POKOK-POKOK NOTA KEUANGAN DAN RAPBN 2011 Paparan Menteri Keuangan Pada Konferensi Pers
Jakarta, 16 Agustus 2010
POKOK BAHASAN DASAR HUKUM PENYUSUNAN RAPBN 2011 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO, 2010 - 2011
2
3
POSTUR APBN-P 2010 DAN RAPBN 2011 POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA, RAPBN 2011 POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA NEGARA, RAPBN 2011 POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, RAPBN 2011 6
2
DASAR HUKUM PENYUSUNAN RAPBN 2011 Penyusunan RAPBN Tahun 2011 didasarkan pada beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 2 Pasal 23 UUD 1945 Amandemen Keempat. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan 3 Negara, yang mengamatkan:
RAPBN 2011 disusun dengan berpedoman kepada: Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2011; Kerangka Ekonomi Makro Tahun 2011;
Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011 Undang-Undang No 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPRD 6 dan DPD. 3
2010
2011
INDIKATOR APBN-P
Real. Sem I
Prognosis Sem II
6,3
5,3
5+1
5,3
6,6
6,4
6,5
6,5
9.193
9.207
9.200
9.300
5,8
5,9
6,1
Inflasi y.o.y (%)
5,3
5,05
Suku Bunga SBI 3 Bulan (%)
6,5 9.200
Harga Minyak/ICP (US$/Barel) - Rata-rata Lifting Minyak (MBCD) - Rata-rata
RAPBN
2)
Pertumbuhan ekonomi (%)
Nilai tukar (Rp/US$1) - Rata-rata
Perk Real.
6,0
80,0
78,0
1)
82,0
80,0
80,0
0,965
0,959
1)
0,972
0,965
0,970
.
.
1) Untuk penghitungan penerimaan negara Semester I-2010 menggunakan angka pada periode Desember 2009 - Mei 2010 dengan realisasi lifting minyak = 0,959 MBCD dan ICP = US$78,0/barel. 2) Pertumbuhan ekonomi dalam NK & RAPBN 2011 diperkirakan sebesar 5,9% menuju 6,0%.
4
APBN-P 2010 & RAPBN 2011 (dalam triliun rupiah) 2010
URAIAN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH I.
9,5
PENERIMAAN PERPAJAKAN
990,5 743,3
1.082,6 839,5
92,1 96,2
9,3 12,9
Tax Ratio (% thd PDB)
11,9
12,0
0,1
0,8
247,2
243,1
(4,1)
(1,7)
1,9
3,7
1,8
97,2
1.126,1
1.202,0
75,9
6,7
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L)
781,5
823,6
42,1
5,4
A.
Belanja K/L
366,1
410,4
44,3
12,1
B.
Belanja Non K/L
415,4
413,2
(2,2)
(0,5)
344,6 314,4 89,6 203,6 21,1 30,2
378,4 329,1 82,0 221,9 25,2 49,3
33,8 14,7 (7,6) 18,3 4,1 19,1
9,8 4,7 (8,5) 9,0 19,4 63,0
PENERIMAAN DALAM NEGERI
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
HIBAH
TRANSFER KE DAERAH 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny.
C. KESEIMBANGAN PRIMER D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) % defisit thd PDB E. PEMBIAYAAN (I + II)
5
% ∆ thd APBN-P 2010
94,0
B. BELANJA NEGARA
II.
∆ thd APBN-P 2010
1.086,4
2.
I
RAPBN
992,4
1.
II.
APBN-P
2011
I.
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
II.
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
(28,1)
0,7
28,8
(102,6)
(133,7)
(115,7)
18,1
(13,5)
(2,1)
(1,7)
0,5
(22,8)
133,7
115,7
(18,1)
(13,5)
133,9
118,7
(15,2)
(11,4)
(0,2)
(3,0)
(2,8)
1.826,1
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENERIMAAN PERPAJAKAN PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN TAHUN 2005 - 2010
Triliun Rp 800
PENERIMAAN PERPAJAKAN 2010 - 2011 (Triliun Rupiah)
Persen 13,5
2010
700
13,0
600
Jenis Penerim aan Perpajakan
12,0 400 11,5
Penerim aan Perpajakan
743,3
839,5
96,2
12,9
a. Pajak dalam negeri
720,8
816,4
95,7
13,3
362,2
414,5
52,3
14,4
55,4
54,2
(1,2)
(2,2)
i.
11,0 ii.
