PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%. Dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, target pertumbuhan ekonomi dikoreksi menjadi 4,5%, dan APBN-P 2009 target tersebut dikoreksi lagi menjadi 4,3%. Pada triwulan I 2009, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,4%, sedangkan dalam triwulan II pertumbuhan ekonomi mencapai 4,0%. Dengan demikian, dalam semester I 2009 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 4,2%, lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi semester I 2008 yang mencapai 6,34 %. Pertumbuhan ekonomi semester I 2009 tersebut bersumber dari konsumsi pemerintah, konsumsi masyarakat, dan investasi, yang masing-masing mencapai sebesar 18,0%, 5,4%, dan 3,0%. Sedangkan ekspor dan impor mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 17,2% dan minus 24,9%. Grafik 1 Pertumbuhan Ekonomi (y-0-y), Semester I 2008 - 2009 7 6 5 4 %
3
6,42
6,25
2009
4,4
2
2008
6,34 4,0
4,2
1 0 QI
QII
Sem I
2. Inflasi Dalam UU APBN 2009, laju inflasi diperkirakan sebesar 6,2%, kemudian disesuaikan menjadi 6,0% dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi 4,5% dalam APBN-P 2009. Dari Januari hingga Agustus 2009, laju inflasi kumulatif sebesar 1,22% (y-t-d), inflasi Agustus 2009 terhadap Agustus 2008 sebesar 2,75% (y-o-y), dan inflasi pada bulan Agustus 2009 sebesar 0,56% (m-t-m). Secara tahunan, laju inflasi Agustus 2009 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,85%. Hal ini disebabkan karena pada Agustus 2008 terjadi lonjakan harga minyak dunia yang tinggi sehingga menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa.
1
Sedangkan secara bulanan, laju inflasi Agustus 2009 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 0,51%, sehingga menyebabkan inflasi tahun kalender pun meningkat yang mencapai 1,22%. Peningkatan ini disebabkan karena naiknya permintaan terutama bahan makanan sehingga menyebabkan meningkatnya harga-harga pada sektor tersebut. Hal ini karena pada dua minggu terakhir Agustus 2009 sudah memasuki bulan puasa, sekaligus merupakan faktor musiman setiap tahun. Y-o-y 14,0%
Grafik 2 m-t-m Perkembangan Laju Inflasi IHK, 2008 - 2009
2,5%
12,0%
2,0%
10,0%
2.75%
8,0%
11.85%
6,0%
2,0%
1,0%
0.56%
4,0%
1,5%
0,51%
0,5% 0,0% -0,5%
0,0%
Inflasi (y-o-y)
Inflasi (m-t-m)
3. Nilai Tukar Rupiah Dalam UU APBN 2009, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan sebesar Rp9.400/US$, yang kemudian disesuaikan dalam Dokumen Stimulus menjadi Rp11.000/US$, dan dikoreksi menjadi Rp10.500/US$ dalam APBN-P 2009. Dalam bulan Januari sampai dengan Agustus tahun 2009, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai rata-rata Rp10.822,9/US$, atau melemah dibandingkan posisinya dalam Agustus 2008 yang mencapai Rp9.233,5/US$. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti peningkatan kerugian lembaga keuangan dan korporasi serta polemik stimulus di Amerika Serikat, dan faktor internal, berupa kekhawatiran terhadap kecukupan cadangan devisa dan kewajiban pembayaran utang luar negeri yang membuat nilai tukar rupiah semakin tertekan.
