reduplikasi adalah kata yang mengalami perulangan, baik perulangan penuh, perulangan sebagian, atau perulangan karena perubahan bunyi. Kata berulang bangunan-bangunan meskipun bukan bentuk bangun yang diulang, tetapi tampak bahwa bentuk bangun yang menjadi tumpuan untuk menghasilkan kata bangunan. Kata berulang atau reduplikasi sebaiknya dibedakan dengan ulangan kata. Jika diperhatikan potongan lagu yang berbunyi: jangan, jangan, jangan, jangan dipegang terlihat bentuk jangan diulang beberapa kali. Ulangan kata seperti ini tidak digolongkan ke dalam kata berulang, melainkan ulangan kata. Memang benar, ada yang diulang, tetapi ulangan kata itu tidak menimbulkan kemungkinan lain pada bentuk kata tersebut. Hal ini berbeda dengan bentuk rumah yang menjadi kata berulang perumahan-perumahan, rumah-rumah. Dalam kaitannya dengan definisi kata berulang atau reduplikasi, Ramlan mengatakan, ‖reduplikasi atau proses perulangan ialah perulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak‖.21
20 21
Sudarno, Morfofonemik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990), h. 117. Mansoer Pateda, Morfologi (Gorontalo: Viladan, 2005), h. 101.
19
2.
Menentukan bentuk Dasar Jika kita berhadapan dengan sebuah bentuk berulang, sering sulit
menentukan bentuk dasarnya. Telah dikemukakan bahwa prinsip bentuk berulang, yakni harus ada bentuk yang diulang. Untuk memudahkan bentuk berulang, digunakan prinsip. Ramlan mengemukakan dua prinsip. Pertama, perulangan tidak mengubah kelas kata. Contohnya, bentuk berulang berkata-kata. Kata berkata-kata termasuk verba. Dengan demikian bentuk dasarnya harus verba pula, yakni berkata. Contoh lain, sungai-sungai. Kata sungai-sungai termasuk nomina. Dengan demikian bentuk dasarnya harus nomina dalam hal ini sungai. Prinsip kedua, yakni bentuk dasarnya mestilah bentuk yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Dalam hubungannya dengan cara menentukan bentuk dasar bentuk berulang. Kita mencari bentuk satu tingkat yang lebih dari bentuk yang dihadapi. Misalnya, bentuk berulang tersenyum-senyum. Dan tingkatan lebih kecil dari bentuk ini, ialah tersenyum. Bentuk tersenyum sendiri memenuhi prinsip pertama yang dikemukakan oleh Ramlan, yakni tersenyum merupakan verba.22 Timbul pertanyaan, bagaimanakah menentukan bentuk dasar pada bentuk berulang yang berubah bunyi. Misalnya, bagaimanakah menentukan bentuk dasar kata berulang beras-petas, bolak-balik, gerak-gerik, lauk pauk, ramah-tamah, sayur-mayur, serba-serbi. Untuk menentukan bentuk dasar bentuk berulang seperti ini, digunakan prinsip bentuk dasar yang ada dalam ujaran sehari-hari. Jadi, bentuk berulang yang disebutkan di atas, bentuk dasarnya berturut-turut {beras,balik, gerak, lauk, ramah, sayur, serba}. Dalam BI tidak dikenal dalam ujaran sehari-hari bentuk *petas, *bolak, *gerik, *pauk, *tamah, *mayur, *serbi. Dalam bentuknya terdapat kalimat seperti ini. 1. Beras banyak dijual di pasar. 2. Si Ram segera balik ke Jakarta. 3. Kita harus mewaspadai gerakan di bawah tanah. 4. Tambah lauk, Pak! 5. Si Non ramah sekali sehingga disayangi orang. 6. Belilah sayur yang masih segar.23
22 23
Ibid…, h. 102. Ibid…, h. 103.
20
3.
Pembagian Bentuk Berulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya: Anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra.24 Melihat bentuknya, bentuk berulang dapat dibagi atas: (1) bentuk berulang atau reduplikasi penuh, maksudnya seluruh bentuk yang diulang, misalnya bukubuku, diam-diam; (2) bentuk berulang sebagian, misalnya berlari-lari, sebagian dari bentuk {berlari} yang diulang, dan (3) bentuk ulang karena modifikasi atau bentuk berulang dengan variasi fonem, misalnya beras-petas, bolak-balik, gerakgerik.25 Harimurti membagi bentuk berulang atau reduplikasi atas: (1) Reduplikasi antisipatoris ‗anticipatory reduplication’, yakni reduplikasi yang terjadi karena bahasawan mengantisipasi bentuk yang akan diulangnya; prosesnya di depan sehingga dalam BI terdapat kata tembak-menembak; (2) Bentuk berulang fonologis atau reduplikasi fonologis ‗phonological reduplication‘, yakni pengulangan unsur-unsur fonologis seperti fonem, suku kata atau bagian. Pada buku lain, Harimurti mengatakan, ―di dalam reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena perubahannya hanya bersifat fonologis, artinya bukan itu tidak ada pengulangan leksem, misalnya dada, pipi, kuku; (3) Bentuk berulang gramatikal atau reduplikasi gramatikal ‗grammatical reduplication‘, yakni pengulangan fungsional dari suatu bentuk dasar, dan ini mencakup reduplikasi morfologis atau reduplikasi sintaksis; (4) Bentuk berulang idiom atau reduplikasi idiomatis ‗idiomatic reduplication’, yakni reduplikasi yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari bentuk yang diulang, misalnya mata-mata yang bermakna ‗detektif‘, tidak ada hubungannya dengan mata; (5) Bentuk berulang konsekutif
24 25
Tim Lima Adi Sekawan, EYD Plus (Jakarta: Limas, 2007), h. 18. Mansoer Pateda, Morfologi, (Gorontalo: Viladan, 2005), h. 103.
21
atau reduplikasi konsekutif ‗consecutive reduplication‘, yakni reduplikasi yang terjadi karena bahasawan mengungkapkan lagi bentuk yang sudah diungkapkan proses terjadi di belakang, misalnya menembak-nembak; (6) Bentuk berulang morfologis atau reduplikasi morfologis ‗morphological reduplication‘ yakni bentuk berulang atau reduplikasi berupa pengulangan morfem yang menghasilkan kata, misalnya rumah-rumah, mengobar-ngobarkan; (7) Bentuk berulang idiomatis atau reduplikasi non-idiomatis ‗non-idiomatic reduplication‘, yakni bentuk berulang atau reduplikasi yang maknanya jelas dari bagian yang diulang maupun dari prosesnya, misalnya kertas-kertas yang bermakna banyak kertas; (8) Bentuk berulang sintaksis atau reduplikasi sintaksis ‗syntactic reduplication’ yakni bentuk berulang atau reduplikasi berupa pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, misalnya jauh-jauh mendatanginya yang bermakna meskipun jauh didatanginya.26 Selain pembagian seperti ini, dalam buku lain Harimurti menambahkan bentuk berulang atau reduplikasi berikut ini. 1. Dwipurwa, yakni pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal, misalnya lelaki, tetamu, tetangga, sesama. 2. Dwilingga, yakni pengulangan leksem, misalnya makan-makan, pagi-pagi, rumah-rumah. 3. Dwilingga salin swara, yakni pengulangan leksem dengan variasi fonem, misalnya bolak-balik, corat-coret, mondar-mandir. 4. Dwiwasana, yakni pengulangan bagian belakang leksem, misalnya perlahan-lahan, pertama-tama, sekali-kali. 5. Trilingga, yakni pengulangan onomatope tiga kali dengan variasai fonem, misalnya Hatiku dag-dig-dug menunggu hasil pengumuman ujian, atau bentuk berulang-ulang ngak-ngek-ngok yang ada dalam kalimat Musik ngak-ngek-ngok semacam itu dilarang Bung Karno. Bentuk berulang atau reduplikasi dapat juga dilihat dari kelas kata yang merupakan bentuk dasarnya. Berdasarkan kenyataan dalam BI, rupanya hanya kelas kata adverbia, adjektiva, nomina, numeralia, persona, dan verba yang
26
Ibid…, h. 103.
22
mengalami perulangan. Bentuk berulang itu atau reduplikasi itu, boleh saja bentuk berulang penuh, bentuk perulangan sebagian, atau bentuk berulang variasi fonem. Bentuk berulang atau reduplikasi adverbia, misalnya pagi-pagi, bentuk berulang atau reduplikasi adjektive misalnya tinggi-tinggi, bentuk berulang atau reduplikasi nomina, misalnya buku-buku, bentuk berulang atau reduplikasi numeraslis, misalnya tiga-tiga, bentuk berulang atau reduplikasi persona, misalnya saya-saya juga yang dimarahi, bentuk berulang atau reduplikasi verba, misalnya berlari-lari.27
4.
Makna bentuk Berulang Makna bentuk reduplikasi atau bentuk berulang bergantung pada hasil
proses pembentukannya, dan bergantung pada kelas kata yang menjadi bentuk dasarnya. Misalnya, bentuk berulang atau reduplikasi buku-buku yang bentuk dasarnya buku, yang dalam hal ini nomina, maka makna yang ditimbulkannya adalah banyak buku. Bentuk berulang pagi-pagi yang bentuk dasarnya pagi, yang berarti adverbia itu sendiri. Dalam hal ini Harimurti (1989:90) berkata, ―… dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Dari sudut pandang yang lain, dalam hal ini dilihat dari sudut semantis, dapat dibedakan reduplikasi morfemis yang bersifat semantis, dan reduplikasi morfemis yang bersifat nonidiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah.28 Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Lalu, meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis dan masalah semantik. Sebelum membicarakan reduplikasi sebagai mekanisme dalam morfologi ada baiknya dibicarakan dulu reduplikasi
27 28
Ibid…, h. 104. Ibid…, h. 105.
23
sebagai masalah fonologi, sintaksis dan semantik ini. Dan untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu-persatu.29
a. Reduplikasi Fonologis Reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang bukan akar terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti: (1) Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut ‗bukan‘ berasal dari ku, da, pi, cin, dan si. Jadi. Bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama. (2) Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, ‗bentuk‘ dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri. Dalam bahasa Indonesia kini tidak ada akar foya, tubi, semai, anai, dan ani. (3) Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil
reduplikasinya
tidak
menghasilkan
makna
gramatikal.
Hasil
reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal. (4) Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-langgung, kocar-kacir, dan tekateki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentukbentuk ini disebut kata ulang semu.30
29 30
Abdul Chaer, Morfologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 178. Ibid…, h. 179.
24
b. Reduplikasi sintaksis Sebelum membahas reduplikasi sintaksis ada baiknya kita bahas paradigm ilmu sintaksis itu sendiri. Ilmu sintaksis harus berpegang bahwa kalimat dan tuturtutur yang ditangkap oleh pancaindera merupakan struktur luar. Struktur-luar merupakan hasil transformasi dari struktur-dalam (SD). Dalam struktur-dalam akan terdapat hubungan semantik kasus, hubungan sistemik, dan perbedaan atas topik pembicaraan dan komen atas topik. Semua kaidah dalam struktur-dalam akan mengalami proses transformasi ke struktur-luar. Struktur-luar akan dianalisis dengan teknik tagmemik, teknik ICs, dan penentuan pengutamaan subjek predikat objek secara fungsional. Inilah yang kami sebut paradigm ilmu sintaksis. Karena paradigm ini dibangun di atas teori-teori sintaksis yang berpegenggal (sebelumnya), paradigma ilmu sintaksis ini disebut satu pendekatan elektik. Pendekatan ini memberikan satu standar kerja kepada para ilmuwan sintaksis.31 Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi dari sebuah kata. Kridalaksana menyebutnya menghasilkan sebuah sebuah ‗ulangan kata‘, bukan ‗kata ulang‘. Contoh: -
Suaminya benar-benar jantan.
-
Jangan-jangan kau dekati pemuda itu.
-
Jauh-jauh sekali negeri yang akan kita datangi.
-
Panas-panas memang rasanya hatiku.
-
Kata beliau, ―tenang-tenang, jangan panik‖. Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar
sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut: -
Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
-
Panas memang panas rasa hatiku..
-
Benar suaminya benar jantan.
31
Jos Daniel Parera, SINTAKSIS, (Jakarta: Gramedia 1993) h. 168.
25
Reduplikasi
sintaksis
ini
memiliki
makna
‗menegaskan‘
atau
‗menguatkan‘. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina persona) seperti: -
Yang tidak datang ternyata dia-dia juga.
-
Mereka-mereka memang sengaja tidak diundang.