10,5
100
Pajak Penghasilan -
PPh Migas
-
PPh Non-Migas
306,8
360,3
53,5
17,4
Pajak pertambahan nilai
263,0
309,3
46,4
17,6
25,3
27,7
iii. Pajak bumi dan bangunan iv. BPHTB
0
10,0 2005
2006
2007
2008
2009
2010 APBN-P
v. Cukai vi. Pajak lainnya b. Pajak Perdagangan Internasional
PPh (LHS)
PPN (LHS)
Cukai (LHS)
Lainnya (LHS)
Tax Ratio (RHS)
7,2 59,3
-
2,4 (7,2)
9,3 (100,0)
60,7
1,4
2,4
3,8
4,2
0,4
9,4
22,6
23,1
0,6
2,5
i
Bea masuk
17,1
18,0
0,9
5,2
ii.
Bea Keluar
5,5
5,1
(0,3)
(5,9)
Pokok-Pokok Kebijakan Penerimaan Perpajakan 2011: Penggalian potensi melalui ekstensifikasi dan intensifikasi Peningkatan kualitas pemeriksaan dan penyidikan, serta penyempurnaan mekanisme keberatan dan banding Ekstenfikasi barang kena cukai Penyesuaian tarif cukai sejalan dengan road map cukai hasil tembakau Peningkatan pengawasan dibidang kepabeanan dan cukai Pemberian insentif fiskal (DTP) 6
% D thd APBN-P 2010
RAPBN
300 200
D thd APBN-P 2010
APBN-P
12,5
500
2011
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PNBP PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 2010 - 2011 (Triliun rupiah)
PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK TAHUN 2005 - 2010 Triliun Rp 350
2010
2011
APBN-P
RAPBN
D thd APBN-P 2010
% D thd APBN-P 2010
247,2
243,1
(4,1)
(1,7)
164,7
158,2
(6,6)
(4,0)
151,7
145,3
(6,5)
(4,3)
112,5
104,7
(7,8)
(6,9)
- Gas alam
39,2
40,5
1,3
3,3
ii. Non Migas
(0,1)
(0,7)
Jenis Pendapatan
300 250
Penerim aan Negara Bukan Pajak
200
a.
Penerim aan SDA i. Migas
150
- Minyak bumi
100 50 0 2005
Pend. BLU (LHS)
2006
Pen. SDA Nonmigas (LHS)
2007
2008
PNBP Lainnya (LHS)
2009
Laba BUMN (LHS)
2010
APBN-P
13,0
12,9
- Pertambangan umum
9,7
9,9
0,2
- Kehutanan
2,9
2,5
(0,3)
(11,4)
- Perikanan
0,2
0,1
(0,0)
(33,3)
- Panas Bumi
0,2
0,4
0,1
45,7 (9,9)
b.
Bagian Pem . atas Laba BUMN
29,5
26,6
(2,9)
c.
PNBP Lainnya
43,5
43,4
(0,0)
(0,1)
- al : Pendapatan DMO
7,9
10,5
2,6
32,2
Penerim aan BLU
9,5
14,9
5,4
57,0
Pen. SDA Migas (LHS)
d.
Pokok-Pokok Kebijakan PNBP tahun 2011: Migas: Peningkatan produksi/lifting migas dengan didukung insentif fiskal. Efisiensi cost recovery dengan berpedoman pada peraturan pemerintah yang ada. Perbaikan infrastruktur migas. SDA Non-Migas dan PNBP lainnya: Optimalisasi penerimaan SDA pertambangan umum, kehutanan, perikanan, dan panas bumi Peningkatan pelayanan dan perbaikan administrasi PNBP K/l. Laba BUMN: Peningkatan kinerja BUMN Penerapan payout ratio yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing BUMN. 7
1,8
POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2010-2011 (dalam triliun rupiah) 2010
2011
APBN-P
RAPBN
∆ thd APBN-P 2010
% ∆ thd APBN-P 2010
A. Belanja K/L
366.1
410.4
44.3
12.1
B. Belanja Non K/L
415.4
413.2
(2.2)
(0.5)
1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal
162.7 112.6 95.0
180.6 131.5 121.7
18.0 18.9 26.6
11.0 16.8 28.0
4. Pembayaran Bunga Utang i. Utang Dalam Negeri ii. Utang Luar Negeri
105.7 71.9 33.8
116.4 80.4 36.0
10.8 8.5 2.2
10.2 11.9 6.6
5. Subsidi a Subsidi Energi b Subsidi Non Energi
201.3 144.0 57.3
184.8 133.8 51.0
(16.4) (10.2) (6.3)
(8.2) (7.1) (10.9)
6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain-Lain