2
Grafik 3 Perkembangan Nilai Tukar Terhadap Dolar AS, 2008 - 2009 13.000
Jan - Agustus 2009: Rp10.822,9
Nilai Tukar (Rp/US$)
12.000 Jan - Agustus 2008: Rp9.233,5
11.000
10.000
9.000
Juli
Agust
Juni
Apr
Mei
Feb
Mar
Des
Jan 09
Okt
Nov
Se p
Juli
Aug
Juni
Apr
Mei
Feb
Mar
Jan 08
8.000
4. Suku bunga SBI 3 bulan Dalam UU APBN 2009 dan dalam Dokumen Stimulus serta dalam APBN-P 2009, suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan sebesar 7,5%. Selama bulan Januari sampai dengan Agustus 2009 realisasi rata-rata SBI 3 bulan mencapai 8,1%, yang berarti menurun dibandingkan realisasinya selama bulan Januari sampai dengan Agustus 2008 yang mencapai rata-rata 8,6%. Grafik 4 Perkembangan Suku Bunga SBI-3 Bulan, 2008 - 2009 12 11,03 11,50
11 SBI (%)
11,08
10
Jan -Agustus 2008: 8,6% 9,57
9
Jan - Agustus 2009: 8,1%
10,39
9,84 9,73
9,29
8,68
9,00
8
8,34 7,83
7,97
8,03
8,28
8,04
7,54
7
7,08
Juni
Me i
Apr
Mar
Feb
Jan 09
Des
Nov
Okt
Se p
Agust
Juli
Juni
Me i
Apr
Feb
Mar
Jan 08
6
5. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) Dalam UU APBN 2009, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan US$80,0 per barel. Dalam Dokumen Stimulus, asumsi harga minyak dikoreksi menjadi US$45 per barel, tetapi kemudian disesuaikan kembali menjadi US$61 per barel dalam APBN-P 2009. Realisasi ICP selama bulan Januari sampai dengan Agustus 2009 mencapai sebesar US$55,83 per barel, menurun dari realisasinya dalam bulan Januari sampai dengan Agustus 2008 yang mencapai US$113,34/barel.
3
Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Indonesia (ICP), 2008 - 2009
160 140
132,36 134,96
(us$/barel)
120
115,56
109,30 103,11
100 80
Jan - Agustus 2008: 113,3
124,67
99,06
92,09 94,64
70,66
60
68,91
72,47 64,85
57,86 49,32
40
38,45
41,89 43,10
46,95
50,62
Jan - Agustus 2009: 55,83
20 0
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agust 2008
2009
6. Lifting minyak mentah Dalam UU APBN 2009, Dokumen Stimulus 2009, dan APBN-P 2009, lifting minyak diasumsikan sebesar 0,960 juta barel per hari. Pada Januari-Juli 2009 rata-rata realisasi lifting minyak mencapai 0,869 juta barel per hari, yang berarti lebih rendah dibandingkan realisasi Januari-Juli 2008 yang mencapai 0,913 juta barel per hari. Grafik 6 Lifting , 2008 - 2009
Jan ‐ Juli 2009 : 956,63 ribu barel/hari
Ribu barel/hari
Jan - Juli 2008 : 839,2 ribu barel/hari
1.100,00 1.050,00
1.056,3 1.018,7
1.000,00
976,8
900,00
947,0
935,33
924,72
950,00
913,9
855,38
909,2
850,00
920,4
850,0 858,0
800,00
827,39
802,87
779,74
872,0
769,5
2008
Juli
Juni
Apr
Mei
Mar
Jan
Peb
Des
Nop
Okt
Sept
Juli
Agust
Mei
Juni
Apr
Jan
700,00
Mar
748,73
Peb
750,00
917,6
2009
II. REALISASI APBN 1. Pendapatan Negara dan Hibah Dalam UU APBN 2009, pendapatan negara dan hibah ditetapkan sebesar Rp985,7 triliun. Target tersebut direvisi menjadi Rp848,6 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp871,0 triliun dalam APBN-P 2009.
4
Sampai dengan 31 Agustus 2009, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp498,5 triliun (57,2% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 67,9% dari targetnya dalam APBN-P 2008, realisasi tersebut berarti lebih rendah 10,7%. Realisasi pendapatan negara dan hibah terdiri atas realisasi penerimaan dalam negeri Rp498,1 triliun (57,3% dari targetnya dalam APBN-P 2009), dan realisasi hibah Rp0,3 triliun (34,4% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Realisasi penerimaan dalam negeri tersebut terdiri atas realisasi penerimaan perpajakan Rp387,5 triliun (59,4% dari targetnya dalam APBN-P 2009) dan realisasi PNBP Rp110,6 triliun (50,7% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan 31 Agustus 2009 terdiri dari PPh sebesar Rp207,9 triliun (53,7%), PPN sebesar Rp112,9 triliun (29,1%), PBB dan BPHTB sebesar Rp15,9 triliun (4,1%), cukai sebesar Rp36,6 triliun (9,4%), Bea masuk dan bea keluar sebesar Rp12,2 triliun (3,1%), serta pajak lainnya sebesar Rp2,0 triliun (0,5%). Sementara itu, realisasi PNBP sampai dengan 31 Agustus 2009 terdiri dari penerimaan SDA Rp62,4 triliun (56,4%), Laba BUMN Rp11,3 triliun (10,2%), PNBP lainnya Rp34,6 triliun (31,3%), dan BLU sebesar Rp2,4 triliun (2,1%). Grafik 7 Penerimaan Negara dan Hibah, Januari ‐ Agustus 2009 80,0 70,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Hibah
0,0
0,0
0,0
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
PNBP
10,0
12,3
7,2
8,0
18,4
22,7
16,8
15,3
Pajak
45,4
37,9
49,9
64,1
42,5
48,8
48,3
50,7
55,3
50,2
57,1
72,1
61,0
71,6
65,1
66,1
Total
Agustus
Grafik 8 Penerimaan Perpajakan, Januari - Agustus 2009
70,0 60,0 50,0 Rp triliun
Rp triliun
60,0
40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 (10,0)
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Bea Keluar
0,0
0,0
0,4
(0,0)
0,0
0,2
(0,1)
0,0
Bea Masuk
1,4
1,3
1,5
1,4
1,4
1,4
1,6
1,6
Cukai
4,4
4,6
5,8
3,3
3,5
4,7
5,3
5,0
Pajak Lainnya
0,2
0,2
0,2
0,2
0,3
0,3
0,3
0,3
BPHTB
0,2
0,3
0,3
0,4
0,4
0,5
0,4
0,5
PBB
0,2
0,1
0,2
0,3
0,5
3,3
2,0
6,0
PPN
14,4
11,2
13,7
13,3
13,8
14,6
16,2
15,7
PPh Migas
5,2
3,6
3,0
4,8
4,8
6,0
3,9
3,5
PPh Non Migas
19,2
16,5
24,9
40,3
17,7
17,7
18,6
18,1
45,4
37,9
49,9
64,0
42,5
48,8
48,3
50,7
Total
5
Grafik 9 PNBP, Januari - Agustus 2009
25,0 20,0 Rp triliun
15,0 10,0 5,0 0,0
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
BLU
0,0
0,0
0,0
0,2
0,7
0,2
1,0
0,3
PNBP Lainnya
3,9
3,3
2,2
4,1
6,9
5,8
5,0
3,4
Laba BUMN
0,2
0,0
0,0
0,0
0,3
3,1
5,6
2,1
SDA Non Migas
2,3
0,3
0,3
1,9
1,2
1,2
1,2
0,8
SDA Migas
3,6
8,6
4,6
1,7
9,4
12,4
4,0
8,7
Series6 Total
10,0
12,3
7,2
8,0
18,4
22,7
16,8
15,3
2. Belanja Negara Dalam UU APBN 2009, belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.037,1 triliun, yang kemudian disesuaikan menjadi Rp988,1 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp1.000,8 triliun dalam APBN-P 2009. Sampai dengan 31 Agustus 2009, realisasi belanja negara mencapai Rp519,8 triliun (51,9% dari pagunya dalam APBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2008 yang mencapai 53,2% dari pagunya dalam APBN-P 2008, realisasi tersebut berarti 1,3% lebih rendah. Realisasi belanja negara tersebut terdiri atas realisasi belanja pemerintah pusat Rp332,7 triliun (48,1% dari pagunya dalam APBN-P 2009) dan transfer ke daerah Rp187,1 triliun (60,5% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Realisasi belanja pemerintah pusat didominasi antara lain oleh belanja pegawai Rp89,8 triliun (27,0%), pembayaran bunga utang Rp64,2 triliun (19,3%), subsidi Rp58,1 triliun (17,5%) dan lainnya 36,2%. Sementara itu, realisasi transfer ke daerah sebagian besar berasal dari DAU Rp139,8 triliun (74,8%) dan DBH Rp30,8 triliun (16,5%). Grafik 10 Belanja Negara, Januari - Agustus 2009
100,0 80,0
Rp triliun
26,3 60,0 40,0
31,2
20,0 21,5
23,9
25,0
17,6
40,6
38,8
45,9
15,8 26,6
20,4 26,9
59,6
55,5
44,2
0,0 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Transfer ke Daerah Belanja Pemerintah Pusat
6
Agustus
60,0
Grafik 11 Belanja Pemerintah Pusat, Januari - Agustus 2009
50,0
Rp triliun
40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Subsidi
Januari Pebruari ‐
4,4
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
3,1
2,3
14,2
10,2
13,7
10,2
Pembayaran Bunga Utang
9,9
5,7
8,3
7,3
6,1
12,3
9,7
5,0
K/L
6,2
12,2
17,8
21,5
19,6
23,7
29,4
22,7
Total
16,0
22,3
29,2
31,2
39,9
46,2
52,8
37,8
Grafik 12 Transfer ke Daerah, Januari - Agustus 2009 35,0 30,0
Rp triliun
25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Otsus & Peny.
‐
‐
‐
3,0
0,5
1,5
0,3
Agustus 1,9
DAK
‐
‐
4,2
2,0
0,8
0,8
0,7
0,9 15,5
DAU
31,0
15,5
15,6
15,5
15,6
15,6
15,6
DBH
0,3
0,3
4,1
4,6
0,7
8,4
3,9
8,5
Total
31,2
15,8
23,8
25,0
17,6
26,3
20,4
26,9
3. Defisit Anggaran Dengan realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp498,5 triliun, dan realisasi belanja negara mencapai Rp519,8 triliun, sampai dengan 31 Agustus 2009 terdapat defisit anggaran Rp21,4 triliun (0,4 % terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2008 yang mencapai surplus sebesar Rp81,8 triliun (1,8 % terhadap PDB), kinerja APBN 2009 hingga 31 Agustus 2009 berarti lebih baik penyerapannya.
7
Grafik 13 Surplus (defisit) Anggaran, 2008 - 2009 100,0 80,0 60,0
81,8
40,0 20,0 0,0
29 Agustus 2008
(20,0)
31 Agustus 2009
(21,4)
(40,0)
4. Pembiayaan Anggaran Dalam UU APBN 2009, pembiayaan anggaran ditetapkan sebesar Rp51,3 triliun, yang kemudian disesuaikan menjadi Rp139,5 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp129,8 triliun dalam APBN-P 2009. Realisasi pembiayaan hingga 31 Agustus 2009 mencapai Rp60,9 triliun (46,9% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun 2008, realisasi tersebut berarti lebih rendah 32,6%. Realisasi pembiayaan anggaran tersebut terdiri atas realisasi pembiayaan dalam negeri Rp84,6 triliun (59,3% dari targetnya dalam APBN-P 2009) dan realisasi pembiayaan luar negeri minus Rp23,6 triliun (185,8% dari targetnya dalam APBN-P 2009). Realisasi pembiayaan dalam negeri sebagian besar berasal dari SBN (neto) sebesar Rp83,1 triliun. Sementara itu, realisasi pembiayaan luar negeri berasal dari penarikan pinjaman luar negeri (bruto) sebesar Rp22,6 triliun; penerusan pinjaman sebesar minus Rp4,6 triliun dan pembayaran cicilan pokok utang LN sebesar minus Rp41,7 triliun. Dengan realisasi pembiayaan anggaran yang mencapai Rp60,9 triliun, sedangkan defisit anggaran mencapai Rp21,4 triliun, sampai dengan 31 Agustus 2009 terdapat kelebihan pembiayaan anggaran Rp39,6 triliun. Pada 31 Agustus 2008, terjadi kelebihan pembiayaan tersebut mencapai Rp156,9 triliun.
40,0
Grafik 14 Pembiayaan Anggaran, Januari ‐ Agustus 2009 2,4
30,0 20,0 Rp triliun
31,4 10,0 0,0 (10,0)
1,1
17,1 8,1 (2,9) Januari
8,9 (1,9) Maret
(4,4) April
14,4 (3,8) Mei
11,2 (9,5) Juni
3,2 (2,3) Juli
Pebruari (11,8)
(20,0) (30,0)
Pembiayaan LN
8
Pembiayaan DN
Agustus
REALISASI APBN s.d Agustus, 2008 - 2009 (dalam triliun rupiah) 2008 APBN-P
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH I. PENERIMAAN DALAM NEGERI
2009
LKPP (Audited)
Realisasi s.d 29 Agustus
% thd APBN-P
APBN-P
Realisasi s.d 31 Agustus
% thd APBN-P
895.0
981.6
607.9
67.9
871.0
498.5
892.0
979.3
607.2
68.1
870.0
498.1
57.2 57.3
1.
PENERIMAAN PERPAJAKAN a. Pajak Dalam Negeri b. Pajak Perdagangan Internasional
609.2 580.2 29.0
658.7 622.4 36.3
427.3 401.0 26.3
70.1 69.1 90.9
652.0 631.9 20.0
387.5 375.3 12.2
59.4 59.4 60.9
2.
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK a. Penerimaan SDA b. Bagian Laba BUMN c. PNBP Lainnya d. Pendapatan BLU
282.8 192.8 31.2 58.8 0.0
320.6 224.5 29.1 63.3 3.7
179.8 131.3 13.3 35.2 0.0
63.6 68.1 42.5 59.9 0.0
218.0 138.7 28.6 44.9 5.9
110.6 62.4 11.3 34.6 2.4
50.7 45.0 39.4 77.2 40.2 34.4
2.9
2.3
0.8
25.6
1.0
0.3
989.5
985.7
526.1
53.2
1,000.8
519.8
51.9
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT
697.1
693.4
364.5
52.3
691.5
332.7
48.1
1. Belanja K/L 2. Belanja Non K/L II.TRANSFER KE DAERAH 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny.
290.0 407.0 292.4 278.4 14.0
259.7 433.7 292.4 278.7 13.7
123.5 241.1 161.6 156.3 5.2
42.6 59.2 55.2 56.2 37.3
314.7 376.8 309.3 285.1 24.3
153.1 179.6 187.1 180.0 7.1
48.6 47.7 60.5 63.2 29.4
0.0
(129.8) (2.4)
(21.4)
0.0
79.5 89.7 32.8 84.2 163.8 27.1 0.0 56.4
129.8 142.6 56.6 86.0 (12.7) 69.3 (13.0) (69.0)
60.9 84.6 1.1 83.5 (23.6) 22.6 (4.6) (41.7)
46.9 59.3 1.9 97.1 185.8 32.6 35.6 60.3
0.0
39.6
II.HIBAH
B. BELANJA NEGARA
C. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) % deficit to GDP
(94.5) (2.1)
(4.1) (0.1)
81.8
D. PEMBIAYAAN
94.5 107.6 (11.7) 119.3 (13.1) 48.1 0.0 (61.3)
84.1 102.5 16.2 86.3 (18.4) 50.2 (5.2) (63.4)
75.1 96.6 (3.8) 100.4 (21.5) 13.1 0.0 (34.5)
0.0
80.0
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 1. Perbankan dalam negeri 2. Non-perbankan dalam negeri II.PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 2. Penerusan Pinjaman 3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN
9
156.9