Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010
0 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Asumsi makro dalam RAPBN 2011 : target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, laju inflasi 5,3 persen, suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) rata-rata 6,5 persen, nilai tukar Rp 9.300 per dollar Amerika Serikat (AS), harga minyak 80 dollar AS per barrel, dan lifting minyak sebesar 970.000 barel per hari. Pertumbuhan Ekonomi Secara historis trend pertumbuhan memang mengalami peningkatan sepanjang 2007 – 2010 (semester 1-2). Pertumbuhan tersebut, masih mengandalkan proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Data A.1 Produk Domestik Bruto Indonesia berdasarkan Harga Berlaku, 2007 - Semester I 2010 (dalam trilyun)
5613,4
6000 4951,4 5000 3950,9 4000
3068,6 3000 2000 1000 0 2007
2008
2009
Smt I 2010
PDB
1 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Data A.2 Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan berdasarkan Harga Berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar rupiah) 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 PRODUK DOMESTIK BRUTO
600,000 400,000 200,000 0 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
Sumber: BPS
2 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Data A.3 Produk Domestik Bruto Triwulanan berdasarkan Harga Berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar rupiah) 1,800,000.0
1,600,000.0
1,400,000.0
1,200,000.0 Selisih Export - import Diskrepansi Statistik
1,000,000.0
Perubahan Inventori 800,000.0 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (Investasi) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
600,000.0
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
400,000.0
200,000.0
0.0 I -200,000.0
II
III IV
2007
I
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
II
2010
Sumber: BPS
3 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Data A.4 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga triwulanan berdasarkan harga berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar Rupiah) 1,000,000.0 900,000.0 800,000.0 700,000.0 600,000.0 500,000.0 400,000.0 300,000.0 200,000.0 100,000.0 0.0 I
II
III 2007
IV
I
II
III
IV
I
II
2008 Makanan
III 2009
IV
I
II 2010
Bukan Makanan
Sumber: BPS
Pendorong pertumbuhan ekonomi sepanjang 2007 – 2010 (semester 1-2) di dominasi konsumsi swasta yang mencapai +/- 65 persen. Pola Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga untuk Makanan dan Bukan Makanan relatif seimbang.
Pada 2011 pemerintah akan meningkatkan pembentukan modal tetap domestik bruto, dengan peningkatan pendanaan proyek-proyek infrastruktur. Langkah ini cukup beralasan karena sementara ini pertumbuhan PMTDB Indonesia didominasi oleh pembentukan modal dalam bentuk bangunan/konstruksi.
4 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Data A.5 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto triwulanan berdasarkan harga berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar Rupiah) 600,000 Bangunan
Mesin dan Perlengkapan
Alat Angkutan
Lainnya
500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
Sumber: BPS
Fakta keterbatasan kinerja pemerintah yang secara historis sangat lemah dalam mengelola dan memanfaatkan APBN sebagai stimulus ekonomi.
Pola konsumsi yang tidak cukup baik dari pengeluaran Konsumsi Pemerintah, tidak sinkron dengan peningkatan jumlah absolut dari tahun ke tahun. Komponen Belanja Pegawai dan Penyusutan barang penerintah masih saja cenderung mengalami peningkatan pada triwulan II dan III. Sementara pada komponen Belanja Barang, trendnya meningkat meskipun pola perubahannya cenderung berfluktuasi. Lonjakan belanja barang umumnya terjadi pada triwulan ke IV dan turun drastis ketika memasuki triwulan I tahun berikutnya.
5 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Data A.6 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah triwulanan berdasarkan harga berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar Rupiah)
120,000 100,000 80,000 60,000
Belanja Barang
40,000
Belanja Pegawai + Penyusutan (NTB)
20,000 0 I
II
III IV
2007
I
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
II
2010
Sumber: BPS
6 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Selain harus mampu mempertahankan pola konsumsi swasta, untuk sustainable pertumbuhan, pemerintah juga dituntut dapat lebih mendorong sektor ekspor, walau sementara sektor ekspor hanya menyumbang 1,1 persen.
Data A.7 Ekspor dan Impor triwulanan berdasarkan harga berlaku, 2007 - 2010 (dalam milyar Rupiah)
450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000
Ekspor Barang dan Jasa
150,000
Impor Barang dan Jasa
100,000
Surplus(Defisit)
50,000 0 -50,000
I
II
III
2007
IV
I
II
III
IV
I
2008
II
III 2009
IV
I
II
2010
Sumber: BPS
Secara umum, sepanjang 2007 -2010 Indonesia mengalami surplus dalam perdagangan internasional dengan selisih tipis antara ekspor terhadap impor. Pada triwulan ketiga tahun 2008, kinerja ekspor - impor tercatat mengalami penurunan akibat krisis keuangan global.
Secara umum sepanjang 2008 – 2009,
Indonesia mampu mempertahankan angka
pertumbuhan ekonomi positif di tengah pengaruh krisis keuangan global yang melanda negara 7 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
di regional ASEAN. Hal ini disebabkan dominannya konsumsi domestik sebagai mesin pertumbuhan dan rendahnya ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan internasional. Namun ketika krisis mereda dan perekonomian regional kembali bergairah, angka pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan pertama 2010 – meskipun masih stabil - tercatat paling rendah diantara negara-negara ASEAN lainnya yang pertumbuhannya mengalami lonjakan yang relatif signifikan. Pertumbuhan ekonomi regional yang positif ini dapat mendorong permintaan akan produk Indonesia dan meningkatkan peran ekspor dan impor.