0.2 71.2 32.9
0.8 61.5 26.3
0.5 (9.6) (6.6)
217.1 (13.6) (20.1)
JUMLAH
781.5
823.6
42.1
5.4
URAIAN
8
Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkualitas: Pembangunan infrastruktur, a.l: domestic connectivity pengembangan Kawasan ekonomi khusus Menjamin kelancaran distribusi barang, jasa, dan informasi untuk meningkatkan daya saing produk nasional Perlindungan Sosial a.l. melalui : Pendidikan (BOS, Beasiswa siswa/mahasiswa miskin) Kesehatan (Jamkesmas)
POKOK-POKOK KEBIJAKAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT (2)
Belanja Lain-lain; 3,2%
Belanja Pegawai; 21,9%
Bantuan Sosial; 7,5%
Subsidi; 22,4% Belanja Hibah; 0,1%
9
Belanja Barang; 16,0% Belanja modal; 14,8% Pemb. Bunga Utang; 14,1%
Pemberdayaan Masyarakat a.l. melalui PNPM Mandiri Pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi Perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan : Kenaikan gaji dan pensiun pokok 10 % Pemberian gaji dan pensiun bulan ke-13 Pengalokasian anggaran subsidi untuk menjaga stabilitas harga dan perlindungan kesejahteraan masyarakat; Pembayaran kewajiban bunga utang yang jatuh tempo tepat waktu dan jumlah
RESOURCES ENVELOPE DAN KEBIJAKAN BELANJA K/L 2011 Pagu Sementara 400
120.0
350 300
RAPBN
88.3
92.0
89.5
97.5
76.5
100.0
PNBP/BLU = Rp23,8 T
PHLN = Rp28,7 T
200
PHLN = Rp28,7 T
PDN = Rp1,0 T
80.0
250
PNBP/BLU = Rp27,4 T
PDN = Rp1,0 T
60.0
150
40.0
100 20.0
50 0
2005
2006
2007
Pagu Riil
2008
2009
312
334
APBN-P
158.0
214.4
244.6
290.0
314.7
LKPP
120.8
189.4
225.0
259.7
307.0
% thd APBN-P
76.5
88.3
92.0
89.5
97.5
% thd Pagu Riil
76.5
88.3
92.0
83.2
91.9
0.0
RM = Rp368,1 T
Pagu Sementara = Rp421,6 T
RM = Rp353,3 T
RAPBN = Rp410,4 T
Kebijakan Belanja K/L 2011 a.l. :
Reformasi birokrasi dan tata kelola untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik; Mendukung pembangunan infrastruktur yang memiliki daya dukung dan daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi; Penanggulangan kemiskinan melalui perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan usaha mikro dan kecil; 10
PROFIL RENCANA ALOKASI BELANJA K/L 2011
11 K/L Pagu> 10 T
26 K/L Pagu > 1 T , dan < 10 T
40 K/L : Pagu < 1 T
77 K/L 11
Pagu > Rp10 T: 11 K/L Kemendiknas, KemenPU, Kemenhan, Kemenag, Polri, Kemenkes, Kemenhub, Kementan, Kemenkeu, K.ESDM, Kemendagri. Pagu di atas Rp1,0 T tetapi di bawah Rp10 T: 26 K/L a.l. MA, Kemenhut, Kemenlu, Kemenkum dan HAM, Kemensos, Setneg, BMKG, BPLS Pagu < Rp1,0 T: 40 K/L KPU, KLH, B.POM, BPKP, KPK, Batan, Bakorsurtanal, BKN, BKPM, MK,Komnas HAM
ANGGARAN BELANJA K/L (di atas Rp1 Triliun) 56,5
Kemen PU Kemendiknas Kemenhan Kemenag POLRI Kemenkes Kemenhub Kementan Kemenkeu Kemen ESDM Kemendagri MA Kemenhut Kemenlu Kemenkum HAM Kemen KP Kemensos BPN Kemenakertrans Kemenkominfo DPR Kemenpera BPK Kejagung BKKBN BPS Kemenprind Sekneg Kemenpora Kemenbudpar Kemendag BMKG BPLS Kemen PDT Basarnas DPD BIN
50,3 45,2 31,0 28,3 26,2
21,4 16,8 16,5 15,1 13,3 6,1 5,9 5,6 4,9 4,8 4,0 3,4 3,4 3,3 2,8 2,8 2,8 2,6 2,4 2,2 2,2 2,2 2,1 2,1 1,6 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,0
-
10,0
20,0
30,0
Rp Triliun 12
40,0
50,0
60,0
ANGGARAN BELANJA K/L (di bawah Rp1 Triliun) 980,9
KPU KLH Kemenkop UKM BPOM BNN BPKP Bappenas BPPT BNPB Batan LIPI KPK LSN Bakosurtanal BKN Kemenristek Kemenko Polhukam BKPM Lapan MPR Perpusnas BPWS MK BNPP TKI LAN Kemenko Perekon LKPP KPPU Kemen PP dan PA Kemen PAN dan RB Lemhanas Kemen BUMN Kemenko Kesra Arsip Nasri PPATK BSN KY Bapeten Komnas HAM Wanhannas
854,3 828,7 778,8
723,6 714,0 699,4 693,3 663,2 601,6 599,0 575,7 500,0 455,2 448,5 440,7 436,2 435,8
365,5 340,8 332,5 292,5 287,7 264,0 244,1 220,4 208,6 181,3 160,1 153,9 140,9 140,8 132,3 129,1 97,9 82,6 79,7 76,8 57,2 37,3
-
200,0
400,0
600,0
Rp Miliar
13
800,0
1.000,0
1.200,0
Perkembangan Subsidi SUBSIDI, 2010 - 2011
Perkembangan Subsidi, 2005 - 2010
2011
APBN-P
RAPBN
∆ thd APBN-P 2010
% ∆ thd APBN-P 2010
144.0
133.8
(10.2)
(7.1)
1) BBM, LPG & BBN
88.9
92.8
3.9
4.4
2) Listrik
55.1
41.0
(14.1)
(25.6)
57.3
51.0
(6.3)
(10.9)
1) Pangan
13.9
15.3
1.3
9.6
2) Pupuk
18.4
16.4
(2.0)
(11.1)
3) Benih
2.3
0.1
(2.1)
(94.7)
4) PSO
1.4
1.9
0.5
36.5
5) Kredit Program
2.9
2.6
(0.2)
(8.3)
18.4
14.8
(3.7)
(20.0)
201.3
184.8
(16.4)
(8.2)
URAIAN
250,0 triliun rupiah
2010
277,4
300,0
201,3
200,0
150,0
(dalam triliun rupiah)
150,2
120,8
138,1 157,8
107,4
a Subsidi Energi
b Subsidi Non Energi
100,0
50,0 2005 2006 2007 2008 2009 APBN APBN-P 2010 2010
6) Subsidi Pajak / Pajak DTP
JUMLAH
Tahun 2005 – 2010 : Subsidi naik dari Rp120,8 T Rp201,3 T (APBN-P 2010), Tahun 2011 : o Subsidi BBM: Volume konsumsi BBM Bersubsidi 36,8 juta KL; Subsidi LPG Tabung 3 Kg; o Subsidi Pangan: Kuantum 15 Kg/RTS/bln; Durasi penyaluran 12 bln; HPB naik dari Rp6.285/kg Rp6.450/kg; Harga Raskin tetap (Rp1.600/kg). o Subsidi Pupuk : Volume naik dari 9,3 juta ton 11,3 juta ton. 14
Sasaran Pembangunan Infrastruktur, RAPBN 2011
Pembangunan Jaringan Rel Kereta Api 85,06 Km Jalur Ganda, dan Peningkatan Kondisi Jalur Kereta Api sepanjang 126,12 Km
Pembangunan Fly Over dan Underpass sepanjang 4.551 M 15
Pengembangan dan Rehabilitasi 118 Bandara, dan Pembangunan 14 Bandar Udara Baru
Peningkatan hunian yg layak di 1.500 desa
Terbangunnya Tranmisi sepanjang 1.558 km, dan Gardu Induk sebesar 1.280 MVA
Melanjutkan pembangunan 8 waduk; Menyelesaikan 34 Embung/Situ, rehabilitasi 2 Waduk
Program Bantuan dan Perlindungan Sosial, 2011 Jamkesmas: Meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan seluruh penduduk miskin dan hampir miskin. Sasaran 76,4 juta jiwa
BOS: Meringankan beban masyarakat atas biaya pendidikan agar semua siswa memperoleh layanan pendidikan dasar yang bermutu sampai tamat. Sasaran: Siswa SD/SMP penerima BOS = 37,5 juta siswa; Siswa MI/MTs penerima BOS = 6,3 juta siswa
PNPM : Tujuan: Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Sasaran: PNPM perdesaan: 5.005 kec; PNPM Perkotaan 1.153 kec. 16
POKOK-POKOK KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH Pokok-Pokok Kebijakan DBH • Meningkatkan akurasi data melalui koordinasi dengan institusi pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). • Menyempurnakan proses penghitungan dan penetapan alokasi DBH agar lebih transparan dan akuntabel. • Menyempurnakan sistem penyaluran DBH lebih tepat waktu dan tepat jumlah.
TRANSFER KE DAERAH, 2010-2011 (dalam triliun rupiah) 2011
2010
URAIAN
∆ thd % ∆ thd APBN-P APBN-P 2010 2010
APBN-P
RAPBN
• Meningkatkan akurasi dasar perhitungan DAU dari lembaga/instansi yang berwenang.
1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus
314.4 89.6 203.6 21.1
329.1 82.0 221.9 25.2
14.7 (7.6) 18.3 4.1
4.7 (8.5) 9.0 19.4
• DAU untuk daerah pemekaran baru dihitung proporsional dengan daerah induknya, dengan menggunakan data luas wilayah, jumlah penduduk dan jumlah PNSD.
2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. a. Dana Otonomi Khusus b. Dana Penyesuaian
30.2 9.1 21.2
49.3 10.3 39.0
19.1 1.2 17.9
63.0 12.9 84.6
344.6
378.4
33.8
9.8
• Penyelesaian Kurang Bayar DBH SDA dan DBH Pajak. Pokok-Pokok Kebijakan DAU • 26 persen dari PDN Neto
• DAU untuk 14 daerah pemekaran baru beserta induknya dihitung secara mandiri 17
JUMLAH
POKOK-POKOK KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH (2) Pokok-Pokok Kebijakan DAK • Mendukung program prioritas nasional RKP 2011 sesuai kerangka pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja; • Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dalam membiayai pelayanan publik sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam rangka pemerataan pelayanan dasar publik; dan • Bidang DAK: tambahan 5 bidang baru: Listrik Pedesaan, Perumahan dan Permukiman, Keselamatan Transportasi Darat, Transportasi Perdesaan, Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan Dana Otonomi Khusus: o Prov. NAD dan wilayah Papua (meliputi Prov. Papua dan Papua Barat), masing-masing setara 2% DAU Nasional. o Dana tambahan infrastruktur dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus bagi Prov. Papua dan Prov Papua Barat. Dana Penyesuaian: o Dana tambahan penghasilan guru PNSD o Dana Tunjangan Profesi Guru o Dana Insentif Daerah o Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 18
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBIAYAAN ANGGARAN [ triliun Rupiah] 8.000
Debt to GDP Ratio 2001-2011
7.000 6.000 5.000
4.000
[%] 120%
DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2010-2011 (dalam triliun rupiah) 2010
100% 77% 67%
80% 61%
57%
60%
47% 39%
3.000 2.000
35%
33%
28,3% 27,8% 26,0%
40% 20%
1.000
2010
2011
APBN-P (Lapsem)
APBN-P
RAPBN
∆ thd APBN-P 2010
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) % Defisit Terhadap PDB
(133,7) (2,1)
(133,7) (2,1)
(115,7) (1,7)
18,1 0,5
(13,5) (22,8)
E. PEMBIAYAAN (I + II)
133,7
133,7
115,7
(18,1)
(13,5)
133,9 45,5
133,9 45,5
118,7 7,7
(15,2) (37,8)
(11,4) (83,2)
88,4 1,2 1,2
88,4 1,2 1,2
111,0 0,3 0,5
22,6 (0,9) (0,7)
25,5 (71,7) (56,1)
107,5 1,0 (12,9)
107,5 1,0 (12,9)
125,5 1,0 (12,8)
18,0 0,0 0,1
16,7 0,0 (1,0)
URAIAN
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 1. Perbankan dalam negeri 2. Non-perbankan dalam negeri a.l a. Penerimaan Privatisasi b. Hasil Pengelolaan Aset c. Surat Berharga Negara (neto) d. Pinjaman Dalam Negeri e. Dana Investasi Pemerintah dan PMN II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
0
0% 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Outstanding Utang
PDB
Rasio Utang thd PDB (RHS)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) a. Pinjaman Program b. Pinjaman Proyek Bruto 2. Penerusan Pinjaman (SLA) 3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN
(0,2)
(0,2)
(3,0)
(2,8)
1.826,1
70,8 29,4 41,4 (16,8) (54,1)
70,8 29,4 41,4 (16,8) (54,1)
57,1 17,7 39,4 (12,0) (48,1)
(13,7) (11,7) (2,0) 4,8 6,1
(19,4) (39,9) (4,8) (28,6) (11,2)
Pembiayaan Melalui Utang 2011: 1. Mengutamakan penerbitan SBN (SUN dan Sukuk) rupiah di pasar domestik. 2. Pinjaman Luar Negeri/PLN diprioritaskan dari sumber yang efisien dan risiko rendah dan tanpa agenda politik
3. Rasio utang terhadap PDB menurun, walaupun secara nominal jumlah utang meningkat. 19
% ∆ thd APBN-P 2010
TERIMA KASIH
20