-
Kita-kita memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau. Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang
menyatakan waktu. Contoh: -
Besok-besok kamu boleh ke sini.
-
Dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau akan datang.
-
Hari-hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk.32
Contoh Lain: 1) Perulangan seluruh morfem dasar Contoh: Main
main-main
Cepat
cepat-cepat
Diam
diam-diam
Coba
coba-coba
Buku
buku-buku33
c. Reduplikasi Semantis Sebelum membahas reduplikasi semantis ada baiknya kita pahami dulu pengertian semantik itu sendiri. Dalam buku ―Semantik Leksikal‖ yang ditulis oleh Mansoer Pateda, ada pendapat yang berbunyi: semantik adalah studi tentang makna‖ dikemukakan pula oleh Kambartel. Menurutnya, semantik mengonsumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman manusia. Definisi yang sama dikemukakan pula George, sedangkan Verhaar mengatakan semantik berarti teori makna atau teori (Inggris, semantics, kata sifatnya semantic yang dalam BI dipadankan dengan kata semantik sebagai nomina dan semantis sebagai ajektiva). Batasan yang hampir sama ditemukan pula di dalam Ensiklopedia 32 33
h. 55.
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta 2008) h. 189. T.Heru Kasida Brataatmaja, Morfologi Bahasa Indonesia (Yogyakarta: Kanisius 1987),
26
Britanika yang terjemahannya “Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara.34 Reduplikasi semantis adalah pengulangan ―makna‖ yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu-pengetahuan, alim-ulama dan cendicendikia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cendi dan kata cendikia. Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk seperti segar-bugar, muda-belia, tua-renta, gelap-gulita dan kerik-mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini di dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin suara). Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia dan kerik mersik tidak tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari unsur kedua atau sebaliknya.35
d. Reduplikasi Morfologis Sebelum membahas reduplikasi morfologis ada baiknya kita membahas pengertian morfologi dan proses morfologis terlebih dahulu. Pengertian morfologi telah banyak dibicarakan oleh para linguis. Berikut akan dikemukakan beberapa diantaranya. Menurut Crystal, morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya adalah melalui penggunaan morfem. Morfologi umumnya dibagi ke dalam dua bidang yakni: telaah infleksi (inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or dervational morphology). Apabila penekanan pada teknik menganalisis kata menjadi morfem, khususnya seperti dipraktikkan oleh para linguis strukturalis Amerika pada tahun 1940 dan 1950, maka morfemik dipakai. Analisis morfemik dalam pengertian ini adalah bagian adalah bagian dari telaah linguistik singkronis; analisis morfologis adalah istilah yang lebih umum, yang juga diterapkan dalam telaah historis. 34 35
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta 2001), h. 7. Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta 2008), h. 180.
27
Analisis morfologis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Satu pendekatan adalah membuat telaah distribusional morfem dan morfemis yang muncul dalam kata (analisis susunan morfotaktis), seperti dalam model pemirian item and arrangement, yaitu suatu model pemerian yang mengandung kata sebagai gugus linear (arrangement) morf-morf (items), misalnya The boy kicked the ball. Pendekatan lain menetapkan atau membangun proses-proses atau operasi-operasi morfologis, yang melihat hubungan-hubungan antara bentuk-bentuk kata sebagai satu hubungan pergantian, seperti dalam model item and process, yaitu suatu model pemerian yang memandang hubungan antara kata-kata sebagai proses derivasi, misalnya item took diturunkan dari item take melalui proses perubahan vokal. Dalam linguistik generatif, morfologi dan sintaksis dilihat sebagi dua tingkat yang terpisah; kaidah-kaidah dari tata bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti halnya terhadap frasa dan kalimat dan konsep-konsep morfologis hanya muncul sebagai titik di mana output komponen sintaksis harus diberikan reprsentasi fonologis melalui kaidah-kaidah morfofonologis.36 Menurut Bauer,
morfologi membahas struktur internal bentuk kata.
Dalam morfologi, analisis membagi bentuk kata ke dalam formatif komponennya (yang kebanyakan merupakan morf yang berwujud akar kata atau afiks), dan berusaha menjelaskan setiap formatif. Morfologi dapat dibagi ke dalam dua cabang utama, yaitu morfologi infleksional dan pembentukan kata yang disebut morfologi leksikal. Morfologi infleksional membahas berbagai bentuk leksem, sedang pembentukan kata membahas leksem-leksem baru dari baris tertentu. Pembentukan kata dapat dibagi ke dalam derivasi dan pemajemukan (komposisi). Derivasi berurusan dengan pembentukan leksem baru melalui afiksasi, sedang pemajemukan berurusan dengan pembentukan leksem baru dari dua atau lebih stem potensial.37 Derivasi kadang-kadang juga dibagi ke dalam derivasi mempertahankan kelas (class-maintaining derivation) dan derivasi perubahan kelas (class-changing derivation). Derivasi mempertahankan kelas adalah leksem baru yang sama kelasnya dengan basis asal leksem itu dibentuk, sedang derivasi 36 37
Abdul Muis Ba‘dulu & Herman, Morfosintaksis (Jakarta: Rineka Cipta 2005), h. 1. Ibid…, h. 2.
28
perubahan kelas menghasilkan leksem yang berbeda kelasnya dengan basisnya. Pemajemukan biasanya dibagi menurut kelas dari kata majemuk yang dihasilkan ke dalam nomina majemuk, adjektiva majemuk, dan sebagainya. Pemajemukan juga dapat dibagi lebih lanjut menurut kriteria semantik ke dalam kata majemuk eksosentris, kata majemuk endosentris, kata majemuk aposisional, dan kata majemuk dvanva. Berikut dikemukakan rangkuman dari morfologi dalam bentuk diagram.38
Morfologi
Infleksional
Pembentukan kata
Derivasi
Deivasi MemperTahankan kelas
Pemajemukan
Derivasi Perubahan Kelas
Nomina Majemuk
Verba Majemuk
Adjktiva Majemuk
Gambar 2 Diagram Rangkuman Morfologi Menurut Rusmadji, morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya, dan prosesnya. Menurut O‘Grady dan Dobrovolsky, dalam buku Morfosintaksis yang ditulis oleh Abdul Muis Ba‘dulu, morfologi adalah komponen tata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur intenal kata, khususnya kata kompleks. Selanjutnya, mereka membedakan antara teori 38
Ibid…, h. 3.
29
morfologi umum yang berlaku semua bahasa dengan morfologi khusus yang hanya berlaku bahasa tertentu. Teori morfologi umum berurusan dengan pembahasan secara tepat mengenai jenis-jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa alamiah. Di pihak lain, morfologi khusus merupakan seperangkat kaidah yang mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidahkaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua, kaidah-kaidah ini mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam bahasanya.39 Jadi, proses morfologis ialah
proses penggabungan morfem-morfem
menjadi kata. Keterangan ini perlu diberikan, supaya ada ketegasan sampai di mana boleh digolong-golongkan. Dengan begitu bentuk terkecil ialah morfem, sedangkan terbesar ialah kata.40 Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang serupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan sebagian.
1.
Pengulangan Akar Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan,
yaitu pengulangan utuh, pengulangan sebagian, dan pengulangan dengan perubahan bunyi. a. Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), kuning-kuning (bentuk dasar kuning) makan-makan (bentuk dasar makan), kalau-kalau (bentuk dasar kalau) dan sunguh-sungguh (bentuk dasar sungguh). b. Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan ―pelemahan‖ bunyi. Misalnya, leluhur (bentuk dasar luhur), tetangga (bentuk
39 40
Ibid…, h. 4. Samsuri, Analisis Bahasa, (Malang: Erlangga 1994), h. 190.
30
dasar tangga), jejari (bentuk dasar jari), lelaki (bentuk dasar laki) dan peparu (bentuk dasar paru).41 Perlu dicatat bentuk dasar dalam perulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya. Bandingkan: - Leluhur
luhur-luhur
- Tetangga
tangga-tangga
- Jejari
jari-jari
- Lelaki
laki-laki
- Peparu
paru-paru
c. Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Contoh kelompok (a) yang berubah unsur pertamanya dan contoh kelompok (b) yang berubah unsur keduanya. (a) Bolak-balik Larak-lirik Langak-longok Kelap-kelip Corat-coret (b) Ramah-tamah Lauk-pauk Sayur-mayur Serba-serbi Tindak-tanduk Bentuk-bentuk seperti mondar-mandir, teka-teki dan luntang-lantung memang benar tampak seperti reduplikasi dengan perubahan bunyi. Namun, bentuk-bentuk ini termasuk reduplikasi fonologis karena tidak diketahui
41
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta 2008), h.181.
31
bentuk dasarnya dan tidak memiliki makna gramatikal, melainkan hanya makna leksikal.42 d. Pengulangan dengan infiks, maksudnya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangnya. Perhatikan contoh berikut: -
Turun-temurun
-
Tali-temali
-
Sinar-seminar
-
Gunung-gemunung
2.
Pengulangan Dasar Berafiks Dalam hal ini akan membahas ―pengulangan berafiks‖. Namun, di sini
perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi. Pertama, sebuah akar diberi afiks dulu, baru kemudian diulang atau direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentuk melihat-lihat. Kedua, sebuah akar direduplikasi dulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan. Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk bermingu-minggu. Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu persatu: (1) Akar berprefiks berAda dua macam pengulangan akar yang berprefiks ber-, yaitu: (a) Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks ber-, lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh: -
Berlari-lari (dari ber + lari).
-
Berteriak-teriak (dari ber + teriak).
-
Berjalan-jalan (dari ber + jalan).
-
Berputar-putar (dari ber + putar)
-
Berseru-seru (dari ber + seru). 42
Ibid…, h. 182.
32
Catatan: -
Bentuk reduplikasi ini dapat juga ditafsirkan sebagai hasil proses mula-mula akar diulang setelah itu baru diberi prefiks ber-, sebab bentuk-bentuk seperti lari-lari, teriak-teriak dan jalan-jalan juga berterima.
-
Bentuk seperti berpura-pura tidak termasuk kelompok ini sebab pura-pura adalah reduplikasi fonologi yang kemudian diberi prefiks ber-.43 (b) Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan prefiks ber-. Contoh:
-
Berhari-hari
-
Bermeter-meter
-
Berliter-liter
-
Berkarung-karung
-
Berton-ton Mengapa proses prefiksasi ber- dan proses reduplikasi dikatakan
dilakukan sekaligus? Karena bentuk bermeter dan meter-meter tidak berterima. Bentuk hari-hari, minggu-minggu dan bulan-bulan memang berterima, tetapi bentuk-bentuk ini merupakan bagian dari reduplikasi sintaksis. (2) Akar Berkonfiks ber-an Akar berkonfiks ber-an seperti pada kata berlarian dan berkejaran direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya: -
Berlari-larian (dari berlarian).
-
Berkejar-kejaran (dari berkejaran).
-
Berpeluk-pelukan (dari berpelukan).
-
Bertangis-tangisan (dari bertangisan).
-
Bersenggol-senggolan (dari bersenggolan).
(3) Akar Berprefiks meAkar berprefiks me- seperti pada kata menembak dan menari direduplikasikan hanya akanya saja, tetapi ada dua macam cara. Pertama,yang bersifat progresif artinya, pengulangan ke arah depan atau ke arah kanan; dan kedua yang bersifat regresif, artinya pengulangan ke arah belakang atau ke arah 43
Ibid…, h. 183.
33
kiri. Contoh berikut kelompok (a) adalah bersifat progresif dan kelompok (b) berikut adalah yang bersifat regresif:44 (a) Menembak-nembak (dasar menembak) Menari-nari (dasar menari) Mengulang-ngulang (dasar mengulang) Melihat-lihat (dasar melihat) Menendang-nendang (dasar menendang) (b) Tembak-menembak (dasar menembak) Pukul-memukul (dasar memukul) Tendang-menendang (dasar menendang) Tari-menari (dasar menari) Jilid-menjilid (dasar menjilid) Disamping itu adalah jumlah yang terbatas ada juga proses pemberian prefiks me- yang dilakukan sekaligus dengan proses reduplikasi. Misalnya: -
Mengada-ada
-
Mengagak-ngagak Bentuk mengada dan ada-ada, serta bentuk mengajak dan agak-agak tidak
berterima. (4) Akar Berklofiks me-kan Akar berklofiks me-kan seperti kata membedakan, membesarkan, dan melebihkan direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya: -
Membeda-bedakan (dari membedakan).
-
Membesarkan (dari membesarkan)
-
Melebih-lebihkan (dari melebihkan)
-
Menyama-nyamakan (dari menyamakan)
-
Membanding-bandingkan (dari membandingkan)
(5) Akar berklofiks me-i Akar berklofiks me-i seperti pada kata menulisi dan mengurangi direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya: -
Menulis-nulisi (dari menulisi) 44
Ibid…, h. 184.
34
-
Mengurang-ngurangi (dari mengurangi)
-
Melempar-lempari (dari melempari
-
Merintang-rintangi (dari merintangi)
-
Menembak-nembaki (dari menembaki)45
(6) Akar berprefiks peAkar berprefiks pe- seperti pada kata pemuda, pembina, dan pembaca direduplikasikan secara utuh. Misalnya: -
pemuda-pemuda
-
Pembina-pembina
-
Pembaca-pembaca
-
Pelari-pelari
-
Pelajar-pelajar Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan bentuk pengulangan pada kata
berprefiks pe- jarang dilakukan. Lebih sering untuk menyatakan jumlah ini pemberi adverbia para, seperti para pemuda (daripada pemuda-pemuda), para pembina (daripada pembina-pembina) dan para pelajar (daripada pelajarpelajar). Kiranya kontruksi dengan menggunakan adverbia para lebih baik daripada mengulang bentuk berprefiks pe- itu. (7) Akar Berkonfiks pe-an Akar berkonfiks pe-an seperti pada kata pembangunan dan penjelasan direduplikasikan secara utuh. Misalnya: -
Pembangunan-pembangunan
-
Penjelasan-penjelasan
-
Pembinaan-pembinaan
-
Pelatihan-pelatihan
-
Pendirian-pendirian Bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya lebih baik
menggunakan adverbia semua, seluruh dan sejumlah bila ingin menyatakan plural. Misalnya: -
Semua pembangunan 45
Ibid…, h. 185.
35
-
Sebagian penjelasan
-
Seluruh pembinanaan
-
Beberapa pelatihan
-
Sejumlah pemberian46
(8) Akar Berkonfiks per-an Akar berkonfiks per-an seperti pada kata peraturan, perindustrian dan perindustrian dan perdebatan bila direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya: -
Peraturan-peraturan
-
Perindustrian-perindustrian
-
Perdebatan-perdebatan
-
Pertokoan-pertokoan
-
Pergudangan-pergudangan Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya
penggunaan adverbia semua, seluruh, sebagaian, dan sebagainya lebih baik daripada penggunaan reduplikasinya. Misalnya: -
Semua peraturan
-
Beberapa perindustrian
-
Banyak perdebatan
-
Sejumlah pertokoan
-
Seluruh pergudangan
(9) Akar Bersufiks –an Akar bersufiks –an ada dua cara pereduplikasiannya. Pertama, dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks –an itu ; dan kedua mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok (b) adalah contoh cara kedua.47
46 47
Ibid…, h. 186. Ibid…, h. 187.
36
(a) Bangunan-bangunan Aturan-aturan Latihan-latihan Tulisan-tulisan Lampiran-lampiran (b) Obat-obatan Biji-bijian Batu-batuan Mobil-mobilan Kucing-kucingan Di samping dua cara di atas masih ada satu cara lagi yang kurang produktif, yakni dengan mengulang sebagian (hanya suku pertama dari akar). Contoh: -
Bebatuan
-
Tetumbuhan
-
Pepohonan
-
Rerumputan
-
Reruntuhan
(10) Akar Berprefiks seAkar berprefiks se- ada dua macam cara reduplikasinya. Pertama, diulang secara utuh; dan kedua hanya mengulang bentuk akarnya. Kelompok (a) berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok (b) adalah contoh cara kedua. (a)
Sedikit-sedikit Seorang-seorang Sekali-sekali Sekepal-sekepal Seekor-seekor
(b)
Sekali-kali Sebaik-baik Sepandai-pandai Sejauh-jauh
37
Sebodoh-bodoh48 (11) Akar Berprefiks terAkar berprefiks ter- seperti pada kata terbawa, tersenyum, dan tertawa direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya: -
Terbawa-bawa
-
Tersenyum-senyum
-
Tersendat-sendat
-
Tersedu-sedu
(12) Akar berkonfiks se-nya Akar berkonfiks se-nya seperti pada kata secepatnya, sebaiknya, dan sedapatnya direduplikasikan hanya akarnya saja. Contoh: -
Secepat-cepatnya
-
Sebaik-baiknya
-
Sedapat-dapatnya
-
Setinggi-tingginya
-
Sebanyak-banyaknya
(13) Akar berkonfiks ke-an Akar berkonfiks ke-an seperti pada keraguan, kemurahan dan kebiruan direduplikasikan hanya akarnya saja; sedangkan konfiks ke-an melingkupi bentuk perulangan itu. Misalnya: -
Keragu-raguan
-
Kemerah-merahan
-
Kebiru-biruan
-
Keputih-putihan
-
Kekuning-kuningan
(14) Akar Berinfiks (-em-, -el-, -er-, -m-) Akar berinfiks direduplikasikan sekaligus dalam pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Proses ini tampaknya tidak produktif. Contoh yang ada: -
Tali-temali
-
Sinar-seminar 48
Ibid…, h. 188.
38
-
Getar-geletar
-
Sambung-sinambung
-
Patuk-pelatuk49
C. Tugas Individu Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi itu tidak mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua individu memahami potensi yang dimilikinya, apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya50. Selama perkembangannya, kehidupan individu-individu itu tidak statis, melainkan dinamis, dan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka harus sesuai dengan sifat-sifat khasnya yang sesuai dengan masa perkembangannya itu.51 Tugas individu atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan Pengertian pembelajaran berlangsung bilamana terjadi suatu proses interaksi antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu perubahan tingkah laku. Jadi suatu pengulangan terhadap apa yang terjadi belum dapat dikatakan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, peru dipahami dalam situasi yang bagaimanakah cara pelaksanaannya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan metode pemberian tugas individu, sebagai berikut: Pertama; harus disadari bahwa pengertian belajar bukan berarti pengulangan yang persis sama dengan apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya, akan tetapi terjadinya suatu proses belajar dengan latihan siap adalah
49
Ibid…, h. 189. Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta 2007), h. 60. 51 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia 2004), h. 78. 50
39
adanya situasi yang berbeda serta pengaruhnya latihan pertama, maka latihan kedua, ketiga dan seterusnya akan laiin lagi sifatnya. Kedua; situasi belajar itulah yang mula-mula harus diulangi
untuk
memperoleh respon dari siswa. Bilamana siswa dihadapkan dengan berbagai situasi belajar, maka dalam diri siswa akan timbul alasan untuk memberi respons, sehingga menyebabkan dia melatih keterampilannya. Bagaimana situasi tersebut dapat diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut adanya perubahan respons, maka keterampilan siswa akan lebih disempurnakan. Suatu drill atau pelatihan pemberian tugas individu harus dimulai dari hal-hal yang mendasar agar siswa betul-betul mengerti apa yang telah dan akan dilakukannya agar diperoleh keterampilan yang diinginkan. Pengertian yang dibutuhkan untuk keberhasilan suatu tugas individu adalah: 1. Pengertian terhadap sifat latihan itu sendiri, dan 2. Pengertian terhadap nilai dan hubungan latihan itu dengan keseluruhan rangka pengajaran. Latihan tugas individu cocok digunakan bilamana memperoleh: a. Kecakapan motorik, seperti mengulas, menghapal, membuat alat-alat, menggunakan alat/mesin, permainan dan atletik; b. Kecakapan mental, seperti melakukan perkalian, menjumlah, mengenal tandatanda/simbol dan sebagainya. c. Asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya. d. Dalam mengajarkan kecakapan dengan metode latihan siap guru mengetahui sifat kecakapan itu sendiri, seperti; e. kecakapan sebagai penbyempurnaan dari pada suatu arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata, f. kecakapan tersebut dikatakan tidak benar, bila hanya menentukan suatu hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai dengan situasi dan kondisi.
40
Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode latihan individu ini, ada dua fase; Pertama, fase integratif, di mana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan. Kedua, fase penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini diperlukan ketelitian dapat dikembangkan menurut praktek yang berulang kali. Jadi pariasi praktek di sini ditujukan untuk mendalami arti bukan ketangkasan. Sedangkan praktek yang sering ditujukan untuk mempertinggi efisiensi, bukan untuk mendalami arti. 1.
Keungggulan metode penugasan individu ini antara lain: siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya; dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari; guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran. Kelemahan metode latihan individu ini antara lain: dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu disorot dan tidak diberikan keleluasaan. Siswa menyelesaikan tugas secara status sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinyaseolah-olah siswa melakukan sesuatu secara mekanis, dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomatis. Dapat menimbulkan Verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal dimana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenalan dengan hafalan terswbut tanpa suatu proses berpikir secara logis.52
2.
3.
1.
2.
3.
4.
Prinsip-prinsip yang diperhatikan dalam menggunakan metode penugasan individu, antara lain:
52
Ibid…, h. 58.
41
a. Penugasan Individu hanyalah untuk bahan atau perbuatan yang bersifat otomatis. b. Latihan harus memiliki makna dalam rangka yang lebih luas, yakni: 1) Sebelum melaksanakan latihan, siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan tersebur; 2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna bagi kehidupan mereka kelak; 3) Siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar; Latihan-latihan tersebut perrama-tama harus ditekankan pada diagnosa. 1) Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna; 2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul respon yang benar akhirnya harus dikenal siswa dan siswa memerlukan fariasi latihan, perkembangan arti dan kontrol. 3) Pertama-tama harus bersifat ketetapan, yang kemudian kecepatan, dan akhirnya kedua-duanya harus dimiliki siswa; 4) Masa latihan harus relatif singkat, dan sering dilakukan latihan-latihan lanjutan; 5) Kondisi latihan harus menarik minat anak dan dalam suasana yang menyenangkan; 6) Proses yang bersifat fundamental harus didahulukan dari latihan yang sifatnya sekunder.53 7) Proses latihan juga harus memperhatikan perbedaan kemampuan individual. a. Tingkat kecakapan yang diterima pada satu saat tidak usah sama. b. Latihan-latihan secara perseorangan perlu untuk menambah latihan kelompok.54
53 54
Ibid…, h. 59. Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Jakarta:Jemmars 2002), h. 81.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciputat Kelas VIII.2, yang berlokasi di Jl. Cendrawasih KM. 4 Jurang Mangu Ciputat-Tangerang Selatan 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 mulai Februari sampai dengan Maret 2011.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suryanto ―PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional‖55. Metode penelitian ini mengikuti pola sikus yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih lengkapnya mengenai prosedur tentang penelitian ini, maka akan diuraikan sebagai berikut. 1. Pra-Penelitian a.
Menentukan sekolah yang akan dijadikan obyek penelitian
b.
Identifikasi masalah yang ada di sekolah melalui wawancara tertulis dengan guru bidang studi bahasa Indonesia.
2. Penelitian; PTK: a. Perencanaan tindakan dengan membuat kelengkapan pembelajaran dan instrumen penelitian.
55
Masnur Muslich, Melaksanakan PTK Itu Mudah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 9.
42
43
b. Pelaksanaan tindakan dengan melaksanakan KBM sesuai dengan langkahlangkah RPP dengan metode pemberian tugas individu. c. Pengamatan/Observasi 1. Observer mencatat aktivitas guru dan siswa pada format observasi. 2. Memberikan tes hasil belajar d. Tahap Refleksi dan Evaluasi 1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh 2. Menarik kesimpulan: jika hasil tahapan refleksi (kesimpulan) belum bisa dikatakan mengatasi masalah-masalah yang ada, maka PTK ini dilanjutkan ke siklus selanjutnya berdasarkan perbaikan atas kekurangan pada siklus sebelumnya (perencanaan II, tindakan II, pengamatan II dan refleksi II, dst.) 3. Penyusunan skripsi
C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu siswa kelas VIII.2 dan guru.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Pada penelitian ini, posisi peneliti yaitu sebagai pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan pelaksana tindakan. E. Intrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, yaitu: 1.
Lembar Observasi Proses Pembelajaran dan Catatan Lapangan Lembar observasi diperlukan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini berisi tentang kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa ataupun oleh guru selama proses pembelajaran. Catatan lapangan digunakan dalam rangka melengkapi kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi.
2.
Tes Kemampuan Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Narasi Untuk mengetahui penguasaan reduplikasi dan pemahaman siswa dalam karangan narasi maka instrumen yang digunakan adalah tes pilihan
44
ganda, serta tes esai yaitu membuat suatu karangan narasi dan memiliki kemampuan dalam penggunaan reduplikasi yang ada di dalam karangan yang mereka (siswa) buat. Dalam kaitannya dengan penelitian ini , teknik yang digunakan adalah teknik tes subjektif. Sehubungan dengan ini Nurkancana dan suhartana menyatakan bahwa tes merupakan suatu cara yang berbentuk tugas atau serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh siswa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini siswa sebagai subjek yang dites, dan data yang dikumpulkan berupa hasil tes kemampuan menulis karangan siswa. Tes menulis bentuk esai ini mempunyai kelebihan, antara lain bahwa siswa diminta untuk menyusun sendiri karangan dengan menggunakan katakata sendiri. Bentuk esai ini dapat mengukur kemampuan siswa dalam menemukan ide, menyusun ide ke dalam kalimat, menghubungkan kalimat, serta mempertimbangkan bahan karangannya secara lebih efektif dan tes esai akan mendorong siswa untuk meningkatkan karangannya agar lebih baik.56
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui: 1. Observasi Observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori.57 Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan memproleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. 2. Dokumentasi Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang tersedia di sekolah berkaitan dengan dokumentasi siswa, seperti RPP, catatan lapangan, absensi kelas, gambar-gambar foto, dan nilai hasil belajar.
56
Ibid…, h. 146. Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 104. 57
45
3. Tes/Penugasan Dalam teknik ini peneliti memberikan tes/penugasan secara individu agar terdapat peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi, hingga diperoleh data mengenai perlu tidaknya perbaikan dilakukan dalam setiap tindakan.
G. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian ini mengikuti pola penelitian Tindakan Kelas. Adapun pola tahapan penelitian ini sebagai berikut. 1. Perencanaan (Plan) Dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan: a. Menyusun rencana pembelajaran. b. Menetapkan kelas yang akan dijadikan kelas observasi. 2. Pelaksanaan Tindakan (Action) Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: a. Guru dan observer masuk ke kelas. b. Menarik perhatian siswa. c. Mengabsen. d. Menjelaskan tentang topik yang akan dibahas mengenai pengertian karangan narasi dan macam-macam jenis reduplikasi. e. Melaksanakan
pembelajaran
yang
membuat
siswa
aktif
dengan
memberikan latihan tugas individu berupa pembuatan karangan narasi dan penggunaan reduplikasi dalam karangan yang dibuat. f. Memberikan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah disampaikan. g. Mengamati perkembangan siswa. h. Memberikan penguatan dengan memberikan penjelasan tentang materi yang diberikan. i. Melakukan tes kepada siswa. j. Memberikan penilaian terhadap siswa.
46
3. Observasi Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan berkaitan dengan tugas individu pada masing-masing siswa/i. Adapun aspek yang diamati tersebut adalah: a. Mendengarkan penjelasan guru. b. Datang tepat waktu. c. Mencatat materi yang penting. d. Membawa buku paket. e. Membawa buku catatan. f. Mengikuti jalannya KBM. g. Mengajukan pertanyaan pada saat penjelasan materi. h. Aktif dan menjawab pertanyaan dari guru. i. Aktif mengerjakan tugas ‖individu‖ yang diberikan oleh guru.
4. Refleksi (reflecting) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.58 Dalam tahap ini akan diuraikan data-data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan. Apakah tujuan yang hendak dicapai sudah tercapai atau belum? Dan kemudian diuraikan faktor-faktor penghambat atau pendukung dalam pelaksanaan tindakan.
58
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 268.
47
H. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah; 1. Tes Hasil Belajar Teknik yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus, yaitu membandingkan rerata kemampuan penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi siswa pada kondisi sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.
2. Teknik Skoring Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada hasil penelitian. Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan kemampuan penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.
Total Skor = Jumlah skor yang diperoleh siswa Jumlah siswa
48
I. Teknik Keabsahan Data Teknik keabsahan data dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mengecek keabsahan data, yang mencakup sumber, metode, penyidik dan teori. Teknik keabsahan data ini merupakan pengolahan data hasil penelitian dengan tujuan agar kumpulan data itu bermakna. Analisis dilakukan mengacu pada hasil pengamatan dan observasi langsung yang diperoleh pada saat pelaksanaan tindakan dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.59
J. Teknik Pengambilan Kesimpulan Adapun teknik pengambilan kesimpulan yang digunakan yaitu; 1. Jika pelaksanaan siklus 1 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 7.00 maka perlu dilakukan siklus selanjutnya. (siklus 2, siklus 3, dst) 2. Jika nilai rata-rata siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 7.00 maka pelaksanaan siklus selanjutnya tidak perlu dilanjutkan.
59
Deni Andriana, ―Teknik Triangulasi”, diakses pada tanggal 07 Juli 2011, dari http://goyangkarawang.com/2010/ 02/triangulasi-dan-keabsahan-data-dalam-penelitian/
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciputat tepatnya di kelas VIII.2. SMP PGRI 2 Ciputat ini terletak di Jl. Cendrawasih KM. 4 Jurang Mangu, Kp. Sawah Ciputat. Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini secara khusus dilakukan terhadap siswa-siswi SMP PGRI 2 Ciputat kelas VIII.2 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa yang masing-masing terdiri dari 20 orang anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Namun, di antara 32 anak yang terdaftar sebagai siswa SMP PGRI 2 Ciputat kelas VIII.2 hanya terdapat 30 anak yang aktif masuk sekolah, dan 2 di antaranya selama peneliti melaksanakan observasi tidak pernah mengikuti kegiatan KBM. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII.2 mempunyai jadwal pada hari senin, kamis, dan jumat. Untuk jadwal hari senin dimulai pada jam keenam (10.40 11.20) terdiri dari 1 jam pelajaran dengan durasi setiap satu jam pelajaran mempunyai alokasi waktu 40 menit. Untuk hari rabu dimulai pada jam ketiga dan keempat (08.20 - 09.40) terdiri dari 2 jam pelajaran dengan durasi 80 menit, setiap jam pelajaran mempunyai alokasi waktu 40 menit. Jadwal KBM hari jumat dimulai pada jam kelima (10.00 - 10.40) terdiri dari 1 jam pelajaran dengan durasi setiap satu jam pelajaran mempunyai alokasi waktu 40 menit. Berdasarkan pengamatan oleh peneliti dapat dijelaskan bahwa siswa-siswi SMP PGRI 2 Ciputat khususnya di kelas VIII.2 belum memahami materi dari reduplikasi itu sendiri. Hanya sebagian kecil di antara mereka yang sudah mengenal materi karangan narasi. Hal ini disebabkan karena siswa-siswi SMP PGRI 2 Ciputat khususnya untuk kelas VIII.2 belum mendapatkan materi reduplikasi dan karangan narasi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi reduplikasi dan karangan narasi peneliti mengadakan observasi berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
49
50
cara memberikan pemahaman atau pengajaran materi tersebut dan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi reduplikasi dan karangan narasi peneliti memberikan tugas berupa tugas individu.
2. Temuan Peneilitian a. Siklus Pertama Sebelum melakukan tindakan pada kelas VIII.2
sebelumnya peneliti
melaksanakan observasi terlebih dahulu pada siswa yang akan diteliti berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang telah mereka alami sebelumnya. Berdasarkan pengamatan dan hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia masih berada pada tahap belajar pada umumnya, dalam hal ini berarti guru memposisikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar yang berlangsung di dalam kelas. Sehingga hal ini membentuk pemikiran secara umum dalam diri siswa bahwa dalam kegiatan belajar mengajar mereka hanya mendengarkan penyampaian guru, dan setelah itu mencatat dan kemudian mengingatnya untuk bisa menjawab pertanyaan guru jika nanti mereka ditanya oleh guru mereka. Dalam hal ini siswa tidak memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan terlebih lagi hingga sampai mereka bisa menggunakan pengalaman belajarnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas VIII.2, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia belum tercapai proses pembelajaran yang efektif dan bermakna. Pelaksanaan siklus kesatu dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Maret 2011 di ruangan kelas VIII.2. Berikut adalah tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus yang kesatu ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
51
1. Perencanaan Sebelum
dilakukan tindakan penelitian,
perencanaan dibuatlah
sebagai tahap awal dalam
suatu rancangan pembelajaran yang dapat dijelaskan
melalui kegiatan berikut: Pokok Bahasan
: Reduplikasi/Kata Ulang dalam Karangan Narasi
Pertama
: Pendahuluan, yang terdiri dari rangkaian kegiatan sebagai berikut: -
Menjelaskan kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
-
Mengabsen siswa
-
Melakukan pretest untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi.
-
Melakukan Tanya jawab ringan seputar materi yang akan dipelajari.
Kedua
: Kegiatan inti, dalam kegiatan inti ini terdiri dari tahapan berikut ini: -
Menjelaskan tentang pengertian reduplikasi dan berbagai macam bentuk reduplikasi.
-
Menjelaskan
tentang
pengertian
karangan
dan
karangan narasi. -
Mengadakan tanya jawab.
-
Siswa diberi tugas untuk mencatat materi yang penting.
-
Siswa
diberi
latihan
individu
untuk
membuat
karangan narasi yang di dalamnya terdapat unsur reduplikasi.
Ketiga
-
Membahas hasil tugas yang telah diselesaikan.
-
Mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar.
: Penutup, kegiatan yang dilakukan pada tahap penutupan adalah: -
Guru membuat kesimpulan seputar materi yang disampaikan.
52
-
2.
Guru dan siswa melakukan refleksi.
Tindakan Proses tindakan pada siklus kesatu ini adalah sebagai berikut: 1)
Pertama guru masuk kelas kemudian mengkondisikan kelas untuk tenang dan siap melakukan kegiatan belajar mengajar.
2)
Guru mengabsensi siswa.
3)
Guru kemudian memberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang akan dipelajari.
4)
Guru mempersilahkan siswa yang masih belum mengerti tentang materi yang sudah dijelaskan untuk bertanya.
5)
Siswa diberikan tugas untuk membuat beberapa kalimat yang mengandung unsur reduplikasi.
6)
Guru memberikan suatu judul karangan (Liburan) untuk dibuat menjadi sebuah karangan narasi melalui imajinasi atau pengalaman pribadi siswa.
7)
Guru bersama-sama dengan siswa kemudian membahasa tugas yang telah diselesaikan.
8)
Guru membuat kesimpulan tentang materi yang sudah dibahas bersamasama.
9)
Guru memberikan tugas individu berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.
3.
Pengamatan Hasil Selama kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama ini kegiatan belajar
siswa sudah mengarah kepada penciptaan pembelajaran yang efektif dan bermakna. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari mempersiapkan rencana pembelajaran sampai pada kegiatan belajar yang menuntut seluruh aktivitasnya dilakukan oleh semua siswa dan dari hasil post test yang diperoleh pada siklus pertama ini hasil belajar siswa hanya mencapai nilai rata-rata sebesar 6,05 untuk soal PG dan 6,03 untuk soal esai. Dan dari pengamatan ini pula terlihat dari 30 siswa yang mengikuti KBM yang ada di kelas
53
VIII.2, tidak semua mengikuti kegiatan belajar dengan baik hal ini mungkin terjadi disebabkan karena guru belum bisa menciptakan interaksi yang baik, pengaruh dari komunikasi yang kurang menarik perhatian siswa dalam kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1 Hasil Pengamatan Siklus 1 (Kegiatan yang Dilakukan oleh Guru) NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
KEGIATAN Persiapan bahan ajar. Media yang digunakan Model pembelajaran bervariasi. Menumbuhkan perhatian siswa. Membangkitkan motivasi siswa Datang tepat waktu. Pengalokasian waktu belajar tepat Menjelaskan langkah belajar tepat. Menyampaikan materi dengan jelas dan tepat. Menciptakan komunikasi yang menarik Melakukan evaluasi yang baik. Membuat kesimpulan.
Keterangan: Skala penilaian aspek yang dinilai: 10 – 59
: Kurang
60 – 79
: Cukup
80 – 100
: Baik
Baik
ADA Cukup √ √
TIDAK ADA Kurang
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
54
Tabel 2 Hasil Pengamatan KBM pada Siklus 1
No.
Kegiatan
Jumlah Siswa
1.
Membawa buku sumber
17 siswa dari 30
2.
Memperhatikan pelajaran.
14 siswa dari 30
3.
Membawa buku paket dan LKS.
13 siswa dari 30
4.
Datang tepat waktu.
18 siswa dari 30
5.
Aktif mengerjakan tugas.
16 siswa dari 30
6.
Bertanya kepada guru.
4 siswa dari 30
7.
Mengemukakan pendapat kalimat yang mengandung unsur reduplikasi
8.
Menjawab pertanyaan guru.
6 siswa dari 30 3 siswa dari 30
4. Penilaian dan Refleksi a. Penilaian Berdasarkan pengamatan yang diperoleh pada tabel 1 dan 2 dapat dijelaskan bahwa pada siklus kesatu ini tingkat pembelajaran individu belum terwujud seperti apa yang diharapkan, karena masih ada beberapa faktor yang masih kelihatan belum maksimal baik dari segi aktivitas guru maupun dari segi aktivitas siswa. Untuk lebih jelasya mengenai data hasil belajar siswa pada siklus 1 ini dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
55
Tabel 3 Hasil Tes pada Siklus 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Nama
L/P
AR AT AG AM
L L L L
AW ADW AS BA DIS EA EAS IS KO KP MP MR ML MA MJ MAB MIK NA NK RS SR SAI SY SP TU YA FN MRA Jumlah Skor Rata-rata
P L L P L P L P P L L L P P P L L L P P L P L L P L L L
Siklus 1 Tes PG Tes Esai 7,0 6,0 6,0 5,0 6,0 6,0 6,5 6,0 6,0 6,0 5,0 7,0 6,0 7,5 6,5 6,0 6,0 6,0 6,5 5,0 5,5 7,0 6,5 6,5 5,0 8,0 5,0 6,0 5,0 6,0 5,5 5,0 5,5 181,5 6,05
7,0 5,0 6,0 5,0 6,0 7,0 5,0 7,0 6,0 6,0 6,0 6,0 5,0 5,0 6,0 7,0 6,0 6,0 5,0 7,0 5,0 5,0 6,0 5,0 6,0 6,0 6,0 181 6,03
Untuk menghitung nilai rata-rata ketuntasan kriteria minimum (KKM) dapat dilakukan dengan cara:
56
Total Skor (Tes PG)
= Jumlah skor yang diperoleh siswa Jumlah siswa = 181,5 30 = 6.05
Total Skor (Tes Esai)
= Jumlah skor yang diperoleh siswa Jumlah siswa = 181 30 = 6,03
Total Skor (Keseluruhan)
= Jumlah skor rata-rata yang diperoleh siswa Jumlah tes (PG & Esai) = 6,05 + 6,03 2 = 12,08 2 = 6,04
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa pada siklus kesatu ini diperoleh nilai terendah untuk soal pilihan ganda (PG) sebesar 5,0 dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 8,0 dan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 6,05. Sedangkan untuk soal esai yaitu soal mengarang pada siklus kesatu ini diperoleh nilai terendah sebesar 5,0 dan nilai tertinggi sebesar 7,0 dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 6,03. Dari hasil yang telah dicapai pada siklus kesatu ini tingkat kualifikasi yang diperoleh dari nilai dan pengamatan aktivitas belajar ini, belumlah dianggap pembelajaran individu dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia pada materi reduplikasi dan karangan narasi meningkat.
57
Berdasarkan kendala-kendala yang ditemukan dan untuk menutupi kekurangan pada siklus pertama, disimpulkan bahwa data yang diperoleh pada nilai siklus I siswa masih ≤ dari nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan (70), yaitu nilai rata-rata keseluruhan 6,04. Selanjutnya peneliti perlu melakukan tindakan pada siklus selanjutnya agar hasil yang didapat lebih baik lagi.
b. Refleksi Setelah melalui rangkaian penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi diperoleh hasil penilaian siklus 1. Dapat dilihat pada tabel di atas masih banyak kekurangan dan kesalahan yang dilakukan siswa. Ratarata nilai yang diperoleh menjadi tolak ukur karena tidak mencapai nilai KKM yang ditetapkan. Dari jumlah keseluruhan siswa yang mengikuti KBM mencapai 30 orang, masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai rendah yaitu 5,0 untuk pilihan ganda (PG) dan 5,0 untuk tes esai. Hal ini tentu menjadi perhatian peneliti untuk melakukan evaluasi tindakan pada siklus 2. Kekurangan dan kesalahan yang terjadi pada siklus 1 disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya penggunaan waktu yang tidak efektif. Hal tersebut disebabkan karena beberapa siswa terlambat masuk kelas. Kemudian jadwal dan pelaksanaan pembelajaran dirasakan menjadi faktor utama penyebab kekurangan yang terjadi. Siswa cenderung jenuh dan tidak bersemangat karena jadwal pelaksanaan pembelajaran masuk dibagi tiga kali dalam seminggu dengan jumlah jam yang berbeda tiap kali pertemuan, untuk hari senin terdiri dari satu jam pelajaran, rabu terdiri dari dua jam pelajaran, dan jumat terdiri dari satu jam pelajaran. Berbeda dengan kelas lainnya yang memiliki jadwal masuk pelajaran bahasa Indonesia dibagi dua kali dalam seminggu dengan masing-masing terdiri dari dua jam pelajaran tiap kali masuk. Namun ketika memperhatikan penjelasan dari guru siswa terlihat lebih serius dan sedikit demi sedikit mencerna apa yang disampaikan dan dijelaskan guru.
58
b. Siklus Kedua 1. Perencanaan Setelah kita lihat hasil yang diperoleh pada siklus kedua bahwa proses pembelajaran individu yang telah dilakukan pada siklus pertama dapat dinyatakan belum ada peningkatan atau belum mencapai KKM yang telah ditentukan sebesar 7,0, Sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus selanjutnya. Siklus kedua ini dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2011 dengan waktu pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan untuk pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII.2 Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus kedua ini adalah sebagai berikut :
Pokok Bahasan
: Reduplikasi/Kata Ulang dalam Karangan Narasi
Pertama
: Pendahuluan, yang terdiri dari rangkaian kegiatan sebagai berikut: -
Menjelaskan kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
-
Mengabsen siswa
-
Melakukan Tanya jawab ringan seputar materi yang akan dipelajari.
Kedua
: Kegiatan inti, dalam kegiatan inti ini terdiri dari tahapan berikut ini: -
Membahas tugas yang telah diberikan pada pertemuan yang lalu.
-
Menjelaskan
tentang
pengertian
reduplikasi
dan
beberapa jenis serta bentuk reduplikasi. -
Menjelaskan tentang pengertian karangan narasi.
-
Mengadakan tanya jawab
-
Siswa diberi tugas untuk mencatat materi yang penting.
-
Siswa diberi latihan individu untuk membuat kalimat yang di dalamnya terdapat unsur reduplikasi.
-
Membahas hasil tugas yang telah diselesaikan.
59
Ketiga
Mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar.
: Penutup, kegiatan yang dilakukan pada tahapan penutupan adalah: -
Guru membuat kesimpulan seputar materi yang telah disampaikan.
-
Guru menjelaskan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh siswa.
2. Tindakan Proses pelaksanaan tindakan pada siklus kedua ini adalah sebagai berikut : 1) Pertama guru masuk ke kelas kemudian mengkondisikan kelas untuk tenang dan siap melakukan kegiatan belajar mengajar. 2) Guru mengabsensi siswa. 3) Memeriksa tugas yang diberikan kepada siswa pada pertemuan yang lalu. 4) Guru kemudian memberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang akan dipelajari. 5) Guru mempersilahkan siswa yang masih belum mengerti tentang materi yang sudah dijelaskan untuk bertanya. 6) Siswa diberikan tugas untuk membuat resume atau rangkuman seputar materi yang telah disampaikan oleh guru. 7) Guru memberikan sebuah tema ―Liburan Sekolah‖ kepada siswa untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan narasi yang utuh dengan judul sesuai dengan imajinasi siswa itu sendiri. 8) Guru memberikan tugas individu untuk dapat memiliki kemampuan penggunaan reduplikasi yang terdapat dalam karangan narasi yang siswa buat. 9) Guru bersama-sama dengan siswa kemudian membahas hasil karangan yang telah diselesaikan oleh siswa.
60
10) Guru membuat kesimpulan tentang materi yang sudah dibahas bersamasama. 11) Guru memberikan tugas individu kepada siswa berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.
3. Pengamatan Hasil Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus yang kedua ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia pada materi reduplikasi dan karangan narasi melalui pemberian tugas individu sudah ada peningkatan. Hal ini terlihat dari kesiapan guru dalam mempersiapkan kegiatan belajar dan aktivitas siswa yang lebih aktif dalam kegiatan belajarnya, sehingga terdapat peningkatan keterampilan siswa dalam membuat karangan narasi serta dapat menyebutkan jenis reduplikasi dari karangan yang siswa buat.
Tabel 4 Hasil Pengamatan siklus 2 (Kegiatan yang Dilakukan oleh Guru)
NO
ADA
KEGIATAN
Baik √
1.
Persiapan bahan ajar.
2.
Media yang digunakan.
3.
Model pembelajaran bervariasi.
√
4.
Menumbuhkan perhatian siswa.
√
5.
Peningkatan kemampuan belajar.
√
6.
Datang tepat waktu.
√
7.
Pengalokasian
waktu
√
belajar
√
tepat. 8.
Menjelaskan pembelajaran.
Cukup
langkah
√
TIDAK Kurang
ADA
61
9.
Menyampaikan materi dengan jelas dan tepat.
10.
Menciptakan komunikasi yang menarik.
11.
Melakukan evaluasi yang baik.
12.
Membuat kesimpulan
√ √ √ √
Keterangan: Skala penilaian aspek yang dinilai: 10 – 59
: Kurang
60 – 79
: Cukup
80 – 100
: Baik
Tabel 5 Hasil Pengamatan KBM pada Siklus 2
No.
Kegiatan
Jumlah
1.
Membawa buku sumber
28 siswa dari 30
2.
Memperhatikan pelajaran.
28 siswa dari 30
3.
Membawa buku paket dan LKS.
28 siswa dari 30
4.
Datang tepat waktu.
27 siswa dari 30
5.
Aktif mengerjakan tugas.
29 siswa dari 30
6.
Bertanya kepada guru.
8 siswa dari 30
7.
Mengemukakan pendapat kalimat yang mengandung unsur reduplikasi
8.
Menjawab pertanyaan guru.
15 siswa dari 30 10 siswa dari 30
62
4. Penilaian dan Refleksi a. Penilaian Berdasarkan tabel yang diperoleh pada tabel 4 dan tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkat pembelajaran efektif dari metode pemberian tugas individu sudah mengalami peningkatan dari siklus yang pertama. Hal ini terbukti dari aktivitas belajar siswa yang berjalan dengan baik, berdasarkan hasil pengamatan bahwa siswa dalam kegiatan belajarnya sudah menjadi lebih aktif dibandingkan siklus yang pertama. Hal ini juga dibuktikan dengan perhatian siswa yang lebih fokus pada aktivitas kegiatan belajar baik pada tahap persiapan maupun pada tahap kegiatan inti. Selain itu, akivitas yang dilakukan oleh guru pun jauh lebih baik dari siklus sebelumnya. Guru sudah bisa menciptakan pola interaksi dua arah dalam kegiatan belajar. Guru sudah bisa memberikan peningkatan belajar melalui metode pemberian tugas individu. Hal ini membuktikan bahwa upaya pemberian tugas individu dalam metode pembelajaran sudah mengalamai peningkatan, karena pada tahap akhir juga disimpulkan bahwa siswa sudah mampu menggunakan reduplikasi dalam karangan narasai yang siswa buat serta memahami teori-teori reduplikasi dan karangan narasi selama pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus yang berikutnya.
63
Untuk lebih jelasya mengenai data hasil belajar siswa pada siklus 2 ini dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6 Hasil Tes pada Siklus 2 N0. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Nama AR AT AG AM AW ADW AS BA DIS EA EAS IS KO KP MP MR ML MA MJ MAB MIK NA NK RS SR SAI SY SP
L/P L L L L P L L P L P L P P L L L P P P L L L P P L P L L
Siklus 2 Tes PG Tes Esai 8,0 8,0 8,0 7,0 8,0 7,0 10,0 8,0 7,0 7,0 7,0 7,0 9,0 8,0 9,0 8,0 10,0 8,0 7,0 8,0 7,0 8,0 8,0 8,0 7,0 7,0 8,0 7,0 7,5 7,0 7,5 8,0 8,0 8,0 7,0 7,0 8,0 7,0 8,0 7,0 7,0 7,0 9,0 8,0 10,0 8,0 8,0 7,0 7,0 8,0 8,0 7,0 7,5 7,0
64
N0. 29. 30. 31. 32.
Nama
L/P
TU YA FN MRA JUMLAH RATA-RATA
P L L L
Siklus 2 Tes PG Tes Esai 8,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 237,5 223 7,9 7,43
Untuk menghitung nilai rata-rata ketuntasan kriteria minimum (KKM) pada siklus 2 ini dapat dilakukan dengan cara: Total Skor (Tes PG) = Jumlah skor yang diperoleh siswa Jumlah siswa = 237,5 30 = 7,9
Total Skor (Tes Esai)
= Jumlah skor yang diperoleh siswa Jumlah siswa = 223 30 = 7,43
Total Skor (Keseluruhan)
= Jumlah skor rata-rata yang diperoleh siswa Jumlah tes (PG & Esai) = 7,9 + 7,43 2 = 15,33 2 = 7,66
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa pada siklus kesatu ini diperoleh nilai terendah untuk soal Pilihan Ganda (PG) sebesar 7,0 dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 10,0 dan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 7,9.
65
Sedangkan untuk soal esai yaitu soal mengarang pada siklus kesatu ini diperoleh nilai terendah sebesar 7,0 dan nilai tertinggi sebesar 8,0 dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 7,43.
b. Refleksi Setelah melalui rangkaian penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi diperoleh hasil penilaian siklus 2. Berdasarkan data nilai pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai pada siklus 2 siswa mengalami peningkatan signifikan, dengan rata-rata nilai keseluruhan yang diperoleh siswa 7,66. Dengan demikian kriteria ketuntasan minimum (KKM) telah tercapai (70). Sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
66
B. Pembahasan 1. Penerapan metode pemberian tugas individu dalam kegiatan pembelajaran di kelas dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa, khususnya materi penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi. Jika mengacu pada lembar observasi siswa selama kegiatan pembelajaran, siswa tampak lebih fokus dan perhatian mereka tertuju dengan apa yang ada di hadapan mereka. Dengan seksama mereka mendengarkan penjelasan guru langkah-langkah yang ada dalam metode pemberian tugas individu. Karena hanya dengan sikap seperti itulah siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari. 2. Penerapan metode pemberian tugas individu dalam kegiatan pembelajaran di kelas dapat membantu guru untuk lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM). Berdasarkan hasil penelitian dengan penerapan metode pemberian tugas individu pada kegiatan mengarang, siswa yang awalnya tidak mengetahui maksud dari penggunaan reduplikasi dalam karangan narasi, kini dengan penerapan metode pemberian tugas individu mereka mampu menggunakan reduplikasi dalam karangan narasi yang mereka buat sendiri. Mereka tidak lagi mengandalkan teman yang lebih pintar atau bekerja sama dalam mengerjakan soal, tapi mempunyai keyakinan dan rasa percaya diri yang tinggi bahwa setiap siswa mempunyai potensi dan kemampuan yang sama dengan siswa lain yang lebih pintar. Perubahan hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 6.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran dengan menggunakan metode tugas individu secara bertahap terbukti efektif meningkatkan prestasi siswa dalam memahami materi Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Narasi. Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada siklus 1 hanya mencapai 6.04 indikator pencapaian hasil (IPH) belajar siswa pada siklus 1 tidak tercapai karena belum mencapai batas kriteria minimum (KKM) yang ditetapkan (70). Setelah dilakukan siklus 2 nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 7.66 indikator pencapaian hasil (IPH) belajar siswa telah tercapai melebihi batas KKM (70) yang ditetapkan.
B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, yang menyatakan bahwa tingkat pemahaman belajar siswa pada siklus 1 memperoleh rata-rata skor 6.04 mengalami peningkatan setelah siswa melakukan kegiatan belajar dengan metode tugas individu pada siklus 2 sebesar 7.66, maka penulis menyampaikan saran. 1. Hendaknya guru mampu memberikan motivasi belajar kepada siswanya agar dapat meningkatkan prestasinya dengan memperhatikan metode mengajar yang digunakan. 2. Dalam penerapan metode tugas individu sebaiknya guru membimbing dan memperhatikan siswa satu persatu pada saat melakukan pelatihan. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan inovasi-inovasi yang baru dengan menggunakan metode tugas individu ini, karena metode tugas individu ini sangat fleksibel jika digunakan berbagai media pembelajaran.
67
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 ----------------. Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. 2002 Andriana, Deni. ―Teknik Triangulasi”, diakses pada tanggal 07 Juli 2011, dari http://goyangkarawang.com/2010/ 02/triangulasi-dan-keabsahan-datadalam-penelitian/
Ba‘dulu, Abdul Muis, dkk. Morfosintaksis, Jakarta: Rineka Cipta, 2005 Brataatmaja, T Heru Kasida. Morfologi Bahasa Indonesia,Yogyakarta: Kanisius, 1987 Darmayanti, Nani. ―Menulis Wacana Naratif ‖, diakses pada tanggal 13 desember 2011, dari http://books.google.co.id/books?id=264rOvSaHCwC&pg= PA 12&lpg=PA12&dq=narasi+sugestif+adalah&source=bl&ots=xyqlQC5hE Z&sig=JPQvpnEeYXfP8j8BuuIqurHfoIo&hl=id&ei=VAfnTvKtM8WyiQ fCtaTLCA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CFwQ 6AEwCQ#v=onepage&q=narasi%20sugestif%20adalah&f=false Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2004 Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2008 Grafura, Lubis. ―Paragraf Narasi Ekspositoris‖, diakses pada tanggal 13 desember 2011, dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/15/paragraf-narasiekspositoris/ Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi, Jakarta: Gramedia. 1982 Lestari, Rika. ―Sukses UN Bhs. Indonesia SMP 2009‖, diakses pada tanggal 13 Desember 2011, dari http://books.google.co.id/books? id= PI c Wvg dO j1 wC&pg=PA28&dq=karangan+narasi+adalah&hl=id&ei=QRTnTuGYK4i 0iQfHw7nFCA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=5&ved=0CE AQ6AEwBA#v=onepage&q=karangan%20narasi%20adalah&f=false Muslich, Masnur. Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Parera, Jos Daniel. Sintaksis, Jakarta: Gramedia, 1993 Pateda, Mansoer. Morfologi,Gorontalo: Viladan, 2005 ---------------------. Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001
69
Samsuri. Analisis Bahasa, Malang: Erlangga, 1994 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009 Sekawan, Tim Lima Adi. EYD Plus, Jakarta: Limas, 2007 Soetjipto, dkk. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007 Sudarno. Morfofonemik, Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990 Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional, Jakarta: Jemmars, 2002 Usman, M Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT Intermasa, 2002 Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosadakarya, 2008
70
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan
: SMP PGRI 2 Ciputat
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: VIII/2
Alokasi
: 1 X pertemuan (2 x 40 menit)
Standar kompetensi
: Peningkatan Kemampuan Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Narasi
Kompetensi Dasar
: Membuat Karangan Narasi
Indikator
: - Menentukan topik karangan. -
Menentukan tema karangan.
-
Menyusun kerangka karangan.
-
Membuat karangan narasi.
-
Mampu menggunakan reduplikasi dalam karangan narasi yang dibuat.
I.
Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa mampu membuat karangan narasi dan mampu menggunakan reduplikasi dalam karangan yang dibuat.
II. Materi Ajar (materi pokok) Penggunaan Reduplikasi dalam Karangan Narasi
III. Metode pembelajaran - Ceramah - Penugasan Individu (drill)
IV. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-1
71
a. Kegiatan Pendahuluan - Guru mempersiapkan kelas untuk siap mengikuti kegiatan belajar mengajar. - Guru mengabsen. - Memberikan penjelasan tentang rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. - Mempersiapkan materi yang akan dipelajari. b. Kegiatan Inti - Guru memberikan penjelasan pengertian karangan dan karangan narasi. - Guru memberikan contoh-contoh bentuk karangan narasi. - Siswa menyimak penjelasan guru. - Guru memberikan sebuah tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan narasi. - Siswa diberi tugas individu untuk berlatih membuat karangan narasi. - Siswa memberikan hasil tugasnya untuk membuat karangan narasi. c. Kegiatan Penutup - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan - Memberikan kesimpulan. Pertemuan Ke-2 1. Kegiatan Pendahuluan - Guru mempersiapkan kelas untuk siap mengikuti kegiatan belajar mengajar. - Guru mengabsen. - Memberikan penjelasan tentang rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. - Mempersiapkan materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti - Guru memberikan penjelasan pengertian reduplikasi dan jenis-jenis reduplikasi. - Guru mengulas kembali pengertian karangan dan karangan narasi. - Guru memberikan contoh-contoh kata/kalimat yang termasuk ke dalam reduplikasi yang ada dalam karangan narasi tersebut. - Siswa menyimak penjelasan guru. - Siswa mengamati cici-ciri bentuk kata yang termasuk kedalam reduplikasi yang ada dalam sebuah karangan narasi.
72
-
-
-
Guru memberikan sebuah tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan narasi sesuai dengan kreatifitas dan imajinasi siswa itu sendiri. Guru memberikan tugas individu untuk membuat karangan narasi dan dan mampu menggunakan reduplikasi yang tepat dari karangan yang dibuat. Siswa membuat karangan narasi dan mampu menggunakan reduplikasi yang tepat dari karangan yang mereka buat sendiri. Siswa memberikan hasil tugasnya untuk membuat karangan narasi dan mampu menggunakan reduplikasi yang tepat dari karangan yang mereka buat sendiri
3. Kegiatan penutup. - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan - Memberikan kesimpulan. d. Alat dan Sumber Belajar 1. 2. 3. 4. 5.
e.
White board/papan tulis Spidol Buku bahasa Indonesia kelas VIII Komposisi Bahasa Indonesia Buku Linguistik Umum
Penilaian Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan pada akhir pertemuan ke-2 (tuntasnya RPP pada tiap siklus)
Ciputat, 2 Maret 2011 Mengetahui: Kepala SMP PGRI 2 Ciputat,
Syamsuddin, S.Pd.
Guru Mata Pelajaran/Observer
Bayu Lesmana Pradipta
73
Lampiran 2 Uji Kompetensi Soal Pretest/Postest (Siklus 1) Uji Soal Pretest/Postest Siklus 1 Mata Pelajaran
:
Bahasa
dan
Sastra
Indonesia Jumlah Soal Nama NI S Kelas Sekolah Hari/Tgl
: Bentuk Soal : : : :
: 21 butir : Pilihan ganda dan esay
Berilah tanda silang (x) pada jawaban di bawah ini yang anda anggap paling benar!!! 1. Kata lain dari mengarang adalah….. a. Menyusun b. Merangkai c. Menulis d. Jawaban (a) dan (b) benar 2. Berdasarkan bobot isinya karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu… a. karangan ilmiah, karangan semiilmiah/populer, karangan nonilmiah. b. karangan populer, karangan ilmiah, karangan narasi c. karangan ilmiah, karangan nonilmiah, karangan deskripsi d. karangan persuasi, karangan eksposisi, karangan argmentasi 3. “Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.” Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulisannya karangan di atas adalah termasuk jenis karangan….. a. Deskripsi
74
b. Narasi c. Eksposisi d. Argumentasi 4. Sebutkan apa saja ciri karangan ilmiah! a. Karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). b. Tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis c. Dalam pembahasannya tulisan imiah menggunakan laras ilmiah. d. Semua jawaban benar. 5. Tujuan penulisan karangan narasi adalah….. a. Karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan. b. Meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. c. Suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. d. Merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. 6. Di bawah ini terdapat beberapa karangan. Mana yang termasuk karangan narasi… a.
.
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.
75
b.
Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.
c.
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
d. Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang. 7. Tata bentuk karangan mencakup tiga bagian karangan, yaitu (1) isi utama, (2) halaman awal, (3) halaman-halaman akhir, (4) halaman tengah Urutan yang benar untuk membentuk karangan adalah… a. 2-4-3 b. 1-2-3 c. 2-1-3 d. 1-4-3 8. Karangan narasi berasal dari kata narration yang berarti… a. Bahasan b. Tulisan c. Paparan d. Bercerita 9. Dari segi sifatnya, karangan narasi dapat dibedakan atas dua macam. Yaitu… a. Narasi ekspositoris & narasi sugestif. b. Narasi realistis & narasi impresionistis. c. Narasi propaganda & narasi advertensi. d. Narasi politik & narasi pendidikan.
76
10. Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas di sebut narasi… a. Narasi ekspositoris b. Narasi sugestif c. Narasi propoganda d. Narasi advertensi 11. Narasi yang mampu menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayal disebut narasi… a. Narasi propaganda b. Narasi advertensi c. Narasi sugestif d. Narasi ekspositoris 12. Apa yang dimaksud dengan reduplikasi… a. Ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata b. Proses pembentukan kata turunan baik berkategori nomina maupun yang berkategori ajektiva. c. Proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dengan sebuah kontruksi lebih dari sebuah kata. d. Proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. 13. Di bawah ini mana yang termasuk ke dalam reduplikasi Jangan-jangan kau dekati pemuda itu hanya untuk kepentinganmu sendiri a b c d 14. Di bawah ini mana kalimat yang mengandung unsur reduplikasi a. Gayus Tambunan akhirnya kembali masuk ke dalam jeruji besi b. Kasus video porno Nazriel Irham akhirnya masuk ke meja hijau c. Polisi itu berlari-lari mengejar pencuri d. Artis itu seperti kacang yang lupa akan kulitnya 15. Di bawah ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung unsur reduplikasi, kecuali…. a. Dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau akan datang b. Ibu membeli sayur-mayur di pasar c. Dika pergi ke rumah temannya tanpa pamit d. Sudah bertahun-tahun ini bang Toyib tak kunjung pulang 16. Di bawah ini adalah contoh kalimat yang mengandung unsur reduplikasi sintaksis, kecuali… a. Suaminya benar benar jantan b. Jauh-jauh sekali negeri ini yang akan kita datangi c. Besok besok kamu boleh datang ke sini d. Tiap pagi kerjaannya hanya duduk termangu memandangi lukisan itu
77
17. Di bawah ini adalah contoh kalimat yang mengandung unsur reduplikasi semantis, kecuali… a. Para alim ulama sedang beristighosah di Masjid Istiqlal b. Panas memang panas rasa hatiku c. Sehabis berolahraga tubuh terasa segar bugar d. Akibat mati listrik malam ini terasa gelap gulita 18. Di bawah ini adalah contoh kalimat yang mengandung unsur reduplikasi fonologis, kecuali… a. Ayah membelikan ibu cincin baru b. Andaikan matahari terbit di sebelah barat c. Orang kaya itu kerjaannya hanya berfoya-foya d. Akibat kurang menjaga kesehatan ia terkena paru-paru basah 19. Berikut ini adalah bentuk reduplikasi sebagian, kecuali… a. Lauk pauk b. Leluhur c. Lelaki d. Tetangga 20. Berikut ini adalah bentuk reduplikasi perubahan bunyi, kecuali… a. Bolak-balik b. Tindak-tanduk c. Turun-temurun d. Corat-coret.
Soal Esay 1. Buatlah sebuah karangan narasi bertemakan ―Liburan Sekolah‖, kemudian dari karangan yang kalian buat cari dan tentukan penggunaan kata yang mengandung unsur reduplikasi dan sebutkan jenis reduplikasi tersebut!
78
Lampiran 3 Uji Kompetensi Soal Pretest/Postest (Siklus 2) Uji Soal Postest Siklus 2 Mata Pelajaran
Nama NIS Kelas Sekolah Hari/Tgl
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Jumlah Soal
: 21 butir
Bentuk Soal
: Pilihan ganda dan esay
: : : : :
Berilah tanda silang (x) pada jawaban di bawah ini yang anda anggap paling benar! 1. Hal pertama yang ditentukan dalam mengarang adalah….. a. Tema b. Topik c. Judul d. Cerita 2. Untuk membentuk suatu karangan yang baik dibutuhkan suatu kerangka karangan, yang dimaksud dengan kerangka karangan adalah….. a. Rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. b. Tahapan-tahapan penulisan sistematis. c. Penulisan teratur secara sistematis d. Penyusunan gagasan dan pikiran dalam suatu tulisan 3. Fungsi utama kerangka karangan adalah….. a. Mengatur hubungan antara tulisan b. Mengatur hubungan antara gagasan-gagasan. c. Mengatur hubungan antara susunan kalimat d. Mengatur hubungan antara ide utama dan ide tambahan. 4. Berdasarkan bobot isinya karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu… a. Karangan persuasi, karangan eksposisi, karangan deskripsi b. Karangan argumentasi, karangan nonilmiah, karangan ilmiah c. Karangan ilmiah, karangan semiilmiah, karangan nonilmiah
79
d. Karangan populer, karangan ilmiah, karangan narasi 5. “Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.” Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulisannya karangan di atas adalah termasuk jenis karangan….. a. Deskripsi b. Eksposisi c. Argumentasi d. Narasi 6. Tata bentuk karangan mencakup tiga bagian karangan, yaitu (1) isi utama, (2) halaman awal, (3) halaman-halaman akhir, (4) halaman tengah Urutan yang benar untuk membentuk karangan adalah… a. 2-4-3 b. 1-2-3 c. 2-1-3 d. 1-4-3 7. Tujuan penulisan karangan narasi adalah….. a. Karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan. b. Meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. c. Suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. d. Merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. 8. Dari segi sifatnya, karangan narasi dapat dibedakan atas dua macam. Yaitu… a. Narasi politik & narasi pendidikan b. Narasi propaganda & narasi advertensi c. Narasi realistis & narasi impresionistis d. Narasi ekspositoris & narasi sugestif
80
9. Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas di sebut narasi… a. Narasi propoganda. b. Narasi sugestif. c. Narasi ekspositoris d. Narasi advertensi 10. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Yang dimaksud dengan narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah….. a. Narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. b. Narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan hanya dapat dilakukan sekali saja. c. Narasi yang menyampaikan suatu proses yang khusus, yang tidak dapat dilakukan siapa saja, dan hanya dapat dilakukan sekali saja. d. Narasi yang menyampaikan suatu proses yang khusus, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. 11. Di bawah ini terdapat beberapa karangan. Mana yang termasuk karangan narasi… a. Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diselingi warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain. b.
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
c.
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk
81
menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya. d.
12.
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
Khalil Gibran lahir di kota Bsharre yang dibanggakan sebagai pengawal hutan Cedar Suci Lebanon, tempat raja Sulaiman mengambil kayu untuk membangun kuilnya di Yerussalem. Ia lahir dari keluarga petani miskin. Ayahnya bernama Khalil bin Gibran dan ibunya bernama Kamila. Ketika lahir, orang tuanya memberi nama Gibran, sama seperti nama kakek dari ayahnya. Hal ini merupakan kebiasaan orang-orang Lebanon pada masa itu. Maka lengkaplah namanya menjadi Gibran Kahlil Gibran, yang kemudian lebih dikenal dengan Khalil Gibran atas anjuran para gurunya di Amerika yang mengagumi kejeniusannya. Nama yang sekarang ini sekaligus mengubah letak huruf h dari nama yang diberikan orang tuanya. Cuplikan karangan di atas adalah termasuk jenis karangan….. a. Persuasi b. Argumentasi c. Eksposisi d. Narasi.
13. Apa yang dimaksud dengan reduplikasi… a. Ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata b. Proses pembentukan kata turunan baik berkategori nomina maupun yang berkategori ajektiva. c. Proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dengan sebuah kontruksi lebih dari sebuah kata. d. Proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. 14. Di bawah ini yang termasuk ke dalam reduplikasi adalah…. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga a. b. c. d.
82
15. Di bawah ini mana kalimat yang mengandung unsur reduplikasi…. a. Penjahat berdasi itu masuk ke meja hijau. b. Malam yang dingin sendiri aku di sini termenung menatapi langit tanpa bintang. c. Gedung-gedung tinggi di Jakarta itu saling berkaca satu sama lain. d. Angin ribut menyapu pemukiman warga 16. Di bawah ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung unsur reduplikasi, kecuali….. a. Akhir-akhir ini ia tak pernah masuk karena sakit. b. Ibu memasak nasi dengan lauk pauk yang lengkap c. Musim hujan sekarang tak menentu d. Suaminya benar benar jantan 17. Di bawah ini adalah contoh kalimat yang mengandung unsur reduplikasi semantis, kecuali…. a. Para alim ulama mengecam bahwa Ahmadiyah itu sesat b. Akibat terkena pukul pipi petinju itu kebiru-biruan c. Mentri muda belia Malaysia dan Menpora Indonesia bekerja sama dalam bidang olahraga d. Akibat kemarau berkepanjangan sawah itu terlihat kering mersik 18. Di bawah ini adalah contoh kalimat yang mengandung unsur reduplikasi fonologis, kecuali…. e. Ayah membelikan ibu cincin baru f. Karena kerjaannya hanya bermalas-malasan ia tidak naik kelas g. Orang kaya itu kerjaannya hanya berfoya-foya h. Akibat kurang menjaga kesehatan ia terkena paru-paru basah 19. Di bawah ini kalimat yang mengandung unsur reduplikasi sebagian (dwipurwa) adalah…. a. Karena sedang sakit ibu membeli nasi dan lauk pauk di warteg b. Banyak tumbuhan hijau yang dicuri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab c. Tindak tanduk orang itu sungguh sangat mencurigakan d. Tetangga baru itu baru saja membeli mobil baru 20. Di bawah ini kalimat yang mengandung unsur reduplikasi perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah…. a. Panas memang panas rasa hatiku
83
b. Selepas pengumuman kelulusan banyak anak sekolah yang mengadakan aksi corat coret baju c. Jalan ke desa itu banyak melewati jalan yang turun menurun d. Akibat kurang menjaga kesehatan ia terkena paru paru basah Soal Esay 1. Buatlah sebuah karangan narasi bertemakan ―Liburan Sekolah‖, kemudian dari karangan yang kalian buat cari dan tentukan penggunaan kata yang mengandung unsur reduplikasi dan sebutkan jenis reduplikasi tersebut!
84
Lampiran 4 Hasil Tes Sebelum Dilakukan Tindakan (Siklus 1) NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
NAMA AR AT AG ARM AW ADW AS BA DIS EA EAS IS KO KP MP M ML MA MJ MAB MIK NA NK RS SR SAI SY SP TU YA FN MRA Jumlah Rata-rata
L/P L L L L P L L P L P L P P L L L P P P L L L P P L P L L P L L L
NILAI 4,0 5,2 5,7 5,7 2,2 3,5 5,5 2,5 5,7 4,2 3,7 3,5 5,4 4,5 6,0 3,7 4,0 3,7 5,2 3,7 3,7 3,5 4,5 3,0 1,65 5,2 4,0 3,5 1,85 5,5 110,6 3,7
85
Lampiran 5 Hasil Tes Siklus 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Nama
L/P
AR AT AG AM
L L L L
AW ADW AS BA DIS EA EAS IS KO KP MP MR ML MA MJ MAB MIK NA NK RS SR SAI SY SP TU YA FN MRA Jumlah Skor Rata-rata
P L L P L P L P P L L L P P P L L L P P L P L L P L L L
Siklus 1 Tes PG Tes Esai 7,0 6,0 6,0 5,0 6,0 6,0 6,5 6,0 6,0 6,0 5,0 7,0 6,0 7,5 6,5 6,0 6,0 6,0 6,5 5,0 5,5 7,0 6,5 6,5 5,0 8,0 5,0 6,0 5,0 6,0 5,5 5,0 5,5 181,5 6,05
7,0 5,0 6,0 5,0 6,0 7,0 5,0 7,0 6,0 6,0 6,0 6,0 5,0 5,0 6,0 7,0 6,0 6,0 5,0 7,0 5,0 5,0 6,0 5,0 6,0 6,0 6,0 181 6,03
86
Lampiran 6 Hasil Tes Siklus 2 N0. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Nama AR AT AG AM AW ADW AS BA DIS EA EAS IS KO KP MP MR ML MA MJ MAB MIK NA NK RS SR SAI SY SP TU YA FN MRA JUMLAH RATA-RATA
L/P L L L L P L L P L P L P P L L L P P P L L L P P L P L L P L L L
Siklus 2 Tes PG Tes Esai 8,0 8,0 8,0 7,0 8,0 7,0 10,0 8,0 7,0 7,0 7,0 7,0 9,0 8,0 9,0 8,0 10,0 8,0 7,0 8,0 7,0 8,0 8,0 8,0 7,0 7,0 8,0 7,0 7,5 7,0 7,5 8,0 8,0 8,0 7,0 7,0 8,0 7,0 8,0 7,0 7,0 7,0 9,0 8,0 10,0 8,0 8,0 7,0 7,0 8,0 8,0 7,0 7,5 7,0 8,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 237,5 223 7,9 7,43
87
Lampiran 7 Pedoman Pengamatan Siswa
No.
Kegiatan Yang Diamati
1.
Membawa buku sumber.
2.
Memperhatikan pelajaran.
3.
Membawa buku paket dan LKS.
4.
Datang tepat waktu.
5.
Aktif mengerjakan tugas.
6.
Bertanya kepada guru.
7.
Mengemukakan
pendapat
kalimat
Ya
Tidak
yang
mengandung unsur reduplikasi. 8.
Menjawab Pertanyaan guru.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
88
Lampiran 8 Hasil Pengamatan Siswa Nama
: Siswa ―A‖
Kelas
: VIII.2
No.
Kegiatan Yang Diamati
Ya
Tidak
√
1.
Membawa buku sumber.
2.
Memperhatikan pelajaran.
3.
Membawa buku paket dan LKS.
√
4.
Datang tepat waktu.
√
5.
Aktif mengerjakan tugas.
√
6.
Bertanya kepada guru.
√
7.
Mengemukakan pendapat kalimat yang mengandung
√
unsur reduplikasi.
√
8.
√
Menjawab pertanyaan guru.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
89
Hasil Pengamatan Siswa
Nama
: Siswa ―B‖
Kelas
: VIII.2
No.
Kegiatan Yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Membawa buku sumber.
√
2.
Memperhatikan pelajaran.
√
3.
Membawa buku paket dan LKS.
4.
Datang tepat waktu.
5.
Aktif mengerjakan tugas.
√
6.
Bertanya kepada guru.
√
7.
Mengemukakan pendapat kalimat yang mengandung
√
unsur reduplikasi.
√
8.
√ √
Menjawab pertanyaan guru.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
90
Hasil Pengamatan Siswa
Nama
: Siswa ―C‖
Kelas
: VIII.2
No.
Kegiatan Yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Membawa buku sumber.
√
2.
Memperhatikan pelajaran.
√
3.
Membawa buku paket dan LKS.
√
4.
Datang tepat waktu.
√
5.
Aktif mengerjakan tugas.
√
6.
Bertanya kepada guru.
√
7.
Mengemukakan pendapat kalimat yang mengandung
√
unsur reduplikasi.
√
8.
Menjawab pertanyaan guru.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
91
Hasil Pengamatan Siswa
Nama
: Siswa ―D‖
Kelas
: VIII.2
No.
Kegiatan Yang Diamati
Ya
Tidak
√
1.
Membawa buku sumber.
2.
Memperhatikan pelajaran.
3.
Membawa buku paket dan LKS.
√
4.
Datang tepat waktu.
√
5.
Aktif mengerjakan tugas.
√
6.
Bertanya kepada guru.
√
7.
Mengemukakan pendapat kalimat yang mengandung
√
unsur reduplikasi.
√
8.
√
Menjawab pertanyaan guru.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
92
Hasil Pengamatan Siswa
Nama
: Siswa ―E‖
Kelas
: VIII.2
No.
Kegiatan Yang Diamati
Ya
Tidak
√
1.
Membawa buku sumber.
2.
Memperhatikan pelajaran.
3.
Membawa buku paket dan LKS.
√
4.
Datang tepat waktu.
√
5.
Aktif mengerjakan tugas.
√
6.
Bertanya kepada guru.
√
7.
Mengemukakan pendapat kalimat yang mengandung
√
unsur reduplikasi.
√
8.
√
Menjawab pertanyaan guru.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
93
Lampiran 9 Pedoman Pengamatan Kegiatan Guru
No.
Kegiatan
1.
Persiapan bahan ajar.
2.
Media yang digunakan.
3.
Model pembelajaran bervariasi.
4.
Menumbuhkan perhatian siswa.
5.
Meningkatkan prestasi/hasil belajar
6. 7. 8. 9. 10.
Baik
Ada Cukup Kurang
Tidak Ada
siswa. Datang tepat waktu. Pengalokasian waktu belajar tepat. Menjelaskan langkah pembelajaran. Menyampaikan materi dengan jelas dan tepat. Menciptakan komunikasi yang menarik. Melakukan evaluasi yang baik. Membuat kesimpulan.
11. 12.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
94
Lampiran 10 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus 1
No.
Kegiatan Baik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Persiapan bahan ajar. Media yang digunakan. Model pembelajaran bervariasi. Menumbuhkan perhatian siswa. Meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa. Datang tepat waktu. Pengalokasian waktu belajar tepat. Menjelaskan langkah pembelajaran. Menyampaikan materi dengan jelas dan tepat. Menciptakan komunikasi yang menarik. Melakukan evaluasi yang baik. Membuat kesimpulan.
Ada Cukup √
Kurang
Tidak Ada
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
95
Lampiran 11 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus 2
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kegiatan Persiapan bahan ajar. Media yang digunakan. Model pembelajaran bervariasi. Menumbuhkan perhatian siswa. Meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa. Datang tepat waktu. Pengalokasian waktu belajar tepat. Menjelaskan langkah pembelajaran. Menyampaikan materi dengan jelas dan tepat. Menciptakan komunikasi yang menarik. Melakukan evaluasi yang baik. Membuat kesimpulan.
Baik √
Ada Cukup
Kurang
Tidak Ada
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
96
Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus
: 1 (Satu)
Informant
: Kepala Sekolah
Prioritas Masalah
: Persiapan pembelajaran (rencana pembelajaran kurang maksimal)
Rencana pembelajaran adalah merupakan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepala sekolah, beliau memberikan pernyataan bahwa setiap guru wajib membuat perencanaan pembelajaran sebelum melakukan tugasnya, hanya saja guru membuat persiapannya tidak secara rinci atau jelas. RPP dipersiapkan hanya untuk menjalankan tugas saja, dalam isinya tidak membuat isi yang akan meningkatkan kegiatan/hasil belajar siswa. Jadi kegiatan belajar kurang maksimal, terlebih bagi aktifitas siswa dalam kegiatan belajar itu sendiri.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
97
Catatan Lapangan Siklus
: 2 (Dua)
Informant
: Guru ―A‖
Prioritas Masalah
: Penggunaan metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang belum bisa dilakukan oleh siswa secara maksimal
Pendekatan
yang dilakukan dalam pembelajaran adakah metode
pemberian tugas individu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru ―A‖, ia berpendapat bahwa metode yang digunakan belum bisa menciptakan kegiatan belajar yang efektif. Hal ini disebabkan karena dengan metode pemberian tugas individu diharapkan siswa mampu termotivasi mengembangkan kemampuan dirinya untuk lebih berprestasi dibandingkan dengan teman-teman di kelasnya tanpa harus saling mencontek atau menyalin hasil pekerjaan temannya. Pada kenyataannya tidak semua siswa belum berada pada tingkat seperti itu, Masih ada yang berusaha untuk mencontek atau menyalin hasil pekerjaan temannya. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran belum maksimal, sehingga perlu peran serta yang lebih maksimal dari guru untuk bisa mengawasi dan mengarahkan siswa dalam kegiatan tersebut.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
98
Catatan Lapangan
Siklus
: 2 (Dua)
Informant
: Guru ―A‖
Prioritas Masalah
: Penciptaan komunikasi yang kurang efektif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Komunikasi merupakan komponen yang sangat menunjang terhadap keefektifan belajar. Hal ini berarti jika komunikasi yang tercipta dalam kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, maka akan baik pula hasil belajar yang diperoleh. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian dapat dikatakan bahwa komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar pada penelitian ini kurang efektif. Guru kurang bisa menciptakan komunikasi dua arah, artinya dalam komunikasi banyak dilakukan oleh guru.
Observer,
Bayu Lesmana Pradipta
99
Lampiran 13 Dokumentasi (Foto-foto) Kegiatan Penelitian
100
Dokumentasi (Foto-foto) Kegiatan Penelitian
101
Dokumentasi (Foto-foto) Kegiatan Penelitian (Penyerahan sertifikat kepada perwakilan siswa)
102
Lampiran 14 Sertifikat Penghargaan
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN REDUPLIKASI DALAM KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS INDIVIDU METODE PEMBERIAN TUGAS INDIVIDU PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN REDUPLIKASI T H I S
C E R T I F I C A T E I S P R E S E N T E D DALAM KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS INDIVIDU ATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN REDUPLIKASI OBSERVER BAYU LESMANA DALAM KARANGAN NARASI PRADIPTA DENGAN PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS INDIVIDU
T O
103
Lampiran 15 Daftar Absensi Siswa Kelas 8.2 SMP PGRI 2 Ciputat NO NO. INDUK NAMA L/P 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
09101001 09101005 09101076 09101008 09101009 09101011 09101013 09101015 09101018 09101021 09101022 09101030 09101034 09101035 09101036 09101039 09101040 09101041 09101042 09101044 09101046 09101053 09101054 09101055 09101063 09101064 09101066 09101067 09101069 09101073 09101077 09101078
Adhe Ryan Ambrosius Tamala Andre Gunawan Angga Ari Mulyono Anis Wijayanti Arjito Danu Widyakto Aziz Sabana Bella Ariska Deni Indra Saputra Eka Aryanti Erik Ajeng Sugiyana Indah Selviani Kiki Oktaviani Kornelius Pahutama Mahputra Marlap Mega Lestari Meisi Andriani Miftahul Jannah Muhamad Abdullah Muhamad Ilham. K Nur Aripin Nur Kholillah Ramanda Salsabilah Sandi Raisman Sandika Ayu Igabunda Supriyanto Suryadi Permana Tri Utami Yohanes Aponno Fahri Noviandi Mohammad Reza Anwar
L L L L P L L P L P L P P L L L P P P L L L P P L P L L P L L L
104
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAYU LESMANA PRADIPTA, lahir di Tangerang pada tanggal 15 Maret 1988 putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Cartam, S. Pd. dan Ibu Rahmawati, S. Pd. Pendidikan formal yang telah diselesaikan, yaitu SD TPM Cikupa Kab. Tangerang Tahun 2000, MTs Nurul Ilmi Cikupa Kab. Tangerang Tahun 2003, SMK Negeri 1 Panongan. jurusan Teknik Elektronika (Nama Awal STM Negeri 2 Tangerang kemudian berubah nama menjadi SMK Negeri 1 Cikupa, lalu karena ada pemekaran wilayah di Kec. Cikupa maka nama Sekolah tersebut kembali dirubah sesuai dengan nama kecamatan sekarang) SMK Negeri 1 Panongan Kab. Tangerang yang kini bernama SMKN 1 Kab. Tangerang. Selanjutnya setelah lulus dari SMKN 1 Panongan pada tahun 2006 tepat setelah selesai melaksanakan UAN-UAS, mengikuti seleksi BINTARA POLRI di Kab. Tangerang selama 3 bulan. Namun, setelah melasanakan beberapa tes pada bulan ke 3 dinyatakan gagal dan tidak lulus. Setelah itu masih pada tahun 2006 melanjutkan kembali jenjang pendidikannya dan ikut tes seleksi masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui ujian masuk lokal, dengan memilih 3 jurusan alternatif: 1. Jurusan Teknik Informatika (FST). 2. Jurusan Supervisi Pendidikan (FITK). 3. Jurusan Pendidikan IPA-Fisika (FITK) Setelah melaksanakan beberapa tes Ujian Masuk dan Alhamdulillah lulus pada pilihan kedua dengan Jurusan Supervisi Pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Namun, hanya mengalami perkuliahan Supervisi Pendidikan selama 1 (satu) minggu, hal ini disebabkan karena ada problem atau masalah yang dihadapi pihak Fakultas untuk menutup jurusan Supervisi Pendidikan karena ketidak jelasan atau prospek masa depan yang kurang dari jurusan tersebut. Hal ini disebabkan karena persyaratan untuk menjadi seorang Supervisi/Supervisor Pendidikan harus berpengalaman menjadi guru sekurangnya selama 8 tahun atau
105
menjadi Kepala Sekolah sekurangnya 4 tahun baru diperbolehkan mengikuti persyaratan menjadi Supervisor Pendidikan, demikan yang dikatakan pihak dekan, Dede Rosyada. Oleh karena itu untuk mencari solusinya kelas pun dibagi kembali ke beberapa jurusan dengan 4 opsi: 1. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. 2. Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Jurusan Manajemen Pendidikan 4. Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Dari ke-4 opsi tersebut saya memilih opsi yang terakhir yaitu jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia sampai sekarang.
DATA PRIBADI Nama
: Bayu Lesmana Pradipta
NIM
: 106013000696
Tempat Tanggal Lahir
: Tangerang, 15 Maret1988
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat Rumah
: Jl. Peusar KM 1,3 Kp. Kadu RT: 07/03 No: 42 Kel. Sukamulya Kec. Cikupa Kab. Tangerang