Data A.8
Perbandingan Pertumbuhan (%) PDB triwulanan Negara-negara ASEAN, 2008 (Q.II) – 2010 (Q.I)
Thailand Viet Nam
Indonesia
Singapore Thailand Viet Nam
Indonesia Malaysia Philippines
Viet Nam
Singapore
Philippines
Indonesia
Viet Nam
Indonesia
Philippines
Viet Nam
Indonesia
Philippines
Viet Nam
Singapore
Indonesia Malaysia Philippines
Singapore
III
Viet Nam
II
Thailand
Indonesia Malaysia Philippines
5.0
Indonesia Malaysia Philippines
10.0
Singapore Thailand Viet Nam
15.0
Malaysia Philippines
Singapore
20.0
2009
III
IV Thailand
Singapore Thailand
II Malaysia
Singapore Thailand
Malaysia
-10.0
2008
I Thailand
-5.0
IV
Malaysia
0.0 I 2010
-15.0 Sumber: ASEAN
8 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Investasi Pada tahun 2009 total nilai realisasi PMDN adalah Rp. 37.799,8 miliar (meningkat 85,63 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 20.363,4 miliar) dan nilai PMA adalah US$ 10.815,2 juta (mengalami penurunan sebesar 27,28 persen). Pada triwulan pertama 2010 realisasi investasi PMDN mencapai Rp. 6.690,7 miliar dan PMA mencapai US$ 3.770,2 juta.
Realisasi investasi dari PMDN dan PMA mencukupi sekitar 26,8 persen dari total kebutuhan investasi nominal yang diperkirakan sebesar Rp. 2.243,8 triliun. Sumber investasi lainnya berasal dari kredit perbankan sebesar 17,4 persen, pasar modal 16,7 persen, belanja modal Pemerintah 12,4 persen, dan sumber-sumber investasi lainnya. Pada tahun 2011, laju investasi diperkirakan hanya tumbuh sebesar 10,0 persen, lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkiraan realisasinya pada tahun 2010 yang sebesar 8,0 persen.
Data A.9
Realisasi Investasi PMDN (Rp. Miliar) 40,000.0 30,000.0 20,000.0 10,000.0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
9 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Data A.10
Realisasi Investasi PMA (US$ Juta) 16,000.0 14,000.0 12,000.0 10,000.0 8,000.0 6,000.0 4,000.0 2,000.0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Suku Bunga Asumsi suku bunga tidak akan mendorong perekonomian. Ini terutama terkait suku bunga yang masih tinggi. Sebab, Untuk mendorong sektor riil, dibutuhkan bunga yang rendah. Dengan kebijakan sekarang dan tahun seperti halnya di tahun 2011 , suku bunga acuan akan tetap tinggi. Ini menjadi tantangan bagi peningkatan sektor riil.
Beberapa kalangan menilai , Bank Indonesia (BI) bisa saja menurunkan suku bunga acuan. Hanya saja itu tidak dilakukan, karena BI ingin menjaga nilai tukar rupiah berada di kisaran 9.000 per dollar AS. Alasannya, BI takut eksportir kita kehilangan daya saing, bila rupiah terus menguat. ( Imam Sugema - Indef, Kompas, 31 Agustus 2010 ).
Nilai Tukar Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar sejak awal Januari 2007 sampai awal September 2008 relatif stabil. Sejak Oktober 2008 nilai tukar tersebut menurun secara signifikan dan mencapai puncaknya pada November 2008 hingga menyentuh nilai Rp12.400 per US Dollar. Namun sejak awal 2009 hingga awal 2010, kurs semakin stabil.
10 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Kurs Tengah BI (US Dollar) 14.000 12.400
12.000
Rupiah
10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 01. Sep 10
24. Mei 10
09. Feb 10
27. Okt 09
13. Jul 09
31. Mar 09
11. Des 08
27. Aug 08
16. Mei 08
01. Feb 08
05. Okt 07
28. Jun 07
15. Mar 07
0
Inflasi Inflasi sejak Januari 2007 sampai akhir Juli 2010 berfluktuasi, dimana inflasi paling tinggi terjadi pada tahun 2008 hingga mencapai 11,06 persen. Pada tahun 2009 inflasi menurun secara signifikan pada angka 2,78 persen dan kemudian sampai akhir Juli 2010 naik kembali pada 3,98 persen.
11 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Di dalam RAPBN tahun 2011 diperkirakan inflasi sebesar 5,3 persen, dimana angka tersebut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan perkiraan inflasi tahun 2010.
Perkiraan inflasi ini didasarkan pada pertimbangan peningkatan kegiatan ekonomi diperkirakan dapat terus diimbangi oleh meningkatnya kapasitas produksi seiring dengan membaiknya investasi. Dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan dan penawaran, serta semakin baiknya infrastruktur dan lancarnya distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat, laju inflasi diharapkan dapat dikendalikan.
Produksi Minyak
Data-data trend produksi minyak : No Tahun
1 2 3 4 5 6 7
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Target Lifting Minyak (juta barel/hari) 1,000 0,950 0,927 0,960 0,965 0,970
Realisasi Lifting minyak (juta barel/hari) 0,999 0,959 0,899 0,931 0,944
Sumber: APBN-P dan Data Pokok APBN 2005-2011
12 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI
Trend Lifting Minyak, 2005-2011 (barel) 1020000 1000000
999000 970000
980000 960000
959000 944000
940000
965000
931000
920000 900000
899000
880000 860000 840000 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : Data Pokok APBN 2005-2011
13 | Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara – Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI